EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

70
EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK SINERGETIK ION Cu 2+ DAN INHIBITOR EKSTRAK GETAH MERKUBUNG (Macaranga gigantea) DALAM LARUTAN ASAM SULFAT S K R I P S I METIK AMBARWATI F1C117019 PROGRAM STUDI S1 KIMIA JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

Transcript of EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

Page 1: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK SINERGETIK ION Cu2+ DAN INHIBITOR

EKSTRAK GETAH MERKUBUNG (Macaranga gigantea) DALAM

LARUTAN ASAM SULFAT

S K R I P S I

METIK AMBARWATI

F1C117019

PROGRAM STUDI S1 KIMIA

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2021

Page 2: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

i

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya sendiri.

Sepanjang sepengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis

atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti

tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan yang tertera dalam lembar pengesahan adalah asli. Jika

tidak asli, saya siap menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Jambi, Juli 2021

Yang menyatakan,

Metik Ambarwati

F1C117019

Page 3: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

ii

RINGKASAN

Penggunaan baja dalam bidang industri sebagai alat konstruksi, alat

transportasi dan elektronik semakin meningkat karena baja mudah diperoleh dan

memiliki kekuatan tarik yang kuat. Namun baja rentan terjadi korosi karena

berinteraksi dengan lingkungan yang korosif. Salah satu upaya untuk mengatasi

masalah korosi adalah dengan penambahan inhibitor yang ramah lingkungan

seperti ekstrak bahan alam. Ekstrak getah merkubung (Macaranga gigantea)

dengan penambahan ion Cu2+ berpotensi menjadi inhibitor korosi pada baja

karena keberadaannya yang melimpah di alam dan mengandung senyawa

metabolit sekunder sehingga mampu memberikan efek sinergetik dan

meningkatkan efisiensi inhibisi korosi pada baja lunak. Metode yang digunakan

adalah metode kehilangan berat dengan variasi konsentrasi ion Cu2+ dan suhu

perendaman baja. Untuk memperkuat hasil penelitian, dilakukan Karakterisasi

Fourier Transform Infra Red (FTIR) untuk mengidentifikasi gugus fungsi yang

terdapat dalam ekstrak getah merkubung (Macaranga gigantea). Karakterisasi

Scanning Electron Microscopy (SEM) untuk mengetahui morfologi permukaan baja

lunak sebelum dan setelah perlakuan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju korosi baja lunak menurun

dengan penambahan ekstrak getah merkubung (Macaranga gigantea) dengan ion

Cu2+. Hal itu diperkuat dengan hasil analisa FTIR dan SEM yang menunjukkan

interaksi antara baja lunak dengan ekstrak getah merkubung (Macaranga

gigantea) dengan ion Cu2+. Inhibisi diketahui meningkat dengan peningkatan

konsentrasi dari ion Cu2+ dengan ekstak getah merkubung (Macaranga gigantea)

1 g/L. Inhibisi menurun dengan peningkatan suhu seiring dengan meningkatnya

konsentrasi ion Cu2+ dengan ekstrak getah merkubung (Macaranga gigantea) 1

g/L. Efisiensi inhibisi tertinggi yaitu 86,589% diperoleh pada penambahan

ekstrak getah merkubung (Macaranga gigantea) 1 g/L dengan ion Cu2+ 0,05 mM

pada suhu 30 ºC. Berdasarkan nilai entalpi dan energi bebas gibbs, mekanisme

inhibisi adalah adsorpsi campuran berupa fisiosorpsi dan kemisorpsi,

berlangsung secara spontan, eksoterm serta menunjukkan derajat keteraturan

pada proses adsorpsi permukaan baja lunak.

Page 4: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

iii

SUMMARY

The use of steel in industry as a construction tool, transportation

equipment and electronics is increasing because steel is easy to obtain and has

strong tensile strength. However, steel is susceptible to corrosion because it

interacts with a corrosive environment. One effort to overcome the problem of

corrosion is by adding environmentally friendly inhibitors such as extracts of

natural ingredients. The extract of merkubung gum (Macaranga gigantea) with the

addition of Cu2+ ion has the potential to be a corrosion inhibitor in steel because

it is abundant in nature and contains secondary metabolites so that it can provide

a synergistic effect and increase the efficiency of corrosion inhibition in mild steel.

The method used is the weight loss method with variations in the concentration

of Cu2+ ion and the immersion temperature of the steel. To strengthen the results

of the study, a Fourier Transform Infra Red (FTIR) characterization was carried out

to identify the functional groups contained in the extract of merkubung gum

(Macaranga gigantea). Scanning Electron Microscopy (SEM) characterization to

determine the surface morphology of mild steel before and after treatment.

The results showed that the corrosion rate of mild steel decreased with the

addition of the extract of merkubung gum (Macaranga gigantea) with Cu2+ ion.

This was confirmed by the results of FTIR and SEM analysis which showed the

interaction between mild steel and the extract of merkubung gum (Macaranga

gigantea) with Cu2+ ions. Inhibition is known to increase with increasing

concentration of Cu2+ ion with 1 g/L extract of merkubung gum (Macaranga

gigantea). Inhibition decreased with increasing temperature as the concentration

of Cu2+ ion increased with 1 g/L extract merkubung gum (Macaranga gigantea).

The highest inhibition efficiency of 86.589% was obtained from the addition of 1

g/L of extract of merkubung gum (Macaranga gigantea) with Cu2+ ion of 0.05 mM

at 30º C. Based on the value of enthalpy and free energy of Gibbs, the mechanism

of inhibition is adsorption of a mixture of physiosorption and chemisorption, takes

place spontaneously, exothermicly and shows the degree of regularity in the

adsorption process of mild steel surfaces.

Page 5: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK SINERGETIK ION Cu2+ DAN INHIBITOR

EKSTRAK GETAH MERKUBUNG (Macaranga gigantea) DALAM

LARUTAN ASAM SULFAT

S K R I P S I

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Gelar Sarjana pada Program Studi Kimia

METIK AMBARWATI

F1C117019

PROGRAM STUDI S1 KIMIA

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2021

Page 6: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

v

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK

DENGAN EFEK SINERGETIK CU DAN INHIBITOR EKSTRAK GETAH

MERKUBUNG (Macaranga gigantea) DALAM LARUTAN ASAM SULFAT yang

disusun oleh Metik Ambarwati, NIM: F1C117019 telah dipertahankan di depan

tim penguji pada tanggal 7 Juli 2021 dan dinyatakan lulus.

Susunan Tim Penguji:

Ketua : Dr. Diah Riski Gusti, S.Si., M.Si.

Sekretaris : Edwin Permana, S.T., M.T.

Anggota : 1. Dr. Lenny Marlinda, S.T., M.T.

2. Dr. Intan Lestari, S.Si., M.SI.

3. Ratih Dyah Puspitasari, S.Si., M.Si.

Disetujui:

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Diah Riski Gusti, S.Si., M.Si. Edwin Permana, S.T., M.T.

NIP.197408102000122001 NIP.19861005201401002

Diketahui:

Dekan

Fakultas Sains dan Teknologi

Prof. Drs. Damris M, M.Sc., Ph.D.

NIP.196605191991121001

Ketua Jurusan MIPA

Fakultas Sains dan Teknologi

Dr. Madyawati Latief, S.P., M.Si.

NIP. 197206241999032001

Page 7: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

vi

RIWAYAT HIDUP

Metik Ambarwati, lahir pada tanggal 7 Mei 1997. Di

Sumowono, Kabupaten Temanggung Provinsi

Semarang Jawa Tengah. Penulis adalah anak ke 3 dari

4 bersaudara dari pasangan Sutrisno dan Marsiti.

Penulis merupakan mahasiswa aktif di Perguruan Tinggi

Universitas Jambi semester VIII Jurusan MIPA Program

Studi Kimia. Nomor Telepon/Hp yang bias dihubungi

082279319270, Email [email protected].

Penulis pertama kali masuk pendidikan formal di SDN 19 Padang Tongga

Sumatera Barat pada tahun 2004 dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2011

penulis melanjutkan pendidikan ke SMPN 3 Merlung dan tamat pada tahun 2013.

Pada tahun 2014 penulis melanjutkan sekolah ke SMAN 4 Merlung dan tamat

pada tahun 2017. Pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai mahasiswi di

Universitas Jambi Fakultas Sains dan Teknologi Program Studi Kimia. Selama

perkuliahan penulis juga aktif di Organisasi prodi kimia yaitu HIMKI dan

organisasi wilayah IKAHIMKI. Penulis juga juara 3 volly putri pada ajang FST

Games pada tahun 2018 tingkat Fakultas. Selain itu penulis pernah mengikuti

lomba Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) yang diadakan oleh

KEMRISTEKDIKTI pada tahun 2020 dan lolos sampai tahap pendanaan dengan

judul “Sintesis Hydrogel Posphorus-Chitosan Nanocellulose (P-CNC) dari Ampas

Tebu (Saccharum Officinarum) Sebagai Antibakteri Penyebab Infeksi” dan pada

tahun 2021 kembali lolos tahap pendanaan PKM-AI dengan judul “Analisis Kadar

Kafein pada Beberapa Jenis Kopi yang Beredar di Provinsi Jambi dengan

Menggunakan Metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC)”. Pada

tahun 2021 Di akhir masa pendidikan penulis melakukan Magang selama 2

bulan di UPTD BPSMB DISPERINDAG Jambi.

Page 8: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

vi

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Efisiensi Inhibisi Korosi

Baja Lunak dengan Efek Sinergetik Ion Cu2+ dan Inhibitor Ekstrak Getah

Merkubung (Macaranga gigantea) dalam Larutan Asam Sulfat”. Skripsi ini

penulis buat sebagai syarat dalam menyelesaikan studi di program

studi kimia fakultas sains dan teknologi universitas jambi. Selama

menyelesaikan tulisan ini, penulis mendapatkan banyak bantuan

dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan

terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Drs. Damris M, M.Sc., Ph.d. selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Jambi yang telah memberika fasilitas dalam

menyelesaikan tugas akhir.

2. Dr. Tedjo Sukmono, S.Si., M.Si. selaku wakil dekan bagian akademik

kerjasama dan sistem informasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Jambi yang telah memberikan izin dalam melakukan penelitian tugas

akhir.

3. Heriyanti, S.T., M.Sc., M.Eng. selaku Ketua Program Studi Kimia Fakultas

Sains dan Teknologi Universitas Jambi.

4. Dr. Diah Riski Gusti, S.Si., M.Si. selaku pembimbing utama dan Edwin

Permana, S.T., M.T. selaku pembimbing pendamping yang selalu

memberikan waktu, saran, arahan dan bantuan dalam membimbing

penulis selama penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

5. Tim penguji skripsi, Dr. Lenny Marlinda, S.T., M.T., Dr. Intan Lestari,

S.Si., M.Si. dan Ratih Dyah Puspitasari, S.Si., M.Si. yang telah

memberikan saran dan masukan untuk penulis.

6. Bapak dan Ibu Dosen di Fakultas Sains dan Teknologi yang telah

memberikan ilmunya kepada penulis selama perkuliahan.

7. Teristimewa kepada kedua orang tua Sutrisno dan Marsiti serta tidak lupa

kakak Ning Setyowati, Kasmin, Asrofah Vianda Santi, Fuad adik Mustofa,

ibu dab bapak angkat saya Erlis SE., dan Hardinal, Beni Desnora, S.Si,

Mina Indiati, S.Pd., Dr. Bambang Irawan, M.T., Sumarni, Kartik, dan

Sagilan yang selalu memberikan doa, dukungan materi dan moril yang tak

terhingga serta ketulusannya dalam mendampingi penulis untuk

menempuh jenjang pendidikan hingga terselesainya penlisan skripsi ini.

Page 9: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

vii

8. Rekan penelitian sekaligus sahabat Debora Siregar, Himpira Ela Dewitni,

Rohil dan Anisa yang telah banyak membantu dan memberikan semangat

hingga selesainya skripsi ini.

9. Enggar Laksono yang selalu mendampingi dan memberikan semangat

sampai skripsi ini selesai.

10. Sahabat terbaik sejak SMA Hermalia Ambarita, Glora Sawita Panjaitan Br

Panjaitan dan Taufiku Rahman yang menjadi teman cerita dan pendengar

yang baik serta memberi dukungan dan semangat hingga sampai pada

tahap penyelesaian skripsi ini.

11. Segenap keluarga kimia 17 yang menemani dari awal masuk kuliah hingga

sekarang. Terimakasih atas pertemanan dan kebersamaannya yang akan

selalu dikenang dan semoga silaturahmi tetap terjaga.

12. Seluruh pihak yang turut membantu yang tidak dapat saya sebutkan satu

persatu yang telah membantu dan mendukung penyusun baik secara

langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Semoga kebaikan kalian dibalas oleh Tuhan yang Maha Esa.

Penulis merasa bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih menemui

beberapa hambatan, disamping itu juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini

masih jauh dari sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik

yang membangun dari semua pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang

kimia.

Jambi, Juli 2021

Metik Ambarwati

F1C117019

Page 10: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

viii

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ..................................................................................................... ii

SUMMARY ...................................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii

I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ......................................................... 3

1.3 Tujuan ................................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 5

2.1 Baja........................................................................................................ 5

2.2 Korosi ..................................................................................................... 5

2.3 Inhibitor Korosi ....................................................................................... 7

2.4 Tanaman Merkubung (Macaranga gigantea) ............................................ 8

2.5 Kandungan Senyawa Kimia Tanaman Macaranga gigantea .................... 10

2.6 Tanin .................................................................................................... 10

2.7 Tembaga (II) Pentahidrat (CuSO4.5H2O) ................................................. 12

2.8 Metode Pengukuran .............................................................................. 13

2.9 Isoterm Adsorpsi ................................................................................... 14

2.10 Analisis Scanning Electron Microscopy (SEM) ........................................ 15

2.11 Analisis Faurier Transform Infra Red (FTIR) .......................................... 17

III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................... 19

3.1 Tempat dan Waktu ............................................................................... 19

3.2 Bahan dan Peralatan ............................................................................ 19

3.3 Metode Penelitian.................................................................................. 19

3.4 Analisis Data ........................................................................................ 20

Page 11: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

ix

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 22

4.1 Karakterisasi Ekstrak Getah Merkubung (Macaranga gigantea) dan

Lapisan Permukaan Baja setelah Perendaman dengan Faurier Transform Infra

Red (FTIR). ................................................................................................. 22

4.2 Karakterisasi Ekstrak Getah Merkubung (Macaranga gigantea) dan

Lapisan Permukaan Baja setelah Perendaman dengan Scanning Electron

Microscopy (SEM) ........................................................................................ 23

4.3 Metode Kehilangan Berat ...................................................................... 25

4.4 Analisis Isoterm Adsorpsi ...................................................................... 30

4.5 Analisis Konstanta Kesetimbangan Adsorpsi (Kads), Energi Bebas Adsorpsi

(∆G°ads), Entalpi Adsorpsi (∆H°

ads), dan Entropi Adsorpsi (∆S°ads) .................... 30

V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 34

5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 34

5.2 Saran ................................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 35

LAMPIRAN ..................................................................................................... 40

Page 12: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Getah Macaranga gigantea ..................... 10

Tabel 2. Perbandingan Spektrum FTIR dengan literatur .................................. 23

Tabel 3. Efek Sinergetik Korosi Baja Lunak dalam Perendaman ion Cu2+ + ekstrak

getah merkubung (Macaranga gigantea) 1 g/L. ............................................... 29

Tabel 4. Koefisien Korelasi (R2) yang diperoleh dari berbagai isoterm adsorpsi . 30

Tabel 5. Parameter Adsorpsi dari Adsorpsi Isoterm Freundlich ........................ 31

Tabel 6. Nilai Entalpi Adsorpsi Standar dan Entropi Adsorpsi Standar ............ 32

Page 13: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Baja (Suarsana, 2017) ..................................................................... 5

Gambar 2. Korosi (Gapsari, 2017)..................................................................... 6

Gambar 3. Mekanisme Inhibisi Korosi oleh Tanin di Permukaan Baja. ............. 8

Gambar 4. Tanaman Macaranga gigantea dan bagian-bagiannya (Amirta et al.,

2017). .............................................................................................................. 9

Gambar 5. Struktur Tanin (Hidjrawan, 2018) ................................................. 11

Gambar 6. Rancangan mekanisme terjadinya inhibisi korosi (Rochmat et al.,

2019) ............................................................................................................. 11

Gambar 7. CuSO4.5H2O (Fitrony et al., 2013) ................................................. 12

Gambar 8. Reaksi Pelekatan Tanin pada Tembaga (Sanjaya et al., 2019) ......... 13

Gambar 9. Skema SEM (Setianingsih, 2017) ................................................... 16

Gambar 10. Skema alat spektroskopis FTIR (Rohman, 2018). ......................... 18

Gambar 11. Spektrum FTIR; Ekstrak getah merkubung (Macaranga gigantea) 1

g/L; (b) Campuran Ekstrak getah merkubung (Macaranga gigantea) 1 g/L dengan

ion Cu2+ 0,05 mM. .......................................................................................... 22

Gambar 12. Morfologi permukaan baja lunak a) Sebelum perlakuan b) Setelah

direndam dalam H2SO4 0,75 M c) Setelah direndam dalam larutan yang

mengandung H2SO4 0,75 M dan ion Cu2+ 0,05 mM d) Setelah direndam dalam

larutan yang mengandung H2SO4 0,75 M dan ekstrak getah merkubung

(Macaranga gigantea) 1 g/L e) ) Setelah direndam dalam larutan yang

mengandung H2SO4 0,75 M , ion Cu2+ 0,05 mM dan ekstrak getah merkubung

(Macaranga gigantea) 1 g/L selama 24 jam pada suhu 30º C........................... 24

Gambar 13. Pengaruh konsentrasi ion Cu2+ dengan ekstrak getah merkubung

(Macaranga gigantea) terhadap laju korosi dengan variasi Suhu. ..................... 26

Gambar 14. Pengaruh konsentrasi ion Cu2+ dengan ekstrak getah merkubung

(Macaranga gigantea) terhadap Efisiensi dengan variasi Suhu. ........................ 27

Gambar 15. Mekanisme hipotetik pelekatan Cu pada baja dengan penambahan

ekstrak getah merkubung (Macaranga gigantea) ............................................. 28

Gambar 16. Isoterm Adsorpsi Freundlich untuk Korosi Baja dalam Medium Asam

Sulfat 0,75 M dengan Waktu Perendaman 3 Jam. ........................................... 31

Gambar 17. Hubungan 1/T terhadap ∆G°ads .................................................... 32

Page 14: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Alur Penelitian ............................................................................ 40

Lampiran 2. Diagram Alir Penelitian ............................................................... 41

Lampiran 3. Perhitungan ............................................................................... 44

Lampiran 4. Adsorpsi Isoterm Ekstrak Getah Merkubung (Macaranga gigantea)

pada Suhu 303 K. .......................................................................................... 50

Lampiran 5. Perhitungan Kads dan ∆G°ads ........................................................ 51

Lampiran 6. Perhitungan Entalpi Adsorbsi Standar dan Entropi Standar ........ 52

Lampiran 7. Karakterisasi Scanning Electron Microscopy (SEM) ....................... 53

Lampiran 8. Karakterisasi Faurier Transform Infra Red (FTIR) ......................... 54

Lampiran 9. Dokumentasi .............................................................................. 55

Page 15: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring perkembangan dan kemajuan teknologi, kebutuhan terhadap baja

juga semakin meningkat. Baja banyak digunakan di bidang industri manufaktur

sebagai bahan kontruksi, alat transportasi, dan elektronik. Baja banyak

digunakan karena mudah diperoleh, mudah ditempa dan memiliki kekuatan tarik

yang kuat (Yetri et al., 2015). Namun seiring dengan kemajuan tersebut baja

merupakan material yang rentan akan terjadinya korosi karena berinteraksi

dengan lingkungan, terutama lingkungan yang korosif. Lingkungan korosif

merupakan lingkungan yang mengandung bahan yang bersifat korosif seperti

oksigen terlarut dalam air, udara yang lembab, lingkungan garam dan lingkungan

asam (Saputra dan Ngatin, 2019). Korosi dapat menyebabkan suatu material

mempunyai keterbatasan umur pemakaian yang lebih singkat dan

mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar pada suatu industri karena

berkurangnya kualitas material tersebut (Putra dan Pratama, 2018).

Korosi merupakan proses degradasi masa atau mutu suatu material

akibat interaksi alamiah atau buatan terhadap lingkungan (Mulyati, 2020). Salah

satu upaya untuk mengatasi masalah korosi adalah dengan penambahan

inhibitor. Inhibitor adalah zat yang ditambahkan dalam jumlah kecil ke dalam

lingkungan untuk mencegah terjadinya korosi, baik dengan menggunakan

senyawa organik maupun anorganik. Senyawa organik sintetik yang biasa

digunakan sebagai inhibitor korosi adalah yang mengandung unsur N, O, S, P,

ikatan rangkap dan cincin aromatik pada strukturnya. Sedangkan inhibitor

anorganik yang biasa digunakan adalah sodium nitrit, kromat, fosfat dan garam

seng (Gu et al., 2015: Yildiz, 2015: Zarrouk et al., 2015). Selain itu senyawa

tersebut juga memiliki pasangan elektron bebas yang berfungsi sebagai ligan yang

akan membentuk senyawa kompleks dengan logam sehingga molekulnya dapat

teradsorpsi pada permukaan logam (Gusti et al., 2017). Namun penggunaan

inhibitor anorganik memiliki kelemahan yaitu mengandung bahan kimia yang

berbahaya, harga yang mahal dan tidak ramah lingkungan (Yetri et al., 2016).

Efek berbahaya yang ditimbulkan dari penggunaan inhibitor korosi sintetis inilah

yang membuat para peneliti mengembangkan inhibitor korosi yang murah dan

ramah lingkungan yang terbuat dari ekstrak tumbuhan. Selain itu, penggunaan

ekstrak bahan alam sebagai inhibitor korosi dikarenakan sumbernya yang cukup

tersedia, dapat terdegradasi di alam, mudah diekstrak dengan metode yang

sederhana serta biaya operasional yang murah (Akbar, 2019).

Beberapa penelitian telah membuktikan penggunaan ekstrak dari

tanaman yang digunakan sebagai inhibitor korosi diantaranya ekstrak kulit buah

Page 16: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

2

nanas yang mengandung vitamin A, karotenid, flavonoid, tanin, alkaloid, kalsium,

fosfor, magnesium, besi, natrium dan enzim bromelin menunjukkan efisiensi

inhibitor korosi terbesar yaitu pada 25 ppm selama 3 hari sebesar 0,8443%

(Setyowati et al., 2020). Ekstrak daun jambu biji dan daun mangga yang

mengandung senyawa tanin sebagai inhibitor korosi dengan efisiensi inhibisi

sebesar 65% dan 67% dengan konsentrasi inhibitor 50 ppm dalam media korosif

asam fosfat (Utomo et al., 2019). Ekstrak daun pandan (Pandanus amaryllifous

Roxb) yang mengandung senyawa flavonoid, alkaloid, steroid, antarkuinon dan

tanin sebagai inhibitor korosi dengan efisiensi inhibisi sebesar 89,06% dengan

laju korosi 5,15 mm/tahun dalam media korosif H2SO4 (Kayadoe et al., 2015).

Pada penelitian Oktafiani (2019), Ekstrak getah macaranga gigantea mengandung

senyawa metabolit sekunder yaitu fenolik, flavonoid, kuinon, saponin, terpenoid

dan tanin mampu menghambat korosi dengan efisiensi inhibisi korosi maksimum

pada penambahan ekstrak Macaanga gigantea 2,5 g/L sebesar 66,937% pada

suhu 303 K dalam medium asam sulfat. Pada penelitian Sibarani (2020),

penggunaan ekstrak kulit merkubung (Macaranga gigantea) sebagai inhibitor

korosi terhadap baja lunak dalam medium asam sulfat dengan kandungan

senyawa metabolit sekunder salah satunya adalah tanin, mampu menghambat

korosi dengan efisiensi inhibisi korosi sebesar 89,557% pada suhu 60 ºC dalam

konsentrasi ekstrak 2,5 g/L.

Merkubung (Macaranga gigantea) adalah spesies pionir yang tumbuh

cepat di hutan hujan tropis sekunder, dan melimpah di hutan. Merkubung

mempunyai senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, saponin

terpenoid, tanin dan fenolik. Daun dan akar tanaman Macaranga gigantea

digunakan sebagai obat tradisional seperti sariawan (Hidayat et al., 2019), diare

dan infeksi yang diakibatkan oleh bakteri (Amirta et al., 2017), obat demam dan

obat luka (Albayudi dan Saleh, 2020). Menurut Oktafiani (2019), getah

merkubung (Macaranga gigantea) memiliki seyawa metabolit sekunder yaitu

fenolik, flavonoid, kuinon, saponin, terpenoid dan tanin. Salah satu senyawa yang

terkandung dalam getah merkubung (Macaranga gigantea) yaitu tanin yang

merupakan senyawa polifenol. Gugus fungsi OH memungkinkan tanin untuk

membentuk kompleks dengan logam sehingga dapat dikatakan tanin merupakan

senyawa organik yang berpotensi tinggi sebagai inhibitor korosi (Pramudita et al.,

2018). Dengan hal tersebut maka getah merkubung (Macaranga gigantea)

kemungkinan dapat dijadikan sebagai inhibitor korosi pada baja, sehingga perlu

dilakukan penelitian untuk mengetahui efisiensi inhibisi dari ekstrak getah

merkubung (Macaranga gigantea) sebagai inhibitor korosi pada baja.

Pemanfaatan efek sinergetik adalah cara yang aman dan efektif untuk

Page 17: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

3

meningkatkan penghambatan efisiensi inhibitor korosi. Mekanisme utama dalam

sistem sinergetik adalah interaksi antara dua molekul (Ahangar et al., 2020).

Sistem sinergetik didasarkan pada inhibitor organik dan kation logam dapat

memberikan perlindungan yang cukup untuk logam terhadap korosi dalam

lingkungan asam.

Pemanfaatan efek sinergetik untuk mencegah korosi juga telah

dilaporkan oleh Ramdhah, (2019) yaitu surfaktan natrium dodesil sulfat (NDS)

yang ditambah dengan ekstrak daun senduduk (Melastoma malabathricum L.)

(EDS) mampu memberikan efek sinergis yang baik, dengan membentuk lapisan

tipis untuk melindungi baja lunak dari korosi. Zhang et al., (2015) juga

melaporkan bahwa polyamidoamine dendrimers yang ditambah dengan natrium

silikat menunjukkan efek sinergis yang tidak hanya memperlambat pelarutan

logam dan proses katodik, tetapi juga membentuk lapisan penghalang pada

permukaan baja. Efisiensi penghambatan korosi mencapai 97,32%. Namun efek

sinergetik dari ekstrak getah merkubung (Macaranga gigantea) ditambah dengan

ion Cu2+ terhadap inhibisi korosi belum dilaporkan. Diharapkan dengan

penambahan ion Cu2+ dapat meningkatkan efisiensi penghambatan korosi.

Pada penelitian ini ekstrak getah merkubung (Macaranga gigantea)

dengan ion Cu2+ digunakan sebagai inhibitor korosi pada baja lunak dalam

larutan asam sulfat 0,75 M. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode

kehilangan berat.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

Korosi merupakan suatu peristiwa kerusakan atau penurunan kualitas

suatu bahan logam yang disebabkan oleh terjadinya reaksi kimia dengan

lingkungan seperti udara lembab, asam, dan air laut. Oleh karena itu diperlukan

suatu inhibitor yang ramah lingkungan untuk menginhibisi korosi baja. Ekstrak

getah merkubung (Macaranga gigantea) mengandung senyawa metabolit

sekunder yang dapat berinteraksi dengan Fe pada permukaan baja. Agar

peningkatan efisiensi inhibisi korosi lebih meningkat dengan menambahkan ion

Cu2+. Adapun rumusan masalah dari penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana pengaruh campuran ekstrak getah merkubung (macaranga

gigantea) dengan ion Cu2+ terhadap efisiensi inhibitor korosi dan efek

sinergetik?

2. Bagaimana karakterisasi permukaan baja lunak dalam larutan H2SO4 oleh

campuran ekstrak getah merkubung (macaranga gigantea) dengan ion Cu2+

terhadap efisiensi inhibitor korosi dan efek sinergetik?

Page 18: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

4

3. Bagaimana parameter termodinamika campuran ekstrak getah merkubung

(macaranga gigantea) dengan ion Cu2+ terhadap efisiensi inhibitor korosi dan

efek sinergetik?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Mengetahui pengaruh campuran ekstrak getah merkubung (macaranga

gigantea) dengan ion Cu2+ terhadap efisiensi inhibitor korosi dan efek

sinergetik.

2. Mengetahui karakterisasi permukaan baja lunak dalam larutan H2SO4 oleh

campuran ekstrak getah merkubung (macaranga gigantea) dengan ion Cu2+

terhadap efisiensi inhibitor korosi dan efek sinergetik.

3. Mengetahui parameter termodinamika campuran ekstrak getah merkubung

(macaranga gigantea) dengan ion Cu2+ terhadap efisiensi inhibitor korosi dan

efek sinergetik.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu :

1. Memberikan informasi tentang efek sinergetik dari campuran ekstrak getah

merkubung (macaranga gigantea) dengan ion Cu2+ sebagai inhibitor korosi

terhadap korosi dan efek sinergetik.

2. Mendapatkan sumber inhibitor korosi yang baru dan dapat dikembangkan

dari tanaman lokal Provinsi Jambi.

Page 19: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Baja

Baja merupakan jenis logam paduan dengan besi (Fe) sebagai unsur dasar

dan karbon (C) sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan unsur karbon pada

baja berkisar antara 0,2% hingga 2,1% berat sesuai dengan grade. Selain itu

unsur-unsur lain yang terdapat pada baja antara lain seperti sulfur (S), fosfor (P),

silicon (Si), Mangan (Mn), dan beberapa unsur lainnya seperti nikel, krom,

molybdenum, boron, titanium, vanadium, dan niobium untuk membedakan

karakteristik antara jenis baja. Penambahan karbon pada baja berfungsi sebagai

unsur pengeras dengan mencegah dislokasi bergeser pada kisi Kristal dari atom

penyun besi yang dapat menyebabkan struktur Kristal dari besi murni tidak

memiliki resistensi antar atom dan akan saling melewati satu sama lain dan baja

akan menjadi lembek (Suarsana, 2017).

Gambar 1. Baja (Suarsana, 2017)

Menurut Suarsana (2017), mengatakan bahwa klasifikasi baja menurut

komposisi kimia yaitu sebagai berikut:

1. Baja Karbon Rendah (Low carbon steel) Baja karbon rendah dengan kadar

karbon 0,05%-0,3%. Sifatnya mudah ditempa dan mudah dimesin. Biasanya

digunakan untuk bodi mobil, bus dan lain-lain.

2. Baja Karbon Menengah (Medium carbon steel) Baja karbon menengah dengan

kadar karbon 0,3%-0,5%. Kekuatannya lebih tinggi daripada baja karbon

rendah.Sifatnya sulit dibengkokkan, dilas, dan dipotong. Penggunaannya

untuk konstruksi bangunan, bahan pada komponen mesin, golok, pisau dan

lain-lain.

3. Baja Karbon Tinggi (Hight carbon steel) Baja karbon tinggi dengan kadar karbon

0,5%-1,5%. Sifatnya sulit dibengkokkan, dilas dan dipotong. Penggunaannya

seperti pada baja kawat, kabel tarik dan angkat, kikir, pahat, dan gergaji.

2.2 Korosi

Korosi atau pengkaratan merupakan fenomena kimia pada bahan-bahan

logam dimana terjadi reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang

Page 20: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

6

Kontak langsung dengan lingkungan berair dan oksigen. Contoh yang paling

umum terjadi adalah kerusakan logam besi dengan terbentuknya karat oksida.

Dengan demikian, korosi menimbulkan banyak kerugian. Korosi logam

melibatkan proses anodik (oksidasi logam menjadi ion dengan melepaskan

elektron ke dalam (permukaan logam) dan proses katodik (menggunakn elektron

tersebut dengan laju yang sama). Proses katodik biasanya merupakan reduksi ion

hidrogen atau oksigen dari lingkungan sekitarnya (Gapsari, 2017).

Gambar 2. Korosi (Gapsari, 2017)

Korosi dapat digolongkan berdasarkan jenis reaksinya, yaitu sebagai

korosi kimia (chemical corrosion) dan korosi elektrokimia (electrochemical

corrosion). Korosi kimia (chemical corrosion) dapat terjadi secara murni tanpa

adanya cairan elektrolit, yang biasanya terjadi pada temperatur yang relatif tinggi

atau dalam lingkungan yang kering. Korosi jenis ini sering disebut dengan proses

oksidasi bila logam bereaksi dengan oksigen, sulfidasi bila bereaksi dengan

sulfida dan carburasi jika bereaksi dengan gas karbon monoksida. Sebaliknya

korosi elektrokimia (electrochemical corrosion) biasanya terjadi di lingkungan yang

basah, pada temperatur yang relatif rendah, dengan berbagai bentuk korosi yang

berbeda, mengikuti mekanisme elektrokimia yaitu terjadinya reaksi oksidasi

(reaksi anodik) dan reaksi reduksi (reaksi katodik) (Gapsari, 2017).

Secara umum mekanisme korosi yang terjadi di dalam suatu larutan

berawal dari logam yang teroksidasi di dalam larutan yang akan melepaskan

elektron untuk membentuk ion logam yang bermuatan positif. Kemudian larutan

akan bertindak sebagai katoda dengan reaksi yang umum terjadi adalah

pelepasan H2 dan reduksi O2, akibat H+ dan H2O yang tereduksi. Reaksi ini terjadi

di permukaan logam yang akan menyebabkan pengelupasan akibat pelarutan

logam ke dalam larutan secara berulang-ulang (Alfin, 2011). Secara

termodinamis, proses korosi merupakan kecenderungan normal suatu logam

untuk kembali pada kondisi alaminya atau natural state, atau ke bentuk yang

lebih stabil. Pada temperatur yang rendah dan basah, korosi terjadi dengan

mekanisme reaksi elektrokimia yang membentuk suatu reaksi oksidasi dan reaksi

reduksi. Reaksi elektrokimia dapat didefinisikan sebagai reaksi kimia yang

Page 21: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

7

melibatkan perpindahan antara elektron dari anoda (-) ke katoda (+) dalam suatu

larutan elektrolit.

Anode : Fe → Fe2+ + 2e-

Katode : O2 + 4H+ + 4e- → 2H2O

2.3 Inhibitor Korosi

Secara umum inhibitor korosi merupakan suatu zat kimia yang bila

ditambahkan ke dalam suatu lingkungan dapat menurunkan laju serangan

korosi terhadap suatu logam (Mulyati, 2020). Amburika dan Sutoyo (2019),

menjelaskan sejumlah inhibitor menghambat korosi melalui cara modifikasi

polarisasi katodik dan anodik, mengurangi pergerakan ion ke permukaan logam,

menambah hambatan listrik pada permukaan logam dan menangkap atau

menjebak zat korosif dalam larutan melalui pembentukan senyawa tidak agresif.

Inhibitor korosi menurut bahan dasarnya, dapat dibagi menjadi dua, yaitu

inhibitor dari senyawa organik dan dari senyawa anorganik. Inhibitor organik

pada umumnya berasal dari ekstrak bahan alami yang mengandung atom N, O,

P, S dan atom-atom yang mempunyai pasangan elektron bebas. Inhibitor

anorganik yang saat ini biasa digunakan adalah sodium nitrit, kromat, fosfat, dan

garam seng (Gu et al., 2015).

Berdasarkan fungsinya, terdapat beberapa macam inhibitor (Irwan, 2019)

yaitu:

1. Inhibitor Katodik

Inhibitor katodik dapat memperlambat reaksi katodik suatu logam dan

membentuk presipitat di wilayah katoda yang dapat meningkatkan impedansi

permukaan sekaligus membatasi difusi pereduksi untuk melindungi logam

tersebut.

2. Inhibitor Anodik

Inhibitor anodik dapat memperlambat reaksi elektrokimia di anoda

melalui pembentukan lapisan pasif pada bagian permukaan suatu logam tersebut

sehingga logam tersebut dapat terlindungi dari korosi.

3. Inhibitor Presipitasi

Inhibitor presipitasi dapat membentuk presipitat di seluruh permukaan

logam yang berperan sebagai lapisan pelindung untuk menghambat reaksi anodik

dan katodik logam tersebut secara tidak langsung. Contohnya adalah silikat dan

fosfat.

Mekanisme kerja inhibitor adalah dengan pembentukan lapisan tipis pada

permukaan dengan ketebalan beberapa molekul inhibitor pada permukaan.

Melalui pengaruh lingkungan atau pH dari lingkungan menyebabkan inhibitor

mengendap pada permukaan logam, dan teradsorpsi, sehingga membentuk

Page 22: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

8

lapisan yang melindungi dari serangan korosi. Inhibitor mengalami proses

adsorpsi sehingga membentuk suatu lapisan pasif pada permukaan logam dan

penghilangan konstituen yang agresif dari lingkungannya (Irwan et al., 2019).

Efisiensi dari inhibitor organik tergantung pada struktur kimia, ukuran

molekul organik, ikatan rangkap terkonjugasi, panjangnya rantai karbon, tipe

dan nomor ikatan tiap atom, jenis gugus yang dimiliki, kekuatan membentuk

ikatan dengan permukaan logam, kemampuan lapisan penghalang membentuk

crosslinked, dan jenis larutan elektrolitnya. Interaksi antara tanin dengan baja

dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Mekanisme Inhibisi Korosi oleh Tanin di Permukaan Baja.

Gambar 3 menunjukkan bahwa senyawa tanin memiliki gugus fungsi O-

H, C=O, C=C. Interaksi yang terjadi yaitu interaksi donor akseptor antara

pasangan elektron bebas yang terdapat pada atom oksigen dengan orbital logam

d yang kosong pada tingkat energi yang rendah. Selain itu, tanin dapat

teradsorpsi di permukaan logam melalui interaksi donor akseptor elektron pada

cincin aromatik dan ikatan rangkap dapat berinteraksi dengan orbital kosong d

pada logam (Sibarani, 2020).

2.4 Tanaman Merkubung (Macaranga gigantea)

Macaranga merupakan salah satu genus yang besar dari famili

Euphorbiaceae yang terdiri dari sekitar 300 spesies yang ditemukan diberbagai

Negara seperti Afrika, Madagaskar, Asia, pantai timur Australia, pulau-pulau

Pasifik termasuk Indonesia. Tanaman Macaranga umumnya berbentuk semak

atau pepohonan, dan biasa tumbuh ditempat yang banyak mendapat sinar

matahari (Sulaiman et al., 2019). Macaranga gigantea adalah spesies pionir yang

tumbuh cepat di hutan hujan tropis sekunder, dan melimpah di hutan. Dikenal

dengan nama Merkubung, Tutup Gede, Kayu Kecubung, Simbar Kubang,

Sangkubang, Serkubung, Mawenang, Mahawenang, Kagurangen, Same dan Tula-

tula. Selain itu Macaranga gigantea merupakan spesies indikator penting dari

Page 23: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

9

pohon di hutan sekunder muda dan sekunder tua (Amirta et al., 2017).

Macaranga gigantea juga tersebar di wilayah Malaysia, Brunei

Darussalam dan Thailand. Di Indonesia tanaman ini banyak tersebar di pulau

Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Merkubung (Macaranga gigantea) dapat

tumbuh di lahan gambut dan lahan yang mengandung mineral (Sulaiman et al.,

2019). Bagian-bagian dari tanaman macaranga gigantea dapat dilihat pada

gambar 4.

(a) Daun Macaranga gigantea (c) Daun Macaranga gigantea

(b) Buah macaranga gigantea (d) Getah macaranga gigantea

Gambar 4. Tanaman Macaranga gigantea dan bagian-bagiannya (Amirta et al.,

2017).

Pada gambar 4 menunjukkan tanaman Macaranga gigantea beserta

bagian-bagiannya. (a) Pohon macaranga gigantea tingginya mencapai 30 m, (b)

Buah macaranga gigantea berbentuk kapsul, halus, bertanduk, berduri panjang

dan sering di lapisi sejenis lilin menguning, Biji berwarna hitam dan kadang

bersalut merah (c) Daun macaranga gigantea merupakan daun tunggal berlekuk

menjari dan berukuran besar, (d) Getah macaranga gigantea berwarna merah,

Permukaan batang mulus dan berlentisel. Kulit batang bila dikupas akan

memanjang seperti serat (Wibisono dan Azham, 2017). Berdasarkan sistem

taksonomi, merkubung diklasifikasikan sebagai berikut (Sulaiman et al., 2019).

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Euphorbiales

Page 24: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

10

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Macaranga

Spesies : Macaranga gigantea

Menurut penelitian (Rosawanti et al., 2018) tumbuhan sengkubung atau

mahang damar memiliki senyawa alkaloid, streoid dan flavanoid. Tumbuhan ini

bersifat sebagai anti-oksidan, antikanker, anti-diabetik, antiseptik dan

antiinflamasi yang berkhasiat sebagai obat diare dan disentri dengan cara direbus

dan diminum airnya.

2.5 Kandungan Senyawa Kimia Tanaman Macaranga gigantea

Kandungan senyawa metabolit sekunder pada ekstrak daun Macaranga

gigantea dengan fraksi metanol mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin

dan steroid. Pada fraksi etil asetat mengandung senyawa alkaloid, flavonoid dan

steroid. Sedangkan pada fraksi etanol mengandung senyawa alkaloid, flavonoid,

tanin dan steroid dengan senyawa yang dikandung pada daun Macaranga

gigantea yang dominan yaitu flavonoid dan alkaloid mampu memberikan aktivitas

antimalaria (Muhaimin et al., 2018). Hasil uji skrining fitokimia pada ekstrak

etanol kulit batang macaranga gigantea mengandung senyawa metabolit

sekunder seperti alkaloid, flavonoid, saponin, terpenoid, tanin dan fenolik yang

mampu menghambat pertumbuhan bakteri E. faecalis (Hidayat et al., 2019).

Berdasarkan penelitian Oktafiani (2019), hasil uji fitokimia ekstrak getah

merkubung (Macaranga gigantea) dapat di lihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Getah Macaranga gigantea

Metabolit Sekunder Pereaksi Hasil

Alkaloid Mayer/Dragendorff -/-

Fenolik FeCl3 1% +

Flavonoid Mg, HCl, dan Etanol +

Kuinon NaOH 1 N + Saponin Akuades +

Steroid Burchard -

Tanin FeCl3 1% +

Terpenoid Burchard +

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa ekstrak getah merkubung

(Macaranga gigantea) mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu fenolik,

flavonoid, kuinon, saponin, tanin dan terpenoid. Sedangkan untuk senyawa

alkaloid dan steroid menunjukkan hasil yang negatif.

2.6 Tanin

Tanin dinamakan juga asam tanat dan asam galotanat, ada yang tidak

berwarna tetapi ada juga yang berwarna kuning atau coklat. Tanin merupakan

senyawa fenol yang memiliki berat molekul besar yang terdiri dari gugus hidroksi

Page 25: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

11

(-OH) dan beberapa gugus yang bersangkutan seperti karboksil untuk

membentuk kompleks kuat yang efektif dengan protein dan beberapa

makromolekul. Tanin terdiri dari dua jenis yaitu tanin terkondensasi dan tanin

terhidrolisis. Tanin terkondensasi terjadi karena reaksi polimerisasi antar

flavonoid, sedangkan tanin terhidrolisis terbentuk dari reaksi esterifikasi asam

fenolat dan gula (glukosa). Struktur tanin dapat dilihat pada gambar 5

(Hidjrawan, 2018):

Gambar 5. Struktur Tanin (Hidjrawan, 2018)

Tanin mudah teroksidasi, maka bergantung pada banyaknya zat itu

terkena air panas atau udara, dengan mudah dapat menjadi sama tanat. Asam

tanat sebagai salah satu contoh tanin terhidrolisis. Asam tanat merupakan

polimer asam galat dan glukosa yang berupa serbuk amorf, berkilau, berwarna

kuning putih sampai coklat terang dan berbau khas. Asam tanat berkhasiat

untuk mengobati penyakit diare, selain itu juga berfungsi untuk membekukan

protein (Hidjrawan, 2018).

Mekanisme inhibisi korosi oleh senyawa kompleks Fe-tanat dapat terlihat

pada Gambar 6. Asam tanat dapat mempercepat proses korosi dengan

menurunkan pH dan membentuk kompleks dengan besi yang menempel di

permukaan. Adapun pelarutan besi karbon anodik, oksidasi terjadi dari Fe

menjadi Fe2+ pada awalnya terlibat. Kemudian, oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ oleh

oksigen. Fe3+ direduksi menjadi ion Fe2+ melalui kontak dengan logam besi di pori-

pori sehingga muncul perubahan warna (Rochmat et al., 2017).

Gambar 6. Rancangan mekanisme terjadinya inhibisi korosi (Rochmat et al.,

2019)

Page 26: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

12

Asam tanat bekerja pada ion besi yang tersedia dalam tiga cara. Pertama,

tanin dapat membentuk senyawa komplek dengan ion Fe2+ menjadi ferro-tanat,

yang mudah teroksidasi menjadi ferri-tannat jika ada kehadiran oksigen. Kedua,

tanin dapat bereaksi langsung dengan ion Fe3+ membentuk feri tannat. Ketiga,

karena kemampuan sifat reduksi dari tanin, Fe2O3 dapat direduksi menjadi ion

ion Fe2+. Ferro-tanat dapat secara langsung direduksi menjadi ferri-tanat ketika

kontak dengan O2 dan air (Xu et al., 2019).

2.7 Tembaga (II) Pentahidrat (CuSO4.5H2O)

Tembaga (II) sulfat juga dikenal dengan cupri sulfat, adalah sebuah

senyawa kimia dengan rumus molekul CuSO4. Senyawa garam ini eksis di bumi

dengan kederajatan hidrasi yang berbeda-beda. Bentuk anhidratnya berbentuk

bubuk hijau pucat atau abu-abu putih. Sedangkan bentuk pentahidratnya

(CuSO4·5H2O), berwarna biru terang. Tembaga (II) sulfat diproduksi dalam skala

besar dengan cara mencampurkan logam tembaga dengan asam sulfat panas

atau oksidanya dengan asam sulfat. Untuk penggunaan di laboratorium, tembaga

(II) sulfat biasanya dibeli (tidak dibuat manual). Bentuk anhidratnya ditemukan

dalam bentuk mineral langka yang disebut kalkosianit. Tembaga sulfat terhidrasi

eksis di alam dalam bentuk kalkantit (pentahidrat) dan 2 mineral lain yang lebih

langka: bonatit (trihidrat) dan bootit (heptahidrat) (Fitrony et al., 2013). Gambar

tembaga (II) pentahidrat dapat dilihat pada gambar 7:

Gambar 7. CuSO4.5H2O (Fitrony et al., 2013)

Tembaga (II) sulfat pentahidrat akan terdekomposisi sebelum mencair

pada 150 °C, akan kehilangan dua molekul airnya pada suhu 63 °C, diikuti 2

molekul lagi pada suhu 109 °C dan molekul air terakhir pada suhu 200 °C. Proses

dehidrasi melalui dekomposisi separuh tembaga tetra aqua (2+), 2 gugus aqua

yang berlawanan akan terlepas untuk menghasilkan separuh tembaga diaqua

(2+). Tahap dehidrasi kedua dimulai ketika 2 gugus aqua terakhir terlepas.

Dehidrasi sempurna terjadi ketika molekul air yang tidak terikat terlepas. Pada

suhu 650 °C, tembaga (II) sulfat akan terdekomposisi menjadi tembaga (II)

Page 27: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

13

oksida (CuO) dan belerang trioksida (SO3). Warna tembaga (II) sulfat yang

berwarna biru berasal dari hidrasi air. Ketika tembaga (II) sulfat dipanaskan

dengan api, maka kristalnya akan terdehidrasi dan berubah warna menjadi hijau

abu-abu (Chang, 2013).

Tembaga merupakan konduktor yang sangat baik, sehingga bisa

digunakan untuk kawat listrik dan baik digunakan sebagai substrat pada

pelapisan logam atau pembuatan logam paduan. Tembaga bersifat elektropositif

(mulia), sehingga tembaga mudah di endapkan oleh logam yang deret gaya

listriknya lebih tinggi seperti besi atau seng. Logam Cu tidak mudah teroksidasi

dan mempunyai potensial reduksi yang cukup tinggi yaitu 0,30 V sehingga

diperkirakan logam Cu dapat bertindak sebagai penjebak elektron (Kurniasih et

al., 2018). Tembaga dapat berinteraksi dengan senyawa tanin sebagai inhibitor

korosi dengan melalui mekanisme pada gambar 8:

Gambar 8. Reaksi Pelekatan Tanin pada Tembaga (Sanjaya et al.,

2019)

Gambar 8 menunjukkan ketika tanin bereaksi dengan ion Cu2+, maka

tanin akan membentuk senyawa kelat berupa Copper-tannates. Copper-tannates

ini akan membentuk lapisan film tipis yang melapisi permukaan tembaga. Adanya

lapisan film ini maka akan mengurangi kontak antara permukaan logam dengan

oksigen sehingga dapat menghambat proses oksidasi. Proses pembentukan kelat

adalah proses dimana senyawa organik tanin yang mengikat ion metal Cu2+ dan

terjadi konfigurasi membentuk senyawa kompleks melalui gugus oxygen active

centre membentuk senyawa Copper-tannate (Sanjaya et al., 2019).

2.8 Metode Pengukuran

Metode kehilangan berat adalah perhitungan laju korosi dengan

mengukur kekurangan berat akibat korosi yang terjadi. Metode ini menggunakan

jangka waktu penelitian hingga mendapatkan jumlah kehilangan berat akibat

korosi yang terjadi. Untuk mendapatkan jumlah kehilangan berat akibat korosi

digunakan rumus sebagai berikut (Mubarak et al., 2020):

ΔW= W0-W1 (1)

Keterangan:

ΔW= Selisih berat (gram)

W0= Berat sebelum di uji (gram)

Page 28: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

14

W1= Berat setelah di uji (gram)

Data kehilangan berat dapat digunakan untuk menghitung laju korosi dan

efisiensi inhibisi (Yetri et al., 2015). Laju korosi baja dapat ditentukan dengan

persamaan:

CR = m1-m2

A x t (2)

Keterangan:

CR = Laju korosi (mg/cm2 jam)

m2= Berat akhir baja (mg)

m1 = Berat awal baja (mg)

A = Luas permukaan baja (cm2)

t = Waktu perendaman baja (jam)

Persentase efisiensi inhibisi pada korosi baja di dapatkan dengan menggunakan

persamaan berikut (Hassan et al., 2016):

%EI = CR1-CR2

CR1 x 100% (3)

Keterangan:

EI = Efisiensi inhibisi

CR1 = Laju korosi tanpa penambahan inhibitor (mg/cm2jam)

CR2 = Laju korosi dengan penambahan inhibitor (mg/cm2jam)

Parameter Efek Sinergetik pada korosi baja didapatkan dengan menggunakan

persamaan berikut (Mobin et al., 2017):

S = 1 - I1 + I2

1 – I’1+2

(4)

Keterangan

S = Parameter sinergis

I1 = Efisiensi inhibisi getah Merkubung (%)

I2 = Efisiensi inhibisi Cu2+ (%)

I’1+2= Efisiensi inhibisi Cu2+ + getah merkubung (%)

2.9 Isoterm Adsorpsi

Penentuan isotherm adsorpsi dapat memberikan informasi tentang

interaksi inhibitor pada permukaan baja dapat dipelajari dengan isoterm adsorpsi

menggunakan persamaan Langmuir, Freundlich. Persamaan isoterm adsorpsi

Langmuir, Freundlich seperti pada persamaan (5) dan (6).

Langmuir: c

θ =

1

Kads + C (5)

Freundlich: log ϴ = log Kads + 1

n log C (6)

C adalah konsentrasi inhibitor, θ adalah derajat penutupan permukaan,

dan Kads adalah konstanta kesetimbangan adsorpsi (Untari et al., 2020).

Page 29: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

15

Inhibisi korosi disebabkan oleh lapisan inhibitor yang menutupi

permukaan logam. Derajat penutupan permukaan (ϴ) dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan 7 (Fiori-Bimbi et al., 2015)

θ = Cr(blank)-Cr(inhibitor)

Cr(blank) (7)

Keterangan : θ = derajat penutupan permukaan

Cr (blank) = laju korosi baja tanpa inhibitor (mg/cm2.jam)

Cr (inhibitor) = laju korosi baja dengan inhibitor (mg/cm2.jam)

Nilai energi bebas adsorpsi standar (∆Gads°) dapat dihitung dari hubungan

Kads dengan suhu, menggunakan persamaan sebagai berikut:

∆Gºads= -RT ln (55.5 Kads) (8)

Dimana 55,5 adalah konsentrasi molar air, dimana R adalah konstanta

gas, T adalah suhu mutlak dan ∆Gads° adalah energi bebas adsorpsi standar (kJ/

mol). Nilai negatif dari ∆G°ads menunjukkan spontanitas dan stabilitas lapisan

adsorpsi inhibitor terhadap permukaan baja (Pramudita et al., 2019). Nilai ΔGºads

kurang dari -20 kJ/mol terkait dengan adsorpsi fisika, jika lebih dari -40 kJ/mol

atau lebih negatif diketahui berhubungan dengan adsorpsi kimia dan nilai

diantara keduanya menunjukkan kombinasi antara adsorpsi fisika dan kimia

(Zakiyeh et al., 2019).

ΔGºads = ΔHºads - TΔSºads (9)

Nilai ∆H dan ΔS diperoleh dari persamaan garis lurus T dengan ΔGºads

(Fiori-Bimbi et al., 2015). Nilai ΔH positif menunjukkan adsorpsi endoterm

dengan ∆H>0 menunjukkan adsorpsi kimia, sedangkan nilai ΔH negatif

menunjukkan adsorpsi eksoterm dengan ∆H<0 melibatkan proses fisisorpsi

atau kemisorpsi atau campuran keduanya (Zakaria et al., 2016).

ΔSºads menunjukkan derajat ketidakteraturan, semakin negatif nilai

entropi standar adsorpsi maka molekul-molekul semakin teratur diadsorpsi di

permukaan baja, sedangkan semakin positif menunjukkan derajat

ketidakteraturan pada proses adsorpsi (Yeni et al., 2020 dan Emriadi et al., 2016)

2.10 Analisis Scanning Electron Microscopy (SEM)

Scanning Electron Microskopy (SEM) merupakan mikroskop yang banyak

digunakan dalam ilmu pengetahuan material. SEM banyak digunakan karena

memiliki kombinasi yang unik, mulai dari persiapan spesimen yang simpel dan

mudah, kapabilitas tampilan yang bagus serta fleksibel. SEM adalah mikroskop

elektron yang mampu mengamati objek secara tiga dimensi. SEM digunakan pada

sampel yang tebal dan memungkinkan untuk analisis permukaan. Pancaran

berkas yang jatuh pada sampel akan dipantulkan dan difraksikan. Adanya

elektron yang terdifraksikan dapat di amati dalam bentuk pola-pola difraksi. Pola-

Page 30: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

16

pola difraksi yang tampak sangat bergantung pada bentuk dan ukuran sel satuan

dari sampel. SEM juga dapat digunakan untuk menyimpulkan data-data

kristalografi, sehingga hal ini dapat dikembangkan untuk menentukan elemen

atau senyawa (Setianingsih, 2017).

Prinsip kerja SEM dapat diihat pada gambar 9. Dua sinar elekron

digunakan secara simultan. Satu strike specimen digunakan untuk menguji dan

strike yang lain adalah Cathode Ray Tube (CRT) memberikan tampilan yang dapat

dilihat oleh operator. Akibat tumbukan pada specimen dihasilkan satu jenis

elektron dan emisi foton. Sinyal yang terpilih dikoleksi, di deteksi dan dikuatkan

untuk memodulasi tingkat keterangan dari sinar elektron yang kedua, maka

sejumlah besar sinar akan menghasilkan bintik gelap. SEM menggunakan prinsip

scanning, maksudnya berkas elektron diarahkan dari titik ke titik pada objek.

Gerakan berkas elektron dari satu titik ke titik lain pada suatu daerah objek

menyerupai gerakan membaca. Gerakan membaca ini disebut scanning.

Kelebihan SEM yaitu jangkauan kedalaman tinggi, perbesaran hingga 1.000.000

X dengan resolusi 1 nm, dan SEM tidak hanya mengidentifikasi topologi

permukaan, namun juga mampu mengidentifikasi struktur kristal, komposisi

kimia, dan sifat elektris material (Wibisono, 2017).

Gambar 9. Skema SEM (Setianingsih, 2017)

Komponen utama SEM terdiri dari unit, yaitu elektron colomn dan display

consule. Elektron colomn merupakan model elektron beam scanning, sedangkan

display consule merupakan elektron sekunder yang didalamnya terdapat CRT.

Pancaran elektron energi tinggi dihasilkan oleh elektron gun yang kedua tipe

Page 31: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

17

berdasar pada pemanfaatan arus. Yang pertama pistol termionik dimana

pancaran elektron tercapai dengan pemanasan tungsten atau filament katode

pada suhu 1500 K sampai 3000 K. Katode adalah kutub negatif yang dibutuhkan

untuk mempercepat tegangan E0 kali elektron volt. Piston termionik sangat luas

penggunaannya karena relatif aman untuk digunakan dalam tabung vakum 10-9

Torr, atau lebih kecil dari pada itu. Sumber alternatif lain dari piston field

emission dimana ujung kawat wolfram yang tajam dihubungkan tertutup dengan

anode ekstraksi dan ditetapkan potensional sampai beberapa ribu volt. Elektron

yang keluar dari kawat wolfram tidak membutuhkan pemanasan yang dapat

dilakukan pada suhu kamar, menuju tabung vakum yang dipercepat seperti pada

piston termionik kearah anode (Harijati et al., 2017).

2.11 Analisis Faurier Transform Infra Red (FTIR)

Spektroskopi Faurier Transform Infra Red (FTIR) merupakan spektroskopi

inframerah yang dilengkapi dengan transformasi faurier untuk deteksi analisis

hasil spektrum dari penyerapan atau emisi zat padat, cair, atau gas. Prinsip kerja

FTIR adalah untuk mengidentifikasi senyawa, mendeteksi gugus fungsi, dan

menganalisis campuran dan sampel yang dianalisis. Hal utama yang menjadi

prinsip kerja FTIR adalah interaksi antara materi dan energi. Ketika FTIR

digunakan, inframerah akan melewati celah ke sampel. Celah ini berfungsi

sebagai pengontrol jumlah energi yang akan diberikan kepada sampel. Sampel

kemudian menyerap beberapa inframerah yang masuk, sedangkan inframerah

lain yang tidak terserap akan dipindah melalui permukaan sampel. Tujuannya

agar sinar inframerah tersebut bisa lolos hingga ke detektor. Sinyal yang terukur

lalu dikirim ke komputer untuk kemudian direkam (Nazar, 2018).

Inti spektroskopi FTIR adalah Interferometer Michelson yaitu alat untuk

menganalisis frekuensi dalam sinyal gabungan. Spektrum inframerah tersebut

dihasilkan dari pentrasmisian cahaya yang melewati sampel, pengukuran

intensitas cahaya dengan detektor dan dibandingkan dengan intensitas tanpa

sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrum inframerah yang diperoleh

kemudian di plot sebagai intensitas fungsi energi, panjang gelombang (µm) atau

bilangan gelombang. Komponen dasar spektrofotometer FTIR yaitu, sumber sinar,

interferometer, sampel, detektor, penguat (amplifier), pengubah analog ke digital,

dan komputer (Rohman, 2018). Skema alat spektroskopi FTIR ditunjukkan pada

gambar 10:

Page 32: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

18

Gambar 10. Skema alat spektroskopis FTIR (Rohman, 2018).

Berdasarkan gambar 10, mekanisme yang terjadi pada FTIR yaitu sinar

datang dari sumber sinar yang kemudian diteruskan, lalu dipecah oleh pemecah

sinar menjadi dua bagian yang saling tegak lurus. Sinar ini kemudian dipatulkan

oleh dua cermin yaitu cermin diam dan cermin bergerak. Kemudian sinar hasil

pantulan dari kedua cermin tersebut akan dipantulkan kembali menuju pemecah

sinar untuk saling berinteraksi. Dari pemecah sinar, sebagian sinar akan di

arahkan menuju cuplikan dan sebagian menuju sumber. Gerakan cermin yang

maju mundur akan menyebabkan sinar pada detector berfluktuasi. Sinar akan

saling menguatkan ketika kedua cermin memiliki jarak yang berbeda fluktuasi

sinar sampai pada detektor ini akan menghasilkan sinyal pada detector yang

terdapat pada interferometer (Wandri et al., 2020).

Keuntungan utama spektrofotometer FTIR adalah alat ini menawarkan

sensitivitas tinggi, waktu analisis cepat, akuarasi dan reprodusibilitas frekuensi

sangat baik, dapat dimanipulasi untuk menghasilkan data yang dapat diterima,

serta dilengkapi dengan perangkat lunak kemometrika yang memungkinkannya

sebagai alat yang canggih untuk analisis kualitatif dan kuantitatif (Sudjadi dan

Rohman, 2018).

Page 33: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

19

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Tugas Akhir Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Jambi dilaksanakan pada Januari hingga Mei 2021.

3.2 Bahan dan Peralatan

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah amplas besi 120

grade, gerinda, bor listrik, neraca analitik, jangka sorong, tusuk gigi, benang

nilon, gunting, tissue, termometer, peralatan gelas beaker, gelas ukur, pipet tetes,

pipet volumetrik, sudip, aluminuim foil, batang pengaduk, hot plate, labu ukur,

corong, pingset, desikator, waterbath, Scanning Electron Microscopy (SEM), dan

Fourier Transform Infra Red (FTIR).

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah baja lunak, getah

merkubung (Macaranga gigantea), asam sulfat 18 M, CuSO4.5H2O, asam borak

(H3BO3), akuades dan aseton.

3.3 Metode Penelitian

Pembuatan Larutan Encer Asam Sulfat Pekat menjadi 0,75 M

Asam sulfat pekat diambil 41,6 mL kemudian diencerkan dalam labu ukur

1000 mL menggunakan akuades sampai tanda batas sehingga diperoleh asam

sulfat 0,75 M (Gusti et al., 2017).

Pembuatan Larutan Ion Cu2+ dengan Berbagai Konsentrasi

CuSO4.5H2O ditimbang sebanyak 12,5 gr dan 15 gr H3BO3. Kemudian

kedua zat ini di encerkan dalam lau ukur 1000 mL dengan menggunakan larutan

H2SO4 0,75 M, sehingga diperoleh larutan Cu2+ dengan konsentrasi 0,05 M. Lalu

diencerkan kembali dengan H2SO4 0,75 M dalam labu ukur 500 mL sehingga

diperoleh konsentrasi 0,05 mM; 0,04 mM; 0,03 mM; 0,02 mM dan 0,01 mM

(Tissos et al., 2018).

Pembuatan Larutan Inhibitor Ekstrak getah merkubung (Macaranga

gigantea)

Ditimbang sebanyak 1,25 gr ekstrak pekat getah merkubung (Macaranga

gigantea) menggunakan neraca analitik. Ekstrak kemudian diencerkan dalam

labu ukur 500 mL menggunakan larutan H2SO4 0,75 M sehingga diperoleh

larutan inhibitor dengan konsentrasi 2,5 g/L. Kemudian larutan inhibitor 2,5 g/L

diencerkan kembali sehingga diperoleh konsentrasi 1 g/L.

Pembuatan Persiapan Spesimen Baja

Baja lunak dipotong ±2x1 cm dan dilubangi menggunakan bor dengan

diameter 3 mm. Permukaan baja di haluskan dengan menggunakan amplas besi

Page 34: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

20

grade 120 lalu dicuci menggunakan akuades dan aseton. Kemudian didiamkan

hinga kering selama ±5 menit. Diukur panjang dan tebalnya menggunakan

jangka sorong lalu ditimbang massanya menggunakan neraca analitik dan

hasilnya dinyatakan massa awal (m1) (Gusti et al., 2017).

Perendaman Baja Lunak dalam Larutan Inhibitor Ekstrak Getah Merkubung

(Macaranga gigantea) dengan ion Cu2+.

Baja yang telah disiapkan kemudian diikat dengan tali dan digantung

dalam gelas beaker ukuran 50 mL yang diisi dengan 20 mL larutan ion Cu2+

dengan konsentrasi 0,05 mM, 0,04 mM, 0,03 mM, 0,02 mM dan 0,01 mM dan 20

mL larutan inhibitor ekstrak getah merkubung (Macaranga gigantea) 1 g/L.

Dilakukan variasi suhu perendaman pada 30 °C, 40 °C, 50 °C dan 60°C selama

3 jam menggunakan waterbath. Setelah perendaman selesai, baja diangkat,

dicuci dengan aquades dan aseton, lalu dikeringkan. Setelah kering baja

ditimbang dan diukur tebal baja dengan jangka sorong dan hasil penimbangan

dinyatakan sebagai berat akhir (m2). Data yang diperoleh dapat digunakan untuk

menentukan laju korosi dan efisiensi inhibisi korosi pada baja.

Analisis Fourier Transform Infra Red (FTIR)

Analisis Fourier Transform Infra Red (FTIR) dilakukan di Universitas

Diponegoro (UNDIP). Baja hasil rendaman direndam dalam asam sulfat 0,75 M

pada suhu 30º C selama 24 jam. Selanjutnya dicuci dengan aquades dan aseton

kemudian dikeringkan didalam desikator. Setelah kering digerus permukaan plat

baja hingga menjadi serbuk. Dianalisis dengan FTIR.

Analisis Scanning Electron Microscopy (SEM)

Analisis Spectroscopy Electron Microscopy (SEM) dilakukan di Institut

Teknologi Sepuluh November (ITS). Baja hasil rendaman direndam dalam asam

sulfat 0,75 M pada suhu 30º C selama 24 jam. Selanjutnya dicuci dengan

aquades dan aseton kemudian dikeringkan didalam desikator. Dianalisis dengan

SEM pada perbesaran 1000 kali.

3.4 Analisis Data

Metode Kehilangan Berat

Metode ini didasarkan pada selisih berat awal dan berat akhir dari baja

lunak setelah perlakuan dalam larutan medium korosi dengan dan tanpa

adanya penambahan inhibitor ekstrak getah merkubung. Penentuan laju korosi

dan efisiensi inhibisi korosi pada baja lunak menggunakan persamaan 2 dan

persamaan 3

Analisis Efek Sinergetik

Metode ini digunakan untuk menentukan tingkat sinergisme antara getah

Page 35: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

21

merkubung (Macaranga gigantea) dengan ion Cu2+ terhadap adsorpsi pada

permukaan logam dan penghambatan korosi menggunakan persamaan 4.

Analisis Termodinamika

Penentuan isotherm adsorpsi dapat memberikan informasi tentang

interaksi inhibitor pada permukaan baja lunak menggunakan persamaan 5 dan

6.

Page 36: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakterisasi Ekstrak Getah Merkubung (Macaranga gigantea) dan

Lapisan Permukaan Baja setelah Perendaman dengan Faurier Transform

Infra Red (FTIR).

Analisis Faurier Transform Infra Red FTIR digunakan untuk

mengidentifikasi gugus fungsi tertentu pada senyawa metabolit sekunder dari

ekstrak getah merkubung (Macaranga gigantea) dengan ion Cu2+ yang berperan

sebagai inhibitor korosi. Senyawa yang dapat digunakan sebagai inhibitor korosi

logam memiliki gugus fungsi hidroksil (-OH), karboksil (-COOH), karbonil (=CO),

-CO-, C-H, -C=C-, -C≡C, -C-Cl, amina (-C=N), atau gugus fungsi lain yang

memiliki pasangan elektron bebas, sehingga dapat teradsorpsi ke permukaan

logam (Sirait, 2018). Menurut Oktafiani (2019), ekstrak getah merkubung

(Macaranga gigantea) mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu fenolik,

flavonoid, kuinon, saponin, tanin dan terpenoid. Dimana senyawa-senyawa

tersebut merupakan senyawa heteroatom serta memiliki ikatan rangkap dan

pasangan elektron bebas yang dapat digunakan sebagai inhibitor korosi (Gusti et

al., 2017). Bilangan gelombang inframerah yang digunakan pada peneltiian ini

berkisar antara 4000 sampai 450 cm-1. Spektrum FTIR ekstrak getah merkubung

(Macaranga gigantea) dapat dilihat pada Gambar 11 dan data perbandingan

spektrum FTIR pada Tabel 2.

(a) (b)

Gambar 11. Spektrum FTIR; Ekstrak getah merkubung (Macaranga gigantea) 1 g/L; (b) Campuran Ekstrak getah merkubung (Macaranga gigantea) 1 g/L

dengan ion Cu2+ 0,05 mM.

Gambar 11a menunjukkan adanya gugus O-H pada bilangan gelombang

3213,16 cm-1. Kehadiran C=C (Aromatik) pada bilangan gelombang 1626,27 cm-

1. Kehadiran C-O pada bilangan gelombang 1100,72 cm-1. Kehadiran C-H

(Aromatik dan Alkena) pada bilangan gelombang 788,91 cm-1 dan kehadiran

Page 37: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

23

Vibrasi Si-O dan Al-O pada bilangan gelombang 562,50 cm-1.

Tabel 2. Perbandingan Spektrum FTIR dengan literatur

Spektrum 14a

(cm-1)

Spektrum 14b

(cm-1)

Pustaka

(Pranoto et al.,

2018)

Gugus Fungsi

3213,16 3259,94 3000-3750 O-H

1626,27 1629,79 1500-1675 C=C (Aromatik) 1100,72 1092,42 1080-1300 C-O

788,91 777,04 675-870 C-H (Aromatik dan

Alkena)

562,50 554,54 431-733 Vibrasi Si-O dan Al-O

Gambar 11a memperlihatkan pola kemiripan dengan gambar 11b.

Perubahan pergeseran bilangan gelombang yang ditunjukkan oleh spektrum infra

merah, gugus fungsi O-H dengan bilangan gelombang 3213,16 cm-1 bergeser ke

bilangan gelombang 3259,94 cm-1, gugus fungsi C-C (Aromatik) dengan bilangan

gelombang 1626,27 cm-1 bergeser ke bilangan gelombang 1629,79 cm-1, gugus

fungsi C-O dengan bilangan gelombang 1100,72 cm-1 bergeser ke bilangan

gelombang 1092,42 cm-1, gugus fungsi C-H (Aromatik) dengan bilangan

gelombang 788,91 cm-1 bergeser ke bilangan gelombang 777,04 cm-1 dan vibrasi

Si-O dan Al-O dengan bilangan gelombang 562,50 cm-1 bergeser ke bilangan

554,54 cm-1. Adanya pergeseran bilangan gelombang pada spektrum infra merah

menunjukkan adanya interaksi antara ekstrak yang memiliki gugus fungsi OH,

C=O dan C-O dari OH tunggal dengan Fe2+ pada permukaan baja (Yetri et al.,

2014).

4.2 Karakterisasi Ekstrak Getah Merkubung (Macaranga gigantea) dan

Lapisan Permukaan Baja setelah Perendaman dengan Scanning Electron

Microscopy (SEM)

Analisis Scanning Electron Microscopy (SEM) memberikan informasi

mengenai morfologi permukaan baja. Gambar 12 memperlihatkan morfologi

permukaan baja lunak sebelum perlakuan (blanko), setelah perendaman dalam

H2SO4 0,75 M selama 24 jam, Setelah direndam dalam larutan yang mengandung

H2SO4 0,75 M dan ion Cu2+ 0,05 mM, Setelah direndam dalam larutan yang

mengandung H2SO4 0,75 M dan ekstrak getah merkubung (Macaranga gigantea)

1 g/L, dan Setelah direndam dalam larutan yang mengandung H2SO4 0,75 M ,

ion Cu2+ 0,05 mM dan ekstrak getah merkubung (Macaranga gigantea) 1 g/L

selama 24 jam pada suhu 30º C dengan perbesaran 1000 kali.

Page 38: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

24

Gambar 12. Morfologi permukaan baja lunak a) Sebelum perlakuan b) Setelah

direndam dalam H2SO4 0,75 M c) Setelah direndam dalam larutan yang

mengandung H2SO4 0,75 M dan ion Cu2+ 0,05 mM d) Setelah direndam dalam larutan yang mengandung H2SO4 0,75 M dan ekstrak getah merkubung

(Macaranga gigantea) 1 g/L e) ) Setelah direndam dalam larutan yang

mengandung H2SO4 0,75 M , ion Cu2+ 0,05 mM dan ekstrak getah merkubung

(Macaranga gigantea) 1 g/L selama 24 jam pada suhu 30º C

Pada gambar 12 memperlihatkan bahwa gambar 12a merupakan baja

sebelum perlakuan yang masih halus, rata dan tidak berpori karena tidak adanya

interaksi dengan lingkungan korosif. Gambar 12b merupakan permukaan baja

yang sudah direndam dalam H2SO4 0,75 M selama 24 jam yang telah mengalami

korosi dengan adanya permukaan yang kasar, berlubang-lubang dan tidak rata.

Hal ini terjadi karena adanya serangan ion-ion korosif dari larutan asam

menyebabkan permukaan baja menjadi terkorosi (Fiori-bimbi et al., 2015).

Gambar 12c memperlihatkan permukaan baja setelah direndam dalam larutan

yang mengandung H2SO4 0,75 M dan ion Cu2+ 0,05 mM selama 24 jam yang lebih

rata seperti berserat dan lubang lebih sedikit dibandingkan dengan gambar 12b.

Hal ini karena pori-pori dari baja sudah terisi oleh partikel Cu dan CuO (Dahlan,

2015). Gambar 12d memperlihatkan permukaan baja setelah direndam dalam

a b

c

d e

Page 39: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

25

larutan yang mengandung H2SO4 0,75 M, ion Cu2+ 0,05 mM dan ekstrak getah

merkubung (Macaranga gigantea) 1 g/L selama 24 jam pada suhu 30º C, lebih

tertutupi dibandingkan dengan gambar 12b, walaupun masih ada gumpalan dan

lubang-lubang kecil yang kurang merata. Hal ini disebabkan karena adanya

senyawa metabolit sekunder dalam ekstrak getah merkubung (Macaranga

gigantea) yang teradsorpsi pada permukaan baja membentuk lapisan tipis (Gusti

et al., 2017). Gambar 12e memperlihatkan permukaan baja yang tidak berpori,

berlapis-lapis dan kurang merata dibandingkan dengan gambar 13d. Hal ini

karena permukaan baja sudah terlapisi dengan CuO dan senyawa metabolit

sekunder dari ekstrak getah merkubung (Macaranga gigantea) (Dahlan, 2015);

Gusti et al., 2017).

4.3 Metode Kehilangan Berat

Metode kehilangan berat dilakukan untuk menentukan laju korosi,

efisiensi inhibisi korosi dan efek sinergetik baja lunak dalam medium larutan

asam sulfat dengan konsentrasi 0,75 M serta ekstrak getah merkubung

(Macaranga gigantea) dengan konsentrasi 1 g/L, dan ion Cu2+ dengan konsentrasi

0,01 mM; 0,02 mM; 0,03 mM; 0,04 mM dan 0,05 mM selama 3 jam, dan variasi

suhu perendaman yaitu 30 ºC, 40 ºC, 50 ºC dan 60 ºC. Penentuan laju korosi dan

efisiensi inhibisi di hitung dengan menggunakan metode kehilangan berat pada

persamaan 2 dan 3, efek sinergetik korosi pada baja lunak di hitung dengan

persamaan 4. Sedangkan untuk menentukan analisis termodinamika dengan

menggunakan persamaan 6, 8 dan 9. Data dan hasil perhitungan dapat dilihat

pada lampiran 3.

4.3.1 Pengaruh Konsentrasi ion Cu2+ dengan Getah Merkubung (Macaranga

gigantea) dan Suhu terhadap Laju Korosi Baja Lunak.

Pengaruh konsentrasi ion Cu2+ dengan konsentrasi 0,01 mM; 0,02 mM;

0,03 mM; 0,04 mM dan 0,05 mM ditambahkan dengan ekstrak getah merkubung

(Macaranga gigantea) 1 g/L terhadap laju korosi baja lunak yang direndam

selama 3 jam dengan variasi suhu yaitu 30 ºC, 40 ºC, 50 ºC dan 60 ºC dapat

dilihat pada gambar 13. Berdasarkan gambar 13 menunjukkan bahwa semakin

tinggi konsentrasi ion Cu2+ yang ditambahkan dengan larutan inhibitor ekstrak

getah merkubung (Macaranga gigantea) 1 g/L, maka laju korosi semakin

menurun. Hal ini sebabkan karena adanya senyawa metabolit sekunder dari

ekstrak getah merkubung (Macaranga gigantea) dan ion Cu2+ yang membantu

mempercepat proses adsorpsi ekstrak getah merkubung (Macaranga gigantea)

pada permukaan baja membentuk lapisan tipis. Atom Cu memiliki jari-jari yang

lebih kecil sehingga ion Cu2+ lebih mudah bergerak dan mendorong senyawa

Page 40: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

26

organik untuk membentuk lapisan pelindung pada permukaan baja. Lapisan

tersebut dapat menghambat permukaan baja dari serangan H+ sehingga

memperlambat reaksi korosi (Triastuti dan Subekti, 2013). Pada gambar 13

menunjukkan nilai laju korosi tertinggi pada baja yang direndam dalam larutan

H2SO4 0,75 M tanpa penambahan zat inhibitor. Hal ini karena asam sulfat bersifat

sangat agresif untuk mengoksidasi Fe menjadi Fe2+, sehingga terjadi reaksi korosi.

Gambar 13. Pengaruh konsentrasi ion Cu2+ dengan ekstrak getah merkubung

(Macaranga gigantea) terhadap laju korosi dengan variasi Suhu.

Pengaruh suhu juga berdampak terhadap laju korosi baja, dimana semakin

meningkat suhu maka laju korosi juga semakin besar. Proses terjadi korosi

dipengaruhi oleh suhu elektrolit. Hal ini disebabkan dengan meningkatnya suhu,

maka energi kinetik partikel juga akan meningkat sehingga kemungkinan

terjadinya tumbukan efektif pada reaksi redoks semakin besar. Dengan demikian

laju korosi pada logam semakin meningkat (Nova dan Misbah, 2012). Peningkatan

laju korosi pada kenaikan suhu juga disebabkan oleh melemahnya interaksi dari

senyawa-senyawa metabolit sekunder dari ekstrak getah merkubung (Macaranga

gigantea) pada permukaan baja lunak. Semakin lemah interaksi pada permukaan

baja lunak dengan kenaikan suhu merupakan gejala fisiosorpsi yang melibatkan

gaya van der waals (Sangeetha et al., 2016 dan Zakaria et al., 2016). Permukaan

baja lunak yang direndam dalam campuran ekstrak getah merkubung

(Macaranga gigantea) dan ion Cu2+ pada suhu 50º dan 60º C menyebabkan massa

permukaan baja lunak semakin berkurang dari massa awal sebelum direndam.

Semakin tinggi suhu pada proses perendaman maka laju korosinya akan semakin

meningkat. Hal ini disebabkan karena proses pengkaratan dan campuran

inhibitor ekstrak getah merkubung (Macaranga gigantea) dan ion Cu2+ yang

melapisi baja semakin meluruh, sehingga laju korosi yang diperoleh akan tinggi.

0

2

4

6

8

10

12

0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05

Laju

Koro

si

mg/cm

2.jam

Konsentrasi (mM)

Suhu 30◦C

Suhu 40◦C

Suhu 50◦C

Suhu 60◦C

Page 41: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

27

4.3.2 Pengaruh Konsentrasi ion Cu2+ dengan Getah Merkubung (Macaranga

gigantea) dan Suhu Terhadap Efisiensi Baja Lunak.

Gambar 14. Pengaruh konsentrasi ion Cu2+ dengan ekstrak getah merkubung

(Macaranga gigantea) terhadap Efisiensi dengan variasi Suhu.

Berdasarkan gambar 14 menunjukkan bahwa dengan meningkatnya

konsentrasi ion Cu2+ yang ditambahkan dengan 1 g/L ekstrak getah merkubung

(Macaranga gigantea) maka semakin meningkat pula efisiensi inhibisi korosi.

Ramezanzadeh et al (2019), melaporkan bahwa kation seng dapat mempercepat

proses adsorpsi molekul organik, kation seng bersifat agen kompleks yang kuat

karena memiliki orbital kosong dan memiliki pasangan-pasangan elektron bebas

sehingga dengan mudah berinteraksi dengan orbital kosong Fe dan Zn yang

memberikan ikatan kimia yang kuat dan kompleks tak larut pada permukaan

baja membentuk produk seng oksida. Berdasarkan laporan tersebut, maka dapat

dianalogikan bahwa kation tembaga juga bersifat agen kompleks kuat karena

memiliki orbital kosong dan memiliki pasangan elektron bebas yang akan

berinteraksi dengan orbital kosong Fe dan Cu yang memberikan ikatan kimia

yang kuat dan kompleks tak larut pada permukaan baja membentuk produk

tembaga oksida. Analisis FTIR digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsi

pada senyawa metabolit sekunder dari ekstrak getah merkubung (Macaranga

gigantea). Adanya molekul organik yang mengandung gugus OH teridentifikasi

puncaknya pada spektrum FTIR yang tertera pada gambar 11 dengan bilangan

gelombang 3213,16 cm-1. Efisiensi inhibisi tertinggi diperoleh pada konsentrasi

ion Cu2+ 0,05 mM sebesar 86,589%.

Pada gambar 14 menunjukkan peningkatan suhu terhadap efisiensi

inhibisi. Peningkatan suhu menyebabkan tingkat energi molekul pada

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0,01 0,02 0,03 0,04 0,05

Efi

sie

nsi

Inhib

isi

(%)

Konsentrasi (mM)

Suhu 30◦C

Suhu 40◦C

Suhu 50◦C

Suhu 60◦C

Page 42: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

28

permukaan logam mengalami persaingan antara gaya adsorpsi dan gaya desorpsi

dari logam (Wahyuningsih et al., 2010). Seiring dengan meningkatnya suhu,

efisiensi inhibisi yang ditunjukkan semakin berkurang. Penurunan efisiensi

inhibisi, menunjukkan bahwa peranan inhibitor dari campuran ion Cu2+ dengan

ekstrak getah merkubung (Macaranga gigantea) pada suhu yang tinggi relatif

akan berkurang. Hal ini dipengaruhi oleh adanya kompetisi difusi molekul

inhibitor dengan zat korosif pada permukaan logam, besarnya ukuran molekul

senyawa inhibitor mengakibatkan difusinya menjadi lambat, sehingga pada suhu

tinggi permukaan logam akan lebih dahulu diserang zat korosif yang memiliki

ukuran molekul lebih kecil sehingga pergerakannya semakin cepat. Perubahan

suhu mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap proses aktivasi laju difusi

rekatan. Pada suhu tinggi, ionisasi larutan asam akan semakin cepat dan pori-

pori permukaan logam akan semakin besar. Kondisi ini mengakibatkan difusi zat

asam dan molekul oksigen pada permukaan logam akan semakin cepat, sehingga

pelarutan logam akan semakin cepat (Sunarti et al., 2020). Mekanisme hipotetik

yang diperkirakan pada proses pelekatan Cu pada baja dengan penambahan

ekstrak getah merkubung (Macaranga gigantea) dapat dilihat pada gambar 15.

Gambar 15. Mekanisme hipotetik pelekatan Cu pada baja dengan penambahan

ekstrak getah merkubung (Macaranga gigantea)

Page 43: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

29

Gambar 15 menunjukkan terjadinya reaksi redoks. Reaksi redoks

tersebut akan terjadi dipermukaan baja, dimana gugus OH yang terdapat pada

senyawa-senyawa metabolit sekunder dari ekstrak getah merkubung (Macaranga

gigantea) juga ikut bereaksi dipermukaan baja tersebut, terjadinya interaksi

antara gugus fungsi OH dengan Cu dan Fe yaitu reaksi katodik yang terjadi pada

Cu2+ + 2e- → Cu dan reaksi anodik terjadi pada Fe → Fe2++ 2e-.

4.3.3 Pengaruh Konsentrasi Cu2+ dan Ekstrak Getah Merkubung (Macaranga

gigantea) terhadap Efek Sinergetik Baja Lunak

Efek sinergetik merupakan aksi gabungan dari senyawa yang akan

memberikan efek yang besar dari pada hanya dengan individu saja. Efek

sinergetik dapat di hitung dengan menggunakan persamaan 4. Pengaruh

konsentrasi ion Cu2+ ditambah dengan 1 g/L ekstrak getah merkubung

(Macaranga gigantea) terhadap efek sinergetik korosi baja lunak selama

perendaman 3 jam dengan variasi suhu yaitu 30 ºC, 40 ºC, 50 ºC dan 60 ºC dapat

dilihat pada tabel 3. Hasil perhitungan efek sinergetik dapat dilihat pada lampiran

3.7.

Tabel 3. Efek Sinergetik Korosi Baja Lunak dalam Perendaman ion Cu2+ +

ekstrak getah merkubung (Macaranga gigantea) 1 g/L.

Konsentrasi Ion Cu2+

(mM)

Ekstrak getah

merkubung 1

g/L

(EI %)

ion Cu2+

(EI %)

Ekstrak + Ion Cu2+

(EI%)

(S)

0,01 60,073 64,766 36,683 -0,39

0,02 60,073 55,075 44,533 -0,27

0,03 60,073 46,143 51,176 -0,13

0,04 60,073 31,897 74,037 0,31

0,05 60,073 26,44 86,589 1,01

Ada tiga kemungkinan pada parameter sinergetik yaitu jika SI < 1, maka

adsorpsi masing-masing senyawa bersifat antagonis terhadap adsorpsi lainnya.

Jika SI = 1, maka setiap senyawa tidak berpengaruh satu sama lain dan terserap

di antarmuka permukaan logam secara independen, dan jika SI>1, maka

menunjukkan adanya efek sinergisme (Untari et al., 2020). Berdasarkan tabel 3

dapat dilihat bahwa efek sinergetik ion Cu2+ dan ekstrak getah merkubung

(Macaranga gigantea) menunjukkan pada konsentrasi 0,05 mM SI>1. Semakin

meningkat konsentrasi Cu2+ maka efek sinergetik juga semakin meningkat. Hal

ini karena adanya ion Cu2+ yang stabil sebagai campuran inhibitor pada proses

kemisorpsi permukaan baja, stabilitas ion Cu2+ yang teradsorpsi mendorong

cakupan permukaan yang lebih besar sehingga efisiensi penghambatan juga lebih

Page 44: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

30

besar (El-Katori et al., 2019).

4.4 Analisis Isoterm Adsorpsi

Analisis isoterm adsorpsi dapat memberikan informasi tentang interaksi

inhibitor pada permukaan baja dengan cara memberikan efek proteksi terhadap

baja karena adsopsi ekstrak membentuk lapisan tipis yang dapat memberikan

perlindungan pada permukaan baja sehingga dapat menghambat korosi (Anees

et al., 2018). Untuk menghitung parameter-parameter adsorpsi yaitu dengan

menggunakan metode kehilangan berat. Parameter adsorpsi yang sering

digunakan adalah persamaan Langmuir, Freundlich. Nilai koefisien korelasi (R2)

ekstrak getah Merkubung (Macaranga gigantea) dengan ion Cu2+ dari masing-

masing isoterm adsorpsi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Koefisien Korelasi (R2) yang diperoleh dari berbagai isoterm

adsorpsi

Suhu Isoterm Adsorpsi

Langmuir Isoterm Adsorpsi

Freundlich

303 K 0,724 0,9268

313 K 0,7178 0,9471

323 K 0,7118 0,9734

333 K 0,6941 0,9921

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa campuran ekstrak getah

merkubung (Macaranga gigantea) dengan ion Cu2+ mengikuti isoterm adsorpsi

Freundlich terhadap adsorpsi pada Freundlich karena nilai koefisien korelasi (R)

mendekati 1 yaitu 0,9921. Nilai R semakin mendekati 1 maka dapat dikatakan

bahwa terdapat pengaruh dan keterkaitan semakin kuat. Isoterm adsorpsi

Freundlich menjelaskan bahwa pada permukaan logam terbentuk lapisan

multilayer dari molekul inhibitor dan bersifat heterogen, yaitu setiap gugus aktif

di permukaan logam memiliki kemampuan mengadsorpsi yang berbeda-beda.

Ikatan yang terjadi pada proses adsorpsi Freundlich merupakan ikatan fisika

(fisisorpsi). Molekul inhibitor yang diadsorpsi secara fisik tidak terikat secara kuat

sehingga menghasilkan interaksi yang lemah antara inhibitor dengan permukaan

logam. Interaksi yang terjadi menyebabkan permukaan logam dapat ditutupi atau

dilapisi oleh molekul inhibitor (Wati et al., 2018).

4.5 Analisis Konstanta Kesetimbangan Adsorpsi (Kads), Energi Bebas Adsorpsi

(∆G°ads), Entalpi Adsorpsi (∆H°ads), dan Entropi Adsorpsi (∆S°ads)

Parameter termodinamika yang terjadi pada saat ekstrak getah

merkubung (Macaranga gigantea) dengan ion Cu2+ teradsorpsi pada permukaan

baja dalam H2SO4 0,75 M dipelajari berdasarkan persamaan isoterm adsorpsi

Freundlich . Berdasarkan persamaan 6 maka diperoleh grafik isoterm adsorpsi

Freunlich yang dapat dilihat pada gambar 16.

Page 45: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

31

Gambar 16. Isoterm Adsorpsi Freundlich untuk Korosi Baja dalam Medium

Asam Sulfat 0,75 M dengan Waktu Perendaman 3 Jam.

Gambar 16 merupakan grafik hubungan antara log C terhadap log C/θ

terhadap variasi suhu, sehingga diperoleh persamaan garis lurus yang dapat

digunakan untuk menentukan nilai konstanta adsorpsi (Kads) dari ekstrak getah

merkubung (Macarangan gigantea) dan ion Cu2+. Berdasarkan gambar 16 dapat

dilihat bahwa Log C/θ semakin meningkat dengan meningkatnya suhu, yang

menunjukkan bahwa derajat penutupan permukaan (θ) baja lunak akan

menurun dan proses desorpsi akan meningkat. Untuk nilai Kads diperoleh dari

nilai persamaan garis linearnya sehingga Kads dapat dihitung. Hubungan nilai Kads

dan ΔGads ditunjukkan pada persamaan 8, sehingga dapat dihitung nilai ΔGads.

Untuk perhitungan Kads dan ΔGads dapat dilihat pada lampiran 5. Hasil

perhitungan nilai Kads dan ΔG°ads yang disajikan pada tabel 5.

Tabel 5. Parameter Adsorpsi dari Adsorpsi Isoterm Freundlich

Suhu Kads (mM) ΔG (kJ/mol)

303 K 4,05 -3,79

313 K 4,12 -4,09

323 K 4,26 -3,72

333 K 5,33 -4,63

Berdasarkan tabel 3 Nilai Kads yang diperoleh menunjukkan kekuatan

adsorpsi antara inhibitor dan permukaan baja yang terjadi peningkatan proses

adsorpsi dengan suhu tinggi. Kads yang tinggi menunjukkan kestabilan dan

interaksi senyawa-senyawa metabolit sekunder pada ekstrak getah merkubung

(Macaranga gigantea) dengan Fe2+ pada permukaan baja lunak semakin kuat

dengan meningkatnya suhu (Untari et al., 2020).

Energi bebas adsorpsi dapat dihitung menggunakan persamaan 8. Energi

bebas Gibbs pada variasi suhu ditunjukkan oleh Tabel 5. Nilai ∆G°ads negatif

mengindikasikan reaksi adsorpsi berjalan secara spontan dan lapisan ekstrak

-1.00

-0.90

-0.80

-0.70

-0.60

-0.50

-0.40

-0.30

-0.20

-0.10

0.00

-2.5 -2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0

log C

log C

303 K

313 K

323 K

333 K

Page 46: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

32

yang teradsorpsi stabil pada permukaan baja (Nathiya et al., 2017). Nilai ΔGºads <

-20 kJ/mol menandakan adsorpsi terjadi secara fisik, sedangkan nilai ΔGºads > -

20 kJ/mol menandakan terjadinya kemisorpsi (Wati et al., 2018). Sehingga

apabila dilihat dari nilai ΔGºads adsorpsi yang terjadi pada inhibitor ekstrak getah

merkubung dengan ion Cu2+ pada permukaan baja adalah adsorpsi secara fisik.

Selain nilai Kads dan ΔG°ads, nilai ΔHads dan ΔSads juga dapat ditentukan

dari persamaan isoterm adsorpsi Freundlich. Untuk mendapatkan nilai ΔHads dan

ΔSads dengan menggunakan persamaan linear dari grafik berdasarkan persamaan

9 yang dapat dilihat pada gambar 17.

Gambar 17. Hubungan T terhadap ΔG°ads

Berdasarkan gambar 17 menunjukkan hubungan T terhadap ΔG°ads untuk

menghitung nilai ΔH°ads dan ΔS°ads. Nilai ∆H bernilai positif menunjukkan

adsorpsi berlangsung secara endoterm serta melibatkan adsorpsi kimia,

sedangkan nilai ∆H bernilai negatif menunjukkan adsorpsi eksoterm melibatkan

proses fisisorpsi atau kemisorpsi atau campuran keduanya (Zakaria et al., 2016).

Untuk perhitungan nilai ΔH°ads dapat dilihat di lampiran 6. Adapun nilai entalpi

adsorpsi (ΔH°ads) dan entropi adsorpsi (ΔS°ads) disajikan pada tabel 6.

Tabel 6. Nilai Entalpi Adsorpsi Standar dan Entropi Adsorpsi Standar

Suhu K ΔHºads

(kJ/mol) ΔSºads (kJ/mol K)

303 -0,0353 7,2986 313 -0,0353 7,2986

323 -0,0353 7,2986

333 -0,0353 7,2986

Berdasarkan tabel 6 memperlihatkan nilai ∆H°ads yang diperoleh adalah -

0,0353 kJ/mol. Dengan nilai tersebut mengindikasikan bahwa proses adsorpsi

campuran ekstrak getah merkubung (Macaranga gigantea) dengan ion Cu2+ ke

permukaan baja berlangsung eksoterm atau melepaskan energi. Ekstrak juga

y = -0.0353x + 7.2986

-5.00

-4.50

-4.00

-3.50

-3.00

-2.50

-2.00

-1.50

-1.00

-0.50

0.00

300 310 320 330 340

ΔG

° ads

(kJm

ol-

1)

T (K)

Page 47: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

33

menunjukkan adsorpsi yang terjadi adalah adsorpsi campuran yaitu fisika dan

kimia karena nilai ∆H°ads<0 (Zakaria et al., 2016).

Tabel 6 juga menyajikan nilai ΔS°ads. Entropi adsorpsi standar (ΔS°ads)

menunjukkan derajat ketidakteraturan suatu proses adsorpsi. Berdasarkan tabel

6, nilai ΔS°ads yang diperoleh sebesar 7,2986 kJ/mol K dan bernilai positif.

Semakin negatif nilai entropi maka semakin teratur proses adsorpsinya dan

sebaliknya semakin positif nilai maka semakin tidak teratur proses adsorpsinya

(Zakaria et al., 2016).

Tanda negatif ∆S°ads dari inhibitor dapat juga dikaitkan dengan proses

substitusi adsorpsi molekul inhibitor organik dari larutan dan molekul air pada

permukaan baja lunak. Entropi adsorpsi positif disebabkan karena banyaknya

molekul air yang didesorpsi dari permukaan baja lunak oleh satu molekul

inhibitor. Sebaliknya entropi adsorpsi bernilai negatif menunjukkan inhibitor

disertai dengan sedikitnya desorpsi molekul air dari permukaan baja lunak

(Zakaria et al., 2016). Sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh

berdasarkan kehilangan berat menghasilkan adsorpsi yang berlangsung

eksoterm dan derajat ketidakteraturan pada proses adsorpsi.

Page 48: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

34

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Penambahan campuran ekstrak getah merkubung (Macaranga gigantea)

dengan ion Cu2+ ke dalam asam sulfat 0,75 M mampu menghambat laju

korosi dan meningkatkan efisiensi inhibisi korosi pada baja lunak.

Semakin besar penambahan konsentrasi ion Cu2+, maka efek

sinergetiknya juga semakin besar. Efisiensi inhibisi maksimum diperoleh

pada penambahan ion Cu2+ 0,05 mM sebesar 86,589% pada suhu 30ºC

dengan laju korosi sebesar 0,985 mg/cm2.jam.

2. Analisis Scanning Electron Microscopy (SEM) menunjukkan perbedaan

morfologi pada permukaan baja lunak dengan penambahan inhibitor

campuran ekstrak getah merkubung (Macaranga gigantea) dengan ion

Cu2+ yang memperlihatkan permukaan yang tidak berpori, berlapis-lapis

dan tidak merata dibandingkan dengan permukaan baja lunak yang

dirandam dalam ekstrak getah merkubung (Macaranga gigantea) dan ion

Cu2+ yang memperlihatkan pori-pori yang besar.

3. Berdasarkan parameter termodinamika, proses adsorpsi campuran

ekstrak getah merkubung (Macaranga gigantea) dengan ion Cu2+

berlangsung secara spontan, eksoterm serta menunjukkan derajat

ketidakteraturan pada proses adsorpsi permukaan baja lunak.

5.2 Saran

Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan uji untuk media

korosif lainnya.

Page 49: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

35

DAFTAR PUSTAKA

Ahangar, M., Izadi, M., Shahrabi, T., and Mohammadi, I. 2020. “The Synergistic

Effect Of Zinc Acetate On The Protective Behavior Of Sodium

Lignosulfonate For Corrosion Prevention Of Mild Steel In 3.5 Wt% NaCl

Electrolyte: Surface And Electrochemical Studies”. Journal of Molecular Liquids. Vol. 314.

Akbar, S. A. 2019. “Pemanfaatan Ekstrak Buah Psidium guajava sebagai Green Inhibitor untuk Korosi Besi Pada Larutan Asam Sulfat”. Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry). Vol 7(1): 28–32.

Albayudi dan Z. Saleh. 2020.” Potensi Tumbuhan Obat Yang Digunakan

Masyarakat Melayu Kota Jambi Di Hutan Kota Bagan Pete Kota Jambi”.

Bio- Lectura: Jurnal Pendidikan Biologi. Vol 7(1): 1–9.

Alfin, A. H. 2011. Pengaruh Inhibitor Korosi Berbasis Senyawa Fenolik untuk Proteksi Pipa Baja Karbon pada Lingkungan 0,5, 1,5, 2,5, 3,5% NaCl yang mengandung gas CO2. Depok: Universitas Jakarta.

Altwaiq, A., Abdel-Rahem, R., AlShamaileh, E., Al-luaibi, S., dan Khouri, S. 2015. “Sodium lignosulfonate as a friendly-environment corrosion inhibitor for

zinc metal in acidic media”. Eurasian Journal of Analytical Chemistry. Vol

10(1): 10–18.

Amirta, R., Angi, E. M., Ramadhan, R., Kusuma, I. W., Wiati, C. B., dan Haqiqi,

M. T. 2017. Potensi Pemanfaatan Macaranga. Samarinda: Mulawarman

University Press.

Anees, A. K., Ahmed, N. A., and Nagham, A. A. 2018. “Xanthium Strumarium

Leaves Extracts As A Friendly Corrosion Inhibitor of Low Carbon Steel in

Hydrochloric Acid: Kinetics and Mathematical Studies”. South African Journal of Chemical Engineering. Vol 25: 13–21.

Chang, R. 2013. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:

Erlangga.

Dahlan, D. 2015.” Elektrodeposisi Larutan CuSO4 pada Elektroda Kayu Karet”.

Prosiding Semirata. 34–38.

El-Katori, E. E., Fouda, A. S., dan Mohamed, R. R. 2019. “The Synergistic Impact

of the Aqueous Valerian Extract and Zinc Ions for the Corrosion Protection

of Mild Steel in Acidic Environment”. DE GRUYTER. 1–27.

Emriadi., Adlis, S., and Yeni, S. 2016. “Adsorptive and Thermodynamic Properties

of Methanol Extract of Toona Sinensis Leaves for The Corrosion of Mild

Steel in HCl Medium”. Der Pharma Chemica. Vol 8(18): 266-273.

Fiori-Bimbi, M. V., Alvarez, P. E., Vaca, H and Gervasi, C. A. 2015. “Corrosion Inhibition of Mild Steel in HCl Solution by Pectin”. International Journal of Corrosion. Vol. 92: 192-199.

Fitrony, F., Riski. F., Lailatul. Q dan Mahfud. M. 2013. “Pembuatan Kristal

Tembaga Sulfat Pentahidrat (CuSO4.5H2O) Dari Tembaga Bekas

Kumparan”. Teknik Pomits. Vol 2(1): 121-125.

Gapsari, F. 2017. Pengantar Korosi. Malang: UB. Press.

Gu, T., Chen, Z., Jiang, X., Zhou, L., Liao, Y., Duan, M., and Wang, H. 2015. “Synthesis And Inhibition Of N-Alkyl-2- (4-Hydroxybut-2-Ynyl) Pyridinium

Bromide For Mild Steel In Acid Solution : Box–Behnken Design

Optimization And Mechanism Probe”. Corrosion Science. Vol 90: 118–132.

Gusti, D. R., Emriadi, Alif, A., and Efdi, M. 2017. “Corrosion Inhibition of Ethanol

Page 50: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

36

Extract of Cassava (Manihot esculenta) Leaves on Mild Steel in Sulfuric

Acid”. International Journal of ChemTech Research.. Vol 10(2): 163–171.

Harijati, N., S. Samini., S. Indriyani dan A. Soewondo. 2017. Mikroteknik Dasar. Malang: UB. Press.

Hassan, K. H., A. A. Khadom and Noorr. H. K. 2016. “Citrus aurantium leaves

extracts as a sustainable corrosion inhibitor of mild steel in sulfuric acid”.

South African Journal of Chemical Engineering. Vol 22: 1–5.

Hidayat, B., Yusro, F., dan Mariani, Y. 2019. “Kemampuan Ekstrak Kulit Kayu

Dua Spesies Macaranga dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri

Enterococcus Faecalis”. Jurnal Borneo Akcaya. Vol 5(2): 95–109.

Hidjrawan, Y. 2018. “Identifikasi Senyawa Tanin Pada Daun Belimbing Wuluh

(Averrhoa bilimbi L.)”. Jurnal Optimalisasi. Vol 4(2): 78–82.

Irawan, Satriananda, dan Wijaya, N, R. 2019. “Efisiensi Inhibisi Gum Arabic

Terhadap Laju Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Air Laut”. Proceding Seminar National Politeknik Negeri Lhokseumawe”. Vol 3(1): 277–281.

Johari, M. S. M., Ahmat, N., Kamarozaman, A. S., and Isa, M. H. M. 2019. “Prenylated Flavonols from the Leaves of Macaranga gigantea (Rchb. f. &

Zoll.)”. Scientific Research Journal. Vol 16(1): 29–40.

Kayadoe, V., Fadli, M., Hasim, R., dan Tomasoa, M. 2015. “Ekstrak Daun Pandan

(Pandanus amaryllifous Toxb) Sebagai Inhibitor Korosi Baja SS-304 dalam

Larutan H2SO4”. Jurnal Molekul. Vol 10(2): 88–96.

Kurniasih, Y., Nufida, B. A., dan Ahmadi. 2018. “Pengembangan Metode

Elektrodeposisi untuk Pengambilan kembali Perak dari Limbah

Fotorontgen”. Indonesian Chemistry and Application Journal (ICAJ). Vol 2(2): 1–18.

Manssouri, M., Ouadi, Y, E., Znini, M., Costa, J., Bouyanzer, Desjobert, J.-M.,

and Majidi, L. 2015. “Adsorption Proprieties and Inhibition of Mild Steel

Corrosion in HCl Solution by The Essential Oil from Fruit of Moroccan

Ammodaucus Leucotrichus”. Mater. Environ. Sci. Vol 6(3): 631–646.

Mobin, M., Parveen, M., dan Rafiquee, M. Z. A. 2017. “Synergistic Effect of Sodium Dodecyl Sulfate and Cetyltrimethyl Ammonium Bromide on the Corrosion

Inhibition Behavior of L-methionine on Mild Steel in Acidic Medium”.

Arabian Journal of Chemistry. Vol 10: 1–9.

Mubarak, S., S. Jokosiswor dan I. P. Mulyatno. 2020. “Pengaruh Penambahan

Inhibitor CaCO3 Terhadap Laju Korosi Baja SS 400 Dalam Larutan Air

Laut Buatan”. Jurnal Teknik Perkapalan. Vol 8(3): 339–346.

Muhaimin, Yusnaidar, dan Amanda, H. 2018. “Aktivitas Antimalaria Ekstrak

Daun Macaranga gigantea”. Journal of The Indonesian Society of Integrated Chemistry. Vol 10(2): 47–53.

Mulyati, B. 2020. “Tanin dapat dimanfaatkan sebagai inhibitor korosi. Jurnal Industri Elektro dan Penerbangan. Vol 8(1): 1–4.

Nasution, M. 2018. “Karakteristik Baja Karbon Terkorosi Oleh Air Laut”. Buletin Utama Teknik. Vol 14(1): 68–76.

Nathiya, R. S.,and Raj, V. 2017. “Evaluation of Dryopteris Cochleata Leaf Extracts

as Green Inhibitor for Corrosion of Aluminium in 1 M H2SO4”. Egyptian Journal of Petroleum. Vol 26(2): 313-323.

Nazar, M. 2018. Spektroskopi Molekul. Aceh: Syiah Kuala University Press.

Nova, S. M. K dan Misbah M. N. “Analisis Pengaruh Salinitas dan Suhu Air Laut

Page 51: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

37

terhadap Laju Korosi Paja A36 pada pengelasan SMAW. Jurnal Teknik ITS. Vol 1(1): 75–77.

Nugroho, A. 2019. “Diterminasi Tipe Pelarut dan Proses Ekstraksi untuk

Efektifitas dan Selektifitas Produksi Ekstrak Kaya Polifenol dari Euphorbia

supine”. Buletin Profesi Insinyur. Vol 2(1): 7–11.

Oktafiani, R. 2019. “Termodinamika dan Kinetika Adsorpsi Baja Lunak Pada

Inhibitor Ekstrak Getah Merkubung (Macaranga gigantea Muell. Arg)

Dalam Medium Asam Sulfat”. Skripsi. Jambi: Universitas Jambi.

Pramudita, M., Sukirno, dan Nasikin, M. 2018. “Influence of tannin content in

Terminalia catappa leaves extracts resulted from maceration extraction on

decreasing corrosion rate for mild steel in 1M H2SO4”. IOP Conf. Series:

Material Science and Engineering. Vol 345.

Pramudita, M., Sukirno, S., dan Nasikin, M. 2019. “Synergistic corrosion

inhibition effect of rice husk extract and KI for Mild steel in H2SO4

Solution”. Bulletin of Chemical Reaction Engineering & Catalysis. Vol 14(3):

697–704.

Pranoto, P., Purnawan, C dan Utami, T. 2018.” Application Of Bekonang Clay And

Andisol Soil Composites As Copper (II) Metal Ion Adsorbent In Metal Crafts

Wastewater”. RASAYAN J.CHEM. Vol 11(1): 23–31.

Putra, I, E., dan Pratama, W, P. 2018. “Pengaruh Inhibitor Daun Gambir Terhadap

Laju Korosi Baja Karbon Rendah Dalam Larutan NaCl 3,56%”. Jurnal Momentum. Vol 20(2): 117–120.

Ramdhah, N. 2019.” Inhibisi Korosi Baja Lunak Dalam Larutan Asam Sulfat Oleh

Campuran Ekstrak Daun Senduduk (Melastoma Malabathricum L.) Dan

Natrium Dodesil Sulfat (Nds)”. Skripsi. Jambi: Universitas Jambi.

Ramezanzadeh, M., Bahlakeh, G., dan Ramezanzadeh, B. 2019. “Study of the

synergistic effect of Mangifera indica leaves extract and zinc ions on the

mild steel corrosion inhibition in simulated seawater: Computational and

electrochemical studies”. Journal of Molecular Liquids. Vol 292: 1–17.

Rochmat, A., B. P. Putra., E. Nuryani dan M. Pramudita. 2016. ”Karakterisasi

Material Campuran SiO2 dan Getah Flamboyan (Delonix Regia) Sebagai

Material Coating Pencegah Korosi Pada Baja”. Jurnal Teknologi Kimia Unimal. Vol 5(2): 27-36.

Rochmat, A., Liantony, G., dan Septiananda, Y, D. 2019. “Uji Kemampuan Tanin

Daun Ketapang Sebagai Inhibisi Korosi Pada Baja Mild Steel Dalam

Pipeline”. Jurnal Integritas Proses. Vol 8(1): 45–50.

Rohman, A. 2018. Analisis Obat dalam Sediaan Farmasi. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Rosawanti, P., Mulia, D, S., dan Ardhany, S. D. 2018. “Kandungan Antioksidan

Daun Mahang Damar (Macaranga gigantea tribola (BI.) Muell Arg.)”. Jurnal Surya Medika (JSM. Vol 3(2): 122–131.

Sangeetha, Y., Meenakshi, S., dan Sundaram, C. S. 2016. “Interactions at the

mild steel acid solution interface in the presence of O-fumaryl-chitosan: Electrochemical and surface studies”. Carbohydrate Polymers. Vol 136:

38–45.

Sanjaya, S., G. C. K .WP. Santoso., A. A. Anggorowati dan Y. Sudaryanto. 2019.”

Pengendalian Laju Korosi Tembaga Pada Media Korosi Larutan NaCl dan

HCl Dengan Menggunakan Tanin Daun Jambu Biji Sebagai Green

Inhibitor”. Widya Teknik. Vol 18(2): 59–63.

Page 52: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

38

Saputra, T. R., dan Ngatin, A. 2019. “Ekstraksi Daun Cocor Bebek Menggunakan Berbagai Pelarut Organik Sebagai Inhibitor Korosi Pada Lingkungan Asam

Klorida. Fullerene Journal of Chemistry. Vol 4(1): 21–27.

Setianingsih, T. 2017. Mikroskop Elektron Transmisi: Teori dan Aplikasinya Untuk Karakterisasi Material. Malang: UB. Press.

Setyowati, L. A., Dimarzio, G., dan Astuti, D. H. 2020. “Aplikasi Ekstrak Kulit

Buah Nanas Sebagai Inhibitor Korosi Pada Baja Di Lingkungan NaCl 3,5

%. Journal Of Chemical And Process Engineering. Vol 01(2): 39–44.

Sibarani, R. G. 2020. “Adsorpsi Dan Termodinamika Inhibisi Korosi Baja Lunak

Dengan Ekstrak Kulit Kayu Merkubung (Macaranga gigantea) Dalam

Lingkungan Asam”. Skripsi. Jambi: Universitas Jambi.

Sirait, P. T. 2018. Ekstrak Biji Alpukat (Persea americana M) sebagai Inhibitor

Korosi Baja Lunak dalam Medium Asam Sulfat. Skripsi. Universitas Jambi. Jambi.

Suarsana, I. K. T. 2017. Ilmu Material Teknik. Denpasar: Universitas Udayana.

Sudjadi dan A. Rohman. 2018. Analisis Derivat Babi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Sunarti., Kayadoe, V., dan Rahawarin, P. D. 2020.” Kemampuan Ekstrak Biji

Kelor sebagai Inhibitorkorosi Besi dalam Larutan HCl”. MJOCE. Vol 10(2):

72– 80.

Tissos, N. P., Dahlan, D., dan Yetri, Y. 2018. “Synthesis of Cuprum (Cu) Layer by

Electrodeposition Method with Theobroma Cacao Peels as Corrosion Protector of Steel”. International Journal on Advanced Science Engineering

Information Technology. Vol 8(4): 1290–1295.

Triastuti, W. E dan A. Subekti. 2013.” Karakter Fisik dan Korosi Mangan Hasil

Pelapisan pada Baja AISI 1020”. KAPAL. Vol 9(1): 1–7.

Untari, P., Emriadi., Efdi, M dan Azuxetullatif. 2020.” Efek Sinergetik Ekstrak

Daun Jambu Bol (Syzygium malaccense) dan Iodida terhadap Korosi Baja

dalam Larutan Asam”. Chempublish Journal. Vol 5(2): 179–193.

Utomo, W, B., Murdiningsih, H., Wulandari, N, A., dan Esa, I. 2019. “Pemanfaatan

Ekstrak Daun Jambu Biji Dan Daun Mangga Sebagai Inhibitor Korosi

Pada Baja St-37”. Prosiding Seminar Nasional Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat. 119–123.

Wahyuningsih, A., Sunarya, Y dan Aisyah, S. 2010.”Metenamina Sebagai Inhibitor Korosi Baja Karbom dalam Lingkungan Sesuai dengan Kondisi Pertambangan Minyak Bumi”. Jurnal Sains dan Teknologi Kimia. Vol 1(1): 17-29.

Wati, R., Hadisaputra, S., Asnawati, D dan Hermanto, D. 2018.” Protection of

Copper Corrosion In Acidic Medium Using Pinostrobin”. Acta. Chim. Asiana. Vol 1(2): 50–56.

Wibisono, P. 2017. “Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kasar Aquades Cacing Tanah

Lumbricus rubellus, Cacing Tanah Eisenia foetida, dan Cacing Laut Nereis sp. terhadap Salmonella typhi”. Skripsi. Malang: Universitas Brawijaya.

Wibisono, Y., dan Azham, Z. 2017. “Inventarisasi Jenis Tumbuhan Yang

Berkhasiat Sebagai Obat Pada Plot Konservasi Tumbuhan Obat di KHDTK

Samboja Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara”. Jurnal AGRIFOR. Vol XVI (1): 125–140.

Xu, W., Han, E., dan Wang, Z. 2019. “Effect Of Tannic Acid On Corrosion Behavior

Of Carbon Steel In NaCl Solution”. Journal of Materials Science & amp;

Page 53: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

39

Technology. Vol 35(1): 64–75.

Yeni, S., Rahmayeni., Rahmawati, L., Efdi, M., Aziz, H., and Emriadi. 2020.

“Mangifera Odorata Griff Seed Extract as Corrosion Inhibitor of Mild Steel

in Hydrochloric Acid Medium”. Rasayan Journal Chemistry. Vol 13(1): 230-

239.

Yetri, Y., Emriadi, N., Jamarun, and Gunawarman. 2014. “Corrosion Inhibition Efficiency of Mild Steel in Hydrocloric Acid by Adding Theobroma cacao Peel Extract”. International conference on biological, chemical and environmental science. 15-19.

Yetri, Y., Emriadi, Jamarun, N., Gunawarman. 2015. “Corrosion Inhibitor of Mild

Steel by Polar Extract of Theobroma cacao Peels in Hydrochloric Acid

Solution”. Asian Journal of Chemistry. Vol 27(3): 875-88.

Yetri, Y., Sari, D. M., dan Handani, S. 2016. “Efisiensi Inhibisi Inhibitor Ekstrak

Daun Teh (Camelia Sinensis) Terhadap Baja St-37 Dalam Medium Asam

Dan Garam”. Jurnal Katalisator. Vol 1(1): 1–10.

Yildiz, R. 2015. “An Electrochemical And Theoretical Evaluation Of 4,6-Diamino-2-Pyrimidinethiol As A Corrosion Inhibitor For Mild Steel In HCl

Solutions”. Corrotion Science. Vol 90: 544–553.

Zakaria, K., Hamdy, A., Abbas, M. A., dan Abo-elenien, O. M. 2016. “New organic

compounds based on siloxane moiety as corrosion inhibitors for carbon

steel in HCl solution : Weight loss , electrochemical and surface studies”.

Journal of the Taiwan Institute of Chemical Engineers. Vol 65: 530–543.

Zakiyeh, M., and Rahsepar, M. 2019. “The Use of Green Bistorta Officinalis

Extract for Effective Inhibition of Corrosion and Scale Formation Problem

in Cooling Water System”. Journal of Alloys and Compounds. Vol 770: 669-

678.

Zarrouk, A., Hammouti, B., Lakhlifi, T., Traisnel, M., Vezin, H., dan Bentiss, F.

2015. “New 1 H-Pyrrole-2,5-Dione Derivatives As Efficient Organic Inhibitors Of Carbon Steel Corrosion In Hydrochloric Acid Medium :

Electrochemical , XPS And DFT Studies”. Corrosion Science. Vol 90: 1–48.

Zhang, B., He, C., Chen, X., Tian, Z., dan Li, F. 2015. “The Synergistic Effect Of

Polyamidoamine Dendrimers And Sodium Silicate On The Corrosion Of

Carbon Steel In Soft Water”. Corrosion Science. Vol 90: 585–596.

Page 54: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

40

LAMPIRAN

Lampiran 1. Alur Penelitian

Pembuatan Larutan H2SO4

Pembuatan Larutan Inhibitor

Ekstrak Getah Merkubung

Pembuatan Larutan Ion Cu2+

Persiapan Spesimen Baja

Perendaman Baja Lunak

dalam larutan Inhibitor dan

Larutan Elektrolit

Analisis Data

Analisis Fourier Transform

Infra Red (FTIR)

Metode Kehilangan

Berat Analisis Efek

Sinergetik

Analisis Scanning Electron

Microscopy (SEM)

Analisis

Termodinamika

Page 55: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

41

Lampiran 2. Diagram Alir Penelitian

Pembuatan Larutan Medium Korosif H2SO4

Pembuatan ion Cu2+

Pembuatan Larutan Inhibitor Ekstrak Getah Merkubung (Macaranga gigantea).

H2SO4 pekat

Diencerkan menjadi 0,75 M

H2SO4 0,75 M

Ekstrak pekat

Ditimbang 1,25 gr

Diencerkan dalam labu ukur 500 mL menggunakan larutan

H2SO4 0,75 M

Larutan inhibitor

konsentrasi 2,5

g/L

Diencerkan kembali sehingga diperoleh konsentrasi 1 g/L.

Larutan

inhibitor 1 g/L

CuSO4.5H2O

dan H3BO4

Di timbang 12,5 gr CuSO4.5H2O dan 15 gr H3BO3.

Di encerkan dalam labu ukur 1000 mL menggunakan larutan

H2SO4 0,75 M dengan konsentrasi 0,05 M.

Larutan elektrolit

CuSO4 0,05 M

Di encerkan kembali sehingga di peroleh konsentrasi 0,05 mM;

0,04 mM; 0,03 mM; 0,02 mM dan 0,01 mM.

Larutan elektrolit CuSO4 0,05

mM; 0,04 mM 0,03 mM; 0,02 mM

dan 0,01 mM.

Page 56: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

42

Pembuatan Persiapan Spesimen Baja

Perendaman Baja Lunak dalam Larutan Inhibitor Ekstrak Getah Merkubung

(Macaranga gigantea) dan Larutan Elektrolit CuSO4.

Analisis Fourier Transform Infra Red (FTIR)

Baja lunak

Di potong baja lunak berukuran ±2×1 cm.

Di haluskan permukaan baja menggunakan amplas besi grade 120

Di ukur panjang dan lebarnya menggunakan jangka sorong

Ditimbang massanya menggunakan neraca analitik

Dinyatakan hasilnya sebagai massa awal (m1)

Berat awal baja

Baja

Di siapkan kemudian diikat dengan tali dan digantung dalam

gelas beaker ukuran 50 mL yang berisi ion Cu2+ dengan

konsentrasi 0,05 mM, 0,04 mM, 0,03 mM, 0,02 mM dan 0,01

mM dan larutan inhibitor ekstrak getah merkubung

(Macaranga gigantea) 1 g/L.

Dilakukan variasi suhu yaitu 30°C, 40°C, 50° dan 60°C

selama 3 jam menggunakan waterbath

Diangkat baja setelah perendaman selesai,

Dicuci dengan aquades dan aseton

Dikeringkan

Ditimbang baja setelah kering

Dinyatakan hasil penimbangan sebagai berat akhir (m2)

Berat akhir

baja

— Direndam dalam larutan asam sulfat 0,75 M

selama 24 jam pada suhu ruangan.

— Dicuci dengan aseton dan aquades

— Dikeringkan dalam desikator

— Digerus permukaan plat baja hingga menjadi

serbuk

— Dianalisis dengan FTIR

Baja Hasil

Rendaman

Di lubangi menggunakan bor dengan diameter 3 mm

Di cuci menggunakan akuades dan aseton

Di diamkan hingga kering selama ±5 menit

Page 57: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

43

Analisis Spectroscopy Electron Microscopy (SEM)

— Direndam dalam larutan asam sulfat 0,75 M

selama 24 jam pada suhu ruangan.

— Dicuci dengan aseton dan aquades

— Dikeringkan dalam desikator

— Dianalisis dengan SEM pada perbesaran 1000

kali

Baja Hasil

Rendaman

Page 58: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

44

Lampiran 3. Perhitungan

3.1 Pembuatan Larutan Induk Asam Sulfat 0,75 M

Diketahui : ρ = 1,84 kg

Mr = 98,08 g/mol

Kemurnian = 96 %

Ditanya : Konsentrasi H2SO4 = …..M ?

Jawab : M = 10 x Kemurnian x ρ

Mr =

10 x 96 x 1,84

98,08 = 18 M

3.2 Pembuatan Larutan Asam Sulfat 0,75 M

Diketahui : M1 = 18 M

M2 = 0,75 M

V2 = 1000 mL

Ditanya : V1 = …..mL ?

Jawab : M1.V1 = M2.V2

18 M. V1 = 0,75 M. 1000 mL

V1 = 750

18 = 41,6 mL

3.3 Pembuatan Ion Cu2+

Pembuatan larutan induk elektrolit CuSO4. 5H2O

12,5 g/L

1000 =

x

1000

X= 12,5 x 1000

1000

X= 12,5 gram

Penentuan Mol Cu2+

CuSO4. 5H2O Cu2+ + SO42- + 5H2O

n = gr

Mr

= 12,5 gr

249,5 gr/mol = 0,05 Mol

Gram Cu = 0,05 x Ar

= 0,05 x 63,5

= 3,175 gr

Mol Cu2+ = 0,05 M

Variasi Konsentrasi ion Cu2+

- Konsentrasi 0,05 mM

M1.V1 = M2.V2

50 mM .V1 = 0,05 mM. 500 mL

V1 = 0,5 mL

- Konsentrasi 0,04 mM

M1.V1 = M2.V2

50 mM .V1 = 0,04 mM. 500 mL

Page 59: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

45

V1 = 0,4 mL

- Konsentrasi 0,03 mM

M1.V1 = M2.V2

50 mM .V1 = 0,03 mM. 500 mL

V1 = 0,3 mL

- Konsentrasi 0,02 M

M1.V1 = M2.V2

50 mM .V1 = 0,02 mM. 500 mL

V1 = 0,2 mL

- Konsentrasi 0,01 M

M1.V1 = M2.V2

50 mM .V1 = 0,01 mM. 500 mL

V1 = 0,1 mL

3.4 Pembuatan Larutan Inhibitor Ekstrak getah merkubung (Macaranga

gigantea)

Pembuatan Larutan Induk Ekstrak getah merkubung (Macaranga gigantea) 2,5

g/L

2,5 g/L

1000 =

x

500

X= 2,5 x 1000

1000

X= 1,25 gram

Pembuatan Larutan Ekstrak Getah Merkubung (Macaranga gigantea) 1 g/L

M1.V1 = M2.V2

2,5 g/L .V1 = 1 g/L. 100 mL

V1 = 40 mL

3.5 Penentuan Laju Korosi

Suhu 30°C

Konsentrasi m1 (mg) m2 (mg) A (cm2) t (jam) CR (mg/cm2.jam)

0 mM 4130 4100 5,90 3 7,346

0,01 mM 4040 3957 5,95 3 4,651

0,02 mM 4020 3945 6,14 3 4,075

0,03 mM 3760 3701 5,48 3 3,587

0,04 mM 4200 4165 6,12 3 1,907 0,05 mM 4070 4053 5,75 3 0,985

Konsentrasi 0 mM (blanko)

Diketahui : m1 = 4130 mg

m2 = 4100 mg

A = 5,90 cm2

t = 3 jam

Ditanya : CR = . . . mg/cm2.jam

Page 60: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

46

CR = m1- m2

A X t

4139 -4100

5,90 X 3 = 7,346 mg/cm2.jam

Suhu 40°C

Konsentrasi m1 (mg) m2 (mg) A (cm2) t (jam) CR (mg/cm2.jam)

0 mM 4490 4320 6,45 3 8,708

0,01 mM 4060 3933 6,37 3 6,646

0,02 mM 4420 4297 6,64 3 6,172 0,03 mM 4620 4511 7,01 3 5,182

0,04 mM 4790 4715 6,62 3 3,778

0,05 mM 4370 4316 5,84 3 3,081

Konsentrasi 0,01 mM

Diketahui : m1 = 4060 mg

m2 = 3933 mg

A = 6,37 cm2

t = 3 jam

Ditanya : CR = . . . mg/cm2.jam

CR = m1- m2

A X t=

4060 - 3933

6,37 X 3 = 6,646 mg/cm2.jam

Suhu 50°C

Konsentrasi m1 (mg) m2 (mg) A (cm2) t (jam) CR (mg/cm2.jam)

0 mM 4330 4140 6,64 3 8,790

0,01 mM 4250 4110 6,47 3 7,213 0,02 mM 4270 4128 7,11 3 6,653

0,03 mM 4460 4344 6,83 3 5,664

0,04 mM 4790 4686 6,63 3 5,228

0,05 mM 4280 4206 6,23 3 3,961

Konsentrasi 0,02 mM

Diketahui : m1 = 4270 mg

m2 = 4128mg

A = 7,11 cm2

t = 3 jam

Ditanya : CR = . . . mg/cm2.jam

CR = m1- m2

A X t

4270 - 4128

7,11 X 3 = 6,653 mg/cm2.jam

Suhu 60°C

Konsentrasi m1 (mg) m2 (mg) A (cm2) t (jam) CR (mg/cm2.jam)

0 Mm 3910 3754 5,97 3 9,543

0,01 mM 4350 4193 6,21 3 8,432

0,02 mM 4030 3878 6,53 3 7,753

0,03 mM 3900 3781 5,87 3 6,761 0,04 mM 4110 3999 6,03 3 6,131

0,05 mM 4310 4215 6,07 3 5,219

Konsentrasi 0,03 mM

Diketahui : m1 = 3900 mg

Page 61: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

47

m2 = 3781 mg

A = 5,87 cm2

t = 3 jam

Ditanya : CR = . . . mg/cm2.jam

CR = m1- m2

A X t

3900 - 3781

5,87 X 3 = 6,761 mg/cm2.jam

3.6 Penentuan Efisiensi Inhibisi (Metode Kehilangan Berat)

Suhu 30°C

Konsentrasi (mM)

CR1

(mg/cm2.jam) CR2

(mg/cm2.jam) EI (%)

0,01 7,346 4,651 36,683

0,02 7,346 4,075 44,533

0,03 7,346 3,587 51,176

0,04 7,346 1,907 74,037

0,05 7,346 0,985 86,589

Konsentrasi 0,01 mM

Diketahui : CR1 = 7,346 mg/cm2.jam

CR2 = 4,651 mg/cm2.jam

Ditanya : EI = . . . %

EI = CR1 - CR2

CR1 X 100% =

7,346 - 4,651

7,346 X 100% = 36,683%

Suhu 40°C

Konsentrasi (mM)

CR1

(mg/cm2.jam) CR2

(mg/cm2.jam) EI (%)

0,01 8,708 6,646 23,681

0,02 8,708 6,172 29,126

0,03 8,708 5,182 40,487

0,04 8,708 3,778 56,620

0,05 8,708 3,081 64,619

Konsentrasi 0,02 mM

Diketahui : CR1 = 8,708 mg/cm2.jam

CR2 = 6,172 mg/cm2.jam

Ditanya : EI = . . . %

EI = CR1 - CR2

CR1 X 100% =

8,708 - 6,172

8,708 X 100% = 29,126%

Suhu 50°C

Konsentrasi

(mM)

CR1

(mg/cm2.jam)

CR2

(mg/cm2.jam) EI (%)

0,01 8,790 7,213 17,937

0,02 8,790 6,653 24,309

0,03 8,790 5,664 35,562

0,04 8,790 5,228 40,525

0,05 8,790 3,961 54,934

Konsentrasi 0,03 mM

Diketahui : CR1 = 8,790 mg/cm2.jam

Page 62: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

48

CR2 = 5,664 mg/cm2.jam

Ditanya : EI = . . . %

EI = CR1 - CR2

CR1 X 100% =

8,790 - 5,664

8,790 X 100% = 35,562%

Suhu 60°C

Konsentrasi

(mM)

CR1

(mg/cm2.jam)

CR2

(mg/cm2.jam) EI (%)

0,01 9,543 8,432 11,646

0,02 9,543 7,753 18,752

0,03 9,543 6,761 29,151

0,04 9,543 6,131 35,752 0,05 9,543 5,219 45,312

Konsentrasi 0,04 mM

Diketahui : CR1 = 9,543 mg/cm2.jam

CR2 = 6,131 mg/cm2.jam

Ditanya : EI = . . . %

EI = CR1 - CR2

CR1 X 100% =

9,543 - 6,131

9,543 X 100% = 35,752%

3.7 Perhitungan Efek Sinergetik

Suhu 30°C

Konsentrasi I1 I2 I’1+2 S

0,01 mM 0,60073 0,64766 0,36683 -0,39 0,02 mM 0,60073 0,55075 0,44533 -0,27

0,03 mM 0,60073 0,46143 0,51176 -0,13

0,04 mM 0,60073 0,31897 0,74037 0,31

0,05 mM 0,60073 0,2644 0,86589 1,01

Konsentrasi 0,01 mM

Diketahui : I1 = 0,60073

I2 = 0,64766

I’1+2 = 0,36683

Ditanya : S = …. ?

Jawab : S = 1- I₁₊₂

1- I'₁₊₂ =

1 - (0,60073 + 0,36683)

1 − 0,54299 = -0,39

Suhu 40°C

Konsentrasi I1 I2 I’1+2 S

0,01 mM 0,48856 0,60766 0,23681 -013

0,02 mM 0,48856 0,51392 0,29126 0,00

0,03 mM 0,48856 0,39756 0,40487 0,19 0,04 mM 0,48856 0,24 0,56620 0,63

0,05 mM 0,48856 0,16285 0,64619 0,99

Konsentrasi 0,02 mM

Diketahui : I1 = 0,48856

Page 63: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

49

I2 = 0,51392

I’1+2 = 0,29126

Ditanya : S = …. ?

Jawab : S = 1- I₁₊₂

1- I'₁₊₂ =

1 - (0,48856 + 0,29126)

1 - O,308545 = 0,00

Suhu 50°C

Konsentrasi I1 I2 I’1+2 S

0,01 mM 0,38208 0,55541 0,17937 0,08

0,02 mM 0,38208 0,44896 0,24309 0,22

0,03 mM 0,38208 0,39046 0,35562 0,35 0,04 mM 0,38208 0,27705 0,40525 0,57

0,05 mM 0,38208 0,18085 0,54934 0,97

Konsentrasi 0,03 mM

Diketahui : I1 = 0,38208

I2 = 0,39046

I’1+2 = 0,035562

Ditanya : S = …. ?

Jawab : S = 1- I₁₊₂

1- I'₁₊₂ =

1 - (0,38208 + 0,35562)

1 -O,02723 = 0,35

Suhu 60°C

Konsentrasi I1 I2 I’1+2 S

0,01 mM 0,34705 0,39604 0,11646 0,29

0,02 mM 0,34705 0,296 0,18752 0,44

0,03 mM 0,34705 0,21251 0,29151 0,62

0,04 mM 0,34705 0,12839 0,35752 0,82 0,05 mM 0,34705 0,9997 0,45312 -0,63

Konsentrasi 0,04 mM

Diketahui : I1 = 0,34705

I2 = 0,12839

I’1+2 = 0,35752

Ditanya : S = …. ?

Jawab : S = 1- I₁₊₂

1- I'₁₊₂ =

1 - (0,34705 + 0,35752)

1 -O,36331 = 0,8

Page 64: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

50

Lampiran 4. Adsorpsi Isoterm Ekstrak Getah Merkubung (Macaranga gigantea)

pada Suhu 303 K.

Adsorpsi Isoterm Langmuir

C (mM) θ C/θ

0,01

0,02

0,03

0,04

0,05

0,362

0,440

0,519

0,747

0,867

0,028

0,045

0,058

0,054

0,058

Adsorpsi Isoterm Freundlich

C (mM) Log C Log C/θ

0,01

0,02

0,03

0,04 0,05

-2,000

-1,699

-1,523

-1,398 -1,301

-0,441

-0,356

-0,285

-0,127 -0,062

Page 65: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

51

Lampiran 5. Perhitungan Kads dan ∆G°ads

C (mM) Log C Log C/θ

0,01

0,02

0,03 0,04

0,05

-2,000

-1,699

-1,523 -1,398

-1,301

-0,441

-0,356

-0,285 -0,127

-0,062

Log θ = log K + 1⁄n log C

Nilai persamaan garis lurus dari tabel:

y = 0,5438x + 0,6073

log K = 0,6073

Kads = 4,05

K = 1

55,5 exp (-ΔGºads / RT)

ΔGads = -RT ln (0,0055 x Kads)

= -8,314 J/mol K x 303 K x ln (0,0055 x 4,05)

= -3.523, J/mol

= -3,523 kJ/mol

y = 0.5438x + 0.6073R² = 0.9054

-0.600

-0.500

-0.400

-0.300

-0.200

-0.100

0.000

-2.500 -2.000 -1.500 -1.000 -0.500 0.000

Log Ѳ

Log C

303 K

Page 66: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

52

Lampiran 6. Perhitungan Entalpi Adsorbsi Standar dan Entropi Standar

Suhu (K) ΔGºads (kJ/mol)

303 -3,52

313 -3,68

323 -3,89

333 -4,63

y = -0,0353x + 7,2986

∆Hads = -0,0353 kJ.mol-1

∆Sads = 7,2986 kJ.mol-1 K-1

y = -0.0353x + 7.2986

-5.00

-4.50

-4.00

-3.50

-3.00

-2.50

-2.00

-1.50

-1.00

-0.50

0.00

300 310 320 330 340

ΔG

° ads

(kJm

ol-

1)

T (K)

Page 67: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

53

Lampiran 7. Karakterisasi Scanning Electron Microscopy (SEM)

Baja setelah direndam dalam ion

Cu2+ 0,05 mM + ekstrak getah

merkubung (Macaranga gigantea) 1 g/L selama 24 jam

Baja sebelum perlakuan Baja Setelah Perendaman dalam

Larutan Medium Korosif H2SO4

0,75 M selama 24 jam

Baja setelah perendaman dalam

ion Cu2+ 0,05 mM 0,75 M selama

24 jam

Baja setelah perendaman dalam

larutan Inhibitor ekstrak getah

merkubung (Macaranga gigantea) 1 g/L selama 24 jam

Page 68: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

54

Lampiran 8. Karakterisasi Faurier Transform Infra Red (FTIR)

FTIR Baja setelah perendaman dalam larutan Inhibitor ekstrak getah

merkubung (Macaranga gigantea) 1 g/L selama 24 jam

FTIR Baja setelah direndam dalam Ion Cu2+ 0,05 mM + ekstrak getah

merkubung (Macaranga gigantea) 1 g/L selama 24 jam

Page 69: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

55

Lampiran 9. Dokumentasi

Larutan H2SO4 0,75 M

Larutan Elektrolit CuSO4

Penimbangan CuSO4.5H2O

dan H3BO3

Penimbangan Ekstrak Getah

Merkubung

Larutan Ekstrak Getah

Merkubung

Baja sebelum dan

sesudah di amplas

Page 70: EFISIENSI INHIBISI KOROSI BAJA LUNAK DENGAN EFEK ...

56

Persiapan baja yang akan

direndam dalam ion Cu2+ +

ekstrak getah Merkubung

(Macaranga gigantea)

Perendaman baja dalam ion Cu2+ + ekstrak getah

Merkubung (Macaranga gigantea) dengan variasi

suhu

Permukaan baja setelah

pemanasan dalam waterbath Pencucian baja di dalam

aquades dan aseton

Baja setelah di cuci Sampel baja yang digerus

untuk analisis FTIR