Efektivitas Penerapan Metode Contextual Teaching and Learning …€¦ · cara peneliti memberikan...

22
Efektivitas Penerapan Metode Contextual Teaching and Learning Dalam Pembelajaran Fungsi Logika Pada Microsoft Excel 2007 Siswa Kelas VIII (Studi Kasus : SMP Negeri 5 Ambarawa) Artikel Ilmiah Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer Peneliti : Nunung Wuri Kurnia Dewi (702010172) Mila C. Paseleng, S.Si., M.Pd. George Nikijuluw, S.Pd. Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Januari 2015

Transcript of Efektivitas Penerapan Metode Contextual Teaching and Learning …€¦ · cara peneliti memberikan...

  • Efektivitas Penerapan Metode Contextual Teaching and

    Learning Dalam Pembelajaran Fungsi Logika Pada

    Microsoft Excel 2007 Siswa Kelas VIII

    (Studi Kasus : SMP Negeri 5 Ambarawa)

    Artikel Ilmiah

    Diajukan kepada

    Fakultas Teknologi Informasi

    Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

    Peneliti :

    Nunung Wuri Kurnia Dewi (702010172)

    Mila C. Paseleng, S.Si., M.Pd.

    George Nikijuluw, S.Pd.

    Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

    Fakultas Teknologi Informasi

    Universitas Kristen Satya Wacana

    Salatiga

    Januari 2015

  • 2

  • 3

  • 1

  • 2

  • 3

    Efektivitas Penerapan Metode Contextual Teaching and Learning

    Dalam Pembelajaran Fungsi Logika Pada Microsoft Excel 2007

    Siswa Kelas VIII

    (Studi Kasus : SMP Negeri 5 Ambarawa)

    1)

    Nunung Wuri Kurnia Dewi, 2)

    Mila C. Paseleng, S.Si., M.Pd., 3)

    George Nikijuluw,

    S.Pd.

    Fakultas Teknologi Informasi

    Universitas Kristen Satya Wacana

    Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

    Email: 1)

    [email protected], 2)

    [email protected], 3)

    [email protected]

    Abstract

    The application of conventional learning methods that are teacher center is just

    learning process centered on the teacher so that students are less active in the learning

    process. The purpose of this study was to determine whether the application of

    Contextual Teaching and Learning methods can enhance the activity of students in the

    learning of logic functions in Microsoft Excel 2007. This research uses quasi-

    experimental research design with Nonequivalent Control Group Design. The results

    showed an average improvement of student learning outcomes experimental class is

    higher than the control class. While the observations with the adoption of Contextual

    Teaching and Learning categorized either covering aspects of modeling, questioning,

    learning community, inquiry, constructivism, and reflection, so the method of Contextual

    Teaching and Learning effectively used in learning logic functions in Microsoft Excel

    2007.

    Keyword : Effectiveness, Contextual Teaching and Learning.

    Abstrak

    Penerapan metode pembelajaran konvensional yang bersifat teacher center yaitu

    proses pembelajaran hanya berpusat pada guru sehingga siswa kurang aktif dalam proses

    pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan metode

    Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam

    pembelajaran fungsi logika pada Microsoft Excel 2007. Penelitian ini menggunakan jenis

    penelitian quasi experiment dengan desain Nonequivalent Control Group Design. Hasil

    penelitian menunjukan rata-rata peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih

    tinggi daripada kelas kontrol. Sedangkan hasil pengamatan dengan penerapan metode

    Contextual Teaching and Learning berkategori baik meliputi aspek modeling,

    questioning, learning community, inquiry, kontruktivisme, dan reflection, sehingga

    metode Contextual Teaching and Learning efektif digunakan dalam pembelajaran fungsi

    logika pada Microsoft Excel 2007.

    Kata Kunci : Efektivitas, Contextual Teaching and Learning.

    1)

    Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan

    Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2)

    Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 3)

    Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

  • 4

    1. Pendahuluan Pembelajaran terjadi ketika seorang individu berlaku, beraksi, dan

    merespon sebagai hasil dari pengalaman dengan satu cara yang berbeda dari

    caranya berperilaku sebelumnya [1]. Proses pembelajaran yang baik adalah

    berpusat pada peserta didik, mengembangkan kreativitas, menciptakan

    kondisi yang menyenangkan dan menantang, kontekstual, menyediakan

    pengalaman belajar yang beragam, dan belajar melalui berbuat [2].

    Hasil yang diharapkan melalui mata pelajaran TIK khususnya Microsoft

    Excel 2007 siswa dapat menggunakan perangkat lunak pengolah angka untuk

    menyajikan informasi. Mampu menggunakan perangkat lunak pengolah

    angka sebagai hasil belajar TIK artinya siswa memiliki pengetahuan

    mengenai fungsi logika pada Microsoft Excel 2007 dan terampil

    menggunakannya. Proses pembelajaran TIK diharapkan siswa tidak hanya

    memiliki pengetahuan (kognitif) tetapi juga mempunyai keterampilan

    (psikomotorik). Siswa dapat memahami materi yang disampaikan guru dan

    siswa dapat meningkatkan pemahaman materi yang disampaikan guru dengan

    cara praktikum. Guru harus mampu mengarahkan anak didiknya agar mereka

    mau dan mampu menerapkan pengetahuan yang telah diraihnya [3]. Pada

    pembelajaran TIK pengembangan dan penerapan pengetahuan serta

    keterampilan dilakukan melalui kegiatan praktikum.

    Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran TIK dan observasi

    secara langsung di SMP Negri 5 Ambarawa metode pembelajaran yang

    digunakan menggunakan metode konvensional. Penerapan metode

    pembelajaran konvensional yang cenderung menghafal menghasilkan siswa

    yang tidak dapat mengembangkan kemapuannya karena pembelajaran hanya

    terpaku pada buku peganggan saja. Oleh karena itu diperlukan metode

    pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa dalam mengembangkan

    kreativitasnya dalam pengolahan data pada Microsoft Excel 2007.

    Contextual Teaching and Learning menekankan pada proses

    keterlibatan siswa untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan

    menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga mendorong

    siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka [4]. Penerapan

    metode Contextual Teaching and Learning dapat membantu siswa untuk

    tidak hanya menghafal sebuah konsep tetapi juga mampu mengembangkan

    penerapan konsep yang ada. Melalui penelitian ini akan dilakukan penerapan

    metode Contextual Teaching and Learning dalam pembelajaran fungsi logika

    pada Microsoft Excel 2007 siswa kelas VIII.

    2. Kajian Pustaka Dalam penelitian Yulistiyanto yang berjudul “Peningkatan Hasil

    Pembelajaran IPS Melalui Metode Contextual Teching and Learning (CTL)

    Bagi Peserta Didik” menjelaskan bahwa metode Contextual Teaching and

    Learning merupakan usaha yang dilakukan guru agar siswa memiliki

    kemampuan untuk mengungkapkan dan mengekspresikan dirinya sebagai

    individu maupun kelompok. Kemampuan tersebut diperoleh siswa melalui

    pengalaman belajar sehingga memiliki kemampuan mengorganisir informasi

  • 5

    yang ditemukan, membuat laporan dan menuliskan apa yang ada dalam

    pikirannya, dan selanjutnya dituangkan secara penuh dalam tugas-tugasnya.

    Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan kelas yang

    ditempuh dalam tiga siklus. Tindakan dalam setiap siklus dilakukan dengan

    cara peneliti memberikan tugas berupa penyelesaian suatu permasalahan

    secara berkelompok dan individu, dimana setiap kelompok atau individu

    mempunyai tugas masing-masing, kemudian mereka mempresentasikan hasil

    karya mereka. Hasil penelitian diperoleh rata-rata hasil belajar kognitif siswa

    sebelum tindakan sebesar 65 dengan ketuntasan belajar secara klasikal 39%.

    Pada siklus I sebesar 66 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 40,47 %.

    Rata-rata hasil belajar kognitif siswa pada siklus II sebesar 72,2 dengan

    ketuntasan belajar klasikal sebesar 65%. Rata-rata hasil belajar kognitif siswa

    pada siklus III sebesar 76,6 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 100%.

    Adapun hasil aktivitas belajar siswa diperoleh ketuntasan belajar klasikal pada

    siklus I sebesar 52,25%, siklus II sebesar 63,75% dan siklus III sebesar 100%.

    Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui metode

    pembelajaran kontekstual, kemampuan siswa dalam menyampaikan materi di

    depan kelas dan belajar mandiri di rumah dapat ditingkatkan. Selain itu siswa

    menjadi lebih berani mengemukakan pendapat dan dapat menerapkan ilmu

    sejarah dalam kehidupan bermasyarakat. [5].

    Penelitian lain yang dilakukan oleh Safrida Wati yang berjudul

    “Peningkatan Kemahiran Menulis Karangan Deskripsi Dengan Metode

    Contextual Teaching and Learning Siswa Kelas X SMA Negeri I Bintan

    Tahun Pelajaran 2012/2013” menunjukkan penerapan metode Contextual

    Teaching and Learning dapat meningkatkan kemahiran menulis karangan

    deskripsi siswa kelas X SMA Negeri 1 Bintan. Penggunaan metode

    Contextual Teaching and Learning sebagai alternatif pembelajaran menulis

    deskripsi sehingga siswa akan lebih tertarik untuk menuangkan ide atau

    gagasan dalam bentuk tulisan dan diharapkan dapat mengurangi kejenuhan

    siswa dalam pembelajaran menulis. Terlihat dari hasil tes praktik menulis

    karangan deskripsi siswa dari pratindakan dengan nilai rata-rata 67,80%

    kemudian meningkat pada akhir siklus II menjadi 78, 90%. Dengan demikian

    kemahiran menulis deskripsi siswa telah mengalami peningkatan baik proses

    maupun hasil setelah dikenai tindakan dengan menggunakan metode

    Contextual Teaching and Learning [6].

    Pada penelitian ini, efektivitas penerapan metode Contextual Teaching

    and Learning dilihat dari aktivitas siswa dalam pembelajaran. Hal ini

    ditunjukan dalam keberhasilan penerapan prinsip Contextual Teaching and

    Learning sehingga hasil belajar dapat meningkat. Siswa dapat menghitung

    data penjualan sepatu.

    Teknologi informasi dan komunikasi adalah sarana prasarana

    (hardware, software, useware), sistem dan metode untuk perolehan,

    pengiriman, penerimaan, pengolahan, penafsiran, penyimpanan,

    pengorganisasian, dan penggunaan data yang bermakna [7]. Menurut

    Departemen Pendidikan Nasional 2006 menjelaskan bahwa karakteristik mata

    pelajaran TIK adalah sebagai berikut [8]: TIK merupakan kajian secara

  • 6

    terpadu tentang data, informasi, pengolahan dan metode penyampaiannya.

    Keterpaduan berarti masing-masing komponen saling terkait bukan

    merupakan bagian yang terpisah-pisah atau parsial. Materi TIK berupa tema-

    tema esensial, aktual dan global yang berkembang dalam kemajuan teknologi

    pada masa kini, sehinggga mata pelajaran TIK merupakan pembelajaran yang

    dapat mewarnai perkembangan perilaku dalam kehidupan.

    Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan

    serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, meniru, dan

    lain sebagainya [9]. Hasil belajar adalah tingkah laku yang timbul misalnya

    dari yang tidak tahu menjadi tahu, timbul pengertian-pengertian baru,

    perubahan dalam sikap, kebiasaan, keterampilan, kesanggupan, menghargai,

    perkembangan sifat-sifat sosial, emosional, dan pertumbuhan jasmani [9].

    Bentuk-bentuk hasil belajar meliputi pengetahuan (kognitif), sikap (afektif),

    dan keterampilan (psikomotorik) [10]. Pengetahuan (kognitif) yaitu

    memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan dan

    menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari

    untuk memecahkan masalah tersebut. Sikap (afektif) mencakup watak

    perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Keterampilan

    (psikomotorik) merupakan ranah yang berkaitan kemampuan bertindak

    setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.

    Dengan menggunakan TIK, siswa akan dengan cepat mendapatkan ide

    dan pengalaman dari berbagai kalangan. Penambahan kemampuan siswa

    karena penggunaan teknologi informasi dan komunikasi akan

    mengembangkan sikap inisiatif dan kemampuan belajar mandiri, sehingga

    siswa dapat memutuskan dan mempertimbangkan sendiri kapan dan dimana

    penggunaan teknologi informasi dan komunikasi secara tepat dan optimal,

    termasuk apa implikasinya saat ini dan di masa yang akan datang [11].

    Minat belajar dapat didefinisikan sebagai ketertarikan dari diri siswa

    dalam belajar sebagai wujud kemauan untuk melaksanakan suatu kegiatan

    belajar dengan ciri timbulnya perasaan senang, perhatian, dan aktivitas dalam

    melaksanakan kegiatan tersebut [12]. Beberapa indikator minat belajar yaitu

    adanya perasaan senang, adanya ketertarikan siswa, adanya peningkatan

    perhatian dan keterlibatan siswa [13].

    Contextual Teaching and Learning merupakan strategi yang melibatkan

    siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Siswa didorong untuk

    beraktivitas mempelajari materi pelajaran sesuai dengan topik yang akan

    dipelajarinya [4]. Ada beberapa prinsip dalam penerapan metode Contextual

    Teaching and Learning, adapun prinsip Contextual Teaching and Learning

    dijelaskan pada tabel 1.

    Tabel 1 Prinsi-prinsip Contextual Teaching and Learning [4]

    Prinsip CTL Keterangan

    Konstruktivisme Proses membangun atau menyusun pengetahuan baru

    dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.

    Inquiry Proses pembelajaran berdasarkan pada pencarian dan

    penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.

    Questioning Dalam proses pembelajaran kontekstual, guru tidak banyak

  • 7

    menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi berusaha

    memancing agar siswa menemukan sendiri.

    Learning

    Community

    Konsep masyarakat belajar dalam pembelajaran

    kontekstual menyarankan agar hasil pembelajaran

    diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain.

    Modeling Proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu

    sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.

    Reflection Proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari

    yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali

    kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah

    dilaluinya.

    Autentic

    Assessment

    Proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan

    informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan

    siswa.

    Penerapan metode Contextual Teaching and Learning meliputi empat

    tahapan, yaitu: invitasi, eksplorasi, penjelasan dan solusi, dan pengambilan

    tindakan. Tahapan pembelajaran tersebut dapat dilihat pada gambar 1.

    Gambar 1 Tahapan pembelajaran CTL [14]

    Tahap invitasi, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan

    awalnya tentang konsep yang dibahas. Guru memancing degan memberikan

    pertanyaan yang problematik tentang fenomena kedalam kehidupan sehari-hari

    melalui kaitan konsep-konsep yang dibahas tadi dengan pendapat yang mereka

    miliki. Tahap eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan

    menenukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian,

    penginterpretasikan data dalam sebuah kegiatan yang telah dirancang guru.

    Tahap penjelasan dan solusi, saat siswa memberikan penjelasan-

    penjelasan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan

    penguatan guru, maka siswa dapat menyampaikan gagasan, membuat model,

    membuat rangkuman dan ringkasan. Tahap pengambilan tindakan, Siswa dapat

    membuat keputusan, menggunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagai

    informasi dan gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan saran

    baik secara individu maupun kelompok yang berhubungan dengan pemecahan

    masalah.

    Invitasi

    Eksplorasi

    Penjelasan dan solusi

    Pengambilan tindakan

  • 8

    Melalui penerapan metode Contextual Teaching and Learning siswa

    akan dilatih untuk menggunakan pengetahuan mereka dalam menyelesaikan

    soal yang diberikan guru pada mata pelajaran TIK, sehingga mereka akan

    lebih memahami dan tidak hanya menghafal saja. Proses pembelajaran TIK

    diharapkan siswa tidak hanya memiliki pengetahuan (kognitif) tetapi juga

    mempunyai keterampilan (psikomotorik). Siswa dapat meningkatkan

    pemahaman materi yang disampaikan guru dengan cara praktikum.

    Efektivitas didefinisikan sebagai pencapaian tujuan, dengan kata lain

    bagaimana sebaiknya suatu hasil (output) yang dicapai akan merefleksikan

    efektifitas [15]. Dikatakan efektif apabila siswa secara aktif dilibatkan dalam

    pengorganisasian dan penentuan informasi, siswa tidak hanya pasif menerima

    pengetahuan yang diberikan guru [16]. Efektivitas penerapan metode

    Contextual Teaching and Learning akan ditentukan berdasarkan keberhasilan

    penerapan prinsip-prinsip Contextual Teaching and Learning dalam proses

    pembelajaran.

    3. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 5 Ambarawa dengan

    mengambil kelas VIII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII C sebagai

    kelas kontrol dengan jumlah siswa adalah sama yaitu masing-masing 33

    siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan memperhatikan rekomendasi

    dari guru pengampu mata pelajaran TIK yang ada di SMP Negeri 5

    Ambarawa.

    Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian quasi experiment.

    Pengumpulan data diperoleh dengan observasi dan tes. Rancangan yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Design.

    Gambar 2 Alur Penelitian [17]

    Pada tahap identifikasi masalah, meneliti keadaan pembelajaran yang

    sudah berlangsung selama ini. Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan,

    dilakukan wawancara yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses

    pembelajaran yang selama ini terjadi serta perilaku siswa maupun guru

    selama proses pembelajaran berlangsung.

    Identifikasi Masalah

    Menyusun desain penelitian

    Studi Literature

    Analisis Data

    Pelaksanaan

    Kesimpulan

  • 9

    Pada tahap studi literature, mencari penelitian yang pernah dilakukan

    sebelumnya tentang penerapan metode Contextual Teaching and Learning

    dan teori-teori yang digunakan dalam penelitian.

    Pada tahap menyusun desain penelitian, desain pelaksanaan yang dibuat

    adalah dengan mendesain alur pembelajaran dan Rancangan Pelaksanaan

    Pembelajaran (RPP) untuk dapat mengitung besarnya pemasukan dari hasil

    penjualan sepatu yang ada. Instrumen yang digunakan adalah observasi dan

    tes. Observasi dilakukan melalui pengamatan serta mencatat semua hal yang

    diperlukan selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan

    untuk mengetahui keberhasilan penerapan prinsip Contextual Teaching and

    Learning melalui partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.

    Tabel 2 Kisi-kisi Observasi Perilaku Siswa Terhadap Penerapan Metode CTL

    Dalam Menghitung Data Penjualan Sepatu [4]

    Prinsip CTL Indikator Keberhasilan

    Modeling Siswa dapat melakukan seperti yang dicontohkan guru

    tentang cara mengisi kolom jurusan dengan fungsi logika

    IF.

    Questioning Siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan tentang cara

    menghitung data penjualan sepatu.

    Learning

    Community

    Siswa dapat bekerjasama dan berkolaborasi dengan siswa

    lainnya untuk menghitung data penjualan sepatu.

    Inquiry Siswa mampu menemukan hal-hal yang baru di dalam

    proses pembelajaran berhubungan dengan topik yaitu

    menghitung data penjualan sepatu.

    Konstruktivisme Siswa mampu mengembangkan hal-hal yang sudah

    mereka pelajari tentang cara menghitung data penjualan

    sepatu.

    Reflection Siswa dapat menyimpulkan hasil dari proses pembelajaran

    sesuai dengan apa yang sudah dilakukan yaitu

    menghitung data penjualan sepatu.

    Pemberian skor pada lembar observasi menggunakan skala guttman yaitu

    dengan cara jika siswa tidak melakukan sesuai indikator maka diberi skor 0 dan

    jika siswa melakukan kegiatan sesuai indikator diberi skor 1 [17]. Data

    observasi dianalisis dengan menggunakan rumus [18]:

    P = 𝐹

    𝑁 x 100 %

    Keterangan

    P = Persentase

    F = Frekwensi jawaban siswa

    N = Jumlah siswa

  • 10

    Tabel 3 Kriteria Hasil Observasi [18]

    Kategori Persentase

    Sangat Baik 80,1% - 100%

    Baik 60,1% - 80,0%

    Sedang 40,1% - 60,0%

    Buruk 20,1% - 40,0%

    Buruk Sekali 0,0% - 20,0%

    Tes yang digunakan adalah tes tertulis dan praktikum. Adapun teknik

    pengumpulan tes tertulis dengan pretest dan postest untuk mengukur nilai

    kognitif siswa dan tes praktikum untuk mengetahui psikomotorik siswa. Nilai pretest menunjukan kemampuan awal siswa dari kedua kelas.

    Untuk menunjukan perbedaan kemampuan awal siswa dilakukan uji hipotesis

    terhadap nilai pretest menggunakan Independent Samples T Test. Ho : nilai

    pretest kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol. Ha : nilai pretest kelas

    eksperimen tidak sama dengan kelas kontrol. Kemudian langkah selanjutnya

    adalah menentukan tingkat signifikansi. Tingkat signifikansi dalam hal ini

    berarti diambilnya resiko salah dalam mengambil keputusan untuk menolak

    hipotesis yang sebanyak-banyaknya 5% atau 0.05. Jika signifikansi < 0.05

    maka 𝐻𝑜 ditolak, dan jika signifikansi > 0.05, maka 𝐻𝑜 diterima. Uji gain dilakukan dengan cara menghitung selisih antara nilai posttest dan pretest.

    Uji data gain menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep

    siswa setelah proses pembelajaran. Untuk menunjukan peningkatan hasil

    belajar dari kedua kelas dilakukan uji hipotesis data gain. Langkah pertama

    untuk menentukan hipotesis dengan menentukan Ho dan Ha. Ho : nilai gain

    kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol. Ha : nilai gain kelas eksperimen

    tidak sama dengan kelas kontrol. Nilai gain dirumuskan sebagai berikut [17]:

    g =𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡

    𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡

    Tebel 4 Klasifikasi Nilai Gain [17]

    Nilai g Interpretasi 0.7 < g < 1 Tinggi

    0.3 ≤ g ≤ 0.7 Sedang 0 < g < 0.3 Rendah

    Pada tahap pelaksanaan, kelas eksperimen dengan menggunakan

    metode Contextual Teaching and Learning dan kelas kontrol dengan

    menggunakan metode pembelajaran konvensional.

    Pada tahap kesimpulan dengan pembuatan laporan penelitian.

  • 11

    4. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian merupakan hasil studi lapangan untuk memperoleh

    data dengan teknik tes dan observasi setelah dilakukan suatu pembelajaran

    yang berbeda antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

    Penelitian yang dilaksanakan termasuk dalam penelitian eksperimen yang

    terdiri dari dua kelas, VIII A sebagai kelas eksperimen dengan diterapkan

    metode Contextual Teaching and Learning dan VIII C sebagai kelas

    kontrol dengan diterapkan metode pembelajaran konvensional.

    Tahapan penerapan metode Contextual Teaching and Learning

    meliputi tahap invitasi, eksplorasi, penjelasan dan solusi, dan pengambilan

    tindakan dijelaskan pada tabel 5.

    Tabel 5 Langkah-langkah pembelajaran CTL [14]

    Tahap Kegiatan Belajar

    Invitasi Guru memberikan pertanyaan tentang pengertian fungsi

    logika pada Microsoft Excel 2007 serta jenis-jenis fungsi

    logika pada Microsoft Excel 2007.

    1. Apa yang dimaksud dengan fungsi logika? 2. Sebutkan jenis-jenis fungsi logika? 3. Apa manfaat belajar fungsi logika?

    (Questioning)

    Guru memberikan contoh fungsi logika tentang cara

    mengisi kolom jurusan dengan fungsi lofika IF.

    (Modeling)

    Eksplorasi Guru membagi kelompok untuk menyelesaikan kasus

    tentang menghitung data penjualan, setiap kelompok terdiri

    dari 5 orang. Dalam kelompok setiap anggota kelompok

    diberi tugas.

    1. Mengisi kolom barang. 2. Mengisi kolom harga. 3. Menghitung total. 4. Menghitung kolom potongan. 5. Mengisi kolom bonus. 6. Menghitung kolom bayar.

    Setiap anggota kelompok memilih untuk mengerjakan

    salah satu tugas dalam kasus tersebut kecuali menghitung

    kolom bayar. Kolom bayar akan dihitung setelah masing-

    masing siswa memperoleh data dari masing-masing

    tugasnya. (Learning Community)

    Dalam mengerjakan tugas setiap anggota kelompok

    menggunakan komputer masing-masing dan melihat buku

    panduan TIK. Data yang diperoleh setiap anggota

    kelompok dijadikan satu dan setiap anggota kelompok

    menjelaskan kepada anggota kelompok lain cara

    mengerjakan masing-masing tugas tersebut. Setelah

    diperoleh data dari masing-masing anggota kelompok maka

  • 12

    dapat dilakukan penghitungan pemasukan dari hasil

    penjualan tiap jenis barang yang diisi pada kolom bayar.

    (inquiry, konstruktivisme, learning community)

    Penjelasan

    dan solusi

    Masing-masing kelompok mampresentasikan data yang

    diperoleh dan cara menghitungnya. (Learning Community)

    Pengambilan

    tindakan

    Siswa dapat memberikan tanggapan mengenai hasil yang

    dipresentasikan dari setiap kelompok. (Questioning)

    Siswa melakukan refleksi dengan cara mencatat proses

    pembelajaran dan kesulitan yang dihadapi dalam

    menghitung data penjualan. (Reflection)

    Penerapan metode Contextual Teaching and Learning diharapkan siswa

    yang sebelumnya pasif di kelas karena hanya duduk dan mendengarkan namun

    dengan adanya pembelajaran seperti ini siswa cenderung aktif, mereka dapat

    melakukan diskusi dengan teman kelompok untuk menyelesaikan tugas yang

    diberikan guru yaitu menghitung harga penjualan. Siswa juga dapat

    mempresentasikan hasil diskusi kelompok didepan kelas dan siswa juga dapat

    menanggapi hasil diskusi kelompok lain dengan mengajukan pertanyaan

    sehingga proses belajar mengajar yang sebelumnya terlihat pasif menjadi aktif,

    menarik dan menyenangkan.

    Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan proses belajar

    mengajar dengan menerapkan metode Contextual Teaching and Learning,

    diperoleh informasi bahwa : (1) Selama pembelajaran berlangsung siswa aktif

    dikelas, mereka duduk berkelompok dan mendiskusikan cara menyelesaikan

    tugas yang diberikan guru, mereka saling berinteraksi dan bertukar pikiran. (2)

    Siswa bertanya hal-hal yang belum mereka ketahui, misal siswa bertanya

    tentang cara menggabungkan rumus fungsi seperti penggabungan fungsi IF dan

    AND untuk menghitung kolom potongan pada data penjualan sepatu. (3) Pada

    saat pembelajaran siswa yang biasanya rame dikelas pada saat itu

    memperhatikan apa yang guru perintahkan dan mengikuti pembelajaran dengan

    baik. (4) Sebelumnya siswa yang hanya melihat dan mendengarkan apa yang

    disampaikan guru pada saat proses pembelajaran namun dengan penerapan

    metode Contextual Teaching and Learning siswa turut aktif berkelompok

    mereka dapat melihat, mendengar, memahami dan mempresentasikan kepada

    teman-temannya. (5) Siswa antusias dan terlihat bersemangat pada saat

    pembelajaran.

    Observasi pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku

    siswa terhadap efektivitas penerapan metode Contextual Teaching and

    Learning dalam pembelajaran fungsi logika pada Microsoft Excel 2007 siswa

    kelas VIII. Skala sikap ini diberikan pada siswa kelompok eksperimen selama

    proses pembelajaran berlangsung.

  • 13

    Tebel 6 Observasi Perilaku Siswa Terhadap Penerapan Metode CTL

    Dalam Menghitung Data Penjualan Sepatu.

    Prisip CTL Persentase Pencapaian

    Indikator Kategori

    Modeling 69,6% Baik

    Questioning 57,5% Sedang

    Learning

    Community

    82,8% Sangat Baik

    Inquiry 75,7% Baik

    Konstruktivisme 45,4% Sedang

    Reflection 75,7% Baik

    Pada indikator kemampuan siswa dapat melakukan seperti yang

    dicontohkan guru tentang cara mengisi kolom jurusan dengan fungsi logika

    IF (Modeling) dikatakan berkategori baik karena 69,6% siswa dapat

    melakukan seperti yang dicontohkan guru sedangkan 30,4% tidak karena

    siswa tidak tertarik dengan materi yang diajarkan, siswa tidak fokus saat

    menerima pelajaran karena faktor linkungan sekolah, guru menjelaskan

    dengan terburu-buru. Pada indikator kemampuan siswa aktif dalam

    mengajukan pertanyaan tentang cara menghitung data penjualan sepatu

    (Questioning) dikatakan berkategori sedang karena 57,5% siswa aktif dalam

    mengajukan pertanyaan sedangkan 42,5% tidak karena siswa tidak

    memperhatikan saat guru mengajar, siswa pasif tidak terbiasa berfikir kritis,

    siswa sudah paham apa yang dijelaskan guru, siswa takut pertanyaan yang

    diajukan malah akan membuatnya malu.

    Pada indikator kemampuan siswa dapat bekerjasama dan berkolaborasi

    dengan siswa lainnya untuk menghitung data penjualan sepatu (Learning

    community) dikatakan berkategori sangat baik karena 82,8% siswa dapat

    bekerjasama dan berkolaborasi dengan siswa lainnya dengan baik sedangkan

    17,2% tidak karena pada saat mengerjakan tugas yang diberikan guru siswa

    malas mencari materi yang ada pada buku panduan dan siswa tidak bertanya

    kepada anggota kelompok maupun guru saat mengalami kesulitan. Pada saat

    siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok siswa kurang percaya diri

    karena kurang memahami hasil diskusi kelompok, siswa minder karena

    banyak yang lebih pintar darinya.

    Pada indikator kemampuan siswa mampu menemukan hal-hal yang

    baru di dalam proses pembelajaran berhubungan dengan topik yaitu

    menghitung data penjualan sepatu (Inquiry) dikatakan berkategori baik

    karena 75,7% siswa dapat menemukan hal-hal yang baru di dalam proses

    pembelajaran sedangkan 24,3% tidak karena siswa malas mencari materi

    yang ada pada buku panduan, siswa tidak mau bertanya kepada teman

    maupun guru saat belajar. Pada indikator kemampuan siswa mampu

    mengembangkan hal-hal yang sudah mereka pelajari tentang cara menghitung

    data penjualan sepatu (Konstruktivisme) dikatakan berkategori sedang karena

    45,4% siswa dapat mengembangkan hal-hal yang sudah mereka pelajari

  • 14

    sedangkan 54,6% tidak karena siswa pasif dan tidak mau berpikir kritis untuk

    mencari solusi dari sebuah kasus. Pada indikator kemampuan siswa dapat

    menyimpulkan hasil dari proses pembelajaran sesuai dengan apa yang sudah

    dilakukan yaitu menghitung data penjualan sepatu (Reflection) dikatakan

    berkategori baik karena 75,7% siswa dapat menyimpulkan hasil dari proses

    pembelajaran yang sudah dilakukan sedangkan 24,3% tidak karena siswa

    tidak memperhatikan saat guru mengajar, siswa tidak aktif bertanya dan

    berkolaborasi dengan teman saat proses pembelajaran berlangsung sehingga

    kurang menangkap apa yang dipelajarinya.

    Untuk melihat hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diberi

    perlakuan, maka perlu dilakukan pengolahan dan analisis data terhadap skor

    pretest dan posttest. Rekapitulasi data ditunjukkan pada tabel 7.

    Tabel 7 Rata-rata Skor Tes Hasil Belajar Siswa

    Kelas Pretest Posttest Gain Kriteria

    Eksperimen 64.27 77.41 0.36 Sedang

    Kontrol 65.08 72.56 0.21 Rendah

    Nilai pretes menunjukan kemampuan awal siswa dari kedua kelas.

    untuk menunjukan perbedaan kemampuan awal siswa dilakukan uji hipotesis

    terhadap nilai pretest dengan hipotesis:

    Ho: Nilai pretest kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol.

    Ha : Nilai pretest kelas eksperimen tidak sama dengan kelas kontrol.

    Diperoleh P = 0.829 dan nilai thitung = -0.217. Dengan membandingkan

    nilai P(0.829) > α( 0.05) dan thitung lebih kecil dari ttabel yaitu -0.217 < 1.6690

    sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai pretest kelas eksperimen sama

    dengan kelas kontrol. Hal itu berarti keadaan awal siswa kelas eksperimen

    dan kelas kontrol sebelum pembelajaran mempunyai kemampuan yang sama.

    Uji data gain menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan

    konsep siswa setelah proses pembelajaran. Hasil belajar merupakan hasil

    yang diperoleh siswa setelah pembelajaran, maka hasil belajar yang dimaksud

    yaitu adanya peningkatan yang dialami siswa. Hipotesis yang diuji untuk

    melihat peningkatan hasil belajar yaitu :

    Ho : Nilai gain kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol.

    Ha : Nilai gain kelas eksperimen tidak sama dengan kelas kontrol.

    Berdasarkan data nilai pretest dan posttest pada kelas eksperimen,

    diperoleh nilai gain kelas eksperimen sebesar 0.36 degan kriteria sedang dan

    kelas kontrol sebesar 0.21 dengan kriteria rendah. Hal ini menunjukan nilai

    gain kelas eksperimen tidak sama dengan kelas kontrol. Berarti peningkatan

    hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.

    Selain pretest dan posttes juga dilihat dari nilai praktikum. Analisis

    terhadap data praktikum siswa dilakukan dengan tujuan mengukur

    kemampuan siswa dalam menerima proses pembelajaran, dengan kata lain

    mengukur pemahaman siswa dalam materi yang akan diajarkan. Rekapitulasi

    data ditunjukan pada tabel 8.

  • 15

    Tabel 8 Hasil praktikum siswa

    Kelas Rata-rata Min Max

    Eksperimen 67.27 50 80

    Kontrol 62.72 40 80

    Berdasarkan data pada tabel 8, terlihat bahwa rata-rata skor kelas

    eksperimen adalah 67.27 dengan skor maksimum 80 dan skor minimum 50.

    Sedangkan rata-rata skor kelas kontrol adalah 62.72 dengan skor maksimum

    80 dan skor minimum 40. Dalam mengerjakan tes praktikum siswa kurang

    memahami penggunaan operator acuan seperti titik dan koma sehingga tidak

    dapat mengisi kolom barang dan harga pada data penjualan. Siswa tidak

    memahami cara menggabungkan rumus fungsi logika saat mengisi kolom

    total pada penjualan. Siswa kurang memahami operator perhitungan seperti

    perkalian dan pengurangan saat mengisi kolom bayar pada penjualan.

    5. Simpulan Berdasarkan permasalahan, tujuan penelitian, hasil analisis dan

    pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa

    penerapan metode Contextual Teaching and Learning efektif digunakan

    dalam pembelajaran fungsi logika pada Microsoft Excel 2007 siswa kelas

    VIII. Hal ini ditunjukan dengan keberhasilan penerapan prinsip Contextual

    Teaching and Learning dalam proses pembelajaran. Pada hasil uji gain

    menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah

    proses pembelajaran. Perhitungan gain antara kelas eksperimen juga lebih

    tinggi daripada kelas kontrol, yaitu nilai gain kelas eksperimen 0.36 dengan

    kriteria sedang dan pada kelas kontrol 0.21 dengan kriteria rendah. Hal itu

    berarti peningkatan belajar kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas

    kontrol. Pada tes praktikum siswa hasil rata-rata skor kelas eksperimen adalah

    67.27 sedangkan rata-rata skor kelas kontrol adalah 62.72 yang berarti hasil

    nilai praktikum dengan menggunakan metode Contextual Teaching and

    Learning lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan metode

    pembelajaran konvensional.

    Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti

    merekomendasikan untuk menggunakan metode Contextual Teaching and

    Learning karena proses belajar mengajar menjadi menyenangkan, siswa aktif

    dikelas, tidak membosankan dan perubahan hasil belajar cukup memuaskan.

    6. Daftar Pustaka [1] Robbins, Stephen P, Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi.

    Jakarta: Salemba Empat.

    [2] Saki, Asniatin. 2012. Inovasi Pembelajaran Merupakan Ide Perubahan

    Menuju Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jurnal DIKDAS. 1(1):2.

    [3] Anne Fatma dan Sri Ernawati. 2012. Pendekatan Perilaku Kognitif

    Dalam Pelatihan Keterampilan Mengelola Kecemasan Berbicara Di

    Depan Umum. Jurnal Psikologi, Universitas Sahid Surakarta. 1(1): 7.

  • 16

    [4] Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani.

    [5] Yulistyanto. 2011. Peningkatan Hasil Pembelajaran IPS Melalui

    Metode Contextual Teching and Learning (CTL) Bagi Peserta Didik.

    Jurnal Pendidikan Sejarah, IKIP Veteran Semarang.

    [6] Wati, Safrida. 2013. Peningkatan Kemahiran Menulis Karangan

    Deskripsi Dengan Metode Contextual Teaching And Learning Siswa

    Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri I Bintan Tahun Pelajaran

    2012/2013. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

    Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang.

    [7] Miarso, Yusufhadi. (2004). Menyemai benih teknologi pendidikan.

    Jakarta: Prenada Media.

    [8] Azimatul Ifah dan Rusijono. 2010. Pengaruh Penerapan Pembelajaran

    Tutor Sebaya Terhadap Hasil Belajar TIK. Jurnal Teknologi

    Pendidikan, Universitas Negri Surabaya. 10(10): 31.

    [9] Ice Syafsensi, Syahron Lubis, Chairul Israr. 2013. Kontribusi Motivasi

    Belajar Terhadapa Hasil Belajar Mata Pelajaran Gambar Bangunan

    Siswa SMK Negeri 2 Solok. Jurnal Pendidikan Teknik Bangunan FT

    UNP.

    [10] Sudjana. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Bandung: Sinar Baru

    [11] Wahyudin, Din. 2010. Model Pembelajaran Icare Pada Kurikulum Mata

    Pelajaran TIK di SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan. Universitas

    Pendidikan Indonesia.

    [12] Mursid, Yushanafi. 2012. Perbedaan Minat Dan Prestasi Belajar Siswa

    Pada Mata Diklat Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektronik

    Dengan Menggunakan Software Tutorial Plc Siswa Kelas Xi Smk

    Negeri 2 Pengasih. Jurnal Pendidikan Teknik Mekatronika, Universitas

    Negri Yogyakarta.

    [13] Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang

    Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

    [14] Sa’ud. 2010. Inovasi Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

    [15] Gaspersz, Vincent. 2006. Continuous Cost Reduction Through Lean-

    Sigma Approach. Gramedia Pustaka Utama: jakarta.

    [16] Mawardi, Puspasari. 2011. Perbedaan Efektivitas Pembelajaran

    Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Pembelajaran Konvensional pada Mata

    Pelajaran PKn IV SD Negeri 1 Badran Kecamatan Kranggan

    Kabupaten Temanggung. Universitas Kristen Satya Wacana. Scholaria

    vol 1. Salatiga.

    [17] Sugiyono. 2012. Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatif dan R & D.

    Bandung: CV. Alfabeta.

    [18] Riduwan. 2007. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian.

    Bandung: Alfabeta.