EFEKTIVITAS METODE IQRO’ DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN DI TKA – TPA “AMM” KOTAGEDE...

6
Beranda About AGAMA DI TENGAH KEKERASAN MASSA Mangun Budiyanto hari ini lebi baik dari kemarin Stay updated via RSS Tulisan-tulisan Terbaru UPAYA MEMBANGUN MORALITAS GURU AL-QUR’AN DI TANAH AIR KONSEKUENSI IMAN KEPADA AL-QUR’AN RETORIKA DAKWAH DAN APLIKASINYA DALAM GERAKAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN Keutamaan Belajar dan Mengajarkan Al-quran KEBIJAKAN POLITIK AL-KHULAFAUR ROSYIDUN Keutamaan Belajar dan Mengajarkan Al-quran Pengumuman untuk STITY KEBIJAKAN POLITIK AL-KHULAFAUR ROSYIDUN PERBEDAAN ANTARA PENDIDIKAN BARAT PADA UMUMNYA DAN PENDIDIKAN ISLAM Pengumuman untuk Mahasiswa STITY Kategori Filsafat Pendidikan Islam (1) Ilmu Al-Qur'an (4) ke-masjid-an (1) Pemikiran Tokoh (3) pendidikan (10) Politik (2) Taman Pendidikan Al-Qor'an (9) Teks Khutbah (2) Uncategorized (8) EFEKTIVITAS METODE IQRO’ DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN DI TKA – TPA “AMM” KOTAGEDE YOGYAKARTA[ Posted: Juli 26, 2010 in Taman Pendidikan Al-Qor'an 6 *] Oleh: Drs. H. Mangun Budiyanto I. Pendahuluan 1. Sebagaimana dikatakan oleh Mahmud Yunus (1979: 34) dan Kafrawi (1978: 17) secara historis pembelajaran Al-Qur’an di Indonesia tumbuh dan tersebar beriringan dengan tersebarnya agama Islam. Sebab di mana ada umat Islam, sudah dipastikan segera diikuti oleh berdirinya masjid atau mushalla, yang disamping sebagai tempat ibadah, juga sekaligus sebagai sentral pengajian, baik pengajian anak-anak, remaja, dewasa, orangtua, maupun pengajian umum. Khusus untuk pengajian anak-anak, umumnya diselenggarakan tiap malam hari sesudah shalat berjama’ah maghrib, dengan materi membaca Al-Qur’an, ibadah praktis, keimanan dan akhlak. Untuk pembelajaran membaca Al-Qur’an, umumnya dipergunakan kitab “Juz ‘Amma” yang di Jawa dikenal dengan istilah “turutan” atau kaidah Baghdadiyah. Cara mengajarkannya dimulai dengan mengenalkan huruf-huruf hijaiyah, kemudian tanda-tanda bacanya dengan dieja/diurai secara pelan. Setelah menguasai barulah diajarkan membaca QS. Al-Fatehah, An-Nas, Al-Falaq, Al-Ikhlas, dan seterusnya. Setelah selesai Juz ‘Amma, maka dimulai membaca Al-Qur’an pada mushaf, dimulai juz pertama sampai tamat. Dari waktu ke waktu, dari generasi ke generasi, pengajian anak-anak terus menyebar dalam jumlah besar merata di seluruh pelosok tanah air. Berkat pengajian anak-anaklah maka kemudian umat Islam, dari generasi ke generasi berikutnya, mampu membaca Al-Qur’an dan mengetahui dasar-dasar keislaman. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan iptek, sistem pengajian “tradisional” dan metode pembelajaran dengan kaidah Baghdadiyah yang demikian jadi kurang menarik. Anak-anak lebih tahan duduk berjam-jam di depan TV daripada duduk setengah jam di depan guru ngaji. Akibatnya, harus dibutuhkan waktu 2 – 5 tahun untuk bisa memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an (Mahmud Yunus, 1979: 35). Akibat lebih lanjut adalah semakin banyak terlihat anak-anak muda Islam yang tidak memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an. Hal yang demikian sungguh memprihatinkan! Di tengah keprihatinan ini ternyata mendorong banyak ahli untuk mencari berbagai solusi pemecahannya. Maka sejak tahun 1980-an di Indonesia bermunculan ide-ide dan usaha untuk melakukan pembaruan sistem dan metode pembelajaran membaca Al-Qur’an ini. Diantara tokoh pembaru yang cukup menonjol adalah KH. As’ad Humam dari Kotagede Yogyakarta. KH. As’ad Humum bersama kawan-kawannya yang dihimpun dalam wadah Team Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Mushalla (Team Tadarus “AMM”) Yogyakarta, telah mencari bentuk baru bagi sistem pengelolaan pengajian anak-anak dan metode pembelajaran membaca Al-Qur’an. Setelah melalui studi banding dan ujicoba, maka pada tanggal 21 Rajab 1408 H, bertepatan dengan tanggal 16 Maret 1988, didirikanlah Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an (TKA) “AMM” Yogyakarta. Setahun kemudian, tepatnya tanggal 16 Ramadlan 1409 H (23 April 1989) didirikan pula Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) “AMM” Yogyakarta. Antara TKA dan TPA tidaklah memiliki perbedaan dalam sistem, keduanya hanya berbeda dalam hal usia anak didiknya. TKA untuk anak usia TKA (4,0 – 6,0 tahun) sedangkan TPA, untuk anak usia SD (7,0 – 12,0 tahun). (As’ad Humam, dkk, 1995: 3-4). Bersamaan dengan didirikannya TKA-TPA, KH. As’ad Humam tekun menulis dan menyusun buku Iqro’, Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an, yang kemudian lebih dikenal sebagai “Metode Iqro’”. Metode ini ternyata, menurut informasi berbagai pihak, telah sanggup membawa anak-anak lebih mudah dan lebih cepat dalam belajar membaca Al-Qur’an. Namun benarkah demikian? Tulisan dalam makalah ini akan mencoba menjawab pertanyaan di atas. Sejauhmana efektivitas metode Iqro’ melalui sistem TKA-TPA ini dalam mengantarkan para anak didiknya memiliki kemampuan dalam membaca Al-Qur’an? Jawabannya tentu diperlukan melihat dari dekat TKA-TPA “AMM” Kotagede Yogyakarta, yang merupakan sumber awal dari sistem dan metode baru ini. II. Gambaran Umum TKA-TPA “AMM” 1. EFEKTIVITAS METODE IQRO’ DALAM PEMBELAJARAN MEMBA... http://mangunbudiyanto.wordpress.com/2010/07/26/efektivitas-metode-iq... 1 dari 6 15/02/2012 10:17

Transcript of EFEKTIVITAS METODE IQRO’ DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN DI TKA – TPA “AMM” KOTAGEDE...

Page 1: EFEKTIVITAS METODE IQRO’ DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN DI TKA – TPA “AMM” KOTAGEDE YOGYAKARTA[ « Mangun Budiyanto

Beranda

AboutAGAMA DI TENGAH KEKERASAN MASSA

Mangun Budiyanto

hari ini lebi baik dari kemarinStay updated via RSS

Tulisan-tulisan Terbaru

UPAYA MEMBANGUN MORALITAS GURU AL-QUR’AN DI TANAH AIRKONSEKUENSI IMAN KEPADA AL-QUR’ANRETORIKA DAKWAH DAN APLIKASINYA DALAM GERAKAN PENDIDIKAN AL-QUR’ANKeutamaan Belajar dan Mengajarkan Al-quranKEBIJAKAN POLITIK AL-KHULAFAUR ROSYIDUNKeutamaan Belajar dan Mengajarkan Al-quranPengumuman untuk STITYKEBIJAKAN POLITIK AL-KHULAFAUR ROSYIDUNPERBEDAAN ANTARA PENDIDIKAN BARAT PADA UMUMNYA DAN PENDIDIKAN ISLAMPengumuman untuk Mahasiswa STITY

Kategori

Filsafat Pendidikan Islam (1)Ilmu Al-Qur'an (4)ke-masjid-an (1)Pemikiran Tokoh (3)pendidikan (10)Politik (2)Taman Pendidikan Al-Qor'an (9)Teks Khutbah (2)Uncategorized (8)

EFEKTIVITAS METODE IQRO’ DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN DI TKA – TPA “AMM”KOTAGEDE YOGYAKARTA[

Posted: Juli 26, 2010 in Taman Pendidikan Al-Qor'an

6

*]

Oleh: Drs. H. Mangun Budiyanto

I. Pendahuluan1.

Sebagaimana dikatakan oleh Mahmud Yunus (1979: 34) dan Kafrawi (1978: 17) secara historis pembelajaran Al-Qur’an di Indonesia tumbuh dan tersebar beriringan dengan tersebarnyaagama Islam. Sebab di mana ada umat Islam, sudah dipastikan segera diikuti oleh berdirinya masjid atau mushalla, yang disamping sebagai tempat ibadah, juga sekaligus sebagai sentralpengajian, baik pengajian anak-anak, remaja, dewasa, orangtua, maupun pengajian umum.

Khusus untuk pengajian anak-anak, umumnya diselenggarakan tiap malam hari sesudah shalat berjama’ah maghrib, dengan materi membaca Al-Qur’an, ibadah praktis,keimanan dan akhlak. Untuk pembelajaran membaca Al-Qur’an, umumnya dipergunakan kitab “Juz ‘Amma” yang di Jawa dikenal dengan istilah “turutan” atau kaidah Baghdadiyah.Cara mengajarkannya dimulai dengan mengenalkan huruf-huruf hijaiyah, kemudian tanda-tanda bacanya dengan dieja/diurai secara pelan. Setelah menguasai barulah diajarkanmembaca QS. Al-Fatehah, An-Nas, Al-Falaq, Al-Ikhlas, dan seterusnya. Setelah selesai Juz ‘Amma, maka dimulai membaca Al-Qur’an pada mushaf, dimulai juz pertama sampai tamat.

Dari waktu ke waktu, dari generasi ke generasi, pengajian anak-anak terus menyebar dalam jumlah besar merata di seluruh pelosok tanah air. Berkat pengajian anak-anaklah makakemudian umat Islam, dari generasi ke generasi berikutnya, mampu membaca Al-Qur’an dan mengetahui dasar-dasar keislaman.

Namun seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan iptek, sistem pengajian “tradisional” dan metode pembelajaran dengan kaidah Baghdadiyah yang demikian jadi kurangmenarik. Anak-anak lebih tahan duduk berjam-jam di depan TV daripada duduk setengah jam di depan guru ngaji. Akibatnya, harus dibutuhkan waktu 2 – 5 tahun untuk bisa memilikikemampuan membaca Al-Qur’an (Mahmud Yunus, 1979: 35). Akibat lebih lanjut adalah semakin banyak terlihat anak-anak muda Islam yang tidak memiliki kemampuan membacaAl-Qur’an. Hal yang demikian sungguh memprihatinkan!

Di tengah keprihatinan ini ternyata mendorong banyak ahli untuk mencari berbagai solusi pemecahannya. Maka sejak tahun 1980-an di Indonesia bermunculan ide-ide dan usaha untukmelakukan pembaruan sistem dan metode pembelajaran membaca Al-Qur’an ini. Diantara tokoh pembaru yang cukup menonjol adalah KH. As’ad Humam dari Kotagede Yogyakarta.

KH. As’ad Humum bersama kawan-kawannya yang dihimpun dalam wadah Team Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Mushalla (Team Tadarus “AMM”) Yogyakarta, telah mencaribentuk baru bagi sistem pengelolaan pengajian anak-anak dan metode pembelajaran membaca Al-Qur’an. Setelah melalui studi banding dan ujicoba, maka pada tanggal 21 Rajab 1408H, bertepatan dengan tanggal 16 Maret 1988, didirikanlah Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an (TKA) “AMM” Yogyakarta. Setahun kemudian, tepatnya tanggal 16 Ramadlan 1409 H (23April 1989) didirikan pula Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) “AMM” Yogyakarta. Antara TKA dan TPA tidaklah memiliki perbedaan dalam sistem, keduanya hanya berbeda dalamhal usia anak didiknya. TKA untuk anak usia TKA (4,0 – 6,0 tahun) sedangkan TPA, untuk anak usia SD (7,0 – 12,0 tahun). (As’ad Humam, dkk, 1995: 3-4).

Bersamaan dengan didirikannya TKA-TPA, KH. As’ad Humam tekun menulis dan menyusun buku Iqro’, Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an, yang kemudian lebih dikenal sebagai “Metode Iqro’”. Metode ini ternyata, menurut informasi berbagai pihak, telah sanggup membawa anak-anak lebih mudah dan lebih cepat dalam belajar membaca Al-Qur’an.Namun benarkah demikian?

Tulisan dalam makalah ini akan mencoba menjawab pertanyaan di atas. Sejauhmana efektivitas metode Iqro’ melalui sistem TKA-TPA ini dalam mengantarkan para anak didiknyamemiliki kemampuan dalam membaca Al-Qur’an? Jawabannya tentu diperlukan melihat dari dekat TKA-TPA “AMM” Kotagede Yogyakarta, yang merupakan sumber awaldari sistem dan metode baru ini.

II. Gambaran Umum TKA-TPA “AMM”1.

EFEKTIVITAS METODE IQRO’ DALAM PEMBELAJARAN MEMBA... http://mangunbudiyanto.wordpress.com/2010/07/26/efektivitas-metode-iq...

1 dari 6 15/02/2012 10:17

Page 2: EFEKTIVITAS METODE IQRO’ DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN DI TKA – TPA “AMM” KOTAGEDE YOGYAKARTA[ « Mangun Budiyanto

TKA-TPA “AMM” ini terletak di Kampung Selokraman, suatu kampung di pinggiran kota Yogyakarta yang berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Bantul. Selokraman inimasuk wilayah Kalurahan Purbayan, Kecamatan Kotagede Yogyakarta. Di Kotagede inilah dulunya Kerajaan Islam Mataram berpusat sebelum kemudian berpindah ke tengah-tengahkota Yogyakarta yang sekarang ini.

Pada awal berdirinya (1988), TKA-TPA “AMM” ini belum memiliki gedung sendiri. Mula-mula hanya menempati beberapa ruang (salah satunya adalah ruang garasi) dari rumah milikpribadi KH. As’ad Humam. Baru kemudian pada tahun 1991 bisa membangun sebuah gedung yang memiliki 15 ruang, 4 ruang diantaranya berada di lantai 2. 11 ruang untuk kegiatanbelajar (ruang kelas), 2 ruang untuk kantor, 1 ruang untuk sekretariat Team Tadarus “AMM” dan 1 ruang untuk sekretariat Team Tadarus “AMM” dan 1 ruang untuk ruang tamu. Disebelah kiri ruang-ruang kelas terdapat kamar kecil dan halaman samping, sedang di depan gedung terdapat halaman yang cukup luas untuk bermain dan upacara.

Di samping memiliki gedung dengan 15 ruang di atas, TKA-TPA “AMM” juga didukung oleh fasilitas gedung lain yang juga dimanfaatkan untuk kegiatan, yaitu (1) gedung pertemuanberlantai 2 yang bisa menampung 500 orang, (2) Wisma “AMM” yang bisa menampung 100 orang tamu, (3) halaman Wisma “AMM” yang bisa digunakan parkir 300 kendaraan roda 2,(4) masjid yang bisa menampung 750 orang, dan (5) halaman masjid yang bisa dimanfaatkan untuk parkir 75 kendaraan roda 2.

Sebagai suatu sistem pendidikan, TKA-TPA “AMM” telah merumuskan tujuan pendidikan yang ingin dicapainya. Dalam buku kecil terbarunya (H.M. Budiyanto, dkk, 2007: 4),disebutkan bahwa tujuan pendidikannya adalah menyiapkan terbentuknya generasi qur’ani, yaitu generasi yang memiliki komitmen terhadap Al-Qur’an sebagai sumber perilaku, pijakanhidup dan rujukan segala urusannya. Hal ini ditandai dengan kecintaan yang mendalam terhadap Al-Qur’an, mampu dan rajin membacanya, terus menerus mempelajari isikandungannya, dan memiliki kemauan yang kuat untuk mengamalkannya secara kaffah dalam kehidupan sehari-hari.

Demi tercapainya tujuan pendidikan yang cukup ideal ini, Team Tadarus “AMM” saat ini telah menyusun 5 jenjang pendidikan, yang masing-masing jenjang telah merumuskan target-target yang harus dicapai. Kelima jenjang itu adalah:

Masing-masing jenjang diprogramkan untuk masa 1 (satu) tahun dengan target masing-masing yang telah dirumuskan secara sistematis. Untuk TKA-TPA sebagai jenjang pertama, ada 3target pokok yang ingin dicapai, yaitu santri mampu: (1) membaca Al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid dengan baik dan benar, (2) melakukan praktek wudlu dan shalat, (3) hafal bacaanshalat. Di samping target pokok dirumuskan pula adanya target penunjang, yaitu: (1) hafal 15 do’a sehari-hari, (2) hafal 13 surat pendek, (3) hafal 2 kelompok ayat pilihan, (4) bisamenulis ayat Al-Qur’an, (5) memiliki dasar-dasar akidah yang benar dan akhlak mulia, dan (6) membiasakan berinfak.

Untuk tahun ajaran 2008/2009 saat ini, Team Tadarus “AMM” memiliki 407 santri, dengan perincian sebagai berikut:

No Unit Putra Putri Jumlah1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

TKA

TPA

TKA Lanjutan

TPA Lanjutan

Pra TQA (Tahfidz Juz ‘Amma)

TQA (Tafhim Juz ‘Amma)

TQA (Maudlu’iyah)

TQA (Tartibiyah)

80

34

35

32

14

15

4

-

60

41

31

19

23

14

5

-

140

75

66

51

37

29

9

0

Jumlah 214 193 407

Dari jumlah 407 anak tersebut, saat ini diasuh oleh 34 orang guru, yang terdiri dari 8 orang guru laki-laki (ustadz) dan 26 orang guru perempuan (ustadzah). 25 orang guru (73,50%)berusia antara 21-30 tahun, sedang pendidikan mereka mayoritas (21 orang = 63%) berpendidikan Sarjana (S1).

Khusus untuk santri TKA-TPA, sebagaimana terlihat pada tabel di atas, saat ini berjumlah 215 anak, yang terdiri dari 140 anak santri TKA, sedang santri TPA-nya sebanyak 75 anak.Mereka masuk tiap hari (selain Jum’at) yang terbagi dalam 2 shif. Shif pertama masuk jam 14.30-15.30 dan dilanjutkan shalat ashar berjama’ah, sedang shif kedua masuk jam16.00-17.00 dan sebelumnya diawali dengan shalat berjama’ah ashar. Pembagian shif ini dilakukan atas pertimbangan keterbatasan ruang dan ustadz.

Sedang waktu yang 60 menit tiap hari masuk itu digunakan:

Durasi

(menit)Keterangan

a. 05 : Pembukaan (persiapan, salam, do’a dan presensi)b. 15 : Klassikal I (bacaan sholat, etika dan do’a sehari-hari,

surat-surat pendek dan ayat pilihan)

c. 25 : Privat (proses pembelajaran baca Al-Qur’an denganbuku Iqro’ dan menulis)

d. 10 : Klassikal II (hadits/mahfudzot tentang akidah akhlakyang disampaikan dengan BCM)

e. 05 : Penutup (do’a, baca ikrar, pesan-pesan dan berinfak)

Catatan: Untuk praktek wudlu dan sholat berjamaah dilaksanakan

di luar jam pelajaran

Dan bila dibuat struktur kurikulum TKA-TPA tiap minggunya, maka akan terlihat sebagai berikut:

No Mata Pelajaran Smt I Smt II Jml1. Pembelajaran Iqro’/tadarus Al-Qur’an

secara privat dan menulis6 6 12

2. Bacaan sholat dan surat-surat pendek 4 4 83. Etika dan do’a sehari-hari 3 3 6

4. Ayat-ayat pilihan 2 2 45. Hadits/mahfudzot tentang akidah akhlak

(BCM)3 3 6

6. Praktek wudlu, sholat (berjamaah) danberinfak

5 5 10

Jumlah 23 23 46

EFEKTIVITAS METODE IQRO’ DALAM PEMBELAJARAN MEMBA... http://mangunbudiyanto.wordpress.com/2010/07/26/efektivitas-metode-iq...

2 dari 6 15/02/2012 10:17

Page 3: EFEKTIVITAS METODE IQRO’ DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN DI TKA – TPA “AMM” KOTAGEDE YOGYAKARTA[ « Mangun Budiyanto

III. Metode Pembelajaran Membaca Al-Qur’an1.

Dari uraian di atas sudah terlihat bahwa pembelajaran membaca Al-Qur’an diberikan di jenjang TKA-TPA dengan sistem privat. Baik TKA maupun TPA, santri dikelompokkandalam kelas-kelas, setiap kelas antara 15-25 anak, ada seorang wali kelas dan dibantu oleh beberapa orang ustadz/ ustadzah privat. Jumlah ustadz privat tiap kelas disesuaikan denganjumlah santri dalam kelas tersebut, dengan perbandingan tiap 6 santri diperlukan 1 ustadz/ustadzah. Sebagai panduan (buku pegangan) dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an adalahbuku Iqro’ yang terdiri dari jilid 1-6.

Masing-masing ustadz mengajar para santri secara bergantian satu persatu dengan prinsip CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), maksudnya santrilah yang aktif membaca lembaran-lembaran buku Iqro’ yang telah disusun secara sistematis dan praktis, sedangkan ustadz hanya menerangkan pokok-pokok pelajarannya dan menyimak (memperhatikan) bacaan santrisatu persatu. Karena sifatnya yang individual, maka tingkat kemampuan dan hasil yang dicapai oleh masing-masing santri dalam satu kelas tidaklah sama.

Cara mengajarkan buku Iqro’ haruslah disesuaikan dengan petunjuk pengajaran yang telah digariskan oleh KH. As’ad Humam sebagai penyusun buku Iqro’. Ada 14 hal penting sebagai“Kunci Sukses Pengajaran Buku Iqro” (As’ad Humam, dkk, 2001: 97-98), yaitu:

CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), guru menerangkan pokok bahasan, setelah itu santri aktif membaca sendiri, guru sebagai penyimak saja, jangan sampai menuntun, kecualihanya memberikan contoh saja.

1.

Privat. Penyimakan seorang demi seorang secara bergantian. Bila klasikal (di sekolah formal atau di TPA yang kekurangan guru) menggunakan IQRO’ Klasikal yang dilengkapidengan alat peraga IQRO’ Klasikal.

2.

Asistensi. Santri yang lebih tinggi pelajarannya dapat membantu menyimak santri lain.3.Mengenai judul-judul, guru langsung memberi contoh bacaannya, jadi tidak perlu banyak penjelasan. Santri tidak dikenalkan istilah fathah, tanwin, sukun dan seterusnya. Yangpenting santri betul bacaannya.

4.

Komunikatif. Setiap huruf/kata dibaca betul, guru jangan diam saja, tetapi agar memberikan perhatian/sanjungan/penghargaan. Umpamanya dengan kata-kata: Bagus, Betul, Ya,dan sebagainya.

5.

Sekali huruf dibaca betul jangan diulang lagi.6.Bila santri keliru baca huruf, cukup betulkan huuf-huruf yang keliru saja dengan cara:7.

- Isyarah, umpamanya dengan kata-kata “Eee, awas, stop” dan lain sebagainya

- Bila dengan isyarah masih tetap keliru, berilah titian ingatan

- Bila masih lupa, barulah ditunjukkan bacaan yang sebenarnya

- Bila santri keliru baca di tengah/di akhir kalimat, maka betulkanlah yang keliru itu saja, membacanya tidak perlu diulang dari awal kalimat. Nah setelah selesai sehalaman, agarmengulang pada kalimat yang ada kekeliruan tersebut.

Bagi santri yang betul-betul menguasai pelajaran dan sekiranya mampu dipacu, maka membacanya boleh diloncat-loncatkan, tidak perlu utuh tiap halaman.1.Bila santri sering memanjangkan bacaan (yang semestinya pendek) karena mungkin sambil mengingat-ingat huruf di depannya, maka tegurlah dengan “Membacanya putus-putussaja!” dan kalau perlu huruf didepannya ditutup dulu agar tidak berpikir.

2.

Santri jangan diajari dengan irama yang berlagu walaupun dengan irama tartil, sebab akan membebani santri yang belum saatnya diajarkan membaca irama tertentu. Sedangkanirama bacaan tartil dalam kaset yang dikeluarkan Team Tadarus “AMM” dimaksud untuk pengajaran MATERI HAFALAN dan ketika sudah bertadarus Al-Qur’an. Jadi tidakuntuk pengajaran buku IQRO’.

3.

Bila ada santri yang sama tingkat pelajarannya, boleh dengan sistem tadarus, secara bergilir membaca sekitar 2 baris sedang lainnya menyimak.4.Untuk EBTA sebaiknya ditentukan ditunjuk guru penguji khusus supaya standarnya tetap dan sama.5.Pengajaan buku IQRO’ (jilid 1 s/d 6) sudah dengan pelajaran tajwid yaitu tajwid praktis, artinya santri akan bisa membaca dengan benar sesuai dengan ilmu tajwid. Sedangkanilmu tajwid itu sendiri (seperti istilah idghom, ikhfa’, macam-macam mad, sifat-sifat huruf dan sebagainya) diajarkan setelah lancar tadarus Al-Qur’an beberapa juz.

6.

Syarat kesuksesan, disamping menguasai/menghayati petunjuk mengajar, mesti saja guru fasih dan tartil mengajarnya.7.

IV. Efektivitas Metode Pembelajaran Iqro’1.

Telah disebutkan diatas bahwa pembelajaran membaca Al-Qur’an di TKA-TPA “AMM” ini sepenuhnya menggunakan buku Iqro’ lengkap dengan metodologi yang telah digariskan olehpenyusunnya, serta penerapannya dibimbing dan diawasi oleh Pengurus Team Tadarus “AMM”. Pertanyaan berikutnya adalah sejauhmana efektivitasnya?

Untuk menjawab pertanyaan ini, diperlukan penelitian untuk mengetahui kecepatan para santri dalam menyelesaikan buku Iqro’ jilid 1 s/d 6 di TKA-TPA “AMM” ini. Jilid 1 adalahmerupakan awal seorang santri memulai belajar membaca Al-Qur’an, sedang jilid 6 adalah sebagai tanda seorang santri telah mampu membaca Al-Qur’an.

Saat penelitian ini dilakukan, Maret 2009 TKA-TPA “AMM” baru saja melaksanakan pembagian rapor semester gasal tahun pembelajaran 2008-2009. Semester gasal berlangsungselama 6 bulan, yaitu sejak tanggal 15 September 2008 s/d 15 Februari 2009. Pertanyaannya adalah bagaimana kondisi kemampuan para santri dalam membaca Iqro’ setelah merekabelajar selama 1 (satu) semester ini? Jawaban pertanyaan ini tentu harus melihat pada TKA-TPA. Karena TKA-TPA adalah jenjang pertama (jenjang Iqro’). (Wawancara denganMuakhiroh, S.Pd.I., Direktur TKA-TPA “AMM”, Senin, 23 Maret 2009)

Klasifikasi Kemampuan Membaca Iqro’

Santri TKA-TPA “AMM” (setelah 6 bulan belajar)

NoTingkatanJilid

TKA

N=140%

TPA

N=75%

Jumlah

N=215%

1. Jilid 1 10 7,14 % 1 1,33 % 11 5,12 %2. Jilid 2 20 14,28 % 5 6,67 % 25 11,63 %

3. Jilid 3 40 28,57 % 16 21,33 % 56 26,05 %4. Jilid 4 37 26,43 % 22 29,34 % 59 27,44 %

5. Jilid 5 11 7,86 % 13 17,33 % 24 11,16 %6. Jilid 6 17 12,14 % 13 17,33 % 30 13,95 %

7. Al-Qur’an 5 3,58 % 5 6,67 % 10 4,65 %Jumlah 140 100 % 75 100 % 221 100 %

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dalam waktu 6 bulan, pencapaian kemampuan membaca Iqro’ untuk santri TKA dengan TPA berbeda. Dari 140 santri TKA, yang telahmenyelesaikan Iqro’ 1-3 ternyata hanya separohnya, yaitu ada 70 anak (50 %) dan yang 70 anak (50 %) masih berada pada Iqro’: 1-3. Dengan demikian, bisa diprediksikan bahwauntuk TKA, target 1 (satu) tahun telah mampu membaca Al-Qur’an tidak akan tercapai. Artinya, untuk TKA diprediksikan masih diperlukan tambahan waktu untuk menuntaskan 140santri (100 %) memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an. Namun demikian, ternyata telah terdapat 5 anak (3,58 %) yang telah mengkhatamkan Iqro’: 1-6 dan akan segera disusul oleh17 anak (12,14 %) yang sekarang sudah memasuki Iqro’: 6.

Sedang untuk TPA, dari 75 santri yang ada, dalam waktu 6 bulan mayoritas dari mereka (53 anak = 70,66 %) telah bisa menyelesaikan buku Iqro’: 1-3 dan hanya 22 anak (29,34 %)yang belum bisa memasuki Iqro’: 4. Ini berarti, mayoritas santri TPA akan bisa menyelesaikan buku Iqro’: 1-6 dalam waktu 1 (satu) tahun, sesuai dengan target yang ditentukan. Bahkanterdapat 5 anak (6,67 %) yang telah mengkhatamkan Iqro’: 1-6 dan akan segera disusul oleh 13 anak (17,33 %) yang sekarang sudah memasuki Iqro’: 6. Dengan perkataan lain

EFEKTIVITAS METODE IQRO’ DALAM PEMBELAJARAN MEMBA... http://mangunbudiyanto.wordpress.com/2010/07/26/efektivitas-metode-iq...

3 dari 6 15/02/2012 10:17

Page 4: EFEKTIVITAS METODE IQRO’ DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN DI TKA – TPA “AMM” KOTAGEDE YOGYAKARTA[ « Mangun Budiyanto

untuk anak usia SD, dengan sistem TPA dan metode Iqro’, akan bisa diantarkan memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an dalam waktu 6-12 bulan.

Yang menarik dari data di atas, ternyata masih ada 10 anak (7,14 %) TKA dan 1 (satu) anak (1,33 %) TPA yang belum beranjak dari Iqro’: 1. Mengapa hal ini bisa terjadi? Setelahditelusuri pada daftar absensi, ternyata ke 11 anak ini sehari-hari memang tidak begitu aktif mengikuti pelajaran. Dari ke 11 anak ini kehadirannya tidak ada yang lebih dari 50 %.Sehingga wajar kalau mereka tertinggal.

Di atas telah dipaparkan kondisi setelah 6 bulan santri belajar Iqro’ di TKA-TPA dan belum memberikan gambaran kecepatan santri TKA-TPA dalam menyelesaikan Iqro’: 1-6. Untukmengetahui hal ini, perlu melihat kembali dokumentasi yang ada pada santri yang sekarang duduk di TKAL-TPAL. Berapa bulan sebenarnya, waktu yang harus mereka habiskan untukbisa menyelesaikan Iqro’: 1-6 pada saat mereka duduk di TKA-TPA setahun yang lalu?

Jumlah santri TKAL sekarang ini ada 66 anak, yang terdiri dari 35 santri putra dan 31 santri putri. Sedang jumlah santari TPAL sekarang ini ada 51 anak, yang terdiri dari 32 santri putradan 19 santri putri. Sehingga jumlah santri TKAL-TPAL keseluruhannya ada 117 santri.

Setelah melihat kembali dokumentasi kecepatan 117 santri dalam menyelesaikan buku Iqro’: 1-6 dapat dibuat tabel sebagai berikut:

Kecepatan Santri TKA-TPA Tahun 2007/2008

dalam Menyelesaikan Iqro’: 1-6

NoTingkatanJilid

TKAL

N=66%

TPAL

N=51%

Jumlah

N=117%

1. 1 – 2 bl 0 0 % 0 0 % 0 0 %2. 3 – 4 bl 0 0 % 0 0 % 0 0 %

3. 5 – 6 bl 4 6,06 % 6 11,76 % 10 8,55 %4. 7 – 8 bl 7 10,60 % 7 13,73 % 14 11,97 %

5. 9 – 10 bl 11 16,67 % 12 23,53 % 23 19,66 %6. 11 – 12 bl 14 21,21 % 18 35,30 % 32 27,35 %

7. 13 – 14 bl 13 19,70 % 4 7,84 % 17 14,53 %8. 15 – 16 bl 4 6,06 % 1 1,96 % 5 4,28 %

9. 17 – 18 bl 7 10,60 % 0 0 % 7 5,98 %10. 19 – 20 bl 2 3,03 % 0 0 % 2 1,71 %

11. 21 – 22 bl 0 0 % 1 1,96 % 1 0,85 %12. 23 – 24 bl 1 1,52 % 2 3,92 % 3 2,56 %

13. Lebih 24 bl 3 4,55 % 0 0 % 3 2,56 %Jumlah 66 100 % 51 100 % 117 100 %

(Diolah dari dokumentasi “Kartu Prestasi Iqro” tahun 2007/2008, dikutip, Senin, 23 Maret 2009)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa:

Walaupun awal mulainya dalam waktu yang sama, namun ternyata dalam menyelesaikan buku Iqro’nya, bisa sangat bervariasi. Ada yang bisa menyelesaikan dalam waktu kurangdari 6 bulan (1 semester), namun ada yang lebih dari 24 bulan (4 semester). Hal ini sangat dimungkinkan, karena TKA-TPA dalam mengajarkan Iqro menggunakan sistem privat(sorogan). Sehingga santri yang cerdas dan rajin masuk akan lebih cepat selesai dan tidak menunggu santri yang kurang cerdas dan kurang rajin masuk.

1.

Dengan sistem TKA-TPA dan metode Iqro’ ternyata memungkinkan seorang santri lebih cepat mampu membaca Al-Qur’an. Terbukti dalam waktu tidak lebih dari 6 bulan, sudahterdapat 10 anak dari 117 anak (8,55 %) yang telah memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an. 10 anak tersebut, 4 anak diantaranya masih usia TK sedang yang 6 anak berusiaSD Kelas 1-3.

2.

Terdapat perbedaan yang signifikan antara anak usia TK (4,0 – 6,0 tahun) dan anak usia SD (7,0 – 9,0 tahun) dalam kecepatan menyelesaikan buku Iqro’. Melalui TK Al-Qur’an,dalam waktu 12 bulan baru terdapat 36 anak dari 66 anak (54,55 %) yang mampu menyelesaikan Iqro’ : 1-6, dan dibutuhkan waktu 18 bulan (3 semester) untuk bisa mencapaiangka 89,39 % (59 anak dari 66 anak). Bahkan harus dibutuhkan waktu lebih dari 2 tahun untuk bisa menuntaskan seluruh anak usia TK tersebut bisa menyelesaikan Iqro’: 1-6.Hal ini bisa dimengerti karena memang mereka masih usia TK, suatu usia yang oleh banyak pihak diragukan kemampuannya untuk diajar membaca.

3.

Berbeda dengan anak usia TK, anak usia SD ternyata lebih cepat dalam menyelesaikan Iqro’. Dalam waktu 6 bulan, tercatat ada 6 anak dari 51 anak (11,76 %) yang telah bisamenyelesaikan Iqro’: 1-6. Kemudian dalam waktu 12 bulan, mayoritas dari mereka (43 dari 51 anak/84,31 %) telah mampu menyelesaikan Iqro’: 1-6. Sedangkan untuk anak usiaTK, dalam waktu yang sama hanya mencapai angka 54,55 %.

4.

Dari uraian di atas dapat diketahui efektivitas metode Iqro’ melalui sistem TKA-TPA. Bagi anak usia TK (4,0 – 6,0 tahun), terbukti mampu diantarkan memiliki kemampuan membacaAl-Qur’an dalam waktu antara 6,0 – 18,0 bulan (89,39 %), sedang bagi anak usia SD (7,0 – 9,0 tahun) bisa lebih cepat lagi, yaitu dalam waktu antara 6,0 – 12,0 bulan (84 %). Waktuyang relatif cepat bila dibandingkan dengan metode (kaidah) Baghdadiyah melalui sistem pengajian tradisional, yang memerlukan waktu antara 2 – 5 tahun. (Mahmud Yunus, 1979: 35)

V. Hambatan Yang Dihadapi1.

Hasil prestasi di atas, mestinya bisa lebih ditingkatkan lagi andaikan tidak terhambat oleh 2 faktor utama, yaitu:

Rendahnya prosentase kehadiran para santri. Hal ini bisa dilihat pada daftar presensi yang menunjukkan bahwa prosentase rata-rata kehadiran para santri sangat rendah. Padahalkeaktifan kehadiran sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan suatu pendidikan. Betapapun baiknya seorang ustadz dan betapapun canggihnya suatu metode, kalaumuridnya jarang hadir tentu hasilnya tidak akan optimal. Berikut ini disajikan tabel prosentase rata-rata kehadiran santri selama 1 (satu) semester yang lalu (September 2008 s/dPebruari 2009).

1.

Prosentase Rata-rata Kehadiran Santri

No Unit Sept

(%)

Oktt

(%)

Nop

(%)

Des

(%)

Jan

(%)

Peb

(%)

Komulatif

1 smt (%)

1. TKA 78 72 69 66 68 63 69,332. TPA 87 67 65 65 63 64 68,50

Jumlah

Rata-rata

82,5 69,5 67,0 65,5 65,5 63,5 68,91

(Diolah dari Dokumentasi Daftar Presensi Kehadiran Santri TKA-TPA “AMM” Semester Gasal Tahun 2008/2009, dikutip Senin, 30 Maret 2009)

Tabel di atas menunjukkan bahwa dalam semester yang lalu (September 2008 s/d Pebruari 2009) keaktifan kehadiran santri TKA-TPA “AMM” hanya mencapai angka 68,91 %. Sebabketidakhadiran yang paling utama adalah adanya berbarengan kegiatan di SD-nya, seperti pramuka, pelajaran tambahan, dan lain-lain. (Wawancara dengan Muakhiroh, S.Pd.I., DirekturTKA-TPA “AMM”, Senin, 23 Maret 2009). Para ustadz nampaknya tidak bisa “memaksa” agar para santri lebih mengutamakan TKA-TPA daripada kegiatan SD-nya.

EFEKTIVITAS METODE IQRO’ DALAM PEMBELAJARAN MEMBA... http://mangunbudiyanto.wordpress.com/2010/07/26/efektivitas-metode-iq...

4 dari 6 15/02/2012 10:17

Page 5: EFEKTIVITAS METODE IQRO’ DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN DI TKA – TPA “AMM” KOTAGEDE YOGYAKARTA[ « Mangun Budiyanto

Kesulitan mencari ustadz/ustadzah yang fasih membaca Al-Qur’annya sekaligus memiliki kualifikasi akademik dibidang keguruan. (Wawancara dengan M. Najib, PengurusYayasan Team Tadarus “AMM” Yogyakarta, Ahad, 29 Maret 2009). Dari 34 orang ustadz/ustadzah yang ada, yang memiliki ijazah keguruan hanya ada 10 orang (29,41 %), danitupun tidak ada yang memiliki ijazah keguruan dibidang pendidikan Al-Qur’an. Bahkan tercatat ada 11 orang ustadz/ustadzah (32,35 %) yang memiliki latar belakang pendidikan“non keagamaan”, seperti Sastra Jawa, Ekonomi, Ilmu Politik, Biologi, Pertanian, Tata Busana dan Listrik. Hal ini tentu berakibat kurang optimalnya hasil yang dicapai.

1.

VI. Penutup1.

Dari uraian di atas telah tergambar dengan jelas tingkat efektivitas metode Iqro’ dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an di TKA-TPA “AMM” Kotagede Yogyakarta. Bagi anak usiaTK (4,0 – 6,0 tahun) dalam waktu 6 – 18 bulan sudah mencapai angka 89,9% yang bisa diantarkan memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an. Sedang untuk anak usia SD (mayoritasusia 7,0 – 9,0 tahun) ternyata lebih cepat lagi. Dalam waktu 12 bulan, mayoritas dari mereka (84,31%) telah lancar membaca al-Qur’an. Waktu yang relatif cepat bila dibandingkandengan metode (kaidah) Baghdadiyah melalui sistem pengajian “tradisional” yang memerlukan waktu 2 – 5 tahun.

Yogyakarta, 28 April 2009

Drs. H.M. Budiyanto

NIP: 150223030

DAFTAR PUSTAKA

Abdussyakur, Habib, dkk, Qiro’ah Muyassaroh, Cara Mudah Membaca Al-Qur’an 1 – 4, Yogyakarta: Taman Pendidikan Al-Qur’an Plus PP Krapyak, 2007.

Abu Syuhbah, Syekh Muhamad bin Muhamad, Studi Al-Qur’an Al-Karim, terj. Taufik Rahman, Bandung: Pustaka Setia, 2002.

Amidhan, dkk, Juknis Pengelolaan Taman Pengajian Al-Qur’an (TPA), Surabaya: Kanwil Depag Jawa Timur, 2006.

Amien H.S., dkk, Mari Belajar Membaca Al-Qur’an, Jakarta: LBIQ, 1985.

Budiyanto, Mangun, Mempertanyakan Pembelajaran Membaca Al-Qur’an untuk Usia Taman Kanak-Kanak, Yogyakarta: Griya Informasi TKA-TPA-TQA, 2008.

________, Pola & Fase Awal Pendidikan Anak dalam Keluarga, Batang: PP Al-Ikhlas, 2003.

________, Problematika Pengajaran Membaca Al-Qur’an, Yogyakarta: Balitbang LPTQ Nasional, 1996.

________, Menuju Terbentuknya Generasi Qur’ani, Batang: PP Al Ikhlas, 2005.

________, Bolehkah Anak Usia TK Diajar Membaca?, Yogyakarta: Team Tadarus “AMM”, 1997.

________, Prinsip-Prinsip Metodologi Buku Iqro’, Yogyakarta: Team Tadarus “AMM”, 1995.

________, Ciri-Ciri Anak Sholeh dalam Al-Qur’an, Batang: PP Al-Ikhlas, 2003.

________, Al-Qur’an dan Keharusan Mempelajarinya, Batang: PP Al-Ikhlas, 2004.

________, dkk, Panduan Praktis Pengelolaan TKA-TPA-TQA DIY Kurikulum 2006, Yogyakarta: LDPQ, 2006.

________, Ustadz Ideal, Yogyakarta: Team Tadarus “AMM”, 2005.

Bustami Said, dkk, Metode Cepat Membaca dan Menulis Huruf Al-Qur’an 7x Belajar, Jakarta: Lembaga Pendidikan Al-Qur’an Diponegoro, 1990.

Fathudin, Yusa’, dkk, Ringkasan Pedoman Pengelolaan, Pembinaan dan Pengembangan Gerakan M5A, Yogyakarta: Team Tadarus “AMM”, 2003.

Humam, As’ad, dkk, Pedoman Pengelolaan Pembinaan & Pengembangan M3A, Yogyakarta: Team Tadarus “AMM”, 1995.

________, Buku Iqro’, Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an, Jilid 1-6, Yogyakarta: Team Tadarus “AMM”, 1990.

Kafrawi, Pembaharuan Sistem Pendidikan Pondok Pesantren, Jakarta: Cemara Indah, 1978.

Masyhudi, Humam, dkk, Panduan Praktis Pengelolaan TKA-TPA-TKAL-TPAL dan TQA sesuai Kurikulum 2007, Yogyakarta: Team Tadarus “AMM”, 2008.

Tim Badko DIY, Buku Pedoman Kerja Badan Koordinasi TKA-TPA Propinsi DIY, Yogyakarta: Badko TKA-TPA Prop. DIY, 2008.

Yunus, Mahmud, Metodik Khusus Bahasa Arab; Bahasa Al-Qur’an, Jakarta: Hidakarya Agung, 1981.

________, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Mutiara, 1979.

________, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Jakarta: Hidakarya Agung, 1965.

[*] Makalah disampaikan dalam Forum Diskusi Dosen-Dosen Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Rabu 29 April 2009.

Be the first to like this post.

Komentar

K.H. As’ad Humam, Pahlawan Yang Patut Dikenang « “sometimes words are much sharper than swords” mengatakan:November 11, 2010 pukul 10:21 am

[...] Efektivitas Metode Iqro’ Dalam Pembelajaran Membaca Al-Qur’an di TKA – TPA “AMM” Kotagede … [...]

Balas

mangunbudiyanto mengatakan:November 24, 2010 pukul 4:30 am

Oke, matur nuwun

Balas

1.

EFEKTIVITAS METODE IQRO’ DALAM PEMBELAJARAN MEMBA... http://mangunbudiyanto.wordpress.com/2010/07/26/efektivitas-metode-iq...

5 dari 6 15/02/2012 10:17

Page 6: EFEKTIVITAS METODE IQRO’ DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN DI TKA – TPA “AMM” KOTAGEDE YOGYAKARTA[ « Mangun Budiyanto

Beritahu saya balasan komentar lewat surat elektronik. Kirim Komentar

HANI JIBRIL mengatakan:November 18, 2010 pukul 4:12 am

Assalamualaikum Bapak….

Saya Hani Jibril, manajer proyek, MuslimSE.com. Dari Malaysia. Saya ingin mendapatkan maklumat detail tentang alamat dan juga nomor telefon yayasan yang menjaga hakkaryapenerbitan Buku Iqra’.

Saya ingin terbitkan untuk umat islam di Cambodia.

Balas

mangunbudiyanto mengatakan:November 24, 2010 pukul 4:27 am

Silahkan hubungi Depot Iqro’ tlp 0274371859

Balas

2.

fatur mengatakan:Juli 13, 2011 pukul 1:07 pm

Asslamaualaikum,Mohon informasi, dimanakah saya dapat memperoleh buku-buku berikut ini:1. Pedoman Pengelolaan Pembinaan & Pengembangan M3A2. Prinsip-Prinsip Metodologi Buku Iqro’,Terima kasih.

Balas

mangunbudiyanto mengatakan:Juli 17, 2011 pukul 9:45 am

Coba hubungi Depot Iqra’ Kotagede Yogyakarta, tlp 0274 374502

Balas

3.

Tinggalkan Balasan

UPAYA MEMBANGUN MORALITAS GURU AL-QUR’AN DI TANAH AIRPEDOMAN PENYELENGGARAAN TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN

Blog pada WordPress.com. | Theme: Greyzed by The Forge Web Creations.

EFEKTIVITAS METODE IQRO’ DALAM PEMBELAJARAN MEMBA... http://mangunbudiyanto.wordpress.com/2010/07/26/efektivitas-metode-iq...

6 dari 6 15/02/2012 10:17