EFEKTIVITAS METODE CERAMAH DALAM PENYAMPAIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2148/1/BAB...
Transcript of EFEKTIVITAS METODE CERAMAH DALAM PENYAMPAIAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2148/1/BAB...
EFEKTIVITAS METODE CERAMAH DALAMPENYAMPAIAN DAKWAH DI DUSUN TEGALREJO
DESA TEGALSARIKECAMATAN KARANGGEDE
TAHUN 2017
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
MUHAMMAD FADHIL
NIM: 117-13-011
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2017
EFEKTIVITAS METODE CERAMAH DALAMPENYAMPAIAN DAKWAH DI DUSUN TEGALREJO
DESA TEGALSARIKECAMATAN KARANGGEDE
TAHUN 2017
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
MUHAMMAD FADHIL
NIM: 117-13-011
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2017
EFEKTIVITAS METODE CERAMAH DALAMPENYAMPAIAN DAKWAH DI DUSUN TEGALREJO
DESA TEGALSARIKECAMATAN KARANGGEDE
TAHUN 2017
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
MUHAMMAD FADHIL
NIM: 117-13-011
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2017
ii
iii
iv
v
MOTTO
“Barang siapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka baginya pahala
seperti orang yang melaksanakannya”(HR. Muslim)
“Lebih baik jalan kaki tapi punya harga diri daripada bersedan tanpa
kehormatan, Lebih baik gubuk tua tapi jadi hamba Tuhan daripada
digedung tanpa keimanan”
RhomaIrama
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Bapak dan Ibu saya tercinta yang selalu mendukung dan mendoakan
kelancaran proses skripsi
2. Teman-teman (Aini, Huda, Mbak Sri, Wasi’, Adit, Teguh, Rina, Topan dan
Bagus, Rifngani, Maghfurin) seangkatan Komunikasi dan Penyiaran Islam
2013 yang selalu menemani dan membantu menyelesaikan skripsi ini
3. Auliya Putri Isdaryanti yang selalu memberikan motivasi, semangat ,Do’a
serta menemani penulis sampe terselesaikanya skripsi ini.
4. Terimaksih kepada teman-teman SSC
5. Terima kasih untuk semua pihak yang sudah membantu yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. atas rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul
“EFEKTIFITAS METODE CERAMAH DALAM PENYAMPAIAN DAKWAH
DI DUSUN TEGALREJO DESA TEGALSARI KECAMATAN
KARANGGEDE TAHUN 2017”.
Penulis menyadari penyelesaian karya ilmiah ini tidak terlepas dari dukungan
dan bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Dr. Mukti Ali, M.Hum selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga
3. Dra. Maryatin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
yang juga sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik dan dosen
pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dalam
penulisan skripsi
4. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian skripsi ini
5. Kepada Bapak Ibu penulis, Sriyanto, Robiyatun dan satu-satunya saudara laki-
laki yaitu Shodik yang telah memberikan dukungan baik materi maupun non
materi.
6. Kepada teman-teman Fakultas Dakwah angkatan 2013 khususnya Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam ‘13
viii
7. Kepada semua pihak yang telah mendukung penulis, semua pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan hingga
bisa menyelesaikn skripsi ini
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis senantiasa mengharapkan masukan dan kritik yang membangun dari
pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para
pembaca pada umumnya.
Salatiga, 12 September 2017
Penulis,
Muhammad Fadhil
ix
ABSTRAK
Fadhil, Muhammad. 2017. Efektivitas Metode Ceramah dalam Penyampaian Dakwahdi Dusun Tegalrejo Desa Tegalsari Kecamatan KaranggedeTahun 2017.Skripsi Fakultas Dakwah Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. InstitutAgama Islam Negeri Salatiga. Pemimbing: Dra. Maryatin, M.Pd.
Kata Kunci: Efektifitas, Metode Ceramah,Penyampaian Dakwah
Penelitian ini membahas tentangefektifitas metode ceramah yang digunakanoleh tokoh agama, ustadz ataupun da’i di dusun Tegalrejo, desa Tegalsari, kecamatanKaranggede dalam menyampaikan suatu dakwah. Dengan rumusan masalah antaralain : (1) Bagaimana penerapan metode ceramah dalam penyampaian dakwah diDusun TegalrejoDesa Tegalsari KecamatanKaranggede? (2) Sejauh mana efektifitasmetode ceramah dalam penyampaian dakwah di DusunTegalrejoDesa TegalsariKecamatan Karanggede?(3) Adakah faktor penghambat dan pendukung dalampelaksanaan metode dakwah di Dusun TegalrejoDesa Tegalsari KecamatanKaranggede?
Metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti ialah observasi,wawancara dan dokumentasi. Observasi digunakan oleh peneliti untuk mengetahuisecara langsung terhadap objek yang diteliti serta peneliti dapat terjun langsungdalam pelaksanaan penelitian. Wawancara digunakan untuk melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang mencangkup rumusan masalah dalam penelitian ini. Wawancarayang digunakan ialah wawancara secara terbuka, jadi seorang peneliti menyediakanberbagai pertanyaan yang jawabannya bebas oleh responden sesuai dengan keadaanyang dialami. Dan peneliti menggunakan dokumentasi sebagai bukti bahwa penelitianbenar-benar dilakukan dan sebagai arsip oleh peneliti dalam mengolah hasilpenelitian.
Hasil dari penelitian ini adalah Penerapan menggunakan metode ceramahyaitu menggunakan metode dakwah bil lisan, bil hikmah, Efektifitas metode ceramahmenggunakan tiga faktor mad’u, materi dakwah, feed back, faktor pendukung danpenghambat menggunakan metode ceramah akan lebih mempersingkat waktu, faktorpenghambat waktu yang tidak tepat, materi yang tidak sesuai, ekonomi, sarana yangterbatas
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING........................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................ iv
MOTTO .................................................................................................... v
PERSEMBAHAN..................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .............................................................................. vii
ABSTRAK ................................................................................................ ix
DAFTAR ISI............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Rumusan Penelitian....................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 6
E. Penegasan Istilah ........................................................................... 7
F. Metode Penelitian.......................................................................... 8
xi
G. TinjauanPustaka ........................................................................... 16
H. Sistematika Penulisan.................................................................... 17
BAB II LANDASAN TEORI
A. Efektivitas Metode Dakwah...................................................…. 18
1. Pengertian Efektivitas............................................................... 18
2. Metode Dakwah............................................................... 19
a. Metode ……..…………………………………………….. 20
b. Dakwah …………………………………………………… 21
c. Macam-macam metode dakwah………………………… 31
d. Unsur-unsur dakwah …………………………………… 34
B. Metode Ceramah...........................................................…… 38
1. Pengertian Ceramah.......................................................... 38
a. Komponen dalam ceramah ................................................ 39
b. Sumber-sumber ceramah agama …………………………. 42
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................. 44
1. Sejarah dusun tegalrejo, Desa Tegalsari, Kec.karanggede..... 44
2. Letak geografis Dusun Tegalrejo Kec. Karanggede ............. 48
B. Hasil Penelitian ............................................................................. 50
xii
BAB IV ANALISIS DATA
A. Bagaimana Penerapan Metode Ceramah dalam Penyampaian
Dakwah di Dusun Tegalrejo Desa Tegalsari Kecamatan
Karanggede ................................................................................... 59
B. Efektivan Metode Ceramah dalam Penyampaian Dakwah di
DusunTegalrejoDesaTegalsariKecamatanKaranggede................. 62
C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam
PelaksanaanMetodeCeramahdi DusunTegalrejoDesaTegalsariKec.
Karanggede................................................................................. .. 65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 70
B. Saran.............................................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1.................................................................................... 44
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Wawancara
Lampiran 2 Panduan Wawancara
Lampiran 3 Dokumentasi
Lampiran 4 Surat Penunjukan Pembimbing Skripsi
Lampiran 5 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 6 Piagam Pengesahan
Lampiran 7 Curriculum Vitae
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Metode berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan “hodos” (jalan,
cara). Dengan demikian dapat diartikan bahwa metode adalah cara atau jalan
yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Dalam bahasa Yunani metode
berasal dari kata methodos yang artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut
thariq. Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran
untuk mencapai suatu maksud (Munir, 2006: 6).
Metode dalam komunikasi dibutuhkan agar komunikasi dapat
berlangsung sesuai tatanan yang baik dan benar. Komunikasi tidak hanya
dilakukan oleh satu orang kepada satu orang yang lain, akan tetapi
komunikasi juga berlangsung kepada banyak orang, antara laki-laki dan laki-
laki, perempuan dan perempuan, serta laki-laki dan perempuan. Untuk itu,
komunikasi juga perlu metode atau cara karena semua manusia memiliki
karakter yang berbeda-beda.
Komunikasi kepada orang banyak, mempunyai beberapa macam cara
seperti, menyampaikan berita dengan satu orang yang membagikan informasi
dan orang lain yang melihat atau mendengarkan informasi tersebut, kemudian
hampir sama dengan berita yang tidak asing dikenal oleh masyarakat ialah
dakwah.
Dakwah secara etimologi berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a’-yad’u-
da’watan, artinya mengajak, menyeru, memanggil.Dakwah menurut bahasa
2
berarti seruan, yaitu seruan kepada manusia untuk melaksanakan segala
perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya(Amin, 2009: 1).
Banyak metode dakwah yang disebutkan dalam al-Qur’an dan hadits
akan tetapi yang dijadikan pedoman pokok dari keseluruhan metode dakwah
tersebut (Aziz, 2004: 135).
firman Allah dalam surat an Nahl 125 :
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmahdan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yangbaik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentangsiapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahuiorang-orang yang mendapat petunjuk”(Qs. An Nahl 125)
Ayat terebut di atas telah memberikan pedoman bagaimana cara
berdakwah yakni dengan hikmah, mau’idhah hasanah dan
mujadalah.Kedudukan hukum dakwah adalah fardhu ‘ain, yaitu kewajiban
setiap individu muslim. Allah memerintahkan agar setiap setiap muslim
berusaha mengubah kemungkaran yang diketahuinya. Oleh karena itu, kaum
muslim diperintahkan agar ada sekelompok muslim yang menekuni ajaran
islam secara khusus untuk disampaikan dan dan diajarkan kepada orang lain
(Erawati, 2015 : 5).
Selain itu Allah berfirman dalam Al Qur’an surat Ali-Imran ayat 104
yang berbunyi :
3
Artinya. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yangmenyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf danmencegah dari yang munkar.(QS.Ali Imran:104)
Dakwah ialah bentuk komunikasi langsung yang dilakukan oleh satu
orang penceramah dan beberapa atau kelompok orang yang
mendengarkan.Dalam pendidikan juga disebutkan bahwa ceramah masuk di
dalam metode pembelajaran.Bagaimana seorang pendidik yang
menyampaikan ilmu pengetahuan dengan bercerita dan peserta didik yang
mendengarkannya.
Dakwah merupakan suatu yang bersifat menyeru, mengajak maupun
memangil umat manusia untuk beriman serta taat kepada Allah SWT.
Sehingga manusia dapat berperilaku sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan as
sunnah dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana tujuan dakwah adalah
mewujudkan kebahagian dan kesejahteraan hidup umat manusia.
Agar pembicaraan dalam berdakwah dapat berbekas dalam jiwa
pendengar (mad’u) sehingga menimbulkan semangat beragama yang tinggi,
maka minat dan perhatian sasaran dakwah harus dibangkitkan, materi dakwah
yang disajikan harus sistimatis, teratur dan mendalam serta menggunakan
bahasa yang mudah dipahami, benar dan menurut proporsinya, juga dengan
dengan memperhatikan sistematika metodenya dan teknik penyampaian yang
logis serta diberi contoh sesuai keaadaan saat ini.
4
Salah satu aktivitas keagamaan adalah metode dakwah bil-lisan,
dakwahbil-lisan adalah dakwah yang dilaksanakan melalui lisan, yang
dilakukan antara lain dengan ceramah-ceramah, khutbah, diskusi, nasihat, dan
lain-lain(Amin, 2008:11).Demikian pula pengajian keagamaan merupakan
suatu elemen yang tidak dapat dipisahkan dari sistem dakwah Islamiyah. Dari
sekian banyak da’i yang ada di Indonesia, termasuk para da’i yang ada di
Desa Tegalsari, dirasa cukup banyak melaksanakan kegiatan keagamaan.
Sedangkan penulis sebelumnya mengamati kegiatan keagamaan di
Dusun Tegalrejo masih menggunakan metode lama yaitu dengan cara
berdakwah menggunakan kitab-kitab yang berbahasa arab yang diartikan oleh
pendakwah atau da’i. Akan tetapi masyarakat tetap menilai sangat bermanfaat
dan positif.
Keberadaan da’i di Dusun Tegalrejo, baik da’i yang berusia tua maupun
da’i tergolong muda menurut observasi sementara saya sudah memberikan
dampak positif ditengah-tengah masyarakat.Hal ini ditunjukkan dengan
diadakanya acara pengajian masyarakat berbondong-bondong mengikuti
kegiatan keagamaan, sehingga tidak saja melibatkan orang tua, melainkan
anak muda berada didalamnya.Oleh sebab itu peran da’i sangat berpengaruh
dalam menarik mad’u atau khalayak masyarakat luas untuk mengikuti
kegiatan keagamaan.
Namun demikian, beberapa da’i yang ada di Dusun Tegalrejo tentunya
masih banyak yang belum diketahui mengenai metode-metode yang lebih
spesifik dalam melaksanakan pengajian agama, kemudian yang menyebabkan
5
tetap bertahan di tengah arus zaman globalisasi.Begitu juga banyak
masyarakat yang terlalu awam tentang keagamaan yang mengakibatkan para
da’i kesulitan untuk menerangkan, memberi masukan, mengajak menuju hal
kebaikan.Dari permasalahan tersebut penulis mencoba meneliti
“EFEKTIFITAS METODE CERAMAH DALAM PENYAMPAIAN
DAKWAH DI DUSUN TEGALREJODESA TEGALSARI KEC.
KARANGGEDE TAHUN 2017”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus masalahdiatas, permasalahan yang akan diteliti ialah
sebagai berikut ;
1. Bagaimana penerapan metode ceramah dalam penyampaian dakwah di
Dusun TegalrejoDesa Tegalsari KecamatanKaranggede?
2. Sejauh mana efektifitas metode ceramah dalam penyampaian dakwah di
DusunTegalrejoDesa Tegalsari Kecamatan Karanggede?
3. Adakah faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan metode
dakwah di Dusun TegalrejoDesa Tegalsari Kecamatan Karanggede?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui
1. Mengetahui bagaimana penerapanmetode ceramah dalam penyampaian
dakwah di dusun tegalrejoDesa Tegalsari kec. Karanggede.
6
2. Mengetahui efektifitas metode ceramah dalam penyampaian dakwah di
dusun tegalrejoDesa Tegalsarikec. Karanggede.
3. Menguraikan faktor yang terjadi penghambat dan pendukung metode
dakwah di dusuntegalrejoDesa Tegalsari kec. Karanggede.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan nantinya akan bermanfaat sebagaimana
fungsinya, yaitu ;
1. Manfaat secara Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangsih pemikiran dan
khasanahkeilmuan, khususnya terhadap jurusan Komunikasi Dan
Penyiaran Islam (KPI) fakultas Dakwah Institut Agama Islam
Negeri(IAIN) Salatiga.
b. Sebagai khasanah kepustakaan bagi perpustakaan IAIN Salatiga dan
khususnya perpustakaan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga.
2. Manfaat secara praktis
a. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan
sebagai pertimbangan bagi ustadz atau da’I dalam penyampaian
dakwah kepada masyarakat atau mad’u di desa tegalsari.
b. Dapat mengetahui lebih dekat tentang permasalahan dakwah yang
terjadi di Dusun Tegalrejo serta dapat memberikan solusi alternative
yang baik dalam pelaksana dakwah.
7
E. Penegasan Istilah
1. Efektivitas
Efektivitas adalah sarana dan prasarana yang harus dipenuhi untuk
pencapaian sesuatu hal. Efektivitas merupakan rangkaian input, proses dan
output dalam memandang suatu hal tertentu. Menurut (Steers, dkk., 1985:
55), efektivitas merupakan tolak ukur keberhasilan dari tujuan akhir yang
hendak dicapai.
Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya
sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan, jika hasil kegiatan semakin
mendekati sasaran atu tujuan, berarti makin tinggi efektivitasnya
(Sudirman, 2002: 31).
Dalam penelitian ini, kata efektivitas digunakan untuk
mengetahuipencapaian suatu metode atau cara ceramah dalam
penyampaian dakwah di desa Tegalsari Kec. Karanggede.
2. Metode ceramah
Metode ceramah adalah metode yang dilakukan dengan maksud
untuk menyampaikan keterangan, petunjuk, pengertian, dan penjelasan
tentang suatu masalah di hadapan orang banyak (Aziz, 2004: 169).
Dalam penelitian ini, penegasan istilah “metode ceramah” yakni
cara dakwah yang dilakukan oleh seorang pengajar, jika dalam pengajian
ialah Ustadz atau da’i dengan menggunakan model bercerita atau
berceramah kepada khalayak ramai atau peserta dalam pengajian.
Menggunakan cara demikian, peneliti bermaksud untuk membuktikan
8
apakah dengan metode ceramah ini dapat efektif bila digunakan dalam
pengajian di desa Tegalsari Kec. Karanggede.
3. Penyampaian dakwah
Menurut Dr. H. Moh. Ali Aziz, M.Ag., dakwah adalah segala
bentuk aktivitas penyampapian ajaran Islam kepada orang lain dengan
berbagai cara yang bijaksana untuk terciptanya individu dan masyarakat
dan mengamalkan ajaran Islam dalam semua lapangan kehidupan. (Aziz,
2004: 10).
Dalam penelitian ini, penegasan istilah “penyampaian dakwah”
yakni seorang pendakwah yang menyampaikan pesan-pesan dan pelajaran
tentang agama Islam dengan suatu cara tertentu supaya orang yang diberi
pelajaran dapat belajar, mengetahui dan mampu mengamalkan tentang
ajaran Islam.
Dari beberapa tokoh ulama atau dari para pakar ahli ceramah
adalah member nasehat atau member petunjuk kebenaran yang di perintah
Allah dan menjahui larangan-larangan Allah SWT.
Sama halnya dengan dakwah, pengertian dakwah tidak jauh beda
dengan ceramah seorang menyampaikan kepada mad’u atau masyarakat
dengan isi pesan-pesan agama islam supaya mad’u bisa menerapkan
sesuai apa yang disampaikan kepada pendakwah.
9
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan
kualitatif deskriptif. Nawawi dan Martini (1994: 73) mendefinisikan
metode deskriptif sebagai metode yang melukiskan suatu keadaan objektif
atau peristiwa tertentu berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagai
mestinya yang kemudian diiringi dengan upaya pengambilan kesimpulan
umum berdasarkan fakta-fakta historis tersebut.
Sedangkan dalam penilitian ini, penulis menggunakan jenis
penelitian kualitatif. Menurut Strauss dan Corbin (2009: 2) dalam
Cresswell, J. (1998 : 24), yang dimaksud dengan penelitian kualitatif
adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang
tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur
statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran) (Jurnal
EQUILIBRIUM, Vol. 5, No. 9, Januari-Juni 2009: 1-8).
Metode ini dapat juga digunakan untuk mendapatkan wawasan
tentang sesuatu yang baru diketahui.Demikian pula metode kualitatif
dapat memberi rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit
diungkapkan oleh metode kuantitatif (Anselm, 2003:5).
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti berperan sebagai pengamat dan menghadiri
mengenai hal-hal yang menyangkut pada penelitian di dusun Tegalrejo
10
Kecamatan Karanggede, sehingga peneliti mengikuti prosedur kegiatan
dari awal penelitian hingga selesai.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dusun Tegalrejo Kec. Karanggede.
Adapun alasan tempat ini dijadikan penelitian ialah dikarenakan metode
dalam penyampaian dakwah di dusun Tegalrejo Kec. Karanggede ini
masih menggunakan metode lama yakni mengkaji tentang kitab-kitab
bahasa Arab kemudian diartikan bersama kemudian terbentulah suatu
ceramah yang disampaikan oleh da’i atau tokoh masyarakat.
4. Sumber Data
Data primer adalah.Data yang diperoleh peneliti secara langsung.
Dikumpulkan oleh peneliti sendiri, dengan cara mengamati dan
melakukan wawancara mendalam (Ruslan, 2010:29).
Data sekunder adalah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan
dilaporkan oleh orang atau instansi di luar dari peneliti sendiri, walaupun
yang dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data yang asli.Data yang
diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.Data ini merupakan data
tambahan untuk melengkapi data yang sudah ada.Data ini berupa buku
dan referensi lainnya (Hasan, 2004:19).
Peneliti menggunakan sumber data keduanya.Sumber data primer
yang meliputi kata-kata dan tindakan melalui wawancara, atau
pengamatan berperan serta merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan
11
melihat, mendengar, bertanya. Sumber data yang kedua yaitu sumber data
sekunder yaitu meliputi arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, ahpeneliti menggunakan beberapa metode untuk
memperoleh data sebagai berikut,
a. Metode Observasi
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah
ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau
peristiwa, waktu dan perasaan.
Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk
menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk
menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia,
dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek
tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.
Menurut Pupu dalam (Ratcliff, D., 2001: 75), menyatakan
beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian
kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur dan
observasi kelompok tidak terstruktur.
1) Observasi partisipasi adalah metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui
pengamatan dan pengindraan dimana peneliti benar-benar
terlibat dalam keseharian responden.
12
2) Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan
tanpa menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti
atau pengamat harus mampu mengembangkan daya
pengamatannya dalam mengamati suatu objek.
3) Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara
berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode observasi
partisipasi, sehingga peneliti dapat mengamati kejadian atau
peristiwa dalam penelitian secara langsung.
b. Metode Wawancara
Wawancara merupakan alat pembuktian terhadap informasi
atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Menurut (Bungin,
2011:100) wawancara bertujuan mengumpulkan keterangan tentang
kehidupan manusia dalam suatu masyarakat. Dipandang dari sudut
bentuk pertanyaannya, wawancara dibedakan antara:
1) Wawancara tertutup atau closed interview yaitu wawancara
menghendaki jawaban yang terbatas.
2) Wawancara terbuka atau open interview yaitu wawancara
mendalam. Wawancara tidak hanya sekali atau dua kali,
melainkan berulang-ulang dengan intensitas yang tinggi.
Dalam penelitian ini,peneliti menggunakan metode
wawancara terbuka, yakni dalam melakukan wawancara, peneliti
13
dapat melontarkan beberapa pertanyaan kemudian jawaban oleh
responden itu tidak batasi.
c. Metode Dokumentasi
Menurut (Sukmadinata, 2011:221) metode dokumentasi
merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar
maupun elektronik.
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang
berbentuk dokumentasi. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang
dan waktu, sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk
mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
dokumentasi yakni dengan mencari data atau dokumen maupun
rekaman kegiatan atau aktifitas dakwah di desa Tegalsari Kec.
Karanggede.
6. Analisis Data
Menurut (Miles , 1992:16-19) analisis data terdiri dari tiga alur
kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu : reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan.
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data
“kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.
14
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Beraneka penyajian yang dapat ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari mulai dari alat pengukur bensin, surat kabar sampai layar
komputer. Dalam melihat penyajian-penyajian akan dapat memahami apa
yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan, lebih jauh
menganalisis atau mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman
yang didapat dari penyajian-penyajian.
Kegiatan analisis yang ketiga yang penting adalah menarik
kesimpulan dan verifikasi.Dari permulaan pengumpulan data, seorang
penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-benda mencatat
keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin,
alur sebab akibat, dan proposisi.
Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik garis bawah bahwa
analisis data bermaksud mengorganisasikan data. Data yang terkumpul
dari catatan lapangan oleh peneliti serta dokumen-dokumen lain dalam
penelitian.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam hal pengecekan keabsahan data peneliti terdapat beberapa
kriteria keabsahan data yang nantinya akan dirumuskan secara tepat,
teknik pemeriksaannya yaitu dalam penelitian ini harus terdapat adanya
15
kreadibilitas yang dibuktikan dengan perpanjangan keikutsertaan,
ketekunan, pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat, kecukupan
referensi, adanya kriteria kepastian dengan teknik uraian rinci dan audit
kepastian.
Untuk mengetahui apakan data yang telah dikumpulkan dalam
penelitian memiliki tingkat kebenaran atau tidak, maka dilakukan
pengecekan data yang disebut validitas data. Untuk menjamin validitas
data maka dilakukan triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan dengan
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data ini (Moleong,
2006:330).
Penelitian ini menggunakan hasil wawancara dengan isi dokumen
yang berkaitan, dengan demikian akan menghasilkan data yang valid.
8. Tahap-tahap Penelitian
Adapun tahap-tahap penelitian dan penyusunan laporan penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Menentukan masalah penelitian, dalam tahap ini peneliti mengadakan
studi pendahuluan.
b. Pengumpulan data, pada tahap ini penelitian mulai dengan
menentukan sumber data yaitu buku-buku yang berkaitan dengan
permasalahan dalam penelitian. Pada tahap ini diakhiri dengan
16
pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi,
wawancara dan dokumentasi.
c. Analisis dan penyajian data, yaitu menganalisis data dan akhirnya
ditarik suatu kesimpulan.
G. Tinjauan pustaka
Penulis telah melakukan penelusuran karya ilmiah yang ada kaitannya
dengan efektifitas metode ceramah dalam penyampaian dakwah . Adapaun
karya ilmiah tersebut adalah sebagai berikut:
Skripsi dari Lina Karlina mahasiswa dari institut agama islam negeri
antasari yang berjudul “metode dakwah para da’i dalam penyampaianpesan-
pesan keagamaan di Kecamatan Lampihong Kabupaten Balangan”. Dalam
skripsi tersebut penulis ingin mengetahui metode apa yang diterapkan oleh
da’i dan apasaja penghambat dan pendukung dai’i.
Jurnal ilmiah dari Maryatin dosen Iain Salatiga yang berjudul “
efektifitas metode ceramah dalam penyampaian dakwah islam :studi pada
kelompok pengajian di perumahan Mojosongo Permai Kabupaten Boyolali”.
17
H. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini penulis mencoba menguraikan secara sistematis
yang terdiri dari lima bab. Setiap bab terdiri dari beberapa sub bab yang
terperinci sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan
istilah, metode penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika
penulisan.
BAB II : Landasan teori, yang mencakup tentang efektifitas metode
dakwah dan metode ceramah
BAB III : paparan data dan temuan penelitian yang mencakup tentang
gambaran umum lokasi penelitian dan hasil penelitian
BAB IV : Bagaimana penerapan metode ceramah dalam penyampainan
dakwah, efektifitas metode ceramah dalam penyampaian
dakwah, faktor yang terjadi penghambat dan pendukung
metode dakwah
BAB V :Merupakan bab penutup yang mencakup kesimpulan dan
saran.
18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Efektifitas Metode Dakwah
1. Pengertian efektifas
Dalam kamus besar bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata
“efektif” berarti ada efeknya, manjur, mujarab, mapan. (Djanka 2011 :
45). Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti
berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah
populer mendefinisikan efektivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil
guna atau menunjang tujuan.
Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau
sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun
program. Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti
yang telah ditentukan. Menurut Agung Kurniawan dalam bukunya
Transformasi Pelayanan Publik mendefinisikan efektivitas sebegai
berikut: “Efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi
(operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau
sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan di antara
pelaksanaanya” Agung Kurniawan, (2005:109).
Aan Komariah dan Cepi Tratna (2015:34) yang dimaksud
efektivitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana sasaran atau
tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah dicapai. Efektivitas adalah
19
penilaian yang dibuat sehubungan atau prestasi yang diharapkan supaya
lebih efektif hasil penelitian
Berdasarkan beberapa ulasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
efektivitas ialah suatu ukuran yang dilakukan untuk melihat seberapa
berhasil kegiatan yang dirancang itu sesuai dengan tujuan atau target yang
sudah ditentukan, jika kegiatan yang dirancang tersebut sudah berhasil
sesuai dengan apa yang dituju maka kegiatan tersebut bisa dikatakan
efektif.
2. Metode dakwah
a. Metode
Metode berasal dari inggris :method yang artinya “cara” yaitu
suatu cara untuk mencapai suatu cita-cita. Metode lebih umum dari
teknik yang dalam bahasa inggrisnya :technique. Dalam the concise
oxford dictionary (1995) dinyatakan bahwa method is a specil from
of procedure esp. in any branch of mental activity. Technique adalah
a means or method of achieving one’s purpose, esp. skill fully yang
maknanya sesuatu alat atau cara untuk tujuandengan cekatan atau
praktis. (Wasinto 1974 : 208)
Metode merupakan langkah operasional dari strategi
pembelajaran yang dipilih dalam mencapai tujuan belajar sehingga
bagi sumber belajar dalam menggunakan suatu metode pembelajaran
harus disesuaikan dengan jenis strategi yang digunakan. Ketepatan
penggunaan suatu metode akan menunjukkan fungsionalnya strategi
20
dalam kegiatan pembelajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) didefinisikan metode adalah cara yang digunakan untuk
mencapai suatu tujuan.
Metode berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan
“hodos” (jalan, cara). Dengan demikian dapat diartikan bahwa
metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai
suatu tujuan. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata
methodos artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut thariqah.
Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran
untuk mencapai suatu maksud (Munir, 2009:6).
Dalam surat An-Nahl ayat 125, terkandung pemahaman
bahwa metode dakwah meliputi tiga cakupan yakni bi al-hikmah,
mau’izhah hasanah, dan mujadalah.
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmahdan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yangbaik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentangsiapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebihmengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. An-Nahl:125).
Beberapa ulasan di atas metode dapat disimpulkan yaitu cara
atau jalan agar tercapai suatu tujuan yang diinginkan, dan ketepatan
penggunaan metode akan menunjukkan fungsional strategi dalam
kegiatan dakwah.
21
b. Dakwah
1) Pengertian dakwah
Kata dakwah berasal dari bahasa arab da’a-yad’u-
dak’watan yang berarti: ajakan, seruan, panggilan, undangan.
Jadi definisi ilmu dakwah secara umum ialah sesuatu ilmu
pengetahuan yang berisi cara-cara dan tuntunan, bagaimana
menarik perhatian manusia untuk menganut, menyetujui,
melaksanakan suatu ideology, pendapat, pekerjaan yang tertentu
(Omar, 1983:1).
Menurut Amin (2009:1) ditinjau dari segi etimologi atau
secara bahasa, dakwah berasal dari bahasa arab yaitu da’a-yad’u-
dak’watan, yang artinya mengajak, menyeru, dan memanggil.
Sedangkan menurut Rasyad Shaleh pengertian dakwah secara
bahasa berarti; panggilan, seruan atau ajakan dalam bahasa
arabberbentuk fiil masdar. Sedang dalam bentuk kata kerja da’a-
yad’u yang berarti memanggil, menyeru atau mengajak.
Dengan demikian, secara etimologis pengertian dakwah
dan tabligh itu merupakan suatu proses penyampaian (tabligh)
pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan
tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut. Sedangkan arti
dakwah menurut istilah dari definisi para ulama yang berbeda-
beda antara lain :
22
a. Menurut Syekh Ali Makhfudh dakwah berarti mendorong
(memotivasi) umat manusia untuk melaksanakan kebaikan
dan mengikuti petunjuk serta memerintahkan mereka
berbuat ma’ruf dan mencegahnya dari perbuatan mungkar
agar mereka memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat”
(Pimay, 2005:28).
b. Menurut Prof. H. M Arifin, M.Ed menerangkan dakwah
sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan,
tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara
sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain
baik secara individual maupun secara kelompok agar supaya
timbul dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap
penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama
sebagai messade yang disampaikan kepadanya tanpa ada
unsur-unsur paksaan (Arifin 2000 : 6)
c. Menurut Amien Rais dalam mengartikan dakwah yaitu
dakwah dapat diartikan juga menyampaikan risalah para
Nabi (Muhammad SAW). Hakikat dari tujuan dakwah itu
sendiri adalah usaha yang diarahkan pada masyarakat luas
untuk menerima kebaikan dan meninggalkan keburukan
dalam menciptakan situasi yang lebih baik, sesuai dengan
ajaran islam di semua bidang kehidupan (Rais 1997 : 7)
23
d. Menurut Aziz (2004:10) dakwah ialah segala bentuk
aktivitas penyampaian ajaran Islam kepada orang lain
dengan berbagai cara yang bijaksana untuk terciptanya
individu dan masyarakat yang menghayati dan
mengamalkan ajaran Islam dalam semua lapangan
kehidupan.
e. Menurut Farid Ma’ruf Noor dakwah yaitu menyeru atau
mengajak kepada manusia kepada ajaran Allah agar
menerima dan menjadikan din al-islam sebagai dasar dan
pedoman hidupnya (Noor 1981:28).
f. Menurut Ibnu Taimiyah, dakwah merupakan suatu proses
usaha untuk mengajak agar orang beriman kepada Allah,
percaya dan menaati apa yang telah diberitakan oleh Rasul
serta mengajak agar dalam menyembah kepada Allah
seakan-akan melihat-Nya (Amin, 2009:3-5).
Walaupun dari pendapat para ulama berbeda-beda
mengenai pengertian dakwah, dapat disimpulkan pengertian
dakwah adalah mengajak umat untuk melakukan hal kebaikan
yang diperintah Allah SWT dan menjauhi lanrangan-Nya, agar
manusia tidak terjerumus dalam sifat-sifat keburukan yang
dimurkai Allah SWT atau mengajak kejalan nur yang dirahmati
oleh Sang pencipta.
24
Selain itu Allah berfirman dalam Al-Qur’an tentang
berdakwah diantaranya :
Surah Ali-Imran ayat 104
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamusegolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruhkepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar;merekalah orang-orang yang beruntung.” (Qs.Ali Imran : 104)
Surah An-nahl ayat 125
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mudengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlahmereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialahyang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yangmendapat petunjuk.(Qs.An-Nahl : 125)
Surah yusuf ayat 108
Artinya : Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku danorang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah
25
dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiadaTermasuk orang-orang yang musyrik".(Qs.Yusuf : 108)
Sedangkan Didin Hafidudin mengatakan bahwa kegiatan
dakwah suatu aktifitas yang mulia dimana setiap muslim dapat
melakukan amar ma’ruf nahi munkar sehingga dapat tercipta
tujuan dakwah yang hakiki yakni membentuk khairul ummah.
Karena pada dasarnya hakikat dakwah merupakan suatu proses
yang berkesinambungan yang ditanggung oleh para pengemban
dakwah untuk mengukuhkan sasaran-sasaran dakwah agar
masuk ke jalan Allah SWT. Secara berharap menuju kehidupan
islami. ( Hafifudin 1998 :77)
Islam adalah agama dakwah yang berisi tentang
petunjuk-petunjuk agar manusia secara individual menjadi
manusia yang beradab, berkualitas dan selalu berbuat baik
sehingga mampu membangun sebuah peradaban yang maju
untuk menjadi sebuah tatanan kehidupan yang adil. Sebuah
tatanan yang manusiawi dalam arti kehidupan yang adil, maju,
bebas dari ancaman, penindasan dan berbagai kekhawatiran
(Aziz, 2004:1).
Istilah dakwah dalam agama Islam nampaknya tidak
asing lagi, bahkan sudah dapat dikatakan popular sekali di
kalangan masyarakat saat ini. Namun demikian, yang sering kita
jumpai sekarang bahwa istilah dakwah oleh kebanyakan orang
26
diartikan hanya sebatas pengajian, ceramah, khutbah, atau
mimbar seperti halnya yang dilakukan oleh para mubaligh,
ustadz, atau khatib. Dakwah sering diartikan sebagai sekedar
ceramah dalam arti sempit. Kesalahan ini sebenarnya sudah
sering diungkapkan, akan tetapi di dalam pelaksanaannya tetap
saja terjadi penciutan makna (Didin, 1998:68-69).
Dari ulasan diatas dakwah dapat disimpulkan yaitu
memanggil, menyeru, atau mengajak umat kejalan yang baik dan
diridhai Allah SWT, Serta suatu kegiatan kegiatan yang baik
dalam bentuk lisan
2) Dasar hukum dakwah
Setiap muslim diwajibkan menyampaikan dakwah Islam
kepada seluruh umat manusia, sehingga mereka dapat merasakan
ketentraman dan kedamaian (Pimay, 2005:30).
Dalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat yang secara
implisit menunjukkan suatu kewajiban melaksanakan dakwah, di
antaranya adalah surat Ali-Imron:104 sebagai berikut:
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamusegolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruhkepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar;merekalah orang-orang yang beruntung” ( Qs.Ali Imran;104).
27
Mengenai keqajikan menyampaikan dakwah, para ulama
berbeda pendapat mengenai status hukumnya. Perbedaan
penafsiran ini terletak pada kata minkum yang berfungsi sebagai
penjelas (lil bayan) bukan untuk menunjukkan arti sebagian
(littab’idh) sebab Allah telah mewajibkan dakwah kepada umat
Islam secara keseluruhan sebagaimana dalam firmannya pada
surat Ali Imron:110.
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untukmanusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dariyang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitabberiman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antaranyamereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalahorang-orang yang fasik” (Qs.Ali Imron : 110).
Dalam hal ini Rasulullah sendiri sebagai pembawa risalah
dan hamba Allah yang ditunjuk sebagai utusan Allah telah
bersabda kepada umatnya untuk berusaha dalam menegakkan
dakwah. Sabda Rasulullah:
“Barangsiapa di antara kamu melihat kemunkaran makahendaklah ia merubah dengan tangannya, jika tidak kuasa makadengan lisannya, jika tidak kuasa dengan lisannya maka denganhatinya, yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman”(HR. Muslim).
Hadits di atas menunjukkan perintah kepada umat Islam
untuk mengadakan dakwah sesuai dengan kemampuan masing-
28
masing. Apabila seorang muslim mempunyai kekuasaan tertentu
maka dengan kekuasaanya itu diperintahkan untuk mengadakan
dakwah. Jika mampu dengan lisan maka dengan lisan, bahkan
diperintahkan pula berdakwah menggunakan hatinya.
Keterangan yang diambil dari ayat Al-Quran dan hadits nabi
adalah bahwa kewajiban berdakwah itu merupakan tanggung
jawab dan tugas setiap muslim di manapun dan kapanpun
berada. Tugas dakwah tersebut diwajibkan bagi laki-laki dan
wanita muslim yang baligh dan berakal. Kewajiban dakwah
bukan hanya kewajiban para ulama, tetapi merupakan kewajiban
setiap insan muslim dan muslimat tanpa kecuali. Hanya
kemampuan dan bidangnya yang berbeda, sesuai dengan ukuran
dan kemampuan masing-masing.
3) Tujuan dakwah
Dakwah merupalan suatu rangkaian kegiatan atau proses,
dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan ini
dimaksudkan untuk pemberi arah atau pedoman bagi gerak
langkah kegiatan dakwah. Sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh
aktivitas dakwah akan sia-sia / tiada artinya (Syukir, 1983:49).
Selaras dengan itu, tujuan dakwah yaitu untuk
mempengaruhi cara merasa, berpikir, bersikap dan bertindak
masnuia pada dataran individual dan sosiokultural dalam rangka
29
terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan (Aziz,
2004:60).
Dari beberapa tujuan dakwah menurut para ahli di atas,
secara garis besar tujuan dakwah menurut Pimay (2006:8-13)
yakni:
a. Tujuan umum
Tujuan umum dakwah adalah menyelamatkan umat
manusia dari lembah kegelapan dan membawanya ke tempat
yang terang benderang, dari jalan yang sesat kepada jalan
yang lurus, dari lembah kemusyrikan dengan segala bentuk
kesengsaraan menuju kepada tauhid yang menjanjikan
kebahagiaan.
b. Tujuan khusus
1) Terlaksananya ajaran Islam secara keseluruhan dengan
cara yang benar dan berdasarkan keimanan.
2) Terwujudnya masyarakat muslim yang diidam-idamkan
dalam suatu tatanan hidup berbangsa dan bernegara,
adil, makmur, damai dan sejahtera di bawah limpahan
Allah SWT.
3) Mewujudkan sikap beragama yang benar dari
masyarakat.
30
4) Metode dakwah
Menurut Abdul Kadir Munsy, metode diartikan sebagai
cara untuk menyampaikan sesuatu (Aziz, 2004:122). Dalam QS
An Nahl [16]: 125 yang memuat tentang pedoman berdakwah
dengan cara-cara sebagai berikut:
a) Hikmah, yaitu dakwah yang dilakukan dengan terlebih
dahulu memahami secara mendalam segala persoalan yang
berhubungan dengan proses dakwah, yang meliputi peroslan
sasaran dakwah, tindakan-tindakan yang akan dilakukan,
masyarakat yang menjadi objek dakwah, situasi tempat dan
waktu di mana dkwah akan dilaksanakan dan lain sebaginya
(Shaleh, 1977:73).
b) Mau’idhah hasanah, yaitu kalimat atau ucapakn yang
diucapkan oleh seorang da’i atau mubaligh, disamoaikan
dengan cara yang baik, berisikan petunjuk-petunjuk ke arah
kebajikan, diterangkan dengan gaya bahasa yang sederhana,
supaya yang disampaikan itu dapat ditangkap, dicerna,
dihayati, dan tahapan selanjutnya dapat diamalkan (An-
Nabiry, 2008:241-242).
c) Mujadalah, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran
dan membantah dengan cara yang sebaik-baiknya dengan
tidak memberikan tekanan-tekanan (Aziz, 2004:136).
31
c. Macam-macam metode dakwah
1) Metode ceramah
Menurut Hamid (2012:53) metode ceramah adalah metode
yang memang sudah ada sejak adanya pendidikan, sehingga
metode ini lebih sering digunakan dalam setiap pembelajaran
dan dikenal sebagai metode tradisional. Metode ceramah ini
boleh dikatakan sebagai metode tradisional dikarenakan sejak
dahulu sering digunakan sebagai alat komunikasi lisan antara
guru dan siswa dalam interaksi (Asmani, 2012:37).
Metode ceramah merupakan suatu teknik dakwah yang
banyak diwarnai oleh ciri-ciri karakteristik bicara oleh seseorang
da’i pada suatu aktivitas dakwah.Metode ini harus diimbangi
dengan kepandaian khusus tentang retorika, diskusi, dan faktor-
faktor lain yang membuat pendengar merasa simpatik dengan
ceramah.
Metode ceramah ini, sebagai metode dakwah bi al-lisan,
dapat berkembang menjadi metode-metode yang lain, seperti
Tanya jawab(Amin, 2009 ).
Dengan begitu metode ceramah untuk menyampaikan
penjelasan tentang sesuatu kepada pendengar dengan
menggunakan lisan.Akan tetapi harus diimbangi dengan
kemampuan retorika yang baik agar pendengar merasa nyaman
dan simpatik dengan materi yang disampaikan.
32
2) Metode tanya jawab
Menurut Amin (2009) Metode tanya jawab adalah metode
yang dilakukandengan menggunakan tanya jawab untuk
mengetahui sampaisejauh mana ingatan atau pikiran seseorang
dalam memahamiatau menguasai materi dakwah, disamping itu,
juga untukmerangsang perhatian penerima dakwah.
Metode tanya jawab adalah mengajukan pertanyaan oleh
guru kepada peserta didik atau sebaliknya. Metode ini
dimaksudkan untuk merangsang pemikiran dan membimbingnya
dalam mencapai kebenaran(Majid, 2011:138).
Pertanyaan adalah pembangkit motivasi yang dapat
merangsang peserta didik untuk berfikir. Melalui pertanyaan,
peserta didik didorong untuk mencari dan menemukan jawaban
yang tepat dan memuaskan (Sagala, 2012:203).
3) Metode diskusi
Metode diskusi adalah alternatif jawaban untuk
memecahkan berbagai problem kehidupan. Dengan catatan
persoalan yang didiskusikan harus dikuasai secara mendalam
(Asmani, 2012:156). Biasanya dalam pembelajaran guru atau
pengajar menggunakan metode diskusi tersebut agar peserta
didik dapat aktif dalam pembelajaran, sehingga mereka mampu
belajar untuk menyatukan pendapat dari dirinya sendiri dengan
33
teman yang lain mengenai solusi atas suatu permasalahan
sehingga menjadi jawaban yang sempurna.
Sesuai dengan pendapat penulis di atas, menurut Hardini
dan Puspitasari (2012:19) mengatakan bahwa diskusi merupakan
bentuk tukar pikiran antara dua orang atau lebih misalnya antara
siswa dan siswa, siswa dan guru tentang suatu masalah untuk
mencapai tujuan tertentu.
4) Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses
terjadinya suatu peristiwa yang sering terjadi dalam kehidupan
sehari-hari yang berkaitan dengan materi pelajaran. Metode
demonstrasi dalam belajar dan mengajar ialah metode yang
digunakan oleh seorang guru untuk mempertunjukkan gerakan-
gerakan suatu proses dengan prosedur yang benar disertai
dengan keterangan-keterangan kepada seluruh peserta didik atau
peserta dalam pembelajaran.
Tujuan pengajaran menggunakan metode demontrasi
adalah untuk memperlihatkan proses terjadinya suatu peristiwa
sesuai materi ajar, cara pencapaiannya, dan kemudahan untuk
dipahami oleh siswa dalam pengajaran di ruang pembelajaran
(Sagala, 2012:210).
34
d. Unsur-unsur dakwah
Yang dimaksud dengan unsur-unsur dakwah adalah
komponen-komponen yang selalu ada dalam setiap kegiatan dakwah
(Aziz, 2004:75).
1) Da’i (Subjek dakwah)
Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan
maupun tulisan ataupun perbuatan dan baik secara individu,
kelompok atau berbentuk organisasi (Aziz, 2004:75).
Seorang da’i yang bijaksana adalah orang yang dapat
mempelajari realitas, situasi masyarakat, dan kepercayaan
mereka serta menempatkan mereka pada tempatnya masing-
masing. Kemudia mengajak khalayak berdasarkan kemampuan
akal, pemahaman, tabiat, tingkatan keilmuan dan status sosial
mereka. Seorang da’i yang bijak adlah yang mengetahui metode
yang akan dipakainya (Al-Qathani, 2005:97).
Seorang da’i harus memulai dakwahnya dengan langkah
yang pasti. Di antaranya dengan dimulai dari da’i itu sendiri
sehingga menjadi panutan yang baik bagi orang lain. Kemudian
membangun rumah tangganya dan memperbaiki keluarganya,
agar menjadi sebuah bangunan muslim yang berasakan
keimanan. Selanjutnya melangkah kepada masyarakat dan
menyebarkan dakwah kebaikan di kalangannya. Memerangi
berbagai bentuk akhlak yang buruk dan berbagai kemungkaran
35
dengan cara bijak. Lalu berupaya untuk menggali keutamaan dan
kemuliaan akhlak. Kemudian mengajak kalangan orang yang
tidak beragama Islam untuk diarahkan ke jalan yang benar dan
sesuai dengan syariat Islam (Al-Qathani, 2005:90).
2) Mad’u (Objek dakwah)
Mad’u atau penerima dakwah adalah seluruh umat manusia,
baik laki-laki ataupun perempuan, tua maupun muda, miskin
atau kaya, muslim maupun non muslim, kesemuanya menjadi
objek dari kegiatan dakwah Islam, semua berhak menerima
ajakan dan seruan ke jalan Allah (An-Nabiry, 2008:230).
Da’i yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang
masyarakat yang merupakan calon-calon pendakwah akan
mengalami kegagalan dalam penyampaian dakwah untuk ke
depannya (Aziz, 2004:94).
3) Maddah (materi dakwah)
Materi dakwah adalah pesan-pesan atau segala sesuatu yang
harus disampaikan oleh subjek kepada objek dakwah, yaitu
keseluruhan ajaran Islam, yang ada di dalam Kitabullah maupun
Sunnah Rasul-Nya. Pada dasarnya materi dakwah Islam
tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Namun
secara garis besar materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi
tiga hal pokok menurut Anshari (1993:146) yakni masalah
aqidah, syariah dan masalah akhlaq.
36
4) Wasilah (media dakwah)
Media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan
sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah
ditentukan (Syukir, 1983:63). Dengan kata lain, media dakwah
adalah sarana yang digunakan oleh da’i untuk menyampaikan
materi dakwah.
Menurut Ya’kub (1992:47-48) media dakwah dilihat dari
bentuk penyampaiannya dapat digolongkan menjadi lima
golongan besar yaitu:
a) Lisan yaitu dakwah yang digunakan dengan lidah atau suara.
Termasuk khutbah, pidato, ceramah, kuliah, diskusi,
seminar, musyawarah, nasihat, pidato-pidato radio, ramah
tamah, dan lain sebagainya.
b) Tulisan yaitu dakwah yang dilakukan dengan perantara
tulisan, misalnya: buku, majalah, surat kabar, buletin, risalah
dan lain sebagainya.
c) Lukisan yaitu gambar-gambar hasil seni lukis, foto, film,
cerita dan lain sebaginya.
d) Audio visual yaitu suatu cara penyampaian yang sekaligus
merangsang penglihatan dan pendengaran. Misalnya,
ketoprak wayang, televisi dan lain sebaginya.
37
e) Akhlak yaitu penyampaian langsung ditujukan dalam bentuk
perbuatan yang nyata misalnya, menjenguk orang sakit,
bersilaturrahim ke rumah dan lain-lain.
5) Thariqah (metode dakwah)
Metode dalam penyampaian dakwah adalah suatu cara dalam
menyampaikan pesan-pesan dakwah (Ghazali, 1997:24). Tujuan
diadakannya metode dakwah yakni sebagai pemberi kemudahan
dan keserasian, baik bagi pembawa dakwah maupun bagi
penerimanya. Metode yang kurang tepat seringkali
mengakibatkan gagalnya aktivitas dahwah begitupun sebaliknya
apabila dalam penyampian dakwah membahas tentang
permasalahan yang sudah pernah dikaji, maka apabila
pendakwah menggunakan metode yang lebih baru dan tepat
mampu menambah keyakinan penerima atas jawaban yang
memuaskan (An-Nabiry, 2008:238).
6) Atsar (efek dakwah)
Setiap penyampaian dakwah maka akan menimbulkan
reaksi. Atsar berasal dari bahasa Arab yang berarti bekasan, sisa
atau tanda (Aziz, 2004:138). Atsar (efek) sering disebut dengan
feed back atau timbal balik dari proses dakwah. Seorang
pendakwah bertugas untuk menganalisis atsar dakwah secara
cermat dan tepat agar kesalahan strateggi dakwah akan segera
diketahui kemudian diadakan penyempurnaan pada langkah
38
berikutnya (corrective action), demikian juga strategi dakwah
termasuk dalam penentuan unsur dakwah yang baik dapat
ditingkatkan (Aziz, 2004:138-139)
B. Metode Ceramah
1. Pengertian ceramah
Ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan
penuturan dari guru kepada peserta didik. Dalam pelaksanaan ceramah
untuk menjelaskan uraiannya, guru dapat menggunakan alat-alat bantu
seperti gambar, audio visual dan lain sebaginya. Ceramah adalah
penuturan lisan dari guru kepada siswa untuk memberi informasi berupa
kata-kata(Sagala, 2012:201).
Berbeda dengan pendapat dari Abdul Kadir Munsyi (1981:31)
yang mengatakan bahwa ceramah adalah metode yang dilakukan dengan
maksud untuk menyampaikan keterangan petunjuk, pengertian,
penjelasan tentang sesuatu masalah dihadapan orang banyakian.
Walaupun dari pendapat para ulama berbed-beda mengenai
pengertian ceramah, dapat disimpulkan pengertian ceramah adalah sebuah
interaksi antara tokoh masyarakat atau da’i kepada mad’u dengan maksud
menyampaikan suatu petunjuk-petunjuk, mengajak sesuatu kebenaran
yang diperintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
39
a. Komponen dalam ceramah
1) Da’i
Da’i disebut juga dengan juru dakwah atau lebih sering
dikenal dengan komunikator dakwah, yaitu orang yang harus
menyampaikan dakwah suatu pesan atau wasilah (Ilaihi, 2010:77).
Menurut Superfikr (2012:24-26) menjelaskan bahwa ada
tiga kriteria pokok yang harus dipahami oleh para da’i yang
berperan sebagai khatib dan mubaligh, diantaranya yakni;
a) Memiliki kepribadian Islam yang tangguh sehingga pola pikir
dan pola sikapnya bisa diteladani oleh kaum muslimin.
b) Wawasan yang luas, baik yang terkait dengan ajaran Islam itu
sendiri yang memang menjadi tema utama dalam dakwah
maupun wawasan kekinian.
c) Kemampuan atau keterampilan (skill) dakwah sehingga jika
berdakwah dengan cara berkhotbah atau berceramah, khotbah
dan ceramahnya itu menarik, enak diperengarkan dan jamaah
antusias untuk mendengarkannya.
2) Mad’u
Dalam bahasa komunikasi, mad’u bisa disebut dengan
komunikan, penerima pesan, khalayak, audience, receiver (Ilaihi,
2010:87).
40
Dilihat dari segi sosiologis menurut Wahyu Ilahi (2010:87-
88), kelompok mad’u itu terkumpul pada bentuk-bentuk kelompok
manusia yang disebut:
a) Crowd
Kelompok orang yang terkumpul pada suatu tempat atua
ruangan tertentu yang terlibat dalam suatu persoalan atau
kepentingan bersama secara tatap muka (direct
communication).
b) Publik
Kelompok yang abstrak dari orang-orang yang menaruh
perhatian pada suatu persoalan atau kepentingan yang sama
karena mereka terlibat dalam suatu pertukaran pemikiran
melalui komunikasi tidak langsung untuk mencari
penyelesaian atua kepuasan atas peroslan atau kepentingan
mereka.
c) Massa
Orang banyak yang sangat heterogen, tidak terikat oleh
suatu tempat dan interaksinya sangat kurang, demikian
masalah yang mereka hadapi masing-masing masih terpencar-
pencar.
3) Materi
Yang menjadi materi dakwah adalah ajaran Islam itu
senidiri, sebab ajaran Islam dapat dijadikan pesan dakwah.
41
Dalam buku Ilmu Dakwah, secara umum materi dakwah dapat
diklasifikasikan menjadi masalah pokok yaitu:
a) Pesan Akidah
(1) Iman kepada Allah SWT
(2) Iman kepada Malaikat-Nya
(3) Iman kepada Kitab-kitab-Nya
(4) Iman kepada Rasul-rasul-Nya
(5) Iman kepada Hari Akhir
(6) Iman kepada Qadha dan Qadhar
b) Pesan Syariah
(1) Ibadah: thaharah, shalat, zakat, puasa dan haji.
(2) Muamalah: Hukum Perdata dan hukum publik.
Hukum perdata meliputi hukum niaga, hukum nikah,
dan hukum waris. Sedangkan hukum publik meliputi
hukum pidana, hukum negara, hukung perang dan
damai.
c) Pesan Akhlak
(1) Akhlak terhadap Allah SWT.
(2) Akhlak terhadap makhluk meliputi:
(a) Akhlak terhadap manusia: diri sendiri, tetangga,
masyarakat lainnya
(b) Akhlak terhadap bukan manusia: flora, fauna
dan sebagainya (Ilaihi, 2010:101-102).
42
b. Sumber-sumber ceramah agama
Keseluruhan materi ceramah, pada dasarnya bersumber
pada dasarnya bersumber pada dua pokok ajaran Islam. Kedua
sumber ajaran Islam itu adalah:
1) Al-Qur’an
Agama Islam adalah agama yang menganut ajaran
kitab Allah yakni Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan
sumber petunjuk sebagai landasan Islam. Karena itu,
sebagai materi utama dalam berdakwah, Al-Qur’an
menjadi sumber utama dan pertama yang menjadi landasan
untuk berdakwah. Keseluruhan Al-Qur’an merupakan
materi dakwah. Dalam hal membacanya maupun
penguasaam terhadap isi kandungan Al-Qur’an (Munir,
2009:88).
2) Hadis
Menurut Samsul MunirHadis merupakan sumber kedua
dalam Islam. Hadis merupakan penjelasan-penjelasan dari
Nabi dalam merealisasikan kehidupan berdasar Al-Qur’an.
Dengan menguasai materi hadis maka seorang da’i telah
memiliki bekal dalam menyampaikan tugas dakwah.
Penguasaan terhadap materi dakwah, karena justru
beberapa ajaran Islam yang berumber dari Al-Qur’an
43
diinterpretasikan melalui sabda-sabda Nabi yang tertuang
dalam Hadis (Munir, 2009:89).
Metode ceramah sebagai salah satu metode atau
tehnik dakwah tidak jarang digunakan oleh para da’i atau
mubaligh juga utusan Allah dalam usaha menyampaikan
risalah-Nya. Hal ini terbuktu dalam ayat al-qur’an bahwa
Musa as hendak menyampaikan misi dakwahnya beliau
berdo’a:
Artinya: “Berkata Musa Ya Tuhanku, lapangkanlahuntukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dankepaskanlah kekakuanku dari lidahku, seupaya merekamengerri perkataanku”. (QS. At-Thaha [20]:25-28)
Sekalipun metode ceramah adalah metode yang paling
sering digunakan dalam aktivitas dakwah, namun
bagaimanapun juga itu hanya merupakan suatu cara atau
bentuk penyampaian pesan kepada pendengar. Tentang apa
pesen yang disampaikan itu dapat diterima atau tidak itu
tergantung dari pendengar, dan bukan berarti metode
ceramah tersebut adalah metode yang terbaik.
44
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Dusun Tegalrejo, Desa Tegalsari,Kecamatan Karanggede
Dusun Tegalrejo merupakan salah satu dusun yang masuk pada
wilayah desa Tegalsari Kecamatan Karanggede. Karanggede adalah
sebuah kecamatan yang berada di wilayah administratif Kabupaten
Boyolali, Jawa Tengah, Indonesia. Jarak antara Boyolali dengan
Karanggede kurang lebih sekitar 35 KM atau 30 menit ditempuh dengan
sepeda motor. Karanggede adalah salah satu Kecamtaan yang cukup maju
di wilayah administratif Kab.Boyolali, yang pergerakan ekonominya di
topang dari perdagangan dan pertanian. Karanggede memiliki 16 desa atau
kelurahan yang tersebar melalui pembagian wilayah administrasi. Berikut
daftar desa/ kelurahan administrasi Kecamatan Karanggede Kabupaten
Boyolali:
Tabel 3.1 Daftar Nama Desa / Kelurahan Administrasi Kecamatan
Karanggede Kabupaten Boyolali
a) Bangkok b) Bantengan
c) Dologan d) Grogolan
e) Karangkepoh f) Kebonan
45
g) Klari h) Klumpit
i) Manyaran j) Mojosari
k) Pengkol l) Pinggir
m) Sempulur n) Sendang
o) Sranten p) Tegalsari
Dari sekian desa hanya desa Kebonan yang perekonomiannya
relatif betgantung penuh pada perdagangan di pasar tradisional dan mata
pencaharian masyarakatnya pun cukup besar yang berkecimpung di dunia
bisnis perdagangan. Di luar desa Kebonan masih merupakan desa yang
bergantung pada pertanian dan beberapa masyarakatnya merantau ke kora-
kota besar untuk menjadi buruh industeri, pengusaha dan lain sebagainya.
Peta pembagian administrasi kecamatan Karanggede:
Gambar 3.1
(Kecamatan karanggede.web.id,2017)
Pusat kegiatan masyarakat karanggede terpusat di pasar
Karanggede yakni berada pada persimpangan jalan yang ditandai dengan
tugu Pangeran Diponegoro pada posisi tengah persimpangan jalan.
46
Kecamatan Karanggede mengalami kemajuan yang sangat pesat, terdapat
sarana Rumah Sakit Umum (RSU) H Busro bagi masyarakat kecamatan
Karanggede. Terdapat beberapa lembaga pendidikan di Karanggede yakni
SMA Negeri 1 Karanggede dan Pondok Pesantren (PONPES) Terpadu Al
Hikmah, dan lain sebagainya. Beberapa lembaga pengelola keuangan di
Karanggede juga tumbuh pesat.
Monografi Desa Tegalsari Kecamatan Karanggede Kabupaten
Boyolali pada bidang pemerintahan yakni sebagai berikut:
a. Bidang Umum
BIDANG UMUMLuas Wilayah Desa Tegalsari seluas 196.234 hektarBatas Wilayah Desa Tegalsari
Sebelah UtaraSebelah selatanSebelah baratSebelah timur
Desa KebonanDesa BantenganKabupaten SemarangDesa Sranten
Kondisi geografisKetinggan tanah daripermukaan lautBanyaknya curah hujanTopografiSuhu udara
295 M8340.00 mm/ tahunrendah28° sampai dengan 31°
OrbitasiJarak dari pusatpemerintahan kecamatanJarak dari ibukotakabupatenJarak dari ibukota propinsiJarak dari ibu kota Negara
1,5 km
33 km74 km683 km
(Sumber : Arsip Desa, 2017)
47
b. Bidang Pertanahan
BIDANG PERTAHANANStatus tanah hak milik 5,27 HaTanah kas 8,2 HaPeruntukan jalan 3 KmPeruntukan sawah dan ladang 16.84.320 HaPeruntukan bangunan umum - HaPeruntukan empang 23.14.60 HaPeruntukan pemukiman 3.314.70 HaPeruntukan jalur hijau 3.314.70 HaPeruntukan perkebunan 3.250 HaPeruntukan lain-lain - Ha
(Sumber :Arsip Desa, 2017)
c. Bidang Kependudukan
BIDANG KEPENDUDUKANJenis kelamin
Laki-lakiPerempan
1136 Orang1408 Orang
Kepala keluarga 700 OrangJumlah pendududuk menurutagama
Agama IslamAgama KristenAgama KatholikAgama HinduAgama Budha
2519 Orang14 Orang9 OrangOrang
OrangJumlah penduduk menurut matapencaharian
KaryawanWiraswastaTaniPertukanganBuruh taniPensiunanNelayanPemulungJasa
172 OrangOrang56 Orang45 Orang246 Orang45 OrangOrang8 OrangOrang
(Sumber :Arsip Desa, 2017)
48
Berdasarkan paparan data kependudukan di atas, fokus penelitian
hanya mengambil pada satu dusun yakni dusun Tegalrejo dikarenakan
pada dusun tersebut tingkat keagamaan atau ilmu agama pada
masyarakatnya lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat pada dusun
yang lainnya pada Desa Tegalsari Kecamatan Karanggede.
Sejarah asal usul Dusun Tegalrejo adalah pada zaman dulu orang-
orang yang ada di dusun Tegalrejo bertempat tinggal di dusun
Bengkongan dan hijrah sampai saat ini ke dusun Tegalrejo yang pada
awalnya bernama Ngelak. Alasan mereka berpindah tempat dikarenakan
dahulu di dusun bengkongan terjadi banjir, dusun tersebut berada
disamping Kaligede. Sejak saat itu penduduk yang ada didusun
Bengkongan pindah tempat yang sekiranya aman untuk dibuat tempat
tinggal, yang tadinya dipinggir Kaligede sekarang bertempat tinggal di
dataran lebih tinggi dari tempat yang tadinya dibuat tempat tinggal
sebelumnya.
2. Letak Geografis Dusun Tegalrejo Kecamatan Karanggede
Dusun tegalrejo adalah suatu dusun yang berada di desa Tegalsari
Kecamatan karanggede , jarak dari kantor Kecamatan kurang lebih 1,5
km, jarak dari kabupaten kurang lebih 22 km. Semua jarak dapat ditempuh
menggunakan mobil maupun sepeda motor.
49
Dusun Tegalrejo terletak paling utara dari desa Tegalsari. Dari
beberapa Dusun yang ada di desa Tegalsari dataran paling tinggi yaitu di
daerah dusun Tegarlejo.Dusun Tegalrejo terbagi menjadi 3 bagian, yaitu
Kerep, Tegalrejo dan Ndaterjo.Dusun Tegalrejo terdiri dari 2 RW yakni
RW 4 dan RW 5 serta memiliki 6 RT.
Keadaan alam pada umumnya berada pada tingkat kesuburan
sedang, disamping itu juga mempunyai daerah persawahan, persawahan
tadah hujan maupun tegalan.
Dusun Tegalrejo sendiri merupakan dusun yang berada pada
wilayah Karanggede Kabupaten Boyolali, yang berbatasan dengan:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Dusun Galangan kecamatan
Susukan
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Tegalsari kecamatan
Karanggede
c. Sebelah barat berbatasan dengan Dusun Blandongan kecamatan
Karanggede
d. Sebelah timur berbatasan dengan Dusun muncar kecamatan
Karanggede
Wilayah dusun tegalrejo terdiri dari dua RW, dimana sebagian
besar wilayah ini merupakan daratan tinggi.Dusun Tegalrejo adalah tanah
persawahan, sehingga mayoritas pekerjaan masyarakat di Dusun Tegalrejo
50
adalah petani, akan tetapi ada juga masyarakat yang berwirausaha
dibidang dagang dan buruh bangunan.
3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana tempat ibadah di dusun Tegalrejo sejumlah 8
buah yang terdiri dari 4 masjid dan 4 mushola.Seluruh tempat ibadah ini
tersebar di berbagai dusun tegalrejo. Penduduk di dusun tegalrejo
mayoritas memeluk agama islam.
B. Hasil penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memilih narasumber yang sesuai dengan
fokus penelitian sebagai sumber data penelitian. Adapun nama yang termasuk
dalam narasumber penelitian ini adalah sebagai berikut:
Daftar Nama Narasumber
No. Nama Keterangan
1. S Tokoh Agama
2. N Warga
3. N W Warga
4. E Warga
Berdasarkan beberapa narasumber di atas, didapatkan hasil temuan
wawancara sesuai dengan pedoman wawancara sebagai berikut:
51
Menurut penuturan S selaku Tokoh Agama
“Metode yang biasa digunakan oleh para tokoh agama di DusunTegalrejo dalam pengajian termasuk saya sendiri ialah “bi al-hikmah”yaitu saya memahami terlebih dahulu materi dakwah yang akan sayasampaikan seperti saya memahami kitab atau hadits yang akan sayaterangkan, kemudian saya terapkan metode yang kedua ialah “bi al-lisan” yakni menjelaskan atau menerangkan kepada jama’ah maknadari isi kitab atau hadits yang sudah saya pahami tersebut kepadajama’ah”.(S, Wawancara 13 Agustus 2017, 13.11 Wib).
Dalam wawancara dengan S, beliau menjelaskan bahwa dalam
penyampaian dakwah di Dusun Tegalrejo terdapat beberapa metode yang
digunakan ialah bi al-hikmah, bi al-lisan dan bi al-mujadalah. Akan tetapi
yang lebih sering digunakan hanya dua metode yaitu bi al-hikmah dan bi al-
lisan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tokoh agama di Dusun Tegalrejo
menggunakan ceramah dalam penyampaian dakwah.
Metode lain yang juga digunakan oleh tokoh agama di Dusun
Tegalrejo tersebut ialah metode tanya jawab akan tetapi yang sering
digunakan hanya metode ceramah.
Materi yang biasa digunakan oleh penceramah ialah segala hal yang
terdapat di dalam kitab yang kemudian dikaji terlebih dahulu oleh penceramah
kemudian disampaikan kepada jama’ah. Dalam berceramah seorang ustadz
terlebih dahulu memilih materi yang akan disampaikan sesuai dengan objek
dakwah yakni jama’ah, sehingga materi disesuaikan dengan siapa yang akan
mendengarkan pengajian. Contohnya saja kitab membahas tentang pernikahan
52
maka pendakwah juga harus menyesuaikan penyampaiannya kepada jama’ah
yang sudah dewasa, begitu juga sebaliknya.
Terdapat faktor pendukung dan penghambat pendakwah saat
menyampaikan ceramah di Dusun Tegalrejo Kecamatan Karanggede, yakni
sebagai berikut:
1. Metode Ceramah adalah metode yang paling mudah untuk dilakukan
dikarenakan jama’ah hanya mendengarkan saja sedangkan ustadz yang
aktif untuk memberikan pengajaran dalam pengajian.
2. Metode Ceramah dirasa dapat menyampaikan isi pengajian dengan baik
karena dapat secara langsung menceritakan kisah-kisah atau
penyampaikan kandungan makna dalam suatu ayat Al Quran maupun
Hadits.
Sedangkan dari beberapa faktor pendukung di atas, seorang
pendakwah juga merasa terhambat dalam menyampaikan pengajian dengan
metode ceramah. Faktor penghambat seorang pendakwah menyampaikan
ceramah pada masyarakat Dusun Tegalrejo ialah yang pertamamasyarakat
Dusun Tegalrejo masih terlalu awam dengan yang namanya ilmu agama,
masyarakat masih memikirkan duniawinya saja. Kedua, kondisi
perekonomian pada masyarakat Dusun Tegalrejo yang mayoritas bekerja
sebagai petani, yang mana setiap pagi berangkat ke ladang kemudian sore hari
baru tiba di rumah, sehingga kondisi tubuh mereka sudah tidak fit atau tidak
53
fresh lagi apabila mengikuti pengajian maka yang dirasakan hanya lelah dan
materi pengajian tidak dapat disaring atau dipahami.
Cara mengatasi penghambat dalam metode ceramah yang digunakan
oleh tokoh agama Dusun Tegalrejo ialah melalui pendekatan personal yakni
seorang pendakwah merangkul masyarakat melalui cara yang baik, dengan
bahasa yang komunikatif atau mudah dipahami dan dicerna oleh masyarakat
untuk mengenal lebih dalam tentang ilmu agama. Selain itu pendakwah
mengajak para pendakwah lain serta beberapa masyarakat untuk
bermusyawarah untuk mencari solusi dari masalah-masalah yang dihadapi
masyarakat yang berkaitan dengan norma, tingkah laku atau aqidah sesuai
dengan ilmu agama.
Di sisi lain, peneliti juga melakukan wawancara dengan warga untuk
memperkuat argumen dari pendakwah yang sudah diwawancarai. Peneliti
mewawancarai beberapa warga dengan pedoman wawancara sebagai berikut:
Pertama, peneliti menanyakan tentang seberapa aktif warga mengikuti
kegiatan-kegiatan pengajian di Dusun Tegalrejo.
Menurut penuturan N
“saya aktif mengikuti kegiatan pengajian-pengajian di DusunTegalrejo ini, biasanya kalau pengajian itu pas acara arisan Ibu-Ibu diDusun ini namun harinya tidak pasti.”(N, 24 Agustus 2017, 18.32Wib).
54
Tidak jauh berbeda dari pendapat N, penuturan N W sebagai seorang
pemudi yang baru saja berkeluarga, dia mengatakan bahwa
“iya, saya aktif mengikuti pengajian-pengajian di dusun ini. Dari sejaksaya masih muda sampai sekarang saya masih aktif.” (N W, 24Agustus 2017, 14.00 Wib).
Berbeda pendapat dengan N dan N W, E menuturkan bahwasaya,
“saya aktif mengikuti pengajian jika saya berada di rumah, namuntergantung kalau saya sedang bekerja apalagi saya adalah seorangburuh bangunan yang bekerjanya tidak kenal waktu, pulang saja tidakpasti jam berapa apalagi mengikuti pengajian.” (E, 24 Agustus 2017,15.46 Wib).
Menurut penuturan ketiga narasumber di atas mempunyai pendapat
yang hampir sama akan tetapi dalam pelaksanaanya yang berbeda. Dari
pendapat N di atas, menuturkan bahwa N adalah salah satu jama’ah pengajian
yang aktif atau yang sering mengikuti pengajian akan tetapi lebih condong
kepada pengajian-pengajian yang dilakukan oleh masyarakat dusun Tegalrejo
khususnya ibu-ibu sekaligus melaksanakan kegiatan arisan, itu pun tidak
ditentukan jadwal pelaksanaanya.
Pendapat kedua dari seorang warga Dusun Tegalrejo yakni N W,
menurut penuturannya N adalah seseorang yang aktif atau sering mengikuti
pengajian-pengajian dalam bentuk apapun, didasarkan dengan seringnya
mengikuti pengajian dari waktu muda sampai kini sudah berkeluarga.
Pendapat ketiga dari seorang warga yang bekerja sebagai buruh
bangunan bernama E yang menuturkan bahwa keaktifannya dalam mengikuti
55
pengajian dikatakan aktif dalam artian setiap ada pengajian selalu ikut serta
akan tetapi karena mempunyai kendala pekerjaan yang menjadikannya pasif.
E mengatakan aktif dikarenakan kemauan untuk mengikuti atau berpartisipasi
dalam pengajian itu ada, hanya terhambat oleh beberapa kendala yang
dialami.
Kedua, peneliti menanyakan bagaimana seorang pendakwah dalam
menyampaikan pengajian tersebut.
Menurut penuturan N
“merasuk sekali, lucu dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hariInsyaAllah. Walaupun saya paham dengan materi yang disampaikantapi tidak semua saya bisa langsung menerapkannya pada kehidupansehari-hari, mungkin hanya setengah dari penyampaian materipengajian yang saya terapkan karena paham saja terkadang dalampelaksanaanya yang susah atau perlu bimbingan dari seorangpendakwah.” (N, 24 Agustus 2017, 18.32 Wib).
Berbeda dengan penuturan NW
“kalau menurut saya bagus, akan tetapi terkadang materi yangdisampaikan ada yang berat. Jadi untuk yang belum mengerti tentangagama secara luas akan sulit dalam pemahamannya dan jugapenerapannya. Kalau tentang paham atau tidaknya saya dalampengajian yang disampaikan, saya lebih cenderung setengah-setengahjadi ada setengah dari isi pengajian itu saya paham sedangkansetengahnya lagi belum saya pahami. Untuk penerapannya dalamkehidupan sehari-hari, saya sudah menerapkan tentang isi pengajiantersebut akan tetapi hanya hal yang saya pahami saja, sedangkan hal-hal yang belum saya pahami belum saya laksanakan atau terapkandalam kehidupan sehari-hari saya.” (N, 24 Agustus 2017, 14.00 Wib).
Sedangkan menurut E
56
“menurut saya di saat saya mengikuti pengajian, materi yangdisampaikan simple. simple yang saya maksud di sini ialah mudahdipahami dikarenakan materi yang disampaikan dikaitkan dengankehidupan sehari-hari masyarakat dusun Tegalrejo. Karena pak kyaimengaitkan isi pengajian dengan keseharian masyarakat, maka sayamudah paham dan dapat saya terapkan, untuk maksimal tidaknya halyang saya laksanakan saya tidak tahu, yang penting saya melakukandulu, kalau belum maksimal ya saya tetap minta bimbingan oleh pakkyai.” (N, 24 Agustus 2017, 15.46 Wib).
Menurut pertanyaan kedua dari peneliti, masing-masing narasumber
memberikan keterangan yang berbeda-beda dalam tingkat pemahaman
mengenai isi atau kandungan yang disampaikan dalam pengajian. Tingkat
pemahaman dapat diukur melalui seberapa paham seseorang mengenai materi
atau isi dari materi pengajian, kemudian dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari dan menjadikannya berubah menjadi lebih baik.
Ketiga, peneliti menanyakan tentang kelemahan penyampaian dakwah
oleh pendakwah, warga berbeda pendapat mengenai hal ini. Pendapat tersebut
ialah sebagai berikut:
Menurut penuturan N
“ustadz kadang menyampaikannya kurang keras, apalagi ditambahdengan suasana yang tidak mendukung seperti jama’ah yangkebanyakan dari Ibu-Ibu yang sering ngobrol sendiri ditambah lagidengan Ibu-Ibu yang membawa anak kecil ketika pengajian. Jadi suarapendakwah juga tidak begitu terdengar pada jama’ah seperti saya ini.”(N, 24 Agustus 2017, 18.32 Wib).
Lain hal dengan penuturan N W
“kalau menurut saya, kekurangan materi yang disampaikan kadangberat walaupun tidak banyak, sulit masyarakat untuk memahami.” (N,24 Agustus 2017, 14.00 Wib).
57
Berbeda dengan pendapat N dan N W, E menuturkan bahwa,
“kalau dari segi kekurangan manurut saya ya cuma di masalah waktusaja, kadang ceramah yang disampaikan terlalu panjang durasinya jadikadang intinya sudah disampaikan tapi dijabarkan lagi lebih luas, danterkadang juga ceramah yang disampaikan terlalu pendek durasinya,jadi secara singkat padat langsung kepada inti, seperti tidak dibahaslebih mendalam, itu saja menurut saya, kalau dari sisi lain saya rasacukup.” (N, 24 Agustus 2017, 15.46 Wib).
Menurut penuturan narasumber dari pertanyaan ketiga dari peneliti
menyatakan bahwa ada beberapa keluhan yang disampaikan mengenai
penyampaian ceramah. Keluhan tersebut berbeda-beda menurut ketiga
narasumber, yang pertama ialah masalah penyampaian da’i yang kurang keras
dimungkinkan karena kurangnya fasilitas yang mendukung jalannya ceramah,
yang kedua ialah materi ceramah yang disampaikan terlalu berat dan yang
ketiga ialah alokasi waktu yang digunakan oleh da’i tidak stabil.
Dari segi penerapan, beberapa narasumber yang sudah diwawancarai
hampir semua menerapkan dalam kehidupan sehari-hari walaupun tidak
maksimal, ada yang menerapakan hal-hal yang dipahami saja dan ada yang
menerapkan sekedar menerapkan sesuai dengan apa yang dipahami namun
tidak begitu yakin bahwa hal yang diterapkan tersebut sudah benar atau
belum.
Keempat, peneliti menanyakan kepada narasumber yakni 3 orang
warga dusun Tegalsari bagaimana cara yang diinginkan agar ceramah yang
dilaksanakan oleh da’i bisa berjalan baik atau efektif.
58
Menurut penuturan N
“menurut saya agar ceramah itu berjalan baik maka pendakwah harusmelentangkan suaranya lagi agar tidak kalah dengan suara ibu-ibu atauanak-anak.” (N, 24 Agustus 2017, 18.32 Wib).
Berbeda dengan pentuturan N, N W berpendapat
“kalau keinginan saya agar ceramah bisa berjalan baik dan diterimamasyarakat maka seorang penceramah harus menyampaikan materidihubungkan dengan sejarah atau tindakan yang dilakukan Rasulullahatau sahabat dalam kehidupan sehari-hari jadi masyarakat bisameneladani Nabi SAW, dan saya rasa masyarakat juga mudah paham.”(N, 24 Agustus 2017, 14.00 Wib).
Lain halnya dengan pendapat N dan N W, E mengatakan
“kalau menurut saya agar masyarakat bisa cepat dalam memahamiceramah semua materi dikaitkan dalam kehidupan sehari-harimasyarakat dusun Tegalrejo.” (N, 24 Agustus 2017, 15.46 Wib).
Menurut pendapat narasumber mengenai pertanyaan peneliti yakni
cara yang diinginkan agar seorang da’i dapat menyampaikan ceramah dengan
baik ialah seorang da’i harus memperbaiki metode ceramah yang digunakan
baik dari sisi penyampaian, materi dan lain sebagainya.
59
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Bagaimana Penerapan Metode Ceramah dalam Penyampaian Dakwah di
Dusun Tegalrejo Desa Tegalsari Kecamatan Karanggede
Cara berdakwah menurut ajaran agama Islam sesuai dengan panutan dari
ayat Al Qur’an maupun Al Hadits yakni dalam surah Al Anam ayat 107-108
yang mengandung isi bahwa dalam berdakwah itu tidak boleh menghina,
memaki, mengejek, dan lain sebaginya yang bersifat menjatuhkan agama lain
dan manusia diwajibkan untuk saling menghargai satu sama lain terutama kepada
orang lain yang berbeda keyakinan.
Al Qur’an Surah An Nahl ayat ke 125 yang menerangkan bahwa
berdakwah harus menggunakan cara-cara yang baik. Al Qur’an Surah Yasin ayat
17mengandung isi bahwa dalam menyampaikan dakwah bahwa bahasa yang
digunakan ialah bahasa yang baik, jelas serta mudah dipahami oleh orang lain
atau orang yang mendengarkan dakwah.
Al Qur’an Surah Al Baqarah ayat 256 menerangkan bahwa seorang
muslim berkewajiban menyampaikan dakwah kepada orang lain dengan tidak
adanya paksaan kepada orang lain untuk mengikuti apa yang diinginkan oleh
muslim yang berdakwah tersebut.
Menurut Quran Surah Yasin ayat ke 17 memberikan keterangan bahwa
setelah seorang muslim berdakwah kepada sekumpulan umat yang ilmu
agamanya kurang namun sekumpulan umat tersebut tidak menghiraukan maka
60
seorang muslim yang berdakwah tersebut tidak boleh mengotot atau
memaksakan kehendak.
Al Qur’an Surah Al A’raf ayat ke- 199 memberi penjelasan bahwa
seorang pendakwah diperintahkan Allah untuk berpaling dari orang-orang yang
bodoh akan tetapi dijelaskan pula pada surah Adh-Dhariyat ayat ke 50 sampai 56
bahwa seorang pendakwah tetap memberikan peringatan walaupun tidak
dipedulikan oleh orang-orang yang kurang ilmunya, sehingga seorang
pendakwah harus perlahan-lahan dan tetap sabar membimbing orang-orang yang
mengacuhkannya agar lama kelamaan orang-orang tersebut menjadi sadar setelah
diberi asupan nasihat serta peringatan-peringatan dari Allah SWT tentang adzab
di neraka bagi orang-orang yang tidak beriman kepadaNya.
Ceramah merupakan sebuah metode dalam penyampaian dakwah
berbentuk interaksi melalui penerangan, penjelasan maupun penuturan oleh
seorang yang lebih tinggi ilmunya (‘alim) kepada orang lain yang dirasa ilmunya
kurang. Ceramah yang disampaikan berisi nasihat-nasihat, kisah-kisah, dan cara-
cara sebagai acuan atau pedoman hidup manusia yang didasarkan dengan ayat-
ayat dari Al Quran maupun Hadits.
Setiap da’i mempunyai karakter dan ciri khas masing-masing dalam
menyampaikan dakwah. Strategi dan metode yang digunakan pun juga berbeda,
dikarenakan seorang da’i wajib membuat kesan yang menarik terhadap jama’ah
dan membangun komunikasi yang baik terhadap jama’ah.
Berdasarkan temuan data dan hasil wawancara yang telah dipaparkan
pada bab 3 mengenai penggunaan metode dalam penyampaian dakwah yang
61
disampaikan oleh para tokoh agama di dusun Tegalrejo salah satunya ialah
metode ceramah. Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada salah seorang
tokoh agama di dusun Tegalrejo, ada beberapa metode yang disampaikan yakni
metode dakwah bil lisan yakni seorang da’i menyampaikan materi pengajian
secara lisan, terbuka misalnya ceramah, bil hikmah yakni mempelajari isi atau
kandungan yang terdapat dalam suatu ayat Al Quran maupun Hadits yang
kemudian disampaikan kepada jamaah pengajian dan metode bil mujadalah yakni
debat atau berargumentasi. Akan tetapi yang sering digunakan adalah metode bil
hikmah dan bil lisan jadi seorang da’i memperlajari suatu kitab atau hadits yang
berisi tentang pengetahuan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
kemudian disampaikan secara lisan atau yang bisa disebut dengan ceramah.
Kedua metode ini sering digunakan oleh para tokoh agama dusun
Tegalrejo secara serentak karena dirasa lebih mudah disampaikan. Metode
ceramah yang digunakan ini disampaikan dalam setiap dakwah yang diadakan di
dusun Tegalrejo seperti pengajian rutinan ibu-ibu dan bapak-bapak pada setiap
malam Jumat atau Kamis malam walaupun hanya sekedar ceramah sisipan.
Metode ceramah yang disampaikan dalam dakwah para tokoh agama juga di
hari-hari besar Islam seperti ‘Idul Fitri, ‘Idul Adha, maupun pada hari Jumat
setelah dilaksanakannya sholat Jumat berjamaah.
Materi ceramah yang disampaikan oleh para tokoh agama juga
disesuaikan dengan siapa jamaah yang mendengarkan ceramah. Materi ceramah
harus berisi hal-hal yang ada sangkut pautnya dengan ilmu pengetahuan, karena
segala macam ilmu sangat bermanfaat bagi manusia dalam menjalani tantangan-
62
tantangan hidup. Materi dalam ceramah juga berisi hal-hal yang mempunyai
faedah atau manfaat yang lebih banyak daripada madharatnya atau hal-hal yang
mempunyai pengaruh yang negatif. Materi dalam ceramah disesuaikan serta
dikaitkan dengan ayat-ayat pada al Quran maupun al Hadits agar seorang da’i
mempunyai dasar ketika menyampaikan dakwah.
Penggunaan metode ceramah dalam menyampaikan serangkaian dakwah
oleh para tokoh agama di dusun Tegalrejo ini sudah puluhan tahun berlangsung
dan ratusan kali digunakan pada setiap kegiatan-kegiatan yang ada sangkut
pautnya dengan pengajian.
B. Efektivfitas Metode Ceramah dalam Penyampaian Dakwahdi Dusun
Tegalrejo Desa Tegalsari Kecamatan Karanggede
Menganalisis tingkat ke-efektivan metode ceramah yang digunakan oleh
para da’i atau tokoh agama di dusun Tegalrejo, dilihat berdasarkan hasil
wawancara dengan berbagai narasumber dalam penelitian ini. Menurut tokoh
agama bernama bapak Sriyanto, beliau menerangkan bahwa metode ceramah
yang digunakan tersebut sudah berjalan dengan baik, akan tetapi masih saja ada
hambatan-hambatan atau kendala yang beliau alami ketika dakwah berlangsung.
Walaupun menurut beliau metode ceramah merupakan metode yang paling tepat
digunakan di dusun Tegalrejo, akan tetapi dalam pelaksanaanya tidak begitu
sesuai dengan keinginan yang diharapkan.beliaujuga menerangkan bahwa beliau
pernah mondok di desa Bringin yaitu pondok poncol, disitulah beliau belajar
63
tentang agama islam dan bagaiman cara berdakwah, beliau juga mengatakan
pengalaman berdakwahnya di dusun tegalrejo sudah selama 20 tahun.
Melalui penuturan berbagai narasumber yang tidak lain adalah warga
dusun Tegalrejo yang mengikuti berbagai bentuk kegiatan pengajian di dusun
tersebut. Pendapat dari beberapa narasumber menerangkan bahwa metode
ceramah yang digunakan oleh ustadz atau da’i di dusun Tegalrejo tersebut
berjalan dengan baik meskipun ada banyak kekurangan. Kekurangan-kekurangan
tersebut didasarkan pada berbagai faktor seperti materi, penggunaan waktu,
sumber daya manusianya yang benar-benar awam dengan ilmu agama dan lain
sebagainya.
Dari penuturan berbagai narasumber, dapat dikemukakan bahwa setelah
mengikuti pengajian dengan metode ceramah yang sudah digunakan,
kesemuanya mempunyai jawaban yang sama yakni menerapkan hal-hal yang
dipahami saja dalam kehidupan sehari-hari. Jadi kurang adanya ketertarikan
masyarakat untuk mempelajari lebih mendalam tentang materi dakwah yang
disampaikan. Hal yang menyebabkan kurangnya ketertarikan bukan hanya
karena metode yang digunakan, akan tetapi dari masyarakatnya sendiri yang
terlalu awam dengan ilmu pengetahuan khususnya ilmu agama, jadi tingkat
pendidikan juga mampu memengaruhi tertarik atau tidaknya seseorang dengan
ilmu pengetahuan maupun ilmu agama.
64
Terlalu awam dengan ilmu pengetahuan maupun ilmu agama ini sering
terjadi tidak hanya pada beberapa orang saja, akan tetapi lebih dari ribuan orang
di dunia. Karena kurangnya bekal dan pemikiran tentang pentingnya ilmu dalam
kehidupan, sehingga manusia terkadang hanya memikirkan hal-hal yang dirasa
mudah untuk dilakukan.
Untuk mengetahui tingkat ke-efektiv-an atau keberhasilan suatu metode
ceramah dapat dilihat berdasarkan beberapa hal yakni yang pertama pada isi atau
kandungan materi ceramah yang disampaikan oleh da’i atau ustadz, bagaimana
seorang da’i memilih serta memilah topik yang baik digunakan atau disampaikan
pada saat menyampaikan dakwah kepada jamaah pengajian, bagaimana seorang
da’i dapat menyesuaikan materi yang disampaikan pada kelompok jamaah
pengajian yang mana berdasarkan umur dan tingkat pendidikan, materi yang
seperti apa yang disampaikan kepada jamaah dewasa, dan materi yang seperti
apa pula yang disampaikan kepada kelompok pengajian anak-anak, bagaimana
seorang da’i dapat memberikan nasihat-nasihat yang bermanfaat bagi jamaah
sehingga dapat memberikan kesan yang mendalam bagi yang memperhatikan.
Yang kedua pada teknik serta strategi penyampaian dakwah oleh tokoh
agama, bagaimana seorang tokoh agama mampu membuat suasana pengajian
menjadi menyenangkan serta membuat jamaah semakin tertarik dengan apa yang
akan disampaikan oleh da’i tersebut, yang ketiga ialah bagaimana isi atau
kandungan dalam materi ceramah dapat dipahami oleh jamaah serta diamalkan
atau dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana seorang da’i dapat
65
membujuk jamaah untuk melakukan hal-hal yang tadinya belum sesuai dengan
syariat agama kemudian melaksanakannya sesuai dengan tata cara atau aturan
agama berlandaskan dengan Al Quran dan Al Hadits.
Setelah ketiga ukuran tersebut ada dalam urutan kegiatan dakwah, maka
metode yang digunakan dalam penyampaian dakwah tersebut dapat dikatakan
efektiv atau berhasil.
Berdasarkan hasil data penelitian maka tingkat ke-efektiv-an atau
keberhasilan metode ceramah yang digunakan dalam penyampaian dakwah oleh
para tokoh agama di dusun Tegalrejo ini dapat dikatakan kurang
efektiv.Walaupun da’i sudah berpengalaman berdakwah selama 20 tahun, akan
tetapi tidak didukungan pertama mad’u, contohnya mad’u yang terlalu awam,
tidak mau tahu tentang agama, kedua adalah materi dakwahnya masih
menggunakan metode lama, ketiga sarana prasarana yang kurang memadai, maka
feed back kepada masyarakat tidak maksimal. Jadi tingkat efektifitas atau
keberhasilan di dusun tegalrejo kurang efektif, karena antara pendukung dan
penghambat, lebih besar penghambat daripada pendukungnya.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Metode
Ceramahdi Dusun Tegalrejo Desa Tegalsari Kecamatan Karanggede
Berdasarkan paparan hasil wawancara, disebutkan beberapa faktor yang
mendukung dan faktor yang menghambat dalam pelaksanaan metode ceramah
66
dalam penyampaian dakwah para tokoh agama di dusun Tegalrejo, desa
Tegalsari, kecamatan Karanggede.
Yang pertama ialah faktor-faktor yang mendukung para tokoh agama
menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan dakwah tentang berbagai
ilmu pengetahuan khususnya ilmu agama, beberapa faktor tersebut ialah ketika
seorang da’i atau ustadz menggunakan metode ceramah, maka langkah awalnya
ialah mempelajari materi yang berasal dari ayat-ayat Al Quran atau Hadits
melalui kisah atau cerita keteladanan pada masa Nabi kemudian dikaitkan
dengan kehidupan masa sekarang dan penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari. Dengan begitu secara langsung, seorang da’i mengajak para jamaah untuk
membayangkan hidup pada zaman dahulu, seolah seorang da’i sedang
mendongeng. Metode ceramah ini juga mempersingkat waktu, sehingga hanya
bercerita saja tentang inti materi, tidak perlu menggunakan kajian kitab secara
bersama-sema menyimak kitab dan lain sebagainya.
Di sisi kedua disebutkan beberapa faktor yang dapat menghambat
efektivnya metode ceramah yang digunakan para tokoh agama dalam
menyampaikan dakwah yakni waktu yang terkadang tidak tepat untuk
melaksanakan dakwah, penggunaan waktu yang belum begitu sesuai dengan
penyampaian dakwah. Tokoh agama di dusun Tegalrejo mempermasalahkan
waktu sebagai penghambat efektivnya metode ceramah dalam penyampaian
dakwahnya dikarenakan beberapa alasan seperti waktu dalam penyampaian
dakwah yang tidak sesuai. Pengajian-pengajian yang dilaksanakan di dusun
67
Tegalrejo ini tidak tersusun atau tidak tertata dengan baik, misalnya pengajian
semacam tahlilan terkadang masyarakat hanya membaca tahlil secara bersama-
sama yang intinya berdzikir kepada Allah SWT, sedangkan ketika akan disisipi
oleh dakwah terkadang waktu yang kurang kondisional atau tidak dapat
dikondisikan dikarenakan terlalu lama dan lain sebagainya.
Kemudian masih dalam masalah waktu, beberapa masyarakat mengeluh
dikarenakan waktu yang digunakan oleh da’i atau ustadz dalam menyampaikan
dakwah kurang sesuai, yakni terkadang terlalu lama serta terlalu panjang lebar
seorang da’i atau ustadz dalam menyampaikan materi dakwah dan waktu yang
terkadang terlalu cepat yakni materi yang disampaikan terlalu sedikit.
Masalah waktu yang terakhir ialah ketika kegiatan pengajian
dilaksanakan di dusun Tegalejo ini di malam hari, banyak dari jamaah pengajian
yang bekerja apalagi di dusun ini mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai
petani dan buruh sehingga waktu bekerjanya lebih penuh dari waktu istirahatnya.
Ketika kegiatan pengajian tersebut dilaksankan pada malam hari, maka ketika
waktu pengajian tersebut dilaksanakan hanya sebagai waktu untuk beristirahat
masyarakatnya yang bekerja seharian. Jadi dalam pengajian lebih kepada
mendengarkan saja, akan tetapi isi dari materi dakwah yang disampaikan kurang
dipahami. Akan tetapi masyarakat masih mengikuti kegiatan pengajian,
walaupun dipagi hari sampai sore sebagian besar masyarakat melakukan rutinitas
sebagai petani.
68
Hal tersebut juga dapat dikaitkan dengan faktor ekonomi yang
menghambat ke-efektivan metode ceramah yang dilaksanakan. Dikarenakan
mayoritas pekerjaan masyarakat di dusun Tegalrejo ini adalah petani dan buruh
maka waktu untuk mengikuti kegiatan-kegiatan pengajian yang dilaksanakan,
banyak yang tidak dapat mengikuti secara aktif karena waktu bekerja yang tidak
terduga atau tidak terkondisikan.
Faktor penghambat selanjutnya yang membuat ketidakefektivan metode
ceramah yang digunakan dalam penyampaian dakwah ialah masyarakat yang
masih terlalu awam dengan ilmu agama sehingga ketertarikannya untuk
mempelajari lebih dalam tentang ilmu agama masih kurang. Masyarakat lebih
menyukai kegiatan-kegiatan yang sifatnya hiburan seperti konser dangdut, orgen
tunggal, atau bahkan lebih senang untuk di rumah saja melakukan aktivitas
sendiri atau menyelesaikan berbagai pekerjaan rumah dan lain sebagainya.
Kemudian fasilitas yang kurang memadai atau kurang lengkap juga menghambat
keefektivan metode ceramah yang dilaksanakan, seperti misalnya ketika dalam
kondisi yang sudah tidak nyaman, sepulang dari bekerja kemudian mengikuti
pengajian, da’i atau ustadz yang membawakan atau menyampaikan dakwah juga
sudah sepuh sehingga tidak terdengar suaranya maka ceramah tidak dapat
berhasil karena jamah tentu tidak begitu memperhatikan serta pemahaman
tentang materi ceramah yang disampaikan juga tidak masuk, sehingga kalau
materi tidak dipahami maka dalam penerapan sehari-hari juga belum tentu
diterapkan.
69
Hal yang menjadikan kendala dalam penyampaian dakwah menggunakan
metode ceramah di atas dapat diatasi dengan beberapa tindakan. Menurut hasil
wawancara dengan tokoh agama bapak Sriyanto, beliau mengatakan bahwa
melalui pendekatan personal yakni seorang da’i atau ustadz mendekati
masyarakat secara personal atau individu yang ketertarikan tentang ilmu agama
yang masih kurang serta keikutsertaan dalam kegiatan-kegiatan pengajian yang
juga masih pasif untuk diberi nasihat-nasihat secara perlahan dan pengarahan
tentang ajaran-ajaran dalam syariat Islam sehingga diharapkan dengan
pendekatan personal ini, masyarakat yang lemah dalam hal-hal tersebut dapat
bangkit dan memperbaiki dirinya menjadi lebih baik yakni melaksanakan
perintah agama dan meninggalkan larangan-larangan dari Allah SWT.
Pendekatan personal inilah yang menjadikan salah satu cara mengatasi kendala
atau hambatan-hambatan dalam pelaksanaan menyampaian dakwah dengan
metode ceramah.
70
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hasil penelitian yang telah dilakukan di Dusun Tegalrejo Desa
Tegalsari Kec.Karanggede dengan diperketat data yang ada, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Penerapan metode ceramah di Dusun Tegalrejo Tegalsari Kec.
Karanggede yaitu dari penyampaian materi pengajian dengan cara lisan
atau melalui ceramah, materi yang disampaikan adalah dengan
menggunakan kitab yang dibimbing oleh da’i atau kyai, setelah materi
yang disampaikan selesai kyai menggunakan metode Tanya jawab, akan
tetapi da’i lebih sering tidak menggunakan.
2. Efektifitas metode ceramah di Dusun Tegalrejo Desa Tegalsari Kec.
Karanggede metode ceramah yang diterapkan da’i atau kyai efektif
apabila isi kitab atau materi yang diulas, masyarakat bisa menerapkan
secara pemahaman maupun perbuatan di kehidupan sehari-hari. Akan
tetapi menurut para respondens dari materi yang di sampaikan da’i dengan
ceramah menggunakan kitab, masyarakat bisa menerapkan apa yang
dipahami dan tidak diterapkan apa yang tidak dipahami, karena
masyarakat dalam ilmu agama memang kurang. Maka dari itu peneliti dari
tingkat ke efektifan metode ceramah di dusun Tegalrejo Desa Tegalsari
kec. Karanggede tidak efektif karena feed back dari masyarakat.
71
3. Faktor pendukung dengan menggunakan metode ceramah akan lebih
mempersingkat waktu dan materi. Faktor penghambat metode ceramah
yang digunakan para tokoh agama dalam menyampaikan dakwah yakni
waktu yang terkadang tidak tepat untuk melaksanakan dakwah,
penggunaan waktu yang belum begitu sesuai dengan penyampaian
dakwah, kitab yang dikaji atau materi dakwah yang kurang sesuai,faktor
ekonomi dan juga sarana prasaranya yang terbatas. Jadi tingkat efektifitas
atau keberhasilan di dusun Tegalrejo kurang efektif, karena antara
pendukung dan penghambat, lebih besar faktor penghambat daripada
faktor pendukungnya.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka peneliti
memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Tokoh Agama
a. Diharapkan dapat mengevaluasi metode yang sudah digunakan selama
ini apakah tingkat keberhasilannya tinggi atau masih rendah untuk
kesejahteraan masyarakat.
b. Untuk berkreasi menciptakan strategi dalam berdakwah tidak hanya
menggunakan satu metode saja, akan tetapi berbagai metode sehingga
masyarakat bisa tertarik dan ikutserta dalam memperlajari ilmu agama
secara mendalam.
72
c. Untuk tetap menggunakan berbagai pendekatan personal kepada
masyarakat agar masyarakat merasa adanya kepedulian terhadap
dirinya mengenai hal-hal yang menyangkut tentang ilmu khususnya
ilmu agama.
2. Bagi Masyarakat Dusun Tegalrejo
a. Diharapkan untuk tetap belajar sedikit demi sedikit mengenai ilmu
agama karena pada dasarnya ilmu itu penting terutama ilmu agama
karena sebagai bekal pada kehidupan di dunia maupun di akhirat nanti.
b. Membagi dan menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya, apabila
tidak bisa semaksimal mungkin mengikuti pengajian maka mintalah
bimbingan kepada da’i atau ustadz yang menjadi tokoh agama di
dusun Tegalrejo tersebut.
3. Bagi peneliti selanjutnya
a. Diharapkan dapat mengkaji topik yang sama dengan lebih
komprehensif dan mendalam. Apabila tidak dengan topik yang sama
maka diharapkan peneliti selanjutnya meneliti variabel-variabel lain
yang berkaitan dengan penelitian ini serta mampu memberikan
tambahan variabel yang tidak terdapat dalam penelitian ini.
b. Diharapkan dapat menambah subjek dalam penelitian agar data yang
diperoleh lebih luas dan mendapatkan analisis yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Kurniawan. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta:Pembaharuan.
Al- Qahtani, Said. 2005. Menjadi Da'i Sukses. Jakarta: Qisthi Press.
Amin, Samsul Munir. 2008. Rekontruksi Pemikiran dakwah Islam, Jakarta : Amzah.
________________. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah.
Anselm, Strauss dan Juliet Corbin. 2003. “Dasar-dasar Penelitian Kualitatif”.Yogyakarta : Pustaka Belajar.
An-Nabiry, Fathul Bahri. 2008. Meniti Jalan Dakwah: Bekal Perjuangan Para Da’i.Cet.ke-I. Jakarta: Amzah.
Anshari, Hafi. 1993. Pemahaman dan Pengamalan Dakwah. Surabaya: al-Ikhlas
Arifin, M, 2000. Psikologi Da’wah Suatu Pengantar Studi. Jakarta : Bumi Aksara.
Aziz, Moh Ali. 2004. Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana.
________________. Ilmu Dakwah Edisi Revisi. Jakarta: Kencana.
Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Predana Media Group.
Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Djanka. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Surakarta : Pustaka Mandiri.
Ghazali, M. Bahri. 1997. Dakwah Komunikatif : Membangun Kerangka Dasar IlmuKomunikasi Dakwah. Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya.
Hafifudin, Didin. 1998. Dakwah Aktual. Jakarta: Gema Insani Press.
Hardini, Isriani dan Puspitasari, Dewi. 2012. Strategi PembelajaranTepadu.Yogyakarta: Familia.
Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: PT BumiAksara.
Ilaihi, Wahyu. 2010. Komunikasi Dakwah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Jurnal EQUILIBRIUM, Vol. 5, No. 9, Januari-Juni 2009: 1-8. Di akses pada Sabtu,20 Mei 2017. Pukul. 14.27 WIB
Komariah, Aan dan Tratrna, Cepi. 2015. Visionary Leader Ship Menuju SekolahEfektif. Bandung : Bumi Aksara.
Miles, Matthew B dan Huberman, A Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta:Universitas Indonesia Press.
Moleong, L.J. 2006. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Munir, Wahyu Illahi. 2006. Manajemen Dakwah. Jakarta: Prenada Media..
Munir, M. 2009. Metode Dakwah. Jakarta: Kencana.
Munsyi, Abdul Kadir. 1981. Metode Diskusi dalam Dakwah. Surabaya ; Al-Ikhlas
Nawawi, Hadari dan Martini, Mimi. 1994, “Penelitian Terapan”. Yogyakarta:Gajahmada University.
Noor ,Faid Ma’ruf. 1981. Dinamika dan Akhlak Dakwah. Surabaya : PT. Bina Ilmu.
Omar ,Toha Yahya. 1983. Ilmu Dakwah. Jakarta: Widya Karsa Pratama.
Pawirto. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: PT. LKIS PelangiAksara.
Pimay ,Awaludin,. 2005. Paradigma Dakwah Humanis. Semarang: Rasail.
Rais, Amien. 1997. Demi Kepentingan Bangsa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ruslan, Rosady. 2010. Penelitian Public Relation dan Komunikasi. Jakarta: RajawaliPers.
Saeful Rahmat, Pupu. 2009. Jurnal EQUILIBRIUM: Penelitian Kualitatif. Vol. 5,No. 9. Diakses pada tanggal 20 Mei 2017 pk. 14.17 WIB.
Sagala, Syaiful. 2012. Supervisi Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Steers, M Rizhard. 1985. Efektivitas Organisasi Perusahaan. Jakarta: Erlangga.
Strauss,A. dan Corbin,J. 2009. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif Dan R&D.Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sudirman. 2002. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Efektifitas Pelayanan.Bandung: Primako Akademika.
Superfikr. 2012. Islamic Public Speaking a Powerful Secret for Powerful MuslimPublic. Solo: Tinta Medina.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Wasinto, Woyo. 1974. Kamus Bahasa Inggris – Indonesia. Jakarta : CY Press.
Ya’kub, A. Hamzah. 1992. Publisistik Islam, Tehnik Dakwah dan Leadership.Bandung : CV. Diponegoro.
Lampiran 1
Pedoman wawancara bagi Da’i
1. Metede dakwah apa yan digunakan dalam berceramah?
2. Medode apa yang sering digunakan dalam berceramah?
3. Apakah ada metode lain yang digunakan dalam berceramah?
4. Materi dakwahnya seperti apa?
5. Apa penghambat penceramah dalam berceramah?
6. Bagaimana pendakwah mengatasi kelemahan metode yang biasa diterapkan?
Hasil wawancara
Nama : Sriyanto
Alamat : Tegalrejo 01/05 Desa Tegalsari Kecamatan Karanggede
Tanggal : 13 Agustus 2017
Jam : 13.11 WIB
1. Metode yang biasa digunakan oleh para tokoh agama di Dusun Tegalrejo
dalam pengajian termasuk saya sendiri ialah “bi al-hikmah” yaitu saya
memahami terlebih dahulu materi dakwah yang akan saya sampaikan
seperti saya memahami kitab atau hadits yang akan saya terangkan,
kemudian saya terapkan metode yang kedua ialah “bi al-lisan” yakni
menjelaskan atau menerangkan kepada jama’ah makna dari isi kitab atau
hadits yang sudah saya pahami tersebut kepada jama’ah.
2. dalam penyampaian dakwah di Dusun Tegalrejo terdapat beberapa metode
yang digunakan ialah bi al-hikmah, bi al-lisan dan bi al-mujadalah. tetapi
yang lebih sering digunakan hanya dua metode yaitu bi al-hikmah dan bi
al-lisan
3. terkadang saya menggunakan metode Tanya jawab, akan tetapi tidak
seberapa banyak
4. Materi yang biasa digunakan segala hal yang terdapat di dalam kitab yang
kemudian dikaji terlebih dahulu kemudian disampaikan kepada jama’ah.
5. yang pertama masyarakat Dusun Tegalrejo masih terlalu awam dengan
yang namanya ilmu agama, masyarakat masih memikirkan duniawinya
saja. Kedua, kondisi perekonomian pada masyarakat Dusun Tegalrejo
yang mayoritas bekerja sebagai petani, yang mana setiap pagi berangkat
ke ladang kemudian sore hari baru tiba di rumah, sehingga kondisi tubuh
mereka sudah tidak fit atau tidak fresh lagi apabila mengikuti pengajian
maka yang dirasakan hanya lelah dan materi pengajian tidak dapat
disaring atau dipahami.
6. melalui pendekatan personal yakni merangkul masyarakat melalui cara
yang baik, dengan bahasa yang komunikatif atau mudah dipahami dan
dicerna oleh masyarakat untuk mengenal lebih dalam tentang ilmu agama.
Selain itu mengajak para pendakwah lain serta beberapa masyarakat untuk
bermusyawarah untuk mencari solusi dari masalah-masalah yang dihadapi
masyarakat yang berkaitan dengan norma, tingkah laku atau aqidah sesuai
dengan ilmu agama
Pedoman wawancara Mad’u
1. Apakan saudara aktif dalam mengikuti pengajian?
2. Bagaimana menurut saudara mengenai cara penyampaian pendakwah dalam
menyampaikan materi atau ceramah?
3. Apakah saudara memahami apa yang disampaian penceramah?
4. Apakah saudara mempraktekkan dikehidupan sehari-hari?
5. Bagaimana menurut saudara kekurangan atau kelemahan penceramah dalam
menyampaikan materi?
6. Seperti apakah keinginan saudara kepada pendakwah agar materi yang
disampaikan cepat memahami oleh masyarakat?
Hasil wawancara
Nama : Nanik
Alamat : Tegalrejo 01/05 Desa Tegalsari Kecamatan Karanggede
Tanggal : 24 Agustus 2017
Jam : 18.32 WIB
1. Iya saya aktif, saya mengikuti pengajian rutin ibu-ibu yang
dilaksanakan setiap malam jum’at, pengajian tersebut dilakukan
disetiap rumah-rumah atau bergantian yang mendapatkan arisan ibu-
ibuk, yang mendapatkan arisan itulah menjadi tempat pengajian.
2. Menurut saya merasuk banget, lucu.
3. Memahami, Akan tetapi dari setiap materi yang disampaikan ada juga
yang tidak paham
4. Iya dipraktekkan insyaallah bisa,
5. Kurang keras, dikarenakan antara suara ustadz dan suara anak-anak
yang gojek/main terkadang kalah, apalagi ibu-ibu juga ngobrol sendiri.
6. Suaranya lebih keras agar bisa didengar tidak kalah sama anak-anak.
Nama : Nur wahidah
Alamat : Tegalrejo 02/05 Desa Tegalsari Kecamatan Karanggede
Tanggal : 13 Agustus 2017
Jam : 14.00 WIB
1. Iya saya aktif
2. Kalau menurut saya bagus, akan tetapi terkadang materi yang
disampaikan ada yang berat. Jadi untuk yang belum menngerti
tentang agama yang begitu banyak akan sulit memahami
3. Saya memahami kadang tidak
4. Iya saya praktekkan yang sekiranya saya memahami
5. Kalau menurut saya kekurangannya materi yang disampaikan kadang
berat walaupun tidak banyak, sulit masyarakat untuk memahami.
6. Kalau keinginnan saya setiap materi yang disampaikan adalah sejarah
atau tindakan yang dilakukan rosullullah atau sahabat dikehidupan
sehari-hari. Saya rasa masyarakat akan cepat mudah memahami
Nama : Erfani
Alamat : Tegalrejo 02/05 Desa Tegalsari Kecamatan Karanggede
Tanggal : 24 Agustus 2017
Jam : 15.48 WIB
1. Iya saya aktif, jika saya ada dirumah dikarenakan saya kerja sebagai
buruh bangunan
2. Menurut saya disaat saya mengikuti pengajian, materi yang
disampaikan simple, simple yang saya maksut disin itu mudah
dipahami dikarenakan materi yang disampaikan dikehidupan sehari-
hari dimasyarakat
3. Iya saya memahami
4. Iya saya mempraktekkan
5. Apa ya saya bingung dari segi kekurangan, kalau menurut saya Cuma
di masalah waktu terkadang ceramahnya terlalu lama kadang juga
terlalu cepat
6. Kalau saya agar masyarakat bisa cepat memahami ya materinya
dikehidupan sehari-hari.
Lampiran 2
A. Tujuan
Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan data dalam bentuk tujuan
tentang efektifitas metode ceramah.
B. Daftar pertanyaan
1. Da’i
a. Metede dakwah apa yan digunakan dalam berceramah?
b. Medode apa yang sering digunakan dalam berceramah?
c. Apakah ada metode lain yang digunakan dalam berceramah?
d. Materi dakwahnya seperti apa?
e. Apa penghambat penceramah dalam berceramah?
f. Bagaimana pendakwah mengatasi kelemahan metode yang biasa
diterapkan?
2. Masyarakat
7. Apakan saudara aktif dalam mengikuti pengajian?
8. Bagaimana menurut saudara mengenai cara penyampaian pendakwah
dalam menyampaikan materi atau ceramah?
9. Apakah saudara memahami apa yang disampaian penceramah?
10. Apakah saudara mempraktekkan dikehidupan sehari-hari?
11. Bagaimana menurut saudara kekurangan atau kelemahan penceramah
dalam menyampaikan materi?
12. Seperti apakah keinginan saudara kepada pendakwah agar materi
yang disampaikan cepat memahami oleh masyarakat?
C. Responden
1. Tokoh masyarakat atau da’i
2. Masyarakat
Lampiran 3
DOKUMENTASI
Gambar 1 : Foto kegiatan pengajian
Foto : (Arum, 2017)
Gambar 2: Foto kegiatan pengajian
Foto : (Fadhil, 2017)
Gambar 3: Foto da’i
Foto : (Fadhil, 2017)
Gambar 4: Foto da’i
Foto : (Fadhil, 2017)
Gambar 5. Tahlillan
(Fadhil, 2017)
Curriculum Vitae
Riwayat Pendidikan Pendidikan Formal:
2013 sampai dengan 2017 : IAIN Salatiga 2010 sampai dengan 2013 : SMK N 1 Wonosegoro 2007 sampai dengan 2010 : MTSN 1 Susukan 2001 sampai dengan 2007 : MI Tegalsari
Pengalaman Organisasi 2014 sampai dengan 2015 : Pengurus cabang olahraga tenismeja SSC
IAIN Salatiga 2015 sampai dengan 2016 : Pengurus kadiv SSC IAIN Salatiga
Keahlian Tambahan Keahlian Komputer ( MS Word, Ms Excel, Ms Powerpoint )
Nama : Muhammad FadhilTempat, TanggalLahir
: Kab. Boyolali 19 September 1195
Jenis Kelamin : Laki-LakiAlamat : Tegalrejo RT 01 RW 05 Tegalsari KaranggedeAgama : IslamKewarganegaraan : IndonesiaStatus : MahasiswaTinggi : 170Berat Badan : 52E-mail : [email protected]