EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum...

52
EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA MELALUI PAKAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP RELATIF IKAN MAS YANG DIINFEKSI KOI HERPESVIRUS SITI KHODIJAH DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Transcript of EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum...

Page 1: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

1  

EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA MELALUI

PAKAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP RELATIF IKAN MAS

YANG DIINFEKSI KOI HERPESVIRUS

SITI KHODIJAH

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012 

Page 2: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

2  

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyampaikan bahwa skripsi yang berjudul :

EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA MELALUI

PAKAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP RELATIF IKAN MAS

YANG DIINFEKSI KOI HERPESVIRUS

Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun

kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian

akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2012

SITI KHODIJAH

C14070089

Page 3: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

3  

ABSTRAK

SITI KHODIJAH. Efektivitas frekuensi pemberian vaksin DNA melalui pakan terhadap kelangsungan hidup relatif ikan mas yang diinfeksi koi herpesvirus. Dibimbing oleh Dr. Sri Nuryati dan Dr. Alimuddin.

Budidaya ikan mas saat ini terkendala oleh serangan penyakit koi herpesvirus (KHV). Penyakit KHV bersifat sangat ganas, cepat menular, dan dapat mematikan ikan mas dan ikan koi lebih dari 80% populasi. Oleh karena itu dibutuhkan metode pencegahan yang bersifat aman dan dapat diterapkan secara masal. Pada penelitian ini dilakukan vaksinasi DNA anti-KHV sebanyak 1 mL/ekor ikan melalui pakan buatan untuk menentukan frekuensi pemberian vaksin yang menghasilkan kelangsungan hidup tinggi pada ikan yang diinfeksi KHV. Terdapat lima perlakuan dengan tiga ulangan, yaitu perlakuan A: vaksinasi satu kali seminggu, perlakuan B: vaksinasi dua kali seminggu, perlakuan C: vaksinasi tiga kali seminggu, kontrol positif: ikan tidak divaksin, dan diuji tantang KHV, dan kontrol negatif: ikan tidak divaksin dan diinjeksi dengan larutan bufer fosfat salin. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari secara satiasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vaksinasi tiga kali seminggu memberikan kelangsungan hidup relatif (84,6%) tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya, dan menghasilkan aktivitas fagositosis terbaik. Dengan demikian, vaksinasi melalui pakan efektif meningkatkan kelangsungan hidup ikan, dan metode ini dapat menjadi alternatif dalam mengendalikan infeksi KHV pada budidaya ikan mas dan ikan koi.

Kata kunci : ikan mas, vaksin, pakan buatan, koi herpesvirus, kelangsungan hidup relatif

ABSTRACT

SITI KHODIJAH. The effectiveness of DNA vaccine through frequencies to enhance the relative survival of common carp infected by koi herpesvirus Supervised by Dr. Sri nuryati and Dr. Alimuddin.

Cultured of common carp is currently constrained by a koi herpesvirus (KHV) disease. KHV disease is highly malignant, infectious, and can kill common carp and koi over 80% of the population. It is therefore necessary to provide a prevention method that are safe and can be mass applied. In this study, it carried out anti-KHV DNA vaccination 1 mL/fish through artificial feed to determine the effective frequency of vaccination that produces a high survival on KHV infected fish. There are five treatments with three replicates, namely treatment A: vaccination once a week, treatment B: two times a week of vaccination, treatment C: vaccination three times a week, positive control: the fish were not vaccinated and challenged with KHV, and negative controls: fish were not vaccinated and injected with phosphate buffer saline solution. Feeding was performed 2 times a day at satiation. The results showed that vaccination three times a week offered

Page 4: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

4  

the highest relative percent survival (84.6%) and showed the best phagocytic activity compared with other treatments. Hence, vaccination via the feed can effectively increase the survival of fish, and this can be as an alternative method to control KHV infection in carp and koi culture. Key words: common carp, vaccines, feed, koi herpesvirus, relative survival

Page 5: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

5  

EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA MELALUI PAKAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP

RELATIF IKAN MAS YANG DIINFEKSI KOI HERPESVIRUS

SITI KHODIJAH

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Teknologi & Manajemen Perikanan Budidaya

Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Page 6: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

6  

SKRIPSI

Judul Skripsi : Efektivitas Frekuensi Pemberian Vaksin DNA melalui

Pakan terhadap Kelangsungan Hidup Relatif Ikan Mas

yang Diinfeksi Koi Herpesvirus

Nama Mahasiswa : Siti Khodijah

Nomor Pokok : C14070089

Program Studi : Teknologi & Manajemen Perikanan Budidaya

Departemen : Budidaya Perairan

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Sri Nuryati, S.Pi, M.Si Dr. Alimuddin,S.Pi, M.Sc

NIP : 197106061995122001 NIP:197001031995121001

Diketahui,

Ketua Departemen Budidaya Perairan

Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc

NIP : 19591222 198601 1 001

Tanggal Lulus Ujian :…………………………….

Page 7: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

7  

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan pertolongan,

kekuatan dan kesabaran untuk menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam

kepada Rasulullah Muhammad SAW. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul ” Efektivitas Frekuensi

Pemberian Vaksin DNA melalui Pakan terhadap Kelangsungan Hidup

Relatif Ikan Mas yang Diinfeksi Koi Herpesvirus”

Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini, di antaranya :

1. Bapak Karmibo dan Ibu Khasanah selaku orang tua tercinta, suami tersayang

Rizki Abdillah S.Pi, adik, kakak, kakak dan adik ipar, serta keponakan

semuanya atas kasih sayang, semangat, doa, pengorbanan yang telah

diberikan,

2. Ibu Dr. Sri Nuryati sebagai Pembimbing I dan Bapak Dr. Alimuddin sebagai

Pembimbing II, terima kasih atas bimbingannya selama menjalani penelitian,

3. Ibu Dr. Mia Setiawati selaku Dosen Penguji sekaligus Pembimbing

Akademik, atas saran dan masukannya,

4. Bapak Imron S.Pi, M.Si, PhD, bapak Didik Ariyanto S.Pi, Erma

Hayuningtyas S.Pi, Narita Syawalia S.Pi, Nikmatullah, Diah Artati dan semua

pihak di Loka Riset Pengembangan dan Teknologi Budidaya Air Tawar-

Sukamandi, terima kasih atas bantuannya selama penelitian,

5. Keluarga Besar Dompet Duafa Republika, Keluarga Besar Beastudi Etos

Bogor, Keluarga Besar Yayasan Karya Salemba Empat atas kekeluargaan dan

dukungan moril yang selama ini telah diberikan,

6. Keluarga Besar Soka 15, Ibu Dr. Titik Sumarti Ir.MS dan Bapak Ir. Budi

Mulyo Utomo M. Si, terima kasih atas bantuan yang diberikan, Bu Nah,

sahabat ku Nini Sriani, Desi Agustiani, Sumi Arrofi S.Gz, dan Siska

Oktavera, atas waktu yang telah diberikan untuk persahabatan kita,

7. Pak Ranta, Anna Octavera S.Pi, Rahman S.Pi, Pustika Rahmawati S.Pi, Ika

Rahmawati S.Pi, Latifah, Yadi Apriyadi, Dwi Febrianti S.Pi, Noviyanti,

Page 8: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

8  

Rahma Vida A, Muntamah, Ikbal Hadi, Ririn Nurul F, Trian Rizki, dan

teman-teman di MST serta LKI atas bantuannya selama penelitian, Keluarga

Besar BDP dari angkatan 43-46 khususnya keluarga besar Combat, dosen dan

staf di BDP, semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhir kata, semoga karya ini dapat bermanfaat dan mendapat ridho dari

Allah SWT.

Bogor, Maret 2012

Siti Khodijah

Page 9: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

9  

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cirebon pada tanggal 16 Juni 1987 dari pasangan

bapak Karmibo dan Ibu Kasanah. Penulis merupakan anak ke-5 dari sembilan

bersaudara. Pendidikan formal yang pernah dilalui oleh penulis adalah SDN I

Trusmi Kulon, SMPN 5 Kota Cirebon, SMAN 2 Kota Cirebon dan lulus pada

tahun 2007. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di Program

Studi teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan

Tinggi Negeri (SNPTN).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam beberapa kegiatan

mahasiswa seperti Ikatan Kekeluargaan Cirebon (IKC) sebagai ketua Divisi

Kewirausahaan (2009) dan ketua Divisi Kekeluargaan (2010), Forum Kelurga

Muslim – C Staf Syiar pada tahun 2008. Penulis juga pernah menjadi asisten mata

kuliah Dasar-dasar akuakultur (2009/2010 dan 2010/2011), asisten mata kuliah

Manajemen Kesehatan Akuatik (2010/2011), dan koordinator asisten mata kuliah

Penyakit Organisme Akuakultur (2011/2012). Beasiswa yang pernah penulis

peroleh adalah beastudi etos dari Lembaga Dompet Duafa Republika (2007-

2009), Beasiswa dari Yayasan Karya Salemba Empat (2010/2011), beasiswa

kripsi khusus alumni Beastudi etos dari Lembaga Dompet Duafa Republika

(2012). Prestasi yang pernah diperoleh oleh penulis adalah nominasi tiga besar

penulisan essay tentang Lingkungan Hidup tingkat nasional, Temu Etos Nasional

(2008) dan mendapat hibah dari DIKTI dalam Pekan Kreativitas Mahasiswa

kategori Gagasan Tertulis (PKM-GT) dengan judul “ Penerapan Apartemen

Apung dalam Upaya Mengatasi Kepadatan Penduduk di DKI Jakarta” tahun 2011.

Penulis juga pernah magang di PT. Pinang Gading Shrimp Farm selama

satu minggu dan praktik kerja lapang (PKL) selama satu bulan di Loka Riret

Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perairan Air Tawar (LRPTBPAT) Subang,

Jawa Barat. Tugas akhir di Institut Pertanian Bogor diselesaikan dengan menulis

skripsi yang berjudul “ Efektifitas Frekuensi Pemberian Vaksin DNA melalui

Pakan terhadap Kelangsungan Hidup Ikan Mas yang Diinfeksi Koi

Herpesvirus”.

Page 10: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

i  

DAFTAR ISI

HALAMAN DAFTAR TABEL .......................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. iv

I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Tujuan ............................................................................................... 2

II. METODOLOGI ....................................................................................... 3

2.1 Kultur Bakteri Pembawa Vaksin ....................................................... 3

2.2 Vaksinasi dan Uji tantang ................................................................. 3

2.3 Parameter Penelitian .......................................................................... 5 2.3.1 Kelangsungan hidup relatif ...................................................... 5 2.3.2 Gejala klinis ............................................................................. 5 2.3.3 Indeks fagositosis ...................................................................... 5 2.3.4 Histopatologi ............................................................................. 6 2.3.5 Kualitas air ............................................................................... 6

2.4 Analisis Data ..................................................................................... 7

III. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 8

3.1. Hasil .................................................................................................. 8 3.1.1 Kelangsungan hidup relatif ..................................................... 8 3.1.2 Gejala klinis .............................................................................. 9 3.1.3 Indeks fagositosis ...................................................................... 13 3.1.4 Histopatologi ............................................................................ 14 3.1.5 Kualitas air ............................................................................... 15

3.2 Pembahasan .......................................................................................... 16

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 23 4.1 Kesimpulan ........................................................................................ 23 4.2 Saran ................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 24

LAMPIRAN .................................................................................................... 26  

 

 

Page 11: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

ii  

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Kelangsungan hidup relatif ikan mas yang diberi vaksin DNA anti-KHV dengan frekuensi pemberian pakan berbeda .............................................. 8

2. Kisaran parameter kualitas air budidaya ikan mas ....................................... 16

Page 12: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

iii  

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Pola kematian ikan mas selama uji tantang (30 hari) dengan KHV.. ....... 9

2. Kondisi ikan mas Cyprinus carpio yang sehat dan yang sakit pascauji- tantang ....................................................................................................... 11

3. Gejala klinis ikan yang terinfeksi KHV; a) sisik terlepas, b) bercak merah, c) terjadi perubahan warna kulit, d) berenang di permukaan, e) kulit melepuh, f) sirip ekor geripis, g) mata cekung, h) kerusakan insang.. ...................................................................................................... 12

4. Indeks fagositosis pada masing-masing perlakuan pada saat pasca vaksinasi dan diuji tantang ........................................................................ 13

5. Histopatologi ginjal ikan (Bar pada semua gambar=20 µm). ................... 14

6. Histopatologi insang ikan (Bar pada semua gambar =20 µm). ................ 15

7. Mekanisme fagositosis memperlihatkan proses ingesti dan mencerna (Bellanti, 1978 dalam Ekandaru & Tjokronegoro, 1983) ......................... 20

8. Fc dan C3b-reseptor pada permukaan sel fagosit (Bellanti, 1978 dalam Ekandaru & Tjokronegoro, 1983) ............................................................. 21

Page 13: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

iv  

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Daftar alat dan bahan yang digunakan selama penelitian ......................... 26

2. Prosedur kultur bakteri pembawa vaksin .................................................. 27

3. Prosedur pemanenan bakteri pembawa vaksin dan pencampuran ke dalam pakan .............................................................................................. 27

4. Prosedur preparasi filtrat KHV ................................................................. 28

5. Skema dan time line penelitian ............................................................... 29

6. Prosedur pembuatan preparat ulasan indeks fagositosis ........................... 30

7. Prosedur histopatologi............................................................................... 30

8. Kelangsungan hidup harian ikan mas pascauji-tantang filtrat KHV ......... 31

9. Grafik jumlah konsumsi pakan ikan mas selama penelitian ..................... 32

10. Hasil pengamatan indeks fagositosis selama penelitian ........................... 32

11. Suhu harian pascauji-tantang selama 30 hari ............................................ 33

12. Hasil PCR insang ikan positif KHV ......................................................... 36

13. Denah ruangan penelitian dan letak akuarium .......................................... 37

14. Estimasi biaya produksi pakan bervaksin ................................................. 38

Page 14: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

1  

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha budidaya ikan mas saat ini terkendala oleh serangan penyakit viral,

yaitu koi herpesvirus (KHV) yang dapat menyebabkan kematian masal pada ikan

sehingga dapat menyebabkan gagal panen atau panen dini. Infeksi KHV terjadi

pada saat musim hujan atau pada suhu dingin berkisar 17-24 oC. Karakter

penyakit ini adalah sangat menular, menyerang semua stadia ikan mas, dan

bersifat ganas sehingga dapat menyebabkan kematian massal hingga 80-100%.

Menurut Hendrik et al. (2005), infeksi KHV ditandai dengan adanya bercak

merah atau kerusakan pada insang serta kematian masal pada ikan yang terserang

penyakit tersebut. Selain itu biasanya diikuti oleh infeksi sekunder berupa luka

atau bercak putih di permukaan tubuh yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas

hydrophila dan/atau Flexibacter columnaris (Mudjiutami et al., 2006). Berbagai

upaya telah dilakukan untuk menanggulangi penyakit tersebut, di antaranya

adalah vaksinasi dengan menggunakan vaksin DNA.

Vaksin DNA merupakan salah satu metode pencegahan penyakit melalui

vaksinasi dengan prinsip kerja meningkatkan sistem kekebalan spesifik pada

inang. Vaksin DNA diperkirakan menjadi vaksin pada masa yang akan datang

karena memiliki beberapa keunggulan, yaitu mudah dikembangkan dan

diproduksi, tidak menimbulkan infeksi, bersifat stabil sehingga memudahkan

dalam penyimpanan dan mampu mengaktivasi sistem kekebalan tubuh baik

humoral maupun seluler (Lorenzen & Lapatra, 2005). Vaksin DNA cukup efektif

mencegah penyakit viral haemorrhagic septicaemia virus (VHSV) pada ikan

salmon (Lorenzen & Lapatra, 2005) dan KHV pada ikan mas (Nuryati, 2010)

sehingga dapat menghasilkan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi.

Pemberian vaksin melalui injeksi terbukti mampu meningkatkan

kelangsungan hidup ikan mas sebesar 96,67% (Nuryati, 2010), namun dalam

aplikasinya membutuhkan waktu dan tenaga intensif. Selain itu, penanganan ini

juga berisiko terjadinya stres pada ikan. Menurut Lorenzen dan Lapatra (2005)

salah satu kekurangan vaksin DNA yaitu masih diperlukannya suatu strategi baru

untuk vaksinasi secara masal. Metode vaksinasi dengan pemberian vaksin DNA

Page 15: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

2  

melalui pakan buatan yang merujuk pada penelitian Yulianti (2011) diharapkan

dapat menjadi salah satu pencegahan alternatif sehingga dapat menutupi

kekurangan vaksin DNA tersebut. Frekuensi pemberian pakan mengandung

vaksin yang optimum belum diketahui. Oleh karena itu, pada penelitian ini

dilakukan pengujian efektivitas pemberian vaksin DNA melalui pakan dengan

frekuensi berbeda dalam meningkatkan kelangsungan hidup relatif ikan mas yang

terinfeksi KHV.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas frekuensi pemberian

vaksin DNA (satu kali, dua kali, dan tiga kali) dalam satu minggu melalui pakan

dalam meningkatkan kelangsungan hidup relatif ikan mas yang diinfeksi KHV.

Page 16: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

3  

BAB II. BAHAN DAN METODE

2.1 Kultur Bakteri Pembawa Vaksin

Bakteri Escherichia coli pembawa vaksin DNA (Nuryati, 2010) dikultur

dengan cara menginokulasi satu koloni bakteri media LB tripton dengan

penambahan antibiotik ampisilin (konsentasi 100 µL/mL) sebanyak 1 µL/mL

media. Metode kultur yang digunakan adalah metode gores kuadran untuk

mendapatkan koloni tunggal. Biakan diinkubasi pada suhu 37oC selama 16 jam,

kemudian digunakan untuk kultur cair dan sisanya disimpan pada suhu 4oC

hingga akan digunakan kembali. Untuk perbanyakan plasmid, bakteri dikultur di

media cair menggunakan thermo shaker dengan kecepatan 240 rpm selama 16

jam (Lampiran 2).

Bakteri dipanen dengan merujuk pada metode Yulianti (2011). Sebanyak

40 mL bakteri dituangkan secara parsial ke dalam masing-masing mikrotube

bervolume 1,5 mL, lalu disentrifugasi pada kecepatan 12.000 rpm dan suhu 4oC

selama 30 detik. Pelet bakteri yang terbentuk dicuci dengan 1 mL phosphate

buffered saline (PBS) sebanyak tiga kali. Setelah dicuci PBS, bakteri diinaktivasi

dengan perlakuan panas pada suhu 80oC selama 5 menit, selanjutnya

disentrifugasi, dan supertanan dibuang. Bakteri diresuspensi kembali dengan PBS

sebanyak 1 mL (Lampiran 3).

2.2 Vaksinasi dan Uji Tantang

Dosis vaksin yang digunakan adalah 7,6 ng dengan kepadatan bakteri 108

cfu/mL (Yulianti, 2011). Bakteri yang mengandung vaksin DNA dicampurkan

terlebih dahulu dengan kuning telur sebanyak 1-2% volume bakteri sebelum

dicampurkan ke pakan dengan jumlah pakan sebanyak 5% dari biomasa ikan.

Kuning telur berfungsi sebagai pengikat (binder). Kemudian pakan didiamkan

pada suhu ruang sampai kering. Pencampuran pakan buatan dengan bakteri

pembawa vaksin DNA dilakukan sesaat sebelum pemberian pakan perlakuan

(Yulianti, 2011).

Penelitian ini menggunakan ikan mas yang telah diseleksi tingkat

kesehatannya. Validasi ikan uji ini dilengkapi dengan pemerikasaan DNA virus

Page 17: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

4  

menggunakan metode PCR (polymerase chain reaction) (Zahro, 2010). Selain itu,

ikan uji yang digunakan merupakan ikan sehat, tidak terserang bakteri dan

penyakit. Untuk menguji ikan tidak terserang penyakit adalah dengan mengamati

kondisi tubuh ikan, apakah ada kelainan atau jamur tertentu dan dilakukan juga

adaptasi ikan pada suhu rendah (18 °C) selama dua minggu (seleksi suhu), setelah

itu diamati apakah ada gejala klinis atau tanda-tanda ikan terserang penyakit atau

ikan masih dalam kondisi normal. Ikan mas yang digunakan adalah ikan mas

yang memiliki bobot 10,22±1,88 gram sebanyak 200 ekor. Ikan tersebut

dipelihara di dalam 20 akuarium yang berukuran 45x40x35 cm3. Sebelum

akuarium digunakan, dilakukan persiapan dengan cara dicuci menggunakan

deterjen, kemudian dibilas dengan air dan setelah itu dikeringkan. Selanjutnya

akuarium disemprot dengan menggunakan alkohol 70% dan dibiarkan kering di

udara. Akuarium diisi air dengan ketinggian 30 cm.

Ikan ditebar dalam 20 akuarium masing-masing 10 ekor/akuarium. Selama

masa pemeliharaan, ikan diberi pakan komersial dengan frekuensi 2 kali sehari,

yaitu pagi dan sore secara satiasi. Sebelum divaksin, ikan dipuasakan selama satu

hari. Masa vaksinasi hanya dilakukan selama satu minggu, setelah itu dilakukan

pemeliharaan selama 28 hari. Penelitian ini menggunakan lima kelompok

perlakuan dengan masing-masing tiga kali ulangan dan satu ulangan dibuat

khusus untuk analisis indeks fagositosis.

Adapun rancangan perlakuan pada penelitian ini adalah setelah ikan

diadaptasikan selama satu minggu, kemudian diberi perlakuan sebagai berikut:

Perlakuan A :ikan diberi pakan mengandung vaksin dengan frekuensi

pemberian satu kali dalam seminggu dan diuji tantang dengan

filtrat KHV

Perlakuan B :ikan diberi pakan mengandung vaksin dengan frekuensi

pemberian dua kali dalam seminggu dan diuji tantang dengan

filtrat KHV

Perlakuan C :ikan diberi pakan mengandung vaksin dengan frekuensi

pemberian tiga kali seminggu dan diuji tantang dengan filtrat

KHV

Page 18: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

5  

Kontrol positif :ikan tanpa diberi pakan mengandung vaksin dan diuji tantang

dengan filtrat KHV, dan

Kontrol negatif :ikan tanpa diberi pakan mengandung vaksin dan diinjeksi

dengan PBS.

Setelah pemeliharaan 28 hari perlakuan A, B, C, dan kontrol positif diuji

tantang dengan menyuntikkan filtrat KHV sebanyak 0,1 mL/ekor dengan

konsentrasi 10-2 secara intramuskular. Masa uji tantang untuk melihat gejala klinis

dan kelangsungan hidup ikan yang diberi vaksin DNA dilakukan selama 30 hari

(Skema dan time line penelitian terlampir pada Lampiran 5).

2.3 Parameter Penelitian

2.3.1 Kelangsungan Hidup relatif (Relative Percent Survival/RPS)

Kematian ikan dicatat sebelum dan sesudah uji tantang untuk menghitung

kelangsungan hidup relatif (Relative survival rate/RPS). RPS dihitung dengan

menggunakan rumus :

RPS = [1-

Keterangan :

RPS : Relative percent survival (%)

Mn : Mortalitas pada perlakuan N (%)

Mk : Mortalitas pada perlakuan kontrol (%)

2.3.2 Gejala Klinis

Pengamatan gejala klinis dilakukan setiap hari pada saat pemberian pakan

selama masa vaksinasi dan pascauji-tantang. Pengamatan gejala klinis meliputi

respons makan, tingkah laku ikan, dan kelainan kondisi fisik ikan.

2.3.3 Indeks Fagositosis

Pengamatan indeks fagositosis dilakukan setiap seminggu sekali pada

masa vaksinasi dan tiga minggu pascauji-tantang. Indeks fagositosis menunjukkan

jumlah sel fagosit yang mampu melakukan proses fagositosis setelah dilakukan uji

tantang. Metode perhitungan indeks fagositosis dilakukan dengan cara mengambil

sampel darah sebanyak 50 µL kemudian dimasukkan ke dalam mikrotube

Page 19: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

6  

bervolume 1,5 mL, ditambahkan dengan 50 µL suspensi Staphylococcus aureus

dalam PBS (108 sel/mL), dihomogenkan dan diinkubasi dalam suhu ruang selama

20 menit. Setelah itu, sebanyak 50 µL dibuat sediaan ulas darah dan

dikeringudarakan. Preparat difiksasi dengan metanol 96% selama 5 menit dan

dikeringkan. Selanjutnya preparat direndam dalam pewarna Giemsa 70% selama

15 menit dan dicuci dengan air mengalir serta dikeringkan dengan tisu (Lampiran

6). Setelah itu diamati dengan menggunakan mikroskop pada perbesaran 20x.

Jumlah sel yang menujukkan proses fagostosis (sel darah putih yang sedang

memfagosit Staphylococcus aureus) dihitung dari 100 sel fagosit yang teramati.

2.3.4 Pengamatan Histologis

Pengambilan sampel ikan mas dilakukan pada hari ke-6 pascainfeksi KHV

sebanyak 1 ekor setiap perlakuan. Organ yang diambil untuk preparasi histologis

adalah insang dan ginjal. Cara preparasi histologis adalah insang ikan mas

difiksasi dengan menggunakan larutan Bouin’s selama 24 jam, kemudian diganti

dengan alkohol sebagai tahap awal dari histopatologi. Preparasi meliputi fiksasi,

dehidrasi, clearing, embedding, blocking, pemotongan serta pewarnaan

Hematoksilin-Eosin (Lampiran 7). Preparat histologis diamati dengan mikroskop

pada perbesaran 100x dan 200x.

Pengamatan histopatologi bertujuan untuk membuktikan bahwa ikan sakit

disebabkan oleh serangan KHV. Hal ini ditinjau dari adanya gejala kelainan

histopatologi (terjadinya hiperplasia, hipertropi, dan badan inklusi pada jaringan)

ikan yang muncul setelah dilakukan uji tantang. Selain dengan cara tersebut,

pembuktian serangan KHV juga dapat diketahui dengan melakukan uji PCR.

PCR dilakukan dengan menggunakan primer spesifik KHV 290 bp.

Amplifikasi PCR dilakukan dengan program: pre-denaturasi pada suhu 95oC

selama 7 menit; 45 siklus pada suhu 95oC selama 30 detik, 64oC selama 30 detik

dan 72oC selama 30 menit; serta pada suhu 72oC selama 7 detik. Pengecekan hasil

amplifikasi PCR dilakukan dengan elektroforesis menggunakan gel agarosa 0,7%.

Page 20: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

7  

2.3.5 Kualitas Air

Pengukuran kualitas air dalam penelitian ini meliputi pengukuran suhu

harian yang diamati pada pagi dan sore hari, dan pengukuran pH, DO (dissolve

oxygen), dan NH3-N yang dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan. Pergantian

air sebanyak 50% dilakukan satu kali per dua hari dan penyifonan dilakukan

setiap hari, agar kualitas air tetap terjaga.

2. 5 Analisis Data

Penelitian yang dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL).

Data yang diperoleh adalah data RPS, gejala klinis, indeks fagositosis,

histopatologi, respons makan dan kualitas air. Data indeks fagositosis dan RPS

diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2007. Data histopatologi, gejala

klinis, respons makan dan kualitas air (suhu) dianalisis secara deskriptif.

Page 21: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

8  

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Kelangsungan Hidup Relatif (Relative Percent Survival /RPS)

Pengamatan terhadap kelangsungan hidup ikan mas dilakukan pada saat

vaksinasi dan pengamatan terhadap kelangsungan hidup relatif dilakukan

pascauji-tantang hingga akhir penelitian. Selama vaksinasi, tidak terjadi kematian

pada ikan sehingga nilai kelangsungan hidupnya 100% pada semua perlakuan. Hal

ini menunjukkan bahwa vaksin yang diberikan melalui pakan pada ikan tidak

mengganggu kesehatan ikan dan terjamin tingkat keamanannya (Ellis, 1988).

Respons tanggap kebal ikan yang telah divaksin dilakukan dengan

menginjeksi filtrat KHV sebanyak 0,1 mL/ekor ikan secara intramuskular,

sedangkan kontrol negatif diinjeksi dengan 0,1 mL/ekor ikan dengan larutan PBS.

Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai kelangsungan hidup relatif yang bervariasi

pada setiap perlakuan (data selengkapnya pada Lampiran 8 ). Kelangsungan hidup

relatif terendah dimiliki oleh perlakuan A sebesar 23,33±13,32% dan

kelangsungan hidup relatif tertinggi dimiliki oleh perlakuan C sebesar

84,60±13,32% (P<0,05).

Tabel 1. Kelangsungan hidup relatif (RPS) ikan mas yang diberi vaksin DNA anti-KHV dengan frekuensi pemberian pakan berbeda No Perlakuan Mortalitas(%) RPS (%) 1 A 33,33 ± 5,77 23,07 ± 13,32a 2 B 20,00 ± 10,00 53,84 ± 23,07ab 3 C 6,67 ± 5,77 84,60 ± 13,32b 4 K 43,33 ± 5,77 -

Huruf superskrip di belakang nilai standar deviasi yang berbeda pada setiap baris menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05)

Keterangan : A = Vaksinasi satu kali dalam satu minggu dan uji tantang dengan KHV B = Vaksinasi dua kali dalam satu minggu dan uji tantang dengan KHV C = Vaksinasi tiga kali dalam satu minggu dan uji tantang dengan KHV K = Tanpa vaksin dan ikan diuji tantang dengan KHV

Page 22: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

9  

Keteranga A : vaksinasi sekali dalam satu minggu dan uji tantang dengan KHV

B : vaksinasi dua kali dalam satu minggu dan uji tantang dengan KHV C : vaksinasi tiga kali dalam satu minggu dan uji tantang dengan KHV K- : tanpa vaksinasi dan injeksi dengan PBS (K-), dan K+ : tanpa vaksinasi dan uji tantang dengan KHV (K+).

Gambar 1. Pola kematian ikan mas selama uji tantang (30 hari) dengan KHV.

Gambar 1 menunjukkan pola kelangsungan hidup ikan mas selama uji

tantang, dari hari pertama pascauji-tantang hingga hari ke-30. Kematian ikan mas

diawali oleh perlakuan A pada hari ke-5 diikuti oleh kontrol positif, perlakuan B

serta C pada hari ke-18. Puncak kematian terjadi pada hari ke-18 pascauji-tantang

dengan jumlah 4 ekor dari perlakuan A, 4 ekor dari perlakuan B, 1 ekor dari

perlakuan C, dan 7 ekor dari perlakuan kontrol positif sehingga total kematiannya

sebesar 16 ekor ikan (Lampiran 8). Pada perlakuan kontrol negatif tidak terjadi

kematian hingga akhir penelitian sehingga kelangsungan hidupnya 100%.

3.1.2 Gejala Klinis

Pengamatan gejala klinis dilakukan selama vaksinasi dan pascauji-tantang

hingga akhir penelitian yaitu hari ke-30. Pengamatan dilakukan setiap 2 kali

sehari pada saat pemberian pakan, namun pengamatan secara rinci pascauji-

tantang dilakukan setiap dua hari sekali. Hal ini bertujuan untuk mengurangi

tingkat stres pada ikan. Berdasarkan pengamatan tersebut, pada saat vaksinasi

ikan terlihat sehat dan tidak ada tanda-tanda ikan sakit. Pengamatan terhadap ikan

yang sakit dilihat dari nafsu makan, tingkah laku dan perubahan fisik yang tidak

Page 23: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

10  

normal pada tubuhnya. Gejala klinis yang pertama kali muncul adalah terjadinya

penurunan nafsu makan pada ikan. Penurunan nafsu makan dilihat dari jumlah

konsumsi pakan ikan pascauji-tantang (Lampiran 9). Jumlah konsumsi pakan ikan

cenderung menurun dari hari pertama hingga hari ke-21 pascauji-tantang. Ikan

yang pertama kali mengalami penurunan nafsu makan adalah ikan pada perlakuan

B, kemudian kontrol positif, perlakuan A, dan perlakuan C. Penurunan jumlah

konsumsi pakan terbesar terjadi pada perlakuan kontrol positif sebesar 45,91%

Hal ini terjadi hingga hari ke-21 dan terjadi peningkatan nafsu makan kembali

pada hari ke-22 hingga akhir penelitian.

Perubahan tingkah laku ikan muncul pada ikan yang sakit, yaitu berenang

di permukaan, kadang bergerombol di sekitar aerasi dan diam di dasar akuarium.

Perubahan tingkah laku ikan mulai muncul pada hari ke-6 pascauji-tantang. Ikan

yang pertama mengalami perubahan tingkah laku adalah ikan pada perlakuan A

dan B, kemudian disusul dengan perlakuan kontrol positif dan perlakuan C. Ikan

yang sakit juga memiliki gerak reflek yang lambat dan respons gerak yang lemah.

Pada hari ke-18, gerakan ikan sudah mencapai puncak kondisi terlemah yang

kemudian terjadi kematian. Ikan yang berhasil melewati kondisi tersebut mampu

bergerak dengan normal kembali setelah hari ke-21. Ikan yang sehat memiliki

kondisi fisik yang normal baik sisik, sirip, maupun insangnya. Insang normal

berwarna merah cerah. Ikan yang terinfeksi KHV memiliki kondisi fisik yang

tidak normal, yaitu terjadi perubahan warna kulit, kerusakan pada sirip ekor, dan

nekrosis pada insang. Perbedaan ikan sakit dan ikan sehat disajikan dalam

Gambar 2.

Abnormalitas yang terjadi pada kondisi fisik ikan yang terserang KHV

adalah produksi lendir berlebih, terjadi bercak merah pada bagian punggung yang

kemudian dilanjutkan oleh kulit melepuh disertai keluar darah dan nanah, sisik di

sekitar anal rontok, sirip ekor dan dorsal geripis, hemoragi pada pangkal sirip

ventral dan pektoral, serta anal, mata cekung, terjadi perubaan warna menjadi

lebih gelap bergaris, insang bercabang, pucat, memutih seperti borok dan akhirnya

terjadi kematian (Gambar 3).

Page 24: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

11  

Gambar 2. Kondisi fisik ikan mas pascauji-tantang dengan filtrat KHV. Badan dan insang ikan sehat (a), badan dan insang ikan terinfek KHV (b).

Perubahan fisik ikan mulai terlihat pada hari ke-5 pascauji-tantang, yaitu

nekrosis insang pada perlakuan B kemudian disusul oleh perlakuan A dan kontrol

positif pada hari ke-8. Pada hari ke-10, nekrosis mencapai 80% bagian insang

untuk perlakuan B namun sekitar 30% pada perlakuan yang lain. Bercak pada

punggung dan kerusakan sirip ekor terjadi pada hari ke-12 disertai dengan kulit

melepuh pada beberapa ekor ikan di akuarium perlakuan kontrol positif. Jumlah

ikan yang mengalami kerusakan fisik semakin bertambah hingga mengalami

puncak terparah pada hari ke-18 pascauji-tantang, ini terjadi pada perlakuan A, B,

C, dan kontrol positif. Pada perlakuan B dan C telah mengalami penyembuhan

luka pada hari ke-21 pascauji-tantang. Pada hari yang sama, masih ditemukan ikan

yang mengalami luka dengan jumlah yang cukup banyak pada perlakuan A dan

kontrol positif.

a b

b

b a

a

Page 25: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

12  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 3. Gejala klinis ikan yang terinfeksi KHV; a) sisik terlepas, b) bercak merah, c) terjadi perubahan warna kulit, d) berenang di permukaan, e) kulit melepuh, f) sirip ekor geripis, g) mata cekung, h) kerusakan insang.

 

3.1.3. Indeks Fagositosis

Pengamatan indeks fagositosis dilakukan setiap seminggu sekali dari

mulai vaksinasi hingga minggu ketiga pascauji-tantang. Hasil pengamatan indeks

fagositosis ditunjukkan pada Lampiran 10 dan Gambar 4.

b a b

c d

e f

g h

a

Page 26: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

13  

Keterangan A : vaksinasi sekali dalam satu minggu dan uji tantang dengan KHV

B : vaksinasi dua kali dalam satu minggu dan uji tantang dengan KHV C : vaksinasi tiga kali dalam satu minggu dan uji tantang dengan KHV K- : tanpa vaksinasi dan ikan diinjeksi dengan PBS, dan K+ : tanpa vaksinasi dan uji tantang dengan KHV (K+).

Gambar 4. Indeks fagositosis pada masing-masing perlakuan pada saat pasca vaksinasi dan diuji tantang.

Gambar 4 menunjukkan aktivitas fagositosis sel darah putih pada

perlakuan A, B, C, K-, dan K+. Pada pasca vaksinasi, nilai indeks fagositosis

mengalami peningkatan pada masing-masing perlakuan hingga hari ke-21 pasca

vaksinasi dan mengalami penurunan pada hari ke-28 sebelum uji tantang.

Kenaikan aktivitas fagositosis terjadi pada hampir seluruh perlakuan hingga hari

ke-56 kecuali pada perlakuan B dan C yang mengalami penurunan sebesar 15%

pada perlakuan B dan 12% pada C.

3.1.4 Histopatologi

Gambar 5 menunjukkan histologi jaringan pada organ ginjal dan Gambar

6 menunjukkan histologi insang pada masing-masing perlakuan. Pada kontrol

negatif tidak terdapat kelainan jaringan. Pada perlakuan A, C, dan kontrol positif

ditemukan hiperplasia, hipertropi dan badan inklusi baik pada organ ginjal

maupun organ insang. Pada perlakuan B tidak ditemukan badan inklusi, namun

ditemukan kelainan berupa hipertropi dan hiperplasia pada kedua organ.

Page 27: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

14  

Keterangan A : tanpa vaksinasi dan ikan diinjeksi dengan PBS (K-)

B : vaksinasi sekali dalam satu minggu dan uji tantang dengan KHV (A) C : vaksinasi dua kali dalam satu minggu dan uji tantang dengan KHV (B) D : vaksinasi tiga kali dalam satu minggu dan uji tantang dengan KHV (C), dan E : tanpa vaksinasi dan uji tantang dengan KHV (K+).

Gambar 5. Histopatologi ginjal ikan; Y) hipertropi; Z) badan inklusi (Bar pada

semua Gambar=20 µm).

E

Z

Y

Y

Z

C

Y

Z

D

Z

Y

B A

Page 28: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

15  

Keterangan A : tanpa vaksinasi dan ikan diinjeksi dengan PBS (K-) B : vaksinasi sekali dalam satu minggu dan uji tantang dengan KHV (A) C : vaksinasi dua kali dalam satu minggu dan uji tantang dengan KHV (B) D : vaksinasi tiga kali dalam satu minggu dan uji tantang dengan KHV (C), dan E : tanpa vaksinasi dan uji tantang dengan KHV (K+).

Gambar 6. Histopatologi insang ikan; X) hiperplasia; Y) hipertropi; Z) badan

inklusi (Bar pada semua gambar =20 µm). 3.1.5 Kualitas Air

Parameter kualitas air yang paling berbengaruh dan merupakan faktor

pemicu terhadap serangan KHV adalah suhu sehingga pengamatan terhadap

parameter ini dilakukan setiap dua kali sehari, yaitu setiap pagi dan sore hari.

A B

X

Y

Z

C

X

Y

D

Z

YX

E

XZ

Y

Page 29: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

16  

Parameter kualitas air lainnya yang diamati adalah pH, DO, dan NH3-N.

Pengamatan terhadap parameter kualitas air tersebut dilakukan pada awal dan

akhir penelitian saja. Data kisaran kualitas air disajikan dalam Tabel 2, sedangkan

data pengamatan suhu harian disajikan dalam Lampiran 11.

Tabel 2. Kisaran parameter kualitas air pemeliharaan ikan mas

Parameter kualitas air Suhu (°C) pH DO(mg/L) NH3-

N(mg/L) Kisaran 17-23,5 7,9-8,3 6,6-7,2 0,04-0,06

3.2 Pembahasan

Sakit pada ikan adalah suatu kondisi dimana ikan dalam keadaan tidak

normal yang ditandai dengan penurunan nafsu makan, kelainan pada respons

tubuh baik gerak, mata, ekor maupun pertahanan hingga menyebabkan kelainan

pada kondisi fisik ikan. Berdasarkan pengamatan ikan yang sakit karena infeksi

KHV menunjukkan gejala penurunan nafsu makan sehingga ikan menjadi kurus

dan kekurangan energi. Ikan yang kekurangan energi akan mudah terinfeksi

patogen lain atau infeksi sekunder seperti bakteri, fungi dan parasit (Mudjiutami

et al., 2006). Kondisi ini yang kemudian akan menyebabkan abnormalitas pada

tubuh ikan.

Pengamatan terhadap kelangsungan hidup ikan dilakukan pada masa

vaksinasi (7 hari), pasca vaksinasi (28 hari), dan pascauji-tantang (30 hari). Pasca

vaksinasi dilakukan pemeliharaan selama 28 hari agar sistem imun ikan dapat

terbentuk secara sempurna. Sistem imun yang sempurna menyebabkan ikan dapat

memberikan respons tanggap kebal terhadap infeksi KHV. Pada penelitian ini,

vaksin diberikan secara oral yang dicampurkan ke dalam pakan ikan. Keuntungan

pemberian vaksin secara oral adalah dapat digunakan secara massal, digunakan

untuk berbagai ukuran ikan, dan tidak menimbulkan cekaman (Ellis, 1988). Hasil

pengamatan selama 28 hari menunjukkan tidak terjadi gejala infeksi KHV dan

tidak ditemukan adanya kematian pada msing-masing perlakuan sehingga

pemberian vaksin melalui pakan ini dapat dikatakan aman bagi ikan.

Dosis vaksin yang diberikan pada masing-masing perlakuan mengacu pada

Yulianti (2011) adalah sama, yaitu 7,6 ng dengan kepadatan bakteri 108 cfu/mL.

Sedangkan yang membedakan pada tiap perlakuan adalah frekuensi vaksin yang

Page 30: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

17  

diberikan. Pemberian vaksin satu kali dalam satu minggu untuk Perlakuan A,

pemberian vaksin dua kali dalam satu minggu untuk perlakuan B, pemberian

vaksin tiga kali dalam satu minggu untuk perlakuan C, dan kontrol tanpa

pemberian vaksin.

Respons tanggap kebal ikan yang telah divaksin dilakukan dengan

menginjeksi filtrat KHV dengan konsentrasi 10-2 sebanyak 0,1 mL tiap ekor ikan

pada hari ke-29 pasca vaksinasi. Kematian ikan diawali oleh perlakuan A pada

hari ke-5 dan diikuti oleh perlakuan B, C, dan kontrol positif pada hari ke-18

pascauji-tantang (Gambar 1). Kematian terbanyak terjadi pada hari ke-18

pascauji-tantang. Ini lebih lambat dari penelitian Hayati (2009) dan Zahro (2010)

yang melaporkan bahwa kematian massal ikan yang terinfeksi KHV terjadi pada

hari ke-9 dan ke-10 pascauji-tantang. Hal ini diduga karena sebelum hari ke-17

terjadi penurunan suhu air pada beberapa akuarium yang terletak tepat di bawah

AC (air conditioner), yaitu mencapai 16,5°C sehingga dapat mengurangi tingkat

virulensi virus terhadap inang (Lampiran 13). Pada hari ke-17 suhu ruangan

dinaikkan menjadi 20°C. Pokorova et al. (2005) dalam ulasannya menguatkan

bahwa KHV inaktif pada suhu di bawah 18°C dan di atas 24°C.

Kelangsungan hidup relatif ikan pada perlakuan A dengan frekuensi

pemberian satu kali dalam satu minggu memiliki nilai yang sangat kecil sebesar

23,33%. Kelangsungan hidup relatif perlakuan A lebih rendah daripada B dan C

diduga karena keberadaan vaksin pada pakan perlakuan yang diberikan tidak

dapat membangkitkan respons imun pada ikan sehingga ikan tidak dapat melawan

virus yang telah menginfeksinya. Yulianti (2011) menguatkan bahwa pemberian

pakan bervaksin 2 kali dalam satu minggu menunjukkan persistensi yang lebih

tinggi daripada pemberian pakan bervaksin satu kali dalam satu minggu sehingga

pemberian pakan bervaksin dua kali satu dalam minggu dapat menginduksi

respons imun ikan mas.

Perlakuan C dengan frekuensi vaksinasi tiga kali dalam satu minggu

memiliki nilai kelangsungan hidup relatif tertinggi sebesar 84,6%. Hal ini diduga

karena gen glikoprotein yang diberikan dapat dikenali oleh sistem imun sehingga

terbentuk antibodi dan menginduksi terbentuknya sel memori sehingga dengan

adanya sel memori ini akan mempercepat waktu pembentukan respons sekunder

Page 31: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

18  

terhadap serangan antigen yang sama. Vaksinasi melalui pakan mampu diterima

dan menunjukkan hasil yang baik. Hasil penelitian Miyazaki et al. (2008) tentang

pemberian vaksin liposom melalui pakan buatan juga mampu meningkatkan

kelangsungan hidup ikan mas hingga 74% yang dipelihara selama 21 hari. Dengan

demikian vaksinasi melalui pakan dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu efektif

dalam meningkatkan kelangsungan hidup ikan mas dan dapat menjadi alternatif

pengendalian infeksi pada ikan mas dan koi pada pembudidaya dalam skala

massal.

Data yang mendukung kelangsungan hidup relatif ikan adalah gejala klinis

yang timbul pascauji-tantang, indeks fagositosis, dan histopatologi pada insang

dan ginjal ikan (Gambar 2, 3, 5, dan 6). Data tersebut berkaitan erat dengan nilai

kelangsungan hidup relatif yang didapat selama penelitian (Tabel 1).

Perubahan fisik yang terjadi pada ikan yang terinfeksi KHV adalah pada

bagian punggung terjadi bercak merah yang kemudian melepuh, beberapa sisik di

sekitar anal terkelupas, pendarahan pada sirip pektoral, ventral dan anal,

kerusakan pada sirip ekor, terjadi perubahan warna kulit menjadi kehitaman

bergaris, dan kerusakan pada lamela insang. Perlakuan C menghasilkan ikan yang

mengalami perubahan fisik dengan jumlah yang paling sedikit dibandingkan

perlakuan A, B, dan kontrol positif. Beberapa penelitian terhadap ikan yang

diinfeksi KHV pun menunujukkan gejala klinis dan perubahan fisik yang sama.

Hendrik et al. (2005) menyebutkan bahwa tanda-tanda ikan koi yang terinfeksi

KHV adalah terjadi perubahan warna tubuh, nekrosis pada filamen insang, mata

cekung, dan produksi lendir yang berlebih. Demikian juga disebutkan oleh

Sunarto et al. (2005), ikan mas yang terinfeksi KHV menunjukkan gejala respons

ikan yang lemah, lesu, kehilangan keseimbangan dan megap-megap, kulit

melepuh, terjadi pendarahan pada operkulum, sirip, ekor dan perut, serta terjadi

kerusakan pada filamen insang.

Penurunan nafsu makan pada ikan uji terjadi sejak hari ke-3 pascauji-

tantang, sedangkan gejala klinis baru terlihat pada hari ke-5, yaitu peningkatan

produksi lendir dan kerusakan pada insang (perlakuan B). Masa inkubasi virus

pada penelitian ini tergolong cepat karena membutuhkan waktu hanya 5 hari.

Masa inkubasi virus KHV tergantung pada kondisi lingkungan perairannya,

Page 32: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

19  

terutama suhu air (Tabel 2). Pada penelitian ini suhu air akuarium berkisar 17-

23,5 °C. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Antychowicz et al. (2005)

bahwa gejala-gejala serangan KHV di Polandia sering terjadi pada suhu berkisar

17-24 °C, namun tidak menunjukkan adanya kematian pada suhu 17 °C. Puncak

gejala klinis terparah terjadi pada hari ke-18 pascauji-tantang. Nekrosis insang dan

luka-luka pada kulit punggung ikan pada saat ini mengalami puncak terparah yang

menuju pada banyaknya kematian ikan.

Indeks fagositosis merupakan ingesti bahan partikel terutama bakteri atau

virus ke dalam sitoplasma sel darah. Pola peningkatan persentase indeks

fagositosis menunjukkan adanya peningkatan total leukosit termasuk monosit

yang dapat merangsang produksi limfosit (Amrullah, 2004). Pengamatan terhadap

nilai indeks fagositosis dilakukan setiap seminggu sekali baik pada masa vaksinasi

maupun pascauji-tantang. Berdasarkan Gambar 4 dapat diketahui kecenderungan

aktivitas fagositosis pada saat pasca vaksinasi dan pascauji-tantang. Pada pasca

vaksinasi nilai indeks fagositosis pada masing-masing perlakuan hampir sama,

mengalami peningkatan pada hari ke-21 dan mengalami penurunan pada hari ke-

28. Indeks fagositosis perlakuan A dan kontrol positif memiliki kecenderungan

peningkatan yang sama pascauji-tantang, yaitu terus mengalami kenaikan hingga

hari ke-56. Hal ini sejalan dengan kelangsungan hidupnya yang masih mengalami

penurunan hingga memasuki minggu ke-3 pascauji-tantang (Gambar1). Berbeda

dengan hal tersebut, perlakuan B dan perlakuan C mengalami penurunan pada hari

ke-56 pascauji-tantang. Indeks fagositosis perlakuan B dan C berbanding terbalik

dengan kelangsungan hidupnya yang cenderung mulai stabil pada minggu ke-3

hingga akhir penelitian (Gambar 1). Hal ini diduga karena adanya reaksi antibodi

yang timbul akibat pemberian vaksin. Nuryati (2010) melaporkan hal yang sama,

bahwa vaksinasi mampu membangkitkan kekebalan seluler maupun humoral,

yaitu antibodi.

Nilai indeks fagositosis berkaitan dengan perluasan infeksi dari suatu

penyakit. Apabila sel-sel fagosit bekerja secara optimal maka perluasan infeksi di

dalam tubuh dapat dibatasi dengan baik. Namun sebaliknya jika aktivitas

fagositosis menurun dikarenakan suatu hal, maka sifat infeksi akan menyebar ke

seluruh tubuh (Ekandaru & Tjokronegoro, 1983). Pada perlakuan B dan C, tapi

Page 33: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

20  

pada hari ke-56 mengalami penurunan, hal ini diduga karena adanya

penyembuhan luka dan sudah tidak terjadi perluasan infeksi. Sebaliknya pada

perlakuan A dan kontrol positif, pada hari ke-56 masih mengalami kenaikan

aktifitas fagositosis. Hal ini berkorelasi dengan abnormalitas ikan yang masih

terjadi hingga waktu tersebut. Berdasarkan pengamatan hingga hari ke-56, pada

perlakuan A dan kontrol positif masih ditemukan ikan yang mengalami luka pada

kulit punggung hingga akhirnya melepuh. Di samping itu ditemukan juga ikan

yang mengalami pendarahan pada sirip anal dan pektoralnya.

Mekanisme fagositosis dibagi menjadi dua tahap, yaitu attactment phase,

waktu terjadi peristiwa penempelan partikel oleh membran sel fagosit, dan

ingestion phase termasuk di sini destruksi dan intracelluler killing (Gambar 7)

(Bellanti, 1978 dalam Ekandaru & Tjokronegoro, 1983). Secara terperinci fase-

fase dalam mekanisme fagositosis adalah kemotaksis sel fagosit menuju daerah

yang mengalami infeksi atau kerusakan, proses opsonisasi melalui aktivasi sistem

komplemen, penempelan organisme di sel fagosit pada C3b pada Fc-reseptor

(Gambar 8), proses mengunyah dan vakuolisasi, perubahan metabolisme

interseluler, degranulasi lisosom, dan proses mencerna serta intracellular killing.

Gambar 7. Mekanisme fagositosis memperlihatkan ingesti dan proses mencerna (Bellanti, 1978 dalam Ekandaru & Tjokronegoro, 1983).

Page 34: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

21  

Gambar 8. Skema Fc dan C3b-reseptor pada permukaan sel fagosit (Bellanti,

1978 dalam Ekandaru & Tjokronegoro, 1983).

Gambar 5 dan Gambar 6 menunjukkan histopalogi ginjal dan insang dari

perlakuan A, B, C, kontrol positif dan kontrol negatif. Insang pada kontrol negatif

tidak menunjukkan gejala infeksi KHV atau ginjal dan insang tersebut dalam

kondisi normal. Namun pada perlauan A, B, C, dan kontrol positif ditemukan

abnormalitas pada filamen insang seperti hiperplasia, hipertropi, dan

ditemukannya badan inklusi yang mengindikasikan infeksi virus. Demikian juga

dengan hipertropi dan badan inklusi yang ditemukan pada organ ginjal. Santika

(2007) dan Giri (2008) menemukan hal yang sama pada preparat histologinya,

ikan yang terinfeksi KHV ditemukan insang yang hipertropi, hiperplasia dan

adanya badan inklusi di antara lamella insang. Menurut Sunarto et al. (2005)

pembentukan badan inklusi merupakan kondisi hipertopi pada inti yang

disebabkan oleh penumpukan virion-virion dalam inti sel.

Hiperplasia dan hipertropi pada insang dapat menyebabkan pembengkakan

antar lamela sehingga dapat mengganggu proses pertukaran gas dan terganggunya

respirasi ikan. Rusaknya insang dan kurangnya suplai oksigen akan menyebabkan

kematian ikan mas yang terinfeksi KHV (Tamba, 2007). Hipertopi pada ginjal

dapat mengganggu proses penyaringan darah sehingga menimbulkan penumpukan

zat beracun di dalam tubuh yang kemudian akan menyebabkan keracunan pada

ikan. Hipertopi pada ginjal perlakuan C ditemukan lebih sedikit daripada

Page 35: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

22  

perlakuan lainnya hal ini berbanding lurus dengan nilai RPS yang dihasilkan oleh

perlakuan C, namun lebih tinggi dari perlakuan A, B, dan kontrol positif.

Parameter kualitas air yang diamati pada penelitian ini adalah suhu, pH,

DO, dan NH3-N (Tabel 2 dan Lampiran 11). Berdasarkan parameter tersebut,

yang paling berpengaruh terhadap serangan infeksi KHV adalah suhu sehingga

pengamatannya dilakukan setiap hari. Nilai parameter kualitas air pada penelitian

ini masih dalam kisaran yang masih dapat ditolerir oleh ikan (SNI, 1999) dan suhu

air mampu meningkatkan virulensi KHV, yaitu oksigen terlarut, pH, NH3-N, dan

suhu berturut-turut adalah 7,9-8,3 mg/L, 6,6-7,2, 0,04-0,06 mg/L, dan 17-23,5°C.

Usaha budidaya ikan tidak terlepas dari aspek eknomi yang harus benar-

benar diperhitungkan untuk menghindari kerugian. Demikian juga dengan biaya

pengadaan vaksin jika akan diterapkan pada pembudidaya. Berdasarkan

perhitungan biaya perbanyakan vaksin (Lampiran14), untuk satu kali vaksinasi

membutuhkan biaya pengadaan vaksin sebesar Rp.68,2/mL/ekor ikan, sehingga

untuk dua kali vaksinasi membutuhkan 2 kali Rp. 68,2 atau sama dengan Rp.

136,6/ekor ikan dan untuk 3 kali vaksinasi membutuhkan biaya Rp. 204,6/ekor

ikan. Penggunaan vaksin efektif dalam meningkatkan kelangsungan hidup ikan

sehingga akan berbanding lurus dengan keuntungan yang didapat. Berdasarkan

analisis usaha yang terlampir pada Lampiran 14, perlakuan C dengan

mengeluarkan tiga kali biaya pengadaan vaksin menghasilkan keuntungan paling

besar dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Lebih lagi jika dibandingkan

dengan ikan yang tidak divaksin, walaupun modal yang dikeluarkan lebih sedikit

karena tidak ada biaya untuk pengadaan vaksin, namun dengan asumsi

kelangsungan hidup 56,66% tidak menghasilkan keuntungan bahkan merugi

hingga lebih dari satu juta rupiah.

Page 36: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

23  

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Pemberian pakan bervaksin dengan frekuensi tiga kali dalam satu minggu

efektif meningkatkan kelangsungan hidup relatif ikan mas yang diinfeksi KHV

sebesar 84,6%. Vaksinasi melalui pakan dapat menjadi alternatif pengendalian

infeksi KHV pada ikan mas dan koi.

4.2 Saran

Pengujian titer antibodi perlu dilakukan pada penelitian selanjutnya. Selain

itu penelitian lanjutan di lapangan dengan jumlah ikan yang besar juga perlu

dilakukan untuk verifikasi lanjut efektivitas vaksinasi melalui pakan buatan.

Page 37: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

24  

DAFTAR PUSTAKA Amrullah. 2004. Penggunaan imunostimulan Spirulina platensis untuk

meningkatkan ketahanan tubuh ikan koi (Cyprinus carpio) terhadap virus herpes. [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Antychowicz J, Reicherti M, Matras M, Bergamann A.M, Haenen O. 2005.

Epidemiology, pathologenicity and moleculer biology of koi herpesvirus isolated in Poland. Bull Vet Inst Pulawy 49:367-373.

Ellis A E. 1988. General principle of fish vaccination, in: Ellis A E (Ed), Fish

vaccination. Academic Press. San Diego. Ekandaru M.H.N dan Tjokronegoro A. 1983. Aspek imunologik fagositosis dan

penyakit. Berkala Ilmu Kedokteran. Jilid XV No.2, 1983. Giri P. 2008. Efektifitas ekstrak bawang putih Allium sativum terhadap ketahanan

tubuh ikan mas Cyprinus carpio yang diinfeksi koi herpesvirus (KHV). [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hayati F.I. 2009. Eektifitas vaksin DNA dalam kelangsungan hidup ikan mas

yang terinfeksi koi herpesvirus (KHV). [Skipsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hendrick R.P, Glad O, Yun C. S, McDowell T. S, Walizek T. B, Kelley Garry O,

Adkison Mark A. 2005. Initial isolation and characterization of a herpes-like virus (KHV) from koi and common carp. Bull. Fish. Res. Agen. Supplement 17(2):1-7.

Lorenzen N dan Lapatra S.E. 2005. DNA Vaccine for aquaculture fish.

Rev.Sci.Tech.Off. Int.Epiz 24 (1):201-213. Maswan N. A. 2009. Pengujian efektifitas vaksin dan korelasinya terhadap

parameter hematologi secara kuantitatif.[Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Miyazaki T, Yasumoto S, Kuzuya Y, Yoshimura T. 2008. A primary study on oral

vaccination with liposomes entrapping koi herpesvirus (KHV) antigens against KHV infection in carp. Diseases in Asian Aquaculture VI: 99-184.

Mudjiutami E, Ciptoroso, Zainun Z. 2006. Uji toleransi berbagai strain ikan mas

terhadap KHV. Abstrak Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar.

Page 38: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

25  

Nuryati S, Maswan N. A, Alimuddin, Sukenda, Sumantadinata K, Pasaribu F. H, Soejoeno R. D, Santika A. 2010. Gambaran darah ikan mas setelah divaksinasi dengan vaksin DNA dan diuji tantang dengan koi herpesvirus. Jurnal Akuakultur Indonesia 9 (1), 9-15.

Pokorova D, Vesely T, Piackova V, Reschova S, Hulova J. 2005. Current

knowledge on koi herpesvirus (KHV): A Review. Vet. Med.–Czech 50:139-147.

Santika A. 2007. Efektifitas suplementasi kromium-ragi (Cr3+) untuk meningkatkan

ketahanan tubuh ikan mas terhadap virus herpes, pada suhu rentan KHV. [Tesis]. Sekola Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Standar Nasional Indonesia. 1999. Produksi induk ikan mas (Cyprinus carpio)

strain sinyonya kelas induk pokok. Badan Standar Nasional, 01- 6135 – 1999.

Sunarto A, Rukyani A, Itami, T. 2005. Indonesian experience on the outbreak of

koi herpervirus in koi and carp (Cyprinus carpio). Bull Fish Res Agen Suplement 2: 15-21.

Tamba A. 2006. Kerentanan dan gambaran darah ikan mas Cyprinus carpio yang

terinfeksi koi herpesvirus. (KHV) [Tesis]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Yulianti. 2011. Persistensi vaksin DNA penyandi Glikoprotein 25 yang diberikan

melalui pakan buatan pada ikan mas Cyprinus carpio.[Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Zahro A.S.G. 2010. Eektifitas vaksin DNA melalui penyuntikan terhadap

kelangsungan hidup ikan mas yang terinfeksi koi herpesvirus (KHV). [Skipsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Page 39: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

26  

LAMPIRAN

Page 40: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

27  

Lampiran 1. Daftar alat dan bahan yang digunakan selama penelitian

Daftar alat

1. Tabung Erlenmeyer 16. Seser 2. Cawan petri 17. Gayung 3. Mikropipet 18. Alat bedah 4. Mikrotube 19. Selang 5. Tip 20. Perangkat aerasi 6. Laminair air flow 21. Pompa air 7. Thermo shaker 22. Timbangan digital 8. Refrigerator sentrifugasi 23. Plastik 9. Vortex 24. Terminal kabel 10. Mikrotube plate 25.Jepitan 11. Inkubator 26. Ember 12. Mesin PCR 27. Siring filter 13. Perangkat elektroforesis 28. Waring 14. Autoklave 29. Bak fiber 15. Akuarium 30. Alat tulis

Daftar bahan

1. Ikan mas 2. Insang suspect KHV 3. Pakan komersial 4. PBS 5. LB-T media 6. Kuning telur 7. Reagen-reagen PCR 8. Agaros 9. Reagen-reagen elektroforesis 10. Label 11. Tissue

Page 41: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

28  

Lampiran 2. Prosedur kultur bakteri pembawa vaksin DNA

NaCl 1% Yeast ekstrak 0,5% Tripton 1% Mili Q water Bahan disiapkan semua bahan ditimbang

Inkubasi 16 jam, 240 rpm Kultur cair

Siap untuk dibuat pelet

Lampiran 3. Prosedur pemanenan bakteri pembawa vaksin DNA dan pencampuran ke dalam pakan

divortex hingga homogen

Bakteri dimasukkan ke dalam mikrotube 1,5 mL

disentrifugasi, 12.000 rpm, 4°C, 30”

dicuci dengan PBS (3x)

Diinaktiva-si dengan suhu 80°C, 5’

Diseentrifu-gasi 12.000 rpm, 4°C, 30”

diresuspensi dengan PBS, 1 mL

Ditambah kan kuning telur 2%

Dicampur kan ke pakan, diaduk

Wrapping & dikering anginkan

ditambahkan mili Q water 

Diautoklave 121°C, 15’ 

Page 42: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

29  

Lampiran 4. Prosedur preparasi filtrat KHV

Page 43: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

30  

Lampiran 5. Skema dan time line penelitian

 

 

 

 Keterangan: A : vaksinasi 1 kali dalam satu minggu dan uji tantang B : vaksinasi 2 kali dalam satu minggu dan uji tantang C : vaksinasi 3 kali dalam satu minggu dan uji tantang K- : tanpa vaksinasi dan ikan diinjeksi dengan PBS K+: tanpa vaksinasi dan uji tantang S : senin R : rabu J : jumat UT : uji tantang IPBS: injeksi dengan PBS Time line penelitian

Kegiatan Oktober November Desember

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4Adaptasi Vaksinasi Pasca vaksinasi Uji tantang Pengamatan

J

J

J

tanpa vaksin

S

S R7 hari adaptasi

7 hari adaptasi

7 hari adaptasi

7 hari adaptasi tanpa vaksin

7 hari adaptasi

7 hari masa vaksinasi

28 hari

UT

UT

UT

IPBS

UT

Pengamatan

Pengamatan

Pengamatan

Pengamatan

Pengamatan

30 hari pengamatan

A

B

C

K-

K+

Page 44: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

31  

Lampiran 6. Prosedur pembuatan preparat ulas untuk analisis indeks fagositosis

Lampiran 7. Prosedur histopatologi

darah diambil dengan siring 1 mL

Dimasukkan ke dalam mikrotube 1,5 mL

dibuat ulasan darah

Darah dicampur dengan 50µL staphilococcus 

diambil 10 µℓ campuran nya

Didiamkan , 20’

direndam dengan methanol absolute 5’, dikeringkan

direndam dengan giemsa 70%, 15’, bilas, keringkan

Fiksasi, bouins 24 jam

Dehidrasi alkohol, 80, 90,95,95, 100%

Clearing, alkohol-xylol,xylol 1,2,&&3

Impregnasi xylol-parafin

Embedding paraffin 1.2, & 3

Pewarnaan hematoksilin-eosin, rehidrasi, mounting

pemotongan,mikrotom 6 µm

Bloking, overnight

Page 45: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

32  

Lampiran 8. Kelangsungan hidup harian ikan mas pascauji-tantang filtrat KHV

Perlakuan Kelangsungan Hidup pada Hari ke- (%)

1 4 5 15 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 A 100 100 96,67 96,67 96,67 83,33 83,33 83,33 83,33 80 80 80 70 66,67 66,67 66,67 66,67 66,67 B 100 100 100 100 100 86,67 86,67 83,33 83,33 83,33 83,33 83,33 80 80 80 80 80 80 C 100 100 100 100 100 96,67 96,67 93,33 93,33 93,33 93,33 93,33 93,33 93,33 93,33 93,33 93,33 93,33 K+ 100 100 100 100 100 76,66 76,66 76,66 76,66 56,67 56,67 56,67 56,67 56,67 56,67 56,67 56,67 56,67 K- 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Page 46: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

33  

Lampiran 9. Grafik Jumlah konsumsi pakan selama penelitian

Keterangan: A :vaksinasi satu kali dalam satu minggu dan uji tantang dengan KHV B :vaksinasi dua kali dalam satu minggu dan uji tantang dengan KHV C :vaksinasi tiga kali dalam satu minggu dan uji tantang dengan KHV K- :tanpa vaksinasi dan ikan diinjeksi dengan PBS, dan K+ :tanpa vaksinasi dan uji tantang dengan

Lampiran 10. Hasil pengamatan indeks fagositosis selama penelitian

Perlakuan Indeks fagositosis minggu ke- (%)

7 14 21 28 42 49 56 A 11 13 13 8 28 30 34 B 6 5 4 3 25 26 22 C 10 11 12 10 23 25 20 K- 9 8 8 10 14 13 13 K+ 11 12 11 9 23 28 35

Keterangan: A = vaksinasi satu kali dalam satu minggu dan uji tantang dengan KHV B = vaksinasi dua kali dalam satu minggu dan uji tantang dengan KHV C = vaksinasi tiga kali dalam satu minggu dan uji tantang dengan KHV K-=tanpa vaksinasi dan diinjeksi dengan PBS K+=tanpa vaksinasi dan uji tantang dengan KHV

Page 47: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

34  

Waktu pengamatan

SUHU (°C) A1 A2 A3 A4 B1 B2 B3 B4 C1 C2 C3 C4 K-1 K-2 K-3 K-4 K+1 K+2 K+3 K+4

Rabu pagi 18,5 18,5 20 19,5 20,5 18 17,5 18 18,5 20 17,5 19,5 18 20 18,5 18 17,5 18 18 20 30/11/2011 sore 18,5 18,5 20 19,5 20,5 18 17,5 18 18,5 20 17,5 19,5 18 20 18,5 18 17,5 18 18 20

Kamis pagi 18 18 18,5 19 17,5 18 17,5 17,5 19 16,5 18,5 19 19 18 17,5 17,5 16,5 17,5 17,5 18,5 01/12/2011 sore 18 18 18,5 19 17,5 18 17,5 17,5 19 16,5 18,5 19 19 18 17,5 17,5 16,5 17,5 17,5 18,5

Jum't pagi 18 18 20 19 19,5 18 18 18 17,5 20 17 19 17 20 18,5 17,5 17,5 17 17,5 20 02/12/2011 sore 17,5 17,5 19 18,5 19 19 17 19 17 19 17 18,5 17 19 17,5 17 17 17 17 19

Sabtu pagi 17 17 17 17,5 18 17 17 17 17,5 18 16 17,5 16 17 17 17,5 16 16 16,5 18 03/12/2011 sore 17,5 17,5 18 18 18,5 17 17 17 17 19 17 18 17 18 17,5 17 17 17 17 18,5

Minggu pagi 17 17 17 17,5 18 17 17 17 17,5 18 16 17,5 16 17 17 17,5 16 16 16,5 18 04/12/2011 sore 17 17 17 17,5 18 17 17 17 17,5 18 16 17,5 16 17 17 17,5 16 16 16,5 18

Senin pagi 17,5 17,5 18,5 18,5 18,5 17 17 17 17,5 19 17 18,5 16,5 18 17,5 17 17 17 16 18 05/12/2011 sore 17,5 17,5 18 18 18,5 17 17 17 17 18 17 18 17 17 17 17 17 17 16,5 17,5

Selasa pagi 17 17 17 17,5 18 17 16,5 17 17 18 16 17,5 16,5 17 17 17 16 16 16 17 06/12/2011 sore 17,5 17,5 18 18,5 19 17,5 16,5 17,5 17 19 16,5 18,5 16,5 18 18 17 16,5 16,5 17 18

Rabu pagi 17 17 17 17,5 18 17 16,5 17 17 18 16,5 18 16 17 17 16,5 16 16 16,5 17 07/12/2011 sore 17,5 17,5 18 18,5 19 17,5 16,5 17,5 17 19 16,5 18,5 16,5 18 18 17 16,5 16,5 17 18

Kamis pagi 17,5 17 19 18,5 18,5 17,5 17 17 17 18,5 16,5 18,5 16 19 17 17 16,5 16,5 16,5 18,5 08/12/2011 sore 17,5 17,5 18 18,5 19 17,5 16,5 17,5 17 19 16,5 18,5 16,5 19 18 17 16,5 16,5 17 18

Jumat pagi 17 17 17 18 18,5 17 17 17 17,5 18 16,5 18 17 17,5 17 17 16,5 16 17 18,5 09/12/2011 sore 17,5 17,5 18 18 18 17 16 17,5 17 17 16,5 18 17 18 17 17 16,5 16 17 18

Sabtu pagi 18 18 18 18 18 17,5 16 17,5 17,5 17 16,5 18 17 18 17 17 16,5 16 17 18 10/12/2011 sore 17,5 17,5 18 18 18 17 16 17,5 17,5 17 16,5 18 16,5 18 17 17 16,5 16 17 18

Minggu pagi 17,5 17,5 18 18 18,5 17 16 17 17 18,5 16 18,5 16 18 16,5 17 16 16,5 17 18 11/12/2011 sore 20 20 23 22 23 19 20 19 19 23 19 22 19 23 21,5 19,5 20,5 19 20 23

Page 48: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

35  

Senin pagi 18,5 18,5 19 18,5 19,5 18 16,5 18 18 19 16,5 18,5 16,5 19 18 17,5 16,5 17 17 19 12/12/2011 sore 18,5 18,5 19 18,5 19,5 18 16,5 18 18 19 16,5 18,5 16,5 19 18 17,5 16,5 17 17 19

Selasa pagi 18,5 19 19,5 19 20 18,5 17,5 18,5 18 20 17 19 17 19,5 18 18 17 18 18 20 13/12/2011 sore 18,5 19 19,5 19 20 18,5 17,5 18,5 18 20 17 19 17 19,5 18 18 17 18 18 20

Rabu pagi 18 18 18,5 18,5 18,5 17,5 16,5 17,5 17 18,5 16,5 18,5 16,5 18,5 17 17 16,5 16,5 16,5 18,5 14/12/2011 sore 19 20 20 20 20,5 19 18,5 19 19 20 18,5 20 19 20 19 19 18,5 18,5 20 20,5

Kamis pagi 19 20 20 20 20,5 19 18,5 19 19 20 18,5 20 19 20 19 19 18,5 18,5 20 20,5 15/12/2011 sore 19 20 20 20 20,5 19 18,5 19 19 20 18,5 20 19 20 19 19 18,5 18,5 20 20,5

Jumat pagi 19 20 20 20 20,5 19 18,5 19 19 20 18,5 20 19 20 19 19 18,5 18,5 20 20,5 16/12/2011 sore 19 20 20 20 20,5 19 18,5 19 19 20 18,5 20 19 20 19 19 18,5 18,5 20 20,5

Sabtu pagi 19 20 20 20 20,5 19 18,5 19 19 20 18,5 20 19 20 19 19 18,5 18,5 20 20,5 17/12/2011 sore 19 20 20 20 20,5 19 18,5 19 19 20 18,5 20 19 20 19 19 18,5 18,5 20 20,5

Minggu pagi 19 20 20 20 20,5 19 18,5 19 19 20 18,5 20 19 20 19 19 18,5 18,5 20 20,5 18/12/2011 sore 19 20 20 20 20,5 19 18,5 19 19 20 18,5 20 19 20 19 19 18,5 18,5 20 20,5

Senin pagi 19 20 20 20 20,5 19 18,5 19 19 20 18,5 20 19 20 19 19 18,5 18,5 20 20,5 19/12/2011 sore 19 20 20 20 20,5 19 18,5 19 19 20 18,5 20 19 20 19 19 18,5 18,5 20 20,5

Selasa pagi 19 20 20 20 20,5 19 18,5 19 19 20 18,5 20 19 20 19 19 18,5 18,5 20 20,5 20/12/2011 sore 19 20 20 20 20,5 19 18,5 19 19 20 18,5 20 19 20 19 19 18,5 18,5 20 20,5

Rabu pagi 19 20 20 20 20,5 19 18,5 19 19 20 18,5 20 19 20 19 19 18,5 18,5 20 20,5 21/12/2011 sore 19 20 20 20 20,5 19 18,5 19 19 20 18,5 20 19 20 19 19 18,5 18,5 20 20,5

Kamis pagi 19 20 20 20 20,5 19 18,5 19 19 20 18,5 20 19 20 19 19 18,5 18,5 20 20,5 22/12/2011 sore 19 20 20 20 20,5 19 18,5 19 19 20 18,5 20 19 20 19 19 18,5 18,5 20 20,5

Jumat pagi 19 20 20 20 20,5 19 18,5 19 19 20 18,5 20 19 20 19 19 18,5 18,5 20 20,5 23/12/2011 sore 19 20 20 20 20,5 19 18,5 19 19 20 18,5 20 19 20 19 19 18,5 18,5 20 20,5

Sabtu pagi 19 20 20 20 20,5 19 18,5 19 19 20 18,5 20 19 20 19 19 18,5 18,5 20 20,5 24/12/2011 sore 19 20 20 20 20,5 19 18,5 19 19 20 18,5 20 19 20 19 19 18,5 18,5 20 20,5

Page 49: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

36  

Minggu pagi 19 20 20 20 20,5 19 18,5 19 19 20 18,5 20 19 20 19 19 18,5 18,5 20 20,5 25/12/2011 sore 19 20 20 20 20,5 19 18,5 19 19 20 18,5 20 19 20 19 19 18,5 18,5 20 20,5

Senin pagi 19 20 20 20 20,5 19 18,5 19 19 20 18,5 20 19 20 19 19 18,5 18,5 20 20,5 26/12/2011 sore 19 20 20 20 20,5 19 18,5 19 19 20 18,5 20 19 20 19 19 18,5 18,5 20 20,5

Selasa pagi 19 20 20 20 20,5 19 18,5 19 19 20 18,5 20 19 20 19 19 18,5 18,5 20 20,5 27/12/2011 sore 19 20 20 20 20,5 19 18,5 19 19 20 18,5 20 19 20 19 19 18,5 18,5 20 20,5

Rabu pagi 19 20 20 20 23,5 19 18,5 19 19 20 18,5 20 19 20 19 19 18,5 18,5 20 23,5 28/12/2011 sore 19 20 20 20 23,5 19 18,5 19 19 20 18,5 20 19 20 19 19 18,5 18,5 20 23,5

Kamis pagi 19 20 20 20 23,5 19 18,5 19 19 20 18,5 20 19 20 19 19 18,5 18,5 20 23,5 29/12/2011 sore 19 20 20 20 23,5 19 18,5 19 19 20 18,5 20 19 20 19 19 18,5 18,5 20 23,5

Page 50: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

37  

Lampiran 12. Hasil PCR insang ikan positif KHV

Keterangan: M :marker K :kontrol positif K- :kontrol negatif A :insang pada ikan sampel A B :insang pada ikan sampel B C :insang pada ikan sampel C D :insang pada ikan sampel D E :insang pada ikan sampel E F :insang pada ikan sampel F

M D

K+

E F C AK- B

Page 51: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

38  

Lampiran 13. Denah ruangan penelitian dan letak akuarium

Keterangan: A1 :akuarium perlakuan A ulangan ke-1 A2 :akuarium perlakuan A ulangan ke-2 A3 :akuarium perlakuan A ulangan ke-3 A4 :akuarium perlakuan A ulangan ke-4 B1 :akuarium perlakuan B ulangan ke-1 B2 :akuarium perlakuan B ulangan ke-2 B3 :akuarium perlakuan B ulangan ke-3 B4 :akuarium perlakuan B ulangan ke-4 C1 :akuarium perlakuan C ulangan ke-1 C2 :akuarium perlakuan C ulangan ke-2 C3 :akuarium perlakuan C ulangan ke-3 C4 :akuarium perlakuan C ulangan ke-4 K-1 :akuarium perlakuan kontrol negatif ulangan ke-1 K-2 :akuarium perlakuan kontrol negatif ulangan ke-2 K-3 :akuarium perlakuan kontrol negatif ulangan ke-3 K-4 :akuarium perlakuan kontrol negatif ulangan ke-4 K+1 :akuarium perlakuan kontrol positif ulangan ke-1 K+2 :akuarium perlakuan kontrol positif ulangan ke-2 K+3 :akuarium perlakuan kontrol positif ulangan ke-3 K+4 :akuarium perlakuan kontrol positif ulangan ke-4

K+1 D3 

K+2  C3  K‐1 K+3

A2 C4

A1 A4

D1 

B1 

C1

K‐4

K‐3B3

B4

B2

C2

K‐2  D2

A3  K+4

AC Pintu 

D4

Page 52: EFEKTIVITAS FREKUENSI PEMBERIAN VAKSIN DNA … · Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

39  

Lampiran 14. Estimasi biaya produksi pakan bervaksin

komposisi bahan

bobot bahan 1 botol (g)

jumlah bahan yang digunakan harga bahan (Rp)

harga bahan total (Rp)

%/100mL g/100 mL 500 g 100 mL 1 mL 1 mL

Tripton 500 1 1 760000 1520 15,2 62,25 Yeast

ekstrak 500 0,5 0,5 660000 660 6,6 NaCl 500 1 1 425000 850 8,5

Mili Q water 20 L 600000 3000 30

Ampisilin 15 g 22500 225 2,25

Biaya komponen budidaya ikan mas Cyprinus carpio selama 1 siklus/3 bulan

Komponen Jumlah Harga Total Benih 2000 ekor 600/ekor 1200000 Pakan 810 Kg 170000/30Kg 4590000 Vaksin 1 mL/ekor 62,8/mL 125600

Perbandingan analisis usaha antar perlakuan

Perlakuan

A B C K Benih 1200000 1200000 1200000 1200000 Pakan 4590000 4590000 4590000 4590000 vaksin 125600 251200 376800

Kotal pengeluaran 5915600 6041200 6166800 5790000 Kelangsungan hidup 66,66% 80,00% 93,30% 56,66%

Σ ikan panen 1333 1600 1866 1133 Pendapatan 5499450 6600000 7697250 4249500 Keuntungan -416150 558800 1530450 -1540500