EFEKTIVITAS EKSTRAK BUNGA KENANGA (Cananga odorata …digilib.unila.ac.id/54734/3/SKRIPSI TANPA BAB...

43
EFEKTIVITAS EKSTRAK BUNGA KENANGA (Cananga odorata) SEBAGAI ANESTETIK PADA TRANSPORTASI BENIH NILA MERAH (Oreochromis sp.) TANPA MEDIA AIR (Skripsi) Oleh MARYANI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Transcript of EFEKTIVITAS EKSTRAK BUNGA KENANGA (Cananga odorata …digilib.unila.ac.id/54734/3/SKRIPSI TANPA BAB...

EFEKTIVITAS EKSTRAK BUNGA KENANGA (Cananga odorata)SEBAGAI ANESTETIK PADA TRANSPORTASI BENIH NILA MERAH

(Oreochromis sp.) TANPA MEDIA AIR

(Skripsi)

Oleh

MARYANI

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

ABSTRAK

EFEKTIVITAS EKSTRAK BUNGA KENANGA (Cananga odorata)

SEBAGAI BAHAN ANESTESI BENIH NILA MERAH (Oreochromis sp.)

PADA TRANSPORTASI TANPA MEDIA AIR

Oleh

Maryani

Bunga kenanga (Cananga odorata) mengandung senyawa eugenol yang

mempunyai sifat anestesi, sehingga berpotensi sebagai bahan anestesi dalam

transportasi ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama

waktu transportasi terhadap survival rate (SR) benih nila merah pada uji simulasi

transportasi. Metode penelitian yang digunakan untuk menentukan nilai

konsentrasi adalah analisis probit. Rancangan penelitian yang digunakan adalah

rancangan acak lengkap (RAL) dengan selang kepercayaan 95%. Hasil analisis

probit uji LC50-96 jam nilai yang didapat yaitu 93,97 ppm, dan analisis probit

pada uji EC50-1 jam yaitu 61,40 ppm. Uji transportasi menunjukan nilai

kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada perlakuan 1 jam dengan nilai rata-rata

mencapai 91,1%. Hasil penelitian menunjukan bahwa perbedaan waktu

berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup benih nila merah.

Kata kunci : bunga kenanga, anestesi, ikan nila, tansportasi sistem kering.

ABSTRACT

THE EFFECTIVENESS OF EXTRACT FLOWER KENANGA

(Cananga odorata) AS ANESTHETIC MATERIAL SEED RED TILAPIA

(Oreochromis sp.) ON TRANSPORT DRY SYSTEM

By

Maryani

The Flower kenanga (Cananga odorata) contains euganolic substances that have trait

anesthetic, therefore potentially as anesthesia for fish transportation. This research is

intended to identify the effects of the transport duration towards the survival rate of

seed red tilapia using a transportation simulation. The scientific method used in this

research to determine the level of concentration used probit analysis. The design that

was used was the complete random design (RAL) with a confidence interval of 95%.

The analysis result of test probit LC50-96 hours was 93,97 ppm, and the analysis

result of test probit EC50-1 hour was 61,40 ppm. The transportation test showed that

the highest life sustainability was achieved during the 1-hour test with an average

value of 91,1%. The results of the experiment showed that difference in duration has

a real effect on life sustainability of the seed red tilapia.

Key words: Cananga odorata, anesthetic, tilapia red, dry transport system.

EFEKTIVITAS EKSTRAK BUNGA KENANGA (Cananga odorata)SEBAGAI ANESTETIK PADA TRANSPORTASI BENIH NILA MERAH

(Oreochromis sp.) TANPA MEDIA AIR

Oleh

MARYANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh GelarSARJANA PERIKANAN

Pada

Jurusan Perikanan dan KelautanFakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bukit Kemuning pada tanggal 17

Oktober 1992, sebagai anak ke empat dari empat bersaudara

dari pasangan Bapak Hi Sardali, dan Ibu Hj Kasminah.

Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1998 di SD/MI

Sukadatang desa Tj Waras diselesaikan pada tahun 2004,

MTs Darul Huda Bukit Kemuning selesai pada tahun 2007,

dan SMK Negeri 1 Bukit Kemuning yang diselesaikan 2010. Pada tahun 2011,

penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan S1 ke Perguruan

Tinggi Universitas Lampung di Fakultas Pertanian, Jurusan Budidaya Perairan

melalui jalur SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa

Budidaya Perairan Unila (HIDRILA) sebagai Kordinator Bidang Minat dan Bakat

pada tahun periode 2012-2013.

Selama masa perkuliahan penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN)

di awal tahun 2015 selama 40 hari di Desa Sidomulyo, Kecamatan Penawartama,

Kabupaten Tulang Bawang.

Pada tanggal 3 Agustus 2015 sampai dengan tanggal 2 September 2015 penulis

mengikuti Praktik Umum (PU) dengan judul “Pembenihan Ikan Rainbow”

(Melanotaenia boesemani) di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan

Hias (BPPBIH) kota Depok, Jawa Barat. Terakhir pada awal tahun 2017, penulis

melakukan penelitian yang berjudul “Efektivitas Estrak Bunga Kenanga

(Cananga odorata) sebagai Bahan Anestesi pada Transportasi Benih Nila Merah

(Oreochromis sp.) Tanpa Media Air” bertempat di Laboratorium Jurusan

Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

MOTTO

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabilaengkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras(untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau

berharap.” (QS. Al-Insyirah,6-8)

Keberhasilan tidak datang secara tiba-tiba,tapi karena usaha dan kerja keras.

Hidup itu layaknya waktu yang terus berjalan dantakkan pernah bisa kembali lagi.

Man Jadda Wa Jadda”Barang siapa yang bersungguh - sungguh maka ia akan

mendapatkannya.

Janganlah membanggakan dan meyombongkan diri apa-apa yang kitaperoleh, turut dan ikutilah ilmu padi, makin berisi makin tunduk dan makin

bersyukur kepada yang menciptakan kita Allah SWT.

Skripsi ini kupersembahkan sebagai tandasayangku kepada keluarga besarku tercinta

Kini aku telah sampai pada waktuku !Ornamen keraguan itu terhapus sudah…Terimakasih ketulusanmu.. emak, abah…Engkau telah sabar memberikan kasih sayang

yang tak ada batasnya untukku…

Kenakalan, kelalaian, kesalahan, telah sangat banyak aku lakukanNamun, selalu senyum tulus sayang engkau berikan dan lantunan do’a

malam yang engkau panjatkan, untukku…

Ohhhh, rasanya beribu maaf dariku tak kan cukup untuk semuakhilafan itu

Lembaran-lembaran ini.. bagian kecil bukti kasihku untuk engkauOtentik ! ini kehebatan dari cahaya kasih sayangmu...Gambaran dari cinta tulusmu yang tak pernah padam...

I love u.. emak, abah…

Untuk kakak-kakak dan teteh-tetehku yang hebat, terimakasih…Nasehat dan do’amu yang penuh cinta telah mengantarkanku

pada detik ini

Tak lupa untuk keponakan-keponakanku yang tak henti menjadisuntikan semangatku.

SANWACANA

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan

karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan

(S.Pi) pada program studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas

Lampung dengan judul “Efektivitas Ekstrak Bunga Kenanga (Cananga odorata)

Sebagai Anestetik Pada Transportasi Benih Nila Merah (Oreochromis sp.) Tanpa

Media Air”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

(1) Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung,

(2) Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc, selaku ketua Jurusan Budidaya Perairan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

(3) Bapak Deny Sapto Chondro Utomo, S.Pi., M.Si. selaku dosen pembimbing

akademik beserta dosen pembimbing anggota skripsi atas kesediaan dan

kesabarannya meluangkan waktu membimbing penulis selama perkuliahan

serta membimbing, mengkritik dan memberikan saran yang membangun

dalam penulisan skripsi.

(4) Bapak Eko Efendi, S.T., M.Si. selaku dosen pembimbing Utama yang

memberikan motivasi penuh dan saran yang membangun selama penulis aktif

dalam perkuliahan serta dengan sabar memberikan bimbingan, kritik dan

saran yang membangun dalam penulisan skripsi.

(5) Bapak Ir. Suparmono, M.T.A. selaku dosen pembahas atas segala kritik, saran

dan bimbingan yang diberikan kepada penulis.

(6) Seluruh jajaran Dosen dan seluruh Staf Jurusan Perikanan dan Kelautan yang

telah memberikan ilmunya dan semangatnya.

(7) Ayah dan Ibu tercinta, terimakasih atas kasih sayang, doa, dan dukungan

yang tiada hentinya demi kelancaran, keselamatan, dan kesuksesan penulis.

(8) Keluargaku tercinta Aa Mansur, Aa Mukhtar, dan, ALM Aa Maryadi, Teteh

Juriah, Teteh Yulinda, Teteh Mardianah, Mulyana, Linda, para jagoan Fatih,

Sangkut, dan Hanif yang telah memberikan motivasi, menghibur, dan doa

hingga skripsi ini terselesaikan.

(9) Teman-teman sepermainan: Balan, Widi, Mustawa, Ahyar, Afif, Bima, Dony,

Renaldy, Made Adi yang telah memberikan motivasi dan menghibur selama

kuliah dan pengerjaan skripsi. Teman-teman seperjuangan angkatan 2011,

Aan, Acib, Agashi, Bene, Candra, Dimas, Glycine, Indah, Lukman, Balan,

Mutaqin, Mustawa, Neneng, Rizky alfiani, Ristin, Hafsha, Puraka, Rahmadi,

Surya, Suryo, Tina, Yola, Widi, dan semuanya. Terimakasih untuk

perjuangan kita selama perkuliahan ini. Seluruh Keluarga Besar Budidaya

Perairan Unila angkatan 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, dan 2015

(10)Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak

membantu penulis selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, semoga Allah SWT

memberikan yang terbaik untuk kita semua. Semoga skripsi ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 21 November 2018

Penulis,

Maryani

DAFTAR ISI

HalamanDAFTAR ISI................................................................................................... iDAFTAR TABEL .......................................................................................... iiiDAFTAR GAMBAR...................................................................................... ivDAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. v

I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 11.2 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 21.3 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 21.4 Kerangka Pikir Penelitian .......................................................................... 21.5 Hipotesis .................................................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 6

2.1 Bunga Kenanga (Cananga odorata) .......................................................... 62.2 Senyawa Aktif Eugenol ............................................................................. 62.3 Ekstraksi .................................................................................................... 72.4 Sistem Anestesi .......................................................................................... 82.5 Transportasi Ikan ....................................................................................... 9

III. METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 12

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 123.2 Alat dan Bahan........................................................................................... 123.3 Rancangan Penelitian................................................................................. 123.4 Prosedur Penenlitian .................................................................................. 123.5 Pengayaan Bahan Baku Bunga Kenanga ................................................... 133.6 Pelaksanaan................................................................................................ 13

3.6.1 Persiapan Alat dan Bahan................................................................. 133.6.2 Persiapan Ekstrak dengan Pelarut Aquades...................................... 133.6.3 Penenlitian Pendahuluan................................................................... 143.6.4 Penelitan Utama................................................................................ 153.6.5 Uji Penentuan Konsentrasi Efek (EC50-1jam) .................................. 173.6.6 Uji Simulasi Transportasi ................................................................. 17

3.7 Parameter yang Diamati............................................................................. 193.7.1 Kecepatan Pingsan ............................................................................ 203.7.2 Pulih Sadar ........................................................................................ 203.7.3 Pemeliharaan Benih .......................................................................... 203.7.4 Kelangsungan Hidup......................................................................... 213.7.5 Laju Pertumbuhan ............................................................................. 21

i

3.7.6 Kualitas Air ........................................................................................ 213.8 Analisis Data .............................................................................................. 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 23

4.1 Tahapan Uji LC50-96 jam........................................................................... 234.1.1 Uji Pendahuluan ................................................................................ 234.1.2 Uji Utama.......................................................................................... 23

4.2 Konsentrasi Efektif (EC50-1 jam)............................................................... 254.2.1 Penentuan Konsentrasi Efektif (EC50-1 jam).................................... 254.2.2 Kecepatan Pingsan............................................................................ 26

4.3 Uji Simulasi Transportasi .......................................................................... 284.3.1 Lama Waktu Pulih Sadar .................................................................. 284.3.2 Survival Rate Simulasi Transportasi ................................................. 304.3.3 Pemeliharaan Benih Nila Merah ....................................................... 324.3.4 Laju Pertumbuhan Mutlak Benih Nila Merah................................... 33

V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 35

5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 355.2 Saran ......................................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 36

LAMPIRAN.................................................................................................... 39

ii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

(1) Tingkah Laku Ikan Saat Perlakuan Anestesi.............................................. 27(2) Survival Rate Pemeliharaan........................................................................ 32(3) Laju Pertumbuhan Benih Nila Merah ........................................................ 33(4) Kisaran Kualitas Air Pemeliharaan Benih Nila Merah .............................. 34

iii

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

(1) Kerangka pikir penelitian ........................................................................... 4(2) Rumus Bangun Eugenol............................................................................. 7(3) Penyusunan Benih Nila Merah dalam Kemasan ........................................ 19(4) Simulasi Transportasi ................................................................................. 28(5) Grafik Lama Waktu Pulih Sadar Benih Nila Merah .................................. 29(6) Grafik Survival Rate simulasi Transportasi................................................ 30

iv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

(1) Jumlah Mortalitas Benih Nila Merah pada Uji Selang Konsentrasi .......... 40(2) Perhitungan Deret Konsentrasi Uji Utama................................................. 40(3) Jumlah Mortalitas Benih Nila Merah Pada Uji Utama .............................. 42(4) Analisis Probit (LC50-96 jam) .................................................................... 42(5) Uji Konsentrasi Efektif (EC50-1jam).......................................................... 44(6) Analisis Probit Penentuan Konsentrasi Efektif .......................................... 45(7) Uji Normalitas, Homogenitas, Anova, dan Uji Lanjut Duncan Data

Kelangsungan Hidup Uji Simulasi Transportasi Transportasi.................... 47(8) Uji Normalitas, Homogenitas, Anova, dan Uji Lanjut Duncan Data

Pertumbuhan Benih Nila Merah ................................................................. 49

v

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengangkutan ikan dalam keadaan hidup merupakan salah satu mata rantai dalam

usaha perikanan. Harga jual ikan, selain ditentukan oleh ukuran, juga ditentukan

oleh kesegarannya. Oleh karena itu, kegagalan dalam pengangkutan ikan

merupakan suatu kerugian. Pada prinsipnya, pengangkutan ikan hidup bertujuan

untuk mempertahankan kehidupan ikan selama dalam pengangkutan sampai ke

tempat tujuan.

Pada dasarnya, metode yang memungkinkan benih ikan nila dapat dikirim dalam

keadaan hidup ada dua cara, yaitu dengan menggunakan media air (sistem basah),

dan tanpa media air (sistem kering). Selama ini, teknologi transportasi ikan hidup

banyak menggunakan sistem basah yang memiliki kelemahan dan sangat berisiko

menimbulkan stres bahkan kematian pada ikan yang ditimbulkan oleh

peningkatan kadar amonia dan CO2, menurunnya kadar oksigen di dalam wadah,

serta kebocoran wadah pengemas ikan ketika ditransportasikan (Suparno dkk,

1994).

Berbeda dengan transportasi sistem basah, transportasi sistem kering pada

prinsipnya adalah transportasi dengan mengkondisikan ikan dalam keadaan

metabolisme dan respirasi rendah sehingga daya tahan tubuh di luar habitat

hidupnya lebih tinggi (Pramono, 2002). Sistem transportasi ikan hidup tanpa

media air (sistem kering) saat ini semakin berkembang terutama untuk

crustacea, tetapi untuk ikan masih merupakan hal yang baru dan belum

berkembang di masyarakat. Teknik ini perlu dikembangkan terutama untuk tujuan

ekspor karena dapat mengurangi berat pengiriman dan risiko kebocoran di

pesawat. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam transportasi ikan hidup

tanpa media air adalah jenis media pengemas, perlakuan ikan sebelum

2

dikemas (imotilisasi atau hibernasi), suhu media selama pengangkutan, dan

kemungkinan penggunaan anti metabolit (zat anestesi) (Fauziah, 2010).

Saat ini bahan anestesi ikan yang banyak dikenal oleh masyarakat adalah bahan

anestesi kimia sintetis, seperti MS-222, benzocaine, metomidate, phenoxyethanol,

quinaldine, dan chinaldine. Sedangkan bahan alami yang selama ini biasa

digunakan dalam teknik anestesi adalah es, minyak cengkeh, ekstrak tembakau,

ekstrak mengkudu, ekstrak bunga kamboja, ekstrak akar tuba, dan ekstrak pepaya.

Menurut Moelyono (2007) bunga kenanga mengandung senyawa eugenol yang

mempunyai sifat anestesi, sehingga berpotensi untuk digunakan sebagai bahan

anestesi dalam pemingsanan ikan yang akan ditransportasikan.

1.2 Tujuan

Mengetahui pengaruh konsentrasi efektif (EC50-1 jam) ekstrak bunga kenanga

pada lama waktu transportasi yang berbeda terhadap survival rate (SR) benih nila

merah pada uji simulasi transportasi tanpa media air.

1.3 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

pemanfaatan ekstrak bunga kenanga (Cananga odorata) sebagai anestesi benih

nila pada transportasi tanpa media air kepada para pembudidaya ikan nila.

1.4 Kerangka Pemikiran

Media air digunakan sebagai transportasi dalam pengiriman ikan. Permasalahan

dalam transportasi adalah perubahan kualitas air yang disebabkan proses respirasi

dan metabolisme oleh ikan. Salah satu solusi dalam transportasi adalah dilakukan

anestesi dengan ekstrak bunga kenanga, yang diharapkan mampu mengurangi

aktivitas pernafasan serta proses metabolisme ikan.

Menurut Achmadi (2005), transportasi ikan hidup sistem kering merupakan sistem

pengangkutan ikan hidup dengan media pengangkutan tanpa air. Pada transportasi

ikan hidup sistem kering, ikan dibuat dalam kondisi tenang atau aktivitas respirasi

3

dan metabolismenya rendah. Transportasi sistem kering ini biasanya

menggunakan teknik pembiusan pada ikan atau ikan dipingsankan (imotilisasi)

terlebih dahulu sebelum dikemas dalam media tanpa air (Suryaningrum dkk,

2005).

Selama ini bahan anestesi yang sering digunakan oleh masyarakat adalah bahan

anestesi sintetik seperti MS-222, benzocaine, metomidate, phenoxyethanol,

quinaldine, dan chinaldine. yang dapat menimbulkan residu pada tubuh ikan yang

apabila dikonsumsi akan berdampak tidak baik bagi kesehatan (Cahyadi, 2009).

Oleh karena itu, diperlukan adanya bahan anestesi alami yang aman bagi

kesehatan.

Bahan alami yang selama ini biasa digunakan dalam teknik anestesi adalah

es, minyak cengkeh, ekstrak tembakau, ekstrak mengkudu, ekstrak bunga

kamboja, dan ekstrak pepaya sehingga diperlukan eksplorasi bahan lain seperti

pemanfaatan ekstrak bunga kenanga. Hal tersebut dikarenakan bunga kenanga

mengandung senyawa aromatik seperti eugenol yang mempunyai sifat

anestetik, sehingga berpotensi untuk digunakan sebagai bahan anestesi dalam

pemingsanan ikan. Oleh karena itu diperlukan penelitian tentang bahan alami

yang baik dalam anestesi ikan dengan memanfaatkan bahan berbasis komoditas

lokal yang berpotensi sebagai penganestesi ikan serta mudah diperoleh, salah

satunya adalah bunga kenanga (Cananga odorata) (Moelyono, 2007).

Metode dalam penentuan nilai uji toksiksitas efek bahan anestesi dari bunga

kenanga yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsentrasi efektif (EC50).

Konsentrasi efektif (EC50) digambarkan sebagai konsentrasi yang dapat

melumpuhkan 50% hewan uji dalam satu pengujian. Nilai yang didapat

selanjutnya dihitung dengan metode yang ada untuk penentuan nilai EC50. Nilai

atau konsentrasi yang didapat dalam pengujian ini akan digunakan untuk uji

simulasi transportasi sistem kering. Untuk lebih jelasnya kerangka pikir

penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

4

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Transportasi benih ikan nila

Anestesi

Tanpa media air (sistem kering)

Bahan Alami Tidak residu Mudah didapat harga murah

murah Ekstrak bunga kenanga

Tidak efektif dankurang efisien

Media air(sistem basah)

Bahan kimia (sintetis)

MS-222

Quinaldine benzocain

Harga lebih mahal,meninggalkan residu

yang berbahaya

Ambang Konsentrasi LC50- 96 jam EC50- 1jam Simulasi Transportasi

5

1.5 Hipotesis

Adapun hipotesis perlakuan yang digunakan yaitu :

Pengaruh waktu transportasi yang berbeda terhadap SR benih nila merah

H0 : Tidak ada pengaruh konsentrasi efektif (EC50-1 jam) ekstrak bunga kenanga

pada perlakuan waktu transportasi yang berbeda terhadap survival rate (SR)

benih ikan nila pada selang kepercayaan 95%.

H1 : Ada pengaruh konsentrasi efektif (EC50-1 jam) ekstrak bunga kenanga pada

perlakuan waktu transportasi yang berbeda terhadap survival rate (SR)

benih ikan nila pada selang kepercayaan 95%.

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bunga Kenanga

Klasifikasi bunga kenanga menurut Thomas (1992) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Magnoliales

Famili : Annonaceae

Genus : Cananga

Spesies : Cananga odorata

Kenanga Cananga odorata adalah tumbuhan berbatang besar dengan diameter

0,1-0,7 m dan usia puluhan tahun. Tumbuhan kenanga mempunyai batang yang

getas (mudah patah) pada waktu mudanya. Tinggi pohon ini dapat mencapai

5-20 m. Bunga kenanga akan muncul pada batang pohon atau ranting bagian atas

pohon dengan susunan bunga yang spesifik. Sebuah bunga kenanga terdiri dari 6

lembar daun dengan mahkota berwarna kuning serta dilengkapi 3 lembar daun

berwarna hijau. Susunan bunga tersebut majemuk dengan garpu-garpu. Bunga

kenanga beraroma harum dan khas. Di pedesaan, bunga kenanga sering dipelihara

untuk dipetik bunganya. Tumbuhan ini mudah tumbuh di daerah dataran rendah

mulai ketinggian 25-1000 m di atas permukaan laut. Menurut Moelyono (2007)

bunga kenanga mengandung beberapa senyawa eugenol seperti eugenol, iso-

eugenol, metal eugenol dan metil iso-eugenol.

2.2 Senyawa Aktif Eugenol

Eugenol merupakan cairan yang tidak berwarna atau berwarna kuning pucat,

dapat larut dalam alkohol, eter, dan kloroform. Eugenol juga merupakan suatu

alkohol siklis monohidroksi atau fenol sehingga dapat bereaksi dengan basa kuat.

7

Eugenol bersifat mudah menguap, tidak berwarna atau berwarna agak kuning, dan

mempunyai rasa getir. Eugenol digunakan sebagai bahan baku parfum, pemberi

rasa, dan dalam bidang pengobatan sebagai antiseptik dan anestesi (Rumondang,

2004). Eugenol mempunyai rumus molekul C10H12O2 dengan bobot molekul

164,20 dan titik didihnya 250-255 ºC. Untuk lebih jelasnya rumus molekul

eugenol dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2. Rumus Bangun Eugenol (Sumber : Rumondang, 2004).

2.3 Ekstaksi

Ekstraksi adalah proses pemindahan kandungan senyawa kimia dari jaringan

tumbuhan ataupun hewan dengan penggunaan penyaring tertentu. Ekstrak adalah

sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi sampel nabati atau hewani

menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua pelarut diuapkan dan serbuk

yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang ditetapkan

(Simanjuntak, 2008),. Metode ekstraksi dibagi menjadi 2, yaitu :

(1) Ekstraksi dingin

(a) Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan sampel dengan menggunakan pelarut

dengan beberapa kali pengadukan pada suhu ruang. Remaserasi berarti

dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan

maserasi pertama dan seterusanya.

(b) Perkolasi

Perkolasi adalah ekstrasi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru

sampai terjadi penyaringan sempurna yang umumnya dilakukan pada suhu

kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap

8

maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penampungan ekstrak), terus-

menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat).

(2) Ekstrak Panas

(a) Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama

waktu tertentu dan dalam jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan

adanya pendingin balik.

(b) Digesti

Digesti adalah maserasi dengan pengadukan kontinu pada suhu yang lebih

tinggi dari suhu kamar yaitu 40-50 ºC

(c) Infus

Infus adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut air pada temperatur

penangas air (bejana infus tercelup dalam bejana air mendidih, temperatur

terukur 90ºC) selama 15 menit.

(d) Dekok

Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut air dengan suhu 90ºC selama 30

menit.

2.4 Sistem Anestesi

Anestesi adalah suatu keadaan hilangnya sensasi perasaan (dingin atau panas),

raba, dan nyeri yang biasanya dihubungkan dengan hilangnya kesadaran. Anestesi

berasal dari bahasa yunani yaitu “an-” yang berarti tidak atau tanpa dan kata

aestheto yang berarti persepsi atau kemampuan untuk merasa. Secara umum

berarti suatu tindakan untuk menghilangkan rasa sakit ketika melakukan

pembedahan tubuh (Cahyadi, 2009). Zat anestesi yang diberikan pada biota akan

bekerja menekan saraf tertentu sehingga biota dalam keadaan setengah sadar atau

pingsan. Kondisi pingsan merupakan kondisi tidak sadar suatu biota yang

dihasilkan oleh proses tidak terkendalinya sistem saraf pusat yang mengakibatkan

turunnya kepekaan terhadap rangsangan dari luar dan rendahnya respon gerak dari

rangsangan tersebut.

9

Anestesi diperlukan untuk ikan dalam transportasi sistem kering, kegiatan

penelitian, diagnosa penyakit, dan pembedahan. Anestesi bertujuan untuk

menurunkan seluruh aktivitas ikan, terutama untuk jenis ikan dari kelompok

elasmobranci, dan penurunan metabolisme (Pramono, 2002). Ikan dapat menyerap

bahan anestesi melalui jaringan otot dan saluran pencernaan dengan cara injeksi

atau melalui insang. Anestesi melalui insang adalah salah satu cara yang ideal

dalam pembiusan ikan secara masal karena konsentrasi bahan anestesi yang

digunakan mudah dikontrol, tidak waktu lama, dan stres dapat diminimalkan

(Pramono, 2002).

Bahan anestesi dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu bahan sintetis atau

buatan dan bahan alami. Bahan kimia sintetis yang biasa digunakan dalam

anestesi diantaranya adalah MS-222, benzocaine, metomidate, phenoxyethanol,

quinaldine, chinaldine. Bahan kimia tersebut merupakan cairan toksik sehingga

apabila digunakan sebagai bahan anestesi dapat meninggalkan residu yang

berbahaya bagi ikan, manusia, dan lingkungan (Cahyadi, 2009). Sedangkan bahan

alami yang selama ini biasa digunakan dalam teknik anestesi adalah es, minyak

cengkeh, ekstrak tembakau, ekstrak mengkudu, ekstrak bunga kamboja, dan

ekstrak pepaya.

2.5 Transportasi Ikan

Transportasi merupakan salah satu penentu dari kegiatan budidaya ikan. Selama

ini teknologi transportasi ikan hidup masih menggunakan media pengangkut air

yang memiliki kelemahan dan berisiko (Suparno dkk, 1994). Kualitas air yang

digunakan dalam pengangkutan ikan hidup akan mengalami penurunan sehingga

berbahaya bagi ikan terutama ukuran benih yang lebih rentan terhadap kematian.

Selain itu media air tersebut dapat menambah volume dari bobot ikan yang

dikirim sehingga biaya pengiriman menjadi lebih besar.

Transportasi ikan hidup pada dasarnya adalah menempatkan atau memindahkan

ikan dari lingkungan asalnya ke dalam suatu lingkungan baru yang berlainan

dengan lingkungan asalnya dan disertai perubahan-perubahan sifat lingkungan

yang sangat mendadak (Hidayah, 1998). Ada dua sistem transportasi yang

10

digunakan untuk hasil perikanan hidup di lapangan, yaitu transportasi sistem

basah dan transportasi sistem kering (Junianto, 2003).

Menurut Jailani (2000), pada transportasi sistem basah, ikan diangkut di

dalam wadah tertutup atau terbuka yang berisi air laut atau air tawar,

tergantung jenis dan asal ikan. Pada pengangkutan dengan wadah tertutup, ikan

diangkut di dalam wadah tertutup dan pasokan oksigen diberikan secara terbatas

yang telah diperhitungkan sesuai dengan kebutuhan selama pengangkutan.

Sedangkan pada pengangkutan dalam wadah terbuka, ikan diangkut dengan

wadah terbuka dengan pasokan oksigen secara terus menerus selama

perjalanan. Transportasi basah biasanya digunakan untuk transportasi hasil

perikanan hidup selama pemanenan di tambak, kolam dan pelabuhan ke tempat

pengempul atau dari satu pengempul ke pengempul lainnya.

Menurut Achmadi (2005), transportasi ikan hidup sistem kering merupakan sistem

pengangkutan ikan hidup dengan media pengangkutan bukan air. Pada

transportasi ikan hidup sistem kering, ikan dibuat dalam kondisi tenang atau

aktivitas respirasi dan metabolismenya rendah. Transportasi sistem kering ini

biasanya menggunakan teknik pembiusan pada ikan atau ikan dianestesi terlebih

dahulu sebelum dikemas dalam media tanpa air (Suryaningrum dkk, 2005).

Pada transportasi ikan hidup sistem kering perlu dilakukan proses penenangan

terlebih dahulu. Penenangan ikan hidup dapat dilakukan dengan cara

menurunkan suhu air atau dapat juga menggunakan zat anestesi. Kondisi ikan

yang tenang akan mengurangi stres serta mengurangi kecepatan metabolisme dan

konsumsi oksigen sehingga mengurangi tingkat kematian (Pramono, 2002). Pada

kondisi ini tingkat kematian selama transportasi akan rendah sehingga

memungkinkan jarak transportasi yang lebih jauh dan kapasitas angkut dapat

ditingkatkan. Perlu diperhatikan bahwa ikan yang akan dianestesi ini nantinya

akan dikonsumsi, sehingga pemilihan metode imotilisasi harus memperhatikan

aspek kesehatan (Fauziah, 2010).

Syarat utama dalam pengangkutan ikan hidup adalah kesehatan ikan. Ikan

harus dalam keadaan sehat, dan dalam kondisi prima. Ikan yang sehat dan bugar

11

biasanya sangat gesit, aktif, responsif sesuai dengan karakter masing-masing

ikan (Nitibaskara, 2006). Menurut Achmadi (2005), ikan dalam keadaan

hidup normal memiliki ciri-ciri reaktif terhadap rangsangan luar, keseimbangan

dan kontraksi otot normal. Ikan yang kurang sehat atau lemah mempunyai

daya tahan hidup yang rendah dan peluang untuk mati selama pemingsanan dan

pengangkutan lebih besar (Sufianto, 2008). Menurut Achmadi (2005), ikan

hidup yang akan dikirim harus dalam keadaan sehat dan tidak cacat. Pemeriksaan

kondisi kesehatan ikan selalu dilakukan untuk mengurangi kemungkinan

mortalitas yang tinggi, sedangkan adanya cacat seperti cacat sirip, mata, kulit

rusak dan sebagainya dapat menurunkan harga.

Pemingsanan (imotilisasi) berprinsip pada hibernasi, yaitu usaha menekan

metabolisme suatu organisme hingga kondisi minimum untuk mempertahankan

hidupnya lebih lama (Suryaningrum dkk, 2005). Imotilisasi dapat dilakukan

salah satunya dengan menggunakan suhu rendah. Suhu air yang rendah dapat

menurunkan aktivitas dan tingkat konsumsi oksigen ikan (Cahyadi, 2009).

Pada imotilisasi ikan dengan suhu rendah, suhu diturunkan sedemikian rupa

sehingga diperoleh kondisi ikan dengan aktivitas ikan seminimal mungkin akan

tetapi masih dapat hidup dengan sehat setelah mengalami pembugaran

kembali (Abdullah, 2012). Suhu dingin merupakan salah satu kunci dalam

transportasi ikan hidup, pada kondisi ini tingkat metabolisme dan respirasi sangat

rendah sehingga ikan atau crustacea dapat diangkut dengan waktu yang lama

dan tingkat kelulusan hidup yang tinggi (Suryaningrum dkk, 2005). Fase pingsan

merupakan fase yang dianjurkan untuk pengangkutan ikan, karena pada fase ini

aktivitas ikan relatif akan berhenti (Achmadi, 2005).

12

llI. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2017 hingga Februari 2017 bertempat

di Laboratorium Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas

Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium berukuran 60x35x30

cm, akuarium 40x30x30 cm, DO-meter, Termometer, pH-meter, Stopwatch,

plastik packing, gelas ukur, Hi-Blow, scoopnet, timbangan digital, styrofoam

berukuran 40x30x30 cm dengan ketebalan 3 cm, kain saring, dan kertas label.

Sedangkan bahan yang digunakan adalah air bersih yang telah diaerasi selama 48

jam, serbuk bunga kenanga, aquades, pakan ikan, bahan pendingin berupa serbuk

gergaji, es batu dan ikan uji yaitu benih ikan nila dengan panjang total 3-5 cm dan

berat kurang lebih 0,5 g.

3.3 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang

terdiri dari penelitian pendahuluan dan penelitian utama dengan masing-masing

perlakuan tiga kali ulangan yaitu penelitian penentuan ambang konsentrasi

(ambang batas atas dan ambang batas bawah) 48 jam, penelitian penentuan nilai

(LC50-96 jam), penentuan nilai (EC50-1jam), dan uji simulasi transportasi dengan

lama waktu transportasi yang digunakan yaitu 1, 2, dan 3 jam.

3.4 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terdiri dari dua tahap yaitu tahap pendahuluan dan penelitian

utama. Penelitian pendahuluan berupa penentuan ambang konsentrasi (ambang

13

batas atas dan ambang batas bawah). Penelitian utama berupa penentuan median

lethal concentration (LC50) yang dilakukan dengan uji toksisitas menggunakan

metode probit (Finney, 1971), dan uji (EC50) yang kemudian dilanjutkan dengan

uji simulasi transportasi dengan menggunakan sistem kering (tanpa media air)

dengan bahan anestesi ekstrak bunga kenanga.

3.5 Pengayaan Bahan Baku Bunga Kenanga

Bunga kenanga diperoleh dari pasar tradisional, setelah bunga kenanga diperoleh

kemudian bunga kenanga dijemur di bawah terik sinar matahari hingga kering.

Setelah kering bunga kenanga dibawa ke Laboratorium Kimia Organik FMIPA

Universitas Lampung untuk dilakukan ekstraksi. Ekstraksi bunga kenanga ini

bertujuan untuk mendapatkan hasil ekstrak yang berupa serbuk atau bubuk.

Menurut KaLab Kimia Organik proses ekstraksi bunga kenanga ini menggunakan

metode maserasi dengan pelarut etanol. Serbuk bunga kenanga yang didapat dari

proses ekstraksi dengan metode maserasi kemudian akan digunakan sebagai

bahan pembius pada benih ikan nila merah.

3.6 Pelaksanan

Penelitian ini memiliki beberapa tahapan, yaitu persiapan alat dan bahan,

persiapan ekstrak dengan pelarut aquades, Analisis Probit, pengujian pada ikan,

uji transportasi, dan pemeliharaan benih nila merah.

3.6.1 Persiapan Alat dan Bahan

Pada tahap ini ada beberapa hal yang dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan

yang dibutuhkan untuk ekstraksi. Alat yang digunakan adalah gelas ukur, 3 toples,

3 pengaduk, kain penyaring. Bahan yang digunakan adalah serbuk bunga kenanga

dan aquades sebagai pelarut.

3.6.2 Persiapan Ekstrak dengan Pelarut Aquades

(1) Bubuk bunga kenanga ditimbang tiap 1000 mg untuk 1 l aquades

(2) Diaduk agar tercampur merata dengan sempurna

14

(3) Hasil campuran disaring menggunakan kain saring untuk memisahkan ekstrak

air dengan kotoran sisa dari bahan baku

(4) Ekstrak air yang didapat digunakan sebagai larutan stok

(5) Larutan stok dibuat dengan cara mengencerkan ekstrak dengan pelarut

aquades dengan konsentrasi interval logaritmik 100, 10, 1, 0,1, dan 0,01 ppm

pada 5 l air. Untuk membuat larutan stok tersebut banyaknya pelarut dan

ekstrak yang digunakan adalah mg/l. Dari konsentrasi interval logaritmik

dibutuhkan (500, 50, 5, 0,5, dan 0,05 ml) larutan stok untuk dilarutkan ke

akuarium dengan masing-masing volume air 5 l untuk satu kali perlakuan.

3.6.3 Penelitian Pendahuluan

(1) Persiapan Wadah

Sebelum digunakan, wadah uji berupa akuarium berukuran 40x30x30 cm

dicuci dengan air bersih dan dikeringkan. Akuarium yang digunakan pada uji

pendahuluan adalah 15, masing-masing berisi air 5 l. Selanjutnya akuarium

diaerasi selama 24 jam, untuk meningkatkan konsentrasi oksigen dalam air.

(2) Persiapan Hewan Uji

Sebelum melakukan uji pendahuluan, ikan nila diaklimatisasi kedalam

wadah uji selama 24 jam agar tidak setres dan tanpa diberi makan atau

dipuasakan. Ikan yang digunakan 15 ekor dengan ukuran 3-5 cm untuk

setiap akuarium.

(3) Pelaksanaan Uji Pendahuluan

Pada uji pendahuluan ini terdapat 15 perlakuan dimana terdapat 5

konsentrasi dan 3 ulangan. Konsentrasi yang digunakan yaitu menggunakan

konsentrasi secara logaritmik. Konsentrasi yang digunakan untuk masing-

masing perlakuan menggunakan rumus logaritmik yaitu 100; 10; 1; 0,1; dan

0,01 ppm pada 5 l air. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Selama

percobaan benih ikan nila tidak diberi makan dan air media diaerasi. Amati

selama 48 jam yang dihitung dengan selang waktu aritmatika yaitu 3; 6; 12;

24; dan 48 jam. Benih ikan nila yang mati pada setiap perlakuan dicatat

jumlahnya dan dikeluarkan dari wadah percobaan.

Uji pendahuluan ini untuk menentukan ambang batas atas dan ambang batas

15

bawah. Konsentrasi ambang batas atas adalah konsentrasi terendah dari

bahan uji yang dapat menyebabkan semua ikan uji mati pada waktu

pemaparan 24 jam. Sedangkan konsentrasi ambang batas bawah adalah

konsentrasi tertinggi dari bahan uji yang dapat menyebabkan semua ikan uji

hidup setelah pemaparan 48 jam.

3.6.4 Penelitian Utama

(1) Persiapan

Akuarium dengan ukuran 40x30x30 cm dibersihkan. Akuarium yang

digunakan pada uji utama ini yaitu 15 buah dan diisi air sesuai konsentrasi

dan pelarut yang didapat pada uji pendahuluan.

(2) Persiapan Hewan Uji

Sebelum melakukan uji utama, benih ikan nila diaklimatisasi kedalam wadah

uji selama 24 jam agar tidak setres dan dipuasakan atau tanpa diberi makan.

Ikan yang digunakan 15 ekor dengan ukuran 3-5 cm untuk setiap akuarium

dengan berat rata-rata ikan uji 0,5 g/ekornya, ikan diambil dalam keadaan

hidup dan sehat.

(3) Pelaksanaan Uji Utama

Pada uji utama, konsentrasi ditentukan dari ambang batas atas dan ambang

batas bawah dari uji pendahuluan. Rumus yang digunakan untuk menentukan

konsentrasi pada uji utama ini dapat dilihat pada rumus di bawah. Uji ini

dilakukan selama 96 jam untuk menentukan LC50-96 jam dari ekstrak bunga

kenanga dengan pelarut aquades. Diamati selama 96 jam yang dihitung

dengan menggunakan selang aritmatika yaitu 3; 6; 12; 24; 48 dan 96 jam.

Data yang diambil pada uji utama ini yaitu mortalitas benih ikan nila dan

kualitas air saat pengujian.

Perhitungan kisaran konsentrasi yang digunakan dalam uji toksisitas dihitung

berdasarkan rumus berikut :Log = log= b = c = = e = N

16

Keterangan :

N : Konsentrasi ambang atasn : Konsentrasi ambang bawahK : Jumlah konsentrasi yang diuji (misal. 5; a, b, c, d, e)a : Konsentrasi yang paling kecil dari deret yang ditentukan

Penentuan nilai konstanta a, b, c, d, dan e dilakukan dengan mengambil

ekstrak dari larutan stok. Untuk memperoleh konsentrasi yang diinginkan

digunakan rumus : V1.M1 = 2. 2Keterangan :

V1 : Volume larutan stok yang akan digunakanM1 : Konsentrasi larutan stokV2 : Volume yang diujiM2 : Konsentrasi yang diinginkan

Pengamatan pada uji utama dilakukan setelah 96 jam. Pada uji utama ini data

yang diambil adalah mortalitas dari hewan uji pada setiap perlakuan.

(4) Penetapan Nilai Konsentrasi Efek (EC50-1 jam)

Penentuan EC50-1 jam uji toksisitas ini menggunakan metode analisis probit.

Perhitungan nila EC50-1 jam dilakukan dengan analisis probit (Hendri dkk,

2010). EC50-1 jam diperoleh dari hubungan nilai logaritma konsentrasi bahan

uji dan nilai probit dari persentase mortalitas hewan uji merupakn fungsi

linear dengan rumus : Y = +Keterangan :

Y : Nilai probit mortalitasA : KonstantaB : Slope/ kemiringanX : Logaritma konsentrasi bahan uji

EC50-1 jam diperoleh dari anti log m, dimana m merupakan logaritma

konsentrasi bahan toksik pada Y = 5, yaitu nilai probit 50% hewan uji,

sehingga rumus regresi menjadiM = 5 −

17

Nilai a dan b diperoleh berdasarkan rumus sebagai berikut :

= ∑5XY (∑X∑Y)∑ x (∑X)= (∑Y − ∑X)

Keterangan :

n : banyaknya perlakuanm : nilai X pada Y = 5

3.6.5 Uji Penentuan Konsentrasi Efek (EC50-1 jam)

(1) Persiapan akuarium sebanyak 9 buah disiapkan, dicuci, dan masing-masing

diisi air sebanyak 5 l kemudian diaerasi selama 24 jam.

(2) Ekstrak bunga kenanga ditambahkan pada media sebagai bahan anestesi

sebanyak nilai konsentrasi pada uji toksisitas dan diaduk merata serta diulang

sebanyak tiga kali.

(3) Benih ikan nila dimasukkan dalam akuarium dengan padat tebar 15

ekor/akuarium dan dicatat waktu pingsannya.

(4) Pengamatan dan pencatatan jumlah benih ikan nila yang pingsan pada setiap

perlakuan, dilakukan pada menit ke-5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55,

dan 60. Indikator ikan yang pingsan ditandai dengan kondisi benih yang

bergerak lambat, ikan berdiam di dasar dan operkulum bergerak lemah.

Selanjutnya benih ikan nila dipindahkan ke wadah yang berisi air bersih.

3.6.6 Uji Simulasi Transportasi

Pelaksanaan uji simulasi dilaksanakan di satu tempat yang sama, yaitu anestesi

benih ikan nila dan pengamatan kelangsungan hidup serta pemeliharaan

dilaksanakan di Laboratorium Perikanan dan Kelautan, Juruan Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Benih ikan yang digunakan dalam

pengujian ini, memiliki ciri-ciri dan berasal dari tempat yang sama dengan benih

ikan yang digunakan saat uji penentuan konsentrasi efektif (EC50-1 jam), namun

benih ikan yang digunakan adalah benih ikan yang berbeda dengan pada saat uji

18

penentuan konsentrasi efektif (EC50-1 jam). Simulasi transportasi dilakukan

dengan menggunakan kendaraan roda dua (motor) dengan asumsi bahwa jarak

tempuh dihitung sama dengan waktu transportasi saat dalam perjalanan seminimal

mungkin. Proses simulasi transportasi dilaksanakan di Bandar Lampung, yakni

dari Laboratorium Budidaya Perairan hinga keliling daerah Bandar Lampung dan

kembali lagi ke Laboratorium Budidaya Perairan untuk pengamatan pulih sadar.

Simulasi transportasi dilakukan selama tiga waktu pengamatan yaitu 1, 2, dan 3

jam. Perlakuan waktu transportasi menghasilkan sembilan perlakuan yang

berbeda, perlakuan tersebut diulang sebanyak tiga kali ulangan.

(1) Persiapan Wadah Anestesi Benih Nila Merah

Wadah yang digunakan adalah akuarium berukuran 30x20x20 cm. wadah

dibersihkan terlebih dahulu dengan air bersih dan diisi air sebanyak 5 l.

Wadah pengangkut ikan yaitu kotak styrofoam yang biasa digunakan dalam

pengemasan ikan disiapkan, media pendingin menggunakan limbah serbuk

gergaji yang berasal dari kayu yang diperoleh dari pengrajin kayu di Bandar

Lampung. Serbuk gergaji dibersihkan terlebih dahulu dengan cara

pengayakan, perendaman dalam air tawar selama 24 jam lalu dibilas,

kemudian dijemur hingga kering. Serbuk gergaji yang telah kering

didinginkan sesuai suhu penyimpanan.

(2) Anestesi Benih Nila Merah

Sebelum anestesi dilakukan, benih nila merah ditimbang terlebih dahulu

untuk mengetahui berat awal pada ikan. Perlakuan anestesi ikan dilakukan

dalam satu wadah yang sama. Bahan anestesi dengan nilai konsentrasi yang

paling efektif yang didapat pada uji EC50-1 jam ditambahkan pada wadah

yang telah diisi air dan diaduk merata. Ikan uji dimasukan kedalam wadah

dan diamati kecepatan pingsannya. Parameter tersebut mengukur reaksi benih

nila merah mulai dari pemberian bahan anestesi sampai benih nila merah

tersebut pingsan, yang biasanya ditandai dengan pergerakan operculum yang

lambat dan ikan diam di dasar akuarium (Cahyadi, 2009). Satuan percobaan

untuk mengukur kecepatan pingsan yaitu menit. Kecepatan pingsan diamati

setiap menit selama satu jam, dalam setiap pengamatan diamati perilaku ikan.

19

Setelah sebagian besar pingsan ikan uji dipindahkan, untuk selanjutnya

dikemas.

(3) Pengemasan Ikan dan Simulasi Transportasi

Pengemasan dilakukan dalam kotak styrofoam. Hancuran es (0,5 kg) yang

dibungkus kantung plastik diletakkan di dasar kemudian ditutup dengan

kertas koran. Serbuk gergaji lembab dingin (18 ºC) dihamparkan di atas kertas

koran dengan ketebalan 7 cm, kemudian di atas hamparan serbuk gergaji

diletakkan benih ikan nila yang sudah dianestesi berderet rapi, benih ikan nila

merah terlebih dahulu dikemas kedalam pelastik yang diberi sedikit air bersih

didalamnya dan diikat karet dibagian atasnya (15 ekor perkemasan). Di atas

ikan dihamparkan kembali media serbuk gergaji lembab dingin setebal sekitar

5 cm, kemudian kotak styrofoam ditutup rapat dan diberi selotip agar suhu di

dalam media konstan. Untuk lebih jelasnya penyusunan ikan dalam kemasan

dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Penyusunan Benih Nila Merah Dalam Kemasan

3.7 Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati dalam penelitian ini meliputi, kecepatan pingsan, pulih

sadar, pemeliharaan kelangsungan hidup, laju pertumbuhan, dan kualitas air.

7 cm

Kertas KoranSerbuk gergaji

Kertas Koran

20

3.7.1 Kecepatan Pingsan

Parameter kecepatan pingsan mengukur reaksi benih ikan mulai dari pemberian

bahan anestesi sampai benih ikan tersebut pingsan. Ciri-ciri ikan yang pingsan

ditandai dengan pergerakan operculum yang lambat dan ikan diam didasar

akuarium (Andriyanto dkk, 2009). Satuan percobaan untuk mengukur kecepatan

pingsan yaitu menit. Kecepatan pingsan diamati setiap menit selama satu jam, dan

setiap pengamatan diamati perilaku ikan.

3.7.2 Pengamatan Pulih Sadar

(1) Akuarium sebanyak 9 buah disiapkan, dibersihkan, dan diisi air sebanyak 15

l kemudian diaerasi.

(2) Setelah waktu simulasi selesai dilakukan, benih nila merah diambil

kemudian dimasukan ke dalam akuarium sesuai label perlakuan waktu yang

telah ditentukan dan diamati sampai benih sadar kembali sebagai indikator

benih nila merah bergerak aktif.

(3) Kemudian waktu pulih sadar dan survival rate benih nila merah diamati dan

dicatat.

(4) Pencatatan waktu pulih sadar ikan dicatat per individu benih ikan disetiap

perlakuan.

3.7.3 Pemeliharaan Benih

(1) Akuarium disiapkan sebanyak 9 buah dan diisi air sebanyak 15 l yang telah

diaerasi selama 48 jam.

(2) Benih nila merah dimasukkan ke dalam akuarium dan dipelihara selama 10

hari serta diberi pakan komersial secara at satiation 2 kali sehari yaitu pukul

08.00 dan pukul 16.00 WIB.

(3) Penyiponan dilakukan setiap hari dan dilakukan pergantian air selama 3 hari

sekali.

(4) Setelah 10 hari pemeliharaan, dilakukan penimbangan berat benih ikan dan

pengamatan kelangsungan hidup benih nila merah.

21

3.7.4 Kelangsungan Hidup Uji Simulasi Transportasi dan Pemeliharaan

Kelangsungan hidup uji simulasi yaitu nilai ikan yang hidup pada pengujian

setelah dilakukan uji simulasi transportasi. Kelangsungan hidup pemeliharaan

adalah nilai dari perbandingan antara jumlah ikan yang hidup sampai akhir

pemeliharaan, dengan jumlah awal ikan saat dipelihara. Menurut Effendi

(1979), untuk menghitung Survival rate (SR) dapat digunakan rumus :SR = 100%Keterangan :

SR : Derajat kelangsungan hidup (%)

Nt : Jumlah ikan akhir (ekor)

N0 : Jumlah ikan awal (ekor)

3.7.5 Laju pertumbuhan

Laju pertumbuhan (Growth rate) adalah pertumbuhan berat benih nila merah

setiap harinya selama pemeliharaan. Menurut Effendi (1979), laju pertumbuhan

ikan dapat dinyatakan dengan rumus :GR = Wt −WotKeterangan :

GR : Laju pertumbuhan

Wt : Berat rata-rata akhir (g)

Wo : Berat rata-rata awal (g)

t : Lama pemeliharaan (hari)

3.7.6 Pengamatan Parameter Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diamati yaitu pH (pH meter), suhu (Thermometer),

dan Oksigen terlarut (DO meter). Pengamatan dilakukan setiap hari dimulai

pada pukul 06.00 WIB sampai dengan selesai.

22

3.8 Analisis Data

Dalam menganalisis data maka dilakukan cara yaitu :

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas,

homogenitas dan uji anova (analysis of variance) dengan selang kepercayaan

95%. Apabila hasil uji antar perlakuan lama waktu transportasi terhadap survival

rate benih nila merah berbeda nyata, maka akan dilakukan uji lanjut Duncan.

Sedangkan untuk data kualitas air dianalisis secara deskriptif.

35

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa :

(1) Nilai konsentrasi efektif ekstrak bunga kenanga untuk pemingsanan benih

ikan nila merah ukuran 3-5 cm pada uji simulasi transportasi yang aman yaitu

61,40 ppm.

(2) Kecepatan pingsan benih nila merah dengan konsentrasi efektif ekstrak bunga

kenanga 61,40 ppm adalah 12-15 menit

(3) Waktu transportasi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap Survival rate

benih nila merah pada uji transportasi tanpa media air.

(4) Nilai Survival rate ikan uji setelah pemeliharaan selama 10 hari menunjukan

nilai tertinggi yaitu pada perlakuan waktu transportasi 1 jam mencapai 63,4%,

5.2 Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya adalah membandingkan efektivitas kerja bahan

anestesi ekstrak bunga kenanga terhadap jenis ikan yang berbeda dan

menggunakan teknik ekstraksi yang lebih baik dalam pembuatan ekstrak serta

menggunakan bahan anestesi pada ikan dengan waktu transportasi yang lebih

panjang.

36

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, R.R. 2012. Teknik Imotilisasi Menggunakan Hati Batang Pisang (MusaSpp) dalam Simulasi Transportasi Kering Ikan Bawal Air Tawar(Colossoma macropomum). Scientific Repository. Bogor AgriculturalUniversity. http://repository.ipb.ac.id. Diakses Tanggal 20 Maret 2017.

Achmadi, D. 2005. Pembiusan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) denganTegangan Listrik untuk Transportasi Sistem Kering. Skripsi. FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Andriyanto, Sutisna, A., dan Manalu, W. 2009. Potensi PenggunaanAcepromazine sebagai Sediaan Transquilizier pada Transportasi IkanPatin. Jurnal Berkala Perikanan 38 (1) : 8–11.

Thomas, A.N.S. 1992. Tanaman Obat Tradisional 2. Kanisius, Yogyakarta.

Aini, M., Ali, M., dan Putri, B. 2014. Penerapan Teknik Imotilisasi Benih IkanNila (Oreochromis niloticus) Menggunakan Ekstrak Daun Bandotan(Ageratum conyzoides) Pada Transportasi basah. Jurnal Rekayasa danTeknologi Budidaya Perairan, 2 (2) : 217–226.

Cahyadi. R. 2009. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordicacharantia L.) Terhadap Larva Artemia Salina Leach Dengan Metode BrineShrimp Lethality Test (BSLT). Skripsi. Fakultas Kedokteran, UniversitasDiponegoro, Semarang.

Darmono. 2014. Teknik Alkohol. Artikel Ilmiah. http://www.geocities.wk. diaksestanggal 11 juli 2014 pukul 11.36 WIB.

Effendi, H. 2003.Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumberdaya danLingkungan Perairan. Gramedia, Jakarta.

Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dwi Sri, Bogor.

Fauziah, R.N. 2010. Pemingsanan Ikan Mas (Cyprinus carpio) MenggunakanEkstrak Tembakau, Ekstrak Mengkudu dan Ektra Cengkeh. Skripsi.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institur Pertanian Bogor, Bogor.

Finney, D.J. 1971. Probit Analysis. Profesor of Statistics in the University ofEdinburg. Third Edition. Director of thr Agricultural Research CouncilUnit of Statistics, United States.

37

Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. RinekaPutra, Jakarta.

Hidayah, A.M. 1998. Studi Penggunaan Gas CO2 sebagai Bahan Pembius untukTransportasi Ikan Nila Merah (Oreochromis sp). Skripsi. FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hinson, D. 2000. Rotenone Characterixation and Toxicity in Aquatic System.Principles of Enviromental Toxicology. University of Idaho, Idaho.

Hendri, M., Gusti, G., dan Jetun, T. 2010. Konsentrasi Letal (LC50-48 jam) LogamTembaga (Cu) dan Logam Kadmium (Cd) Terhadap Tingkat MortalitasJuwana Kuda Laut (Hippocampus spp). Jurnal Penelitian Sains 13 (1).26–30.

Jailani. 2000. Mempelajari Pengaruh Penggunaan Pelepah Pisang sebagai BahanPengisi Terhadap Tingkat Kelulusan Hidup Ikan Mas (Cyprinus carpio)Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor,Bogor.

Junianto. 2003. Teknik Penangkapan Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Karnila, R.E. 2001. Pengaruh Waktu dan Suhu Pembiusan Bertahap Terhadapketahanan hidup Ikan jambal siam (Pangasius sutchi) dalam TransportasiSistem Kering. Jurnal Natur Indonesia 3 (2). 151–167.

Moelyono, M.W., Yasmiwar, S., dan Marina, T. 2007. Analisis Minyak AtsiriBunga Kenanga (Cananga odorata Hook.F & TH). Jurnal Farmaka 5 (1).1–6.

Nitibaskara, R. 2006. Penanganan dan Transportasi Ikan Hidup untuk KonsumsiIkan Nila (Oreochromis niloticus) Hidup. Skripsi. Fakultas Perikanan danIlmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Nurdjanah, 1997. Diversifikasi Penggunaan Cengkeh. Balai Besar Penelitian danPengembangan Pasca Panen Pertanian, Jakarta.

Pramono, V. 2002. Penggunaan Ekstrak (Caulerpa racemosa) sebagai BahanPembius pada Transportasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Hidup.Skripsi. Departemen Teknologi Hasil Perikanan, Institut Pertanian Bogor,Bogor.

Rumondang, B. 2004. Reaksi Asetilisasi Eugenol dan Oksidasi Metil Iso Eugenol.Digital Library USU. Skripsi. Program Studi Teknik Kimia, FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatra Utara,Medan.

38

Simanjuntak, M. 2008. Ekstraksi dan fraksinasi Komponen Ekstrak DaunTumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum L) Serta Pengujian Efeksediaan krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar. Skripsi. FakultasFarmasi, Universitas Sumatra Utara, Medan.

Sufianto, B. 2008. Uji Transportasi Ikan Mas Koki (Carassius auratus linnaeus)Hidup Sistem Kering dengan Perlakuan Suhu dan Penurunan KonsentrasiOksigen. Tesis. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sukarsa, D. 2005. Penerapan Teknik Imotilisasi Menggunakan Ekstrak Alga laut(Coulerva sertulorides) dalam Transportasi Ikan Kerapu (Ephinephelussuilus) Hidup tanpa Media Air. Jurnal Teknologi Hasil Perikanan. 8 (1).12–24.

Sumera, F.C., dan Canato M.T. 2006. Use of Darris trifoliata (Leguminosae)Root Ekstrak for Fishpond Managemen. Asian Fisheries Society. 19 (1).75–89.

Suparno, J.I., Basmal, Muljanah, dan Wibowo. 1994. Pengaruh Suhu dan WaktuPembiusan dengan Pendinginan Bertahap Terhadap Ketahanan HidupUdang Windu Tambak (Penaeus monodon) dalam Transportasi SistemKering. Jurnal Penelitian Pasca Panen Perikanan. 1 (1). 40–45.

Suryaningrum, T.D., Utomo, B.S.B., dan Wibowo. 2005. Teknologi Penanganandan Transportasi Crustasea Hidup. Pusat Riset Pengolahan Produk danSosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Jakarta Pusat.

Syamsidi, D.I., Sari, S., dan Wibowo. 2006. Study Sifat Toksologi Ikan Gurame(Osphronemus gourame) Pada Suhu Rendah Untuk PengembanganTeknologi Transportasi Ikan Hidup. Jurnal Pascapanen BioteknologiKelautan Dan Perikanan 1 (1).73–83.

Yanto, H. 2009. Penggunaan MS-222 dan Larutan Garam pada Transportasi IkanJelawat (Leptobarbus hoevenii). Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan PerikananIndonesia. 1 (1). 33–40.