EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI SIRIP DENGAN LUAS … · A fin is a tool that has a function to...
Transcript of EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI SIRIP DENGAN LUAS … · A fin is a tool that has a function to...
i
EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI SIRIP DENGAN LUAS
PENAMPANG BENTUK PERSEGI FUNGSI POSISI DAN
NILAI KONDUKTIVITAS FUNGSI SUHU KASUS SATU
DIMENSI KEADAAN TAK TUNAK
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik
Oleh :
FELIKS EKO SUHANANTO
NIM : 145214104
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
EFFECTIVENESS AND EFFICIENCY OF ONE
DIMENSIONAL RECTANGULAR FIN WITH FUNCTION OF
POSITION AND THERMAL CONDUCTIVITY FUNCTION OF
TEMPERATURE IN UNSTEADY STATE CONDITION
FINAL PROJECT
As partial fulfillment of the requirement
to obtain the Sarjana Teknik degree in Mechanical Engineering
by :
FELIKS EKO SUHANANTO
Student Number : 145214104
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT
SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
Sirip adalah piranti yang berfungsi untuk mempercepat perpindahan kalor
dengan cara memperluas luas permukaan benda. Ketika suhu benda mengalami
perpindahan kalor secara konveksi, maka laju perpindahan kalor dari benda tersebut
dapat dipercepat dengan cara memasang sirip. Tujuan dari penelitian ini adalah (1)
mengetahui pengaruh nilai koefisien perpindahan kalor konveksi terhadap
distribusi suhu, laju aliran kalor, nilai efisiensi dan efektivitas sirip dengan nilai k
sebagai fungsi temperatur pada keadaan tak tunak. (2) Mengetahui pengaruh
besarnya sudut kemiringan sirip terhadap distribusi suhu, laju aliran kalor, nilai
efisiensi dan efektivitas sirip dengan nilai k sebagai fungsi temperatur pada keadaan
tak tunak. (3) Mengetahui pengaruh bahan material sirip terhadap efisiensi dan
efektivitas sirip untuk kasus 1 dimensi dengan k sebagai fungsi temperatur pada
keadaan tak tunak.
Perhitungan distribusi suhu pada penelitian dilakukan menggunakan
metode komputasi, dengan metode beda hingga cara eksplisit. Sirip berbentuk
segiempat, mempunyai massa jenis tetap, kalor jenis tetap, dan nilai konduktivitas
bahan fungsi suhu. Suhu dasar sirip ditetapkan 100 derajat Celcius dan
dipertahankan tetap dari waktu ke waktu, serta pada saat waktu 0 detik, suhu awal
di setiap volume kontrol ditetapkan merata sebesar 100 derajat Celcius. Suhu fluida
di sekitar sirip diasumsikan sebesar 30 derajat Celcius. Perubahan volume dan
perubahan bentuk pada sirip diabaikan. Variasi dari penelitian ini adalah nilai
koefisien perpindahan kalor konveksi, material bahan sirip, dan besarnya sudut
kemiringan sirip.
Hasil penelitian terhadap sirip berpenampang segiempat yang luasnya
berubah terhadap posisi adalah a) Semakin besar koefisien perpindahan kalor
konveksi (h) yang diberikan kepada sirip, maka laju aliran kalor akan semakin
besar, namun nilai efisiensi dan efektivitasnya justru akan semakin rendah. b)
Semakin besar sudut kemiringan suatu sirip, maka laju aliran kalor dan nilai
efektivitasnya akan semakin kecil, namun efisiensinya akan semakin besar. c)
Untuk material bahan sirip, urutan material bahan sirip yang memberikan nilai laju
aliran kalor, efisiensi, maupun efektivitas dari material sirip yang paling besar
hingga yang paling kecil berturut-turut adalah tembaga, alumunium, nikel, besi, dan
baja karbon.
Kata Kunci: efisiensi, efektivitas, sirip, segiempat, keadaan tak tunak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
A fin is a tool that has a function to accelerate the heat transfer by
broadening the surface area of the object. When the temperature of the object
undergoes the convection heat transfer, the rate of heat transfer from the
corresponding object could be accelerated by assembling the fin. The objectives of
this research are (1) determine the effect of the coefficient value of the convection
heat transfer on the temperature distribution, the heat flow rate, the efficiency value,
and effectivity of the fin by using the value of k as the temperature function under
unsteady condition. (2) Determine the effect of the degree of slope angle of the fin
on the temperature distribution, the heat flow rate, the efficiency value, and
effectivity of the fin by using the value of k as the temperature function under
unsteady condition. (3) Determine the effect of the fin material on the efficiency
and effectivity values of the fin for one-dimensional case by using the value of k as
the temperature function under unsteady condition.
The calculation of the temperature distribution on this experiment was done
by using the computational method, precisely, with the finite different method
explicitly. The rectangular fin has the density, the fixed heat specific capacity, and
the material conductivity value of the temperature function. The initial temperature
of the fin was set on 100 degree Celsius and was permanently maintained over the
times, and at the time of 0 seconds, the initial temperature of each control volume
was equally set on 100 degree Celsius. The fluid temperature around the fin was
assumed as 30 degree Celsius. Both changes in the volume and the fin shape were
ignored. The variations of this experiment are the coefficient value of convection
heat transfer, the fin material, and the degree of slope angle of the fin.
The results of the rectangular fin, which its surface area had been changed
based on its position, are a) the more significant coefficient value of the convection
heat transfer (h) that had been applied on the fin resulted on the faster heat flow
rate, but the efficiency and effectivity values would be decreased. b) If the degree
of slope angle were broader, both the heat flow rate and the effectivity value would
be reduced, but the efficiency would be increased. c) The fin materials, which affect
the heat flow rate, efficiency, and effectivity, are ordered from the higher to the
lower, consecutively, as follows: copper, aluminum, nickel, iron, and carbon steel.
Keywords: efficiency, effectivity, fin, rectangular, unsteady state
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Syukur dan terima kasih penulis kepada Allah Bapa di Surga yang telah
memberikan berkat, rahmat serta kasih-Nya yang berlimpah kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Efektivitas dan Efisiensi
Sirip Dengan Luas Penampang Bentuk Persegi cFungsi Posisi Serta Nilai
Konduktivitas Fungsi Suhu Kasus Satu Dimensi Keadaan Tak Tunak”.
Penyusunan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Teknik Mesin di Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Atas tersusunnya Skripsi ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Sudi Mungkasi, S.Si., M.Math,Sc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
2. Ir. PK. Purwadi, M.T selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin, Fakultas
Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sekaligus
sebagai Dosen Pembimbing Skripsi.
3. Ir. Rines Alapan, M.T., selaku Dosen Pembimbing Akademik.
4. Dosen-dosen Teknik Mesin yang telah membimbing selama perkuliahan.
5. Seluruh Tenaga Kependidikan di Teknik Mesin dan di Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
TITLE PAGE .................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
ABSTRACT ....................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xxii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 3
1.4 Batasan Masalah ........................................................................ 3
1.4.1 BendaUji ......................................................................... 4
1.4.2 Model Matematik ............................................................ 5
1.4.3 Kondisi Awal .................................................................. 5
1.4.4 Kondisi Batas .................................................................. 5
1.4.4.1 Kondisi Batas Dasar Sirip.................................. 6
1.4.4.2 Kondisi Batas Ujung Sirip ................................. 6
1.4.5 Asumsi ............................................................................ 6
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................... 7
BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA ................................. 8
2.1 Definisi Perpindahan Panas ....................................................... 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
2.2 Perpindahan Panas Konduksi .................................................... 9
2.3 Konduktivitas Termal Material ................................................. 10
2.4 Perpindahan Panas Konveksi ..................................................... 12
2.4.1 Konveksi Bebas ............................................................... 14
2.4.1.1 Bilangan Rayleigh ............................................. 15
2.4.1.2 Bilangan Nusselt ................................................ 16
2.4.2 Konveksi Paksa ............................................................... 16
2.4.2.1 Aliran Laminer .................................................. 17
2.4.2.2 Aliran Turbulen ................................................. 17
2.4.2.3 Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi Paksa .. 17
2.5 Perpindahan Panas Radiasi ........................................................ 19
2.6 Sirip ........................................................................................... 20
2.7 Laju Perpindahan Panas ............................................................. 21
2.8 Efisiensi Sirip ............................................................................ 22
2.9 Efektivitas Sirip ......................................................................... 23
2.10 Tinjauan Pustaka ..................................................................... 24
BAB III PERSAMAAN DISKRIT DI SETIAP VOLUME KONTROL ........ 27
3.1 Kesetimbangan Energi Pada Volume Kontrol ........................... 27
3.2 Penerapan Metode Numerik Pada Persoalan ............................. 29
3.2.1 Persamaan Numerik Pada Dasar Sirip ............................ 30
3.2.2 Persamaan Numerik Pada Tengah Sirip .......................... 31
3.2.3 Persamaan Numerik Pada Ujung Sirip ............................ 35
3.3 Penerapan Rumus Dalam Persoalan .......................................... 40
3.3.1 Mencari Sisi dan Luas Penampang Pada Sirip yang
Luasnya Berubah Terhadap Posisi .................................. 40
3.3.2 Mencari Luas Selimut dari Volume Kontrol yang
Luasnya Berubah Terhadap Posisi .................................. 42
3.3.3 Mencari Volume Pada Sirip yang Luasnya Berubah
Terhadap Posisi ............................................................... 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 47
4.1 Objek Penelitian ........................................................................ 47
4.2 Alur Penelitian ........................................................................... 48
4.3 Alat Bantu Penelitian ................................................................. 49
4.4 Variasi Penelitian ....................................................................... 50
4.5 Langkah-langkah Penelitian ...................................................... 51
4.6 Cara Pengambilan Data ............................................................. 52
4.7 Cara Pengolahan Data ............................................................... 53
4.8 Cara Penyimpulan Data ............................................................. 53
BAB V HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN ............................. 54
5.1 Hasil Perhitungan dan Pengolahan Data ................................... 54
5.1.1 Hasil Perhitungan untuk Variasi Koefisien Perpindahan
Kalor Konveksi dari Waktu ke Waktu dan Pada Saat
Keadaan Tunak................................................................ 54
5.1.1.1 Distribusi Suhu untuk Variasi Koefisien
Perpindahan Kalor Konveksi dari Waktu ke
Waktu................................................................. 55
5.1.1.2 Laju Aliran Kalor untuk Variasi Koefisien
Perpindahan Kalor Konveksi dari Waktu ke
Waktu................................................................. 58
5.1.1.3 Efisiensi untuk Variasi Koefisien Perpindahan
Kalor Konveksi dari Waktu ke Waktu .............. 59
5.1.1.4 Efektivitas untuk Variasi Koefisien Perpinda-
han Kalor Konveksi dari Waktu ke Waktu ........ 60
5.1.1.5 Distribusi Suhu, Laju Aliran Kalor, Efisiensi,
Dan Efektivitas untuk Variasi Koefisien Per-
pindahan Kalor Konveksi Pada Saat Keadaan
Tunak ................................................................. 61
5.1.2 Hasil Perhitungan untuk Variasi Material Bahan Sirip
dari Waktu dan Saat Keadaan Tunak .............................. 64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
5.1.2.1 Distribusi Suhu untuk Variasi Material Bahan
Sirip dari Waktu ke Waktu ................................ 65
5.1.2.2 Laju Aliran Kalor untuk Variasi Material Ba-
han Sirip dari Waktu keWaktu .......................... 69
5.1.2.3 Efisiensi untuk Variasi Material Bahan Sirip
dari Waktu ke Waktu ......................................... 70
5.1.2.4 Efektivitas untuk Variasi Material Bahan Sirip
dari Waktu ke Waktu ......................................... 71
5.1.2.5 Distribusi Suhu, Laju Aliran Kalor, Efisiensi,
Dan Efektivitas untuk Variasi Material Bahan
Sirip Pada Saat KeadaanTunak .......................... 72
5.1.3 Hasil Perhitungan untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip
dari Waktu dan Saat Keadaan Tunak .............................. 74
5.1.3.1 Distribusi Suhu untuk Variasi Sudut Kemiringan
Sirip dari Waktu ke Waktu ................................ 75
5.1.3.2 Laju Aliran Kalor untuk Variasi Sudut Kemi-
ringan Sirip dari Waktu keWaktu ...................... 79
5.1.3.3 Efisiensi untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip
dari Waktu ke Waktu ......................................... 80
5.1.3.4 Efektivitas untuk Variasi Sudut Kemiringan
Sirip dari Waktu ke Waktu ................................ 81
5.1.3.5 Distribusi Suhu, Laju Aliran Kalor, Efisiensi,
dan Efektivitas untuk Variasi Sudut Kemi-
ringan Sirip Pada Saat KeadaanTunak. ............. 82
5.2 Pembahasan ............................................................................. 84
5.2.1 Pembahasan untuk Variasi Koefisien Perpindahan
Kalor Konveksi ............................................................... 84
5.2.2 Pembahasan untuk Variasi Material Bahan Sirip............ 87
5.2.3 Pembahasan untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip ....... 90
5.2.4 Pembahasan Perbandingan Grafik Hubungan Efisiensi
dan ξ Pada Literatur dan Hasil Penelitian ....................... 92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 99
6.1 Kesimpulan ................................................................................ 99
6.2 Saran .......................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Geometri Benda Uji .................................................................. 4
Gambar 2.1 Perpindahan Panas Konduksi ................................................... 9
Gambar 2.2 Perpindahan Panas Konveksi ................................................... 12
Gambar 2.3 Berbagai Jenis Bentuk Sirip ..................................................... 21
Gambar 3.1 Kesetimbangan Energi Pada Volume Kontrol ......................... 27
Gambar 3.2 Kesetimbangan Energi Pada Volume Kontrol Sirip ................. 28
Gambar 3.3 Pembagian Sirip Menjadi Banyak Volume Kontrol
Dalam Sirip .............................................................................. 29
Gambar 3.4 Kesetimbangan Energi Pada Volume Kontrol yang Terletak
Di Dasar Sirip ........................................................................... 30
Gambar 3.5 Kesetimbangan Energi Pada Volume Kontrol yang Terletak
Antara Dasar Sirip dan Ujung Sirip .......................................... 31
Gambar 3.6 Kesetimbangan Energu Pada Volume Kontrol yang Terletak
Di Ujung Sirip .......................................................................... 36
Gambar 3.7 Volume Kontrol Pada Sirip ...................................................... 41
Gambar 3.8 Luas Selimut yang Luasnya Berubah Terhadap Posisi ............ 43
Gambar 3.9 Volume Sirip Penampang Segiempat yang Luasnya
Berubah Terhadap Posisi .......................................................... 45
Gambar 4.1 Obyek Penelitian ...................................................................... 47
Gambar 4.2 Diagram Alur Penelitian ........................................................... 49
Gambar 5.1 Distribusi Suhu Pada Sirip ; Bahan Tembaga ; Tb = 100˚C ;
Ti = 100˚C ; T∞ = 30˚C ; α = 2˚; saat t = 1 s ............................ 55
Gambar 5.2 Distribusi Suhu Pada Sirip ; Bahan Tembaga ; Tb = 100˚C ;
Ti = 100˚C ; T∞ = 30˚C ; α = 2˚; saat t = 20 s .......................... 55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Gambar 5.3 Distribusi Suhu Pada Sirip ; Bahan Tembaga ; Tb = 100˚C ;
Ti = 100˚C ; T∞ = 30˚C ; α = 2˚; saat t = 40 s .......................... 56
Gambar 5.4 Distribusi Suhu Pada Sirip ; Bahan Tembaga ; Tb = 100˚C ;
Ti = 100˚C ; T∞ = 30˚C ; α = 2˚; saat t = 60 s .......................... 56
Gambar 5.5 Distribusi Suhu Pada Sirip ; Bahan Tembaga ; Tb = 100˚C ;
Ti = 100˚C ; T∞ = 30˚C ; α = 2˚; saat t = 80 s .......................... 57
Gambar 5.6 Distribusi Suhu Pada Sirip ; Bahan Tembaga ; Tb = 100˚C ;
Ti = 100˚C ; T∞ = 30˚C ; α = 2˚; saat t = 100 s ........................ 57
Gambar 5.7 Distribusi Suhu Pada Sirip ; Bahan Tembaga ; Tb = 100˚C ;
Ti = 100˚C ; T∞ = 30˚C ; α = 2˚; saat t = 120 s ........................ 58
Gambar 5.8 Nilai Laju Aliran Kalor dengan Variasi Koefisien
Perpindahan Kalor Konveksi dengan Bahan Tembaga;
Tb = 100oC; Ti = 100oC; T∞ = 30oC; α = 2o; dari waktu
ke waktu.................................................................................... 59
Gambar 5.9 Nilai Efisiensi dengan Variasi Koefisien Perpindahan
Kalor Konveksi dengan Bahan Tembaga; Tb = 100oC;
Ti = 100oC; T∞ = 30oC; α = 2o; dari waktu ke waktu .............. 60
Gambar 5.10 Nilai Efektivitas dengan Variasi Koefisien Perpindahan
Kalor Konveksi dengan Bahan Tembaga; Tb = 100oC;
Ti = 100oC; T∞ = 30oC; α = 2o; dari waktu ke waktu .............. 61
Gambar 5.11 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Tembaga; Tb = 100oC;
Ti = 100oC; T∞ = 30˚C ; α = 2˚ ; pada saat tunak ................... 62
Gambar 5.12 Nilai Laju Aliran Kalor dengan Variasi Koefisien Perpindahan
Kalor Konveksi dengan Bahan Tembaga;
Tb = 100˚C ; Ti = 100˚C ; T∞ = 30˚C ; α = 2˚; pada saat
keadaan tunak ........................................................................... 63
Gambar 5.13 Nilai Efisiensi dengan Variasi Koefisien Perpindahan
Kalor Konveksi dengan Bahan Tembaga; Tb = 100˚C ;
Ti = 100˚C ; T∞ = 30˚C ; α = 2˚; pada saat keadaan tunak ...... 63
Gambar 5.14 Nilai Efektivitas dengan Variasi Koefisien Perpindahan
Kalor Konveksi dengan Bahan Tembaga; Tb = 100˚C ;
Ti = 100˚C ; T∞ = 30˚C ; α = 2˚; pada saat keadaan tunak ...... 64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Gambar 5.15 Distribusi Suhu Pada Sirip ; h = 250 W/m2oC ; Tb = 100˚C ;
Ti = 100˚C ; T∞ = 30˚C ; α = 2˚; saat t = 1 s ............................ 65
Gambar 5.16 Distribusi Suhu Pada Sirip ; h = 250 W/m2oC; Tb = 100˚C ;
Ti = 100˚C ; T∞ = 30˚C ; α = 2˚; saat t = 20 s .......................... 66
Gambar 5.17 Distribusi Suhu Pada Sirip ; h = 250 W/m2oC; Tb = 100˚C ;
Ti = 100˚C ; T∞ = 30˚C ; α = 2˚; saat t = 40 s .......................... 66
Gambar 5.18 Distribusi Suhu Pada Sirip ; h = 250 W/m2oC; Tb = 100˚C ;
Ti = 100˚C ; T∞ = 30˚C ; α = 2˚; saat t = 60 s .......................... 67
Gambar 5.19 Distribusi Suhu Pada Sirip ; h = 250 W/m2oC; Tb = 100˚C ;
Ti = 100˚C ; T∞ = 30˚C ; α = 2˚; saat t = 80 s .......................... 67
Gambar 5.20 Distribusi Suhu Pada Sirip ; h = 250 W/m2oC; Tb = 100˚C ;
Ti = 100˚C ; T∞ = 30˚C ; α = 2˚; saat t = 100 s ........................ 68
Gambar 5.21 Distribusi Suhu Pada Sirip ; h = 250 W/m2oC; Tb = 100˚C ;
Ti = 100˚C ; T∞ = 30˚C ; α = 2˚; saat t = 120 s ........................ 68
Gambar 5.22 Nilai Laju Aliran Kalor dengan Variasi Material Bahan Sirip
dengan h = 250 W/m2oC; Tb = 100oC; Ti = 100oC;
T∞ = 30oC; α = 2o; dari waktu ke waktu .................................. 69
Gambar 5.23 Nilai Efisiensi dengan Variasi Material Bahan Sirip dengan
h = 250 W/m2oC; Tb = 100oC; Ti = 100oC; T∞ = 30oC; α = 2o;
dari waktu ke waktu.................................................................. 70
Gambar 5.24 Nilai Efektivitas dengan Variasi Material Bahan Sirip dengan
h = 250 W/m2oC; Tb = 100oC; Ti = 100oC; T∞ = 30oC; α = 2o;
dari waktu ke waktu.................................................................. 71
Gambar 5.25 Distribusi Suhu Pada Sirip; h = 250 W/m2oC; Tb = 100oC;
Ti = 100oC; T∞ = 30˚C ; α = 2˚ ; pada saat tunak ................... 72
Gambar 5.26 Nilai Laju Aliran Kalor dengan Variasi Material
Bahan Sirip dengan h = 250 W/m2oC; Tb = 100˚C ;
Ti = 100˚C ; T∞ = 30˚C ; α = 2˚; pada saat keadaan tunak ...... 73
Gambar 5.27 Nilai Efisiensi dengan Variasi Material
Bahan Sirip dengan h = 250 W/m2oC; Tb = 100˚C ;
Ti = 100˚C ; T∞ = 30˚C ; α = 2˚; pada saat keadaan tunak ...... 73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
Gambar 5.28 Nilai Efektivitas dengan Variasi Material
Bahan Sirip dengan h = 250 W/m2oC; Tb = 100˚C ;
Ti = 100˚C ; T∞ = 30˚C ; α = 2˚; pada saat keadaan tunak ...... 74
Gambar 5.29 Distribusi Suhu Pada Sirip ; Bahan Tembaga; h = 250 W/m2oC
Tb = 100˚C; Ti = 100˚C ; T∞ = 30˚C; saat t = 1 s .................... 75
Gambar 5.30 Distribusi Suhu Pada Sirip ; Bahan Tembaga; h = 250 W/m2oC
Tb = 100˚C; Ti = 100˚C ; T∞ = 30˚C; saat t = 20 s .................. 76
Gambar 5.31 Distribusi Suhu Pada Sirip ; Bahan Tembaga; h = 250 W/m2oC
Tb = 100˚C; Ti = 100˚C ; T∞ = 30˚C; saat t = 40 s .................. 76
Gambar 5.32 Distribusi Suhu Pada Sirip ; Bahan Tembaga; h = 250 W/m2oC
Tb = 100˚C; Ti = 100˚C ; T∞ = 30˚C; saat t = 60 s .................. 77
Gambar 5.33 Distribusi Suhu Pada Sirip ; Bahan Tembaga; h = 250 W/m2oC
Tb = 100˚C; Ti = 100˚C ; T∞ = 30˚C; saat t = 80 s .................. 77
Gambar 5.34 Distribusi Suhu Pada Sirip ; Bahan Tembaga; h = 250 W/m2oC
Tb = 100˚C; Ti = 100˚C ; T∞ = 30˚C; saat t = 100 s ................ 78
Gambar 5.35 Distribusi Suhu Pada Sirip ; Bahan Tembaga; h = 250 W/m2oC
Tb = 100˚C; Ti = 100˚C ; T∞ = 30˚C; saat t = 120 s ................ 78
Gambar 5.36 Nilai Laju Aliran Kalor dengan Variasi Sudut
Kemiringan Sirip dengan Bahan Tembaga; h = 250 W/m2oC;
Tb = 100oC; Ti = 100oC; T∞ = 30oC; dari waktu ke waktu ..... 79
Gambar 5.37 Nilai Efisiensi dengan Variasi Sudut Kemiringan Sirip dengan
Bahan Tembaga; h = 250 W/m2oC;Tb = 100oC;
Ti = 100oC; T∞ = 30oC; dari waktu ke waktu .......................... 80
Gambar 5.38 Nilai Efektivitas dengan Variasi Sudut Kemiringan Sirip dengan
Bahan Tembaga; h = 250 W/m2oC;Tb = 100oC;
Ti = 100oC; T∞ = 30oC; dari waktu ke waktu .......................... 81
Gambar 5.39 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Tembaga; h = 250 W/m2oC;
Tb = 100oC; Ti = 100oC; T∞ = 30˚C ; pada saat tunak ........... 82
Gambar 5.40 Nilai Laju Aliran Kalor dengan Variasi Sudut
Kemiringan Sirip dengan Bahan Tembaga; h = 250 W/m2oC;
Tb = 100˚C ; Ti = 100˚C ; T∞ = 30˚C ; pada saat
keadaan tunak ........................................................................... 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
Gambar 5.41 Nilai Efisiensi dengan Variasi Sudut Kemiringan Sirip dengan
Bahan Tembaga; h = 250 W/m2oC; Tb = 100˚C ;
Ti = 100˚C ; T∞ = 30˚C ; pada saat keadaan tunak .................. 83
Gambar 5.42 Nilai Efektivitas dengan Variasi Sudut Kemiringan Sirip dengan
Bahan Tembaga; h = 250 W/m2oC; Tb = 100˚C ;
Ti = 100˚C ; T∞ = 30˚C ; pada saat keadaan tunak .................. 84
Gambar 5.43 Grafik Hubungan Efisiensi dan ξ Pada Sirip Silinder, Segitiga, dan
Segiempat dari Buku Cengel (1998) ........................................ 95
Gambar 5.44 Grafik Hubungan Efisiensi dan ξ Pada Sirip Berpenampang
Segiempat yang Luasnya Berubah Terhadap Posisi dan Nilai
Konduktivitas Berubah Terhadap Suhu yang Ditinjau Dalam
Penelitian .................................................................................. 96
Gambar 5.45 Perbandingan Grafik Hubungan Efisiensi dan ξ Pada Sirip
Berpenampang Segiempat yang Luasnya Berubah Terhadap
Posisi dan Nilai Konduktivitas Berubah Terhadap Suhu yang
Ditinjau Dalam Penelitian dengan Sirip Silinder yang
Terdapat Pada Literatur ............................................................ 96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Nilai Konduktivitas Termal Berbagai Material ............................. 11
Tabel 2.2 Nilai Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi ............................... 14
Tabel 2.3 Nilai Konstanta C dan n Untuk Bentuk Silinder ........................... 18
Tabel 2.4 Nilai Konstanta C dan n pada Benda dengan Bentuk Penampang
Bukan Lingkaran ........................................................................... 19
Tabel 4.1 Persamaan Konduktivitas Termal Bahan Fungsi Suhu ................. 51
Tabel 5.1 Nilai Laju Aliran Kalor untuk Variasi Koefisien Perpindahan
Kalor Konveksi dari Waktu ke Waktu .......................................... 58
Tabel 5.2 Nilai Efisiensi untuk Variasi Koefisien Perpindahan Kalor
Konveksi dari Waktu ke Waktu .................................................... 59
Tabel 5.3 Nilai Efektivitas untuk Variasi Koefisien Perpindahan Kalor
Konveksi dari Waktu ke Waktu .................................................... 60
Tabel 5.4 Nilai Laju Aliran Kalor, Efisiensi, dan Efektivitas untuk Variasi
Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi Saat Keadaan Tunak ...... 62
Tabel 5.5 Nilai Laju Aliran Kalor untuk Variasi Material Bahan Sirip dari
Waktu ke Waktu ............................................................................ 69
Tabel 5.6 Nilai Efisiensi untuk Variasi Material Bahan Sirip dari Waktu ke
Waktu ............................................................................................ 70
Tabel 5.7 Nilai Efektivitas untuk Variasi Material Bahan Sirip dari Waktu
ke Waktu ....................................................................................... 71
Tabel 5.8 Nilai Laju Aliran Kalor, Efisiensi, dan Efektivitas untuk Variasi
Material Bahan Sirip Saat Keadaan Tunak ................................... 72
Tabel 5.9 Nilai Laju Aliran Kalor untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip
dari Waktu ke Waktu..................................................................... 79
Tabel 5.10 Nilai Efisiensi untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip dari Waktu
ke Waktu ....................................................................................... 80
Tabel 5.11 Nilai Efektivitas untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip dari Waktu
ke Waktu ....................................................................................... 81
Tabel 5.12 Nilai Laju Aliran Kalor, Efisiensi, dan Efektivitas untuk Variasi
Sudut Kemiringan Sirip Saat Keadaan Tunak............................... 82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxii
Tabel 5.13 Perbandingan Nilai Efisiensi Pada Sirip yang Ditinjau Dalam
Penelitian dengan Sirip Silinder yang terdapat Dalam Buku
Cengel (1998) ................................................................................ 97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam era globalisasi saat ini perkembangan di bidang teknologi sangatlah
berkembang pesat dan salah satunya dalam dunia industri. Perkembangan dalam
dunia industri erat kaitannya dengan kinerja mesin, dan faktor efisiensi serta
efektivitas mesin yang baik sangatlah diperlukan dalam perkembangan dunia
industri. Suatu mesin yang beroperasi akan menghasilkan kalor, dan bila kalor yang
dihasilkan tersebut berlebihan maka performa mesin tidaklah sempurna. Terdapat
banyak hal yang dapat dilakukan guna mendapatkan kinerja mesin yang maksimal.
Salah satunya adalah dengan diperlukannya proses membuang sebagian kalor yang
dihasilkan oleh mesin, atau bisa disebut dengan proses pendinginan. Ada berbagai
cara untuk mendinginkan, dan untuk menghasilkan proses pendinginan yang cepat
dapat menggunakan sirip.
Sirip merupakan suatu bagian yang biasanya terdapat pada system
pendingin. Sirip digunakan untuk memperluas permukaan benda, sehingga
mempercepat perpindahan kalor ke lingkungan. Melalui hal itu, sirip banyak
digunakan pada peralatan yang memiliki suhu kerja yang tinggi. Dikarenakan
penelitian mengenai sirip sangat sedikit dilakukan dan terdapat banyak faktor yang
membuat penelitian tentang sirip ini menjadi sangat sulit dilakukan, antara lain
dalam keterbatasan dalam menghitung tiap perubahan suhu yang terjadi dengan
akurat karena terjadi pada waktu yang sangat cepat maka hanya sedikit pula
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pengetahuan tentang distribusi suhu pada sirip terlebih untuk menentukan efisiensi
dan distribusi suhunya. Berdasarkan itu semua, penulis mencoba memecahkan
masalah ini dengan mencari distribusi suhu pada sirip dengan pendekatan
kesetimbangan energi.
Penelitian ini membahas proses perpindahan kalor pada sirip dengan variasi
nilai koefisien perpindahan kalor konveksi maupun konduksi, serta pengaruhnya
terhadap perubahan suhu, berubah terhadap posisi, serta efektivitas sirip pada
keadaan tak tunak. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
komputasi dengan menggunakan simulasi Microsoft Excel. Penyelesaian model
matematika yang sesuai untuk persoalan tersebut diatas relatif lebih kompleks bila
dibandingkan dengan model matematika yang diperlukan untuk menyelesaikan
persoalan pada sirip keadaan tak tunak, dengan nilai k sebagai fungsi temperatur.
Selain itu, penelitian tentang sirip hingga saat ini belum terlalu banyak
dilakukan. Hal itu bisa saja dikarenakan adanya keterbatasan sarana dalam
menghitung distribusi suhu sirip secara akurat pada waktu yang relatif cepat. Serta
masih minimnya pengetahuan mengenai rumus-rumus maupun cara untuk
menghitung distribusi suhu, efisiensi, dan juga efektivitas sirip. Sumber-sumber
referensi baik buku maupun literatur yang sudah ada pun hanya menampilkan cara
maupun rumus menghitung distribusi suhu, efisiensi, dan efektivitas yang terbatas
hanya pada sirip dengan bentuk yang sederhana. Berdasarkan hal tersebut, maka
melalui penelitian ini penulis mencoba memecahkan persoalan untuk mencari
distribusi suhu, efisiensi, dan juga efektivitas suatu sirip.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
1.2 Rumusan Masalah
Perhitungan efisiensi dan efektivitas pada sirip dengan luas penampang
yang berubah terhadap posisi serta berubah sesuai fungsi temperatur tidaklah
mudah. Untuk bentuk sirip dengan luas penampang tetap, dapat dibantu dengan
rumus ataupun grafik yang sudah tersedia di buku-buku referensi. Bagaimanakah
perhitungan laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas untuk sirip dengan bentuk
penampang segiempat yang luas penampangnya berubah terhadap posisi serta
konduktivitas termalnya memiliki fungsi temperatur pada kasus satu dimensi
keadaan tak tunak?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan (a) untuk mengetahui pengaruh nilai koefisien
perpindahan kalor konveksi (h) terhadap efisiensi dan efektivitas sirip untuk kasus
1 dimensi, keadaan tak tunak dengan luas penampang segiempat yang berubah
terhadap posisi. (b) Untuk mengetahui pengaruh besarnya sudut kemiringan sirip
terhadap efisiensi dan efektivitas sirip untuk kasus 1 dimensi, keadaan tak tunak
dengan luas penampang segiempat yang berubah terhadap posisi. (c) Serta untuk
mengetahui pengaruh bahan terhadap efisiensi dan efektivitas sirip untuk kasus 1
dimensi, keadaan tak tunak dengan luas penampang segiempat yang berubah
terhadap posisi.
1.4 Batasan Masalah
Sirip dengan penampang segiempat yang luasnya berubah terhadap posisi
memiliki kondisi awal berupa suhu yang seragam di setiap volume kontrol atau
titiknya, setara dengan suhu pada dasar sirip, yang ditetapkan memiliki suhu sebesar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
100oC. Sirip dengan penampang segiempat yang luasnya berubah terhadap posisi
dengan nilai konduktivitas termal k ini dikondisikan pada lingkungan yang baru
dan memiliki suhu fluida T∞ dengan nilai koefisien perpindahan kalor konveksi h
dan dalam keadaan tak tunak (unsteady state) atau suhunya selalu berubah dari
waktu ke waktu. Suhu fluida dan koefisien perpindahan kalor diasumsikan memiliki
nilai yang tetap dari waktu ke waktu. Masalah yang akan dipecahkan dalam
penelitian ini adalah distribusi suhu pada setiap node sirip, jumlah kalor yang
dilepas oleh setiap node sirip, efisiensi sirip, dan efektivitas sirip dari waktu ke
waktu untuk variasi-variasi sirip yaitu (1) koefisien perpindahan kalor konveksi, (2)
sudut kemiringan sirip, dan (3) jenis material bahan pada sirip.
1.4.1 Benda Uji
Geometri dari benda uji berupa sirip dengan penampang segiempat yang
luasnya berubah terhadap posisi disajikan dalam Gambar 1.1.
Gambar 1.1 Geometri Benda Uji
x
T∞, h
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Keterangan Gambar 1.1 :
Tb : suhu dasar sirip, oC
T∞ : suhu fluida, oC
L : panjang sirip, m
α : sudut kemiringan sirip
s : panjang sisi dasar sirip, m
1.4.2 Model Matematika
Model matematikanya berupa persamaan diferensial parsial, yang
diturunkan dari keseimbangan energi volume kontrol yang berada di dalam benda:
𝜕
𝜕𝑥[𝑘. 𝐴𝑐.
𝜕𝑇(𝑥,𝑡)
𝜕𝑥] − ℎ.
𝑑𝐴𝑠
𝑑𝑥. (𝑇𝑥 − 𝑇∞) = 𝜌. 𝑐.
𝑑𝑉
𝑑𝑥.
𝜕𝑇(𝑥,𝑡)
𝜕𝑡0 < 𝑥 < 𝐿, 𝑡 > 0 …... (1.1)
1.4.3 Kondisi Awal
Kondisi awal sirip memiliki suhu yang seragam dan merata sebesar T = Ti
dan memiliki persamaan kondisi awal seperti Persamaan (1.2).
T (x,t) = T (x,0) = Ti ; 0 < x < L, t = 0 ………………………………… (1.2)
1.4.4 Kondisi Batas
Penelitian ini memiliki dua kondisi batas yang ditentukan yaitu kondisi
batas pada ujung sirip dan kondisi batas pada dasar sirip. Kondisi tersebut
dinyatakan dalam Persamaan (1.3) dan Persamaan (1.4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.4.4.1 Kondisi Batas Dasar Sirip
Kondisi batas dasar sirip memiliki suhu yang dipertahankan tetap dari waktu
ke waktu sebesar Tb.
T(x,t) = T(0,t) = Tb ; x = 0 , t ………………………………………… (1.3)
1.4.4.2 Kondisi Batas Ujung Sirip
Kondisi batas ujung sirip yang langsung bersentuhan dengan fluida
mengalami perpindahan kalor secara konveksi dengan fluida sekitar.
h As (T∞ - T(x,t)) + h Asi (T∞ - T(x,t))kA∆𝑇(𝑥,𝑡)
∆𝑥 = 𝜌 c
𝑑𝑉
𝑑𝑥 ∆𝑇(𝑥,𝑡)
𝜕𝑡 ; x=L,
t ≥ 0 …………………………………………………………………... (1.4)
Pada Persamaan (1.3) dan Persamaan (1.4) :
T(x,t) = suhu sirip pada posisi x, pada saat t, 0C
Ti = suhu awal sirip, 0C
T∞ = suhu dasar sirip, 0C
As = luas selimut sirip, m2
1.4.5 Asumsi
Asumsi-asumsi yang diambil pada penelitian ini :
a. Temperatur fluida dan nilai koefisien perpindahan kalor konveksi h di sekitar
sirip diasumsikan seragam dan tetap.
b. Tidak terjadi perubahan bentuk sirip (tidak mengalami penyusutan ataupun
mengalami pembesaran atau pemuaian).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
c. Massa jenis dan kalor jenis diasumsikan seragam dan tidak berubah terhadap
waktu, sedangkan nilai konduktivitas termal bahan (k) berubah terhadap
fungsi suhu atau temperatur.
d. Tidak ada pembangkitan energi dari dalam sirip.
e. Kondisi sirip dalam keadaan tak tunak.
f. Perpindahan kalor konduksi di dalam sirip terjadi hanya dalam satu arah, arah
x.
g. Penelitian yang dilakukan hanya terbatas dengan menggunakan metode
numerik dan tidak dilakukan dengan metode analitis dan eksperimen
dikarenakan adanya keterbatasan sarana dan keterbatasan waktu.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat-
manfaat antara lain:
a. Hasil penelitian dapat dipergunakan sebagai referensi bagi penulis maupun
pihak lain yang ingin meneliti dengan lebih dalam mengenai proses atau cara
mengetahui efektivitas dan efisiensi pada suatu sirip dengan bentuk yang
kompleks.
b. Hasil penelitian dapat dipergunakan untuk menambah kasanah kepustakaan di
perpustakaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Perpindahan Panas
Panas adalah suatu bentuk energi yang dapat berpindah dari satu sistem ke
sistem yang lain karena adanya perbedaan temperatur. Perpindahan panas adalah
suatu ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya
perbedaan suhu di antara benda atau material. Ilmu perpindahan kalor tidak hanya
mencoba menjelaskan bagaimana energi kalor itu berpindah dari satu benda ke
benda lain, tetapi juga dapat meramalkan laju perpindahan yang terjadi pada
kondisi-kondisi tertentu. Yang membedakan antara ilmu perpindahan kalor dan
ilmu termodinamika adalah masalah laju perpindahan. Termodinamika membahas
sistem dalam kesetimbangan, ilmu ini dapat digunakan untuk meramalkan energi
yang diperluan untuk mengubah sistem dari suatu keadaan seimbang ke keadaan
seimbang lain, tetapi tidak dapat meramalkan kecepatan perpindahan itu. Hal itu
disebabkan karena pada waktu proses perpindahan itu berlangsung, sistem berada
dalam keadaan tidak seimbang. Ilmu perpindahan kalor melengkapi hukum
pertama dan kedua termodinamika yaitu dengan memberikan beberapa kaidah
percobaan yang dapat dimanfaatkan untuk menentukan perpindahan energi. Jenis-
jenis perpindahan panas antara lain adalah (1) perpindahan panas secara konduksi,
(2) perpindaan panas secara konveksi, dan (3) perpindahan panas secara radiasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
2.2 Perpindahan Panas Konduksi
Konduksi adalah proses perpindahan panas melalui benda padat dari satu
bagian ke bagian yang lain dengan perubahan temperatur sebagai parameternya
tanpa diikuti oleh perpindahan partikelnya, dan disertai perpindahan energi kinetik
dari setiap molekulnya. Perpindahan panas konduksi ini dapat terjadi apabila ada
media rambat yang bersifat diam.
Gambar 2.1 Perpindahan Panas Konduksi
(Sumber: Marcellus Ruben Winastwan, 2016)
Persamaan perpindahan panas secara konduksi menurut Fourier dinyatakan
dengan Persamaan (2.1).
q = kA ΔT
Δx = kA
T1−T2
Δx …………………………………….…. (2.1)
Pada Persamaan (2.1) :
q : laju perpindahan panas konduksi, W
k : konduktivitas termal bahan, W/moC
A : luas penampang tegak lurus terhadap arah rambatan panas, m2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
ΔT : perbedaan suhu antara titik perpindahan panas, oC
Δx : jarak antara titik perpindahan panas, m
Tanda minus pada persamaan perpindahan panas secara konduksi tersebut
dimaksudkan agar persamaan di atas memenuhi hukum termodinamika, yaitu
panas akan mengalir dari suhu yang tinggi ke suhu yang rendah.
2.3 Konduktivitas Termal Material
Konduktivitas termal bahan k bukanlah sebuah konstanta yang selalu
bernilai konstan, tetapi nilai konduktivitas termal bahan ini dapat berubah sesuai
fungsi temperatur. Walaupun berubah sesuai fungsi temperatur, dalam
kenyataannya perubahannya sangat kecil sehingga diabaikan. Selain itu, nilai
konduktivitas termal menunjukkan berapa cepat panas mengalir dalam bahan
tertentu. Bahan yang memiliki nilai konduktivitas termal tinggi dinamakan
konduktor dan bahan yang memiliki nilai konduktivitas termal rendah dinamakan
isolator. Dapat dikatakan bahwa konduktivitas termal bahan merupakan suatu
besaran intensif material yang menunjukkan kemampuan material menghantarkan
panas. Nilai konduktivitas termal beberapa bahan dapat dilihat pada Tabel 2.1
untuk memperlihatkan urutan besaran yang mungkin didapatkan dalam praktek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Tabel 2.1 Nilai Konduktivitas Termal Berbagai Material
Bahan Konduktivitas Termal k
W/m°C BTU/(hr.ft.̊F)
Logam
Perak (murni) 410 237
Tembaga (murni) 385 223
Alumunium (murni) 202 117
Nikel (murni) 93 54
Besi (murni) 73 42
Baja Karbon, 1% C 43 25
Timbal (murni) 35 20,3
Baja Krom-Nikel (18%Cr, 8% Ni) 16,3 9,4
Bukan Logam
Kuarsa (sejajar sumbu) 41,6 24
Magnesit 4,15 2,4
Batu Pasir 1,83 1,06
Kaca, jendela 0,78 0,45
Kayu maple atau ek 0,17 0,096
Serbuk gergaji 0,059 0,034
Wol kaca 0,038 0,022
Zat Cair
Air raksa 8,21 4,74
Air 0,556 0,327
Amonia 0,540 0,312
Minyak lumas, SAE 50 0,147 0,085
Freon 12, CCl2F2 0,073 0,04
Gas
Hidrogen 0,175 0,101
Helium 0,141 0,081
Udara 0,024 0,0139
Uap air (jenuh) 0,0206 0,0119
Karbondioksida 0,0146 0,00844
Modus lainnya adalah energi dapat berpindah sebagai getaran dalam
struktur kisi-kisi bahan. Namun pada umumnya perpindahan energi melalui
getaran ini tidaklah sebanyak dengan cara angkutan elektron. Karena itu,
penghantar listrik yang baik selalu merupakan penghantar panas yang baik pula,
seperti tembaga, alumunium, dan perak. Sebaliknya, isolator listrik yang baik
merupakan isolator kalor pula.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Pada suhu tinggi, perpindahan energi pada bahan isolator seperti kaca,
jendela, atau wol kaca berlangsung dalam beberapa cara : konduksi melalui bahan
berongga atau padat; konduksi melalui udara yang terkurung dalam rongga-
rongga; dan jika suhu cukup tinggi, melalui radiasi.
2.4 Perpindahan Panas Konveksi
Konveksi adalah proses perpindahan panas dengan kerja gabungan dari
konduksi panas, penyimpanan energi, gerakan mencampur oleh fluida cair atau
gas. Gerakan fluida merupakan hasil dari perbedaan massa jenis dikarenakan
perbedaan termperatur. Awalnya perpindahan panas konveksi diawali dengan
mengalirnya panas secara konduksi dari permukaan benda padat ke partikel-
partikel fluida yang berbatasan dengan permukaan benda padat tersebut, yang
diikuti dengan perpindahan partikelnya ke arah partikel yang memiliki energi dan
temperatur yang lebih rendah dan hasilnya, partikel-partikel fluida tersebut akan
bercampur.
Gambar 2.2 Perpindahan Panas Konveksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Persamaan perpindahan panas secara konveksi dinyatakan dengan Persamaan
(2.2)
qkonv = h As (Tw - T∞) ……………………………………… (2.2)
Pada Persamaan (2.2) :
qkonv : laju perpindahan panas konveksi, W
h : koefisien perpindahan kalor konveksi, W/m2oC
As : luas permukaan yang bersentuhan dengan fluida, m2
Tw : suhu permukaan benda yang bersentuhan dengan fluida, oC
T∞ : suhu fluida di sekitar benda, oC
Di sini laju perpindahan kalor dihubungkan dengan beda suhu menyeluruh
antara dinding dan fluida, dan luas permukaan. Perhitungan analitis atas h dapat
dilakukan dengan beberapa sistem. Untuk situasi yang rumit, h harus ditentukan
dengan percobaan. Koefisien perpindahan kalor konveksi kadang-kadang disebut
konduktans film (film conductance) karena hubungannya dengan proses konduksi
pada lapisan fluida diam yang tipis pada muka dinding.
Perpindahan kalor konveksi bergantung pada viskositas fluida di samping
ketergantungannya kepada sifat-sifat termal fluida itu (konduktivitas termal, kalor
spesifik, densitas). Hal ini dapat dimengerti karena viskositas mempengaruhi
profil kecepatan, dan karena itu, mempengaruhi laju perpindahan energi di daerah
dinding. Nilai kira-kira koefisien perpindahan kalor konveksi ditunjukkan pada
Tabel 2.2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Tabel 2.2 Nilai Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi (J.P Holman, halaman 12)
Menurut cara menggerakkan alirannya, konveksi diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu (1) konveksi bebas (free convection) dan (2) konveksi paksa (forced
convection).
2.4.1 Konveksi Bebas
Konveksi bebas terjadi dikarenakan adanya perbedaan massa jenis yang
disebabkan oleh perbedaan temperatur. Misalkan ada sebuah benda di sambung
dalam suatu fluida yang suhunya lebih tinggi atau lebih rendah daripada suhu
benda tersebut. Akibat adanya perbedaan suhu, panas mengalir di antara benda
sehingga fluida yang berada dekat benda mengalami perubahan rapat massa.
Perbedaan rapat massa ini akan menimbulkan arus konveksi. Fluida dengan rapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
massa yang lebih kecil akan mengalir ke atas sedangkan fluida dengan rapat
massa yang lebih besar akan turun ke bawah. Jika gerakan fluida ini terjadi hanya
disebabkan adanya perbedaan rapat massa akibat adanya perbedaan suhu, maka
mekanisme perpindahan panas seperti inilah yang disebut konveksi bebas.
Untuk menghitung besarnya perpindahan panas konveksi bebas, perlu
diketahui terlebih dahulu koefisien perpindahan panas konveksi (h) dengan
memanfaatkan bilangan Nusselt. Untuk mencari besarnya bilangan Nusselt, perlu
diketahui terlebih dahulu besar bilangan Rayleigh.
2.4.1.1 Bilangan Rayleigh (Ra)
Bilangan Rayleigh (Ra) dapat dicari dengan menggunakan Persamaan
(2.3)
Ra = Gr Pr = gβ(Ts−T∞)ὁ
v2
2
Pr ................................................................ (2.3)
Dimana β = 1
Tf dan Tf =
Ts−T∞
2
Pada Persamaan (2.3) :
Pr : bilangan Prandtl
Gr : bilangan Grashof
g : percepatan gravitasi, m/s2
ὁ : panjang karakteristik, untuk dinding vertikal ὁ = L, m
Ts : suhu dinding, K
T∞ : suhu fluida, K
Tf : suhu film, K
v : viskositas kinematik, m2/detik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2.4.1.2 Bilangan Nusselt (Nu)
Bilangan Nusselt (Nu) untuk konveksi bebas dapat diperoleh dengan
menggunakan Persamaan (2.4).
Untuk Ra < 1012
Nu = 0,60 + (0,387 Ra1/6
(1+(0,559/Pr)9/16)8/27)
2
………………………………………. (2.4)
Dari bilangan Nusselt (Nu), dapat diperoleh nilai koefisien perpindahan
kalor konveksi.
Nu = h ὁ
k atau h =
Nu k
ὁ ………………………………………………… (2.5)
Pada Persamaan (2.5) :
Nu : bilangan Nusselt
k : konduktivitas termal fluida, W/moC
h : koefisien perpindahan kalor konveksi, W/m2oC
2.4.2 Konveksi Paksa
Konveksi paksa merupakan proses perpindahan panas konveksi yang
ditandai dengan adanya flluida yang bergerak disebabkan oleh alat bantu seperti
kipas dan pompa. Koefisien perpindahan panas ini lebih besar dibandingkan
dengan konveksi bebas sehingga proses pendinginan berlangsung lebih cepat.
Untuk menghitung laju perpindahan panas konveksi (h), dapat dihitung
menggunakan bilangan Nusselt. Bilangan Nusselt dapat dicari dengan
menggunakan Bilangan Reynold. Bilangan Nusselt yang dipilih harus sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
dengan aliran fluidanya, karena bilangan Nusselt untuk setiap aliran fluida
berbeda-beda.
2.4.2.1 Aliran Laminer
Syarat aliran laminar adalah Rex < 5 x 105 dan Bilangan Reynold dapat
dicari dengan menggunakan Persamaan (2.6).
Rex = ρ U∞ L
µ ..…………………………………………………………..(2.6)
Untuk persamaan Nusselt dengan x=0 sampai dengan x=L :
Nu = h L
kf = 0,644 ReL
1/2Pr1/3 …………………………………….……...(2.7)
2.4.2.2 Aliran Turbulen
Syarat aliran turbulen adalah 5 x 105 < Rex < 107 dan persamaan Nusselt
dengan x=0 sampai dengan x=L.
Nu = h L
kf = 0,037 ReL
4/5Pr1/3 ………………………………………….. (2.8)
2.4.2.3 Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi Paksa
Untuk berbagai geometri benda, koefisien perpindahan panas rata-rata
dapat dihitung dengan Persamaan (2.9).
h L
kf = C(
U∞ L
vf)
n
Pr1/3………………………………………………….. (2.9)
Pada Persamaan (2.6) hingga Persamaan (2.9)
Re : bilangan Reynold
Nu : bilangan Nusselt
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Pr : bilangan Prandtl
vf : viskositas kinematik fluida, m2/detik
L : panjang dinding, m
U∞ : kecepatan aliran fluida, m/s
µ : viskositas dinamik, kg/ms
ρ : massa jenis fluida, kg/m3
kf : konduktivitas termal fluida, W/moC
h : koefisien perpindahan kalor konveksi fluida, W/m2C
Dengan besar konstanta C dan n sesuai dengan tertera pada Tabel (2.3)
Tabel 2.3 Nilai Konstanta C dan n Untuk Bentuk Silinder (Sumber: J.P Holman,
1995, Hal 268)
Re C N
0,4 – 4 0,989 0,330
4 – 40 0,911 0,385
40 – 4000 0,683 0,466
400 – 40.000 0,193 0,618
40.000 – 400.000 0,0266 0,805
Sedangkan untuk mengetahui koefisien perpindahan kalor konveksi paksa
dari silinder yang tidak bundar, nilai konstanta C dan n ditentukan pada Tabel
(2.4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Tabel 2.4 Nilai Konstanta C dan n pada Benda dengan Bentuk Penampang Bukan
Lingkaran (Sumber: J.P Holman, 1995, Hal 271)
2.5 Perpindahan Panas Radiasi
Radiasi merupakan proses perpindahan panas tanpa melalui molekul
perantara. Proses perpindahan panas ini terjadi melalui perambatan gelombang
elektromagnetik. Semua benda memancarkan radiasi secara terus menerus
tergantung pada suhu dan sifat permukaannya. Energi radiasi bergerak dengan
kecepatan 3x108 m/s.
Radiasi ini biasanya dalam bentuk Gelombang Elektromagnetik (GEM)
yang berasal dari matahari. Sinar Gelombang Elektromagnetik tersebut dibedakan
berdasarkan panjang gelombang dari frekuensinya. Semakin besar panjang
gelombang semakin kecil frekuensinya. Energi radiasinya tergantung dari
besarnya frekuensi dalam arti semakin besar frekuensi, semakin besar energi
radiasinya. Sinar Gamma adalah gelombang elektromagnetik dan sinar radioaktif
dengan energi radiasi terbesar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Dalam kasus ini, terdapat hal yang disebut dengan radiasi benda hitam,
yang memaparkan bahwa semakin hitam benda tersebut, maka energi radiasi yang
dipaparkannya juga semakin besar. Oleh karena itu, warna hitam dikatakan
sempurna menyerap panas, sedangkan warna putih mampu memantulkan panas
atau cahaya dengan sempurna sehingga emisivitas bahan (kemampuan menyerap
panas) untuk warna hitam ialah e = 1.
q = ε σ A (T14-T2
4) …………..……………………………………… (2.10)
Pada Persamaan (2.10) :
q : laju perpindahan panas radiasi, W
ε : emisivitas bahan
σ : konstanta Stefan Boltzmann (5,67x10-8), W2/m2K4
A : luas permukaan benda, m2
T1 : suhu mutlak, K
T2 : suhu fluida, K
2.6 Sirip
Sirip adalah piranti yang berfungsi untuk mempercepat laju perpindahan
panas dengan cara memperluas luas permukaan benda. Ketika suatu benda
mengalami perpindahan panas secara konveksi, maka laju perpindahan panas dari
benda tersebut dapat dipercepat dengan cara memasang sirip sehingga luas
permukaan benda semakin luas dan pendinginannya semakin cepat. Berbagai jenis
muka sirip dapat dilihat pada Gambar 2.5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Gambar 2.3 Berbagai Jenis Bentuk Sirip
(Sumber: Y. A. Cengel)
Manfaat sirip yang maksimum tidak didapatkan berdasarkan panjang
sebuah sirip. Namun, efisiensi maksimum suatu sirip bisa didapatkan dari
kuantitas material sirip (massa, volume, atau biaya), dan proses memaksimumkan
ini jelas mempunyai arti ekonomi. Perlu dicatat pula bahwa sirip yang dipasang
pada muka perpindahan kalor tidak selalu mengakibatkan peningkatan laju
perpindahan kalor. Jika nilai h, koefisien konveksi, besar sebagaimana pada fluida
berkecepatan tinggi atau zat cair mendidih, maka sirip dapat mengakibatkan
berkurangnya perpindahan kalor. Hal ini disebabkan karena dibandingkan dengan
tahanan konveksi, tahanan konduksi merupakan halangan yang lebih besar
terhadap aliran kalor.
2.7 Laju Perpindahan Panas
Laju perpindahan panas merupakan jumlah panas yang dilepas oleh sirip.
Laju aliran panas yang dilepas sirip sesungguhnya dinyatakan dengan qaktual dan
laju aliran panas maksimum dinyatakan dengan qmaks. Panas maksimal dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
terjadi jika seluruh permukaan sirip memiliki sushu yang sama dengan suhu dasar
sirip. Besar perpindahan panas dapat diketahui dengan Persamaan (2.11).
q=∑ 𝑞𝑖ni=1 …………………………………………………………….(2.11)
q = ∑ ℎ(Asi(Ti −ni=1 T∞))
Pada persamaan (2.11):
q = laju perpindahan panas, W
h = koefisien perpindahan kalor konveksi bahan, W/m2oC
n = jumlah volume control pada sirip
Asi = luas permukaan sirip yang bersentuhan dengan fluida di posisi i, m2
Ti = suhu permukaan sirip pada volume kontrol i, oC
T∞ = suhu fluida di sekitar sirip, oC
2.8 Efisiensi Sirip
Efisiensi sirip dapat dihitung melalui perbandingan antara banyaknya kalor
yang dilepas dengan banyaknya kalor yang dipindahkan jika seluruh sirip suhunya
sama dengan suhu dasar sirip dan dapat dinyatakan dengan Persamaan (2.12).
η = ∑ qi𝑛
𝑖=1
ℎ𝐴𝑠𝑓(𝑇𝑏−T∞) =
∑ hAsi (𝑇𝑖−𝑇∞)𝑛𝑖=1
ℎ𝐴𝑠𝑓(𝑇𝑏−T∞) ………………………………….. (2.12)
Pada Persamaan (2.12) :
η : efisiensi sirip
h : koefisien perpindahan kalor konveksi, W/m2oC
n : jumlah volume kontrol
Asi : luas permukaan sirip yang bersentuhan dengan fluida, m2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Asf : luas permukaan seluruh sirip yang bersentuhan dengan fluida, m2
Ti : suhu permukaan sirip pada volume control i, oC
T∞ : suhu fluida di sekitar sirip, oC
Tb : suhu dasar sirip, oC
2.9 Efektivitas Sirip
Efektivitas sirip merupakan perbandingan antara panas yang dilepas sirip
sesungguhnya dengan panas yang dilepas seandainya tidak ada sirip atau tanpa
sirip dan dapat dinyatakan dengan Persamaan (2.13)
ε = ∑ qi𝑛
𝑖=1
ℎ𝐴𝑐0(𝑇𝑏−T∞) =
∑ hAsi (𝑇𝑖−𝑇∞)𝑛𝑖=1
ℎ𝐴𝑐0(𝑇𝑏−T∞) ……………………...……………(2.13)
Pada persamaan (2.13) :
ε : efektivitas sirip
h : koefisien perpindahan kalor konveksi, W/m2oC
Asi : luas permukaan sirip yang bersentuhan dengan fluida, m2
Ac0 : luas penampang pada dasar sirip, m2
Tsi : suhu sirip pada volume kontrol ke i, oC
T∞ : suhu fluida di sekitar sirip, oC
Tb : suhu dasar sirip, oC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
2.10 Tinjauan Pustaka
Firmansyah, B. (2009) melakukan penelitian perpindahan panas pada
perangkat elektronik, tepatnya dalam penggunaan water-block pada pendingin
CPU. Penelitian ini menggunakan data input yang berbeda pada sirip yang
digunakan. Nilai distribusi temperatur yang diperoleh pun berbeda-beda baik pada
tanpa sirip, panjang sirip yang kecil, sedang, maupun yang panjang di setiap node
maupun elemennya. Penelitian tersebut memberikan hasil bahwa besar maupun
kecilnya pendinginan temperatur disebabkan karena beda panjang sirip, walaupun
memiliki koefisien konveksi yang sama di setiap analisa. Kesimpulan yang
diperoleh pun water block CPU yang menggunakan sirip lebih panjang memiliki
nilai perpindahan kalor yang lebih baik dibanding yang menggunakan sirip lebih
pendek.
Supriyono (2005) melakukan penelitian perpindahan energi dari bagian
bersuhu tinggi ke bagian bersuhu rendah. Proses perhitungan yang digunakan
dalam perpindahan panas tidak hanya dilakukan melalui pengamatan langsung,
namun juga melalui perhitungan numeris. Dalam menggunakan perhitungan
numeris, para peneliti maupun praktisi saat ini banyak yang masih menggunakan
metode beda hingga. Salah satu metode penyelesaian yang saat ini sedang
dikembangkan adalah penggunaan metode elemen hingga. Dengan menggunakan
metode elemen hingga, ada banyak domain yang mampu terselesaikan, tidak
hanya segi empat, segi tiga, ataupun segi lima. Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa dengan menggunakan metode elemen hingga perhitungan perubahan panas
akan lebih sedikit dibandingkan dengan menggunakan metode beda hingga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Perangkat lunak yang dibangun juga dapat untuk menghitung perambatan panas
untuk banyak elemen seberapapun.
Miriam, Sarah (2011) melakukan penelitian dan membuat suatu program
yang dapat melakukan komputasi distribusi suhu pada suatu sistem yang dalam
keadaan tunak. Bentuk geometri sistem yang dipilih adalah penurunan persamaan
perpindahan panas. Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis, program
komputasi distribusi suhu yang dirancang menggunakan metode LSOR, melalui
pendekatan beda hingga, dalam bahasa MATLAB, telah berhasil dirancang dan
dapat berfungsi dengan semestinya. Secara umum, tingkat ketelitian dari program
komputasi ini dapat dikatakan cukup tinggi. Hasil keluaran dari program ini
divisualisasikan oleh MATLAB dalam grafik kontur dan grafik dua dimensi yang
berwarna. Perbedaan derajat panas ditunjukkan oleh perbedaan warna pada grafik.
Novianarenti, Eky (2016) melakukan penelitian guna mengetahui
karakteristik aliran dan perpindahan panas diluar pipa yang mengalir secara
crossflow. Salah satunya adalah dengan melakukan modifiasi susunan pipa pada
daerah surface condenser untuk mengurangi gaya dinamik akibat tumbukan aliran
fluida di jajaran pipa kritis dengan tidak mengurangi tujuan dari desain sebuah
surface condenser yaitu untuk mengembunkan exhaust steam menjadi air murni
sehingga mungkin kembali ke generator uap sebagai boiler feed water. Dan
didapatkan penggunaan device berupa rectangular plate yang ditambahkan di
daerah kritis pada tube banks condenser yang tersusun staggered memiliki
pengaruh terhadap karakteristik perpindahan panas. Hal tersebut dikarenakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
adanya peningkatan kecepatan di daerah sekitar tube tersebut dan berkontribusi
terhadap penurunan tekanan.
Istanto, Tri dan Juwana, Wibawa Edra (2010) melakukan penelitian dan
menguji karakteristik perpindahan panas dan penurunan tekanan dari susunan
sirip-sirip pin silinder tirus dalam saluran udara segiempat. Sirip-sirip pin disusun
secara segaris dan selang-seling. Temperatur rata-rata permukaan plat dasar dijaga
konstan sebesar 60oC. Sirip-sirip pin terbuat dari bahan duralumin dengan tinggi
75 mm, diameter dasar dan dimeter ujung berturut-turut 12,7 mm dan 7 mm, dan
jarak antar titik pusat sitip dalam arah melintang aliran udara. Penghitungan laju
perpindahan panas menunjukan bahwa susunan segaris dan selang-seling dari sirip
pin silinder tirus menyebabkan peningkatan perpindahan panas relatif terhadap
permukaan halus (tanpa sirip).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
BAB III
PERSAMAAN DISKRIT DI SETIAP VOLUME KONTROL
3.1 Kesetimbangan Energi Pada Volume Kontrol
Sirip dengan penampang segiempat yang luasnya berubah terhadap posisi
memiliki kondisi awal berupa suhu yang seragam disetiap posisi atau titiknya,
yang sama dengan suhu pada dasar siripnya, yang diterapkan memiliki suhu
sebesar Ti = Tb =100oC. Sirip dengan penampang segiempat yang luasnya berubah
terhadap posisi dengan nilai konduktivitas termal k=k(T) ini dikondisikan pada
lingkungan yang baru yang memiliki suhu fluida T∞ dengan nilai koefisien
perpindahan kalor konveksi (h) yang tetap dan merata dari waktu ke waktu.
Penyelesaian persoalan ini dengan metode komputasi, dilakukan dengan membagi
benda sirip menjadi elemen-elemen kecil yang dinamakan dengan volume kontrol.
Kesetimbangan energi yang terjadi pada volume kontrol dipergunakan untuk
mendapatkan suhu di setiap posisi sirip.
Gambar 3.1 Kesetimbangan Energi Pada Volume Kontrol Sirip
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Kesetimbangan energi pada volume kontrol (Gambar 3.1) dapat
dinyatakan dalam bentuk persamaan, seperti yang tertera pada Persamaan (3.1).
Ein – Eout - Eq= Es .................................................................................. (3.1)
Untuk Eq = 0, persamaan dapat dinyatakan dengan:
(Ein – Eout) = Es .................................................................................... (3.2)
Untuk Eout = 0, persamaan dapat dinyatakan dengan:
(Ein) = (Es) ............................................................................................. (3.3)
Keterangan:
Ein : jumlah energi yang masuk ke volume kontrol dalam selang waktu ∆t
Eout : jumlah energi yang keluar dari volume kontrol dalam selang waktu ∆t
Es : jumlah energi yang tersimpan di dalam volume kontrol dalam selang
waktu ∆t
Eq : energi yang dibangkitkan dalam volume kontrol dalam selang waktu ∆t
Gambar 3.2 Kesetimbangan Energi Pada Volume Kontrol Sirip
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
3.2 Penerapan Metode Numerik Pada Persoalan
Langkah yang harus dilakukan untuk menyelesaikan persoalan distribusi
suhu pada sirip adalah dengan cara membagi benda uji, dalam hal ini adalah sirip,
ke dalam elemen-elemen kecil yang disebut volume kontrol yang memiliki
volume kontrolnya sebesar Δx. Pada Gambar 3.3, disajikan gambar sirip yang
dibagi menjadi banyak elemen kecil yang disebut dengan volume kontrol.
Gambar 3.3 Pembagian Sirip Menjadi Banyak Volume Kontrol Dalam Sirip
(Sumber: Marcellus Ruben Winastwan, 2016)
Dalam penelitian ini, sirip dibagi ke dalam 100 elemen kecil atau volume
kontrol. Untuk mendapatkan hasil yang presisi dan akurat, benda uji dapat dibagi
menjadi elemen-elemen yang lebih kecil. Semakin banyak pembagian volume
kontrolnya atau semakin kecil tebal setiap volume kontrolnya, maka distribusi
suhu yang dapat diketahui dari benda uji semakin presisi dan akurat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
3.2.1 Persamaan Numerik Untuk Volume Kontrol di Dasar Sirip
Suhu dasar sirip merupakan suhu pada volume kontrol di dasar sirip,
dimana suhu dasar sirip sudah diketahui dari persoalan yang diberikan, yaitu
sebesar Tb.
Gambar 3.4 Kesetimbangan Energi Pada Volume Kontrol yang Terletak di Dasar
(Sumber: Marcellus Ruben Winastwan, 2016)
Suhu pada volume kontrol untuk i =1 atau yang terletak pada batas kiri
atau pada dasar sirip (T1) ditentukan oleh Persamaan (3.4)
T (x,t) = T (0,t) = Tb, sehingga Tin+1 = Tb ............................................. (3.4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
3.2.2 Penurunan Persamaan Numerik untuk Volume Kontrol di Posisi
Antara Dasar Sirip dengan Ujung Sirip
Kesetimbangan energi untuk volume kontrol yang terletak di antara dasar
sirip dan ujung sirip disajikan dalam gambar seperti Gambar 3.5
Gambar 3.5 Kesetimbangan Energi pada Volume Kontrol yang Terletak Antara
Dasar Sirip dan Ujung Sirip
(Sumber: Marcellus Ruben Winastwan, 2016)
Kesetimbangan energi pada volume kontrol dapat dinyatakan dalam Persamaan
(3.5)
n
i
qi1
m c 𝛥𝑇
𝛥𝑡 = ρ Vi c
𝑇𝑖𝑛+1− 𝑇𝑖
𝑛
Δt ........................... (3.5)
Pada Persamaan (3.5) :
n
i
qi1
iqi
3
1
= q1 + q2 + q3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Pada Persamaan (3.5) :
q1 = 𝑘𝑖−1/2𝑛 Ai-1/2
𝑇𝑖−1𝑛 −𝑇𝑖
𝑛
𝛥𝑥
q2 = 𝑘𝑖+1/2𝑛 Ai+1/2
𝑇𝑖+1𝑛 −𝑇𝑖
𝑛
𝛥𝑥
q3 = h Asi (T∞-Tin)
m = ρ Vi
Keterangan:
q1 : perpindahan kalor konduksi dari volume kontrol i-1 ke volume kontrol i, W
q2 : perpindahan kalor konduksi dari volume kontrol i+1 ke volume kontrol i, W
q3 : perpindahan kalor konveksi dari fluida ke permukaan volume kontrol i, W
m : massa sirip, kg
ρ : massa jenis bahan sirip, kg/m3
Vi : volume kontrol sirip pada posisi i, m3
Diperoleh
iqi
3
1
= m c 𝛥𝑇
𝛥𝑡 = ρ Vi c
𝑇𝑖𝑛+1− 𝑇𝑖
𝑛
𝛥𝑡 =
𝑘𝑖−1/2𝑛 Ai-1/2
𝑇𝑖−1𝑛 −𝑇𝑖
𝑛
𝛥𝑥 + 𝑘𝑖+1/2
𝑛 Ai+1/2 𝑇𝑖+1
𝑛 −𝑇𝑖𝑛
𝛥𝑥 + h Asi (T∞-Ti
n)
= ρ Vi c 𝑇𝑖
𝑛+1− 𝑇𝑖𝑛
𝛥𝑡 ................................................................................. (3.6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Jika Persamaan (3.6) dikali dengan Δx, maka akan diperoleh Persamaan (3.7)
Tin+1 – Ti
n = ∆𝑡
𝜌𝑐∆𝑥𝑉𝑖[𝑘𝑖−1/2
𝑛 . 𝐴𝑖−1/2(𝑇𝑖−1𝑛 − 𝑇𝑖
𝑛) + 𝑘𝑖+1/2𝑛 . 𝐴𝑖+1/2(𝑇𝑖+1
𝑛 − 𝑇𝑖𝑛) +
ℎ𝐴𝑠𝑖∆𝑥(𝑇∞ − 𝑇𝑖𝑛)]……...……………………………………………………. (3.7)
Dengan memindahkan ruas ke sebelah kanan sedemikian rupa, maka dapat
diketahui nilai Tin+1 seperti yang tertera pada Persamaan (3.8)
Tin+1=
∆𝑡
𝜌𝑐∆𝑥𝑉𝑖[𝑘𝑖−1/2
𝑛 . 𝐴𝑖−1/2(𝑇𝑖−1𝑛 − 𝑇𝑖
𝑛) + 𝑘𝑖+1/2𝑛 . 𝐴𝑖+1/2(𝑇𝑖+1
𝑛 − 𝑇𝑖𝑛) +
ℎ𝐴𝑠𝑖∆𝑥(𝑇∞ − 𝑇𝑖𝑛)]+ Ti
n …………………………………………………….... (3.8)
Dari Persamaan (3.8) dapat dicari nilai Tin+1 dengan cara memindahkan ruas
sedemikian rupa dari Persamaan (3.8) sehingga diperoleh unsur yang terdapat
Tin+1 dalam ruas yang berbeda seperti yang terlihat pada Persamaan (3.9).
Tin+1=
∆𝑡
𝜌𝑐∆𝑥𝑉𝑖[𝑘𝑖−1/2
𝑛 . 𝐴𝑖−1/2(𝑇𝑖−1𝑛 ) − 𝑘
𝑖−1
2
𝑛 . 𝐴𝑖−
1
2
(𝑇𝑖𝑛) + 𝑘
𝑖+1
2
𝑛 . 𝐴𝑖+
1
2
(𝑇𝑖+1𝑛 ) −
𝑘𝑖+
1
2
𝑛 . 𝐴𝑖+
1
2
(𝑇𝑖𝑛) + ℎ𝐴𝑠𝑖∆𝑥(𝑇∞) − ℎ𝐴𝑠𝑖∆𝑥(𝑇𝑖
𝑛)]+ Tin ……………………….... (3.9)
Nilai ∆𝑡
𝜌𝑐∆𝑥𝑉𝑖 yang berada di ruas kanan Persamaan (3.9) dikalikan ke dalam nilai
masing-masing suhu dan dengan mengelompokkan nilai tiap-tiap suhu terkhusus
Tin maka akan menghasilkan Persamaan (3.10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Tin+1=⌈{
∆𝑡
𝜌𝑐∆𝑥𝑉𝑖 (𝑘𝑖−1/2
𝑛 . 𝐴𝑖−1/2)} (𝑇𝑖−1𝑛 ) − {(−1) + ((
∆𝑡
𝜌𝑐∆𝑥𝑉𝑖) (𝑘
𝑖−1
2
𝑛 . 𝐴𝑖−
1
2
+
𝑘𝑖+
1
2
𝑛 . 𝐴𝑖+
1
2
+ ℎ𝐴𝑠𝑖∆𝑥))} (𝑇𝑖𝑛) + {
∆𝑡
𝜌𝑐∆𝑥𝑉𝑖(𝑘
𝑖+1
2
𝑛 . 𝐴𝑖+
1
2
)} (𝑇𝑖+1𝑛 ) +
{∆𝑡
𝜌𝑐∆𝑥𝑉𝑖(ℎ𝐴𝑠𝑖∆𝑥)} (𝑇∞)⌉ ................................................................................. (3.10)
Syarat Stabilitas Persamaan (3.9) dapat dicari dengan cara sebagai berikut:
-{(−1) + ((∆𝑡
𝜌𝑐∆𝑥𝑉𝑖) (𝑘
𝑖−1
2
𝑛 . 𝐴𝑖−
1
2
+ 𝑘𝑖+
1
2
𝑛 . 𝐴𝑖+
1
2
+ ℎ𝐴𝑠𝑖∆𝑥))} ≥ 0 ………….... (3.11)
1-{(∆𝑡
𝜌𝑐∆𝑥𝑉𝑖) (𝑘
𝑖−1
2
𝑛 . 𝐴𝑖−
1
2
+ 𝑘𝑖+
1
2
𝑛 . 𝐴𝑖+
1
2
+ ℎ𝐴𝑠𝑖∆𝑥)} ≥ 0 ……………………… (3.12)
-{(∆𝑡
𝜌𝑐∆𝑥𝑉𝑖) (𝑘
𝑖−1
2
𝑛 . 𝐴𝑖−
1
2
+ 𝑘𝑖+
1
2
𝑛 . 𝐴𝑖+
1
2
+ ℎ𝐴𝑠𝑖∆𝑥)} ≥ -1 ………………………. (3.13)
{(∆𝑡
𝜌𝑐∆𝑥𝑉𝑖) (𝑘
𝑖−1
2
𝑛 . 𝐴𝑖−
1
2
+ 𝑘𝑖+
1
2
𝑛 . 𝐴𝑖+
1
2
+ ℎ𝐴𝑠𝑖∆𝑥)} ≥ 1 ………………………… (3.14)
∆𝑡≤ 𝜌𝑐∆𝑥𝑉𝑖
(𝑘𝑖−
12
𝑛 .𝐴𝑖−
12
+𝑘𝑖+
12
𝑛 .𝐴𝑖+
12
+ℎ𝐴𝑠𝑖∆𝑥)
……………………………………………... (3.15)
Syarat stabilitas pada Persamaan (3.15) merupakan syarat yang
menentukan besarnya selang waktu ∆t dari n ke n+1 dalam Persamaan (3.9). Jika
∆t lebih kecil daripada syarat stabilitas, maka hasil atau data yang didapat semakin
akurat, tetapi jika ∆t lebih besar dari syarat stabilitas, maka hasilnya tidak masuk
akal (hasilnya tidak konvergen).
Keterangan :
𝑇𝑖𝑛+1 : suhu pada volume kontrol di posisi i, pada saat n+1, oC
𝑇𝑖−1𝑛 : suhu pada volume kontrol di posisi i-1, pada saat n, oC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
𝑇𝑖+1𝑛 : suhu pada volume kontrol di posisi i+1, pada saat n, oC
𝑇𝑖𝑛 : suhu pada volume kontrol di posisi i, pada saat n, oC
T∞ : suhu fluida di sekitar sirip, oC
Δt : selang waktu, detik
Δx : tebal volume kontrol, m
𝑘𝑖−1/2 : nilai konduktifitas termal bahan sirip pada posisi i-1/2, W/m2oC
𝑘𝑖+1/2 : nilai konduktifitas termal bahan sirip pada posisi i+1/2, W/m2oC
h : koefisien perpindahan kalor konveksi sirip, W/m2oC
Vi : volume dari volume kontrol sirip pada posisi i, m3
Ai+1/2 : luas penampang dari volume kontrol sirip pada posisi i+1/2, m2
Ai-1/2 : luas penampang dari volume kontrol sirip pada posisi i-1/2, m2
Asi : luas selimut dari volume kontrol sirip pada posisi i, m2
ρ : massa jenis bahan sirip, kg/m3
c : kalor jenis bahan sirip, J/kgoC
3.2.3 Penurunan Persamaan Numerik untuk Volume Kontrol di Posisi Ujung
Sirip
Kesetimbangan energi pada volume kontrol di posisi ujung sirip disajikan
seperti Gambar 3.6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Gambar 3.6 Kesetimbangan Energi Pada Volume Kontrol yang terletak di Ujung
Sirip
Kesetimbangan energi pada volume kontrol dapat dinyatakan seperti Persamaan
(3.16).
iqn
i
1
= m c 𝛥𝑇
𝛥𝑡 = ρ c Vi
𝑇𝑖𝑛+1− 𝑇𝑖
𝑛
𝛥𝑡 ......................................................... (3.16)
Pada Persamaan (3.16)
n
i
qi1
iqi
1
= q1 + q2 + q3
Pada Persamaan (3.16)
q1 = 𝑘𝑖−1/2𝑛 Ai-1/2
𝑇𝑖−1𝑛 −𝑇𝑖
𝑛
𝛥𝑥
q2 = h Ai (T∞-Tin)
q3 = h Asi (T∞-Tin)
m = ρ Vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Keterangan :
q1 : perpindahan kalor konduksi dari volume kontrol i-1 ke volume kontrol i, W
q2 : perpindahan kalor konveksi yang keluar melalui penampang ujung sirip, W
q3 : perpindahan kalor konveksi yang keluar melalui selimut ujung sirip, W
m : massa sirip, kg
ρ : massa jenis bahan sirip, kg/m3
Vi : volume kontrol pada ujung sirip, m3
Diperoleh
iqn
i
1
= m c 𝛥𝑇
𝛥𝑡 = ρ V c
𝑇𝑖𝑛+1− 𝑇𝑖
𝑛
𝛥𝑡
𝑘𝑖−1/2𝑛 Ai-1/2
𝑇𝑖−1𝑛 −𝑇𝑖
𝑛
𝛥𝑥 + h Ai (T∞-Ti
n) + h Asi (T∞-Tin)
= ρ Vi c 𝑇𝑖
𝑛+1−𝑇𝑖𝑛
𝛥𝑡 …………………………………………………….. (3.17)
Jika Persamaan (3.17) dikali dengan Δx, maka akan diperoleh Persamaan (3.18)
𝑘𝑖−1/2𝑛 𝐴
𝑖−1
2
(𝑇𝑖−1𝑛 − 𝑇𝑖
𝑛) + ℎ Δ𝑥 𝐴𝑖( 𝑇∞𝑛 − 𝑇𝑖
𝑛) + h Δ𝑥 𝐴𝑠𝑖 (𝑇∞𝑛 −
𝑇𝑖𝑛) = 𝜌 𝑐 𝑉𝑖 ∆𝑥 [
𝑇𝑖𝑛+1−𝑇𝑖
𝑛
Δt] ........................................................................ (3.18)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Dari Persamaan (3.18) dapat dicari nilai 𝑇𝑖𝑛+1 dengan cara memindahkan ruas
sedemikian rupa dari Persamaan (3.18) sehingga diperoleh unsur 𝑇𝑖𝑛+1 dalam ruas
yang berbeda seperti yang terlihat pada Persamaan (3.19).
𝑇𝑖𝑛+1 = (
Δ𝑡
𝜌 𝑐 𝑉𝑖 ∆𝑥) [𝑘𝑖−1/2
𝑛 𝐴𝑖−
1
2
(𝑇𝑖−1𝑛 − 𝑇𝑖
𝑛) + ℎ Δ𝑥 𝐴𝑖( 𝑇∞ − 𝑇𝑖𝑛) +
h Δ𝑥 𝐴𝑠𝑖( 𝑇∞ − 𝑇𝑖𝑛) ] + 𝑇𝑖
𝑛 .........................................................................
(3.19)
Persamaan (3.19) merupakan persamaan yang digunakan untuk menentukan nilai
suhu pada node yang terletak di ujung bagian sirip. Untuk mengetahui nilai
𝑇𝑖𝑛+1 yang lebih jelas Persamaan (3.19) dapat diuraikan kembali menjadi
Persamaan (3.20).
Tin+1=(
∆𝑡
𝜌𝑐∆𝑥𝑉𝑖) [𝑘𝑖−1/2
𝑛 . 𝐴𝑖−1/2(𝑇𝑖−1𝑛 ) − 𝑘
𝑖−1
2
𝑛 . 𝐴𝑖−
1
2
(𝑇𝑖𝑛) + ℎ𝐴𝑠𝑖∆𝑥(𝑇∞ ) −
ℎ𝐴𝑠𝑖∆𝑥(𝑇𝑖𝑛) + ℎ𝐴𝑠𝑖∆𝑥(𝑇∞ ) − ℎ𝐴𝑠𝑖∆𝑥(𝑇𝑖
𝑛)] + 𝑇𝑖𝑛 ………………………... (3.20)
Nilai ∆𝑡
𝜌𝑐∆𝑥𝑉𝑖 yang berada di ruas kanan Persamaan (3.20) dikalikan ke dalam nilai
masing-masing suhu dan dengan mengelompokkan nilai tiap-tiap suhu terkhusus
Tin maka akan menghasilkan Persamaan (3.21).
Tin+1=[{
∆𝑡
𝜌𝑐∆𝑥𝑉𝑖(𝑘
𝑖−1
2
𝑛 . 𝐴𝑖−
1
2
)} (𝑇𝑖−1𝑛 ) − {(−1) + ((
∆𝑡
𝜌𝑐∆𝑥𝑉𝑖) (𝑘
𝑖−1
2
𝑛 . 𝐴𝑖−
1
2
+ ℎ𝐴𝑠𝑖∆𝑥 +
ℎ𝐴𝑠𝑖∆𝑥))} (𝑇𝑖𝑛) + {
∆𝑡
𝜌𝑐∆𝑥𝑉𝑖((ℎ𝐴𝑠𝑖∆𝑥 + ℎ𝐴𝑠𝑖∆𝑥))} (𝑇∞ )] ………………… (3.21)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Syarat stabilitas Persamaan (3.19) dapat dicari dengan cara sebagai berikut:
-{(−1) + ((∆𝑡
𝜌𝑐∆𝑥𝑉𝑖) (𝑘
𝑖−1
2
𝑛 . 𝐴𝑖−
1
2
+ ℎ𝐴𝑠𝑖∆𝑥 + ℎ𝐴𝑠𝑖∆𝑥))} ≥ 0 ………..……. (3.22)
1-{(∆𝑡
𝜌𝑐∆𝑥𝑉𝑖) (𝑘
𝑖−1
2
𝑛 . 𝐴𝑖−
1
2
+ ℎ𝐴𝑠𝑖∆𝑥 + ℎ𝐴𝑠𝑖∆𝑥)} ≥ 0 ……………………….... (3.23)
-{(∆𝑡
𝜌𝑐∆𝑥𝑉𝑖) (𝑘
𝑖−1
2
𝑛 . 𝐴𝑖−
1
2
+ ℎ𝐴𝑠𝑖∆𝑥 + ℎ𝐴𝑠𝑖∆𝑥)} ≥ -1……………………..…… (3.24)
{(∆𝑡
𝜌𝑐∆𝑥𝑉𝑖) (𝑘
𝑖−1
2
𝑛 . 𝐴𝑖−
1
2
+ ℎ𝐴𝑠𝑖∆𝑥 + ℎ𝐴𝑠𝑖∆𝑥)} ≤ 1……………………….…... (3.25)
∆𝑡≤ 𝜌𝑐∆𝑥𝑉𝑖
(𝑘𝑖−
12
𝑛 .𝐴𝑖−
12
+ℎ𝐴𝑠𝑖∆𝑥+ℎ𝐴𝑠𝑖∆𝑥)
………………………………….…………… (3.26)
Syarat stabilitas pada Persamaan (3.26) merupakan syarat yang menentukan
besarnya selang waktu ∆t dari n ke n+1 dalam Persamaan (3.20). Jika ∆t lebih
kecil daripada syarat stabilitas, maka hasil atau data yang didapat semakin akurat,
tetapi jika ∆t lebih besar dari syarat stabilitas, maka hasilnya tidak masuk akal
(atau tidak konvergen).
Keterangan :
𝑇𝑖𝑛+1 : suhu pada volume kontrol i, pada saat n+1, oC
𝑇𝑖−1𝑛 : suhu pada volume kontrol i-1, pada saat n, oC
𝑇𝑖𝑛 : suhu pada volume kontrol i, pada saat n, oC
T∞ : suhu fluida, oC
Δt : selang waktu, detik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Δx : tebal volume kontrol, m
ki-1/2 : konduktivitas termal sirip pada volume kontrol di posisi i-1/2, W/moC
h : koefisien perpindahan kalor konveksi, W/m2oC
Vi : volume dari volume kontrol di ujung sirip, m3
Ai-1/2 : luas penampang volume kontrol sirip pada posisi i-1/2, m2
Asi : luas selimut volume kontrol di ujung sirip, m2
𝐴𝑖 : luas penampang volume kontrol di ujung sirip, m2
ρ : massa jenis bahan sirip, kg/m3
c : kalor jenis bahan sirip, J/kgoC
3.3 Penerapan Rumus Dalam Persoalan
3.3.1 Mencari Sisi dan Luas Penampang Pada Sirip yang Luasnya Berubah
Terhadap Posisi
Untuk mencari luas volume kontrol pada sirip berpenampang segiempat
yang luasnya berubah terhadap posisi, dapat diselesaikan dengan melihat Gambar
3.7 serta melalui Persamaan (3.27).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Gambar 3.7 Volume Kontrol Pada Sirip
Pada Gambar 3.7, sisi yang panjangnya berubah terhadap posisi pada
setiap volume kontrol dapat diselesaikan dengan menggunakan Persamaan (3.27).
si+1/2 = si-1/2 – ( 2.a ) ………………………………………………... (3.27)
dengan :
a = tan α . Δx
Si-1/2 = Si-1/2 – (2.∆x.tgα) …………………………………………... (3.28)
Sehingga untuk mengetahui luas pada sirip berpenampang segiempat yang
luasnya berubah terhadap posisi dapat diketahui melalui Persamaan (3.29).
Ai-1/2 = si-1/2 x si-1/2 (dalam kasus sama sisi)
Ai+1/2 = si+1/2 x si-1/2 ...……………………………………………….... (3.29)
a
a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Keterangan :
Si-1/2 : panjang sisi penampang sirip segiempat pada posisi i-1/2, m
Si+1/2 : panjang sisi penampang sirip segiempat pada posisi i+1/2, m
Ai-1/2 : luas penampang sirip segiempat pada posisi i-1/2, m2
Ai+1/2 : luas penampang sirip segiempat pada posisi i+1/2, m2
α : kemiringan sudut sirip
a : panjang pengecilan sisi segiempat, m
Δx : tebal volume kontrol, m
3.3.2 Mencari Luas Selimut dari Volume Kontrol yang Luasnya Berubah
Terhadap Posisi
Untuk mendapatkan luas selimut sirip segiempat yang luasnya berubah
terhadap posisi dapat dicari dengan membedah bangun ruang sirip segiempat
seperti yang tertera pada Gambar 3.8. Pada Gambar 3.8, dapat dilihat bahwa sirip
segiempat yang luasnya berubah terhadap posisi memiliki 4 buah luasan
trapesium, sehingga untuk mencari luas selimut sirip segiempat yang luasnya
berubah terhadap posisi dapat dipecahkan melalui Persamaan (3.30).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Gambar 3.8 Luas Selimut yang Luasnya Berubah Terhadap Posisi
Asi = 4 x luas trapesium
Asi = 4 x (Si+Si+1)
2 x tinggi
Asi = 4 x (Si+Si+1)
2 x ∆x ................................................................. (3.30)
Keterangan :
Asi : luas selimut sirip segiempat yang luasnya berubah terhadap posisi, m2
Si : panjang sisi penampang sirip segiempat pada posisi i-1/2, m
Si+1 : panjang sisi penampang sirip segiempat pada posisi i+1/2, m
α : kemiringan sudut sirip
Δx : tebal volume kontrol, m
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Posisi volume kontrol pada node di pangkal sirip dan di ujung sirip
berbeda dengan di dalam sirip, karena di pangkal sirip dan di ujung sirip volume
kontrolnya hanya memiliki panjang ½ dari elemen pembagi (1/2 ∆x).
Luas permukaan volume kontrol untuk posisi i node pangkal sirip
dituliskan pada Persamaan (3.31) dan untuk posisi node di ujung sirip dituliskan
pada Persamaan (3.32).
Asi = 4 x (Si+Si+1/2)
2 x (∆x/2) …………………………………… (3.31)
Asi = Api + (4 x (Si−1/2+Si)
2 x (∆x/2)) …………………………… (3.32)
Pada Persamaan (3.31) dan (3.32):
Asi : luas selimut sirip segiempat yang luasnya berubah terhadap posisi, m2
Si : panjang sisi penampang sirip segiempat pada posisi i, m
Si+1/2 : panjang sisi penampang sirip segiempat pada posisi i+1/2, m
Si-1/2 : panjang sisi penampang sirip segiempat pada posisi i-1/2, m
Δx : tebal volume kontrol, m
3.3.3 Mencari Volume Pada Sirip yang Luasnya Berubah Terhadap Posisi
Untuk mencari volume dari volume kontrol dapat diselesaikan dengan
Persamaan (3.33).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Gambar 3.9 Volume Sirip Penampang Segiempat yang Luasnya Berubah
Terhadap Posisi
Vi = 𝛥𝑥
3 (si-1/2
2 + (si.si+1/2) +si+12) .......................................................... (3.33)
Keterangan :
Vi : volume dari volume sirip segi empat pada posisi i, m3
Si-1/2 : panjang sisi penampang sirip segi empat pada posisi i-1/2, m
Si+1/2 : panjang sisi penampang sirip segi empat pada posisi i+1/2, m
Δx : tebal dari volume kontrol, m
Posisi volume kontrol pada node di pangkal sirip dan di ujung sirip
berbeda dengan di dalam sirip, karena di pangkal sirip dan di ujung sirip volume
kontrolnya hanya memiliki panjang ½ dari elemen pembagi (1/2 ∆x).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Besar volume kontrol untuk posisi i di pangkal sirip dituliskan pada
Persamaan (3.34) dan untuk posisi node di ujung sirip dituliskan pada Persamaan
(3.35).
Vi = (
𝛥𝑥
2)
3 (si
2 + (si.si+1/2) +si+1/22) .......................................................... (3.34)
Vi = (
𝛥𝑥
2)
3 (si-1/2
2 + (si-1/2.si) +si2) ............................................................ (3.35)
Keterangan :
Vi : volume dari volume sirip segi empat pada posisi i, m3
Si-1/2 : panjang sisi penampang sirip segi empat pada posisi i-1/2, m
Si : panjang sisi penampang sirip segi empat pada posisi i, m
Si+1/2 : panjang sisi penampang sirip segi empat pada posisi i+1/2, m
Δx : tebal dari volume kontrol, m
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah sirip berpenampang segi empat sama sisi dengan
penampang yang luasnya berubah terhadap posisi dan dengan nilai konduktivitas
termal bahan yang berubah terhadap sumbu atau fungsi temperatur (k=k(T)).
Gambar dari sirip yang ditinjau dalam penelitian disajikan pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Obyek Penelitian
Keterangan untuk Gambar 4.1:
L : panjang sirip
Ukuran segi pada dasar sirip : 0,01 m x 0,01 m
Jumlah volume kontrol : 100 volume kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Dengan kondisi awal sirip : atau kondisi suhu sirip saat t=0
T (x,t) = T (x,0) = Ti ; 0 < x < L, t=0 dimana Ti merupakan suhu awal sirip
dan ditetapkan sebesar 100oC, bersifat merata.
Dengan kondisi batas :
Kondisi Batas Pada Dasar Sirip, atau pada posisi x=0
Kondisi dasar sirip dipertahankan pada suhu yang tetap dari waktu ke waktu,
sebesar Tb.
T (x,t) = T (0,t) = Tb ; x = 0, t > 0 dimana Tb merupakan suhu dasar sirip dan
ditetapkan sebesar 100oC (sama dengan suhu awal sirip = Ti).
Kondisi Batas Pada Ujung Sirip, atau pada posisi x=L.
Kondisi batas pada ujung sirip, seluruh permukaan pada volume kontrol pada
ujung sirip bersentuhan dengan fluida yang ada di sekitar sirip.
h Ap (T∞ - T(x,t)) + h As (T∞ - T(x,t)) – kA ∂T
∂x = ρ c V
∂T
∂x ; x = L, t > 0
Sedangkan suhu fluida lingkungan (T∞) di sekitar sirip ditetapkan sebesar 30oC,
merata dan dipertahankan tetap dari waktu ke waktu.
4.2 Alur Penelitian
Alur penelitian mengikuti alur penelitian seperti diagram alur yang tertera
pada Gambar 4.2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Gambar 4.2 Diagram Alur Penelitian
4.3 Alat Bantu Penelitian
Alat bantu penelitian yang digunakan selama proses penelitian ini terbagi
menjadi 2, yaitu perangat keras / hardware dan perangkat lunak / software, yang
dapat dirinci sebagai berikut :
a. Perangkat keras / hardware
Notebook Lenovo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
b. Perangkat lunak / software
Microsoft Office Word 2007
Microsoft Office Excel 2007
AutoCAD
Solidworks
4.4 Variasi Penelitian
Variasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dipaparkan sebagai
berikut:
a. Koefisien perpindahan kalor konveksi (h) : 50 W/m2oC, 150 W/m2oC, 250
W/m2oC, 350 W/m2oC, 500 W/m2oC, dengan bahan sirip dari Tembaga dengan
sudut kemiringan sirip (α) = 2o.
b. Sudut kemiringan sirip (α) yang digunakan dalam penelitian: 1,75o; 2o; 2,25o;
2,5o; dan 2,75o dengan bahan Tembaga dan nilai koefisien perpindahan kalor
konveksi h = 250W/m2oC.
c. Jenis material bahan sirip yang digunakan dalam penelitian : alumunium,
tembaga, besi, baja karbon, dan nikel, dengan koefisien perpindalahan kalor
konveksi (h) = 250W/m2oC, dan sudut kemiringan sirip (α ) = 2o. Karakteristik
dari bahan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 4.1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tabel 4.1 Persamaan Konduktivitas Termal Bahan Fungsi Suhu
Bahan ρ (kg/m3) c (J/kgoC) k=k(T)
Tembaga 8930 390 k(T) = 0,00002 (T2) - 0,0622 (T) + 385,66
Alumunium 2707 900 k(T) = 0,0004 (T2) – 0,0371 (T) + 205,44
Besi 7850 460 k(T) = 0,00004 (T2) – 0,0848 (T) + 75,644
Baja karbon 7833 450 k(T) = 0,00002 (T2) - 0,0454 (T) + 55,786
Nikel 8800 444 k(T) = 0,00006 (T2) - 0,1103 (T) + 92,602
4.5 Langkah-langkah Penelitian
Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode beda hingga cara eksplisit. Langkah-langkah yang
dilakukan untuk mendapatan hasil penelitian dengan menggunakan metode beda
hingga cara ekspisit dipaparkan sebagai berikut :
a. Benda uji dibagi menjadi elemen-elemen kecil yang dinamakan volume
kontrol. Volume control dari masing-masing elemen sirip memiliki suhu
yang seragam.
b. Menuliskan rumus persamaan numerik pada setiap volume control dengan
menggunakan metode beda hingga cara eksplisit, dengan memperhatikan
prinsip kesetimbangan energi.
c. Membuat program sesuai dengan bahasa pemrograman yang diperlukan.
d. Memasukkan data-data yang diperlukan untuk mengetahui distribusi suhu
sirip pada setiap volume kontrol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
e. Menghitung laju aliran kalor yang dilepas oleh setiap volume kontrol dan laju
aliran kalor total yang dilepas sirip.
f. Menghitung laju aliran kalor yang dilepas jika benda tidak dipasangi sirip.
g. Menghitung besarnya efisiensi dan efektivitas.
h. Memvariasikan sudut kemiringan sirip, koefisien konveksi h, dan jenis
material bahan sirip.
i. Membandingkan hubungan antara distribusi suhu dengan node atau volume
kontrol dari waktu ke waktu, laju aliran kalor terhadap waktu, efisiensi
terhadap waktu, dan efektivitas terhadap waktu dan pada saat keadaan tunak
dari setiap variasi ke dalam bentuk grafik dan kemudian dari grafik-grafik
tersebut dilakukan analisis pembahasan beserta kesimpulan dari penelitian
yang telah dilakukan.
4.6 Cara Pengambilan Data
Cara pengambilan data yang digunakan adalah dengan membuat program
terlebih dahulu. Setelah selesai membuat program, input program diberikan,
kemudian dieksekusi untuk mendapatkan data-data hasil perhitungan, yaitu
jumlah aliran kalor yang dilepas sirip, aliran kalor yang dilepas jika seluruh
permukaan sirip suhunya sama dengan suhu dasar sirip, dan aliran kalor yang
dilepas bila benda tidak dipasangi sirip untuk masing-masing variasi. Setelah itu
akan didapatkan nilai efektivitas dan efisiensi. Selanjutnya, hasil-hasil
perhitungan yang telah didapat dicatat untuk memperoleh data-data penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
4.7 Cara Pengolahan Data
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan pemrograman Microsoft
Office Excel akan didapatkan distribusi suhu pada setiap volume kontrol sirip.
Distribusi suhu pada setiap volume kontrol sirip tersebut kemudian diolah untuk
mendapatkan laju aliran kalor yang dilepas oleh setiap volume kontrol dari sirip
dan total laju aliran kalor sehingga didapatkan nilai efisiensi dan efektivitas. Data-
data tersebut kemudian diolah dengan memvariasikan nilai koefisien perpindahan
kalor h, sudut kemiringan, dan jenis bahan sirip. Kemudian tampilan data diubah
ke dalam bentuk grafik antara distribusi suhu terhadap volume kontrol, efisiensi
terhadap waktu, efektivitas terhadap waktu, dan laju aliran kalor terhadap waktu.
Dari grafik tersebut, dapat dilakukan analisis pembahasan beserta kesimpulan dari
penelitian yang telah dilakukan.
4.8 Cara Menyimpulan
Setelah pengolahan data, dilakukan pembahasan terhadap hasil penelitian.
Pembahasan yang dilakukan harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai di
dalam penelitian. Saat pembahasan dilakukan, perlu memperhatikan hasil-hasil
penelitian orang lain. Dari pembahasan yang telah dilakukan, akan diperoleh
kesimpulan yang merupakan jawaban dari tujuan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
BAB V
HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Perhitungan dan Pengolahan Data
5.1.1 Hasil Perhitungan untuk Variasi Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi
dari Waktu ke Waktu
Variasi koefisien perpindahan kalor konveksi (h) yang digunakan untuk
proses perhitungan laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas untuk sirip dengan
bentuk penampang segiempat yang luasnya berubah terhadap posisi pada kasus satu
dimensi keadaan tak tunak ini ditetapkan sebesar 50 W/m2oC, 150 W/m2oC, 250
W/m2oC, 350 W/m2oC, dan 500 W/m2oC. Untuk setiap variasi koefisien
perpindahan kalor konveksi (h), bahan sirip yang dipilih adalah tembaga dengan
panjang sisi dasar sirip ditetapkan 0,01 m, panjang sirip L ditetapkan sepanjang
0,099 m, dan sudut kemiringan sirip sebesar 2o.
Hasil perhitungan laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas untuk sirip
dengan bentuk penampang segiempat yang luasnya berubah terhadap posisi pada
kasus satu dimensi keadaan tak tunak ini dibuat ke dalam bentuk grafik. Grafik yang
dibuat dari hasil perhitungan adalah (1) distribusi suhu, (2) laju aliran kalor, (3)
efisiensi, dan (4) efektivitas dari waktu ke waktu (waktu yang dipilih dalam
penyajian grafik adalah 1 s, 20 s, 40 s, 60 s, 80 s, 100 s, dan 120 s) dan pada keadaan
tunak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
5.1.1.1 Distribusi Suhu untuk Variasi Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi
Dari Waktu ke Waktu
Hasil distribusi suhu pada sirip untuk variasi koefisien perpindahan kalor
konveksi pada saat t = 1, 20 s, 40 s, 60 s, 80 s, 100 s, dan 120 s disajikan pada
Gambar 5.1 hingga Gambar 5.7.
Gambar 5.1 Distribusi Suhu pada Sirip; Bahan Tembaga; Tb = 100oC; Ti = 100oC;
T∞ = 30oC; α = 2o; saat t = 1 s
Gambar 5.2 Distribusi Suhu pada Sirip; Bahan Tembaga; Tb = 100oC; Ti = 100oC;
T∞ = 30oC; α = 2o; saat t = 20 s
50
60
70
80
90
100
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Suhu (
oC
)
Volume Kontrol ke-i
h= 50 h(W/m2oC) h= 150 h(W/m2oC) h = 250 h(W/m2oC)
h = 350 h(W/m2oC) h = 500 h(W/m2oC)
0
20
40
60
80
100
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Suhu (
oC
)
Volume Kontrol ke-i
h = 50 h(W/m2oC) h = 150 h(W/m2oC) h = 250 h(W/m2oC)
h = 350 h(W/m2oC) h = 500h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Gambar 5.3 Distribusi Suhu pada Sirip; Bahan Tembaga; Tb = 100oC; Ti = 100oC;
T∞ = 30oC; α = 2o; saat t = 40 s
Gambar 5.4 Distribusi Suhu pada Sirip; Bahan Tembaga; Tb = 100oC; Ti = 100oC;
T∞ = 30oC; α = 2o; saat t = 60 s
0
20
40
60
80
100
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Suhu (
oC
)
Volume Kontrol ke-i
h = 50 h(W/m2oC) h = 150 h(W/m2oC) h = 250 h(W/m2oC)
h = 350 h(W/m2oC) h = 500h(W/m2oC)
0
20
40
60
80
100
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Suhu (
oC
)
Volume Kontrol ke-i
h = 50 h(W/m2oC) h = 150 h(W/m2oC) h = 250 h(W/m2oC)
h = 350 h(W/m2oC) h = 500h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Gambar 5.5 Distribusi Suhu pada Sirip; Bahan Tembaga; Tb = 100oC; Ti = 100oC;
T∞ = 30oC; α = 2o; saat t = 80 s
Gambar 5.6 Distribusi Suhu pada Sirip; Bahan Tembaga; Tb = 100oC; Ti = 100oC;
T∞ = 30oC; α = 2o; saat t = 100 s
0
20
40
60
80
100
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Suhu (
oC
)
Volume Kontrol ke-i
h = 50 h(W/m2oC) h = 150 h(W/m2oC) h = 250 h(W/m2oC)
h = 350 h(W/m2oC) h = 500h(W/m2oC)
0
20
40
60
80
100
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Suhu (
oC
)
Volume Kontrol ke-i
h = 50 h(W/m2oC) h = 150 h(W/m2oC) h = 250 h(W/m2oC)
h = 350 h(W/m2oC) h = 500h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Gambar 5.7 Distribusi Suhu pada Sirip; Bahan Tembaga; Tb = 100oC; Ti = 100oC;
T∞ = 30oC; α = 2o; saat t = 120 s
5.1.1.2 Laju Aliran Kalor untuk Variasi Koefisien Perpindahan Kalor
Konveksi dari Waktu ke Waktu
Nilai laju aliran kalor untuk setiap variasi koefisien perpindahan kalor
konveksi yang ditinjau pada t = 1 s, 20 s, 40 s, 60 s, 80 s, 100 s, dan 120 s disajikan
dalam Tabel 5.1, dan Gambar 5.8 menyajikan laju aliran kalor selama 120 menit
pertama.
Tabel 5.1 Nilai Laju Aliran Kalor untuk Variasi Koefisien Perpindahan Kalor
Konveksi Dari Waktu ke Waktu
h(W/m2oC) Laju Aliran Kalor (Watt)
1 20 40 60 80 100 120
50 8,981 8,303 8,129 8,088 8,078 8,076 8,075
150 26,512 21,363 20,492 20,359 20,338 20,335 20,335
250 43,484 31,259 29,885 29,748 29,735 29,733 29,733
350 59,914 44,188 37,634 37,532 37,526 37,525 37,525
500 83,574 58,876 49,443 47,393 47,392 47,392 47,392
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Suhu (
oC
)
Volume Kontrol ke-i
h = 50 h(W/m2oC) h = 150 h(W/m2oC) h = 250 h(W/m2oC)
h = 350 h(W/m2oC) h = 500h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Gambar 5.8 Nilai Laju Aliran Kalor dengan Variasi Koefisien Perpindahan Kalor
Konveksi dengan Bahan Tembaga; Tb = 100oC; Ti = 100oC; T∞ = 30oC; α=2o; dari
Waktu ke Waktu
5.1.1.3 Efisiensi untuk Variasi Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi Dari
Waktu ke Waktu
Nilai efisiensi untuk setiap variasi koefisien perpindahan kalor konveksi
pada t = 1 s, 20 s, 40 s, 60 s, 80 s, 100 s, dan 120s disajikan dalam Tabel 5.2, dan
Gambar 5.9 menyajikan efisiensi selama 120 detik pertama.
Tabel 5.2 Nilai Efisiensi untuk Variasi Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi
Dari Waktu ke Waktu
h(W/m2oC) Efisiensi Sirip
1 20 40 60 80 100 120
50 0,992 0,917 0,898 0,893 0,892 0,892 0,892
150 0,976 0,787 0,754 0,749 0,749 0,749 0,749
250 0,961 0,691 0,66 0,657 0,657 0,657 0,657
350 0,945 0,618 0,594 0,592 0,592 0,592 0,592
500 0,923 0,57 0,524 0,523 0,523 0,523 0,523
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Gambar 5.9 Nilai Efisiensi dengan Variasi Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi
dengan Bahan Tembaga; Tb = 100oC; Ti = 100oC; T∞ = 30oC; α = 2o; dari Waktu
ke Waktu
5.1.1.4 Efektivitas Sirip untuk Variasi Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi
Dari Waktu ke Waktu
Nilai efektivitas untuk setiap variasi koefisien perpindahan kalor konveksi
pada t = 1 s, 20 s, 40 s, 60 s, 80 s, 100 s, dan 120s disajikan dalam Tabel 5.3, dan
Gambar 5.10 menyajikan efektivitas sirip selama 120 detik pertama.
Tabel 5.3 Nilai Efektivitas Sirip untuk Variasi Koefisien Perpindahan Kalor
Konveksi Dari Waktu ke Waktu
h(W/m2oC) Efektivitas Sirip
1 20 40 60 80 100 120
50 25,659 23,722 23,225 23,108 23,080 23,074 23,072
150 25,250 20,346 19,516 19,389 19,370 19,367 19,366
250 24,848 17,862 17,077 16,999 16,991 16,990 16,990
350 24,455 15,995 15,361 15,319 15,317 15,316 15,316
500 23,878 14,565 13,555 13,541 13,540 13,540 13,540
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Gambar 5.10 Nilai Efektivitas dengan Variasi Koefisien Perpindahan Kalor
Konveksi dengan Bahan Tembaga; Tb = 100oC; Ti = 100oC; T∞ = 30oC; α = 2o;
dari Waktu ke Waktu
5.1.1.5 Distribusi Suhu, Laju Aliran Kalor, Efisiensi, dan Efektivitas untuk
Variasi Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi Pada Saat Keadaan
Tunak
Nilai distribusi suhu untuk setiap variasi koefisien perpindahan kalor
konveksi yang ditinjau pada saat keadaan tunak disajikan pada Gambar 5.11.
Sedangkan nilai laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas untuk setiap variasi
koefisien perpindahan kalor konveksi yang ditinjau pada saat keadaan tunak
disajikan dalam Tabel 5.4 dan berturut-turut pada Gambar 5.12, Gambar 5.13, dan
Gambar 5.14.
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Gambar 5.11 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Tembaga; Tb = 100oC; Ti =
100oC; T∞ = 30oC; α = 2o; pada saat tunak
Tabel 5.4 Nilai Laju Aliran Kalor, Efisiensi, dan Efektivitas untuk Variasi
Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi Saat Keadaan Tunak
Keadaan Tunak
h(W/m2oC) QAktual (W) Efisiensi Efektivitas
50 8,075 0,892 23,072
150 20,334 0,749 19,367
250 29,733 0,657 16,99
350 37,525 0,592 15,317
500 47,392 0,523 13,54
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Suhu (
oC
)
Volume Kontrol ke-i
h = 50 h(W/m2oC) h = 150 h(W/m2oC) h = 250 h(W/m2oC)
h = 350 h(W/m2oC) h = 500h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Gambar 5.12 Nilai Laju Aliran Kalor dengan Variasi Koefisien Perpindahan Kalor
Konveksi dengan Bahan Tembaga; Tb = 100oC; Ti = 100oC; T∞ = 30oC; α=2o;
Saat Keadaan Tunak
Gambar 5.13 Nilai Efisiensi dengan Variasi Koefisien Perpindahan Kalor
Konveksi dengan Bahan Tembaga; Tb = 100oC; Ti = 100oC; T∞ = 30oC; α=2o;
Saat Keadaan Tunak
8,075
20,335
29,733
37,525
47,392
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Laj
u A
lira
n K
alo
r (W
)
Nilai h
h = 50 h(W/m2oC) h = 150 h(W/m2oC) h = 250 h(W/m2oC)
h = 350 h(W/m2oC) h = 500 h(W/m2oC)
0,892
0,749
0,6570,592
0,523
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1
Efi
sien
si S
irip
Nilai h
h = 50 h(W/m2oC) h = 150 h(W/m2oC) h = 250 h(W/m2oC)
h = 350 h(W/m2oC) h = 500 h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Gambar 5.14 Nilai Efektivitas dengan Variasi Koefisien Perpindahan Kalor
Konveksi dengan Bahan Tembaga; Tb = 100oC; Ti = 100oC; T∞ = 30oC; α=2o;
Saat Keadaan Tunak
5.1.2 Hasil Perhitungan untuk Variasi Material Bahan Sirip Dari Waktu ke
Waktu dan Saat Keadaan Tunak
Variasi material bahan sirip yang digunakan untuk proses perhitungan laju
aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas untuk sirip dengan bentuk penampang
segiempat yang luasnya berubah terhadap posisi pada kasus satu dimensi keadaan
tak tunak ini adalah alumunium, baja karbon, besi, nikel, tembaga. Untuk setiap
variasi material bahan sirip, nilai koefisien perpindahan kalor konveksi h ditetapkan
sebesar 250 W/m2oC, sudut kemiringan sirip ditetapkan 2oC, panjang sisi dasar sirip
ditetapkan 0,01 m, dan panjang sirip L ditetapkan sepanjang 0,099 m.
Hasil perhitungan laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas untuk sirip
dengan bentuk penampang segiempat yang luasnya berubah terhadap posisi pada
kasus satu dimensi keadaan tak tunak ini dibuat ke dalam bentuk grafik. Grafik yang
dibuat dari hasil perhitungan adalah (1) distribusi suhu, (2) laju aliran kalor, (3)
23,072
19,366
16,99015,316
13,540
0
5
10
15
20
25
Efe
kti
vit
as S
irip
Nilai h
h = 50 h(W/m2oC) h = 150 h(W/m2oC) h = 250 h(W/m2oC)
h = 350 h(W/m2oC) h = 500 h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
h(W/m2oC)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
efisiensi, dan (4) efektivitas dari waktu ke waktu (waktu yang dipilih untuk
menampilkan hasil perhitungan adalah 1 s, 20 s, 40 s, 60 s, 80 s, 100 s, dan 120 s).
5.1.2.1 Distribusi Suhu untuk Variasi Material Bahan Sirip dari Waktu ke
Waktu
Hasil distribusi suhu untuk variasi material bahan sirip dari waktu ke waktu
pada saat t = 1 s, 20 s, 40 s, 60 s, 80 s, 100 s, dan 120 s disajikan pada Gambar 5.15
hingga Gambar 5.21.
Gambar 5.15 Distribusi Suhu Pada Sirip; h = 250 W/m2oC; Tb = 100oC; Ti =
100oC; T∞ = 30 oC; α = 2o saat t = 1 s
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
0 20 40 60 80 100
Suhu (
oC
)
Volume Kontrol ke-i
Alumunium
Baja Karbon
Besi
Nikel
Tembaga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Gambar 5.16 Distribusi Suhu Pada Sirip; h = 250 W/m2oC; Tb = 100oC; Ti =
100oC; T∞ = 30 oC; α = 2o saat t = 20 s
Gambar 5.17 Distribusi Suhu Pada Sirip; h = 250 W/m2oC; Tb = 100oC; Ti =
100oC; T∞ = 30 oC; α = 2o saat t = 40 s
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 20 40 60 80 100
Suhu (
oC
)
Volume Kontrol ke-i
Alumunium
Baja Karbon
Besi
Nikel
Tembaga
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 20 40 60 80 100
Suhu (
oC
)
Volume Kontrol ke-i
Alumunium
Baja Karbon
Besi
Nikel
Tembaga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Gambar 5.18 Distribusi Suhu Pada Sirip; h = 250 W/m2oC; Tb = 100oC; Ti =
100oC; T∞ = 30 oC; α = 2o saat t = 60 s
Gambar 5.19 Distribusi Suhu Pada Sirip; h = 250 W/m2oC; Tb = 100oC; Ti =
100oC; T∞ = 30 oC; α = 2o saat t = 80 s
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 20 40 60 80 100
Suhu (
oC
)
Volume Kontrol ke-i
Alumunium
Baja Karbon
Besi
Nikel
Tembaga
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 20 40 60 80 100
Suhu (
oC
)
Volume Kontrol ke-i
Alumunium
Baja Karbon
Besi
Nikel
Tembaga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Gambar 5.20 Distribusi Suhu Pada Sirip; h = 250 W/m2oC; Tb = 100oC; Ti =
100oC; T∞ = 30 oC; α = 2o saat t = 100 s
Gambar 5.21 Distribusi Suhu Pada Sirip; h = 250 W/m2oC; Tb = 100oC; Ti =
100oC; T∞ = 30 oC; α = 2o saat t = 120 s
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 20 40 60 80 100
Suhu (
oC
)
Volume Kontrol ke-i
Alumunium
Baja Karbon
Besi
Nikel
Tembaga
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 20 40 60 80 100
Suhu (
oC
)
Volume Kontrol ke-i
Alumunium
Baja Karbon
Besi
Nikel
Tembaga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
5.1.2.2 Laju Aliran Kalor untuk Variasi Material Bahan Sirip Dari Waktu ke
Waktu
Nilai laju aliran kalor untuk setiap variasi material bahan sirip selama 120
detik pertama disajikan pada Gambar 5.22, dan Tabel 5.5 hanya menyajikan laju
aliran kalor pada saat t = 1 s, 20 s, 40 s, 60 s, 80 s, 100 s, dan 120 s.
Tabel 5.5 Nilai Laju Aliran Kalor untuk Variasi Material Bahan Sirip dari Waktu
ke Waktu
Bahan Laju Aliran Kalor Pada Saat t (Watt)
1 20 40 60 80 100 120
Alumunium 42,731 28,153 24,735 24,395 24,383 24,382 24,382
Baja Karbon 43,404 23,678 17,064 14,957 14,281 14,065 13,995
Besi 43,456 24,571 18,435 16,555 15,977 15,734 15,616
Nikel 43,594 25,859 19,859 17,949 17,340 17,146 17,084
Tembaga 43,484 33,259 30,285 29,748 29,735 29,733 29,733
Gambar 5.22 Nilai Laju Aliran Kalor dengan Variasi Material Bahan Sirip dengan
h = 250 W/m2oC; Tb = 100oC; Ti = 100oC; T∞ = 30 oC; α = 2o dari Waktu ke
Waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
5.1.2.3 Efisiensi untuk Variasi Material Bahan Sirip Dari Waktu ke Waktu
Nilai efisiensi untuk setiap variasi material bahan sirip pada saat t = 1 s, 20
s, 40 s, 60 s, 80 s, 100 s, dan 120 s disajikan pada Tabel 5.6, dan Gambar 5.23
menyajikan nilai efisiensi selama 120 detik pertama.
Tabel 5.6 Nilai Efisiensi untuk Variasi Material Bahan Sirip dari Waktu ke Waktu
Bahan Efisiensi Sirip
1 20 40 60 80 100 120
Alumunium 0,944 0,608 0,542 0,539 0,539 0,539 0,539
Baja Karbon 0,959 0,523 0,377 0,330 0,315 0,311 0,309
Besi 0,960 0,543 0,407 0,366 0,353 0,350 0,345
Nikel 0,963 0,571 0,439 0,397 0,383 0,379 0,377
Tembaga 0,961 0,705 0,660 0,657 0,657 0,657 0,657
Gambar 5.23 Nilai Efisiensi dengan Variasi Material Bahan Sirip dengan h = 250
W/m2oC; Tb = 100oC; Ti = 100oC; T∞ = 30 oC; α = 2o dari Waktu ke Waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
5.1.2.4 Efektivitas untuk Variasi Material Bahan Sirip Dari Waktu ke Waktu
Nilai efektivitas untuk setiap variasi material bahan sirip pada saat t = 1 s,
20 s, 40 s, 60 s, 80 s, 100 s, dan 120 s disajikan pada Tabel 5.7, dan Gambar 5.24
menyajikan efektivitas sirip selama 120 detik pertama..
Tabel 5.7 Nilai Efektivitas untuk Variasi Material Bahan Sirip dari Waktu ke
Waktu
Bahan Efektivitas Sirip
1 20 40 60 80 100 120
Alumunium 24,417 16,245 14,220 13,940 13,933 13,933 13,933
Baja Karbon 24,802 13,530 9,751 8,547 8,161 8,037 7,997
Besi 24,832 14,040 10,534 9,460 9,130 9,004 8,901
Nikel 24,911 14,777 11,348 10,256 9,909 9,798 9,762
Tembaga 24,848 18,862 17,277 16,999 16,991 16,990 16,990
Gambar 5.24 Nilai Efektivitas dengan Variasi Material Bahan Sirip dengan h =
250 W/m2oC; Tb = 100oC; Ti = 100oC; T∞ = 30 oC; α = 2o dari Waktu ke
Waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
5.1.2.5 Distribusi Suhu, Laju Aliran Kalor, Efisiensi, dan Efektivitas untuk
Variasi Material Bahan Sirip Pada Saat Keadaan Tunak
Nilai distribusi suhu untuk setiap variasi material bahan sirip yang ditinjau
pada saat keadaan tunak disajikan pada Gambar 5.25. Sedangkan nilai laju aliran
kalor efisiensi, dan efektivitas untuk setiap variasi material bahan sirip yang ditinjau
pada saat keadaan tunak disajikan dalam Tabel 5.8 dan berturut-turut pada Gambar
5.26, Gambar 5.27, dan Gambar 5.28.
Gambar 5.25 Distribusi Suhu Pada Sirip; h = 250 W/m2oC; Tb = 100oC; Ti =
100oC; T∞ = 30 oC; α = 2o; Saat Kondisi Tunak
Tabel 5.8 Nilai Laju Aliran Kalor, Efisiensi, dan Efektivitas untuk Variasi
Material Bahan Sirip Saat Keadaan Tunak
Keadaan Tunak
Bahan QAktual (W) Efisiensi Sirip Efektivitas Sirip
Alumunium 24,382 0,539 13,933
Baja Karbon 13,995 0,309 7,997
Besi 15,616 0,345 8,901
Nikel 17,084 0,377 9,762
Tembaga 29,733 0,657 16,99
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 20 40 60 80 100
Suhu (
oC
)
Volume Kontrol ke-i
Alumunium
Baja Karbon
Besi
Nikel
Tembaga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Gambar 5.26 Nilai Laju Aliran Kalor dengan Variasi Material Bahan Sirip
dengan; h = 250 W/m2oC; Tb = 100oC; Ti = 100oC; T∞ = 30 oC; α = 2o; Saat
Kondisi Tunak
Gambar 5.27 Nilai Efisiensi dengan Variasi Material Bahan Sirip dengan; h = 250
W/m2oC; Tb = 100oC; Ti = 100oC; T∞ = 30 oC; α = 2o; Saat Kondisi Tunak
24,382
13,99615,616
17,084
29,733
0
5
10
15
20
25
30
35L
aju A
lira
n K
alo
r (W
)
Bahan
Alumunium
Baja Karbon
Besi
Nikel
Tembaga
0,539
0,3090,345
0,377
0,657
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
Efi
sien
si S
irip
Bahan
Alumunium
Baja Karbon
Besi
Nikel
Tembaga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Gambar 5.28 Nilai Efektivitas dengan Variasi Material Bahan Sirip dengan; h =
250 W/m2oC; Tb = 100oC; Ti = 100oC; T∞ = 30 oC; α = 2o; Saat Kondisi
Tunak
5.1.3 Hasil Perhitungan untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip Dari Waktu ke
Waktu dan Saat Keadaan Tunak
Variasi sudut kemiringan sirip yang digunakan untuk proses perhitungan
laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas untuk sirip dengan bentuk penampang
segiempat yang luasnya berubah terhadap posisi pada kasus satu dimensi keadaan
tak tunak ini ditetapkan sebesar 1,75o, 2o, 2,25o, 2,5o, dan 2,75o. Untuk setiap variasi
sudut kemiringan sirip, bahan sirip yang digunakan adalah Tembaga dengan nilai
koefisien perpindahan kalor konveksi h ditetapkan sebesar 250 W/m2oC, panjang
sisi dasar sirip ditetapkan 0,01 m, dan panjang sirip L ditetapkan sepanjang 0,099
m.
Hasil perhitungan laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas untuk sirip
dengan bentuk penampang segiempat yang luasnya berubah terhadap posisi pada
13,933
7,9988,901
9,762
16,990
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18E
fekti
vit
as S
irip
Bahan
Alumunium
Baja Karbon
Besi
Nikel
Tembaga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
kasus satu dimensi keadaan tak tunak ini dibuat ke dalam bentuk grafik. Grafik
yang dibuat dari hasil perhitungan adalah (1) distribusi suhu, (2), laju aliran kalor,
(3) efisiensi, dan (4) efektivitas dari waktu ke waktu (waktu yang dipilih untuk
perhitungan adalah 1 s, 20 s, 40 s, 60 s, 80 s, 100 s, dan 120 s) pada keadaan tak
tunak hingga mencapai keadaan tunak.
5.1.3.1 Distribusi Suhu untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip dari Waktu ke
Waktu
Hasil distribusi suhu untuk variasi sudut kemiringan sirip dari waktu ke
waktu pada saat t = 1 s, 20 s, 40 s, 60 s, 80 s, 100 s, dan 120 s disajikan pada Gambar
5.29 hingga Gambar 5.35.
Gambar 5.29 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Tembaga; h = 250 W/m2oC; Tb =
100oC; Ti = 100oC; T∞ = 30oC; saat t = 1 s
65
70
75
80
85
90
95
100
0 20 40 60 80 100
Suhu (
oC
)
Volume Kontrol ke-i
α = 1,75
α = 2
α = 2,25
α = 2,5
α = 2,75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Gambar 5.30 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Tembaga; h = 250 W/m2oC; Tb =
100oC; Ti = 100oC; T∞ = 30oC; saat t = 20 s
Gambar 5.31 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Tembaga; h = 250 W/m2oC; Tb =
100oC; Ti = 100oC; T∞ = 30oC; saat t = 40 s
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
0 20 40 60 80 100
Su
hu
(oC
)
Volume Kontrol ke-i
α = 1,75
α = 2
α = 2,25
α = 2,5
α = 2,75
40
50
60
70
80
90
100
0 20 40 60 80 100
Suhu (
oC
)
Volume Kontrol ke-i
α = 1,75
α = 2
α = 2,25
α = 2,5
α = 2,75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Gambar 5.32 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Tembaga; h = 250 W/m2oC; Tb =
100oC; Ti = 100oC; T∞ = 30oC; saat t = 60 s
Gambar 5.33 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Tembaga; h = 250 W/m2oC; Tb =
100oC; Ti = 100oC; T∞ = 30oC; saat t = 80 s
40
50
60
70
80
90
100
0 20 40 60 80 100
Su
hu
(oC
)
Volume Kontrol ke-i
α = 1,75
α = 2
α = 2,25
α = 2,5
α = 2,75
40
50
60
70
80
90
100
0 20 40 60 80 100
Suhu (
oC
)
Volume Kontrol ke-i
α = 1,75
α = 2
α = 2,25
α = 2,5
α = 2,75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Gambar 5.34 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Tembaga; h = 250 W/m2oC; Tb =
100oC; Ti = 100oC; T∞ = 30oC; saat t = 100 s
Gambar 5.35 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Tembaga; h = 250 W/m2oC; Tb =
100oC; Ti = 100oC; T∞ = 30oC; saat t = 120 s
40
50
60
70
80
90
100
0 20 40 60 80 100
Su
hu
(oC
)
Volume Kontrol ke-i
α = 1,75
α = 2
α = 2,25
α = 2,5
α = 2,75
30
40
50
60
70
80
90
100
0 20 40 60 80 100
Suhu (
oC
)
Volume Kontrol ke-i
α = 1,75
α = 2
α = 2,25
α = 2,5
α = 2,75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
5.1.3.2 Laju Aliran Kalor untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip Dari Waktu
ke Waktu
Nilai laju aliran kalor untuk setiap variasi sudut kemiringan sirip yang
ditinjau pada saat t = 1 s, 20 s, 40 s, 60 s, 80, 100 s, dan 120 s disajikan pada Tabel
5.9, dan Gambar 5.36 menyajikan laju aliran kalor selama 120 detik pertama.
Tabel 5.9 Nilai Laju Aliran Kalor untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip dari
Waktu ke Waktu
Laju Aliran Kalor (Watt)
Sudut (α) 1 20 40 60 80 100 120
α = 1,75 46,603 34,222 31,313 31,068 31,037 31,032 31,032
α = 2,00 43,484 32,259 29,985 29,748 29,796 29,794 29,794
α = 2,25 40,396 30,445 28,522 28,455 28,450 28,449 28,449
α = 2,5 37,342 28,785 27,213 27,183 27,181 27,181 27,181
α = 2,75 34,342 27,276 25,944 25,932 25,932 25,932 25,932
Gambar 5.36 Nilai Laju Aliran Kalor dengan Variasi Sudut Kemiringan Sirip
dengan bahan Tembaga; h = 250 W/m2oC; Tb = 100oC; Ti = 100oC; T∞ = 30 oC; dari Waktu ke Waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
5.1.3.3 Efisiensi untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip Dari Waktu ke Waktu
Nilai efisiensi untuk setiap variasi sudut kemiringan sirip yang ditinjau pada
saat t = 1 s, 20 s, 40 s, 60 s, 80, 100 s, dan 120 s disajikan pada Tabel 5.10, dan
Gambar 5.37 menyajikan efektivitas selama 120 detik pertama.
Tabel 5.10 Nilai Efisiensi untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip dari Waktu ke
Waktu
Sudut (α) Efisiensi Sirip
1 s 20 s 40 s 60 s 80 s 100 s 120 s
α = 1,75 0,963 0,686 0,642 0,642 0,641 0,641 0,641
α = 2,00 0,961 0,696 0,660 0,657 0,658 0,658 0,658
α = 2,25 0,958 0,708 0,677 0,675 0,675 0,675 0,675
α = 2,5 0,956 0,731 0,696 0,696 0,696 0,696 0,696
α = 2,75 0,953 0,750 0,720 0,720 0,720 0,720 0,720
Gambar 5.37 Nilai Efisiensi dengan Variasi Sudut Kemiringan Sirip dengan
bahan Tembaga; h = 250 W/m2oC; Tb = 100oC; Ti = 100oC; T∞ = 30 oC; dari
Waktu ke Waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
5.1.3.4 Efektivitas untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip Dari Waktu ke
Waktu
Nilai efektivitas untuk setiap variasi sudut kemiringan sirip yang ditinjau
pada saat t = 1 s, 20 s, 40 s, 60 s, 80, 100 s, dan 120 s disajikan pada Tabel 5.11,
dan Gambar 5.38 menyajikan efektivitas sirip selama 120 detik pertama.
Tabel 5.11 Nilai Efektivitas untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip Dari Waktu ke
Waktu
Efektivitas Sirip
Sudut (α) 1 s 20 s 40 s 60 s 80 s 100 s 120 s
α = 1,75 26,630 19,984 17,893 17,753 17,735 17,733 17,733
α = 2,00 24,848 18,862 17,077 16,999 17,026 17,025 17,025
α = 2,25 23,083 17,825 16,298 16,260 16,257 16,257 16,257
α = 2,5 21,338 16,877 15,550 15,533 15,532 15,532 15,532
α = 2,75 19,624 16,015 14,925 14,818 14,818 14,818 14,818
Gambar 5.38 Nilai Efektivitas dengan Variasi Sudut Kemiringan Sirip dengan
bahan Tembaga; h = 250 W/m2oC; Tb = 100oC; Ti = 100oC; T∞ = 30 oC; dari
Waktu ke Waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
5.1.3.5 Distribusi Suhu, Laju Aliran Kalor, Efisiensi, dan Efektivitas untuk
Variasi Sudut Kemiringan Sirip Pada Saat Keadaan Tunak
Nilai distribusi suhu untuk setiap variasi material bahan sirip yang ditinjau
pada saat keadaan tunak disajikan pada Gambar 5.39. Sedangkan nilai laju aliran
kalor efisiensi, dan efektivitas untuk setiap variasi material bahan sirip yang ditinjau
pada saat keadaan tunak disajikan dalam Tabel 5.12 dan berturut-turut pada Gambar
5.40, Gambar 5.41, dan Gambar 5.42.
Gambar 5.39 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Tembaga; h = 250 W/m2oC; Tb =
100oC; Ti = 100oC; T∞ = 30oC; saat Keadaan Tunak
Tabel 5.12 Nilai Laju Aliran Klor, Efisiensi, dan Efektivitas untuk Variasi Sudut
Kemiringan Sirip Saat Keadaan Tunak
Keadaan Tunak
Sudut (α) Qaktual (W) Efisiensi Sirip Efektivitas Sirip
α = 1,75 31,032 0,641 17,733
α = 2,00 29,794 0,658 17,025
α = 2,25 28,449 0,675 16,257
α = 2,5 27,181 0,696 15,532
α = 2,75 25,932 0,719 14,818
30
40
50
60
70
80
90
100
0 20 40 60 80 100
Suhu (
oC
)
Volume Kontrol ke-i
α = 1,75
α = 2
α = 2,25
α = 2,5
α = 2,75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Gambar 5.40 Nilai Laju Aliran Kalor dengan Variasi Sudut Kemiringan Sirip
dengan bahan Tembaga; h = 250 W/m2oC; Tb = 100oC; Ti = 100oC; T∞ = 30oC;
saat Keadaan Tunak
Gambar 5.41 Nilai Efisiensi dengan Variasi Sudut Kemiringan Sirip dengan
bahan Tembaga; h = 250 W/m2oC; Tb = 100oC; Ti = 100oC; T∞ = 30oC; saat
Keadaan Tunak
31,032
29,792
28,450
27,181
25,932
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32L
aju A
lira
n K
alo
r (W
)
Sudut (α)
α = 1,75
α = 2
α =2,25
α = 2,5
α = 2,75
0,641
0,658
0,675
0,696
0,720
0,6
0,62
0,64
0,66
0,68
0,7
0,72
0,74
Efi
sien
si S
irip
Sudut (α)
α = 1,75
α = 2
α =2,25
α = 2,5
α = 2,75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Gambar 5.42 Nilai Efektivitas dengan Variasi Sudut Kemiringan Sirip dengan
bahan Tembaga; h = 250 W/m2oC; Tb = 100oC; Ti = 100oC; T∞ = 30oC; saat
Keadaan Tunak
5.2 Pembahasan
5.2.1 Pembahasan untuk Variasi Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi
Melalui hasil perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh grafik distribusi
suhu, laju aliran kalor, efisiensi, serta efektivitas sirip berpenampang segiempat
yang luasnya berubah terhadap posisi dan nilai konduktivitas fungsi suhu untuk
variasi koefisien perpindahan kalor konveksi hasilnya dapat dilihat pada Gambar
5.1 hingga Gambar 5.10. Grafik laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip
untuk setiap variasi koefisien perpindahan kalor konveksi terhadap waktu pada
keadaan tak tunak, disajikan selama 120 detik pertama dan juga disajikan saat
keadaan tunak.
Dari grafik variasi koefisien perpindahan kalor konveksi yang telah
ditampilkan, dapat dilihat bahwa koefisien perpindahan kalor konveksi memiliki
17,733
17,025
16,257
15,532
14,818
13
13,5
14
14,5
15
15,5
16
16,5
17
17,5
18
Efe
kti
vit
as S
irip
Sudut (α)
α = 1,75
α = 2
α =2,25
α = 2,5
α = 2,75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
pengaruh terhadap laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip penampang
segiempat yang luasnya berubah terhadap posisi. Untuk laju aliran kalor, dapat
dilihat bahwa variasi koefisien perpindahan kalor terbesar, yaitu 500 W/m2oC
memiliki laju perpindahan kalor terbesar, sedangkan variasi koefisien perpindahan
kalor terkecil, yaitu 50 W/m2oC, memiliki laju perpindahan kalor terkecil.
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin besar koefisien
perpindahan kalor, maka laju perpindahan kalor juga akan semakin besar dari waktu
ke waktu hingga keadaan tunak. Hal tersebut dikarenakan untuk laju aliran kalor
berlaku persamaan q = h.As (T-T∞). Laju aliran kalor dan koefisien perpindahan
kalor konveksi (h) berbanding lurus sehingga ketika koefisien perpindahan kalor
konveksi (h) semakin besar, akibatnya laju aliran kalornya semakin besar pula.
Untuk efisiensi sirip, dari grafik yang telah ditampilkan terlihat bahwa untuk
koefisien perpindahan kalor terbesar, yaitu 500 W/m2oC, justru memberikan nilai
efisiensi sirip yang paling rendah, sedangkan untuk koefisien perpindahan kalor
konveksi terkecil, yaitu 50 W/m2oC, memberikan nilai efisiensi sirip yang paling
besar dari waktu ke waktu hingga keadaan tunak atau dapat disimpulkan bahwa
semakin besar koefisien perpindahan kalornya, maka efisiensi sirip akan semakin
menurun. Hal ini disebabkan karena ketika koefisien perpindahan kalor semakin
besar, maka laju aliran kalor akan semakin besar yang berarti bahwa sirip semakin
cepat melepaskan kalor ke lingkungan dan nilai suhu sirip akan semakin rendah
atau suhu sirip hampir mendekati suhu fluida di sekitar sirip. Diketahui bahwa
efisiensi merupakan perbandingan antara laju aliran kalor yang dilepas sirip jika di
seluruh volume kontrol sirip suhunya sama dengan suhu dasar, yaitu 100oC dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
laju aliran kalor aktual dimana sirip telah terkena pengaruh pendinginan oleh fluida
di sekitar sirip. Dengan melihat rumus laju aliran kalor q= h As (T-T∞), jika sirip
memiliki nilai suhu yang rendah, maka perbedaan antara suhu sirip (T) dengan suhu
fluida (T∞) semakin kecil, yang membuat laju aliran kalor aktualnya menjadi jauh
lebih kecil dibandingkan dengan laju aliran kalor maksimalnya, yaitu ketika suhu
sirip sama dengan suhu dasar 100oC yang memiliki perbedaan suhu besar dengan
suhu fluida sekitar sirip.
Untuk efektivitas sirip, dari grafik yang ditampilkan dapat dilihat bahwa
dengan variasi koefisien perpindahan kalor terbesar, yaitu 500 W/m2oC, akan
memberikan nilai efektivitas sirip yang paling rendah, sedangkan variasi koefisien
perpindahan kalor konveksi terkecil, yaitu 50 W/m2oC, memberikan nilai efektivitas
sirip yang paling besar dari waktu ke waktu hingga keadaan tunak atau dapat
disimpulkan bahwa semakin besar koefisien perpindahan kalornya, maka
efektivitas sirip akan semakin menurun. Diketahui bahwa efektivitas ditentukan
oleh perbandingan laju aliran kalor ketika benda dipasang sirip dengan laju aliran
kalor ketika benda tidak dipasangi sirip. Jika melihat persamaan laju aliran kalor
q=h.As(T-T∞), maka ketika suatu benda tidak dipasangi sirip, maka efektivitasnya
akan sama dengan satu karena luas permukaan yang bersentuhan dengan fluida (As)
sama, akibatnya qaktual = qno fin (tanpa sirip). Ketika benda dipasangi sirip, otomatis
luasan sirip yang bersentuhan dengan fluida sekitar (As) akan semakin besar yang
menghasilkan laju aliran kalor yang semakin besar pula (karena nilai laju aliran
kalor berbanding lurus dengan luas selimut) sehingga efek laju aliran kalor dari
benda ketika dipasang sirip dengan tidak dipasang sirip akan semakin terasa dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
hasilnya efektivitas sirip akan bernilai besar, dengan kata lain nilai efektivitas sirip
akan semakin besar dari satu. Jika benda dipasangi sirip, nilai efektivitas sirip
ditentukan oleh distribusi suhu yang terjadi pada sirip. Semakin kecil nilai distribusi
suhunya, semakin kecil nilai efektivitasnya. Hal ini disebabkan karena perbedaan
antara suhu pada setiap volume kontrol sirip dengan suhu fluida di sekitarnya
semakin kecil. Fakta memperlihatkan bahwa semakin besar nilai h, akan semakin
kecil nilai distribusi suhu yang dihasilkan pada sirip. Dengan demikian, semakin
besar nilai h maka semakin kecil efektivitas siripnya.
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dan grafik yang ditampilkan,
maka didapat suatu kesimpulan bahwa semakin besar koefisien perpindahan kalor
konveksinya, maka distribusi suhu yang dihasilkan pada sirip nilainya akan
semakin kecil, laju aliran kalornya akan semakin besar, namun efisiensi dan
efektivitasnya justru akan semakin rendah.
5.2.2 Pembahasan untuk Variasi Material Bahan Sirip
Melalui hasil perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh grafik distribusi
suhu, laju aliran kalor, efisiensi, serta efektivitas sirip berpenampang segiempat
yang luasnya berubah terhadap posisi serta nilai konduktivitas fungsi suhu untuk
variasi material bahan sirip yang hasilnya dapat dilihat pada Gambar 5.15 hingga
Gambar 5.24. Grafik laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip untuk setiap
variasi material bahan sirip terhadap waktu pada keadaan tak tunak, disajikan
selama 120 detik pertama, dan juga disajikan pada saat keadaan tunak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Dari grafik variasi material bahan sirip yang telah ditampilkan, maka dapat
dilihat bahwa material bahan sirip memiliki pengaruh terhadap laju aliran kalor,
efisiensi, dan efektivitas sirip berpenampang segiempat yang luasnya berubah
terhadap posisi serta nilai konduktivitas fungsi suhu. Pada variasi bahan dasar sirip
hal yang cukup mempengaruhi laju aliran kalor, efisiensi serta efektivitas sirip
adalah kalor jenis bahan (c) dan massa jenis bahan (ρ) tersebut.
Untuk laju aliran kalor, dari grafik yang telah ditampilkan didapatkan bahwa
pada detik-detik awal (pada saat t = 1 s), laju aliran kalor dari masing-masing variasi
material bahan sirip cenderung seragam. Hal ini dikarenakan ketika pada detik t =
1 s, sirip dengan semua variasi material, dari yang memiliki konduktivitas termal
tinggi hingga yang rendah, nilai suhunya belum mengalami banyak perbedaan
dengan suhu dasar sirip Tb, yang perlu diketahui bahwa pada masing-masing variasi,
pada saat t = 0 s suhu di setiap volume kontrol ditentukan oleh kondisi awalnya,
yaitu T=Ti=100oC. Baru ketika waktu telah menunjukkan t = 20 s hingga keadaan
tunak, terlihat perbedaan antara material yang memiliki konduktivitas termal tinggi
dan rendah. Sirip dengan variasi material yang memiliki konduktivitas termal yang
tinggi, contohnya adalah tembaga dan alumunium, memiliki kemampuan untuk
mempertahankan suhu di setiap volume kontrolnya. Ketika nilai suhu sirip rendah,
maka perbedaan suhu sirip dengan suhu fluida sekitar sirip menjadi rendah pula
yang menghasilkan laju aliran kalor yang rendah pula.
Untuk nilai efisiensi, dari grafik yang telah ditampilkan didapatkan hasil
dengan pola yang sama dengan nilai laju aliran kalor. Pada detik-detik awal (pada
saat t = 1 s), nilai efisiensi dari masing-masing variasi material bahan sirip
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
cenderung seragam. Hal ini dikarenakan ketika detik t = 1 s, masing-masing sirip
dengan variasi material bahan yang memiliki konduktivitas tinggi dan rendah
belum banyak mengalami perbedaan suhu dibandingkan dengan suhu dasar Tb
(100oC), dimana pada t = 0 s suhu di setiap volume kontrol ditentukan oleh kondisi
awalnya, yaitu T = Ti = 100oC. Ketika suhu pada masing-masing volume kontrol
belum banyak mengalami perubahan dibandingkan suhu dasar Tb, dan suhu awal
Ti, maka laju aliran kalor yang didapat pada masing-masing variasi material bahan
sirip mendekati laju aliran kalor maksimalnya. Namun ketika waktu telah
menunjukkan t = 20 s hingga keadaan tunak, baru diperoleh perbedaan nilai
efisiensi dari masing-masing variasi material bahan sirip. Diketahui bahwa efisiensi
merupakan perbandingan antara laju aliran kalor yang dilepas sirip jika di seluruh
mode sirip suhunya sama dengan suhu dasar, yaitu 100oC dengan laju aliran kalor
aktual dimana sirip telah terkena pengaruh pendinginan oleh fluida di sekitar sirip.
Untuk nilai efektivitas, dari grafik yang telah ditampilkan, didapatkan hasil
atau pola yang juga tidak jauh berbeda dengan nilai laju aliran kalor dan juga
efisiensi dimana pada detik-detik awal (t= 1 s) belum terlihat begitu perbedaan nilai
efektivitas dikarenakan nilai suhu pada setiap volume kontrol sirip belum berubah
banyak dibandingkan dengan suhu awalnya, Ti=100oC. Sama seperti pada nilai laju
aliran kalor dan juga nilai efisiensi, perbedaan nilai efektivitas dari masing-masing
variasi material bahan sirip mulai terlihat dari detik t = 20 s hingga keadaan tunak.
Diketahui bahwa efektivitas merujuk pada perbandingan laju aliran kalor ketika
benda dipasang sirip dengan laju aliran kalor ketika benda tidak dipasang sirip.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Semakin besar laju aliran kalor suatu sirip, maka nilai efektivitasnya semakin besar
pula.
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dan grafik yang ditampilkan
untuk sirip dengan variasi material bahan sirip, maka didapatkan suatu kesimpulan
bahwa semakin besar konduktivitas termal suatu bahan, maka laju aliran kalor yang
didapat sirip akan semakin besar pula. Selain nilai laju aliran kalor yang semakin
besar, semakin besar konduktivitas termal suatu bahan juga akan menghasilkan
nilai efisiensi dan efektivitas yang semakin besar pula.
5.2.3 Pembahasan untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip
Melalui hasil perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh grafik distribusi
suhu, laju aliran kalor, efisiensi, serta efektivitas sirip berpenampang segiempat
yang luasnya berubah terhadap posisi serta nilai konduktivitas fungsi suhu untuk
variasi sudut kemiringan sirip yang hasilnya dapat dilihat pada Gambar 5.29 hingga
Gambar 5.38. Grafik laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip untuk setiap
variasi sudut kemiringan sirip terhadap waktu pada keadaan tak tunak, disajikan
selama 120 detik pertama, dan disajikan juga pada saat keadaan tunak.
Dari grafik yang telah ditampilkan, terlihat bahwa sudut kemiringan
memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap laju aliran kalor, efisiensi, serta
efektivitas sirip. Untuk laju aliran kalor, dari grafik yang telah ditampilkan didapat
bahwa variasi sudut kemiringan terbesar yaitu 2,75o, memiliki laju aliran kalor yang
paling kecil dari waktu ke waktu hingga keadaan tunak, kemudian disusul sudut
kemiringan 2,5o, 2,25o, 2o, hingga yang memiliki laju aliran kalor terbesar adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
1,75o. Hal tersebut dikarenakan ketika sudut semakin besar, maka bentuk sirip akan
semakin lancip dan ketika bentuk sirip semakin lancip, maka luasan sirip yang
bersentuhan dengan fluida sekitar juga akan semakin besar. Hal tersebut yang
menyebabkan nilai distribusi suhu pada sudut kemiringan yang paling besar akan
memiliki nilai paling rendah, karena semakin besar luasan sirip yang bersentuhan
dengan fluida menyebabkan distribusi suhu pada sirip akan semakin cepat rendah
nilainya dan juga distribusi suhu sirip semakin mendekati suhu pada fluida yang
ada di sekitar sirip. Sehingga dengan semakin kecilnya perbedaan antara distribusi
suhu sirip dengan suhu fluida di sekitar menyebabkan laju aliran panas aktual akan
semakin kecil. Diketahui untuk mendapatkan laju aliran kalor ditentukan dalam
rumus q = h As (T-T∞), didapatkan hubungan yang berbanding lurus antara luasan
sirip yang bersentuhan dengan fluida sekitar (As) dan distribusi suhu pada sirip.
Dalam rumus tersebut, variabel yang paling berpengaruh yaitu distribusi suhu
dibandingkan dengan luasan sekitar fluida.
Dari grafik dan tabel hasil perhitungan efisiensi sirip dengan variasi
kemiringan sudut sirip, dapat diketahui bahwa sudut kemiringan sirip juga
mempengaruhi besarnya nilai efisiensi sirip yang didapatkan. Dari data yang telah
diperoleh sirip dengan sudut kemiringan 2,75o memiliki efisiensi paling tinggi. Jika
diperhatikan hasil ini berbanding terbalik dengan hasil yang diperoleh pada
perhitungan laju aliran kalor, hal ini disebabkan sudut kemiringan sirip yang
semakin besar akan membuat sirip berbentuk semakin lancip dan luasan yang
bersentuhan dengan fluida sekitar semakin kecil, jika luasan yang bersentuhan
dengan fluida semakin kecil maka semakin kecil juga luasan sirip yang harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
didinginkan oleh fluida di sekitar sirip dan hasilnya distribusi suhu semakin cepat
mencapai keadaan tunak.
Untuk nilai efektivitas dapat dilihat pada tabel dan gambar grafik yang telah
ditampilkan. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, hasil yang diperoleh
adalah sirip dengan sudut kemiringan 2,75o memiliki nilai efektivitas yang paling
tinggi. Hal ini terjadi karena semakin besar sudut kemiringan sirip maka luasan
permukaan sirip yang bersentuhan dengan fluida akan semakin kecil, hal tersebut
yang menyebabkan meningkatnya nilai efektivitas sirip jika sudut kemiringannya
di perbesar.
Dari perhitungan laju aliran kalor, efisiensi dan efektivitas sirip maka
didapatkan kesimpulan bahwa semakin besar sudut kemiringan sirip akan membuat
laju aliran kalor semakin kecil. Nilai laju aliran kalor justru berbanding terbalik
dengan nilai efisiensi dan juga nilai efektivitas pada pengaruh sudut kemiringan
suatu sirip dimana semakin besar sudut kemiringan sirip, makan akan menghasilkan
nilai efisiensi dan nilai efektivitas yang lebih besar pula.
5.2.4 Pembahasan Perbandingan Grafik Hubungan Efisiensi dan ξ Pada
Literatur dan Hasil Penelitian
Penelitian sirip dengan bentuk penampang segiempat yang luasnya berubah
terhadap posisi dan fungsi konduktivitas termal pada kasus satu dimensi keadaan
tak tunak ini dilakukan degan menggunakan metode komputasi, dengan metode
beda hingga cara eksplisit yang telah dirumuskan dengan menggunakan perangkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Microsoft Excel. Untuk membuktikan kebenaran dan keakuratan dari program yang
telah dibuat dengan menggunakan metodi numerik, maka tentu diperlukan adanya
suatu pembanding antara hasil penelitian dengan hasil yang telah dilakukan oleh
para ahli dengan menggunakan metode analitis, yang dalam hal ini akan
dibandingkan dengan penelitian efisiensi sirip silinder yang terdapat pada Cengel
(1998). Nilai ξ dari Cengel (1998) untuk sirip berbentuk silinder dapat dinyatakan
dengan Persamaan (5.1).
𝜉 = (𝐿 +1
4𝐷) . √2.
ℎ
𝑘𝑑 ………………………………………………. (5.1)
Pada Persamaan (5.1) :
L = panjang sirip, m
D = diameter sirip dengan penampang lingkaran, m
h = koefisien perpindahan kalor konveksi, W/m2oC
k = konduktivitas termal bahan, W/mC
Untuk sirip dengan penampang segiempat, nilai D dapat diubah dengan
Dbaru. Jika luas penampang lingkaran disamakan dengan luas segiempat, maka akan
diperoleh Dbaru untuk penampang segiempat seperti yang terdapat pada Persamaan
(5.2).
sisi = 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑎+𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑏
2 ………………………………………………………. (5.2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Pada Persamaan (5.2)
sisi = sisi penampang rata-rata pada sirip segiempat, m
sisi a = sisi penampang pada dasar sirip segiempat, m
sisi b = sisi penampang pada ujung sirip segiempat, m
Sehingga dengan menggunakan panjang sisi rata-rata sirip segiempat dapat
dicari nilai Dbaru dengan menyamakan luas penampang sirip silinder dengan luas
penampang sirip segiempat seperti pada Persamaan (5.6).
Lpenampang lingkaran = Lpenampang segiempat ………………....… (5.3)
𝜋
4 𝐷𝑏𝑎𝑟𝑢
2 = sisi2 ……………………………………………………...… (5.4)
𝐷𝑏𝑎𝑟𝑢2 =
4
𝜋 sisi2 ……………………………………………………...… (5.5)
Dbaru = √4
𝜋𝑠𝑖𝑠𝑖2……………………………………………………...... (5.6)
Dengan Persamaan (5.6), maka dapat diperoleh nilai ξ pada sirip
berpenampang segiempat dan dapat dibandingkan dengan hasil penelitian
mengenai efisiensi sirip silinder yang terdapat dalam Cengel (1998). Setelah
dilakukan proses perhitungan, penelitian ini menghasilkan grafik antara efisiensi
dan ξ yang tidak begitu berbeda jika dibandingkan dengan penelitian yang terdapat
pada buku Cengel (1998) yang tertera pada Gambar 5.43.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Gambar 5.43 Grafik Hubungan Efisiensi dan ξ Pada Sirip Silinder, Segitiga, dan
Segiempat dari Buku Cengel (1998)
Sedangkan grafik hubungan efisiensi dan ξ yang telah diperoleh
berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian disajikan pada Gambar 5.43. Grafik
yang disajikan pada Gambar 5.43 memiliki bahan: tembaga dengan suhu dasar Tb
= 100oC, Ti = 100oC, suhu fluida di sekitar sirip T∞ = 30oC; dan sudut kemiringan
α = 2o pada saat keadaan tunak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Gambar 5.44 Grafik Hubungan Efisiensi dan ξ pada Sirip Berpenampang
Segiempat yang Luasnya Berubah Terhadap Posisi dan Nilai Konduktivitas
Berubah Terhadap Suhu yang Ditinjau Dalam Penelitian
Gambar 5.45 Perbandingan Grafik Hubungan Efisiensi dan ξ Pada Sirip
Berpenampang Segiempat yang Luasnya Berubah Terhadap Posisi dan Nilai
Konduktivitas Berubah Terhadap Suhu yang Ditinjau Dalam Penelitian dengan
Sirip Silinder yang Terdapat pada Literatur
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1
0 0,5 1 1,5 2 2,5
Efi
sien
si S
irip
ξ
Hasil Penelitian
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1
0 0,5 1 1,5 2 2,5
Efi
sien
si S
irip
ξ
Hasil Penelitian
Grafik padaCengel
Dbaru = √4
𝜋𝑠𝑖𝑠𝑖2
𝜉 = (𝐿 +1
4𝐷) . √2.
ℎ
𝑘𝑑
𝜉 = (𝐿 +1
4𝐷) . √2.
ℎ
𝑘𝑑
Dpenelitian = √4
𝜋𝑠𝑖𝑠𝑖2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Tabel 5.13 Perbandingan Nilai Efisiensi pada Sirip yang Ditinjau Dalam
Penelitian dengan Sirip Silinder yang Terdapat dalam Buku Cengel (1998)
ξ η (Penelitian) η (Cengel) η (Perbedaan) η (% Perbedaan)
0 1 1 0 0
0,1 0,995 0,980 0,015 1,497
0,2 0,994 0,951 0,043 4,312
0,3 0,976 0,918 0,058 5,791
0,4 0,942 0,882 0,059 5,930
0,5 0,911 0,847 0,064 6,385
0,6 0,874 0,802 0,072 7,222
0,7 0,841 0,762 0,079 7,864
0,8 0,798 0,724 0,074 7,412
0,9 0,749 0,682 0,066 6,628
1 0,708 0,640 0,068 6,759
1,1 0,657 0,597 0,060 6,033
1,2 0,622 0,558 0,064 6,434
1,3 0,592 0,524 0,068 6,801
1,4 0,571 0,501 0,069 6,995
1,5 0,544 0,478 0,066 6,596
1,6 0,524 0,454 0,069 6,936
1,7 0,499 0,431 0,068 6,821
1,8 0,475 0,412 0,063 6,281
1,9 0,455 0,390 0,065 6,475
2 0,438 0,372 0,066 6,583
2,1 0,417 0,353 0,065 6,453
2,2 0,399 0,335 0,065 6,459
2,3 0,385 0,320 0,065 6,447
2,4 0,371 0,306 0,065 6,486
2,5 0,361 0,294 0,067 6,733
Dari perbandingan grafik yang disajikan pada Gambar 5.43 dan Gambar
5.44 maka dapat dilihat bahwa profil grafik yang dihasilkan dalam penelitian ini
memberikan hasil yang tidak berbeda jauh dengan penelitian yang dilakukan oleh
para ahli sehingga dapat disimpulkan bahwa proses perhitungan dengan Microsoft
Excel memiliki tingkat keakuratan yang cukup tinggi dan hasil penelitian yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
diperoleh dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dari perbandingan profil
grafik yang dihasilkan pada Gambar 5.44, dapat dilihat bahwa perbandingan
efisiensi dan ξ pada sirip berpenampang segiempat yang luasnya berubah terhadap
posisi dan fungsi konduktivitas termal terhadap posisi lebih tinggi jika
dibandingkan dengan sirip berbentuk silinder atau berpenampang lingkaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah dilakukan memberikan beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
a. Semakin besar koefisien perpindahan kalor konveksi (h), maka akan
semakin besar laju aliran kalornya, namun nilai efisiensi dan efektivitasnya
justru akan semakin rendah. Hal tersebut dibuktikan bahwa pada detik ke-
120, sirip dengan bahan tembaga dengan suhu dasar, Tb = 100oC; suhu awal,
Ti = 100oC; suhu fluida di sekitar sirip, T∞ = 30oC; sudut kemiringan = 2oC
untuk variasi koefisien perpindahan kalor konveksi 50 W/m2oC, 150
W/m2oC, 250 W/m2oC, 350 W/m2oC, dan 500 W/m2oC menghasilkan laju
aliran berturut-turut sebesar 8,075 W; 20,334 W; 29,733W; 37,525 W;
47,391 W, dan nilai efisiensi sebesar 0,891; 0,748; 0,656; 0,592 ; 0,523,
serta nilai efektivitas sebesar 23,072; 19,366; 16,990; 15,316; 13,540.
b. Semakin besar sudut kemiringan suatu sirip, maka akan semakin kecil laju
aliran kalornya, dan nilai efisiensi pada detik pertama lebih rendah
dibandingkan sirip dengan sudut kemiringan kecil. Namun seiring
berjalannya waktu hingga keadaan tunak nilai efisiensinya justru semakin
tinggi, sedangkan nilai efektivitasnya dari waktu ke waktu hingga mencapai
keadaan tunak akan semakin kecil. Hal tersebut dibuktikan bahwa pada
detik ke-120, sirip dengan bahan tembaga dengan suhu dasar, Tb = 100oC;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
suhu awal, Ti = 100oC; suhu fluida di sekitar sirip, T∞ = 30oC; h = 250
W/m2oC untuk variasi sudut kemiringan sirip 1,75o; 2o; 2,25o; 2,5o; dan 2,75o
menghasilkan laju aliran berturut-turut sebesar 31,031 W; 29,79424 W;
28,44912 W; 27,18133 W; 25,9317 W, dan nilai efisiensi sebesar
0,641141; 0,658178; 0,674796; 0,69559; 0,719951 serta nilai efektivitas
sebesar 17,732549; 17,025281; 16,256642; 15,532189; 14,818115.
c. Untuk variasi material bahan sirip, urutan variasi material bahan sirip yang
memberikan nilai laju aliran kalor, efisiensi, maupun efektivitas dari
material sirip yang paling besar hingga yang paling kecil berturut-turut
adalah tembaga, alumunium, nikel, besi, dan baja karbon.
6.2 Saran
Setelah dilakukan penelitian untuk mengetahui besarnya efisiensi dan
efektivitas sirip dengan penampang segiempat yang luasnya berubah terhadap
posisi, dapat diberikan beberapa saran yang dapat membantu para pembaca yang
ingin meneliti sirip dengan topik serupa sebagai berikut:
a. Untuk memperoleh hasil penelitian besarnya distribusi suhu, laju aliran
kalor, efisiensi, dan efektivitas pada sirip, terutama ketika sirip yang diteliti
luasnya berubah terhadap posisi secara lebih akurat, maka cara terbaik
adalah memperbanyak jumlah node sehingga jarak antar volume kontrolnya
menjadi lebih kecil (∆x).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
b. Selain itu, untuk memperoleh hasil penelitian besarnya distribusi suhu, laju
aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas pada sirip, terutama ketika sirip yang
diteliti luasnya berubah terhadap posisi secara lebih akurat, maka cara
terbaik adalah memperkecil selang waktu (∆t). Namun ada hal yang harus
diperhatikan dalam menentukan ∆t, adalah nilai dari ∆t yang diambil
memenuhi syarat stabilitasnya.
c. Penelitian sirip ini dapat dikembangkan dengan variasi yang sama, namun
dengan bentuk penampang sirip yang berbeda, misalnya penampang bentuk
segilima ataupun segienam yang luasnya berubah terhadap posisi sehingga
dapat dibandingkan nilai distribusi suhu, nilai laju aliran kalor, efisiensi, dan
efektivitasnya dengan sirip berpenampang segiempat yang luasnya berubah
terhadap posisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
DAFTAR PUSTAKA
B, Firmansyah. (2009). “Analisis Perpindahan Panas Pada Pendingin CPU
Dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga”. Palembang.
Cengel, Y. A. (1998). “Heat and Transfer a Practical Approach”, New York:
Mcgraw-Hill
Holman, J. P. (1998). “Perpindahan Kalor”. Jakarta: Erlangga
Istanto, Tri, dan Juwana, Wibawa Edra. (2010). “Karakteristik Perpindahan Panas
dan Penurunan Tekanan Sirip-sirip Pin Silinder Tirus Susunan Segaris dan
Selang-seling dalam Saluran Segi Empat”. Surakarta.
Miriam, Sarah. (2011). “Komputasi Distribusi Suhu Menggunakan Metode Line
Successive Overrelaxation (LSOR) Melalui Pendekatan Beda Hingga
Dalam Bahasa Pemrograman MATLAB”. Banjarmasin.
Novianarenti, Eky. (2016). “Pengaruh Penambahan Plat Terhadap Koefisien
Perpindahan Panas Lokal pada Surface Condenser PLTU”. Surabaya.
Supriyono. (2005). “Aplikasi Metode Elemen Hingga Untuk Perhitungan
Perambatan Panas Pada Kondisi Tunak”. Yogyakarta.
Winastwan, Marcellus Ruben. (2016). “Efektivitas dan Efisiensi Sirip Dengan Luas
Penampang Fungsi Posisi Berpenampang Segiempat Kasus Satu Dimensi
Pada Keadaan Tak Tunak”, Tugas Akhir, Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI