EFEKTIVITAS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING …digilib.unila.ac.id/31295/3/SKRIPSI TANPA BAB...

59
EFEKTIVITAS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA (Studi pada Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 3 Natar Tahun Pelajaran 2017/2018) (Skripsi) Oleh KATARINA NOVIANA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Transcript of EFEKTIVITAS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING …digilib.unila.ac.id/31295/3/SKRIPSI TANPA BAB...

EFEKTIVITAS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DITINJAUDARI KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA(Studi pada Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 3 Natar

Tahun Pelajaran 2017/2018)

(Skripsi)

Oleh

KATARINA NOVIANA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

ABSTRAK

EFEKTIVITAS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DITINJAUDARI KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA(Studi pada Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 3 Natar

Tahun Pelajaran 2017/ 2018)

Oleh

Katarina Noviana

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk

mengetahui efektivitas contextual teaching and learning (CTL) ditinjau dari

kemampuan penalaran matematis siswa. Populasi pada penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 3 Natar tahun pelajaran 2017/2018 yang

terdistribusi dalam sepuluh kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik

purposive random sampling dan terpilihlah siswa kelas VII E dan VII F.

Penelitian ini menggunakan pretest-posttest control group design. Instrumen

penelitian berupa soal tes kemampuan penalaran matematis yang berbentuk

uraian. Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji Mann-Whitney U.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa CTL

tidak efektif ditinjau dari kemampuan penalaran matematis.

Kata Kunci : contextual teaching and learning, efektivitas, penalaran matematis.

EFEKTIVITAS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DITINJAUDARI KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA(Studi pada Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 3 Natar

Tahun Pelajaran 2017/ 2018)

Oleh

Katarina Noviana

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan MatematikaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Katarina Noviana lahir di Bandar Lampung pada tanggal 25

November 1994. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara

pasangan Bapak Ignatius Jasmin dan Ibu Paula Samirah.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak- kanak di TK Fransiskus 1

Tanjung Karang pada tahun 2001, pendidikan dasar di SD Fransiskus 1 Tanjung

Karang pada tahun 2007, pendidikan menengah pertama di SMP Fransiskus

Tanjung Karang pada tahun 2010, dan pendidikan menengah atas di SMA

Fransiskus Bandar Lampung pada tahun 2013. Penulis melanjutkan pendidikan di

Universitas Lampung pada tahun 2013 dengan mengambil program studi

Pendidikan Matematika.

Selama menjalankan masa studi di Universitas Lampung, penulis juga aktif dalam

organisasi kemahasiswaan kampus yaitu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Katolik. Pada periode 2013-2014 penulis memulai berorganisasi sebagai

Sekretaris Divisi 3 Hubungan Masyarakat. Pada periode 2014-2015 sebagai

Kepala Bidang Liturgi. Pada tahun 2015-2016 penulis tercatat sebagai Ketua

Umum UKM Katolik Universitas Lampung.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT)

pada tahun 2016 di Desa Rama Dewa, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten

Lampung Tengah dan menjalani Pendidikan Profesi Kerja (PPK) di SMP PGRI

Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah.

Moto

“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun dibawah langit ada waktunya”

(Pengkhotbah 3: 1)

“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya”(Pengkhotbah 3: 11)

i

PersembahanSegala Puji Syukur kehadirat Tuhan Allah Bapa di Surga,

Sang Juruselamat Tuhan Yesus Kristus,dan Penyertaan Roh Kudus.

Kupersembahkan karya ini sebagai tanda cinta dan kasihsayangku kepada:

Bapak ( Ignatius Jasmin) dan Mamak ( Paula Samirah)yang telah memberikan kasih sayang, semangat,

dan doa yang selalu mengiringi langkahkusehingga bisa sampai ditahap ini.

Kakak-kakakku tercinta Alfonsa Maria, Daniel Fajarianto,dan Paulina Yuniarsih yang telah memberikan

dukungan dan semangatnya padaku.

Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran,semoga ilmu yang telah diberikan dapat menjadi berkat

yang dapat terus dialirkan.

Almamater Universitas Lampung tercinta.

SANWACANA

Puji dan Syukur kehadirat Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus, dan Roh Kudus yang

telah melimpahkan karunia dan berkat-Nya sehingga penyusunan skripsi dapat

diselesaikan. Skripsi yang berjudul “Efektivitas Contextual Teaching and

Learning Ditinjau dari Kemampuan Penalaran Matematis Siswa (Studi pada Kelas

VII Semester Ganjil SMP Negeri 3 Natar Tahun Pelajaran 2017/ 2018)”, disusun

untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas

dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua Orang tuaku tersayang atas semangat, kasih sayang, dan doa yang tak

pernah berhenti mengalir.

2. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Utama

dan Pembimbing Akademik yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk

bimbingan, menyumbangkan banyak ilmu, kritik, saran, motivasi dan

semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

3. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah

bersedia memberikan waktunya untuk membimbingan, memberikan

sumbangan pemikiran, kritik, saran, memotovasi, dan semangat selama

penyusunan skripsi, sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

ii

4. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan

masukan dan saran kepada penulis, sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

5. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA yang telah

memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

9. Ibu Dra. Ros Lili Budiarti, M.M., selaku Kepala SMP Negeri 3 Natar beserta

Wakil, staff, dan karyawan yang telah memberikan kemudahan selama

penelitian.

10. Ibu Sumartini, S.Pd. selaku guru mitra yang telah banyak membantu dalam

penelitian.

11. Siswa/siswi kelas VII SMP Negeri 3 Natar Tahun Pelajaran 2017/2018, atas

perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.

12. Teman-temanku para pejuang skripsi: Veronicha Panjaitan, Wina Sianturi,

Mayang Kencana Vindra Jaya, Rizka Dwi Septiani, Eka May Widyastuti,

Ajeng Rachma Farida, Mohamad Ghozali, Amaturahman, Amel, Ana

Wahyu, Cinta Oktaviani, Elvita Lia, Ferdianto, Rizky Fitrianti, Rizkana,

Vicky, Ayu Setiana, Reni Astuti, Siwi Purwitasari, Lia Mustika, Badrun

iii

Zaman, Fadhilahrahma, Peggy Nurida Sari. Terima kasih atas persahabatan,

kebersamaan, nasehat, dan bantuan yang diberikan selama ini. Jangan

pernah letih menggapai cita-cita yang diinginkan.

13. Sahabat-sahabat terbaikku: Clara Wina, Puspa Jelita, Yunita, Tiatira

Magdalena, Wilhelmina Titianing, Skolastika, Bella Puspita, Maretta, Rina

Yanti, Melodi Anggara, Dear Apriani, Teresa Wilda, Shasa Intyana, Yohana

Julina, Deddi Adrian, dan Claudius Edit,. Terima kasih atas motivasi, nasehat,

dan bantuan yang kalian berikan.

14. Teman-teman seperjuangan di program studi pendidikan matematika angkatan

2013, kakak tingkat 2010-2012, dan adik-adik angkatan 2014-2017, terima

kasih atas dukungan dan kebersamaannya.

15. Keluarga besar UKM Katolik Universitas Lampung terima kasih atas

motivasi, kebersamaan, kepercayaan serta pengalaman hidup berorganisasi

selama ini.

16. Almamater Universitas Lampung tercinta yang telah mendewasakanku.

17. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan kepada

penulis mendapat balasan pahala dari Tuhan Yang Maha Esa, dan semoga skripsi

ini bermanfaat.

Bandarlampung, 23 April 2018Penulis,

Katarina Noviana

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL............................................................................................ vi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. ... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... ... 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................................ ... 5

D. Manfaat Penelitian .......................................................................... ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori .................................................................................... 7

1. Efektivitas Pembelajaran .......................................................... 72. Kemampuan Penalaran Matematis ........................................... ... 93. Contextual Teaching and Learning (CTL) ............................... 114. Pembelajaran Konvensional ..................................................... 155. Pendekatan Saintifik ................................................................. 16

B. Kerangka Berpikir .......................................................................... . 18

C. Anggapan Dasar ............................................................................. 21

D. Hipotesis ......................................................................................... 21

v

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian ...................................................... . 23

B. Desain Penelitian ............................................................................ . 23

C. Data Penelitian ............................................................................... 24

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 24

E. Tahap-Tahap Penelitian .................................................................. 24

F. Instrumen Penelitian ....................................................................... 25

1. Validitas Instrumen .................................................................. 272. Uji Reliabilitas.......................................................................... 283. Daya Pembeda.......................................................................... 294. Tingkat Kesukaran ................................................................... 30

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis .............................. 31

1. Uji Normalitas .......................................................................... 312. Uji Hipotesis.............................................................................. 33

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ............................................................................... 37

B. Pembahasan ..................................................................................... 43

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ......................................................................................... 47

B. Saran ................................................................................................ 48

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Desain Penelitian Pretest-Posttest Control Group ................................... 24

3.2 Pedoman Penyekoran Soal Kemampuan Penalaran Matematis................ 26

3.3 Kategori Kemampuan Penalaran Matematis............................................ 26

3.4 Kriteria Koefisien Reliabilitas................................................................... 28

3.5 Interpretasi Nilai Daya Pembeda .............................................................. 29

3.6 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran........................................................ 30

3.7 Kriteria Indeks Gain ................................................................................ 31

3.8 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Gain Kemampuan

Penalaran Matematis ................................................................................. 32

4.1 Data Skor Awal Kemampuan Penalaran Matematis ................................ 37

4.2 Data Skor Akhir Kemampuan Penalaran Matematis ................................ 38

4.3 Data Gain Kemampuan Penalaran Matematis .......................................... 39

4.4 Pencapaian Indikator Kemampuan Penalaran Matematis......................... 41

4.5 Hasil Uji Mann-Whitnney U ..................................................................... 42

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. PERANGKAT PEMBELAJARAN

A.1 Silabus Pembelajaran ........................................................................ 55

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) CTL ............................. 62

A.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvensional ............... 77

A.5 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ............................................... 89

B. PERANGKAT TES

B.1 Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan PenalaranMatematis Siswa ................................................................................. 114

B.2 Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematis dan ............................. 115

B.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan PenalaranMatematis Siswa ................................................................................. 116

B.4 Kunci Jawaban Soal Tes Kemampuan penalaranMatematis Siswa ................................................................................. 117

B.5 Form PenilaianTes Kemampuan PenalaranMatematis Siswa ................................................................................. 120

C. ANALISIS DATA

C.1 Analisis Reliabilitas Tes.................................................................... 123

C.2 Analisis Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran .............................. 124

C.3. Rekapitulasi Skor Kemampuan Awal dan Akhir PenalaranMatematis Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen............................... 125

viii

C.4 Data Perhitungan Gain Kemampuan PenalaranMatematis Siswa Pada Kelas Kontrol ................................................. 129

C.5 Data Perhitungan Gain Kemampuan PenalaranMatematis Siswa Pada kelas Eksperimen ........................................... 130

C.6. Uji Normalitas Data Skor Gain Siswa Pada KelasEksperimen dan Kontrol ..................................................................... 131

C.7 Peringkat Skor gain Siswa di Kelas Kontroldan Kelas Eksperimen......................................................................... 137

C.8 Uji Mann-Whitney U Skor Gain Penalaran Siswa PadaPendekatan CTL dan Pembelajaran Konvensional............................. 139

C.9 Uji Proporsi Penalaran Matematis Siswa Pada Kelasdengan Pendekatan CTL ..................................................................... 141

C.10 Analisis Indikator Skor Kemampuan Awal dan AkhirPenalaran Matematis Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen ............. 143

D. LAIN-LAIN

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sarana yang sangat penting bagi kelangsungan hidup

manusia. Hal ini disebabkan karena pendidikan berperan aktif dalam menciptakan

manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam melangsungkan kehidupannya.

Dengan pendidikan juga pengetahuan dan keterampilan manusia dalam segala

aspek dapat berkembang. Didukung dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan nasional bertujuan untuk

mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia beriman dan bertakwa

kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pembelajaran merupakan salah satu upaya mewujudkan tujuan pendidikan

nasional. Pembelajaran dapat dilakukan dimana saja, salah satunya di sekolah. Di

sekolah terdapat banyak mata pelajaran yang dipelajari peserta didik, salah

satunya adalah matematika.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan penting

dalam pendidikan. Sebagai bukti, matematika diberikan pada semua jenjang

pendidikan mulai dari pendidikan sekolah dasar hingga tingkat perguruan tinggi.

Salah satu kemampuan yang harus dikembangkan peserta didik dalam pelajaran

2

matematika adalah penalaran matematis. Sejalan dengan Permendikbud Nomor 58

Tahun 2014, mata pelajaran matematika tingkat SMP/MTs bertujuan agar peserta

didik memiliki kemampuan salah satunya menggunakan penalaran pada sifat,

melakukan manipulasi matematika baik dalam penyederhanaan, maupun

menganalisa komponen yang ada dalam pemecahan masalah dalam konteks

matematika maupun di luar matematika yang meliputi kemampuan memahami

masalah, membangun model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh termasuk dalam rangka memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari. Alasan kemampuan penalaran perlu dikembangkan bukan

hanya karena terdapat di Permendikbud, tetapi peran penting penerapan

kemampuan penalalaran dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan penalaran

matematis siswa merupakan suatu aktivitas berpikir siswa dalam pengambilan

suatu simpulan yang berupa pengetahuan (Suriassumantri, 2001: 42).

Kemampuan bernalar tidak hanya dibutuhkan pada saat pelajaran matematika

ataupun pelajaran lainnya, namun sangat dibutuhkan ketika siswa dituntut untuk

memecahkan masalah dan mengambil kesimpulan dalam permasalahan hidup

(Depdiknas, 2006: 346).

Pada kenyataannya tujuan pembelajaran matematika di Indonesia belum tercapai

dengan baik karena kemampuan matematis siswa Indonesia masih tergolong

rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis The Trends International

Mathematics and Science Study (TIMSS) untuk matematika pada tahun 2011,

lebih dari 95% siswa Indonesia hanya mampu sampai level menengah, jauh lebih

rendah dari negara-negara ASEAN yang lain seperti Thailand, Malaysia, dan

Singapura. Rata-rata persentase yang paling rendah yang dicapai oleh peserta

3

didik Indonesia adalah pada domain kognitif pada level penalaran (reasoning)

yaitu 17%. Rendahnya kemampuan matematika peserta didik pada domain

penalaran perlu mendapat perhatian.

Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan penalaran matematis

siswa. Salah satu faktor penyebabnya adalah pembelajaran yang diterapkan guru

kurang efektif. Guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional

(teacher center) padahal saat ini menggunakan kurikulum 2013 yang seharus

menerapkan pendekatan saintifik sehingga siswa kurang terlibat aktif dalam

pembelajaran. Selain pembelajaran yang kurang efektif, siswa hanya mencatat

jawaban soal yang telah dibahas tanpa mengetahui maknanya. Siswa juga

terkadang hanya sekedar mencatat rumus yang disampaikan oleh guru tanpa tahu

asal-usulnya, sehingga mereka hanya menghafal rumus.

Rendahnya kemampuan penalaran matematis siswa juga terjadi di SMP Negeri 3

Natar. Saat guru menyampaikan materi kepada siswa, terlihat guru lebih banyak

meyampaikan informasi dan siswa hanya mencatat. Pada pembelajaran seperti itu

terlihat siswa kurang terlibat aktif dalam mengembangkan kemampuan yang

mereka miliki, termasuk kemampuan penalaran matematisnya. Dalam proses

pembelajaran, siswa tidak mengeksplorasi, menemukan sifat-sifat, mengajukan

konjektur dan hanya menerima apa yang disajikan oleh guru. Salah satu

pendekatan yang memfasilitasi siswa agar terlibat aktif dalam proses

pembelajaran adalah pendekatan contextual teaching and learning (CTL) atau

yang sering disebut pendekatan kontekstual.

4

Pendekatan CTL dipilih karena pendekatan ini siswa langsung dibawa memahami

suatu persoalan dengan mengaitkannya dengan dunia nyata. Sejalan dengan

Sanjaya (2012: 253) CTL merupakan pembelajaran yang menekankan kepada

proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan konsep materi

yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga

mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Trianto (2009: 104) menyatakan bahwa pada pendekatan CTL fungsi dan peranan

guru hanya sebagai mediator, siswa lebih proaktif untuk merumuskan sendiri

tentang fenomena yang berkaitan dengan fokus kajian secara kontekstual. Peran

guru dalam pendekatan CTL tidak langsung memberikan rumus atau penjelasan

rinci mengenai suatu pokok bahasan yang dipelajari malainkan guru hanya

bertindak sebagai fasilitator sehingga siswa mampu mengembangkan kemampuan

berpikirnya yang berakibat pada peningkatan kemampuan penalaran

matematisnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam pendekatan CTL, guru

tidak menyampaikan banyak informasi kepada siswa melainkan siswa dituntut

aktif dalam proses pembelajaran. Seperti halnya pendekatan saintifik yang

digunakan di kurikulum. Pendekatan saintifik memberikan kesempatan bagi

siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Oleh kakena itu, dengan

menerapkan pendekatan CTL ini dapat membantu dalam meningkatkan penalaran

matematis siswa.

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Apakah CTL efektif ditinjau dari kemampuan penalaran matematis siswa

kelas VII di SMP Negeri 3 Natar tahun Pelajaran 2017/2018?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas CTL ditinjau dari

kemampuan penalaran matematis siswa kelas VII di SMP Negeri 3 Natar tahun

Pelajaran 2017/2018.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dalam pendidikan

matematika yang berkaitan dengan model pendekatan CTL ditinjau dari

kemampuan penalaran matematis siswa.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

bagi guru mengenai proses pembelajaran terkait efektivitas CTL ditinjau dari

kemampuan penalaran siswa. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan

referensi untuk penelitian lebih lanjut tentang CTL serta kemampuan

penalaran siswa.

6

E. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun Ruang lingkup penelitian ini antara lain:

1. Efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan pembelajaran siswa

untuk menerima pelajaran atau konsep tertentu, yang diwujudkan dari hasil

belajar. Dalam penelitian ini, suatu pembelajaran dikatakan efektif jika

presentase peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa pada kelas

dengan pendekatan CTL lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan

penalaran matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dan

presentase siswa yang memiliki kemampuan penalaran matematis yang

terkategori baik lebih dari 60% dari jumlah siswa yang mengikuti pendekatan

CTL.

2. Contextual Teaching and Learning (CTL)

CTL adalah konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara

materi pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa secara nyata, kemudian

menghubungkan dan menerapkan hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.

Komponen pendekatan CTL dalam penelitian ini meliputi konstruktivisme,

inkuiri, bertanya, pemodelan, masyarakat belajar, dan refleksi.

3. Kemampuan penalaran matematis adalah proses berpikir dalam menarik

suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan, menghubungkan fakta-fakta

menuju suatu kesimpulan. Dalam penelitian ini, kemampuan penalaran yang

pada materi aljabar.

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008) berasal dari

kata efektif yang berarti ada efeknya dan pengaruhnya. Menurut Siagian (2001:

24), efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam

jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan

sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukkan

keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil

kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya. Dengan

demikian, efektivitas adalah tercapainya sasaran atau tujuan yang telah

direncanakan sebelumnya melalui tindakan atau perbuatan.

Efektivitas merujuk pada kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui suatu

pengaruh yang dihasilkan dari suatu perlakuan. Efektivitas juga memiliki

keterkaitan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang

diperoleh, kegunaan, atau manfaat dari hasil yang diperoleh, serta tingkat daya

fungsi unsur atau komponen. Pengukuran keefektifan suatu perlakuan dapat

dilakukan dengan melihat apakah tujuan yang ditentukan tercapai dengan baik dan

juga dilakukan sesuai prosedur.

8

Menurut Pasaribu dan Simanjuntak (1993: 80), suatu pembelajaran dikatakan

efektif apabila menghasilkan sesuatu sesuai dengan apa yang diharapkan atau

dengan kata lain tujuan yang diinginkan tercapai. Sedangkan menurut Rusman

(2012:325) pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan

pengalaman baru kepada siswa untuk membentuk kompetensi siswa, serta dapat

menghantarkan siswa ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Pernyataan

tersebut sesuai dengan pernyataan Sinambela (2006: 78) bahwa suatu kegiatan

pembelajaran dikatakan efektif apabila mencapai sasaran yang diinginkan, baik

dari segi tujuan pembelajaran maupun prestasi siswa yang maksimal. Indikator

keefektifan pembelajaran antara lain: (1) ketercapaian tujuan pembelajaran; (2)

ketercapaian keefektifan aktivitas siswa, yaitu pencapaian waktu ideal yang

digunakan siswa untuk melakukan setiap kegiatan yang termuat dalam rencana

pembelajaran; (3) respon siswa terhadap pembelajaran yang positif.

Disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah ukuran atau tingkat

keberhasilan siswa dalam menerima pelajaran dan setelah melakukan aktivitas-

aktivitas belajar siswa memahami konsep tertentu. Keberhasilan siswa tersebut

diwujudkan dalam hasil belajar, apakah sesuai dengan tujuan yang diharapkan

atau tidak. Dalam penelitian ini, suatu pembelajaran dikatakan efektif jika

peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa pada kelas dengan

pendekatan CTL lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan penalaran

matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dan presentase siswa

yang memiliki kemampuan penalaran matematis yang terkategori baik lebih dari

60% dari jumlah siswa yang mengikuti pendekatan CTL.

9

2. Kemampuan Penalaran Matematis

Pada dasarnya setiap penyelesaian soal matematika memerlukan kemampuan

penalaran. Melalui penalaran, siswa diharapkan dapat melihat bahwa matematika

merupakan kajian yang masuk akal atau logis. Dengan demikian siswa merasa

yakin bahwa matematika dapat dipahami, dipikirkan, dibuktikan, dan dapat

dievaluasi. Materi matematika dan penalaran merupakan dua hal yang saling

berkaitan dan tidak dapat dipisahkan karena materi matematika dipahami melalui

penalaran dan penalaran dipahami dan dilatih melalui belajar matematika

(Depdiknas, 2002:6).

Istilah penalaran matematis dalam beberapa literatur disebut dengan mathematical

reasoning. Brodie (2010:7) menyatakan bahwa, “Mathematical reasoning is

reasoning about and with the object of mathematics.” Pernyataan tersebut dapat

diartikan bahwa penalaran matematis adalah penalaran mengenai dan dengan

objek matematika. Selain itu, Shadiq (2004:2) menjelaskan penalaran (jalan

pikiran atau reasoning) sebagai: “Proses berpikir yang berusaha menghubung-

hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada suatu

kesimpulan”. Menurut Tim Balai Pustaka dalam Shofiah (2007: 14) istilah

penalaran mengandung tiga pengertian, diantaranya:

a) cara (hal) menggunakan nalar, pemikir atau cara berpikir logis,b) hal mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan

dengan perasaan atau pengalaman,c) proses mental dalam mengembangkan atau mengendalikan pikiran dari

beberapa fakta atau prinsip.

10

Penalaran matematika yang mencakup kemampuan untuk berpikir secara logis

dan sistematis merupakan ranah kognitif matematik yang paling tinggi. Wardhani

(Nailil, 2011:12) menyatakan bahwa indikator-indikator kemampuan penalaran

matematika siswa adalah:

1. Mengajukan dugaan

2. Melakukan manipulasi matematika

3. Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberi alasan terhadap kebenaran

solusi

4. Menarik kesimpulan dari suatu pernyataan

5. Memeriksa kesahihan suatu argumen

6. Menentukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.

Selain itu penjelasan teknis Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor

506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang rapor diuraikan bahwa

indikator siswa yang memiliki kemampuan dalam penalaran matematika adalah:

a. Mengajukan dugaan

Siswa menentukan jawaban sementara atas permasalahan yang diberikan.

b. Melakukan manipulasi matematika.

Siswa mengatur atau mengerjakan soal dengan cara yang pandai sehingga

tercapai tujuan yang dikehendaki.

c. Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap

kebenaran solusi.

Siswa dapat menarik kesimpulan yang logis dengan memberikan alasan pada

langkah penyelesaiannya.

11

d. Menarik kesimpulan dari pernyataan.

Siswa dapat menyajikan pernyataan matematika baik secara lisan, tertulis,

gambar dan diagram.

e. Memeriksa kesahihan suatu argumen.

Siswa memeriksa kebenaran dari suatu pendapat.

f. Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.

Siswa dapat menggunakan pola-pola yang diketahui kemudian

menghubungkannya untuk menganalisa situasi matematik yang terjadi.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penalaran adalah kemampuan untuk

berpikir atau pemahaman mengenai permasalahan matematis secara logis untuk

memperoleh penyelesaian, menjelaskan atau memberikan alasan atas penyelesaian

kemudian menarik kesimpulannya. Adapun indikator kemampuan penalaran

matematis yang dipakai dalam penelitian ini terkait dengan materi bentuk aljabar

adalah menyajikan pernyataan matematika secara tertulis, mengajukan dugaan,

melakukan manipulasi matematikan, menarik kesimpulan, menyusun bukti,

memberikan alasan atau bukti terhadap suatu solusi, dan menentukan pola dari

gejala matematis untuk membuat generalisasi.

3. Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pendekatan CTL didasarkan pada konstruktivisme. Dalam pembelajaran,

konstruktivisme bisa dimaknai sebagai proses belajar peserta didik untuk

membangun pengetahuan baru dengan bahan dasar pengetahuan awal yang telah

mereka miliki. Dalam pendekatan CTL, siswa diarahkan belajar melalui

mengalami, bukan menghafal. Glasersfeld (Komalasari, 2010) menegaskan

12

bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan. Pengetahuan bukanlah

gambaran dari dunia yang ada. Pengetahuan merupakan akibat dari konstruksi

kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang.

Menurut Nurhadi (Rusman 2012: 199) pendekatan kontekstual adalah konsep

belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan

situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan menerapkannya dalam kehidupan mereka

sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat

Johnson (Kunandar, 2007), bahwa pendekatan CTL merupakan suatu proses

pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran

yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan

mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan

budayanya.

CTL memiliki tujuh komponen utama, sebagaimana dijelaskan dalam Trianto

(2010: 111-120), yaitu:

1. Konstruktivisme (contructivism)

Konstruktivisme adalah landasan berpikir pembelajaran kontekstual yang

menyatakan bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,

yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.

2. Menemukan (inquiry)

Menemukan merupakan inti dari pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan

keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat

13

seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus

selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan.

3. Bertanya (questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Bertanya

merupakan strategi utama pembelajaran berbasis kontekstual. Bertanya dalam

pembelajaran sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan

menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan

hal yang penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri,

yaitu menggali informasi, mengonfirmasikan apa yang sudah diketahui. Dalam

aktivitas belajar, kegiatan bertanya dapat diterapkan antara siswa dengan siswa,

antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang

lain dan sebagainya.

4. Masyarakat belajar (learning community)

Konsep masyarakat belajar menyarankan agar pembelajaran diperoleh dari

kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari ‘sharing’ antar

teman, antar kelompok, dan antara yang sudah tahu dan belum tahu.

5. Pemodelan (modeling)

Pemodelan artinya dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan

tertentu, ada model yang bisa ditiru. Pemodelan dasarnya membahasakan

gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan

bagaimana para siswanya belajar, dan melakukan apa yang diinginkan guru.

Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep

atau aktivitas belajar.

14

6. Refleksi (reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke

belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi

merupakan gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru saja

diterima.

7. Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan

gambaran perkembangan belajar siswa. Penilaian yang sebenarnya dapat

diartikan juga kegiatan menilai siswa yang menekankan pada apa yang

seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen

penilaian.

Berdasarkan uraian tersebut, pendekatan CTL adalah salah satu pembelajaran

yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk membantu

mendapatkan makda dalam pelajaran yang dipelajari dan menghubungkan dengan

situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya

dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pendekatan CTL yang digunakan dalam

penelitian ini, komponen itu antra lain: kontrutivisme (pengetahuan dibangun oleh

manusia sedikit demi sedikit), inquiri (menemukan), questioning (bertanya),

lerning community (masyarakat belajar), modeling (pemodelan), dan reflection

(refleksi). Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) tidak digunakan

karena melihat objek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP. Dengan

menerapkan komponen-komponen CTL dalam penelitian ini diharapkan siswa

dapat aktif dan membuat pembelajaran semakin bermakna.

15

4. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvesional merupakan penyampaian pelajaran menggunakan

metode ceramah, tanya jawab dan penugasan. Guru selalu mendominasi kegiatan

pembelajaran, sedangkan siswa bertindak sebagai obyek pembelajaran yang harus

menyerap informasi dari guru. Tidak ada kesempatan bagi siswa untuk memberi

kontribusi kepada penemuan pengetahuan dan keterampilan serta sikap sebagai

hasil pembelajaran tersebut.

Menurut Sanjaya (2009:177), pembelajaran konvensional adalah model

pembelajaran yang menekankan pada penyampaian materi secara verbal dari

seorang guru kepada kelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai

materi secara optimal. Pembelajaran konvensional ini lebih banyak guru

berceramah di kelas. Peran guru dalam metode ceramah lebih aktif dalam hal

menyampaikan bahan pelajaran, sedangkan peserta didik hanya mendengarkan

dan mencatat penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh guru.

Menurut Efendi (1988:350), pembelajaran dengan pendekatan konvensional sama

dengan pembelajaran tradisional yaitu pembelajaran secara klasikal yang

menggunakan metode ajar yang biasanya digunakan guru-guru di sekolah.

Dimana guru menjadi sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi

pilihan utama metode mengajar. Dalam pembelajaran konvensional murid-murid

dirumuskan minatnya, kepentingannya, kecakapan, dan kecepatan belajarnya

relatif sama, sehingga siswa akan pasif dan hanya menerima.

16

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan pembelajaran konvensiaonal adalah

pembelajaran dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan serta pembagian

tugas dan latihan. Dalam proses pembelajaran, komunikasi hanya berpusat

kepada guru sehingga siswa hanya sesekali dapat bertanya atau mencatat hal yang

dianggap penting dari penjelasan guru.

5. Pendekatan Saintifik

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik artinya pembelajaran itu

dilakukan secara ilmiah. Oleh karena itu, pendekatan saintifik (scientific) disebut

juga sebagai pendekatan ilmiah. Pendekatan saintifik merupakan kerangka ilmiah

pembelajaran yang diterapkan pada Kurikulum 2013. Proses pembelajaran ini

dapat disamakan dengan suatu proses ilmiah karena didalamnya terdapat tahapan-

tahapan terutama dalam kegiatan inti. Pendekatan saintifik dapat di sebut juga

sebagai bentuk pengembangan sikap baik religi maupun sosial, pengetahuan, dan

keterampilan peserta didik dalam mengaplikasikan materi pelajaran. Dalam

pendekatan ini peserta didik tidak lagi dijadikan sebagai objek pembelajaran,

tetapi dijadikan subjek pembelajaran, guru hanya sebagai fasilitator dan motivator

saja.

Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang berpusat kepada siswa. Majid

(2014: 211) menyebutkan bahwa pendekatan saintifik dalam pembelajaran

meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan,

dan mencipta. Pendapat tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Daryanto

(2014: 59-80), yaitu:

17

a. Mengamati (Observasi)

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran.

Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek

secara nyata, siswa senang dan tertantang, dan mudah dalam pelaksanaan.

Seperti yang diungkapkan oleh Daryanto (2014: 60) bahwa metode

mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu siswa,

sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.

b. Menanya

Guru membuka kesempatan kepada siswa secara luas untuk bertanya

mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, atau dibaca. Daryanto (2014: 65)

mengungkapkan bahwa guru yang efektif mampu menginspirasi siswa untuk

meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan

pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing

atau memandu siswa belajar dengan baik.

c. Menalar

Kegiatan menalar menurut Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 (Daryanto,

2014: 70) adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik

terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan atau eksperimen maupun hasil

dan kegiatan mengumpulkan informasi. Kegiatan ini dilakukan untuk

menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya,

menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut.

d. Mencoba

Hasil belajar yang nyata atau otentik akan didapat bila siswa mencoba atau

melakukan percobaan. Daryanto (2014: 78) mengungkapkan bahwa aplikasi

18

mencoba atau eksperimen dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai

ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

e. Mengkomunikasikan

Guru diharapkan memberi kesempatan kepada siswa untuk

mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari dalam pendekatan

saintifik. Daryanto (2014: 80) mengungkapkan bahwa kegiatan

mengkomunikasikan dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa

yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan

menemukan pola.

Berdasarkan dengan pemaparan diatas, pendekatan CTL dapat menjadi opsi untuk

melakukan pembelajaran di kurikulum 2013. Pendekatan saintifik dapat

menggunakan beberapa strategi seperti pendekatan kontekstual. Dilihat dari

langkah-langkah pendekatan saintifik terdapat kesamaan pada pendekatan CTL

dalam penelitian ini.

B. Kerangka Berpikir

Penelitian tentang efektivitas Contextual teaching and learning (CTL) ditinjau

dari kemampuan penalaran matematis siswa terdiri dari satu variabel bebas dan

satu variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah

pendekatan CTL sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan penalaran

matematis siswa.

Kemampuan penalaran merupakan aspek yang penting dalam matematika.

Dengan kemampuan penalaran akan memudahkan siswa untuk berpikir mengenai

19

cara penyelesaian dari permasalahan-permasalahan matematis, memilah apa yang

penting dan tidak penting dalam menyelesaikan sebuah permasalahan tersebut,

dan menjelaskan atau memberikan alasan atas penyelesaian dari suatu

permasalahan.

CTL merupakan pendekatan pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran

dengan konteks dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari dengan melibatkan

tujuh komponen utama pembelajaran. Adapun komponen-komponen dalam CTL

yang digunakan pada penelitian ini adalah kontruktivisme (contruktivism), inkuiri

(inquiry), bertanya (questioning), pemodelan (modeling), masyarakat belajar

(learning community), dan refleksi (reflection).

Komponen yang pertama adalah konstruktivisme (contruktivism). Dalam

konstruktivisme pengetahuan siswa dibangun secara sedikit demi sedikit.

Pengetahuan yang diperoleh oleh siswa tidak hanya fakta, konsep, atau kaidah

yang siap diambil dan diingat belaka, melainkan siswa harus membangun sendiri

pengetahuannya barulah kemudian memberi makna melalui pengalaman yang

nyata. Siswa dilatih untuk membangun pengetahuan baru yang dipelajarinya

dengan menggunakan bantuan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang dibuat

oleh guru. Dengan bantuan LKPD, siswa dilatih untuk mempelajari materi

dengan membangun pengetahuan yang akan dibahas pada hari itu. Dengan

membangun pengetahuannya sendiri, maka siswa akan mampu untuk menyajikan

pernyataan matematika melalui tulisan dan dapat mengkonstruksikan sendiri

dugaannya.

20

Komponen yang kedua adalah inkuiri. Pengetahuan dan keterampilan yang

diperoleh siswa didapat dengan cara menemukan sendiri. Langkah-langkah

pembelajaran inkuiri dimulai dengan merumuskan masalah, melakukan observasi,

mengamati, menganalisis, mengkomunikasikan dan menyajikan. Dengan langkah

seperti itu, maka siswa akan mampu untuk mengajukan dugaan-dugaan dalam

materi yang dipelajari dan melakukan manipulasi matematika serta dapat menarik

kesimpulan.

Komponen ketiga adalah pemodelan (modeling). Pada proses pembelajaran guru

menampilkan model yang terdapat pada LKPD. Selain itu model bisa berupa cara

guru memberi contoh dalam mengerjakan sesuatu atau melakukan manipulasi

matematika.

Komponen yang keempat adalah bertanya (questioning). Dalam pembelajaran

guru mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan memunculkan pertanyaan-

pertanyaan dan menilai kemampuan berpikir siswa dengan masalah yang dapat

menimbulkan pertanyaan. Melalui proses ini, siswa akan terlatih untuk

menganalisis masalah sehingga siswa akan mampu untuk memperkirakan jawaban

dari proses solusi.

Komponen yang kelima adalah masyarakat belajar (learning community). Pada

pembelajaran ini siswa diminta untuk belajar berkelompok. Hasil belajar

diperoleh melalui sharing antar teman, antar kelompok, ataupun antara siswa yang

mengerti ke siswa yang belum mengerti. Dari kelompok belajar ini sangat

memungkinkan terjadinya proses yang diharapkan, selain itu siswa dibiasakan

untuk saling memberi dan menerima.

21

Komponen yang keenam adalah refeksi (reflection). Dengan melakukan refleksi

akan terlihat sejauh mana pengetahuan yang dibangun sebelumnya dapat

mengendap di pikiran siswa. Refleksi sangat penting untuk dilakukan setiap kali

pertemuan sebelum guru mengakhiri proses pembelajaran.

Dengan menerapkan komponen-komponen pembelajaran yang menggunakan

CTL, maka akan terjadi peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa.

Hal ini tidak terjadi pada pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran

konvensional dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang masih berpusat pada

guru yang mengakibatkan siswa kurang terlibat aktif dalam kegiatan

pembelajaran. Selain itu, kegiatan pada pembelajaran konvensional kurang

memberikan kesempatan interaksi antar siswa dengan siswa maupun dengan guru.

Dengan diterapkan CTL ini, pembelajaran matematika akan menjadi lebih efektif

dan mempunyai kemampuan penalaran matematis dengan kategori baik.

C. Anggapan Dasar

Penelitian ini mempunyai anggapan dasar yaitu semua siswa kelas VII semester

genap SMP Negeri 3 Natar memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan

Kurikulum 2013.

D. Hipotesis

1. Hipotesis Penelitian

Pendekatan CTL efektif ditinjau dari kemampuan penalaran matematis siswa.

22

2. Hipotesis Kerja

a. Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti

pendekatan CTL lebih tinggi dari penalaran matematis siswa yang

mengikuti pembelajaran konvensional.

b. Presentase siswa yang memiliki kemampuan penalaran matematis yang

terkategori baik lebih dari 60% dari jumlah siswa yang mengikuti

pendekatan CTL.

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Natar yang terletak di Jalan Mawar

No.1, Hajimena, Natar, Lampung Selatan. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 3 Natar tahun pelajaran 2017/2018 yang

terdistribusi dalam 10 kelas yakni kelas VII A-VII J yang diajar oleh tiga guru.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive random

sampling yaitu mengambil dua kelas dari 10 kelas dengan pertimbangan kelas

sampel diajar oleh guru yang sama sehingga memiliki pengalaman belajar yang

relatif sama. Berdasarkan teknik tersebut, maka terpilihlah dua kelas yang diajar

oleh Ibu Sumartini, S.Pd. Kemudian dari dua kelas sampel tersebut dipilih sampel

secara acak kelas VIII F yang terdiri dari 31 siswa sebagai kelas eksperimen yang

mengikuti pendekatan CTL dan kelas VIII E yang sebagai kelas kontrol yang

mengikuti pembelajaran konvensional.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment (eksperimen semu) dengan

the pretest–posttest control group design. Pretest dilakukan sebelum diberikan

perlakuan untuk mendapatkan data kemampuan awal penalaran matematis siswa.

Posttest dilakukan setelah diberikan perlakuan untuk mendapatkan data

24

kemampuan akhir penalaran matematis siswa. Sebagaimana yang dikemukakan

Fraenkel dan Wallen (1993: 248), desain pelaksanaan penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian Pretest-Posttest Control Group

KelompokPerlakuan

Pretest Pembelajaran PosttestE Y1 CTL Y2

K Y1 Konvensional Y2

Keterangan :E : kelas eksperimenK : kelas kontrolY1 : kemampuan penalaran matematis siswa sebelum diberikan perlakuanY2 : kemampuan penalaran matematis siswa setelah diberikan perlakuan

C. Data Penelitian

Data penelitian ini adalah data skor kemampuan penalaran awal yang diperoleh

dari pretest, data skor kemampuan penalaran akhir yang diperoleh dari posttest,

dan data skor peningkatan (gain).

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik tes.

Tes diberikan sebelum dan setelah pembelajaran (pretest - posttest) di kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

E. Tahap-Tahap Penelitian

Adapun tahap-tahap dalam penelitian ini adalah

1. Tahap Persiapan Penelitian

a. Melakukan observasi awal, yaitu melihat karakteristik populasi yang ada.

b. Menentukan sampel penelitian.

25

c. Menentukan materi pembelajaran dalam penelitian.

d. Membuat perangkat pembelajaran dan instrumen tes untuk kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

e. Mengonsultasikan instrumen dengan dosen pembimbing

f. Melakukan validasi dan uji coba instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan pretest pada kelas kontrol dan eksperimen.

b. Melaksanakan pembelajaran matematika dengan CTL pada kelas

eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

c. Memberikan posttest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen

d. Mengumpulkan data dari sampel terkait hasil pretest dan postest

3. Tahap Pengolahan Data

a. Mengolah dan menganalisis hasil data yang diperoleh dari masing-masing

kelas.

b. Menyimpulkan hasil penelitian.

c. Menyusun laporan penelitian

F. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah instrumen tes untuk mengukur kemampuan

penalaran matematis siswa. Tes yang diberikan kepada peserta didik berupa soal

uraian. Setiap soal memiliki satu atau lebih indikator penalaran matematis.

Pedoman pemberian skor kemampuan penalaran disajikan pada Tabel 3.2 berikut.

26

Tabel 3.2. Pedoman Penyekoran Soal Kemampuan Penalaran

No.Indikator

KemampuanPenalaran

Respon Siswa Terhadap Soal Skor

1. Menyajikanpernyataanmatematikasecara tertulis.

1. Salah sama sekali (tidak menjawab)2. Salah Menyajikan pernyataan matematika3. Menyajikan pernyataan matematika dengan

selengkapnya

012

2. Mengajukandugaan

1. Tidak mengajukan dugaan sama sekali2. Membuat dugaan yang benar, tetapi belumlengkap

3. Membuat Mengajukan dugaan dengan prosedurdan memperoleh jawaban yang benar

01

2

3. Melakukanmanipulasimatematika

1. Tidak ada jawaban atau jawaban salah2. Melakukan manipulasi matematika denganbenar tetapi belum lengkap

3. Melakukan manipulasi matematika yang4. benar dan mendapatkan hasil benar

01

2

4. Menarikkesimpulan,menyusun bukti,memberikanalasan ataubuktiterhadapbeberapa solusi.

1. Tidak ada kesimpulan atau tidak ada keterangan2. Menarik kesimpulan dengan benar tetapi bukti

dan alasan yang diberikan belum lengkap3. Menarik kesimpulan dengan benar serta bukti

dan alasan yang tepat

01

2

5. Menentukan poladari gejalamatematis untukmembuatgeneralisasi.

1. Tidak memberikan pola matematis secarageneralisasi

2. Memberikan pola matematis tetapi tidak lengkap3. Memberikan pola matematis dengan lengkap dan

benar

0

1

2

Dalam penelitian ini, skor siswa yang memiliki kemampuan penalaran matematis

didasarkan pada interval kepercayaan menurut Azwar (1996:190) dan

dikategorikan seperti pada tabel Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kategori Kemampuan Penalaran Matematis

Skor (X) KategoriX > 20,72 Baik

7,38 < X≤ 20,72 Cukup baikX ≤ 7,38 Kurang baik

27

Skor penalaran matematis terendah yaitu 7,38 didapat dari rata-rata skor posttest

dikurangkan dengan nilai simpangan baku kelas ekperimen. Sedangkan Skor

penalaran matematis terendah yaitu 20,72 didapat dari rata-rata skor posttest

dijumlahkan dengan nilai simpangan baku kelas ekperimen.

Untuk mendapatkan data yang akurat, instrumen tes yang digunakan dalam

penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang baik. Untuk menentukan kriteria

tes yang baik kita akan menguji validitas instrumen, reabilitas tes, daya pembeda

serta tingkat kesukaran instrumen tes tersebut.

a. Validitas Instrumen

Validitas instrumen dalam penelitian ini didasarkan pada validitas isi. Validitas

isi dari instrumen tes penalaran matematis diketahui dengan membandingkan isi

yang terkandung dalam tes dengan indikator pembelajaran yang telah ditentukan.,

untuk mendapatkan perangkat tes yang mempunyai validitas isi yang baik

dilakukan langkah-langkah berikut:

c. Membuat kisi-kisi dengan indikator yang telah ditentukan.

d. Membuat soal berdasarkan kisi-kisi.

e. Meminta pertimbangan kepada guru mitra yang dipandang ahli mengenai

kesesuaian antara kisi-kisi dengan soal dan bahasa yang digunakan.

Instrumen tes dikatakan valid jika soal tes telah dinyatakan sesuai dengan

kompetensi dasar dan indikator kemampuan penalaran matematis. Penilaian

terhadap kesesuaian isi dengan kisi-kisi tes dan kesesuaian bahasa dalam tes

dengan kemampuan bahasa siswa dilakukan dengan mengisi daftar cek (√) oleh

28

guru mitra. Penilaian guru terhadap tes kemampuan penalaran matematis

menunjukkan bahwa tes yang digunakan telah memenuhi validitas isi (Lampiran

B.5). Langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba pada siswa di luar sampel

yaitu kelas VIII F. Data yang diperoleh dari uji coba kemudian diolah untuk

menentukan koefisien reliabilitas tes, nilai daya pembeda, dan nilai tingkat

kesukaran butir soal.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan sejauh mana instrumen dapat dipercaya atau diandalkan

di dalam penelitian. Koefisien reliabilitas dalam penelitian ini dihitung dengan

menggunakan rumus Alpha dalam Arikunto (2011: 195) sebagai berikut.= 1 − ∑Keterangan:

: koefisien reliabilitas yang dicari: banyaknya butir soal∑ : jumlah varians skor tiap-tiap item: varians total

Dalam penelitian ini, koefisien reliabilitas diinterpretasikan seperti yang terlihat

dalam Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Kriteria Koefisien Reliabilitas

Koefisien relibilitas (r11) Kriteria0,80 < r11 ≤ 1,00 Sangat tinggi0,60 < r11 ≤ 0,80 Tinggi0,40 < r11 ≤ 0,60 Sedang0,20 < r11 ≤ 0,40 Rendah0,00 < r11 ≤ 0,20 Sangat rendah

29

Berdasarkan hasil uji coba instrumen tes, diperoleh bahwa nilai koefisien

reliabilitas tes adalah 0,776. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen tes yang

digunakan memiliki reliabilitas yang tinggi. Oleh karena itu instrumen tes layak

digunakan. Hasil Perhitungan reliabilitas tes uji coba soal dapat dilihat pada

lampiran C.1 halaman 123.

c. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa

yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan

rendah. Menurut Sudijono (2011: 389-390), daya pembeda dihitung

menggunakan rumus:=Keterangan :

DP = nilai daya pembeda suatu butir soal= rata-rata skor suatu butir soal dari kelompok atas= rata-rata skor suatu butir soal dari kelompok bawah= skor maksimum butir soal

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang

tertera dalam Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai InterpretasiDP < 0,10 Sangat Buruk

0,10 ≤ DP ≤ 0,19 Buruk0,20 ≤ DP ≤ 0,29 Cukup0,30 ≤ DP ≤ 0,49 Baik

DP ≥ 0,50 Sangat Baik

30

Setelah dilakukan perhitungan diperoleh bahwa nilai daya pembeda adalah 0,222

sampai dengan 0,593 yang berarti instrumen tes memiliki kriteria cukup dan

sangat baik. Hasil perhitungan daya pembeda uji coba instrumen tes dapat dilihat

pada lampiran C.2 halaman 124.

d. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir

soal. Sudijono (2011: 372) mengungkapkan untuk menghitung tingkat kesukaran

suatu butir soal digunakan rumus berikut.

=Keterangan:TK = Nilai kesukaran suatu butir soalJT = Jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperolehIT = Jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal.

Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria

indeks kesukaran menurut Sudijono (2011:372) sebagai berikut.

Tabel 3.6 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Nilai Interpretasi0,00 ≤ TK ≤ 0,15 Sangat Sukar0,16≤ TK ≤ 0,30 Sukar0,31 ≤ TK ≤ 0,70 Sedang0,71 ≤ TK ≤ 0,85 Mudah0,86 ≤ TK ≤ 1,00 Sangat Mudah

Berdasarkan hasil perhitungan instrumen tes diperoleh bahwa nilai kesukaran tes

sebesar 0,310 sampai dengan 0,552 yang berarti instrumen tes yang digunakan

memiliki kriteria sedang. Hasil perhitungan secara rinci dapat dilihat pada

lampiran C.2 halaman 124.

31

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Data yang diperoleh dari hasil pretest dan postest dihitung untuk mengetahui

besarnya peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa kelas eksperimen

dan kelas kontrol. Menurut Hake (1999) besarnya peningkatan dihitung dengan

rumus gain ternormalisasi (normalized gain) yaitu:

= − −Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan

klasifikasi dari Hake sebagai berikut.

Tabel 3.7 Kriteria Indeks Gain

Indeks Gain (g) Kriteriag < 0,7 Tinggi

0,3 < g ≤ 0,7 Sedangg ≤ 0,3 Rendah

Hasil perhitungan skor gain kemampuan penalaran matematis siswa selengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran C.3 - C.5 (halaman 125-130). Dalam penelitian ini,

analisis data pertama yang dilakukan adalah melakukan uji normalitas. Setelah itu

barulah dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji kesamaan dua

rata-rata dan proporsi.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah populasi berdistribusi normal

atau tidak berdasarkan data nilai rata-rata aktivitas sampel. Dalam penelitian ini,

32

untuk menguji hipotesis di atas menggunakan uji Chi-Kuadrat. Uji Chi-Kuadrat

menurut Sudjana (2009:273) adalah sebagai berikut:

a. Hipotesis

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : data gain berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : data gain tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

b. Taraf signifikan yang digunakan adalah α = 0,05

c. Statistik Uji := ( − ) ,Keterangan :

= harga uji chi-kuadrat= frekuensi harapan= frekuensi yang diharapkan= banyaknya pengamatan

d. Kriteria Uji

Terima H0 jika < , dengan χ ( ∝)( )Rekapitulasi uji normalitas data gain kemampuan penalaran matematis disajikan

pada Tabel 3.8. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.6

halaman 131.

Tabel 3.8 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Gain Kemampuan PenalaranMatematis

Kelas Keputusan Uji KeteranganEksperimen 21, 96 7,81 ditolak Tidak Normal

Kontrol 6,32 7,81 diterima Normal

Berdasarkan uji normalitas terlihat bahwa pada kelas eksperimen

> yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti data nilai

33

pada kelas eksperimen tidak berasal dari populasi berdistribusi normal. Dan pada

kelas kontrol < maka H0 diterima, yang berarti data kelas kontrol

berdistribusi normal. Berdasarkan analisis tersebut, maka uji hipotesis yang

dilakukan adalah uji non parametrik.

2. Uji Hipotesis

a. Uji Hipotesis Pertama

Hipotesis pertama berbunyi: “Peningkatan kemampuan penalaran matematis

siswa yang mengikuti pendekatan CTL lebih tinggi daripada peningkatan

kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti pembelajaran

konvensional”. Untuk menguji hipotesis ini, maka dilakukan uji non parametrik

yaitu uji Mann Whitney U karena salah satu sampel beasal dari populasi yang

tidak berdistribusi normal dengan hipotesis sebagai berikut.

a. Hipotesis

H0 : tidak ada perbedaan median antara peningkatan kemampuan penalaran

matematis siswa yang mengikuti CTL dengan median antara

peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional.

H1 : ada perbedaan median antara peningkatan kemampuan penalaran

matematis siswa yang mengikuti CTL dengan peningkatan kemampuan

penalaran matematis siswa yang mengikuti pembelajaran

konvensional.

b. Statistik Uji

34

Langkah selanjutnya menjumlahkan peringkat masing-masing sampel, hasil

perhitungan bisa dilihat pada lampiran C.7 halaman 137.

Statistik yang digunakan untuk uji Mann-Whitney U menurut Rusefendi

(1998: 398) adalah sebagai berikut:

= + ( + 1)2 −= + ( + 1)2 −

Keterangan :n1 = Jumlah sampel kelas eksperimenn2 = Jumlah sampel kelas kontrolU1 = Jumlah peringkat 1U2 = Jumlah peringkat 2∑ = Jumlah rangking pada sampel n1∑ = Jumlah rangking pada sampel n2

Nilai U yang digunakan adalah nilai U yang paling kecil. Karena n1 dan n2

lebih besar dari 20 maka digunakan uji z dengan statistikanya sebagai

berikut:

= ( )c. Kriteria Uji

Tolak H0 jika ℎ ≥ 0,5(1−⍺) dan terima H0 apabila sebaliknya.

Jika hipotesis nol ditolak maka perlu dianalisis lanjutan untuk mengetahui apakah

peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti pendekatan

CTL lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa

yang mengikuti pembelajaran konvensional. Adapun analisis lanjutan tersebut

melihat data sampel mana yang rata-ratanya lebih tinggi. Perhitungan uji Mann-

35

Whitney U data kemampuan penalaran matematis siswa dapat dilihat

selengkapnya pada lampiran C.8 halaman 139.

b. Uji Hipotesis Kedua

Pada uji hipotesis kedua dilakukan uji proporsi dilakukan untuk mengetahui

besarnya presentase siswa yang memiliki kemampuan penalaran matematis

setelah mengikuti pendekatan CTL lebih dari atau sama dengan 60%. Rumusan

untuk pengujian proporsi dilakukan dengan menggunakan formula menurut

Sudjana (2005: 234).

Adapun pengujian proporsi dilakukan dengan menggunakan rumusan sebagai

berikut:

a. Hipotesis

H0 : = 0,60 (Persentase siswa yang memiliki kemampuan penalaran

matematis yang terkategori baik sama dengan 60% dari

jumlah siswa yang mengikuti pendekatan CTL)

H1 : > 0,60 (Persentase siswa yang memiliki kemampuan penalaran

matematis yang terkategori baik lebih dari 60% dari

jumlah siswa yang mengikuti pendekatan CTL)

b. Taraf Signifikan: α = 5%

c. Statistik Uji

= – 0,60, ( , )Keterangan:

36

x = banyak siswa tuntas belajarn = jumlah sampel0,60 = proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan

d. Kriteria uji

Terima H0 jika < ( , ). Harga ( , ) diperoleh dari daftar

normal baku dengan peluang ( , ). Hasil perhitungan uji proporsi

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.9 - C10 (halaman 141-154).

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa contextual

teaching and learning tidak efektif ditinjau dari kemampuan penalaran matematis.

Namun, adanya peningkatan pencapaian indikator kemampuan penalaran

matematis siswa yang mengikuti pendekatan CTL terhadap siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan, penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Kepada guru, pembelajaran dengan menggunakan kurikulum 2013 sudah mulai

diterapkan di sekolah-sekolah yang ada di Indonesia. Pendekatan CTL

merupakan salah satu saran pembelajaran dalam kurikulum 2013 sehingga

pendekatan CTL dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam

pembelajaran matematika. Karena terdapat keterkaitan antara komponen dan

langkah-langkah dalam pendekatan saintifik. Walaupun pada penelitian ini

pendekatan CTL tidak efektif, ada beberapa indikator yang mengalami

peningkatan. Untuk mengatasinya guru harus benar-benar memahami

komponen-komponen yang ada di pendekatan CTL dan guru juga harus

48

memperhatikan pengeloalaan kelas yang baik agar suasana belajar lebih

kondusif sehingga pembelajaran lebih optimal.

2. Kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang kemampuan

penalaran matematis melalui pendekatan CTL disarankan melakukan adaptasi

terlebih dahulu terhadap pendekatan CTL sebelum melakukan penelitian agar

peserta didik menjadi terbiasa dan harus memahami komponen-komponen

yang ada di pendekatan CTL.

49

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saifudin.1996. Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Brodie, Karin. 2010. Teaching Mathematical Reasoning in Secondary SchoolClassroom. New York: Springer.

Daryanto. (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013.Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Depdiknas. 2002. Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan AbadKe-21. Jakarta: Depdiknas.

_________.2004. Peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004 tanggal 11November 2004 tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik SekolahMenengah Pertama (SMP)

________. 2008. Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian BerbasisKompetensi SMP. Jakarta: Depdiknas.

Fraenkel dan Wallen. 1993. How To Design And Evaluate Research In Education.New York: McGraw-Hill Inc.

Hake, Richard R. 1999. Analyzing Change/Gain Scores [online]. Diakses dihttp://www.physics.indiana.edu/sdi/ajpv3i.pdf. [25 Februari 2017].

Komalasari, Kokom.2010. Pembelajaran Kontekstual, Konsep dan Aplikasi.Bandung: Refika Aditama.

Kunandar (2007).Guru Profesional Implementasi Pendidikan (KTSP) dan Suksesdalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Jakarta Pers.

Nailil, Faroh. 2011. Pengaruh Kemampuan Penalaran dan KomunikasiMatematika Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita MateriPokok Himpunan Pada Peserta Didik Semester 2 Kelas VII MTs NU NurulHuda Mangkang Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011. Semarang: IAINWalisongo

50

Majid, Abdul. (2014). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Pasaribu dan S. Simanjuntak. (1993). Pengertian Metode Pembelajaran. Jakarta:Pustaka Utama Riyanto.

Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 tentang kurikulum 2013 sekolah menengahpertama /Madrasah Tsanawiah.

Effendi, H. E. T. 1988. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Eksakta Lainnya.Semarang: IKIP Semarang.

Rusman. 2010. Peran Guru dalam Pembelajaran Kontekstual dan Life Skill.Yogyakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan danPenjaminan Mutu Pendidikan.

_______. (2012). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan ProfesionalismeGuru. Jakarta: RajaGrafindo.Persada.

Sanjaya, Wina. 2006. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum BerbasisKompetensi. Bandung: Fajar Interpratama Offset.

________. 2009. Penelitian tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media.

________. 2008. Strategi Pembelajaran; Berointasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Shadiq, Fajar.(2004). Penalaran, Pemecahan masalah dan Komunikasi DalamPembelajaran matematika. Makalah disajikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMP Jenjang Dasar tanggal 10 s.d. 23 Oktober2004.

Shofiah, S. M. 2007. Pembelajaran Matematika Melalui PendekatanKonstruktivisme dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan PenalaranInduktif Siswa. Bandung: UPI Bandung.

Siagian, P. Sondang. (2001), Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: BumiAksara.

Sinambela L.P. (2006). Reformasi Pelayanan Publik, Teori, Kebijakan danImplementasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindopersda.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung : JICA-UPI.

51

Suriasumantri. (2001). Artikel Penalaran Matematis.http //learning. gunadarma.ac. id/ docmodul / filsafat_ilmu/bab6.penalaran.pdf diakses tanggal 12Januari 2018.

Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:Remaja Rosda Karya.

TIMSS. 2011. International Results in Mathematics. (online). Tersedia di http: -//timssandpirls.bc.edu/timss2011/downloads/T11_IR_Mathematics_FullBook.pdf. Diakses pada tanggal 13 April 208.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta:Kencana.

_______.2010. Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi danImplementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Jakarta: PT Bumi Aksara.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional. Jakarta : Sinar Grafik