Efektivitas Cctv Dalam Mencegah Pencurian
-
Upload
franci-chandra -
Category
Documents
-
view
1.117 -
download
0
Transcript of Efektivitas Cctv Dalam Mencegah Pencurian
EFEKTIVITAS CCTV DALAM MENEKAN
TINGKAT MERCHANDISE LOSS PADA RETAIL STORE
Oleh :
Meliana
1. Latar Belakang
Strategi pemasaran self service pada retail store merupakan
keunggulan yang disukai oleh pelanggan, karena pelanggan memperoleh
kebebasan dan privacy untuk memilih dan membeli produk yang diinginkan.
Namun kondisi tersebut sekaligus memberi peluang besar bagi tindak
kejahatan pencurian barang pada retail store. Pada retail store yang menjual
barang-barang consumer goods, margin laba yang diperoleh cukup kecil,
mengingat mereka harus bersaing dengan toko-toko lainnya. Apabila margin
laba yang kecil ini masih ditambah dengan merchandise loss yang tinggi,
maka retail store akan menderita kerugian yang besar. Oleh karena itu
manajemen operasional ritel dari waktu ke waktu terus mengembangkan
kebijakan loss prevention agar dapat berjalan dengan efektif.
Beck (2001), dalam jurnalnya “Context-Specific Measures of CCTV
Effectiveness in The Retail Sector” memaparkan bahwa di Inggris rata-rata
terdapat 5,5 juta kasus kejahatan di toko ritel per tahun dengan total nilai
kerugian ditaksir mencapai 1,9 milyar poundsterling. Khususnya, pada ritel
fashion, Beck memaparkan bahwa ritel fashion di Inggris yang memiliki rata-
1
rata perputaran uang sekitar 19 milyar poundsterling, ternyata juga menderita
kerugian criminal losses senilai rata-rata 128 juta poundsterling per tahunnya.
Fakta tersebut menunjukkan bahwa betapa rentannya industri ritel terhadap
ancaman criminal losses.
Menurut Beck (2001), kasus-kasus kejahatan pada industri ritel
secara umum didominasi oleh dua hal, yaitu pencurian barang oleh
pengunjung dan kecurangan karyawan. Oleh karena itu langkah-langkah
kebijakan loss prevention harus lebih diarahkan untuk mengantisipasi
terjadinya kasus-kasus tersebut. Di lain pihak kebijakan loss prevention juga
diupayakan agar tidak sampai mengurangi kenyamanan belanja para
pelanggan.
Tingkat keamanan yang tinggi tidak selalu ditandai oleh jumlah
petugas kemanan yang banyak, namun terletak pada security technology yang
digunakan. Hal ini mengingat pelaku pencurian dari waktu ke waktu semakin
pintar. Bila petugas keamanan bertambah banyak, tetapi pelaku pencurian
semakin pintar menyamarkan diri beserta barang bawaannya, maka
keberadaan petugas keamanan menjadi tidak efektif lagi. Saat ini cara kerja
pelaku kejahatan juga semakin canggih dan berlomba dengan teknologi
kemanan itu sendiri. Dengan penerapan teknologi loss prevention yang tepat,
tidak hanya tingkat kemanan yang meningkat, melainkan pengunjung toko
juga akan merasa lebih aman.
Salah satu perangkat kemanan yang cukup efektif digunakan adalah
kamera CCTV. CCTV adalah singkatan dari Closed Circuit Television,
2
merupakan teknologi pengawasan yang memantau berbagai kegiatan dan
lingkungan yang didasarkan pada komunikasi antara kamera dengan monitor
tertentu. Dengan kamera CCTV yang sangat kecil, seorang petugas kemanan
dapat memantau keadaan, dan bila ada kejahatan terjadi, rekaman pada CCTV
cukup dapat dijadikan barang bukti. Salah satu keunggulan kamera CCTV
adalah penggunaan teknologi inframerah yang memberikan kemampuan untuk
mengambil gambar video yang jernih, bahkan dalam kegelapan total sampai
dengan jarak tiga puluh kaki (Sumber artikel bebas: ”CCTV Kamera” dari
situs: http://cctvcamera-online.blogspot.com/2009/06/ cctv-kamera.html.)
Philips (2001) dalam jurnalnya ”A Review Of CCTV Evaluations:
Crime Reduction Effects and Attitudes Towards Its Use”, mengemukakan
bahwa CCTV sangat efektif digunakan sebagai media loss prevention. Philips
melakukan penelitian di toko-toko pakaian di Kota Leeds-Inggris dan
menemukan bahwa keberadaan CCTV diduga mampu menurunkan jumlah
nilai kerugian atas kehilangan barang rata-rata dari 600 poundsterling menjadi
200 poundsterling per minggu. Sedangkan Gill dan Turbin (2000) dalam
jurnalnya “Evaluating Realistic Evaluation: Evidence from a Study of CCTV”
dalam penelitiannya menemukan bahwa keberadaan CCTV tidak berdampak
pada pelaku pencurian secara langsung. Gill dan Turbin berargumen bahwa
pencuri dapat bersikap wajar di depan kamera dan tetap dapat beraksi leluasa
bilamana toko penuh dengan pengunjung. Kendati demikian menurut Gill dan
Turbin, keberadaan CCTV sangat berdampak pada kesiagaan karyawan untuk
3
mengawasi pengunjung, dan dengan demikian secara tidak langsung dapat
menekan terjadinya pencurian.
Biaya loss prevention merupakan aspek yang perlu dipertimbangkan
dalam mengkaji efektivitas perangkat keamanan. Beck (2001) mengemukakan
bahwa total biaya loss prevention yang dikeluarkan oleh industri ritel di
Inggris selama tahun 1995-1996 mencapai 450 juta poundsterling. Dari nilai
tersebut sebesar 16%, yaitu 72 juta poundsterling dialokasikan untuk biaya
instalasi CCTV. Apabila investasi perangkat CCTV yang demikian mahal
tidak memiliki kontribusi yang seimbang dalam mencegah atau menurunkan
merchandise loss, maka efektivitas CCTV perlu dikaji ulang.
Bertolak dari paparan di atas, maka penulis bermaksud mengkaji
lebih dalam tentang efektivitas CCTV dengan melakukan perbandingan antara
pendapat Beck (2001), dalam jurnalnya “Context-Specific Measures of CCTV
Effectiveness In The Retail Sector”, pendapat Philips (2001) dalam jurnalnya
”A Review Of CCTV Evaluations: Crime Reduction Effects and Attitudes
Towards Its Use”, dan pendapat Gill dan Turbin (2000) dalam jurnalnya
“Evaluating Realistic Evaluation: Evidence from a Study of CCTV”. Oleh
karena itu penulis mengangkat judul penulisan makalah: Efektivitas CCTV
dalam Menekan Tingkat Merchandise Loss pada Retail Store.
4
2. Perumusan Masalah
Masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah
bagaimana efektivitas CCTV dalam menekan tingkat merchandise loss pada
retail store?
3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui efektivitas CCTV
dalam menekan tingkat merchandise loss pada retail store
4. Batasan Masalah
Terdapat banyak faktor yang dapat berpengaruh pada tingkat
merchandise loss pada retail store, namun pada makalah ini, pembahasan
hanya difokuskan pada pengaruh CCTV dengan mengkaji sejauh mana
efektivitasnya dalam menekan tingkat merchandise loss pada retail store,
khususnya pada retail store di Indonesia.
5. Tinjauan Pustaka
a. Pengertian CCTV (Closed Circuit Television)
Menurut Suprihono (2009), CCTV adalah komunikasi dan
interkasi baik secara audio, visual (face to face) dan juga data antara satu
bagian atau lebih dalam satu waktu yang dipisahkan oleh ruang (space)
dengan memakai media elektronik.
5
Menurut Evarida (2009: 5) CCTV adalah surveillance camera
atau kamera pengawas yang terdiri dari kamera dan sistem DVR (Digital
Video Recording) yang digunakan untuk mengawasi dan merekam segala
bentuk aktifitas dalam suatu area / lokasi.
Menurut Wikipedia, The Free Encyclopedia (2009), CCTV
didefinisikan sebagai:
“…. the use of video cameras to transmit a signal to a specific
place, on a limited set of monitors. It differs from broadcast
television in that the signal is not openly transmitted, though it
may employ point to point wireless links.”
Artinya CCTV adalah penggunaan kamera video untuk
mengirimkan sinyal ke suatu tempat tertentu, melalui perangkat monitor.
Alat ini berbeda dengan televisi broadcast, karena sinyalnya tidak terbuka
untuk umum, walaupun mungkin sama-sama tidak menggunakan kabel.
Dalam sebuah artikel bebas yang ditulis oleh Riefhid (2009) pada
situs http://mtsox.wordpress. com/2009/01/, CCTV (Closed-Circuit
Television) dideskripsikan memiliki kamera yang akan mentransmisikan
image video ke tempat yang spesifik dan jumlah televisi yang terbatas.
Perbedaannya dengan bentuk televisi biasa, CCTV tidak dapat menerima
monitor lain, bahkan jika di area yang sama sekalipun, kecuali monitor
tersebut telah masuk ke dalam area CCTV. Sistem CCTV biasanya
digunakan untuk alasan keamanan atau komersial ketika orang
memerlukannya bila berada di lingkungan yang berbahaya.
6
b. Mekanisme Kerja CCTV
Mekanisme kerja CCTV secara umum dapat dijelaskan pada
gambar berikut ini:
Gambar 1Mekanisme Kerja CCTV
(Sumber: situs IP CCTV Online: http:// ip cctv .utoko.com/main/index/ page/47 )
Pada gambar di atas dijelaskan mekanisme kerja CCTV, dimana
jaringan internet diakses melalui DSL modem disambungkan ke Firewall
Router. Firewall Router ini berfungsi sebagai hub atau pusat jaringan,
yang selanjutnya menjadi pertemuan jaringan-jaringan kamera dan
monitor. Kamera jarak dekat yaitu front gate monitor dapat langsung
disambungkan melalui kabel, sedangkan untuk kamera dengan lokasi yang
lebih jauh, misalnya di dalam toko atau parkiran mobil, dapat
disambungkan dengan sistem wireless (tanpa kabel) menggunakan
7
perangkat wireless access point. Sinyal berupa audio-visual dari masing-
masing kamera secara on-line akan terhubung dan terrekam pada
workstation monitor dengan bantuan PCI Adapter. Hasil rekaman dapat
disimpan langsung ke dalam hardisk komputer yang terhubung dengan
monitor atau media penyimpan data lainnya. (Sumber: situs IP CCTV
Online: http:// ip cctv .utoko.com/main/index/ page/47 ).
c. Jenis- Jenis Kamera CCTV
Terdapat banyak jenis kamera CCTV dengan berbagai merk dan
variasi, namun secara umum, terdapat 3 jenis kamera CCTV, yaitu:
1. Box Camera
Kamera jenis ini ocok untuk dipasang di rumah, kantor,
atau pertokoan. Kamera CCTV ini berfungsi sebagai
alat monitor ruangan atau gedung yang dapat direkam.
Jenis kameranya ada yang fix (tetap) atau remove
(bergerak) tergantung fokus obyek yang akan diambil
seberapa jauh.
2. Speed Dome Camera
Speed Dome Camera cocok untuk ruangan outdoor,
atau ruangan gedung yang luas tetapi tidak banyak
dipenuhi barang, seperti bank, sekuritas dan sebagainya.
8
Kamera ini memiliki lensa yang fleksibel untuk
pencahayaan pada siang maupun malam hari.
3. Wireless and Non Wireless IP Camera
IP security cameras dapat di sambung langsung ke
modem/switch/router dengan kabel atau nirkabel
(wireless). IP kamera kami memiliki video server
sehingga dapat langsung dilihat melalui komputer/
internet. Tidak perlu DVR atau video capture card
untuk melihat langsung atau hasil rekaman. Dengan
kamera ini pengguna dapat juga melihat rekaman
melalui PDA atau handphone.
(Sumber: Situs Golden Solution Indonesia: http://gsindonesia.indo
network.co.id/group+45384/cameracctv.htm)
d. Pengukuran Efektivitas CCTV
Pawson dan Tilley (dalam Philips, 2001) merumuskan sembilan
mekanisme potensial yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
efektivitas kontribusi CCTV bagi retail store, antara lain:
1. Tertangkap saat beraksi
Keberadaan CCTV akan menekan pencurian, karena dengan CCTV,
maka pencuri yang sedang beraksi akan terdeteksi dari monitor, dan
segera dapat diamankan dan dihukum.
9
2. Perasaan diawasi
Keberadaan CCTV mencegah pencuri potensial yang tidak ingin
perbuatannya terrekam oleh kamera.
3. Mengundang keramaian
Keberadaan CCTV akan membuat orang merasa aman dan leluasa
berjalan di lokasi tersebut, sehingga secara tidak langsung
mengundang keramaian. Hal ini akan mencegah pelaku kejahatan
untuk beraksi.
4. Penangkapan yang efektif
CCTV membantu memfasilitasi petugas keamanan untuk mengetahui
dengan tepat posisi pencuri, sehingga dapat langsung melakukan
tindakan penangkapan atau menggagalkan aksi pencurian dengan tepat
sasaran.
5. Publikasi
Pencuri potensial akan menganggap tempat yang dilengkapi dengan
CCTV sebagai tempat yang terpublikasi atau dalam pengawasan. Hal
ini akan mencegah pencuri potensial untuk menjalankan aksinya.
6. Waktu untuk beraksi
Adakalanya pencuri menghitung waktu untuk beraksi, yaitu seberapa
cepat mereka dapat menjalankan aksi dan kabur sebelum petugas
keamanan datang. Namun dengan adanya CCTV, maka akan
membantu petugas mengetahui lokasi pencuri dengan tepat dan
bertindak lebih cepat.
1
7. Rekaman Aksi
Seandainya pencuri dapat kabur, maka setidaknya profil pencuri
sempat terrekam kamera, sehingga petugas keamanan lebih mudah
dalam melakukan pengejaran dan penangkapan.
8. Lebih Berhati-Hati
Pada tempat yang dilengakapi dengan CCTV akan membuat pencuri
potensial bersikap jauh lebih berhati-hati, bahkan lebih dari orang pada
umumnya.
e. Hasil Penelitian Terdahulu
1. Beck (2001), dalam jurnalnya “Context-Specific Measures of CCTV
Effectiveness In The Retail Sector” menyatakan bahwa kajian tentang
efektivitas CCTV tidak bisa disamakan antara situasi satu dengan
lainnya, melainkan harus difokuskan secara spesifik pada variabel
yang ada dalam situasi-situasi tertentu. Beck menemukan bahwa
keberadaan CCTV lebih efektif dalam upaya pencegahan merchandise
loss. Kendati demikian keberadaan CCTV justru menurunkan
kesiagaan para karyawan toko. Pada akhirnya menurut Beck, nilai
kontribusi CCTV dalam menekan merchandise loss hanya cukup
untuk mengembalikan biaya investasi perangkat CCTV itu sendiri
yang cukup mahal.
2. Philips (2001) dalam jurnalnya ”A Review Of CCTV Evaluations:
Crime Reduction Effects and Attitudes Towards Its Use”, memaparkan
1
hasil penelitian di toko-toko pakaian di Kota Leeds-Inggris dimana
keberadaan CCTV diduga mampu menurunkan jumlah nilai kerugian
atas kehilangan barang rata-rata dari 600 poundsterling menjadi 200
poundsterling per minggu. Kendati demikian, Philips menyatakan
bahwa keberadaan CCTV dapat memberi kontribusi yang efektif
dalam menekan merchandise loss, hanya apabila perangkat loss
prevention lainnya juga diimplementasikan. Philips belum menemukan
apakah CCTV secara independen atau murni tanpa intervensi faktor
lain dapat menekan merchandise loss secara signifikan.
3. Gill dan Turbin (2000) dalam jurnalnya “Evaluating Realistic
Evaluation: Evidence from a Study of CCTV”, mengemukakan bahwa
efektivitas CCTV lebih cenderung sebagai tindakan pencegahan
pencurian daripada untuk menangkap atau mengadili pencuri yang
tertangkap. Gill dan Turbin menemukan setiap minggu rata-rata
terdapat lebih dari satu tindakan pencurian yang tertangkap dengan
bantuan CCTV. Namun karena rasa takut karyawan terhadap
kemungkinan disakiti oleh pencuri, maka biasanya karyawan hanya
meminta kembali barang curian dan menyuruh pencuri pergi.
Karyawan justru lebih menganggap keberadaan CCTV ditujukan
untuk mengawasi mereka agar tidak melakukan kecurangan. Gill dan
Turbin menemukan keberadaan CCTV tidak berdampak langsung
pada pelaku pencurian, karena pencuri dapat bersikap wajar di depan
kamera dan dapat beraksi leluasa bilamana toko penuh dengan
1
pengunjung. Kendati demikian menurut Gill dan Turbin, keberadaan
CCTV sangat berdampak pada kesiagaan karyawan untuk mengawasi
pengunjung, dan dengan demikian secara tidak langsung dapat
menekan terjadinya pencurian oleh pengunjung sekaligus juga
kecurangan oleh karyawan.
6. Daftar Pustaka
_______. 2009. CCTV Kamera. http://cctvcamera-online.blogspot.com/2009/ 06/ cctv-kamera.html
Beck, Adrian and Andrew Willis (2001), Context-Specific Measures of CCTV Effectiveness In The Retail Sector. Crime Prevention Studies, volume 10, pp. 251-269.
Evarida, Yustina. 2009. Pengaruh Pengawasan dengan Menggunakan CCTV thd Disiplin Kerja Karyawan pd PT. Bank SUMUT kantor Pusat Medan. Skripsi. Medan. Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia.
Gill, Martin and Vicky Turbin. 2000. Evaluating Realistic Evaluation: Evidence from a Study of CCTV. Crime Prevention Studies, volume 10, pp. 179-199
Golden Solution Indonesia. 2009. Jenis-Jenis Kamera CCTV. http:// gsindonesia.indonetwork.co.id/group+45384/cameracctv.htm)
IP CCTV Online. Cara Kerja CCTV. http:// ip cctv .utoko.com/main/index/ page/47).
Philips, Coretta. 2001. A Review Of CCTV Evaluations: Crime Reduction Effects and Attitudes Towards Its Use. Crime Prevention Studies, volume 10, pp. 123-155.
Suprihono, 2009. Jaringan CCTV Provinsi Lampung. http://syopian.net/ blog/?p=801
1
Posted by :
Home Statistics
Jl. AR. Saleh Nganjuk
0358 – 7683708
Melayani :
- Olah dan analisis data SPSS / manual
- Konsultan penelitian, makalah, skripsi dan tesis
- Penyusunan macam-macam makalah, skripsi, tesis, RPP, Askep, jurnal KTI, dll
- Desain kuesioner dan metodologi riset
- Tim surveyor dan intelijen pasar
- Desain sistem informasi dan database
- Audit laporan keuangan
- Pembuatan buku profil (personal, perusahaan dan region)
- Terjemahan Inggris untuk Pendidikan, Ekonomi dan Kedokteran (non transtool).
1