STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

93
STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV TERHADAP KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK DALAM KBM DI MI MA’ARIF CEKOK, BABADAN DAN MI MA’ARIF SINGOSAREN, JENANGAN, PONOROGO TAHUN 2019/2020 SKRIPSI OLEH ENDAH LUX VITASARI NIM. 210616104 JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO OKTOBER 2020

Transcript of STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

Page 1: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN

CCTV TERHADAP KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK

DALAM KBM DI MI MA’ARIF CEKOK, BABADAN

DAN MI MA’ARIF SINGOSAREN, JENANGAN,

PONOROGO

TAHUN 2019/2020

SKRIPSI

OLEH

ENDAH LUX VITASARI

NIM. 210616104

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH

IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

OKTOBER 2020

Page 2: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

ii

ABSTRAK

Vitasari, Endah Lux. 2020. Studi Komparasi Efektivitas

Kegunaan CCTV Terhadap Kedisiplinan Peserta

Didik dalam KBM di MI Ma’arif Cekok, Babadan dan

MI Ma’arif Singosaren, Jenangan, Ponorogo Tahun

2019/2020. Skripsi. Pembimbing, Dr. Moh. Miftachul

Choiri, M.A..

Kata Kunci: CCTV, Kedisiplinan peserta didik, KBM

Sekolah yang disiplin merupakan salah satu upaya

dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Sekolah yang disiplin

dapat diindikasikan ke dalam sekolah yang taat terhadap

aturan yang diberlakukan. Sikap pertama yang harus

dibangun dalam menaati setiap kebijakan yaitu dengan

menanamkan sikap disiplin kepada guru dan siswa. Sikap

disiplin guru yang terbentuk akan memberikan pengaruh

terhadap kedisiplinan peserta didik di sekolah karena guru

dianggap sebagai contoh dan teladan bagi mereka.

Kedisiplinan di sekolah dapat terbentuk dengan kesadaran

baik guru maupun siswa. Sehingga selain menetapkan

peraturan sebagai tata tertib sekolah pengawasan juga sangat

diperlukan dalam membentuk karakter disiplin tersebut.

Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan

kedisiplinan siswa di dua sekolah yang berbeda. Tujuan

penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbandingan

kedisiplinan peserta didik dalam KBM di dua sekolah yang

menggunakan CCTV dan yang tidak menggunakan CCTV.

Page 3: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

iii

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif

yang menggunakan metode komparasi dengan instrumen

berupa angket penelitian. Populasi pada penelitian ini

berjumlah 36 peserta didik dari kelas 4 di MI Ma’arif Cekok,

Babadan dan MI Ma’arif Singosaren, Jenangan, Ponorogo.

Sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive

sampling, dengan 17 peserta didik dari kelas 4 sebagai

anggota sampel dari masing-masing sekolah.

Berdasarkan hasil pengujian data terbukti bahwa

sekolah yang menggunakan CCTV memiliki kedisiplinan

yang lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah yang tidak

menggunakan CCTV. Penggunaan CCTV dalam

meningkatkan kedisiplinan peserta didik memiliki tingkat

yang sangat efektif dengan skala indikator terpenuhi 15 ≤

x ≤ 20 pada skor angket yang digunakan. Keefektifan

penggunaan CCTV terbukti dari hasil uji independent sample

t-test dengan membandingkan kedisiplinan peserta didik

pada dua sekolah yaitu MI Ma’arif Cekok, Babadan dan MI

Ma’arif Singosaren, Jenangan, Ponorogo yang diperoleh

hasil Thitung= 6,172 dengan Ttabel= 2,042. Berdasarkan hasil

pengujian tersebut dapat diketahui bahwa hasil THitung > TTabel,

sehingga H1 diterima dan Ho ditolak. Dari hasil penghitungan

tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa terdapat

perbedaan rata-rata yang signifikan antara tingkat

kedisiplinan siswa dalam KBM di MI Ma’arif Cekok,

Babadan dan MI Ma’arif Singosaren, Jenangan, Ponorogo.

Page 4: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

iii

Page 5: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

iv

Page 6: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

v

Page 7: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

vi

Page 8: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional merumuskan tujuan pendidikan

yang ingin dicapai yaitu mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.1 Berdasarkan

undang-undang tersebut, pendidikan bertujuan untuk

mengembangkan kemampuan dan karakter peserta didik

dalam mencapai tujuan nasional.

Menurut Wina Sanjaya pembelajaran merupakan

bagian dari proses pendidikan yang dilaksanakan untuk

membantu pencapaian tujuan pendidikan. Pembelajaran

merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar pada lingkungan

belajar tertentu. 2 Pembelajaran perlu memperhatikan

hubungan edukatif antara guru dan siswa, metode

pembelajaran, sarana dan prasarana serta lingkungan

atau suasana yang memadai agar proses pembelajaran

dapat berjalan dengan baik.

1 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar

Proses Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), 15-17.

Page 9: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

2

Keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat

ditentukan oleh kemampuan guru. Hal ini disebabkan

guru merupakan orang yang berhadapan langsung

dengan siswa. Dalam proses pembelajaran, guru

berperan sebagai perencana sekaligus pelaksana

pembelajaran. Seorang guru harus mampu menunjukkan

kinerja atas dasar moral dan profesional yang dapat

dipertanggungjawabkan. Penilaian kerja guru tidak

boleh hanya formalitas belaka, tetapi yang dapat

mendorong peningkatan kinerja secara berkelanjutan.

Apalagi bagi guru yang memiliki kinerja dibawah

standar, ia harus memperoleh tindak lanjut dari pimpinan.

Rendahnya kinerja guru dapat menurunkan mutu

pendidikan dan menghambat tercapainya visi di suatu

sekolah. Oleh karena itu, kinerja guru harus dikelola

dengan baik dan dijaga agar tidak mengalami penurunan.

Upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan kinerja

guru di sekolah harus tetap dilakukan meskipun tidak ada

kesenjangan. Sebab, perubahan lingkungan eksternal

suatu lembaga yang sangat cepat mendorong pada

meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi pada suatu

lembaga terutama lembaga pendidikan.

Kepala sekolah menduduki posisi penting yang

strategis dalam pencapaian keberhasilan suatu sekolah

dan berperan sebagai pemimpin pendidikan,

administrator, dan supervisor. Kepala sekolah sebagai

pemimpin mempunyai tugas dalam memimpin staf, guru

atau pegawai sekolah untuk membina kerjasama yang

harmonis antara anggota staf. Dengan kerjasama yang

Page 10: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

3

harmonis, semangat, dan motivasi kerja sebagai staf

dapat berkembang sehingga dapat meningkatkan suasana

yang kondusif. 3

Di lembaga pendidikan salah satunya sekolah,

seorang pemimpin dapat memotivasi guru dan siswanya

agar tercapai tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah

dengan menaati setiap peraturan yang berlaku di

sekolah. Sekolah yang disiplin dapat diindikasikan

kedalam sekolah yang taat terhadap aturan yang

diberlakukan. Sikap pertama yang harus dibangun dalam

menaati setiap kebijakan yaitu dengan menanamkan

sikap disiplin baik kepada guru ataupun siswa dan

seluruh anggota sekolah. Sikap disiplin guru yang

terbentuk juga akan berpengaruh kepada kedisiplinan

peserta didik di sekolah karena guru dianggap sebagai

contoh dan teladan. Kedisiplinan guru yang baik akan

menumbuhkan pemahaman dan kesadaran bagi siswa

untuk bersikap disiplin dan taat terhadap setiap peraturan

yang ada. Sikap disiplin antara guru dan siswa di sekolah

dapat terbangun dengan adanya pengawasan dan kontrol

serta tindak lanjut dari kepala sekolah.

Pelaksanaan fungsi pengawasan dan kontrol oleh

kepala sekolah salah satunya dapat dilakukan dengan

pemanfaatan sarana sekolah berupa CCTV. Menurut

penelitian yang telah dilakukan oleh Aji Purnomo

dengan judul “EfektivitasPengawasan Closed Circuit

Television (CCTV) dalam Meningkatkan Perilaku

3 Daryanto dan Muhammad Farid, Konsep Dasar Manajemen

Pendidikan di Sekolah, (Yogyakarta: Gava Media, 2013), 196.

Page 11: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

4

Kedisiplinan peserta didik Pada Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam Kelas XII di SMK N 3

Wonosari” pada tahun 2018, CCTV terbukti efektif

dalam meningkatkan kedisiplinan peserta didik.4 Hasil

dari penelitian tersebut membuktikan bahwa siswa

menjadi mudah untuk dikondisikan pada saat KBM dan

guru merasa harus mengoptimalkan kinerjanya dalam

proses pembelajaran.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti pada tanggal 29 Februari 2020 di MI Ma’arif

Cekok, Babadan, Ponorogo ditemukan suatu

permasalahan mengenai kurangnya kedisiplinan peserta

didik dalam KBM. Permasalahan tersebut muncul saat

jam pembelajaran ada beberapa siswa yang sedang jajan

di kantin. Bapak Hadi Asfahan, S.Pd, I, selaku kepala

sekolah kemudian memberikan teguran terhadap peserta

didik yang melanggar peraturan tersebut. Beliau

menuturkan bahwa sangat penting untuk menjaga

ketertiban dan kedisiplinan di sekolah. Sudah sejak lama

kedisiplinan menjadi masalah pada tingkat sekolah dasar.

Sehingga untuk menangani masalah tersebut, Bp.Hadi

Asfahan, S. Pd, I selaku kepala sekolah berinisiatif untuk

melakukan pemasangan CCTV. Pemasangan CCTV

dilakukan di setiap ruang kelas, dan di setiap sudut-sudut

belajar baik di dalam maupun di luar kelas dan dapat

terkontrol secara langsung dari ruang guru.

Pada tanggal 3 Maret 2020 peneliti mendatangi

sekolah lain, yaitu MI Ma’arif Singosaren, Jenangan,

4

Page 12: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

5

Ponorogo untuk mengetahui permasalahan yang terjadi

di sekolah. Bapak Ahmad Slamet, S.Ag selaku kepala

sekolah, beliau menyampaikan bahwa kedisiplinan

menjadi masalah yang banyak terjadi di beberapa

sekolah pada tingkat sekolah dasar. Kurangnya

kedisiplinan pada peserta didik saat kegiatan

pembelajaran di MI Ma’arif Singosaren, Jenangan,

Ponorogo dapat dilihat dari beberapa indikator. Beberapa

diantaranya yaitu, ada beberapa siswa yang bermain di

lapangan saat seharusnya KBM berlangsung, ada siswa

yang pergi ke kantin, bermain di mushola, berlarian di

luar kelas, dan siswa ramai di kelas pada saat diberikan

tugas.

Selain dari permasalahan yang sama, di MI

Ma’arif Singosaren, Jenangan, Ponorogo belum

menemukan solusi yang dapat dijadikan saran dalam

meningkatkan kedisiplinan di sekolah. Dari

permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk

membandingkan tingkat kedisiplinan di MI Ma’arif

Cekok, Babadan dan MI Ma’arif Singosaren, Jenangan,

Ponorogo. Dilihat dari pembiayaan sekolah, peraturan

dan tata tertib, keduanya sama serta jumlah peserta didik

mencukupi apabila dijadikan sampel dalam penelitian.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut,

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Studi Komparasi EfektivitasKegunaan CCTV terhadap

Kedisiplinan Peserta Didik dalam KBM di MI Ma’arif

Cekok, Babadan dan MI Ma’arif Singosaren, Jenangan,

Ponorogo Tahun 2019/2020”.

Page 13: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

6

B. Batasan Masalah

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan

peneliti menemukan beberapa faktor yang dapat menjadi

penyebab kurangnya kedisiplinan peserta didik dalam

KBM. Faktor tersebut diantaranya, kurangnya

kesadaran diri untuk berdisiplin, kebijakan pemimpin

atau kepala sekolah terkait dengan tata tertib sekolah,

tidak adanya tindak lanjut bagi siswa yang melanggar

tata tertib sekolah, dan kurangnya sarpras di sekolah

yang berhubungan dengan fungsi kontrol dan

pengawasan.

Sehubungan dengan permasalahan yang mungkin

timbul dan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh

peneliti sehingga penelitian ini hanya memungkinkan

untuk dilakukan di dua sekolah saja yaitu di MI Ma’arif

Cekok, Babadan dan MI Ma’arif Singosaren, Jenangan,

Ponorogo. Berdasarkan dua tempat penelitian tersebut,

peneliti akan membandingkan efektivitaskegunaan

CCTV di MI Ma’arif Cekok Babadan dengan yang belum

menggunakan CCTV di MI Ma’arif Singosaren,

Jenangan terhadap kedisiplinan peserta didik dalam

KBM.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat efektivitas kedisiplinan peserta

didik dalam KBM di MI Ma’arif Cekok, Babadan

Page 14: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

7

yang menggunakan CCTV dan MI Ma’arif

Singosaren, Jenangan, Ponorogo yang tidak

menggunakan CCTV?

2. Apakah dengan adanya CCTV terbukti efektif dalam

meningkatkan kedisiplinan peserta didik dalam

KBM di MI Ma’arif Cekok, Babadan jika

dibandingkan dengan MI Ma’arif Singosaren,

Jenangan, Ponorogo yang tidak menggunakan CCTV?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, sesuai dengan

apa yang menjadi permasalahan yang dikaji yaitu:

1. Untuk mengetahui tingkat kedisiplinan peserta didik

dalam KBM di MI Ma’arif Cekok, Babadan yang

menggunakan CCTV dan MI Ma’arif Singosaren,

Jenangan, Ponorogo yang tidak menggunakan

CCTV

2. Untuk mengetahui efektivitaskegunaan CCTV

dalam meningkatkan kedisiplinan peserta didik

dalam KBM di MI Ma’arif Cekok, Babadan jika

dibandingkan dengan MI Ma’arif Singosaren,

Jenangan, Ponorogo yang tidak menggunakan

CCTV

Page 15: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

8

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat bagi dunia pendidikan baik yang

bersifat praktis maupun yang bersifat teoritis sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan, dapat menambah pengetahuan

dan wawasan untuk meningkatkan kualitas sekolah

salah satunya dengan memanfaatkan sarana dan

prasarana sebagai fungsi kontrol dan pengawasan

terhadap segala kegiatan yang ada di sekolah baik di

dalam kelas maupun di luar kelas sehingga dapat

meningkatkan kedisiplinan peserta didik di sekolah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan untuk

menentukan kebijakan dalam meningkatkan

kedisiplinan bagi peserta didik di sekolah

b. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan

kedisiplinan selama mengikuti KBM di sekolah

c. Bagi guru, diharapkan dapat meningkatkan

kedisiplinan dalam melaksanakan pembelajaran

dan tugas sebagai pendidik yang dapat

mencerminkan karakter kepada siswanya

d. Bagi penelitii, diharapkan dengan adanya

penelitian ini dapat memberikan semangat baru

dalam menyelesaikan studinya serta dapat

menambah pengetahuan di dunia pendidikan.

Page 16: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

9

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan digunakan untuk

mempermudah pemahaman para pembaca dalam

menelaan isi kandungan yang ada di dalamnya. Adapun

sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut:

Bab Pertama, adalah pendahuluan yang berisi

latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika pembahasan.

Bab Kedua, berisi telaah hasil penelitian

terdahulu, landasan teori efektifitas, kegunaan CCTV,

kedisiplinan peserta didik, dan kegiatan belajar mengajar

serta kerangka berpikir dan pengajuan hipotesis.

Bab Ketiga, Berisi tentang metode penelitian

yang meliputi rancangan penelitian, populai, sampel,

instrumen pengumpulan data, teknik pengumpulan data,

teknik analisis data.

Bab Keempat, berisi temuan dan hasil penelitian

yang meliputi gambaran umum lokasi penelitian,

deskripsi data, analisis data (pengujian hipotesis) serta

interpretasi dan pembahasan.

Bab Kelima, merupakan penutup dari laporan

penelitian yang berisi kesimpulan dan saran.

Page 17: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

10

BAB II

TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU,

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang CCTV pernah dilakukan oleh

Aji Purnomo dengan judul “EfektivitasPengawasan

Closed Circuit Television (CCTV) dalam Meningkatkan

Perilaku Kedisiplinan Peserta Didik pada Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam Kelas XII di SMK N 3

Wonosari” pada tahun 2018. Hasil analisis data dari

penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan

bahwa pengawasan CCTV dalam meningkatkan

kedisiplinan peserta didik pada pembelajaran PAI dirasa

cukup efektif.

Di antara indikator-indikator keefektifan CCTV

yang ditemukan dalam penelitian tersebut antara lain

berdampak pada; (1) Guru lebih mudah mengkondisikan

siswa setelah adanya pengawasan CCTV (2) Guru

merasa harus mengoptimalkan kinerja saat mengajar di

kelas karena adanya pantauan kepala sekolah melalui

CCTV (3) Mayoritas responden siswa merasa lebih

terawasi oleh kepala sekolah melalui CCTV (4)

Mayoritas responden siswa mengaku takut ketika hendak

melakukan tindakan menyimpang di dalam

pembelajaram PAI khususnya.

Page 18: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

Penelitian yang dilakukan oleh Isma Afifah, dkk

yang berjudul “Pemanfaatan Media Closed Circuit

Television (CCTV) di SD Negeri 16 Banda Aceh” pada

tahun 2018.Berdasarkan penelitian yang dilakukan

terbukti bahwa pemasangan CCTV di sekolah dilakukan

untuk pemantauan segala aktifitas guru dan siswa

didalam maupun diluar ruangan serta memberikan

manfaat untuk mencegah perkelahian siswa di dalam

kelas dan mencegah terjadinya penindasan (bullying)

terhadap siswa di sekolah. Pemantauan dalam

penggunaan CCTV dalam proses belajar terdiri dari

pemantauan kegiatan didalam maupun diluar ruangan

baik aktifitas siswa saat istirahat, aktifitas pulang

sekolah, dan pemantauan kedisiplinan peserta didik.

Penggunaan CCTV memberikan peningkatan yang baik

khususnya pada kedisiplinan peserta didik, siswa

menjadi termotivasi untuk tidak melanggar peraturan

sekolah. Penggunaan CCTV dalam peningkatan kinerja

guru dan staff pada kedisiplinan guru yaitu agar tidak

terlambat masuk kelas untuk menghindari keributan

yang terjadi di dalam kelas, dan bermanfaat juga untuk

keamanan siswa maupun sekolah.

Penelitian tentang CCTV pernah dilakukan oleh

Ely Ermawati dengan judul “Pengaruh CCTV Terhadap

Kedisiplinan Guru di SMP Negeri 26 Surabaya” pada

tahun 2015. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil

analisis data pada penelitian ini yaitu kedisiplinan guru

di SMP Negeri 26 Surabaya selama proses belajar

mengajar sebelum menggunakan CCTV banyak

Page 19: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

mengalami pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan

oleh guru selama proses belajar mengajar. Contohnya,

sering meninggalkan kelas dan selesai pelajaran sebelum

waktunya, tetapi setelah adanya penggunaan CCTV

disetiap kelas kedisiplinan guru masuk dalam kategori

cukup baik. Hal ini ditunjukkan dari data yang diperoleh

dari hasil penyebaran angket juga menunjukkan bahwa

kedisiplinan guru di SMP Negeri 26 Surabaya mencapai

65,6% yang kemudian diinterpretasikan dalam tabel nilai

standar prosentase dan diketahui bahwa hasilnya 65,6%

ini berada diantara (56%-75%).

Dari beberapa penelitian terdahulu yang telah

dilakukan, ada beberapa persamaan dengan penelitian ini

yaitu keduanya menggunakan kedisiplinan sebagai objek

penelitian. Perbedaannya terletak pada metode penelitian

yang digunakan dan tingkat sekolah yang diteliti. Pada

penelitian tersebut penelitian dilakukan pada tingkat

SMP dan SMA, sedangkan pada penelitian ini dilakukan

pada tingkat SD. Berdasarkan hasil dari penelitian

terdahulu, CCTV terbukti efektif dalam meningkatkan

kedisiplinan peserta didik pada tingkat SMP dan SMA.

Sehingga, sangat memungkinkan apabila dengan adanya

penggunaan CCTV dapat meningkatkan kedisiplinan

peserta didik pada tingkat sekolah dasar. Untuk

membuktikan bahwa CCTV efektif dalam meningkatkan

kedisiplinan peserta didik maka penelitian ini sangat

penting untuk dilakukan.

Page 20: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

B. Landasan Teori

1. Pengertian Efektifitas

Efektif adalah suatu pencapaian tujuan secara

tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari

serangkaian alternatif atau pilihan cara dan

menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya.

Efektivitas merupakan sebuah hasil yang terbentuk

dari akumulasi berbagai faktor.

Beberapa ahli mendefinisikan efektivitas

sebagai berikut:5

a. Menurut Sondang P. Siagian dan Abdurahmat,

Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya,

sarana dan prasarana yang telah ditetapkan

sebelumnya untuk menghasilkan suatu

pekerjaan sesuai dengan tujuan perencanaan.

b. Menurut Hidayat, Efektivitas adalah suatu

ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

(kuantitas, kualitas, dan waktu) telah tercapai.

Dimana semakin besar presentase target yang

dicapai, maka semakin tinggi efektifitasnya.

c. Menurut Schemerhon John R. Jr, Efektivitas

adalah pencapaian target output yang diukur

dengan cara membandingkan output anggaran

atau seharusnya (OA) dengan output realisasi

5 Hari Sucahyowati, Pengantar Manajemen, (Malang: Wilis,

2017), 11-12.

Page 21: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

atau sesungguhnya (OS), jika (OA) > (OS)

disebut efektif.

d. Menurut Prasetyo Budi Laksono, Efektivitas

adalah seberapa besar tingkat kelekatan output

yang dicapai dengan output yang diharapkan

dari sejumlah input.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat

disimpulkan bahwa, efektif merupakan pencapaian

tujuan secara tepat dari beberapa alternatif lainnya.

Efektivitas merupakan suatu pencapaian yang

diperoleh dari pemanfaatan berbagai sumber daya

yang didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai serta

perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Kegunaan Closed Circuit Television

a. Pengertian Closed Circuit Television

Closed Circuit Television (CCTV)

berfungsi sebagai kamera pengawas dari jarak

jauh. Kamera pengawas ini menggunakan sirkuit

tertutup yang artinya CCTV terbuka hanya pada

jaringan dan IP tertentu. Kamera CCTV dapat

dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu kamera

Fixed Dome, IP camera, wirelesscamera, dan

PTZ (Pan/ Tilt/ Zoom). 6 Sistem kerja kamera

CCTV yaitu dengan mentransmisikan data berupa

gambar atau video dan suara ke sebuah monitor

6 Sekaring Tyas Widyardini, Pemrograman Matlab Untuk

Pengilahan Citra Digital (Studi Kasus Sistem Pemantauan Ruangan

Pengganti CCTV), (Malang: UB Press, 2015), 2.

Page 22: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

atau video recorder.7 Rekaman yang dihasilkan

oleh CCTV umumnya menggunakan aplikasi

kompresi gambar H264 dimana file ini

membutuhkan space yang besar. Sistem CCTV

mempunyai beberapa komponen, yaitu kamera,

kabel jaringan (LAN), harddisk, DVR card, dan

monitor. Pemantauan dengan kamera CCTV

membutuhkan beberapa peralatan sebagai

berikut:8

1) Kabel konverter yang berfungsi untuk

menghubungkan kamera CCTV dengan

laptop atau monitor.

2) DVR (Digital Video Recorder), yaitu sebuah

media penyimpanan hasil rekaman video

yang telah terpantau oleh kamera CCTV.

Kapasitas hasil rekaman tergantung pada

harddisk yang terpasang. Hasil video dari

rekaman CCTV dapat memiliki format QCIF,

MPEG-4, dan avi. Biasanya input DVR

terdiri dari 4, 8.16, dan 32 kanal kamera.

3) Monitor yang berfungsi untuk menampilkan

hasil keseluruhan gambar dari kamera sesuai

dengan input DVR.

Sebagai salah satu alat kontrol dan

pengawasan di dalam lembaga pendidikan,

7 Budi Cahyadi, Home Security Membuat Webcam sebagai CCTV melalui Smartphone (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 2014), 1.

8 Widyardini, Pemograman Matlab Untuk Pengilahan Citra

Digital, 3-4.

Page 23: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

kelebihan dari penggunaan CCTV ini diantaranya

komunikasi dapat dilakukan secara dua arah

(hubungan antara studio dan kelas dilakukan

secara intercom), kebutuhan siswa dapat lebih

diperhatikan dan terkontrol. 9

b. Kegunaan CCTV dalam KBM

Menurut PP No. 19 Tahun 2005,

pengawasan dalam proses pembelajaran

mencakup beberapa kegiatan diantaranya, yaitu

pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporam, dan

tindak lanjut.10 Adanya komponen CCTV dalam

pembelajaran dalam fungsi kontrol dan

pengawasan kepala sekolah untuk membentuk

kedisiplinan guru dan siswa, kegunaan dari

CCTV antara lain sebagai berikut:11

1) Pemantauan, kegiatan mengamati yang

dilakukan oleh kepala sekolah kepada guru

dalam melaksanakan proses pembelajaran,

yang mencakup:

a) Pemantauan pelaksanaan pembelajaran

b) Pemantauan terhadap pemanfaatan

sumber-sumber belajar

9 Rudi Susilana dan Cepi Riyana, Media Pembelajaran (Hakikat,

Pegembangan, Pemanfaatan, Penilaian), (Bandung: Wacana Prima,

2009), 22. 10 PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Tahapan Kegiatan

Pengawasan Proses Pembelajaran. 11 Heni Lestiawati, Pengaruh CCTV terhadap Aktivitas Peserta

Didik Dalam Mengikuti Pembelajaran PKN di SMA YP UNILA Bandar

Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013, (Tesis, UNILA, Lampung, 2013),

16.

Page 24: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

c) Pemantauan terhadap pemanfaatan

media pembelajaran

d) Pemantauan pelaksanaan ujian

2) Supervisi, sebagai upaya pembinaan kepada

guru oleh kepala sekolah dalam pelaksanaan

proses pembelajaran dan peningkatan

kinerja guru.

a) Melaksanakan pembinaan terhadap guru

dalam meningkatkan profesionalisme

guru dan proses pembelajaran

b) Memberikan pengarahan kepada guru

dalam melaksanakan pembelajaran agar

lebih efektif

c) Memberikan bimbingan yang

berkelanjutan baik secara organisasi

ataupun individu

3) Evaluasi, pemberian nilai dengan melakukan

analisis antara kesenjangan yang ada dengan

standar pelaksanaan kerja guru.

a) Evaluasi terhadap kegiatan pemanfaatan

sumber-sumber dalam pembelajaran

b) Evaluasi terhadap pelaksanaan

kurikulum dengan pelaksanaan

pembelajaran

c) Evaluasi terhadap hasil belajar

d) Pelaporan hasil perkembangan dan hasil

pengawasan kepala sekolah pada saat

rapat guru atau dewan komite.

Page 25: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

3. Kedisiplinan Peserta Didik

a. Pengertian Kedisiplinan

Disiplin adalah tindakan yang

menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan. Disiplin

mengarah kepada instruksi sistematis yang

diberikan kepada murid (disciple).

Mendisiplinkan berarti menginstruksikan orang

untuk mengikuti tatanan tertentu melalui aturan-

aturan tertentu.12Menurut Elizabeth B. Hurlock

dalam Wisnu Aditya Kurniawan, disiplin berasal

dari kata disciple, yaitu seorang yang belajar dari

atau secara sukarela mengikuti seorang

pemimpin. Hurlock mengemukakan bahwa orang

biasanya memahami konsep disiplin yang

bertentangan dengan memakai istilah “negatif”

dan “positif”. Disiplin dengan istilah negatif

diartikan sebagai suatu hukuman. Namun

hukuman tidak selalu melemahkan

kecenderungan individu untuk melakukan

tindakan yang dapat diterima masyarakat dan

juga tidak menjamin bahwa perilaku yang

dihentikan dengan sebuah hukuman akan

menghasilkan perilaku yang lebih baik dari

sebelumnya.13

12 Mohamad Mustari, Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan,

(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2014), 35. 13 Wisnu Aditya Kurniawan, Budaya Tertib di Sekolah

(Penguatan Pendidikan Karakter Siswa), (Sukabumi: Jejak, 2018), 39.

Page 26: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

Disiplin adalah pelatihan, khususnya

pelatihan pikiran dan sikap untuk mengendalikan

diri dan kebiasaan untuk mentaati peraturan yang

berlaku.14Pengertian disiplin menurut beberapa

ahli dalam Barnawi dan Mohammad Arifin

diantaranya sebagai berikut:15

1) Menurut Sinambela, disiplin adalah

kepatuhan kepada aturan, disiplin

merupakan sebuah proses yang digunakan

untuk menghadapi permasalahan kinerja.

Proses ini melibatkan manajer dalam

mengidentifikasi dan mengkomunikasikan

masalah-masalah yang terjadi di dalam

lembaga tersebut.

2) Menurut Aritonang, disiplin pada hakikatnya

adalah kemampuan untuk mengendalikan

diri dalam bentuk tidak melakukan suatu

tindakan yang tidak sesuai atau bertentangan

dengan sesuatu yang telah ditetapkan, juga

melakukan sesuatu yang mendukung dan

melindungi sesuatu yang telah ditetapkan.

3) Menurut Sulistyarini, disiplin pada dasarnya

merupakan tindakan manajemen untuk

mendorong agar para anggota organisasi

dapat memenuhi berbagai ketentuan dan

14 Topic Offirstson, Mutu Pendidikan Madrasah Tsanawiyah,

(Yogyakarta: Deepublish, 2014), 63. 15 Barnawi dan Mohammad Arifin, Instrumen Pembinaan

Peningkatan dan Penilaian Kinerja Guru Profesional, (Jogjakarta: Ar-

Ruzz Media, 2012), 110-111.

Page 27: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

peraturan yang berlaku dalam suatu

organisasi, yang didalamnya mencakup

adanya tata tertib atau ketentuan-ketentuan,

adanya kepatuhan para pengikut, dan adanya

sanksi bagi pelanggar.

4) Menurut Muhlisin, disiplin diartikan sebagai

suatu keadaan tertib, ketika orang-orang

yang tergabung dalam suatu organisasi

tunduk pada peraturan-peraturan yang telah

ada dengan rasa senang.

Dari beberapa pengertian tersebut,dapat

disimpulkan bahwa disiplin merupakan sikap taat

dan tertib terhadap suatu aturan yang telah

ditetapkan serta dapat melaksanakan peraturan

tersebut dengan rasa senang. Disiplin mencakup

ketetapan-ketetapan yang yang harus dipatuhi

dan bagi siapa yang melanggar dapat dikenakan

sangsi.

b. Fungsi Kedisiplinan

Di sekolah, disiplin banyak digunakan

untuk mengontrol tingkah laku siswa yang

dikehendaki agar tugas-tugas sekolah dapat

berjalan dengan optimal dan diperoleh hasil

sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Keuntungan sikap disiplin adalah siswa dapat

belajar dengan pembiasaan yang baik, positif,

Page 28: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

dan bermanfaat bagi dirinya baik di lingkungan

maupun bagi masa depannya.16

Menurut Hurlock dalam Wisnu Aditya

Kurniawan tujuan seluruh disiplin adalah

membentuk perilaku agar sesuai dengan peran-

peran ang telah ditetapkan oleh suatu kelompok

atau organisasi, tempat individu itu

diidentifikasikan.17

Disiplin dalam lingkungan sekolah

memiliki tujuan yang berpengaruh langsung

terhadap mutu pendidikan. Menurut Depdikbud

dalam Barnawi dan Mohammad Arifin

menyatakan tujuan disiplin dibagi menjadi 2

bagian, sebagai berikut:18

1) Tujuan umum adalah agar terlaksananya

kurikulum secara baik yang menunjang

peningkatan mutu pendidikan.

2) Tujun khusus, yaitu agar kepala sekolah

dapat menciptakan suasana kerja yang

menggairahkan bagi semua warga sekolah,

agar guru dapat melaksanakan proses belajar

mengajar seoptimal mungkin dengan semua

sumber yang ada di sekolah dan di luar

16 Aji Purnomo, EfektivitasPengawasan Closed Circuit

Television (CCTV) Dalam Meningkatkan Perilaku Kedisiplinan peserta

didik Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas XII Di SMKN

3 Wonosari Jurnal Al Ghazali Vol. 1, No. 2 Tahun 2018, 134. 17 Wisnu Aditya Kurniawan, Budaya Tertib di Sekolah

(Penguatan Pendidikan Karakter Siswa), 42. 18 Barnawi, Instrumen Pembinaan Peningkatan dan Penilaian

Kinerja Guru Profesional, 112.

Page 29: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

sekolah, dan agar tercipta kerjasama yang

erat antara sekolah dengan orangtua dan

sekolah dengan masyarakat untuk

mengemban tugas pendidikan.

Sikap disiplin sangat penting untuk

dikembangkan dalam sebuah lembaga atau

organisasi, tidak hanya bermanfaat bagi sekolah,

tetapi juga bagi guru dan siswa dalam satu

sekolah. Henry Simamora dalam Barnawi dan

Mohammad Arifin, mengemukakan bahwa

kegunaan disiplin dalam organisasi dapat

diperlihatkan dalam empat perspektif, yaitu

retribusi, korektif, hak-hak individual, dan

utilitarian. Perspektif retribusi memberikan

penjelasan tentang disiplin kerja yang berguna

untuk menghukum para pelanggar aturan sekolah.

Pendisiplinan dilakukan secara proporsional dan

sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan

sebelumnya. Menurut perspektif korektif,

disiplin kerja berguna untuk mengoreksi tindakan

guru atau siswa yang tidak tepat. Sanksi yang

diberikan bukan sebagai hukuman tetapi untuk

membenahi perilaku yang salah. Biasanya, guru

atau siswa yang melanggar aturan akan dipantau

apakah ia menunjukkan sikap untuk mengubah

perilaku agar menjadi lebih baik atau tidak.

Menurut perspektif hak-hak individu, disiplin

kerja berguna untuk memastikan bahwa manfaat

penegakan disiplin melebihi konsekuensi-

Page 30: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

konsekuensi negatif yang harus ditanggung oleh

sekolah. 19

c. Macam-Macam Disiplin

Apabila dilihat dari dari sifatnya, menurut

Oteng Sutisno disiplin kerja dapat dibagi menjadi

2, yaitu disiplin positif dan disiplin negatif. 20

1) Disiplin positif

Disiplin positif, yaitu suatu sikap yang

berasal dari kesadaran diri sendiri untuk

mematuhi aturan-aturan atau kebijakan yang

telah ditetapkan suatu lembaga atau

organisasi sesuai dengan kemauan diri

sendiri. Mereka berbuat demikian karena

benar-benar menghendaki, meyakini, dan

menerima serta mendukung tata tertib yang

telah dibuat. Suatu lembaga yang telah

menerapkan disiplin positif ini, menerapkan

hukuman bagi si pelanggar. Namun,

hukuman tidak bersifat untuk melukai atau

mendiskriminasi melainkan untuk

memperbaiki dan membenarkan agar

menjadi lebih baik lagi. Disiplin positif ini

memberikan pandangan bahwa kebebasan

mengandung konsekuensi, yaitu kebebasan

harus sejalan dengan tanggung jawab yang

dilakukan.

19 Ibid., 116. 20 Ibid., 113.

Page 31: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

2) Disiplin negatif

Disiplin negatif, yaitu suatu keadaan

disiplin yang menggunakan hukuman

sebagai ancaman untuk membuat orang-

orang mengikuti perintah dan mematuhi

aturan yang dibuat. Disiplin negatif

cenderung bertumpu pada konsepsi lama,

yaitu sumber disiplin adalah otoritas

pimpinan. Berdasarkan pengertian tersebut

hukuman merupakan ancaman bagi siswa

dan guru saat di sekolah.

Dilihat dari sisi pegendalinya, Avin

Fadila Helmi dalam Lijan Poltak Sinambela

mengemukakan dua macam disiplin kerja, yaitu

disiplin diri (self dicipline) dan disiplin

kelompok.21

1) Disiplin diri

Disiplin diri adalah disiplin yang

dikendalikan oleh diri sendiri. Hal ini

merupakan aktualisasi dari tanggung jawab

pribadi, yang berarti mengakui, menerima,

dan mendukung nilai-nilai yang ada di luar

dirinya.

2) Disiplin Kelompok

Disiplin kelompok akan tumbuh

ketika disiplin diri telah tumbuh dalam diri

21 Ibid., 114.

Page 32: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

karyawan. Artinya, kelompok akan

menghasilkan pekerjaan yang optimal jika

masing-masing anggota kelompok dapat

meberikan andil yang sesuai dengan hak dan

tanggung jawabnya. Disiplin diri akan sulit

terbentuk tanpa adanya disiplin kelompok,

serta disiplin kelompok akan sulit terbentuk

tanpa adanya disiplin diri.

Dilihat dari tujuannya, terdapat dua jenis

bentuk disiplin kerja, yaitu disiplin korektif dan

disiplin preventif.22

1) Disiplin korektif

Disiplin korektif adalah upaya

penerapan disiplin kepada guru yang telah

terbukti melakukan pelanggaran atas

peraturan atau tidak memenuhi standar yang

telah ditetapkan dan dikenakan sanksi secara

bertahap. Guru akan dikenakan sanksi sesuai

dengan bobot pelanggarannya. Biasanya

pemberian sanksi diberikan setelah meminta

pertimbangan dari pimpinan yang lebih

tinggi. Tujuan meminta pertimbangan adalah

untuk menjaga objektivitas dan penjatuhan

sanksi yang sesuai dengan bobot

pelanggarannya. Sementara tujuan disiplin

korektif adalah memberikan koreksi atau

22 Lijan Poltak Sinambela, Kinerja Pegawai: Teori Pengukuran

dan Implikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), 243.

Page 33: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

pembenahan perilaku guru apakah sudah

sesuai dengan atura atau belum.

2) Disiplin preventif

Disiplin preventif adalah upaya

menggerakkan guru untuk mematuhi

peraturan kerja yang telah ditetapkan sekolah.

Guru diarahkan atau digerakkan untuk

berdisiplin dalam bekerja. Syarat

keberhasilan disiplin preventif ialah seluruh

guru dapat memahami segala ketentuan yang

berlaku dan standar yang harus dipenuhi.

Disiplin preventif bertujuan untuk mencegah

guru melakukan pelanggaran.

d. Faktor-Faktor Kedisiplinan

Disiplin merupakan suatu variabel yang

dapat dipengaruh oleh faktor internal maupun

eksternal. Faktor internal dalam kedisiplinan di

dalam sekolah berasal dari kesadaran guru

ataupun siswa dalam mematuhi setiap kebijakan

yang telah ditetapkan oleh sekolah. Menurut

Singodimedjo dalam Sutrisno terdapat tujuh

faktor eksternal yang mempengaruhi disiplin

pegawai, diantaranya sebagai berikut:23

1) Kompensasi atau Reward

Besar atau kecilnya kompensasi dapat

mempengaruhi disiplin kerja. Para guru

cenderung akan mematuhi segala peraturan

23 Edi Sutisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2009), 86.

Page 34: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

apabila ia merasa kerja yang dilakukannya

mendapatkan imbalan yang sesuai dengan

yang diberikan kepada sekolah. Apabila para

guru memperoleh kompensasi memadai,

mereka akan bekerja dengan tekun disertai

dengan perasaan senang.

Bagi siswa, mereka akan merasa

senang ketika guru ataupun pihak sekolah

memberikan reward atau penghargaan dari

apa yang mereka lakukan. Begitu juga

dengan penghargaan yang diberikan ketika

mereka menaati setiap peraturan yang ada di

sekolah, semua siswa pasti akan

berkompetisi untuk patuh terhadap setiap

kebijakan yang telah ditetapkan dengan

begitu mereka akan terbiasa mematuhi setiap

tata tertib dan peraturan yang ada di sekolah.

2) Keteladanan Pimpinan

Keteladanan pimpinan sangat

dibutuhkan oleh setiap pegawai begitu juga

oleh siswa ketika mereka berada di sekolah.

Pemimpin adalah panutan. Pemimpin yang

bisa menjadi teladan bagi bawahannya akan

mudah menerapkan disiplin kerja bagi

pegawainya. Begitu juga disekolah, kepala

sekolah memiliki peran yang begitu penting

untuk menjadi contoh yang baik bagi guru

maupun para siswa agar sikap disiplin dapat

terbentuk sesuai dengan yang diharapkan.

Page 35: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

3) Aturan yang pasti

Disiplin kerja tidak akan terwujud

tanpa adanya aturan pasti yang dapat

menjadi pedoman guru ataupun siswa dalam

menjalankan tugasnya. Aturan yang tidak

jelas tidak mungkin bisa terwujud dalam

perilaku guru. Aturan yang ditetapkan harus

pasti dan tidak berubah-ubah baik dalam

situasi atau kondisi apapun kecuali karena

mencapai suatu kesepakatan bersama yang

telah dibuat sebelumnya sehingga peraturan

dapat berubah demi kesejahteraan bersama.

4) Keberanian kepala sekolah dalam

mengambil tindakan

Apabila terjadi pelanggaran dalam

disiplin kerja, kepala sekolah harus memiliki

keberanian untuk menyikapinya dan

mengambil keputusan sesuai dengan aturan

yang menjadi pedoman bersama. Kepala

sekolah tidak boleh bertindak diskriminasi

dalam menangani pelanggaran disiplin kerja.

5) Pengawasan pimpinan

Pengawasan sangat diperlukan untuk

memastikan segala kegiatan berjalan sesuai

dengan standar peraturan. Pengawasan yang

lemah memberikan kesempatan bagi guru

maupun siswa dalam melanggar peraturan.

Pengawasan sangat penting mengingat sifat

manusia yang ingin bebas tanpa terikat

aturan.

Page 36: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

6) Perhatian

Kepala sekolah selain sebagai

pemimpin juga harus memiliki kedekatan

baik dengan para guru atau dengan siswanya.

Seorang kepala sekolah yang memiliki

hubungan baik dengan para guru dan siswa

akan menciptakan kehangatan dan

komunikasi yang baik. Guru maupun siswa

akan memiliki sikap menghormati dan

menghargai kepada kepala sekolah. Guru

yang memiliki sikap hormat dan segan akan

memiliki disiplin kerja yang sesungguhnya,

dengan penuh kesadaran dan suka rela dalam

menjalankannya.

7) Kebiasaan-kebiasaan yang mendukung

tegaknya disiplin

Kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam

sekolah mempengaruhi tegaknya disiplin

kerja. Perlu dikembangkan kebiasaan yang

positif untuk mendukung tegaknya aturan di

sekolah. Kebiasan-kebiasaan positif tersebut

diantaranya yaitu, mengucapkan salam dan

berjabat tangan apabila bertemu, saling

menghargai anatar sessama rekan, saling

memperhatikan antar sesama rekan, dan

memberitahu saat meninggalkan tempat

kerja atau sekolah kepada rekan.

Page 37: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

e. Indikator Kedisiplinan Peserta Didik

Menurut Arikunto dalam jurnal Aulia,

dapat diambil lima indikator kedisiplinan peserta

didik sebagai berikut:24

1) Sikap siswa di dalam kelas

2) Keaktifan siswa dalam mengikuti

pembelajaran

3) Melaksanakan tata tertib sekolah

4) Kedisiplinan peserta didik saat mengerjakan

tugas dalam KBM

5) Kehadiran siswa dalam kegiatan belajar

mengajar

Menurut A.S Moenir indikator-indikator

untuk mengukur disiplin belajar meliputi:25

1) Disiplin waktu, meliputi:

a) Tepat waktu dalam belajar, mencakup

datang dan pulang sekolah tepat waktu,

mulai dan selesai belajar di sekolah tepat

waktu, mulai dan selesai belajar di

sekolah tepat waktu

b) Tidak keluar atau membolos saat jam

pelajaran

24 Alin Aulia, Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams

Games Tournament) Untuk Meningkatkan Kedisiplinan dan Prestasi

Belajar Matematika Siswa Kelas VIID SMP N 1 Kembaran, (Skripsi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 2012), 8-10.

25 A.S Moenir, Masalah-Masalah dalam Belajar, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2010), 96.

Page 38: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

c) Menyelesaikan tugas sesuai dengan

waktu yang telah ditetapkan

2) Disiplin perbuatan, meliputi:

a) Patuh dan tidak menentang peraturan

b) Tidak malas belaajar

c) Tidak menyuruh orang lain bekerja demi

dirinya

d) Tidak suka berbohong

e) Tingkah laku yang menyenangkan,

mencakup tidak mencontek saat ulangan,

tidak membuat keributan dan tidak

mengganggu orang lain yang sedang

belajar

Berdasarkan indikator-indikator tersebut

dapat diambil kesimpulan, bahwa indikator

kedisiplinan peserta didik mencakup tiga hal,

yaitu:

1) Ketertiban terhadap peraturan

2) Kedisiplinan terhadap tanggung jawab

3) Kedisiplinan yang berhubungan dengan

kontrol diri

4. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

a. Belajar

Belajar adalah poses yang terjadi terus

menerus, tidak pernah berhenti dan tidak terbatas

pada dinding kelas. Belajar adalah proses berpikir

dan juga proses perubahan tingkah laku. Belajar

berpikir menekankan pada proses mencari dan

Page 39: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

menemukan pengetahuan melalui interaksi antara

individu dengan lingkungan. 26 Belajar sebagai

proses perubahan tingkah laku memiliki arti

bahwa pada dasarnya belajar tidak hanya

berorientasi kepada produk atau hasil belajar,

tetapi juga harus berorientasi kepada proses

belajar. Melalui proses belajar, siswa tidak hanya

sadar akan apa yang harus dipelajari, akan tetapi

juga memiliki kesadaran dan kemampuan

bagaimana cara mempelajari yang harus

dipelajari itu.

Terkait dengan pengertian dan makna

belajar, beberapa ahli psikologi dan pendidikan

telah mengemukakan rumusan yang beragam,

sesuai dengan bidang keahlian masing-masing.

Berikut ini beberapa makna belajar yang telah

dikemukakan oleh beberapa ahli.27

1) Hilgard Bower dalam S. Shoimatul Ula

memaparkan bahwa belajar berhubungan

dengan perubahan tingkah laku seseorang

terhadap suatu situasi yang disebabkan oleh

pengalamannya yang berulang-ulang

terhadap situasi itu.

26 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar

Proses Pendidikan, 107. 27S. Shoimatul Ula, Revolusi Belajar Optimalisasi Kecerdasan

melalui Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk (Yogyakarta: Ar-

Ruzz Media, 2015), 11.

Page 40: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

2) Morgan dalam S. Shoimatul Ula

mendefinisikan belajar adalah setiap

perubahan yang relatif menetap dalam

tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil

dari latihan atau pengalaman.

3) Wetherington dalam S. Shoimatul Ula

menjelaskan belajar yaitu suatu perubahan di

dalam kepribadian yang mengatakan diri

sebagai suatu pola baru dari reaksi yang

berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,

kepandaian, atau suatu pengertian

Berdasarkan beberapa definisi tersebut,

dapat diketahui bahwa belajar merupakan suatu

proses yang terbentuk dari suatu proses dan

pembiasaan yang mengakibatkan adanya

perubahan tingkah laku. Para pakar psikologi

pendidikan dalam Benny A. Pribadi mengartikan

belajar dengan rumusan yang berbeda-beda.28

1) James O. Whitaker mengartikan belajar

sebagai proses ketika perilaku dimunculkan

atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

2) Cronbach berpendapat bahwa belajar adalah

perubahan perilaku sebagai hasil dari suatu

pengalaman.

3) Howard L. Kingsley mengatakan bahwa

belajar adalah proses ketika tingkah laku

28 Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta:

PT Dian Rakyat, 2009), 6.

Page 41: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

dimunculkan atau diubah melalui praktik

atau latihan.

4) Slameto mengartikan belajar sebagai suatu

proses usaha yang dilakukan oleh individu

untuk memperoleh suatu perubahan perilaku

yang baru secara keseluruhan sebagai hasil

pengalaman individu itu sendiri dalam

berinteraksi dengan lingkungannya.

Belajar merupakan tindakan dan perilaku

siswa yang kompleks, sebagai tindakan belajar

hanya dialami oleh siswa sendiri. Dimyati dan

Mudjiono dalam Syaiful Sagala mengemukakan

siswa adalah penentu terjadinya atau tidak proses

belajar. 29 Berhasil atau gagalnya proses

pencapaian tujuan pendidikan amat tergantung

pada proses belajar dan mengajar yang dialami

siswa dan pendidik baik ketika para siswa itu di

sekolah maupun di lingkungan keluarganya

sendiri.

Dari berbagai definisi belajar yang

diungkapkan para pakar psikologi dan

pendidikan tersebut, dapat dimengerti bahwa

belajar merupakan sebuah aktivitas yang pada

kenyataannya melibatkan dua unsur, yakni jiwa

dan raga. Gerak raga yang ditunjukkan harus

sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan

perubahan. Dalam proses belajar, unsur jiwa raga

29 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung:

Alfabeta, 2014), 13.

Page 42: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

sangat berperan dan benar-benar terlibat. Jiwa

dilibatkan dalam hal pola pikir dan diindikasikan

pada sikap, sedangkan raga memegang peranan

dalam hal keterampilan, kebiasaan, dan

kecakapan. Belajar juga bisa disimpulkan terjadi

apabila tampak tanda-tanda bahwa perilaku

manusia berubah sebagai akibat terjadinya proses

pembelajaran. Perhatian utama dalam belajar

adalah perilaku verbal dari manusia, yaitu

kemampuan manusia untuk menangkap

informasi mengenai ilmu pengetahuan yang

diterimanya dalam belajar.

b. Mengajar

Mengajar merupakan suatu proses yang

kompleks yang tidak hanya sekedar

menyampaikan informasi oleh guru kepada siswa,

tetapi banyak hal yang harus dipertimbangkan.

Mengajar ialah menanamkan pengetahuan

kepada murid, menyampaikan kebudayaan, dan

aktivitas mengorganisasikan atau mengatur

lingkungan dengan sebaik-baiknya dan

menghubungkan dengan siswa sehingga terjadi

proses belajar mengajar.30

Mengajar adalah suatu usaha mengatur

lingkungan dengan interaksi antara peserta didik

dengan lingkungannya sehingga tercipta kondisi

belajar yang baik. Menurut pendapat beberapa

30 Jasmani dan Syaiful Mustofa, Supervisi Pendidikan Terobosan

Baru dalam Kinerja Peningkatan Kerja Pengawas Sekolah dan Guru,

(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 172.

Page 43: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

ahli dalam Jasmani dan Syaiful Mustofa,

menjelaskan arti mengajar sebagai berikut:31

1) Simandjuntak dan I. L Pasaribu

mengungkapkan bahwa mengajar adalah

membantu anak dalam membangkitkan

minat. Belajar adalah usaha sendiri dalam

memiliki pengetahuan. Dua pengertian

tersebut tidak bisa untuk dikatakan aktif

salah satunya saja, karena keduanya ada dan

saling berhubunngan. Mengajar yang tidak

disertai hasil belajar dari peserta didik tidak

dapat dikatakan sebagai mengajar.

2) Moh. Uzer Usman mengungkapkan bahwa

mengajar pada prinsipnya yaitu

membimbing siswa dalam kegiatan belajar

mengajar atau mengandung pengertian suatu

usaha mengorganisasikan lingkungan dalam

hubungannya dengan peserta didik dan

bahan pengajaran yang menimbulkan proses

belajar.

3) Rooijakers mengartikan bahwa mengajar

berarti menyampaikan atau menularkan

pengetahuan dan pandangan. Baik guru

maupun pengajar harus mengerti bahan yang

akan diajarkan dan mengalami suatu proses

belajar.

31 Ibid., 173-175.

Page 44: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

Berdasarkan beberapa definisi tersebut,

mengajar merupakan proses menyampaikan

pengetahuan dari guru kepada peserta didik yang

bertujuan untuk mengembangkan minat dan

bakat peserta didik. Dalam menyampaikan

pengetahuan tersebut, baik guru dan siswa akan

saling berinteraksi yang disebut sebagai proses

belajar.

c. Kegiatan Belajar Mengajar

Proses belajar mengajar memiliki arti

yang lebih luas daripada pengertian mengajar.

Pada proses belajar mengajar terjadi interaksi

yang tidak dapat dipisahkan antara siswa belajar

dan guru yang mengajar keduanya harus sama-

sama aktif. Sedangkan mengajar, terkesan bahwa

proses pengajaran terjadi satu arah saja guru yang

lebih aktif dan siswa pasif.32

Untuk membentuk interaksi yang baik

antara guru dan siswa keduanya harus sama-sama

aktif dalam belajar agar tujuan pembelajaran

dapat tercapai. Menurut User Usman dalam

Jasmani dan Syaiful Mustofa, dalam melakukan

kegiatan belajar tentunya harus dipersiapkan

berbagai hal, sehingga belajar mengajar

mempunyai makna, terarah, dan tercapai tujuan.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan

sebelum melaksanakan proses belajar mengajar

32 Ibid., 173.

Page 45: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

diantaranya yaitu, merumuskan tujuan,

menentukan materi pembelajaran, menentukan

metode, memilih media yang sesuai, dan

menentukan alat evaluasi pembelajaran.33

Guru memegang peran yang sangat

penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam

kegiatan belajar mengajar siswa harus dijadikan

sebagai pusat pembelajaran. Hal ini dimaksudkan

untuk membentuk watak, peradaban, dan

meninngkatkan mutu kehidupan peserta didik.

Kegiatan belajar mengajar perlu memberdayakan

semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik

untuk menguasai kompetensi yang diharapkan

dengan membentuk masyarakat belajar.34

Bruce Weil dalam Wina Sanjaya

mengemukakan bahwa ada tiga prinsip penting

dalam proses pembelajaran diantaranya, yaitu:35

1) Proses pembelajaran adalah membentuk

kreasi lingkungan yang dapat mengubah

struktur kognitif siswa. Pengaturan

lingkungan ini bertujuan untuk

menyediakan pengalaman belajar yang

memberi latihan-latihan penggunaan fakta-

fakta. Oleh karena itu, proses pembelajaran

menuntut aktivitas siswa secara utuh untuk

mencari dan menemukan sendiri.

33 Ibid., 175. 34 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar

Proses Pendidikan, 103. 35 Ibid., 104-106.

Page 46: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

2) Proses pembelajaran berhubungan dengan

tipe-tipe pengetahuan yang harus dipelajari.

Ada tiga tipe pengetahuan yang masing-

masing memerlukan situasi yang berbeda

dalam mempelajarinya, yaitu pengetahuan

fisis, sosial, dan logika.

3) Proses pembelajaran harus melibatkan peran

lingkungan sosial. Melalui hubungan sosial,

peserta didik dapat berinteraksi dan

berkomunikasi, serta berbagi pengalaman

yang memungkinkan mereka untuk

berkembang secara wajar.

Berdasarkan uraian tersebut, dalam

kegiatan belajar mengajar peserta didik harus

diarahkan agar mampu mengatasi setiap

tantangan dan rintangan melaui sejumlah

kompetensi yang harus dimiliki, meliputi

kompetensi akademik, kompetensi okupasional,

kompetensi kultural, dan kompetensi temporal.36

Oleh sebab itu, makna belajar bukan hanya

mendorong peserta didik agar mampu menguasai

materi pelajaran, tetapi bagaimana peserta didik

dapat memiliki sejumlah kompetensi untuk

mampu menghadapi rintangan yang muncul

sesuai dengan pola kehidupan masyarakat.

36 Ibid., 106.

Page 47: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

C. Kerangka Berpikir

Menurut Uma Sekaran dalam buku Sugiyono,

kerangka berpikir adalah model konseptual tentang

bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor

yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang

penting.37

Berdasarkan landasan teori diatas, kerangka

berpikir dalam penelitian ini adalah:

Jika sekolah menggunakan CCTV, maka kedisiplinan

peserta didik akan meningkat dibandingkan dengan

tidak menggunakan CCTV begitupun sebaliknya.

D. Pengajuan Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian yang

dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. 38

Hipotesis merupakan jawaban yang secara teoretis

dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat

kebenarannya. Hipotesis statistika dalam penelitian

ini adalah:

37 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2016), 91. 38 Ibid., 96.

Penggunaan

CCTV

(X)

Kedisiplinan peserta

didik

(Y)

Page 48: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

a. Ho : Tidak ada perbedaan rata-rata yang

signifikan antara tingkat kedisiplinan peserta

didik dalam KBM yang menggunakan CCTV di

MI Ma’arif Cekok dan yang tidak menggunakan

CCTV di MI Ma’arif Singosaren

b. H1 : Ada perbedaan rata-rata yang

signifikan antara tingkat kedisiplinan peserta

didik dalam KBM yang menggunakan CCTV di

MI Ma’arif Cekok dan yang tidak menggunakan

CCTV di MI Ma’arif Singosaren

Page 49: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian diartikan sebagai strategi

mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data

yang valid sesuai dengan karakteristik variabel dan

tujuan penelitian. Adapun rancangan penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif. Terdiri atas 2

variabel yaitu variabel independen (variabel bebas) dan

variabel dependen (variabel terikat).

1. Variabel Independen (X)

Variabel independen (X) adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan

atau timbulnya variabel lain. Variabel independen

dalam penelitian ini adalah kegunaan CCTV.

2. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen (Y) adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya

variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah kedisiplinan peserta didik dalam KBM.

Page 50: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kumpulan objek yang lengkap

yang akan dijadikan objek penelitian, dan memiliki sifat-

sifat (karakteristik) yang sama. 39 Populasi dalam

penelitian ini adalah semua siswa kelas 4 di MI Ma’arif

Cekok, Babadan dan MI Ma’arif Singosaren, Jenangan,

Ponorogo Tahun 2019/ 2020.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang

diteliti. Teknik yang digunakan dalam pengambilan

sampel yaitu purposive sampling. Teknik ini digunakan

unuk menentukan jumlah sampel yang didasarkan pada

pertimbangan tertentu.40 Pengambilan sampel dilakukan

secara langsung dengan jumlah sama dari anggota

populasi. Jumlah yang sama dalam pengambilan sampel

bertujuan untuk memperoleh hasil penghitungan yang

seimbang. Populasi pada penelitian ini berjumlah 36

yang berasal dari dua sekolah. Sejumlah 17 anggota

sampel diambil dari peserta didik kelas 4 di MI Ma’arif

Cekok, Babadan sebagai sampel pada sekolah yang

menggunakan CCTV. Sampel kedua diambil 17 anggota

sampel dari 19 peserta didik kelas 4 di MI Ma’arif

Singosaren, Jenangan sebagai sampel perbandingan pada

sekolah yang tidak menggunakan CCTV.

39 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif , 48. 40 Eriyanto, Teknik Analisis Opini Publik. (Yogyakarta: Lkis

Yogyakarta, 2007), 116.

Page 51: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

C. Instrumen Pengumpulan Data

Pada penelitian ini instrumen penelitian yang

digunakan adalah angket untuk mengetahui efektivitas

penggunaan CCTV terhadap kedisiplinan peserta didik

dalam KBM. Sebelum digunakan untuk pengambilan

data, instrumen lebih dahulu harus diuji untuk

mengetahui validitas dan reliabilitasnya agar didapatkan

data yang baik. Validitas dan reliabilitas merupakan dua

syarat penting dalam menentukan kebaikan suatu

instrumen.41

1. Kisi-kisi Instrumen

Tabel 3.1 Kisi-kisi instrumen penelitian

Judul Variabel Indikator Subjek Teknik No.

Angket

Studi

Komparasi

Efektivitas

Kegunaan

CCTV

terhadap

Kedisiplinan

Peserta

Didik dalam

KBM di MI

Ma’arif

Cekok,

Babadan dan

MI Ma’arif

Kegunaan

CCTV

(Variabel

Independen)

Ketertiban

Terhadap

Peraturan

Siswa Angket

1, 2, 3, 4,

7, 8, 9,

10, 18,

19, 20

Tanggung

jawab

5, 6, 11,

13, 17

Kontrol diri 12, 14,

15, 16

41 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2010), 92.

Page 52: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

Singosaren,

Jenangan,

Ponorogo

Tahun 2019/

2020

Berdasarkan jumlah indikator soal yang

digunakan sebagai instrumen pengumpulan data

tersebut, maka keefektifan penggunaan CCTV

terhadap kedisiplinan peserta didik dikategorikan

kedalam empat tingkatan. Tingkatan keefektifan

didasarkan pada skala indikator yang terpenuhi pada

setiap butir pernyataan yang disediakan.

Tabel 3.2 Kriteria Keefektifan Penggunaan

CCTV Terhadap Kedisiplinan Peserta Didik

dalam KBM

Skala Indikator Terpenuhi Keterangan

x < 5 Kurang Efektif

5 ≤ x < 10 Cukup Efektif

10 ≤ x < 15 Efektif

15 ≤ x ≤ 20 Sangat Efektif

2. Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid

atau tidaknya suatu instrumen. Pada penelitian yang

menggunakan instrumen angketr, uji validitas

digunakan untuk melihat seberapa besar

kemampuan pertanyaan mengetahui jawaban dari

Page 53: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

responden.42 Semakin tinggi tingkat validitas suatu

alat ukur, semakin tepat pula hasil pengukurannya.

Untuk menguji validitas setiap butir, angket

diujicobakan kepada responden sejenis dan

dianalisis menggunakan korelasi pearson product

moment dengan rumus sebagai berikut.

rxy =𝑁𝛴𝑥𝑦−(𝛴𝑥𝑦)(𝛴𝑦)

√(𝑁𝛴𝑥2−(𝛴𝑥)2)(𝑁𝛴𝑦2−(𝛴𝑦)2)

r = Koefisien korelasi antara X terhadap Y

X =Variabel A

Y =Variabel B

N = Jumlah Sampel

Apabila rxy ≥ rtabel , maka kesimpulannya item

kuesioner tersebut valid. Apabila rxy ≤ rtabel, maka

kesimpulannya item kuesioner tersebut tidak valid.

3. Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur

suatu kuesioner yang merupakan indikator dari suatu

variabel. Reliabilitas instrumen menunjukkan

seberapa besar instrumen tersebut dapat dipercaya

dan layak digunakan sebagai alat pengumpul data.

Semakin tinggi hasil reliabilitas instrumen, hasil

ukur yang didapat semakin tepercaya. Suatu

42 Yohannes Anton Nugroho, It’s Easy Olah Data dengan SPSS,

(Yogyakarta: Scripta Media Creative ,2011), 23.

Page 54: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

instrumen dikatakan reliabel jika jawaban seseorang

terhadap pernyataan adalah stabil atau konsisten dari

waktu ke waktu.43

Metode pengukuran reliabilitas yang sering

digunakan yaitu metode Cronbach alpha (α).

Koefisien Cronbach alpha menunjukkan seberapa

konsisten responden dalam menjawab instrumen

yang dinilai, adapun rumusnya sebagai berikut.44

𝛼 = (𝐾

𝐾−1) (

𝑠𝑟2−∑𝑠𝑖

2

𝑠𝑥2 )

𝛼 = Koefisien reliabilitas Cronbach

alpha

𝐾 = Jumlah item pertanyaan yang diuji

∑𝑠𝑖2 = Jumlah varian skor item

𝑠𝑥2 = Varian skor-skor tes (seluruh item

K)

Jika rhitung > nilai rtabel maka instrumen penelitian

dinyatakan reliabel.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini metode yang digunakan untuk

mengumpulkan data ada dua cara, yaitu metode angket

dan dokumentasi.

43Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program

IBM SPSS 25, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2018), 45.

44 Yohannes Anton Nugroho, It’s Easy Olah Data dengan SPSS,

28.

Page 55: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

1. Metode Angket

Menurut Budiyono metode angket adalah

cara pengumpulan data melalui pengajuan

pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada subjek

penelitian, responden, atau sumber data dan jawaban

diberikan pula secara tertulis. 45 Angket pada

penelitian ini digunakan untuk mengetahui

kedisiplinan peserta didik dalam KBM di sekolah.

Butir pertanyaan angket mengacu pada kedisiplinan

peserta didik dalam KBM. Diberikan dua pilihan

jawaban yang sudah tersedia yaitu ya dan tidak.

Pemberian skor dilakukan dengan cara nilai 1 untuk

jawaban ya dan nilai 0 untuk jawaban tidak.

Kecenderungan kedisiplinan peserta didik

ditentukan dari jumlah skor tertinggi dengan

indikator kedisiplinan yang telah diisi peserta didik

pada angket penelitian.

2. Metode Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode dengan

mencari data mengenai hal-hal atau variabel.

Dokumentasi ini akan peneliti lakukan untuk

mencari informasi tentang MI Ma’arif Cekok dan

MI Ma’arif Singosaren Ponorogo, struktur

organisasi sekolah dan segala sesuatu yang berkaitan

dengan sekolah yang sudah dalam bentuk dokumen.

45 Ibid , 47.

Page 56: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

E. Teknik Analisis Data

1. Uji Normalitas dan Homogenitas

Sebelum melakukan uji statistik screening

terhadap data yang akan diolah harus dilakukan

terlebih dahulu. Salah satu asumsi dalam

menggunakan statistik parametrik adalah asumsi

multivariate normality. 46 Multivariate normality

adalah asumsi bahwa setiap variabel dan semua

kombinasi linier dari variabel berdistribusi normal.

Untuk melihat kecenderungan populasi dari

suatu data mendekati distribusi normal salah satunya

dapat dianalisis dengan menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov. Konsep dasar uji

Kolmogorov-Smirnov adalah dengan

membandingkan distribusi data dengan distribusi

yang dipilih. 47 Rumus dalam uji normalitas dari

suatu data populasi, dapat dilakukan dengan

persamaan sebagai berikut.

𝑍 =𝑋𝑖+�̅�

𝑆

𝐹𝑟 = 0,5 − 𝑃(𝑍)

𝐹𝑆 =𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓

𝛴𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖

𝐷 = 𝐹𝑟 − 𝐹𝑠

46 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan

Program IBM SPSS 25, 27. 47 Yohannes Anton Nugroho, It’s Easy Olah Data dengan SPSS,

33.

Page 57: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

Z = Nilai statistik penguji

𝑋𝑖= Data ke-i

𝑍 = Transformasi dari angka ke notasi pada

distribusi normal

𝐹𝑟= Probabilitas kumulatif normal standar

𝐹𝑠= Probabilitas kumulatif normal empiris

Dikatakan normal apabila Dhitung ≥ Dtabel.

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui

apakah data dari dua kelompok memiliki varian

yang homogen atau tidak. Analisis varian hanya

dapat dilakukan apabila varian tersebut homogen.

Sebelum uji hipotesis, maka perlu dilakukan

homogenitas varian melalui uji F dengan rumus

sebagai berikut.48

𝐹 =𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟

𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙

Penghitungan homogenitas data dilakukan

dengan menggunakan program SPSS 25.0 for

windows dengan ketentuan pengambilan

kesimpulan sebagai berikut:

a. Nilai sig. atau nilai probabilitas <0,05 jika data

mempunyai varian yang tidak homogen.

b. Nilai sig. atau nilai probabilitas >0,05 jika data

mempunyai varian yang homogen.

48 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, 275.

Page 58: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis pada penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan uji independent sample t-test,

yaitu tes yang dilakukan untuk membandingkan

rata-rata dari dua sampel independen.49 Independent

sample t-test melibatkan rata-rata dari dua populasi

yang berbeda. Oleh karena itu pencarian nilai t

sedikit lebih kompleks.

𝑡 =𝑃𝑒𝑟𝑏𝑒𝑑𝑎𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Besarnya standard error rata-rata dua

sampel dipengaruhi oleh standard error masing-

masing sampel. Nilai standard error dipengaruhi

oleh standar deviasi dan jumlah sampel masing-

masing, oleh sebab itu maka besarnya harus sama

atau mendekati. Apabila nilai standar deviasi dan

jumlah dari kedua sampel berbeda secara signifikan

maka independent sample t-test tidak dapat

dilakukan.50 Nilai standar eror dari kedua sampel

dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

𝑠�̅�1−�̅�2 = √𝑠�̅�12 + 𝑠�̅�2

2

Degree of freedom (df)= n1 + n2 -2

𝑠�̅�1= Standar error dari rata-rata sampel pertama

𝑠�̅�2= Standar error dari rata-rata sampel kedua

49 C. Trihendradi, Langkah Praktis Menguasai Statistik untuk

Ilmu Sosial Kesehatan Konsep & Penerapannya Menggunakan SPSS,

(Yogyakarta: Andi Offset, 2013), 96. 50 Ibid., 97.

Page 59: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

Analisis hasil independent sample t-test dapat

dilakukan dengan dua tahapan, pertama menguji

varian kedua sampel sama (Equal variances

assumed) atau berbeda (Equal variances not

assumed) dengan melihat nilai levene test pada

program SPSS yang digunakan.Langkah kedua,

dilakukan dengan melihat nilai t-test untuk

menentukan perbedaan nilai rata-rata secara

signifikan, dengan hipotesis sebagai berikut:

a. Ho : Tidak ada perbedaan rata-rata yang

signifikan antara tingkat kedisiplinan peserta

didik dalam KBM yang menggunakan CCTV di

MI Ma’arif Cekok dan yang tidak menggunakan

CCTV di MI Ma’arif Singosaren

b. H1 : Ada perbedaan rata-rata yang signifikan

antara tingkat kedisiplinan peserta didik dalam

KBM yang menggunakan CCTV di MI Ma’arif

Cekok dan yang tidak menggunakan CCTV di

MI Ma’arif Singosaren

Pengambilan kesimpulan dapat dilihat dari

nilai probabilitas berdasarkan output SPSS sebagai

berikut.51

a. Jika probabilitas atau Sig. (2-tailed) >0,05

maka Ho diterima atau memiliki varian yang

sama

b. Jika probabilitas atau Sig (2-tailed) <0,05 Ho

ditolak atau memiliki varian yang berbeda

51 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan

Program IBM SPSS 25, 66.

Page 60: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

Pengambilan kesimpulan berdasarkan nilai

t hitung pada independent sample t test dapat

dilakukan sesuai dengan hasil output sebagai

berikut.

a. Jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak

b. Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak dam H1

diterima

Page 61: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

54

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. MI Ma’arif Cekok Babadan Ponorogo

a. Sejarah MI Ma’arif Cekok

Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Cekok

(MIM Cekok) berdiri di bawah naungan

Lembaga Pendidikan Ma’arif, didirikan sebagai

alternatif jawaban atas persoalan pendidikan

yang berkembang di masyarakat. Masyarakat

selama ini selalu dihadapkan dengan dua pilihan

dalam pendidikan. Pertama, jika masyarakat

memilih pendidikan yang berbasis religi (agama)

saja, maka konsekuensi yang diterima adalah

kekurangmampuan lulusan tersebut dibidang

sains. Kedua, jika masyarakat memilih

pendidikan yang berbasis sains (ilmu

pengetahuan umum), maka konsekuensi yang

diterima adalah kekurangmampuan lulusan

pendidikan tersebut dalam bidang religi (agama).

MI Ma’arif Cekok didirikan oleh LP

Ma’arif pada Tahun 1968 tempat nya terletak

Jalan Sunan Kalijaga No. 189 Cekok, Babadan,

Ponorogo. Sejak awal berdiri, MI Ma’arif Cekok

sudah berkeinginan dan bercita-cita sebagai salah

satu sekolah unggulan yang diperhitungkan

Page 62: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

minimal di wilayah Cekok dan sekitarnya seperti

yang tertuang dalam visi yakni “Membentuk

pribadi sholih, intelek, santun, berprestasi dan

berhaluan ahlussunnah wal jama’ah. MI Ma’arif

Cekok mencoba untuk selalu membuat inovasi

baru, seperti metode pembelajaran,

pengembangan kurikulum, manajemen sekolah,

keterlibatan wali murid,tahfidz Al Quran dan

kegiatan-kegiatan yang bersifat social ataupun

lainnya dengan harapan dapat meningkatkan

kualitas. MI Ma’arif Cekok mempunyai beberapa

program, seperti :Fun Learning Activities, Salat

duha, Sholat Jamaah, Tahfidz Al - Qur’an, TPQ,

Bimtek Guru, Pramuka, Uji Publik, Team

Teaching dan lain-lain. Berikut ini adalah detail

tentang profil MI Ma’arif Cekok:

Tabel 4.1

Data Identitas Madrasah

1 Nama Madrasah : MI Ma’arif Cekok

2 Nama Kepala

Madrasah

: Hadi Asfahan, S.Pd

3 NSS/NPSN : 60714254

4 Alamat Madrasah : Jalan Sunan Kalijaga No. 186

Desa Cekok Kecamatan

Babadan Kabupaten Ponorogo

5 No.Telepon Kepala

Madrasah

: Hadi Asfahan, S.Pd

6 Program

Ketrampilan

: Seni Hadroh, Drum Band

Page 63: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

7 Jumlah Guru : 16

9 Jumlah Pegawai : 3

10 Jumlah Siswa -

Siswi

: 247 Siswa

11 Jumlah Ruang

Kelas

: 13 Ruang Kelas

12 Jumlah Ruang

Praktik/Lab

: 1 Lab Ruang IPA

13 Tahun Pelajaran : 2019/2020

b. Visi dan Misi Madrasah

1) Visi

Visi merupakan tujuan akhir yang

ingin dicapai dalam sebuah organisasi. Visi

MI Ma’arif Cekok, Babadan yang ingin

dicapai, yaitu Membentuk pribadi yang

sholih, intelek, santun, berprestasi, dan

berhaluan Ahlussunnah Waljamaah.

Indikator dari visi tersebut, diantaranya:

a) Mengembangkan kurikulum yang

terpadu;

b) Memiliki daya saing dalam prestasi

ujian nasional dan non akademik;

c) Unggul dalam baca tulis dan hafal Al

Quran sesuai target;

d) Menjadikan ajaran islam dan nilai-nilai

islam Ahlussunnah Waljamaah;

e) Sebagai landasan sikap dan prilaku

kehidupan sehari hari;

Page 64: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

f) Inovasi secara terus menerus dalam

pembelajaran;

g) Terpenuhinya tenaga pendidik dan

kependidikan yang profesional dan

berkompeten;

h) Terpenuhinya sarana dan prasarana dan

media pembelajaran minimal sesuai

standar pelayanan;

i) Unggul dalam implementasi

Manajemen Berbasis Madrasah;

j) Meningkatnya partisipasi masyarakat

dalam pembiayaan pendidikan;

k) Penilaian yang otentik dan variatif.

2) Misi

Misi adalah langkah, bentuk, atau cara

yang digunakan untuk mewujudkan visi

yang telah ditetapkan. Misi memuat tahapan-

tahapan yang harus dilaksanakan oleh

organisasi dalam mencapai visi utama.

Tahapan-tahapan tersebut diantaranya

sebagai berikut:

a) Menumbuh kembangkan sikap dan

amaliyah keagamaan islam;

b) Menyusun kurikulum yang sesuai

dengan bakat, minat dan kemampuan

anak didik;

c) Menyiapkan tenaga kependidikan yang

memiliki kompetensi yang sesuai

dengan tugasnya.

Page 65: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

d. Data Personalia Madrasah

Tabel 4.2

Data Kamad, Pengajar dan Karyawan Mi

Ma’arif Cekok

No Nama Lengkap TTL Pendidikan

Terakhir

Jabatan

1 Hadi Asfahan, S.Pd. Ponorogo, 15

September 1964

S1 Guru Kelas

2 Nova Tri

Puspitarini, S.Pd.

Ponorogo, 5

November 1983

S1 Guru Kelas

3 Khoirul Fitroh,

S.Pd.

Pulau Kijang, 27

Januari 1996

S1 Guru Kelas

4 Anis Damayanti,

S.Pd.

Ponorogo, 5

Desember 1994

S1-PGMI Guru Kelas

5 Siti Juwariyah,

S.Pd.

Ponorogo, 13 Juli

1969

S1 Guru Kelas

6 Muhammad

Muttaqin, S.Pd.I.

Ponorogo, 8 Juli

1978

S1 Guru Kelas

7 Satria Nur

Ardiansyah, S.Pd.I.

Surabaya, 29 Juli

1992

S1-PAI Guru Kelas

8 Nur Abidin, S.Pd.I. Ponorogo, 11

Januari 1987

S1 Guru Kelas

9 Binti Akhlaqil

Mukaromah, S.Ag.

Ponorogo, 20 Mei

1968

S1 Guru Kelas

10 Nasir Anna’im,

S.Th.I.

Ponorogo, 10

April 1981

S1 Guru Kelas

11 Lutfi Novita

Andriani, S.Pd.I.

Ponorogo, 23 Juni

1987

S1 Guru Kelas

Page 66: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

12 Retnowati

Wahyuningtiyas,

S.Pd.

Madiun, 22

Agustus 1990

S1-Pendidikan

Fisika

Guru Kelas

13 Sayid Bachrudin,

S.Pd.I.

Ponorogo, 30

Maret 1973

S1-PAI Guru Kelas

14 Isna Sutanti, S.H.I. Ponorogo, 23

Januari 1980

S1-Hukum Islam Guru Kelas

15 Sarbini, S.Pd. Ponorogo, 6

Januari 1970

S1 Guru Kelas

16 Drs. H. Thowil

Abdulloh

Ciamis, 12 Juli

1948

S1 Guru Kelas

17 Halim Uswatun

Hasanah, S.Pd.

Surabaya, 26 Mei

1994

S1-MPI Guru Kelas

18 Moh. Rois Abdul

Wahab

Ponorogo, 03 Juli

1990

MA Al-Islam Guru Kelas

19 Muhammad

Sholikin, S.Pd.I.

Magetan, 03 Mei

1992

S1 Guru

Tahfidz

20 Muhammad

Syahrul Karim,

S.Pd.

Ponorogo, 04

Maret 1996

S1 Guru

Tahfidz

21 Sulfa Aliyah Ponorogo, 09

Maret 1997

MA – Al Islam Guru

Tahfidz

22 Riyadhotul

Fuadiyah

Madiun, 02

Agustus 1996

MAN 2 Madiun Tahfidz

23 Firda’Aridatu

Munfa’ati, S.Pd.

Ponorogo, 01

Oktober 1995

S1-PGMI Guru Kelas

24 Yenni Purnamasari,

SE.

Ponorogo, 26 Juni

1995

S1-Manajemen Tata Usaha

25 Farid Wahyudi

26 Ema Setyorini

Page 67: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

e. Data Siswa

Tabel 4.3 Jumlah Siswa MI Ma’arif Cekok

Babadan

No Kelas

Siswa Baru Siswa

Mengulang Siswa Pindahan Jumlah Siswa

Lk Pr

Lk

+

Pr

Lk Pr

Lk

+

Pr

Lk Pr

Lk

+

Pr

Lk Pr

Lk

+

Pr

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)

1 I 32 27 59 - - - - - - 32 27 59

2 II 21 20 41 - - - - - - 21 20 41

3 III 27 19 46 - - - - - - 27 19 46

4 IV 21 11 32 - - - - - - 21 11 32

5 V 18 14 32 - - - 1 - 1 18 15 33

6 VI 18 17 35 - - - - - - 18 17 35

2. MI Ma’arif Singosaren Jenangan Ponorogo

a. Sejarah MI Ma’arif Singosaren

Berkat kesadaran masyarakat akan

pentingnya pendidikan, agama, maka pada tahun

1956 di Kelurahan Singosaren Kecamatan

Page 68: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

Jenangan Kabupaten Ponorogo mendirikan

Madrasah malam dalam rangka memenuhi

tuntutan masyarakat banyak, demi tercapainya

cita-citanya ingin mempunyai anak yang

berkepribadian tinggi dan utama, sebab tak

mungkin tercapai cita-cita tersebut tanpa

pendidikan agama.

Kemudian tidak berlangsung lama yaitu

pada tahun 1958 dilebur menjadi MWB

(Madrasah Wajib Belajar) masuk pagi hari atas

tuntutan Departemen Agama untuk

memoderisasikan murid Madrasah sesuai dengan

dasar-dasar dan cita-cita Pendidikan di Indonesia.

Salah satu langkah kearah terlaksananya maksud

itu adalah dengan mengadakan pembaharuan

secara revolusioner dalam pendidikan madrasah,

yang diberi nama Madrasah Wajib Belajar

(MWB).

Dalam hal ini Departemen Agama dengan

aktif membantu organisasi-organisasi Islam yang

mendirikan dan menyeleggarakan MWB.

Madrasah Wajib Belajar (MWB) bertujuan

mendampingi sekolah-sekolah dari Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan dalam rangka

pelaksanaan Undang-Undang kewajiban belajar

di Indonesia. Penyelenggaraan MWB diarahkan

kepada jiwa bangsa untuk mencapai kemajuan

dilapangan Ekonomi, Industrialisasi dan

Transmigrasi.

Page 69: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

Pada tahun 1960 ada perubahan nama

yang semula MWB menjadi Madrasah Ibtidaiyah

(MI). MI Singosaren berada di bawah Lembaga

Ma’arif, maka pada tahun tersebut didirikanlah

madrasah dengan nama Madrasah Ibtidaiyah

Ma’arif Singosaren oleh organisasi yang diketuai

Bapak Muhammad Sayid Almarhum. Madrasah

ini terbentuk atas dorongan masyarakat

Singosaren. Masyarakat Singosaren berkeinginan

agar anaknya menjadi muslim sejati, beriman

teguh, beramal sholeh dan berakhlak mulia, serta

berguna bagi masyarakat agama dan negara.

Madrasah tersebut didirikan diatas tanah wakaf,

letaknya jalan Singopuro Kelurahan Singosaren.

Kira-kira 50 meter kesebelah timur dari

perempatan kota lama di Ponorogo. Gedungnya

terdiri dari 6 ruang kelas, 1 ruang guru, dan 1

ruang kepala madrassah.

b. Visi, Misi, dan Tujuan Madrasah

1) Visi Madrasah

MI Ma;arif Singosaren sebagai sebuah

organisasi memiliki tujuan dan cita-cita yang

ingin diwujudkan. Tujuan tersebut terdapat

dalam visi madrasah, yaitu terbentuknya

anak yang berakhlaqul karimah yang

berwawasan Ahlussunnah wal jama’ah dan

berkualitas dalam IMTAQ dan IPTEK.

Page 70: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

2) Misi Madrasah

Ada beberapa langkah atau cara yang

harus dilakukan dalam mencapai visi

madrasah. Langkah-langkah tersebut,

diantaranya sebagai berikut:

a) Mengembangkan sumber daya manusia

(SDM) dengan memberikan tuntunan

pada anak, besikap hidup sehari-hari

disekolah maupun di masyarakat dengan

berpegang teguh pada norma-norma

Islam dengan paham Ahlussunnah Wal

Jama’ah;

b) Mengembangkan dan meningkatkan

pengetahuan dengan menumbuhkan

penghayatan terhadap ajaran agama

dalam beribadah dan kehidupan sehari-

hari (berpribadi yang sholeh dalam

beragama dan sholeh dalam

bermasyarakat);

c) Membina dan mempersiapkan siswa

menjadi insan kamil yang mampu

bersaing di bidang Ilmu Pengetahuan.

3) Tujuan Madrasah

MI Ma’arif Singosaren sebagai sebuah

organisasi memiliki beberapa tujuan selain

visi utama yang ingin dicapai. Tujuan

terbentuknya MI Ma’arif Singosaren

diantaranya sebagai berikut:

a) Membentuk pribadi siswa bersikap baik

dan benar dalam beribadah;

Page 71: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

b) Membentuk pribadi siswa yang baik dan

benar dalam kehidupan sehari-hari;

c) Membentuk kepribadian siswa yang

amanah, jujur dan ikhlas dalam

bertindak atau berbuat;

d) Membentuk siswa yang berprestasi

dalam pelajaran agama dan pelajaran;

e) Membentuk siswa yang terampil dalam

mengoperasikan teknologi (komputer);

f) Membentuk siswa yang mempunyai

wawasan keagamaan yang bercirikan

Ahlussunnah wal Jama’ah;

g) Menanamkan kepada siswa untuk

mempunyai rasa memiliki terhadap

madrasah, warga madrasah dan

masyarakat sekitar.

c. Profil Singkat MI Ma’arif Singosaren

Nama Madrasah : MI MA’ARIF

SINGOSAREN

N I S : 11 00 20

NSM : 111235020024

Nama Kepala Madrasah : AHMAD SLAMET,

S.Ag

Alamat : JL. SINGAJAYA III

NO. 02

Kelurahan : SINGOSAREN

Page 72: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

Kecamatan : JENANGAN

Kabupaten : PONOROGO

Kode Pos : 63492

Email :

[email protected]

Status Sekolah : Swasta

Status Akreditasi : TERAKREDITASI /

B

SK. Nomor/Tanggal : No: 20/SK/MI/82, 28

Oktober 1982

Penerbit SK : Lembaga Pendidikan

Ma’arif Cab.

Ponorogo

Tahun Berdiri : 1960

Tahun Perubahan : 1993

Bangunan Sekolah : Milik Sendiri

Organisasi Penyelenggara : LP MA’ARIF

NU

Kegiatan Belajar Mengajar : Pagi hari

Ruang Kelas : 6 ruang

Ruang Guru : 1 ruang

Ruang Komputer : 1 ruang

Page 73: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

Ruang UKS : 1 ruang

Ruang Kepala Sekolah : 1 ruang

Ruang Toilet : 2 ruang

Tempat Ibadah : 1 Masjid

Secara geografis MI Ma’arif ini terletak di

sudut kota. Tepat di samping sekolah terdapat taman

kanak-kanak dan dikelilingi oleh rumah penduduk.

Meskipun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa

suara kendaraan dan terkadang mengganggu proses

pembelajaran.

Adapun batas-batas wilayah dari MI Ma’arif

Singosaren adalah sebagai berikut:

1) Sebelah timur berbatasan dengan RA Muslimat

NU Singosaren

2) Sebelah selatan berbatasan rumah penduduk

3) Sebelah barat berbatasan rumah penduduk

4) Sebelah utara berbatasan jalan Niken Gandini

Adapun motif dan tujuan Madrasah tersebut

didirikan antara lain :

1) Adanya rasa tanggung jawab sebagai seorang

muslim terhadap Allah SWT.

2) Untuk membina masyarakat setempat khususnya

mengenai generasi mudanya agar benar-benar

mencintai Agama Islam dan mengamalkannya

sesuai dengan ajaran-ajarannya.

Page 74: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

3) Menjawab tantangan dan tuntutan zaman yang

semakin komplek melalui program wajib belajar

9 tahun.

Adapun keadaan dan situasi MI Ma’arif

Singosaren pada tahun 2017/2018 ialah sebagai

berikut:

1) Keadaan Gedung

Terdapat 10 ruang, dengan rincian 6

ruang belajar, 1 ruang kepala madrasah, 1 ruang

guru, 1 ruang UKS dan 1 ruang lab komputer.

Disebelah timur terdapat tujuh ruang yang terdiri

dari 1 ruang kepala madrasah,1 ruang guru, 3

ruang kelas yaitu kelas I, II, dan III, 1 ruang UKS,

dan 1 ruang lab komputer. Disebelah barat

terdapat 3 ruang kelas yaitu kelas IV, V, dan VI.

Secara keseluruhan atapnya dari genting,

gentingnya dari tanah liat, untuk gedung yang

berada disebelah barat menggunakan keramik

dan gedung yang berada disebelah timur masih

menggunakan tegel kecuali ruang guru dan ruang

kepala sekolah. Untuk lokasi kamar mandi (toilet)

berada di belakang lab komputer .

2) Jumlah Siswa

Jumlah murid secara keseluruhan pada

tahun 2017 berjumlah 116, dengan rincian

sebagai berikut :

Page 75: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

Tabel 4.4 Jumlah Siswa MI Ma’arif Singosaren Jenangan

No Kelas Jumlah Siswa

1 Kelas Satu 25

2 Kelas Dua 22

3 Kelas Tiga 15

4 Kelas Empat 17

5 Kelas Lima 15

6 Kelas Enam 22

3) Tenaga Pendidik

Berdasarkan data terakhir tahun

2017/2018, jumlah tenaga pendidik sebanyak 13

orang, kepala sekolah 1 orang, guru 10 orang,

satpam 1 orang, dan tukang kebun 1 orang. Lama

mengajar guru MI Ma’arif Singosaren bevariasi.

Guru-guru senior telah mengajar lebih dari

sepuluh tahun dan guru yunior kurang dari

sepuluh tahun. Namun rata-rata mereka ditunjang

oleh latar belakang pendidikan yang memadai

yakni berasal dari Sarjana Pendidikan yang

sesuai dengan bidangnya.

B. Deskripsi Data Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui

adanya perbedaan antara kedisiplinan peserta didik di MI

Ma’arif Cekok yang menggunakan CCTV dan MI

Ma’arif Singosaren yang tidak menggunakan CCTV.

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini yaitu

kegunaan CCTV sebagai variabel X dan kedisiplinan

peserta didik sebagai variabel Y. Data hasil penelitian

Page 76: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

diperoleh dari penyebaran angket terhadap peserta didik

di MI Ma’arif Cekok dan MI Ma’arif Singosaren.

Penelitian pertama di MI Ma’arif Cekok,

Babadan, Ponorogo dilaksanakan mulai dari tanggal 29

Februari sampai dengan 13 Maret 2020. Pada tanggal 29

Februari 2020 peneliti mendatangi MI Ma’arif Cekok

untuk menyerahkan surat izin penelitian kepada bapak

kepala madrasah, dengan membawa angket yang akan

diujikan kepada peserta didik di MI Ma’arif Cekok.

Sebelum angket diujikan, terlebih dahulu angket

diperiksa oleh bapak kepala madrasah untuk dilihat layak

atau tidaknya angket diujikan serta tidak melanggar

privasi madrasah. Setelah mendapat izin dari bapak

kepala madrasah,pada tanggal 9 Maret 2020 peneliti

datang ke madrasah untuk menyebarkan angket uji coba

kepada peserta didik kelas 5. Pada 11 Maret 2020 peneliti

datang kembali ke madrasah dengan meminta izin

terlebih dahulu kepada guru kelas untuk menyebarkan

angket kepada peserta didik di kelas 4. Peneliti kembali

ke madrasah pada tanggal 12 Maret 2020 untuk meminta

data profil madrasah kepada petugas TU, kemudian

bertemu dengan bapak kepala sekolah untuk

menyampaikan terimakasih karena sudah diberikan izin

untuk melaksanakan penelitian di madrasah sampai

selesai.

Penelitian kedua di MI Ma’arif Singosaren,

Jenangan, Ponorogo dilaksanakan mulai tanggal 3-10

Maret 2020. Pada tanggal 3 Maret 2020 peneliti datang

ke sekolah untuk menyampaikan surat izin penelitian

kepada bapak kepala madrasah serta memberikan sedikit

Page 77: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

penjelasan terkait dengan penelitian yang akan dilakukan.

Setelah bapak kepala madrasah memberikan izin,

kemudian pada tanggal 5 Maret 2020 peneliti datang ke

sekolah untuk menyebarkan angket uji coba kepada

siswa kelas 5 di MI Ma’arif Singosaren. Pada tanggal 7

Maret 2020 peneliti kembali datang ke madrasah untuk

meminta izin kepada guru kelas yang akan diuji dan

dijadikan sampel kemudian, menyebarkan angket

kepada peserta didik di kelas 4. Peneliti kembali ke

madrasah pada tanggal 8 Maret 2020 untuk meminta data

profil madrasah yang akan digunakan untuk melengkapi

data penelitian. Setelah data terpenuhi peneliti

menyampaikan terimakasih kepada pihak sekolah karena

telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan

penelitian hingga selesai.

C. Analisis Data

Setelah semua data yang diperlukan terkumpul

langkah selanjutnya yaitu menganalisis data tersebut.

Sebelum analisis data peneliti menguji instrumen yang

akan digunakan dengan uji validitas dan reliabilitas. Uji

prasyarat juga perlu dilakukan sebelum melakukan uji

independent sample t-test, yaitu dengan uji normalitas

dan uji homogenitas.

Page 78: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

1. Uji Instrumen

a. Uji validitas

Uji validitas dilakukan untuk

mengetahui sebuah isntrumen yang akan

digunakan valid atau tidak. Uji validitas

instrumen dihitung dengan menggunakan

rumus product moment. Uji coba soal dilakukan

di MI Ma’arif Cekok dan MI Ma’arif

Singosaren. Soal uji coba diberikan kepada 34

peserta didik dari masing-masing sekolah.

Peserta didik dalam uji coba diambil dari siswa

kelas 3 dan kelas 5. Berdasarkan hasil

penghitungan dengan taraf signifikasi 5%

didapat rtabel= 0,329. Apabila harga rhitung < rtabel,

maka instrumen dinyatakan tidak valid.

Instrumen dapat dikatakan valid jika rhitung >

rtabel., dengan hasil uji validitas sebagai berikut.

Tabel 4.5

Ringkasan Hasil Analisis Uji Validitas Instrumen

Variabe

l

Jumlah

pernyat

aan

semula

Jumlah

pernyat

aan

gugur

Nomor

pernyat

aan

gugur

Jumlah

pernyat

aan

valid

Kedisipl

inan

peserta

didik

25 5 7, 9, 10,

18, 22

20

Page 79: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

Butir-butir pernyataan yang dinyatakan

valid dapat digunakan kembali untuk

mengambil data penelitian, sedangkan butir

pernyataan yang tidak valid tidak akan

diikutsertakan kembali dalam angket yang akan

digunakan untuk penelitian yang sebenarnya.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk menguji

konsistensi dan kestabilan instrumen yang akan

digunakan dalam penelitian sehingga akan

menghasilkan data yang sama atau hamper

sama dengan data yang diperoleh sebelumnya.

Hasil rhitung kemudian diinterpretasikan

dengan tabel pada pedoman untuk memberikan

interpretasi koefisien korelasi. Uji reliabilitas

dihitung menggunakan SPSS Statistic 2.5 for

Windows dengan rumus Cronbach Alpha.

Tabel 4.6 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi

Koefisien Reliabilitas

Interval Koefisien Tingkat Reliabilitas

0,00-0,20 Kurang Reliabel

0,201-0,40 Reliabilitas Rendah

0,401-0,60 Cukup Reliabel

0,601-0,80 Reliabel

0,801-1,00 Sangat Reliabel

Page 80: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

Tabel 4.7

Ringkasan Hasil Uji Coba Reliabilitas Instrumen

No. Instrumen untuk

variabel

Koefisien

Cronbach

Alpha

Interpretasi

1. rhitung Kegunaan CCTV 0,926 Reliabel

2. rhitung Kedisiplinan peserta

didik

0,863 Reliabel

3. rtabel 0,388

2. Uji Analisis Data

a. Uji Normalitas dan Homogenitas

Salah satu asumsi dalam melakukan uji

statistik parametrik adalah dengan melakukan

uji normalitas terlebih dahulu terhadap data yang

akan diolah. Uji normalitas digunakan untuk

mengetahui bahwa setiap variabel berdistribusi

normal.52

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Variabel Y

Kedisiplinan peserta didik

Karakte

ristik

MI MA’ARIF

CEKOK

MI MA’ARIF

SINGOSAREN

Hasil Interpretasi

DHitung 0,200 0,200 DHitung < DTabel

52 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan

Program IBM SPSS 25, 27.

Page 81: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

DTabel 0,318 0,318 Berdistribusi

Normal

FHitung 0,246 FHitung < FTabel Homogen

FTabel 4,15

Nilai DTabel diambil berdasarkan nilai

pada tabel Kolmogorov Smirnov pada taraf

signifikan 5%. Kolom interpretasi dibuat

berdasarkan pada ketentuan pengujian

normalitas, yaitu DHitung < DTabel maka

dinyatakan bahwa data berdistribusi normal.

Sebaliknya, jika DHitung > DTabel maka data tidak

berdistribusi normal. Dari tabel hasil uji

normalitas diatas, untuk variabel Kedisiplinan

peserta didik MI Ma’arif Cekok dan MI Ma’arif

Singosaren diperoleh nilai sama dengan DHitung=

0,200. Berdasarkan hasil uji normalitas terhadap

variabel Y didapat data berdistribusi normal

dengan nilai DHitung < DTabel.

Uji homogenitas didasarkan pada

ketentuan pengujian homogenitas yaitu jika

FHitung < FTabel maka disimpulkan bahwa data

berasal dari varian yang homogen., sebaliknya

jika FHitung > FTabel maka dapat diambil

kesimpulan bahwa kedua data tidak berasal dari

varian yang homogen. Dari tabel homogenitas

diatas diperoleh nilai variabel Y Kedisiplinan

Page 82: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

peserta didik dengan nilai FHitung=0,246 <

FTabel=4,15. Berdasarkan hasil uji homogenitas

tersebut dapat diketahui nilai FHitung < FTabel,

sehingga dapat disimpulkan bahwa data berasal

dari varian yang sama (homogen).

b. Uji Hipotesis (Independent sample t-test)

Hasil dari uji normalitas membuktikan

bahwa data berdistribusi normal dan sampel

berasal dari varian yang homogen sesuai dengan

hasil uji homogenitas variansi. Setelah uji

normalitas dan homogenitas terpenuhi dapat

dilanjutkan dengan melakukan uji hipotesis

untuk membandingkan perbedaan antara kedua

subjek variabel Y, yaitu kedisiplinan guru dan

siswa. Diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.9

Hasil Uji Independent sample t-test Variabel Y

Kedisiplinan peserta didik

Karakteristi

k

Nilai Hasil

MI

MA’ARI

F

CEKOK

MI MA’ARIF

SINGOSARE

N

THitung 6,172 THitun

g >

TTabel TTabel 2,042

Taraf

Signifikan (α)

(5%) 0,05

Page 83: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

Berdasarkan tabel hasil uji hipotesis

tingkat kedisiplinan peserta didik didapat hasil

THitung= 6,172 dan TTabel= 2,042. Sesuai dengan

kriteria pengambilan keputusan diperoleh hasil

THitung > TTabel maka H1 diterima yang artinya

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara tingkat kedisiplinan peserta

didik dalam KBM di MI Ma’arif Cekok yang

menggunakan CCTV dengan MI Ma’arif

Singosaren yang tidak menggunakan CCTV.

3. Interpretasi dan Pembahasan

Interpretasi dan pembahasan berikut ini

mengacu pada permasalahan yang dimunculkan dari

hasil penelitian awal yaitu bagaimanakah

kedisiplinan peserta didik dalam KBM dengan

penggunaan CCTV di MI Ma’arif Cekok dengan

yang tidak menggunakan CCTV di MI Ma’arif

Singosaren? berdasarkan hasil uji hipotesis

penelitian menunjukkan bahwa sampel berdistribusi

normal dan data berasal dari varian yang homogen,

artinya kedua sampel memiliki kemampuan yang

sama untuk dijadikan sampel dalam penelitian.

Penggunaan CCTV terbukti dapat

memberikan pengaruh terhadap kedisiplinan peserta

didik dalam KBM. Hal ini dapat ditunjukkan dari

hasil uji independent sample t-test dengan

membandingkan data dari dua sekolah, diperoleh

Page 84: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

hasil Thitung= 6,172 dengan Ttabel= 2,042.

Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat

diketahui bahwa hasil THitung > TTabel, sehingga H1

diterima dan H0 ditolak ini berarti terdapat

perbedaan rata-rata yang signifikan antara sekolah

yang menggunakan CCTV dan yang tidak

menggunakan CCTV. Dari hasil rata-rata

perhitungan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

sekolah yang menggunakan CCTV mempunyai

tingkat kedisiplinan yang lebih tinggi dalam KBM

jika dibandingkan dengan sekolah yang tidak

menggunakan CCTV.

Hasil tersebut disebabkan karena dalam

pelaksanaan kegiatan pembelajaran terdapat

pengawasan yang dilakukan yang dilakukan kepada

siswa selama proses pembelajaran. Sehingga dengan

adanya pengawasan tersebut siswa memiliki

kesadaran untuk lebih disiplin dalam melaksanakan

KBM di kelas. Penggunaan CCTV di sekolah

termasuk kedalam fasilitas yang fungsi utamanya

ditujukan untuk mengawasi seluruh kegiatan siswa

di sekolah utamanya dalam pembelajaran, kemudian

dari pengawasan tersebut kepala sekolah dapat

memeriksa apakah kegiatan yang dilaksanakan

sudah sesuai dan mencapai tujuan atau belum. Dari

pengawasan yang dilakukan tersebut dapat

digunakan untuk mengetahui kekurangan-

kekurangan atau kesalahan yang perlu diperbaiki

dalam proses pembelajaran baik terhadap guru

ataupun siswa. Sehingga terbukti sesuai dengan teori

Page 85: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

yang telah disebutkan, dengan adanya CCTV, cukup

efektif dalam meningkatkan kedisiplinan bagi

peserta didik dalam KBM. Melalui fungsi

pengawasan dan evaluasi, kepala sekolah dapat

melaksanakan pembinaan dan peningkatan

kemampuan untuk disiplin belajar.

Page 86: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

79

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian data terbukti bahwa

sekolah yang menggunakan CCTV memiliki kedisiplinan

yang lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah yang

tidak menggunakan CCTV. Hal ini terbukti dari hasil uji

independent sample t-test dengan membandingkan

kedisiplinan peserta didik di dua sekolah yaitu MI

Ma’arif Cekok Babadan dan MI Ma’arif Singosaren

Jenangan Ponorogo yang diperoleh hasil Thitung= 6,172

dengan Ttabel= 2,042. Berdasarkan hasil pengujian

tersebut dapat diketahui bahwa hasil THitung > TTabel,

sehingga H1 diterima dan Ho ditolak.

Penggunaan CCTV dalam meningkatkan

kedisiplinan peserta didik memiliki tingkat yang sangat

efektif dengan skala indikator terpenuhi 15 ≤ x ≤ 20.

Sesuai dengan hasil pengujian yang telah dilakukan

maka dapat diketahui bahwa MI Ma’arif Cekok dengan

penggunaan CCTV memiliki tingkat kedisiplinan yang

lebih tinggi daripada MI Ma’arif Singosaren yang tidak

menggunakan CCTV. MI Ma’arif Singosaren memiliki

kedisiplinan yang rendah sesuai dengan hasil pengujian

dan didasarkan pada indikator-indikator kedisiplinan

pada angket yang tidak terpenuhi.

Page 87: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan

yang telah diuraikan tersebut, peneliti mengajukan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Peserta Didik

Berdasarkan hasil penelitian masih terdapat

beberapa peserta didik yang belum mengerjakan

tugasnya pada waktu pengumpulan tugas. Hal

tersebut dapat diperbaiki dengan pembiasaan diri

untuk belajar setiap hari dan tidak menunda tugas

yang diberikan dari sekolah. Selain itu, sikap

disiplin dalam belajar juga perlu ditingkatkan antara

lain dengan cara meningkatkan frekuensi belajar

ketika dirumah, membiasakan untuk mengulang

materi pelajaran yang telah diajarkan oleh guru dari

sekolah, dan membuat jadwal rutin untuk

melaksanakan belajar kelompok di luar jam

pembelajaran di sekolah.

2. Bagi Guru

Berdasarkan hasil penelitian guru sudah

memberikan contoh kepada siswa untuk membentuk

karakter disiplin dalam belajar. Contoh tersebut

diantaranya, yaitu datang ke sekolah tepat waktu

sebelum jam pembelajaran dimulai dan masuk kelas

tepat waktu setelah bel pergantian jam pelajaran.

Namun, pada saat jam pembelajaran dan siswa

diberikan tugas ada beberapa siswa yang berkeliaran

di luar kelas. Hal tersebut terjadi pada saat selesai

memberikan tugas, guru meninggalkan kelas

Page 88: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

padahal jam pembelajaran belum berakhir. Untuk

mengatasi hal tersebut, peneliti menyarankan

hendaknya guru tetap berada di dalam kelas

mendampingi peserta didik sampai berakhirnya jam

pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

Pihak sekolah diharapkan mampu untuk

meningkatkan kualitas Pendidikan di sekolah

terutama dalam proses belajar mengajar di kelas.

Selain membentuk tata tertib dan peraturan sekolah,

sekolah juga harus menyediakan fasilitas yang dapat

digunakan sebagai sarana dalam mengontrol

ketertiban dan kedisiplinan di sekolah.

4. Bagi Peneliti

Dalam penelitian ini masih terdapat

kekurangan yang disebabkan terbatasnya waktu

yang dimiliki oleh peneliti dan pengetahuan

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

kedisiplinan peserta didik di sekolah. Oleh sebab itu,

peneliti mengharapkan bagi peneliti selanjutnya

agar dapat mengetahui seberapa jauh CCTV dapat

membantu dalam meningkatkan kedisiplinan

peserta didik di sekolah, tidak hanya di sekolah

tingkat dasar namun pada sekolah dengan jenjang

yang lebih tinggi. Selain hal tersebut, perlu juga

untuk melaksanakan penelitian berkaitan dengan

hal-hal lain yang lebih berpengaruh dalam

meningkatkan kedisiplinan guru dan siswa di

sekolah.

Page 89: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

82

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian, Jakarta:

Rineka Cipta, 2010.

Aulia, Alin. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams

Games Tournament) Untuk Meningkatkan

Kedisiplinan dan Prestasi Belajar Matematika

Siswa Kelas VIID SMP N 1 Kembaran, Skripsi,

Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 2012.

Barnawi dan Mohammad Arifin. Instrumen Pembinaan

Peningkatan dan Penilaian Kinerja Guru

Profesional, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.

Budiyono. Metodologi Penelitian Pendidikan, Surakarta:

UNS Press, 2003.

Cahyadi, Budi. Home Security Membuat Webcam

sebagai CCTV melalui Smartphone, Yogyakarta:

ANDI OFFSET, 2014.

Daryanto dan Muhammad Farid. Konsep Dasar

Manajemen Pendidikan di Sekolah, Yogyakarta:

Gava Media, 2013.

Djafri, Novianty. Manajemen Kepemimpinan Kepala

Sekolah (Pengetahuan Manajemen, Efektifitas,

Kemandirian, Keunggulan Bersaing dan

Kecerdasan Emosi),Yogyakarta: Deepublish,

2017.

Page 90: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

83

Eriyanto. Teknik Saampling Analisis Opini Publik.

Yogyakarta: Lkis Yogyakarta, 2007.

Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan

Program IBM SPSS 25, Semarang: Badan Penerbit

Universitas Diponegoro. 2018

Jasmani dan Syaiful Mustofa. Supervisi Pendidikan

Terobosan Baru dalam Kinerja Peningkatan

Kerja Pengawas Sekolah dan Guru, Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media, 2013.

Kurniawan, Wisnu Aditya. Budaya Tertib di Sekolah

(Penguatan Pendidikan Karakter Siswa),

Sukabumi: Jejak, 2018.

Kusumaningtyas, Febri. Kedisiplinan Guru dalam Proses

Pembelajaran di SD Negeri 1 Sembung, Skripsi,

Universitas Negeri Yogyakarta, 2017.

Lestiawati, Heni. Pengaruh CCTV terhadap Aktivitas

Peserta Didik Dalam Mengikuti Pembelajaran

PKN di SMA YP UNILA Bandar Lampung Tahun

Pelajaran 2012/2013, Skripsi, UNILA, Lampung,

2013.

Moenir, A.S. Masalah-Masalah dalam Belajar,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Mustari, Mohamad. Nilai Karakter Refleksi Untuk

Pendidikan, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2014.

Page 91: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

84

Nugroho, Yohannes Anton. It’s Easy Olah Data dengan

SPSS, Yogyakarta: Scripta Media Creative, 2011.

Offirstson, Topic. Mutu Pendidikan Madrasah

Tsanawiyah, Yogyakarta: Deepublish, 2014.

PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Tahapan Kegiatan

Pengawasan Proses Pembelajaran.

Pribadi, Benny A. Model Desain Sistem Pembelajaran,

Jakarta: PT Dian Rakyat, 2009.

Purnomo, Aji. EfektivitasPengawasan Closed Circuit

Television (CCTV) Dalam Meningkatkan Perilaku

Kedisiplinan peserta didik Pada Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam Kelas XII Di SMKN 3

Wonosari Jurnal Al Ghazali Vol. 1, No. 2 Tahun

2018

Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran,

Bandung: Alfabeta, 2014.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi

Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Prenada

Media Group, 2008.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi

Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Prenada

Media Group, 2006.

Page 92: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

85

Sinambela, Lijan Poltak. Kinerja Pegawai: Teori

Pengukuran dan Implikasi, Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2012.

Sucahyowati, Hari. Pengantar Manajemen, Malang:

Wilis, 2017.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D , Bandung:

Alfabeta, 2016.

Susilana, Rudi dan Cepi Riyana. Media Pembelajaran

(Hakikat, Pegembangan, Pemanfaatan,

Penilaian), Bandung: Wacana Prima, 2009.

Sutisno, Edi. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2009.

Tim Darrus Sunnah. Al-Quran dan Terjemahnya Edisi

Tahun 2002, Jakarta: Darrus Sunnah, 2012.

Trihendradi, C. Langkah Praktis Menguasai Statistik

Untuk Ilmu Sosial Kesehatan Konsep dan

Penerapannya Menggunakan SPSS, Yogyakarta:

Andi Offset. 2013

Ula, S. Shoimatul. Revolusi Belajar Optimalisasi

Kecerdasan melalui Pembelajaran Berbasis

Kecerdasan Majemuk, Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media, 2015.

Page 93: STUDI KOMPARASI EFEKTIVITAS KEGUNAAN CCTV …

86

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

Widyardini, Sekaring Tyas. Pemrograman Matlab Untuk

Pengilahan Citra Digital (Studi Kasus Sistem

Pemantauan Ruangan Pengganti CCTV), Malang:

UB Press, 201