EFEKTIVITAS ATURAN HUKUM PENGGUNAAN MASKER …
Transcript of EFEKTIVITAS ATURAN HUKUM PENGGUNAAN MASKER …
EFEKTIVITAS ATURAN HUKUM PENGGUNAAN MASKER
DALAM PENANGGULANGAN KESEHATAN
(Studi Pelaksanaan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2021
tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020
tentang Penanggulangan Coronavirus Disease 2019)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh:
SIGIT PRAYOGO
11170480000082
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H/2021 M
i
EFEKTIVITAS ATURAN HUKUM PENGGUNAAN MASKER
DALAM PENANGGULANGAN KESEHATAN
(Studi Pelaksanaan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2021
tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020
tentang Penanggulangan Coronavirus Disease 2019)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh:
SIGIT PRAYOGO
11170480000082
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H/2021 M
ii
EFEKTIVITAS ATURAN HUKUM PENGGUNAAN MASKER DALAM
PENANGGULANGAN KESEHATAN
(Studi Pelaksanaan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2021
tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020
tentang Penanggulangan Coronavirus Disease 2019)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh:
SIGIT PRAYOGO
NIM: 11170480000082
Pembimbing 1 Pembimbing 2
DR. SYAHRUL A’DAM, M.Ag.
NIP. 19730504 200003 1 002
INDRA RAHMATULLAH, S.H.I., M.H.
NIDN. 2021088601
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1443 H/2021 M
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di dawah ini :
Nama : Sigit Prayogo
NIM : 11170480000082
Program Studi : Ilmu Hukum
Alamat : Jl. Pabrik Gula Gempol No.08, Kabupaten Cirebon
45161.
Nomor Kontak : 083824904663
Email : [email protected].
Menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli Saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum
(S.H) pada Progam Studi Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Sumber-sumber yang Saya gunakan dalam penelitian ini telah Saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka Saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 April 2021
SIGIT PRAYOGO
NIM. 11170480000082
v
ABSTRAK
Sigit Prayogo, NIM: 11170480000082, EFEKTIVITAS ATURAN
HUKUM PENGGUNAAN MASKER DALAM PENANGGULANGAN
KESEHATAN (Studi Pelaksanaan Peraturan Gubernur DKI Jakarta
Nomor 3 Tahun 2021 Tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah
Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Penanggulangan Coronavirus Disease
2019), Program Studi Ilmu Hukum, konsentrasi Praktisi Hukum, Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
1442 H/ 2021 M.
Penelitian ini membahas mengenai penerapan penggunaan masker dalam
Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2021 tentang Peraturan
Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penanggulangan
Coronavirus Disease 2019 apakah dapat berjalan efektif melalui perwujudan
penerapan protokol kesehatan dalam penanggulan virus corona di DKI Jakarta
melalui pendekatan teori efektivitas peraturan perundang-undangan. Penelitian
ini bersifat field research yaitu memaparkan dan menggambarkan suatu
keadaan dengan mengkaji hasil dari data dan wawancara yang didapatkan
melalui instansi terkait kemudian mendeskripsikan serta mengaitkan dengan
peraturan yang berlaku untuk mendukung penelitian. Metode yang digunakan
adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan peraturan perundang-
undangan (statue approach).
Untuk mengkaji penelitian ini maka peneliti menggunakan tiga bahan
hukum yang digunakan yakni, bahan hukum premier terdiri dari Peraturan
Gubernur DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan
Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2020 tentang Penanggulangan Coronavirus
Disease 2019 dan peraturan hukum lainnya yang terkait. Bahan hukum
sekunder terdiri dari publikasi tentang hukum yang meliputi wawancara
narasumber, kamus hukum, jurnal hukum, dan komentar-komentar atas kasus
yang terjadi. Bahan non hukum terdiri dari buku-buku mengenai kesehatan,
jurnal kesehatan, buku PHBS, dan laporan-laporan penelitian non hukum.
Hasil penelitian ini menunjukan analisis terhadap Peraturan Gubernur DKI
Jakarta Nomor 3 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah
Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penanggulangan Coronavirus Disease 2019
dikaitkan dengan teori efektivitas hukum Soerjono Soekanto, maka peraturan
ini terlihat cukup efektif dengan melihat dari faktor-faktor hukum itu sendiri,
faktor penegak hukum, faktor sarana atau fasilitas yang mendukung dalam
penegakan hukum, faktor masyarakat itu sendiri, dan faktor kebudayaan.
Kata kunci : Efektivitas, Masker Protokol Kesehatan, Virus Corona.
Pembimbing Skripsi : 1. Dr. Syahrul A’dam, M.A.
2. Indra Rahmatullah, S.H.I., M.H.
Daftar Pustaka : Tahun 1979 sampai Tahun 2020
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt, atas segala nikmat iman,
jasmani dan rohani. Tiada henti kepada-Nya peneliti meminta agar selalu diberi
kesehatan, kemudahan, kesabaran dan kekuatan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Berkat kasih sayang, petunjuk dan rahmat-Nya peneliti dapat megolah data
menjadi kata, menjadi kalimat dan menjadi paragraf-paragraf yang berisi ide,
kemudian dari kumpulan paragraf menjadi bab-bab dan akhirnya jadilah skripsi
ini. Tidak lupa shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Makhluk Istimewa
yakni Nabi Muhamad SAW. Yang telah membawakan cahaya kesempurnaan
akhlak bagi umat manusia.
Skripsi yang berjudul “EFEKTIVITAS ATURAN HUKUM
PENGGUNAAN MASKER DALAM PENANGGULANGAN
KESEHATAN (Studi Pelaksanaan Peraturan Gubernur DKI Jakarta
Nomor 3 Tahun 2021 Tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah
Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Penanggulangan Coronavirus Disease 2019)”
peneliti susun dalam rangka memenuhi dan melengkapi persyaratan mencapai
gelar sarjana Hukum (S.H) pada program studi Ilmu Hukum Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan kerendahan hati peneliti bahwa tidak akan sanggup melewati
segala hambatan dan rintangan yang mengganggu lancarnya penelitian skripsi
ini, tanpa adanya bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karenanya
dalam kesempatan yang berharga ini perkenankan peneliti untuk menyampaikan
rasa terima kasih yang tulus kepada yang terhormat:
1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A Dekan Fakultas Syari’ah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
jajaran.
vii
2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Ketua Program Studi
Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Drs. Abu Tamrin,
S.H., M. Hum., Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Syahrul Adam, M.A. dan Indra Rahmatullah, S.H.I., M.H.
pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran
untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi, sehingga dapat
diselesaikan dengan baik.
4. Ibu selaku orang tua yang telah yang ikhlas memberikan dukungan
selama ini serta tidak lupa kepada kepada adik-adik yang juga turut
selalu memberikan dukungan.
5. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini secara langsung
maupun tidak langsung yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Hanya ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya yang dapat peneliti
sampaikan, semoga Allah SWT membalas kebaikan-kebaikan kalian
semua.
Akhirnya tiada untaian kata yang berharga selain mengucap rasa syukur.
Besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan
bagi pembaca pada umumnya, Aamiin. Sekian dan terimakasih.
Jakarta, 15 April 2021
Sigit Prayogo
NIM: 11170480000082
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN PANITIA UJIAN SKRIPSI............................. iii
LEMBAR PERNYATAAN...............................................................................
Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. .. vi
DAFTAR ISI.................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... ....1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................1
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah...........................8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................10
D. Metode Penelitian............................................................................11
E. Sistematika Pembahasan..................................................................16
BAB II KAJIAN TEORI TENTANG EFEKTIVITAS PENERAPAN
_____HUKUM.........................................................................................188
A. Kerangka Konseptual.......................................................................18
B. Kerangka Teori................................................................................27
C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu..............................................34
BAB III PERATURAN GUBERNUR DKI JAKARTA NOMOR 3
______TAHUN 2021 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN
______PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2020 TENTANG
______PENANGGULANGAN CORONAVIRUS DISEASE 2019
…………….………………………………….……………………………...37
ix
A. Peraturan Gubernur..........................................................................37
B. Lahirnya Peraturan Gubernur Pada Peraturan Gubernur DKI Jakarta
Nomor 3 Tahun 2021 Tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan
Daerah...............................................................................................40
C. Data Pelanggaran Penggunaaan Masker Protokol Covid 19 Provinsi
DKI Jakarta.......................................................................................51
BAB IV EFEKTIVITAS ATURAN HUKUM PENGGUNAAN MASKER
DALAM PENANGGUNGLANGAN KESEHATAN......................................69
A. Penerapan Aturan Tentang Penggunaan Masker Dalam Peraturan
Gubernur Nomor 3 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan
Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penanggulangan
Coronavirus Disease 2019................................................................69
B. Efektifitas Penggunaan Masker Protokol Kesehatan dalam Pergub
Nomor 3 Tahun 2021 Di Masyarakat...............................................77
BAB V PENUTUP...........................................................................................93
A. Kesimpulan.......................................................................................93
B. Rekomendasi....................................................................................94
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. ...95
Lampiran Gambar ...................................................................................... .1011
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terus memperbarui jumlah kasus
Covid 19 di seluruh dunia. Kepala WHO menegaskan kembali perlunya
mencari kemungkinan alternatif tindakan dan strategi untuk mengurangi
dampak pandemi, terutama untuk masyarakat yang kurang terlayani serta
masyarakat umum. Langkah untuk meminimalisir penyebaran Covid 19 di
dalam masyarakat merupakan hal yang terpenting. Penggunaan masker kain
dan masker sekali pakai sangat penting untuk pasien bergejala yang berada di
rumah, pengasuh, dan mereka yang hidup dengan banyak orang, dan ruang
seperti transportasi umum.
Menjaga jarak, menjaga kebersihan tangan, dan desinfeksi permukaan
adalah landasan pengendalian infeksi selama pandemi penyakit coronavirus
2019 (Covid 19). Pada saat yang sama, pemerintah, lembaga internasional,
pembuat kebijakan, dan pejabat kesehatan masyarakat telah
merekomendasikan penggunaan masker non-medis untuk masyarakat umum
dalam mengurangi penularan sindrom pernapasan akut corona virus 2 (SARS-
CoV-2). Meskipun tidak terdapat bukti secara langsung yang menunjukkan
bahwa masker kain efektif dalam mengurangi transmisi SARS-CoV-2, hal
tersebut mampu mencegah kontaminasi melalui udara dan cukup meyakinkan
untuk menginformasikan keputusan kebijakan penggunaan masker kain
selama pandemi sementara para ahli berupaya mengembangkan penelitian
lebih lanjut (Approach et al., 2020). Pada 3 April 2020, WHO
merekomendasikan penggunaan masker kain, terutama di wilayah masyarakat
yang secara signifikan berisiko tinggi terhadap transmisi Covid 19.1
Perlu diketahui, akibat pemerintah terlihat santai dalam mengantisipasi
kedatangan virus ke Indonesia, Direktur Jenderal WHO telah turun tangan
1 Santy Irene Putri, “Studi Literatur: “Efektivitas Penggunaan Masker Kain Dalam
Pencegahan Transmisi Covid 19”, Jurnal Kesehatan Manarang, Vol. 6 No Khusus, Oktober 2020,
h.10.
2
mengirimkan surat tertanggal 10 Maret 2020 kepada Presiden RI untuk
mempertanyakan tingkat kesiapan Indonesia dalam menghadapi pandemi
global, keterbukaan pemerintah dalam menangani kasus hingga menyoroti
pendekatan Indonesia dalam melacak dan mendekteksi kasus corona.
Sebenarnya secara sederhana dapat dipahami bahwa upaya Pemerintah dengan
bersikap tenang atau cenderung santai/lamban menangkal krisis adalah dengan
meminimalisir informasi agar tidak ada kepanikan. Namun logika pendek
tersebut menyebabkan permasalahan yang lebih pelik, salah satunya
masyarakat yang kekurangan informasi akan lebih mudah termakan hoax
ketika tidak ada rujukan yang resmi. Akibatnya masyarakat kurang bisa
mendapat akses yang benar untuk upaya pencegahan yang bisa dilakukan
sejak dini.2
Menularnya Covid 19 membuat dunia menjadi resah, termasuk di
Indonesia. Covid 19 merupakan jenis virus yang baru sehingga banyak pihak
yang tidak tahu dan tidak mengerti cara penanggulangan virus tersebut.
Seiring mewabahnya virus Corona atau Covid 19 ke ratusan negara,
Pemerintah Republik Indonesia menerbitkan Protokol Kesehatan. Protokol
tersebut akan dilaksanakan di seluruh Indonesia oleh Pemerintah dengan
dipandu secara terpusat oleh Kementerian Kesehatan RI.
Sampai pada penjelasan dan tata cara penanganan tersebut tidak ada
persoalan, namun ternyata Covid 19 terus menular secara meluas dan seakan
tidak bisa ditangani sehingga membuat Ketua DPR RI berkali-kali,
mengingatkan pemerintah agar segera membentuk tim nasional penanganan
wabah virus korona yang bersifat terpusat. Selain itu, karena kurangnya
informasi membuat masyarakat di berbagai daerah banyak yang mengeluh,
bingung dan semakin khawatir akibat tidak mendapatkan pelayanan secara
aman dan meyakinkan ketika merasa ada indikasi terpapar virus Covid 19.3
Masalah lain yang muncul adalah terkait pihak yang berwenang dalam
menetapkan kedaruratan kesehatan masyarakat, apakah Pemerintah Pusat
2 Ega Ramadayanti, “Covid-19 dalam Perspektif One Health Approach dan Law
Enforcement”, Jurnal FH Unpad, Maret 2020, h.1. 3 Covid19.go.id. Data Sebaran, diakses pada tanggal 18-11-2020 pukul 22.13 wib
3
ataupun Pemerintah Daerah. Walaupun Presiden telah menegaskan bahwa
kebijakan lockdown tidak boleh diambil oleh Pemerintah Daerah, namun bisa
saja kepala daerah mengambil kebijakan lockdown jika memang menurut
Kepala Daerah itu wajib dilakukan. Jika memang pemerintah daerah
mengambil kebijakan tersebut bisa jadi banyak pihak yang menganggap itu
salah karena tidak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang, namun kalau
respons Pemerintah Pusat lambat dan juga karena lemahnya regulasi maka
tindakan tersebut dianggap hal yang lumrah dalam menghadapi ancaman
darurat seperti pandemi ini.4
Hal itu menjadi tersebut menjelaskan bahwa produk hukum seperti
Peraturan Gubernur DKI Jakarta tentang Penanggulangan Coronavirus
Disease (Covid 19) ini merupakan bukti empiris yang selama ini telah
dilakukan kajian empiris baik oleh para Penyelenggara Kebijakan, Pimpinan
Daerah maupun Pakar Kesehatan.
Indonesia merupakan negara yang menganut paham negara hukum.
Hukum dibuat sebagai perwujudan untuk mencapai kesejahteraan, ketertiban,
kedamaian dan keadilan. Dalam pembentukannya, sudah sepatutnya produk
hukum dibuat berdasarkan dari kumpulan pemikiran yang rasional dan
mendalam sehingga produk hukum yang dihasilkan sesuai dengan tujuan itu
ditegakkan. Hukum akan dipersepsikan dalam bentuk tertulis yaitu peraturan
Perundang-undangan. Apa yang tertulis di dalam peraturan perundang-
undangan merupakan peraturan yang sifatnya mengikat dan memaksa, dan
sudah tentu harus ditegakkan meskipun seringkali bertentangan dengan
norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Karena sifatnya itulah, produk
hukum yang buruk tetaplah disebut hukum yang sah jika tidak melanggar
konstitusi.5
4 NIH, New corona virus stable for hours onsurfaces SARS-CoV-2 stability similar to
original SARS, 2020, virus https://www.sciencedaily.com/releases/2020/03/200317150116.html,
h.12. diakses pada tanggal 18-11-2020 pukul 22.15 wib. 5 Sudiyana, Suswoto. 2018. Kajian Kritis Terhadap Teori Positivisme Hukum Dalam
Mencapai Keadilan Substansif. Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTIE Vol 11 No. 1, 01 Mei 2018,
h.2.
4
Di sisi lain aturan mengenai protokoler kesehatan terus digaungkan
seperti penggunaan masker yang merupakan bagian dari rangkaian
komprehensif langkah pencegahan dan pengendalian yang dapat membatasi
penyebaran penyakit-penyakit virus saluran pernapasan tertentu, termasuk
Covid 19. Masker dapat digunakan baik untuk melindungi orang yang sehat
(dipakai untuk melindungi diri sendiri saat berkontak dengan orang yang
terinfeksi) atau untuk mengendalikan sumber (dipakai oleh orang yang
terinfeksi untuk mencegah penularan lebih lanjut). Kemudian, sosialisai
penerapan 5M yaitu menjaga jarak, menggunakan masker, menghindari
kerumunan, mencuci tangan, dan mengurangi mobilitas digaungkan agar
memutus rantai penyebaran pandemi ini dan segera kembali ke kehidupan
yang normal lagi.
Namun, penggunaan masker saja tidak cukup memberikan tingkat
perlindungan atau pengendalian sumber yang memadai. Karena itu, langkah-
langkah lain di tingkat perorangan dan komunitas perlu juga diadopsi untuk
menekan penyebaran virus-virus saluran pernapasan. Terlepas dari apakah
masker digunakan atau tidak, kepatuhan kebersihan tangan, penjagaan jarak
fisik, dan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) lainnya
sangat penting untuk mencegah penularan covid 19 dari orang ke orang.
Gerakan ini merupakan salah satu Upaya pencegahan untuk memutus
rantai penularan covid-19 di Indonesia. Salah satu gerakan yang kini menjadi
fokus pemerintah dan gencar disosialisasikan kepada masyarakat yakni
gerakan memakai masker kain saat berada di tempat umum. Juru bicara
pemerintah untuk Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto mengatakan
ada tiga tempat yang rawan terjadi penularan Covid-19, karena banyaknya
orang yang berkumpul dalam waktu lama. Ketiga tempat tersebut adalah
kantor, pasar, dan juga rumah makan atau warung.6
6 Rinawati Sembiring, Dewi Ervina Suryani, Sosialisasi Penerapan Protokol Kesehatan Di
Masa Pendemi Dengan Pembagian Masker Kesehatan Kepada Para Pedagang dan Pengunjung
Pasar Tradisional Pajak Sore Padang Bulan. Jurnal Abdimas Mutiara, Vol 1 No 2, September
2020, h.125-126.
5
Penanganan pandemi Covid-19, Pemerintah Pusat serta Pemerintah
Daerah mengeluarkan berbagai instrumen hukum berupa Peraturan Gubernur,
Keputusan Presiden, hingga pembuatan Undang-Undang. Dapat dibilang
pemerintah melakukan hal yang tepat dikarenakan instrumen hukum
merupakan solusi praktis yang tegas dan efektif dalam menyelesaikan
berbagai masalah termasuk permasalahan Covid-19 ini. Hal ini perlu
diapresiasi lebih jauh ketika pemerintah melakukan upaya mitigasi,
minimalisasi, dan pencegahan pada saat yang tepat. Sayangnya realita tidak
berkata demikian. Seperti pembuatan aturan yang tidak mengacu pada
sosiologis di lapangan yang berhubungan langsung dengan masyarakat.7
Seperti halnya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan atuan
kebijakan tentang penanggulangan covid 19 khususnya penggunaan masker
untuk upaya penanggulangan pandemi covid 19. Ada beberapa aturan yang
mengatur tentang penggunaan masker menurut peneliti yaitu: dalam Pergub
DKI jakarta Nomor 3 Tahun 2021 penerapan hidup bersih dan sehat
Pencegahan Covid-19 Pasal 4 Penerapan PHBS Pencegahan Covid-19 pada
tempat/fasilitas umum meliputi:
a. menggunakan Masker di luar rumah;
b. membatasi aktivitas ke luar rumah hanya untuk kegiatan yang penting dan
mendesak;
Di dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020 tentang
Penanggulangan Coronavirus Disease 2019 Bagian Kedua tentang
Pelindungan Kesehatan Individu Pasal 8 ayat 1 yang berbunyi bahwa “Setiap
Orang yang berada di Provinsi DKI Jakarta wajib melaksanakan pelindungan
kesehatan individu, yang meliputi: menggunakan Masker sesuai dengan
standar kesehatan yang menutupi hidung, mulut, dan dagu, ketika berada di
luar rumah, saat berkendara, tempat kerja dan/atau tempat aktivitas lainnya”.
Namun, apakah penggunaan aturan hukum ini sudah berjalan
sebagaimana mestinya untuk meminimalisir pandemi virus corona seperti
7 Tarik Jasarevic, who.int. Statement on the second meeting of the International Health
Regulations (2005) Emergency Committee regarding the outbreak of novel coronavirus (2019-
nCoV), h. 12.
6
penggunaan masker di dalam kendaraan pribadi, kendaraan umum seperti
busway, kendaraan pengangkut barang, di pertokoan, di mal, dan tempat
tertentu lainnya. Dengan menindak-menindak para masyarakat yang tidak
menggunakan masker, diterapkan denda agar mengalami efek jera sehingga
masyarakat tetap mengikuti pada aturan protokol kesehatan Pasal 6 ayat 1
Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2021 “Setiap Orang yang
tidak menggunakan Masker sesuai dengan standar kesehatan yang menutupi
hidung, mulut, dan dagu, ketika berada di luar rumah, saat berkendara, tempat
kerja dan/atau tempat aktivitas lainnya dikenakan sanksi berupa: a. kerja sosial
dengan membersihkan fasilitas umum; atau b. denda administratif paling
banyak sebesar Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah)”.
Karena dalam Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Soerjono
Soekanto bahwa kesadaran hukum merupakan suatu penilaian terhadap hukum
yang ada atau yang diharapkan.8 Selanjutnya dinyatakan bahwa “pada
umumnya manusia akan taat pada hukum dan penegaknya atas dasar imitasi,
sugesti, identifikasi dan simpati baik secara terpisah maupun akumulatif.9
Dalam hal ini penerapan aturan di lapangan mengenai penggunaan masker
yang berdasarkan protokol kesehatan apakah sudah sesuai harapan dari para
pembuat kebijakan untuk penanggulangan pandemi virus corona yang sampai
saat ini masih merebak dan menginfeksi masyarakat yang tidak patuh.
Perlu adanya kesadaran hukum dari perilaku masyarakat itu sendiri
agar penyebab epidemologi pandemi ini dapat hilang dan perekonomian
kembali normal dan masyarakat itu sendiri tidak terdampak pada
kehidupannya. Menurut ahli, Scholten menjelaskan tentang kesadaran hukum
yaitu kesadaran yang ada pada setiap manusia tentang apa hukum itu, apa
seharusnya hukum itu, suatu kategori tertentu dari hidup kejiwaan kita dengan
8 Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum, (Bandung: Bina Cipta, 1983) h. 62. 9 Soerjono Soekanto, Kegunaan Sosiologis Hukum Bagi Kalangan Hukum, (Bandung:
Alumni Bandung, 1979), h. 51.
7
mata kita membedakan antara hukum dengan tidak hukum, antara yang
seyogyanya dilakukan dan tidak dilakukan.10
Satgas Covid 19 Provinsi DKI Jakarta mengungkapkan bahwa
pihaknya telah mengumpulkan dana sebesar Rp 6,2 miliar dari sanksi denda
pelanggaran ketentuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) hingga
pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Angka Rp 6,2 miliar
ini merupakan akumulasi dari denda yang diberikan pada April 2020 lalu
hingga 6 Maret 2021. Dijelaskan, sanksi denda perseorangan terkait dengan
pelanggaran penggunaan masker di mana yang bersangkutan tidak
menggunakan masker atau memakai masker dengan cara yang tidak benar.
Jumlah orang yang dikenakan sanksi denda pelanggaran penggunaan masker
ini sebanyak 26.378 orang dengan nilai denda Rp 4.026.920.000. Selain sanksi
denda, pelanggaran penggunaan masker atau sanksi perseorangan juga
diberikan dalam bentuk sanksi teguran sebanyak 7.361 orang, sanksi kerja
sosial sebanyak 401.358 sehingga total yang diberi sanksi karena pelanggaran
penggunaan masker sebanyak 435.097.11 Rekapitulasi sanksi dari PSBB
hingga PPKM di Jakarta (April 2020 hingga 6 Maret 2021): Sanksi
perseorangan (pelanggaran penggunaan masker) teguran sebanyak 7.361,
kerja sosial: 401.358, denda: 26.378. Jumlah keseluruhan 435.097 dan total
nilai denda: Rp 4.026.920.000.
Peneliti melihat banyak sekali permasalahan yang muncul
mengganggu karena penerapan aturan yang diterapkan, bagi yang tidak
menggunakan masker semata tanpa melihat penerapan di masyarakat apakah
ada yang dirugikan atau tidak, apakah memberi manfaat yang baik bagi
masyarakat dari penerapan penggunaan masker bagi mereka yang beraktivitas.
peneliti juga berpendapat bahwa peraturan memakai masker yang bagus harus
dapat melihat kondisi dari para pemakai hukum itu sendiri yaitu masyarakat.
10 Cholten sebagaimana dikutip dalam Sudikno Mertokusumo, Meningkatkan Kesadaran
Hukum Masyarakat, (Jakarta: Liberty, 1984), h. 2. 11 Lihat Pemprov DKI Kumpulkan Rp 6,2 Miliar dari Sanksi Denda Pelanggaran PSBB,
Selengkapnya di https://www.beritasatu.com/megapolitan/743135/pemprov-dki-kumpulkan-rp-62-
miliar-dari-sanksi-denda-pelanggaran-psbb-hingga-ppkm-mikro , (Diakses pada tanggal 9 Maret
2021, Pukul 09:55 wib).
8
Dari uraian di atas, peneliti merasa bahwa penerapan aturan hukum
tentang penggunaan masker protokol kesehatan berjalan sesuai dengan
sebagaimana mestinya atau tidak. Maka dari itu peneliti tertarik untuk
menjadikannya kedalam sebuah penelitian dengan judul sebagai berikut:
EFEKTIVITAS ATURAN HUKUM PENGGUNAAN MASKER
DALAM PENANGGULANGAN KESEHATAN (Studi Pelaksanaan
Pergub DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2021 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Perda Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Penanggulangan
Coronavirus Disease 2019).
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan dan
diuraikan diatas maka identifikasi masalah yang dapat ditemukan oleh
peneliti adalah sebagai berikut:
a. Dampak penerapan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar bagi
masyarakat luas.
b. Konsekuensi hukum yang diterapkan bagi pelanggar yang melanggar
aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar.
c. Ketidakpastian hukum mengenai penerapan denda administratif dan
denda sosial bagi pelanggar aturan protokol kesehatan
d. Pelanggaran hak asasi setiap individu akibat penerapan aturan
penggunaan masker.
e. Penyelesaian konflik bagi masyarakat yang menolak penerapan
pemakaian masker dalam ranah privat.
f. Penyebab tidak efektifnya penggunaan masker protokol kesehatan di
tengah masyarakat saat pandemi covid-19.
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka pembahasan mengenai
penggunaan masker protokol kesehatan di tengah pandemi covid 19 yang
9
berdampak bagi masyarakat sangat lah luas jangkauan pembahasannya,
sehingga untuk menghindari kekeliruan dalam menyimpulkan juga agar
mempermudah penelitian yang akan di lakukan dan memperdalam
permasalahan yang akan dibahas, maka peneliti membatasi masalah yang
akan dibahas sehingga pembahasannya lebih jelas dan terarah sesuai
dengan yang diharapkan peneliti dengan memfokuskan kepada membatasi
permasalahan tersebut pada EFEKTIVITAS ATURAN HUKUM
PENGGUNAAN MASKER DALAM PENANGGULANGAN
KESEHATAN (Studi Pelaksanaan Pergub DKI Jakarta Nomor 3
Tahun 2021 Tentang Peraturan Pelaksanaan Perda Nomor 2 Tahun
2020 Tentang Penanggulangan Corona Virus Disease 2019), di
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada pembahasan masalah di atas dan dalam
mempermudah peneliti dalam menganalisa permasalahan, peneliti
merumuskan masalah dengan mengkaji menakar tingkat efektif aturan
hukum penggunaan masker protokol kesehatan dalam ranah privat yang
terjadi di masyarakat. dalam bentuk sebagai berikut:
a. Bagaimana penerapan aturan hukum penggunaan masker dalam
Peraturan Gubernur Nomor 3 Tahun 2021?
b. Bagaimana efektifitas penerapan hukum penggunaan masker di
masyarakat saat terjadi pandemi covid 19?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini selain bertujuan guna memenuhi tugas akademik untuk
memperoleh Gelar Sarjana Hukum Strata 1 Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, lalu penelitian ini
didasari juga dengan beberapa tujuan yang berkaitan dengan isi
pembahasan didalamnya seperti:
10
a. Untuk menjelaskan penerapan aturan hukum penggunaan masker
dalam Pergub DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2021.
b. Untuk membahas efektifitas penerapan hukum penggunaan masker di
masyarakat saat terjadi pandemi covid 19.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari adanya penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni
manfaat teoritis dan mafaat praktis
a. Manfaat Teoritis
1) Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi penelitian yang
akan datang terkait dengan penggunaan masker saat pandemi.
2) Penelitian ini menjadi bahan pustaka atau literatur bacaan bagi
praktisi hukum dan pembuat kebijakan publik agar memberikan
informasi pengetahuan dan kerangka pemikiran yang bermanfaat.
b. Manfaat Praktis
1) Dapat memberikan informasi tentang bagaimana penerapan aturan
penggunaan masker yang baik di lingkungan masyarakat.
2) Dapat memberikan informasi yang positif dan yang negatif bagi
masyarakat tentang aturan hukum penggunaan masker.
3) Sebagai acuan dan pedoman bagi pembaca sekaligus pembuat
kebijakan agar penerapan aturan bagi masyarakat yang akan datang
(Ius Constituendum).
4) Dapat memberikan konstribusi bagi permasalahan-permasalahan
sosial jangka pendek dan jangka panjang.
D. Metode Penelitian
Metode penelitian memiki kegunaan agar suatu kebenaran ilmiah
dapat terjaga, hal ini membuat suatu penulisan harus menggunakan metode
penulisan yang tepat sebab hal tersebut sangat di perlukan dan merupakan
sebuah pedoman dalam pembuatan suatu penelitian. maka, pada penyusunan
skripsi ini, peneliti menggunakan metode penelitian dengan cara-cara yang di
sebutkan di bawah ini:
11
1. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode pendekatan Penelitian Hukum Normatif Empiris/
Sosiologis yang merupakan penggabungan antara pendekatan hukum
normatif dan hukum empiris/sosiologis.12 Pendekatan hukum empiris
adalah suatu metode penelitian hukum yang menggunakan fakta-fakta
empiris yang diambil dari perilaku manusia, baik perilaku verbal yang
didapat dari wawancara maupun perilaku nyata yang dilakukan melalui
pengamatan langsung. Penelitian empiris juga digunakan untuk mengamati
hasil dari perilaku manusia yang berupa peninggalan fisik maupun arsip.13
Penelitian sendiri juga berasal dari kata method, yang berarti ilmu
yang menerangkan cara-cara yang ditempuh untuk mencapai sebuah
tujuan. Penelitian sendiri juga berasal dari terjemahan Bahasa Inggris
research yang terdiri dari kata re (mengulang), dan search (pencarian,
penelusuran, dan penyelidikan), maka research berarti melakukan
pencarian, sehingga langkah egois dan sistematis tentang pencarian yang
berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisa, dan diambil
kesimpulan dan selanjutnya dicarikan solusinya.14
Pendekatan penelitian yang juga di gunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatkan Perundang-undangan (statue approach) yakni
pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi, dan pendekatan
konsep (conceptual approach) yang merujuk pada doktrin-doktrin hukum
yang ada.15 dan juga pendekatan kasus (case approach). Dalam hal ini
penelitian akan dilakukan terhadap taraf sinkronisasi secara horizontal,
yaitu yang diteliti adalah sejauh mana suatu peraturan perundang-
12 Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2010), h. 16. 13 Mukti Fajar, Dualisme Penelitian Hukum Empiris Normatif, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2015), h. 280. 14 Roihan A. Rosyid, Hukum Acara Peradilan Agama, (Penerbit Airlangga, 2008;
Cetakan: 18, 2018), h. 20. 15 Mukti Fajar, Dualisme Penelitian Hukum Normatif Empiris....., h. 186.
12
undangan yang mengatur berbagai bidang yang mempunyai hubungan
yang fungsional, adalah konsisten.16
2. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini yang digunakan dalam skripsi ini
menggunakan jenis penelitian kualitatif dalam bentuk pendekatan
perundang-undangan (statue approach) dan pendekatan kasus (case
approach),17 yaitu mengenai kualifikasi penggunaan masker protokol
kesehatan Covid 19 di dalam masyarakat dengan cara melakukan analisis
data secara mendalam mengenai gejala hukum tertentu, yang kemudian di
hubungkan dan dianalisa dengan masalah yang diajukan sehingga dapat
menemukan kesimpulan yang bersifat objektif, logis, konsisten dan
sistematis sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dalam penulisan skripsi
ini.
3. Sumber Data
a. Data Primer
Data yang sifatnya diperoleh atau didapatkan melalui langsung di
lapangan dengan melakukan penelitian terhadap subjek tertentu, dengan
menggunakan metode wawancara atau observasi dan atau melalui
informan tertentu.
b. Data Sekunder
Data ini merupakan data pendukung untuk menunjang data primer,
yang dimana data ini diperoleh melalui media perantara atau secara tidak
langsung seperti literatur.
1) Bahan Hukum Primer
Bahan hukum yang bersifat autoritatif berupa peraturan
perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan yang digunakan
16 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit Univesritas Indonesia (UI-
Press), 2012), h. 256. 17 Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2010), h. 16.
13
adalah peraturan peraturan perundang-undangan yang memiliki kaitan
dengan penelitian yang dilakukan. Diantaranya:
a) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana.
b) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan
Kesehatan.
c) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang
Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan
Penanganan Coronavirus Disease 2019 (Covid 19).
d) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang
Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka
Penanganan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).
e) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/Menkes/413/2020 Tentang Pedoman Pencegahan
Dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (Covid 19).
f) Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2020 Tentang
Penanggulangan Coronavirus Disease 2019 (Covid 19).
g) Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2021 tentang
Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020
Tentang Penanggulangan Coronavirus Disease 2019 (Covid
19).
2) Bahan Hukum Sekunder
Bahan berupa pendapat hukum/ doktrin/ teori-teori yang
diperoleh dari literatur hukum, hasil penelitian, artikel ilmiah, maupun
website yang terkait dengan penelitian. Termasuk pula dalam bahan
hukum sekunder adalah wawancara dengan narasumber.18 Pada
penelitian hukum normatif, wawancara dengan narasumber dapat
dilakukan dan digunakan sebagai salah satu data sekunder yang
termasuk sebagai bahan hukum sekunder. Hal tersebut karena
18 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum ,.... h. 51.
14
wawancara dengan narasumber digunakan sebagai pendukung untuk
memperjelas bahan hukum primer.
3) Bahan Hukum Tersier (non hukum)
Yaitu bahan hukum yang mendukung bahan hukum yang
memberikan penjelasan dan petunjuk bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder dengan memberikan pengalaman dan pengertian
serta penjelasan atas bahan hukum lainnya. Bahan-bahan hukum
tersier yang digunakan peneliti adalah kamus kesehatan, ilmu
pengetahuan politik, ensiklopedia, koran, internet, jurnal tentang covid
19, artikel-artikel, dan sebagainya. Dalam hal ini peneliti menggunaka
beberapa media yang khususnya berkaitan dengan penggunaan
masker dalam penanggulangan Coronavirus Disease 2019.
4. Metode Pengumpulan Data
Dalam mengolah data, penulis menggunakan studi pustaka dan
studi lapangan. Studi ini digunakan dalam rangka pengumpulan data
sekunder.
Dalam penelitian hukum untuk keperluan akademik, bahan hukum primer
yang pertama kali dikumpulkan adalah peraturan perundang-undangan
berkaitan dengan isu hukum yang akan dipecahkan. Kemudian, pada
pendekatan konseptual, pengumpulan-pengumpulan buku atau literatur-
literatur Peneliti dalam peneltian ini akan menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data yaitu, library research (Penelitian Kepustakaan), dan
field research (Studi Lapangan) atau observasi dan metode komunikasi
dengan menggunakan teknik wawancara serta studi dokumentasi. tersebut
banyak mengandung konsep hukum yang berhubungan dengan isu yang
akan dibahas sehingga nantinya dapat menjawab isu hukum yang ada.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengolah data, penulis menggunakan studi pustaka dan
studi lapangan. Studi ini digunakan dalam rangka pengumpulan data
sekunder.
15
Dalam penelitian hukum untuk keperluan akademik, bahan hukum
primer yang pertama kali dikumpulkan adalah peraturan perundang-
undangan berkaitan dengan isu hukum yang akan dipecahkan. Kemudian,
pada pendekatan konseptual, pengumpulan-pengumpulan buku atau
literatur-literatur Peneliti dalam peneltian ini akan menggunakan beberapa
teknik pengumpulan data yaitu, library research (Penelitian
Kepustakaan), dan field research (Studi Lapangan) atau observasi dan
metode komunikasi dengan menggunakan teknik wawancara serta studi
dokumentasi. tersebut banyak mengandung konsep hukum yang
berhubungan dengan isu yang akan dibahas sehingga nantinya dapat
menjawab isu hukum yang ada.
6. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
a. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan bahan hukum, adalah cara yang digunakan
untuk membuat data tersebut menjadi mudah untuk disajikan sehingga
mudah untuk dipahami. Peneliti dalam penelitian ini menggunakan
teknik yang terdiri dari:
1) Mentraskrip data
Data yang didapatkan dari peneliti dari hasil wawancara dengan
narasumber berupa rekaman serta hasil pengamatan (observasi)
peneliti dilapangan ke dalam bentuk narasi kualitatif.
2) Reduksi data
Reduksi data adalah proses memilah dan menelaah data untuk
mendapatkan data yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Reduksi data dilakukan dengan kategorisasi dan memilah data.
3) Penyajian data
Setelah data yang dibutuhkan dalam penelitian didapatkan melalui
proses reduksi data maka, peneliti akan menyajikan data
berdasarkan kategori dan sub bab serta akan dituangkan dalam
bentuk narasi kualitatif.
16
b. Analisis Bahan Hukum
Data-data yang telah terkumpul dari hasil penelitian, kemudian
akan dianalisis. Penelitian ini menggunakan deskriptif analisis yaitu
dengan cara penulisan yang menggambarkan permasalahan yang
didasarkan pada data-data yang ada seperti peraturan perundang-
undangan, lalu dianalisa lebih lanjut untuk kemudian diambil sebuah
kesimpulan. Tujuan dari deskritif kualitatif ini adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar
fenomena yang diselidiki.19
Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dianalisis
dengan teknik analisis kualitatif atau wawancara untuk memberikan
solusi terhadap rumusan masalah yang tersusun secara sistematis
sehingga diberikan penafsiran dan gambaran yang jelas sesuai dengan
rumusan masalah untuk kemudian ditarik kesimpulan.
7. Teknik Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini mengacu pada Buku Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017.
E. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah peneliti dalam mengkaji dan menelaah
penelitian yang berjudul “Efektivitas Aturan Hukum Penggunaan Masker
Dalam Penanggulangan Kesehatan (Studi Pelaksanaan Pergub DKI Jakarta
Nomor 3 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor
2 Tahun 2020 tentang Penanggulangan Coronavirus Disease 2019)”. maka,
dirasa perlu untuk memaparkan terlebih dahulu sistematika penulisan sebagai
gambaran singkat penelitian ini. Penelitian ini mengacu pada Buku “Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017 dengan sistematika yang terdiri dari
19 Moh Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2003), h. 16.
17
lima Bab”. Masing-masing bab terdiri atas beberapa sub bab sesuai
pembahasan dan materi yang diteliti. Berikut sistematika yang akan digunakan
dalam penelitian ini:
Bab Pertama membahas pendahulan yaitu meliputi latar belakang
permasalahan; identifikasi, pembatasan, dan perumusan masalah; tujuan
penelitian dan manfaat penelitian, metode penelitian; dan sistematika
penelitian..
Bab Kedua menguraikan dua pokok pembahasan yang mendukung
penulisan skripsi seperti pembahasan terkait kajian teoritis, yakni teori-teori
yang berkaitan dengan pembahasan yang tertuang dalam tulisan ini, kerangka
konseptual yakni teori efektivitas, teori kemanfaatan hukum, dan selanjutnya
akan dijelaskan terkait tinjauan (review) / kajian studi terdahulu, agar tidak
ada persaman terhadap materi muatan dan pembahasan dalam skripsi ini
dengan apa yang ditulis oleh pihak lain.
Bab Ketiga memfokuskan untuk menguraikan yang berhubungan erat
dengan apa yang menjadi fokus penelitian ini seperti aturan hukum
penggunaan masker, ganjaran yang tidak memakai masker. Data yang di
analisis oleh peneliti terkait dengan Penggunaan Masker dalam
penanggulanagan kesehatan berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta
Nomor 3 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor
2 Tahun 2020 tentang Penanggulangan Coronavirus Disease 2019.
Bab Keempat membahas dan menjawab permasalahan pada penelitian
penerapan aturan hukum Pergub DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2021 tentang
penggunaan masker protokol kesehatan dalam penanggulangan virus corona di
masyarakat dan faktor-faktor apa yang menyebabkan efektif atau tidaknya
penggunaan masker protokol kesehatan saat pandemi covid 19.
Bab Kelima penutup, bab tersebut akan memuat dua sub bab yaitu,
kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian nanti dan rekomendasi peneliti
dari penelitian yang dikerjakan dan juga saran yang ingin disampaikan.
18
BAB II
KAJIAN TEORI
TENTANG EFEKTIVITAS PENERAPAN HUKUM
A. Kerangka Konseptual
Menurut Soerjono Soekanto, kerangka konseptual adalah suatu
kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang
merupakan kumpulan arti-arti yang berkaitan dengan istilah yang ingin diteliti,
baik dalam penelitian normatif maupun empiris.1
Bagi Mayer dan Greenwood, kerangka konseptual merupakan suatu
orientasi kausal terhadap studi yang direnungkan, merumuskan suatu model
terperinci dari masalah kebijakan yang diberikan dan pemecahan yang
diusulkan. Kerangka konseptual dapat difikirkan sebagai peta yang
menghubungkan konsep-konsep atau sebuah alat untuk menentukan
bagaimana konsep yang akan digunakan dalam penelitian itu saling sesuai,
oleh karena itu kerangka konseptual merupakan deskripsi dan penjelasan dari
ahli analisis tentang peta konsep.2
Berdasarkan pengertian diatas dapat dipahami bahwa, kerangka
koseptual adalah keterkaitan antara teori-teori atau konsep yang mendukung
dalam penelitian yang digunakan sebagai pendoman dalam menyusun
sistematis penelitian. Kerangka konseptual menjadi pendoman peneliti untuk
menjelaskan secara sistematis teori yang digunakan dalam penelitian.
1. Konsep Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian
dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan
dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. Efektivitas dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang (view point) dan dapat dinilai dengan berbagai
cara dan mempunyai kaitan yang erat dengan efisiensi. Seperti yang
1 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2007), h. 24. 2 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), h. 94.
19
dikemukakan oleh Arthur G. Gedeian dkk mendefinisikan efektivitas,
sebagai berikut: “That is, the greater the extent it which an organization’s
goals are met or surpassed, the greater its effectiveness” (Semakin besar
pencapaian tujuan-tujuan organisasi semakin besar efektivitas).3
Menurut ahli Sosiologi Soerjono Soekanto berpendapat bahwa
efektivitas dapat didefinisikan yaitu efektivitas merupakan taraf sampai
sejauh mana peningkatan kesejahteraan manusia dengan adanya suatu
program tertentu, karena kesejahteraan manusia merupakan tujuan dari
proses pembangunan. Adapun untuk mengetahui tingkat kesejahteraan
tersebut dapat pula dilakukan dengan mengukur beberapa indikator spesial
misalnya: pendapatan, pendidikan, ataupun rasa aman dalam mengadakan
pergaulan.4
Menurut para ahli sebagaimana dikutip oleh Samodra Wibawa5,
efektivitas adalah:
a. Richard M Steers, keberhasilan kepemimpinan dan organisasi diukur
dengan konsep efektivitas. Efektivitas itu paling baik dapat
dimengerti jika dilihat dari sudut sejauh mana suatu organisasi
berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam
usahanya mengerjakan tujuan organisasi.
b. J.L. Gibson, konsep efektivitas dapat didekati dari dua segi, yaitu
tujuan dari teori sistem. Pendekatan tujuan memandang bahwa
organisasi itu dibentuk dengan suatu tujuan dan oleh karena itu
orang-orang di dalamnya berusaha secara rasional agar tujuan
tercapai. Dengan demikian, efektivitas diartikan sebagai pencapaian
yang telah disepakati bersama. Namun, pendekatan sistem
memandang bahwa organisasi mendapatkan sumber dari
lingkungannya. Dalam hal ini, efektivitas menggambarkan seluruh
3 Nasution, Sosiologi Pendidikan, Edisi 2, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 56. 4 Soerjono Soekanto, Efektivikasi Hukum dan Peranan Saksi, (Bandung: Remaja Karya
CV, 1989), h. 48. 5 Samodra Wibawa, Evaluasi Kebijakan Publik, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1992),
h. 32.
20
siklus input-proses output dan hubungan timbal-balik antara
organisasi dan lingkungannya.
c. Bernard mendefinisikan efektivitas organisasi sebagai pencapaian
tujuan-tujuan organisasi.
d. Etzioni mendefinisikan efektivitas sebagai tingkat terwujudnya
sasaran dan tujuan organisasi.
e. Sampson memberikan definisi yang agak berbeda, menurutnya
dimensi-dimensi efektivitas adalah sebagai berikut:
1) Goal attainment, yakni kemampuan manajer untuk mewujudkan
kebutuhan ekonomi bagi para anggotanya.
2) Adaptation, yakni usaha untuk mencangkokkan diri pada
lingkungan.
3) Integration, yakni sejauhmana manajer mampu menyatukan
berbagai departemen dan fungsi di dalam organisasinya. Contoh:
berapa jumlah pegawai yang keluar setiap tahun?
4) Latency, yakni langkah yang diambil untuk menjaga komitmen
dan partisipasi para.
Menurut Soewarno efektivitas adalah pengukuran dalam arti
tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.6 Pendapat yang
sama juga dikemukakan oleh Caster I. Bernard, efektivitas adalah
tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama.7 Sedangkan Robbins
memebrikan definisi efektivitas sebagai tingkat pencapaian organisasi
adalah konsep tentang efektif dimana sebuah organisasi bertujuan untuk
menghasilkan. Martoyo memberikan definisi efektivitas yaitu dapat
diartikan sebagai kondisi atau keadaan, dimana dalam memilih tujuan
yang hendak dicapai dan sarana yang digunakan, serta kemampuan yang
dimiliki adalah tepat, sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai
6 Soewarno Handajadiningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen,
(Jakarta: Gunung Agung, 1982), h. 2. 7 Soewarno Handajadiningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen......., h.
4.
21
dengan hasil yang memuaskan.8 Sama halnya menurut Komaruddin
efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan
kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih
dahulu.9
Jadi disini dapat diketahui bahwa efektivitas itu sebagai gambaran
ataupun taraf kondisi manusia untuk melihat kesejahteraan, berjalan nya
suatu program tertentu dengan apa yang diharapkan oleh masyarakatnya
itu sendiri. Efektivitas juga bisa dikategorikan sebagai tujuan untuk
mencapai sesuatu, seperti hal nya pemerintah mengeluarkan sebuah
kebijakan atau aturan. Disitu dapat dilihat tujuan dibuatkan kebijakan
tersebut sejalan dengan keinginan dan kondisi masyarakatnya itu sendiri.
Dalam hal nya efektivitas kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
diharapkan dapat sesuai dengan norma dan tujuan yang dibangun oleh
masyarakat. Regulasi tersebut bisa menjadikan tolak ukur yang kuat
bagaimana setiap rumusan yang diterapkan oleh pemerintah kepada
masyarakat berjalan sebagaimana mestinya. Karena nya negara sebagai
alat yang digunakan sebagai penjamin bagaimana kesejahteraan dan
kedamaian dalam masyarakat itu dapat tumbuh sesuai dengan Undang-
undang Dasar 1945.
2. Konsep Masker dalam konteks Covid 19
Masker medis didefinisikan sebagai masker bedah atau prosedur
yang datar atau memiliki lipatan; masker jenis ini dikencangkan pada
kepala dengan tali yang mengitari telinga atau kepala atau keduanya.
Karakteristik kinerjanya diuji menurut serangkaian metode uji terstandar
(ASTM F2100, EN 14683, atau yang setara) yang bertujuan untuk
menyeimbangkan filtrasi yang tinggi, kemudahan bernapas yang memadai,
dan (opsional) resistansi penetrasi cairan.10
8 Martoyo, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi ke-5, (Yogyakarta: BPFE, 2000), h.
4. 9 Komaruddin, Ensiklopedia Managemen, cet ke-1, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 294. 10 https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/covid19/anjuran-
mengenai-penggunaan-masker-dalam-konteks-covid-19-june-20.pdf?sfvrsn=d1327a85_2 (diakses pada tanggal 30-11-2020, pukul: 13:25 wib)
22
Masker merupakan salah satu alat pelindung diri (APD) yang dapat
melindungi mulut, hidung, dan wajah dari patogen yang ditularkan melalui
udara (airborne), droplet, maupun percikan cairan tubuh yang terinfeksi.
Pada umumnya ada 4 jenis masker yang biasa digunakan sebagai APD11,
diantaranya yaitu:
a. Masker kain (cloth mask)
Masker kain merupakan masker yang terbuat dari kain yang dapat
dibersihkan dan digunakan kembali. Masker ini umumnya digunakan
oleh masyarakat yang sehat di tempat umum dan bukan petugas
kesehatan dan berfungsi untuk melindungi diri dari paparan virus
maupun polusi. Penggunaan masker kain digunakan sebagai pengganti
masker medis untuk mencegah kelangkaan masker medis yang
diperlukan oleh petugas kesehatan. Masker kain memiliki proteksi
yang paling rendah dimana masker ini tidak mampu menyaring seluruh
partikel droplet atau partikel virus yang melayang di udara. Kapasitas
filtrasi masker kain hanya mampu menyaring 10-60% partikel
berukuran 3 mikron. Dengan kata lain, tingkat kebocoran masker dapat
dikatakan tinggi. Meski demikian, penggunaan masker kain dapat
meminimalisir potensi penularan penyakit apabila dibarengi dengan
tetap menjaga jarak sekitar 1-2 meter apabila berada di tempat umum
dan rajin mencuci tangan apabila akan menyentuh wajah. Keuntungan
menggunakan masker kain yaitu dapat dipakai secara berulang-ulang
dengan catatan rajin mencucinya menggunakan detergen dan air hangat
sehingga dapat membunuh virus yang menempel pada masker.
b. Masker bedah
Masker bedah lebih efektif melindungi dibandingkan dengan
masker kain. Namun penggunaannya yang hanya sekali pakai atau
tidak dapat digunakan secara berulang-ulang mengakibatkan terjadinya
kelangkaan masker di pasaran. Masker bedah meskipun lebih efektif
11 KKN UGM, Buku Pedoman Pentingnya Penggunaan Masker, (Kedungpoh: KKN-PPM
UGM, Periode 2, 2020), h. 4.
23
dibandingkan dengan masker kain dalam melindungi dari paparan
virus, tetapi pada masker bedah masih terdapat potensi kebocoran
karena tidak menutup wajah secara penuh. Efektivitas masker bedah
dalam memfiltrasi paparan virus sekitar 30-96% dengan ukuran
partikel yang dapat ditahan yaitu > 5µm. Masker bedah dianjurkan
untuk orang-orang yang sakit dan petugas kesehatan yang sehari-hari
berhubungan langsung dengan pasien.
c. Masker N95
Masker N95 memiliki tingkat proteksi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan masker bedah. Hal ini dikarenakan tidak adanya
kebocoran atau celah pada masker sehingga dapat melindungi dari
paparan virus. Masker ini mampu menahan partikel berukuran 0,1
mikron dengan efektivitas diatas 95%. Masker ini dianjurkan hanya
bagi petugas kesehatan dan bukan untuk masyarakat umum. Petugas
kesehatan yang dimaksud yaitu mereka yang berinteraksi dengan
pasien yang memiliki potensi penularan tinggi atau penyakit yang
dapat menular melalui udara (airborne) maupun droplet. Penggunaan
masker N95 dikhusukan untuk kondisi dengan tingkat resiko tinggi.
Masker ini memiliki banyak lapisan bahan penyaring dan harus
menempel erat pada wajah sehingga sebelum penggunaannya
diperlukan uji pengepasan pada setiap pemakainnya.
d. Respirator Mask atau Full-Face Mask
Masker ini umumnya dipakai pada lingkungan industri yang
memiliki potensi terpapar partikel berbahaya. Masker ini memiliki
proteksi sekitar 99% dan dipastikan tidak ada partikel berukuran 0,1
mikron yang dapat menembus masker ini. Masker ini dapat dipakai
secara berulang-ulang namun dengan tetap memperhatikan prosedur
pembersihan.
Menurut Cohen dan Birdner, masker merupakan perlindungan
pernafasan yang digunakan sebagai metode untuk melindungi individu
dari menghirup zat-zat bahaya atau kontaminan yang berada di udara,
24
perlindungan pernafasan atau masker tidak dimaksudkan untuk
menggantikan metode pilihan yang dapat menghilangkan penyakit, tetapi
digunakan untuk melindungi secara memadai pemakainya. Masker secara
luas digunakan untuk memberikan perlindungan terhadap partikel dan
aerosol yang berbahaya yang dapat menyebabkan bahaya bagi sistem
pernafasan yang dihadapi oleh orang yang tidak memakai alat pelindung
diri, bahaya partikel dan aerosol berbagai ukuran dan sifat kimia yang
berbeda dapat membahayakan diri manusia, maka disarankan untuk
menggunakan masker yang menggunakan filter udara.12
Penggunaan masker medis adalah salah satu langkah pencegahan
yang dapat membatasi penyebaran penyakit-penyakit saluran pernafasan
tertentu yang diakibatkan oleh virus, termasuk pandemi Covid 19. Namun,
penggunaan masker saja tidak cukup untuk memberikan perlindungan
yang memadai dan harus juga dilakukan langkah-langkah lain. Terlepas
dari apakah masker digunakan atau tidak, kepatuhan maksimal dalam
menjaga kebersihan tangan dan langkah-langkah lainnya sangat penting
untuk mencegah penyebaran Covid 19 dari orang satu ke orang lain. Badan
Kesehatan Dunia juga telah menyusun panduan strategi-strategi untuk
perawatan di rumah dan di tempat pelayanan kesehatan yang diduga
sebagai penyebaran klaster covid 19.
Memakai masker dianggap salah satu cara yang efektif untuk
meminimalisir risiko penularan Covid 19. Oleh karena itu, semua orang
yang beraktivitas diluar ruangan disarankan untuk memakai maskernya.
Sebelumnya, hanya orang-orang yang beresiko tinggi terinfeksi virus
corona jenis baru direkomendasikan untuk memakai masker. Namun
setelah ada rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk
memakai masker bagi semua orang. Pemakaian masker memang sangat
memberi perlindungan ekstra dari bakteri dan virus penyebab penyakit
menular. Memakai masker kain bisa membantu mencegah droplet yang
12 Cohen, Howard J. & Birkner, Jeffrey S, Respiratory Protection, (Department of
Occupational And Environmental Medicine, 2012), h. 783.
25
kita keluarkan saat batuk, berbicara ataupun bersin tidak mengenai orang
lain.
Manfaat yang digunakan memakai masker, untuk mencegah infeksi
kepada orang lain atau orang yang merawat pasien covid 19 di tempat non
klinis, membantu menghentikan rantai penyebaran virus, untuk selalu
menjaga kebersihan bagi setiap individu, dan memberdayakan ekonomi
masyarakat yang menjual masker-masker.
3. Coronavirus Disease (Covid 19)
Coronavirus Disease 2019 (Covid 19) adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Corona virus 2
(SARSCoV-2). SARS-CoV-2 merupakan corona virus jenis baru yang
belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya
dua jenis corona virus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat
menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Tanda dan
gejala umum infeksi Covid 19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut
seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari
dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus Covid 19 yang berat
dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal,
dan bahkan kematian.
Menurut Wang dan Korsman sebagaimana dikutip oleh Yuliana,
pengertian coronavirus merupakan virus RN Astrain tunggal positif,
berkapsul dan tidak bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nido virales,
keluarga coronaviridae. Struktur coronavirus membentuk struktur seperti
kubus dengan protein S berlokasi di permukaan virus.13
Protein S atau spike protein merupakan salah satu protein antigen
utama virus dan merupakan struktur utama untuk penulisan gen. Protein S
ini berperan dalam penempelan dan masuknya virus kedalam sel host
(interaksi protein S dengan reseptornya di sel inang). Coronavirus bersifat
13 Yuliana, “Corona Virus Disease (Covid 19); sebuah tinjauan literatur”, diakses dari
https://wellness.journalpress.id/ (Wellens and Healthy Magazine, FK Universitas Lampung Vol.2
No.1, 2020) diakses pada tanggal 25 Februari 2021 pukul 10:44 wib.
26
sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan oleh
disinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56o C selama 30
menit, eter, alkohol, asam perioksiasetat, detergen non-ionik, formalin,
oxidizing agent dan klorofin. Klorheksidin tidak efektif dalam
menonaktifkan virus.
Dalam patogenesis dan patofisiologi coronavirus menginfeksi
hewan dan bersikulasi di hewan. Coronavirus menyebabkan sejumlah
penyakit pada hewan dan kemampuannya menyebabkan penyakit berat
pada hewan seperti babi, sapi, kuda, kucing, dan ayam. Coronavirus ini
disebut dengan virus zoonotik yaitu virus yang ditransmisikan dari hewan
ke manusia. Banyak hewan yang dapat membawa patogen dan bertindak
sebagai vektor utuk penyakit menular tertentu. Kekelawar, tikus bambu,
unta, dan musang merupakan host yang biasa ditemukan untuk corona
virus. Coronavirus pada kekelawar merupakan sumber utama untuk
kejadian severe acute respiratory syndrome (SARS) dan middle east
respiratory syndrome (MERS).14
Dari pembahasan diatas berarti virus corona merupakan virus jenis
RNA strain tunggal positif ini menginfeksi saluran pernafasan manusia
dan sifatnya itu sensitif terhadap panas dan efektif dapat di bekukan
dengan disinfektan yang mengandung klorin. Sumber virus ini bermula
dari hewan terutama kekelawar. Gejala umum yang terinfeksi oleh virus
ini adalah demam, batuk, dan sulit bernafas. Pemeriksaan virus ini dapat
dilakukan dengan swab tenggorokan (nasofaring dan orofaring) dan
saluran nafas bawah (bronkus, sputum). Isolasi harus dilakukan bagi
pasien yang terbukti terinfeksi dengan memakai masker untuk mencegah
penyebaran dan penularan lebih luas kepada masyarakat.
14 Yuliana, “Corona Virus Disease (Covid 19); sebuah tinjauan literatur”, diakses dari
https://wellness.journalpress.id/ (Wellens and Healthy Magazine, FK Universitas Lampung Vol.2
No.1, 2020) diakses pada tanggal 25 Februari 2021 pukul 10:46 wib.
27
B. Kerangka Teori
Teori yang ditulis oleh peneliti untuk menjelaskan masalah atau hubungan
antara masalah yang menjadi perhatian. Jadi, kerangka teoritis disusun melalui
telaah pustaka atau literatur (review literature) atau survei pustaka (literature
survey) yang didefinisikan sebagai satu model konseptual tentang bagaimana
teorisasi dari satu hubungan antara masing-masing faktor yang telah
diidentifikasikan sebagai suatu kumpulan teori dan model dari literatur yang
menjelaskan hubungan dalam masalah tertentu.
1. Teori Efektivitas Hukum
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu (effective) yang
berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus
ilmiah populer mendefinisikan efektivitas sebagai ketepatan penggunaan,
hasil guna atau menunjang tujuan. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, efektif adalah sesuatu yang ada efeknya (akibatnya,
pengaruhnya, kesannya) dimulai berlakunya suatu undang-undang atau
peraturan. Efektivitas itu sendiri adalah keadaan dimana dia diperankan
untuk memantau.15
Dari teori ini dapat dijelaskan bahwa teori efektivitas ialah
bagaimana suatu aturan hukum yang lahir dari peraturan-peraturan baru ini
dapat berjalan dengan baik dan efisien karena dilihat dari segi hasil tujuan
yang hendak dicapai atau dikehendaki dari perbuatan itu. Tetapi, dalam hal
ini apakah aturan yang digunakan dalam penggunaan masker dalam ranah
privat itu adil di tengah masyarakat dan dampaknya bagi masyarakat
ketika aturan tersebut di terapkan khususnya warga Ibukota.
Dalam menentukan sebuah sistem hukum itu efektif atau tidak,
ditentukan lima syarat, yaitu16:
1. Mudah tidaknya makna atau isi aturan hukum itu dipahami
15 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus versi online/Dalam Jaringan.
https://kbbi.web.id/efektivitas/ (diakses pada tanggal 17-11-2020 pukul : 09.30 wib). 16 Rony Hanitijo Soemitro, Studi Hukum dan kemiskinan, (Semarang: Penerbit Tugu
Muda, 1989), h. 46.
28
2. Luas tidaknya kalangan dalam masyarakat yang mengetahui isi aturan
hukum yang bersangkutan
3. Efesien dan tidak efisien nya mobilisasi aturan hukum yang dicapai
dengan bantuan aparat administrasi dan warga masyarakat yang harus
berpartisipasi dalam memobilisasi hukum
4. Tersedianya mekanisme penyelesaian sengketa yang mudah dihubungi
dan dimasuki warga masyarakat serta efektif untuk menyelesaikan
sengketa itu
5. Adanya anggapan dan pengakuan di anggota masyarakat bahwa aturan
dan pranata hukum memang memiliki daya kemampuan yang efektif.
Menurut Soerjono Soekanto Salah satu fungsi hukum, baik sebagai
kaidah maupun sebagai sikap atau perilaku adalah membimbing perilaku
manusia. Masalah pengaruh hukum tidak hanya terbatas pada timbulnya
ketaatan atau kepatuhan pada hukum, tapi mencakup efek total dari hukum
terhadap sikap tindak atau perilaku baik yang bersifat positif maupun
negatif. Efektivitas penegakan hukum sangat berkaitan erat dengan
efektivitas hukum. Agar hukum itu efektif, maka diperlukan aparat
penegak hukum untuk menegakkan sanksi tersebut. Suatu sanksi dapat
diaktualisasikan kepada masyarakat dalam bentuk ketaatan (compliance),
dengan kondisi tersebut menunjukkan adanya indikator bahwa hukum
tersebut adalah efektif.17
Efektif dan berhasil tidaknya sebuah penegakan hukum tergantung
dari tiga unsur sistem hukum, yakni struktur hukum (structure of law),
substansi hukum (substance of law), dan budaya hukum (legal culture).18
Struktur hukum mrnyangkut aparat penegak hukum, substansi hukum
meliputi peraturan hukum itu sendiri seperti undang-undang, dan budaya
hukum merupakan hukum yang hidup dianut dan dijalankan oleh suatu
masyarakat. Struktur adalah pola yang menunjukkan tentang bagaimana
17 Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2007), h. 110. 18 Abdullah Mustafa, Soerjono Soekanto. Sosiologi Hukum dalam Masyarakat, (Jakarta:
CV. Rajawali, 1982), h. 14.
29
hukum dijalankan menurut ketentuan-ketentuan formalnya. Struktur ini
menjukkan bagaimana pengadilan, pembuat hukum dan badan serta proses
hukum itu berjalan dan dijalankan.19
Substansi hukum itu menyangkut tentang peraturan perundang-
undangan yang berlaku yang mempunyai kekuatan untuk mengikat dan
menjadi pedoman bagi aparat penegak hukum dalam menjalankan aturan
nya. Kultur hukum itu menyangkut budaya hukum yang merupakan sikap
manusia terhadap hukum dan sistem hukum itu. Sebaik apapun penataan
strukutur hukum secara formal untuk mematuhi, menjalankan aturan
hukum yang ditetapkan dan sebaik apapun kualitas substansi hukum nya
tanpa didukung budaya hukum oleh orang-orang yang terlibat dalam
sistem dan masyarakat maka penegakan aturan hukum tersebut menjadi
tidak berguna dan tidak dapat berjalan secara efektif sebagaimana
mestinya.
Soerjono Soekanto (1942), ada faktor-faktor yang mempengaruhi
efektivitas hukum antara lain20:
a) Hukum dan undang-undang serta perangkatnya.
b) Penegak hukum (pembentuk hukum maupun penataan hukum).
c) Sarana / fasilitas pendukung yang memadai.
d) Masyarakat itu sendiri.
e) Budaya hukum (legal culture).
Menurut Soerjono Soekanto, ada lima faktor yang mempengaruhi
sebuah peraturan itu apa efektif apa tidak. Faktor-faktor tersebut, sebagai
berikut21 :
1. Faktor hukum itu sendiri
Soerjono Soekanto menjelaskan dengan menggunakan Undang-
undang, dimana undang-undang dapat diartikan sebagai materil,
19 Abdullah Mustafa, Soerjono Soekanto. Sosiologi Hukum dalam Masyarakat, .... h. 14. 20 Abdullah Mustafa, Soerjono Soekanto. Sosiologi Hukum dalam Masyarakat, (Jakarta:
CV. Rajawali, 1982), h. 5. 21 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, cet.14
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Pustaka, 2016), h. 8.
30
artinya peraturan tertulis yang berlaku umum dan dibuat oleh penguasa
Pusat maupun Daerah.
Berlaku sebuah peraturan Soerjono menjelaskan adanya beberapa
asa yang tujuannya agar Undang-undang tersebut mempunyai dampak
yang positif, maksudnya agar peraturan tersebut mencapai tujuannya
dan menjadi efektif. Asas-asas tersebut antara lain:
a. Peraturan tidak berlaku surut, artinya peraturan hanya boleh
diterapkan terhadap peristiwa yang disebut didalam undang-
undang itu dinyatakan berlaku
b. Undang-Undang yang dibuat oleh Penguasa yang lebih tinggi,
mempunyai kedudukanyang lebih tinggi pula
c. Undang-Undang yang bersifat khusus menyamoingkan Undang-
Undang yang bersifat umum (lex specialis derogat legi generalis)
d. Undang-Undang yang berlaku sekarang, membatalkan Undang-
Undang yang berlaku terdahulu (lex posteriori derogat legi priori)
e. Undang-Undang tidak dapat diganggu gugat
f. Undang-Undang merupakan saran untuk mencapai kesejahteraan
spiritual dan materil bagi masyarakat maupun pribadi, melalui
pelestarian ataupun pembaharuan (inovasi).
2. Faktor penegak hukum
Penegak hukum disini bukan membahas bagaimana ketentuan
pidana atau administratif. Ruang lingkup dan istilah penegak hukum
adalah luas sekali, oleh karena itu mencakup instansi yang
berkecimpung secara langsung atau tidak dala penegakan hukum.
Soerjono membatasi penegakan hukum pada kalangan yang secara
langsung berkecimpung dalam bidang penegakan hukum yang tidak
hanya mencakup law enfroncment.
3. Faktor sarana atau fasilitas
Sarana dan fasilitas yang dimaksud Soerjono mempunyai peran
yang sangat pentin didalam penegakan hukum. Tanpa adanya sarana
atau fasilitas tersebut, tidak akan mungkin penegak hukum
31
menyerasikan peran yang seharusnya dengan peran yang aktual.
Khususnya untuk sarana dan fasilitas tersebut, ada beberapa jalan
pikiran sebagai berikut:
a. Yang tidak ada – diadakan yang baru betul
b. Yang rusak atau salah – diperbaiki atau dibetulkan
c. Yang kurang – ditambahkan
d. Yang macet – dilancarkan
e. Yang mundur atau merosot – dimajukan atau ditingkatkan.
4. Faktor masyarakat
Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan tujuannya untuk
mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang
dalam sudut tertentu, maka masyarakat dapat mempengaruhi
penegakan hukum tersebut.
5. Faktor kebudayaan
Sebenarnya faktor kebudayaan dengan faktor masyarakat tidak
dapat dibedakan. Tetapi menurut Soerjono, faktor masyarakat dengan
faktor kebudayaan dibedakan karena untuk membahas masalah sistem
nilai-nilai yang menjadi inti dari kebudayaan spiritual atau non materil.
Sebagai suatu sistem, maka hukum mencakup struktur, substansi, dan
kebudayaan (Pemikiran ini dikutip dari Lawrence M. Friedman).
Kebudayaan (system) hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai
yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan
konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang
dianggap buruk. Nilai tersebut lain merupakan pasangan nilai-nilai
yang mencerminkan dua keadaan ekstrim yang harus di serasikan. Hal
itulah yang menjadi pokok pembicaraan di dalam bagian mengenai
faktor kebudayaan ini.
2. Teori Kemanfaatan Hukum
Eksistensi hukum bertujuan untuk memberikan keamanan dan
ketertiban serta menjamin adanya kesejahteraan yang diperoleh
masyarakat dari Negara sebagai payung bermasyarakat. Kaidah hukum di
32
samping kepentingan manusia terhadap bahaya yang mengancamnya, juga
mengatur hubungan di antara manusia.22 Identifikasi setiap permasalahan
merupakan tugas dari hukum untuk memberikan jaminan adanya kepastian
hukum. Masyarakat berkembang secara pesat di dunia komunitasnya atau
dalam bernegara, hal ini dipengaruhi oleh perkembangan zaman sehingga
kebutuhan harus dipenuhi sesuai zamanya. Keberlakuan ini secara
langsung tidak memiliki relevansi dengan kepastian hukum, karenannya
hukum akan bersifat statis tanpa adanya penyesuaian antara hukum dan
perilaku masyarakat kekinian atau terjadi kekacuan hukum.
Untuk itu perlu hukum yang kontekstual, dalam arti dapat
mengakomodir praktik-praktik sosial di masyarakat dengan diatur oleh
norma hukum. Ajaran-ajaran hukum yang dapat diterapkan, menurut
Johnson, agar tercipta korelasi antara hukum dan masyarakatnya, yaitu
hukum sosial yang lebih kuat dan lebih maju daripada ajaran-ajaran yang
diciptakan oleh hukum perseorangan.23 Artikulasi hukum ini akan
menciptakan hukum yang sesuai cita-cita masyarakat. Karenanya muara
hukum tidak hanya keadilan dan kepastian hukum, akan tetapi aspek
kemanfaatan juga harus terpenuhi. Penganut mazhab utilitarianisme
memperkenalkan tujuan hukum yang ketiga, disamping keadilan dan
kepastian hukum. Dilanjutkannya, tujuan hukum itu adalah untuk
kemanfaatan bagi seluruh orang.24
Aliran Utilitarianisme mempunyai pandangan bahwa tujuan hukum
adalah memberikan kemanfaatan kepada sebanyak-banyaknya orang.
Kemanfaatan di sini diartikan sebagai kebahagiaan (happines), sehingga
penilaian terhadap baik-buruk atau adil-tidaknya suatu hukum bergantung
kepada apakah hukum itu memberikan kebahagiaan kepada manusia atau
tidak. Dengan demikian berarti bahwa setiap penyusunan produk hukum
22 Sudikno Mertokusumo, Teori Hukum, Cetakan ke 1 (Yogyakarta: Universitas Atma
Jaya, 2011), h. 16. 23 Alvin S. Johnson, Sosiologi Hukum, Cetakan ke 3 (Jakarta: Asdi Mahastya, 2006), h.
204. 24 Shidarta, Pokok-pokok Filsafat Hukum., (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995), h.
160.
33
(peraturan perundang-undangan) seharusnya senantiasa memperhatikan
tujuan hukum yaitu untuk memberikan kebahagiaan sebanyak banyaknya
bagi masyarakat.
Menurut para ahli Hukum :
Jeremy Bentham (1748-1832)
Bentham membangun sebuah teori hukum komprehensif di atas
landasan yang sudah diletakkan, tentang asas manfaat. Bentham
merupakan tokoh radikal dan pejuang yang gigih untuk hukum yang
dikodifikasikan, dan untuk merombak hukum yang baginya merupakan
sesuatu yang kacau. Ia merupakan pencetus sekaligus pemimpin aliran
kemanfaatan. Menurutnya hakikat kebahagiaan adalah kenikmatan dan
kehidupan yang bebas dari kesengsaraan. Bentham menyebutkan bahwa
“The aim of law is The Greatest Happines for the greatest number”
Dengan kata-kata Bentham sendiri, inti filsafat disimpulkan sebagai
berikut : Alam telah menempatkan manusia di bawah kekuasaan,
kesenangan dan kesusahan. Karena kesenangan dan kesusahan itu kita
mempunyai gagasan gagasan, semua pendapat dan semua ketentuan dalam
hidup kita dipengaruhinya. Siapa yang berniat untuk membebaskan diri
dari kekuasaan ini, tidak mengetahui apa yang ia katakan. Tujuannya
hanya untuk mencari kesenangan dan menghindari kesusahan perasaan-
perasaan yang selalu ada dan tak tertahankan ini seharusnya menjadi
pokok studi para moralis dan pembuat undang-undang. Prinsip kegunaan
menempatkan tiap sesuatu di bawah kekuasaan dua hal ini.25
Berdasarkan uraian diatas maka kita dapat menarik kesimpulan,
suatu proses ataupun usaha dapat dinyatakan efektif apabila sudah
meliputi tahapan-tahapan diatas, namun apabila hal tersebut belum
menjadi standar dalam suatu usaha atau proses maka belum dapat
dikatakan itu efektif. Dalam hal penelitian ini, peneliti menggunakan teori
Jeremy Bentham dalam menganalisis seberapa efektif aturan hukum
25 http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/789/5/138400033_file5.pdf (diakses
pada tanggal 17-11-2020 pukul : 09:22 wib)
34
penggunaan masker protokol kesehatan dalam penanggulangan kesehatan
tinjauan yuridis Pergub DKI Jakarta nomor 3 Tahun 2021.
C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
Tinjauan (review) kajian terdahulu terdiri dari tinjauan yang berisi terkait
penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh orang lain, baik
dalam bentuk buku, skripsi, tesis, maupun jurnal. Hal tersebut diperlukan
untuk membuktikan originalitas dari penelitian ini, peneliti perlu untuk
melakukan tinjauan kajian studi terdahulu. Berikut ini beberapa penelitian
tentang diversi dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya,
diantara nya penelitian yang berasal dari Skripsi, Tesis, Jurnal sebelumnya
yakni:
Pertama, skripsi yang disusun oleh Yuniati Nuraini.26 Skripsi ini
membahas tentang analisa efektivitas kebijakan hukum yang dikeluarkan oleh
pemerintah kota Tangerang Selatan dalam upaya pencegahan korupsi
khususnya gratifikasi. Pembeda dari skripsi ini adalah menganalisis kebijakan
hukum pemerintah kota Tangerang Selatan berupa Peraturan Walikota
Tangerang Selatan Nomor 17 Tahun 2017 tentang Pedoman Pengendalian
Gratifikasi. Persamaan penelitian peneliti dengan skripsi ini adalah sama-sama
meneliti efektivitas kebijakan hukum yang dikeluarkan oleh Kepala Daerah.
Perbedaan nya dengan penelitian peneliti ialah peneliti fokus pada
pembahasan masker yang diatur oleh Pergub DKI Jakarta Nomor 3 Tahun
2021.
Kedua, skripsi yang disusun oleh Dian Eko Prakoso.27 Skripsi ini
membahas tentang pengguna parkir untuk memanfaatkan tempat parkir yang
bukan semestinya seperti, bahu jalan yang dapat menggangu kepentingan
umum. Hal ini menjadi kesempatan bagi para juru parkir tidak resmi untuk
mengambil keuntungan dari hal ini. Adanya oknum yang tidak bertanggung
26 Yuniati Nuraini, Skripsi: “Efektivitas Kebijakan Hukum Pemerintah Kota Tangerang
Selatan Dalam Upaya Pencegahan Korupsi”, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2018). 27 Dian Eko Prakoso, Skripsi : “Efektivitas Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2006
tentang Pengelolaan Parkir Tepi Jalan Umum dalam Daerah Kota Makassar (Suatu Tinjauan
Sosiologi Hukum)” (Makassar: Unhas, 2014).
35
jawab dan berusaha memanfaatkan demi kepentingan pribadi itulah yang
menyebabkan adanya parkir tidak resmi. Persamaannya dengan penelitian ini
adalah sama-sama membahas tentang efektivitas Paeraturan Daerah atau
aturan hukum yang diterapkan di dalam masyarakat. Perbedaannya adalah
penelitian ini berfokus pada Perda Nomor 17 Tahun 2006 tentang tentang
Pengelolaan Parkir. Sedangkan peneliti yang akan dibahas oleh peneliti ialah
tentang Pergub DKI Nomor 3 Tahun 2021.
Ketiga, skripsi yang disusun oleh Sandra Fitriyana.28 Skripsi ini membahas
tentang perlindungan disabilitas berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10
Tahun 2011 Tentang Perlindungan Disabilitas berjalan efektif pada
perwujudan aksebilitas fisik yang ada di Ibu Kota DKI Jakarta. Persamaannya
dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang efektivitas aturan
hukum yang dibuat oleh Pemerintah. Perbedaannya adalah penelitian ini
berfokus pada perlindungan disabilitas sesuai dengan Perda DKI Jakarta.
Sedangkan yang akan dibahas oleh peneliti ialah tentang penggunaan masker
protokol kesehatan yang diatur oleh Pergub DKI Jakarta..
Keempat, Artikel yang ditulis oleh Theresia Louize Pesulima dan Yosia
Hetharine29, dari Univesritas Pattimura dengan judul Perlindungan Hukum
Terhadap Keselamatan Kerja Bagi Tenaga Kesehatan Akibat Pandemi Covid-
19. Jurnal ini membahas perlindungan hukum manusia yang berkaitan dengan
profesi tenaga kesehatan yang menjadi garda terdepan dalam penanganan
pasien positif infeksi virus corona atau Covid 19, yang perlindungan hukum
itu berarti hukum memberikan perlindungan terhadap hak-hak tenaga
kesehatan akibat efek dari pandemi Covid 19. Persamaannya dengan
penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang pandemi covid 19 beserta
efek hukum nya bagi masyarakat luas. Perbedaannya adalah penelitian ini
berfokus pada perlindungan hukum tenaga kesehatan di masa pandemi.
28 Sandra Fitriyana, Skripsi : “Efektivitas Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011
Tentang Perlindungan Penyandang Disabilitas Untuk Penyediaan Aksebilitas Fisik Di Kota DKI
Jakarta” (Jakarta: UIN, 2018). 29 Theresia Louize Pesulima, Yosia Hetharie, Jurnal: “Perlindungan Hukum Terhadap
Keselamatan Kerja Bagi Tenaga Kesehatan Akibat Pandemi Covid-19” (Ambon: FH Universitas
Pattimura, 2020), Vol.26 No. 2.
36
Sedangkan, yang menjadi fokus peneliti ialah penerapan hukum penggunaan
masker bagi masyarakat.
Kelima, Artikel yang ditulis oleh Aprista Ristyawati30, dari Universitas
Diponegoro dengan judul Efektifitas Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala
Besar Dalam Masa Pandemi Coronavirus 2019 oleh Pemerintah Sesuai
Amanat UUD NRI Tahun 1945. Jurnal yang membahas Efektifitas Kebijakan
Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Masa Pandemi Coronavirus 2019
oleh Pemerintah khususnya yang berada di DKI Jakarta, dan upaya-upaya
yang dilakukan agar kebijakan PSBB yang diberikan selama masa pandemi
efektif sesuai UUD NRI Tahun 1945. Persamaannya dengan penelitian ini
adalah sama-sama membahas tentang pembatasan sosial berskala besar oleh
Pemerintah. Perbedaannya adalah penelitian ini sangat umum dan tidak
spesifik pembahasan tentang PSBB. Sedangkan yang akan dibahas oleh
peneliti ialah tentang penggunaan masker protokol kesehatan dalam masa
PSBB.
Keenam, Jurnal yang ditulis oleh Fahmi Ramadhan Firdaus dan Anna
Erliyana31, dari Universitas Indonesia dengan judul Perlindungan Kebijakan
Diskersi dalam Penanganan Covid-19 menurut Undang-Undang No. 2 Tahun
2020. Persamaannya dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas
tentang pandemi covid 19 beserta kebijakan diskersi. Perbedaannya adalah
penelitian ini berfokus pada kebijakan diskersi yang dilakukan oleh
Pemerintah. Sedangkan, yang menjadi fokus peneliti adalah penggunaan
masker protokol kesehatan dalam penanggulangan virus corona 2019.
30 Aprista Ristyawati, Skripsi : “Efektifitas Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar
Dalam Masa Pandemi Corona Virus 2019 oleh Pemerintah Sesuai Amanat UUD NRI Tahun
1945”. (Semarang: FH Undip, 2020). 31 Fahmi Ramadhan Firdaus, Anna Erliyana. Jurnal: “Perlindungan Kebijakan Diskersi
dalam Penanganan Covid-19 menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 2020” (Jakarta: Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, 2020), Vol.06 No.02, h. 23.
37
BAB III
PERATURAN GUBERNUR DKI JAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2021
TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH
NOMOR 2 TAHUN 2020 TENTANG PENANGGULANGAN
CORONAVIRUS DISEASE 2019
A. Peraturan Gubernur
Sesuai dengan Pasal 1 butir 13 Peraturan Gubernur Nomor 112 Tahun
2012 tentang Tata Cara Pembentukan Produk Hukum Daerah, pengertian dari
Pergub ialah “Peraturan Gubernur adalah peraturan perundang-undangan yang
bersifat pengaturan yang ditetapkan oleh Gubernur untuk menjalankan
perintah peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau dalam
menyelenggarakan kewenangan pemerintah daerah”. Kewenangan
pembentukan Pergub ada pada Gubernur berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi (dalam hal ini juga termasuk Perda Provinsi), atau
dibentuk berdasarkan kewenangan Gubernur.
Pada sisi lain, Pergub juga merupakan jenis peraturan perundang-
undangan, akan tetapi Pergub baru diakui keberadaannya dan mempunyai
kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan. Muatan
Pergub dapat pula berupa tata cara penyusunan program legislasi daerah
(Prolegda) Provinsi di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi. Ada satu pasal
yang mengatur tentang materi muatan Pergub, yaitu dalam pasal 4 Peraturan
Gubernur Nomor 112 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pembentukan Produk
Hukum Daerah. Pasal ini berbunyi “Materi muatan Peraturan Gubernur berisi
materi yang diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi atau materi untuk melaksanakan kewenangan penyelenggaraan
pemerintahan daerah”.1
Kewenangan pembentukan Pergub ada pada Gubernur berdasarkan
peraturan perundangan-undangan yang lebih tinggi diatasnya (dalam hal ini
1 Bagir Manan, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, (Yogyakarta: PSH FH UII, 2002),
h. 137.
38
termasuk juga Perda Provinsi), atau dibentuk berdasarkan dari kewenangan
Gubernur. Peraturan Gubernur diundangkan dalam Berita Daerah, berita
daerah menurut Pasal 1 ayat 20 Pergub Nomor 112 Tahun 2012 tentang Tata
Cara Pembentukan Produk Hukum Daerah berbunyi “Berita Daerah adalah
penerbitan/pemberitahuan resmi pemerintah daerah yang digunakan untuk
mengundangkan Peraturan Gubernur”.2
Pada pasal 12 dan Pasal 13 Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 112
Tahun 2012 tentang Tata Cara Pembentukan Produk Hukum Daerah
disebutkan bahwa Rancangan Peraturan Gubernur, Kepala Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) atau Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD)
pemrakasa membuat rencana penyusunan rancangan Peraturan Gubernur yang
dilegasikan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau untuk
melaksanakan penyelenggaraan kewenangan pemerintah daerah. Peraturan
yang lebih tinggi diatasnya sebagaimana yang disebutkan diatas yaitu
meliputi: Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
(Perppu), Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (Perpres), Keputusan
Presiden, Peraturan Menteri/Lembaga Non Kementerian, Keputusan
Menteri/Non Lembaga Kementerian, dan atau Peraturan Daerah. Rencana
penyusunan Rancangan Peraturan Gubernur, dikoordinasikan oleh masing-
masing Kepala Biro Sekretariat Daerah sesuai bidang tugas dan fungsinya dan
Penyusunan Rancangan Peraturan Gubernur tersebut, dapat diawali dengan
penyusunan Naskah Akademik.3
Apabila Rancangan Peraturan Gubernur yang telah disusun oleh Tim
Penyusun masih diperlukan pembahasan, Kepala SKPD/UKPD Pemrakarsa
dapat membentuk Tim Pembahas Rancangan Peraturan Gubernur. Tim
Pembahas Rancangan Peraturan Gubernur, terdiri atas: Kepala SKPD/UKPD
Pemrakarsa sebagai Ketua Tim, unsur Biro Hukum sebagai anggota Tim,
unsur SKPD dan/atau UKPD terkait dengan materi muatan Rancangan
2 Bagir Manan, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, (Yogyakarta: PSH FH UII, 2002),
h. 138. 3 Maria Faria Indrati S, Ilmu Perundang-Undangan, (Yogyakarta: Kanisius Cet ke 7,
2007), h. 204.
39
Peraturan Gubernur sebagai anggota Tim, staf pada SKPD/UKPD Pemrakarsa
sebagai anggota Tim, pejabat eselon III atau eselon IV SKPD/UKPD
Pemrakarsa sebagai Sekretaris Tim, dan pejabat fungsional khusus yang
berkompeten.
Dalam pembahasan Rancangan Peraturan Gubernur, dapat mengikut
sertakan tenaga ahli dan/atau unsur instansi vertikal sebagai anggota Tim
Pembahas. Dalam proses pembahasan Rancangan Peraturan Gubernur dapat
mewakilkan kepada pejabat bawahannya yang berkompeten. Tim Pembahas
Rancangan Peraturan Gubernur, ditetapkan oleh Kepala SKPD/UKPD
Pemrakarsa dengan tugas untuk harmonisasi, pemantapan konsepsi dan
sinkronisasi materi muatan, serta bahasa dan teknis penulisan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.4
Selanjutnya pada Pasal 33, 34, 35, dan 36 Peraturan Gubernur DKI Jakarta
Nomor 112 Tahun 2012 terhadap Rancangan Peraturan Gubernur yang telah
disusun dan/atau dibahas, selanjutnya Kepala SKPD/UKPD Pemrakarsa
menyampaikan surat perbal disertai Rancangan Peraturan Gubernur dan
dokumen lerkait lainnya kepada Kepala SKPD terkait, Kepala UKPD terkait
dan Kepala Biro Hukum untuk mendapatkan paraf koordinasi. Paraf
koordinasi, wajib disampaikan kembali kepada Kepala SKPD/UKPD
Pemrakarsa paling lama 5 (lima) hari kerja sejak sural perbal diterima. Jangka
waktu 5 (lima) hari, dilaksanakan apabila pembentukan Rancangan Peraturan
Gubernur telah sesuai dengan kaidah pembentukan produk hukum daerah
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan dokumen
pendukung lengkap. Hasil perbaikan atas perbal, disampaikan Kepala
SKPD/UKPD Pemrakarsa kepada Kepala Biro Umum untuk tiknet dan
pembuatan surat pengantar kepada Gubernur disertai Rancangan Peraturan
Gubernur dan softcopy dalam CD sebanyak 3 (tiga) rangkap.
Berdasarkan surat pengantar, selanjutnya Gubernur menetapkan
Rancangan Peraturan Gubernur dengan membubuhkan tanda tangan. Dalam
hal ini Gubernur meminta penjelasan atas Rancangan Peraturan Gubernur,
4 Maria Faria Indrati S, Ilmu Perundang-Undangan...., h. 205.
40
Kepala SKPD/UKPD Pemrakarsa wajib menyiapkan bahan yang diperlukan
dan menjelaskan kepada Gubernur.5
Dalam pasal 49 dan 50 Pergub Nomor 112 Tahun 2012 bahwa rancangan
peraturan gubernur, naskah peraturan gubernur yang telah ditetapkan oleh
Gubernur, dibubuhi nomor dan tahun oleh Kepala Biro Umum dan
diundangkan oleh Sekretaris Daerah. Kepala Biro Hukum dalam
mengundangkan Peraturan Gubernur, menempatkannya dalam Berita Daerah
pada halaman akhir Peraturan Gubernur. Berita Daerah pada naskah Peraturan
Gubernur, dibubuhi tahun dan nomor, penomoran dalam Berita Daerah pada
naskah Peraturan Gubernur terdiri atas 5 (lima) digit atau angka, digit atau
angka pertama sebagai berikut: kode 1 merupakan pelaksanaan Undang-
Undang, kode 2 merupakan pelaksanaan Peraturan Pemerintah, kode 3
merupakan pelaksanaan Peraturan Presiden, kode 4 merupakan pelaksanaan
Keputusan Presiden, kode 5 merupakan pelaksanaan Peraturan
Menteri/lembaga non kementerian, kode 6 merupakan pelaksanaan Peraturan
Daerah, dan kode 7 merupakan pelaksanaan kewenangan penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Digit atau angka kedua sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), sebagai berikut: kode 1 untuk Bidang Perekonomian, kode 2 untuk
Bidang Administrasi, kode 3 untuk Bidang Pembangunan, kode 4 untuk
Bidang Lingkungan Hidup, dan kode 5 untuk Bidang Kesejahteraan
Masyarakat. Digit angka ketiga, keempat dan kelima merupakan nomor urut.6
B. Lahirnya Peraturan Gubernur Pada Peraturan Gubernur DKI Jakarta
Nomor 3 Tahun 2021 Tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah
Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Penanggulangan Corona Virus Disease
2019
5 Bagir Manan, Sistem dan Teknik Pembuatan Peraturan Perundang-Undangan Tingkat
Daerah, (Bandung: LPPM Universitas Bandung, 1995), h. 10. 6 Bagir Manan, Sistem dan Teknik Pembuatan Peraturan Perundang-Undangan Tingkat
Daerah...., h. 11.
41
1. Peraturan Gubernur Nomor 3 Tahun 2021
Penyusunan rancangan peraturan gubernur merupakan salah satu
produk hukum daerah tidak terlepas dari ketentuan mengenai penyusunan
peraturan perundang-undangan sehingga setiap proses pembentukan
peraturan gubernur perlu memperhatikan ketentuan peraturan perundang-
undangan agar dalam pembentukannya tidak menyalahi ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan menyebutkan bahwa
peraturan gubernur diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan
hukum mengikat sepanjang “diperintahkan oleh peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi” atau “dibentuk berdasarkan kewenangan”.
Pasal 246 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah menyebutkan peraturan gubernur dibentuk “untuk
melaksanakan Peraturan daerah” atau “atas kuasa peraturan perundang-
undangan”.
Peraturan gubernur yang disusun berdasarkan “perintah peraturan
perundang-undangan lebih tinggi” sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 merupakan delegasi kewenangan yang
diberikan oleh peraturan perundang-undangan lebih tinggi kepada
peraturan gubernur, baik itu perintah peraturan daerah maupun peraturan
menteri/pemimpin lembaga pemerintahan nonkementerian, peraturan
presiden, peraturan pemerintah dan/atau undang-undang. Delegasi
kewenangan tersebut dirumuskan secara langsung dan jelas dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan lebih tinggi dengan kalimat
“ketentuan lebih lanjut mengenai (materi muatan) diatur dengan/dalam
peraturan gubernur atau peraturan kepala daerah”. Sedangkan peraturan
gubernur yang “dibentuk berdasarkan kewenangan” sebagaimana
dijelaskan dalam “penjelasan” Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2011
adalah peraturan gubernur yang dibentuk untuk penyelenggaraan urusan
42
tertentu pemerintahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Peraturan gubernur yang dibentuk untuk melaksanakan peraturan
daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
merupakan delegasi kewenangan yang diberikan oleh peraturan daerah
untuk diatur lebih lanjut dengan peraturan gubernur. Sedangkan atas kuasa
peraturan perundang-undangan merupakan kuasa yang diberikan oleh
peraturan perundang-undangan lebih tinggi dari peraturan daerah yang
memberikan delegasi kewenangan untuk mengatur suatu urusan tertentu
dengan peraturan gubernur secara langsung.
Secara yuridis pembentukan peraturan gubernur berbeda dengan
pembentukan peraturan daerah, jika peraturan gubernur menekankan pada
delegasi kewenangan dari peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi atau berdasarkan kewenangan, peraturan daerah berdasarkan Pasal
14 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 dapat mengatur materi muatan
dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan
serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Dalam Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2021
tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020
tentang Penanggulangan Corona Virus Disease 2019. Hal yang menjadi
pertimbangan adalah bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat
(2) tentang pelaksaan mengenai standar Masker, penerapan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) dalam pencegahan Covid-19, dan melaksanakan
Isolasi bagi mereka yang terpapar Covid 19, Pasal 9 ayat (5) tentang
pengenaan sanksi bagi mereka yang tidak menggunakan masker dan bagi
mereka yang terkonfirmasi positif atau terpapar corona virus tetapi tidak
melaksanakan isolasi maka akan dilakukan upaya paksa untuk
ditempatkan di lokasi isolasi, Pasal 11 ayat (4) tentang perlindungan
kesehatan masyarakat dalam pandemi virus corona pada perkantoran atau
tempat kerja atau tempat usaha atau tempat industri atau perhotelan atau
43
penginapan yang sejenis atau tempat wisata dan tentang pengenaan sanksi
administratif bagi yang tidak mematuhi Perda Nomor 2 Tahun 2020, Pasal
12 ayat (4) tentang perlindungan kesehatan masyarakat pada satuan
pendidikan dan pengenaan sanksi administratif bagi yang melanggar Perda
Nomor 2 Tahun 2020, Pasal 13 ayat (4) tentang perlindungan kesehatan
pada masyarakat pada tempat ibadah dan pengenaan sanksi administratif
bagi yang melanggar Perda Nomor 2 Tahun 2020, Pasal 14 ayat (7)
tentang perlindungan kesehatan masyarakat pada tiap moda transportasi
atau manajemen kebutuhan lalu lintas dan pengenaan sanksi administratif
bagi yang melanggar Perda Nomor 2 Tahun 2020.
Pasal 15 ayat (5) tentang perlindungan kesehatan masyarakat pada
warung makan atau rumah makan atau kafe atau restoran dan pengenaan
sanksi administratif bagi yang melanggar Perda Nomor 2 Tahun 2020,
Pasal 16 ayat (4) tentang perlindungan kesehatan masyarakat bagi kaki
lima atau lapak jajanan pada lokasi binaan atau lokasi sementara atau
lokasi tertentu lainnya dan pengenaan sanksi administratif bagi yang
melanggar Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020, Pasal 17 ayat (4)
tentang perlindungan kesehatan masyarakat pada fasilitas kesehatan
seperti rumah sakit atau klinik atau pos kesehatan lainnya dan pengenaan
sanksi administratif bagi yang melanggar Perda Nomor 2 Tahun 2020,
Pasal 18 ayat (4) tentang perlindungan kesehatan masyarakat pada area
publik atau fasilitas umum atau tempat lainnya yang dapat menimbulkan
kerumunan orang dan pengenaan sanksi administratif bagi yang melanggar
Perda Nomor 2 Tahun 2020, Pasal 19 ayat (4) tentang kebijakan
menjalankan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB dan/atau
kebijakan lainnya yang diperlukan dalam penyelenggaran kekearantinaan
kesehatan di Provinsi DKI Jakarta, Pasal 20 ayat (4) tentang penyelidikan
epidemologi yang berkaitan dengan suspek atau pekerja atau anggota
masyarakat yang memenuhi kriteria kontak erat maka dilakukan
pengambilan spesimen/swab untuk pemeriksaan tes cepat molekuler.
44
Pasal 22 ayat (3) tentang penyelenggaraan kegiatan surveilans
epidemiologi informatika, Pasal 23 ayat (3) tentang penyebarluasan
informasi penaggulangan covid 19, Pasal 24 ayat (4) tentang kemitraan
dan kolaborasi pemerintah serta masyarakat dan unsur lain dalam
penanggulangan covid 19, Pasal 25 ayat (3) tentang pemulihan ekonomi,
dan Pasal 26 ayat (5) tentang perlindungan sosial dalam pencegahan dan
penanganan resiko dari guncangan atau kerentanan covid 19 dalam
Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penanggulangan Corona
Virus Disease 2019.
Maka perlu menetapkan Peraturan Gubernur Nomor 3 Tahun 2021
Tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020
Tentang Penanggulangan Corona Virus Disease 2019.
2. Landasan dibentuknya Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020
a. Landasan Filosofis
Tujuan bernegara Indonesia ialah melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia serta memajukan kesejahteraan
umum, sebagaimana tertuang dalam pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun
1945), yaitu “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial”. Rumusan tujuan negara yang tercantum dalam alinea keempat
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 tersebut, terdapat frasa
“melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah” serta
“memajukan kesejahteraan umum”, sehingga dapat dikatakan
Indonesia menganut paham negara kesejahteraan (welfarestate)7 dan
tidak menjadi negara penjaga malam (nachtwachtersstaat). Sebagai
negara welfarestate, maka negara bertangungjawab atas kesejahteraan
7 Ridwan HR, Diskresi dan Tanggungjawab Pemerintah, (Yogyakarta: FH UII Press,
2014), h. 1.
45
rakyatnya8 dan negara secara aktif ikut campur urusan kemasyarakatan
baik di bidang ekonomi maupun politik serta kesehatan.
Ciri utama negara ini adalah munculnya kewajiban pemerintah
untuk mewujudkan kesejahteraan umum bagi warganya. Dengan kata
lain, ajaran welfare state merupakan bentuk konkrit dari peralihan
prinsip staatsonhouding,9 yang membatasi peran negara dan
pemerintah untuk mencampuri kehidupan ekonomi sosial masyarakat,
menjadi staatsbemoeienis yang menghendaki negara dan pemerintah
terlibat aktif dalam kehidupan ekonomi dan sosial.10 Munculnya
kewajiban pemerintah tersebut, sejalan dengan ide pancasila sebagai
falsafah bangsa khususnya tertuang dalam sila kelima yaitu “keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Jika ditarik kebelakang, rumusan
sila kelima ini merupakan hasil perumusan Panitia Sembilan yang
ditahbiskan dari prinsip kesejahteraan yang disebut sebagai prinsip
keempat dari pidato Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945.11 Selain
terkandung dalam sila kelima Pancasila, Pembukaan UUD NRI 1945
sendiri memberikan perhatian istimewa terhadap masalah keadilan,
sedemikian rupa sehingga kata “keadilan/adil” dan prinsip keadilan
hampir ada disemua alenia. Khususnya dalam alenia keempat yang
merupakan tujuan negara yaitu untuk memajukan “kesejahteraan
umum” (yang mengandung prinsip keadilan).
b. Landasan Sosiologis
Aristoteles mengatakan bahwa negara yang baik ialah negara yang
diperintah dengan konstitusi dan berkedaulatan hukum. Ada tiga unsur
dari pemerintahan yang berkonstitusi yaitu; pertama, pemerintahan
dilaksanakan untuk kepentingan umum; kedua, pemerintahan
8 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Rajawali Press, Edisi Revisi, 2011),
h. 14. 9 Pembatasan peranan negara dan pemerintah dalam bidang politik yang bertumpu pada
dalil “the least government is the best government”. 10 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara...., h. 15. 11 Yudi Latif, Negara Paripurna: HIstoritas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011), h. 533.
46
dilaksanakan menurut hukum yang beradasarkan pada
ketentuanketentuan umum, bukan hukum yang dibuat secara
sewenang-wenang yang menyampingkan konvensi dan konstitusi;
ketiga, pemerintahan berkonstitusi berarti pemerintahan yang
dilaksanakan atas kehendak rakyat, bukan berupa paksaan-paksaan
yang dilaksanakan pemerintah.12
Setiap produk hukum daerah yang dibuat dikatakan mempunyai
landasan sosiologis apabila ketentuan-ketentuannya sesuai dengan
keyakinan umum atau kesadaran hukum masyarakat. Terbentuknya
norma hukum tersebut merupakan langkah dalam melakukan
pembaharuan masyarakat yang melibatkan seluruh komponen guna
mewujudkan ketertiban, keadilan, dan kepastian yang pada akhirnya
semuanya harus mengarah pada kesejahteraan masyarakat. Pemerintah
daerah dalam menetapkan peraturan tentang penanggulangan
kemiskinan harus benar-benar memperhatikan kebutuhan dan nilai-
nilai yang hidup dalam masyarakat daerahnya untuk menjamin
terpenuhinya pelayanan kebutuhan masyarakat khususnya di bidang
kesehatan, sehingga dibutuhkan adanya komunikasi yang baik antara
pemerintah daerah dengan masyarakat dalam menetapkan kebijakan
dan atau peraturan penanggulangan virus corona 2019 yang akan
dibuat.
Titik tolak dari penyusunan peraturan daerah tentang
penangggulangan corona virus disease 2019 adalah efektivitas dan
efisiensi pada masyarakat. Tujuan dasar dari peran serta masyarakat
adalah untuk menghasilkan masukan dan persepsi yang berguna dari
masyarakat yang berkepentingan (public interest) dalam rangka
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, karena dengan
melibatkan masyarakat yang terkena dampak akibat kebijakan dan
kelompok kepentingan (interest groups), para pengambil keputusan
12 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007),
h. 9-10.
47
dapat menangkap pandangan, kebutuhan dan penghargaan dari
masyarakat dan kelompok tersebut, untuk kemudian menuangkannya
ke dalam satu konsep.13
Berkaitan dengan persoalan penanggulangan corona virus diesease
2019 di Provinsi DKI Jakarta, ditetapkan bahwa persoalan pandemi
merupakan salah satu permasalahan utama kesehatan pada saat ini
yang juga masuk dalam penyusunan RPJMD DKI Jakarta 2020-2022.
Adapun Data Kemiskinan Terkonfirmasi Positif, Sembuh, Dirawat,
Meninggal dan Isolasi Mandiri di Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat
dalam tabel sebagai berikut:
Periode 21 Januari 2020 s.d. 30 November 2020
Berdasarkan data di atas, maka kehadiran Perda penanggulangan
Coronavirus Disease 2019 menemukan relevansinya. Perda ini
diharapkan dapat menanggulangi pandemi Covid 19 di DKI Jakarta.
Setidaknya perda tersebut diharapkan dapat mewujudkan: Pemenuhan
layanan dasar masyarakat yang terdampak ataupun terpapar;
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat; Peningkatan Pendapatan
Perkapita Masyarakat; serta Meningkatkan pemberdayaan masyarakat.
c. Landasan Yuiridis
Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 telah mengamanatkan bahwa
negara mempunyai tanggung jawab untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum. Amanat tersebut
kemudian dituangkan lebih lanjut melalui berbagai peraturan
perundangan khususnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984
13 Mahendra Putra Kurnia, dkk., Pedoman Naskah Akademik Perda Partisipatif,
(Yogyakarta: Kreasi Total Media, 2007), h. 72.
Kasus Postif Sembuh Dirawat Meninggal
Dunia
Isolasi
Mandiri
382.055 369.007 3.679 6.341 3.028
48
tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3723), Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063).
Selain ketentuan di dalam dua regulasi di atas, beberapa landasan
hukum yang dapat dijadikan pijakan oleh Pemerintah Daerah dalam
melakukan penanggulangan kemiskinan di daerah adalah sebagai
berikut:
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1970 Nomor 1);
3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4723);
4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota
Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744);
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
49
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor
183, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6398);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6236);
8. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas
Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19) dan/ atau dalam rangka Menghadapi
Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/
atau Stabilitas Sistem Keuangan Menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6485);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang Satuan
Polisi Pamong Praja (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6205);
50
10. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang
Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan
Penanganan Coronavirus Desease 2019 (Covid19) (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 91, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6487);
11. Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2020 tentang Komite
Penanganan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) dan
Pemulihan Ekonomi Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 170);
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
120 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan
Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 157);
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang
Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam rangka
Percepatan Penanganan Coronavirus Disease 2019 (COVID19)
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 326);
Terdapatnya beberapa peraturan perundang-undangan di atas
dapat dijadikan pijakan yuridis bagi Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta untuk membentuk Peraturan Daerah tentang
Penanggulangan Coronavirus Disease 2019. Dengan demikian,
pembentukan Peraturan Daerah tentang Penanggulangan Covid 19
di Provinsi DKI Jakarta menjadi hal yang urgen mengingat belum
adanya regulasi yang secara spesifik mengatur terkait
penanggulangan pandemi covid 19 di DKI Jakarta.
51
C. Data Pelanggaran Penggunaaan Masker Protokol Covid 19 Provinsi DKI
Jakarta
Data pelanggaran penggunaan masker protokol kesehatan sebelum
diberlakukan Peraturan Gubernur Nomor 3 Tahun 2021 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Penanggulangan
Coronavirus Disease 2019.
Pelanggaran tidak menggunakan masker protokol kesehatan dalam
pencegahan virus corona 2019 di Provinsi DKI Jakarta berdasarkan
penindakan Satgas Covid 19 unsur Satpol PP periode 2 Agustus-30 Desember
2020,14 yaitu:
a. Data pelanggaran pada Kota Jakarta Pusat15
Rekapitulasi operasi penertiban masker protokol kesehatan di wilayah
Jakarta Pusat dengan rinciannya yaitu: di Tingkat Kota jumlah pelanggar
mencapai 979 orang terdiri dari 886 pelanggar prokes yang melaksanakan
kerja sosial, denda sebanyak 93 orang, dan jumlah nominal denda
mencapai Rp. 22.300.000 (Dua Puluh Dua Juta Tiga Ratus Ribu). Untuk
Kecamatan Gambir jumlah pelanggar prokes mencapai 2845 orang terdiri
dari 2737 orang yang melaksanakan kerja sosial, denda sebanyak 108
orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp. 12.450.000 (Dua Belas
Juta Empat Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Untuk Kecamatan Menteng
jumlah pelanggar prokes mencapai 3542 orang dengan rincian 3417 orang
melaksanakan sanksi kerja sosial, sanksi denda sebanyak 125 orang, dan
jumlah nominal denda mencapai Rp. 29.150.000 (Dua Puluh Sembilan
Juta Seratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Untuk Kecamatan Senen jumlah
pelanggar protokol kesehatan mencapai 3375 orang dengan rincian 3206
orang melaksanakan sanksi kerja sosial, sanksi denda sebanyak 169 orang,
dan jumlah nominal denda mencapai 16.850.000 (Enam Belas Juta
Delapan Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Untuk Kecamatan Sawah Besar
jumlah pelanggar protokol kesehatan mencapai 4533 orang dengan rincian
14 Data diambil langsung dari Satgas Covid 19 unsur Satpol PP DKI Jakarta pada tanggal
8 Maret 2021 pada pukul 15.30 Wib. 15 Dapat dilihat pada tabel 1, h. 115.
52
4445 orang melaksanakan sanksi kerja sosial, sanksi denda sebanyak 88
orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp. 16.000.000 (Enam Belas
Juta Rupiah).
Kemudian, untuk Kecamatan Tanah Abang jumlah pelanggar
mencapai 8308 orang dengan rincian 8109 orang melakukan sanksi kerja
sosial, sanksi denda berjumlah 199 orang, dan jumlah nominal denda Rp.
49.750.000 (Empat Puluh Sembilan Juta Tujuh Ratus Lima Puluh Ribu
Rupiah), kecamatan Tanah Abang ini merupakan jumlah pelanggar
tertinggi dan jumlah nominal denda terbanyak dari kecamatan lainnya di
Kota Jakarta Pusat. Untuk Kecamatan Kemayoran jumlah pelanggar
mencapai 1940 orang dengan rincian 1783 orang melakukan sanksi kerja
sosial, sanksi denda sebanyak 157 orang, dan jumlah nominal denda
mencapai Rp. 24.000.000 (Dua Puluh Empat Juta Rupiah). Untuk
selanjutnya Kecamatan Cempaka Putih jumlah pelanggar mencapai 2968
orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 2864 orang,
sanksi denda berjumlah 104 orang, dan jumlah nominal denda mencapai
Rp. 18.400.000 (Delapan Belas Juta Empat Ratus Ribu Rupiah). Terakhir
yaitu Kecamatan Johar Baru dengan jumlah pelanggar mencapai 4167
orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 4123 orang,
sanksi denda sebanyak 44 orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp.
9.100.000 (Sembilan Juta Seratus Ribu Rupiah).
Jadi total keseluruhan jumlah pelanggar di Kota Jakarta Pusat
mencapai 32657 orang dan jumlah nominal denda sebanyak Rp.
198.000.000 (Seratus Sembilan Puluh Delapan Juta Rupiah).
b. Data Rekapitulasi pada Kota Jakarta Barat16
Rekapitulasi operasi penertiban masker protokol kesehatan di wilayah
Kota Jakarta Barat pada periode 2 Agustus s.d. 30 Desember 2020 dengan
rinciannya seperti berikut: di Tingkat Kota dengan jumlah pelanggar
mencapai 2345 orang, yang melakukan sanksi sosial sebanyak 2045 orang,
sanksi denda sebanyak 300 orang, dan dengan jumlah nominal denda
16 Dapat dilihat pada tabel 2, h. 115.
53
sebanyak Rp. 35.550.000 (Tiga Puluh Juta Lima Ratus Lima Puluh Ribu
Rupiah). Selanjutnya, ada Kecamatan Cengkareng dengan jumlah
pelanggar prokes mencapai 4468 orang, rincian yang melakukan sanksi
kerja sosial berjumlah 4100 orang, sanksi denda berjumlah 368 orang, dan
jumlah nominal denda sebanyak Rp. 39.850.000 (Tiga Puluh Sembilan
Juta Delapan Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Kemudian, ada Kecamatan
Grogol Petamburan dengan jumlah pelanggar mencapai 2043 orang,
rincian dengan yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 1893 orang,
sanksi denda sebanyak 150 orang, dan jumlah nominal denda sebesar Rp.
31.000.000 (Tiga Puluh Juta Rupiah). Ada Kecamatan Tambora dengan
jumlah pelanggar mencapai angka 6499 orang, dengan rincian yang
melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 6122 orang, sanksi denda
sebanyak 377 orang, dan jumlah nominal denda sebesar Rp. 37.600.000
(Tiga Puluh Juta Enam Ratus Ribu Rupiah), kecamatan Tambora ini
merupakan kecamatan dengan jumlah pelanggar yang tertinggi di Jakarta
Barat. Ada Kecamatan Kebon Jeruk dengan jumlah pelanggar sebanyak
2836 orang, rinciannya dengan pelanggar yang melakukan sanksi kerja
sosial sebanyak 2803 orang, sanksi denda sebanyak 33 orang, dan jumlah
nominal denda sebesar Rp. 5.800.000 (Lima Juta Delapan Ratus Ribu
Rupiah).
Ada Kecamatan Palmerah dengan jumlah pelanggar penertiban masker
sebanyak 3813 orang, dengan rincian yang melaksankan sanksi kerja
sosial sebanyak 3568 orang, sanksi denda sebanyak 245 orang, dan jumlah
nominal denda mencapai Rp. 15.500.000 (Lima Belas Juta Lima Ratus
Ribu Rupiah). Ada Kecamatan Kalideres dengan jumlah pelanggar
penertiban masker sebanyak 3251 orang, dengan rincian yang telah
melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 2540 orang, sanksi denda
sebanyak 711 orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp. 98.150.000
(Sembilan Puluh Delapan Juta Seratus Lima Puluh Ribu Rupiah),
kecamatan ini menjadi jumlah dengan sanksi denda terbanyak dan nominal
denda terbesar di Jakarta Barat. Selanjutnya, ada Kecamatan Kembangan
54
yang jumlah pelanggaran penertiban masker mencapai 3053 orang, dengan
rincian yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 3031 orang, sanksi
denda sebanyak 22 orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp.
6.200.000 (Enam Juta Dua Ratus Ribu Rupiah). Terakhir, yaitu ada
Kecamatan Tamansari dengan jumlah pelanggaran penertiban masker
sebanyak 3282 orang, dengan rincian yang melaksanakan sanksi kerja
sosial sebanyak 3129 orang, sanksi denda sebanyak 153 orang, dan jumlah
nominal denda mencapai Rp. 25.500.000 (Dua Puluh Lima Juta Lima
Ratus Ribu Rupiah).
Jadi, total keseluruhan pelanggar di Jakarta Barat mencapai 31590
orang dengan jumlah nominal denda sebesar Rp. 295.150.000 (Dua Ratus
Sembilan Puluh Lima Juta Seratus Lima Puluh Ribu Rupiah).
c. Data Rekapitulasi pada Kota Jakarta Selatan17
Rekapitulasi operasi penertiban masker protokol kesehatan di wilayah
Kota Jakarta Selatan pada periode 2 Agustus s.d. 30 Desember 2020
dengan rinciannya seperti berikut: di Tingkat Kota jumlah pelanggaran
penertiban masker mencapai 1746 orang, dengan rincian yang melakukan
sanksi kerja sosial sebanyak 1645 orang, sanksi denda sebanyak 101
orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp. 8.200.000 (Delapan Juta
Dua Ratus Ribu Rupiah). Kemudian pada Kecamatan Kebayoran Lama
jumlah pelanggaran mencapai 1943 orang, dengan rincian yang melakukan
sanksi kerja sosial sebanyak 1867 orang, sanksi denda sebanyak 76 orang,
dan jumlah nominal denda mencapai Rp. 6.550.000 (Enam Juta Lima
Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Ada Kecamatan Kebayoran Baru dengan
jumlah pelamggar mencapai 1600 orang, dengan rincian yang melakukan
sanksi kerja sosial sebanyak 1588 orang, sanksi denda sebanyak 12 orang,
dan jumlah nominal denda mencapai Rp. 2.600.000 (Dua Juta Enam Ratus
Ribu Rupiah). Selanjutnya ada Kecamatan Pancoran jumlah pelanggar
sebanyak 616 orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak
607 orang, sanksi denda sebanyak 9 orang, dan jumlah nominal denda
17 Dapat dilihat pada tabel 3, h. 116.
55
mencapai 1.950.000 (Satu Juta Sembilan Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah).
Kemudian Kecamatan Pasar Minggu pelanggaran mencapai 1786 orang,
dengan yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 1732 orang, sanksi
denda sebanyak 54 orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp.
5.550.000 (Lima Juta Lima Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Kemudian
ada Kecamatan Jagakarsa jumlah pelanggar mencapai 2691 orang, dengan
yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 2668 orang, sanksi denda
sebanyak 23 orang, dan jumlah nominal pelanggaran mencapai Rp.
6.400.000 (Enam Juta Empat Rtus Ribu Rupiah).
Ada Kecamatan Pesanggrahan dengan jumlah pelanggaran sebanyak
2507 orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 2501
orang, dan jumlah nominal denda Rp. 750.000 (Tujuh Rtus Ribu Rupiah).
Kemudian, ada Kecamatan Mampang Prapatan dengan jumlah
pelanggaran mencapai 1339 orang, dengan yang melakukan sanksi kerja
sosial sebanyak 1300 orang, sanksi denda 39 orang, dan jumlah nominal
denda Rp. 5.000.000 (Lima Juta rupiah). Selanjutnya, ada Kecamatan
Cilandak dengan jumlah pelanggar mencapai 3432 orang, yang melakukan
sanksi kerja sosial sebanyak 3421 orang, sanksi denda sebanyak 11 orang
dan jumlah nominal denda mencapai Rp. 850.000 (Delapan Ratus Lima
Puluh Ribu Rupiah). Kecamatan Setiabudi dengan jumlah pelanggaran
mencapai 1450 orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial
sebanyak 1429 orang, sanksi denda sebanyak 21 orang, dan jumlah
nominal denda mencapai Rp. 5.950.000 (Lima Juta Sembilan Ratus Lima
Puluh Ribu Rupiah). Terakhir, ada Kecamatan Tebet dengan jumlah
pelanggaran mencapai 1576 orang, yang melakukan sanksi kerja sosial
sebanyak 1567 orang, sanksi denda sebanyak 9 orang, dan jumlah nominal
denda mencapai Rp. 1.200.000 (Satu Juta Dua Ratus Ribu Rupiah).
Jadi jumlah pelanggar seluruhnya pada Kota Jakarta Selatan mencapai
20686 orang dengan jumlah nominal denda mencapai Rp. 45.000.000
(Empat Puluh Lima Juta Rupiah).
56
d. Data Rekapitulasi Kota Jakarta Timur18
Rekapitulasi operasi penertiban masker protokol kesehatan di wilayah
Kota Jakarta Timur pada periode 2 Agustus s.d. 30 Desember 2020 dengan
rinciannya seperti berikut: di Tingkat Kota jumlah pelanggaran penertiban
masker mencapai 965 orang, dengan rincian yang melakukan sanksi kerja
sosial sebanyak 924 orang, sanksi denda sebanyak 41 orang, dan jumlah
nominal denda mencapai Rp. 7.550.000 (Tujuh Juta Lima Ratus Lima
Puluh Ribu Rupiah). Kemudian pada Kecamatan Matraman jumlah
pelanggaran mencapai 1831 orang, dengan rincian yang melakukan sanksi
kerja sosial sebanyak 1822 orang, sanksi denda sebanyak 9 orang, dan
jumlah nominal denda mencapai Rp. 2.550.000 (Dua Juta Lima Ratus
Lima Puluh Ribu Rupiah). Selanjutnya, ada Kecamatan Pulo Gadung
dengan jumlah pelanggar mencapai 2190 orang, dengan rincian yang
melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 2167 orang, sanksi denda
sebanyak 23 orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp. 4.600.000
(Empat Juta Enam Ratus Ribu Rupiah). Selanjutnya ada Kecamatan
Jatinegara jumlah pelanggar sebanyak 1972 orang, dengan yang
melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 1955 orang, sanksi denda
sebanyak 17 orang, dan jumlah nominal denda mencapai 6.030.000 (Enam
Juta Tiga Puluh Ribu Rupiah). Kecamatan Kramat Jati pelanggaran
mencapai 3755 orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial
sebanyak 3688 orang, sanksi denda sebanyak 67 orang, dan jumlah
nominal denda mencapai Rp. 21.500.000 (Dua Puluh Satu Juta Lima Ratus
Ribu Rupiah). Kemudian ada Kecamatan Pasar Rebo jumlah pelanggar
mencapai 2263 orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial
sebanyak 2210 orang, sanksi denda sebanyak 53 orang, dan jumlah
nominal pelanggaran mencapai Rp. 2.950.000 (Dua Juta Sembilan Ratus
Lima Puluh Ribu Rupiah). Kemudian, ada Kecamatan Cakung dengan
jumlah pelanggaran sebanyak 2547 orang, dengan yang melakukan sanksi
kerja sosial sebanyak 2513 orang, dan jumlah nominal denda Rp.
18 Dapat dilihat pada tabel 4, h. 117.
57
7.200.000 (Tujuh Juta Dua Ratus Ribu Rupiah). Kemudian, ada
Kecamatan Duren Sawit dengan jumlah pelanggaran mencapai 1812
orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 1789 orang,
sanksi denda 23 orang, dan jumlah nominal denda Rp. 4.625.000 (Empat
Juta Enam Ratus Dua Puluh Lima Ribu Rupiah). Ada Kecamatan Ciracas
dengan jumlah pelanggar mencapai 1669 orang, yang melakukan sanksi
kerja sosial sebanyak 1654 orang, sanksi denda sebanyak 15 orang, dan
jumlah nominal denda mencapai Rp. 2.900.000 (Dua Juta Sembilan Ratus
Lima Puluh Ribu Rupiah). Ada Kecamatan Makasar dengan jumlah
pelanggaran mencapai 3818 orang, dengan yang melakukan sanksi kerja
sosial sebanyak 3772 orang, sanksi denda sebanyak 46 orang, dan jumlah
nominal denda mencapai Rp. 5.850.000 (Lima Juta Delapan Ratus Lima
Puluh Ribu Rupiah). Terakhir, ada Kecamatan Cipayung dengan jumlah
pelanggaran mencapai 2665 orang, yang melakukan sanksi kerja sosial
sebanyak 2658 orang, sanksi denda sebanyak 7 orang, dan jumlah nominal
denda mencapai Rp. 1.200.000 (Satu Juta Dua Ratus Ribu Rupiah).
Jadi jumlah pelanggar seluruhnya pada Kota Jakarta Timur mencapai
25847 orang dengan jumlah nominal denda mencapai Rp. 66.955.000
(Enam Puluh Enam Juta Sembilan Ratus Lima Puluh Lima Ribu Rupiah).
e. Data Rekapitulasi Kota Jakarta Utara19
Rekapitulasi operasi penertiban masker protokol kesehatan di wilayah
Kota Jakarta Utara pada periode 2 Agustus s.d. 30 Desember 2020 dengan
rinciannya seperti berikut: di Tingkat Kota dengan jumlah pelanggar
mencapai 966 orang, yang melakukan sanksi sosial sebanyak 812 orang,
sanksi denda sebanyak 154 orang, dan dengan jumlah nominal denda
sebanyak Rp. 18.800.000 (Delapan Belas Juta Delapan Ratus Ribu
Rupiah). Selanjutnya, ada Kecamatan Kelapa Gading dengan jumlah
pelanggar prokes mencapai 779 orang, rincian yang melakukan sanksi
kerja sosial berjumlah 732 orang, sanksi denda berjumlah 47 orang, dan
jumlah nominal denda sebanyak Rp. 5.650.000 (Lima Juta Enam Ratus
19 Data dapat dilihat pada tabel 5, h. 117.
58
Lima Puluh Ribu Rupiah). Kemudian, ada Kecamatan Tanjung Priok
dengan jumlah pelanggar mencapai 1502 orang, rincian dengan yang
melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 1482 orang, sanksi denda
sebanyak 19 orang, dan jumlah nominal denda sebesar Rp. 2.450.000 (Dua
Juta Empat Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Kemudian, ada Kecamatan
Koja dengan jumlah pelanggar mencapai angka 2412 orang, dengan
rincian yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 2348 orang, sanksi
denda sebanyak 64 orang, dan jumlah nominal denda sebesar Rp.
6.350.000 (Enam Juta Tiga Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Selanjutnya
ada Kecamatan Cilincing dengan jumlah pelanggar sebanyak 1667 orang,
rinciannya dengan pelanggar yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak
1579 orang, sanksi denda sebanyak 88 orang, dan jumlah nominal denda
sebesar Rp. 9.250.000 (Sembilan Juta Dua Ratus Lima Puluh Ribu
Rupiah).
Ada Kecamatan Pademangan dengan jumlah pelanggar penertiban
masker sebanyak 1465 orang, dengan rincian yang melaksankan sanksi
kerja sosial sebanyak 1448 orang, sanksi denda sebanyak 17 orang, dan
jumlah nominal denda mencapai Rp. 1.000.000 (Satu Juta Rupiah).
Terakhir, ada Kecamatan Penjaringan dengan jumlah pelanggaran
mencapai 2024 orang, yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 2002
orang, sanksi denda sebanyak 22 orang, dan jumlah nominal denda
mencapai Rp. 4.750.000 (Empat Juta Tujuh Ratus Lima Puluh Ribu
Rupiah).
Jadi jumlah pelanggar seluruhnya pada Kota Jakarta Utara mencapai
10815 orang dengan jumlah nominal denda mencapai Rp. 48.250.000
(Empat Puluh Delapan Juta Dua Ratus Lima Puluh Lima Ribu Rupiah).
f. Data Rekapitulasi Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu20
Rekapitulasi operasi penertiban masker protokol kesehatan di wilayah
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu pada periode 2 Agustus s.d. 30
Desember 2020 dengan rinciannya seperti berikut: hanya terdiri dari 2
20 Data dapat dilihat pada tabel 6, h. 118.
59
kecamatan dan 1 tingkat kota. Di Tingkat Kota jumlah pelanggar
penertiban masker mencapai 142 orang, dengan yang melakukan sanksi
kerja sosial sebanyak 140 orang, sanksi denda hanya berjumlah 2 orang,
dan nominal denda hanya mencapai Rp. 100.000 (Seratus Ribu Rupiah).
Di Kecamatan Seribu Utara jumlah pelanggaran mencapai 130 orang,
dengan rincian yang melakukan sanksi kerja sosial mencapai 126 orang,
sanksi denda sebanyak 4 orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp.
200.000 (Dua Ratus Ribu Rupiah). Terakhir di Kecamatan Seribu Selatan
jumlah pelanggaran mencapai 149 orang, dengan yang melakukan sanksi
sosial sebanyak 147 orang, sanksi denda hanya sebanyak 2 orang, dan total
nominal denda hanya Rp. 100.000 (Seratus Ribu Rupiah).
Jadi jumlah pelanggar seluruhnya pada Kabupaten Administrasi
Kepulauan Seribu mencapai 421 orang dengan jumlah nominal denda
mencapai Rp. 400.000 (Empat Ratus Ribu Rupiah).
Pelanggaran tidak mengenakan masker protokol kesehatan dalam
pencegahan virus corona 2019 di Provinsi DKI Jakarta berdasarkan
penindakan Satgas Covid 19 unsur Satpol PP setelah diberlakukan nya Pergub
DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2021 Tentang Peraturan Pelaksanaan Perda
Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Penanggulangan Corona Virus Disease 2019
pada periode 1 Januari-8 Maret 202121, yaitu:
a. Data pelanggaran pada Kota Jakarta Pusat22
Rekapitulasi operasi penertiban masker protokol kesehatan di
wilayah Jakarta Pusat dengan rinciannya yaitu: di Tingkat Kota jumlah
pelanggar mencapai 1267 orang terdiri dari 1252 pelanggar prokes
yang melaksanakan kerja sosial, denda sebanyak 15 orang, dan jumlah
nominal denda mencapai Rp. 3.350.000 (Tiga Juta Tiga Ratus Lima
Puluh Ribu Rupiah). Untuk Kecamatan Gambir jumlah pelanggar
prokes mencapai 5138 orang terdiri dari 5103 orang yang
melaksanakan kerja sosial, denda sebanyak 35 orang, dan jumlah
21 Data diambil langsung dari Satgas Covid 19 unsur Satpol PP DKI Jakarta pada tanggal
8 Maret 2021 pada pukul 15.30 Wib. 22 Data dapat dilihat pada tabel 7, h. 118.
60
nominal denda mencapai Rp. 4.200.000 (Empat Dua Ratus Ribu
Rupiah). Untuk Kecamatan Menteng jumlah pelanggar prokes
mencapai 5548 orang dengan rincian 5545 orang melaksanakan sanksi
kerja sosial, sanksi denda sebanyak 3 orang, dan jumlah nominal denda
mencapai Rp. 750.000 (Tujuh Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Untuk
Kecamatan Senen jumlah pelanggar protokol kesehatan mencapai
5239 orang dengan rincian 5225 orang melaksanakan sanksi kerja
sosial, sanksi denda sebanyak 14 orang, dan jumlah nominal denda
mencapai 1.950.000 (Satu Juta Sembilan Ratus Lima Puluh Ribu
Rupiah). Untuk Kecamatan Sawah Besar jumlah pelanggar protokol
kesehatan mencapai 4254 orang dengan rincian 4246 orang
melaksanakan sanksi kerja sosial, sanksi denda sebanyak 8 orang, dan
jumlah nominal denda mencapai Rp. 1.550.000 (Satu Juta Lima Ratus
Lima Puluh Ribu Rupiah).
Untuk Kecamatan Tanah Abang jumlah pelanggar mencapai 6934
orang dengan rincian 6896 orang melakukan sanksi kerja sosial, sanksi
denda berjumlah 38 orang, dan jumlah nominal denda Rp. 9.500.000
(Sembilan Juta Lima Ratus Ribu Rupiah), kecamatan Tanah Abang ini
merupakan jumlah pelanggar tertinggi dan jumlah nominal denda
terbanyak dari kecamatan lainnya di Kota Jakarta Pusat. Untuk
Kecamatan Kemayoran jumlah pelanggar mencapai 3860 orang
dengan rincian 3812 orang melakukan sanksi kerja sosial, sanksi denda
sebanyak 48 orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp.
8.950.000 (Delapan Juta Sembilan Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah).
Untuk selanjutnya Kecamatan Cempaka Putih jumlah pelanggar
mencapai 4661 orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial
sebanyak 4657 orang, sanksi denda berjumlah 4 orang, dan jumlah
nominal denda mencapai Rp. 1.000.000 (Satu Juta Rupiah). Terakhir
yaitu Kecamatan Johar Baru dengan jumlah pelanggar mencapai 3942
orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 3917
61
orang, sanksi denda sebanyak 25 orang, dan jumlah nominal denda
mencapai Rp. 5.000.000 (Lima Juta Rupiah).
Jadi total keseluruhan jumlah pelanggar di Kota Jakarta Pusat
mencapai 40843 orang dan jumlah nominal denda turun menjadi
sebanyak Rp. 36.250.000 (Tiga Puluh Enam Juta Dua Ratus Lima
Puluh Ribu Rupiah).
b. Data Rekapitulasi pada Kota Jakarta Barat23
Rekapitulasi operasi penertiban masker protokol kesehatan di
wilayah Kota Jakarta Barat pada periode 1 Januari s.d. 8 Maret 2021
dengan rinciannya seperti berikut: di Tingkat Kota dengan jumlah
pelanggar mencapai 2106 orang, yang melakukan sanksi sosial
sebanyak 1905 orang, sanksi denda sebanyak 201 orang, dan dengan
jumlah nominal denda sebanyak Rp. 33.200.000 (Tiga Puluh Tiga Juta
Dua Ratus Ribu Rupiah). Selanjutnya, ada Kecamatan Cengkareng
dengan jumlah pelanggar prokes mencapai 3517 orang, rincian yang
melakukan sanksi kerja sosial berjumlah 3204 orang, sanksi denda
berjumlah 313 orang, dan jumlah nominal denda sebanyak Rp.
37.650.000 (Tiga Puluh Tujuh Juta Enam Ratus Lima Puluh Ribu
Rupiah). Kemudian, ada Kecamatan Grogol Petamburan dengan
jumlah pelanggar mencapai 1908 orang, rincian dengan yang
melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 1766 orang, sanksi denda
sebanyak 142 orang, dan jumlah nominal denda sebesar Rp.
33.050.000 (Tiga Puluh Tiga Juta Lima Puluh Ribu Rupiah).
Kemudian, ada Kecamatan Tambora dengan jumlah pelanggar
mencapai angka 5683 orang, dengan rincian yang melakukan sanksi
kerja sosial sebanyak 5367 orang, sanksi denda sebanyak 316 orang,
dan jumlah nominal denda sebesar Rp. 34.200.000 (Tiga Puluh Empat
Juta Dua Ratus Ribu Rupiah), kecamatan Tambora ini merupakan
kecamatan dengan jumlah pelanggar yang tertinggi di Jakarta Barat.
23 Data dapat dilihat pada tabel 8, h. 119.
62
Selanjutnya ada Kecamatan Kebon Jeruk dengan jumlah pelanggar
sebanyak 2475 orang, rinciannya dengan pelanggar yang melakukan
sanksi kerja sosial sebanyak 2454 orang, sanksi denda sebanyak 21
orang, dan jumlah nominal denda sebesar Rp. 4.950.000 (Empat Juta
Sembilan Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah).
Ada Kecamatan Palmerah dengan jumlah pelanggar penertiban
masker sebanyak 2572 orang, dengan rincian yang melaksankan sanksi
kerja sosial sebanyak 2462 orang, sanksi denda sebanyak 110 orang,
dan jumlah nominal denda mencapai Rp. 11.150.000 (Sebelas Juta
Seratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Kemudian, ada Kecamatan
Kalideres dengan jumlah pelanggar penertiban masker sebanyak 2706
orang, dengan rincian yang telah melakukan sanksi kerja sosial
sebanyak 2049 orang, sanksi denda sebanyak 657 orang, dan jumlah
nominal denda mencapai Rp. 85.050.000 (Delapan Puluh Lima Juta
Lima Puluh Ribu Rupiah), kecamatan ini menjadi jumlah dengan
sanksi denda terbanyak dan nominal denda terbesar di Jakarta Barat.
Selanjutnya, ada Kecamatan Kembangan yang jumlah pelanggaran
penertiban masker mencapai 2590 orang, dengan rincian yang
melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 2557 orang, sanksi denda
sebanyak 33 orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp.
5.150.000 (Lima Juta Seratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Terakhir,
yaitu ada Kecamatan Tamansari dengan jumlah pelanggaran
penertiban masker sebanyak 3155 orang, dengan rincian yang
melaksanakan sanksi kerja sosial sebanyak 3035 orang, sanksi denda
sebanyak 120 orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp.
23.400.000 (Dua Puluh Tiga Juta Empat Ratus Ribu Rupiah).
Jadi, total keseluruhan pelanggar di Jakarta Barat di periode ini
mencapai 26712 orang dengan jumlah nominal denda sebesar Rp.
267.800.000 (Dua Ratus Enam Puluh Tujuh Juta Delapan Ratus Ribu
Rupiah).
63
c. Data Rekapitulasi pada Kota Jakarta Selatan24
Rekapitulasi operasi penertiban masker protokol kesehatan di
wilayah Kota Jakarta Selatan pada periode 1 Januari s.d. 8 Maret 2021
dengan rinciannya seperti berikut: di Tingkat Kota jumlah pelanggaran
penertiban masker mencapai 1472 orang, dengan rincian yang
melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 1411 orang, sanksi denda
sebanyak 61 orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp.
6.700.000 (Enam Juta Tujuh Ratus Ribu Rupiah). Kemudian pada
Kecamatan Kebayoran Lama jumlah pelanggaran mencapai 1365
orang, dengan rincian yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak
1289 orang, sanksi denda sebanyak 76 orang, dan jumlah nominal
denda mencapai Rp. 7.850.000 (Tujuh Juta Delapan Ratus Lima Puluh
Ribu Rupiah). Selanjutnya, ada Kecamatan Kebayoran Baru dengan
jumlah pelamggar mencapai 1534 orang, dengan rincian yang
melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 1532 orang, sanksi denda
sebanyak 2 orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp. 500.000
(Lima Ratus Ribu Rupiah). Selanjutnya ada Kecamatan Pancoran
jumlah pelanggar sebanyak 570 orang, dengan yang melakukan sanksi
kerja sosial sebanyak 564 orang, sanksi denda sebanyak 6 orang, dan
jumlah nominal denda mencapai 1.300.000 (Satu Juta Tiga Ratus Ribu
Rupiah). Kemudian Kecamatan Pasar Minggu pelanggaran mencapai
1891 orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 1853
orang, sanksi denda sebanyak 38 orang, dan jumlah nominal denda
mencapai Rp. 6.150.000 (Enam Juta Seratus Lima Puluh Ribu
Rupiah). Kemudian ada Kecamatan Jagakarsa jumlah pelanggar
mencapai 2712 orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial
sebanyak 2693 orang, sanksi denda sebanyak 19 orang, dan jumlah
nominal pelanggaran mencapai Rp. 4.750.000 (Empat Juta Tujuh
Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah).
24 Data dapat dilihat pada tabel 9, h. 119.
64
Ada Kecamatan Pesanggrahan dengan jumlah pelanggaran
sebanyak 2484 orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial
sebanyak 2479 orang, sanksi denda sebanyak 5 orang dan jumlah
nominal denda Rp. 250.000 (Dua Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah).
Kemudian, ada Kecamatan Mampang Prapatan dengan jumlah
pelanggaran mencapai 1316 orang, dengan yang melakukan sanksi
kerja sosial sebanyak 1288 orang, sanksi denda sebanyak 28 orang,
dan jumlah nominal denda Rp. 7.000.000 (Tujuh Juta rupiah).
Selanjutnya, ada Kecamatan Cilandak dengan jumlah pelanggar
mencapai 3365 orang, yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak
3362 orang, sanksi denda sebanyak 3 orang, dan jumlah nominal denda
mencapai Rp. 550.000 (Lima Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah).
Kemudian ada Kecamatan Setiabudi dengan jumlah pelanggaran
mencapai 1415 orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial
sebanyak 1396 orang, sanksi denda sebanyak 19 orang, dan jumlah
nominal denda mencapai Rp. 4.350.000 (Empat Juta Tiga Ratus Lima
Puluh Ribu Rupiah). Terakhir, ada Kecamatan Tebet dengan jumlah
pelanggaran mencapai 1519 orang, yang melakukan sanksi kerja sosial
sebanyak 1514 orang, sanksi denda sebanyak 5 orang, dan jumlah
nominal denda mencapai Rp. 950.000 (Sembilan Ratus Lima Puluh
Ribu Rupiah).
Jadi jumlah pelanggar seluruhnya pada Kota Jakarta Selatan
mencapai 19643 orang dengan jumlah nominal denda mencapai Rp.
40.350.000 (Empat Puluh Juta Tiga Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah).
d. Data Rekapitulasi Kota Jakarta Timur25
Rekapitulasi operasi penertiban masker protokol kesehatan di
wilayah Kota Jakarta Timur pada periode 1 Januari s.d. 8 Marer 2021
dengan rinciannya seperti berikut: di Tingkat Kota jumlah pelanggaran
penertiban masker mencapai 905 orang, dengan rincian yang
melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 880 orang, sanksi denda
25 Data dapat dilihat pada tabel 10, h. 120.
65
sebanyak 25 orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp.
5.350.000 (Lima Juta Tiga Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Kemudian
pada Kecamatan Matraman jumlah pelanggaran mencapai 1760 orang,
dengan rincian yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 1754
orang, sanksi denda sebanyak 6 orang, dan jumlah nominal denda
mencapai Rp. 1.500.000 (Satu Juta Lima Ratus Ribu Rupiah).
Selanjutnya, ada Kecamatan Pulo Gadung dengan jumlah pelanggar
mencapai 2031 orang, dengan rincian yang melakukan sanksi kerja
sosial sebanyak 2017 orang, sanksi denda sebanyak 14 orang, dan
jumlah nominal denda mencapai Rp. 3.050.000 (Tiga Juta Lima Puluh
Ribu Rupiah). Selanjutnya ada Kecamatan Jatinegara jumlah pelanggar
sebanyak 1945 orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial
sebanyak 1935 orang, sanksi denda sebanyak 10 orang, dan jumlah
nominal denda mencapai 2.025.000 (Dua Juta Dua Puluh Lima Ribu
Rupiah). Kemudian Kecamatan Kramat Jati pelanggaran mencapai
3889 orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 3796
orang, sanksi denda sebanyak 93 orang, dan jumlah nominal denda
mencapai Rp. 18.850.000 (Delapan Belas Juta Delapan Ratus Lima
Puluh Ribu Rupiah). Kemudian ada Kecamatan Pasar Rebo jumlah
pelanggar mencapai 2382 orang, dengan yang melakukan sanksi kerja
sosial sebanyak 2374 orang, sanksi denda sebanyak 8 orang, dan
jumlah nominal pelanggaran mencapai Rp. 1.750.000 (Satu Juta Tujuh
Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Kemudian, ada Kecamatan Cakung
dengan jumlah pelanggaran sebanyak 2465 orang, dengan yang
melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 2437 orang, dan jumlah
nominal denda Rp. 5.950.000 (Lima Juta Sembilan Ratus Lima Puluh
Ribu Rupiah).
Kemudian, ada Kecamatan Duren Sawit dengan jumlah
pelanggaran mencapai 1703 orang, dengan yang melakukan sanksi
kerja sosial sebanyak 1692 orang, sanksi denda 11 orang, dan jumlah
nominal denda Rp. 2.600.000 (Dua Juta Enam Ratus Ribu Rupiah).
66
Selanjutnya, ada Kecamatan Ciracas dengan jumlah pelanggar
mencapai 1756 orang, yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak
1749 orang, sanksi denda sebanyak 7 orang, dan jumlah nominal denda
mencapai Rp. 1.600.000 (Satu Juta Enam Ratus Ribu Rupiah).
Kemudian ada Kecamatan Makasar dengan jumlah pelanggaran
mencapai 3356 orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial
sebanyak 3322 orang, sanksi denda sebanyak 34 orang, dan jumlah
nominal denda mencapai Rp. 4.750.000 (Empat Juta Tujuh Ratus Lima
Puluh Ribu Rupiah). Terakhir, ada Kecamatan Cipayung dengan
jumlah pelanggaran mencapai 2573 orang, yang melakukan sanksi
kerja sosial sebanyak 2569 orang, sanksi denda sebanyak 4 orang, dan
jumlah nominal denda mencapai Rp. 850.000 (Dealpan Ratus Lima
Puluh Ribu Rupiah).
Jadi jumlah pelanggar seluruhnya pada Kota Jakarta Timur
mencapai 24765 orang dengan jumlah nominal denda mencapai Rp.
48.275.000 (Empat Puluh Delapan Juta Dua Ratus Tujuh Puluh Lima
Ribu Rupiah).
e. Data Rekapitulasi Kota Jakarta Utara26
Rekapitulasi operasi penertiban masker protokol kesehatan di
wilayah Kota Jakarta Utara pada periode 1 Januari s.d. 8 Maret 2021
dengan rinciannya seperti berikut: di Tingkat Kota dengan jumlah
pelanggar mencapai 838 orang, yang melakukan sanksi sosial
sebanyak 755 orang, sanksi denda sebanyak 83 orang, dan dengan
jumlah nominal denda sebanyak Rp. 12.700.000 (Dua Belas Juta Tujuh
Ratus Ribu Rupiah). Selanjutnya, ada Kecamatan Kelapa Gading
dengan jumlah pelanggar prokes mencapai 647 orang, rincian yang
melakukan sanksi kerja sosial berjumlah 620 orang, sanksi denda
berjumlah 27 orang, dan jumlah nominal denda sebanyak Rp.
3.350.000 (Tiga Juta Tiga Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Kemudian,
ada Kecamatan Tanjung Priok dengan jumlah pelanggar mencapai
26 Data dapat dilihat pada tabel 11, h.121.
67
1208 orang, rincian dengan yang melakukan sanksi kerja sosial
sebanyak 1205 orang, sanksi denda sebanyak 3 orang, dan jumlah
nominal denda sebesar Rp. 650.000 (Enam Ratus Lima Puluh Ribu
Rupiah). Kemudian, ada Kecamatan Koja dengan jumlah pelanggar
mencapai angka 1850 orang, dengan rincian yang melakukan sanksi
kerja sosial sebanyak 1820 orang, sanksi denda sebanyak 30 orang,
dan jumlah nominal denda sebesar Rp. 4.150.000 (Empat Juta Seratus
Lima Puluh Ribu Rupiah). Selanjutnya ada Kecamatan Cilincing
dengan jumlah pelanggar sebanyak 1275 orang, rinciannya dengan
pelanggar yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 1225 orang,
sanksi denda sebanyak 50 orang, dan jumlah nominal denda sebesar
Rp. 7.150.000 (Tujuh Juta Seratus Lima Puluh Ribu Rupiah).
Kemudian, ada Kecamatan Pademangan dengan jumlah pelanggar
penertiban masker sebanyak 1421 orang, dengan rincian yang
melaksankan sanksi kerja sosial sebanyak 1416 orang, sanksi denda
sebanyak 5 orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp. 800.000
(Delapan Ratus Ribu Rupiah). Terakhir, ada Kecamatan Penjaringan
dengan jumlah pelanggaran mencapai 1040 orang, yang melakukan
sanksi kerja sosial sebanyak 1018 orang, sanksi denda sebanyak 22
orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp. 2.550.000 (Dua Juta
Lima Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah).
Jadi jumlah pelanggar seluruhnya pada Kota Jakarta Utara
mencapai 8279 orang dengan jumlah nominal denda mencapai Rp.
31.350.000 (Tiga Puluh Satu Juta Tiga Ratus Lima Puluh Lima Ribu
Rupiah).
f. Data Rekapitulasi Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu27
Rekapitulasi operasi penertiban masker protokol kesehatan di
wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu pada periode 1
Januari s.d. 8 Maret 2021 dengan rinciannya seperti berikut: hanya
27 Data dapat dilihat pada tabel 12, h.121.
68
terdiri dari 2 kecamatan dan 1 tingkat kota. Di Tingkat Kabupaten
jumlah pelanggar penertiban masker mencapai 102 orang, dengan yang
melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 102 orang, sanksi denda tidak
ada alias 0 orang, dan nominal denda tidak ada alias hanya mencapai
Rp. 0 . Kemudian, di Kecamatan Seribu Utara jumlah pelanggaran
mencapai 113 orang, dengan rincian yang melakukan sanksi kerja
sosial mencapai 113 orang, sanksi denda sebanyak 0 orang, dan jumlah
nominal denda mencapai Rp. 0 alias tidak ada denda. Terakhir di
Kecamatan Seribu Selatan jumlah pelanggaran mencapai 127 orang,
dengan yang melakukan sanksi sosial sebanyak 126 orang, sanksi
denda hanya sebanyak 1 orang, dan total nominal denda hanya Rp.
100.000 (Seratus Ribu Rupiah).
Jadi jumlah pelanggar seluruhnya pada Kabupaten Administrasi
Kepulauan Seribu mencapai 342 orang dengan jumlah nominal denda
mencapai Rp. 100.000 (Seratus Ribu Rupiah).
69
BAB IV
EFEKTIVITAS ATURAN HUKUM PENGGUNAAN MASKER DALAM
PENANGGULANGAN KESEHATAN
A. Penerapan Aturan Tentang Penggunaan Masker Dalam Peraturan
Gubernur Nomor 3 Tahun 2021 Tentang Peraturan Pelaksanaan
Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Penanggulangan
Coronavirus Disease 2019
Peraturan Gubernur Nomor 3 Tahun 2021 tentang Peraturan
Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Penanggulangan
Coronavirus Disease 2019 sejatinya merupakan peraturan pelaksana peraturan
daerah nomor 2 tahun 2020 yang disahkan pada tanggal 7 Januari 2021 silam.
Dalam penerepan atau pengimplikasikan di lapangan peraturan gubernur ini
memberikan dampak yang sangat signifikan dan berpengaruh besar yang
dirasa cukup efektif untuk mengatur masyarakat tentang pentingnya
penggunaan masker dalam penegakan protokol kesehatan di lapangan.
Penerapan peraturan gubernur DKI Jakarta nomor 3 tahun 2021 tentang
peraturan pelaksanaan peraturan daerah nomor 2 tahun 2020 tentang
penanggulangan coronavirus disease 2019 ini mengharuskan atau mewajibkan
masyarakat khususnya yang berada di wilayah Provinsi DKI Jakarta untuk
memakai masker sesuai dengan protokol pencegahan pandemi ini. Masyarakat
yang kedapatan melanggar akan ditindak sesuai dengan ketentuan Pergub ini
dimulai dengan sanksi kerja sosial maupun penerapan denda administratif .
Pada awal tahun 2021, Satpol PP DKI Jakarta menindak pelanggaran
yang tidak menggunakan masker protokol kesehatan pada periode 1 Januari
s.d. 8 Maret 2021 paling banyak tersebar di Jakarta Pusat yang pelanggaran
nya mencapai angka 40.843 orang dan yang paling rendah ada pada
Kepulauan Seribu yang angka nya 342 orang pelanggar. Bila dilihat di tabel
pada halaman 1201, jumlah pelanggar penggunaan masker protokol kesehatan
Kota Jakarta Pusat menjadi kota pertama yang memiliki banyak pelanggaran,
capaian angka sampai dengan 40.843 orang. Kedua adalah Kota Jakarta Barat
1 Dapat dilihat pada tabel 6, h. 118.
70
yang jumlah pelanggarnya lumayan banyak, capaian angka sampai dengan
26.712 orang. Ketiga adalah Kota Jakarta Timur yang jumlah pelanggarnya
dibawah Kota Jakarta Barat, dengan capaian angka pelanggarnya adalah
24.765 orang. Keempat disusul oleh Kota Jakarta Selatan, yang jumlah
pelanggarnya mencapai 19.643 orang. Kelima ialah Kota Jakarta Utara yang
jumlah pelanggarnya berjumlah 8.279 orang. Dan yang terendah atau terakhir
adalah Kab. Adm Kepulauan Seribu, yang nilainya tidak sampai ribuan yaitu
hanya berjumlah 342 orang.2
Data di atas dapat dibandingkan, Kota Jakarta Pusat menjadi tertinggi
jumlah pelanggarnya karena Kota Jakarta Pusat sebagai barometer Provinsi
DKI Jakarta.
Dalam regulasi atau aturan hukum dalam Pergub DKI Nomor 3 Tahun
2021 yang diterapkan khususnya di Provinsi DKI Jakarta membawa dampak
positif dari segi kesehatan dan segi ketertiban dalam penggunaan masker
protokol kesehatan. Menurut salah satu Satgas Covid 19 DKI Jakarta dari
unsur Satpol PP, bahwa Pergub ini setelah diundangkan dan diterapkan di
masyarakat membawa banyak perubahan khususnya patuh pada protokol
kesehatan utamanya penggunaan masker.3 Penggunaan masker ini efektif
dalam upaya pencegahan virus corona yang terjadi pada masa sekarang ini dan
masker juga diharapkan dapat menjaga kesehatan pernafasan manusia
mungkin karena penyakit ispa, debu jalanan, atau udara yang terkena polusi.
Semenjak penerapan digaungkan menurut beliau masyarakat semakin sadar
akan pentingnya kesehatan dan menjaga diri dari virus yang sedang
menjangkit negeri ini.
Data juga bisa dilihat penurunan jumlah pelanggaran tidak
menggunakan masker protokol kesehatan periode antara Agustus-Desember
2020 dengan periode antara Januari-Maret 2021.
2 Data diambil langsung dari Satgas Covid 19 unsur Satpol PP DKI Jakarta pada tanggal 8
Maret 2021 pada pukul 15.30 Wib. 3 Wawancara dilakukan pada 8 Maret 2021, pukul 15.44 wib di Gedung Satpol PP Balai
Kota DKI – Jakarta Pusat.
71
Tabel 1 ada pada halaman 1154
Tabel 7 ada pada halaman 1185
Tabel 1 dan tabel 7 pada lampiran menunjukkan bahwa ada penurunan
drastis tingkat pelanggaran penggunaan masker protokol kesehatan di Kota
Jakarta Pusat pada khususnya, jumlah pelanggar, sanksi kerja sosial, dan
denda administratif menurun dari periode sebelum pergub nomor 3 tahun 2021
dibuat dan periode setelah aturan tersebut dibuat dan diundangkan. Ini ada
upaya yang cukup serius dari Pemerintah untuk membuat sebuah regulasi
dalam penanggulangan pandemi negeri dan Masyarakat itu sendiri semakin
sadar akan hukum supaya terciptanya kondisi kesehatan yang sehat dan prima
sehingga pandemi covid 19 ini segera berakhir.
Hal ini juga disampaikan oleh Satgas Covid 19 dari unsur Kepolisian6,
bahwa masa sekarang agak berkurang terjadinya pelanggaran yang tidak
memakai masker, karena masyarakat udah pada sadar akan pentingnya
penggunaan masker. Selain itu, masyarakat enggan untuk mendapatkan sanksi
sosial ataupun denda administratif karena sangat merugikan. “kadang
masyarakat suka dirugikan dengan kebijakan sanksi ini, pendapatannya lagi
merosot malah disuruh bayar denda. Makannya sekarang banyak yang patuh
pada penggunaan masker protokol kesehatan.” Dampak positif nya untuk
Pergub ini juga dirasakan oleh anggota Satgas karena makin sedikit yang
ditindak akibat pelanggaran, sehingga meringankan tugas Satgas khususnya
unsur Kepolisian dalam hal ini yang diperbantukan kepada Pemda DKI untuk
menegakkan aturan hukum protokol kesehatan di masyarakat.
Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2021 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020 Tentang
Penanggulangan Coronavirus Disease 2019 adalah regulasi baru yang terbit
pada awal tahun 2021 sekitar Bulan Januari. Ini sudah menunjukkan bahwa
regulasi ini dibentuk sesuai, karena kebutuhan dalam rangka menanggulangi
4 Dapat dilihat pada tabel 1, h. 115. 5 Dapat dilihat pada tabel 7, h. 118. 6 Wawancara dilakukan di Posko pada 10 Maret 2021, Pukul 10.33 Wib di Posko Satgas
Covid 19 Kawasan Silang Monas Jakarta Pusat.
72
pandemi virus corona 19 yang terjadi ditengah masyarakat. Dan aturan ini pun
menjadi aturan turunan dari peraturan yang ada diatasnya, selain itu sebagai
aturan pelaksana secara teknis bagaimana upaya penanggulangan virus corona
dilapangan dan upaya yang harus dilakukan oleh penegak hukum dalam
menindak-menindak yang melanggar aturan ini.
Menurut penuturan dari Bapak Budi Agung Pradjojo, bahwa Peraturan
hukum ini, Pergub DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2021 dibentuk karena
menghapus denda progresif yang diatur sebelumnya oleh Pergub Nomor 101
tentang perubahan atas Peraturan Gubernur Nomor 79 Tahun 2020 tentang
penerapan disiplin dan penegakan hukum protokol kesehatan sebagai upaya
pencegahan dan pengendalian Coronavirus Disease 2019. Pergub ini
merupakan peraturan pelaksana dari Perda DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2020
yang isi nya memuat hak dan kewajiban individu serta masyarakat dalam
upaya pencegahan dan penanggulangan coronavirus disease 2019, selain itu
memuat perlindungan kesehatan individu dan masyarakat yang didalamnya
terdapat kriteria atau standar penggunaan masker yang baik dan benar. Pergub
ini sudah lebih cukup karena memuat beberapa hal teknis mengenai upaya
pencegahan dan penanggulangan virus corona yang dilakukan oleh
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta termasuk didalamnya terdapat PSBB pada
masa transisi, penyelidikan epidemiologi, serta upaya pemulihan ekonomi dan
pemulihan sosial.
Dari segi penegakan hukumnya, instansi atau dinas yang turut serta
berkecimpung dalam peraturan gubernur ini sudah sangat baik dalam
penerapannya sesuai dengan porsinya, artinya setiap instansi sudah saling
bahu membahu bekerja untuk menanggulangi dan menegakan aturan yang
tidak menggunakan masker protokol kesehatan. Kemudian juga membuktikan
bahwa instansi yang bekerja ini saling integrasi dan konsolidasi yang
membuktikan tidak terjadi pertengkaran ataupun saling menunjukkan instansi
mana yang baik melainkan sama-sama menunjukkan ada dan bersatu dalam
Satgas Covid 19 untuk melayani masyarakat di tengah pandemi virus corona
2019.
73
Sarana dan fasilitas yang tersedia sekarang sudah cukup untuk
melakukan tugas dan tanggung jawab untuk penanggulangan virus corona
2019. Fasilitas ini digunakan kesehariannya oleh Satgas covid 19 yang
terdapat di jalan-jalan ialah dibuatkan nya posko penanggulangan virus corona
2019 di beberapa titik yang menjadi fokus tempat berkumpulnya masyarakat
atau tempat masyarakat beraktivitas serta berkumpulnya masyarakat seperti:
pasar, bandara, lampu merah, balaikota, kantor kelurahan atau kecamatan.
Selain itu penggunaan kendaraan roda dua maupun empat yang digunakan
petugas dalam melaksanakan razia dan penindakan bagi yang tidak
menggunakan masker di titik tertentu atau menuju tempat-tempat padat
penduduk seluruh Provinsi DKI Jakarta menjadi faktor sarana dan fasilitas
lainnya yang mendukung efektifnya peraturan gubernur ini.
Yang telah disebutkan dan dijabarkan selanjutnya pada pasal 15 ayat 1
dan 2 Peraturan Gubernur DKI Nomor 3 Tahun 2021 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Upaya
Penanggulangan Coronavirus Disease 2019 mengenai kewajiban bagi para
pelaku industri dan pelaku usaha sebagaimana disebutkan bahwa pada ayat 1 :
“Pelaku usaha, pengelola, penyelenggara, atau penanggung jawab tempat
usaha dan/atau tempat industri, dalam menyelenggarakan aktivitas usaha
wajib melaksanakan pelindungan kesehatan masyarakat, yang meliputi:
melakukan edukasi dan protokol pencegahan Covid-19; dan melakukan
pembatasan interaksi fisik pada setiap aktivitas kerja”. Pada ayat dijelaksan
juga kewajiban bahwa: “Edukasi dan protokol pencegahan Covid-19
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas: menyediakan
sarana cuci tangan dengan air mengalir dan sabun yang ditempatkan pada
area keluar-masuk perkantoran, menyediakan hand sanitizer di setiap lantai,
area lift, dan mesin absensi, melakukan pengukuran suhu kepada pekerja
maupun tamu yang akan memasuki tempat usaha dan/atau tempat industri,
mewajibkan penggunaan Masker di tempat usaha dan/atau industri, secara
tertulis dalam bentuk poster atau banner”.
74
Maksudnya setiap pelaku usaha wajib memasang iklan atau himbauan
mengenai pengajuan penggunaan masker dalam berinteraksi diluar ruangan
ataupun didalam ruangan kecuali bagi mereka yang sedang melakukan
makan/minum. Himbauan ini menjadi kewajiban bagi para pelaku usaha untuk
mematuhi aturan ini.
Selain itu jika para pelaku yang tidak mematuhi anjuran atau peraturan
ini maka akan diberikan sanksi yang tegas bagi pelaku industri atau pelaku
usaha dimulai dari denda adminidtratif terlebih dahulu, jika tidak
mengindahkan maka akan diberikan sanksi yang disebutkan dalam pasal 16
ayat 1 dan 2 Peraturan Gubernur DKI Nomor 3 Tahun 2021 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Upaya
Penanggulangan Coronavirus Disease 2019. Pasal 1 menyebutkan :
“Pengelola, penyelenggara, atau penanggung jawab tempat usaha dan/atau
tempat industri yang tidak melaksanakan kewajiban perlindungan kesehatan
masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dikenakan sanksi
administratif berupa: teguran tertulis, penghentian sementara kegiatan,
denda administratif; pembekuan sementara izin; dan/atau pencabutan izin”.
Hal ini semakin dipertegas pula dalam pasal 15 ayat 2 nya jikalau
sanksi administratif tidak diindahkan maka akan dikenakan sanksi yang lebih
tegas, yang menerangkan bahwa : “Pelaksanaan pengenaan sanksi
administratif kepada pengelola, penyelenggara, atau penanggung jawab
tempat usaha dan/atau tempat industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan tahapan:
1) jika ditemukan pelanggaran pelindungan kesehatan
masyarakat diberikan teguran tertulis;
2) jika mengulangi pelanggaran pelindungan kesehatan
masyarakat setelah diberikan teguran tertulis sebagaimana
dimaksud pada huruf a, maka dilakukan penghentian
sementara kegiatan selama 3 (tiga) hari dengan pemasangan
segel pada pintu masuk tempat usaha dan/atau tempat industri;
dan
75
3) jika masih mengulangi pelanggaran pelindungan kesehatan
masyarakat setelah mendapatkan penghentian sementara
kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf b, maka dikenakan
denda administratif paling banyak Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah)”.
Faktanya di lapangan memang dalam pelaksanaan protokol kesehatan
di tempat-tempat umum tempat usaha dan tempat industri melaksanakan
dengan baik dan beerpedoman dengan Pergub ini. Seperti pengunjung tetap
menggunakan masker protokol kesehatan, menjaga jarak, serta menutup dan
membuka tempat usaha dengan jam atau waktu yang telah ditentukan.
Pemerintah Daerah dalam hal ini Pemprov DKI selaku penanggung
jawab terhadap daerahnya memang sudah memberikan sanksi yang tegas
seperti yang diterangkan pada pasal diatas. Selain itu jika tetap tidak
diindahkan terhadap protokol kesehatan yang berlaku maka tempat usaha
tersebut akan dilaksanakan penutupan.
Fakta lainnya dilapangan, melalui foto-foto yang sudah dicantumkan
sebelumnya dimana banyak dijumpai ternyata masyarakat yang patuh terhadap
penggunaan masker protokol kesehatan yang sedang beraktivitas diluar rumah
atau tempat-tempat tertentu yang menjadi objek kerumunan masyarakat.
Memang ada juga yang melanggar dengan tidak menggunakan masker
protokol kesehatan, namun para anggota Satgas Covid 19 langsung menindak
masyarakat yang tidak menggunakan masker tersebut dan langsung
mendapatkan sanksi. Akan tetapi ada juga yang diberikan imbauan dan
pemberitahuan pentingnya menggunakan masker saat beraktivitas di situasi
pandemi seperti ini. Ada 2 hal yang memungkinkan mengapa peenggunaan
masker protokol kesehatan ini menurut Pergub Nomor 3 Tahun 2021
dikatakan efektif. Yaitu pertama, adanya Satgas Covid 19 yang selalu
melakukan patroli dan pengawasan kepada para masyarakat yang tidak patuh
terhadap protokol kesehatan ini dengan menindak/memberikan sanksi sesuai
dengan pergub ini. Yang kedua, merupakan kesadaran tiap individu masing-
76
masing karena pentingnya menjaga kesehatan serta untuk menerapkan pola
hidup bersih dan sehat (PHBS).
Kemudian peneliti akan menghubungkan dengan faktor-faktor yang
menyebabkan masyarakat mematuhi hukum. Pertama, compliance yaitu
sebuah kepatuhan yang didasarkan pada suatu imbalan dan usaha untuk
menghindarkan dari sebuah hukuman atau sanksi yang dikenakan jika
seseorang melakukan pelanggaran hukum. Hal ini senada apa yang dijelaskan
sebelumnya oleh Pak Budi Anggota Satgas Covid 19, “Ya betul mas, kadang
masyarakat itu pakai masker ketika ada kami aja pas lagi razia. Karena takut
kena sanksi jadi masyarakat seperti itu...”. berarti ini dikatakan efektif juga
karena adanya petugas satgas yang memang sedang gencar melakukan patroli
untuk menindak masyarakat yang tidak patuh.
Kedua, identification, terjadi apabila kepatuhan terhadap kaidah
hukum ada bukan karena nilai instrinsiknya, akan tetapi agar keanggotaan
kelompok tetap terjaga serta ada hubungan baik dengan mereka yang
diberikan wewenang untuk menerapkan kaidah-kaidah hukum tersebut. Jadi,
masyarakat yang patuh dengan memakai masker di tempat-tempat umum juga
karena adanya hubungan baik dengan aparat penegak hukumnya tadi. Selain
itu, masyarakat juga patuh karena simpati terhadap mereka yang tidak patuh
terus ditindak, mereka berprasangka kepada diri sendiri jika mereka tidak
patuh maka mereka akan merasakan seperti apa ditindak.
Ketiga, internalization, tahapan ini masyarakat mematuhi kaidah
hukum atau peraturan ini dikarenakan secara instrinsik kepatuhan tadi
memiliki imbalan bagi dirinya sendiri. Kaidah tersebut mungkin muncul dari
dirinya sendiri karena sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh pribadinya.
Masyarakat yang patuh terhadap penggunaan masker protokol kesehatan ialah
mereka yang mengerti tentang pentingnya kesehatan, penerapan PHBS
didalam dirinya, atau karena mereka seorang ahli kesehatan yang mengerti
dengan virus atau jenis penyakit tertentu yang mengancam keselamatan diri
dan orang lain.
77
Keempat, ialah dari kepentingan-kepentingan dari warga masyarakat
itu sendiri. Seperti contohnya ahli kesehatan mengatakan bahwa pandemi
covid 19 ini menular dari satu orang ke orang lainnya. Bagi mereka yang
terkonfirmasi positif virus ini maka akan kemungkinan menjakiti orang lain
yang didekatnya. Untuk itu perlu melakukan pencegahan dengan
menggunakan masker protokol kesehatan agar membatasi virus tersebut
masuk kedalam tubuh yang tidak terjangkit saat berinteraksi dengan orang
lain.
Selanjutnya dihubungkan dengan teori kemanfaatan hukum menurut
Jeremy Bentham yang mengatakan bahwa kesenangan dan kesusahan itu kita
mempunyai gagasan-gagasan, semua pendapat dan semua ketentuan dalam
hidup kita dipengaruhinya. Siapa yang berniat untuk membebaskan diri dari
kekuasaan ini, tidak mengetahui apa yang ia katakan. Tujuannya hanya untuk
mencari kesenangan dan menghindari kesusahan perasaan-perasaan yang
selalu ada dan tak tertahankan ini seharusnya menjadi pokok studi para
moralis dan pembuat undang-undang. Dalam Pergub DKI Jakarta Nomor 3
Tahun 2021 bertujuan untuk menghilangkan rasa kekhawatiran di masyarakat
mengenai bahaya nya virus corona tersebut dalam setiap menjalankan
aktivitas di luar rumah. Bukti di lapangan dapat diwujudkan seperti
penghapusan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dengan mengganti
kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat berskala mikro
(PPKM Mikro) yaitu semua masyarakat dapat menjalankan kegiatan di luar
rumah tanpa dibatasi dengan syarat dapat menerapkan protokol kesehatan
yang ketat. Contohnya penggunaan masker bagi masyarakat yang melakukan
aktivitas di luar rumah. Bisa dilihat dalam beberapa gambar 10 pada halaman
113, gambar 11 pada halaman 114, dan gambar 12 pada halaman 115.
B. Efektifitas Penggunaan Masker Protokol Kesehatan dalam Pergub
Nomor 3 Tahun 2021 Di Masyarakat
Pembahasan pada bab ini penulis akan sedikit mengutip tentang teori
yang sudah dibahas pada bab sebelumnya yaitu efektivitas hukum menurut
ahli sosiologis Indonesia yaitu Soerjono Soekanto. Soerjono menyebutkan
78
bahwa sebuah peraturan dikatakan efektif apabila memenuhi dari 5 faktor
yang ia sebutkan dalam bukunya yang berjudul Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Penegakan Hukum.
1. Undang-Undang
Pada bukunya Soerjono menyatakan bahwa sebuah peraturan akan
diakatakan efektif apabila peraturan tersebut mengikuti asas-asas
berlakunya sebuah Undang-undang. Asas tersebut telah peneliti bahas
pada bab sebelumnya, maka dibab ini peneliti akan mencoba
mensinkronkan antara Pergub DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2021 tentang
Peraturan Pelaksanaan Perda DKI Nomor 2 Tahun 2020 tentang
Penanggulangan Corona Virus Disease 2019 dengan teori Soerjono
Soekanto ini.
Salah satu asa menyebutkan bahwa Undang-undang merupakan
sarana untuk mencapai kesejahteraan materil dan spiritual bagi masyarakat
dan pribadi manusia, melalui pelestarian ataupun pembaharuan dan
inovasi. Pergub DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2021 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Perda DKI Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Penanggulangan
Corona Virus Disease 2019, menurut hemat peneliti sudah cukup
dikategorikan sebagai peraturan yang mengatur tingkah laku masyarakat
dan bisa meminimalisir penyebaran pandemi covid 19 dengan tidak
menambah klaster-klaster baru. Pada faktanya di lapangan
menggambarkan dengan sangat jelas bagaimana para masyarakat
mematuhi aturan penggunaan masker protokol kesehatan pada saat
melakukan aktivitas-aktivitas harian seperti berdagang, berpergian,
melaksanakan pekerjaan, dan berinteraksi dengan sesama di luar rumah.
Gambar 2 ada pada halaman 1047
Gambar 3 ada pada halaman 1058
Gambar 2 dan gambar 3 pada lampiran menunjukkan bahwa sudah
cukup efektifnya peraturan gubernur ini, namun memang ada beberapa
7 Dapat dilihat pada gambar 2, h.104. 8 Dapat dilihat pada gambar 3, h.105.
79
yang melanggar terhadap peraturan ini tetapi hampir yang dijumpai oleh
peneliti masyarakat banyak cukup patuh pada Peraturan Gubernur Nomor
3 Tahun 2021. Gambar 2 dan 3 memang diambil dari 2 lokasi yang
berbeda antara 1 kota dengan kota lainnya tetapi masih dalam 1 provinsi
yaitu DKI Jakarta. Dari gambar tersebut bisa terlihat dengan jelas bahwa
masyarakat sangat patuh menggunakan masker saat petugas gabungan
Satgas Covid 19 sedang melakukan inspeksi di beberapa titik yang
menjadi pusat dari aktivitas masyarakat. Pada gambar 2 peneliti meneliti
di wilayah pemukiman penduduk yaitu Kecamatan Kembangan Kota
Jakarta Barat, terlihat dengan jelas masyarakat disana disuruh untuk
menggunakan masker dan mematuhinya. Namun ada di sekitar saerah
tersebut ada yang tidak mematuhi dengan tidak menggunakan masker
protokol kesehatan sehingga Tim Satgas Covid 19 memberikan
pemahaman atau sosialisasi bahwa pentingnya menggunakan masker pada
saat pandemi virus corona ini. Adapun alasan mengapa ada yang masih
tidak memakai masker, peneliti mencoba bertanya melaluli wawancara
kepada masyarakat yang masih melanggar tersebut. Yaitu Ibu Sumi,9 ia
berkata “Ya karena dekat saja sih mas dari rumah, saya juga gatau kalau
ada polisi yang sedang operasi gitu...”
Selain itu kami juga mewawancarai pelanggar lain mengapa tidak
memakai masker nya ketika sedang beraktivitas di luar, yaitu Bapak
Rezqy10 ia berkata “saya karena keluar dari mobil aja mas, biasanya saya
pakai masker ini... masker nya juga ada kok didalam mobil...”
Pada gambar 3 juga peneliti meneliti di salah satu objek vital negara
yaitu Bandara Internasional Halim Perdana Kusuma. Terlihat juga dengan
jelas bahwa masyarakat yang ingin berpergian menggunakan pesawat
udara diwajibkan menggunakan masker protokol kesehatan sehingga
masyarakat disana sangat mematuhi protokol kesehatan ini, di inspeksi
9 Wawancara dilakukan pada tanggal 11 Maret 2021 Pukul 11.21 Wib di Pemukiman
Kembangan Kota Jakarta Barat. 10 Wawancara dilakukan pada tanggal 11 Maret 2021 Pukul 11.48 Wib di Pemukiman
Kembangan Kota Jakarta Barat.
80
juga tidak terlihat adanya pelanggaran yang tidak menggunakan masker
protokol kesehatan. Artinya di Bandara Halim hampir rata-rata masyarakat
yang beraktivitas disana semuanya patuh dengan memakai masker
protokol kesehatan.
Dalam Peraturan Gubernur ini peneliti menganggap sudah cukup
dan bisa dilaksanakan, karena peraturan ini memang sebagai peraturan
pelaksana terhadap peraturan daerah, kemudian juga sudah dimuatnya
tentang perlindungan kesehatan individu seperti dalam pasal 3 ayat 1, 2,
dan 3 tentang standar penerapan masker yaitu standar masker bedah dan
standar masker kain. Dan perlindungan kesehatan masyarakat yaitu
penerapan PHBS Pencegahan Covid-19 pada tempat/fasilitas umum
meliputi menggunakan masker di luar rumah sesuai dengan pedoman
protokol kesehatan dan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
dari bahaya penularan dan penyebaran coronavirus disease 2019 dalam
Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2020 Tentang
Penanggulangan Coronavirus Disease 2019 sebagaimana disebutkan di
dalam pasal 4 poin a.
Pada Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020 juga menjelaskan
dalam pasal 7 dan 8 mengenai hak dan kewajiban, baik hak dan kewajiban
perlindungan kesehatan individu serta hak dan kewajiban perlindungan
kesehatan masyarakat. Salah satu poin pentingnya ialah menggunakan
masker sesuai dengan standar kesehatan yang menutupi hidung, mulut,
dan dagu, ketika berada di luar rumah, saat berkendara, tempat kerja
dan/atau tempat aktivitas lainnya yang berhubungan dengan orang lain
ataupun tempat umum.
Kemudian di dalam pasal 6 Pergub Nomor 3 Tahun 2021 mengenai
pengenaan sanksi bagi siapa saja yang melanggar protokol kesehatan
dalam hal ini tidak menggunakan masker maka dapat dikenakan sanksi
berupa kerja sosial dan denda administratif.
Dalam pasal 11 ayat 1 dan 2 Pergub Nomor 3 Tahun 2021 dibahas
mengenai kewajiban bagi BUMD, tempat kerja, perkantoran, dan
81
penanggung jawab nya wajib memberikan edukasi dan menerapkan
protokol kesehatan dalam hal ini masker berupa mewajibkan
menggunakan masker ditempat kerja, secara tertulis dalam bentuk poster
atau banner. Mengenai yang melanggar bagi para BUMD, tempat kerja,
atau perkantoran dapat dikenakan sanksi berupa teguran tertulis hingga
denda administratif, sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 Pergub Nomor
3 Tahun 2021.
Pasal 13 dan 14 Pergub Nomor 3 Tahun 2021 mengenai kewajiban
perkantoran dan instansi pemerintah dalam menyelenggarakan aktivitas
wajib melaksanakan pelindungan kesehatan masyarakat yang meliputi:
melakukan edukasi dan protokol pencegahan Covid-19 termasuk
menggunakan masker secara baik dan benar. Dan bagi penanggung jawab
instansi pemerintah yang melanggar akan dikenakan sanksi berupa teguran
tertulis hingga sampai denda administratif.
Bagi tempat usaha dan tempat industri penanggung jawab tempat
usaha dan/atau tempat industri, dalam menyelenggarakan aktivitas usaha
wajib melaksanakan pelindungan kesehatan masyarakat, yang meliputi:
melakukan edukasi dan protokol pencegahan Covid-19 termasuk
menggunakan masker sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 Pergub
Nomor 3 Tahun 2021. Dan dalam pasal 16 Pergub Nomor 3 Tahun 2021
dijelaskan, bagi yang tidak melaksanakan kewajiban perlindungan
kesehatan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dikenakan
sanksi administratif berupa: teguran tertulis, penghentian sementara
kegiatan, denda administratif, pembekuan sementara izin; dan/atau
pencabutan izin.
Pasal 18 Pergub Nomor 3 Tahun 2021 bagi penanggung jawab
perhotelan/penginapan lain yang sejenis dan tempat wisata dalam
menyelenggarakan aktivitas usaha wajib melaksanakan pelindungan
kesehatan masyarakat, jelas yang meliputi melakukan edukasi dan
protokol pencegahan Covid-19 didalamnya menggunakan masker saat
beraktivitas, dikecualikan ketika saat makan dan minum saja. Bagi yang
82
melanggar yang tidak melaksanakan kewajiban pelindungan kesehatan
masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 tersebut dapat
dikenakan sanksi administratif berupa: teguran tertulis, penghentian
sementara kegiatan, denda administratif, pembekuan sementara izin;
dan/atau pencabutan izin.
Dalam pasal 20 Pergub Nomor 3 Tahun 2021 disebutkan juga
bahwa penanggung jawab Satuan Pendidikan dalam menyelenggarakan
aktivitas pembelajaran wajib melaksanakan pelindungan kesehatan
masyarakat, yang melakukan edukasi dan protokol pencegahan Covid-19
dengan mewajibkan penggunaan masker pada area Satuan Pendidikan.
Nah bagi penanggung jawab Satuan Pendidikan yang tidak melaksanakan
kewajiban pelindungan kesehatan masyarakat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 tadi dapat dikenakan sanksi administratif berupa: teguran
tertulis, denda administratif; dan/atau penghentian sementara kegiatan.
Dalam pasal 22 Pergub Nomor 3 Tahun 2021 menyatakan
penanggung jawab tempat ibadah dalam menyelenggarakan aktivitas
kegiatan keagamaan wajib melaksanakan pelindungan kesehatan
masyarakat, yang meliputi: melaksanakan edukasi dan protokol
pencegahan Covid-19 di ingkungan tempat ibadah dengan utamanya
menggunakan masker saat beraktivitas. Bagi yang melanggar sebagaimana
dimaksud dalam pasal 23 pengelola, penyelenggara, atau penanggung
jawab tempat ibadah yang tidak melaksanakan kewajiban pelindungan
kesehatan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dikenakan
sanksi administratif berupa teguran tertulis.
Terakhir dalam pasal 24 Pergub Nomor 2 Tahun 2021 bagi
penyelenggara, atau penanggung jawab transportasi umum termasuk
perusahaan aplikasi transportasi daring, wajib melaksanakan pelindungan
kesehatan masyarakat, yang meliputi: melaksanakan edukasi dan protokol
pencegahan Covid-19 dengan mewajibkan memakai masker pada
transportasi umum.
83
Poin-poin diatas sangat jelas bahwa penerapan penggunaan masker
protokol kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
dalam hal ini Satgas Covid 19 memang benar-benar untuk mengupayakan
agar memutus mata rantai penyebaran virus corona dan juga untuk
memberikan perlindungan kesehatan individu dan masyarakat.
2. Penegak Hukum
Dalam faktor ini memang terkadang hanya mengira bahwa
penegak hukum yang dimaksud Soerjono Soekanto merupakan penegakan
hukum administratif dan lain sebagainya. Padahal, menurut pandangan
daro Soerjono Soekanto telah menekankan bahwa penegak hukum disini
ialah sebuah instansi yang menjalani dan menegakan sebuah peraturan
yang dimaksud. Pada hal ini, Peraturan Gubernur Nomor 3 Tahun 2021
banyak sekali instansi yang benar-benar ‘bekerja’ dalam menjalankan
peraturan gubernur ini, yaitu ada unsur dari Gubernur DKI Jakarta selaku
Kepala Daerah yang juga sebagai Penanggung Jawab pada peraturan ini
dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI Jakarta selaku aparat
atau perangkat daerah yang bertugas menyelenggarakan penegakkan
hukum peraturan daerah/peraturan gubernur. Kemudian ada unsur
Kepolisian Negara RI sebagai unsur pendamping penegakan Pergub ini
untuk membantu petugas Satpol PP, begitupun ada unsur dari Tentara
Nasional Indonesia (TNI) sebagai unsur pendamping penegakan Perda
juga yang membantu tugas dari Satpol PP dan juga Kepolisian RI.
Wawancara dilakukan peneliti bersama Bapak Budi11 selaku
anggota Satgas Covid 19 unsur Satpol PP, ia menilai bahwa dalam
peraturan gubernur ini kita berkolaborasi banyak dengan unsur lainnya
seperti Kepolisian dan TNI dalam rangka operasi penegakkan kedisplinan
penggunaan masker protokol kesehatan. Kita benar-benar terbantu dengan
adanya bantuan dari tim TNI dan Polri karena dari sini kita sama-sama
11 Wawancara dilakukan pada tanggal 8 Maret 2021 Pukul 15.21 Wib di Gedung Satpol
PP Walikota Kota Jakarta Pusat.
84
bisa menggerakkan masyarakat agar patuh dan disiplin pada protokol
kesehatan tadi.
Selain itu peneliti juga mewawancarai Briptu Herry Permadi12
selaku anggota Satgas Covid 19 unsur Kepolisian, ia berkata bahwa kami
ditugaskan untuk membantu Pemerintah Daerah dalam hal ini Satpol PP,
atas perintah atasan juga kami disuruh untuk menjalankan sinergitas yang
kuat antara TNI, Polri, dan Pemerintah Daerah dalam rangka Gaktib
(Penegakan Ketertiban) penggunaan masker protokol kesehatan. Sinergitas
menjadi kunci utama dalam penegakan peraturan ini, sehingga ada
kerjasama dan hubungan yang kuat antara TNI, Polri, dan Pemerintah
Daerah. Inilah yang menjadi landasan utama Pergub ini adalah penegak
hukum untuk menegakkan protokol kesehatan yang dilakukan oleh Satgas
Covid 19.
Peraturan Gubernur Nomor 3 Tahun 2021 ini menjelaskan secara
jelas instansi-instansi mana yang melaksanakan penegakan hukum
protokol kesehatan dalam hal ini penggunaan masker di DKI Jakarta.
Pembagian tugas dan unsur pembantuan penegakkan protokol kesehatan
menjadi landasan utama mengapa peraturan gubernur ini dibentuk.
3. Faktor Sarana dan Fasilitas Pendukung dalam Penegakan Hukum
Tanpa adanya sarana ataupun fasilitas tertentu, tidak akan mungkin
penegakan hukum ini dapat berjalan secara maksimal dan lancar. Sarana
ataupun fasilitas tersebut antara lain, mencakup tenaga manusia yang
berpendidikan dan terampil dan organisasi yang baik sudah dijelaskan
sebelumnya oleh peneliti pada poin kedua dari penegak hukum itunya
sendiri.
Peralatan penunjang yang memadai, keuangan atau modal yang
cukup, serta yang lain sebagainya. Sarana atau fasilitas juga mempunyai
peran yang penting dan cukup signifikan dalam penegakan hukum. Tanpa
adanya sarana atau fasilitas yang cukup, maka tidak akan mungkin
12 Wawancara dilakukan pada tanggal 10 Maret 2021 Pukul 10.33 Wib di Posko Satgas
Covid 19 Silang Monas Kota Jakarta Pusat.
85
penegakan hukum dapat berjalan efektif. Dan penegakan hukum harus bisa
mensinkronkan antara peranan yang dibentuk dengan yang seharusnya
sesuai dengan peranan aktual lapangan. Buktinya penegak hukum dalam
menjalankan tugasnya dapat secara efektif untuk menegakkan Peraturan
Gubernur ini.
Dalam penelitian ini peneliti menemukan hal-hal yang bisa
dikatakan efektif dalam menjalankan Pergub ini yaitu berdasarkan gambar
berikut ini:
a. Kantor Satpol PP DKI Jakarta, Balai Kota DKI
Gambar 1 pada lampiran halaman 10313
Gambar di lampiran menunjukkan bahwa terdapat meja kerja dan
ruangan bagi anggota Satgas Covid 19 dalam menjalankan tugasnya.
Ruangan ini berada di Lantai 2 Gedung F Balai Kota DKI Jakarta.
Meja kerja dan ruangan sebagai fasilitas penunjang untuk menegakkan
peraturan gubernur ini tanpa ada keduanya para anggota Satgas Covid
19 tidak dapat menyediakan data penertiban dan data pelanggaran
protokol kesehatan.
Disitu juga jelas peneliti dengan anggota Satgas Covid 19 memakai
masker protokol kesehatan untuk selalu menjaga diri dari pandemi
virus corona 19 ini.
b. Kembangan, Kota Jakarta Barat
Gambar 2 dapat dilihat pada lampiran halaman 10414
Lokasi ini berdaa di kawasan pemukiman padat penduduk di Jl
Meruya Ilir Utara Kembangan Jakarta Barat. Dapat dilihat dari gambar
anggota Satgas Covid 19 memberikan masker protokol kesehatan
untuk masyarakat yang tidak mematuhi Pergub ini atau protokol
kesehatan.
c. Bandara Internasional
Gambar 3 dapat dilihat pada lampiran halaman 10515
13 Dapat dilihat pada gambar 1, h. 103. 14 Dapat dilihat pada gambar 2, h. 104.
86
Tidak terlepas dari status sebagai objek vital negara dan sebagai
tempat umum yang menyediakan transportasi, Bandara Internasional
Halim Perdana Kusuma menyediakan fasilitas pendukung untuk para
masyarakat agar mematuhi penggunaan masker protokol kesehatan.
Fasilitasnya adalah terlihatnya Satgas Covid 19 dalam memenuhi
penegakan pergub ini dengan cara nya memberikan himbauan atau
sosialisasi tentang pentingnya menggunakan masker.
Hal ini adalah cerminan dari transportasi umum yang mematuhi
Peraturan Gubernur DKI Nomor 3 Tahun 2021 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Perda Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Penanggulangan
Corona Virus Disease 19, pada Pasal 24 ayat 1 dan 2 huruf a-b yang
menyatakan :
“Pelaku usaha, pengelola, penyelenggara, atau penanggung jawab
transportasi umum termasuk perusahaan aplikasi transportasi daring,
wajib melaksanakan pelindungan kesehatan masyarakat, yang
meliputi: a. melaksanakan edukasi dan protokol pencegahan Covid-
19” ayat 2 “Edukasi dan protokol pencegahan Covid-19 sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi: a. menerapkan protokol
pencegahan Covid-19 terhadap sarana transportasi umum; b.
mewajibkan penggunaan Masker pada sarana transportasi umum”.
Kondisi ini sangat membuktikan bahwa penggunaan masker
protokol kesehatan di ruang publik termasuk transportasi umum dapat
berjalan sesuai dengan Peraturan Gubernur ini.
d. Pasar Lontar-Pademangan Kota Jakarta Utara
Gambar 7 dapat dilihat pada lampiran halaman 10916
Gambar 8 dapat dilihat pada lampiran halaman 11017
Dapat dilihat bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta selaku
pelaksana pergub telah memberikan fasilitas maupun prasarana
pendukung untuk para masyarakat yang telah melanggar protokol
15 Dapat dilihat pada gambar 3, h. 105. 16 Dapat dilihat pada gambar 7, h. 109. 17 Dapat dilihat pada gambar 8, h. 110.
87
kesehatan seperti tidak memakai masker, dengan upaya membangun
posko-posko ataupun tenda-tenda yang isinya adalah rekap
administrasi data bagi mereka yang melanggar. Fasilitas ini juga
menunjang bagi anggota Satgas Covid 19 untuk memantau pergerakan
masyarakat dan juga sebagai tempat anggota Satgas untuk isthirahat
setelah melakukan pengawasan terhadap masyarakat yang terkadang
tidak mematuhi penggunaan masker protokol kesehatan. Posko-posko
ini di tempatkan pada titik-titik tertentu yang menjadi tempat umum
atau berkumpulnya aktivitas besar masyarakat serta tempat-tempat
yang dimungkinkan menimbulkan keramaian dan kerumunan.
Contohnya pada gambar 7 dan gambar 8 dibuatkan Posko
pemantauan dan pengawasan, terlihat jelas Satgas Covid 19 mendata
para masyarakat yang telah melanggar anjuran penggunaan masker
protokol kesehatan.
Dapat dilihat juga pada Tabel 11 pada halaman 121,18 jumlah
pelanggaran di Kecamatan Koja Kota Jakarta Utara terhadap protokol
kesehatan mencapai 1850 orang periode 1 Januari 2021 s.d 8 maret
2021, Bandingkan dengan tabel 5 pada halaman 122, yang jumlah
pelanggar pada Kecamatan Koja Kota Jakarta Utara mencapai 2412
orang pada periode 2 Agustus s.d. 30 Desember 2020. Hal ini
menunjukkan penurunan yang signifikan jumlah pelanggar protokol
kesehatan.
e. Kawasan Tanah Abang
Gambar 9 dapat dilihat pada lampiran halaman 11119
Terlihat juga Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mendirikan posko
siaga pengawasan terhadap protokol kesehatan di Kawasan Pasar
Tanah Abang Kota Jakarta Pusat. Walaupun ada juga pelanggar yang
ditindak dan didata akibat tidak mematuhi protokol kesehatan namun
terlihat tidak terlalu banyak pelanggar, hanya 1 atau 2 orang. Padahal
18 Dapat dilihat pada tabel 11, h. 121. 19 Dapat dilihat pada gambar 9, h. 111.
88
Tanah Abang sebagai kawasan padat bagi para masyarakat untuk
melakukan transaksi perbelanjaan.
Dapat juga dilihat pada tabel 1 pada halaman 121, jumlah
pelanggaran di Kecamatan Tanah Abang Kota Jakarta Pusat mencapai
8308 orang pada periode 2 Agustus s.d. 30 Desember 2020,
bandingkan dengan tabel 7 pada halaman 124, jumlah pelanggaran di
Kecamatan Tanah Abang Kota Jakarta Pusat mencapai 6943 orang
pada periode 1 Januari 2021 s.d. 8 Maret 2021. Hal ini juga
menunjukan penurunan pelanggaran yang cukup signifikan periode
sebelum dan sesudah Pergub DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2021
dibentuk.
f. Kawasan Taman Sari
Gambar 10 dapat dilihat pada lampiran halaman 11220
Terlihat para petugas Satgas Covid 19 sedang memeriksa kosan
dan memeriksa ruko di Kawasan Taman Sari Kota Jakarta Barat. Para
petugas Satgas Covid 19 melakukan monitoring dan himbauan
penggunaan masker protokol kesehatan pada tempat-tempat umum,
dan masyarakat yang berkumpul pun mematuhi arahan petugas Satgas
untuk memakai masker.
Pada tabel 2 dilihat dalam halaman 115,21 jumlah pelanggaran
tidak menggunakan masker protokol kesehatan di Kecamatan Taman
Sari Kota Jakarta Barat mencapai 3282 orang pada periode 2 Agustus
s.d. 30 Desember 2020, bandingkan pada tabel 822 Kecamatan Taman
Sari Kota Jakarta Barat mencapai 3155 orang pada periode 1 Januari
s.d. 8 Maret 2021. Hal ini juga menunjukkan penurunan tetapi tidak
terlalu signifikan terhadap pelanggar penggunaan masker protokol
kesehatan.
20 Dapat dilihat pada gambar 10, h. 112. 21 Dapat dilihat pada tabel 2, h. 115. 22 Dapat dilihat pada tabel 8, h. 119.
89
4. Faktor Masyarakat
Penegakan hukum berasal dari masyarakat, dan bertujuan untuk
mencapai kedamaian yang ada di masyarakat. Oleh karena itu, dipandang
perlu dari sudut tertentu masyarakat dapat mempengaruhi penegakan
hukum itu sendiri. Masyarakat kita di Indonesia mempunyai
kecenderungan pemikiran yang besar untuk mengartikan hukum dan
bahkan hingga mengidentifikasikannya dengan aparat (dalam hal ini
penegak hukum sebagai pribadi). Salah satu dari akibatnya ini adalah
bahwa baik dan buruknya hukum itu senantiasa dikaitkan dengan pola
perilaku penegak hukum tersebut atau istilahnya ialah oknum.
Akan tetapi pada kenyataanya masyarakat juga sebagai faktor
utama dalam tegaknya hukum itu apakah masyarakat sadar dan patuh atau
malah sebaliknya. Fakta di lapangan masyarakat kebanyakan sudah sadar
dan patuh pada peraturan penggunaan masker protokol kesehatan pada
setiap aktivitas diluar rumah, maupun yang berinteraksi dengan
masyarakat dan lingkungan publik. Contohnya pada gambar berikut:
Gambar 1 dapat dilihat pada lampiran halaman 10423
Gambar diatas adalah proses pengambilan data pelanggaran
penggunaan masker protokol kesehatan, tetapi tetap mematuhi aturan
penggunaan masker protokol kesehatan. Disini diperlihatkan sebagai
masyarakat yang bijak ialah mematuhi peraturan yang ada untuk memutus
mata rantai pandemi virus corona yang berdampak pada kesehatan
individu.
Gambar 3 dapat dilihat pada lampiran halaman 10624
Gambar 5 dapat dilihat pada lampiran halaman 10725
Dilihat secara garis besar masyarakat patuh pada penggunaan
masker protokol kesehatan yang berada di transportasi umum-ruang publik
yang banyak berinteraksi dengan orang lain. Berarti masyarakat sadar dan
patuh pada protokol kesehatan, yang ingin bepergian juga diwajibkan
23 Dapat dilihat pada gambar 1, h. 103. 24 Dapat dilihat pada gambar 3, h. 105. 25 Dapat dilihat pada gambar 5, h. 107.
90
untuk menggunakan masker di Pesawat terbang dan swab ataupun tes pcr.
Sedangkan pada gambar 5 masyarakat yang sedang menyampaikan
aspirasi ataupun pendapatnya (demo) di ruang publik secara sadar dan
patuh untuk menggunakan masker dan menjaga jarak dengan yang lainnya
sesuai dengan protokol kesehatan. Ini menandakan masyarakat yang
sedang berada di ruang publik memang mematuhi peraturan gubernur ini
dengan koordinator penyelenggara kegiatan penyampaian pendapat di
muka umum mewajibkan para pendemo untuk menggunakan masker
sesuai dengan protokol kesehatan.
Gambar 7 dapat dilihat pada lampiran halaman 10926
Kepatuhan tingkat masyarakat terhadap penggunaan masker
protokol kesehatan juga disadari dan semakin patuh. Hal ini ditunjukkan
oleh para masyarakat yang sedang berkunjung ke pasar Lontar Koja
Jakarta Utara memakai masker walaupun disini ada tim dari Satgas Covid
19 tetapi tetap mematuhi protokol kesehatan. Masyarakat yang sedang
bertransaksi pun tetap memakai maskernya.
“pakai masker terus mas saya mah... takut soalnya udh banyak kan
korbannya yang positif tetangga saya banyak yang kena” kata Ibu Ida
(pembeli yang mengunjungi Pasar Lontar Jakarta Utara, 46 tahun)27 yang
memang sering membeli kebutuhan pokok di pasar ini. Ini menandakan
bahwa masyarakat banyak yang sadar karena dari sendiri dan dari
pengalamannya bahwa bahaya virus corona 2019.
5. Faktor Kebudayaan
Kebudayaan (Sistem) hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai
yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai ini yang berasal dari
masyarakat dan merupakan konsep abstrak mengenai apa yang baik
sehingga dipatuhi dan apa yang dianggap buruk/jelek sehingga
dijauhi/ditinggalkan. Dikaitkan dengan Pergub ini, maka budaya yang
26 Dapat dilihat pada gambar 7, h. 109. 27 Wawancara dilakukan pada tanggal 12 Maret 2021 Pukul 09.26 Wib di Pasar Lontar
Koja Kota Jakarta Utara.
91
terjadi didalam masyarakat sudah harus terbentuk dengan adanya
kesadaran baru yang membentuk budaya menggunakan masker merupakan
dari gaya hidup yang sehat agar terhindar dari virus ataupun penyakit.
Pemikiran masyarakat yang sudah menganggap bahwa pandemi
covid 19 ini merupakan konspirasi belaka sudah mulai ditinggalkan,
karena memang secara nyatanya masyarakat bisa melihat sendiri yang
terkena dampak atau orang yang positif covid 19 sudah banyak terkena
seperti tetangganya, rekan kerja, kerabat, bahkan ada sauaranya sendiri.
Beberapa wawancara peneliti dengan beberapa orang masyarakat secara
acak soal pandangan masyarakat tentang masalah penggunaan masker
dalam upaya penanggulangan virus corona 19. 5 dari 6 orang menganggap
bahwa masker ini penting digunakan dalam beraktivitas diluar rumah
selain karena merupakan upaya untuk meminimalisir penyebaran virus
corona 19 juga karena merupakan dari penerepan hidup bersih dan sehat
atau PHBS terhadap kesehatan individu dan masyarakat. Selain itu
menganggap memakai masker juga agar tidak terkena sanksi sosial
ataupun denda administratif yang diberlakukan kepada pelanggar protokol
kesehatan oleh Satgas Covid 19. Terakhir ada anggapan bahwa yang tidak
memakai masker adalah orang yang harus dihindari, ini yang membuat
masyarakat juga malu jika tidak memakai masker ketika beraktivitas
ataupun ketika sedang keluar rumah.
Berdasarkan pada uraian faktor efektif dari keefektivitasan dari
Pergub DKI Nomor 3 tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan
Daerah Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penanggulangan Corona Virus
Disease 2019 sebelumnya, dan yang telah dilakukan penelitian lapangan
serta wawancara yang telah dilakukan terhadap beberapa narasumber
seperti Satgas Covid 19 dan para masyarakat yang berdampak langsung.
Maka didapat beberapa faktor efektif dari keefektivitasan pergub ini:
a. Peraturan Gubernur ini merupakan peraturan pelaksana dari Peraturan
Daerah yang berada diatasnya.
92
b. Peraturan Gubernur ini memperlihatkan hak dan kewajiban individu
serta masyarakat di saat pandemi covid 19, walaupun tertulis di dalam
Perda Nomor 2 Tahun 2020 nya tetapi secara teknis dilaksanakan
melalui pergub ini.
c. Dari segi penegakan hukumnya, sudah tepat karena terlihatnya
kekompakan antar instansi dalam upaya penegakan sanksi pergub ini
dimulai dari aparat Pemerintah Daerah, TNI, dan Polri serta unsur
BPBD.
d. Pihak swasta yang masih melakukan kegiatan dengan tidak
mengindahkan protokol kesehatan maka akan ditindak atau di sanksi
sesuai dengan ketetapan dalam pergub ini.
e. Selain itu jika kedapatan tidak menggunakan masker protokol
kesehatan maka akan dikenakan sanksi administratif ataupun kerja
sosial untuk membersihkan lingkungan sekitar.
f. Dalam data jumlah angka pelanggaran untuk tidak menggunakan
masker protokol kesehatan turun sangat signifikan baik jumlah
pelanggar, denda, dan kerja sosial dari sesudah atau setelah periode
pergub ini diterbitkan.
g. Dalam pergub ini merupakan aturan hukum yang menyempurnakan
peraturan sebelumnya dengan menghapus 7 (tujuh) pergub sebelumnya
seperti: Pergub Nomor 33 Tahun 2020, Pergub Nomor 41 Tahun 2020,
Pergub Nomor 79 Tahun 2020, Pergub Nomor 80 Tahun 2020, Pergub
Nomor 84 Tahun 2020, Pergub Nomor 88 Tahun 2020, dan serta
Pergub Nomor 101 Tahun 2020.
93
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pertanyaan penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini,
maka yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini tentang penerapan aturan
hukum penggunaan masker dan efektifitas penerapan hukum penggunaan
masker :
1. Penerapan aturan hukum berupa Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 3
Tahun 2021 Tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2
Tahun 2020 Tentang Penanggulangan Coronavirus Disease 2019
merupakan peraturan yang cukup efektif dalam pelaksanaannya.
Berdasarkan kolaborasi antara teori efektivitas dengan kenyataan fakta
yang ditemukan di lapangan, banyak hal-hal yang dilaksanakan dalam
penindakan maupun pelaksaan protokol kesehatan di beberapa tempat
yang dimungkinkan sebagai tempat umum atau akses masyarakat.
2. Terdapat beberapa efektifitas penggunaan masker dalam Peraturan
Gubernur DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2021 tentang Peraturan
Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020 tentang
Penanggulangan Coronavirus Disease 2019 :
a. Peraturan Gubernur ini terdapat dan terlihat apa yang menjadi hak dan
kewajiban bagi para individu serta masyarakat dalam menerapkan
protokol kesehatan. Hak dan kewajiban masyarakat dalam
menjalankan penggunaan masker tercantum dalam Peraturan Daerah
Nomor 2 Tahun 2020 yang diturunkan melalui peraturan pelaksananya
yaitu Peraturan Gubernur DKI Nomor 3 Tahun 2021 tentang peraturan
pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2020 tadi.
b. Dari segi penegakan hukum nya, di lapangan Peraturan Gubernur ini
menyebutkan siapa saja yang mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan penindakan yang tidak menggunakan masker dan tidak
94
mengikuti anjuran protokol kesehatan yaitu Satpol PP DKI dan Dinkes
DKI yang dibantu pendampingan oleh aparat dari unsur TNI dan Polri.
c. Melihat fakta di lapangan juga masyarakat banyak yang mematuhi
protokol kesehatan dengan menggunakan masker saat melakukan
aktivitas-aktivitas di tempat umum serta ruang publik. Hal ini juga
berdasarkan keterangan dari Satgas Covid 19 (Satpol PP) yang
mengatakan bahwa sering melakukan sosialisasi dan himbauan kepada
masyarakat tentang pentingnya disiplin menggunakan masker.
d. Pada penerapan Peraturan Gubernur Nomor 3 Tahun 2021 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020
Tentang Penanggulangan Coronavirus Disease 2019, antar instansi
saling bekerja sama, koordinasi, dan bersinergi dalam rangka
membantu tugas untuk menegakkan disiplin masyarakat terhadap
penggunaan masker protokol kesehatan. Hal ini yang membuat Pergub
dinilai menjadi efektif.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan penelitian, peneliti dapat memberikan beberapa
rekomendasi berikut:
1. Tetap mempertahankan Peraturan Gubernur ini agar tetap efektif di
lapangannya dengan memperbaiki sarana dan prasarana, penegak hukum,
serta dinas-dinas terkait dalam menjalankan peran dan fungsinya.
2. Perlu menambahkan koordinasi yang kuat antara instansi terkait dalam
menjalankan tugas penegakan Peraturan Gubernur ini dengan tetap
menjaga koordinasi, memperkuat sintergritas instansi agar memperkuat
kerja sama yang telah dilakukan selama ini oleh Pemerintah Daerah, TNI,
dan Polri.
3. Memberikan sosialisasi lebih ke masyarakat yang masih belum patuh atau
tidak mengerti dengan penggunaan masker protokol kesehatan tentang
bahayanya virus menular corona ini dan efeknya terhadap kesehatan
individu serta pengaruhnya terhadap kesehatan orang banyak.
95
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdullah Mustafa, Soerjono Soekanto. Sosiologi Hukum dalam Masyarakat, (Jakarta:
CV. Rajawali, 1982).
A Qodri Azizy, Menggagas Ilmu Hukum Indonesia, dalam Ahmad Gunawan BS dan
Mu'amar Ramadhan (ed) et. al., Menggagas Hukum Progresif Indonesia
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006).
Alvin S. Johnson, Sosiologi Hukum, (Jakarta: Asdi Mahastya, Cet Ke 3, 2006).
Bagir Manan, Sistem dan Teknik Pembuatan Peraturan Perundang-Undangan Tingkat
Daerah, (Bandung: LPPM Universitas Bandung, 1995).
Bagir Manan, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, (Yogyakarta: PSH FH UII, 2002).
B. Arief Sidharta (ed.), Meuwissen Tentang Pengembangan Hukum, Ilmu Hukum, Teori
Hukum dan Filsafat Hukum, (Bandung: Refika Aditama, 2007).
Cholten sebagaimana dikutip dalam Sudikno Mertokusumo, Meningkatkan Kesadaran
Hukum Masyarakat, (Jakarta: Liberty, 1984).
Eman Sulaiman, Hukum Represif: Wajah Penegakan Hukum di Indonesia, (dalam al
Ahkam, XIII, Edisi II 2001).
Johnson, Sosiologi Hukum, Cet. ke 3 (Jakarta: Rineka Cipta, 2006).
Kansil Cs, Kamus istilah Hukum, Gramedia Pustaka, Jakarta.
KKN UGM, Buku Pedoman Pentingnya Penggunaan Masker, (Kedungpoh: KKN-PPM
UGM, Periode 2, 2020).
Komaruddin, Ensiklopedia Managemen, (Jakarta: Bumi Aksara, Cet ke 1, 1994),
Lihat dalam Pengantar Editor buku Hukum Progresif Sebuah Sintesa Hukum Indonesia,
(Yogyakarta: Genta Publishing, 2009).
Mahendra Putra Kurnia, dkk., Pedoman Naskah Akademik Perda Partisipatif,
(Yogyakarta: Kreasi Total Media, 2007).
Maria Faria Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang-Undangan, (Yogyakarta: Kanisius Cet ke
7, 2007).
Martoyo, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi ke-5, (Yogyakarta: BPFE, 2000).
96
Moh Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2003)
Mukti Fajar, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2015).
Mertokusumo Sudikno, Teori Hukum, Cet. ke 1 (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya,
2011).
Mertokusumo Sudikno, Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat, (Jakarta: Liberty,
1984).
Nasution. Sosiologi Pendidikan. (Jakarta: Bumi aksara, Edisi ke 2, 1995).
Philippe Nonet and Philippe Selznick, Law and Society in Transition, Towars Responsive
Law, diterjemahkan Raisul Muttaqien, Hukum Responsif, (Bandung: Nusamedia,
2008, Cet 2).
Ridwan HR, Diskresi dan Tanggungjawab Pemerintah, (Yogyakarta: FH UII Press,
2014).
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Rajawali Press, Edisi Revisi, 2011).
Rony Hanitijo Soemitro, Studi Hukum dan kemiskinan, (Semarang: Penerbit Tugu Muda,
1989)
Rosyid Roihan A, Hukum Acara Peradilan Agama, (Penerbit Airlangga, 2008; Cetakan:
18, 2018).
Samodra Wibawa, Evaluasi Kebijakan Publik, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1992).
Shidarta, Pokok-pokok Filsafat Hukum. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995).
Silalahi Ulber, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012).
Soekanto Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press), 2012).
Soekanto Soerjono, Pokok-pokok Sosiologi Hukum (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2007).
Soekanto Soerjono, Penegakan Hukum, (Bandung: Bina Cipta, 1983).
Soekanto Soerjono, Kegunaan Sosiologis Hukum Bagi Kalangan Hukum, (Bandung:
Alumni Bandung, 1979).
Soekanto Soerjono, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, cet.14
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Pustaka, 2016).
97
Soekanto Soerjono, Efektivikasi Hukum dan Peranan Saksi, (Bandung: Remaja Karya
CV, 1989).
Soewarno Handajadiningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen,
(Jakarta: Gunung Agung, 1982).
Sudikno Mertokusumo, Teori Hukum, (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, Cetakan
ke 1, 2011),
Yudi Latif, Negara Paripurna: HIstoritas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011).
Skripsi
Aprista Ristyawati, Skripsi : “Efektifitas Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala
Besar Dalam Masa Pandemi Corona Virus 2019 oleh Pemerintah Sesuai
Amanat UUD NRI Tahun 1945”. (Semarang: FH Undip, 2020).
Andi Adwiyah Fiscarina, Skripsi: “Efektivitas Penerapan Sanksi Pidana Dalam
Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan No.3 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen” Makassar, Departemen Hukum
Pidana Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin 2017.
Dian Eko Prakoso, Skripsi : “Efektivitas Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2006
Tentang Pengelolaan Parkir Tepi Jalan Umum dalam Daerah Kota
Makassar (Suatu Tinjauan Sosiologi Hukum)” Makassar, Bagian Hukum dan
Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin 2014.
Sandra Fitriyana, Skripsi : “Efektivitas Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011
Tentang Perlindungan Penyandang Disabilitas Untuk Penyediaan Aksebilitas
Fisik Di Kota DKI Jakarta” (Jakarta: UIN, 2018).
Tias Gamaning Nabilla : “Efektivitas Penerapan Ta’widh Terhadap Pencegahan
Kelalaian Nasabah Kartu Kredit Syariah”, Fakultas Syariah & Hukum UIN
Jakarta 2020.
Jurnal
98
Santy Irene Putri, “Studi Literatur: “Efektivitas Penggunaan Masker Kain Dalam
Pencegahan Transmisi Covid 19”, Jurnal Kesehatan Manarang, Vol. 6 No
Khusus, Oktober 2020.
Ega Ramadayanti, “Covid 19 dalam Perspektif One Health Approach dan Law
Enforcement”, Jurnal FH Unpad, Maret 2020.
Aprista Ristyawati : “Efektifitas Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam
Masa Pandemi Corona Virus 2019 oleh Pemerintah Sesuai Amanat UUD NRI
Tahun 1945”, Jurnal Hukum Kesehatan, Fakultas Hukum Universitas
Diponegoro, Semarang Juni 2020.
Theresia Louize Pesulima, Yosia Hetharie Jurnal: “Perlindungan Hukum Terhadap
Keselamatan Kerja Bagi Tenaga Kesehatan Akibat Pandemi Covid-19”,
Jurnal Hukum, Fakultas Hukum Universitas Pattimura, Ambon, Indonesia
2020.
Sudiyana, Suswoto, “ Kajian Kritis Terhadap Teori Positivisme Hukum Dalam
Mencapai Keadilan Substansif”, Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTIE, Vol 11
No. 1, 01 Mei 2018.
Rinawati Sembiring, Dewi Ervina Suryani, Sosialisasi Penerapan Protokol Kesehatan
Di Masa Pendemi Dengan Pembagian Masker Kesehatan Kepada Para
Pedagang dan Pengunjung Pasar Tradisional Pajak Sore Padang Bulan.
Jurnal Abdimas Mutiara, Vol 1 No 2, September 2020.
Cohen, Howard J. & Birkner, Jeffrey S, Respiratory Protection, (Department of
Occupational And Environmental Medicine, 2012).
Curson L.B., Jurisprudence (Ujung Pandang: M&E Hand Book Lephas, 1979).
Hukum Progresif menawarkan perspektif, spirit, dan cara baru mengatasi
kelumpuhan hukum di Indonesia. Lihat, Satjipto Rahardjo, Membedah
Hukum Progresif (Jakarta: Kompas, 2006).
Sumber Perundang Undangan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.
99
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala
Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Coronavirus Disease 2019
(Covid 19).
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan
Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Penanganan Corona Virus Disease
2019 (Covid-19).
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/413/2020 Tentang
Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (Covid
19).
Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Penanggulangan
Coronavirus Disease 2019 (Covid 19).
Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2021 tentang Peraturan
Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020 Tentang
Penanggulangan Coronavirus Disease 2019 (Covid 19).
Website
Tarik Jasarevic, who.int. Statement on the second meeting of the International Health
Regulations (2005) Emergency Committee regarding the outbreak of novel
coronavirus (2019-nCoV), https://www.who.int/news/item/30-01-2020-
statement-on-the-second-meeting-of-the-international-health-regulations-
(2005)-emergency-committee-regarding-the-outbreak-of-novel-coronavirus-
(2019-ncov) .
http://irwaaan.blogspot.co.id/2013/11/metodologi-penelitian-hukum.html.
Covid19.go.id. Data Sebaran, diakses pada tanggal 18-11-2020 pukul 22.13 wib
NIH, New corona virus stable for hours onsurfaces SARS-CoV-2 stability
similar to original SARS,2020,
virushttps://www.sciencedaily.com/releases/2020/03/200317150116.html
diakses pada tanggal 18-11-2020 pukul 22.15 wib.
Rp 6,2 Miliar dari Sanksi Denda Pelanggaran PSBB, Selengkapnya di
https://www.beritasatu.com/megapolitan/743135/pemprov-dki-kumpulkan-rp-
100
62-miliar-dari-sanksi-denda-pelanggaran-psbb-hingga-ppkm-mikro , (Diakses
pada tanggal 9 Maret 2021, Pukul 09:55 wib).
NIH, New corona virus stable for hours onsurfaces SARS-CoV-2 stability similar to
original SARS, 2020, virus
https://www.sciencedaily.com/releases/2020/03/200317150116.html, h.12.
diakses pada tanggal 18-11-2020 pukul 22.15 wib.
Lihat Pemprov DKI Kumpulkan Rp 6,2 Miliar dari Sanksi Denda Pelanggaran
PSBB, Selengkapnya di
https://www.beritasatu.com/megapolitan/743135/pemprov-dki-kumpulkan-rp-
62-miliar-dari-sanksi-denda-pelanggaran-psbb-hingga-ppkm-mikro , (Diakses
pada tanggal 9 Maret 2021, Pukul 09:55 wib).
https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/covid19/anjuran-mengenai-
penggunaan-masker-dalam-konteks-covid-19-june-
20.pdf?sfvrsn=d1327a85_2 (diakses pada tanggal 30-11-2020, pukul: 13:25
wib).
Yuliana, “Corona Virus Disease (Covid 19); sebuah tinjauan literatur”, diakses dari
https://wellness.journalpress.id/ (Wellens and Healthy Magazine, FK
Universitas Lampung Vol.2 No.1, 2020) diakses pada tanggal 25 Februari
2021 pukul 10:44 wib.
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/789/5/138400033_file5.pdf
(diakses pada tanggal 17-11-2020 pukul : 09:22 wib).
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus versi online/Dalam Jaringan.
https://kbbi.web.id/efektivitas/ (diakses pada tanggal 17-11-2020 pukul :
09.30 wib).
101
Lampiran Gambar
Gambar 1
Bersama Pak Budi Agung Pradodjo Satpol PP DKI Jakarta Bidang Rekapitulasi
Data
Lokasi : Kantor Satpol PP DKI Jakarta, Kantor Walikota Jakarta Pusat.
102
Gambar 2
Bersama Satgas Covid 19
Lokasi : Perumahan Padat Penduduk, Kembangan, Kota Jakarta Barat.
.
103
Gambar 3
Bersama Satgas Covid 19
Lokasi Bandara Internasional Halim Perdana Kusuma, Makasar, Kota Jakarta
Timur.
104
Gambar 4
Bersama Satgas Covid 19 pada tanggal
Lokasi: Pasar Mayestik, Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan.
108
Gambar 8
Penindakan Pelanggaran Penggunaan Masker Prokes Covid 19
Berupa kerja sosial dan pemberitahuan pentingnya menggunakan masker
Lokasi: Jl. RE. Martadinata, Pademangan, Kota Jakarta Utara
Bersama Satgas Covid 19
109
Gambar 9
Posko Penindakan Pelanggaran Protokol Kesehatan
Lokasi : Kawasan Tanah Abang, Kota Jakarta Pusat
110
Gambar 10
Penindakan dan Sosialisasi Bersama Satgas Covid 19
Lokasi: Kawasan Kosan Taman Sari, Kota Jakarta Barat.
111
Gambar 11
Penindakan dan Sosialisasi Prokes Penggunaan Masker Covid 19
Lokasi: PT. Aetra Air Jakarta, Klender, Duren Sawit, Kota Jakarta Timur.
113
1. Data sebelum dibentuknya Pergub Nomor 3 Tahun 2021
Tabel 1
REKAPITULASI OPERASI PENERTIBAN MASKER DI
WILAYAH KOTA ADM JAKARTA PUSAT
PERIODE: 2 AGUSTUS 2020 S.D. 30 DESEMBER 2021105
Tabel 2
REKAPITULASI OPERASI PENERTIBAN MASKER DI
WILAYAH KOTA ADM JAKARTA BARAT
PERIODE: 2 AGUSTUS 2020 S.D. 30 DESEMBER 2020
105 Data diambil langsung dari Satgas Covid 19 unsur Satpol PP DKI Jakarta pada
tanggal 8 Maret 2021 pada pukul 15.30 Wib.
NO PELAKSANA KERJA SOSIAL DENDA JUMLAH PELANGGAR
NOMINAL DENDA
1 TINGKAT KOTA 886 93 979 Rp22,300,000
2 GAMBIR 2737 108 2845 Rp12,450,000
3 MENTENG 3417 125 3542 Rp29,150,000
4 SENEN 3206 169 3375 Rp16,850,000
5 SAWAH BESAR 4445 88 4533 Rp16,000,000
6 TANAH ABANG 8109 199 8308 Rp49,750,000
7 KEMAYORAN 1783 157 1940 Rp24,000,000
8 CEMPAKA PUTIH 2864 104 2968 Rp18,400,000
9 JOHAR BARU 4123 44 4167 Rp9,100,000
JUMLAH 31570 1087 32657 Rp198,000,000
NO PELAKSANA KERJA SOSIAL DENDA JUMLAH PELANGGAR NOMINAL DENDA
1 TINGKAT KOTA 2045 300 2345 Rp35,550,000
2 CENGKARENG 4100 368 4468 Rp39,850,000
114
Tabel 3
REKAPITULASI OPERASI PENERTIBAN MASKER DI
WILAYAH KOTA ADM JAKARTA SELATAN
PERIODE: 2 AGUSTUS 2020 S.D. 30 DESEMBER 2021
3 GROGOL PETAMBURAN
1893 150 2043 Rp31,000,000
4 TAMBORA 6122 377 6499 Rp37,600,000
5 KEBON JERUK 2803 33 2836 Rp5,8000,000
6 PALMERAH 3568 245 3813 Rp15,500,000
7 KALIDERES 2540 711 3251 Rp98,150,000
8 KEMBANGAN 3031 22 3053 Rp6,200,000
9 TAMAN SARI 3129 153 3282 Rp25,500,000
JUMLAH 29231 2359 31590 Rp295,150,000
NO PELAKSANA KERJA SOSIAL DENDA JUMLAH PELANGGAR NOMINAL DENDA
1 TINGKAT KOTA 1645 101 1746 Rp8,200,000
2 KEBAYORAN LAMA 1867 76 1943 Rp6,550,000
3 KEBAYORAN BARU 1588 12 1600 Rp1,950,000
4 PANCORAN 607 9 616 Rp2,600,000
5 PASAR MINGGU 1732 54 1786 Rp5,550,000
6 JAGAKARSA 2668 23 2691 Rp6,400,000
7 PESANGGRAHAN 2501 6 2507 Rp750,000
8 MAMPANG PRAPATAN 1300 39 1339 Rp5,000,000
9 CILANDAK 3421 11 3432 Rp850,000
10 SETIABUDI 1429 21 1450 Rp5,950,000
11 TEBET 1567 9 1576 Rp1.200,000
JUMLAH 20325 361 20686 Rp45,000,000
115
Tabel 4
REKAPITULASI OPERASI PENERTIBAN MASKER DI
WILAYAH KOTA ADM JAKARTA TIMUR
PERIODE: 2 AGUSTUS 2020 S.D. 30 DESEMBER 2020
Tabel 5
REKAPITULASI OPERASI PENERTIBAN MASKER DI
WILAYAH KOTA ADM JAKARTA UTARA
PERIODE: 2 AGUSTUS 2020 S.D. 30 DESEMBER 2020
NO PELAKSANA KERJA SOSIAL DENDA JUMLAH PELANGGAR NOMINAL DENDA
1 TINGKAT KOTA 924 41 965 Rp7,550,000
2 MATRAMAN 1822 9 1831 Rp2,550,000
3 PULO GADUNG 2167 23 2190 Rp4,600,000
4 JATINEGARA 1955 17 1972 Rp6,030,000
5 KRAMAT JATI 3688 67 3755 Rp21,500,000
6 PASAR REBO 2210 53 2263 Rp2,950,000
7 CAKUNG 2513 34 2547 Rp7,200,000
8 DUREN SAWIT 1789 23 1812 Rp4,625,000
9 CIRACAS 1654 15 1669 Rp2,900,000
10 MAKASAR 3772 46 3818 Rp5,850,000
11 CIPAYUNG 2658 7 2665 Rp1,200,000
JUMLAH 25125 335 25847 Rp66,955,000
NO PELAKSANA KERJA SOSIAL DENDA JUMLAH PELANGGAR NOMINAL DENDA
1 TINGKAT KOTA 812 154 966 Rp18,800,000
2 KELAPA GADING 732 47 779 Rp5,650,000
3 TANJUNG PRIOK 1483 19 1502 Rp2,450,000
4 KOJA 2348 64 2412 Rp6,350,000
5 CILINCING 1579 88 1667 Rp9,250,000
116
Tabel 6
REKAPITULASI OPERASI PENERTIBAN MASKER DI
WILAYAH KABUPATEN ADM KEPULAUAN SERIBU
PERIODE: 2 AGUSTUS 2020 S.D. 30 DESEMBER 2020 106
2. Data setelah dibentuknya Pergub Nomor 3 Tahun 2021
Tabel 7
REKAPITULASI OPERASI PENERTIBAN MASKER DI
WILAYAH KOTA ADM JAKARTA PUSAT
PERIODE: 1 JANUARI 2021 S.D 8 MARET 2021
106 Data diambil langsung dari Satgas Covid 19 unsur Satpol PP DKI Jakarta pada tanggal
8 Maret 2021 pada pukul 15.30 Wib.
6 PADEMANGAN 1448 17 1465 Rp1,000,000
7 PENJARINGAN 2002 22 2024 Rp4,750,000
JUMLAH 10404 411 10815 Rp48,250,000
NO PELAKSANA KERJA SOSIAL DENDA JUMLAH PELANGGAR NOMINAL DENDA
1 TINGKAT KABUPATEN 140 2 142 Rp 100,000
2 SERIBU UTARA 126 4 130 Rp 200,000
3 SERIBU SELATAN 147 2 149 Rp 100,000
JUMLAH 413 8 421 Rp 400,000
NO PELAKSANA KERJA SOSIAL DENDA JUMLAH PELANGGAR NOMINAL DENDA
1 TINGKAT KOTA 1252 15 1267 Rp3,350,000
2 GAMBIR 5103 35 5138 Rp4,200,000
3 MENTENG 5545 3 5548 Rp750,000
4 SENEN 5225 14 5239 Rp1,950,000
5 SAWAH BESAR 4246 8 4254 Rp1,550,000
117
Tabel 8
REKAPITULASI OPERASI PENERTIBAN MASKER DI
WILAYAH KOTA ADM JAKARTA BARAT
PERIODE: 1 JANUARI 2021 S.D 8 MARET 2021
Tabel 9
REKAPITULASI OPERASI PENERTIBAN MASKER DI
WILAYAH KOTA ADM JAKARTA SELATAN
PERIODE: 1 JANUARI 2021 S.D 8 MARET 2021
6 TANAH ABANG 6896 38 6934 Rp9,500,000
7 KEMAYORAN 3812 48 3860 Rp8,950,000
8 CEMPAKA PUTIH 4657 4 4661 Rp1,000,000
9 JOHAR BARU 3917 25 3942 Rp5,000,000
JUMLAH 40653 190 40843 Rp36,250,000
NO PELAKSANA KERJA SOSIAL DENDA JUMLAH PELANGGAR NOMINAL DENDA
1 TINGKAT KOTA 1905 201 2106 Rp33,200,000
2 CENGKARENG 3204 313 3517 Rp37,650,000
3 GROGOL PETAMBURAN
1766 142 1908 Rp33,050,000
4 TAMBORA 5367 316 5683 Rp34,200,000
5 KEBON JERUK 2454 21 2475 Rp4,950,000
6 PALMERAH 2462 110 2572 Rp11,150,000
7 KALIDERES 2049 657 2706 Rp85,050,000
8 KEMBANGAN 2557 33 2590 Rp5,150,000
9 TAMAN SARI 3035 120 3155 Rp23,400,000
JUMLAH 24799 1913 26712 Rp267,800,000
NO PELAKSANA KERJA SOSIAL DENDA JUMLAH PELANGGAR NOMINAL DENDA
118
Tabel 10
REKAPITULASI OPERASI PENERTIBAN MASKER DI
WILAYAH KOTA ADM JAKARTA TIMUR
PERIODE: 1 JANUARI 2021 S.D 8 MARET 2021
1 TINGKAT KOTA 1411 61 1472 Rp6,700,000
2 KEBAYORAN LAMA 1289 76 1365 Rp7,850,000
3 KEBAYORAN BARU 1532 2 1534 Rp500,000
4 PANCORAN 564 6 570 Rp1,300,000
5 PASAR MINGGU 1853 38 1891 Rp6,150,000
6 JAGAKARSA 2693 19 2712 Rp4,750,000
7 PESANGGRAHAN 2479 5 2484 Rp250,000
8 MAMPANG PRAPATAN 1288 28 1316 Rp7,000,000
9 CILANDAK 3362 3 3365 Rp550,000
10 SETIABUDI 1396 19 1415 Rp4,350,000
11 TEBET 1514 5 1519 Rp950,000
JUMLAH 19381 262 19643 Rp40,350,000
NO PELAKSANA KERJA SOSIAL DENDA JUMLAH PELANGGAR NOMINAL DENDA
1 TINGKAT KOTA 880 25 905 Rp5,350,000
2 MATRAMAN 1754 6 1760 Rp1,500,000
3 PULO GADUNG 2017 14 2031 Rp3.050,000
4 JATINEGARA 1935 10 1945 Rp2,025,000
5 KRAMAT JATI 3796 93 3889 Rp18,850,000
6 PASAR REBO 2374 8 2382 Rp1,750,000
7 CAKUNG 2437 28 2465 Rp5,950,000
8 DUREN SAWIT 1692 11 1703 Rp2,600,000
9 CIRACAS 1749 7 1756 Rp1,600,000
10 MAKASAR 3322 34 3356 Rp4,750,000
11 CIPAYUNG 2569 4 2573 Rp850,000
119
Tabel 11
REKAPITULASI OPERASI PENERTIBAN MASKER DI
WILAYAH KOTA ADM JAKARTA UTARA
PERIODE: 1 JANUARI 2021 S.D 8 MARET 2021
Tabel 12
REKAPITULASI OPERASI PENERTIBAN MASKER DI
WILAYAH KABUPATEN ADM KEPULAUAN SERIBU
PERIODE: 1 JANUARI 2021 S.D 8 MARET 2021107
107 Data diambil langsung dari Satgas Covid 19 unsur Satpol PP DKI Jakarta pada tanggal
8 Maret 2021 pada pukul 15.30 Wib.
JUMLAH 24525 240 24765 Rp48,275,000
NO PELAKSANA KERJA SOSIAL DENDA JUMLAH PELANGGAR NOMINAL DENDA
1 TINGKAT KOTA 755 83 838 Rp12,700,000
2 KELAPA GADING 620 27 647 Rp3,350,000
3 TANJUNG PRIOK 1205 3 1208 Rp650,000
4 KOJA 1820 30 1850 Rp4,150,000
5 CILINCING 1225 50 1275 Rp7,150,000
6 PADEMANGAN 1416 5 1421 Rp800,000
7 PENJARINGAN 1018 22 1040 Rp2,550,000
JUMLAH 8059 220 8279 Rp31,350,000
NO PELAKSANA KERJA SOSIAL DENDA JUMLAH PELANGGAR NOMINAL DENDA
1 TINGKAT KABUPATEN 102 0 102 Rp 0
2 SERIBU UTARA 113 0 113 Rp 0
3 SERIBU SELATAN 126 1 127 Rp 100,000
JUMLAH 341 1 342 Rp 100,000
120
TRANSCRIPTION
Title : Wawancara Anggota Satgas Covid 19 unsur Satpol PP.
Time/ Date : 16.00 / 08 Maret 2021
Place : L.2 Kantor Satpol PP Gedung Walikota Jakarta Pusat
Interviewer : (I)
Narasumber : (N) Budi Agung Pradjojo (Bidang Data dan Informasi Satgas
Covid 19 Provinsi DKI Jakarta).
(I) : selamat sore bapak maaf mengganggu waktu bapak, kami mau
mengadakan wawancara sedikit pak mengenai data pelanggaran
penggunaan masker pak di Provinsi DKI Jakarta pak, bisa kah pak?
(N) : Oo boleh mas, silahkan, ada yang bisa kami bantu mas? Maaf mas,
ini kan sudah sore mas jadi maaf kami tidak bisa lama-lama ya
mas.
(I) : Siap bapak tidak apa-apa pak... terima kasih atas waktunya, gini
Pak saya kan sedang skripsi pak tentang penggunaan masker untuk
Pencegahan covid pak, berdasarkan pergub yang terbaru seperti itu
Pak...
(N) : Oo iya mas apa yang mau ditanya tentang penggunaan masker?
Biasanya sih kami tentang pelanggaran nya mas, penindakan juga
di lapangan. Kami sih diatur mas sesuai arahan pimpinan atas dasar
hukum itu, pergub melakukan pencegahan mas, ya juga
penindakan sih.
121
(I) : Nah itu tuh pak, mengenai di lapangan sendiri itu bagaimana sih
pak, apakah masyarakat pada patuh pak terhadap aturan hukum ini,
khusunya di Pergub mengenai protokol kesehatan penggunaan
masker pak? Atau kebanyakan masyarakat malah kebanyakan
melanggar pak?
(N) : Ya baik mas jadi begini, masyarakat di lapangan sebelumnya
Memang banyak yang tidak patuh mas apalagi pas awal-awal
pandemi gitu ga pada pakai masker kan juga belum ada dari kami
aturan yang memerintahkan atau menugaskan kami untuk
melakukan penindakan ataupun penegakan mas, belum ada tuh
aturan nya, ada sih tapi pas waktu dulu itu kan kami fokus nya ke
psbb mas bukan penindakan masker nya ya. Terus juga masyarakat
masih belum paham mas mengenai bahayanya covid ini, masih
bertanya-tanya gitu loh covid tuh seperti apa. Belum dilakukan
edukasi mas. Jadi masih banyak yang tidak patuh mas, itu sih.
(I) : Nah untuk pelanggaran bagaimana pak yang tidak menggunakan
masker? Di denda kah? Atau bagaimana pak ?
(N) : Untuk pelanggaran pas awal covid itu 2020 ya?
(I) : Ya pak.
(N) : Ya itu sih lumayan banyak mas, biasa nya denda nya sampai
banyak lah. Pelanggarannya juga banyak mas, kadang kita sampai
kewalahan ngasih taunya mas. Yang kasihan sih bagian pendataan
122
mas... ngitung orang tuh kadang bisa 1000 lebih mas yang ga pakai
masker.
(I) : Nah selama ini pak bagaimana 2021 ini? Apakah angka nya
menurun? Atau pelannggar nya masih banyak juga pak?
(N) : Ya cukup menurun sih mas, kita juga melakukan pemahaman dan
sosialisasi ke masyarakat mas mengenai pentingnya makai masker
bagi orang-orang yang lewat gitu, naik sepeda motor, kendaraan
mobil, kadang ya pejalan kaki. Kita kasih himbauan biar paham
gitu mas.
(I) : Oo begitu pak... kalau yang lainnya bagaimana pak? Maksudnya
(N) : apakah penindakan bapak hanya di jalan aja pak? Ga di tempat lain
seperti warung makan atau restoran gitu? Mungkin sampai ke
pabrik-pabrik pak?
(N) : ga ada kita cuman dijalan aja mas kalau untuk masker mah kita
(N) : Kita fokus dijalan aja. Kalau untuk pabrik atau apa tadi tuh warung
atau restoran mah kita fokusnya tentang jam operasional, waktu
buka atau waktu tutup baru kita lakukan penindakan dan
pengawasan mas.
(I) : Oo begitu ya pak... hanya dijalan ya
(N) : Iya mas dijalan aja
Ya kita sih biasa mas sosial aja, lagian juga kita ga mengejar angka
denda sih mas sekarang mah kan denda progresif nya sudah
dihapus sekarang. Yang penting mah pada sadar aja mas.
123
(I) : Tapi izin pak kalau sekarang mah udah patuh ya pak?
(N) : Iya patuh mas, dulu mah yang suka melanggar ojek online mas,
jadi kalau ada ojol yang bawa customer terus marah-marah kalau
kami tegur ya paling difoto aja, kirim laporin ke saya, biar
manajemen ojol yang proses tuh ya mas. Kan kantornya deket tuh
mas manajemen ojek online tuh. Kena sp1 dan sp 2 yang
diberhentikan kan ada...
(I) : Siap pak
(N) : Ya saya tinggal foto aja mas yang bandel mah tinggal kirim biar
pihak sana yang proses, kalau ga patuh atau videoin aja, mereka
yang dilaporin kan kena suspend terus ga bisa narik 3 hari kan
nangis juga tuh mereka mau dapat duit darimana?
Hehe (sambil tertawa)
(I) : Tapi kalau dijalan ada ya pak yang tiba-tiba pakai masker gitu, pad
ada bapak-bapak ini?
(N) : Ya betul mas, kadang masyarakat itu pakai masker ketika ada kami
aja pas lagi razia. Karena takut kena sanksi sih jadi masyarakat
seperti itu. Pakai tapi nanti kalau udah jauh suka dilepas ya alasan
nya banyak mas ada yang sambil lagi merokok gitu, kan kita juga
kadang ga enak mas masa iya orang yang lagi merokok kita tindak,
kan merokok itu pasti dibuka ya masker nya.
(I) : Iya betul pak kan harus dibuka ya pak.
Izin pak kami boleh foto pak?
124
(N) : Ya silahkan mas
Sambil ngobrol aja kita mas...
(I) : Baik pak, berarti selama ini aturan penggunaan masker efektif ya
pak?
(N) : Efektif, semakin kesini mereka makin sadar pengguna mas, karena
ya kalau dijalan ada kami jadi mereka ya takut daripada terkena
sanksi mending pakai aja masker nya emang beratnya seperti apa
sih mas pakai masker tuh? Kan untuk kepentingan mereka sendiri
kan daripada celaka kena bahayanya covid masih mending pakai
masker.
(I) : Tapi itu bener ya pak alasan nya suka takut covid?
(N) : Ya ada yang begitu ada juga yang ga mas, alasan nya karena kami
dijalan ada petugas, ada sanksi mereka suruh beberes lingkungan
gitu, apalagi yang denda kan kasian suruh mengeluarkan uang.
Daripada mengeluarkan uang yang mending mereka buat makan
kan.
(I) : Oo berarti itu kesadaran masyarakatnya ya pak?
(N) : Ya sadar juga mas... tapi tetap kita juga lakukan sosialisasi mas,
angka sekian loh yang terdampak covid, teman kami juga ada yang
kena loh, ada yang meninggal kan? Kan ini konteksnya kan
keluarga gini-gini... kan edukasi nya ada dan penegakan nya juga
ada mas...
(I) : Oo gitu ya pak.
125
(N) : Ya mas
Alhamdulillah sih mas udah pada sadar atas kejadian ini ya
bermanfaat lah...
(I) : Oo dari januari 2021 awal ya pak
(N) : Ya udah mulai bagus lah mas
(I) : Oo berarti dari pengalaman mereka sendiri ya? Ada yang
meninggal.
(N) : Ya kan kita berikan edukasi lah, supaya melihat efeknya seperti
apa ga pakai masker dan lain-lainnya. Gitu aja
Perlu data nya sekarang ya mas?
(I) : Siap betul pak
(N) : Oke nanti saya kirim ya...
(I) : Siap pak
(N) : Oke, datanya dari awal januari 2021 sampai sekarang ya?
(I) : Iya siap bapak
(N) : Oke nanti kalau ada apa-apa tinggal wa saya aja ya kan sudah
dikasih awal.
(I) : Siap bapak terima kasih ya bapak
(N) : Ya mas
(I) : Oo ya bapak izin saya mau bertanya lagi pak, kalau untuk kegiatan
penindakan di lapangan seperti apa sih pak ? ya operasi nya gitu?
(N) : Ya jadi penindakan kita dilapangan itu biasanya melakukan operasi
126
di titik-titik yang memang menjadi tempat umum atau titik kumpul
ramai masyarakat lah mas, kaya pasar dan segala macam gitu?
(I) : Oo termasuk mendirikan pos-pos ya pak?
(N) : Ya kaya gitu lah mas, kita biasanya dibantu sama polisi sama tni
mas, kita koordinasi gitu mas sama aparat yang lain... suka calling-
calling lah. Pak kita hari ini operasi disini ya, terjadwal sih mas...
ya tapi alhamdulillah nya semua saling kerja sama mas saling
bantu lah... kalau istilahnya mah sinergritas lah kompak gitu.
(I) : Oo begitu ya pak... berarti semua bertindak ya di lapangan, semua
bekerja ya pak.
(N) : Ya itu mas
(I) : Nah pak kalau gitu tetap satgas menindak bersama-sama atau
bapak sendiri nih? Dari tim bapak gitu?
(N) : Oo kalau penindakan mah tetap bersama-sama mas cuman untuk
sanksi yang diberikan ke pelanggar itu dari kami seperti kerja
bakti, nyapu-nyapu, ngambil sampah sampai trotoar-trotoar gitu.
Kalau yang dampingin mah tetap dari polisi tentara mas yang
ngawasin.
(I) : Nah kalau bersih-bersih gitu masyarakatnya pada manut ga pak?
(N) : Ya ada juga yang nggak sih, tapi tetap kita kasih pemahaman biar
mereka pada mengerti. Ya mereka akhirnya mengerti mas.
(I) : Pak ada tidak sih yang tidak menggunakan masker terus ngeyel
gitu? Gamau salah.
127
(N) : Ya ada aja mas tapi sekarang mah karena pelanggar nya sedikit ya
mas daripada awal pandemi itu, paling bisa dihitung lah mas yang
sedikit ngeyel mah kan udah diatur di Pergub baru ini ya denda nya
udah ga ada tetapi penindakan kami tetap berjalan siapa yang ga
pakai masker... tapi untuk sekarang mah udah pada patuh mas,
udah pada mengerti mas walau kadang kita ga sedang melakukan
operasi di lapangan nih, ibarat kita satgas ini jalan aja ya pada
pakai masker mas. Jadi kita menindak ya satu dua lah tapi yang
negeyel loh mas. Beda waktu kami awal sebelum aturan baru ini
kan kita intensif banget tuh mengadakan operasi nya apalagi pas
jamannya lagi psbb mas, waduh itu mas orang-orang kalau dilihat
pelanggaran nya cukup banyak mas yang ga pakai masker tuh
banyak, dikasih tau juga ngeyel mas. Jadi kita tindak aja tuh suruh
di sanksi bayar denda gitu.
(I) : Oo iya bapak... terima kasih atas penjelasan nya pak.
(N) : Baik mas, nanti kalau ada yang ditanyakan bisa hubungi saya ya,
kan sudah ada nomor saya. Nanti kalau perlu tentang data tentang
pelanggaran penggunaan masker tinggal komunikasi ke saya, ya
tapi jam kerja ya mas. Biar saya bisa tetap stay di depan monitor
komputer nih mas hehe...
(I) : Terima kasih bapak sekali lagi atas informasi dan penjelasan bapak
atas data nya... nanti kalau saya perlu sesuatu mungkin izin pak
bisa saya hubungi via pesan wa ya pak
128
Iya mas silahkan saja
(I) : Baik pak terima kasih atas waktunya pak, izin kami pamit pak,
selamat sore.
(N) : Ya mas, tetap memakai masker mas ya jangan sampai kena sanksi
dari kami nih hehehe...
(I) : Hehehe siap bapak kami selalu patuh pak pakai masker selalu...
(N) : Bagus deh kalau begitu hehe...
(I) : Baik pak izin pamit kami, assalamualaikum...
(N) : Salam...
TRANSCRIPTION
Title : Wawancara Anggota Satgas Covid 19 unsur Kepolisian.
Time/ Date : 10.33 / 10 Maret 2021
Place : Posko Satgas Covid 19 Silang Monas Jakarta Pusat
Interviewer : (I)
Narasumber : (N) Briptu Herry PS (Satgas Covid 19 Unsur Kepolisian/Brimob
Polda Metro Jaya).
(I) : Selamat siang pak, kita mulai aja kali ya pak wawancara nya...
sebenarnya pengen manggil om aja tapi karena tugas ya udah
bapak aja...
(N) : Iya udah lah terserah mau manggil apa gitu, tapi kalau bapak saya
jadi tua doang haha...
(I) : Iya udah gapapa pak aja ya
129
(N) : Ya udah sok jangan lama-lama mau nanya apa ini?
(I) : Jadi gini pak, anda kan polisi tetapi tergabung dalam satgas covid
19 nih di DKI Jakarta, nah ini tuh memang tugas nya jadi
kewajiban atau memang ada surat tugas dari pimpinan nya pak?
(N) : Ya perintah pimpinan sih, diperintah melalui surat penugasan ya
jadi kewajiban juga lah ini soalnya menegakan hukum di
masyarakat ya. Nah surat tugas nya tuh isi nya untuk membantu
daerah untuk melakukan penanggulangan covid ini.
Oo begitu ya pak? Tapi secara teknis itu bagaimana polisi di
lapangan? Apa memperingati yang melanggar juga pak ?
(N) : Ya sama kaya kita operasi aja lah kan namanya juga pelanggaran
kita pasti nindak sih, kasih tau ke masyarakat pakai masker gitu.
Oo baik pak... nah pak gimana kalau bapak di lapangan banyak kah
pak yang melanggar gitu?
(N) : Kapan nih?
(I) : Hah?
(N) : Iya maksudnya gimana nih? Waktunya kapan atau penugasan nya
kapan? Soalnya kan kita tugas nya gantian di satgas covid kan kita
diperbantukan aja buat bantu satpol pp yang di Jakarta ini.
(I) : Iya kalau bapak sendiri sih kapan mulai jadi satgas covid?
(N) : Saya udah stay waktu sebelum lebaran 2020 sampai sekarang sih,
tapi waktu awal covid saya belum kena masuk ke satgas ini karena
saya kan di den.(Detasemen maksudnya)
130
(I) : Oo begitu.. terus saya mau bertanya pak kalau penindakan di
lapangan bagaimana pak? Apakah banyak yang melanggar atau
yang patuh malah yang pakai masker loh pak?
(N) : Ya kalau sekarang-sekarang sih pelanggaran nya udah turun lah ga
kayak dulu, dulu kita kalau operasi sampai malam-malam...
sekarang ya paling sampai sore gitu.. ga banyak yang melanggar
sekarang mah. Kita tegesin kalau ketemu yang ga pakai masker
ditegur kenapa ga pakai masker padahal kan penting ya seperti
itulah.
(I) : Oo jadi begitu ya pak? Nah terus kalau bapak sendiri pas tahun
2020 sama awal tahun 2021 ini pelanggaran yang gapakai masker
turun atau malah naik kalau dari pak polisi ini?
(N) : Ya kan pas puncaknya itu agustus september 2020 tuh
pelanggarannnya banyak tapi gatau jumlah angkanya soalnya saya
kan cuman nindak aja ga ngedata kan itu urusan tugasnya satpol pp
ya.
(I) : Oo pelanggaran nya lebih tinggi di 2020 ya itu tadi?
(N) : Iya
(I) : Terus kalau awal 2021 ini bagaimana pak?
(N) : Ya mending sekarang lah pokoknya kita ga capek juga kalau
ngasih himbauan ke masyarakat nya. Nih saya ceritain ya, saya
juga pernah ngasih tau sama orang kenapa ga pakai masker katanya
nih bilang... terus dia jawab ya karena saya lupa bawa pak... lupa
131
terus kata saya... kalau ga ada saya juga dibawa ga pak? Ya dibawa
lah pak... terus kenapa ga dipakai? Ya lupa...
(I) : Jawab aja terus lupa yaa pak
(N) : Ya gitu jawabnya muter-muter lah ga jelas.
Ya pak. Nah untuk sanksi-sanksi gimana pak menindak juga?
(N) : Ya lah kan kita membantu tugas satpol pp dibantu sih sama TNI
dari anggota kita juga ada gitu yang nindak.
(I) : Nah itu perbandingan nya bagaimana pak dengan yang sekarang
pelanggarannya? Antara tahun 2020 dengan awal 2021 ini pak?
Mungkin denda nya pak? Sanksi sosial nya gitu.
(N) : Iya sedikit sekarang sih daripada yang dulu karena masyarakat
cerita ya kadang masyarakat suka dirugikan dengan kebijakan
sanksi ini, pendapatannya lagi merosot malah disuruh bayar denda.
Makannya sekarang banyak yang patuh pada penggunaan masker
protokol kesehatan.
Oo baik pak jadi mending patuh ya pakai masker
(N) : Iya gitu lah
(I) : Lah berarti masyarakat pakai masker nya gara-gara takut kena
denda dong?
(N) : Ya ada juga yang gitu, tapi ya karena dirinya dia sendiri sih supaya
sehat aja apalagi pandemi gini.
(I) : Oke berarti efektif dong selama ini satgas kasih penerapan
penggunaan masker?
132
(N) : Ya efektif lah mas, kita capek loh kasih pemahaman ke masyarakat
selama pandemi kita ngasih himbauan sampai ke gang-gang gitu
dulu waktu awal covid. Mungkin karena waktu ya, jadi masyarakat
paham gitu kalau keluar pakai masker.
(I) : Oo begitu ya pak, efektif lah di lapangan ya pak?
(N) : Iyaa..
(I) : Oke makasih ya pak atas penjelasannya
(N) : Iya sama-sama.
TRANSCRIPTION
Title : Wawancara dengan warga sekitar Kembangan Jakbar.
Time/ Date : 11.21 / 11 Maret 2021
Place : Kawasan Perumahan Kembangan, Jakarta Barat.
Interviewer : (I)
Narasumber : (N) Ibu Sumi (Warga Sekitar yang kedapatan melanggar).
(I) : Siang ibu
(N) : Iya siang
(I) : Ibu maaf ini saya kan ada tugas kuliah bu, boleh ga saya nanya
nanya sedikit ke ibu?
(N) : Nanya apa ya?
(I) : Ya bu maaf ini berkaitan dengan penggunaan masker bu saat
pandemi saya sedang melakukan penelitian aja bu.
133
(N) : Iya
(I) : Nah ibu, maaf sebelumnya saya mau bertanya kalau ibu setiap
aktivitas keluar rumah pakai masker ga ibu?
Ya pakai mas... tapi ya kalau di dalam rumah mah nggak.
(I) : Oo jadi begitu ya ibu
(N) : Iya
(I) : Nah ibu sekarang kenapa tidak menggunakan masker ibu?
(N) : Ya karena dekat aja sih mas dari rumah keluarnya, saya juga gatau
kalau ada polisi yang operasi gitu...
(I) : Tapi ibu kalau ga ada petugas biasanya pakai masker?
(N) : Pakai mas kadang kalau suka ke pasar makai masker kok.
(I) : Oo begitu bu. Tapi ibu kalau diperhatikan warga-warga sini juga
patuh pakai masker kan ibu?
(N) : Ya patuh mas soalnya juga ada yang kena lagi waktu itu tetangga
belakang rumah.
(I) : Oo jadi begitu ya ibu?
(N) : Ya
(I) : Berarti pada pakai masker ya bu?
(N) : Pakai mas, cuman saya karena dekat ini jadi saya ga pakai masker.
(I) : Oo baik ibu... ya sudah ibu makasih ya udah bisa di wawancarai
(N) : Ya mas sama2
(I) : Ya udah ibu nanti kalau keluar jangan lupa pakai masker nya
(N) : Ya mas ini saya mau ambil ke rumah.
134
TRANSCRIPTION
Title : Wawancara dengan driver online sekitar Kembangan Jakbar.
Time/ Date : 11.48 / 11 Maret 2021
Place : Kawasan Perumahan Kembangan, Jakarta Barat.
Interviewer : (I)
Narasumber : (N) Bapak Rezqy (Taksi Online)
(I) : Siang bapak, maaf saya boleh sedikit tanya-tanya ke bapak ini?
(N) : Ya kenapa ya pak?
(I) : Aduh pak jangan panggil saya bapak pak, saya masih mahasiswa
pak
(N) : Ya udah mas aja kali ya?
(I) : Ya pak gapapa
Maaf pak kebetulan karena saya kan ada tugas kuliah ini pak mau
wawancara bapak tentang masker pak kan lagi pandemi nih.
(N) : Iya mas
(I) : Iya pak, kenapa bapak tidak menggunakan masker pak? Apa bapak
gatau aturan sanksi nya gitu?
(N) : Tadi saya karena keluar dari mobil aja mas, biasanya saya pakai
masker ini, ada kok masker nya didalam mobil...
(I) : Tapi bapak kenapa ga dipakai maskernya?
(N) : Kan karena didalam mobil mas ga bisa nafas mas, jadi saya lepas
135
maskernya.
(I) : Oo jadi begitu ya pak
(N) : Iya mas.
(I) : Tapi selama ini bapak patuh pakai masker kan kemana-mana pakai
masker?
(N) : Ya itu mah pasti mas karena ini kan kewajiban bagi saya, saya kan
driver mas ada himbauan lah untuk pakai masker apalagi saat
mengatar customer mas, wajib pakai masker.
(I) : Iya pak, tapi pas bapak ngantar customer itu pada pakai masker ya?
(N) : Pakai mas kan sesuai dengan kebijakan aplikasi itu diwajibkan
penumpang untuk pakai masker dan jaga jarak. Saya juga driver
diwajibkan untuk nyediain antis mas di mobil tuh. Nah kalau saya
ga patuh saya bisa kena suspend mas, saya dikasih peringatan sama
aplikasi kalau ga patuh. Ada kan mas yang ngelaporin gitu
customer kalau driver nya ga patuh maka ga jadi mas, dibatalin.
Oo begitu ya pak, berarti patuh ya pak pakai masker?
(N) : Patuh mas kami, apalagi suka ada operasi masker di jalan, kadang
ada setop-setopan gitu.
Oo begitu pak baiklah kalau begitu. Pada pakai masker ya?
(N) : Iya mas makai kok kami cuman tadi saya keluar mobil sebentar
mau ke warung lupa masker nya ga dipakai eh ada petugas keliling.
Kena deh saya.
136
Oo iya pak lain kali jangan lupa pak... makasih pak atas sedikit
pertayaan nya tadi.
(N) : Oo iya mas.
TRANSCRIPTION
Title : Wawancara Pembeli di Pasar Lontar.
Time/ Date : 09.26 / 12 Maret 2021
Place : Pasar Lontar, Koja, Jakarta Utara.
Interviewer : (I)
Narasumber : (N) Ibu Ida (Pengunjung Pasar Lontar)
(I) : Ibu maaf selamat pagi, saya sigit ibu mau mengganggu ibu
sebentar aja bu, mau tanya-tanya aja.
(N) : Tanya apa ya? Tapi maaf saya ga bisa lama-lama ya karena ada
keperluan.
(I) : Oo iya ibu baik, iya bu saya kan lagi skripsi ya bu. Nah tugas saya
itu mau wawancara orang yang pakai masker sama tidak ibu. Nah
saya mau tanya ibu, ibu kalau setiap aktivitas kemana aja itu selalu
pakai masker kan bu?
(N) : Iya saya selau pakai masker ya
(I) : Ibu kalau belanja kesini juga ya
(N) : Iya dong
(I) : Nah ibu tuh apa yang menjadi dasar ibu selalu pakai masker? Apa
137
karena aturan nya ibu? Ada sanksi gitu? Atau karena ada petugas
kek yang di depan-depan ini bu?
(N) : Aduh mas saya pakai masker terus mas saya mah... takut soalnya
ya mas soalnya sudah banyak korbannya yang positif. Tetangga
saya banyak yang kena mas.
(I) : Oo jadi ibu patuh karena ibu udah tau ya bu dampak nya?
(N) : Iya mas, takut ya sewaktu-waktu positif kita kan gatau ya, yang
pakai aja kadang ada yang positif apalagi ada yang kena. Jadi ya
pengalaman sih mas buat saya dan keluarga yang lain.
(I) : Oo jadi begitu ya ibu, alasan ibu patuh pada protokol kesehatan?
(N) : Iya patuh saya, penting kan mas karena sehat kan mahal ya,
daripada saya nanti positif terus di isolasi. Anak-anak saya pada
nangis kalau ditinggal, apalagi lihat kalau ibunya sakit ya mas.
(I) : Oo jadi begitu ya ibu sehat yang utama ya bu
(N) : Iya mas, ya udah ya saya kesana dulu..
(I) : Oo iya ibu maaf ya ibu, jadi lama kami.
(N) : Iya gapapa
(I) : Makasih banyak ya ibu atas waktunya, permisi ya bu
(N) : Ya mas.