EFEKTIFITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM … · 2013. 7. 22. · vi vii DAFTAR TABEL . ... Tabel 17...

69
EFEKTIFITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BERIBADAH (Shalat Lima Waktu) Studi kasus di SMP Sejahtera 2, Cileungsi-Bogor SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Oleh : Tri Marganingsih NIM: 106011000198 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTASILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNUVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010M/1431H

Transcript of EFEKTIFITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM … · 2013. 7. 22. · vi vii DAFTAR TABEL . ... Tabel 17...

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BERIBADAH

(Shalat Lima Waktu) Studi kasus di SMP Sejahtera 2, Cileungsi-Bogor

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :

Tri Marganingsih NIM: 106011000198

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTASILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNUVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010M/1431H

ABSTRAK

Tri Marganingsih. NIM:106011000198, Efektifitas Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Disiplin Beribadah (shalat lima waktu) di SMP Sejahtera 2, Bogor. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Mei 2010.

Kegiatan salat merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilaksanakan di

SMP Sejahtera 2, sebagai langkah pembiasaan dalam berdisplin melaksanakan shalat lima waktu serta tambahan nilai pelajaran agama di kelas, untuk menanamkan nilai-nilai disiplin beribadah kepada siswa. Kegiatan shalat berjamaah ini merupakan salah satu cara yang dilakukan pihak sekolah sebagai pembinaan disiplin beribadah. Sekolah sangat berharap bahwa kegiatan tersebut akan membantu bidang studi pendidikan agama Islam dalam rangka membentuk para siswa berkepribadian muslim yang taat dalam melaksanakan ibadah terutama shalat lima waktu.

Penelitian ini dilakukan untuk mengukur efektifitas pendidikan agama Islam dalam meningkatkan disiplin beribadah (shalat lima waktu). Metode yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif yaitu kombinasi pengamatan lapangan dengan kualifikasi data. Peneliti menggambarkan mengenai status suatu pendekatan kualitatif dan kemudian dilakukan interpretasi dan penjabaran data dari informasi lapangan yang didapatkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket, observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Dan teknik analisis datanya antara lain melalui tahap pengeditan, tabulasi, diberi skor, dianalisis, kemudian data yang telah diperoleh di interpretasi.

Hasil penelitian yang diperoleh bahwa pengetahuan Siswa mengenai pembelajaran fiqh mampu memberikan dorongan dalam melaksanakan ibadah terutama shalat dan membantu siswa dalam meningkatkan shalat berjama’ah di sekolah.

Hal ini bisa ditunjukkan pada hasil pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang diperoleh dari hasil angket kemudian diperkuat dengan hasil wawancara dan observasi yang menunjukkan hasil yang cukup baik nilainya. Dengan demikian efektifitas pendidikan agama Islam dalam meningkatkan disiplin beribadah masih menunjukkan hasil yang cukup baik.           

  i

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirohim

Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji syukur bagi Allah swt. yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya dan tidak lupa salawat serta salam

selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. beserta keluarga dan para

sahabatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah suatu pekerjaan

yang mudah karena untuk menjelaskannya memerlukan persiapan yang matang

baik fisik, materi maupun mental spiritual. Namun dengan niat, doa dan semangat

yang tinggi maka penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis

menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidaytullah

Jakarta beserta seluruh stafnya.

3. Drs. Rusdi Jamil, M.Ag dan Bapak. Abdul Ghofur, MA selaku dosen

pembimbing skripsi yang telah membimbing, memberikan arahan dan

meluangkan waktunya untuk penulis.

  ii

4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, khususnya dosen

jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberi bekal ilmu

pengetahuan.

5. Bapak Agus Fahmi, S.Ag, selaku Kepala Sekolah SMP Sejahtera 2, Bogor

yang telah membantu memfasilitasi, dan memberikan izin kepada penulis

serta dewan guru yang telah membantu dalam mengadakan penelitian serta

seluruh sisiwa-siswi kelas VII yang telah bersedia meluangkan waktunya

menjadi responden sehingga penulis dengan mudah mendapatkan data.

6. Perpustakaan Utama Dan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani,

memfasilitasi dan meminjamkan buku-bukunya yang penulis butuhkan

selama penulisan skripsi ini.

7. Segenap keluarga tercinta ibu (Sudarminah), bapak (Djoko Widodo), dan

kakak-kakak tersayang mas Rony, mas Didik, dan mbak Upit yang selalu

memberi kasih sayang yang tak terhingga baik moril maupun materi’il,

motivasi serta doa yang selalu dipanjatkan setiap saat bagi kelancaran dan

kesuksesan studi penulis, serta saudara-saudaraku (pakde, om, bude, bule)

yang selalu member semangat kepada penulis.

8. Egri Alfa Delicta yang telah melayani dan membantu penulis dalam

penulisan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabatku PAI kelas E angkatan 2006: Dede, Fatia, Hikmah,

Syifa, Sofi, Ning, Ana, Yuni, Sayidah, Wiwin, Yuli, Emi, dan lainnya

serta sahabat-sahabatku di kost (Egri, Any, Dida, K’rina, dkk) yang selalu

  iii

membantu memberikan saran dan semangat kepada penulis selama

perjalanan menuntut ilmu di kampus tercinta.

10. Seluruh pihak yang tidak disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi

sedikit pun rasa terimakasih atas segala bantuan dan dukungan semua

pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, tidak banyak yang

bisa penulis lakukan untuk membalas segala kebaikan mereka semua

kecuali ungkapan doa. Semoga mereka semua mendapatkan limpahan

rahmat dan berkah dari Allah swt. Penulis berharap semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi yang berkepentingan.

Amin ya robbal’alamin.

Ciputat, Agustus 2010 M Syawal 1431 H

Penulis

Tri Marganingsih

        

  iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .............................................................. 3

C. Pembatasan Masalah ............................................................. 4

D. Perumusan Masalah .............................................................. 4

E. Tujuan Penelitian .................................................................. 4

F. Kegunaan Penelitian ............................................................. 4

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Pengertian Efektifitas Pendidikan Agama Islam ................... 5

B. Pendidikan ............................................................................ 7

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ............................. 7

2. Batasan Pendidikan Islam ............................................... 8

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam .................................... 9

4. Dasar Pendidikan Agama Islam ...................................... 9

5. Visi, Misi dan Sifat Pendidikan Agama Islam ................ 18

6. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ...................... 18

  v

C. Disiplin dan Ibadah ............................................................... 19

1. Pengertian Disiplin dan Ibadah ....................................... 19

D. Pengertian Salat dan Tatacara Pelaksanaan Shalat .............. 21

E. Sebab-sebab orang Islam tidak melaksanakan shalat............ 24

F. Kerangka Berfikir ................................................................. 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 27

B. Metode Penelitian ................................................................. 27

C. Definisi Operasional Variabel ............................................... 28

D. Populasi dan Sampel penelitian ............................................ 28

E. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 29

F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data .......................... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Sekolah .................................................... 33

B. Sruktur Organisasi ................................................................ 34

C. Visi, Misi, Strategi dan Motto Sekolah ................................ 34

D. Sarana dan Prasarana............................................................. 36

E. Pengolahan dan Analisis Data ............................................... 37

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 54

B. Saran ...................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 55

  

  vi

  vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kewajiban Melaksanakan Shalat Lima Waktu ................................ 37

Tabel 2 Pelaksanaan Shalat Berjamaah .......................................................... 38

Tabel 3 Ketertiban Dalam Melaksanakan Shalat ........................................... 39

Tabel 4 Meninggalkan Shalat Fardhu (shalat lima waktu) ............................ 39

Tabel 5 Kedisiplinan Pelaksanaan Shalat Setiap Waktu ................................ 40

Tabel 6 Mengulur-ngulur Waktu Shalat......................................................... 41

Tabel 7 Kepemilikan Buku Paket Fiqh .......................................................... 41

Tabel 8 Pelaksanaan Pembelajaran Fiqh di Sekolah ...................................... 42

Tabel 9 Perubahan Shalat Siswa Setelah Memperoleh Pembelajaran Fiqh ... 43

Tabel 10 Peningkatan Pengamalan Shalat setelah Memperoleh Pembelajaran

Fiqh ................................................................................................... 44

Tabel 11 Perasaan Malas Mengerjakan Shalat Lima Waktu............................ 44

Tabel 12 Terpaksa Dalam Melaksanakan Shalat Lima Waktu ........................ 45

Tabel 13 Perasaan Senang Dalam Mengerjakan Shalat Lima Waktu .............. 45

Tabel 14 Perasaan Rugi jika Tidak Melaksanakan Shalat Lima Waktu .......... 46

Tabel 15 Berdo’a Setelah Melaksanakan Shalat .............................................. 47

Tabel 16 Berdo’a Setelah Berwudhu ............................................................... 47

Tabel 17 Pengetahuan Tatacara Shalat ............................................................ 48

Tabel 18 Perasaan Takut Bila Tidak Mengerjakan Shalat ............................... 49

Tabel 19 Perasaan Setelah Melaksanakan Shalat ............................................. 49

Tabel 20 Pelaksanaan Wudu Dengan Baik ...................................................... 50

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BERIBADAH

(Shalat Lima Waktu) Studi kasus di SMP Sejahtera 2, Cileungsi-Bogor

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :

Tri Marganingsih NIM: 106011000198

Dibawah :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Rusdi Jamil, MA H. Abdul Ghofur, MA NIP: 196212311995031005 NIP: 196812081997031003

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTASILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNUVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010M/1431H

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan agama Islam merupakan satu diantara sarana pembudayaan

(enkulturasi) masyarakat karena ajaran Islam tidak hanya membahas mengenai

satu aspek saja tetapi mencakup semua aspek kehidupan baik ibadah,

syari’ah, mu’amalah,dan aspek yang lainnya sehingga dengan pendidikan

agama Islam pola hidup dan perilaku masyarakat menjadi terarah sesuai

dengan ajaran dan nilai–nilainya yang luhur. Sebagai suatu sarana, pendidikan

dapat difungsikan untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan hidup

manusia, (sebagai makhluk pribadi dan sosial) kepada harapan dan tujuan

yang merupakan titik optimal kemampuan seorang hamba yaitu untuk

memperoleh kesejahteraan hidup baik lahir maupun bathin di dunia dan

kebahagiaan hidup di akhirat.1Untuk mencapai tujuan hidup tersebut

diperlukan adanya upaya yang sungguh-sungguh dan komprehensif karena

sudah menjadi sunnatullah bahwa suatu kesuksesan hanya akan dapat diraih

setelah melewati berbagai halangan atau rintangan yang menghadang

sebagaimana perjuangan sang revolusioner dunia pembawa risalah Ilahi

Rasulullah Muhammad saw yang sukses merubah peradaban dunia dengan

ajaran Islam yang mulia setelah 23 tahun berjuang keras agar Islam dapat

diterima di tengah-tengah masyarakat jahiliyah sekaligus diaplikasikan dalam

1 Dra. Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 1999), Cet

ke-2.h.14

1

2

kehidupan sehari-hari. Sebagai nabi dan rasul yang terakhir diutus oleh Allah

swt, di antara tugas beliau adalah menyampaikan ajaran agama Islam kepada

seluruh umat manusia sebagai rahmatan lil ‘alamin, sekaligus sebagai

pelaksana pendidikan Islam secara umum yang menuntun umat dari kegelapan

menuju jalan yang terang untuk menggapai rida Allah swt.

Secara umum fungsi Pendidikan Agama Islam adalah untuk

mengarahkan perkembangan hidup manusia ke arah jalan yang lurus

sebagaimana tuntunan dan ajaran Islam sehingga umat Islam tidak tersesat di

jalan yang salah, maka dari itu untuk mencapai arah tersebut dibutuhkan

kegiatan yang nyata dan efektif bagi umat sebagai manifestasi dari keimannya

karena hakikat iman bukan hanya diyakini dalam hati dan diucapkan dengan

lisan tetapi harus diamalkan juga dengan perbuatan. Pendidikan Agama Islam

diakui sebagai bagian dari ajaran Islam, dan di antara wujud nyata dari

pendidikan tersebut adalah penjelasan mengenai asfek ibadah ritual ubudiyah

yang mengatur dan menjelaskan mengenai hubungan seorang hamba dengan

Tuhannya dalam bingkai hubungan vertikal. Efektifitas berarti menunjukkan

tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif apabila usaha itu telah

mencapai tujuannya.2 Dengan kata lain terjadinya efek atau akibat yang

dikehendaki.

Ibadah merupakan salah satu pelajaran yang dapat diambil dalam

Pendidikan Agama Islam. Menurut Yusuf Qardawi ibadah adalah ketaatan

terhadap suatu yang maha besar, yang objeknya tidak dapat ditangkap oleh

panca indera. Dapat diartikan suatu ketaatan terhadap objek yang tidak

kongkrit, seperti pada penguasa termasuk ibadah, sedangkan yang dapat

ditangkap panca indera belum tentu dikatakan ibadah.3

Shalat ialah rukun-rukun khusus dan bacaan-bacaan tertentu dengan

ikatan waktu yang sudah ditentukan, dapat ditentukan juga ucapan-ucapan dan

perbuatan yang sudah dibuka dengan niat dan takbir serta diakhiri dengan

2 Hasan Sadily, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta : Ikhtiar Baru-Van Hoeve). Jilid 2, h.883 3 Dr. H. Zurinal, Z, Fiqh Ibadah, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2008), cet ke-1.h. 26-27

3

salam.4

Melakukan kewajiban shalat termasuk rukun Islam, diwajibkan ketika

Rasulullah saw mi’raj. Tetapi kewajiban shalat yang merupakan rukun Islam

ini sering diabaikan dan dianggap tidak penting, hal ini dapat dilihat dengan

masih banyaknya manusia yang tidak mengerjakan shalat, siswa yang kurang

disiplin dalam melaksanakan shalat. Guru yang merupakan pembimbing

mereka sering kali tidak didengar, seakan-akan mereka tidak takut dengan

keberadaan Allah swt yang selalu mengawasi makhlukNya di muka bumi ini.

Berdasarkan uraian di atas dan mengingat pentingnya melaksanakan

ibadah terutama shalat wajib lima waktu, maka penulis tertarik untuk

menela’ah mengenai “EFEKTIFITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BERIBADAH (shalat lima

waktu), studi kasus di SMP Sejahtera 2, Cileungsi-Bogor.” Dengan adanya

disiplin beribadah siswa diharapkan dapat meningkatkan keimanannya kepada

Allah SWT dengan cara melaksanakan shalat lima waktu secara rutin.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

dapat diidentifikasikan beberapa masalah, yaitu:

1. Adanya anggapan bahwa shalat kurang penting sehingga sebagian orang

termasuk kalangan pelajar mengabaikan kewajiban ini. Dengan adanya

Pendidikan Agama Islam di sekolah diharapkan mengikis anggapan

tersebut

2. Ibadah shalat lima waktu merupakan kewajiban dan ritual terhadap objek

yang tidak konkret, maka peran pendidik dalam menyampaikan

Pendidikan Agama Islam diharapakan efektif untuk mencapai tujuan

3. Pendidikan Agama Islam sangatlah urgen untuk mendisiplinkan siswa

dalam menjalankan ibadah shalat lima waktu dalam kehidupan sehari-hari.

4 Dr. Shalih bin Ghanim as-Sadlan, Fiqh Shalat Berjamaah, (Jakarta : Pustaka as Sunnah,

2006), cet ke-1.h.27

4

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah hanya pada :

1. Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil pelaksanaan

ibadah shalat.

2. Pendidikan agama Islam dibatasi pada bidang mata pelajaran fiqh semester

genap tahun ajaran 2010/2011.

3. Ibadah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah shalat lima waktu di

sekolah SMP Sejahtera 2, Cileungsi-Bogor.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut :

“Bagaimana Efektifitas Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan

Disiplin menjalankan shalat lima waktu”.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1 Untuk mengetahui kegiatan siswa sehari-hari pada waktu pelaksanaan

shalat lima waktu.

2 Untuk mengetahui sejauh mana disiplin siswa dalam beribadah.

3 Untuk mengetahui bagaimana efektifitas pendidikan agama islam dalam

meningkatkan disiplin beribadah.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat atau kegunaan baik

yang bersifat akademis maupun praktis, yaitu:

1. Berguna untuk menyumbangkan pemikiran bagaimana upaya untuk

meningkatkan disiplin beribadah.

2. Menjadi referensi tambahan bagi sekolah yang diteliti.

3. Bagi Guru sebagai bahan bacaan untuk mendidik siswa dalam

meningkatkan minat beribadah (shalat lima waktu).

BAB II

DESKRIPTIF TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Pengertian Efektifitas

Di dalam ensiklopedia Indonesia kata efektifitas berarti “menunjukkan

tercapainya suatu tujuan, suatau usaha dikatakan efektif apabila usaha itu

mencapai tujuannya”.5

Sedangkan dalam ensiklopedia administrasi, kata efektifitas adalah “ suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki”.6

Dalam kamus lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris karangan Prof. Drs. S. Wojo Wasito dan Drs. Tito Wasito W. Effective adalah berhasil, berarti mencapai tujuannya.7

Dengan demikian berarti efektifitas Pendidikan Agama Islam adalah tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa dalam proses pembelajaran Agama Islam dalam meningkatkan disiplin beribadah (shalat lima waktu).

Dalam dunia pendidikan efektifitas dapat ditinjau dari dua segi, yaitu: segi efektifitas guru dan segi efektifitas murid. Efektifitas mengajar guru terutama menyangkut jenis-jenis kegiatan belajar-mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik, sedangkan efektifitas belajar murid terutama menyangkut tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui

5 Hasan Sadily, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta : Ichtiar Baru- Van Hoeve). Jilid 2, h.

883 6 Panata Wasna (ed), Ensiklopedia Administrasi, (Jakarta : CV. Haji Masagung, 1989), h.

126 7 S . Wojo Wasito & Tito Wasito W, Kamus Lengkap (Inggeris-Indonesia, Indonesia-

Inggeris), (Bandung : Hasta, 1980 ), cet ke-15, h. 49

5

6

kegiatan-kegiatan yang telah ditempuh.8 Sedangkan ditinjau dari jangka waktu, indikator efektifitas terbagi menjadi

tiga, yaitu:

• Efektifitas jangka pendek, meliputi efisiensi (eficiencty) dan kepuasan

(satisfaction)

• Efektifitas jangka menengah, meliputi kemampuan menyesuaikan diri

(Adaptiveness) dan mengembangkan diri (development)

• Efektifitas jangka panjang, keberlangsungan

Indikator ibadah meliputi sholat/ sembahyang, berdoa sendiri, berdoa

bersama, upacara suci/sakral selain ibadah rutin. Dimensi ini diukur dengan item-

item: (1) frekuensi pergi sembahyang ke tempat ibadah (masjid, gereja, pura,

vihara, klenteng; (2) frekuensi mengikuti kegiatan keagamaan di rumah (3)

frekuensi berdoa sendiri setiap hari sesuai ajaran agama; (4) keagamaan

(zakat/sepersepuluhan/dana punia/dana amal/dana paramitha); (6) frekuensi

mengikuti upaca suci/sakral selain ibadah rutin (sholat/sembahyang/kebaktian

mingguan/Puja Trisandhya/Namaskara)?

Indikator komitman meliputi kecintaan terhadap Kitab Suci, perasaaan

bersalah/berdosa saat tidak menjalankan perintah agama, bantuan keuangan,

bantuan tenaga, keterlibatan dalam kegiatan kema-nusiaan, dan membangun

semangat persaudaran seagama. Dimensi ini diukur dengan item-item: (1)

intensitas menjadikan Kitab Suci sebagai pedoman hidup sesuai perintah agama;

(2) frekuensi bertindak sesuai dengan ajaran/perintah agama; (3) frekuensi

melanggar kewajiban perintah agama dalam kehidupan sehari-hari; (4) frekuensi

menyumbang (dana) untuk kegiatan keagamaan yang diadakan di rumah/tempat

ibadah (masjid, gereja, pura, vihara, dan klenteng atau organisasi keagamaan; (5)

frekuensi keterlibatan sebagai panitia kegiatan keagamaan yang diadakan oleh

rumah/tempat ibadah/organisasi keagamaan; (6) keterlibatan dalam kegiatan

kemanusiaan/bakti sosial (membantu korban bencana alam, atau orang kurang

mampu; (7) frekuensi keikutsertaan dalam kegiatan membangun kelompok/

8 Madya Eko Susilo, Dasar-dasar Pendidikan, (Semarang : Effar Offset, 1990 ), cet ke-

7

persaudaraan seagama9.

B. Pendidikan 1. Pendidikan Agama Islam

Menurut undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal satu menyatakan bahwa “ pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan dan akhlaq mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.10

Menurut Drs. Ahmad D. Marimba “Pendidikan Agama Islam

adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama

Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran

Islam.11

Menurut Zakiyah Darajat “ Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan usaha terhadap anak agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life).12 Selain itu Oemar Muhammad al-Toumy al-Saebani menyatakan bahwa “Pendidikan Islam adalah usaha mengubah tingkah laku individu yang dilandasi oleh nilai-nilai Islam dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitar melalui proses kependidikan”.13

1,h. 63

9 www.google.com, 14/09/2010 10 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2006 ), cet ke-6, h.4 11 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : PT. Al-

Ma’arif, 1992 ), cet ke-8, h. 9 12 Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), cet ke-8, h.

86

8

2. Batasan Pendidikan Islam

Untuk mempermudah pembahasan-pembahasan mengenai

pendidikan Islam maka harus ada batsan-batasan yang jelas, dan secara

garis besarnya pendidikan Islam mempunyai batasan-batasan yang terbagi

menjadi 2 (dua ) bagian, yaitu batasan yang sempit dan batasan luas

terbatas.

Batasan yang sempit adalah proses pembelajaran yang

dilaksanakan di lembaga pendidikan formal (madrasah/sekolah). Dalam

batasan sempit ini pendidikan Islam muncul dalam bentuk sistem yang

lengkap dan sistematis. Sedangkan yang dimaskud dengan batasan luas

terbatas adalah segala usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga,

masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan

latihan yang diselenggarakan di lembaga pendidikan formal (sekolah) dan

non-formal (masyarakat) dan in-formal (keluarga) dan dilaksanakan

sepanjang hayat, dalam rangka mempersiapkan peserta didik agar berperan

dalam berbagai kehidupan. Pendidikan dalam pengertian yang sempit

sudah mempunyai sistem namun sistem tersebut terutama di lembaga

pendidikan non-formal dan in-formal tidak begitu terikat secara secara

ketat dengan peraturan yang berlaku.

Karakteristik pendidikan dalam arti luas terbatas adalah: (1) masa

pendidikan sepanjang hayat namun kegiatan pendidikan ternbatas pada

waktu tertentu, (2) lingkungan pendidikan juga terbatas, (3) bentuk

kegiatan pendidikan berbentuk pendidikan, pengajaran dan latihan, (4) dan

tujuan pendidikan merupakan kombinasi antara pengembangan potensi

peserta didik dengan sosial demand.14

13 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo,

2006), cet ke-2, h. 9 14 Prof. DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008 ), cet

ke-7, h. 18

9

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan agama Islam secara umum adalah

meningkatkan keimanan, pemahaman, pengamalan peserta didik tentang

agama islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman, dan

bertakwa kepada Allah swt serta berakhlaq mulia dalam kehidupan

pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.15 Adapun menurut Dr.

Zakiyah Darajat tujuan pendidikan Islam adalah kepribadian muslim, yaitu

suatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam. Orang

yang berkepribadian muslim dalam islam disebut “mutaqun”. Karena itu

pendidikan Islam berarti juga pembentukan manusia yang bertakwa”.16

Selain itu dalam kurikulum 1994 disebutkan bahwa tujuan

pendidikan agama Islam di sekolah umum adalah : “Meningkatkan

keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa tentang

agama Islam dan bertakwa kepada Allah swt, serta berakhlaq mulia, dalam

kehidupan pribadi, bermasyarakat, bernegara serta untuk melanjutkan

pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi”.17 Dari perumusan di atas

dapat dikembangkan penafsiran sebagai berikut : diharapkan para siswa

mampu memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam.

4. Dasar Pendidikan Agama Islam

Setelah penulis membahas tujuan pendidikan agama Islam, selanjutnya

yang akan penulis bahas adalah dasar dari pendidikan agama Islam itu sendiri,

menurut A.D Marimba : “Dasar-dasar Pendidikan agama Islam adalah semua

ketentuan dan ajaran yang berasal dari firman Allah swt dan sunnah Rasul-

Nya”.18

15 Muhaimin, M.A, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung : Remaja Rosda Karya,

2001), h. 3-4 16 Zakiyah Darajat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Proyek Pembinaan

Perguruan Tinggi, 1983), h. 60 17 Mastuhu, Memberdayakan System Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu,

1999), cet ke-2, h. 87-88 18 Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : PT. Al-

Ma’arif, 1980), cet ke-4, h.41

10

Dalam perkembangan selanjutnya dasar Pendidikan Islam dapat dibagi

kepada tiga kategori yaitu (1) dasar pokok, (2) dasar tambahan, dan (3) dan

dasar operasional.

a. Dasar Pokok

1) Alquran

Dasar pokok adalah dasar yang utama sebagai acuan atau

referensi dalam menyikapi suatu hal sebelum mengacu kepada sumber

lainnya. Dalam agama Islam al-quran merupakan dasar pokok yang tak

terbantahkan karena ia merupakan kitab suci sekaligus pedoman hidup

dalam semua sendi kehidupan.

Adapun mengenai definisi Alquran itu sendiri terdapat beberapa

pendapat yang bisa dijadikan rujukan, diantaranya adalah Abdul Wahab

Khallaf. Beliau mendefinisikan kitab suci Alquran sebagai berikut: “

Kalam Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada hati

Rasulullah Muhammad saw anak Abdullah dengan lafaz Bahasa Arab

dan makna hakiki untuk menjadi hujjah Rasulullah atas kerasulannya

dan menjadi pedoman bagi manusia dengan penunjuknya serta

beribadah membacanya”. Definisi yang hampir serupa menurut jumhur

ulama mengenai Alquran adalah kalam atau firman Allah yang

diturunkan kepada nabi Muhammad saw yang pembacaannya

merupakan suatu ibadah.

Nabi Muhammad saw sebagai pendidik pertama pada masa

awal pertumbuhan Islam telah menjadikan Alquran sebagai dasar

pendidikan Islam dan menjadikannya pedoman atau tuntunan bagi

seluruh umat Islam disamping sunnah beliau sendiri. Dengan kata lain

Alquran menjadi rujukan utama dalam menjalankan pendidikan agama

Islam alam semua asfek kehidupan baik urusan duniawi mapun

ukhrawi.

11

Mengenai fungsi utama Alquran, Allah SWT menjelaskan di

dalam firman-Nya yang berbunyi:

Artinya: “Dan kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran)

ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (Q.S. AL-Nahl : 64)

Jika kita menela’ah ayat tersebut maka minimal ada tiga fungsi

utama kitab suci Alquran, yaitu :

a) Penjelas

Diantara keistimewaan Alquran adalah adanya penjelasan-

penjelasan yang menjawab berbagai persoalan menyangkut

kehidupan manusia, dengan keistimewaan tersebut Alquran

memecahkan problem kemanusiaan dalam berbagai segi kehidupan,

baik rohani, jasmani, sosial, ekonomi, maupun politik dengan

penjelasan dan pemecahan yang bijaksana karena ia diturunkan oleh

yang Maha bijaksana dan Maha Terpuji. Pada setiap problem itu

Alquran meletakkan sentuhannya yang mujarab dengan dasar-dasar

yang umum yang dapat dijadikan landasan untuk langkah-langkah

manusia dan yang sesuai pula buat semua zaman.

Dengan demikian Alquran selalu memperoleh kelayakannya

di setiap waktu dan tempat karena Islam adalah agama yang abadi.

b) Petunjuk

Alquran berisi petunjuk-petunjuk yang nyata bagi umat

manusia yang membimbing mereka ke jalan yang lurus supaya

tidak tersesat di jalan yang salah, maka kaum muslimin sendirilah

yang membangun dan menggunkan obor sebagai penerang di

12

tengah-tengah gelapnnya sistem-sistem dan prinsip prinsip lain.

Mereka harus menjauhkan diri dari segala kegemerlapan yang

palsu, mereka harus membmbing manusia yang kebingungan

dengan Alquran sehingga terbimbing ke pantai keselamatan Seperti

halnya kaum muslimin dahulu mempunyai negara dengan melalui

Alquran, maka tidak boleh tidak pada masa kini pun mereka harus

memiliki negara dengan berlandaskan Alquran pula.

c) Rahmat

Rahmat bisa diartikan sebagai karunia atau pemberian

sebagai bukti kasih sayag Allah kepada makhluk-Nya. Alangkah

Islam adalah suatu sistem yang lengkap;ia dapat mengatasi segala

gejala kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, atau pemerintah

dan bangsa. Ia adalah moral dan potensi dan potensi atau ramat dan

keadilan. Ia adalah materi dan kekayaan,atau pendapatan dan

kesejahteraan. Ia adalah jihad dan dakwah atau tentara dan ide.

Begitu pula ia adalah akidah yang benar dan ibadah yang sah”.

2) Sunah

Yang dimaksud dengan sunnah adalah semua perkataan,

perbuatan, dan ketetapan nabi Muhammad Saw, sunnah dapat pula

dijadikan dasar pendidikan Islam karena ia menjadi sumber utama

pendidikan Islam selain Alquran dan Allah swt menjadikan

Muhammad saw sebagai suri tauladan bagi umatnya. Nabi Muhammad

saw adalah manusia paripurna sebagai rasulullah (utusan Allah) yang

membawa risalah Ilahi untuk kebahagiaan hidup manusai baik di dunia

maupun di akhirat sebagai rahmat bagi alam semesta. Semua perkataan

dan perbuatan beliau merupakan pengejawantahan dari kitab suci

Alquran, maka dalam menentukan suatu ketetapan atau hukum yang

berlaku di masyarakat yang mencakup syariah, ibadah, dan mu’amalah

merujuk kepada Sunnah beliau yang berlaku sepanjang zaman

13

Mengenai hal ini Allah swt menjelaskannya di dalam Alquran,

yang berbunyi:

☺ ⌧

⌧ ⌧

Artinya: “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S Al-Ahzab: 21)

Alquran maupun sunnah Rasulullah adalah pedoman hidup yang bersifat global bagi seluruh umat Islam, keduanya membuka kemungkinan penafsiran atau pemahaman yang berkembang untuk itu diperlukan ijtihad sebagai upaya untuk menggali nilai-nilai atau hukum yang lebih terperinci yang terkandung dalam Alquran dan sunnah Rasulullah saw. Dengan demikian yang menjadi dasar atau landasan dari Pendidikan Agama Islam ialah Alquran sebagai pedoman hidup manusia, ditambah dengan sunnah Nabi sebagai penyempurna serta ijtihad untuk memperjelas apa yang telah ada yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut dalam pelaksanaanya.

b. Dasar Tambahan 1) Perkataan, perbuatan dan sikap para sahabat

Pada masa al-khulafa al-Rasyidin sumber pendidikan dalam Islam sudah mengalami perkembangan yang pesat. Selain Alquran dan Sunnah juga perkataan, sikap dan perbuatan para sahabat. Perkataan mereka dapat dijadikan pegangan karena Allah sendiri di dalam Alquran yang memberikan pernyataan.

Firman Allah :

14

Artinya: “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (Q.S. at-Taubah: 100)

Para sahabat yang hidup di zaman nabi Muhammad Saw

khususnya al-khulafa al-Rasyidin adalah orang-orang shaleh yang tidak

diragukan lagi ketakwaannya kepada Allah swt. Mereka beriman

dengan sepenuh hati dan jiwa raga tanpa ada keraguan karena keimanan

di dalam diri mereka sudah terbukti semasa rasulullah masih hidup dan

ketika menjadi khalifah (pemimpin umat Islam setelah rasulullah

wafat). Mereka termasuk golongan al-sabiqunal awwalun (golongan

yang pertama masuk Islam), maka pendapat dan kebijakan yang mereka

terapkan bukan berdasarkan nafsu manusiawi tetapi berdasarkan

Alquran dan ajaran rasulullah swt. Oleh karena itu, dalam menentukan

suatu hukum jika tidak ada ketentuan nash yang jelas dari Alquran dan

Sunnah maka perkataan, perbuatan dan sikap para sahabat bisa

dijadikan rujukan

2) Ijtihad

Karena Alquran dan Hadits banyak mengandung arti umum,

maka para ahli hukum dalam islam banyak menggunakan ijtihad untuk

menetapkan hukum tersebut. Ijtihad ini terasa sekali kebutuhannya

setelah wafatnya Nabi saw. Berkembangnya Islam keluar Jazirah arab,

karena situasi dan kondisinya banyak berbeda di tanah Arab.

15

Para fuqaha mengartikan ijtihad dengan berfikir menggunakan

seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmu syariat Islam dalam hal yang

ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Alquran dan hadits dengan

syarat-syarat tertentu yang tidak bertentangan dengan akal, Alquran dan

sunnah.

3) Mashlahah Mursalah (kemaslahatan umat)

Mashlahah Mursalah yaitu : “menetapkan peraturan atau

ketetapan undang-undang yang tidak disebutkan dalam Alquran dan

sunnah atas pertimbangan penarikan kebenaran dan menghindarkan

kerusakan.”

Di antara contoh maslahah mursalah ialah usaha khalifah Abu

Bakar mengumpulkan Al-Qur’an yang terkenal dengan jamul Quran.

Pengumpulan al-Quran ini tidak disinggung sedikit pun oleh syara tidak

ada nash yang memerintahkan dan tidak ada nash yang melarangnya.

Umar bin Khattab melihat kemaslahatan yang sangat besar

mengumpulkan al-Quran itu, bahkan menyangkut kepentingan agama.

Seandainya tidak dikumpulkan, dikhawatirkan al-Quran akan hilang

dari permukaan dunia. Contoh lain dalam pendidikan Agama Islam

adalah tentang penetapan teori-teori ilmu tajwid.

4) Urf (nilai-nilai dan adat istiadat masyarakat)

M. Kamaluddin Imam menyatakan bahwa: “ sesuatu yang

tertanam dalam jiwa yang diperoleh melalui kesaksian akan diterima

oleh tabiat.”

Urf adalah “sesuatu pebuatan dan perkataan yang menjadikan

jiwa merasa tenang mengerjakan suatu perbuatan, karena sejalan

dengan akal sehat yang diterima oleh tabiat yang sejahtera”. Namun

tidak semua tradisi yang dapat dijelaskan dasar ideal pendidikan Islam,

melainkan setelah melalui seleksi terlebih dahulu. Mas’ud Zuhdi

mengemukakan bahwa urf yang dijadikan dasar Pendidikan Islam itu

16

haruslah sesuai dengan dua ketentuan, yaitu:

a) Tidak bertentangan dengan ketentuan nash baik Alquran maupun

sunnah.

b) Tradisi yang berlaku tidak bertentangan dengan akal sehat dan

tabiat yang sejahtera, serta tidak mengakibatkan kedurhakaan,

kerusakan dan kemudaratan.

Ketentuan ini sangat sejalan dengan tujuan pendidikan Islam yaitu dalam

rangka menata kehidupan yang lebih baik dengan alam, manusia dan Allah swt.

Contoh dari ‘Urf adalah mencium tangan orang tua atau orang yang kita hormati

c. Dasar Operasional Pendidikan

Dasar operasional pendidikan Islam adalah “dasar yang terbentuk

sebagai aktualisasi dari dasar ideal”. Menurut Hasan Langgulung.

1) Dasar Historis

Dasar Historis adalah dasar yang memberikan andil kepada

pendidikan dari hasil pengalaman masa lalu berupa peraturan dan

budaya masyarakat. Dasar historis bisa dijadikan acuan atau pedoman

untuk membuat konsep atau seperangkat aturan di masa kini dan

mendatang, biasanya sebelum membuat sesuatu yang baru diadakan

evaluasi dan kajian agar dapat menentukan langkah-langkah strategis

dalam bidang pendidikan

2) Dasar Sosial

Dasar sosial yaitu dasar yang memberikan kerangka budaya

dimana pendidikan itu berkembang, seperti memindahkan, memilih

dan mengembangkan kebudayaan. Pada dasaranya unsur-unsur

pendidikan bertolak atau bergerak dari kerangka kebudayaan yang ada

baik memindahkan memilih dan mengembangkan kebudayaan itu

sendiri sehingga dalam tataran yang lebih luas antara budaya dan

pendidikan terjadi hubungan yang sinkron atau berkaitan erat dan tak

dapat dipisahkan.

3) Dasar Ekonomi

Dasar ekonomi adalah dasar yang memberi persepektif

17

terhadap potensi manusia berupa materi dan persiapan yang mengatur sumber-sumbernya yang bertanggung jawab terhadap anggaran pembelajaannya. Asfek ekonomi sangatlah penting dalam pengembangan pendidikan karena sebagus apapun konsep yang dirancang akan menjadi timpang jika tidak memperhatikan asfek ekonomi. Disisi lain pelaku sistem dalam pendidikan adalah manusia yang selalu bergantung dengan ekonomi, maka dasar ekonomi mutlak ada dalam pendidikan

4) Dasar Politik

Dasar politik yaitu dasar yang memberikan bingkai dan

ideologi dasar yang digunakan sebagai tempat bertolak untuk mencapai

tujuan yang dicita-citakan dan rencana yang telah dibuat. Politik

merupakan upaya untuk memepengaruhi dan mengendalikan individu,

kelompok pihak tertentu agar sesuai dengan keinginan yang

mengendalikan sehingga dalam realitasnya para stakeholderlah yang

mampu mengendalikan arah pendidikan dengan kebijakan-kebijakan

yang dibuatnya.

5) Dasar Psikologis

Dasar psikologis yaitu dasar yang memberi informasi tentang

watak pelajar-pelajar, guru-guru, cara-cara terbaik dalam praktek,

pencapaian, penilaian, dan pengukuran serta bimbingan. Diantara asfek

yang ditumbuhkembangkan dalam pendidikan adalah asfek afektif

yang mencakup hati, attitude (sikap), dan akhlak para pelaku

pendidikan. Dasar psikologis perlu mendapat perhatian agar dalam

pelaksanaan pendidikan bisa menentukan metode dan pendekatan yang

tepat sehingga tujuan yang telah ditetapkan bisa dicapai sesuai dengan

target yang telah dicanangkan

6) Dasar Fisiologis

Dasar fisiologis yaitu yang memberikan kemampuan memilih

yang terbaik, memberi arah suatu sistem, mengontrol dan memberi

18

arah kepada semua dasar-dasar operasional lainnya.19

5. Visi, Misi, dan Sifat Pendidikan Islam20

a. Visi pendidikan islam sesungguhnya melekat pada visi ajaran Islam itu

sendiri yang terkait pada visi kerasulan para nabi, mulai dari visi kerasulan

Nabi Adam hingga kerasulan Nabi Muhammad saw, yaitu membangun

sebuah kehidupan yang patuh dan tunduk kepada Allah swt.

b. Sejalan dengan visi pendidikan Islam, maka misi pendidikan Islam juga

erat kaitannya dengan misi ajaran Islam berdasarkan petunjuk Alquran,

yaitu: memperjuangkan, menegaskan, melindungi, mengembangkan,

menyantuni, dan membimbing tercapainya tujuan kehadiran agama bagi

manusia.

c. Sifat pendidikan Islam pada dasarnya adalah sama dengan sifat dari ajaran

agama Islam, diantaranya: terbuka, fleksibel (cocok dan berlaku di setiap

zaman), seimbang (pertengahan), rabbaniyah (sesuai dengan niali-nilai

yang terdapat dalam Alquran) dan demokratis (dapat diselenggarakan oleh

siapa saja)

d. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Jika ditela’ah lebih mendalam, maka ruang Lingkup pendidikan agama

Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara:

a. Hubungan manusia sebagai makhluk dengan Khaliq, Sang Pencipta Allah

swt.

(Hablun min-Allah atau hubungan yang bersifat vertikal/transendental)

b. Hubungan manusia dengan sesama manusia

(Hablun min al-nas atau hubungan yang bersifat horizontal

c. Hubungan manusia dengan alam (selain manusia) dan lingkunganya.

19 Prof. DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008 ), cet

ke-7, h. 122-131 20 Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Persepektif Al-Qur’an, (UIN Jakarta Press, 2005)

hal 15-43

19

Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk

Sekolah Menegah Pertama (SMP berfokus pada aspek:

a. Keimanan

b. Alquran/Hadits

c. Akhlaq

d. Fiqh/Ibadah

e. Tarikh/Sejarah21

C. Disiplin & Ibadah

1. - Disiplin dalam kamus besar Bahasa Indonesia, mengandung beberapa arti, yaitu: a. Tata tertib (di sekolah kemiliteran, dsb) b. Ketaatan (kepatuhan) kepada ketentuan tata tertib c. Tata tertib dibidang studi yang mempunyai objek system dan

metode tertentu.22 - Disiplin menurut Komarudin, yaitu: “suatu keadaan yang

menunjukkan suasana tertib dan teratur yang dihasilkan oleh orang-

orang yang berbeda di bawah naungan sebuah organisasi karena

peraturan-peraturan yang berlaku dihormati dan diikuti.”23 Sedangkan

makna disiplin secara istilah berasal dari istilah bahasa Inggris,

yaitu:”Dicipline berarti: 1) Tertib, taat atau mengendalikan tingkah

laku, penguasaan diri, kendali diri. 2) Latihan membentuk, meluruskan

atau menyempurnakan sesuatu, sebagian kemampuan mental atau

karakter moral. 3) Hukuman yang diberikan untuk melatih

memperbaiki. 4) Kumpulan atau system peraturan-peraturan bagi

tingkah laku.24

21 Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan

Agama Islam Untuk Sekolah Menengah Pertama, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2003).h.5

22 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990). H. 208

23 Komarudin, Ensiklopedia Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), cet ke 1. H 239 24 Tulus Tu’u, Peran Disiplin pada Prilaku dan Prestasi Siswa, ( Jakarta: PT. Grafindo

Widia Sarana Indonesia, 2004), H. 31

20

- Ibadah berasal dari kata ‘abada, yu’aabidu, ‘ibadatan, artinya

menyembah, mempersembahkan, tunduk, patuh, taat. Seseorang yang

tunduk, patuh, merendahkan diri, dan hina dihadapan yang disembah

disebut “abid” (yang beribadah). Budak disebut abid karena dia harus

tunduk, patuh, dan merendahkan diri kepada majikannya. Menurut

Abu al A’la al Maududi, secara kebahasaan kata ‘abada pada mulanya

mempunyai pengertian ketundukan seseorang kepada orang lain dan

orang tersebut menguasainya.

Menurut Yusuf Qardhawi, ibadah adalah ketaatan terhadap sesuatu

yang maha besar, yang objeknya tidak dapat ditangkap oleh panca indera. Di

kalangan orang arab ibadah diartikan sebagai puncak ketundukan yang

tertinggi, yang timbul dari kesadaran hati sanubari dalam rangka

mengagungkan yang disembah.

Menurut ulama tauhid dan hadits, ibadah adalah mengesahkan dan

mengagungkan Allah sepenuhnya, serta menghinakan diri dan menundukkan

jiwa kepada-Nya. Menurut mereka ibadah sama dengan tauhid. Sedangkan

menurut ahli akhlak, ibadah adalah mengerjakan segala bentuk ketaatan

badaniyah dan menyelenggarakan segala syariat (hukum). Menurut mereka,

akhlak dan segala tugas hidup (kewajiban-kewajiban) yang dibebankan kepada

setiap individu, baik yang berhubungan dengan diri sendiri, keluarga maupun

masyarakat, termasuk dalam pengertian ibadah.

Ahli tauhid, ahli tafsir dan ahli hadits mengartikan ibadah sebagai

berikut:

1. Ibadah adalah mengesakan Allah, menta’zimkannya dengan sepenuh

ta’zim, serta menghinakan diri dan menundukkan jiwa kepada-Nya

(menyembah Allah sendirinya).

2. Ibadah adalah tauhid (mengesakan Allah sekalian alam).

3. Segala lafaz ibadah dalam Alquran diartikan dengan tauhid.

4. Tauhid adalah mengesakan Allah SWT, tuhan yang disembah (mengikuti

keesaaNya) serta mengitikadkan pula keesaaNya pada zatNya dan pada

pekerjaanNya. Dalilnya :

21

Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Adz-Zariat: 56)

Juga firman Allah:

Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. (An-Nisa’: 36)

Secara istilah ibadah terdapat beberapa pengertian diantaranya:

1. Berhidmat kepada Allah, melakukan segala sesuatu yang diridhai-Nya,

taat kepada-Nya

2. Melakukan segala sesuatu yang disukai Allah, diridhai-Nya, baik

perkataan, perbuatan, lahir dan batin.

3. Tafakkur kepada Allah, yaitu memperhatikan kebesaran Allah,

memperhatikan ni’mat-Nya yang terdapat di alam ini.

4. Melaksanakan segala sesuatu yang diperintahkan Allah SWT dalam:

syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji (rukun Islam).25

Dari uraian di atas dapat dipahami, disiplin beribadah berarti

ketertiban, keteraturan, ketaatan dalam beribadah serta menyempurnakan

ibadah dengan melaksanakan segala peraturan yang berlaku.

D. Pengertian Shalat dan Tata cara pelaksanaan Shalat

Shalat adalah perintah dalam Islam sesudah pengucapan dua kalimat

syahadat atau dengan kata lain sebagai rukun Islam ke-2. Shalat juga memiliki

kedudukan tertinggi diantara ibadah-ibadah lainnya, bahkan kedudukan

tertinggi dalam Islam yang tak tertandingi oleh ibadah lainnya. Shalat

merupakan tiang agama, ketika seorang muslim mendirikan shalat berarti ia

telah mendirikan tiang agama. Tetapi ketika seorang muslim meninggalkan

22

shalat, berarti ia telah menghancurkan agama. Diantara firman Allah swt

mengenai ibadah shalat adalah sebagaimana yang tertera di dalam Alquran

surat An-Nisa ayat 103, yaitu:

☺ ⌧

Artinya: “ Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah

Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”

Hadits Nabi SAW

الدين عماد الصالة“shalat itu tiangnya agama”

Pilar seluruh agama adalah shalat, yang merupakan konsekuensi dari

iman, karena iman yang sesungguhnya adalah meyakini dengan hati,

mengucapkan dengan lisan dan melaksanakan dengan perbuatan,dan secara

umum tidak ada satupun syariat samawi yang lepas dari ritual ubudiyah yaitu

hubungan dalam bentuk ibadah seorang hamba terhadap tuhannya. Secara

etimology, shalat berarti do’a yaitu sebuah ungkapan permohonan dan harapan

yang diucapkan seseorang terhadap yang dituju. Adapun pengertian shalat

secara terminology syar’i adalah ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang

dibuka dengan niat tertentu dan takbir serta diakhiri dengan salam,dan Islam

mengajarkan kepada pemeluknya agar ketika shalat memperhatikan beberapa

hal yang harus dilaksanakan agar shalat itu menjadi syah dan diterima oleh

Allah swt yakni syarat dan rukun-rukunnya karena pelaksanaan ibadah ini

25 Zurinal & Aminuddin, Fiqih Ibadah, Jakarta: lembaga Penelitian UIN, 2008. h. 26-27

23

tidak bisa lepas dari ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan sebagaimana

telah dijelskan di dalam kitab suci al-quran, al-hadits, ijma’ maupun qiyas.26

Secara garis besarnya, shalat terbagi menjadi dua kategori, yaitu:

1. Shalat wajib

Pengertian shalat wajib dalam agama Islam adalah shalat yang

harus dilakukan oleh setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan jika

telah aqil baligh dan hukumnya wajib, apabila ibadah ini dilaksanakan

sesuai dengan ketentuannya maka mendapat ganjaran atau pahala dari

Allah swt tetapi bila ditinggalkan mendapat dosa. Yang dimaksud shalat

wajib adalah shalat lima waktu sehari semalam terdiri dari subuh (2

raka’at), dhuhur (4 raka’at), ashar (4 raka’at, maghrib (3 raka’at), dan isya

(4 raka’at), jumlah keseluruhan adalah 17 raka’at.Adapun yang

membedakan antara satu shalat dengan shalat lainnya adalah dalam hal niat

dan jumlah raka’at saja sesuai dengan aturannya yang bersifat tetap dan

mutlak

2. Shalat sunnah

Selain shalat wajib lima waktu, dalam agama Islam ada juga shalat

yang sifatnya sunnah yaitu shalat yang apabila dilaksanakan mendapat

ganjaran atau pahala tetapi apabila tidak dilaksanakan tidak mendapat

dosa, dan pada dasarnya semua shalat sunnah tidak mengikat. Contoh

shalat sunnah: shalat rawatib,Tarawih,Tahiyatul masjid, dan sebagainya.

Bila kita memperhatikan keadaan masyarakat di sekitar kita maka nampaklah suatu realitas yang menyedihkan yaitu fenomena masyarakat yang beramai-ramai hilir-mudik dikala adzan berkumandang dengan tetap melaksanakan aktifitas tanpa merasa bersalah seakan-akan adzan bukan panggilan untuk menghadap Allah. Kenyataan seperti ini nampak terasa

26 DR. Shalih bin Ghanim as-Sadlan, Fiqh Shalat Berjama’ah, (Jakarta : Pusaka as

Sunnah, 2006), cet ke-1.h 27

24

khususnya pada waktu adzan maghrib berkumandang dikala pergantian siang dengan malam yang seharusnya diisi dengan ibadah kepada Allah. Selain ketika shalat maghrib, fenomena yang nampak juga adalah ketika datang waktu shalat jum’at yang notabene merupakan ibadah wajib yang tidak boleh diabaikan. Mereka terang-terangan tidak melaksanakan shalat, tidak mau beribadah kepada Allah swt yang telah memberikan kekuatan serta ni’mat yang sangat berlimpah. Mereka tidak menghiraukan shalat dan ibadah-ibadah yang lain. Padahal cara pelaksanaan shalat itu bermacam-macam, bisa dilaksanakan sendiri (munfarid) ataupun bersama orang lain (berjama’ah), dengan demikian adanya dua cara pelaksanaan shalat secara tekhnis lebih memudahkan dalam beribadah.

Shalat berjama’ah ialah shalat yang dilakukan sekurang-kurangnya oleh dua orang, seorang berperan menjadi imam dengan posisi berada di depan, dan seorang lagi menjadi makmum dengan posisi di belakang imam. Adapun pahala bagi orang yang melaksanakan shalat berjama’ah lebih besar daripada yang melaksanakan shalat sendiri, yaitu 27 derajat sedangkan yang shalat sendiri hanya satu derajat.27

Shalat munfarid atau shalat sendiri adalah shalat yang dilaksanakan

secara sendiri oleh masing-masing individu. Bagi perempuan lebih baik

melaksanakan shalat di rumah secara individu, sedangkan bagi laki-laki di

masjid secara berjama’ah.

E. Sebab-sebab tidak melaksanakan shalat

Shalat merupakan kewajiban yang tidak bisa dihindari bagi seluruh umat Islam baik laki-laki maupun perempuan sejak mulai baligh sampai akhir hayat. Kewajiban ini mutlak dan bersifat mengikat tanpa bisa ditawar, namun sungguh sangat disayangkan ada sebagian umat Islam yang lalai bahkan sengaja tidak melaksanakan ibadah wajib ini. Pewajiban ibadah ini sesungguhnya merupakan bagian dari ujian ketaatan kepada Allah swt yang dapat membedakan antara yang benar-benar beriman dan yang kafir,sehingga jika seseorang mengaku beragama Islam tetapi tidak mau shalat, maka

27 Drs. Lahmudin Nasution, M.Ag. Fiqh 1, h. 90

25

sesungguhnya ia belum benar-benar beriman. Berbagai macam penyebab yang menyebabkan mereka lalai atau tidak melaksanakan shalat, diantaranya: 1. Salah sangka dan salah menempatkan, disini mereka beranggapan shalat

itu hanya untuk meluruskan akhlaq dan budi pekerti. Bila mereka sudah

berakhlaq, cerdas dan memiliki ilmu pengetahuan berarti tidak harus

melaksanakan shalat. Karena menurut mereka shalat hanya untuk orang-

orang tertentu: pak haji, pak tani dan pak penghulu.

Anggapan ini adalah angggapan yang keliru dan perlu diluruskan karena

pada hakikatnya ritual ibadah shalat hukumnya wajib bagi setiap muslim

dalam situasi dan kondisi bagaimanapun. Keringanan atau pengecualian

hanya berlaku pada tataran niat dan tata cara pelaksanaannya

2. Tidak mengetahui pengertian tentang shalat

Golongan ini beranggapan shalat tidak perlu dilaksanakan karena mereka

lahir, hidup dan besar dikalangan keluarga yang tidak pernah

melaksanakan shalat. Tidak pernah melihat orang tua mereka melakukan

shalat. Tapi yang mereka lihat adalah selamatan-selamatan secara kecil-

kecilan dan besar-besaran, jadi beragama menurut mereka adalah

mengadakan selamatan-selamatan, tasyakuran dan sebagainya.

Anggapan inipun keliru dan perlu diluruskan karena shalat bukanlah suatu

kegiatan hura-hura melainkah suatu kewajiban yang wajib dilaksanakan

bagi setiap individu sesuai dengan ketentuan dan tuntunaan agama Islam.

3. Kemalasan yang sangat mempengaruhi, golongan ini terang-terangan tidak

shalat karena rasa malas padahal mereka tahu shalat merupakan ibadah

wajib.

4. Keremajaan dan kemudaan, golongan ini beranggapan bahwa ibadah itu

hanya dilakukan bagi orang-orang yang sudah tua untuk mendekatkan diri

pada Allah swt, sedangkan bagi yang muda bersenang-senang dengan

kehidupan dunia saja, merasa masih muda dan hidupnya lama.

5. Pengaruh kacaunya perasaan, golongan ini sengaja meninggalkan shlat

karena rusuh hati, tertimpa kesedihan dan kesusahan.

6. Takut kepada iblis dan syetan, golongan ini beranggapan bahwa jika

26

melaksanakan shalat nanti diganggu oleh iblis, karena takut akan hilang

sakti dan mandra yang sedang diamalkan.28

F. Kerangka Berpikir

Pendidikan agama Islam merupakan pondasi yang mendasari umat

Islam dalam menjalankan kehidupanya, sehingga dalam sekolah pendidikan

agama sangatlah penting dan harus dimulai sejak dini atau pada jenjang

pendidikan taman kanak-kanak. Mendidik siswa sangatlah sulit apalagi dalam

hal menyangkut ibadah sesuatu yang mungkin tidak kasat mata hasilnya dan

tidak ada satu orangpun yang tahu mengenai kekhusyu’anya. Hanya Allah swt

yang megetahui ibadah seorang hamba-Nya. Dari sisi inilah seseorang

menganggap ibadah itu sebagai suatu hal yang tidak penting dan sering

melalaikanya, terutama pada usia sekolah.

Oleh karena itu sebagai pendidik harus dapat mengatasi perilaku anak

didik terutama dalam hal ibadah apakah mereka sudah menjalankan dengan

benar sesuai ajaran yang telah di dapat atau sebaliknya. Dalam menyikapi hal

ini salah satu yang harus diperhatikan adalah disiplin beribadah. Dengan

adanya disiplin beribadah secara otomatis ada pembelajaran bagi siswa untuk

meningkatkan ibadahnya kepada Allah swt sebagai makhluk-Nya.

28 Prof. DR. Hasbi ash Shiddieqy, Pedoman Shalat, (Jakarta : Bulan Bintang, 1983), cet

ke-1, h. 29-30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian yang baik adalah penelitian yang fokus dengan objek kajian

sesuai degan topik yang telah ditentukan, dan diantara upaya untuk bisa fokus

adalah penentuan tempat.. Tempat penelitian ini dilakukan di Sekolah

Menengah Pertama (SMP) Sejahtera 2, Cileungsi-Bogor-Jawa Barat. Adapun

waktu penelitian ini dilakukan mulai tanggal 8 maret 2010 sampai dengan 19

april 2010 pada semester genap tahun ajaran 2010/2011.

B. Metode Penelitian

Dalam rangka mempersiapkan untuk mendapatkan data yang

berhubungan serta mendukung dalam penelitian ini, maka penulis

menggunakan metode deskriptif, yaitu memecahkan masalah-masalah yang

muncul dan kemudian dianalisis berdasarkan teori untuk alternative yang bisa

dianggap sebagai jalan keluar dari masalah yang dihadapi.

Menurut Lexy J. Moleong penelitian deskriptif adalah data yang

dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal ini

disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang

dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah

diteliti.29

29 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif , (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,

2010), cet ke 7. h 6

27

28

C. Definisi Operasional Variable

Suatu penelitian agar dapat dioperasionalkan dan dapat diteliti secara

empiris maka diubah menjadi variable. Variable adalah karakter dari unit

observasi yang mempunyai variasi atau segala sesuatu yang dijadikan objek

peneliti.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.30

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di

SMP Sejahtera 2, Cileungsi-Bogor, tahun pembelajaran 2010/2011 sebanyak

337 siswa.

Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak

mungkin mempelajarinya semua yang ada pada populasi, misalnya karena

keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan

sampel yang diambil dari populasi itu apa yang dipelajari dari sampel itu,

kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi, untuk itu, sampel

yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili).31

Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

teknik Simple Random Sampling. Menurut Sugiyono Simple Random

Sampling adalah pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak

tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.32

Dalam penelitian ini yang dijadikan sampel yaitu sebanyak 74 siswa

dari populasi yang berjumlah 337 siswa, terdiri dari kelas VII, tahun

pembelajaran 2010/2011.

30 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: alfabeta, 2004), h. 90 31 Sugiyono, Metode Penelitian…, h.91 32 Sugiyono, Metode Penelitian…, h.96

29

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, digunakan cara

atau metode sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan dipergunakan untuk memperoleh konsep-konsep

ilmiah dan teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yang

meliputi buku-buku, karya ilmiah, artikel-artikel, koran, majalah, dan

sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Riset lapangan (Field Research)

Yaitu penelitian dengan cara mengamati langsung objek penelitian

untuk memperoleh data dan informasi yang akurat.

a. Dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi langsung yakni

teknik mengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan

secara langsung (tanpa alat) terhadap gejala-gejala subjek yang

diselidiki, baik pengamatan itu dilakukan di dalam situasi sebenarnya

maupun dilakukan dalam situasi buatan yang khusus diadakan.33

Selain itu observasi juga dilengkapi dengan format atau blanko

pengamatan sebagai instrument. Format yang disusun berisi item-item

tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.34

Adapun observasi ini di lakukan di SLTP Sejahtera 2, Cileungsi –

Bogor – Jawa Barat

b. Interview/wawancara, menghendaki komunikasi langsung antara

peneliti dengan subjek atau sampel. Interview dapat dibagi-bagi

menurut tujuannya, ada interview survey dan interview diagnostik.35

Dalam wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi

dan mempengaruhi, ialah: pewawancara, responden, topik penelitian

33 Winarno Surakhmad, M. Sc. Ed. Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito,

1998, Cet ke-8. hal 162

34 Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian (suatu pendekatan praktik), Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006, cet ke-13, hal 229

35 Winarno Surakhmad, M. Sc. Ed. Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito, 1998, Cet ke-8

30

yang tertuang dalam daftar pertanyaan, dan situasi wawancara.36

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik interview survey,

yang dilakukan kepada guru pengajar PAI dan beberapa siswa kelas

VII SLTP Sejahtera 2, Bogor pada tahun ajaran 2009/2010.

c. Angket, merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui komunikasi dengan sumber data. Metode angket ini penulis tujukan kepada siswa SMP Sejahtera 2, Cileungsi-Bogor, kelas VII dengan populasi yang telah dijadikan sampel sebanyak 74 siswa.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data

Jawaban yang diberikan dalam kuesioner dinilai dengan menggunakan skala likert. Menurut Sugiyono yang dimaksud dengan skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena social.

Dari jawaban-jawaban yang dihimpun penulis melakukan langkah-

langkah sebagi berikut:

a. Pemeriksaan hasil angket yang telah disebarkan.

b. Mengelompokkan jawaban yang sesuai dan ditabulasi.

c. Jawaban questioner tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel yang

akan berisi jumlah dan persentasi pendapat responden dari sampel

yang diambil.

36 Masri Singarimbun, dkk. Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES, 2006) cet ke-8,

hal 192

31

Kisi-kisi Instrumen Angket

Variabel Indikator No. Item Pertanyaan Jumlah (+) (-)

Pendidikan Agama Islam (Fiqh)

1. Manfaat

pembelajaran fiqh

13, 14,15 19 4

Pelaksanaan Ibadah Shalat Lima Waktu

1. Pelaksanaan shalat

wajib

2. Membaca doa

setelah shalat

3. Tatacara shalat lima

waktu

4. Implikasi

meninggalkan shalat

5. Implikasi

pelaksanaan shalat

1,2,9

10,11 3,12,20 16,8 7

6,5,18

4 17

6 2 4 2 2

2. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data yang telah terkumpul, kemudian dianalisa, dibandingkan, ditafsirkan dan selanjutnya disimpulkan yang hasilnya merupakan suatu data yang kongkrit.

Dalam hal ini penulis memerlukan dua jenis data, yaitu: a. Data kualitatif yaitu; dengan cara menguraikan keadaan ke dalam

bahasa yang mudah dipahami, dimengerti dan logis sesuai dengan masalah yang dihadapi.

b. Data kuantitatif yaitu; dengan cara mengadakan:

1) Proses editing yaitu; memeriksa angket yang telah diisi oleh

responden satu persatu yang diurutkan dari nomer satu sampai

32

dengan nomer terakhir.

2) Tabulasi yaitu; memindahkan jawaban responden ke dalam tabel

frekuensi.

Mengadakan perhitungan rata-rata dengan menggunakan

rumus persentasi sebagai berikut:

P = %100×NF

F = Frekuensi yang sedang dicari persentasinya

N = Number of case (jumlah frekuensi/banyaknya individu)

P = Angka Persentasi.

3) Proses data yaitu; mengolah data dari hasil perhitungan rata-rata.

4) Penyusunan hasil penelitian dalam bentuk skripsi.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Sekolah

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sejahtera 2, Cileungsi-Bogor

adalah suatu yayasan pendidikan yang diadakan untuk memberikan

pendidikan dan pengajaran kepada masyarakat khususnya anak didik berupa

pengetahuan yang sistematis dan ilmiah dengan kurikulum yang terencana dari

Departemen Pendidikan Nasional.

Sekolah ini dirintis dan didirikan pada tahun 1979 atas permintaan

masyarakat sekitar yang membutuhkan lembaga pendidikan bagi

putra/putrinya.Minimnya lembaga pendidikan formal untuk jenjang SMP di

daerah Cileungsi menyebabkan masyarakat kesulitan untuk memenuhi

kebutuhan pendidikan anak-anaknya sehingga bagi mereka yang telah

menyelesaikan jenjang pendidikan tingkat dasar (SD/MI) dan ingin

melanjutkan ke tingkat SMP harus rela menempuh jarak yang cukup jauh di

tengah minimnya alternatif pilihan lembaga pendidikan formal.

Melihat realitas yang berkembang di masyarakat, maka lahirlah SMP

Sejahtera 2 Cileungsi –Bogor – Jawa barat yang diprakarsai oleh Bapak Agus

Fahmi Subekti dan kawan-kawan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

akan sarana pendidikan tingkat menengah .

Awal mula berdirinya lembaga ini dimulai dengan membuka dua

kelas yang terdiri dari 120 orang siswa/i, dan seiring dengan berjalannya

waktu lembaga ini semakin mendapat kepercayaan masyarakat yang

33

34

memasukkan putra/putrinya untuk dididik di SMP 2 Sejahtera dan terbukti

dari tahun ke tahun jumlah siswa mengalami peningkatan yang cukup

signifikan,sampai tahun 2010 ini jumlah siswa tercatat sebanyak 925 orang

siswa. Di samping itu untuk menunjang berjalannya proses pendidikan dan

pengajaran di SMP Sejahtera 2 sarana dan prasarana terus ditingkatkan

sehingga jumlah fasilitas yang sudah ada cukup memadai. Sedangkann untuk

legalitas formal, SMP Sejahtera 2 Cileungsi-Bogor telah mendapat izin resmi

dari Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) dengan diterbitkannya

Surat Keputusan (SK) No 003 tahun 2005

1. Struktur Organisasi

Organisasi adalah kumpulan orang yang terdiri dari dua orang atau

lebih yang bekerjasama untuk mencapai tujuan yang sama. Dalam rangka

mecapai tujuan itulah suatu organisasi yang baik mempunyai struktur yang

teratur sesuai dengan tugas dan wewenangnya agar semua rencana tau

tujuan dapat tercapai sesuai harapan.maka untuk memudahkan

administrasi dan program kerja, kepengurusan SMP Sejahtera 2 telah

ditetapkan dalam susunan organisasi yang terstruktur. Adapun strukturnya

adalah sebagai berikut:

a. A.Sukandar : Ketua Komite b. Agus Fahmi Subekti, S.Pd : Kepala Sekolah c. Teresia Purba : Wakil Kepala Sekolah d. Ahmad Patria : Kepala Tata Usaha e. Dra. Ai Suhartijah : Unit Laboratorium f. dan Perpustakaan

2. Visi, Misi, Strategi dan Motto Sekolah

Sebagai pedoman dan bahan acuan dalam mewujudkan tujuan yang ingin dicapai, maka perumusan visi, misi, strategi dan motto sekolah merupakan unsur yang sangat urgen dan tidak bisa diabaikan. SMP Sejahtera 2 adalah sebuah lembaga pendidikan dan telah mempunyai konsep yang jelas untuk tujuan tersebut, hal ini sebagaimana tertuang dalam visi, misi,strategi dan motto sekolah, yaitu:

35

- Visi : Terwujudnya sekolah yang berprestasi berdasarkan iman dan

taqwa, melalui semangat kebersamaan dalam kebhinekaan.

Jika melihat visi sekolah maka SMP Sejahtera 2 berkeinginan

untuk mngukir prestasi semaksimal mungkin dengan berlandaskan

nilai-nilai iman dan takwa sebagai dasr filosofi yang harus

dipertahankan.. Dengan kata lain prestasi harus diraih tapi akhlak,

moral, dan ibadah harus tetap ditanamkan dalam jiwa anak didik

sebagai bekal dalam kehidupan sehari-hari

- Misi

Misi merupakan tujuan dan target yang ingin dicapai sebagai

bukti dari eksistensi suatu lembaga, dan. tanpa misi yang jelas maka

akan sulit untuk survive atau berkembang. Adapun misi SMP Sejahtera

2 adalah:

1. Membangkitkan semangat untuk berprestasi dalam pengetahuan dan keterampilan bagi warga sekolah

2. Memotivasi peserta didik dalam menggali potensi untuk dikembangkan secara optimal

3. Melakukan tindakan pro aktif dalam meningkatkan Pengamalan Agama

4. Meningkatkan kesejahteraan Guru dan Staf Administrasi (Tata Usaha)

5. Menumbuhkan rasa kepedulian dalam segala hal untuk menciptakan keharmonisan dan memperlancar Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

6. Menumbuhkan kepercayaan masyarakat dalam Penerimaan siswa baru

- Strategi :

Selain visi dan misi yang telah dirumuskan secara jelas, peran

strategi juga tak kalah pentingnya karena tanpa strategi dan konsep

yang tepat maka keberadaan suatu lembaga pendidikan akan sulit

berkembang ditengah perkembangan zaman yang semakin maju dan

persaingan yang semakin ketat bahkan jika hal ini diabaikan, bukan

36

mustahil akan sepi peminat atau ditinggalkan masyarakat. Oleh karena

itu, pihak SMP Sejahtera 2 Cileungsi–Bogor mencanangkan beberapa

strategi yaitu:

1. Disiplin dan efektivitas dalam melaksanakan kegiatan Belajar.

2. Motivasi tinggi dalam melaksanakan tugas.

3. Partisipasi warga sekolah dan orang tua digunakan.

4. Responsif dan Antisipatif terhadap kebutuhan.

- Motto : SERASI (SEMANGAT RAIH PRESTASI)

Jenis-jenis kegiatan keagamaan:

Pendidikan yang efektif bukan hanya sebatas transfer ilmu

pengetahuan dari guru ke siswa semata tetapi harus diimbangi pula dengan

berbagai aktifitas atau kgiatan keagamaan karena pendidikan yang baik adalah

pendidikan yang memperhatikan 3 ranah pendidikan yaitu asfek kognitif,

afektif, dan psikomotorik

B. Sarana dan Prasarana

Untuk menunjang keberhasilan pendidikan sesuai dengan progrm dan

tujuan yang telah dicanangkan diperlukan sarana dan prasarana sebagai media

pendukung, bahkan dalam hal tertentu menjadi kebutuhan primer.

SMP Sejahtera 2 sebagai lembaga pendidikan formal saat ini telah

mempunyai berbagai fasilitas, diantaranya:

No Jenis fasilitas Jumlah Luas (m2)

1. Ruang Kelas 15 1057

2. Ruang Perpustakaan 1 30

3. Ruang BP/BK 1 63

4. Ruang Kepala Sekolah 1 15

5. Ruang Guru 1 56

6. Ruang TU 1 30

7. Ruang Osis 1 12

8. Kamar Mandi/WC Guru 2 12

37

9. Kamar Mandi/WC Siswa 6 36

10. Gudang 1 108

11. Ruang Ibadah 1 63

C. Pengolahan dan Analisis Data

Untuk memperoleh hasil yang objektif dari penelitian ini, data yang

diperoleh disajikan dalam beberapa tabel mencakup beberapa unsur yang

berkaitan dengan efektifitas pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan

disiplin ibadah siswa-siswi SMP Sejahtera 2 Cileungsi-Bogor. Tabel yang

disajikan merupakan jawaban siswa atas pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan, yaitu :

Tabel 1

Kewajiban Melaksanakan Shalat Lima Waktu

Untuk tabel yang pertama adalah tentang data siswa yang

melaksanakan shalat lima waktu atau shalat fardhu, hal ini dimaksudkan agar

diketahui dampak dari pengajaran dan Pendidikan Agama Islam dalam

kehidupan sehari-hari

No Alternatife Jawaban Frekuensi Persentasi

A Selalu 11 14,9 %

B Sering 43 58,1 %

C Kadang-kadang 20 27 %

D Tidak pernah - -

Jumlah N= 74 100 %

Dari data tabel di atas diperoleh hasil bahwa sebanyak 43 orang

responden atau 58,1 % yang menjawab sering melaksanakan shalat lima

waktu, siswa yang melaksanakan shalat dalam waktu yang tidak tentu atau

kadang-kadang adalah 20 orang atau 27 %, sedangkan 11 orang responden

atau 14,9 % selalu melaksanakan shalat, dan tidak ada seorangpun dari

responden yang menjawab tidak pernah (0%). Hal ini menunjukkan bahwa ada

kesadaran pada diri responden (siswa) terhadap kewajiban shalat lima waktu

38

walaupun masih ada sebagian siswa yang melaksanakannya hanya sewaktu-

waktu atau kadang-kadang.

Tabel 2

Pelaksanaan Shalat Berjamaah

Shalat berjama’ah merupakan salah satu cara melaksanakan ritual

ibadah kepada Allah SWT yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih. Untuk

melaksanakan shalat berjama’ah dibutuhkan kesadaran individu yang tinggi

disamping keimanan.

Berikut ini adalah tabel mengenai cara pelaksanaan ibadah shalat

menurut kebiasaan siswa/i SMP Sejahtera 2, yaitu sebagai berikut:

No Alternatife Jawaban Frekuensi Persentasi

A Selalu 13 17,6%

B Sering 49 66,2 %

C Kadang-kadang 6 8, 1 %

D Tidak pernah 6 8,1 %

Jumlah N= 74 100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 49 orang responden (66,2

%) menjawab sering, kemudian 13 orang responden (17,6%) menjawab selalu

shalat berjama’ah, selanjutnya 6 orang responden (8,1%) menjawab kadang-

kadang, serta 6 orang lainnya menjawab tidak pernah (8,1 %). Berdasarkan

data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ada kesadaran yang cukup

tinggri dalam diri siswa dalam pelaksanaan shalat berjama’ah sebagai suatu

kegiatan yang rutin dilakukan. Jika digabungkan antara siswa yang menjawab

selalu dan sering maka akan diperoleh data sebanyak 62 orang siswa (83,8 % )

dari jumlah total siswa yang melaksanakan shalat berjamaa’h.

Data ini cukup meyakinkan untuk sebuah kesimpulan bahwa mayoritas

siswa SMP Sejahtera 2 sering melaksanakan shalat secara berjamaa’h,

walaupun yang menjawab kadang-kadang dan tidak pernah ada 12 orang

(16,2%) namun tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah

mayoritas siswa.

39

Tabel 3

Ketertiban Dalam Melaksanakan Shalat

Tertib adalah teratur, berurutan sesuai dengan urutannya dan

merupakan bagian dari rukun shalat yang tidak bisa dipisahkan dari rangkaian

kegiatan shalat. Seseorang bisa tidak mendapatkan pahala jika dalam

pelaksanaan shalatnya tidak tertib.

Tabel dibawah ini adalah jawaban responden dari para siswa SMP

Sejahtera 2 tentang ketertiban dalam melaksanakan ibadah shalat

No Alternatife Jawaban Frekuensi Persentasi

A Selalu 46 62,1 %

B Sering 15 20,3 %

C Kadang-kadang 13 17,6 %

D Tidak pernah - -

Jumlah N= 74 100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa 46 orang responden (62,1 %) selalu

tertib ketika menjalankan ibadah shalat, selanjutnya 15 orang responden (20,3)

menjawab sering,13 orang menjawab kadang-kadang (17,6%) sedangkan yang

menjawab tidak pernah tertib dalam melaksanakan shalat adalah 0 %. Dari

data dan fakta di atas dapat dinyatakan bahwa hampir seluruh siswa selalu

tertib dalam melaksanakan shalat, hal ini terbukti dengan jumlah siswa yang

mayoritas menjawab selalu dan sering tertib walaupun ada beberapa siswa

yang kadang-kadang tidak tertib ketika shalat namun hal tersebut tidak

mempengaruhi keefektifan pendidikan agama Islam

Tabel 4

Meninggalkan Shalat Fardhu (shalat lima waktu)

Data selanjutnya adalah mengenai kebiasaan atau intensitas siswa

terhadap kewajiban shalat fardhu lima waktu supaya diketahui apakah

pendidikan agama Islam yang diajarkan di sekolah berdampak positif atau

justru tidak berpengaruh sama sekali terhadap perilaku dan kebiasaan siswa.

Berikut ini adalah data yang berhasil dihimpun berdasarkan angket yang telah

40

diisi oleh siswa SMP Sejahtera 2 Cileungsi -Bogor:

No Alternatife Jawaban Frekuensi Persentasi

A Selalu - -

B Sering 11 14,9 %

C Kadang-kadang 11 14,9 %

D Tidak pernah 52 70,2 %

Jumlah N = 74 100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada satu orang siswapun yang

menjawab selalu meninggalkan shalat fardhu dengan persentase 0%. Siswa

sebanyak 52 orang atau 70,2 % menjawab tidak pernah meninggalkan shalat

lima waktu, kemudian yang menjawab sering sebanyak 11 orang (14,9%),

sedangkan 11 orang responden atau 14,9 % menjawab kadang-kadang. Hal

tersebut menunjukkan bahwa kesadaran untuk melaksanakan kewajiban shalat

fardhu sudah cukup tinggi dalam diri siswa SMP Sejahtera 2

Tabel 5

Kedisiplinan Pelaksanaan Shalat Setiap Waktu

No Alternatife Jawaban Frekuensi Persentasi

A Malas 3 4 %

B Tidak 8 10,9 %

C Jarang-jarang 17 17 %

D Rajin 46 62,1 %

Jumlah N = 74 100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa 62,1 % siswa SMP Sejahtera 2 rajin

melaksanakan shalat fardhu atau dengan kata lain tidak absen dalam

pelaksanaan shalat yang lima waktu, kemudian ada 17 orang siswa (17 %)

yang menjawab jarang-jarang. Siswa yang tidak disiplin dalam melaksanakan

shalat setiap waktu sebanyak 8 orang (10,9%), dan 4 % dari total keseluruhan

siswa menyatakan malas melaksanakan shalat setiap waktu. Hal tersebut

menunjukkan bahwa kedisiplinan responden dalam melaksanakan shalat lima

41

waktu cukup tinggi, dilihat dari banyaknya persentase siswa yang menjawab

rajin. Jika dalam diri siswa sudah ada kesadaran untuk berdisiplin dalam

melaksanakan shalat lima waktu yang notabene meruapakan kewajiban setiap

muslim maka pendidikan agama Islam di SMP Sejahtera 2 bisa dinyatakan

cukup efektif

Tabel 6

Mengulur-ngulur Waktu Shalat

No Alternatife Jawaban Frekuensi Persentasi

A Selalu 5 6,7 %

B Sering 6 8,1 %

C Kadang-kadang 51 69 %

D Tidak pernah 12 16,2 %

Jumlah N = 74 100 %

Tabel di atas menunjukkan 51 orang atau 69 % dari total responden

menjawab kadang-kadang, 12 orang responden atau 16,2 % responden tidak

pernah mengulur-ngulur waktu shalat., kemudian 6 orang responden atau 8,1

% sering mengulur-ngulur waktu shalat, sedangkan 5 orang atau 6,7 % dari

responden selalu mengulur-ngulur waktu shalat.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa siswa SMP Sejahtera 2

sebagai responden memiliki kesadaran shalat walaupun kadang-kadang masih

mengulur waktu dalam melaksanakan shalat.

Tabel 7

Kepemilikan Buku Paket fiqh

No Alternatife Jawaban Frekuensi Persentasi

A Tidak 36 48,6 %

42

B Punya sendiri-sendiri 34 46 %

C Punya dah dicoret-coret 2 2,7 %

D Pinjem perpustakaan 2 2,7 %

Jumlah N = 74 100 %

Tabel di atas menunjukkan 48,6 % dari responden tidak memiliki buku

paket Fiqh, 46% punya sendiri-sendiri, 2,7 % punya tapi sudah dicoret-coret,

sedangkan 2,7 % lagi pinjem di perpustakaan. Hal tersebut menunjukkan

bahwa responden rata-rata memiliki buku walaupun ada beberapa yang

pinjam.

Tabel 8

Pelaksanaan Pembelajaran Fiqh di Sekolah

Diantara pelajaran yang diajarkan di Sekolah Menengah Pertama

(SMP) Sejahtera 2 adalah Pendidikan Agama Islam yang di dalamnya terdapat

pembelajaran tentang keislaman seperti akidah-akhlak, Quran-hadits, dan

Fiqh.

Fiqh menurut bahasa adalah pemahaman, sedangkan menurut istilah

adalah ilmu yang membahas mengenai hukum dan tatacara ibadah baik

manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan, maupun manusia

dengan Tuhan dengan berlandaskan dalil dan syari’at Islam. Khusus mengenai

ibadah selain dijelaskan dalam al-quran dan sunnah secara global, di dalam

fiqih dibahas dengan lebih detail. Tabel di bawah ini adalah pendapat siswa

tentang manfaat pembelajaran fiqh di sekolah

No Alternatife Jawaban Frekuensi Persentasi

A Sangat bermanfaat 45 60,8 %

B Cukup bermanfaat 29 39,2 %

C Kurang bermanfaat - -

D Tidak bermanfaat - -

Jumlah N = 74 100 %

43

Tabel di atas menunjukkan 45 orang responden (60,8 %) menyatakan

bahwa pembelajaran fiqh di sekolah sangat bermanfaat, sedangkan 29 orang

lainnya (39,2 %) menyatakan cukup bermanfaat. Merujuk kepada data di atas

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran fiqh sangat bermanfaat

bagi siswa terutama dalam meningkatkan ibadah baik dalam hal wawasan

pengetahuan maupun dalam tataran praktis.

Tabel 9

Perubahan Shalat Siswa Setelah Memperoleh Pembelajaran Fiqh

Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah terutama siswa di

sekolah, pembelajaran fiqh mutlak dibutuhkan, dan berdasarkan data

sebelumnya bahwa 100 % responden menyatakan bahwa pembelajaran fiqh

bermanfaat bagi mereka. Data di bawah ini menggambarkan mengenai

perubahan shalat siswa setelah memeperoleh pembelajaran fiqh. Jika

pernyataan siswa sesuai dengan perubahan shalat siswa, maka pembelajaran

fiqh dan pendidikan agama Islam dapat dinyatakan efektif

No Alternatife Jawaban Frekuensi Persentase

A Ibadah menjadi meningkat 62 83,8 %

B Ibadah menjadi biasa-biasa aja 12 16,2 %

C Ibadah menjadi menurun - -

D Ibadah menjadi malas - -

Jumlah N = 74 100 %

Tabel di atas menunjukkan 83,8 % dari responden menyatakan bahwa

ibadah menjadi meningkat setelah memperoleh pembelajaran Fiqh, sedangkan

16,2 % merasa ibadah menjadi biasa-biasa saja setelah memperoleh

pembelajaran Fiqh. Hal tersebut menunjukkan kebanyakan dari siswa merasa

ibadah meningkat setelah memperoleh pembelajaran fiqh, berarti adanya

pembelajaran fiqh sangat bermanfaat bagi siswa.

44

Tabel 10

Peningkatan Pengamalan Shalat Setelah Memperoleh Pembelajaran Fiqh

No Alternatife jawaban Frekuensi Persentase

A Ya 50 67, 6 %

B Mungkin 18 24, 3 %

C Ragu-ragu 6 8,1 %

D Tidak - -

Jumlah N = 74 100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa 67,6 % dari responden menyatakan

ya dalam peningkatan pengamalan shalat setelah memperoleh pembelajaran

fiqh, 24,3 % mungkin, sedangkan 8,1 % lagi menyatakan ragu-ragu . Hal

tersebut menunjukkan bahwa peningkatan pengamalan shalat itu ada setelah

memperoleh pembelajaran Fiqh.

Tabel 11

Perasaan Malas Mengerjakan Shalat Lima Waktu

No Alternatife Jawaban Frekuensi Persentase

A Selalu - -

B Sering 4 5,4%

C Kadang-kadang 48 64,9%

D Tidak pernah 22 29,7%

Jumlah N = 74 100 %

Tabel dia atas menunjukkan bahwa 64,9% kadang-kadang merasa

malas, 29,7% tidak pernah merasa malas dalam mengerjakan shalat lima

waktu, sedangkan 5,4% dari responden menyatakan sering merasa malas

dalam mengerjakan shalat lima waktu. Dari tabel di atas dapat diketahui

bahwa perasaan malas itu terkadang datang pada diri siswa kebanyakan,

melihat banyaknya persentase pada tabel dia atas.

45

Tabel 12

Terpaksa Dalam Melaksanakan Shalat Lima Waktu

No Alternatife Jawaban Frekuensi Persentase

A Selalu - -

B Sering - -

C Kadang-kadang 14 19%

D Tidak pernah 60 81%

Jumlah N = 74 100 %

Tabel dia atas menunjukkan bahwa 81% atau sebanyak 60 orang tidak

pernah terpaksa dalam melaksanakan shalat lima waktu, walaupun 19% atau

14 siswa terpaksa dalam melaksanakan shalat lima waktu. Berarti terlihat

adanya kemauan dari siswa untuk melaksanakan shalat tanpa terpaksa, hal

tersebut dapat diketahui dengan melihat jumlah persentase yang tinggi.

Tabel 13

Perasaan Senang Dalam Mengerjakan Shalat Lima Waktu

No Alternatife Jawaban Frekuensi Persentase

A Selalu 60 81%

B Sering 4 5,4%

C Kadang-kadang 10 14%

D Tidak pernah - -

Jumlah N = 74 100 %

Tabel dia atas menunjukkan bahwa 81% selalu merasa senang dalam

mengerjakan shalat lima waktu, 14% kadang-kadang merasa senang dalam

melaksanakan shalat lima waktu dan 5,4% sering merasa senang dalam

mengerjakan shalat lima waktu. Hal di atas menunjukkan bahwa beberapa

siswa kadang-kadang merasa senang dalam mengerjakan shalat walaupun ada

beberapa persen yang tidak senang.

46

Tabel 14

Perasaan Rugi jika Tidak Melaksanakan Shalat Lima Waktu

Shalat fardhu merupakan kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan oleh

setiap muslim, dan dalam tingkatan tertentu ibadah tersebut bukan hanya

menjadi suatu kewajiban tetapi lebih jauh menjadi kebutuhan. Jika seseorang

sudah menjadikan shalat sebagai kebutuhan, tidak akan timbul beban dalam

melaksanakannya, terasa nyaman dan mendapatkan kepuasan bathin yang

tidak bisa digambarkan. Maka bila ia tidak bisa menikmati ibadah shalat

karena sebab-sebab tertentu ia kan merasa rugi. Tabel berikut adalah jawaban

siswa sebagai responden yang menggambarkan perasaan rugi jika tidak

melaksankan shalat lima waktu.

No Alternatife Jawaban Frekuensi Persentase

A Selalu 44 59,4%

B Sering 8 10,8%

C Kadang-kadang 8 10,8%

D Tidak pernah 14 19%

Jumlah N = 74 100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa 44 orang siswa (59,4 %) selalu

merasa rugi jika tidak melaksanakan shalat, kemudian 14 orang siswa (19%)

tidak pernah merasa rugi jika tidak melaksanakan shalat, selanjutnya 8 orang

siswa (10,8%) sering merasa rugi jika tidak melaksanakan shalat, dan 8 orang

siswa atau 10,8% menyatakan kadang-kadang merasa rugi jika tidak

melaksanakan shalat. Dari hasil persentase terlihat bahwa yang menjawab

selalu dan sering lebih banyak daripada yang menjawab kadang-kadang dan

tidak pernah, ini berarti bahwa mayoritas siswa yang beragama Islam merasa

rugi jika tidak melaksanakan shalat lima waktu.Adanya perasaan rugi jika

tidak melaskanakan shalat merupakan hal yang positif dan perlu dipupuk bagi

pertumbuhan dan perkembangan jiwa keagamaan anak didik karena jika

perasaan tersebut terus-menerus tertanam dalam pikiran dan hati, diharapkan

akan meminimalisir sikap mengabaikan kewajiban shalat sehingga seiring

47

dengan berjalannya waktu, shalat menjadi kebutuhan rohani bagaikan jasmani

yang membutuhkan asupan gizi dari makanan dan minman yang dikonsumsi

Tabel 15

Berdo’a Setelah Melaksanakan Shalat

No Alternatife Jawaban Frekuensi Persentase

A Selalu 49 66,2%

B Sering 12 16,2%

C Kadang-kadang 13 17,6%

D Tidak pernah - -

Jumlah N = 74 100 %

Tabel diatas menunjukkan bahwa 49 orang (66,2%) selalu berdo’a

setelah melaksanakan shalat, siswa yang sering berdo’a sebanyak 12 orang

(17,6%), siswa yang kadang-kadang berdo’a setelah melaksanakan shalat

berjumlah 13 orang (16,2%),sedangkan yang menjawab tidak pernah .

Melihat hasil di atas berarti tidak semua siswa berdo’a setelah melaksanakan

shalat, kadang-kadang tidak berdo’a.

Tabel 16

Berdo’a Setelah Berwudhu

Tabel di bawah ini adalah tentang kebiasaan do’a yang dilakukan

siswa setelah melakukan wudhu

No Alternatife Jawaban Frekuensi Persentase

A Selalu 31 41,9%

B Sering 6 8,1%

C Kadang-kadang 27 36,5%

D Tidak pernah 10 13,5%

Jumlah N = 74 100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa 41,9% selalu berdo’a setelah

berwudhu, 36,5% kadang-kadang, 13,5% tidak pernah berdo’a setelah

berwudhu, sedangkan 8,1% sering berdo’a setelah berwudhu. Melihat hasil dia

48

atas berarti tidak semua siswa berdo’a setelah berwudhu walaupun sebagian

berdo’a.

Tabel 17

Pengetahuan Tatacara Shalat

Ibadah shalat bukan ibadah yang diajarkan secara teoritis saja tetapi

perlu ada praktek atau contoh konkret secara empris sehingga orang yang

diajarkan tidak sebatas tahu tetapi menjadi bisa dalam pelaksanaan. Oleh

karena itu peran peran para pendidik dan lingkungan sangat penting dalam

membina wawasan religi dan perkembangan skill peserta didik sehingga

terjadi keseimbangan antara asfek kognitif, afektif dan psikomotorik. Tabel di

bawah ini adalah sumber yang didapat siswa mengenai pengetahuan tentang

tatacara pelaksanaan shalat

No Alternatife Jawaban Frekuensi Persentase

A Dari pelajaran Fiqh 3 4%

B Dari Guru ngaji 40 54%

C Dari orang tua 31 42%

D Dari teman - -

Jumlah N = 74 100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa 40 orang responden atau 54%

memperoleh pengetahuan tatacara shalat dari guru ngaji, 31 orang (42%) dari

orang tua, dan 4% diketahui dari pelajaran fiqh di sekolah. Berarti kebanyakan

siswa mengetahui tatacara shalat dari guru ngaji. Hanya sedikit yang

mengetahui tatacara shalat melalui pembelajaran fiqh di sekolah.

Tabel 18

Perasaan Takut Bila Tidak Mengerjakan Shalat

Setiap muslim tentu mengetahui bahwa ada satu kewajiban ibadah

yang tidak boleh ditinggalkan yaitu shalat. Bagi yang di dalam hatinya tumbuh

iman kepada Allah SWT ketika ia lalai atau tidak melaksankan ibadah shalat

akan timbul perasaan takut kepada-Nya karena telah melanggar perintah Yang

49

Maha Kuasa. Tabel di bawah ini adalah data tentang gambaran perasaan takut

siswa bila tidak mengerjakan shalat

No Alternatife Jawaban Frekuensi Persentase

A Ya 55 74,3%

B Mungkin 8 10,8%

C Ragu-ragu 5 6,8%

D Tidak 6 8,1%

Jumlah N = 74 100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa 55 orang responden (74,3%)

menjawab ya, memiliki perasaan takut bila tidak melaksanakan shalat, 8

orang (10,8%) menyatakan mungkin merasa takut, 6 orang responden (8,1%)

menyatakan tidak merasa takut bila tidak mengerjakan shalat, dan 5 orang

(6,8%) menjawab ragu-ragu. Dari data terbut penulis menyimpulkan bahwa

hampir kebanyakan siswa merasa takut bila tidak mengerjakan shalat lima

waktu.

Tabel 19

Perasaan Setelah Melaksanakan Shalat

Shalat adalah kewajiban pokok dalam Islam dan merupakan ibadah

utama bagi seorang muslim. Selain sebagai kewajiban, shalat juga berfungsi

sebagai pemenuhan kebutuhan rohani, maka jika iman sudah tertanam dalam

jiwa ketika seseorang telah mendirikan shalat akan tumbuh rasa tenang dalam

dirinya, namun sebaliknya jika belum atau tidak melaksankan ibadah shalat

hatinya mejadi gelisah dan tidak tenang. Tabel di bawah ini adalah perasaan

siswa setelah melaksanakan shalat

No Alternatife Jawaban Frekuensi Persentase

A Gelisah - -

B Tenang 74 100%

C Pusing - -

50

D Malas - -

Jumlah N = 74 100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa 74 orang siswa atau 100% dari

jumlah responden memilki perasaan tenang setelah melaksanakan shalat dan

tidak satupun yang memilih alternatif jawaban selain tenang. Maka dapat kita

simpulkan bahwa setiap orang yang melaksanakan shalat jiwanya akan selalu

tenang, tidak risau atau gelisah.

Tabel 20

Pelaksanaan Wudhu Dengan Baik

Sebelum melaksanakan ibadah shalat, seseorang diwajibkan untuk

bersuci terlebih dahulu sebagai syarat utama sebelum menghadap Yang Maha

Suci. Cara bersuci dalam agama Islam ada dua yaitu wudhu (dengan air) dan

tayamum (dengan debu) jika tidak ada air atau darurat, namun pada umumnya

di wilayah Indonesia banyak terdapat sumber air khususnya di SMP Sejahtera

2 Cileungsi-Bogor sehingga penulis berinisiatif hanya mencantumkan asfek

wudhu saja dalam proses peningkatan disiplin beribadah. Berikut ini adalah

data siswa dalam melaksanakan cara bersuci (wudhu) dengan baik

No Alternatife Jawaban Frekuensi Persentase

A Ya 62 83,7%

B Tidak 2 2,7%

C Kadang-kadang 5 6,8%

D Ragu-ragu 5 6,8%

Jumlah N = 74 100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa 62 orang siswa atau 83,7%

responden menjawab ya dalam melaksanakan wudhu dengan baik, ini berarti

bahwa mayoritas siswa sudah berusaha melaksanakan wudhu dengan baik.

Responden yang menjawab kadang-kadang sebanyak 5 orang atau 6,8% dari

total seluruh siswa, sedangkan responden yang menjawab ragu-ragu sebanyak

5 orang atau 6,8%, dan 2 orang responden atau 2,7% menjawab tidak. Dari

51

tabel diatas dapat dtarik kesimpulan bahwa beberapa siswa masih ada yang

bingung apakah pelaksanaan wudhu mereka sudah baik atau tidak, ini dilihat

dari persentase responden yang seimbang antara kadang-kadang dan ragu-ragu

yaitu 5 berbanding 5.

Nilai rata-rata penilaian berdasarkan indikator

Variabel Indikator N

X∑=Mx Ket.

Pendidikan

Agama Islam

(Fiqh)

1. Manfaat

pembelajaran

fiqh

Tidak

Efektif

Pelaksanaan

Ibadah Shalat

Lima Waktu

1. Pelaksanaan

shalat wajib

2. Membaca doa

setelah shalat

3. Tatacara

shalat lima

waktu

4. Implikasi

meninggalkan

shalat

= 4,01%

Tidak

Efektif

Tidak

Efektif

Tidak

Efektif

52

5. Implikasi

pelaksanaan

shalat

Tidak

Efektif

Tidak

Efektif

Total Nilai

18,49%

Tidak

Efektif

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat

ditafsirkan bahwa efektifitas pendidikan agama Islam dalam meningkatkan

disiplin beribadah di SMP Sejahtera 2, Bogor dapat dikatakan cukup baik.

Hal tersebut terlihat dari hasil angket yang disebarkan kepada 74

responden di SMP Sejahtera 2, Bogor dan diketahui bahwa mayoritas jawaban

responden menyatakan bahwa ibadah menjadi meningkat setelah memperoleh

pembelajaran fiqh. Selain itu, rata-rata responden juga menyatakan bahwa

selalu merasa senang dalam melaksanakan shalat lima waktu (terlihat pada

Tabel 13)

Disamping itu, responden menyatakan bahwa siswa selalu berdo’a

setelah mengerjakan shalat dan pada saat berwudhu hal tersebut dapat terlihat

pada Tabel 15, 16 .

Keefektifan dalam beribadah shalat dengan baik di dukung oleh

perasaan takut bila tidak mengerjakan shalat, merasa tenang setelah

mengerjakan shalat, merasa rugi bila tidak mengerjakan shalat, serta

pengetahuan tentang tatacara shalat. Hal tersebut terlihat pada Tabel 14, 17,

18, 19 mayoritas responden menyatakan perasaan takut (74,3%), rugi

(59,4%), bila tidak mengerjakan shalat dan sebaliknya merasa tenang (100%)

apabila telah mengerjakan shalat, selain itu didukung dengan pengetahuan

yang mereka ketahui tentang tatacara shalat (54%).

Selain indikator tersebut di atas, dapat dilihat juga dari pelaksanaan

53

shalat berjama’ah yang sering mereka lakukan walaupun ada beberapa yang

kadang-kadang bahkan tidak berjama’ah tapi mereka juga tetap mengerjakan

shalat. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 2

Dengan demikian, maka berdasarkan penafsiran data tersebut di atas

dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden melaksanakan shalat dengan

disiplin beribadah seperti berwudhu dan berjama’ah dalam mengerjakan

shalat. Tentu saja ini berarti keefektifan dalam beribadah tidak efektif .

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini,

maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pengetahuan Siswa mengenai pembelajaran fiqh mampu memberikan

dorongan dalam melaksanakan ibadah terutama shalat dan membantu

siswa dalam meningkatkan shalat berjama’ah di sekolah.

2. Efektifitas pendidikan agama Islam dalam meningkatkan disiplin

beribadah (shalat lima waktu) di SMP sejahtera 2, Bogor dapat dikatakan

tidak efektif. Hal ini dapat terlihat dari hasil angket yang disebarkan

kepada responden dan hasil penghitungan total nilai rata-rata tiap

indikator.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, maka dapat diberikan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi guru yang terkait, hendaknya mempertahankan dan meningkatkan

kembali cara mengajar yang lebih baik dan mengembangkan wawasan

siswa dengan memberikan matei-materi pelajaran yang lebih mengenai

sasarannya.

2. Lebih memperhatikan siswanya dalam hal disiplin beribadah terutama

shalat lima waktu yang dilaksanakan di sekolah.

54

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharismi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2006, cet ke-13

As-Sadlan, Shalih bin Ghanim, Fiqh Shalat Berjamaah, Jakarta : Pustaka as Sunnah, 2006, cet ke-1.

Ash Shiddieqy, Hasbi, Pedoman Shalat, Jakarta : Bulan Bintang, 1983, cet ke-1

Darajat, Zakiyah, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta : Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi, 1983

Darajat, Zakiyah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1996, cet ke-8

Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Agama Islam Untuk Sekolah Menengah Pertama, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2003.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990.

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006 , cet ke-6

Komarudin, Ensiklopedia Manajemen, Jakarta: Bumi Aksara, 1994, cet ke 1.

Marimba D Ahmad , Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1992 , cet ke-8

Marimba D Ahmad , Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1980, cet ke-4

Mastuhu, Memberdayakan System Pendidikan Islam, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999, cet ke-2

Moleong, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif , Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002.

Muhaimin, M.A, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung : Remaja Rosda Karya, 2001.

Nasution, Lahmudin, M.Ag. Fiqh 1

Nata Abuddin, Pendidikan Dalam Persepektif Alquran, UIN Jakarta Press, 2005.

Ramayulis, Prof. DR. H., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2008 , cet ke-7

Sadily, Hasan, Ensiklopedia Indonesia, Jakarta : Ikhtiar Baru-Van Hoeve. Jilid 2

Singarimbun, Masri dkk. Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3ES, 2006. cet ke-8

Soepeno, Bambamg, Statistik terapan (dalam ilmu-ilmu social dan pendidikan) Jakarta: PT.Rieneka Cipta, 1997, cet ke 1

Sugiyono,Metode Penelitian Administrasi, Bandung: alfabeta, 2004.

Surakhmad, Winarno,. Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito, 1998, Cet ke-8.

Susilo, Madya Eko, Dasar-dasar Pendidikan, Semarang : Effar Offset, 1990, cet ke-1

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2006, cet ke-2

Tulus Tu’u, Peran Disiplin pada Prilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta: PT. Grafindo Widia Sarana Indonesia, 2004.

Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung ; Pustaka Setia, 1999, cet ke-2.

Wasito S Wojo & Wasito W Tito, Kamus Lengkap (Inggeris-Indonesia, Indonesia-Inggeris), Bandung : Hasta, 1980 , cet ke-15

Wasna, Panata , Ensiklopedia Administrasi, Jakarta : CV. Haji Masagung, 1989

Zurinal, Z, Fiqh Ibadah, Jakarta : UIN Jakarta Press, 2008, cet ke-1.

Zurinal & Aminuddin, Fiqih Ibadah, Jakarta: lembaga Penelitian UIN, 2008.

Lampiran

Angket : Efektifitas Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Disiplin

Beribadah

(shalat lima waktu) di SMP Sejahtera 2, Bogor.

Nama :

Kelas :

Alamat :

Petunjuk;

a. Bacalah “Basmalah” sebelum memulai pengisian angket ini.

b. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap paling sesuai dengan

keadaan dan apa yang sejujurnya anda ketahui.

c. Pengisian angket ini tidak mempengaruhi nilai anda, untuk itu diharapkan

anda mengisi dengan jawaban yang benar dan jujur apa adanya.

d. Akhiri pengisian angket ini dengan ucapan “ Alhamdulillah” dan saya

ucapkan terimakasih atas kesediaan anda mengisi angket ini.

1. Apakah anda mengerjakan shalat lima waktu setiap hari?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

2. Apakah anda melaksanakan shalat fardhu di awal waktu?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

3. Apakah anda mengerjakan shalat dengan tertib?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

4. Apakah anda meninggalkan shalat fardhu?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

  i

5. Apakah anda merasa malas mengerjakan shalat lima waktu?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

6. Apakah anda merasa terpaksa mengerjakan shalat lima waktu?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

7. Apakah anda merasa senang mengerjakan shalat?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

8. Apakah anda merasa rugi jika tidak mengerjakan shalat?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

9. Apakah anda melaksanakan shalat berjama’ah yang diadakan di sekolah?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

10. Apakah anda berdo’a bila selesai melaksanakan shalat?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

11. Apakah anda berdo’a bila selesai berwudhu?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

12. Pengetahuan tatacara shalat anda telah banyak diperoleh dari mana?

a. Dari pelajaran fiqh di sekolah c. dari orang tua

b. Dari guru ngaji d. dari teman

13. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran fiqh di sekolah bagi pengamalan

shalat anda?

a. Sangat bermanfaat c. kurang bermanfaat

b. Cukup bermanfaat d. tidak bermanfaat

14. Bagaimana perubahan shalat anda setelah memperoleh pembelajaran fiqh?

a. Ibadah menjadi meningkat c. ibadah menjadi menurun

b. Biasa-biasa saja d. ibadah menjadi malas

  ii

15. Setelah anda memperoleh pembelajaran fiqh, apakah anda mempunyai

tekad untuk meningkatkan pengamalan shalat meski belum mampu?

a. Ya c. ragu-ragu

b. Mungkin d. tidak

16. Apakah anda merasa takut bila tidak mengerjakan shalat?

a. Ya c. ragu-ragu

b. Mungkin d. tidak

17. Setelah shalat apa yang anda rasakan?

a. Gelisah c. pusing

b. Tenang d. malas

18. Apakah anda rajin melaksanakan shalat setiap waktu?

a. Malas c. jarang-jarang

b. Tidak d. rajin

19. Apakah anda mempunyai buku paket fiqh?

a. Tidak c. punya sudah dicoret-coret

b. Punya sendiri-sendiri d. pinjem perpustakaan

20. Apakah anda berwudhu dengan baik?

a. Ya c. kadang-kadang

b. Tidak d. ragu-ragu

  iii

  iv

BERITA WAWANCARA

Hari/Tanggal : Sabtu, 10 april 2010 Nama Responden : Muh. Irham Mudzakir, S.Ag Jabatan : Guru PAI Isi Wawancara ;

1. Metode apa yang bapak gunakan dalam menyampaikan pelajaran fiqh khususnya tentang shalat?

2. Problem apa yang biasa dihadapi bapak dalam melaksanakan pengejaran fiqh, khususnya tentang ibadah shalat?

3. Bagaimana cara bapak mengatasi problem tersebut?

4. Usaha apa yang bapak lakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa di

bidang ibadah khususnya?

JAWABAN BERITA WAWANCARA 1. Metode pembelajaran yang dipakai adalah:

- Diskusi - Tanya jawab - Penugasan (praktek)

2. Problem yang dihadapi: - Siswa masih banyak yang belum terbiasa melaksanakan shalat fardhu yang

lima waktu. 3. Cara mengatasi problem yaitu dengan memberikan materi pembelajaran

tentang: - Pengertian shalat wajib - Hukum shalat wajib - Syarat wajib dan syarat sah shalat wajib - Hal-hal yang membatalkan shalat wajib - Dzikir dan do’a setelah shalat wajib - Fungsi shalat wajib dalam kehidupan

4. Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa di bidang shalat yaitu: - Menjelaskan pengertian tentang hukum, syarat wajib, syarat sah, rukun sah

dan hal-hal yang membetalkannya - Memperaktikan shalat wajib, dzikir dan do’a setelah shalat - Menjelaskan arti bacaan shalat wajib - Membaca dalil naqli dan aqli tentang shalat wajib - Menjelaskan fungsi shalat wajib dalam kehidupan