EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL...

106
UNIVERSITAS INDONESIA EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL BERSAMAAN DENGAN PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETES ORAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS KOTAMADYA DEPOK SKRIPSI ADHITIA 0706264412 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FARMASI DEPOK JULI 2012 Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Transcript of EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL...

Page 1: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

UNIVERSITAS INDONESIA

EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL

BERSAMAAN DENGAN PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETES

ORAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI

PUSKESMAS KOTAMADYA DEPOK

SKRIPSI

ADHITIA

0706264412

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI FARMASI

DEPOK

JULI 2012

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 2: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL

BERSAMAAN DENGAN PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETES

ORAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI

PUSKESMAS KOTAMADYA DEPOK

SKRIPSI

ADHITIA

0706264412

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI FARMASI

DEPOK

JULI 2012

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 3: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

iii

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 4: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

iv

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 5: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

v

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 6: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT. yang telah mencurahkan rahmat serta

pertolongan kepada penulis sehingga dapat melaksanakan penelitian yang berjudul

“Efek Perseptif Penggunaan Antidiabetes Herbal Bersamaan Dengan Penggunaan

Obat Antidiabetes Oral Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas

Kotamadya Depok” dan menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam

semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Skripisi ini dibuat

sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Program Sarjana Farmasi di

Departemen Farmasi Universitas Indonesia. Pada kesempatan kali ini penulis ingin

mengucapkan termia kasih kepada :

1. Ibu Dra. Retnosari Andrajati, M.S., Ph.D.,Apt. sebagai pembimbing I yang

telah memberikan bimbingan, arahan serta dukungan selama penelitian dan

penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Katrin, M.S. sebagai pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, arahan serta dukungan selama penelitian dan penyusunan skripsi

ini.

3. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt. sebagai Ketua Departemen

Farmasi Universitas Indonesia.

4. Ibu Dr. Silvia Surini, M. Pharm. Sc. sebagai pembimbing akademik yang

selalu memberikan nasehat dan motivasi kepada penulis selama menuntut

ilmu di Departemen Farmasi Universitas Indonesia.

5. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Sarjana Reguler Departemen

Farmasi Universitas Indonesia.

6. Kepala puskesmas dan seluruh staf di 11 UPT Puskesmas Kecamatan di Kota

Depok yang telah memberikan izin penelitian dan bekerja sama dengan baik

selama penelitian berlangsung.

7. Seluruh responden penelitian yang telah bersedia untuk diwawancara dan

mengisi kuesioner penelitian ini.

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 7: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

vii

8. Keluarga tercinta yang selalu memberikan bantuan baik moril maupun

materil selama penulis menuntut ilmu di Departemen Farmasi Universitas

Indonesia.

9. Siti Rohmaniah yang selalu meluangkan waktu untuk penulis berbagi cerita

serta memberikan semangat dan dukungannya selama penelitian.

10. Jauharul Anwar dan Ghilman Assilmi, sahabat yang telah bersedia

memberikan fasilitas kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian

ini.

11. Rekan-rekan Farmasi 2007 yang turut memberikan semangat dan dukungan

kepada penulis selama penelitian.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca

sangat penulis harapkan. Penulis juga berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi semua pihak yang membutuhkan.

Depok, Juli 2012

Adhitia

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 8: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

viii

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 9: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

ix

ABSTRAK

Nama : Adhitia

ProgramStudi : Farmasi

Judul : Efek Perseptif Penggunaan Antidiabetes Herbal Bersamaan

Dengan Penggunaan Obat Antidiabetes Oral Pada Pasien

Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Kotamadya Depok

Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping obat

konvensional. Termasuk oleh pengidap diabetes melitus (DM) tipe 2, penyakit kronis

yang para pengidapnya seringkali tidak bisa terlepas dari penggunaan obat

antidiabetes oral (ADO). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola

penggunaan antidiabetes herbal pada pasien DM tipe 2 yang sedang berobat di

puskesmas dan untuk mengetahui efek perseptif yang muncul serta mengetahui

hubungan antara efek perseptif yang muncul dengan frekuensi penggunaan, jangka

waktu penggunaan dan penggunaannya bersama ADO. Penelitian ini bersifat

deskriptif analisis dengan metode potong lintang menggunakan kuesioner yang valid

dan reliabel sebagai panduan wawancara. Penelitian dilakukan di 11 Puskesmas

Kecamatan Kota Depok dari bulan Maret sampai Mei 2012. Responden diambil

dengan metode consecutive sampling. Responden penelitian jumlahnya 101 orang,

sebanyak 52,47 % menggunakan antidiabetes herbal dan 71,70 % pengguna

antidiabetes herbal masih menggunakan ADO. Daun sirsak, daun salam dan kulit

manggis adalah tiga terbanyak antidiabetes herbal yang digunakan. Efek perseptif

paling banyak dirasakan adalah berkurangnya frekuensi buang air kecil sebanyak

24,53 % dan perasaan badan lebih enak sebanyak 18,87 % sedangkan 22,64 %

responden tidak merasakan efek perseptif. Hanya 15,09 % responden merasakan

efek samping perseptif berupa mual dan meningkatnya frekuensi buang air kecil.

Tidak terdapat hubungan antara frekuensi, jangka waktu penggunaan dan

penggunaan ADO dengan munculnya efek-efek perseptif.

Kata kunci : antidiabetes herbal, efek perseptif, antidiabetes oral, diabetes

melitus

XIV + 92 halaman : 18 tabel; 31 lampiran

Daftar Acuan : 36 ( 1980 - 2011)

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 10: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

x

ABSTRACT

Name : Adhitia

Program Study : Pharmacy

Title : The Perceptive Effects of the Use of Herbal Antidiabetic

Agents Combined With Oral Antidiabetic Agents to Type 2

Diabetic Patients at Puskesmas Kotamadya Depok

Herbal medicine is often used as an alternative medication in addition to a

conventional one. It is also the case of people suffering from type 2 diabetes mellitus

(DM), a chronic disease in which the patients with this disease often cannot be

detached from the use of oral antidiabetic drugs (OAD). The aim of this research are

to investigate the pattern of the use of herbal antidiabetic agents to type 2 DM

patients who are being treated in puskesmas, to identify the emerging perceptive

effects, and to identify the relation between the perceptive effects with the frequency

of use, period of use, as well as the combined consumption with OAD. The research

is a descriptive analysis with a cross sectional method using a valid and reliable

questionnaire as an interview guideline. The research was conducted at 11

Puskesmas Kecamatan Kota Depok from March to May 2012. The respondents were

chosen by using consecutive sampling method. In the research, there are 101

respondents; 52.47% of them use herbal antidiabetic agents and 71.70% of the users

of herbal antidiabetic agents still consume OAD. Soursop leaves, bay leaves, and

mangosteen peel are three herbal antidiabetic agents that are mostly used. The

perceptive effects that are primarily perceived are the decreased of the frequency of

urination (24.53%) and the better feeling of the body (18.87%) whereas 22.64% of

the respondents do not perceive perceptive effects. Only 15.09% of the respondents

perceive the perceptive side effects such as nausea and the increasing frequency of

urination. There is no correlation between the frequencies of use, the period of use,

and the use of OAD with the emergence of perceptive effects.

Keywords : antidiabetic herbal, perceptive effects, antidiabetic oral, diabetes

mellitus

X IV+ 92 pages : 18 tables; 31 appendices

Bibliography : 36 (1980-2011)

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 11: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ............................ iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............... viii

ABSTRAK ...................................................................................................... ix

ABSTRACT .................................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Tujuan Penelitian .......................................................................... 2

1.3 Manfaat Penelitian ......................................................................... 2

1.4 Hipotesis ......................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3

2.1 Diabetes Melitus ............................................................................ 3

2.2 Pengobatan Herbal ......................................................................... 7

2.3 Antidiabetes Herbal ........................................................................ 11

2.4 Puskesmas ...................................................................................... 18

BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................. 19

3.1 Kerangka Konsep ........................................................................... 19

3.2 Desain Penelitian ............................................................................ 19

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 19

3.4 Populasi dan Sampel ...................................................................... 20

3.5 Definisi Operasional ....................................................................... 21

3.6 Etika Penelitian .............................................................................. 23

3.7 Kuesioner ....................................................................................... 23

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 26

4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ........................................ 26

4.2 Data Deskriptif ............................................................................... 26

4.3 Data Analisis .................................................................................. 38

4.4 Keterbatasan Penelitian .................................................................. 42

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. 43

5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 43

5.2 Saran ............................................................................................... 43

DAFTAR ACUAN .......................................................................................... 44

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 12: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Obat Antidiabetes Oral .............................................................................. 6

4.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Responden di Setiap Puskesmas..................27

4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (Populasi).........................28

4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Pengguna Antidiabetes

Herbal (Sampel) ........................................................................................ 31

4.4 Distribusi Frekuensi Penggunaan Antidiabetes Herbal Berdasarkan

Sumber Informasi ...................................................................................... 33

4.5 Distribusi Frekuensi Penggunaan Antidiabetes Herbal Berdasarkan

Alasan Penggunaan ................................................................................... 33

4.6 Distribusi Frekuensi Penggunaan Antidiabetes Herbal Berdasarkan Frekuensi

Penggunaan ............................................................................................... 34

4.7 Distribusi Frekuensi Penggunaan Antidiabetes Herbal Berdasarkan

Jangka Waktu Penggunaan ........................................................................ 34

4.8 Distribusi Frekuensi Efek Perseptif yang Dirasakan ................................. 35

4.9 Distribusi Frekuensi Efek Samping Perseptif ........................................... 36

4.10 Distribusi Frekuensi Penggunaan Antidiabetes Herbal Berdasarkan

Obat Antidiabetes Oral yang Dikonsumsi................................................. 36

4.11 Distribusi Frekuensi Alasan Responden Tidak Menggunakan

Antidiabetes Herbal ................................................................................... 37

4.12 Tabel Silang Antara Penggunaan Obat Antidiabetes Oral dengan

Adanya Efek Perseptif ............................................................................... 38

4.13 Tabel Silang Antara Frekuensi Penggunaan dengan

Adanya Efek Perseptif ............................................................................... 39

4.14 Tabel Silang Antara Jangka Waktu Penggunaan dengan Adanya Efek

Perseptif ..................................................................................................... 39

4.15 Tabel Silang Antara Penggunaan Obat Antidiabetes Oral

dengan Adanya Efek Samping Perseptif ................................................... 40

4.16 Tabel Silang Antara Frekuensi Penggunaan dengan Adanya

Efek Samping Perseptif ............................................................................. 41

4.17 Tabel Silang Antara Jangka Waktu Penggunaan dengan Adanya

Efek Samping Perseptif ............................................................................. 41

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 13: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

3.1 Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian Kepada

DinasKesehatan Kota Depok .................................................................... 48

3.2 Surat Keterangan Penerimaan Izin Melakukan Penelitian

di Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Depok dari Dinas Kesehatan

Kota Depok ............................................................................................... 49

3.3 Surat Rekomendasi Melakukan Penelitian di Lingkungan

Dinas Kesehatan Kota Depok dari Kantor Kesbangpol dan Linmas

Kota Depok ............................................................................................... 50

3.4 Surat Izin Melakukan Penelitian di Puskesmas Kota Depok

dari Dinas Kesehatan ................................................................................. 51

3.5 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian ................................. 52

3.6 Kuesioner yang Sudah Valid dan Reliabel ................................................ 53

4.1 Kuesioner yang Belum Valid dan Reliabel ............................................... 57

4.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner ................................................................... 64

4.3 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner .............................................................. 65

4.4 Data Mentah Karakteristik Responden Pengguna Antidiabetes ............... 66

4.5 Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Herbal

dengan Jenis Kelamin Responden ............................................................. 69

4.6 Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Herbal

dengan Umur Responden .......................................................................... 70

4.7 Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Herbal

dengan Umur Responden .......................................................................... 71

4.8 Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Herbal

dengan Pendidikan Terakhir Responden ................................................... 72

4.9 Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Herbal

dengan Pekerjaan Responden .................................................................... 73

4.10 Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Herbal

dengan Pekerjaan Responden .................................................................... 74

4.11 Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Herbal

dengan Jangka Waktu Responden Mengidap DM .................................... 75

4.12 Daftar Antidiabetes Herbal yang Digunakan Responden ......................... 76

4.13 Data Mentah Pola Penggunaan Antidiabetes Herbal ................................ 78

4.14 Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes

Oral Pada Pengguna Antidiabetes Herbal dengan Adanya Efek

Perseptif. ................................................................................................... 81

4.15 Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes

Oral Pada Pengguna Antidiabetes Herbal dengan Adanya Efek

Perseptif. ................................................................................................... 82

4.16 Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Frekuensi Penggunaan

dengan Adanya Efek Perseptif .................................................................. 83

4.17 Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Frekuensi Penggunaan

dengan Adanya Efek Perseptif .................................................................. 84

4.18 Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Jangka Waktu Penggunaan

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 14: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

xiv

dengan Adanya Efek Perseptif .................................................................. 85

4.19 Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Jangka Waktu Penggunaan

dengan Adanya Efek Perseptif .................................................................. 86

4.20 Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Oral

Pada Pengguna Antidiabetes Herbal dengan Adanya Efek Samping Perseptif

................................................................................................................... 87

4.21 Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Oral

Pada Pengguna Antidiabetes Herbal dengan Adanya Efek Samping Perseptif

................................................................................................................... 88

4.22 Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Frekuensi Penggunaan

dengan Adanya Efek Samping Perseptif ................................................... 89

4.23 Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Frekuensi Penggunaan

dengan Adanya Efek Samping Perseptif ................................................... 90

4.24 Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Jangka Waktu Penggunaan

dengan Adanya Efek Samping Perseptif ................................................... 91

4.25 Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Jangka Waktu Penggunaan

dengan Adanya Efek Samping Perseptif ................................................... 92

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 15: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

Universitas Indonesia

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan obat herbal sebagai alternatif penyembuhan penyakit semakin

meningkat di Indonesia karena sebagian besar masyarakat berpendapat bahwa obat

herbal tidak mempunyai efek samping. Selama kurun waktu tahun 2000 - 2006

terjadi peningkatan penggunaan obat tradisional, yang dilakukan untuk pengobatan

sendiri (swamedikasi), dari 15,2 % menjadi 38,30 %. Peningkatan ini terjadi

mungkin disebabkan adanya intervensi pemerintah melalui promosi pemanfaatan

obat asli Indonesia dan penggalakkan TOGA (tanaman obat keluarga) atau mungkin

juga berkaitan dengan peningkatan jumlah industri obat tradisional di Indonesia.

Kelompok lansia menjadi faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan

penggunaan obat tradisional untuk swamedikasi. Penyakit yang biasa ditangani

secara swamedikasi dengan obat tradisional biasanya merupakan penyakit-penyakit

ringan (Supardi & Susyanty, n.d.). Tidak menutup kemungkinan swamedikasi

menggunakan obat tradisional dilakukan oleh pengidap penyakit kronis seperti

diabetes melitus yang periode pengobatannya cukup lama.

Diabetes melitus (DM) atau dikenal juga dengan sebutan penyakit kencing

manis merupakan salah satu penyakit kronis yang mengharuskan pasiennya selalu

memonitor kadar gula darahnya. Walaupun tidak menyebabkan kematian secara

langsung, tetapi dapat berakibat fatal jika pengelolaannya tidak tepat. Pengelolaan

DM memerlukan penanganan secara multidisiplin yang mencakup terapi non-obat

dan terapi obat. Pengidap DM juga harus selalu mengkonsumsi obat untuk

menstabilkan kadar gula darahnya (Ditjen Binfar & Alkes, Depkes RI, 2005).

Keadaan pasien DM yang tidak kunjung sembuh terkadang menimbulkan rasa bosan

dalam berobat dan mulai mencari-cari alternatif pengobatan lain yang dirasa

memberikan kenyamanan bagi psikis dan mental. Bagi beberapa kalangan, atas dasar

alasan ekonomi tidak mampu mengakses pengobatan modern, mendorong mereka

untuk beralih ke pengobatan tradisional, salah satunya dengan mengkonsumsi obat

herbal (Mosihuzzaman & Choudhary, 2008). Ada kekhawatiran munculnya efek

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 16: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

2

Universitas Indonesia

hipoglikemik yang berlebihan apabila antidiabetes herbal dikonsumsi bersama

dengan obat antidiabetes oral (ADO). Hasil penelitian pada tikus diabetes yang

diinduksi aloksan menunjukkan bahwa ekstrak daun tapak dara dapat meningkatkan

efek hipoglikemik dari metformin (Ohadoma & Michael, 2011).

Terdapat kurang lebih 26 jenis tanaman yang secara empiris biasa digunakan

sebagai obat antidiabetes. Beberapa diantaranya sudah dilakukan uji khasiat secara

ilmiah (Widowati, Dzulkarnain & Sa’roni, 1997). Oleh karena itu dilakukan

penelitian yang bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan studi potong lintang

untuk mengetahui tanaman yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Kota

Depok sebagai antidiabetes herbal serta untuk mengetahui gambaran efek-efek

perseptif yang muncul akibat mengkonsumsi antidiabetes herbal.

1.2 Tujuan

a. Mendapatkan pola penggunaan antidiabetes herbal yang digunakan oleh

pasien DM Tipe 2 di Puskesmas Depok.

b. Mengevaluasi efek-efek yang dipersepsikan oleh pasien DM Tipe 2 yang

mengkonsumsi antidiabetes herbal dan obat antidiabetes oral.

c. Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi dan jangka waktu penggunaan

antidiabetes herbal dengan adanya efek hipoglikemik perseptif dan efek

samping perseptif.

1.3 Manfaat Penelitian

a. Penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang pola penggunaan

antidiabetes herbal pada pasien DM yang sedang berobat di puskesmas.

b. Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai efek-efek perseptif yang

dirasakan dari penggunaan antidiabetes herbal.

c. Penelitian ini memberikan banyak pengalaman bagi Peneliti tentang cara

berkomunikasi yang baik dengan pasien dan tenaga kesehatan.

1.4 Hipotesis

Ada hubungan antara frekuensi dan jangka waktu penggunaan antidiabetes

herbal dengan adanya efek hipoglikemik perseptif dan efek samping perseptif.

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 17: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

Universitas Indonesia

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus

Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit tertua yang pernah

diketahui oleh manusia, berasal dari bahasa Yunani yang mengandung arti urin yang

manis. Hal ini digambarkan dari gejala yang biasa muncul pada penyakit ini yaitu

urinasi dalam jumlah banyak dan mengandung gula. Secara medis dapat diartikan

sebagai penyakit gangguan metabolisme akibat defisiensi hormon insulin yang

diproduksi oleh sel-sel β di pankreas. Kurangnya hormon insulin mengakibatkan

glukosa dalam darah tidak dapat disimpan dan dimanfaatkan oleh sel-sel tubuh

menjadi energi (Clark, 2004).

Terdapat berbagai jenis tipe DM, tetapi ada 2 tipe utama yaitu “Insulin-

Dependent Diabetes Mellitus” (IDDM) disebut juga DM Tipe 1 dan “Non-Insulin-

Dependent Diabetes Mellitus” (NIDDM) disebut juga DM Tipe 2. Disamping dua

tipe utama diabetes melitus tersebut, WHO juga menyebutkan 3 kelompok DM lain

yaitu Diabetes Tipe Lain, Toleransi Glukosa Terganggu atau Impaired Glucose

Tolerance (IGT) dan Diabetes Melitus Gestasional atau Gestational Diabetes

Mellitus (GDM). (Ditjen Binfar & Alkes, Depkes RI, 2005).

2.1.1 Diabetes Melitus Tipe 1

Seseorang dikatakan mengidap penyakit DM apabila kadar glukosa puasa ≥

126 mg/dL atau pada 2 jam setelah makan ≥ 200 mg/dL atau HbA1c ≥ 8%. Jika

kadar glukosa 2 jam setelah makan > 140 mg/dL tetapi lebih kecil dari 200 mg/dL,

maka dikatakan glukosa toleransi lemah (Sukandar et al., 2008). Diabetes Melitus

Tipe 1 adalah penyakit hiperglikemia akibat ketiadaan absolut insulin. Pengidap

penyakit ini harus mendapat insulin pengganti. Diabetes Melitus Tipe 1 biasanya

dijumpai pada orang yang tidak gemuk berusia kurang dari 30 tahun, dengan

perbandingan laki-laki sedikit lebih banyak daripada wanita. Insiden DM Tipe 1

memuncak pada usia remaja atau usia dini, maka dulu sering disebut juga Diabetes

Juvenilis. Namun, DM Tipe 1 ternyata dapat timbul pada segala usia (Corwin, 2009).

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 18: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

4

Universitas Indonesia

Diabetes Melitus Tipe 1 diperkirakan muncul akibat destruksi otoimun sel-sel

β pulau Langerhans yang dicetuskan oleh lingkungan. Serangan otoimun dapat

timbul setelah infeksi virus misalnya gondongan (mumps), rubela, sitomegalovirus

kronik, atau setelah pajanan obat atau toksin (misalnya golongan nitrosamin yang

terdapat pada daging yang diawetkan). Pada saat diagnosis DM Tipe 1 ditegakkan,

ditemukan antibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans pada sebagian besar pasien.

Penyebab seseorang membentuk antibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans tidak

diketahui. Salah satu kemungkinan adalah bahwa terdapat suatu agen lingkungan

yang secara antigenis mengubah sel-sel pankreas untuk merangsang pembentukan

otoantibodi. Mungkin juga bahwa para individu yang mengidap DM Tipe 1 memiliki

kesamaan antigen antara sel-sel β pankreas mereka dengan virus atau obat tertentu,

sehingga sistem imun gagal mengenali bahwa sel-sel pankreas adalah self (sel diri

sendiri) (Corwin, 2009).

2.1.2 Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes Melitus Tipe 2 merupakan tipe DM yang lebih umum, lebih banyak

penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe 1. Penderita DM Tipe 2 mencapai 90-

95 % dari keseluruhan populasi penderita DM. Umumnya penderita berusia di atas

45 tahun, tetapi akhir-akhir ini penderita DM Tipe 2 di kalangan remaja dan anak-

anak populasinya meningkat. Penyebab DM Tipe 2 belum terungkap dengan jelas.

Faktor genetik dan pengaruh lingkungan cukup besar dalam menyebabkan terjadinya

DM Tipe 2, antara lain obesitas, diet tinggi lemak dan rendah serat, serta kurangnya

aktivitas fisik (Ditjen Binfar & Alkes, Depkes RI, 2005).

Individu yang mengidap DM Tipe 2 tetap menghasilkan insulin, tetapi terjadi

insensitivitas sel terhadap insulin. Mungkin terdapat kaitan genetik antara

kegemukan dan rangsangan berkepanjangan reseptor-reseptor insulin. Rangsangan

berkepanjangan atas reseptor tersebut dapat menyebabkan penurunan jumlah reseptor

insulin yang terdapat pada sel-sel. Hal ini disebut downregulation. Mungkin juga

individu yang menderita DM Tipe 2 menghasilkan otoantibodi insulin yang berkaitan

dengan reseptor insulin, menghambat akses insulin ke reseptor, tetapi tidak

merangsang aktivitas pembawa. Alasan inilah yang menjadikan DM Tipe 2 disebut

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 19: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

5

Universitas Indonesia

juga sebagai Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM), karena insulin

tetap dihasilkan oleh sel-sel β pankreas (Corwin, 2009).

2.1.3 Gejala Klinik

Gejala penyakit DM yang muncul akan berbeda-beda tergantung pada

tipenya. Pada pengidap DM tipe 1 yang dalam tubuhnya tidak memproduksi insulin,

gejalanya akan muncul lebih dini. Ketiadaan insulin dalam tubuh memaksa tubuh

untuk menggunakan protein dan lemak untuk dijadikan energi. Dengan demikian

sering kita lihat pengidap penyakit DM tipe 1 memiliki tubuh yang sangat kurus dari

awalnya. Lain halnya dengan pengidap penyakit DM tipe 2 yang biasanya baru

terdiagnosa ketika sudah dewasa, biasanya mengalami penurunan berat badan yang

signifikan tanpa sebab yang jelas. Terdapat juga beberapa gejala tipikal yang sering

muncul antara lain gatal-gatal pada kulit, mudah mengantuk, kesemutan, poliuria

(sering buang air kecil), polidipsia (sering haus), dan polifagia (banyak

makan/mudah lapar). Apabila terlambat ditangani bisa menyebabkan penglihatan

kabur, mudah terkena infeksi saat terluka dan sukar sembuh dari luka (Clark, 2004 ).

2.1.4 Terapi Tanpa Obat

Menjaga asupan dan pola makan merupakan salah satu terapi penyakit DM

tanpa obat. Hal ini juga bisa dilakukan sebagai tindakan pencegahan karena

mayoritas pengidap penyakit DM disebabkan oleh pola makan yang tidak baik.

Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin dan

memperbaiki respon sel-sel β terhadap stimulus glukosa. Dalam salah satu penelitian

dilaporkan bahwa penurunan 5 % berat badan dapat mengurangi kadar HbA1c

sebanyak 0,6 % dan setiap kilogram penurunan berat badan dihubungkan dengan 3 -

4 bulan tambahan waktu harapan hidup. Olahraga yang teratur juga tidak kalah

penting untuk bisa menjaga kadar gula darah tetap normal (Ditjen Binfar & Alkes,

Depkes RI, 2005).

2.1.5 Terapi Obat Antidiabetes Oral

Apabila terapi tanpa obat belum memberikan hasil yang baik dalam

mengendalikan kadar glukosa darah penderita DM, maka perlu dilakukan terapi

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 20: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

6

Universitas Indonesia

dengan menggunakan obat, baik dalam bentuk obat antidiabetes oral, terapi isulin,

ataupun kombinasi keduanya. Terapi insulin merupakan keharusan bagi penderita

DM Tipe 1, sedangkan untuk penderita DM Tipe 2 hanya pada kondisi tertentu

apabila terapi lain yang diberikan tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.

Pemilihan obat antidiabetes oral bergantung pada tingkat keparahan penyakit,

kondisi pasien, keberadaan penyakit lain, serta komplikasi yang ada. Terapi ini bisa

dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat

(Ditjen Binfar & Alkes, Depkes RI, 2005).

Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat antidiabetes oral dapat dibagi

menjadi 3 golongan, yaitu (Ditjen Binfar & Alkes, Depkes RI, 2005) :

a. Obat yang meningkatkan sekresi insulin, meliputi golongan sulfonilurea dan

glinida (meglitinida dan turunan fenilalanin).

b. Obat yang meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin (sensitiser insulin),

meliputi golongan biguanida dan tiazolidindion yang dapat membantu tubuh

untuk memanfaatkan insulin secara lebih efektif.

c. Inhibitor katabolisme karbohidrat, antara lain inhibitor α-glukosidase yang

bekerja menghambat absorpsi glukosa dan umum digunakan untuk

mngendalikan hiperglikemia post-prandial.

Tabel 2.1. Obat Antidiabetes Oral

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Glibenklamida

Glipizida

Glikazida

Glimepirida

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin di kelenjar

pankreas, sehingga hanya efektif pada

penderita DM yang sel-sel β

pankreasnya masih berfungsi dengan

baik.

Meglitinida Repaglinide Merangsang sekresi insulin di kelenjar

pankreas.

Turunan

fenilalanin

Nateglinide Meningkatkan kecepatan sintesis

insulin oleh pankreas.

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 21: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

7

Universitas Indonesia

(sambungan)

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar),

menurunkan produksi glukosa hati.

Tidak merangsang sekresi insulin oleh

kelenjar pankreas.

Tiazolidindion Rosiglitazone

Troglitazone

Pioglitazone

Meningkatkan kepekaan tubuh

terhadap insulin. Berikatan dengan

PPARγ (peroxisome proliferator

activated receptor-gamma) di otot,

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin.

Inhibitor α-

glukosidase

Acarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim

pencernaan yang mencerna

karbohidrat, sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

Ditjen Binfar & Alkes, Depkes RI, 2005

2.2 Pengobatan Herbal

Obat herbal sangat populer di negara berkembang yang masih terkait dengan

unsur tradisi dan memiliki ketersediaan sumber daya hayati. Konsekuensinya obat

herbal akan menjadi sangat berperan sebagai pelayanan kesehatan primer di negara-

negara tersebut. Kurangnya pengalaman, tingkat pendidikan dan informasi yang jelas

tentang suatu obat herbal hanya menjadikan konsumen sebagai korban iklan dan

mitos-mitos tentang khasiat tanaman herbal. Siapapun orang yang akan

menggunakan produk herbal harus mengerti tingkat keamanan dalam

mengkonsumsinya, karena faktanya tidak semua yang alami itu lebih aman dan

efektif (Mosihuzzaman & Choudhary, 2008).

Menurut WHO, yang disebut dengan herba (herbs) adalah bahan mentah dari

semua bagian tanaman, seperti daun, bunga, buah, biji, batang, kayu, akar, rhizoma

dan bagian lainnya baik dalam bentuk utuh, terpisah-pisah, ataupun serbuk.

Sedangkan yang dimaksud dengan bahan herbal (herbal materials) adalah semua

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 22: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

8

Universitas Indonesia

bagian (utuh) atau sebagian dari tanaman obat yang masih dalam keadaan

mentah/kasar, termasuk herba, sari buah segar, getah, minyak murni, minyak

esensial, resin dan serbuk kering dari herba. Adapun yang dimaksud dengan

preparasi herbal (herbal preparations) adalah suatu proses untuk menyelesaikan

produk herbal seperti serbuk, ekstrak, tingtur minyak lemak. Semuanya diproses

dengan cara ekstraksi, destilasi, fraksinasi, purifikasi, fermentasi atau dengan proses

fisika dan biologi lainnya. Produk obat herbal (herbal medicinal products) di

dalamnya terkandung senyawa aktif hasil preparasi, bisa terdiri dari satu atau lebih

tanaman herbal dan dapat pula berisi zat tambahan organik maupun anorganik yang

bukan berasal dari tanaman (misalnya dari hewan dan mineral lainnya). Sedangkan

yang dimaksud dengan tanaman obat (medicinal plants) adalah tanaman yang

tumbuh liar ataupun dibudidayakan yang digunakan untuk tujuan pengobatan (WHO,

2007).

David Winston membagi herbal ke dalam 3 golongan. Pertama makanan

herbal (food herbs) yang khasiat atau aktivitasnya biasa saja, toksisitasnya sangat

rendah dan tidak menimbulkan efek samping. Contohnya adalah bawang putih, jahe,

peppermint, chamomile, akar/daun dandelion. Tanaman herbal tersebut dapat

digunakan dalam jumlah banyak dan jangka waktu yang lama tanpa ada resiko

toksisitas akut maupun kronik (kecuali alergi atau memiliki interaksi dengan obat

yang sedang dikonsumsi). Golongan yang kedua adalah obat herbal (medicine

herbs). Tanaman ini mempunyai aktivitas yang sangat kuat sehingga diperlukan

pengetahuan yang sangat baik atas penggunaannya, meliputi dosis dan lama waktu

penggunaannya. Tanaman semacam ini bukan merupakan suplemen harian, karena

pada beberapa kasus dapat menimbulkan efek samping dan interkasi obat. Contoh

dari golongan ini diantaranya andrographis, ephedra, Cascara sagrada, dll.

Golongan terkahir adalah herbal yang beracun (poison herbs). Tanaman ini

mempunyai tingkat toksisitas akut maupun kronik yang potensinya sangat kuat.

Hanya boleh digunakan oleh ahli medis yang sudah mengerti dengan jelas tentang

toksikologi dan penggunaannya yang sesuai. Tanaman herbal golongan ini

seharusnya tidak dijual secara umum di toko obat maupun tempat-tempat lainnya.

Tanaman yang termasuk golongan ini adalah aconite, belladonna, datura, dll

(Winston, n.d.).

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 23: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

9

Universitas Indonesia

Penggolongan lainnya adalah berdasarkan Traditional Chinese Medicine

(TCM) yang membaginya ke dalam 3 golongan. Pertama obat kelas atas (superior)

yang nontoksik dan diperuntukkan sebagai tonikum. Golongan kedua obat kelas

menengah (ministerial) yang memiliki tingkat toksisitas sedang dan sebagai

penyangga obat kelas pertama. Golongan terkahir adalah obat kelas bawah (inferior)

yang beracun yang digunakan untuk penyakit-penyakit spesifik dan terbatas waktu

penggunaannya (Winston, n.d.).

Selama ini obat herbal secara umum dianggap aman berdasarkan kepercayaan

masyarakat tradisional. Banyak kasus serius yang dilaporkan terkait efek samping

yang muncul setelah pemberian obat herbal. Kasus toksisitas tersebut muncul karena

kontaminan dan bahan-bahan yang palsu. Sebenarnya beberapa tanaman yang

digunakan sebagai obat herbal bisa sangat bersifat toksik. Pendekatan terhadap

keamanan produk herbal haruslah menjadi prioritas utama dalam sebuah penelitian.

Ada bermacam pendekatan untuk mengevaluasi keamanan obat herbal. Obat herbal

yang bersifat toksik bisa dikarenakan kandungan dan bahan tambahan produk herbal

tersebut beracun atau bisa juga karena adanya kesalahan dalam proses pembuatan

dan terjadi kontaminasi. Evaluasi efek toksik dari kandungan obat herbal

memerlukan studi farmakologi dan fitokimia yang sangat mendalam (Mosihuzzaman

& Choudhary, 2008).

Menurut WHO, seseorang yang dikatakan sehat tidak hanya dilihat dari aspek

kesehatan fisiknya saja, tapi juga termasuk psikis dan kehidupan sosialnya. Akan

tetapi praktek pengobatan modern sekarang hanya berorientasi pada kesehatan fisik

saja. Lain halnya dengan pengobatan tradisional yang selalu menggunakan

pendekatan holistik, yakni fisik, spiritual dan sosial dari seseorang ikut dipulihkan.

Selain itu, tingkat keberhasilan pengobatan dengan produk herbal sangat

berhubungan erat dengan aspek nutrisi dan psikologi (Mosihuzzaman & Choudhary,

2008). Kemanjuran suatu pengobatan juga menjadi daya tarik sekaligus merupakan

alat ukur atas kemampuannya dalam memberikan kesembuhan. Penggunaan obat

herbal selalu dibenarkan atas dasar penggunaannya yang sudah turun menurun. Hal

itu tentu saja tidak menjamin kemanjuran obat herbal dengan alasan yang ilmiah

(WHO, 2007).

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 24: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

10

Universitas Indonesia

Tidak ada definisi standar dari pengobatan herbal, secara sederhana dapat

diartikan sebagai aplikasi dari suatu tanaman untuk tujuan pengobatan. Sangat

penting untuk diingat bahwa obat herbal masih belum diregulasi dan digunakan

hanya sebagai asupan tambahan, karena belum terstandardisasi dan memungkinkan

terjadinya pemalsuan pada saat proses preparasi. Harus diingat juga beberapa

diantaranya bersifat toksik dan beberapa penelitian pernah menunjukkan adanya

interkasi antara obat konvensional dengan obat herbal (WHO, 2007).

Berdasarkan data Susenas tahun 2000 - 2006, penggunaan obat tradisional

untuk pengobatan swamedikasi mengalami peningkatan setiap tahunnya, yakni 15,59

% pada tahun 2000 dan 38,30 % pada tahun 2006. Akan tetapi presentasenya masih

dibawah pengobatan swamedikasi dengan menggunakan obat konvensional, yakni

87,86 % pada tahun 2000 dan 82,28 % pada tahun 2006. Tujuan sesorang melakukan

swamedikasi adalah biasanya untuk peningkatan kesehatan, mengobati sakit ringan

dan untuk pengobatan rutin penyakit kronis. Obat tradisional yang dimaksud adalah

bahan atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian

atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk

pengobatan berdasarkan pengalaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kaum

lansia paling banyak melakukan swamedikasi dengan obat tradisional dibandingkan

dengan kaum muda. Begitu juga dengan orang berpendidikan rendah frekuensinya

lebih banyak bila dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi (Supardi &

Susyanty, n.d.).

Hasil penelitian terhadap ketanggapan adanya efek samping dari obat

tradisional menunjukkan bahwa hampir setengah dari responden (45,8 %)

menyatakan setuju bahwa obat tradisional dapat menyembuhkan semua penyakit.

Sebanyak 65,8 % responden juga setuju bahwa obat tradisional lebih aman

dibandingkan obat konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan

responden terhadap penggunaan obat tradisional dapat dianggap kurang rasional

karena beberapa tanaman obat juga memiliki toksisitas intrinsik. Adanya cemaran

berupa zat toksik seperti logam berat, jamur dan penambahan secara ilegal bahan

kimia obat menjadi faktor yang berperan dalam keamanan obat tradisional. Sebanyak

25 % responden menyatakan pernah mengalami reaksi efek samping ketika

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 25: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

11

Universitas Indonesia

mengkonsumsi obat tradisional. Efek samping yang umum dirasakan adalah mual,

muntah, perut kembung, pusing dan diare (Gitawati, 2008).

2.3 Antidiabetes Herbal

Berikut adalah tanaman berkhasiat sebagai antidiabetes yang terdapat dalam

Materia Medika Indonesia.

2.3.1 Alstonia Cortex (Kulit Pulai)

Pulai termasuk tanaman suku kamboja-kambojaan yang tersebar di seluruh

Nusantara. Pulai tumbuh di hutan jati, hutan campuran dan hutan kecil di pedesaan.

Dapat ditemukan dari dataran rendah sampai 900 m dpl. Pulai kadang ditanam di

pekarangan dekat pagar atau ditanam sebagai pohon hias. Tanaman ini berbentuk

pohon dengan tinggi bisa mencapai 20 - 25 m. Batangnya lurus berkayu,

diameternya bisa mencapai 60 cm, percabangannya menggarpu. Kulit batangnya

rapuh, rasanya sangat pahit dan bergetah putih. Daunnya tunggal berwarna hijau,

tersusun melingkar 4 - 9 helai dan bertangkai dengan panjang 7,5 - 15 mm. Bentuk

daun lonjong sampai lanset atau lonjong sampai bulat telur dengan permukaan

atasnya licin, sedangkan permukaan bawahnya buram. Tepinya rata, pertulangannya

menyirip dengan panjang 10 - 23 cm, lebar 3 - 7,5 cm. Perbungaannya majemuk,

tersusun dalam malai yang bergagang panjang, keluar dari ujung tangkai. Bunganya

wangi berwarna hijau terang sampai putih kekuningan, berambut halus yang rapat.

Buahnya menggantung, berupa buah bumbung berbentuk pita yang panjangnya 20 -

50 cm. Bijinya kecil dengan panjang 1,5 - 2 cm, berambut pada bagian tepinya dan

berjambul pada ujungnya. Perbanyakan bisa dilakukan dengan biji atau stek batang

dan cabang. Tanaman ini berbunga di bulan September sampai Oktober. Tanaman ini

tumbuh di pegunungan dan biasa dibudidayakan untuk pohon berteduh. Bagian yang

berkhasiat dari tanaman ini adalah kulit kayunya (Institute of Materia Medica Hanoi,

1990; Ipteknet, 2002).

Taksonominya adalah sebagai berikut (ITIS) :

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Asteridae

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 26: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

12

Universitas Indonesia

Bangsa : Gentianales

Suku : Apocynaceae

Marga : Alstonia

Jenis : Alstonia scholaris

Kulit pulai biasa digunakan untuk mengobati anemia, gangguan menstruasi,

malaria, diare, disentri dan arthritis akut. Bentuk dekok dari konsentrat kulit pulai

biasa digunakan sebagai obat kumur untuk mengatasi karies pada gigi (Institute of

Materia Medica Hanoi, 1990). Sebuah penelitian juga pernah menemukan adanya

potensi aktivitas penghambatan α-glukosidase pada ekstrak metanol dari daun pulai.

Seperti diketahui bersama bahwa penghambatan enzim α-glukosidase di usus akan

memperlambat pencernaan dan penyerapan karbohidrat sehingga dapat menekan

hiperglikemia post-prandial (Anurakkun, Bhandari & Kawabata, 2006).

2.3.2 Catharanthi Radix (Akar Tapak Dara)

Tapak dara (Catharanthus roseus) banyak dipelihara sebagai tanaman hias.

Tapak dara sering dibedakan menurut jenis bunganya, yaitu putih dan merah.

Tumbuhan semak tegak yang dapat mencapai ketinggian batang sampai 100 cm ini

sebenarnya merupakan tumbuhan liar yang biasa tumbuh subur di padang atau di

pedesaan beriklim tropis. Ciri-ciri tumbuhan ini antara lain memiliki batang yang

berbentuk bulat dengan diameter berukuran kecil, berkayu, beruas dan bercabang

serta berambut. Daunnya berbentuk bulat telur, berwarna hijau dan diklasifikasikan

berdaun tunggal. Bunganya yang indah menyerupai terompet dengan permukaan

berbulu halus. Tapak dara juga memiliki rumah biji yang berbentuk silindris

menggantung pada batang. Bijinya banyak, berukuran sangat kecil berwarna hitam

kecoklatan. Penyebaran tumbuhan ini melalui biji. Tanaman ini biasanya berbunga

sekitar bulan Mei sampai Oktober. (Institute of Materia Medica Hanoi, 1990; Padna,

1999).

Taksonominya adalah sebagai berikut (USDA) :

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 27: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

13

Universitas Indonesia

Bangsa : Gentianales

Suku : Apocynaceae

Marga : Catharanthus

Jenis : Catharanthus roseus

Daunnya sering digunakan untuk mencegah oligouria, haematuria, diabetes

melitus dan gangguan menstruasi dengan dosis harian 4-8 g dekokta atau ekstrak

cair. Ekstrak akar dan daunnya aktif sebagai antihipertensi. Ekstrak alkaloid murni

dari daunnya efektif untuk mencegah leukemia, sedangkan dari bagian akarnya

berguna untuk merangsang dilatasi serebrovaskular dan untuk hipertensi (Institute of

Materia Medica Hanoi, 1990). Sebuah penelitian pernah dilakukan pada tikus

diabetes yang diinduksi dengan aloksan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan

bahwa pemberian ekstrak daun Tapak dara dapat meningkatkan efek hipoglikemik

dari metformin (Ohadoma & Michael, 2011).

2.3.3 Allii Cepae Bulbus (Umbi Bawang Merah)

Bawang merah merupakan herba semusim yang tidak berbatang. Daunnya

tunggal memeluk umbi lapis. Umbi lapisnya menebal, berdaging dan berwarna

merah keputihan. Ukuran dan bentuk umbinya bervariasi, diameternya bisa mencapai

20 cm. Batangnya bisa mencapai 100 cm dengan diameter 30 mm. Daunnya panjang

dan berongga, tingginya bisa mencapai 40 cm dengan diameter 20 mm

Perbungaannya berbentuk bongkol, mahkota bunganya berbentuk bulat telur. Habitat

tanaman ini berasal dari Asia Tengah, tetapi sudah banyak dibudidayakan secara

komersil di seluruh dunia, terutama di daerah beriklim sedang. Bawang merah

memiliki bau yang khas dan menyengat apabila umbinya dihancurkan. (WHO, 1999 ;

Ipteknet, 2002).

Taksonominya adalah sebagai berikut (USDA) :

Karajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Subkelas : Liliidae

Bangsa : Liliales

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 28: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

14

Universitas Indonesia

Suku : Liliaceae

Marga : Allium

Jenis : Allium cepa L.

Secara tradisional, bawang merah berkhasiat sebagai obat disentri, diuretik,

asma, demam, antimikroba dan juga dapat menurunkan kolesterol. Khasiat lainnya

adalah sebagai hipoglikemik yang pernah dilakukan pengujiannya secara klinik.

Pemberian ekstrak encer sebanyak 100 mg menurunkan terjadinya hiperglikemia

pada orang dewasa. Konsumsi 50 mg sari (juice) bawang merah secara oral kepada

pasien diabetes mengurangi kadar gula dalam darah. Konsumsi bawang pada diet

penderita DM Tipe 2 menurunkan dosis obat hipoglikemik yang digunakan untuk

mengontrol penyakit ini (WHO, 1999).

2.3.4 Momordica Fructus (Buah Pare)

Pare banyak terdapat di daerah tropika, tumbuh baik di dataran rendah dan

dapat ditemukan liar di tanah terlantar, tegalan, dibudidayakan atau ditanam di

pekarangan dengan dirambatkan di pagar untuk diambil buahnya. Tanaman ini tidak

memerlukan banyak sinar matahari, sehingga dapat tumbuh subur di tempat-tempat

yang agak terlindung. Tanaman ini tumbuh merambat atau memanjat dengan alat

pembelit atau sulur berbentuk spiral, bercabang banyak dan berbau tidak enak.

Tingginya sekitar 0,2-0,8 m. Batangnya berusuk lima dengan panjang 2-5 m, batang

yang muda berambut rapat. Daunnya tunggal berwarna hijau tua, dengan letak

berselang, bertangkai dengan panjang 1,5-5,3 cm. Bentuk daunnya bulat panjang,

dengan panjang 3,5-8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari 5-7 dengan pangkal

berbentuk jantung. Bunganya tunggal, berkelamin dua dalam satu pohon, bertangkai

panjang dan berwarna kuning. Buahnya bulat memanjang, dengan panjang 8-30 cm,

berbintil-bintil tidak beraturan dan memiliki rasa pahit. Warna buahnya hijau, bila

masak menjadi oranye yang pecah dengan 3 katup. Bijinya banyak, coklat

kekuningan, bentuknya pipih memanjang dan keras. Tumbuh baik di dataran rendah,

biasa ditanam di pagar, tepi jalan dan kadang-kadang membentuk selimut pencekik

di atas tumbuhan lain (WHO, 1998 ; Padna, 1999).

Taksonominya adalah sebagai berikut (USDA) :

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 29: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

15

Universitas Indonesia

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Dilleniidae

Bangsa : Violales

Suku : Cucurbitaceae

Marga : Momordica

Jenis : Momordica charantia

Buah pare sering digunakan untuk mengobati sakit perut, demam, hipertensi,

disentri dan diabetes. Berdasarkan hasil penelitian, pare dapat meningkatkan proses

perbaharuan sel β di pankreas (Reyes, et al., 2005).

2.3.5 Physali Folium (Daun Ceplukan)

Tanaman ceplukan merupakan tumbuhan liar berupa semak/perdu yang

rendah (biasanya tingginya sampai 1 meter) dan mempunyai umur kurang lebih 1

tahun. Tanaman ini tumbuh dengan subur di dataran rendah sampai ketinggian 1550

meter di atas permukaan laut dan tersebar di tanah tegalan, sawah-sawah kering,

serta dapat ditemukan di hutan-hutan jati. Batangnya berusuk, bersegi tajam dan

berongga. Helaian daunnya berbentuk bulat telur memanjang, bentuk lanset dengan

ujung runcing. Bunganya berwarna kuning, buahnya berbentuk bulat dan bila masih

muda berwarna hijau kekuningan, tetapi bila sudah tua berwarna coklat dengan rasa

asam-asam manis. Buah ceplukan yang masih muda dilindungi kerudung penutup

buah, bulat memanjang, pada waktu masak berwarna kuning. Panjangnya 14-18 mm

dan dapat dimakan. Tanaman ini biasa tumbuh di kebun, tegalan, tepi jalan, semak,

hutan ringan, tepi hutan (WHO, 1998; Padna, 1999).

Taksonominya adalah sebagai berikut (USDA) :

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Asteridae

Bangsa : Solanales

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 30: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

16

Universitas Indonesia

Suku : Solanaceae

Marga : Physalis

Jenis : Physalis angulata

Secara tradisional biasa digunakan untuk mengatasi infertilitas pada wanita

dan untuk mengobati demam berdarah (WHO, 1998). Dapat juga digunakan untuk

mengobati sakit tenggorokan, hepatitis akut, sebagai diuretik dan laksatif (Li, 2006).

2.3.6 Syzygii Cumini Semen (Biji Jamblang)

Jamblang tergolong tanaman buah-buahan yang berasal dari Asia dan

Australia tropik. Biasa ditanam di pekarangan atau tumbuh liar, terutama di hutan

jati. Jamblang tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl. Pohon dengan

tinggi 10-20 m ini berbatang tebal, tumbuhnya bengkok, dan bercabang banyak.

Daunnya tunggal, tebal, dengan tangkai daun 1-3,5 cm. Helaian daun lebar bulat

memanjang atau bulat telur terbalik dengan panjang 7-16 cm dan lebar 5-9 cm.

Pangkalnya lebar berbentuk baji, tepinya rata, pertulangannya menyirip, permukaan

atasnya mengkilap dan warnanya hijau. Bunganya majemuk berbentuk malai dengan

cabang yang berjauhan. Bunga tumbuh di ketiak daun dan di ujung percabangan.

Kelopak bunga berbentuk lonceng berwarna hijau muda dengan mahkota berbentuk

bulat telur. Benang sari banyak, berwarna putih dan baunya harum. Buahnya buah

buni, lonjong, dengan panjang 2-3 cm (Padna, 1999). Bila masih muda berwarna

hijau, setelah masak warnanya merah tua keunguan. Berbiji satu, bentuknya lonjong,

keras, berwarna putih. Akarnya tunggang, bercabang-cabang berwarna cokelat muda.

Biasanya buah jamblang yang masak dimakan segar. Rasanya agak asam dan sepat.

Kulit kayunya bisa digunakan sebagai zat pewarna. Tanaman ini berasal dari India

sekitar kaki gunung Himalaya kemudian menyebar ke Afrika Timur, Brazil dan Asia

Tenggara (Yarnell et al., n.d.). Buahnya biasa dikonsumsi sebagai makanan,

sedangkan bagian yang digunakan untuk pengobatan dari tanaman ini adalah kulit

kayu dan biji yang sudah dikeringkan (Gruenwald, 2000).

Taksonominya adalah sebagai berikut (USDA) :

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 31: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

17

Universitas Indonesia

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Rosidae

Bangsa : Myrtales

Suku : Myrtaceae

Marga : Syzygium

Jenis : Syzygium cumini (L.)

Secara tradisional kulit kayu tanaman ini dipercaya berkhasiat sebagai obat

diare, mengatasi inflamasi pada kulit, mulut dan tenggorokan. Sedangkan biji

jamblang dipercaya berkhasiat untuk penyakit diabetes, mengatasi konstipasi,

penyakit pankreas dan sebagai diuretik (Gruenwald, 2000). Bijinya dalam dosis 10

mg/kg berat badan yang diberikan secara oral kepada kelinci normal dan kelinci yang

dialoksanisasi menunjukkan aktivitas hipoglikemik 23 % dan 20 % (Khare, 2007).

Berdasarkan data dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI tahun 1997, terdapat banyak

sekali tanaman yang sering digunakan sebagai antidiabetes herbal, baik yang sudah

diteliti maupun sebatas penggunaan empirik. Terdapat juga beberapa jenis tanaman

yang berdasarkan eksperimen dengan hewan coba berkhasiat menurunkan kadar gula

darah tetapi belum pernah digunakan secara empirik. Tanaman pare termasuk yang

paling banyak mengundang perhatian untuk diteliti, bahkan di India sudah dilakukan

uji klinik. Berbagai sediaan sudah pernah dicoba, mulai dari perasan, infus atau

endapan air. Hewan coba yang diganakan juga bervariasi, yakni tikus, mencit atau

kelinci. Umumnya menunjukkan hasil yang positif menurunkan kadar gula darah.

Tanaman lain yang mendapatkan perhatian sebagai antidiabetes herbal adalah

duwet/juwet/jamblang dan bratawali. Pada jamblang percobaan pernah dilakukan

pada korteks, biji dan daun yang dilakukan. Semua percobaan memberikan hasil

yang positif terutama pada bagian biji. Pada tanaman bratawali percobaan dilakukan

pada batang dalam bentuk infus dengan hewan coba kelinci dengan dosis yang

bervariasi yang menunjukkan hasil positif terhadap enurunan kadar gula darah.

Jamblang dan bratawali memang termasuk dalam penggunaan empirik sebagai

antidiabetes (Widowati, Dzulkarnain & Sa’roni, 1997).

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 32: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

18

Universitas Indonesia

2.4 Puskesmas

Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

wilayah kerja. Secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah suatu

Kecamatan. Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka

tanggung jawab kerja dibagi antar Pusekesmas dengan memperhatikan keutuhan

konsep wilayah yaitu desa/kelurahan atau dusun/rukun warga (RW) (Ditjen Binfar &

Alkes, Depkes RI, 2006).

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah

tercapainya kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup 4 indikator utama, yaitu

lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan

derajat kesehatan penduduk. Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan

Puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional

dalam rangka mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup sehat (Ditjen Binfar &

Alkes, Depkes RI, 2006).

Kota Depok memiliki 32 Puskesmas yang tersebar di 11 Kecamatan. Selain

itu Kota Depok juga memiliki 5 Puskesmas pembantu. Puskesmas di kota Depok

telah memiliki dan menjalankan unit pelayanan terkait upaya kesehatan yang wajib

dijalankan oleh puskesmas. Setiap Puskesmas tersebut juga memiliki pelayanan

kesehatan gigi dan pelayanan santun lansia (Sari, 2011).

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 33: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

Universitas Indonesia

19

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Efek perseptif merupakan efek-efek yang dirasakan oleh pengguna dari suatu

obat, baik berupa efek yang diindikasikan maupun efek sampingnya. Pasien DM

Tipe 2 yang sedang menggunakan obat antidiabetes oral kemungkinan akan

merasakan efek hipoglikemik yang berlebihan bila saat itu juga mengkonsumsi

antidiabetes herbal. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disusun kerangka konsep

sebagai berikut :

3.2 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi potong lintang deskriptif analisis dengan

menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner. Data yang dikumpulkan

merupakan data primer.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat Penelitian : di 11 Puskesmas Kecamatan Kota Depok.

Waktu Penelitian : penelitian dilakukan selama bulan Maret s.d. Mei 2012.

Peneliti meminta perizinan melalui instansi Dinas Kesehatan Kota Depok

(lampiran 3.1, 3.2, 3.3, 3.4).

Efek perseptif yang muncul

Penggunaan antidiabetes herbal

(frekuensi penggunaan, jangka waktu

penggunaan, penggunaan ADO)

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 34: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

20

Universitas Indonesia

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi untuk penelitian ini adalah seluruh pasien DM Tipe 2 yang sedang

berobat di 11 puskesmas kecamatan yang ada di Kota Depok selama bulan Maret s.d.

Mei 2012.

3.4.2 Sampel

Sampel untuk penelitian ini adalah seluruh pasien DM Tipe 2 yang sedang

berobat di 11 puskesmas kecamatan yang ada di Kota Depok selama bulan Maret s.d.

Mei 2012 yang memenuhi kriteria penelitian.

3.4.2.1 Kriteria Inklusi

a. Responden berumur mulai dari 18 tahun ke atas

b. Responden bersedia mengisi kuesioner

3.4.2.2 Kriteria Eksklusi

Responden yang tidak mengisi kuesioner secara lengkap (kecuali bagian

karakteristik responden) dan responden yang selama 6 bulan terakhir sudah berhenti

menggunakan antidiabetes herbal.

3.4.2.3 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus

Keterangan :

n = jumlah sampel

Z = derajat kemaknaan dengan α = 0,05 nilai Z = 1,96

P = proporsi pengguna obat herbal antidiabetes dengan nilai P = 0,5

d = derajat presisi dengan nilai d = 0,10

Nilai Z sebesar 1,96 didapatkan karena menginginkan tingkat kepercayaan

sebesar 95 % dengan α sebesar 0,05. Nilai P sebesar 0,5 didapatkan karena peneliti

tidak mengetahui besarnya P dalam populasi sehingga memilih nilai P sebesar 0,5

akan selalu memberikan observasi yang cukup tanpa melihat besarnya nilai proporsi

yang sesungguhnya. Nilai d sebesar 0,10 didapatkan karena nilai tersebut ditetapkan

oleh peneliti dengan mempertimbangkan bahwa dari beberapa contoh penentuan

besar sampel untuk penelitian survei adalah sebesar 0,10.

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 35: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

21

Universitas Indonesia

Sampel yang dibutuhkan berdasarkan perhitungan di atas sebesar 96,04

dengan pembulatan ke atas, sampel sebesar 97 responden akan diperlukan agar

dicapai tingkat kepercayaan 95%.

3.4.2.4 Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah consecutive sampling,

yaitu setiap pasien yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian

sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi.

3.5 Definisi Operasional

3.5.1 Variabel Bebas

3.5.1.1 Antidiabetes Herbal

Semua bentuk obat herbal yang dipersepsikan oleh pasien DM Tipe 2

mempunyai khasiat sebagai antidiabetes. Bisa dalam bentuk jamu, produk obat

herbal yang sudah dikemas dan dijual di toko, atau dalam bentuk simplisianya

langsung. Tanaman yang berkhasiat sebagai antidiabetes diantaranya :

a. Buah pare

b. Biji jamblang

c. Akar tapak dara

d. Kulit pulai

e. Daun ceplukan

f. Umbi bawang merah

g. Lain-lain

3.5.1.2 Frekuensi Penggunaan Antidiabetes Herbal

Rutinitas penggunaan antidiabetes herbal oleh responden.

Skala : ordinal

Kategorinya :

a. 1 – 3 kali sehari

b. 1 – 4 kali seminggu

c. Tidak teratur

d. Lain-lain

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 36: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

22

Universitas Indonesia

3.5.1.3 Jangka Waktu Penggunaan Antidiabetes Herbal

Jangka waktu penggunaan antidiabetes herbal oleh responden dari awal

menggunakan hingga saat diwawancarai oleh peneliti. Jika pada saat wawancara

responden tidak lagi menggunakan obat tersebut, maka selang waktunya tidak boleh

lebih dari 6 bulan.

Skala : ordinal

Kategorinya :

a. 1 minggu s.d. < 1 bulan

b. ≥ 1 s.d. < 3 bulan

c. ≥ 3 s.d. < 6 bulan

d. ≥ 6 bulan

e. Tidak ingat

3.5.1.4 Obat Antidiabetes Oral

Semua jenis obat antidiabetes oral baik yang diperoleh dari puskesmas

maupun apotek.

Skala : nominal

Kategorinya :

a. Glibenklamid

b. Metformin

c. Lain-lain

3.5.2 Variabel Terikat

3.5.2.1 Efek Hipoglikemik Perseptif

Efek yang dipersepsikan oleh pengguna obat hipoglikemik herbal yang

berkaitan dengan penurunan kadar glukosa dalam darah.

Skala : nominal

Kategorinya :

a. Berkurangnya rasa lemas

b. Berkurangnya frekuensi buang air kecil

c. Berkurangnya rasa haus/lapar yang tidak wajar

d. Berkurangnya kesemutan pada tangan/kaki

e. Lain-lain

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 37: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

23

Universitas Indonesia

3.5.2.2 Efek Samping Perseptif

Efek yang dipersepsikan oleh pengguna obat hipoglikemik herbal yang

berkaitan dengan efek-efek yang tidak diinginkan setelah penggunaan.

Skala : nominal

Kategorinya :

a. Ada

b. Tidak ada

3.6 Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan cara persetujuan antara peneliti dan responden

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan (informed concern). Lembar

persetujuan tersebut diberikan sebelum mengisi kuisioner untuk meminta kesediaan

menjadi responden (lampiran 3.5).

3.7 Kuesioner

Data dikumpulkan dengan menggunakan alat pengumpul data berupa

kuesioner (lampiran 3.6). Kuesioner harus melalui uji validasi dan reliabilitas

sebelum digunakan sebagai alat pengumpul data.

3.7.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah

alat ukur yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas data. Tujuan dari uji

validitas dan reliabilitas adalah untuk membuat suatu kuesioner yang memiliki skala

pengukuran yang dapat mengukur sesuatu yang seharusnya diukur dan juga

menunjukan hasil yang konsisten, stabil pada skala pengukuran tertentu (Hidayat,

2010).

3.7.1.1 Uji Validitas Kuisioner

Suatu skala pengukuran dikatakan valid apabila skala tersebut digunakan

untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Prosedur uji validitas kuisioner :

a. Tahap 1, mempersiapkan data hasil kuisioner dari 20 responden.

b. Tahap 2, penentuan besarnya nila r tabel dengan ketentuan df = n-2

dimana n = jumlah responden, yaitu 20 responden, sehingga df = 18.

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 38: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

24

Universitas Indonesia

Taraf signifikansi yang dipakai sebesar 0,5% maka akan didapatkan nilai

r tabel.

c. Tahap 3, perhitungan nilai r hitung kuisioner untuk setiap butir

pertanyaan dengan menggunakan program PASW (Predictive Analytics

Software) Statistics 18. Hasilnya dapat dilihat pada bagian output

Corrected Item Total Correlation.

d. Tahap 4, perbandingan r hitung dengan r tabel, jika r hitung < r tabel

tidak valid, sedangkan r hitung > r tabel valid.

3.7.1.2 Uji Reliabilitas Kuisioner

Reliabilitas menunjuk pada adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil skala

pengukuran tertentu. Reliabilitas berkonsentrasi pada masalah akurasi pengukuran

dan hasilnya. Prosedur uji reabilitas kuisioner :

a. Tahap 1, mempersiapkan data hasil kuisioner dari 20 responden.

b. Tahap 2, perhitungan nilai koefisien Alpha Cronbach dengan

menggunakan program PASW Statistics 18. Hasilnya dapat dilihat pada

bagian output Cronbach x Alpha.

c. Tahap 3, skala pengukuran yang reliabel sebaiknya memiliki nilai

Cronbach x Alpha ≥ 0,70

3.7.2 Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang telah diuji

validitas dan reliabilitasnya terhadap sampel yang diambil dengan metode

consecutive sampling.

3.7.3 Pengolahan Data Hasil Penelitian

Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus

ditempuh, diantaranya :

3.7.3.1 Editing

Editing adalah pemeriksaan kembali kebenaran data yang diperoleh dan juga

pemisahan data-data yang tidak memenuhi kriteria penelitian.

3.7.3.2 Coding

Coding merupakan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang

terdiri atas beberapa kategori.

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 39: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

25

Universitas Indonesia

3.7.3.3 Entri Data

Entri data adalah memasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam program

PASW Statistics 18.

3.7.3.4 Cleaning Data

Setelah data dimasukan kemudian diperiksa kembali untuk memastikan data

bersih dari kesalahan dan siap untuk dianalisis.

3.7.3.5 Melakukan Teknik Analisis

a. Analisis Deskriptif

Data yang dianalisis secara deskriptif adalah jenis kelamin, umur, pendidikan

terakhir, pekerjaan, pendapatan per bulan, lamanya responden mengidap DM,

antidiabetes herbal yang digunakan, sumber informasi, alasan penggunaan, frekuensi

penggunaan, lama penggunaan, efek perseptif dan efek samping persptif. Analisis

dilakukan menggunakan program PASW Statistics 18 (Hidayat, 2010).

b. Analisis Uji Kai Kuadrat dan Uji Fisher Eksak

Analisis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya hubungan antar variabel.

Program yang digunakan adalah PASW Statistics 18. Ada tidaknya hubungan akan

terlihat pada perbadingan nilai p dan α. Ada hubungan jika Ho ditolak dimana nilai p

< α sedangkan tidak terdapat hubungan jika Ho diterima dimana nilai p > α. Nilai p

dapat dilihat pada baris Pearson chi-square dan kolom Asymp. Sig. (2-sided). Nilai α

yang dipakai adalah 0,05. Nilai X2 dapat dilihat pada baris Pearson chi-square dan

kolom value. Uji Fisher Eksak dilakukan apabila uji kai kuadrat tidak memenuhi

syarat, yakni ketika pada tabel rxc terdapat nilai ekspektasi kurang dari 1 dan 20%

sel memiliki nilai ekspektasi kurang dari 5. Untuk tabel 2x2 apabila terdapat nilai

ekspektasi kurang dari 5 maka dilakukan uji Fisher Eksak. Hasil uji Fisher Eksak

dapat dilihat pada nilai p eksak pada baris Fisher’s Exact Test dan kolom Exact. Sig.

(2-sided). Nilai α yang dipakai adalah 0,05. Penentuan ada tidaknya hubungan sama

dengan uji kai kuadrat, yakni dengan membandingkan nilai p dan α (Sabri &

Hastanto, 2010).

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 40: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

Universitas Indonesia

26

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Uji validitas dan reliabilitas kuisioner dilakukan kepada 20 orang responden

yang memiliki karakteristik yang hampir sama dengan responden penelitian.

Responden yang digunakan berasal dari 2 puskesmas, yakni Puskesmas Kemiri

Muka dan Puskesmas Abadijaya. Namun, hasil dari pengujian ini belum mencapai

nilai validitas dan reliabilitas yang diinginkan. Membuat suatu alat ukur berupa

kuesioner yang valid dan reliabel tidak mudah, sehingga perlu dilakukan revisi

beberapa butir pertanyaan pada kuesioner dengan cara mengubah pertanyaan dan

pilihan jawaban menjadi lebih sederhana dan menyesuaikannya dengan kejadian di

lapangan (lampiran 4.1). Setelah dilakukan pengujian untuk kedua kalinya di

Puskesmas Abadijaya, akhirnya diperoleh kuesioner yang valid dan reliabel.

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program PASW

Statistics 18. Nilai r tabel yang ditentukan sebesar 0,468 sedangkan nilai r hitung

(Corrected Item – Total Correlation) yang diperoleh pada setiap butir pertanyaan

yang diuji lebih besar dari r tabel. Maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner tersebut

valid (lampiran 4.2). Untuk uji reliabilitasnya dilihat dari hasil perhitungan nilai

Cronbach’s Alpha yang diperoleh sebesar 0,818. Nilai ini memenuhi syarat

reliabilitas karena lebih besar sama dengan 0,700 ( lampiran 4.3 ).

4.2 Data Deskriptif

4.2.1 Responden Penelitian

Penelitian ini dilakukan di 11 puskesmas kecamatan yang ada di Kota Depok.

Pemilihannya dilakukan secara cluster sampling dari 38 puskesmas yang ada di Kota

Depok. Sebelas puskesmas kecamatan tersebut yakni UPT Puskesmas Kec.

Sukmajaya, UPT Puskesmas Kec. Pancoran Mas, UPT Puskesmas Kec. Cimanggis,

UPT Puskesmas Kec. Cilodong, UPT Puskesmas Kec. Cinere, UPT Puskesmas Kec.

Limo, UPT Puskesmas Kec. Sawangan, UPT Puskesmas Kec. Beji, UPT Puskesmas

Kec. Tapos, dan UPT Puskesmas Kec. Bojongsari.

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 41: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

27

Universitas Indonesia

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Jumlah Responden di Setiap Puskesmas

No. Nama Puskesmas Menggunakan Tidak

Menggunakan Total

Antidiabetes Herbal

1. Puskesmas Sukmajaya 8 5 13

2. Puskesmas Pancoran Mas 6 7 13

3. Puskesmas Cimanggis 8 8 16

4. Puskesmas Cilodong 1 1 2

5. Puskesmas Cinere 1 4 5

6. Puskesmas Cipayung 2 9 11

7. Puskesmas Limo 4 2 6

8. Puskesmas Sawangan 6 4 10

9. Puskesmas Beji 11 1 12

10. Puskesmas Tapos 4 2 6

11. Puskesmas Bojongsari 2 5 7

Jumlah 53 48 101

Sedikit banyaknya jumlah responden di setiap puskesmas sangat tergantung pada

karakteristik masing-masing puskesmas. Hal ini terutama sekali terlihat dari ada

tidaknya fasilitas untuk mengukur kadar gula darah. Ketidaktepatan waktu

pengambilan sampel dengan jadwal kunjungan pasien DM juga cukup berpengaruh

pada hasil distribusi frekuensi jumlah responden di setiap puskesmas kecamatan.

Pasien DM yang berobat ke puskesmas kecamatan dan bersedia untuk

menjadi responden penelitian sebanyak 101 orang. Jumlah tersebut telah memenuhi

syarat minimum sampel yang diperlukan. Karakteristik responden dinilai dari

sosiodemografisnya, yaitu jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan,

pendapatan per bulan, dan lama responden mengidap penyakit DM.

Responden penelitian ini didominasi oleh perempuan yang persentasenya

mencapai 73,27 % dan sisanya sebanyak 26,73 % adalah laki-laki. Responden paling

banyak adalah lansia berumur >60 tahun sebanyak 50,50 % dan pada rentang umur

46-60 tahun jumlahnya mencapai 44,55 % . Rentang umur kurang dari 45 tahun

menjadi responden yang paling sedikit jumlahnya, yakni sebanyak 4,95 %. Hal ini

bisa terkait dengan kebiasaan banyak orang yang tidak melakukan pemeriksaan

kesehatan (check up) secara rutin, khususnya kondisi gula darah, dan baru merasa

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 42: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

28

Universitas Indonesia

perlu untuk memeriksanya ketika sudah merasakan keluhan-keluhan saat usia 40

tahun ke atas.

Pendidikan terakhir responden paling banyak pada tingkat SD/SMP sebanyak

54,46 %, sisanya hampir sama rata untuk yang tidak sekolah, lulusan SMA, dan

lulusan perguruan tinggi.

Mayoritas dari responden adalah lansia, sehingga kebanyakan dari mereka

sudah tidak bekerja. Pekerjaan sebagai pegawai hanya 3,96 % saja, sedangakan yang

berwirausaha sebanyak 7,92 %. Pendapatan per bulan merupakan hal yang sensitif

dan mengingat mayoritas responden adalah lansia, maka variabel ini tidak terlalu

diperlukan sehingga tidak dilakukan pendataan. Lamanya pasien mengalami sakit

DM menjadi variabel yang cukup penting. Sebanyak 39,60 % mengalami sakit DM

dalam rentang waktu ≥1 -< 5 tahun. Pada rentang waktu <1 tahun dan ≥5 -< 10 tahun

memiliki jumlah yang berbeda tipis, yakni sebanyak 22,77 % dan 24,75 %. Sisanya

pada rentang waktu >10 tahun sebanyak 12,87 %. Distribusi frekuensi karakteristik

responden penelitian dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (Total)

Karakteristik Responden Total Frekuensi Presentase

JenisKelamin

Laki-laki 27 26,72 %

Perempuan 74 73,27 %

Umur

31-45 tahun 5 4,95 %

46-60 tahun 45 44,55 %

>60 tahun 51 50,50 %

Pendidikan Terakhir

Tidak Sekolah 16 15,84 %

SD/SMP 55 54,46 %

SMA 17 16,83 %

D3, S1, S2, S3 13 12,87 %

Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga 66 63,35 %

Pegawai 4 3,96 %

Wirausaha 8 7,92 %

Sudah Tidak Bekerja 23 22,77 %

Jangka Waktu Mengidap DM

< 1 tahun 23 22,77 %

≥ 1 - < 5 tahun 40 39,60 %

≥ 5tahun - < 10 tahun 25 24,75 %

≥ 10 tahun 13 12,87 %

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 43: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

29

Universitas Indonesia

4.2.2 Responden Pengguna Antidiabetes Herbal

Responden pengguna antidiabetes herbal berjumlah 53 orang dari total

responden 101 orang. Prevalensi yang diperoleh pada pasien DM yang sedang

berobat di puskesmas adalah sebesar 52,47 % yang diperoleh dari rumus :

Data mentah karakteristik responden yang menggunakan antidiabetes herbal dapat

dilihat pada lampiran 4.4.

Responden yang menggunakan antidiabetes herbal paling banyak adalah

perempuan yakni sebesar 79,25 %. Walaupun demikian, berdasarkan hasil analisis

kai kuadrat menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan

penggunaan antidiabetes herbal pada pasien DM yang sedang berobat di puskesmas

(lampiran 4.5).

Seperti telah disinggung sebelumnya, mayoritas responden pada penelitian ini

adalah lansia. Hal ini bisa terjadi karena penyakit DM biasanya baru terdiagnosis dan

mulai dirasakan keluhannya setelah usia beranjak tua. Kejadian ini dapat terlihat

jelas pada karakteristik umur dan pekerjaan responden. Dari faktor umur, responden

pada jarak umur 46-60 tahun dan umur >60 tahun jumlahnya tidak terlau berbeda,

yakni sebesar 47,17 % dan 49,06 %. Hanya 3,77 % responden saja yang berumur 31-

45 tahun menggunakan antidiabetes herbal. Berdasarkan analisis Fisher Eksak tidak

menunjukkan adanya hubungan antara penggunaan antidiabetes herbal dengan umur

responden (lampiran 4.7).

Pendidikan terakhir responden pengguna antidiabetes herbal yang sedang

berobat di puskesmas mayoritas tidak berpendidikan tinggi. Hanya 7,55 % lulusan

perguruan tinggi dan 16,98 % lulusan SMA. Sisanya hanya sampai tingkat SD/SMP

dan bahkan ada juga yang tidak pernah sekolah. Hal ini yang menjadi pertimbangan

pengisian kuesioner dilakukan dengan metode wawancara. Uji kai kuadrat

menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan penggunaan

antidiabetes herbal (lampiran 4.8)

Responden mayoritas sudah tidak bekerja. Hanya 3,77 % saja masih bekerja

sebagai pegawai dan 7,55 % responden berwirausaha. Hal ini pula yang menjadikan

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 44: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

30

Universitas Indonesia

variabel pendapatan per bulan dari responden tidak terlalu perlu untuk ditanyakan

karena responden yang masih bekerja sangat sedikit dan juga karena memang

sebagian besar responden enggan untuk memberikan informasi. Hasil uji Fisher

Eksak menunjukkan tidak adanya hubungan antara pekerjaan responden dengan

penggunaan antidiabetes herbal (lampiran 4.10).

Responden yang menggunakan antidiabetes herbal paling banyak sudah

mengidap penyakit DM selama ≥ 1 - < 5 tahun, yakni sebanyak 47,17 %. Urutan

kedua sebanyak 26,42 % pada rentang waktu ≥5 -< 10 tahun. Untuk responden yang

mengidap DM kurang dari 1 tahun hanya sebesar 9,43 %. Sebanyak 16,98 %

pengguna antidiabetes herbal sudah mengidap penyakit DM selama ≥10 tahun. Hasil

uji kai kuadrat menunjukkan bahwa penggunaan antidiabtes herbal berhubungan

dengan jangka waktu responden mengidap penyakit DM, dengan nilai p 0,008

(lampiran 4.11). Hal ini kemungkinan terjadi karena responden yang mengidap

penyakit DM <1 tahun masih rutin berobat dengan obat-obat dari puskesmas dan

sebagian dari mereka mengatakan belum mengetahui tentang informasi antidiabetes

herbal. Untuk responden yang sudah mengidap DM selama >10 tahun jumlahnya

memang lebih sedikit dibandingkan responden yang sudah mengidap DM <10 tahun.

Hal ini kemungkinan terjadi karena kebanyakan dari mereka saat diwawancara

sudah menghentikan penggunaan obat herbal dan memilih kembali ke obat-obat

konvensional. Distribusi frekuensi karakteristik responden pengguna antdiabetes

herbal dapat dilihat pada tabel 4.3.

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 45: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

31

Universitas Indonesia

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Pengguna Antidiabetes Herbal

Karakteristik Responden

Pengguna Antidiabetes Herbal Frekuensi Presentase

JenisKelamin

Laki-laki 11 20,75 %

Perempuan 42 79,25 %

Umur

31-45 tahun 2 3,77 %

46-60 tahun 25 47,1 %

>60 tahun 26 49,06 %

Pendidikan Terakhir

Tidak Sekolah 11 20.75 %

SD/SMP 29 54,72 %

SMA 9 16,98 %

D3, S1, S2, S3 4 7,55 %

Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga 38 71,70 %

Pegawai 2 3,77 %

Wirausaha 4 7,55 %

Sudah Tidak Bekerja 9 16,98 %

Jangka Waktu Mengidap DM

< 1 tahun 5 9,43 %

≥ 1 - < 5 tahun 25 47,17 %

≥ 5tahun - < 10 tahun 14 26,42 %

≥ 10 tahun 9 16,98 %

4.2.3 Antidiabetes Herbal yang Digunakan

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 18 jenis tanaman dan 5 produk herbal

yang dikonsumsi oleh responden. Kedelapan belas belas tanaman tersebut ada yang

dikonsumsi satu jenis tanaman saja (tunggal) dan ada juga yang dicampurkan.

Mayoritas responden mengkonsumsi antidiabetes herbal yang diolah sendiri melalui

proses perebusan yang bahannya mereka dapat dari pohon di sekitar rumah atau

tetangga. Hanya 5 orang responden yang mengkonsumsi antidiabetes herbal yang

dibeli dalam bentuk kemasan jadi. Kelima produk tersebut adalah kapsul daun

binahong, teh Pro DeEm®

yang mengandung buah mengkudu, jamu Cap

Timbangan®, kapsul Promelin

®, dan kapsul Andrographis Herbs (lampiran 4.12).

Hanya ceplukan dan tapak dara tanaman dari Materia Medika Indonesia Jilid

I sampai VI yang digunakan oleh responden. Selain itu beberapa tanaman yang

digunakan sebagai antidiabetes herbal oleh responden memang secara empiris

digunakan sebagai antidiabetes, diantaranya; sambiloto, tapak dara, mengkudu,

kumis kucing, meniran, dan mahoni. Beberapa tanaman yang digunakan oleh

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 46: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

32

Universitas Indonesia

responden memang sudah pernah dilakukan uji khasiat antidiabetes terhadap hewan

coba, diantaranya ; daun sambiloto, herba tapak dara, daun salam, daun dan buah

mengkudu, daun kumis kucing, daun ceplukan, biji mahoni, dan daun brotowali

(Widowati, Dzulkarnain & Sa’roni, 1997).

Daun sirsak menjadi tanaman yang paling banyak digunakan oleh responden

sebagai antidiabetes herbal. Sebanyak 15 responden menggunakan daun sirsak,

disusul dengan penggunaan daun salam sebanyak 11 responden. Daun sirsak

memang sedang populer penggunaannya di masyarakat sebagai obat herbal.

Berdasarkan penelitian terhadap hewan coba menggunakan tikus DM yang diinduksi

dengan streptozotocin, diperoleh perbedaan yang sangat signifikan pada kadar gula

darah tikus yang diberikan ekstrak metanol daun sirsak secara intra peritoneal

(Adeyemi, 2008). Namun, tentu saja penggunaannya tidak boleh berlebihan karena

dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal apabila dikonsumsi dalam dosis tinggi

(Arthur et al., 2011).

Baik tanaman yang sudah ditunjang dengan penelitian ilmiah maupun sekedar

secara empiris digunakan sebagai obat herbal, tentu saja penggunaannya tidak boleh

berlebihan. Selama ini penelitian hanya dilakukan pada hewan coba yang belum

tentu efek yang timbul pada hewan coba berefek pula pada manusia ataupun

sebaliknya. Oleh karena itu, untuk menjamin keamanan penggunaan obat herbal,

sudah saatnya dilakukan pengujian secara klinis terhadap beberapa tanaman yang

berpotensi besar digunakan oleh masyarakat sebagai obat herbal..

4.2.4 Pola Penggunaan Antidiabetes Herbal

Data mentah pola penggunaan antidiabetes herbal dapat dilihat pada lampiran

4.13. Dapat diketahui dari data tersebut, informasi mengenai khasiat antidiabetes

herbal sebagian besar berasal dari teman atau kenalan responden, yakni sebanyak

69,81 %. Begitu pula dengan alasan responden menggunakan antidiabetes herbal,

sebagian besar karena mengikuti saran teman, baik yang pernah menggunakan

ataupun tidak, yakni sebanyak 71,70 %. Data dapat dilihat pada tabel 4.4 dan tabel

4.5.

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 47: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

33

Universitas Indonesia

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Penggunaan Antidiabetes Herbal Berdasarkan

Sumber Informasi No. Sumber Informasi Frekuensi Presentasi

1. Keluarga 7 13,21 %

2. Iklan media cetak/elektronik 5 9,43 %

3. Teman 37 69,81 %

4. Penjual 1 1,89 %

5. Pegawai apotek 1 1,89 %

6. Terapis alternatif 1 1,89 %

7. Dokter 1 1,89 %

Jumlah 53 100 %

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Penggunaan Antidiabetes Herbal

Berdasarkan Alasan Penggunaan

Lebih dari setengah responden yang menggunakan antidiabetes herbal

mengkonsumsinya rutin setiap hari, 1-3 kali sehari, sebanyak 67,92 %. Sebanyak

13,21 % mengaku mengkonsumsi antidiabetes herbal tidak setiap hari, hanya 1-4 kali

seminggu, yakni sebanyak 13,21 %. Sisanya mengkonsumsi antidiabetes herbal

No. Alasan Penggunaan Frekuensi Presentase

1. Mengikuti saran keluarga

7 13,21 % yang juga menggunakan

2. Inisiatif karena tahu

4 7,55 % Manfaatnya

3. Mengikuti saran teman

38 71,70 % yang juga menggunakan

4. Mengikuti saran dokter di

1 1,89 % Klinik

5. Mengikuti saran terapis

1 1,89 % Alternatif

6. Mengikuti saran pegawai

1 1,89 % Apotek

7. Mengikuti saran penjual 1 1,89 %

Jumlah 53 100 %

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 48: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

34

Universitas Indonesia

secara tidak teratur, tergantung ada tidaknya bahan dan terkadang responden merasa

malas untuk mengolahnya. Data dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Penggunaan Antidiabetes Herbal

Berdasarkan Frekuensi Penggunaan No. Frekuensi Penggunaan Frekuensi Presentase

1. 1-3 kali sehari 36 67,92 %

2. 1-4 kali seminggu 7 13,21 %

3. Tidak teratur 10 18,87 %

Jumlah 53 100 %

Distribusi frekuensi untuk jangka waktu penggunaan antidiabetes herbal

nilainya hampir sama untuk setiap kategori. Responden yang mengkonsumsi

antidiabetes herbal ≥6 bulan jumlahnya sedikit, hanya sebanyak 13,21 %. Hal ini

terjadi karena mayoritas responden terkadang merasa bosan menggunakan

antidiabetes herbal dan merasa tidak mengalami perubahan yang signifikan terhadap

penyakit DM yang diderita. Data dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Penggunaan Antidiabetes Herbal

Berdasarkan Jangka Waktu Penggunaan No.

Lama Penggunaan Frekuensi Presentase

1. Tidak ingat 14 26,42 %

2. ≥1 minggu -< 1 bulan 11 20,75 %

3. ≥1 bulan -< 3 bulan 10 18,87 %

4. ≥3 bulan -< 6 bulan 11 20,75 %

5. ≥6 bulan 7 13,21 %

Jumlah 53 100 %

Untuk mengetahui efek hipoglikemik yang muncul akibat mengkonsumsi

antidiabetes herbal, efek perseptif yang dipilih berdasarkan berkurangnya gejala-

gejala yang biasa muncul ketika sedang hiperglikemik. Efek-efek perseptif itu

diantaranya berkurangnya rasa lemas, berkurangnya rasa haus/lapar yang tidak wajar,

berkurangnya frekuensi buang air kecil, berkurangnya kesemutan pada tangan/kaki.

Responden juga bisa memilih efek perseptif lain yang dirasakan selain pilihan

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 49: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

35

Universitas Indonesia

jawaban yang telah disediakan. Sebanyak 13 orang responden memilih berkurangnya

frekuensi buang air kecil, disusul dengan 10 orang responden yang mengaku

badannya terasa lebih enak setelah mengkonsumsi antidiabetes herbal, 5 orang

responden merasakan berkurangnya rasa lemas, dan 4 orang responden mengaku

berkurangnya kesemutan pada tangan atau kaki. Terdapat 2 orang responden yang

mengaku gula darahnya sempat turun setelah mengkonsumsi antidiabetes herbal.

Dua belas responden mengaku merasa biasa-biasa saja atau tidak merasakan efek

apapun setelah mengkonsumsi antidiabetes herbal. Sisanya merasakan efek-efek

perseptif lain yang bisa dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Efek Perseptif yang Dirasakan

No. Efek Perseptif Frekuensi Presentase

yang dirasakan

1. Berkurangnya rasa lemas 5 9,43 %

2. Berkurangnya frekuensi buang

13 24,53 % air kecil

3. Berkurangnya kesemutan

4 7,55 % pada tangan/kaki

4. Biasa-biasa saja 12 22,64 %

5. Badan lebih enak 10 18,87 %

6. Gula darah sempat turun 2 3,77 %

7. Sakit-sakit badan berkurang 2 3,77 %

8. Sakit pada tumit berkurang 1 1,89 %

9. Penglihatan yang kabur berkurang 1 1,89 %

10. Sakit pinggang berkurang 1 1,89 %

11. Pusing berkurang 1 1,89 %

12. Pegal berkurang 1 1,89 %

Jumlah 53 100 %

Untuk efek samping perseptif, sebanyak 84,91 % responden tidak merasakan

adanya efek samping. Hanya 11,32 % responden merasakan mual setelah

mengkonsumsi antidiabetes herbal dan sebanyak 3,77 % responden mengaku sering

buang air kecil setelah mengkonsumsi antidiabetes herbal. Data dapat dilihat pada

tabel 4.9.

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 50: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

36

Universitas Indonesia

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Efek Samping Perseptif

No. Efek Samping Perseptif

Frekuensi Presentase

1. Tidak ada efek samping 45 84,91 %

2. Eneg/mual 6 11,32 %

3. Sering buang air kecil 2 3,77 %

Jumlah 53 100 %

Sebanyak 38 responden mengaku disamping menggunakan antidiabtes herbal

mereka masih mengkonsumsi obat diabetes oral yang mereka dapat dari puskesmas.

Obat antidiabetes oral (ADO) yang mereka konsumsi adalah glibenklamid dan

metformin. Responden yang menggunakan glibenklamid sebanyak 32,08 %, disusul

dengan yang menggunakan kombinasi antara glibenklamid dan metformin sebanyak

26,41 %, sedangkan yang menggunakan metformin saja sebanyak 13,21 %. Seluruh

responden mengaku tidak memiliki keluhan selama menggunakan obat antidiabetes

oral bersamaan dengan penggunaan antidiabetes herbal. Data dapat dilihat pada tabel

4.10.

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Penggunaan Antidiabetes Herbal

Berdasarkan Obat Antidiabetes Oral yang Dikonsumsi No. Obat Antidiabetes Oral Frekuensi Presentase

1. Glibenklamid 17 32,08 %

2. Metformin 7 13,21 %

3. Glibenklamid dan Metformin 14 26,41 %

4. Tidak mengkonsumsi 15 28,3 %

Jumlah 53 100 %

4.2.5 Responden Bukan Pengguna Antidiabetes Herbal

Responden dalam penelitian ini yang tidak menggunakan antidiabetes herbal

jumlahnya 48 orang. Responden diberikan pertanyaan mengenai alasan tidak pernah

menggunakan antidiabetes herbal. Sebanyak 16 responden (33,33%) mengaku

alasannya karena lebih percaya dengan obat konvensional yang diresepkan dokter.

Dalam jumlah yang sama, yakni sebanyak 5 responden (10,42%) memiliki alasan

tidak menyukai rasa obat herbal yang pahit atau kurang enak dan mengaku merasa

lebih cocok dengan obat dokter. Responden lainnya memberi alasan obat herbal lebih

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 51: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

37

Universitas Indonesia

mahal dan ktidak praktis bila dibandingkan dengan obat yang disediakan di

puskesmas secara gratis. Beragam alasan lainnya dapat dilihat pada tabel 4.11.

Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Alasan Responden

Tidak Menggunakan Antidiabetes Herbal

No. Alasan Tidak Menggunakan Frekuensi Presentasi

Antidiabetes Herbal

1. Lebih percaya obat dokter 16 33,33%

2. Karena obat herbal lebih

4 8,33% mahal dari obat puskesmas

3. Karena tidak suka rasanya 5 10,42%

4. Lebih cocok dengan obat

5 10,42% Dokter

5. Karena sedang terapi

1 2,08% alternatif,tidak boleh minum obat

6. Takut drop karena dosisnya

2 4,17% tidak pasti

7. Lebih percaya obat dokter

2 4,17% efeknya lebih cepat

8. Karena sudah terbiasa rutin

4 8,33% berobat kedokter

9. Karena baru terdiagnosis DM 3 6,25%

10. Belum pernah ada yang

3 6,25% memberi informasi

11. Malas buatnya, tidak praktis 3 6,25%

Jumlah 48 100%

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 52: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

38

Universitas Indonesia

4.3 Data Analisis

Data analisis ini merupakan hubungan antara frekuensi penggunaan, jangka

waktu pengunaan dan konsumsi obat konvensional pada pengguna antidiabetes

herbal dengan efek perseptif maupun efek samping perseptif yang dirasakan oleh

responden. Analisis dilakukan dengan menggunakan uji kai kuadrat dan Fisher

Eksak. Hasil pengujiannya adalah sebagai berikut :

4.3.1 Hubungan Antara Penggunaan Obat Antidiabetes Oral (ADO) Pada

Pengguna Antidiabetes Herbal Dengan Adanya Efek Perseptif

Hasil uji kai kuadrat menunjukkan bahwa nilai p yang didapatkan sebesar

0,224. Namun, hasil uji kai kuadrat tidak memenuhi syarat karena 50 % dari total sel

mempunyai nilai ekspektasi di bawah 5 sehingga pengujian perlu dilanjutkan dengan

uji Fisher Eksak. Hasil uji Fisher Eksak menunjukkan bahwa nilai p eksak yang

diperoleh adalah sebesar 0,722. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

antara konsumsi antidabetes oral oleh pengguna antidiabetes herbal dengan adanya

efek perseptif yang muncul. Hasil analisis uji kai kuadrat dan uji Fisher Eksak dapat

dilihat pada lampiran 4.14 dan 4.15.

Tabel 4.12. Tabel Silang Antara Penggunaan Obat Antidiabetes Oral

dengan Adanya Efek Perseptif

Status Efek

Perseptif

Obat Antidiabetes Oral

Glibenklamid Metformin Glibenklamid Tidak

dan Metformin Menggunakan

Ada 16 5 9 11

Tidak Ada 1 2 5 4

4.3.2 Hubungan Antara Frekuensi Penggunaan Antidabetes Herbal dengan Adanya

Efek Perseptif

Hasil uji kai kuadrat menunjukkan bahwa nilai p yang didapatkan sebesar

0,291. Namun, hasil uji kai kuadrat tidak memenuhi syarat karena 33,3 % dari total

sel mempunyai nilai ekspektasi di bawah 5 sehingga pengujian perlu dilanjutkan

dengan uji Fisher Eksak. Hasil uji Fisher Eksak menunjukkan bahwa nilai p eksak

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 53: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

39

Universitas Indonesia

yang diperoleh adalah sebesar 0,406. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan antara frekuensi penggunaan antidiabetes herbal dengan adanya efek

perseptif yang muncul. Hasil analisis uji kai kuadrat dan uji Fisher Eksak dapat

dilihat pada lampiran 4.16 dan 4.17.

Tabel 4.13. Tabel Silang Antara Frekuensi Penggunaan

dengan Adanya Efek Perseptif

Status Efek

Perseptif

Frekuensi Penggunaan

1-3 kali sehari 1-4 kali seminggu Tidak Teratur

Ada 27 7 7

Tidak Ada 9 0 3

4.3.3 Hubungan Antara Jangka Waktu Penggunaan Antidiabetes Herbal dengan

Adanya Efek Perseptif

Hasil uji kai kuadrat menunjukkan bahwa nilai p yang didapatkan sebesar

0,620. Namun, hasil uji kai kuadrat tidak memenuhi syarat karena 50 % dari total sel

mempunyai nilai ekspektasi di bawah 5 sehingga pengujian perlu dilanjutkan dengan

uji Fisher Eksak. Hasil uji Fisher Eksak menunjukkan bahwa nilai p eksak yang

diperoleh adalah sebesar 0,740. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

antara jangka waktu penggunaan antidiabetes herbal dengan adanya efek perseptif

yang muncul. Hasil analisis uji kai kuadrat dan uji Fisher Eksak dapat dilihat pada

lampiran 4.18 dan 4.19.

Tabel 4.14. Tabel Silang Antara Jangka Waktu Penggunaan

dengan Adanya Efek Perseptif

Status Efek

Perseptif

Lama Penggunaan

Tidak Ingat ≥1 minggu - ≥1 bulan - ≥3 bulan -

≥6 bulan

<1 bulan <3 bulan <6 bulan

Ada 10 8 8 8 7

Tidak Ada 4 3 2 3 0

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 54: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

40

Universitas Indonesia

4.3.4 Hubungan Antara Penggunaan Obat Antidiabetes Oral (ADO) Pada Pengguna

Antidiabetes Herbal Dengan Adanya Efek Samping Perseptif

Hasil uji kai kuadrat menunjukkan bahwa nilai p yang didapatkan sebesar

0,550. Namun, hasil uji kai kuadrat tidak memenuhi syarat karena 50 % dari total sel

mempunyai nilai ekspektasi di bawah 5 sehingga pengujian perlu dilanjutkan dengan

uji Fisher Eksak. Hasil uji Fisher Eksak menunjukkan bahwa nilai p eksak yang

diperoleh adalah 1. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungannya antara

konsumsi obat antidiabetes oral oleh pengguna antidiabetes herbal dengan adanya

efek samping perseptif yang muncul. Hasil analisis uji kai kuadrat dan uji Fisher

Eksak dapat dilihat pada lampiran 4.20 dan 4.21.

Tabel 4.15. Tabel Silang Antara Penggunaan Obat Antidiabetes Oral

dengan Adanya Efek Samping Perseptif

4.3.5 Hubungan Antara Frekuensi Penggunaan Antidabetes Herbal dengan Adanya

Efek Samping Perseptif

Hasil uji kai kuadrat menunjukkan bahwa nilai p yang didapatkan sebesar

0,472. Namun, hasil uji kai kuadrat tidak memenuhi syarat karena 50 % dari total sel

mempunyai nilai ekspektasi di bawah 5 dan memiliki niali ekspektasi minimum di

bawah 1, sehingga pengujian perlu dilanjutkan dengan uji Fisher Eksak. Hasil uji

Fisher Eksak menunjukkan bahwa nilai p eksak yang diperoleh adalah sebesar 0,334.

Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungannya antara frekuensi penggunaan

antidiabetes herbal dengan adanya efek samping perseptif yang muncul. Hasil

analisis uji kai kuadrat dan uji Fisher Eksak dapat dilihat pada lampiran 4.22 dan

4.23.

Status Efek

Samping Obat Antidiabetes Oral

Perseptif Glibenklamid Metformin Glibenklamid Tidak

dan Metformin Menggunakan

Ada 2 0 3 3

Tidak Ada 15 7 11 12

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 55: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

41

Universitas Indonesia

Tabel 4.16. Tabel Silang Antara Frekuensi Penggunaan

dengan Adanya Efek Samping Perseptif Status Efek

Samping Frekuensi Penggunaan

Perseptif 1-3 kali sehari 1-4 kali seminggu Tidak Teratur

Ada 6 2 0

Tidak Ada 30 5 10

4.3.6 Hubungan Antara Jangka Waktu Penggunaan Antidiabetes Herbal dengan

Adanya Efek Samping Perseptif

Hasil uji kai kuadrat menunjukkan bahwa nilai p yang didapatkan sebesar

0,575. Namun, hasil uji kai kuadrat tidak memenuhi syarat karena 50 % dari total sel

mempunyai nilai ekspektasi di bawah 5 dan memiliki nilai ekspektasi minimum di

bawah 1, sehingga pengujian perlu dilanjutkan dengan uji Fisher Eksak. Hasil uji

Fisher Eksak menunjukkan bahwa nilai p eksak yang diperoleh adalah sebesar 0,686.

Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungannya antara lamanya penggunaan

antidiabetes herbal dengan adanya efek samping perseptif yang muncul. Hasil

analisis uji kai kuadrat dan uji Fisher Eksak dapat dilihat pada lampiran 4.24 dan

4.25.

Tabel 4.17. Tabel Silang Antara Jangka Waktu Penggunaan

dengan Adanya Efek Samping Perseptif Status Efek

Samping Lama Penggunaan

Perseptif Tidak Ingat ≥1 minggu - ≥1 bulan - ≥3 bulan -

≥6 bulan

<1 bulan <3 bulan <6 bulan

Ada 0 3 1 2 2

Tidak Ada 14 8 9 9 5

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 56: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

42

Universitas Indonesia

4.4 Keterbatasan Penelitian

a. Efek-efek yang dirasakan oleh responden yang menggunakan antidibetes

herbal hanya berupa efek perseptif yang bersifat subjektif.

b. Penelitian ini berupa studi potong lintang sehingga pengambilan data hanya

dilakukan satu kali pada suatu saat.

c. Responden penelitian mayoritas adalah lansia sehingga subjek penelitian

kurang luas.

d. Jumlah sampel masih terlalu sedikit

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 57: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

Universitas Indonesia

43

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Responden penelitian ini jumlahnya 101 orang, sebanyak 52,47 % menggunakan

antidiabetes herbal dan 71,70 % dari total pengguna antidiabetes herbal masih

menggunakan ADO. Daun sirsak, daun salam dan kulit manggis adalah tiga

terbanyak antidiabetes herbal yang digunakan.

b. Efek perseptif yang paling banyak dirasakan adalah berkurangnya frekuensi

buang air kecil sebanyak 24,53 % dan perasaan badan yang lebih enak sebanyak

18,8 7%. Responden yang tidak merasakan efek perseptif sebanyak 22,64 %.

Mayoritas responden tidak merasakan adanya efek samping perseptif. Hanya

15,09 % responden yang merasakan efek samping perseptif berupa mual dan

meningkatnya frekuensi buang air kecil. Tidak terdapat hubungan antara

frekuensi, lama penggunaan, dan penggunaan antidiabetes oral dengan

munculnya efek-efek perseptif.

5.2 Saran

a. Penelitian lanjutan sebaiknya dilakukan di seluruh puskesmas di Kota Depok

agar diperoleh jumlah responden yang lebih banyak.

b. Penelitian lanjutan sebaiknya juga melakukan penilaian mengenai tingkat

pemahaman responden tentang penggunaan antidiabetes herbal.

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 58: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

44

Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Anurakkun, N. J., Bhandari, M. R., & Kawabata, J. (2006). α-Glucosidase Inhibitors

from Devil Tree (Alstonia scholaris). Journal of Food Chemistry, 103, 1319-

1323.

Adeyemi, D. O., et al. (2008). Anti Hyperglycemic Activites of Annona mucirata

(Linn). Afr J Tradit Complement Altern Med, 6(1), 62-69.

Arthur, F.K.N., Woode, E., Terlabi, E.O., Larbie,C. (2011). Evaluation of Acute and

Subchronic Toxicity of Annona muricata (Linn.) Aqueous Extrac in Animal.

European Journal of Experimental Biology, 1(4), 115-124.

Corwin, E.J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

EGC

Clark, Marie. (2004). Understanding Diabetes. England : John Wiley & Son’s Ltd.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1980). Materia Medika Indonesia Jilid

IV. Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1989). Materia Medika Indonesia Jilid

V. Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Materia Medika Indonesia Jilid

VI. Jakarta

Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI.

(2005). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta

Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI.

(2006). Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta

Gitawati, R. (2008). Profil Konsumen Obat Tradisional Terhadap Ketanggapan Akan

Adanya Efek Samping Obat Tradisional. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan,

vol. 11, 283-288.

Gruenwald, J., et al. (2000). PDR for Herbal Medicines. Montvale : Medical

Economics Company Inc.

Hidayat, A. A. A. (2010). Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif.

Jakarta : Health Book Publishing

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 59: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

45

Universitas Indonesia

IPTEKnet, Sentra Informasi IPTEK. (2002). Tanaman Obat Indonesia. Tim CoData

Indonesia. 24 Januari 2012.

http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?mnu=2&id=154

http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?mnu=2&id=274

Integrated Taxonomic Information System (ITIS). 24 Januari 2011.

http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_v

alue=184803

Institute of Materia Medica Hanoi. (1990). Medicinal Plants in Viet Nam. Manila:

WHO Regional Office for the Western Pacific.

Khare, C.P. (2007). Indian Medicinal Plants. Springer Science+Business Media.

Li, T. S. C. (2006). Taiwanese Native Medicinal Plants, Phytopharmacology and

Therapeutic Values. Boca Raton : Taylor & Francis Group.

Mosihuzzaman, M., Choudhary, M. I. (2008). Protocols on Safety, Efficacy,

Standardization, and Documentation of Herbal Medicine. IUPAC Technical

Report, 80, 2195-2230.

Ohadoma, S.C., Michael, H.U. (2011). Effects of Co-Administration of Methanol

Leaf Extract of Catharanthus roseus on The Hypoglycemic Activity of

Metformin and Glibenclamide in Rats. Asian Pacific Journal of Tropical

Medicine, 475-477.

Padna, L.S., Praphatsara, N.B., & Lemmens, R.H.M.J. (1999). Plant Resources of

South East Asia 12, Medicinal and Poisonous Plants. Bogor : Prosea

Foundation Indonesia.

Perkumpulan Endrokinologi Indonesia. (2011). Konsensus Pengelolaan dan

Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta : Author

Puspitasari, D. (2010). Efek Perseptif Meniran (Phyllanthus niruri L.) Sebagai

Imunostimulan (Studi Kasus Di Wilayah Jakarta). Depok : Departemen

Farmasi FMIPA UI.

Reyes, B.A.S., et al. (2005). Anti-diabetic Potentials of Momordica charantia and

Androdraphis paniculata and Their Effects on Estrous Cyclicity of Alloxan-

Induced Diabetics Rats. Journal of Ethnopharmacology, 105, 196-200.

Sabri, L., & Hastono, S. P. (2006). Statistik Keseharan. Jakarta : Rajagrafindo

Persada

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 60: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

46

Universitas Indonesia

Sari, K. C. D. P. (2011). Proposal Penelitian : Evaluasi Rasionalitas Penggunaan

Obat Ditinjau dari Indikator Peresepan menurut World Health Organization

(WHO) pada Puskesmas Wilayah Depok. Depok : Departemen Farmasi FMIPA

UI.

Sastroasmoro, Sudigdo, & Sofyan Ismael. (2008). Dasar-dasar Metodologi

Penelitian Klinis. Jakarta : CV Sagung Seto.

Sukandar, E.Y., et al. (2008). ISO Farmakoterapi. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan.

Supardi, S., & Susyanty, A.L. (n.d.). Penggunaan Obat Tradisional Dalam Upaya

Pengobatan Sendiri Di Indonesia.

United States Departement of Agriculture (USDA), Natural Resources Conservation

Service. Plants Database. 24 Januari 2012.

http://plants.usda.gov/java/nameSearch?keywordquery=catharanthus+roseus&

mode=sciname&submit.x=8&submit.y=10

http://plants.usda.gov/java/nameSearch?keywordquery=allium+cepa&mode=sc

iname&submit.x=24&submit.y=11

http://plants.usda.gov/java/nameSearch?keywordquery=momordica+charantia

&mode=sciname&submit.x=12&submit.y=10

http://plants.usda.gov/java/nameSearch?keywordquery=physalis+angulata&mo

de=sciname&submit.x=13&submit.y=11

http://plants.usda.gov/java/nameSearch?keywordquery=syzygium+cumini&mo

de=sciname&submit.x=9&submit.y=10

Widowati, L., Dzulkarnain, B., Sa’roni. (1997). Tanaman Obat Untuk Diabetes

Melitus. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI.

Winston, David. An Introduction to Herbal Medicine.

World Health Organization. (2007). WHO Guidelines for Assessing Quality of

Herbal Medicines with Reference to Contaminants and Residue. Switzerland :

Author

World Health Organization. (1999). WHO Monographson Selected Medicinal Plants.

Geneva : Author.

World Health Organization Regional Office for The Western Pacific. (1998).

Medicinal Plants in The South Pacific. Manila : author

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 61: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

47

Universitas Indonesia

Yarnell, E., Abascal, K., & Rountree, R. Clinical Botanical Medicine 2nd Edition.

Mary Ann Liebert Inc.

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 62: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

48

Universitas Indonesia

Lampiran 3.1

Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian Kepada

Dinas Kesehatan Kota Depok

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 63: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

49

Universitas Indonesia

Lampiran 3.2

Surat Keterangan Penerimaan Izin Melakukan Penelitian di Lingkungan Dinas

Kesehatan Kota Depok dari Dinas Kesehatan Kota Depok

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 64: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

50

Universitas Indonesia

Lampiran 3.3

Surat Rekomendasi Melakukan Penelitian di Lingkungan Dinas Kesehatan

Kota Depok dari Kantor Kesbangpol dan Linmas Kota Depok

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 65: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

51

Universitas Indonesia

Lampiran 3.4

Surat Izin Melakukan Penelitian di Puskesmas Kota Depok

dari Dinas Kesehatan

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 66: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

52

Universitas Indonesia

Lampiran 3.5

Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

Kepada Yth.

Bapak/Ibu/Saudara

di Tempat

Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa program S1 Farmasi

Universitas Indonesia, saya Adhitia akan melakukan penelitian tentang studi efek

yang dipersepsikan dari penggunaan obat herbal antidiabetes. Tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui pola penggunaan tanaman herbal antidiabetes dan

untuk mengevaluasi efek-efek yang dipersepsikan oleh pasien DM Tipe 2. Untuk

keperluan tersebut saya mohon bersedia/tidak bersedia *) Bapak/Ibu/Saudara

untuk menjadi responden dalam penelitian ini, selanjutnya kami mohon

bersedia/tidak bersedia *) Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi kuesioner yang saya

sediakan dengan kejujuran dan apa adanya. Jawaban dijamin kerahasiannya.

Demikian lembar persetujuan ini dibuat. Atas bantuan dan partisipasi

Bapak/Ibu/Saudara saya ucapkan terima kasih.

Depok,

Responden,

.............................

*)coret yang tidak perlu

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 67: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

53

Universitas Indonesia

Lampiran 3.6

Kuesioner yang Sudah Valid dan Reliabel

BAGIAN 1 : KARAKTERISTIK RESPONDEN

Berilah tanda contreng () pada pilihan Bapak/Ibu

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

Umur

18-30 tahun

31-45 tahun

46-60 tahun

>60 tahun

Pendidikan terakhir

Tidak sekolah

SD/SMP

SMA

D3, S1, S2, S3

Pekerjaan

Ibu rumah tangga

Pelajar/Mahasiswa

Pegawai

Wirausaha

Sudah tidak bekerja

Pendapatan per bulan

Tidak bekerja/tidak bersedia

mengisi

< Rp 1.000.000

≥ Rp 1.000.000 - < Rp

2.000.000

≥ Rp 2.000.000 - < Rp

4.000.000

≥Rp 4.000.000

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 68: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

54

Universitas Indonesia

Sudah berapa lama Ibu/Bapak menderita penyakit Diabetes Melitus Tipe 2?

< 1 tahun

≥ 1 s.d. < 5 tahun

≥ 5 s.d. < 10

tahun

≥ 10 tahun

BAGIAN 2 : DATA PENGGUNA

1. Apakah Ibu/Bapak pernah mengkonsumsi obat antidiabetes herbal?

Pernah

Tidak pernah

2. Kapan terakhir kali Ibu / Bapak mengkonsumsi obat antidiabetes herbal?

3. Obat antidiabetes herbal apa yang Ibu/Bapak konsumsi ?

4. Dari mana Ibu/Bapak mengetahui bahwa tanaman tersebut berkhasiat sebagai

antidiabetes?

Keluarga

Iklan di media

cetak/elektronik

Teman

Lain-lain

5. Apa alasan Ibu/Bapak menggunakan obat antidiabetes herbal tersebut ?

Mengikuti saran keluarga

yang juga menggunakan

Inisiatif karena tahu

manfaatnya

Mengikuti saran teman yang

juga menggunakan

Lain-lain

6. Berapa kali Ibu/Bapak menggunakan obat antidiabetes herbal tersebut ?

1-3 kali sehari

1-4 kali

seminggu

Tidak teratur

Lain-lain

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 69: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

55

Universitas Indonesia

7. Berapa jumlah obat antidiabetes herbal yang Ibu/Bapak konsumsi dalam 1 kali

penggunaan?

8. Berapa lama Ibu/Bapak mengkonsumsi obat antidiabetes herbal tersebut ?

Tidak ingat

≥ 1 minggu - < 1

bulan

≥ 1 bulan - < 3

bulan

≥ 3 bulan - < 6

bulan

≥ 6 bulan

9. Manfaat apa yang Ibu/Bapak rasakan setelah mengkonsumsi obat antidiabetes herbal

tersebut? (pilih salah satu)

Berkurangnya rasa lemas

Berkurangnya rasa

haus/lapar yang tidak

wajar

Berkurangnya frekuensi

buang air kecil

Berkurangnya kesemutan

pada tangan/kaki

Lain-lain

10. Apakah ada efek samping yang Ibu/Bapak rasakan setelah mengkonsumsi obat

antidiabetes herbal tersebut?

Ada

Sebutkan

Tidak ada

11. Obat diabetes dari dokter apa yang sedang Bapak/Ibu gunakan ketika mengkonsumsi

obat antidiabetes herbal?

Glibenklamid

Metformin

Lain-lain

Tidak

mengkonsumsi

12. Kapan Ibu/Bapak mengkonsumsi obat antidiabetes herbal ketika harus mengkonsumsi

obat antidiabetes dari dokter?

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 70: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

56

Universitas Indonesia

13. Apakah Ibu/Bapak merasakan keluhan saat menggunakan obat diabetes dari dokter

dengan obat antidiabetes herbal?

Ya,

Sebutkan

Tidak

BAGIAN 3: DATA BUKAN PENGGUNA

Apakah alasan Ibu/Bapak tidak menggunakan obat herbal antidiabetes?

___________________________________________________________

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 71: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

57

Universitas Indonesia

Lampiran 4.1

Kuesioner yang Belum Valid dan Reliabel

BAGIAN 1 : KARAKTERISTIK RESPONDEN

Berilah tanda contreng () pada pilihan Bapak/Ibu !

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

Umur

18-30 tahun

31-45 tahun

40-60 tahun

>60 tahun

Pendidikan terakhir

Tidak sekolah

SD/SMP

SMA

D3, S1, S2, S3

Pekerjaan

Ibu rumah tangga

Pelajar/Mahasiswa

Pegawai

Wirausaha

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 72: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

58

Universitas Indonesia

Pendapatan per bulan

Belum bekerja/tidak bersedia mengisi

< Rp 1.000.000

≥ Rp 1.000.000 - < Rp 2.000.000

≥ Rp 2.000.000 - < Rp 4.000.000

≥Rp 4.000.000

Sudah berapa lama Ibu/Bapak menderita penyakit Diabetes Melitus Tipe 2?

< 1 tahun

≥ 1 s.d. < 5 tahun

≥ 5 s.d. < 10 tahun

≥ 10 tahun

BAGIAN 2 : DATA PENGGUNA

14. Apakah Ibu/Bapak pernah atau sedang mengkonsumsi obat antidiabetes herbal?

(Jika YA, lanjut ke Nomor 2, jika TIDAK, lanjut ke BAGIAN 3)

15. Bentuk obat antidiabetes herbal yang Ibu/Bapak konsumsi (Lingkari salah satu!

A atau B atau C, dst.)

A. Serbuk

Nama Produk (bila ada) :_____________

Apakah Ibu/Bapak tahu tanaman yang terkandung di dalamnya? (pilih salah

satu)

a. Jika tahu, sebutkan : ________

b. Tidak tahu

B. Kapsul

Nama Produk (bila ingat) : ____________

Apakah Ibu/Bapak tahu tanaman yang terkandung di dalamnya? (pilih salah

satu)

a. Jika tahu, sebutkan : ________

b. Tidak tahu

C. Cair

Nama Produk (bila ingat) : ____________

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 73: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

59

Universitas Indonesia

Apakah Ibu/Bapak tahu tanaman yang terkandung di dalamnya? (pilih salah

satu)

a. Jika tahu, sebutkan : ________

b. Tidak tahu

D. Tablet/Kaplet

Nama Produk (bila ingat) : ____________

Apakah Ibu/Bapak tahu tanaman yang terkandung di dalamnya? (pilih salah

satu)

a. Jika tahu, sebutkan : ________

b. Tidak tahu

E. Tanaman herbal yang diolah sendiri (pilih salah satu)

a. Pare

b. Pulai

c. Bawang Merah

d. Tapak Dara

e. Jamblang/Juwet

f. Ceplukan

g. Lain-lain : _____________

16. Dari mana Ibu/Bapak mengetahui bahwa tanaman tersebut berkhasiat sebagai

antidiabetes?

Keluarga

Iklan di media cetak/elektronik

Dokter/Apoteker/Perawat/Tenaga kesehatan

lainnya

Teman

Lain-lain ______________________

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 74: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

60

Universitas Indonesia

17. Apa alasan Ibu/Bapak menggunakan obat antidiabetes herbal tersebut ?

Mengikuti saran Dokter

Mengikuti kerabat saya yang juga

menggunakan

Mengikuti saran dari teman saya yang juga

menggunakan

Karena saya mengetahui obat herbal tersebut

bermanfaat bagi saya

Lain-lain _______________________

18. Berapa kali Ibu/Bapak menggunakan obat antidiabetes herbal tersebut ?

1 kali sehari

2 kali sehari

3 kali sehari

Tidak teratur

Lain-lain _______________________

19. Berapa jumlah obat antidiabetes herbal yang Ibu/Bapak konsumsi dalam 1 kali

penggunaan?

Serbuk Kapsul/Tablet/

Kaplet Cair Rebusan

1 gelas seduhan 1 kapsul 1 sendok 1 gelas rebusan

2 gelas seduhan 2 kapsul 2 sendok 2 gelas rebusan

3 gelas seduhan 3 kapsul 3 sendok 3 gelas rebusan

4 gelas seduhan 4 kapsul 4 sendok 4 gelas rebusan

> 4 gelas seduhan > 4 kapsul > 4 sendok >4 gelas rebusan

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 75: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

61

Universitas Indonesia

20. Berapa lama Ibu/Bapak mengkonsumsi obat antidiabetes herbal tersebut ?

Tidak ingat

≥ 1 minggu - < 1 bulan

≥ 1 bulan - < 3 bulan

≥ 3 bulan - < 6 bulan

≥ 6 bulan

21. Manfaat apa yang Ibu/Bapak harapkan dari penggunaan obat antidiabetes herbal

tersebut?(pilih salah satu)

Jika tidak mengharapkan manfaat apapun (hanya coba-coba) tidak perlu

memilih.

Berkurangnya rasa lemas

Berkurangnya rasa haus/lapar yang tidak

wajar

Berkurangnya frekuensi buang air kecil

Berkurangnya kesemutan pada tangan/kaki

Lain-lain _________________________

22. Manfaat apa yang Ibu/Bapak dapatkan setelah menggunakan obat antidiabetes

herbal tersebut? (pilih salah satu)

Jika tidak mendapatkan manfaat apapun (menurut Ibu/Bapak tidak berefek) tidak

perlu memilih.

Berkurangnya rasa lemas

Berkurangnya rasa haus/lapar yang tidak

wajar

Berkurangnya frekuensi buang air kecil

Berkurangnya kesemutan pada tangan/kaki

Lain-lain ________________________

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 76: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

62

Universitas Indonesia

23. Apakah setelah menggunakan obat antidiabetes herbal tersebut Ibu/Bapak

merasakan gejala di bawah ini? (pilih salah satu)

Jika tidak mendapatkan gejala apapun (menurut Ibu/Bapak tidak berefek) tidak

perlu memilih.

Sering buang air kecil

Perut terasa mual

Kepala pusing

Gatal-gatal dan kulit kemerahan

Lain-lain : ______________________

24. Apakah Bapak/Ibu sedang menggunakan obat diabetes dari dokter ketika

mengkonsumsi obat antidiabetes herbal?

Ya,

Sebutkan __________

Tidak (nomor 12 dan 13 tidak perlu

dijawab)

25. Kapan Ibu/Bapak mengkonsumsi obat diabetes dari doketer?

Bersamaan dengan obat herbal

Selang 1 s.d. 2 jam setelah mengkonsumsi

obat herbal

Selang 1 s.d. 2 jam sebelum lengkonsumsi

obat herbal

Lain – lain

26. Apakah Ibu/Bapak merasakan keluhan saat menggunakan obat diabetes dari

dokter dengan obat antidiabetes herbal?

Ya,

Sebutkan _______________________

Tidak

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 77: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

63

Universitas Indonesia

BAGIAN 3: DATA BUKAN PENGGUNA

Apakah alasan Anda tidak menggunakan obat herbal antidiabetes?

____________________________________________________________________

___

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 78: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

64

Universitas Indonesia

Lampiran 4.2

Hasil Uji Validitas Kuisioner

Tujuan : Untuk menilai validitas dari kuisioner sebagai alat pengumpul data

Hasil :

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if

Item

Deleted

sumber informasi 14.70 21.379 .649 .778

alasan pakai obat herbal 14.70 21.379 .649 .778

frekuensi konsumsi obat

herbal

15.65 23.713 .590 .792

lamanya konsumsi obat

antidiabetes herbal

13.90 21.253 .522 .804

manfaat yang dirasakan 14.20 20.695 .483 .819

efek samping yang

dirasakan

15.45 26.892 .589 .813

obat DM konvensional

yang digunakan

14.90 21.358 .697 .770

Kesimpulan :

df = n – 2 = 20 – 2 = 18

r tabel (0,05 , 18) = 0,468

Jika r hitung < dari r tabel dinyatakan tidak valid dan jika r hitung > r tabel

dinyatakan valid

r hitung dapat dilihat dari nilai Corrected Item – Total Correlation

Maka, nilai Corrected Item – Total Correlation dari semua butir pertanyaan adalah >

0,468 sehingga kuisioner dinyatakan valid

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 79: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

65

Universitas Indonesia

Lampiran 4.3

Hasil Uji Reliabilitas Kuisioner

Tujuan : Untuk menilai reliabilitas dari kuisioner sebagai alat pengumpul data

Hasil :

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.818 7

Kesimpulan :

Skala pengukuran yang reliabel memiliki nilai Cronbach’s Alpha ≥ 0,70

Maka, nilai Cronbach’s Alpha adalah 0,818 sehingga kuisioner dinyatakan reliabel

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 80: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

66

Universitas Indonesia

Lampiran 4.4

Data Mentah Karakteristik Responden Pengguna

Antidiabetes Herbal

No. Puskesmas Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6

1 Sukmajaya A D D E A D

2 Sukmajaya B C B A A A

3 Sukmajaya B C B A A B

4 Sukmajaya A D C E A D

5 Sukmajaya B C B A A B

6 Sukmajaya B D B A A B

7 Sukmajaya B D B A A B

8 Sukmajaya A D C E A D

9 Pancoran Mas A D A E A B

10 Pancoran Mas A D D E A B

11 Pancoran Mas B D B A A B

12 Pancoran Mas A C B E A C

13 Pancoran Mas B D B A A C

14 Pancoran Mas B C B A A D

15 Cimanggis B D B D A B

16 Cimanggis B C B A A C

17 Cimanggis B C B A A C

18 Cimanggis B D C A A C

19 Cimanggis B C A A A C

20 Cimanggis B C B A A B

21 Cimanggis B C B A A C

22 Cimanggis A D C E A C

23 Cilodong B C A A A B

24 Cinere B D A A A A

25 Cipayung B C A A A B

26 Cipayung B C C A A C

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 81: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

67

Universitas Indonesia

(sambungan)

27 Limo A C B E A D

28 Limo B C B A A B

29 Limo B D A A A B

30 Limo B D A A A C

31 Sawangan B D B A A D

32 Sawangan B D C A A B

33 Sawangan B D A A A D

34 Sawangan A D D D A B

35 Sawangan B D B A A B

36 Sawangan B C B D A B

37 Beji B D B A A C

38 Beji B C B A A B

39 Beji B C B A A C

40 Beji A D C E A C

41 Beji B C B A A B

42 Beji B B B A A A

43 Beji B D A A A B

44 Beji A C B C A B

45 Beji B D C A A C

46 Beji B D B A A D

47 Beji B D C A A D

48 Tapos B B D C A B

49 Tapos B C B D A A

50 Tapos B C A A A B

51 Tapos B C A A A A

52 Bojongsari B C B A A B

53 Bojongsari B C B A A B

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 82: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

68

Universitas Indonesia

Keterangan :

Q1. Jenis Kelamin

A = Laki-laki

B = Perempuan

Q2. Umur

A = 18-30 tahun

B = 31-45 tahun

C = 46-60 tahun

D = >60 tahun

Q3. Pendidikan Terakhir

A = Tidak Sekolah

B = SD/SMP

C = SMA

D = D3, S1, S2, S3

Q4. Pekerjaan

A = Ibu rumah tangga

B = Pelajara/Mahasiswa

C = Pegawai

D = Wirausaha

E = Sudah tidak bekerja

Q5. Pendapatan per Bulan

A = Tidak bekerja/tidak

bersedia mengisi

B = <Rp 1.000.000

C = ≥Rp 1.000.000

-< Rp 2.000.000

D = ≥Rp 2.000.000

-< Rp 4.000.000

E = ≥Rp 4.000.000

Q7. Lama Menderita DM

A = <1 tahun

B = ≥1 tahun -< 5 tahun

C = ≥5 tahun -< 10 tahun

D = ≥10 tahun

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 83: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

69

Universitas Indonesia

Lampiran 4.5

Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Herbal

dengan Jenis Kelamin Responden

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan antidiabetes herbal

dengan Jenis kelamin responden

Hipotesis : Ho = Penggunaan antidiabetes herbal tidak berhubungan dengan

jenis kelamin responden

Ha = Penggunaan antidiabetes herbal berhubungan dengan jenis

kelamin Responden

α = 0,05

Hasil :

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 2.035a 1 .154

Continuity Correctionb 1.443 1 .230

Likelihood Ratio 2.039 1 .153

Fisher's Exact Test .181 .115

Linear-by-Linear

Association

2.015 1 .156

N of Valid Cases 101

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,83.

b. Computed only for a 2x2 table

Kesimpulan :

Nilai X2 = 2,035 dengan derajat kebebasan (df) = 1 dan nilai p = 0,154. Karena nilai

p yang diperoleh lebih besar dari nilai α, maka Ho diterima. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa penggunaan antidiabetes herbal tidak berhubungan dengan jenis

kelamin responden.

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 84: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

70

Universitas Indonesia

Lampiran 4.6

Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Herbal

dengan Umur Responden

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan antidiabetes herbal

dengan umur responden

Hipotesis : Ho = Penggunaan antidiabetes herbal tidak berhubungan dengan

umur responden

Ha = Penggunaan antidiabetes herbal berhubungan dengan umur

responden

α = 0,05

Hasil :

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 1.064a 2 .588

Likelihood Ratio 1.067 2 .587

Linear-by-Linear

Association

.147 1 .702

N of Valid Cases 101

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 2,38.

Kesimpulan :

Nilai X2 = 1,064 dengan derajat kebebasan (df) = 2 dan nilai p = 0,588. Karena nilai

p yang diperoleh lebih besar dari nilai α, maka Ho diterima. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa penggunaan antidiabetes herbal tidak berhubungan dengan umur

responden. Namun, hasil uji kai kuadrat tidak memenuhi syarat karena 33,3% dari

total sel memiliki nilai ekspektasi di bawah 5 sehingga perlu dilakukan uji Fisher

Eksak.

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 85: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

71

Universitas Indonesia

Lampiran 4.7

Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Herbal

dengan Umur Responden

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan antidiabetes herbal

dengan umur responden

Hipotesis : Ho = Penggunaan antidiabetes herbal tidak berhubungan dengan

umur responden

Ha = Penggunaan antidiabetes herbal berhubungan dengan umur

responden

α = 0,05

Hasil :

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square .493a 1 .482

Continuity Correctionb .253 1 .615

Likelihood Ratio .494 1 .482

Fisher's Exact Test .552 .308

Linear-by-Linear

Association

.488 1 .485

N of Valid Cases 101

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23,76.

b. Computed only for a 2x2 table

Kesimpulan :

Nilai p eksak = 0,522 dan lebih besar dari nilai α, maka hasilnya Ho diterima. Oleh

karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan antidiabetes herbal tidak

berhubungan dengan umur responden.

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 86: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

72

Universitas Indonesia

Lampiran 4.8

Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Herbal

dengan Pendidikan Terakhir Responden

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan antidiabetes herbal

dengan pendidikan terakhir responden

Hipotesis : Ho = Penggunaan antidiabetes herbal tidak berhubungan dengan

pendidikan terakhir responden

Ha = Penggunaan antidiabetes herbal berhubungan dengan

pendidikan terakhir responden

α = 0,05

Hasil :

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 4.158a 3 .245

Likelihood Ratio 4.254 3 .235

Linear-by-Linear

Association

3.406 1 .065

N of Valid Cases 101

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 6,18.

Kesimpulan :

Nilai X2 = 4,158 dengan derajat kebebasan (df) = 3 dan nilai p = 0,245. Karena nilai

p yang diperoleh lebih besar dari nilai α, maka Ho diterima. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa penggunaan antidiabetes herbal tidak berhubungan dengan

pendidikan terakhir responden.

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 87: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

73

Universitas Indonesia

Lampiran 4.9

Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Herbal

dengan Pekerjaan Responden

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan antidiabetes herbal

dengan pekerjaan responden

Hipotesis : Ho = Penggunaan antidiabetes herbal tidak berhubungan dengan

pekerjaan responden

Ha = Penggunaan antidiabetes herbal berhubungan dengan pekerjaan

reponden

α = 0,05

Hasil :

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 2.360a 3 .501

Likelihood Ratio 2.369 3 .499

Linear-by-Linear

Association

2.232 1 .135

N of Valid Cases 101

a. 4 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 1,90.

Kesimpulan :

Nilai X2 = 2,306 dengan derajat kebebasan (df) = 3 dan nilai p = 0,501. Karena nilai

p yang diperoleh lebih besar dari nilai α, maka Ho diterima. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa penggunaan antidiabetes herbal tidak berhubungan dengan

pekerjaan responden. Namun, hasil uji kai kuadrat tidak memenuhi syarat karena

50% dari total sel memiliki nilai ekspektasi di bawah 5 sehingga perlu dilakukan uji

Fisher Eksak.

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 88: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

74

Universitas Indonesia

Lampiran 4.10

Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Herbal

dengan Pekerjaan Responden

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan antidiabetes herbal

dengan pekerjaan responden

Hipotesis : Ho = Penggunaan antidiabetes herbal tidak berhubungan dengan

pekerjaan responden

Ha = Penggunaan antidiabetes herbal berhubungan dengan pekerjaan

responden

α = 0,05

Hasil :

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square .033a 1 .855

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .033 1 .855

Fisher's Exact Test 1.000 .548

Linear-by-Linear

Association

.033 1 .856

N of Valid Cases 101

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,70.

b. Computed only for a 2x2 table

Kesimpulan :

Nilai p eksak = 1 dan lebih besar dari nilai α, maka hasilnya Ho diterima. Oleh

karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan antidiabetes herbal tidak

berhubungan dengan pekerjaan responden.

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 89: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

75

Universitas Indonesia

Lampiran 4.11

Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Herbal

dengan Jangka Waktu Responden Mengidap DM

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan antidiabetes herbal

dengan jangka waktu responden mengidap DM

Hipotesis : Ho = Penggunaan antidiabetes herbal tidak berhubungan dengan

jangka waktu responden mengidap DM

Ha = Penggunaan antidiabetes herbal berhubungan dengan jangka

waktu reponden mengidap DM

α = 0,05

Hasil :

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 11.913a 3 .008

Likelihood Ratio 12.413 3 .006

Linear-by-Linear

Association

6.519 1 .011

N of Valid Cases 101

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 6,18.

Kesimpulan :

Nilai X2 = 11,913 dengan derajat kebebasan (df) = 3 dan nilai p = 0,008. Karena nilai

p yang diperoleh lebih kecil dari nilai α, maka Ho ditolak. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa penggunaan antidiabetes herbal berhubungan dengan jangka

waktu responden mengidap DM.

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 90: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

76

Universitas Indonesia

Lampiran 4.12

Daftar Antidiabetes Herbal yang Digunakan Responden

No. Antidiabetes Eefek Eefek Samping

Herbal Persptif Perseptif

1

Daun Sirsak

Berkurangnya kesemutan pada

tangan dan kaki Tidak ada

2 Badan lebih enak Tidak ada

3 Badan lebi enak Tidak ada

4 Badan lebih enak Tidak ada

5 Berkurangnya frekuensi buang

air kecil Tidak ada

6 Badan lebih enak Beser

7 Berkurangnya frekuensi buang

air kecil Tidak ada

8 Badan lebih enak Tidak ada

9 Berkurangnya frekuensi buang

air kecil Tidak ada

10 Berkurangnya rasa lemas Beser

11 Sakit pinggang berkurang Tidak ada

12

Daun Salam

Berkurangnya frekuensi buang

air kecil Tidak ada

13 Berkurangnya frekuensi buang

air kecil Mual

14 Berkurangnya frekuensi buang

air kecil Tidak ada

15 Badan lebih enak Tidak ada

16 Daun Ceplukan Sakit-sakit di badan berkurang Tidak ada

17

Kulit Manggis

Biasa-biasa saja Tidak ada

18 Berkurangnya kesemutan pada

tangan dan kaki Tidak ada

19 Gula darah sempat turun Tidak ada

20 Daun Sirih Merah

Berkurangnya rasa lemas Mual

21 Badan lebih enak Tidak ada

22 Mahkota Dewa

Biasa-biasa saja Tidak ada

23 Biasa-biasa saja Tidak ada

24 Buah Mengkudu Berkurangnya frekuensi buang

air kecil Tidak ada

25 Biji Mahoni Biasa-biasa saja Tidak ada

26 Daun Sambiloto

Berkurangnya kesemutan pada

tangan dan kaki Tidak ada

27 Berkurangnya rasa lemas Tidak ada

28 Daun Sukun Berkurangnya kekaburan pada

mata Tidak ada

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 91: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

77

Universitas Indonesia

(sambungan)

29 Daun Meniran Gula darah sempat turun Tidak ada

30 Daun Tapak Dara Berkurangnya rasa lemas Tidak ada

31 Daun Brotowali Berkurangnya frekuensi buang

air kecil Tidak ada

32 Kapsul Daun Binahong Biasa-biasa saja Tidak ada

33

Daun Salam dan Kulit

Manggis Biasa-biasa saja Tidak ada

34 Teh Pro DeEm Berkurangnya frekuensi buang

air kecil Mual

35

Daun Sirsak dan Daun

Ceplukan Biasa-biasa saja Tidak ada

36

Daun Salam, Daun

Ceplukan, Berkurangnya frekuensi buang

air kecil Tidak ada

DaunKumis Kucing

37

Daun Salam dan

Mahkota Dewa Badan lebih enak Tidak ada

38

Daun Salam, Daun

Sirsak, Berkurangnya kesemutan pada

tangan dan kaki Tidak ada

Daun Alpukat

39

Daun Salam, Daun

Ceplukan, Berkurangnya frekuensi buang

air kecil Tidak ada

Daun Alpukat

40 Jamu Cap Timbangan Biasa-biasa saja Tidak ada

41 Buah Mahoni Biasa-biasa saja Tidak ada

42

Buah dan Daun

Mengkudu Sakit pada tumit berkurang Tidak ada

43

Daun Sirsak, Daun

Kumis Kucing, Badan lebih enak Tidak ada

Daun Alpukat

44 Daun Salam, Daun

Sirsak

Berkurangnya frekuensi buang

air kecil Tidak ada

45 Biasa-biasa saja Tidak ada

46 Berkurangnya rasa lemas Mual

47 Daun Binahong

Berkurangnya kesemutan pada

tangan dan kaki Mual

48 Sakit-sakit di badan berkurang Tidak ada

49 Kapsul Promelin Biasa-biasa saja Tidak ada

50

Daun Sukun dan Daun

Jati Badan lebi enak Tidak ada

51

Andrographis Herbs

(kapsul) Berkurangnya frekuensi buang

air kecil Tidak ada

52

Daun Sirsak dan Daun

Sirih Merah Pusing berkurang Tidak ada

53

Daun Salam, Daun Sirih

Merah, Serai Berkurangnya pegal-pegal Mual

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 92: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

78

Universitas Indonesia

Lampiran 4.13

Data Mentah Pola Penggunaan Antidiabetes Herbal

No. Puskesmas Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7

1 Sukmajaya D D A B E B C

2 Sukmajaya C C A C D B C

3 Sukmajaya C C A E C B A

4 Sukmajaya C C C A E B B

5 Sukmajaya D D A E C A C

6 Sukmajaya B C A D E B B

7 Sukmajaya C C B B E B A

8 Sukmajaya C C A A E B D

9 Pancoran Mas C C A C E B D

10 Pancoran Mas C C A E C B D

11 Pancoran Mas C C C A E B A

12 Pancoran Mas A A A D A A D

13 Pancoran Mas C C A A C B C

14 Pancoran Mas C C A D E B C

15 Cimanggis C C A B E B D

16 Cimanggis C C A A E B C

17 Cimanggis A A A C E B A

18 Cimanggis C C B E E B A

19 Cimanggis C C A C E B C

20 Cimanggis C C A D C B B

21 Cimanggis C C C E D B D

22 Cimanggis C C A B C A C

23 Cilodong B B A C C B B

24 Cinere C C A D E B D

25 Cipayung C C A D E B B

26 Cipayung C C C A E B C

27 Limo C C C A E B D

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 93: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

79

Universitas Indonesia

(sambungan)

28 Limo C C A A C B C

29 Limo A A B B D A D

30 Limo C C A A E B A

31 Sawangan C C A D E B D

32 Sawangan A A A B E B A

33 Sawangan C C C A C B D

34 Sawangan B B A C E B C

35 Sawangan C C B C E B A

36 Sawangan A A A D E A C

37 Beji C C A E A B B

38 Beji C C A B E B A

39 Beji A A B C C B A

40 Beji C C C D A B A

41 Beji B B B A E B A

42 Beji C C A B E B C

43 Beji D D A C D B A

44 Beji C C A B E B A

45 Beji D D A D C B C

46 Beji C C A B E B A

47 Beji C C C A E B D

48 Tapos A A C A E B D

49 Tapos B B A D C B B

50 Tapos C C C A C B D

51 Tapos C C A B A A A

52 Bojongsari C C B C A A A

53 Bojongsari C C A E E A D

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 94: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

80

Universitas Indonesia

Keterangan:

Q1. Sumber Informasi

A = Keluarga

B = Iklan Media Cetak/Elektronik

C = Teman

D = Lain-lain

Q2. Alasan Penggunaan

A = Mengikuti saran keluarga

yang juga menggunakan

B = Inisiatif karena tahu

manfaatnya

C = Mengikuti saran teman yang

juga menggunakan

D = Lain-lain

Q3. Frekuensi Penggunaan

A = 1-3 kali sehari

B = 1-4 kali seminggu

C = Tidak teratur

D = Lain-lain

Q4. Lama Penggunaan

A = Tidak ingat

B = ≥1 minggu -< 1 bulan

C = ≥1 bulang -< 3 bulan

D = ≥3 bulan -< 6 bulan

E = ≥ 6 bulan

Q5. Manfaat yang Dirasakan

A = Berkurangnya rasa lemas

B = Berkurangnya rasa

haus/lapar yang tidak wajar

C = Berkurangnya frekuensi

buang air kecil

D = Berkurangnya kesemutan

pada tangan/kaki

E = Lain-lain

Q6. Efek Samping Perseptif

A = Ada

B = Tidak ada

Q7. Antidiabetes Oral yang

Digunakan

A = Glibenklamid

B = Metformin

C = Lain-lain

D = Tidak Mengkonsumsi

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 95: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

81

Universitas Indonesia

Lampiran 4.14

Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Oral Pada

Pengguna Antidiabetes Herbal dengan Adanya Efek Perseptif

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan antidiabetes oral

pada pengguna antidiabete herbal dengan adanya efek perseptif

Hipotesis : Ho = Tidak ada hubungan antara penggunaan antidiabetes oral

dengan adanya efek perseptif

Ha = Ada hubungan antara penggunaan antidiabetes oral dengan

adanya efek perseptif

α = 0,05

Hasil :

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 4.371a 3 .224

Likelihood Ratio 5.071 3 .167

Linear-by-Linear

Association

2.513 1 .113

N of Valid Cases 53

a. 4 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 1,58.

Kesimpulan :

Nilai X2 = 4,371 dengan derajat kebebasan (df) = 3 dan nilai p = 0,225. Karena nilai

p yang diperoleh lebih besar dari nilai α, maka Ho diterima. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa lama penggunaan antidiabetes oral pada pengguna antidiabetes

herbal tidak berhubungan dengan adanya efek perseptif. Namun, hasil uji kai kuadrat

tidak memenuhi syarat karena 50% dari total sel memiliki nilai ekspektasi di bawah 5

sehingga perlu dilakukan uji Fisher Eksak.

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 96: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

82

Universitas Indonesia

Lampiran 4.15

Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Oral

Pada Pengguna Antidiabetes Herbal dengan Adanya Efek Perseptif

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan antidiabetes oral

pada pengguna antidiabetes herbal dengan adanya efek perseptif

Hipotesis : Ho = Tidak ada hubungan antara penggunaan antidiabetes oral

dengan adanya efek perseptif

Ha = Ada hubungan antara penggunaan antidiabetes oral dengan

adanya efek perseptif

α = 0,05

Hasil :

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square .194a 1 .660

Continuity Correctionb .006 1 .940

Likelihood Ratio .189 1 .664

Fisher's Exact Test .722 .458

Linear-by-Linear

Association

.190 1 .663

N of Valid Cases 53

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,40.

b. Computed only for a 2x2 table

Kesimpulan :

Nilai p eksak = 0,722 dan lebih besar dari nilai α, maka hasilnya Ho diterima. Oleh

karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan antidiabetes oral pada pengguna

antidiabetes herbal tidak berhubungan dengan adanya efek perseptif.

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 97: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

83

Universitas Indonesia

Lampiran 4.16

Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Frekuensi Penggunaan

dengan Adanya Efek Perseptif

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara frekuesni penggunaan

antidiabetes herbal dengan adanya efek perseptif

Hipotesis : Ho = Tidak ada hubungan antara frekuensi penggunaan dengan

adanya efek perseptif

Ha = Ada hubungan antara frekuensi penggunaan dengan adanya

efek perseptif

α = 0,05

Hasil :

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 2.472a 2 .291

Likelihood Ratio 3.995 2 .136

Linear-by-Linear

Association

.002 1 .963

N of Valid Cases 53

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 1,58.

Kesimpulan :

Nilai X2 = 2,472 dengan derajat kebebasan (df) = 2 dan nilai p = 0,291. Karena nilai

p yang diperoleh lebih besar dari nilai α, maka Ho diterima. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa frekuensi penggunaan antidiabetes herbal tidak berhubungan

dengan adanya efek perseptif. Namun, hasil uji kai kuadrat tidak memenuhi syarat

karena 33,3% dari total sel memiliki nilai ekspektasi di bawah 5 sehingga perlu

dilakukan uji Fisher Eksak.

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 98: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

84

Universitas Indonesia

Lampiran 4.17

Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Frekuensi Penggunaan

dengan Adanya Efek Perseptif

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara frekuesni penggunaan

antidiabetes herbal dengan adanya efek perseptif

Hipotesis : Ho = Tidak ada hubungan antara frekuensi penggunaan dengan

adanya efek perseptif

Ha = Ada hubungan antara frekuensi penggunaan dengan adanya

efek perseptif

α = 0,05

Hasil :

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .708a 1 .400

Continuity Correctionb .163 1 .686

Likelihood Ratio .659 1 .417

Fisher's Exact Test .406 .327

Linear-by-Linear

Association

.694 1 .405

N of Valid Cases 53

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,04.

b. Computed only for a 2x2 table

Kesimpulan :

Nilai p eksak = 0,406 dan lebih besar dari nilai α, maka hasilnya Ho diterima. Oleh

karena itu, dapat disimpulkan bahwa frekuensi penggunaan antidiabetes herbal tidak

berhubungan dengan adanya efek perseptif.

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 99: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

85

Universitas Indonesia

Lampiran 4.18

Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Jangka Waktu Penggunaan

dengan Adanya Efek Perseptif

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara jangka waktu penggunaan

antidiabetes herbal dengan adanya efek perseptif

Hipotesis : Ho = Tidak ada hubungan antara jangka waktu penggunaan dengan

adanya efek perseptif

Ha = Ada hubungan antara jangka waktu penggunaan dengan adanya

efek perseptif

α = 0,05

Hasil :

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 2.639a 4 .620

Likelihood Ratio 4.159 4 .385

Linear-by-Linear

Association

1.277 1 .258

N of Valid Cases 53

a. 5 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 1,58.

Kesimpulan :

Nilai X2 = 2,639 dengan derajat kebebasan (df) = 4 dan nilai p = 0,620. Karena nilai

p yang diperoleh lebih besar dari nilai α, maka Ho diterima. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa jangka waktu penggunaan antidiabetes herbal tidak berhubungan

dengan adanya efek perseptif. Namun, hasil uji kai kuadrat tidak memenuhi syarat

karena 50% dari total sel memiliki nilai ekspektasi di bawah 5 sehingga perlu

dilakukan uji Fisher Eksak.

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 100: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

86

Universitas Indonesia

Lampiran 4.19

Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Jangka Waktu Penggunaan

dengan Adanya Efek Perseptif

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara jangka waktu penggunaan

antidiabetes herbal dengan adanya efek perseptif

Hipotesis : Ho = Tidak ada hubungan antara jangka waktu penggunaan dengan

adanya efek perseptif

Ha = Ada hubungan antara jangka waktu penggunaan dengan adanya

efek perseptif

α = 0,05

Hasil :

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square .427a 1 .513

Continuity Correctionb .103 1 .749

Likelihood Ratio .435 1 .510

Fisher's Exact Test .740 .379

Linear-by-Linear

Association

.419 1 .517

N of Valid Cases 53

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,98.

b. Computed only for a 2x2 table

Kesimpulan :

Nilai p eksak = 0,740 dan lebih besar dari nilai α, maka hasilnya Ho diterima. Oleh

karena itu, dapat disimpulkan bahwa jangka waktu penggunaan antidiabetes herbal

tidak berhubungan dengan adanya efek perseptif.

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 101: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

87

Universitas Indonesia

Lampiran 4.20

Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Oral Pada

Pengguna Antidiabetes Herbal dengan Adanya Efek Samping Perseptif

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan antidiabetes oral

pada pengguna antidiabetes herbal dengan adanya efek samping

perseptif

Hipotesis : Ho = Tidak ada hubungan antara penggunaan antidiabetes oral

dengan adanya efek samping perseptif

Ha = Ada hubungan antara penggunaan antidiabetes oral dengan

adanya efek samping perseptif

α = 0,05

Hasil :

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 2.111a 3 .550

Likelihood Ratio 3.105 3 .376

Linear-by-Linear

Association

.848 1 .357

N of Valid Cases 53

a. 4 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 1,06.

Kesimpulan :

Nilai X2 = 2,111 dengan derajat kebebasan (df) = 3 dan nilai p = 0,55. Karena nilai p

yang diperoleh lebih besar dari nilai α, maka Ho diterima. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa lama penggunaan antidiabetes oral pada pengguna antidiabetes

herbal tidak berhubungan dengan adanya efek samping perseptif. Namun, hasil uji

kai kuadrat tidak memenuhi syarat karena 50% dari total sel memiliki nilai

ekspektasi di bawah 5 sehingga perlu dilakukan uji Fisher Eksak.

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 102: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

88

Universitas Indonesia

Lampiran 4.21

Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Penggunaan Antidiabetes Oral

Pada Pengguna Antidiabetes Herbal dengan Adanya Efek Samping Perseptif

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan antidiabetes oral

pada pengguna antidiabetes herbal dengan adanya efek samping

perseptif

Hipotesis : Ho = Tidak ada hubungan antara penggunaan antidiabetes oral

dengan adanya efek samping perseptif

Ha = Ada hubungan antara penggunaan antidiabetes oral dengan

adanya efek samping perseptif

α = 0,05

Hasil :

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square .000a 1 .986

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .000 1 .986

Fisher's Exact Test 1.000 .649

Linear-by-Linear

Association

.000 1 .987

N of Valid Cases 53

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,98.

b. Computed only for a 2x2 table

Kesimpulan :

Nilai p eksak = 1 dan lebih besar dari nilai α, maka hasilnya Ho diterima. Oleh

karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan antidiabetes oral pada pengguna

antidiabetes herbal tidak berhubungan dengan adanya efek samping perseptif.

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 103: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

89

Universitas Indonesia

Lampiran 4.22

Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Frekuensi Penggunaan

dengan Adanya Efek Samping Perseptif

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara frekuesni penggunaan

antidiabetes herbal dengan adanya efek samping perseptif

Hipotesis : Ho = Tidak ada hubungan antara frekuensi penggunaan dengan

adanya efek samping perseptif

Ha = Ada hubungan antara frekuensi penggunaan dengan adanya

efek samping perseptif

α = 0,05

Hasil :

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 1.502a 2 .472

Likelihood Ratio 2.405 2 .300

Linear-by-Linear

Association

1.291 1 .256

N of Valid Cases 53

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is ,40.

Kesimpulan :

Nilai X2 = 1,502 dengan derajat kebebasan (df) = 2 dan nilai p = 0,472. Karena nilai

p yang diperoleh lebih besar dari nilai α, maka Ho diterima. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa frekuensi penggunaan antidiabetes herbal tidak berhubungan

dengan adanya efek samping perseptif. Namun, hasil uji kai kuadrat tidak memenuhi

syarat karena 50% dari total sel memiliki nilai ekspektasi di bawah 5 nilai ekspektasi

minimal di bawah 1 sehingga perlu dilakukan uji Fisher Eksak.

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 104: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

90

Universitas Indonesia

Lampiran 4.23

Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Frekuensi Penggunaan

dengan Adanya Efek Samping Perseptif

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara frekuesni penggunaan

antidiabetes herbal dengan adanya efek samping perseptif

Hipotesis : Ho = Tidak ada hubungan antara frekuensi penggunaan dengan

adanya efek samping perseptif

Ha = Ada hubungan antara frekuensi penggunaan dengan adanya

efek samping perseptif

α = 0,05

Hasil :

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 1.650a 1 .199

Continuity Correctionb .554 1 .457

Likelihood Ratio 2.815 1 .093

Fisher's Exact Test .334 .249

Linear-by-Linear

Association

1.619 1 .203

N of Valid Cases 53

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,19.

b. Computed only for a 2x2 table

Kesimpulan :

Nilai p eksak = 0,334 dan lebih besar dari nilai α, maka hasilnya Ho diterima. Oleh

karena itu, dapat disimpulkan bahwa frekuensi penggunaan antidiabetes herbal tidak

berhubungan dengan adanya efek samping perseptif.

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 105: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

91

Universitas Indonesia

Lampiran 4.24

Uji Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Jangka Waktu Penggunaan

dengan Adanya Efek Samping Perseptif

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara jangka waktu penggunaan

anttidiabetes herbal dengan adanya efek samping perseptif

Hipotesis : Ho = Tidak ada hubungan antara jangka waktu penggunaan dengan

adanya efek samping perseptif

Ha = Ada hubungan antara jangka waktu penggunaan dengan adanya

efek samping perseptif

α = 0,05

Hasil :

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 2.900a 4 .575

Likelihood Ratio 3.911 4 .418

Linear-by-Linear

Association

1.400 1 .237

N of Valid Cases 53

a. 5 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is ,40.

Kesimpulan :

Nilai X2 = 2,9 dengan derajat kebebasan (df) = 4 dan nilai p = 0,575. Karena nilai p

yang diperoleh lebih besar dari nilai α, maka Ho diterima. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa jangka waktu penggunaan antidiabetes herbal tidak berhubungan

dengan adanya efek samping perseptif. Namun, hasil uji kai kuadrat tidak memenuhi

syarat karena 50% dari total sel memiliki nilai ekspektasi di bawah 5 dan nilai

ekspektasi minimum di bawah 1 sehingga perlu dilakukan uji Fisher Eksak.

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012

Page 106: EFEK PERSEPTIF PENGGUNAAN ANTIDIABETES HERBAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306390-S42169-Adhitia.pdf · Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping

92

Universitas Indonesia

Lampiran 4.25

Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Jangka Waktu Penggunaan

dengan Adanya Efek Samping Perseptif

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara jangka waktu penggunaan

anttidiabetes herbal dengan adanya efek samping perseptif

Hipotesis : Ho = Tidak ada hubungan antara jangka waktu penggunaan dengan

adanya efek samping perseptif

Ha = Ada hubungan antara jangka waktu penggunaan dengan adanya

efek samping perseptif

α = 0,05

Hasil :

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square .556a 1 .456

Continuity Correctionb .112 1 .738

Likelihood Ratio .577 1 .447

Fisher's Exact Test .686 .377

Linear-by-Linear

Association

.546 1 .460

N of Valid Cases 53

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,91.

b. Computed only for a 2x2 table

Kesimpulan :

Nilai p eksak = 0,686 dan lebih besar dari nilai α, maka hasilnya Ho diterima. Oleh

karena itu, dapat disimpulkan bahwa jangka waktu penggunaan antidiabetes herbal

tidak berhubungan dengan adanya efek samping perseptif.

Efek perseptif..., Adhitia, FMIPA UI, 2012