EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK...

105
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia (Christm) Swingle) TERHADAP PEMBENTUKAN, PERTUMBUHAN, DAN PENGHANCURAN BIOFILM Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO SKRIPSI FIRDA KHANIFAH 1111102000010 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA 2015

Transcript of EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK...

Page 1: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPIS

(Citrus aurantifolia (Christm) Swingle) TERHADAP

PEMBENTUKAN, PERTUMBUHAN, DAN

PENGHANCURAN BIOFILM Staphylococcus aureus

SECARA IN VITRO

SKRIPSI

FIRDA KHANIFAH

1111102000010

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

2015

Page 2: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPIS

(Citrus aurantifolia (Christm) Swingle) TERHADAP

PEMBENTUKAN, PERTUMBUHAN, DAN

PENGHANCURAN BIOFILM Staphylococcus aureus

SECARA IN VITRO

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi

FIRDA KHANIFAH

1111102000010

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

2015

Page 3: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah
Page 4: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah
Page 5: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah
Page 6: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

v UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama : Firda Khanifah

NIM : 1111102000010

Judul : Efek Pemberian Air Perasan Jeruk Nipis Terhadap Pencegahan

Pembentukan, Penghambatan Pertumbuhan, dan Penghancuran Biofilm

Staphylococcus aureus Secara In Vitro

Pembentukan biofilm Staphylococcus aureus dapat menyebabkan masalah kesehatan

yang serius karena dapat meningkatkan resistensi terhadap antibiotik, desinfektan,

dan imunitas hospes. Air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christm) Swingle)

mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

diketahui bahwa beberapa flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri dari

berbagai tanaman dilaporkan memiliki aktivitas sebagai antibiofilm. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui efek air perasan jeruk nipis terhadap pembentukan,

pertumbuhan dan penghancuran biofilm Staphylococcus aureus dengan menggunakan

metode Microtitter Plate Biofilm Assay (OD595nm). Perlakuan berupa penambahan

ekstrak etanol daun kelor dengan konsentrasi 0,0625%, 0,1255, 0,25%, 0,55, 1%, 2%,

4%, dan 8%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa air perasan jeruk nipis

memiliki aktivitas pencegahan, penghambatan dan penghancuran biofilm pada semua

konsentrasi. Hasil optimasi dengan menggunakan response surface analysis (RSA)

menunjukkan bahwa pada konsentrasi 8% dengan waktu kontak selama30 menit dan

suhu 27,270C adalah kondisi optimal dalam menghambat pertumbuhan biofilm

Staphylococcus aureus. Kondisi terbaik dalam menghancurkan biofilm

Staphylococcus aureus adalah pada konsentrasi 8% dengan waktu inkubasi selama 1

hari dan suhu 27,270C.

Kata Kunci : Antibiofilm, (Citrus aurantifolia (Christm) Swingle), Staphylococcus

aureus, Response Surface Analysis (RSA).

Page 7: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Name : Firda Khanifah

NIM : 1111102000010

Title : Effect Of Lime Juice Towards The Biofilm Prevention, Inhibition, And

Destruction Of Staphylococcus aureus By In Vitro.

Biofilm formation of Staphylococcus aureus would be act as a caused serious health

problems because it may increase resistance to antibiotics, disinfectant and hiospes

immunity. Lime juice (Citrus aurantifolia (Christm) Swingle) contain flavonoids,

saponins, citric acids and essential oils, which have known that some flavonoids,

saponins, citric acids and essential oils of various plants are reported to have

antibiofilm activity. This study aims to investigate the effect of lime juice (Citrus

aurantifolia (Christm) Swingle) towards biofilm formation, inhibition and destruction

of Staphylococcus aureus using Microtitter Plate Biofilm Assay (OD595nm) methods.

The treatments is addition of lime juice (Citrus aurantifolia (Christm) Swingle) with

concentration of 0,0625%, 0,125%, 0,25%, 0,5%, 1%, 2%, 4% and 8%. The result of

this study showed that all of the concentration of lime juice (Citrus aurantifolia

(Christm) Swingle) have prevention, inbition, and destruction activity. The result of

optimization by using response surface analysis (RSA) showed that the 8% (v/v) for

30 minutes at 27,270C is the best contion to inhibit the biofilm formation of

Staphylococcus aureus. The best condition to destruct the biofilm at 8% for 1 day

incubation and 27,270C temperature.

Keywords: antibiofilm, (Citrus aurantifolia (Christm) Swingle), Staphylococcus

aureus, Response Surface Analysis (RSA).

Page 8: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkankan kehadirat Allah

SWT yang maha segala dengan kasih dan sayang-Nya, berkat limpahan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini yang

berjudul : “Efek Pemberian Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia (Christm.)

Swingle) terhadap Pembentukan, Pertumbuhan dan Penghancuran Biofilm

Staphylococcus aureus Secara In Vitro. Penyusunan skripsi ini ditujukan sebagai

salah satu syarat dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat dan salam peulis panjatkan atas junjungan baginda kita, Nabi

Muhammad SAW, nabi yang mengajarkan kita berbagai ilmu pengetahuan dan telah

membawa kita dari alam kegelapan menuju kea lam terang benderang, beserta orang-

orang yang senantiasa istiqomah dijalannya.

Dalam pembuatan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, bantuan

dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penghargaan dan ucapan

terimakasih yang tulus dan tak hingga penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Arief Sumantri SKM., M. Kes., selaku Dekan Fakultas kedokteran dan

Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Yardi, M.Si., Ph.D., Apt., selaku ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta dan selaku pembimbing akademik yang telah banyak

memberikan masukan dan saran.

3. Ibu Eka Putri, M.Si., Apt., selaku pembimbing pertama dan Bapak Novik

Nurhidayat, Ph.D., selaku pembimbing kedua, yang memberikan bantuan

pengarahan, nasehat, dukungan , dan bimbingannya, sehingga penulis bisa

Page 9: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menyelesaikan dan menyusun skripsi ini. Semoga segala bantuan dan

bimbingan ibu dan bapak mendapat imbalan yang lebih baik.

4. Ibu Nelly Suryani, Ph.D., Apt., selaku sekretaris Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan khususnya

staf pengajar Program Studi Farmasi yang telah memberikan banyak ilmu

kepada penulis.

6. Kedua orang tua yang tersayang dan tercinta, Ayahanda Dasukih dan Ibu

Munyati, yang telah memberikan motivasi yang sangat besar serta doa dan

kasih sayang yang melimpah kepada penulis. Semoga Allah selalu

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada mereka.

7. Kakak tercinta Vijar Zulfikar dan adik tersayang Khusnul Khotimah serta

saudara-saudara penulis, yang senantiasa memberikan doa dan dukungannya

dalam pembuatan skripsi ini.

8. Rekan penelitian tersayang The BIOFILMERS (Rika, Fatah, Kiki, Kak Eka

dan Kak Via), serta The BIOSENSORERS (Kak Anom dan Kak Afif) yang

telah membantu, mengajarkan dan memberi masukannya kepada penulis.

9. Sahabat perkuliahan terhebat dan tersayang Wafa, Novila Tari, Khabbatun

Ni’mah, Mazaya Fadhila, Yulia N. Raihana, Dini Fauzana, Dana

Yusshiammanti, Fitri Rahmadhani, Dhenny Arman Siregar, serta adik kelas-

Ku Noni dan Nita, yang selalu memberikan keceriaan dan motivasi untuk

selalu semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Sahabat putih abu-abu tersayang FECHRIEN ( Rini Okatviani, Kartika

Pratiwi, Ahmad Ependi, Ahmad Faisal, Febriandanu S., dan Ichsan Kahfi),

terimakasih atas keceriaan dan dorongannya selama ini kepada penulis.

11. Laboran terbaik Kak Lusi dan Pak Acun, yang telah banyak membantu

penulis pada saat penelitian.

12. Rekan-rekan Farmasi 2011, khususnya kelas AC tercinta.

Page 10: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

13. Serta semua pihak yang telah membantu dari awal hingga akhir penyusunan

skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Dengan segala keterbatasan dan kemampuan yang ada penulis menyadari

sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini,

karena pada dasarnya manusia adalah letak ketidaksempurnaan, maka dari itu

dengan segala keterbukaan penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembangunan ilmu farmasi

ke depannya.

Jakarta, 17 Juni 2015

Penulis

Page 11: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Firda Khanifah

NIM : 1111102000010

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Jenis Karya : Skripsi

Demi perkembangan ilmu pengetahuan saya menyetujui skripsi/karya

ilmiah saya, dengan judul :

“Efek Pemberian Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia

(Christm.) Swingle) terhadap Pembentukan, Pertumbuhan dan

Penghancuran Biofilm Staphylococcus aureus Secara In Vitro”

untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital

Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat

dengan sebenar-benarnya.

Dibuat di : Ciputat

Pada tanggal : 17 Juni 2015

Yang menyatakan,

Firda Khanifah

Page 12: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ..................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................................... iv

ABSTRAK ...................................................................................................................... v

ABSTRACT ................................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................................. vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ............................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 3

1.4 Hipotesa ...................................................................................................................... 3

1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 4

2.1 Tanaman Jeruk Nipis(Citrus aurantifolia) .................................................................. 4

2.1. 1 Taksonomi ........................................................................................................ 4

2.1. 2 Morfologi ......................................................................................................... 4

2.1. 3 Kandungan Kimia ............................................................................................ 5

2.1. 4 Khasiat ............................................................................................................. 5

2.2 Infeksi .......................................................................................................................... 5

2.3 Staphylococcus aureus ................................................................................................ 6

2.3.1 Klasifikasi Staphylococcus aureus ................................................................... 6

2.3.2 Uraian Staphylococcus aureus .......................................................................... 6

2.3.3 Patogenisitas ..................................................................................................... 6

2.3.4 Faktor Virulensi Staphylococcus aureus .......................................................... 7

2.4 Biofilm ........................................................................................................................ 7

2.4.1 Definisi Biofilm ................................................................................................ 7

2.4.2 Pembentukan Biofilm ....................................................................................... 7

2.4.3 Resistensi Antibiotik Terhadap Biofilm ........................................................... 9

2.4.4 Pengendalian Biofilm ...................................................................................... 10

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................................. 12

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................................... 12

3.2 Alat dan Bahan .......................................................................................................... 12

3.2.1 Alat .................................................................................................................. 12

3.2.2 Bahan .............................................................................................................. 12

3.2.2.1 Tanaman ............................................................................................. 12

3.2.2.2 Bakteri Uji Bahan ............................................................................... 12

3.2.2.3 Bahan Lainnya Bahan ......................................................................... 12

Page 13: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3 Metode ...................................................................................................................... 13

3.3.1 Determinasi Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) ............................................... 13

3.3.2 Sterilisasi Alat dan Bahan ............................................................................... 13

3.3.3 Penyiapan Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) .............................. 13

3.3.4 Pemeriksaan Kandungan Kimia Jeruk Nipis ................................................. 14

3.3.5 Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Staphylococcus aureus ............................... 14

3.3.6 Pembuatan Medium Agar .............................................................................. 15

3.3.6.1 Luria Bertani Agar .............................................................................. 15

3.3.6.2 Media Heterotrof ............................................................................... 16

3.3.7 Purifikasi dan Karakterisasi Bakteri Pada Media Luria Bertani Agar ............ 16

3.3.8 Pembuatan Suspensi Bakteri Staphylococcus aureus ..................................... 16

3.3.9 Uji Pembentukan dan Pertumbuhan Biofilm Bahan ....................................... 16

3.3.10 Uji Aktivitas Antibiofilm Secara In Vitro ..................................................... 17

3.3.11 Rancangan Penelitian dan Analisa Data ....................................................... 19

3.3.12 Optimasi Aktivitas Terseleksi ....................................................................... 20

3.3.13 Uji Aktivitas Antibiofilm Air Perasan Jeruk Nipis dari

3.3.14 Hasil Optimasi .............................................................................................. 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 21

4.1.Determinasi ............................................................................................................... 21

4.2 Karakterisasi dan Proses Penyiapan Sampel ............................................................. 21

4.3 Uji Penapisan Fitokimia ............................................................................................ 21

4.4 Karakterisasi Bakteri Staphylococcus aureus ........................................................... 22

4.5 Uji Pembentukan dan Pertumbuhan Biofilm Staphylococcus aureus ...................... 24

4.6 Uji Aktivitas Antibiofilm Air Perasan jeruk Nipis terhadap Biofilm S. aureus ...... 26

4.7 Optimasi Aktivitas Penghambatan ............................................................................ 31

4.8 Optimasi Aktivitas Penghancuran (degradasi) ......................................................... 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 39

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 40

LAMPIRAN ................................................................................................................... 46

Page 14: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Uji Penapisan Fitokimia ....................................................................... 21

Tabel 4.2 Hasil Karakterisasi Bakteri ............................................................................. 22

Tabel 4.3 Rata-Rata Densitas Optis Biofilm Aktivitas Antibiofilm ............................... 27

Tabel 4.4 Rata-Rata % Aktivitas Antibiofilm Air Perasan Jeruk Nipis .......................... 27

Tabel 4.5 Rerata Densitas Optis Uji Penghambatan Biofilm Kondisi Optimal .............. 33

Tabel 4.6 Rerata Densitas Optis Aktivitas Penghambatan Biofilm Kondisi Optimal .... 36

Page 15: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Pembentukan Biofilm ........................................................................ 8

Gambar 4.1 Hasil Purifikasi Bakteri Staphylococcus aureus ......................................... 23

Gambar 4.2 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Staphylococcus aureus ............................. 24

Gambar 4.3 Grafik Pertumbuhan Biofilm Staphylococcus aureus ................................. 25

Gambar 4.4 Grafik Persentase Aktivitas Antibiofilm Air Perasan Jeruk Nipis terhadap

Biofilm S. aureus.......................................................................................... 32

Gambar 4.5 Contour plot dari %Penghambatan vs Konsentrasi dan Suhu .................... 32

Gambar 4.6 Persentase aktivitas penghambatan kondisi optimal .................................. 33

Gambar 4.7 Contour plot dari %Penghancuran vs Waktu Kontak dan Suhu ................. 34

Gambar 4.8 Contour plot dari % penghancuran vs waktu kontak dan konsentrasi ........ 35

Gambar 4.9 Persentase aktivitas penghancuran kondisi optimal ................................... 36

Page 16: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Metode Penapisan Fitokimia .......................................................... 46

Lampiran 2. Hasil Determinasi ....................................................................................... 48

Lampiran 3. Hasil Penapisan Fitokimia .......................................................................... 49

Lampiran 4. Alat dan Bahan .......................................................................................... 50

Lampiran 5. Hasil Pembuatan Ekstrak ........................................................................... 52

Lampiran 6. Hasil Karakterisasi Bakteri Staphylococcus aureus .................................. 53

Lampiran 7. Hasil Uji Pertumbuhan Biofilm Staphylococcus aureus ........................... 54

Lampiran 8. Hasil Uji Aktivitas Antibiofilm ................................................................. 55

Lampiran 9. Hasil Uji Statistik Aktivitas Pencegahan Pembentukan Biofilm ............... 57

Lampiran 10. Hasil Uji Statistik Aktivitas Penghambatan Pertumbuhan Biofilm ......... 62

Lampiran 11. Hasil Uji Statistik Aktivitas Penhancuran (Degradasi) Biofilm .............. 67

Lampiran 12. Hasil Uji Aktivitas Penghambatan Pertumbuhan Biofilm Menggunakan

Response Surface Analysis (RSA) ......................................................... 72

Lampiran 13. Hasil Uji Aktivitas Penghancuran (Degadasi) Biofilm Menggunakan

Response Surface Analysis (RSA) ......................................................... 74

Lampiran 14. Data Hasil Uji Aktivitas Penghambatan Pertumbuhan Biofilm .............. 76

Lampiran 15. Data Hasil Uji Aktivitas Penghancuran (Degradasi) Biofilm ................. 79

Lampiran 16. Hasil Uji Aktivitas Penghambatan Biofilm (Setelah Pemberian Kristal

Violet) Kondisi Optimal ......................................................................... 82

Lampiran 17. Hasil Uji Aktivitas Penghancuran Biofilm (Setelah Pemberian Kristal

Violet) Kondisi Optimal .......................................................................... 83

Lampiran 18. Hasil Uji Statistik Aktivitas Penghambatan Pertumbuhan Biofilm

Kondisi Optimal ..................................................................................... 84

Lampiran 19. Hasil Uji Statistik Aktivitas Penghancuran (Degradasi) Biofilm Kondisi

Optimal ................................................................................................... 87

Page 17: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

1

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada Negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia, penyakit infeksi

masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan (morbidity) dan

angka kematian (mortility) (Darmadi, 2008). Berbagai infeksi diperantarai oleh

kemampuan bakteri untuk melekat dan berkolonisasi membentuk biofilm pada

bahan organik atau anorganik. Biofilm saat ini dianggap sebagai mediator utama

infeksi, dengan perkiraan 80% kejadian infeksi berkaitan dengan pembentukan

biofilm. Pembentukan biofilm pada jaringan hidup, dan alat medis menimbulkan

masalah kesehatan yang kritis (Archer, et al., 2011).

Biofilm merupakan bentuk struktural dari sekumpulan mikroorganisme

yang dilindungi oleh matriks ekstraseluler yang disebut Extracellular Polymeric

Substance (EPS), dimana EPS merupakan produk yang dihasilkan sendiri oleh

mikroorganisme tersebut dan dapat melindungi dari pengaruh buruk lingkungan.

EPS umumnya terdiri dari polisakarida, dan bakteri dalam EPS menginduksi

peradangan kronis yang menunda penyembuhan (Prakash, et al., 2003).

Bakteri dalam biofilm memiliki perilaku yang berbeda dari bakteri

planktonik, terutama dalam hal respon mereka terhadap pengobatan antibiotik.

Bakteri dalam biofilm terkait sangat resisten terhadap antibiotik. Struktur rumit

biofilm dengan matriks polimer ekstraseluler dapat mencegah antibiotik mencapai

bakteri (Meng Chen et al., 2013). Terapi antibiotik pada umumnya hanya akan

membunuh sel-sel planktonik sedang bakteri yang tersusun rapat dalam biofilm

akan tetap hidup berkembang serta akan melepaskan sel-sel planktonik keluar dari

formasi biofilm.

Salah satu bakteri penyebab infeksi yang mampu memproduksi biofilm

adalah Staphylococcus aureus. S. aureus merupakan bakteri patogen yang

menimbulkan berbagai permasalahan dalam dunia kesehatan. Infeksi yang paling

sering ditimbulkan oleh S. aureus adalah infeksi piogenik kulit, S. aureus juga

dapat menyebabkan furunkel, karbunkel, osteomielitis, infeksi luka, abses,

pneumonia, endokarditis, perikarditis, meningitis, dan penyakit yang diperantarai

Page 18: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

2

2 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

toksin, termasuk keracunan makanan, sindrom kulit terbakar dan sindrom syok

toksik (Richard, 1999).

Kemampuan pembentukan biofilm merupakan salah satu faktor virulensi S.

aureus yang dapat menyebabkan peningkatan toleransi terhadap antibiotik dan

desinfektan serta resistensi terhadap fagositosis dan sel-sel imunokompeten lain

(Hoiby et al., 2010; Lee et al., 2013). Dilaporkan bahwa Staphylococcus aureus

telah resisten terhadap berbagai antibiotik diantaranya penisilin, oksasilin dan

antibiotik beta laktam lainnya (Mardiastuti, 2007).

Selain sulitnya mengobati penyakit terkait biofilm dengan terapi antibiotik

konvensional, pengobatan lebih lanjut terhalang oleh resistensi antibiotik yang

meningkat di kalangan patogen sehingga menyebabkan peningkatan kesulitan

pengendalian penyakit. Resistensi antibiotik pada S. aureus seperti resistensi

metisilin adalah salah satu masalah kesehatan yang paling mendesak. Pendekatan

alternatif selain terapi antibiotik konvensional sangat dibutuhkan untuk mengobati

infeksi yang disebabkan oleh bakteri pembentuk biofilm (Meng Chen et al, 2013).

Oleh karena itu diperlukan pencarian senyawa-senyawa aktif yang memiliki

aktivitas sebagai antibiofilm.

Coleman et al, (2010) menunjukkan bahwa saponin dapat mengganggu

pembentukan biofilm dengan merusak matriks biofilm. Sedangkan flavonoid

berpotensi sebagai antibiofilm karena dapat menghambat proses quorum sensing

dalam pembentukan biofilm (Vikram et al., 2010). Asam sitrat juga diketahui

memiliki aktivitas antibiofilm yang baik. Mekanisme antibiofilm asam sitrat

adalah dengan memecah jembatan kalsium dan merusak matriks biofilm (Faot et

al., 2014).

Menurut Afifah (2013), jeruk nipis mengandung senyawa flavonoid,

saponin dan fenol. Dan menurut Rahardjo 2012, jeruk nipis mengandung senyawa

asam organik yang memiliki aktivitas antibakteri seperti asam sitrat yang

merupakan komponen utama kemudian asam malat, asam laktat dan asam tartarat.

Secara empiris jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle) juga telah

lama digunakan untuk mengobati berbagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri

seperti batuk, demam, disentri, jerawat dan menangani bau badan.

Page 19: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

3

3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berdasarkan uraian di atas dan belum adanya penelitian mengenai aktivitas

antibiofilm air perasan jeruk nipis (C. aurantifolia) maka dilakukan penelitian

mengenai efek pemberian air perasan jeruk nipis (C. aurantifolia) terhadap

pembentukan, pertumbuhan, dan penghancuran biofilm S. aureus secara in vitro.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Belum adanya penelitian mengenai aktivitas antibiofilm air perasan jeruk

nipis (C. aurantifolia).

2. Bagaimana efek pemberian air perasan jeruk nipis (C.aurantifolia) terhadap

pembentukan, pertumbuhan, dan penghancuran biofilm S.aureus secara in

vitro?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan untuk menguji dan mengetahui efek pemberian air

perasan jeruk nipis (C. aurantifolia) terhadap pembentukan, pertumbuhan, dan

penghancuran biofilm S. aureus secara in vitro.

1.4 HIPOTESA

Air perasan jeruk nipis (C. aurantifolia) memiliki aktivitas sebagai

antibiofilm.

1.5 MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

mengenai aktivitas air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam mencegah

pembentukan, menghambat pertumbuhan dan menghancurkan (degradasi) biofilm

Staphylococcus aureus secara in vitro.

Page 20: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

4

4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TANAMAN JERUK NIPIS

2.1.1 Taksonomi

Secara taksonomi, tanaman jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christm.)

Swingle) termasuk dalam klasifikasi sebagai berikut (Saraf, 2006) :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledone

Bangsa : Rutales

Famili : Rutaceae

Genus : Citrus

Species : Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle.

2.2 Morfologi

Jeruk nipis termasuk salah satu jenis citrus genuk yang termasuk jenis

tumbuhan perdu yang banyak memiliki bahan dan ranting. Tingginya sekitar 0,5-

3,5 meter dan memiliki daun yang majemuk, elips atau bulat telur, pangkal daun

membulat dan berujung tumpul. Batang pohonnya berkayu ulet, berduri dan

keras, sedangkan permukaan kulit luarnya berwarna tua dan kusam. Bunganya

berukuran majemuk/tunggal yang tumbuh di ketiak daun atau di ujung batang

dengan diameter 1,5-2,5 cm. Buah jeruk nipis berdiameter 3,5 sampai 5 cm,

memiliki warna hijau ketika masih muda dan menjadi kuning setelah tua. Biji

berbentuk bulat telur, pipih, putih kehijauan. Tanaman jeruk umumnya menyukai

tempat-tempat yang dapat memperoleh sinar matahari langsung (Syamsuhidayat

dan Hutape, 1991).

2.2.1 Kandungan Kimia

Jeruk nipis mengandung saponin, flavonoid, dan minyak atsiri

(Syamsuhidayat dan Hutape, 1991). Mengandung minyak atsiri dengan komponen

Page 21: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

5

5 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

siral, limonene, feladren, dan glikosida hedperidin. Buah jeruk juga mengandung

zat bioflavonoid, pectin, dan enzim, protein, lemak dan pigmen (karoten dan

klorofil). Sari jeruk buah nipis mengandung asam sitrat 7% dan minyak atsiri

limonene. Buah matang berumur lebih dari 3 bulan, terutama sari uahnya

mengandung 8% asam sitrat dari berat buah. Ekstrak air 41% dari berat buah,

vitamin C 4,6%, air 91%, karbohidrat 5,9%, protein 0,5% dan lemak 2,4%

(Sethpakdee, 1992).

2.2.2 Khasiat

Daun jeruk dan bunga jeruk nipis dapat digunakan untuk pengobatan

hipertensi, batuk, lender tenggorokan, demam, panas pada malaria, jerawat,

ketombe, dan lain-lain. Buah jeruk nipis dapat digunakan menurunkan panas, obat

batuk, peluruh dahak, menghilangkan ketombe, influenza, dan obat jerawat. Pada

kulit dan buah jeruk nipis juga dapat diambil minyak atsiri yang digunakan

sebagai bahan obat dan hampir seluruh industri makanan, minuman, sabun,

kosmetik, dan parfum menggunakan sedikit minyak atsiri ini sebagai pengharum

dan juga dapat digunakan sebagai antirematik, antiseptik, antiracun, astringen,

antibakteri, diuretik, antipiretik, antihipertensi, antijamur, insektisida, tonik,

antivirus, dan ekspektoran. Getah batang ditambahkan dengan sedikit garam dapat

dipergunakan sebagai obat sakit tenggorokan (Ninditha, 2012).

2.3 INFEKSI

Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berproliferasi didalam

tubuh yang menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Infeksi terjadi jika

mikroorganime bertumbuh dan mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh. Jika

mikroorganisme ini merusak tubuh maka disebut patogen. Suatu patogen harus

berkembang biak dalam tubuh untuk dapat menimbulkan infeksi (Joyce et al.,

2008). Dua faktor penting yang jelas berperan pada patogenesis infeksi adalah

dosis kontaminasi bakteri dan ketahanan pasien (David,1995).

Page 22: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

6

6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4 Staphylococcus Aureus

2.4.1 Klasifikasi Staphylococcus aureus

Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut :

Divisi : Protophyta atau Schizophyta

Kelas : Schizomycetes

Bangsa : Eubacteriales

Suku : Micrococcaceae

Marga : Staphylococcus

Spesies: Staphylococcus aureus

2.4.2 Uraian Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat

berdiameter 0,7-1,2 μm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur

seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak

bergerak. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk

pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25 ºC). Koloni pada perbenihan padat

berwarna abu-abu sampai kuning keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol,

dan berkilau. Lebih dari 90% isolat klinik menghasilkan S.aureus yang

mempunyai kapsul polisakarida atau selaput tipis yang berperan dalam virulensi

bakteri (Jawetz et al., 1995).

2.4.3 Patogenisitas

Infeksi oleh S. aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai

abses bernanah. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus adalah

bisul, jerawat, impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranya

pneumonia, mastitis, plebitis, meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis, dan

endokarditis. S. aureus juga merupakan penyebab utama infeksi nosokomial,

keracunan makanan, dan sindroma syok toksik (Ryan, et al., 1994; Warsa, 1994).

Infeksi yang paling sering ditimbulkan oleh Staphylococcus aureus adalah infeksi

piogenik kulit (Richard, 1999).

Bisul atau abses setempat, seperti jerawat dan borok merupakan infeksi kulit

di daerah folikel rambut, kelenjar sebasea, atau kelenjar keringat. Mula-mula

Page 23: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

7

7 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terjadi nekrosis jaringan setempat, lalu terjadi koagulasi fibrin di sekitar lesi dan

pembuluh getah bening, sehingga terbentuk dinding yang membatasi proses

nekrosis. Infeksi dapat menyebar ke bagian tubuh lain melalui pembuluh getah

bening dan pembuluh darah, sehingga terjadi peradangan pada vena, trombosis,

bahkan bakterimia. Bakterimia dapat menyebabkan terjadinya endokarditis,

osteomielitis akut hematogen, meningitis atau infeksi paru-paru (Warsa, 1994;

Jawetz et al., 1995).

2.4.4 Faktor Virulensi Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus dapat menimbulkan penyakit melalui

kemampuannya tersebar luas dalam jaringan dan melalui pembentukan berbagai

zat ekstraseluler. Berbagai zat yang berperan sebagai faktor virulensi dapat berupa

protein, termasuk enzim dan toksin (Jawetz et al., 1995)..

2.5 BIOFILM

2.5.1 Definisi Biofilm

Biofilm merupakan bentuk struktural dari sekumpulan mikroorganisme

yang dilindungi oleh matrik ekstraseluler yang disebut Extracellular Polymeric

Substance (EPS), dimana EPS merupakan produk yang dihasilkan sendiri oleh

mikroorganisme tersebut dan dapat melindungi dari pengaruh buruk lingkungan

(Prakash, et al., 2003). Komponen utama EPS terdiri dari polisakarsida yang

dapat berasosiasi dengan ion-ion logam dan makromolekul lain seperti protein dan

lipid. Biofilm saat ini dianggap sebagai mediator utama infeksi, dengan perkiraan

80% kejadian infeksi berkaitan dengan pembentukan biofilm (Archer, et al.,

2011). Bakteri membentuk biofilm pada permukaan yang terendam atau lembab

seperti jaringan hidup, permukaan gigi, peralatan medis yang ditempelinya dan

implan.

2.5.2 Pembentukan Biofilm

Biofilm terbentuk ketika bakteri menempel pada suatu permukaan pada

lingkungan yang lembab dan mulai mensekresikan suatu lender yang dapat

Page 24: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

8

8 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

melekatkannya pada berbagai jenis benda seperti logam, plastik, pasir, partikel

tanah dan jaringan.

Gambar 2.1. Proses Pembentukan Biofilm (Ranganathan, 2014)

Pembentukan biofilm dimulai dari perlekatan awal dari bentuk planktonik

bakteri pada permukaan jaringan inang, pada tahap iniperlekatan sel masih

bersifatreversibel. Tahap selanjutnya dimulai pembentukan sel monolayer dan

produksilen direkstra selular, pada tahap ini kumpulan mikroba tertutup dalam

matriks ekstrapolimer yang merupakan senyawa perekat yang kuat sehingga

perlekatan menjadi ireversibel.

Kemudian terbentuk mikrokoloni bakteri dan biofilm mulai terbentuk,

bakteri mulai berkembang biak dan memancarkan sinyal kimiawi sebagai alat

komunikasi antarsel bakteri (Prakash et al., 2003). Selanjutnya biofilm yang

terbentuk semakin banyak dan membentuk struktur tiga dimensi yang

mengandung sel terselubung dalam beberapa kelompok yang saling terhubung

satu sama lainnya. Struktur biofilm dewasa terdiri dari bentuk dan saluran yang

kompleks. Tahap terakhir terjadi disperse sel sehingga memungkinkan beberapa

bakteri meninggalkan biofilm untuk berkembang kembali menjadi sel

planktonik. Sel bakteri dapat melepaskan diri dari biofilm matang dan menyebar

kesistem organ lain. Akibatnya, biofilm menjadi sumber infeksi persisten dan

kronis(Manuel et al., 2010).

Aspek biologis yang mengatur pembentukan biofilm, antara lain (Manuel et

al., 2010) :

Sifat permukaan sel

Page 25: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

9

9 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Permukaan sel hidrofobik dan adanya pelengkap berserabut ekstraseluler

dapat mempengaruhi tingkat keterikatan mikroba. Menurut Drenkard dan

Ausubel(2002), kemampuan bakteri untuk menempel satu sama lain pada

permukaan tergantung pada interaksi domain hidrofobik.

Zat Polimer Ekstraseluler (EPS)

EPS bertanggung jawab atas sel-sel dan bahan partikulat lain yang terikat ke

permukaan (adhesi). Sebuah fungsi yang sering dikaitkan dengan EPS adalah

efek perlindungan umum terhadap kondisi buruk mikroorganisme biofilm.

Selain itu matriks molekul EPS diperlukan untuk komunikasi antar sel.

Komunikasi Antar Sel

Komunitas bakteri adalah organisasi yang mandiri dan memiliki kerjasama

antar sel, signaling antar sel telah ditunjukkan untuk memainkan peran dalam

penempelan sel dan detasemen dari biofilm. Suksesnya adaptasi bakteri

terhadap perubahan kondisi alam tergantung pada kemampuan mereka untuk

merasakan dan merespon lingkungan eksternal dan memodulasi ekspresi gen

yang sesuai.

2.5.3 Resistensi Antibiotik Terhadap Biofilm

Bakteri dalam biofilm memiliki perilaku yang berbeda dari bakteri

planktonik, terutama dalam hal respon mereka terhadap pengobatan antibiotik.

Bakteri biofilm terkait sangat resisten terhadap antibiotik (Meng Chen et al.,

2013). Bakteri bebas umumnya rentan terhadap pengobatan antibiotik dan

mekanisme pertahanan dari sel inangnya. Namun, konsentrasi minimal

penghambatan (MIC) dan konsentrasi bakterisida minimal (MBC) antibiotik

untuk bakteri biofilm meningkat menjadi sampai dengan 100-1000 kali lipat lebih

tinggi daripada bakteri bebas. Struktur rumit biofilm dengan matriks polimer

ekstraseluler dapat mencegah antibiotik mencapai bakteri serta kondisi fisiologis

yang berubah pada bakteri bisa membuatnya lebih tahan terhadap antibiotik.

Umur sel biofilm juga merupakan faktor yang menyebabkan berbedanya

ketahanan sel biofilm terhadap senyawa kimia. Semakin lama umur sel biofilm

maka ketahanannya terhadap antibakteri dan desinfektan semakin tinggi karena

terbentuknya beberapa lapis sel biofilm (multilayers) pada substrat.

Page 26: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

10

10 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.5.4 Pengendalian Biofilm

Proses pengendalian biofilm dapat dilakukan melalui tiga cara, yakni

secara kima, fisika dan biologi:

Secara Kimia

Pengendalian biofilm secara kimia dilakukan melalui proses sanitasi dengan

penambahan zat kimia. Sanitasi kimia dilakukan dengan menggunakan

desinfektan. Tujuan penggunaan desinfektan ialah untuk mereduksi jumlah

mikroorganisme patogen. Teknik perlakuan deaktivasi biofilm mikroba dapat

dilakukan dengan menggunakan enzim berbasis deterjen yang juga dikenal

dengan bio-cleaners identik dengan bahan kimia ramah lingkungan yang

banyak digunakan dalam industri pengolahan produk pangan (Simoes et al.,

2010).

Secara Fisika

Pengendalian biofilm secara fisika dilakukan dengan memanfaatkan suhu

yang tinggi atau pemanasan. Sanitasi dengan menggunakan air panas lebih

menguntungkan karena air panas mudah tersedia dan tidak beracun. Peralatan

kecil seperti pisau, serta bagian–bagian alat pengolahan pangan dapat

direndam dalam air yang dipanaskan hingga suhu 800C (Yunus, 2000). Tinggi

rendahnya suhu mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme.Aktivitas

panas sering dijadikan sebagai sanitasi suatu peralatan kesehatan dan

peralatan proses penanganan makanan.

Secara Biologi

Teknik perlakuan deaktivasi biofilm mikroba secara biologi dapat dilakukan

dengan pengendalian fage dan interaksi mikrobiologis atau molekul metabolit

(Simoes et al., 2010). Fage dapat juga digunakan untuk pengendalian biofilm

pada produk pangan. Pada dasarnya fage merupakan virus yang menginfeksi

bakteri melalui jalur yang spesifik serta bersifat non-toksik terhadap manusia,

sehingga memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai bahan

biofilm mikroba pada produk pangan (Kudva et al., 1999). Pengendalian

biofilm juga dapat dilakukan dengan interaksi interspesies jamak atau

produksi suatu metbolit sederhana (Rossland et al, 2005). Banyak bakteri

Page 27: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

11

11 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang mampu mensintesis dan mensekresikan biosurfaktan dengan sifat anti

lekat yang kuat (Rodriguez et al, 2004).

Page 28: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

12

12 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Kesehatan,

Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(LIPI) - Cibinong pada bulan Maret sampai bulan Mei 2015.

3.2. ALAT DAN BAHAN

3.2.1. Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah erlenmeyer, kertas

saring, membran penyaring 0.2 µ, corong, cawan petri, tabung reaksi, rak tabung

reaksi, pinset, vortex, incubator, mikroplate, miroplate reader, jarum ose, kapas,

kain kasa, spatula, batang pengaduk, mikropipet, bunsen, pinset, alumunium foil,

plastik wrap, vial, timbangan analitik, autoklaf, oven, Laminar Air flow (LAF),

lemari pendingin, seperangkat alat filtrasi, dan spektrofotometer UV-Vis.

3.2.2. Bahan

3.2.2.1. Tanaman

Jeruk nipis (Citrus aurantiolia (Christm.) Swingle) yang diperoleh dari

kelurahan Cipondoh Indah, kecamatan Cipondoh - Tangerang. Buah ini dipetik

pada tanggal 9 Maret 2015 dan 26 April 2015.

3.2.2.2. Bakteri Uji

Kultur Staphylococcus aureus yang telah diisolasi dari kulit manusia.

3.2.2.3. Bahan Lainnya

Aquadest steril, etanol 96%, NaCl fisiologis, lugol, safranin, kristal violet 1

%, media heterotrof (HTR) cair, luria bertani (LB) agar, klorin, biorem 1 (basa

alkali), biorem 10 (enzim), media kingler iron agar (KIA), susu skim, H2O2 3%,

dan media pelarut fosfat,.

Page 29: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

13

13 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3. METODE

3.3.1. Determinasi Jeruk Nipis (Citrus aurantiolia (Christm.) Swingle)

Determinasi dilakukan untuk memastikan klasifikasi tanaman yang

digunakan dalam penelitian. Determinasi terhadap jeruk nipis (Citrus aurantiolia

(Christm.) Swingle) dilakukan di Herbarium Bogoriense LIPI – Cibinong.

3.3.2. Sterilisasi Alat dan Bahan

Seluruh alat yang akan digunakan dalam penelitian dicuci bersih,

dikeringkan dan disterilkan terlebih dahulu. Gelas beker, erlenmeyer, cawan petri,

tabung reaksi, jarum ose, spatula, dan pinset disterilkan dengan autoklaf pada

suhu 1210C selama 15 menit. Alat-alat kaca seperti gelas beker, Erlenmeyer, dan

tabung reaksi ditutup mulutnya dengan kapas dan cawan petri dibungkus dengan

kertas. Bahan-bahan yang terbuat dari karet disterilkan dengan direndam dalam

alcohol 70% dan jarum ose disterilkan dengan nyala Bunsen (Pertiwi, 2010).

Seluruh media pembenihan (nutrient agar dan media heterotrof) disterilkan

dengan autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit. Pengerjaan aseptis dilakukan

di dalam lemari aseptis yang sebelumnya telah dibersihkan dengan alkohol, lalu

disterilkan dengan UV yang dinyalakan selama lebih kurang 2 jam sebelum

digunakan.

3.3.3. Penyiapan Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus aurantiolia (Christm.)

Swingle)

Jeruk nipis (Citrus aurantiolia (Christm.) Swingle) yang akan digunakan

diukur terlebih dahulu menggunakan penggaris, kemudian dicuci dengan air

bersih dan dibilas dengan etanol lalu dipotong menjadi 2 bagian. Kemudian airnya

diperas kedalam tabung erlenmeyer dan disaring dengan menggunakan kertas

saring lalu disaring kembali menggunakan membran penyaring berukuran 0.2 µm

(Ninditha, 2012).

Selanjutnya dilakukan penyiapan berbagai seri konsentrasi air perasan jeruk

nipis (Citrus aurantifolia). Konsentrasi air perasan jeruk nipis (Citrus

aurantifolia) yang digunakan pada penelitian ini adalah 0.0625%, 0,125%, 0,25%,

Page 30: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

14

14 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

0,50%, 1%, 2%, 4 % dan 8% v/v. Proses ini dilakukan untuk memperoleh sampel

yang siap untuk digunakan.

3.3.4. Pemeriksaan Kandungan Kimia Jeruk Nipis

Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder yang

terkandung di dalam air perasan jeruk nipis (Citrus aurantiolia). Metabolit

sekunder yang diuji secara kualitatif ini antara lain alkaloid, flavonoid, steroid,

tannin, saponin, triterpenoid dan hidrokuinon. Penapisan fitokimia pada penelitian

ini dilakukan oleh Pusat Studi Biofarmaka – LPPM IPB. Metode penapisan

fitokimia tersebut dapat dilihat pada lampiran 1.

3.3.5. Karakterisasi Bakteri Staphylococcus aureus

Jarum ose yang berbentuk bulat diusapkan pada kulit kemudian ose

tersebut digoreskan pada media BHI dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu

370C. Bakteri yang tumbuh pada media kemudian dikarakterisasi menggunakan

pewarnaan Gram. Selanjutnya bakteri gram positif yang berbentuk staphylococcus

dikarakterisasi menggunakan media KIA, media pelarut fosfat, susu skim 20%

dan penambahan H2O2 3% (Breed et al., 1957).

3.3.5.1. Karakterisasi Bakteri Menggunakan Media KIA (Deteksi H2S)

Media KIA (Klingler Iron Agar) dibuat sebanyak 9 ml dengan posisi

tegak dalam tabung reaksi. Kemudian ditusukkan sebanyak 1 ose bakteri uji ke

dalam media menggunakan ose yang berbentuk jarum. Terbentuknya H2S

menunjukkan bahwa bakteri uji adalah Staphylococcus aureus. Terbentuknya H2S

dapat dilihat dari perubahan warna pada media dari warna merah menjadi warna

hitam pada bekas tusukan bakteri dan dapat juga dilihat dari media agar yang

terangkat (Breed, et al., 1957).

3.3.5.2. Karakterisasi Bakteri Menggunakan Media Pelarut Fosfat

(Phospatase)

Dibuat media BHI dengan penambahan NaCl, dan Ca3(PO4)2 sebagai media

selektif untuk karakterisasi bakteri Staphylococcus aureus. Media dibuat dalam

Page 31: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

15

15 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

cawan petri. Kemudian ditusukkan sebanyak 1 ose bakteri uji ke dalam media

menggunakan ose yang berbentuk jarum. Setelah itu diinkubasi pada suhu 370C

selama 24 jam. Terbentuknya zona bening disekitar tempat penusukan bakteri

menunjukkan bahwa bakteri uji adalah Staphylococcus aureus (Breed, et al.,

1957).

3.3.5.3. Karakterisasi Bakteri Menggunakan Susu Skim 20% (Koagulase)

Dibuat susu skim 20%, kemudian dipasteurisasi selama 30 menit pada suhu

900C. Selanjutnya dibuat kultur bakteri dalam tabung appendorf, dengan

memasukkan sebanyak 1 mL aquadest kemudian ditambahkan sebanyak 2 ose

bakteri ke dalamnya dan divortex hingga homogen. Susu yang telah dipasteurisasi

dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 2 mL kemudian ditambahkan

500µL kultur bakteri dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Terbentuknya

gumpalan (koagulasi) menunjukkan bahwa bakteri uji adalah Staphylococcus

aureus (Breed, et al., 1957).

3.3.5.4. Karakterisasi Bakteri dengan Penambahan H2O2 3% (Katalase)

Sebanyak 1 ose bakteri uji disebar pada kaca objek, kemudian ditambahkan

1 tetes H2O2 3%. Terbentuknya gelembung menunjukkan bahwa bakteri uji adalah

Staphylococcus aureus (Breed, et al., 1957).

3.3.6. Pembuatan Medium Agar

3.3.6.1. Luria Bertani Agar

Media luria bertani agar dibuat dengan cara mencampur bacto agar 2.25

gram, yeast ekstrak 0.75 gram, tripton, 1,5 gram, dan NaCl 0.75 gram, kemudian

dilarutkan dengan pemanasan dalam 150 mL aquadest. Selanjutnya disterilisasi

menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit. Penuangan media

dilakukan ketika masih cair, yaitu pada suhu sekitar 45 – 500C. Kemudian

diratakan dengan menggoyang cawan dan diputar membentuk angka 8 sebanyak 3

kali lalu disterilisasi dan disimpan dalam kulkas (Adela, 2011).

Page 32: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

16

16 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.6.2. Media Hetrotrof (HTR) Cair

Media HTR cair dibuat dengan cara mencampur pepton 3,75 gram, K2HPO4

0,625, glukosa 0,625 gram, NaCl 1,25 gram dan tripton 0,75 gram, kemudian

dilarutkan dengan pemanasan dalam 250 mL aquadest. Selanjutnya disterilisasi

menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit.

3.3.7. Purifikasi dan Karakterisasi Bakteri pada Media Luria Bertani Agar

Hasil karakterisasi bakteri Staphylococcus aureus kemudian dipurifikasi

(dimurnikan). Teknik yang digunakan adalah Streak Plate. Jarum ose dipanaskan

terlebih dahulu sampai berpijar, lalu didinginkan. Kemudian bakteri diambil dan

digoreskan pada media luria bertani agar. Selanjutya diinkubasi pada suhu 370C

selama 24 jam (Deby et al., 2012). Kemudian dilakukan pengamatan secara

morfologis terhadap bakteri Staphylococcus aureus yang telah ditumbuhkan pada

media luria bertani agar, serta dilakukan karakterisasi bakteri dengan pewarnaan

Gram.

3.3.8. Pembuatan Suspensi Bakteri Staphylococcus aureus

Diambil sebanyak satu ose bakteri Staphylococcus aureus yang telah

dibiakkan dan dimasukkan ke dalam tabung berisi media heterotrof (HTR)

sebanyak 10 mL dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C. Kultur bakteri uji

divorteks kemudian diukur nilai optical dencity (OD) pada panjang gelombang

600nm untuk mengetahui konsentrasi dari suspensi bakteri tersebut. Kemudian

suspensi bakteri diencerkan mengunakan media HTR hingga OD mencapai 0.5.

3.3.9. Uji Pembentukan dan Pertumbuhan Biofilm Optimal

Uji pembentukan biofilm dilakukan dengan menggunakan 10 mL suspensi

bakteri dalam tabung reaksi yang diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C. Jika

terbentuk biofilm terlihat lapisan-lapisan seperti benang halus pada suspensi

bakteri. Selanjutnya dilakukan uji pertumbuhan biofilm untuk mengetahui waktu

inkubasi yang menghasilkan pertumbuhan biofilm Staphylococcus aureus paling

baik. Pengujian dilakukan dengan menggunakan microtitier flat-bottom

Page 33: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

17

17 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

polystyrene 96 wells, dengan cara memvariasikan waktu inkubasinya. Jumlah

suspensi bakteri yang dimasukkan adalah 200 µL dengan variasi waktu inkubasi

adalah 1, 2, 3, dan 4 hari. Setelah masa inkubasi, microplate dicuci menggunakan

air mengalir sebanyak 3 kali, kemudian ditambahkan 200 µL larutan kristal violet

1% ke tiap well dan diinkubasi pada suhu ruang selama 15 menit. Microplate

dicuci kembali dengan cara yang sama seperti sebelumnya, yaitu dengan air

mengalir sebanyak 3 kali. Larutan etanol 96% sebanyak 200 µL dimasukkan ke

tiap well dan diinkubasi pada suhu ruang selama 15 menit. Pebacaan Optical

Dencity (OD) dilakukan dengan Mark Bio-Rad microplate reader pada panjang

gelombang 595nm. Pengujian dilakukan triplo. Hasil absorbansi terbesar pada

waktu inkubasi dan jumlah bakteri tersebut dinyatakan memiliki pembentukan

biofilm yang optimal (George, 2011).

3.3.10. Uji Aktivitas Antibiofilm Secara In Vitro (Yosephine, 2013)

Uji Pencegahan Pembentukan Biofilm pada Permukaan

Uji ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas air perasan jeruk nipis terhadap

pencegahan pembentukan biofilm Staphylococcus aureus. Pengujian dilakukan

dengan menggunakan microtitier flat-bottom polystyrene 96 wells. Pengujian

dilakukan terhadap masing-masing ekstrak tanaman dengan variasi konsentrasi

0.0625%, 0,125%, 0,25%, 0,50%, 1%, 2%, 4 % dan 8% v/v. 200 µL ekstrak

tanaman terlebih dahulu dimasukkan pada tiap well dan diinkubasi selama 1 jam,

kemudian ekstrak tanaman dibuang lalu dimasukkan suspensi bakteri sebanyak

200 µL pada tiap well. Suspensi uji kemudian diinkubasi selama 2 hari pada suhu

370C. Setelah masa inkubasi, microplate dicuci menggunakan air mengalir

sebanyak 3 kali, kemudian ditambahkan 200 µL larutan kristal violet 1% ke tiap

well dan diinkubasi pada suhu ruang selama 15 menit. Microplate dicuci kembali

dengan cara yang sama seperti sebelumnya, yaitu dengan air mengalir sebanyak 3

kali. Larutan etanol 96% sebanyak 200 µL dimasukkan ke tiap well dan

diinkubasi pada suhu ruang selama 15 menit. Pebacaan Optical Dencity (OD)

dilakukan dengan Mark Bio-Rad microplate reader pada panjang gelombang

595nm. Pengujian dilakukan triplo.

% pencegahan =

Page 34: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

18

18 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Uji Penghambatan Pertumbuhan dan Perkembangan Biofilm

Uji ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas air perasan jeruk nipis terhadap

penghambatan pertumbuhan biofilm Staphylococcus aureus. Pengujian dilakukan

dengan menggunakan microplate flat-bottom polystyrene 96 wells. Suspensi

bakteri, ekstrak dan media dimasukkan dalam waktu bersamaan. Media HTR yang

dimasukkan sebanyak 60 µL, suspense bakteri sebanyak 70 µL dan ekstrak

tanaman sebanyak 70 µL dengan variasi konsentrasi 0,125%, 0,25%, 0,50%, 1%,

2%, 4 % dan 8% v/v. Suspensi uji kemudian diinkubasi selama 2 hari pada suhu

370C. Setelah masa inkubasi, microplate dicuci menggunakan air mengalir

sebanyak 3 kali, kemudian ditambahkan 200 µL larutan kristal violet 1% ke tiap

well dan diinkubasi pada suhu ruang selama 15 menit. Microplate dicuci kembali

dengan cara yang sama seperti sebelumnya, yaitu dengan air mengalir sebanyak 3

kali. Larutan etanol 96% sebanyak 200 µL dimasukkan ke tiap well dan

diinkubasi pada suhu ruang selama 15 menit. Pebacaan Optical Dencity (OD)

dilakukan dengan Mark Bio-Rad microplate reader pada panjang gelombang

595nm di laboratorium mikrobiologi, LIPI Cibinong. Pengujian dilakukan triplo.

% penghambatan =

Uji Penghancuran (Degradasi) Biofilm

Uji ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas air perasan jeruk nipis dalam

mendegradasi biofilm Staphylococcus aureus. Pengujian ini dilakukan

sebagaimana penghambatan perlekatan dan pertumbuhan biofilm hanya saja

suspensi ekstrak uji ditambahkan pada saat biofilm telah terbentuk. Biofilm

terbentuk setelah masing-masing wells diinkubasi selama 2 hari pada suhu 370C

dengan jumlah suspensi bakteri sebanyak 200 µL. Setelah terbentuknya biofilm,

suspensi dalam microplate tersebut dibuang, kemudian dimasukkan 200 µL

ekstrak tanaman dengan variasi konsentrasi 0,125%, 0,25%, 0,50%, 1%, 2%, 4 %

dan 8% v/v. Setelah itu diinkubasi dalam suhu ruang selama 1 jam. Setelah masa

inkubasi, microplate dicuci menggunakan air mengalir sebanyak tiga kali, dan

seterusnya sebagaimana dilakukan pada uji penghambatan perlekatan dan

Page 35: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

19

19 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pertumbuhan biofilm. Persentase pendegradasian dari biofilm dapat diukur dengan

rumus sebagai berikut :

% penghancuran =

3.3.11. Rancangan Penelitian dan Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratories dengan

desain penelitian post test only control-group design. Data yang diperoleh

merupakan data kuantitatif berupa nilai absorbansi atau Optical Density

(OD595nm). Data hasil pengujian aktivitas antibiofilm air perasan jeruk nipis

(Citrus auranifolia (Christm) Swingle) terhadap pencegahan pembentukan,

penghambatan pertumbuhan dan penghancuran biofilm Staphylococcus aureus

dianalisis secara statistik. Tujuan dilakukan analisa statistik adalah untuk melihat

apakah air perasan jeruk nipis memperlihatkan perbedaan aktivitas antibiofilm

yang signifikan terhadap biofilm yang dibentuk oleh bakteri Staphylococcus

aureus. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, uji homogenitas

dilakukan dengan menggunakan Levene dan uji normalitas menggunakan

Kolmogorov-Smirnov test. Apabila hasil sebaran data normal, maka untuk

melihat perbedaan kadar masing-masing kelompok perlakuan dianalisis dengan

uji statistik One way ANOVA.

Hipotesis :

Ho : tidak ada perbedaan yang bermakna antara setiap kelompok

Ha : terdapat perbedaan yang bermakna antara setiap kelompok.

Pengambilan keputusan :

Bila nilai signifikansi ≤0.05 Ho ditolak, berarti terdapat perbedaan

Bilai nilai signifikansi ≥0.05 Ho diterima, berarti tidak terdapat perbedaan

(Santoso, 2009).

3.3.12. Optimasi Aktivitas Terseleksi

Page 36: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

20

20 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pada penelitian ini, optimasi aktivitas terseleksi dilakukan dengan

menggunakan aplikasi metode Response Surface Analysis (RSA). Konsentrasi air

perasan jeruk nipis, suhu dan waktu inkubasi yang digunakan divariasikan.

Tujuannya adalah untuk mengetahui konsentrasi air perasan jeruk nipis dengan

suhu dan waktu inkubasi yang menunjukkan aktivitas optimal. Kemudian

dilakukan uji aktivitas antibiofilm dengan konsentrasi air perasan jeruk nipis,

waktu inkubasi, dan suhu yang digunakan sesuai dengan kondisi optimal yang

diperoleh dari RSA dan hasilnya dibandingkan dengan kontrol positif.

Page 37: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

21

21 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Determinasi

Hasil determinasi tumbuhan menunjukkan bahwa sampel buah yang

digunakan adalah jeruk nipis dengan nama spesies Citrus aurantifolia (Christm.)

Swingle, suku Rutaceae ( Lampiran 2 ).

4.2 Karakterisasi dan Penyiapan Sampel

Karakteristik buah jeruk nipis yang digunakan adalah berbentuk bulat,

berwarna hijau kekuningan dan berdiameter 35-40 mm. Dari 3 buah jeruk nipis

diperoleh sebanyak 45 mL air perasan jeruk nipis yang kemudian disaring dengan

menggunakan membran penyaring berukuran 0,2µm untuk menyaring bakteri dan

virus yang mungkin mengkontaminasi air perasan jeruk nipis pada proses

penyiapan sampel. Kemudian dibuat seri konsentrasi 0,0625%, 0,125%, 0,25%,

0,5%, 1%, 2%, 4% dan 8% v/v. Pengenceran air perasan jeruk nipis dilakukan

dengan menggunakan aquadest steril untuk menghindari terjadinya kontaminasi.

4.3 Uji Penapisan Fitokimia

Kandungan metabolit sekunder golongan alkaloid, flavonoid, tannin,

steroid, triterpenoid, saponin dan hidrokuinon pada air perasan jeruk nipis diuji

dengan cara penapisan fitokimia. Hasil penapisan fitokimia air perasan jeruk nipis

tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1.Hasil uji penapisan fitokimia

Golongan Hasil

Alkaloid -

Flavonoid +

Steroid -

Triterpenoid -

Tannin -

Saponin +

Hidrokuinon -

Page 38: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

22

22 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dari hasil pengujian penapisan fitokimia menunjukkan bahwa air perasan

jeruk nipis memiliki kandungan senyawa saponin, dan flavonoid, dimana zat aktif

tersebut berpotensi memiliki aktivitas sebagai antibiofilm. Menurut Calabro et al

(2004) flavonoid terdapat pada Citrus sp., 3 dari 6 jenis utama flavonoid yang

terdapat pada citrus adalah flavanone (eriocitrin, hesperidin, narirutin dan

neoriocitrin), flavone (apigenin) dan flavonols (kaempferol, quercetin dan rutin).

Hisperidin merupakan flavonoid paling dominan yang terdapat pada jeruk nipis

(Peterson, Julia J., et al, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Vikram et al

(2010) membuktikan bahwa flavonoid Citrus sp. dapat menghambat proses

quorum sensing dalam pembentukan biofilm. Sedangkan saponin berpotensi

sebagai antibiofilm karena dapat mengganggu pembentukan biofilm dengan

merusak matriks biofilm (Coleman et al., 2010). Selain mengandung senyawa

flavonoid dan saponin, air perasan jeruk nipis juga mengandung asam sitrat dan

minyak atsiri (Dalimarta, 2010). Asam sitrat dan minyak atsiri juga diketahui

memiliki aktivitas antibiofilm yang baik. Mekanisme antibiofilm asam sitrat

adalah dengan memecah jembatan kalsium dan merusak matriks biofilm (Faot et

al., 2014). Sedangkan minyak atsiri dapat menginaktivasi enzim yang berperan

dalam pembentukan biofilm (Dwi & Triana, 2010).

4.4 Karakterisasi Bakteri Staphylococcus aureus

Dilakukan pewarnaan terhadap 7 koloni bakteri yang tumbuh dari hasil

isolasi bakteri pada kulit. Isolasi bakteri dilakukan dari kulit karena S. aureus

merupakan bakteri yang banyak ditemukan pada kulit dan permukaan mukosa

(Voung & Otto, 2002). Hasil pewarnaan tersebut menunjukkan bahwa seluruh

koloni bakteri merupakan bakteri Gram positif yang tersusun dari sel yang

berbentuk bulat (coccus) dan berkoloni seperti buah anggur (staphylococcus).

Kemudian dilakukan karakterisasi lebih lanjut untuk mengetahui bakteri dengan

spesies Staphylococcus aureus dari 7 koloni bakteri tersebut. Hasil karakterisasi

tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2.

Page 39: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

23

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.2.Hasil karakterisasi bakteri

Karakterisasi Bakteri

1 2 3 4 5 6 7

Media KIA - - - - - + +

Media pelarut fosfat - - - - - + -

Susu skim 20% - - - - - + -

H2O2 3% + + + + + + +

Dari hasil karakterisasi bakteri yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa bakteri 6 merupakan bakteri Staphylococcus aureus. Kemudian bakteri

dipurifikasi dan dilakukan karakterisasi secara morfologis dan mikroskopis. Hasil

purifikasi dan karakterisasi bakteri Staphylococcus aureus secara morfologis

dapat dilihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1. Hasil purifikasi bakteri Staphylococcus aureus

Secara morfologis dapat dilihat bahwa bakteri Staphylococcus aureus yang

tumbuh pada media pembenihan berwarna putih kekuningan, berbentuk bundar,

menonjol dan berkilau. Sedangkan hasil karakterisasi bakteri Staphylococcus

aureus secara mikroskopis dapat dilihat pada gambar 4.2.

Page 40: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

24

24 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.2. Hasil pewarnaan Gram bakteri Staphylococcus aureus

Berdasarkan karakterisasi yang dilakukan dengan cara pewarnaan Gram,

dapat dipastikan bahwa bakteri Staphylococcus aureus yang digunakan dalam

penelitian ini adalah benar bakteri Gram positif yang menghasilkan warna ungu

setelah pewarnaan Gram. Secara mikroskopis bakteri ini berbentuk

Staphylococcus (bulat dan tersusun seperti anggur).

4.5 Uji Pembentukan dan Pertumbuhan Biofilm Staphylococcus aureus

Pada uji pembentukan biofilm terbentuk lapisan-lapisan seperti benang

halus pada suspensi bakteri yang telah diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam.

Hal ini menunjukkan bahwa bakteri Staphylococcus aureus yang digunakan

positif dapat membentuk biofilm. Menurut Meng Chen (2013), S. aureus

merupakan salah satu bakteri yang paling sering membentuk biofilm.

Pembentukan biofilm S.aureus dapat terjadi melalui beberapa regulasi, salah

satunya adalah melalui ica-dependent biofilm production (Lee et al, 2013).

Kemampuan pembentukan biofilm merupakan salah satu faktor virulensi S.

aureus yang dapat menyebabkan peningkatan toleransi terhadap antibiotik dan

desinfektan serta resistensi terhadap fagositosis dan sel-sel imunokompeten lain

(Hoiby et al., 2010; Lee et al., 2013). Setelah dilakukan uji pembentukan biofilm

kemudian dilakukan pengujian pertumbuhan biofilm S. aureus untuk mengetahui

waktu inkubasi yang menghasilkan pembentukan biofilm paling baik dengan

jumlah suspensi bakteri sebanyak 200µL selama 1-4 hari.

Uji pertumbuhan biofilm ini menggunakan suspensi bakteri yang telah

diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Suspensi bakteri diinkubasi pada suhu

Page 41: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

25

25 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

370C karna suhu ini merupakan suhu optimal dalam pertumbuhan S.aureus.

Setelah 24 jam kemudian diukur nilai optical dencity (OD) suspensi bakteri pada

panjang gelombang 600nm untuk mengetahui konsentrasi dari suspensi bakteri

tersebut.Kemudian suspensi bakteri diencerkan mengunakan media HTR hingga

OD mencapai 0,5 atau sekitar 108 CFU/ml (Abdelhady et al., 2013). Digunakan

OD 0,5 pada suspensi bakteri karena bakteri membentuk biofilm dengan baik

(kuat) dengan OD ≥0,5 (Ando et al., 2004). Media yang digunakan dalam

pembuatan suspensi bakteri tidak selalu harus menggunakan HTR cair namun bisa

juga menggunakan media lainnya seperti Tryticase soy broth, LB broth dan media

BHI.

Uji pertumbuhan biofilm ini menggunakan metode Microtitter Plate Biofilm

Assay (OD595nm) dengan kristal violet 1% sebagai pendeteksi. Kristal violet akan

mewarnai biofilm sehingga terbentuk cincin berwarna ungu di sekeliling sumuran

yang kemudian ditambahkan dengan etanol 96 % untuk melarutkan kristal violet

yang terikat pada biofilm. Banyaknya kristal violet yang terlarut berbanding lurus

dengan jumlah biofilm yang terbentuk. Namun demikian, faktor fisika, kimia, dan

biologis juga dapat mempengaruhi ikatan kristal violet dan biofilm. Faktor-faktor

tersebut antara lain adalah faktor struktural yang mempengaruhi difusi pewarna,

perbedaan morfologi dan fisiologi dari setiap sel, dan interaksi kimia antara

komponen senyawa dalam tanaman dengan pewarna itu sendiri (Niu dan Gilbert,

2004). Hasil pertumbuhan biofilm dapat dilihat pada gambar 4.3.

Gambar 4.3.Grafik pertumbuhan biofilm Staphylococcus aureus.

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1 2 3 4

0.29

1.04 0.98

0.45

Den

sita

s B

iofi

lm (

OD

kri

stal

vio

let)

Waktu (Hari) Densitas Biofilm

Page 42: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

26

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dari grafik diatas diketahui bahwa bakteri S. aureus membentuk biofilm

paling baik pada waktu inkubasi selama 2 hari, sehingga waktu ini yang akan

digunakan untuk pengujian antibiofilm. Dari grafik ini juga terlihat pertumbuhan

biofilm meningkat dari hari pertama ke hari kedua kemudian terjadi penurunan

biofilm di hari ketiga dan hari keempat. Penurunan biofilm ini diduga terjadi

karena pembentukan biofilm sudah berada pada fase terakhir yaitu dispersi. Pada

tahap dispersi, sel-sel dalam koloni akan terlepas sendiri atau bersama sebagian

komponen matriks. Pada tahap ini, matriks ekstraseluler biofilm akan didegradasi

oleh enzim dispersin B dan deoxyribonuclease (Kaplan, 2010).

4.6 Uji Aktivitas Antibiofilm Air Perasan Jeruk Nipis terhadap Biofilm

Staphylococcus aureus

Setelah diketahui waktu dan konsentrasi bakteri yang menghasilkan

pembentukan biofilm paling baik, kemudian dilakukan uji aktivitas antibiofilm air

perasan jeruk nipis. Hasil uji aktivitas antibiofilm ini menunjukkan bahwa air

perasan jeruk nipis memiliki aktivitas terhadap pencegahan pembentukan,

penghambatan pertumbuhan dan penghancuran biofilm S. aureus. Hal ini

ditunjukkan dari densitas optis yang diperoleh pada perlakuan dengan

penambahan air perasan jeruk nipis konsentrasi 0,0625% sampai dengan 8%

dibandingkan dengan kontrol negatif dan dari % pencegahan, % penghambatan

dan % penghancuran biofilm mulai dari pemberian air perasan jeruk nipis dengan

konsentrasi 0,0625% sampai dengan 8%. Kontrol negatif yang digunakan pada uji

aktivitas antibiofilm ini adalah suspensi bakteri tanpa penambahan media dan air

perasan jeruk nipis. Densitas optis antibiofilm air perasan jeruk nipis terhadap

biofilm Staphylococcus aureus dapat dilihat pada tabel 4.3.

Page 43: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

27

27 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.3.Rata-rata densitas optis aktivitas antibiofilm air perasan jeruk

nipis.

Perlakuan Rata-Rata Densitas Optis ± SD

Pencegahan Penghambatan Penghancuran

Kontrol (-) 0.46 ± 0,02 0.46 ± 0,02 0.92 ± 0,06

Ekstrak 0.0625% 0.12 ± 0,05 0.20 ± 0,03 0.32 ± 0,10

Ekstrak 0.125% 0.15 ± 0,01 0.15 ± 0,06 0.35 ± 0,06

Ekstrak 0.25% 0.15 ± 0,04 0.10 ± 0,01 0.37 ± 0,04

Ekstrak 0.5% 0.15 ± 0,05 0.10 ± 0,09 0.37 ± 0,07

Ekstrak 1% 0.22 ± 0,04 0.11 ± 0,02 0.39 ± 0,13

Ekstrak 2% 0.18 ± 0,03 0.11 ± 0,02 0.48 ± 0,03

Ekstrak 4% 0.19 ± 0,06 0.12 ± 0,03 0.48 ± 0,02

Ekstrak 8% 0.26 ± 0,03 0.17 ± 0,07 0.48 ± 0,09

Persentase aktivitas antibiofilm air perasan jeruk nipis terhadap biofilm

Staphylococcus aureus dapat dilihat pada tabel 4.4 dan gambar 4.4.

Tabel 4.4.Rata-rata % aktivitas antibiofilm air perasan jeruk nipis.

Perlakuan Rata-Rata % Aktivitas ± SD

% Pencegahan % Penghambatan % Penghancuran

Ekstrak 0.0625% 66,23 ± 11,36 56,33 ± 5,99 64,86 ± 11,10

Ekstrak 0.125% 65,94 ± 0,75 67,75 ± 13,59 62,48 ± 6,33

Ekstrak 0.25% 62,40 ± 9,34 79,18 ± 3,01 59,55 ± 4,54

Ekstrak 0.5% 61,10 ± 10,50 77,80 ± 6,17 59,48 ± 7,74

Ekstrak 1% 61,10 ± 9,11 76,14 ± 4,14 57,75 ± 14,15

Ekstrak 2% 61,03 ± 5,86 75,20 ± 4,74 48,50 ± 3,01

Ekstrak 4% 53,15 ± 12,03 74,19 ± 6,21 48,25 ± 2,51

Ekstrak 8% 50,69 ± 6,54 62,55 ± 15,32 48,10 ± 9,99

Page 44: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

28

28 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.4.Grafik persentase aktivitas antibiofilm air perasan jeruk nipis

terhadap biofilm S. aureus

Uji pencegahan pembentukan biofilm S. aureus menunjukkan bahwa air

perasan jeruk nipis memiliki aktivitas dalam mencegah pembentukan biofilm.

Pada uji ini diketahui microplate yang digunakan berbahan dasar polystyrene yang

bersifat lipofilik. Air perasan jeruk nipis diketahui mengandung minyak atsiri

yang juga bersifat lipofilik sehingga ketika air perasan jeruk nipis dibuang diduga

minyak atsiri masih menempel pada permukaan microplate sehingga dapat

mencegah pembentukan biofilm.

Grafik pada gambar 4.4 menunjukkan bahwa pada uji pencegahan

pembentukan biofilm S.aureus, semakin besar konsentrasi air perasan jeruk nipis

maka semakin kecil aktivitasnya (berbanding terbalik). Hal ini diduga terjadi

karena semakin kecil konsentrasi air perasan jeruk nipis maka semakin besar

kemampuan dari senyawa aktifnya untuk berpenetrasi ke dalam bakteri sehingga

kemampuan pencegahannya semakin besar. Belum diketahui secara pasti

mekanisme dari pencegahan pembentukan biofilm karena penelitian mengenai uji

pencegahan pembentukan biofilm masih sangat sedikit dilakukan.

Aktivitas yang paling baik pada uji pencegahan penbentukan biofilm

S.aureus dihasilkan pada konsentrasi ekstrak 0,0625% dengan % pencegahan

hingga mencapai 66,23% dan % pencegahan yang terendah pada konsentrasi

ekstrak 8% dengan % pencegahan yang diperoleh sebesar 50,69%. Hasil uji

66

.23

56

.33

64

.86

65

.94

67

.75

62

.48

62

.40

77

.18

59

.55

61

.10

77

.80

59

.48

61

.10

76

.14

57

.75

61

.03

75

.20

48

.50

53

.15

74

.19

48

.25

50

.69

62

.55

48

.10

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Pencegahan Penghambatan Penghancuran

Akt

ivit

as A

nti

bio

film

Ekstrak 0.0625%

Ekstrak 0.125%

Ekstrak 0.25%

Ekstrak 0.5%

Ekstrak 1%

Ekstrak 2 %

Ekstrak 4%

Ekstrak 8%

Page 45: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

29

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

statistik One-way ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna

(signifikan) terhadap semua perlakuan (p ≤ 0,05). Kemudian dilanjutkan uji post

hoc yang menjelaskan tentang perbandingan densitas optis antar perlakuan.

Dari hasil uji post hoc, dinyatakan bahwa air perasan jeruk nipis dapat

mencegah pembentukan biofilm S. aureus secara bermakna (signifikan) terhadap

kontrol negatif. Densitas optis air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi

0,0625%, 0,125%, 0,25%, 0,5%, 1% dan 2% tidak berbeda secara bermakna

(signifikan). Hal ini menunjukkan bahwa air perasan jeruk nipis dengan

konsentrasi 0,0625%, 0,125%, 0,25%, 0,5%,1% dan 2% memiliki aktivitas

pencegahan yang sama. Begitupun pada konsentrasi 4% dan 8% yang tidak

berbeda secara bermakna (signifikan). Namun pada konsentrasi 0,0625%, 0,125%,

0,25%, 0,5%, 1% dan 2% memiliki perbedaan yang bermakna (signifikan)

terhadap konsentrasi 4% dan 8%. Hal ini menunjukkan bahwa air perasan jeruk

nipis dengan konsentrasi 0,0625%, 0,125%, 0,25%, 0,5%, 1% dan 2% memiliki

perbedaan aktivitas terhadap air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi 4% dan

8%.

Selanjutnya pengujian aktivitas air perasan jeruk nipis terhadap

penghambatan pertumbuhan biofilm S. aureus. Grafik pada gambar 4.4

menunjukkan bahwa pola aktivitas penghambatan pertumbuhan biofilm mengikuti

pola sigmoid. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Keerthiga & Anand (2015) pada uji penghambatan pertumbuhan biofilm S. aureus

dengan menggunakan anggrek tanah (Geodorum densiflorum (Lam.) Schltr.) yang

juga menunjukkan pola sigmoid. Hal ini diduga terjadi karena pada konsentrasi

kecil, senyawa aktif dari ekstrak dapat berpenetrasi dengan baik ke dalam bakteri

namun daya hambatnya kurang kuat sedangkan pada konsentrasi besar senyawa

aktif dari ekstrak memiliki daya hambat yang kuat namun tidak dapat berpenetrasi

dengan baik ke dalam bakteri sehingga aktivitas penghambatan pertumbuhan

biofilm yang paling baik dihasilkan pada konsetrasi yang tidak terlalu kecil dan

tidak teralu besar.

Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Loresta, (2014) pada

uji penghambatan pertumbuhan biofilm S. aureus dengan menggunakan ekstrak

etanol daun kelor (Moringa oleifera) yang menunjukkan pola linier yaitu semakin

Page 46: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

30

30 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

besar konsentrasi yang digunakan maka semakin besar aktivitas

penghambatannya. Aktivitas terbaik pada uji penghambatan pertumbuhan biofilm

S. aureus dengan menggunakan ekstrak etanol daun kelor adalah pada ekstrak 8%

dengan % penghambatan hingga menacapai 40,22%, dimana aktivitas ini diduga

terjadi karena adanya zat aktif tannin dan flavonoid yang terkandung di dalam

ekstrak. Penelitian Vikram et al (2010) dan Taganna et al (2011) menunjukkan

bahwa flavonoid dan tannin dapat menghambat quorum sensing yang merupakan

proses penting dalam pembentukan biofilm.

Penelitian yang dilakukan oleh Geethashri et al, (2014) juga menunujukkan

pola linier pada uji penghambatan pertumbuhan biofilm S. aureus dengan

menggunakan ekstrak Azadirachta indica, Mangifera indica, Piper betel, dan

Piper ningrum. Aktivitas terbaik pada uji penghambatan pertumbuhan biofilm S.

aureus dengan menggunakan ekstrak Azadirachta indica, Mangifera indica, Piper

betel, dan Piper ningrum ditunjukkan pada ekstrak Azadirachta indica dengan

konsentrasi ekstrak 30 mg/ml yang menghasilkan % penghambatan hingga

mencapai 48,21% dan aktivitas terbaik pada uji penghambatan pertumbuhan

biofilm S.aureus dengan menggunakan air perasan jeruk nipis adalah pada

konsentrasi 0,25% dengan % penghambatan yang dihasilkan hingga mencapai

66,23%. Hal ini menunjukkan bahwa air perasan jeruk nipis memiliki aktivitas

yang lebih baik dalam menghambat pertumbuhan biofilm dibandingkan dengan

ekstrak etanol daun kelor, ekstrak Azadirachta indica, ekstrak Mangifera indica,

ekstrak Piper betel, dan ekstrak Piper ningrum. Tingginya aktivitas penghambatan

biofilm S. aureus karena memiliki banyak kandungan zat aktif yang memiliki

aktivitas sebagai antibiofilm, yaitu flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak

atsiri.

Hasil uji statistik One-way ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan yang

bermakna (signifikan) pada semua perlakuan (p ≤ 0,05). Kemudian dilanjutkan uji

post hoc yang menjelaskan tentang perbandingan densitas optis antar perlakuan.

Dari hasil uji post hoc, dinyatakan bahwa air perasan jeruk nipis dapat

menghambat pertumbuhan biofilm S. aureus secara bermakna (signifikan)

terhadap kontrol negatif. Densitas optis air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi

0,125%, 0,25%, 0,5%, 1%, 2%, dan 4% tidak berbeda secara bermakna

Page 47: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

31

31 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(signifikan). Hal ini menunjukkan bahwa air perasan jeruk nipis dengan

konsentrasi 0,125%, 0,25%, 0,5%, 1%, 2%, dan 4% memiliki aktivitas

penghambatan yang sama. Air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi 0,0625%

menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap konsentrasi 0,125%, 0,25%,

0,5%, 1%, 2%, 4%, dan 8%. Hal ini menunjukkan bahwa air perasan jeruk nipis

dengan konsentrasi 0,0625% memiliki perbedaan aktivitas terhadap air perasan

jeruk nipis dengan konsentrasi 0,125%, 0,25%, 0,5%, 1%, 2%, 4% dan 8%.

Begitupun pada konsentrasi 8% yang menunjukkan perbedaan yang bermakna

terhadap konsentrasi 0,0625%, 0,125%, 0,25%, 0,5%, 1%, 2%, dan 4%.

Pengujian aktivitas air perasan jeruk nipis yang terakhir dilakukan terhadap

penghancuran (degradasi) biofilm S. aureus. Kemampuan degradasi biofilm dari

senyawa terkait dengan kemampuan penetrasi senyawa ke dalam biofilm yang

terbentuk, yakni mampu berpenetrasi pada lapisan EPS atau lendir yang

menyelubungi bakteri. Selain itu, kemampuan senyawa dalam mendegradasi

biofilm adalah menghilangkan EPS pada biofilm yang sudah terbentuk (Ardani et

al., 2010).

Grafik pada gambar 4.4 menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi air

perasan jeruk nipis maka semakin kecil aktivitas penghancurannya (berbanding

terbalik). Hal ini diduga terjadi karena semakin kecil konsentrasi air perasan jeruk

nipis maka semakin besar kemampuan dari senyawa aktifnya untuk berpenerasi ke

dalam lapisan EPS atau lendir yang menyelubungi bakteri. Berbeda dengan hasil

penelitian yang ditunjukkan oleh Yosephine (2013) pada uji penghancuran biofilm

Streptococcus mutans dengan menggunakan minyak atsiri kemangi (Ocimum

basilicum L.) yang menunjukkan pola linier yaitu semakin besar konsentrasi

minyak atsiri maka semakin besar kemampuannya dalam mendegradasi biofilm.

Semakin besar konsentrasi maka semakin besar kandungan zat aktif yang

berfungsi sebagai antibiofilm, sehingga semakin besar pula potensinya dalam

menghancurkan biofilm. Namun aktivitas degradasi yang dihasilkan oleh minyak

atsiri kemangi tidak terlalu baik, dengan % aktivitas penghancuran paling baik

yang dihasilkannya adalah 57,64% pada konsentrasi 0,2%. Rendahnya nilai %

degradasi biofilm ini menunjukkan bahwa minyak atsiri kurang efektif sebagai

agen pendegradasian biofilm. Kemungkinan penyebabnya adalah karena minyak

Page 48: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

32

32 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

atsiri kemangi tidak memiliki kemampuan yang tinggi dalam berpenetrasi ke

dalam lapisan EPS dan membersihkan lapisan EPS tersebut.

Aktivitas air perasan jeruk nipis yang paling baik dalam menghancurkan

biofilm Staphylococcus aureus dihasilkan pada konsentrasi 0,0625% dengan %

penghancuran hingga mencapai 64,86% dan yang terendah dihasilkan pada

konsentrasi 8% dengan % penghancuran 48,10%. Hasil ini menunjukkan bahwa

air perasan jeruk nipis memiliki aktivitas penghancuran yang lebih baik jika

dibandingkan minyak atsiri kemangi.

Hasil uji statistik One-way ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan yang

bermakna (signifikan) pada semua perlakuan (p ≤ 0,05). Kemudian dilanjutkan uji

post hoc yang menjelaskan tentang perbandingan densitas optis antar perlakuan.

Dari hasil uji post hoc, dinyatakan bahwa air perasan jeruk nipis dapat

menghancurkan biofilm S. aureus secara bermakna (signifikan) terhadap kontrol

negatif. Densitas optis air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi 0,0625%,

0,125%, 0,25%, 0,5% dan 1% tidak berbeda secara bermakna (signifikan). Hal ini

menunjukkan bahwa air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi 0,0625%, 0,125%,

0,25%, 0,5% dan 1% memiliki aktivitas penghancuran yang sama. Begitupun

pada konsentrasi 2%, 4% dan 8% yang tidak berbeda secara bermakna

(signifikan). Namun pada konsentrasi 0,0625%, 0,125%, 0,25%, 0,5% dan 1%

memiliki perbedaan yang bermakna (signifikan) terhadap konsentrasi 2%, 4% dan

8%. Hal ini menunjukkan bahwa air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi

0,0625%, 0,125%, 0,25%, 0,5% dan 1% memiliki perbedaan aktivitas terhadap air

perasan jeruk nipis dengan konsentrasi 2%, 4% dan 8%.

4.7 Optimasi Aktivitas Penghambatan

Selanjutnya dilakukan optimasi aktivitas terseleksi. Optimasi ini dilakukan

pada uji antibiofilm yang menunjukkan hasil yang paling baik dengan

menggunakan air perasan jeruk nipis. Dari pengujian yang dilakukan sebelumnya

menunjukkan bahwa penghambatan pertumbuhan biofilm menghasilkan aktivitas

yang paling baik. Namun, karena biofilm S. aureus biasanya sudah terbentuk

terlebih dahulu maka optimasi dilakukan pada aktivitas penghambatan

pertumbuhan dan penghancuran biofilm.

Page 49: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

33

33 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Optimasi dilakukan dengan menggunakan metode Response Surface

Analysis (RSA) terhadap 3 faktor yaitu suhu, konsentrasi dan waktu inkubasi.

Rentang suhu yang digunakan pada uji ini adalah 250C - 50

0C, rentang

konsentrasi yang digunakan adalah 0,0625% - 8% dan rentang waktu inkubasi

yang digunakan adalah 1 – 4 hari. Setelah dioptimasi, didapatkan hasil sebanyak

20 pasang dari ketiga faktor yang harus dilakukan uji aktivitas penghambatan

pertumbuhan biofilm S. aureus. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan

(triplo). Hasil uji aktivitas terseleksi dianalisa menggunakan RSA untuk

mengetahui kondisi optimal yang menghasilkan aktivitas paling baik.Kemudian

diperoleh hasil (contour plot) yang menunjukkan suhu, konsentrasi dan waktu

yang optimal dalam menghasilkan aktivitas antibiofilm yang paling baik.

Hasil contour plot dari % penghambatan terhadap waktu inkubasi dan suhu

pada konsentrasi 0,0625% dapat dilihat pada gambar 4.5.

SUHU

WA

KTU

IN

KU

BA

SI

504540353025

4.0

3.5

3.0

2.5

2.0

1.5

1.0

KONSENTRASI 0.0625

Hold Values

>

< 40

40 45

45 50

50 55

55 60

60 65

65

%PENGHAMBATAN

Contour Plot of %PENGHAMBATAN vs WAKTU INKUBASI, SUHU

Gambar 4.5.Contour plot dari % penghambatan vs konsentrasi dan suhu.

Countor plot pada RSA berwana biru hingga hijau tua. Kondisi optimal

ditandai dengan warna hijau tua pada contour plot. Contour plot dari %

penghambatan terhadap waktu inkubasi dan suhu pada konsentrasi 0,0625%

menunjukkan bahwa waktu inkubasi tidak mempengaruhi aktivitas penghambatan

pertumbuhan biofilm dan suhu optimum dalam menghambat pertumbuhan biofilm

adalah pada suhu ± 270C - 41

0C.

Hasil contour plot dari % penghambatan terhadap waktu inkubasi dan

konsentrasi pada suhu 250C dapat dilihat pada gambar 4.6.

Page 50: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

34

34 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KONSENTRASI

WA

KTU

IN

KU

BA

SI

87654321

4.0

3.5

3.0

2.5

2.0

1.5

1.0

SUHU 25

Hold Values

>

< 55

55 60

60 65

65 70

70 75

75 80

80

%PENGHAMBATAN

Contour Plot of %PENGHAMBATAN vs WAKTU INKUBASI, KONSENTRASI

Gambar 4.6.Contour plot dari % penghambatan vs waktu inkubasi dan

konsentrasi.

Contour plot dari % penghambatan terhadap waktu inkubasi dan konsentrasi

pada suhu 250C menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi maka semakin

besar aktivitasnya sedangkan waktu inkubasi tidak mempengaruhi aktivitas

penghambatan pertumbuhan biofilm.

Dari hasil optimasi aktivitas penghambatan didapatkan kondisi optimal

untuk aktivitas penghambatan pertumbuhan biofilm Staphylococcus aureus adalah

pada suhu 27,270C, dengan konsentrasi 8% dan waktu inkubasi selama 1 hari.

Kemudian dilakukan pengujian dengan kondisi tersebut dan hasilnya

dibandingkan dengan kontrol negatif dan kontrol positif. Kontrol negatif yang

digunakan adalah suspensi bakteri tanpa penambahan media dan air perasan jeruk

nipis sedangkan kontrol positif untuk uji penghambatan pertumbuhan biofilm

menggunakan klorin.Karna tidak ada inkubator dengan suhu 27,270C maka

pengujian dilakukan disuhu ruang ±250C. Menurut Heins et al (1995), suhu ruang

berkisar antara 230C -27

0C. Persentase aktivitas penghambatan kondisi optimal

yang dibandingkan dengan kontrol positif dapat dilihat pada tabel 4.5 dan gambar

4.6.

Tabel 4.5. Rata-rata densitas optis uji penghambatan biofilm kondisi optimal

Kelompok Perlakuan Rata-Rata Densitas Optis ± SD

Kontrol (-) 0.55 ± 0.03

Ekstrak 8% 0.12 ± 0.06

Kontrol (+) 0.18 ± 0.05

Page 51: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

35

35 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.6.Persentase aktivitas penghambatan kondisi optimal.

Hasil pengujian aktivitas air perasan jeruk nipis kondisi optimal terhadap

penghambatan pertumbuhan biofilm S. aureus menunjukkan bahwa ekstrak air

perasan jeruk nipis memberikan hasil yang lebih baik terhadap penghambatan

pertumbuhan biofilm S. aureus dibandingkan dengan kontrol positif. Hasil uji

statistik One-way ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna

(signifikan) pada semua perlakuan (p ≤ 0,05). Kemudian dilanjutkan uji post hoc

yang menjelaskan tentang perbandingan densitas optis antar perlakuan. Dari hasil

uji post hoc, dinyatakan bahwa air perasan jeruk nipis dapat menghambat

pertumbuhan biofilm S. aureus secara bermakna (signifikan) terhadap kontrol

negatif dan kontrol positif.

4.8 Optimasi Aktivitas Penghancuran (Degradasi)

Optimasi aktivitas penghancuran dilakukan sama halnya dengan aktivitas

penghambatan pertumbuhan hanya saja pada aktivitas menggunakan rentang

waktu kontak yaitu 30-90 menit. Hasil contour plotdari % penghancuran terhadap

waktu kontak dan suhu pada konsentrasi 0,0625% dapat dilihat pada gambar 4.7.

60

65

70

75

80

Ekstrak 8%Klorin (Kontrol +)

78.42

66.49 %

Pen

gh

am

bata

n

Sampel Uji

Page 52: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

36

36 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

SUHU

WA

KTU

KO

NTA

K

504540353025

90

80

70

60

50

40

30

KONSENTRASI 0.0625

Hold Values

>

< 15

15 20

20 25

25 30

30 35

35 40

40

DEGRADASI

%

Contour Plot of % DEGRADASI vs WAKTU KONTAK, SUHU

Gambar 4.7.Contour plot dari % penghancuran vs waktu kontak dan suhu

Contour plotdari % penghancuran terhadap waktu kontak dan suhu pada

konsentrasi 0,0625% menunjukkan bahwa suhu optimum dalam penghancuran

biofilm adalah pada suhu ±250C - 41

0C. Sedangkan untuk waktu kontak, semakin

lama waktu kontaknya maka semakin kecil aktivitasnya.

Hasil contour plot dari % penghancuran terhadap waktu kontak dan

konsentrasi pada suhu 250C dapat dilihat pada gambar 4.8.

KONSENTRASI

WA

KTU

KO

NTA

K

87654321

90

80

70

60

50

40

30

SUHU 25

Hold Values

>

< 0

0 10

10 20

20 30

30 40

40

DEGRADASI

%

Contour Plot of % DEGRADASI vs WAKTU KONTAK, KONSENTRASI

Gambar 4.8.Contour plot dari % penghancuran vs waktu kontak dan konsentrasi

Contour plot dari % penghancuran terhadap waktu kontak dan konsentrasi

pada suhu 250C menunjukkan bahwa konsentrasi yang paling baik adalah pada

Page 53: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

37

37 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

konsentrasi kecil (0,0625%) dan besar (8%). Sedangkan untuk waktu kontak,

semakin lama waktu kontaknya maka semakin kecil aktivitasnya.

Dari hasil countor plot pada optimasi aktivitas penghancuran didapatkan

kondisi optimal untuk aktivitas penghancuran biofilm Staphylococcus aureus

adalah pada suhu 27,270C, dengan konsentrasi 8% dan waktu inkubasi selama 30

menit. Setelah diketahui kondisi optimal dalam menghasilkan aktivitas antibiofilm

yang paling baik, kemudian dilakukan pengujian dengan kondisi tersebut dan

hasilnya dibandingkan dengan kontrol negatif dan kontrol positif. Kontrol negatif

yang digunakan adalah suspensi bakteri tanpa penambahan media dan air perasan

jeruk nipis sedangkan kontrol positif untuk uji penghancuran biofilm

menggunakan biorem. Karna tidak ada inkubator dengan suhu 27,270C maka

pengujian dilakukan disuhu ruang ±250C. Densitas Optis dan persentase aktivitas

penghancuran kondisi optimal yang dibandingkan dengan kontrol positif dapat

dilihat pada tabel 4.6 gambar 4.9.

Tabel 4.6. Rerata densitas optis aktivitas penghambatan pertumbuhan biofilm

kondisi optimal

Kelompok Perlakuan Rata-Rata Densitas Optis ± SD

Kontrol (-) 0.92 ± 0.06

Ekstrak 8% 0.24 ± 0.09

Kontrol (+) 0.35 ± 0.06

Gambar 4.9.Hasil uji penghancuran kondisi optimal.

0

20

40

60

Ekstrak 8%BIOREM (Kontrol +)

52.57

43.62

% P

eng

ha

ncu

ran

Sampel Uji

Page 54: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

38

38 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil pengujian aktivitas air perasan jeruk nipis kondisi optimal terhadap

penghancuran (degradasi) biofilm S. aureus memberikan hasil yang lebih baik

dibandingkan dengan kontrol positif. Hasil uji statistik One-way ANOVA

menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna (signifikan) (p ≤ 0,05).

Kemudian dilanjutkan uji post hoc yang menjelaskan tentang perbandingan

densitas optis antar perlakuan. Dari hasil uji post hoc, dinyatakan bahwa air

perasan jeruk nipis dapat menghancurkan biofilm S. aureus secara bermakna

(signifikan) terhadap kontrol negatif tetapi tidak bermakna (signifikan) terhadap

kontrol positif.

Page 55: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

39 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1. Air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christm) Swingle) memiliki aktivitas dalam

mencegah pembentukan, menghambat pertumbuhan dan menghancurkan (degradasi)

biofilm Staphylococcus aureus.

2. Air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christm) Swingle) memberikan aktivitas

paling baik dalam menghambat pertumbuhan biofilm Staphylococcus aureus.

3. Berdasarkan hasil penelitian ini air perasan jeruk nipis memiliki aktivitas paling baik

dalam penghambatan pertumbuhan biofilm pada konsentrasi 8%, suhu 27,270C dan

waktu inkubasi selama 1 hari, sedangkan pada penghancuran biofilm pada konsentrasi

8%, suhu 27,270C dan waktu kontak selama 30 menit.

5.2 SARAN

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi senyawa aktif yang

berfungsi sebagai antibiofilm dalam air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christm)

Swingle).

2. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya air perasan jeruk nipis diuapkan atau di freez dry.

Page 56: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Abdelhady, Wessam, Arnold S. Bayer, Kati Seidl, Cynthia c. Nast, Megan R.

Keidrowski, Alexander R. Horswill, Michael R. Yeaman, dan Yan Q.

Xiong. 2013. Reduced Vancomycin Suspentibility in an In Vitro Catheter-

Related Biofilm Model Correlates with Poor Therapeutic Outcomes in

Experimental Endocarditis Due to Methicillin-Resistant Staphylococcus

aureus. Antimicrobial Agents and Chemotherapy, 3:53, 1447-1454.

Adela Novisa Charaswati. 2011. Uji Ekspresi Protein Rekombinan Jembrana

Transmembran (JTEM-pGEX) Pada Berbagai Tingkat Kepadatan Sel

Escherichia coli BL21. Departemen Biologi. Fakultas matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia.

Alexander K, Strete D, Niles MJ. 2007. Organismal and Molecular Microbiology.

Mc Graw Hill Higer Education.

Ando, Eiichi, Koichi Monden, Ritsuko Mitsuhata, reiko Kariyama, dan Hiromi

Kumon. 2004. Biofilm Formation among Methicillin-Resistant

Staphylococcus aureus Isolates from patients with Urinary Tract Infection.

Acta Medica Okayama 58 : 4, 207-214.

Archer, N.K., M.J. Mazaitis, J.W. Costerton, J.G. Leid, M.E. Powers, M.E

Shirtliff. 2011. Staphylococcus Aureus Biofilms Properties, Regulation and

Roles in Human Disease. Landes Bioscience. Virulence 2:5, 445-459.

Ardani, M., Pratiwi, S. U. T., danHertiani, T., 2010, Efek Campuran Minyak Atsiri

Daun Cengkeh dan Kulit Batang Kayu Manis sebagai Antiplak Gigi,

Majalah Farmasi Indonesia, (21)3, 191-201.

Behrman, Richard C, et al, 1999. Ilmu Kesehatan anak Nelson.Jakarta : EGC.

Breed, Robert S., E.G.D. Murray, Nathan R. Smith. 1957. Bergey’s Manual of

Determinative Bacteriology. Baltimore : Williams & Wilkins Company.

Calabro, M.L., Galtieri, V., Cutroneo, P., Tommasini, S., Ficarra, P. and Ficarra,

R. 2004. Study of the extraction procedure by experimental design and

validation of a LC method for determination of flavonoids in Citrus

bergamia juice. J Pharm Biomed Anal 35, 349– 363.

Page 57: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Carpentier B., Chassing D. 2004. Interaction in Biofilms Between Listeria

Monocytogenos and Resident Microorganism From Food Industry

Premises. International Journal of Food Microbiology. 97 : 111-122.

Chanthaphon, Sumonrat, Suphitchaya C, Tipparat H. 2008. Antimicrobial

activities of essential oils and crude extracts from tropical Citrus spp.

against food-related microorganisms. Songklanakarin J. Sci. Technol. 125-

131.

Chutia, M., Bhuyan, D. P., Pathak, M. G., Sarma, T. C., Boruah P. 2009.

Antifungal activity and chemical composition of citrus reticulata blanco

essential oil against phytopathogens from North East India. Food Science

and Technology. 42: 777-780.

Coleman, J.J., Ikechukwu Okoli, George P. Tegos, Edward B. Holson, Florence F.

Wagner, Michael R. Hamblin, dan Eleftherios Mylonakis. 2010.

Caracterization of Plant-Derived Saponin Natural Products Againts

Candida Albicans.

Dalimartha S. 2006. Atlas tumbuhan obat Indonesia: jilid 4. Jakarta: Puspa Swara.

Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial : Problematika dan Pengendaliannya .Jakarta

: Salemba Medika.

Deby A,. 2010. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun (Coleus

atropurpureus (L) Benth) Terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia

coli, dan Pseudomonas aeruginosa Secara In Vitro. Program Studi Farmasi.

FMIPA UNSRAT Manado, 95115.

Desai J.D., Banat I.M. 1997. Microbial Production of Surfactans and Their

Commercial Potential. Microbiology and Molecular Biology Reviews. 61 :

147-164.

Donlan, R. M. 2002. Biofilms: microbial life on surfaces. Emerging Infectious

Diseases. 8 : 881–890.

Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.

Faot Fernanda, Yuri Wanderley Cavalcanti, Martinna de Mendonca de Bertolini,

Luciana de Rezende Pinto, Wander jose da Silva, dan Altair Antoninha Del

Bel Cury. 2014. Efficacy of Citric Acid Denture Cleanser on the Candida

albicans Biofilm Formed on Poly( Methyl Methacrylate) : Effects on

Page 58: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Residual Biofilm and Recolonization Process. BMC Oral Health 2014, 14

:77.

George, O’Toole. 2011. Microtitier Dish Biofilm Formation Assay. Journal of

Visualized Experiments. 47 : 2437.

Geethashri, A., R. Manikandan, B. Ravishankar, A. Veena Shetty. 2014.

Comparative evaluation of biofilm suppression by plant extract on oral

pathogenic bacteria. Journal of Applied Pharmaceutial Science, 4 (03), 020-

023.

Heins, Michael, Wolfgang Heil, dan Wolfgang Withold. 1995. Storage of serum

or whole blood samples? Effects of time and temperature on 22 serum

analytes. Eur J Clin Chem Clin biochem 33:231-238.

Hoiby, N., T. Bjarnsholt, M. Givskov, S. Molin, O. Ciofu. 2010. Antibiotic

resistance of bacterial biofilms. Int J Antimicrob Agents. (Abstr.);

35(4):322-32.

Jawetz, E, et al, 1995. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta : EGC.

Joyce, James. 2008. Prinsip-Prinsip Sains Untuk Keperawatan. Jakarta :

Erlangga.

Kaplan, J. B. 2010. Biofilm Dispersal : Mechanisms, Clinical Implications, and

Potential Therapeutic Uses. Journal of Dental Research. 89(3) 305-218.

Keerthiga M., Anand S.P., 2015. Anti-infective and anti-biofilm activity of

Geodorum densiflorum (Lam.) Schltr against Methicillin resistant and

sensitive Staphylococcus aureus. Advances in Aplied Science Research,

6(5): 43-46.

Kudva I.T., Jelacic S., Tarr P.I., Youderian P., Hovde C.J. 1999. Biocontrol of

Escherichia coli O157 with O157-specific bacteriophages. Applied and

Environmental Microbiology.65: 3767-3773.

Lee, J-H., J.H. Park, H.S. Cho, S.W. Joo, M.H. Cho, J. Lee. 2013. Anti-biofilm

Activities of Quercetin and Tannic Acid Against Staphylococcus aureus.

Biofouling: The Journal of 7 Bioadhesion and Biofilm Research. 29 : 5.

Loresta, Sonya, Sri Murwani, Pratiwi Trisunuwati. 2014. Efek ekstrak etanol daun

kelor (Moringa oleifera) terhadap pembentukan biofilm Staphylococcus

Page 59: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

aureus secara in vitro. Program Studi Kedokteran Hewan. Universitas

Brawijaya.

Manuel Simoes, Lucia C. Simoes dan Maria J. Vieira. 2010. A review of current

and emergent biofilm control strategies. 43: 573-583.

Mardiastuti, H.W, et al. 2007. Emerging Resistance Pathogen : Situasi Terkini di

Asia,Eropa, Amerika Serikat, Timur Tengah dan Indonesia. 57: 75-79.

Meng Chen, Qingsong Yu dan Hongmin Sun. 2013. Novel Strategies for the

Prevention and Treatment of Biofilm Related Infections. 14: 18488-18501.

Nindhita Retno Pradani. 2012. Uji Aktivitas Antibakteri Air Perasan Jeruk Nipis

(Citrus aurantifolia, Swingle) Terhadap Pertumbuhan Bakteri

Staphylococcus aureus Secara In Vitro. Jurusan Kedokteran. Fakultas

Kedokteran Universitas Jember.

Nitschke M., Costa S.G.V.A.O. 2007. Biosurfactans in Food Industry. Trends in

Food Science and Technology. 18 : 252-259.

Pertiwi, Nursitasari. 2010. Uji Aktivitas Antibakteri dan Mekanisme Hambat

Ekstrak Air Campuran Daun Piper bettle L Terhadap Bakteri Uji. Jurusan

Farmasi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Peterson, Julia J., Gary R. Beecher, Seema A. Bhagwat, Johanna T. dwyer, E.

Gebhardt, David B. Haytowiz, Joanne M. Holden. 2006. Falvanones in

grapefruit, lemons, and limes : A compilation and review of the data from

the analytical literature. Journal of Food Compotition and Analyisis 19

(2006) S74-S80.

Prakash B., B.M. Veeregowda and G. Krishnappa. 2003. Biofilms: A Survival

Strategy of Bacteri. Current Sci.85: 1299-1307.

Prasasti D, Hertiani T. 2010. Potensi Campuran Minyak Atsiri Rimpang

Temulawak dan Daun Cengkeh Sebagai Inhibitor Plak Gigi. The Journal of

Indonesia Medical Plant. Vol 3 (2).

Potter & Perry. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan

Praktik, Jakarta: EGC.

Page 60: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Rahardjo, Agustinus Hantoro Djoko. 2012. Efektivitas Jeruk Nipis dalam

Menurunkan Bakteri Salmonella dan Escherichia coli pada Dada Ayam

Broiler. IJAS 2 : 3, 91-94

Ranganathan Vasudevan. 2014. Biofilms: Microbial Cities of Scientific

Significance. 1 : 3.

Rodrigues L. R., Van Der Mei H.C., Texeira J. A., Oliveira R. 2004. Biosurfactan

from Lactococcus lactis 53 Inhibits Microbial Adhesion on Silicone Rubber.

Applied Microbiology and Biotechnology 66 : 306-311.

Rossland E., Langsrud T., Granum P.E., Sorhaug T. 2005. Production of

antimicrobial metabolites by strains of Lactobacillus or Lactococcus co-

cultured with Bacillus cereus in milk. International Journal of Food

Microiology. 98 : 193-200.

Ryan, K.J., J.J. Champoux, S. Falkow, J.J. Plonde, W.L. Drew, F.C. Neidhardt,

and C.G. Roy. 1994. Medical Microbiology An Introduction to Infectious

Diseases. 3rd ed. Connecticut: Appleton&Lange.

Sabiston, David C 1995. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC.

Sandasi, Leonard CM, Viljoen A M. 2010. The In Vitro Antibiofilm Activity of

Selected Culinary Herb and Medical Plants Againt Listeria monocytogenes.

Letters in Apllied Microbiology (50) : 30-35.

Saraf, S. 2006. Textbook of oral pathology. USA: Jeypee Brothers Publisher.

Sarwono B. 2006. Khasiat dan Manfaat Jeruk Nipis. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Sethpakdee, S. 2002. Citrus aurantifolia, In : Adible Fruit and Nut: Porsea Sent

Resources Of South East Asia. 2 : 126-128.

Simoes M.,Simoes L.C., Machado I., Pereira M.O., Viera M.J. 2006. Control of

flow-generated biofilms using surfactans – evidence of resistance and

recovery. Food and Bioproducts Processing. 84 : 338-345.

Suriawira, Unus. 1995. Mikrbiologi Dasar. Jakarta : Parpasinas Sunar.

Sutedjo, Mulmulyani., A. E. kartapoera, dan S. Sastroatmojo. 1991. Mikrobiologi

Tanah. Jakarta : Rineka Cipta.

Syamsuhidayat, S dan J.R. Hutape.1991. Inventasris Tanaman Obat Indonesia.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. DepKes RI. Jakarta. 144.

Page 61: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Taganna, J.C., J.P. Quanico, R.M. Perono, E.C. Amor, W.L. Rivera. 2011. Tannin

rich fraction from terminalia catappa inhibits quorum sensing (QS) in

Chromobacterium violaceum and the QS-controlled biofilm maturation and

lasA Staphylolytic activity in Pseudomonas aeruginosa. Journal

Ethnopharmacol. 134(3) : 865-871.

Tait K., Sutherland I.W. 1998. Antagonistic interactions amongst bacteriocin

producing enteric bacteria in dual species biofilms. Journal of Applied

Microbiology. 93 : 345-352.

Tiwari, Kumar, Kaur Mandeep, Kaur Gurpreet & Kaur Harleem. 2011.

Phytochemical Screening and Extraction : A Riview. Internationale

Pharmaceutica Scienca vol. 1 : issues 1.

Vikram, A., G.K. Jayaprakasha, P.R. Jesudhasan, S.D. Pillai, dan B.S. Patil. 2009.

Upression of Bacterial Cell-Cell Signalling Biofilm Formation and Type III

Secretion System by Citrus Flavonoids. Journal of Applied Microbiology,

109(2010) 515-527.

Volk. 1993. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Vuong C, & Otto M. 2002. Staphylococcus epidermidis infections. Microbes

Infect 4 (2002) 481–489.

Warsa, U.C. 1994. Staphylococcus dalam Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran.

Edisi Revisi. Jakarta : Penerbit Binarupa Aksara.

Yosephine, Ardiana Dewi, Martha Purnami Wulanjati, Teuku Nanda Saifullah,

dan Puji Astuti. 2013. Mouthwash Formulation of Basil Oil (Ocimum

basilicumL.) and In Vitro Antibacterial and Antibiofilm Activities Againts

Streptococcus Mutans. Traditional Medicine Journal, 18(2), 2013.

Yunus, L. 2000. Pembentukan Biofilm Oleh Salmonella blockey Pada Permukaan

Stainless Steel Serta Pengaruh Sanitasi Terhadap Pembentukan Kembali

Biofilm Baru. IPB.

Page 62: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Skema Metode Penapisan Fitokimia

a. Alkaloid

b. Fenolik

Page 63: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Triterpenoid/Steroid

d. Hidoro kuinon

Page 64: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Hasil Determinasi

Page 65: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Hasil Penapisan fitokimia

Page 66: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Alat dan Bahan

Mikroskop

Timbangan

analitik

Oven

Vortex

Autoklaf

Sentrifugasi

Mikropipet

Mikrowave

Spektrometri

Mikroplate

reader

Inkubator

Kulkas

Page 67: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Panci dan kompor Mikroplate Mikropipet tube LAF

Jeruk nipis

CaCl2

Bahan Pewarnaan

Gram

Kristal Violet

Biorem

Etanol 96%

Bahan media HTR

Bahan media LB

Page 68: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Hasil Pembuatan Ekstrak

a. Ekstrak Jeruk Nipis 100%

b. Variasi Konsentrasi Ekstrak Sebelum RSA

c. Variasi Konsentrasi Ekstrak Setelah RSA

Page 69: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Hasil Karakterisasi Bakteri Staphylococcus aureus.

No Karakterisasi Hasil Keterangan

1 Klingler Iron

Agar (Deteksi

H2S)

Bakteri 6 dan 7 menghasilkan

warna kehitaman pada dasar

tempat penusukkannya.

2 Media Pelarut

Fosfat

(Fosfatase)

Bakteri 6 dapat melarutkan

fosfat paling baik

dibandingkan dengan 6

bakteri lainnya, hal ini dapat

dilihat dari zona bening yang

dihasilkan oleh bakteri ini.

3 Susu Skim

20%

(Koagulase)

Bakteri 6 membentuk

gumpalan (koagulasi) dengan

baik.

4 Penambahan

H2O2 3%

(Katalase)

Semua bakteri menghasilkan

gelembung udara setelah

penambahan H2O2 3%.

Page 70: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Hasil Uji Pertumbuhan Biofilm Staphylococcus aureus.

Waktu Densitas Optis

1 2 3 Rata-Rata

Hari 1 100/100 0.444 0.489 0.496 0.476

Hari 1 150/50 0.593 0.59 0.595 0.593

Hari 1 200 0.298 0.282 0.29 0.29

Hari 2 100/100 0.798 0.722 0.664 0.728

Hari 2 150/50 0.517 0.48 0.65 0.549

Hari 2 200 1.431 1.422 1.158 1.337

Hari 3 100/100 0.264 0.35 0.324 0.313

Hari 3 150/50 1.099 0.985 1.008 1.031

Hari 3 200 1.224 1.223 1.119 1.189

Hari 4 100/100 0.33 0.377 0.31 0.326

Hari 4 150/50 0.583 0.557 0.588 0.576

Hari 4 200 0.447 0.482 0.419 0.449

Page 71: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Hasil Uji Aktivitas Antibiofilm

Tabel 1. Data hasil uji pencegahan pembentukan biofilm

Perlakuan Densitas Optis

% Pencegahan ± SD 1 2 3 Rerata ± SD

Kontrol (-) 0,440 0,486 0,459 0,461± -

Ekstrak 0,0625% 0,215 0,136 0,116 0,156± 66,233±

Ekstrak 0,125% 0,159 0,159 0,153 0,157± 65,944±

Ekstrak 0,25% 0,223 0,146 0,151 0,173± 62,401±

Ekstrak 0,5% 0,156 0,235 0,147 0,179± 61,099±

Ekstrak 1% 0,190 0,133 0,215 0,179± 61,099±

Ekstrak 2% 0,153 0,207 0,179 0,178± 61,027±

Ekstrak 4% 0,28 0,182 0,186 0,216± 53,145±

Ekstrak 8% 0,199 0,224 0,259 0,227± 50,687±

Tabel 2.Hasil Uji Penghambatan Pertumbuhan Biofilm

Perlakuan Densitas Optis % Penghambatan±

SD 1 2 3 Rata-Rata± SD

Kontrol (-) 0,440 0,486 0,459 0,461± -

Ekstrak 0,0625% 0,225 0,208 0,171 0,201± 56,327±

Ekstrak 0,125% 0,221 0,113 0,112 0,149± 67,751±

Ekstrak 0,25% 0,104 0,104 0,080 0,096± 79,176±

Ekstrak 0,5% 0,135 0,089 0,083 0,102± 77,802±

Ekstrak 1% 0,098 0,132 0,100 0,110± 76,139±

Ekstrak 2% 0,138 0,110 0,095 0,114± 75,199±

Ekstrak 4% 0,122 0,146 0,089 0,119± 74,187±

Ekstrak 8% 0,248 0,162 0,108 0,173± 62,545±

Page 72: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 3. Hasil Uji Penghancuran (Degradasi) Biofilm

Perlakuan Densitas Optis % Penghancuran

± SD 1 2 3 Rerata ± SD

Kontrol (-) 0,857 0,978 0,930 0,923± -

Ekstrak 0,0625% 0,217 0,335 0,421 0,324± 64,861±

Ekstrak 0,125% 0,398 0,283 0,358 0,346± 62,477±

Ekstrak 0,25% 0,335 0,418 0,367 0,373± 59,552±

Ekstrak 0,5% 0,456 0,325 0,341 0,374± 59,479±

Ekstrak 1% 0,538 0,341 0,291 0,390± 57,746±

Ekstrak 2% 0,483 0,438 0,505 0,475± 48,501±

Ekstrak 4% 0,451 0,493 0,489 0,478± 48,248±

Ekstrak 8% 0,507 0,376 0,554 0,479± 48,104±

Page 73: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9. Hasil Uji Statistik Aktivitas Pencegahan Pembentukan Biofilm

a. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov Smirnov

Tujuan : Untuk melihat kenormalan distribusi data densitas optis uji

pencegahan pembentukan biofilm.

Hipotesis :

Ho : data densitas optis aktivitas pencegahan pembentukan biofilm

terdistribusi normal

Ha : data densitas optis aktivitas pencegahan pembentukan biofilm tidak

terdistribusi normal

Pengambilan Keputusan :

Bila signifikansi ≤ 0.05 Ho ditolak

Bila signifikansi ≥ 0.05 Ho diterima

Tabel 11.1. Hasil uji normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Absorbansi

N 27

Normal Parametersa Mean .21437

Std. Deviation .097696

Most Extreme Differences Absolute .239

Positive .239

Negative -.165

Kolmogorov-Smirnov Z 1.239

Asymp. Sig. (2-tailed) .093

a. Test distribution is Normal.

Keputusan : data densitas optis aktivitas pencegahan pembentukan biofilm

terdistribusi normal (p ≥ 0.05)

b. Uji Homogenitas (Levene)

Tujuan : untuk melihat homogenitas dari data densitas optis aktivitas

pencegahan pembentukan biofilm

Hipotesis :

Page 74: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ho : data densitas optis aktivitas pencegahan pembentukan biofilm bervariasi

homogen

Ha : data densitas optis aktivitas pencegahan pembentukan biofilm tidak

bervariasi homogen

Pengambilan keputusan :

Bila signifikansi ≤ 0.05 Ho ditolak

Bila signifikansi ≥ 0.05 Ho diterima

Tabel 11.2. Hasil uji homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

Densitas Optis

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.136 8 18 .086

Keputusan : data densitas optis aktivitas pencegahan pembentukan biofilm

bervariasi homogen (p ≥ 0.05).

c. Uji One-Way ANOVA

Tujuan : untuk melihat data densitas optis aktivitas penghambatan

pertumbuhan biofilm antar konsentrasi terdapat perbedaan secara

bermakna atau tidak.

Hipotesa :

Ho : data densitas optis aktivitas penghambatan pertumbuhan biofilm tidak

berbeda secara signifikan

Ha : data densitas optis aktivitas pencegahan pembentukan biofilm berbeda

secara signifikan

Pengambilan Keputusan :

Bila signifikansi ≤ 0.05 Ho ditolak

Bila signifikansi ≥ 0.05 Ho diterima

Page 75: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 12.3. Hasil uji One-Way ANOVA

ANOVA

Densitas Optis

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .220 8 .028 17.738 .000

Within Groups .028 18 .002

Total .248 26

Keputusan : data densitas optis aktivitas pencegahan pembentukan biofilm

berbeda secara signifikan (p ≤ 0.05).

d. Uji Post Hoc

Tabel. 12.4. Hasil uji post hoc

Multiple Comparisons

Densitas Optis

LSD

(I)

Konsentrasi

(J)

Konsentrasi

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Kontrol (-) 0.0625 .306000* .032165 .000 .23842 .37358

0.125 .304667* .032165 .000 .23709 .37224

0.25 .288333* .032165 .000 .22076 .35591

0.5 .282333* .032165 .000 .21476 .34991

1 .282333* .032165 .000 .21476 .34991

2 .282000* .032165 .000 .21442 .34958

4 .245667* .032165 .000 .17809 .31324

8 .234333* .032165 .000 .16676 .30191

0.0625 Kontrol (-) -.306000* .032165 .000 -.37358 -.23842

0.125 -.001333 .032165 .967 -.06891 .06624

0.25 -.017667 .032165 .590 -.08524 .04991

0.5 -.023667 .032165 .471 -.09124 .04391

1 -.023667 .032165 .471 -.09124 .04391

2 -.024000 .032165 .465 -.09158 .04358

4 -.060333 .032165 .077 -.12791 .00724

Page 76: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 -.071667* .032165 .039 -.13924 -.00409

0.125 Kontrol (-) -.304667* .032165 .000 -.37224 -.23709

0.0625 .001333 .032165 .967 -.06624 .06891

0.25 -.016333 .032165 .618 -.08391 .05124

0.5 -.022333 .032165 .496 -.08991 .04524

1 -.022333 .032165 .496 -.08991 .04524

2 -.022667 .032165 .490 -.09024 .04491

4 -.059000 .032165 .083 -.12658 .00858

8 -.070333* .032165 .042 -.13791 -.00276

0.25 Kontrol (-) -.288333* .032165 .000 -.35591 -.22076

0.0625 .017667 .032165 .590 -.04991 .08524

0.125 .016333 .032165 .618 -.05124 .08391

0.5 -.006000 .032165 .854 -.07358 .06158

1 -.006000 .032165 .854 -.07358 .06158

2 -.006333 .032165 .846 -.07391 .06124

4 -.042667 .032165 .201 -.11024 .02491

8 -.054000 .032165 .110 -.12158 .01358

0.5 Kontrol (-) -.282333* .032165 .000 -.34991 -.21476

0.0625 .023667 .032165 .471 -.04391 .09124

0.125 .022333 .032165 .496 -.04524 .08991

0.25 .006000 .032165 .854 -.06158 .07358

1 .000000 .032165 1.000 -.06758 .06758

2 -.000333 .032165 .992 -.06791 .06724

4 -.036667 .032165 .269 -.10424 .03091

8 -.048000 .032165 .153 -.11558 .01958

1 Kontrol (-) -.282333* .032165 .000 -.34991 -.21476

0.0625 .023667 .032165 .471 -.04391 .09124

0.125 .022333 .032165 .496 -.04524 .08991

0.25 .006000 .032165 .854 -.06158 .07358

0.5 .000000 .032165 1.000 -.06758 .06758

2 -.000333 .032165 .992 -.06791 .06724

4 -.036667 .032165 .269 -.10424 .03091

8 -.048000 .032165 .153 -.11558 .01958

Page 77: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2 Kontrol (-) -.282000* .032165 .000 -.34958 -.21442

0.0625 .024000 .032165 .465 -.04358 .09158

0.125 .022667 .032165 .490 -.04491 .09024

0.25 .006333 .032165 .846 -.06124 .07391

0.5 .000333 .032165 .992 -.06724 .06791

1 .000333 .032165 .992 -.06724 .06791

4 -.036333 .032165 .273 -.10391 .03124

8 -.047667 .032165 .156 -.11524 .01991

4 Kontrol (-) -.245667* .032165 .000 -.31324 -.17809

0.0625 .060333 .032165 .077 -.00724 .12791

0.125 .059000 .032165 .083 -.00858 .12658

0.25 .042667 .032165 .201 -.02491 .11024

0.5 .036667 .032165 .269 -.03091 .10424

1 .036667 .032165 .269 -.03091 .10424

2 .036333 .032165 .273 -.03124 .10391

8 -.011333 .032165 .729 -.07891 .05624

8 Kontrol (-) -.234333* .032165 .000 -.30191 -.16676

0.0625 .071667* .032165 .039 .00409 .13924

0.125 .070333* .032165 .042 .00276 .13791

0.25 .054000 .032165 .110 -.01358 .12158

0.5 .048000 .032165 .153 -.01958 .11558

1 .048000 .032165 .153 -.01958 .11558

2 .047667 .032165 .156 -.01991 .11524

4 .011333 .032165 .729 -.05624 .07891

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Lampiran 10. Hasil Uji Statistik Aktivitas Penghambatan Pertumbuhan Biofilm

a. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov Smirnov

Tujuan : Untuk melihat kenormalan distribusi data densitas optis aktivitas

penghambatan pertumbuhan biofilm.

Hipotesis :

Page 78: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ho : data densitas optis aktivitas penghambatan pertumbuhan biofilm

terdistribusi normal

Ha : data densitas optis aktivitas penghambatan pertumbuhan biofilm tidak

terdistribusi normal

Pengambilan Keputusan :

Bila signifikansi ≤ 0.05 Ho ditolak

Bila signifikansi ≥ 0.05 Ho diterima

Tabel 11.1. Hasil uji normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Absorbansi

N 27

Normal Parametersa Mean .16956

Std. Deviation .114913

Most Extreme Differences Absolute .248

Positive .248

Negative -.218

Kolmogorov-Smirnov Z 1.288

Asymp. Sig. (2-tailed) .072

a. Test distribution is Normal.

Keputusan : data densitas optis aktivitas penghambatan pertumbuhan biofilm

terdistribusi normal (p ≥ 0.05).

b. Uji Homogenitas (Levene)

Tujuan : untuk melihat homogenitas dari data densitas optis aktivitas

penghambatan pertumbuhan biofilm

Hipotesis :

Ho : data densitas optis aktivitas penghambatan pertumbuhan biofilm

bervariasi homogen

Ha : data densitas optis aktivitas penghambatan pertumbuhan biofilm tidak

bervariasi homogen

Pengambilan keputusan :

Bila signifikansi ≤ 0.05 Ho ditolak

Page 79: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bila signifikansi ≥ 0.05 Ho diterima

Tabel 11.2. Hasil uji homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

Densitas Optis

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.385 8 18 .060

Keputusan : data densitas optis aktivitas penghambatan pertumbuhan biofilm

bervariasi homogen (p ≥ 0.05).

c. Uji One-Way ANOVA

Tujuan : untuk melihat data densitas optis aktivitas penghambatan

pertumbuhan biofilm antar konsentrasi terdapat perbedaan secara

bermakna atau tidak.

Hipotesa :

Ho : data densitas optis aktivitas penghambatan pertumbuhan biofilm tidak

berbeda secara signifikan

Ha : data densitas optis aktivitas pencegahan pembentukan biofilm berbeda

secara signifikan

Pengambilan Keputusan :

Bila signifikansi ≤ 0.05 Ho ditolak

Bila signifikansi ≥ 0.05 Ho diterima

Tabel 12.3. Hasil uji One-Way ANOVA

ANOVA

Densitas Optis

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .318 8 .040 27.769 .000

Within Groups .026 18 .001

Total .343 26

Keputusan : data densitas optis aktivitas pencegahan pembentukan biofilm

berbeda secara signifikan (p ≤ 0.05).

Page 80: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d. Uji Post Hoc

Tabel. 12.4. Hasil uji post hoc

Multiple Comparisons

Densitas Optis

LSD

(I)

Konsentrasi

(J)

Konsentrasi

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

kontrol (-) 0.0625 .260333* .030872 .000 .19547 .32519

0.125 .313000* .030872 .000 .24814 .37786

0.25 .365667* .030872 .000 .30081 .43053

0.5 .359333* .030872 .000 .29447 .42419

1 .351667* .030872 .000 .28681 .41653

2 .347333* .030872 .000 .28247 .41219

4 .342667* .030872 .000 .27781 .40753

8 .289000* .030872 .000 .22414 .35386

0.0625 kontrol (-) -.260333* .030872 .000 -.32519 -.19547

0.125 .052667 .030872 .105 -.01219 .11753

0.25 .105333* .030872 .003 .04047 .17019

0.5 .099000* .030872 .005 .03414 .16386

1 .091333* .030872 .008 .02647 .15619

2 .087000* .030872 .011 .02214 .15186

4 .082333* .030872 .016 .01747 .14719

8 .028667 .030872 .365 -.03619 .09353

0.125 kontrol (-) -.313000* .030872 .000 -.37786 -.24814

0.0625 -.052667 .030872 .105 -.11753 .01219

0.25 .052667 .030872 .105 -.01219 .11753

0.5 .046333 .030872 .151 -.01853 .11119

1 .038667 .030872 .226 -.02619 .10353

2 .034333 .030872 .281 -.03053 .09919

4 .029667 .030872 .349 -.03519 .09453

8 -.024000 .030872 .447 -.08886 .04086

0.25 kontrol (-) -.365667* .030872 .000 -.43053 -.30081

Page 81: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

0.0625 -.105333* .030872 .003 -.17019 -.04047

0.125 -.052667 .030872 .105 -.11753 .01219

0.5 -.006333 .030872 .840 -.07119 .05853

1 -.014000 .030872 .656 -.07886 .05086

2 -.018333 .030872 .560 -.08319 .04653

4 -.023000 .030872 .466 -.08786 .04186

8 -.076667* .030872 .023 -.14153 -.01181

0.5 kontrol (-) -.359333* .030872 .000 -.42419 -.29447

0.0625 -.099000* .030872 .005 -.16386 -.03414

0.125 -.046333 .030872 .151 -.11119 .01853

0.25 .006333 .030872 .840 -.05853 .07119

1 -.007667 .030872 .807 -.07253 .05719

2 -.012000 .030872 .702 -.07686 .05286

4 -.016667 .030872 .596 -.08153 .04819

8 -.070333* .030872 .035 -.13519 -.00547

1 kontrol (-) -.351667* .030872 .000 -.41653 -.28681

0.0625 -.091333* .030872 .008 -.15619 -.02647

0.125 -.038667 .030872 .226 -.10353 .02619

0.25 .014000 .030872 .656 -.05086 .07886

0.5 .007667 .030872 .807 -.05719 .07253

2 -.004333 .030872 .890 -.06919 .06053

4 -.009000 .030872 .774 -.07386 .05586

8 -.062667 .030872 .057 -.12753 .00219

2 kontrol (-) -.347333* .030872 .000 -.41219 -.28247

0.0625 -.087000* .030872 .011 -.15186 -.02214

0.125 -.034333 .030872 .281 -.09919 .03053

0.25 .018333 .030872 .560 -.04653 .08319

0.5 .012000 .030872 .702 -.05286 .07686

1 .004333 .030872 .890 -.06053 .06919

4 -.004667 .030872 .882 -.06953 .06019

8 -.058333 .030872 .075 -.12319 .00653

4 kontrol (-) -.342667* .030872 .000 -.40753 -.27781

0.0625 -.082333* .030872 .016 -.14719 -.01747

Page 82: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

0.125 -.029667 .030872 .349 -.09453 .03519

0.25 .023000 .030872 .466 -.04186 .08786

0.5 .016667 .030872 .596 -.04819 .08153

1 .009000 .030872 .774 -.05586 .07386

2 .004667 .030872 .882 -.06019 .06953

8 -.053667 .030872 .099 -.11853 .01119

8 kontrol (-) -.289000* .030872 .000 -.35386 -.22414

0.0625 -.028667 .030872 .365 -.09353 .03619

0.125 .024000 .030872 .447 -.04086 .08886

0.25 .076667* .030872 .023 .01181 .14153

0.5 .070333* .030872 .035 .00547 .13519

1 .062667 .030872 .057 -.00219 .12753

2 .058333 .030872 .075 -.00653 .12319

4 .053667 .030872 .099 -.01119 .11853

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 83: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. Hasil Uji Statistik Aktivitas Penghancuran (Degardasi) Biofilm

a. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov Smirnov

Tujuan : Untuk melihat kenormalan distribusi data densitas optis aktivitas

penghancuran biofilm.

Hipotesis :

Ho : data densitas optis aktivitas penghancuran biofilm terdistribusi normal

Ha : data densitas optis aktivitas penghancuran biofilm tidak terdistribusi

normal

Pengambilan Keputusan :

Bila signifikansi ≤ 0.05 Ho ditolak

Bila signifikansi ≥ 0.05 Ho diterima

Tabel 11.1. Hasil uji normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Absorbansi

N 27

Normal Parametersa Mean .46241

Std. Deviation .185933

Most Extreme Differences Absolute .220

Positive .220

Negative -.130

Kolmogorov-Smirnov Z 1.143

Asymp. Sig. (2-tailed) .146

a. Test distribution is Normal.

Keputusan : data densitas optis aktivitas penghancuran biofilm terdistribusi

normal (p ≥ 0.05).

b. Uji Homogenitas (Levene)

Tujuan : untuk melihat homogenitas dari data densitas optis aktivitas

penghancuran biofilm

Hipotesis :

Ho : data densitas optis aktivitas penghancuran biofilm bervariasi homogen

Page 84: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ha : data densitas optis aktivitas penghancuran biofilm tidak bervariasi

homogen

Pengambilan keputusan :

Bila signifikansi ≤ 0.05 Ho ditolak

Bila signifikansi ≥ 0.05 Ho diterima

Tabel 11.2. Hasil uji homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

Densitas Optis

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.875 8 18 .128

Keputusan : data densitas optis aktivitas penghancuran bervariasi homogen (p

≥ 0.05).

c. Uji One-Way ANOVA

Tujuan : untuk melihat data densitas optis aktivitas penghancuran biofilm

antar konsentrasi terdapat perbedaan secara bermakna atau tidak.

Hipotesa :

Ho : data densitas optis aktivitas penghancuran biofilm tidak berbeda secara

signifikan

Ha : data densitas optis aktivitas penghancuran biofilm berbeda secara

signifikan

Pengambilan Keputusan :

Bila signifikansi ≤ 0.05 Ho ditolak

Bila signifikansi ≥ 0.05 Ho diterima

Tabel 12.3. Hasil uji One-Way ANOVA

ANOVA

Densitas Optis

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .795 8 .099 17.296 .000

Page 85: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Within Groups .103 18 .006

Total .899 26

Keputusan : data densitas optis aktivitas penghacuran biofilm berbeda secara

signifikan (p ≤ 0.05).

d. Uji Post Hoc

Tabel. 12.4. Hasil uji post hoc

Multiple Comparisons

Densitas Optis

LSD

(I)

Konsentrasi

(J)

Konsentrasi

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

kontrol (-) 0.0625 .597333* .061905 .000 .46728 .72739

0.125 .575333* .061905 .000 .44528 .70539

0.25 .548333* .061905 .000 .41828 .67839

0.5 .547667* .061905 .000 .41761 .67772

1 .531667* .061905 .000 .40161 .66172

2 .446333* .061905 .000 .31628 .57639

4 .444000* .061905 .000 .31394 .57406

8 .442667* .061905 .000 .31261 .57272

0.0625 kontrol (-) -.597333* .061905 .000 -.72739 -.46728

0.125 -.022000 .061905 .726 -.15206 .10806

0.25 -.049000 .061905 .439 -.17906 .08106

0.5 -.049667 .061905 .433 -.17972 .08039

1 -.065667 .061905 .303 -.19572 .06439

2 -.151000* .061905 .025 -.28106 -.02094

4 -.153333* .061905 .023 -.28339 -.02328

8 -.154667* .061905 .022 -.28472 -.02461

0.125 kontrol (-) -.575333* .061905 .000 -.70539 -.44528

0.0625 .022000 .061905 .726 -.10806 .15206

0.25 -.027000 .061905 .668 -.15706 .10306

0.5 -.027667 .061905 .660 -.15772 .10239

Page 86: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1 -.043667 .061905 .490 -.17372 .08639

2 -.129000 .061905 .052 -.25906 .00106

4 -.131333* .061905 .048 -.26139 -.00128

8 -.132667* .061905 .046 -.26272 -.00261

0.25 kontrol (-) -.548333* .061905 .000 -.67839 -.41828

0.0625 .049000 .061905 .439 -.08106 .17906

0.125 .027000 .061905 .668 -.10306 .15706

0.5 -.000667 .061905 .992 -.13072 .12939

1 -.016667 .061905 .791 -.14672 .11339

2 -.102000 .061905 .117 -.23206 .02806

4 -.104333 .061905 .109 -.23439 .02572

8 -.105667 .061905 .105 -.23572 .02439

0.5 kontrol (-) -.547667* .061905 .000 -.67772 -.41761

0.0625 .049667 .061905 .433 -.08039 .17972

0.125 .027667 .061905 .660 -.10239 .15772

0.25 .000667 .061905 .992 -.12939 .13072

1 -.016000 .061905 .799 -.14606 .11406

2 -.101333 .061905 .119 -.23139 .02872

4 -.103667 .061905 .111 -.23372 .02639

8 -.105000 .061905 .107 -.23506 .02506

1 kontrol (-) -.531667* .061905 .000 -.66172 -.40161

0.0625 .065667 .061905 .303 -.06439 .19572

0.125 .043667 .061905 .490 -.08639 .17372

0.25 .016667 .061905 .791 -.11339 .14672

0.5 .016000 .061905 .799 -.11406 .14606

2 -.085333 .061905 .185 -.21539 .04472

4 -.087667 .061905 .174 -.21772 .04239

8 -.089000 .061905 .168 -.21906 .04106

2 kontrol (-) -.446333* .061905 .000 -.57639 -.31628

0.0625 .151000* .061905 .025 .02094 .28106

0.125 .129000 .061905 .052 -.00106 .25906

0.25 .102000 .061905 .117 -.02806 .23206

0.5 .101333 .061905 .119 -.02872 .23139

Page 87: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1 .085333 .061905 .185 -.04472 .21539

4 -.002333 .061905 .970 -.13239 .12772

8 -.003667 .061905 .953 -.13372 .12639

4 kontrol (-) -.444000* .061905 .000 -.57406 -.31394

0.0625 .153333* .061905 .023 .02328 .28339

0.125 .131333* .061905 .048 .00128 .26139

0.25 .104333 .061905 .109 -.02572 .23439

0.5 .103667 .061905 .111 -.02639 .23372

1 .087667 .061905 .174 -.04239 .21772

2 .002333 .061905 .970 -.12772 .13239

8 -.001333 .061905 .983 -.13139 .12872

8 kontrol (-) -.442667* .061905 .000 -.57272 -.31261

0.0625 .154667* .061905 .022 .02461 .28472

0.125 .132667* .061905 .046 .00261 .26272

0.25 .105667 .061905 .105 -.02439 .23572

0.5 .105000 .061905 .107 -.02506 .23506

1 .089000 .061905 .168 -.04106 .21906

2 .003667 .061905 .953 -.12639 .13372

4 .001333 .061905 .983 -.12872 .13139

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 88: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12. Hasil Uji Aktivitas Penghambatan Pertumbuhan Biofilm

Menggunakan Response Surface Analysis (RSA)

a. Hasil optimasi aktivitas penghambatan

Tabel 1. Hasil Optimasi Aktivitas Penghambatan

No Konsentrasi Waktu Suhu % Penghambatan

1 0.0625 1 25 50,948

2 0.0625 1 50 44,808

3 0.0625 2,5 37,5 64,176

4 0.0625 4 25 55,929

5 0.0625 4 50 34,243

6 4.03125 1 37,5 77,642

7 4.03125 2,5 25 79,327

8 4.03125 2,5 37,5 67,864

9 4.03125 2,5 37,5 68,242

10 4.03125 2,5 37,5 67,171

11 4.03125 2,5 37,5 66,541

12 4.03125 2,5 37,5 68,305

13 4.03125 2,5 37,5 66,667

14 4.03125 2,5 50 29,596

15 4.03125 4 37,5 73,086

16 8 1 25 79,502

17 8 1 50 5,577

18 8 2,5 37,5 77,967

19 8 4 25 68,85

20 8 4 50 3,474

Page 89: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Hasil plot optimasi

Gambar 1. Plot optimasi aktivitas penghambatan

Page 90: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 13. Hasil Uji Aktivitas Penghancuran (Degradasi) Biofilm

Menggunakan Response Surface Analysis (RSA)

a. Hasil optimasi aktivitas penghancuran (degradasi)

Tabel 1. Hasil Optimasi Aktivitas Penghancuran.

No Konsentrasi Waktu Suhu % Penghancuran

1 0.0625 30 25 41,704

2 0.0625 30 50 31,170

3 0.0625 60 37,5 28,849

4 0.0625 90 25 16,485

5 0.0625 90 50 9,789

6 4.03125 30 37,5 33,094

7 4.03125 60 25 4,346

8 4.03125 60 37,5 0,233

9 4.03125 60 37,5 0,699

10 4.03125 60 37,5 1,398

11 4.03125 60 37,5 -3,029

12 4.03125 60 37,5 7,979

13 4.03125 60 37,5 -13,454

14 4.03125 60 50 9,204

15 4.03125 90 37,5 11,624

16 8 30 25 45,245

17 8 30 50 27,719

18 8 60 37,5 20,275

19 8 90 25 10,648

20 8 90 50 -3,071

Page 91: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Hasil plot optimasi

Gambar 1. Plot optimasi aktivitas penghancuran (degradasi)

Page 92: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 14. Data Hasil Uji Aktivitas Penghambatan Pertumbuhan Biofilm

a. Pada suhu 250C, konsentrasi 0.0625% dan 8%, waktu inkubasi 1 hari

Perlakuan Densitas Optis

% Penghambatan 1 2 3 Rerata

Kontrol (-) 0.553 0.571 0.564 0.563 -

Ekstrak 0.0625% 0.236 0.292 0.3 0.276 50.948

Ekstrak 8% 0.115 0.114 0.117 0.115 79.502

b. Pada suhu 37.5 0C, konsentrasi 4.03125%, waktu inkubasi 1 hari

Perlakuan Densitas Optis

% Penghambatan 1 2 3 Rerata

Kontrol (-) 0.394 0.386 0.365 0.382 -

Ekstrak 4.03125% 0.077 0.098 0.081 0.085 77.642

c. Pada suhu 500C, konsentrasi 0.0625% dan 8%, waktu inkubasi 1 hari

Perlakuan Densitas Optis

% Penghambatan 1 2 3 Rerata

Kontrol (-) 0.172 0.171 0.177 0.173 -

Ekstrak 0.0625% 0.088 0.099 0.1 0.096 44.808

Ekstrak 8% 0.161 0.162 0.168 0.164 5.577

d. Pada suhu 250C, konsentrasi 4.03125%, waktu inkubasi 2,5 hari

Perlakuan Densitas Optis

% Penghambatan 1 2 3 Rerata

Kontrol (-) 0.725 0.663 0.639 0.676 -

Ekstrak 4.03125% 0.144 0.136 0.139 0.140 79.329

e. Pada suhu 370C, konsentrasi 4.03125%, waktu inkubasi 2,5 hari

Page 93: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Perlakuan Densitas Optis

% Penghambatan 1 2 3 Rerata

Kontrol (-) 0.522 0.519 0.546 0.529 -

Ekstrak 4.03125% 0.21 0.116 0.184 0.17 67.864

Ekstrak 4.03125% 0.247 0.101 0.156 0.168 68.242

Ekstrak 4.03125% 0.32 0.093 0.108 0.174 67.171

Ekstrak 4.03125% 0.132 0.304 0.095 0.177 66.541

Ekstrak 4.03125% 0.232 0.104 0.167 0.168 68.305

Ekstrak 4.03125% 0.152 0.19 0.187 0.176 66.667

f. Pada suhu 370C, konsentrasi 0.0625% dan 8%, waktu inkubasi 2,5 hari

Perlakuan Densitas Optis

% Penghambatan 1 2 3 Rerata

Kontrol (-) 0.608 0.616 0.596 0.607 -

Ekstrak 0.0625% 0.209 0.208 0.235 0.217 64.176

Ekstrak 8% 0.136 0.133 0.132 0.134 77.967

g. Pada suhu 500C, konsentrasi 4.03125%, waktu inkubasi 2,5 hari

Perlakuan Densitas Optis

% Penghambatan 1 2 3 Rerata

Kontrol (-) 0.15 0.157 0.139 0.149 -

Ekstrak 4.03125% 0.103 0.105 0.106 0.105 29.596

h. Pada suhu 250C, konsentrasi 0.0625% dan 8%, waktu inkubasi 4 hari

Perlakuan Densitas Optis

% Penghambatan 1 2 3 Rerata

Page 94: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

78

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kontrol (-) 0.404 0.367 0.359 0.377 -

Ekstrak 0.0625% 0.112 0.191 0.195 0.166 55.929

Ekstrak 8% 0.116 0.118 0.118 0.117 68.850

i. Pada suhu 370C, konsentrasi 4.03125%, waktu inkubasi 4 hari

Perlakuan Densitas Optis

% Penghambatan 1 2 3 Rerata

Kontrol (-) 0.476 0.582 0.588 0.549 -

Ekstrak 4.03125% 0.12 0.124 0.199 0.148 73.086

j. Pada suhu 500C, konsentrasi 0.0625% dan 8%, waktu inkubasi 4 hari

Perlakuan Densitas Optis

% Penghambatan 1 2 3 Rerata

Kontrol (-) 0.138 0.134 0.131 0.134 -

Ekstrak 0.0625% 0.086 0.089 0.09 0.088 34.243

Ekstrak 8% 0.126 0.129 0.134 0.130 3.474

Page 95: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

79

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 15. Data Hasil Uji Aktivitas Penghancuran (Degradasi) Biofilm

a. Pada suhu 250C, konsentrasi 0.0625% dan 8%, waktu kontak 30 menit

Perlakuan Densitas Optis

% Penghambatan 1 2 3 Rerata

Kontrol (-) 0.87 0.852 0.875 0.866 -

Ekstrak 0.0625% 0.533 0.448 0.533 0.505 41.702

Ekstrak 8% 0.517 0.488 0.417 0.474 45.245

b. Pada suhu 37.5 0C, konsentrasi 4.03125%, waktu kontak 30 menit

Perlakuan Densitas Optis

% Penghambatan 1 2 3 Rerata

Kontrol (-) 0.951 0.997 0.98 0.976 -

Ekstrak 4.03125% 0.578 0.72 0.661 0.653 33.094

c. Pada suhu 500C, konsentrasi 0.0625% dan 8%, waktu kontak 30 menit

Perlakuan Densitas Optis

% Penghambatan 1 2 3 Rerata

Kontrol (-) 0.921 0.888 0.857 0.889 -

Ekstrak 0.0625% 0.647 0.487 0.701 0.612 31.170

Ekstrak 8% 0.704 0.693 0.53 0.642 27.719

d. Pada suhu 250C, konsentrasi 4.03125%, waktu kontak 60 menit

Perlakuan Densitas Optis

% Penghambatan 1 2 3 Rerata

Kontrol (-) 0.73 0.769 0.572 0.690 -

Ekstrak 4.03125% 0.662 0.649 0.67 0.660 4.346

Page 96: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

80

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

e. Pada suhu 370C, konsentrasi 4.03125%, waktu kontak 60 menit

Perlakuan Densitas Optis

% Penghambatan 1 2 3 Rerata

Kontrol (-) 0.557 0.594 0.566 0.572 -

Ekstrak 4.03125% 0.602 0.48 0.631 0.571 0.233

Ekstrak 4.03125% 0.558 0.555 0.592 0.568 0.699

Ekstrak 4.03125% 0.585 0.554 0.554 0.564 1.398

Ekstrak 4.03125% 0.584 0.554 0.631 0.590 -3.029

Ekstrak 4.03125% 0.231 0.682 0.667 0.525 7.979

Ekstrak 4.03125% 0.667 0.643 0.638 0.650 -13.454

f. Pada suhu 370C, konsentrasi 0.0625% dan 8%, waktu kontak 60 menit

Perlakuan Densitas Optis

% Penghambatan 1 2 3 Rerata

Kontrol (-) 0.697 0.747 0.667 0.704 -

Ekstrak 0.0625% 0.595 0.484 0.423 0.501 28.849

Ekstrak 8% 0.61 0.552 0.521 0.561 20.275

g. Pada suhu 500C, konsentrasi 4.03125%, waktu kontak 60

Perlakuan Densitas Optis

% Penghambatan 1 2 3 Rerata

Kontrol (-) 0.737 0.804 0.871 0.804 -

Ekstrak 4.03125% 0.734 0.684 0.772 0.73 9.204

h. Pada suhu 250C, konsentrasi 0.0625% dan 8%, waktu kontak 90 menit

Page 97: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

81

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Perlakuan Absorbansi

% Penghambatan 1 2 3 Rerata

Kontrol (-) 0.5 0.522 0.537 0.520 -

Ekstrak 0.0625% 0.439 0.442 0.421 0.434 16.485

Ekstrak 8% 0.521 0.516 0.356 0.464 10.648

i. Pada suhu 370C, konsentrasi 4.03125%, waktu kontak 90 menit

Perlakuan Absorbansi

% Penghambatan 1 2 3 Rerata

Kontrol (-) 0.896 0.841 0.852 - 0.896

Ekstrak 4.03125% 0.666 0.799 0.753 11.624 0.666

j. Pada suhu 500C, konsentrasi 0.0625% dan 8%, waktu kontak 90 menit

Perlakuan Absorbansi

% Penghambatan 1 2 3 Rerata

Kontrol (-) 0.812 0.632 0.64 0.695 -

Ekstrak 0.0625% 0.513 0.684 0.683 0.627 9.789

Ekstrak 8% 0.722 0.702 0.724 0.716 -3.071

Page 98: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

82

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 16. Hasil Uji Aktivitas Penghambatan Biofilm (Setelah pemberian

Kristal Violet) Kondisi optimal

Kondisi optimal : Pada suhu 250C, konsentrasi 8%, waktu inkubasi 1 hari

Tabel 1. Data uji aktivitas penghambatan pertumbuhan biofilm kondisi optimal

Perlakuan Densitas Optik

% Penghancuran

1 2 3 Rata-Rata

Kontrol (-) 0.464 0.524 0.509 0.499

Ekstrak 8% 0.183 0.263 0.264 0.236 52.572

Kontrol (+) 0.251 0.269 0.324 0.281 43.621

Page 99: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

83

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 17. Hasil Uji Aktivitas Penghancuran Biofilm (Setelah Pemberian

Kristal Violet) Kondisi optimal

Kondisi optimal : Pada suhu 250C, konsentrasi 8%, waktu kontak 30 menit

Tabel 1. Data uji aktivitas penghancuran (degradasi) biofilm kondisi optimal

Perlakuan Densitas Optik

% Penghancuran

1 2 3 Rata-Rata

Kontrol (-) 0.515 0.571 0.564 0.550

Ekstrak 8% 0.125 0.114 0.117 0.119 78.424

Kontrol (+) 0.167 0.237 0.149 0.184 66.485

Page 100: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

84

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 18. Hasil Uji Statistik Aktivitas Penghambatan Pertumbuhan Biofilm

Kondisi Optimal

a. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov Smirnov

Tujuan : Untuk melihat kenormalan distribusi data densitas optis aktivitas

penghambatan pertumbuhan biofilm kondisi optimal.

Hipotesis :

Ho : data densitas optis aktivitas penghambatan pertumbuhan biofilm kondisi

optimal terdistribusi normal

Ha : data densitas optis aktivitas penghambatan pertumbuhan biofilm kondisi

optimal tidak terdistribusi normal

Pengambilan Keputusan :

Bila signifikansi ≤ 0.05 Ho ditolak

Bila signifikansi ≥ 0.05 Ho diterima

Tabel 11.1. Hasil uji normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Absorbansi

N 9

Normal Parametersa Mean .28433

Std. Deviation .203200

Most Extreme

Differences

Absolute .274

Positive .274

Negative -.205

Kolmogorov-Smirnov Z .821

Asymp. Sig. (2-tailed) .510

a. Test distribution is Normal.

Keputusan : data densitas optis aktivitas penghambatan pertumbuhan biofilm

kondisi optimal terdistribusi normal (p ≥ 0.05)

b. Uji Homogenitas (Levene)

Tujuan : untuk melihat homogenitas dari data densitas optis aktivitas

penghambatan pertumbuhan biofilm kondisi optimal

Page 101: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

85

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hipotesis :

Ho : data densitas optis aktivitas penghambatan pertumbuhan biofilm kondisi

optimal bervariasi homogen

Ha : data densitas optis aktivitas penghambatan pertumbuhan biofilm kondisi

optimal tidak bervariasi homogen

Pengambilan keputusan :

Bila signifikansi ≤ 0.05 Ho ditolak

Bila signifikansi ≥ 0.05 Ho diterima

Tabel 11.2. Hasil uji homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

Densitas Optis

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

5.062 2 6 .052

Keputusan : data densitas optis aktivitas penghambatan pertumbuhan biofilm

bervariasi homogen (p ≥ 0.05).

c. Uji One-Way ANOVA

Tujuan : untuk melihat data densitas optis aktivitas penghambatan

pertumbuhan biofilm kondisi optimal antar kelompok perlakuan

terdapat perbedaan secara bermakna atau tidak.

Hipotesa :

Ho : data densitas optis aktivitas penghambatan pertumbuhan biofilm tidak

berbeda secara signifikan

Ha : data densitas optis aktivitas pencegahan pembentukan biofilm berbeda

secara signifikan

Pengambilan Keputusan :

Bila signifikansi ≤ 0.05 Ho ditolak

Bila signifikansi ≥ 0.05 Ho diterima

Tabel 12.3. Hasil uji One-Way ANOVA

Page 102: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

86

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ANOVA

Densitas Optis

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .324 2 .162 155.571 .000

Within Groups .006 6 .001

Total .330 8

Keputusan : data densitas optis aktivitas pencegahan pembentukan biofilm

berbeda secara signifikan (p ≤ 0.05).

d. Uji Post Hoc

Tabel. 12.4. Hasil uji post hoc

Multiple Comparisons

Densitas Optis

LSD

(I)

Konsentrasi

(J)

Konsentrasi

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Kontrol (-) Ekstrak 8% .431333* .026351 .000 .36685 .49581

Kontrol (+) .365667* .026351 .000 .30119 .43015

Ekstrak 8% Kontrol (-) -.431333* .026351 .000 -.49581 -.36685

Kontrol (+) -.065667* .026351 .047 -.13015 -.00119

Kontrol (+) Kontrol (-) -.365667* .026351 .000 -.43015 -.30119

Ekstrak 8% .065667* .026351 .047 .00119 .13015

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 103: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

87

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 19. Hasil Uji Statistik Aktivitas Penghancuran (Degardasi) Kondisi

Optimal

a. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov Smirnov

Tujuan : Untuk melihat kenormalan distribusi data densitas optis aktivitas

penghancuran (degradasi) kondisi optimal biofilm.

Hipotesis :

Ho : data densitas optis aktivitas penghancuran (degradasi) kondisi optimal

biofilm terdistribusi normal

Ha : data densitas optis aktivitas penghancuran (degradasi) kondisi optimal

biofilm tidak terdistribusi normal

Pengambilan Keputusan :

Bila signifikansi ≤ 0.05 Ho ditolak

Bila signifikansi ≥ 0.05 Ho diterima

Tabel 11.1. Hasil uji normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Absorbansi

N 9

Normal Parametersa Mean .33900

Std. Deviation .126173

Most Extreme

Differences

Absolute .266

Positive .266

Negative -.172

Kolmogorov-Smirnov Z .798

Asymp. Sig. (2-tailed) .547

a. Test distribution is Normal.

Keputusan : data densitas optis aktivitas penghancuran (degradasi) kondisi

optimal biofilm terdistribusi normal (p ≥ 0.05)

b. Uji Homogenitas (Levene)

Tujuan : untuk melihat homogenitas dari data densitas optis aktivitas

penghancuran (degradasi) kondisi optimal biofilm

Page 104: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

88

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hipotesis :

Ho : data densitas optis aktivitas penghancuran (degradasi) kondisi optimal

biofilm bervariasi homogen

Ha : data densitas optis aktivitas penghancuran (degradasi) kondisi optimal

biofilm tidak bervariasi homogen

Pengambilan keputusan :

Bila signifikansi ≤ 0.05 Ho ditolak

Bila signifikansi ≥ 0.05 Ho diterima

Tabel 11.2. Hasil uji homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

Densitas Optis

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

.558 2 6 .600

Keputusan : data densitas optis aktivitas penghancuran (degradasi) kondisi

optimal biofilm bervariasi homogen (p ≥ 0.05).

c. Uji One-Way ANOVA

Tujuan : untuk melihat data densitas optis aktivitas penghancuran (degradasi)

kondisi optimal biofilm antar konsentrasi terdapat perbedaan secara

bermakna atau tidak.

Hipotesa :

Ho : data densitas optis aktivitas penghancuran (degradasi) kondisi optimal

biofilm tidak berbeda secara signifikan

Ha : data densitas optis aktivitas penghancuran (degradasi) kondisi optimal

biofilm berbeda secara signifikan

Pengambilan Keputusan :

Bila signifikansi ≤ 0.05 Ho ditolak

Bila signifikansi ≥ 0.05 Ho diterima

Page 105: EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN JERUK NIPISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29150/1/FIRDA... · mengandung flavonoid, saponin, asam sitrat dan minyak atsiri, dimana telah

89

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 12.3. Hasil uji One-Way ANOVA

ANOVA

Densitas Optis

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .118 2 .059 38.695 .000

Within Groups .009 6 .002

Total .127 8

Keputusan : data densitas optis aktivitas penghancuran (degradasi) kondisi

optimal biofilm berbeda secara signifikan (p ≤ 0.05).

d. Uji Post Hoc

Tabel. 12.4. Hasil uji post hoc

Multiple Comparisons

Densitas Optis

LSD

(I)

Konsentrasi

(J)

Konsentrasi

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Kontrol (-) Ekstrak 8% .262333* .031908 .000 .18426 .34041

Kontrol (+) .217667* .031908 .000 .13959 .29574

Ekstrak 8% Kontrol (-) -.262333* .031908 .000 -.34041 -.18426

Kontrol (+) -.044667 .031908 .211 -.12274 .03341

Kontrol (+) Kontrol (-) -.217667* .031908 .000 -.29574 -.13959

Ekstrak 8% .044667 .031908 .211 -.03341 .12274