EDIT_Tindakan Non Farmakologis

19
KENYAMANAN DAN RELAKSASI Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keb. Persepsi Sensori Kognitif Koordinator: Ns. Elsa Naviaty,. S.Kep. M.Kep Kelompok 6 : Ikhsan Ahmad Rifai 22020110141062 Pricha Sabila Santri 22020110141063 Sherly novenia 22020110141065 Fitriyani Megasari 22020110141069 Yuninda Sesartika 22020110141070 Farida Ayu L U 22020110141072 Jhefrin Indra Novriza 22020110141077 Risnawati 22020110141079 Prapti Rahayuningsih 22020110141082 Diah Eka Wulandari 22020110141084 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Transcript of EDIT_Tindakan Non Farmakologis

Page 1: EDIT_Tindakan Non Farmakologis

KENYAMANAN DAN RELAKSASI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keb. Persepsi Sensori Kognitif

Koordinator: Ns. Elsa Naviaty,. S.Kep. M.Kep

Kelompok 6 :

Ikhsan Ahmad Rifai 22020110141062

Pricha Sabila Santri 22020110141063

Sherly novenia 22020110141065

Fitriyani Megasari 22020110141069

Yuninda Sesartika 22020110141070

Farida Ayu L U 22020110141072

Jhefrin Indra Novriza 22020110141077

Risnawati 22020110141079

Prapti Rahayuningsih 22020110141082

Diah Eka Wulandari 22020110141084

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2012

Page 2: EDIT_Tindakan Non Farmakologis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa lansia merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri mempertahankan struktur serta fungsi

normalnya. Setiap lansia akan mengalami gangguan fungsi tubuh secara menyeluruh. Setiap

perubahan fungsi tubuh yang dialami oleh lansia karena proses penuaan, seperti penuaan

pada sistem muskuloskeletal, sistem neurosensori, sistem kardivaskular dan sistem-sistem

lainnya, akan menunjukkan banyak respon kepada lansia itu sendiri. Salah satunya adalah

munculnya nyeri yang sering dialami oleh sebagian besar lansia.

Kualitas dan kuantitas nyeri yang dirasakan oleh lansia tentunya berbeda dari satu orang

dengan orang lain, tergantung dari tempat nyeri, waktu, penyebab, dan lain-lain. Nyeri

adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan

jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau

bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan.

Dewasa ini, terdapat banyak pengobatan-pengobatan farmakologi modern untuk

mengatasi permasalahan nyeri. Namun, di samping itu sebenarnya juga terdapat banyak

pengobatan-pengobatan non farmakologi yang bisa digunakan sebagai usaha untuk

mengatasi masalah nyeri tersebut.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui intervensi nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri

2. Tujuan Khusus:

a. Menjelaskan tujuan pemberian intervensi untuk mengurangi nyeri secara non

farmakologis

b. Menjelaskan tentang tehnik mengurangi nyeri secara non farmakologis (missal:

tehnik relaksasi, tehnik imagery guidance, dll)

c. Mengidentifikasi teknik mengurangi nyeri secara non farmakologis yang tepat bagi

klien

Page 3: EDIT_Tindakan Non Farmakologis

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tujuan Pemberian Intervensi Untuk Mengurangi Nyeri

Untuk mengurangi intensitas, durasi atau frekuensi dari nyeri

Untuk menurunkan efek-efek negative nyeri yang ada pada klien

Pemberian intervensi non farmakologi meminimalisasi resiko

B. Teknik Mengurangi Nyeri secara Non Farmakologis

Banyak pasien dan anggota tim kesehatan cenderung untuk memandang obat sebagi

satu-satunya metode untuk menghilangkan nyeri. Namun begitu, banyak aktifitas

keperawatan non farmakologis yang dapat membantu dalam menghilangkan nyeri.

Meskipun ada beberapa laporan anekdot mengenai keefektifan, tindakan-tindakan ini,

sedikit di antaranya yang belum di evaluasi melalui penelitian riset yang sistematik.

Metode pereda nyeri non farmakologis biasnya mempunyai resiko yang sangat rendah.

Meskipun tindakan tersebut bukan merupakan pengganti untuk obat-obatan, tindakan

tersebut mungkin di perlukan atau sesuai untuk mempersingkat episode nyeri yang

berlangsung hanya beberapa detik atau menit. Dalam hal lain, terutama saat nyeri hebat

yang berlngsung selama berjam - jam atau berhari-hari, mengkombinaskan teknik non

farmakologis dengan obat-obatan mungkin cara yang sangat efektif untuk menghilangkan

nyeri.

1. Stimulasi dan Massase Kutaneus

Beberapa strategi penghilang nyeri non farmakologis, termasuk menggosok kulit

dan menggunakan panas dan dingin adalah berdasarkan mekanisme ini.

Massase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering di puasatkan pada

punggung dan bahu. Massase tidak secara spesifik menstimulasi reseptor tidak nyeri

pada bagian reseptor yang sama seperti reseptor nyeri tetapi dapat mempunyai dampak

melalui system kontrol desenden. Massase dapat membuat pasien lebih nyaman karena

massase membuat relaksasi otot.

Page 4: EDIT_Tindakan Non Farmakologis

2. Terapi Es dan Panas

Terapi es ( dingin ) dan panas dapat menjadi strategi pereda nyeri yang efektif

pada beberapa keadaan ; namun begitu, keefektifannya dan mekanisme kerjanya

memerlukan studi lebih lanjut. Diduga bahwa terapi es dan panas bekerja dengan

menstimulasi reseptor tidak nyeri atau (non-nosiseptor) dalam bidang reseptor yang

sama seperti pada cidera.

Terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang memperkuat sensifitas reseptor

nyeri dan subkutan lain pada tempat cidera dengan menghambat proses inflamasi agar

efektif, es harus di letakkan tempat cidera segera setelah cidera terjadi. Cohn dkk (1989)

menunjukkan bahwa saat es di letakkan di sekitar lutut segera setelah pembedahan dan

selama 4 hari pasca operasi, kebutuhn analgesic menurun sekitar 50%.

Penggunaan panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu

area dan kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri dengan mempercepat

penyembuhan namun demikian, menggunakan panas kering dengan lampu pemanas

tampak tidak efektif penggunaan es (Nam & Park, 1991). Baik terapi panas kering dan

lembab kemungkinan member analgesia tetapi penilitian tambahan di perlukan untuk

memahami mekanisme kerjanya dan indikasi penggunaanya yang sesuai.baik terapi es

maupun panas harus digunakaan dengan hati-hati dan di pantau dengan cermat untuk

menghindari cidera kulit.

3. Stimulus Saraf Elektris Transkutan

Stimulasi saraf elektris transkutan atau (TENS) menggunakan unit yang di

jalankan oleh batrei dengan elektroda yang di pasang pada kulit untuk menghasilkan

sensasi kesemutan, menggetar atau mendengung pada area nyeri. TENS telah di

gunakan baik pada menghilangkan nyeri akut dan kronik. TENS di duga dapat

menurunkan nyeri dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (non-nosiseptor) dlaam

area yang sama seperti pada serabut yang menstransmisikan nyeri. Mekanisme ini

sesuai dengan teori nyeri get control. Reseptor tidak nyeri di duga memblok transmisi

sinyal nyeri ke otak pada jaras asenden system saraf pusat mekanisme ini akan

menguraikan keefektifan simulasi kutan saat di gunakan pada area yang sama seperti

pada cidera.

Page 5: EDIT_Tindakan Non Farmakologis

4. Distraksi

Distraksi, yang mencakup memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain

pada nyeri, dapat menjadi strategi yang sangat berhasil dan mungkin merupakan

mekanisme yangbertaggung jawab terhadap teknik kognitif lainnya (Arntz dkk ; 1991 ;

Devine dkk ; 1990 ). Distraksi di duga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan

menstimulasi sitem control desenden, yang megakibatkan lebih sedikit stimulasi nyeri

yang ditransmisikan ke otak keefektifan distraksi tergantung pada kemampuan asien

untuk menerima dan mengakibatkan input sensori selain nyeri. Peredaan nyeri secara

umum meningkat dalam hubungan langsung dengan partisipasi aktif individu ,

banyaknya modalitas sensori yang dipakai, dan minat individu dalam stimuli. Mungkin

Karenanya, stimulasi pengelihatan pendengaran dan sentuhan mungkin akan lebih

efektif dalam menurunkan nyeri di banding stimulasi satu indra saja.

Distraksi dapat berkisar dari hanya pencegahan monoton sampai menggunakan

aktifitas fisik dan mental yang snagat kompleks. Tidak semua pasien mencapai peredaan

melalui distraksi, terutama mereka yang dalam nyeri hebat. Dengan nyeri yang hebat

pasien mungkin tidak dapat berkonsentrasi cukup baik untuk ikut serta dalam aktifitas

mental atau fisik yang kompleks.

Seseorang yang tidak mendapat manfaat dari distraksi harus di fikirkan. Pasien

yang menggunakan pompa ADP, selama waktu diktraksi efektif mungkin tidak

menggunakan analgesia apapun. Bila diktraksi intermiten di gunakan untuk meredakan

nyeri, infus opiot kontinu kadar dasar melalui pompa ADP mungkin di resepkan,

sehingga ketika diktraksi berakhir, tidak akan di perlukan untuk melakukan pengejaran

kadar dalam serum.

5. Teknik Relaksasi

Relaksasi otot skeletal di percaya dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan

ketegangan otot yang menunjang nyeri. Beberapa penilitian telah menunjukan bahwa

relaksasi efektif dalam menurunkan paska operasi ( Lorenzy, 1991 ; Miller & Perry,

1990). Ini mungkinkan karena relatif kecilnya peran otot-otot skeletal dalam nyeri

paska operasi atau kebutuhan pasien untuk melakukan teknik relaksasi tersebut agar

efektif. Teknik tersebut tidak mungkin di praktekkan bila hanya di ajarkan sekali segera

sebelum operasi. Pasien yang tidak mengetahui tentang teknik relaksasi mungkin hanya

Page 6: EDIT_Tindakan Non Farmakologis

di ingat untuk menggunakan teknik tersebut untuk menurunkan atau mencegah

meningkatnya nyeri.

Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi

lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernafas dengan perlahan dan

nyaman. Irama yang konstan dapat di pertahankandengan menghitung dalam hati dan

lambat bersama setiap inhalasi ( “ hirup, 2, 3, “ ) ekhalasi ( hembuskan, 2, 3, ). Pada saat

perawat mengajarka teknik ini, akan sangat membantu bila menghiung dengan keras

bersama pasien pada awalnya. Napas yang lambat, berirama juga dapat di gunakan

sebagai teknik diktraksi, teknik relaksasi, juga tindakan pereda nyeri noninpasif lainya,

mungkin memerlukan latihan sebelum pasien menjadi trampil menggunakannya.

Periode relaksasi yang teratur dapat membantu untuk melawan keletihan dan

ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri kronis dan meningkatkan nyeri.

6. Imajinasi Terbimbing

Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara

yang di rancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu. Imajinasi

terbimbing untuk relaksasi dan meredakan nyeri dapat terdiri atas menggabungkan

napas berirama lambat dengan suatu bayangan mental relaksai dan kenyamanan.

Dengan mata terpejam, individu di intruksikan untuk membanyakan bahwa dengan

setiap napas yang di ekhalasi secara lambat ketegangan otot dan ketidaknyamanan di

keluarkan, menyebabkan tubuh yang rileks dan nyaman. Setiap kali napas di

hembuskan, pasien di instruksikan untuk membayangkan bahwa udara yang di

hembuskan membawa pergi nyeri dan ketegangan.

Jika imajinasi terpadu di harapkan agar efektif, biasanya pasien di minta untuk

mempraktekkan imajinasi terbimbing selama sekitar 5 menit, 3 kali sehari. Nyeri

mereda dapat berlanjut selama berjam-jam setelah imajinasi di gunakan.

7. Hipnosis

Hipnosis efektif dalam meredakn nyeri atau menurunkan jumlah analgesik yang

di butuhkan pada nyeri akut dan kronis. Teknik ini mungkin membantu dalam

memberikan peredaan nyeri terutama dalam situasi sulit ( misalnya : luka bakar ).

Keefektifan hypnosis tergantung pada hipnotik individu.

Page 7: EDIT_Tindakan Non Farmakologis

8. Teknik Fisik dan rehabilitasi lain

Lanjut usia dengan nyeri kronik biasanya mengalami perubahan fungsi pada sendi-

sendi, kekuatan otot, gerak langkah, postur, mobilitas, tingkat kebugaran dan

ketergantungan sebgai akibat dari nyeri. Fisioterapi dan terapi okupasi sering kali

mengurungkan dan member alternative lain utuk mengembalikan fungsi penderita.

Sebagai hasilnya, rasa nyeri sering berkurang di sertai peningkatan ketidak

ketergantungan. Alat bantu gerak dan alat untik membantu meningkatkan ketidak

ketergantungan dalam aktifitas personal maupun domestic membantu meningkatakan

kualitas hidup. Upaya penyederhanaan tugas sering mencegah kekambuhan nyeri pada

saat melakukan aktifitas harian.

9. Terapi Psikologi

Lansia seringkali memerlukan intervensi psikologik untuk penatalaksaan nyeri

kroniknya. Edukasi tentang apa itu nyeri dan akibatnya, konseling, relaksasi, imagery,

bio-feedback, teknik pengelihatan/distraction, hypnosis atau meditasi bisa bermanfaat.

Beberapa lansia mungkin mengalami kesulitan untuk merubah pola fikir dan perilaku,

akan tetapi banyak diantaranya yang mendapat manfaat dari strategi non farmokologi

ini.

Konseling anggota keluarga dan mereka yang merawat penderita mungkin

bermanfaat bila penderitaan nyeri kronik dari salah seorang anggota keluarga

menimbulkan stress pada keluarga dan perubahan dalam dinamika keluarga tersebut.

10. Teknik Relaksasi

Teknik relaksasi di rancang untuk membantu seseorang yang cemas, stress menjadi

rileks. Latihan ini dapat mengurangi nyeri secara efektif dengan cara melawan

komponen stress. Teknik relaksasi termasuk imajinasi terbimbing, relaksasi otot

progresif dan pengobatan. Perawat dengan mudah mengajarkan pasien untuk melakukan

bentuk latihan relaksasi yang sederhana seperti nafas dalam dan memfokuskan pada

suatu objek. Bentuk latihan relaksasi singkat ini dapat efektif mengontrol nyeri jangka

pendek dan nyeri tipe procedural.

Untuk teknik relaksasi yang lebih mendalam, perawat harus mewawancarai orang

tersebut untuk menentukan strategi apa yang akan di pilih dan tepat. Perawat perlu

untuk memperhatikan orientasi orang tersebut, mood, dan motivasinya untuk mencapai

Page 8: EDIT_Tindakan Non Farmakologis

keberhasilan. Bagi mereka yang akan menggunakan imajinasi, setelah menentukan

tempat yang favorit untuk rileks, perawat memasukan lokasi ini kedalam scenario.

Orang tersebut berbicara melalui latihan atau perawat dapat menulis scenario yang

dapat di rekam dalam kaset untuk di gunakan berualang-ulang.

Pasien dan keluarga harus di ajarkan tentang pentingnya untuk tetap aktif melakukan

latihan isometric dan latihan rentang gerak pasif dan aktif bersama-sama dengan

penggunaan potongan kayu atau batang logam untuk meningkatkan aktifitas akan

menambah kesehatan mental dan fisik klien. Karena lansia kaya akan pengalaman

hidup, teknik distraksi yang sederhana dapat di lakukan dengan cara meminta pasien

untuk mengingat masa-masa bahagia di masa lalu, dengan melihat album foto dan

dengan menceritakan cerita-cerita dalam kaset rekaman. Teknik apapun yang aman dan

mudah dilakukan sendiri oleh pasien sangat bermanfaat untuk penatalaksaan nyeri.

11. Perlindungan sendi

Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik.

Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-

alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan.

12. Diet

Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi

program pertama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan sering kali dapat

mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.

Page 9: EDIT_Tindakan Non Farmakologis

BAB III

ANALISA KASUS

Kasus III

Tn H umur 60 tahun, mengeluhkan nyeri pinggang dan sendi.Nyeri tersebut dirasakan

mengganggu ketika bangun tidur, dan bila sedang kelelahan.

Keluhan nyeri dan keterbatasan gerak sendi pada penderita osteoartritis sendi lutut

menimbulkan keterbatasan kemampuan fungsional dalam melaksanakan aktivitas keseharian

penderita. Proses pemulihan yang memakan waktu cukup lama menyebabkan dampak fisik dan

psikologis tersendiri bagi penderita. Dampak fisik yang paling sering ditemui adalah penurunan

kekuatan otot, spasme otot, keterbatasan gerak dan stabilitas sendi. Sedangkan dampak

psikologisnya adalah cara pandang penderita tentang kualitis hidupnya dimana penderita akan

merasa tidak nyaman dalam beraktivitas karena nyeri selalu muncul di sebagian besar kegiatan

sehari-harinya.

Untuk mengatasi permasalah Tuan H diatas, bisa dilakukan beberapa terapi non farmakologi

yang tepat seperti:

a. Diet

Terlepas dari data pada kasus tentang status berat badan Tuan H, pada kasus

osteoartritis pada lansia ini sangat penting untuk menjaga kestabilan berat badan sesuai

dengan BMR. Sebab, jika berat badan berlebih maka sendi akan bekerja lebih berat untuk

menyangga tubuh sehingga pada kondisi ini akan lebih banyak dikeluhkan rasa nyeri

pada lansia. Lansia juga sebaiknya dimotivasi untuk mengonsumsi jumlah protein dan

kalsium yang cukup untuk meningkatkan kepadatan tulang.

b. Teknik Fisik

Terkait dengan perubahan fungsi pada sendi-sendi, kekuatan otot, gerak langkah,

postur, mobilitas maupun tingkat kebugaran pada lansia, disini sangat diperlukan terapi

olahraga ringan yang bertujuan untuk melambatkan kehilangan fungsional pada lansia.

Osteoartritis bisa diperberat oleh keadaan inaktif, sebagai akibat stress berulang pada

sendi yang disangga oleh otot yang lemah dan tendon yang kaku. Aktivitas menahan

beban yang berimpak rendah, misalnya berjalan dapat mencegah osteoartritis dengan

Page 10: EDIT_Tindakan Non Farmakologis

jalan menguatkan otot, meningkatkan densitas tulangdan mengurangi kegemukan. Pada

keadaan berat, latihan diawali dengan melatih kelenturan / ROM tanpa beban (misalnya

berenang) atau bahkan latihan ROM pasif. Latihan dapat ditingkatkan menjadi latihan

menahan beban dengan impak rendah, misalnya berjalan kaki. Kenudian juga membantu

Tuan H untuk mengidentifikasi teknik atau aktivitas yang meningkatkan istirahat sebab

pada kasus juga disebutkan bahwa Tuan H sering mengalami nyeri ketika kelelahan.

c. Perlindungan sendi

Perlindungan sendi disini Tuan H bisa menggunakan alat-alat bantu seperti alat

bantu tidur jika diperlukan. Pada sendi spinal lumbosakral, berikan matras yang keras

(papan tempat tidur) untuk mengurangi nyeri pada pagi hari.

d. Stimulasi Saraf Elektris Transkutan (TENS)

Tuan H dapat menggunakan terapi TENS sebab TENS mampu menurunan nyeri

dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (non nosiseptor). Reseptor tidak nyeri diduga

memblok trnsmisi sinyal nyeri ke otak. Sehingga dengan menggunakan alat ini, nyeri

Tuan H akan terhambat.

e. Distraksi

Pemberian terapi distraksi bagi Tuan H diduga bisa menghambat persepsi nyeri.

Sebab perhatian atau fokus Tuan H terhadap rasa nyeri perlahan akan dialihkan kepada

sesuatu yang lain .misalnya, menonton film, melihat album foto atau mendengarkan

musik. Sehingga hal itu dapat menstimulasi sistem kontrol desenden yang mengakibatkan

lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak. Namun, keefektifan distraksi ini

tergantung pada kemampuan Tuan H untuk menerima dan membangkitkan input sensori

selain nyeri.

f. Teknik Relaksasi dan Imajinasi Terbimbing

Teknik relaksasi merupakan tindakan pereda nyeri noninvasif lainnya yang bisa

diberikan kepada Tuan H. Teknik ini bisa dilakukan dengan cara sederhana tn bernapas

dengan terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama. Disini Tuan H

dapat memejamkan matanya dengan perlahan-lahan dan nyaman. Setiap kali menghirup

napas, Tuan H diminta membayangkan energi penyembuh dialirkan ke bagian yang tidak

nyaman. Namun, teknik ini memerlukan latihan sebelum Tuan H menjadi terampil

menggunakannya.

Page 11: EDIT_Tindakan Non Farmakologis

g. Terapi Psikologi

Terapi psikologi yang akan diberikan kepada Tuan H adalah tentang pemberian

edukasi mengenai nyeri dan akibatnya sehingga Tuan H akan mengetahui dengan baik

apa yang sedang dialaminya. Konseling juga perlu diberikan kepada anggota keluarga

untuk membantu dan memberi support kepada Tuan H. Sebab kadang lansia juga akan

mengalami stres yang mungkin bisa disebabkan oleh alat-alat bantu atau alat

perlindungan sendi yang digunakan.

Page 12: EDIT_Tindakan Non Farmakologis

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kualitas dan kuantitas nyeri yang dirasakan oleh lansia tentunya berbeda dari satu orang

dengan orang lain, tergantung dari tempat nyeri, waktu, penyebab, dan lain-lain. Banyak

pasien dan anggota tim kesehatan cenderung untuk memandang obat sebagi satu-satunya

metode untuk menghiangkan nyeri. Namun begitu, banyak aktifitas keperawatan non

farmakologis yang dapat membantu dalam menghilangkan nyeri. Pasien dan keluarga harus

di ajarkan tentang pentingnya untuk tetap aktif melakukan latihan isometric dan latihan

rentang gerak pasif dan aktif bersama-sama dengan penggunaan potongan kayu atau batang

logam untuk meningkatkan aktifitas akan menambah kesehatan mental dan fisik klien.

Karena lansia kaya akan pengalaman hidup, teknik distraksi yang sederhana dapat di

lakukan dengan cara meminta pasien untuk mengingat masa-masa bahagia di masa lalu,

dengan melihat album foto dan dengan menceritakan cerita-cerita dalam kaset rekaman.

Teknik apapun yang aman dan mudah dilakukan sendiri oleh pasien sangat bermanfaat

untuk penatalaksaan nyeri.

B. Saran

Dari penjelasan di atas kami memberikan saran untuk mahasiswa perawat agar lebih

mempelajari tentang terapi nonfarmakologi dan untuk perawat agar mengutamakan terapi

non farmakologi dalam mengatasi nyeri

Page 13: EDIT_Tindakan Non Farmakologis

DAFTAR PUSTAKA

Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Vol I. Jakarta: EGC

Darmojo, R. Boedhi dan H.Hadi Martono. 2004. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia

Lanjut) Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI