EDITORIAL - database.sawitwatch.or.iddatabase.sawitwatch.or.id/Publikasi SW/Tandan...

23

Transcript of EDITORIAL - database.sawitwatch.or.iddatabase.sawitwatch.or.id/Publikasi SW/Tandan...

Page 1: EDITORIAL - database.sawitwatch.or.iddatabase.sawitwatch.or.id/Publikasi SW/Tandan Sawit/FinalTandanUltah.pdf · 1 Edisi Ultah 10 th bagaimana meminta per-tanggung jawaban pelaku
Page 2: EDITORIAL - database.sawitwatch.or.iddatabase.sawitwatch.or.id/Publikasi SW/Tandan Sawit/FinalTandanUltah.pdf · 1 Edisi Ultah 10 th bagaimana meminta per-tanggung jawaban pelaku

1 Edisi Ultah 10th

bagaimana meminta per-tanggung jawaban pelaku usaha kebun taat pasar yang berkesetaraan. Bahkan ter-masuk kepada membangun sistem perkebunan yang menguntungkan petani, masyarakat (adat), buruh dan lingkungan hidup.

Tandan Sawit edisi ulang tahun ini memuat perjala-nan advokasi Sawit Watch dalam satu dekade.(Redaksi)

EDITORIAL

SATU DEKADE SAWIT WATCH

MENUJU PERUBAHAN YANG ADIL DANBERADAB

Bercermin kepada semakin maraknya kejadian pembalak-

an liar sedari 1998 hingga sekarang, konversi kawasan hutan menjadi lahan perke-bunan sawit menjadi jalan kedua penghabisan hutan Indonesia. Konversi ka-wasan hutan untuk sawit ini marak menjelang terjadinya perubahan politik dari Orde Baru ke Masa Reformasi.

Bermula dari respon gerakan masyarakat sipil atau organisasi non peme-rintah yang bergerak di isu penyelamatan lingkungan hidup dan demokratisasi sumberdaya alam terhadap kejadian puncak kebakaran hutan terhebat 30 tahun belakangan ini (puncaknya pada 1998), gerakan yang memantau (khususnya) proses alih fungsi lahan hu-tan untuk areal perkebunan sawit telah dimulai.

Dua puluh lima Juli 1998, saat pembentukan aksi “stop konversi hutan untuk sawit” yang disuara-kan aliansi ornop, untuk pertama kalinya nama Sawit Watch diperkenalkan ke-pada khalayak.

Sepuluh tahun lalu, dari sekadar nama aksi, Sawit Watch kini berkembang

jauh menjadi satu lembaga yang bergerak dalam advo-kasi perkebunan sawit.

Dalam peringatan satu dekade hari jadi Sawit Watch, Tandan Sawit memuat beber-apa hal penting dari perkem-bangan gerakan pemantau kebun sawit ini.

Masa awal pembentukan Sawit Watch adalah masa-masa sulit. Tantangan saat itu adalah bagaimana advokasi perkebunan dapat memasuki ranah baru perjuangan untuk menyadarkan semua pihak, khususnya pemerintah un-tuk mulai memikirkan ulang kebijakan perkebunan yang sarat dengan kepentingan in-vestasi dan ekonomi setelah lim-bungnya rezim Orde Baru yang hingga ter-jadi pergan-tian kekua-saan tidak bisa bangkit dari resesi ekonomi yang parah.

Salah satu sasaran advoka-si kebijakan adalah rancang-an Undang-Undang No.18 tahun 2004.

Melewati perjuangan me-nolak Revisi Undang-undang

Perkebunan dan investasi asing, bersama jejaring masyarakat sipil lainnya, Sawit Watch menghadapi dan memberikan pelayanan pendampingan kasus bagi petani atau masyarakat (adat) yang dirugikan dan berindikasi terjadi pelang-garan HAM oleh sistem perkebunan sawit.

Pelayanan advokasi kemudian masuk kepada

Edi Sutrisno, Kepala Divisi

Kampanye Sawit Watch

Bentuk pelayanan advokasi Sawit Watch berupa pemantauan kebi-jakan perkebunan sawit, itu dulu. Sejak kami mulai masuk ke persoalan perke-

bunan yang sesungguhnya, ternyata banyak hal-hal lain yang juga perlu diadvokasi. Dampak sosial dan ekologi dari sistem perkebunan sawit justru lebih banyak ditemukan. Kasus-kasus di lapangan semisal penyerobotan lahan, kesejahteraan buruh, peng-kriminalan masyarakat (adat) dan aparat desa oleh perusa-haan, dan pelanggaran HAM adalah persoalan-persoalan yang tidak ada henti-hentinya kami temukan.

Jujur saja, bila mau dihitung, SW memfasilitasi rata-rata 45 KK yang terlibat konfl ik di perkebunan sawit dalam 4 tahun terakhir.

Page 3: EDITORIAL - database.sawitwatch.or.iddatabase.sawitwatch.or.id/Publikasi SW/Tandan Sawit/FinalTandanUltah.pdf · 1 Edisi Ultah 10 th bagaimana meminta per-tanggung jawaban pelaku

2TandanSawit

Bermula dari Puncak Kebakaran

Puncak kebakaran hutan dalam 30 ta-hun terakhir di Indonesia, terjadi pada periode 1997-1998. Tidak banyak ka-langan yang menyebutkan, kebakaran hutan di periode itu disebabkan melu-asnya alih fungsi kawasan hutan untuk lahan perkebunan besar (sawit) atau konversi lahan.

Pada masa itu (1997-1998), keba-karan lahan dan hutan terjadi di ham-pir seluruh bentang hutan di wilayah Sumatera dan Kalimantan. WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indo-nesia), saat itu satu-satunya lembaga yang melakukan penelitian tentang penyebab kebakaran. WALHI menye-butkan, kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan yang paling hebat itu, utamanya disebabkan oleh aktivitas konversi hutan ke perkebunan besar sawit.

Seperti juga diungkapkan Joko Waluyo, salah seorang penggagas lahirnya Sawit Watch,dalam sebuah wawancara ekslusif dalam rangka Satu Dekade Sawit Watch dengan Suhartini dari Tandan Sawit via surat elektronik.

Joko Waluyo menuturkan, “Latar belakang berdirinya SW (Sawit Watch –red), adalah peristiwa kebakaran hu-tan yang cukup hebat yang melanda wilayah Sumatera dan Kalimantan pada masa 1997-1998. Penelitian WALHI (Wahana Lingkungan Hidup

Indonesia –red) waktu itu menyebut-kan, penyebab utama kebakaran hutan tersebut adalah dari aktivitas konversi kawasan hutan untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit secara besar-besaran.”

Keresahan kelompok kritis (ornop atau organisasi non pemerintah) akan kondisi yang demikian, adalah kekha-watiran akan meluasnya kebakaran yang nanti akan berakibat kepada se-makin menipisnya sumberdaya hutan. Oleh sebab itu, kelompok kritis ini berupaya untuk bagaimana menghen-tikan aktivitas konversi lahan hutan ke

“Jadi disini saya pertegas bahwa momentumnya ada di pertemuan fo-rum konsultasi anggota KpSHK dan bukan dari keisengan kelompok ak-tivis. Kebutuhan saat itu, harus ada gerakan stop konversi hutan untuk sawit.”

SEJARAH LAHIRNYA PEMANTAU PERKEBUNAN DI INDONESIA

perkebunan secepatnya.“Kebutuhan advokasi yang paling

mendesak saat itu adalah menghen-tikan konversi kawasan untuk untuk perkebunan besar kelapa sawit,” jawab Mas Joko, sapaan akrab untuk Joko Waluyo, saat ditanya apa kebutuhan mendesak bagi pembelaan rakyat dan hutan.

Hutan sebagai sumberdaya satu-sat-unya penopang ekonomi negara, sudah sedari dulu dieksploitasi. Reformasi politik yang sedang berlangsung pada awal-awal 1998, telah pula menyeret kepada kekisruhan pengelolaan lahan

Page 4: EDITORIAL - database.sawitwatch.or.iddatabase.sawitwatch.or.id/Publikasi SW/Tandan Sawit/FinalTandanUltah.pdf · 1 Edisi Ultah 10 th bagaimana meminta per-tanggung jawaban pelaku

3 Edisi Ultah 10th

kung 48 lembaga dari seluruh wilayah,“ jelas Titi Suntoro.

Sawit Watch lahir tidak dari keisen-gan kelompok kritis. Ada alasan yang mendasar. Gerakan pembaruan kehu-tanan di Indonesia sebelum terben-tuknya Sawit Watch, belum ada yang fokus memantau soal isu-isu perke-bunan.

Hal itu dipertegas oleh Mas Joko, “Jadi disini saya pertegas bahwa mo-mentumnya ada di pertemuan forum konsultasi anggota KpSHK dan bu-kan dari keisengan kelompok aktivis. Kebutuhan saat itu, harus ada gerakan stop konversi hutan untuk sawit.”

Lahirnya Sawit Watch di Indone-sia telah menjadi hal yang menarik. Khususnya menurut pandangan dari beberapa insiatornya. “Selesai aksi, kami beranggapan penentangan atas perkebunan sawit skala besar perlu terus dilakukan, oleh itu hingga kini Sawit Watch bekerja,” tambah Titi.

Joko menjelaskan lebih lanjut, “Lembaga lingkungan yang mendiri-kan SW, ya.. cukup representatif, di sana ada WALHI, Bioforum dan KpSHK. Dan ketiga lembaga itu juga merupakan forum ornop lingkungan terbesar di Indonesia. Yang menarik, untuk pertama kalinya isu perkebunan sawit akhirnya jadi perhatian kelompok lingkungan hingga kini, di mana sebe-lumnya isu itu terlupakan.” (Tin)

anggota (ornop) dari daerah-daerah yang fokus dalam mempromosikan Sistem Hutan Kerakyatan berkumpul untuk melakukan konsultasi anggota KpSHK. Saat inilah Sawit Watch didiri-kan dan mulai merespon kejadian-ke-jadian kehutanan dan perkebunan kala itu (penghentian konversi lahan hutan untuk perkebunan besar).

“Inisiatornya memang saya yang waktu itu sebagai Koordinator Advo-kasi Perkebunan Eksekutif Nasional WALHI dan Titi Suntoro sebagai Koordinator Bioforum. Momentum yang dipakai adalah pertemuan Kon-sultasi Anggota KpSHK di Puncak, Bogor. Saat itu banyak kawan-kawan anggota KpSHK dari berbagai daerah sedang kumpul”, tutur Mas Joko.

“Lalu saya dan Titi Suntoro mem-presentasikan tentang situasi kebakaran hutan itu tadi. Agendanya merancang aksi di Kantor Dephut Manggala Wa-nabhakti dengan tema stop konversi hutan untuk sawit. Lalu, untuk mem-berikan identitas bagi kelompok yang melakukan aksi ini kita sepakat dengan nama Sawit Watch. Aksi dilakukan pada 25 Juli 1998 di Manggala”, jelas Mas Joko lebih rinci tentang momen-tum lahirnya Sawit Watch.

Senada dengan Joko, Titi Suntoro juga mengemukakan hal yang sama. “Saat itu kami memilih nama Sawit Watch sebagai aliansi aksi yang didu-

LAPORAN KHUSUS

“Jadi disini saya pertegas bahwa momentumnya ada di pertemuan fo-rum konsultasi anggota KpSHK dan bukan dari keisengan kelompok ak-tivis. Kebutuhan saat itu, harus ada gerakan stop konversi hutan untuk sawit.”

SEJARAH LAHIRNYA PEMANTAU PERKEBUNAN DI INDONESIA

dan hutan. Kontrol terhadap pelaksa-naan operasi HPH (hak pengusahaan hutan), HTI (hutan tanaman industri) dan konversi lahan hutan pada periode 1997-1998 oleh Pemerintah tidak ber-jalan semestinya. Pelaku-pelaku usaha yang memiliki ijin usaha kehutanan dan perkebunan “menyelam sambil minum air” di Alam Reformasi. Isu hangat kehutanan pada 1998 adalah kebakaran hutan.

Seperti pula yang diungkap Mas Joko, “Saat itu, isu hutan paling hangat, ya kebakaran hutan itu tadi, yang dise-babkan oleh aktivitas pembangunan perkebunan kelapa sawit.”

Bukan Lahir dari Keisengan

Kejadian adalah berkah, begitu kira-kira fi losofi yang bisa dipetik dari ke-jadian puncak kebakaran hutan pada 1998. Sehingga upaya mewujudkan kejadian sebagai berkah, telah men-dorong kelompok-kelompok kritis bidang kehutanan dan lingkungan hidup (WALHI, KpSHK-Konsorsium Pendukung Sistem Hutan Kerakyatan dan Bioforum) menginisiasi langkah penyelesaian dari puncak kebakaran hutan 1998.

Pada Juli 1998, Konsorsium Pen-dukung Sistem Hutan Kerakyatan (KpSHK) mengadakan sebuah perte-muan keorganisasian dimana berbagai

Joko Waluyo, inisiator dari pendirian Sawit Watch, yang hingga sekarang masih aktif sebagai Badan Pengawas Sawit Watch. Joko sebelumnya juga pernah menjabat sebagai Koordinator Sawit Watch.

Pembakaran bekas tebangan atau proses pembersihan lahan masih sering dijumpai dalam praktik perkebunan di Indonesia.

Rudy Lumuru, Koordinator Sawit Watch. Di masa kepengurusan Lumuru, Sawit Watch beranjak ke peran pelayanan advokasi yang lebih beragam dan menyasar ke semua pemangku kepentingan kebun sawit.

Page 5: EDITORIAL - database.sawitwatch.or.iddatabase.sawitwatch.or.id/Publikasi SW/Tandan Sawit/FinalTandanUltah.pdf · 1 Edisi Ultah 10 th bagaimana meminta per-tanggung jawaban pelaku

4TandanSawit

Sore itu (9/7) Bang Abdon, panggilan populer bagi Abdon Nababan, Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusanatara, sedang duduk di saung bambu kan-tor FWI (Forest Watch Indonesia), di Jalan Sempur, Bogor. Saat itu saya memintanya untuk menjadi narasum-ber dalam sebuah wawancara. Dengan kemeja putih dan celana hitam, Bang Abdon duduk sambil merokok, lalu ia pun menjawab pertanyaan demi per-tanyaan yang saya ajukan.

Awalnya saya sangat sungkan me-mawancarainya. Sebab pengalaman-nya yang sudah kenyang “makan asam garam” dunia LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Sosok lelaki tapanuli yang terbuka, sederhana dan bersahabat itu, telah menghilangkan rasa sungkan saya untuk memulai perbincangan.

Bang Abdon berpandangan, Sawit

Watch sebagai organisasi yang khusus mengadvokasi persoalan sosial yang ditimbulkan oleh perluasan kebun sawit sangat strategis perannya. Tana-man sawit adalah mahluk tuhan yang tidak berdosa dan tidak bermasalah. Bahkan buah tandan sawit memberi-kan manfaat sebagai bahan pangan dan memberikan penghidupan eko-nomi bagi manusia. Namun sawit yang dianggap bermanfaat itu bisa menjadi masalah. Di saat meluasnya perkebu-nan sawit diluar batas toleransi sosial, publik berpendapat ini adalah masalah yang sangat besar.

AMAN dan Sawit Watch (SW) dipersatukan bukan karena kedeka-tan orang-orang didalamnya, namun karena keduanya menghadapi hal yang sama di lapangan. Ekspansi perkebunan sawit di Indonesia yang

“Sejauh ini pelayanan yang di-berikan SW kepada masyarakat adat hanyalah sebatas kasus. “Watch” yang diartikan sebagai pemantauan hanya diperun-tukkan untuk wilayah yang berkasus. Sebaiknya SW harus dapat membaca peta perluasan perkebunan sawit di RI (Republik Indonesia) secara utuh hingga 5 tahun ke depan. S W harus lebih jeli lagi melihat daerah-daerah mana saja yang terancam per-luasan sawit sehingga SW bisa lebih proaktif untuk mengin-formasikan kepada MA tentang semua hal yang berkaitan de-ngan perkebunan sawit.”

ABDON NABABAN TENTANG SAWIT WATCH

“JANGAN TERJEBAKDENGAN KATA WATCH”

memunculkan sengketa hak atas ta-nah, pastinya akan bersentuhan lang-sung dengan masyarakat adat, dimana sistem alih fungsi lahan dan perkebu-nan sawit telah terbukti merampas hak-hak atas tanah dan hak-hak peng-hidupan masyarakat (adat). Namun dalam kerjasama keduanya sampai saat ini selalu dalam kondisi pasang-surut, belum menemukan pola hubungan yang sesuai.

Pasang Surut SW-AMAN

Bang Abdon mencontohkan lebih jauh hal tersebut. Dalam penyelesaian kasus-kasus sengketa lahan perkebu-nan dengan wilayah masyarakat adat, terkadang AMAN dan SW dapat saling berjibaku dan tidak ayal pula bekerja sendiri-sendiri. Semisal di

Page 6: EDITORIAL - database.sawitwatch.or.iddatabase.sawitwatch.or.id/Publikasi SW/Tandan Sawit/FinalTandanUltah.pdf · 1 Edisi Ultah 10 th bagaimana meminta per-tanggung jawaban pelaku

5 Edisi Ultah 10th

sawit di RI (Republik Indonesia) secara utuh hingga 5 tahun ke depan. S W ha-rus lebih jeli lagi melihat daerah-daerah mana saja yang terancam perluasan sawit sehingga SW bisa lebih proaktif untuk menginformasikan kepada MA tentang semua hal yang berkaitan den-gan perkebunan sawit.

Harapan Bang Abdon ke depan adalah, SW dan AMAN dapat me-ngeluarkan satu usulan bersama untuk sebuah kegiatan jangka panjang. Ia me-minta SW agar lebih giat lagi mengin-formasikan peluang-peluang pelatihan bagi khalayak umum, terutama yang berkenaan dengan peningkatan penge-tahuan masyarakat adat dalam meng-hadapi ancaman perluasan perkebunan sawit di Nusantara.

Tak terasa wawancara saya den-gan orang nomor satu di AMAN ini pun berakhir. Rasa keluh di lidah saat memulai wawancara dengan Bang Abdon sirna tertelan jawaban-jawaban Bang Abdon yang lugas tanpa basa-basi tentang hubungan SW-AMAN. (Cha)

LAPORAN KHUSUS

membawa nilai lebih bagi promosi SW dalam konteks membangun stan-darisasi pasar minyak sawit di RSPO (rountable on sustainable palm oil), sedan-gkan bagi AMAN dalam konteks per-juangan hak-hak masyarakat adat atas wilayah adatnya.

Saran Bang Abdon dari hal-hal tadi, seharusnya di masa datang, perbaikan hubungan SW-AMAN yang penting dilakukan adalah bagaiman menjaga hubungan, mendekatkan dan merekrut basis AMAN menjadi anggota SW dan sebaliknya. Saat ini, 50% dari 770 ang-gota dan 300 calon anggota AMAN terinidikasi ada masalah pertanahan akibat ekspansi perkebunan sawit.

Saat saya ingin melanjutkan perta-nyaan sebelum mengakhiri wawancara, Bang Abdon berseloroh dengan sedikit berharap. “Sejauh ini pelayanan yang diberikan SW kepada masyarakat adat hanyalah sebatas kasus. “Watch” yang diartikan sebagai pemantauan hanya diperuntukkan untuk wilayah yang berkasus. Sebaiknya SW harus dapat membaca peta perluasan perkebunan

ABDON NABABAN TENTANG SAWIT WATCH

“JANGAN TERJEBAKDENGAN KATA WATCH”

Kalimantan Barat, banyak anggota SW adalah masyarakat adat (MA) sehingga kerja-kerja pembelaan (baca: advokasi) bisa ketemu dan nyambung, namun beda halnya dengan masyarakat Pergulaan di Sumatera Utara, dimana mereka (masyarakat Pergulaan –red) dianggap bukan masyarakat adat. Menurut Ab-don, yang dinamakan masyarakat adat adalah “masyarakat penunggu” se-dangkan masyarakat Pergulaan adalah “masyarakat pendatang”, sehingga dalam kerja-kerja yang berkaitan den-gan sengketa sosial akibat perkebunan sawit tidak ketemu antara SW dengan AMAN.

Proyek Sosial Jangka Panjang

Bang Abdon juga menambahkan, hubungan kerjasama SW dengan AMAN dibatasi oleh skema proyek sosial diantara keduanya. Proyek sosial FPIC (free prior, informed, and consent) dimana SW dan AMAN terlibat di dalamnya adalah contoh kerjasama SW-AMAN yang baik. Proyek FPIC

Pentas budaya berkebun sering disimbol-kan dengan tetarian adat, semisal yang dilakukan pria ini. Pemuda adat dayak ini sedang mementaskan istiadat buka kebun.

Penyiapan sesaji untuk para leluhur sebagai bentuk penghormatan adat (seremoni tolak bala) masih sering dijumpai di Indonesia.

Abdon Nababan, Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat Nusanatara (AMAN). Menurutnya, Sawit Watch jangan terjebak dengan kata ‘Watch’.

do

k: M

ina

(AM

AN

)

Page 7: EDITORIAL - database.sawitwatch.or.iddatabase.sawitwatch.or.id/Publikasi SW/Tandan Sawit/FinalTandanUltah.pdf · 1 Edisi Ultah 10 th bagaimana meminta per-tanggung jawaban pelaku

6TandanSawit

Pada 25 Juli 2008, Sawit Watch tepat berusia satu dekade. Lay-aknya sebuah organisasi yang

semakin berkembang dan matang, Sawit Watch semakin fokus bekerja di isu internal dan eksternal kebun sawit. Dalam isu internal kebun sawit, lembaga ini bergerak mencari peny-elesaian persoalan bagi petani plasma dan buruh, dimana hak-haknya kerap direduksi oleh perusahaan sawit yang berlindung di balik sistem hukum dan perundang-undangan yang memang dirancang berpihak pada pemodal, demi keberlanjutan investasi di In-

donesia. Dalam isu eksternal kebun, Sawit Watch sangat perhatian pada dampak negatif laju perluasan perke-bunan sawit, dimana hak kelola ma-syarakat (adat) semakin tergerus, dan kerusakan lingkungan yang semakin menggila akibat konversi hutan dan lahan gambut menjadi kebun sawit .

Perbaikan Sistem Perkebunan

Dalam melakukan advokasi di persoal-an internal kebun, Sawit Watch mengi-nisiasi pembentukan Serikat Pekerja Kelapa Sawit di empat provinsi yaitu: Riau, Jambi, Kalimantan Barat dan

Komponen utama perkebunan sawit adalah ketersediaan lahan, pekerja atau buruh, dan pe-ngetahuan dan tehnologi. Sistem perkebunan yang ada saat ini dirasakan sangat pro-industrial-isasi, dimana jumlah dan kualitas hasil panen lah yang selalu dikejar dalam 25 tahun usia tanam. Target tadi pada akhirnya kerap mengorbankan komponen-komponen utama produksi. Saat dinamika sosial semakin terbuka dan demokratis, tak ada halangan bagi semua pihak berupaya memperbaiki sistem perkebunan sawit yang ada, termasuk adanya konsep tanding sistem perkebunan yang mandiri, adil dan beradab.

KONSEP KEBUN SAWITRAMAH SOSIAL DANLINGKUNGAN HIDUP

Kalimantan Timur. Selain memberi-kan banyak pelatihan terhadap petani, salah satunya pelatihan manajemen kebun. Sawit Watch bersama petani plasma yang saat ini harus meremaja-kan kebunnya setelah 20-an tahun ber-produksi, menyusun konsep Revital-isasi Kebun sebagai konsep tandingan untuk mengimbangi konsep Revital-isasi Kebun versi pemerintah, perusa-haan sawit dan dunia perbankan yang ditawarkan kepada petani plasma.

Konsep Revitalisasi Kebun versi pemerintah memaksa petani plasma mesti menerima kredit peremajaan

Page 8: EDITORIAL - database.sawitwatch.or.iddatabase.sawitwatch.or.id/Publikasi SW/Tandan Sawit/FinalTandanUltah.pdf · 1 Edisi Ultah 10 th bagaimana meminta per-tanggung jawaban pelaku

7 Edisi Ultah 10th

perkebunan sawit merampas dan mengkriminalkan masyarakat adat/lokal yang tanah dan hutan adat mi-liknya dikonversi menjadi kebun sawit secara sepihak oleh perusahaan sawit.

Selain itu, Sawit Watch bekerja sama dengan mitra lokal dan masyara-kat (adat), bersama-sama melakukan perlindungan bagi kawasan hutan dan lahan gambut yang penuh dengan keaneka-ragaman hayati dari ekspansi perlindungan sawit. Juga kawasan hulu dan penyangga daerah aliran sungai. Hal ini sengaja dilakukan Sawit Watch yang memang memposisikan diri menjaga keberlanjutan alam demi mer-eduksi pemanasan global dan kepedu-lian terhadap nasib masyarakat (adat).

Pekerjaan besar yang saat ini sedang dijajaki Sawit Watch adalah menghim-pun data dan pendapat ahli perta-nian, ekonomi, lingkungan dan ahli hukum untuk melakukan judicial review terhadap UU No. 18/2004 tentang Perkebunan. Sawit Watch dan banyak pihak meyakini bahwa UU tersebutlah yang menjadi pokok persoalan, sistem hukum Indonesia tidak memihak kepentingan petani plasma, buruh, masyarakat (adat) dan keberlanjutan kehidupan.

Dalam melakukan pekerjaan demi kepentingan perubahan yang adil dan beradab tersebut, satu dekade ini Sawit Watch bekerja! (Jgs)

Perkebunan, Departemen Pertanian, pada awal Maret 2008 dan sedang dipelajari untuk ditindak-lanjuti oleh pihak Pemerintah.

Sawit Watch juga melakukan kam-panye media tentang konsep revitalisasi kebun ala petani plasma tersebut, agar banyak pihak terutama pemerintah, perusahaan sawit dan perbankan me-nyadari kesulitan petani plasma apabila sistem utang dan manajemen satu atap tadi benar-benar diterapkan.

Untuk isu buruh, Sawit Watch sedang mengadvokasi buruh harian lepas di Kalimantan Timur dan Ka-limantan Barat yang tidak mendapat alat-alat perlindungan dan keselamatan kerja selayaknya saat melakukan peker-jaan penyemprotan pestisida di kebun sawit. Selain itu sebagian buruh ini tidak mendapatkan kepastian status kerja karena tidak pernah ada kontrak kerja yang pasti dengan perusahaan.

Bahkan Sawit Watch menemukan 3 buruh anak perempuan berusia 14-16 tahun yang bekerja di kebun sawit mengalami keracunan akut ke-tika menyemprotkan pestisida. Pihak perusahaan hanya mengganti biaya pengobatan saat si buruh anak diop-name di Rumah Sakit. Namun pasca dari rumah sakit, saat buruh anak masih menderita sakit, perusahaan sama sekali tidak menunjukkan tang-gung jawab. Sikap yang sama juga di-tunjukkan oleh pemerintah yang tidak mengambil tindakan apapun terhadap persoalan tersebut.

Kembali terbukti bahwa sistem hukum Indonesia atas hak petani plasma dan buruh tidak mendapat tempat utama. Padahal tanpa dua ele-men dasar tersebut, perkebunan sawit Indonesia tidak akan pernah mampu menjadi pengekspor CPO terbesar di dunia seperti saat ini.

Memajukan Hak Manusia-Alam

Sawit Watch juga aktif dalam melaku-kan advokasi bahkan masuk dalam proses litigasi untuk melindungi hak-hak masyarakat adat ketika ekspansi

Komponen utama perkebunan sawit adalah ketersediaan lahan, pekerja atau buruh, dan pe-ngetahuan dan tehnologi. Sistem perkebunan yang ada saat ini dirasakan sangat pro-industrial-isasi, dimana jumlah dan kualitas hasil panen lah yang selalu dikejar dalam 25 tahun usia tanam. Target tadi pada akhirnya kerap mengorbankan komponen-komponen utama produksi. Saat dinamika sosial semakin terbuka dan demokratis, tak ada halangan bagi semua pihak berupaya memperbaiki sistem perkebunan sawit yang ada, termasuk adanya konsep tanding sistem perkebunan yang mandiri, adil dan beradab.

KONSEP KEBUN SAWITRAMAH SOSIAL DANLINGKUNGAN HIDUP

kebun sebesar Rp 23.485.000,- dengan bunga kredit sebesar 10% pada tahun ke-1 sampai ke-5, lalu di tahun ke-6 sampai kredit si petani plasma lunas, dia dikenai bunga 16% pertahun. Jum-lah utang dan bunga yang begitu besar tentu saja sangat memberatkan bahkan menjerumuskan petani plasma ke dalam sistem utang yang sulit dilunasi.

Juga petani plasma dipaksa meneri-ma sistem perkebunanan manajemen satu atap, berarti pengelolaan kebun yang selama ini diusahakan oleh petani secara mandiri, hak pengelolaannya dilakukan pihak perusahaan. Sebagai penggantinya, petani plasma menerima upah karena dianggap telah menyer-takan saham berupa kebun kepada perusahaan sawit. Sistem manajemen satu atap jelas-jelas mengurangi peng-hasilan petani karena harga tandan buah sawit dan pendapatan petani plasma tiap bulan ditentukan secara sepihak oleh perusahaan.

Konsep Revitalisasi Kebun versi petani plasma dan Sawit Watch adalah meminimalkan jumlah dan bunga kredit bagi peremajaan kebun dan meniadakan sistem manajemen satu atap. Penyusunan konsep tanding ini didapat dari diskusi dengan petani plasma yang telah berpengalaman dan juga para akademisi yang perhatian terhadap nasib petani. Konsep ini telah dipaparkan di depan Direktur Jenderal

Nasib buruh sawit yang tak kunjung mem-baik, rentan dimiskinkan, dieksploitasi, dan kehilangan hak kesehatannya.

Jefri Gideon Saragih bersama rekan-rekan Sawit Watch sedang menyiapkan satu kon-sep kebun sawit mandiri, yang sedang akan dipresentasikan di Departemen Pertanian.

LAPORAN KHUSUS

Page 9: EDITORIAL - database.sawitwatch.or.iddatabase.sawitwatch.or.id/Publikasi SW/Tandan Sawit/FinalTandanUltah.pdf · 1 Edisi Ultah 10 th bagaimana meminta per-tanggung jawaban pelaku

8TandanSawit

Hingga tahun 2007, data Sawit Watch menunjukan luas perkebunan kelapa sawit

mencapai 7.3 juta hektar dengan out-put CPO mencapai 17.4 juta ton pada tahun yang sama dan menempatkan Indonesia sebagai negara penghasil minyak sawit nomor satu di dunia. Sektor kelapa sawit memberikan kon-tribusi yang cukup signifi kan terhadap pembangunan nasional di Indonesia.

Lembaga lembaga fi nansial ber-peran penting dalam menekan laju pertumbuhan dan ekspansi perkebu-nan dan sektor kelapa sawit Indonesia dalam sejak 1990-an. Lembaga keuan-gan Indonesia dan Asing dari Eropa, Amerika dan Asia Timur telah menda-

nai ekspansi sektor kelapa sawit dalam utang, pendanaan perdagangan, pen-geluaran saham dan bentuk investasi lainnya. Malaysia, Swiss dan Belanda merupakan negara pemilik lembaga fi nansial dengan nilai investasi teratas dan terbesar dalam investasi sektor kelapa sawit dan bisnis minyak sawit Indonesia.

Pakar analis investasi dan perbank-an, Jan Willem van Gelder, dalam lapo-ran Financing of the Indonesian palm oil sector memaparkan dengan gamblang bagaimana peran lembaga fi nansial dalam mendukung laju ekspansi perke-bunan kelapa sawit dan penguatan bis-nis minyak sawit di Indonesia dengan nilai investasi dan kategori:

Dorongan kepentingan ekonomi yang kuat dari pembangunan perkebunan sawit telah melalaikan kepentingan sosial dan ekologi. Terlibatnya lembaga invetasi dan keuangan (perbankan) perlu dibaca ulang. Dampak sosial dan ekologi dari perkebunan sawit seha-rusnya juga merupakan tanggung jawab lembaga investasi dan keuangan.

LEMBAGA KEUANGAN DAN INVESTASI SAWIT

BELUM ADATANGGUNG JAWABSOSIAL DAN EKOLOGI

1. Lembaga fi nansial pendana sektor kelapa sawit Indonesia - dalam 10 tahun terkahir sektor kelapa sawit Indonesia mendapat dukungan kuat dan komitmen jangka panjang dari 156 lembaga keuangan asal 24 negara dengan nilai investasi US$ 3,721 juta. Bank komersial dan in-vestasi 108 lembaga fi nansial dari 22 negara dengan total investasi US$ 3,100 juta; bank pemban-gunan 8 lembaga dari 7 negara dengan total modal US$ 188 juta; lembaga kredit ekspor 3 lembaga dari 3 negara sebesar US$ 12 juta; lembaga pengelola aset, perusa-haan asuransi dan perusahaan dana pensiun 20 lembaga dari 8

Tehnologi api masih digunakan oleh seba-gian besar perusahaan perkebunan di Indo-nesia. Pemandangan seperti gambar di atas sering dijumpai pada pembukaan lahan hutan menjadi kebun sawit.

Hasil panen yang baik dari buah sawit be-lum tentu menguntungkan petani (plasma). Ini terbukti harga TBS (tandan buah segar) mudah dipermainkan oleh skema utang yang diberikan perusahaan perkebunan.

Nilai ekonomi dari sawit tidak sepadan den-gan nilai ekologi yang dikorbankan (adanya pencemaran tanah, air dan udara). Gambar di atas, kerusakan daya dukung air dan ta-nah yang tidak dihitung dalam investasi.

PASAR

Page 10: EDITORIAL - database.sawitwatch.or.iddatabase.sawitwatch.or.id/Publikasi SW/Tandan Sawit/FinalTandanUltah.pdf · 1 Edisi Ultah 10 th bagaimana meminta per-tanggung jawaban pelaku

9 Edisi Ultah 10th

donesia. Dalam 10 tahun terakhir merupakan faktor penting dalam investasi finansial domestik dalam sektor kelapa sawit di Indonesia dengan nilai investasi sebesar US$ 787.1 juta. Pada urutan pertama Bank BNI mendanai 15 kelompok perusahaan dengan nilai investasi US$ 284.2 juta, kedua Bank Mandiri 18 kelompok perusahaan dan nilai investasi US$ 206.3 juta, ketiga Bank Rakyat Indonesia mendanai 10 perusahaan dengan nilai investasi US$ 51.6 juta, ke-empat Asuransi Jasindo mendanai hanya 1 Perusahaan dengan nilai investasi US$ 50.0 juta, kelima Bank Central Asia mendanai 8 perusahaan dengan nilai investasi

dengan total investasi US$ 233.8 juta, ketujuh Jerman 7 lembaga keuangan dengan total investasi US$ 196.6 juta, kedelapan Perancis 5 lembaga keuangan dan investasi US$ 116.8 juta, kesembilan Singa-pura 8 lembaga keuangan dengan nilai investasi US$ 112.2 juta dan kesepuluh Taiwan 5 lembaga keuangan dan investasi US$ 31.5 juta. Diikuti oleh Korea Selatan, China, Belgia, Bahrain, Sri Lanka, Hong Kong, Italia, Austria, Rusia, Kanada, Thailand, dan Cook Is-lands dengan nilai total investasi mencapai US$ 2,854.9 juta dalam 127 lembaga finansial dari 24 negara.

3. Lembaga keuangan 10 terbesar In-

Dorongan kepentingan ekonomi yang kuat dari pembangunan perkebunan sawit telah melalaikan kepentingan sosial dan ekologi. Terlibatnya lembaga invetasi dan keuangan (perbankan) perlu dibaca ulang. Dampak sosial dan ekologi dari perkebunan sawit seha-rusnya juga merupakan tanggung jawab lembaga investasi dan keuangan.

LEMBAGA KEUANGAN DAN INVESTASI SAWIT

BELUM ADATANGGUNG JAWABSOSIAL DAN EKOLOGI

negara dengan total investasi US$ 381 juta; dan lembaga finansial lainnya 17 lembaga dari 8 negara dengan nilai investasi US$ 40 juta.

2. Kategori Negara dan Nilai In-vestasinya. Di tempat pertama adalah Malaysia dengan 13 lem-baga keuangan dan nilai investasi mencapai US$ 702.4 juta, kedua Belanda 7 lembaga keuangan dan nilai investasi US$ 502.8 juta, ketiga Swiss dengan 3 lembaga keuangan dan investasi US$ 278.8 juta, keempat Amerika Serikat 19 lembaga keuangan dan sebesar US$ 268.0 juta, kelima Jepang 15 lembaga keuangan dan nilai investasi US$ 247.1 juta, keenam Inggris 14 lembaga keuangan

“Keep working in the expansion areas as well as in the areas where there is already oil palm!”

“(Create international synergies) play a role on working with Latin-American groups, African groups, other south-east Asian groups!”

Forest People Program-FPP-UK

“(Play a role on biofuels)”, I know you say that it doesn’t matter how palm oil is used but you should be able to share your experience in other places experiencing massive land use change for biofuels – the issues for Jatropha or Sugar Cane or oil palm in Ghana are similar.

“Link your grass-roots work to clear policy (change work mor e) have more advocacy targets as well as responding to conflicts.”

“Develop a network of grass-roots supporters in Indonesia and in Europe –do not rely on donors alone– they are subject to fashion.”

“Keep up the fantastic work and Happy Birthday Sawit Watch!”

Serge Marti -LifeMosaic-UK

“ Avoid being (further) overstretched, focus on core tasks, avoid being drawn in other fields of work which are not closely related/relevant for SW’s core tasks; invest in long term financial security and fund raising and HRD (human resources development).”

BothENDs-Nederland

SATU DEKADE SAWIT WATCH

Page 11: EDITORIAL - database.sawitwatch.or.iddatabase.sawitwatch.or.id/Publikasi SW/Tandan Sawit/FinalTandanUltah.pdf · 1 Edisi Ultah 10 th bagaimana meminta per-tanggung jawaban pelaku

10TandanSawit

daftar di bursa efek atau mengajukan investasi kepada lembaga finansial yang sudah go public dimana kewajiban mengadakan laporan berkala semua kegiatan investasi dan keuangannya menjadi kewajiban kepada publik.

Inisiatif internasional voluntary responsible investment (VRI)

Kelompok Bank Dunia (World Bank Group) mengembangkan kebijakan dikenal sebagai Performance Stan-dards (PS) yang mewajibkan mitranya untuk mengikuti dana menjalani Pe-nilaian Dampak Sosial dan Lingkungan (PS1), Buruh dan Kondisi Kerja (PS2), Pencegahan dan Pengurangan Pence-maran (PS3), Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Masyarakat (PS4), Pembebasan Lahan dan Pemindahan Paksa (PS5), Konservasi Keanek-aragaman Hayati (PS6), Masyarakat Adat (PS7), dan Warisan Budaya (PS8). Ini berlaku bagi mitra Bank Dunia dalam memberikan utang dan dukun-

US$ 49.2 juta, keenam Bank Mega mendanai 3 perusahaan dengan investasi US$ 37.6 juta, ketujuh Bank Danamon mendanai 9 peru-sahaan dengan nilai investasi US$ 36.4 juta, kedelapan Danareksa Sekuritas mendanai 3 perusahaan dengan nilai investasi US$ 28.9 juta, kesembilan Bank Internasi-onal Indonesia mendanai 3 group perusahaan dengan nilai investasi US$ 28.9 juta, dan kesepuluh Ba-hana Securities 1 kelompok peru-sahaan dengan nilai investasi US$ 12.8 juta.

4. Kategori 10 Terbesar Lembaga Fi-nansial Asing. Demikian juga de-ngan lembaga finansial asing yang paling aktif dalam 10 tahun tera-khir dengan nilai invesatsi menca-pai US$ 1322.2 juta. Masuk dalam 10 Terbesar Lembaga finansial asing dan investasi mereka adalah (1) United Bank of Switzerland/UBS (Swiss) US$ 216.2 juta, (2) Yayasan Pelaburan Bumiputera (Malaysia) US$ 201.2 juta, (3) ING Bank (Belanda) US$ 166.4 juta, (4) Rabobank (Belanda) US$ 125.5 juta, (5) Commerce Asset-Hold-ing (Malaysia) US$ 123.0 juta, (6) ABN AMRO Bank (Belanda) US$ 111.1 juta, (7) J.P. Morgan Chase & Co. (Amerika Serikat) US$ 98.1 juta, (8) Sumitomo Mitsui Finan-cial (Jepang) US$ 96.9 juta, (9) HypoVereinsbank (Jerman) US$ 92.3 juta, dan (10) Bank Islam (Malaysia) US$ 91.5 juta.

Keempat cuplikan bukan merupa-kan gambaran utuh lembaga pendana sektor sawit di Indonesia. Dalam ke-empat uraian singkat hanya mencakup kategori besar dan jumlah investasi terbatas dalam 10 terbesar dan teraktif. Memang dalam laporan tersebut Jan Willlem van Gelder menyebutkan ada kendala untuk mengidentifikasi secara akurat data finansial yang mendanai perkebunan kecil di daerah. Informasi dan data terkait investasi biasa terbuka bila perusahaan tersebut sudah ter-

gan lainnya kepada perusahaan sektor swasta nasional dan multinasional. Per-formance Standards dikembangkan dan diterapkan sebagai standar penjamin sosial dan ekologi.

Bank Pembangunan Asia (ADB) telah mengembangkan dokumen Ke-bijakan Sosial dibuat tahun 2001. Ke-bijakan ini tersebut disusun dari lima berdasarkan lima sumber: Deklarasi HAM PBB, Prinsip Fundamental ten-tang Hak Kerja ILO, Pedoman Peru-sahaan Multinasional OECD, Global Sullivan Principles dan Akuntabilitas Sosial 8000 (SA 8000), sebuah standar yang dapat diaudit untuk perlindungan hak pekerja dikembangkan oleh De-wan Bidang Badan Akreditasi Utama Ekonomi. Kebijakan sosial ini berisi tentang 1] keberadaan didalam ma-syarakat, 2] HAM, 3] anak-anak dan pekerja muda, 4] kebebasan keterli-batan, 5] kesehatan dan keselamatan, 6] konsultasi dan komunikasi majikan, 7] kesetaraan kesempatan, 8] pencega-han pelecehan dan tindakan disiplin, 9] jam kerja, 10] kompensasi, 11] peny-alur (supliers), 12] pelibatan masyarakat, dan 13] etika bisnis/usaha.

Pada bulan Juli 2006, koalisi ke-lompok Bank Dunia dan bank-bank internasional lainnya meluncurkan Prinsip Equator, ‘a financial industry benchmark for determining, assessing and managing social & environmental risk in project financing’ atau sebuah patokan industri keuangan untuk menentukan, menilai dan mengelola resiko sos-ial dan lingkungan dalam mendanai proyek. Kelompok Bank Equator, beranggotakan 45 bank internasional (2007), hanya akan memberikan utang kepada proyek-proyek yang memenuhi 9 prinsip utama yaitu, 1] tinjauan dan kategorisasi, 2] penilaian sosial dan lingkungan hidup, 3] standar sosial dan lingkungan yang berlaku, 4] rencana tindakan dan sistem pengelolaan, 5] konsultasi dan keterbukaan, 6] me-kanisme pelanggaran, 7] tinjauan in-dependen, 8] konvensi, dan 9] peman-tauan dan pelaporan independen.

Menurunnya kualitas lingkungan semi-sal, sumber air, tanah dan udara akibat pencemaran dari praktik perkebunan sawit acapkali terjadi. Hak atas lingkungan yang tergerus ini perlu dipulihkan.

Page 12: EDITORIAL - database.sawitwatch.or.iddatabase.sawitwatch.or.id/Publikasi SW/Tandan Sawit/FinalTandanUltah.pdf · 1 Edisi Ultah 10 th bagaimana meminta per-tanggung jawaban pelaku

11 Edisi Ultah 10th

PASAR

Rabobank dan kriteria pendanaan sektor kelapa sawit Indonesia

Tanggung Jawab Moral (Moral obliga-tion) yang tidak mengikat untuk dipak-sakan kepada client menjadi cerita yang menarik ketika tahun 2003, bank-bank internasional Belanda seperti ABN AMRO Bank, ING Bank, Fortis Bank, dan Rabobank telah memulai kebijakan kode etik investasi dibidang perkebunan kelapa sawit. Dalam in-vestasi sektor kelapa sawit, Rabobank menyertakan syarat-syarat:- Perkebunan harus dikembangkan

sesuai dengan peraturan perun-dangan Indonesia dan regulasi in-ternasional yang berlaku terhadap mana pemerintah Indonesia telah menyatakan komitmennya.

- Apabila tanah dikembangkan un-tuk pembangunan perkebunan, area yang berkenaan tidak boleh dibakar.

- Hutan-hutan primer tidak akan ditebang untuk pembangunan perkebunan.

- Ketika membangun perkebunan, hutan-hutan sekunder dengan ni-lai-nilai ekologis dan kebudayaan penting bagi masyarakat tradis-ional akan dihargai.

- Tidak ada bantuan keuangan yang disediakan bagi pengembangan atau pengoperasian perkebunan kelapa sawit apabila pihak yang berkaitan terlibat secara langsung atau tidak langsung (di dalam konteks suatu grup yang lebih besar) dalam penebangan kayu ilegal dan/atau penebangan kayu komersil atas hutan-hutan primer atau HCV di area yang ditentukan untuk perkebunan.

- Rabobank mempelajari suatu moratorium investasi paling tidak tiga tahun apabila hutan primer atau hutan HCV (High Conservation Value) dihilangkan dengan tujuan untuk membangun perkebunan.

- Keinginan dan kepentingan pen-duduk setempat haruslah dipertim-

bangkan dalam hal pengembangan dan pengelolaan perkebunan.

- Selain lokasi, Rabobank juga memperhatikan cara-cara pengem-bangan dan dalam aspek sosialnya, demikian juga halnya kemampuan bertahan ekologis dari pengelo-laan bisnis. Dalam melaksanakan hal tersebut rujukan dibuat kepada arahan-arahan dari Bank Dunia dan International Finance Corpora-tion.

- Mendukung pengembangan perkebunan skema plasma untuk petani kecil guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat melalui kerjasama dengan peme-rintah dan perusahaan perkebunan kelapa sawit.

- Rabobank juga mendasarkan keputusannya berkenaan dengan pembiayaan perkebunan pada laporan-laporan dampak lingkun-gan dan laporan-laporan dampak sosial yang dikompilasi oleh para nasabahnya dalam AMDAL.

Reputasi dan kinerja negatif perbankan

Idealnya, lembaga perbankan domes-tik sekaliber BNI, Bank Mandiri, BCA, BRI, BII dan 15 bank internasional yang berbagung dalam Equator Banks yang ada di Indonesia. Semestinya, selain investasi dan maksimalisasi profi t semata-mata dalam sektor ke-lapa sawit, ABN AMRO Bank, N.V., Bank of America, Barclays plc, CIBC, Citigroup Inc., Dresdner Bank, Fortis,

HSBC Group, HypoVereinsbank, ING Group, JPMorgan Chase, Mizuho Corporate Bank, Rabobank Group, Standard Chartered Bank, dan WestLB AG, berperan aktif selama atau lebih dari 10 tahun terakhir dalam investasi sektor kelapa sawit di Indonesia. Mer-eka harusnya punya power besar untuk menghentikan atau mengurangi prak-tek buruk perusahaan terhadap sosial dan lingkungan hidup. Sayangnya fakta justru menujukkan keadaan sebaliknya karena sejak era reformasi konfl ik me-ningkat pesat dan cepat dari hanya 160 lebih kasus tahun 2004 menjadi 514 kasus konfl ik pada akhir tahun 2007.

Mau-tidak-mau lembaga fi nansial dan perbankan pasti terlibat secara langsung dan tidak langsung dalam berbagai kasus penguasaan dan pen-caplokan tanah masyarakat, korban nyawa kekerasan terhdap masyarakat, kebakaran hutan dan lahan di Aceh, Medan, Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi, kasus suap alih-fungsi kawasan hu-tan, tumpang tindih izin dan konsesi, pencemaran bahan kimia, pertisida dan herbisida, serta kasus lainnya masih terus berlangsung. Kejahatan, pelang-garan dan penyimpangan oleh perusa-haan perkebunan dan pabrik minyak sawit masih merupakan warisan rezim orde baru masih berkuasa hingga krisis fi nansial babak kedua berakhir tahun 1997/1998.

Harusnya lembaga fi nansial tidak hanya bertanggung jawab mendanai 30 group besar dan 700 lebih anak perusa-haan perkebunan kelapa sawit domes-tik dan asing yang menguasai 7.3 juta hektar lahan tersebar di 23 propinsi. Mereka juga harus mendorong res-olusi dari 514 konfl ik yang sedang berlangsung. Untuk jangka panjang, lembaga fi nansial dan perbankan harus menyusun dan menerapkan kebijakan untuk memastikan pelanggan mereka (perusahaan perkebunan) yang mereka danai tidak terlibat dalam pengabaian hak sipil dan politik, ekonomi, sosial dan budaya masyarakat setempat dan masyarakat adat. (NJ)

Norman Jiwan, Peneliti Sawit Watch.

Page 13: EDITORIAL - database.sawitwatch.or.iddatabase.sawitwatch.or.id/Publikasi SW/Tandan Sawit/FinalTandanUltah.pdf · 1 Edisi Ultah 10 th bagaimana meminta per-tanggung jawaban pelaku

12TandanSawit

rapkan pola inti-plasma, dimana masyarakat lokal dianggap sebagai buruh harian lepas dengan upah rendah yang kurang me-menuhi standar pemenuhan kebutuhan sehari-hari tiap keluarga. Bahkan soal pelik yang mencuat belakang ini, adalah adanya ancaman pemecatan massal buruh oleh PT. Tapian Nadeng-gan yang telah mengalihkan denda adat sebagai biaya land clearing (pembukaan lahan).

Ancaman PHK Massal

Pemerintah Kabupaten Kutai Timur menetapkan upah minimum kerja kabu-paten sebesar 900 ribu per-

luas perkebunan Sinar Mas Group seluas 38.000 ha.

Bentuk penyerahan lahan dan hutan milik masyarakat untuk perkebunan sawit milik Sinar Mas Group di Muara Wahau ini, adalah upaya “damai” karena ada peluang masyarakat untuk diuntungkan sesuai janji-janji perusahaan.

Janji Berpindah Tangan

Janji tinggal janji. Pola ke-lola dengan kepemilikan saham 80%-20% menjadi kamufl ase sebelum manaje-men perkebunan berganti tangan dari PT. Pratita Laksana Setia ke PT. Tapian Nadenggan. Saat ini PT. Tapian Nadenggan mene-

Masyarakat sepakat den-gan pola perkebunan terse-but. Kemudian penduduk lokal menggelar pesta se-bagai tanda setuju, dengan harapan janji dan tawaran perusahaan tersebut ter-laksana semana mestinya. Sehingga pada 1999, peru-sahaan ini mulai beroperasi di Muara Wahau.

Pada 1 Januari 2006, telah terjadi peralihan pe-megang ijin HGU. Dari PT. Pratita ke Tapian Nadeng-gan yang bernaung di bawah Sinar Mas Group.

Sinar Mas Group me-miliki 3 anak perusahaan yang beroperasi di Muara Wahau yaitu: 1). PT. Matra Sawit Sejahtera, 9000 ha; 2). PT. Bulungan Sarana Utama, 11.000 ha; dan 3). PT. Tapian Nadenggan, 18.000 ha. Total jenderal

Pada 1998, PT. Pratita Laksana Setia (PT. PLS) mensosialisa-

sikan rencana pembangu-nan perkebunan sawitnya kepada masyarakat Desa Nehas Liah Bing, Muara Wahau, Kalimantan Timur. Sosialisasi itu dilakukan atas dasar, areal perkebunan tersebut ditengarai adalah lahan dan hutan adat milik sebagian besar masyara-kat yang dialihfungsikan sebagai Hak Guna Usaha (HGU).

Dalam sosialisasinya, selain perusahaan men-janjikan akan membangun fasilitas-fasilitas umum bagi desa dan membuka lapang-an kerja baru bagi ma-syarakat, pola perkebunan yang ditawarkan dengan cara kepemilikan saham bersama, dengan komposisi perbandingan 4 banding 1. Perusahaan melepaskan 20% areal HGU-nya untuk koperasi yang telah diben-tuk oleh masyarakat, Kope-rasi Sawit Prima Jaya.

PEKEBUN

‘LAIN’ PERUSAHAAN, LAIN POLA KEBUN

PEKEBUN SEKALIGUSBURUH SAWIT

Sebagian besar buruh kebun sawit adalah perempuan. Para buruh perempuan ini adalah para ibu rumah tang-ga dari keluarga-keluarga petani plasma.

Pemindahtanganan ijin Hak Guna Usaha (HGU) dari satu perusahaan kepada perusahaan lain-nya menjadi jalan manipulasi penguasaan lahan perkebunan sawit oleh kelompok-ke-lompok perusahaan besar. Perjanjian atau ke-sepakatan antara pemegang ijin sebelumnya dengan masyarakat tak berlaku saat pengali-

han ijin terjadi. Akh-irnya, pola perkebu-nan dari kemitraan ke inti-plasma pun terjadi tanpa persetu-juan masyarakat.

Page 14: EDITORIAL - database.sawitwatch.or.iddatabase.sawitwatch.or.id/Publikasi SW/Tandan Sawit/FinalTandanUltah.pdf · 1 Edisi Ultah 10 th bagaimana meminta per-tanggung jawaban pelaku

13 Edisi Ultah 10th

ta ganti kerugian sebesar 4,5 milyar rupiah kepada perusahaan. Perusahaan dengan disaksikan pemerin-tah sepakat untuk memberi-kan denda adat sebesar 1,5 milyar rupiah. Aksi buruh pun mereda, dengan angga-pan Perusahaan akan setia dengan kesepakatan.

Namun, dalam berita acara, nilai uang sebesar 1,5 milyar rupiah tersebut tidak tercantum sebagai denda adat yang harus diserahkan kepada masyarakat Desa Nehas Liah Bing (Kom-perasi Prima Jaya). Berita acara mencatumkan denda adat dengan kata lain yaitu subsidi land clearing kepada Koperasi Sawit Prima untuk tujuan memperkuat modal usaha koperasi.

Berkaca kepada proses yang dialami oleh masyara-kat Desa Nehas Liah Biang ini, alih fungsi lahan dan hutan milik adat untuk perkebunan sawit sangat dipenuhi jebakan-jebakan. Berdalih menjadikan petani sawit (baca: pekebun sawit) sebagai mitra pemilik sa-ham bersama, perusahaan telah menjebak pekebun sekaligus menjadikan buruh sawit.(Darto, Kontributor Tandan Sawit, Kalimantan Timur)

“Kedua belah pihak sepakat subsidi land clearing senilai Rp.

1.500.000.000,- akan digunakan oleh Koperasi Sawit Prima

Jaya untuk tujuan memperkuat modal usaha koperasi.

Atas permintaan masyarakat subsidi tersebut di-

setor ke rekening Koperasi Sawit Prima Jaya

yang penggunaanya disetujui dan di-

pertanggungjawabkan dalam RAT

koperasi serta diawasi oleh

pemerintah daerah

Kabupaten Kutai

Timur”.bulan.

Sedang-kan PT. Tapi-

an Nadenggan mene-rapkan upah

minum sebesar 861.000 Rupiah perbulan. Perbe-daan ini kemudian yang menjadi landasan tuntutan kenaikan upah oleh buruh PT. Tapian yang sebagian besar masyarakat (adat) di Muara Wahau.

Pada Mei 2008 masyara-kat adat Muara Wahau (baca: buruh PT. Tapian) sempat melakukan mogok kerja selama 9 hari agar pi-hak manajemen perusahaan mau menyesuaikan upah minum dengan ketetapan Pemerintah setempat. Na-mun mogok kerja ini tidak

jua mem-buat PT.

Tapian patuh. Bahkan Perusahaan

mengancam akan mem-PHK (pemutusan hubung-an kerja) para buruh pelaku mogok kerja. Ancaman Pe-rusahaan dituangkan dalam surat edaran perusahaan yang berbunyi “jika tidak masuk kerja, maka siap di-PHK”.

Bersikerasnya Peru-sahaan tidak menaikkan upah, karena perusahaan selain memberikan upah minimum juga memberi-kan tunjangan beras yang banyaknya 15 kg/bln, yang menurut pandangan bu-ruh, upah minimum yang ditetapkan pemerintah adalah di luar tunjangan apapun.

Ancaman sepihak PT. Tapian Nadenggan sangat serius. Perusahaan telah menyiapkan uang pesangon bagi mereka yang tidak mau

bekerja kembali

setelah mun-culnya surat eda-

ran ancaman PHK. Respon sepihak Perusa-

haan ini jauh dari pemenu-han perjanjian adat sebelum perkebunan beroperasi (1998).

Uang Denda Adat

Aksi mogok kerja dan pendudukan selama 9 hari oleh masyarakat pada Mei 2008 selain menuntut ke-naikan upah minimum, juga meminta agar perusahaan menepati perjanjian sebel-umnya.

Selama 8 tahun sejak perkebunan beroperasi, kebum plasma yang dike-lola masyarakat baru akan dibangun. Sementara kebun inti (areal HGU perusa-haan) sedang dalam masa produksi. Padahal menurut perjanjian yang disaksikan Pemerintah, sebelum mem-bangun kebun inti, perusa-haan punya tanggung jawab membangun kebun plasma terlebih dahulu –sesuai Permintaan Kepala Daerah Kabupaten Kutai Timur sebelumnya (1998).

Untuk itu buruh memin-

1998. Sosialisasi Pola Kemitraan oleh PT. Pratita Laksana Setia kepada masyarakat.

Penyertaan modal bersama, 4:1 dengan Lahan masyara-kat dihitung sebagai saham, Rp.3.000.000,-/hektar

1999Pembukaan lahan besar-be-saran dengan persetujuan adat (pesta adat kampung)

Perpindahan pemegang HGU dari PT. PLS ke PT. Tapian Nadenggan.

2005Pola kemitraan tak kunjung terlaksana diganti dengan pola inti-plasma

Penandatangan MoU Kemi-traan (inti-plasma) dihadiri Menkop , Suerya Dharma Ali, tanpa pemberi tahuan isi MoU kepada Koperasi.

2007Ada berita perubahan pola kemitraan menjadi plasma

2008Aksi mogok kerja masyarakat menuntut kenaikan upah dan ganti kerugian selama 8 tahun pelanggaran atas perjanjian 1998.

Page 15: EDITORIAL - database.sawitwatch.or.iddatabase.sawitwatch.or.id/Publikasi SW/Tandan Sawit/FinalTandanUltah.pdf · 1 Edisi Ultah 10 th bagaimana meminta per-tanggung jawaban pelaku

14TandanSawit

menyentuh racun yang ada di dalamnya dan mengoles-kannya ke kecambah sawit. Begitulah pekerjaanku sejak pukul 07.00 – 15.00 wib.

Setiap hari saya dibayar Rp 26.800,-. Bekerja selama 7 hari dalam sepekan. Apa-bila sehari saja tidak bekerja, maka upah saya otomotis akan dikurangi. Tidak ada makanan atau snack dari pe-rusahaan saat bekerja. Juga alat-alat kerja dan perlind-ungan diri seperti masker, baju plastik dan sepatu boot harus disediakan sendiri oleh si buruh. Apabila bu-ruh tidak mampu membeli

yang dingin, saya merasa bangga menjadi buruh yang setiap minggu akan meneri-ma upah, yang menurutku jumlahnya sangat besar.

Sejak awal bekerja, saya ditempatkan di divisi pem-bibitan regu 2, yang bertu-gas untuk mengolesi bibit sawit dengan pestisida agar tidak dirusak oleh hama dan jamur. Cara mengolesinya dilakukan dengan tangan telanjang. Dimana pesti-sida dimasukkan ke dalam ember yang telah berisi air, dan kami para buruh mipping, mencelupkan tan-gan ke dalam ember itu,

bauksit milik PT HARITA GRUP -yang membutuh-kan banyak buruh. Tanpa proses seleksi, saya diterima sebagai buruh harian lepas (BHL) di perusahaan asal Malaysia itu.

Meski tak ingat tanggal pastinya, sejak bulan Juni 2007, aku resmi bekerja di anak perusahaan yang bergerak di perkebunan sawit bernama PT GU-NAJAYA KARYA GEMI-LANG. Setiap pukul 04.30 Wib, kami para buruh sudah harus berdiri di pinggir jalan raya Kendawangan menanti truk-truk perusahaan yang akan membawa kami ke lokasi kebun sawit. Meski harus berdiri berdesakan dengan mata berat mena-han kantuk di udara pagi

Kehidupan di kota Ketapang yang semakin sulit, me-

maksa ayah dan ibu berpisah rumah meski tidak bercerai. Ayah tetap memburuh di pelabuhan, sedangkan ibu bersama 9 anaknya pulang ke tanah kelahirannya di kecamatan Kendawangan untuk mencari peruntungan baru. Di tempat baru, hidup kami tidak lebih baik karena tidak ada harta peningga-lan kakek-nenek yang bisa dinikmati. Bahkan untuk tempat tinggal saja, kami mesti mengontrak rumah kecil berdinding papan yang penuh sesak.

Rasa iba dan keinginan kuat membantu ekonomi keluarga, membuatku ber-henti sekolah waktu duduk di bangku kelas 6 SD. Di saat yang hampir bersa-maan, di Kendawangan se-dang dibangun perkebunan sawit dan pertambangan

BURUH

TIADA JAMINAN KESEHATAN BURUH SAWIT

MENGOLESI DIRIDENGAN RACUN HAMA

Kiki saat dirawat-inap (opname) akibat keracunan pestisida. Buruh mipping usia anak ini setelah opname terpaksa berobat jalan sendiri, karena perusahaan tak mau menanggungnya.

“Saya Kiki Amelia. Umur 15 tahun, anak ke-4 dari 9 bersaudara. Ayahku bernama Atmansyah (43 tahun) bekerja sebagai kuli panggul di pelabuhan Ketapang, sedangkan ibu, Ratna Wulandari (37 tahun) hanya menjadi pengasuh bagi anak-anaknya. Penghasilan ayah yang minim sering memaksa kami untuk puasa menahan lapar. Kebutuhan akan pakaian dan perumahan yang

layak rasanya sulit untuk terpenuhi. Kami sudah lama berkerabat dengan kekurangan dan kemiskinan.”

Page 16: EDITORIAL - database.sawitwatch.or.iddatabase.sawitwatch.or.id/Publikasi SW/Tandan Sawit/FinalTandanUltah.pdf · 1 Edisi Ultah 10 th bagaimana meminta per-tanggung jawaban pelaku

15 Edisi Ultah 10th

alat-alat kerja itu, resiko kerja ditanggung sendiri. Hanya itu syarat untuk bisa bekerja di PT GUNAJAYA KARYA GEMILANG.

Sering sekali saya merasa mual dan pusing saat dan setelah pulang bekerja dari kebun sawit. Namun rasa sakit itu kerap ditahan den-gan meyakinkan diri bahwa saya kurang istirahat atau makan kurang teratur. Ge-jala yang sama juga sering dikeluhkan beberapa teman seregu, namun para buruh juga mempunyai keyakinan yang sama denganku.

Hingga peristiwa nahas

di hari itu, 19 Maret 2008. Sekitar pukul 07.00 wib, angin bertiup kencang. Tiba-tiba dadaku terasa berat dan mata berku-nang-kunang. Diantara sadar dan tiada, tubuhku ambruk....ketika membuka mata, aku mendapati diri terbaring lemah di RS An-tonius, Pontianak. Kata ibu, aku sudah seminggu lebih tidak sadarkan akibat keracunan pestisida. Masih melanjutkan kalimatnya, “Ada 36 teman Kiki juga keracunan. Tapi hanya Kiki dan Meli yang parah dan di-rawat di Pontianak.” Kali ini

ibu menangis.Meski masih merasa

lemah dan capek, dua hari setelah sadarkan diri, aku dibawa oleh pihak manaje-men perusahaan kembali ke Kendawangan. Sejak itu aku tidak mampu lagi bekerja. Hari-hari kulewatkan di rumah kecil penuh-sesak ini sambil menahan rasa sesak di dada. Bersamaan dengan itu, kepalaku serasa dipukul palu besar. Air mata mengalir deras dari pelupuk meski aku tidak sedang ber-sedih. Satu lagi, aku paling benci batuk. Karena setiap batuk pasti ada bercak da-

rah yang menggumpal ber-campur dahak.

Kini empat bulan telah berlalu. Cita-cita membantu menghidupi keluarga gagal total, bahkan aku menjadi beban terbesar bagi ayah, ibu dan saudara-saudaraku karena penyakit yang tak kunjung sembuh ini. Saat subuh menjelang, ketika aku mendengar suara para buruh yang berusaha ceria menaiki truk sambil mena-han dingin, aku sempatkan diri untuk bersujud dengan doa yang isinya selalu sama, “Tolong sembuhkan aku Ya Sang Khalik...” (Jgs)

Sumber: Laporan investigasi Sawit Watch terhadap Buruh PT. Tapian Nadenggan, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur

JENIS PEKERJAAN BURUH DI KEBUN SAWIT

Buruh PenyemprotBuruh semprot bekerja me-ningkatkan kualitas kebun dan produktifitas tanaman. Buruh semprot sangat akrab dengan bahan-bahan kimia berbahaya bagi kesehatan manusia, seperti pestisida.

Buruh semprot tidak di-batasi jam kerjanya, melain-kan harus menghabiskan 12 tanki air bercampur racun dalam sehari. Dari 12 orang dalam satu kelompok 6-10 diantaranya adalah buruh perempuan.

Buruh PemupukanBuruh pemupukan bekerja

sejak jam 07.00-14.30 den-gan waktu istirahat siang selama 30 menit.

Buruh pemupukan ini bekerja berkelompok, satu kelompok terdiri dari 12 pekerja untuk luas 32 ha dibawah pengawasan ketat seoarang mandor. Jenis pu-puk yang dipakai biasanya Urea, TSP, KCl.

Buruh DongkelPekerjaan buruh dongkel adalah mengumpulkan kayu-kayu atau anak-anak kayu dan mehancurkan akar-akar kayu. Pekerjaan mereka biasanya dalam tahap awal pembangunan kebun, membersihkan lahan untuk persiapan penggalian lubang tanam.

Buruh NebasBuruh ini bekerja untuk menebas anak-anak kayu. Mereka menggunakan alat sendiri seperti parang yang

dibawa dari rumah karena Perusahaan tidak menye-diakan alat nebas. Jam kerja mereka rata-rata sama den-gan buruh lainnya.

Jenis pekerjaan ini tak kenal batas umur. Rata-rata jenis pekerjaan ini mempe-kerjakan pekerja anak (anak putus sekolah).

Buruh Klerat Buruh klerat bertugas mene-bar dan mengecek racun ke tiap-tiap pohon sawit. Racun ini khusus untuk membunuh hama, khsusnya tikus, yang sering bersarang di pohon-pohon sawit.

Buruh PanenBiasanya bekerja selama 8 hari dalam sebulan, saat musim panen saja. Upah buruh panen sama saja den-gan buruh dengan peker-jaan lain. Alat-alat kerja yang digunakan juga milik sendiri, karena pihak perusahaan ti-

dak menyediakannya untuk pekerja harian lepas.

Buruh MippingBuruh mipping juga sama dengan buruh penyemprot, akrab dengan pestisida. Namun cara kerja mereka berbeda dengan buruh pe-nyemprot. jika buruh peny-emprot menggunakan tanki sebagai alat Bantu, maka lain halnya dengan buruh mipping.

Cara kerja buruh mip-ping, mencelupkan tangan-nya bisa dengan atau tanpa menggunakan kaus tangan, tergantung kemampuan membeli sarung tangan oleh buruh, ke dalam racun yang sudah bercampur den-gan air. Kemudian dioleskan pada ilalang yang tumbuh diantara kacangan, yang memang sengaja dipelihara yang berfungsi menjaga kelembapan (keasaman) dan kesuburan tanah.

Page 17: EDITORIAL - database.sawitwatch.or.iddatabase.sawitwatch.or.id/Publikasi SW/Tandan Sawit/FinalTandanUltah.pdf · 1 Edisi Ultah 10 th bagaimana meminta per-tanggung jawaban pelaku

16TandanSawit

itu diperlakukan sebagi sesuatu yang menunjuk pada dirinya sendiri, yang mana itu bukan apa ia-nya yang sebenarnya, lantas kata tersebut akan berhenti berfungsi sebagai petunjuk atau simbol.”

Artinya Sawit Watch sebenarnya bukanlah per-soalan campur-campurnya yang lebih substansial tetapi bagaimana memak-nai Sawit Watch tersebut.

Sawit Watch adalah simbol atau petunjuk dimana bilamana kita baca secara telanjang adalah pemantau sawit atau orang-orang yang memantau sawit. Po-

“Artinya Sawit Watch sebenarnya bukan-lah persoalan cam-pur-campurnya yang lebih substansial tetapi bagaimana memaknai Sawit Watch tersebut. Sawit

Watch adalah simbol atau petunjuk dimana atau bilamana kita baca secara telanjang adalah pemantau sawit atau orang-orang yang memantau sawit. Pohon-pohon sawit yang ada di beberapa tempat dipantau atau diamati. Jelas, pemaknaan tekstual ini salah. Pemaknaan suatu kata atau rangkaian kata terbentuk atau dibentuk oleh kelompok yang ikut membentuk atas kata atau rangkaian kata, sehingga bilamana mengartikan pemaknaan

Sawit Watch maka tafsir yang main-stream adalah bertan-ya kepada kelompok atau para pihak yang ikut memaknai Sawit Watch. “

Kata “Watch” menurut bahasa

aslinya berarti “memantau”

-Kamus Inggris Oxford.

SAMPAI MANAPEMAKNAANMUSAWIT WATCH?

Campur-campur, kadang kala mem-beri dampak baik,

atau malah memberikan dampak negatif. Sinkrit-isme, campur-campur terse-but. Ada kalangan yang tidak membolehkan sinkrit-isme, ada juga yang toleran hingga batas tertentu. Yang tidak membolehkan biasan-ya didasarkan atas kemur-nian, bahwa adanya cam-puran mengakibatkan tidak murni lagi atau terkotori. Yang membolehkan den-gan menoleransi, biasanya menyatakan asal bukan persoalan yang mendasar saja, dicampur oke. Bahkan terdapat adagium terkenal sebagai pintu masuk dari campur-campur ini, misal-kan memelihara tradisi yang baik, dan mengambil dari

luar tradisi yang lebih baik. Nahdhatul Ulama (NU) adalah salah satu organisasi kemasyarakatan yang sering mendengungkan adagium tersebut.

Tapi bagaimana dengan Sawit Watch? Sawit Watch adalah campuran dua kata yakni satu kata bahasa In-donesia dan satu kata yang lain adalah bahasa asing. Jelas Sawit Watch termasuk dalam barisan campur-campur tersebut. Bilamana berkeinginan konsisten maka digunakan paduan kata ‘pemantau sawit’ atau ‘palm oil watch’ bukan Sawit Watch. Pastinya campur-campur ini mempunyai alasan, bukan asal campur-campur yang tidak jelas.

Dalam membaca sebuah kata atau rangkaian kata, ses-eorang harus berurusan dengan berbagai macam petunjuk dan sim-bol yang disusun sedemiki-an rupa sehingga mereka menyampaikan suatu arti tertentu atau sebuah pesan.

Al Attas (1995) menyatakan “sebuah kata, sebagaimana yang sebenarnya adalah sebuah simbol dan untuk mengetahuinya sebagaima-na ia-nya yang sebenarnya adalah dengan mengetahui mewakili apakah kata terse-but, mensimbolkan apakah dia?, dan apakah artinya?. Jika seseorang menganggap sebuah kata seolah-olah memiliki realitasnya yang berdiri sendiri, maka kata

OPINI

NA Surambo, Sosiolog Pede-saan, Aktivis Sawit Watch.

Page 18: EDITORIAL - database.sawitwatch.or.iddatabase.sawitwatch.or.id/Publikasi SW/Tandan Sawit/FinalTandanUltah.pdf · 1 Edisi Ultah 10 th bagaimana meminta per-tanggung jawaban pelaku

17 Edisi Ultah 10th

former ini dalam

pergaulan-nya lebih

condong bergaul dengan serikat-serikat

petani, serikat-serikat buruh, dan lain sebagainya. Salah satu muara wacana kelompok transformer ini adalah perlunya reforma

SATU DEKADE SAWIT WATCH

Kami berharap, SW tetap jaga pesona sambil mengembangkan profesional-isme dan kami sangat senang berdis-kusi sampai tengah malam, tapi kapan beristrahatnya?

Saat ini, SW perlu mengupayakn agar tidak terperangkap semakin dalam di kerja-kerja Roundtable on Sustainble Palm Oil (RSPO), sebagusnya keluar dari RSPO bila sistem standarisasi sudah di-perbaiki dan jelas-jelas tidak berfungsi.

Untuk hal ini, juga SW perlu menjelas-kan kepada jaringan ornop lain tentang kemajuan lobi, strategi politik, dan bagaimana mereka bisa mendukung-nya. Selamat Ulang Tahun SW!

Milieudefensie,Campaign Globalisation

and EnvironmentClaudia and Valentijn

“Pihak reformis mengasumsikan bahwa sistem perkebunan kelapa sawit saat ini yang tidak bagus adalah persoalan implementasinya. Aturan main sudah bagus, bagaimana mengoptimalkan supaya implemen-tasinya menjadi lebih baik lagi. Pihak reformis memproduksi wacana perkebunan kelapa sawit berkelanjutan di-mana ruang permain-annya di rountable sustainable palm oil (RSPO).”

hon-pohon sawit yang ada di beberapa tempat dipan-tau atau diamati. Jelas, pe-maknaan tekstual ini salah. Pemaknaan suatu kata atau rangkaian kata terbentuk atau dibentuk oleh kelom-pok yang ikut membentuk atas kata atau rangkaian kata, sehingga bilamana mengartikan pemaknaan Sawit Watch maka tafsir yang mainstream adalah bertanya kepada kelompok atau para pihak yang ikut memaknai Sawit Watch.

Sawit Watch diakhir-akh-ir tahun 2000-an dimaknai sebagai pihak yang ‘garang’ terhadap pembakaran hutan untuk kebun sawit. Sawit Watch ikut berkontribusi, bagaimana pembakaran hu-tan dalam pembukaan ke-bun kelapa sawit skala besar dilarang saja. Pihak-pihak yang ekstrim beroposisi me-maknai Sawit Watch sebagai ‘teroris investasi’ dimana Sawit Watch adalah pihak yang selalu mengganggu investasi perkebunan kelapa sawit. Pemaknaan terha-dap Sawit Watch berlanjut, bahwa Sawit Watch adalah pihak yang tidak suka eks-pansi perkebunan kelapa sawit. Sawit Watch selalu memproduksi data-data berkenaan bahaya ekspansi tanaman-tanaman kelapa sawit ketika hadir dalam bentuk perkebunan kelapa sawit. Pihak yang selalu dirugikan ekspansi tana-man-tanaman kelapa sawit ini adalah masyarakat adat. Pemaknaan Sawit Watch dalam kaitan ini adalah ter-

masuk salah satu pihak yang terdepan membela hak-hak masyarakat adat.

Tidak sampai disitu, Sawit Watch adalah pihak yang berkeinginan merubah sistem perkebunan kelapa sawit menjadi lebih adil dan beradab. Pihak reformis mengasumsikan bahwa sistem perkebunan kelapa sawit saat ini yang tidak ba-gus adalah persoalan imple-mentasinya. Aturan main sudah bagus, bagaimana mengoptimalkan supaya implementasinya menjadi lebih baik lagi. Pihak refor-mis memproduksi wacana perkebunan kelapa sawit berkelanjutan dimana ruang permainannya di rountable sustainable palm oil (RSPO). Pihak lain yang mencoba ikut memaknai Sawit Watch adalah para transformer. Mereka mengasumsikan bahwa sistem perkebunan kelapa sawit yang hadir saat ini tidak ada bedanya sistem perkebunan kelapa sawit yang hadir kala kolonial masih bercokol di Indo-nesia. Untuk itu, sistem perkebunan kelapa sawit harus diubah, utamanya persoalan penguasaan dan kontrol. Bagaimana teknis-teknis budidaya perkebunan kelapa sawit direbut dan di-kuasai oleh petani dan bu-ruh kebun. Bagaimana pen-guasaan lahan, kelompok petani-lah yang mempunyai lahan lebih luas, bukan pe-rusahaan perkebunan besar. Itulah berbagai pertanyaan yang dilontarkan oleh para transformer. Para trans-

agrar-ia sejati

di perke-bunan kelapa

sawit.Saat ini, sudah

satu dekade pemaknaan terhadap Sawit Watch. Pemaknaan tersebut terus berlanjut, tidak akan ber-henti-henti. Pemaknaan antara reformis dan trans-former akan berkompetisi, saling bersaing, dan saling mengalahkan untuk me-maknai Sawit Watch, agar tampil sebagai kelompok yang dominan memaknai Sawit Watch.

Page 19: EDITORIAL - database.sawitwatch.or.iddatabase.sawitwatch.or.id/Publikasi SW/Tandan Sawit/FinalTandanUltah.pdf · 1 Edisi Ultah 10 th bagaimana meminta per-tanggung jawaban pelaku

18TandanSawit

pengakuan adanya sistem pemerintahan adat di Sumatera Barat, telah me-nyebabkan sistem pemerin-tahan Nagari hidup kembali di Ranah Minang. Peran pemangku adat dalam men-jalankan keputusan hukum di daerah sangat penting.

“Kedatangan kami ini sekaligus memberikan pe-lajaran baru kepada Daulat Yang Dipartuan (sebutan bagi pemangku adat -red). Selama ini Daulat tak per-nah tau, bertemu dengan pejabat di Jakarta adalah hal biasa untuk urus-urus kasus,” ungkap Ujang sebelum mengakhiri wa-wancaranya dengan Tandan Sawit. (tJong)

MASYARAKAT ADAT PASAMAN BARAT

PENGEMBALIAN LAHAN KEBUN KE TANAH ADAT

Hampir satu ming-gu (11/7), Ujang (35 tahun) dan

Bulkaini (45 tahun) bolak-balik Bogor-Jakarta untuk bertemu dengan beberapa lembaga Pemerintah. Tu-juannya ke Jakarta tak lain untuk mengantar Pemang-ku Adat (Daulat Yang Di-partuan) mereka bertemu langsung dengan pejabat-pejabat pemerintah di Ja-karta sebagai upaya lanjutan atas penyelesaian sengketa lahan antara 21 pemangku adat Pasaman Barat dengan PT. Anam Koto yang sudah berlangsung sejak 1993.

“Hampir 15 tahun, ma-salah kami terkatung-ka-tung. Dan baru kali ini kami berani membawa datuk

kami ke Ja-

karta untuk bertemu pejabat,

“ tutur Bulkaini.Bulkaini sebelumnya

adalah pedagang sayur-mayur dan buah. Hampir seminggu sekali, di tahun 90-an, Bulkaini mengirim hasil pertanian dari Pasa-man Barat ke Bandung, Jakarta dan daerah-daerah lainnya di Jawa.

“Saya sering membawa jeruk dan durian bertruk-truk dari kampung ke dae-rah Jawa. Tapi sejak Anam Koto membabat lahan per-tanian kami, kami tak lagi berdagang jeruk dan buah lainnya,” keluh Bulkaini menjelaskan dampak seng-keta dengan PT. Anam Koto baginya.

Kabupaten Pasaman Barat selain sebagai peng-hasil utama sawit juga se-bagai penghasil jeruk dan karet (Data Sumatera Barat Dalam Angka dan Litbang

Kom-pas,

2004). Menjadi selaras

dengan penuturan Bulkaini, sebagian dae-

rahnya yang menghasilkan jeruk tergusur oleh perke-bunan sawit.

“Anam koto mentelan-tarkan lahan yang sebelum-nya diserahkan oleh ninik mamak untuk ditanam sawit. Satu hektar pada 1991 disewa 37 ribu rupiah. Puluhan tahun lahan adat terlantar, kami tanami den-gan jeruk, pisang dan karet. Daripada jadi tanah mati,” lanjut Bulkaini saat ditanya permasalahannya dengan PT. Anam Koto (HGU-nya atas nama PT. Bunga Se-tangkai).

“Kami ingin menso-sialisasikan kasus kami ini lagi. Pemda Pasaman Barat sudah mengeluarkan per-aturan. HGU terlantar atau habis masa pakainya akan dikembalikan ke masyara-kat. Kami minta bantu te-man-teman lah untuk antar kami ketemu Pak Dirjen dan Pak Komnas HAM,” Ujang manambahkan maksud kedatangannya ke Bogor dan Jakarta.

Otonomi daerah dan

Ijin HGU (Hak Guna Usaha) perkebunan yang sering kali dipindah-tangankan tanpa sepengetahuan semua pemangku kepentingan perkebunan telah mengakibatkan manipulasi penyewaan lahan. Inisiatif Pemkab Pasaman Barat yang mengeluarkan peraturan daerah tentang pengembalian lahan HGU yang habis masa pakainya ke status semula adalah kemajuan luar biasa. Selain menjadi jawaban pe-nyelesaian atas praktik kecurangan (manipulasi masa sewa) yang selama ini terjadi, Perda Kabupaten Pasaman Barat ini adalah jaminan hukum atas pengembalian lahan kebun kepada pemilikan adat (tanah adat), khususnya di Pasaman Barat yang sistem pemerintahan adat Nagari diakui keberadaannya.

Bulkaini, Ketua Kelompok Tani Anak Nagari Ling-kung Aua, Pasaman Barat, Sumatera Barat.

MASYARAKAT ADAT

Page 20: EDITORIAL - database.sawitwatch.or.iddatabase.sawitwatch.or.id/Publikasi SW/Tandan Sawit/FinalTandanUltah.pdf · 1 Edisi Ultah 10 th bagaimana meminta per-tanggung jawaban pelaku

19 Edisi Ultah 10th

MASYARAKAT ADAT PASAMAN BARAT

PENGEMBALIAN LAHAN KEBUN KE TANAH ADAT

ini baik oleh Pemerintah setempat maupun oleh pihak lain (para pemangku kepentingan).

Bahkan dalam paparan kasus serupa di tempat lain, secara rinci Serge mencatat, kasus-kasus sengketa lahan hutan (adat)-HGU tak ayal berbuntut kepada peng-kriminalan (kriminalisasi) masyarakat -ada aparat desa yang juga dikriminalkan oleh perusahaan, tindakan kekerasan perusahaan ter-

hadap petani dan bah-kan ada penghilangan nyawa penduduk setempat.

Secara umum, buku yang ditulis dalam Inggris ini (ada versi terjemahan dalam Indonesia) ber-cerita tentang dampak perkebunan sawit ter-hadap kondisi sosial,

ekonomi dan lingkungan yang pada akhirnya beru-jung kepada adanya pelang-garan atas pemenuhan hak dasar manusia (HAM).

Sekalipun ditulis dengan gaya khas kalangan antro-polog (catatan kaki yang penuh), isi buku ini tak mengurangi pemahaman pembaca. Di akhir buku ini juga berisi rekomendasi ke-pada para pemangku kebun sawit. (tJong)

Rekomendasi Untuk Pemerin-tah Indonesia (Hal.113)

1. Melaksanakan kewajiban yang tertera dalam

hukum interna-sional dengan menghormati konvensi internasional yang sudah diratifi kasi, termasuk Konvensi Internasional Hak–hak Politik dan Sipil, Konvensi Inter-nasional untuk Hak–hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskrimi-nasi Rasial, dan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan.

2. Melarang dan mencegah eks-pansi perkebunan kelapa sawit lebih lanjut sampai isu yang diangkat di laporan ini diper-hatikan.

“HILANGNYA TEMPAT BERPIJAK”

KEMELUT HAK ASASIDI PERKEBUNAN SAWIT

“Jangan pernah ter-tipu oleh judul dan sampul buku yang ba-gus!”

Begitu, kira-kira peri-ngatan

umum yang sering disampaikan kepada kita saat mau mem-beli dan membaca sebuah buku.

Namun, pesan tersebut tak perlu berlarut hinggap di kepala kita saat kita mau membaca buku apapun. Nilai terpenting dari buku adalah informasi dan pen-getahuan yang dibawakan-nya. Apalagi kita alpa mem-baca buku yang satu ini.

Buku “Hilangnya Tempat Berpijak” adalah laporan perjalanan (fakta pertama dan kedua) yang dirangkum

oleh Serge Marti dari Life-Mosaic yang penerbitannya atas kerjasama tiga lembaga, LifeMosaic, Friends of the Erath UK dan Sawit Watch. Buku ini sarat informasi lapangan tentang sengketa lahan perkebunan sawit dengan tanah adat, dampak sosial dan lingkungan dari pem-bangunan

kebun sawit.Di awal-

awal bagian buku ini rekaman Serge men-jurus kepada pemaparan tentang hak kepemilihakan atas lahan dan hutan sebelum dikon-versi menjadi areal perke-bunan.

Temuan Serge yang juga dikonfi rmasikan dengan in-

formasi dari latar belakang sengketa lahan hutan-kebun semisal yang tulis Marcus Colcester, Ghost in Our Land, persoalan klaim hak atas lahan hutan-kebun sawit terjerembab ke dalam konfl ik masyarakat adat

dan perusahaan pemegang ijin HGU (Hak Guna Usaha).

Salah satu dari sengketa lahan tersebut adalah sengketa

hu-tan adat Semu-nying Jaya dengan perkebunan Duta Palma di Kalimantan Barat. Duta Palma telah

melakukan penebangan atas hutan adat di Semu-nying Jaya secara bertahap, yang kemudian tidak ada tindakan penyelesaian yang komprehensif atas kasus

Judul asli Losing Ground, ditulis oleh Serge Marti, Life-Mosaic-UK.

TELAAH BUKU

Page 21: EDITORIAL - database.sawitwatch.or.iddatabase.sawitwatch.or.id/Publikasi SW/Tandan Sawit/FinalTandanUltah.pdf · 1 Edisi Ultah 10 th bagaimana meminta per-tanggung jawaban pelaku

20TandanSawit

gatkan, homo homoni lupus (manusia menjadi penin-das bagi manusia lainnya) adalah watak dasar manusia (human nature) yang akan berlangsung dalam kondisi perang atau bentuk kompe-tisi lainnya.

Dalam teori-teori daya bertahan hidup, adaptasi makhluk hidup terhadap lingkungannya tidak pernah ditujukan untuk bagaimana menciptakan lingkungan yang lebih baik, tetapi bagaimana berkompetisi, berperang, bertarung meny-ingkirkan para pesaingnya untuk tujuan monopoli atas lingkungan. Maksud dan tujuan adaptasi tetap eksploitasi sumber-sumber penyedia kebutuhan hidup (sumberdaya alam).

Krisis minyak, krisis pangan, dan krisis iklim dunia adalah gambaran baru Malthusian Crisis yang mutakhir. Krisis-krisis ini adalah kondisi “yang ter-cipta dan mencipta” dari krisis yang satu ke krisis yang lain atau sebaliknya. Krisis minyak menciptakan krisis pangan karena lahan hutan atau lahan pertanian (lahan produksi pangan) dialihkan untuk komoditas

bahan baku minyak nabati (bahan bakar nabati-BBN), komoditas pangan beralih menjadi komoditas BBN. Krisis iklim tercipta karena eksplorasi dan eksploitasi minyak. Krisis berjalan dalam lingkaran setan, tanpa akhir.

Lalu siapa yang mampu beradaptasi dalam kondisi yang demikian dan menjadi pemain utama lingkaran se-tan krisis? Paparan Hobbes menjadi gambang, “homo homoni lupus” dimiliki oleh kelompok dominator-domi-nator, yaitu kelompok yang memiliki kuasa keuangan, kuasa politik, kuasa pen-getahuan dan teknologi, jumlah besar atas populasi dan kuasa keunggulan dunia lainnya.

Bukan sebuah pembena-ran saat negara-negara maju dapat disebut sebagai pelaku adaptasi yang memiliki kuasa keunggulan-keung-gulan tersebut. Uni Eropa, China, Amerika, Australia, Inggris, Arab dan negara maju lainya adalah pemilik kuasa-kuasa itu.

Lalu bagaimana dengan harmoni sebagai harapan umat manusia dapat sedikit terwujud, dan meredam krisis? Harmoni adalah an-juran bagi para kelompok-kelompok dominator. Ke-lompok dominator adalah kelompok yang seharusnya punya tanggung jawab memperbaiki lingkungan (alam). Kelompok-kelom-pok kuat ini yang seharus-nya melakukan adaptasi dan mitigasi terhadap krisis-kiris dunia. Bukan malah seba-liknya, kelompok-kelompok lemah, yaitu negara-negara berkembang yang mana pernah mengalami fase pe-nyingkiran dan penindasan di masa-masa sebelumnya. Itu pun kalau memang harmoni adalah tujuan uni-versal umat manusia. Living harmony, bukan begitu?

Harmoni, atau sering disebut keserasian hidup

adalah hal jamak yang di-cita-citakan semua kompo-nen kehidupan. Hubungan manusia dengan lingkungan atau alam tidak pernah ber-jalan serasi. “Malthusian Crisis”, adalah salah satu tesis di jaman modern yang memperkuat tesis ketida-kharmonian manusia den-gan manusia, dan manusia dengan alam sebelumnya. Malthusian Crisis (Malthus) memperkuat homo homoni lupus (Hobbes).

Malthusian Crisis, pe-ningkatan jumlah manusia bersifat geometrikal (deret ukur) sementara pertum-buhan penyediaan pangan (sumberdaya alam) bersifat aritmatikal (deret hitung) adalah kondisi yang men-ciptakan ketidakseimban-gan. Maka tak salah, kondisi ini akan menciptakan kom-petisi antarbinatang pintar (manusia) untuk saling memperebutkan sumber-sumber penyediaan pangan. Kondisi yang kemudian terjadi, Hobbes sebelum Malthus sudah memperin-

“LIVING HARMONY”

Oleh: Mohammad Djauhari

LINGKUNGAN

Page 22: EDITORIAL - database.sawitwatch.or.iddatabase.sawitwatch.or.id/Publikasi SW/Tandan Sawit/FinalTandanUltah.pdf · 1 Edisi Ultah 10 th bagaimana meminta per-tanggung jawaban pelaku

21 Edisi Ultah 10th

13Pekebun

2Laporan Khusus

DARI PEMBACA

Teknis Mengambil Sampel Air Tercemar Limbah Sawit

Salam

Kami, WALHI Aceh sedang melakukan advokasi pencemaran air sungai akibat pembuangan limbah pabrik sawit yang ada di Aceh Tamiang, NAD. Satu kegiatan kami adalah men-gambil sample air.

Kami membutuhkan infor-masi teknis pengmabilan sample air akibat tercemar limbah CPO. Apakah Sawit Watch dapat mem-bantu?

Salam,M. Oki Kurniawan(Manager Kampanye WALHI-Aceh)

Oki yang baik,

Kami saat ini belum bisa memberikan kebutuhan anda.

Dan hal ini akan kami sampaikan kepada kebeberpa kolega dan mitra kami. Bila ada informasi hal tersebut akan kami sampai segera.

Redaksi

Berkirim Artikel (opini) untuk Tandan Sawit

Salam,

Saya senang bisa membaca tu-lisan-tulisan yang ada di Sawit Watch (Tandan Sawit -red). Saya berkeinginan untuk memasukkan satu opini yang berkaitan dengan masalah sawit di Kalimantan Barat. Terima kasih untuk perha-tiannya.

JailaniPengamat Sawit di Kalbar

Pak Jailani di Kalbar,

Dengan tangan terbuka, kami reda-ksi Tandan Sawit dapat menerima kiriman artikel maupun opini dari manapun.

Jika Bapak atau ibu berkenan mengirimkan artikel atau tulisan yang berisi pendapat pribadi, sanggahan, berita serta konfi rmasi yang berkenaan dengan persoalan perkabunan sawit, silahkan ke alamat kami sebagai berikut:1.alamat elektronik:

[email protected] pos: Jl. Sempur Kaler No.28,

Bogor, Jawa Barat.3.Atau di nomor fax: 0251-352171.

Partisipasi bapak atau ibu dalam membangun wacana dan pemamaparan kebenaran seputar kebun sawit dan permasalahannya, itu yang kami harapkan.

Terima Kasih,Redaksi

RedaksiPenanggung Jawab

Rudy Lumuru

Dewan Redaksi

Rudy Lumuru, Abet Nego Tarigan, NA Su-rambo, Edi Sutrisno, Norman Jiwan.

Pemimpin Redaksi

NA Surambo

Redaktur Pelaksana

Jefri Saragih

Redaksi

Jefri Saragih, Elsa Su-santi, Suhartini, Yan-yan Hadiyana, Eep Safullah, Norman Jiwan, Moham-mad Djauhari.

Sekretariat Redaksi

Vinna

Distribusi dan Pelayanan Komplain

Eep Saifullah

KeuanganTina, Supapan dan Sukardi

Penerbit

Perkumpulan Sawit Watch

Alamat Redaksi

Jl. Sempur Kaler No.28, Bogor.Telp: 0251 352171Fax: 0251 [email protected] foto: Sawit Watch

2Sejarah la-hirnya....

1Editorial

12...terjebak dengan kata “Watch”

16...Sawit

Watch?

14...sekaligus buruh

19Telaah Buku

Page 23: EDITORIAL - database.sawitwatch.or.iddatabase.sawitwatch.or.id/Publikasi SW/Tandan Sawit/FinalTandanUltah.pdf · 1 Edisi Ultah 10 th bagaimana meminta per-tanggung jawaban pelaku

22TandanSawit

10th

SAWIT WATCH

“ B e r s a m a r a k y a t m e n u j u p e r u b a h a n y a n g a d a i l d a n b e r a d a b ”