Edit Kajian Yuridis Konsepsi Sun UU RI KAMNEG

35
KAJIAN YURIDIS KONSEPSI PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NEGARA Oleh : IGM Nurdjana I. LATAR BELAKANG Strategi penyelenggaraan keamanan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh perkembangan global, transparasi geo politik dan geo strategi dengan paradigma HAM, demokrasi, lingkungan hidup, pasar bebas gangguan keamanan transnasional harus dicermati dalam kontek keamanan negara. Fenomena gangguan keamanan yang kotemporer dan menjadi ancaman terhadap unsur-unsur negara meliputi pemerintahan yang tidak stabil, masyarakat yang cenderung anarkis meningkat trend kejahatan konvensional transnasional dan kejahatan terhadap negara serta kejahatan terhadap wilayah negara. Dalam kaitan ini keamanan negara (KAMNEG) merupakan pilar pembangunan yang menentukan keberhasilan pembangunan nasional maka perspektif ke depan prioritas melalui legislasi perlu penyusunan peraturan perundang-undangan tentang penyelenggaraan keamanan negara. Legal resening penyelenggaraan keamanan negara secara konstitusional telah diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 30 ayat (2) tentang sistem pertahanan dan keamanan negara yang secara substansi telah dipisahkan oleh TAP MPR Nomor VI Tahun 2000 ditegaskan pada pasal 30 ayat (3). Pertahanan negara urusan TNI selaku komponen utama dan keamanan negara (bukan keamanan nasional) menjadi urusan Polri selaku komponen utama sesuai pasal 30 ayat (4) yaitu ”Polri sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat yang bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat serta menegakan hukum”. Selanjutnya ditegaskan lagi pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 sebagai undang-undang pelaksanaan penyelenggaraan keamanan negara dengan koridor hukum dan dimensi tugas Kepolisian terhadap gangguan keamanan negara konvensional dan transnasional. Jika dikaitkan dengan tatanan kewenangan dengan koordinasi antar TNI-Polri maka tidak tedapat wilayah abu-abu, karena pada pasal 30 ayat (3) UUD 45 dengan

Transcript of Edit Kajian Yuridis Konsepsi Sun UU RI KAMNEG

Page 1: Edit Kajian Yuridis Konsepsi Sun UU RI KAMNEG

KAJIAN YURIDISKONSEPSI PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

TENTANGKEAMANAN NEGARA

Oleh : IGM Nurdjana

I. LATAR BELAKANG

Strategi penyelenggaraan keamanan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh perkembangan global, transparasi geo politik dan geo strategi dengan paradigma HAM, demokrasi, lingkungan hidup, pasar bebas gangguan keamanan transnasional harus dicermati dalam kontek keamanan negara. Fenomena gangguan keamanan yang kotemporer dan menjadi ancaman terhadap unsur-unsur negara meliputi pemerintahan yang tidak stabil, masyarakat yang cenderung anarkis meningkat trend kejahatan konvensional transnasional dan kejahatan terhadap negara serta kejahatan terhadap wilayah negara. Dalam kaitan ini keamanan negara (KAMNEG) merupakan pilar pembangunan yang menentukan keberhasilan pembangunan nasional maka perspektif ke depan prioritas melalui legislasi perlu penyusunan peraturan perundang-undangan tentang penyelenggaraan keamanan negara.

Legal resening penyelenggaraan keamanan negara secara konstitusional telah diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 30 ayat (2) tentang sistem pertahanan dan keamanan negara yang secara substansi telah dipisahkan oleh TAP MPR Nomor VI Tahun 2000 ditegaskan pada pasal 30 ayat (3). Pertahanan negara urusan TNI selaku komponen utama dan keamanan negara (bukan keamanan nasional) menjadi urusan Polri selaku komponen utama sesuai pasal 30 ayat (4) yaitu ”Polri sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat yang bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat serta menegakan hukum”. Selanjutnya ditegaskan lagi pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 sebagai undang-undang pelaksanaan penyelenggaraan keamanan negara dengan koridor hukum dan dimensi tugas Kepolisian terhadap gangguan keamanan negara konvensional dan transnasional.

Jika dikaitkan dengan tatanan kewenangan dengan koordinasi antar TNI-Polri maka tidak tedapat wilayah abu-abu, karena pada pasal 30 ayat (3) UUD 45 dengan jelas disebutkan ”Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara”. Hal ini sesuai dengan dimensi tugas militer dan tatanan agenda reformasi yang universal dari kebiasaan-kebiasaan hukum internasional. Pengaturan koordinasi penyelenggaraan keamanan negara dan peran lembaga/instansi terkait perlu diatur pembentukan undang-undang keamanan negara melalui agenda legislasi nasional.

Politik hukum negara Republik Indonesia adalah negara hukum dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Dalam pembentukan undang-undang, peraturan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan atau menyimpang dengan perundang-undangan yang lebih tinggi. Dalam hal ini misalnya Undang-Undang Penyelenggaraan Keamanan Negara yang akan dibentuk tidak menyimpang dan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 serta prosedur pembentukan peraturan perundang-undangan sesuai Undang-Undang No. 10 Tahun 2004. Jika bertentangan akan menimbulkan implikasi baru dan duplikasi penyelenggaraan keamanan karena penerapan

Page 2: Edit Kajian Yuridis Konsepsi Sun UU RI KAMNEG

otoritas sektoral yang tidak proporsional dan melawan kaidah-kaidah hukum yang universal. Dengan demikian relevansi penyusunan UU KAMNEG atau RUU KAMNEG adalah konsistensi logis dari tatanan yuridis dengan terminologi hukum berdasarkan konstitusi di Indonesia.

Mindset kebijakan dalam penyusunan Undang-Undang KAMNEG perlu disesuaikan dengan konstitusi negara agar penyelenggaraan keamanan negara tidak set back dengan pendekatan paradigma lama pada military heavy atau military abligation melainkan dengan pendekatan civil society dan mengedepankan aktor-aktor keamanan negara non militer atau peran TNI/ militer dalam kompetensi dimensi ancaman militer dan gangguan nir militer terhadap KAMNEG menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.

II. HAKEKAT KEAMANAN NEGARA

1. Landasan Yuridis Penyelenggaraan Keamanan NegaraTelah diterapkan dalam beberapa peraturan perundang-

undangan sebagai landasan yuridis yaitu :a. Pada substansi sistem hukum yang ditetapkan dalam UUD 1945

(amandemen) pasal 30 ayat (4) disebutkan ”Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum”, dan untuk penyelenggaraan keamanan negara ditegaskan dalam pasal 30 ayat (5) bahwa ”Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-undang” atau secara instrumental ditegaskan sebagai sub sistem hukum dari SISHAN dan KAMNEG melalui hal-hal yang terkait dengan Pertahanan Negara dan Keamanan Negara diatur dengan Undang-Undang Keamanan Negara tentang Penyelenggaraan Keamanan Negara secara Substansial melalui legislasi nasional perlu dibuat RUU Keamanan Negara.

b. Pada Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Polri pada pasal 13 yang menjadi tugas pokok Polri disebutkan ”Tugas Pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah; a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; b. menegakkan hukum; dan c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat”. Selanjutnya dalam pelaksanaan tugas pokok Polri terdapat hal yang spesifik atau khas Kepolisian yaitu pada usaha penegakan hukum tentang keamanan negara secara hukum materiil diatur dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1946 tentang KUHP terdapat 26 pasal dari pasal 104 s.d 129.

Selanjutnya prinsip dasar lembaga Polri dalam penegakan hukum terhadap delik keamanan negara telah ditentukan dengan tegas dalam KUHAP tentang hukum formil yang mengatur prosedur, kedudukan dan wewenang pejabat Polri selaku penyelidik pada pasal 4 dan pasal 5 KUHAP, selaku penyidik pada pasal 6, pasal 7, pasal 8, dan pasal 9 KUHAP, selaku penyidik pembantu pada pasal 10, pasal 11, dan 12 KUHAP. Adapun bidang reserse Polri yang menjadi

2

Page 3: Edit Kajian Yuridis Konsepsi Sun UU RI KAMNEG

sentra atau fungsi teknis khas Kepolisian dalam penegakan hukum adalah yang ditetapkan pada :

Pasal 6 KUHAP(1) Penyidik adalah :

a. pejabat Polisi Negara Republik Indonesia;b. pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang

diberi wewenang khusus oleh undang-undang.(2) Syarat kepangkatan pejabat sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 10 KUHAP(1) Penyidik pembantu adalah pejabat Kepolisian

Negara Republik Indonesia yang diangkat oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia berdasarkan syarat kepangkatan dalam ayat (2) pasal ini.

(2) Syarat kepangkatan sebagaimana tersebut pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Dalam pelaksanaan tugas penyidik untuk penegakan hukum selain Polri menurut KUHAP adalah PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil) dan penyidik Polri ditetapkan sesuai Pasal 7 ayat (1) KUHAP menjadi Korwas (Koordinasi dan Pengawasan) Penyidik Pegawai Negeri Sipil integritas ”penyidik” Polri tersebut akan menentukan tegaknya hukum terhadap pelanggaran delik keamanan negara melaksanakan ”sistem peradilan pidana” (Criminal Justice System) sesuai hukum positif di Indonesia.

Gambaran tentang delik yang mengatur tentang kejahatan terhadap keamanan negara merupakan terminologi hukum yang secara universal masih berlaku dan dimuat dalam KUHP dan RUU KUHP serta akan menjadi perspeksif baru penyelenggaraan keamanan negara sesuai amanat UUD 1945 Pasal 30 ayat (3) dan (5) tersebut diatas.

2. Pengertian KeamananAman adalah suatu keadaan bebas dari bahaya yang dirasakan

oleh seseorang. Suatu keadaan dinyatakan aman bila semua orang secara bersama memiliki perasaan bebas dari bahaya. Dengan demikian perasaan aman dapat dimiliki secara pribadi oleh seseorang, maupun bisa dirasakan secara bersama oleh semua orang.

Perasaan aman pada hakekatnya kebutuhan dasar bagi setiap orang dan semua orang, bersama dengan kebutuhan dasar yang lain yaitu terpenuhinya kebutuhan badaniyah manusia seperti sandang, pangan, kesehatan dan kasih sayang yaitu kebutuhan untuk mengatasi rangkaian kesulitan dari suatu kesulitan kepada kesulitan berikutnya sepanjang hayat tanpa henti. Dalam mengatasi berbagai kesulitan tersebut timbul pertentangan antara satu manusia dengan manusia yang lain atau hambatan alam sekitar yang menjadi lingkungannya. Maka timbulah bahaya yang berasal dari sesama manusia maupun dari lingkungan alam sekitarnya.

Keamanan berasal dari pokok ”aman” yang berarti: bebas, terlindung dari bahaya, selamat, tidak membahayakan, yakin dapat dipercaya, dapat diandalkan. Sedangkan ”keamanan” memiliki arti suasana aman, ketentraman ketenangan.

3

Page 4: Edit Kajian Yuridis Konsepsi Sun UU RI KAMNEG

Keamanan memiliki pengeritan yang universal atau sering disebut dengan security. Pada awal mulanya konsep keamanan (security) hanya menyangkut pengertian yang berkaitan dengan keamanan suatu negara. Komisi Konstitusi (2004) dengan mengutip Patrick J. Garrity mengemukakan bahwa pengertian ”security” closely tied to a states defence of sovereign interest by military means. At its most fundamental level, the term security has meant the effort to protect a population and territory against organized force white advancing state interrest throug competitive behavior.

Dalam literatur kepolisian, pengertian secara umum adalah keadaan atau kondisi bebas dari gangguan fisik, maupun psikis, terlindunginya keselamatan jiwa dan terjaminnya harta benda dari segala macam ancaman gangguan dan bahaya (Awaloedin Djamin, 2004). Sudah barang tentu pemahaman ini berbeda dengan pengertian keamanan (security) pada awalnya karena pengertian ini lebih mengacu pada pengertian ”keamanan dan ketertiban masyarakat” yang kita biasa gunakan atau juga disebut keamanan umum (public security). Dalam hal ini istilah lama seperti public order atau law and order telah mengalami perluasan dimana order tidak hanya menyangkut ketertiban seperti digunakan oleh bahasa kita sehari-hari akan tetapi sudah menyangkut keamanan.

Istilah security juga telah bergeser dan berkembang (semakin luas). Semenjak tahun 1994 dengan keluarnya The Human Development Report dari UNDP, dikenal pula istilah ”human security” yang berarti : pertahanan, keamanan dan ancaman kronis kelaparan, penyakit dan penindasan. Kedua, berarti perlindungan dari gangguan mendadak yang merugikan pola kehidupan sehari-hari di rumah, di tempat kerja ataupun dalam masyarakat. The Human Development Report tersebut di atas mengidentifikasi 7 (tujuh) elemen yang merupakan human security, yaitu (1) economic security, (2) food security, (3) health security, (4) environmental security, (5) personal security, (6) community security, dan (7) poliscal security. Fokusnya dari human security ini adalah manusia, bukan negara.

Berdasarkan uraian di atas, istilah keamanan mempunyai pengertian yang beraneka ragam sehingga tidak mungkin berdiri sendiri, tetapi harus dikaitkan dengan sesuatu: misalnya ”keadaan atau kondisi bebas dari gangguan fisik, maupun psikis, terlindunginya keselamatan jiwa dan terjaminnya harta benda dari segala macam ancaman gangguan dan bahaya” (Awaloedin Djamin, 2004) karena itu pengertian istilah keamanan sangat tergantung pada kata yang mengikutinya. Ditinjau dari tatarannya, paling tidak kita bisa mengelompokkan konsep keamanan itu dalam 4 (empat) kategori yaitu: (1) International security, (2) National (state) security, (3) Public security (and order), dan (4) Human security.

3. Tujuan Negara Bidang KeamananSetelah negara terbentuk, maka tujuan pembentukan negara

mencakup tujuan yang luas untuk memenuhi kebutuhan semua warga negara. Salah satu tujuan negara adalah melindungi warga negaranya sehingga terjamin rasa aman di seluruh wilayah negara. Jaminan rasa aman selain dimiliki oleh seluruh warga negara juga oleh semua orang yang berada dalam wilayah negara secara syah, sehingga rasa aman dimiliki oleh setiap orang dan semua orang dalam wilayah negara.

4

Page 5: Edit Kajian Yuridis Konsepsi Sun UU RI KAMNEG

Rasa aman yang dimiliki oleh setiap orang dan semua orang dalam wilayah negara mencakup empat unsur yang menyatu yaitu :Pertama, rasa bebas dari gangguan badaniah maupun rohaniah

(security),Kedua, rasa terjamin keselamatannya terhadap dirinya, miliknya

dan hak-hak serta kehormatannya (safety),Ketiga, rasa terjamin kepastian tentang benar dan salah menurut

hukum (security),Keempat, rasa damai dari kekhawatiran (peace).

Keempat unsur ini dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dalam perasaan yang tersimpan dihati setiap orang dan semua orang. Bila hal ini terwujud menjadi kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, maka tercapailah jaminan keamanan.

Tujuan negara untuk menjamin rasa aman adalah menjadi landasan untuk mewujudkan tujuan negara selanjutnya yaitu mewujudkan rakyat yang sejahtera. Keadaan sejahtera adalah perasaan serba kecukupan yang dimiliki oleh seseorang dan semua orang, yang berisikan kebutuhan jasmaniah dan rohaniyah.

Perasaan aman dan serba kecukupan akhirnya mewujudkan rakyat dan negara yang sentosa. Keadaan ini berisikan ketangguhan disemua sendi kehidupan dalam menghadapi gejolak, kegentingan serta semua bentuk persaingan antar bangsa, dalam mencapai perdamaian dunia secara abadi.

Dengan demikian bangunan kehidupan bersama pada tingkatan negara mempunyai kewajiban bagi warga negaranya untuk mewujudkan rasa aman agar terapai kesejahteraan bagi setiap orang dalam wilayah negara serta kesentausaan dalam semua segi kehidupan dalam wilayah negara serta pergaulan antar negara dan bangsa. Maka tujuan negara dibidang keamanan adalah: AMAN, TERTIB, DAMAI, ADIL MAKMUR dan SEJAHTERA atau menurut falsafah ”aman” disebut kondisi masyarakat ”TATA TENTRAM KERTA RAHARJA”. Sedangkan dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat tersirat secara universal disebutkan tujuan keamanan negara ”melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.

4. Kondisi Peran Lembaga Instansi Bidang KeamananSesuai landasan yuridis, sebagaimana telah diuraikan di atas,

tentang berbagai pemahaman tentang keamanan negara, maka dalam penyelenggaraan keamanan negara secara kronologis didasarkan pada landasan konstitusional, yang juga digunakan sebagai landasan perundang-undangan negara. Karena itu dalam penyelenggaraan keamanan negara ini harus ada pada kerangka UUD 1945 yang menjadi landasan konstitusional terhadap seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara.

Lebih spesifik dan kongkrit maka yang dapat digunakan sebagai landasan penyelenggaraan keamanan negara adalah yang ada rumusan bab XII UUD 1945 pada pasal 30 tentang pertahanan dan keamanan negara. Dalam kondisi ini mengharuskan kita membangun kesepakatan tentang makna yang terkandung di dalamnya. Dari rumusan ketentuan tersebut setidak-tidaknya ada dua pokok permasalahan yang perlu di dalam yaitu yang berkaitan dengan ”usaha

5

Page 6: Edit Kajian Yuridis Konsepsi Sun UU RI KAMNEG

pertahanan dan keamanan negara yang tercantum dalam ayat (1) dan (2) dan ruang lingkup cakupan pasal 30 itu sendiri.

Selanjutnya landasan lain yang juga bisa dijadikan landasan yuridis adalah Ketetapan MPR yang dalam keamanan negara ini kita kenal dengan TAP VI/ 2000 dan TAP VII, walaupun dipahami bahwa kedua TAP MPR ini sebenarnya ingin memberikan pemisahan yang konkrit tentang pertahanan dengan keamanan. Konsekuensi yang harus dihadapi adalah pemahaman yang melahirkan pemikiran bahwa pertahanan adalah dimensi otoritas militer urusan TNI dan keamanan dimensi otoritas sipil urusan Polri.

Pasal 20 ayat (2) tidak berbicara tentang keamanan umum (public security) tetapi ”keamanan negara (state security) dalam kontek ”pertahanan dan keamanan negara secara substansional yang dimaksud dengan pertahanan dan keamanan negara dalam pasal 30 ayat (2) dan ayat (1) serta ditegaskan dengan ayat (3) dan (4) sangat transparan TNI dan Polri merupakan dua fungsi yang berbeda tapi terjalin dalam suatu sistem penyelenggaraan HAN dan KAMNEG melalui sistem keamanan dan pertahanan rakyat semesta (SIS HAN dan KAMRATA).

Khususnya lembaga Polri, peran KAMNEG saat ini dilaksanakan dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia terutama pada pasal 2 yang berbunyi: ”Fungsi Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat penegakan hukum, perlindungan pengayoman dan pelayanan masyarakat”.

Rumusan fungsi Kepolisian dalam pasal 2 tersebut merupakan aktualisasi dari Undang-Undang Dasar 1945 pasal 30 ayat (4) dan TAP MPR Nomor VII pasal 6 ayat (1). Hal ini menunjukan pemisahan yang jelas fungsi dan tugas Kepolisian dengan peran utama keamanan negara dan peran utama urusan pertahanan pada TNI. Tatanan yuridis yang dibutuhkan saat ini adalah peraturan atau perundang-undangan yang mengatur ”hubungan kewenangan TNI dan Polri di dalam menjalankan tugasnya” sebagai esensi dari pasal 30 ayat (5) UUD 1945 maka diperlukan harmonisasi tata cara koordinasi, integrasi dalam menjalankan fungsi dan peran keamanan negara dalam pelibatan bantuan TNI dan lembaga instansi terkait bidang keamanan termasuk pula peraturan tata cara keamanan antar negara dengan Kepolisian sebagai leading sektor.

Bahwa dalam kondisi peran Polri dengan lembaga instansi terkait maka penyelenggaraan keamanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara diatur menurut sistem Kepolisian dimana Polri sebagai inti atau kekuatan utama dibantu oleh pengemban fungsi Kepolisian lainnya yang ada pada lembaga/instansi dibidang keamanan yakni :a. Tentara Nasional Indonesia (TNI)

Dalam kondisi situasi keamanan negara pada eskalasi ancaman mengarah kepada gangguan pertahanan negara atau trend gangguan keamanan demensi militer termasuk tugas non militer maka dalam rangka menjaga pertahanan dan menjaga keutuhan serta kedaulatan negara yang ditetapkan sesuai peraturan perundang-undangan misalnya pemberontak-an bersenjata/kejahatan bersenjata dalam bentuk infiltrasi, invasi militer, sepionase, terorisme oleh militer asing, sabotase militer asing, urusan kepentingan wajib militer atau keikutsertaan

6

Page 7: Edit Kajian Yuridis Konsepsi Sun UU RI KAMNEG

warga negara dalam usaha pertahanan yang sesuai dengan prosedur diperlukan bantuan dan pelibatan serta menjadi tanggung jawab pembinaan TNI.

b. Pemerintahan Daerah (Pemda)Dalam kedudukan Pemda selaku penyelenggaraan

pemerintahan di tingkat propinsi dan kebupaten dibentuk lembaga pengemban dukungan terhadap penyelenggaraan keamanan negara dan fungsi kepolisian terbatas seperti Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), TRAMTIBUM, LINMAS dan PPNS Pemda yang berperan melakukan tugas pelaksanaan teknis penegakan terhadap pelanggaran peraturan daerah dan memelihara ketentraman wilayahnya.

c. Departemen dan Instansi PemerintahLembaga pengemban fungsi Kepolisian yang dibentuk

berdasarkan undang-undang yakni Kepolisian Khusus (Polsus), yang berperan untuk melaksanakan tindakan pengamanan atau tindakan kepolisian terbatas di lingkungan departemen dan instansi masing-masing sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Demikian halnya diangkatnya Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang diberikan kewenangan untuk menegakan peraturan tertentu di bidang pemerintahan.

d. Lembaga Pengamanan Swakarsa Masyarakat dan KamlingMasyarakat secara swakarsa membentuk ikatan-

kelompok perorangan untuk memelihara keamanan dan ketertiban di dalam lingkungan yang mempunyai fungsi peran pelayanan pengamanan yang berlaku dalam lingkungannya seperti kegiatan Siskamling, jasa pengamanan SATPAM, POLMAS (Community Policing) dan merupakan kekuatan pendukung termasuk dalam pemanfaatan tata pengamanan di lingkungan pemukiman, bahkan plant protection pada kawasan kerja masing-masing.Keamanan bukanlah hal yang berdiri sendiri. Wilayah keamanan

berada pada civil area dalam ruang gerak civil society oleh karena itu haruslah jelas terlebih dahulu apa yang menjadi obyek pengamanan, dengan mengetahui apa yang akan diamankan barulah jelas bentuk keamanan. Salah satu tujuan negara adalah melindungi warga negaranya, sehingga terjamin rasa aman diseluruh wilayah negara. Jaminan rasa aman selain dimiliki oleh seluruh warga negara juga oleh semua orang yang berada dalam wilayah negara secara sah, sehingga rasa aman dimiliki oleh setiap orang dan semua orang dalam wilayah negara. Karena luasnya ruang lingkup keamanan negara maka dalam penyelenggaraannya dapat dikelompokkan tipologi subsistem keamanan negara seperti :a. Keamanan Nasional dalam Lingkup Keamanan Dalam Negeri

(National Security / State Security)Konsep keamanan nasional secara etimologi merupakan

keamanan suatu bangsa atau kebangsaan dalam lingkup keamanan dalam negeri sebagai sub-sub sistem dari keamanan suatu negara. Dengan pengertian konsep keamanan nasional lebih mengandung ”keamanan suatu negara sebagai satu kesatuan (entitas), bukan sebagai totalitas melainkan masalah keamanan yaitu keamanan negara sebagai keamanan dalam kehidupan suatu negara.

7

Page 8: Edit Kajian Yuridis Konsepsi Sun UU RI KAMNEG

b. Keamanan Umum (Public Security)Menyangkut kepentingan masyarakat (publik), sementara

keamanan manusia menyangkut kepentingan perlindungan hak-hak, sedangkan barang tentu semuanya harus diletakkan dalam konsep hukum dan bagi pelanggar akan dihukum untuk menjamin keamanan negara, keamanan umum dan perlindungan Hak Asasi Manusia.

c. Keamanan Pribadi (Human Security)Pada dasarnya merupakan kebutuhan mendasar yang

dirasakan oleh setiap individu baik sebagai makhluk biologik maupun sebagai makhluk sosial. Karena alasan keamanan itulah manusia dimanapun hidup dalam kelompok sosial dan menata lingkungannya, mengacu pada kebudayaan masing-masing demi terjaminnya keamanan.

d. Keamanan Transnasional dalam Lingkup Antar Negara (Transnational Security)

Kompleksitas dan kecanggihan kejahatan internasional seperti illicit drug trafficking, terorism yang telah menjadi multi nasional arms smuggling, human traficking, maritim fraund, illegal loging, illegal fising ditambah kejahatan KKN, yang semuanya menuntut kemampuan lembaga/instansi terkait dalam menangani karena merupakan kejahatan lintas negara dan dikategorikan sebagai bentuk ancaman terhadap keamanan negara, termasuk misi bantuan keamanan antar negara karena permasalahannya lebih pada upaya penegakan hukum nasional dan internasional guna tegaknya kepastian hukum intern dan antar negara.Sebagai konklusi dari peran lembaga instansi bidang keamanan

saat ini, maka penyelenggaraan keamanan negara dikelompokan dalam tipologi sebagai sub sistem keamanan telah ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 pasal 5 ayat (1) Polri merupakan alat negara yang memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat sebagaimana tersebut di atas dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Setiap kejahatan dan pelanggaran yang terjadi ditindak sesuai dengan hukum yang berlaku guna keamanan negara. Totalitas penyelenggaraan keamanan negara yang dimaksud pada produk hukum tersebut adalah sebagai penjabaran dari Undang-Undang Dasar 1945 pasal 30 ayat (4) “Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum”.

III. KONSEPSI SISTEM HUKUM PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG KEAMANAN NEGARA

1. Konsepsi Sistem Hukum dan Undang – Undang KAMNEGSesuai amanat UUD 1945 Pasal 30 (5) ditegaskan bahwa

”Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, serta hal-hal yang

8

Page 9: Edit Kajian Yuridis Konsepsi Sun UU RI KAMNEG

terkait dengan pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-undang” atau sistem hankamrata yang akan dibangun serta akan dilaksanakan oleh TNI dan POLRI sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.

Dalam penyusunan Peraturan Perundang-undangan di Indonesia maka sistem hukum yang dianut adalah berdasarkan hukum dasar atau sesuai konstitusi yaitu Pembukaan UUD 1945 dan Batang Tubuh UUD 1945. Khususnya dalam menyusun UU Pertahanan Negara (HANNEG) dan Keamanan Negara (KAMNEG) maka harus harmonis menurut rumusan UUD 1945 Pasal 30 (3) dan (4) dengan interpretasi hukum tetap pada koridor sistem hukum dan terminologi hukum menurut konsistusi, sebagai berikut :a. Substansi Hukum UU HANNEG disusun dan disesuaikan

dengan Pasal 30 (3) UUD 1945 yang menyebutkan ”Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara” yang menurut pakta Internasional sebagai otoritas militer secara struktur hukum dijabarkan menjadi subsistem dari Sishankamrata pada kelembagaan Pertahanan dan Keamanan Negara ( HAN & KAMNEG ) yaitu :

Vide data : Visualisasi Sistem Hukum dengan Dimensi HANNEG dan Tupoksi TNI sesuai Struktur Hukum Pasal 30 (3) UUD 1945

Materi hukum formal untuk menumbuhkan budaya hukum (kultur hukum) yang harmonis tentang hubungan lembaga TNI dan POLRI dalam menjalankan tugasnya termasuk syarat-syarat keikutsertaan warga negara RI dalam usaha pertahanan negara di atur tersendiri/khusus dalam pasal UU HANNEG tersebut atau dengan Peraturan Pemerintah (PP) yang mengatur pelaksanaan dari pasal hubungan kewenangan TNI dengan POLRI dalam menjalankan tugasnya dan syarat-syarat kesadaran warga negara dalam usaha ketahanan negara.

Substansi Materi UU HANNEG dalam rangka proteksi terhadap kemungkinan terjadinya implikasi pelanggaran atas UU HAM dan hukum Humaniter dengan pelibatan hak-hak sipil untuk mobilasi pertahanan negara yang di kendalikan oleh TNI selaku komponen utama.

b. Substansi Hukum UU KAMNEG disusun dan disesuaikan dengan Pasal 30 (4) UUD 1945 yang menyebutkan ”Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga

9

HAN & KAM NEG

SIS HAN & KAM RATA

UU HANNEGSIS HAN RATA

HANNEG

(PEM, WIL & PDDK/

RAKYAT DLL)

HAN HAR DAULAT

NEG(PEM, WIL &

PDDK / RAKYAT DLL)

HANHAR UTUH NEG (PEM,

WIL & PDDK/ RAKYAT DLL)

HANLIN NEG

(PEM, WIL & PDDK/

RAKYAT DLL)

Page 10: Edit Kajian Yuridis Konsepsi Sun UU RI KAMNEG

keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum” yang menurut pakta Internasional memiliki peranan sebagai otoritas sipil maka disebut Sipil Police dan secara struktural atau struktur hukum jika dijabarkan menjadi subsistem dari sishankamrata pada kelembagaan Pertahanan dan Keamanan Negara ( HAN & KAMNEG ) yaitu :

Vide data : Visualisasi Sistem Hukum dengan Dimensi KAMNEG dan Tupoksi Polri sesuai Struktur Hukum Pasal 30 (3) UUD 1945

Materi hukum formal untuk menumbuhkan budaya hukum yang harmonis tentang hubungan POLRI dan TNI dalam menjalankan tugasnya termasuk syarat-syarat keikutsertaan warga negara RI dalam usaha keamanan negara (KAMNEG) diatur tersendiri/khusus dalam salah satu pasal UU tersebut atau disesuaikan Peraturan Pemerintah (PP) yang mengatur pelaksanaan dari pasal hubungan kewenangan POLRI dan TNI dalam menjalankan tugasnya serta warga negara dalam keamanan negara.

Substansi materi UU KAMNEG dalam rangka proteksi terhadap implikasi pelanggaran HAM dan problematik hukum mewujudkan KAMNEG yang didukung dengan peraturan perundang-undangan yang disusun oleh KUHP, RUU KUHP dengan KUHAP, yang Tupoksi Polri dalam UU No. 2 Tahun 2002 yang secara lengkap mengatur hukum formal dan materiil penegakan KAMNEG berdimensi dengan penegakan hukum meliputi KAM atas keamanan Nasional/ Dalam Negeri (State Security/National Security), KAM atas Kamtib Umum (Public Security), KAM atas keamanan Individu (Human Security), dan KAM atas penegakan hukum (GAKUM) meliputi kejahatan konvensional, transnasional dan lain-lain, termasuk keamanan antar negara.

2. Kajian Konsepsi Pertahanan dan Keamanan Negara ( HAN & KAMNEG ) dengan RUU KAMNAS

Konsepsi tentang Pertahanan Negara dan Keamanan Negara sebagai substansi SISHAN dan RATA atau HAN dan KAMNEG adalah menjadi konsekuensi logis dari Tap. MPR No VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dan POLRI yang berdasarkan kaidah hukum internasional bahwa TNI sebagai Militer atau memiliki otoritas Militer dan berbeda dengan POLRI sebagai sipil police (Polisi Sipil) atau memiliki otoritas sipil yang salah satu tugas pokok Polisi adalah menegakan hukum publik atas hak-hak sipil pada masyarakat (civil society).

10

KAMNAS/

KAMDAGRI(NATIONAL/

STATESSECURITY)

KAM GAK KUM

(KONVENT & TRANS NAS SECURITY)

KAM LIN INDIVIDU

(HUMAN SECURITY)

KAM TIB UM (PUBLIC

SECURITY)

HAN & KAM NEG

SIS HAN & KAM RATA

UU KAMNEGSIS KAM RATA

Page 11: Edit Kajian Yuridis Konsepsi Sun UU RI KAMNEG

Azas hukum yang perlu menjadi atensi dalam penyusunan RUU HANNEG dan KAMNEG disesuaikan UU No. 10 / 2004 pasal 7 tentang Hierarki Perundang-undangan sesuai azas hukum ”lex superiori derogat lege inferiori” termasuk dari segi terminologi hukumnya misalnya kajian naskah akademik oleh lembaga Propatria tentang RUU KAMNAS. Dalam naskah tersebut secara struktural RUU KAMNAS adalah setara dengan HAN dan KAMNEG mirip dengan struktur HANKAM / ABRI sebelum Reformasi, sedangkan yang diamanatkan konstitusi UUD 1945 Pasal 30 tidak ditemukan terminologi hukum tentang KAMNAS atau apabila RUU KAMNAS tetap diteruskan maka akan menjadi kontraversi karena untuk menjadikan KAMNAS sebagai UU pengganti atau setara HAN dan KAMNEG maka harus merubah amandemen UUD 1945 terlebih dahulu. Sedangkan yang diamanatkan konstitusi atau UUD 1945 secara sistemik telah ditelaah pada Pasal 30 ayat (1) s/d (5) adalah penyusunan ”Undang-Undang Pertahanan Negara (UU HANNEG)” dan ”Undang-Undang Keamanan Negara (UU KAMNEG) ”.

Konsepsi politik hukum dalam penyusunan perundang-undangan khususnya antara UU KAMNEG versi Konstitusi dan UU KAMNAS versi lembaga Propatria atau pemerakarsa dari DEPHAN yang didasarkan alasan interpretasi hukum yang berbeda terutama untuk versi Konstitusi diamanatkan untuk menyusun UU HANNEG & KAMNEG. Secara struktur hukum sudah ditentukan bahwa kelembagaan pertahan di Indonesia terdiri dari TNI AD, AU dan AL yang memiliki Tupoksi HANNEG dengan otoritas Militer, sedangkan kelembagaan Keamanan Negara dengan POLRI sebagai Civil Police dengan Tupoksi KAMNEG yang memiliki otoritas Sipil serta masing – masing didukung dengan aparatur Sipil lainnya dan keikutsertaan setiap warga negara atau rakyat sebagai kekuatan pendukung.

Konsepsi HAN & KAM NEG dengan SISHAN & KAM RATA pada model naskah akademik DEPHAN dibandingkan model struktur hukum pada pasal 30, UUD 1945 sebagai berikut :a. Model Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta dari

DEPHAN

SISTEM PERTAHANAN KEAMANAN RAKYAT SEMESTA

SISHANKAMRATA : Keamanan Nasional (B), National SecurityMeliputi : Hanneg, Kamneg, Kam Publik danKam Individu

SISHANRATA : Hanneg, Total DefenseMiliter dan Nir MiliterStrategi Penangkalan

SISKAMRATA : Kamneg, Kam Publik, Kam IndividuSemua StakeholderKomprehensif integratif, preventif transformatif

Gambar : Vide data visualisasi pengkajian tahun 2006 pemerakarsa versi Dephan, RUU tentang KAMNAS

11

SISHANKAMRATA

SISHANRATA

SISKAMRATA

(KAMNAS)

(HANNEG) (KAMNEG,BLK, VIDU)

Page 12: Edit Kajian Yuridis Konsepsi Sun UU RI KAMNEG

b. Model Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta sesuai format pasal 30 UUD 1945 dan Tupoksi pada UU TNI, dan UU Polri

SISTEM PERTAHANAN DAN KEAMANAN RAKYAT SEMESTA

HANNEG dengan SIS HAN RATA :

KAMNEG denganSIS KAM RATA :

SISHAN dan KAMRATA : Integritas system penyelenggaraan Hanneg, Kamneg

dengan TNI, Polri kuat utama dan rakyat kuat pendukung

Gambar : Vide data kajian visualisasi struktur hukum tentang HANNEG dan KAMNEG pada SISHAN dan KAMRATA menurut terminologi hukum dan penalaran yang tersirat pada pasal 30 UUD 1945 dan Tupoksi UU TNI & Polri.

c. Visualisasi HAN dan KAMNEG dalam SIS HAN dan KAMRATA menurut pasal 30 ayat 1, 2, 3, 4 dan 5.

Gambar : Pembentukan peraturan perundang-undangan menurut butir 1 ketentuan amanat pasal 30 ayat (5) UUD 1945 dan proses pengaturannya sesuai UU No. 10/ 2004 tentang Pembentukan peraturan perundang-undangan.

Secara struktural pula bahwa batasan pemisahan tersebut menjadi cukup jelas atau tidak ada wilayah abu - abu. Seperti pelaksanaan pasal 30 ayat (5) UUD 1945 bahwa khusus tentang uu yang mengatur susunan dan kedudukan TNI Polri telah ada dan masih relevan yaitu UU No. 34 / 2004 tentang Susunan dan kedudukan TNI

12

SISHAN & KAMRATA

SISHANRATA

SISKAMRATA

(HAN DAN KAMNEG)

(HANNEG) (KAMNEG)

KAM GAK KUM (ROLE OF

LAW,

TRANSNAS

SECURITY)

HAN & KAM NEG

SIS HAN & KAM RATA

UU KAMNEGSIS KAM RATA

UU HANNEGSIS HAN RATA

HANNEG, LINNEG, HAR UTUH NEG, DAULAT NEG (HANNEG, TOTAL DEFENSE MILITER, NIR MILITER

KAM, TIBMAS, LINYOMYANMASGAKKUM (STATES SECURITY, PUBLIC SECURITY, HUMAN SECURITY, SECURITY ROLE OF LAW/ TRANSNAS SECURITY)

1. UUD 1945Psl 30 ayat (3)

2. UU TNI No. 34 / 2004

1. UUD 1945Psl 30 ayat (4)

2. UU No. 2 / 20023. KUHP, KUHAP

HANLIN NEG

(LIN SGENAP BANGSA & NEG

HANUTUH NEG

(ANCAM&GANGGU

UTUH BANGSA&

NEG

HAN DAULAT

NEG (GAK

DAULAT NEG)

HANNEG

(TOTAL DEFENSE MILITER

&

NIR MIL)

KAM NAS/ KAM

DAGRI(NATIONAL / STATES

SECURITY)

KAMTIB UM (PUBLIC SECURI

TY)

KAMLIN

INDIVIDU(HUMAN SECU-RITY)

* UUD 1945* UU 10 / 2004

1. SUN & DUK TNI, UU 3/ 2002 HANNEG DAN UU 34 / 2004 TTG TNI

2. HUB : KEWENANGAN POLRI-TNI,TGS

3. SYARAT KS HANNEG

1. SUN & DUK POLRI, UU 2/2002, KUHP & KUHAP

2. HUB : KEWENANGAN POLRI-TNI,TGS

3. SYARAT KS KAMNEG

Page 13: Edit Kajian Yuridis Konsepsi Sun UU RI KAMNEG

dan UU No. 2 / 2002 tentang Susunan dan Kedudukan Polri sedang pengaturan yang belum ada dan perlu dibuat uu atau PP yaitu : a. UU atau PP sebagai substansi hukum UU KAMNEG dengan

SISHAN dan KAMRATA tentang Hubungan Kewenangan TNI dan Polri didalam menjalankan tugasnya (butir ketiga, pasal 30 ayat (5) UUD 1945).

b. UU atau PP yang mengatur tentang Syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan (butir keempat pasal 30 ayat (5) UUD 1945).Adapun untuk membangun kultur hukum yang harmonis dalam

Implimentasi hubungan antara kewenangan komponen utama HANNEG sesuai UU No. 3 / 2002 tentang Pertahanan Negara (HANNEG) dengan komponen utama KAMNEG perlu dirumuskan dalam salah satu pasal pada RUU KAMNEG ketentuan yang mengatur kerjasama antara komponen utama sesuai dengan eskalasi yang dihadapi atau dibuat Peraturan Pemerintah ( PP ) sehingga penerapan UU tersebut terhindar dari overlap, lebih efektif dan dilaksanakan dengan kondusif.

Kajian naskah konsepsi sistem hukum penyusunan UU Keamanan Negara ( UU KAMNEG ) yang didasarkan spirit UUD 1945, perlu menjadi atensi sungguh – sungguh bagi Tim Legislasi Nasional terutama dengan kajian atas RUU KAMNAS bahwa secara struktural berada dibawah KAMNEG atau KAMNAS menjadi sub sistem dari KAMNEG. Guna mencegah kontra versi dari segi hierarki peraturan perundang-undangan dan dari segi termonogi hukum sesuai konstitusi, maka diperlukan penyusunan UU KAMNEG sehingga kemungkinan mencegah yudicial refiew untuk membatalkan undang-undang melalui Mahkamah Konstitusi (MK) dapat dihindari.

Kajian atas tanggapan RUU KAMNAS menjadi RUU KAMNEG dimasukkan sebagai solusi alternatif yang ditinjau dari sudut pandang sistem hukum meliputi substansi hukum, struktur hukum dan kultur hukum yang hendak dibangun serta kaidah hukum Internasional yang menjadi hukum positif di Indonesia. Dengan tujuan agar produk Undang-Undang HANNEG dan KAMNEG dapat diterapkan sesuai aturan formil dan materiil secara proporsional, profesional dan harmonis.

3. Harmonisasi Penyelenggaraan HANNEG dan KAMNEG dalam rangka SISHAN dan KAM RATA

Kondisi peraturan perundang-undangan saat ini (ius konstitutum), yang mengatur tentang HANNEG dan KAMNEG dalam rangka terwujudnya SIS HAN dan KAM RATA menurut kajian yuridis dalam penyusunan undang-undang dalam lingkup HAN dan KAMNEG, maka pembentukan peraturan perundang-undangan yang diharapkan (ius konstituendum) adalah berdasarkan kebutuhan sistem hukum yang dikehendaki untuk dibangun. Sesuai kajian yuridis yang telah diuraikan di atas, bahwa yang dibutuhkan pembentukan peraturan perundang-undangan menurut butir-butir pada pasal 30 ayat (5) yaitu pembentukan UU yang belum ada tentang KAMNEG atau PP yang mengatur tentang hubungan kewenangan TNI dan Polri dalam melaksanakan tugas serta UU atau PP yang mengatur tentang Syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Secara konstituonal pembuatan kedua UU atau PP tersebut sangat dibutuhkan dengan perspektif agar peraturan perundangan

13

Page 14: Edit Kajian Yuridis Konsepsi Sun UU RI KAMNEG

dalam lingkup pengaturan HAN dan KAMNEG dapat dioperasionalkan atau diterapkan secara efektif dan harmonis (ius operatum).

Interpretasi dan penalaran hukum tentang penyusunan peraturan perundangan dalam lingkup pertahanan dan keamanan negara secara tegas telah diatur menurut amanat pasal 30 ayat (5) UUD 1945 dengan esensi arahan penyusunan undang-undang sebagai berikut : pertama, menyusun peraturan perundang-undangan /undang-undang yang mengatur tentang susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia (TNI); kedua, menyusun peraturan perundang-undangan/ undang-undang yang mengatur tentang susunan dan kedudukan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri); ketiga, menyusun peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hubungan dan kewenangan antara TNI dan Polri dalam melaksanakan tugas; keempat, menyusun peraturan dan perundang-undangan yang mengatur tentang syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan; dan kelima, UU yang mengatur tentang Pertahanan Negara (HANNEG) dan Keamanan Negara (KAMNEG).

Dari kelima butir arahan tersebut, peraturan perundangan yang telah dibuat adalah undang-undang yang mengatur tentang susunan dan kedudukan TNI yang secara umum diatur dengan UU No. 3/ 2002 tentang Pertahanan Negara (HANNEG) dan dilaksanakan sesuai UU No. 34/ 2004 tentang TNI. Adapun susunan dan kedudukan Polri sesuai UU No. 2/ 2002 yang secara substansial telah dijabarkan fungsi, tugas dan kewenangan dimensi UU pelaksanaan KAMNEG masing-masing oleh Polri selaku komponen utama pelaksana keamanan negara. Kedua undang-undang jenis ini yang mengatur tentang HANNEG dan KAMNEG tersebut sudah dibuat terpisah berdasarkan pasal 30 ayat (3) dan (4) UUD 1945 dan TAP MPR No. VI/ 2000. Kajian, pertelahan hukum dan kesimpulan serta esensi penyusunan peraturan perundang-undangan menurut pasal 30 ayat (5) UUD 1945, maka kerangka kebijakan dan hukum yang perlu ditempuh dalam penyusunan peraturan perundang-undangan lingkup HAN dan KAMNEG adalah :a. Menyusun peraturan perundang-undangan yang mengatur

tentang, ”Hubungan kewenangan TNI dan Polri dalam melaksanakan tugasnya” mengingat fakta empiris masih terdapat phenomena beberapa peristiwa hukum dalam bentuk phenomena konflik, overlap yang berdimensi disharmoni dengan penerapan otoritas masing-masing pada pelaksanaan tugas. Maka pengaturan hubungan dan kewenangan TNI dan Polri dalam pelaksanaan tugas untuk menjadi UU perlu dijadikan prioritas dalam agenda legislasi nasional. Penyusunan peraturan perundang-undangan tersebut dapat dibentuk dengan UU atau dibuat dengan peraturan pemerintah (PP) yang mengatur tentang hubungan dan kewenangan TNI dan Polri.

b. Menyusun peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang ”Syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha keamanan negara” tentang peran serta bagi setiap warga negara dalam usaha KAMNAS dengan menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, perlindungan masyarakat (Linmas), mentaati/patuh hukum serta tegaknya hukum. Pengaturan bagi setiap warga negara untuk menjadi anggota Polri serta peran serta berbagai potensi pengamanan yang telah

14

Page 15: Edit Kajian Yuridis Konsepsi Sun UU RI KAMNEG

ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan tertentu antara lain: lembaga SATPAM, SATPOL PP, TRAMTIBUM, PER-POLISIAN MASYARAKAT (COMMUNITY POLICING), SISKAMLING, lembaga PAM TRADISIONAL/ ADAT, dan berbagai lembaga bentuk PAM SWAKARSA linnya termasuk peran serta PPNS atau seluruh potensi negara (pemerintah, wilayah, penduduk) yang secara total yang berperan dalam rangka KAMNEG dengan Polri dibantu TNI sebagai komponen utama dan lainnya sebagai komponen pendukung untuk mewujudkan SISKAM RATA.

c. Menyusun peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang ”Keamanan Negara (KAMNEG)” meliputi pengaturan tentang keamanan negara (KAMNEG) sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara yang merupakan usaha untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat dan penegakan hukum dalam wilayah negara (pemerintah, wilayah dan penduduk) guna menjamin tercapainya tujuan nasional yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, melalui aspek KAMNEG dengan SISKAMRATA, serta pelaksanaan peran serta bagi setiap warga negara dan potensi KAMNEG secara total dengan Polri sebagai komponen utama dibantu TNI dan lainnya sebagai komponen pendukung.

IV. POLA PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG KEAMANAN NEGARA

Pembentukan peraturan perundang-undangan disamping berpedoman pada UU No. 10 Tahun 2004, juga diatur dalam suatu paket penyusunan RUU oleh lembaga legislasi nasional. Kepentingan akan pembuatan undang-undang keamanan negara, maka diperlukan pula pengkajian yuridis dengan beberapa prinsip tatanan :

1. Inventarisasi problematik hukum penyelenggaraan keamanan negara, dengan kajian problematik hukum hubungan kewenangan TNI dan Polri yang diperlukan harmonisasi sebagai berikut :a. Pengaturan Kewenangan dan Tugas TNI

UUD 1945PASAL 30 AYAT (3)

UU 3 /2002HANNEG

PASAL 1 & 10

UU TNI 34/ 2004 PASAL 7, PASAL 9 (b),

PASAL 10 (b)

TNI terdiri atas AD, AL & AU sebagai alat negara ber-tugas ; MEMPER-TAHANKAN, MELINDUNGI, MEMELIHARA KEUTUHAN DAN KE-DAULATAN

Pasal 1HANNEG Segala usaha untuk, Han Daulat Neg, Keutuhan NKRI, dan Keselamatan Bangsa dari Ancaman dan Gangguan terhadap ke-utuhan Bangsa dan Negara

Pasal 10(1) TNI berperan sbg

Pasal 7(1) Tupok TNI adl menegak-

an kedaulatan neg, - mempertahankan

utuh wil NKRI yg bdsk Pancasila dan UUD 1945,

- serta Lin segenap tumpah darah Indonesia dari anc. dan gangguan utuh bangsa dan negara.

15

Page 16: Edit Kajian Yuridis Konsepsi Sun UU RI KAMNEG

NEGARA Pertahanan NKRI(2) TNI terdiri atas AD,

AL dan AU.(3) TNI melaks bijak

HANNEG untuk :a. Han Daulat Neg

dan utuh wilb. Lin kehormatan

dan keselamat-an bangsa

c. Laks ops militer selain perang

d. Ikut serta aktif dalam tugas Har damai nasional dan internasional

BIN PUAN HANNEGPasal 20(1) Bin puan HANNEG

ditujukan untuk ter-selenggaranya se-buah SIS HANNEG sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

(2) Segala sumber daya nasional yang be-rupa sumber daya manusia, sumber daya alam dan buatan, nilai-nilai, teknologi, dan dana dapat didayaguna-kan untuk mening-katkan puan HAN-NEG yang diatur lebih lanjut dengan PP.

(3) Pembangunan di daerah harus mem-perhatikan bin puan pertahanan, se-bagaimana dimak-sud dalam ayat (1), yang selanjutnya diatur dengan PP.

Pasal 21Pendayagunaan segala sumber daya alam dan buatan harus memper-hatikan prinsip-prinsip berkelanjutan, keragam-an, dan produktivitas lingkungan hidup.

Pasal 22

(2) Tugas pokok sebagai-mana dimaksud ayat (1) dilakukan dgn : a. operasi militer untuk

perangb. operasi militer selain

perang :1. mengatasi gerakan

separatisme ber-senjata;

2. mengatasi pem-berontakan ber-senjata;

3. mengatasi aksi terorisme;

4. mengamankan wil-ayah perbatasan

5. mengamankan objek vital nas-ional yang bersifat strategis

6. melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri;

7. mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya

8. memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pen-dukungnya secara dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta;

9. membantu tugas pemerintahan di daerah;

10. membantu Polri dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-undang;

11. membantu meng-amankan tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan peme-rintah asing yang sedang berada di Indonesia;

12. membantu me-nanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan

16

Page 17: Edit Kajian Yuridis Konsepsi Sun UU RI KAMNEG

(1) Wilayah Indonesia dapat dimanfaatkan untuk bin puan per-tahanan dengan memperhatikan hak masyarakat dan peraturan per-undang-undangan.

(2) Wilayah yang di-gunakan sebagai instalasi militer dan latihan militer yang strategis dan per-manen ditetapkan dengan PP.

Pasal 23(1) Dalam rangka me-

ningkatkan puan HANNEG, pemerin-tah melakukan pe-nelitian dan pe-ngembangan indus-tri dan teknologi di-bidang pertahanan.

(2) Dalam menjalankan tugas, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Menteri mendorong dan me-majukan per-tumbuhan industri pertahanan.

pemberian bantuan kemanusiaan;

13. membantu pencari-an dan pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue);

14. membantu peme-rintah dalam pe-ngamanan pe-layaran dan pener-bangan terhadap pembajakan, pe-rompakan, dan penyelundupan.

Pasal 9Angkatan Laut bertugas :b. menegakan hukum dan

menjaga keamanan di wilayah laut yurisdiksi nasional sesuai dengan ketentuan hukum nas-ional dan hukum inter-nasional yang telah diratifikasi;

Pasal 10b. menegakan hukum dan

menjaga keamanan di wilayah udara yuris-diksi nasional sesuai dengan ketentuan hukum nas-ional dan internasional yang telah diratifikasi;

b. Pengaturan Kewenangan dan Tugas Polri

UUD 1945PSL 30 AYAT 4

UU KAMNEG(RUU KAMNEG)

UU POLRI 2/ 2002 KUHP & KUHAP

Polri sbg alat negara yang Menjaga ke-amanan dan ke-tertiban masya-rakat bertugas melindungi, me-ngayomi masy, serta menegak-an hukum

(Sebagai asumsi tugas pokok KAM-NEG pada RUU KAM-NEG, tetap konsisten dengan amanat pasal 30 ayat (4) UUD 1945 al: sebagai alat negara yang :- menjaga KAMNEG

(pem, wil, pddk/ masy,dll) sebagai KAMNAS/ KAM-DAGRI (National/ State Security)

- menjaga keamanan, ketertiban masy

Interpretasi hukum dalam rangka SISKAMRATA telah dilaks sesuai UU 2/ 2002 pada :

Pasal 2Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pe-merintahan negara di bidang Har Kam dan Tibmas, Gakkum, Lin, Yom, dan Yan kepada masy.

Pasal 3(1) Pengemban fungsi ke-

polisian adalah Polri

17

Page 18: Edit Kajian Yuridis Konsepsi Sun UU RI KAMNEG

(Public Security)- menjaga keamanan

Linyomyanmas (Human Security)

- Keamanan dengan GAKKUM Konvensional dan Transnasional (Role of Law Konvent & Trans nas Security)

- ikut serta secara aktif Har KAM damai regional dan internasional

- membantu TNI dalam usaha per-tahanan negara dalam kompetensi KAM dan GAK- KUM yang me-libatkan otoritas sipil).

(Sebagai asumsi, BIN PUAN KAMNEG, di-selenggarakan dgn SISKAMNEG dalam rangka SISKAM RATA yaitu :- Gelar Kuat BINKAM

dgn potensi Kuat BINKAM dilingkung-an Polri al. DIREKTORAT POL AIR, POL UDARA, SAMAPTA,SATWA, LANTAS POLRI DAN BINA MITRA

- Gelar Kuat BINKAM dgn GAKKUM al. DIREKTORAT RESERSE UMUM, NARKOBA, EKONOMI/ BANK, TIPIKOR, TIPITER, TERORISME/ DEN-SUS 88, IDEN-TIFIKASI/ ...DAN LAB CRIMINAL DLL.

- BIN PUAN KAM-NEG dgn prinsip peran serta seluruh potensi KAMNEG pada pemerintahan, wilayah dan pddk/ masyarakat, ter-masuk PAM SWA-

yang dibantu oleh :a. kepolisian khusus;b. penyidik pegawai

negeri sipil; dan/ atau

c. bentuk-bentuk pengamanan swakarsa

(2) Pengemban fungsi ke-polisian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, b, dan c, melaksanakan fungsi kepolisian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukumnyamasing-masing.

Pasal 4Polri bertujuan untuk mewujudkan Kamdagri yang meliputi terpeliharanya Kam dan Tibmas, tertib dan tegaknya hukum, ter-selenggaranya Lin, Yom, dan Yan kepada masy, serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan men-junjung tinggi hak asasi manusia.

Pasal 5(1) Polri merupakan alat

negara yang berperan dalam Har Kam dan Tibmas, Gakkum, serta memberikan Lin, Yom, dan Yan kepada masy dalam rangka Har Kam Dagri.

(2) Polri adalah Kepolisian Nasional yang meru-pakan satu kesatuan dalam melaksanakan peran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Pasal 13Tentang Tupok Polri :a. HAR KAM dan TIBMASb. GAKKUM; danc. memberikan LIN, YOM

dan YAN kepada masy.Secara teknis diatur pelak-

sanaan tugas Polri dengan penalaran hukum melak-sanakan tugas KAMNEG al :

18

Page 19: Edit Kajian Yuridis Konsepsi Sun UU RI KAMNEG

KARSA MASY, POLMAS/ COM-MUNITY POLICING DLL)

- menjaga KAMNEG (pem, wil, pddk/ masy,dll) se-bagai KAMNAS/ KAM DAGRI (National/ State Security)

- menjaga keamanan, ke-tertiban masy (Public Security)

- menjaga keamanan Lin yomyanmas (Human Secu-rity)

- Keamanan dengan GAK- KUM Konvensional dan Transnasional (Role of Low Convent and Trans Secu-rity)

- ikut serta secara aktif HAN KAM damai regional dan internasional)

Dengan visualisasi materi hukum yang mengatur kewenangan dan tugas TNI dan Polri di atas, yang menjadi problematik hukum adalah : pada UUD 1945 pasal 30 ayat (3) dan UU No. 3 / 2002 pasal 1 dan pasal 10 tentang HANNEG belum ada substansi hukum yang menyebutkan bahwa wewenang dan tugas TNI untuk menyelenggarakan keamanan dan penegakan hukum, kecuali pada UU HANNEG pasal 10 (3) c tentang melaksanakan operasi militer selain perang. Selanjutnya adanya operasi militer selain perang sesuai pasal 7 (2) b pada UU TNI yang substansi hukumnya berubah dari lingkup HANNEG yaitu telah mengatur dan memberikan wewenang pada TNI operasi militer masuk wilayah sipil (civil area), civil society dan otoritas sipil yaitu berbagai tugas keamanan dan penegakan hukum termasuk membantu Polri tugas keamanan dan ketertiban masyarakat.

Hal yang khusus, operasi militer selain perang juga TNI menegakan hukum (bukan menegakan kedaulatan) seperti amanat Tupok TNI pada UU sebelumnya, yang dimensi tugasnya di luar koridor otoritas militer dan dapat berkembang pada penegakan hukum civil (bukan penegakan hukum militer). Dengan tren, TNI akan menegakan hukum sebagai penyidik atas kejahatan/tindak pidana umum, penyelundupan, tindak pidana pencurian ikan, tindak pidana terorisme dan lain sebagainya. Hal ini menjadi potensial duplikasi dalam pelaksanaan tugas dan bertentangan dengan KUHAP dan KUHP serta hukum kebiasaan internasional tentang hak-hak sipil dan HAM, yang prosesnya sesuai sistem peradilan pidana atau CJS melalui peradilan umum.

Mengingat secara substansial wewenang dan tugas Polri tentang keamanan negara termasuk penegakan hukum telah ditetapkan dengan jelas menurut UUD 1945 pasal 30 ayat (4), UU No. 2/ 2002 (pasal 3, 4, 5, 13 s.d 19), KUHP, RUU KUHP dan KUHAP. Sedangkan hasil kajian problematik hukum dengan kondisi hubungan wewenang dan tugas TNI tersebut dapat menjadi bahan dan solusi harmonisasi hukum dalam penyusunan RUU KAMNEG.

19

Page 20: Edit Kajian Yuridis Konsepsi Sun UU RI KAMNEG

2. Menyusun naskah akademik, yang komprehensif dengan merekrut para pakar hukum dan staf ahli antar lembaga instansi terkait di tingkat kementerian dan kelembagaan dan antara departemen dengan konsepsi pada BPHN dari kementerian hukum dan HAM serta masukan dari lembaga independen. Seperti dalam konsepsi penyusunan naskah akademik tentang penyelenggaraan keamanan negara maka pemerakarsa dari eksekutif, legislatif atau lembaga kemasyarakatan wajib tetap meningkatkan visi, misi dan sistem hukum atau substansi, struktur dan kultur hukum yang hendak dibangun dari peraturan perundang-undangan yang akan dibentuk.

3. Prinsip dasar pembentukan peraturan perundang-undangan, yang diatur dalam agenda atau paket legislasi nasional setiap tahun wajib :

Pertama, mengikuti hierarki perundang-undangan dengan mempedomani pada UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan serta memperhatikan Jenis Hierarki Peraturan Perundang-undangan meliputi : UUD 1945 yang dalam pembentukan peraturan perundang-undangan menempatkan hierarki tertinggi sebagai Hukum Dasar dan jenis hierarki selanjutnya yaitu Undang-Undang (UU)/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU), Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (PERPRES) dan Peraturan Daerah (Perda).

Kedua, menggunakan terminologi hukum sehingga peristilahan bahasa hukum yang diharapkan dapat memberikan kepastian hukum atau mencegah tidak terjadi multi tafsir karena dalam praktek pembentukan peraturan perundang-undangan yang multi tafsir akan menimbulkan kontraversi dimasyarakat dan undang-undang sulit diterapkan, timbul duplikasi, berpotensi konflik dan bisa mandul.

Ketiga, mentaati azas-azas hukum yang berlaku universal dan mentaati kaidah hukum atau kebiasaan internasional, terutama dalam penyusunan peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan hak-hak sipil dan HAM.Dengan pola pembentukan tersebut, maka prioritas pembentukan

peraturan perundang-undangan yang mengatur penyelenggaraan KAMNEG akan membangun integritas sistem hubungan kewenangan antara TNI dan Polri dengan implementasi dalam pelaksanaan tugas tidak terjadi duplikasi karena dalam peraturan perundang-undangan telah ditetapkan suatu aturan dan prosedur pada eskalasi apa, dan kepentingan apa TNI melalui operasi nir militer membantu Polri serta pelibatan atas keikutsertaan bagi setiap warga negara, lembaga instansi keamanan terkait dalam penyelenggaraan keamanan negara serta perlu diatur pula tata cara kerjasama keamanan antar negara menurut taa cara kebiasaan internasional.

V. PENUTUP

1. Kesimpulana. Hasil kajian yuridis, naskah akademik RUU KAMNAS dan Draft

RUU KAMNAS dengan pemerakarsa dari Departemen Pertahanan RI dan Draft RUU KAMNAS dari LEMHANNAS, terdapat problematik hukum yang bertentangan dengan pasal 30 UUD 1945 antara lain:1) Konsepsi tentang Keamanan Nasional (KAMNAS) secara

substansial merupakan duplikasi fungsi keamanan negara dan fungsi pertahanan negara atau RUU

20

Page 21: Edit Kajian Yuridis Konsepsi Sun UU RI KAMNEG

KAMNAS setara dengan RUU Pertahanan dan Keamanan Negara (RUU HAN dan KAMNEG) seperti UU No. 20 Tahun 1982 tentang Pokok-Pokok Penyelenggaraan HAN KAM NEG.

2) Nomenklatur RUU KAMNAS, khususnya dalam terminologi hukum penyusunan peraturan perundang-undangan tentang KAMNAS tidak ada dalam pasal 30 ayat (1), (2), (3), (4) dan (5) UUD 1945, yang ada adalah ”Keamanan Negara (KAMNEG)” dengan interpretasi hukum diperlukan pembentukan UU KAMNEG karena setara dengan UU No. 3 Tahun 2002 tentang HANNEG.

3) Pola penyusunan Draft Naskah Akademik RUU KAMNAS, materi hukum, inkamitasi logis dengan amanat pasal 30 ayat (3) dan (4) UUD 1945 dan TAP MPR R.I. No. VI dan VII / 2000 tentang Pemisahan Peran TNI dan Polri tetapi memiliki integritas sistem sesuai pasal 30 ayat (5), diperlukan pembentukan peraturan perundang-undangan dalam bentuk undang-undang atau Peraturan Pemerintah (PP) yang mengatur ”hubungan Kewenangan TNI dan Polri dalam pelaksanaan tugasnya”.

b. Politik hukum, pembentukan Peraturan Perundang-undangan dalam lingkup Pertahanan dan Keamanan Negara (HAN dan KAMNEG) guna mewujudkan Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (SISHAN dan KAMRATA) telah ditetapkan menurut ketentuan hukum pada pasal 30 ayat (5) Undang-Undang Dasar 1945 untuk penyusunan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang :1) ”Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia

(TNI)”; 2) ”Susunan dan kedudukan Kepolisian Negara Republik

Indonesia (Polri)”; 3) ”Hubungan dan kewenangan antara TNI dan Polri dalam

melaksanakan tugas”; 4) ”Syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha

pertahanan dan keamanan”; 5) ”Pertahanan Negara (HANNEG)”; dan 6) ”Keamanan Negara (KAMNEG)”.

c. Kondisi peraturan perundang-undangan lingkup pertahanan dan keamanan negara saat ini, telah :1) Terbentuk 3 (tiga) undang-undang yang ditetapkan dalam

lembaran negara yaitu: 1) UU Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (HANNEG). 2) UU No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan 3) UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri).

2) Prioritas peraturan perundang-undangan yang diperlukan penyusunan atau pembentukan melalui legislasi nasional yaitu : Rancangan Undang-Undang Keamanan Negara (RUU KAMNEG) dengan materi hukum tentang susunan, kedudukan pengemban fungsi KAMNEG dengan Polri sebagai komponen utama dan dibantu TNI serta potensi KAMNEG lainnya sebagai komponen pendukung.

3) Sedangkan khususnya yang mengatur tentang ”Hubungan dan kewenangan antara TNI dan Polri dalam

21

Page 22: Edit Kajian Yuridis Konsepsi Sun UU RI KAMNEG

melaksanakan tugas” dan ”Syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan” dapat menjadi bagian materi hukum dalam pasal-pasal UU KAMNEG atau dijabarkan menjadi Peraturan Pemerintah (PP) bahkan menjadi UU pelaksanaan sebagai sub sistem dari UU KAMNEG.

d. Pola penyusunan atau pembentukan peraturan perundang-undangan tentang KAMNEG dengan RUU KAMNEG yang berpedoman pada UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sesuai Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-undangan Lingkup Pertahanan dan Keamanan Negara. Penyusunan RUU KAMNEG diawali penyusunan naskah akademik, didasari hasil identifikasi problematik hukum dan tatanan sistem hukum, memperhatikan prinsip dasar, azas-azas hukum dan kaidah-kaidah hukum yang universal dan HAM.

2. Saran/ Rekomendasia. Pengkajian ulang naskah akademik dan Draft RUU R.I. tentang

Keamanan Nasional (KAMNAS) pemerakarsa DEPHAN RI dan LEMHANNAS melalui forum terpadu MENKO POLHUKAM dengan pokok bahasan ”Harmonisasi Hukum Penyusunan UU RI tentang Keamanan Negara (KAMNEG)” berdasarkan substansi, nomenklatur, terminologi dan interpretasi hukum sesuai yang ditetapkan dalam UUD 1945 pasal 30 ayat (1), (2), (3), (4) dan (5).

b. Menyempurnakan Draft ke 4 Naskah Akademik RUU Keamanan Negara (KAMNEG) dalam lingkup penyelenggaraan Keamanan Negara (KAMNEG) yang diprakarsai Polri dengan memperoleh masukan dari nara sumber, pakar hukum, penyusunan draft perumusan TAP MPR RI Nomor VI dan VII / 2000 dan pasal 30 UUD 1945 antara lain : Prof. Dr. Mahfud MD, SH, MH, Prof. Dr. Awaloeddin Djamin MPA dan Depkum dan HAM serta tim legislasi lainnya (vide data arsip Depkum dan HAM).

c. Menyusun Draft Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia tentang Keamanan Negara dengan materi disesuaikan draft naskah akademik yang telah disempurnakan serta secara substansial dilengkapi dengan unsur komponen utama dalam penyelenggaraan keamanan negara di lingkungan Polri antara lain : Kuat BINKAM (POL AIR, POL UDARA, SAMAPTA, SATWA, LANTAS POLRI DAN BINA MITRA, INTERPOL DLL), Kuat BINKAM dgn GAKKUM (RESERSE UMUM, NARKOBA, EKONOMI/ BANK, TIPIKOR, TIPITER, TERORISME/ DENSUS 88, IDENTIFIKASI / DAN LAB CRIMINAL DLL.), unsur bantuan TNI (AD, AL, AU), potensi KAMNEG pada pemerintahan, wilayah dan pddk/ masyarakat, termasuk PAM SWAKARSA MASY, POLMAS/COMMUNITY POLICING DLL.). Sehingga menampilkan postur penyelenggaraan keamanan negara yang komperhensif dalam rangka SIS KAMRATA.

DAFTAR PUSTAKA

22

Page 23: Edit Kajian Yuridis Konsepsi Sun UU RI KAMNEG

- Anak Agung Banyu Perwita, Problematika Keamanan Nasional Sebuah Catatan Kecil, Jakarta 2006.

- Anak Agung Banyu Perwita, Mencari Format Komprehensif Sistem Pertahanan dan Keamanan Negara, Propatria Institute, Jakarta 2006.

- Awaloedin Djamin, Makalah Lepas Kerancuan Istilah Pertahanan (Defence) dan Keamanan (Security) dalam kaitan tugas TNI dan Polri, Jakarta 2004.

- Bantarto Bandoro, Perspektif Baru Keamanan Nasional, penerbit Centre for Strategic and Internasional, Jakarta 2005.

- Dephan, Pokok-Pokok Pikiran dalam Penyusunan Naskah Akademik RUU Kamnas.

- Farouk Muhammad, Kajian Konstitusional tentang Peranan Polri dalam Pengelolaan Keamanan Negara, PTIK Pers, Jakarta 2005.

- Farouk Muhammad, Keamanan Nasional Dalam Keamanan, Jakarta 2006.- Gubernur PTIK, Tanggapan terhadap Apstranas tahun 2007 bidang Polhukam,

Jakarta 2006.- Markas Besar Polri, Pedoman Induk Penyelenggaraan Keamanan, Jakarta

2005.- Momo Kelana, Memahami UU Kepolisian UU Nomor 2 Tahun 2002, PTIK

Press, Jakarta 2002.- Markas Besar Kepolisian RI, Pokja Kamneg, Peranan Polri dalam Pengelolaan

Keamanan Negara, Jakarta 2006.- Sekjen Wantanas, Apstranas tahun 2007 bidang Polhukam, Jakarta 2007.- Susilo Bambang Yudoyono, menuju Perubahan Menegakkan Civil Security,

Jakarta 2004.- UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM.- UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri.- UUD ’45, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Amandemen Lengkap,

Jakarta 2006, Penerbit Belukar Sejahtera.

Jakarta, Desember 2008

KABAG DALGAR

DR. IGM NURDJANA, SH, M.Hum.KOMBES POL. NRP. 51070140

23

Page 24: Edit Kajian Yuridis Konsepsi Sun UU RI KAMNEG

KAJIAN YURIDISKONSEPSI PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

TENTANGKEAMANAN NEGARA

Oleh:DR. IGM Nurdjana, SH, M.Hum.

24