Sun Go Kong
Transcript of Sun Go Kong
Sun Go Kong / Sun Wu Kong
Penampilan Sun Go Kong di Xiyou yuanzhi (西遊原旨), yang diterbitkan pada 1819.
Sun Go Kong atau biasa disebut Raja Monyet di Barat, adalah tokoh utama dari
novel ‘Perjalanan ke Barat’ (西遊記). Di novel tersebut, ia dikisahkan menemani
biksu Xuanzang dalam perjalanan mengembalikan Kitab Suci Buddha ke India.
Penampilan Sun Go Kong dalam film seri Xiyou yuanzhi (西遊原旨)
Sun Go Kong memiliki kekuatan yang luar biasa; ia mampu mengangkat
tongkatnya yang berbobot 13.500 jin (8.100 kg) dengan mudahnya. Dan dia juga
memiliki kecepatan yang luar biasa; ia mampu berpindah tempat sejauh 108.000
li (54.000 km) dengan satu lompatan. Ia mengetahui 72 ilmu berubah wujud,
yang membuatnya bisa berubah menjadi bermacam – macam binatang atau
benda.
Dan dia juga petarung yang hebat. Tiap helai rambut dari tubuh Sun Go Kong
memiliki kekuatan magis, yang mampu berubah menjadi duplikat dirinya,
bermacam – macam senjata, binatang, dan benda – benda lain.
Teman – Teman Sun Go Kong
Xuanzang
Penampilan Xuanzang di Xiyou yuanzhi (西遊原旨), yang diterbitkan pada 1819.
Xuanzang adalah salah satu karakter utama dalam novel ‘Perjalanan ke Barat’
(西遊記). Dalam sebagian besar dari novel dia dikenal sebagai Tang-sānzàng,
Gelar Sānzàng (三藏 "tiga koleksi") mengacu pada misinya untuk mencari
Sānzàngjīng, "Tiga Koleksi Kitab Suci (Buddha)". Dalam beberapa terjemahan
bahasa inggris, gelar ini diterjemahkabn sebagai tripitaka.
Penampilan Xuanzang dalam film seri Xiyou yuanzhi (西遊原旨)
Dia juga biasa disebut sebagai Tang-Seng (唐僧 "Tang-biarawan"), yang
merupakan nama kehormatan, seperti nama mantan, mencerminkan statusnya
sebagai saudara "adopsi" Kaisar Tang, Taizong.
Shu Wujing
Penampilan Shu Wujing di Xiyou yuanzhi (西遊原旨), yang diterbitkan pada 1819.
Shu Wujing adalah salah satu dari tiga penolong Xuanzang dalam novel
‘Perjalanan ke Barat’ (西遊記). Dalam novelnya, latar belakang Shu Wujing
dalam novelnya kurang diperhatikan dan kerja kerasnya adalah yang paling
sedikit mendapatkan kontribusi.
Penampilan Shu Wujing dalam film seri Xiyou yuanzhi (西遊原旨)
Dia juga biasa dipanggil Sand atau Sandy dan dikenal sebagai ‘Kerbau’ karena
kerap dikatakan bahwa ia mempunyai tingkat intelijen yang rendah dalam
banyak versi Inggrisnya.
Zhu Bajie
Penampilan Zhu Bajie di Xiyou yuanzhi (西遊原旨), yang diterbitkan pada 1819.
Zhu Bajie, nama lain Zhu Wuneng, adalah salah satu dari tiga penolong
Xuanzang dalam novel ‘Perjalanan ke Barat’ (西遊記). Ia biasa dipanggil sebagai
‘Pigsy’ atau ‘Pig’ dalam banyak versi Inggrisnya.
Zhu Bajie adalah tokoh yang kompleks dan berkembang dalam novelnya. Ia
memiliki wujud monster, setengah manusia setengah babi, yang seringkali
membuat teman – temannya terjerumus dalam masalah karena kemalasannya,
kerakusannya, dan kecenderungan untuk bernafsu kepada wanita cantik. Dia iri
kepada Sun Go Kong dan selalu ingin menjerumuskannya.
Penampilan Zhu Bajie dalam film seri Xiyou yuanzhi (西遊原旨)
Nama Buddhisnya adalah Zhu Wuneng yang diberikan oleh Bodhisattva
Guanyin, yang berarti "babi (reinkarnasi) yang memiliki kemampuan," atau "babi
yang naik ke kekuasaan", sebuah referensi untuk fakta bahwa dia menghargai
dirinya begitu banyak untuk melupakan penampilannya yang mengerikan.
Dalam novel Cina asli, ia sering disebut dāizi (呆子), yang berarti "idiot". Sun Go
Kong, Xuanzang, dan bahkan penulisnya sendiri berpendapat bahwa dia adalah
seorang ‘idiot’ dikarenakan alur ceritanya.
Sejarah Novel Kisah ‘Perjalanan ke Barat’
Di Tiongkok ada sebuah novel kuno yang diketahui secara luas yaitu "His-yu-chi"
(Catatan Perjalanan ke Barat), selama beberapa abad, kisah hidup yang telah
tersebar lama ini tetap abadi. Wu Ch'eng-en (th. 1500 - 1582), adalah seorang
penulis novel dan puisi terkenal pada Dinasti Ming (1368-1644) kelahiran Shan-
yang, Huai-an (sekarang Provinsi Kiangsu, Tiongkok) yang menulis suatu kisah
berdasarkan cerita perjalanan Hsuan-tsang dari bukunya Ta-T'ang Hsi-yu-chi.
Kisah cerita ini kemudian menjadi terkenal dengan legenda Kera Sakti Sun Wu-
khung (Sun Go Kong atau Sun Hou-zi). Novel ini diterbitkan pertama kali pada
1592, 10 tahun setelah kematian Wu Ch'eng-en.
Cerita legenda "Catatan Perjalanan ke Barat" tersebut terdiri dari 100 bab yang
dapat dibagi atas tiga bagian utama. Bagian pertama dari tujuh bab
menceritakan kelahiran Sun Go Kong dari sebutir telur batu dan memiliki
kekuatan mahasakti yang tiada tandingannya sehingga mengacaukan kayangan
yang kemudian diturunkan dari kayangan dan dikurung oleh Buddha Sakyamuni
di dalam Wu-hsing-shan (Gunung Lima Unsur Alam) sambil menunggu
pembebasannya oleh seorang biksu yang akan melakukan perjalanan ke Barat
mengambil kitab suci. Bagian kedua berisi lima bab yang berkaitan dengan
sejarah Hsuan-tsang dan tugas utamanya dalam melakukan perjalanan ke Barat.
Sedangkan bagian ketiga yang berisi 88 bab sisanya menceritakan keseluruhan
perjalanan Hsuan-tsang dengan ketiga muridnya yaitu Sun Go Kong, Chu Pa-
chieh, dan Sha Ho-shang
Kisah Perjalanan ke Barat yang populer dengan legenda kera saktinya itu adalah
merupakan suatu karya legenda China yang luar biasa dalam menggambarkan
ajaran Buddha darma yang sulit dimengerti oleh rakyat di Tiongkok waktu itu.
Legenda ini merupakan gambaran kisah perjalanan Hsuan-tsang dengan
berbagai kesulitan dari seorang manusia yang selalu diliputi oleh berbagai
keinginan dan keserakahan (diwakili oleh Chu Pa-chieh), kebodohan batin yang
merupakan refleksi karakter manusia yang lemah dan selalu membutuhkan
dorongan semangat (diwakili oleh Sha Ho-shang), kesombongan, keegoisan dan
pikiran yang liar (diwakili oleh Sun Go Kong). Dia adalah kera nakal yang tak
pernah diam. Selalu bergerak ke sana dan ke sini dengan begitu cepatnya.
Kalau sudah tidak bisa dikendalikan oleh biksu Tong (Hsuan-tsang), maka akan
diperingati terlebih dahulu, tapi kalau masih nakal maka akan dibacakan mantra
pemberian Avalokitesvara Bodhisattva.
Sedangkan biksu Tong sendiri menggambarkan suatu kesadaran bahwa setiap
tindakan akan ada akibatnya. Tidak kalah pentingnya adalah jubah yang
dikenakan oleh biksu Tong, merupakan suatu simbol perlindungan kesucian dari
sifat dasar manusia. Jubah ini dikisahkan banyak memberikan perlindungan
kepada biksu itu dari segala gangguan siluman yang mencoba
membinasakannya ataupun menggodanya. Sedangkan Pai-Ma (kuda putih)
hanyalah merupakan pelengkap cerita saja dan tidak mewakili apa-apa.
Di dalam cerita perjalanan menuju ke Barat untuk mencari kitab Buddha di
bawah lindungan oleh para dewa di langit ini, tidak sulit ditemukan bahwa
masalah langit dan bumi mempunyai urutannya. Dewa pada tingkat yang tinggi
mengurus Dewa tingkatan rendah dan Dewa tingkatan rendah mengurus dunia
manusia. Siapa yang telah merusak urutan ini, akan menerima hukumannya.
Sun Go Kong menganggap dirinya paling hebat, dan mengangkat dirinya sendiri
sebagai dewa tertinggi, kemudian membuat keributan di istana langit. Prajurit
dari langit juga tidak bisa berbuat apa-apa terhadapnya. Namun di hadapan
Buddha, kecilnya bagaikan sebutir kelereng yang tinggal disentil dan meskipun
mengeluarkan seluruh kemampuannya juga tidak akan bisa melepaskan diri dari
telapak tangan Buddha. Setelah dibebaskan oleh biksu Tong, ia mengikuti
perjalanan ke Barat mencari kitab suci sekaligus menebus karmanya.
Demikianlah karya sastra kuno yang berasal dari kehidupan pada zaman dahulu,
memiliki makna nilai yang lebih dalam kehidupan, dan semua ini merupakan
pengetahuan bersama secara umum. Dan yang membuat orang merasa takjub
adalah bahwa pada zaman yang belum maju di masa itu, malah terdapat
penuturan tentang "sehari di langit, setahun di bumi" dalam catatannya. Semua
ini mungkin merupakan catatan karangan yang paling dini tentang pengetahuan
manusia terhadap ruang dimensi lain alam semesta.
Dikarenakan ingatan manusia terbatas dan singkatnya kehidupan, maka demi
untuk diketahui oleh anak cucu mengenai hal-hal orang dulu, lalu dituangkan
dalam buku catatan. Orang-orang pada umumnya melihatnya sebagai sesuatu
yang nyata pada catatan sejarah, namun menganggap bahwa ceritanya telah
mengalami proses rekaan. Pada kenyataannya memang demikian adanya.
Sebetulnya dalam catatan sejarah juga belum tentu mencatat masa lampau
dengan yang sebenarnya, apalagi pada masa masa sekarang ini. Manusia
dalam perjalanan sejarahnya yang panjang, telah berubah semakin rumit,
kesadaran dan pemikirannya sesudah lahir bagaikan kotoran lama yang semakin
ditumpuk semakin tebal, membentuk zat-zat hitam yang semakin lama semakin
keras. Naluri dan watak pembawaan manusia yang polos dan baik, telah
dibelenggu. Dan merupakan sesuatu yang logis dan masuk akal jika orang
dengan berdasarkan keinginan, tekad dan tujuannya telah membuat roman
sejarah.
Akhirnya lama kelamaan, tidak ada lagi orang yang percaya dengan hal-hal
dahulu. Banyak sekali hal-hal di dunia manusia yang kelihatannya bukan
berdasarkan keinginan orang, manusia hanya bisa mengkhayal, namun tidak
bisa mewujudkan agar segalanya tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
Orang-orang sering kali mengungkapkan sebuah kalimat: "Segala sesuatu bisa
dilakukan manusia, namun berhasil atau tidaknya tergantung di Atas (Tuhan)