Edisi_07

4
Weekly News Profesi Edisi 7/September/2012 Urai Data, Ungkap Fakta, Saji Berita Prosesi PMB yang baru digelar dua pekan lalu ternyata menyisahkan se- jumlah persoalan. Penyambutan tanpa melibatkan LK dinilai sebagai bentuk egoisme dari birokrasi universitas. Bahkan, PMB yang dilakukan sepenuh- nya oleh birokrasi ibarat mengamputasi kreativitas mahasiswa. Celakanya, Pembantu Dekan Bidang Kemahasiwaan semua fakultas terlalu bermain aman dan terkesan tutup mata. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Arifuddin menyebut PD III semua fakultas bermental kerupuk alias penakut. Pasalnya, tidak dilibatkannya LK adalah kebijakan para PD III setiap fakultas. “Harusnya LK dilibatkan dan itu aspirasi dari mahasiswa yang ingin ber- kreatifitas, mengabaikan LK berarti sama halnya dengan mematikan aktivitas ke- mahasiswaan,” tegas Arifuddin kepada Profesi pekan lalu. Harusnya, PD III memberikan ruang yang luas kepada fungsionaris mahasiswa untuk terlibat. Apalagi, tugas pokok PD III adalah menjembatani kepentingan mahasiswa dan bukan malah menjadi batu sandungan. Jika takut, maka pen- gawasan saja yang diperketat untuk me- minimalkan atau menghindari terjadinya kekerasan terhadap mahasiwa baru. “Para Pembantu Dekan III seharus- nya menjadi ruang penampung aspirasi mahasiswa, harus berani dalam mengam- bil resiko demi mahasiswanya. Mereka seharusnya tidak menjadi penghalang bagi mahasiswa yang ingin berkreasi,” ujarnya. Ia mengatakan, mereka (PD III, red) terlalu takut dengan bayang-bayang masa lalu. Padahal, pelaksanaan PMB bisa dibenahi agar jauh dari aktivitas ke- kerasan tanpa mengabaikan kepentingan LK. “Mereka itu hanya dibayang-ban- yangi ketakutan masa lalu, tetapi kalau takut terus, kapan mahasiswa bisa ber- kreatifitas?” sesalnya. Sebagai mantan PD III FIK, Ari- fuddin mengaku paham betul dengan psikologi lembaga kemahasiswaan. Makanya khusus di FIK, lembaga ke- mahasiswaan dilibatkan dalam proses sakral tahunan itu. Bahkan, pengelolaan anggaran maba diserahkan sepenuhnya kepada LK. “Kalau di FIK saya bisa jaga mahasiswa agar tidak melakukan aktivitas tambahan, itukan komitmen kita dan saya kira semua fakultas bisa melakukan hal yang sama,” ujarnya. PD III Kompak Tutup Mulut Menanggapi ihwal itu, sejumlah PD III malah terkesan menghindari seruan dari orang nomor satu di FIK itu. Pembatu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial (FIS) misalnya, Jumadi, malah ti- dak ingin ambil pusing terkait pernyataan yang dilontarkan Arifuddin. “Saya tidak mau menanggapi hal itu,” tandasnya. Sama halnya PD III Fakultas Eko- nomi (FE) Tuti Supatminingsih enggan berkomentar banyak mengenai statement yang dilontarkan kepada dirinya. “Itu cuma isu, Saya tidak mau berkomentar tentang hal itu, dan Saya rasa hal ini tidak usah diperpanjang,” bebernya. PD III Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Muhammad Faisal mengatakan PMB di FIP tetap melibatkan LK berdasarkan hasil keputusan bersama. Namun, Faisal eng- gan menanggapi tudingan yang diarahkan kepadanya. “Saya tidak mau tanggapi yang begituan, kalau mereka memberikan hak penuh kepada LK saat PMB, itu kan hak mereka,” paparnya. Begitupun PD III Fakultas Teknik (FT) Bakhrani Rauf, ia juga ikut bung- kam. “Saya tidak mau berkomentar,” singkatnya. (Tim) Arifuddin Tuding Semua PD III Penakut DEKAN Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), Arifuddin Usman menilai para Pembantu Dekan PD III tiap fakultas tidak punya nyali. Hal ini ditengarai tidak adanya kebebasan Lembaga Kemahasiswaan (LK) yang diberikan sejumlah fakultas dalam mengawal penyambutan mahasiswa baru (PMB). Harusnya LK dilibatkan dan itu aspirasi dari mahasiswa yang ingin berkreatifitas, mengabai- kan LK berarti sama halnya dengan mematikan aktivitas kemahasiswaan. Dekan FIK UNM, Arifuddin Usman

description

weekly news

Transcript of Edisi_07

Page 1: Edisi_07

1

Weekly News Profesi Edisi 7/September/2012Urai Data, Ungkap Fakta, Saji Berita

www.profesi-unm.org

Prosesi PMB yang baru digelar dua pekan lalu ternyata menyisahkan se-jumlah persoalan. Penyambutan tanpa melibatkan LK dinilai sebagai bentuk egoisme dari birokrasi universitas. Bahkan, PMB yang dilakukan sepenuh-nya oleh birokrasi ibarat mengamputasi kreativitas mahasiswa.

Celakanya, Pembantu Dekan Bidang Kemahasiwaan semua fakultas terlalu bermain aman dan terkesan tutup mata. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Arifuddin menyebut PD III semua fakultas bermental kerupuk alias penakut. Pasalnya, tidak dilibatkannya LK adalah kebijakan para PD III setiap fakultas.

“Harusnya LK dilibatkan dan itu aspirasi dari mahasiswa yang ingin ber-kreatifitas, mengabaikan LK berarti sama halnya dengan mematikan aktivitas ke-mahasiswaan,” tegas Arifuddin kepada Profesi pekan lalu.

Harusnya, PD III memberikan ruang yang luas kepada fungsionaris mahasiswa untuk terlibat. Apalagi, tugas pokok PD III adalah menjembatani kepentingan mahasiswa dan bukan malah menjadi batu sandungan. Jika takut, maka pen-gawasan saja yang diperketat untuk me-

minimalkan atau menghindari terjadinya kekerasan terhadap mahasiwa baru.

“Para Pembantu Dekan III seharus-nya menjadi ruang penampung aspirasi mahasiswa, harus berani dalam mengam-bil resiko demi mahasiswanya. Mereka seharusnya tidak menjadi penghalang bagi mahasiswa yang ingin berkreasi,” ujarnya.

Ia mengatakan, mereka (PD III, red) terlalu takut dengan bayang-bayang masa lalu. Padahal, pelaksanaan PMB bisa dibenahi agar jauh dari aktivitas ke-kerasan tanpa mengabaikan kepentingan LK. “Mereka itu hanya dibayang-ban-yangi ketakutan masa lalu, tetapi kalau takut terus, kapan mahasiswa bisa ber-kreatifitas?” sesalnya.

Sebagai mantan PD III FIK, Ari-fuddin mengaku paham betul dengan psikologi lembaga kemahasiswaan. Makanya khusus di FIK, lembaga ke-mahasiswaan dilibatkan dalam proses sakral tahunan itu. Bahkan, pengelolaan anggaran maba diserahkan sepenuhnya kepada LK. “Kalau di FIK saya bisa jaga mahasiswa agar tidak melakukan aktivitas tambahan, itukan komitmen kita dan saya kira semua fakultas bisa melakukan hal yang sama,” ujarnya.

PD III Kompak Tutup MulutMenanggapi ihwal itu, sejumlah PD

III malah terkesan menghindari seruan dari orang nomor satu di FIK itu.

Pembatu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial (FIS) misalnya, Jumadi, malah ti-dak ingin ambil pusing terkait pernyataan yang dilontarkan Arifuddin. “Saya tidak mau menanggapi hal itu,” tandasnya.

Sama halnya PD III Fakultas Eko-nomi (FE) Tuti Supatminingsih enggan berkomentar banyak mengenai statement yang dilontarkan kepada dirinya. “Itu cuma isu, Saya tidak mau berkomentar tentang hal itu, dan Saya rasa hal ini tidak usah diperpanjang,” bebernya.

PD III Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Muhammad Faisal mengatakan PMB di FIP tetap melibatkan LK berdasarkan hasil keputusan bersama. Namun, Faisal eng-gan menanggapi tudingan yang diarahkan kepadanya. “Saya tidak mau tanggapi yang begituan, kalau mereka memberikan hak penuh kepada LK saat PMB, itu kan hak mereka,” paparnya.

Begitupun PD III Fakultas Teknik (FT) Bakhrani Rauf, ia juga ikut bung-kam. “Saya tidak mau berkomentar,” singkatnya. (Tim)

Arifuddin Tuding Semua PD III Penakut

DEKAN Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), Arifuddin Usman menilai para Pembantu Dekan PD III tiap fakultas tidak punya nyali. Hal ini ditengarai tidak adanya kebebasan Lembaga Kemahasiswaan (LK) yang diberikan sejumlah fakultas dalam mengawal penyambutan mahasiswa baru (PMB).

Harusnya LK dilibatkan dan itu aspirasi dari mahasiswa yang ingin berkreatifitas, mengabai-kan LK berarti sama halnya dengan mematikan aktivitas kemahasiswaan.

Dekan FIK UNM, Arifuddin Usman

Page 2: Edisi_07

Weekly News Profesi Edisi 7/September/2012

2www.profesi-unm.org

Urai Data, Ungkap Fakta, Saji Berita

KampusianaDies Natalis UNM ke-51

SEJUMLAH mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM) yang telah yudisium bulan agustus lalu menge-luhkan tak dikembalikan-nya Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) yang telah dibayarnya untuk semester ini. Padahal, tahun lalu hal tersebut dapat dilakukan den-gan mudah. Hanya bermodal-kan tanda tangan dari kepala Biro Administrasi Akademik dan Keuangan (BAAK) bahwa telah menyelesaikan studi, mahasiswa sudah dapat menerima uangnya kembali dari bendahara UNM.

Nampaknya, tahun ini birokrat UNM membuat kebi-jakan berbeda terkait pengem-

balian SPP bagi mahasiswa yang telah yudisium ini. Mer-eka tak sudi lagi untuk men-gulang hal serupa.

Sebut saja Ana (samaran), ia mengaku tak dapat mener-ima uangnya kembali meski telah menghadap pada Kepala Biro Administrasi Akademik dan Keuangan (BAAK), Ka-maruddin. “Sudah meka’ juga ke Pak Karo, dia bilang tidak bisa,” keluhnya.

Ana mengaku sengaja membayar SPP semester ini karena ragu tidak berhasil yud-isium semester lalu. Ia pun tak ragu untuk membayar karena mengira SPP dapat dikemba-likan jika ia yudisium sama seperti kebijakan tahun-tahun

sebelumnya. “Saya kira sama ji seperti tahun lalu karena na bilang temanku begitu,” tutur Ana. Lanjut Ana, ia mengaku nekat membayar SPP lantaran takut cuti akademik jika tidak jadi yudisium.

Sementara itu, Lutfi, ma-hasiswa Program Studi (Pro-di) Administrasi perkantoran yang yudisium tahun lalu menceritakan pengalaman-nya. Ia mengungkapkan, ta-hun lalu dirinya juga terlanjur membayar SPP. Akan tetapi, berbeda dengan Ana, Lutfi berhasil mendapatkan uang-nya kembali. “Sudah kubayar, terus yudisium ka, saya ambil mi lagi,” bebernya.

Menanggapi hal itu, kepala

BAAK, Kamaruddin, mene-gaskan tidak ada pengembalian Uang SPP bagi mahasiswa yang mengaku sudah yudisium se-jak bulan Agustus. Alasannya, uang mahasiswa tersebut telah masuk ke kas negara setelah melakukan transfer di bank. Alhasil, uang SPP tersebut tak dapat dicairkan lagi. “Tahun-tahun yang lalu bisa begitu, ta-hun ini sudah tidak bisa. Salah sendiri kenapa bayar,” kata Ka-maruddin.

Kamaruddin menjelas-kan, mahasiswa tidak boleh menyamakan sistem yang lalu dengan sistem sekarang dan sistem yang akan datang. “Kita berproses untuk menjadi lebih baik,” tandasnya. (Mus)

JANGAN main-main dengan aktivitas memalak, mengintimidasi, atau mel-ecehkan di kampus, apalagi korbannya adalah mahasiswa baru (maba). Jika ter-pantau radar komisi disiplin (Komdis), maka status anda sebagai mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM) bisa dicabut alias droup out (DO).

Peringatan keras (warning) itu diung-kapkan Rektor UNM melalui Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan UNM, Heri Tahir saat melihat fenomena maba yang terancam oleh senior brutal alias preman kampus. Ancaman ini sekaligus menyelamatkan “wong cilik” dari akti-vitas kekerasan yang terjadi di kampus Orange. “Jika ada laporan bahwa terjadi kekerasan baik dalam bentuk memalak, intimidasi, memaksa, memukul, atau melecehkan maba, maka pelaku kita pastikan DO,” tegas Heri kepada Profesi pekan lalu.

Menurut mantan Asisten Direktur Bidang Sarana Prasarana dan Keuangan PPs UNM ini menegaskan, kekerasan terhadap maba adalah pelanggaran fatal

yang tidak bisa ditolerir. Pasalnya, kampus dikenal sebagai wadah komunitas orang-orang intelektual. Makanya, aktivitas yang kontraproduktif tidak boleh dibiarkan dan harus menjadi musuh bersama. “Sakrali-tas kampus harus kita jaga bersama dan tindakan yang bisa merusak keilmiahan kampus harus kita larang,” ujarnya.

Makanya Ia meminta kepada maba yang menjadi korban untuk melaporkan kepada komisi disiplin di jurusan dan fakultas masing-masing. Selanjutnya, laporan ini akan langsung diproses se-cara cepat. Jika terbukti bersalah, maka Heri memastikan akan langsung mem-ecatnya. “Makanya kalau ada kekerasan, korban silahkan langsung melapor kepada kami,” tandasnya.

Sayangnya meski telah menge-luarkan aturan keras, tetapi sejauh ini pihaknya belum menerima laporan . Padahal realitas di lapangan, kekerasan terhadap maba masih merajalela dan telah menjadi rahasia umum.

Senada dengan Heri, Pembantu Dekan III Fakultas Teknik (FT), Bakhra-

ni Rauf, juga akan melakukan tindakan yang sama jika ada mahasiswa FT yang terbukti melakukan hal tersebut.

Saat ini, mantan Ketua program KKN ini, sudah mengambil langkah taktis sebagai antisipasi jika terjadi tindakan amoral di fakultas Rajawali itu. Menurutnya, ia telah membagikan nomor Handphone-nya kepada semua maba. Hal ini dimaksudkan agar maba bisa langsung melapor jika terjadi per-lakuan yang tidak senonoh oleh senior mereka (Maba, red).

Hanya saja, hingga saat ini diakuin-ya belum ada maba yang berani datang mengadu langsung kepadanya. “Sampai sekarang, belum ada maba yang melapor dan belum belum ada mahasiswa yang terbukti,” terang Dosen jurusan Teknik Sipil ini.

Hal tersebut juga disampaikan Pem-bantu Dekan III Fakultas Seni dan Desain (FSD), Ikhsan. Ia berjanji akan menin-daklanjuti apabila ada perlakuan senior terhadap maba yang dianggapnya telah melewati batas kewajaran. (Mal/Lel)

Rektor InstruksikanPecat “Preman” Kampus

SPP Tak Kembali, BAAK Salahkan Mahasiswa

Page 3: Edisi_07

3

Weekly News Profesi Edisi 7/September/2012Urai Data, Ungkap Fakta, Saji Berita

www.profesi-unm.org

TINGGAL sebulan lagi Musyarawarah Besar (Mubes) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (Maperwa) Universitas Negeri Makassar (UNM) periode 2011-2012 bakal digelar. Namun hingga kini, sidang pleno Lembaga Kemahasiswaan (LK) tertinggi di intitusi ini belum jua terlaksana. Rencananya, mereka baru merencanakan menggelarnya 22-23 September mendatang.

Hal ini jelas melenceng dari jadwal yang semestinya yakni Juli lalu. Dikonfirmasi akan hal ini, Presiden BEM UNM, Ah-mad Jamir, justru tak tahu sebab-musabab kacaunya agenda mereka. “Saya tidak tahu juga kenapa bisa begitu,” tutur maha-siswa yang akrab disapa Ahyar ini.

Ketua Maperwa UNM, Hendrik, beralasan, Pleno II Maper-wa UNM terlambat dihelat tak lepas dari pelantikan Maperwa UNM yang juga sempat ditunda. “Kendalanya karena kami ter-lambat dilantik,” ungkap Hendrik.

Sekadar diketahui, Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan UNM periode sebelumnya, Hamsu Abdul Gani memang baru mel-antiknya tujuh bulan pasca mubes 12 Maret lalu. Tak ayal, rapat ker-ja juga baru dilakukannya setelah melantik Presiden Terpilih BEM UNM, Ahmad Jamir, kala itu. “Otomatis kami baru raker setelah pelantikan itu,” terangnya. Akibatnya, menurut Hendrik, BEM-Maperwa UNM jadi kelabakan setelah pelantikan tersebut dalam menetapkan agenda-agenda kedepannya seperti sidang pleno. (Mus)

Kilas LK

Pleno II Maperwa UNM “Kesiangan”

PATGULIPAT dana kemahasiswaan saat ini menjadi isu paling santer di lingkungan mahasiswa. Sejumlah fung-sionaris Lembaga kemahasiswaan (LK) memertanyakan perihal dana tersebut. Ketidakjelasan muara dana itu, banyak pihak menilai ada permainan yang saat ini dilakoni sejumlah birokrat UNM.

Hasriadi misalnya, Presiden BEM FT ini, mengatakan hingga saat ini masih banyak aliran dana yang dianggap perlu dipertanyakan ke birokrat. Diakui, Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro ini, FT tidak melakukan penyambutan maha-siswa baru (PMB) tingkat fakultas.

Padahal, ada anggaran untuk PMB fakultas sebesar RP350 ribu per maba. Sementara itu, jumlah dana yang ada di fakultas belum pernah diperlihatkan secara menyeluruh. “Seharusnya pihak birokrat melakukan transparansi dana kemahasiswaan melalui media, jika mereka (birokrat, red) betul-betul mau transparan,” tantangnya.

Derita itu juga dialami Harun, Presiden BEM FIP ini, mengungkapkan sampai saat ini belum juga ada transpar-ansi dana dari pihak birokrat. “Kami tidak tahu menahu berapa sebenarnya dana yang khusus dialokasikan sebagai dana kemaha-siswaan selama satu periode,” terangnya.

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) ini mengaku bingung perihal tersebut. Belum lagi, alasan yang kerap dilontarkan pihak birokrat yang selalu saja mengkambing hitamkan pi-

hak universitas. “Kami selalu mendapat jawaban bahwa dana tersebut ternsendat di univrersitas sehingga belum bisa cair,” keluhnya.

Sementara itu, Presiden BEM FMIPA, Taufik, hingga saat ini hanya mendapat janji dari birokrat terkait kejelasan jumlah dana untuk kemha-siswaan. “PD III hanya membahasakan bahwa akan dilakukan secepatnya, termasuk rincian dana PMB yang belum kami dapat sampai sekarang,” jelasnya.

Menanggapi hal itu, PD III FT, Bakharni Rauf, mengatakan dana kemahasiswaan saat ini memang belum cair dari universitas. Hanya saja, ia berjanji akan segera mungkin melaku-kan transparansi dana untuk LK. “Saya berusaha dalam periode saya, akan men-transparansikan dana kemahasiswaan itu,” tandasnya.

Ia pun berjanji, akan senantiasa membantu mahasiswa jika akan melaku-kan kegiatan kreatifitas mahasiswa. “Kami siap mensponsori dan akan men-danai kegiatan tersebut,” ujarnya.

Lain halnya dengan PD III FIP, Muhammad Faisal, diakui baru-baru ini dana PMB semua sudah cair. Ada sekitar RP70 juta yang dialokasi untuk fakultas dan jurusan. “Kalau dana PMB fakultas sekitar Rp30 jutaan, dan kalau jurusan lebih banyak lagi, mungkin ada Rp40 juta. Jadi sekitar Rp70 juta lah semuanya,” jelasnya.

Sementara untuk pembagian dana LK,

ia menuturkan ada beberapa pos-pos tem-pat keluarnya dana tersebut. “Kan kalau di FIP, ada yang dibilang dana triwulan, dana tahunan dan dana kegiatan, jadi maha-siswa tidak perlu kuatir” ungkapnya.

Heri Tahir selaku PR III, berjanji bahwa kedepannya akan dilakukan pem-bagian dana secara menyeluruh terhadap semua LK. Kemudian pihaknya akan memperlihatkan total dana yang berhak dikelolah oleh tiap LK. Namun, ia men-gatakan dana tersebut tidak akan keluar jika tidak ada kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa. “Pengeluaran dana itu berbasis kegiatan dan perlu dipertang-gung jawabkan,” terangnya. Ia menam-bahkan, nantinya dana yang dikeluarkan tersebut harus ada evaluasi dan jelas kegiatannya. (Tar/Har)

Muara Dana Kemahasiswaan Masih Buram

+ Arifuddin Tuding Semua PD III Penakut- Pantas tutup mulut...

+ Rektor Instruksikan Pecat “Preman” Kampus- Segeralah insaf...!

+ Pleno II Maperwa “Kesiangan” - Makanya jangan banyak be-gadang...!

Sudut

Dg. Lu’

Page 4: Edisi_07

Weekly News Profesi Edisi 7/September/2012

4www.profesi-unm.org

Urai Data, Ungkap Fakta, Saji Berita

Weekly NewsPelindung: Arismunandar Penasehat: Sofyan Salam, Nurdin Noni, Heri Tahir, Eko Hadi Sujiono, Kamaruddin, Baliana Dewan Pembina: Abdullah Dolla, Asia Ramli Prapanca, Hazairin Sitepu, Anshari, Akbar Faisal, Mukramal Azis, Uslimin, Ammas D R, Fachrudiin Palapa, Abdul Wahid Nara, Husain Rasyid, Syamsuddin Yoko, Rusli Siri, Makmur Abdullah, Fitriani Rachman. Pemimpin Umum: Sahrul Alim, Pemimpin Redaksi: Asri Ismail, Sekretaris: Fajrianto Jalil, Bendahara: Nurjanna Jamaluddin, Redaktur : Sutrisno Zulkifli, Rukmana Mansyur, Muhammad Ilham, Sudarmi, Kepala Online: Imam Rahmanto, Kepala Penyiaran: Andini Ristiyaningrum, Kepala Litbang: Fahrizal Syam, Layouter dan Desainer Grafis: Khaerul Mustaan, Fotografer: Rizki Army Pratama, Reporter: Yeni Febrianti, Syamsul Alam, Azhar Fadhil, Muhammad Yasir, Muhammad Ilham Nur, Fatma Husni, Nur Lela, Sugianto, Hesikumalasari, Susi Amriani, Ary Utary Nur, Fadilah Dwi Octaviani.

Redaksi LPPM Profesi UNM: Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Lt.I, Kampus Gunungsari Universitas Negeri Makassar (UNM) atau Kompleks Hartaco Indah Blok IV AB No.1, Telp.(0411) 887964, e-mail: [email protected], Website: www.profesi-unm.org.

Lintas UNMeditorial

APA jadinya jika buku panduan yang semestinya memberikan banyak in-formasi bagi mahasiswa baru (maba) malah akhirnya “menyesatkan”. Hal inilah yang terjadi pada buku pan-duan untuk maba tahun 2012-2013. Pasalnya, buku tersebut banyak me-miliki kesalahan pada isinya.

Beberapa kesalahan tersebut seperti foto para pimpinan universi-tas yang notabenenya sudah mengal-ami pergantian sejak dua bulan lalu ternyata masih belum juga diubah.

Selain itu, terdapat juga foto pimpinan fakultas yang belum di-ganti. Padahal, sudak cukup lama mengalami pergantian. Bahkan parahnya, program studi (Prodi) Ad-ministrasi Negara dan Antropologi yang telah ada sejak tahun 2010 dan 2011 juga tidak tercatat di dalam buku sumber informasi itu.

Selaku Sekertaris Jurusan Ad-ministrasi, Herlina Sakawati, menye-sali ketelodoran pihak yang bersang-kutan. “Saya Kasihan, masa prodi lain yang sama-sama prodi baru malah tercantum, sedangkan prodi Adminis-trasi Negara tidak,” sesalnya.

Namun, saat dikonfirmasi me-lalui Pembantu Rektor bidang Sa-rana dan Prasarana, Nurdin Noni. Ia malah mengaku tak tahu menahu. Ia lalu menyarankan untuk diklari-fikasi lewat badan penerbit UNM. “Oh, saya tidak tahu itu, coba kita ke badan penerbit saja, dia itu yang bertanggungjawab untuk buku pan-duan,” pintanya.

Hanya saja, hingga berita ini diterbitkan belum jua ada klarifikasi mengenai sejumlah kesalahan yang terdapat pada buku itu oleh badan penerbit. (Rap/Feb)

TAK hentinya, kasus menggerogoti pihak ICT. Baru-baru ini sejumlah ma-hasiswa menyoalkan perihal efektifitas kartu rencana studi (KRS) yang ber-basis internet alias KRS Online.

KRS Online yang sejak tahun 2010 diberlakukan menuai sejumlah pro-tes. Misalnya saja Anni, mahasiswa ini mengaku sulit untuk login ke web-site simpadu UNM saat ingin melakukan pengisian KRS tersebut.

Berbeda pula dengan Arwan, mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) ini mengaku selama ini, dirinya tidak pernah melakukan pengisian KRS lewat online. Namun, tetap saja namanya masih ada dalam absen manual.

Kepala ICT, Rusli membenarkan kasus-kasus seperti itu kerap terjadi. Menurutnya,jika mahasiswa terakdang susah mengakses simpadu, hal itu disebabkan sistem overload . Hal ini dikarenakan pengaksesan dalam jum-lah yang banyak dan bersamaan.

Rusli menambahkan, biasanya pihaknya membuka KRS Online ses-uai dengan jadwal perkuliahan. Ia tidak menginginkan menjadi penghalang pencetak absen perkuliahan. Ia juga hanya membuka KRS Online sesuai permintaan dari prodi.

Saat ini, UNM masih dalam masa transisi KRS manual ke KRS online. “Nanti ke depannya tidak ada lagi KRS manual,” ungkap Rusli. (Dwi/Fat)

Buku Panduan “Sesatkan” Maba

KRS Online Tak Efektif

4

Kritikan Dekan Fakultas Ilmu Keo-lahragaan (FIK), Arifuddin Usman, terhadap para pembantu dekan

bidang kemahasiswaan (PD III) bukannya isapan jempol belaka. Lihat saja keberhasi-lannya menggelar Penyambutan Maha-siswa Baru (PMB) dengan menyerahkan tanggung jawab penuh kepada fungsionaris Lembaga Kemahasiswaannya (LK) sebagai pelaksana kegiatan. Walaupun ia sadari hal itu melabrak aturan, namun keberaniannya patut diacungi jempol.

Jadi wajar saja jika ia mencibir para PD III yang notabene adalah “ayahanda” maha-siswa yang sejatinya memperjuangkan hak anaknya namun justru menjadi aral bagi mereka. Mungkin saja niat mereka baik yang selalu membuat aturan terbaik versi mereka. Namun sayang, mereka tak tahu imbas dari “keras kepalanya” LK pun dilumpuhkan.

Belum lagi dana kemahasiswaan yang di-tutup-tutupi. Hingga saat ini belum ada satu pun birokrat fakultas yang berani blak-blakan terkait transparansi dana kemahasiswaan.

Ironi, LK seolah-olah dimatikan kreati-fitasnya. Ruang dan finansialnya yang seha-rusnya menjadi hak mereka terampas oleh kekuasaan. Entah apa yang menjadi per-timbangan para birokrat itu. Terlalu ban-yak ketakutan yang berselubung di benak mereka. Mereka (birokrat, red) tidak berani memberikan kepercayaan kepada LK.

Semoga saja kondisi ini tidak berlarut-larut hingga tahun berikutnya. Sebab, jika hal ini terjadi, sebuah pemandangan dima-na kampus UNM akan mati suri. Yang ada hanyalah aktivitas perkuliahan. Tak ada lagi LK yang selalu meneriakkan tentang idealisme. (*)

Aturan Birokrasi Lumpuhkan LK