Edisi Tambahan Khusus untuk Aceh Oktober...

4
Kabar Terkini Kegiatan proyek di Aceh berlangsung dengan lancar. Pada awal bulan Oktober, putaran pertama penyaluran dana dari anggaran tahun 2007 telah dirampungkan, begitu pula dengan kegiatan sosialisasi kegiatan tahun 2008. Pada saat ini seluruh kabupaten wilayah kerja proyek sementara melakukan proses perencanaan, bahkan ada yang telah menyelesaikan pertemuan forum pengambilan keputusan. Para pelaku utama dari pihak pemerintah daerah yang bertanggungjawab atas pelaksanaan sub-proyek (UPKD) telah memperoleh pelatihan tingkat lanjut tentang manajemen operasi dan keuangan sub- proyek. Sebagai tambahan, pihak LGSP juga melaksanakan sebuah kegiatan pelatihan yang dihadiri oleh para stakeholder utama SPADA-LGSP dari 10 kabupaten tentang panduan pemaduan mekanisme SPADA ke dalam proses Musrenbang. Buletin Kuartal PNPM Mandiri Daerah Tertinggal Tambahan untuk Aceh bertujuan untuk menyediakan sebuah tinjauan terhadap kegiatan MDF, BRR, dan penyampaian kabar terkini tentang pencapaian dan kegiatan proyek. Apa yang dimaksud dengan Program PNPM Mandiri Daerah Tertinggal untuk Aceh dan Nias? PNPM Mandiri Daerah Tertinggal di Aceh-Nias, umumnya dikenal sebagai SPADA Aceh-Nias, merupakan sebuah program ujicoba inovatif yang mulai dilaksanakan pada bulan Nopember 2006 dan dirancang untuk menjawab berbagai permasalahan kebijakan dan pemerintahan di 19 kabupaten termiskin di Aceh dan Nias. Selain merupakan bagian dari Program PNPM Mandiri Daerah Tertinggal yang juga beroperasi di 32 kabupaten yang tersebar di delapan buah provinsi lainnya, SPADA Aceh-Nias merupakan sebuah program tanggap langsung terhadap upaya pemulihan pasca tsunami dan pasca MOU yang dilaksanakan oleh pemerintah, dengan penekanan khusus terhadap perencanaan partisipatoris untuk kegiatan investasi pro-kaum miskin, tata pemerintahan yang baik dan pengembangan kapasitas pemerintah daerah di Aceh dan Nias. Program ini akan membantu terwujudnya proses transisi yang mulus dari berbagai upaya rekonstruksi yang dilaksanakan oleh BRR BRR ke upaya- upaya pembangunan lebih lanjut oleh pemerintah Aceh dan Nias yang didukung oleh pengalokasian dana otonomi khusus yang sangat signifikan. Semua tujuan utama dari program ini diselaraskan dengan strategi BRR untuk rekonstruksi dan transisi ke proses pembangunan jangka panjang di wilayah ini, yaitu: pemerintah daerah yang kuat, didasarkan pada proses pembangunan partisipatoris, dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Lima kegiatan utama dari program ini adalah: prasarana, pelayanan publik (kesehatan/pendidikan), iklim usaha, pengembangan kapasitas, dan mediasi serta pemberdayaan hukum masyarakat. BRR melaksanakan PNPM Daerah Tertinggal di Aceh and Nias bersama dengan Tim Penggendali dari pihak pemerintah yang memberikan dukungan pengawasan kebijakan. Proyek yang dilaksanakan di Aceh dan Nias ini memperoleh pendanaan dari Dana Multi-Donor (MDF) untuk Aceh dan Nias, beserta tambahan pendanaan dari DFID untuk kegiatan pasca konflik, serta berkolaborasi dengan USAID dan UNDP.Apa yang dimaksud dengan Dana Multi-Donor untuk Aceh dan Nias? * Dana Multi-Donor (MDF) untuk Aceh dan Nias adalah bentuk kemitraan dari masyarakat internasional, pemerintah Indonesia dan masyarakat sipil dalam rangka mendukung proses pemuilihan pasca bencana gempa bumi dan tsunami. MDF berkontribusi di dalam proses pemulihan melalui penyediaan dana untuk berbagai kegiatan investasi yang berkualitas dan didasarkan pada praktik yang berhasil, memiliki unsur partisipasi maupun saling koordinasi antar para stakeholder. Sebagai upaya untuk mewujudkan hal ini, MDF bertujuan untuk mengurangi kemiskinan, membangun kembali kapasitas, mendukung terwujudnya tata pemerintahan yang baik dan meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan. Pada saat terjadinya bencana tsunami dan gempa bumi, dunia internasional melakukan penggalangan dana bantuan secara besar-besaran untuk semua negara yang terkena dampak bencana itu. Indonesia, yang merupakan salah satu wilayah yang terkena dampak paling parah, menerima berbagai bantuan untuk mendukung kegiatan penyelamatan, rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh dan Nias. BRR memperkirakan jumlah dana yang disalurkan bernilai sebesar 5 miliar Dolar AS. Keberadaan dana yang sangat besar tersebut merupakan salah satu tantangan bagi pemerintah Indonesia di dalam memastikan bahwa sumber daya tersebut dikelola secara efektif, terkoordinasi dan transparan. Salah satu mekanisme untuk memastikan bahwa pelaksanaan bantuan keuangan terlaksana secara efisien dan terkoordinasi, maka. Pemerintah Indonesia meminta kepada pihak Bank Dunia untuk membentuk Multi-Donor Fund, yang hingga hari ini telah mengelola anggaran sebesar 700 juta Dolar AS yang diperoleh dari 15 lembaga donor. * sumber: www.multi-donorfund.org Edisi Tambahan Khusus untuk Aceh (Oktober 2008) Hal. 1: Kabar Terkini, Tinjauan Program, BRR, dan MDF Hal. 2: Kalender, Penyaluran Anggaran, Staf, Program Pemberdayaan Hukum untuk Perempuan Hal. 3-4: Membantu SPADA Mengatasi Ketegangan Pasca Konflik di Aceh, Pengkajian Pengelolaan Ekonomi Daerah di Aceh

Transcript of Edisi Tambahan Khusus untuk Aceh Oktober...

Kabar Terkini

Kegiatan proyek di Aceh berlangsung dengan lancar.

Pada awal bulan Oktober, putaran pertama

penyaluran dana dari anggaran tahun 2007 telah

dirampungkan, begitu pula dengan kegiatan sosialisasi

kegiatan tahun 2008. Pada saat ini seluruh kabupaten

wilayah kerja proyek sementara melakukan proses

perencanaan, bahkan ada yang telah menyelesaikan

pertemuan forum pengambilan keputusan. Para

pelaku utama dari pihak pemerintah daerah yang bertanggungjawab atas pelaksanaan sub-proyek

(UPKD) telah memperoleh pelatihan tingkat lanjut

tentang manajemen operasi dan keuangan sub-

proyek. Sebagai tambahan, pihak LGSP juga

melaksanakan sebuah kegiatan pelatihan yang

dihadiri oleh para stakeholder utama SPADA-LGSP dari

10 kabupaten tentang panduan pemaduan

mekanisme SPADA ke dalam proses Musrenbang.

Buletin Kuartal PNPM Mandiri Daerah Tertinggal

Tambahan untuk Aceh bertujuan untuk menyediakan

sebuah tinjauan terhadap kegiatan MDF, BRR, dan

penyampaian kabar terkini tentang pencapaian dan

kegiatan proyek. ☼

Apa yang dimaksud dengan Program PNPM Mandiri

Daerah Tertinggal untuk Aceh dan Nias?

PNPM Mandiri Daerah Tertinggal di Aceh-Nias,

umumnya dikenal sebagai SPADA Aceh-Nias,

merupakan sebuah program ujicoba inovatif yang

mulai dilaksanakan pada bulan Nopember 2006 dan

dirancang untuk menjawab berbagai permasalahan

kebijakan dan pemerintahan di 19 kabupaten termiskin

di Aceh dan Nias.

Selain merupakan bagian dari Program PNPM Mandiri

Daerah Tertinggal yang juga beroperasi di 32

kabupaten yang tersebar di delapan buah provinsi

lainnya, SPADA Aceh-Nias merupakan sebuah program

tanggap langsung terhadap upaya pemulihan pasca

tsunami dan pasca MOU yang dilaksanakan oleh

pemerintah, dengan penekanan khusus terhadap

perencanaan partisipatoris untuk kegiatan investasi

pro-kaum miskin, tata pemerintahan yang baik dan

pengembangan kapasitas pemerintah daerah di Aceh

dan Nias. Program ini akan membantu terwujudnya

proses transisi yang mulus dari berbagai upaya

rekonstruksi yang dilaksanakan oleh BRR BRR ke upaya-

upaya pembangunan lebih lanjut oleh pemerintah

Aceh dan Nias yang didukung oleh pengalokasian

dana otonomi khusus yang sangat signifikan.

Semua tujuan utama dari program ini diselaraskan

dengan strategi BRR untuk rekonstruksi dan transisi ke

proses pembangunan jangka panjang di wilayah ini,

yaitu: pemerintah daerah yang kuat, didasarkan pada

proses pembangunan partisipatoris, dan pertumbuhan

ekonomi yang berkelanjutan. Lima kegiatan utama dari

program ini adalah: prasarana, pelayanan publik

(kesehatan/pendidikan), iklim usaha, pengembangan

kapasitas, dan mediasi serta pemberdayaan hukum

masyarakat.

BRR melaksanakan PNPM Daerah Tertinggal di Aceh

and Nias bersama dengan Tim Penggendali dari pihak

pemerintah yang memberikan dukungan pengawasan

kebijakan. Proyek yang dilaksanakan di Aceh dan Nias

ini memperoleh pendanaan dari Dana Multi-Donor

(MDF) untuk Aceh dan Nias, beserta tambahan

pendanaan dari DFID untuk kegiatan pasca konflik, serta berkolaborasi dengan USAID dan UNDP.☼

Apa yang dimaksud dengan Dana Multi-Donor untuk Aceh dan Nias?∗

Dana Multi-Donor (MDF) untuk Aceh dan Nias adalah

bentuk kemitraan dari masyarakat internasional,

pemerintah Indonesia dan masyarakat sipil dalam

rangka mendukung proses pemuilihan pasca bencana

gempa bumi dan tsunami. MDF berkontribusi di dalam

proses pemulihan melalui penyediaan dana untuk

berbagai kegiatan investasi yang berkualitas dan

didasarkan pada praktik yang berhasil, memiliki unsur

partisipasi maupun saling koordinasi antar para

stakeholder. Sebagai upaya untuk mewujudkan hal ini,

MDF bertujuan untuk mengurangi kemiskinan,

membangun kembali kapasitas, mendukung

terwujudnya tata pemerintahan yang baik dan

meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan.

Pada saat terjadinya bencana tsunami dan gempa

bumi, dunia internasional melakukan penggalangan

dana bantuan secara besar-besaran untuk semua

negara yang terkena dampak bencana itu. Indonesia,

yang merupakan salah satu wilayah yang terkena

dampak paling parah, menerima berbagai bantuan

untuk mendukung kegiatan penyelamatan, rehabilitasi

dan rekonstruksi di Aceh dan Nias. BRR memperkirakan

jumlah dana yang disalurkan bernilai sebesar 5 miliar

Dolar AS.

Keberadaan dana yang sangat besar tersebut

merupakan salah satu tantangan bagi pemerintah

Indonesia di dalam memastikan bahwa sumber daya

tersebut dikelola secara efektif, terkoordinasi dan

transparan. Salah satu mekanisme untuk memastikan

bahwa pelaksanaan bantuan keuangan terlaksana

secara efisien dan terkoordinasi, maka. Pemerintah

Indonesia meminta kepada pihak Bank Dunia untuk

membentuk Multi-Donor Fund, yang hingga hari ini

telah mengelola anggaran sebesar 700 juta Dolar AS yang diperoleh dari 15 lembaga donor. ☼

∗ sumber: www.multi-donorfund.org

Edisi Tambahan Khusus untuk Aceh (Oktober 2008)

Hal. 1: Kabar Terkini, Tinjauan Program, BRR, dan

MDF

Hal. 2: Kalender, Penyaluran Anggaran, Staf,

Program Pemberdayaan Hukum untuk

Perempuan

Hal. 3-4: Membantu SPADA Mengatasi

Ketegangan Pasca Konflik di Aceh, Pengkajian

Pengelolaan Ekonomi Daerah di Aceh

PNPM Mandiri Daerah Tertinggal Khusus Aceh Edisi Oktober 2008

2

Staf

SPADA Aceh-Nias

Konsultan tingkat provinsi

(PMC): 6

Konsultan tingkat

kabupaten (DMC): 57

What is the BRR?∗∗

Apa yang dimaksud dengan BRR?∗∗

Presiden Republik Indonesia meresmikan Badan

Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) untuk Aceh-Nias

pada tanggal 30 April 2005. Badan ini terdiri dari tiga

buah komponen: sebuah Komite Pengarah (Steering

Committee) untuk menyediakan panduan kebijakan

kepada Presiden, sebuah Badan Pengawas

Independen untuk mengawasi kegiatan BRR, dan

sebuah Badan Pelaksana sebagai lembaga

pelaksana. Dukungan BRR utamanya diberikan

kepada Bapel, dan tentunya kepada Steering

Committee dan Badan Pengawas. BRR

bertanggungjawab untuk melakukan koordinasi atas

pelaksanaan program rehabilitasi dan rekonstruksi di

Aceh dan Nias berdasarkan rencana dan panduan

yang ada di dalam Rencana Induk (Master Plan). ☼

Program Pemberdayaan Hukum untuk Perempuan di

Aceh

Sebagai bagian dari Program SPADA di Aceh, Justice

for the Poor, Bank Dunia melaksanakan sebuah

program yang bertujuan untuk Penguatan Akses

terhadap Pelayanan Hukum di Aceh. Salah satu

komponen utama dari program ini adalah Program

Pemberdayaan Hukum untuk Perempuan.

Program ini berusaha untuk menjawab sebuah

kebutuhan utama yang ada di Aceh. Kaum

perempuan menghadapi tantangan khusus di dalam

mengakses sistem hukum dan tantangan ini sangat

umum terjadi di wilayah-wilayah pasca konflik

maupun di wilayah yang terkena bencana. Penelitian

mengindikasikan bahwa kaum perempuan sangat

jarang melaporkan kasus hukum maupun

menyampaikan keluhan. Mereka cenderung

mengalami kesulitan di dalam menyampaikan

keluhan terhadap kasus-kasus seperti pelecehan

seksual, kekerasan di dalam rumah tangga dan

diskriminasi di tempat kerja. Hal ini disebabkan karena

hal-hal tersebut umumnya dianggap sebagai hal

sepele dan pribadi, dan bukanlah permasalahan

hukum yang serius.

Diperlukan sebuah pendekatan khusus untuk

memperkuat akses perempuan terhadap pelayanan

hukum dan memperoleh pelayanan atas kebutuhan

hukum mereka. Melalui program ini, berbagai kegiatan

pemberdayaan hukum ditujukan langsung untuk kaum

perempuan, untuk meningkatkan pengetahuan

mereka tentang hak-hak hukum beserta akses mereka

terhadap lembaga hukum di tingkat lokal. Program ini

∗∗sumber: www.e-aceh-nias.org

Kegiatan Terkini dan yang Akan Datang

Oktober

2008

Laporan Akhir Survei Data Dasar

Pelayanan Satu Atap, Persiapan/pelatihan untuk Survei Data

Dasar Komponen MCLE. Kunjungan

supervisi ke Aceh. Perampungan

kegiatan lapangan untuk survei data

dasar layanan perijinan usaha satu atap

dan survei pengelolaan ekonomi.

Nopember

2008

Laporan Akhir Survei Pengelolaan

Ekonomi, pelaksanaan Survei Data Dasar

Komponen MCLE. Kunjungan supervisi ke

Aceh. Laporan akhir Survei Data Dasar

Sistem Pelayanan Perijinan Satu Atap,

Lokakarya Rencana Kegiatan Sistem

Pelayanan Perijinan Satu Atap, di lima

kabupaten.

Desember

2008

Pelaksanaan Survei Data Dasar

Komponen MCLE. Laporan Akhir Survei

Pengelolaan Ekonomi, Lokakarya

Rencana Kegiatan Sistem Pelayanan

Perijinan Satu Atap, di lima kabupaten.

Pengeluaran

SPADA Aceh-Nias

Dana Perencanaan yang

telah disalurkan hingga

saat ini (dalam miliar

Rupiah)

2,5

Dana BLM yang telah

dibelanjakan hingga saat

ini (dalam miliar Rupiah)

23,2

Dana BLM yang akan

disalurkan pada tahun

2008 (dalam miliar Rupiah)

140,9

PNPM Mandiri Daerah Tertinggal Khusus Aceh Edisi Oktober 2008

3

telah dilaksanakan oleh empat buah lembaga

masyarakat sipil ternama di Aceh,yaitu RPUK, MISPI,

KKTGA dan LBH Apik, dan sementara dilaksanakan di

18 buah kecamatan di Aceh Besar, Pidie, Bireuen, Aceh

Utara, Benar Meriah dan Lhoksumawe.

Pada tingkat desa, para tenaga paralegal

memberikan bantuan kepada kelompok-kelompok

perempuan di dalam meningkatkan pemahaman

hukum mereka dan menyediakan informasi tentang

hak-hak perempuan. Program ini juga memperkuat

kelembagaan hukum dan mekanisme adat agar bisa

membantu mengatasi berbagai permasalahan yang

terkait dengan kaum perempuan. Sebuah Forum Multi-

stakeholder didirikan di setiap kabupaten untuk

memberikan pendidikan hukum dan dukungan bagi

kaum perempuan di dalam menyelesaikan

permasalahan mereka.

Membantu SPADA Mengatasi Ketegangan Pasca

Konflik di Aceh

Program SPADA mendukung upaya pemulihan pasca

konfik dan pasca tsunami di Aceh, akan tetapi

menghadapi tantangan adanya ketegangan yang

diakibatkan oleh konflik yang terjadi di masa lampau.

Hal ini termasuk persaingan di dalam mengakses

pendanaan rekonstruksi dan reintegrasi, upaya untuk

memobilisasi jaringan dukungan politik dan patronase,

dan ketegangan antar etnis di sejumlah daerah

tertentu\. Tim Konflik dan Pembangunan Bank Dunia

bekerjasama dengan Program SPADA melaksanakan

sejumlah kegiatan analisa dan operasional yang

bertujuan untuk meningkatkan lingkungan wilayah

kerja Program SPADA.

Salah satu program yang dilaksanakan adalah

program yang dikelola oleh Search for Common

Ground Indonesia melalui pendanaan dari DFID.

Program ini memanfaatkan media radio untuk

memberdayakan kaum muda di dalam kehidupan

kemasyarakatan. Program yang bernama Program

Radio Pemuda Aceh, mengujicobakan penggunaan

radio sebagai saluran komunikasi dua arah, dimana

informasi dapat didesiminasikan dan memperoleh

tanggapan langsung dari kaum muda. Acara radio ini

disiarkan oleh 12 radio swasta di Aceh, dan terdiri dari

penyiaran rekaman berdurasi 30 menit yang kemudian

dilanjutkan dengan sesi diskusi langsung yang bedurasi

30 menit atau melalui SMS. Hingga saat ini, telah

diselesaikan enam buah rekaman yang dipersiapkan

oleh 12 reporter muda. Semua rekaman ini telah

disiarkan dan program ini akan berlangsung hingga 16

Januari 2009. Program ini sementara mencari peluang

untuk memperluas wilayah kerja melalui kemitraan

dengan radio-radio komunitas.

Kabar Terkini Pengembangan Sektor Swasta:

Pengkajian Pengelolaan Ekonomi di Aceh

Pelaksanaan otonomi daerah telah memberikan

kewenangan yang lebih besar kepada pemerintah

daerah, yang pada saat ini memiliki peran yang besar

di dalam pengalokasian belanja publik (lebih dari

setengah pembelanjaan pembangunan dikelola di

tingkat daerah) dan di dalam hal pengembangan

lingkungan kebijakan, bukan hanya di Aceh, tetapi

juga di seluruh Indonesia. Pada situasi ini, para

pengambil keputusan memainkan sebuah peran yang

penting di dalam pengembangan iklim usaha dan

menarik investasi, dan oleh karena itu sangatlah

berharga untuk belajar dari praktik-praktik sukses lokal.

Program SPADA telah mulai melakukan penilaian atas pengelolaan ekonomi lokal di Aceh sebagai bagian

dari survei nasional yang komprehensif. Pertanyaan

utama yang menjadi fokus dari Survei Pengelolaan

Ekonomi Lokal adalah: Siapakah pemerintah daerah

yang memiliki pengelolaan ekonomi terbaik?

Pihak Asia Foundation dan Komite Pemantau

Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) telah

melaksanakan survei terhadap 243 kota/kabupaten di

Indonesia untuk Fase I Survei Pengelolaan Ekonomi

Lokal. Melalui Program SPADA, mereka melanjutkan

proses survei mereka di Aceh, untuk membandingkan

pemerintah daerah di Aceh dengan wilayah tetangga

dan lainnya di seluruh Indonesia.

Survei Pengelolaan Ekonomi Lokal merupakan survei

terbesar atas pengelolaan ekonomi terbesar yang

pernah dilaksanakan di Indonesia dan merupakan

salah satu yang terbesar di dunia.

PNPM Mandiri Daerah Tertinggal Khusus Aceh Edisi Oktober 2008

4

10 aspek pengelolaan ekonomi lokal yang dinilai oleh

survei ini adalah:

1. Akses pertanahan dan keamanan hak sewa,

mengingat investor tidak akan berinvestasi

apabila mereka tidak bisa mengakses lahan,

begitu pula bagi investasi yang telah ada saat

ini yang akan dipengaruhi oleh masalah

keamanan hak sewa.

2. Perijinan Usaha dapat mendorong minat

berusaha apabila prosedur yang diterapkan

sederhana dan berbiaya rendah, dan akan

menghambat penetrasi pasar apabila

prosedur yang berlaku rumit dan menyulitkan.

3. Interaksi Pemerintah Daerah dan Pihak Swasra

merupakan hal penting di dalam memastikan

bahwa kebijakan dan investasi publik

memenuhi kebutuhan para investor dan tidak

menghambatan pertumbuhan usaha.

4. Program Pengembangan Usaha yang

dilaksanakan oleh pemerintah daerah dapat

menjadi sebuah mekanisme yang efektif di

dalam memperkenalkan keahlian manajemen

dan keahlian lainnya kepada tenaga kerja

lokal dan strategi untuk menghubungkan

usaha lokal dengan pasar potensial yang ada

di luar.

5. Kapasitas dan Integritas Walikota/Bupati

merupakan hal yang penting untuk

penciptaan kebijakan pemerintah daerah

yang efektif; pemimpin daerah yang jujur dan

kompeten cenderung akan menghasilkan

kebijakan dan program yang ramah bagi

investasi.

6. Pajak Daerah, Retribusi dan Biaya-Biaya

Transaksi Lainnya dapat menjadi beban bagi

perusahaan-perusahaan lokal apabila hanya

digunakan sebagai

sebuah mekanisme untuk memperoleh

pendapatan dari masyarakat daripada untuk

keperluan sumber pendanaan bagi

pelayanan-pelayanan dasar.

7. Prasarana lokal – yaitu penyediaan jalan

daerah yang berkualitas baik, penyediaan

pasokan listrik, penerangan jalan, air bersih dan

telekomunikasi –

merupakan hal yang penting bagi pihak

swasta agar bisa berfungsi secara efektif.

8. Keamanan dan Penyelesaian Konflik,

keberadaan mekanisme untuk penyelesaian

perselisihan usaha akan meningkatkan

kepercayaan sektor usaha untuk berinvestasi

karena merasa dihargai.

9. Peraturan-Peraturan Daerah yang rumit dan

membingungkan dapat menghambat

perekonomian lokal karena penerapan biaya

yang tinggi dan/atau membatasi

perdagangan dan akses ke pasar.

Tujuan Indeks Pengelolaan Ekonomi

Hasil dari survei ini akan digunakan untuk menciptakan

Indeks Pengelolaan Ekonomi (Economic Governance

Index/EGI), yang melakukan pemeringkatan atas mutu

pengelolaan ekonomi.

Indeks Pengelolaan Ekonomi:

• Menginformasikan kepada sektor swasta tentang

lingkungan berusaha di wilayah mereka dengan

perbandingan dengan wilayah lainnya, yang

kemudian akan mendorong adanya tuntutan

untuk peningkatan lingkungan berusaha di wilayah

mereka sendiri.

• Menyediakan sebuah kerangka referensi tentang

praktik-praktik terbaik di tingkat lokal kepada para

pemimpin sebagai upaya untuk meningkatkan

kualitas kebijakan di wilayah mereka; dan

• Menciptakan proses yang proaktif dan bersaing

dengan tujuan untuk meningkatkan lingkungan

berusaha melalui dukungan terhadap perwujudan

pengelolaan ekonomi daerah yang baik. ☼

Untuk informasi lebih lanjut tentang Program PNPM Mandiri Daerah Tertinggal, silahkan menghubungi:

Kementerian Negara Pembangunan

Daerah Tertinggal

Email: [email protected]

National Management Consultants (NMC)

Jl. Tanah Abang V No. 37 B, Jakarta

Telepon: +62-021-3510-004

Email: [email protected]

Peta Provinsi Wilayah Kerja Survei Pengelolaan Ekonomi Daerah