Edisi keempat belas

16
Edisi No.14 Tahun II - April 2014 Pelajar Aceh Siap Hadapi UN Pelajar Aceh Siap Hadapi UN Nurul Husnina, Siswa MTs Muham- madiyah, Banda Aceh: Fokus Belajar Nurul Aulia, Siswa MTs Model, Banda Aceh: Nurfaizah, Siswa MTs Muhammadiyah, Banda Aceh: Belajar Bersama Membahas UN di Sekolah Yakin dengan Dukungan Orang Tua KIP: Pemilu di Aceh Lancar KIP: Pemilu di Aceh Lancar Drs. Zulkarnaini, Sekretaris Panitia UN Aceh: UN harus Jujur Tanpa Kecurangan

description

 

Transcript of Edisi keempat belas

Page 1: Edisi keempat belas

Edisi No.14 Tahun II - April 2014

Pelajar Aceh Siap Hadapi UNPelajar Aceh

Siap Hadapi UN

Nurul Husnina, Siswa MTs Muham-

madiyah, Banda Aceh:

Fokus Belajar

Nurul Aulia, Siswa MTs Model,

Banda Aceh:

Nurfaizah, Siswa MTs Muhammadiyah, Banda Aceh:

Belajar Bersama Membahas UN di Sekolah

Yakin dengan Dukungan Orang Tua

KIP: Pemilu di Aceh Lancar

KIP: Pemilu di Aceh Lancar

Drs. Zulkarnaini, Sekretaris Panitia UN Aceh:

UN harus Jujur Tanpa Kecurangan

Page 2: Edisi keempat belas

Saleum

PENGARAH: Dr. Zaini Abdullah (Gubernur Aceh)

PENANGGUNG JAWAB: Drs Said Rasul(Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi dan

Telematika Aceh)

DEWAN PENYUNTING: Drs. A. Aziz. (Kabid Manajemen Data Base)

Dr. Rahmawati, M. Si. (Kasubbag TU Seuramoe)

PEMIMPIN UMUM: Ir. Sanasi, MM.(Kepala UPTD Seuramoe Informasi Aceh)

Pemimpin Redaksi: Asriani, S.Sos

Redaktur Pelaksana: Irwanda, ST, M.Si

Alamat Redaksi: Gedung Seuramoe Informasi Aceh Jl. Slt. Alaidin Mahmudsyah, Banda Aceh No. 14. Telp . 0651- 33615

Email: [email protected]: http://seuramoe.acehprov.go.id

Koordinator Liputan:Nining Khairani, S.Sos

Redaktur:Imran Joni

Penyunting/Editor: Iranda Novandi, S.Sos

Design/Layout Aditya AR

Konsultan Media:Arief Rahman

Fotografer:Amiruddin

Dharwanda, A. Md

Reporter/Kontributor:Fahmi, ST - Muslem, A. Md -

Arman Konadi- Rahmat - Safara

Keuangan: Sri Trisna Fitri, SE

Tata Usaha: Marhamah - Syamsuarni

Distribusi: Syaukani - Razali

Logistik Umum: Syarwan - Amri - Azhar

Redaksi menerima sumbangan tulisan, artikel dan foto yang sesuai dengan misi penerbitan. Redaksi berhak mengubah isi tulisan tanpa mengubah maksud dan sub-

stansi dari tulisan tersebut. Tulisan harus dilampiri tanda pengenal.

Seuramoe Publik

No. 14 Tahun II / April 20142

BANDA ACEH - Pekan Kreatifitas Fakultas Adab (PKFA) ke V, yang merupakan agenda rutin kegiatan seni dan budaya yang dis-elenggarakan setahun sekali, akan kembali digelar pada 21- 26 April 2014 mendatang.

“Acara PKFA ke 5 akan dibuka pada tanggal 21 April ini, insya Allah pada saat pembukaan orasi budaya akan disampaikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pari-wisata Aceh, Drs. Reza Fahlevi, M.Si ,“ kata Ketua Pelaksana, Sudirman, Rabu (16/4), melalui siaran persnya.

Ia juga menambahkan “ PKA ke 5 akan dirangkai dengan berbagai perlombaan, diantaranya turnamen futsal se-lingkungan

UIN Ar-Raniry, tari kreasi, drama, kaligrafi, puisi, film pendek, photography,daur ulang, catur, tenis meja “.tambah Sudirman

Pekan kreatifitas mahasiswa yang diselenggarakan oleh Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Adab dan Humaniora yang mengangkat tema “Piasan Adab, Peudoda Nanggroe” ini nantinya akan dipusatkan di Komplek Fakultas Adab dan Humaniora dan Gedung Meseum UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Jika ingin berpartisipasi di ajang ini bisa menghubungi panitia 081370108724.n ril

Untuk informasi lebih lengkap, silahkan hubungi:Sudirman, HP. 081370108724

21 April, PKFA ke V Digelar

Keceriaan anak-anak peserta audisi Hafizd Cilik di Banda Aceh. foto: amir/mca

Meski masih menjadi polemik, namun Ujian Nasional tak lagi menakutkan siswa-siswa di Aceh. Buktinya, untuk menghadapi UN tahun 2014 yang dilaksanakan April untuk SMA/sederajat dan Mei untuk SMP/sederajat, para peserta UN di Aceh mengaku siap untuk mengikutinya.

Tanpa target memang. Tapi Dinas Pendidikan Aceh ber-harap UN 2014 yang diikuti 57.759 siswa SMA/sedserajat, 85.748 siswa SMP sederajat dan 95.880 siswa SD/sederajat, dapat lebih baik dari hasil UN tahun lalu.

Konon lagi, Pemerintah Aceh telah menganggarkan dana pendidikan yang lumayan besar, mencapai Rp2,4 triliun un-tuk tahun 2014 ini. “Harus lebih baik dari tahun lalu dan ini harapan kita semua. Kita berharap UN dilaksanakan dengan kondisi jujur,” kata Ketua Panitia UN Aceh, Bahrum Yakob, S.Pd kepada Seuramoe Informasi, pekan lalu.

Tahun lalu, tambahnya, dari 76.642 peserta UN tingkat SMP, 75.219 siswa atau 98,14 persen dinyatakan lulus. An-gka ini turun 1,24 persen dibandingkan kelulusan tahun 2012 yang mencapai 99,38 persen.

Sedangkan untuk tingkat SMA, ada 1.754 siswa atau 3,11 persen yang tidak lulus dari 56.000 siswa peserta UN. Hasil ini menempatkan Aceh pada posisi teratas tingkat ketidak lu-lusan, disusul Papua.

Yang membanggakan, tentu saja sikap optimis pela-jar Aceh dalam menghadapi UN tahun ini. Meski ada rasa khawatir tidak lulus, namun mereka mengaku telah siap un-tuk menghadapinya. Apalagi, pihak sekolah memang tidak menginginkan ada anak didiknya yang gagal dalam Ujian Nasional ini.

Maka, try out di sekolah, membedah soal-soal yang ke-mungkinan diuji dalam UN hingga membedah buku Detik-detik UN menjadi santapan para siswa sehari-hari. Itu be-lum ditambah dengan les di luar jam sekolah yang diberikan orang tua untuk anak-anak mereka.

Dengan dukungan yang besar dari sekolah dan orang tua, rasanya memang tidak perlu ada rasa takut di benak siswa kita yang akan mengikuti UN 2014.

Semoga mereka semua berhasil. Amin!n Redaksi

UN tak Lagi Menakutkan

Page 3: Edisi keempat belas

Utama

No. 14 Tahun II / April 2014 3

U

“150.246 siswa tingkat SMA dan SMP di Aceh akan mengikuti pelaksanaan Ujian Nasional (UN) 2014. Jumlah tersebut telah masuk dalam DNT (Daftar

Nominasi Tetap) peserta UN tahun ini.” Demikian dikatakan Kepala Dinas Pen-didikan Aceh, Drs. Anas M Adam M.Pd kepada wartawan beberapa waktu lalu.

NTUK tingkat SMA, Madrasah Aliyah (MA) dan SMK serta SMA-LB, diikuti 57.759 siswa yang akan berlangsung 14-16 April 2014. Sementara peserta UN SMP sederajat 85.748 siswa, berlangsung 5-8 Mei 2014.

UN juga akan bersamaan dengan ujian Paket C yang waktu dan jadwalnya bersamaan dengan UN formal SMA sederajat. 3.959 orang sebagai peserta UN Kesetaraan atau Paket C. Sementara UN Paket B (ujian keseta-raan tingkat SMP) diikuti 2.780 orang.

Untuk ujian tingkat SD/sederajat diikuti 95.880 peserta ditambah peserta ujian Paket A/Ula 320 orang yang berlangsung 19-21 Mei 2014. “Pelaksanaan UN tahun ini tidak ada yang berbeda dengan tahun ajaran yang lalu. Termasuk soal ujian juga tidak ada perubahan, tetap 20 paket. Artinya, setiap peserta tidak ada yang sama soalnya dengan peserta yang lain di dalam satu ruang ujian,” kata Anas.

Shabri Aliama, Kepala Pusat Pengem-bangan SDM Kebudayaan, di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI yang mel-akukan tugas sebagai Pemantau Persiapan UN Aceh mengatakan, pihaknya melakukan pemantauan seputar kesiapan panitia daerah menyangkut pendistribusian soal ke daerah, pengelolaan di kelas dan keterlibatan pihak-pihak terkait.

Menurut dia, kesiapan Aceh sudah ba-gus, tidak ada kendala yang berarti. Dia juga mengakui kualitas anak-anak Aceh bagus dan mampu bersaing dengan anak-anak lain di Indonesia. “Buktinya banyak siswa Aceh yang diundang ke Perguruan Tinggi Negeri Favorit,

seperti di Universitas Indonesia,” katanya.Menyinggung kualitas pendidikan Aceh,

menurut dia harus dimaklumi, Aceh mengala-mi beberapa masalah, mulai konf-lik hingga tsunami. Maka wajar jika kuali-tas pen-didikan Aceh menurun. “Namun saat ini semakin baik dan perhatian Pemerintah Aceh sangat baik. Buktin-ya anak-anak Aceh mampu bersaing den-gan anak–anak lain di Indone-sia,” katanya.

TargetMeski punya catatan ‘buruk’ pada UN

tahun lalu, namun Dinas Pendidikan Aceh optimis hasil UN tahun ini bisa lebih baik dari tahun sebelumnya. Tanpa membebankan target tertentu namun minimal memperbaiki peringkat dan tak lagi berada pada posisi pal-ing atas untuk tingkat ketidaklulusan.

“Harus lebih baik dari tahun lalu dan ini harapan kita semua. Kita berharap UN dilak-sanakan dengan kondisi jujur,” kata Ketua Panitia UN Aceh, Bahrum Yakob, SPd kepada Seuramoe Informasi, pekan lalu.

Tahun lalu, tambahnya, dari 76.642 peserta UN tingkat SMP, 75.219 siswa atau 98,14 persen dinyatakan lulus. Angka ini turun 1,24 persen dibandingkan kelulusan tahun 2012 yang mencapai 99,38 persen.

Sedangkan untuk tingkat SMA, ada 1.754 siswa atau 3,11 persen yang tidak lulus dari 56.000 siswa peserta UN. Hasil ini men-empatkan Aceh pada posisi teratas tingkat ketidak lulusan, disusul Papua.

Dikatakannya, perbandingan persentase nilai kelulusan siswa, masih seperti tahun lalu, yakni 40 % nilai sekolah dan 60 % nilai UN. “Yang penting siswa peserta UN jangan terpancing dengan isu beredarnya kunci jawa-ban. Itu hanya upaya dari pihak yang meng-ganggu konsentrasi siswa,” katanya.

Dr. M. Shabri Abd. Majid, M.Ec, Dosen Fakultas Ekonomi dan Program Pascasarjana (PPs) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh dalam makalahnya yang berjudul “Potret Buram Pendidikan Kita” yang dimuat di rubrik Opini harian Serambi Indonesia Kakis (3/1/2013) menilai, pemdidikan Aceh sangat memprihatinkan.

“Sebagai satu provinsi di Indonesia, dunia pendidikan di Aceh juga sarat dengan masalah. Memang kalau dibandingkan dengan pendidikan di 33 provinsi lain-

nya di Indonesia, indikator ting-kat pendidikan penduduk Aceh seperti angka partisipasi kasar (APK), angka melek huruf (AMH), angka rata-rata lama sekolah (ARLS), dan angka partisipasi murni (APM) sudah jauh lebih baik dan bahkan be-

rada di atas level nasional, namun kualitas

pendidikan Aceh masih sangat memprihatin-kan,” tulisnya.

Pemerintah Aceh, katanya, belum mampu mewujudkan pemerataan pembangunan sek-tor pendidikan antar kabupaten/kota di Aceh. Aceh yang mendapat jatah dana pemban-gunan nomor tiga terbesar di Indonesia, Rp 11,9 triliun pada 2010 dan Rp 9,6 triliun pada 2011 (penerima APBD nomor tiga terbesar di Indonesia), namun alokasi minimal 20% dari

PESERTA UN ACEH

SMP SMA

2013 2014 2013 2014

82.353 85.748 67. 665 57.759

Pak. B 2.780 Pak. C 3.959

KELULUSAN UN ACEH

SMP

SMA

2012 2013 2012 2013

99,38% 75.219 (98,14%) 65.913 (96,89%)

2013 SMA (3,11%) 1.752 tak lulus Tertinggi setelah Papua

DANA PENDIDIKAN

2007 2013 2014

Rp 2,3 triliun Rp 5,6 triliun Rp2,4 triliun

“Rangking nilai yang diperoleh SMA/MA/SMK yang mengikuti SMPTN di ber-

bagai perguruan tinggi di selu-ruh Indonesia

pada 2011 untuk IPA menduduki rangking 31 (di bawah Papua), dan untuk IPS

menduduki rangking 25.”

Gubernur Aceh, Zaini Abdullah meninjau peserta UN serius memngikuti ujian di salah satu SMAN di Banda Aceh. foto: amir/mca

Page 4: Edisi keempat belas

Utama

No. 14 Tahun II / April 20144

Para siswa peserta UN serius memngikuti ujian di salah satu SMAN di Banda Aceh. foto: amir/mca

APBA tersebut untuk memaju-kan bidang pendidikan belum mampu mendongkrak mutu pendidikan Aceh.

“Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Aceh anjlok dari peringkat 17 pada 2009 ke peringkat 27 pada 2010, salah satunya akibat rendahnya mutu pendidikan di Aceh.”

Berdasarkan data Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Kemdiknas, tingkat kelulusan siswa SMP di Aceh 2012, 99,42% (rangking 21 na-sional) dan MTs 99,27% (rang-king 26). Kelulusan siswa SMA jurusan IPA 99,75% (rangk-ing 23) dan SMA jurusan IPS 98,81% (rangking 25 nasional). Tingkat kelulusan siswa MA jurusan IPA 99,78% (rangking 17), MA jurusan IPS 98,21% (rangking 18). Dan, tingkat kelulusan pada jenjang SMK 98,59% (rangking 26) dari 33 provinsi di Indonesia.

Memang bila diukur dari kelulusan Ujian Nasional (UN), peringkat pendidikan Aceh sudah sangat menggembira-kan. Pada 2011 lalu, misalnya, kelulusan SMP/MTs menca-pai 99,38%, SMA/MA IPA 99,76%, dan SMA/MA IPS mencapai 98,89% dengan rang-king 21 dari seluruh provinsi di Indonesia. Namun bila capaian itu kita bandingkan dengan daya saing lulusan terjadi kon-tradiksi.

“Rangking nilai yang diperoleh SMA/MA/SMK yang mengikuti SMPTN di berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia pada 2011 untuk IPA menduduki rangking 31 (di bawah Papua), dan untuk IPS menduduki rangking 25.” Demikian kupas Sabri.

Belanja Pendidikan Dalam tiga tahun terakhir,

penerimaan anggaran pen-didikan Aceh meningkat tajam. Sejak adanya dana otonomi khusus tahun 2008, belanja pendidikan Aceh secara riil meningkat hampir dua kali lipat. Dari Rp 2,3 triliun pada 2007 menjadi Rp 5,6 triliun tahun 2013. “Tahun ini (2014) anggaran pendidikan Aceh mencapai angka Rp.2,4 triliun,” tulis siaran pers PECAPP be-berapa waktu lalu.

“Aceh memiliki peluang be-sar untuk meningkatkan mutu pendidikan, terutama dari sisi pendanaan. Belanja pendidikan dengan tambahan dana otsus/migas telah menjadikan Aceh sebagai daerah dengan belanja perkapita pendidikan tertinggi (ranking ke-4, 2012) di Indo-nesia,” tulis siaran pers yang disiar 21 Agustus 2018 lalu di situs PECAPP. (http://belan-japublikaceh.org/pendidikan/belanja-pendidikan-aceh-2013)

Usulan dana pendidikan ini disetujui DPRA. Pihak DPR

Aceh dan Pemerintah Aceh sepakat, dalam RAPBA 2014, dana pendidikan diplot Rp2,4 triliun. Angka itu melewati 20 persen dari total RAPBA 2014, yakni Rp12,7 trliun.

Dengan penyebaran di be-berapa SKPA, seperti Dispora, Biro Kesra Setda Aceh dan Dinas PU Cipta Karya, dihara-pkan dapat memenuhi harapan untuk peningkatan mutu yang berorientasi pada skill dan kualitas guru di Aceh. Dengan anggaran yang besar, tentu harapan agar mutu pendidikan Aceh dan peningkatan kualitas tenaga pendidik dapat lebih baik bisa tercapai. Dan ukuran awalnya UN 2014 ini.

Menurut data dari Disdik Aceh, anggaran pendidikan Aceh untuk tahun 2014 men-capai Rp.895,849 miliar, kedua terbesar di Indonesia setelah DKI Jakarta.

m timmcaceh/dbs

Seuramo : Bagaimana yang dimaksud dengan UN Jujur?Sekretraris UN: UN jujur adalah UN tanpa kecurangan,

dikondisikan secara nasional dengan sistim tanpa pengko-dean lain, satu ruangan 20 siswa dengan soal yang berbeda bahkan antar ruang soalnya berbeda. Kemungkinan terjadi kecurangan tidak ada dan jangan sekali-kali percaya dengan kunci jawaban, karena siswa tidak tahu kode soal apa yang diterimanya. Jika masih percaya, itu ‘bunuh diri’ namanya.

Ada pelibatan pengawas dalam tahapan penyelesaian soal UN?

Telah diaturt secara nasional, mulai menciptakan, ce-tak dan pendistribusian soal, harus ada tim dari Kepolisian sesuai tingkatan dan tim Perguruan Tinggi, karena kualitas nilai ujian merupakan acuan masuk ke Perguruan Tinggi, selain dari Dinas Pendidikan.

Apa boleh LSM atau pihak lain ikut mengawasi pelak-sanaan UN?

Secara aturan tidak ada larangan mengawasi UN, siapap-un boleh mengawasi pelaksanaan UN, termasuk masyarakat maupun LSM pemerhati pendidikan, bahkan media.

Apakah ada perbedaan kualitas siswa di kota dengan daerah tertentu dari hasil UN?

Yang dituntut dari UN bukan standar maksimal, sebet-ulnya yang diuji adalah standar minimal dari tiap mata pela-jaran yang diuji. Makanya siswa cukup konsentrasi belajar dengan apa yang dipelajari sesuai kurikulum di sekolah, maka diyakini lulus kecuali jika tidak yakin atau mencontek kunci jawaban. Maka diharapkan isilah sesuai kemampuan.

Apakah bisa dipastikan antara kurikulum yang ditetap-kan dan soal UN sejalan?

Sudah pasti sejalan, karena bahan ujian adalah bahan kurikulum, bahkan dipersempit dengan kisi-kisi soal dan telah diberikan ke setiap sekolah. Maka guru mengembang-kan. Karena itu perlu kerja keras dari semua pihak, yaitu guru, perhatian orang tua dan masyarakat.

Bagaimana sesungguhnya kualitas siswa Aceh?Peringkat 32 secara nasional itu adalah tingkat kuanti-

tatif, yaitu tingkat kelulusan. Tapi dari segi kualitas, sebet-ulnya nilai anak-anak Aceh sedikit di atas rata-rata nasional. Kenyataannya banyak anak-anak Aceh yang lulus Perguruan

Tinggi Negeri berkualitas di Indonesia.Apa himbauan terhadap wali Murid?Perhatikan psikologis anak untuk siap menghadapi ujian.

Kedua, orang tua jangan berpikir bahwa belajar hanya cukup di sekolah, padahal anak waktunya lebih banyak dengan orang tua. Ketiga jangan berpikir bahwa tidak lulus UN maka kiamat.

Bagaimana dengan ujian susulan?Ujian susulan bagi mereka yang benar-benar tidak bisa

hadir pada hari H ujian karena sakit atau ada hal tertentu. Sedangkan yang tidak lulus tidak ada ujian susulan.

Apakah ada kemungkinan mendongkrak nilai siswa?Sudah pasti sekolah tidak bisa mendongkrak nilai karena

nilai rapor mulai kelas satu sudah dikirim secara nasional. Jika diubah, justru membahayakan siswa. Kelulusan itu dengan syarat yaitu menuntaskan semua mata pelajaran di sekolah dengan nilai minimal lulus dan yang terakhir bisa saja lulus UN, tapi tidak lulus sekolah karena yang menen-tukan kelulusan adalah pihak sekolah tapi tidak lulus UN sudah pasti tidak lulus sekolah.m ning/mat.mcaceh

foto: muslim/mca

Drs.Zulkarnaini, Sekretaris Panitia UN Aceh: UN Jujur Tanpa Kecurangan

Page 5: Edisi keempat belas

No. 14 Tahun II / April 2014 5

Utama

foto: wandra/mca

PUBLIK Expenditure Analy-sis and Capacity Strengthen-ing Program (PECAPP) dalam riliesnya yang disiar di situs http://belanjapublikaceh.org/pendidikan/belanja-pendidikan-aceh-2013, 21 Agustus 2013 mengungkapkan, penerimaan anggaran Pendidikan Aceh meningkat tajam dalam tiga tahun terakhir. Mutu dan daya saing masih merupakan tantangan utama di sektor pendidikan.

“Sejak adanya dana otonomi khusus di tahun 2008, belanja pen-didikan Aceh secara riil meningkat hampir dua kali lipat; dari Rp 2,3 triliun pada tahun 2007 menjadi Rp 5,6 triliun pada tahun 2013. Belanja pendidikan Aceh secara keseluruhan meningkat tajam meskipun mengalami penurunan secara riil dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintah kabupaten/kota memiliki peranan yang besar dengan porsi pengelolaan belanja pendidikan, mencapai 88 persen, sedangkan di provinsi hanya sebesar 12 persen.” Demikian tulis PECAPP.

Ditambahkan PECAPP, be-berapa indikator pembangunan pendidikan Aceh telah meningkat, terutama dari sisi akses dan pem-erataan, akan tetapi mutu dan daya saing masih merupakan tantangan utama, hal ini tercermin dari kelulusan siswa, tingkat kompe-tensi guru serta mutu pelayanan di sekolah.

Beberapa indikator yang dikemukakan PECAPP antara lain, Aceh merupakan daerah dengan angka ketidaklulusan tertinggi dalam Ujian Nasional SMA tahun 2013, yaitu 3,11 persen, sementara rata–rata nasional 0,52 persen. Hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) tahun 2012 menempatkan Aceh sebagai provinsi dengan nilai rata-rata yang relatif lebih rendah dibandingkan provinsi lainnya.

Guru tidak layak mengajar di sekolah dasar mencapai 68,2 persen. Sebanyak 19 persen atau 1.179 sekolah di semua jenjang pendidikan belum terakreditasi. Ketersediaan fasilitas penunjang mutu, khususnya laboratorium dan perpustakaan di sekolah menengah masih tergolong minim.

Aceh memiliki peluang besar untuk meningkatkan mutu pen-didikan, terutama dari sisi pendan-aan. Belanja pendidikan dengan tambahan dana otsus/migas telah menjadikan Aceh sebagai daerah dengan belanja perkapita pendidi-kan tertinggi (ranking ke-4, 2012) di Indonesia.

Tahun 2013, alokasi anggaran untuk peningkatan mutu guru meningkat tajam dari 9 persen di tahun 2010 menjadi 29 persen. Nilainya sebesar Rp130 miliar atau 29 persen dari keseluruhan belanja Dinas Pendidikan Provinsi.

SepakatDPR Aceh dan Pemerintah

Aceh sepakat dana pendidikan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (RAPBA) 2014 senilai Rp2,4 triliun. Dengan nilai Rp2,4 triliun itu, maka dana pendidikan Aceh melewati angka 20 persen dari total RAPBA 2014, yakni Rp12,7 trliun.

Sementara untuk peningkatan mutu guru, Pemerintah Aceh men-galokasikan anggaran Rp481,426 miliar pada 2014. "Mutu guru di Aceh secara rata-rata masih berkualitas rendah sehingga perlu adanya peningkatan," kata Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Anas M Adam di Banda Aceh, seperti dirilies antaranews.com.

Anas merincikan, alokasi dana itu terdiri atas program pendidikan anak usia dini (PAUD) Rp678,413 juta dan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan ta-hun Rp14,774 miliar. Kemudian pendidikan menengah Rp7,731 miliar, pendidikan non formal Rp1,483 miliar, pendidikan luar biasa Rp8,147 miliar, dana pen-didikan dari kesra guru ke mutu guru Rp170,238 miliar serta kes-ejahteraan dan gaji guru kontrak Rp278,373 miliar.

"Kami berharap dengan ban-yaknya dana untuk peningkatan mutu guru pendidikan di Aceh akan lebih baik," katanya.

Selain untuk peningkatan mutu, Anas mengatakan ada beberapa fokus pembangunan pendidikan tahun 2014, di antaranya mening-katkan pemerataan akses layanan pendidikan, layanan pendidikan berkeadilan melalui ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pendidikan. Selanjutnya mening-katkan mutu proses pembelajaran dan kompetensi lulusan yang berdaya saing dengan lulusan dari sekolah luar provinsi ujung paling barat Indonesia itu.

Kemudian mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal dan Dinul Islam ke dalam sistem pendidikan Aceh, meningkatkan pengelolaan pendidikan yang amanah melalui peningkatan tata kelola dan akunta-bilitas publik yang profesional dan transparan.

Pihaknya meyakini dengan meningkatnya kualitas guru dan

ketersediaan sarana serta prasana pendukung akan mendongkrak pendidikan provinsi itu ke arah lebih baik.

Pendidikan InklusiProgram pendidikan inklusi

mendapat alokasi anggaran sebe-sar Rp20 miliar dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh tahun 2014. "Saya berharap Aceh dapat menjadi contoh ter-depan yang sukses dalam penye-lenggaraan pendidikan inklusif," kata Gubernur Aceh, Zaini Abdul-lah, di Banda Aceh, akhir tahun lalu.

Ditambahkannya, untuk mewu-judkan komitmen terhadap pen-didikan inklusi tersebut, pihaknya telah menjalin kerja sama dengan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung guna mendidik calon guru Sekolah Luar Biasa yang akan ditempatkan di sekolah inklusif.

“Untuk tahap pertama kita telah mengirimkan sebanyak 74 lulusan SMA untuk mengambil S1 pendidi-kan luar biasa, selain juga pengiri-man tenaga pendidikan khusus bagi sarjana sebagai guru yang akan ditempatkan di SLB,” kata guber-nur, seperti dikutip http://www.solider.or.id/2013/12/23.

Kepala Dinas Pendidikan Aceh Anas M. Adam mengatakan, ban-yak tantangan dalam pelaksanaan pendidikan inklusif. Hingga kini baru ada 9 dari 23 kabupaten/kota yang telah melaksanakan program pendidikan inklusif. Sisanya belum. Tantangan lain, masih kurangnya tenaga pendidik yang memenuhi kualifikasi dan kompetensi pendidi-kan luar biasa (PLB).

Sebagai informasi, menurut data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, saat ini Aceh meru-pakan provinsi kelima dari enam propinsi di Indonesia yang menjadi pelopor pendidikan inklusif, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Aceh, dan Sulawesi Selatan.

m timmcaceh/dbs

Belanja Pendidikan Aceh Meningkat Tajam

“Kami berharap dengan banyaknya dana untuk pening-

katan mutu guru pendidikan di Aceh akan lebih baik,”

kata Anas.

REKTOR Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal M. Eng menilai, kualitas Ujian Nasional (UN) dari tahun ke tahun semakin baik. Diharapkan 2014 klimak sebagai tahun terbaik, ka-rena sesuai permintaan Menteri Pendidikan dan Ke-budayaan, setiap jenjang pendidikan harus dinilai hasilnya, seperti SD masuk ke SMP harus mengacu dari hasil UN, begitu juga dari SMP ke SMA dan seterusnya.

“Untuk masuk ke universitas, salah satu yang dinilai juga UN selain nilai rapor. Jadi diharapkan tahun 2014, nilai UN bisa digunakan untuk masuk ke perguruan tinggi. Ada kuota sebesar 50% di se-luruh perguruan tinggi negeri di Indonesia, memberi kesempatan bagi pelajar masuk kuliah lewat jalur undangan tanpa testing dan gratis,” kata dia.

Adanya kuota ini, tambah dia, akan memberikan kesempatan kepada siapa saja yang diundang me-milih ke luar daerah di seluruh Indonesia. Khusus anak-anak Aceh, diyakininya memiliki kualitas yang baik. Secara rata-rata, rangking pelajar yang ikut UN di Aceh, semakin tahun semakin baik. Tetapi untuk guru, tidak bisa dipungkiri, hasil tes kompetensinya, guru-guru di Aceh secara rata-rata masih jauh tert-inggal dari seluruh provinsi di Indonesia.

“Tapi di ujian SNMPTN untuk masuk ke pergu-ruan tinggi, anak-anak Aceh menduduki peringkat 25 atau 26 se-Indonesia. Ini harus kita perbaiki, padahal APBA yang semakin besar, seharusnya kualitas pen-didikan harus lebih baik. Inilah tugas kita semuanya, kita harus memetakan di mana kekurangannya, apa segi fasilitas atau gurunya atau semuanya dan di san-alah perlu intervensi dari Kementerian Pendidikan atau instansi terkait,” katanya.

Untuk unsyiah sendiri, menurut rektor, meng-harapkan pelajar terbaiklah yang lulus di Unsyiah. Jadi, pelajar tersebut tidak hanya berasal dari sekolah terbaik di Banda Aceh, akan tetapi juga berasal dari seluruh pelosok sehingga bisa merata. Solusinya agar ada pemerataan, maka harus ada pemerataan penempatan guru-guru terbaik di Banda Aceh ke daerah-daerah.

“Jadi dirolling seperti dulu. Jangan seperti seka-rang, karena otonomi, untuk pindah saja susah. Ini bisa menyebabkan pengotak-kotakan daerah. Ini yang tidak baik. Guru-guru yang ditempatkan ke daerah haruslah diberi tunjangan yang lebih baik,” katanya.

Tersebarnya guru-guru terbaik hanya di ota-ko-ta besar, menurut rektor merupakan hal yang salah dalam dunia pendidikan kita yang harus segera diperbaiki. Yang dikhawatirkan orang pintar tidak akan turun ke daerah, padahal potensi di daerah san-gatlah besar. Untuk mengatasi hal tersebut, pemer-intah sudah menyediakan beasiswa bidik misi bagi anak yatim piatu dan anak miskin.

Anak-anak di daerah direkrut dan diberikan bea-siswa. Unsyiah sendiri tahun ini, menurut rektor, akan memberikan beasiswa dari pemerintah pusat untuk 1.200 mahasiswanya. “Kita harapkan Guber-nur Aceh bisa memberikan juga beasiswa. Selain itu juga ada afirmasi untuk 10 perguruan tinggi terbaik di Indonesia dengan meminta Dirjen Pendidikan un-tuk merekrut mahasiswa pada tanggal 22 April ini, untuk tes di 10 wilayah kategori 3 T. Yaitu terdepan, terluar, dan tertinggal di Aceh, yang nantinya akan disekolahkan di perguruan terbaik tersebut.

Besaran beasiswa yang diberikan sekitar Rp800 ribu sampai Rp1 juta. Paling kecil di Aceh Rp650 ribu permahasiswa perbulan selama empat tahun, hanya untuk biaya hidup, sedangkan biaya kuliah sudah ditanggung,” kata Profesor Syamsul Rizal.

n rahmad/mcaceh

Rektor Unsyiah: Kualitas UN Aceh

Semakin Baik

Page 6: Edisi keempat belas

No. 14 Tahun II / April 20146

Utama

Jadwal Ujian NasionalSD : 19-21 Mei 2014 26-28 Mei 2014 (susulan) SMP, MTs dan SMPLB : 5-8 Mei 2014 12-16 Mei 2014 (susulan)SMA/MA, SMK/MAK dan SMALB : 14-16 April 2014 22-24 April 2014 (susulan)Paket C : Periode I 14-16 April 2014 (IPA/IPS/Kejuruan) : Periode II 19-22 Agustus 2014Paket B/Wustha : Periode I 5-7 Mei 2014Mata Pelajaran UjianSD: Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam.

SEPERTI layaknya sekolah lain di Indonesia, persiapan mengha-dapi ujian nasional juga dilakukan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1, di Desa Lambaro Sukon, Darussalam, Aceh Besar. Memberi les merupakan salah satu kegiatan yang telah dilakukan.

“Dua bulan sebelum UN kami mengadakan les tambahan sepulang sekolah. Kita membahas soal-soal UN tahun lalu,” kata Kepala SMAN 1 Darussalam, Dra Erawati, Selasa (15/4). Selain les tambahan, ka-tanya, sekolah yang baru dua kali

menggelar UN itu juga menggelar try out bagi siswa.

“Alhamdulilah tahun lalu lulus 100 persen. Memang jumlahnya tidak banyak, karena tahun ini baru tahun kedua kami melaksanakan UN sejak mandiri. Dulu ujian anak-anak digabung dengan SMUN 1 Baitus-salam,” katanya.

Menurut Erawati, dari dari to-tal 88 siswa, hanya 16 siswa yang mengikuti UN di tahun pertama se-kolah itu mengikuti UN, yakni tahun ajaran 2012/2013. 35 persen dianta-rannya dinyatakan lulus masuk di

Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Adapun tahun ini, tahun pertama SMAN 1 Darussalam menggelar UN secara mandiri, ujian diikuti 23 orang siswa.

“Kalau rasa takut anak-anak tetap ada. Itu karena kebijakan membedakan bentuk soal yang sekarang diberlakukan. Jadi mes-ki berada dalam satu ruangan, soal antar peserta itu berbeda-beda,” katanya.

Era mengatakan, sejak diperk-enankan menyelenggarakan UN sendiri, berbagai masalah turut

mewarnai pelaksanaan UN tahun ini. Namun kerja keras semua pihak mampu mengatasi permasalahan tersebut.

“Kita bersyukur karena setelah 30 tahun harus ikut UN gabung bersama SMUN 1 Bai-tussalam, akhirnya dibolehkan menyelenggarakan UN sendiri. Dulu ada beberapa syarat yang belum terpenuhi sehingga belum boleh melaksanakan UN sendiri. Ini kami harap menjadi pelaja-ran untuk pelaksanaan UN ke depan,” katanya. n arman/mca

Mereka Bicara Ujian Nasional

KAMI sudah jauh-jauh hari mempersiapkan anak-anak untuk menghadapi UN. Seperti memberi les kepada anak-anak mulai dari kelas 1 sampai kelas 3. Selain itu mereka juga diberikan try out sebagai latihan-latihan persiapan

UN. Bahan ajarannya pun sesuai SKL (Standar Kompetensi Lulusan). Persiapan dari guru dan sekolah sudah sangat maksimal, tinggal hanya pada kemampuan siswa itu sendiri. n mca

TAHUN ini, SKL-nya sama. Per-bedaannya tahun lalu nilai akhir siswa adalah 60% dari nilai UN dan 40% nilai sekolah. Kalau seka-rang sudah 2 tahap, tahap pertama, 70% nilai rapor ditambah 30% ni lai ujian akhir sekolah. Untuk ta-hap kedua, nilai akhir itu adalah 60

% dari nilai UN dan 40% dari nilai tahap pertama. Rata-ratanya tetap 5,5 untuk 4 mata pelajaran, yaitu Matematika, IPA,Bahasa Inggris dan Indonesia.

Nilai minimum untuk satu pelajaran adalah 4, tidak boleh kurang. Jadi nilai rapor lebih menentukan peluang lulusnya siswa. Harapan saya tidak ada UN. Karena yang mengenal siswa itu sendiri adalah kami, guru dan sekolah. Meski begitu, ada SKL yang sudah ditetapkan untuk diajarkan ke siswa-siswa. n mca

UNTUK menghadapi UN ini, sekolah sudah mempersiapkannya sejak delapan bulan lalu, baik dengan kelas pengayaan, yaitu les di sore hari, juga melalui try out ber-sama supaya mereka tidak kaget begitu jumpa dengan soal UN. Meski kendala tidak ada, cuma kami tetap ingin memotivasi siswa yang bisa jadi kelelahan akibat persiapan yang ketat menuju UN. n mca

Darniati, Guru SMP 7 Banda Aceh: Mempersiapkan Sejak Jauh Hari Nurfajri, Guru SMP 7 Banda Aceh:

Sedikit Berbeda

Sofi, Guru Bahasa Inggris SMP 7 Banda Aceh:Siswa Sudah Dipersiapkan

Yoga Iriawan, Siswa SMP 7 Banda Aceh:

Persiapan sudah baik. Selain mengikuti semua persiapan yang diberikan oleh sekolah, juga menambah dengan mengikuti les di luar. Insya

Allah sudah yakin. Nilai tahun lalu 5,5 kalau sekarang belum tahu, sepertinya tidak berubah. Sekarang tinggal memperbanyak doa dan tidak boleh ragu. n mca

Hayatun Nufus, Siswi SMP 7 Banda Aceh:

Kendalanya di soal-soal saja, karena belum tahu. Selain itu tidak ada, kecuali memperban-yak doa. Sekolah memberikan les setiap hari di waktu sore, tapi sekarang sudah ditukar jad-wal ke pagi hari untuk bisa lebih fokus saja. n mca

Nabila, Siswi SMP 7 Banda Aceh:

Ada. Adanya les tiap sore misalnya. Tapi sekarang kelas les sore tadi dipin-dahkan ke pagi hari. Waktu sore bisa digunakan untuk istirahat, tidak sepadat dulu. Isu bocoran soal ada terdengar, tapi tak pernah dapat. Sempat stress sih, dengan jadwal belajar yang padat, karena tidak sempat main seperti dulu, fokus sama belajar. n mca

Farismayadi, siswa SMP 7 Banda Aceh:

Icut, Siswi, SMP 1 Banda Aceh.

Belum matang sekali, tapi sudah berusaha. Ikut-ikut les saja se-lama ini. Isu bocoran soal tahu, tapi tidak percaya. Lebih memilih menjawab sendiri. Sedikit stress karena takut tidak lulus. n mca

Dwi Putri, siswi SMP 7 Banda Aceh

Banyak latihan dari soal-soal try out tahun lalu. Yang penting tidak termakan isu bocoran soal. Apalagi memang tidak pernah dapat. Kuncinya banyak-banyak latihan soal saja, biasanya keluar juga soal-soal tahun lalu. Jangan lupa berdoa juga. n mca

Saya ada ikut les selain di sekolah. Sehingga

tidak takut lagi mengha-dapi UN. Karena soalnya sudah sering dibahas dan

kata guru, sama seperti tahun lalu. Jadi rileks saja, Alhamdulillah

tidak sampai stres. Kalau stres akan menam-bah pikiran yang ada. n mca

Page 7: Edisi keempat belas

Mutiara Safitri, Siswa SMPN 2 Banda Aceh:Dukungan Orang Tua Sangat Membantu

BELAJAR, belajar dan belajar adalah kunci sukses menghadapi UN. Itu pesan yang selalu saya ingat yang diberikan Ibu saya. Di samping itu, mengi- kuti try out yang diadakan sekolah serta mengerjakan contoh soal-soal UN dan les, sangat berguna. Tapi jangan lupa doa, baik sendiri maupun secara bersama- sama di sekolah.

Meski ke- sulitan dengan Mapel Matematika, namun dengan kesungguhan dan belajar terus-me- nerus, saya yakin, mapel tersebut akan menjadi mudah bagi saya, sama mudahnya dengan Mapel Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Dukungan orang tua akan memberikan kekua-tan khusus bagi saya. n safara/mca

No. 14 Tahun II / April 2014 7

UtamaMereka Bicara Ujian Nasional

Kepala SDN 25 Banda Aceh, Dra. Hj. Susilowati, M.Pd:Telah Mempersiapkan

SiswaUNTUK Sekolah Dasar (SD) di Aceh dilak-sanakan UN dengan

komposisi soal 75 % dari daerah dan

25 % dari pusat, sesuai rapat di SMK Lhong

Raya Banda Aceh. Untuk itu, seba-gai guru, kami telah mempersiapkan kemampuan anak-anak, selain proses pembelajaran reguler, juga diberikan jam pelajaran tambahan pada sore hari serta try out, dengan memfokuskan pada Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan Agama. Di mana UN SD akan dilaksanakan 19 s/d 22 Mei 2014.

Insya Allah, selama try out terlihat anak-anak sudah siap menghadapi UN, tidak terkejut, sehingga UN tidak lagi menjadi hal yang menakutkan dan siswa mengikuti ujian dengan tenang. SDN 25 merupakan peringkat 15 un-tuk seluruh SD se-Kota Banda Aceh. n nining

ADANYA jam belajar bersama di sekolah untuk membahas buku Detik-detik UN dan belajar khusus pada materi yang di-UN-kan cukup membantu. Tapi yang terpenting menjaga kesehatan agar tidak sakit waktu UN.

Kami juga berterima kasih karena sekolah mau mengadakan try out UN dua kali. Jadi, meskipun Matematika dan IPA sulit bagi saya, namun jadi siap menghadapinya. Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris mudah memang. Untungnya kepedulian dan peran orang tua memberi keyakinan bagi kami. Di-antaranya dengan memberikan kesempatan les di luar sekolah. n safara/mca

Nurul Aulia, Siswa MTs Model, Banda Aceh:Belajar Bersama Membahas UN di Sekolah

MENGHADAPI UN 5 Mei 2014, tidak ada persiapan khusus kecuali doa, usaha, Ikhlas dan tawakal. Mengikuti try out bersama dan mandiri, ikut les sehingga termotivasi agar dapat lulus dan juga membahas soal–soal tahun lalu untuk persiapan UN.

Kami sangat terbantu dengan adanya modul pembahasan UN dan soal–soal prediksi UN. Guru juga aktif dengan memberikan penjelasan cara menjawab soal dengan cepat dan tepat dan selalu mengingatkan siswa untuk bisa menjawab UN dengan baik dan benar.

Bahasa indonesia terbilang mudah, dan Matematika menjadi pelajaran yang sulit bagi saya. Namun dukungan orang tua memberi motivasi saya untuk bisa lulus SMP. Pastinya tak lupa berdoa kepada Allah SWT. n safara/mca

Dara Ramadhana, Siswa SMPN 2 Banda Aceh:Doa, Usaha, Ikhlas dan Tawakkal

BELAJAR dan menjaga kes-ehatan agar tidak sakit waktu UN menjadi prioritas. Jika badan fit dan kita telah mem-persiapkan diri dengan belajar pada materi yang di UN-kan serta mengikuti try out di se-kolah, mudah-mudahan semua bisa berjalan lancar.

Matematikan dan Bahas Inggris bagi saya menjadi mapel yang sulit. Tapi kalau Bahasa Indonesia dan IPA pelajaran favorit saya. Tapi

Nurfaizah, MTs Muhammadiyah, Banda Aceh: Yakin dengan Dukungan Orang Tua

dengan dukun-gan orang tua, saya yakin bisa lulus dan tak mengecewakan mereka. Saya tidak in-gin yang telah di-lakukan orang tua, seperti les di luar sekolah, menjadi sia-sia dengan tidak lulus UN.

n safara/mca

KAMI sangat siap, terutama karena sekolah sangat aktif membantu kami dengan memberikan kesempatan un-

tuk mengikuti try out dan mem-bahas buku Detik-detik UN, fokus belajar pada materi yang di-UN-kan dan tentu saja tetap menjaga kesehatan agar pada saat UN nanti siap secara fisik dan mental.

Semua mata pelajaran akan menjadi sulit jika kita tidak mau

belajar dengan sungguh-sungguh. Matematika dan Bahasa Inggris selalu men-jadi mata pelajaran yang sulit dibandingkan Bahasa Indonesia dan IPA. Untungn-ya ayah-bunda sangat mendukung dengan menyer-takan saya dalam les di luar

Zilqia T. Nufus, siswa SMP Bhayangkari, Banda Aceh:Membedah Buku Detik-detik UN

sekolah dan bimbingan untuk menjawab soal. n safara/mca

Siswa SDN 25 Banda Aceh, Asy-Syifa Syaharani:

Jaga Kesehatan dan Persiapkan Diri

SUDAH siap mengikuti UN, karena sudah ikut try out dan jaga keseha-tan supaya tidak sakit saat UN. Se-mua pelajaran sulit, tapi saya merasa yang paling sulit itu Matematika. Tapi sudah siap, karena ada try out.

Teman-teman yang ikut UN, se-baiknya tidak merasa ketakutan. Jika kita persiapkan diri sejak awal dengan belajar sungguh-sungguh, pasti kita bisa dan nilainya akan bagus.n nining

SELAIN mengikuti try out yang dilaksanakan sekolah, saya juga mengikuti les di luar sekolah un-tuk mempersiapkan diri dalam UN.Khusus untuk mata pelaja-ran yang bagi saya sulit, seperti Matematika dan Bahasa Inggris,

saya belajar lebih. Tapi yang lebih fokus membahas materi pelajaran yang di-UN-kan. Satu lagi, berdoa dan menjaga kesehatan itu perlu. n safara/mca

Usnat Ulqufra, Siswa MTS Muhammadiyah, Banda Aceh:Fokus Belajar pada Materi UN

Nurul Husnina, Siswa MTs Muhammadiyah, Banda Aceh:Fokus Belajar

MENGHADAPI UN bulan depan, saya lebih sering dan fokus belajar dan latihan soal khususnya belajar materi yang di-UN-kan. Ikut les di luar sekolah, try out yang diadakan sekolah, serta belajar pada mata pelajaran yang sulit, seperti Matematika dan Bahasa Inggris. n safara/mca

Meutia Mukhnina, Siswa SMPN I Banda Aceh:Terbantu dengan Try Out di Sekolah

ORANG tua sangat mendukung saya dengan selalu mengingatkan saya agar-terus belajar dan mengulang materi yang di-UN-kan. Terus melatih diri menjawab soal dan tentu saja belajar dengan giat dan mengisi buku detik-detik UN di sekolah. Termasuk mengikuti try out yang diadakan

dilaksanakan di luar sekolah.Sekolah juga banyak mem-

bantu dengan memberikan soal-soal latihan kepada kami dan melaksanakan try out pra UN, mem-berikan latihan soal-soal, mendatangkan motivator untuk memotivasi kami dan masih banyak yang lain. n safara/mca

sekolah dan beberapa try out praUN yang

Page 8: Edisi keempat belas

No. 14 Tahun II / April 20148

Wawancara

ENGAN anggaran pendidikan yang cukup besar, Rp.895,849 miliar tahun ini, Dinas Pendidikan Aceh berharap dapat mendongkrak mutu pendidikan Aceh. Terutama SDM guru, yang mutu profesionalnya di bawah rata-rata na-

sional. (kiprah no.II/2014)Dan untuk menghadapi Ujian Nasional (UN) 2014,

Disdik telah mempersiapkan berbagai hal, agar target memperbaiki mutu pendidikan dan hasil UN lebih baik dari sebelumnya bisa dicapai.

Lalu apa saja yang telah dilakukan Disdik (Pani-tia UN Aceh) untuk mempersiapkan anak didik

dalam menghadapi UN 2014? Berikut wawan-cara Nining Kh dan Fotografer Rahmat,

dari Seuramoe Informasi, dengan Bahrum Yakob, S.Pd, Ketua Pani-

tia UN Aceh, yang didampingi Drs. Zulkarnaini, Sekretaris

UN Aceh serta Pemantau Persiapan UN Aceh dari

kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Shabri Aliama, Kamis pekan lalu di Posko UN Disdik Aceh, Banda Aceh.

Seuramoe Informasi: Kapan UN dilaksana-

kan? Bahrum Ya-

kob: Pelaksanaan UN Tingkat SMA/

MAN sederajat dilaksanakan 14 s/d

16 April 2014, SMP/MTsN sederajat mulai 5

s/d 7 Mei dan untuk SD 19 Mei.

Target yang ingin dicapai pada Tahun Ajaran 2013-

2014? Harus lebih baik dari tahun

lalu. Dan kita harapkan, semua kita, UN dilaksanakan dengan

kondisi jujur.

Bagaimana sistim pelaksan-

D aan UN? Siswa sudah dipersiapkan dari awal dan saat ini dapat dilihat bahwa siswa sudah siap menghadapai UN dengan mel-aksanakan remedial (ulangan) mata pelaja-ran, baik yang diuji saat UN maupun mata pelajaran lainnya.

Bagaimana dengan kesiapan Guru? Guru sudah dipersiapkan semak-simal mungkin dan dilakukan pengawasan silang.

Bagaimana dengan biaya Try Out? Try Out merupakan wewenang di sekolah dengan biaya yang disiapkan sekolah, sementara dari Provinsi tidak ada mempersiapkan biaya Try Out.

Berapa perbandingan persentase nilai kelulusan Siswa? Nilai persentase yaitu 40 % nilai sekolah dan 60 % nilai UN.

Apa ada kendala di lapangan pendistribu-sian soal UN? Mudah-mudah hingga saat ini be-lum ada kendala pendistribusian soal UN, bahkan untuk daerah Simeulu belum ada informasi hambatan.

Apa himbauan Bapak sehubungan den-gan beredarnya kunci jawaban UN? Itu hanya upaya dari pihak yang mengganggu konsentrasi siswa, oleh sekolah sejak awal sudah mengingatkan bahwa itu adalah kerjaan orang iseng dan usil, sebab soal UN tidak akan bocor, dija-min itu.

Apakah tingkat SD ada UN? Semuanya diserahkan ke daerah masing-masing dan kita sudah memper-siapkan dengan 25 % dari Pusat dan 75 % dari daerah. Sementara untuk SMP dan SMA semuanya dari Pusat.

Bagaimana mengatasi faktor psikhis yang dihadapi orang tua dan siswa terha-

dap UN? Yang perlu dimotivasi

kepada anak-anak bahwa UN bukan momok yang menakutkan, UN itu adalah hal yang harus dipersiapkan dengan serius bukankah un-tuk naik ke level yang lebih baik harus diuji? *

Page 9: Edisi keempat belas

No. 14 Tahun II / April 2014 9

Galeri UN 2014

Page 10: Edisi keempat belas

No. 14 Tahun II / April 201410

KIP: Pemilu di Aceh LancarLaporan Khusus

WAKIL Ketua Komisi Independen Pemilihan Aceh Basri M. Sabi menyatakan pelaksanaan Pemilihan Umum di Aceh berjalan aman, lancar dan tertib. Antusias warga mendatangi Tempat Pemungutan Suara (TPS) juga cukup besar. "Tidak ditemukan masalah yang besar. Kalau pun ada masalah, masih bisa ditangani oleh petugas di lapangan," katanya, Rabu (9/4) siang.

Menurut Basri, hal terpenting dalam kesuksesan Pemilu tahun ini adalah tidak terjadinya gangguan keamanan. Dari laporan yang diterima KIP dari daerah, tidak terjadi gangguan keamanan. “Atas

MESKI diwarnai berbagai insiden, secara keseluruhan proses pemungutan suara di Aceh Rabu (9/4) lalu berlang-sung aman dan tertib. Seluruh warga Aceh dinilai antusias menggunakan hak pilihnya dengan hadir ke tempat pemun-gutan suara tanpa tekanan dan intimidasi.

Pernyataan itu disampaikan Kapolda Aceh, Irjen Husein Hamidi di sela-sela kunjungan-nya ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) di Kecama-tan Kuta-raja bersama Pangdam Iskandar Muda, Mayjen Pandu Wibowo, untuk melihat pengamanan di tiga TPS di kecamatan tersebut, yakni TPS di Gampoeng Pande, Lampaseh dan Keudah.

Selain Pangdam, turut dalam rombongan Kapolda antara lain Kapolresta Banda Aceh, Kombes Moffan Muju Kanti dan Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa'aduddin Jamal, Kabid Humas Kombes Gustav Leo dan Dirpropam, Kombes Susilo Teguh Raharjo. "Situasi aman dan terkendali. Kondusif sam-pai saat ini. Mudah-mudahan kondisi ini bisa terus diperta-hankan," kata Kapolda.

Menurut Husein, hingga menjelang akhir pencoblosan, pukul 13.00 Wib sebagaimana batas akhir pemungutan suara,

lancarnya perhelatan pesta demokrasi ini, KIP Aceh menyampaikan terimakasih kepada seluruh lapisan masyarakat, petugas pengamanan, dan para penye-lenggara,” ujar Basri.

Pemungutan UlangMenyinggung adanya TPS yang kekurangan

surat suara, Komisi Independen Pemilihan (KIP) akan melakukan pemungutan suara ulang. Pemun-gutan suara ulang ini akan dilakukan di salah satu TPS yang ada di Kabupaten Pidie. Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi Komisioner KIP, dari total 10.839 TPS di Aceh hanya satu TPS yang

melakukan pemungutan suara ulang, yakni di TPS 2 Gampong Ulee Tutue Raya, Kecamatan Delima, Kabupaten Pidie. Pemungutan ulang tersebut akan dilakukan pada Minggu (13/4).

“Yang lain alhamdulillah sudah pada proses rekapitulasi di tingkat PPS di gampong masing-masing,” ujar Junaidi, Komisioner KIP Aceh Divisi Hukum dan Pengawasan, Kamis (10/4) di Banda Aceh, dalam siaran pers yang dikirimkan ke media di Banda Aceh.

Dijelaskannya, proses pemungutan suara di TPS 2 Gampong Ulee Tutue Raya dilakukan karena kurangnya 300 lembar surat suara. Dari total 413 pemilih di TPS tersebut, hanya 113 orang yang telah memberikan hak pilihnya.

“Di sini ada kesalahan secara prosedural. Di mana KPPS setempat sebelum memberikan surat suara ke pemilih tidak terlebih dahulu menghitung surat suara yang tersedia dan mencocokkannya den-gan jumlah DPT ditambah DPTb (tambahan), DPK (khusus) serta melihat 2 persen dari cadangan,” sebut Junaidi.

Karena kesalahan secara prosedur inilah pros-esnya harus terhenti. “Kemudian ada rekomendasi dari Panwas di lapangan disampaikan bahwa tidak dibenarkan meneruskan pemungutan suara ulang di luar jadwal yang telah ditentukan pada hari itu.” Atas persoalan tersebut, KIP Pidie bersama PPK, dan juga KPPS setempat dan Panwas menggelar rapat untuk mencari jalan keluar.

“Prinsipnya KIP secara penyelenggara wajib menjaga dan memelihara hak pilih masyarakat yang telah terdaftar dalam DPT. Sesuai dengan surat yang kami sampaikan, maka KIP Pidie telah melakukan pleno dan telah menyampaikan kepada kami akan melaksanakan pemungutan suara ulang di TPS 2 Gampong Tutue Raya pada 13 April,” ujar mantan Ketua KIP Pidie tersebut.

“Dan hari Minggu nanti kami dari KIP Aceh akan melakukan monitoring dan supervisi di daerah tersebut.”

n ril/mca

dirinya belum menerima laporan adanya intimidasi yang dialami warga. "Belum ada laporan intimidasi," katanya singkat.

Ditambahkannya, Polda Aceh bersama TNI akan terus mengawal keamanan hingga proses Pemilu berakhir. Untuk mengawal proses pelaksan-aan pemilu, Polda Aceh telah menempatkan 660 personil or-ganik Polda Aceh ditambah 341 personil Brimob Mabes Polri ke sejumlah kabupaten/kota yang dinilai rawan. Selain berpatroli, personil tersebut juga akan melakukan razia rutin untuk mencegah aksi kekerasan.

"Wilayah yang diperkirakan rawan, beberapa hari lalu sudah kita pertebal dengan mengirim personil ke sana. Patroli dan razia tetap kita laksanakan un-tuk memberi rasa aman kepada masyarakat," kata Kapolda seraya menambahkan, “Personil yang terlibat dalam penga-

manan selama pelaksanaan Pemilu di Aceh agar men-gawal setiap pergeseran logistik Pemilu. Hal ini untuk menghindari berbagai kemungki-nan tindakan ke-curangan.”

Wali Nanggroe Sementara itu

Wali Nanggroe Malik Mah-mud Al Haytar

menggunakan hak suarannya di

TPS satu Gampong Beurawe Kecamatan

Kuta Alam. Malik yang datang dengan pengawalan

ketat langsung menuju tempat khusus yang disediakan PPS Beurawe untuk menunggu giliran mencoblos.

"Siapapun memenangkan Pemilu saya berharap menjaga perdamaian Aceh," kata mantan Perdana Menteri Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang dilantik sebagai Wali Nanggroe Aceh, Desember 2013 itu.

Menggunakan hak pilih di Pemilu legislatif 2014, merupa-kan pencoblosan perdana bagi Malik Mahmud setelah per-damaian antara pemerintah dan Gerakan Aceh Merdeka. Selain Wali Nanggroe, TPS 1 Beurawe juga diramaikan 403 orang

warga yang terdaftar sebagai pemilih.

SosialisasiRektor Universitas Syiah

Kuala (Unsyiah), Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal M. Eng kepada Seuramoe Informasi menga-takan, Unsyiah telah beberapa kali melakukan sosialisasi pelaksanaan Pemilu, baik yang disponsori lembaga luar seperti kegiatan Road to Vote yang digelar di Gedung AAC.

Termasuk menghimbau kepada seluruh BEM Fakul-tas untuk mengajak memilih. “Karena memilih pemimpin itu wajib, memilih yang terbaik di antara yang ada. Dalam Islam contohnya, setelah Rasulullah SAW wafat saja, harus di-tunggu selama tiga hari untuk memilih pemimpin pengganti berikutnya. Jadi saya berharap, golput di Aceh bisa sekecil mungkin,” katanya.

Di mata Syamsul, trend golput semakin tahun semakin meningkat. Hal itu tidak baik

bagi demokrasi. Suatu saat, anak-anak yang sekarang di Un-syiah juga akan mencalonkan diri dan harus dipilih. Walau-pun ada calon legislatif yang kurang-kurang, tapi menurut dia masih ada yang lebih baik. “Merekalah yang harus dipilih.”

Rektor berharap dapat ter-pilih legislator terbaik yang bisa membuat kebijakan-kebijakan politik untuk kemajuan Aceh. Merekalah yang akan memikir-kan, berdiskusi, menemukan langkah apa yang akan diambil untuk Aceh ke depan.

“Kita lihat Amerika yang sudah merdeka lebih dari 300 tahun, mereka menggunakan staf ahlinya dari universitas untuk memikirkan bangsanya. Jadi yang mereka lakukan bukanlah hal yang dicoba-coba, akan tetapi sudah melalui hasil penelitian baik dari akademisi maupun praktisi sehingga kebi-jakan yang diambil adalah yang terbaik di saat itu,” kata dia. n arman/rahmad/mcaceh

Kapolda: Hari Pencoblosan,Aceh Aman

Page 11: Edisi keempat belas

No. 14 Tahun II / April 2014 11

Laporan Khusus

Nabila-pun Ingin Mencoblos

Berbagai Pelanggaran Warnai Pemilu di Aceh

NABILA, memang baru sembilan tahun. Tapi keingintahuannya begitu besar. Sempat berontak saat ditahan petugas Linmas di TPS 9 Gue Gajah, Aceh Besar, yang terletak di komplek gedung TVRI Banda Aceh, toh akhirnya dia lolos juga ke bilik suara ber-sama sang ibu.

Lirik kanan-kiri, Nabila banyak bertan-ya seputar apa yang dilakukan sang bunda hari itu. Siapa yang dipilih? Bagaimana caranya? Nabila yang bertubuh bongsor itupun berharap dirinya boleh memilih.

Rabu pagi 9 April itu, suasana di kawa san Gampong Gue Gajah, Aceh Besar mem ang cukup lengang. Warga tumpah ke lokasi TPS (Tempat Pemungutan Suara) yang di-pusatkan di komplek Gedung TVRI. Pagi yang cerah mengiringi langkah mereka.

Meski matahari bersinar garang, namun suasana di komplek tersebut terlihat cukup sejuk. Barisan pepohonan yang tumbuh di sekitar komplek memberi naungan yang membuat orang betah berlama-lama men-unggu giliran untuk menggunakan hak su-aranya, memilih wakil mereka di parlemen.

Bermacam gaya terlihat dalam kerumu-nan massa yang mulai antri di depan TPS masing-masing. Semua terlihat ceria ber-sama keluarga, dari mulai yang tua hingga anak-anak. Bahkan sejumlah anak-anak nekad masuk ke area TPS, meski ditahan petugas.

Nabila satu dari sekian banyak anak-anak yang ikut orang tuanya ke TPS dengan berbagai alasan. Dari yang ingin bermain, hingga yang ‘terpaksa’ dibawa karena tiada penjaga di rumah. Tapi beragam pula yang ingin diketahui mereka. Dari bagaimana

BADAN Pengawas Pemilu (Bawaslu) Aceh menilai, hingga hari pencoblosan Pemilu 9 April 2014, ribuan alat per-aga masih terlihat di berbagai tempat. Padahal sesuai Peraturan Komisi Pe-milihan Umum (PKPU) dan Undang-undang No 8 tahun 2012 tentang pe-nyelengaraan Pemilu disebutkan, selu ruh alat peraga kampanye harus sudah ditertibkan sehari sebelum pemungu-tan suara.

“Umumnya di desa–desa ma-sih terdapat alat peraga peserta Pemilu. Jumlahnya ribuan dan sangat riskan bagi Pan-was lu maupun Bawaslu mengidentifikasi jumlah dan jenisnya,” kata Ketua Badan Pengawas Pemilu A ceh, Asqalani, Jumat (10/4).

Hal itu disampaikan Asqalani saat merilis se-jumlah laporan yang masuk ke Bawaslu Aceh dari Panwaslu di 13 kabupaten/kota di Aceh. Dari data yang disebut bersifat sementara itu, tidak netralnya penyelenggara Pemilu adalah kasus yang terban-yak diterima Bawaslu Aceh hingga Jumat pukul 11. 00 wib. “Ada penyelenggara yang mengajak pemilih memilih partai tertentu,” ujar Asqalani mencontohkan.

Bentuk ketidaknetralan lainnya, sebut Asqalani, ada Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS) yang telah mencoblos surat su-ara sebelum pemungutan. Selain itu pihaknya juga mendapat laporan ada TPS yang baru buka dan masih melakukan proses pemungutan suara hingga melewati pukul 13.00 Wib atau di luar jadwal yang di-tentukan.

“Penting diperhatikan setiap KPPS bahwa setiap pemilih harus memastikan kedatangannya sebelum jam 13 meskipun kemudian pe-mungutan suara masih dilanjutkan karena yang bersangkutan sudah mendaftar sebelum jam satu,” jelasnya.

Asqalani mengatakan, selain administrasi, pelanggaran yang ter-jadi selama pemungutan suara juga masuk dalam katagori pidana Pemilu. “Pencoblosan surat suara di Kabupaten Pidie berpotensi pi-dana Pemilu sebagaimana diatur pasal 309, Undang-undang No 8 tahun 2012.”

Terkait seluruh laporan ini, katanya, pihaknya akan melakukan verifikasi bersama Panwaslu di 23 kabupaten/kota untuk ditindaklan-juti. Verifikasi akan dilakukan sesuai ketentuan, yakni selama lima hari sejak kasus ditemukan. Untuk dapat dikatagorikan pelanggaran administrasi atau pidana, katanya, akan ditentukan dalam pleno, apa-kah pelanggaran pidana atau administrasi. “Tentu itu dilakukan sete-lah memanggil pelaku dan saksi.”

Seluruh keputusan dalam pleno, kata Asqal, khususnya yang terkait pelanggaran, akan disampaikan ke KIP dan Kepolisian serta Bawaslu Pusat untuk ditindaklanjuti sesuai kesalahan yang dilaku-kan. Adapun laporan yang telah diterima Bawaslu Aceh itu berasal dari Panwaslu Bireuen, Aceh Timur, Aceh Utara, Pidie dan Banda Aceh. Pidie Jaya, Lhokseumawe, Sabang, Aceh Besar, Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Langsa, dan Gayo Lues. “Laporan ini sifatnya aktif dan terus bertambah.”

Adapun 14 bentuk kasus pelanggaran yang telah diterima dan se-dang ditangani Bawaslu Aceh dan sedang ditindaklanjuti Panwaslu di kabupaten/kota di Aceh, yakni kekurangan surat suara sembilan kasus, yang terjadi di Aceh Timur, Pidie, Pidie Jaya, Aceh Besar, Lhokseumawe dan Sabang.

Surat suara tertukar atau hilang, dua kasus terjadi di Banda Aceh dan Gayo Lues. Surat suara sudah tercoblos dua kasus di Pidie. Pen-yalahgunaan surat suara oleh KPPS satu kasus di Aceh Timur.

Pendistribusian surat suara satu kasus, terjadi di Bireuen dan Pi-die Jaya, pembukaan TPS di luar jadwal tiga kasus, terjadi di Bi-reuen, Lhokseumawe dan Aceh Besar. Waktu penutupan TPS di luar jadwal satu kasus, terjadi di Lhokseumawe. Proses penghitungan suara yang tidak sesuai prosedur dua kasus, terjadi di Aceh Tengah. Pemilih yang tidak memiliki identitas jelas dua kasus di Banda Aceh. Netralitas penyelenggara pemilu empat kasus di Bireuen, Aceh Uta-ra, Aceh Besar dan Aceh Tengah.

Selanjutnya kekerasan dan intimidasi tiga kasus di Bireuen, Aceh Besar, dan Aceh Tenggara, KPPS tidak memberikan salinan C1, satu kasus di Aceh Tenggara, permasalahan logistik di Aceh Tenggara satu kasus serta alat peraga kampanye di Bireuen satu kasus.

n arman/mcaceh

cara mencoblos, hingga yang ingin fotonya ada di kertas suara.

“Bunda apa aku boleh milih? Bunda pilih siapa? Bagaimana cara memilihnya?”

Itulah rentetan pertanyaan yang diajukan Nabila.

“Adik belum tujuhbelas tahun. Dan siapa-pun yang bunda pilih, itu rahasia. Cara me-milih cukup dengan mencoblos atau menusuk paku ini pada kertas suara, tapi Adik tidak boleh lihat,” ujar sang bunda memberi pema-haman.

“Ooo.. gitu ya?” ujar Nabila seakan-akan mengerti apa yang dijelaskan bundanya.

Menjelang Zuhur, hanya sedikit warga yang beranjak. Sebagian masih sabar men-unggu antrian. Bahkan hingga proses pemun-gutan suara selesai, ratusan warga masih memadati lokasi tersebut, hanya untuk meng-etahui hasil penghitungan suara.

Dengan rata-rata DPT di satu TPS 450 orang, komplek TVRI jadi penuh sesak. Nyaris mirip saat lokasi tersebut dijadikan lokasi pengungsian korban tsunami sembilan tahun lalu.

“Saya berharap Pemilu kali ini bisa mem-bawa perubahan ke depan yang lebih baik. Namun yang paling penting, kita semua bisa menjaga perdamaian, sehingga kita dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa rasa takut lagi,” ujar Mawar, warga Dusun Aron.

Ha senada diungkapkan Nonong, warga dusun yang sama. “Yang penting pemimpin yang kita pilih ini amanah. Jangan hanya me-mentingkan diri sendiri, tapi pikirkan nasib rakyat banyak, agar masyarakat Aceh lebih makmur dan sejahtera,” katanya.

n asr/mca

Para pemilih di kompleks TVRI Banda Aceh menunggu di bawah rindangnya pepohonan sebelum mendapat giliran mencoblos. Foto: wandra/mca

Page 12: Edisi keempat belas

No. 14 Tahun II / April 201412

Kolom

M Oleh : D. KEMALAWATIINGGU malam men-jelang Ujian Nasional tingkat SMA/MA/

SMALBSMK/MAK akan digelar, tak sengaja saya menonton Golden Ways-nya Mario Teguh yang di-tayangkan Metro TV. Tayangan yang diberi judul “UN, I’m Not Afraid” itu menghadirkan para siswa peserta UN dari beberapa sekolah di Jakarta. Menarik bagi saya untuk menyimak tayangan itu ditengah masih banyaknya or-angtua dan para peserta didik yang yang menganggap UN satu-satunya harga mati untuk lulus dari Satuan Pendidikan. Padahal mengaju pada Permendikbud No 97 Tahun 2013, maka peserta didik yang dinya-takan lulus dari satuan pendidikan adalah mereka yang telah melalui beberapa hal. Pertama, menyelesai-kan seluruh program pembelajaran. Kedua, memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk se-luruh mata pelajaran. Ketiga, lulus ujian sekolah. Dan keempat, lulus UN. Dengan demikian, UN bukan satu-satunya syarat untuk dinya-takan lulus dari Satuan Pendidikan atau Sekolah. Untuk sampai ke Ujian Nasional, peserta didik sudah melalui berbagai fase, dari proses pembelajaran, ujian per kompetensi dasar, ujian tengah semester, ujian semester, ujian praktek, ujian kom-petensi kejuruan hingga ujian akhir sekolah. Proses sampai menuju UN itu memakan waktu hampir tiga tahun. Kepada Mario Teguh, salah seorang peserta UN yang hadir ke atas panggung itu mengaku bahwa mereka sudah sangat banyak meng-hadapi ujian, Kenapa kami yang sudah dibebani sedemikian rupa masih harus mengikuti UN lagi?

Kenapa kami harus tetap mengi-kuti UN? Pertanyaan ini terngiang-ngiang di telinga saya. Kenapa UN begitu menjadi beban bagi peserta didik? Dimana letak masalahnya? Selaku guru yang mengajar mata pelajaran UN, saya terlibat lang-sung dalam proses mengantar pe-serta didik kami sampai ke tahap ujian terakhir. Dan saya berani pas-tikan kalau peserta didik serius dan focus belajar nilai minimal yang dituntut untuk batas lulus tak akan menjadi masalah bagi peserta didik. Mungkin karena rangkaian ujian yang seakan tak pernah putus sejak dari Ujian Tengah Semester, Ujian Sekolah, Ujian Praktek, Try Out, yang semuanya dilaksanakan pada semester terakhir maka waktu untuk mempersiapkan diri menghadapi UN sangat minim. Dan ini tentu menjadi problem tersendiri bagi peserta didik. Salah seorang peserta didik yang hadir ke atas panggung dalam acara Golden Ways Mario Teguh bercerita bagaimana persia-pannya menghadapi UN. Menurut pengakuannya, sepulang sekolah dia mengikuti les untuk persiapan

Un, malam harin-ya ikut bimbel hingga kadang sampai ke rumah untuk beristirahat sudah pukul sebe-las malam. Besoknya dan seterusn-ya hal yang sama dia lakoni dan ke-tika ujian nilainya masih solasi alias 5,6,7. Kadang dia cemburu melihat kawannya yang tanpa susah-susah belajar tapi memperoleh nilai bagus.

Menyimak apa yang dikeluh-kan oleh peserta UN kepada Mario Teguh, saya membuka kembali Per-mendikbud Nomer 97 Tahun 2013. Pada pasal 1 ayat 6 disebutkan Ujian Nasional selanjutnya disebut UN adalah kegiatan pengukuran dan penilaian pencapaian standar kompetensi lulusan secara nasional pada pelajaran tertentu. Selanjutnya pada pasal 6 ayat 1 tentang criteria kelulusan peserta didik untuk Ujian Nasional (UN) SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB/SMK/MAK, Program Paket B/Wustha, Program Paket C, dan Program Paket C Ke-juruan diputuskan bahwa: NA atau nilai akhir setiap mata pelajaran yang diujinasionalkan paling ren-dah 4,0 dan rata-rata NA untuk se-mua mata pelajaran paling rendah 5,5. Sedangkan pada ayat 2 dinya-takan bahwa nilai NA merupakan gabungan Nilai Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan dan nilai UN dengan bobot 40% Nilai S/M/PK dan 60% Nilai UN. Dengan de-mikian, bila peserta didik yang men-gaku sudah belajar dengan maksi-mal tetapi masih mendapatkan nilai solasi tidak perlu begitu cemas tidak lulus. Dengan Permendikbud terse-but Pemerintah sudah melakukan beberapa perbaikan dalam hal me-nentukan kelulusan peserta didik. Terutama nilai UN bukan satu-sat-unya syarat kelulusan.

Kalau kita melihat ke belakang, dari catatan sejarah Ujian Nasional sudah diberlakukan di negeri ini sudah sejak puluhan tahun yang lalu. Nama-nama yang ditabalkan juga sudah berganti-ganti, ada yang namanya Ujian Negara (1965-1971), Ujian Sekolah (1972-1979), EBTANAS (1980-2002), UAN (2003-2004), dan UN sampai seka-rang ini. Penolakan terhadap ujian yang pelaksanaannya dilakukan secara nasional bukan hanya sejak diberlakukan UAN hingga beralih nama ke-UN. Ujian Negara pada pertengahan tahun 60-an hingga awal 70-an yang pelaksanaannya dilakukan secara nasional dengan pengawasan yang ketat, juga men-uai banyak masalah. Angka kelu-lusan hanya sekitar 50%. Hal ini tentu membuat masyarakat kecewa dan menuntut perubahan. Ketika diberlakukan Ujian Sekolah untuk menentukan kelulusan, angka kelu-lusan mencapai 100% tetapi mutu pendidikan menjadi rendah. De-mikian halnya dengan EBTANAS,

angka kelulusan menjadi 100% ka-rena kelulusan peserta didik diten-tukan oleh hasil penggabungan nilai UN dengan nilai sekolah. Dengan sistem ini terjadi manipulasi penila-ian (rumus PQR).

Angka kelulusan berubah dras-tis ketika diberlakukannya UAN. Pelaksanaan ujian dilakukan secara nasional dan soal ujian dibuat oleh pusat. Sistem ini menetapkan nilai kelulusan yakni besar dari 3.00 (2003) dan lebih dari 4,00 (2004). Pengawasan dilakukan dengan ketat dan UAN dianggap satu-satunya syarat kelulusan. Di beberapa dae-rah nilai kelulusan sampai titik nadir yaitu nol persen. Sejak itu penolakan terhadap Ujian Nasional mulai disu-arakan. Ujian Nasioanal menjadi hal yang paling ditakuti oleh peserta didik dan masyarakat. Upaya men-dongkrak angka kelulusan mulai dilakukan dengan berbagai cara. Ke-curangan demi kecurangan didalam dunia kependidikan menjadi kenis-cayaan, seperti bocornya soal ujian, jual beli kunci jawaban kepada siswa, sekolah-sekolah yang men-gubah jawaban siswa, dan lainnya.

Pemerintah dituding tidak memihak pada peserta didik. Karena menyamaratakan tingkat kemam-puan peserta didik di perkotaan dan pelosok negeri. Dan kelulusan diten-tukan sepihak oleh Pusat. Beberapa kasus seperti bunuh diri peserta yang gagal UAN, menjadi senjata bagi sebagian kalangan untuk menyerang kebijakan pemerintah.

Penyempurnaan UN dari ta-hun ke tahun terus diupayakan oleh Pemerintah. Memberikan hak penuh kepada sekolah untuk melaksanakan ujian untuk menentukan kelulusan secara mutlak seperti yang pernah berlaku (1972-1979) berakibatkan merosotnya mutu pendidikan. Mel-aksanakan ujian secara nasional den-gan pengawalan ketat dan kelulusan ditentukan berdasarkan hasil Ujian Nasional mengusik rasa keadilan

dan menye-barkan virus ketakutan dan ketidakjujuran.

Menggabungkan nilai UN dengan nilai sekolah seperti pada masa EBTANAS yang dapat menghasil-kan nilai kelulusan 100% rentan mengalami manipulasi nilai dari Se-kolah. Dan sejak tahun 2011 hingga sekarang kelulusan peserta didik ditentukan dari hasil gabungan nilai sekolah dan nilai UN sebesar 60: 40 dengan batas minimal nilai kelu-lusan lebih dari 5,50 dan kelulusan peserta didik tidak ditetapkan lagi di Pusat tetapi ditetapkan oleh setiap Satuan Pendidikan yang bersangku-tan melalui rapat dewan guru. Lalu kenapa UN masih menjadi beban, menjadi topic pembicara hangat, dan menggelisahkan masyarakat?

Saya tidak takut UN, begitu pernyataan para peserta didik yang siap tempur menghadapi ujian. Dan Saya mengerjakan ujian dengan ju-jur, adalah kalimat yang disalin pe-serta UN di seluruh pelosok negeri pada setiap lembar jawaban comput-er mereka. Kalimat afirmasi di atas itulah yang harusnya mengakar pada peserta didik kita.

Beberapa hari sebelum UN ber-langsung, seorang ibu menulis di sta-tus facebooknya dan saya kutip utuh berikut ini:”Begitu ketat dan mena-kutkannya saat melihat bagaimana cara pemerintah mendistribusikan soal-soal UN. Memang penting banget ya nilai tinggi? Sampai dibuat begitu menakutkan. Jadi terkenang saat anak-anakku mau UN, aku tre-nyuh bagaimana mereka berjuang dan bagaimana stressnya saat men-jalaninya. Kenapa ya tidak dibuat riang, menyenangkan, dan gembira. Tentu hasilnya akan gemilang. Ka-pan akan berubah negeri CERUCUT ini menjadi negeri sorga? Terutama untuk anak-anak.”

Status di atas, bisa jadi mewakili perasaan ibu-ibu yang menyaksikan bagaimana stress-nya anak-anak mereka ketika menghadapi UN. Menakutkan memang. Di negeri ini, kertas ujian, kertas suara dikawal seperti mengawal benda hidup, sep-erti teroris yang sangat berbahaya. Polisi dengan senjata siap kokang menjadi visual yang menarik diper-tontonkan setiap ada pemberitaan tentang PEMILU juga UN. Sekolah-sekolah ada yang meminta jasa aparat kepolisian untuk menjaga sekolah mereka sejak soal ujian di-distribusikan hingga hari terakhir ujian. Kita juga bisa menyaksikan di telivisi bagaimana ketatnya pen-gawasan UN meski kepada seorang siswi yang hanya mampu berbaring dalam mobil ambulans di halaman sekolah. Ya, kenapa UN jadi begitu menyeramkan? Apakah sudah tidak ada lagikah generasi kita yang jujur. Yang lebih percaya pada usahanya sendiri.

Soal-soal yang diberikan di UN sebenarnya adalah soal-soal yang dipilih dari bank soal sesuai dengan kisi-kisi UN dan ditelaah oleh tim ahli yang telah ditetap-kan oleh BSNP. Dan berdasarkan kisi-kisi yang diberikan ke tingkat Satuan Pendidikan, maka soal-soal untuk Ujian Nasional sudah dapat diprediksikan jauh-jauh hari. Pihak pengelola Satuan Pendidikan sudah mempunyai cara tersendiri dalam upaya menyukseskan peserta did-iknya mengikuti Ujian Nasional. Penambahan jam belajar mata pela-jaran UN dilakukan sejak awal mas-uk semester terakhir. Try out baik yang diselenggarakan oleh pihak Satuan Pendidikan maupun dari luar seperti menggandeng penerbit Er-langga telah juga diupayakan. Bagi Sekolah-sekolah unggulan, predikat lulus 100% adalah target dan peserta didiknya menghadapi UN seperti hanya ujian biasa, yang membeda-kan adalah adanya pengawas dari luar sekolah mereka.

Tidak sama halnya bagi sekolah yang guru mata pelajaran UN-nya saja tidak ada, try out juga tak pernah dilaksanakan, maka wajarlah bila begini keadaannya UN itu menjadi sangat mencemaskan.

Pelaksanaan Ujian Nasional untuk kegiatan pengukuran dan pe-nilaian berstandar nasional seperti sekarang ini, sebenarnyalah mesti diapresiasi oleh masyarakat dengan baik. Melepaskan anak-anak kita be-lajar bertarung dengan jujur dimana kesempatan untuk mencontek sama sekali tidak memungkinkan. Tidak ada lagi paket yang bisa dijadikan pegangan untuk membocorkan jawaban. Semua lembar jawaban komputer menyatu dengan lembar soal. Dan yang jelas dari dua puluh siswa dalam satu ruangan tak mudah menemukan soal yang sama seperti pada UN sebelumnya yang meng-gunakan sistem paket. Dan perin-tah untuk menyalin kalimat : Saya mengerjakan ujian dengan jujur di bawah kolom nama nomer peserta di atas kolom tanda tangan peserta UN semoga menjadi kalimat yang menetap pada diri peserta didik dalam setiap mengikuti ujian. UN tidak menakutkan dan UN adalah ujian kejujuran. Semoga suatu saat nanti negeri ini berubah dari negeri cerucut menjadi negeri sorga di bi-dang pendidikan. Amin.

D Kemalawati, Guru Matematika dan Pen-

erima Penghargaan Sastra dari Badan Pembinaan dan Pengem-

bangan Bahasa Kemendiknas Tahun 2011

Page 13: Edisi keempat belas

No. 14 Tahun II / April 2014 13

Seputar UOPTDGubernur Serahkan Kartu JKRA-JKN

Gubernur menyerahkan kartu JKRA-JKN secara simbolis Foto: wandra/mca

Seuramoeinformasi: Badan Pengembangan SDM Per-hubungan Kementrian Perhubungan bekerjasama dengan Dinas Perhubung Komunikasi Informasi dan Telematika Aceh, Rabu awal April lalu menggelar Sosialisasi Program Diklat Awal Transportasi Darat, di Aula Dishubkomintel Aceh.

Kadishubkomintel Aceh, Drs Said Rasul yang diwakili Kepala Bidang Pemberdayaan Sistem Informasi dan Teh-nologi Telematika, T. Zulfikar dalam sambutannya meng-harapkan agar Kementrian Perhubungan dapat memperi-oritaskan putera-puteri Aceh dalam setiap tahapan seleksi Diklat Awal Transportasi Darat.

“Mengingat SDM teknis perhubungan darat yang kami miliki saat ini sangat tidak mencukupi, terutama di Dishub kabupaten/kota. Untuk itu pelaksanaan kegiatan ini kami harapkan bukan saja menjadi kegiatan sosialisasi semata, namun secara sinergi merupakan langkah awal sebagai upaya dan aksi nyata dalam mewujudkan peningkatan SDM perhubungan, sehingga harus ditindak lanjuti dengan aksi yang lebih ril di lapangan,” katanya.

Pusat pengembangan SDM Perhubungan Darat meru-pakan lembaga pemerintah yang berada di bawah Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan (BPSDMP) yang memiliki tugas melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan teknis di bidang perhubungan darat 2014.

Pada tahun ini Kementrian Perhubungan kembali membuka penerimaan taruna dan taruni dalam berba-gai program, salah satunya dalam Diklat Transportasi Darat. Acara ini juga dihadiri oleh Kepala BKPP Aceh, Kadis Perhubungan kabupaten/kota, pejabat di lingkun-gan Dishub Komintel Aceh dan sejumlah pelajar SMA di Banda Aceh. n em/mus/jf/mca

SEURAMOEINFORMASI: Gubernur Aceh dr. Zaini Ab-dullah awal April lalu meny-erahkan secara simbolis kartu Jaminan Kesehatan Rakyat Aceh-Jaminan Kesehatan Nasional (JKRA-JKN) kepada perwakilan masyarakat Aceh, yang berlangsung di Pendopo Gubernur Aceh, Jum’at (4/4).

Dalam sambutan-nya, gubernur menyatakan, perhatian terhadap masalah kesehatan rakyat merupakan salah satu program prioritas Pemerintah Aceh sebagaimana tercantum dalam RPJM Aceh 2012-2017. Masyarakat Aceh tidak hanya memiliki fasili-tas pelayanan kesehatan dari program Jaminan Kesehatan Rakyat Aceh (JKRA) peng-ganti JKA, tapi juga tersedia Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dari Pemerintah Pusat.

“Dengan pengintegrasian kedua program ini, maka bisa saya pastikan 4, 8 juta jiwa penduduk Aceh akan menda-patkan pelayanan kesehatan gratis,” kata gubernur.

Sejumlah perwakilan masyarakat yang berasal dari enam kabupaten/kota pen-erima kartu JKRA-JKN antara lain dari Banda Aceh, Sabang, Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya dan Aceh Jaya. Pada kesem-patan ini, juga hadir sejumlah kepala daerah, kepala mukim dan geuchiek gampoeng.

“Aceh merupakan provinsi pertama di nusantara yang memberikan pelayanan kes-ehatan secara gratis bagi masyarakat. Provinsi lain banyak yang melakukan studi ke Aceh untuk mempelajari kebijakan ini,” ungkap Zaini.

Menurut dia, selain untuk meningkatkan kualitas kes-ehatan masyarakat, kehadiran JKRA dan JKN juga bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mengurangi angka kemiskinan. Dengan adanya fasilitas ini, masyarakat Aceh bisa lebih fokus menjalankan aktivitas sehari-hari tanpa perlu memikirkan biaya pen-gobatan manakala mengalami gangguan kesehatan.

“Namun menjaga kesehatan itu tentu jauh lebih penting ketimbang mengobatinya.”

Lebih lanjut Gubernur menjelaskan, sebagai upaya memberikan pelayanan yang cepat dan efisien, Pemerintah

Aceh bekerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) akan membagi-kan kartu JKRA dan JKN ke-pada masyarakat Aceh secara bertahap. Penyerahan secara simbolis ini akan ditindak-lanjuti dengan proses validasi dan distribusi, sehingga kartu ini terus menyebar hingga masyarakat di pedalaman.

“Namun sebelum penye-barannya merata, untuk se-mentara KTP Aceh dan Kartu Keluarga (KK) tetap bisa digunakan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara gratis di rumah sakit terdekat,” katanya.

n mus/wan/mca

Gubernur memperlihatkan kartu JKRA-JKN. Foto: wandra/mca

Penyerahan kartu JKRA-JKN. Foto: wandra/mca

Page 14: Edisi keempat belas

No. 14 Tahun II / April 201414

SosialRI 01 TERBANG PERDANA

Ke Bandara SIM

Wali Kota Banda Aceh, Hj. Illiza Saaduddin Djamal memantau UN di SMAN 5 Darussalam, Banda Aceh. Foto: ist/humaspemko/mc-aceh

WALI KOTA Banda Aceh, Hj Illiza Sa’aduddin Djamal SE meyakini mayoritas siswa SMA/sederajat di Banda Aceh yang mengikuti pelaksanaan Ujian Nasional (UN) mampu menjawab soal-soal ujian den-gan baik. Hal ini disampaikan Illiza saat meninjau pelaksa na-an UN, Senin (14/4) di SMAN 5, Darussalam, Banda Aceh.

“Tadi sebelum masuk kelas ada beberapa siswa yang saya tanyai, mereka bilang Insya Allah bisa. Ada yang ngaku bisa jawab 80%, bahkan ada yang berani bilang 100%. Dan kita lihat memang mereka sangat tenang menghadapi UN ini,” ujar Illiza kepada media.

Setelah memantau di

Illiza memastikan tidak men-emui kendala.

Sementara itu, Kadisdikpo-ra Banda Aceh Syaridin S.Pd, M.Pd mengatakan, pelak-sanaan UN di Kota Banda Aceh untuk SMA diikuti 3.094 siswa, yakni dari SMA Negeri 2.511 siswa dan SMA Swasta 569 siswa serta SMA Luar Biasa Swasta 14 Siswa. Sementara dari MA, lanjut Syaridin, 849 siswa dipastikan mengikuti UN. Jumlah ini ter-diri dari MA Negeri 580 Siswa dan MA Swasta 269 siswa.

“Mereka akan mengikuti UN selama 3 hari dengan jum-lah mata pelajaran 6,” Jelas Syaridin.

n ril/mkk/mcaceh

SMAN 5, Illiza didampingi Kepala Disdikpora Banda Aceh Syaridin S.Pd, M.Pd beserta jajarannya melanjutkan pe-mantauan ke SMAN 10 Fajar Harapan, Batoh. Melihat kes-iapan para siswa di SMAN 10, Illiza juga meyakini para siswa akan mampu menjawab dengan baik.

Illiza berharap, pada tahun ini tingkat kelulusan di Kota Banda Aceh akan mencapai angka 100% dan tidak ada ke-curangan. “Kita lihat pengawas dari sekolah dan tim independ-en semua hadir, jadi sangat sulit untuk berlaku curang,” ujar Illiza memastikan tidak adanya potensi kecurangan, termasuk distribusi soal ujian,

Illiza: Saya Yakin Mereka Mampu Menjawab Soal-soal UN

Banda Aceh– Humaspemko: Seban-yak 224 anak usia 3 samapi 7 tahun antusias mengikuti audisi Hafidz cilik yang diselenggarakan Pemerintah Kota Banda Aceh yang bekerjasama dengan yayasan Ar-Rahman Qur’anic Learn-ing Center (AQL) Jakarta pimpinan Ustad Bachtiar Nasir LC MA serta Stasiun Televisi Trans 7. Audisi yang berlangsung selama 2 hari ini dibuka Plh Walikota Banda Aceh, Hj Illiza Sa’aduddin Djamal SE, Sabtu (12/4) di Aula Lantai IV, Gedung A, Balikota Banda Aceh.

Tampak para orang tua dari ratusan anak yang mengikuti audisi setia men-dampingi anak-anaknya saat proses audisi berlangsung.

Plh Walikota Banda Aceh Hj Illiza Sa’aduddin Djamal SE usai membuka acara mengatakan kegiatan ini men-jadi asset dan modal untu menjadikan Kota Banda Aceh sebagai model kota Madani di Indonesia yang dimulai dari keluarga-keluarga madani, anak-anak madani dan para orang tua yang madani.

“Maka anak-anak yang cerdas ka-rena Al-Quran dan kelaurga-keluarga yang cerdas karena Al-Quran hidupya pasti akan indah, dan ini akan menjadi uswatun hasanah yang akan menjadi contoh bagi orang tua lainnya,” Ujar Illiza.

Illiza mengimbau bagi para orang tua yang selama ini lalai dalam mem-berikan pendidikan Al-Quran bagi anaknya agar segera tergugah untuk mendidik anak-anaknya mencintai Al-Quran, karena antusiasnya para anak-anak yang mengikuti audisi memberi

Banda Aceh- Humas Pemprov:

Rabu 16 April, Bandara Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Aceh Besar, kedatangan tamu isti mewa. Pesawat Kepresidenan Re-publik Indonesia (RI 01) Boeing 737-800 konfigurasi khusus Busi-ness Jet 2 Green (BBJ) mendarat di landasan pacu bandara kebang-gaan rakyat Aceh itu.

Ikut dalam penerbangan uji ke-tahanan RI 01, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Sudi Silala-hi, Wakil Menteri Pertahanan (Wa-menhan), Sjafrie Sjamsuddin serta pejabat Pemerintahan Republik Indonesia lainnya.

Ridwan Hasan, Staf Ahli Gu-bernur Aceh bidang Hukum dan Politik beserta jajaran pemerintah Aceh yang ikut menyambut ke-datangan RI 01 berharap pesawat tersebut dapat memudahkan per-jalanan dinas Kepresidenan dan mempererat hubungan Bilateral maupun Multilateral Indonesia.

Atas nama Pemerintah Aceh, Ridwan Hasan berterima kasih atas terpilihnya Aceh sebagai tempat mendaratan pertama RI 01. “Atas nama masyarakat Aceh, saya ber-terima kasih atas terpilihnya Aceh sebagai tempat landing perdana RI

01,” ujar Ridwan Hasan.Setelah mendarat, rombongan

mendapat jamuan makan siang dan shalat berjamaah di Vip room LA-NUD Aceh, sementara itu RI 01 mengisi bahan bakar. Perjalanan di-lanjutkan ke Manado dan menginap di sana. Kemudian RI 01 berangkat me nuju Pulau Miangas, Merauke dan Pulau Rote untuk selanjutnya kembali ke Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta setelah melakukan penerbangan uji ketahanan selama dua hari.

Adapun Pilot yang bertugas me mbawa rombongan kepresidenan adalah Letkol Penerbang (PNB) Firman W, letkol PNB Ali Gusman, Mayor PNB Noto Casnoto dan Ka-pten PNB Irwanda S.

Pesawat berwarna biru ini per-tama kali diterbangkan dari Dela-ware ke Wellington pada 7 April lalu. Perjalanan dilanjutkan dari Wellington ke Sacramento. Pesa-wat kembali diterbangkan pada 8 April dengan rute Sacramento ke Honolulu. Sedangkan pada 9 April pesawat terbang dari Honolulu ke Guam.

Pesawat Kepresidenan tersebut berkapasitas 65 penumang dengan kecepatan 810 km/jam.

n ril/humaspemko

224 anak Ikuti Audisi Hafidz Cilik Banda Aceh

kebanggaan bagi kita semua.Dalam kesempatan tersebut, Illiza

juga sangat meyakini bahwa kalau gen-erasi Al-Quran telah merasuki semua keluarga di Banda Aceh, maka kebang-kitan Islam Jilid II akan terwujud di kota Madani ini.

Ke depan, harap Illiza, Banda Aceh akan menjadi kota Audisi lagi, dan pe-sertanya akan bertambah lagi dari selu-ruh wilayah Aceh.

Sementara itu, Ustad Bachtiar Na-sir LC MA mengaku bangga melihat antusias anak-anak Aceh yang mem-dati lokasi Audisi Hafidz cilik. Bach-tiar yakin, Aceh akan kembali menjadi pintu gerbang kebangkitan Islam di In-donesia yang akan menegakkan agama Allah.

“Audisi ini tidak hanya sebatas mencari juara, yang paling penting adalah dengan kegiatan ini akan mun-cul keluarga-keluarga hebat yang me-miliki anak-anak hebat yang mencintai dan mehamami Al-Quran sebagai cikal bakal lahirnya komunitas keluarga Al-Quran,” harap Ustad Bachtiar Nasir.

Kegiatan audisi ini berlangsung se-lama 2 hari, dari tanggal 12 s/d 13 April. Sebanyak 224 peserta yang berasal dari berbagai penjuru Aceh ini akan dinilai oleh tim juri dari AQL Jakarta.

Banda Aceh merupakan lokasi Audisi Hafidz Cilik yang ke 3 di In-donesia, setelah sebelumnya sudah digelar di Jakarta dan Samarinda. Se-lanjutnya Audisi akan digelar di Papua, Samarinda dan sejumlah kota besar lainnya di Indonesia dan para wakilnya akan bertarung di Jakarta pada bulan Ramadhan nanti.n ril/mkk

Kunjungan perdana Pesawat Kepresidenan RI-01 di Bandara Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Aceh Besar, Rabu (16/4) Foto: ist/antaraaceh/mc-aceh

Page 15: Edisi keempat belas

No. 14 Tahun II / April 2014 15

BudayaACEH merupakan daerah yang memiliki

sejuta pesona bagi para pelancong yang da-tang dari dalam negeri maupun luar negeri.

Daya tarik tersebut bukan saja timbul dari kekayaan budaya, tradisi dan alam yang

eksotik menjadikan Aceh sebagai suatu dae-rah destinasi wisata, berbagai jenis kuliner

khas juga mengundang selera wisatawan untuk ikut mencicipinya.

Salah satu kuliner khas yang diminati masyarakat Aceh adalah Kuah Beulangong atau kuah belanga. Kuah Beulangong ini sejenis kari tanpa santan dengan bahan utama daging sapi atau kambing yang dimasak den-gan rempah-rempah. Gabungan aroma dan cita rasa dari berbagai rempah-rempah serta gurihnya daging yang dicampur dalam satu belanga besar ini sungguh menggugah selera, sehingga bagi warga yang pernah mencicip-inya pasti ingin merasakan kembali sensasi rasa dari kuliner tersebut.

Menurut sejarahnya tradisi memasak kuah beulangong ini sudah populer sejak

zaman Kerajaan Aceh. Memasak kuah beulangong sering dilakukan oleh pihak kerajaan atau sultan ketika men-gadakan pesta atau kenduri perkawinan, saat memperingati hari-hari besar Islam bahkan saat menye-lesaikan pertikaian dalam pemerintahan raja/sultan tersebut.

Dan pada momen tersebut, raja/sultan mengundang raky-atnya untuk memasak dan menikmati kuah beulangong bersama-sama.

Tradisi memasak kuah beulangong saat ada hajatan atau ken-duri tetap dilaksana-kan dan terpelihara dengan baik di tengah masyarakat Aceh masa kini. Dengan kondisi masyarakat yang majemuk dan cenderung individu-alis, melalui tradisi memasak serta men-yantapnya bersama-sama, dapat dijadikan sebagai ajang meny-ambung silaturrahmi dan bertukar kabar berita antara sesama penikmatnya.

Namun, bagi pelancong/wisatawan yang ingin menikmati cita rasa kuah beu-langong yang khas Aceh, tidak perlu harus menunggu ada event-even tertentu untuk bisa menikmat-inya. Saat ini kuah beulangong dengan mudah dapat ditemui di rumah makan khas

Aceh di seluruh Aceh dengan ciri khasnya masing-masing, terutama di seputaran Kota Banda Aceh maupun Aceh Besar.

Dalam usaha memperkenalkan kuliner Aceh, khu-susnya kuah beu-langong, sekaligus mempromosikan potensi pariwisata di Aceh, Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pari-wisata Provinsi Aceh menggelar Festival Kuah Beulangong di Kota Banda Aceh, tepatnya di hala-man Museum Aceh. Sebanyak 15 pe-serta perwakilan dari sembilan kecamatan di Banda Aceh dan enam dari Kabupaten Aceh Besar ikut am-bil bagian.

Hadir dalam acara tersebut Istri Gu-bernur Aceh Ummi Niazah A. Hamid yang juga sebagai Ketua Dharma Wanita Aceh ikut mencicipi Kuah Beulangong hasil racikan dari se-tiap kelompok peserta Festival Kuah Beu-

langong dengan juri Tgk. Aiyub Yusuf.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Reza Fahlevi menga-takan bahwa Festival Kuah Beulangong digelar untuk mem-perkenalkan secara lebih luas kuliner Aceh yang memiliki cita rasa tinggi. Selain itu, Festival ini juga untuk melestarikan makanan khas Aceh, ditengah maraknya gempuran kuliner siap saji dan modern.

Moment ini juga sebagai ajang sebagai sarana bertukar infor-masi, silaturrahmi dan ajang pembinaan bagi kelompok-kelompok masyarakat pencinta kuah beulangong agar originalitas cita rasa kuah beulangong tetap terjaga. Reza juga menambahkan bahwa festival ini hanya tahap awal. Jika dinilai berhasil, ada kemungkinan kegiatan ini akan dilakukan event ta-hunan Dinas Kebu-dayaan dan Pariwisata Aceh dalam rangka

melestarikan budaya kuliner khas Aceh.

Dalam festival ini, pemenang menda-patkan hadiah uang tunai dan sertifitat, masing-masing Juara I Rp4.000.000 yang direbut Kecamatan Peukan Bada, Juara II Rp3.500.000 Ke-camatan Bandaraya, Juara III Rp3.000.000 Kecamatan Darus-salam dan Juara Hara-pan I direbut oleh Kecamatan Meuraxa, Harapan II Krueng Baroena Jaya dan Harapan III Kecama-tan Jaya Baru.

Dalam memasak kuah beulangong memang tak terlalu rumit, apalagi bum-bunya kini banyak tersedia praktis di pasaran. Akan tetapi butuh ketelitian dan pengalaman agar cita rasanya tetap terjaga. Bahan-bahannya ada-lah daging sapi atau kambing yang sudah dicincang, nangka muda atau pisang kapok yang dipotong sesuai selera. Bahkan ada juga yang men-campurnya dengan

KUAH BEULANGONG Kuliner Khas Aceh

buah jantung pisang monyet.

Sedangkan bum-bunya terdiri dari cabai merah, cabai kering, kelapa gong-seng, kelapa giling, cabe rawit, bawang putih, jahe, kunyit, ketumbar gongseng, lengkuas dan kemiri. Bahan itu semuanya digiling hingga halus. Proses masaknya, daging yang sudah dicincang dimasuk-kan dalam beulanga, kemudian masukkan bumbu dan garam, aduk hingga merata.

Setelah diaduk, masukkan air putih secukupnya dan ma-sak hingga setengah matang. Aduk dan biarkan bumbu mere-sap sempurna dalam daging. Selanjutnya masukkan potongan nangka muda atau pisang kepok dan tambahkan air asam. Taburi bawang merah yang sudah dirajang, selanjutnya masuk-kan air putih lagi dan tunggu hingga matang.

n irw/mus/mca

Ny. Niazah A Hamid, istri Gubernur Aceh, mengaduk Kuah Beulangong didampingi Kadis Pariwisata Aceh, Drs. Reza pahlevi, pada acara Festival Kuah Beulangong, awal bulan lalu. Foto: ist/wandra/mc-aceh

Page 16: Edisi keempat belas

No. 14 Tahun II / April 2014

Galeri Pemilu 2014Galeri Pemilu 2014

LengangPemilih Pemula Antri di TPS

Wali Nanggroe di TPS Beurawe

Menunggu

Menunggu

Belanja

Berdagang Mencatat SuaraMenghitung Suara