Edisi 71 (Januari 2010)

download Edisi 71 (Januari 2010)

of 16

Transcript of Edisi 71 (Januari 2010)

  • 8/3/2019 Edisi 71 (Januari 2010)

    1/16

    Harga Rp. 2000

    Lebih 100 Ribu Orang Protes UNFCCC Food EstatePerbudak Petani

    Massa dari Serikat Petani Indonesia yang tergabung dalam La Via Campesina (Organisasi PetaniInternasional) menolak solusi palsu UNFCCC pada COP 15 di Kopenhagen, Denmark

    www.spi.or.id

    Edisi 71Januari 2009

    Pembaruan Agraria,Janji yang BelumDirealisasikan

    SPI Bentuk TimAdvokasi Penemba-kan Petani Ogan Ilir

    Aksi Damai SPImenentang WTODisusupi Perusuh Henry Saragih,

    Ketua Umum Serikat Petani Indonesia

    " Pertanian BerbasisKeluarga adalah SolusiPasti Bagi PerubahanIklim "

    3 4 14

    JAKARTA. Memasuki tahun2010, Indonesia akan men-catat sejarah kelam dalam sek-

    tor pertanian tanaman pangan.Departemen Pertanian tengahmerancang Peraturan Pemer-intah (PP) tentang food estate(pertanian tanaman panganberskala luas) setelah sebe-lumnya hanya dimasukkan kedalam Peraturan Presiden No77/2007 tentang Daftar BidangUsaha Tertutup dan Terbuka.Dalam hal ini, dapat dikatakanmasa pengesahan peram-pasan tanah (land grabbing),ketika pengusaha besar lokal

    dan asing datang atas mandatpemerintah untuk bersaingdengan petani gurem.

    Food Estate adalah konseppengembangan produksi pa-ngan yang dilakukan secaraterintegrasi mencakup perta-nian, perkebunan, bahkan pe-ternakan yang berada di suatukawasan lahan yang sangatluas. Secara sederhana konsep food estate layaknya perkam-pungan industri pangan. Demimenarik minat investor (kapi-

    talis) sekaligus menanganimasalah ketahanan pangan,maka pemerintah menjadikanfood estate sebagai jalan keluarmengatasi kekurangan pangandalam negeri.

    Program pembangunantanaman pangan berskala luasini menjadi target utama Men-teri Pertanian Suswono dalamprogram 100 hari kerja bidangpertanian Kabinet IndonesiaBersatu II. Target itu tak lainmembuat Peraturan Pemerin-

    KOPENHAGEN. Lebih dari100 ribu orang tumpah ruahke jalanan untuk menyatakan

    protes terhadap pertemuanUnited Nations Framework Con-vention on Climate Change (UN-FCCC) (12/12). Demonstranmenuntut adanya pe- negakkankeadilan iklim dalam upaya pe-nyelamatan krisis iklim. Merekameminta penyelamatan krisisiklim tidak di- serahkan kepadamekanisme pasar yang terlihatdari adanya upaya penciptaanpasar karbon seperti tercermindalam program Reducing Emis-sions from Deforestation & Fo-

    rest Degradation in Developing

    Countries (REDD). Our climateis not your bussines, climate jus-tice now!, demikian tuntutan

    para demonstran yang melaku-kan long march dari depan ge-dung parlemen Kopenhagen ketempat pertemuan UNFCCC diBella Center.

    Ketua Umum SerikatPetani Indonesia (SPI) sekali-gus Koordinator Umum La ViaCampesina (gerakan petani in-ternasional) Henry Saragih me-nilai pertemuan UNFCCC telahsalah arah dan mustahil bisamenyelematkan krisis iklim.Pendapat yang mengemuka di

    forum UNFCCC tidak mencer-

    minkan upaya serius untukmenangani krisis iklim yangterjadi saat ini. Sebagai con-

    toh, Henry melihat programREDD yang saat ini diper-bincangkan di forum UNFC-CC hanyalah salah satu carabeberapa negara maju un-tuk berkelit dari tanggungjawab ter- hadap upaya pen-gurangan emisi. Sebenarnya,industri di negara-negaramaju hanya membayar se-jumlah kompensasi kepadapemilik hutan di negara-negara berkembang agarmelestarikan hutan-hutan-

    INDEKS BERITA

    M I M B A R K O M U N I K A S I P E T A N I

    Bersambung Ke Halaman 2Bersambung Ke Halaman 2

  • 8/3/2019 Edisi 71 (Januari 2010)

    2/16

    Sambungan dari hal. 1 Lebih Dari ...

    Sambungan dari hal. 1 Food Estate...

    2 PEMBARUAN TANI EDISI 71 JANUARI 2010

    Penanggung Jawab: Henry Saragih Pemimpin Umum: Zaenal Arifn Fuad Pemimpin Redaksi: Cecep Risnandar Redaktur Pelaksana:

    Hadiedi Prasaja Redaksi: Achmad Yakub, Ali Fahmi, Agus Rully, Tejo Pramono, Muhammad Ikhwan, Wilda Tarigan, Syahroni Reporter:

    Elisha Karni Samon, Susan Lusiana, Tri Es Ningrum, Megawa (Jakarta), Andriana (Medan) Sekretaris Redaksi: Tita Riana Zen Keuangan:

    Sri Wahyuni Sirkulasi: Supriyanto, Gunawan Penerbit: Serikat Petani Indonesia (SPI) Alamat Redaksi: Jl. Mampang Prapatan XIV No. 5

    Jakarta Selatan 12790 Telp: +62 21 7993426 Email: [email protected] Website: www.spi.or.id

    nya. Hal ini dimungkinkan den-gan mekanisme tukar gu- lingkarbon seperti yang terteradalam REDD. Sedangkan, emisiglobal yang dihasilkan industriitu sendiri tetap tak berkurang.Akibatnya, pengurangan emisiglobal yang ditargetkan UNFC-

    CC tidak akan pernah tercapai.Untuk keluar dari krisis

    iklim ini, Henry menilai harusada perubahan sistem. Dalambidang pertanian, harus ada pe-rubahan sistem dari pertanianindustrial yang membutuhkaninput luar tinggi menjadi perta-nian berwawasan agroekologi.Hingga saat ini, sektor pangandan pertanian menyumbang-kan emisi gas rumah kacadunia yang sangat signiikan.

    Sistem pertanian industrialyang membutuhkan inputting-gi dan penurunan kemampuanekologi tanah akibat metodebertani yang eksploitatif telahmeningkatkan emisi gas rumahkaca dalam kegiatan pertanian.Corak pertanian industrial

    yang berorientasi pada ekspordan pemenuhan pasar globaltelah memboroskan emisi le-wat sistem transportasi jutaanton bahan pangan yang dipin-dahkan dari satu belahan bumike belahan bumi lainnya.

    Serikat Petani Indonesiayang tergabung dalam La ViaCampesina mengajukan pro-posal pertanian berkelanjutanberbasis keluarga petani. Han-ya dengan metode pertanian

    berkelanjutan emisi yang di-hasilkan sektor pertanian danpangan bisa dikurangi. Selainitu, konsep kedaulatan panganharus benar-benar ditegakkan.Produksi pangan harus ditu-jukan pada pemenuhan pasardomestik terlebih dahulu dan

    bukan berorientasi ekspor danpemenuhan pasar global. Olehkarena itu, pertanian tidakbisa diserahkan pada sistemkapitalisme global lewat peru-sahaan-perusahaan agribisnistransnasional. Tetapi harus di-jalankan oleh sistem pertaniankeluarga yang lebih ramahlingkungan.

    Dalam demonstrasi ini,polisi setempat sempat me-nangkap 900 aktivis yang didu-

    ga melakukan vandalisme saatberdemonstrasi. Atas kejadiantersebut perwakilan dari parapengunjuk rasa menyatakansolidaritasnya, karena banyakdari aktivis yang ditangkaptidak melakukan tindak van-dalisme. Polisi dinilai terlalu

    paranoid menghadapi parademonstran sehingga tidakbisa memilah-milah pihak yangmelakukan vandalisme danaksi damai. Hal ini sangat di-sayangkan mengingat reputasibaik Denmark sebagai salahsatu anggota Uni Eropa yangmenjunjung tinggi kebebasanberpendapat. Namun padakesempatan kali ini, polisi Den-mark bertindak serampangandan tanpa perhitungan.#

    tah (PP) yang akan jadi payunghukum masuknya swasta danasing mengelola pertanian tan-aman pangan.

    Salah satu peraturan yang

    telah dikeluarkan adalah In-struksi Presiden No. 5/2008tentang Fokus Program Ekono-mi 2008-2009 termasuk didalamnya mengatur InvestasiPangan Skala Luas (Food Es-tate). Inpres ini dalam kaca-mata pemerintah bertujuanuntuk menjawab permasala-

    han pangan nasional denganmemberikan kesempatan ke-pada pengusaha dan inves-tor untuk mengembangkanperkebunan tanaman pan-

    gan. Setidaknya enam peru-sahaa swasta nasional sudahsiap menanamkan modalnyamengembangkan agribisnis diMerauke Integrated Food andEnergy Estate (MIFE), yakniBangun Tjipta, Medco Grup,Comexindo Internasional,Digul Agro Lestari, Buana Agro

    Tama, dan Wolo Agro Makmur.Bahkan, investor asal ArabSaudi, dari kelompok usahaBinladen sempat menengok ta-nah Merauke.

    Kita sadari bahwa alasanpemerintah selalu tentangminimnya modal dan begitubanyaknya alihfungsi lahan.Padahal dasar masalah per-tanian di negeri ini bukanlah

    semata-mata modal. Tetapi,sistem politik ekonomi yangdijalankan di bidang pertanian.Serikat Petani Indonesia (SPI)menyesalkan pilihan kebijakanpemerintah mendongkrakproduksi dengan food estate.Dengan alasan pemerintahmendorong ekonomi kerakya-tan, negeri ini makin terbe-lenggu kapital asing dan melib-eralisasi semuanya yang justruakan mengancam kedaulatanpangan.

    Memang pemerintahmelakukan beberapa upayameningkatkan produksi pangannasional, khususnya padi. Tapi,sayangnya, pemerintah justrumendorong program food es-tate. Padahal, permasalahanutama pertanian kita adalahrendahnya kepemilikan lahan

    pertanian, ujar Henry Saragih,Ketua Umum SPI.

    Pemerintah hanya terfokuskepada kepentingan investor(pemodal) untuk datang keIndonesia. Pemerintah sehar-usnya menjadikan negeri inimandiri dengan berpihak ke-pada warga atau rakyatnya. Da-pat diperkirakan program foodestate ini akan menarik minat

    pemodal asing karena akandiberi banyak kemudahan un-tuk memiliki dan mengelolalahan yang ada di Indonesia.Food estate ini bisa mengarahkepada feodalisme karena per-an petani pribumi hanyalah se-bagai mitra kerja alias buruhbagi pemodal di food estate.Pemerintah akan diberi keun-tungan dengan program foodestate yaitu membuka peluangkerja semakin tinggi, pemasu-kan pajak meningkat, dan dita-mbah adanya pendapatan nonpajak. Namun, kurang berpikirbahwa petani akan tetap men-jadi buruh di negerinya sendi-ri. Daripada diberikan kepadaasing hendaknya pemerintahberpikir bagaimana jutaan ta-nah mati atau tidur tersebutbisa dikelola oleh petani kita.#

    Keluarga petani bahagia akan terancam kebahagiaannyaapabila programfood estate tetap dijalankan pemerintah.

  • 8/3/2019 Edisi 71 (Januari 2010)

    3/16

    3PEMBARUAN TANI EDISI 71 JANUARI 2010

    Pembaruan Agraria, Janji yang BelumDirealisasikan

    PALEMBANG. Sejak tahun 2006petani dan rakyat miskin di In-

    donesia dijanjikan mendapat-kan lahan melalui landreform.Isu ini begitu hangat di tahun2007-2008 karena presidendan kabinetnya berencanamembagi-bagikan tanah seluas9,25 juta hektar kepada petani.Program ini oleh Badan Per-tanahan Nasional (BPN) dike-nalkan dengan nama ProgramPembaruan Agraria NAsional(PPAN).

    JJ Polong, Wakil Ketua Ma-jelis Nasional Petani (MNP)

    Serikat Petani Indonesia (SPI)menyatakan Tidak ada yangtahu kemana hilangnya pro-gram ini. Sebab, BPN kemudianmenjalankan program LARASI-TA (Layanan Rakyat untuk Ser-tiikasi Pertanahan). Sedang-kan Peraturan Pemerintah (PP)tentang Reforma Agraria yangdijanjikan tak kunjung ditan-datangani presiden. Mungkinbenar anggapan umum selamaini bahwa SBY sangat lambandalam mengambil keputusan-keputusan. Lebih cepat mengu-mumkan sesuatu hal daripadamengimplementasikannya,ungkap Polong.

    Sampai pada pemilihanpresiden Juli lalu tidak dapatdilihat keseriusan para calonpresiden dimana Susilo Bam-bang Yudhoyono (SBY) danJusuf Kalla (JK) yang masing-masing menjadi calon presidenperiode 2009-2014. Hal terse-but dapat dilihat tidak ada janjiuntuk melanjutkan program inibaik dari pihak SBY maupun JK.

    Bahkan, banyak yang terheran-heran dengan program SBYkedepan. Soalnya, iklan-iklanbeliau lebih menitikberatkanpada sosoknya yang dicintaikeluarga dan sahabat-sahabat-nya. SBY menganggap rakyatsudah tahu apa program dankeberhasilan pemerintahan-nya. Sehingga tak perlu lagimenjelaskan, tambah Polong.

    Konlik untuk PembaruanAgraria di Palembang, seiringdengan belum adanya kepastian

    PPAN, konversi lahan pertanian

    menjadi lahan non pertanianterus berlangsung semakin

    meresahkan masyarakatkhususnya petani. Akibatnya,konversi lahan sawah sedikit-nya 10 ribu hektare per ta-hun. Kepemilikan lahan olehpetani juga kian sempit dansemakin menjadi gurem, yak-ni tinggal 0,3 hektare di PulauJawa, dan 1,19 hektare di luarJawa. Bahkan akibat konversilahan ini, di Kalimantan Timursemakin banyak petani tanpatanah. Setidaknya 5.000 halahan pertanian telah menja-

    di lahan pertambangan batubara yang tersebar di 12 ka-bupaten, ujar dia pula.

    Belum lagi konlik agrariayang terus terjadi, setidaknyaenam orang petani tewasakibat konlik lahan sepa-njang tahun 2008, kata dialagi. Ia menyampaikan, da-lam keadaan seperti itu PPANmalah menjelma menjadisekadar program sertiikasilahan-lahan pertanian.Lagi-lagi pembaruan agrariadireduksi menjadi persoalanadministrasi pertanahan be-laka, tambah Polong.

    Selanjutnya dia menga-takan, berdasarkan penilaianSPI kemauan politik reformaagraria dengan landreformini sejak awal sudah terasajanggal dan kini mulai terbukatanda-tanda kebohongannya.Karena sejatinya pembaruanagraria ditujukan untuk men-gurangi, bahkan meniadakanketidakadilan struktur agrar-ia, kata dia. Namun dengan

    percepatan sertiikasi lahanyang dikampanyekan seka-rang, justru dikhawatirkanakan memperkuat strukturketidakadilan itu dan malahsemakin mempercepat me-kanisme penciptaan pasartanah. Idealnya tanah itu di-sertiikatkan bukan untukdiperjualbelikan, tapi menja-di bukti kepemilikan hak danmenjadi sarana bagi petanidan pemilik lahan mencapaikeberlanjutan pencaharian

    untuk menjadi sejahtera.#

    Usut Tuntas KekerasanTerhadap Petani

    P A L E M -BANG. Dalam

    rangka HariHak AsasiM a n u s i a(HAM) Se-dunia, Gera-kan Rakyatuntuk HakAsasi Manu-sia (GERA-HAM) yangterdiri darib e r m a c a melemen rakyatyakni Serikat Petani Indonesia

    Sumatra Selatan (SPI Sumsel),Walhi Sumsel, LBH Palembang,OWA, SP-OI, dan elemen maha-siswa Sumsel melakukan aksidi depan Mapolda Sumsel, JalanJenderal Sudirman, Palembang(10/12). Sementara di Suraba-ya, Jawa Timur Serikat PetaniIndonesia, bersama FPPI, Bari-san Rakyat Melawan melaku-kan Aksi Solidaritas. Massa SPIyang terdiri dari perwakilanDPW Jatim, DPW Jawa Tengah,DI Yogyakarta, Nusa TenggaraBarat berkumpul di Grahadipukul 11.00 WIB.

    Di Palembang aksi dibukaRohman Karnadi, Ketua DPWSPI Sumsel, kemudian ratu-san massa aksi melakukanlongmarch menuju MapoldaSumsel. Sampai saat ini sejakIndonesia merdeka HAM be-lum ditegakkan sebagaimanamestinya, hal ini terbukti darikasus penembakan petaniogan ilir oleh aparat BrimobdaSumsel terkait sengketa lahanDesa Rengas Ogan Ilir. Ini jelas

    melanggar HAM, hak Ekono-mi Sosial dan Budaya (Eko-sob) dan inti utamanya adalahmengembalikan hak atas tanahmasyarakat, tegas Rohman.

    Menurut Rohman, kekeras-an yang dilakukan oleh Brimob-da Sumsel harus diusut tuntasdengan diadilinya dan peme-catan terhadap oknum Brimobyang melakukan penembakanterhadap 20 petani dalam per-istiwa di Desa Rengas, OganIlir. Disamping itu lahan harus

    dikembalikan kepada rakyat.

    Selain melakukan pertunjukan

    teater dan pembacaan puisi,para pengunjukrasa yang ter-diri dari aktiis LSM, ormaspetani, dan mahasiswa ini jugamenyerahkan sepasang sepatulars yang sebelumnya telah dit-aburi bunga. Sepatu ini diteri-ma seorang staf Humas PoldaSumsel. Pengunjukrasa yangmenyerahkan sepatu lars ituadalah Rohman Kanadi KetuaDPW Serikat Petani Indonesia(SPI) Sumsel.

    Dalam Aksi di Surabaya,

    peserta aksi melakukan Pem-bakaran Peraturan Kapolri(Perkap) No.8 Tahun 2009Tentang Implementasi Prinsipdan Standar Hak Asasi ManusiaDalam Penyelenggaraan TugasKepolisian RI. Menurut Basu-ki, Sekretaris SPI Jawa Timur,Perkap ini merupakan salahsatu peraturan yang konsider-annya menggunakan UU No. 39Tahun 1999 tentang HAM. Tapifakta menunjukan, kekerasanbersenjata dan intimidasi yangdilakukan polisi kepada petanimasih sering terjadi di neg-eri ini, ungkap Basuki. Secaraumum tuntutan dalam aksi iniadalah selesaikan konlik-konf-lik agraria yang terjadi di Sum-sel, Jawa Timur dan di seluruhIndonesia yang telah men-imbulkan pelanggaran HAMdan hentikan kekerasan olehaparat kepolisian, premanismeserta segala bentuk kekerasanbaik isik maupun psikis dalampenyelesaian persoalan-perso-alan rakyat tani.#

    REFORMA AGRARIA HAK ASASI PETANI

  • 8/3/2019 Edisi 71 (Januari 2010)

    4/16

    4 PEMBARUAN TANI EDISI 71 JANUARI 2010

    Dinhut Kabupaten ManggaraiCabut Tanaman Kopi Rakyat

    SPI Bentuk Tim AdvokasiPenembakan Petani Ogan Ilir

    KONFLIK AGRARIA KONFLIK AGRARIA

    MANGGARAI. Di tengah per-siapan Musyarawah Wilayah

    (Muswil) Nusa Tenggara Timur(NTT), anggota Serikat PetaniIndonesia (SPI) Basis Mbohang, Kecamatan Lelak, KabupatenManggarai, mendapatkan per-lakuan tidak menyenangkandari petugas Dinas KehutananKabupaten Manggarai. Tana-man kopi yang mereka milikidicabut dan dirusak petugasdinas kehutanan.

    Kejadian ini bukan per-tama kali terjadi di wilayahKabupaten Manggarai. Konlikpetani dengan Dinas Kehu-tanan terjadi karena Dinas Ke-hutanan mengakui tanah adatmilik petani telah terjadi sejaklama. Salah satu contohnya ditahun 2002 di Mbohang terjadipengrusakan lahan petani leb-ih dari 130 Ha. Perusakan di-lakukan melalui operasi besar-besaran oleh Dinas Kehutanandibantu polisi hutan, Brimob,dan TNI. Atas kejadian tersebut5 petani ditangkap. Selain itudi pertengahan 2009, seorangpetani yang merupakan pemu-

    ka adat di Gendang Herokoe di-panggil polisi dengan tuduhanmenggunakan kayu dari ka-wasan hutan untuk memban-gun rumah adat, padahal kayutersebut diambil dari Lingko(kawasan adat).

    Untuk mengadukan peru-sakan tersebut, 27 orang petanimenemui anggota DPRD Mang-garai komisi D, karena anggotadewan komisi B yang menan-gani masalah pertanian sedangmengadakan rapat anggota.

    Jumat (11/12). Anggota dewanmenjanjikan akan memanggilKepala Dinas Kehutanan padaesok harinya untuk menjelas-kan masalah ini. Esoknya, ang-gota dewan menepati janjinyadengan memanggil KepalaDinas Kehutanan Manggaraiuntuk memberikan penjelasankepada petani atas pengrusa-kan yang dilakukan anggotan-ya di lapangan. Kepala DinasKehutanan bertemu dengananggota dewan, beberapa pen-

    gurus SPI cabang Manggarai

    PALEMBANG. Serikat PetaniIndonesia (SPI) membentuk

    tim investigasi dan advokasiuntuk mengetahui lebih men-dalam mengenai kejadian yangdialami petani Ogan Ilir (OI)Sumatra Selatan. Tim investi-gasi dan advokasi ini diketuaioleh Achmad Yakub, Ketua Ka-jian Strategis Nasional SPI. Da-lam kesempatan ini Syahroni,Ketua Departemen PendidikanNasional SPI, ditugaskan ke OIuntuk menindaklanjuti kasuspenembakan yang dilakukanaparat Brigadir Mobil (Bri-mob) setempat.Sengketa lahanyang terjadidi Ogan IlirS u m s e lt e r j a d ik a re naP T P NVII te-lah me-langgark e s e -pakatanbersamad i a t a s

    m a t e r a iantara pihakperusahaan danmasyarakat sekitarperkebunan. Dalam kese-pakatan tersebut dicantumkanbahwa lahan seluas 800 hek-tare akan diserahkan kembalikepada warga setelah pihakPTPN VII melakukan panen danselesai menggarap lahan terse-but. Selanjutnya warga mem-bersihkan lahan dan mendiri-kan pondok-pondok yang tidak

    permanen di areal tersebut se-bagai bukti kepemilikan lahan.

    Namun surat kesepaka-tan itu dilanggar oleh pihakPTPN VII. Pondok-pondokyang dibangun warga desakembali dibongkar, dan konlikpun memanas lagi. Akhirnyadilakukan negosiasi dan per-temuan kembali dengan di-mediasi oleh Pemda OI. Hadirdalam pertemuan di awal 2009itu adalah perwakilan wargadesa, PTPN VII, Polres, Pemda

    OI dan instansi terkait, dan me-

    serta Wahyu Agung Perdana,Staf Departemen Penguatan

    Organisasi SPI. Dalam rapattersebut Dinas Kehutananmengakui bahwa tanggal 7-9Desember ada kegiatan pe-nilaian reboisasi yang dilaku-kan oleh kontraktor CV PelitaMas. Saat itu 9 orang yangdipimpin Klemens Ngangga,Sekretaris Dinas Kehutananmenemukan tanaman kopimasyarakat, namun tidakmengakui mencabutnya. Di-nas kehutanan menyampai-kan permintaan maaf kepa-da petani jika ada tanamanpetani yang tercabut, DinasKehutanan juga mengklaimwilayah tersebut telah lamamenjadi kawasan hutan RTK111.

    Pada pertemuan tersebutMartinus Sinani, Ketua SPIcabang Manggarai tetap men-egaskan bahwa wilayah terse-but adalah tanah adat, dansiapapun tidak berhak meru-sak tanaman petani. Di akhirpertemuan, komisi B DPRDManggarai menyarankan SPI

    cabang Manggarai membuatsurat untuk mengajukanpenetapan tapal batas tanahadat dan Komisi B bersediamembantu formulasi suratpengajuannya. Selain hal diatas komisi B menetapkanselama belum ada peneta-pan tapal batas baru, makawilayah tersebut dalam sta-tus quo, artinya tidak bolehada aktiitas penanaman baruapalagi pengrusakan tana-man petani, dan petani tetap

    boleh melakukan panen daritanaman yang telah ditanam.Pengrusakan dan pencabutantanaman kopi yang dilakukanpetugas Dinas Kehutananbermula dari sengketa tanahpetani di Mbohang denganDinas Kehutanan sejak zamankolonial, pada waktu itu Be-landa memasang batas tanah(patok) hingga menyerobottanah adat, pada tahun 1986Dinas Kehutanan memper-luas patok hingga menyero-

    bot tanah adat masyarakat.#

    mutuskan pembentukan Timuntuk penyelesaian sengketa

    dan pengukuran batas wilayahyang di pimpin oleh BPN kabu-paten.

    Hasil pengukuran BPN OIyang tidak diketahui oleh wargadesa prosesnya, ternyata tidakjauh beda dengan pengukuranmanual yang dilakukan olehwarga desa. Namun demikianproses eksekusi pembagian la-han tidak kunjung dilakukan.Akhirnya warga berinisiatifdengan memasang batas-batas

    dan membangun pondok-pondok sederhana

    di lahan terse-but. Namun

    b e r u l a n gkali ba-

    ta s -ba -tas lah-an danp o n -dok se-lalu di-r u s a ko l e h

    s a t g a sPTPN VII.

    Hinggasaat ini, 30

    anggota Sat-Brimob yang ber-

    tugas di lokasi saat ter-jadi kerusuhan telah diperiksapenyidik Bidang Profesi danPengamanan (Propam) Polda.

    Sementara itu tim inves-tigasi dan advokasi SPI di Ja-karta bersama Lembaga Ban-tuan Hukum (LBH) Palembangdan elemen lainnya bersama20 korban penembakan petani

    OI akan melaporkan kejadiankepada DPR RI, Komnas HAM,Kompolnas, Mabes Polri, sertaamelakukan protes kepadaPTPN.

    Obat luka petani OganIlir adalah bukan dengan di-adilinya pelaku penembakan,ataupun sembuhnya luka tem-bak, luka pukul, dan kerugianlainnya yang menimpa parapetani setempat, tapi obat mu-jarabnya adalah kembalinyatanah-tanah warga desa, tegas

    Yakub.

  • 8/3/2019 Edisi 71 (Januari 2010)

    5/16

    PEMBARUAN TANI CAMPESINOS EDISI 71 JANUARI 2010

    Petani Kecam Agroindustri Daging Babi Tiga PetaniKorea DitolakMasuk Swiss

    KOPENHAGEN. Serikat PetaniIndonesia (SPI) bersama ratu-

    san petani yang tergabung da-lam La Via Campesina melaku-kan aksi protes di depan kantorAxelborg, sebuah agroindustridaging babi terbesar di Den-mark (13/12). Perusahaanitu dituduh sebagai salah satuperusahaan agroindustri pe-nyumbang emisi gas rumahkaca yang menyebabkan pe-manasan global.

    Axelborg merupakan pe-main besar industri dagingdi Denmark. Lebih dari 85%

    daging babi yang diproduksidi Denmark ditujukan untukpasar ekspor dan dikirim keberbagai belahan bumi. Den-mark sendiri membutuhkankedelai dalam jumlah besaruntuk pakan babi yang diim-por dari Argentina dan negara-negara penghasil kedelai lain-nya. Pengadaan kedelai dalamjumlah besar-besaran meng-hasilkan sejumlah besar emisiuntuk sistem transportasinyadan juga menghabiskan hutan-hutan untuk dikonversi menja-

    di ladang. Belum lagi jutaan tonpupuk kimia dan pestisida yang

    dibutuhkan untuk menyiramsistem monokultur dalamjumlah yang raksasa. Sistemproduksi seperti itu dinilai te-lah memboroskan emisi gasrumah kaca yang menyebab-kan pemanasan global. Saat iniproduksi pangan dan pertani-an menyumbangkan setengahdari total emisi gas rumah kacayang dilepas ke atmosfer. Emisitersebut dilepaskan melaluisistem produksi dan distribusitermasuk perdagangan pangan

    antar negara.Henry Saragih, KetuaUmum SPI yang juga meru-pakan Koordinator Umum LaVia Campesina, menyatakansistem pertanian seperti ituharus disudahi. Saat ini kitamembutuhkan sistem yanglebih baik, tidak merusak ling-kungan dan bisa menyejahter-aan petani. Bukan sistem yangmengakomodasi kerakusankapitalisme global yang berori-entasi proit belaka, katanya.Lebih jauh, Henry menawar-

    kan konsep kedaulatan pangandan pertanian berkelanjutansebagai alternatif dari sistemagribisnis. Dalam kedaulatanpangan, produksi pertanianharus ditujukan untuk pe-menuhan pasar domestik bu-

    kan untuk kepentingan pasarglobal yang dikuasai sejumlahperusahaan transnasional.Hak-hak petani sebagai pro-dusen produk pertanian harusdiakui, mereka berhak untukmenentukan apa yang akanmereka produksi tanpa deter-minasi dari kepentingan pasarglobal. Akses terhadap tanah,inansial dan teknologi harusdibuka selebar-lebarnya. Be-gitu pun dengan paten atasbenih yang selama ini dikua-

    sai perusahaan-perusahaanbesar dan petani tergantungterhadapnya. Benih adalahmahluk hidup, tidak boleh di-patenkan! tegas Henry.

    Dia juga percaya sistempertanian berkelanjutan yangberwawasan agroekologi bisamembantu upaya penyelama-tan atas perubahan iklim. Per-tanian berkelanjutan yang saatini banyak dipraktekkan per-tanian keluarga menghasilkanemisi gas rumah kaca yang jauh

    lebih kecil dibanding pertanianmonokultur yang dipraktek-kan perusahaan agribisnis rak-sasa. Pertanian berkelanjutanbisa membantu mendinginkanplanet. Saat ini dunia tidakkekurangan produksi pangan,namun banyak kasus kelaparandi negara-negara terbelakang.Ini disebabkan sistem produk-si distribusi yang berbasiskanpasar sehingga rakyat miskindi negara-negara terbelakangtidak bisa mengakses bahan

    pangan, tambah Henry.#

    JENEWA. Tiga petani asal Ko-rea yang akan mengikuti aksidamai melawan WTO ditahan

    oleh imigrasi Swiss (28/11).Pemerintah Swiss beralasanpengusiran tersebut untukmenghindari kekacauan saataksi terkait rekam jejak mer-eka pada pertemuan WTOHong Kong. Namun terbuktialasan tersebut hanya dibuat-buat saja. Akhirnya aksi di Je-newa rusuh tanpa kehadiranmereka. Sekelompok peny-usup tak dikenal membuatkekacauan di mana-mana.

    Tindakan pemerintahSwiss sangat tidak berala-san, ini suatu tindakan antidemokrasi. Seharusnya sia-papun yang ingin melakukanaksi damai tidak dihalang-halangi, ujar Cecep Risnan-dar, Ketua Departemen Ko-munikasi SPI. Lebih lanjutCecep menengarai tindakanpemerintah Swiss tersebutdisebabkan tekanan dariWTO yang tidak ingin adagerakan massif yang menen-tang perdagangan bebas. Inimerupakan tindakan mela-wan demokrasi oleh WTO,yang tidak menerima per-bedaan pendapat, meskipunitu didukung rakyat banyak.WTO hanya menerima pe-sanan dari perusahaan mul-tinasional untuk kepentinganbisnis saja. La Via Campesinamengutuk tindakan pemerin-tahan Swiss ini yang akhirnyaberhasil "mengembalikan"ketiga petani ini kembali kenegaranya dan ditolak hanyauntuk menyatakan penda-

    parnya.#

    Aksi teatrikal peserta aksi yang berkostum babi dan menolakagroindustri daging babi di Denmark.

  • 8/3/2019 Edisi 71 (Januari 2010)

    6/16

    6 PEMBARUAN TANI CAMPESINOS EDISI 71 JANUARI 2010

    WTO, TNCs, & Pemerintah Neoliberaladalah Pelanggar Hak Asasi Petani

    TOLAK WTO

    JENEWA. Organisasi Perdagan-gan Dunia (WTO) yang berdirisejak tahun 1995 ditu- dingterlalu besar mengakomodasikepentingan perusahaan trans-nasional (TNCs), terutama da-lam perundingan pertanian.Dengan sinergi TNCs, WTO danpemerintahan neoliberal, se-jak media 1990-an ini merekamenciptakan ekonomi yangbenar-benar menghancurkan

    peri kehidupan rakyat. Medio2007 hingga saat ini, merekamemasak krisis, mulai daripangan, iklim, energi, hinggainansial.

    Hal tersebut dikemukakandalam rangkaian aksi rakyatmelawan Konferensi TingkatMenteri (KTM) 7 WTO denganbentuk Tour Penjahat Korpo-rasi , yang mengunjungi tigaperusahaan: Bunge, Cargill,dan Migros.

    Bunge adalah promotor

    agrofuel terbesar di dunia. Ke-delai, terutama transgenik, di-tanam secara monokultur diAmerika Latin. Secara khususdi Paraguay, hal ini menyebab-kan 90.000 keluarga tani danmasyarakat adat tergusur daritanahnya, ujar Jorge dari Or-ganisasi Petani Kecil Paraguay.

    Sementara Cargill adalahpenguasa perdagangan ko-moditi biji-bijian di dunia. Saatdunia mengalami krisis panganpada tahun 2007 hingga seka-rang, Cargill adalah salah satu

    dari lima perusahaan di duniayang mendapatkan keuntun-gan besar dari spekulasi danekspor-impor biji-bijian.

    Tempat terakhir adalahMigros, supermarket dan ran-tai eceran terbesar di Swiss.Seperti biasa, supermarketsemacam ini terus menekanharga semurah mungkin. Me-reka membeli produk sayur-sayuran, susu dan daging dari

    petani Swiss dengan harga se-murah mungkin. Kontrak yangada bahkan di bawah ongkosproduksi jadi hanya petanibesar yang menerima subsidiyang dapat bertahan di dalamsistem yang gila ini, cetus RudiBerli dari Uniterre.

    Sekitar 200 orang dari se-luruh dunia ikut serta pada aksitour ini. Selain kampanye kepa-da media, aksi ini juga bergunabagi pendidikan publik rakyatJenewa. Mereka memperhati-

    kan pesan yang disebarkan se-lama aksi, sehingga aksi sangatatraktif dan damai.

    Sementara di dalam KTM 7WTO, tidak akan terjadi konklu-si Putaran Doha. Sejumlah 153menteri anggota WTO hanyaakan bertemu untuk mengam-bil komitmen dan stocktaking,dan menyelesaikan hal-haldi luar Putaran Doha. Namunyang jelas, di meja perundin-gan mereka akan tetap mem-perjualbelikan pangan danpertanian.#

    Para peserta aksi dari Korea di Jenewa-Swiss yang tergabungdalam La Via Campesina, menolak bangkitnya WTO

    REDD SebabkanKetidakadilanSosial

    WTO PerparahKris Pangan,Energi, dan Iklim

    PERUBAHAN IKLIM TOLAK WTO

    KOPENHAGEN. Progam Re-ducing Emissions from Defor-

    estation and Forest Degrada-tion in Developing Countries(REDD) yang dirundingkandalam UNFCCC merupa-kan solusi yang keliru untukmengatasi perubahan iklim(11/12). Hal tersebut dike-mukakan Ketua Umum Ser-ikat Petani Indonesia (SPI)yang juga merupakan Koor-dinator Umum La Via Campe-sina, Henry Saragih dalamdiskusi publik yang diikutiratusan aktivis lingkungan

    dunia yang tergabung dalamKlimaforum.Henry mengemukakan

    contoh penerapan REDD diIndonesia. Meski REDD be-lum diresmikan UNFCCC, na-mun implementasinya sudahmulai dijalankan pemerintahIndonesia. Di Jambi sejum-lah lahan hutan direncana-kan untuk didaftarkan dalamprogram REDD.

    Padahal di lahan terse-but terdapat kelompok-kel-ompok masyarakat adat danpetani yang mengelola lahanpertanian untuk kehidupan-nya. Akibatnya, para petaniharus diusir dari lahan-lahantersebut hanya dengan ala-san konservasi hutan. Yangmenghasilkan emisi adalahindustri besar, kenapa petaniyang harus berkorban? ser-gah Henry.

    Seharusnya upaya penye-lamatan dari perubahan iklimglobal tidak diserahkan padaperusahaan-perusahaan dansistem pasar. Masyarakatlokal harus diajak untuk me-nentukan cara yang terbaikguna penyelamatan peruba-han iklim. Sementara itu,industri-industri penghasilemisi gas rumah kaca harusdipaksa untuk mengurangipembuangan emisi gas ru-mah kaca ke atmosfer.

    Keadilan iklim harusditegakkan sekarang juga,yang diubah sistemnya bu-kan iklimnya, jelas Henry.#

    JENEWA. WTO makin mem-perparah krisis pangan, kri-

    sis energi dan iklim yangmelanda dunia saat ini. Haltersebut mengemuka da-lam pertemuan masyarakatdunia menentang WTO yangdiadakan secara parareldengan pertemuan tingkatMenteri Ke-7 WTO di Je-newa, Swiss (29/11).

    Di India cukup banyakpetani yang tidak bisa lagiberproduksi lantaran pasarminyak domestik diserbuoleh produk CPO (Crude

    Palm Oil) dari Indonesia danMalaysia. Fenomena ini ter-jadi karena sistem produksipertanian ditentukan olehpasar global seperti yangdipromosikan oleh WTO.Sehingga produksi pertani-an diarahkan untuk berori-entasi ekspor, ujar YudthirSingh, salah satu pemimpinLa Via Campesina asal In-dia.

    Dengan sistem produksiseperti ini, hanya perusa-han-perusahaan agribis-nis besar saja yang mampumenuai keuntungan. Seda-ngkan para petani kecil yangjumlahnya sangat dominanakan semakin tersisih.

    La Via Campesina seba-gai organisasi petani inter-nasional mempromosikankedaulatan pangan sebagaijalan alternatif untuk keluardari krisis multi dimensi ini.Dalam kedaulatan pangan,produksi pertanian tidakboleh didikte oleh kebi-jakan pasar global. Produksiharus diprioritaskan untukpemenuhan pasar lokal dannasional terlebih dahulusebelum pemenuhan eks-por.

    Dalam kedaulatan pangan juga, produksi pertani-an harus dijalankan secaraberkelanjutan. Sehinggamampu memberikan sum-bangan nyata bagi upayapenyelamatan krisis iklimglobal yang terjadi saat ini.#

  • 8/3/2019 Edisi 71 (Januari 2010)

    7/16

    7PEMBARUAN TANI CAMPESINOS EDISI 71 JANUARI 2010

    PERUBAHAN IKLIMTOLAK WTO

    Aksi Keprihatinan Petani terhadapPerubahan Iklim Global

    Aksi Simpatik Mengusir WTO

    KOPENHAGEN. La Via Campe-sina menggelar aksi keprihati-

    nan atas perundingan peruba-han iklim dengan menyalakanlilin bersama di pusat kotaKopenhagen,(10/12). Pe-rundi- ngan perubahan iklim(UNFCCC) ini diselenggarakanPerserikatan Bangsa-bangsa(PBB) sebagai respon atas per-masalahan perubahan iklimglobal dan dihadiri oleh sejum-lah kepala negara anggota PBBserta ditengarai telah disusupiagenda neoliberal. Hal ini bisadilihat dari upaya penyelesaian

    krisis iklim dengan berbagaimekanisme perdagangan sep-erti upaya penciptaan pasarkarbon, skema REDD, agrofueldan hal-hal lain yang berbaubisnis.

    La Via Campesina sebagaiorganisasi gerakan petani in-ternasional meyakini masalahperubahan iklim tidak bisadiselesaikan dengan berba-gai mekanisme ini. Keadilaniklim harus ditegakkan untukmenjawab permasalahan kri-sis iklim secara menyeluruh.Rakyat dari berbagai duniatidak boleh menyerahkan up-aya penyelamatan perubahaniklim pada kekuatan pasar dibawah rejim neoliberal Hinggasaat ini sektor pangan dan per-tanian adalah salah satu pe-nyumbang emisi CO2 terbesar.Sistem pertanian industrial dinegara-negara maju telah men-gubah cara berproduksi secarabesar-besaran. Lahan-lahanmonokultur yang luas dikelolaoleh mesin-mesin yang meng-hasilkan emisi CO2 yang be-sar. Pupuk kimia diproduksibesar-besaran dari minyakbumi, yang artinya melepaskangas rumah kaca besar-besaran.Selain itu akibat dari produksipupuk kimia tersebut, sistempertanian menjadi lebih banyaklagi melepas gas rumah kacake udara. Orientasi produksipertanian yang lebih menguta-makan ekspor telah mengubahpola konsumsi masyarakatdunia. Masyarakat di belahan

    bumi selatan dipaksa meng-

    konsumsi pangan dari belahanbumi utara dan sebaliknya. Un-

    tuk memindahkan jutaan tonbahan pangan tersebut memer-lukan energi yang sangat besaryang tentunya menghasilkanemisi besar pula.

    Atas dasar itu, La ViaCampesina mempromosikanmetode pertanian berkelanju-tan berbasis keluarga petaniuntuk melawan sistem perta-nian industrial tersebut. Per-tanian keluarga bisa melaku-kan budidaya pertanian secaraberagam dengan produktivitas

    yang lebih baik dibanding in-dustri. Petani keluarga men-ganggap pertanian tidak hanyabisnis tapi di dalamnya terda-pat nilai-nilai kebudayaan, ke-percayaan, lingkungan dankehidupan itu sendiri. Selainitu, prinsip kedaulatan panganharus ditegakkan agar produk-si pertanian tidak lagi berori-entasi ekspor. Produksi pangandan pertanian harus ditujukanuntuk pemenuhan pasar do-mestik terlebih dahulu. Sehing-ga tidak lagi diperlukan energibesar untuk memindahkan ba-han pangan dari satu belahandunia ke belahan lainnya

    Koordinator Umum La ViaCampesina, Henry Saragih,menyatakan dengan menegak-kan prinsip kedaulatan pangandan prinsip agroekologi bisamengubah sistem produksipertanian menjadi ramahemisi. Pertanian berkelanju-tan berbasis keluarga petanibisa membentu mendinginkanplanet, ujarnya. Henry jugasangat yakin produktivitas per-tanian keluarga jauh lebih baikdibanding pertanian industrialskala besar. Ini dibuktikan den-gan produktivitas pertanianpadi di Indonesia yang sejakdulu hingga saat ini dikerja-kan oleh keluarga-keluargapetani dan merupakan salahsatu yang paling produktiv.Sayangnya saat ini pemerintahIndonesia akan membuka per-tanian padi untuk dikerjakanperusahaan-perusahaan besar

    dalam proyekfood estate.#

    JENEWA. La Via Campesinadan gerakan rakyat Jenewamenggelar aksi damai denganmenyalakan lilin persis di de-pan gedung tempat konferensitingkat menteri WTO ke-7 ber-langsung, Senin (30/11). Parademonstran mengatakan libe-ralisasi perdagangan merupak-an biang keladi dari krisis yangterjadi saat ini dan mendesakWTO keluar dari pertanian.Aksi ini diiikuti oleh delegasiLa Via Campesina yang datangdari India, Indonesia, Jepang,Korea, India, Filipina, dan se-jumlah negara Eropa. Semuapeserta aksi berjajar mengeng-gam sebatang lilin yang bertu-liskan Down down WTO!,WTO cooking crises, Food so-vereignty now!. Aksi ini dilaku-kan untuk menunjukkan bahwagerakan menentang WTO ada-lah aksi non kekerasan, meng-ingat dua hari sebelumnya aksi

    menentang WTO yang diikuti5000 orang disusupi perusuhyang menyebabkan kekacauandi kota Jenewa. Musuh kamibukanlah kota Jenewa ataupolisi, kami hanya ingin meng-gagalkan WTO, kata Moham-mad Ikhwan, seorang delegasiasal Indonesia.

    Sebelumnya tiga orangdelegasi asal Korea dila-rang masuk ke Jenewa untukmelakukan protes terhadapWTO. Ada kabar yang men-

    gatakan pelarangan tersebut

    terkait erat dengan upayaprotes yang dilakukan tigaorang Korea tersebut terh-adap WTO, sehingga merekadidaftarhitamkan. Hal ini ada-lah preseden buruk terhadapdemokrasi dan hak untukmenyatakan pendapat. WTOberupaya untuk membung-kam setiap pendapat yangmengkritisi kebijakan pasarbebas.

    La Via Campesina sebagaiorganisasi gerakan petani ke-cil menawarkan kedaulatanpangan sebagai jalan keluardari krisis. Pasar bebas tidakakan mampu memberikanmakan kepada pendudukdunia dengan adil. Hanyamasyarakat yang berhak me-nentukan apa yang ingin diatanam dan apa yang ingin diakonsumsi tanpa determin-sasi dari pasar global. Aturanyang WTO memberikan kes-

    empatan kepada perusa-haan-perusahaan besar un-tuk menghegemoni produksidan konsumsi pangan rakyat.Akhirnya rakyat kehilangankemerdekaan untuk menen-tukan produksi dan konsum-si atas pangannya sendiri.Keadaan ini harus diubah,gerakan rakyat tidak bisa ber-diam diri tapi harus bangkitmelawan rejim pasar bebas.WTO sebagai salah satu pilarrejim pasar bebas harus diu-

    sir keluar dari pertanian.#

    Aksi menyalakan lilin yang dilakukan oleh delegasi La ViaCampesina sebagai upaya menolak WTO dari pertanian

  • 8/3/2019 Edisi 71 (Januari 2010)

    8/16

    8 PEMBARUAN TANI CAMPESINOS EDISI 71 JANUARI 2010

    La Via Campesina Bergabung dalam Mobilisasi Global,Menuntut Solusi atas Krisis Iklim Dunia

    PERUBAHAN IKLIM

    KOPENHAGEN. Ratusan petani

    kecil dari seluruh dunia telahberkumpul di Kopenhagenpada Desember yang lalu untukmempertahankan usulan mere-ka dalam mengatasi krisis iklimglobal. Pertanian berkelanju-tan dan produksi pangan lokalyang selama ini dilakukan olehpetani kecil yang sebenarnyamerupakan solusi untuk men-dinginkan bumi.

    Para petani kecil inilahyang sebenarnya berperanpenting dalam meminimalkan

    penggunanan karbon pada la-han pertaniannya. Mereka inihampir tidak menggunakanbahan bakar berbasis fosilataupun kimia dalam kegiatanbertaninya. Dengan mengkon-sumsi makanan lokal, makaakan lebih sedikit energi dansumber daya yang digunakanuntuk mendistribusikan pa-ngan di planet ini.

    Pengalihan dari industripertanian monokultur yangmemberi dampak besar bagi

    emisi rumah kaca ke pertanian

    berkelanjutan berskala kecildan pengembangan pasar lokalakan benar-benar memung-kinkan pengurangan besar-be-saran dari semua efek negatifgas rumah kaca.

    Setiap diskusi tentang per-dagangan karbon, bioteknolo-gi, teknologi perbaikan, danmekanisme perdagangan yangsaat ini dibahas dalam UnitedNations Framework ClimateChange Conference (UNFCCC)benar-benar tidak relevan un-tuk didiskusikan, begitu pula

    konsep mengenai pengurangankonsumsi.

    Oleh karena itu, La ViaCampesina meyakini bahwalangkah-langkah inilah yangharus dilakukan di Kopenha-gen. Kami percaya bahwa as-pirasi dan seruan setiap orangdi dunia ini haruslah diper-dengarkan, semakin global-nya gerakan demokratis untukkeadilan dari banyak gerakansosial yang mempersiapkandiri untuk pertemuan Kopen-

    hagen nanti menunjukkan be-

    tapa pentingnya masalah ini,

    tegas Cecep Risnandar selakuKetua Departemen KomunikasiSerikat Petani Indonesia yangjuga tergabung dalam La ViaCampesina (Organisasi PetaniInternasional).

    Sejarah menunjukkan bah-wa gerakan sosial memilikibanyak bentuk untuk menyu-arakan aspirasi dan protes, bisaberupa lagu, bisikan, teriakan,dengan bernyanyi, bermain,berbicara, atau berdebat. Di LaVia Campesina, ketidaktundu-

    kan masyarakat sipil terhadapperaturan-peraturan bakuyang sering memarjinalkanmasyarakat kecil selalu men-jadi bagian dari strategi yangdilakukan untuk mendukungkedaulatan pangan, selainmelalui diskusi, kerja politik,serta promosi alternatif.

    Ketika ratusan petani men-duduki lahan yang dirampasoleh perusahaan transnasion-al, ketika ribuan dari merekaberkumpul di depan WTO dan

    meminta untuk mengakhiri

    liberalisasi pasar pertanian,sebenarnya kita mempertah-

    ankan hak kita untuk terushidup. Begitu juga hak kitauntuk memberi makan duniadan untuk memberi makan dirikita sendiri. Hak kita untuk di-hormati dan untuk keluar darikemiskinan.

    La Via Campesina mendu-kung dan mengambil bagianterdepan dalam tindakan-tindakan non-kekerasan yangberupa ketidaktundukanmasyarakat sipil terhadap ke-bijakan-kebijakan para peme-gang kekuasaan dan pemilikmodal, apabila hal ini dibenar-kan secara politis dalam rangkamengembangkan masyarakatyang lebih adil dan bermarta-bat.

    La Via Campesina jelasmenolak kekerasan sebagaisarana pencapaian tujuan, LaVia Campesina juga menolakkekerasan dari kebijakan yangdibahas secara tertutup. Kebi-jakan-kebijakan yang memung-kinkan perusahaan menda-patkan kredit karbon untukmengembangkan perkebunanmonokultur adalah kebijakanyang berujung pada kekerasan.Di desa-desa terpencil, kebi-jakan ini dapat mengarah padapenggusuran tanah, penin-dasan, perlawanan oleh petani,dan kehancuran lingkungan.

    La Via Campesina sangatmengutuk hukum represif yangberlaku di Denmark yang mem-berangus perbedaan penda-pat. Oleh karena itu, seiringdengan terus bergulirnya UN-

    FCCC, La Via Campesina terusmengajak dan memobilisasiuntuk menguatkan kesatuandi antara semua gerakan sosialyang besardan beragam ini. LaVia Campesina percaya bahwademokrasi kepercayaan hanyadapat diperkuat dengan mem-perkenankan orang-orang dariseluruh dunia mempertahank-an dan melaksanakan keadi-lan iklim, keadilan pangan dankeadilan sosial. Globalize Hope,Globalize Struggle. #

    Henry Saragih (Ketua Umum Serikat Petani Indonesia dan Koordinator Umum La Via Campesina)bersama dengan peserta aksi lainnya menyalakan lilin sebagai bentuk proses terhadap UNFCCC

  • 8/3/2019 Edisi 71 (Januari 2010)

    9/16

    9PEMBARUAN TANI EDISI 71 JANUARI 2010

    SPI Hadiri WorkshopPertanian Berkelanjutan di Laos

    PENDIDIKAN

    LAOS. Serikat Petani Indone-sia (SPI) mengikuti WorkshopPertanian berkelanjutan Re-gional Asia yang diselenggara-kan Oxfam Solidarity Belgium(OSB) di kota Vientiene, Laos,18-22 November 2009. Kegia-tan ini bertujuan untuk mem-beri perspektif tentang gerakandan analisis regional tentangsituasi politik, ekonomi, so-sial budaya, lebih khususnya

    mengenai penetrasi transna-sional dan institusi WTO, FTAterhadap petani dan produsenskala kecil.

    Syahroni, Ketua Departe-men Pendidikan SPI, hadir se-bagai narasumber mengenaiperspektif penguatan organ-isasi menyikapi situasi region-al yang ada. Ia menyampaikanpengetahuannya tentang SPI,La Via Campesina dan analisisregional keadaan sosial, ekono-mi-politik dan budaya petani

    kecil di Asia, serta langkah apayang harus dan sudah dilaku-kan sebagai gerakan petanikecil. Kegiatan yang dilakukanadalah diskusi untuk mencarijalan keluar dari masalah yangdihadapi petani di Laos, Thai-land, dan Vietnam.

    Syahroni sebagai dinam-isator dan pengarah sistema-tika proses diskusi kelompok,mengatakan Hasil diskusi me-nemukan akar masalah yangdihadapi petani dan produsen

    skala kecil antara lain, alat

    produksi yang minim, pengua-saan lahan yang terbatas, benih-benih lokal dan Sumber DayaAlam yang semakin berkurang.Selain itu, infrastruktur tidakmemadai serta distribusi hasilpanen kurang menguntung-kan petani kecil karena negaramereka tergabung dalam FTA,ungkap Roni.

    Lebih lanjut Syahroni me-nyatakan, untuk membangun

    kesadaran dalam menegak-kan kedaulatan pangan, harustidak tergantung pada inputeksternal hasil produksi peru-sahaan multinasional. Petani diberbagai belahan dunia harusmelakukan tindakan yang nya-ta, dengan menerapkan perta-nian berkelanjutan atau yanglebih dikenal dengan pertanianorganik berbasis keluarga yangsudah dilakukan SPI denganmembangun beberapa Demon-strasi Plot (Demplot) pertanian

    berkelanjutan yang tersebar dibeberapa wilayah anggota SPIuntuk mewujudkan kedaulatanpangan.

    Dengan demikian, untukmewujudkan kedaulatan pan-gan antara lain dengan caramengolah lahan-lahan tiduruntuk dijadikan lahan pertani-an berkelanjutan, serta mengi-dentiikasi dan mengumpulkanbenih-benih lokal yang dikeloladan digunakan oleh dan untukpetani. Proses produksi harus

    menggunakan teknologi per-

    tanian berkelanjutan denganasupan-asupan yang dibuat,digunakan, dan dikontrololeh kelompok tani, pupukorganik dibuat sendiri sertadistribusi dan akses pasardilakukan secara kolektif,dengan prioritas pemenuhankebutuhan pangan keluarga,pasar domestik dan perda-gangan yang adil. Yang tidakkalah penting adalah men-dorong kebijakan-kebijakanyang melindungi hak-hakpetani kecil (regulasi).

    Setelah diskusi grup be-rakhir, Lao Farmer Product

    menyampaikan bagaimanamembangun usaha ekonomiperdagangan yang berkea-dilan dan dilanjutkan den-gan diskusi masalah gender.Setelah berdiskusi cukuppanjang, mereka melakukankunjungan ke Lao FarmerProduct, lembaga yang berg-erak di bidang pengolahanpasca panen hasil-hasil perta-nian, antara lain, selai nanas,teh, dodol asem, pisang, padiyang diolah secara organik,

    kemudian dipasarkan mela-lui jaringan perdaganganyang adil (fair trade).

    Keesokan harinya, peser-ta melakukan kunjungan keBUCAP sebuah lembaga yangbergerak di bidang riset, ka-jian, pemuliaan benih-benihpadi, dan distribusi benihpadi ke kelompok-kelompoktani. Lembaga ini memilikikelompok-kelompok tanipenangkar yang telah mengi-kuti latihan-latihan pemu-

    liaan benih padi, bekerjasama dengan SEARICE, IRRIFilipina. Kemudian merekamenuju Phone Song Centersebuah pusat diklat pertani-an berkelanjutan yang men-erapkan sistem pertanianterpadu hasil produksinyaantara lain, ayam, babi, buah,bibit, padi, ikan, dan produkpertanian lainnya.#

    PALEMBANG. Serikat PetaniIndonesia (SPI) basis TalangKeramat Kabupaten Banyua-sin, Sumatera Selatan, berjuangmembangun pertanian organikdi lahan kritis. Mereka telahmembuktikan bahwa petani se-cara mandiri mampu member-ikan solusi untuk memperbaikilingkungan dalam mengatasiperubahan iklim. Lahan kritistersebut telah menjadi kebunsayur organik yang mampumemberikan keuntunganekonomi dan perbaikan ling-kungan. Dengan bukti ini SPIsemakin yakin petani tidak bu-

    tuh ProyekReducing Emissionsfrom Deforestation and Degra-dation (REDD) danAgrofuel Es-tate, ungkap JJ Polong, WakilKetua Majelis Nasional Petani(MNP) Serikat Petani Indone-sia (SPI).

    Menurut Polong, denganmenerapkan pertanian organ-ik, petani tidak lagi bergantungpada asupan zat kimia yang da-pat menambah biaya produksidan menyebabkan ketergan-tungan dengan perusahaan

    multinasional penghasil, benih,pupuk, pestisida, dan bahankimia lainnya yang diproduksi.Selain pertanian organik yangditerapkan, JJ Polong mengata-kan agar tercapai pemenuhankebutuhan pangan dalam neg-eri pemerintah seharusnya me-nyediakan lahan untuk prosesproduksi pertanian. Negara-negara maju sebelum memasu-ki proses industrialisasi, selaludiawali dengan Program Refor-ma Agraria (Agrarian Reform)

    atau Land Reform. Negara terse-but memastikan dahulu selu-ruh petani yang ada mendap-atkan tanah yang cukup untukmenjamin kesejahteraannya,baru setelah itu tanah yang ter-sisa dibagikan pada perusaaanatau untuk kepentingan lain. DiIndonesia yang agraris justrutanah-tanah petani dirampasoleh perusahaan perkebunandan HTI, serta ke depan akandirampas oleh Proyek perda-gangan karbon, seperti REDD,

    ungkap Polong.#

    PERTANIAN BERKELANJUTAN

    Syahroni (kanan) , Ketua Departemen Pendidikan SPI dan salahseorang peserta workshop pertanian berkelanjutan di Laos.

    Pertanian Organik, SolusiPerubahan Iklim

  • 8/3/2019 Edisi 71 (Januari 2010)

    10/16

    10 PEMBARUAN TANI EDISI 71 JANUARI 2010

    JAKARTA. Peristiwa kekera-san PT Perkebunan Nusantara

    (PTPN) VII Pabrik Gula CintaManis di Ogan Ilir, merupa-kan salah satu contoh dariberagam peristiwa kekerasanyang melibatkan PTPN denganmasyarakat sekitar perkebu-nan. Sebelumnya, peristiwakekerasan yang melibatkanaparat juga terjadi di SumateraUtara melibatkan PTPN II, diSulawesi Selatan melibatkanPTPN XIV, di Jawa Barat meli-batkan PTPN VIII.

    Terkait dengan PTPNVII, berdasarkan fakta yangditemukan di lapangan, dari ha-sil tim investigasi dan advokasiSerikat Petani Indonesia (SPI).Pada Jumat (4/12), telah terja-di penembakan dan perusakanpondokan petani di KecamatanPayaraman Kabupaten OganIlir Sumatra Selatan. Kejadiantersebut terkait dengan seng-keta lahan antara warga den-gan PTPN VII Pabrik Gula CintaManis seluas 1.529 Ha. Di luarlahan tersebut masih ada seki-tar 40 Ha lahan masyarakat

    tani yang sudah incracht mela-lui putusan MA tahun 1996 dandinyatakan sah milik petani,namun hingga saat ini belumdieksekusi.

    Hal tersebut mendasariSPI, Lingkar Studi untuk AksiDemokrasi Indonesia (LS-ADI),Lembaga Bantuan Hukum(LBH) Palembang, bersama e-lemen masyarakat lainnya me-ngadakan pertemuan di KantorYayasan Lembaga Bantuan Hu-kum Indonesia (YLBHI), Jakar-

    ta (8/12) untuk membicarakanmasalah penembakan yangdilakukan aparat Brimob se-tempat kepada petani Ogan IlirSumatra Selatan. Pertemuanini mendesak evaluasi nasionalterhadap PTPN dan segera me-nyelidiki pelanggaran Hak Asa-si Manusia (HAM) berat yangmelibatkan PTPN dan aparatkepolisian setempat.

    Menurut Patra M. Zen dariYLBHI mengatakan bahwa tin-dakan yang dilakukan aparat

    kepolisian setempat melang-

    SPI Desak Evaluasi Nasional PTPN

    KONFLIK AGRARIA

    gar Peraturan Kapolri (Perkap)Nomor 1 Tahun 2009 tentang

    Penggunaan Kekuatan dalamTindakan Kepolisian. Perkapini diundangkan dalam Lem-baran Negara dan disahkanoleh Menteri Hukum dan perUndang-Undangan (Menkum-dang). Seharusnya dengandikeluarkannya Perkap terse-but pihak kepolisian melak-sanakan tugasnya berhati-hatidalam bertindak menggunakankekuatannya. "Jadi merekatidak menggunakan senjatanyauntuk menembaki petani yangmempertahankan hak atas ta-nahnya", tambahnya.

    Lebih lanjut Ety Gustinadari LBH Palembang memberi-kan informasi pendampingankasus yang mereka lakukan,antara lain, tim advokasi petanimelakukan protes keras ke-pada Polda Sumsel yang mem-buat Berita Acara Pidana (BAP)secara paksa terhadap korbanyang masih dirawat di RS.

    Achmad Yakub, Ketua timinvestgasi dan advokasi SPI ka-sus penembakan petani di Ogan

    Ilir Sumsel bersama rekan-re-kan dari LS-ADI menemui 20petani korban penembakan diYLBHI, Jakarta. Achmad Yakubmendesak kepada PresidenRepublik Indonesia agar me-ngevaluasi secara menyeluruhsengketa lahan PTPN denganmasyarakat sekitar perkebu-nan. Selain itu mendesak men-desak Kapolri segera memer-intahkan bawahannya untukmemproses hukum pihak pe-rusahaan dan Satgas PTPN VII

    untuk mempertanggungjawab-kan tindakan pembongkarandan kekerasan terhadap petanidan Kapolri segera memberi-kan ganti kerugian termasukbiaya pengobatan kepada kor-ban dan keluarga korban. Sertameminta Komnas HAM secarajernih melakukan penyelidi-kan dugaan pelanggaran HAMberat yaitu kejahatan kemanu-siaan berkaitan dengan peristi-wa kekerasan yang melibatkanPTPN dan aparat kepolisian di

    seluruh Indonesia.#

    KONFLIK AGRARIA

    SPI Desak Mabes Polri Usut TuntasPelaku Penembakan Petani Sumsel

    Aksi SPI dan LS-ADI di depan Mabes Polri, menuntut pengusutantuntas oknum pelaku penembakan petani Sumatera Selatan

    JAKARTA. Serikat Petani Indo-nesia (SPI) bersama LingkarStudi Aksi untuk DemokrasiIndonesia (LS-ADI), di de-pan Kantor Markas Besar Ke-polisian Republik Indonesia(Mabes Polri), Jakarta, Senin(7/12). Dalam aksinya merekamenuntut diadilinya aparatyang melakukan penembakanterhadap 20 petani di Ogan Ilir

    Sumatra Selatan, Jumat (4/12).Menurut Muhammad Rizal

    Siregar, Staf Departemen Poli-tik dan Hukum SPI mengatakanbahwa tindakan penggusuran,penyerangan, intimidasi, danpenembakan yang dilakukanaparat Brimob setempat san-gat melanggar Hak Asasi Ma-nusia (HAM), dan bertentangandengan visi misi yang dimilikikepolisian, sebagai aparaturnegara yang berkewajiban me-lindungi rakyatnya, bukan ber-

    pihak kepada pemilik modal.Lebih lanjut, Achmad

    Yakub, Ketua DepartemenKajian Strategis Nasional SPImengungkapkan bahwa PetaniOgan Ilir Sumsel menempatilahan tersebut berdasarkanputusan Mahkamah Agung(MA) RI tahun 1996 seluas 40hektare lahan masyarakat din-yatakan sah milik petani.

    Selain itu para peserta Aksimendesak KAPOLRI segeramengintruksikan Kapolda Su-

    matera Selatan untuk segera

    menangkap dan mengadiliaparat Brimob yang terli-bat penembakan dan tindakkekerasan terhadap petani,pimpinan dan satgas PTPNVII untuk mempertanggung-jawabkan tindakan pem-bongkaran dan kekerasanterhadap petani.Demikianjuga tindakan tidak mengin-dahkan keputusan MA yang

    memastikan eksekusi lahanseluas 40 ha adalah milikpetani.

    Yakub juga mengung-kapkan harus ada tindakansistematis dalam menanganikonlik agraria yang terjadidi Indoesia. Konlik agrariadi Indonesia ini tidak perta-ma kali terjadi, sebelumnyatelah banyak konlik yangberujung penembakan terh-adap petani antara lain, ka-sus Tanah Awu di Nusa Teng-

    gara Barat (NTB), Alas TlogoJawa Timur, Sosa TapanuliUtara Sumsel, dan daerahkonlik agraria selalu petaniyang menjadi korban dalamkonlik agraria tersebut.

    Dalam kasus sengketalahan, polisi diharapkanmampu bersikap mandiridan tidak memihak pada go-longan pemodal, sesuai den-gan visi dan misi POLRI. Halini penting untuk menghenti-kan kekerasan dan kriminal-

    isasi petani, ungkapnya.#

  • 8/3/2019 Edisi 71 (Januari 2010)

    11/16

    11PEMBARUAN TANI EDISI 71 JANUARI 2010

    Musyawarah Wilayah IDPW SPI Nusa Tenggara Timur

    KEORGANISASIAN

    MANGGARAI. Serikat PetaniIndonesia (SPI) mengadakanMusyawarah Wilayah (Mus-wil) di Mbohang, Ruteng, NusaTenggara Timur (17/12). Mus-wil tersebut dihadiri oleh be-berapa ketua cabang dan wakilMajelis Cabang Petani (MCP)dari Manggarai dan ManggaraiBarat.

    Musyawarah Wilayah inidibuka oleh Ali Fahmi, KetuaDepartemen Penguatan, Pen-gawasan dan Konsolidasi Or-ganisasi Nasional SPI. Muswildiawali dengan pembahasantata tertib mengenai hak su-ara dan dilanjutkan denganprogram kerja masing-masingwilayah.

    Muswil menetapkan Mar-tinus Sinani sebagai Ketua Ba-dan Pelaksana Wilayah (BPW)yang terpilih secara aklamasi.

    Sedangkan Fransiska Mongdan Baltasar Anggar terpilihsebagai Majelis Nasional Petani(MNP).

    Sedangkan deklarasi pem-bentukan cabang Manggaraiakan dilaksanakan 10 Maret2010 mendatang, bersamaandengan peringatan enam ta-hun peristiwa rabu berdarah,yaitu peristiwa bentrok pada10 Maret 2004 yang lalu. Peris-tiwa ini dilatarbelakangi kasuspembabatan kopi petani yang

    mengakibatkan enam petani

    JAKARTA. Serikat Petani In-donesia (SPI), Kontak Tani

    Nelayan Andalan (KTNA),Perhimpunan Petani NelayanSeluruh Indonesia (PPNSI),dan Himpunan KerukunanTani Indonesia (HKTI), De-wan Tani Indonesia (DTI),Asosiasi-LM3, LPP-NU danAsosiasi Perbenihan mengi-kuti Rapat Dengar Penda-pat Umum (RDPU) yang dis-elenggarakan oleh MenteriPertanian. Rapat ini bertem-pat di Ruang Pola Gedung ADepartemen Pertanian, Ja-karta (10/12).

    RDPU ini memiliki tu-juan untuk memberikanmasukan, saran, sekaligussebagai bahan pemikirankepada Menteri Pertanian.Rapat ini juga akan menden-garkan pemaparan tentangvisi dan misi DepartemenPertanian 2010-2014, Pro-gram Prioritas dan Program100 hari Menteri, ungkap Ir.H. Suswono, MMA, MenteriPertanian Kabinet IndonesiaBersatu II.

    Achmad Yakub, KetuaDepartemen Kajian StrategiNasional SPI, menyampai-kan beberapa poin pentingdalam RDPU, yang menurutSPI penting untuk menjaminkemajuan pertanian Indone-sia.

    Pertama, SPI menyesal-kan langkah yang diambiloleh pemerintah untuk men-dongkrak produksi padi na-sional melalui program foodestate. Pengembangan food

    estate ini justru sangat ber-tentangan dengan upaya pe-merintah mendorong ekono-mi kerakyatan, khususnyaekonomi kaum tani. Karenaapabila pemerintah men-jalankan program ini, makahal ini akan menyebabkanterpinggirkannya kaum tani.Hal ini juga akan menjadikanpetani sebagai buruh-buruhdi tanahnya sendiri.

    Selain itu dengan adan-ya pembukaan food estate,

    maka karakter pangan dan

    meninggal dunia.Setelah Muswil I NTT ditu-

    tup, acara dilanjutkan denganpemberian materi mengenaimonitoring dan pelaporan pe-langgaran Hak Asasi Petani(HAP). Hal ini dilatarbelakangioleh cukup banyaknya kasusyang menimpa anggota SPI diNTT. Salah satu kasus terakhir

    yaitu saat anggota SPI BasisMbohang, Kecamatan Lelak,Kabupaten Manggarai, menda-patkan perlakuan yang tidakmenyenangkan dari petugasDinas Kehutanan KabupatenManggarai. Dimana tanamankopi yang mereka miliki di-cabut dan dirusak petugas di-nas kehutanan.

    Ali Fahmi mengatakan,bahwasanya peristiwa pengru-sakan tanaman petani bukanpertama kali terjadi di wilayah

    Kabupaten Manggarai. Konf-lik petani dengan Dinas Kehu-tanan terjadi karena Dinas Ke-hutanan mengakui tanah adatmilik petani telah terjadi sejaklama. Salah satu contohnya ditahun 2002 di Mbohang terjadipengrusakan lahan petani lebihdari 130 Ha, perusakan terse-but dilakukan melalui operasisecara besar-besaran oleh Di-nas Kehutanan dibantu polisihutan, Brimob, dan TNI. "Ataskejadian tersebut 5 petani di-

    tangkap". tambahnya.#

    SPI Rapat Dengar Pendapat Umumdengan Menteri Pertanian

    KEBIJAKAN AGRARIA

    pertanian Indonesia semakinbergeser dari pertanian yang

    berbasis keluarga petani kecilmenjadi pertanian korporasiberbasis pangan dan produksipertanian. Kondisi ini dapatmemperlemah kedaulatanpangan di Indonesia.

    Kedua, Lahan pertanianyang dikatakan pemerintahsemakin bertambah luas, tidaksesuai dengan nasib kaum tani.Malah menurut penelitian yangpernah dilakukan di beberapawilayah Jawa Tengah, JawaTimur, dan Jawa Barat bertolakbelakang dengan kemakmuranpetani.

    Ketiga, pemerintah tidakmenjadikan pupuk sebagai ba-rang dagangan dan perlunyakontrol dari pemerintah, agarpupuk tersebut dapat lang-sung sampai di tangan parapetani. Masalah subsidi pupukdapat dikorelasikan denganrencana program swasembadadaging sapi. Hendaknya pem-berian bantuan sapi yang di-lakukan pada para petani jugamemanfaatkan buangan dari

    sapi tersebut untuk dimanfaat-kan menjadi pupuk organik da-lam rangka mendukung Go Or-ganic 2010 agar petani tidakketergantungan dengan pupukkimia.

    Selain itu, Menteri Perta-nian menyampaikan sejumlahhal yang akan dijalankan De-partemen Pertanian ke depan.Antara lain, rencana perluasanlahan pertanian seluas 2 jutahektar di luar Pulau Jawa. Men-teri Pertanian juga rencananya

    akan melaksanakan kajian yangtentang permasalahan distri-busi pupuk yang cocok untukpetani dan mencari jawabanatas permasalahan kelangkaanpupuk yang selalu terjadi ke-tika musim tanam tiba.

    Sejumlah program lainnyajuga disampaikan dalam RDPUini seperti membuat HargaPembelian Pemerintah (HPP)langsung di tingkat daerahyang akan digulirkan, danmembuat perlindungan terh-

    adap petani.#

    Ali Fahmi (paling kiri), Ketua Departemen Penguatan, Pengawasandan Konsolidasi Nasional SPI bersama para anggota SPI NTT

  • 8/3/2019 Edisi 71 (Januari 2010)

    12/16

    12 PEMBARUAN TANI EDISI 71 JANUARI 2010

    SPI Sumut Gelar Lokakarya Mewujudkan Gema Pangan

    KEDAULATAN PANGAN

    MEDAN. Dewan PimpinanWilayah (DPW) Serikat PetaniIndonesia (SPI) Sumatra Utaradan Badan Ketahanan Pangan(BKP) Pemerintah ProvinsiSumatera Utara (Pemprovsu)mengadakan lokakarya dengantema Pemberdayaan Kelem-bagaan LSM/ORMAS UntukProgram Kemandirian Pangandi Medan, tanggal 7-8 Desem-

    ber 2009. Acara tersebut di-hadiri sejumlah Ormas, LSM,birokrasi pemerintahan, sertasejumlah jajaran BKP Pem-propsu dan kabupaten.

    Lokakarya ini menghasil-kan kesepakatan dan komit-men berupa forum yangmenjadi sarana koordinasi, se-hingga terjalin koordinasi daritingkat pusat ke daerah untukbersama menjalankan Gera-kan Masyarakat Mandiri Pan-gan (Gema Pangan) yang dica-

    nangkan oleh BKP Pempropsu.Program Gema Pangan meru-pakan salah satu jawaban yangditawarkan oleh Pempropsumelalui BKP untuk merealisasivisi misi Gubernur dan WakilGubernur Sumut untuk mewu-judkan rakyat tidak lapar.

    Setyo Purwadi, Kepala BKPPemprovsu, menyatakan BKPSumut akan melakukan GemaPangan di 150 desa yang me-ngalami kerawanan pangan diSumut sampai dengan tahun

    2012. Artinya setelah pro-

    gram dilakukan pada tahun2010, akan ada proses keber-hasilan kinerja yang dapatdilihat dengan berkurangnyapenduduk miskin, meningkat-nya pendapatan per kapitapenduduk miskin, berkurang-nya balita gizi buruk, mening-katnya produksi, ketersediaanpangan, serta meningkatnyasarana dan prasarana pendu-

    kung produksi dan distribusipangan seperti; listrik, air ber-sih, pendidikan, kesehatan, dantelekomunikasi, paparnya

    Soekirman, Wakil BupatiSerdang Badagai, yang hadirsebagai pembicara lokakaryamenyatakan bahwa perlu di-adakan revitalisasi di bebera-pa konsep sebelumnya men-genai pangan. Karena dalammasalah pangan ada beberapaaturan salah satunya kebijakanpangan yang dikeluarkan Gu-

    bernur No. 25 tahun 2009, un-tuk menciptakan kedaulatanpangan dan ketahanan pangan,karena semua itu berkaitandengan masalah kemanusiaan,

    Dalam kesempatan yangsama Wagimin, Ketua BPW SPISumut menegaskan problema-tika krisis pangan yang dihada-pi oleh bangsa ini menyentuhbeberapa aspek diantaranyakonversi lahan tanaman pa-ngan, impor pangan, menu-runnya peran BULOG, peruba-

    han pola konsumsi, hilangnya

    Kontribusi Perempuandalam Adaptasi danMitigasi Perubahan Iklim

    PETANI PEREMPUAN

    tradisi lumbung pangan danlain sebagainya.

    "Demi mewujudkankedaulatan pangan, SPI telahmembangun DemonstrasiPlot (Demplot) pertanianberkelanjutan yang lebihdikenal dengan pertanianorganik di beberapa wilayahanggota SPI. SPI juga memi-liki bank benih yang beradadi Pusat Pendidikan danPelatihan (Pusdiklat) SPI Bo-gor, yang mengembangkanbenih-benih lokal untuk di-distribusikan kepada petanisekitar yang dijual melaluikoperasi petani", tambahnya.

    Selain itu, Wagimin jugamenambahkan bahwa un-tuk mengatasi kerawananpangan tidak hanya bebasdari kelaparan dan panganyang cukup, masyarakat In-donesia harus berdaulat dibidang pangan, mempunyaihak memiliki kemampuanuntuk memproduksi pan-gan secara mandiri dan me-netapkan sistem pertanian,peternakan, dan perikanan

    tanpa adanya subordinasidari kekuatan pasar interna-sional.

    Punguan Gultom, KetuaDPC SPI Simalungun mera-sa sangat prihatin melihatmasyarakat di Desa Ambari-san, tempat tinggal beliau,yang merasa bangga denganmemikul beras raskin 30 kgyang dibagikan ke warga se-bagai upaya dari pemerintahuntuk mengatasi kerawananpangan.

    Cerita tentang kemandi-rian pangan tidak terlepasdari kedaulatan pangan,petani, dan tanah. Ironisnyakondisi saat ini di pedesaanmasyarakat lebih banggadan bahagia mendapatkanbantuan raskin, dibanding-kan memanen langsung darisawah-sawah mereka, pada-hal seharusnya mereka me-nangis karena kita adalahnegara agraris tapi malahmengimpor beras ungkap

    Gultom.#

    (Kiri-Kanan) Henry Chandra Hasibuan (SPI), Wagimin (SPI), Soekir-man (Bupati Serdang Begadai), Setyo Purwadi (Kepala BKP Sumut)

    JAKARTA. Perempuan berkon-tribusi dalam adaptasi danmitigasi perubahan iklim. Halini disampaikan Elisha Kartini,Staf Kajian Strategis SerikatPetani Indonesia (SPI), padadiskusi publik yang diselengg-arakan Solidaritas Perempuan(SP) dengan tema PerempuanIndonesia menentukan kebi-jakan perubahan iklim: Persia-pan menuju perubahan iklimCOP 15 Kopenhagen, di HotelHarris, jalan Tebet Raya Jakar-ta, Kamis (3/12).

    Kartini menyatakan bahwapengetahuan lokal dan penga-laman perempuan memeli-hara dan menjaga alam dapatberkontribusi dalam adaptasidan mitigasi perubahan iklim.Mengelola alam sebagai sum-ber kehidupan secara arif danberkelanjutan untuk keber-langsungan hidupnya, keluar-ga, dan komunitasnya, denganmenerapkan pola pertanianorganik yang ramah lingkun-gan.Tapi kenyataannya, perem-puan adat menghadapi perso-alan pengakuan hak atas tanah,

    sehingga desa mereka mulaikekeringan sumber-sumber air.Semakin berkurangnya maka-nan dan obat-obatan tradisonalyang mereka peroleh di hutanakibat program penanggulan-gan perubahan iklim pemerin-tah mengenai proyekReducingEmissions from Deforestationand Degradation (REDD) yangmengancam jutaan masyarakatadat terusir dari lahannya.

    Kebijakan revolusi hi-jau yang digulirkan pada era

    1970-1980an membawa pa-ket modernisasi pertanian. Ta-waran pemberian bibit unggul,teknologi pertanian, irigasi yanglebih baik, dan pupuk kimiamenjadi pemikat bagi petani.Program ini menggusur jenispangan lokal, baik yang semuladimanfaatkan masyarakat, atautumbuh liar di lahan pertanianmereka. Masyarakat Indonesiadengan suku dan jenis panganberaneka ragam telah bergesermenjadi satu jenis pangan yaitu

    beras, tutur Kartini.#

  • 8/3/2019 Edisi 71 (Januari 2010)

    13/16

    13PEMBARUAN TANI EDISI 71 JANUARI 2010

    Henry SaragihBuka Klimaforum 2009

    PERUBAHAN IKLIM

    KOPENHAGEN. Henry Saragih,Ketua Serikat Petani Indonesia(SPI) dan Koordinator UmumLa Via Campesina (OrganisasiPetani Internasional) mem-buka Klimaforum 2009 yangdiadakan pada 7-18 Desemberini. Klimaforum 2009 meru-pakan pertemuan global darimasyarakat dan gerakan-ger-akan sosial di seluruh duniayang membahas solusi peruba-han iklim di dunia.PertemuanKlimaforum ini cukup merepre-sentasikan aspirasi masyarakatdunia tanpa ada unsur politisapa pun, dengan satu tujuanyakni membuat bumi lebih hi-jau. Peserta Klimaforum beras-al dari lebih 100 negara di selu-ruh dunia dengan pengunjunglebih dari 10.000 orang setiapharinya. Klimaforum 2009ini dilaksanakan di DGI-Byen,sebuah kompleks bangunanbesar di tengah kota Kopen-hagen yang berjarak hanya 50meter dari stasiun pusat.

    Dalam pidato pembukaan-nya Henry menawarkan solusiuntuk mendinginkan bumidengan mewujudkan pertani-an berkelanjutan yang berbasiskeluarga, karena menurutnyaindustri pertanian justru mem-bunuh para petani kecil di didunia. Jutaan petani dikrimina-lisasi dan diusir dari lahannya.Tak berlahannya petani-petani

    ini menyebabkan lebih dari

    satu milyar manusia kela-paran, bahkan karena perda-gangan bebas banyak petanikecil yang bunuh diri di AsiaSelatan. Pada saat yang sama,liberalisasi perdagangan per-tanian malah semakin dipro-mosikan oleh OrganisasiPerdagangan Dunia (WTO),dan perjanjian perdaganganbebas (FTA) oleh negara-negara maju. Hal inilah yangberkontribusi terhadap emisigas rumah kaca akibat pros-es produksi dan transportasipangan di seluruh dunia.

    "Intinya adalah men-jauhkan pertanian dari peru-sahaan agribisnis besar danmengembalikan pertanianke tangan para petani kecil,sehingga kita mampu men-gurangi lebih dari setengahemisi global dan efek rumahkaca. Inilah yang kami ta-warkan dan ini jugalah yangkami sebut dengan Kedaula-tan Pangan ungkapnya.

    Oleh karena itu, untukmencapai itu semua, kitamembutuhkan gerakan so-sial untuk terus berjuangdan bekerjasama untukmengakhiri solusi-solusi pal-su seperti REDD yang saat initerus digaungkan dalam pe-rundingan oleh negara-nega-ra maju yang disponsori olehperusahaan-perusahaaan

    transnasional, tambahnya.#

    JAKARTA. Pada Rabu (9/12)yang lalu telah terjadi pengru-

    sakan dan pencabutan tana-man kopi milik petani anggotaSerikat Petani Indonesia BasisMbohang, Kecamatan Lelak.Kabupaten Manggarai. Pen-cabutan dan pengrusakan ta-naman kopi ini dilakukan olehpetugas dari Dinas KehutananKabupaten Manggarai, NusaTenggara Timur. Dalam ka-wasan perkebunan kopi rakyatitu kejadian ini terus berulangsejak tahun 1986 ketika DinasKehutanan memperluas batas

    tanah yang menyerobot ta-nah adat masyarakat, dan halini terus berlangsung sampaisekarang.

    Dalam kawasan perkebu-nan kopi rakyat itu kejadianini terus berulang sejak tahun1986, ketika Dinas Kehuta-nan memperluas batas tanahyang menyerobot tanah adatmasyarakat. Seperti pada tahun2002 di Mbohang terjadi peru-sakan lahan petani lebih dari130 Ha. Perusakan tersebutdilakukan melalui operasi se-cara besar-besaran oleh DinasKehutanan yang dibantu polisihutan, Brimob, serta TNI.

    Pada kejadian tersebutditangkap juga 5 petani. Tera-khir pada pertengahan tahun2009, seorang petani yang jugamerupakan tetua adat di Gen-dang Herokoe dipanggil polisidengan tuduhan menggunakankayu dari kawasan hutan un-tuk rumah adat, padahal kayutersebut diambil dari Lingko(kawasan adat).

    Dengan kejadian ini SPImemandang bahwa sengketatanah ini merupakan bagiandari ribuan konlik tanah yangtidak terselesaikan. Untuk ituperlu ada upaya yang kongkretdalam penyelesaian konlikpertanahan yang berpihak ke-pada petani dan masyarakatkarena selama ini petani selalumenjadi korban.

    Secara nasional, SBY selakuPresiden RI telah menetapkanProgram Pembaruan Agraria

    Nasional (PPAN) pada tahun

    Henry Saragih memberikan pandangannya mengenai petani danperubahan iklim pada Klimaforum 2009 (7-18 Desember 2009)

    SPI Laporkan Dinas KehutananManggarai-NTT ke Komnas HAM

    KONFLIK AGRARIA

    2007 lalu. Program ini sendiriuntuk memastikan terdistri-

    busikannya tanah bagi petani,dan program ini sudah sehar-usnya segera direalisasikan.Namun sampai saat ini hany-alah isapan jempol belaka.

    Jika PPAN hanya sekedarjanji kampanye saja maka ke-jadian kekerasan dan peram-pasan tanah-tanah petani akanterus terjadi, ujar AchmadYakub, Ketua Departemen Ka-jian Strategis SPI.

    Merespon kasus ini, SerikatPetani Indonesia (SPI) menge-cam keras atas tindakan pen-grusakan yang dilakukan olehpihak Dinas Kehutanan Kabu-paten Manggarai, Nusa Teng-gara Timur. SPI sendiri juga te-lah mengirim surat protes yangditujukan kepada Ir. Malek Ber-nardus MM, Kepala Dinas Kehu-tananan Kabupaten Manggarai,Nusa Tenggara Timur, yang te-lah ditembuskan kepada Komi-si Nasional Hak Asasi Manusia(Komnas HAM), serta anggotaDewan Perwakilan RakyatDaerah (DPRD) Komisi B.

    Kami sangat berharap agarpihak-pihak terkait di lapanganuntuk menahan diri agar tindakkekerasan dan pengrusakantidak meluas, ungkap Yakub.

    Lebih lanjut Yakub me-nambahkan juga menambah-kan bahwasanya SPI juga telahmenyurati kepada Dinas Ke-hutanan untuk menghormatitapal batas tanah adat.

    "Selama belum ada pen-etapan akan tapal batas baru,maka wilayah tersebut dalam

    status quo. Ini artinya tidakboleh ada aktiitas penanamanbaru apalagi perusakan tana-man petani, dan petani tetapboleh melakukan panen daritanaman yang telah ditanamuntuk memenuhi kebutuhanrumah tangganya, tambah-nya.#

  • 8/3/2019 Edisi 71 (Januari 2010)

    14/16

    14 PEMBARUAN TANI EDISI 71 JANUARI 2010

    Aksi Damai SPI menentang WTODisusupi Perusuh

    TOLAK WTO

    JENEWA. Aksi damaimasyarakat sipil untuk me-nentang pertemuan tingkatmenteri ke-7 Organisasi Perda-gangan Dunia (WTO) berakhirrusuh, Sabtu (28/11). Simbol-simbol kapitalisme globalseperti kantor-kantor pusatkeuangan dilempari. Bahkanderetan mobil yang diparkirdijalanan kota Jenewa dirusak

    dan dibakar.Aksi yang sejak awaldirencanakan damai tersebutdisusupi sekelompok perusuh.Ini merupakan preseden bu-ruk bagi aksi-aksi gerakanrakyat penentang WTO. Jangansampai nila setitik rusak sususebelangga. Perjuangan kitaperjuangan damai, ujar Mu-hammad Ikhwan, perwakilanSPI yang ikut serta dalam aksitersebut.

    Muhammad Ikhwan yangjuga Ketua Departemen LuarNegeri SPI menjelaskan bah-wasanya aksi menentang WTOini bertujuan untuk menyam-paikan kepada publik bahwaperjanjian di bawah WTO san-gat merugikan rakyat. Seba-gai contoh, dalam perjanjianpertanian (AoA) setiap negaradituntut untuk meliberalkanpasar pertaniannya.

    Tak terkecuali Indone-sia, para petani yang saat inihidupnya semakin sulit dipak-sa untuk berkompetisi dalam

    pasar global. Akibatnya, Indo-nesia kebanjiran pangan impordan harga produk pertanian ditingkat petani tertekan sehing-ga petani tidak mendapatkaninsentif yang layak dari hasilkerjanya.

    Padahal petani merupa-kan lapisan masyarakat yangrentan secara ekonomi. Lebihdari setengah jumlah petani

    dan masyarakat pedesaan diIndonesia hidup dibawah gariskemiskinan kemiskinan.

    Perundingan pertaniandi WTO sampai saat ini masihdiperdebatkan secara alot.Negara-negara maju tidak maumengurangi subsidi pertani-annya sementara itu negara-negara terbelakang memintaperlindungan terhadap produk-produk pertanian mereka.

    Sementara itu, Ketua De-partemen Komunikasi Na-sional SPI, Cecep Risnandarmengatakan bahwa posisi SPIdalam hal ini sangat jelas, yaitumeminta WTO keluar dari per-tanian. Cecep juga mengatakanbahwasanya sudah jelas-jelasWTO membunuh petani kecil,namun mengapa masih diper-juangkan lagi.

    Jangan percayakan nasibrakyat pada pasar bebas. WTOmerupakan rejim yang bertang-gung jawab dengan krisis pan-gan, energi dan ekonomi yangsaat ini terjadi, tandasnya.#

    (Kiri-Kanan) Muhammad Ikhwan dan Cecep Risnandar dari SPIdalam aksi damai menentang WTO di Jenewa, Swiss.

    Aksi Global Tuntut Amerika Serikat &Kroninya Turunkan Emisi

    TOLAK WTO

    Achmad Ya'kub ditengah tendapara pengungsi iklim

    JAKARTA. Serikat Petani In-donesia (SPI), Wahana Ling-

    kungan Hidup (WALHI), Koal-isi Anti Utang (KAU), LingkarStudi-Aksi untuk DemokrasiIndonesia (LS-ADI), KoalisiRakyat untuk Keadilan Peri-kanan (KIARA), JaringanAdvokasi Tambang (JATAM),Institute for Essential Ser-vices Reform (IESR). OxfamGB, Serikat Hijau Indonesia(SHI), LBH Jakarta, Indone-sian Center For Environmen-tal Law (ICEL), KelompokMahasiswa Pecinta Ling-

    kungan Hidup dan Kemanu-siaan (KMPLHK), melakukanaksi menuntut komitmennegara-negara maju (Annex1) untuk mengurangi emisigas rumah kaca di depanKedubes Amerika, Jakarta,Sabtu (12/12). Aksi ini ber-samaan dengan PertemuanPara Pihak 15 (COP 15) Kon-ferensi Perubahan Iklim PBB(UNFCCC) yang berlangsungdari tanggal 7-18 Desember2009, di Kopenhagen, Den-

    mark.Peserta aksi yang ber-jumlah ratusan orang me-nyatakan Amerika Serikat(AS) sebagai makelar kar-bon memimpin pengrusa-kan bumi serta mendesakpenurunan emisi global un-tuk perubahan iklim. Massamenggelar aksi dalam rang-ka memperingati Hari AksiGlobal Perubahan Iklim didepan. Mereka juga mendiri-kan puluhan tenda di depan

    Gedung Kedubes AS. Tendasebagai simbol tempat pen-gungsian korban bencanaakibat dampak perubahaniklim dan tenda-tenda itu se-bagai tanda perlunya peles-tarian lingkungan hidup.

    Achmad Yakub, KetuaDepartemen Kajian StrategiSPI, mengatakan bahwasan-ya kerusakan alam yangterjadi di Indonesia dis-ebabkan karena model pen-gelolaan sumber alam yangeksploitatif di Indonesia.

    Dengan keadaan tersebut ban-yak petani harus meninggalkanlahan pertanian untuk berbagaiproyek-proyek besar demi ke-langsungan produksi suatu pe-rusahaan. Lebih lanjut Yakubmenyatakan petani di seluruhdunia, khususnya Indonesia tu-rut tertimpa dampak peruba-han iklim, yakni kekeringandan banjir tidak menentu yang

    menghancurkan tanah dan tan-aman mereka. Para petani bah-kan disuguhkan solusi palsuyang kini dinegosiasikan dalamUNFCCC, di antaranya perda-gangan karbon, penggusurantanah atas nama REDD (Pengu-rangan Emisi dari Deforestasidan Degradasi), agrofuel, danrekayasa genetika benih den-gan dalih kekeringan, tornado,dan perubahan pola iklim.Solusi palsu tersebut berjalandengan dukungan dana utangdari negara-negara maju yangdipastikan gagal mengurangiemisi gas rumah kaca. Proyek-proyek tersebut mengembang-kan konlik lahan yang ada, me-langgar hak azasi manusia danmenciptakan tumpang tindihkawasan lintas sektoral.

    "Kini para petani MuaraJambi berjuang melindungi ta-nah pertanian seluas 101.000hektar tanah yang diklaim se-bagai kawasan konservasi da-lam skema perdagangan kar-bon", tmabah Ya'kub.#

  • 8/3/2019 Edisi 71 (Januari 2010)

    15/16

    15PEMBARUAN TANI EDISI 71 JANUARI 2010

    Dampak ProyekAgrofuelTerhadap KehidupanPetani Kecil

    KEDAULATAN PANGAN

    KOPENHAGEN. Menurut JJ Po-long, Wakil Ketua Majelis Na-

    sional SPI, perluasan perkebu-nan sawit di Indonesia tumbuhsangat cepat. Hal ini didorongoleh sejumlah proyek agrofuelyang dikembangkan sejumlahnegara maju seperti Uni Eropadan AS. Pada 2007, Indone-sia menandatangani perjan-jian perdagangan bebas antaraASEAN dengan Uni Eropa yangisinya mengenai kebutuhannegara-negara Eropa atas paso-kan minyak sawit untuk bahanbaku agrofuel. Pada 2020, pe-

    merintah menargetkan untukmembuka kebun sawit hingga12 juta ha. Dalam roadmappembangunan yang direncana-kan pemerintah, pengemban-gan agrofuel pada tahun 2025mencapai 22,26 juta kiloliteryang berarti membutuhkanbanyak lahan untuk dikonversimenjadi perkebunan

    Lebih lanjut Polong men-erangkan perluasan perkebu-nan sawit menyebabkan keru-sakan lingkungan hidup. Jutaan

    hektar hutan tropis dialihfung-sikan menjadi perkebunanmonokultur. Ratusan ribu tonpupuk kimia, herbisida dan pes-tisida ditaburkan di atas lahan-lahan tersebut yang mengaki-batkan hilangnya keragamanhayati, kesuburan tanah, danmenyebarkan berbagai racunkimia. Sementara itu, dari sisisosial perluasan perkebunansawit oleh perusahaan besartelah menyingkirkan petani ke-cil dari kehidupannya. Peram-

    pasan tanah di desa-desa sek-tar hutan yang dijadikan arealperkebunan. Konlik pun ker-ap terjadi antara perusahaanperkebunan dengan petani ke-cil dan masyarakat pedesaan.Pada 2007 konlik agrariadi Indonesia telah mengusir24.270 keluarga dari tanahnya.Hal tersebut meningkat drastisdi tahun 2008 yang mencapai31.000 keluarga, pada tahunyang sama 312 petani harusmasuk penjara karena melaku-kan perlawanan.#

    Aksi Gerak Lawandi Gedung Deperindag RI

    TOLAK WTO

    JAKARTA. Bersamaan den-gan hari terakhir (2/12) per-temuan Konferensi TingkatMenteri (KTM) ke-7 OrganisasiPerdagangan Dunia di Jenewa,Gerakan Rakyat Lawan Neoko-lonialisme dan imperialisme(GERAK LAWAN) melakukanaksi simpatik dengan men-

    gusung tulisan,STOP WTOdi depan gedung DepartemenPerdagangan Republik Indone-sia (Deperindag RI).

    Muhammad Arif dari Ling-kar Studi Aksi Demokrasi In-donesia (LS-ADI) membukaorasi damainya yang menjelas-kan bahwa aksi mengusir WTObertujuan untuk menyampai-kan kepada publik bahwa per-janjian di bawah WTO sangatmerugikan rakyat. Oleh ka-rena itu, posisi GERAK LAWAN

    sangatlah jelas yaitu memintaWTO keluar dari pertanian.Jangan percayakan nasib

    rakyat pada pasar bebas. WTOmerupakan rejim yang bertang-gung jawab dengan krisis pan-gan, energi dan ekonomi yangsaat ini terjadi, tandasnya.

    Pemerintah Indonesia ber-sama dengan negara-negaraberkembang dalam kelompokG33, berusaha mengajukanusulan Produk Khusus dan Me-kanisme Perlindungan Khusus

    (SP/SSM). Sejak 2003, propo-

    sal ini menjadi batu sandungandalam perundingan PutaranDoha. Namun, proposal ini se-makin lama semakin lemahdan semakin liberal.

    Walaupun dimaksudkanuntuk memproteksi petani,terutama yang ada di negaraberkembang, proposal ini ten-

    tunya masih kurang dari cu-kup bagi kehidupan petanikecil sehari-hari. Agenda yangdibahas dalam KTM 7 ini ber-sandar pada Teks Desember2008, teks ini semakin lemahdan pemerintah Indonesia ter-lihat sangat mengakomodasikepentingan negara-negaramaju demi dirampungkannyaPutaran Doha.

    Achmad Yakub, KetuaDepartemen Kajian StrategisNasional SPI, mengatakan

    bahwasanya proses-prosesperundingan di WTO terse-but jelas sekali terdeteksibahwa peran negara-negarakaya seperti Amerika dan UniEropa, berkolaborasi denganTNCs (perusahaan-perusahaantransnasional) sangat domi-nan. Misalnya mengenai aspeksubsidi di negara kaya, merekatunjuk hidung sekretariat WTOagar tidak menyentuh sedikit-pun kepentingannya. Di sisilain, SP/SSM yang menjadi an-

    dalan negara berkembang se-

    makin lemah, yang dulunyasekitar 16 persen sekarang

    melorot menjadi 12 persen,ungkapnya.

    Yang menjadi topik pem-bahasan adalah mengenaiakselerasi pembukaan pasardan pemotongan dukungandomestik bagi produk perta-nian. Bukannya upaya-upayapencapaian kedaulatan pan-gan, pengentasan kemiski-nan dan pembangunan pede-saan, tegas Yakub.

    Achmad Yakub juga men-jelaskan bahwasanya dalam

    perjanjian pertanian (AoA),setiap negara dituntut untukmeliberalkan pasar pertani-annya, terikat secara hukumdi WTO. Tak terkecuali Indo-nesia, para petani yang saatini hidupnya semakin sulitdipaksa untuk berkompetisidalam pasar global. Padahalpetani merupakan lapisanmasyarakat yang rentan se-cara ekonomi. Lebih darisetengah jumlah petani danmasyarakat pedesaan di In-

    donesia hidup di bawah gariskemiskinan.Karena itulah, GERAK

    LAWAN menuntut agar WTOkeluar dari pertanian. GE-RAK LAWAN sendiri mem-promosikan kedaulatan pan-gan sebagai jalan alternatifuntuk keluar dari krisis multidimensi. Dalam kedaulatanpangan, produksi pertaniantidak boleh didikte pasarglobal.

    Harga produk perta-

    nian harus dapat menutupibiaya produksi dan cukupbagi para petani untuk da-pat hidup layak, bukannyaditentukan oleh pasar globalseperti yang terjadi saat ini.Produksi harus diprioritas-kan untuk pemenuhan pasarlokal dan nasional terlebihdahulu sebelum pemenuhanekspor. Untuk menjamin ter-capainya kedaulatan pangandi Indonesia, maka pelaksa-naan pembaruan agrariamenjadi kunci utamanya.#

    Para peserta aksi menolak WTO dari pertanian, yang dilakukan didepan kantor Departemen Perdagangan dan Perindustrian RI

  • 8/3/2019 Edisi 71 (Januari 2010)

    16/16

    16 PEMBARUAN TANI EDISI 71 JANUARI 2010

    Pusat Perbenihan SPIKembangkan Benih Lokal

    PERTANIAN BERKELANJUTAN

    BOGOR. Dalam melakukan

    proses produksi tanaman, pem-benihan memainkan perananpenting. Karena dengan di-hasilkannya benih-benih yangunggul bisa menjamin keber-hasilan panen tersebut. Pem-benihan bisa dilakukan dengandua cara yaitu secara generatif(dari biji) dan vegetatif (non-biji). Namun sejak diberlaku-kannya revolusi hijau masaorde baru, proses pembibitanalamiah oleh masyarakat lokalmenghilang. Hal tersebut kare-

    na revolusi hijau pada orde barumengakibatkan petani diberi-kan benih secara cuma-cumayang merupakan benih buatanperusahaan multinasional.Benih ini membuat ketergan-tungan terhadap perusahaanmultinasional dan semakinmeningkat harganya. Selain ituhasil dari benih tersebut akanmenjadi pangan konsumsi ma-nusia. Bahaya yang tersimpandi dalam benih buatan perusa-haan tentu saja tidak langsung

    k i b k

    pak setelah puluhan tahun

    berlalu. Beberapa benih im-por malah mengandung vi-rus jahat. Beberapa virus danbakteri yang ada dalam tum-buhan itu belum ada obat-nya di Indonesia. Meski telahdiberi fungisida (pembasmijamur), benih-benih itu tetapterkontaminasi. Organismemenempel di bagian dalamsekam atau kulit padi sertakulit jagung sehingga tak bisadibebashamakan.

    Karena sampai saat ini

    pemerintah masih cenderungmengeluarkan kebijakanjangka pendek seperti imporbenih dan subsidi benih. Un-tuk tahun 2009, pemerintahmengalokasikan impor benihyakni 25.000 ton benih padinonhibrida (untuk areal 1juta hektar) dan 5.552 tonpadi hibrida (untuk 370.000hektar).

    Pemerintah Indonesiatidak pernah memandangpetani yang memiliki ke-

    d k i i

    PADANG. Dewan PimpinanWilayah (DPW) Serikat PetaniIndonesia (SPI) Sumatera Ba-rat merayakan hari Idul Adha1430 Hijriyah dengan memo-

    tong 19 ekor kambing danseekor sapi yang disalurkankepada korban gempa Sumbar,Jumat (27/11). Penyaluran he-wan kurban tersebut dilakukanmelalui tim Task Force-Solidar-itas Bencana Alam SumateraBarat-SPI dan DPW SPI Sumbarberhasil menggalang dana danmengajak masyarakat untukikut berkurban pada tahun ini.

    Rustam Eendi selakukoordinator harian Task Forcemengungkapkan. Alhamdulil-

    lah, respons masyarakat cukuppositif, daging kurban ini lang-sung kami potong dan distri-busikan kepada masyarakat didaerah-daerah Sumatera Baratyang kemarin terkena imbasdari bencana alam gempa dantanah longsor, ungkapnya.

    Selain itu Rustam men-gatakan hewan kurban yangterhimpun merupakan sum-bangan dari berbagai daerahdi Indonesia, seperti Medan,Surabaya, Jakarta. Dalam pe-motongan hewan kurban, DPWSumbar melibatkan tokohmasyarakat untuk membantumenyalurkan hewan kurbantersebut. Pemotongan hewankurban yang dilakukan di be-berapa kabupaten di SumateraBarat seperti Kabupaten Agam,Kabupaten Pasaman, KodyaPadang, Kabupaten Pariaman,dan lainnya. Mudah-mudahanmelalui kurban tahun ini, kitabisa meningkatkan ketaqwaandan solidaritas antara sesamayang akhir-akhir ini sudah

    diki kiki k R #

    DPW SPI Sumbar GelarKurban di Lokasi Gempa

    SEREMONIA

    Ketika subsidi benih dilun-

    curkan, hal tersebut menun-jukkan pemerintah tidakpercaya kepada petani dalammengembangkan benih lokalyang lebih berkualitas, haltersebut dapat dilihat den-gan memberikan benih im-por yang tidak diperlukan.

    Padahal masih ada petaniyang melestarikan benih padivarietas lokal dan berkreasimenyilangkan varietas lokal.Salah satunya pembenihanyang dilakukan petani ang-

    gota SPI di Pusat Pendidikandan Pelatihan (Pusdiklat)Bogor mereka mendirikanbank benih, yang merupakantempat untuk memproduksibenih-benih lokal untuk ke-pentingan petani sekitar.Benih yang dibudidayakanoleh masyarakat lokal lebihaman dari segi kesehatan,karena benih yang berasaldari luar Indonesia belumtentu cocok kondisi lingkun-gan Indonesia dari keasa-

    h PH #

    Dua orang Mahasiswa Jepang yang sedang mengamati proses pengukuran PH tanah di pusatperbenihan lokal SPI di Pusdiklat Bogor

    Rustam Eendi (kiri)menyerahkan sapi untuk kurban