EDISI 1 All - - Copyprogram Pelita Pendidikan memperluas dukungan untuk meningkatkan mutu pendidikan...

8
PELITA PENDIDIKAN Menunjukkan dan Menyebarkan Praktik Baik Pendidikan Edisi 1/Mei - Agustus 2018. ISSN: 2622-0539 Jakarta – Tanoto Foundation melalui program Pelita Pendidikan memperluas dukungan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar di Indonesia. Dalam lima tahun ke depan (2018-2023) Tanoto Foundation akan mengembangkan lebih dari 800 SD/MI dan SMP/MTs model praktik yang baik dan menargetkan 12.000 sekolah dan madrasah akan mendiseminasikan program Pelita Pendidikan. “Sejak tahun 2010, kami telah mengembangkan program Pelita Pendidikan di Provinsi Sumatra Utara, Riau, dan Jambi untuk mendukung program nasional dalam meningkatkan mutu pendidikan dasar. Mulai tahun 2018, programnya diperluas di Jawa Tengah dan Kalimantan Timur yang diharapkan memberi manfaat untuk 3,5 juta siswa dalam lima tahun ke depan,” kata Sihol P. Aritonang, Head of Tanoto Foundation beberapa waktu lalu. Program ini akan bermitra dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kementerian Agama (Kemenag), dan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), dan pemerintah daerah di lima provinsi. Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Dasar dan Menengah, Hamid Muhammad, Ph.D mengapresiasi rencana perluasan program Tanoto Foundation. “Program ini juga akan bekerja sama langsung dengan pemerintah kabupaten dan kota. Saya mendorong Bupati dan DPRD mendukung serta mendiseminasikan program ini,” kata Hamid setelah mencermati paparan rencana program Pelita Pendidikan dari Direktur Program Pelita Pendidikan, Stuart Weston. Tanoto Foundation juga mendukung penyiapan calon-calon guru profesional dengan menggandeng 10 Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang berada di bawah koordinasi Kemenristekdikti dan Kemenag. Programnya secara khusus mendukung peningkatan kualitas pendidikan guru pra dan dalam jabatan melalui program yang lebih menekankan pada praktik. Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti, Prof. Intan Ahmad dan Dirjen Pendidikan Islam Kemenag, Prof. Kamaruddin Amin pada kesempatan terpisah memberikan dukungan untuk pelaksanaan program Pelita Pendidikan. (Anw) “Program ini juga akan bekerja sama langsung dengan pemerintah kabupaten dan kota. Saya mendorong Bupati dan DPRD mendukung serta untuk mendiseminasikan program ini.” Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemendikbud, Hamid Muhammad, Ph.D “Program kemitraan dengan Tanoto Foundation akan kami manfaatkan untuk membuat terobosan-terobosan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di madrasah dan LPTK.” Dirjen Pendidikan Islam, Kemenag, Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, MA “Saya sudah lama mengetahui kontribusi Tanoto Foundation dalam pendidikan di Indonesia. Ditjen Belmawa dengan hati dan tangan terbuka menyambut baik tawaran kerja sama dari Tanoto Foundation. Integrasi LPTK dengan sekolah sangat penting dan dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas pendidikan dasar.” Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kemenristekdikti, Prof. Intan Ahmad, Ph.D Dukungan Pelaksanaan Program Tanoto Foundation bekerja sama dengan Kemendikbud, Kemenag, Kemenristekdikti, dan Pemerintah Kabupaten/Kota mitra akan memperluas program peningkatan kualitas pendidikan dasar di Indonesia yang berfokus pada peningkatan kualitas pembelajaran, manajemen berbasis sekolah, budaya baca, dan pendidikan guru pra dan dalam jabatan di LPTK. Perluas Program Pelita Pendidikan, Tanoto Foundation Tingkatkan Mutu Pendidikan dengan Target 3,5 Juta Siswa

Transcript of EDISI 1 All - - Copyprogram Pelita Pendidikan memperluas dukungan untuk meningkatkan mutu pendidikan...

Page 1: EDISI 1 All - - Copyprogram Pelita Pendidikan memperluas dukungan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar di Indonesia. Dalam lima tahun ke depan (2018-2023) Tanoto Foundation akan

PELITA PENDIDIKANMenunjukkan dan Menyebarkan Praktik Baik Pendidikan

Edisi 1/Mei - Agustus 2018. ISSN: 2622-0539

Jakarta – Tanoto Foundation melalui program Pelita Pendidikan memperluas dukungan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar di Indonesia. Dalam lima tahun ke depan (2018-2023) Tanoto Foundation akan mengembangkan lebih dari 800 SD/MI dan SMP/MTs model praktik yang baik dan menargetkan 12.000 sekolah dan madrasah akan mendiseminasikan program Pelita Pendidikan.

“Sejak tahun 2010, kami telah mengembangkan program Pelita Pendidikan di Provinsi Sumatra Utara, Riau, dan Jambi untuk mendukung program nasional dalam meningkatkan mutu pendidikan dasar. Mulai tahun 2018, programnya diperluas di Jawa Tengah dan Kalimantan Timur yang diharapkan memberi manfaat untuk 3,5 juta siswa dalam lima tahun ke

depan,” kata Sihol P. Aritonang, Head of Tanoto Foundation beberapa waktu lalu.

Program ini akan bermitra dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kementerian Agama (Kemenag), dan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), dan pemerintah daerah di lima provinsi. Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Dasar dan Menengah, Hamid Muhammad, Ph.D mengapresiasi rencana perluasan program Tanoto Foundation.

“Program ini juga akan bekerja sama langsung dengan pemerintah kabupaten dan kota. Saya mendorong Bupati dan DPRD mendukung serta mendiseminasikan program ini,” kata Hamid setelah mencermati paparan

rencana program Pelita Pendidikan dari Direktur Program Pelita Pendidikan, Stuart Weston.

Tanoto Foundation juga mendukung penyiapan calon-calon guru profesional dengan menggandeng 10 Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang berada di bawah koordinasi Kemenristekdikti dan Kemenag. Programnya secara khusus mendukung peningkatan kualitas pendidikan guru pra dan dalam jabatan melalui program yang lebih menekankan pada praktik.

Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti, Prof. Intan Ahmad dan Dirjen Pendidikan Islam Kemenag, Prof. Kamaruddin Amin pada kesempatan terpisah memberikan dukungan untuk pelaksanaan program Pelita Pendidikan. (Anw)

“Program ini juga akan bekerja sama langsung dengan pemerintah kabupaten dan kota. Saya mendorong Bupati dan DPRD mendukung serta untuk mendiseminasikan program ini.”Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah,

Kemendikbud, Hamid Muhammad, Ph.D

“Program kemitraan dengan Tanoto Foundation akan kami manfaatkan untuk membuat terobosan-terobosan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di madrasah dan LPTK.”Dirjen Pendidikan Islam, Kemenag,

Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, MA

“Saya sudah lama mengetahui kontribusi Tanoto Foundation dalam pendidikan di Indonesia. Ditjen Belmawa dengan hati dan tangan terbuka menyambut baik tawaran kerja sama dari Tanoto Foundation. Integrasi LPTK dengan sekolah sangat penting dan dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas pendidikan dasar.”Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kemenristekdikti, Prof. Intan Ahmad, Ph.D

Dukungan Pelaksanaan Program

Tanoto Foundation bekerja sama dengan Kemendikbud, Kemenag, Kemenristekdikti, dan Pemerintah Kabupaten/Kota mitra akan memperluas program peningkatan kualitas pendidikan dasar di Indonesia yang berfokus pada peningkatan kualitas pembelajaran,

manajemen berbasis sekolah, budaya baca, dan pendidikan guru pra dan dalam jabatan di LPTK.

Perluas Program Pelita Pendidikan, Tanoto Foundation Tingkatkan Mutu Pendidikan dengan Target 3,5 Juta Siswa

Page 2: EDISI 1 All - - Copyprogram Pelita Pendidikan memperluas dukungan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar di Indonesia. Dalam lima tahun ke depan (2018-2023) Tanoto Foundation akan

2 3Pelita Pendidikan: Edisi 1/Mei-Agustus 2018 Pelita Pendidikan: Edisi 1/Mei-Agustus 2018

Apa dan Bagaimana Program Pelita Pendidikan?

Meningkatkan Kualitas Pendidikan Guru Pra dan Dalam Jabatan yang Menekankan Pada Praktik

Berita Pelita Pendidikan

Tahun 2018 menandai dimulainya perluasan dukungan Tanoto Foundation dalam pelaksanaan program Pelita Pendidikan, yang bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan dasar di Indonesia. Tanoto Foundation bekerja sama dengan Kemendikbud, Kemenag, dan Kemenristekdikti, serta Pemerintah Daerah mitra akan meningkatkan kualitas pendidikan di SD dan MI, SMP dan MTs, serta LPTK melalui program Pelita Pendidikan. Berikut adalah gambaran pelaksanaan programnya.

Apa, siapa, dan mengapa Tanoto Foundation membantu program pendidikan?Tanoto Foundation adalah organisasi filantropi yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto. Pada masa mudanya, Bapak Sukanto Tanoto harus berhenti bersekolah di SMA Kelas 2 karena kesulitan ekonomi dan harus membantu adik-adiknya. Sekarang setelah menjadi pengusaha global yang sukses, beliau tidak ingin ada orang yang harus mengalami seperti dirinya. Tekadnya pendidikan haruslah berkualitas. Program pengembangan pendidikan pertamanya dimulai pada tahun 1981 dengan mendirikan TK dan SD di di Besitang, suatu kecamatan di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, yang berjarak sekitar 3 jam perjalanan darat dari Medan.

Tanoto Foundation terus berkomitmen untuk meningkatkan potensi setiap anak untuk mewujudkan masa depannya yang lebih baik. Program Tanoto Foundation kemudian berkembang seperti pemberian beasiswa, pelatihan guru, pemberdayaan masyarakat, perbaikan akses terhadap kesehatan dan air bersih, pemberian hibah penelitian, dan pengembangan pendidikan anak usia dini.

Apa dan bagaimana pelaksanaan Pelita Pendidikan?Pelita Pendidikan adalah program yang dikembangkan Tanoto Foundation untuk meningkatkan kualitas pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MT) dan hasil belajar siswa Indo-nesia. Dalam menjalankan programnya, Pelita Pendidikan akan menggunakan pendekatan sekolah secara menyeluruh (whole school development) yaitu melibatkan semua unsur sekolah seperti guru, kepala sekolah, masyarakat, dan siswa, serta mengembangkan praktik-praktik pendidikan yang baik dalam pembelajaran, manajemen sekolah, partisipasi masyarakat, dan meningkatkan kemampuan literasi, sains, dan numerasi siswa. Termasuk meningkatkan kualitas pendidikan guru pra dan dalam jabatan yang lebih menekankan pada kegiatan praktik.

Bagaimana bentuk bantuan yang diberikan? Bantuan yang diberikan berupa teknis pelatihan dan pendampingan untuk guru, kepala sekolah, komite sekolah, dan pengawas sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah. Program Pelita Pendidikan akan bersinergi dengan program-program pemerintah yang pelaksanaannya difokuskan pada wilayah-wilayah yang belum tercakup oleh

program sejenis agar dapat diketahui dampak program secara langsung. Ada tiga strategi yang diterapkan Pelita Pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar, yaitu: (1) Mengembangkan praktik-praktik baik dalam pembelajaran, manajemen, dan kepemimpinan di sekolah mitra. (2) Mendukung pemerintah daerah untuk mendiseminasi praktik yang sudah dikembangkan ke sekolah nonmitra. (3) Meningkatkan mutu pendidikan guru pra dan dalam jabatan di LPTK.

Berapa daerah, sekolah/madrasah, dan LPTK yang menjadi mitra Program Pelita Pendidikan?Selama lima tahun pelaksanaan program (2018-2023), Tanoto Foundation akan bekerja di lima provinsi, yaitu Sumatra Utara, Riau, Jambi, Jawa Tengah, dan Kalimantan Timur. Pada tahun pertama (2018), Tanoto Foundation akan bermitra dengan 14 kabupaten/kota dan 10 LPTK. Pada tahun kedua bertambah menjadi 30 kabupaten/kota dan lebih dari 30 LPTK. Di setiap kabupaten/kota ada 16 SD/MI dan 8 SMP/MTs mitra yang dipilih dari 2-3 gugus.

Mengapa gugus dan sekolah mitra yang dipilih terbatas? Tanoto Foundation berupaya menemukan formulasi terbaik dan paling sesuai untuk gugus atau sekolah dengan konteks tertentu sebelum menyebarluaskannya ke gugus dan sekolah yang lain. Gugus dan sekolah mitra dipilih berdasar beberapa kriteria, diantaranya belum pernah menerima program sejenis selain dari dinas pendidikan dan berkomitmen mengembangkan praktik-praktik baik di sekolah. Lokasi sekolah dan madrasah mitra yang dipilih ada di daerah perkotaan dan ada yang di pedesaan, agar ada alternatif pilihan sekolah acuan yang berhasil dalam mengembangkan pembelajaran aktif, MBS, dan budaya baca untuk meningkatkan hasil belajar siswa. (Sas/Anw)

Siswa SDN Gemuruh 169/V Jambi mewawancarai petani tentang pekerjaannya. Mengembangkan pembelajaran yang membuat siswa belajar aktif dan kontekstual menjadi salah satu program Pelita Pendidikan.

Jakarta - Tujuan utama kemitraan program Pelita Pendidikan dengan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan guru pra (mahasiswa calon guru) dan dalam jabatan melalui program yang lebih menekankan pada praktik.

Para dosen LPTK akan terlibat dalam peningkatan kualitas perkuliahan dan praktikum untuk mahasiswa. Mereka juga akan terlibat dalam pelatihan dan pendampingan guru di daerah mitra dalam hal peningkatan kualitas pembelajaran, manajemen sekolah,

dan budaya baca. Pada tahun pertama, Pelita Pendidikan akan bermitra dengan 10 LPTK yang berada di bawah koordinasi Kemenristekdikti dan Kemenag.

“Saya sudah lama mengetahui kontribusi Tanoto Foundation dalam pendidikan di Indonesia. Ditjen Belmawa dengan hati dan tangan terbuka menyambut baik tawaran kerja sama dari Tanoto Foundation. Integrasi LPTK dengan sekolah sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas pendidikan dasar,” tukas Prof. Intan Ahmad, Dirjen

Belmawa Kemenristekdikti di ruang kerjanya. Sementara Prof. Kamaruddin Amin, Dirjen Pendidikan Islam Kemenag menyebut kemitraan dengan Tanoto Foundation akan dimanfaatkan untuk membuat terobosan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di madrasah dan LPTK.

Pada kesempatan berbeda, Direktur Pendidikan Tinggi Islam Kemenag, Prof. Arskal Salim mengatakan, “Saya sudah mempelajari tawaran program kerja sama dari Tanoto Foundation. Saya menerima dengan senang hati dan mengapresiasi komitmen Tanoto Foundation untuk membantu LPTK dan madrasah di bawah Kemenag. Insya Allah akan sangat bermanfaat untuk peningkatan kualitas pendidikan dasar di lingkungan Kemenag.”

Beberapa kegiatan yang akan dilakukan dengan LPTK, diantaranya: (1) Pelatihan praktik yang baik dalam pembelajaran bagi dosen pedagogi. (2) Pelatihan guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah lab dan sekolah mitra LPTK dalam pembelajaran. (3) Pelatihan kepala sekolah dan pengawas sekolah mitra LPTK dalam kepemimpinan dan manajemen sekolah, serta peran serta masyarakat (4) Pengembangan kurikulum LPTK. (5) penelitian tindakan kelas. (6) Pengembangan praktikum untuk program Pendidikan Profesi Guru.

Praktik yang baik hasil dari kemitraan ini akan didiseminasikan melalui konsorsium LPTK. Pada tahun kedua setidaknya ada lebih dari 30 LPTK yang mendapat manfaat Pelita Pendidikan, terutama untuk mening-katkan kualitas pembelajaran literasi, matematika, dan sains. (Abk/Anw)

LPTKMeningkatkan kualitas pendidikan guru pra dan dalam jabatan melalui program yang menekankan pada praktik. Perkuliahan menjadi model praktik yang baik bagi

mahasiswa calon guru dalam penerapan pembelajaran aktif dan budaya baca.

Sekolah lab dan mitra LPTK menjadi tempat praktik mengajar yang menerapkan pembelajaran aktif, budaya baca, dan manajemen berbasis sekolah.

KelasPembelajaran lebih menarik, relevan, dan efektif dengan fokus pada pembelajaran literasi, matematika, dan IPA (serta bahasa Inggris untuk SMP/MTs). Guru menerapkan pendekatan pembelajaran

aktif yang memfasilitasi keaktifan siswa dalam menyelesaikan tugas, memecahkan masalah, dan kegiatan kerja kooperatif dalam kelompok,

Siswa menunjukkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran di kelas.

SekolahMengembangkan kepemimpinan sekolah, serta manajemen sekolah yang lebih partisipatif, akuntabel, dan berfokus pada peningkatan mutu pembelajaran. Kepala sekolah menjadi pemimpin dalam pembelajaran

misalnya melalui supervisi (kunjungan kelas dan pendampingan)

Pada aspek manajemen sekolah, orang tua juga aktif dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan tidak semata pada kegiatan ekstrakurikuler.

Sekolah memiliki inisiatif menciptakan budaya baca.

Perubahan yang Diharapkan

Pelita Pendidikan akan memfokuskan pelaksanaan programnya yang akan berdampak secara langsung

pada perubahan di kelas, sekolah (SD/MI dan SMP/MTs), pemerintah daerah, serta lembaga

pendidikan tenaga kependidikan (LPTK). Berikut adalah gambaran perubahan yang diharapkan terjadi

sebagai dampak dari program Pelita Pendidikan.

Pemerintah Daerah Membangun kemampuan pemerintah untuk mendisemi-nasi dan mempertahankan program peningkatan mutu. Pengembangan dan penyebarluasan praktik baik dalam

pembelajaran, MBS, dan budaya baca dilaksanakan secara berkelanjutan.

Direktur Pendidikan Tinggi Islam Kemenag, Prof. Dr. Arskal Salim, M.Ag (ketiga dari kanan), menyampaikan dukungannya dalam program kemitraan Pelita Pendidikan dan LPTK.

Plt Bupati Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur, Edi Damansyah, M.Si “Kutai Kartanegara wilayah yang sangat besar dan masih membutuhkan dukungan dari pihak lain seperti Tanoto

Foundation. Proses percepatan peningkatan mutu pendidikan bisa

dilakukan sinergis dengan pemerintah.”

Komitmen Daerah Mitra

Asisten 1 Bidang Pemerintahan dan Kesra Wonogiri, Jawa Tengah, Edi Soetopo, M.Si

“Sesuai Slogan Pak Bupati, apapun yang dilakukan di Wonogiri harus ‘ruas tuntas’. Bila program Tanoto Foundation di awal

hanya piloting di 2 gugus, maka secara bertahap semua sekolah di Wonogiri

harus didorong melakukan yang sama.”

Kepala Dinas Pendidikan Batang Hari, Jambi, Dra. Jamilah “Saya sudah lama mengetahui Tanoto Foundation memiliki intervensi program peningkatan kualitas pendidikan. Saya

menyambut baik dan bersedia memfasilitasi kerja sama ini. Untuk saat ini

anggaran Pemerintah Daerah belum memadai kebutuhan pendidikan yang bersifat nonfisik, karena sulit dalam hal pembuktiannya. Saya sangat bersyukur Tanoto Foundation mau mendukung kami. Kedepan kita perlu sharing strategi peningkatan kualitas pendidikan.”

Page 3: EDISI 1 All - - Copyprogram Pelita Pendidikan memperluas dukungan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar di Indonesia. Dalam lima tahun ke depan (2018-2023) Tanoto Foundation akan

2 3Pelita Pendidikan: Edisi 1/Mei-Agustus 2018 Pelita Pendidikan: Edisi 1/Mei-Agustus 2018

Apa dan Bagaimana Program Pelita Pendidikan?

Meningkatkan Kualitas Pendidikan Guru Pra dan Dalam Jabatan yang Menekankan Pada Praktik

Berita Pelita Pendidikan

Tahun 2018 menandai dimulainya perluasan dukungan Tanoto Foundation dalam pelaksanaan program Pelita Pendidikan, yang bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan dasar di Indonesia. Tanoto Foundation bekerja sama dengan Kemendikbud, Kemenag, dan Kemenristekdikti, serta Pemerintah Daerah mitra akan meningkatkan kualitas pendidikan di SD dan MI, SMP dan MTs, serta LPTK melalui program Pelita Pendidikan. Berikut adalah gambaran pelaksanaan programnya.

Apa, siapa, dan mengapa Tanoto Foundation membantu program pendidikan?Tanoto Foundation adalah organisasi filantropi yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto. Pada masa mudanya, Bapak Sukanto Tanoto harus berhenti bersekolah di SMA Kelas 2 karena kesulitan ekonomi dan harus membantu adik-adiknya. Sekarang setelah menjadi pengusaha global yang sukses, beliau tidak ingin ada orang yang harus mengalami seperti dirinya. Tekadnya pendidikan haruslah berkualitas. Program pengembangan pendidikan pertamanya dimulai pada tahun 1981 dengan mendirikan TK dan SD di di Besitang, suatu kecamatan di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, yang berjarak sekitar 3 jam perjalanan darat dari Medan.

Tanoto Foundation terus berkomitmen untuk meningkatkan potensi setiap anak untuk mewujudkan masa depannya yang lebih baik. Program Tanoto Foundation kemudian berkembang seperti pemberian beasiswa, pelatihan guru, pemberdayaan masyarakat, perbaikan akses terhadap kesehatan dan air bersih, pemberian hibah penelitian, dan pengembangan pendidikan anak usia dini.

Apa dan bagaimana pelaksanaan Pelita Pendidikan?Pelita Pendidikan adalah program yang dikembangkan Tanoto Foundation untuk meningkatkan kualitas pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MT) dan hasil belajar siswa Indo-nesia. Dalam menjalankan programnya, Pelita Pendidikan akan menggunakan pendekatan sekolah secara menyeluruh (whole school development) yaitu melibatkan semua unsur sekolah seperti guru, kepala sekolah, masyarakat, dan siswa, serta mengembangkan praktik-praktik pendidikan yang baik dalam pembelajaran, manajemen sekolah, partisipasi masyarakat, dan meningkatkan kemampuan literasi, sains, dan numerasi siswa. Termasuk meningkatkan kualitas pendidikan guru pra dan dalam jabatan yang lebih menekankan pada kegiatan praktik.

Bagaimana bentuk bantuan yang diberikan? Bantuan yang diberikan berupa teknis pelatihan dan pendampingan untuk guru, kepala sekolah, komite sekolah, dan pengawas sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah. Program Pelita Pendidikan akan bersinergi dengan program-program pemerintah yang pelaksanaannya difokuskan pada wilayah-wilayah yang belum tercakup oleh

program sejenis agar dapat diketahui dampak program secara langsung. Ada tiga strategi yang diterapkan Pelita Pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar, yaitu: (1) Mengembangkan praktik-praktik baik dalam pembelajaran, manajemen, dan kepemimpinan di sekolah mitra. (2) Mendukung pemerintah daerah untuk mendiseminasi praktik yang sudah dikembangkan ke sekolah nonmitra. (3) Meningkatkan mutu pendidikan guru pra dan dalam jabatan di LPTK.

Berapa daerah, sekolah/madrasah, dan LPTK yang menjadi mitra Program Pelita Pendidikan?Selama lima tahun pelaksanaan program (2018-2023), Tanoto Foundation akan bekerja di lima provinsi, yaitu Sumatra Utara, Riau, Jambi, Jawa Tengah, dan Kalimantan Timur. Pada tahun pertama (2018), Tanoto Foundation akan bermitra dengan 14 kabupaten/kota dan 10 LPTK. Pada tahun kedua bertambah menjadi 30 kabupaten/kota dan lebih dari 30 LPTK. Di setiap kabupaten/kota ada 16 SD/MI dan 8 SMP/MTs mitra yang dipilih dari 2-3 gugus.

Mengapa gugus dan sekolah mitra yang dipilih terbatas? Tanoto Foundation berupaya menemukan formulasi terbaik dan paling sesuai untuk gugus atau sekolah dengan konteks tertentu sebelum menyebarluaskannya ke gugus dan sekolah yang lain. Gugus dan sekolah mitra dipilih berdasar beberapa kriteria, diantaranya belum pernah menerima program sejenis selain dari dinas pendidikan dan berkomitmen mengembangkan praktik-praktik baik di sekolah. Lokasi sekolah dan madrasah mitra yang dipilih ada di daerah perkotaan dan ada yang di pedesaan, agar ada alternatif pilihan sekolah acuan yang berhasil dalam mengembangkan pembelajaran aktif, MBS, dan budaya baca untuk meningkatkan hasil belajar siswa. (Sas/Anw)

Siswa SDN Gemuruh 169/V Jambi mewawancarai petani tentang pekerjaannya. Mengembangkan pembelajaran yang membuat siswa belajar aktif dan kontekstual menjadi salah satu program Pelita Pendidikan.

Jakarta - Tujuan utama kemitraan program Pelita Pendidikan dengan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan guru pra (mahasiswa calon guru) dan dalam jabatan melalui program yang lebih menekankan pada praktik.

Para dosen LPTK akan terlibat dalam peningkatan kualitas perkuliahan dan praktikum untuk mahasiswa. Mereka juga akan terlibat dalam pelatihan dan pendampingan guru di daerah mitra dalam hal peningkatan kualitas pembelajaran, manajemen sekolah,

dan budaya baca. Pada tahun pertama, Pelita Pendidikan akan bermitra dengan 10 LPTK yang berada di bawah koordinasi Kemenristekdikti dan Kemenag.

“Saya sudah lama mengetahui kontribusi Tanoto Foundation dalam pendidikan di Indonesia. Ditjen Belmawa dengan hati dan tangan terbuka menyambut baik tawaran kerja sama dari Tanoto Foundation. Integrasi LPTK dengan sekolah sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas pendidikan dasar,” tukas Prof. Intan Ahmad, Dirjen

Belmawa Kemenristekdikti di ruang kerjanya. Sementara Prof. Kamaruddin Amin, Dirjen Pendidikan Islam Kemenag menyebut kemitraan dengan Tanoto Foundation akan dimanfaatkan untuk membuat terobosan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di madrasah dan LPTK.

Pada kesempatan berbeda, Direktur Pendidikan Tinggi Islam Kemenag, Prof. Arskal Salim mengatakan, “Saya sudah mempelajari tawaran program kerja sama dari Tanoto Foundation. Saya menerima dengan senang hati dan mengapresiasi komitmen Tanoto Foundation untuk membantu LPTK dan madrasah di bawah Kemenag. Insya Allah akan sangat bermanfaat untuk peningkatan kualitas pendidikan dasar di lingkungan Kemenag.”

Beberapa kegiatan yang akan dilakukan dengan LPTK, diantaranya: (1) Pelatihan praktik yang baik dalam pembelajaran bagi dosen pedagogi. (2) Pelatihan guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah lab dan sekolah mitra LPTK dalam pembelajaran. (3) Pelatihan kepala sekolah dan pengawas sekolah mitra LPTK dalam kepemimpinan dan manajemen sekolah, serta peran serta masyarakat (4) Pengembangan kurikulum LPTK. (5) penelitian tindakan kelas. (6) Pengembangan praktikum untuk program Pendidikan Profesi Guru.

Praktik yang baik hasil dari kemitraan ini akan didiseminasikan melalui konsorsium LPTK. Pada tahun kedua setidaknya ada lebih dari 30 LPTK yang mendapat manfaat Pelita Pendidikan, terutama untuk mening-katkan kualitas pembelajaran literasi, matematika, dan sains. (Abk/Anw)

LPTKMeningkatkan kualitas pendidikan guru pra dan dalam jabatan melalui program yang menekankan pada praktik. Perkuliahan menjadi model praktik yang baik bagi

mahasiswa calon guru dalam penerapan pembelajaran aktif dan budaya baca.

Sekolah lab dan mitra LPTK menjadi tempat praktik mengajar yang menerapkan pembelajaran aktif, budaya baca, dan manajemen berbasis sekolah.

KelasPembelajaran lebih menarik, relevan, dan efektif dengan fokus pada pembelajaran literasi, matematika, dan IPA (serta bahasa Inggris untuk SMP/MTs). Guru menerapkan pendekatan pembelajaran

aktif yang memfasilitasi keaktifan siswa dalam menyelesaikan tugas, memecahkan masalah, dan kegiatan kerja kooperatif dalam kelompok,

Siswa menunjukkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran di kelas.

SekolahMengembangkan kepemimpinan sekolah, serta manajemen sekolah yang lebih partisipatif, akuntabel, dan berfokus pada peningkatan mutu pembelajaran. Kepala sekolah menjadi pemimpin dalam pembelajaran

misalnya melalui supervisi (kunjungan kelas dan pendampingan)

Pada aspek manajemen sekolah, orang tua juga aktif dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan tidak semata pada kegiatan ekstrakurikuler.

Sekolah memiliki inisiatif menciptakan budaya baca.

Perubahan yang Diharapkan

Pelita Pendidikan akan memfokuskan pelaksanaan programnya yang akan berdampak secara langsung

pada perubahan di kelas, sekolah (SD/MI dan SMP/MTs), pemerintah daerah, serta lembaga

pendidikan tenaga kependidikan (LPTK). Berikut adalah gambaran perubahan yang diharapkan terjadi

sebagai dampak dari program Pelita Pendidikan.

Pemerintah Daerah Membangun kemampuan pemerintah untuk mendisemi-nasi dan mempertahankan program peningkatan mutu. Pengembangan dan penyebarluasan praktik baik dalam

pembelajaran, MBS, dan budaya baca dilaksanakan secara berkelanjutan.

Direktur Pendidikan Tinggi Islam Kemenag, Prof. Dr. Arskal Salim, M.Ag (ketiga dari kanan), menyampaikan dukungannya dalam program kemitraan Pelita Pendidikan dan LPTK.

Plt Bupati Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur, Edi Damansyah, M.Si “Kutai Kartanegara wilayah yang sangat besar dan masih membutuhkan dukungan dari pihak lain seperti Tanoto

Foundation. Proses percepatan peningkatan mutu pendidikan bisa

dilakukan sinergis dengan pemerintah.”

Komitmen Daerah Mitra

Asisten 1 Bidang Pemerintahan dan Kesra Wonogiri, Jawa Tengah, Edi Soetopo, M.Si

“Sesuai Slogan Pak Bupati, apapun yang dilakukan di Wonogiri harus ‘ruas tuntas’. Bila program Tanoto Foundation di awal

hanya piloting di 2 gugus, maka secara bertahap semua sekolah di Wonogiri

harus didorong melakukan yang sama.”

Kepala Dinas Pendidikan Batang Hari, Jambi, Dra. Jamilah “Saya sudah lama mengetahui Tanoto Foundation memiliki intervensi program peningkatan kualitas pendidikan. Saya

menyambut baik dan bersedia memfasilitasi kerja sama ini. Untuk saat ini

anggaran Pemerintah Daerah belum memadai kebutuhan pendidikan yang bersifat nonfisik, karena sulit dalam hal pembuktiannya. Saya sangat bersyukur Tanoto Foundation mau mendukung kami. Kedepan kita perlu sharing strategi peningkatan kualitas pendidikan.”

Page 4: EDISI 1 All - - Copyprogram Pelita Pendidikan memperluas dukungan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar di Indonesia. Dalam lima tahun ke depan (2018-2023) Tanoto Foundation akan

4 5Pelita Pendidikan: Edisi 1/Mei-Agustus 2018 Pelita Pendidikan: Edisi 1/Mei-Agustus 2018

Praktik Baik Pelita Pendidikan

Oleh Esra Palentina SamosirGuru Kelas VI SD Global Andalan Estete Cerenti, Riau

Pagi itu terlihat siswa kelas VI SD Global Andalan Estete Cerenti, secara berkelompok tengah sibuk mencari tumbuhan berciri khusus di hutan konservasi dekat sekolah. Sekolah kami yang berada di dalam area konsesi PT. Riau Andalan Pulp and Papers Estete Cerenti, sering memanfaatkan hutan tersebut sebagai sumber belajar.

Para siswa memerlukan waktu sekitar 10 menit untuk menuju lokasi pengamatan di dalam hutan. Mereka berhasil menemukan tumbuhan berciri khusus yang mulai langka, seperti Kantong Semar, Tali Putri, Rotan, dan

Anggrek Hutan. Setelah berhasil menemukan berbagai macam tumbuhan berciri khusus tersebut, siswa mengamati dan mencatat ciri-ciri khusus yang terdapat pada tumbuhan-tumbuhan itu, mulai dari tinggi tumbuhan, jenis daun, jenis akar, dan nama dari tumbuhan tersebut. Mereka mencatatkannya di buku catatan masing-masing. Guru mendampingi dan memperhatikan kegiatan siswa.

Setiap kelompok siswa juga ditugaskan untuk mengambil satu jenis tumbuhan dan menanam kembali dalam botol bekas air kemasan berukuran 1,5 liter yang sudah diberi lubang di bawahnya dan diberi tanah. Saya juga ikut membantu siswa mengambil tanaman tersebut untuk memastikan mereka

mengambilnya dengan benar agar bisa terus tumbuh. Setelah semua kelompok selesai menanam, siswa kembali ke kelas. Saya menyediakan kertas karton dan spidol sebagai media siswa untuk menuliskan laporan. Masing-masing kelompok menggambar tumbuhan yang mereka amati, lengkap dengan ciri-ciri khususnya pada kertas karton.

Setelah selesai, setiap kelompok diberi kesempatan mempresentasikan hasil pengamatannya. “Kami tadi menemukan Kantong Semar. Tinggi tumbuhan ini sekitar 15 centimeter. Ciri-ciri tumbuhan ini memiliki kantong seperti yang dimiliki oleh semar dan di dalamnya kami juga menemukan ada air. Tumbuhan ini memakan daging yang menggunakan kantongnya untuk menangkap binatang yang mau dimakannya,” kata Aditya dalam presentasinya mewakili kelompok 1.

Sementara Yustini, perwakilan kelompok 3 menemukan tumbuhan anggrek hutan. Ciri-ciri tumbuhan bunga anggrek hasil pengamatan mereka di antaranya mempunyai batang yang berbentuk beruas-ruas. Daunnya berbentuk oval dan memiliki tulang daun yang sama dengan bentuk daunnya yaitu memanjang. Tumbuhan ini memiliki bunga yang sangat indah. Tingginya tumbuhan yang mereka temukan sekitar 25 centimeter. ###

Mengamati Tumbuhan Berciri Khusus di Hutan Konservasi

Juara 1 Pembelajaran Sains Inspiratif pada Olimpiade Kuark 2018

Walaupun berada di perkampungan transmigrasi SP 2 yang dikelilingi perkebunan sawit, namun SDN 169/V Cinta Damai, Jambi, berhasil menyediakan pembelajaran aktif dan budaya baca untuk para siswanya. Berikut adalah inisiatif yang dilakukan Ibu Susmiati, sang kepala sekolah yang sukses membuat perubahan di sekolahnya.

Pertama, menemui Kepala Desa dan menyampaikan program-program sekolah yang memerlukan dukungan dari masyarakat. Kepala Desa mengajak perangkat desa dan masyarakat untuk berpartisipasi membantu pembangunan sekolah. Dampaknya, ada kegiatan rutin masyarakat bergotong royong membantu pembuatan pagar sekolah, merapikan dan menghijaukan halaman sekolah, serta orang tua yang membantu pembelajaran seperti mendongeng atau membacakan buku cerita.

Kedua, bekerja sama dengan puskesmas pembantu (Pustu) untuk membantu program usaha kesehatan sekolah (UKS) seperti Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dokter kecil yang juga dilibatkan sebagai tim pemantau perkembangan jentik nyamuk (Jumantik) di sekolah dan di lingkungan Desa Cinta Damai. Petugas Pustu juga diminta membantu berkomunikasi dengan penjual makanan di kantin sekolah agar tidak menjual makanan yang membahayakan kesehatan anak.

Walaupun berada di perkampungan transmigrasi SP 2 yang dikelilingi perkebunan sawit, namun SDN 169/V Cinta Damai, Jambi, berhasil menyediakan pembelajaran aktif dan budaya baca untuk para siswanya. Berikut adalah inisiatif yang dilakukan Ibu Susmiati, sang kepala sekolah yang sukses membuat perubahan di sekolahnya.

Pertama, menemui Kepala Desa dan menyampaikan program-program sekolah yang memerlukan dukungan dari masyarakat. Kepala Desa mengajak perangkat desa dan masyarakat untuk berpartisipasi membantu pembangunan sekolah. Dampaknya, ada kegiatan rutin masyarakat bergotong royong membantu pembuatan pagar sekolah, merapikan dan menghijaukan halaman sekolah, serta orang tua yang membantu pembelajaran seperti mendongeng atau membacakan buku cerita.

Kedua, bekerja sama dengan puskesmas pembantu (Pustu) untuk membantu program usaha kesehatan sekolah (UKS) seperti Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dokter kecil yang juga dilibatkan sebagai tim pemantau perkembangan jentik nyamuk (Jumantik) di sekolah dan di lingkungan Desa Cinta Damai. Petugas Pustu juga diminta membantu berkomunikasi dengan penjual makanan di kantin sekolah agar tidak menjual makanan yang membahayakan kesehatan anak.

Libatkan Masyarakat Tingkatkan Mutu Sekolah

Mengurai Cahaya Putih Menjadi PelangiOleh Rianti Guru Kelas V SD Swasta RGM Blok Songo, Kota Pinang, Sumatera Utara

Tepatnya Selasa, 20 Februari 2018 lalu saya mengajak siswa kelas V melakukan percobaan mengurai cahaya putih menjadi pelangi. Di awal pembelajaran, siswa saya beri kartu yang berisi nama kelompok dan mereka mencari kelompoknya masing-masing. Setelah siswa membentuk kelompok yang beranggotakan enam orang, saya menjelaskan bahwa siswa akan mempelajari tentang materi sifat cahaya dapat diuraikan menjadi tujuh warna pelangi melalui kegiatan percobaan.

Alat dan bahan yang diberikan ke siswa berupa cermin datar, baskom untuk tempat air, dan kertas karton putih. Guru membimbing siswa menuju halaman sekolah yang terkena paparan sinar matahari langsung. Sebelum percobaan dimulai guru mengajak siswa bernyanyi lagu pelangi untuk memberi tambahan semangat bagi siswa.

Selanjutnya setiap kelompok diminta untuk mengisi air ke dalam baskom yang telah tersedia. Guru memandu para siswa untuk memulai kegiatan percobaan dengan mendengarkan instruksinya. “Masukkan cermin ke dalam baskom air dengan posisi anggota kelompok menghadap ke arah datangnya cahaya matahari. Llihat penguraian cahaya menjadi pelangi dari pantulan cermin ke arah kertas putih di hadapan kalian,” kata guru memberi instruksi.

Kelompok yang telah melakukan percobaan kemudian diminta mengamati penguraian pemantulan cahaya menjadi pelangi dan mencatat warna pelangi yang didapatnya. Guru tampak mendamping setiap kelompok dan membantu siswa

dalam melaksanakan percobaan. Beberapa kelompok tampak sudah siswa bisa menemukan warna-warna yang tersusun di dalam pelangi. Kelompok yang tampak masih kesulitan dibimbing oleh guru.

Setelah semua kelompok selesai melakukan percobaan, guru meminta siswa mendengarkan penjelasannya. “Ya bagus anak-anak. Kalian sudah melakukan percobaan proses terjadinya pelangi. Kalau di alam pelangi terjadi karena pembiasan cahaya. Jadi cahaya matahari yang melewati tetes hujan akan dibiaskan melewatinya. Nah, proses pembiasan ini yang memisahkan cahaya putih menjadi warna spektrum seperti warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu atau diberi singkatan mejikuhibiniu. Kemudian warna-warna itu memantul di belakang tetes hujan, yang akibatnya cahaya tampak melengkung menjadi pelangi,” kata guru memberi penguatan tentang proses terjadinya pelangi.

Selanjutnya semua siswa kembali ke kelas. Lalu setiap kelompok ditugaskan untuk membuat laporan hasil percobaan yang dilakukan. Setelah selesai membuat laporan percobaan, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil percobaannya.

“Proses terjadinya pelangi yaitu sinar matahari yang masuk ke air dipantulkan oleh cermin ke kertas putih sehingga cahaya yang dipantulkan membentuk warna pelangi. Warna yang kami lihat yaitu ada merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu,” demikian presentasi salah satu perwakilan kelompok. Kelompok lainnya juga diberi kesempatan untuk berpresentasi. Hasilnya tidak jauh berbeda dengan hasil kelompok pertama.

Dari laporan dan presentasi siswa, tampak siswa mampu memahami proses penguraian cahaya putih menjadi tujuh warna pelangi. Mereka juga mengaku senang dengan pembelajaran IPA dengan praktik langsung.

Sebelum mengikuti pelatihan Pelita Pendidikan Tanoto Foundation, saya mengajar hanya lebih banyak menjelaskan kemudian memberi latihan soal dan menilai hasil ujian siswa, sudah selesai. Setelah didampingi oleh Fasilitator Tanoto Foundation saya memiliki banyak model dan metode pembelajaran yang menyenangkan untuk siswa sehingga membuat mereka lebih mudah memahami materi yang diajarkan. ###

Ketiga, bekerja sama dengan perpustakaan desa untuk secara berkala meminjamkan buku bacaan untuk menambah koleksi buku-buku bacaan di sudut baca kelas. Banyaknya buku-buku bacaan yang menarik di sudut kelas membuat siswa senang membaca. Inisiatif tersebut membuat sekolah ini mendapat hibah pembangunan perpustakaan dari Tanoto Foundation.

Keempat, menyediakan kebutuhan ATK pembelajaran agar guru dapat melaksanakan pembelajaran aktif. Guru kelas IV dan guru Kelas VI yang berhasil menerapkan pembelajaran aktif, dimanfaatkan untuk menjadi contoh bagi guru lainnya. Siswa kelas lainnya juga diminta melihat kondisi kelas kedua guru tersebut untuk memotivasi gurunya mau menyeting kelasnya seperti kedua kelas tersebut.

(Anw/Jud)

Ketiga, bekerja sama dengan perpustakaan desa untuk secara berkala meminjamkan buku bacaan untuk menambah koleksi buku-buku bacaan di sudut baca kelas. Banyaknya buku-buku bacaan yang menarik di sudut kelas membuat siswa senang membaca. Inisiatif tersebut membuat sekolah ini mendapat hibah pembangunan perpustakaan dari Tanoto Foundation.

Keempat, menyediakan kebutuhan ATK pembelajaran agar guru dapat melaksanakan pembelajaran aktif. Guru kelas IV dan guru Kelas VI yang berhasil menerapkan pembelajaran aktif, dimanfaatkan untuk menjadi contoh bagi guru lainnya. Siswa kelas lainnya juga diminta melihat kondisi kelas kedua guru tersebut untuk memotivasi gurunya mau menyeting kelasnya seperti kedua kelas tersebut.

(Anw/Jud)

Suasana pembelajaran di kelas IV SDN 169/V Cinta Damai, siswa difasilitasi untuk belajar di kelompok kecil, hasil karya siswa di pajang, dan ada sudut baca di dalam kelas. Inzet: Ibu Susmiati, sang kepala sekolah yang melibatkan masyarakat untuk meningkatkan kualitas sekolahnya.

Para siswa antusias melakukan percobaan mengurai cahaya putih menjadi pelangi. Guru tampak mendampingi siswa yang sedang melakukan percobaan di kelompok kecil.

Siswa tampak senang saat melakukan pengamatan di hutan konservasi dekat sekolah. Mereka juga mempresentasikan hasil pengamatannya di kelas.

Page 5: EDISI 1 All - - Copyprogram Pelita Pendidikan memperluas dukungan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar di Indonesia. Dalam lima tahun ke depan (2018-2023) Tanoto Foundation akan

4 5Pelita Pendidikan: Edisi 1/Mei-Agustus 2018 Pelita Pendidikan: Edisi 1/Mei-Agustus 2018

Praktik Baik Pelita Pendidikan

Oleh Esra Palentina SamosirGuru Kelas VI SD Global Andalan Estete Cerenti, Riau

Pagi itu terlihat siswa kelas VI SD Global Andalan Estete Cerenti, secara berkelompok tengah sibuk mencari tumbuhan berciri khusus di hutan konservasi dekat sekolah. Sekolah kami yang berada di dalam area konsesi PT. Riau Andalan Pulp and Papers Estete Cerenti, sering memanfaatkan hutan tersebut sebagai sumber belajar.

Para siswa memerlukan waktu sekitar 10 menit untuk menuju lokasi pengamatan di dalam hutan. Mereka berhasil menemukan tumbuhan berciri khusus yang mulai langka, seperti Kantong Semar, Tali Putri, Rotan, dan

Anggrek Hutan. Setelah berhasil menemukan berbagai macam tumbuhan berciri khusus tersebut, siswa mengamati dan mencatat ciri-ciri khusus yang terdapat pada tumbuhan-tumbuhan itu, mulai dari tinggi tumbuhan, jenis daun, jenis akar, dan nama dari tumbuhan tersebut. Mereka mencatatkannya di buku catatan masing-masing. Guru mendampingi dan memperhatikan kegiatan siswa.

Setiap kelompok siswa juga ditugaskan untuk mengambil satu jenis tumbuhan dan menanam kembali dalam botol bekas air kemasan berukuran 1,5 liter yang sudah diberi lubang di bawahnya dan diberi tanah. Saya juga ikut membantu siswa mengambil tanaman tersebut untuk memastikan mereka

mengambilnya dengan benar agar bisa terus tumbuh. Setelah semua kelompok selesai menanam, siswa kembali ke kelas. Saya menyediakan kertas karton dan spidol sebagai media siswa untuk menuliskan laporan. Masing-masing kelompok menggambar tumbuhan yang mereka amati, lengkap dengan ciri-ciri khususnya pada kertas karton.

Setelah selesai, setiap kelompok diberi kesempatan mempresentasikan hasil pengamatannya. “Kami tadi menemukan Kantong Semar. Tinggi tumbuhan ini sekitar 15 centimeter. Ciri-ciri tumbuhan ini memiliki kantong seperti yang dimiliki oleh semar dan di dalamnya kami juga menemukan ada air. Tumbuhan ini memakan daging yang menggunakan kantongnya untuk menangkap binatang yang mau dimakannya,” kata Aditya dalam presentasinya mewakili kelompok 1.

Sementara Yustini, perwakilan kelompok 3 menemukan tumbuhan anggrek hutan. Ciri-ciri tumbuhan bunga anggrek hasil pengamatan mereka di antaranya mempunyai batang yang berbentuk beruas-ruas. Daunnya berbentuk oval dan memiliki tulang daun yang sama dengan bentuk daunnya yaitu memanjang. Tumbuhan ini memiliki bunga yang sangat indah. Tingginya tumbuhan yang mereka temukan sekitar 25 centimeter. ###

Mengamati Tumbuhan Berciri Khusus di Hutan Konservasi

Juara 1 Pembelajaran Sains Inspiratif pada Olimpiade Kuark 2018

Walaupun berada di perkampungan transmigrasi SP 2 yang dikelilingi perkebunan sawit, namun SDN 169/V Cinta Damai, Jambi, berhasil menyediakan pembelajaran aktif dan budaya baca untuk para siswanya. Berikut adalah inisiatif yang dilakukan Ibu Susmiati, sang kepala sekolah yang sukses membuat perubahan di sekolahnya.

Pertama, menemui Kepala Desa dan menyampaikan program-program sekolah yang memerlukan dukungan dari masyarakat. Kepala Desa mengajak perangkat desa dan masyarakat untuk berpartisipasi membantu pembangunan sekolah. Dampaknya, ada kegiatan rutin masyarakat bergotong royong membantu pembuatan pagar sekolah, merapikan dan menghijaukan halaman sekolah, serta orang tua yang membantu pembelajaran seperti mendongeng atau membacakan buku cerita.

Kedua, bekerja sama dengan puskesmas pembantu (Pustu) untuk membantu program usaha kesehatan sekolah (UKS) seperti Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dokter kecil yang juga dilibatkan sebagai tim pemantau perkembangan jentik nyamuk (Jumantik) di sekolah dan di lingkungan Desa Cinta Damai. Petugas Pustu juga diminta membantu berkomunikasi dengan penjual makanan di kantin sekolah agar tidak menjual makanan yang membahayakan kesehatan anak.

Walaupun berada di perkampungan transmigrasi SP 2 yang dikelilingi perkebunan sawit, namun SDN 169/V Cinta Damai, Jambi, berhasil menyediakan pembelajaran aktif dan budaya baca untuk para siswanya. Berikut adalah inisiatif yang dilakukan Ibu Susmiati, sang kepala sekolah yang sukses membuat perubahan di sekolahnya.

Pertama, menemui Kepala Desa dan menyampaikan program-program sekolah yang memerlukan dukungan dari masyarakat. Kepala Desa mengajak perangkat desa dan masyarakat untuk berpartisipasi membantu pembangunan sekolah. Dampaknya, ada kegiatan rutin masyarakat bergotong royong membantu pembuatan pagar sekolah, merapikan dan menghijaukan halaman sekolah, serta orang tua yang membantu pembelajaran seperti mendongeng atau membacakan buku cerita.

Kedua, bekerja sama dengan puskesmas pembantu (Pustu) untuk membantu program usaha kesehatan sekolah (UKS) seperti Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dokter kecil yang juga dilibatkan sebagai tim pemantau perkembangan jentik nyamuk (Jumantik) di sekolah dan di lingkungan Desa Cinta Damai. Petugas Pustu juga diminta membantu berkomunikasi dengan penjual makanan di kantin sekolah agar tidak menjual makanan yang membahayakan kesehatan anak.

Libatkan Masyarakat Tingkatkan Mutu Sekolah

Mengurai Cahaya Putih Menjadi PelangiOleh Rianti Guru Kelas V SD Swasta RGM Blok Songo, Kota Pinang, Sumatera Utara

Tepatnya Selasa, 20 Februari 2018 lalu saya mengajak siswa kelas V melakukan percobaan mengurai cahaya putih menjadi pelangi. Di awal pembelajaran, siswa saya beri kartu yang berisi nama kelompok dan mereka mencari kelompoknya masing-masing. Setelah siswa membentuk kelompok yang beranggotakan enam orang, saya menjelaskan bahwa siswa akan mempelajari tentang materi sifat cahaya dapat diuraikan menjadi tujuh warna pelangi melalui kegiatan percobaan.

Alat dan bahan yang diberikan ke siswa berupa cermin datar, baskom untuk tempat air, dan kertas karton putih. Guru membimbing siswa menuju halaman sekolah yang terkena paparan sinar matahari langsung. Sebelum percobaan dimulai guru mengajak siswa bernyanyi lagu pelangi untuk memberi tambahan semangat bagi siswa.

Selanjutnya setiap kelompok diminta untuk mengisi air ke dalam baskom yang telah tersedia. Guru memandu para siswa untuk memulai kegiatan percobaan dengan mendengarkan instruksinya. “Masukkan cermin ke dalam baskom air dengan posisi anggota kelompok menghadap ke arah datangnya cahaya matahari. Llihat penguraian cahaya menjadi pelangi dari pantulan cermin ke arah kertas putih di hadapan kalian,” kata guru memberi instruksi.

Kelompok yang telah melakukan percobaan kemudian diminta mengamati penguraian pemantulan cahaya menjadi pelangi dan mencatat warna pelangi yang didapatnya. Guru tampak mendamping setiap kelompok dan membantu siswa

dalam melaksanakan percobaan. Beberapa kelompok tampak sudah siswa bisa menemukan warna-warna yang tersusun di dalam pelangi. Kelompok yang tampak masih kesulitan dibimbing oleh guru.

Setelah semua kelompok selesai melakukan percobaan, guru meminta siswa mendengarkan penjelasannya. “Ya bagus anak-anak. Kalian sudah melakukan percobaan proses terjadinya pelangi. Kalau di alam pelangi terjadi karena pembiasan cahaya. Jadi cahaya matahari yang melewati tetes hujan akan dibiaskan melewatinya. Nah, proses pembiasan ini yang memisahkan cahaya putih menjadi warna spektrum seperti warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu atau diberi singkatan mejikuhibiniu. Kemudian warna-warna itu memantul di belakang tetes hujan, yang akibatnya cahaya tampak melengkung menjadi pelangi,” kata guru memberi penguatan tentang proses terjadinya pelangi.

Selanjutnya semua siswa kembali ke kelas. Lalu setiap kelompok ditugaskan untuk membuat laporan hasil percobaan yang dilakukan. Setelah selesai membuat laporan percobaan, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil percobaannya.

“Proses terjadinya pelangi yaitu sinar matahari yang masuk ke air dipantulkan oleh cermin ke kertas putih sehingga cahaya yang dipantulkan membentuk warna pelangi. Warna yang kami lihat yaitu ada merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu,” demikian presentasi salah satu perwakilan kelompok. Kelompok lainnya juga diberi kesempatan untuk berpresentasi. Hasilnya tidak jauh berbeda dengan hasil kelompok pertama.

Dari laporan dan presentasi siswa, tampak siswa mampu memahami proses penguraian cahaya putih menjadi tujuh warna pelangi. Mereka juga mengaku senang dengan pembelajaran IPA dengan praktik langsung.

Sebelum mengikuti pelatihan Pelita Pendidikan Tanoto Foundation, saya mengajar hanya lebih banyak menjelaskan kemudian memberi latihan soal dan menilai hasil ujian siswa, sudah selesai. Setelah didampingi oleh Fasilitator Tanoto Foundation saya memiliki banyak model dan metode pembelajaran yang menyenangkan untuk siswa sehingga membuat mereka lebih mudah memahami materi yang diajarkan. ###

Ketiga, bekerja sama dengan perpustakaan desa untuk secara berkala meminjamkan buku bacaan untuk menambah koleksi buku-buku bacaan di sudut baca kelas. Banyaknya buku-buku bacaan yang menarik di sudut kelas membuat siswa senang membaca. Inisiatif tersebut membuat sekolah ini mendapat hibah pembangunan perpustakaan dari Tanoto Foundation.

Keempat, menyediakan kebutuhan ATK pembelajaran agar guru dapat melaksanakan pembelajaran aktif. Guru kelas IV dan guru Kelas VI yang berhasil menerapkan pembelajaran aktif, dimanfaatkan untuk menjadi contoh bagi guru lainnya. Siswa kelas lainnya juga diminta melihat kondisi kelas kedua guru tersebut untuk memotivasi gurunya mau menyeting kelasnya seperti kedua kelas tersebut.

(Anw/Jud)

Ketiga, bekerja sama dengan perpustakaan desa untuk secara berkala meminjamkan buku bacaan untuk menambah koleksi buku-buku bacaan di sudut baca kelas. Banyaknya buku-buku bacaan yang menarik di sudut kelas membuat siswa senang membaca. Inisiatif tersebut membuat sekolah ini mendapat hibah pembangunan perpustakaan dari Tanoto Foundation.

Keempat, menyediakan kebutuhan ATK pembelajaran agar guru dapat melaksanakan pembelajaran aktif. Guru kelas IV dan guru Kelas VI yang berhasil menerapkan pembelajaran aktif, dimanfaatkan untuk menjadi contoh bagi guru lainnya. Siswa kelas lainnya juga diminta melihat kondisi kelas kedua guru tersebut untuk memotivasi gurunya mau menyeting kelasnya seperti kedua kelas tersebut.

(Anw/Jud)

Suasana pembelajaran di kelas IV SDN 169/V Cinta Damai, siswa difasilitasi untuk belajar di kelompok kecil, hasil karya siswa di pajang, dan ada sudut baca di dalam kelas. Inzet: Ibu Susmiati, sang kepala sekolah yang melibatkan masyarakat untuk meningkatkan kualitas sekolahnya.

Para siswa antusias melakukan percobaan mengurai cahaya putih menjadi pelangi. Guru tampak mendampingi siswa yang sedang melakukan percobaan di kelompok kecil.

Siswa tampak senang saat melakukan pengamatan di hutan konservasi dekat sekolah. Mereka juga mempresentasikan hasil pengamatannya di kelas.

Page 6: EDISI 1 All - - Copyprogram Pelita Pendidikan memperluas dukungan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar di Indonesia. Dalam lima tahun ke depan (2018-2023) Tanoto Foundation akan

6 7Pelita Pendidikan: Edisi 1/Mei-Agustus 2018 Pelita Pendidikan: Edisi 1/Mei-Agustus 2018

Praktik Baik Pelita Pendidikan

Siswa meniupkan udara ke dalam gelas yang berisi air dan kapur untuk menguji udara hasil pernafasan manusia.

Semarang, Jawa Tengah - Pagi itu (26/4/2018) siswa Kelas IV MIN Kota Semarang sedang belajar matematika dengan kompetensi dasar menentukan hubungan antara satuan dan atribut pengukuran termasuk luas dan keliling persegi panjang, mengembangkan, dan membuat berbagai pola numerik dan geometris dalam tema Indahnya Keragaman di Negeriku.“Kalian pada pertemuan lalu, ditugaskan membawa kertas bekas, kalender bekas, sampah plastik, dan daun kering secukupnya. Apa sudah dibawa?” tanya Pak Gunawi, guru yang mengajar. “Sudah, Pak!,” jawab siswa serentak.

Pak Gunawi memfasilitasi kegiatan apersepsi dengan mengingatkan siswa tentang bentuk bangun datar atau pola geometri, berbagai contoh bangun datar, contoh pola bangun geometri, dan konsep keliling serta luas. Ia kemudian membagikan lembar kerja (LK) kelompok untuk mengukur luas dan keliling, mengetahui pola lantai dan membuat pola baru dengan bentuk segitiga, persegi, dan persegi panjang. Kemudian ia menjelaskan cara dan langkah mengerjakannya.

Siswa kemudian secara berkelompok ke luar kelas mengukur ubin dan menentukan luas dan panjangnya. Melalui langkah itu siswa menemukan bahwa lantai di lingkungan kelas mereka disusun menggunakan pola persegi dan persegi panjang. Pola persegi ditemukan pada ubin, sedangkan pola persegi panjang ditemukan pada paving blok. Mereka pun lalu menentukan pola terdiri dari 4, 6 dan 8 ubin/paving yang membentuk persegi atau persegi panjang.

Setelah pola ditemukan, mereka menghitung luas dan kelilingnya. Masih dalam kelompok, Pak Gun mempersilakan siswanya untuk mengerjakan tugas selanjutnya yaitu mencari bentuk lain sesuai dengan kreativitas mereka. “Silakan kalian buat pola seperti pola ubin/paving, namun sekarang kalian coba gabungkan bentuk segitiga, persegi, dan persegi panjang sesuai dengan kreativitas kalian!”

Masing-masing kelompok saling berdiskusi, menyusun segitiga, persegi, dan persegi panjang dengan berbagai model. Beragam bentuk geometri disusun sehingga menutupi pola yang dibuat sebelumnya. Pak Gunawi tampak mendampingi siswanya yang mengalami kesulitan.

Setelah mendapatkan berbagai pola dari segitiga, persegi, dan persegi panjang, mereka menghitung luas dan keliling dari bangun yang mereka susun. Mereka kemudian mengambil kertas bekas, daun, dan plastik bekas kemasan makanan ringan yang telah mereka bawa sebelumnya. Bahan-bahan itu diukur dan dipotong sesuai bentuk pola yang mereka buat, lalu di susun semenarik mungkin. Ada yang selang-seling, ada yang warna-warni, ada pula yang dihiasai daun di tengahnya. Cara ini membuat pola yang mereka temukan menjadi kelihatan menarik. Kertas bekas, daun kering, dan plastik bekas tersebut berubah menjadi media yang tampil menarik di tangan mereka.

Berbagai kreativitas siswa muncul dalam pembelajaran ini. Terlihat dari banyaknya kombinasi pola yang mereka buat dan hasilkan. Usai membuat pola dan menempel, kemudian mereka membuat simpulan dan merapikan laporan. Di akhir kerja kelompok, mereka bergiliran mempresentasikan penemuan bentuk pola di depan kelas secara berpasangan.

“Kami menyusun pola menggunakan 6 buah persegi yang kami susun membentuk sebuah persegi panjang. Pada masing-masing persegi, terdiri dari 4 buah segitiga siku-siku, dan satu buah persegi yang lebih kecil. Setelah kami hitung, luas masing-masing segitiga siku-siku adalah 8 cm² (1/2 alas x tinggi) dan luas persegi yang kecil 34 cm². Keliling persegi besar adalah 32 cm (4 x panjang sisi = 4 x 8 cm). Sedangkan, keliling segitiga 14 cm dan keliling persegi 24 cm. Total ada 24 segitiga dan 6 buah persegi yang kecil,” papar Helmy Setyo Nugroho mewakili kelompoknya mempresentasikan.

“Kelompok kami membuat pola yang terdiri dari 6 buah persegi. Setiap persegi kami buat polanya dengan menggunakan segitiga sehingga setiap persegi terdiri dari 4 buah segitiga. Luas masing-masing segitiga yaitu (1/2 alas x tinggi = 1/2 x 6 cm x 6 cm) = 18 cm² dan keliling 22 cm. 20 cm (jumlah 3 sisi = 8 cm + 6 cm + 6 cm). Jumlah total segitiga ada 4 segitiga dalam 6 persegi yaitu 24 segitiga,” jelas Urghul mewakili kelompok 1.

Setelah mendapatkan tanggapan dari siswa lain, Pak Gunawi meminta hasil kerja tersebut ditempelkan di papan pajang untuk kunjung karya. Siswa secara bergantian mengunjungi hasil karya kelompok lain untuk belajar dan memberikan masukan kepada hasil kerja kelompok temannya. Selang beberapa menit setelah itu, Pak Gunawi memberikan soal secara individu untuk mengukur pemahaman siswa dalam menghitung dan mengukur bangun yang terdapat dalam gambar serta menghitung luas dan kelilingnya. Pengerjaan tugas individu tersebut selama 5 menit dan diakhiri dengan memberi penilaian secara bersama-sama. (Smd/Wd/Arz)

Membuat Pola Geometri dari Gabungan Segitiga-Persegi

Pangkalan Kerinci, Riau - Ibu Atik Endah Retnoningtiyas, guru IPA kelas VIII SMP Global Andalan mengajak siswanya untuk melakukan percobaan hasil ekskresi yang dikeluarkan sistem pernafasan manusia. Setelah memberikan siswa lembar kerja (LK) yang berisi panduan percobaan, setiap siswa mengambil alat dan bahan yang digunakan, seperti bubuk kapur tulis, gelas labu erlenmeyer, air, dan pipet. Sebelum melakukan percobaan, guru membacakan pertanyaan kunci dalam

Tanjab Barat, Jambi - “Lingkaran kecil… lingkaran besar…” Riuh terdengar suara siswa kelas I SDN 92/V Gemuruh di halaman sekolah. Rupanya, anak-anak tersebut tengah belajar penjumlahan dengan gurunya, Ibu Suprapti. Dalam pembelajaran ini, Ibu Suprapti mengajak siswa kelas I ke halaman sekolah untuk belajar penjumlahan dengan menggunakan media kartu angka secara berkelompok. “Saya mendapat ide pembelajaran ini dari pelatihan Pelita Pendidikan Tanoto Foundation,” katanya.

Bekal yang didapat Ibu Suprapti dari pelatihan tersebut, mampu melahirkan ide pembelajaran penjumlahan dengan suasana yang lebih hidup. Pertama, siswa diminta membentuk lingkaran dengan guru berdiri di tengah sebagai porosnya. Setelah itu, di dada siswa ditempelkan angka 1-10 yang telah ditulis pada kertas karton berukuran 6 x 6 cm. Setiap siswa mendapatkan satu angka yang berbeda. Kemudian guru menunjukkan satu angka di tangannya, dan siswa diminta untuk menemukan temannya yang memiliki angka ketika digabungkan maka jumlahnya sesuai dengan jumlah bilangan yang ditunjukkan guru.

“Ayo cari teman dengan jumlah bilangan 9,” kata Ibu Suprapti sambil menunjukkan kartu angka 9. Para siswa bergegas melihat angka yang tertempel di dada teman-temannya. Mereka berlari membentuk kelompok yang ketika dijumlahkan hasilnya menjadi 9. Hafis yang memiliki angka

4, tampak berlari pada temannya yang bernama Rijal yang memiliki angka 4. Jika dijumlahkan bilangan yang dimiliki Hafis dan Rija masih menghasilkan bilangan 8, maka keduanya berlari pada Tristan yang di dadanya tertempel angka 1. Ketika ketiganya digabungkan maka hasil keseluruhan berjumlah 9.

Ibu Suprapti mengakui bahwa belajar di luar kelas membuat para siswanya lebih bersemangat dalam belajar. Bukan hanya keseruan dan kegembiraan yang didapatkan, siswapun menjadi lebih memahami konsep penjumlahan. “Melalui kegiatan ini siswa yang kurang termotivasi berhitung menjadi

terpancing dan mau belajar lebih gigih,” tukasnya.

Ibu Suprapti adalah sosok guru yang kreatif. Di kelasnya juga tampak sudut media pembelajaran yang dia buat sendiri. Beberapa media juga berjejer di jendela kelas, seperti wayang binatang, dadu bilangan, kipas bidang datar, jam kelinci, kartu huruf, kartu angka, dan masih banyak lagi. Dia selalu menggunakan media pembelajaran untuk mengkonkretkan materi pembelajaran. “Dunia anak-anak di kelas awal adalah dunia bermain. Karena itu, saya berupaya mengembangkan media pembelajaran yang membuat anak termotivasi untuk belajar,” katanya. (Jud/Anw)

Ayo Cari Teman dan Temukan Jawabannya!

LK, “Apa yang akan terjadi dengan air kapur ini bila kita meniupkan udara ke dalamnya?” Para siswa tampak bersiap melakukan percobaan. Walaupun siswa dibentuk dalam kelompok kecil, tetapi guru memberi penugasan individu dalam kegiatan percobaan tersebut. Siswa secara bergantian memasukkan bubuk kapur sebanyak satu sendok ke dalam gelas dan mengisinya dengan air sebanyak 200 ml.

Kemudian di kelompok, siswa meniup air kapur dengan dua cara. Pertama, meniup di atas permukaan air kapur, dan kedua meniup di dalam air kapur tersebut. Dari dua kali percobaan tersebut, siswa menemukan kekeruhan air yang berbeda. Kemudian mereka ditugaskan untuk berdiskusi dengan teman sekelompoknya untuk membuat laporan percobaan.

“Ketika meniup di atas permukaan air kapur, hasilnya air tidak keruh karena karbondioksida hanya bereaksi dengan air. Saat meniup di dalam air kapur, hasilnya air kapur menjadi keruh. Kesimpulan kami dari percobaan tadi, pernafasan manusia menghasilkan karbondioksida yang bereaksi dengan kalsium hidroksida di air kapur dan menghasilkan kalsium karbonat senyawa yang menyebabkan air kapur menjadi keruh,” kata Oval Puan Maharani Silitonga, saat mempresentasikan laporan percobaannya. (Anw/Kur)

Praktik Baik Pelita Pendidikan

Menutup pembelajaran pak Gunawi berpesan, “Ragam pola geometri yang kalian temukan dari bentuk segitiga, persegi dan persegi panjang dapat diibaratkan dengan berbagai keragaman yang ada di negara kita. Baik dari suku bangsa, agama, ras, tempat ibadah, rumah adat, adat istiadat, dan sebagainya. Meskipun banyak sekali ragamnya namun tetap dalam satu bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karenanya kita harus menghormati dan menjaga toleransi untuk persatuan dan kesatuan bangsa.”

Uji Udara Hasil Pernafasan

Ibu Suprapti mengajak siswa kelas I belajar penjumlahan di luar kelas dengan media kartu angka. Dia menunjukkan beragam media pembelajaran yang dibuatnya sendiri.

Siswa di kelompok bekerjasama menemukan pola geometri dari gabungan segitiga-persegi, dan mempresentasikan hasil temuannya.

Page 7: EDISI 1 All - - Copyprogram Pelita Pendidikan memperluas dukungan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar di Indonesia. Dalam lima tahun ke depan (2018-2023) Tanoto Foundation akan

6 7Pelita Pendidikan: Edisi 1/Mei-Agustus 2018 Pelita Pendidikan: Edisi 1/Mei-Agustus 2018

Praktik Baik Pelita Pendidikan

Siswa meniupkan udara ke dalam gelas yang berisi air dan kapur untuk menguji udara hasil pernafasan manusia.

Semarang, Jawa Tengah - Pagi itu (26/4/2018) siswa Kelas IV MIN Kota Semarang sedang belajar matematika dengan kompetensi dasar menentukan hubungan antara satuan dan atribut pengukuran termasuk luas dan keliling persegi panjang, mengembangkan, dan membuat berbagai pola numerik dan geometris dalam tema Indahnya Keragaman di Negeriku.“Kalian pada pertemuan lalu, ditugaskan membawa kertas bekas, kalender bekas, sampah plastik, dan daun kering secukupnya. Apa sudah dibawa?” tanya Pak Gunawi, guru yang mengajar. “Sudah, Pak!,” jawab siswa serentak.

Pak Gunawi memfasilitasi kegiatan apersepsi dengan mengingatkan siswa tentang bentuk bangun datar atau pola geometri, berbagai contoh bangun datar, contoh pola bangun geometri, dan konsep keliling serta luas. Ia kemudian membagikan lembar kerja (LK) kelompok untuk mengukur luas dan keliling, mengetahui pola lantai dan membuat pola baru dengan bentuk segitiga, persegi, dan persegi panjang. Kemudian ia menjelaskan cara dan langkah mengerjakannya.

Siswa kemudian secara berkelompok ke luar kelas mengukur ubin dan menentukan luas dan panjangnya. Melalui langkah itu siswa menemukan bahwa lantai di lingkungan kelas mereka disusun menggunakan pola persegi dan persegi panjang. Pola persegi ditemukan pada ubin, sedangkan pola persegi panjang ditemukan pada paving blok. Mereka pun lalu menentukan pola terdiri dari 4, 6 dan 8 ubin/paving yang membentuk persegi atau persegi panjang.

Setelah pola ditemukan, mereka menghitung luas dan kelilingnya. Masih dalam kelompok, Pak Gun mempersilakan siswanya untuk mengerjakan tugas selanjutnya yaitu mencari bentuk lain sesuai dengan kreativitas mereka. “Silakan kalian buat pola seperti pola ubin/paving, namun sekarang kalian coba gabungkan bentuk segitiga, persegi, dan persegi panjang sesuai dengan kreativitas kalian!”

Masing-masing kelompok saling berdiskusi, menyusun segitiga, persegi, dan persegi panjang dengan berbagai model. Beragam bentuk geometri disusun sehingga menutupi pola yang dibuat sebelumnya. Pak Gunawi tampak mendampingi siswanya yang mengalami kesulitan.

Setelah mendapatkan berbagai pola dari segitiga, persegi, dan persegi panjang, mereka menghitung luas dan keliling dari bangun yang mereka susun. Mereka kemudian mengambil kertas bekas, daun, dan plastik bekas kemasan makanan ringan yang telah mereka bawa sebelumnya. Bahan-bahan itu diukur dan dipotong sesuai bentuk pola yang mereka buat, lalu di susun semenarik mungkin. Ada yang selang-seling, ada yang warna-warni, ada pula yang dihiasai daun di tengahnya. Cara ini membuat pola yang mereka temukan menjadi kelihatan menarik. Kertas bekas, daun kering, dan plastik bekas tersebut berubah menjadi media yang tampil menarik di tangan mereka.

Berbagai kreativitas siswa muncul dalam pembelajaran ini. Terlihat dari banyaknya kombinasi pola yang mereka buat dan hasilkan. Usai membuat pola dan menempel, kemudian mereka membuat simpulan dan merapikan laporan. Di akhir kerja kelompok, mereka bergiliran mempresentasikan penemuan bentuk pola di depan kelas secara berpasangan.

“Kami menyusun pola menggunakan 6 buah persegi yang kami susun membentuk sebuah persegi panjang. Pada masing-masing persegi, terdiri dari 4 buah segitiga siku-siku, dan satu buah persegi yang lebih kecil. Setelah kami hitung, luas masing-masing segitiga siku-siku adalah 8 cm² (1/2 alas x tinggi) dan luas persegi yang kecil 34 cm². Keliling persegi besar adalah 32 cm (4 x panjang sisi = 4 x 8 cm). Sedangkan, keliling segitiga 14 cm dan keliling persegi 24 cm. Total ada 24 segitiga dan 6 buah persegi yang kecil,” papar Helmy Setyo Nugroho mewakili kelompoknya mempresentasikan.

“Kelompok kami membuat pola yang terdiri dari 6 buah persegi. Setiap persegi kami buat polanya dengan menggunakan segitiga sehingga setiap persegi terdiri dari 4 buah segitiga. Luas masing-masing segitiga yaitu (1/2 alas x tinggi = 1/2 x 6 cm x 6 cm) = 18 cm² dan keliling 22 cm. 20 cm (jumlah 3 sisi = 8 cm + 6 cm + 6 cm). Jumlah total segitiga ada 4 segitiga dalam 6 persegi yaitu 24 segitiga,” jelas Urghul mewakili kelompok 1.

Setelah mendapatkan tanggapan dari siswa lain, Pak Gunawi meminta hasil kerja tersebut ditempelkan di papan pajang untuk kunjung karya. Siswa secara bergantian mengunjungi hasil karya kelompok lain untuk belajar dan memberikan masukan kepada hasil kerja kelompok temannya. Selang beberapa menit setelah itu, Pak Gunawi memberikan soal secara individu untuk mengukur pemahaman siswa dalam menghitung dan mengukur bangun yang terdapat dalam gambar serta menghitung luas dan kelilingnya. Pengerjaan tugas individu tersebut selama 5 menit dan diakhiri dengan memberi penilaian secara bersama-sama. (Smd/Wd/Arz)

Membuat Pola Geometri dari Gabungan Segitiga-Persegi

Pangkalan Kerinci, Riau - Ibu Atik Endah Retnoningtiyas, guru IPA kelas VIII SMP Global Andalan mengajak siswanya untuk melakukan percobaan hasil ekskresi yang dikeluarkan sistem pernafasan manusia. Setelah memberikan siswa lembar kerja (LK) yang berisi panduan percobaan, setiap siswa mengambil alat dan bahan yang digunakan, seperti bubuk kapur tulis, gelas labu erlenmeyer, air, dan pipet. Sebelum melakukan percobaan, guru membacakan pertanyaan kunci dalam

Tanjab Barat, Jambi - “Lingkaran kecil… lingkaran besar…” Riuh terdengar suara siswa kelas I SDN 92/V Gemuruh di halaman sekolah. Rupanya, anak-anak tersebut tengah belajar penjumlahan dengan gurunya, Ibu Suprapti. Dalam pembelajaran ini, Ibu Suprapti mengajak siswa kelas I ke halaman sekolah untuk belajar penjumlahan dengan menggunakan media kartu angka secara berkelompok. “Saya mendapat ide pembelajaran ini dari pelatihan Pelita Pendidikan Tanoto Foundation,” katanya.

Bekal yang didapat Ibu Suprapti dari pelatihan tersebut, mampu melahirkan ide pembelajaran penjumlahan dengan suasana yang lebih hidup. Pertama, siswa diminta membentuk lingkaran dengan guru berdiri di tengah sebagai porosnya. Setelah itu, di dada siswa ditempelkan angka 1-10 yang telah ditulis pada kertas karton berukuran 6 x 6 cm. Setiap siswa mendapatkan satu angka yang berbeda. Kemudian guru menunjukkan satu angka di tangannya, dan siswa diminta untuk menemukan temannya yang memiliki angka ketika digabungkan maka jumlahnya sesuai dengan jumlah bilangan yang ditunjukkan guru.

“Ayo cari teman dengan jumlah bilangan 9,” kata Ibu Suprapti sambil menunjukkan kartu angka 9. Para siswa bergegas melihat angka yang tertempel di dada teman-temannya. Mereka berlari membentuk kelompok yang ketika dijumlahkan hasilnya menjadi 9. Hafis yang memiliki angka

4, tampak berlari pada temannya yang bernama Rijal yang memiliki angka 4. Jika dijumlahkan bilangan yang dimiliki Hafis dan Rija masih menghasilkan bilangan 8, maka keduanya berlari pada Tristan yang di dadanya tertempel angka 1. Ketika ketiganya digabungkan maka hasil keseluruhan berjumlah 9.

Ibu Suprapti mengakui bahwa belajar di luar kelas membuat para siswanya lebih bersemangat dalam belajar. Bukan hanya keseruan dan kegembiraan yang didapatkan, siswapun menjadi lebih memahami konsep penjumlahan. “Melalui kegiatan ini siswa yang kurang termotivasi berhitung menjadi

terpancing dan mau belajar lebih gigih,” tukasnya.

Ibu Suprapti adalah sosok guru yang kreatif. Di kelasnya juga tampak sudut media pembelajaran yang dia buat sendiri. Beberapa media juga berjejer di jendela kelas, seperti wayang binatang, dadu bilangan, kipas bidang datar, jam kelinci, kartu huruf, kartu angka, dan masih banyak lagi. Dia selalu menggunakan media pembelajaran untuk mengkonkretkan materi pembelajaran. “Dunia anak-anak di kelas awal adalah dunia bermain. Karena itu, saya berupaya mengembangkan media pembelajaran yang membuat anak termotivasi untuk belajar,” katanya. (Jud/Anw)

Ayo Cari Teman dan Temukan Jawabannya!

LK, “Apa yang akan terjadi dengan air kapur ini bila kita meniupkan udara ke dalamnya?” Para siswa tampak bersiap melakukan percobaan. Walaupun siswa dibentuk dalam kelompok kecil, tetapi guru memberi penugasan individu dalam kegiatan percobaan tersebut. Siswa secara bergantian memasukkan bubuk kapur sebanyak satu sendok ke dalam gelas dan mengisinya dengan air sebanyak 200 ml.

Kemudian di kelompok, siswa meniup air kapur dengan dua cara. Pertama, meniup di atas permukaan air kapur, dan kedua meniup di dalam air kapur tersebut. Dari dua kali percobaan tersebut, siswa menemukan kekeruhan air yang berbeda. Kemudian mereka ditugaskan untuk berdiskusi dengan teman sekelompoknya untuk membuat laporan percobaan.

“Ketika meniup di atas permukaan air kapur, hasilnya air tidak keruh karena karbondioksida hanya bereaksi dengan air. Saat meniup di dalam air kapur, hasilnya air kapur menjadi keruh. Kesimpulan kami dari percobaan tadi, pernafasan manusia menghasilkan karbondioksida yang bereaksi dengan kalsium hidroksida di air kapur dan menghasilkan kalsium karbonat senyawa yang menyebabkan air kapur menjadi keruh,” kata Oval Puan Maharani Silitonga, saat mempresentasikan laporan percobaannya. (Anw/Kur)

Praktik Baik Pelita Pendidikan

Menutup pembelajaran pak Gunawi berpesan, “Ragam pola geometri yang kalian temukan dari bentuk segitiga, persegi dan persegi panjang dapat diibaratkan dengan berbagai keragaman yang ada di negara kita. Baik dari suku bangsa, agama, ras, tempat ibadah, rumah adat, adat istiadat, dan sebagainya. Meskipun banyak sekali ragamnya namun tetap dalam satu bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karenanya kita harus menghormati dan menjaga toleransi untuk persatuan dan kesatuan bangsa.”

Uji Udara Hasil Pernafasan

Ibu Suprapti mengajak siswa kelas I belajar penjumlahan di luar kelas dengan media kartu angka. Dia menunjukkan beragam media pembelajaran yang dibuatnya sendiri.

Siswa di kelompok bekerjasama menemukan pola geometri dari gabungan segitiga-persegi, dan mempresentasikan hasil temuannya.

Page 8: EDISI 1 All - - Copyprogram Pelita Pendidikan memperluas dukungan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar di Indonesia. Dalam lima tahun ke depan (2018-2023) Tanoto Foundation akan

Newsletter PELITA PENDIDIKAN diterbitkan oleh TANOTO FOUNDATION sebagai media penyebarluasan informasi dan praktik yang baik dalam bidang pendidikan. Kunjungi website kami: www.tanotofoundation/pelitapendidikan. Manfaatkan berbagai praktik pendidikan yang baik, seperti ide dan pengalaman pembelajaran, manajemen sekolah, budaya baca, perkuliahan untuk calon guru, video praktik yang baik, dan diskusi online forum peningkatan kualitas sekolah. Alamat Redaksi: Jl. M.H Thamrin No. 31 Jakarta 10230. Telp: +6221 392 3189 Faks: +6221 392 3324. Artikel berupa pengalaman praktik yang baik dalam bidang pendidikan dapat dikirimkan melalui email: [email protected] .

Riau

Sumatera Utara Kalimantan

Timur

Jawa Tengah

5

1

2

Jambi

Riau

4

3

MitraProgramPelitaPendidikanTahunI

Galeri

1 2 3

4 5 6

Tanoto Foundation adalah organisasi filantropi keluarga yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto yang berfokus pada sektor pendidikan. Beberapa program yang telah dilaksanakan sejak tahun 1981 yaitu yaitu pendirian sekolah di pedesaan untuk meningkatkan akses terhadap pendidikan, pemberian beasiswa sebagai dukungan terhadap pengembangan pemimpin masa depan Indonesia, pengembangan pendidikan anak usia dini, serta peningkatan mutu pendidikan dasar yang bekerjasama dengan Kemendikbud, Kemenag, dan Kemenristekdikti.

3

Provinsi Calon Kab/Kota Mitra

Sumatera Utara

Batubara Pematang Siantar

Karo

Universitas Negeri MedanUIN Sumatra Utara

RiauSiak

DumaiBengkalis Pekanbaru

Universitas RiauUIN Sultan Syarif Kasim Riau

Jawa Tengah

WonogiriKendal

Universitas Sebelas MaretUIN Walisongo

KalimantanTimur

Balikpapan Kutai Kertanegara

Universitas MulawarmanIAIN Samarinda

JambiUniversitas Jambi

UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Tanjung Jabung TimurBatang Hari

Tanjung Jabung Barat

Calon LPTK Mitra

Menjalin Kemitraan: Mengawali pelaksanaan program, tim Pelita Pendidikan beraudiensi dengan para pemangku kepentingan di tingkat nasional dan daerah. Pada pertemuan tersebut tim Pelita Pendidikan menjelaskan pelaksanaan program dan menjalin kemitraan untuk lima tahun ke depan. Berikut adalah beberapa dokumentasinya: (1) Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti, Prof. Intan Ahmad, P.hD (tengah). (2) Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud, Hamid Muhammad, P.hD (tengah). (3) Dirjen Pendidikan Islam Kemenag, Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, MA (kedua dari kanan). (4) Rektor Universitas Sebelas Maret, Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS (keempat dari kanan). (5) Plt Bupati Siak, Riau, Drs. Alfedri, M.Si (tengah) dan (6) Rektor UIN Sumatra Utara, Prof. Dr. Saidurrahman, M.Ag (duduk di tengah).

ISSN 2622-0539

9 772622 053016