Edisi 02 (21 Maret - 3 April 2011) Jejak Awal

download Edisi 02 (21 Maret - 3 April 2011) Jejak Awal

of 3

Transcript of Edisi 02 (21 Maret - 3 April 2011) Jejak Awal

  • 7/25/2019 Edisi 02 (21 Maret - 3 April 2011) Jejak Awal

    1/3

    FOKUS

    Kebenaran Tiada AkhirLANGKAH AWAL

    Edisi 2 Tahun 201121 Maret - 3 April

    PTN Bertarif TinggiKAMPUS SALAH ALAMAT

    BUAT RAKYAT MISKIN

    OPINI

    NaiknaikSPP naik tinggi tinggi sekali

    Kiri kanan kulihat saja banyak rakyat sengsara

    Kiri kanan kulihat saja banyak rakyat melarat

    Sebuah nyanyian yang 3 tahun lalu dibawakan oleh kawan-kawan mahasiswa ITS pada waktu aksi memprotes kenaikan SPPdari Rp 750.000 per semester menjadi Rp 1.000.000 per semes-ter. Lagu itu menjadi saksi kekuatan birokrasi ITS dalam menaik-kan nilai SPP mahasiswa baru angkatan 2004. Sungguh kian ma-hal biaya kuliah di kampus negeri yang satu ini dan semakin takterjangkau oleh mereka yang hanya punya modal citacita dankecerdasan, tanpa punya biaya.

    Dengan alasan bahwa anggaran pendidikan di kampus teknikmemerlukan biaya lebih besar daripada universitas: biaya ma-

    hal untuk kebutuhan laboratorium, maintenance alat-alat dilaboratorium, sarana pnunjang proses belajar mengajar, danmelemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar pada waktu itu,telah melenggangkan keputusan Rektor Mohammad Nuh untukmenghalalkan kenaikan SPP.

    Ironis ketika mendengar ungkapan dari salah satu pejabatkeuangan di ITS, bahwa kalau memang ada keringanan pun itu ti-dak akan diumumkan secara terbuka kepada masyarakat karenapasti masyarakat akan banyak yang meminta keringanan. Lebihironis lagi melihat mahasiswa-mahasiswa diam ketika tahun initerjadi kenaikan SPP lagi.

    Sudah dibunuh rupanya rasa kepedulian mereka. Sungguhmengecewakan karena hal ini terjadi terjadi di salah satu kam-pus negeri terbesar di Indonesia yang masih belum berstatus PTBHMN. Jelas-jelas hal ini menunjukkan bahwa ITS tidak berpihakkepada masyarakat lemah dalam usahanya memperoleh pendi-dikan murah di kampus ini. ITS telah berpihak kepada merekayang memiliki banyak uang untuk berhak menerima pendidikan.ITS pun membuka Program Kemitraan yang memberikan pema-

    sukan begitu besar bagi kampus sehingga tiap tahun selalu beru-saha untuk meningkatkan perolehan mahasiswa baru dari pro-gram ini.

    Akhirnya mereka yang bermodal cita-cita dan kecerdasan puntinggal punya harapan kosong untuk bisa merasakan pendidikankerena ketiadaan biaya. Begitu banyak kewajiban-kewajiban yangtelah dibayarkan oleh rakyat pada negara, tetapi mereka masihtidak bisa mendapatkan haknya untuk memperoleh pendidikanyang layak. Sungguh terlalu banyak cita-cita dan mimpi-mimpiindah yang telah terbunuh. Kampus ITS yang katanya berbasiskerakyatan ini malah semakin jauh tak terjangkau oleh rakyat,padahal rakyatlah yang membiayai kampus ini. Tapi, kenapa peja-batnya tidak mengutamakan kepentingan rakyat?

    Rasa-rasanya sudah tidak pantas lagi Pengabdian Masyara-kat dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi dianut oleh ITS; kalaumelihat kenyataan ini. Dan kampus ini telah menjadi mimpi bu-ruk bagi dan menakutkan rakyat miskin. Semoga mereka masihmempunyai cita-cita dan selalu bertempur habis-habisan untukmeraihnya! (Tulisan ini dibuat 4 tahun yang lalu)

    *Nukman Haris-Alumni T.Fisika ITS

    Dari Redaksi

    OLEH: BUNG IMOT*

    OLEH: BUNG AMEN*Kabar mengenai kenaikan biaya SPP dikampus ITS sudah menjadi rahasia umum. Di

    media cetak, beberapa kali diberitakan perihal

    tersebut. Meski begitu, rektor ITS dan para

    pembantunya masih terkesan tidak tegas diba-

    lik alasan kenaikannya. Seakan ITS hanya

    menjadi pengekor kampus-kampus lain yang

    lebih dahulu menaikkan semua jenis biaya ku-

    liah-yang dapat mereka keruk.

    Menghapus rasa penasaran, Redaksi Lang-

    kah Awal mencoba mencari tahu langsung

    ke pihak pihak terkait. Berikut hasil reportase

    dua orang redaksi kami: Bung Imot dan Bung

    Arif.

    Selasa yang terik seperti biasa masihmenyelimuti kampus ITS. Bagi beberapaorang, beraktivitas pada cuaca sepanasini, sangatlah mengganggu. Tapi, Bu Luhtetap menunaikan tugas rutinnya sepertibiasa. Dalam ruangan ber-AC di kantorBAUK itu , wanita bernama lengkap DraLuh Gede Suryawati tersebut tidak berke-beratan untuk ditemui di mejanya.

    Saat ditanya apa sebab ITS menaikkanSPP bagi mahasiswa baru, Bu Luh tidakbisa memberikan jawaban yang pasti. Ke-naikan SPP merupakan hasil rapat pimpi-nan bagian biaya, katanya. Bahkan kamipun hingga sekarang belum mendapatkanketerangan resmi dari pimpinan, terkaitkenaikan SPP tahun depan, tambahnya.Sebagai Kepala BAUK ITS, beliau merasatidak memiliki wewenang apapun dalammemutuskan kebijakan strategis termasukmenaikkan biaya SPP dan sejenisnya.

    Meski begitu, Bu Luh masih bersediamemberikan kami petunjuk kepada siapaharus bertanya. Menurutnya, keputusanmenaikkan biaya SPP lebih tepat ditan-yakan langsung ke BAPSI (Bagian peren-canaan) atau ke Pembantu Rektor II (PRII).

    Kami pun mengikuti saran beliau un-tuk menemui PR II. Sayang, ketika kamihendak menemui Bapak PR II, yang ber-

    sangkutan tidak bersedia untuk ditemuikarena sibuk. Padahalsebagai salah satupimpinan kampusinformasi dari beliausangat diperlukan untuk mengklarifikasiprasangka-prasangka yang beredar di ka-langan mahasiswa.

    Reaksi Mahasiswa

    Bagaimana reaksi mahasiswa denganrencana kenaikan SPP? Badan EksekutifMahasiswa (BEM) ITSyang merupakanlembaga eksekutif mahasiswa tertinggidimintai keterangannya. Menurut Fifi, StafDepartemen Kesejahteraan Mahasiswa(Kesma) BEM ITS, akan diupayakan aca-ra Open Talk yang melibatkan mahasiswa

    dengan pihak pengemban kebi-jakan kampus. Mahasiswi Juru-san Statistika ini belum bisa me-mastikan hari dan tanggal berapaakan diadakan acara itu. Menu-rutnya, kemungkinan dilakukandi akhir bulan Maret. Terkaitlangkah-langkah lain yang akandiperbuat BEM, dia belum dapatmengatakannya.

    Ketika ditanya, apa sebab rek-tor dan jajarannya menaikkanSPP, dia mengutip keteranganPembantu Rektor (PR) III yangmenyatakan bahwa PeraturanMenteri Pendidikan Nasional(Permendiknas) Nomor 34 Ta-hun 2010 yang mendasarinya.Dalam Permendiknas itu setiapperguruan tinggi diwajibkanmenjaring 60 persen mahasiswadari SNMPTN.

    Sejarah SPP ITS

    Sebenarnya, berapakah besarSPP ketika kampus ini pertamakali berdiri?

    Ketika kampus ini didirikanoleh dr. Angka Nitisastro padatahun 1957, mahasiswa angkatanpertama hanya ditarik Rp 240,00tiap tahunnya. Tahun itu, ITS ma-sih bernama Perguruan Teknik

    10 November Surabaya. Meniliknama tersebut, ITS pada awalnyabelum berstatus negeri. Baru tigatahun kemudian dr. Angka yangmengetuai Yayasan PerguruanTinggi Teknik (YPTT) berhasilupayanya menegrikan perguruantinggi yang didirikannya itu den-gan nama Institut TeknologiSepuluh Nopember di Surabaya.

    Bu Luh, yang kami temui jugadimintai informasi tentang se-

    jarah kenaikan SPP. Namun be-liau tidak dapat memberikan datayang memadai. Beliau hanya me-

    miliki data resmi biaya SPP daritahun ajaran 2007/2008 sampaidengan 2010/2011.

    Dengan keterbatasan informasiyang diterima, kami mencoba un-tuk menggalinya melalui inter-net. Berdasarkan googling kami,pada tahun ajaran 2002/2003SPP ITS program S1 regulerbesarnya Rp 600.000,00 perse-mester. Kemudian berturut-turutselama 2 tahun terjadi kenaikanbiaya SPP menjadi Rp 750.000pada tahun ajaran 2003/2004dan Rp 1.000.000,00 pada tahunajaran 2004/2005. Biaya SPPsebesar Rp 1.000.000,00 tersebutberlaku pada 3 kali periode yaitupada tahun ajaran 2004/2005,2005/2006, dan 2006/2007. Padatahun ajaran 2007/2008 naiksebesar Rp 250.000,00 menjadiRp 1.250.000,00.

    Di tahun ajaran 2010/2011terjadi kenaikan biaya SPP lagimenjadi Rp 1.500.000. Setahunkemudianartinya pada tahunajaran 2011/2012 iniSPPnaik Rp 300.000,00 menjadi Rp1.800.000,00 tiap semesternya(www.its.ac.id)

    Melihat perkembangan dalam 9

    tahun ini, patut timbul pertanyaan:apakah SPP ITS akan terus naik?

    Dan kalau akan terus naik, apakah

    ITS tidak mengkhianati jati dirinya

    sendiri? Sebab, jika dr. Angka dulu

    berusaha mati-matian untuk mene-

    grikan kampus ini, para penerus

    beliau tampaknya melakukan yang

    sebaliknya: menswastakan kam-

    pus! Bukankah hanya kampus

    swasta yang boleh menaikkan SPP

    dengan seenak hati? (Imot-Samdy-Arif)

    *M Rifqy-Mahasiswa T. Sipil ITS

    Aku menatap Tanpa arti dan tujuan Hanya kenangan darimu Yang membuatku bingung

    Kenapa ya??? Seolah tak menyatu Dua jiwa yang telah lama bersama Melihat dari sisi yang tak pernah sama

    Merasa bersalah Seolah menjadi sumber masalah Tanpa kutahu apa masalahnya Menjadikan pikiranku buntu

    Manusia adalah perasaannya

    Perasaan yang selalu tersembunyi Menjadikan dunia hanya omong kosong Yang dihuni orang-orang pendusta

    Aku ingin bebas menyampaikan perasaankuDaripada menyampaikan mulut maniskuHanya karena penilaian dari sesamaTakkan membuat hatiku diam

    Henry-Teknik Sipil ITS

    SASTRAGelisah ku

    Dari Redaksi J e p a n gd i gu n ca n ggempa dan

    tsunami pada 11 Maret lalu. Pesisir

    Timur Laut mereka hancur dan kor-

    ban tak sedikit berjatuhan. Kita juga

    berduka untuk mereka. Semoga mer-

    eka bisa bangkit dari penderitaan itu,

    seperti yang mereka lakukan sesudahkalah dalam Perang Dunia II.

    Di tengah duka tsunami, redaksi Langkah Awal diliputi kelegaan. Edisi

    pertama telah terbit dan menghiasi dinding tiap jurusan di kampus tercinta ini.

    Kali ini, kami mengusung tema tsunami SPP di kampus ITS. Tahun ajaran baru

    nanti, adik-adik kita akan dipaksa menyumbangSPP singkatan dari sumbanganpengembangan pendidikanlebih dari kakaknya. Bila sumbangan biasanya harus

    ikhlas, di kampus ini tidak demikian. Bahkan, sekedar menanyakan apa sebab naik

    saja begitu sulitnya.

    Kami juga mendapat kiriman tulisan dari dua orang alumni yang dirasa masih

    khas mahasiswa. Pun, para penyair kampus ini juga turut sumbang karya. Ten-

    tu hal ini membuat Langkah Awal kian beragam. Salam Kebebasan Berpikir!

  • 7/25/2019 Edisi 02 (21 Maret - 3 April 2011) Jejak Awal

    2/3

    2LANGKAH AWAL

    Jalan Berliku Gus NuhKOLOM

    Seekor tikus lari sekuat tenaga sambilkeringatnya bercucur. Di belakangnya,si kucing mengejar penuh nafsu. Den-gan segenap daya si tikus berusaha me-nyelamatkan diri: piring dilempar, stick

    kasti dipukulkan. Setiap pelosok rumahdilalui. Tiba-tiba...hup, si kucing berha-sil menangkap si tikus. Dengan tatapanlicik, digenggamnya si tikus yang mu-kanya memohon iba.

    Dimakankah si tikus? Tiba-tiba si kuc-ing teringat masa lalunya bersama si ti-kus. Seakan-akan dia ber-tanya dalamhati, Kalau kumakan tikus ini, dengansiapa lagi aku kejar-kejaran? Akhirnyasi tikus dilepas. Tak berapa lama, si tikusmengejek si kucing. Dan, ceritapunkembali seperti semula.

    Saya kira kita yang sekarang menjadimahasiswa ITS pasti bisa menebak, ceri-ta apakah gerangan yang saya cuplik diatas. Itulah kisah serial kartun Tom andJerry yang melegenda itu. Kita habiskanmasa kecil dengan penantian di televisitayangan kartun yang kalau kita kenangkembali betapa menipu kita: bagaimanamungkin si kucing tidak bisa menang la-wan si tikus kecil itu? Semua tinggal ke-nangan.

    Tapi, saya teringat kembali cerita kar-tun itu ketika menyaksikan perkemban-gan dunia pendidikan tinggi kita khu-susnya setelah keluar Permendiknas No34 Tahun 2010 tentang Pola Penerimaan

    Mahasiswa Baru Program Sarjana pada

    Perguruan Tinggi yang Diselenggarakan

    oleh Pemerintah.Dalam Permendiknas itu, setiap per-

    guruan tinggi negeri (PTN) diwajibkanmenjaring minimal 60 persen mahasiswa

    lewat pola penerimaan mahasiswa barusecara nasional melalui dua cara: tertulisdan undangan.

    Seleksi tertulis telah kita kenal den-gan nama Seleksi Nasional Masuk Per-

    guruan Tinggi Negeri (SNMPTN).Namun, setelah Permendiknas tersebutterbit, SNMPTN kini tidak lagi sebutanuntuk seleksi tertulis melainkan menjadiSNMPTN tertu-lis dan SNMPTNundangan. SetiapPTN berhak me-nentukan per-bandingan antaraSNMPTN tertulisdan undangan. Se-banyak 40 persensisanya lagi hakprerogatif PTN.

    Siasat PTN

    Sebagian besarPTN (di tulisanini yang dimak-sud PTN adalahsemua universitasnegeri, termasukPT BHMN) tentutidak terlalu ke-beratan dengan peraturan baru. Kuotamereka dari SNMPTN (tertulis) bahkanlebih dari 60 persen. Namun, yang keba-karan jenggot adalah PTN-PTN besar,khususnya yang berstatus PT BHMN.Porsi SNMPTN mereka biasanya sangatkecil, hingga di bawah 10 persen.

    Kita tahu, PTN-PTN besar itu meman-faatkan jalur-jalur lainkatakanlah ujianmasuk yang dilakukan secara mandiriataupun Penelusuran Minat dan Ke-

    mampuan (PMDK)untuk memperolehbiaya besar. Mereka sadar, tingginya mi-nat memasuki kampus-kampus besar itudapat dimanfaatkan menarik keuntunganlebih dari calon mahasiswanya. Biasanya,

    memungut SPP yang kelewat tinggi danuang pangkal di luar kewajaran.

    Dengan cara seperti ini lah kebanyakanPTN besar mendapatkan pemasukan.

    Dalih mereka anggarandari pemerintah tidakcukup sehingga dengantanpa dosa melakukanpraktek yang nyaristiada ujung tersebut.

    Untuk menghadapiPTN nakal sepertiitumungkinMen-teri Pendidikan Na-sional (Mendiknas)Mohammad Nuh men-geluarkan peraturanbaru yang harus dip-atuhi PTN. Sebab, sela-ma ini tidak ada aturanyang jelas terkait ba-tasan penerimaan ma-hasiswa dari jalur-jaluryang lazim digunakan

    PTN.

    Bagaimana responnya? Luar biasa!Seakan mau menghapus dosa, bebera-pa PTN besar langsung mengumumkanbahwa tahun ini seleksi dilakukan 100persen lewat SNMPTN! Di antaranyaITB dan UGM.

    Berhasilkah usaha Guspanggi-lan akrab anak kiaiNuh? Ternyata ehternyata, semua yang dilakukan nyaristidak ada gunanya. SNMPTN 100 pers-

    en hanyalah kedok belaka. ITB untuktahun ajaran baru langsung menaikkanSPP hingga 5 juta rupiah pukul rata danuang pangkalnya mencapai 55 juta rupi-ah (wow!) tanpa pandang bulu (www.itb.

    ac.id).Tidak perlu lagi disebutkan modus

    PTN-PTN yang kebakaran jenggot.Bahkan untuk kampus kita tercinta ini,

    janji tak tertulis bahwa SPP naik 3 tahunsekali langsung dilanggar. Tahun depan,adik-adik kita harus membayar SPP 1.8

    juta rupiah dan uang pangkal sebesar 5juta rupiah demi mencicipi kuliah di kam-pus penyandang nama Sepuluh Nopem-ber ini.

    Mirip dengan kisah Tom and Jerrybukan? Coba perhatikan. Si kucing atauTom adalah Mendiknas yang terus-menerus mengejar (membuat aturan) sitikus Jerry (rektor PTN). Tapi, ketikasudah tertangkap (rektor PTN ketahuanberkelit/melanggar aturan), si Tom tidakmemakannya (memberikan sanksi atauhukuman), tapi justru membiarkannya.

    Saya pikir, Mendiknas harus menjadikucing yangsesuai dengan hukumalammemakan tikus-tikus yang kele-wat bandel itu. Caranya, buatlah Permen-diknas atau kalau perlu amandemen UUSisdiknas yang bisa memberi sanksi lang-sung terhadap mereka.

    Jika tidak, kita akan terus menyaksi-kan drama layaknya Tom and Jerry yangmemang diskenariokan tidak pernah usai.Dan, kecerdasan anak bangsa ini pun

    hanya jadi impian kosong bapak bangsakita yang sudah berkalang dengan tanah.Mari kita tunggu!

    *Samdysara Saragih-Mahasiswa T.Fisika ITS

    OLEH: BUNG SAMDY*

    SPP Naik, Masalah Nggak Sih?REFLEKSISebagian orang beranggapan bahwa uang adalah masalah. Tapi,

    saya tidak setuju. Ungkapan itu hanya berlaku bagi seseorang yangtidak memiliki uang. Sedang mereka yang punya sejuta lembarkertas berharga dan timbunan harta, uang adalah anugerah. Nah,kaitannya dengan SPP bagaimana? Masalah atau anugerah? Brodol,seorang mahasiswa yang tak pernah henti meneriakkan perjuanganmenimpali , Woey, kalau itu sihgakada kaitannya! SPP adalah ke-wajiban. Bukan masalah atau anugerah, teriaknya lantang.

    Menarik. SPP jelas kewajiban.

    SPP naik? Tetap kewajiban, atau berubah jadi masalah, atau malahjadi anugerah.

    Si A berkomentar: SPP naik jelas bermasalah. Coba pikirkan,dalam kurun waktu 2 tahun tanpa ada gejolak ekonomi yang signi -kan di kehidupan bernegara kita SPP bisa naik 44 persen, dari sebe-lumnya 1.250.000,00 menjadi 1.800.000,00. Padahal gaji para orangtua belum tentu naik 20 persen dalam 2 tahun terakhir. Kalau inidibiarkan, maka kampus kita hanya akan diisi oleh anak-anak kaumborjuis. Atau paling tidak, anak miskin bisa tetap kuliah di kampusini, tapi bapaknya di kampung harus memeras keringat lebih payah.Dan ibunya melilit erat sarung di perut dengan lilitan yang sangatrapat.

    Si B menimpali: Eh tidak juga, anak yang tidak mampu dapatmencari beasiswa. Bahkan SPP naik bisa m enjadi anugerah baginya.Karena ia bisa mendapatkan kesempatan meraih beasiswa double.Sehingga jatahnya jadi naik. Kalau sebelumnya, bagi teman kita yangdapat beasiswa double tidak begitu terasa jatahnya. Kali ini, pastimereka tersenyum manyun dan tertawa bahagia. Karena jatahnyalebih banyak. Bukan begitu. Wah, tiap semester bisa beli inven-

    taris baru tuSi C mencerca. Tidak bisa begitu dong.Enak saja membuat

    kesimpulan tanpa data dan fakta yang tepat. Kita harus mengerti,kenapa SPP ini bisa naik dan apa alasan pejabat terkait memutuskankenaikan SPP. Beliau-beliau kan bukan orang sembarangan, banyakgelar yang bergelantungan di depan dan belakang nama mereka.Setidaknya, mereka pasti mengerti lah kondisi mahasiswa yangnantinya akan masuk di kampus kita. Sederhananya, kalau kemam-puan daya beli mahasiswa angkatan 2011 tinggi, SPP sebesar 1,8 juta

    sihtidak ada harganya. Masakuntuk membayar puluhan juta di de-pan mereka mampu, sedang bayar SPP yang 1,8 tidak bisa?

    Si D berang. Lho, yang seperti itu kan hanya 40 persen dari totalmahasiswa baru. Yang 60 persengimana? Tidak semua dari merekaberasal dari keluarga mampu. Kalau saya sih m asih husnudzonber-prasangka baik. Peraturan baru yang dikeluarkan Pak M enteri dalamPermendiknasnya tentang kuota penerimaan mahasiswa baru 2011di PTN dibuat agar perguruan tinggi tidak menjadi oknum komer-sialisasi pendidikan. Dan harapannya sungguh mulia, agar anak

    miskin di desa dapat mengenyam pendidikan yang layak. Tapi kalauSPP dinaikkan, ini sungguh kebijakan yang menyengsarakan. Tidakbisa dijadikan jalan pintas perguruan tinggi untuk memenuhi kebu-tuhannya dan menjadikannya solusi atas Permendiknas yang barudiputuskan.

    Brodol, sambil memakan lahap beberapa gorengan, dan me-nyeduh kopi hitam panas sambil mengepulkan asap rokok, santaiberkata, Lha ngapain ngotot masalah SPP, yang merasakan SPPnaik kan mahasiswa baru. Kalau kita sihsantai saja, tidak ada peruba-han. Wes, belajar aebiar IP kita tinggi; atau bikin proposal PKM biarberprestasi dan turut menyumbang kampus kita jadi woldyunivel-siti. Biargakkalah dengan kampus lain. Ha-ha-ha

    Huuu, beberapa mahasiswa kecewa dengan sikap brodoldan bergumam misuhgak karuan. Beberapa lain setuju manggut-manggut dan mulai meninggalkan meja diskusi. Dan pembahasanpun berhenti seiring kepulan asap rokok yang menyongsong tinggike angkasa.

    Dan masalah SPP naik pun tetap seperti sediakala. Berbaurdengan kesibukan mahasiswa yang mengerjakan tugas dan beror-

    ganisasi. Bahkan lembaga organisasi mahasiswa (ormawa) tertinggipunyang notabene mengaspirasikan permasalahan mahasiswamasih terlihat adem ayem. Mengambang, tanpa sikap dan arah yangjelas.

    Seandainya saja di forum perdebatan itu hadir Wiji Tukul, seorangaktivis 1998 yang ditangkap, diculik, dan hilang tak pernah kembali.Pasti memberikan pesan singkat kepada kita: Hanya ada satu kata:LAWAN!

    *R. Arif Firdaus Lazuardi-Mahasiswa Matematika ITS

    OLEH: BUNG RAFLI*

    Aku bersumpah pada muDi hadapan Tuhan muBahwa kita adalah tulang dan asparidnyaBahwa kita adalah sum-sum dan texironnya

    Aku bersumpah pada muAtas bumi dan anak pinaknyaAtas Dewa dan khayangannya

    Yang pernah kita berdua debatkanAndromeda pernah berkata kepada piretusBahwa Alam hanya mengenal tubuh-tubuh eroitBahwa Odypus hanya mengenal tarla di sing-gasananya

    Aku bersumpah pada muDi hadapan keyakinan mu yang bagi ku sangatbodohDi belakang semua kebohongan yang kita sim-panNamun, tidak pernah, untuk saling, kita cerita-kan

    Aku bersumpah demi hatimu yang murniKau pun pasti pahamAku terluka demi sumpah ku yang suciKau pun pasti mengertiAku bersumpah, di hadapan Tuhan muDi hadapan, asap, alkohol, dan racun pikiran

    Yang telah kau suntikkanNamun, kenapa bisa, untuk salingNamun, kau sama sekali tidak pernah ber-sumpahDemi aku, di hadapan Tuhan ku.

    Surabaya, 11 Maret 2011Yaumil Fauzi-Planologi ITS

    SASTRA

    Sumpah, ku

    Edisi 2 Tahun 201121 Maret - 3 April

  • 7/25/2019 Edisi 02 (21 Maret - 3 April 2011) Jejak Awal

    3/3

    OPINI KAMPUS ADALAH PENJARA INTELEKTUAL

    Bagi saya kampus adalah penjara baru di dalam dunia pen-didikan. Setelah SMP dan SMA tentunya, yang telah duluanmendeklarasikan dirinya menjadi Penjara di dalam dunia pendidi-kan. Terlepas dari permasalahan utama, pendidikan adalah pem-bebasan atas kebodohan, keterkungkungan, kebohongan bahkandari penindasan. Pendidikan adalah solusi permasalahan kebang-saan. Namun pendidikan di Indonesia belum mampu menjawab-

    nya.Pendidikan Indonesia cenderung mengkungkung atau mema-

    tikan karakter seorang manusia. Dapat kita teliti paradigma yangtelah membatu dan menjadi kesepakatan umum. Bahwa kuliahataupun pendidikan hanya sekedar untuk mencari kehidupan yanglayak -atau dapat dikatakan- kehidupan di atas rata-rata orang In-donesia. Dan siapa yang patut kita salah kan?? Orang tuakah yangmemaksa kita? Atau rektor kampus kita? Atau mungkin Presidendan Mendiknasnya? Atau para pelaku sejarah sebelumnya yangmengatasnamakan perjuangan pendidikan???

    Dimulai dengan melihat perkembangan paradigma masyara-kat yang dianggap wajar dan menjadi kesepakatan umum. Yaitudari orang tua yang sedari awal terus menanamkan sugesti agarcepat lulus kuliah atau melewati tahap pendidikan dengan nilaiyang tinggi.

    Ada beberapa alasan yang diambil. Pertama adalah masalahekonomi yang menekan si orang tua untuk tidak menghambur-kan banyak duitdengan cara cepat lulus dan bekerja. Lalu yangkedua adalah impian bahwa hidup harus bekerja di perusahaan

    asing dan mendapatkan gaji yang tinggi. Namun dari kedua haltersebut, kita tidak pernah diajarkan nilai moral di dunia pendidi-kan. Adapun nilai moral yang terdapat di dunia pendidikan cen-derung ditransformasi secara teori di dalam kelas dan memilikistandar nilai untuk kelulusannya.

    Kebutuhan yang saya rasakan di dunia kampus hanyalah teoriatau sekedar pelajaran kelas yang diberikan oleh dosen. Pahahalmenurut saya, pembelajaran hidup cenderung lebih banyak kita

    dapatkan di luar kelas dengan tingkat pembelajaran yang lebihsederhana dari contoh-contoh nyata kehidupan masyarakat. Dantidak membuat kita kaku menghadapi situasi kemasyarakatansetelah lulus kelak.

    Saya penah mempertanyakan kenapa setelah tamat dari SMAkita begitu bahagia hingga melakukan hal -hal yang tidak wajar.Kebahagian tersebut ditumpahkan layaknya kebahagiaan meng-hirup udara bebas dan lepas dari kungkungan yang begitu besardan menakutkan. Hal tersebut berbanding terbalik dari etika pen-didikan yang harus menciptakan kenyamanan dan kebahagiaan,bahkan kepuasan dalam menimba ilmu.

    Schoolberasal dari kata belanda yaitu skull (berarti tanah la-pang atau tempat yang luas). Yang memiliki makna keluasandalam mendapatkan pendidikan secara teknis (teori dan dasar-dasar pendidikan) maupun moral (etika dan uang). Tapi maknatersebut sangat jauh melenceng ketika teknis pendidikan sudahtidak mampu lagi diharapkan menjadi pembelajaran hidup. Dansaat ini hanya terfokus pada pembelajaran kelas. Maka moral pen-

    didikan pun telah jauh bergeser. Bagi saya pergeseran tersebutsangat menjauhkan kaum-kaum miskin dominan Indonesia tidakmampu untuk menikmatinya secara nyata. Pendidikan hanya un-tuk orang yang berduit bukan orang-orang yang niat. Ataupunhanya untuk orang-orang yang bakal bekerja menjadi robot-robotindustri bukan menjadi pembuka jalan dari permasalahan bangsayang krisis lapangan pekerjaan. Data BPS menyatakan bahwa

    hanya 2% lulusan pendidikan Indonesia yang mampu membukalapangan kerja.

    Bagi saya pendidikan adalah kepuasan dan kebahagiaan yangtak tertandingkan. Karena saya mampu lepas dan terhindar darinilai-nilai kebodohan dan penindasan. Tetapi sebaliknya, sejalan-nya waktu saya pun semakin sadar bahwa pendidikan sangat erathubungannya dengan nilai atau pun angka yang menjadi perma-salahan utama teknis di dunia pendidikan.

    Contoh yang sangat memaksa saya untuk menerima ataumengenyam nikmatnya pendidikan di Indonesia adalah pelaja-ran agama. Bagaimana mungkin ilmu agama dapat dinilai denganangka oleh manusia. Bahkan Tuhan saya pun tidak pernah menilaiangka keimanan yang saya miliki.

    Dan belum lagi selesai, saya harus memikirkan biaya pendidikanyang begitu mahal -bagi saya yang hanya sekedar anak petani-.Bagaimana kelak saya mampu menghidupi keluarga dan membimb-ing anak-anak. Andai saat ini saya masih belum mampu menemu-kan solusi pendidikan (yang hingga saat ini, masih menjadi perma-salahan utama bangsa)? Apa saya harus megikuti arus dan menjadi

    orang-orang biasa dan menyerah pada keadaan.

    Apakah sistem pendidikan pesantren klasik yang murah dantidak mengadopsi sistem pendidikan kelas (ada guru yang ber-bicara dan murid yang mendengar) mampu menjawab solusi ke-bangsaan???

    *Yaumil Fauzi-Mahasiswa Planologi ITS

    RENUNGAN Menjadi MahasiswaSaya sebenarnya tak begitu peduli

    lagi soal pergerakan mahasiswa. Bagisaya pribadi, tiap manusia bergerak,seperti angin bergerak, lempeng

    bumi bergerak, air bergerak, dan se-bagainya. Mahasiswa tak istimewa.Dia hanya satu bahagian kecil saja darialamnya.

    Tapi ini Indonesia, mungkin begi-tu kalau para aktivis membantahnya,mahasiswa adalah pengubah se-jarah. Mungkin begitu pula saya da-hulu ikut mengatakannya. Bagi paraaktivis, sejarah punya sisi romantisdan sisi magis. Saya akan membahas-nya satu persatu.

    Mulai dari sisi romantisnya. Seorangaktivis mahasiswa memandang se-jarah bukan semata sebagai bukuperihal masa lalu. Bukan itu. Sejarahadalah kata-kata cinta yang meng-gugah. Kalimat-kalimatnya adalahmusim bunga bersemi dan kata-kata

    bagai pucuk bunganya. Engkau bisatersenyum, bahkan menitikkan airmata. Dan ketika engkau tuntas mem-baca, engkau sudah bukan orang yangsama. Ada rasa cinta membuncah didada. Kalau engkau baca sejarah Indo-nesia, hasilnya adalah rasa cinta yangmurni pada engkau punya bangsa.Kalau engkau baca sejarah Asia, hasil-nya adalah rasa kagum pada spiritketimuran yang luhur. Kalau engkaubaca sejarah dunia, hasilnya adalahrasa cinta pada umat manusia. Itu sisiromantisnya.

    Tapi jangan lupa, sejarah punyakekuatan magisnya. Kekuatan cintaakan mendorongmu untuk menjadibagian dalam kehidupan sejarah itusendiri. Semakin lahap engkau pada

    sejarah, semakin engkau terhisappada kemauan sejarah. Engkau akanmenjadi bagian darinya. Dari sekedarpembaca, menjadi yang dibaca. Darisekedar penonton, menjadi aktoryang ditonton. Ada satu kekuatanyang tiba-tiba merasukimu dan men-gubahmu, hingga engkau menjadikuat berlipat-lipat, bersinar penuh

    cinta, dan bercahaya baik lewat katamaupun tindakan. Engkau semakinhidup, dan engkau terhubungdengan tokoh-tokoh sejarahnya, baik

    lewat ucapan maupun perbuatan. Itu-lah sisi magisnya.

    Benci dan Cinta

    Hanya saja, aktis sering tidakmendapatkan rasa cinta itu. Tapimalah memelihara kebencian. Merekamembaca sejarah, tetapi mendapat-kan kesimpulan yang tak terarah. Anti-pati pada Barat, misalnya. Benci padaAmerika Serikat, contoh lainnya. Ataumuak pada penguasa. Macam-macambentuk kebenciannya. Padahal hal itumalah mengerdilkan diri sendiri. Rasabenci tidak bisa membesarkan jiwa.Cintalah yang membebaskannya.

    Saya kasih contoh sederhana. Ke-tika aktivis pergerakan mahasiswa ITSera 2003-2007 melontarkan kritik padaRektor Mohammad Nuh, dasarnya

    bukan kebencian. Itu sebabnya takpernah sedetik pun Komite Aksimelakukan demonstrasi menuntutbeliau turun. Yang kami kritik adalahkebijakannya, atau sebagian sikap-nya yang abai pada kritik mahasiswadan nasihat para anggota senat tuayang lebih bijaksana. Pernah, seorangpeserta aksi dengan penuh canda ber-teriak: Turunkan, Nuh! Langsungteman-temannya sendiri menegursaat itu juga.

    Begitu pula saat aksi demonstrasimenolak kedatangan Presiden SBY dikampus ITS, kalau tak salah tanggal24 bulan Desember tahun 2004, tidakada spanduk meminta beliau turunatau tuntutan mencabut mandatnya.Tidak ada! Kritik adalah kritik, bukan

    benci. Intelektual adalah seorangcendekia, yaitu orang yang mengem-bangkan rasa cinta pada hal-hal baik,dan menempatkan rasa benci hanyapada cara-cara jahat yang berpotensimerusak hal-hal baik.

    Memang benar, sejarah punyapenafsirannya sendiri. Tiap orang yangmembaca obyek lain di luar dirinya pu-

    nya subyektitasnya, seperti diingat-kan oleh lsuf eksistensialis semacam

    Kierkegaard hingga Jean Paul Sartre.Saya tidak memungkirinya. Perde-

    batan di antara para aktis adalahcontoh nyata betapa subyektitas itu

    ada dan tidak untuk ditiadakan. Sekalilagi, saya tidak memungkirinya. Olehkarena itu saya akan menghadirkanbetapa sejarah juga tak mutlak men-gandung keajaiban bagi manusia yangmembacanya.

    Engkau mungkin pernah menemuikemuakan ketika membaca sejarah.Selain mengandung upaya pembe-basan manusia, sejarah juga meny-impan sisi terburuknya. Membacasejarah peradaban manusia, misal-nya, kita akan menemukan betapatakluknya orang pada hal-hal yangtak kekal. Kekuasaan duniawi, ataukepuasan ragawi. Raja-raja bertarungdengan raja-raja lain, lalu lain waktu

    bercumbu dengan para permaisuri.Semakin modern, pertarungannyalebih kompleks dan tertutup: lewatdominasi ekonomi hingga pengera-han kekuatan militer. Raja modernduduk di balik meja, perintah siniperintah sana. Percumbuannya jugadisembunyikan. Lihat saja Berlusconi,Perdana Menteri Italia itu.

    Engkau harus siap untuk menemuikebiadaban tersebut saat membacasejarah. Siap pula untuk menemuinyadi alam kenyataan tempat engkauhidup sekarang. Yang perlu diingatadalah: tak semua penguasa burukmutunya. Jangan disamaratakan. Takada itu asas sama rasa sama rata.

    Sejarah Kini dan Nanti

    Lantas bagaimana engkau harus

    menjadimahasiswa di tengah tarikansejarah seperti itu? Menjadi. Ada satualasan tertentu mengapa saya memu-lai tulisan ini dengan kata tersebut. Tobe or not to be, kata William Shake-speare, pujangga Inggris itu. Engkau,aku, kami, kita, mereka, kalian, siapapun itu, punya pilihan. Menjadi atautidak sama sekali. Pertanyaannya, ma-

    OLEH: BUNG YAUMIL*

    OLEH: BUNG TOMI*

    3LANGKAH AWAL

    hasiswa mau menjadi seperti apa?

    Engkau mampu menjadi pemimpin,karena engkau memang pemimpin.Paling tidak engkau memimpin dirimu

    sendiri, lalu berkembang memimpinorganisasimu, atau keluargamu,masyarakatmu, perusahaanmu,bangsamu, atau lembaga antarbang-sa. Engkau mampu, kalau engkaumau. Mau untuk belajar. Mau untukberkembang. Mau untuk menerimakritik seperti dedaunan bersukaria me-nyambut hujan yang turun rintik-rintik.Membuka wawasan seluas cakrawaladi atas kepala, mau berusaha pantangmenyerah seperti seekor elang be-lajar mengepakkan sayapnya untukterbang, mau berjuang seperti seekorberuang di kutub terdingin bumi iniuntuk menyesuaikan dirinya denganberbagai perubahan yang datang.Kalau dedaunan, elang, dan beruangmampu, engkau pun harus mampu

    mengembangkan dirimu. Asal adakema(mp)uan, ada jalan untuk maju.

    Engkau adalah pengubah sejarah.Kalau dahulu Bung Karno, Bung Hat-ta, Bung Syahrir, Tan Malaka, HOSCokroaminoto, Haji Agus Salim, MYamin, dan sebagainya memerdeka-kan bangsa ini dari cengkraman kolonipenjajah, sekarang giliranmu membe-baskan bangsa ini dari cengkramankorupsi penguasa. Mulai saja dari dirisendiri. Mulai untuk tidak korupsi.Mulai untuk mendiskusikan isu-isuantikorupsi, menggalang semangatpencegahannya, kemudian mengger-

    akkan elemen-elemen lain untuk pem-berantasannya. Kalau dulu pendirinegara berjuang agar kemerdekaandiakui, sekarang waktunya memimpin

    masa perjuangan baru agar keadilandan kemakmuran negara terwujud.

    Engkau mampu, kalau engkau mau.Hauslah akan ilmu. Selalu dahaga padailmu pengetahuan. Kuasai teknologi.Jangan habiskan waktumu hanya me-lulu berpikir soal orasi dan demontrasimassa aksi. Dalam alam demokrasi,banyak cara yang bisa ditempuh un-tuk menyampaikan opini dan ekspresi.Mulai dari bernyanyi, menari, melukis,menulis, memotret, menjual jasa,hingga membuat prestasi di bidangriset dan teknologi. Banyak sekali.

    Pertanyaannya, mahasiswa maumenjadi seperti apa? Hanya engkau,para mahasiswa, yang bisa menjaw-abnya. Tapi kalau engkau tanyakanpadaku, maaf, aku sudah tidak peduli

    lagi pada pergerakan mahasiswa.Bagiku pribadi, tiap manusia berger-ak, seperti angin bergerak, lempengbumi bergerak, air bergerak, dan se-bagainya. Mahasiswa tak istimewa.Dia hanya satu bahagian kecil saja darialamnya. Aktis mahasiswa tak perlumanja untuk harus dipikirkan olehorang lain yang bukan aktis lagi.

    Temukan jalanmu sendiri untukmenjadi. Asal engkau segar dan bugar,sehat sejahtera dan bahagia, jalan sajaterus! Yogyakarta, 2011.

    *Tomi-Planologi ITS (Keluar th 2007)

    Tim Redaksi:

    Samdysara Saragih T. Fisika ITS 2007M Rifqy T. Sipil ITS 2007

    R Arif Firdaus Lazuardi Matematika ITS 2009

    Media publikasi Langkah Awal:a. Blog : langkahawal-its.blogspot.comb. Grup chat FB: Langkah Awal (blog: langkahawal-its.blogspot.com)

    Redaksi menerima tulisan dari pembaca (tema bebas) maksimal 700kata. Semua TULISAN, KRITIK, SARAN, dan KOMENTAR. Layang-kan ke email kami: [email protected]

    Edisi 2 Tahun 201121 Maret - 3 April