East Java Petrolem.pdf
-
Upload
wahyu-sutrisno -
Category
Documents
-
view
391 -
download
19
description
Transcript of East Java Petrolem.pdf
GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI TUGAS I/SF091264
Petroleum Sistem Cekungan Jawa Timur
Wahyu Tri S *, A Syaeful Bahri
Geofisika, Jurusan Fisika FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki cadangan minyak dan gas yang
melimpah, dimana sebagian besar lapangan eksplorasi adalah lapangna dengna jumlah
reserve yang besar. Pada tahun 2207. Internatioanl Energy Agency (IEA) menyatakan
bahwa Indonesia memiliki 66 cekungan, tetapi saat ini hanya sekitar 25 cekugnan yang
telah dinyatakan produkti (mengandung hidokarbon). Statistik mengatakan bahwa dari
66 cekungan tersebut, 38 diantaranya terdapat di Indonesia bagian timur (Jawa Timur
Utara, Papua dan Perairan Sulawesi. Pada penelitian ini fokusan masalah ialah pada
Cekungan Jawa Timur Utara. Cekungan Jawa Timur Utara secara fisiografi terletak
diantara Laut Jawa dan sederetan gunung api yang berarah Barat-TImur di sebelah
selatannya. Cekungan ini terdiri dari dua buah pegunungan yang berjalan sejajar
dengan arah Barat-Timur dan dipisahkan oleh suatu depresi diantaranya. Cekungan ini
merupakan zona pertemuan lempeng-lempeng Eurasia dan Indo-Australia. Cekungan
Jawa Timur utara adalah cekungan back-arc pada ujung tenggara Paparan Sunda yang
dibatasi oleh Busur Karimunjawa dan Paparan Sunda di bagian barat, ke utara oleh
Tinggian Meratus, ke arah timur oleh Tinggian Maselembo dan ke selatan oleh jalur
vulkanik jawa. Batuan dasar terdiri dari gabro, ofiolit, metasedimen dan batuan
metamorf Jura akhir-kapur yagn tersusun pada formasi Ngimbang, Formasi Kujung,
Formasi Ngrayong, Formasi Wonocolo, Formasi Tuban, Formasi Mundu, Formasi
Paciran dan Formasi Lidah. Dalam proses pembentukannya karena mengalami
penurunan muka air laut serta aktivitas tektonik sehingga batuan yang mendominasi
ialah karbonat.
Kata Kunci : Cekungan Jawa Timur Utara, back-arc, karbonat.
1. Pendahuluan
Energi merupakan masalah yang
saat ini sedang ramai menjadi topik
perbincangan di Indonesia. Indonesia
terletak diantara dua lempeng benua dan
satu lempeng samudera di dunia, ada
lempeng Eurasia, Indo-Australia dan
Pasifik. Tentunya, kondisi ini membuat
Indonesia memiliki kondisi struktur
geologi yang kompleks dan banyak
mengandung sumber daya alam seperti
minyak bumi, gas bumi dan batubara.
Selain itu karena kondisi geologi yang
begitu kompleks hal ini juga berimbas
pada system petroleum yang ada di
dalamnya.
Pada tahun 2007. Internatioanl
Energy Agency (IEA) menyatakan bahwa
Indonesia memiliki 66 cekungan, tetapi
saat ini hanya sekitar 25 cekungan yang
telah dinyatakan produktif (mengandung
hidokarbon). Statistik mengatakan
bahwa dari 66 cekungan tersebut, 38
diantaranya terdapat di Indonesia bagian
timur (Jawa Timur Utara, Papua dan
Perairan Sulawesi).
GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI TUGAS I/SF091264
Gambar 1. Peta Cekungan Jawa Timur Utara
( Sultan Panjaitan.2010)
Dengan kondisi dan fakta yang
seperti ini, maka sangat diperlukan
kajian yang lebih mendalam menganai
kondisi Indoneisa bagian timur. Dalam
hal ini fokusan pembahasan yang akan
diangkat adalah mengenai kajian
petroleum sistem, khsusnya di Jawa
Timur yang meliputi kajian geologi
regional.
2. Pembahasan
2.1 Tatanan Geologi Regional
Cekungan Jawa Timur Utara secara
fisiografi terletak diantara Laut Jawa dan
sederetan gunung api yang berarah
Barat-TImur di sebelah selatannya.
Cekungan ini terdiri dari dua buah
pegunungan yang berjalan sejajar
dengan arah Barat-Timur dan dipisahkan
oleh suatu depresi diantaranya.
Cekungan ini merupakan zona
pertemuan lempeng-lempeng Eurasia
dan Indo-Australia (Saytyana & Darwis,
2001). Secara geografis terletak di
daerah laut jawa dan daratan jawa timur
bagian utara mencakup pulau Madura,
Tuban, Bojonegoro, Surabaya dan
sekitarnya. Berikut adalah peta cekungan
jawa timur utara.
Cekungan Jawa Timur utara adalah
cekungan back-arc pada ujung tenggara
Paparan Sunda yang dibatasi oleh Busur
Karimunjawa dan Paparan Sunda di
bagian barat, ke utara oleh Tinggian
Meratus, kebarah timur oleh Tinggian
Maselembo dan ke selatan oleh jalur
vulkanik jawa (Sribudiyani, 2003).
Sedangkan daerah pantai selatan Jawa
Timur merupakan rangkaian pegunungan
vulkanik yaitu sebuah cekungan busur
depan dan daerah prisma akresi luar (
Bambang Tribowo, 2007).
Pembentukan rifting Cekungan Jawa
Timur kemungkinan berhubungan
dengan subduksi ke arah barat laut dari
kerak benua di sepanjang tepi barat daya
Kalimantan selama Kapur Bawah. Zona
subduksi diperkirakan berubah sesuai
dengan waktunya dan arahnya ke bagian
selatan dan timur antara Kapur Bawah
dan Eosen (Hamilton, 1979). Pada
keadaan sekarang, palung subduksi
trench subduksi sejajar dengan zona arah
timur-barat yang aktif pada Neogen.
Dua arah struktur utama Tersier yang
berbeda ditemukan di cekungan ini,
akibat rezim tegasan yang
mengontrolnya adalah fase retak
Paleogen dan fase inversi Neogen. Sesar
arah timurlaut-barat daya dikontrol oleh
fase retak tegasan tensional Paleogen
pada Eosen Tengah-Miosen Awal.
Tahap pertama regangan yang
membentuk retakan rifting pada Eosen,
yang diikuti tahap amblesan cekungan
besar-besaran pada Oligosen. Selama
fase ini, pengendapan di cekungan
dikontrol oleh sesar tumbuh. Sesar arah
barat-timur berkembang pada struktur
inversi cekungan Miosen Tengah.
Struktur inversi ini didominasi oleh arah
tektonik linier barat timur yang dikenal
dengan RMK (Rembang Madura-
Kangean) yang ditunjukkan oleh zona
gerus sinistral utama (Manur dan
Barraclough,1994).
GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI TUGAS I/SF091264
Gambar 2. Peta Stratigrafi Cekungan Jawa
Timur
( Bradshaw et al, 1995)
2.2 Stratigrafi
Batuan dasar terdiri dari gabro,
ofiolit, metasedimen dan batuan
metamorf Jura akhir-kapur. Formasi
pra-Ngrimbang merupakan batuan
sedimen tertua yang terdiri dari batu
pasir sisipan serpih, konglomerat dan
batuan berumur Paleosen. Urutan
stratigrafi cekungan Jawa Timur dimulai
dengan endapan synrift Eosen Tengah
yang dikenal sebagai sekuen-1 bawah
atau sekuen-1 Klastik. Kemudian
dilanjutkan dengan pengendapan
transgresif klasik post-rift Eosen Akhir
hingga sekuen-2 yang kemudian diakhiri
dengan berkembangnya batu gamping
(Satyana, 2002). Bradhsaw et al,
menggambarkan kondisi Stratigrafi
cekungan Jawa Timur seperti pada
gambar 2 berikut.
Adanya endapan pre-collision
dikemukakan oleh Sribudiyani pada
awal tahun 2004 sebagai endapan
Formasi Pra-Sekuen 1 yang berumur
Paleosen-Eosen Tengah. Setelah
pengangkatan Oligosen Tengah, fase
transgresi menggenangi Cekungan Jawa
Timur pada kala Sekuen-3 dan
mengendapkan sedimen klastik dan
karbonat Kujung Bawah (Kujung II dan
III). Formasi Kujung berumur Oligosen
di bagian timur cekungan, sedangkan di
bagian barat cekungan Formasi Kujung
terbentuk lebih lambat karena muka air
laut bertambah maka berkembang
anggota Prupuh Formasi Kujung yang
terdiri dari batu gamping terumbu. Di
beberapa tempat berkembang, juga
Formasi Kujung yang terdiri dari
perselingan batupasir, batu gamoing,
napal dan serpih yang berlangsung
hingga akhir Meosen. Pembentukan
Formasi Kujung menunjukkan adantya
fase transgresi. Di daerah rendahan
berkembang Kujung Shale sedangkan di
daerah yang lebih tinggi berkembang
Kujung Carbonate dan anggota Prupuh
(Sribudiyani, 2003). Transgresi
mencapai puncaknya pada Miosen awal
(sekuen-4) dengan diendapkannnya
karbonat KujungAtas (Kujung I/Prupuh)
dan ditutupi oleh serpih Formasi Tuban.
Pada waktu yang relatif sama dengan
formasi Tuban, terumbu rancak tumbuh.
Pada kala Miosen Tengah 11 (sekuen 5)
kompresi mulai terjadi dan berpengaruh
signifikan pada Miosen Akhir (Sekuen
6) dan Mio-Pliosen. Sedimentasi regresif
Formasi Ngrayong dan transgresif
Wonocolo hingga Kalibeng.
2.3 Tektono Stratigrafi
Tektono stratigtrafi merupakan
penjelasan pembentukan cekungan Jawa
Timur dari segi aktivitas tektonik
(tumbukan lempeng). Hal ini merupakan
sebuah perjalanan tektonis dari era Late
Cretaceous hingga saat ini. Tektono
stratigrafi dianggap penting karena
memiliki implikais dengan proses
GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI TUGAS I/SF091264
geologi regional yang berlangsung.
Secara tektonostratigrafi perkembangan
evolusi Cekungan Jawa Timur dapat
dibagi ke dalam 3 (tiga) fase yang
berturut-turut dari tua ke muda adalah
sebagai berikut :
1. Fase rifting
Terjadi selama waktu Eosen
sampai Oligosen Tengah, dimana
Formasi Ngimbang diendapkan ke
dalam cekungan rift yang berbentuk
half grabben. Bagian bawah dari
Formasi Ngimbang terdiri dari seri
klastik dan secara bertahap berubah
menjadi lebih laut (marine) dengan
adanya batuan karbonat yang
mencerminkan proses transgresi
menuju ke atas.
2. Fase sagging (Akhir Oligosen
sampai awal Miosen)
Pada fase ini sedimentasi batuan
karbonat sangat dominan. Situasi
tesebut mencerminkan kondisi tektonik
yang relative stabil. Tiga siklus
pengendapan karbonat terjadi selama
peroide waktu ini diekanl sebagai
Formasi Kujuang dan Tawun.
3. Fase Kompresional
Dimulai pada Miosen Tengah yang
ditandai dengan pengendapan seri
klastik Formasi Ngrayong pada sistem
lautdangkal samapi delta. Tektonk
kompresional juga mengaktifkan
kembali structural grain arah Timur-
Barat dan Timur laut-Barat daya
menjadi sesar naik (reverse fault) dan
sesar mendatar (strike-slip fault).
Selama waktu kompresional Formasi
Kawengan dan Lidah diendapkan
dalam kondisi lingkungan laut. Puncak
dari inversi terjadi selama waktu Plio-
Pleistosen pada saat Formasi Lidah
diendapkan (Satyana, 2003).
Sejawat dengan Satyana, Matthews
et al,1995 memberikan gamabran dari
betukan tektonostratigrafi cekungan
Jawa Timur seperti pada gambar 3
Gambar 3. Bentukan Stratigrafi dari hasil
tektonik (Johansen 2003)
2.4 Fasies Karbonat Oligo-Miocene
Formasi karbonat pada Kujung,
Prupuh, Tuban dan Rancak
merepresentasikan fase transgresi yang
kontinyu pada masa akhir Oligocene
sampai awal Miocene. Formasi Kujung
dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : Kujung
III, Kujung II dan Kujung I. Kujung III
merupakan sekuen klastik regresif.
Kujung II adalah trangresif sekuen pada
karbonat laut dangkal dan calcareous
shale yang membentuk reefal build-up
pada daerah tinggian. Formasi Tuban
yang terbentuk pada awal Miocene
mengakhiri sedimentasi karbonat pada
Oligo-Miocene (Satyana, 2002).
Ada uda jenis model deposisi
karbonat pada zaman Oligo-Miocene
(gambar 4): deposisi dari platform darat
dan deposisi dari platform laut,
pembelokan batas paparan terjadi di
selatan Semarang dan merepresentasikan
perbedaan tren tektonik yang terjadi
(Satyana, 2002). Dari keda jenis deposisi
inilah yang saat ini menjadi reservoar
GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI TUGAS I/SF091264
dengna skala produksi besar yang
membentang dari barat hingga WMO.
Sistem deposisi dari karbonat/reef
Oligo-Miocene dikontrol oleh batuan
basement yang tersegmentasi dari land
attaché platform. Segmentasi dari batuan
basement ini membentuk beberapa horst
dan grabben. Dari arah barat ke timur,
horst dan graben yang berukuran besar
adalah : Karimun Jawa, terusan Muriah,
Bawean-arch, terusan Tuban,
Terusan JS 1 ridge, Terusan Masalembo,
Platform Madura utara, terusan JS5 dan
platform Sibaru (Satyana, 2002)
Pengendapan cekungan utara jawa
timur merupakan bentukan yang
terkontrol sari system Horst dan
Grabben akibat proses tektonik yang
terjadi, seperti terlihat pada gambar 5.
Ada 3 fasies karbonat reef yang bisa
dibedakan pada cekungan Jawa Timur
Utara: (1) Karbonat reef fringing,
(2) basinal limestone mud mound (3)
patchreef overplatform. Karbonat reef
Gambar 4. Sistem Pengendapan yang dibedakan menjadi dua : land attached
platform dan offshore isolated platform (Satyana, 2003)
Gambar 5. Segmentasi pengendapan Cekungan Jawa Timur (Satyana, 2003)
GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI TUGAS I/SF091264
fringing pada basement dicirikan dari
adanya shoal water carbonat depostio.
Basinal limestone mud mound
merupakan area open marine yang
dicirikan dari batuan karbonat klastik
dan deposisi energi rendah. Patchreef
over platform mencakup area yang
sangat luas dari arah timur ke barat yang
merupakan shallow carbonate
deposition. Pada daerah ini banyak
ditemukan jenis reef build-up carbonate
sepanjang batas paparan.
Deposisi dari karbonat reef Olio-
Miocene dapat terkontrol oleh batuan
basement yang tersegmentasi (land
attached platform) dan offshore isolated
platform (gambar 4). Isolated platform
ini merepresentasikan beberapa horst
dan graben dari arah barat laut hingga
timur laut dan secara lateral lebih tinggi
daripada daerah di utara land attached
platform. Dari barat ke timur, horst dan
graben-nya adalah : terusan Pati, barat
Cepu, terusan Kening, timur Cepu,
lembah Ngimbang, Kemandung, graben
BD Utar, grabem BD Selatan, dan
sederetan horst dan graben dari pulau
Kangean. Terumbu karang/reef tumbuh
pada tinggian di daerah-daerah tersebut
membentuk suatu reef jenis pinnacle
sepanjang offshore isolated platform.
Arah dip dari isolated platform ini
adalah WSW menuju barat hingga
menghasilkan suatu sekuen transgresi ke
arah timur. Pada kondisi ini, reef terus
tumbuh di selatan isolated platform.
Sedimentasi yang terdeposit pada bagian
barat pada akhirnya menghentikan laju
pertumbuhan reef. Lapangan Mudi,
Banyu urip dan Sukowato merupakan
contoh dari tipe ini. Ciri dari lapangan
ini adalah memiliki porositas yang bagus
pada puncak-puncak reef (Satyana,
2002).
2.5 Petrolem Sistem Cekungan Jawa
Timur
Jawa Timur memiliki cadangan
minyak yang terletak di beberapa
tempat, termasuk di blok Cepu di daerah
Bojonogoro, blok Tuban, dan Gresik
juga di wilayah timur laut Jawa. Jawa
Timur merupakan bagian dari system
petroleum cekungan Asia tenggara
Tersier minyak bumi, yang berasal dari
ekstensional tektonik dan pengendapan
tebal syn-dan postrift lakustrin organik
yang kaya serpih, sumber yang paling
produktif untuk hidrokarbon di daerah
ini (Bransden dan Matthews, 1992; Cole
dan Crittenden, 1997). Perangkap
keduanya stratigrafi dan struktur (Todd
et al., 1997). Oligosen hingga Miosen
karbonat gundukan kadang-kadang
dolomitized, dolostones membentuk
waduk di daerah karena mengandung
porositas primer maupun sekunder.
Salah satu kontribusi utama dari
pekerjaan ini adalah definisi dari
beberapa unit sebagai Burdigalian dan
Langhian usia. Sebelumnya, mayoritas
batupasir telah ditunjuk sebagai
Serravallian. Batupasir endapan danau
Awal Tersier dan Miosen delta dan
deepwater batupasir juga waduk. Ini
waduk ini mirip dengan Miosen-Pliosen
Segitiga platform, Timur Laut Natuna,
Indonesia (Bachtel et al, 2004.), Dan
tengah Miocene karbonat waduk,Nam
Con Son basin, Vietnam (Matthews et al,
1997;. Mayall et al, 1997).
Batuan Source yang potensial di
Cekungan Jawa Timur telah diperkaya
organik dari Ngimbang dan
pembentukannya berumur Eosen. Hal ini
ditemukan di sumur dalam dan itu
disimpan sebagai sedimen laut dangkal,
transisi lingkungan, delta dan danau
deposisi, dengan TOC sekitar 1,1%, di
GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI TUGAS I/SF091264
kedalaman 2.500 meter untuk
menghasilkan hidrokarbon. Tipe
Kerogen adalah sapropel alga dari
danau telah dicampur dengan bahan
tanaman dari tumbuhan tinggi yang
berpotensi memproduksi hidrokarbon.
Litologi, serpih "Orbitoid Kalk"
organik kaya pada Miosen Akhir
terutama sebagai sumber batu di darat
dari cekungan ini. Migrasi atau
pematangan memiliki induksi dari
Tengah ke Upper Miocene sebagai
kesalahan tektonik inversi pada Paleogen
sedimnetation dan Neogen dari batuan
induk ke reservoir. Yang disebabkan
oleh faktor aliran panas, cepat inversi di
RMK Zone (RembangMadura-
Kangean),reactiviation, dan penurunan
pada bagian utara Zona RMK setelah
fase pemakaman (Premonowati,et al,
2007).
Manur dan Barraclough (1994),
menyimpulkan bahwa jenis perangkap
umum struktural yang terangkat ke blok
batas, dengan reef yang kompleks dari
Oligosen ke Pliosen dan Miosen Akhir
kompresi / struktur inversi. Perangkap
ini juga terbentuk dari batas keretakan
dan graben pada anticlines dari
anticlinorium Rembang. Di daerah ini,
hidrokarbon membentuk start pada awal
menyalahkan dari Mid-Eosen Oligosen
untuk terkait dengan aliran panas selama
inversi fase. Reaktivasi selama Mid-
Miosen deformasi telah membentuk
struktur bunga dan lipatan menuju
Pleistosen Awal (Suparyono dan
Lennox, 1989).
Penemuan hidrokarbon dengan
jumlah besar pada karbonat Oligo-
Miocene di cekungan Jawa Timur Utara
ini, menunjukkan adanya efektifitas dari
elemen-elemen petroleum system seperti
source rock, migration path, reservoar
karbonat uang bagus, batuan tudung dan
jenis jebakan stratigrafi yang bagus
(Purwaningsih, 2002).
Batuan sumber (sourcerock) pada
cekungan Jawa Timur utara ini adalah
shale yang kaya akan organic dan
beberapa coal pada formasi Ngrimbagn
Eocene yagn merupakan marginal
marine, deltaic dan lacustrine. Proses
maturasi dimulai pada pertengahan
Gambar 5. Petroleum Sistem Cekungan Jawa Timur Utara (Satyana, 2003)
GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI TUGAS I/SF091264
Miocene. Hidrokarbon termigrasi dari
source rock menuju jebakan Formasi
Kujung karbonat melewati carrier beds
secara horizontal dan patahan secara
vertical. Penemuan pada onshore, seperti
Mudi, Banyu Urip dan Sukowati berasal
dari sumber batuan early Miocene Tuban
Shales yang terdeposit pada rendahan
(graben) diantara tinggian (horst) Cepu
barat dna Cepu Timur. Proses
pematangan pada onshore (onshore
maturity) terjadi karena kompresional
oleh zona Madura dan Rembang pada
pertengahan sampai akhir Miocene.
Hidrokarbon bermigrasi melalui carrirer
beds dan zona patahan (Purwaningsih,
2002). Secara umum Petoleum system
pada cekungan Jawa Timur utara
digambarkan seperti pada gamabr 7.
KESIMPULAN
1. Cekungan Jawa Timur
merupakan zona pertemuan
lempeng-lempeng Eurasia dan
Indo-Australia dengan jenis back
arc basin.
2. Sistem petroleum Jawa Timur
Utara didominasi oleh karbonat,
karena pada lingkunga
pengendapan terjadi penurunan
muka air laur yang diikuti
aktivitas tektobik, jenis karbonat
yang ada ialah reef build-up.
3. Pengendapan cekungan utara
jawa timur merupakan bentukan
yang terkontrol sari system Horst
dan Grabben akibat proses
tektonik yang terjadi.
4. Penemuan hidrokarbon dengan
jumlah besar pada karbonat
Oligo-Miocene di cekungan Jawa
Timur Utara ini, menunjukkan
adanya efektifitas dari elemen-
elemen petroleum system seperti
source rock, migration path,
reservoar karbonat uang bagus,
batuan tudung dan jenis jebakan
stratigrafi yang bagus.
DAFTAR PUSTAKA
Bachtel, S. L., R. D. Kissling, D.
Martono, S. P. Rahardjanto, P.
Dunn, and B. A. MacDonald. 2004.
Seismic stratigraphic evolution of
the Miocene– Pliocene Segitiga
platform, East Natuna Sea,
Indonesia: The origin, growth, and
demise of an isolated carbonate
platform. AAPG Memoir 81, p.
309–328.
Blow, W.H., 1969, Late Middle Eocene ro Recent planktonic foraminiferal
biostratigraphy. Proceedings of the
First International Conference on
Planktonic Microfossils Geneva,
1967, 1: 199-422.
Cole, J. M., and S. Crittenden, 1997,
Early Tertiary basin formation and
the development of lacustrine and
quasi-lacustrine/marinesource
rocks on the Sunda shelf of SE Asia.
Petroleum geology of southeast
Asia: Geological Society ( London)
Special Publication 126, p. 147–
183.
Matthews, S. J., and P. J. E. Bransden,
1995, Late Cretaceous and
Cenozoic tectonostratigraphic
development of East Java Sea basin,
Indonesia: Marine and Petroleum
Geology, v. 12, no. 5, p. 499–510.
Panjaitan, Sultan. 2010. Prosepek Migas
Pada Cekungan Jawa Timur
Dengan Metode Gaya Berat.
Buletin Sumerb Daya Geologi.
Bandung.
Premonowati, dkk. 2007. Subsurface
Geological Models Semanggi
Brownfield Cepu Block, Java.
Procedings of Simposium Nastional
IATMI. UPN Jogjakarta.
GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI TUGAS I/SF091264
Purwaningsih, M.E.M., 2002. Evolution
of the Late Oligocene Kujung Reef
Complex in the Western East Cepu
High. Proceeding of the 31th
Indonesian Asscociation of
Geologist (IAGI) Annual
Convention : Bandung, Indonesia.
Satyana, A.H, 2002. Oligo-Miocene
Carbonates of the East Java Basin,
Indonesia – Facies Definition
Leading to Recent Significant
Discoveries. Proceeding of the
AAPG International Conference :
Barcelona, Spanyol.
Sribudiyani, 2003. The Collision of the
East Java Microplate and Its
Implication for Hydrocarbon
Occurrence in the East Java Basin.
Proceeding 29th
Annual
Convention, p.335346:Jakarta,
Indonesia.
Todd, S. P., M. E. Dunn, and A. J. G.
Barwise, 1997, Characterizing
petroleum charge systems in the
tertiary of SE Asia, in S. J.
Mathews and R. W. Murphy, eds.,
Petroleum geology of southeast
Asia: Geological Society (London)
Special Publication 126, p. 25–47.
Tribowo, Bambang, Kuwat S. 2007.
Potensi dan Kualitas Batuan
Formasi Kujung Sebagai Batuan
Induk Pada Lintasna Kali
Wungkal, Tuban , Jawa Timur.
Simposium Nasional IATMI. UPN
Jogjakata.