East Java Petrolem.pdf

9
GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI TUGAS I/SF091264 Petroleum Sistem Cekungan Jawa Timur Wahyu Tri S * , A Syaeful Bahri Geofisika, Jurusan Fisika FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember [email protected] ABSTRAK Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki cadangan minyak dan gas yang melimpah, dimana sebagian besar lapangan eksplorasi adalah lapangna dengna jumlah reserve yang besar. Pada tahun 2207. Internatioanl Energy Agency (IEA) menyatakan bahwa Indonesia memiliki 66 cekungan, tetapi saat ini hanya sekitar 25 cekugnan yang telah dinyatakan produkti (mengandung hidokarbon). Statistik mengatakan bahwa dari 66 cekungan tersebut, 38 diantaranya terdapat di Indonesia bagian timur (Jawa Timur Utara, Papua dan Perairan Sulawesi. Pada penelitian ini fokusan masalah ialah pada Cekungan Jawa Timur Utara. Cekungan Jawa Timur Utara secara fisiografi terletak diantara Laut Jawa dan sederetan gunung api yang berarah Barat-TImur di sebelah selatannya. Cekungan ini terdiri dari dua buah pegunungan yang berjalan sejajar dengan arah Barat-Timur dan dipisahkan oleh suatu depresi diantaranya. Cekungan ini merupakan zona pertemuan lempeng-lempeng Eurasia dan Indo-Australia. Cekungan Jawa Timur utara adalah cekungan back-arc pada ujung tenggara Paparan Sunda yang dibatasi oleh Busur Karimunjawa dan Paparan Sunda di bagian barat, ke utara oleh Tinggian Meratus, ke arah timur oleh Tinggian Maselembo dan ke selatan oleh jalur vulkanik jawa. Batuan dasar terdiri dari gabro, ofiolit, metasedimen dan batuan metamorf Jura akhir-kapur yagn tersusun pada formasi Ngimbang, Formasi Kujung, Formasi Ngrayong, Formasi Wonocolo, Formasi Tuban, Formasi Mundu, Formasi Paciran dan Formasi Lidah. Dalam proses pembentukannya karena mengalami penurunan muka air laut serta aktivitas tektonik sehingga batuan yang mendominasi ialah karbonat. Kata Kunci : Cekungan Jawa Timur Utara, back-arc, karbonat. 1. Pendahuluan Energi merupakan masalah yang saat ini sedang ramai menjadi topik perbincangan di Indonesia. Indonesia terletak diantara dua lempeng benua dan satu lempeng samudera di dunia, ada lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. Tentunya, kondisi ini membuat Indonesia memiliki kondisi struktur geologi yang kompleks dan banyak mengandung sumber daya alam seperti minyak bumi, gas bumi dan batubara. Selain itu karena kondisi geologi yang begitu kompleks hal ini juga berimbas pada system petroleum yang ada di dalamnya. Pada tahun 2007. Internatioanl Energy Agency (IEA) menyatakan bahwa Indonesia memiliki 66 cekungan, tetapi saat ini hanya sekitar 25 cekungan yang telah dinyatakan produktif (mengandung hidokarbon). Statistik mengatakan bahwa dari 66 cekungan tersebut, 38 diantaranya terdapat di Indonesia bagian timur (Jawa Timur Utara, Papua dan Perairan Sulawesi).

description

East Java Petroleum setting

Transcript of East Java Petrolem.pdf

Page 1: East Java Petrolem.pdf

GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI TUGAS I/SF091264

Petroleum Sistem Cekungan Jawa Timur

Wahyu Tri S *, A Syaeful Bahri

Geofisika, Jurusan Fisika FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

[email protected]

ABSTRAK

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki cadangan minyak dan gas yang

melimpah, dimana sebagian besar lapangan eksplorasi adalah lapangna dengna jumlah

reserve yang besar. Pada tahun 2207. Internatioanl Energy Agency (IEA) menyatakan

bahwa Indonesia memiliki 66 cekungan, tetapi saat ini hanya sekitar 25 cekugnan yang

telah dinyatakan produkti (mengandung hidokarbon). Statistik mengatakan bahwa dari

66 cekungan tersebut, 38 diantaranya terdapat di Indonesia bagian timur (Jawa Timur

Utara, Papua dan Perairan Sulawesi. Pada penelitian ini fokusan masalah ialah pada

Cekungan Jawa Timur Utara. Cekungan Jawa Timur Utara secara fisiografi terletak

diantara Laut Jawa dan sederetan gunung api yang berarah Barat-TImur di sebelah

selatannya. Cekungan ini terdiri dari dua buah pegunungan yang berjalan sejajar

dengan arah Barat-Timur dan dipisahkan oleh suatu depresi diantaranya. Cekungan ini

merupakan zona pertemuan lempeng-lempeng Eurasia dan Indo-Australia. Cekungan

Jawa Timur utara adalah cekungan back-arc pada ujung tenggara Paparan Sunda yang

dibatasi oleh Busur Karimunjawa dan Paparan Sunda di bagian barat, ke utara oleh

Tinggian Meratus, ke arah timur oleh Tinggian Maselembo dan ke selatan oleh jalur

vulkanik jawa. Batuan dasar terdiri dari gabro, ofiolit, metasedimen dan batuan

metamorf Jura akhir-kapur yagn tersusun pada formasi Ngimbang, Formasi Kujung,

Formasi Ngrayong, Formasi Wonocolo, Formasi Tuban, Formasi Mundu, Formasi

Paciran dan Formasi Lidah. Dalam proses pembentukannya karena mengalami

penurunan muka air laut serta aktivitas tektonik sehingga batuan yang mendominasi

ialah karbonat.

Kata Kunci : Cekungan Jawa Timur Utara, back-arc, karbonat.

1. Pendahuluan

Energi merupakan masalah yang

saat ini sedang ramai menjadi topik

perbincangan di Indonesia. Indonesia

terletak diantara dua lempeng benua dan

satu lempeng samudera di dunia, ada

lempeng Eurasia, Indo-Australia dan

Pasifik. Tentunya, kondisi ini membuat

Indonesia memiliki kondisi struktur

geologi yang kompleks dan banyak

mengandung sumber daya alam seperti

minyak bumi, gas bumi dan batubara.

Selain itu karena kondisi geologi yang

begitu kompleks hal ini juga berimbas

pada system petroleum yang ada di

dalamnya.

Pada tahun 2007. Internatioanl

Energy Agency (IEA) menyatakan bahwa

Indonesia memiliki 66 cekungan, tetapi

saat ini hanya sekitar 25 cekungan yang

telah dinyatakan produktif (mengandung

hidokarbon). Statistik mengatakan

bahwa dari 66 cekungan tersebut, 38

diantaranya terdapat di Indonesia bagian

timur (Jawa Timur Utara, Papua dan

Perairan Sulawesi).

Page 2: East Java Petrolem.pdf

GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI TUGAS I/SF091264

Gambar 1. Peta Cekungan Jawa Timur Utara

( Sultan Panjaitan.2010)

Dengan kondisi dan fakta yang

seperti ini, maka sangat diperlukan

kajian yang lebih mendalam menganai

kondisi Indoneisa bagian timur. Dalam

hal ini fokusan pembahasan yang akan

diangkat adalah mengenai kajian

petroleum sistem, khsusnya di Jawa

Timur yang meliputi kajian geologi

regional.

2. Pembahasan

2.1 Tatanan Geologi Regional

Cekungan Jawa Timur Utara secara

fisiografi terletak diantara Laut Jawa dan

sederetan gunung api yang berarah

Barat-TImur di sebelah selatannya.

Cekungan ini terdiri dari dua buah

pegunungan yang berjalan sejajar

dengan arah Barat-Timur dan dipisahkan

oleh suatu depresi diantaranya.

Cekungan ini merupakan zona

pertemuan lempeng-lempeng Eurasia

dan Indo-Australia (Saytyana & Darwis,

2001). Secara geografis terletak di

daerah laut jawa dan daratan jawa timur

bagian utara mencakup pulau Madura,

Tuban, Bojonegoro, Surabaya dan

sekitarnya. Berikut adalah peta cekungan

jawa timur utara.

Cekungan Jawa Timur utara adalah

cekungan back-arc pada ujung tenggara

Paparan Sunda yang dibatasi oleh Busur

Karimunjawa dan Paparan Sunda di

bagian barat, ke utara oleh Tinggian

Meratus, kebarah timur oleh Tinggian

Maselembo dan ke selatan oleh jalur

vulkanik jawa (Sribudiyani, 2003).

Sedangkan daerah pantai selatan Jawa

Timur merupakan rangkaian pegunungan

vulkanik yaitu sebuah cekungan busur

depan dan daerah prisma akresi luar (

Bambang Tribowo, 2007).

Pembentukan rifting Cekungan Jawa

Timur kemungkinan berhubungan

dengan subduksi ke arah barat laut dari

kerak benua di sepanjang tepi barat daya

Kalimantan selama Kapur Bawah. Zona

subduksi diperkirakan berubah sesuai

dengan waktunya dan arahnya ke bagian

selatan dan timur antara Kapur Bawah

dan Eosen (Hamilton, 1979). Pada

keadaan sekarang, palung subduksi

trench subduksi sejajar dengan zona arah

timur-barat yang aktif pada Neogen.

Dua arah struktur utama Tersier yang

berbeda ditemukan di cekungan ini,

akibat rezim tegasan yang

mengontrolnya adalah fase retak

Paleogen dan fase inversi Neogen. Sesar

arah timurlaut-barat daya dikontrol oleh

fase retak tegasan tensional Paleogen

pada Eosen Tengah-Miosen Awal.

Tahap pertama regangan yang

membentuk retakan rifting pada Eosen,

yang diikuti tahap amblesan cekungan

besar-besaran pada Oligosen. Selama

fase ini, pengendapan di cekungan

dikontrol oleh sesar tumbuh. Sesar arah

barat-timur berkembang pada struktur

inversi cekungan Miosen Tengah.

Struktur inversi ini didominasi oleh arah

tektonik linier barat timur yang dikenal

dengan RMK (Rembang Madura-

Kangean) yang ditunjukkan oleh zona

gerus sinistral utama (Manur dan

Barraclough,1994).

Page 3: East Java Petrolem.pdf

GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI TUGAS I/SF091264

Gambar 2. Peta Stratigrafi Cekungan Jawa

Timur

( Bradshaw et al, 1995)

2.2 Stratigrafi

Batuan dasar terdiri dari gabro,

ofiolit, metasedimen dan batuan

metamorf Jura akhir-kapur. Formasi

pra-Ngrimbang merupakan batuan

sedimen tertua yang terdiri dari batu

pasir sisipan serpih, konglomerat dan

batuan berumur Paleosen. Urutan

stratigrafi cekungan Jawa Timur dimulai

dengan endapan synrift Eosen Tengah

yang dikenal sebagai sekuen-1 bawah

atau sekuen-1 Klastik. Kemudian

dilanjutkan dengan pengendapan

transgresif klasik post-rift Eosen Akhir

hingga sekuen-2 yang kemudian diakhiri

dengan berkembangnya batu gamping

(Satyana, 2002). Bradhsaw et al,

menggambarkan kondisi Stratigrafi

cekungan Jawa Timur seperti pada

gambar 2 berikut.

Adanya endapan pre-collision

dikemukakan oleh Sribudiyani pada

awal tahun 2004 sebagai endapan

Formasi Pra-Sekuen 1 yang berumur

Paleosen-Eosen Tengah. Setelah

pengangkatan Oligosen Tengah, fase

transgresi menggenangi Cekungan Jawa

Timur pada kala Sekuen-3 dan

mengendapkan sedimen klastik dan

karbonat Kujung Bawah (Kujung II dan

III). Formasi Kujung berumur Oligosen

di bagian timur cekungan, sedangkan di

bagian barat cekungan Formasi Kujung

terbentuk lebih lambat karena muka air

laut bertambah maka berkembang

anggota Prupuh Formasi Kujung yang

terdiri dari batu gamping terumbu. Di

beberapa tempat berkembang, juga

Formasi Kujung yang terdiri dari

perselingan batupasir, batu gamoing,

napal dan serpih yang berlangsung

hingga akhir Meosen. Pembentukan

Formasi Kujung menunjukkan adantya

fase transgresi. Di daerah rendahan

berkembang Kujung Shale sedangkan di

daerah yang lebih tinggi berkembang

Kujung Carbonate dan anggota Prupuh

(Sribudiyani, 2003). Transgresi

mencapai puncaknya pada Miosen awal

(sekuen-4) dengan diendapkannnya

karbonat KujungAtas (Kujung I/Prupuh)

dan ditutupi oleh serpih Formasi Tuban.

Pada waktu yang relatif sama dengan

formasi Tuban, terumbu rancak tumbuh.

Pada kala Miosen Tengah 11 (sekuen 5)

kompresi mulai terjadi dan berpengaruh

signifikan pada Miosen Akhir (Sekuen

6) dan Mio-Pliosen. Sedimentasi regresif

Formasi Ngrayong dan transgresif

Wonocolo hingga Kalibeng.

2.3 Tektono Stratigrafi

Tektono stratigtrafi merupakan

penjelasan pembentukan cekungan Jawa

Timur dari segi aktivitas tektonik

(tumbukan lempeng). Hal ini merupakan

sebuah perjalanan tektonis dari era Late

Cretaceous hingga saat ini. Tektono

stratigrafi dianggap penting karena

memiliki implikais dengan proses

Page 4: East Java Petrolem.pdf

GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI TUGAS I/SF091264

geologi regional yang berlangsung.

Secara tektonostratigrafi perkembangan

evolusi Cekungan Jawa Timur dapat

dibagi ke dalam 3 (tiga) fase yang

berturut-turut dari tua ke muda adalah

sebagai berikut :

1. Fase rifting

Terjadi selama waktu Eosen

sampai Oligosen Tengah, dimana

Formasi Ngimbang diendapkan ke

dalam cekungan rift yang berbentuk

half grabben. Bagian bawah dari

Formasi Ngimbang terdiri dari seri

klastik dan secara bertahap berubah

menjadi lebih laut (marine) dengan

adanya batuan karbonat yang

mencerminkan proses transgresi

menuju ke atas.

2. Fase sagging (Akhir Oligosen

sampai awal Miosen)

Pada fase ini sedimentasi batuan

karbonat sangat dominan. Situasi

tesebut mencerminkan kondisi tektonik

yang relative stabil. Tiga siklus

pengendapan karbonat terjadi selama

peroide waktu ini diekanl sebagai

Formasi Kujuang dan Tawun.

3. Fase Kompresional

Dimulai pada Miosen Tengah yang

ditandai dengan pengendapan seri

klastik Formasi Ngrayong pada sistem

lautdangkal samapi delta. Tektonk

kompresional juga mengaktifkan

kembali structural grain arah Timur-

Barat dan Timur laut-Barat daya

menjadi sesar naik (reverse fault) dan

sesar mendatar (strike-slip fault).

Selama waktu kompresional Formasi

Kawengan dan Lidah diendapkan

dalam kondisi lingkungan laut. Puncak

dari inversi terjadi selama waktu Plio-

Pleistosen pada saat Formasi Lidah

diendapkan (Satyana, 2003).

Sejawat dengan Satyana, Matthews

et al,1995 memberikan gamabran dari

betukan tektonostratigrafi cekungan

Jawa Timur seperti pada gambar 3

Gambar 3. Bentukan Stratigrafi dari hasil

tektonik (Johansen 2003)

2.4 Fasies Karbonat Oligo-Miocene

Formasi karbonat pada Kujung,

Prupuh, Tuban dan Rancak

merepresentasikan fase transgresi yang

kontinyu pada masa akhir Oligocene

sampai awal Miocene. Formasi Kujung

dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : Kujung

III, Kujung II dan Kujung I. Kujung III

merupakan sekuen klastik regresif.

Kujung II adalah trangresif sekuen pada

karbonat laut dangkal dan calcareous

shale yang membentuk reefal build-up

pada daerah tinggian. Formasi Tuban

yang terbentuk pada awal Miocene

mengakhiri sedimentasi karbonat pada

Oligo-Miocene (Satyana, 2002).

Ada uda jenis model deposisi

karbonat pada zaman Oligo-Miocene

(gambar 4): deposisi dari platform darat

dan deposisi dari platform laut,

pembelokan batas paparan terjadi di

selatan Semarang dan merepresentasikan

perbedaan tren tektonik yang terjadi

(Satyana, 2002). Dari keda jenis deposisi

inilah yang saat ini menjadi reservoar

Page 5: East Java Petrolem.pdf

GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI TUGAS I/SF091264

dengna skala produksi besar yang

membentang dari barat hingga WMO.

Sistem deposisi dari karbonat/reef

Oligo-Miocene dikontrol oleh batuan

basement yang tersegmentasi dari land

attaché platform. Segmentasi dari batuan

basement ini membentuk beberapa horst

dan grabben. Dari arah barat ke timur,

horst dan graben yang berukuran besar

adalah : Karimun Jawa, terusan Muriah,

Bawean-arch, terusan Tuban,

Terusan JS 1 ridge, Terusan Masalembo,

Platform Madura utara, terusan JS5 dan

platform Sibaru (Satyana, 2002)

Pengendapan cekungan utara jawa

timur merupakan bentukan yang

terkontrol sari system Horst dan

Grabben akibat proses tektonik yang

terjadi, seperti terlihat pada gambar 5.

Ada 3 fasies karbonat reef yang bisa

dibedakan pada cekungan Jawa Timur

Utara: (1) Karbonat reef fringing,

(2) basinal limestone mud mound (3)

patchreef overplatform. Karbonat reef

Gambar 4. Sistem Pengendapan yang dibedakan menjadi dua : land attached

platform dan offshore isolated platform (Satyana, 2003)

Gambar 5. Segmentasi pengendapan Cekungan Jawa Timur (Satyana, 2003)

Page 6: East Java Petrolem.pdf

GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI TUGAS I/SF091264

fringing pada basement dicirikan dari

adanya shoal water carbonat depostio.

Basinal limestone mud mound

merupakan area open marine yang

dicirikan dari batuan karbonat klastik

dan deposisi energi rendah. Patchreef

over platform mencakup area yang

sangat luas dari arah timur ke barat yang

merupakan shallow carbonate

deposition. Pada daerah ini banyak

ditemukan jenis reef build-up carbonate

sepanjang batas paparan.

Deposisi dari karbonat reef Olio-

Miocene dapat terkontrol oleh batuan

basement yang tersegmentasi (land

attached platform) dan offshore isolated

platform (gambar 4). Isolated platform

ini merepresentasikan beberapa horst

dan graben dari arah barat laut hingga

timur laut dan secara lateral lebih tinggi

daripada daerah di utara land attached

platform. Dari barat ke timur, horst dan

graben-nya adalah : terusan Pati, barat

Cepu, terusan Kening, timur Cepu,

lembah Ngimbang, Kemandung, graben

BD Utar, grabem BD Selatan, dan

sederetan horst dan graben dari pulau

Kangean. Terumbu karang/reef tumbuh

pada tinggian di daerah-daerah tersebut

membentuk suatu reef jenis pinnacle

sepanjang offshore isolated platform.

Arah dip dari isolated platform ini

adalah WSW menuju barat hingga

menghasilkan suatu sekuen transgresi ke

arah timur. Pada kondisi ini, reef terus

tumbuh di selatan isolated platform.

Sedimentasi yang terdeposit pada bagian

barat pada akhirnya menghentikan laju

pertumbuhan reef. Lapangan Mudi,

Banyu urip dan Sukowato merupakan

contoh dari tipe ini. Ciri dari lapangan

ini adalah memiliki porositas yang bagus

pada puncak-puncak reef (Satyana,

2002).

2.5 Petrolem Sistem Cekungan Jawa

Timur

Jawa Timur memiliki cadangan

minyak yang terletak di beberapa

tempat, termasuk di blok Cepu di daerah

Bojonogoro, blok Tuban, dan Gresik

juga di wilayah timur laut Jawa. Jawa

Timur merupakan bagian dari system

petroleum cekungan Asia tenggara

Tersier minyak bumi, yang berasal dari

ekstensional tektonik dan pengendapan

tebal syn-dan postrift lakustrin organik

yang kaya serpih, sumber yang paling

produktif untuk hidrokarbon di daerah

ini (Bransden dan Matthews, 1992; Cole

dan Crittenden, 1997). Perangkap

keduanya stratigrafi dan struktur (Todd

et al., 1997). Oligosen hingga Miosen

karbonat gundukan kadang-kadang

dolomitized, dolostones membentuk

waduk di daerah karena mengandung

porositas primer maupun sekunder.

Salah satu kontribusi utama dari

pekerjaan ini adalah definisi dari

beberapa unit sebagai Burdigalian dan

Langhian usia. Sebelumnya, mayoritas

batupasir telah ditunjuk sebagai

Serravallian. Batupasir endapan danau

Awal Tersier dan Miosen delta dan

deepwater batupasir juga waduk. Ini

waduk ini mirip dengan Miosen-Pliosen

Segitiga platform, Timur Laut Natuna,

Indonesia (Bachtel et al, 2004.), Dan

tengah Miocene karbonat waduk,Nam

Con Son basin, Vietnam (Matthews et al,

1997;. Mayall et al, 1997).

Batuan Source yang potensial di

Cekungan Jawa Timur telah diperkaya

organik dari Ngimbang dan

pembentukannya berumur Eosen. Hal ini

ditemukan di sumur dalam dan itu

disimpan sebagai sedimen laut dangkal,

transisi lingkungan, delta dan danau

deposisi, dengan TOC sekitar 1,1%, di

Page 7: East Java Petrolem.pdf

GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI TUGAS I/SF091264

kedalaman 2.500 meter untuk

menghasilkan hidrokarbon. Tipe

Kerogen adalah sapropel alga dari

danau telah dicampur dengan bahan

tanaman dari tumbuhan tinggi yang

berpotensi memproduksi hidrokarbon.

Litologi, serpih "Orbitoid Kalk"

organik kaya pada Miosen Akhir

terutama sebagai sumber batu di darat

dari cekungan ini. Migrasi atau

pematangan memiliki induksi dari

Tengah ke Upper Miocene sebagai

kesalahan tektonik inversi pada Paleogen

sedimnetation dan Neogen dari batuan

induk ke reservoir. Yang disebabkan

oleh faktor aliran panas, cepat inversi di

RMK Zone (RembangMadura-

Kangean),reactiviation, dan penurunan

pada bagian utara Zona RMK setelah

fase pemakaman (Premonowati,et al,

2007).

Manur dan Barraclough (1994),

menyimpulkan bahwa jenis perangkap

umum struktural yang terangkat ke blok

batas, dengan reef yang kompleks dari

Oligosen ke Pliosen dan Miosen Akhir

kompresi / struktur inversi. Perangkap

ini juga terbentuk dari batas keretakan

dan graben pada anticlines dari

anticlinorium Rembang. Di daerah ini,

hidrokarbon membentuk start pada awal

menyalahkan dari Mid-Eosen Oligosen

untuk terkait dengan aliran panas selama

inversi fase. Reaktivasi selama Mid-

Miosen deformasi telah membentuk

struktur bunga dan lipatan menuju

Pleistosen Awal (Suparyono dan

Lennox, 1989).

Penemuan hidrokarbon dengan

jumlah besar pada karbonat Oligo-

Miocene di cekungan Jawa Timur Utara

ini, menunjukkan adanya efektifitas dari

elemen-elemen petroleum system seperti

source rock, migration path, reservoar

karbonat uang bagus, batuan tudung dan

jenis jebakan stratigrafi yang bagus

(Purwaningsih, 2002).

Batuan sumber (sourcerock) pada

cekungan Jawa Timur utara ini adalah

shale yang kaya akan organic dan

beberapa coal pada formasi Ngrimbagn

Eocene yagn merupakan marginal

marine, deltaic dan lacustrine. Proses

maturasi dimulai pada pertengahan

Gambar 5. Petroleum Sistem Cekungan Jawa Timur Utara (Satyana, 2003)

Page 8: East Java Petrolem.pdf

GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI TUGAS I/SF091264

Miocene. Hidrokarbon termigrasi dari

source rock menuju jebakan Formasi

Kujung karbonat melewati carrier beds

secara horizontal dan patahan secara

vertical. Penemuan pada onshore, seperti

Mudi, Banyu Urip dan Sukowati berasal

dari sumber batuan early Miocene Tuban

Shales yang terdeposit pada rendahan

(graben) diantara tinggian (horst) Cepu

barat dna Cepu Timur. Proses

pematangan pada onshore (onshore

maturity) terjadi karena kompresional

oleh zona Madura dan Rembang pada

pertengahan sampai akhir Miocene.

Hidrokarbon bermigrasi melalui carrirer

beds dan zona patahan (Purwaningsih,

2002). Secara umum Petoleum system

pada cekungan Jawa Timur utara

digambarkan seperti pada gamabr 7.

KESIMPULAN

1. Cekungan Jawa Timur

merupakan zona pertemuan

lempeng-lempeng Eurasia dan

Indo-Australia dengan jenis back

arc basin.

2. Sistem petroleum Jawa Timur

Utara didominasi oleh karbonat,

karena pada lingkunga

pengendapan terjadi penurunan

muka air laur yang diikuti

aktivitas tektobik, jenis karbonat

yang ada ialah reef build-up.

3. Pengendapan cekungan utara

jawa timur merupakan bentukan

yang terkontrol sari system Horst

dan Grabben akibat proses

tektonik yang terjadi.

4. Penemuan hidrokarbon dengan

jumlah besar pada karbonat

Oligo-Miocene di cekungan Jawa

Timur Utara ini, menunjukkan

adanya efektifitas dari elemen-

elemen petroleum system seperti

source rock, migration path,

reservoar karbonat uang bagus,

batuan tudung dan jenis jebakan

stratigrafi yang bagus.

DAFTAR PUSTAKA

Bachtel, S. L., R. D. Kissling, D.

Martono, S. P. Rahardjanto, P.

Dunn, and B. A. MacDonald. 2004.

Seismic stratigraphic evolution of

the Miocene– Pliocene Segitiga

platform, East Natuna Sea,

Indonesia: The origin, growth, and

demise of an isolated carbonate

platform. AAPG Memoir 81, p.

309–328.

Blow, W.H., 1969, Late Middle Eocene ro Recent planktonic foraminiferal

biostratigraphy. Proceedings of the

First International Conference on

Planktonic Microfossils Geneva,

1967, 1: 199-422.

Cole, J. M., and S. Crittenden, 1997,

Early Tertiary basin formation and

the development of lacustrine and

quasi-lacustrine/marinesource

rocks on the Sunda shelf of SE Asia.

Petroleum geology of southeast

Asia: Geological Society ( London)

Special Publication 126, p. 147–

183.

Matthews, S. J., and P. J. E. Bransden,

1995, Late Cretaceous and

Cenozoic tectonostratigraphic

development of East Java Sea basin,

Indonesia: Marine and Petroleum

Geology, v. 12, no. 5, p. 499–510.

Panjaitan, Sultan. 2010. Prosepek Migas

Pada Cekungan Jawa Timur

Dengan Metode Gaya Berat.

Buletin Sumerb Daya Geologi.

Bandung.

Premonowati, dkk. 2007. Subsurface

Geological Models Semanggi

Brownfield Cepu Block, Java.

Procedings of Simposium Nastional

IATMI. UPN Jogjakarta.

Page 9: East Java Petrolem.pdf

GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI TUGAS I/SF091264

Purwaningsih, M.E.M., 2002. Evolution

of the Late Oligocene Kujung Reef

Complex in the Western East Cepu

High. Proceeding of the 31th

Indonesian Asscociation of

Geologist (IAGI) Annual

Convention : Bandung, Indonesia.

Satyana, A.H, 2002. Oligo-Miocene

Carbonates of the East Java Basin,

Indonesia – Facies Definition

Leading to Recent Significant

Discoveries. Proceeding of the

AAPG International Conference :

Barcelona, Spanyol.

Sribudiyani, 2003. The Collision of the

East Java Microplate and Its

Implication for Hydrocarbon

Occurrence in the East Java Basin.

Proceeding 29th

Annual

Convention, p.335346:Jakarta,

Indonesia.

Todd, S. P., M. E. Dunn, and A. J. G.

Barwise, 1997, Characterizing

petroleum charge systems in the

tertiary of SE Asia, in S. J.

Mathews and R. W. Murphy, eds.,

Petroleum geology of southeast

Asia: Geological Society (London)

Special Publication 126, p. 25–47.

Tribowo, Bambang, Kuwat S. 2007.

Potensi dan Kualitas Batuan

Formasi Kujung Sebagai Batuan

Induk Pada Lintasna Kali

Wungkal, Tuban , Jawa Timur.

Simposium Nasional IATMI. UPN

Jogjakata.