e-riset.litbang.kemkes.go.id · vi SUSUNAN TIM PENELITI No N a m a Keahlian / Kesarjanaan Kedudukan...
Transcript of e-riset.litbang.kemkes.go.id · vi SUSUNAN TIM PENELITI No N a m a Keahlian / Kesarjanaan Kedudukan...
i
LAPORAN PENELITIAN
MODEL PENANGGULANGAN DBD MELALUI
PENDEKATAN KELUARGA DI KOTA METRO
PROVINSI LAMPUNG
Lasbudi P. Ambarita
(No. Anggota APKESI : 20150110648)
Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Pusat Upaya Kesehatan Masyarakat
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Baturaja
RAHASIA
ii
SK PENELITIAN
iii
iv
v
vi
SUSUNAN TIM PENELITI
No N a m a Keahlian / Kesarjanaan Kedudukan
dalam Tim Uraian Tugas
1 Lasbudi P. Ambarita, S.Si.,M.Sc Penyakit Tropis / S2 Ketua Pelaksana Bertanggung jawab terhadap seluruh aspek
penelitian
2 Yulian Taviv, SKM, M.Si. Entomologi dan Parasitologi /
S2
Peneliti Bertanggung jawab terhadap aspek entomologi
penelitian
3 Santoso, SKM, M.Sc. Parasitologi / S2 Peneliti Bertanggung jawab terhadap pengumpulan
data KAP
4 Yahya, SKM, M.Si. Entomologi dan Parasitologi /
S2
Peneliti Bertanggung jawab terhadap kegiatan
pelatihan kader jumantik
5 Anif Budiyanto, SKM, M.Epid. Epidemiologi / S2 Peneliti Bertanggung jawab terhadap aspek promosi
kesehatan dalam penelitian
6 Indah Margarethy, S.Sos., M.Si. Sosiolog / S2 Peneliti Bertanggung jawab terhadap pengumpulan
data kualitatif penelitian
7 Milana Salim, S.Si., M.Sc. Penyakit Tropis / S2 Peneliti Membantu tim entomologi dan pengumpulan
data penelitian
8 Hotnida Sitorus, SKM, M.Sc. Penyakit Tropis / S2 Peneliti Bertanggung jawab terhadap
9 R. Irpan Pahlepi, SKM Entomologi dan Parasitologi /
S2
Peneliti Membantu tim entomologi dan pengumpulan
data penelitian
10 Yanelza Supranelfy, S.Si. Penyakit Tropis / S2 Peneliti Membantu tim KAP dan pengumpulan data
penelitian
11 Rika Mayasari, S.Si. Statistik / S1 Peneliti Bertanggung jawab dalam manajemen dan
analisis data penelitian
12 drh. Nungki Hapsari Dokter Hewan / S1 Peneliti Membantu tim promosi kesehatan dan
pengumpulan data penelitian
vii
13 drh. I Gede Wempi Permadi Dokter Hewan / S1 Peneliti Membantu tim KAP dan pengumpulan data
penelitian
14 Febriyanto, SKM, M.Biomed. Parasitologi / S2 Peneliti Membantu tim KAP dan pengumpulan data
penelitian
15 Ritawati, S.Si. Geografi / S1 Peneliti Membantu kegiatan manajemen dan analisis
data dan pengumpulan data penelitian
16 Tri Wurisastuti, S.Stat. Statistik / S1 Peneliti Membantu kegiatan manajemen dan analisis
data penelitian
17 Maya Arisanti, SKM Kesehatan Masyarakat / S1 Peneliti Membantu tim promosi kesehatan dan
pengumpulan data penelitian
18 Tanwirotun Ni’mah, S.Si. Biologi / S1 Peneliti Membantu tim entomologi dan pengumpulan
data penelitian
19 Vivin Magdalena, S.Si. Biologi / S1 Peneliti Membantu tim entomologi dan pengumpulan
data penelitian
20 Rizki Nurmaliani, SKM Kesehatan Masyarakat / S1 Peneliti Membantu tim promosi kesehatan dan
pengumpulan data penelitian
21 Marini, S.Si. Biologi / S1 Peneliti Membantu tim entomologi dan pengumpulan
data penelitian
22 Betriyon, SKM Kesehatan Masyarakat / S1 Teknisi Membantu pengumpulan data penelitian
23 Deriansyah Eka Putra, AMKL Analis Kesehatan / D3 Teknisi Membantu pengumpulan data penelitian
24 Desy Asyati, SKM Kesehatan Masyarakat / S1 Teknisi Membantu pengumpulan data penelitian
25 Nur Inzana, SKM Analis Kesehatan / D3 Teknisi Membantu pengumpulan data penelitian
26 Ade Verientic, SKM Analis Kesehatan / D3 Teknisi Membantu pengumpulan data penelitian
27 Rahayu Hasti K, SKM Kesehatan Masyarakat / S1 Teknisi Membantu pengumpulan data penelitian
28 Surakhmi, SKM Kesehatan Masyarakat / S1 Teknisi Membantu pengumpulan data penelitian
viii
29 Katarina Sri Rahayu SMA Litkayasa Membantu pengumpulan data penelitian
30 Henri Erwadi SMA Litkayasa Membantu pengumpulan data penelitian
31 Zamriyadi SMA Administrasi Mengadministrasi kegiatan penelitian
32 Sutiman SMA Administrasi Mengadministrasi kegiatan penelitian
33 Agus Setiawan SMA Administrasi Mengadministrasi kegiatan penelitian
34 Dian Agustin SMA Administrasi Mengadministrasi kegiatan penelitian
35 Tien Febriyati, SE S1 Administrasi Mengadministrasi kegiatan penelitian
ix
SURAT PERSETUJUAN ETIK
x
xi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala berkat dan rahmatNya laporan penelitian dengan judul “Model
Pengendalian Demam Berdarah Dengue Melalui Pendekatan Masyarakat di
Provinsi Lampung” dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun
2018 dengan sumber anggaran dari DIPA Balai Litbangkes Baturaja.
Masyarakat pada umumnya beranggapan bahwa masalah kesehatan
merupakan tanggung jawab pemerintah, termasuk juga masalah penanggulangan
demam berdarah dengue (DBD). Padahal masyarakat memiliki potensi besar
untuk turut berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan diri dan keluarga.
Oleh karena itu pada Laporan Penelitian ini akan dikupas indikator-indikator yang
berkaitan erat dengan faktor potensi masyarakat (rumah tangga), karena masalah
DBD penanganan dan intervensi yang akan dilakukan menggunakan prinsip
pemberdayaan dan kemandirian masyarakat. Masyarakat memiliki kemampuan
untuk mengenal dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi dengan
menggunakan sumberdaya yang dimiliki.
Laporan Akhir Penelitian ini mengupas informasi Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku masyarakat di Kota Metro, Lampung, serta langkah-langkah inovasi
sederhana pengendalian DBD melalui pendekatan keluarga. Dalam penelitian
ini dikenalkan inovasi pengendalian vektor DBD yang dinamakan sticky trap.
Stiky trap merupakan perangkap nyamuk sederhana sehingga diharapkan masing-
masing rumahtangga dapat membuat sendiri tanpa kesukaran sehingga setiap
rumah tangga pada akhirnya dapat berperan aktif menurunkan populasi vektor
yang pada akhirnya akan menurunkan kasus DBD di wilayahnya.
Diharapkan inovasi in dapat digunakan sebagai pilot project /percontohan
keberhasilan pengendalian DBD yang dapat dilakukan di daerah lain yang juga
mempunyai permasalahan yang sama. Peran serta masyarakat dalam upaya
pengendalian vektor ini tentunya perlu didukung dan kerjasama petugas
kesehatan dan jajarannya dalam bentuk monitoring dan evaluasi ataupun
penghargaan.
Akhir kata penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kepala
Balai Litbangkes Baturaja dan Kepala Pusat Upaya Kesehatan Masyarakat Badan
Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan atas dukungan yang diberikan mulai
dari perencanaan penelitian hingga terbitnya laporan akhir penelitian ini.
Pada kesempatan ini juga penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan
terima kasih yang sebesar besarnya, kepada :
Kepala Dinas Kesehatan Kota Metro beserta jajaran yang telah membantu
terlaksananya penelitian ini, secara khusus ucapan terima kasih kepada Kepala
Seksi Pengendalian Penyakit Bapak Yohanes Jatmiko, SKM dan ibu Nurvita,
AMK yang turut mendampingi selama pengumpulan data di lokasi penelitian.
xii
Ibu Dr. Ekowati Rahajeng, SKM, M.Kes. selaku Ketua Panitia Pembina
Ilmiah (PPI) Pusat Upaya Kesehatan Masyarakat Badan Litbang Kesehatan.
Kepada Dra. Shinta, Msi dan Tin Afifah, SKM, MKM, selaku Pembina
Peneliti Badan Litbangkes Baturaja yang telah memberikan pembinaan
terhadap penelitian ini.
Anggota tim penelitian yang terdiri dari Yulian Taviv, SKM, M.Si., Santoso,
SKM,, M.Sc., Anif Budiyanto, SKM, M.Epid., Hotnida Sitorus, SKM, M.Sc.,
Yahya, SKM, M.Si., Milana Salim, M.Sc., Yanelza Supranelfy, M.Sc., Indah
Margarethy, S.Sos., M.Si., R. Irpan Pahlepi, SKM, Ritawati, S.Si., Deriansyah
Eka Putra, SKM, Betriyon, SKM, drh. Nungki Hapsari, drh. I Gede Wempi
Surya Permadi, Rika Mayasari, S.Si., Tri Wurisastuti, S.Si., Maya Arisanti,
SKM, Tanwirotun Ni’mah, S.Si., Vivin Mahdalena, S.Si., Rizki Nurmaliani,
SKM, Marini, S.Si., Nur Inzana, SKM, Ade Verientic, SKM, Rahayu Komari,
SKM, Surahmi Oktavia, SKM, Katarina Sri Rahayu, Henri Erwadi,
Zamriyadi, Sutiman, Tien Febriyeti, Himawan Sutanto dan Dian Agustin
Verawati atas partisipasi dan kerja keras yang dilakukan selama penelitian
berlangsung.
Rekan-rekan pegawai Balai Litbangkes Baturaja atas segala dukungan yang
diberikan.
Kepada semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Dengan keterbatasan pengalaman, pengetahuan maupun pustaka yang
ditinjau, penulis menyadari bahwa laporan akhir penelitian ini masih banyak
kekurangan dan perlu pengembangan lebih lanjut agar benar benar bermanfaat.
Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar laporan
penelitian ini lebih sempurna serta sebagai masukan bagi penulis untuk penelitian
dan penulisan karya ilmiah di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis
berharap informasi dalam laporan ini memberikan manfaat bagi kita semua
terutama untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia.
Baturaja, Desember 2018
Penulis
xiii
RINGKASAN EKSEKUTIF
MODEL PENANGGULANGAN DBD MELALUI PENDEKATAN
KELUARGA DI KOTA METRO PROVINSI LAMPUNG
Lasbudi P. Ambarita, Yulian Taviv, Santoso, Anif Budiyanto, Hotnida Sitorus,
Yahya, Milana Salim, Yanelza Supranelfy, Indah Margarethy, R. Irpan Pahlepi,
Ritawati, Deriansyah Eka Putra, Betriyon, Nungki Hapsari, I Gede Wempi Surya
Permadi, Rika Mayasari, Tri Wurisastuti, Maya Arisanti, Tanwirotun Ni’mah,
Vivin Mahdalena, Rizki Nurmaliani, Marini, Nur Inzana, Ade Verientic, Rahayu
Komari, Surahmi Oktavia, Katarina Sri Rahayu, Henri Erwadi, Zamriyadi,
Sutiman, Tien Febriyeti, Himawan Sutanto dan Dian Agustin Verawati
Provinsi Lampung yang terdiri dari 15 kabupaten/kota memiliki angka
kejadian penyakit (incidence rate) tahun 2010-2015 yang fluktuatif (secara
beruntun 22,9; 20,0; 68,4; 58,1; 16,8 dan 36,9 per 100.000 penduduk). Kota Metro
merupakan salah satu endemis di Provinsi Lampung dimana angka incidence rate
5 tahun terakhir 2013-2017 berturut-turut sebesar 283,1, 95,8, 173,4, 145,0 dan
50,9 per 100.000 penduduk sedangkan angka CFR berturut-turut sebesar 1,16%,
2,74%, 0,4%, 0,9% dan 1,2%. Penularan DBD secara epidemiologi terjadi karena
hadirnya faktor-faktor risiko penularan DBD seperti adanya manusia sebagai host,
vektor, agent, maupun lingkungan yang berperan penting bagi kehidupan dan
perkembangbiakan vektor. Tempat penampungan air (TPA) kebutuhan rumah
tangga seperti bak, drum, tempayan, dan gentong merupakan habitat yang sangat
potensial bagi nyamuk Aedes aegypti untuk berkembangbiak karena relatif selalu
terisi dengan air, disamping habitat non-TPA juga berkontribusi menjadi habitat
tambahan. Diperlukan penanganan terhadap setiap tempat penampungan air agar
terbebas dari perkembangbiakan vektor DBD.
Pengendalian penyakit DBD melalui kegiatan pengendalian vektor
sepenuhnya tidak akan efektif apabila tidak didukung oleh perilaku masyarakat
untuk menghindarkan tempat-tempat penampungan air menjadi habitat vektor
pradewasa. Dari beberapa studi menunjukkan pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat memiliki keterkaitan yang erat dengan keberadaan jentik maupun
berhubungan dengan kejadian penyakit DBD. Pengamatan atau surveilens vektor
merupakan bagian dari program pengendalian vektor, seperti pengamatan jentik
berkala baik oleh petugas kesehatan maupun jumantik. Selain melalui pengamatan
langsung, penggunaan alat atau perangkap vector dapat menjadi alternatif untuk
xiv
mengetahui keberadaan vector. Perangkap sticky-trap merupakan perangkap
vector stadium dewasa yang menggunakan perekat sehingga nyamuk yang
hinggap akan menempel dalam perangkap tersebut. Perangkap ini selain dapat
dimanfaatkan sebagai surveilens vector juga dapat dimanfaatkan untuk
mengurangi populasi vektor. Kementerian Kesehatan saat ini tengah menjalankan
program Indonesia Sehat melalui pendekatan keluarga. Program ini bertujuan
mendekatkan masyarakat kepada fasilitas kesehatan melalui tenaga kesehatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model penanggulangan DBD melalui
pendekatan keluarga di Kota Metro.
Penelitian ini dilaksanakan di dua kecamatan yaitu Kecamatan Metro
Pusat yang berlokasi di Kelurahan Hadimulyo Barat dan Imopuro dan Kecamatan
Metro Timur di Kelurahan Iringmulyo dan Yosodadi. Di masing-masing
kelurahan berada di lima RT (rukun tetangga) sehingga total terdapat 20 RT
sebagai lokasi penelitian. Intervensi yang diberikan dalam penelitian ini adalah
promosi kesehatan, pemeriksaan jentik rutin oleh kader jumantik dan pemasangan
perangkap sticky-trap. Variabel yang diamati antara lain pengetahuan, sikap dan
perilaku masyarakat, indeks jentik, kepadatan nyamuk Aedes yang terperangkap
di sticky-trap, serta variabel kualitatif yaitu penerimaan masyarakat terhadap
intervensi yang diberikan, perspektif pengelola DBD dan lintas sektor terhadap
permasalahan DBD di wilayahnya.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna pada
aspek pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat sebelum dan sesudah
intervensi. Indeks jentik juga menunjukkan perbedaan indeks jentik antara
sebelum dan sesudah intervensi antara lain house index 33,2% menjadi 21,6%,
breteau index 84,4 kontainer per 100 rumah menjadi 28,3 kontainer per 100
rumah dan container index 12,5% menjadi 6,7%. Kepadatan nyamuk Aedes yang
terperangkap di sticky-trap menunjukkan pola penurunan dengan rincian
pengamatan I 0,5 nyamuk/perangkap, pengamatan II 0, 47 nyamuk/perangkap,
pengamatan III 0,33 nyamuk/perangkap dan pengamatan IV 0,35
nyamuk/perangkap. Menanggapi pelaksanaan intervensi penelitian, masyarakat
memberikan respons positif dan antusias terhadap kegiatan yang dilaksanakan.
Perspektif pengelola DBD terhadap permasalahan DBD yaitu Perilaku masyarakat
xv
yang positif adalah kunci keberhasilan penanggulangan DBD dan oleh karenanya
memerlukan pendekatan yang komprehensif dan melibatkan banyak aktor.
Perspektif lintas sektor terhadap permasalahan DBD bahwa penanggulangan
penyakit demam berdarah tidak dapat diselesaikan sendiri oleh sektor kesehatan
namun memerlukan peran multisektor.
Pemberdayaan masyarakat dalam mengatasi permasalahan DBD menjadi
satu komponen penting dalam program pengendalian DBD yang terintegrasi
dengan metode pengendalian lainnya. Pendekatan kepada masyarakat melalui
pemberdayaan kader jumantik masih penting untuk dilakukan karena penularan
penyakit demam berdarah sangat berkaitan dengan perilaku masyarakat itu
sendiri. Untuk itu pelaksanaan program 1 rumah 1 jumantik sebagai program baru
pemerintah perlu direncanakan dengan baik. Pada level masyarakat diperlukan
komitmen bersama dari seluruh komponen masyarakat (tokoh masyarakat, tokoh
agama, PKK, dasawisma, dan masyarakat itu sendiri) agar program 1R1J dapat
berkesinambungan.
xvi
ABSTRAK
Perilaku masyarakat sangat berkaitan erat dengan penularan DBD,
terutama perilaku yang berhubungan dengan berkembangbiaknya vektor DBD
pada tempat-tempat penampungan air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dampak pemicuan melalui promosi kesehatan, pemeriksaan jentik oleh kader
jumantik, serta aplikasi perangkap nyamuk (sticky-trap) terhadap kepadatan
vector. Lokasi penelitian adalah Kota Metro Provinsi Lampung, dan berada di 2
kecamatan endemis yang dipilih secara purposif. Pendekatan keluarga dalam
penelitian ini adalah dengan memberdayakan anggota keluarga sebagai jumantik
keluarga dalam melakukan upaya pencegahan penularan DBD. Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimental semu. Variabel yang diukur adalah
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat, indeks jentik serta kepadatan
nyamuk Aedes yang terperangkap sebelum dan sesudah intervensi. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna pada aspek
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat sebelum dan sesudah intervensi.
Indeks jentik juga menunjukkan perbedaan indeks jentik antara sebelum dan
sesudah intervensi antara lain house index 33,2% menjadi 21,6%, breteau index
84,4 kontainer per 100 rumah menjadi 28,3 kontainer per 100 rumah dan
container index 12,5% menjadi 6,7%. Kepadatan nyamuk Aedes yang
terperangkap di sticky-trap menunjukkan pola penurunan dengan rincian
pengamatan I 0,5 nyamuk/perangkap, pengamatan II 0, 47 nyamuk/perangkap,
pengamatan III 0,33 nyamuk/perangkap dan pengamatan IV 0,35
nyamuk/perangkap. Masyarakat memberikan respons positif dan antusias terhadap
kegiatan yang dilaksanakan. Perilaku masyarakat yang positif adalah kunci
keberhasilan penanggulangan DBD dan oleh karenanya memerlukan pendekatan
yang komprehensif dan melibatkan banyak aktor. Perspektif lintas sektor terhadap
permasalahan DBD bahwa penanggulangan penyakit demam berdarah tidak dapat
diselesaikan sendiri oleh sektor kesehatan namun memerlukan peran multisektor.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pendekatan keluarga
dalam mencegah perkembangbiakan vektor melalui anggota keluarga dapat
berkontribusi kepada penurunan kepadatan vektor DBD di lingkungan dan
menurunkan risiko penyebaran virus dengue.
Kata kunci : Model, demam berdarah, sticky-trap, Metro
xvii
DAFTAR ISI
JUDUL PENELITIAN ..................................................................................... i
SK PENELITIAN ............................................................................................ ii
SUSUNAN TIM PENELITI ............................................................................ vi
PERSETUJUAN ETIK .................................................................................... ix
PERSETUJUAN ATASAN ............................................................................. x
KATA PENGANTAR ..................................................................................... xi
RINGKASAN EKSEKUTIF ........................................................................... xiii
ABSTRAK ....................................................................................................... xvi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xvii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xviii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xix
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang ............................................................................... 1
1.2. Perumusan masalah ....................................................................... 4
1.3. Tujuan penelitian .......................................................................... 4
1.4. Manfaat penelitian ........................................................................ 5
II. METODE PENELITIAN
2.1. Kerangka konsep, hipotesis dan definisi operasional .................. 6
2.2. Tempat dan waktu penelitian ........................................................ 7
2.3. Jenis penelitian .............................................................................. 8
2.4. Populasi dan sampling .................................................................. 8
2.5. Instrumen pengumpul data ........................................................... 11
2.6. Bahan dan prosedur pengumpulan data ........................................ 12
2.7. Pengolahan dan analisis data ........................................................ 18
III. HASIL .................................................................................................. 20
IV. PEMBAHASAN .................................................................................. 57
V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 67
LAMPIRAN ................................................................................................ 69
Comment [H1]: DO belum muncul apa itu :
1.Pengentahuan
2.sikap 3.perilaku
4.KLB
5.dll..
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Definisi operasional variabel penelitian 7
Tabel 2 Populasi penelitian di Kota Metro 9
Tabel 3 Angka incidence rate dan case fatility rate DBD di Kota Metro
tahun 2013-2017
21
Tabel 4 Karakteristik responden KAP saat pra intervensi dan paska
intervensi di Kota Metro
22
Tabel 5 Pengetahuan responden tentang aspek-aspek yang berkaitan
dengan penyakit DBD
24
Tabel 6 Sikap responden tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan
penyakit DBD
26
Tabel 7 Perilaku masyarakat tentang aspek-aspek yang berkaitan
dengan penyakit demam berdarah
28
Tabel 8 Hasil uji bivariat tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku
sebelum dan sesudah intervensi
30
Tabel 9 Karakteristik kader jumantik 30
Tabel 10 Pengetahuan kader jumantik tentang penyakit demam berdarah 31
Tabel 11 Sikap kader jumantik 33
Tabel 12 Perilaku kader jumantik 35
Tabel 13 Nilai Indeks larva di Empat kelurahan sebelum dan sesudah
intervensi
37
Tabel 14 Genus nyamuk yang terperangkap pada sticky-trap
selama empat periode pengamatan
39
Tabel 15 Kepadatan nyamuk Aedes yang terperangkap dalam sticky-trap 40
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka konsep penelitian 6
Gambar 2 Alur kegiatan penelitian 18
Gambar 3 Peta Kota Metro 21
Gambar 4 Fluktuasi kepadatan nyamuk Aedes yang tertangkap per sticky-
trap
41
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Maret 2016
menyebutkan bahwa telah terjadi kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah
dengue (DBD) di 11 provinsi. Total kasus DBD yang terjadi di Indonesia dalam
kurun waktu 1 bulan (Januari – Februari) sebanyak 608 kasus dengan 34
kematian. Secara nasional pada bulan tersebut terdapat 8.487 penderita dengan
jumlah kematian 108 orang.1 Kondisi ini menunjukkan bahwa penyakit DBD
masih merupakan ancaman nyata bagi masyarakat.
Provinsi Lampung yang terdiri dari 15 kabupaten/kota memiliki angka
kejadian penyakit (incidence rate) tahun 2010-2015 yang fluktuatif (secara
beruntun 22,9; 20,0; 68,4; 58,1; 16,8 dan 36,9 per 100.000 penduduk). Angka
bebas jentik pada tahun 2015 di Provinsi lampung kurang dari 95%.2 Kota Metro
merupakan salah satu endemis di Provinsi Lampung dimana angka incidence rate
tahun 2012-2014 berturut-turut sebesar 268,09; 283,12 dan 95,78, sedangkan
angka CFR berturut-turut sebesar 1,03%; 1,16% dan 2,74%.3
Penularan DBD secara epidemiologi terjadi karena hadirnya faktor-faktor
risiko penularan DBD seperti adanya manusia sebagai host, vektor, agent,
maupun lingkungan yang berperan penting bagi kehidupan dan
perkembangbiakan vektor. Aedes aegypti sebagai vektor utama penularan DBD
memiliki habitat yang sangat dekat atau dapat dikatakan tanpa batas dengan
manusia. Tempat penampungan air (TPA) sebagai kebutuhan rumah tangga misal;
bak, drum, tempayan, dan gentong dapat berfungsi sebagai habitat
perkembangbiakan yang potensial bagi nyamuk Aedes aegypti karena relatif selalu
terisi air. Disamping habitat TPA ada pula habitat non TPA yang berkontribusi
menjadi habitat tambahan. Diperlukan penanganan terhadap setiap tempat
penampungan air agar tidak berfungsi sebagai penyedia tempat
perkembangbiakan vektor DBD. Hasil penelitian di Sumatera Selatan4,
Banjarmasin5 dan Kupang
6 menunjukkan bahwa TPA utama seringkali justru
berfungsi sebagai habitat perkembangbiakan utama bagi vector DBD.
2
Peringatan hari kesehatan sedunia (world health day) tahun 2014 memiliki
tema tentang mencegah penyakit tular-vektor dengan slogan gigitan kecil,
ancamannya besar (“small bite, big threat”). Badan Kesehatan Dunia (WHO)
memberi tema ini berdasarkan masih tingginya morbiditas dan mortalitas penyakit
tular vektor antara lain malaria, DBD, leishmaniasis dan lain sebagainya yang
diakibatkan oleh vektor penyebab penyakit antara lain nyamuk, lalat, kutu dan
serangga lainnya. Menurut WHO saat ini terdapat 40% populasi penduduk di
dunia yang berisiko tertular virus dengue, dan diperkirakan terdapat 1,3 juta kasus
baru leishmaniasis setiap tahunnya.7
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memiliki Program Indonesia
Sehat yang tertuang dalam Nawa Cita agenda ke-5 yaitu meningkatkan kualitas
hidup manusia Indonesia.Program ini direncanakan melalui Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, dan menjadi program utama
pembangunan kesehatan.Indonesia memiliki tujuan pembangunan kesehatan yaitu
meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat
terwujud.Sejalan dengan tujuan pembangunan kesehatan, maka Program
Indonesia Sehat dijalankan melalui pendekatan keluarga sebagai unit terkecil dari
masyarakat. Apabila keluarga menjadi sadar, mau dan mampu hidup sehat maka
akan menciptakan masyarakat yang sehat pula.8
Pengendalian penyakit DBD melalui kegiatan pengendalian vektor
sepenuhnya tidak akan efektif apabila tidak didukung oleh perilaku masyarakat
untuk menghindarkan tempat-tempat penampungan air menjadi habitat vektor
pradewasa. Dari beberapa studi menunjukkan pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat memiliki keterkaitan yang erat dengan keberadaan jentik9 maupun
berhubungan dengan kejadian penyakit DBD.10
Dengan memiliki pengetahuan
yang benar tentang penularan DBD, masyarakat diharapkan memiliki sikap yang
positif terhadap penanggulangan DBD dan diterapkan melalui perilaku hidup
bersih, sehat dan terbebas dari keberadaan jentik di lingkungannya. Di Vietnam
sebagai Negara endemis DBD, kegiatan peningkatan pengetahuan masyarakat
tentang DBD cukup gencar dilakukan melalui IEC (information, education,
3
communication) dan berdampak kepada meningkatnya pengetahuan dan sikap
masyarakat, namun tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan perilaku.11
Kegiatan utama dalam program pengendalian vektor DBD adalah menekan
populasi vector terutama pada saat meningkatnya kasus penyakit. Pengamatan
atau surveilens vector merupakan bagian dari program pengendalian vector,
seperti pengamatan jentik berkala baik oleh petugas kesehatan maupun jumantik.
Selain melalui pengamatan langsung, penggunaan alat atau perangkap vector
dapat menjadi alternatif untuk mengetahui keberadaan vector. Perangkap sticky-
trap merupakan perangkap vektor stadium dewasa yang menggunakan perekat
sehingga nyamuk yang hinggap akan menempel dalam perangkap tersebut.
Perangkap ini selain dapat dimanfaatkan sebagai surveilens vector12,13,14
juga
dapat dimanfaatkan untuk mengurangi populasi vector.15,16
Gerakan tiga M (menguras, menutup dan menimbun) telah cukup lama
menjadi slogan bagi upaya untuk mencegah perkembangbiakan vector DBD
dimana saat ini telah berubah menjadi tiga M plus. Masyarakat diharapkan
berperan aktif pada level keluarga, dimana kebiasaan tiga M plus ini dapat
menjadi gaya hidup sehat seluruh anggota keluarga. Namun pada kenyataannya
keberadaan maupun kepadatan vektor pra dewasa (jentik) di masyarakat belum
mencapai taraf yang diinginkan Kementerian Kesehatan yaitu ABJ belum
mencapai 95%. Kondisi ini diperlihatkan dari beberapa hasil penelitian10,17,4,18
Kementerian Kesehatan saat ini tengah menjalankan program Indonesia
Sehat melalui pendekatan keluarga. Program ini bertujuan mendekatkan
masyarakat kepada fasilitas kesehatan melalui tenaga kesehatan. Melalui program
ini diharapkan terciptanya paradigma sehat di tengah-tengah masyarakat dan
sejalan dengan tujuan pembangunan kesehatan yaitu menciptakan masyarakat
yang sadar, mau dan mampu hidup sehat secara mandiri. Kesadaran untuk
melaksanakan upaya tiga M perlu senantiasa digalakkan terkait dengan realita
keberadaan jentik vector di pemukiman. Melalui peningkatan kesadaran melalui
penyuluhan yang efektif serta pemanfaatan perangkap sticky-trap sebagai
perangkap nyamuk di masyarakat khususnya di level keluarga diharapkan menjadi
pemicu terjadinya perubahan paradigma sehat khususnya dalam pencegahan
berkembangbiaknya nyamuk penular DBD. Berdasarkan latar belakang tersebut,
4
maka penelitian ini ingin membuat model pengendalian DBD melalui pendekatan
keluarga.
1.2. Perumusan masalah
Jumlah kejadian DBD di Indonesia masih tergolong tinggi dan setiap tahun
selalu dijumpai kasus kematian. Berbagai metode pengendalian DBD telah
banyak dilaksanakan oleh pengelola program namun pada kenyataannya jumlah
kasus DBD belum dapat ditekan dengan maksimal. Upaya untuk menekan jumlah
kasus DBD sangat memerlukan partisipasi aktif dari masyarakat. Keluarga
sebagai komponen masyarakat, perlu memahami, menyadari dan melaksanakan
gerakan yang senantiasa disosialisasikan oleh pemerintah yaitu gerakan tiga M.
Pada kenyataannya masyarakat pada level keluarga belum memahami penularan
DBD dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jikalau pun paham tapi tidak
diwujudnyatakan dalam bentuk perilaku hidup agar terbebas dari penularan DBD.
Kunci penting dalam mengendalikan penyakit demam berdarah dengue adalah
keterlibatan aktif masyarakat sampai tingkat keluarga untuk berperilaku positif
mencegah penularan DBD melalui pelaksanaan kegiatan tiga M. Perilaku positif
didasari oleh kemauan yang kuat untuk terhindar dari penularan penyakit, dan
kemauan timbul dari kesadaran yang terpicu dari pengetahuan yang diterima.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Diperolehnya model penanggulangan DBD melalui pendekatan keluarga di Kota
Metro Provinsi Lampung
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Menilai perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku sebelum dan sesudah
penyuluhan serta aplikasi perangkap sticky-trap diberikan.
b. Menilai indeks jentik sebelum dan sesudah penyuluhan serta aplikasi sticky-
trap diberikan?
c. Menilai kepadatan nyamuk yang tertangkap pada perangkap sticky-trap
setelah penyuluhan diberikan?
5
d. Mengetahui penerimaan masyarakat terhadap kegiatan penyuluhan yang
disertai aplikasi perangkap sticky-trap?
e. Mengetahui perspektif pengelola program DBD terhadap kejadian DBD dan
aspek pencegahannya?
f. Mengetahui perspektif lintas sektor terhadap permasalahan DBD di
wilayahnya?
1.4. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
Mendapatkan informasi dan wawasan mengenai model pemberdayaan
masyarakat dalam pengendalian DBD.
Dapat menjadi model atau metode alternatif bagi pengelola program
pengendalian DBD dan terintegrasi dengan metode pengendalian lainnya
Masyarakat atau keluarga di lokasi penelitian menjadi paham, sadar dan
mampu melaksanakan upaya preventif secara mandiri agar terhindar dari
penularan DBD
6
BAB II
METODE
2.1. Kerangka konsep, hipotesis dan definisi operasional
2.1.1. Kerangka konsep
Gambar 1
Kerangka konsep penelitian
Keluarga merupakan komponen terkecil dari masyarakat. Pada level
keluarga ini peranannya begitu vital dalam mendukung terciptanya kesehatan
masyarakat. Terjadinya penularan DBD dipengaruhi oleh beberapa faktor dan
salah satunya adalah keberadaan jentik di tempat penampungan air rumah tangga.
Melalui penyuluhan diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang benar
kepada masyarakat, menimbulkan kesadaran untuk hidup sehat dan terbebas dari
gigitan nyamuk vektor, serta terciptanya perubahan perilaku ke arah yang positif.
Melalui penyuluhan terhadap anggota keluarga diharapkan mereka menjadi agent
of change bagi keluarganya sehingga informasi DBD dan faktor-faktor penularnya
dapat dipahami dan diterapkan oleh seluruh anggota keluarga. Selain itu
pengenalan masalah atau factor risiko penularan DBD di wilayahnya diharapkan
dapat memicu terjadinya perubahan kesadaran dan perilaku hidup bersih bebas
dari keberadaan vector DBD. Penggunaan perangkap sticky-trap diharapkan dapat
semakin menanamkan pemahaman mengenai upaya pencegahan DBD yang
diperoleh saat penyuluhan dan memicu terjadinya perubahan pengetahuan, sikap
Pengetahuan
Sikap
Perilaku
Pengetahuan
Sikap
Perilaku
Indeks Jentik : House index
Breteau index
Container index
Indeks Jentik : House index
Breteau index
Container index
Promosi kesehatan
Kunjungan kader
Aplikasi
Perangkap
Sticky-Trap
Penerimaan
masyarakat
Perspektif nakes
& lintas sektor
7
dan perilaku tentang pencegahan DBD dan berdampak kepada penurunan
kepadatan vector DBD.
2.1.2. Hipotesis
Hipotesis yang diambil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan rerata
tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku antara sebelum dan sesudah intervensi
diberikan.
2.1.3. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel yang diamati (bebas dan terikat) ditampilkan
pada Tabel 1.
Tabel 1
Definisi operasional variabel penelitian
Variabel Uraian Metode
pengukuran
Skala
ukur
Pengetahuan
Sikap
Perilaku
House index
Breteau index
Container
index
House pupae
index
Container
pupae index
Pupa per orang
Segala sesuatu yang diketahui responden
tentang aspek penularan dan pencegahan
penyakit DBD
Tanggapan responden mengenai
penanggulangan DBD
Kebiasaan responden yang berkaitan dengan
penularan DBD dan tindakan pencegahannya
Jumlah rumah yang ditemukan jentik dibagi
seluruh rumah yang diperiksa dikalikan seratus
persen
Jumlah container ditemukan jentik dibagi
jumlah seluruh rumah yang diperiksa dikalikan
seratus.
Jumlah container ditemukan jentik dibagi
jumlah seluruh container (mengandung air)
yang diperiksa.
Jumlah rumah ditemukan pupa dibagi jumlah
seluruh rumah yang diperiksa dikalikan seratus
persen.
Jumlah kontainer ditemukan pupa dibagi
jumlah seluruh kontainer yang diperiksa
dikalikan seratus persen.
Jumlah pupa yang ditemukan (ekor) dibagi
jumlah seluruh anggota rumah tangga dari
seluruh rumah/bangunan yang diperiksa
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Survei jentik
Survei jentik
Survei jentik
Survei jentik
Survei jentik
Survei jentik
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
2.2. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Metro Provinsi Lampung, tepatnya di
Kecamatan Metro Pusat dan Metro Timur. Di Kecamatan Metro Pusat, lokasi
8
penelitian berada di Kelurahan Imopuro dan Hadimulyo Barat, sedangkan di
Kecamatan Metro Timur dilaksanakan di Kelurahan Iring Mulyo dan Yosodadi.
Waktu pelaksanaan penelitian adalah bulan Maret hingga Nopember 2018.
2.3. Jenis penelitian
Penelitian ini adalah eksperimental semu dengan desain sebelum dan sesudah
(before and after) intervensi tanpa kelompok pembanding (kontrol).
Kelompok eksperimen : O1 X1 O2
Keterangan :
O1 : Pre test sebelum dilakukan intervensi penyuluhan untuk
mengetahui pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat serta
indeks jentik
O2 : Post test untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat serta indeks jentik
X1 : Intervensi melalui kegiatan penyuluhan (informasi, edukasi dan
komunikasi) dan aplikasi sticky-trap
2.4. Populasi dan Sampel
2.4.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah masyarakat di Kota Metro Provinsi
Lampung, yang terdiri dari dua kecamatan yaitu Kecamatan Metro Pusat dan
Metro Timur. Di Kecamatan Metro Pusat berada di Kelurahan Hadimulyo Barat
dan Imopuro, sedangkan di Kecamatan Metro Timur berada di Kelurahan Iring
Mulyo dan Yosodadi. Di masing-masing kelurahan populasi penelitian berada di
5 RW dan di masing-masing RW berada di 1 RT dengan rincian lokasi sebagai
berikut :
9
Tabel 2
Populasi penelitian di Kota Metro
No. Kecamatan Kelurahan RW RT
1. Metro Pusat
Imopuro
02 12
06 32
05 27
01 04
04 22
Hadimulyo Barat
06 27A
08 32
09 35B
09 23
03 12
2. Metro Timur
Iring Mulyo
13 28
12 26
01 01
04 08
08 17
Yosodadi
04 09
09 23
05 12
03 02
01 03
2.4.2. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi penelitian ini adalah sebagai berikut :
Kader jumantik, berusia lebih atau sama dengan 20 tahun, sehat jasmani dan
rohani, aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
Jumantik keluarga adalah satu orang anggota rumah tangga yang sehat
jasmani dan rohani dan ditunjuk sebagai jumantik bagi keluarga atau tempat
tinggalnya.
Responden penelitian adalah jumantik keluarga atau anggota rumah tangga
lainnya yang sehat secara jasmani dan rohani, dapat berkomunikasi dengan
baik dan berumur ≥ 17 tahun.
Sedangkan kriteria eksklusi penelitian ini adalah :
Kader jumantik, jumantik keluarga dan responden penelitian menolak untuk
dilibatkan dalam penelitian, dalam kondisi sakit ataupun tinggal kurang dari 3
bulan
10
2.4.3. Besar Sampel
Penentuan besar sampel dihitung menggunakan rumus sample size WHO
(hypothesis test for two population proportion) sebagai berikut :
Zα : derajat kemaknaan 95%
Zβ : power test 95%
p1 : antisipasi proporsi populasi 1 (0,5)
p2 : antisipasi proporsi populasi 2 (0,05)
Sampel penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang terdapat pada
seluruh RT yang diteliti. Dengan prediksi 50-60 rumah tangga per RT dari 20 RT
yang menjadi lokasi penelitian maka, total rumah tangga atau responden yang
akan diwawancarai berjumlah 1.000 hingga 1.200 rumah tangga.
2.4.4. Cara Pemilihan Sampel
- Lokasi penelitian merupakan dua kecamatan endemis DBD yang ditentukan
berdasarkan data kasus/kejadian DBD yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan
Kota Metro atau berdasarkan pertimbangan setelah berdiskusi dengan
pengelola program pengendalian DBD Dinas Kesehatan Kota Metro. Pada
setiap kecamatan dipilih dua kelurahan endemis DBD berdasarkan riwayat
kejadian DBD dan selanjutnya pada masing-masing kelurahan ditentukan 5
RW (rukun warga) dimana dari masing-masing RW ditetapkan 1 RT (rukun
tetangga) sebagai lokasi pengumpulan data.
- Pada setiap rumah tangga di masing-masing RT ditentukan satu orang
jumantik keluarga yang ditentukan oleh kepala keluarga.
- Untuk mengukur pengetahuan, sikap dan perilaku responden masyarakat
(jumantik keluarga) pada setiap rumah tangga dilakukan pada seluruh populasi
di lokasi penelitian (20 RT).
11
- Sampel kader jumantik dipilih berdasarkan prinsip dasawisma, dimana 1
orang kader akan memantau 10 - 15 bangunan/rumah. Kader jumantik
merupakan perekrutan baru saat penelitian ataupun memanfaatkan kader
jumantik yang sudah ada di daerah penelitian
2.5. Instrumen Pengumpul Data
Instrumen penelitian terdiri dari kuesioner, materi penyuluhan, alat survey
jentik, formulir pemeriksaan jentik, formulir indepth interview, formulir diskusi
kelompok terarah (DKT) serta sticky-trap.
Cara pengumpulan data :
- Data primer
Pengumpulan data dilakukan 2 tahap yaitu sebelum intervensi dan setelah
intervensi. Kegiatan yang dilakukan sebelum intervensi dilakukan terdiri dari dua
tahapan yaitu pertama kali dilakukan pendataan jumantik keluarga dari setiap
rumah tangga yang berada di lokasi penelitian, dan kegiatan yang kedua adalah
melakukan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur tentang karakteristik
responden, pengetahuan, sikap dan perilaku yang berhubungan dengan penularan
DBD. Setelah wawancara dilakukan, dilanjutkan dengan pemeriksaan kontainer
yang menampung air (TPA dan non-TPA) baik di dalam maupun luar rumah dan
hasil pemeriksaan ditulis pada formulir pemeriksaan jentik.
Kegiatan intervensi penelitian yaitu promosi kesehatan dalam bentuk
pensyuluhan. Yang menjadi sasaran penyuluhan adalah jumantik keluarga yang
sudah ditentukan atau ditunjuk oleh masing-masing rumah tangga. Penyuluhan
yang diberikan dalam bentuk distribusi informasi, edukasi dan komunikasi.
Metode penyuluhan yaitu ceramah (1 arah), diskusi (2 arah) dan demo pengenalan
vector DBD (telur, larva, pupa dan dewasa) dan demo pembuatan sticky-trap dari
bahan-bahan bekas atau yang mudah didapat yang disertai dengan praktek
pembuatan secara mandiri oleh peserta penyuluhan. Kegiatan intervensi
berikutnya adalah penempatan sticky-trap pada setiap rumah tangga di lokasi
penelitian.
Setelah penyuluhan dan penempatan sticky-trap dilaksanakan, dilakukan
monitoring terhadap keberadaan dan kepadatan jentik di lokasi penelitian selama
kurun waktu 4 bulan. Pengamatan keberadaan jentik pada tempat-tempat yang
12
menampung air dilakukan secara rutin setiap 2 minggu begitu juga terhadap
sticky-trap dimana bagian perekat dalam sticky-trap diambil dan diganti dengan
perekat yang baru. Di akhir penelitian (paska intervensi) dilakukan kembali
wawancara mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku responden termasuk
pemeriksaan jentik, serta pengumpulan data kualitatif melalui indepth interview
dan focus group discussion.
- Data sekunder
Data sekunder berupa data kasus DBD diperoleh dari Dinas Kesehatan
Kota Metro termasuk data demografi penduduk di lokasi penelitian.
2.6. Bahan dan Prosedur Pengumpulan Data
2.6.1. Bahan
Kuesioner, materi penyuluhan, alat survey jentik, formulir pemeriksaan
jentik, formulir/panduan indepth interview, formulir/panduan diskusi kelompok
terarah serta bahan-bahan keperluan pembuatan ovitrap.
2.6.2. Prosedur kerja
2.6.2.1. Tahap persiapan
Terdiri dari penyempurnaan protokol dan pengesahannya oleh PPI Pusat Upaya
Kesehatan Masyarakat, pengurusan etik penelitian, pengadaan alat dan bahan
penelitian.
2.6.2.2. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan terdiri dari beberapa tahapan yaitu :
Survei Pendahuluan dan Perizinan
Persiapan penelitian
Pengumpulan data penelitian
Pengolahan data, analisis data dan pembuatan laporan
2.6.2.2.1. Survei Pendahuluan dan Perizinan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam survei pendahuluan adalah sebagai
berikut :
13
1. Pengurusan perijinan ke Dinas Kesehatan Provinsi Lampung dan Badan
Kesbangpol Provinsi Lampung.
2. Pengurusan perijinan ke Dinas Kesehatan Kota Metro dan Badan Kesbangpol
Kota Metro.
3. Pengumpulan data kasus DBD dan data kegiatan jumantik di dinas kesehatan
Kota Metro
4. Identifikasi media penyuluhan yang ideal untuk mendukung penyampaian
pesan penyuluhan.
5. Mengumpulkan data rumah tangga dari kelurahan atau Rukun Tetangga yang
akan dimanfaatkan untuk menentukan sampel secara acak.
6. Mengidentifikasi kader jumantik yang ada di masing-masing daerah.
Mengumpulkan nama kader jumantik yang aktif untuk dilibatkan dalam
penelitian
7. Uji coba kuesioner
2.6.2.2.2. Persiapan penelitian
1. Penentuan daerah intervensi
Ditentukan dua kecamatan endemis dan selanjutnya pada masing-masing
kecamatan ditentukan dua kelurahan endemis. Selanjutnya dari masing-masing
kelurahan ditentukan lima RW, dimana dari masing-masing RW ditentukan satu
RT sebagai lokasi penelitian.
2. Pembentukan tim pelatih kader jumantik dan tim penyuluh masyarakat
Tim pelatih jumantik merupakan merupakan anggota dari tim penelitian
(peneliti) yang telah diberikan pembekalan sehingga memiliki kesamaan persepsi
diantara anggota pelatih. Penyuluh kesehatan kepada masyarakat merupakan
kader jumantik yang dilatih oleh tim pelatih jumantik. Satu orang kader jumantik
akan memberikan penyuluhan kepada 10-15 orang jumantik keluarga yang
menjadi tanggung jawab pengawasan jumantik. Penyuluhan dengan cara ceramah
dan diskusi menggunakan modul (tentang pencegahan DBD) yang dibagikan
kepada seluruh peserta penyuluhan. Selain modul, peserta penyuluhan juga akan
diberikan kalender (tahun berjalan) yang bertemakan tentang upaya pencegahan
14
penularan demam berdarah (kegiatan tiga M plus). Kalender ini bertujuan sebagai
media promosi kesehatan bagi anggota keluarga lainnya.
3. Pendataan jumantik keluarga
Jumantik keluarga merupakan satu orang yang ditunjuk oleh kepala
keluarga yang nantinya akan diberikan penyuluhan dan pelatihan pembuatan
sticky-trap. Setelah dilatih diharapkan jumantik keluarga berperan sebagai
jumantik yaitu melaksanakan kegiatan pengamatan tempat-tempat yang
menampung air dan mengajak anggota keluarga lain untuk melaksanakan kegiatan
tiga M.
4. Pembuatan media/materi penyuluhan dan pelatihan
Tahapan berikutnya adalah membuat media atau bahan yang akan
dipergunakan dalam kegiatan pelatihan jumantik maupun penyuluhan kepada
masyarakat. Media penyuluhan dirancang sesuai dengan kebutuhan, setelah
memperoleh gambaran di lapangan pada saat survei pendahuluan. Salah satu
pertimbangan yang diambil saat pembuatan media penyuluhan adalah penggunaan
bahasa pada media tersebut. Apabila struktur masyarakat di tempat penelitian
homogen, penggunaan bahasa lokal (setempat) memiliki keuntungan, dimana
informasi promosi kesehatan dapat lebih mengena pada masyarakat, namun jika
komponen masyarakat lebih heterogen maka penggunaan bahasa yang lebih
umum yaitu bahasa nasional yang akan digunakan.
Demikan halnya dengan kegiatan pelatihan kader jumantik. Materi
pelatihan yang disampaikan adalah aspek-aspek yang terkait penyakit demam
berdarah dengue seperti tindakan pencegahan, pencarian pengobatan, penularan
dan lain sebagainya. Selain itu juga pada saat pelatihan kader, tim peneliti akan
menampilkan spesimen larva/pupa dan nyamuk Ae. aegypti hidup serta stadium
telur.
5. Pelatihan tenaga surveyer dan pewawancara
Agar kualitas data yang akan dikumpulkan maksimal maka sebelum
kegiatan pengumpulan data dimulai maka dilakukan terlebih dahulu pelatihan
tenaga pengumpul data. Fokus pelatihan adalah kegiatan survei jentik/larva pada
berbagai kemungkinan habitat perkembangbiakan serta teknik mewawancarai
responden dengan baik, benar dan tidak melanggar etika penelitian.
15
2.6.2.2.3. Pengumpulan data penelitian
1. Pengukuran PSP kader (pengetahuan, sikap dan perilaku) Pra-Intervensi
Kegiatan pengukuran PSP kader jumantik dilakukan saat pra-intervensi
kepada kader jumantik yang terpilih dengan metode wawancara menggunakan
kuesioner terstruktur. Wawancara juga dilakukan kepada responden rumah tangga
dalam hal ini adalah jumantik keluarga.
2. Pelatihan kader jumantik
Pelatihan kader jumantik menggunakan metode ceramah dan diskusi.
Media yang digunakan untuk menyampaikan materi adalah modul pelatihan,
media presentasi (menggunakan proyektor) serta praktek/demontrasi
pengumpulan jentik. Tujuan pelatihan ini adalah agar kader jumantik dapat
memantau keberadaan jentik di rumah-rumah penduduk khususnya di rumah
tangga yang menjadi tanggung jawab pengawasan jumantik. Disamping itu, kader
jumantik diharapkan dapat sebagai penyampai pesan penyuluhan kepada
masyarakat di lingkungannya baik pada saat pengamatan jentik dilakukan maupun
dalam kehidupan kesehariannya.
3. Promosi kesehatan
Penyuluhan terhadap jumantik keluarga dilakukan oleh kader jumantik
dilakukan sebanyak dua kali, yaitu di awal kegiatan dan di tengah-tengah
pelaksanaan pengamatan jentik oleh jumantik. Kegiatan penyuluhan yang kedua
selain bertujuan untuk menyegarkan kembali pengetahuan jumantik keluarga, juga
sebagai bentuk evaluasi oleh kader jumantik terhadap hasil pengamatan jentik
yang sudah dilakukan sebelumnya. Harapan dari evaluasi ini adalah menggugah
kesadaran jumantik keluarga untuk semakin kuat membangun kesadaran anggota
keluarga lainnya untuk mau berpatisipasi aktif melakukan kegiatan tiga M.
4. Survei larva/pupa dan wawancara masyarakat Pra-intervensi
Kegiatan survei larva dan wawancara pra-intervensi bertujuan untuk
mengetahui indeks larva sebelum kegiatan intervensi dilakukan di semua lokasi
penelitian Sebelum survei dimulai, terlebih dahulu dilakukan pemilihan acak
sederhana (simple random sampling) responden berdasarkan daftar nama
16
masyarakat yang diperoleh dari ketua RT di lokasi penelitian. Yang menjadi
responden adalah jumantik keluarga yang sebelumnya telah ditetapkan oleh
masing-masing rumah tangga.
Survei larva dilakukan menggunakan metode single larva dan mengacu
kepada pedoman survei entomologi DBD. Pada setiap kontainer yang ditemukan
jentik, maka maksimum 5 jentik untuk setiap kontainer positif akan diambil
dengan cidukan (gayung plastik) atau menggunakan pipet panjang jentik sebagai
sampel, untuk pemeriksaan spesies jentik (identifikasi). Jentik yang diambil
ditempatkan dalam botol kecil/botol vial dan diberi label sesuai dengan nomor tim
survei, nomor lembaran formulir berdasarkan nomor rumah yang disurvei dan
nomor kontainer dalam formulir. Pemeriksaan adanya kontainer pada setiap
rumah dimulai dari beranda/halaman depan apakah ada pot bunga, pot tanaman
air, tatakan pot yang berair, tempat minum burung, dilanjutkan ke ruang tamu,
ruang tengah, dapur, kamar mandi dan WC. Pemeriksaan adanya kontainer
dilanjutkan ke luar rumah untuk memeriksa apakah ada tempat minum ternak
yang ada jentiknya serta kontainer alamiah (pelepah daun, lubang pohon, pangkal
bambu, dan lain-lain).
Larva atau pupa yang berhasil diperoleh di lapangan selanjutnya dibawa
ke laboratorium untuk diidentifikasi spesiesnya. Larva/pupa yang akan
diidentifikasi terlebih dahulu direndam dalam larutan alkohol 70%. Pedoman
identifikasi larva menggunakan kunci entomologi.
5. Survei larva oleh kader jumantik dan pengambilan sampel nyamuk pada
sticky-trap
Kegiatan survei larva oleh jumantik dilakukan di daerah perlakuan. Survei
jentik dilakukan setiap minggu selama masa intervensi. Metode yang digunakan
saat survei jentik oleh kader jumantik adalah pengamatan secara visual tanpa
mengambil larva/pupa pada kontainer. Pengamatan larva/pupa secara visual dan
pencatatan dilakukan menggunakan formulir survei jumantik. Selama proses
pengamatan larva/pupa, kader jumantik diharapkan memberikan penyuluhan atau
informasi yang benar kepada responden terutama bagi rumah tangga yang
ditemukan larva/pupa pada kontainernya.
17
6. Koleksi nyamuk pada sticky-trap
Pengambilan nyamuk yang terperangkap pada sticky-trap dilakukan
selama 4 tahapan pengamatan dengan interval 3 minggu sekali. Kertas berperekat
pada sticky-trap baik yang ada nyamuk yang terperangkap maupun yang tidak
diambil dan diganti dengan yang baru. Nyamuk yang terperangkap pada kertas
selanjutnya dilakukan identifikasi menurut genus dan dihitung jumlahnya.
7. Survei larva/pupa dan wawancara paska intervensi
Setelah kegiatan intervensi selesai dilakukan, maka selanjutnya
dilaksanakan pengukuran indeks larva dan wawancara paska intervensi. Kegiatan
yang dilakukan sama dengan kegiatan survei larva/pupa sebelum intervensi yaitu
melakukan pemeriksaan pada seluruh kontainer yang menampung air baik di
dalam maupun di luar rumah dan selanjutnya melakukan wawancara kepada
jumantik keluarga. Wawancara juga dilakukan terhadap kader jumantik
8. Pengumpulan data kualitatif
Pengumpulan data kualitatif dilakukan sebagai pelengkap dan memberikan
penjelasan terhadap proses yang terjadi mulai dari pra intervensi, intervensi
hingga hasil penelitian (kuantitatif) diperoleh. Pengumpulan data kualitatif dalam
bentuk wawancara mendalam terhadap Ketua RT, pengelola program DBD
Puskesmas dan Dinas Kesehatan, lintas sektor (Kominfo, Bapeda, Diknas), serta
diskusi kelompok terarah (DKT) terhadap masyarakat/jumantik keluarga serta
kader jumantik.
18
Alur kegiatan
Gambar 2
Alur kegiatan penelitian
2.7. Pengolahan dan Analisis Data
Pengawasan kualitas data dilakukan melalui pelatihan wawancara, survey
jentik dan pengisian formulir pemeriksaan. Uji coba kuesioner juga dilakukan
untuk memastikan instrument (kuesioner) telah tepat dan data yang dihasilkan
akan valid dan reliabel. Selama penelitian berlangsung proses pengumpulan data
2 Kecamatan endemis DBD
4 Kelurahan endemis DBD
20 RT
Monitoring jentik oleh kader :
Memotivasi
Sharing pengalaman
Evaluasi keberadaan
jentik di lingkungan
(memicu kesadaran)
Survei KAP Survei jentik
Intervensi
Promosi
kesehatan :
Pengenalan
masalah
Identifikasi
solusi
Praktek
pembuatan
ST
Aplikasi Sticky-trap
(ST)
Kader (koordinator)
jumantik
Monitoring nyamuk pada ST
Paska intervensi
Survei KAP Survei jentik Pengumpulan data kualitatif :
19
dan temuan penelitian dicatat dalam logbook penelitian ketua dan anggota tim.
Proses manajemen data terdiri dari pemeriksaan kelengkapan isian formulir
pemeriksaan, kuesioner di lapangan, pengkodean, editing serta entri data.
Data yang dikumpulkan dari lapangan selanjutnya diinput, diolah dan
ditampilkan dalam bentuk tabulasi data dan selanjutnya dianalisis secara univariat
(deskriptif) dan bivariat. Proses manajemen data terdiri dari pemeriksaan
kelengkapan isian kuesioner di lapangan dan formulir pemeriksaan jentik,
pengkodean, editing serta entri data. Data hasil survei jentik selanjutnya diolah
untuk mendapatkan indeks larva (house index, breteau index, container index dan
angka bebas jentik) sebagai berikut :
Jumlah rumah dengan jentik
House Index (HI) = x 100%
Jumlah rumah diperiksa
Jumlah kontainer dengan jentik
Container Index (CI) = x 100%
Jumlah kontainer diperiksa
Jumlah kontainer dengan jentik
Breteau Index (BI) = x 100
Jumlah rumah yang diperiksa
Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Uji bivariat
menggunakan uji T menggunakan perangkat lunak SPSS. Data kualitatif hasil dari
wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah dianalisis melalui tahapan
antara lain merangkum laporan atau hasil pengumpulan data, menyusun secara
sistematis berdasarkan kategori dan klasifikasi tertentu, membandingkan data satu
sama lain dan menganalisisnya, menyajikan temuan serta menarik kesimpulan.
20
BAB III
HASIL
3.1. Gambaran Kota Metro
Kota Metro yang merupakan salah satu kabupaten/kota di Provinsi
lampung terletak antara 5⁰ 6’ - 5⁰ 8’ Lintang Selatan dan antara 105⁰
17’−105⁰ 19’ Bujur Timur dengan batas-batas sebagai berikut :
Utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur
Selatan berbatasan dengan Kabupaten Lampung Timur
Barat berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah
Timur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Timur
Kota Metro memiliki luas 68,74 km2, dengan rata-rata ketinggian yaitu
52,5 meter di atas permukaan laut dan secara administratif memiliki 22 kelurahan
yang terletak di lima kecamatan yaitu :
Kecamatan Metro Pusat terdiri dari lima Kelurahan yaitu Metro, Imopuro,
Hadimulyo Barat, Hadimulyo Timur dan Yosomulyo
Kecamatan Metro Barat terdiri dari empat kelurahan yaitu Mulyojati,
Mulyosari, Ganjaragung dan Ganjarasri
Kecamatan Metro Timur terdiri dari lima kelurahan yaitu Iringmulyo,
Yosodadi, Yosorejo, Tejoagung dan Tejosari.
Kecamatan Metro Selatan terdiri dari 4 kelurahan yaitu Sumbersari,
Rejomulyo, Margodadi dan Margorejo.
Kecamatan Metro Utara terdiri dari empat kelurahan yaitu Banjarsari,
Purwosari, Purwoasri dan Karangrejo.
Kecamatan Metro Utara memiliki wilayah administratif yang paling luas di Kota
Metro sebesar 29% dari total luas wilayah, sedangkan kecamatan dengan luas
wilayah administratif terkecil adalah Kecamatan Metro Barat (16% dari total luas
wilayah). Fasilitas kesehatan yang terdapat di Kota Metro cukup lengkap, dan
menurut data pada tahun 2017 terdapat 4 rumah sakit, 2 rumah bersalin, 11
Puskesmas, 156 Posyandu, 12 klinik/balai kesehatan dan 22 polindes. Kasus
penyakit terbanyak di wilayah ini pada tahun 2017 didominasi oleh hipertensi
21
primer/essensial diikuti oleh infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) tidak spesifik,
nasofaringitis akut, dyspepsia dan faringitis akut tidak spesifik.19
Gambar 3
Peta Kota Metro
3.2. Gambaran Penyakit Demam Berdarah di Kota Metro
Situasi kasus demam berdarah (incidence rate) di Kota Metro lima tahun
terakhir menunjukkan penurunan, sedangkan angka CFR (case fatality rate) lebih
fluktuatif. Pada tahun 2017 angka incidence rate (IR) di Kota Metro sebesar 50,9
per 100.000 penduduk dengan CFR sebesar 1,2%. Angka incidence rate dan CFR
lima tahun terakhir di Kota Metro ditampilkan pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3
Angka incidence rate dan case fatility rate DBD di Kota Metro
tahun 2013-2017
No. Tahun Incidence rate (IR) Case Fatality Rate (CFR)
1.
2.
3.
4.
5.
2013
2014
2015
2016
2017
283,1
95,8
173,4
145,0
50,9
1,16
2,74
0,40
0,90
1,20 Sumber data : Profil Dinas Kesehatan Kota Metro 2017
Kab. Lampung Timur
Kab. Lampung Tengah
Kota Metro
22
3.3. Pengetahuan, sikap dan perilaku
3.3.1. Karakteristik masyarakat
Karakterisitk responden KAP pada Tabel 4 menunjukkan karakteristik
responden yang diwawancarai saat pra-intervensi dan paska intervensi. Pada
setiap komponen karakteristik didominasi oleh kelompok yang sama seperti
kelompok umur 36 – 50 tahun, jenis kelamin perempuan, pendidikan tamat SMA
atau sederajat, pekerjaan ibu rumah tangga, status istri, jumlah anggota keluarga <
5 orang, lama menetap ≥ 5 tahun, dan mayoritas tidak mengikuti aktivitas
kemasyarakatan/sosial di wilayahnya.
Tabel 4
Karakteristik responden KAP saat pra intervensi dan paska intervensi
di Kota Metro
Karakteristik Pra intervensi Paska intervensi
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Umur (tahun)
176 28,9 179 29,4
36 – 50 238 39,1 237 38,9
51 – 65 152 25,0 150 24,6
43 7,1 43 7,1
Jenis Kelamin
laki laki 160 26,3 166 27,3
perempuan 449 73,7 443 72,7
Pendidikan
tidak sekolah 17 2,8 15 2,5
tidak tamat SD 61 10,0 47 7,7
tamat SD 117 19,2 120 19,7
tamat SMP 153 25,1 126 20,7
tamat SMA 198 32,5 232 38,1
Tamat Perguruan Tinggi 63 10,3 69 11,3
Pekerjaan
tidak bekerja 51 8,4 40 6,6
pelajar/mahasiswa 12 2,0 12 2,0
ibu rumah tangga 269 44,2 260 42,7
PNS/TNI/POLRI 20 3,3 27 4,4
BUMN/BUMD 0 0 1 0,2
pegawai swasta 22 3,6 24 3,9
wirausaha/pedagang 156 25,6 173 28,4
Petani/pekebun 0 0,0 1 0,2
buruh (buruh tani, tukang,dsb) 64 10,5 57 9,4
lainnya 15 2,5 2142 2,3
23
Tabel 4 (lanjutan)
Karakteristik Pra intervensi Paska intervensi
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Status dalam keluarga
kepala RT 177 29,1 187 30,7
istri 348 57,1 336 55,2
anak 53 8,7 63 10,3
menantu 10 1,6 5 0,8
cucu 0 0,0 1 0,2
orangtua/mertua 5 0,8 5 0,8
pembantu rumah tangga/sopir 7 1,1 6 1,0
famili lain 8 1,3 5 0,8
lainnya 1 0,2 1 0,2
Jumlah anggota keluarga
< 5 492 80,8 505 82,9
5-10 116 19,0 99 16,3
> 10 1 0,2 5 0,8
Lama menetap (tahun)
> 5 146 24,0 149 24,5
≤ 5 463 76,0 460 75,5
Aktivitas sosial
arisan 96 15,8 65 10,7
kader posyandu 8 1,3 5 0,8
kader dasa wisma 15 2,5 7 1,1
pengajian 97 15,9 93 15,3
lainnya, sebutkan 31 5,1 46 7,6
tidak mengikuti 330 54,2 309 50,7
lebih dari satu 32 5,3 84 13,8
3.3.2. Pengetahuan masyarakat
Pengetahuan responden tentang aspek-aspek yang berhubungan dengan
penyakit demam berdarah (Tabel 5) secara umum menunjukkan kenaikan
persentase dari pra intervensi ke paska intervensi seperti pengetahuan gejala DBD
(meningkat 7,5%), DBD sebagai penyakit berbahaya (meningkat 2,6%), DBD
dapat disembuhkan (meningkat 2,7%), DBD dapat menular (meningkat 10,8%),
cara penularan (meningkat 1,4%), ciri nyamuk penular (meningkat 13,8%), waktu
nyamuk DBD menggigit (meningkat 14,8%), tempat nyamuk DBD
berkembangbiak (meningkat 2,3%), wujud sebelum menjadi nyamuk (meningkat
6,5%), waktu menguras tempat penampungan air (meningkat 0,8%), baik
meskipun pada beberapa aspek belum menunjukkan persentase yang tinggi seperti
DBD dapat menular (65,8%), ciri nyamuk DBD (58,5%), dan waktu nyamuk
DBD mengigit (38,3%).
24
Tabel 5
Pengetahuan responden tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan
penyakit DBD
Komponen pengetahuan Pra intervensi Paska intervensi
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Tahu gejala DBD ya 495 81,3 550 90,3 tidak tahu 114 18,7 59 9,7 DBD merupakan penyakit berbahaya ya 560 92,0 583 95,7 tidak tahu 49 8,0 26 4,3 DBD dapat disembuhkan ya 562 92,3 581 95,4 tidak 7 1,1 7 1,1 tidak tahu 40 6,6 21 3,4 DBD dapat menular ya 391 64,2 465 76,4 tidak 146 24,0 95 15,6 tidak tahu 72 11,8 49 8,0 Cara penularan DBD lewat ludah 2 0,3 6 1,3 gigitan nyamuk 318 52,2 401 86,2 bersentuhan dengan penderita 19 3,1 11 2,4 lewat keringat 3 0,5 6 1,3 lewat udara 19 3,1 21 4,5 lainnya 32 5,3 20 4,3 Ciri ciri nyamuk DBD warna coklat bintik bintik putih 2 0,3 6 1,5 warna hitam tanpa bintik putih 21 3,4 7 1,7 warna hitam berbintik-bintik putih 193 31,7 282 70,3 tidak tahu 62 10,2 82 20,4 lainnya 40 6,6 24 6,0 Waktu nyamuk DBD menggigit pagi hingga sore hari 120 19,7 230 57,4 malam hari 7 1,1 6 1,5 pagi hari saja 106 17,4 114 28,4 tidak tahu 31 5,1 23 5,7 lainnya 54 8,9 28 7,0 Cara mencegah gigitan nyamuk memakai kelambu saat tidur 16 5,0 33 8,2 menggunakan repelen 84 26,4 66 8,2 memasang kawat kasa ventilasi 6 1,9 6 1,5 menggunakan obat nyamuk cair/bakar 67 21,1 84 13,8 memakai baju/celana panjang 2 0,6 1 0,2 memakai obat nyamuk bakar 43 13,5 0 0,0 lainnya 9 2,8 25 6,9 lebih dari satu 91 28,6 181 45,1 Tidak tahu 0 0,0 5 1,2 Tempat nyamuk DBD berkembang biak bak 128 40,3 127 31,7 drum 18 5,7 23 5,7 rawa-rawa 1 0,3 2 0,5 tidak tahu 12 3,8 9 2.2 lainnya 77 24,2 56 14,0 lebih dari satu 82 25,8 184 45,9
25
Tabel 5 (lanjutan)
Komponen pengetahuan Pra intervensi Paska intervensi
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Wujud sebelum menjadi nyamuk jentik 492 80,8 541 88,8 ulat 17 2,8 7 1,1 kecebong 0 0,0 1 0,2 tidak tahu 71 11,7 46 7,6 lainnya 29 4,8 14 2,3 Mendengar gerakan 3M/3M plus pernah 553 90,8 546 89,7 belum pernah 56 9,2 63 10,3 Waktu menguras bak mandi yang benar sekali sebulan 1 0,2 2 0,4 dua minggu sekali 7 1,3 6 1,1 seminggu sekali 128 23,1 119 21,8 lebih dari 1 kali dalam seminggu 405 73,2 413 75,5 tidak tahu 5 0,9 5 0,9 lainnya 7 1,3 1 0,2
Cara menguras bak mandi yang benar hanya membuang air saja 55 9,9 30 5,5 menguras disertai menyiram air
panas
3 0,5 0 0,0 menguras disertai menyikat dinding
bak
491 88,8 504 92,3 lainnya 4 0,7 12 2,2
Tindakan agar tempat penampungan air bebas jentik diberi serbuk larvasida 248 44,8 289 51,2 diberik ikan pemakan jentik 10 1,8 20 3,7 tidak tahu 291 52,3 156 29,9 Lainnya (tawas, antiseptik, dsb) 2 0,3 41 7,5
3.3.3. Sikap masyarakat
Sikap responden seperti halnya pengetahuan menunjukkan peningkatan
yang positif dari pra intervensi ke paska intervensi (Tabel 6). Peningkatan tersebut
antara lain responden setuju terhadap pernyataan antara lain DBD merupakan
penyakit yang berbahaya (meningkat 1,9%), pencegahan melalui gerakan 3M plus
(meningkat 0,6%), larvasida efektif membunuh jentik (meningkat 3,3%), gerakan
3M wajib dilakukan seluruh masyarakat (meningkat 0,9%), pakaian bekas yang
digantung dapat menjadi tempat nyamuk beristirahat (meningkat 1,3%), ikan
cupang efektif memangsa jentik (meningkat 8,8%), kunci keberhasilan
pemberantasan DBD melalui 3M plus (meningkat 2,3%), serta perlu ditunjuk 1
orang di setiap rumah tangga untuk mengawasi keberadaan jentik (meningkat
5,7%). Untuk responden yang menyatakan tidak setuju terhadap penunjukan 1
orang di setiap rumah tangga dalam rangka pengawasan jentik, secara eksplisit
mereka menyatakan setuju hanya saja menurut mereka seluruh anggota keluarga
26
harus turut aktif mengawasi lingkungan rumahnya agar bebas dari
perkembangbiakan jentik nyamuk DBD.
Sikap mayoritas tidak setuju responden (dalam makna yang positif) juga
ditunjukkan pada pernyataan lebih baik mengandalkan fogging ketimbang 3M
plus (meningkat 6,7%) serta pemberantasan DBD hanya merupakan tanggung
jawab pemerintah (meningkat 3,6%).
Tabel 6
Sikap responden tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan penyakit DBD
Komponen sikap Pra intervensi Paska intervensi
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
DBD merupakan penyakit berbahaya setuju 588 96,6 597 98,0 tidak tahu 17 2,8 8 1,3 tidak setuju 4 0,7 4 0,7 Cara efektif mencegah berkembangbiaknya nyamuk DBD melalui 3M Plus setuju 580 95,2 590 96,9 tidak tahu 25 4,1 18 3,0 tidak setuju 4 0,7 1 0,2 Larvasida membunuh jentik dengan efektif dan tidak berbahaya bagi manusia
setuju 477 78,3 506 83,1
tidak tahu 91 14,9 78 12,8
tidak setuju 39 6,4 25 4,1
Pemberantasan sarang nyamuk (3M plus) wajib dilakukan seluruh masyarakat
setuju 591 97,0 596 97,9
tidak tahu 17 2,8 11 1,8
tidak setuju 1 0,2 2 0,3
Menggantung pakaian bekas pakai di rumah dapat menjadi tempat bagi nyamuk
untuk hinggap/beristrahat
setuju 564 92,6 568 93,3
tidak tahu 13 2,1 14 2,3
tidak setuju 32 5,3 27 4,4
Fogging lebih baik dilakukan dibandingkan melaksanakan gerakan 3M Plus
setuju 164 26,9 154 25,3
tidak tahu 69 11,3 51 8,4
tidak setuju 376 61,7 404 66,3
Ikan cupang efektif untuk memakan jentik pada tempat penampungan air
setuju 462 75,9 520 85,4
tidak tahu 109 17,9 74 12,2
tidak setuju 38 6,2 15 2,5
Keberhasilan pemberantasan DBD bergantung perilaku masyarakat dalam
melaksanakan 3M plus
setuju 580 95,2 593 97,4
tidak tahu 26 4,3 14 2,3
tidak setuju 3 0,5 2 0,3
27
Tabel 6 (lanjutan)
3.3.4. Perilaku masyarakat
Komponen perilaku masyarakat yang ditampilkan pada Tabel 7
menunjukkan adanya perbedaan antara sebelum dan sesudah intervensi diberikan
diantaranya kebiasaan menguras bak mandi ≥ 4 kali (meningkat 5,9%) serta ada
upaya khusus agar tempat penampungan air terbebas dari jentik (meningkat
8,3%). Perilaku responden terhadap pakaian yang sudah dipakai, perilaku
menggantung pakaian bekas pakai menurun sebesar 17,1%. Upaya yang
dilakukan agar tempat penampungan air terbebas dari jentik nyamuk, terdapat
peningkatan persentase sebesar 9,5%, pada paska intervensi 25,1% responden
menyatakan melakukan upaya khusus menggunakan larvasida (82,9%) dan ikan
pemangsa jentik (17,1%). Penggunaan larvasidanya sendiri pada saat paska
intervensi 74,9% responden dari pengguna larvasida telah menggunakannya lebih
dari 3 bulan yang lalu dan larvasida yang digunakan responden mayoritas
diperoleh dari petugas kesehatan (69,1%).
Hasil observasi memperlihatkan penggunaan kelambu antara pra intervensi
dan paska intervensi tidak jauh berbeda termasuk pemasangan kassa pada
ventilasi maupun pembuatan perangkap nyamuk. Untuk penempatan tanaman
pengusir nyamuk terjadi peningkatan pada saat intervensi (meningkat 9%),
peningkatan juga terjadi pada upaya mengeringkan tempat-tempat yang dapat
menampung air di luar rumah (meningkat 17,9%).
Komponen sikap Pra intervensi Paska intervensi
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Pemberantasan DBD merupakan tanggung jawab pemerintah
setuju 110 18,1 106 17,4
tidak tahu 27 4,4 7 1,1
tidak setuju 472 77,5 496 81,4
Perlu ditunjuk 1 orang di setiap rumah untuk mengawasi tempat penampungan air
setuju 510 83,7 542 89,0
tidak tahu 20 3,3 10 1,6
tidak setuju 79 13,0 57 9,4
28
Tabel 7
Perilaku masyarakat tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan penyakit
demam berdarah
Komponen perilaku Pra intervensi Paska intervensi
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Menguras tempat penampungan air rumah tangga 1 bulan terakhir 1 kali 12 2,0 3 0,5
2 kali 20 3,3 9 1,5
3 kali 22 3,6 9 1,5
4 kali 73 12,0 89 14,6
>4 kali 469 77,0 489 80,3
tidak pernah menguras 4 0,7 3 0,5
tidak punya TPA 9 1,5 7 1,1
Upaya khusus untuk mencegah jentik nyamuk berkembang biak dalam bak mandi ada 99 16,3 154 25,3
tidak ada 510 83,7 455 74,7
Terakhir kali menggunakan lavasida 3 bulan terakhir 22 24,2 31 24,0
> 3 bulan yang lalu 69 75,8 98 76,0
Perolehan larvasida
dibeli sendiri 26 28,6 18 14,9
diberi oleh petugas kesehatan 58 63,7 95 69,1
diberi oleh saudara/tetangga/ Pak RT 7 7,7 9 9,7
Jawaban lebih dari 1 0 0,0 7 5,4
Perolehan ikan pemakan jentik
dibeli sendiri 9 90,0 32 100,0
diberi oleh saudara/tetangga/ Pak RT 1 10,0 0 0,0
Pengelolaan barang bekas
dikumpulkan di dalam rumah 106 17,4 103 16,9
dikumpulkan di luar rumah 125 20,5 122 20,0
langsung dibakar 23 3,8 26 4,3
didaur ulang 2 0,3 4 0,7
langsung dibuang ke sungai/gorong
gorong 6 1,0 1 0,2
dibuang ke tempat penampungan sampah 283 46,5 254 41,7
lainnya 47 7,7 49 8,0
jawaban > 1 17 2,8 50 8,2
Kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk dalam rumah pukul 6 pagi sampai sore ya 79 13,0 49 8,0
tidak 530 87,0 560 92,0
Kebiasaan menyimpan pakaian yang sudah dipakai digantung 257 42,2 157 25,8
disimpan dalam lemari 15 2,5 13 2,1
langsung dicuci 255 41,9 404 66,3
Lainnya (tempat penampungan) 82 13,5 7 1,1
jawaban > 1 0 0 28 4,6
29
Tabel 7 (lanjutan)
Komponen perilaku Pra intervensi Paska intervensi
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
OBSERVASI
Menggunakan kelambu saat tidur pagi sampai sore hari
ya 66 10,8 73 12,0
tidak 439 72,1 287 47,1
tidak berlaku 104 17,1 249 40,9
Memasang kassa pada ventilasi
ya 199 32,7 206 33,8
tidak 389 63,9 366 60,1
tidak berlaku 21 3,4 37 6,1
Membuat perangkap nyamuk
ya 10 1,6 8 1,3
tidak 562 92,3 561 93,4
tidak berlaku 37 6,1 40 6,6
Menempatkan tanaman pengusir nyamuk ya 30 4,9 78 12,8
tidak 509 83,6 457 75,0
tidak berlaku 70 11,5 74 12,2
Membersihkan/mengeringkan tempat-tempat yang dapat menampung air di luar
rumah ya 360 59,1 472 77,5
tidak 230 37,8 120 19,7
tidak berlaku 19 3,1 17 2,8
Menutup lubang pada pohon atau tanaman yang dapat menampung air ya 40 6,6 34 5,6
tidak 189 31,0 103 16,9
tidak berlaku 380 62,4 472 77,5
Mengganti air pada vas bunga atau tempat minum burung seminggu sekali ya 184 30,2 150 24,6
tidak 93 15,3 50 8,2
tidak berlaku 332 54,5 409 67,2
3.3.5. Uji bivariat tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku antara sebelum
dan sesudah intervensi
Tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku responden menunjukkan
peningkatan persentase antara sebelum dan sesudah intervensi. Peningkatan
tertinggi terlihat pada aspek sikap dimana responden dengan kategori baik antara
sebelum dan sesudah intervensi mengalami kenaikan sebesar 67% (21,3%
menjadi 88,3%). Penurunan justru ditemukan pada aspek perilaku meskipun
dengan persentase yang kecil. Hasil uji bivariat menunjukkan terdapat perbedaan
rata-rata yang bermakna antara sebelum dan sesudah intervensi untuk seluruh
komponen KAP (pengetahuan, sikap dan perilaku).
30
Tabel 8
Hasil uji bivariat tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku sebelum dan
sesudah intervensi
Karakteristik pra intervensi paska intervensi p-
value* baik sedang buruk baik sedang buruk
pengetahuan 39,9 41,7 18,4 52,2 22,2 25,6 0,000
sikap 21,3 75,4 3,3 88,3 10 1,6 0,000
perilaku 1,1 15,9 82,9 0,7 26,3 73,1 0,000 Keterangan :
*tingkat kepercayaan 95%
3.3.6. Karakteristik kader jumantik
Karakteristik kader jumantik pada Tabel 9 menunjukkan mayoritas kader
jumantik berusia pada kisaran 36-50 tahun, jenis kelamin perempuan (96,1%),
pendidikan tamat SMA/sederajat (64,1%), serta pekerjaan sebagai ibu rumah
tangga (63,1%). Karakteristik lama menetap kader jumantik mayoritas ≤ 5 tahun
(98,1%) dan hanya 11,7% yang tidak mengikuti aktivitas sosial di wilayahnya.
Tabel 9
Karakteristik kader jumantik
Karakteristik Jumlah Persentase
(Umur (tahun 18 20,7
36 - 50 55 63,2
51 - 65 11 12,6
3 3,4
Jenis Kelamin
laki laki 2 2,3
perempuan 85 97,7
Pendidikan
tidak tamat SD 2 2,3
tamat SD 7 8,0
tamat SMP 16 18,4
tamat SMA 56 64,4
Tamat Perguruan Tinggi 6 6,9
31
Tabel 9 (lanjutan)
Karakteristik Jumlah Persentase
Pekerjaan
tidak bekerja 2 2,3
pelajar/mahasiswa 1 1,1
ibu rumah tangga 55 63,2
pegawai swasta 5 5,7
wirausaha/pedagang 19 21,8
petani/berkebun 2 2,3
buruh (buruh tani, tukang,dsb) 2 2,3
lainnya 1 1,1
kepala RT 3 2,9
istri 97 94,2
anak 3 2,9
Jumlah anggota keluarga
< 5 69 79,3
5 18 20,7
Aktivitas sosial
arisan 21 24,1
kader posyandu 13 14,9
kader dasa wisma 5 5,7
pengajian 6 6,9
lainnya, sebutkan 1 1,1
tidak mengikuti 9 10,3
jawaban > 1 32 36,8
3.3.7. Pengetahuan kader jumantik
Pengetahuan kader jumantik yang ditampilkan pada Tabel 10
menunjukkan jika tingkat pengetahuan kader sebelum intervensi sudah cukup
baik. Beberapa aspek pengetahuan yang lebih rendah dibanding aspek lainnya
antara lain waktu nyamuk DBD menggigit (52,1%), ciri-ciri nyamuk DBD
(67,6%), serta tindakan agar TPA bebas dari jentik nyamuk (67,3%). Setelah
intervensi keempat aspek ini menunjukkan peningkatan yang signifikan secara
statistik.
Tabel 10
Pengetahuan kader jumantik tentang penyakit demam berdarah
Karakteristik Pra intervensi Paska intervensi
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Tahu gejala DBD
ya 83 95,4 86 98,9
tidak tahu 4 4,6 1 1,1
DBD merupakan penyakit berbahaya ya 84 96,6 86 98,9
tidak tahu 3 3,4 1 1,1
32
Tabel 10 (lanjutan)
Karakteristik Pra intervensi Paska intervensi
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
DBD dapat disembuhkan ya 73 83,9 85 97,7 tidak 2 2,3 1 1,1 tidak tahu 12 13,8 1 1,1 DBD dapat menular ya 73 83,9 85 97,7 tidak 11 12,6 1 1,1 tidak tahu 3 3,4 1 1,1 Cara penularan DBD gigitan nyamuk 65 89,0 81 96,4 bersentuhan dengan penderita 5 6,8 1 1,2 ludah 3 4,1 2 2,4
Ciri ciri nyamuk DBD warna coklat bintik bintik putih 1 1,5 0 0,0 warna hitam tanpa bintik bintik putih 13 20,0 0 0,0 warna hitam dengan bintik putih 43 66,2 78 96,3 tidak tahu 4 6,2 1 1,2 lainnya 4 6,2 2 2,5 Waktu nyamuk DBD menggigit pagi hingga sore hari 34 52,3 66 81,5 pagi hari saja 15 23,1 10 12,3 tidak tahu 3 4,6 0 0,0 lainnya 13 20,0 5 6,2 Cara mencegah dari gigitan nyamuk memakai kelambu kalau tidur 7 10,8 0 0,0 menggunakan repellan 15 23,1 6 7,4 menggunakan obat nyamuk cair/bakar 5 7,7 3 3,7 lainnya 4 6,2 2 2,5 tidak tahu 2 3,1 0 0,0 Jawaban benar lebih dari satu 32 49,2 70 86,4 Tempat nyamuk DBD berkembang biak bak 32 49,2 11 13,6 drum 1 1,5 1 1,2 tempat minum burung 1 1,5 0 0,0 rawa-rawa 1 1,5 1 1,2 lainnya sebutkan 8 12,3 6 6,9 Jawaban benar lebih dari satu 22 33,8 62 76,5 Wujud nyamuk DBD jentik 83 95,4 86 98,9 ulat 3 3,4 0 1,1 tidak tahu 1 1,1 1 0,0 Mendengar gerakan 3M atau 3M (plus) pernah 86 98,9 87 100 belum pernah 1 1,1 0 0,0 Menguras bak mandi yang baik dua minggu sekali 1 1,2 0 0,0 seminggu sekali 31 36,0 26 29,9 lebih dari 1 kali dalam seminggu 53 61,6 60 69,0 tidak tahu 1 1,2 0 0,0 lainnya 0 0,0 1 1,1
33
Tabel 10 (lanjutan)
Karakteristik Pra intervensi Paska intervensi
jumlah persentase jumlah persentase
Cara menguras bak mandi Menguras disertai menyiram air panas 7 8,1 19 21,8
menguras disertai menyikat dinding
bak 78 90,7
68 78,2
lainnya sebutkan 1 1,2 0 0,0
Tindakan agar tempat penampungan air bebas jentik diberi serbuk abate 59 68,6 56 64,4
diberik ikan pemakan jentik 2 2,3 3 3,4
dikuras 11 12,8 0 0,0
tidak tahu 10 11,6 1 1,1
lainya sebutkan 4 4,7 4 4,6
Jawaban benar lebih dari 1 0 0,0 23 26,4
3.3.8. Sikap kader jumantik
Sikap kader jumantik yang ditampilkan Tabel 11 menunjukkan sikap
mayoritas responden cukup positif terhadap berbagai aspek yang ditanyakan.
Aspek sikap yang persentasenya lebih rendah dibandingkan mayoritas aspek
lainnya antara lain tidak setuju jika fogging lebih diprioritaskan dibandingkan
kegiatan 3M plus (78,6%) dan setuju jika ikan cupang efektif memangsa jentik
pada tempat penampungan air (72,8%). Setelah intervensi diberikan kedua aspek
tersebut menunjukkan peningkatan persentase menjadi 90,7% dan 98,9%.
Tabel 11
Sikap kader jumantik
Karakteristik Pra intervensi Paska intervensi
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
DBD merupakan penyakit berbahaya
setuju 100 100 85 97,7
tidak tahu 0 0,0 2 2,3
tidak setuju 0 0,0 0 0,0
Cara efektif mencegah berkembangbiaknya jentik nyamuk DBD melalui 3M Plus setuju 100 100 86 98,9
tidak tahu 0 0,0 1 1,1
tidak setuju 0 0,0 0 0,0
Serbuk larvasida dapat membunuh jentik nyamuk dengan efektif dan tidak berbahaya bagi
manusia setuju 80 92,0 82 94,3
tidak tahu 1 1,1 0 0,0
tidak setuju 6 6,9 5 5,7
34
Tabel 11 (lanjutan)
3.3.9. Perilaku kader jumantik
Perilaku responden pada saat pra intervensi (Tabel 12) menunjukkan
mayoritas responden memiliki kebiasaan yang positif dalam hal menguras tempat
penampungan air utama dimana 87,3% menyatakan menguras penampungan air ≥
4 kali seminggu. Sebanyak 43,7% menyatakan melakukan upaya khusus agar
tempat penampungan air terbebas dari jentik-jentik nyamuk, dimana mayoritas
menggunakan larvasida (93,3%) serta ikan (6,7%). Penggunaan anti nyamuk pada
siang hari (pagi hingga sore hari) hanya dilakukan oleh 18,4% responden,
sedangkan kebiasaan menggantung pakaian yang sudah dipakai dilakukan oleh
Karakteristik Pra intervensi Paska intervensi
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Kegiatan pemberantasan sarang nyamuk dalam bentuk 3M plus wajib dilakukan oleh
seluruh masyarakat tanpa terkecuali setuju 87 100 87 100
tidak tahu 0 0 0 0,0
tidak setuju 0 0
Menggantung pakaian di rumah dapat menjadi tempat bagi nyamuk untuk
hinggap/beristrahat setuju 85 97,7 86 98,9
tidak tahu 0 0 0 0,0
tidak setuju 2 2,3 1 1,1
Fogging lebih baik dilakukan dibandingkan melakukan kegiatan 3M Plus setuju 15 17,2 5 5,8
tidak tahu 3 3,4 3 3,5
tidak setuju 69 79,3 78 90,7
Ikan cupang efektif untuk memakan jentik pada tempat penampungan air
setuju 62 71,3 86 98,9
tidak tahu 13 14,9 1 1,1
tidak setuju 12 13,8 0 0,0
Kunci keberhasilan pemberantasan DBD adalah perilaku masyarakat melakukan kegiatan
3M plus setuju 87 100 87 100
tidak tahu 0 0 0 0,0
tidak setuju 0 0 0 0,0
Pemberantasan DBD merupakan tanggung jawab pemerintah setuju 7 8,0 5 5,7
tidak tahu 3 3,4 1 1,1
tidak setuju 77 88,5 81 93,1
Perlu ditunjuk 1 orang di setiap rumah tangga yg bertugas mengamati tempat yang
menampung air setuju 75 86,2 86 98,9
tidak tahu 4 4,6 0 0,0
tidak setuju 8 9,2 1 1,1
35
35,9% responden. Setelah intervensi diberikan mayoritas aspek perilaku
menunjukkan peningkatan persentase, meskipun pada beberapa aspek justru
menunjukkan penurunan.
Tabel 12
Perilaku kader jumantik
Karakteristik Pra intervensi Paska intervensi
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Menguras TPA rumah tangga 1 bulan terakhir 1 kali 3 3,4 0 0,0
2 kali 1 1,1 2 2,3
3 kali 1 1,1 2 2,3
4 kali 13 14,9 16 18,4
>4 kali 62 71,3 65 74,7
tidak punya TPA 7 8,0 2 2,3
Upaya mencegah jentik berkembang biak dalam bak mandi ada 41 47,1
tidak ada 46 52,9
Terakhir kali menggunakan lavasida 3 bulan terakhir 19 50,0 10 34,5
> 3 bulan yang lalu 19 50,0 19 65,5
Perolehan larvasida dibeli sendiri 2 5,3 5 17,2
diberi oleh petugas kesehatan 35 92,1 23 79,3
diberi oleh saudara/tetangga/ Pak RT 1 2,6 1 3,4
Perolehan ikan pemakan jentik dibeli sendiri 3 100 6 100
Pengelolaan barang bekas dikumpulkan di dalam rumah 25 28,7 26 29,9
dikumpulkan di luar rumah 6 6,9 29 33,3
langsung dibakar 6 6,9 2 2,3
didaur ulang 3 3,4 2 2,3
dibuang ke sungai/gorong gorong 20 23,0 0 0,0
dibuang ke penampungan sampah 8 9,2 23 26,4
lainnya 10 11,5 5 5,7
jawaban > 1 9 10,3 0 0,0
Kebiasaan menggunakan anti nyamuk dalam rumah pukul pagi sampai sore ya 16 18,4 15 17,2
tidak 71 81,6 72 82,8
36
Tabel 12 (lanjutan)
Karakteristik Pra intervensi Paska intervensi
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Kebiasaan menyimpan pakaian yang sudah dipakai digantung 31 35,6 14 16,1
disimpan dalam lemari 6 6,9 4 4,6
langsung dicuci 48 55,2 65 74,7
lainnya 2 2,3 4 4,6
OBSERVASI
Menggunakan kelambu saat tidur pagi sampai sore hari
ya 3 3,4 8 9,2
tidak 3 3,4 43 49,4
tidak berlaku 81 93,1 36 41,4
Memasang kassa pada ventilasi ya 6 6,9 27 31,0
tidak 3 3,4 54 93,1
tidak berlaku 78 89,7 6 6,9
Membuat perangkap nyamuk ya 0 0,0 18 20,7
tidak 1 1,1 65 74,7
tidak berlaku 86 98,9 4 4,6
Menempatkan tanaman pengusir nyamuk ya 0 0,0 19 21,8
tidak 1 1,1 58 66,7
tidak berlaku 86 98,9 10 11,5
Mengeringkan tempat-tempat yang dapat menampung air di luar rumah ya 67 77,0 78 89,7
tidak 6 6,9 7 8,0
tidak berlaku 14 16,1 2 2,3
Menutup lubang pada pohon atau tanaman yang dapat menampung air ya 31 35,6 6 6,9
tidak 10 11,5 12 13,8
tidak berlaku 46 52,9 69 79,3
Mengganti air pada vas bunga atau tempat minum burung seminggu sekali ya 30 34,5 27 31,0
tidak 8 9,2 4 4,6
tidak berlaku 49 56,3 56 64,4
3.4. Indeks larva sebelum dan sesudah intervensi diberikan
Tabel 13 menunjukkan statistik hasil pemeriksaan vektor DBD pra dewasa
di lokasi penelitian. Jumlah premis atau bangunan yang diperiksa terbanyak di
Kelurahan Hadimulyo Barat sedangkan yang paling sedikit di Kelurahan Imopuro.
Adanya perbedaan jumlah premis yang diperiksa sedikit banyak mempengaruhi
angka atau nilai komponen lainnya dari hasil pemeriksaan jentik. Jumlah rumah
yang positif jentik/pupa di paska intervensi memperlihatkan penurunan
dibandingkan saat pra intervensi, begitu juga dengan jumlah premis dengan pupa,
37
jumlah container dengan jentik/pupa, jumlah container dengan pupa, dan jumlah
pupa.
Nilai house index menunjukkan penurunan tertinggi terjadi di Kelurahan
Iringmulyo menjadi 17,1% (menurun 19,1%), sedangkan penurun terendah di
Kelurahan Yosodadi menjadi 29,5% (menurun 0,5%). Nilai breteau index
menunjukkan penurunan tertinggi di Kelurahan Iringmulyo menjadi 17,1
kontainer per 100 rumah dan yang terkecil penurunannya adalah Kelurahan
Imopuro menjadi 36,3 kontainer per 100 rumah (menurun 29,3 kontainer per 100
rumah). Variabel container index menunjukkan penurunan tertinggi terjadi di
Kelurahan Hadimulyo Barat menjadi 5,6% (menurun 8,8%), dan penurunan
terkecil pada Kelurahan Imopuro menjadi 7,9% (menurun 4,4%).
Pupa yang dihitung dalam penelitian ini berasal dari container yang dapat
dijangkau (terkecuali sumur, tandon air, dsb). Jumlah pupa yang ditemukan
menunjukkan penurunan pada saat paska intervensi di seluruh lokasi penelitian.
Nilai pupa per orang yang paling besar penurunannya terjadi di Kelurahan
Iringmulyo menjadi 0,08 pupa per orang (menurun 0,79) dan penurunan terkecil
di Kelurahan Imopuro menjadi 0,32 pupa per orang (menurung 0,01).
Tabel 13
Nilai Indeks larva di Empat kelurahan sebelum dan sesudah intervensi
Statistik Pra intervensi Paska intervensi
jumlah persentase jumlah persentase
Kelurahan Hadimulyo Barat
- Jumlah premis 320 285
- Jumlah penghuni premis 1008 1080
- Jumlah premis (+) larva/pupa 112 35 48 16,8
- Jumlah premis (+) pupa 39 12,2 15 5,3
- Jumlah kontainer (dengan air) 1.643 1.372
- Jumlah kontainer (+) larva/pupa 237 14,4 77 5,6
- Jumlah kontainer (+) pupa 52 3,2 11 0,8
- Jumlah pupa (ekor) 467 145
- House index (%) 35 16,8
- Breteau index 74,1 27,0
- Container index (%) 14,4 5,6
- Pupa per orang 0,46 0,13
Comment [H2]: usahakan tabel tidak terputus halamannya, padatkan kalimat-kalimat di atasnya
38
Tabel 13 (lanjutan)
Statistik Pra intervensi Paska intervensi
jumlah persentase jumlah persentase
Kelurahan Imopuro
- Jumlah premis 215 179
- Jumlah penghuni premis 679 532
- Jumlah premis (+) larva/pupa 68 31,6 41 22,9
- Jumlah premis (+) pupa 20 9,3 21 11,7
- Jumlah kontainer (dengan air) 1.144 827
- Jumlah kontainer (+) larva/pupa 141 12,3 65 7,9
- Jumlah kontainer (+) pupa 33 2,9 23 2,8
- Jumlah pupa (ekor) 222 171
- House index (%) 31,6 22,9
- Breteau index 65,6 36,3
- Container index (%) 12,3 7,9
- Pupa per orang 0,33 0,32
Kelurahan Iring Mulyo
- Jumlah premis 235 211
- Jumlah penghuni premis 901 788
- Jumlah premis (+) larva/pupa 85 36,2 36 17,1
- Jumlah premis (+) pupa 28 11,9 5 2,4
- Jumlah kontainer (dengan air) 2.275 750
- Jumlah kontainer (+) larva/pupa 238 10,5 36 17,1
- Jumlah kontainer (+) pupa 83 3,6 5 0,7
- Jumlah pupa (ekor) 781 60
- House index (%) 36,2 17,1
- Breteau index 101,3 17,1
- Container index (%) 10,5 4,8
- Pupa per orang 0,87 0,08
Kelurahan Yosodadi
- Jumlah premis 247 258
- Jumlah penghuni premis 1.193 1.309
- Jumlah premis (+) larva/pupa 74 30,0 76 29,5
- Jumlah premis (+) pupa 32 13,0 12 4,7
- Jumlah kontainer (dengan air) 1.840 1.028
- Jumlah kontainer (+) larva/pupa 238 12,9 85 8,3
- Jumlah kontainer (+) pupa 85 4,6 13 1,3
- Jumlah pupa (ekor) 580 72
- House index (%) 30,0 29,5
- Breteau index 96,4 32,9
- Container index (%) 12,9 8,3
- Pupa per orang 0,49 0,06
39
3.5. Nyamuk yang terperangkap pada sticky-trap
3.5.1. Nyamuk yang terperangkap menurut spesies
Genus nyamuk yang terperangkap pada sticky-trap (Tabel 14)
menunjukkan terdapat 4 genus nyamuk yang berhasil diperoleh yaitu Culex,
Aedes, Anopheles dan Armigeres. Culex merupakan genus yang terbanyak
tertangkap di seluruh kelurahan dengan persentase 65,3% hingga 78,3%,
sedangkan genus Aedes terbanyak kedua dengan persentase berkisar 20,4%
hingga 34,5%. Total nyamuk Aedes yang tertangkap dari seluruh lokasi penelitian
selama empat kali pengamatan sebanyak 3.113 ekor, dengan jumlah terbanyak di
Kelurahan Hadimulyo Barat sebesar 1.173 ekor dan yang terkecil adalah
Kelurahan Imopuro sebanyak 593 ekor nyamuk.
Tabel 14
Genus nyamuk yang terperangkap pada sticky-trap
selama empat periode pengamatan
No. Kelurahan/Genus
Jumlah nyamuk tertangkap
(tahap) Total Persentase
1 2 3 4
1 Kelurahan Hadimulyo Barat Culex 984 1.019 1.031 726 3.760 76,0 Aedes 369 280 275 249 1.173 23,7 Anopheles 1 7 3 1 12 0,2
Armigeres 0 0 0 0 0 0,0 Sub total 1.354 1.306 1.309 976 4.945 100,0 2 Kelurahan Imopuro
Culex 306 430 215 170 1.121 65,3 Aedes 205 190 104 94 593 34,5 Anopheles 0 2 0 0 2 0,1
Armigeres 0 1 1 0 2 0,3 Sub total 511 623 320 264 1.718 100,0 3 Kelurahan Iring Mulyo
Culex 717 663 629 572 2.581 78,3 Aedes 183 219 135 157 694 21,1 Anopheles 13 5 1 0 19 0,6
Armigeres 0 0 1 0 1 0,2 Sub total 913 887 766 729 3.295 100,0 4 Kelurahan Yosodadi
Culex 760 546 551 640 2.497 77,9 Aedes 181 181 128 163 653 20,4 Anopheles 3 31 17 3 54 1,7
Armigeres 2 1 0 0 3 0,1 Sub total 946 759 696 806 3.207 100,0
Comment [H3]: buat tabel tidak terpotong
40
3.5.2. Kepadatan nyamuk Aedes yang terperangkap
Kepadatan nyamuk Aedes yang terperangkap dalam sticky-trap seperti
yang ditampilkan pada Tabel 15 menunjukkan jumlah perangkap sticky-trap
terbanyak diaplikasikan di Kelurahan Hadimulyo Barat dan nyamuk yang
terperangkap dari seluruh pengamatan (total) terbanyak diperoleh juga di
Kelurahan Hadimulyo Barat. Berdasarkan nilai kepadatan Aedes yang
terperangkap (per sticky-trap) di awal pengamatan (pengamatan 1) diperoleh nilai
tertinggi di Kelurahan Imopuro (0,64 ekor/sticky-trap), sedangkan untuk akhir
pengamatan (pengamatan 4) diperoleh nilai indeks terendah juga di Kelurahan
Imopuro (0,28 nyamuk/sticky-trap).
Tabel 15
Kepadatan nyamuk Aedes yang terperangkap dalam sticky-trap
No. Kelurahan Jumlah
ST*
Jumlah Aedes
terperangkap
Kepadatan
Aedes per ST
1 Hadimulyo Barat
Pengamatan 1 624 369 0,59
Pengamatan 2 630 280 0,44
Pengamatan 3 648 275 0,42
pengamatan 4 632 249 0,39
2 Imopuro
Pengamatan 1 318 205 0,64
Pengamatan 2 341 190 0,56
Pengamatan 3 332 104 0,31
pengamatan 4 332 94 0,28
3 Iringmulyo
Pengamatan 1 440 183 0,42
Pengamatan 2 436 219 0,50
Pengamatan 3 421 135 0,32
pengamatan 4 398 157 0,39
4 Yosodadi
Pengamatan 1 524 181 0,35
Pengamatan 2 508 181 0,36
Pengamatan 3 506 128 0,25
pengamatan 4 503 163 0,32 Keterangan :
*ST : sticky-trap
Fluktuasi kepadatan nyamuk Aedes yang terperangkap menunjukkan pola
yang berbeda-beda di wilayah penelitian (Gambar 4). Kelurahan Hadimulyo Barat
dan Imopuro menunjukkan pola fluktuasi yang hampir sama dimana terjadi
41
penurunan nilai kepadatan nyamuk yang terperangkap secara konsisten,
sedangkan di Kelurahan Iringmulyo dan Yosodadi menunjukkan pola yang sama
namun berbeda bila dibandingkan dua kelurahan sebelumnya dimana di dua
kelurahan ini polanya adalah naik turun.
Gambar 4
Fluktuasi kepadatan nyamuk Aedes yang tertangkap per sticky-trap
3.6. Tanggapan masyarakat terhadap tugas kader jumantik dan perangkap
sticky-trap
3.6.1. Tanggapan tokoh masyarakat
Tokoh masyarakat yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah
Ketua RT di empat RT terpilih di lokasi penelitian. Menurut informan kegiatan
yang dilakukan pada penelitian ini cukup positif dan memberikan manfaat bagi
masyarakat diantaranya menambah pengetahuan tentang penyakit DBD dan
memicu kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungannya termasuk dalam
kegiatan kolektif dalam bentuk gotong royong. Masyarakat di lokasi penelitian
menurut informan juga berpendapat serupa dan menambahkan agar cakupan
kegiatan ini dapat diteruskan dan diperluas.
0.59
0.44 0.42
0.39
0.64
0.56
0.31 0.28
0.42
0.50
0.32
0.39 0.35 0.36
0.25
0.32
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
kep
ad
ata
n A
edes
per
ST
kelurahan / pengamatan ke-
42
…kalo saya tangkap dan bicara dengan masyarakat di lingkungan saya,
membantu sekali karna selama ini kan mereka tidak tahu…selama ini kan
mereka nggak tau, hanya taunya DBD hanya istilahnya tutup apa namanya
air bak segala macem, nah sekarang ini kan dia orang sudah tau oh begini
kalo cara-cara apa menanggulangi jentik-jentik nyamuk segala macem tuh
udah kami ini kan semua, ya Alhamdulillah ya sampe saat ini belum ada
keluhan dari masyarakat malah mereka ya bersyukur gitu loh dengan
adanya pengaderisasian dari pusat (Ketua RT A)
Terhadap kegiatan fogging untuk memberantas nyamuk DBD, menurut
informan sebagian besar warganya menerima dan bahkan meminta apabila
terdapat kasus maupun kematian akibat DBD namun pandangan informan fogging
lebih tidak perlu dilakukan karena selain bau yang tidak mengenakkan, nyamuk
menjadi semakin ganas dan hilang hanya sementara. Untuk itu menjaga kondisi
lingkungan bersih dan menyingkirkan tempat-tempat yang dapat menjadi tempat
nyamuk berkembangbiak.
kalau kata saya tidak sebenernya, ya fogging itu hanya sementara, setelah
selesai asepnya ilang akan meninggalkan masalah, kalo saya pribadi
baunya nggak enak, ya mungkin membuat kita sesak nafas ya kita
contohkan aja binatang lain aja kalo kena asep itu mati, nah apalagi kita
yang menghirup udara nya kan, itu kan belum tentu satu atau sepuluh menit
abis itu (Ketua RT B)
ya untuk yang lebih baiknya memang satu ya bersih bersih dan lingkungan
itu memang air tidak tergenang, bak mandinya harus dibersihkan atau
saluran saluran istilahnya drainase, paretan, apa segala macem ya itu yang
yang harus kita bersihkan kalo hanya untuk meng fogging atau apa segala
macem kayaknya tidak, tidak menyelesaikan masalah itu aja (Ketua RT A)
Terkait dengan kegiatan gotong royong, masih ada wilayah yang sulit
untuk mengajak warganya bergotong royong karena aktivitas warga yang bekerja
sebagai pedagang sehingga solusinya pamong harus rajin mengingatkan untuk
membersihkan rumah masing-masing.
…kalo masalah kegiatan gotong royong apa segala macem yaa untuk itu ya
sulit karena kita tinggal di perkotaan karena mereka aktivitas mereka
sehari-hari di pasar, ya mau nggak mau ya pamong lah yang kerja gitu loh
kalo kita yang nggak ra kalo kita yang tidak rewel, kita yang tidak duluan
ya mereka ya cuek-cuek aja (Ketua RT B)
Adanya pengumuman tentang hasil pemeriksaan jentik di setiap rumah
tangga yang ditempatkan di tempat-tempat strategis (masjid, warung, dsb),
43
menurut informan tidak perlu diterapkan dan untuk menjaga perasaan warga, dan
sebaiknya pembagian larvasida yang perlu dilakukan.
Nah untuk menurut saya, saya tidak perlu diumumkan. Saya harus menegur
orang itu dan memberi Abate ini. Abate itu asalnya dari Puskes, itu juga
saya minta gratis. Saya diberi itu. Memang saya sudah sering kali minta
abate itu di Puskes Yoso Mulyo, karna Puskes saya Yoso Mulyo. Kalau
memang betul itu ada banyak nyamuk, saya beri abate agar yang jentik
nyamuk itu diberi abate, gitu aja (Ketua RT B)
Upaya lain yang perlu dilakukan untuk memberantas jentik di lingkungan
rumah, informan menyatakan perlu dilakukan secara rutin untuk memberikan
penyuluhan kepada masyarakat. Selain itu pendekatan secara langsung ke
masyarakat (door to door) dengan pendekatan komunikasi yang santai (guyon)
dapat dilakukan agar penularan DBD tidak terjadi lagi. Terhadap sticky-trap yang
diletakkan di rumah-rumah warga, informan menanggapi jika masyarakat tidak
berkeberatan dan bahkan berterima kasih untuk perangkap yang dipasang tersebut,
selain itu sudah dilakukan pelatihan dan supaya kader dapat mensosialisasikan ke
ibu-ibu anggota PKK maupun dasawisma.
Oh gini, ada kendala memang ada.. si yang punya rumah itu tidak ada di
tempat, itu aja kendalanya. Jadi untuk meneliti rumah tersebut, ee jadi
terhambat. Itu aja. Tapi kalo ada rumah tersebut penghuninya, mungkin dia
tidak keluar tidak tergembok rumah itu mungkin lancar-lancar aja (Ketua
RT A)
Program 1 rumah 1 jumantik (1R1J) yang saat ini sedang dijalankan
pemerintah, informan menyatakan setuju dengan program ini dan seluruh anggota
keluarga dapat berperan sebagai jumantik meskipun yang lebih adalah ibu rumah
tangga itu sendiri. Namun untuk pelaksanaan program ini informan menyatakan
perlu penyuluhan atau sosialisasi agar masyarakat menjadi lebih paham.
Kayaknya nggak ada kendala lo bu ya kenapa kalau satu rumah satu kader
kita ambil itu kayaknya nggak ada kendala sama sekali…itu kalau orang
luar nggak mungkin tahu di bagian ujung sana ada kaleng, kalau orang
mana mungkin tahu di pojokan ujung sana ada kaleng tuh ada air kan
enggak tahu, kalau ibu-ibu dia positif nyapu bersih penting bunyi ya kan o
ini ada kaleng liat dulu ada aer ada kan apa… (Ketua RT A)
44
3.6.2. Tanggapan masyarakat
Tanggapan masyarakat terhadap penelitian ini secara umum menunjukkan
antusiasme masyarakat yang positif terhadap kegiatan yang dilakukan selama
penelitian berlangsung dengan dua kegiatan utama yaitu pemeriksaan jentik secara
rutin oleh kader jumantik dan pemasangan perangkap nyamuk sticky-trap.
Dampak positif lainnya adalah memicu kesadaran masyarakat terutama pamong
setempat untuk menggalakkan membersihkan lingkungan rumah dan sekitarnya.
Dalam perspektif mereka (peserta FGD), kepadatan nyamuk menjadi berkurang
sejak dipasangnya perangkap di rumah-rumah mereka, dan berharap jika kegiatan
ini masih terus berlanjut.
Yah, saya sih pribadi yah kalo bisa, diteruskan itu, kenapa survei itu ke
rumah-rumah setiap bulan, ato seminggu sekali, karna gini, kalo di tempat
daerah saya itu kalo gak ada survei kayak gitu, para ibu-ibu gak ada
kegiatan, tapi kalo ada penelitian seperti ini, dia sering bersih-bersih,
sering bersih-bersih, tapi kalo gak ada, dia biasa-biasa aja, kalo bisa
diteruskan, jadi bersih itu rumah-rumah. (Informan F)
Ya, kalo menurut saya bagus yah, kita bisa punya pengalaman, tahu, trus
punya ilmunya sedikit masalah DBD… (Informan D)
Kalo saya malah seneng karena di setiap rumah dia pasti bersih bersih
itukan di awal saya bilang saya malah seneng kegiatan ini diterusin jadi
rumah ke rumah tu bersih. Ayo nanti ada jentik nyamuk, ya udah bli ibu
ibunya bersih bersih, tapi kalo nggak ya nggak, sekarang didiemin kan, gak
bersih bersih, ya udah diemin aja, tapi kalo ada ada tamu, penyuluhan, ya
udah bersih bersih semuanya (tertawa), kalo bisa diteruskan kami senang,
jadi rumah-rumah tu bersih (Informan F)
Bagus kami juga nyaman sama perangkap nyamuk itu, gak ada gangguan
nyamuk, rumah bersih (Informan C)
Riwayat kasus DBD di wilayah informan, menurut mereka sudah
berkurang drastis, hanya satu informan yang menyatakan pernah ada 1 kasus di
tahun yang lalu dan pernah ada penderita DBD di wilayah mereka meskipun
sudah lama terjadi.
Sekitar tahun dua ribu...pokoknya dari 2011 itu banyak yang, sampe yang
ninggal, sampe yang keluar darah dari hidung, itu sering gitu loh, cuman
karna ada penelitian ini, sama sekali gak ada kasus. Cuman sekali waktu
45
tahun kemaren, mba dian itu ada, sdh itu gak lagi. Terakhir, sudah itu aja.
(Informan A)
Pelaksanaan gotong-royong menjaga lingkungan terutama kaitannya
dengan pencegahan penularan DBD sudah dilaksanakan di wilayah informan.
Pamong setempat menjadi penggerak pelaksanaan gotong royong yang
diinformasikan lewat rumah ibadah ataupun langsung mengunjungi rumah warga
memberitahukan rencana gotong royong. Respons warga terhadap pelaksanaan
gotong royong cukup baik, meskipun salah satu informan menyatakan warga tidak
banyak terlibat saat gotong royong yang kebanyakan diikuti oleh penduduk asli
dan bukan pendatang.
Ya biasanya ada sih diumumkan dari lewat masjid kan masyarakat hari ini
bersih bersih rumah masing-masing, kaleng kaleng itu airnya dibuang
dikubur, sampah sampahnya kan, yang punya rongsok rongsokan tu
dibersihin lingkungannya ya gitu aja…Oo nggak paling paling sebulan
sekali gitu (Informan C)
Emh, kalo masyarakat kami sulit. Harus diajak disuruh gotong royong aja
kadang ngelimpir dia orang, kalo yang bener bener, bener bener mau kerja
tu masyarakat yang lama yang warga asli orang situ, situ kan rata rata
banyakan pendatang jadi kalo pendatang kan kalo dapet bantuan baru mau,
kalo gak dapet bantuan sama sekali gak ada yang mau gotong royong
(Informan A)
Sebagian besar informan belum ada pajanan fogging di 3 tahun terakhir
ini, menurut informan fogging bukan merupakan cara yang efektif untuk
membunuh nyamuk karena nyamuk bisa bertambah banyak, tidak mematikan
jentik, dan repot karena efek racunnya. Akan tetapi ada informan yang menerima
kegiatan fogging karena demi kesehatan.
Sempat kemaren pada gak mau loh.. Pada gak mau disemprot.. Entah napa,
katanya, nambah nyamuknya nambah banyak.. Begitu dah disemprot pasti
nyamuk nambah banyak, itu aja (Informan A)
Yah sebenarnya yah tidak menganggu sih, sewaktu dia datang kita tutupin
semua, kan ya itukan demi kesehatan untuk mem iniin penyakit nyamuknya
itu, kalo saya tidak terganggu (Informan C)
Pernah dulu, tapi waktu masih jamannya sekolah.. Iya, udah ada sepuluh
tahun lebih…Kalo saya, ganggu sih, soalnya kan yang kena cuman untuk
nyamuk gede nya aja yang kecil gak kena, jentik-jentiknya juga gak
46
kena…Iya, soalnya kek mana, udah barusan masak, kena asepnya gitu
(Informan E)
Sebagian informan menyatakan perlu pendekatan secara personal (oleh
pamong setempat) terhadap bangunan atau rumah tangga yang masih atau sering
ditemukan jentik DBD menginformasikan dan mengedukasi pemilik atau
penghuni rumah. Model pemicuan kesadaran dan perubahan perilaku melalui
pengumuman di tempat-tempat strategis seperti rumah ibadah tentang hasil
pemeriksaan jentik menurut informan tidak tepat dan kurang etis karena dapat
mempermalukan warga atau rumah tangga yang ditemukan jentik.
Kalo saya mah gak perlu diomongin kayak gitu sih, jadi kan nanti kalo
diomongin malah malu, jadi diomongin apa individu aja. Kalo aku mah
mungkin dikontrol aja dikontrol tiap hari, yang pertamanya seminggu sekali
didatengin tiap hari ngontrol cek gitu aja (Informan E)
Sama kalo saya ya mungkin kayak mbak diana ya nggak usah diomongin
kita kan nanti malu, harusnya didatengin aja tu rumah yang mengidap
jentik nyamuk, dikasih saran ya pokoknya dikasih penyuluhanlah supaya
jentik supaya jentiknya tu gak ada lagi, kan misalnya diomongi misalkan
dikasih daftar rumah si A nyamuk tu banyak nyamuk ya gak etis lah bu gitu
loh (Informan D)
Mengenai topik tentang upaya lain yang dapat dilakukan untuk membasmi
jentik di lingkungan, informan pada umumnya menyatakan upaya membersihkan
lingkungan rumah secara mandiri adalah cara utama yang diperlukan agar
terhindar dari keberadaan jentik DBD. Informan lainnya menyatakan penyuluhan
dapat dilakukan ke masyarakat seperti pada saat kegiatan posyandu, dasawisma
atau PKK dan melalui kader jumantik yang rutin mengingatkan warga terutama
saat musim penghujan.
Yah cukup bersih-bersih aja sih, bersih-bersih rumah trus tempat
penampungan itu aja. Kalo tempat aku mah Cuman pake itu bak jadi sekali
abis aja ya mungkin diadakan itu ya apa, kegiatan rutin yang itu hukumnya
wajib satu bulan sekali gitu dilakukan gitu ya dari RT nya ajak gotong
royong, bersih-bersih terus di apa ada ada acara penyuluhannya tu jangan
jangan pas ada orang yang terkena DBD gitu nggak buk maksudnya rutin
lah satu bulan sekali atau dua bulan sekali harus diadakan penyuluhan
tentang DBD itu sendiri (Informan E)
47
Yah kalo pendapat kami sih sama aja sih sama bu Diana yah, cuman
bersih-bersih sendiri kita wajib lah pokoknya, rumah harus bersih, selokan
sama parit itu harus dibersihkan minimal seminngu sekali, terus terutama di
kamar mandi sama di genangan-genangan air itu rajin dibersihkan, kayak
paret itu di sapu-sapu pake sapu lidi, kayak bak mandi juga rajin dikuras,
seminngu sekali, yah tergantung ama kita sendirilah, kalo kita kotor, kita
jorok yah pasti nyamuk pada deketin sendiri, tapi kalo kita sendiri,
berusaha hidup sehat, hidup rajin, bersih ya Insya Alloh nyamuk juga gak
ada (Informan C)
3.7. Perspektif pengelola program DBD terhadap kejadian DBD dan aspek
pencegahannya
Bagian ini menampilkan hasil indepth interview terhadap pengelola
program DBD tingkat puskesmas. Untuk melengkapi informasi yang diperoleh
agar lebih komprehensif maka selain ditampilkan perspektif pengelola DBD juga
ditambahkan dengan perspektif kepala puskesmas dari puskesmas yang sama.
Program pengendalian penyakit DBD di wilayah kerja puskesmas selain
dilaksanakan secara mandiri oleh Puskesmas juga melibatkan masyarakat.
Pemeriksaan jentik oleh kader yang ditunjuk telah berjalan meskipun
pelaksanaannya tidak setiap minggu, selain itu juga diberdayakan anak sekolah
sebagai kader pemantau jentik di lingkungan sekolahnya. Promosi kesehatan
tentang pencegahan penularan DBD dilakukan melalui pemanfaatan mobil
keliling puskesmas yang menyampaikan dalam bentuk oral (pesan melalui
pengeras suara) ataupun dengan membagikan leaflet dan menempatkan banner di
tempat-tempat strategis seperti posyandu dan kelurahan. Di tingkat kelurahan
forum kesehatan kelurahan, kegiatan paguyuban kader, paguyuban pamong juga
menjadi sasaran penyebaran informasi tentang pencegahan demam berdarah yang
dilakukan oleh bidan poskeskel (pos kesehatan keluarga).
…yang jelas promosi kesehatan itu melaksanakan yang pertama KIE ke
masyarakat melalui kesempatan yang ada misalkan forum masyarakat
kesehatan, pokeskel, permusyawaratan kelurahan, kemudian yang kedua
melalui kegiatan kegiatan paguyuban, paguyuban kader, paguyuban
pamong…yang kedua tentang woro woro langsung masyarakat melalui
mobil pusling itu yang dari puskemas dan juga dari dinas kerja sama
dengan puskemas, keliling ke setiap kelurahan dan terutama melewati lokus
lokus yang biasanya daerah tersebut RT RW tersebut endemis…kita
memberdayakan jumantik yang ada di semua posyandu…kemudian ke
sekolah sekolah kita juga ada jumantik siswa pemantau jentik sismantik kita
48
kasih pembekalan edukasi dan juga ke pihak guru penanggung jawab UKS
nya. Kemudian yang jelas kalau ke masyarakat kita hampir setiap bulan
mulai forum kesehatan keluarahan kita mesti sampaikan itu terutama musim
penghujan ya seperti itu (pengelola DBD puskesmas A)
Saya ada disini sudah ada, iya forum kesehatan kelurahan, itu dibentuknya
oleh lurah berisi di situ ada ketuanya, alhamdulillah kerjasama antara
puskes dan forum kesehatan kelurahan ini bagus. Salah satu kemaren yang
menunjang kita terakreditasi paripurna dari forum kesehatan kelurahan
karena peran serta mereka luar biasa bagus, semua kegiatan terutama yang
lebih lintas sektor mereka pasti hadir, terus memberi masukan terkait
dengan pelaksanaan program-program UKM puskesmas (Kepala
Puskesmas B)
Peran serta masyaraka juga dilibatkan dalam kelompok kerja (pokja) DBD
baik di tingkat kelurahan maupun kecamatan. Di tingkat Kota Metro, gerakan
Gertak DBD dicanangkan oleh Walikota Metro dalam bentuk surat edaran yang
menekankan kebersihan lingkungan dan memberantas sarang nyamuk dengan
melibatkan semua lintas sektor dan masyarakat.
Gertak DBD kalo gak salah, iya, gertak DBD, kayaknya akhir tahun
kayaknya, lupa saya. Bersih-bersih lingkungan, memberantas sarang
nyamuk, semua kita lakukan serentak. Dari walikota bahwa hari itu, kita
serentak bersih-bersih dalam rangka itu (Kepala Puskesmas B)
Respons masyarakat yang nampak terhadap program yang dijalankan oleh
Puskesmas cukup dinamis. Sebagian besar masyarakat mendukung kegiatan
penanggulangan DBD salah satunya turut aktif dalam gotong royong di
lingkungannya. Di tingkat sekolah, institusi pendukung turut concern dengan
menjalankan atau melaksanakan pemantauan jentik di lingkungan sekolah oleh
jumantik. Namun di sisi lain sebagian warga lainnya tidak menunjukkan respon
yang antusias terhadap program yang ada namun apabila terdapat penderita DBD
di wilayahnya maka akan meminta program DBD dijalankan di wilayah mereka.
kalau secara umum bisa diambil dua kelompok yang pertama yang sudah
terpapar dan sudah lebih paham ya sebenernya kalau bisa cukup bersih
bersih itu yang kita temukan di lapangan ya gak usalah difogginglah rumah
saya, ya nanti bersihin sendiri, nyemprot sendiri ya walaupun tetap secara
kaidah yang bener ya seharusnya tetep difogging, yang kedua kadang
walaupun disitu PE nya ya negatif tetep, tetep ada sebagian masyarakat ini
udah DBD, ini harus difogging itulah dua kelompok yang berbeda tetapi
beberapa tahun terakhir ini khususnya 2017 2018 ini hal-hal yang seperti
49
itu Alhamdulillah sudah sangat-sangat berkurang seperti pada tahun ini
ada sembilan kasus yang fogging baru tiga, istilahnya bener bener PE nya
positif nah jadi itulah yang kita tindaklanjuti dengan fogging fokus kalau
sebelum-sebelumnya tetangga nya DBD gimana caranya fogging walaupun
belum tentu disitu PE nya positif seperti itu. Padahal kalo PE nya negatif
kan cukup dengan bersih bersih lingkungan, pemberantasan sarang nyamuk
dan larvasidasi seperti itu. Seperti itu mungkin kelompok masyarakat yang
terkait fogging (pengelola DBD puskesmas A)
Masyarakat ini kalo DBD ini kan kalo belum kena ya masih biasa, kalo
udah kena baru kubek minta yang ini yang itu baru dia mau PSN segala
macam kalo sudah kena, biasanya gitu, apalagi sebenernya kan kalo
misalnya kayak DBD ini siklusnya jelas gitu, udah kayak gini kita sudah
keliling menggunakan ambulans, woro-woro, hati-hati DBD nih segala
macem gitu ya masih tetep biasa saja, tapi kalau sudah ada yang kena satu
baru mereka kubek untuk misalnya mau PSN. (Kepala Puskesmas B)
Kendala yang ditemui Puskesmas dalam melaksanakan program DBD
adalah keterbatasan SDM dan beban kerja yang rangkap. Beban tanggung jawab
juga dirasakan pada kader jumantik yang harus mengawasi banyak rumah
sehingga dapat mempengaruhi kualitas yang dihasilkan. Pada level masyarakat
kendala yang dihadapi di salah satu wilayah adalah rendahnya peran serta
masyarakat karena kultur yang sudah mengarah ke perkotaan, kebiasaan maupun
sosial ekonomi yang sebagian besar bekerja sebagai pedagang. Untuk mengatasi
masalah tersebut solusi yang diambil yaitu dengan melibatkan lintas program
dalam menjalankan program DBD, serta berupaya menambah jumlah kader
jumantik dan terus memberikan motivasi. Pendekatan kepada masyarakat
dilakukan dengan menjadikan Ketua RT sebagai koordinator kesehatan di
wilayahnya. Selain itu secara teknis, kendala yang ditemui di lapangan khususnya
pada saat akan dilakukan penyelidikan epidemiologi (PE) adalah alamat yang
kurang jelas atau tidak lengkap sehingga menyulitkan petugas untuk melacak
alamat kasus (penderita DBD)
Nah terus kita dari Puskesmas baru kita melacak ke lapangan, jadi
langsung ini ya kita cari alamatnya, cuma kendalanya kita disini kadang
alamatnya itu nggak lengkap itu yang agak ini ya agak kesulitan kita dalam
PE itu (pengelola DBD Puskesmas A)
Ee..yang jelas kan dulu kita bentuk kader jumantiknya cuma sedikit ya kita
mungkin memantapkan kembali program terbaru apa namanya inovasi
menambah kader kalau saya lihat dari pukesmas saja sedikir kadernya
50
nggak bisa untuk dia harus berkeliling jadi yang jelas memantapkan
kembali kepada kader ini kalau bisa memang dia harus ada pelatihan
khusus untuk update ilmunya mungkin yang terbaru tu kayaknya perlu
banget ke rumah rumah bahkan mungkin dia harus megang satu kader
berapa rumah mungkin sepuluh rumah lebih bagus kalau jatuhnya satu
kader dua puluh rumah mungkin dia berat kalau sepuluh rumah lebih ini
kalau kita buat kayak dasawisma (Kepala puskesmas B)
Menurut Kepala Puskesmas lintas sektor memiliki peran penting terutama
pihak kelurahan dan kecamatan yang secara administratif bertanggung jawab
terhadap masyarakat di wilayahnya. Kerja sama lintas sektor tersebut
diwujudnyatakan dalam loka karya mini dengan mengundang kelurahan dan
kecamatan maupun lintas sector lainnya seperti Kementerian Agama, sektor
pendidikan, BKKBN melalui PLKB (petugas lapangan keluarga berencana),
kepolisian, serta Babinkamtibmas untuk membahas permasalahan kesehatan di
wilayah kerja puskesmas. Pengelola program DBD menyatakan jika kerja sama
lintas sector itu sangat penting dan perlu ditingkatkan karena tidak akan dapat
menyelesaikan permasalahan sendiri tanpa peran serta sektor lainnya.
Sangat penting, kalau kita mau kerja sendiri tidak akan teratasi ya. Penting
itu. Dan harus lebih ditingkatkan (pengelola DBD Puskesmas A)
Kalo menurut saya (lintas sector) penting sekali karena kalau masalah itu
hanya diselesaikan oleh kesehatan tidak tidak akan bisa, terus yang punya
masyarakat itu kan pemerintah dalam negeri dalam hal ini mungkin dari
mulai Lurah sampai dengan RT, ketika kita turun ke masyarakat tanpa ada
persetujuan atau pendampingan dari mereka tentu akan sulit untuk bisa
berkomunikasi dengan baik dengan masyarakat. (Kepala Puskesmas A)
Harapannya selain pemangku wilayah (kecamatan dan kelurahan), lintas
sektor yang erat hubungannya dengan keamanan dan ketertiban masyarakat
seperti kepolisian, babinkamtibmas maupun polisi pamong praja diharapkan turut
berperan dalam mengingatkan warga khususnya pertokoan untuk menjaga
kebersihan lingkungan agar terbebas dari habitat perkembangbiakan vektor DBD.
Selain itu dinas kominfo diharapkan dapat menjadi corong ke masyarakat akan
penyebaran informasi tentang kesehatan khususnya demam berdarah.
Harapannya kegiatan-kegiatan ini didukung tidak hanya kader tetapi
dengan lintas sektor terkait misalkan pamong itu harapannya punya
51
masalah secara langsung dibawah istilahnya… (pengelola DBD Puskesmas
A)
Sepertinya yang perlu sekali supaya kita nggak kena DBD lagi ya karena
wilayah metro ini pertokoan, nah saya khawatirnya.. mungkin sekarang
baik gitu nanti namanya pertokoan kan bisa aja bisa berubah kepemilikan
punya orang gitu jadi ke kalo bisa jadi itunya apa kebersihan
lingkungannya jadi buruk mungkin, mungkin ke depannya, saya sih nggak
berharap seperti itu. Jadi saya harap mungkin untuk lintas sektor terutama
untuk yang berwenang ke situ selalu tidak bosan bosan untuk memantau
atau atau memberi tegaslah kepada mereka itu bahwa kebersihan
lingkungan itu penting. Jadi sehingganya mereka tu nggak lupa nggak
nggak terlena gitu. (Kepala Puskesmas B)
Program 1 rumah 1 jumantik (1R1J) masih sebatas sosialisasi dan
disampaikan pada saat loka karya mini. Untuk pelaksanaan program 1R1J ini
kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain rapat pembahasan di tingkat internal,
penetapan tupoksi, kerangka acuan serta penetapan surat keputusan (SK). Harapan
terhadap program ini perlunya persiapan yang matang baik secara teknik maupun
pelaksanaannya, perlu dilakukan supervisi dan monitoring terhadap kinerja kader
dan peningkatan anggaran untuk reward dan pelatihan kader sebagai koordinator
tiap rumah tangga.
ya pokoknya hanya menjelaskan apa ini apa ini itu kegiatan satu rumah
satu jumantik terus kegiatan bentuknya gimana, yang melakukan siapa,
yang menjadi koordinator siapa, yang penting itu sudah, cuma maksudnya
kalo kita eh kita belajar ngisi formulir ini ya itu belom pernah (pengelola
DBD Puskesmas A)
Kalau sosialisasi sebenernya sudah kita gulirkan mulai pertengahan tahun
2018. Malah kadang waktu triwulan pertama itu begitu ada guliran one R
one J sudah, cuma pengaplikasian di masyarakat untuk secara baku formal
belum tetapi secara non formalnya sebenernya sudah karena begitu
jumantik itu dah jalan itukan sekaligus mensosialisasikan supaya mereka
minimal di rumah itu ada loh yang harus mantau rumah ini dengan
swadaya itu entah anaknya ibuknya atau bapaknya untuk memantau
jentiknya. Cuma secara formalnya ini belum tapi secara non formal nya
sebenarnya sebagian sudah dijalankan oleh kader jumantik kalau
konsepnya sendiri kan nanti kader jumantik itu sebagai monitor aja, rumah
rumah itu sudah nantinya ada ceklistnya kan mereka yang bikin list seperti
itu kurang lebihnya tapi rencana nanti kita akan mulai coba di 2019
(pengelola DBD Puskesmas B)
52
3.8. Perspektif lintas sektor terhadap permasalahan DBD di wilayahnya
Lintas sektor yang menjadi sumber informasi pengumpulan data kualitatif
penelitian ini adalah dinas komunikasi dan informasi, badan perencanaan
pembangunan daerah, dinas pendidikan, kecamatan dan kelurahan. Mengenai
topik penyakit DBD sebagai salah satu prioritas kesehatan di Kota Metro,
informan menyatakan dari sudut pandang mereka DBD merupakan salah penyakit
yang memerlukan perhatian dari berbagai pihak. Informan dari salah satu lintas
sektor menyatakan DBD merupakan salah satu aspek yang disampaikan (dalam
bentuk promosi kesehatan) ke masyarakat dengan berbagai cara. Ketersediaan
anggaran dalam pengandalian DBD juga menjadi bentuk bentuk kewaspadaan
agar penyakit ini tidak merebak. Informan lainnya menyatakan DBD bukan
merupakan hal baru di wilayah mereka, meskipun demikian penyakit ini masih
menjadi prioritas terutama pada saat musim penghujan.
Kita kan ada istilahnya PPID ya, PPID itu pejabat pengelola informasi dan
dokumentasi, setiap perangkat daerah itu ada yang namanya PPID
pembantu. Tugas mereka adalah memberikan informasi mereka kan sebagai
badan publik ya, mereka bertugas memberikan informasi kepada
masyarakat gitu kan, kalo ada keluhan kita kan di web ada namanya kontak
kami ya kalo ada yang mengeluhkan terkait dengan DBD ada yang
melaporkan tentang DBD, ya kita arahkan ke PPID pembantu di dinas
kesehatan. Nanti merekalah yang berhak untuk menjawab semua
pertanyaan yang ada… Jadi kita fasilitator .. fungsinya fasilitator cuma
tetep pertanyaan kaitannya dengan dinas teknis tetep kita serahkan kepada
yang berwenang (Lintas Sektor A)
…karna penyakit DBD saya rasa sudah dari dulu gitu, jadi bukan hal yang
baru bagi kita di sini, di bawah ini, bukan hal yang baru yang namanya
DBD, sudah lama sudah ada jadi, kita sudah seperti ruti rutinitas aja kan
DBD di bawah itu, gitu. (Lintas Sektor B)
Jadi ya masalahnya di DBD itulah kalo musim hujan aja, seandainya tak
ada musim hujan ato kebanjiran tuh kayaknya gak ada masalah sih …
(Lintas Sektor C)
Kerja sama lintas sektor pada prinsipnya disesuaikan dengan tugas pokok
dan fungsi (tupoksi) masing-masing. Kerjasama Bappeda dengan Dinas
Kesehatan adalah koordinasi dan perencanaan anggaran, yang tercover dalam
program pencegahan penyakit menular salah satunya terkait dengan penanganan
DBD, artinya bukan terfokus pada masalah DBD tapi multi program sektor,
53
seperti program PHBS yang juga bisa mengatasi DBD. Kerjasama Kominfo
dengan Dinas Kesehatan adalah menyebarkan informasi tentang DBD melalui talk
show di program Sai Wawae pada radio pemerintah, web pemerintah daerah, dan
surat kabar terkait DBD. Kerja sama lintas sektor lebih intens dengan lintas sektor
pemangku wilayah seperti kecamatan dan kelurahan karena secara administratif
bertanggung jawab terhadap masyarakat yang berada di wilayahnya.
Sai Wawae itu bahasa Lampung ya kan, gak ngerti ya... Sai Wawae tu Satu
Kebaikan, Sai tu kan satu ya Wawae kan baik ya Satu Kebaikan…Tentang
Sai Wawae gitu kan jadi masing-masing dari kelurahan itu memberikan
gambaran terkait dengan program kegiatan yang ada di kelurahan, bentuk-
bentuk pelayanan yang ada di kelurahan dan kecamatan seperti itu, dari
dinas-dinas juga sama. Intinya mereka memaparkan ya tentang program-
program dan kegiatan yang akan dilaksanakan di tahun berjalan. (Lintas
Sektor A)
itu kegiatan puskes bekerja sama ya dengan lintas sektor, ada pelaporan
misalnya kelurahan ini ada sekian sekian gitu loh..yang ada kasus misalnya
kan seperti itu…ya..sepertinya dateng sih (lokakarya mini), kita banyak
juga mengundang sekolah jadi pembahasannya bukan satu aja ya, banyak
yang dibahas kan gitu, itu kegiatan puskes sih ya jadi mereka banyak
program ya sih, banyak yang disampaikan…nggak fokus ke DBD aja,
banyak yang dibahas (Lintas Sektor B)
…untuk penanggulangan DBD itu emang masuk dalam program dan
kegiatan, jadi kalo untuk program dan kegiatan kan kemudian dijabarkan
ke dalam rencana kerja pemerintah itu di tingkat kota ya, kemudian di
tingkat SKPD itu ada kegiatannya masuk di Dinas Kesehatan, jadi untuk di
Dinas Kesehatan sendiri ada program dan kegiatan secara khusus
nanganin DBD, meskipun sih sebenernya, artinya lintas sektor ya,
maksudnya lintas program itu ga cuman fokus di DBD nya cuman ada juga
program yang kaya PHBS, itu kan salah satunya untuk apa, bisa menangani
juga ya DBD terus kita juga ada apa, kegiatan yang terkait dengan
pemberdayaan kader,kader posyandu, terus untuk jumlah antek nya juga
ada, maksudnya kegiatan seputar itu, jadi untuk DBD sendiri kita garapnya
engga cuman satu atau dua kegiatan, tapi multi, multi program sektor juga
sih (Lintas Sektor D)
Terkait dengan pengendalian DBD di Kota Metro, proses pelaksanaan
kegiatan tiap lintas sektor (Bappeda dan Kominfo) disesuaikan dengan aturan
main masing-masing instasi, kalau Bappeda menekankan pada koordinasi dan
perencanaan anggaran yang dimulai dari musrenbang di tingkat kelurahan,
kemudian kecamatan, lalu tingkat kota sampai dengan akhirnya menentukkan
54
prioritas program di OPD. Kalau Kominfo berfungsi sebagai fasilitator, dimana
tiap OPD baik itu Dinas Kesehatan mempunyai pejabat pengelola informasi dan
dokumentasi (PPID) pembantu yang bertugas memberi informasi kepada publik
terkait DBD. Penggunaan media atau aplikasi di telepon seluler seperti whatsapp
juga dimanfaatkan untuk memobilisasi masyarakat terkait DBD sepert gotong
royong/jum’at bersih, juga menghimbau masyarakat melalui pertemuan seperti
lokakarya mini yang diselenggarakan puskesmas tiap tri bulanan dan rakor
kecamatan yang diselenggarakan sebulan sekali.
…kita punya grup WA (whatsapp) gitu yah kita himbau melalui WA tapi
kalo, ketika perkumpulan RT RW kita himbau juga, trus ada pertemuan juga
bagi RT RW trus PKK nya mungkin ibu-ibunya kita himbau kan juga (Lintas
Sektor C)
iya kegiatan itu kan kita, kita buat surat sih mbak edarannya, kalo
edarannya sebenarnya sudah lama sudah nggak perlu edaran lagi ya kalo
kita semacam jumat bersih, itu sudah nggak butuh edaran lagi ya karna
sudah melekat di masyarakat itu…namanya kan edaran berlaku selamanya
sebelum ada surat edaran yang baru. Cuma kalo mengingatkan oo minggu
depan kita jumat bersih baru kita buat surat lagi ke kelurahan (Lintas
Sektor B)
Hambatan dan kendala terkait kerjasama lintas sektor, terkait anggaran
OPD masih melihat bahwa usulan perencanaan anggaran masih berdasarkan
keinginan bukan kebutuhan. Artinya program pengendalian DBD yang
seharusnya menjadi prioritas masalah di suatu wilayah belum tentu dianggap
penting pada saat musrenbang karena ada wilayah yang lebih urgency masalah
DBD-nya. Sedangkan Dinas Kesehatan sampai saat ini belum ada laporan untuk
menyebarkan informasi terkait DBD melalui Kominfo. Untuk tingkat kecamatan
dan kelurahan, yang menarik disini bahwa masih ada kurangnya koordinasi antara
puskemas dengan kecamatan/kelurahan untuk masalah kesehatan salah satunya
DBD, sedangkan masalah di masyarakat adalah masih ditemui kesulitan untuk
mengajak masyarakat bergotong royong pada kegiatan jum’at bersih yang
disebabkan terkait kesibukan atau pekerjaan karena masih di hari kerja.
ada proses di mereka jadi kalo yang tingkat paling bawah itu kan biasanya
ketua RT, ketua RW ya itu nanti dia ada semacam musyawarah rembug
desalah kalo itu di masing-masing RW itu nanti kumpulanlah, kumpulan
55
kemudian ya itu mereka mulai diskusi ya kira-kira untuk diwilayah kita ini
apasih yang jadi keperluan, bukan sekedar keinginan ya, jadi emang untuk
masyarakat banyak (Lintas Sektor D)
Kalau kendalanya, kalau kendala tu sebenarnya gini ya pak ya karena kita
masyarakatnya itu banyak istilahnya, kalo untuk jumat, jumat itu kan bukan
hari kerja ya, jadi masyarakatnya itu banyak yang masih bekerja atau
gimana gitu ya, untuk itu ya mungkin antisipasi untuk hari libur, gitu aja sih
sebenarnya. Kalau pekerjaan yang namanya gotong royong itu sudah
runut-rutin ya (Lintas Sektor B)
Belum berjalan, kan barusan September kemarin kita launching ya masalah
peran PPID itu, jadi sampe sekarang belum-belum ada yang memberikan
laporan, hanya mereka baru mengirim yang namanya daftar informasi
publik, daftar informasi publik yang akan dipublish di web kami, baru itu
yang diberikan sama mereka. Jadi bisa saya simpulkan untuk sementara ya
belum ada pemohon informasi yang ke PPID, baru satu kasus itu aja yang
dari dinas PU, baru satu kok. Kita baru sih, kita sudah sosialisasi mbak
masih kita gencarkan terus... (Lintas Sektor A)
Terkait kendala yang dihadapi dalam menjalankan tupoksi yang berkaitan
dengan lintas sektor, secara umum solusi ataupun tindak lanjut yang diambil
dalam dua bentuk yaitu secara pasif maupun aktif. Secara pasif maksudnya
koordinasi dilakukan melalui rapat (formal) maupun diskusi bersama lintas sector
yang berkepentingan, sedangkan secara aktif dengan berkunjung langsung ke
OPD yang menjadi sasaran untuk dilakukan koordinasi.
ya sering sering ini apa rapat ya, artinya kadang BAPPEDA itu seharian...
rapatnya bisa sampe tiga kali, nah ini misalnya tadi pagi rapat nah nanti
ooh itu kan rapat terkait anggaran, nanti ada lagi rapat kayak apa misalnya
di dinas sosial, kita juga...sering diundang untuk rapat misalnya kaya
penyusunan mereka menyusun perwali, apalah itu kan, mereka juga
ngundang BAPPEDA karna biar apa dapat masukan gak Cuma cukup
sosial tapi mungkin ada usul ya usul kesehatan juga dia bisa kita kasi
masukan. Jadi kalo solusi ya lebih intens untuk ini, apa, ketemu dalam
bentuk tentang rapat, entah kita yang datang ke OPDnya entah OPDnya
yang kita apa minta datang kesini. Jadi kadang gak cuma sekedar kita yang
ini ya kita yang manggil OPDnya kesini, gak, kadang kita dateng juga
kesana (Lintas Sektor D)
Pandangan tentang peran lintas sektor dalam penanggulangan DBD
ataupun permasalahan lainnya (non kesehatan) sangat penting untuk dimanfaatkan
dan diterapkan. Permasalahan satu sector tidak akan dapat diselesaikan tanpa
adanya kerja sama dengan sector lain. Dalam perspektif pemerintah, OPD yang
56
ada merupakan satu kesatuan dan tidak dapat berdiri sendiri meskipun tetap
berada pada koridor yang disesuaikan dengan tupoksi masing-masing. Lintas
sektor dengan peran pemangku wilayah justru memiliki peran yang cukup krusial
terhadap program atau kegiatan yang dilakukan sektor lain yang bersentuhan
langsung dengan masyarakat. Selain berperan sebagai fasilitator, pemangku
wilayah juga berperan memonitor terkait program ataupun permasalahan yang ada
di wilayahnya.
…kita kan koordinasinya harus lebih apa ya multi, multi sektoral
gitu..kegiatan itu sebenernya oo misalnya di bidang kesehatan itu
sebenarnya tidak berdiri sendiri bidang kesehatan aja kan itu tanggung
jawab pemerintah, itu ada, disitu juga ada pendidikan…(Lintas Sektor D)
Seharusnya, kita ni kan namanya bicara pemerintah daerah itu kita satu
kesatuan tidak bisa kita semua berdiri sendiri sendiri ya walopun tetep pada
koridor tugas dan pokok fungsi masing-masing dinas ya, Saya yakin fungsi
kominfo ke depan nggak hanya sekedar publiKasi ya ataupun sekedar
menyebarkan informasi kepada masyarakat (Lintas Sektor A)
57
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat sebelum dan sesudah
intervensi
Hasil penelitian menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan, sikap dan
perilaku masyarakat antara pra intervensi dan paska intervensi. Perubahan yang
terjadi diyakini sebagai dampak dari intervensi yang diberikan yaitu promosi
kesehatan, pemeriksaan rutin oleh kader serta aplikasi sticky-trap, dan diperkuat
dengan analisis statistik yang menunjukkan perbedaan yang bermakna. Hasil
wawancara menunjukkan pada beberapa aspek KAP masih terlihat rendah
persentasenya sehingga penelitian ini memberikan umpan balik kepada pengelola
DBD tentang aspek-aspek yang dipandang perlu untuk diberikan penekanan pada
saat melakukan promosi kesehatan tentang penyakit DBD.
Perilaku masyarakat untuk mencegah nyamuk berkembangbiak pada
tempat penampungan air sudah cukup baik terutama kebiasaan menguras bak
mandi, namun perilaku yang bertentangan justru ditemukan terhadap kebiasaan
mengumpulkan barang bekas atau sampah (non organik) di luar rumah yang dapat
terkena hujan dan menampung air. Program 3M plus telah cukup lama
disosialisasikan dengan gencar baik oleh sektor kesehatan maupun non-kesehatan
dan kenyataan yang diperoleh dari penelitian ini menyiratkan jika masyarakat
masih belum “menjiwai” program ini. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas
responden yang menyatakan jika demam berdarah adalah penyakit yang
berbahaya namun pernyataan ini tidak “terlihat” pada aspek perilakunya.
Beberapa penelitian menyatakan tidak terdapat korelasi antara tingkat
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dengan kejadian DBD karena
terdapat faktor-faktor lain yang juga berperan. Namun apabila tingginya tingkat
KAP yang diwujudnyatakan dalam perilaku 3M plus, tentunya sedikit banyak
akan mengurangi risiko tersebut kaitannya dengan meminimalisir produktivitas
nyamuk Aedes dari lingkungan rumah.
Rendahnya perilaku masyarakat dalam melaksanakan gerakan 3M plus di
lingkungan padat penduduk disertai tingginya mobilitas manusia maupun barang
58
dan kondisi lingkungan yang menunjang distribusi virus dengue, akan
berkontribusi kepada makin tingginya risiko penularan.20
4.2. Indeks jentik sebelum dan sesudah intervensi
Indeks jentik yang diperoleh saat paska intervensi (house index, breteau
index dan container index) menunjukkan nilai yang lebih rendah dibandingkan
saat pra intervensi. Perubahan yang terjadi pada nilai house index (HI) di empat
kelurahan tersebut masih berada pada nilai density figure dengan kategori
kepadatan sedang. Angka house index lebih memberikan gambaran mengenai
sebaran atau distribusi sebaran nyamuk pra-dewasa di suatu wilayah dan tidak
memperhitungkan kontainer yang diperiksa. Nilai house index yang diperoleh
belum mencapai angka yang diharapkan pemerintah yaitu <5% atau angka bebas
jentik (ABJ) >95%. Nilai container index menurut density figure menunjukkan
perubahan yang terjadi masih pada kategori kepadatan sedang namun sudah
mendekati kategori kepadatan rendah. Nilai breteau index empat kelurahan pada
saat pra intervensi menunjukkan kepadatan yang tinggi dan pada saat paska
intervensi menunjukkan penurunan manjadi kategori sedang. Breteau index
merupakan index yang relatif lebih bermakna untuk menentukan tingkat resiko
penularan di suatu wilayah karena merupakan perpaduan data premis dan
kontainer.
Apabila dilihat rentang pemeriksaan jentik setiap minggu atau 7 hari maka
akan ada kemungkinan jika pada pemeriksaan berikutnya ditemukan jentik atau
bahkan pupa karena telur dapat menetas hingga 2 hari setelah terendam air,
sehingga peluang untuk ditemukannya jentik pada interval pemeriksaan
berikutnya (1 minggu) berpeluang untuk ditemukan jentik atau larva. Indikator
keberadaan pupa sebaliknya dapat menjadi salah satu indikator pelaksanaan
kegiatan 3M di rumah tangga khususnya membersihkan atau menguras tempat
penampungan air. Focks et al. menyatakan Rasio pupa per orang dapat digunakan
dengan justifikasi sebagai berikut21
:
Pupa dapat dihitung jumlahnya pada kebanyakan lingkungan domestik
Pupa Stegomyia pada container mudah dipisahkan dan dibedakan dengan
genera lain dan dapat diidentifikasi baik saat stadium pupa maupun dewasa
59
Tingkat mortalitas pupa sangat rendah sehingga jumlah pupa sangat
berkorelasi dengan jumlah nyamuk stadium dewasa
Nilai pupa per orang dapat dihubungkan dengan risiko penularan dan
menghasilkan data tentang target intervensi yang dibutuhkan dalam program
pengendalian vektor.
Nilai pupa per orang saat pra intervensi berkisar 0,33 – 0,87 pupa/orang,
sedangkan paska intervensi berkisar 0,06 - 0,32 pupa/orang. Penelitian tentang
indeks pupa di lima wilayah DKI Jakarta pada bulan Desember 2006 hingga
Januari 2007 memperlihatkan nilai indeks pupa per orang berkisar 0,17 – 1,5
pupa/orang.22
Program 1 rumah 1 jumantik disertai aplikasi perangkap nyamuk
sticky-trap dengan pengawasan (monitoring dan evaluasi) puskesmas maka
diharapkan akan terjadi penurunan nilai kepadatan pupa. Monitoring dan evaluasi
(monev) penting dilakukan agar program dapat dievaluasi dan diberikan umpan
balik untuk optimalisasi program di lapangan.
4.3. Kepadatan nyamuk pada sticky-trap sebelum dan sesudah intervensi
Genera nyamuk yang berhasil tertangkap pada sticky-trap ada empat yaitu
Culex, Aedes, Anopheles dan Armigeres. Metro merupakan wilayah administratif
tingkat II dengan status kota. Meskipun statusnya kota namun wilayah Kota Metro
cukup didominasi oleh areal persawahan sehingga nyamuk Anopheles yang
cenderung ditemui di wilayah rural juga diperoleh pada sticky-trap, oleh karena
itu ada kemungkinan sticky-trap ini dapat juga digunakan sebagai metode untuk
menurunkan populasi nyamuk vektor malaria di daerah endemis.
Culex merupakan nyamuk yang sangat berhubungan erat dengan habitat
yang kotor atau berpolutan karena mengandung banyak bahan organik sebagai
sumber makanan yang disukai. Untuk daerah perkotaan Cx. quinquefasciatus
merupakan salah satu spesies yang dominan dan berperan sebagai vektor utama
filariasis perkotaan (Wuchereria bancrofti), avian malaria, western equine
encephalomyelitis dan St. Louis encephalitis. Dengan demikian sticky-trap dengan
atraktan rendaman jerami cukup efektif menurunkan populasi nyamuk Culex.23
Atraktan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil fermentasi
tanaman padi (bahan kering) yang mengandung bahan organik maupun mikroba
60
yang menjadi sumber pakan bagi larva. Kandungan senyawa kimiawi yang
terkandung dalam atraktan rendaman jerami dan berperan menjadi daya tarik bagi
nyamuk untuk datang dan bertelur antara lain ammonia 3,74 mg/l, CO2 total 23,5
mg/l, asam laktat 18,2 mg/l, octenol 1,6 mg/l dan asam lemak 17,1 mg/l.24
Penelitian yang dilakukan oleh Polson et al. di Kamboja menyimpulkan ovitrap
yang menggunakan atraktan rendaman jerami lebih sensitif mendeteksi
keberadaan dan jumlah Aedes aegypti dibandingkan ovitrap dengan air.25
Penelitian yang dilakukan oleh Sant’ana dkk yang menguji potensi beberapa jenis
rumput-rumputan memperoleh hasil jika rumput benggala (Panicum maximum)
memiliki daya tarik terhadap nyamuk Ae. aegypti dibandingkan jenis rumput
lainnya seperti Cynodon plectosa, Pennisetum purpureum dan C. dactylon.26
Hasil observasi langsung pada nyamuk yang terperangkap menunjukkan
tidak hanya nyamuk betina saja yang terperangkap namun juga nyamuk jantan
meskipun proporsinya lebih banyak nyamuk betina, selain itu nyamuk yang
terperangkap tidak hanya nyamuk yang gravid (siap bertelur) dan fed (kenyang
darah) namun termasuk juga nyamuk unfed (tidak kenyang darah) dari keempat
genera yang terperangkap. Fenomena ini mengindikasikan bahwa perangkap
sticky-trap ini berpotensi memerangkap nyamuk yang resting namun belum
memasuki proses pematangan telur dan masih akan melakukan aktivitas
menghisap darah, serta kemungkinan lainnya adalah nyamuk yang baru keluar
dari pupa (emerge) sebelum memasuki fase kawin akan mencari tempat resting.
Proses pencarian tempat untuk meletakkan telur (oviposisi) dipengaruhi berbagai
macam faktor dan salah satunya adalah kandungan bahan kimia yang terkandung
dalam suatu habitat. Atraktan yang terdapat dalam perangkap nyamuk akan
mengeluarkan sinyal kimiawi yang ditangkap nyamuk sehingga akan mengalihkan
nyamuk untuk bertelur pada tempat penampungan air.
Kepadatan nyamuk Aedes yang terperangkap memperlihatkan dua pola
yang berbeda. Di Kelurahan Hadimulyo Barat dan Kelurahan Imopuro, kepadatan
nyamuk Aedes yang terperangkap memperlihatkan penurunan sedangkan di
kelurahan Iringmulyo dan Yosodadi lebih fluktuatif (naik-turun). Hipotesa yang
dapat diambil dari angka kepadatan ini bahwa tinggi rendahnya angka kepadatan
akan dipengaruhi oleh kepadatan nyamuk dewasa. Hasil pemeriksaan jentik rutin
61
oleh kader menunjukkan fluktuasi rumah yang positif jentik di setiap pengamatan,
dan rumah yang masih ditemukan jentik tentunya akan mempengaruhi keberadaan
nyamuk di lingkungannya dan akan mempengaruhi kepadatan nyamuk yang
terperangkap pada sticky-trap.
Konsep perangkap nyamuk sticky-trap merupakan salah satu metode yang
digunakan untuk mengendalikan vektor dan terintegrasi dengan metode
pengendalian lainnya. Gerakan 1 rumah 1 jumantik apabila dilaksanakan secara
kolektif oleh masyarakat dalam jangka panjang akan berdampak kepada
menurunnya populasi vektor, selanjutnya kepadatan vektor akan semakin rendah
karena peran dari sticky-trap. Sticky-trap merupakan alat yang sederhana karena
mudah dibuat, ramah lingkungan karena dapat memanfaatkan barang bekas
(mendukung 3M plus dalam hal mendaurulang) dan tidak menimbulkan resistensi
vektor. Penelitian ini menempatkan sticky-trap sebanyak 2 buah untuk setiap
rumah dimana penempatannya di ruangan yang sering ditempati bersama
(berkumpul) seperti ruang tamu, ruang keluarga ataupun ruang makan atau dapur.
Informasi mengenai kepadatan nyamuk vektor berdasarkan ruangan tempat
pemasangan tidak dikumpulkan sehingga dapat dikaji pada penelitian berikutnya.
4.4. Penerimaan masyarakat terhadap kegiatan pemeriksaan jentik dan
pemasangan sticky-trap
Secara umum penerimaan masyarakat selama penelitian berlangsung
khususnya pada saat intervensi kegiatan (promosi kesehatan, pemeriksaan jentik
setiap minggu dan pemasangan sticky-trap) cukup baik meskipun juga ditemui
penolakan untuk diperiksa jentik maupun dipasang sticky-trap namun jumlahnya
sangat sedikit. Salah satu hal penting dan perlu diperhatikan dalam melaksanakan
pendekatan kepada masyarakat terkait program yang dilaksanakan, bahwa
masyarakat harus dijadikan sebagai subjek dan bukan objek dari kegiatan
sehingga mereka sepatutnya dilibatkan dalam kegiatan termasuk dalam proses
perencanaan program atau sosialisasi.
Masyarakat merasakan beberapa manfaat dari intervensi yang diberikan,
selain edukasi, rasa aman (gigitan nyamuk berkurang) serta menambah wawasan.
Masyarakat juga merasa malu jika hasil pemeriksaan ditemukan jentik di
62
rumahnya. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang diinisiasi di awal
penelitian melalui kegiatan promosi kesehatan akan menggugah kesadaran
masyarakat untuk menyadari secara kolektif terhadap permasalahan yang ada di
wilayahnya (angka bebas jentik) kaitannya dengan penularan demam berdarah.
Pemicuan kesadaran dan perubahan perilaku selanjutnya dilakukan oleh kader
jumantik yang rutin melakukan pemeriksaan jentik setiap minggu.
Perubahan perilaku di dalam masyarakat dapat terjadi bila ada faktor
pendorong baik dari luar masyarakat maupun faktor dari dalam yang mendorong
untuk melakukan tindakan atau perbuatan. Perubahan juga dapat terjadi karena
adanya perubahan struktur, sebagai contoh, bila dahulu masalah pengendalian
vektor DBD merupakan masalah Pemerintah, akan tetapi pada saat ini masalah
tersebut bisa diselesaikan di keluarga dalam masyarakat. Hal ini tentu perlu
dukungan total dari Stake holder maupun pimpinan dari Pemerintah.
Perubahan perilaku secara perlahan akan berkembang menjadi perubahan
Budaya. Perubahan budaya yang ingin ditimbulkan disini adalah ketika individu
dalam masyarakat sadar akan adanya unsur-unsur yang harus dilakukan dalam
mencapai kehidupan yang lebih sehat. Pada kasus ini, dimana kejadian DBD di
lingkungan masyarakat kota Metro, Lampung adalah tinggi, maka masyarakat
diajak untuk melakukan kegiatan pro aktif mengendalikan jentik dan nyamuk
vektor DBD dengan suatu alat yang sederhana dan murah serta dapat dibuat
sendiri. Kegiatan penyuluhan (informasi, edukasi dan komunikasi) dan aplikasi
sticky-trap agaknya dapat meningkatkan kesadaran akan potensi rumahtangga
untuk bisa berperan dalam pengendalian DBD. Perubahan tersebut belum cukup
besar, terbukti dari nilai density figure dan indeks entomologi yang masih
dikisaran sedang. Hal ini merupakan tantangan bagi provider setempat, terutama
dari Dinas Kesehatan dan jajarannya untuk melakukan monitoring dan evaluasi
serta pendekatan kepada masyarakat. Perubahan tidak instan tetapi proses ini
sudah dimulai.
4.5. Perspektif pengelola program DBD terhadap kejadian DBD dan aspek
pencegahan
Program pengendalian DBD yang dilaksanakan Puskesmas mengacu
kepada program yang ditetapkan Kementerian Kesehatan. Program pengendalian
63
DBD memberikan fokus kepada pencegahan penularan dan bersinggungan
langsung dengan masyarakat. Oleh karenanya masyarakat merupakan faktor
penting sekaligus menjadi sasaran program. Selain sebagai sasaran, masyarakat
dapat diberikan peran yang turut membantu jalannya kegiatan melalui program
pemberdayaan. Kader jumantik merupakan merupakan bentuk pemberdayaan
yang sudah cukup lama dijalankan walaupun dalam pelaksanaannya belum
maksimal (terkait jumlah kader, cakupan pemeriksaan, waktu pelaksanaan).
Berbagai kendala ditemui selama menjalankan program di level
masyarakat, namun kendala tersebut tidak menjadi penghambat untuk meneruskan
program dengan mencari solusi yang sifatnya solutif. Kerja sama lintas sektor
yang erat terutama dengan sektor pemangku wilayah menjadi cukup krusial.
Camat maupun lurah sebagai pimpinan pemerintah di kecamatan dan kelurahan
serta sebagai penanggung jawab pemerintahan, pembangunan dan masyarakat
menjadi pihak atau lintas sector kunci dalam menjalankan kerja sama lintas
sektor. Sinergi menjadi kata kunci penting agar program pengendalian DBD dapat
terlaksana, tepat sasaran, efektif dan efisien. Dari aspek teknis, kendala dalam
pelacakan alamat penderita untuk melaksanakan penyelidikan epidemiologi
sepatutnya bukan menjadi masalah lagi, karena dapat dikomunikasikan dengan
baik kepada lintas program. Keberhasilan komunikasi di dalam suatu lembaga
atau organisasi ditentukan oleh adanya kesamaan pemahaman antara orang yang
terlibat dalam kegiatan komunikasi.
Di wilayah penelitian program 1 rumah 1 jumantik telah dijalankan namun
baru sebatas penetapan surat keputusan dan sosialisasi (dinas kesehatan maupun
puskesmas). Program 1R1J telah dilaunching pemerintah pada tahun 2016 dan
Kementerian Kesehatan sendiri sudah melakukan evaluasi namun masih dalam
bentuk adanya SK di tiap kabupaten/kota. Pelaksanaan program kesehatan
membutuhkan perencanaan yang tepat dan cermat karena dalam pelaksanaannya.
4.6. Perspektif lintas sektor terhadap permasalahan DBD di wilayahnya
Kota Metro merupakan salah satu wilayah endemis di Provinsi Lampung.
Beberapa tahun sebelumnya kasus DBD menjadi momok di Kota Metro dan pada
tahun-tahun tersebut Kota Metro menjadi kabupaten/kota tertinggi angka
incidence rate nya. Seluruh informan lintas sektor menyatakan DBD menjadi
64
permasalahan yang cukup serius dan hal ini diduga berhubungan dengan riwayat
DBD di wilayah ini. Kerjasama lintas sector menurut para informan mutlak
diperlukan dan selama ini telah dijalankan dengan berbagai dinamika. Organisasi
perangkat daerah (OPD) pada dasarnya merupakan bagian dari pemerintah
kabupaten atau kota, sehingga dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya
tidak akan maksimal apabila dikerjakan sendiri. Kemitraan dan kerja sama lintas
sektor juga sangat penting untuk melaksanakan berbagai program terutama yang
bersentuhan langsung dengan masyarakat agar implementasinya semakin
mendekati dari target atau sasaran yang diinginkan.
Musrenbang (musyawarah perencanaan pembangunan) di kecamatan atau
kelurahan ataupun lokakarya mini di puskesmas merupakan wadah yang dapat
dimanfaatkan mensosialisasikan suatu program, mengevaluasi serta mencari
tindak lanjut atau solusi terhadap permasalahan atau kendala yang ditemui dari
program yang dijalankan. Pemerintah dan masyarakat memiliki tanggung jawab
yang sama untuk membangun wilayahnya. Masyarakat seharusnya turut
berpartisipasi karena ini merupakan kesempatan untuk secara bersama
menentukan masa depan wilayah. Masyarakat juga harus memastikan
pembangunan yang dilakukan pemerintah sesuai dengan kebutuhan.
65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh serta pembahasan maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
a. Terdapat perbedaan rata-rata yang bermakna terhadap tingkat pengetahuan,
sikap dan perilaku masyarakat dan kader jumantik sebelum dan sesudah
intervensi diberikan.
b. Indeks jentik pada saat sebelum intervensi yaitu house index 33,2%, breteau
index 84,4 kontainer per 100 rumah, dan container index 12,5%, sedangkan
sesudah intervensi house index 21,6%, breteau index 28,3 kontainer per 100
rumah dan container index 6,7%.
c. Kepadatan nyamuk Aedes yang terperangkap mulai dari pengamatan I hingga
IV berturut-turut dengan rerata sebesar 0,50, 0,47, 0,33 dan 0,35
ekor/perangkap.
d. Masyarakat menunjukkan antusiasme yang positif terhadap intervensi yang
diberikan (promosi kesehatan, pemeriksaan jentik dan pemasangan perangkap
sticky-trap)
e. Perilaku masyarakat yang positif adalah kunci keberhasilan penanggulangan
DBD dan oleh karenanya memerlukan pendekatan yang komprehensif dan
melibatkan banyak aktor.
f. Perspektif lintas sektor terhadap permasalahan DBD bahwa penanggulangan
penyakit demam berdarah tidak dapat diselesaikan sendiri oleh sektor
kesehatan namun memerlukan peran multisektor.
5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil dan pembahasan antara lain :
a. Perangkap sticky-trap perlu dimodifikasi kembali agar efektifitasnya semakin
baik dan secara estetika tidak mengganggu kenyamanan masyarakat.
66
b. Pada level masyarakat, pelaksanaan program 1 rumah 1 jumantik memerlukan
komitmen bersama dari seluruh komponen (tokoh masyarakat, tokoh agama,
PKK, dasawisma, dan masyarakat itu sendiri) agar dapat berkesinambungan.
c. Kesinambungan program (sustainability) merupakan salah satu isu kunci
terhadap program baru yang akan dijalankan. Selain perencanaan dan
sosialisasi yang baik, fungsi monitoring dan evaluasi (monev) program
menjadi cukup krusial untuk dilaksanakan dan umpan balik yang diberikan
akan menjadi masukan penting untuk kesempurnaan program ke depannya.
Oleh karena itu kesinambungan anggaran untuk mendukung keseluruhan
rangkaian dari program 1 R 1 J perlu menjadi komitmen para pengambil
kebijakan.
67
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Kesehatan RI. Wilayah KLB DBD ada di 11 provinsi.
http://www.depkes.go.id/article/print/16030700001/wilayah-klb-dbd-ada-
di-11-provinsi.html. Published 2016. Accessed January 1, 2017.
2. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. Profil Kesehatan Provinsi Lampung
Tahun 2015.; 2016.
3. Subdit Pengendalian Arbovirosis. Data Kasus Demam Berdarah Dengue
(DBD) per Bulan Tahun 2012-2014.
4. Ambarita L, Sitorus H, Komaria R. Habitat Aedes pradewasa dan indeks
entomologi di 11 kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan. BALABA.
2016;12(2):111-120.
5. Zubaidah T, Setiadi G, Akbari P. Kepadatan jentik Aedes sp pada kontainer
di dalam dan di luar rumah di Kelurahan Surgi Mufti Banjarmasin tahun
2014. J Buski. 2014;5(2):95-100.
6. Wanti, Darman M. Tempat penampungan air dan kepadatan jentik Aedes
sp di daerah endemis dan bebas Demam Berdarah Dengue. Kes Mas.
2014;9(2):171-178.
7. World Health Organization. WHO global health days. World Health Day
2014: small bite, big threat. http://www.who.int/campaigns/world-health-
day/2014/en/. Accessed January 1, 2016.
8. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Umum Program Indonesia Sehat
Dengan Pendekatan Keluarga. Jakarta; 2016.
9. Ekaputra I, Ani L, Suastika K. Analisis faktor-faktor yang berhubungan
dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Puskesmas III Denpasar
Selatan. Public Heal Prev Med. 2013;1(2):189-197.
10. Purnama SG, Baskoro T. Maya index dan kepadatan larva Aedes aegypti
terhadap infeksi dengue. MAKARA. 2012;16(2):57-64.
11. Nerlander L, Chau T, Nguyen T. Study on Knowledge, Attitudes and
Practices of Community Members in Tien Gang and Ho Chi Minh City with
Regards to Dengue Fever and Climate Change. Hanoi; 2011.
http://www.ifrc.org/docs/Appeals/annual11/MAAVN001-Final-KAP-
report-DF-CC-0611.pdf.
12. Chadee D, Ritchie S. Oviposition behaviour and parity rates of Aedes
aegypti collected in sticky traps in Trinidad, West Indies. Acta Trop.
2010;116:212-216.
13. Santos E, Melo-Santos M, Oliveira C, Correia J, Albuquerque C.
Evaluation of a sticky trap (AedesTraP), made from disposable plastic
bottles, as a monitoring tool for Aedes aegypti populations. Parasit
Vectors. 2012;5:195.
14. Velo E, Kadriaj P, Mersini K, et al. Enhancement of Aedes albopictus
collections by ovitrap and sticky adult trap. Parasit Vectors. 2016;9(1):223.
doi:10.1186/s13071-016-1501-x.
15. de Resende MC, de Ázara TMF, Costa IO, et al. Field optimisation of
mosquiTRAP sampling for monitoring Aedes aegypti Linnaeus (Diptera:
Culicidae). Mem Inst Oswaldo Cruz. 2012;107(3):294-302.
doi:10.1590/S0074-02762012000300002.
68
16. Facchinelli L, Valerio L, Pombi M, Reiter P, Costantini C, Della Torre A.
Development of a novel sticky trap for container-breeding mosquitoes and
evaluation of its sampling properties to monitor urban populations of Aedes
albopictus. Med Vet Entomol. 2007;21(2):183-195. doi:10.1111/j.1365-
2915.2007.00680.x.
17. Lestari E, Sianturi C, Hestiningsih R, Wuryanto M. Kepadatan jentik
vektor demam berdarah dengue (DBD) Aedes sp. di daerah endemis,
sporadis dan potensial Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. BALABA.
2014;10(2):71-76.
18. Hodijah ’ DN, Prasetyowatil H, Marina R. TEMPAT
PERKEMBANGBIAKAN AEDES SPP. SEBAGAI PENULAR VIRUS
DENGUE PADA BERBAGAI TEMPAT DI KOTA SUKABUMI. J Ekol
Kesehat. 2015;14(1).
19. Badan Pusat Statistik Kota Metro. Kota Metro Dalam Angka. Metro
Municipality in Figures 2018. Metro; 2018.
20. Dhimal M, Aryal KK, Dhimal ML, et al. Knowledge, attitude and practice
regarding dengue fever among the healthy population of highland and
lowland communities in Central Nepal. PLoS One. 2014;9(7).
doi:10.1371/journal.pone.0102028.
21. Focks DA, Brenner RJ, Hayes J, Daniels E. Transmission thresholds for
dengue in terms of Aedes aegypti pupae per person with discussion of their
utility in source reduction efforts. Am J Trop Med Hyg. 2000;62(1):11-18.
doi:10.4269/ajtmh.2000.62.11.
22. Shinta, Sukowati S. Penggunaan Metode Survei Pupa Untuk Memprediksi
Risiko Penularan Demam BerdarahDengue di Lima Wilayah Endemis di
DKI Jakarta. Media Litbang Kesehat. 2013;23(1):31-40.
23. The Walter Reed Biosystematic Unit. Culex (Cux.) quinquefasciatus.
http://www.wrbu.org/mqID/mq_medspc/AD/CXqui_hab.html.
24. Dwinata dkk. Autocidal Ovitrap Atraktan Rendaman Jerami Sebagai
alternatid Pengendalian Vektor DBD Di Kab. Gunungkidul. Media Kesehat
Masy Indones. 2015:125-131. doi:10.1016/S0377-0427(00)00404-0.
25. Polson KA, Curtis C, Seng CM, Olson JG, Chantha N, Rawlins SC. The
use of ovitraps baited with hay infusion as a surveillance tool for Aedes
aegypti mosquitoes in Cambodia. Dengue Bull. 2002;26:178-184.
26. Santana AL, Roque R a, Eiras AE. Characteristics of grass infusions as
oviposition attractants to Aedes (Stegomyia) (Diptera: Culicidae). J Med
Entomol. 2006;43(2):214-220. doi:Doi 10.1603/0022-
2585(2006)043[0214:Cogiao]2.0.Co;2.
69
LAMPIRAN
70
LAMPIRAN 1
KUESIONER PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU RESPONDEN TENTANG
DEMAM BERDARAH DENGUE (BAGI MASYARAKAT DAN KADER
JUMANTIK)
MODEL PENANGGULANGAN DBD MELALUI PENDEKATAN KELUARGA DI
KOTA METRO PROVINSI LAMPUNG
Tanggal wawancara :
Pewawancara :
Kecamatan :
Desa/Kelurahan :
RT / RW :
Karakteristik Responden
Nama Kepala Keluarga :
Nama Responden :
Status dalam keluarga : ..............................(jika bukan kepala keluarga)
Jumlah anggota rumah tangga : ……………. orang
Umur : ........tahun
Jenis Kelamin : Pria / Wanita
Menetap sejak tahun : ……………………..
Pendidikan terakhir : 1. Tidak sekolah 5. Tamat SMA
2. Tidak Tamat SD 6. Tamat Perguruan Tinggi
3. Tamat SD (D1, D3, S1, dst)
4. Tamat SMP
Pekerjaan (utama) : 1. Tidak bekerja 6. Pegawai swasta
2. Pelajar / Mahasiswa 7. Wirausaha / pedagang
3. Ibu Rumah Tangga 8. Petani / Berkebun
4. PNS/TNI /POLRI 9. Buruh (buruh)
5. BUMN/BUMD 10. Lainnya, sebutkan…
Aktivitas sosial yang diikuti di : 1. Arisan 4. Pengajian
lingkungan tempat tinggal 2. Kader Posyandu 5. Lainnya, sebutkan……
3. Kader Dasa Wisma 6. Tidak mengikuti
Apakah terdapat anggota keluarga yang menderita demam berdarah (konfirmasi dokter) pada tahun
2017 hingga saat ini?
a. Ya, ada……..org, yaitu........................... umur …….tahun
b. Tidak ada
I. PENGETAHUAN
1 Apakah Bapak/Ibu/Saudara, mengetahui gejala penyakit DBD?
a. Ya, sebutkan.............
b. Tidak tahu
2 Apakah menurut Bapak/Ibu/Saudara, DBD merupakan penyakit yang berbahaya? a. Ya, karena.............
b. Tidak tahu
71
3 Menurut Bapak/Ibu/Saudara, apakah penyakit DBD dapat disembuhkan?
a. Ya,
jelaskan…………………………..
b. Tidak
c. Tidak tahu
4 Menurut Bapak/Ibu/Saudara, apakah penyakit DBD dapat menular?
a. Ya
b. Tidak (lanjut ke no. 10 )
c. Tidak tahu , (lanjut ke no. 10)
5 Menurut Bapak/Ibu/Saudara, bagaimana seseorang dapat tertular penyakit DBD? (Opsi jawaban tidak dibacakan)
a. Lewat ludah (lanjut ke no. 10) d. Lewat keringat (lanjut ke no. 10)
b. Gigitan nyamuk (lanjut ke no. 6) e. Lewat udara (lanjut ke no. 10)
c. Bersentuhan dengan penderita (lanjut ke
no. 10) f. Lainnya, sebutkan .......................
(lanjut ke no. 10) 6 Menurut Bapak/Ibu/Saudara apa ciri-ciri nyamuk penular demam berdarah?
(Opsi jawaban tidak dibacakan)
a. Warna coklat bintik-bintik putih d. Tidak tahu
b. Warna hitam tanpa bintik-bintik putih e. Lainnya,
sebutkan………………………… c. Warna hitam dengan bintik-bintik putih
7 Menurut Bapak/Ibu/Saudara kapan biasanya nyamuk penular DBD menggigit orang? (Opsi
jawaban tidak dibacakan) a. Pagi hingga sore hari d. Tidak tahu
b. Malam hari e. Lainnya,
sebutkan…………………………
c. Pagi hari saja 8 Menurut Bapak/Ibu/Saudara, bagaimana cara mencegah dari gigitan nyamuk? (Pilihan boleh
lebih dari 1 & opsi jawaban tidak dibacakan) a. Memakai kelambu kalau tidur e. Memakai baju/celana panjang
b. Menggunakan repellen f. Lainnya,
sebutkan…………………………… c. Memasang kawat kasa pada ventilasi g. Tidak tahu
d. Menggunakan obat nyamuk cair/bakar
9 Menurut Bapak/Ibu/Saudara, dimanakah biasanya nyamuk penular DBD berkembangbiak? (Opsi
jawaban tidak dibacakan) a. Bak d. Rawa-rawa
b. Drum/ember e. Tidak tahu
c. Tempat minum burung f. Lainnya,
sebutkan………………………….. 10 Menurut Bapak/Ibu/Saudara, sebelum menjadi nyamuk dewasa, apa bentuk nyamuk itu
sebelumnya? (Opsi jawaban tidak dibacakan dan bisa lebih dari satu)
a. Jentik d. Tidak tahu
b. Ulat e. Lainnya, sebutkan………
c. Kecebong 11 Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah mendengar program 3M atau 3M (plus)? (Probing, jika
responden tidak mengetahui, uraikan kepanjangannya) a. Ya
b. Belum pernah mendengar (lanjut ke II. SIKAP)
72
12 Menurut Bapak/Ibu/Saudara, berapa kali sebaiknya menguras bak mandi atau tempat
penampungan air lainnya (volume besar, mis. Bak, drum, dll.)? (Opsi jawaban tidak
dibacakan) a. Sekali sebulan d. Lebih dari 1 kali dalam seminggu
b. Dua minggu satu kali e. Tidak tahu
c. Seminggu sekali f. Lainnya,
sebutkan……………………………. 13 Menurut Bapak/Ibu/Saudara, bagaimana cara menguras bak mandi yang benar? (Opsi jawaban
tidak dibacakan dan bisa lebih dari satu)
a. Hanya membuang air saja c. Menguras disertai menyikat dinding bak
b. Menguras dan disertai menyiram air panas d. Lainnya, sebutkan ............................ 14 Menurut Bapak/Ibu/Saudara, cara apa dapat dilakukan agar tempat penampungan air di rumah
(bak mandi, drum, ember, dsb) terbebas dari jentik nyamuk DBD? (Opsi jawaban tidak
dibacakan dan bisa lebih dari satu) a. Diberi serbuk pembasmi jentik c. Tidak tahu
b. Diberi ikan pemakan jentik d. Lainnya, sebutkan ...........................
II. SIKAP
Untuk mengisi jawaban tentang sikap dibagi 3 kategori yaitu Setuju, Tidak Tahu dan
Tidak Setuju dengan cara memberikan tanda V pada kolom
Setuju
Tidak
Tahu Tidak
Setuju 1 DBD merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat
mengakibatkan kematian apabila tidak cepat ditangani 2 Cara yang cukup baik mencegah berkembangbiaknya jentik
nyamuk DBD adalah melalui gerakan 3M Plus (menguras,
menutup, menimbun dan kegiatan lain seperti memelihara ikan
pemakan jentik, menabur serbuk pembasmi jentik, dsb) 3 Serbuk jentik (abate) dapat membunuh jentik nyamuk dengan
efektif dan tidak berbahaya bagi manusia. 4 Kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dalam bentuk
3M plus wajib dilakukan oleh seluruh masyarakat tanpa
terkecuali. 5 Menggantung pakaian di rumah dapat menjadi tempat bagi
nyamuk untuk hinggap/beristirahat. 6 Fogging lebih baik dilakukan dibandingkan melaksanakan
gerakan 3M Plus 7 Ikan cupang (hias/aduan) efektif untuk memakan jentik pada
tempat penampungan air. 8 Kunci keberhasilan pemberantasan demam berdarah adalah
perilaku masyarakat khususnya dalam melaksanakan 3M Plus 9 Pemberantasan penyakit demam berdarah hanya merupakan
tanggung jawab pemerintah 10 Perlu ditunjuk 1 orang di setiap rumah tangga (jumantik
keluarga) yang bertugas mengamati tempat-tempat yang
menampung air agar perkembangbiakan nyamuk DBD dapat
dicegah.
III. PERILAKU
1. Berapa kali Bapak/Ibu/Saudara menguras bak mandi atau tempat penampungan air
lainnya (drum, tempayan, ember, dsb) dalam 1 bulan terakhir?
73
a. 1 kali d. 4 kali g. Tidak punya TPA
b. 2 kali e. >4 kali
c. 3 kali f. Tidak pernah menguras
2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara melakukan upaya khusus untuk mencegah jentik nyamuk
berkembangbiak dalam bak mandi?
a. Ada, sebutkan…………………………… (jika menjawab LARVASIDA lanjut
ke nomor 3, jika menjawab IKAN lanjut ke nomor 5)
b. Tidak ada (lanjut ke nomor 6)
3. Kapan Bapak/Ibu/Saudara terakhir kali menggunakan (menaburkan) larvasida?
a. 3 bulan terakhir
b. >3 bulan yang lalu
4. Dari mana Bapak/Ibu/Saudara memperoleh larvasida?:
a. Dibeli sendiri
b. Diberi oleh petugas kesehatan
c. Diberi oleh saudara/tetangga/Pak RT
5. Dari mana Bapak/Ibu/Saudara memperoleh ikan pemakan jentik :
a. Dibeli sendiri
b. Diberi oleh petugas kesehatan
c. Diberi oleh saudara/tetangga/Pak RT
6. Apa yang Bapak/Ibu/Saudara lakukan terhadap barang bekas (kaleng, botol, gelas,
dsb)?
a. Dikumpulkan di dalam rumah (atau di bagian luar rumah yang ternaungi)
b. Dikumpulkan di luar rumah (terkena hujan)
c. Langsung dibakar
d. Didaur ulang
e. Langsung dibuang ke sungai/gorong-gorong
f. Dibuang ke tempat penampungan sampah
g. Lainnya, sebutkan………………………………………….
7. Apakah Bapak/Ibu/Saudara dari pukul 6 pagi sampai 6 sore memakai obat anti
nyamuk dalam rumah
a. Ya
b. Tidak
8. Bagaimana kebiasaan Bapak/Ibu/Saudara menyimpan pakaian yang sudah dipakai?
a. Digantung
b. Disimpan dalam lemari
c. Langsung dicuci (tidak dipakai dua kali)
d. Lainnya...............................
9. Apakah bapak/ibu juga melakukan kegiatan berikut? (DITANYAKAN DAN
OBSERVASI LANGSUNG? (Beri tanda centang (V) pada kolom ya/tidak)
Ya Tidak
a. Menggunakan kelambu saat tidur pada rentang pagi hingga
sore hari
b. Memasang kassa pada ventilasi rumah
c. Membuat perangkap nyamuk/jentik
d. Menempatkan tanaman pengusir nyamuk
e. Membersihkan/mengeringkan tempat-tempat yang dapat
menampung air di luar rumah
f. Menutup lubang pada pohon atau tanaman yang dapat
menampung air
g. Mengganti air pada vas bunga/tempat minum burung (hewan
peliharaan)/akuarium seminggu sekali
74
Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)
(Bagi masyarakat dan kader)
Model Penanggulangan DBD Melalui Pendekatan Keluarga di Kota Metro
Provinsi Lampung
Penyakit demam dengue / demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit
menular yang ditularkan oleh nyamuk Aedes. Hingga saat ini belum ditemukan
obat yang efektif terhadap penyakit ini. Penyakit DBD berkaitan dengan kondisi
lingkungan dan perilaku masyarakat. Masyarakat yang kurang peduli kebersihan
lingkungan dan ancaman penyakit berbahaya merupakan lokasi yang sangat baik
sebagai endemik DBD. Diperlukan kesadaran dan peran aktif semua lapisan
masyarakat untuk mengenyahkan demam berdarah dengue dari lingkungan sekitar
tempat tinggalnya.
Dalam kesempatan ini, kami dari Badan Litbangkes, Kementerian
Kesehatan bekerja sama dengan dinas kesehatan (provinsi dan kabupaten) serta
puskesmas melaksanakan penelitian tentang penanggulangan DBD. Saudara
diminta untuk ikut serta dalam kegiatan ini. Jadi jika Saudara ikut berpartisipasi
merupakan suatu kehormatan bagi kami. Tujuan dari penelitian ini adalah
diketahuinya model penanggulangan demam berdarah dengue. Jika tujuan
penelitian ini tercapai, maka hal ini dapat menjadi bahan pertimbangan
pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan untuk menjadikan model ini
sebagai salah satu metode pengendalian DBD yang terintegrasi dengan metode
pengendalian lainnya.
Pada penelitian ini Saudara akan diwawancarai tentang aspek-aspek yang
berkaitan dengan penyakit demam berdarah dengue. Keuntungan yang Saudara
peroleh dari keikutsertaan dalam penelitian ini, yaitu Saudara dan warga lainnya
di lingkungan tempat tinggal saudara akan diberikan informasi (promosi
kesehatan dalam bentuk penyuluhan, dsb) dalam upaya agar terhindar dari
penularan DBD.
Keikutsertaan Saudara adalah sukarela. Bila Saudara tidak ingin
berpartisipasi tidak akan ada sangsi dan tidak kehilangan hak apapun. Bila
berhenti berpartisipasi, maka tidak ada sangsi atau kerugian yang harus
ditanggung. Dengan ikut sertanya Saudara dalam kegiatan penelitian ini maka
sebagai kompensasi atas waktu yang diberikan untuk kegiatan ini maka Saudara
akan memperoleh imbalan untuk kenang-kenangan.
Semua informasi yang kami peroleh dari Saudara sifatnya rahasia dan
dijaga kerahasiaannya. Mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penelitian ini
Saudara dapat bertanya kepada Saudara. Lasbudi P. Ambarita, M.Sc. dengan
alamat Komp. Loka Litbang P2B2 Baturaja, Sumatera Selatan Jl. Jend. A. Yani
km.7 Kemelak, Baturaja, Telp. (0735) 322 774
75
Setelah mendengar penjelasan yang diberikan, saya mengerti tentang
penelitian ini, dan menyatakan turut berpartisipasi tanpa adanya tekanan dari
siapa pun.
Dengan menandatangani pernyataan ini, Saya menyatakan keikutsertaan
Saya. Saya sudah diberi kesempatan untuk bertanya dan Saya menyadari bahwa
Saya boleh mengundurkan diri setiap saat.
Tanggal :
Nama :
Tanda Tangan/Cap Jempol:
Saksi :
Tanggal :
Nama:
Tanda Tangan/Cap Jempol:
76
LAMPIRAN 2
PEMBUATAN STICKY-TRAP
Sticky-trap merupakan alat (perangkap) yang akan memerangkap nyamuk
betina yang akan hinggap (resting) atau meletakkan telur. Gambaran perangkap
sticky-trap ditampilkan pada gambar di bawah ini.
Pada penelitian ini konsep pembuatan sticky-trap sebagian besar
merupakan barang bekas atau sudah tidak digunakan lagi dan mudah diperoleh.
Bahan-bahan tersebut antara lain botol bekas (volume 1 atau 1,5 liter), kertas
perangkap serangga (lalat), dan kantung plastik warna hitam, sedangkan cairan
atraktan berupa tanaman padi (kering) yang direndam dalam ember yang berisi air
selama 1 minggu. Adapun tahapan dalam pembuatan perangkap sticky-trap
sederhana adalah sebagai berikut :
1. Ujung botol dipotong sehingga berbentuk seperti gelas
Berupa gelas yang
terbuat dari plastik dan
berwarna hitam
Bagian dalam diberi
bahan perekat
Cairan atraktan yang
berfungsi menarik
nyamuk betina datang
77
2. Selanjutnya bagian luar gelas ditempel dengan kantung plastic warna hitam
3. Selanjutnya dimasukkan kertas berperekat dan dirapatkan pada sisi dalam
gelas
4. Perangkap siap untuk ditambahkan cairan atraktan dan digunakan
PEMBUATAN ATRAKTAN
Atraktan atau bahan penarik nyamuk betina untuk datang dibuat dengan
bahan-bahan sebagai berikut :
1. Jerami padi (rumpun padi yang telah dipanen)
2. Ember berpenutup
3. Air bersih
Adapun tahapan pembuatan atraktan adalah sebagai berikut :
1. Jerami padi yang diperoleh dibiarkan mengering (suhu ruang)
2. Setelah mengering jerami dipisahkan bagian mulai dari pangkal akar, sehingga
yang digunakan hanya bagian batang serta daun.
3. Rendam jerami dalam ember yang berisi air bersih dengan perbandingan
jerami sebanyak 125 gram berbanding air sebanyak 15 liter. Ember kemudian
ditutup dan dibiarkan selama 7 hari.
4. Air rendaman jerami siap digunakan pada sticky-trap dengan konsentrasi
sebesar 10%.
78
LAMPIRAN 3
FOTO-FOTO PENELITIAN
1. Wawancara KAP kader jumantik (pra intervensi)
2. Pelatihan kader jumantik
3. Wawancara KAP masyarakat & pemeriksaan jentik (pra intervensi)
79
4. Pendampingan kader jumantik dalam kegiatan promosi kesehatan
5. Aplikasi sticky-trap di rumah-rumah penduduk
6. Pengamatan nyamuk pada sticky-trap
80
7. Wawancara KAP masyarakat dan pemeriksaan jentik (paska intervensi)
8. Indepth interview dan focus group discussion
81
LAMPIRAN 4
DATA TEMATIK PENGUMPULAN DATA KUALITATIF
A. Lintas Sektor
Pertanyaan Bappeda Kominfo Disdikbud Hasil Tematik
DBD sebagai prioritas
sektor kesehatan di
Kota Metro
.... Terkadang prioritas itu sulit disebabkan
semua kegiatan itu merasa menjadi prioritas.
Padahal pada saat melihat dokumen yang
menjadi prioritas itu, nah disitu fungsi
perencanaan adalah mengkoordinir program
kegiatan, lintas sektor, lintas UPD juga.
Bappeda kan artinya lebih fokus ke
perencanaannya, jadi proses perencanaannya
kita mau lihat sudah sinkon belum dengan
sistem perencanaan pembangunan nasional.
Kita juga harus menselaraskan dengan
dokumen-dokumen yang ada. Jadi kalau
sudah di APMB, program prioritasnya untuk
kesehatan it apa, kemudian kita lihat d
renstranya. Kemenkes itu juga sudah ada
prioritas-prioritas tertentu, yang kita lihat itu
kesesuaian angka prioritas dengan
dialokasikan anggarannya. Karena fungsinya
perencanaan itu dengan anggaran yang
terbatas itu kita harus melaksanakan program
kegiatan.
Kalau kita belum sampai ke endemis
ya endemis DBD ndak ya kita baru..
kalau kasus tetap ada kasus tetap ada
dan itu rata-rata kejadiannya ada di
pondok pesantren ya, beberapa
pondok pesantren kami setiap
tahunnya selalu ada kasus walaupun
itu tidak sampe ke endemis tapi tetep
ada, tapi ya dinas terkait kita sudah
melakukan tugasnya dengan
memberikan sosialisasi terkait
dengan penanganan DBD terus
fogging juga sering digalakkan ya bu
kan, kami juga sering memberikan
informasi melalui web, memberikan
informasi melalui radio juga itu kan
ada radio pemerintah daerah tentang
bahaya DBD, bagaimana cara
penanganannya. Kita juga ada
semacam talkshow ya di radio
pemerintah daerah, kita ni
mengundang seluruh kepala OPD
kalau saya secara kesehatan
itu semua prioritas walaupun.
walaupun itu.
Cuma sakit maag itu juga
prioritas karena dari sakit
maag bisa jadi sakit kuning,
bisa apa lever kan ada
tingkatannya gitu jadi apalagi
demam berdarah tau-tau
meninggal kan kita gak ini
semua kalo bagi saya
prioritas kalau untuk
kesehatan nomor satu. iya iya
makanya gak ada lagi apa
untuk ini menurun istilahnya
dirumah sakit biasanya
numpuk. dulu ini,
indikasinya kalau dulu semua
metro timur ee lampung
timur lampung tengah kalau
berobat itu ke metro, jadi
penuh itu bukan karena orang
Lintas sektor tidak bisa
langsung menentukan apakah
DBD merupakan prioritas
program kesehatan di Kota
Metro, akan tetapi Bappeda
Kota Metro sebagai perencana
anggaran dan Kominfo sebagai
dinas yang bertanggungjawab
dalam penyebaran informasi ke
masyarakat telah menjalankan
tuposinya terkait dengan
masalah kesehatan pada
umumnya dan DBD pada
khususnya. Sedangkan menurut
Disdikbud bahwa semua
penyakit merupakan prioritas
untuk ditangani.
82
kita juga harus menselaraskan dengan
dokumen-dokumen yang ada jadi kalo udah
di LPJMB nih, program prioritasnya untuk
kesehatan itu apa, kemudian kita lihat di
renstranya di apaa ee kemenkes, itu juga
sudah ada prioritas-prioritas tertentu ya yang
kita liat itu kesesuaian angka prioritas dengan
yang di aa apa di alokasikan anggarannya,
karna kan berfungsinya perencanaan itu
karena dengan anggaran yang terbatas itu kita
kan memang harus melaksanakan program
kegiatan yang memang oo apa kadang oo
priorias itu sulitnya itu karna ini ya karna
semua kan kegiatan merasa itu prioritas
semua Cuma pada saat kita liat dokumen kita
apa yang prioritas itu apa ya itu, fungsinya
perencanaan itu disitu mengkoordinir ya
koordinir program kegiatan kemudian minta
sektor, kadang minta SOPD juga...jadi ya
fungsi Bapeda itu kalau usulan bawah itu
adalah usulan masyarakat dan itu sebagai
bahan kan. Kita juga melihat dari renstra
Kemenkes dan kita juga termasuk liat
prioritas jadi kayak DBD tu kan termasuk
yang salah satu program dan kegiatan jadi
prioritas. Jadi memang kita apa alokasikan
anggaran untuk program dan kegiatan itu
Sesuai dengan undang-undang nomor 36
tahun 2009 itu memang udah ada ketentuan
bahwa pemerintah daerah provinsi dan
kabupaten/kota itu mengalokasikan anggaran
untuk hadir memberikan ee evaluasi
apapun itu terkait dengan beberapa
kegiatan salah satunya juga dinas
kesehatan, jadi woro-woro melalui
radio sudah kita lakukan, informasi
lewat web pemerintah daerah juga
sudah kita lakukan, terus kerjasama
dengan ee media...media cetak
terutama juga sudah kita lakukan
terkait dengan ee apa namanya
bahaya penyakit DBD ini.
metro saja. Jadi orang
lampung timur dan lampung
tengah kemungkinan
sekarang rumah sakit mereka
juga sudah mulai baik
akreditasinya sudah mulai
bagus dokternya sudah mulai
mapan jadi mungkin
ditempat mereka mewabah
tapi gak lari ke metro dan
bpjs juga kan apa namanya
itu kalau mau masuk itu
harus pertama masuk ke
tingkat dulu apa puskesmas
rawat inap dulu baru ke
puskesmas.
Nah kalau memang rawat
inap mungkin mereka punya
ya jadi kalau saya rasa
mutusnya apa angka itu yang
pertama memang di kota
metro tidak ini, yang kedua
karena bisa jadi yang
didaerah lain itu yang
biasanya berobat kesini ada
aturan bpjs seperti itu
terputus gitu jadi gak nyampe
ke metro gitu.
Dinas kesehatan mungkin
kalau disana ada biayanya
yang untuk pembinaan
83
ya minimal sebesar sepuluh persen diluar gaji
untuk anggaran kesehatan...nah dari angka
total itu kan kemudian dibagi menjadi per
kegiatan, sebenarnnya untuk DBD sendiri
kita di tahun 2016 itu, pernah kegiatannya
diantaranya itu pengadaan asap fogging, ada
juga kegiatan kalo gasalah sih dulu itu sempet
pengadaan mobil ya, mobil untuk fogging
gitu ya tahun 2016, kemudian kegiatan yang
melibatkan kader-kader, kader-kader
posyandu, kader jumantik, terus pengadaan
tulkip ya untuk penanganan DBD
siswa-siswa yang di sekolah
begitu siswa di sekolah
Kerjasama lintas
sektor dengan
kesehatan dalam
penanggulangan DBD
a. Bentuk kegiatan
Iya koordinasi, perencanaan.. jadi dilihat dari
RPJMD itu sendiri kan kita punya
perencanaan selama lima tahun, kalo yang
RPJMD kita periode sekarang dari 2016
sampe 2021, nah didalam RPJMD kita itu
kita sudah jabarkan tiap OPD program yang
ada masing-masing ada di OPD itu terdiri
dari apa saja nah itu ada salah satunya adalah
program pencegah penyakit menular terus
didalamnya ada sub-subnya lagi salah
satunya terkait dengan penanganan DBD jadi
memang sudah terkover di dokumen
perencanaan kita kalau untuk programnya
dan untuk kegiatannya juga udah ada
anggarannya tiap tahun udah dialokasikan
juga di dinas kesehatan
....jadi untuk di Dinas Kesehatan sendiri ada
program dan kegiatan secara khusus nanganin
DBD, meskipun sih sebenernya, artinya lintas
...kami juga sering memberikan
informasi melalui web, memberikan
informasi melalui radio juga itu kan
ada radio pemerintah daerah tentang
bahaya DBD, bagaimana cara
penanganannya. Kita juga ada
semacam talkshow ya di radio
pemerintah daerah, kita ni
mengundang seluruh kepala OPD
untuk hadir memberikan ee evaluasi
apapun itu terkait dengan beberapa
kegiatan salah satunya juga dinas
kesehatan, jadi woro-woro melalui
radio sudah kita lakukan, informasi
lewat web pemerintah daerah juga
sudah kita lakukan, terus kerjasama
dengan ee media...media cetak
terutama juga sudah kita lakukan
terkait dengan ee apa namanya
selama saya disini ya, jadi
gini pak kalau secara
kegiatan yang ada Rp nya itu.
he e yang ada rupiahnya dari
kami tidak, tapi dari dinas
kesehatan kami punya
sekolah, sekolah itu ada UKS
nah (Unit Kesehatan
Sekolah) jadi alhamdulillah
UKS di sekolah kami itu kan
satu sekolah harus
mempunyai UKS satu. Jadi
alhamdulillah sekolah apa
UKS itu berjalan jadi
terutama buat yang SMP ya
kan kelihatan anak-anak kan
sudah dewasa jadi yang SMP
ada dokter cilik jadi mareka
dari tata cara menyabun apa
Bentuk kegiatan kerjasama
antara Bappeda dan kominfo
dengan Dinas Kesehatan
disesuaikan dengan tupoksi
masing-masing.
Kerjasama Bappeda dengan
Dinas Kesehatan adalah
koordinasi dan perencanaan
anggaran, yang tercover dalam
program pencegahan penyakit
menular salah satunya terkait
dengan penanganan DBD,
artinya bukan terfokus pada
masalah DBD tapi multi
program sektor, seperti program
PHBS yang juga bisa mengatasi
DBD.
Kerjasama Kominfo dengan
Dinas Kesehatan adalah
84
sektor nya, maksudnya lintas program itu ga
cuman fokus di DBD nya cuman ada juga
program yang kaya PHBS, itu kan salah
satunya untuk apa, bisa menangani juga ya
DBD terus kita juga ada apa, kegiatan yang
terkait dengan pemberdayaan kader, kader
posyandu, terus untuk jumlah anteknya juga
ada, maksudnya kegiatan seputar itu, jadi
untuk DBD sendiri kita garapnya engga
cuman satu atau dua kegiatan, tapi multi,
multi program sektor juga sih.
kalo untuk kesehatan DBD ya, ya kayak itu
ya di maksudnya tu warga tu banyaklah
cukup sering ngusulin untuk potong rumput.
Itu kan Mereka juga untuk kebersihan
lingkungan juga ya jadi itu termasuk yang
cukup sering jadi dari kelurahan, kecamatan
kemudian eh dinas KB sering juga koordinasi
ya terkait kesehatan tu banyak di KB. Kalo
pendidikan UKS kemudian dinsos (dinas
sosial) juga sih lebih banyak ke masalah
mungkin eh jaminan kesehatan bagi warga
kurang mampu terus rumah tidak layak huni
atau bedah rumah bagi warga-warga tidak
mampu itu juga ada dari dinas sosial terus
kalo PU sudah pasti drainase
bahaya penyakit DBD ini, mungkin
itu dulu sementara
Dari OPD setiap bulan kita ada yang
namanya program tentang Sai
Wawae
namanya mungkin itu bersih-
bersih jadi kan secara
dirumah kan harus bersih-
bersih untuk menghilangkan
jentik nyamuk kan jadi dari
kesehatan itu ada tim yang
keliling untuk masalah UKS
itu gitu kalau secara yang
DBD itu sekolah itu ada
leaflet yang ditempelkan dari
dinas kesehatan
he e pesan-pesan kesehatan
untuk kebersihan itu untuk
jentik nyamuk itu di kamar
mandi sekolahan itu ada
sebagian yang ditempel setau
saya sih.
menyebarkan informasi tentang
DBD melalui talk show di
program Sai Wawae pada radio
pemerintah, web pemerintah
daerah, dan surat kabar terkait
DBD.
85
Pelaksanaan di Bappeda itu kan proses perencanaan ya,
karena proses koordinasi dan perencanaan itu
ada di Bappeda jadi kita itu sesuai dengan
sistem perencanaan nasional undang-undang
SPPN, nah jadi di awali dari proses
musrembang, jadi kan perencanaan itu ada
yang top down ada yang buttom up, nah yang
buttop up kita mengenal yang namanya
proses musrembang, nah itu biasanya
dimulai musyawarah rencana pembangunan,
jadi itu mulai dari sekitar, biasanya kan di
akhir-akhir tahun atau awal-awal tahun, jadi
dia menjaring aspirasi dari bawah, dari
buttom up dulu, jadi dari mulai kelurahan,
kemudian naik ke kecamatan, kemudian naik
lagi ke tingkat kota, kemudian disitulah apa,
masyarakat itu terlibat secara lanngsung, jadi
seperti misalnya untuk apa mungkin kader
jumantik, terus kegiatan-kegiatan lain yang
seperti puskeskel itu ada juga, itu artinya ya
banyaklah lumayan ususlan masyarakat, nah
itu kemudian kita proses, kemudian kita
verifikasi, menyesuaikan dengan yang top
down yang dari, kita kan dokumen RPJMD,
kita kan acuan kita RPJMN, di nasional
program nya apa kegiatannya apa kemudian
di selaraskan dengan renstra, renstranya
kemenkes, kemudian dari dinas kan ketemu,
dari dinasnya juga apa kemudian top down
nya apa buttom upnya apa, nah itu yang
kemudian kita jadikan rencana kerja,
Kita kan ada istilahnya PPID ya,
PPID itu pejabat pengelola informasi
dan dokumentasi, setiap OPD setiap
perangkat daerah itu ada yang
namanya PPID pembantu. Tugas
mereka adalah memberikan
informasi mereka kan sebagai badan
publik ya, mereka bertugas
memberikan informasi kepada
masyarakat gitu kan, kalo ada
keluhan kita kan di web ada namanya
kontak kami ya kalo ada yang
mengeluhkan terkait dengan dbd ada
yang melaporkan tentang dbd, ya kita
arahkan ke PPID pembantu di dinas
kesehatan. Nanti merekalah yang
berhak untuk menjawab semua
pertanyaan yang ada dalam sumber
Jadi kita fasilitator .. fungsinya
fasilitator cuma tetep pertanyaan
kaitannya dengan dinas teknis tetep
kita serahkan kepada yang
berwenang.
Tentang Sai Wawae gitu kan jadi
masing-masing dari kelurahan itu
memberikan gambaran terkait
dengan program kegiatan yang ada di
kelurahan, bentuk-bentuk pelayanan
yang ada di kelurahan dan kecamatan
seperti itu, dari dinas-dinas juga
sama. Intinya mereka memaparkan
iya kalau di kalau pendidikan
itu UPT nya kan sekolah jadi
mereka lebih banyak
mengundang sekolah, iya
jadi sekolah yang langsung
diundang anak-anak gitu apa
namanya itu si cara
membersihkan tangan yang
benar.
kalau saya si idenya dari
dinas kesehatan itu ke
sekolah jadi di sekolah itu
ngebentuk siswa-siswa ada
berapa siswa yang dia
tertarik dengan masalah
kesehatan untuk memberikan
pengarahan ke teman-
temannya yang lain jadi
sambung menyambung
mungkin kalau kita yang
ngomong bosan mungkin
temannya terus apa ngajarin
itu oo rumah kalian seperti
apa kan mereka yang lebih
tau lebih tau ya kan anak-
anak itu suka kepo kan
(tertawa) dipergunakanlah
itu, jadi nanti ee anak
membina anak gitu
maksudnya ee nanti kalau
dirumah ada itu gini dikasi
Terkait dengan pengendalian
DBD di Kota Metro, proses
pelaksanaan kegiatan tiap lintas
sektor (Bappeda dan Kominfo)
disesuaikan dengan aturan main
masing-masing instasi, kalau
Bappeda menekankan pada
koordinasi dan perencanaan
anggaran yang dimulai dari
musrembag di tingkat
kelurahan, kemudian
kecamatan, lalu tingkat kota
sampai dengan akhirnya
menentukkan prioritas program
di OPD. Kalau Kominfo
berfungsi sebagai fasilitator,
dimana tiap OPD baik itu Dinas
Kesehatan mempunyai pejabat
pengelola informasi dan
dokumentasi (PPID) pembantu
yang bertugas memberi
informasi kepada publik terkait
DBD
86
pemerintah yang tiap tahun ada, klao RPJMD
sih udah lima tahun ya, udah pada saat kita
susun itu udah mengacu pada dokumen-
dokumen perencanaan mengacu diatasnya
seperti dokumen-dokumen RPJPD, RPJMD,
kemudian renstra dari kementrian kesehatan.
setelah proses musren, selanjutnya mungkin
kita menyusun apa rencana kerja pemerintah,
lalu menyusun dokumen anggaran dalam
bentuk KUAPHS. KUAPHS ini semacam
kebijakan umum anggaran, yang isinya
terkait dengan anggaran dan plapon anggaran
sementara.
setelah dari tahap KUAPHS selanjutnya ada
proses penyusunan tenaga kerja anggaran dan
dibedah lagi menjadi program kegiatan di
OPD. Jadi memang tahapannya seperti itu.
Sampai akhirnya jadi dokumen perencanaan
anggaran. Itulah dasar dari dinas untuk
melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan
tahun anggaran.
...satu rumah satu jumantik ada di tahun
lalu... itu malah di 2017 kemaren udah ada
satu rumah satu jentik..dengan usulan
kegiatan tadi tulkitnya itu, kemudian eh
transport untuk ini ya opersionalnya
petugasnya terus untuk apa yang lain untuk
promkes (promosi kesehatan) itu kan pake
mobil promkes keliling
ya tentang program-program dan
kegiatan yang akan dilaksanakan di
tahun berjalan...
Kita jadwalkan minimal dalam satu
bulan itu sekali karena kan kita OPD
terlalu banyak ya, jadi per harinya
kadang kita bagi termin ya karena ini
nya ya biar semuanya kebagian, nah
ini kita nggak memberikan batasan
materi yang akan disampaikan,
terserah dari perangkat daerah mau
menyampaikan apa monggo aja
masalah yang penting ada kaitannya
dengan penyelenggaraan pemerintah
daerah gitu aja. Informasi apapun
kita nggak batasi, apapun yang
mereka menyampaikan kepada
masyarakat monggo disampaikan
saja lewat situ. Kita hanya
memfasilitasi, masyarakat bisa
dengar langsung lewat radio kan,
lewat bisa web - bisa membaca juga
lewat web kami kan
tau seperti itu nanti kalau
ciri-cirinya panas udah dua
hari bilang sama mamanya
cepetan ke dokter jadikan
kadang-kadang karena orang
tua sibuk anaknya panas kan
masih dua hari lah gitu jadi
anak itu diberi tahu
bahayanya gitu kalau sudah
sudah satu hari kira-kira ini
tanda-tanda yang kan ada
tanda-tanda yang sangat
menonjol tu seperti apa itu
ada bintiknya ini nah itu ini
nanti langsung bilang ke
mama nya nanti kalau
adeknya seperti ini nah itu
mungkin dari anak anak itu
nanti tapi kalau dari kita kan
ngumpulin anak-anak segitu
banyaknya kan memerlukan
biaya banyak tapi klo dari
anak kan mereka punya
ekskul tu nah dari ekskul-
ekskul itulah yang masuk
lebih mudah lebih mudah
anak-anak itu kalau teman
sendiri yang ngomong itu
kata teman saya gitu tapi
kalau kita yang ngomong
kadang-kadang suka ngobrol
87
sendiri.
jadi kalau menurut saya si
terutama anak-anak yang SD
kelas 6, SMP gitu yang apa
anak-anak SMP yang udah
tau lah ya biar bisa ngebina
apa adeknya, ngelihat dan
mengingatkan orang tua.
Hambatan dan
Kendala
iya itu kesulitannya disitu, jadikan usulan itu
harusnya berdasarkan kebutuhan ya bukan
sekedar keinginan. Cuma ya kadang namanya
mungkin warga kan mereka kadang gak apa
gak tau bahwa apa musreng yang itu
sebenarnya ada yang lebih prioritas. Nah itu
kan mereka liatnya kan cuma kan punya dia
ya. Padahal kemudian ketika itu
dipertemukan semua RW, semua kelurahan
kumpul, ee ternyata kita kan bisa lihat oo
yang paling parah itu misalnya untuk apa,
untuk fisik. Itu ternyata bukan di wilayahnya
dia, di wilayahnya dia itu ada yang lebih
parah. Aa itu kan ketemunya setelah pada
saat proses musrembang itu aa ini apa naik ke
proses selanjutnya. Kalo Cuma dikelurahan
kan dia taunya Cuma di kelurahan itu lah tapi
pada saat dia kumpul-kumpul di musrembang
kecamatan dan kecamatan atau pusat nah
disitu baru keliatan kan. Usaha masing-
masing kelurahan, kemudian dilihat yang
prioritas mana, yang mereka rembuk gitu.
Belum berjalan, kan barusan
September kemarin kita launching ya
masalah peran PPID itu, jadi sampe
sekarang belum-belum ada yang
memberikan laporan, hanya Dinas
Kesehatan baru mengirim yang
namanya daftar informasi publik
yang akan dipublish di web kami,
baru itu yang diberikan sama mereka.
Jadi bisa saya simpulkan untuk
sementara ya belum ada pemohon
informasi yang ke PPID, baru satu
kasus itu aja yang dari dinas PU, baru
satu kok. Kita baru sih, kita sudah
sosialisasi mbak masih kita
gencarkan terus ..
Hambatan dan kendala terkait
kerjasama lintas sektor, terkait
anggaran OPD masih melihat
bahwa usulan perencanaan
anggaran masih berdasarkan
keinginan bukan kebutuhan.
Artinya program pengendalian
DBD yang seharusnya menjadi
prioritas masalah di suatu
wilayah belum tentu dianggap
penting pada saat musrenbang
karena ada wilayah yang lebih
urgency masalah DBD-nya.
Sedangkan Dinas Kesehatan
sampai saat ini belum ada
laporan untuk menyebarkan
informasi terkait DBD melalui
Kominfo.
Solusinya yaa sering sering ini apa rapat ya, artinya setiap akhir bulan kan kita evaluasi Terkait koordinasi dan
88
kadang BAPPEDA itu seharian aa... rapatnya
bisa sampe 3x, nah ini misalnya tadi pagi
rapat nah nanti ooh itu kan rapat terkait
anggaran, nanti ada lagi rapat kayak apa...
Jadikalo solusi ya yak lebih intens untuk ini,
apa, ketemu dalam bentuk tentang rapat,
entah kita yang datang ke OPDnya entah
OPD-nya yang kita apa minta datang kesini.
Jadi kadang gak gaak cuma sekedar kita yang
ini ya kita yang manggil OPDnya kesini, gak,
kadang kita dateng juga kesana.
ya tentang peran dari masing-masing
PPID ya, sudah sejauh mana mereka
bergerak ya gitu kan, nanti dalam
rakor kita kan ada rapat bulanan ya
pemerintah kota itu setiap satu bulan
sekali kan pasti ada rakor setiap
tanggal 5 itu kan, ya kita sampaikan.
kita kan ada beberapa informasi yang
sudah kita sediakan ya, ada informasi
yang sifatnya tiba-tiba, ada yang
informasi yang dikecualikan ada
yang informasi wajib setiap bulan
harus kita publish gitu kan
perencanaan anggaran, Bappeda
rutin melakukan rapat untuk
membahas anggaran suatu
program kegiatan, salah satunya
DBD, sedangkan kominfo setiap
akhir bulan melakukan evaluasi
PPDIP OPD mana yang pasif
memberikan info ke masyarakat
salah satunya OPD yang
berwenang menyampaikkan
informasi tentang DBD.
Kerjasama lintas
sektor dengan non
kesehatan dalam
penanggulangan DBD
a. Bentuk kegiatan
kita kan oo koordinasinya harus lebih apa ya
multi, multi sektoral gitu..kegiatan itu
sebenernya oo misalnya di bidang kesehatan
itu sebenarnya tidak berdiri sendiri bidang
kesehatan aja kan itu tanggung jawab
pemerintah, itu ada, disitu juga ada
pendidikan, kadang beberapa program
kegiatan itu oo melibatkan kaya misalnya
UKS, usaha kesehatan sekolah itukan
kesehatan tapi oo pendidikan juga perannya
ada disitu, terus tuh Kesra, PKKKB,
kesehatan tapi kan itu ada unsur keluarga
berencananya juga
fungsi kami murni publikasi aja,
publikasi informasi, memang
prioritas kami...salah satu tupo-nya
kita pengelolaan contain informasi
web jadi..kami juga kerjasama
webnya dengan apa ee dinas
kesehatan, dinas kesehatan dia masuk
ke domain kita, mereka punya
suplemen domainnya tetep masuk ke
@metrokota.go.id. Jadi apapun yang
diberitakan oleh dinas kesehatan
mereka punya pengelola admin
sendiri langsung publish di web, di
web link pemerintah kota karena kita
kan nge-link, seluruh OPD kan nge-
link dengan domain kita
kita dengan kesehatan
BKKBN iya. Iya ini kalau
untuk itu terus sanitasi nya
ada dengan PU juga
sanitasinya, Bappeda untuk
apa penganggaran.
BKKBN itu wujudnya kan
kita ini sekolah ramah anak.
Iya jadi apa ada program dari
pusat memang sekolah itu, ee
sekolah ramah anak, inklusi
itu dari BKKBN jadi ee
tentang pembullyan juga kan
sekarang BKKBN langsung
Sangat perlu meningkatkan
kerjasama lintas sektor antara
Bappeda dan Kominfo dengan
OPD selain Dinas Kesehatan,
dll khususnya terkait
pengendalian DBD.
89
Pelaksanaannya
nah disitu fungsi perencanaan adalah
mengkoordinir program kegiatan, lintas
sektor, lintas UPD juga
fungsi kami murni publikasi aja,
publikasi informasi, memang
prioritas kami.
Baru Bappeda yang telah
melibatkan lintas sektor selain
Dinas kesehatan terkait masalah
kesehatan pada umumnya, dan
pengendalian DBD pada
khususnya.
Lintas Sektor Yang
Terlibat
kita dengan kesehatan
BKKBN iya.
iya ini kalau untuk itu terus
sanitasi nya ada dengan PU
juga sanitasinya, Bappeda
untuk apa penganggaran.
Kendala kerjasama
lintas sektor
koordinasi ini kadang lintas sektoral itu yang
apa memakan waktu dan energi.
PPID Belum berjalan, kan barusan
September kemarin kita launching ya
masalah peran PPID itu, jadi sampe
sekarang belum-belum ada yang
memberikan laporan, hanya mereka
baru mengirim yang namanya daftar
informasi publik.
Memakan waktu dan energi
untuk koordinasi lintas sektor.
Harapan kerjasama
lintas sektor
Harapan kita ya lebih intens untuk ini, apa,
ketemu dalam bentuk tentang rapat, entah
kita yang datang ke OPDnya entah OPDnya
yang kita apa minta datang kesini. Jadi
kadang gak gaak cuma sekedar kita yang ini
ya kita yang manggil OPDnya kesini, gak,
kadang kita dateng juga kesana
....sekarang faktornya tu bukan
masalah PPIDnya sih mbak, ini
faktor kepada masyarakat belum
begitu apa familiar ya terhadap
informasi gitu loh, bahwa di metro
ada badan publik loh, apapun yang
mereka butuhkan bisa mereka
dapatkan gitu loh kan, kita kan ada
beberapa informasi yang sudah kita
sediakan ya, ada informasi yang
sifatnya tiba-tiba, ada yang informasi
yang dikecualikan ada yang
Setiap PKM memiliki harapan
yang berbeda untuk lintas sektor
yang terlibat sesuai dengan
tupoksi dan tanggung jawabnya
90
informasi wajib setiap bulan harus
kita publish gitu kan. Itukan kita
sudah mulai gitu loh memberikan
sosialisasi kepada masyarakat gitu
loh. Saya yakin nanti lambat laun
mereka akan mengerti kok
kepentingan ee fungsi dari PPID
Peran lintas sektor
(kesehatan/non
kesehatan) dalam
penanggulangan DBD
lintas sektor jadi artinya kegiatan itu
sebenernya oo misalnya di bidang kesehatan
itu sebenarnya tidak berdiri sendiri bidang
kesehatan aja kan itu tanggung jawab
pemerintah, itu ada, disitu juga ada
pendidikan, kadang beberapa program
kegiatan itu oo melibatkan kaya misalnya
UKS itukan kesehatan tapi oo pendidikan
juga perannya ada disitu, terus tuh Kesra,
PKKKB, kesehatan tapi kan itu ada unsur
keluarga berencananya juga. Jadi artinya
koordinasinya kalau untuk OPD ya selama ini
baik tapi ya Cuma kadang kita kan oo
koordinasinya harus lebih apa ya multi, multi
sektoral gitu. Kadang , kadang ada kegitan,
nah itu fungsi BAPPEDA nah jadi kalo
misalnya UKS aa itu anggaran juga kan tidak
hanya berdiri sendiri di dinas kesehatan tapi
ada juga di pendidikan, kemudian ada juga
mungkin di bagian Kesra, kemudian yang
kaya Kesra, PKKKB itu juga kan gak semata
mata kesehatan tapi kita ini juga kan
alokasikan di dinas PKKKB kalau sekarang,
kemudian terus oo ya semacam itu sih
seharusnya, kita ni kan namanya
bicara pemerintah daerah itu kita satu
kesatuan tidak bisa kita semua berdiri
sendiri sendiri ya walopun tetep pada
koridor tugas dan pokok fungsi
masing-masing dinas ya, Saya yakin
fungsi kominfo ke depan nggak
hanya sekedar publicasi ya ataupun
ee sekedar menyebarkan informasi
kepada masyarakat, kalo kita mau
melakukan aksi ya itu mungkin
menunggu komunikasi dengan dinas
kesehatannya gitu kan, mereka punya
kegiatan, yang selama ini berjalan
tuh mereka punya kegiatan, mereka
hubungin kominfo tolong dong
diliput gitu kan, kita diliput gitu kan,
kita release beritanya lewat web, gitu
aja, kalo yang aksi serta merta
kaitannya dengan penanggulangan
DBD ya kita nggak ada ilmunya, ya
kita memberikan sosialisasi kita salah
pula kan gitu kan, jadinya ketika
mereka melakukan sosialisasi terkait
Perlunya peran aktif lintas
sektor terkait dalam program
pengendalian DBD di Kota
Metro meskipun tetap dalam
koridor tugas pokok dan fungsi
masing-masing instansi terkait.
91
dengan DBD kita datang, kita liput,
kita release beritanya, gitu aja, kalo
aksi langsung kayaknya belum
92
B. Pengelola DBD Puskesmas
Pertanyaan Kepala PKM Metro Pusat
(Kepala Tata Usaha) Kepala PKM Yosomulyo
Pengelola Program PKM
Yosodadi
Pengelola Program PKM
Iringmulyo Hasil Tematik
Program
pengendalian
DBD yang telah
dilaksanakan
bentuk kegiatan
Program pengendalian DBD
yang ada di PKM Metro Pusat
kader pemantau jentik di
masyarakat, kader pemantau
jentik di sekolah, kegiatan
woro-woro yaitu penyuluhan
menggunakan mobil keliling
puskesmas, Pokja DBD
tingkat kecamatan dan
kelurahan. Membagikan leaflet
tentang DBD dan penyakit
lainnya dan membagikan abate
Melaksanakan Gertak DBD
yaitu bersih-bersih lingkungan,
memberantas sarang nyamuk
dengan melibatkan semua
lintas sektor dan masyarakat
Menyabarkan leaflet, banner
yang di sebar ke seluruh
posyandu, kelurahan dan
Forum Kesehatan Kelurahan.
Penyebaran informasi tentang
DBD di Forum kesehatan
kelurahan yang di koordiniri
oleh Bidan Poskeskel
Program pengendalian
DBD yang ada di PKM
Metro Pusat kader
pemantau jentik di
masyarakat, kader
pemantau jentik di sekolah,
kegiatan woro-woro, dan
gertak PSB DBD,
penyelidikan epidemiologi,
lokakarya mini triwulan,
dan fogging fokus
Melakukan promosi kesehatan
(KIE) pada forum masyarakat
kesehatan, pokeskel,
permusyawaratan kelurahan
melalui kegiatan paguyuban
seperti paguyuban kader,
paguyuban pamong,
melakukan woro-woro
kemasyarakat, jumantik di
masyarakat dan sekolah,
penyelidikan epidemiologi,
foging fokus, dan lokmini
triwulan.
Sebagian besar kegiaatan
pengendalian DBD adalah
adanya kader pemantau
jentik baik di masyarakat
maupun sekolah, woro-woro,
penyebaran laflet, barner,
PE, fogging fokus.
Sedangkan kegiatan yang
melibatkan lintas sektor yaitu
Gertak DBD, lokmini
triwulan, Forum Kesehatan
Kelurahan
Pelaksanaannya
sampai saat ini
Semua kegiatan sudah berjalan
sejak tahun 2016-2017
Sudah ada sejak tahun 2015 Sudah ada sebelum tahun 2016
dan semua kegiatan masih
berjalan
Pelaksanaan kegiatan
pengendalian DBD telah
berjalan sejak tahun 2015
93
penerimaan
masyarakat
Masyarakat mendukung semua
kegiatan untuk menanggulangi
DBD salah satunya dengan
aktif gotong royong.
Untuk tingkat sekolah sangat
mendukung program
penanggulangan DBD dengan
melaksanakan jumatik tiap
sekolah
Masyarakat sepertinya biasa
saja dengan adanya program
DBD yang dilaksanakan,
tetapi apabila ada yang
terkena DBD mereka
meminta semua kegiatan
program pengendalian DBD
dilaksanakan di wilayah
mereka, seperti kegiatan
PSN.
Masyarakat sangat menerima Masyarakat menerima /
mendukung kegiatan
pengendalian DBD yang
diselenggarakan PKM
a. Kendala
dalam
pelaksanaan
program
pengendalian
DBD
Kendala yang dihadapi PKM
Metro Pusat hanya sebatas
pada kurangnya SDM untuk
pengelola program DBD.
Kendala dilapangan adalah
banyaknya beban rumah
tangga yang menjadi tanggung
jawab kader pemantau jentik
Untuk wilayah kerja PKM
Yosomulyo kendala peran
serta masyarakat yang masih
rendah karena kultur
masyarakatnya yang sudah
kearah perkotaan, dan sosial
ekonominya yang sebagian
besar bekerja sebagai
pedagang.
Adanya beban rangkap kerja
pengelola program DBD
karena PKM masih
kekurangan SDM dapat
mempengaruhi kinerja
pengelola program DBD
Kesulitan dalam
pelaksanaan pemantauan
epidemiologi karena alamat
penderita tidak lengkap,
masih ada kendala kader
jumantik di lapangan yaiitu
sulit memeriksa rumah
penduduk sasaran karena
selalu dalam keadaan
kosong karena masyarakat
wilayah metro pusat
sebagian besar adalah
pedagang.
Masih rendahnya peran serta
masyarakat khususnya dalam
kegiatan PSN, ada beberapa
kelompok masyarakat yang
tidak mau menerima kegiatan
fogging.
Sebagian besar kendala yang
dihadapi adalah masih
rendahnya PSN oleh warga
karena kultur masyarakat
yang sudah kearah perkotaan
dan sebagian besar pedagang
yang sulit dtemui jika kader
akan melakukan pemeriksaan
jentk, banyaknya beban
rumah tangga yang menjadi
tanggung jawab kader, dan
penegelola program DBD
PKM memiliki beban kerja
rangkap.
b. Solusinya Untuk mengatasi kurangnya
SDM dengan melibatkan lintas
program dalam lingkungan
PKM Metro Pusat
Untuk kendala beban tanggung
jawab kader belum bisa
Diharapkan ke depan
menjadikan ketua RT sebagai
koordinator kesehatan di
wilayahnya sehingga tidak
mengandalkan kader
posyandu.
Perlunya payung hukum dari
pengambil kebijakan untuk
pengendalian DBD
Perlunya payung hukum dari
pengambil kebijakan dan
diharapkan ketua RT
menjadi koordinator
kesehatan di wilayahnya,
meningkatkan kerjasama
94
melakukan penambahan kader
dan kader tetap diberikan
motivasi semangat
lintas program dalam PKM
untuk sama-sama bekerja
dalam pengendalian DBD.
Pandangan
tentang peran
lintas sektor
dalam
menanggulangi
DBD
Perlunya peran lintas sektor
untuk masalah DBD,
khususnya dengan kecamatan
dan kelurahan, program di
masyarakat tidak dapat
berjalan tanpa dukungan
mereka.
Peran lintas sektor sangat
penting dalam
menanggulangi DBD,
khususnya dengan
Kelurahan, RT karena
mereka yang memiliki
masyarakat.
Perlunya kerja sama dengan
pihak kelurahan, RT, Rw
agar program pengendalian
DBDB dimasyarakat dapat
berjalan.
Sangat perlu khususnya
pamong-pamong yang ada di
masyarakat
Sangat perlu meningkatkan
kerjasama lintas sektor
khususnya pihak Kecamatan
maupun Kelurahan dan
pamong-pamong yang ada di
masyarakat.
Kerjasama lintas
sektor dalam
pengendalian
DBD
Pelaksanaannya
Telah melakukan lokmin tiap
6 bulan sekali dengan
mengundang pihak
Kecamatan, Kelurahan untuk
duduk bersama membahas
masalah kesehatan pada
umumnya.
Memiliki Forum Kesehatan
Kecamatan didalamnya ada
orang dinas kesehatan,
kecamatan dan PKM
Wilayah kerja PKM
Yosomulyo memiliki Forum
Kesehatan Kelurahan yang
diketuai oleh lurah yang
dapat memberi masukan
terkait masalah/program
kesehatan PKM
Telah mengadakan Lokmini
triwulan dengan mengundang
kemenag, pendidikan,
BKKBN melalui PLKBnya,
kepolisian, Babinkamtibmas
untuk membahas masalah
kesehatan secara umum.
Memiliki kelompok kerja (Pokja DBD)
Dalam melakukan
kerjasama lintas sektor
pihak PKM Metro pusat
memiliki Pokja DBD
ditingkat kecamatan dan
kelurahan dengan anggota
Ketua RT, RW, kader
jumantik.
PKM Metro Pusat sudah
melakukan kerjasama
dengan sekolah-sekolah di
wilayah Metro Pusat
dengan membentuk kader
jumantik sekolah
Memiliki lokmini dan forum
kesehatan kelurahan yang
diikuti oleh berbagai lintas
sektor di masyarakat,
perwakilan RT/RW.
level koordinasi puskesmas
hanya setas pada level
kelurahan dan kecamatan yang
masih diperbolehkan untuk
koordinasi langsung.
PKM Yosomulyo sudah
melakukan kerjasama dengan
sekolah-sekolah di wilayah
Metro Pusat dengan
membentuk kader jumantik sekolah
Sudah melakukan kerjasama
dengan berbagai lintas sektor
untuk menyelesaikan
masalah kesehatan melalui
Lokmini, Forum Kesehatan
Kecamatan-Kelurahan, dan
Pokja di tingkat Kecamatan
dan Kelurahan.
Lintas Sektor
Yang Terlibat
Untuk program DBD
kerjasama lintas sektor baru
sebatas dengan pihak
kelurahan
Sektor yang terlibat selama
ini adalah pihak kecamatan,
kelurahan, dan pihak
sekolah.
Sektor yang terlibat selama ini
adalah pihak kecamatan,
kelurahan, dan pihak sekolah.
Lintas sektor yang terlibat
untuk DBD baru sebatas
pada tingkat Kecamatan,
Kelurahan, dan sekolah.
95
Kendala
kerjasama lintas
sektor
Keaktifan pamong-
pamong/tokoh masyarakat
dalam pertemuan2/forum-
forum yang ada masih rendah
dan belum solid
Keaktifan pamong/tokoh
masyarakat pada forum
forum yang ada masih
rendah dan belum solid
Harapan
kerjasama lintas
sektor
Perlunya peran aktif pihak
berwenang (pol pp, kepolisian,
babinkamtibmas) untuk
menegur/mengingatkan
khususnya pertokoaan yang
ada di wilayah PKM Metro
Pusat untuk menjaga
kebersihan lingkungan
berharap semua lintas sektor
bisa berperan aktif, termasuk
dengan kominfo sehingga
mempermudah penyebaran
informasi ke masyarakat.
Berharap adanya peran
karang taruna dalam
membantu pelasanaan
program pengendalian
DBD
Setiap PKM memiliki
harapan yang berbeda untuk
lintas sektor yang terlibat
sesuai dengan karakteristik
masyarakatnya, seperti
aparat untuk menegur
pemilik toko di daerah
perkotaan, perlunya peran
kominfo untuk
memepermudah penyebaran
informasi, adanya peran
karang taruna untuk
membantu pelaksanaan
pengendalian DBD
Program 1 R 1 J
Pelaksanaannya
Sudah disosialisasikan tapi
belum berjalan
Baru sebatas sosialisasi
program 1 R 1, salah satunya
pada lokmin dengan
mengundang kader. Program
1 R 1 J direncanakan berjalan
tahun 2018.
Telah dibuat SK, Kerangka
Acuan, tupoksi, dan telah
mengadakan rapat terkait
pelaksanaan 1 R 1 J.
Sudah disosialisasikan ke
masyarakat namun
pelaksanaannya belum
berjalan
Baru sebatas sosialisasi yang
dimulai pertengahan tahun
2018 melalui musrenbang,
kemudian lokmin tri bulanan.
Rencananya kegiatan 1 R 1 J
akan diambil beberapa wilayah
dulu tidak langsung dilakukan
disemua kelurahan
Program 1 R 1 J belum
berjalan baru sebatas
sosialisasi di masyarakat,
lokmini, maupun
musrenbang.
Harapan
terhadap
Perlu adanya supervisi dan
monitoring akan kinerja
Peningkatan anggaran
untuk rewand kader dan
Dapat mempersiapkan secara
matang baik secara teknis dan
Berharap adanya persiapan
yang matang baik secara
96
program 1 R 1J pemantau jentik. adanya pelatihan untuk
kader.
waktu pelaksanaan, dan kader
sebagai koordinator tiap
rurmah tangga.
teknik maupun
pelaksanaannya, perlu
dilakukan supervisi dan
monitoring terhadap kinerja
kader dan peningkatan
anggaran untuk rewand dan
pelatihan kader sebagai
koordinator tiap rumah
tangga.
97
C. Ketua RT
Pertanyaan RT 27 RT 22 RT 01 RT 12 Hasil Tematik
Tanggapan
terhadap penelitian
yang telah
dilaksanakan
a. Pribadi
Sejak ada penelitian
wilayah RT 27 bersih,
warga siap diperintah
untuk gotong royong
dan terhindar dari
bahaya nyamuk DBD
dengan adanya
penelitian segala
macem itu mereka
lebih mengenal
istilahnya DBD,
demam berdarah atau
apa, chikungunya itu
bagus iya bagus untuk seluruh warga di
lingkungan kami bagus dengan adanya penelitian
ini ya apa namanya setiap warga rumah ya kan
ada ada apa namanya inisisatif untuk
membersihkan atau mengetahui tentang nyamuk
itu DBD itu. ehm ya kalo itu kan sebelum ada
penelitian ini kami juga kan kurang memantau itu
ya kan itu lohh door to door dari rumah ke rumah
itu kan belum tau sampai ke dalamnya gimana.
Apa di kamar mandinya atau air yang tergenang
dimana
Belum, belum ada keluhan ya. Semua menerima
adanya penelitian
tersebut dan
menambah
pengetahuan
tentang DBD dan
meningkatkan
gotong royong
untuk menjaga
kebersihan.
b. Masyarakat
Menerima dan
berharap ada
kelanjutan kembali atas
penelitian ini berharap
juga penelitian ini
cakupannya meluas
bukan hanya di wilayah
RT. 27. A tetapi juga
RT tetangga.
Menerima dan
pengetahuan
masyarakat mengenai
DBD dan cara
pencegahannya
meningkat
ehh apa maksudnya itu ini program apa gitu? Kog
setiap minggu didatangi gitu dipantau atau di
tempat yang sudah ada jebakannya yang itu ya
kan gitu dan fungsinya apa gitu. ya mereka sadar
menerima dan sadar bahwa sanya itu ya di setiap
rumah itu harus ada apa ya sebagai ehh seorang
yang mengawasi apa gerak-gerik nyamuk ya yang
ada di rumah itu baik dia ada tempat dia bertelur
ya kan gitu sampai dia ini harus dibersihkan itu
Kalo keluhan di tempat saya belum Masyarakat
menerima kegiatan
penelitian tersebut
karena menambah
pengetahuan
tentang DBD dan
berharap
dilanjutkan dengan
cakupan yang lebih
luas
Riwayat penderita
demam berdarah di
wilayah masing-
masing
Ada beberapa warga
yang melapor
menunjukkan gejala-
gejala DBD 3 bulan
yang lalu
Ada tiga penduduk
dengan tempat tinggal
berdekatan
Saat penelitian ada
warga yang
menunjukkan gejala
DBD
Ada kasus kematian
akibat DBD baru-baru
ini setelah di survey
tertular oleh teman
sebangku terkena DBD
2017 karena ini kan DBD ini kan apa namanya
kalo nggak dipantau gini kan biasanya mereka
kan berobat sendiri
Ada, anak saya dua kali malah, dua
ribuu berapa ya lupa 2013 apa sama
2011 an gitu lah.. 2017 2017 pernah
kayaknya.. ada ,2016 da foging 2016,
karena banyak yang kena itu sampai
berapa tempat adalah mungkin sekitar
10 warga
RT. 27 dan RT 22
merupakan wilayah
yang memiliki
kasus DBD baik
kesakitan maupun
kematian dalam
satu tahun terakhir.
Pengendalian DBD Masyarakat sebenernya Masyarakat, khususnya seinget saya sudah lama itu fogging karena Apa ya.. cuma inisiatif aja ya.. rumah Sebagian besar
98
melalui fogging di
masyarakat
menerima saja kegiatan
fogging karena mereka
tidak tahu effek baunya
Kalau bisa jangan di
fogging, tapi cuku
abate kalau di foggong
nyamuknya hilang
hanya sementara dan
kembali lagi kerumah
orang tua penderita
yang meninggal
menerima dan meminta
daerahnya di fogging,
Kalau bisa tidak usah
di fogging cukup
bersih-bersih
lingkungan, air jangan
tergenang,
membersihkan kamar
mandi, membersihkan
saluran air
Karena fogging baunya
tidak enak dan nyamuk
semakin ganas jika
menggigit.
fogging juga nggah menuntaskan, kami juga
bilang begitu karena nyamuk itu hanya terbang
sementara aja sudah itu datang lagi kalo sudah
setelah anu foggingnya. dan juga masyarakat juga
kurang kurang anu dengan fogging karena tidak
menuntaskan itu. Ehh kalo saya dengar dari
lingkungan masyarakat itu banyak yang menolak
karena… satunya bau…
ya terutama sarang tapi yak an susah
juga ya pak.. saya sendiri ngerasa
rumah ini bersih , tapi kok anaknya
kena juga waktu kemaren kan
bingung, yang rumahnya saya liat
malah berantakan-berantakan gitu tu
sehat-sehat aja hehe.
warga RT 27 dan
22 menerima
bahkan meminta
fogging karena
adanya kasus DBD
dan kematian, akan
tetapi menut ketua
RT lebih baik tidak
dilakukan fogging
karena baunya
tidak enak dan
nyamuk semakin
ganas mengigit dan
hilang hanya
sementara.
Kegiatan gotong
royong dalam
rangka
pemberantasan
sarang nyamuk
Paling tidak sebulan
sekali ada kegiatan
gotong royong
membersihkan
lingkungan seperti
drainase, got-got
rumput untuk
menghindari nyamuk
Semua warga aktif
melakukan gotong
royong
Untuk kegiatan gotong
royong sulit untuk
menggerakkan warga
karena wilayah mereka
perkotaan dan aktivitas
mereka berdagang di
pasar
Hanya menginggatkan
untuk bersih di rumah
masing-masing.
Ehmm kalo secara serentak 1 ini belum pernah ya
dengan adanya inilah dari jumantik ini mulai apa
menyadarkan apa individu ya kan itu dari rumah
ke rumah gitu supaya ya itu. kalo jumat bersih tu
karena di lingkungan kita ini juga kan apa
namanya nggak terlalu anu pengairan segala
macem yang anu sampah juga nggak ini jadi kalo
di lingkungan saya belum anu.. belum berjalan
Masih ada wilayah
yang sulit untuk
mengajak
warganya
bergotong royong
karena aktivitas
warga yang bekerja
sebagai pedagang
solusinya pamong
harus rajin
mengingatkan
untuk
membersihkan
rumah masing-
masing
Model
pengendalian
demam berdarah
Tidak perlu
diumumkan untuk
menjaga perasaan
Tidak perlu klo menurut saya klo di umumkan begitu
kayaknya jadi nga enak karena manusia kan nanti
ada yang merasa malu, tersinggung atau gini jadi
kalo diumumin tanpa harus menyebut
oknumnya ada beberapa warga yang
rumahnya kurang bagus ya gapapa
Tidak perlu adanya
model
mengumumkan
99
melalui penguman
(di masjid/mushola,
rumah ketua RT,
dsb) tentang hasil
pemeriksaan jentik
warga
warga, cukup datang ke
rumahnya dan
memberikan abate
seolah olah di cap rumahnya kotor kan begitu
karena banyak nyamuk segala macam. Ya ,
kurang setuju klo yang diumumkan gitu. Cuma
kita harus pendekatan aja, kita bicarain supaya
lebih gimana dia kan kontrol dirumahnya itu
supaya rajin apa namanya memperhatikan
lingkungannya baik di dalam rumahnya maupun
diluar halamannya gitu aja mungkin. Mungkin
dengan cara pendekatan gitu lebih ini bu, lebih
berhasil gitu lo daripada di umumkan gitu kan, ya
malu la ya kan.
saya umumin ada beberapa tapi
nggak berani saya sebutin kalo di
masyarakat,kan kadenya sudah tau
juga sih sebenernya. Nggak.. kalo
saya nggak bakal setuju tu. Karena
itu nanti menimbulkan dia ngerasa
nggak.. nggak enak Mendingan saya
langsung aja ke rumah yang positif
itu.. Karena kalo dia diumumin uuh..
saya ini jadi omongan orang banyak.
rumah warga yang
ada jentik untuk
menjaga perasaan
warga, tapi cukup
mendatangi rumah
warga dengan
memberikan abate.
Upaya lain untuk
membasmi jentik di
lingkungan
Sebulan sekali perlu
dilakukan penyuluhan
baik dari dinas atau
pihak lain
Door to door
mendatangi warga,
mengingatkan dan
menegur dengan cara
pendekatan komunikasi
yang santai (guyon)
dan menggunakan
peribahasa agar
kejadian DBD tidak
terulang kembali
Mendatangi warga
dengan door to
door dengan cara
pendekatan
komunikasi yang
santai
Penerimaan
masyarakat dengan
adanya kunjungan
rutin kader
jumantik
Ada kendala warga
tidak ada di rumah saat
kunjungan kader
Ada kendala
penerimaan dari
kelompok masyarakat
cina, mereka agak
tertutup dengan orang
yang tidak dikenal dan
meskipun di rumah ada
pembantu namun tidak
berani membuka pintu
kalau belum ada
perintah dari pemilik
rumah.
ya klo ngeluh pasti ada ya, seperti itu ngeluhnya
itu kan karena mungkin satu yang kader kami ni
juga kan ada yang belum dikenal gitu, mungkin
mereka wajarla ya apa curiga awalnya. Setelah
berjalan mereka sudah paham sudah tau, sudah
mengenal ya mereka monggo…Cuma kan tetap
ada kan yg keberatan klo ada yang mau difoto di
rumahnya atau anu ya kan zaman segala
macamnya.
eee..klo yang secara begitu sih nga ada,cuma kan
mereka hanya bertanya itu program apa kok
setiap minggu datang ke rumah ngeliat apa
namanya kamar mandi segala macam …itu kami
Belum, belum ada keluhan ya Kendala yang
dihadapi adalah
warga tidak ada
ditempat saat
pemeriksaan jentik
dan kendala
penerimaan
kedatangan kader
dari kelompok
masyarakat cina.
100
jelaskan gitu lo..saya jelaskan bahwasannya itu
jumantik utk memantau jentik2 nyamuk yg ada
disetiap rumah yak an gitu …ya ada yg mereka oo
bagus juga pikiran gitu. Jadi kami apa ikut
tergerak gitu ya kan klo sampai ketemu jentik di
rumahnya kan malu kita ….jadi mereka sadar diri
juga kan gitu sadar bahwasannya ee..apa supaya
rumah itu bersih dari jentik itu
Penerimaan
masyarakat
terhadap
pemasangan
perangkap sticky
trap di masyarakat
Menerima dan
berterimakasih
Sudah dilakukan
pelatihan dan agar
kader
mensosialisasikan ke
ibu-ibu PKK maupun
dasawisma
Kalau yang saya lihat kemaren itu kan hasil dari
itu namanya yang perangkap itu ya.. Memang ada
sebagian yang eeh bertelur disitu ya kan.. yang
nyamuknya nempel di eeh.. apa namanya
kertasnya itu ya buk ya itu.. Ada yang efektif ada
yang memang di rumahnya bersih nggak ada
nyamuk atau gimana gitu jadinya kan emang
kosong.. Ada yang ya sampai bertelur disitu ya
kan, ada juga yang begitu tapi nggak banyak yang
bertelur gitu.. Banyak yang hanya nempel-nempel
yang baru nempel satu dua ya kan gitu.. Tapi saya
nggak tau juga yang nempel nyamuknya.. ibuk-
ibuk yang tau.. nyamuk apa ya kan gitu. Eeh ada
yang memberi hal positif karena dari situ seperti
adanya nyamuk atau sampai bertelur disitu tu kan
mereka akhirnya sadar ya kan begitu ooh.. di
rumah saya ternyata banyak nyamuk gituloh..
mereka mungkin jadi berubah ya kan begitu bisa
sering membersihkan atau sering eeh apa ya bakar
sendiri atau apa obat nyamuk gitu-gitu ini kan
supaya eeh minggu ke depan ini kan berubah gitu
iya kan.. yang tadinya banyak bertelur sekarang,
minggu depannya sudah mulai berkurang gitu.. ya
mungkin ya mereka juga sadar ya mereka
bergerak di rumahnya masing-masing gitu.
Ya.. karena mereka nggak ngerti
maksudnya itu.. ya perangkap itu
nggak tau.. taunya malah masuk
bangkai malahan dia, ada cicaknya.
Baunya nggak enak kalo lambat ya
itu jelas bau ya.
Menerima dan
diharapkan kader
mensosialisasikan
ke ibu-ibu PKK
dan dasawisma
agar dapat
diteruskan
pemasangan sticky
trap ini.
101
Pandangan tentang
program 1 R 1 J
a. Pelaksanaannya
Setuju dengan adanya
program 1 R 1 J
Semua anggota rumah
tangga bisa menjadi
kader pemantau jentik
tapi baiknya adalah ibu
rumah tangga.
Tidak akan ada kendala
jika program ini
berjalan karena
anggota rumah tangga
yang menjadi kader,
kalau meletakkan
orang luar justru
sungkan
Kalo prinsipnya saya nggak tau.. nggak paham
cuman kan kalo secara ini kan supaya kita itu
harus ada kader di rumah masing-masing itu
supaya bersih gituloh maksudnya itu supaya kita
memandu seperti saya seperti kader di rumah,
saya akan memandu istri saya, anak saya supaya
jaga kebersihannya gitu pak.
Belum pernah dengar…(tertawa)
kalau KK nya nggak aktif gini
gimana pak nanti (tertawa) kan ada
beberapa mungkin ada yang sadar
tapi lebih banyak dengan yang
ditanyain gimana, nggak gak pernah
diperiksa gitu gimana yateguran
kitanya gitu “halah nggak sempat la
repotla ini begitu datang
koordinatorla bahasanya seminggu
sekali dateng nggak ada laporan.
Setuju dengan
adanya program 1
R 1 J untuk
memperlancar
pemeriksaan jentik
di rumah masing-
masing.
b. Harapan Perlu adanya
penyuluhan terkait
program 1 R 1 J
Harapannya yang
menjadi kader untuk 1
R 1 J adalah ibu rumah
tangga karena lebih
mengetahui kondisi
rumah tangganya.
kalau harapan saya si kalau untuk jumantik ini
bagus iya kan gitu Cuma kan apa ya biasanya
kadernya yang anu itu banyak biasanya kader ini
kan memang nggak banyak si meluangkan
waktunya seminggu sekali iya kan gitu tapi
kadang-kadang kan ee ada kegiatan yang lain
mungkin ya iya mungkin, maksud saya tu bagus
cuman kalau bisa kadernya itu ganti terus gitu
jangan hanya itu itu aja gitu supaya mereka juga
kan sudah jadi kader kan sadar, sadar lebih sadar
gitu ya kan gitu.
he e karena mereka sudah jadi kader kan mereka
sudah paham gitu iya kan gitu nanti dibekali dari
itu kan ke rumah masing-masing itu kan nanti kan
lebih lebih sip kader nya (tertawa) kan gitu jadi
kalo tahun ini kadernya 4 atau 5 di wilayah saya
ini ee besok tahun nanti ganti semakin jadi
ya kalau bisa ya bebas dari DBD
(tertawa) itu harapannya. Tapi kan
menjamin bebas dari DBD itu kan
siapa yang berani jaminnya. Gimana
caranya menjamin kita nggak bakal
kena penyakit lagi gitu kan susah.
Menurut saya ya kalau yang
namanya penyakit terus bencana itu
kayak musibah. ya kalau kadernya itu
aktif terus ya mungkin udah bersih
terus kalau aktif terus gitu jadi jangan
sampai ada jentik lagi kan kalau tiap
hari apa tiap minggu di periksa terus
kan nyamuk mungkin kecil
kemungkinan nyamuknya nggak ada
karena begitu ada ketauan oo ini ada
ini ada mungkin akalu rutin tapi kalau
mulai vakum lagi ya mana tau
gimana kan nyamuk itu kan nggak
habis-habis. Dia bertelur terus.
Kecuali ada apa pawang DBD seperti
itu jadi lewat sini dia nggak berani
masuk
Perlu digalakkan
penyuluhan tentang
1 R 1 J dan
berharap yang aktif
menjadi kader
dalam rumah
tangga adalah ibu
rumah tangga.
102
D. Focus Group Discussion Masyarakat (I)
Pertanyaan I.1 I.2 I.3 I.4 I.5 I.6 Hasil Tematik
Tanggapan
terhadap
penelitian
yang telah
dilaksanakan
a. Pribadi
b. Masyarakat
Kalo dari masyarakat
kami, semuanya
seneng, bagus gitu
loh, kan dulunya di
RT kami itu kan,
kotor gitu loh ya, nah
selama ada penelitian
ini, nyamuk udah gak
ada, setiap anu kalo
kan malam biasanya
kalo dah magrib,
nyamuk banyak,
kayak tembok-
tembok seneng
nyamuk, dan selama
ada peneltian ini, gak
ada nyamuk sama
sekali, udah gitu aja.
Ya bagus Kalo menurut saya,
ya itu baik sekali,
nyamuk-nyamuknya
juga sangat
berkurang kan, trus
juga ya, untuk
kesehatan yah
Alhamdulillah,
jangan gak ada yang
sakit-sakit lagi..
Bagus mbak..Ya kalau
di RT 04 setiap sebulan
sekali pasti ada
pemeriksaan jentik
nyamuk gitu misalkan
didapatin ada jentik
nyamuk mungkin
dikasih ditaburin abate.
Setiap bulan sekali
setiap KK itu dibawa
dari posyandu pas dia
periksa jentik-jentik
nyamuk. Permisi ya
mbak mau kebelakang
mau periksa jentik
nyamuk dikamar mandi
itu pasti sebulan sekali
Yah, saya sih pribadi yah kalo
bisa, diteruskan itu, kenapa
survey itu ke rumah-rumah
setiap bulan, ato seminggu
sekali, karna gini, kalo di
tempat daerah saya itu kalo gak
ada survey kayak gitu , para
ibu-ibu gak ada kegiatan, tapi
kalo ada penelitian seperti ini,
dia sering bersih-bersih , sering
bersih-bersih, tapi kalo gak
ada, dia biasa-biasa aja, kalo
bisa diteruskan, jadi bersih itu
rumah-rumah. Makasih hehee
Dulu yaa, tiap-tiap tahun inilah,
tahun-tahun inilah, tapi kalo
sekarang-sekarang sejak jadi
kayak gini, RT nya
menggalakkan, harus bersih-
bersih rumah masing-masing,
takutnya nanti sewaktu-waktu
ada survey kayak gini lagi
datang, kita sudah bersih, kalo
bisa dan seterusnya jaga
masing-masing, yang sudah-
sudah ada sih setiap minggu
bersih-bersih, rumput-rumput
yang udah tinggi-tinggi
ditebangin, air yang masih
genangan itu sudah dibilangin
Penelitian ini membawah
ke arah positif pada
perilaku masyarakat untuk
menjaga kebersihan
lingkungan sebgai kunci
penanggulangan DBD,
sebagian besar masyarakat
sangat antusias dan
menerima kegiatan
penelitan ini dan sangat
mengharapkan agar
kegiatan semacam
penelitian ini (pemeriksaan
jentik dan pemasangan
perangkap nyamuk) terus
berlanjut.
103
sama masyarakat
Riwayat
penderita
demam
berdarah di
wilayah
masing-
masing
Pernah, pernah lagi
sebelum ada
penelitian, memang
banyak yang kena
DBD, tapi setelah gak
ada penelitian ini
udah gak ada
Sekitar tahun dua
ribu...pokoknya ee
dari 2011 itu banyak
yang, ee sampe yang
ninggal, sampe yang
keluar darah dari
hidung, itu sering gitu
loh, cuman karna ada
penelitian ini, sama
sekali gak ada kasus.
Cuman sekali waktu
tahun kemaren, mba
dian itu ada, sdh itu
gak lagi. Terakhir,
sudah itu aja.
Tidak pernah ada Sama aja bu, gak ada
kasus DBD cuman kalo
di RT lain, bukan di RT
04, pernah dengar trus
gejalanya cuman dia
panas, trus badannya
itu kayak bintik-bintik
itu, dah gitu dibawa ke
puskes, dua tiga hari
lagi dari, apa, dari
kelurahan datang
semprotan nyamuk gitu
bu, nah itu yang setahu
saya, tapi setelah ada
penelitian ini, di RT 04
alhamdulillah gak ada
penyakit DBD.
Ada tapi jauh.. Kalo dulu ada.. Kalo dulu ada
di RT 23 itu ada, itupun gejala
katanya gejala, karna ponaan
sendiri sih, ponaan sendiri itu
gejala, baru keluh gejala aja,
karna tempatnya rumahnya
persis itu lembak, tapi
semenjak kejadian ini, yah
Alhamdulillah gak ada, apalagi
terus digalakkan itu, saya
minta digalakkan sejak rumah-
rumah tuh jadi bersih gitu. Neh
sekarang neh, sekarang kan
bersih neh ya nyamuknya,
udah gak ada bersih-bersih
hehee,
Sepengetahuan masyarakat
di wilayah disekitar tempat
tinggalnya (Kel. Imunpuro
dan Hadimulyo Barat)
mempunyai riwayat kasus
demam berdarah baik
kesakitan maupun
meninggal dunia
Kegiatan
gotong royong
dalam rangka
pemberantasan
sarang
nyamuk
Susah
memang...(untuk
gotong royong)
Emh, kalo
masyarakat kami
sulit. Harus diajak
disuruh gotong
royong aja kadang
ngelimpir dia orang,
kalo yang bener
Ya sering sih
waktu itu disuruh
gotong royong,
bersihkan selokan
biar bersih
gitukan, seperti tu
bu RT, bu RT
kadangan
nyuruhke bersihi
selokannya, ya
Ya biasanya ada sih
diumumkan dari
lewat masjid kan
masyarakat hari ini
bersih bersih rumah
masing masing,
kaleng kaleng itu
airnya dibuang
dikubur, sampah
sampahnya kan,
Kalo tempat kami
orang ini loh, setiap
jumat bersih, setiap
jumat bersih itu
seluruh masyarakat
situ.. ya, pokoknya
diomongin di
lingkungan hadimulyo
barat, jumat-jumat
bersih gitu aja.
Biasanya tempat RT 23 juga
gitu sih, tapi itu dulu, sekarang
gak.. Dulu yaa, tiap-tiap tahun
inilah, tahun-tahun inilah, tapi
kalo sekarang-sekarang sejak
jadi kayak gini, RT nya
menggalakkan, harus bersih-
bersih rumah masing-masing,
yang sudah-sudah ada sih
setiap minggu bersih-bersih,
Sudah ada kegiatan
gotong royong di
lingkungan tempat tinggal
mereka, seperti jum’at
bersih dan tidak menutup
kemungkinan
dilaksanakan pada hari
minggu, akan tetapi
beberapa warga
masyarakat di wilayah
104
bener, bener bener
mau kerja tu
masyarakat yang
lama yang warga asli
orang situ, situ kan
rata rata banyakan
pendatang jadi kalo
pendatang kan kalo
dapet bantuan baru
mau, kalo gak dapet
bantuan sama sekali
gak ada yang mau
gotong royong, kalo
kami orang orang
yang asli, penduduk
asli, orang pinggir
ledeng itu
gitu..
Ya kalo pas bu
RT ngasih saran..
Ee dari rumah ke
rumah
yang punya rongsok
rongsokan tu
dibersihi
lingkungannya ya
gitu aja
O nggak paling
paling sebulan sekali
gitu
RT sama kelurahan
disitu.
rumput-rumput yang udah
tinggi-tinggi ditebangin, air
yang masih genangan itu
sudah dibilangin sama
masyarakat
penelitian sulit untuk
diajak dalam kegiatan
gotong royong khususnya
masyarakat pendatang.
Menurut informan cukup
melaksanakan bersih
rumah masing-maasing
untuk memberantas sarang
nyamuk
Pengendalian
DBD dengan
foggig
a. Waktu
pelaksanaan
b. Pihak yang
memberi
fogging
c. Penerimaan
terhadap
fogging
d.Kendala-
hambatan
Sempat kemaren pada
gak mau loh.. Pada
gak mau disemprot..
Entah napa, katanya,
nambah nyamuknya
nambah banyak..
Begitu dah disemprot
pasti nyamuk nambah
banyak, itu aja
Emm pernah sih
yah
penyemprotan,
semenjak ini gak
ada tuh
penyemprotan
lagi
Kayaknya tahun-
tahun ini sebelum
ada pemasangan
perangkap
Yah sebenarnya yah
tidak menganggu
sih, sewaktu dia
datang kita tutupin
semua, kan ya
itukan demi
kesehatan untuk
mem iniin penyakit
nyamuknya itu, kalo
saya tidak terganggu
Bukan, ada fooging
tapi bukan di RT saya
Pernah dulu, tapi
waktu masih
jamannya sekolah..
Iya, udah ada
sepuluh tahun lebih
hehee
Kalo saya, ganggu
sih, soalnya kan
yang kena cuman
untuk nyamuk gede
nya aja yang kecil
gak kena, jentik-
jentiknya juga gak
kena
Iya, soalnya kek
mana, udah
barusan masak,
Iya saya pernah, bukan daerah
sini ya, daerah lain ya, itu
setiap tahun tahun, habis
disemprot pengasapan itu,
malah banyak nyamuk, emm
malah banyak nyamuk. Tapi
kalo kayak gini-gini yah, gak,
berkurang gitu.
Sebagian besar informan
belum ada pajanan fogging
di 3 tahun terakhir ini,
menurut informan fogging
bukan merupakan cara
yang efektif untuk
membunuh nyamuk karena
nyamuk bisa bertambah
banyak, tidak mematikan
jentik, dan repot karena
efek racunnya. Akan tetapi
ada informan yang
menerima kegiatan fogging
karena demi kesehatan.
105
kena asepnya gitu
Model
pengendalian
demam
berdarah
melalui
penguman (di
masjid/mushol
a,rumah ketua
RT, dsb)
tentang hasil
pemeriksaan
jentik warga
Ndak Ya sebenernya
sebenernya itu tu gak
perlu diomongin,
kesadaran dari kita
kan kalo kita mau
bersih mau sehat ya
itu kesadaran kita
bersih bersihlahkan
yang sampah-
sampahnyalah,
kaleng kalengnya tu
yang perlu di inikan,
gak perlu oi rumah si
ini dibersihkan,
kesadaran dari diri
sendiri
Sama.. Kalo saya ya
mungkin kayak mbak
diana ya nggak usah
diomongin kita kan
nanti malu, harusnya
didatengin aja tu
rumah yang mengidap
jentik nyamuk, dikasih
saran ya pokoknya
dikasih penyuluhanlah
supaya jentik supaya
jentiknya tu gak ada
lagi, kan misalnya
diomongi misalkan
dikasih daftar rumah si
A nyamuk tu banyak
nyamuk ya gak etis lah
bu gitu loh, misalkan
rumah saya sendiri gitu
lah nanti dikasih tau tu
rumahnya Bu Atun
banyak banget tu
banyak jentik
nyamuknya terus
tetangga-tetangga pada
tau kan kita malu, ya
seharusnya kalo
memang rumah saya
ada, dari dari apa dari
kesehatannya langsung
datang sendiri ngasih
penyuluhan dikasih tau
Kalo saya mah gak
perlu diomongin
kayak gitu sih, jadi
kan nanti kalo
diomongin malah
malu, jadi
diomongin apa
individu aja..
Kalo aku mah
mungkin dikontrol
aja dikontrol tiap
hari, yang
pertamanya
seminggu sekali
didatengin tiap hari
ngontrol cek gitu
aja
Sebagian informan tidak
menyetujui atau menolak
adanya model
pengendalian DBD
melalui pengumuman
tentang hasil pemeriksaan
jentik malu rumah tangga
tersebut, cukup dengan
mendatangi rumah yang
positif jentik dan
memberitahu dengan
memberikan penyuluhan
sehingga RT tersebut
semakin sadar untuk
menjaga kebersihan
lingkungan rumah agar
tidak ditemukan kembali
jentik.
106
jadi biar karena gak
tau terus saya sendiri
kan kalo dikasih tau
kayak gitu kan enak
mbak bisa sadar diri,
oo rumah saya lebih
jorok dibanding
tetangga saya jadi saya
harus meningkatkan
lagi kebersihannya,
begitu mungkin mbak
Upaya lain
untuk
membasmi
jentik di
lingkungan
Kalo saya, pasang
perangkap masih
cuma ya yang
dikhawatirkan kayak
kemarin ya itu aja..
He e, dikontrol juga
Penampungan
pake bak, bak nya
satu ini nggak..
pokoknya sekali
abis gitu aja
Iya ya nguras
nguras gitu
Kalau saya bagusnya
tempat itu di waktu
posyandu kumpulan
ibu-ibu sama anak-
anak itu adanya
penyuluhan adanya
saran masalah DBD
kalau kita kan ada
yang ngerti ada yang
nggak ada yang
pinter ada yang
nggak ada yang
ngerti ada yang
nggak kalu nyamuk
DBD itu memang
perlu kita cegah
terus ada orangnya
cuex aja bodo lah
mau sehat mau
nggak sakit
terserahlah .......nah
itu maksud saya
diwaktu ada
Yah kalo pendapat
kami sih sama aja sih
sama bu Diana yah,
cuman bersih-bersih
sendiri kita wajib lah
pokoknya, rumah harus
bersih, selokan sama
parit itu harus
dibersihkan ........
minimal seminngu
sekali, terus terutama di
kamar mandi sama di
genangan-genangan air
itu rajin dibersihkan,
kayak paret itu di sapu-
sapu pake sapu lidi,
kayak bak mandi juga
rajin dikuras, seminngu
sekali, yah tergantung
ama kita sendirilah,
kalo kita kotor, kita
jorok yah pasti nyamuk
pada deketin sendiri,
Yah cukup bersih-
bersih aja sih,
bersih-bersih rumah
trus tempat
penampungan itu
aja.
Kalo tempat aku
mah Cuman pake
itu bak jadi sekali
abis aja
ya mungkin
diadakan itu ya
apa, kegiatan rutin
yang itu hukumnya
wajib satu bulan
sekali gitu
dilakukan gitu ya
dari RT nya ajak
gotong royong,
bersih-bersih terus
di apa ada ada acara
penyuluhannya tu
jangan jangan pas
Kalo saya mah gak ikut acara
acara seperti itu, Cuma denger
denger aja ikut ikut denger,
yang utama saya pingin tahu
apa sih itu: 'bu siti ini', saya
langsung nimbrung. ya bagus
seperti itu, kalo saya contohnya
gini, kalo ada penyuluhan
seperti itu kebanyakan dari ibu
RT nya sama posyandu, kita tu
saya gak punya anak kecil nih
Cuma ada ponakan aja apa
informasi dari kesehatan bu
gini gini gini, oh ya udah, nanti
saya menyebarkan bersih
bersih gini gini gini walaupun
saya apa ya masyarakat tu yang
tau yang paling cerewet disini
ni, yang paling sering mantau
tu saya memang gitu, sudah tu
saya sebarin, saya bilang sama
RT nya kerjaan mana tu ini,
udah tu kalo memang ada
Upaya lain untuk
membasmi jentik di
lingkungan informan
adalah dengan
mengadakan dan
memberikan penyuluhan
ke masyarakat untuk
membasmi jentik nyamuk,
seperti menggalakkan
3M+, menjaga kebersihan
lingkungan rumah,
penyuluhan ini biasanya
dilakukan pada saat
kegiatan posyandu,
dasawisma/PKK, dan
woro-woro kader ke
masyarakat khususnya
pada musim penghujan.
Pada umumnya informan
melakukan bersih-bersih
lingkungan rumah dan
menguras bak mandi agar
sebagai wujud kesadaran
107
kumpulan PKK atau
kumpulan posyandu
nah adalah
penyuluhan
kesehatan masalah
DBD apa itu DBD
pentingnya DBD
pokoknya yang
membahas tentang
DBD itu perlulah
Ya kalau menurut
saya ya baguslah ya
diadakan penyuluhan
terus ya sama kayak
ibuk tadi eem setiap
sebulan sekali apa
seminggu sekali jadi
masyarakat tu ada
He em bersih-
bersihlah ada
kegiatan timbul rasa
rajinnya kalau kayak
yang ada
penampungan uy
bersihkan
bersihkanlah airnya
tapi kalo kita sendiri,
berusaha hidup sehat,
hidup rajin, bersih ya
insya Alloh nyamuk
juga gak ada, trus kalo
aku sendiri pribadi,
dirumah kadang malah
pake itu mba, apa
itunya, obat apa itu,
seperti soffel, itu, aku
sering pake itu.
Kalo tempat saya di RT
04 ada tu PKK tapi
nggak mesti ya, kalau
setau aku kalau
misalnya ada tetangga
yang kena DBD gitu
baru kader PKK
langsung menerapkan
ada yang diberi
diberikan abate itu
butiran butiran kecil
untuk di air-air itu
Emmhh.. Kalo di RT 4
aku biasanya tu kalo
kumpulan posyandu tu
ya posyandu ntar kalo
di situ kan ada kader
dari kelurahan ngasih
tau kalo misalkan kita
harus rajin, harus apa
bersih bersih rumah ya
ada orang yang
terkena DBD gitu
nggak buk
maksudnya rutin
lah satu bulan
sekali atau dua
bulan sekali harus
diadakan
penyuluhan tentang
DBD itu sendiri
pengumuman apa ya maunya
RTnya tu tadi sama kumpulan
tu tadi kalo ada pengumuman
apa baru diceritain sama
masyarakat situ
jangan sudah ada yang sakit
baru kita bersih, jangan nah
mulai sekarang ini diadakan
bilang sama RT nya sebulan
sekali harus ada pembersihan
jangan ada yang sakit baru
bersih-bersih he eh gitu hehe
agar tidak ada jentik
nyamuk dilingkungan
tempat tinggalnya.
108
dengan cara dikasih
tadi bu apa abate itu
tadi bu kalo posyandu
itu, itu juga kalo
misalkan ada tetangga
atau RT lain yang meni
ada yang penyakit DB-
DBD, kalo nggak ya
kayaknya biasa biasa
aja kok, cuman dari apa
RT RT nya aja
penggerakkan
lingkungan sehat itu
setiap Jumat bersih
emang ada di RT 04
Imopuro cuman ya itu,
terutama ditanamkan
ke sama ibu ibunya
yang harus rajin bersih
bersih rumah gitu aja
Ya seperti organisasi
perkumpulan PKK ibu
ibu itu ya organisasi
PKK atau organisasi
Posyandu atau poster
kemarin kan diaktifin
sempat ada poster tu
nanti ada penyuluhan
apa dari dinas
kesehatan itu dateng
ngasih tau ngasih
penyuluhan ya kalo
menurut pendapat
masyarakat mungkin
109
itu bagus ya kita dapet
ilmu dan pengetahuan
dari DBD itulah ilmu
ilmunya
Penerimaan
masyarakat
dengan adanya
kunjungan
rutin kader
jumantik,
kendala, dan
harapannya
lebih bagus dari
timnya aja, kalo lebih
bagus dari timnya aja
langsung, kalo dari
umpama dari tau dari
RT dari RW masih
tetep ngenyel dia
orang, bagusnya dari
tim aja langsung..
dari pemerintah apa
dari mana gitu
Gak ada.. seneng
semua
alhamdulillah
Ya nggak nggak,
nyaman aja gitu, gak
gak merasa
terganggu
Emh tetangga juga
gak ada gak
terganggu, malah
seneng, jadi ada
pengalaman gitu
Ya kita malah
mengharapkan gitu
loh, ya jadi jentik
jentik di lingkungan
bersih, bebas dari
nyamuk.
Ya nanti kita dikasih
saran sama kadernya
kan, ya yang penting
air air yang
tergenang dibuang,
itu dikasih saran
saran begitu.
Penerimanya ya baik
sekali menerima,
mendapatkan ilmu
kan ini dilanjutkan
aja iya bener kata ibu
siti tadi masyarakat
kalo denger kek gitu
oh ini ada mau
kalo di
masyarakatnya ibu
RT nya kan pagi-
pagi itu, kadang-
kadang suka
ngomongin gitu,
kalo apa radak
ngeyel ya kadang
didatengin
rumahnya
Kalo saya malah seneng karena
di setiap rumah dia pasti bersih
bersih itukan di awal saya
bilang saya malah seneng
kegiatan ini diterusin jadi
rumah ke rumah tu bersih. Ayo
nanti ada jentik nyamuuuk, ya
udah bli ibu ibunya bersih
bersih, tapi kalo nggak ya
nggak, sekarang di diemin kan,
gak bersih bersih, ya udah
diemin aja, tapi kalo ada ada
tamuu, penyuluhan, ya udah
bersih bersih semuanya
(tertawa), kalo bisa diteruskan
kami senang, jadi rumah-
rumah tu bersih
Untuk kunjungan rutin
kader jumantik menurut
informan masyarakat tidak
menolak untuk didatangi.
Dalam kunjungan rutin
tersebut kader jumantik
selalu memberikan
informasi dan
mengingatkan warganya
untuk menjaga
lingkungannya akan tetapi
kembali ke kepribadian
masyarakatnya dan ini
sangat diharapkan
masyarakat agar terus
menjaga kebersihan.
diharapkan secara rutin
dari pihak PKM. Dinas
kesehatan, lintas sektor
seperti pihak kelurahan,
kecamatan, pamong-
pamong terlibat langsung
turun ke lapangan
menemui dan
mengingatkan masyarakat.
110
datang, langsung kan
bersihin kamar
mandinya, air air
cepet diganti,
mungkin dia merasa
apa nanti kalo
diliatkan, mungkin
merasa oh malu saya
jadi timbullah rasa
kebersihannya
ya mungkin kegiatan
jumantik ini
diteruskan loh buk,
diteruskan kan itu
kegiatan positif sih
buk trus
menguntungkan kita
bisa neliti rumah kita
ini jorok apa nggak,
ada jumantiknya, ada
jentik nyamuknya
apa nggak
Penerimaan
masyarakat
terhadap
pemasangan
perangkap
sticy trap
Bagus, bagus.. He’eh,
lengketin nyamuk
supaya nempel
Ya bagus, tidak
tergangu
Bagus .. Kami juga
nyaman sama
perangkap nyamuk
itu,gak ada gangguan
nyamuk, rumah
bersih
jadi saran saya
diteruskan aja
kegiatan
pemasangan jentik
nyamuk itu buk
Ya, kalo menurut saya
bagus yah, kita bisa
punya pengalaman,
tahu, trus punya
ilmunya sedikit
masalah DBD, yang
tadinya kita gak tau,
kasih air apa itu,
jeramih yah, dikasih air
jeramih itu kan
mengundang eh itu
yah, he’eh tadinya, tapi
Kayaknya sama,
bagus.. Praktek
perangkapnya itu di
posyandu kalo itu
ngasihnya di itu apa
namanya dirumah
Menurut informan
masyarakat sangat antusias
dengan adanya kegiatan
pemasangan perangkap
sticy trap, selain selama
pemasangan perangakap
rumah menjadi bebas
nyamuk, masyarakat juga
mendapat ilmu dan
pengalaman bahwa ada
cara yang lebih baik dan
alami serta murah untuk
111
berapa kali dipasang
tuh, ada yang kebuang
kan, ada yang kebuang,
ada yang kering sendiri
gitu, trus nanti kalo
selang sepuluh hari,
kader-kadernya kan
datang ke rumah,
meriksa itunya, ada
jentik nyamuk atau
tidak, nah kita jadi tau,
jadi berarti kalo dikasih
air jerami itukan,
nyamuk pada seneng
kesitu, gitu loh bu, jadi
kita ngerti ilmunya.
mengatasi nyamuk DBD
menggunakan air
rendaman jerami.
Harapannya kegiatan
pemasangan perangkap ini
dapat
diteruskan/dilanjutkan.
Pandangan
tentang
program 1 R 1
J
a.
Pelaksanaanny
a
b. Harapan
Kalo diberi tugas
satu rumah satu juru
jumantik kayaknya
belum, belum ada
kalo kayak dulu
penyuluhan dari
dinas ada
pemeriksaan apa
jentik-jentik nyamuk
ya ada cuma kalo
ditugaskan satu
rumah satu
Kayaknya belum
ada.. Kalau
mungkin sepuluh
rumah ditanganin
satu kader iya
Sama semua setuju
juga
Ya baik itu saya setuju kayak
gitu biar tau ada jentik
nyamuknya memang ada
nyamuk tapi nyamuknya ada
yang lebih bahaya ada yang
tidak kalau itu saya setuju
informan belum
mengetahui sepenuhnya
rencana kegiatan 1 R 1 J
yang akan digalakkan
Dinas Kesehatan kapan
akan direalisasikan, akan
tetapi ada beberapa yang
sudah mendengar apa itu 1
R1 J dan menyambut
positif kegiatan 1 R 1 1 J
112
E. Focus Group Discussion Masyarakat (II)
Pertanyaan I.1 I.2 I.3 I.4 I.5 I.6 Hasil Tematik
Tanggapan terhadap
penelitian yang telah
dilaksanakan
a. Pribadi
b. Masyarakat
alhamdulilah sih
seneng banget jadi tau
apa tau jentik-jentik
nyamuk yang
berbahaya yang bakalin
ngenain demam
berdarah terus ya
cuman kadang
kagetnya ini ya itu tadi
yang dibilang belum
berberes masih
berantakan sampe maaf
ya tempatnya
berantakan ehh ….kita
juga seneng sih..kita
jadi tau gitu …ya
alhamdulilah jadi kita
tau ke depannya bersih
harus bersih biar nggak
ada jentik nyamuknya
itu , ember-embernya
biar bersih
iya saya sangat
mendukung sekali
seperti kegiatan seperti
ini pokoknya diterusin
aja soalnya ya apa
namanya untuk
menambah wawasan
apa itu ibu-ibu kader
itu datang ke rumah
pas saya seneng sekali
ehh. iya, soalnya apa
namanya nyamuk itu
kan nggak Cuma
musim itu aja nah di
musim penghujan ada
lagi nyamuk lagi
banyak lagi
iya memang ya bagus
telatenlah orangnya bu
mar itu kalo dia…mbak
sudah dikuras? Ya
kadang-kadang…sudah
dikuras mbak? Belum
loh belum sempet
kemaren kan abis masak
apa gitu nah kemaren
kan tak abis kuras juga
nggak ada, bu mar nya
masih dia lihat gitu, lihat
langsung di bak gitu.
Nggak ada kayaknya kita
kuras…kalo bu mar
periksa pamit ya saya
belum sempet nguras.
saya pernah dengar
cuman yam au kita dikasi
perangkap itu….ngapa
sih dikasih-kasih
itu…kamu nurut aja loh
orang itu kan ngasih
makan tinggal tarok-
tarok kok kamu komen
tanggapannya ya
bagus buat
lingkungan di
sekitarnya karena
bisa membantu
lah bagaimana
cara membuat
perangkap terus
mengajari
bagaimana me
apa ehh
keterangan
tentang DBD itu
bagaimana terus
proses supaya
tidak ada apa
jentik yang akan
lahir ya, sangat
baguslah buat
lingkungan kita
Tanggapan saya sih,
saya bisa tau disitu di
rumah sini ya ada
nyamuk DBD nya,
sebelumnya kan saya
nggak tau. iya, jadi
ehh bagus sih
Masyarakat
menganggap
penelitian yang
dilakukan
(pemeriksaan rutin
oleh jumantik dan
pemasangan
perangkap) sebagai
hal yang positif.
Mereka menjadi
paham terhadap
manfaat
dilaksanakannya
kegiatan tersebut dan
mendapat
pengetahuan yang
baru terkait penularan
dan pencegahan
DBD.
Pengendalian DBD
dengan foggig
a. Waktu pelaksanaan
b. Pihak yang memberi
Ya.. mencegah lebih
baik he’eh
Kayaknya nggak
juga..(tanggapan
terhadap fogging
sebagai satu satunya
Ya.. harus kita
teliti ya.. ya teliti
gitulah pak nggak
cuman fogging
Kalo fogging kan
cuma sesaat ya
misalnya bersih aja
dulu itu kayak gitu
Meskipun dampak
yang ditimbulkan
oleh fogging cukup
merepotkan namun
113
fogging
c. Penerimaan terhadap
fogging
d.Kendala-hambatan
cara memberantas
nyamuk). Ya.. yang
lebih baik
mencegah…seperti
mengubur.. Ya..
kaleng-kaleng itulah ya
sama yang jentik-jentik
itu..
aja, harus teliti
semuanya..
ya.. kayak botol-botol
yang berisi aer kayak
gitulah.. dibalik,
dibuang dan dikubur,
terus menutup bak-
bak yang berisi aer,
kayak pakaian nih..
pakaian kotor jangan
digantung, nah itulah
salah satu contoh itu..
Pakaian .. pakaian
misalnya baru kita
pake kita gantung itu
otomatis dia nambat..
Iya.. karena bauk-
bauk..
masyarakat
menyatakan fogging
diperlukan untuk
mencegah penularan
dan disertai dengan
upaya mandiri
membersihkan
lingkungan.
Model pengendalian
demam berdarah
melalui penguman (di
masjid/mushola,rumah
ketua RT, dsb) tentang
hasil pemeriksaan jentik
warga
Setuju. Pembelajaran setuju Setuju. Kalo kita mesti
juga antisipasi
tetangganya berarti
jangan sampe jentik itu
malah ke tempat saya
gitu kan..
setuju setuju Kalo nggak
disentil ya
untuk contoh
gitu..
Model seperti ini
diperlukan agar
menjadi
pembelajaran dan
untuk kepentingan
bersama
Upaya lain untuk
membasmi jentik di
lingkungan
Contoh menguras bak
mandi
3M mengubur Siapa tau dia ngasih
solusi.. siapa tau
jentiknya nanti di kasih
obat ini kalo kalo saya
itu..
Nggak kalo saya
nggak..(merasa
dipermalukan)
Iya rutin,
seminggu tiga
kali lah terus
mengubur
barang bekas,
kalo ada yang
bisa di olah, di
olah barang-
barang itu.. itu
apa.. menutup
bak mandi
Upaya 3M masih
dianggap masyarakat
sebagai langkah yang
tepat untuk mencegah
perkembangbiakan
jentik penular DBD
114
yang berisi
aer.. udah itu
aja..
Penerimaan masyarakat
dengan adanya
kunjungan rutin kader
jumantik, kendala, dan
harapannya
Menerima…heeh Untuk kita tau.. taunya
apa.. yang mau ngenain
demam berdarah, yang
harus kita dengan
membasmi jentik-jentik
ya itu pak.. malah
seneng loh pak..
Nerima Kalo yang
sekarang ya kagak
nerima sih apa
repotnya kalo
cuma didatangi
mau liat kok..
Nggak keberatan Nggak rugi
juga hehe..
Nggak
merugikan kan
istilahnya..
Kunjungan rutin
jumantik untuk
melakukan
pemeriksaan
dianggap tidak
memberatkan dan
merugikan malah
justru membantu
mengawasi jentik di
rumahnya
Penerimaan masyarakat
terhadap pemasangan
perangkap sticy trap
iya tapi saya ngomong
saya Tanya kamu dikasi
perangkap itu ada
nyamuk nggak? Nggak
loh…berarti bagus aja
nyamuk berkurang. Ya
wajarlah kalo sore itu
nyamuk itu loh kebon itu
ada satu dua tapi
memang
berkurang…malah ada
yang nanya koq nggak
dikasi perangkap lagi ya
bikin sendiri cari sendiri
jerami di sawah banyak
Masyarakat
menganggap jika
perangkap yang
dipasang dapat
mengurangi jumlah
nyamuk yang ada.
115
Pandangan tentang
program 1 R 1 J
a. Pelaksanaannya
b. Harapan
Insha Allah nggak
(tidak keberatan).
begitu dikasi tau tadi
“pak itu cepetan
ditutupin itu tadi itu bu
RT itu ngomong bisa
bersarang nyamuk bisa
ada jentiknya itu
langsung ditutupin
sama bapaknya
Ooh berarti kita yang
nyatet ya pak ya?
berarti kita yang kerja
pak ya
Ooh jadi nanti
tugas kader
dateng sudah ini..
sudah kita ini apa
catat gitu ya..
ooo jadi nanti petugas
kader datang sudah
ini sudah kita ini apa
dengan itu ya
nah itu
kemarin bu
RT nya itu
bambu nya itu
bisa ada
airnya… nah
itu kemarin bu
RT nya itu
bambu nya itu
bisa ada airnya
Masyarakat tidak
keberatan dengan
program 1R1J
meskipun masih
menanyakan
bagaimana teknis
kegiatan yang
dilakukan.
116
F. Focus Group Discussion Kader Jumantik (I)
Pertanyaan I.1 I.2 I.3 I.4 I.5 I.6 Hasil Tematik
Tanggapan
terhadap
penelitian yang
telah dilaksanakan
a. Pribadi
b. Masyarakat
kami membawa
pertanyaan dari
masyarakat bahwa
kemaren, kenapa
sih waktu ada
perangkap nyamuk
kita ga dikasih tau,
apakah tempat saya
tuh ada nyamuk
apa? Apa? kok aku
ga dikasih tau dia
sangat
membutuhkan itu
mungkin kalo
dikasih tau dia lebih
hati-hati atau lebih
gimana gitu. Yang
kedua kenapa kalo
seandainya tempat
saya ada, ada jentik
nyamuk, kok ga
dikasih apa-apa ya?
Yang dua itu
pertanyaan dari
masyarakat
terimakasih.
kalo dari RT 32 bu.
Samalah dengan
ibu ini, karna
adanya kader
jumantiknya dari
jumantik ini
mereka
mengatakan yah
alhamdulillah
warga saya sudah
mengerti dengan
kesehatan dan
kebersihan. Gitu
aja terima kasih.
ini mau nanya ke
ibu, ibu itu mau
lanjut dipasang lagi
atau gimana bu? Ya
saya jawab nanti
saya tanyakan lagi
sama pak eko
kemaren itu kan
pas masang
perangkapnya
hanya di RT 12,
disekitar orang itu,
ini ada di paketin
lain kok kami ga
dipasang
perangkap begitu,
jadi itu kalo bisa
memang
diteruskan apa
atau bagaimana itu
bu? Terimakasih.
sama... sangat membantu
Ee pas ee kemaren katanya
sudah, sudah tidak ada kegiatan
lagi dari Mbaknya. Kami ke
rumah-rumah lagi, kami
mohong tolong diperja-
dilanjutkan, pun itu tidak ada
sehingga harus benar-benar.
Laju kemaren itu kami buat
sendiri..heheh...Tempat....Peran
gkapnya untuk itu. Dari aqua
besar itu, kami orang potong
nah kami orang kasih itu, nah
kami orang bagi-bagiin dengan
mereka. Nah ya itu, susah itu
Bu..
ditempat RT saya juga
gitu mba,
pertanyaannya itu ya
hasilnya itu ya gimana
mba gitu? Kalo
kegiatannya ini bagus
sekali, karena saya juga
setiap, setiap bulan
keliling dari 15 ibarat
dari RT 1 sampe 19,
kami berdua setiap
bulan memang keliling
gitu, dari 15 petimur
juga gitu mba, jadi
alhamdulillah, udah
banyak kesadaran
sekarang, semua itu
udah banyak sekali
yang udah ga make lagi
bak mandi itu,
alhamdulillah untuk
daerah mabes barat
untuk tahun ini engga
DBD alhamdulillah
moga-moga ya
seterusnya begitu.
sangat berterima
kasih
diadakannya
jumantik karena
itu sangat
membantu
warga saya
yang tadinya
tidak sehat
sekarang hidup
sehat terima
kasih.
Dengan adanya peneliitian
ini, dapat membantu kader
meningkatkan kesadaran
masyarakat di wilayahnya
dalam mengatasi masalah
DBD.
Sebagian besar masyarakat
di wilayah penelitian
mengharapkan penelitian
ini berlanjut dan meluas
cakupannya ke wilayah
diluar penelitian khususnya
untuk memasang
perangkap nyamuk (sticy
trap)
Riwayat penderita
demam berdarah
di wilayah
masing-masing
sejak tahun 2013
memang ada pernah
terdengar DBD,
memang itu positif
engga ada dulu kejadian tempat saya 2007
itu sampe meninggal, heeh, ya
pertamanya sih ia emang panas,
panas masih di bawa kerja
tahun 2015 kayaknya
kalo ga salah tempat
saya juga sampe ada
yang meninggal,
Beberapa wilayah kerja
kader mempunyai riwayat
kasus demam berdarah
baik kesakitan maupun
117
kita liat itu dari
darahnya ternyata
memang positif
DBD kami melapor
ke kekelurahan
terus diampaikan ke
kecamatan terus
besoknya di
fogging, terus
beberapa hari
selanjutnya banyak
terkena bukan
DBD, tapi
cikungunyah, nah
apakah itu sama
DBD dan
cikungunyah itu
nah heeh? Sekarang
itu sering banyak
terjadi cikungunyah
sekian terima kasih.
dengan dia kan, yaitu juga dia
kenanya diamana kita tidak tau,
pas dibawak kerumah sakit ya
itu, kena gejala DBD, setelah
kena gejala DBD ya kita semua
warga siap bersih-bersih yaaa
itu Cuma sampe seminggu, dia
meninggal
iya kalo dari puskesmas saya
melapor, ke puskes, kita orang
minta disemprot dulu, nah kan
di orang belum tau bener
semprotan itu ee untuk
mematikan atau tidak, tetapi kan
cuma untuk tidak mematikan,
yang tadi. Saya melapor terus
mintak ya udah, sebelum ee itu
sebelum mas eko kayaknya,
sebelum mas eko saya melapor
besoknya, sudah dikubur
besoknya baru dateeng, nah dan
itu ya fogging tadi. Nah yang itu
yang banyak yang susah kami
tanganin ini dari apa namanya
dari pabrik ongok.
pabrik ongo, pabrikk minyak.
Kan banyak ban-ban itu loh bu,
itu yang kami sudah selesai pak
lurah sudah turun tangan juga ya
tapi masih aja ya katanya sih
kendalanya ee setiap berapa
minggu sekali di ambil dengan
mobil lain gitu, ya tapi kan
sekarang istilahnya kn sekarang
katanya sih DBD tapi
kan dari dari pus, dinas
eh rumah sakit
langsung laporan sama,
pus eeh dinas terus
dinas lapor ke mba
diana, kan aku sama
mba diana PE ke
rumah yanng
meninggal itu langsung
hari itu juga aku sama
mba diana pe ke sana
Hasil PE nya mba
diana yang iniin aku ga
ini ga seberapa ini,
emang dia katanya
DBD memang, DBD..
di Fogging, terus
sebelahnya lagi ada
yang ini mba, ada yang
panas juga, diopname
juga, jadi langsung di
fogging fokus.
meninggal dunia, dengan
adanya laporan kasus DBD
di wilayah mereka telah
dilakukan intervensi
berupa fogging focus di
sekitar tempat tinggal
penderita.
118
ini musim hujan, kadang hujan
itu bergenangan di itu, yasudah
kami orang-orang kalo ga
ditutup tapi masih aja, itulah
kendala tempat saya itu bu.
Kegiatan gotong
royong dalam
rangka
pemberantasan
sarang nyamuk
kalo di tempat
kami setiap hari
jumat, itu pak lurah
juga ikut turun
tangan, bersih-
bersih lingkungan.
Cuma pembersihan
aja tiap minggu....
lingkungan...lingku
ngan pekarangan
rumah itu pak RT
yang bilang
ya hari minggu aja
kan hari minggu itu
bapak-bapaknya
juga pada dirumah,
ga kerja jadi kalo,
mangkannya kita
pilih hari minggu
aja gitu biar banyak
pesertanya
Kalau di RT. 23,
alhamdulillah
turun semua
karena itu untuk
kita semua untuk
warga kita semua.
Kalau saya, kalau
yang tidak mau
ikut yaitu kan
orang yang bandel
hehehe yang
susah kita temui
itu aja, cuman
sekedar ya
tetangga RT.
Sama Mba, itupun
kadang-kadang
takut emosi. Kan
saya kan manggil-
manggil pagi-pagi
“bangun-bangun,
keluar, ada
pengumuman”.
Itu pun pagi,
harus pagi.
Setelah itu
kadang-kadang
Pak Lurah dateng
itu yang kerja
ada sebulan sekali gotong
royong.
Iya tempat saya juga (sulit
memobilisasi masyarakat)
Tempat saya juga Mba,
kalo masalah gotong
royong itu ya kayak
gimana ya? Karena
tempat kami tu kan
dagang. Perempuan
laki semua dagang, jadi
ya harusnya dari sore
tu udah diomongin
gitu. Susah memang,
kalo di kota memang
agak susah masalah
gotong-royong itu.
Apalagi yang
rumahnya ada gerbang
itu, susah banget suruh
keluar. Susah mba,
kalo di kota saya rasa
semua sama lah.
Soalnya banyak
kegiatan juga mereka,
kecuali yang di Pemda,
mungkin kalo hari
minggu kan nggak
kerja gitu. Kalo tempat
saya tu orang dagang
semua. Susah
pokoknya agak susah,
tapi ya maklum karena
Tempat aku
sendiri
sebagian
banyak yang
ikut, sebagian
susah Mba kalo
diajak gotong-
royong. Karena
misalnya repot
segala macem.
Sudah ada kegiatan rutin
gotong royong, seperti
jum’at bersih meskipun
tidak menutup
kemungkinan dilaksanakan
pada hari minggu, akan
tetapi sebagian warga
masyarakat di wilayah
penelitian sulit untuk
diajak dalam kegiatan
gotong royong karena
faktor waktu yang
bertumburan dengan
pekerjaan, khususnya
pedagang, repot, dan sulit
untuk mengajak kelompok
ekonomi menengah atas
bergotong royong.
119
sudah pada gak
ada.
kan cari uang gitu loh
cari nafkah. Kayak
gitu.
Pengendalian
DBD dengan
fogging
a. Waktu
pelaksanaan
b. Pihak yang
memberi fogging
c. Penerimaan
terhadap fogging
d.Kendala-
hambatan
Memang pernah
dilaksanakan di-
fogging itu, tapi
seperti kita tahu
semua fogging itu
nggak efektif. Iya
jadi yang di-
fogging itu dia
maunya di tempat
yang terkena itu
jadi belakang
sekitar pekarangan
dia itu setelah itu ya
dia nggak mau.
Nggak, nggak mau
aku nanti rumahku
kena racun gitu kan
di-fogging.
Itu tahun 2013,
setelah itu nggak
ada lagi.
Ya sama sama
Mba Nurwaini,
makanya udah tau
semualah karena
kan kami setiap
bulannya keliling
ke seluruh. Jadi
udah tau semua
kalo fogging fokus
itu kurang efektif.
Yang lengketlah,
nanti nyamuk’e
mati ra mati.
kalau saya sih
menurut saya sih
fogging tempat
saya memang
banyak yang
ngeluh, janganlah
jangan sampe di
fogging, maunya 3
M + ituu , tempat
saya semua kayak
gitu.
Kalo waktu itu aja
pernah.....Pada
saat kasus aja ada.
sama buk
masyarakat saya
juga gak mau di
fogging, kaya buk
weni tadi buk
nurwaini, klau
bisa ada acara
yang lain ajalah
gitu, jangan di
fogging
Oh tidak ada itu. Kalo di luar
fogging ada. Kalo fogging
belum ada. (fogging diluar dinas
kesehatan)
Mati suri wae... He’eh
mati saat iku, nanti
malah mebal meneh,
katanya gitu.
He’eh nggak mau, dia
orang posisi lagi
masak, kadang posisi
lagi makan, terus
posisi repot gitu
kadang nggak mau.
karna kalau fogging
khusus kan cuma
membunuh nyamuk-
nyamuk dewasa, yang
jentiknya tetap hidup
dia mbak, jadi kita ya
lebih baik membunuh
yang jentik itu, dari
jentik itu kan gak jadi
nyamuk dia, kalau
nyamuk yang gedek
mati jentiknya masih
tetep masih berkeliaran
aja. Tetap berkembang
biak nyamuknya, kalau
yang dewasa mati kann
jentiknya masiiih terus
dia, dari kecil nanti
akhirnya jadi nyamuk
dewasa gigit juga.
Ada, ada yang
kemaren kena
DBD RT 13 itu
baru di-fogging
Bulan berapa
ya, bulan 5
kayaknya
Mbak.
Kegiatan pengendalian
DBD dengan fogging focus
pernah dilakukan pada
wilayah yang positif ada
kasus DBD, begitu ada
laporan kasus DBD
langsung dilakukan
fogging focus pihak
kesehatan (dinas
kesehatan/PKM). Sebagian
besar masyarakat tidak
ingin tempat tinggalnya
dilakukan fogging focus
karena hanya mematikan
nyamuk sementara saja
dan efek dari fogging,
seperti bau racunnya, dan
lantai menjadi lengket
tidak disukai masyarakat.
120
Model
pengendalian
demam berdarah
melalui penguman
(di
masjid/mushola,
rumah ketua RT,
dsb) tentang hasil
pemeriksaan
jentik warga
Kalo menurut saya
gini Bu ya.
Seumpamanya kalo
ada yang positif
DBD di koordinir.
Jadi cukup kita
bicarakan lewat
satu rumah aja
sama ini, kita
datengin intinya
cuman rumah
tangga itu. Saya
kira mungkin nanti
dia bertahap ya
nanti bilang sama
timnya juga nanti.
Saya rasa sama,
kalo ibu
mengumumkan di
kelurahan atau
dimana, saya rasa
jangan dulu nanti
dia malu malah,
males ikut
kegiatan gitu
Kayaknya kalo kata
saya nggak usahlah
Mbak. Soalnya kan
kalo nanti, nantinya
kan kita ada kegiatan
lagi, mereka nggak
mau. Ah malu, saya
dibikin malu kayak
gitu. Kalo menurut
saya sih, ntah temen-
temen yang lain, saya
nggak tahu. Kalo
menurut saya gitu
Menurut kader model
pengendalian DBD
melalui pengumuman
tentang hasil pemeriksaan
jentik warga tidak perlu
dilakukan karena akan
membuat malu rumah
tangga tersebut, cukup
dengan mendatangi rumah
yang positif jentik dan
memberitahu.
Upaya lain untuk
membasmi jentik
di lingkungan
Ya kita selalu
mengingatkan
setiap bulan ke
rumah penyuluhan
tentang DBD, itu
Bu. Terus yang
kedua di kader
Posyandu kita juga
dateng ke
Posyandu, jadi kalo
pas Posyandu itu
kita sambil
penyuluhan dikit-
dikit. Ayo ibu
jangan sampai kena
DBD apalagi ini
musim hujan. Ya
yang pertama M3+
Ya, bersih-
bersihlah hehe,
bersih rumah.
Ya kita adakan
kebersihan aja lah
Bu, kita coba ke
bersih-bersih
lingkungan, itu aja.
jadi kita disarankan
bersihkan rumah ya
pokonya bersih
bersih rumah lah,
sendiri sendiri gitu
yang penting
jangan sampai ada
yang tertinggal
ya kita adakan
3m+ saja, ya sama
lingkungan, sama
yang bersih-bersih
gitu lah
Ya sih saya
sebagai kader
juga, kader
Posyandu. Saya
juga RT. Ya setiap
hari kami kumpul-
kumpul ya kami
“tolong Bu
bersihkan rumah-
rumahnya, jangan
ada yang
bergantungan
baju. Bak
kalau saya solusi saya, solusinya
ikan, kalau dia seumpamanya
ada kolam tempat bak mandi,
tak suruh kasih ikan, ikan apa
aja, saya bilang begitu, gak usah
yang besar-besar, yang kecil aja.
Kadang-kadang dia kan ada di
ledeng tu, masukin dengan dia
gitu
kalau yang masalah DBD ini
gak gak mesti sebulan sekali
sih, sekali lewat bersih bersih
kita kasi tauu. Kuras bak mandi
lah intinya suruh bersih-bersih
karna kan kemaren sebagian ada
yang gak mau juga, mungkin
dari setelah dikasi tau ya
alhamdulillah dia mau
Sama. Kita sebagai
kader ya mungkin
harus meneliti rumah-
rumah dari rumah
lainnya
begini mbak
tiap bulan tu
ditempat saya
kan ada
dasawisma, jadi
kita ada
penyuluhan
tentang DBD,
kita melihat dari
buku panduan
itu kita kasi tau
ke teman-teman
kita yang ikut
dasawisma
supaya bisa
membersihkan
rumahnya
masing-masing
Kegiatan yang pada
umumnya dilakukan adalah
dengan memberikan
penyuluhan ke masyarakat
untuk membasmi jentik
nyamuk, seperti
menggalakkan 3M+,
menjaga kebersihan
lingkungan rumah, juga
memberi solusi dengan
memelihara ikan pada
tempat penampungan air,
memberi solusi untuk
mendaur ulang barang-
barang bekas agar tidak
menjadi tempat
perkembangbiakan jentik
seperti menjadikan bekas
121
itu yang diinget ya.
...terus yang untuk
mengatasi seperti
biar ga terkena
jentik nyamuk,
aqua-aqua diruma
Pak Saleh. Kami
kan ketua KWT di
RT, KWT itu
Kelompok Wanuta
Tani. Nah itu botol
bekas aqua gelas itu
untuk menyemai
tak suruh kumpuli
untuk menyemai
tanaman, karena
dibawahnya itu kan
dilobang-lobang,
saya kumpuli di
tempat KWT untuk
menyemai
tanaman... iya
digunakan lagi
kalau ga percaya,
boleh tanya ke
warga saya,
hahahaha.
tempat RT saya
positif ya, karena
selain kita
penyuluhan itu kan,
oh iya kita ini di ini
terus sama bu RT.
mandinya tolong 2
hari sekali atau 3
hari sekali
dikuras”. Ya
itulah kalo saya
tiap perkumpulan
PKK ya saya
ngomong kayak
gitu. Tiap ada
Posyandu ada
sebulan sekali kan
Posyandu ya saya
omongin “tolong
ya ibu-ibu ya jaga
di rumahnya jaga.
DBD. DBD tu
bahaya. Kalo yang
ada itu punya pot-
pot” saya bilang
“kembang,
tolong..
dibersihkan, kalo
ada airnya
dibuang.”
Itu penyuluhan
dari eee. Ini kan
apa namanya kalo
kader kan ada
itunya. Setiap
habis selesai
Posyandu, kita
harus ada
penyuluhan
sedikit gitu ke
itu biasanya
kalau DBD 2
bulan sekali,
setiap buat
bulan pertama
itu buat mulai
aja gitu
aqua gelas menjadi pot
penyemaian tanaman.
Penyuluhan ini biasanya
dilakukan pada saat
kegiatan posyandu,
dasawisma, dan woro-woro
ke masyarakat khususnya
pada musim penghujan.
122
Kalau kita ke
rumahnya sudah
pada takut datang
kerumahnya itu.
Sudah siap-siap
jentik nyamuk
dimatiin udah siap-
siap. Kami
mengumumkannya
bu "ini musin
hujan", di mushola
kami umumkan ini
musim hujan atau
nanti kalau ada
kader, oleh kader
setiap harilah
membersihkan
tempat-tempat
rumah yang banyak
gantungan baju itu
ya tolong jangan
sampai ada
gantungan lagi. Jadi
tidak diserang
nyamuk DBD lagi,
karena nyamuk
DBD sebelah
rumah bersih-bersih
tapi sebelah rumah
lainnya tidak, kan
percuma. Nanti
nyamuknya terbang
lagi
masyarakat ya buk
ya?
123
Penerimaan
masyarakat
dengan adanya
kunjungan rutin
kader jumantik,
kendala, dan
harapannya
masyarakat yang
bandel... namanya
juga manusia
kalo dari dinas
kesehatan...Dinas tu
dari tiga bulan
sekali kita diadakan
sosialisasi kader
pertemuan seluruh
Kegiatan
puskesmas.
dari lokmin itu kan
terdiri dari
perangkat tokoh
masyarakat, kader
posyandu, dari
dinas terbentuk
instansi-instansi
RW, RT nah disitu
eh penyuluhan itu
nglewat lewat disitu
lah dari dinas
kesehatan
puskesmas itu ehh
mengasih
penyuluhan agar
ehh memberi
contoh berbuat eh
yang masalah
kebersihan eh
masalah yang DBD
tadi ya diwakilkan
sama kader-
kadernya. Kecuali
ada juga yang
nerima ada juga ga
nerima, susah bu,
jadi kita ngomong
lnya kekmana ya,
udah capek, kita
udah ngomong
berkali-kali kadang
ya kalau tiap
ketemu "bu tolong
ya bu, ini demi
kesehatan ibu".
Kadang ya dia
denger tapi kek
mana gitu dia, ga
dijalanin apa. Terus
kan sering di sering
ada ada jentik
apalagi tempat
bapak Pak Saleh itu
loh. Emang sih
cuma dia aja ya
yang ada bak apa
mamanya kayak
drum gitu bu, itu
tempat ikan gatau
ikan apa, banyak
disitu ditemui sama
bapak siapa ya,
namanya siapa ya,
yang meneliti sama
saya jalanin... pak
herdi...
kalau gak kenal
dia memang gak
mau, karna aku
orang situ..
iya, kadang dia
takut, kalau cina
kan kita jarang
ketemu, kalau
ketemu pasti, aku
kalo pas keliling
ini kan juga
sekalian, pas ada
orang itu
kebetulan cepet-
cepet aku...
cepetan, kalo ada
orangnya pasti dia
mau, kita maksud
ada juga yang
mintak mbak
SPTnya mana, oh
maaf karna saya
ini kegiatan setiap
grup setaip bulan
jadi kayanya gak
perlu juga SPT,
kecuali kalo
kegiatannya
setahun sekali,
nah perlu SPT,
melibatkan orang
banyak juga kan,
kalo ini memang
saya kader
....tadinya kan gak mau mbak.
Kata dia yang lain aja, begitu
disebelah tau denger, kan yang
depan dan belakang gak ada.
Kok bagian kita gak rin? Gak
tau katanya dia di RT 12 dulu,
gak tau kalo selanjutnya. Kalo
ada juga kami mau, gitu katanya
buk
kalo saya meminta setiap bapak
turun apa dari puskes gitu lo,
apa dari kelurahan turun jadi
kita tau mbak ohh nanti ehhh
ada yang dateng kesini kan enak
laju masyakarat ada inisiatif
mau bersih-bersih terus gitu.. ya
nggak setiap bulan ehhh
beberapa bulan sekaliii
gini kalau kek gitu dari
anu dari pribadi
masing-masing ya
mbak mereka itu.
Sebenarnya kami kader
ya udah nggak usah
ngomong setiap kali ya
mbak. Ya tergantung
manusianya, kalau
masalah kebersihan,
sampah sudah
seminggu 3 kali kurang
apa lagi pemerintah?
Kan diambil loh tinggal
kita bawa aja kedepan.
Tapi ya itu kembali
lagi ke dirinya masing-
masing. Susah keknya.
kalau menurut
saya gini mbak,
kan kalau saya
memang kader
jumantik jadi
saya sudah
dikasih apa,
topi seragam
jumantik itu
sama tas sama
senter, setiap
bulan saya satu
RT tu harus
semua selesai.
Jadi kan tiap
hari, tiap
periksa itu
semua, dari
kamar mandi,
wcnya,
semuanya. Kan
sepal, sepalnya
kan ditanya apa
nih, semua saya
lihat dari
samping rumah
kanan kiri
belakang semua
pokoknya diliat
jadi itu lebih
efektif lah
kayanya kita
kan meriksa
bener-bener
Untuk kunjungan rutin
kader jumantik masyarakat
tidak menolak untuk
didatangi hanya pada
kelompok cina yang sulit
untuk dikunjungi
rumahnya. Dalam
kunjungan rutin tersebut
kader jumantik selalu
memberikan informasi dan
mengingatkan warganya
untuk menjaga
lingkungannya akan tetapi
kembali ke kepribadian
masyarakatnya. Untuk itu
kader mengharapkan
secara rutin dari pihak
PKM. Dinas kesehatan,
lintas sektor seperti pihak
kelurahan, kecamatan,
pamong-pamong terlibat
langsung turun ke lapangan
menemui masyarakat.
124
nanti ada yang
bermasalah dengan
DBD itu mungkin
dia langsung terjun
gitu. Kalo gitu yang
penting kita ada
laporan karena
kader-kader
kecamataan itu
sudah pinter-pinter
semua buk jadi dia
percaya sama
kader-kadernya.
Kecuali dia ada
masalah yang tidak
bisa diselesaikan eh
dikader jadi kita
lapor jadi dia terjun
gitu.
ya gitu buk,
masalah masyarakat
tergantung
masyarakat seperti
yang udah tahu kalo
masyarakatnya
sudah pada tahu
semua buk, karena
semua dilibatkan
tokoh msyarakat
RT, RW yang kita
sampaikan kita
sampaikan ke
masyarakat gitu
beberapa bulan
sekali adaa yang
turun (pihak
kesehatan)
ya saya minta dari
dinas kesehatan
juga ke masyarakat
yang kurang
mampu jadi
masyarakat itu jadi
percaya
sepenuhnya gitu, ya
mungkin kalo dari
RT nya aja dia
kurang percaya
buk. Mungkin dri
dinas kesehatannya
dia percaya takut
juga gitu buk iya
masalah jentik-
jentik nyamuk kan
kalo dari dinas nya
itu kan lebih
mendetail
pertanyaan nya tu
jadi dia mengerti
paham.
jumantik tiap
bulan coba tanya
ke RT ini pasti
saya kesitu,
kayaknya gitu aja
mbak. Kan
mereka lebih anu,
malu juga tiap
bulan didatengin
gitu
ya he eh kalo kita
mau ngomong
sendiri ke RT nya
itu nggak di
gubris, mungkin
kalo dinas
kesehatan nya
langsung kan
dapat dipercaya
takut gitu lo, jadi
kalo dari kitanya
sendiri susah
gitu lo mbak.
Kalau ada
kaleng-kaleng
tak itu suruh
buang. Kalo
gak dipake
mendingan
dibuang, kalo di
kota itu buk
banyak, tiap
hari hampir
setiap hari ada
tukang
rongsokan,
rongsokan kan
harusnya gak
ada ya kek gitu,
harusnya gak
ada. Soalnya
setiap hari
tukang
rongsokan,
terus bak
sampah itu
setiap seminggu
tiga kali
lewatnya. Kalau
memang wajib
pasti dia gak
punya yang
kotor-kotor itu,
bekas-bekas itu
kan harusnya di
buang. Jadi kalo
125
aku tiap bulan
setiap rumah
semua
diperiksa.
Paling ya
tempat cina-
cina yang
paling susah
tempat mbak
rina itu.
gak tapi
maksudnya dia
takut kan, dia
takut sama kita
iya gitu turun
apa dari dinas,
apa dari mana
ehh...bagus gitu
kan, kita kan
jadi seneng
didatengin gitu
lo
Pandangan
tentang program 1
R 1 J
a. Pelaksanaannya
b. Harapan
oh iya, kan ada
kegiatan satu
rumah satu kader
jumantik itu, yang
sekarang cuma
belum ada
pelaksanaannya,
belum ada
realisasinya
masih dalam
rencana, udah
sosialisasi satu
rumah satu
jumantik, mungkin
Insyaallah itu
kalau sudah
berjalan
Insyaallah.
jadi banyak yang
nanya buk RT
(bising) saya kan
kurang tau itu kan
puskesmas
posyandu saya
katakan jumatik
nanti kalo
seandainya ada.
belum berjalan ya kayak
kemaren kita ini
satu rumah satu
jumantik, itu
programnya
dari dinas
kesehatan.
Kader belum mengetahui
sepenuhnya rencana
kegiatan 1 R 1 J yang akan
digalakkan Dinas
Kesehatan kapan akan
direalisasikan, akan tetapi
kegiatan ini sudah di
sosialisasikan ke kader.
Dengan harapan dapan
berjalan di masyarakat.
126
G. Focus Group Discussion Kader Jumantik (II)
Pertanyaan I.1 I.2 I.3 I.4 I.5 I.6 Hasil Tematik
Tanggapan
terhadap
penelitian yang
telah dilaksanakan
a. Pribadi
b. Masyarakat
Sepertinya sama
buk kalau
tanggapannya
istilahnya
tanggapannya
positif terkadang ya
memang ada 1 2
yang mungkin lho
kok di suruh
bersih-bersih lagi
aduh ini kyak mana
lom sempet ini
udah mau di survei
lagi,tapi ya itu tadi
tanggapannya
positif bener terus
istilahnya suruh
lanjutin lagi
mungkin istilahnya
bagaimana caranya
nanti istilahnya kita
sering apa bersih-
bersih bersama
mungkin ya dengan
cara kita gotong
royong gimana kita
ya pokoknya kita
jalan terus gitu
walau pun
istilahnya ini apa
kalo yang terjadi di
tempat aku itu
mereka langsung
nemuin suami dia
memperjelas
kegiatan ini ada
izin gak dari
pamong gitu,lho ya
izin lah orang yang
jalani istri saya lho
heheh enggak lho
kayak gitu kan
emang ada warga
yang memang
kegiatan ini ada
izin gak gitu dari
pamong kegiatan
ini eeee sama siapa
aja di belakang-
belakangnya
mereka itu kan
kemaren kan
namanya orang
ingin tahu apa lagi
perjalanan ini
bukan hanya
sebulan dua bulan
empat bulan itu sih
yang sering di
jelasin datenglah
tanggapan dari warga
RT 08 itu alhamdulilah
bagus,bagusnya mereka
senang pak senangnya
dengan adanya
perangkap itu mereka
jadi waspada,kemaren
memang ada yang
positif nyamuk DBD
dan mereka sudah
takut,takutnya
begini...begini..nanti
saya kena...nggak
nyamuk itu kan terbang
bukan menggigit kita
tapi kalau kalian tidak
bersih-bersih
nyamuknya akan
menggigit kalian
dengan itu juga mereka
alhamdulilah
antusias,dari kelompok
saya sendiri senang di
datangin memang ada
sebagian dari warga ada
yang kurang
paham..ada pak,tapi ya
setelah itu kita kan
harus beri masukan
terus,kalau kita tidak
disitu hanya
menantu kan dia
dari daerah lain
kebetulan dia kan
mau dan antusias
untuk ikut
kegiatan ini, nah
kan ada banyak
yang belum kenal
sama dia itu dia
tantangan dia di
situ ketika datang
orang itu siapa
sih kamu....gitu
kan bahkan
pernah ada yang
kayak mbk siti
mariyana seolah-
olah mau minta
sumbangan ya
makanya dia
sering mengeluh
susah... hahaha ya
kalo itu kan
mungkin
tantangannya
karena orangnya
gak terlalu apa ya
cuek ya...yang
pertama gak mau
Alhamdulilah kalo untuk di
RT 1 sudah terjadi perubahan
sikap biarpun itu sedikit-
sedikit istilahnya mereka
memang dari awalnya begitu
kami dateng begitu banyak
pertanyaan apa sih
ini,,dibawah naungan siapa?
tujuannya untuk apa? program
ini kan untuk mereka asing,
asing memang mereka belum
beberapa kenal dengan ya
benar kata buk atin kita
berbicara baik-baik kita juga
membeberkan segala macem
segala macem terjadi
perubahan sikap dari mereka
yang tadi nya memang di
tempat aku tu nyamuknya tu
nyamuk kebon yang banyak
terus sebagian orang juga
memang kurang bersih-bersih
tu memang kalau kita untuk
gotong royong memang agak
sulit tapi makanya di bilang
kami 4 kader itu begitu dateng
mereka sudah nunggu buk
jadwal kami kalo nggak jumat
sabtu kalo jumat kami nggak
dateng mereka sabtu,,hee alah
Ya alhamdulilah kalo
welcome dan tidak itu
pasti ada dengan orang-
orang yang tertentu
mungkin, kayak
kemaren tempat pak
muhamad karena
beliau masih baru dia
sudah faham sama saya
dia udah tau saya tapi
belum pernah bertatap
muka jadikan kayak
kemaren sempet saya
di ambilin uang 5000
kasih aja biar pergi gitu
kan haha (ketawa
masal). ya sama siapa
ya pendamping
pertama kali itu na
yang ibarat nya...tapi
pada dasarnya sudah
mengenal saya dari
saudaranya gitu kalo
mbk siti maryana tu
gini..gini disitu udah
tau Cuma kan belum
pernah bertatap muka
jadi waktu itu petama
kita kunjungan sempet
diabaikan begitu kalo
Meskipun pada
awalnya sebagian
warga acuh tak acuh,
mempertanyakan izin
kegiatan, tidak
memahami, dsb
namun seiring
berjalannya waktu
masyarakat menjadi
paham tentang
maksud kegiatan ini
dan mengharapkan
masih terus berjalan.
127
udah selesai ya
mbk ya mungkin
udah selesai atau
belum tapi kita
masih lanjut
istilahnya untuk
bersih-bersih
sambil kita nanti
masang parangkap
atau kyak mana
kita lanjutkan
ke rumah itu nanya
gitu kan kyak
mana gitu pak kok
ini di datengin
terus ya kegiatan
ini di bilangilah
untung di bilangin
agak pinterlah dia
menjelaskannya ini
dibawah ini
kementerian
kesehatan dri
litbangkes lembaga
penelitian dan
pengembangan
kesehatan dari
baturaja sudah izin
dari kami pamong
sudah izin dari
puskes mereka pun
bekerja sudah di
ketahui oleh
walikota sudah izin
dari ini resmi
silahkan ibu jangan
takut ini
kegiatannya
memang bukan
kegiatan yang asal-
asalan mereka
sempet nanya sama
hata gitu lho
kegiatan ini apa sih
ya namanya
bersih-bersih
rumah,rumah kita kan
akan kotor dan akan
ada nyamuk itu akan
menggigit kita jadi ya
ada kadernya takut ya
gak usah takut kalo kita
berani ngomong
mereka akan tau
mereka akan ngerti
dengan kebersihan
terutama 3M plus
welcome pak minta lagi
kapan trus yang di RT
sebelah juga marah pak
kenapa RT saya tidak di
datangin maaf ya ibu..
RT 7 lah yang RT 33
RT 04 itu ada yang
minta pak kok tempat
kami tidak di datengin
saya bilang ya dengan
ketawa ya mungkin
kalo kasarnya ngomong
kalo arisan itu di
goncang yang dapet itu
RT 8 saya bilang begitu
gak antusianya dengan
warga saya
alhamdulilah pak
alhamdulilah welcome
dan senang dengan
senang nya itu setiap
bulannya itu kami di
ada yang gak mau
gak boleh di
masukin rumah
nya ada,ya
pokoknya rumah
yang berpagar-
pagar gitulah trus
dia ngeluhnya
juga ada yang
membolehkan
tapi sewot gitu,
tapi Cuma itu
yang ngeluh yang
lain kayak nya sih
baik-baik aja,
aku kemaren dah nunggu-
nunggu lho kamu kok nggak
dateng kata dia begitu kan itu
di rutuk buk begitu trus
akhirnya peribahan sikap buk
tolong ya buk itu di babati ini
dinding..oh ya buk,,buk tolong
ya buk..sedikit-sedikit adalah
perubahan sikap perubahan
prilaku hidup mereka untuk
menuju yang lebih sehat itu
ada memang Cuma ya
memang bener kata buk atin
kendalanya memang kalo
dateng kadang kami apa lagi
kalo dateng nya jam 4 gitu ya
buk di cemberutin hahahaha
gitu bener
lah...assalamualaikum buk,
walah dateng lagi hahha
(ketawa rame2) ya masak-
masak aja lho buk kan kami
meriksa, ya udahlah sana
periksa sendiri saya mau
masak katanya, ya udah gak
apa-apa monggo aktivitas
kalian di kerjakan kami juga
mengerjakan aktivitas kami
kata ku gitu kan memang
namanya kita berbeda suku
berbeda watak memang sudah
terjadi memang tergantungnya
diri kita sendiri yang maunya
menjekaskan pada mereka itu
yang selebih nya
alhamdulilah welcome
sekali karena merasa
apa ya yang tadi
intinya gimana sih
membersihkan bak
mandi yang bener gitu
trus memilah-milah
barang bekas atau
gimana awalnya kan ya
Cuma kalo
menyampaikan di dasa
wisma kan gak fokus
klo kita datengin tiap
minggu kan intinya kan
pada welcome nya
disitu alhamdulilah
merasa bermanfaat gitu
dengan adanya
kegiatan itu saya rasa
cukup.
128
mungkin orang ada
rasa kawatir ya pak
namanya sekarang
lho di datengin tiap
minggu mungkin
orang agak was-
was
PKK di ajarin juga akan
tetap woro-woro
tentang 3M plus untuk
perangkat ini kami
tetap berjalan kok pak
sayang kalo gak ada
kesadaran mudah-
mudahan untuk tahun
2018 bebas dari
DBD,terimakasih
sih alhamdulilah nya mereka
menanggapi dengan positif
gitu sampai sekarang juga
iya,kok tempat aku gak di
pasang perangkap lagi wes
sudah tuntas besok lagi
alhamdulilah lah itu yang dari
tempat aku.
Riwayat penderita
demam berdarah
di wilayah
masing-masing
aalhamdulilah....
gak ada (jawab
rame2)
terakhir 2014 seingat saya
tahun 2017
Penularan DBD
masih terjadi namun
beberapa tahun
terakhir menunjukkan
penurunan.
Kegiatan gotong
royong dalam
rangka
pemberantasan
sarang nyamuk
Ya itu istilahnya
dari kami ke kami
itu ada yang
nyampekan yuk
kita bersih-bersih
itu kahirnya bapak-
bapak mengikuti
gitu, akhir nya
rumah ke rumah
Jumat sama
Minggu.. kalo dari
kantor tu kita kan
jumat, kalo
masyarakat kan
Minggu ya.
Minggu ke
masyarakatnya,
paling nggak depan
rumah sendiri kan.
jum’at sama minggu
kalo dari kantor tu kita
jum’at kalo di
masyarakat kita minggu
walaupun Cuma depan
rumah sendiri itu ya.
Tapi tobat kami pak..
masalah sampah.. kalo
terang-terangan kalo
tempat kami ni sampah-
sampah.. kalo tempat
saya mana yang
sebenernya sampah itu
nggak boleh di bakar,
sebenernya ya pak ya..
tapi gimana ya pak
namanya masyarakat
akhirnya kami bakar
sempet tapi yang di
nunggu woro-woro dari
kelurahan hahahaha ya kalo
yang masing-masing itu gak
bisa di ini in...kayak kemaren
ini termasuk tempat pak RT
itu, itu minggu kemaren
Itu yang kayak tempat
saya, perbatasan kan..
tempat saya kan eeh
jalan gede itu mau
masuk itu kalo lewat
sebelah sini dari
sesahraja itu perbatasan
antara Yosodadi dan
Yosorejo, itu kan
pernah menjadi
keributan yang (sambil
tertawa) cukup ekstrim
itu karena kan sampah
tadinya kan di buang
disini, sekarang
ditulisin di kasih
bacaan itu kan
sekarang nggak ada
yang buang di sebelah
Pelaksanaan gotong
royong biasanya
diarahkan oleh
pamong setempat
(RT/RW)
menyesuaikan dengan
mayoritas aktivitas
warga. Membuang
sampah pada
tempatnya belum
disadari sepenuhnya
oleh warga.
129
tempat pak RW kami
sendiri pak..
wallahu’alam bener
pak.. pegawai negeri
semua pak.. itu disitu..
sini, buangnya di
sebelahnya lagi ya itu
kan (sambil tertawa)..
padahal yang buang
ada yang sebagian
orang Yosorejo.. begitu
kan.. hehe..
Pengendalian
DBD dengan
foggig
a. Waktu
pelaksanaan
b. Pihak yang
memberi fogging
c. Penerimaan
terhadap fogging
d.Kendala-
hambatan
Mengeluhnya dia
tempatnya kotor,
asapnya.. ya itu ya..
dinding juga itu
nempel pak.. ya
itu.. banyak yang
bilang jangan di
fogging lagi, kita
jangan seperti ini
kalo bisa dengan
cara lain.. setelah
ya ini ada cara lain
eeh ini kita jalan..
ya Alhamdulillah
oleh masyarakat ya
Alhamdulillah kita
diikuti.. Pokoknya
fogging dia nggak
setuju karena itu
tadi asapnya di
makanan juga
nempel
Iya.. jentiknya masih
bertahan. 5 bulan aja
masih bertahan telornya
hehe. Kemarau masih
bisa hidup kayaknya..
Apa bau asapnya itu.. buat
pusing kepala ya
Keknya 2015 kalo
fogging itu.. karena
kami sering
mensosialisasikan
bagaimana di
dasawisma, PKK dan
posyandu itu
bagaimana fogging itu
istilahnya tidak..
ibaratnya tidak
mengatasi yang jentik-
jentiknya itu hehe..
Iya.. tapi setelah kami
menjelaskan kalo di
fogging tu gini gini
gini akhirnya terus ya
kita akhirnya
menyarankan lebih
baiknya gini gini gini
ya akhirnya
Alhamdulillah nggak
ada permintaan lagi
untuk fogging..
Secara umum
masyarakat tidak
meminta untuk sering
dilakukan fogging,
dengan alasan
dampak dari asap
fogging yang dapat
mencemari makanan,
lantai, dinding dan
seluruh bagian
rumah. Sosialisasi
mengenai
pelaksanaan fogging
yang benar juga
disampaikan oleh
kader ke masyarakat.
Model
pengendalian
demam berdarah
melalui penguman
Sebetulnya bagus
ya. Kita
menyampaikan
dalam pertemuan..
Iya bagus.. Harus loh pak.. biar
mereka tu menyadari
ooh berarti rumah saya
ini ada nyamuknya..
Ya kalo mereka
yang menerima,
kalo mereka yang
nggak menerima?
Dengan
mengumumkan hasil
pemeriksaan jentik di
tempat-tempat umum
130
(di
masjid/mushola,
rumah ketua RT,
dsb) tentang hasil
pemeriksaan
jentik warga
ntah itu dasawisma,
ntah itu PKK, ntah
itu pengajian, itu
lebih baik kita
nyampaikan itu
aja.. kayaknya kalo
kita memampang
nama mereka yang
istilahnya udah
bener-bener ada
nyamuknya, aduh..
nama saya
dipampang.. Itu loh
maksudnya pak..
takutnya kan kita
yang kena gitu
kan.. gapapa sih
sebenernya kalo
kita kena, kita
harus lebih
mendorong kan
seharusnya seperti
itu.
Kalo pendapat saya sih
di pampang di tempat
pak RT atau pak RW
itu gapapa pak karena
biar mereka itu sadar
loh untuk kebersihan,
kan satu rumah satu
kader jumantik nggak
mungkin pak kita kader
ini mau setiap minggu
kita iniin, ya kemaren
itu saya foto itu saya
umumkan itu nama di
PKK.. Alhamdulillah
mereka tidak marah
kok pak.. antusias ooh
berarti rumahku ada
itunya ya.. kata dia ooh
berarti aku harus
begini.. ya nggak apa-
apa pak itu menurut
saya pribadi..
Kita juga yang
jadi sasaran..
karena dia malu
karena nama dia
terpampang
disitu..
Ada lebih
baiknya kita
ngomong
pribadi..
ngomong pribadi
sendiri..
dapat memunculkan
rasa malu bagi
pemilik rumah (yang
positif jentik)
sehingga akan
memicu perubahan
perilaku untuk
menghindarkan
tempat penampungan
air sebagai habitat
jentik. Di sisi lain
model pengumuman
ini justru dapat
mempermalukan
warga sehingga
pendekatannya
cukuplah dengan
menginformasikan
langsung ke kepala
keluarga yang
rumahnya ditemukan
jentik.
Upaya lain untuk
membasmi jentik
di lingkungan
saya pribadi dirumah
saya pasang kelambu
daripada pesawatnya
nganging nganging
hehehe pake losion iya
kan
ada itu pohon selain lavender
yang bisa mengusir nyamuk
itu. dia bunganya agak putih
pak batangnya agak tinggi itu
ada ee
ikan cupang. apalagi ya
e apa apa yang kemarin
itu apa kayak
tumbuhan itu loh e
pohon lavender
Ikan cupang dapat
menjadi salah satu
upaya pencegahan
agar terbebas dari
jentik nyamuk.
Pandangan
tentang program 1
R 1 J
a. Pelaksanaannya
b. Harapan
kalo menurut saya
si iya setuju setuju
aja pak iya pada
mau juga istilahnya
dia yang mengikuti
alasannya untuk
main anaknyo toh
atau kayak mana
atau terbang atau
kayak mana atau
kalo di RT 8 buk satu
rumah satu kader
jumantik kan kemarin
kita memang berjalan
kan tapi kalo untuk
kalo kalo
terutama
khususnya yang
saya periksa kan
ada sekitar 14
alhamdulillah jalan satu rumah
satu jumantik itu, memang itu
kan perlu jadi dimana satu
rumah itu memang ada orang
yang bener bener harus
kalo tempat saya si
banyak yang ilang
itunya jadi saya ee
berkunjung itu bukan
memindahkan catatan
131
juga apa yang kita
berikan mereka
ikuti juga istilahnya
ya akan
menjelaskan yang
gini gini dia
mengikuti juga ada
timbal baliknya.
kalo tempat jujuk
gini pak kalo
tempat jujuk kan
memang terus
terang aja semua
yang kami pegang
itu ngomong ini
kertas ini ojo
dikekek i ke aku
ojo ilang silahkan
pegang di sampean
jadi ojo nek gek
sampean kontrol
jadi di gowo gitu
pak. Kalo tempat
saya. jadi itu tak
simpen dirumah
memang, jadi pas
waktu ini kami
bawak ini loh
hasilnya seperti ini.
Iya bapak tau
sendiri kayak mbah
prawiro gitu kan,
itu kan kalau mbah
itu udah sepuh.
gimana itu, jadi
saya kalo periksa
iya, saya periksa
mulai dari kamar
mandi saya sendiri
dari mana mana
saya sendiri
yang di SK kan kita
kemarin itu kan. Itu
intinya kayaknya belum
e belum maksimal
mbak gitu loh karena
kemarin kita juga ada
DBD yang dari
kecamatan itu juga kan
mau dibuatkan blanko
satu rumah satu kader
jumantik nah juga itu
stiker kan sudah kami
bagi satu rumah satu
kader jumantik nanti ini
loh kamu yang akan ini
gitu loh mbak. Kalo
untuk maksimal yang
100% untuk seperti
yang mbak demi tadi
kayaknya belum semua.
Belum semua karena
ini itu rencana DBD
kelurahan apa pokja
pokja DBD nah itu kan
mau dibuatkan kartu itu
juga gitu, jadi nanti satu
rumah satu kader
jumantik gitu, ini nanti
akan berjalan pokoknya
nanti sore kan nanti
karena saya juga mau
PKK juga nanti saya
akan woro woro lagi
rumah itu rata
rata mereka ee
apa toh mungkin
sebagian besar
iya bisa cuman
yang diperiksa
kader lain cuman
ee. mungkin yang
di kader lain kalo
saya kan mereka
taunya kan saya
bu RT jadi
makanya apa
yang saya bilang
mereka masih
manut gitu kan
tapi kan beda
dengan yang lain
lain bahkan ada
yang diremehkan
kan bahkan ada
yang ditolak kan
tapi ya menurut
saya si sebagian
besar tidak e
belum
mengawasi dan tanggung
jawab besar istilah nya untuk
ngurus ngurus cuman repotnya
begini ee tapi tidak bagus juga
seharusnya itu menjadi
tanggung jawab satu rumah
jangan hanya terbebani pada
satu orang aja gitu kan karena
kebersihan itu kan milik satu
rumah e kalo misalnya yang
ditakutin ini begini satu rumah
satu jumantik yang lain itu
berleha leha ngandelin orang.
Tugas kamu kok beres beres
gua duduk aja kan banyak
yang kayak gitu, tapi kalo di
kita sendiri punya prinsip o iya
ya saya pengin bersih gitu saya
pengin ini saya kira jalan itu
dan alhamdulillah di tempat
saya jalans atu jumantik satu
rumah
saya mencari jentiknya
gitu. begitu karena ada
yang ngomong “ee en
je lali tak simpan neng
kono” gitu itu positif
itu jawaban itu
akhirnya daripada ini
saya yang memeriksa
langsung ini tapi ya
saya bawak ininya gitu
karena ee saya temukan
juga kan di yang
dipenampungan air air
itu nggak ada jentiknya
tapi di perangkap ada
DBD nya kemarin yang
DBD DBD itu ee yang
di penampungan
penampungan air justru
nggak ada tempat saya
yang positif positif gitu
kan. iya karena karena
saya tau kalo beliau
pada mau lakukan di
saat ee saya kunjungan
itu beliau ngomong “
nggak ene kok kemarin
barusan tak lihatin”
gitu nah pas paginya
kan ee saya kan sering
berkunjungnya sore
kalau pagi nggak
sempat kan iya itu
nggak nggak ada gitu
132
ya kata situ nggak ada,
ee kalau misalnya
belum dikuras pun
ngomong belum
sempat tak kuras mbu
nek enek gitu akhirnya
kan ini saya itu lihat
kan jadi kami yang
berdua gitu sama yang
punya rumah gitu