e-KTP.docx

2
Nama : Ahmad Zuhdi Dwi Kusuma NPM : 1206206676 Implementasi e-KTP di Indonesia (Electronic Identity Card) E-KTP, yang secara internasional dikenal sebagai Electronic Identity Card merupakan salah satu program yang menjamin keberlangsungan e-Government. Secara garis besar pengertian dari e-KTP adalah dokumen kependudukan yang memuat sistem keamanan / pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi dengan berbasis pada database kependudukan nasional (www.e-KTP.co.id ). Dalam pencanangannya, e-KTP tidak hanya berguna sebagai kartu identitas, namun e-KTP juga memberikan beberapa manfaat yang diantaranya adalah memberikan akses secara realtime ke berbagai pelayanan publik seperti pemilihan umum, akses fasilitas kesehatan, dan lainnya. Awal keberangkatan program e-KTP ini dimulai kesadaran pemerintah akan kelemahan KTP konvensional. Kelemahan KTP konvensional disinyalir akan memberikan peluang besar bagi masyarakat untuk melakukan kecurangan, yang diantaranya adalah penggunaan KTP ganda yang ditujukan untuk menghindari pajak. Menggunakan e-KTP, permasalahan yang terjadi karena adanya penyalahgunaan KTP dapat diminimalisir, hal ini dikarenakan sistem pengamanan yang ada pada e-KTP akan jauh berbeda dari sistem pengamanan yang ada pada KTP konvensional. KTP konvensional hanya menggunakan NIK (Nomor Induk Kependudukan) sebagai cara pendataan utama data kependudukan, sedangkan e-KTP menggunakan sistem chip dan biometric. Sistem chip dan biometric yang ada pada e-KTP akan menunjang fungsi NIK sehingga nantinya kartu identitas tersebut untuk tidak hanya menyimpan data perorangan namun juga dilengkapi dengan data biologis berupa sidik jari dan retina mata. Dengan kedua sistem tersebut, tingkat validitas dari data yang ada pada e-KTP diharapkan dapat meningkat pesat. Selain itu, Nomor NIK yang ada di e-KTP nantinya akan dijadikan dasar dalam penerbitan Paspor, Surat Izin Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Polis Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen identitas lainnya (Pasal 13 UU No. 23 Tahun 2006 tentang Adminduk). Perencanaan program e-KTP itu sendiri di Indonesia sudah muncul sejak tahun 2007-2008. Karena dinilai akan memberikan dampak besar bagi aspek kependudukan Indonesia, sejak tahun 2009, BPPT sudah memberikan dukungan penuh pada penerapan e-KTP, dengan pendampingan teknis uji petik penerapan awal e-KTP di enam daerah. Dukungan kongrit lain yang diberikan BPPT, antara lain meliputi perancangan teknis e-KTP pada Grand Design Sistem Administrasi Kependudukan Kementerian Dalam Negeri, pemberian rekomendasi

Transcript of e-KTP.docx

Page 1: e-KTP.docx

Nama : Ahmad Zuhdi Dwi KusumaNPM : 1206206676

Implementasi e-KTP di Indonesia(Electronic Identity Card)

E-KTP, yang secara internasional dikenal sebagai Electronic Identity Card merupakan salah satu program yang menjamin keberlangsungan e-Government. Secara garis besar pengertian dari e-KTP adalah dokumen kependudukan yang memuat sistem keamanan / pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi dengan berbasis pada database kependudukan nasional (www.e-KTP.co.id). Dalam pencanangannya, e-KTP tidak hanya berguna sebagai kartu identitas, namun e-KTP juga memberikan beberapa manfaat yang diantaranya adalah memberikan akses secara realtime ke berbagai pelayanan publik seperti pemilihan umum, akses fasilitas kesehatan, dan lainnya.

Awal keberangkatan program e-KTP ini dimulai kesadaran pemerintah akan kelemahan KTP konvensional. Kelemahan KTP konvensional disinyalir akan memberikan peluang besar bagi masyarakat untuk melakukan kecurangan, yang diantaranya adalah penggunaan KTP ganda yang ditujukan untuk menghindari pajak. Menggunakan e-KTP, permasalahan yang terjadi karena adanya penyalahgunaan KTP dapat diminimalisir, hal ini dikarenakan sistem pengamanan yang ada pada e-KTP akan jauh berbeda dari sistem pengamanan yang ada pada KTP konvensional. KTP konvensional hanya menggunakan NIK (Nomor Induk Kependudukan) sebagai cara pendataan utama data kependudukan, sedangkan e-KTP menggunakan sistem chip dan biometric.

Sistem chip dan biometric yang ada pada e-KTP akan menunjang fungsi NIK sehingga nantinya kartu identitas tersebut untuk tidak hanya menyimpan data perorangan namun juga dilengkapi dengan data biologis berupa sidik jari dan retina mata. Dengan kedua sistem tersebut, tingkat validitas dari data yang ada pada e-KTP diharapkan dapat meningkat pesat. Selain itu, Nomor NIK yang ada di e-KTP nantinya akan dijadikan dasar dalam penerbitan Paspor, Surat Izin Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Polis Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen identitas lainnya (Pasal 13 UU No. 23 Tahun 2006 tentang Adminduk).

Perencanaan program e-KTP itu sendiri di Indonesia sudah muncul sejak tahun 2007-2008. Karena dinilai akan memberikan dampak besar bagi aspek kependudukan Indonesia, sejak tahun 2009, BPPT sudah memberikan dukungan penuh pada penerapan e-KTP, dengan pendampingan teknis uji petik penerapan awal e-KTP di enam daerah. Dukungan kongrit lain yang diberikan BPPT, antara lain meliputi perancangan teknis e-KTP pada Grand Design Sistem Administrasi Kependudukan Kementerian Dalam Negeri, pemberian rekomendasi persyaratan teknologi e-KTP dan pengujian e-KTP, serta pendampingan teknis penerapan e-KTP pada tahun 2011 hingga 2013 ini.

Namun, pada pelaksanaannya, program e-KTP ini beberapa kali mengalami hambatan seperti pemberhentian sementara program e-KTP pada tahun 2014 yang menyebabkan distribusi e-KTP semakin terhambat. Akan tetapi hambatan tersebut bukan terjadi tanpa dasar, pada kenyataanya dibalik manfaat yang dijanjikan dari program e-KTP ini ternyata program ini memiliki tingkat efisiensi biaya pelaksanaan yang sangat buruk dan juga dapat menjadi peluang koruptor untuk bercocok tanam. Kedua masalah tersebut terjadi menyebabkan pada desember 2014 dari target distribusi e-KTP sebanyak 145 juta keping hanya terpenuhi 120,11 juta keping. Data tersebut diluar dari total data penduduk wajib KTP yang sebanyak 172 juta penduduk pada tahun 2011-2012. Sehingga sampai saat ini, 27 juta penduduk tidak memperoleh e-KTP sedangkan 24,89 juta penduduk terlambat untuk memiliki e-KTP.

Sebagai kesimpulan, pelaksanaan program e-KTP di Indonesia akan memberikan manfaat yang sangat besar, terutama bagi administrasi kependudukan Indonesia. Dengan program tersebut, pemerintah akan lebih mudah menjalankan program pelayanan publik lainnya karena program ini akan meningkatkan akurasi dalam

Page 2: e-KTP.docx

penargetan pelayanan publik lainnya. Namun, berjalannya program ini akan lebih efisien dalam segi biaya apabila adanya konektifitas yang kuat antar kementrian yang disertai dengan pengawasan yang ketat.