E-Government dalam Upaya Mewujudkan Asas Umum...
Transcript of E-Government dalam Upaya Mewujudkan Asas Umum...
Universitas Sumatera Utara
Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id
Fakultas Hukum Skripsi Sarjana
2018
E-Government dalam Upaya
Mewujudkan Asas Umum Pemerintah
Yang Baik (AUPB) di Kota Binjai
Fahrezi
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/6227
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
E-Government Dalam Upaya Mewujudkan Asas Umum Pemerintah Yang Baik (AUPB) di Kota Binjai
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Hukum
Oleh :
Fahrezi Nim : 120200501
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
Universitas Sumatera Utara
E-Government Dalam Upaya Mewujudkan Asas Umum Pemerintah Yang Baik (AUPB) di Kota Binjai
Diajukan untuk Memenuhi Syarat-syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum SKRIPSI
Oleh:
FAHREZI NIM: 120200501
DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA Disetujui Oleh:
Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara
Dr. Agusmidah, SH, M.Hum NIP. 197608162002122002
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Suria Ningsih, SH, M.Hum Dr. Agusmidah, SH, M.Hum NIP. 196002141987032002 NIP. 197608162002122002
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
Universitas Sumatera Utara
SURAT PERYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertandatangan di bawah ini: NAMA : FAHREZI NIM : 120200501 DEPARTEMEN : HUKUM ADMINISTRASI NEGARA Dengan menyatakan bahwa judul skripsi “E-GOVERNMENT DALAM UPAYA MEWUJUDKAN AZAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK (AUPB) DI KOTA BINJAI”benar merupakan hasil karya sendiri dan bebas dari plagiat, dan abanila penyataan ini terbuktu tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan yang belaku. Demikianlah Surat Pernyataan ini dibuat sebagai bentuk pertanggungjawaban penulis tanpa ada paksaan ataupun tekanan dari pihak manapun
Medan,4 Februari 2018 Penulis
FAHREZI
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan berkah-Nya kepada kita semua. Rasa syukur penulis panjatkan kehadirat-Nya
karena sampai ssaat ini masih diberikan kesempatan unruk terus belajar sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini yang merupakan tugas akhir penulis untuk mendapatkan gelar
Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini berjudu l E-GOVERNMENT DALAM UPAYAMEWUJUDKAN
AZAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK (AUPB) DI KOTA BINJAI.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna karena mempunyai
kekurangan dan kelemahan baik dari segi materi maupun penulisan, hal ini disebebkan
keterbatasannya pengalaman dan ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Penulis
menharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk kesempurnaan dan perbaikan dari
skripsi ini di masa mendatang.
Dalam kesempatan ini dengan segala hormat penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini dan sema pihak yang menjadi bagian penting selama penulis menjalankan
perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yaitu :
Yang saya hormati :
Universitas Sumatera Utara
1. Prof. dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara
yang telah memeberikan penulis kesempatan untuk dapat berkuliah hingga
menyelesaikan perkuliahan di Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Saidin, SH, M.Hum, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Humum
Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH, M.Hum, selaku Pembantu Dekan II Fakultas
Hukum Univesitas Sumatera Utara.
5. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH, M.Hum, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
6. Ibu Dr. Agusmidah, SH, M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Administrasi
Negara dan juga sekalu Dosen Pembimbing II yang dengan tulus, penuh kesabaran
dan menyisihkan waktunya untuk membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.
7. Ibu Suria Ningsih, SH, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar
membimbing penulis dalam studi maupun dalam penulisan skrispsi ini.
8. Para Guru Besar Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara yang telah mendidik penulis dari awal perkuliahan yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu.
9. Abang-abang dan Kakak-kakak staff tata usaha Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara yang telah banyak membantu dalam hal administrasi mulai dari
awal perkuliahan hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.
Universitas Sumatera Utara
10. Bapak H. Gustian, SE, MM, Ak, CA, selaku Kepala Dinas Pendaptan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Serdang Bedagai beserta jajarannya yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang memperbolehkan penulis untuk meneliti
dan banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Yang saya kasihi:
1. Kedua Orang Tua penulis yang amat sangat saya cintai, (Alm) drg. Fadillah dan
drg. Hj. Amdariati. Abang dan kakak saya drg. Fahreza dan Septi Utami, dan adik
saya Fahrozi
2. Nurlaila yang selalu menyemangati dan menghibur saya mulai dari awal
perkuliahan hingga skripsi ini selesai.
3. Teman-teman terdekat saya Reza, Arnold, Dwiko, Randy, Rico, Hasan, Fatur,
Dendi, Ali yang selalu tak pernah putus menyemangati saya untuk menyelesaikan
skripsi ini dan selalu ada disaat suka dan duka.
4. Seluruh teman-teman khususnya Angkatan 2012, yang telah memberi semangat
untuk menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan
memberikan kontribusi di bidang Hukum khususnya Hukum Administrasi Negara.
Medan, 4 Februari 2018
FAHREZI NIM 120200501
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
E-GOVERNMENT DALAM MEWUJUDKAN AZAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK (AUPB) DI KOTA BINJAI
Fahrezi *) Surya Ningsih **) Agusmidah ***)
Penerapan Electronic Government (e-government) dalam rangka mewujudkan
Good Government adalah salah satu wujud untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan meningkatkan partisipasi aktif dalam pemberian informasi bagi masyarakat serta dituntut untuk lebih efektif dalam memberikan informasi. Dalam hal ini Pemerintah sebagai penyelenggara Good Goverment, masih banyak menemukan hambatan dalam penerapannya.
Terkait dengan penelitian tentang kendala pelaksanaan e-government di Indonesia, perkembangan e-government di Indonesia dapat di adakan secara efektif dan efisien jika ada dukungan antara segala pihak mulai dari pemerintah dan masyarakat. Penerapan e-government Indonesia dapat berjalan dengan baik jika jangka waktu dan dana yang jelas akan pengembangannya.
Pemerintah Kota Binjai dalam mempersiapkan pembangunan Kota Binjai dalam lima tahun kedepan akan dibangun dalam perwujudan e-government yang melingkupi pemerintahan yang cerdas, sumber daya manusia yang cerdas, infrastruktur pendukung mobilitas masyarakat yang produktif dan akan membuka peluang masyarakat lebih banyak lagi untuk kesejahteraan, perekonomian tinggi dengan dukungan pengelolaan sumber daya alam berwawasan lingkungan. Penerapan konsep e-government yang dilakukan Pemerintah Kota Binjai memerlukan persiapan yang sangat matang, terutama dalam mendisiplinkan aparatur pemerintahan yang akan menjalankannya perlu diteliti karena merupakan kota yang memiliki potensi dan seharusnya bisa membuat masyarakat menjadi sejahtera dan dengan program inovasi yang dipersiapkan pemerintah Kota Binjai. Penelitian ini mencoba untuk menguraikan Bagaimana langkah-langkah yang dipersiapkan menuju Binjai Smart City, dan hambatan apa saja yang dialami menuju Binjai Smart City. Kata Kunci : E-government, Azas Umum Pemerintahan Yang Baik, Kota Binjai *) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **) Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ***) Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i ABSTRAK ................................................................................................................ v DAFTAR ISI ........................................................................................................... vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 8 C. Tujuan Dan . Manfaat Penulisan .................................................. 8 D. Keaslian Penulisan ..................................................................... 9 E. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 9 F. Metode Penelitian ...................................................................... 20 G. Sistematika Penulisan ................................................................ 22 BAB II E-GOVERNMENT DAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN
YANG BAIK A. Gambaran Umum E-Government Di Indonesia ........................ 24
1. Pengertian Dan Sejarah Perkembangan E-Government Di Indonesia ......................................................................... 24
2. Dasar Hukum E-Governent Di Indonesia........................... 30 3. Manfaat Dari Pengembangan E-Government ..................... 32
B. Azas Umum Pemerintahan Yang Baik (AUPB) Menurut Sarjana Dan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan ............................................................................. 34
C. Korelasi E-Government Dan Terwujudnya Azas Umum Pemerintahan Yang Baik (AUPB) .............................................. 40
D. Penerapan E-Government Berdasarkan InPres Nomor 3 Tahun 2003Tentang Kebijakan Nasional Pengembangan E-Government
................................................................................................. 48
BAB III PENERAPANN E-GOVERNMENT DI KOTA BINJAI A. Profil Kota Binjai ...................................................................... 56 B. Binjai Smart City Sebagai Icon E-Government Di Kota Binjai .... 61 C. Pelaksanaan Binjai Smart City ................................................... 65 BAB IV HAMBATAN PENERAPAN E-GOVERNMENT DI KOTA BINJAI
A. Kesiapan Peraturan Pendukung Bagi Konsep E-Government .... 72 1. Lembaga ............................................................................ 72 2. Anggaran ........................................................................... 73 3. Peraturan Pendukung .......................................................... 74
B. Kesiapan Infrastruktur Bagi Penerapan E-Government Di Kota Binjai ....................................................................................... 79
Universitas Sumatera Utara
C. Kesiapan Sumber Daya Manusia Dalam Menerima E-Government Di Kota Binjai ......................................................................... 82
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................... 93 B. Saran ........................................................................................ 94 DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Electronic government (e-goverment) merupakan salah satu upaya pemerintah
untuk reformasi birokrasi dan mendukung dengan sebaik-baiknya sebagaimana di atur
dalam UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan sehubungan dengan hal tersebut yaitu mengoptimalkan penggunaan
Teknologi Informasi dan Komunikasi. Dewasa ini kemajuan teknologi informasi
memasuki fase perkembangan yang sangat pesat, berbagai manfaat dapat dirasakan oleh
masyarakat, termasuk dalam hal birokrasi (pemerintahan). Pelayanan pemerintah
kepada publik harusnya dapat disederhanakan dengan menggunakan apliaksi-aplikasi
berbasis teknologi informasi agar sistem menejemen pemerintah yang dikenal selama
ini sebgai sistem hierarki kewenangan dan komando sektoral dapat ditiadakan.1
Pemerintah perlu menyediakan kebutuhan masyarakat berupa informasi yang
sejelas-jelasnya guna mewujudkan kesejahteraan, oleh karena itu Pemerintah dalam
menyelenggarakan pemerintahan juga membutuhkan sarana/wadah, salah satunya
adalah dengan cara membuat website agar masyarakat bisa mengakses informasi dengan
mudah. Ilmu Pengetahuan dan teknologi telah mendorong terjadinya perubahan dan
kemajuan dalam semua bidang kegiatan, termasuk penyelenggaraan pemerintah.
Pembentukan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan
publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat di samping sebagai
1 Agus Dwiyanto. Mewujudkan Good Geovernance Melalui Pelayanan Public, UGM Press,
Yogyakarta, 2006, hal.78
Universitas Sumatera Utara
sarana pendidikan politik di tingkat lokal. Untuk itu, pembentukan daerah harus
memerhatikan berbagai faktor, seperti kemampuan ekonomi, potensi daerah, luas
wilayah, kependudukan, dan pertimbangan dari aspek sosial politik, sosial budaya,
pertahanan dan keamanan, serta pertimbangan dan syarat lain yang memungkinkan
daerah itu dapat menyelenggarakan dan mewujudkan tujuan dibentuknya daerah dan
diberikannya otonomi daerah
Kebutuhan masyarakat yang semakin beraneka ragam di masa mendatang harus
dikembangkan sistem manajemen modern dengan organisasi berjaringan sehingga dapat
memperpendek lini pengambilan keputusan serta memperluas rentang kendali. Oleh
karena itu dalam era otonomi daerah ini untuk mewujudkan pemerintahan yang good
governance salah satu upayanya adalah menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi atau yang populer disebut e-government.2
2Ibid
E-government memanfaatkan kemajuan komunikasi dan informasi pada
berbagai aspek kehidupan, serta untuk peningkatan daya saing dengan negaranegara
lain. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik. E-government menerapkan sistem pemerintahan
dengan berbasis elektronik agar dapat memberikan kenyamanan, meningkatkan
transparansi, dan meningkatkan interaksi masyarakatkan serta meningkatkan partisipasi
publik.
Universitas Sumatera Utara
E-government awalnya diterapkan di negara Amerika Serikat dan Uni Eropa.3
Pada mulanya e-government bertujuan untuk menciptakan kemandirian daerah dan
meningkatkan layanan publik. e-government sudah diterapkan di banyak negara di
berbagai belahan dunia, salah satunya yaitu Indonesia. Implementasi e-government juga
terjadi di sejumlah kota dan daerah di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara
dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Sebagaimana kota-kota besar lainnya di
dunia, di Indonesia pun kota-kota besar memiliki jumlah penduduk yang lebih banyak.
Sejak dikeluarkannya Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan Dan
Strategi Nasional Pengembangan E-government, hampir seluruh daerah di Indonesia
sudah memiliki banyak kemajuan. Kota Surabaya menjadi salah satu Kota di Indonesia
yang telah memenangkan predikat Smart City yang diperoleh pada ajang Smart City
Award 2011 yang diadakan oleh majalah Warta Ekonomi. Smart City Awards dari
majalah Warta Ekonomi ini merupakan penghargaan yang diberikan kepada kota yang
sukses membangun sistem teknologi informasi dan komunikasi yang terintegrasi
sehingga mampu meningkatkan kualitas pelayanan publik4
3
. Kemudian Kota yang juga
sudah menerapkan konsep Smart City adalah Kota Bandung yang sekarang dipimpin
oleh Ridwan Kamil, pemerintah kota Bandung melakukan manajemen-manajemen kota
yang lebih baik dari pada kotakota lain di Indonesia sehingga dapat meningkatkan
performa Kota yang pada akhirnya mengantarkan kota Bandung menjadi finalis World
https://www.nap.edu/read/11920/chapter/11, A Short History of E-Government, diaskes pada tanggal 30 Januari 2018
4 http://surabaya.go.id, Surabya Raih 3 dari 4 Kategori Penghargaan di Ajang Smart City Award, diakses 30 Januari 2018
Universitas Sumatera Utara
Smart City Award 2015.5 Kota Bandung masuk kedalam finalis di ajang tersebut atas
inovasi pembangunan dan pengelolaan kota dengan atau lewat berbasis teknologi.
Meskipun pada dasarnya e-government bukanlah hanya menampilkan system
pemerintahan melalui online. Selain itu banyak juga aplikasi-aplikasi e-Government
lainnya yang sudah diterapkan di Indonesia seperti MANTRA (Manajemen Integrasi
dan Pertukaran Data), siMAYA (Administrasi Perkantoran MAYA), PNSMail (Pegawai
Negeri Sipil Mail), PNSBox (Private Network Security Box) dan masih banyak lagi.6
Daerah – daerah yang menerapkan konsep Smart City menunjukkan perubahan
yang sangat baik, maka dari itu Pemerintah Kota Binjai juga sudah memulai persiapan
untuk membuat konsep Smart City yang merupakan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kota Binjai tahun 2016-2021.
7
5
Kota Binjai merupakan
salah satu kota di Indonesia yang menerapkan e-government di dalam menjalankan
urusan pemerintahannya. Pembangunan e-government di Kota Binjai masih tergolong
baru. E-government di Kota Binjai mulai efektif sejak tahun 2016 di bawah pengelolaan
Bidang Kominfo, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo)
Kota Binjai sebagai unsur yang bertanggungjawab di dalam pembangunan dan
pengembangan e-government di Kota Binjai. Di Tahun 2016 inilah pembangunan e-
government mulai berjalan efektif sebagai pelaksanaan dari Undang-undang No. 11
Tahun 2001 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Undang-undang No. 14
Tahun 2008 tentang keterbukaan Informasi Publik. Peran Pemerintah Kota Binjai
https://portal.bandung.go.id, Kota Bandung Terpilih Menjadi Finaslis Smart City Di Barcelona, diakses pada tanggal 30 Januari 2018
6http://kominfo.go.id yang diakses pada tanggal 23 Agustus 2017 7 http://sipd.bangda.kemendagri.go.id/dokumen/uploads/visimisi_51_2016.pdf diakses pada
tanggal 30 Januari 2018
Universitas Sumatera Utara
sebagai Badan Publik yang menyediakan, memberikan, dan menerbitkan informasi
publik diharapkan dapat berjalan maksimal dengan dibanggunnya website resmi
pemerintah.8
Kemacetan merupakan masalah yang setiap hari dirasakan masyarakat, karena
itu menjadi persoalan yang harus diselesaikan Pemerintah Kota Binjai, walaupun
kebijakan Pemerintah membuat jalur satu arah di Kota Binjai tetapi tetap saja hal
tersebut belum bisa diselesaikan. Dewasa ini, selain kemacetan yang merupakan
persoalan penting yang harus diselesaikan, keamanan masyarakat juga perlu untuk
ditingkatkan mengingat tingkat kriminalitas yang ada di Kota Binjai semakin
meningkat. Kemudian Pelayanan yang diberikan Pemerintah tehadap pelayanan publik
masih jauh dari kata nyaman dan tidak transparan. Hal ini tidak terlepas dari konsep
pemerintahan yang selama ini dijalankan, jika konsep pemerintah diubah maka akan
menjadi pemerintahan yang cerdas melalui birokrasi yang berkesinambungan guna
Kota Binjai memiliki modal untuk menjadi daerah yang lebih sejahtera, tetapi
masih banyak permasalahan masyarakat Kota Binjai yang masih belum bisa
diselesaikan oleh Pemerintahannya, seperti dalam bidang ekonomi, pelayanan publik
yang tidak memuaskan, angka kejahatan yang meningkat, sampah, banjir, kemacetan,
maupun birokrasi pemerintahan. Sebagian masyarakat Binjai yang memiliki rumah di
sempadan sungai masih sering terkena banjir dan juga sampai mecapai jalanan Kota di
Binjai tergenang oleh air banjir yang meluap dari sungai, sehingga terjadinya kemacetan
lalu lintas yang tidak bisa dihindari.
8www.binjaikota.go.id yang diakses pada tanggal 24 Agustus 2017
Universitas Sumatera Utara
mewujudkan tata kelola pemerintahan kota yang bersih, efektif, demokratis dan
terpercaya. Untuk itu, Pemerintah Kota Binjai sudah mempersiapkan konsep e-
government yang akan diterapkan di Kota Binjai yang diharapkan dapat membawa Kota
Binjai menjadi lebih baik dan menyelesaikan masalah masyarakat.
Pelaksanaan e-governenment di Kota Binjai diharapkan akan tercapainya tata
kelola pemerintahan yang baik (good governance). Pelaksanaan prinsip Asas Umum
Pemerintahan yang baik atau Good Governance dilakukan melalui penerapan prinsip
prinsip akuntabilitas dan pengelolaan sumber daya secara efisien, serta mewujudkannya
dengan tindakan dan peraturan yang baik dan tidak berpihak (independen), serta
menjamin terjadinya interaksi ekonomi dan social antara para pihak terkait secara adil,
transparan, profesional, dan akuntabel. Peningkatan kualitas pelayanan publik melalui
penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih perlu didukung dengan
pengelolaan keuangan yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel. Sehingga dengan
Prinsip good governance and clean governance akan terwujud tata pemerintahan yang
baik dan bersih.9
Good Governance merupakan proses penyelenggaraan kekuasaan dalam
menyediakan barang dan jasa publik (public goods dan service). Prinsip-prinsip good
governance antara lain adalah prinsip efektifitas (effectiveness), keadilan, (equity),
Partisipasi (participation), Akuntabilitas (accountability) dan transparansi
(transparency). Pelayanan pemerintah yang bercirikan pelayanan melalui birokrasi yang
lamban, prosedur yang berbelit, dan tidak ada kepastian berusaha diatasi melalui
9 Richardus Eko Indrajit, Electronic Government: Strategi Pembangunan Dan Pengembangan
Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital, Andi Press Yogyakarta, 2002, hlm. 14
Universitas Sumatera Utara
penerapan e-government ini. Penyampaian pelayanan kepada publik di dalam
paradigma e-government tidak lagi dilakukan melalui dokumen-dokumen dan interaksi
personal melainkan sudah dilakukan melalui elektronik sehingga tidak ada lagi interaksi
personal di dalam pemberian pelayanan. Orientasi efisiensi biaya produksi di dalam
pemberian pelayananpun telah bergeser kepada orientasi yang menekankan pada
fleksibilitas, pengawasan, dan kepuasan pengguna (customer) yang merupakan prinsip
dari new public management (NPM).10
10Ibid
Namun, di dalam perkembangannya, e-government mengalami perkembangan
yang stagnant. Setelah dikeluarkannya Inpres ini dapat dikatakan bahwa perkembangan
implementasi e-government masih jauh dari harapan. Masih banyak lembaga
pemerintah, baik dipusat maupun daerah, yang belum menganggap e-government
sebagai prioritas. E-government hanya dipandang sebagai proyek yang harus diikuti dan
menjadi trend di kalangan pemerintah. Wujud nyata dari aplikasi e-government yang
telah umum dilaksanakan dan diatur pelaksanaannya adalah pembuatan situs web
pemerintah daerah. Situs web pemerintah daerah. Situs web pemerintah daerah
merupakan salah satu strategi didalam melaksanakan pengembangan e-government
secara sistematik melalui tahapan yang realistik dan terukur. Situs web pemerintah
daerah merupakan tingkat pertama dalam pengembangan e-government di Indonesia
yang memiliki sasaran agar masyarakat Indonesia dapat dengan mudah memperoleh
akses kepada informasi dan layanan pemerintah daerah, serta ikut berpartisipasi di
dalam pengembangan demokrasi di Indonesia dengan menggunakan media internet.
Universitas Sumatera Utara
Dari latar belakang inilah penulis ingin melakukan penyusunan skripsi dengan
judul “E-Government Dalam Upaya Mewujudkan Asas Umum Pemerintah Yang Baik
(AUPB) di Kota Binjai”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas serta sesuai dengan judul skripsi
ini, maka beberapa permasalahan yang akan dibahas penulis, antara lain:
1. Apakah e-government dapat mewujudkan Tata Kelola Pemerintah yang
Baik?
2. Bagaimana penerapan e-government di Kota Binjai?
3. Bagaimana hambatan dalam penerapan e-government di Kota Binjai?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun Tujuan dari penulisan Skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari penerapan e-government
di Kota Binjai
2. Untuk mengetahui penerapan dan pelaksanaan e-government di Kota Binjai
3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan hukum dalam penerapan e-
government di Kota Binjai
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan
teknologi baik di dalam ilmu hukum ataupun beberapa ilmu terkait lainnya.
Universitas Sumatera Utara
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
Instansi Pemerintahan dan Pejabat Pemerintahan untuk Dapat lebih baik
Mengetahui Penerapan dari e-government.
D. Keaslian Penulisan
Penulis telah menelusuri judul-judul skripsi yang ada di Fakultas Hukum
Universitas Sumartera Utara, penulis tidak menemukan penulis-penulis sebelumnya
mengangkat judul yang sama yaitu “E-government Dalam Upaya Mewujudkan Asas
Umum Pemerintah Yang Baik (AUPB) di Kota Binjai” Atas dasar itulah penulis dapat
mempertanggungjawabkan keaslian skripsi ini secara ilmiah. Bila dikemudian hari
terdapat permasalahan dan pembahasan yang sama sebelum skripsi ini dibuat, penulis
dapat mempertanggungjawabkannya.
E. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian E-Government
Definisi e-Government menurut Lembaga dan Institusi Non-Pemerintah yakni
Bank Dunia (World Bank) mendefinisikan e-Government sebagai berikut:
“E-government merujuk kepada penggunaan teknologi informasi oleh badan pemerintah (seperti : Wide Area Networks (WAN), internet dan mobile computing (kemampuan teknologi komputer)) yang memungkinkan pemerintah untk mentrasnformasikan hubungan dengan masyarakat, dunia bisnis dan pihak yang berkepentingan.”11
11 worldbank.org di akses pada tanggal 25 Agustus 2017
Menurut UNDP (United Nation Development Programme) e-government
Universitas Sumatera Utara
adalah aplikasi dari Teknologi Infomasi dan Komunikasi (TIK) oleh badan
pemerintahan. Pemerintahan elektronik atau e-government (berasal dari kata Bahasa
Inggris electronics government, juga disebut e-government, digital government, online
government atau dalam konteks tertentu transformational government) adalah
penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan
pelayanan bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan
pemerintahan. E-government dapat diaplikasikan pada legislatif, yudikatif, atau
administrasi publik, untuk meningkatkan efisiensi internal, menyampaikan pelayanan
publik, atau proses kepemerintahan yang demokratis. Model penyampaian yang utama
adalah Government-to-Citizen atau Government-to-Customer (G2C), Government-
toBusiness (G2B) serta Government-to-Government (G2G). Keuntungan yang paling
diharapkan dari electronic government adalah peningkatan efisiensi, kenyamanan, serta
aksesibilitas yang lebih baik dari pelayanan publik.12
Secara umum pengertian electronic government adalah sistem manajemen
informasi dan layanan masyarakat berbasis Internet. Layanan ini diberikan oleh
pemerintah kepada masyarakatnya. Dengan memanfaatkan Internet, maka akan muncul
sangat banyak pengembangan modus layanan dari pemerintah kepada masyarakat yang
memungkinkan peran aktif masyarakat dimana diharapkan masyarakat dapat secara
mandiri melakukan registrasi perizinan, memantau proses penyelesaian, melakukan
pembayaran secara langsung untuk setiap perizinan dan layanan publik lainnya. Semua
hal tersebut dengan bantuan teknologi Internet akan dapat dilakukan dari mana saja dan
12Indrajit, Electronic Government. Yogyakarta, Andi, 2002, hal.7
Universitas Sumatera Utara
kapan saja. Dengan adanya fasilitas seperti ini, masyarakat diharapkan akan menjadi
lebih produktif karena masyarakat tidak perlu antri dalam waktu yang lama hanya untuk
menyelesaikan satu buah perizinan. Dengan adanya on-line system ini, masyarakat
dapat memanfaatkan banyak waktunya untuk melakukan pembangunan yang lain
sehingga diharapkan produktivitas nasional pun dapat meningkat.13
Dari pengertian diatas intinya adalah electronic government merupakan poses
pemanfaatan teknologi informasi sebagai alat untuk membantu menjalakan sistem
pemerintahan secara lebih efisien. Ada 2 hal utama yang dapat kita tarik dari pengertian
electronic government diatas: Pertama, penggunaan teknologi informasi (internet)
sebagai alat bantu. Kedua, tujuan pemanfaatannya sehingga pemerintahan dapat
berjalan secara efektif, efisien dan produktif. Dengan penggunaan teknologi internet,
Untuk mengembangkan sistem manajemen dan memanfaatkan kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi, maka pemerintah pusat dan pemerintah daerah
otonom harus segera melaksanakan proses transformasi menuju electronic government.
Melalui pengembangan electronic government dilakukan penataan sistem manajemen
dan proses kerja di lingkungan pemerintah dan pemerintah daerah otonom dengan
mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi.Kementrian Komunikasi dan
Informasi, berpendapat bahwa: “electronic government adalah aplikasi teknologi
informasi yang berbasis internet dan perangkat lainnya yang dikelola oleh pemerintah
untuk keperluan penyampaian informasi dari pemerintah kepada masyarakat, mitra
bisnisnya, dan lembaga-lembaga lain secara online”.
13Ibid, hal.8
Universitas Sumatera Utara
seluruh proses atau prosedur yang berbelit-belit dapat dipangkas. Kendati demikian,
electronic government bukan berarti menggantikan peran aparat pemerintah dalam
berhubungan dengan masyarkat. Dalam konsep e-government masyarakat masih bisa
berhubungan dengan pos-pos pelayanan, berbicara melaui telepon untuk mendapatkan
pelayanan pemerintah atau mengirim surat.
2. Pengertian Asas Umum Pemerintahan yang Baik
Dikemukakan Prof. Murtir Jeddawi, dalam disiplin atau profesi manajemen
publik konsep ini dipandang sebagai suatu aspek dalam paradigma baru ilmu
administrasi publik. Paradigma ini menekankan pada peranan manajer publik agar
memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat, mendorong meningkatkan
ekonomi manajerial terutama sekali mengurangi campur tangan kontrol yang dilakukan
oleh pemerintah pusat, transparansi, akuntabilitas publik dan diciptakan pengelolaan
manajerial yang bersih dari korupsi.14
Lebih lanjut Murtir mengungkapkan, istilah governance disini diartikan sebagai
mekanisme, praktik maupun tata cara pemerintah dan warga mengatur sumberdaya serta
memecahkan masalah-masalah publik. Perbedaan paling pokok antara konsep
“government”dan “governance” terletak pada bagaimana cara penyelenggaraan otoritas
politik, ekonomi dan administrasi dalam pengelolaan urusansuatu bangsa, sedangkan
“pemerintahan” berarti peranan pemerintah yang lebih dominan dalam penyelenggaraan
berbagai otoritas dimaksud. Sementara dalam governance mengandung makna
14Murtir Jeddawi, Negara Hukum, Good Governance dan Korupsi Di Daerah, Penerbit Total
Media, Yogyakarta, 2011, hal. 23-26
Universitas Sumatera Utara
bagaimana cara suatu bangsa mendistribusikan kekuasaan dan mengelola sumberdaya
dan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat.
Adapun unsur transparansi dan keterbukaan dalam konsep good governance
yang dikemukakan Murtir, merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Transparansi dan
keterbukaan perbuatan hukum publik oleh badan atau pejabat administrasi negara
merupakan bentuk perlindungan hukum bagi rakyat. Dikatakan demikian, karena dalam
hal badan atau pejabat administrasi negara membuat suatu kebijakan atau keputusan
administrasi negara maka rakyat yang mempunyai kepentingan atas kebijakan atau
keputusan tersebut harus mengetahui secara transparan atau terbuka. Dikemukakan pula
oleh Philipus dan kawan-kawan12 bahwa, good governance berkenaan dengan
penyelenggaraan tiga tugas dasar pemerintah yaitu :15
a. Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat.
b. Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik, sektor swasta dan
masyarakat.
c. Memajukan sasaran ekonomi, sosial dan bidang lainnya dengan kehendak
rakyat.
Dijelaskan pula bahwa konsep governance dalam masyarakat sering dirancukan
dengan konsep government, padahal keduanya memiliki perbedaan. Konsep yang
pertama (governance) lebih inklusif daripada government. Konsep “government”
menunjuk pada suatu organisasi pengelolaan berdasarkan kewenangan tertinggi (negara
15Philipus Hadjon dkk, Hukum Administrasi dan Good Governance, Penerbit Universitas
Trisakti, 2010, Jakarta, hal.9
Universitas Sumatera Utara
dan pemerintah), sedangkan “governance” melibatkan tidak sekedar pemerintah dan
negara, akan tetapi pihak yang terlibat sangat luas.
Pada mulanya keberadaan AAUPB ini di Indonesia belum diakui secara yuridis
formal. Ketika pembahasan rancangan undangan-undang RUU peradilan tata usaha
negara (RUU PTUN) di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Fraksi Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia (F-ABRI) mengusulkan agar asas-asas tersebut dimasukkan sebagai
salah satu alasan gugatan terhadap keputusan badan/pejabat tata usaha negara. Tetapi,
usulan ini tidak diterima oleh pemerintah dengan alasan yang dikemukakan Ismail
Saleh, selaku Menteri Kehakiman waktu itu yang mewakili pemerintah. Alasan
pemerintah adalah sebagai berikut:16
Tidak dicantumkannya AAUPB dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahhun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara bukan berarti eksistensinya tidak diakui sama sekali,
karena ternyata seperti yang terjadi di Belanda-AAUPB ini diterapkan dalam praktik
peradilan, terutama pada PTUN. Kalupun AAUPB ini tidak diakomodir dalam undang-
undang PTUN, tetapi sebenarnya asas-asas ini dapat dgunakan dalam praktik peradilan
“Menurut hemat kami dalam praktik ketatanegaraan kita maupun dalam hukum tata usaha negara yang berlaku di Indonesia, kita belum mempunyai kriteria tentang “algemene beginselen van behoorlijk bestuur” tersebut yang berasal dari negeri Belanda. Pada waktu ini kita belum mempunyai tradisi administrasi yang kuat mengakar seperti halnya di negara-negara kontinental teresebut. Tradisi demikian bisa dikembangkan melalui yurispundensi yang kemudian akan menimbulkan norma-norma. Secara umum prinsip dari hukum tata negara kita selalu dikaitkan dengan aparatur pemerintahan yang bersih dan berwibawa yang konkretisasi normanya maupun pengertiannya masi sangat luas sekali dan perlu dijabarkan melalui kasu-kasus yang konkret”.
16Philipus Hadjon dkk, Hukum Administrasi dan Good Governance, Penerbit Universitas
Trisakti, 2010, Jakarta, hal.9
Universitas Sumatera Utara
di Indonesia karena memiliki sandaran dalam Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor
14 Taun 1970 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Keakiman, yang berbunyi “Pengadilan
tidak boleh menolak untuk memeriksa dan mengadili sesuatu perkara yang diajukan
dengandalih bahwa hukum tidak atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa
dan mengadilinya”. Kemudian dalam Pasal 27 ayat (1) UU No.14/1970 ditegaskan:
“Hakim sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali, mengikuti, dan
memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat”. Dengan ketentuan pasal
ini, maka asas-asas ini memiliki peluang untuk digunakan dalam proses peradilan
administrasi di Indonesia. Seiring dengan perjalanan waktu dan perubahan politik
Indonesia, asas-asas ini kemudian muncul dan dimuat dalam suatu undang-unang, yaitu
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih
dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Dengan format yang berbeda dengan
AAUPB dari negeri Belanda, dalam Pasal 3 Undang-undang No.28 Tahun 2009
Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah disebutkan beberapa asas umum
penyelenggara negara, yaitu sebagai berikut:17
a. Asas kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap
kebijakan penyelenggara negara.
b. Asas tertib penyelenggaraan negara, yaitu asaa yang menjadi landasan
keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara
negara.
17Ibid, hal.241
Universitas Sumatera Utara
c. Asas kepentuingan umum, yaitu asas yang mendahulukan kesejahteraaan
umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
d. Asas keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak
asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
e. Asas proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara
hak dan kewajiban penyelenggara negara.
f. Asas profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
g. Asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan
hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Pengertian Hukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi Negara merupakan salah satu cabang atau bagian dari
hukum yang khusus. Hukum Administrasi Negara dalam studi Ilmu Administrasi,
merupakan mata kuliah bahasan khusus tentang salah satu aspek dari administrasi,
yakni bahasan mengenai aspek hukum dari administrasi negara. Hukum Administrasi
Negara dikalangan PBB dan kesarjanaan Internasional, diklasifikasi baik dalam
Universitas Sumatera Utara
golongan ilmu-ilmu hukum maupun dalam ilmu-ilmu administrasi, hukum administrasi
materiil terletak diantara hukum privat dan hukum pidana. Dalam Pasal 1 ayat 3
Undang – Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa “Indonesia adalah Negara Hukum.”
Prinsip negara hukum pada dasarnya mengisyaratkan adanya aturan main dalam
penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan sebagai aparatur penyelenggara negara,
dengan inilah kemudian Hukum Administrasi Negara muncul sebagai pengawas
jalannya penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan.
Berdasarkan asumsi tersebut tampak bahwa Hukum Administrasi Negara
mengandung dua aspek yaitu pertama, aturan aturan hukum yang mengatur dengan cara
bagaimana alat alat perlengkapan Negara itu melakukan tugasnya kedua, aturan aturan
hukum yang mengatur hubungan antara alat perlengkapan administrasi negara dengan
para warga negaranya,18 jadi Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang
berkenaan dengan pemerintahan (dalam arti sempit) yaitu hukum yang cakupannya
secara garis besar mengatur:19
1. Perbuatan Pemerintahan (pusat dan daerah) dalam bidang politik;
2. Kewenangan Pemerintahan (dalam melakukan perbuatan dibidang publik
tersebut) di dalamnya diatur mengenai dari mana, dengan cara apa, dan
bagaimana Pemerintah menggunakan kewenangannya; pengguna kewenangan
ini dituangkan dalam bentuk instrumen hukum, karena itu di atur pula tentang
pembuatan dan penggunaan instrument hukum;
18Ridwan, HR, Hukum Administrasi Negara, (Yogyakarta , UII Press, 2003), hal. 26. 19Ibid, hal. 33
Universitas Sumatera Utara
3. Akibat-akibat hukum yang lahir dari perbuatan atau penggunaan kewenangan
pemerintahan itu;
4. Penegakan hukum dan penerapan sanksi-sanksi dalam bidang pemerintahan.
Pengertian dan istilah Hukum Administrasi Negara. Sejarah dari Hukum
Administrasi Negara dari Negara Belanda yang disebut Administratief Recht yang
berarti Lingkungan Kekuasaan/Administratif diluar dari legislatif dan yudisial. Hukum
Administrasi Negara merupakan hukum yang selalu berkaitan dengan aktivitas perilaku
administrasi negara dan kebutuhan masyarakat serta interaksi diantara keduanya. Pada
dasarnya definisi Hukum Administrasi Negara sangat sulit untuk dapat memberikan
suatu definisi yang dapat diterima oleh semua pihak, mengingat Ilmu Hukum
Administrasi Negara sangat luas dan terus berkembang mengikuti arah pengolahan/
penyelenggaraan suatu Negara.20
Namun sebagai pegangan dapat diberikan beberapa definisi sebagai berikut:
21
1. Oppen Hein mengatakan “Hukum Administrasi Negara adalah sebagai suatu
gabungan ketentuan-ketentuan yang mengikat badanbadan yang tinggi maupun
rendah apabila badan-badan itu menggunakan wewenagnya yang telah
diberikan kepadanya oleh Hukum Tata Negara.”
2. J.H.P. Beltefroid mengatakan “Hukum Administrasi Negara adalah
keseluruhan aturan-aturan tentang cara bagaimana alat-alatpemerintahan dan
badan-badan kenegaraan dan majelis-majelis pengadilan tata usaha hendak
memenuhi tugasnya.”
20Marbun SF. dkk, Dimensi-dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara, (Yogyakarta , UII Press, 2001), hal. 1
21Ibid, hal. 2
Universitas Sumatera Utara
3. Logemann mengatakan “Hukum Administrasi Negara adalah seperangkat dari
norma-norma yang menguji hubungan Hukum Istimewa yang diadakan untuk
memungkinkan para pejabat administrasi Negara melakukan tugas mereka
yang khusus.”
4. De La Bascecoir Anan mengatakan “Hukum Administrasi Negara adalah
himpunan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi sebab Negara berfungsi/
bereaksi dan peraturan-peraturan itu mengatur hubungan-hubungan antara
warga Negara dengan Pemerintah.”
5. L.J. Van Apeldoorn mengatakan “Hukum Administrasi Negara adalah
keseluruhan aturan yang hendaknya diperhatikan oleh para pendukung
kekuasaan penguasa yang diserahi tugas pemerintahan itu.”
6. A.A.H. Strungken mengatakan “Hukum Administarsi Negara adalah aturan-
aturan yang menguasai tiap-tiap cabang kegiatan penguasa sendiri.”
Pengertian-pengertian di atas jelaslah bahwa bidang hukum administrasi Negara
sangatlah luas, banyak segi dan macam ragamnya. Pemerintah adalah pengurus dari
pada Negara, pengurus Negara adalah keseluruhan dari jabatan-jabatan didalam suatu
Negara yang mempunyai tugas dan wewenang politik Negara dan Pemerintahan. Apa
yang dijalanakan oleh Pemerintah adalah tugas Negara dan merupakan tanggung jawab
dari pada alat-alat Pemerintahan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Hukum
Administarsi Negara adalah Hukum mengenai Pemerintah/ Eksekutif didalam
kedudukannya, tugas-tuganya dan fungsi.
Universitas Sumatera Utara
Hukum Administrasi Negara umum berkenaan dengan peraturan-peraturan
umum mengenai tindakan hukum dan hubungan hukum administrasi atau peraturan-
peraturan dan prinsip-prinsip yang berlaku untuk semua bidang hukum administrasi,
dalam arti tidak terikat pada bidang tertentu. Hukum Administrasi Negara khusus
adalah peraturan-peraturan yang berkaitan dengan bidang- bidang tertentu seperti
peraturan tentang tata ruang, peraturan tentang kepegawaian, peraturan tentang
pertanahan, peraturan kesehatan, peraturan perpajakan, peraturan bidang pendidikan,
peraturan pertambangan dan sebagainya.22
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam pembahasan masalah, penulis sangat memerlukan data dan keterangan
yang akan dijadikan bahan analisis. Metode penelitian yang dipergunakan dalam
penyusunan skrispsi ini adalah metode yuridis normatif. Metode yuridis normatif yaitu
dalam menjawab permasalahan digunakan sudut pandang hukum berdasarkan peraturan
hukum yang berlaku, untuk selanjutnya dihubungkan dengan kenyataan di lapangan
yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.23
22Diana Halim Koentjoro, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta, Ghalia Indonesia, 2004), hlm.
13. 23Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum., (Jakarta, Raja Grafindo Persada. Cetakan
Keempat, 2002), hal. 43.
Serta mencari bahan dan
informasi yang berhubungan dengan materi penelitian ini melalui berbagai peraturan
perundang-undangan Karya Tulis Ilmiah yang berupa makalah, skripsi, buku-buku,
Universitas Sumatera Utara
koran, majalah, situs internet yang menyajikan informasi yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti.24
2. Sumber Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui penelusuran kepustakaan
(library research) untuk memperoleh data atau bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder dan bahan hukum tersier. Bahan hukum primer dapat berupa peraturan
perundangan nasional, yang berkaitan dengan Pengimpelementasian E-Government di
Kota Binjai. Bahan hukum sekunder berupa data yang diperoleh peneliti dari penelitian
kepustakaan dan dokumentasi, yang merupakan hasil dari penelitian dan pengolahan
orang lain yang sudah tersedia dalam bentuk buku-buku dan dokumentasi.Bahan hukum
tersier berupa bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder dengan memberikan pemahaman dan pengertian atas bahan hukum lainnya.
Bahan hukum yang dipergunakan oleh penulis adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia
dan Kamus Hukum.
3. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan dan pengambilan data yang digunakan penulis dalam
penulisan karya ilmiah ini adalah studi kepustakaan (library research), yaitu dengan
melakukan penelitian terhadap berbagi literatur yang relevan dengan permasalahan
skripsi ini seperti buku-buku, makalah, artikel dan berita yang diperoleh penukis dari
internet yang bertujuan untuk mencari atau memperoleh teori-teori atau bahan-bahan
yang berkenaan dengan E-Government.
24Zaimul Bahri, Struktur dalam Metode Penelitian Hukum., (Bandung, Angkasa. 1996), hal. 68.
Universitas Sumatera Utara
4. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan penulis dalam penulisan skripsi ini dengan cara
kualitatif, yaitu menganalisis melalui data lalu diolah dalam pendapat atau tanggapan
dan data-data sekunder yang diperoleh dari pustaka kemudian dianalisis sehingga
diperoleh data yang dapat menjawab permasalahan dalam skripsi ini.
G. Sistematika Penulisan
Dalam melakukan pembahasan skripsi ini, penulis membagi dalam lima bab.
Tata urutan sistematikanya sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Terdiri dari pendahuluan yang meliputi latar belakang, diikuti
dengan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,
keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metodologi penelitian
dan yang terakhir sistematika pembahasan.
BAB II : E-GOVERNMENT DAN TATA KELOLA
PEMERINTAHAN YANG BAIK
Membahas mengenai gambaran umum e-government di Indonesia,
gembaran umum azas umum pemerintahan yang baik (AUPB)
korelasi e-government dan terwujudnya azas umum pemerintahan
yang baik dan juga mengenai penerapan e-government berdsarkan
InPres Nomor 3 Tahun 2003.
BAB III : PENERAPAN E-GOVERNMENT DI KOTA BINJAI
Universitas Sumatera Utara
Membahas mengenai e-government dalam pelayanan publik di
Kota Binjai yang mana di dalamnya terdiri dari beberapa
pembahasan yaitu pelayanan publik di Kota Binjai dan pelayanan
publik melalui penerapan e-government. Selain itu juga membahas
mengenai pelaksanaan e-government di Kota Binjai.
BAB IV : HAMBATAN PENERAPAN E-GOVERNMENT DI KOTA
BINJAI
Membahas mengenai penerapan e-government di Kota Binjai
berdasarkan InPres Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan E-Government) dan juga
membahas mengenai kendala dalam penerapan e-government di
Kota Binjai
BAB V : PENUTUP
Universitas Sumatera Utara
33
BAB II
E-GOVERNMENT DAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK
Terselenggaranya Azas Umum Pemerintahan Yang Baik (AUPB) merupakan
prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan
mencapai tujuan serta cita-cita suatu daerah. Manfaat sistem e-government sendiri
menurut instruksi Presiden No.3 Tahun 2003 yaitu meningkatkan efisiensi, efektifitas,
transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dan untuk
menyelenggarakan pemerintahan yang baik (good governance). Dalam instruksi
Presiden, penerapan sistem e-government diinstruksikan kepada seluruh entitas
pemerintahan. Maka selain Pemerintah Pusat, semua Pemerintah Daerah juga ikut
berlomba memberikan pelayanan perijinan yang lebih transparan dengan menerapkan
sistem e-government tersebut.
Dengan adanya sistem e-government, menjadikan sebuah harapan baru bagi
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam menangani peningkatan kualitas
palayanan publik yang lebih transparan, efektik dan efisien, terjalinnya partisipasi
masayarakat serta adanya akuntabilitas pemerintah kepada publik yang berdampak pada
terwujudnya tata kelola pemerintahan.
A. Gambaran Umum E-Governmnet Di Indonesia
1. Pengertian Dan Sejarah Perkembangan e-government di Indonesia
E-Government merupakan akronim dari Electronic Government. E- government
adalah salah satu bentuk atau model sistem pemerintahan yang berlandaskan pada
kekuatan teknologi digital, di mana semua pekerjaan administrasi, pelayanan terhadap
Universitas Sumatera Utara
masyarakat, pengawasan dan pengendalian sumber daya milik organisasi yang
bersangkutan, keuangan, pajak, retribusi, karyawan dan sebagainya dikendalikan dalam
satu sistem. E-government merupakan perkembangan baru dalam rangka peningkatan
layanan publik yang berbasis pada pemnfaatan teknologi informasi dan komunikasi
sehingga layanan publik menjadi lebih transparan, akuntabel, efektif dan efisien.25
Menurut Indrajit e-government merupakan suatu mekanisme interaksi baru
antara pemerintah dengan masyarakat dan kalangan lain yang berkepentingan, dengan
melibatkan penggunaan teknologi informasi (terutama internet) dengan tujuan
memperbaiki mutu (kualitas) pelayanan. E-government adalah penyelenggaraan
kepemerintahan berbasiskan elektronik untuk meningkatkan kualitas layanan publik
secara efisien, efektif dan interaktif. Dimana pada intinya e-government adalah
penggunaan teknologi informasi yang dapat meningkatkan hubungan antara pemerintah
dan pihak-pihak lain (penduduk, pengusaha, maupun instansi lain).
26
The World Bank Group mendefinisikan e-government berhubungan dengan
penggunaan teknologi informasi seperti wide area network, internet dan mobile
computing oleh organisasi pemerintah yang mempunyai kemampuan membentuk
hubungan dengan warga negara, bisnis, dan organisasilain dalam pemerintahan).
27
25 Indrajit, Richardus Eko, Electronic Government. (Yogyakarta:Andi, 2002), Hal.20 26Ibid. Hal.36 27 Achmad Badu. Dkk, (Electronic Government (eGov). (Makassar : Universitas Hasanuddin,
2013), Hal.5
Kementrian Komunikasi dan Informasi, berpendapat bahwa: “e-government adalah
aplikasi teknologi informasi yang berbasis internet dan perangkat lainnya yang dikelola
Universitas Sumatera Utara
oleh pemerintah untuk keperluan penyampaian informasi dari pemerintah kepada
masyarakat, mitra bisnisnya, dan lembaga-lembaga lain secara online”.
Pemerintah Federal Amerika Serikat mendefinisikan e-government secara
ringkas, padat, dan jelas, yaitu e-government pemerintah elektronik mengacu pada
penyampaian informasi dan layanan pemerintah secara online melalui internet atau
sarana digital e-government sebagai: layanan online yang memberantas hambatan yang
mencegah warga dan bisnis menggunakan layanan pemerintah dan mengganti hambatan
tersebut dengan akses lebih mudah; layanan pemerintah untuk konstituen internal yang
menyederhanakan tuntutan operasional pemerintah untuk kedua lembaga dan karyawan.
Italy termasuk salah satu negara yang paling lengkap dan detail dalam mendefinisikan
el-government, yaitu penggunaan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) modern
dalam modernisasi administrasi, yang terdiri dari beberapa tingkat tindakan sebagai
berikut: Desain layanan komputerisasi kepada warga negara dan perusahaan, Layanan
komputerisasi kepada warga negara dan perusahaan, sering menyiratkan integrasi antara
layanan dari berbagai departemen dan lembaga; Penyediaan akses TIK kepada
pengguna akhir layanan dan informasi pemerintah.28
Konsep e-government merupakan upaya pemerintah untuk memudahkan
aktifitas pemerintahan denganmemanfaatkan kemajuan teknologi informasi. E-
government sendiri merupakan salah satu bentuk pelayanan publik yang dibuat oleh
pemerintah dengan tujuan agar dapat mejadi penghubung antara kedua belah pihak
maupun pihak lain yang berkepentingan. Yu-che dan James Perry berpendapat bahwa e-
28Ibid. Hal 10
Universitas Sumatera Utara
government merupakan sebuah garis depan dari rencana pemerintah untuk menukung
serta menyediakan informasi dan peningkatan pelayanan pada masyarakat, pelaku
bisnis, pekerja pemerintah, unit-unit pemerintah lain dan organisasi sektor ketiga.29
Di Indonesia inisiatif ke arah e-government telah diperkenalkan sejak tahun
2001 melalui Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2001 tentang Telematika
(Telekomunikasi, Media dan Informatika) yang menyatakan bahwa aparat pemerintah
harus menggunakan teknologi telematika untuk mendukung Good Governance dan
mempercepat proses demokrasi. Kemudian keluarnya Instruksi Presiden RI No. 3
Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-government
merupakan langkah serius Pemerintah Indonesia untuk memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi di dalam proses pemerintahan dan menciptakan masyarakat
Indonesia yang berbasis informasi. Wujud nyata dari aplikasi e-government yang telah
umum dilaksanakan dan diatur pelaksanaannya adalah pembuatan situs web pemerintah
daerah. Situs web pemerintah daerah. Situs web pemerintah daerah merupakan salah
satu strategi didalam melaksanakan pengembangan e-government secara sistematik
melalui tahapan yang realistik dan terukur. Situs web pemerintah daerah merupakan
tingkat pertama dalam pengembangan e-government di Indonesia yang memiliki
sasaran agar masyarakat Indonesia dapat dengan mudah memperoleh akses kepada
informasi dan layanan pemerintah daerah, serta ikut berpartisipasi di dalam
pengembangan demokrasi di Indonesia dengan menggunakan media internet.
30
29 Falih Fuadi dan Bintoro Wirdiyanto, Revitalisasi Administasi Negara, Reformasi Birokrasi
dan E-Governance, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010), hlm. 57 30 Buku Panduan KOMINFO Tahun 2002, Hal.3
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan Janet Caldow mendefenisikan e-government bukanlah sebuah
perubahan secara fundamental yang berjangka pendek pada pemerintahan dan
kepemerintahan dan bukan pula sebagai awal dari permulaan era industrilisasi. Artinya
adalah bahwa e-government merupakan sebuah modernisasi pemanfaatan teknologi
yang secara garis besar bukan sebuah perubahan yang sangat mendasar di dalam sebuah
pemerintahan yang dipastikan akan berjalan dalam jangka panjang dan bukan pula
membuktikan bahwa ini merupakan awal dari sebuah proses pertumbuhan dan
perubahan sosial. 31
E-government bisa juga dikatakan sebagai salah satu strategi pemerintah dalam
mewujudkan good governance. Berbicara mengenai good governance, terdapat terdapat
prinsip yang melandasi good governance yang sangat bervariasi dari satu institusi ke
institusi lain, dari satu pakar ke pakar lain. Menururt Mark Robinson, terdaoat istilah
yang menjadi titik sentral yaitu : 1) akuntabilitas, yang menyatakan sebagian besar
efektifitas pengaruh dari mereka yang diperintah terdapat orang yang memeritah; 2)
legitimasi, yang berkaitan dengan hak negara untuk menjalankan kekuasaan terhadap
Dari defenisi yang dikemukakan oleh Janet, bisa dilihat bahwa memang e-
government merupakan sebuah perubahan baru yang dirasa memberikan manfaat lebih
dalam dunia pemerintahan maka sangatlah wajar jika modernisasi dalam bidang ini
akan berjalan cukuo lama dalam jangka panjang sehingga tak heran jika akan muncul
sistem seruoa yang lebih kompleks, baik itu sebagai pelengkap maupun sebagai suatu
hal yang baru.
31 Janet Caldow, Institute for Electronic Government, (United Kingdom : IBM Corporation,
2001), hlm.34
Universitas Sumatera Utara
warga-warganya dan seberapa jauh kekuasaan ini dianggap sah untuk diterapkan; dan 3)
transparansi, yag didasarkan pada adanya mekanisme untuk menjamin adanya akses
umum kepada pengambilan keputusan.32
Namun, di dalam perkembangannya, electronic government mengalami
perkembangan yang stagnant. Setelah dikeluarkannya Inpres ini dapat dikatakan bahwa
perkembangan implementasi e-government masih jauh dari harapan. Masih banyak
lembaga pemerintah, baik dipusat maupun daerah, yang belum menganggap e-
government sebagai prioritas. E-government hanyadipandang sebagai proyek yang
harus diikuti dan menjadi trend di kalangan pemerintah. Implementasi penggunaan
teknologi informasi dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia masih hanya
sebatas hubungan antara institusi dalam pemerintah. Jika ada pelayanan kepada
masyarakat hanya sebatas tipe pelayanan one way service, itu saja data-data yang
ditampilkan jarang di-update. Contoh implementasi electronic government di Indonesia
misalnya: program Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK). Program ini
merupakan kerjasama Depdagri dengan pemerintah daerah dalam pelayanan data
kependudukan yang terintegrasi langsung dengan pemerintah pusat/Depdagri. Jadi jika
kita memasukkan data kependudukan di daerah otomatis akan terrecord langsung di
data kependudukan pusat. Kelebihan dari sistem ini tentu saja meningkatkan efisiensi,
data dapat dikirim secara cepat, meminimalisasi manipulasi data kependudukan dan
lain-lain.
33
32 Richardus Eko Indrajit, E-Government In Action, (Jakarta : Andi Publisher, 2014), hlm. 5 33Ibid,Hal.5
Universitas Sumatera Utara
Dengan sistem ini dapat dicegah dobel KTP dengan mekanisme yang dibuat
sedemikian rupa oleh sistem komputer. Selain mempunyai beberapa kelebihan
implementasi SIAK (untuk saat ini) masih mempunyai kelemahan yang perlu dibenahi
untuk masa mendatang yaitu sistem back-up data dan database-nya masih berada di
pemerintah pusat/Depdagri. Dengan demikian secara tidak langsung pelayanan di
daerah sangatbergantung pada kondisi kanal akses, dalam hal ini Telkom dan kondisi di
Depdagri. Bahkan ada pendapat ini merupakan wujud sentralisme.
2. Dasar Hukum E-Government Di Indonesia
Yang mandasari kebijakan penerapan e-government pada instansi pemerintah
pusat maupun daerah adalah Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003 tentang kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan E-Government yang khusus mengatur tentang strategi
pemerintah dalam upaya menyelenggarakan good governance melalui pemanfaatan
teknologikomunikasi dan informasi dalam proses pemerintahan serempak secara
nasional. Inpres Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional
Pengembangan e-government, mengamanatkan setiap Gubernur dan Bupati/Walikota
untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan tugas, fungsi dan
kewenangannya masing-masing guna terlaksananya pengembangan e-Government
secara nasional.
Konsep dasar Inpres hanyalah instruksi presiden hanya terbatas untuk
memberikan arahan, menuntun, membimbing dalam hal suatu pelaksanaan tugas dan
pekerjaan hingga dirasa perlu diatur dalam keputusan menteri PAN dan UU, agar dapat
terciptanya e-government yang baik.
Universitas Sumatera Utara
Dasar hukum selanjutnya terdapat pada Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) bab 13 pasa 54 yang khusus
membahas kebijakan eraturan mengenai teknologi informasi dengan menimbang bahwa
kemajuan teknologi informasi dengan menimbang bahwa kemajuan teknologi informasi
cukup pesat sehingga pemanfaatan teknologi informasi dapat dilakukan secara aman
dan tidak terjadi penyalahgunaan e-government merupakan salah satu sistem
pemerintahan yang berbasis teknologi informasi menjadikan UU ITE sebagai acuan
dalam penerapannya baik pemerintahan pusat maupun daerah.
Selanjutnya yaitu Undang-undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik (KIP) bab 14 pasal 64 yang membahas keterbukaan informasi kepada
pihak sebagai bentuk layanan publik untuk menciptakan transparansi. Mengingat dalam
UUD 1945 pasal 28 F yang berbunyi:
“Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dalam memperoleh informasi untuk mengambangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia” Maka setiap individu berhak mengakses informasi yang memang dibutuhkan
akan tetapi tidak semua informasi dapat diakses dikarenakan kepentigan negara yang
dijelaskan dalam UU KIP. Dalam e-governement berisi informasi yang diperuntukkan
dan dapat diakses oleh publik sehingga selain UU ITE juga UU KIP yang dijadikan
sebagai landasan dalam pengaplikasian e-government.
E-government juga merupakan salah satu bentuk pelayanan publik maka dalam
penerapannya mengacu pada Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik. Dalam Undang-undang Pelayanan Publik mengatur bagaimana prinsip
Universitas Sumatera Utara
pemerintah yang baik dalam hal pelayanan kepada publik agar fungsi pemerintahan
berjalan efisien dalam upaya penyelenggaraan good governance.
3. Manfaat dari Pengembangan E-Government
Semangat menerapkan e-government di Indonesia diawali dengan lahirnya
Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan e-government yang menginstruksikan kepada seluruh pejabat
terkait, baik pemerintah pusat, maupun pemerintah daerah, untuk mengembangkan
Egovernment secara nasional. Di lihat dari pelaksanaan aplikasi e-government, data dari
Depkominfo (2005) menunjukkan bahwa hingga akhir tahun 2005 lalu Indonesia baru
memiliki:
(a) 564 domain go.id;
(b) 295 website pemerintah pusat dan pemda;
(c) 226 website telah mulai memberikan layanan publik melalui website;
(d) 198 website pemda masih dikelola secara aktif
Beberapa pemerintah daerah (pemda) memperlihatkan kemajuan cukup berarti.
Bahkan Pemkot Surabaya sudah mulai memanfaatkan e-gov untuk proses pengadaan
barang dan jasa (e-procurement).
Ada tiga penyebab e-government perlu dikembangkan: 34
1. Era globalisasi yang datang lebih cepat dari yang diperkirakan telah membuat
isu-isu semacam demokratisasi, hak asasi manusia, hukum, transparansi,
korupsi, civil society, good corporate governance, perdagangan bebas, pasar
34 Indrajit, E-Government in Action, (Yogyakarta : Andi, 2005), Hal.7-8
Universitas Sumatera Utara
terbuka dan lain sebagainya menjadi hal-hal utama yang harus diperhatikan
oleh setiap bangsa jika tidak ingin diasingkan dari pergaulan dunia. Dalam
format ini pemerintahan harus mengadakan reposisi terhadap peranannya di
dalam sebuah negara,dari yang bersifat internal dan fokus terhadap kebutuhan
dalam negeri, menjadi lebih berorientasi kepada eksternal dan fokus bagaimana
memposisikan masyarakat dan negaranya di dalam sebuah pergaulan global.
2. Kemajuan teknologi informasi terjadi sedemikian pesatnya sehingga data,
informasi dan pengetahuan dapat diciptakan dengan sangat cepat dan dapat
disebarkan keseluruh lapisan masyarakat diberbagai belahan dunia dalam
hitungan detik. Hal ini berarti setiap individu di berbagai negara dapat saling
berkomunikasi secaralangsung kepada siapapun yang dikehendaki tanpa
dibutuhkan perantara apapun.
3. Meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat di dunia tidak terlepas dari
semakin membaiknya kinerja industri swasta dalam melakukan kegiatan
ekonominya. Keintiman antara masyarakat (sebagai pelanggan) dengan pelaku
ekonomi telah membuat terbentuknya standar pelayanan yang semakin baik
dari waktu ke waktu. Percepatan peningkatan kinerja di sektor swasta ini
tidakiikuti dengan percepatan yang sama di sektor publik, sehingga masyarakat
dapat melihat adanya kepincangan dalam standar kualitas pemberi pelayanan.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa manfaat yang akan diperoleh suatu negara yang telah mengimplementasikan
e-government didalam sebuah tata pemerintahannya atau didalam perosesnya melayani
masyarakat yang diantaranya: 35
a. Memperbarui kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder-nya (masyarakat, kalangan bisnis dan industri) khususnya dalam hal kinerja efektifitas dan efisiensi diberbagai bidang kehidupan bernegara
b. Lebih meningkatkan transparansi kontrol dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Corporate Governance
c. Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi dan interaksi yang dikeluarkan pemerintah maupun stakeholder-nya untuk keperluan aktifitas sehari-hari
d. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang berkepentingan
e. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat yang dapat secara tepat dan cepat menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan dengan berbagai perubahan global dan trend yang ada
f. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra pemerintah dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara merata dan demokratis.
Manfaat terpenting dari implementasi e-government adalah terwujudnya
pemerintahan yang lebih bertanggung jawab (accountable) bagi warganya. Selain itu,
akan lebih banyak masyarakat yang bisa mengakses informasi, pemerintahan juga lebih
efisien danefektif, serta akan tercipta layanan pemerintahan yang lebih sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Diharapkan dengan pemanfaatan yang lebih baik atas sumber
daya, proses dan teknologi informasi bisa terjadi pula pemerintahan yang lebih baik.36
35 Indrajit, E-Government in Action, (Yogyakarta : Andi Yogyakarta, 2005), Hal.25 36Ibid, hlm. 26
B. Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AUPB) menurut Sarjana dan
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi
Pemerintahan
Universitas Sumatera Utara
Sejarah perkembangan AUPB di Indonesia dapat dilihat dari perkembangan
prinsip AUPB dalam berbagai peraturan perundang-undangan, praktik penerapan AUPB
dalam putusan pengadilan atau yurisprudensi serta doktrin. Perkembangan AUPB dari
prinsip yang tidak tertulis bergeser menjadi norma hukum tertulis berlangsung cukup
lambat. Sejak UU PTUN 1986, AUPB tidak diatur secara eksplisit. Pasal 53 ayat (2)
UU PTUN 1986 tidak secara eksplisit menyebut AUPB sebagai dasar pengajuan
gugatan Keputusan TUN. Pada saat pembentukan UU PTUN 1986, risalah UU
menyatakan bahwa Fraksi ABRI sudah mengusulkan konsep AUPB. Namun usulan itu
ditolak oleh Menteri Kehakiman, Ismail Saleh, dengan alasan praktik ketatanegaraan
maupun dalam Hukum Tata Usaha Negara di Indonesia, belum mempunyai kriteria
“algemene beginselen van behoorlijk bestuur” (asas-asas umum pemerintahan yang
baik), seperti halnya di Belanda dan di negara-negara Eropa Kontinental.37
Perkembangan pengaturan prinsip AUPB menemukan momentumnya yang
semakin kuat, tatkala UU Administrasi Pemerintahan disahkan pada tahun 2014. Ketika
Undang-Undang No.30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan (UU AP 2014)
AUPB diatur dalam Pasal 53 Ayat (1) dan (2), serta dalam Penjelasan Pasal 53
Ayat (1) dan (2), UU PTUN 2004. Pasal 53 Ayat (1) pada dasarnya menekankan hak
gugat perorangan dan badan hukum melalui Peradilan TUN, manakala haknya
dirugikan oleh penyelenggara Negara. Sedangkan Pasal 53 ayat (2) menekankan bahwa
selain pelanggaran terhadap UU tertulis, pelanggaran terhadap AUPB juga dapat
dijadikan dasar untuk mengajukan gugatan kepada penyelenggara Negara.
37Risalah rapat pembahasan RUU PTUN, Pembicaraan Tingkat II/Jawaban Pemerintah atas
Pemandangan Umum Fraksi ABRI atas RUU PTUN, Selasa, 20 Mei 1986, hal. 148.
Universitas Sumatera Utara
masih dalam proses pembahasan berupa RUU di DPR, prinsip AUPB menjadi
mainstreaming issue dalam penyusunan RUU ini. Ketika rapat pembahasan Daftar
Inventaris Masalah (DIM) bersama DPR berlangsung, Prof. Eko Prasojo, Wakil Menteri
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Wamen
Menpan RB) mengusulkan pencantuman Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik
(AUPB). Dari sekian jenis AUPB yang diusulkan oleh Pemerintah, Fraksi Partai Golkar
(FPG) mengusulkan tambahan satu asas dalam AUPB, yaitu: “asas pelayanan yang
baik”. Selain asas-asas yang diusulkan oleh Pemerintah maupun FPG, semua fraksi di
DPR juga menyadari bahwa masih ada asas-asas lain yang mungkin dipergunakan oleh
Hakim di dalam membuat keputusan atau gugatan Pejabat atau Badan Pemerintahan.
Artinya, dengan adanya usulan tersebut, peserta rapat menyetujui asasasas umum
lainnya di luar AUPB, sebagaimana dimaksud dalam UU AP 2014, agar dapat
diterapkan sepanjang dijadikan dasar penilaian hakim yang tertuang dalam putusan
Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
Di dalam UU AP 2014, istilah yang digunakan adalah Asas Umum
Pemerintahan yang Baik (disingkat AUPB). Penyebutan istilah AUPB dapat ditemukan
dalam Pasal 1, 5, 7, 8, 9, 10, 24, 31, 39, 52, 66, dan 87. AUPB sendiri diatur dalam
Pasal 10 Ayat (1) dan (2), serta Penjelasannya. Pasal 10 ayat (1) yang memuat 8
(delapan) asas AUPB, yaitu: kepastian hukum, kemanfaatan, ketidakberpihakan,
kecermatan, tidak menyalahgunakan kewenangan, keterbukaan, kepentingan umum, dan
pelayanan yang baik. Sedangkan pada Pasal 10 Ayat (2) diisyaratkan bahwa asas–asas
lain di luar 8 asas tersebut dapat diakui sebagai AUPB, sepanjang diterapkan oleh
Universitas Sumatera Utara
hakim dalam memutus perkara dan mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Asas-asas
lain di luar asas yang disebutkan dalam Pasal 10 Ayat (2) dapat dimaknai sebagai
AUPB tambahan yang diadopsi oleh hakim dari pelbagai peraturan perundang–
undangan yang berlaku atau dari doktrin yang dikembangkan oleh pakar Hukum
Administrasi Negara.38
Istilah ‘azas’ dalam Azas Umum Pemerintahan yang Baik, atau AUPB, menurut
pendapat Bachsan Mustafa dimaksudkan sebagai ‘azas hukum’, yaitu suatu asas yang
menjadi dasar suatu kaidah hukum. Azas hukum adalah asas yang menjadi dasar
pembentukan kaidah-kaidah hukum, termasuk juga kaidah hukum tata pemerintahan.
Kaidah atau norma adalah ketentuan-ketentuan tentang bagaimana seharusnya manusia
bertingkah laku dalam pergaulan hidupnya dengan manusia lainnya. Ketentuan tentang
tingkah laku dalam hubungan hukum dalam pembentukannya, sekaligus penerapannya,
didasarkan pada asas-asas hukum yang diberlakukan. Perlakuan asas hukum dalam
lapangan hukum tata pemerintahan sangat diperlukan, mengingat kekuasaan aparatur
pemerintah memiliki wewenang yang istimewa, lebih-lebih di dalam rangka
penyelenggaraan kesejahteraan dan kepentingan umum dalam fungsinya sebagai
bestuurszorg.
39
Kata ‘umum’ berarti sesuatu yang bersifat menyeluruh dan mencakup hal-hal
yang bersifat mendasar dan diterima sebagai prinsip oleh masyarakat secara umum.
Kata ‘pemerintahan’ disebut juga sebagai Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang
dirumuskan dalam Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986, menyatakan
38Undang Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan 39Faried Ali, Hukum Tata Pemerintahan Heteronom dan Otonom,( Refika Aditama, Bandung,
2012), hal. 124.
Universitas Sumatera Utara
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah Badan atau Pejabat yang melaksanakan
urusan pemerintahan, berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Penjelasan atas Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan urusan
pemerintahan adalah kegiatan yang bersifat eksekutif. Jika kita mendasarkan pada
definisi Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara di atas, maka aparat pemerintah dari
tertinggi sampai dengan terendah mengemban 2 (dua) fungsi, yaitu:
1. Fungsi memerintah (bestuursfunctie)
Kalau fungsi memerintah (bestuursfunctie) tidak dilaksanakan, maka roda
pemerintahan akan macet.
2. Fungsi pelayanan (vervolgens functie)
Fungsi pelayanan adalah fungsi penunjang, kalau tidak dilaksanakan maka
akan sulit menyejahterakan masyarakat.
Mengenai hal ini, Philipus M. Hadjon menerangkan bahwa pada dasarnya
pemerintah tidak hanya melaksanakan undang-undang tetapi atas dasar fries ermessen
dapat melakukan perbuatan-perbuatan lainnya, meskipun belum diatur secara tegas
dalam undang-undang. Selanjutnya, Philipus M. Hadjon juga menambahkan bahwa di
Belanda untuk keputusan terikat diukur dengan peraturan perundang-undangan (hukum
tertulis), meskipun untuk keputusan bebas dapat diukur dengan hukum tak tertulis.
Namun dalam perkembangannya baik di Indonesia maupun di Belanda, baik UU
maupun AUPB keduanya harus menjadi pedoman bagi penyelenggara pemerintahan
dalam menjalankan fungsinya dan melakukan perbuatan-perbuatan dan atau
mengeluarkan keputusan-keputusan. Sebab sah tidaknya sebuah keputusan
Universitas Sumatera Utara
pemerintahan apabila memenuhi keduanya yaitu selaras dengan UU dan AUPB. Hal ini
secara tegas dinyatakan dalam ketentuan Pasal 52 Ayat (2) UUAP 2014 tentang syarat
sahnya keputusan pemerintahan, dinyatakan bahwa“Keputusan TUN dapat dinyatakan
sah, apabila dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan dan berdasarkan
AUPB”.
Wirda Van der Burg mendefinisikan AUPB sebagai tendensi-tendensi
(kecenderungan) etik, yang menjadi dasar hukum Tata Usaha Negara, baik yang tertulis,
maupun yang tidak tertulis, termasuk praktik pemerintahan dan dapat diketahui pula
bahwa asas-asas itu sebagian dapat diturunkan dari hukum dan praktik, sedangkan
untuk sebagian besar bukti (jelas atau nyata) langsung mendesak. Hal ini dikemukakan
Wirda dalam salah satu paparannya di hadapan perhimpunan Tata Usaha Negara di
Belanda Tahun 1952.40
Hal berbeda disampaikan F.H. Van der Burg dan G.J.M. Cartigny yang
mendefinisikan AUPB sebagai asas-asas hukum yang tidak tertulis yang harus
diperhatikan oleh badan atau pejabat TUN dalam melakukan tindakan hukum yang
dinilai kemudian oleh hakim TUN. 70 Definisi tersebut hampir sama dengan yang
dikemukakan Olden Bidara, yang memberikan definisi tentang AUPB sebagai asas-asas
hukum yang tidak tertulis yang harus diperhatikan oleh badan atau pejabat TUN dalam
melakukan tindakan hukum. Asas yang demikian oleh Indroharto disebut sebagai asas-
40Ateng Syarifudin, “Kepala Daerah”, Cet. Pertama, (Bandung, Citra Aditya Bhakti, 1994),
hal.53
Universitas Sumatera Utara
asas hukum umum yang secara khusus berlaku dan penting artinya bagi perbuatan-
perbuatan hukum pemerintahan.41
Terminologi “e-government” dapat diartikan sebagai kumpulan konsep untuk
semua tindakan dalam sektor publik (baik di tingkat Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah) yang melibatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam rangka
mengoptimalisasi proses pelayanan publik yang efisien, transparan dan efektif. Istilah e-
government berhubungan dengan kemampuan untuk menggunakan teknologi informasi
dan komunikasi untuk meningkatkan hubungan antara pemerintah dan masyarakat,
antara pemerintah dan pelaku bisnis, dan di antara instansi pemerintah. Teknologi ter-
sebut termasuk e-mail. WAN (Wide Area Network), Internet, peralatan mobile
computing (HP, laptop, PDA), dan berbagai teknologi lain yang berfungsi untuk
menyebarluaskan informasi dan memberi pelayanan elektronik dalam berbagai
bentuk.
C. Korelasi E-Government dan Terwujudnya Asas Umum Pemerintahan
yang Baik (AUPB)
42
Secara umurn pengertian e-government adalah Sistem manajemen informasi dan
layanan masyarakat berbasis internet. Layanan ini diberikan oleh pemerintah kepada
masyarakat. Dengan memanfaatkan internet, maka akan muncul sangat banyak
pengembangan modus layanan dari pemerintah kepada masyarakat yang memungkinkan
peran aktif masyarakat dimana diharapkan masyarakat dapat secara mandiri melakukan
41Paulus Effendi Lotulung, Himpunan Asas-asas Umum Pemerintah Yang Baik, (Bandung, Citra
Aditya Bakti, 1994), hlm.80. 42Kurniawan, Hambatan dan Tantangan dalam Mewujudkan Good Government di Indonesia,
(Jakarta : Ghalia Indonesia, 2012), hal.25
Universitas Sumatera Utara
registrasi perizinan, memantau proses penyelesaian, melakukan secara langsung untuk
setiap perizinan dan layanan publik lainnya. Semua hal tersebut dengan bantuan
teknologi internet akan dapat dilakukan dari mana saja dan kapan saja.
A.S. Hikam, mantan Menristek, mengatakan bahwa e-government adalah
merupakan elektronikalisasi layanan pemerintah terhadap masyarakat atau warga
negara. Selain itu e-government juga merupakan sebuah proses bagi demokratisasi,
dengan adanya e-government, berarti juga memotong jalur birokrasi yang ada.
Selanjutnya beliau mengemukakan bahwa tujuan e-government adalah untuk
meningkatkan akses warga negara terhadap jasa-jasa layanan publik pemerintah,
meningkatkan akses masyarakat ke sumber-sumber informasi yang dimiliki pemerintah,
menangani keluhan masyarakat. dan juga persamaan kualitas layanan yang bias
dinikmati oleh seluruh warga negara.43
43Hikam. Muhammad A.S. Indonesia Perlu segera Terapkan e-Government (dalam Kompas,
Jumat, 18Mei2001).
Dengan adanya e-government, berarti harus ada
standarisasi kualitas layanan yang bisa dinikmati masyarakat. e-government bukan
cuma sekedar memasang komputer di kantor masing-masing, karena e-government
mempunyai banyak konsekuensi sosial budaya bagi pemerintah (terutama pemerintah
daerah), karena e-government sebetulnya akan memaksa mereka bekerja secara
profesional, bekerja bersih, tidak melakukan korupsi, tidak pungli dan lain-lain, karena
komputer tidak bisa dibohongi dan tidak bisa mentolerir penipuan-penipuan, untuk itu
aparat pemda harus diubah paradigmanya sebelum e-government ini bisa dijalankan
dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
Berkenaan dengan uraian tersebut, ada dua hal utama yang dapat diambil dalam
pengertian e-government, yang pertama adalah penggunaan teknologi informasi (salah
satunya adalah internet) sebagai alat bantu, dan yang kedua, tujuan pemanfaatannya
sehingga pemerintahan dapat berjalan lebih efisien. Dengan teknologi
informasi/internet, seluruh proses atau prosedur yang ada di pemerintahan dapat dilalui
dengan lebih cepat asal digunakan dengan tepat.
Pengertian dari good governance dapat dilihat dari pemahaman yang dimiliki
baik oleh IMF maupun World Bank yang melihat good governance sebagai sebuah cara
untuk memperkuat “kerangka kerja institusional dari pemerintah”. Hal ini menurut
mereka adalah bagaimana memperkuat aturan hukum dan prediktibilitas serta
imparsialitas dari penegakannya. Ini juga berarti mencabut akar dari korupsi dan
aktivitas-aktivitas rent seeking, yang dapat dilakukan melalui transparansi dan aliran
informasi serta menjamin bahwa informasi mengenai kebijakan dan kinerja dari institusi
pemerintah dikumpulkan dan diberikan kepada masyarakat secara memadai sehingga
masyarakat dapat memonitor dan mengawasi manajemen dari dana yang berasal dari
masyarakat.44
Good governance memiliki sejumlah ciri sebagai berikut:
45
(1) Akuntabel, artinya pembuatan dan pelaksanaan kebijakan harus disertai per-
tanggungjawabannya;
(2) Transparan, artinya harus tersedia informasi yang memadai kepada
masyarakat terhadap proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan;
44Kurniawan, Op.Cit, hal.35 45Ibid
Universitas Sumatera Utara
(3) Responsif, artinya dalam proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan harus
mampu melayani semua stakeholder;
(4) Setara dan inklusif, artinya seluruh anggota masyarakat tanpa terkecuali harus
memperoleh kesempatan dalam proses pembuatan dan pelaksanaan sebuah
kebijakan;
(5) Efektif dan efisien, artinya kebijakan dibuat dan dilaksanakan dengan
menggunakan sumberdaya-sumberdaya yang tersedia dengan cara yang
terbaik;
(6) Mengikuti aturan hukum, artinya dalam proses pembuatan dan pelaksanaan
kebijakan membutuhkan kerangka hukum yang adil dan ditegakan;
(7) Partisipatif, artinya pembuatan dan pelaksanaan kebijakan harus membuka
ruang bagi keterlibatan banyak aktor;
(8) Berorientasi pada konsensus (kesepakatan), artinya pembuatan dan
pelaksanaan kebijakan harus merupakan hasil kesepakatan bersama diantara
para aktor yang terlibat
Masyarakat di kota besar yang sibuk dan kadang-kadang lokasi tempat
tinggalnya cukup jauh dengan kantor pelayanan. maka dengan diimplementasikannya e-
government, masyarakat tetap dapat mengakses informasi dan layanan publik. Dengan
adanya fasilitas tersebut, masyarakat diharapkan akan menjadi lebih produktif karena
masyarakat tidak perlu antri dalam waktu lama hanya untuk menyelesaikan sebuah
perizinan seperti saat ini. Suatu hal yang perlu diingat adalah, bahwa menerapkan e-
government sama sekali tidak sama dengan menjadikan kantor-kantor pemerintahan
Universitas Sumatera Utara
sebagai lingkungan high-tech (teknologi tinggi). Melainkan e-government bertujuan
menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk membuat layanan
pemerintah lebih dekat pada orang-orang yang menggunakan layanan-layanan tersebut,
yaitu masyarakat. Dengan adanya online system ini, masyarakat dapat memanfaatkan
banyak waktunya untuk melakukan aktivitas yang lain sehingga diharapkan
produktifitas pun dapat meningkat, baik tingkat daerah maupun tingkat nasional.
Dapat dikatakan bahwa secara garis besar e-government mempunyai banyak
keuntungan, antara lain: 46
a. Peningkatan kualitas pelayanan. Pelayanan publik dapat dilakukan selama 24 jam, berkat adanya teknologi internet.
b. Dengan menggunakan teknologi online, banyak proses yang dapat dilakukan dalam format digital, hal ini akan banyak mengurangi penggunaan kertas (paperwork) proses akan menjadi lebih efisien dan hemat.
c. Database dan proses terintegrasi (akurasi data lebih tinggi. mengurangi kesalahan identitas dan Iain-lain).
d. Semua proses dilakukan secara trans-paran, karena semua proses berjalan secara online.
Selain keuntungan di atas. keuntungan lainnya adalah, masyarakat dapat
mengakses pemerintah dengan cepat, dan linkage antar daerah bisa mudah terkontrol.
Bahkan ada kesempatan untuk saling promote, bagaimana bisa mengontrol daerahnya
dengan lebih cepat. Hanya saja, e-government untuk negara sebesar Indonesia, dengan
lebih dari 14 ribu pulau, sulit menciptakan satu aplikasi yang baru. Satu aplikasi tidak
bisa digeneralisasi untuk semua. Misalnya. yang diterapkan untuk Jakarta mungkin
tidak akan pas untuk Papua ataupun Sulawesi. Jadi, setiap daerah punya satu pandangan
yang bisa mendaiam terhadap daerahnya.
46Zainal Abidin, Electronic Government dan Penerapannya di Kabupaten Takalar. (Yogyakarta
: MAP-UGM, 2000), hal.15
Universitas Sumatera Utara
Partisipasi masyarakat dapat terwujud seiring dengan tumbuhnya rasa percaya
masyarakat kepada para penyelenggara pemerintahan di daerah. Rasa percaya ini akan
tumbuh apabila masyarakat memperoleh pelayanan dan kesempatan yang setara (equal).
Tidak boleh ada perlakuan yang didasari atas dasar perbedaan pria-wanita, kaya-miskin,
kesukuan dan agama. Pembedaan perlakuan atas dasar apapun dapat menumbuhkan
kecemburuan dan mendorong terjadinya konflik sosial di masyarakat. Setiap upaya
yang menggunakan sumberdaya masyarakat, perlu diselenggarakan secara transparan.
Penyelenggaran pemerintahan daerah yang bertanggung jawab dan transparan akan
menumbuhkan rasa percaya masyarakat pada pemerintah daerah.47
Upaya memperbaiki penyelengaraan pemerintahan di Indonesia bukanlah hal
baru, beberapa kegiatan telah pernah dilakukan antara lain Program Pelayanan Prima
yang diprakarsai oleh Kementerian PAN. Istilah good governance sendiri muncul
bersamaan dengan program-program yang didukung lembaga luar, namun tidak berarti
kegiatan yang dilaksanakan bukan kegiatan yang merupakan aspirasi masyarakat,
Keinginan masyarakat untuk memperoleh pemerintahan yang baik (Good Governance)
sudah ada sejak dahulu, bahkan sebagian masyarakat memimpikan dipimpin oleh “Ratu
Adil’ yang dipercaya akan memimpin dengan mementingkan kepentingan masyarakat
dan mencapai kemakmuran. Jadi adanya Tata Pemerintahan yang baik bukan
merupakan kondisi yang diharapkan dari luar namun menjadi impian masyarakat
banyak. Pada hakekatnya tujuan tata kepemerintahan yang baik (good governance)
adalah tercapainya kondisi pemerintahan yang dapat menjamin kepentingan/pelayanan
47Kushandajani, Artikel Standar Pelayanan Minimal (SPM) Dan Peningkatan Pelayanan Publik
Di Era Otonomi Daerah, , 2009, hlm. 49
Universitas Sumatera Utara
publik secara seimbang dengan melibatkan kerjasama antar semua komponen pelaku
(negara, masyarakat madani, lembaga-lembaga masyarakat, dan pihak swasta).
Paradigma tata kepemerintahan yang baik menekankan arti penting kesejajaran
hubungan antara institusi negara, pasar, dan masyarakat. Semua pelaku harus saling
mengetahui apa yang dilakukan oleh pelaku lainnya serta membuka ruang dialog agar
para pelaku saling memahami perbedaan-perbedaan di antara mereka. Melalui proses
tersebut diharapkan akan tumbuh konsensus dan sinergi dalam penerapan program-
program tata kepemerintahan yang baik di masyarakat.48
Buah dari kemajuan pesat teknologi informasi ini dapat mempengaruhi
bagaimana pemerintahan di masa modem ini harus bersikap secara benar dan efektif
mereposisikan perananannya dalam melayani masyarakatnya. Secara umum
pengimplementasian e-government diyakini akan memperbaiki kinerja pengelolaan
pemerintahan di Indonesia. Maraknya korupsi di Indonesia dan rendahnya kepercayaan
investor asing terhadap pemerintah Indonesia menunjukkan rendahnya kualitas
manajemen pemerintahan Indonesia. Karena itu, diperlukan suatu manajemen
pemerintah yang sangat menonjolkan unsur transparansi, sebagai salah factor penting
untuk menghilangkan KKN (kolusi, kompsi, nepotisme) di pemerintahan. Rendahnya
transparansi ini menyebabkan sukarnya mekanisme pengawasan berjalan dengan lancar.
Salah satu solusi dan alternatif yang menjanjikan untuk menciptakan transparansi
adalah sistem pengelolaan pemerintahan secara elektronik atau electronic government
(e-government). Pengelolaan lembaga/instansi secara elektronik baik untuk swasta
48(http://good-governance.bappenas.go.id), diakses pada tanggal 23 Oktober 2017
Universitas Sumatera Utara
maupun pemerintahan selain mcningkatkan transparansi, juga bisa mening-katkan
efisiensi (menurunkan biaya dan meningkatkan efektivitas/meningkatkan daya hasil).
Saat ini cukup banyak negara yang sudah menerapkan e-government. Di antaranya
adalah Singapura, Australia, AS, Jerman, Inggris, Malaysia, Taiwan, dan Selandia Baru.
Hambatan penerapan e-government dapat lihat misalnya dari hasil pengamatan
yang dilakukan Kementerian Komunikasi yang menyimpul-kan bahwa mayoritas situs
pemerintah Pusat dan pemerintah Daerah masih berada pada tingkat persiapan (pertama)
apabila ditinjau dari sejumlah aspek: (1) E-Leadership: prioritas dan inisiatif negara di
dalam mengantisipasi dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi; (2)
Infrastruktur Jaringan Informasi: kondisi infrastruktur telekomunikasi serta akses,
kualitas, lingkup, dan biaya jasa akses; (3) Pengelolaan Informasi: kualitas dan
keamanan pengelolaan informasi; (4) Lingkungan Bisnis: kondisi pasar, sistem
perdagangan. dan regulasi yang membentuk konteks perkembangan bisnis teknologi
informasi; (5) Masyarakat dan Sumber Daya Manusia: difusi teknologi informasi
didalam kegiatan masyarakat baik perorangan maupun organisasi, serta sejauh mana
teknologi informasi disosialisasikan kepada masyarakat melalui proses pendidikan.49
Berbagai masalah yang dihadapi Indonesia dalam menerapkan e-government, di
antaranya adalah masih kurangnya infrastruktur yang ada, masalah sumber daya
manusia dan lain-lain. Namun demikian. karcna penerapan e-government sudah menjadi
tuntutan masyarakat untuk mcndapatkan layanan yang lebih baik dan juga karena
tuntutan penerapan otonomi daerah, maka pemerintah (pusat atau daerah) harus segera
49Kurniawan, Op.Cit, hal.78
Universitas Sumatera Utara
menerapkannya dengan segala keterbatasan yang ada. Menurut Rasyid, dalam rangka
penerapan good governance dan e-government, terdapat empat prinsip dasar yang perlu
diperhatikan yaitu: kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, dan profesionalitas
untuk peningkatan layanan dan pemberdayaan masyarakat50. Sedangkan menurut
Hardijanto bahwa peningkatan pelayanan kepada masyarakat harus terus menerus
diusahakan perubahan peran dengan cara optimalisasi standar pelayanan dengan prinsip
cepat, tepat, memuaskan, transparan dan non diskriminatif serta menerapkan prinsip-
prinsip akuntabilitas, dan pertimbangan efisiensi.51
Implementasi e-government yang diyakini mampu mengurangi peluang
penyalahgunaan wewenang dan mengurangi biaya operasional pemerintah sudah
semakin mendesak untuk segera diterapkan. Namun demikian, sebagaimana diuraikan
di atas, berbagai persoalan baik teknis maupun kemampuan sumber daya manusia
(SDM) masih menghambat. Karena e-government lebih mendasar dari sekedar
komputerisasi dan otomatisasi layanan. Penerapannya amat ditentukan seberapa serius
pemerintah mengurangi birokrasi yang selama ini identik dengan uang.
52
Berdasarkan InPres nomor 3 Tahun 2003 tentang Penerapan E-Governemnt,
pengembangan e-government merupakan upaya untuk mengembangkan
penyelenggaraan ke pemerintahan yang berbasis elektronik dalam rangka
meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Melalui pengembangan
D. Penerapan e-government berdasarkan InPresNomor 3 Tahun 2003
Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government
50 Ibid 51http://www.bogor.net/idkf/idkf-2/wawancara, diakses pada tanggal 23 Oktober 2017 52Bisnis Indonesia, Tanggal 25/01/2001.
Universitas Sumatera Utara
E-Government dilakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan
pemerintah dengan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi.
Dengan diterbitkannya Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 Tentang
Kebijakan Dan Stategi Nasional Pengembangan e-government, yang diikuti dengan
Panduan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan e-government Lembaga dari
Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), maka sejak saat itu Pemerintah
Indonesia secara resmi mulai menerapkan e-government. InPres Nomor 3 Tahun 2003
mengatur tentang aspek-aspek pemanfaatan teknologi, antara lain:
1. E-Leadership; aspek ini berkaitan dengan prioritas dan inisiatif negara di
dalam mengantisiasipasi dan memanfaatkan kemajuan teknologi da
informasi.
2. Infrastruktur Jaringan Informasi ; aspek ini berkaitan dengan kondisi
infrastruktur, telekomunikasi serta akses, kualitas, lingkup dan biaya jasa
akses.
3. Pengelolaan Informasi; aspek ini berkaitan dengan kualitas dan keamanan
pengelolaan informasi mulai dari pembentukan, pengelolaan, penyimpanan
sampai penyaluran dan distribusinya.
4. Lingkungan bisnis; aspek ini berkaitan dengan kondisi pasar, sistem
perdangan, dan regulasi yang membentuk konteks bagi perkembangan
bisnis teknologi informasi, terutama yang mempengaruhi kelancaran aliran
informasi antara pemerintah dan masyarakat dan dunia usaha, antar badan
usaha dan antar badan usaha dengan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
5. Masyarakat Dan Sumber Daya Manusia; aspek ini berkaitan dengan difusi
teknologi informasi di dalam kegiatan masyarakat baik perorangan maupun
organisasi, serta sejauh mana teknologi informasi disosialisasikan kepada
masyarakat melalui proses pendidikan.
Inpres No 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan E-Government melampirkan bahwa, dengan mempertimbangkan
kondisi saat ini, pencapaian tujuan strategis e-governmet perlu dilaksanakan melalui
enam strategi yang berkaitan erat yaitu sebagai berikut: 53
a. Mengembangkan sistem pelayanan yang handal, terpercaya serta terjangkau masyarakat luas. Sasarannya antara lain, perluasan dan peningkatan kualitas jaringan koomunikasi keseluruh wilayah Negara. Sasaran lain adalah pembentukan portal informasi dan pelayanan publikyang dapat mengintegrasikan sistem manajemen dan proses kerja instansi pemerintah.
b. Menata sistem manajemen dan proses kerja pemerintah agar dapat mengadopsi kemajuan teknologi informasi secara cepat.
c. Memanfaatkan teknologi informasi secara optimal. Sasaran yang ingin dicapai adalah standarisasi yang berkaitan dengan interopabilitas pertukaran dan transaksi informasi antar portal pemerintah. Standarisasi dan prosedur yang berkaitan dengan manejeman dokumen dan informasi elektronik.
d. Meningkatkan peran serta dunia usaha dan mengembangkan industri telekomunikasi dan teknologi informasi. Sasaran yang ingin dicapai adalah adanya partisipasi dunia usaha dalam mempercepat pencapaian tujuan strategis e-government.
e. Mengembangkan kapasitas sumber daya manusia. Baik pemerintah maupun masyarakat.
f. Melaksanakan pengembangan secara sistematis melalui tahapan yang realistis dan terukur dalam pengembangan e-government, dapat dilaksanakan dengan empat tingkatan, yaitu: persiapan, pematangan, pemantapan dan pemanfaatan.
Visi e-government pada dasarnya berlandaskan pada empat (4) prinsip dasar
yang meliputi:54
53 Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 Tetang Kebijakan Dan Strategi Nasional
Pengembangan E-Government 54 Indrajit, Op.Cit, Hal.18
Universitas Sumatera Utara
1. Fokus pada perbaikan pelayanan pemerintah kepadamasyarakat. Karena begitu banyaknya jenis pelayanan yang diberikan pemerintah kepada masyarakatnya, maka harus dipikirkan pelayanan mana saja yang menjadi prioritas yaitu memprioritaskanlah jenis pelayanan
2. Membangun sebuah lingkungan yang kompetitif. Yang dimaksu dengan lingkungan yang kompetitif di sini adalah bahwa misi untuk melayani masyarakat tidak hanya diserahkan, dibebani, atau menjadi hak dan tanggung jawab institusi publik (pemerintah)semata, tetapi sektor swasta dan non-komersial diberikan pula kesempatan untukmelakukannya.
3. Pemberian penghargaan pada inovasi, dan berilah ruang kesempatanbagi kesalahan.Artinya pemberian insentif terhadap bagi mereka yang melaksanakan tugasnya sesuai dengan standarisasi yang ada dan walaupun e-government merupakan sebuah teknologi digital namun tak luput pula dari kesalahan bagi pihak-pihak tertentu yang bersangkutan.
4. Menekankan pada pencapaian efisiensi. Pemberian pelayanan denganmemanfaatkan teknologi digital atau internet tidak selamanya harus menjadi jalur alternative efisiensi juga dapat dinilai dengan besarnya manfaat dan pendapatantambahan yang diperoleh pemerintah dari penerapan e- government.
Pengembangan e-government merupakan upaya untuk mengembangkan
penyelenggaraan kepemerintahaan yang berbasis (menggunakan) elektronik dalam
rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik secara efektif dan efesien. Melalui
pengembangan e-government dilakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja
dilingkungan pemerintahan dengan mengoptimalisasikan pemanfaatan teknologi
informasi. Berdasarkan sifat transaksi informasi dan pelayanan publik yang disediakan
oleh pemerintah melalui jaringan informasi, pengembangan e-government dapat
dilaksanakan melalui empat tingkatan, yaitu:
a. Tingkat 1 – Persiapan - Pembuatan situs web sebagai media informasi dan komunikasi pada setiap lembaga. - Sosialisasi situs web untuk internal dan publik
b. Tingkat 2 – Pematangan - Pembuatan situs web informasi publik yang bersifat interaktif - Pembuatan antar muka keterhubungan dengan lembaga lain
c. Tingkat 3 – Pemantapan - Pembuatan situs web yang bersifat transaksi pelayanan publik - Pembuatan inteperabilitas aplikasi dan data dengan lembaga lain
Universitas Sumatera Utara
d. Tingkat 4 – Pemanfaatan - Pembuatan aplikasi untuk pelayanan yang bersifat Government to Government (G2G), Government to Business (G2B), Government to Consumers (G3C).
E-government didalam penerapannya dapat lebih memudahkan penataan sistem
manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dan pemerintah daerah otonom
dengan mengoptimalisasikan pemanfaatan teknologi informasi komunikasi. Untuk
implementasi e-government, pemerintah telah mengeluarkan Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan.Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-government
dituangkan melalui InPres No. 3 Tahun 2003, pada tanggal 9 Juni 2003. Bappenas
menjelaskan bahwa ada beberapa hal penting didalam penerapan egovernment, terutama
dalam hal sasaran. Sasaran dari penerapan e-government meliputi :55
a. Penerapan Sistem artinya bahwa pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan publik yang berkualitas dan lebih terjangkau.
b. Pembentukan hubungan interaktif dengan dunia usaha untuk meningkatkan dan memperkuat kemampuan perekonomian menghadapi perubahan dan persaingan perdagangan internasional.
c. Pembentukan mekanisme komunikasi antar lembaga pemerintah serta penyediaan fasilitas bagi partisipasi masyarakat dalam proses kepemerintahan.
d. Pembentukan sistem manajemen dan proses kerja yang transparan danefisien serta memperlancar transaksi dan layanan antar lembaga.
Tipe-tipe relasi e-Government menurut Indrajit adalah sebagai berikut:56
a. Government to Citizen/Government to Customer (G2C)
Tipe G-to-C ini merupakan aplikasi E-Government yang paling umum, yaitu
dimana pemerintah membangun dan menerapkan berbagai portofolio
teknologi informasi dengan tujuan utama untuk memperbaiki hubungan
interaksi dengan masyaraka. Dengan kata lain, tujuan utama dari dibangunnya
55 http://perpustakaan.bappenas.go.id/, diakses pada tanggal 26 Oktober 2017 56Indrajit, Op.Cit, Hal.48
Universitas Sumatera Utara
aplikasi E-Government bertipe G-to-C adalah untuk mendekatkan pemerintah
dengan rakyatnya melalui kanal-kanal akses yang beragam agar masyarakat
dapat dengan mudah menjangkau pemerintahnya untuk pemenuhan berbagai
kebutuhan pelayanan sehari-hari. Government to Citizen adalah penyampaian
layanan publik dan informasi satu arah oleh pemerintah ke masyarakat.
Memungkinkan pertukaran informasi dan komunikasi antara masyarakat dan
pemerintah contohnya G2C : pajak online, mencari pekerjaan, layanan
jaminan sosial, dokumen pribadi (kelahiran dan akte perkawinan, aplikasi
paspor, lisensi Pengarah), layanan imigrasi, layanan kesehatan, beasiswa,
penanggulangan bencana.
b. Government to Business (G2B)
Government to Business adalah transaksi-transaksi elektronik dimana
pemerintah menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan bagi kalangan
bisnis untuk bertransaksi dengan pemerintah. Mengarah kepada pemasaran
produk dan jasa ke pemerintah untuk membantu pemerintah menjadi lebih
efisien melalui peningkatan proses bisnis dan manajemen data elektronik.
Aplikasi yang memfasilitasi interaksi G2B maupun B2G adalah sistem E-
Procurement. Manfaatnya adalah :
1) Para perusahaan wajib pajak dapat dengan mudah menjalankan aplikasi berbasi web untuk menghitung besarnya pajak yang harus dibayarkan ke pemerintah dan melakukan pembayaran melalui internet;
2) Proses tender proyek-proyek pemerintahan yang melibatkan sejumlah pihak swasta dapat dilakukan melalui website (sehingga menghemat biaya transportasi dan komunikasi), mulai dari proses pengambilan dan pembelian formulir tender, pengambilan formulir informasi Term of Reference (TOR),
Universitas Sumatera Utara
sampai dengan mekanisme pelaksanaan tender itu sendiri yang berakhir dengan pengumuman pemenang tender;
3) Proses pengadaan dan pembelian barang kebutuhan sehari-hari lembaga pemerintahan (misalnya untuk back-office dan administrasi) dapat dilakukan secara efisien jika konsep semacam E-Procurement diterapkan (menghubungkan antara kantor-kantor pemerintah dengan para supplier- nya);
4) Perusahaan yang ingin melakukan proses semacam merger dan akuisisi dapat dengan mudah berkonsultasi sehubungan dengan aspek-aspekregulasi dan hukumnya dengan berbagai lembaga pemerintahan terkait; dan lain sebagainya.
c. Government to Government (G2G)
Government to Goverment adalah memungkinkan komunikasi dan pertukaran
informasi online antar departemen atau lembaga pemerintahan melalui basis
data terintegrasi. Contoh : konsultasi secara online, blogging untuk kalangan
legislatif, pendidikan secara online, pelayanan kepada masyarakat secara
terpadu.
Disamping prestasi pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintah yang lebih
baik sejak reformasi, tentunya penerapan E-Government ini dapat memberikan
tambahan manfaat yang lebih kepada masyarakat:
1) Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholdernya (masyarakat, kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal kinerja efektivitas dan efisiensi di berbagai bidang kehidupan bernegara;
2) Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Governance di pemerintahan (bebas KKN);
3) Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi, dan interaksi yang dikeluarkan pemerintah maupun stakeholdernya untuk keperluan aktivitas sehari-hari;
4) Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber- sumber pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang berkepentingan;
5) Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara cepat dan tepat menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan dengan
Universitas Sumatera Utara
berbagai perubahan global dan trend yang ada; dan 6. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra pemerintah dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara merata dan demokratis.
d. Government to Employees (G2E)
Aplikasi ini diperuntukan untuk meningkatkan kinera dan kesejahteraan para
pegawai negeri atau karyawan pemerintahan yang bekerja di sejumlah institusi
sebagai pelayan masyarakat. Contohnya sistem asuransi kesehatan dan
pendidikan bagi para pegawai pemerintahan yang telah terintegrasi dengan
lembaga-lembaga kesehatan (rumah sakit, poliklinik, apotek, dan lain-lain)
dan institusi-institusi pendidikan (sekolah, perguruan tinggi, kejuruan, dan
lain-lain
Universitas Sumatera Utara
65
BAB III
PENERAPAN E-GOVERNMENT DI KOTA BINJAI
A. Profil Kota Binjai
Kota Binjai dahulunya adalah sebuah kampung kecil yang terletak di tepi sungai
Bingai. Binjai sebenarnya adalah nama suatu pohon besar, rindang, tumbuh dengan
kokoh di tepi sungai Bingai yang bermuara di Sungai Wampu. Pada Tahun 1823
Gubernur Inggris yang berkedudukan di Pulau Penang telah mengutus John Anderson
untuk pergi ke pesisir Sumatera Timur dan dari catatannya disebutkan sebuah kampung
yang bernama Ba Bingai (menurut buku Mission to The Eastcoast of Sumatera–
Edinburg 1826). Sebenarnya sejak Tahun 1822, Binjai telah dijadikan bandar/pelabuhan
dimana hasil pertanian lada yang diekspor adalah berasal dari perkebunan lada di sekitar
Ketapangai (Pungai) atau Kelurahan Kebun Lada/Damai.
Perkembangan zaman terus berjalan, pada tahun 1864 Daerah Deli telah dicoba
ditanami tembakau oleh pioner Belanda bernama J.Nienkyis dan 1866 didirikan Deli
Maatschappiy. Usaha untuk menguasai Tanah Deli oleh orang Belanda tidak terkecuali
dengan menggunakan politik pecah belah melalui pengangkatan datuk-datuk. Usaha ini
diketahui oleh Datuk Kocik, Datuk Jalil dan Suling Barat yang tidak mau bekerja sama
dengan Belanda bahkan melakukan perlawanan. Bersamaan dengan itu Datuk Sunggal
tidak menyetujui pemberian konsensi tanah kepada perusahaan Rotterdanmy oleh
Sultan Deli karena tanpa persetujuan. Dibawah kepemimpinan Datuk Sunggal bersama
rakyatnya di Timbang Langkat (Binjai) dibuat Benteng pertahanan untuk menghadapi
Belanda. Dengan tindakan datuk Sunggal ini Belanda merasa terhina dan
Universitas Sumatera Utara
memerintahkan Kapten Koops untuk menumpas para Datuk yang menentang Belanda.
Dan pada 17 Mei 1872 terjadilah pertempuran yang sengit antara Datuk/ masyarakat
dengan Belanda. Peristiwa perlawanan inilah yang menjadi tonggak sejarah dan
ditetapkan sebagai hari jadi Kota Binjai.
Perjuangan para datuk/rakyat terus berkobar dan pada akhirnya pada 24 Oktober
1872 Datuk Kocik, Datuk Jalil dan Suling Barat dapat ditangkap Belanda dan kemudian
pada tahun 1873 dibuang ke Cilacap. Pada tahun 1917 oleh Pemerintah Belanda
dikeluarkan Instelling Ordonantie No.12 dimana Binjai dijadikan Gemente dengan luas
267 Ha. Pada tahun 1942–1945 Binjai di bawah pemerintahan Jepang dengan kepala
pemerintahannya adalah Kagujawa dengan sebutan Guserbu dan tahun 1944/1945
Pemerintahan Kota dipimpin oleh Ketua Dewan Eksekutif J.Runnanbi dengan anggota
Dr.RM. Djulham, Natangsa Sembiring dan Tan Hong Poh. Pada Tahun 1945 (saat
revolusi) sebagai kepala pemerintahan Binjai adalah RM.Ibnu dan pada 29 Oktober
1945 T. Amir Hamzah diangkat menjadi Residen Langkat oleh Komite Nasional dan
pada masa pendudukan Belanda 1947 Binjai berada di bawah Asisten Residen J. Bunger
dan RM. Ibnu sebagai Wakil Walikota Binjai pada tahun 1948–1950 pemerintahan Kota
Binjai dipegang oleh ASC Moree. Tahun 1950–1956 Binjai menjadi Kota Administratif
Kabupaten Langkat dan sebagai Walikota adalah OK. Salamuddin kemudian T.
Ubaidullah Tahun 1953–1956. Berdasarkan Undang-Undang Darurat No. 9 Tahun 1956
Kota Binjai menjadi otonom Kotapraja dengan Walikota pertama S.S. Parumuhan.
Dalam perkembangannya Kota Binjai sebagai salah satu Daerah Tingkat II di Propinsi
Sumatera Utara telah membenahi dirinya dengan melakukan pemekaran wilayahnya.
Universitas Sumatera Utara
Semenjak ditetapkan Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1986 wilayah Kota daerah
Kota Binjai telah diperluas menjadi 90,23 Km2 dengan 5 wilayah kecamatan yang
terdiri dari 11 desa dan 19 kelurahan. Setelah diadakan pemecahan desa dan kelurahan
pada tahun 1993 maka jumlah desa menjadi 17 dan kelurahan 20. Perubahan ini
berdasarkan keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 140-1395/SK/1993 tanggal 3
Juni 1993 tentang Pembentukan 6 desa persiapan dan 1 kelurahan persiapan di Kota
Binjai. Berdasarkan SK Gubernur Sumatera Utara No.146/2624/SK/ 1996 tanggal 7
Agustus 1996, 17 desa menjadi kelurahan.57
Kota Binjai terletak 22 km di sebelah barat ibukota provinsi Sumatera
Utara,
Medan. Sebelum berstatus kotamadya, Binjai adalah ibukota Kabupaten
Langkat yang kemudian dipindahkan ke Stabat. Binjai berbatasan langsung dengan
Kabupaten Langkat di sebelah barat dan utara serta Kabupaten Deli Serdang di sebelah
timur dan selatan. Binjai merupakan salah satu daerah dalam proyek pembangunan
Mebidang yang meliputi kawasan Medan, Binjai dan Deli Serdang. Saat ini, Binjai dan
Medan dihubungkan oleh jalan raya Lintas Sumatera yang menghubungkan antara
Medan dan Banda Aceh. Oleh karena ini, Binjai terletak di daerah strategis di mana
merupakan pintu gerbang Kota Medan ditinjau dari provinsi Aceh.
Kota Binjai terdiri dari 5 (lima) kecamatan yaitu Kecamatan Binjai Selatan,
Binjai Kota, Binjai Timur, Binjai Utara, dan Binjai Barat dengan 37 kelurahan dan
jumlah penduduk keseluruhan sejumlah 267.901 jiwa.
57 http://www.binjaikota.go.id/profil-12.html, diakses pada tanggal 30 Januari 2018
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Luas Wilayah Kota Binjai
No Kecamatan Luas (Km2)
1 Binjai Selatan 29,96
2 Binjai Kota 4,12
3 Binjai Timur 21,70
4 Binjai Utara 23,59
5 Binjai Barat 10,86
Total 90,23
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Binjai, 2016 58
1. Batas Utara : Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dan Kecamatan
Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.
Letak geografis Binjai 03°03'40" - 03°40'02" LU dan 98°27'03" - 98°39'32" BT.
Ketinggian rata-rata adalah 28 meter di atas permukaan laut dengan batas-batas sebagai
berikut :
2. Batas Selatan : Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat dan
Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang.
3. Batas Timur : Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.
4. Batas Barat : Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat
58 https://binjaikota.bps.go.id, diakses pada tanggal 1 Februari 2018 pukul 20.00 WIB
Universitas Sumatera Utara
Peta Kota Binjai
Sumber : Rencana Tata Ruang Dan Tata Wilayah Kota (RTRWK) Kota Binjai 2011-2013
Jumlah penduduk Kota Binjai adalah 267.901 jiwa menurut BPS Kota Binjai tahun 2016.
Tabel 2. Penduduk Kota Binjai Tahun 2016 No Kecamatan Jumlah Penduduk Total
L P 1 Binjai Selatan 26.894 27.578 54.422
2 Binjai Kota 14.130 14.763 28.893
3 Binjai Timur 29.393 29.781 59.174
4 Binjai Utara 38.637 38.374 77.011
5 Binjai Barat 24368 23.763 48.401
Jumlah (Kota Binjai) 133.692 134.209 267.901
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Binjai, 2016 59
59 Ibid.
Universitas Sumatera Utara
B. Binjai Smart City (BSC) Sebagai Icon E-Government Di Kota Binjai
Berdasarkan Inpres Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan e-government bahwa setiap daerah otonomi harus
menggunakan tenologi telematika untuk mendukung good governance, maka Kota
Binjai seperti kota-kota lainnya membuat website resmi untuk pemerintah yaitu
www.binjaikota.co.id dan tahun 2016 Kota Binjai meresmikan aplikasi untuk
smartphone yang berbasis e-government yaitu aplikasi BSC. BSC dilakasanakan dan
diawasi oleh Binjai Command Center (BCC). Kehadiran BCC diharapkan agar
masyarakat dapat dengan mudah menjangkau, memperoleh informasi yang diperlukan,
serta berpartisipasi untuk mendorong peningkatan kualitas pelayanan publik pada semua
aspek pembangunan dengan cara menyampaikan atau melaporkan kurang baik atau
tidak efektifnya pelayanan oleh pegawai atau pejabat SKPD atau unit Kerja Pemerintah
Kota Binjai. Karena sebelumnya di Kota Binjai untuk melayani masyarakat dalam hal
meminta informasi ataupun melakukan pengaduan akan ditangani langsung oleh SKPD
terkait dan juga langsung ke walikota mengingat jadwal walikota sibuk tentu
masyarakat kesulitan untuk bertemu. Maka dari itu pemerintah mengeluarkan inovasi
agar masyarakat dapat mengakses informasi dan melakukan pengaduan dengan mudah
melalui BSC. Setelah hadirnya BSC masyarakat dapat terbantu dalam memenuhi
kebutuhannya karena akan di respon oleh pihak terkait.
Setelah hadirnya aplikasi BSC masyarakat dapat terbantu dalam memenuhi
kebutuhannya karena akan direspon oleh pihak terkait. Sekretarian yang menaungi dan
menjalankan BSC adalah BCC yang berlokasi di Jl. Jendral Sudirman Nomor 6 Kota
Universitas Sumatera Utara
Binjai, tepatnya masih berada dalam satu gedung dengan Kantor Walikota Kota Binjai
dan masih belum memiliki kantor sendiri. BSC akan menjadi sarana bagi masyarakat
dalam memperoleh informasi dan menyampaikan pengaduan melalui berbagai media
yang mudah diakses dan terpadu dengan seluruh SKPD (Satuan Kerja Perangkat
Daerah) dan unit kerja pemerintah Kota Binjai. BINJAI SMART CITY sebagai sebuah
aplikasi yang dikelola dalam kerangka peningkatan kualitas pelayanan publik dan
mendorong partisipasi warga masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintah,
pembangunan, dan pelayanan publik di Kota Binjai, maka dirumuskan visi, misi dan
motto BSC sebagai berikut:
a. Visi
“Mewujudkan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat untuk
menorong tercapainya pelayanan publik yang prima di Kota Binjai”
b. Misi
1. Memperkuat kesadaran aparatur tentang tugas pokok dan fungsinya
dalam penyelenggaraan pemerintah, pembangunan dan pelayanan publik,
2. Membngun kesadaran masyarakat tentang pokok dan fungsinya dalam
pembangunan kemasyarakatan,
3. Memperkuat aksesbilitas informasi bagi masyarakat yang terkait dengan
penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan masyarakat,
4. Mengembangkan sistem pelayanan pengaduan masyarakat yang mudah,
cepat dan praktis.
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah Kota Binjai telah melakukan peresmian atas 5 aplikasi
pengembangan inovasi e-government yang siap untuk digunakan oleh masyarakat Kota
Binjai sebagai berikut:
1. E-Musrembang
Aplikasi e-musrenbang akan membuat partisipasi masyarakat dalam
perncanaan pembangunan dari Kepling hingga kota, setiap warga dapat melihat
penyusunan usulan pembangunan dan dapat memberikaan dukungan ataupun ketidak
dukungannya.
E-Musrembang merupakan aplikasi partisipasi masyarakat dalam perencanaan
pembangunan dari kepling hingga pemerintah Kota. Warga dapat melihat penyusunan
usulan pembangunan serta memberikan dukungan terhadap usulan
pembangunan.masyarakat dapat login mengunakan Username dan NIK, kemudian
Tokoh Masyarakat (Perwakilan masyarakat) dapat memberikan usulan. Kemudia
masyarakat juga dapat turut serta berperan aktif memberikan dukungannya terhadap
usulan yang ada di E-Musrembang.
Universitas Sumatera Utara
Aplikasi ini muncul untuk mengumpulkan usulan pembangunan yang
sebelumnya membutuhkan waktu yang lama. Hadirnya E-Musrembang ini
mempermudah pelaksanaan musrembang dalam pengumpulan usulan – usulan dari
tingkat kepalaLingkungan hingga tingkat Kota.
2. E-RA (E – Rencana Anggaran)
Aplikasi ini untuk menyusu anggaran yang dapat diakses oleh semua SKPD
terkait, setiap SKPD dapat mengetahui anggaran untuk SKPDnya dan dapat dilakukan
revisi sesuai dengan waktu yang ditentukan dengan ini dapat menghemat waktu dalam
menyusun anggaran dan juga transparan.
3. E-Perizinan
Universitas Sumatera Utara
E-Perizinan merupakan layanan perizinan yang berada dibawah pengelolaan
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (PMPPTSP)
Kota Binjai. Dimulai dengan Masyarakat melemgkapi persyaratan dan permohonan
kemudian masyarakat dapat secara online menginput permohonan atau pun datang
langsung ke Front Office DPMPPTSP oleh Front Office kemudian akan diinput secara
online untuk ditindaklanjuti oleh tim teknis, sehingga pemohon hanya datang untuk
verivikasi data sekaligus mengambil izin.
Sistem Informasi Perizinan Terpadu. Seluruh perizinan yang dbawah
pengelolaan Badan Perizinan Satu Pintu dapat di daftar online dan dapat dipantau
online, sehingga pemohon hanya datang untuk verifikasi data. Petugas Verifikasi
lapangan harus menginput photo dan kordinat dari lokasi izin yang akan dikeluarkan.
4. E-Masyarakat
Sistem Informasi pengaduan berbasis mobile, dimana user/warga binjai dapat
melaporkan semua permasalahan memalaui online, dapat dilengkapi dengan photo dan
kordinat lokasi. Semua pengaduan akan di simpan didatabase dan ditampilkan pada
Universitas Sumatera Utara
Command Center, yang akan diteruskan pada SKPD terkait. EMasyarakat adalah
Sistem Informasi pengaduan berbasis aplikasi mobile, dimana pengguna (warga Binjai)
dapat melaporkan semua permasalahan secara online, dilengkapi dengan fitur upload
foto serta koordinat lokasi. Semua pengaduan akan disimpan di database dan
ditampilkan pada BCC yang akan diteruskan pada SKPD terkaitdan prosesnya diawasi
langsung oleh Walikota Binjai.
Aplikasi ini muncul karena terbatasnya komunikasi Pemerintah dengan warga
dan sulitnya penyampaian aspirasi Masyarakat kepada Pemerintah. Aplikasi ini
bertujuan untuk mempermudah masyarakat dalam menyampaikan inspirasi, keluhan
ataupun dukungan kepada pemerintah kota secara langsung dan dapat dimonitor tindak
lanjutnya.
5. E-Dokter
E-Dokter merupakan sistem pendaftaran pasien rawat jalan pada Rumah Sakit
Daerah menggunakan metode janji. Dimana calon pasien tidak perlu untuk antri panjang
menunggu di rumah sakit. Calon pasien melakukan registrasi online menggunakan
Universitas Sumatera Utara
aplikasi e-dokter dan pasien akan mendapatkan waktu kunjungan di Poliklinik yang
dituju.
C. Pelaksanaan E-Government (BSC) Di Kota Binjai
Pelaksanaan e-government di Kota Binjai merupakan suatu dampak positif dari
pemanfaatan teknologi dan informasi. Pemanfaatan teknologi dan informasi ditunjukan
untuk mempermudah dan mempersingkat proses konvensional yang selama ini ada.
Dalam hal ini adalah situs resmi pemerintahan Kota Binjai dan juga aplikasi BSC tidak
semata-mata bisa langsung dirasakan. Melainkan, butuh beberapa strategi dan faktor
penting untuk diperhatikan agar program E-Government di Kota Binjai dapat berjalan
dengan baik dan mendatangkan manfaat yang besar bagi masyarakat Kota Binjai.
BSC yang merupakan aplikasi yang dirancang dan dipatenkan oleh Pemko Binjai
untuk mewujudkan e-government sesuai dengan Inpres Nomor 3 Tahun 2003, terutama
dalam upaya menglola sumber daya yang ada dengan efisiensi, serta memberikan
kemudahan mengakses informasi kepada masyarakat, hingga untuk mengantisipasi
kejadian yang tak terduga sebelumnya. Diawali dengan mengenai maksud dan tujuan
transparansi dan pemerintahan yang berbasis teknologi Kota Binjai, Konsep BSC seperti
apa, Iedya Fadillah, S.Pd mengemukakan bahwa :60
“Maksud dan tujuan dari kebijakan transparansi dan pemerintahan yang cerdas serta berbasis teknologi dalam aplikasi BSC adalah merunah sistem pelayanan publik yang ada dengan yang berbasis teknologi yang bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam segala urusan yang berkaitan dengan pemerintah. Dalam kebijakan ini pemerintah mencoba memberi pelayanan secara mudah, efektif dan efisien dan memerikan informasi secara faktual dan transparan kepada masyarakat melalui alat teknologi, kemudian dengan cara ini
60 Wawancara Dengan Kepala Seksi Pengelolaan Komunikasi Dinas Komunikasi Dan
Informatika Kota Binjai, Iedya Fadillah, Binjai 20 Maret 2017 pukul 10.00 WIB
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah Kota Binjai mencoba untuk merubah mindset masyarakat yang sudah pesimis terhadap transparasi Pemerintahan yang tidak jujur maupun korupsi.” Penjelasan beliau sudah jelas bahwa Pemerintah Kota Binjai sudah menjalankan
kebijakan publik dengan salah satu tujuan agar cara pandang masyarakat tidak lagi
pesimis terhadap pemerintahan yang ada sehingga dengan cara menerapkan e-
government tersebut komunikasi antara masyarakat dan pemerintah menjadi lebih baik
dengan adanya transparansi politik sehingga kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi
pemerintahan Kota Binjai menjadi lebih baik.
BSC ini mampu untuk memicu pemerintah bekerja lebih transparan dan
akuntabel dalam pelayanan publik. Maka dari itu, kepercayaan masyarakat pun ikut
meningkat dengan adanya keterbukaan serta pertanggungjawaban dari pemerintah yang
baik terhadap keluhan mereka. Sehingga, untuk melihat hubungan yang lebih baik
antara pemerintah dan masyarakat dapat dilihat dari adanya transparansi pemerintah,
akunstabilitas pemerintah dalam mengelola laporan masyarakat dan peningkatan
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
Penerapan e-governemt di Kota Binjai juga dapat dijadikan alat pemerintah
untuk meminimalisir tingkat tindak pidana korupsi, didukung dengan adanya
kemudahan masyarakat untuk dapat mengakses segala kebutuhan informasi melalui E-
Budgeting yang ada di dalam aplikasi BSC. Selain itu masyarakat juga dapat
mengajukan pengaduan apabila mengetahui adanya kecurangan yang dilakukan oleh
pemerintah. Semakin bertambahnya informasi masyarakat mengenai sebuah layanan,
terutama soal biaya, maka semakin kecil peluang masyarakat untuk “ditipu” oleh oknum
Universitas Sumatera Utara
tertentu yang berusaha untuk mendapatkan uang dari masyarakat. Seperti yang
disampaikan Zainudin Purba, SH, MH :61
Wujud azas transparansi dan azas akuntabilitas dalam Good Governance (Azas
Umum Pemerintahan Yang Baik) dapat dilihat dari keterbukaan informasi aduan yang
diperlihatkan di aplikasi BSC. Masyarakatpun bisa ikut menindaklanjuti aduan bahkan
disertai dengan foto terlampir. Selain itu, pemanfaatan teknologi dalam layanan
“Saya masih sering sekali mendengar dari masyarakat bahwa adanya pungutan-pungutan yang diberikan sebagai biaya suatu layanan, seperti terkadang ada masyarakat yang memberitahu saya bahwa adanya biaya tertentu yang harus dibayar, padahal sebenarnya di peraturan tertulis tidak pernah ada pencantuman biaya tertentu. Dengan adanya BSC ini masyarakat bisa langsung melaporkan apabila adanya pungutan liar seperti itu secara langsung” Hasil wawancara tersebut menjelaskan bahwa kemungkinan terjadinya tindak
korupsi oleh pemerintah dapat diminimalisir dari penggunaan program BSC ini. Selain
digunakan sebagai media untuk melaporkan tindak kecurangan secara langsung, BSC
juga digunakan sebagai media bertukar informasi antara masyarakat mengenai
informasi suatu layanan sehingga masyarakat lebih banyak memiliki pengetahuan yang
dapat menghindari mereka dari pungutan liar oleh oknum tertentu. Selain korupsi,
Urgensitas konsep Smart City ini juga menuntut adanya transparansi dan akuntabilitas
yang lebih tinggi dari pemerintah dalam mengelola keluhan masyarakat. Melalui
aplikasi BSC, masyarakat bisa mengikuti proses penindaklanjutan yang dilaporkan yang
mereka berikan. Dinas yang bersangkutan diminta untuk lebih akuntabel dalam
menyampaikan keputusan yang diambil terkait penyelesaian laporan masyarakat.
61 Wawancara Dengan Ketua DPRD Kota Binjai, Zainudin Purba, Binjai 21 Desember 2017
pukul 17.00 WIB.
Universitas Sumatera Utara
pengaduan juga dapat meminimalisir pertemuan langsung antara masyarakat dan
pemerintah sehingga kesempatan adanya tindak korupsi dapat diperkecil.
Aspirasi masyarakat merupakan hal yang penting dalam pembangunan suatu
daerah tidak terkecuali Kota Binjai. Dengan adanya BSC segala kritik, saran ataupun
pengaduan masyarakat ditampung secara penuh oleh BCC yang dinaungi langsung oleh
Walikota Binjai yaitu Bapak HM. Idham melalui E-Maysrakat yang ada di aplikasi
BSC. Aplikasi BSC sedang menjalankan pelayanan publik secara terpusat dan
berintegrasi, lalu dapat menopang dan menjamin kemudahan akses layanan secara
efektif. Selain itu transparansi di kalangan pemerintahan sendiri sedang dijalankan
dengan cara mendekatkan masyarakat dengan pemerintahan secara langsung melalui
aplikasi online. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Saomanda Tanzilio, SH sebagai
berikut:62
Untuk menciptakan pelayanan publik yang lebih baik dan peningkatan
pembangunan, pemerintah perlu melakukan reformasi proses. Reformasi proses
ditujukan untuk mengubah proses yang selama ini dirasakan oleh masyarakat, bahwa
untuk menyampaikan aspirasi harus melalui proses yang lama, berbelit, dan memakan
waktu serta biaya yang besar. Sehingga dengan adanya penerapan Konsep e-
government ini dapat mencapai tujuan proses yang lebih cepat, mudah, dan sederhana.
“Dengan adanya BSC ini membuat masyarakat menjadi semakin aktif dan juga semakin besarnya peluang menyerap aspirasi dari rakyat sehingga, permasalahan yang dialami masyarakat Kota Binjai bisa diselesaikan melalui program – program BSC tersebut. Karena Smart City ini dipercaya bisamenyelesaikan permasalahan di Kota Binjai.”
62 Wawancara Dengan Pengurus BCC Saomanda Tanzilio, Binjai 20 Desember 2017 pukul 12.00
WIB.
Universitas Sumatera Utara
Dengan menyerap aspirasi masyarakat dengan mudah, diharapkan bisa tercapainya visi
misi Wali Kota Binjai.
Hal tersebut bertujuan bahwa konsep e-government ini mampu membawa
perubahan lebih mudah dan nyaman. Dengan adanya aplikasi E-Masyarakat yang
disediakan pemerintah dapat dipergunakan di handphone masing – masing warga
dengan memasukkan NIK KTP dan dapat menjalankan aplikasi sehingga dapat
mempersingkat waktu yang diperlukan oleh masyarakat, serta mempermudah pengguna
program BSC. Selanjutnya aspek kesederhanaan dirasakan oleh masyarakat dengan
tidak diperlukannya lagi pelapor untuk datang ke kantor pemerintah dan berhadapan
dengan pegawai pemerintah secara langsung. Seperti yang dijelaskan Bapak Zainudin
Purba, SH, MHum sebagai berikut :
“Membuat pekerjaan setiap SKPD menjadi lebih mudah untuk menjalankan perkerjaan maupun melayani masyarakat sehingga kinerja setiap SKPD bisa terlihat indikator pencapaian target yang sudah direncanakan pada RPJMD Walikota Binjai. Dan juga SKPD terkait bisa langsung bertindak apabila ada kritik ataupun pengaduan yang masuk dan ditanggapi secepat mungkin oleh SKPD yang bersangkutan.
Aplikasi E-Masyarakat sangat memangkas waktu yang dibutuhkan masyarakat
untuk mengadukan masalah yang dihadapi dan juga memudahkan pekerjaan pegawai
maupun masyarakat. Banyak tahapan atau proses dalam layanan pengaduan yang kini
tidak perlu mereka lakukan lagi sehingga jauh lebih cepat, mudah dan sederhana.
Sehingga konsep Smart City ini diharapkan mampu memberikan perubahan dari sisi
kecepatan, kemudahan, dan mampu menyederhanakan proses dalam penyampaian
pengaduan dari masyarakat kepada pemerintah atau dinas – dinas yang terkait dengan
permasalahan.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu hal ini membuktikan bahwa sudah terlaksananya azas kepentingan
umum dalam Good Governance, karena dalam pelaksanaan e-government di Kota
Binjai terlihat bahwa Pemerintah Kota Binjai lebih mengedepankan kepentingan umum
dengan menerima berbagai kritikan dan pengaduan-pengaduan masyarakat dan
diusahakan secepat mungkin sejak pengaduan tersebut di input oleh masyarakat melalui
BSC. Konsep Smart City juga dibuat oleh pemerintah untuk memotong jalur birokrasi
dalam pengelolaan laporan dari masyarakat. Banyak proses dan tahapan yang lebih
disederhanakan dan disingkat seperti pembuatan surat, menunggu persetujuan,dan
meminta tanda tangan. Hal tersebut bisa menunjukkan bahwa pelaksanaan jalur
birokrasi untuk menanggapi keluhan masyarakat dipersingkat dengan penggunaan
jaringan yang terhubung dengan berbagai macam instansi pemerintah. Sehingga team
BSC tidak perlu lagi datang secara langsung ke dinas terkait untuk memberikan surat
disposisi laporan.
BSC muncul disebabkan oleh adanya kebutuhan untuk memperkenalkan
pelayanan baru dan untuk menyediakan pelayanan yang telah ada dengan cara yang
baru, mudah dan hemat biaya dari sudut pandang masyarakat.63
Untuk itu munculnya
penerapan Konsep e-government agar memudahkan interaksi masyarakat dengan
pemerintah sekaligus untuk memotong waktu dan biaya yang masyarakat butuhkan
dalam menyalurkan aspirasi.
63 J. Satyanarayana, e-Goverment The Science of Possible, (New Delhi: Prentice-Hall of India
Private Limited,2004), Hlm. 112
Universitas Sumatera Utara
82
BAB IV
HAMBATAN PENERAPAN E-GOVERNMENT DI KOTA BINJAI
A. Kesiapan Peraturan Pendukung Bagi Konsep E-Government
Menyikapi perkembangan dunia saat ini hampir semua aspek kegiatan selalu
berhubungan dengan informasi. Kemajuan teknologi yang sangat cepat mengharuskan
instansi mengikuti perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi informasi yang
semakin pesat menimbulkan suatu revolusi baru berupa peralihan sistem kerja yang
konvensional ke era digital. Hal tersebut tercantum dalam Inpres No.3 Tahun 2003
tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government.
Pelayanan umum yang bersifat mengatur dan penyediaan kebutuhan umum,
disertai bentuk-bentuk pelayanannya. Struktur penyelenggara layanan dan kesiapan
institusinya serta tuntutan zaman terhadap pelayanan umum masa depan yang berbentuk
egovernment. Pemanfaatan egovernment adalah untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas instansi pemerintahan memberikan informasi dan pelayanan, hal ini berarti
mempercepat proses dan menghemat biaya e-government merupakan penggunaan
teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi
warganya. E-Government adalah proses pemanfaatan teknologi informasi adalah untuk
membantu menjalankan sistem pemerintahan secara lebih efisien. Berdasarkan Inpres
Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional Pengembangan E-
Government ada hal yang diasumsikan dapat menunjang keberhasilan konsep e-
government, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Lembaga
Pelaksanaan e-government di suatu daerah harus memilki dasar hukum yang
kuat. Di Indonesia dasr hukum pelasaksanaan e-government mengacu kepada Instruksi
Presiden Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional
Pengembangan e-government, sedangkan di daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Di
Kota Binjai belum ada Perda yang mengatur mengenai pelaksanaan e-government Di
Kta Binjai. Berbeda dengan daerah lain yang sudah memiliki Perda yang mengatur
mengenai pelasanaan e-government anatara lain seperti Kota Bogor, Kota Gorontalo,
Kota Denpasar, dan Kota Yogyakarta.
Program pembangunan e-government ini Pemerintah Kota Binjai melalui Dinas
Komunikasi Dan Informatika Kota Binjai memiliki peran untuk mengelola
penyelenggaraan data elektronik atau e-government. Pada tahun 2016 Kota Binjai telah
membuat suatu platform atau aplikasi dari telfon genggam yang bernama BSC yang
diciptakan oleh mahasiswa Ploteknik Negeri Medan asal Kota Binjai yaitu Riki Atsauti
yang merupakan platform pertama kali di Sumatera Utara yang mengacu kepada one
stop e-government. Hal ini dijelaskan melalui wawancara dengan Ieda Fadillah, Spd
bahwa:
“Di Kota Binjai Dinas Komunikasi dan Informatika adalah dinas yang mengelola penyiapan, perumusan, dan pelaksanaan kegiatan di bidang infrastruktur teknologi, pengembangan pengelolaan aplikasi serta keamanan informasi dan komunikasi. Tapi sejak tahun 2016 kemarin ada mahasiswa berprestasi yang menciptakan aplikasi BSC yang merupakan pertama di Sumatera Utara, pengesahannya juga dihadiri oleh Gubernur Sumatera Utara, Walikota Binjai dan juga Ketua DPRD Kota Binjai. Menjadi yang pertama di Sumatera Utara merupakan prestasi tersendiri yang diperoleh oleh Kota Binjai”
Universitas Sumatera Utara
2. Anggaran
Aplikasi e-government yang didanai dari APBN atau APBD adalah milik
negara. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di lingkungan pemerintahan
dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif-dan efisien dikenal
dengan sebutan e-government. Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan
dan Strategi Nasional Pengembangan e-government dimana setiap Gubernur dan
Bupati/Walikota diamanatkan untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan
sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing guna terlaksananya
pengembangan e-government secara nasional.
Pemenuhan sumber daya untuk mengembangkan e-government di Kota Binjai
didapatkan dari pemerintah Kota Binjai. Sumber daya yang diperoleh berupa anggaran
(dana) yang dapat digunakan untuk pemenuhan pelaksanaan pengembangan e-
government. Anggaran yang diberikan oleh pemerintah Kota Binjai untuk program e-
government ini diambil dari APBD Kota Binjai. Anggaran akan digunakan untuk
pemenuhan sarana dan prasarana pelaksanaan e-government dan pemeliharaan BSC
seperti yang dijelaskan oleh Zainudin Purba, SH, M.Hum bahwa:
“Anggaran untuk pelaksanaan dan pengelolaan e-government di Kota Binjaid diambil dari APBD Tahunan Kota Binjai. Biasanya anggaran digunakan untuk pemeliharaan dan pemenuhan sarana dan juga prasarana, kalau mengenai berapa tepatnya anggarannya saya juga kurang ingat tetapi masih kurang untuk pemenuhan fasilitas untuk BSC yang menjadi apikasi e-government berjalan secara maksimal”
3. Peraturan Pendukung Penerapan e-government di Kota Binjai memiliki kekurangan yaitu adalah tidak
adanya Peraturan Daerah yang jelas mengatur mengenai pelaksanaan e-government di
Universitas Sumatera Utara
Kota Binjai. Pelaksanaan e-Government di Kota Binjai hanya berdasarkan Inpres
Nomor 3 Tahun 2003 Mengenai tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan E-Government yang tidak menjelaskan secara rinci mengenai pelaksaan
E-Government di Kota Binjai secara utuh. Ada hal yng tidak diatur di dalam Inpres
Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-
Government seperti sanksi. Seperti yang disampaikan Bapak Zainudin Purba, SH,
MHum berikut:
“Kami menbuat dan menjalankan BSC ini hanya berdasarkan Inpres saja, belum ada PERDA yang jelas mengatur mengenai terlaksananya E-Government ini. Padahal banyak hal yang dijelaskan di Inpres tetapi tidak sesuai dengan daerah otonom itu sendiri yang punya tata kelola keuangan dan pemerintahan yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lain. Selain itu belum ada pasal yang mengatur mengenai sanksi-sanksi baik administratif ataupun pidana bagi pelanggar peraturan. Sekarang lagi di rundingkan di DPRD mengenai Perda yang mengatur E-Government ini tapi kan butuh proses dan waktu” Berbeda dengan Kota Bogor yang sudah memiliki peraturan yang mengatur
mengenai pemanfaatan e-government untuk yaitu Peraturan Bupati Bogor Nomor 11
Tahun 2015 Tentang Pelaksanaan Dan Pengembngan E-government Di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Bogor. Bogor merupakan salah satu daerah yang berhasil
mengimplementasikan e-Government. Kabupaten Bogor telah memulai inisiatif
eGovernment sejak 2008-2009 jauh sebelum Inpres dikeluarkan serta telah berhasil
memperoleh berbagai penghargaan atas keberhasilannya dalam implementasi e-
Government. Pada tahun 2011, Bogor memperoleh penghargaan ICT Pura dari
Kementrian Komunikasi dan Informatika tingkat nasional dimana kota Bogor terpilih
menjadi yang terbaik dari 5 kota di wilayah propinsi Jawa Barat dan mendapat predikat
madya tingkat nasionalserta dianggap sebagai kota yang telah siap menghadapi era
Universitas Sumatera Utara
ekonomi digital. Selain itu pada tahun 2013, kota Bogor juga memperoleh penghargaan
IDSA (Indonesia Digital Society Award) sebagai Silver Champion untuk kategori
Community dan tahun 2014 Bogor berhasil meraih juara runner-up satu dalam
penghargaan IDSA 2014 untuk kategori Pemerintah kota. 64 Pemerintah Kota Bogor
dalam menyukseskan Implementasi e-government dalam penyelenggaraan
pemerintahan dengan menggunakan teknologi informasi dan telekomunikasi untuk
meningkatkan kinerja pemerintah, serta memenuhi kebutuhan masyarakat akan
transparansi dan akuntabilitas informasi keuangan pemerintah dengan tujuan mencapai
good governance.65
Kabupaten Bogor telah memulai inisiatif e-Government sejak 2008-2009 dan
meraih beragam penghargaan atas keberhasilannya dalam menerapkan e-Government
khususnya tingkat kabupaten/kota di Indonesia. Berbagai terobosan dan inovasi yang
dilakukan seperti membangun infrastruktur jaringan intranet dan internet SKPD dan
Kelurahan se-Kota Bogor, mengimplementasikan e-procurement Kota Bogor.
Pengembangan Infrastruktur jaringan internet Pemkot Bogor yang telah mencapai 40
Mbps sehingga meningkatkan kecepatan jaringan internet di Pemerintah Kota Bogor.
Selain itu pemeliharaan dan peningkatan back bone sebanyak 18 BTS yang mencakup
kelurahan dan seluruh SKPD di Kota Bogor dengan jaringan Fiber Optik (FO) di 20
titik merupakan upaya peningkatan kualitas sambungan internet dan intranet di Kota
Bogor. Terjaminnya keberlangsungan Website dan Webmail www.kotabogor.ac.id
64 http://wartaekonomi.co.id, Bogor Menerima Award Peringkat Ke 2 Website Terbaik Se-
Indonesia , diakses pada tanggal 1 Februari 2018 65 Iqbal Aidar Idrus, Kajian Sukses Implementasi E Government Studi Kasus: Pemerintahan
Kota Bogor, Jurnal Of Government Vol 2 No 2, Januari-Juni 2017, hlm.121
Universitas Sumatera Utara
sehingga masyarakat dapat mengakses informasi pada Website secara online dan telah
dimuat dalam berita sebanyak 5915 judul dengan tingkat kunjungan hingga akhir tahun
2013 mencapai 12 juta kunjungan (Kantor Komunikasi dan Informatika Kota Bogor,
2013). Tidak ketinggalan penerapan e-procurement untuk pengadaan barang dan jasa,
yaitu proses tender atau lelang proyek melalui sistem internet dimana hal ini ternyata
mampu mengurangi proses KKN yang kerap terjadi dalam proses tender. E-
procurement ini telah diadaptasi oleh beberapa Pemkot lain seperti Surabaya dan Jakarta
yang juga merupakan pioneer e-government di Indonesia.
Di dalam Peraturan Buoatio Kota Bogor Nomor 11 Tahun 2015 memang tidak
ada menjelaskan mengenai sanksi baik itu pidana ataupun sanksi administratif, tetapi di
dalam Peraturan Bupati Bogor menjelaskan mengenai bagaimana seharusnya
pelaksanaan e-government seperti memuat bagaimana seharusnya infrastruktur jaringan
computer, penyediaan pengembanga aplikasi, pengembangan sumber daya manusia,
kelembagaan, dan juga keamanan informasi.
Kota Surabaya juga merupakan salah satu kota paling sukses akan pelaksanaan
e-governmentnya. Tri Rismaharini selaku walikota Surabayamenyatakan bahwa
penerapan dan pengembangan e-government yang dilakukan oleh pemerintah Surabaya
berfungsi untuk membantu proses pengelolaan pembuangunan daerah dan layanan
masyarakat.66
66
Kota Surabaya merupakan contoh keberhasilan penyelenggaraan e-
government yang telah didasari oleh suatu Perda. E-government di Kota Surabaya
sudah diadaptasi oleh 17 Pemerintah daerah seperti Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten
http://jipp.jatimprov.go.id, Kota Surabaya: Temuan BPKP Sempurnakan e-Government, diakses pada tanggal 2 Februari 2018
Universitas Sumatera Utara
Labuhanbatu Selatan, Kota Medan, Kota Solok, Kabupaten Tanjung Jabung Barat,
Kabupaten Bogor, Kabupaten Rembang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten
Lamongan, Kota Mojokerto, Kota Batu, Kabupaten Trenggalek, Kota Banjarmasin,
Kota Samarinda, Kabupaten Bone, Kabupaten Sumba Tengah, Kabupaten Sumba
Timur.67
Kota Surabaya mewujudkan e-government melalui pengembangan situs resmi
pemerintah yang berisi berbagai macam layanan publik seperti pengaduan dan
perizinan. Selaras dengan salah satu program pada RPJMD Kota Surabaya Tahun 2010-
2015, bahwa terdapat program peningkatan pemafaatan teknologi informasi dan
komunikasi. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas kinerja layanan publik. Tolok ukur keberhasilan dilihat dari meningkatnya
67http://republika.co.id, 17 Pemda Adaptasi E-Government Kota Surabaya, diakses pada tanggal
2 Februari 2018
Universitas Sumatera Utara
persentase jumlah layanan publik berbasis teknologi informasi dan komunikasi serta
persentase jumlah pengguna layanan publik berbasis situs.68
Deli Sedang merupakan contoh yang baik di Provinsi Sumatera Utara, karena
Kabupaten Deli Serdang adalah pemenang pertama penghargaan ICT Pura Tahun
2013.69 Situs pemerintahan Kabupaten Deli Serdang yang berdomain di
www.deliserdangkab.go.id menjadi pemenang pertama pada ICT pura Tahun 2013
karena dianggap siap menuju era masyarakat digital berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK). Beberapa poin lebih Deli Serdang dalam bidang TIK adalah adanya sumber
informasi online dari semua SKPD yang akurat dan ter-update melalui situs web Pemkab,
sosialisasi TIK berkesinambungan kepada anak sekolah hingga ke pedesaan melalui empat unit
Mobil Pelayanan Internet Kecamatan (MPLIK), dan penyediaan “media center” untuk
masyarakat umum serta wartawan media cetak maupun elektronik.70
68
http://surabaya.go.id, E-Government Di Kota Surabaya, Diakses pada tanggal 2 Februari 2018 69 http://kominfo.go.id, Penghargaan ICT Pura 2013, diakses pada tanggal 2 Februari 70 http://beritasore.com, Deliserdang Raih penghargaan “ICT PURA” 2013, diakses pada
tanggal 2 Februari 2013
Universitas Sumatera Utara
B. Kesiapan Infrastruktur Bagi Penerapan E-Government Di Kota Binjai
Pengelolaan e-government Kota Binjai harus diperhatikan tentang keberadaan
infrastruktur teknologi informasi yang memadai dalam rangka menciptakan
egovernment Kota Binjai yang efektif dan efisien. Ketersediaan komputer yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik harus diperlengkapi dengan
kemampuan untuk melakukan sharing informasi dengan berbagai bidang sehingga dapat
menciptakan kesatuan sistem e-government Kota Binjai yang terintegrasi.71
Infrastruktur teknologi informasi yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Binjai
dinilai sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari ketersediaan komputer yang telah
terhubung pada jaringan lokal maupun Internet serta peralatan penunjang lainnya seperti
printer dan scanner yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab. Dalam perkembangannya, jaringan komunikasi data menjadi bagian standar dari
sistem informasi. Berdasarkan pengamatan secara langsung terlihat bahwa jumlah
71 Indrajit. Op.Cit, hlm 32
Universitas Sumatera Utara
komputer yang tersedia berjumlah 5 unit yang dioprasikan langsung oleh teknisi yang
berkepentingan, seperti yang disampaikan oleh Riki Atsuri sebagai berikut:
“Kalau masalah infrastruktur ya saya sebagai yang menjalankan merasa kurang sih, yang hanya disediakan 5 unit komputer dan mengatur 5 macam aplikasi dan banyak aduan dari masyarakat perharinya. Selain itu seperti yang saya bicarakan sebelumnya bahwa SDM yang kurang memumpuni juga kurang membantu jika terjadi kendala teknis. Dan selain itu kami belum memiliki kantor ataupun sekret (secretariat -pen) yang berdiri sendiri, kami masih menumpang di Kantor Walikota ” Ketersediaan komputer merupakan salah satu infrastruktur utama dalam
pelaksanaan e-government Kota Binjai yang efektif dan efisien. Dengan tersedianya
komputer yang memadai, pekerjaan dan pelayanan publik dapat terbantu baik dari sisi
kualitas maupun kuantitasnya. Di samping itu, komputer akan semakin efektif dalam
membantu pengerjaan tugas dan pelayanan publik dengan adanya peralatan penunjang
yang lain seperti printer dan scanner.
Ketersediaan komputer yang ada di BCC di Kota Binjai secara umum terlihat
kurang memadai untuk memenuhi kebutuhan dalam pelaksanaan e-government.
Komputer yang tersedia bukan computer desktop, tetapi berupa laptop. Keunggulan
destkop dibandingkan dengan laptop adalah komponen-komponen pada komputer lebih
mudah untuk di bongkar pasang/diganti dan juga peralatannya banyak dijual dipasaran.
Komponen-komponen destkop yang saling terpisah akan memudahkan teknisi komputer
untuk mendeteksi dan memperbaiki apabila terjadi kerusakan. Tetapi dengan adanya
laptop, fleksibilitas pemanfaatan komputer akan meningkat. Dalam hal kualitas,
laptop yang ada masih harus ditingkatkan efektivitas penggunaannya. Terdapat
beberapa laptop yang tidak digunakan secara optimal sehingga berdampak pada kualitas
pelayanan publik dan kinerja dari staf yang ada di BCC. Di lain pihak, beberapa
Universitas Sumatera Utara
komputer maupun perangkat pendukung yang memiliki masalah belum ditangani lebih
lanjut karena keterbatasan sumber daya manusia yang ada. Hal ini berdampak pada
proses maintenance komputer yang belum berjalan dengan baik.
Berdasarkan hasil kunjungan serta pengamatan lapangan yang dilakukan, telah
terdapat jaringan komputer lokal atau local area network (LAN), jaringan intranet, dan
jaringan internet yang dapat membantu penciptaan e-government Kota Binjai yang
terintegrasi dengan kemampuan untuk melakukan sharing data dan informasi.
Keberadaan komputer, jaringan, dan peralatan penunjang lainnya telah menunjukkan
bahwa infrastruktur pendukung telah memenuhi standar untuk melakukan penerapan e-
government pada Kota Binjai.
Pada BCC hanya terdapat 5 pegawai yang dibagi kedalam beberapa baian
khusus, yang ditempatkan pada ruang pusat data center yang ada di Sekretariat BCC
yaitu:
a. Seksi Data Pusat
Seksi ini terdapat 1 pegawai yang bertugas untuk memantau data masuk,
dan data keluar berupa berita, tanggapan dari masukan masyarakat dan data-
data penting yang akan dimasukkan kedalam website Kota Binjai ataupun
BSC.
b. Seksi Server
Seksi ini terdapat 1 pegawai yang bertugas memantau perkembangan
jaringan internet pada aplikasi BSC ataupun pada setiap SKPD (Satuan
Universitas Sumatera Utara
Kerja Perangkat Daerah) yang ada di KotaBinjai, sehingga tidak terjadi
masalah (maintance) apabila ada pengunjung yang banyak/lebih kapasitas.
c. Seksi Keamanan
Seksi ini terdapat 3 orang pegawai yang bertugas memberikan pertahaan
khisis untuk BSC dan juga untuk setiap website SKPD Kota Binjai agar
tidak rusak atau disalahgunakan oleh pihak lain.
C. Kesiapan Sumber Daya Manusia Dalam Menerima E-Government Di Kota
Binjai
Fasilitas akses ke sistem e-Goverment bagi masyarakatt luas dapat diberikan
dalam bentuk terminal-terminal yang dapat digunakan oleh masyarakat umum maupun
memasang sistem informasi berbasis website agar bisa diakses melalui Internet. Agar
keberadaan fasilitas dapat termanfaatkan secara optimal, diperlukan
peningkatan kualitas masyarakat dalam bidang pengoperasian e-government itu
sendiri. Pendidikan masyarakat diperlukan baik untuk meningkatkan kemampuan
untuk mengoperasikan sistem maupun untuk memberikan pengertian pada prosedur
pengoperasian yang tertib agar fasilitas tidak mudah rusak.
Tidak dapat dipungkiri dalam menjalani suatu pembangunan sering kali
mengalami hambatan, Saomanda Tanzili, SH hambatan utama yang dialami oleh
Pemerintah Kota Binjai salah satunya berasal dari kesadaran masyarakat dan terbentur
dengan regulasi pemerintah pusat berikut pernyataan lengkapnya:
“Sebetulnya kesiapan Pemerintah dari segi infrastruktur Pemerintah Kota Binjai menuju pemerintahan berbasis teknologi atau E-Government tidak akan berjalan baik jika masyarakatnya sendiri belum sadar atau kata lain belum Smart People, karena masih ada beberapa kalangan masyarakat yang merusak dan melanggar infrastruktur,
Universitas Sumatera Utara
kemudian karena program e-government ini sangat baru dan masi banyak masyarakat yang tidak tau akan penerapan e-government di Kota Binjai. Jadi Pemerintah akan gagal jika masyarakatnya sendiri tidak bisa menggunakan program E-government tersebut malaupun sudah dipersiapakan secara matang oleh Pemerintah Kota Binjai.”
Hasil wawancara di atas dapat dianalisis bagaimana Pemerintah Kota Binjai
mengandalkan pembangunan infrastruktur melalui BCC. Namun masih ada beberapa
permasalahan yang harus dihadapi dan permasalahan tersebut sangat berpengaruh besar
terhadap kebijakan pembangunan infrastruktur menuju E-government yaitu masalah
kesadaran masyarakat akan tetapi sejauh ini kebijakan Pemerintah Kota Binjai dalam
hal pembangunan infrastruktur menuju pemerintahan berbasis teknologi sudah sejalan
dengan konsep secara umum namun belum efektif karena jika mengacu kepada konsep
e-government secara umum, pengembangan e-government tidak bisa dimulai dengan
teknologi canggih tanpa pendekatan sosial.
Berdasarkan data statistik Kominfo tahun 2016 bahwa usia pengguna aktif
internet di Indonesia adalah :
Grafik Pengguna Internet Berdasarkan Usia
Sumber : Data Statistik Kominfo, 2016
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa pengguna aktif internet tertinggi adalah
usia 35-44 tahun yaitu sekitar 29 %, peringkat kedua dalah usia 25-34 tahun dengan
persentase 24.40%, peringkat ketiga adalah usia 10-24 tahun dengan persentase 18%,
dan peringkat terendah usia 55 tahun keatas dengan persentase sekitar 10% . Dengan
demikian maka dapat diketahui bahwa pengguna aktif internet di Indonesia adalah usia
antara 25-44 tahun.
Kota Binjai merupakan Kota yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 267.901
jiwa, dan berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Binjai Tahun 2016 jumlah
penduduk yang berusia antara usia 25-44 tahun adalah sekitar 81.791 jiwa yaitu sekitar
30.53% dari jumlah penduduk Kota Binjai secara keseluruhan. Jika dibandingkan
dengan usia 10-24 tahun yang hanya berjumlah 73.312 jiwa atau sekitar 27.36% dan
usia yang paling sedikit yaitu antara usia 55tahun ketas yaitu 30.847 jiwa atau sekitar
11.51%.
Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur No Kelompok Umur Jumlah
1 0 - 4 25.821
2 5 - 9 24.917 3 10 - 14 23.493 4 15 - 19 24.785 5 20 - 24 25.025 6 25 - 29 22.675 7 30 - 34 20.817 8 35 - 39 20.058 9 40 - 44 18.241 10 45 - 49 16.681 11 50 – 54 14.541
Universitas Sumatera Utara
12 55 – 59 11.856
13 60 – 64 7.866 14 65 – 69 5.036 15 70 – 74 3.181 16 75* 2.908
Total 267.901 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Binjai, 201672
Salah satu faktor penting dalam pelaksanaan implementasi e-government di Kota
Binjai adalah ketersediaan sumber daya manusia. Oleh karena itu, keberadaan sumber
daya manusia yang sesuai dan dapat memenuhi kebutuhan pelaksanaan dan
implementasi e-government di Kota Binjai merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi.
Ketersediaan SDM yang memadai akan mendorong pengembangan dan implementasi e-
government, di sisi lain apabila SDM yang tersedia tidak memenuhi harapan yang
diinginkan maka hal ini akan menghambat implementasi e-government. Jika ditilik
lebih jauh, maka pada berbagai kasus ditemukan bahwa pelaksanaan dan implementasi
egovernment terkadang menjadi kendala disebabkan karena tidak tersedianya SDM
teknis teknologi informasi yang dapat menjalankan serta mengelola e-government.
Berdasarkan paparan tersebut, maka kesiapan SDM terutama dalam bidang TI harus
Berdasarkan data diatas maka seharunsya penggunaan BSC sebagai e-
government Kota Binjai sudah bisa berjalan dengan baik karena pengguna internet aktif
di Kota binjai adalah yang dominan jika dibandingkan dengan yang bukan pengguna
aktif.
72 Op.Cit, https://binjaikota.bps.go.id
Universitas Sumatera Utara
menjadi prioritas dalam pelaksanaan e-government di Kota Binjai seperti yang
dikemukakan oleh Riki Atsuri :73
Di sisi lain, seringkali terjadi rangkap tugas antara pegawai menyebabkan
penerapan sistem menjadi terkendala. Kondisi ini disebabkan karena jumlah PNS tidak
berjalan lurus dengan ketersediaan dan penyelesaian pekerjaan yang ada. Terdapat juga
kendala lain, yaitu para pegawai yang ada tidak dibekali dengan pemahaman akan
teknologi informasi, dimana ditemukan bahwa mereka sangat minim mendapatkan
“Pegawai-pegawai yang ada di Dinas Komunikasi Dan Informatika Kota Binjai sebenarnya jumlahnya ada dan cukup, tapi bukan yang memiliki kemampuan IT malah yang bertugas disini banyak yang Sarjana Hukum, Sarjana Pendidikan dan Sajana Ekonomi. Juga ada yang hanya lulusan SMA bukan yang SMK pemrograman atau hal-hal yang menjurus ke IT. Yang memiliki kemampuan IT hanya yang menciptakan Binjai Smart City (BSC) saja ya seperti saya dan beberapa teman saya. Kendalanya terasa kalau terjadi masalah teknis yang mengharuskan hanya kami yang bisa IT untuk terjun langsung apalagi juga masalah besar seperti down-system”
Berkenaan dengan anggapan banyak kalangan yang mengatakan bahwa
kebijakan program pembangunan Kota Binjai menuju Smart City sering terhambat
karena masih adanya beberapa pegawai pemerintahan yang masih kurang paham dengan
teknologi, berikut penjelasannya:
“Memang betul jika berbicara teknologi masih ada beberapa pegawai pemerintahan yang belum terlalu mengerti dengan penggunaanya, karena E-government ini bukan hanya urusan meng-update infrastuktur, tapi dari kalangan masyarakatnya sendiri khusunya pegawai pemerintah harus siap dengan hal itu. Oleh karena itu pada tahun 2016 yang lalu Pemerintah Kota Binjai membuat pelatihan dan pembekalan untuk aparatur pemerintah yang akan menjalankan E-government tersebut. Dan tim BCC yang diharapkan sudah melek teknologi hanya masih bejumlah 5 orang.”
73 Wawancara Dengan Riki Atsuri, Penggagas Binjai Smart City, Binjai 21 Desember 2017
Pukul 19.00WIB
Universitas Sumatera Utara
pelatihan-pelatihan yang terkait dengan bidang teknologi informasi. Hal ini berdampak
pada pemanfaatan aplikasiaplikasi yang merupakan pemberian dari pusat, dimana akibat
rendahnya pemahaman akan teknologi informasi, berdampak pada rendahnya keinginan
atau iktikad untuk menggunakan aplikasiaplikasi tersebut.
Pembahasan selanjutnya terkait dengan faktor tersebut, bagaimana pemerintah
kota Binjai menyikapi faktor penghambat pembangunan itu sendiri, Saomanda Tanzilio
menjelaskan bahwa:
“ Menyikapi faktor tersebut pemerintah Kota Binjai dibawah Dinas Komunikasi Informasi akan terus berupaya mengatasi permasalahan internal birokrasi yang terjadi dengan cara yang salah satunya tadi sudah saya sampaikan. Dan akan terus berinovasi dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat lebih baik lagi dan akan selalu menyampaikan dan menerima keluhan masyarakat secara transparan dan diatasi dengan cepat.menyikapi faktor tersebut Pemerintah Kota Binjai akan terus melakukan pelatihan terhadap pegawai yang menjalankan program E-government agar semua program bisa berjalan dengan lancar dan terwujud dengan baik” Beragam masalahpun muncul dalam pelaksanaan e-government, salah satunya,
yaitu minimnya pemahaman Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam
mewujudkan e-government karena kurangnya pengetahuan SKPD tentang program
program e-government seperti yang di ungkapkan Pak Armansyah:74
Hasil wawancara diatas, disini tergambarkan kurangnya pengetahuan SKPD
tentang program program e-government menyebabkan kebingungan akan dukungan
“SKPD secara umum belum maksimal bahkan minimal mungkin karena mereka kan disuguhkan dengan kegiatan-kegiatan sendiri, ada beberapa SKPD yang masih bingung dukungan seperti apa diberikan ke kecamatan atau lurah karena itu masih sesuatu sangat baru..”
74 Wawancara Dengan Armansyah , Staff Badan Pembangunan Daerah, Binjai 16 Desember
2017 pukul 09.00 WIB
Universitas Sumatera Utara
seperti apa yang akan mereka sumbangkan demi menyukseskan program e-government,
sehingga dalam hal sosialisasi, pihak SKPD masih belum dikatakan maksimal, karena
bagi SKPD, e-government adalah sesuatu hal yang masih baru. Karna kendala tersebut,
masyarakat menjadi awam tentang apa itu e-government walau pemerintahan sudah
melakukan sosialisasi, tapi masih banyak masyarakat belum paham akan hal itu, hal ini
tergambar jelas dari ungkapan Suhandoko:75
Cara memperkenalkan BSC, Pemerintah sering mengadakan sosialisasi melalui
radio, papan iklan dan pertemuan secara langsung dengan masyarakat. Selain itu, bagi
masyarakat yang masih menyalurkan keluhannya melalui kantor Dinas yang terkait,
Team BSC selalu memberitahukan adanya program e-governemnt tersebut, agar mereka
kedepannya dapat menggunakan program ini tanpa harus datang ke Dinas terkait. Mobil
“Masyarakatnya masih awam dengan e-government, walaupun walikota sudah sosialisasikan e-government tapi masih banyak masyarakat yang belum paham dan tidak tau apa yang mereka lakukan.” Alasan diterapkannya konsep e-government di Kota Binjai ialah untuk
menghilangkan kendala - kendala yang sebelumnya dirasakan oleh masyarakat dalam
menyalurkan aspirasi. Ada beberapa alasan mengapa masyarakat tidak mau memberikan
keluhan atau saran kepemerintah. Satu diantaranya ialah masyarakat bingung atau
bahkan tidak tahu harus kemana jika ingin memberikan aduan. BSC hadir sebagai media
yang terintegrasi dengan berbagai institusi pemerintah dalam kesatuan sisitem agar
Pemeritah dapat lebih mudah berkolaborasi dengan masyarakat dalam mengawasi
pembangunan dan pelayanan publik.
75 Wawancara Dengan Suhandoko, Kepala Lingkungan Limau Mungkur Kecamatan Binjai
Barat, Binjai 21 Desember 2017 pukul 10.00 WIB.
Universitas Sumatera Utara
BSC juga rutin berkeliling Kota Binjai untuk mensosialisasikan program tersebut,
sehingga banyak masyarakat banyak dan dengan mudah mendengar penjelasan mobil
patroli tersebut. Seperti yang dijelaskan Bapak Saomanda Tanzilio bahwa:
“Kami sebagai anggota BSC mempunyai Tugas yang sangat banyak karena memang program ini dimulai dari nol. Kami harus bekerja keras untuk mensosialisasikan Program ini sehingga bisa digunakan masyarakat dengan baik. Jadi, jika pemahaman masyarakat sama sekali tidak ada, berarti program pemerintah ini bisa dikatakan gagal” Sosialisasi yang dilakukan Pemerintah Kota Binjai sangat diperlukan agar warga
Kota Binjai semakin paham dengan kemudahan yang bisa didapat dengan menerapkan
konsep BSC tersebut. Tetapi menurut Bapak Suhandoko selaku kepala lingkungan
Kelurahan Limau Mungkur kecamatan Binjai Barat masih banyak masyarakat yang
masih belum tahu bahwa Kota Binjai sudah menerapkan Konsep e-government, berikut
penjelasannya:
“ Di daerah sekitar saya masih banyak warga yang tidak tahu tentang BSC dan apa kegunaannya, warga kami tidak menerima sosialisasi pengenalan program pemerintah tersebut. Sedangkan mobil Patroli BSC hanya berkeliling didaerah pusat Kota saja.” Masyarakat yang berada di Kelurahan Limau Mungkur Kecamatan Binjai Barat
masih merasa kurang dan belum merasakan sosialisasi yang diberikan pemerintah
sehingga membuat masyarakat menjadi tidak paham dan merasa jauh dari pemerintah.
Pemerintah kota Binjai akan menjalankan pelayanan publik melalui sebuah teknologi.
Selain itu, kemudahan pemerintah Kota Binjai menjalankan kebijakan tersebut dibantu
dengan dampak globalisasi yang terjadi sehingga untuk mensosialisasikan BSC ke
masyarakat seharusnya lebih mudah. Dalam hal ini adalah pemikiran masyarakat
terutama masyarakat Kota Binjai terbentuk secara modern atau kata lain masyarakat
Universitas Sumatera Utara
mendapatkan edukasi secara global. Hal tersebut yang seharusnya membuat Pemerintah
Kota Binjai dengan mudah melakukan kebijakan transparansi dan pemerintahan yang
cerdas dikarenakan masyarakatnya sendiri sudah mayoritas paham dengan kehidupan
teknologi yang terjadi saat ini. Tetapi karena konsep e-government masih sangat baru
dimulai di Kota Binjai masih banyak masyarakat yang belum paham akan kegunaan
program e-government tersebut dikarenakan sosialisasi yang dilakukan Pemerintah
Kota Binjai dianggap masyarakat masih sangat kurang.
Kebijakan pemerintah Kota Binjai terkait persiapan pemerintah berbasis konsep
e-government dapat diambil kesimpulan bahwa masih ada beberapa kalangan
masyarakat yang masih belum mengerti mengenai program ini. Sementara itu faktor
pendukung dari kebijakan ini terletak pada faktor leadership Walikota Binjai. Namun
jika melihat kebijakan pemerintah Kota Binjai sudah sesuai dengan konsep e-
government. Karena secara umum konsep e-government mengajak masyarakat untuk
turut aktif bersama pemerintah dalam menjalankan suatu proses pembangunan.
Sementara jika dilihat dari kacamata teori kebijakan publik yang digunakan, Pemerintah
Kota Binjai telah berusaha mengatur atau mengendalikan masyarakatnya untuk ikut dan
berperan aktif dalam hal perumusan kebijakan sampai dengan pelaksanaan
kebijakannya sendiri. Dan dibalik itu semua kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah
Kota Binjai bertujuan agar masyarakat dapat merasakan hasil dari apa yang masyarakat
itu lakukan sendiri. Hal tersebut sangat positif untuk dilakukan didalam suatu
pembangunan.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya dianalisis dari perspektif teori kebijakan publik, peran Pemerintah
Kota Binjai sangat baik dan positif karena dapat terlihat bagaimana pemerintah
mengajak masyarakatnya untuk maju terlibat kedalam suatu proses pembangunan.
Dalam hal ini Pemerintah memberikan kewenangan kepada masyarakat untuk dapat
menjalankan kebijakannya kapan dan dimana saja yang dimana hal tersebut sudah
dilakukan oleh pemerintah kota Binjai saat ini. Pemerintah menuntut masyarakatnya
untuk modern dan tidak hanya menunggu atau melihat segala kebijakan pembangunan
namun melainkan masyarakat dapat menjalankan dan merasakan kebijakan itu sendiri.
Karena dalam konsep e-government sendiri masyarakat harus berperan aktif agar suatu
pembangunan dapat berjalan dengan baik. Hal ini sesuai dengan salah satu azas umum
pemerintahan yang baik (good governance) yaitu azas kepentingan umum, bahwa
pemerintah akan melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan daerahnya agar
kepentingan masyarakat dapat terpenuhi dibandingakn dengan kepentingan lainnya
Universitas Sumatera Utara
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penerapan e-government dapat mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik karena telah
terpenuhinya beberapa azas dalam Azas Umum Pemerintahan Yang Baik (AUPB)
diantaranya adalah : Azas Kepastian Hukum, Azas Kepentingan Umum, Azas Keterbukaan,
dan Azas Akuntabilitas
2. Penerapan E-Government di Kota Binjai merupakan langkah awal yang baik yang dapat
diikuti oleh daerah lain, namun masih memerlukan keseriusan pemerintah daerah, baik
perangkat peraturan (Perda), sarana dan pra-sarana
3. Hambatan dalam penerapan E-Government di Kota Binjai adalah : Minimnya kesadaran
masyarakat, Minimnya SDM yang memahami pengunaan teknologi, Minimnya sosialisasi
terhadap masyarakat, Tidak adanya peraturan daerah yang mengatur mengenai penerapan E-
Government di Kota Binjai.
B. Saran
1. Harus ada kesiapan oleh aparatur pemerintahan berupa kinerja pemerintah harus diperbaiki,
karena pemerintah adalah alat pembangunan. Tanpa pemerintah yang bekerja dengan baik,
programprogram pembangunan yang direncanakan maupun dilaksanakan juga akan menjadi
tidak optimal.
2. Perlu adanya peraturan daerah yang mengatur mengenai penyelenggaraan e-government di
Kota Binjai terutama mengenai BCC sebagai yang bertanggung jawab atas pelaksanaan BSC
baik itu mengenai kejelasan lembaganya, anggaran, sarana, dan prasara.
Universitas Sumatera Utara
3. Penerapan E-Government tidak bisa dimulai dengan teknologi canggih tanpa pendekatan
sosial, harus disertai dengan sosialisasi. Apabila pengenalan Program BSC tidak disertai
dengan sosialisasi yang baik untuk menyiapkan masyarakat yang melek teknologi dan hanya
berfokus pada pengembangan teknologi tinggi, maka teknologi hanya sia-sia, dan bahkan
malah menyusahkan masyarakat yang buta teknologi.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ali, Faried. 2012. Hukum Tata Pemerintahan Heteronom dan Otonom, Refika Aditama: Bandung
Badu ,Achmad. Dkk. 2013. Electronic Government (eGov), Makassar : Universitas Hasanuddin
Dwiyanto, Agus. 2006 Mewujudkan Good Geovernance Melalui Pelayanan Public. Yogyakarta: UGM Press
Eko, Richardus Dan Indrajit. 2014. E-Government In Action, Jakarta : Andi Publisher
Fuadi, Falih dan Bintoro Wirdiyanto. 2010. Revitalisasi Administasi Negara, Reformasi Birokrasi dan E-Governance. Yogyakarta : Graha Ilmu
Hadjon, Philipus dkk. 2010. Hukum Administrasi dan Good Governance, Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti
HR, Ridwan. 2003. Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta:UII Press Indrajit. 2002. Electronic Government. Yogyakarta: Andi Indrajit, Electronic Government: Strategi Pembangunan Dan Pengembangan Sistem
Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital, Andi Press Yogyakarta, 2002, hlm. 14
Janet Caldow, 2001. Institute for Electronic Government. United Kingdom : IBM Corporation
Jeddawi, Murtir. 2011. Negara Hukum, Good Governance dan Korupsi Di Daerah Yogyakarta: Penerbit Total Media
Kushandajani, 2000. Artikel Standar Pelayanan Minimal (SPM) Dan Peningkatan Pelayanan Publik Di Era Otonomi Daerah
Kurniawan, 2012. Hambatan dan Tantangan dalam Mewujudkan Good Government di Indonesia. Jakarta : Ghalia Indonesia
Koentjoro, Diana Hali. 2004. Hukum Administrasi Negara. Jakarta:Ghalia Indonesia
Lotulung, Paulus Effendi. 1994. Himpunan Asas-asas Umum Pemerintah Yang Baik, Bandung, Citra Aditya Bakti
Paulus Effendi Lotulung. 1994 .Himpunan Asas-asas Umum Pemerintah Yang Baik. Bandung: Citra Aditya Bakti
Universitas Sumatera Utara
SF, Marbun dkk. Dimensi-dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara. Yogyakart :UII Bahri, Zaimul. 1996. Struktur dalam Metode Penelitian Hukum. Bandung: Angkasa Press
Sunggono, Bambang. 2002. Metodologi Penelitian Hukum., Jakarta:Raja Grafindo Persada
Syarifudin, Ateng , 1994. “Kepala Daerah”, Bandung, Citra Aditya Bhakti
Zainal Abidin. 2000. Electronic Government dan Penerapannya di Kabupaten Takalar. Yogyakarta : MAP-UGM
Website
http://good-governance.bappenas.go.id
http://www.bogor.net/idkf/idkf-2/ http://www.binjaikota.go.id/ http://wartaekonomi.co.id
http://jipp.jatimprov.go.id, http://republika.co.id, 17 Pemda Adaptasi E-Government Kota Surabaya http://surabaya.go.id, E-Government Di Kota Surabaya http://kominfo.go.id, Penghargaan ICT Pura 2013 http://beritasore.com, Deliserdang Raih penghargaan “ICT PURA” 2013 https://www.nap.edu/read/11920/chapter/11, A Short History of E-Government,
https://portal.bandung.go.id
http://kominfo.go.id
www. worldbank.org
Undang-undang
Undang – Undang Dasar Negara Republik Inonesia Tahun 1945 Undang-Undang Nomor 5 Tahhun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara Undang-Undang Nomor 14 Taun 1970 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Keakiman
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan Informasi Publik Undang-undang No.28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah
Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2001 tentang Telematika (Telekomunikasi, Media dan
Informatika Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 Tetang Kebijakan Dan Strategi Nasional
Pengembangan E-Government Undang-undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) Undang-Undang No.30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan
Universitas Sumatera Utara