DYSBARISM

15
DYSBARISM Adalah sindroma klinis yang disebabkan oleh perbedaan tekanan atmosfer sekeliling dan tekanan gas total pada berbagai jaringan, cairan dan rongga dalam tubuh, kecuali Hipoksia (dorland) Rongga dalam tubuh: - Sinus paranasalis - Cavum tympani - Saluran pencernaan yang bermuara di mulut dan anus - Paru-paru, saluran yang nermuara pada hidung dan mulut - Gigi-gigi berlubang Dysbarism dibagi menjadi dua golongan, yaitu : 1. Sebagai akibat pengembangan gas-gas dalam rongga tubuh. Golongan ini sering juga disebut : pengaruh mekanis pengembangan gas-gas dalam rongga tubuh atau pengaruh mekanis akibat perubahan tekanan sekitar tubuh. 2. Sebagai akibat penguapan gas-gas yang terlarut dalam tubuh. Kelompok ini kadang-kadang juga disebut penyakit dekompresi, sehingga kadang-kadang mengaburkan pengertian penyakit dekompresi yang digunakan orang untuk istilah pengganti dysbarism. Pengaruh Mekanis Gas-gas dalam Rongga Tubuh

description

free

Transcript of DYSBARISM

Page 1: DYSBARISM

DYSBARISM

Adalah sindroma klinis yang disebabkan oleh perbedaan tekanan atmosfer sekeliling

dan tekanan gas total pada berbagai jaringan, cairan dan rongga dalam tubuh, kecuali

Hipoksia (dorland)

Rongga dalam tubuh:

- Sinus paranasalis

- Cavum tympani

- Saluran pencernaan yang bermuara di mulut dan anus

- Paru-paru, saluran yang nermuara pada hidung dan mulut

- Gigi-gigi berlubang

Dysbarism dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

1. Sebagai akibat pengembangan gas-gas dalam rongga tubuh.

Golongan ini sering juga disebut : pengaruh mekanis pengembangan gas-gas dalam

rongga tubuh atau pengaruh mekanis akibat perubahan tekanan sekitar tubuh.

2. Sebagai akibat penguapan gas-gas yang terlarut dalam tubuh. Kelompok ini kadang-

kadang juga disebut penyakit dekompresi, sehingga kadang-kadang mengaburkan

pengertian penyakit dekompresi yang digunakan orang untuk istilah pengganti

dysbarism.

Pengaruh Mekanis Gas-gas dalam Rongga Tubuh

Berubahnya tekanan udara di luar tubuh akan mengganggu keseimbangan tekanan antara

rongga tubuh yang mengandung gas dengan udara di luar. Hal ini akan berakibat timbulnya

rasa sakit sampai terjadinya kerusakan organ-organ tertentu. Rongga tubuh yang mengandung

gas adalah :

1. Traktus Castro Intestinalis

Gas-gas terutama berkumpul dalam lambung dan usus besar. Sumber gas-gas

tersebut sebagian besar adalah dani udara yang ikut tertelan pada waktu makan dan

sebagian kecil timbul dari proses pencernaan, peragian atau pembusukan

(dekomposisi oleh bakteri). Gas-gas tersebut terdiri dani O,CO2, metan, H, S dan N2

Page 2: DYSBARISM

(bagian terbesar). Apabila ketinggian dicapai dengan perlahan, maka perbedaan antara

tekanan udara di luar dan di dalam tidak begitu besar sehingga pressure equalisation

yaitu mekanisme penyamanan tekanan berjalan dengan lancar dengan jalan kentut

atau melalui mulut.

Gejala-gejala yang dirasakan adalah ringan yaitu rasa tidak enak (discomfort)

pada perut. Sebaliknya apabila ketinggian dicapai dengan cepat atau terdapat

halangan dalam saluran pencernaan maka pressure equalisation tidak berjalan dengan

lancan, sehingga gas-gas sukar keluar dan timbul rasa discomfort yang lebih berat.

Pada ketinggian di atas 25.000 kaki timbul rasa sakit perut yang hebat; sakit perut ini

secara reflektoris dapat menyebabkan turunnya tekanan darah secara drastis, sehingga

jatuh pingsan.

Tindakan preventif agar tidak banyak terkumpul gas dalam saluran pencernaan,

meliputi :

a) Dilarang minum bir, air soda dan minuman lain yang mengandung gas CO2

sebelum terbang.

b) Makanan yang dilarang sebelum terbang adalah bawang merah, bawang putih,

kubis, kacang-kacangan, ketimun, semangka dan chewing gum.

c) Tidak dibenarkan makan dengan tidak teratur, tergesa-gesa dan sambil

bekerja.

Tindakan regresif bila gejala sudah timbul, adalah :

a) Ketinggian segera dikurangi sampai gejala-gejala ini hilang.

b) Diusahakan untuk mengeluarkan udara dani mulut atau kentut

c) Banyak mengadakan gerakan.

2. Telinga

Bertambahnya ketinggian akan menyebabkan tekanan dalam telinga tengah

menjadi lebih besar dari tekanan di luar tubuh, sehingga akan terjadi aliran udara dani

telinga tengah ke luar tubuh melalui tuba Eustachii. Bila bertambahnya ketinggian

terjadi dengan cepat, maka usaha mengadakan keseimbangan tidak cukup waktu; hal

ini akan menyebabkan rasa sakit pada telinga tengah karena teregangnya selaput

gendang, bahkan dapat merobekkan selaput gendang. Kelainan ini disebut aerotitis

atau barotitis. Kejadian serupa dapat terjadi juga pada waktu ketinggian berkurang,

bahkan lebih sering terjadi karena pada waktu turun tekanan di telinga tengah menjadi

lebih kecil dari tekanan di luar sehingga udara akan mengalir masuk telinga tengah,

Page 3: DYSBARISM

sedang muara tuba eustachii di tenggorokan biasanya sering tertutup sehingga

menyukarkan aliran udara.

Bila ada radang di tenggorokan lubang tuba Eustachii makin sempit sehingga

lebih menyulitkan aliran udana melalui tempat itu; hal ini berarti kemungkinan

terjadinya banotitis menjadi lebih besar. Di samping itu pada waktu turun udara yang

masuk ke telinga tengah akan melalui daerah radang di tenggorokan, sehingga

kemungkinan infeksi di telinga tengah sukar dihindarkan.

Tindakan preventif terhadap kelainan ini adalah :

a) Mengurangi kecepatan naik maupun kecepatan turun, agar tidak terlalu besar

selisih tekanan antana udana luan dengan telinga tengah.

b) Menelan ludah pada waktu pesawat udana naik agar tuba Eustachii terbuka

dan mengadakan gerakan Valsava pada waktu pesawat turun. Gerakan

Valsava adalah menutup mulut dan hidung kemudian meniup dengan kuat.

c) Melarang terbang para awak pesawat yang sedang sakit saluran pernapasan

bagian atas.

d) Penggunaan pesawat udana dengan pressurized cabin.

Tindakan represif pada kelainan ini adalah :

a) Bila terjadinya pada waktu naik, dilakukan :

1) Berhenti naik dan datar pada ketinggian tersebut sambil menelan ludah

berulang-ulang sampai hilang gejalanya.

2) Bila dengan usaha tadi tidak berhasil, maka pesawat diturunkan kembali

dengan cepat sampai hilangnya rasa sakit tadi.

b) Bila terjadi pada waktu turun, dilakukan :

1) Berhenti turun dan datar sambil melakukan Valsava berulang sampai

gejalanya hilang.

2) Bila usaha di atas tidak berhasil, pesawat dinaikkan kembali sampai rasa

sakit hilang, kemudian datar lagi untuk sementara. Bila rasa sakit sudah

hilang sama sekali, maka pesawat diturunkan perlahan-lahan sekali sambil

melakukan gerakan Valsava . terus menerus. .

3. Sinus Paranasalia

Muara sinus paranasalis ke rongga hidung pada umumnya sempit. Sehingga

bila kecepatan naik atau turun sangat besar, maka untuk penyesuaian tekanan antara

rongga sinus dan udara luar tidak cukup waktu, sehingga akan timbul rasa sakit di

sinus yang disebut aerosinusitis. Karena sifat sinus paranasalis yang selalu terbuka,

Page 4: DYSBARISM

maka aerosinusitis ini dapat terjadi pada waktu naik maupun turun dengan prosentase

yang sama. Pada keadaan radang saluran pernapasan bagian atas, kemungkinan

terjadinya aerosinusitis makin besar. Aerosinusitis ini lebih jarang bila dibandingkan

dengan aerotitis, karena bentuk saluran penghubung dengan udara luar.

4. Gigi

Pada gigi yang sehat dan normal tidak ada rongga dalam gigi, tetapi pada gigi

yang rusak kemungkinan terjadi kantong udara dalam gigi besar sekali. Dengan

mekanisme seperti pada proses aerotitis dan aerosinusitis di atas, pada kantong udara

di gigi yang rusak ini dapat pula timbul rasa sakit. Rasa sakit ini disebut

aerodontalgia. Patofisiologi aerodontalgia ini masih belum jelas.

Pengaruh Penguapan Gas yang Larut dalam Tubuh

Dengan berkurangnya tekanan atmosfer bila ketinggian bertambah, gas-gas yang

tadinya larut dalam sel dan jaringan tubuh akan keluar sebagian dari larutannya dan timbul

sebagai gelembung-gelembung gas sampai tercapainya keseimbangan baru. Mekanismenya

adalah sesuai dengan Hukum Henry. Pada kehidupan sehari-hari peristiwa ini dapat dilihat

pada waktu kita

membuka tutup botol yang bersisi limun, air soda atau bir yaitu timbul gelembung-

gelembung gas. Gelembung-gelembung gas yang timbul dalam tubuh manusia bila tekanan

atmosfer berkurang sebagian besar terdiri dari gas N2. Gejala-gejala pada penerbang baru

timbul pada

ketinggian 25.000 kaki. Semakin cepat ketinggian bertambah, semakin cepat pula timbul

gejala. Pada ketinggian di bawah 25.000 kaki gas N2masih sempat dikeluarkan oleh tubuh

melalui

paru-paru. Gas tersebut diangkut ke paru-paru oleh darah dari scl-sel maupun jaringan tubuh.

Timbulnya gelembung-gelembung ini berhenti bila sudah terdapat keseimbangan antara te-

kanan udara di dalam dan tekanan udara di luar. Hal ini dapat di-mengerti dengan mengingat

Hukum Henry dan Hukum Graham. Gelembung-gelembung ini memberikan gejala karena

urat-urat saraf di dekatnya tertekan olehnya, di samping itu tertekan pula pembuluh-

pembuluh darah kecil di sekitarnya. Menurut sifat dan lokasinya, gejala-gejala ini terdiri

atas :

1) Bends

Page 5: DYSBARISM

Bends adalah rasa nyeri yang dalam dan terdapat di sendi serta dirasakan terus-

menerus, dan umumnya makin lama makin bertambah berat. Akibatnya penerbang atau awak

pesawat tak

dapat sama sekali bergerak karena nyerinya. Sendi yang terkena umumnya adalah sendi yang

besar seperti sendi bahu, sendi lutut, di samping itu juga sendi yang lebih kecil seperti sendi

tangan, pergelangan tangan dan pergelangan kaki, tetapi lebih jarang.

2) Chokes

Chokes adalah rasa sakit di bawah tulang dada yang disertai dengan batuk kering yang

terjadi pada penerbangan tinggi, akibat penguapan gas nitrogen yang membentuk gelembung

di

daerah paru-paru. Chokes lebih jarang terjadi bila dibandingkan dengan bends, tetapi

bahayanya jauh lebih besar, karena dapamenganqam jiwa penerbang.

3) Gejala-gejala pada kulit

Gejala-gejala pada kulit adalah perasaan seperti ditusuk-tusuk dengan jarum, gatal-

gatal, rasa panas dan dingin, timbul bercak kemerah-merahan dan gelembung-gelembung

pada kulit.

Gejala-gejala ini tidak memberikan gangguan yang berat, tetapi merupakan tanda bahaya atau

tanda permulaan akan datangnya bahaya dysbarism yang lebih berat.

4) Kelainan pada sistem syaraf

Jarang sekali terjadi dan bila timbul mempunyai gambaran dengan variasi yang besar

yang kadang-kadang saja memberikan komplikasi yang berat. Yang sering diketemukan

adalah kelainan penglihatan dan sakit kepala yang tidak jelas lokasinya. Dapat pula timbul

kelumpuhan sebagian (parsiil), kelainan peng-inderaan, dan sebagainya

PENYAKIT DEKOMPRESI

Definisi

Berbagai mekanisme faal akibat pengembangan gas yang timbul karena turunnya tekanan

barometer

Pengaruh Penurunan Tekanan Barometrik

Page 6: DYSBARISM

1. pengembangan gas terperangkap

Saat pesawat terbang naik, gas bebas yang biasa terdapat dalam rongga tubuh

mengembang. Bila gas yang mengembang terperangkap karena bentuk anatomik dan

kondisi fisiologi, tekanan dalam rongga tubuh akan lebih tinggi daripada lingkungan luar

sehingga timbul rasa sakit. Pengembangan gas yang terjadi di rongga ini dapat

menimbulkan rasa sakit di perut, sakit di telinga, sakit di sinus, dan sakit gigi

2. penguapan gas

Volume gas inert yang tidak ikut metabolisme di dalam jaringan tubuh terutama nitrogen

adalah seimbang dengan tekanan parsial gas itu di atmosfer. Bila tekanan barometer

mengecil maka tekanan parsial gas dalam atmosfer juga turun sehingga gas tersebut

dalam tubuh mengalami supersaturasi sementara. Sebagai tanggapan terhadap

supersaturasi ini tubuh berusaha untuk membuat keseimbangan baru dengan jalan

mengirim kelebihan gas tadi ke darah vena menuju paru. Bila supersaturasi ini tidak dapat

teratasi dengan jalan sirkulasi vena maka akan timbul gelembung udara dalam jaringan

yang dikenal dengan aeroembolisme

Mekanisme Gangguan Karena Pengaruh Penurunan Tekanan Barometrik

1. gas terperangkap dalam traktus digestivus

Efek penurunan tekanan atmosfer yang cepat yang sering dialami adalah rasa tidak enak

yang terjadi karena pengembangan gas dalam traktus digestivus. Untungnya gejala ini

tidak terlalu berat bagi beberapa orang pada ketinggian yang rendah atau sedang. Pada

ketinggian di atas 25000 kaki dapat terjadi pengembangan gas yang demikian hebatnya

sehingga menimbulkan rasa sakit bahkan dapat terjadi refleks yang menurunkan tekanan

darah dan pingsan.

Lambung, usus besar, dan usus kecil biasanya mengandung gas yang berbeda-beda

jumlahnya. Umumnya lebih banyak gas di dalam lambung dan usus besar daripada di

dalam usus kecil. Sumber gas yang utama adalah menelan udara dan dalam jumlah kecil

gas berasal dari hasil pencernaan, fermentasi, dekomposisi bakterial, dan hasil

pembusukan sisa makanan yang mengalami pencernaan.

Gas-gas dalam lambung dan usus berkembang sesuai dengan ketinggian, menimbulkan

rasa tidak enak dan akan berkurang atau sembuh bila gas yang berlebih itu dikeluarkan

melalui mulut ( belching ) atau melalui anus ( flatus ). Pada ketinggian yang sangat tinggi

Page 7: DYSBARISM

dengan bernapas dengan tekanan, gas dalam lambung dapat mempengaruhi pernapasan

karena menekan diafragma ke atas.

Mekanisme rasa sakit gastrointestinal pada ketinggian tidak hanya bergantung pada isi

pengembangan mutlak atau tempat gas saja. Pada penelitian fial didapatkan bahwa

kepekaan usus kecil sangat menentukan. Akibatnya seorang merasakan akibat

pengembangan gas yang berbeda-beda tergantung pada berbagai faktor seperti kelelahan,

perasaan, emosi, dan keadaan fisik umum. Meskipun pembentukan gas dari makanan

mungkin dapat memberikan pengaruh langsung pada timbulnya rasa sakit pada perut

waktu terbang tinggi, tetapi ada makanan tertentu yang menyebabkan perubahan

kepekaan traktus intestinalis terhadap pengembangan gas.

Pencegahan rasa sakit abdominal yang dilakukan awak pesawat yang selalu ikut terbang

tinggi secara teratur biasanya dengan pengaturan diet yang menghindari makanan dan

minuman yang meningkatkan dan memproduksi gas di dalam traktus digestivus. Perlu

diperhatikan kebiasaan makan dalam kaitannya dengan rasa sakit abdominal pada terbang

tinggi karena makan tidak teratur, makan tergesa-gesa, dan makan waktu bekerja

menyebabkan orang menjadi lebih peka terhadap rasa sakit akibat pengembangan gas.

2. gas terperangkap yang menimbulkan efek pada telinga, sinus, dan gigi

Pada waktu terbang naik, udara dalam telinga tengah biasanya keluar tanpa kesulitan

melalui tuba Eustachius dan tekanan dibebaskan dari sinus paranasalis ke dalam kavum

nasi. Mempertahankan tekanan telinga tengah selalu sama dengan lingkungan luar lebih

sulit pada waktu terbang turun. Sinus dan gigi mungkin akan menerima pengaruh yang

sama baik waktu terbang naik maupun terbang turun.

3. penguapan gas inert

Fenomena penguapan gas yang dikenal sebagai emboli udara, penyakit dekompresi,

bends, dan aeroemphysema adalah suatu keadaan yang dialami dalam penerbangan

sebagai akibat langsung dari penurunan tekanan atmosfer. Gas yang larut dalam cairan

tubuh pada tekanan di permukaan laut dilepaskan dari larutan dan masuk ke dalam status

gas lagi jika tekanan di sekitarnya diturunkan.

Etiologi

Secara empiris penyakit dekompresi disebabkan oleh supersaturasi nitrogen. Hal ini

berhubungan dengan tidak cukupnya waktu untuk membuang gas yang berlebihan ke paru

Page 8: DYSBARISM

dimana terjadi difusi menuju ke udara luar sehingga gas nitrogen membentuk gelembung di

jaringan dan di darah.

Epidemiologi

Penyakit dekompresi bervariasi dalam frekuensi kejadian dan berat ringannya tergantung

pada faktor-faktor berikut

1. ketinggian, lama di ketinggian, dan kecepatan naik

semakin tinggi, semakin lama di ketinggian, dan semakin cepat naik ke ketinggian

menyebabkan semakin tinggi insiden penyakit dekompresi dan semakin berat derajat

penyakit.

2. kegiatan fisik

semakin banyak kegiatan fisik cenderung menyebabkan semakin mudah mengalami

penyakit dekompresi.

3. umur dan bentuk badan

semakin tua dan semakin tinggi IMT menyebabkan semakin tinggi insiden penyakit

dekompresi

4. kepekaan individual

kepekaan individu yang berbeda-beda menyebabkan insiden penyakit dekompresi yang

berbeda berdasarkan kepekaan individu tersebut.

Tanda dan Gejala

1. bends

rasa sakit di dalam dan di sekitar sendi yang bervariasi mulai dari rasa nyeri ringan

hingga rasa perih, dan rasa tertusuk.

2. chokes

gejala yang timbul dalam dada mungkin disebabkan sebagian oleh sumbatan

pembuluh darah kapiler paru oleh gelembung udara. Keluhan yang dirasakan adalah

rasa seperti terbakar di bawah tulang dada, rasa menusuk pada saat menarik nafas

dalam, nafas cepat dan dangkal, batuk, dan muncul sianosis.

3. gejala kulit

Page 9: DYSBARISM

parestesi, rasa gatal, rasa dingin, dan rasa hangat di kulit diduga disebabkan oleh

pembentukan gelembung di tempat itu atau sistem saraf pusat yang mempersarfi

tempat yang terserang di kulit

4. gejala neurologi

timbul gangguan penglihatan sementara dan rasa sakit kepala. Hal lain yang dirasakan

adalah paralisis sebagian, gangguan sensoris, dan afasia.

5. gejala sirkulasi

shock pada derajat penyakit yang berat yang diawali dengan pucat, keringat dingin,

perubahan denyut nadi, rasa mual, dan muntah

Page 10: DYSBARISM

Patofisiologi

peningkatan ketinggian

penurunan tekanan barometer

peningkatan volume gas inert

peningkatan konsentrasi gas inert dalam jaringan yang sementara

supersaturasi sementara

tubuh berusaha membuat keseimbangan baru dengan mengirim kelebihan gas ke vena dan

volume gas yang berlebih keluar secara difusi melalui paru-paru

(gagal)

disebabkan oleh

ketidakcukupan waktu untuk membuat keseimbangan baru antara lingkungan internal tubuh

dan lingkungan eksternal tubuh

aeroembolisme

bends

chokes

gejala kulit

gejala neurologi

gejala sirkulasi