dvi bab 1 dan

2
I. LATAR BELAKANG Bencana merupakan suatu kejadian yang mendadak, tidak terduga dan dapat terjadi  pada siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Bencana dapat disebabkan karena proses alamiah seperti gunung meletus, banjir, tanah longsor atau karena kesalahan manusia. Beberapa hal yang diakibatkan oleh kesalahan manusia antara lain karena kelalaian yaitu kecelakaan lalu lintas udara, laut dan darat, serta kebakaran dan runtuhnya gedung. Adapula  bencana yang sengaja dilakukan oleh manusia antara lain peledakan bom oleh teroris,  pembakaran sert a kerusuhan. Bencana-bencana te rsebut dapat mengakibatkan kerusakan dan kerugian harta benda serta korban manusia yang relatif besar baik mati maupun cedera. Pada saat bencana massal, kemungkinan terdapat korban yang hilang ataupun sulit dikenali misalnya dikarenakan oleh kondisi wajah yang hangus karena ledakan ataupun hancur dan terpisah dengan anggota tubuh lainnya, sehingga diperlukan suatu metode atau teknik tertentu untuk mengidentifikasi korban. Identifikasi korban bencana (  Disaster Victim  Identification - DVI ) adalah proses pengenalan jati diri korban massal yang terjadi akibat  bencana. Dengan dilakukannya DVI kita dapat memperoleh data tentang kita dapat memperoleh informasi tentang umur, ras, jenis kelamin, golongan darah, ciri-ciri khas, dan  bentuk wajah atau raut muka korban. Identifikasi dilakukan dengan memanfaatkan ilmu kedokteran dan kedokteran gigi pada korban mati. Identifikasi korban bencana tersebut sangat penting mengingat kepastian seseorang hidup dan mati sangat diperlukan untuk dilakukannya perawatan jenazah serta kepentingan hukum bagi keluarga yang berkaitan dengan asuransi, pensiun, warisan, dan lain-lain. Untuk keberhasilan penanganan korban bencana diperlukan pedoman  penatalaksanaan identifikasi korban pada bencana massal untuk dipakai dalam penanganan korban pada setiap bencana. Dalam identifikasi korban bencana ada 5 fase yang dilalui, yaitu fase penanganan di Tempat Kejadian Perkara (TKP), post mortem, antemortem, rekonsiliasi, serta analisa dan evaluasi. Dalam pelaksanaan identifikasi diperlukan data-data yang berupa data ante mortem mapun data post mortem. Data ante mortem adalah data-data yang penting dari korban sebelum kejadian atau pada waktu korban masih hidup, termasuk data vital tubuh, data gigi, data sidik jari, dan data kepemilikan yang dipakai atau dibawa. Adapun data  post mortem adalah data-data hasil pemeriksaan forensik yang dilihat dan ditemukan pada  jenazah korban.

description

sebuah contoh melaporkan dvi pada kasus forensik. semoga dapat memberikan masukan dan contoh

Transcript of dvi bab 1 dan

I. LATAR BELAKANGBencana merupakan suatu kejadian yang mendadak, tidak terduga dan dapat terjadi pada siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Bencana dapat disebabkan karena proses alamiah seperti gunung meletus, banjir, tanah longsor atau karena kesalahan manusia. Beberapa hal yang diakibatkan oleh kesalahan manusia antara lain karena kelalaian yaitu kecelakaan lalu lintas udara, laut dan darat, serta kebakaran dan runtuhnya gedung. Adapula bencana yang sengaja dilakukan oleh manusia antara lain peledakan bom oleh teroris, pembakaran serta kerusuhan. Bencana-bencana tersebut dapat mengakibatkan kerusakan dan kerugian harta benda serta korban manusia yang relatif besar baik mati maupun cedera.Pada saat bencana massal, kemungkinan terdapat korban yang hilang ataupun sulit dikenali misalnya dikarenakan oleh kondisi wajah yang hangus karena ledakan ataupun hancur dan terpisah dengan anggota tubuh lainnya, sehingga diperlukan suatu metode atau teknik tertentu untuk mengidentifikasi korban. Identifikasi korban bencana (Disaster Victim Identification - DVI) adalah proses pengenalan jati diri korban massal yang terjadi akibat bencana. Dengan dilakukannya DVI kita dapat memperoleh data tentang kita dapat memperoleh informasi tentang umur, ras, jenis kelamin, golongan darah, ciri-ciri khas, dan bentuk wajah atau raut muka korban. Identifikasi dilakukan dengan memanfaatkan ilmu kedokteran dan kedokteran gigi pada korban mati. Identifikasi korban bencana tersebut sangat penting mengingat kepastian seseorang hidup dan mati sangat diperlukan untuk dilakukannya perawatan jenazah serta kepentingan hukum bagi keluarga yang berkaitan dengan asuransi, pensiun, warisan, dan lain-lain.Untuk keberhasilan penanganan korban bencana diperlukan pedoman penatalaksanaan identifikasi korban pada bencana massal untuk dipakai dalam penanganan korban pada setiap bencana. Dalam identifikasi korban bencana ada 5 fase yang dilalui, yaitu fase penanganan di Tempat Kejadian Perkara (TKP), post mortem, antemortem, rekonsiliasi, serta analisa dan evaluasi. Dalam pelaksanaan identifikasi diperlukan data-data yang berupa data ante mortem mapun data post mortem. Data ante mortem adalah data-data yang penting dari korban sebelum kejadian atau pada waktu korban masih hidup, termasuk data vital tubuh, data gigi, data sidik jari, dan data kepemilikan yang dipakai atau dibawa. Adapun data post mortem adalah data-data hasil pemeriksaan forensik yang dilihat dan ditemukan pada jenazah korban.Pada fase penanganan di TKP, yang dilakukan oleh tim identifikasi adalah memberi tanda dan label di TKP lalu evakuasi dan transportasi jenazah dan barang. Pada penanganan di TKP ini tim identifikasi dapat menemukan jenazah baik dengan kondisi tubuh lengkap ataupun tidak lengkap, sulit dikenali ataupun mudah dikenali. Selain itu juga dapat ditemukan dokumen-dokumen milik korban misalnya berupa KTP, SIM paspor, pakaian korban dan benda-benda tertentu kepunyaan korban yang dapat membantu tim identifikasi dalam mengenali siapa saja yang telah menjadi korban dalam suatu proses identifikasi korban bencana. Dikarenakan alasan-alasan tersebut di atas maka para mahasiswa kedokteran penting untuk memiliki pengetahuan tentang bagaimana mengidentifikasi korban bencana di TKP yang dapat dipelajari pada praktikum DVI yang diselenggarakan pada Kamis 29 Desember 2011 lalu di lingkungan Fakultas kedokteran Universitas Syiah Kuala.