Dunia Farmasi Saat Ini Berkembang Sangat Pesat

7
Dunia farmasi saat ini berkembang sangat pesat. Saat ini, bidang farmasi yang meliputi industri farmasi, distributor, rumah sakit, apotek dan perguruan tinggi, mulai memperhatikan green pharmacy. Demikian salah satu yang mengemuka dalam Konferensi Internasional Farmasi, bertajuk Pharmaceutical Development Toward a Sustainable and Healthy Society yang dihelat di Sheraton Mustika Yogyakarta, 18-19 Juni 2013. Chairman Committee, Prof. Zullies Ikawati, Ph.D, Apt., mengatakan, konferensi yang digagas Fakultas Farmasi UGM menggandeng Universitiet Utrecht, Nara Institute of Technology Japan, Mahidol University Thailand, dan Cyberjaya University Malaysia ini, bertujuan menciptakan jejaring perkembangan ilmu dan teknologi farmasi juga memberi referensi untuk industri farmasi. "Selain dipaparkan sejumlah riset penting dalam teknologi farmasi, kita juga mulai memikirkan green pharmacy atau farmasi ramah lingkungan, yang mencegah masuknya limbah farmasi ke dalam lingkungan," paparnya. Zullies mengatakan, kegiatan bertaraf Internasional ini dihadiri oleh 350 peserta dari 10 negara, antara lain Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, Korea, China, Jepang, dan Australia. "Antusiasme mereka sangat tinggi, tercatat 150 peserta melakukan presentasi oral dan 70 peserta presentasi poster. Partisipan berasal dari kalangan medis, peneliti, mahasiswa, juga kalangan industri farmasi," ujarnya.

description

perkembangan dunia farmasi

Transcript of Dunia Farmasi Saat Ini Berkembang Sangat Pesat

Page 1: Dunia Farmasi Saat Ini Berkembang Sangat Pesat

Dunia farmasi saat ini berkembang sangat pesat. Saat ini, bidang farmasi yang meliputi industri farmasi, distributor, rumah sakit, apotek dan perguruan tinggi, mulai memperhatikan green pharmacy.

Demikian salah satu yang mengemuka dalam Konferensi Internasional Farmasi, bertajuk Pharmaceutical Development Toward a Sustainable and Healthy Society yang dihelat di Sheraton Mustika Yogyakarta, 18-19 Juni 2013.

Chairman Committee, Prof. Zullies Ikawati, Ph.D, Apt., mengatakan, konferensi yang digagas Fakultas Farmasi UGM menggandeng Universitiet Utrecht, Nara Institute of Technology Japan, Mahidol University Thailand, dan Cyberjaya University Malaysia ini, bertujuan menciptakan jejaring perkembangan ilmu dan teknologi farmasi juga memberi referensi untuk industri farmasi.

"Selain dipaparkan sejumlah riset penting dalam teknologi farmasi, kita juga mulai memikirkan green pharmacy atau farmasi ramah lingkungan, yang mencegah masuknya limbah farmasi ke dalam lingkungan," paparnya.

Zullies mengatakan, kegiatan bertaraf Internasional ini dihadiri oleh 350 peserta dari 10 negara, antara lain Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, Korea, China, Jepang, dan Australia.

"Antusiasme mereka sangat tinggi, tercatat 150 peserta melakukan presentasi oral dan 70 peserta presentasi poster. Partisipan berasal dari kalangan medis, peneliti, mahasiswa, juga kalangan industri farmasi," ujarnya.

Foto Bersama antara Pembicara dengan Panitia

Wakil Dekan Fakultas Farmasi, Prof. Agung Endro Nugroho, M.Si., Ph.D., Apt., menambahkan, kegiatan ini adalah media para pelaku bidang farmasi di seluruh dunia untuk saling bertukar hasil penelitian yang bisa diaplikasikan dalam industri farmasi.

Page 2: Dunia Farmasi Saat Ini Berkembang Sangat Pesat

"Industri farmasi saat ini sudah sangat maju di sejumlah negara. Disini kita mentransfer knwoledge dibidang farmasi dan para pelaku industri farmasi bisa mendapatkan referensi dari hasil penelitian," harapnya.

Menurut Boenjamin Setiawan, Founder and Scientific Adviser of Stem Cell an Cancer Institute, yang juga pendiri Kalbe Farma, industri farmasi saat ini menghadapi banyak tantangan seiring dengan perubahan.

Misalnya berakhirnya paten yang akan menurunkan income industri lebih dari $100 miliar dalam beberapa tahun ke depan. Kemudian rendahnya produktivitas research and development sementara biaya research makin mahal.

"Total biaya yang dihabiskan untuk menemukan satu obat baru mencapai $1.5 miliar. Industri farmasi dituntut menemukan cara yang lebih inovatif untuk mengembangkan industri ini," tukasnya.

Sumber : Tribun Jogja

Saat saya mengikuti serangkaian acara RAKERNAS X ISMAFARSI (Rapat Kerja Nasional X Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia) di STIKes BTH (Bhakti Tunas Husada), Tasikmalaya, ada hal menarik yang ingin saya share ke teman-teman, dan mungkin masih banyak orang yang belum tahu terkait hal ini.

Oke, langsung saja, salah satu rangkaian acara tersebut adalah Seminar Nasional bertemakan “saya lupa”, haha. Intinya itu melestarikan lingkungan deh. Salah satu pembicaranya yaitu Prof. Dr. Slamet Ibrahim S., DEA., Apt. yaitu salah satu dosen Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB) dan juga Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta juga loh (ga mau kalah).

Beliau dengan apik dan lucu seperti biasanya menyampaikan materi “Farmasi Ramah Lingkungan (Green Pharmacy): Paradigma Baru Dalam Upaya Pencegahan Pencemaran Lingkungan Oleh Limbah Farmasi” yang sangat menarik minat saya dan peserta seminar lain tentunya karena jujur pembahasan materi tentang hal ini baru pertama kali saya dengar dan merupakan pengetahuan yang berguna untuk kami sebagai seorang farmasis dan semua orang. Akan saya ringkas pembicaraan panjang beliau,

jadi, tolong kepada teman-teman yang sudah membaca blog sampai kata ini dan sudah jenuh atau males melihat judulnya, jangan dulu di tutup karena hal ini saya rasa dan yakin penting dan menarik untuk teman-teman ketahui bukan hanya kita saja sebagai farmasis. (Kalau benar-benar males, skip satu paragraf dibawah ini atau langsung ke paragraf yang saya bold dibawah ini)

Apa itu Green Pharmacy?

Sedikit saja pengantarnya, jadi green pharmacy atau farmasi ramah lingkungan ini adalah upaya pencegahan masuknya limbah farmasi ke dalam lingkungan yang dilakukan secara holistik dan komprehensif melibatkan semua pihak yang terkait dengan produk farmasi,

Page 3: Dunia Farmasi Saat Ini Berkembang Sangat Pesat

mulai dari industri farmasi, distributor, rumah sakit, klinik, apotek, masyarakat/pasien, perguruan tinggi farmasi, dan regulator (pemerintah). (SKIP)

Perhatian terhadap pencemaran lingkungan sudah meluas bukan hanya meliputi pencemaran akibat senyawa organik persisten saja, tetapi juga pada pencemaran oleh limbah dan sediaan farmasi. (Untuk yang belum mengenal sediaan farmasi, sediaan farmasi terdiri dari obat, obat tradisional, dan juga kosmetika, dan bentuknya pun bermacam-macam meliputi tablet, kapsul, sirup, salep, krim, larutan, suspensi, emulsi, larutan injeksi, dll).

Perlu diketahui bahwa limbah farmasi dapat dihasilkan dari berbagai tempat, seperti:

1. Industri farmasi, rumah sakit, dan apotek baik dalam bentuk tumpahan bahan, bahan yang tidak digunakan, sampah bahan pengemas, sediaan yang rusak, dan sediaan yang kadaluarsa.

2. Tempat tinggal pasien berupa sediaan sisa yang tidak digunakan, tumpahan, dan sediaan yang kadaluarsa.

Sebenarnya industri farmasi dan rumah sakit telah melakukan pengolahan limbah sebelum dibuang ke lingkungan, namun fasilitas pengolahan limbah yang tergantung pada teknologi yang digunakan dan sifat kimiawi limbah tersebut menyebabkan jumlah bahan aktif farmasi yang masuk ke dalam lingkungan bisa dikurangi atau dihilangkan bisa juga jumlahnya masih tetap.

Namun kali ini, bukan limbah industri farmasi, rumah sakit, dan apotek yang akan kita bahas, namun tindakan pengguna sediaan farmasi inilah yang menarik karena pasti teman-teman akan kaget bahwa ternyata setelah dilakukan penelitian mengenai perjalanan bahan aktif farmasi, dinyatakan bahwa KITA sebagai pengguna sediaan farmasi merupakan penyumbang terbanyak dalam penyebaran limbah farmasi ke lingkungan, terutama lingkungan akuatik (perairan) yang merupakan tujuan akhir dari pembuangan.

Terdapat beberapa cara masuknya bahan aktif farmasi ke dalam lingkungan yang disebabkan oleh pengguna, diantaranya:

1. melalui saluran air, setelah dieksresikan badan melalui feses (tinja) atau urin. Setelah pemberian obat, sejumlah tertentu dari bahan aktif akan diabsorpsi, dimetabolisasi dan akhirnya dieksresikan melalui feses dan urin dalam bentuk utuh, metabolit, atau terkonyugasi. Laju dan bentuk pengubahan bahan aktif yang dieksresikan sangat tergantung pada sifat fisikokimia, biofarmasetika, dan dosis bahan aktif serta kondisi fisiologis pasien. Sekarang, laju eksresi beberapa bahan aktif farmasi telah tersedia dalam literatur seperti di Martindale. Oleh karena hal ini, maka sifat biodegradabilitas bahan aktif perlu ditetapkan dan bahkan telah menjadi persyaratan izin penggunaannya di beberapa negara (USA dan negara-negara Eropa).

2. melalui pembuangan sediaan farmasi yang tidak digunakan (sisa, rusak, diganti) dan yang telah kadaluarsa ke dalam toilet/jamban atau melalui pembuangan sampah kota (TPS/TPA). Cara kedua ini sangat tergantung pada perilaku dan gaya hidup pasien, efisiensi penggunaan obat melalui resep, dan aturan/regulasi pembuangan sediaan farmasi yang berlaku. Limbah farmasi yang seperti ini di beberapa negara dikategorikan sebagai sampah berbahaya (dimasukkan ke dalam wadah/kantung

Page 4: Dunia Farmasi Saat Ini Berkembang Sangat Pesat

merah) dan dibuang melalui pembuangan akhir seperti sanitary landfill atau insinerasi.

*Note: sebagian besar obat yang dieksresikan dalam bentuk utuhnya bersifat bioaktif; sedangkan obat yang telah dimetabolisasi kadang-kadang bersifat lebih bioaktif atau lebih toksik; senyawa yang dimetabolisasi dalam bentuk konyugat akan mengalami hidrolisis dilingkungan menjadi senyawa bioaktif kembali.

Dari kedua cara masuknya bahan aktif tersebut, baik obat yang dikonsumsi (akan dieksresikan ke jamban) maupun obat yang tidak terpakai (dibuang ke tempat sampah) akan berakhir ke waterways (saluran air)

Walaupun kadarnya sangat kecil, beberapa penelitian yang dilakukan di Eropa melaporkan adanya senyawa aktif farmasi dan kosmetik dalam lingkungan, seperti obat-obat golongan hormon, antibiotik, regulator lipid dalam darah, anti inflamasi non-steroid, beta-blocker, anti-epileptik, anti-depresan, anti-tumor, anti-kanker, anti-impoten, retinoida, antiseptika, fragrances, bahan tabir surya, dll. Beberapa senyawa obat golongan antimikroba, steroid alam maupun sintetik, dan lebih dari 50 bahan aktif farmasi dan kosmetik telah teridentifikasi dalam sampel yang diambil dari selokan/perairan, air permukaan, dan air tanah.

Bayangkan jika jumlah dan jenis sediaan farmasi terus bertambah sejalan dengan meningkatnya jumlah populasi manusia, kebutuhan akan obat-obatan, dan perubahan gaya hidup, maka meningkat pula jumlah dan jenis bahan aktif farmasi yang ditemukan dalam lingkungan air kita.

Memang, kita tidak mengetahui secara pasti dampak adanya senyawa aktif farmasi dalam kadar rendah dalam air minum yang tetap kita konsumsi dalam waktu yang lama terhadap kesehatan manusia, namun kita pun perlu waspada. Keterbatasan informasi ilmiah mengenai pengaruh masing-masing senyawa aktif terhadap lingkungan yang menyebabkan pertanyaan ini belum bisa terjawab.

Namun, ada suatu kajian mengenai pencemaran dan pengaruhnya terhadap lingkungan terkait hal ini, diantaranya:

Pengaruh negatif diklofenak terhadap kelestarian burung pemakan bangkai (elang atau condor) di Asia. Adanya diklofenak dalam bangkai hewan yang dikonsumsi burung tersebut menyebabkan gagal ginjal yang tentunya dapat menyebabkan kematian.

Adanya senyawa hermone steroid yang digunakan sebagai alat kontrasepsi seperti 17-α-etinilestradiol dalam lingkungan akuatik menyebabkan gangguan sistem reproduksi ikan, reptile, penyu, dan hewan invertebrata air lainnya. Senyawa tersebut juga dapat menyebabkan feminisasi ikan jantan.

Limbah yang mengandung antibiotika dapat menyebabkan munculnya bakteri yang resisten, yang disebabkan oleh penggunaan tak terkontrol beberapa antibiotika dalam makanan ikan.

Pengaruh negatif dari penggunaan senyawa ammonium kuartener pada cairan pencuci terhadap bakteri denitrifikasi, padahal bakteri tersebut sangat berperan dalam proses pemurnian air limbah, dan masih banyak lg.

Page 5: Dunia Farmasi Saat Ini Berkembang Sangat Pesat

Apa yang bisa kita lakukan??

Antara bulan Juli 2004 hingga Juni 2005, di Australia telah berhasil mengumpulkan 315.810 kg sediaan farmasi yang tidak digunakan (unwanted pharmaceuticals) oleh masyarakat melalui program “Return Unwanted Medicines (RUM) Project.” Pada waktu itu Australia mempunyai jumlah penduduk 20.090.437 dan Indonesia mempunyai jumlah penduduk sekitar 220.000.000. Dengan menggunakan jumlah penduduk sebagai faktor ekstrapolasi dan dengan asumsi kebutuhan obat anatara Australia dan Indonesia sama, maka dapat dihitung prediksi jumlah sediaan farmasi yang tidak digunakan di Indonesia, yaitu sekitar 3450 ton atau setara dengan 3.450.000 kg.

Walaupun informasi dampak lingkungan akibat limbah farmasi di Indonesia belum ada, namun kita tidak bisa tinggal diam. Ada empat program yang telah diperkenalkan oleh Christian Daughton (2003) melalu program “Green Pharmacy”, yaitu:

1. Reduction (Pengurangan penggunaan), yang dapat diwujudkan dengan gaya hidup sehat, kesiagaan masyarakat akan dampak lingkungan, pendidikan kepatuhan pasien akan tata cara penggunaan obat, pengemasan sediaan farmasi dengan ukuran kecil, dan masih banyak lagi. Disamping itu, industri farmasi harus menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan.

2. Reuse (Penggunaan kembali) dan Recycle (Pendaurulangan ke dalam sistem), dapat dilaksanakan melalu program pengembalian sediaan farmasi yang masih utuh untuk digunakan oleh pasien yang lain. Dalam hal ini tentu harus ada kriteria dan tatacara pelaksanaan program ini.

3. dan Proper Disposition (Pembuangan yang sehat), dapat dilakukan dengan pengolahan limbah yang lebih maju dan modern, misalnya melalui insinerasi atau pengubahan limbah menjadi energi.

Beberapa negara telah melakukan program pengembalian sediaan farmasi yang tidak digunakan, misalnya Australia (RUM Project 2004), Canada-British Columbia (The Medication Return Program 1996), European Union (Pharmaceutical Take-Back System 2004).

Sayangnya di Indonesia belum ada program semacam ini. Oleh karena itu, perlu kesadaran kita untuk memperhatikan hal ini dan tentu bisa kita mulai dari program Reduction.