Dunia di mata anak
-
Upload
nitaaoktav -
Category
Data & Analytics
-
view
262 -
download
4
Transcript of Dunia di mata anak
Dunia di Mata Anak-Anak dalamCerita Mirah Mini: hidupmu,keajaibanmu dan Terjemahan
Le Petit Prince (Pangeran Kecil)
Oleh NITA OKTAVIANI
Latar Belakang Masalah
Dunia adalah tempat semua makhluk hidup tinggal, diantaranya manusia, hewan dan
tumbuhan. Yang membedakan manusia dengan makhluk lain adalah akal dan budi pekerti,
karena hewan dan tumbuhan tidak dapat berpikir layaknya manusia. Kita pastinya sudah tidak
asing lagi dengan istilah manusia dewasa dan anak-anak. Manusia dewasa yaitu secara biologi
sudah akil balig, dan memiliki kematangan dan tanggung jawab sebagai seorang dewasa. Selain
itu hukum yang mengikat orang dewasa juga berbeda dengan hukum yang mengikat anak-anak.
Menurut hukum di Indonesia sendiri manusia dapat dikatakan manusia dewasa setelah ia
berumur 21 atau sudah menikah (Asiamaya.com). Sedangkan anak-anak adalah manusia yang
berumur dibawah 11 tahun dan belum memiliki kematangan dan tanggung jawab yang
mencerminkan perilaku dewasa. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan
yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia
sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun). Dan masa perkembangan intelektual anak
(Piaget dalam Nurgiyantoro, 2010:50) dimulai dari tahap pertama (0-2 tahun) tahap sensori-
motor, (2-7 tahun) tahap praoperasional, (7-11 tahun) tahap operasional konkret dan (11 atau 12
tahun ke atas) tahap operasi formal. Akan tetapi manusia yang sudah dewasa tidak dapat
dikatakan dewasa apabila belum memiliki kematangan dan tanggung jawab yang mencerminkan
perilaku dewasa. Karena perbedaan itulah pandangan manusia dewasa dan anak-anak juga
berbeda. Anak-anak yang masih polos, dan belum banyak tahu menganai dunia akan berbeda
pandangannya dengan orang dewasa yang sudah lebih banyak tahu dan berpengalaman. Oleh
karena itu ada istilah dunia anak-anak. Dunia anak-anak adalah alam kehidupan anak-anak
(KBBI, 2008:347). Dunia yang penuh imajinasi tanpa batas juga penuh keajaiban lain halnya
dengan dunia dewasa yang selalu dilihat dari sisi realitat dan kelogisan dalam berpikir.
Tentunya sudah pasti kalau kebutuhan manusia dewasa dan anak-anak berbeda. Contoh
konkretnya adalah dengan adanya buku, majalah, film, video, toko-toko, hiburan dan beberapa
fasilitas yang hanya diperuntukan untuk orang dewasa. Begitu juga dengan anak-anak, banyak
hal yang khusus diperuntukan untuk anak-anak termasuk buku, film, video, toko-toko, peralatan
mandi, parfum, dan lain-lain yang di khususkan bagi anak-anak. Begitu juga dalam sastra
terdapat pula sastra yang dikhususkan untuk anak-anak yang sering disebut sastra anak.
Sastra anak adalah buku-buku bacaan atau karya sastra yang sengaja ditulis sebagai
bacaan anak, isinya sesuai dengan minat dan pengalaman anak, sesuai dengan tingkat
perkembangan wmosi dan intelektual anak (Ampera, 2010:10). Sastra anak juga dibagi menjadi
beberapa genre. Menurut Lukens (dalam Nurgiyantoro, 2010:14) genre sastra anak
dikelompokan menjadi enam macam, yaitu realisme, fiksi formula, fantasi, sastra tradisional,
puisi dan nonfiksi. Jenis sastra anak yang dikategorikan ke dalam realisme yaitu cerita
realistik/realisme, realisme binatang, realisme historis dan cerita olah raga. Kategori dalam Fiksi
formula yaitu cerita misteri dan detektif, cerita romantik dan novel serial. Kategorikan dalam
fantasi yaitu cerita fantasi, fantasi tingkat tinggi, dan fiksi sain. Kategori dalam sastra tradisional
yaitu fabel, dongeng rakyat, mitologi, legenda, dan epos. Kategori dalam puisi anak dapat
berwujud puisi-puisi lirik tembang-tembang anak tradisional, lirik tembang-tembang ninabobo,
puisi naratif, dan puisi personal. Dan yang terakhir kategori dalam nonfiksi yaitu buku informasi
dan biografi.
Buku anak biasanya berkisah tentang hal-hal diluar nalar orang dewasa, seperti hewan
dan tumbuhan yang bisa berperilaku seperti manusia, hantu atau mahluk ajaib seperti peri, jin,
dan lain-lain. Untuk orang dewasa mungkin cerita seperti itu tidak masuk akal, akan tetapi bagi
anak-anak hal itu dapat menjadi hal yang lumrah, karena imajinasi dan emosi anak dapat
menerima itu secara wajar.
Menurut Huck dkk. (dalam Nutgiyantoro, 2010:7) buku anak, sastra anak adalah buku
yang menempatkan sudut pandang anak sebagai pusat cerita. Tujuannya agar anak lebih mudah
memahami isi cerita. Hal itu juga diperkuat oleh Winch (dalam Nurgiyantoro, 2010:7) buku anak
yang baik adalah buku yang mengantarkan dan berangkat dari kacamata anak. Oleh karena itu
anak akan lebih mudah memahami suatu cerita dengan imajinasi dan emosi apabila cerita
tersebut diambil dari sudut pandang anak-anak. Cerita anak juga tidak hanya bercerita tentang
hal yang baik saja, akan tetapi bisa saja penulis bercerita tentang perilaku yang buruk seperti
berbohong, malas, tidak menurut kepada orang tua, dan lain-lain. Akan tetapi cerita haruslah
berada dalam jangkauan pemahaman emosional dan pikiran anak.
Salah satu karya sastra anak dunia yang terkenal adalah dongeng-dongeng karya Hans
Christian Andersen (Princess Thumbelina, The Little Mermaid, The Ugly Ducking), Antoine de
Saint-Exupery (Le Petit Prince atau The Little Prince) JK. Rowling (Harry Potter) Katherine
Paterson (Bridge to Terabithia) dan John Ronald Reyel Tolkien (The Hobbit dan The Lord of the
Rings), dan masih banyak lagi. Bahkan tidak sedikit yang diangkat menjadi film dan sukses di
pasaran. Sedangkan karya sastra anak di Indonesia yang terkenal diantaranya si Kancil, Timun
Mas, Kura-kura dan Monyet, dan tahun 2012 kemarin sastra anak Indonesia diramaikan kembali
oleh hadirnya buku anak baru yaitu Mirah Mini karya Nukila Amal dan Hanafi.
Salah satu cerita anak yang diambil dari kacamata anak-anak adalah cerita Mirah Mini:
hidupmu, keajibanmu karya Nukila Amal. Buku ini bercerita tentang anak kecil berumur lima
tahun. Semua hal yang membuatnya takjub, dia sebut sebagai sesuatu yang ajaib. Pengertian dari
kata ajaib itu sendiri adalah sesuatu yang ganjil, aneh, jarang ada, tidak seperti biasa. Akan tetapi,
konsep ajaib yang disebutkan oleh Mirah Mini ini adalah hal-hal yang menurut orang dewasa
lumrah dan dapat dijelaskan secara ilmiah dan tidak aneh juga tidak ganjil. Akan tetapi begitulah
Mirah Mini melihat dunianya yang begitu banyak keajaiban.
Lain halnya dengan cerita yang ditulis oleh Antoine de Saint-Exupéry dalam bukunya ia
tidak mempersembahkan cerita ini untuk anak-anak akan tetapi buku yang berjudul The Little
Prince (Pangeran Kecil) ini dipersembahkan untuk orang dewasa yang pernah menjadi anak-
anak. Buku ini adalah buku terjemahan dari Perancis yang bercerita tentang seorang pangeran
yang berasal dari planet lain. Pangeran ini memandang orang dewasa dengan semua rutinitas
yang sering dilakukan oleh orang dewasa secara umum. Orang dewasa yang tidak lepas dari
angka, orang dewasa yang malu karena mabuk oleh karena itu dia terus-menerus mabuk, orang
dewasa yang sangat sibuk dengan pekerjaannya, dan lain-lain. Selain itu, cerita ini menceritakan
kecintaannya kepada sekuntum bunga mawar yang begitu berharga untuk Pangeran Kecil.
Ternyata, tidak hanya buku anak-anak yang mengambil sudut pandang anak-anak dalam
pembuatan sebuah cerita. Ada juga buku yang di persembahkan untuk orang dewasa yang
mengambil sudut pandang anak-anak. Dalam kajian ini penulis akan membandingkan kedua
cerita tersebut dengan menggunakan metode perbandingan. Metode perbandingan berangkat dari
sastra bandingan yaitu pendekatan dalam ilmu sastra yang tidak menghasilkan teori tersendiri
(Damono, 2005:2). Dan penulis juga akan lebih menekankan pada tokoh utama anak-anak dan
bagaimana dunia di mata anak-anak itu digambarkan oleh pengarang dewasa dalam ceritanya.
Oleh karena itu, penulis mengangkat penelitian yang berjudul Analisis Perbandingan
Penggambaran Dunia di Mata Anak-Anak Pada Tokoh Utama pada cerita Mirah Mini: hidupmu,
keajibanmu karya Nukila Amal dengan The Little Prince (Pangeran Kecil) karya Antoine de
Saint-Exupery dengan memfokuskan kajian kepada teks cerita.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana dunia di mata anak-anak digambarkan dalam buku cerita Mirah Mini:
hidupmu, keajaibanmu karya Nukila Amal?
2. Bagaimana dunia di mata anak-anak digambarkan dalam buku cerita The Little Prince
(Pangeran Kecil) Karya Antoine de Saint-Exupery?
3. Apa perbedaan dan persamaan yang tedapat pada kedua cerita ini?
TUJUAN PENELITIAN
1. Memaparkan bagaimana dunia di mata anak-anak di gambarkan dalam cerita Mirah
Mini: hidupmu, keajaibanmu karya Nukila Amal?
2. Memaparkan bagaimana dunia di mata anak-anak di gambarkan dalam cerita The Little
Prince (Pangeran Kecil) Karya Antoine de Saint-Exupery?
3. Menemukan pebedaan dan persamaan dalam kedua cerita: Mirah Mini dan The Little
Prince (Pangeran Kecil)
SUMBER DATA
1. Mirah Mini: hidupmu, keajibanmu karya Nukila Amal oleh Masyarakat Indonesia Cipta,
Jakarta, tahun 2013, cetakan kedua (cetakan pertama tahun 2012).
2. The Little Prince (Pangeran Kecil) karya Antoine de Saint-Exupery oleh PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2003.
HASIL DAN PEMBAHASAN TOKOH UTAMA
1. Teman Imajinasi
a. Teman Imajinasi dalam Mirah Mini
Dunia anak adalah dunia penuh imajinasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Imajinasi adalah daya pikir untuk membayangkan (dl angan-angan); khayalan (KBBI, 2008:526).
Oleh karena, kebanyakan cerita anak imajinatif. Dari sekian banyak buku imajinatif, Mirah Mini
juga menyajikan cerita tentang anak perempuan bernama Mirah Mini yang mempunyai teman
imajinasi bernama Tapir.
Mirah Mini adalah anak perempuan berusia lima tahun. Ia mempunyai teman imajinasi
bernama Tapir. Tapir atau tenuk adalah binatang menyusui, tubuhnya menyerupai babi hutan,
punggung membulat dan menurun ke depan, warna bulu badan bagian depan (perut dan kaki)
hitam, sedangkan bagian lain keputih-putihan (KBBI, 2008:1443). Menurut Mirah Mini, Tapir
begitu lucu dan pintar Seperti pada kutipan berikut: “Aku punya teman tapir, namanya Tapir. Dia
mirip salah satu gambar di buku ceritaku. Tapir suka pakai celana putih. Tapir lucu dan pintar
sama sekali.” (Amal, 2013:12). Anak-anak memang tidak pernah membuat sesuatu menjadi hal
yang rumit. Hal itu terlihat pada kutipan di atas, ketika Mirah Mini memberi nama teman
imajinasinya Tapir sama dengan nama asli hewan tersebut yaitu tapir.
Alasan Mirah Mini memilih Tapir sebagai temannya tidak semata-mata muncul begitu
saja. Anak-anak dapat mengembangkan imajinasinya melalui apa saja. Tidak hanya melalui
benda-benda yang konkret akan tetapi bisa pula melalui sesuatu yang abstrak. Hal itu
dikarenakan bacaan atau karya sastra yang sebelumnya di dengar oleh Mirah Mini melalui buku
cerita bergambar yang Mama Mirah Mini sering bacakan setiap malam sebelum Mirah Mini
tidur. Berikut kutipan yang menunjukan kegiatan tersebut: “Aku punya seorang mama. Setiap
malam, mamaku sering bercerita sebelum aku tidur. Aku paling suka cerita hewan-hewan pintar
dan lucu. Mama memperlihatkan gambar mereka di buku.” (Amal, 2013:8). Kegiatan membaca
ini adalah salah satu kegiatan rutin bagi Mirah Mini. Selain itu Mirah Mini juga suka dengan
buku cerita membuatnya menjadi mudah dalam menangkap cerita yang dibacakan oleh Mama
Mirah Mini.
Dari kegiatan tersebutlah muncul imajinasi Mirah Mini mengenai Tapir. Menurut
Nurgiyantoro, bagi anak usia dini yang belum dapat membaca dan hanya dapat memahami sastra
lewat orang lain, cara penyampaiannya masih amat berpengaruh sebagaimana halnya orang
dewasa mengapresiasi poetry reading atau deklamasi (Nurgiyantoro, 2010:39). Mirah Mini yang
berimajinasi tentang teman Tapirnya menandakan keberhasilan Mama Mirah Mini saat bercerita.
Gambar pada buku cerita juga begitu berpengaruh terhadap pembaca. Pembaca dapat ikut
larut dalam cerita. Selain itu, dengan bantuan gambar pada buku cerita dapat merangsang
imajinasi anak mengenai objek yang sedang diceritakan. Mereka seakan-akan ikut terjun
langsung ke dalam cerita yang sedang disimaknya. Hal tersebut dikuatkan oleh pendapat
Nurgiyantoro yang berkata dengan membaca bacaan cerita sastra imajinasi anak dibawa
berpetualang ke berbagai penjuru dunia melewati batas waktu dan tempat, tetapi tetap berada
ditempat dibawa untuk mengikuti kisah cerita yang dapat menarik seluruh kedirian anak. Lewat
cerita itu anak akan memperoleh pengalaman yang luar biasa (Vicarous experience) yang
setengahnya mustahil diperoleh dengan cara-cara selain membaca sastra (Nurgiyantoro,
2010:39).
Akan tetapi, Tapir tidak menemani Mirah Mini setiap saat. Tapir hanya datang pada saat-
saat tertentu. Hal tersebut menunjukan imajinasi Mirah Mini hanya ada ketika saat-saat tertentu.
Berikut kutipan dalam cerita:
Tapir datang menemaniku kalau aku sedang sedih, bingung, atau bosan. Kami lalu main sama-sama dan takjub sama-sama.
Kalau tidak sedang menemaniku, Tapir pulang ke rumahnya di hutan. (Amal, 2013:12-15)
Tapir yang menemani Mirah Mini pada saat sedih, bingung atau bosan menunjukan kapan
ia bisa asik dengan imajinasinya. Walaupun Mirah Mini berkata Tapir datang ketika ia sedang
sedih, bingung dan bosan, mereka menemukan kesenangan di dalamnya, hal tersebut jelas
tergambar dari kalimat “kami lalu main sama-sama dan takjub sama-sama”. Mirah Mini dapat
kesenangan lain ketika dia bermain dengan imajinasinya, dan pada saat itulah dunia anak-anak
muncul.
b. Teman Imajinasi dalam Pangeran Kecil
Semua orang pasti pernah berimajinasi. Tidak hanya anak-anak, orang dewasa pun tidak
sedikit yang masih sering berimajinasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
imajinasi adalah daya pikir untuk membayangkan (dl angan-angan) atau khayalan (KBBI,
2008:526). Tidak sedikit orang dewasa yang sukses dan terkenal dari hasil imajinasinya. Seperti
JK Rowling, yang menjadi penulis terkenal dari hasil imajinasinya mengarang serial Harry
Potter. Karya terkenal lainnya seperti The Hobbit dan The Lord of the Rings karya John Ronald
Reyel Tolkien, Bridge to Terabithia karya Katherine Paterson , Book of Earthsea karya Ursulaa
Le Guin, dan masih banyak lagi. Banyak pengarang dewasa yang berhasil dari hasil
imajinasinya. Lain halnya dengan buku yang satu ini, buku ini menceritakan orang dewasa yang
mempunyai teman imajinasi. Buku yang berjudul Le Petit Prince dalam bahasa Perancis, karya
Antoine de Saint-Exupéry ini menceritakan seorang pilot yang bertemu dengan teman
imajinasinya di gurun pasir. Buku ini sudah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, salah
satunya ke dalam bahasa Inggris yaitu The Little Prince dan bahasa Indonesia yaitu Pangeran
Kecil.
Tokoh utama dalam cerita ini adalah tokoh Aku yang mempunyai teman imajinasi
bernama Pangeran Kecil. Tokoh Aku menceritakan tentang Pangeran Kecil yang menemaninya
di gurun selama beberapa hari. Alasan penulis menyebutkan bahwa Pangeran Kecil adalah
imajinasi si tokoh Aku karena pada saat si tokoh Aku mulai bercerita mengenai Pangeran Kecil,
tempat pertama mereka bertemu adalah di Gurun Sahara, saat si tokoh Aku terdampar. Seperti
pada kutipan berikut:
… ketika aku terpaksa mendarat di Gurun Sahara. Ada yang rusak dalam mesin pesawatku. Dan karena aku tak membawa teknisi ataupun penumpang, kuberanikan diri untuk mengerjakan reparasi yang sulit seorang diri. Ini persoalan hidup dan mati. Air minum yang kupunyai nyaris tak cukup untuk seminggu. (Saint-Exupéry, 2003:14)
Gurun yang tempat si tokoh Aku terdampar dan bertemu dengan Pangeran Kecil juga
jauh dari peradaban manusia. Oleh karena itu menjadi suatu keanehan apabila tiba-tiba ada
seorang anak kecil yang datang menghampiri tokoh Aku yang sedang terdampar. Seperi kutipan
berikut:
Pada malam pertama, aku tidur di pasir, seribu mil jauhnya dari semua tempat yang berpenghuni manusia. Aku lebih terisolasi daripada korban kapal karam yang terapung di rakit di tengah laut. Maka bayangkan kekagetanku ketika pada saat fajar dibangunkan oleh suara kecil lucu yang berkata, “Tolong… gambarkan biri-biri untukku!” … pelan-pelan kugosok mataku. Pelan-pelan aku memandang berkeliling. Dan kemudian aku melihat seorang anak kecil yang sangat luar biasa, yang berdiri mengawasiku dengan tatapan tajam. (Saint-Exupéry, 2003:14)
Akan lain halnya apabila mereka bertemu di laut atau di hutan. Di gurun biasanya orang
mengalami fatamorgana. Fatamorgana yaitu hal yang bersifat khayal dan tak mungkin dicapai
(KBBI, 2008:389). Apalagi ketika orang kehausan atau kelaparan, ditambah dengan keadaan
gurun yang panas, akan lebih memungkinkan jika seseorang itu berhalusinasi atau mengalami
fatamorgana. Seperti pada kutipan berikut ini:
Sekarang aku terpesona menatap anak yang tiba-tiba muncul di depanku, mataku terbelalak. Ingat, aku seribu mil jauhnya dari tempat tinggal manusia. Meskipun demikian anak kecil ini tidak tampak tersesat, ataupun hampir mati kelelahan, atau kelaparan, atau kehausan, atau ketakutan. Tak ada tanda-tanda yang menunjukan dia anak yang tersesat di tengah gurun, seribu mil jauhnya dari tempat yang dihuni manusia. (Saint-Exupéry, 2003:16)
Bagaimana bisa anak-anak tiba-tiba ada di tengah-tengah gurun dengan keadaan baik-
baik saja dengan tidak kekurangan sedikitpun. Pada gambar ilustrasi yang terdapat pada buku
cerita, Pangeran Kecil digambarkan lengkap dengan pakaian dan jubah yang bagus, juga
memakai sepati boots dan mambawa pedang panjang yang dipegang oleh tangan kirinya.
Rambutnya berwarna kuning emas dan tampak sehat. Oleh karena itu penulis berpendapat bahwa
Pangeran Kecil adalah khayalan si tokoh Aku pada saat ia terdampar di gurun dan hampir
kehabisan air minum.
c. Persamaan dan Perbedaan Teman Imajinasi dalam Mirah Mini dan Pangeran Kecil
Persamaannya terletak pada teman imajinasi. Kedua cerita ini sama-sama memiliki teman
imajinasi yang diceritakan dalam cerita. Mirah Mini dengan Tapirnya dan tokoh Aku dengan
Pangeran Kecil. Teman imajinasi mereka diceritakan dengan cukup detail, apalagi pada
Pangeran Kecil, si tokoh Aku bercerita banyak tentang sosok Pangeran Kecil.
Perbedaannya terdapat pada tokoh yang menjadi pencerita teman imajinasi. Di Mirah
Mini yang menceritakan teman imajinasi adalah anak umur lima tahun, sedangkan pada
Pangeran Kecil adalah orang dewasa yang berprofesi sebagai pilot pesawat. Hal itu berpengaruh
juga kepada cara bercerita. Mirah Mini menceritakan teman Tapirnya dengan sederhana, ia hanya
bercerita tentang baju Tapir yang berwarna hitam dan celana putih, rumah Tapir yang semakin
kecil, teman Tapir yang semakin sedikit, Tapir yang hanya bisa dilihat oleh orang dewasa, dan
kesedihan Tapir yang merasa tidak dianggap oleh orang dewasa. Lain halnya dengan si pilot
yang bercerita panjang lebar tentang Pangeran Kecil. Walaupun yang menceritakan adalah orang
dewasa, ketika ia menceritakan Pangeran Kecil, ia menceritakan dari sudut pandang Pangeran
Kecil yang seorang anak-anak. Ketika ia menceritakan Pangeran Kecil dan Baobab, ketika
Pangeran Kecil terisak karena takut bunganya dimakan oleh biri-biri, Pangeran Kecil yang
menyukai matahari terbenam, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Selain itu alasan mereka berimajinasi juga mereka berbeda, Mirah Mini yang masih
berumur lima tahun masih berada di tahap praoprasional dalam pengembangan intelektualnya.
“Dalam tahap ini anak mulai dapat “mengoprasikan” sesuatu yang sudah mencerminkan aktivitas
mental dan tidak lagi semata-mata bersifat fisik” (Nurgiyantoro, 2010:51) jadi pada tahap ini
anak mulai mengaplikasikannya melalui tidakan. Dan acuan yang dilakukan Mirah Mini ini
adalah pada tahap ini Mirah Mini mengalami proses asimilasi di mana anak mengasimilasikan
sesuatu yang didengar, dilihat, dan dirasakan dengan cara menerima ide-ide tersebut ke dalam
suatu bentuk skema di dalam kognisinya (Nurgiyantoro, 2010:51). Lain halnya dengan tokoh
Aku dalam Pangeran Kecil teman imajinasinya muncul dikarenakan fatamorgana.
Lalu perbedaan lainnya terdapat pada sudut pandang yang digunakan. Dalam Mirah Mini
sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama, dan Mirah Mini juga
menjadi tokoh utama dari cerita Mirah Mini. Sedangkan Pangeran Kecil diambil dari sudut
pandang orang pertama yaitu dari tokoh Aku. Akan tetapi tokoh utama dari Pangeran Kecil ini
adalah Pangeran Kecil. Fokus cerita pada Pangeran Kecil yaitu kepada tokoh Pangeran Kecil.
Pengarang lebih banyak menceritakan Pangeran Kecil dibandingkan dengan tokoh Aku.
2. Lingkungan
a. Lingkungan dalam Mirah Mini
Dalam sebuah karya sastra pasti terdapat amanat dalam setiap ceritanya. Salah satu
amanat yang terdapat pada Mirah Mini yaitu amanat tentang mencintai dan menjaga lingkungan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) lingkungan adalah semua yang mempengaruhi
pertumbuhan manusia atau hewan (KBBI, 2008:831). Lingkungan pada Mirah Mini ini
difokuskan kepada lingkungan alam. Lingkungan alam yaitu keadaan (kondisi, kekuatan) sekitar
yang memengaruhi perkembangan dan tingkah laku orgaisme (KBBI, 2008:831). Amanat ini
digambarkan melalui tokoh Tapir yang sedih karena rumahnya yang semakin sempit juga teman-
temannya yang semakin berkurang.
Tapir atau tenuk adalah binatang menyusui, tubuhnya menyerupai babi hutan,
punggung membulat dan menurun ke depan, warna bulu badan bagian depan (perut dan kaki)
hitam, sedangkan bagian lain keputih-putihan (KBBI, 2008:1443). Di Indonesia populasi hewan
ini tersebar di Sumatera dan Kalimantan. Tapir juga termasuk hewan yang dilindungi. Akan
tetapi karena banyaknya penebangan pohon illegal dan pembakaran hutan populasi tapir semakin
sedikit dan hampir punah.
Di dalam Mirah Mini awal mula tapir diceritakan oleh Mama. Mama adalah nama
panggilan Mirah Mini kepada ibunya. Mama sering membacakan buku cerita, dan tapir adalah
salah satu tokoh yang disukai Mirah Mini pada salah satu cerita yang dibacakan oleh Mama.
Menurut Mama Mirah Mini, Tapir termasuk hewan langka karena jumlah mereka tidak banyak
dan pohon-pohon di hutan semakin banyak ditebang. Berikut kutipannya: “Kata mama, tapir
adalah hewan langka. Jumlah mereka tidak banyak, sebab pohon-pohon di hutan semakin habis
ditebang.” (Amal, 2013:16). Dari kutipan tersebut sudah terlihat amanat yang ingin disampaikan.
Amanat ini berbentuk akibat-sebab. Jumlah tapir yang tidak banyak disebabkan oleh banyaknya
pohon di hutan yang ditebang.
Jumlah Tapir yang terus berkurang adalah argumen Mirah Mini, berikut kutipannya:
“Kasihan Tapir, keluarga dan teman-temannya berkurang, terus berkurang, dan berkurang…”
(Amal, 2013:18). Ilustrasi pada setiap halaman juga memperkuat imajinasi pembaca tentang
yang diceritakan dan dibayangkan oleh Mirah Mini. Untuk menggambarkan populasi tapir yang
berkurang, pada halaman 18 bukan banyaknya/jumlah tapir yang berkurang, akan tetapi gambar
tapir (berbentuk seperti lukisan dan wajah tapir ditengah-tengah, hanya wajah sampai dada dan
latar dengan kombinasi warna biru, abu dan cokelat) yang mula-mula sudut atas kirinya
menghilang sedikit, yang tersisa gambar tapir yang awalnya mempunyai empat sudut kini hanya
tiga sudut, akan tetapi gambar wajah tapir masih jelas, tidak ada yang hilang. Lalu di gambar
ketiga, sudut atas kanan yang menghilang. Gambar keempat, bagian kanan atas yang hilang
semakin panjang ke bawah, akan tetapi sudut kanan bawah masih terlihat sedikit jelas. Gambar
kelima, bagian sudut kiri bawah yang menghilang, akan tetapi gambar wajah tapir masih jelas
dan sebagian dari dada tapir menghilang. Dan gambar terakhir yang tersisa hanya sudut kanan
bawah dan wajah tapir, bagian dada tapir menghilang. Itulah bayangan Mirah Mini mengenai
teman Tapir yang semakin sedikit, perlahan tubuh tapir menghilang sedikit demi sedikit.
Selain teman dan keluarga Tapir berkurang, menurut Mirah Mini rumah Tapir juga
semakin kecil. Berikut kutipannya: “Rumah Tapir semakin kecil, terus mengecil, dan
mengecil…” (Amal, 2013:20). Lain halnya dengan halaman 18, halaman 20 ini yang
menceritakan tentang rumah Tapir yang semakin kecil. Bukan lahan hutan yang semakin sempit,
akan tetapi ada gambar rumah lengkap dengan pintu dan jendela, dengan halaman dan satu
pohon di depan rumah tersebut yang mula-mula gambar pertama berukuran kurang lebih panjang
11,5 cm dan lebar 6,3 cm (pada buku). Lalu gambar kedua dipinggirnya berukuran panjang 8 cm
dan lebar 4,5 cm. Gambar ketiga berukuran panjang 5,7 cm dan lebar 3,2 cm. Gambar keempat
berukuran panjang 3 cm dan lebar 1,6 cm. Dan gambar terakhir berukuran panjang 2 cm dan
lebar 1 cm. gambar pada setiap bagian sama dan utuh. Hanya saja ukuran gambar tersebut yang
semakin kecil. Di sini digambarkan dengan jelas bagaimana pola pikir Mirah Mini, seorang anak
yang masih berumur lima tahun ketika membayangkan rumah dari teman imajinasinya semakin
kecil, yang ia bayangkan adalah rumah yang sama dengan rumah manusia pada umumnya, akan
tetapi semakin lama ukurannya semakin kecil.
Ternyata ada amanat lain dibalik cerita Mirah Mini tentang Tapir. Dilihat dari kata kecil
yang dimaksud pada kalimat “Rumah Tapir semakin kecil” adalah lahan hutan yang semakin
kecil. Hutan menurut KBBI adalah tumbuhan yang tumbuh di atas tanah yang luas (biasanya di
wilayah pegunungan) (KBBI, 2008:514). Kecil di sini juga dapat berarti sempit. Bukan hutan
dalam skala kecil, akan tetapi hutan yang sempit akibat ditebang. Jadi maksud kecil pada pada
halaman 20 adalah sempit.
Kecil mempunyai arti sedikit, hal itu diperjelas oleh argumen Mirah Mini tentang Mama
yang memerbolehkan Tapir tinggal di rumah kerena tapir semakin sedikit. Berikut kutipannya:
“Tapir boleh tinggal di rumah kita. Semua tapir boleh.” Aku bilang pada mama. “Mereka sedikit
sama sekali, semua akan muat di dalam rumah.” (Amal, 2013:21). Rumah adalah tempat atau
bangunan untuk orang tinggal, karena Mirah Mini berpikir kalau rumah Tapir di hutan semakin
sempit dan teman Tapir semakin sedikit, ia berasumsi bahwa semua tapir yang tersisa bisa
tinggal di rumahnya. Di sini terlihat perbandingan antara konotasi hutan dan rumah. Tapir yang
semula tinggal di hutan yang luas berpindah ke rumah yang lahannya jauh lebih kecil
dibandingkan dengan hutan. Hutan apabila dihancurkan dan berubah menjadi rumah, bisa
menjadi berpuluh-puluh bahkan berates-ratus rumah. Lain halnya apabila rumah yang dirubah
menjadi hutan, jelas tidak akan bisa. Itu menenadakan bahwa sedikit sekali populasi tapir yang
tersisa.
Kecil juga mempunyai arti tidak penting. Hal ini merujuk kepada kutipan Mirah Mini
mengenai Tapir berikut:
Ada orang-orang dewasa, berjumlah kurang dari lima. Ini menurut hitungan jariku. Orang-orang dewasa ini pernah bilang, Tapir
temanku tidak benar-benar ada. kalau sudah begitu, aku merasa sebal dan sedih, lalu aku pulang menangis. Sepanjang jalan kupegang erat-erat tangan Tapirku. Aku tahu, diam-diam dia juga sedih, lalu aku pulang menangis. Sepanjang jalan kupegang erat-erat tangan Tapirku. Aku ahu, diam-diam dia juga sedih, dianggap tidak ada… (Amal, 2013:36)
Kalimat yang dipertebal di atas menunjukan orang dewasa yang menganggap tapir tidak
penting, sehingga mereka mengganggap tapir tidak ada. cerita ini erat kaitannya dengan
pembakaran hutan di Sumatera, tempat populasi tapir. Tapir adalah salah satu hewan langka yang
dilindungi, akan tetapi sekarang banyak sekali hutan lindung yang terbakar karena unsur
kesengajaan. Populasi tapir semakin lama semakin berkurang, dan orang-orang yang melakukan
pembakaran hutan tersebut seakan-akan menganggap tapir tidak ada. dan tentu saja orang
dewasalah yang melakukan hal itu, tidak mungkin anak-anak yang akan membakar hutan demi
kepentingan material. Apabila kita perhatikan dari kutipan-kutipan di atas mengenai lingkungan,
semua kutipannya begitu singkat dan sederhana. Penggambaran akan lingkungan hanya terdiri
dari beberapa kalimat saja, ditambah dengan gambar ilustrasi yang mendukung jalannya cerita.
Hal ini mempermudah pembaca khususnya anak-anak akan kepedulian terhadap lingkungan.
b. Lingkungan dalam Pangeran Kecil
Lingkungan pada Pangeran Kecil lebih merujuk kepada lingkungan hidup. Lingkungan
hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup termasuk
manusia dan perilakunya yang memengaruhi perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
mahluk hidup lain. (KBBI, 2008:831). Dalam kajian ini penulis memfokuskan mahluk hidup
yang dibahas dalam Pangeran Kecil ini adalah tumbuhan dan hewan.
Tanaman adalah tumbuhan yang biasa ditanam oleh manusia. Akan tetapi tanaman pada
cerita ini tidaklah ditanam oleh manusia, melainkan tumbuh dengan sendirinya. Tanaman
pertama yang diceritakan adalah baobab. Baobab adalah pohon asli Madagaskar, Afrika daratan
dan Australia. Tinggi baobab bisa mencapai 5-25 m. akan tetapi, dalam Pangeran Kecil baobab
adalah salah satu tumbuhan yang tidak baik, Berikut kutipannya: “Nah, ada benih-benih tanaman
mengerikan di planet Pangeran Kecil yaitu benih pohon baobab.” (Saint-Exupéry̶̶̶ ̶ , 2003:27).
Sebelumnya Pangeran Kecil dan tokoh Aku berbincang mengenai biri-biri yang memakan semak
juga memakan baobab. Baobab termasuk tumbuhan yang tidak baik karena dapat
menghancurkan satu planet karena ukurannnya. Berikut kutipannya:
Tanah planet itu dipenuhi benih baobab. Jika kau terlambat menanganinya, tak akan bisa disingkirkan lagi. Dia mencengkram apa saja. Akarnya akan menerobos planet sampao tembus. Dan jika planet terlalu kecil, dan baobabnya terlalu banyak, mereka akhirnya akan membuat planet itu meledak. (Saint-Exupéry, 2003:28)
Oleh karena itu sebelum baobab itu tumbuh menjadi besar, Pangeran Kecil harus segera
mencabut tunas baobab ketika ia mulai muncul ke permukaan. Pangeran Kecil juga mengatakan
bahwa sebelum baobab itu besar, dimulai dari kecil dulu (Saint-Exupéry, 2003:27). Jadi sebelum
baobab itu besar, kita harus segera memusnahkannya ketika dia baru muncul menjadi tunas.
Pangeran Kecil adalah anak yang rajin dan juga disiplin, oleh karena itu tidak ada baobab
yang tumbuh di planet Pangeran Kecil. Walaupun menurut Pangeran Kecil membersihkan benih
baobab adalah pekerjaan yang sangat membosankan akan tetapi sangat mudah (Saint-Exupéry,
2003:29). Pada bagian ini Pangeran Kecil digambarkan menjadi tokoh panutan untuk anak-anak
agar belajar rajin, peduli terhadap lingkungan dan disiplin. Selain itu juga tidak boleh menunda
pekerjaan, karena akan menimbulkan hal besar yang tidak diinginkan seperti baobab. Pada
bagian ini terdapat amanat kepada pembaca agar disiplin dan tidak menunda pekerjaan walaupun
itu adalah pekerjaan yang sepele, karena bisa saja pekerjaan yang kita sepelekan akan berdampak
lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan yang kita anggap berat.
Pada cerita Pangeran Kecil sempat diceritakan akan kecintaan dan kekaguman Pangeran
Kecil terhadap bunga mawar yang tumbuh di planetnya. Di planet Pangeran Kecil tanaman yang
tumbuh berasal dari benih yang tiba-tiba muncul. Selain itu bunga yang tumbuh di planet
Pangeran Kecil tidak terlalu menyita tempat dan tidak merepotkan siapapun. Akan tetapi ada satu
bunga yang sombong dan merepotkan Pangeran Kecil. Namun, karena keindahan bunga tersebut
Pangeran Kecil tidak bisa menahan kekagumnnya dan akhirnya mau direpotkan oleh keinginan-
keinginan bunga tersebut.
Pangeran Kecil melayani bunga itu dengan memberikan siraman air sejuk yang
disiramnya ketika waktu sarapan. Pangeran Kecil juga memberikan tabir agar bunga tidak
diterpa kekeringan. Dan setiap sore Pangeran Kecil menyelubungi bunga itu dengan kubah kaca
karena cuaca di planet Pangeran Kecil terlalu dingin untuk bunga apabila sore hari.
Walaupun sempat kesal dengan bunga yang merepotkan, Pangeran Kecil tidak bisa
membiarkan bunga yang talah memberikan keharuman di planetnya itu menderita. Akan tetapi
omong kosong bunga tentang harimau yang akan menggigitnya membuat Pangeran Kecil
jengkel. Bahkan sebelum Pangeran Kecil pergi semua pekerjaan membersihkan planet termasuk
menyiram bunganya untuk terakhir kalinya terasa sangat berharga. Sebelum pergi Pangeran
Kecil juga sempat mengucapkan selamat tinggal kepada bunga. Walaupun sikap bunga begitu
dingin pada saat itu, akan tetapi Pangeran Kecil masih bersikap baik pada bunga itu. Alasan
bunga bersikap seperti itu karena dia tidak mau terlihat sedih karena ditinggalkan oleh Pangeran
Kecil, juga keangkuhannya yang tidak ingin menunjukan rasa sedih kepada Pangeran Kecil.
Di luar sudut pandang Pangeran Kecil, ada beberapa makna lain mengenai baobab dan
bunga. Baobab adalah salah satu simbol dari tujuh dosa besar atau seven deadly sins. Tujuh dosa
besar adalah cara kita mengetahui kelemahan kita. Tujuh dosa besar tersebut adalah malas, rakus,
sombong, iri hati, tamak, nafsu, dan marah. Cerita baobab ini adalah ilustrasi dari malas, hal itu
dapat dilihat dari kutipan Pangeran Kecil “Baobab, sebelum menjadi besar, mulainya dari kecil
dulu.” (Saint-Exupéry, 2003:27) apabila kita malas mengerjakan hal kecil, bagaimana dengan hal
yang besar, bahkan kalu kita menyepelekan hal kecil itu, dia akan berubah menjadi hal yang
menakutkan seperti Baobab yang diceritakan Pangeran Kecil, yang dapat merusak satu planet.
Itulah penggambaran menunda mencabut benih baobab, ketika baobab itu sudah menjalar dan
semakin besar, akan semakin mempersulit kita.
Lalu pada bagian bunga, terdapat juga dosa lainnya, yaitu sombong. Menurut
kepercayaan umat Kristiani, sombong adalah dosa paling berbahaya diantara enam dosa lainnya.
Harga diri yang tinggi membuat bunga itu menjadi begitu sombong dan angkuh. Bunga yang
terlihat pada kutipan berikut:
“Betapa cantiknya kau!”
“Cantik, bukan?” timpal si bunga dengan manis. “Dan aku dilahirkan pada saat bersamaan dengan matahari…”
Pangeran Kecil segera saja menyadari bahwa bunga ini sama sekali tidak rendah hati …” (Saint-Exupéry, 2003:37)
Kata tidak rendah hati adalah sinonim dari tinggi hati yang artiya sombong atau angkuh.
Dari kutipan Pangeran Kecil di atas sudah memperkuat sifat si bunga. Hal itu juga diperkuat oleh
kutipan Pangeran Kecil berikut ini: “Begitulah, dari awal dia menyiksa Pangeran Kecil dengan
kesombongannya.” (Saint-Exupéry, 2003:38).
Selain tanaman, Pangeran Kecil juga disukai oleh hewan. Hewan pertama yang ia temui
di bumi adalah ular. Ketika Pangeran Kecil bertemu dengan ular, dia menyapa ular itu dan
akhirnya mereka berbincang-bincang tentang bumi. Akan tetapi perbincangannya dengan ular
tidak terlalu lama, karena menurut si Pangeran Kecil semua ucapan ular penuh dengan teka-teki
yang membuatnya bingung. Pangeran Kecil yang belum banyak tahu mengenai bumi tidak
merasa takut sedikitpun terhadap ular. Ular itu sebelumnya telah memperingati pangeran kecil
bahwa dia adalah hewan berbahaya, akan tetapi karena pangeran kecil seorang anak-anak ia tidak
dapat mengerti dengan mudah akan bahaya itu. Berikut ktipannya: “Kau mahluk yang sangat
aneh,” akhirnya ia berkata, “kau tak lebih tebal daripada jari…” “Tetapi jauh lebih berkuasa
daripada jari seorang raja,” kata si ular. (Saint-Exupéry, 2003:71). Ungkapan lebih berkuasa
daripada jari seorang raja adalah kekuasaan bisa ular yang dapat membunuh dengan hitungan
detik, jari seorang raja belum tentu bisa melakukan hal itu. Akan tetapi, Pangeran Kecil tidak
mengerti yang dimaksud oleh si ular. Bahkan ketika ular memberikan tawaran untuk menolong
Pangeran Kecil ketika ia rindu akan planetnya, dia hanya meminta penjelasan akan maksud si
ular yang berbicara dengan penuh teka-teki. Apabila kita tinjau perilaku pangeran kecil yang
masih belum banyak mengetahui mengenai bumi, masih polos dan mudah percaya, sifat seperti
itulah yang dimiliki oleh anak-anak. Kepolosan dan ketidak tahuan anak-anak yang
membedakannya dengan manusia dewasa yang sudah lebih banyak tahu.
Hingga akhirnya dia melanjutkan perjalanan dan bertemu dengan rubah. Rubah yang
ditemui oleh pangeran setelah melewati kebun mawar yang sedang mekar. Pangeran Kecil
diminta oleh rubah itu untuk menjinakannya, agar mereka bisa menjadi teman. Menurut rubah
apabila Pangeran Kecil ingin menjadi temannya, maka ia harus menjinakannya. Karena tidak
semua manusia mempunyai teman, dan teman tidak dapat dibeli di toko seperti kebiasaan
manusia yang menginginkan barang yang sudah jadi dan tinggal dibeli di toko (Saint-Exupéry,
2003:81-82). Dan akhirnya Pangeran Kecil menjinakan si rubah. Dan ketika saat-saat Pangeran
Kecil akan pergi untuk meninggalkan rubah, rubah mengungkapkan perasaan sedihnya dan ingin
menangis, akan tetapi Pangeran Kecil hanya menyalahkan rubah karena ingin dijinakan.
Pemikiran Pangeran Kecil yang tak ingin merasa disalahkan akan kesedihan temannya karena
ego anak-anak yang merasa dirinya selalu benar.
Dari paparan cerita Ular dan Rubah, dapat kita Tarik kesimpulan bahwa Pangeran Kecil
bersifat egosentris, yaitu menempatkan dirinya sebagai pusat dunia, yang didasarkan persepsi
segera dan pengalaman langsung karena masih kesulitan menempatkan dirinya diantara orang
lain. Anak tidak dapat memahami sesuatu dari sudut pandang orang lain (Nurgiyantoro,
2010:51). Oleh karena itu Pangeran Kecil kebingungan ketika berbicara dengan ular. Dia merasa
perkataan ular itu penuh dengan teka-teki, padahal sebenarnya Pangeran Kecillah yang belum
dapat memahami sesuatu dari sudutpandang orang lain. Sifat egosentris ini terdapat pada tahap
praoperasional dalam perkembangan intelektual anak yang berumur 2-7 tahun. Dan
kemungkinan besar Pangeran Kecil berumur 6 atau 7 tahun. Hal ini merahuk pada gambanr yang
dibuat oleh tokoh Aku dalam Pangeran Kecil.
c. Persamaan dan Perbedaan Lingkungan dalam Mirah Mini dan Pangeran Kecil
Persamaan yang ada dalam Mirah Mini dan Pangeran Kecil adalah kepedulian kita
terhadap lingkungan. Mirah Mini yang sedih akan rumah Tapir yang semakin sempit adalah
himbauan pembaca agar lebih memperhatikan lingkungan. Sedangkan dalam Pangeran Kecil
yaitu kita harus menjaga lingkungan, lebih khususnya tanaman. Karena apabila kita membiarkan
tanaman, tidak menutup kemungkinan tanaman tersebut akan berubah menjadi tanaman yang
merugikan.
Perbedaan yang terdapat dalam bagian ini adalah perbedaan pada sudut pandang akan
tanaman dan hewan itu sendiri. Mirah Mini begitu sedih ketika dia membayangkan harus
berpisah dengan Tapir. Akan tetapi lain halnya dengan Pangeran Kecil yang tidak begitu sedih
berpisah dengan teman rubahnya. Karena sebelumnya dia telah mempunyai ikatan dengan bunga
yang ia tinggalkan di planetnya. Pangeran Kecil begitu menyayangi bunga itu sehingga ia tidak
menganggap yang lainnya penting seperti bunganya.
3. Keajaiban
a. Keajaiban menurut Mirah Mini
Sering sekali kita mendengan kata keajaiban. Keajaiban adalah suatu kejadian yang aneh
atau ganjil. Keajaiban adalah subentri dari entri pokok ajaib. Pengertian ajaib yaitu ganjil; aneh;
jarang ada; tidak seperti biasa; mengherankan (KBBI, 2008:22). Mungkin yang kebanyakan kita
tahu keajaiban di dunia ini tidak terlalu banyak akan tetapi lain halnya dengan keajaiban menurut
Mirah Mini. Menurut Mirah Mini keajaiban di dunia ini banyak sekali, setiap hari ajaib, bahkan
dengan menengok ke kanan dan ke kiri sudah banyak sekali hal-hal yang ajaib. Lain halnya
dengan definisi ajaib di atas, ajaib menurut Mirah Mini adalah hal-hal yang menurut kita sudah
biasa, bukan sesuatu yang ganjil, aneh, jarang ada, tidak seperti biasa, dan mengherankan.
Menurut Mirah Mini, sepuluh jari tangan dan dua belas angka yang ada pada jam dinding
itu ajaib. Karena kita bisa tahu jam berapa sekarang, bahkan kita bisa mengetahui banyaknya
benda disekitar kita, kita bisa menghitung menggunakan jari, seperti pada kutipan berikut ini:
Jariku ada sepuluh. Persis sepuluh, dan bisa dihitung. Ajaib sama sekali!Jam di dinding jarinya ada dua belas. Juga bisa dihitung, supaya tahu ini jam berapa. ( Amal, 2013:24)Ada orang-orang dewasa, berjumlah kurang dari lima. Ini menurut hitungan jariku…. (Amal, 2013:36)
Menghitung atau membilang untuk mengetahui berapa jumlahnya adalah salah satu
proses pembelajaran yang diajarkan oleh orang dewasa kepada anak-anak sejak dini. Biasanya
mula-mula anak diberitahu mengenai angka, lalu menyebutkan angka tersebut dengan banyaknya
angka yang ditandai dengan jari. Misalnya angka satu yang ditandai dengan jari telunjuk yang
diangkat dan jari lainnya mengepal. Lalu angka dua yang ditandai dengan jari telunjuk dan jari
tengah, sisanya mengepal, dan seterusnya. Dengan belajar seperti itu memudahkan anak untuk
mengingat tanda dan nama angka.
Apabila kita tinjau gambar yang terdapat pada halaman 24 yaitu gambar jam yang
dilengkapi dengan angka 1-12 dengan gambar jari tangan di belakang angka-angka tersebut.
Pada bagian ini, Mirah Mini memadukan hal yang abstrak dengan yang konkret. Hal yang
konkret itu adalah jam dinding, dan yang abstrak adalah jari-jari dibelakang angka. Jari memiliki
fungsi untuk menunjuk, begitu pula dengan jam mempunyai fungsi yang sama untuk
menunjukan waktu. Kedua benda yang disebutkan tandi sama-sama memiliki fungsi menunjuk.
Gambar jari yang terdapat pada jam itu menunjuk ke angka yang berada di dalam jam juga.
Selain tangan, hal ajaib selanjutnya adalah suara atau bunyi. Menurut Mirah Mini ketika
kita berbicara dan ada bunyi yang keluar dari mulut kita adalah hal yang ajaib. Seperti pada
kutipan berikut: “Aku bisa mengeluarkan bunyi-bunyian dari mulutku dan orang lain mengerti.
Betul ajaib!” (Amal, 2013:26). Menurut Mirah Mini berbicara adalah hal yang ajaib. Ketika kita
mengeluarkan kata atau kalimat yang dapat langsung dimengerti oleh orang lain. Padahal hal itu
temasuk hal yang biasa, selain kita bisa menerangkan hal itu secara ilmiah, hal itu juga dipelajari
dibeberapa bidang akademik, salah satunya di ilmu bahasa, ilmu yang mempelajari tentang bunyi
disebut dengan fonologi. Akan tetapi lain halnya dengan Mirah Mini, bunyi sesuatu yang ajaib
dengan mengeluarkan bunyi saja, orang lain sudah dapat mengerti.
Lalu mata, menurut Mirah Mini mata adalah benda ajaib, karena bisa melihat yang ajaib-
ajaib. Berikut kutipannya: “Mataku sangat ajaib, bisa melihat yang ajaib-ajaib.” (Amal, 2013:26)
Mata bukanlah benda aneh ataupun ganjil, kebanyakan manusia mempunyai mata yang bisa
dipakai untuk melihat, hal-hal yang menurut kita sudah menjadi sesuatu yang lumrah di mata
Mirah Mini semua itu ajaib. Karena dari mata kita dapat mengetahui banyak sekali yag ajaib-
ajaib. Dengan hanya membuka mata lalu melihat sekeliling dan mendapati suatu hal yang kita
lihat, menikmati keindahan dan keajaiban adalah asumsi mata ajaib menurut Mirah Mini.
Gigi palsu juga salah satu yang ajaib menurut Mirah Mini, karena gigi tersebut bisa di
lepas dan disimpan di dalam gelas. Berikut kutipannya: “Oma punya gigi yang bisa dilepas-lepas
dan ditaruh dalam gelas. Omaku hebat, punya kekuatan super!” (Amal, 2013:26) dan karena
Mirah Mini tidak bisa menyimpan giginya di dalam gelas karena tidak menggunakan gigi palsu,
ia pun berasumsi bahwa Oma memiliki kekuatan super yang dapat melepaskan giginya dan
menyimpannya dalam gelas.
Menurut Mirah Mini pohon manga juga ajaib, karena awalnya dia dari satu biji, lalu bisa
tumbuh menjadi pohon. Begitu juga dengan buah manga yang keren karena memmiliki rasa yang
manis. Berikut kutipannya “Pohon manga besar di halaman tumbuh dari satu biji kecil. Buah
manga juga keren dan manis.” (Amal, 2013:26). Mirah Mini bingung akan biji yang di tanam
bisa menghasilkan buah manga yang manis. Padahal biji manga awalnya hanya sebesar kepalan
tangan, akan tetapi ia bisa berubah menjadi sebuah pohon dan menghasilkan buah yang manis.
Angin juga ajaib, karena bisa membuat baju Mirah Mini menari-nari di tali jemuran.
Berikut kutipannya: “Angin tak kelihatan bisa bikin bajuku menari-nari di tali jemuran. Wah,
ajaib! Aku sering ikut menari. Aku dan baju merahku menari angin.” (Amal, 2013:28). Angin
adalah salah satu elemen yang kasat mata, akan tetapi dalam Mirah Mini ini, illustrator membuat
gambar gaun sederhana berwarna merah yang menggantung di tali jemuran, lalu di atasnya
terdapat gambar seperti gumpalan berwarna biru, akan tetapi pada pinggir gumpalan warnanya
cenderung lebih gelap (biru tua) dan pada tengah gumpalan warnanya membias, hampir
menyerupai warna putih. Ilustrasi ini membantu pembaca mengembangkan imajinasinya tentang
angin yang tak kasat mata.
Lalu hal ajaib selanjutnya menurut Mirah Mini yaitu gerombolan merpati di rumah
tetangganya yang bukan seorang pesulap. Berikut kutipannya:” Ada serobongan burung merpati
di rumah sebelah, padahal pak tetangga bukan tukang sulap!” (Amal, 2013:30). Di benak Mirah
Mini, orang yang mempunyai merpati biasanya seorang pesulap. Pandangan Mirah Mini tentang
tetangganya yang memiliki segerombolan merpati sebagai seorang pesulap tentu tidak tiba-tiba
terbentuk. Mungkin ada satu pengalaman di mana Mirah Mini menonton pertunjukan sulap dan
ia melihat si pesulap mengeluarkan trik yang menghasilkan banyak merpati, atau bisa juga
melihat trik mengubah sapu tangan mejadi merpati.
Bulan yang mengikuti Mirah Mini sepanjang jalan juga ajaib. Seperti kutipan berikut:
“Bulan di luar jendela mobil, ikut sepanjang jalan pulang dari restoran sampai rumah. Betul
ajaib…” (Amal, 2013:31). Pada gambar ilustrasi terdapt gambar mobil dengan latar tanah dan
pohon, juga gunung, dan ada gambar lingkaran berwarna jingga kecoklatan, ada empat buah
yang berjejer dari kiri ke kanan dengan jarak yang tidak terlalu dekat. Lingkaran tersebut
merupakn bulan yang mengikuti Mirah Mini dari restoran sampai ke rumah.
Hal-hal lain yang memnurut Mirah Mini ajaib banyak sekali, diantaranya awan, semut,
manusia, buku cerita, dan lain-lain. Seperti yang tertera pada kutipan berikut:
“Terlalu banyak sama sekali, aku sampai tertidur, padahal aku sana sekali belum selesai bercerita. Aku belum bercerita tentang awan, semut, manusia, sepeda… huruf-huruf, buku cerita, kaca pembesar, bayi, dan hewan, dan bayi hewan… langit dan hujan dan sawah dan kota dan laut..” (Amal, 2013:32)“Ajaib di mana-mana!Dunia penuh dengan yang ajaib-ajaib!Dunia negeri ajaib yang besar sekali!” (Amal, 2013:33)
Itulah hal-hal yang menurut Mirah Mini ajaib yang terdapat pada cerita Mirah Mini:
hidupmu, keajaibanmu. Begitu banyak yang ajaib sehingga tidak dapat diceritakan karena cerita
yang terlalu banyak, sedangkan waktu bercerita Mirah Mini yang sebelum tidur tidak cukup
untuk menceritakan hal-hal ajaib yang ada setiap harinya.
b. Keajaiban dalam Pangeran Kecil
Keajaiban dalam Pangeran Kecil adalah sesuatu yang benar-benar ganjil dan tidak
biasa. Walaupun dalam Pangeran Kecil ini sosok dan kedatangan Pangeran Kecil juga ganjil. Dia
yang berasal dari bintang dan jaraknya sangat jauh dengan bumi, dan dia tiba-tiba datang dan
mendarat di Afrika tanpa diketahui datang dengan menaiki atau melalui apa dia bisa tiba di bumi.
Seperti kutipan berikut:
“Aku mendarat di planet mana?” tanya Pangeran Kecil.“Bumi. Di Afrika,” jawab si ular. (….)“Aku ingin tahu,” katanya, “apakah bintang-bintang bersinar begitu supaya suatu hari nanti semua orang bisa menemukan jalan pulang ke bintang miliknya? Lihatlah planetku. Planetku tepat di atas kita. Tetapi betapa jauhnya dia! (Saint-Exupéry, 2003:71)
Tidak ada penjelasan Pangeran Kecil datang dengan apa. Yang dijelaskan hanya hal yang
membawa pengeran kecil datang ke bumi karena mempunyai masalah dengan sekuntum bunga.
Bunga yang sebelumnya menemani Pangeran Kecil di planetnya. Lain halnya dengan tujuan
ketika mengunjungi asteroid-asteroid yang ada di sekitar planetnya, tujuan ketika ia berkunjung
adalah untuk mencari pekerjaan dan mendidik diri.
Lalu kehadiran ketika ia bertemu dengan si tokoh Aku, Pangeran Kecil yang mempunyai
wujud sama dengan manusia tidak merasakan kehausan dan kekurangan apapun ketika berada di
gurun. Ia masih memikirkan bunga yang ada di planetnya. Seperti pada kutipan berikut:
Sekarang aku terpesona menatap anak yang tiba-tiba muncul di depanku, mataku terbelalak. Ingat, aku seribu mil jauhnya dari tempat tinggal manusia. Meskipun demikian anak kecil ini tidak tampak tersesat, ataupun hampir mati kelelahan, atau kelaparan, atau kehausan, atau ketakutan. Tak ada tanda-tanda yang menunjukan dia anak yang tersesat di tengah gurun, seribu mil jauhnya dari tempat yang dihuni manusia. (Saint-Exupéry, 2003:16)
Dari kutipan tersebut menunjukan bahwa Pangeran Kecil berada dalam keadaan baik-
baik saja selama berada di gurun. Padhal sebelum pertemuannya dengan si tokoh Aku, dia telah
mengalami perjalanan yang panjang. Mulai dari melewati planet-planet di sekitarnya dan juga
menyebrangi gurun pasir seperti pada kutipan berikut: “Pangeran Kecil menyebrangi gurun pasir
dan hanya bertemu dengan setangkai bunga …” (Saint-Exupéry, 2003:72). Gurun pasir adalah
tempat yang sangat luas dengan hamparan padang pasir. Perjalan tersebut tidaklah memakan
waktu yang sebentar. Lalu perjalanan itu dilanjutkan ke tempat selanjutnya yaitu gunung tinggi.
Seperti kutipan berikut: “Pangeran Kecil mendaki gunung tinggi yang pernah dilihatnya
hanyalah tiga gunug berapi, yang tingginya hanya mencapai lututnya…” (Saint-Exupéry,
2003:75). Akan tetapi perjalannya tidak terhenti di situ dia melanjutkan perjalan ke beberapa
penjuru seperti kutipan berikut: “Tetapi setelah berjalan lama dan melewti pasir, dan batu karang,
dan salju, Pangeran Kecil akhirnya tiba di jalan. Dan semua jalan ke tempat manusia.” (Saint-
Exupéry, 2003:75). Akan tetapi ketika cerita ini berakhir, Pangeran Kecil berada di Gurun
Sahara, tempat dia bertemu dengan si tokoh aku yang berprofesi sebagai pilot.
c. Persamaan dan Perbedaan Keajaiban dalam Mirah Mini dan Pangeran Kecil
Tidak ada persamaan konsep keajaiban dalam kedua cerita ini. Dilihat dari segi
penceritaan dan latar tempat yang jauh berbeda. Lain halnya dalam perbedaan kedua cerita ini.
Dalam Mirah Mini konsep keajaiban yang diceritakan adalah hal-hal yang biasa yang dapat
dijelaskan dengan ilmiah. Sedangkan dalam Pangeran Kecil adalah hal-hal yang ganjil dan tidak
masuk akal.
4. Orang Dewasa
a. Pandangan Mirah Mini terhadap orang dewasa
Dalam Mirah Mini keajaibanmu dikisahkan terdapat orang dewasa yang tidak bisa
melihat teman imajinasi Tapir. Orang dewasa yang tidak bisa melihat teman tapirnya. Menurut
Mirah Mini, hanya orang dewasa yang ajaiblah yang bisa melihat tapirnya, salah satu orang
dewasa yang bisa melihat teman Tapirnya adalah Mama. Wujud nyata dari tindakan Mama Mirah
Mini yang dapat melihat teman tapir adalah setiap sore menyediakan dua gelas susu stroberi dan
dua piring kue sedap untuk Mirah Mini dan Tapir. Berikut kutipannya:
“Mama tahu aku sayang Tapir temanku. Di sore hari mama sering menyediakan dua gelas susu stroberi di meja untuk kami. Juga dua piring kue sedap.” (Amal, 2013:35)
“Kupikir mamaku ajaib, tidak seperti orang dewasa lain. Mereka tidak bisa melihat Tapir temanku. Tidak bisa banget”. (Amal, 2013:35)
Penjelasan Mirah Mini mengenai orang dewasa juga diperjelas pada kutipan selanjutnya:
“Ada orang-orang dewasa, berjumlah kurang dari lima. Ini menurut hitungan jariku. Orang-orang dewasa ini pernah bilang, Tapir temanku tidak benar-benar ada. Kalau sudah begitu, aku merasa sebal dan sedih, lalu aku pulang menangis. Sepanjang jalan kupegang erat-erat tangan Tapirku. Aku tahu, diam-diam dia juga sedih, lalu aku pulang menangis. Sepanjang jalan kupegang erat-erat tangan Tapirku. Aku ahu, diam-diam dia juga sedih, dianggap tidak ada.” (Amal, 2013:36)
Orang dewasa yang menganggap teman Tapir Mirah Mini tidak benar-benar ada membuat
Mirah Mini mempertanyakan hal itu kepada Mamanya. Berikut bentuk kutipan Mirah Mini
berkaitan dengan sikap atau pandangan orang dewasa:
“Kenapa orang dewasa begitu?” Aku tanya mama.“Begitu bagaimana?” Mama balik bertanya.“Kenapa orang dewasa tidak lihat yang ajaib-ajaib?”(Amal, 2013: 38)
Ketika Mirah Mini bertanya kepada mama tentang mengapa orang dewasa yang tidak
bisa melihat hal-hal yang ajaib, jawaban inilah yang didapat oleh mirah-mini:
“hmm… Mungkin mereka punya banyak urusan lain yang lebih penting. Jadi lupa melihat yang ajaib di sekitar.”“Kenapa lupa?”
“Mungkin karena sudah sering lihat. Yang ajaib, yang luar biasa, lalu tampak biasa saja.” (Amal, 2013:38)
Mendengar jawaban Mama yang seperti itu, bahwa orang dewasa tidak bisa melihat hal-hal yag
ajaib disebabkan karena mereka sudah sering mereka melihat hal itu sehingga membuat hal itu
tampak biasa saja membuat Mirah Mini menjadi sedih dan takut kehilangan teman Tapir yang
merupakan teman imajinasinya.
Mirah Mini menjadi takut kehilangan kesenangannya bersama teman Tapir atau teman
imajinasinya. Ketakutan itu dikarenakan Mirah Mini takut tidak bisa lagi melihat teman
imajanasinya yang perlahan akan tergantikan dengan kesibukan dan kebiasaan melihat hal-hal
yang ajaib seiring dengan bertambah dewasanya Mirah Mini. Karena dalam benak Mirah Mini
bahwa ketidakmampuan melihat hal-hal ajaib itu dikarenakan tumbuhnya seseorang menjadi
dewasa. Ketika sesuatu yang tak nampak akan tetapi membuatnya senang tak lagi dia dapatkan
dan digantikan dengan sesuatu yang jelas atau konkret bentuknya tetapi tidak memberikan kesan
apa-apa.
Menurut Mirah Mirah menjadi orang dewasa itu tidak menyenangkan karena tidak bisa
melihat sesuatu yang ajaib. Orang dewasa yang terlalu sering melihat hal-hal ajaib membuat
mereka menjadi tidak bisa melihat lebih banyak hal-hal ajaib lainnya. Hal-hal ajaib tersebut bisa
mereka dapatkan di sekitar mereka, Menurut Mirah Mini orang dewasa tidak perlu pergi jauh-
jauh, mencari sesuatu yang ajaib. Karena pada dasarnya hal-hal yang mengandung keajaiban
terdapat di sekeliling mereka, sesuatu yang justru taat hukum alam.
Tindakan Mama yang menyiapkan dua susu dan kue sedap adalah bentuk kasih sayang
Mama terhadap Mirah Mini, ia tidak ingin membuat Mirah Mini sedih karena tidak ada satupun
orang dewasa yang dapat melihat teman Tapirnya itu. Selain itu Mirah Mini memang berada
pada tahap pengembangan aktivitas mental yang tidak hanya bersifat fisik, selain itu pada tahap
ini juga anak mengalami proses di mana anak mengasimilasikan sesuatu yang didengar, dilihat
dan dirasakan.
Orang dewasa terkadang sering mengesampingkan hal-hal kecil yang sebenarnya harus ia
syukuri. Seperti hal-hal ajaib yang dikatakan oleh Mirah Mini sebelumnya. Mereka jarang sekali
bersyukur atas hal-hal kecil yang ia miliki. Oleh karena itu banyak sekali hal ajaib yang tidak
dapat mereka lihat.
b. Pandangan Pangeran Kecil Terhadap Orang Dewasa
Ada anak-anak dan ada juga orang dewasa. Dewasa tidak hanya dapat diukur dari ukuran
tubuh yang semakin besar, akan tetapi dilihat dari sikap dan cara berpikir seseorang. Dalam
Pangeran Kecil ada beberapa bagian yang menunjukan sisi orang dewasa dari sudut pandang
anak-anak, walupun tokoh yang menceritakan jalannya cerita ini adalah seorang yang telah
dewasa. Berikut paparan sudut pandang Pangeran Kecil pada orang dewasa:
Awalnya ini bermula ketika Pangeran Kecil pergi dengan tujuan untuk mencari pekerjaan
dan mendidik diri. Lalu ia pergi ke asteroid dekat planetnya. Mula-mula ia pergi ke asteroid 325.
Planet ini dihuni oleh seorang raja yang tamak, yang menganggap semua yang datang ke
planetnya adalah rakyat. Hal tersebut dikarenakan ketika Pangeran Kecil datang, lantas sang raja
langsung berseru “Ah! Ini dia ada rakyat datang!” padahal dia belum pernah melihat Pangeran
Kecil (Saint-Exupéry, 2003:44). Selain itu ia juga beranggapan kalau ia dapat memerintah
segalanya termasuk bintang dan dapat menghakimi seekor tikus. Hal itu membuat Pangeran
Kecil aneh kepada orang dewasa seperti kutipan berikut: “Orang dewasa benar-benar aneh,”
(Saint-Exupéry, 2003:49). Karena tak habis pikir sang raja akan memerintahakan Pangeran Kecil
menjadi Menteri Kehakiman agar Pangeran Kecil tidak pergi, akan tetapi mendengar penjelasan
raja tentang menghakimi diri sendiri membuat Pangeran Kecil enggan untuk tinggal di sana dan
memilih untuk meninggalkan raja.
Selanjutnya adalah asteroid 326. Planet ini dihuni oleh orang yang sangat angkuh. Dia
begitu senang apabila mendapatkan pujian dan dipuji orang dan orang angkuh hanya mendengar
pujian (Saint-Exupéry, 2003:51). Orang dewasa begitu senang dipuji dan disanjung. Seperti
halnya orang yang berada di asteroid 326, ia akan mengangkat topinya apabila Pangeran Kecil
bertepuk tangan. Hal itu tidak jauh berbeda dengan orang dewasa di Bumi. Beberapa dari mereka
akan bersikap lebih baik apabila telah mendapatkan sanjungan. Hal seperti itu membuat
Pangeran Kecil bingung dan aneh. Seperti kutipan berikut: “Orang dewasa jelas sangat aneh.”
Kata jelas di situ mengacu kepada keyakinan Pangeran Kecil akan pola pikir orang dewasa yang
berbeda dengannya. Setelah sebelumnya ia bertemu dengan sang raja. Hal ini juga kembali
berkaitan dengan tujuh dosa besar yang salah satunya adalah sombong atau angkuh dengan
simbol Lucifer. Lelaki bertopi itu menganggap ia lebih unggul dan mempunyai lebih banyak
bakat dibandingkan dengan orang lain, sehingga ia memandang rendah orang lain dan dia akan
menganggap orang lain ada ketika ia diberikan pujian atau sanjungan.
Lalu ia pun pergi ke asteroid 327. Planet ini dihuni oleh seorang peminum yang rakus, ia
terus menerus minum untuk menutupi rasa malunya karena meminum minuman beralkohol
(Saint-Exupéry, 2003:52-53). Jarang sekali anak-anak yang meminum minuman yang
memabukan. Orang yang berada di planet 327 ini terus menerus minum untuk menutupi rasa
malunya. Ia terus menerus mengikuti hawa nafsunya untuk meminum minuman itu. Padahal
tidak ada manfaatnya dia hanya berputar-putar pada kesalahan yang sama. Keanehan Pangeran
Kecil tampak lebih jelas seperti pada kutipan berikut: “Orang dewasa jelas amat sangat aneh,”
(Saint-Exupéry, 2003:53) penggunaan kata “amat” adalah untuk menekankan pernyataan pada
kalimat orang dewasa aneh sebelumnya. Pangeran Kecil mendapati keanehan lain yang ia lihat
dari orang dewasa. Dalam tujuh dosa besar juga terdapat dosa rakus yang mempunyai simbol
Beelzebub. Beelzebub adalah nama dari salah satu dari tujuh raja neraka dan digambarkan
sebagai dewa lalat. Dia mengajak seseorang untuk makan banyak, mahal, rakus, dan pilih-pilih
makanan. Ciri-ciri orang rakus adalah Ia diperbudak oleh keinginan untuk makan dan minum
melebihi segalanya. (http://entay.wordpress.com/).
Asteroid selanjutnya adalah asteroid 328. Planet ini dihuni oleh seorang pengusaha yang
terus-menerus bekerja mengumpulkan angka-angka. Angka-angka yang ia dapat dari hasil
menghitung bintang yang ia klaim sebagai miliknya. Hal itu ia lakukan untuk membuatnya kaya.
Dan ia berkali-kali menegaskan kepada Pangeran Kecil kalau dia adalah seorang yang serius.
Setiap ada pertanyaan dari Pangeran Kecil akan semua pekerjaan sia-sia yang ia lakuakan, ia
menekankan bahwa ia adalah orang yang serius. Karena Pangeran Kecil sudah mengetahui
tujuan si pengusaha itu hanya untuk menulis jumlah bintang dan menyimpannya di laci,
Pangeran Kecil lalu pergi seraya berkata “orang dewasa jelas sangatlah luar biasa” (Saint-
Exupéry, 2003:57-58). Apa yang dilakukan orang di planet 328 itu ridak jauh berbeda dengan
orang-orang dewasa yang gila kerja. Yang mereka pikirkan adalah bagaimana memperkaya diri
sendiri tanpa memperdulikan orang lain. Salah satu dari tujuh dosa besar adalah tamak dengan
simbol Mammon yaitu iblis keserakahan, kekayaan dan ketidakadilan. Orang yang menghitung
bintang ini begitu terobsesi dengan harta yang dinilai dari berapa banyak ia memiliki bintang.
Setelah asteroid 328, selanjutnya ada asteroid 329 yang dihuni oleh seorang penyulut
lampu dan lapu jalanan, planet ini juga begitu sempit. Dan penyulut lampu akan menyulut
lampunya setiap satu menit. Mula-mula dia mematikan lampu, dan satu menit selanjutnya dia
menyalakan lampu. Akan tetapi penyulut lampu hanya mengikuti perintah orang yang
memerintahnya. Selain perputaran asteroid yang semakin cepat dan malam menuju pagi lebih
cepat berganti, si penyulut lampu harus tetap menyulut lampu walaupun ia hanya bisa
beristirahat selama satu menit. Pangeran Kecil hanya merasa iba akan penyulut lampu yang ia
temui. Akan tetapi ada hal lain yang Pangeran Kecil pikirkan, yaitu betapa senangnya ketika ia
berada di planet tadi, ia dapat melihat matahari terbenam dengan cepat. Planet ini adalah planet
terkecil diantara planet yang sebelumnya pernah pangeran kecil temui. Kecil memiliki arti
sedikit, sempit, dan tidak penting (KBBI, 2008:644). Dalam hal ini orang yang memiliki perintah
yang membuat orang tunduk atau menurut kepada semua perintahnya itu sedikit. Lalu kecil
dalam artian sempit, orang yang diperintah oleh orang selalu memerintah mempunyai ruang
lingkup yang sempit karena dia terikat oleh aturan dan perintah. Dan orang yang diperintah biasa
dianggap tidak penting oleh orang yang memerintah. Orang yang memerintah terkadang bersikap
seenaknya terhadap orang yang diperintah. Hal itu ditunjukan oleh kutipan Penyulut Lampu
berikut ini “Ini pekerjaan yang menegrikan. Dulu masih masuk akal. Aku memadamkan lampu
pada pagi hari dan menyalakannya pada malam hari. Sepanjang siang hari aku beristirahat, dan
sepanjang malam aku tidur.” (Saint-Exupéry, 2003:60). Dari kutipan berikut terlihat betapa
berkuasanya orang yang memerintah.
Selanjutnya adalah asteroid 329 yang dihuni oleh seorang geografer. Seseorang yang
terpelajar dan tahu di mana letak semua laut, sungai, kota, gunung, dan gurun (Saint-Exupéry,
2003:63). Pekerjaannya hanya menanyakan pendtang tentang bagaimana keadaan geografis di
planet pendatang tersebut. Akan tetapi si geografer tidak pernah pergi ke manapun. Dia hanya dia
di planet itu dan menuliskan semuanya tanpa tahu kebenarannya. Akan tetapi dia tidak akan
mempercayai seorang pemabuk, karena pemabuk akan melihat segalanya menjadi dobel.
Geographer termasuk ke dalam dosa malas. Dia hanya mengumpulkan informasi tanpa mau
pergi untuk memastikan kebenaran informasi yang ia dapatkan.
Dan tempat terakhir yang Pangeran Kecil datangi adalah bumi. Tempat di mana semua
orang-orang di planet lain terdapat di bumi.dan ketika di planet bumi inilah ia bertemu dengan
pilot yang sedang terdampar di gurun. ketika si pilot mengatakan kata “serius” Pangeran Kecil
menganggapnya seperti orang dewasa. (Saint-Exupéry, 2003:34). Dari kutipan tersebut,
sebelumnya Pangeran Kecil mengangggap bahwa si pilot bukanlah orang dewasa, akan tetapi
sama seperti dia. Berikut kutipannya:
“Tidak! Tidak! Yang kukatakan kepadamu tadi hal pertama yang melintas dalam benakku. Aku sedang menangani persoalan serius!” (….)
“persoalan serius!” (….)
“kau biacara seperti orang dewasa!” (Saint-Exupéry, 2003:34)
Berarti si tokoh aku juga masih memiliki sisi anak-anak dalam dirinya. Karea si Pangeran Kecil
langsung berpendapat bawa orang-orang yang ia temui sebelumnya adalah orang dewasa yang
tidak ia mengerti jalan pikirannya. Berbeda dengan si pilot yang harus berpisah setelah delapan
hari bersama Pangeran Kecil. Dan di bumi tempat semua orang dewasa yang Pangeran Kecil
sebelumnya temui itu berkumpul, begitu juga dengan ketujuh dosa besar, semuanya ada di bumi.
c. Persamaan dan Perbedaan Pandangan Terhadap Orang Dewasa dalam Mirah Mini
dan Pangeran Kecil
Persamaannya adalah sama-sama terdapat sindiran atau kritikan kepada orang dewasa.
Banyak hal yang tidak dimengerti anak-anak terhadap orang dewasa. Dalam kedua cerita ini
sama-sama menceritakan satu orang dewasa yang masih mempunyai sifat kanak-kanak seperti
tokoh Mama pada Mirah Mini dan tokoh Aku pada Pangeran Kecil.
Peredaannya terdapat pada pengungkapan sindiran kepada orang dewasa. Mirah Mini
lebih sederhana dan langsung mengacu kepada orang dewasa di bumi, sedangkan pada Pangeran
Kecil melibatkan unsur konotasi yang terdapat pada asteroid-asteroid dalam cerita.
KesimpulanTernyata tidak hanya hanya cerita anak atau buku yang dikhususkan untuk anak-anak saja
yang diambil dari sudut pandang atau kacamata anak-anak, ada juga cerita yang dipersembahkan
untuk orang dewasa yang diambil dari sudut pandang dan kacamata anak-anak sepeti pada
Pangeran Kecil. Pangeran Kecil adalah karya terjemahan dari Le Petit Prince karya Antoine de
Saint-Exupéry pada tahin 1943 dan Mirah Mini: hidupmu, keajaibanmu karya Nukila Amal dan
Hanafi pada tahum 2012. Walaupun kajian ini membandingkan karya yang penerbitannya jauh
berbeda, akan tetapi setelah dikaji ada beberapa persamaan dalam cerita ini yang menarik untuk
dikaji lebih lanjut. Penulis melakukan kajian dengan memfokuskan pada tokoh anak dalam cerita
dan persamaan juga perbedaan dalam penggambaran dunia di mata anak-anak oleh pengarang
dewasa. Dan hasilnya ditemukan empat poin utaman dalam kajian perbandingan ini yaitu: teman
imajinasi, lingkungan, keajaiban dan orang dewasa. Dari empat poin ini dijabarkan persamaan
dan perbedaan dalam cara menggambarkan pandangan dari mata anak-anak. Berikut paparan
hasil kajian:
1. Teman Imajinasi
Kedua cerita ini sama-sama memiliki teman imajinasi. Dalam Mirah Mini, Mirah Mini
memiliki teman imajinasi bernama Tapir. Hadirnya teman imajinasi ini dikarenakan bacaan yang
Mama Mirah Mini bacakan setiap malam dari buku cerita. Sedangkan dalam Pangeran Kecil,
tokoh aku mendapat teman imajinasinya karena fatamorgana ketika ia sedang terdampar di
Gurun Sahara. Ia kepanasan, kehausan dan kelaparan, itulah yang menyebabkan ia mengalami
fatamorgana mengenai Pangeran Kecil. Perbedaan dalam kedua cerita ini adalah teknik bercerita
dan bagaimana ia mendapatkan teman imajinasinya itu. Selain itu sudut pandang yang digunakan
oleh si tokoh utama. Apabila dalam Mirah Mini yang menjadi tokoh utama adalah Mirah Mini,
sedangkan dalam Pangeran Kecil, yang menjadi tokoh utama dalam cerita ini adalah si tokoh
Aku, akan tetapi fokus cerita lebih kepada Pangeran Kecil.
2. Lingkungan
Persamaan dalam cerita ini adalah sama-sama mebahas mengenai lingkungan. Dalam
Mirah Mini digambarkan dengan kesedihan dan kecintaan Mirah Mini pada Tapir yang semakin
sedikit. Sedangkan pada Pangeran Kecil digambarkan kecintaannya pada bunga yang angkuh
akan tetapi begitu berate bagi Pangeran Kecil. Perbedaannya terdapat pada cara mereka
menyayangi dan menjaga tumbuhan.
3. Keajaiban
Dalam poin keajaiban ini terdapat perbedaan konsep keajaiban dalam cerita. Dalam
Mirah Mini yang ia sebut ajaib itu adalah hal-hal yang sudah biasa, sedangkan dalam Pangeran
Kecil yaitu hal yang diluar nalar, sesuatu yang aneh dan ganjil. Seperti keberadaan Pangeran
Kecil yang berasal dari asteroid yang tidak jelas di mana, lalu keadaan Pangeran Kecil ketika di
bumi, dan kepergian Pangeran Kecil ke bintang yang tidak biasa. Lain halnya dengan Mirah
Mini yang menganggap hal ajaib itu banyak sekali, seperti mata, jam, jari, bunyi, dan masih
banyak lagi.
4. Orang Dewasa
Pada bagian ini, persamaan kedua cerita terdapt pada pandangan mereka terhadap orang
dewasa yang tidak dapat mereka mengerti kenapa orang dewasa berpikiran dan melakukan hal-
hal yang tidak dapat dimengerti oleh Mirah Mini dan Pangeran Kecil. Selain itu juga terdapat
beberapa sindiran untuk orang dewasa. Seperti orang dewasa tidak dapat melihat hal-hal ajaib,
suka memerintah, suka meminum minuman keras, suka dipuji, dan suka mengunmpulkan
kekayaan. Perbedaannya terdapat pada isi sindiran terhadap orang dewasanya. Mirah Mini lebih
kepada orang dewasa yang kurang peka terhadap sekitarnya. Sedangkan Pangeran Kecil lebih
kepada perilaku manusia dewasa.
Selain itu terdapat amanat yang disampaikan melalui Tapir dan rumah Tapir dalam Mirah
Mini. Hal ini erat hubungannya dengan pembakaran hutan di Sumatra. Tapir adalah hewan yang
populasi terdapat di Sumatra. Namun karena pembakaran hutan dengan unsur kesengajaan telah
membuat populasi tapir semakin berkurang dan hutan semakin sempit. Selain itu, penerbit
Masyarakat Indonesia Cipta ini mendonasikan penjualan buku Mirah Mini untuk Inisiatif
Masyarakat Seni anak-anak dan kaum muda di Kawasan Timur Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Pendidikan Nasional.2008.Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta.Gramedia.
2. Nurgiyantoro, Burhan.2010.Sastra Anak.Yogyakarta.Gadjah Mada University Press.
3. Ampera, Taufik.2010.Pengajaran Sastra: Teknik Mengajar Sastra Anak Berbasis
Kreatif.Widya Pajadjaran.
4. http://entay.wordpress.com/2012/06/03/kenali-dosamu-7-dosa-maut-7-deadly-sins/
(diunduh pada tanggal 31 Maret 2014, pukul 16:22)
5. http://asiamaya.com/konsultasi_hukum/ist_hukum/umur_dewasa.htm (diunduh pada
tanggal 10 Juni 2014, pukul 13:49 WIB)