Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI...

237
ISBN: 978-070-18885-0-9 Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN PEMERINTAHAN (PLUS DUABELAS LANGKAH STRATEGIS) PENERBIT CV. MEDIA BRILIAN MB A

Transcript of Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI...

Page 1: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

ISBN: 978-070-18885-0-9

Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi

MANAJEMEN

PEMERINTAHAN (PLUS DUABELAS LANGKAH STRATEGIS)

PENERBIT CV. MEDIA BRILIAN

MB

A

T

A

P

E

N

G

Page 2: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

MANAJEMEN PEMERINTAHAN (PLUS DUABELAS LANGKAH STRATEGIS)

Oleh

Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi

Copyright © CV. MEDIA BRILIAN

BM 01.2009

Pertama kali diterbitkan dalam bahasa Indonesia

Oleh Penerbit : CV. Media Brilian 2009

Cetakan Pertama : Mei 2009

Cetakan Kedua : September 2009

Cetakan Ketiga : Juni 2010

Cetakan Keempat : 2012

Cetakan Kelima : 2016

Cetakan : Keenam 2019.

Desain Cover dan Perwajahan :

CV. Media Brilian.

Editor : Tias Susanto.

Perpustakaan Nasional Dalam Terbitan (KTD)

ISBN : 978-979-18885-0-9

Dicetak oeh CV. Media Brilian

Page 3: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H.BUDI SUPRIYATNO. MM.,MSi . MANAJEMEN PEMERINTAHAN

i

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena berkhat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaukan buku

“Manajeme Pemerintahan” ini. Gagasan penulis buku ini muncul pada tahun

1998, sejak runtuhnya pemerintahan order baru atau turunnya Ptesiden

Soeharto dari tumpuk pimpinan nasional. Muncul keinginan penulis buku ini,

karena rasa prihatin penulis terhadap berbagai masalah yang dihadapi bangsa

Indonesia. Negara Indonesia yang kaya raya dengan sumber daya alamnya,

sehingga orang menyebutnya “gemah ripaj loj jinawi” tetapi tidak mampu

mensejahterakan rakyatnya, bahkan banyak rakyat yang hidup dibawah garis

kemiskinan. Fenomena ini berbeda dengan Singapora, Korea Selatan dan

Jepang yang tidak memiliki kekayaan alam seperti Indonesia, tetapi rakyatnya

makmur. Dari rasa prihatin itulah timbul pertanyaan dari “batin” penulis, apa

yang salah dari bangsa Indonesia ini:

1. Apakah budaya bangsa Indonesia yang salah?

2. Apakah system penganngkatan pejabat yang salah?

3. Apakah perilaku pejabatnya yang salah?

4. Apakah system pembinaan pejabatnya yang salah?

5. Apakah pola piker bangsa Indonesia yang salah?

6. Apakah sepak terjang partai politik yang salah?

7. Apakah metodologi pembangunan yang diterapkan bangsa Indonesia

yang salah?

8. Apakah menajemen pemerintahannya yang salah? Sebelum menjawab

pertanyaan-pertanyaan tersebut, muncul pertanyaan lagi:

9. Mengapa bangsa Indonesia “menyenangi koruppsi,”? bahkan koorupsi

berjamaah sudah menjadi “tradiisi” di berbagai lembaga Negara dan

tidak malu-malu lagi melakukannya.

10. Bagaimana cara membenahinya?

Keinginan penulis adalah menjawab menjawab pertanyaan-pertanyaan

tersebut. Apa yang salah? Apakah yang salah “tata kelola pemerintahan”

atau manajemen pemerintahan, termasuk system pembinaan pejabat yang

dilakukan lembaga Negara. Pertanyaan selanjutnya mengapa bangsa Indonesia

menyukai korupsi?

Pertama, karena pembinaan pejabat yang kurang terarah pada kejujuran

atau pembentukan moral yang baik. Disamping itu budipekerti yang

merupakan pelajaran pembentukan moral, sudah hilang dari sekolahan. Oleh

karena itu, jangan heran begitu lulus sekolah dan menjadi pejabat, mentalnya

rusak.

Kedua, karena tolok ukur kehidupan di Indoensia adalah “harta dan

tahta”, sehingga orang yang dianggap sukses adalah orang yang kaya raya dan

memiliki jabatan tinggi. Orang yang pintar dan cerdas, berkempetensi,

berdidikasi tinggi dan mengaabdikan diri secara jujur, tetapi tidak kaya dan

tidak memiliki jabatan tinggi, dianggap tidak sukses. Realitanya orang kaya

Page 4: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H.BUDI SUPRIYATNO. MM.,MSi . MANAJEMEN PEMERINTAHAN

ii

raya atau orang yang memiliki jabatan tinggi akan dihomati bagaikan dewa

turun dari kayangan, dielu-elukan dan dihormati secara berlebihan, sehingga

banyak orang normal “kepingan atau kepincut” seperti itu, gila hormat.

Ya, kita gila hormat. Lihat di TV, orang kaya raya entah dari mana asal

harta kekayaannya, tidak peduli halal atau haram, apalagi dia pejabat tinggi

Negara, akan dihormati secara berlebihan, dimana banyak orang yang

mencium tangannya. Perilaku seperti inilah yang “dicontoh dan diinginkan”

kebyakan orang. Jadi tidak mengherankana jika banyak orang yang memilih

jalan pintas. Misalnya orang muda mempunyai tampang cakap atau keren,

lebih memilih menjadi “artis” dari pada sekolah tinggi menjadi “ilmuan”,

karena artis lebih gampang dan cepat cepat mendapatkan uang. Jika sudah

popular, artis-artis ini akan ikut pemilihan kepelada daerah.

Disamping itu, kancah perpolitikan menjadi hingar binger oleh partai

politik yang jual beli kedudukan untuk calon kepala daerah. Termasuk

legislative (Calleg) yang harus membayar ratusa juta bahkan milyaran rupiah.

Hal inilah yang membuka peluang terbentuknya moral korupsi. Sementara itu

pejabat yang mempunyai kedudukan di tempat “basah” juga tidak mau kalah,

akan menggunakan jabatannya untuk memperkaya diri lewat korupsi. Itulah

fenomena bangsa Indonesia. Penulis hanya bisa mgnelus dada sambil

menangis.

Ketiga, tata kelola atau manajemen pemerintahan yang belum memiliki

strategi jelas, sehingga memudahkan pejabat negara melaukan penyimpangan

yang merugikan negara. Seperti kita ketahui bersama dalam abad kedua puluh

satu ini, isu mengenai manajemen pemerintahan semakin mencuat ke

permukaan, karena teknologi berkembang pesat dan masyarakat makin

menuntut pelayanan aparatur sebagai pelaksana pemerintahan menjadi lebih

baik lagi. Tidak dapat dipungkiri, khususnya di negara berkembang, pelayanan

masyarakat yang dilakukan pemerintah dirasakan kurang memuaskan. disadari

atau tidak.

Materi dari buku ini adalah manajemen pemerintahan (plus dua belas

langkah strategi) yang membahas tentang manajemen pemerintah dan

langkah-langkah strategi yang bisa dimanfaatkan oleh para birorat/pejabat

pemerintah/negara mapun pengusaha swasta yang ingin mendalami tentang

manajemen pemerintahan. Buku ini merupakan buku wajib untuk program

studi pasca sarjana atau program master dan doktor universitas satyagama

Jakarta dan universtas lainnya.

Penulis menyadari bahwa buku ini kurang sempurna oleh karena itu,

sumbang saran dan kritik yang membangun untuk sempurnnya buku ini dari

rekan sejawat penulis terima dengan senang hati. Ucapan terimaksih penulis

sampaikan kepada CV. Media Brilian yang telah menerbitkan karya.Demikian

harapan penulis semoga buku ini bermanfaat.

Penulis

Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO, MM.,MSi

Ӂ ӁӁӁӁ

Page 5: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H.BUDI SUPRIYATNO. MM.,MSi . MANAJEMEN PEMERINTAHAN

iii

DAFTAR ISI

1. KATA PENGANTAR……………………….......................................

2. DAFTAR ISI…………………………………………………….........

3. BAB 1:PENDAULUAN……………………………………………..

1.1. Permasalahan Manajemen Pemerin-tahan……….

1.2. Manajemen Pemerintahan Sebagai Ilmu………………..

1.3. Ilmu Mmanajemen Pemerintahan Ilmu Yang Mandiri…

1.4. Perkembangan Ilmu Manajemen Pemerintahan ………

4. BAB2:PENGERTIAN POKOK, RUANG LINGKUP DAN

PERBEDAAN MANAJEMEN PEMERINAHAN………..

2.1. Pengertian Pokok ……………………………………….

2.2. Ruang Lingkup……………….........................................

2.3. Perbedaan Ilmu Pemerintahan dan Ilmu Manajemen

Pemerintahan……………………………………………

5. BAB3: MATERI, FUNGSI DAN METODO-LOGI ILMU

PEMERINTAHAN…………………………………………... 3.1. Materi Ilmu Manajemen Pemerintahan…………………

3.2. Fungsi Manajemen Pemerintahan………………………

3.3. Metodologi Ilmu Manajemen Pemerintahan…………

6. BAB 4: HUBUNGAN DAN POSISI ILMU MANA JEMEN

PEMERINTAHAN…………………………………………..

4.1. Hubungan Ilmu Manajemen Pemerintahan dengan lImu

lain……………………………………………………….

4.2. Posisi Ilmu Manajemen Pemerintahan…………………

4.3. Faktor-Faktor Lingkungan………………………………

4.4. Kewenangan dan Tanggungjawab………………………

4.5. Asas-Asas Manajemen Pemerintahan…………………..

7. BAB5: SISTEM MANAJEMEN PEME-RINTAH AN DI

NEGAR MAJU……………………………………………….

5.1. Sistem Pemerintahan di Amerika Serikat.........................

5.2. Sistem Pemerintahan di Jepang…………………………

5.3. Sistem Pemerintahan di Inggris…………………………

7. BAB6: SISTEM MANAJEMEN PEMERIN-TAHAN DI

NEGARA BERKEMBANG ………………………………... 6.1. Sistem Pemerintahan di Malaysia………………………

6.2. Sistem Pemerintahan di Saudi Arabia………………….

6.3. Sistem Pemerintahan di Thailad………………………..

8. BAB 7: SISTEM MANAJEMEN PEMERINTAH DI NEGARA

RAWAN KONFLIK……………………………..…………. 7.1. Sistem Pemerintahan di Israel …......................................

i

i

iii

1

1

4

7

10

12

12

17

21

24

24

24

28

33

33

35

37

39

41

44

44

54

58

65

65

70

72

76

76

Page 6: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H.BUDI SUPRIYATNO. MM.,MSi . MANAJEMEN PEMERINTAHAN

iv

7.2. Sistem Pemerintahan di Libanon......................................

7.3. Sistem Pemerintahan di Afhanistan…………………….

9. BAB 8: PELAKSANAAN ILMU MANAJEMEN

PEMERINTAHAN DI INDONESIA……………………… 8.1. Manajemen Pemerintahan Penjajahan…………………

8.2. Manajemen Pemerintahan Pasca Penjajahan……………

8.3. Manajemen Pemerintahan Orde Lama…………………

8.4. Manajemen Pemerintahan Orde Baru………....................

8.5. Manajemen Pemerintahan Reformasi……………………

8.6. Permasalahan Manajemen Pemerintahan………………

10. BAB 9:DUA BELAS LANGKAH STRA-TEGI MANAJEMEN

PEMERINTAHAN…………………………………………... 9.1. Meningkatkan Kesadaran ……….....................................

9.2. Mereformasi Birokrasi…………………………………..

9.3. Manajemen Pemerintahan Yang Baik...............................

9.4. Melaksanakan Akuntabilitas…………………………….

9.5. Meningkatkan Kemampuan Kepemimpinan……………

9.6. Meningkatkan Profesionalisme….....................................

9.7. Meningkatkan Kinerja…………………………………...

9.8. Meningkatkan pelayanan………………………………..

9.9. Meningkatkan Budaya Kerja……....................................

9.10. Meingkatkan Peran Masyarakat…………………………

9.11. Mengefektifkan Anggaran………....................................

9.12. Melaksanakan Desentralisasi……....................................

11. INDEX……………………………………….......................................

12. DAFTAR PUSTAKA………………………........................................

13. RIWAYAT HIDUP PENULIS………………………………………..

Ӂ ӁӁӁӁ

83

89

93

93

94

95

97

99

103

107

108

116

123

134

140

156

161

176

188

196

204

208

219

222

230

Page 7: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

1

PENDAHULUAN

1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam, guru besar dan pakar Ilmu Administrasi Negara

Universitas Leiden Belanda, dalam salah satu artikelnya menyatakan,

“Suatu pemerintah akan menjalankan hakekat pemerintahan jika

pemerintah itu memandang kepentingan-kepentingan para warga

negaranya dalam jangka panjang, dan dengan demikian menciptakan

kerangka hukum, ketertiban dan keamanan, di mana warga negara diberi

peluang untuk mengatur hidupnya dalam kebebasan yang hanya dibatasi

kebebasan orang-orang lain dan oleh berbagai undang-undang yang

mengamankan kebebasan itu.[1] Pakar lain, Etzioni mengatakan, negara

yang aktif adalah negara yang mampu menjalankan pemerintahan secara

aktif, mampu melaksanakan perubahan-perubahan, serta penyesuaian-

penyesuaian yang perlu, secara sadar dan terkendali.[2]

Deklarasi Kemerdekaan Amerika menyatakan, Bahwa pemerintahan

yang dibentuk bertujuan untuk melindungi hak-hak yang telah diberikan

Illahi/Penciptanya yang tidak boleh diganggu gugat atau dirampas oleh

siapa pun juga, yaitu hak hidup, hak kemerdekaan dan hak mengejar

kebahagiaan. Jika pemerintah merusak tujuan-tujuan ini, maka merupakan

kewajiban rakyat untuk mengganti pemerintahan tersebut dengan

pemerintahan baru yang meletakkan dasar-dasar kepada perlindungan hak-

hak tersebut di atas.[3]

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945,

dinyatakan, ”membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang

melindungi segenap bangsa Indonesia dan tumpah darah Indonesia untuk

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa”.[4]

[1]

An excerpt from Weber and the Nature of Government, by A. Van Braam, in the State

Administration of Science Sautu Introduction Reading by H.G. Surie, Gramedia, Jakarta,

1987. p. 271. [2]

Ami Etzioni, the Active Society: A Theory of Societal and Political Processes, 1968. In the

Active Society in articlenya Toward a Theory of Societal Guidence is "running a social

government". A truly active society must have: (a) cybernetic ability, (b) relative power, (c)

Consensus building ability. When the first two capabilities are owned, it has also the ability to

control. [3]

Declaration of Independent America 1778. [4]

Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, Alenia ke 3.

BAB 1

Page 8: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

2

Jika pernyataan tersebut dianalisa lebih mendalam, akan dapat ditarik

kesimpulan bahwa sukses tidaknya suatu pemerintah dalam menjalankan

tugas, tergantung pada sistem”manajemen pemerintahan”. Manajemen

pemerintahan, dipahami sebagai kegiatan melakukan pengelolaan

pemerintahan yang dilakukan oleh penguasa dalam rangka memberikan

perlindungan hak-hak hidup, hak kemerdekaan, hak mengejar

kebahagiaan, kedamaian dan meningkatkan kesejahteraan pada warganya. Hal tersebut akan terlaksana dengan baik, jika pembinaan dan

pengembangan terhadap manajemen pemerintahan dilakukan secara terus-

menerus, khususnya terhadap aparatur atau pejabat pemerintah sebagai

pelaksana/pelaku pemerintahan yang menekankan pada sifat ”jujur, bermoral,

disiplin dan berkinerja baik, bekerja keras, bekerja cerdas, bergerak cepat,

bertindak tepat, serta siap menjadi pelayan atau abdi negara yang baik

tanpa diskriminasi dalam melaksanakan tugas pelayanannya kepada

seluruh warga negaranya.”

Sekarang telah bergaung reformasi di segala bidang kehidupan, tidak

terkecuali reformasi manajemen pemerintahan. Namun, di beberapa negara

khususnya negara berkembang, reformasi manajemen pemerintahan belum

berjalan sesuai dengan tuntutan atau harapan warga negaranya. Hal ini terkait

dengan tingginya kompleksitas permasalahan manajemen pemerintahan,

termasuk juga masih tingginya tingkat penyalahgunaan wewenang, banyaknya

praktik KKN (Kolusi, Korupsi dan Nepotisme) dan masih lemahnya

pengawasan terhadap kinerja lembaga negara.5 Hal ini merupakan cermin dari

kondisi kinerja manajemen pemerintahan yang masih jauh dari harapan rakyat.

Banyak permasalahan manajemen pemerintahan yang belum

sepenuhnya teratasi, baik dari sisi ”internal” maupun ”eksternal”. Dari sisi

internal, berbagai faktor seperti ”demokrasi, desentralisasi” dan internal

birokrasi itu sendiri, masih berdampak pada tingkat kompleksitas

permasalahan dan menjadi kendala dalam upaya mencari solusi ke depan.

Faktor demokrasi dan desentralisasi di negara berkembang, berdampak pada

proses pengambilan keputusan kebijakan publik dan manajemen pemerintahan

yang sangat signifikan.

Dampak tersebut terkait dengan makin meningkatnya tuntutan akan

partisipasi masyarakat dalam kebijakan publik, meningkatnya tuntutan

penerapan prinsip-prinsip manajemen pemerintahan yang baik seperti

transparansi, akuntalibilitas dan kualitas kinerja aparat atau pejabat

5 The author deliberately includes the State Institution which includes the Executive,

Legislative and Judiciary. See Phenomenon that is very apprehensive CCN in the State of

Indonesia is so severe, he wrapped Al-Amani Nasution members of the House of

Representatives such as Transfer of Forest Functions in Riau, Bulyan Royan Board members

capture in Plaza Senayan alleged CCN purchases Ship by the Ministry of Transportation.

Recognition of Hamka Yandhu, about the involvement of 52 former members of the House of

Representatives who received funds from Bank Indonesia. The arrest of Team Leader of the

Handling of Bank Indonesia Liquidity Assistance Urip Trigunawan. Punishment to Setyo

Novanto former chairman of the House who was caught in the case of e-ID card. This shows

that CCN is very crowded in State Institutions. This means not only in the Executive but also

other institutions.

Page 9: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

3

pemerintah, serta taat hukum, meningkatnya tuntutan dalam pelimpahan

tanggung jawab, kewenangan dan pengambilan keputusan.

Di samping permasalahan yang telah disebutkan secara khusus, dari

sisi internal pemerintahan itu sendiri, terdapat berbagai permasalahan yang

harus dihadapi. Permasalahan manajemen pemerintahan tersebut antara lain:

1. Masih banyak pelanggaran disiplin di lingkungan aparatur

pemerintahan.

2. Banyak penyalahgunaan kewenangan seperti praktik KKN di Lembaga

Negara, yakni eksekutif, legislatif dan yudikatif.

3. Masih rendahnya kinerja aparatur di lembaga pemerintahan.

4. Struktur organisasi dan ketatalaksanaan di lembaga pemerintahan yang

gemuk, banyak tumpang tindih, baik dalam hal tugas, fungsi, program,

maupun kegiatan, sehingga banyak pemborosan anggaran.

5. Tatakelola pemerintahan tidak mempunyai pola yang jelas, sehingga

visi dan misi organisasi atau lembaga pemerintahan menjadi kabur.

6. Program dan Kegiatan yang egoistik sektoral dan sulit dilakukan

koordinasi. Contohnya, prasarana jalan yang baru selesai dibangun,

dibongkar untuk pemasangan instalasi kabel listrik. Pemasangan listrik

baru saja selesai dan jalan diperbaiki, kembali dibongkar lagi untuk

pemasangan pipa air minum atau pemasangan kabel telepon, dan

begitu seterusnya sehingga berdampak pemborosan anggaran akibat

bongkar pasang.

7. Anggaran negara tidak mencukupi, sehingga perlu dana pinjaman luar

negeri, yang mengakibatkan ketergantungan pada negara donor.

8. Rendahnya efisiensi dan efektifitas kerja di semua lini organsiasi,

mulai dari pemerintahan tingkat terendah sampai tingkat tertinggi.

9. Rendahnya kualitas pelayanan umum untuk kepentingan masyarakat.

10. Banyaknya peraturan perundang-undangan yang berbenturan, atau

adanya peraturan yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan

keadaan dan tuntutan pembangunan.

11. Adanya daerah yang ingin memisahkan diri menjadi negara merdeka.[6]

12. Pemaknaan desentralisasi yang salah kaprah. Desentralisasi seolah-

olah bebas tidak terkendali dan semaunya sendiri. Pemerintah Daerah

kerap membuat peraturan yang bertentangan dengan produk hukum di

atasnya, dan berbagai hal lain.

Dari sisi eksternal, faktor globalisasi dan revolusi teknologi informasi

seperti e-Government, merupakan tantangan tersendiri dalam upaya

menciptakan manajemen pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Hal ini

terkait dengan makin meningkatnya ketidakpastian akibat faktor lingkungan,

politik, ekonomi, sosial dan budaya yang berubah dengan cepat. Faktor lain

adalah, arus informasi dari berbagai negara maju seperti Amerika dan Eropa

yang makin deras, dapat menimbulkan infiltrasi budaya dan terjadinya

kesenjangan informasi dalam masyarakat di negara-negara berkembang.

Setiap negara memiliki permasalahan yang berbeda, tetapi secara

umum permasalahan tersebut di atas ditemukan hampir di semua negara

[6]

Kasus NAD dan Papua ada sebagian rakyatnya minta memisahkan diri dari Negara

Kesatuan Republik Indonesia, atau meredeka. Hal ini menjadi perhatian serius bagi petinggi

bangsa Indonesia.

Page 10: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

4

berkembang. Yang harus dipahami adalah, bagaimana cara mengatasi

permasalahan tersebut. Dalam mengatasi berbagai permasalahan ini, dituntut

kemampuan pengetahuan dan keterampilan yang handal untuk melakukan

antisipasi, menggali potensi dan cara-cara baru.

Aparatur pemerintah juga dituntut mampu meningkatkan daya saing,

serta menjaga keutuhan bangsa dan wilayah negara. Untuk itu diperlukan

upaya yang lebih komfrehensif dan terintegrasi dalam mendorong peningkatan

kinerja aparatur pemerintah, sehingga dapat diciptakan pemerintahan

akuntabel. Dengan kata lain, diperlukan manajemen pemerintahan yang baik

dan bersih.

Sementara itu, pakar dan praktisi manajemen pemerintahan juga harus

mulai berpikir untuk membenahi, menciptakan dan mengkondisikan

manajemen pemerintahan yang efektif dan efisien, untuk digunakan sebagai

acuan dalam melakukan tugas pemerintahan dan tugas pembangunan yang

lebih baik dalam rangka meningkatkan kesejahteraan warga negaranya. Juga

tidak kalah pentingnya adalah, ”manajemen pemerintahan dapat diakui

sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri”. Namun, keberadaan Ilmu

majanemen pemerintahan masih diragukan.[7] Hal ini dapat dipahami, karena

terdapat gejala, manajemen pemerintahan dipelajari dari berbagai aspek ilmu

pengetahuan sosial lainnya. Padahal, praktik manajemen pemerintahan sudah

dilaksanakan dalam kehidupan masyarakat sejak adanya manusia.

1.2. Manajemen Pemerintahan Sebagai Ilmu Pada saat membahas Ilmu Manajemen Pemerintahan, akan timbul

beberapa pertanyaan yang signifikan. Pertanyaan tersebut antara lain :

1. Apakah ilmu manajemen pemerintahan merupakan suatu cabang ilmu?

2. Apakah ilmu manajemen pemerintahan memenuhi persyaratan sebagai

ilmu?.

3. Sebelum menjawab dua pertanyaan tersebut, akan timbul pertanyaan

lagi, apakah definisi ilmu?

Pandangan umum, terutama para sarjana eksakta yang memberikan

definisi ilmu adalah, disusun berdasarkan hukum-hukum dan dalil-dalil yang

telah dibuktikan kebenarannya secara empiris berdasarkan pengalaman.

Hukum-hukum dan dalil-dalil inilah yang merupakan tujuan dari penelitian

ilmiah. Jika pengertian tersebut diterapkan sebagai pedoman atau pijakan

dalam mendefinisikan ilmu, maka ilmu manajemen pemerintah belum

memenuhi persyaratan sebagai ilmu, karena sampai sekarang belum

ditemukan hukum-hukum dan dalil-dalil yang telah dibutikan secara empiris.

Pasalnya, obyek penelitian adalah “manusia”, sedangkan manusia merupakan

mahluk sosial sangat kreatif, produktif, terus berkembang dan selalu

menemukan akal baru yang belum pernah diramalkan sebelumnya. Selain itu,

prilaku manusia juga kadang-kadang tidak selalu berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan rasional, sehingga mempersulit usaha untuk mengadakan

perhitungan dan proyeksi masa depan.

[7]

Ilmu Manajemen Pemerintahan, banyak pakar yang masih meragukan keberadaanya.

Meskipun dalam praktiknya manajemen pemerintahan sudah lama dilaksanakan para aparatur

pemerintahan dalam menjalankan tugas pemeritahan maupun tugas pembangunan.

Page 11: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

5

Awalnya, para pakar ilmu sosial cenderung memberikan pengertian

yang lebih umum. Karena keumumannya itulah, manajemen pemerintahan

juga sulit masuk dalam definisi tersebut. Sekalipun demikian, penulis

mencoba memberanikan diri untuk memberikan definisi tentang Ilmu. Ilmu

adalah keseluruhan dari pengetahuan, pemikiran atau wawasan yang

dikoordinasikan secara sistematis sehingga dapat dipelajari dengan baik. Melihat definisi itu, jelas bahwa ilmu manajemen pemerintahan juga termasuk

suatu ilmu, karena koordinasi mengenai pengetahuan atau pemikiran

merupakan kegiatan manusia, di mana manusia selalu berpikir, meski

sesederhana apa pun pemikirannya.

Penulis mempersilakan para pakar untuk mengembangkan pemikiran

lebih luas dengan mengacu pada metoda ilmiah, sehingga mampu memberikan

definsi yang dianggap lengkap dan tepat. Penulis mengajak para pakar,

ilmuwan dan praktisi untuk meneliti gejala-gejala ilmu manajemen

pemerintahan secara sistematis, berstandar kepada pengalaman-pengalaman

empiris, dan menggunakan kerangka teoritis terinci dan sistematis.

Jika melihat gejalanya, ilmu manajemen pemerintahan sesungguhnya

sangat dipengaruhi oleh dinamika aparatur pemerintahan. Kedinamikaan ini

merupakan seni maupun sebagai ilmu yang sangat dibutuhkan. Ilmu

manajemen pemerintahan lahir karena aparatur pemerintah sangat

membutuhkannya. Artinya, aparatur negara yang ada di pemerintahan

merasakan adanya kebutuhan ilmu manajemen pemerintahan tersebut.

Keberadaan ilmu manajemen pemerintahan sebagai obyek ilmiah

menjadi suatu ilmu, masih perlu diperjuangkan oleh para pakar maupun para

praktisi yang berkecimpung dalam bidang tersebut. Hal ini merupakan

pemikiran sekaligus tantangan bagi para sarjana yang menekuni bidang ilmu

manajemen pemerintahan. Sementara itu, untuk diakui secara umum sebagai

obyek ilmu, harus diperjuangkan dan dikembangkan oleh para sarjana dengan

gigih. Ilmu manajemen pemerintahan tergolong ke dalam ilmu-ilmu sosial,

bahkan dapat dikatakan sebagai cabang ilmu sosial terbaru, meski dalam

pelaksanaannya sudah berkembang sejak adanya peradaban manusia. Secara

spesifik dapat dikatakan bahwa ilmu manajemen pemerintahan termasuk

kelompok ilmu-ilmu sosial, karena manfaatnya dapat meningkatkan kualitas

hidup masyarakat, bangsa dan negara.

Setiap bidang studi ilmu selalu mempunyai obyek sebagai sasaran.

Sasaran ini dapat dipelajari dari berbagai sudut pandang berlainan dengan

menggunakan alat yang berbeda pula, sehingga akan memberikan hasil yang

juga berbeda. Tidak terkecuali dengan bidang studi ilmu manajemen

pemerintahan. Seperti dikatakan di awal bahasan, perkembangan ilmu

manajemen pemerintahan tergolong baru, sehingga perkembangannya pun

melalui beberapa tahapan. Tahapan-tahapan ini antara lain:

Tahap Pertama, perkembangan ilmu manajemen pemerintahan

merupakan seni. Seni dalam arti suatu proses kreatif dari keahlian dan

perasaan yang dapat dirasakan serta dipahami. Seni yang hadir bersama

peradaban manusia.

Tahap Kedua, perkembangan ilmu manajemen pemerintahan

merupakan suatu proses. Proses dalam arti ilmu manajemen pemerintahan

merupakan urutan sesuatu peristiwa yang secara gradual terus meningkat dan

menghasilkan produk pemikiran.

Page 12: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

6

Tahap Ketiga, perkembangan ilmu manajemen pemerintahan

merupakan pengetahuan. Pengetahuan dalam arti bahwa Ilmu manajemen

pemerintahan adalah sesuatu pengetahuan yang disusun secara logis dan

sistematis dengan memperhitungkan sebab-akibat, serta dapat

ditransformasikan dari satu orang ke orang lain.

Tahap Keempat, ilmu manajemen pemerintahan dipelajari oleh

disiplin ilmu yang terlebih dahulu lahir dan kemudian membentuk suatu

disiplin ilmu yang bersangkutan. Hal ini merupakan embrio dari ilmu tersebut

sehingga melahirkan ilmu baru. Contohnya, ilmu pemerintahan yang

kemudian melahirkan ilmu manajemen pemerintahan.

Tahap kelima, lahirnya ilmu manajemen pemerintahan yang mandiri

didukung penyelidikan atau penelitian. Penelitian dalam arti, disiplin ilmu

manajemen pemerintahan didukung penelitian akurat yang menghasilkan

pemikiran sistematis dan obyek pengetahuan formal baru di antara sejumlah

obyek pengetahuan formal lain, dengan tahapan melalui kegiatan sangat tepat

untuk dianalisis. Berdasarkan hasil analisis ini, dapat dikembangkan konsep

pemikiran sistematis sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun teori yang

dapat digunakan sebagai alat eksplanasi dan prediksi, sehingga dapat berfungsi

sebagai pengetahuan dan disebut sebagai disiplin ilmu yang mandiri.

Tahap keenam, hasil pengamatan ilmu manajemen pemerintahan

dapat digunakan oleh ilmu lain. Artinya, produk suatu pengamatan ilmu

manajemen pemerintahan dapat digunakan oleh disiplin ilmu lain sebagaimana

ilmu manajemen pemerintahan menggunakan ilmu lain.

Tahap Ketujuh, Ilmu manajemen pemerintahan dapat pelajari atau

dikaji sebagai bidang kajian ilmiah di perguruan tinggi setingkat sarjana (S1),

Master (S2) dan Doktor (S3) Ilmu Manajemen Pemerintahan. Lihat Gambar

1.1. Tahapan Manajemen Pemerintahan Sebagai Ilmu.

GAMBAR 1. 1. TAHAPAN MANAJEMEN PEMERINTAHAN SEBAGAI ILMU

oleh Budi Supriyatno

7. DIPELAJARI

SETINGKAT S1,S2 DAN S3

MANAJEMEN

PEMERITNAHAN

SEBAGAI ILMU

1. SENI

2. PROSES

3. PENGETAHUAN

5. PENYELIDIKAN

ATAU PENELITIAN

4. ILMU YANG

SUDAH ADA

6.BISA DIGUNAKAN

ILMU LAIN

Page 13: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

7

1.3. Ilmu Manajemen Pemerintah Ilmu Yang Mandiri Sepanjang pengetahuan kita, manusia selalu disibukkan oleh

manajemen pemerintahan, apa pun bentuknya dan bagaimana pun

sederhananya. Di mana terdapat dua orang tinggal bersama, hidup bersama,

bekerja bersama dan berkomunikasi bersama, di situ kita akan menemukan

kegiatan manajemen pemerintahan. Manusia merupakan mahluk sosial, yang

artinya selalu berinteraksi dengan manusia lain. Sebagai mahluk sosial,

keinginannya dapat terwujud melalui hubungan dengan manusia lain. Hidup

bersama, kerjasama, berkomunikasi bersama, berinteraksi bersama,

menyesuaikan dan melakukan kegiatan dengan orang lain, merupakan suatu

hal yang harus dilakukan manusia.

Dalam hubungan antara manusia yang satu dengan yang lainnya,

terdapat kegiatan ”perintah dan memerintah”. Kegiatan perintah dan

memerintah ini merupakan kegiatan manajemen pemerintahan. Manajemen

pemerintahan adalah, suatu pelaksana ”mandat” yang harus dilakukan untuk

”mengelola” suatu perintah. Manajemen pemerintahan merupakan

pelaksanaan kekuasaan untuk melaksanakan tugas mengelola hubungan antara

yang ”diperintah dan memerintah”. Menjalankan manajemen pemerintahan

adalah, menjalankan kekuasaan yang disahkan, yaitu kekuasaan yang dapat

dibenarkan dan diterima oleh pemberi kekuasaan. Menjalankan manajemen

pemerintahan adalah, menjalankan amanat yang diberikan oleh pemberi

kepada pelaksana. Pelaksanaan manajemen pemerintahan merupakan

hubungan antara pemberi dan pelaksana yang diberi kekuasaan untuk

melaksanakan mandat dalam pemerintahan.

Demikian luas manajemen pemerintahan yang meliputi berbagai

kegiatan, namun sampai sekarang masih diragukan keilmuannya. Jika ilmu

manajemen pemerintahan ditinjau dari kerangka yang lebih luas, yaitu

berbagai aspek kenegaraan, maka ilmu manajemen pemerintahan merupakan

ilmu yang sangat tua, bahkan setua peradaban manusia.

Para pemikir Yunani Kuno telah menempatkan manajemen

pemerintahan sebagai pusat pemikiran ilmu sosial, sehingga dapat

mempelajari tentang hakekat kekuasaan pemerintahan, hakekat ”tata kelola”

pemerintahan, hakekat hubungan antar lembaga, hakekat melaksanakan

perundang-undangan, pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi, tugas aparatur,

kebenaran pemerintahan dan berbagai aspek lain dalam kehidupan bernegara

dan bermasyarakat.

Namun, para pakar melihat fenomena ilmu manajemen pemerintahan

dari sudut pandang ilmunya masing-masing. Pakar politik, melihat gejala ilmu

manajemen pemerintahan sebagai upaya untuk melaksanakan berbagai

kegiatan/manuver, intervensi, strategi dan kiat-kiat yang bertujuan mencapai

kesuksesan/kemenangan politik, atau campur tangan kehidupan politik dalam

pelaksanaan kepemerintahan.

Para pakar hukum melihat gejala manajemen pemerintahan sebagai

pelaksanaan dan pemanfaatan peraturan/perundang-undangan yang berlaku,

penggunaan sanksi-sanksi, hukuman-hukuman dan efektifitas tata kelola

pemerintahan, dilihat dari kacamata hukum dan kekuasaan yang bersumber

dari hukum.

Sebaliknya, para pakar sosiologi melihat manajemen pemerintahan

sebagai usaha meningkatkan peran serta masyarakat dan upaya-upaya

Page 14: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

8

perbaikan hubungan kemasyarakatan dengan para aparatur pemerintahan, serta

hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Sedangkan para pakar ekonomi melihat gejala manajemen

pemerintahan sebagai upaya meningkatkan kepentingan usaha-usaha

perekonomian, manfaat, pengorbanan, serta menentukan prioritas dengan

mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas. Dengan demikian, masing-

masing pakar melihat gejala manajemen pemerintahan itu dari segi

keilmuannya. Karena itu, hal yang wajar jika persepsi masing-masing pakar

akan berbeda mengenai gejala manajemen pemerintahan.

Pakar ilmu manajemen pemerintahan diibaratkan sebagai orang yang

sedang babat Alas Wanamarta[8] untuk membangun sebuah kerajaan ilmu. Hal

ini didorong oleh keinginan untuk membangun kerangka pikir atau pola pikir,

dan menyatukan berbagai disiplin ilmu yang berbeda-beda, selanjutnya dalam

upaya untuk menerapkan secara terpadu dan sinergi hasil dari berbagai disiplin

tersebut. Para pakar ilmu manajemen pemerintahan seyogyanya mempunyai

kemampuan, kemauan dan keberanian untuk membangun dan menggali

kerangka manajemen pemerintahan yang diakui sebagai disiplin ilmu yang

sejajar dengan ilmu-ilmu lain yang lebih dahulu diakui keberadaannya.

Ilmu manajemen pemerintahan selalu berkaitan dengan sistem

”mengelola” atau ”tata kelola” dan menjalankan pemerintahan, yang biasa

disebut “the art of getting things done”.[9]

Terdapat dua sistem manajemen pemerintahan: (1) Manajemen

pemerintahan yang berorientasi kepada sistem Kontinental dengan ciri seperti

pemusatan kekuasaan di tangan eksekutif, terdapat dominasi otoritasi nasional,

profesionalme aparat pemerintah, memisahkan secara psikologis dari rakyat

biasa, tanggung jawab pemerintah kepada peradilan administratif dan

kecenderungan sentralistik. (2) Manajemen pemerintahan yang orientasinya

kepada Anglo Saxon, lebih memperlihatkan kemandirian masyarakat regional

dan lokal, partisipasi masyarakat yang luas dalam kegiatan pemerintahan,

tanggung jawab sistem administrasi kepada badan legislatif, tanggung jawab

pegawai peradilan biasa, dan sifatnya yang lebih desentralisasi.

Manajemen pemerintahan dapat dikembangkan dalam memperkuat

keilmuan, baik secara teoritis maupun empiris, dan harus mampu menjawab

pertanyaan seperti:

1. Bagaimana sumber daya manusia (SDM) direkrut atau diterima sebagai

aparatur pemerintah?

2. Bagaimana pengembangan atau pembinaan aparatur pemerintah agar

mau bekerja keras, bekerja cerdas, bergerak cepat dan bertindak tepat?

3. Bagaimana meningkatkan kompetensi aparatur pemerintah tersebut?

4. Bagaimana strategi dalam menjalankan ‖tata kelola‖ pemerintahan?

[8]

Dalam istilah Pewayangan, Alas Wanamarta adalah hutan lebat yang sangat berbahaya atas

perintah Kurawa Para Pandawa diminta untuk membabat hutan tersebut untuk di tempati.

Dalam arti bahwa membangun dan mengembangkan ilmu manajemen pemerintah perlu kerja

keras dan harus bersedia menerima kritikan dari berbagai kalangan termasuk kritik yang

sangat menyakitkan. [9]

Simon, H. Administration Behavior, New York, 1959.P.1.

Page 15: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

9

5. Bagaimana menciptakan tugas dan fungsi pemerintah agar tidak

tumpang tindih?

6. Bagaimana menyadarkan para pejabat agar membetuk struktur

organisasi yang ramping tetapi kaya dengan fungsional?

7. Bagaimana menciptakan hubungan kerja timbal balik yang harmonis

antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah?

8. Bagaimana pembagian wewenang antara pemerintah pusat dan daerah

agar tidak terjadi saling klaim?

9. Bagaimana sistem pemerintahan yang dianut, apakah kerajaan,

perlementer, atau presidensil?

10. Bagaimana bentuk pemerintahan, demokrasi, otoriter, sosial,

liberalisme, sentralisasi atau desentralisasi?

11. Bagaimana hubungan fungsional antara pemerintah pusat dan daerah?

12. Bagaimana terjadinya proses pengambilan keputusan pemerintahan

agar tidak merugikan masyarakat?

13. Bagaimana pelaksanaan penilaian kinerja dan akuntabilitas yang

dilakukan pemerintahan?

14. Bagaimana dampak kebijakan yang telah diputuskan oleh pemerintah

terhadap masyarakat?

15. Bagaimana hubungan-hubungan kekuasaan dan nilai-nilai yang dianut

masyarakat?

16. Bagaimana hubungan yang memerintah dan yang diperintah, atau

penguasa dan masyarakat/pengusaha?

17. Bagaimana memberi perlindungan terhadap masyarakat?

18. Bagaimana melayani masyarakat agar lebih efektif dan efisien?

19. Bagaimana meningkatkan kesejahteraan masyarakat?

20. Bagaimana menjaga ketertiban dan keamanan?

21. Bagaimana memelihara hubungan dengan negara lain?

22. Bagaimana sistem pengawasan terhadap lembaga pemerintahan, yakni

Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif? Masih banyak pertanyaan yang

terus berkembang, sesuai dengan perkembangan zaman.

Melalui pengembangan pemikiran dan berbagai tahapan tersebut, dapat

dilihat betapa luasnya peranan dan tugas ilmu manajemen pemerintah,

terutama dalam upaya meningkatkan kesejateraan hidup warganya. Semakin

luas peranan dan lingkup tugas manajemen pemerintah, akan semakin luas

campur tangan pemerintah dalam kehidupan masyarakat, sehingga timbul

pengertian yang disebut pemerintah ”intervensi”.[10]

Dari uraian ini, dapat disimpulkan bahwa ilmu manajemen pemerintah

adalah suatu ilmu yang mandiri, yang melaksanakan dan mengelola tugas,

fungsi dan peranan pemerintahan, baik secara internal maupun eksternal dalam

upaya mencapai tujuan negara.

[10]

The term Intervention of this government reflects the extent of the scope of community life

that is interfered with by the government, so as if the government intervened. Intervention

within reasonable limits as the implementation of government management and responsible

carry out government activities in order to improve the welfare of its citizens. Or intervention

within the boundaries as managers of government management that do not violate human

rights

Page 16: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

10

Perkembangan ilmu majamen pemerintahan sangat lamban, meski

pada prakteknya sudah dilaksanakan dalam pemerintahan di Barat maupun di

Timur. Sampai sekarang, literatur atau buku-buku belum banyak ditulis oleh

para pakar di bidang manajemen pemerintahan. Hal ini sangat

memprihatinkan. Sekalipun ada sejumlah penulis yang membahas tentang

manajemen pemerintahan, tetapi masih bersifat deskriptif berupa artikel.

Sedangkan buku yang membahas secara mendalam tentang manajemen

pemerintahan, masih sulit ditemukan di toko-toko buku. Karena itu, dapat

dikatakan bahwa buku ini merupakan buku pertama yang membahas tentang

ilmu manajemen pemerintahan.

Perkembangan ilmu manajemen pemerintahan memang agak lambat,

tetapi hal ini dapat dipahami karena ada banyak kendala dalam

mengidentifikasikannya dalam bentuk karya ilmiah. Berbagai kalangan

akademisi dan para pakar di lingkungan perguruan tinggi, telah berupaya

menerbitkan berbagai tulisan tentang suatu gejala manajemen pemerintahan.

Namun, pembahasan manajemen pemerintahan dalam bentuk buku masih

belum ditemukan.

1.4. Perkembangan Ilmu Manajemen Pemerintahan Di kalangan para pakar dan praktisi terdapat perbedaaan cara pandang

tentang kelahiran ilmu manajemen pemerintahan. Sebagian mengatakan, ilmu

manajemen pemerintahan lahir pada awal abad ke-20, tetapi sebagian lagi

percaya ilmu manajemen pemerintahaan lahir sejak ada peradaban manusia

atau sejak adanya manusia. Pro dan kontra cara padang di alam demokrasi ini,

merupakan hal yang lumrah. Penulis tidak akan membenarkan atau

menyalahkan dari cara pandang yang berbeda tersebut.

Namun, ditinjau dalam kerangka yang lebih luas, yakni pembahasan

secara rasional dari berbagai latar belakang sejarah peradaban, kebudayaan

manusia, aspek negara dan aspek kehidupan berpemerintahan yang sederhana,

maka ilmu manajemen pemerintahan dapat dikatakan jauh lebih tua umurnya.

Berdasarkan beberapa literatur yang ditemukan, ilmu manajemen

pemerintahan sudah sejak lama ada, seperti disebutkan di bawah ini.

Di Sungai Tigris dan Eufrat yang berhulu di pegunungan Armenia,

wilayah yang sudah di huni manusia sejak sekitar 4000 Sebelum Masehi (SM),

penulis kuno menyebutnya Sumeria, bangsa Sumeria telah mendirikan kota-

kota dengan manajemen pemerintahan yang bagus dan dikenal dengan sebutan

negara kota. Meskipun belum sempurna, di sana telah ada tata kelola

pemerintahan kota. Dengan bertambahnya penduduk, wilayah kota menjadi

sempit, terjadilah perluasan wilayah dan pemerintahan kotanya dengan

manajemen pemerintahan yang sangat rapi. Kota-kota yang terkenal kuat dan

kaya saat itu adalah Ur, Kish, Larsa, Lahash, Eridu, Nipur dan Adab.

Di Yunani Kuno, pemikiran mengenai manajemen pemerintahan

sudah dimulai pada tahun 2000 SM. Mereka mendirikan suatu pemerintahan

kota (polis) yang dikelilingi tembok pertahanan. Dua di antaranya yang

menonjol adalah, Sparta dan Athena. Kedua pola manajemen pemerintahan

itu kemudian diikuti pemerintahan-pemerintahan lainnya.

India terkenal dengan peradaban tertua, yakni Mohenjo-Daro, kira-

kira 4000-2000 SM yang sudah membahas tentang manajemen

kepemerintahan meski ruang lingkupnya masih sederhana.

Di Cina, menurut dongeng, dinasti pertama Wangsa Hsia mewariskan

sistem manajemen pemerintahan yang sangat bagus. Hal ini dapat dibuktikan

Page 17: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

11

lewat dokumen-dokumen dinasti Shang tahun 1523-1027 SM. Sedangkan

masa pemerintahan dinasti Tjoe, Han, Tang, Sung, Juan dan Ming adalah

zaman kebesaran kebudayaan dan imperalis.

Di Mesir, pada akhir abad ke-40 SM di bawah pemerintahan Menes,

didirikan sebuah Ibu Kota Mesir di Memphis yang berada di Delta Sungai Nil.

Kemudian dikenal sebagai masa Dinasti di Mesir dan berkembang menjadi

kerajaan yang besar dan kuat di bawah manajemen pemerintahan raja Fir’un,

atau Pharao yang diktaktor dan bertahan selama 2000 tahun. Peninggalan

bekas pemerintahan Fir‟un dalam sejarah, masih bisa diingat sampai

sekarang.

Di Indonesia, sebagai contoh, Majapahit sebagai kerajaan Hindu Jawa

yang berdiri dalam rentang waktu akhir abad ke-13 sampai awal abad ke-16,

pernah berjaya dalam menajemen pemerintahannya mempersatukan wilayah

Indonesia di bawah kepemimpinan Hayam Wuruk dan Gajah Mada. Gajah

Mada kemudian diangkat menjadi Maha Menteri Kerajaan Majapahit. Pada

waktu pengangkatannya, Gajah Mada bersumpah bahwa dia tidak akan

istirahat (amukti palapa) jika belum dapat mempersatukan seluruh Nusantara

di bawah kekuasaan Majapahit. Sumpah tersebut dikenal sebagai Sumpah

Palapa. Pada era Majapahit juga telah dikenal mata uang keping (koin)

perunggu sebagai alat transaksi dengan para pedagang Cina. Sekitar 40

kilogram keping mata uang ini ditemukan di Sidoardjo, awal Desember 2008.

Sebelum era Majapahit, data menunjukkan adanya kerajaan Kerajaan Hindu

Mataram di Jawa pada 900 SM. Peninggalan kerajaan Mataram, berupa

beberapa prasasti tentang kehidupan pemerintahan dan kebudayaan yang

berkembang dengan baik, ditemukan di Jawa Tengah dan Jawa Timur.[11]

Perkembangan selanjutnya, Revolusi Industri pada abad 18 di Benua Eropa

dan Amerika, mempunyai pengaruh sangat signifikan pada perkembangan

Manajemen Pemerintahan modern yang menerobos ke seluruh penjuru dunia.

Sampai saat ini, yang sangat nampak sedang berjalan adalah, proses reformasi

pemikiran manajemen pemerintahan di berbagai negara maju seperti di

Amerika dan Eropa. Di dua benua tersebut, perubahan dan pembaharuan

dalam manajemen pemerintahan terjadi secara terus menerus. Pada Maret

1996, Organization for Economic Coorparation and Development (OECD)

yang beranggotakan 24 negara, untuk pertama kalinya menyelenggarakan

pertemuan tingkat menteri mengenai manajemen pemerintahan. Berbagai

peristiwa sejarah tersebut, membuktikan bahwa manajemen pemerintah telah

ada sejak ribuan tahun silam.

Sekalipun demikian, kejayaan manajemen pemerintahan masa lalu di

wilayah Asia dan Afrika, atau di berbagai negara berkembang lain, mengalami

”keruntuhan” sebagai dampak pengaruh budaya dan pola pemikiran bangsa

barat (Inggris, Belanda, Francis dan Jerman) dalam rangka kolonialisme dan

imperalisme.

Ӂ ӁӁӁӁ

[11]

Lihat Ensiklopedi Umum, Kanisius, Yogyakarta, 1990. hal. 674.

Page 18: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

12

PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN

PERBEDAAN MANAJEMEN

PEMERINTAHAN

2.1. Pengertian Pokok Jika seseorang ingin membahas ilmu manajemen pemerintahan, maka

dia perlu memahami terlebih dahulu istilah yang berkaitan dengan ilmu

tersebut. Dalam konteks ini, ada beberapa pengertian pokok terkait dengan

ilmu manajemen pemerintahan yang perlu diketahui. Manfaat dari pengertian

tersebut adalah, sebagai titik tolak pembahasan lebih lanjut dan memudahkan

pembahasan selanjutnya. Ada beberapa pengertian pokok yang akan

diketengahkan dalam buku ini, seperti:

1. Pemerintah,

2. Pemerintahan,

3. Manajemen,

4. Ilmu Pemerintahan,

5. Manajemen Pemerintahan,

6. Ilmu Manajemen Pemerintahan.

1. Pemerintah

Berbagai pendapat menyebutkan, subyek ilmu pemerintahan telah

berkembang sedemikian rupa, sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda-

beda antara satu pakar dengan yang lainnya. Hal ini dapat dipahami karena

masing-masing pakar memiliki latar belakang disiplin ilmu dan pengalaman

yang saling berbeda. Dengan latar belakang yang saling berbeda ini, bisa

dimaklumi jika kata ―pemerintahan‖ memiliki pengertian yang beragam pula.

Secara etimologi, kata ―pemerintah‖ dapat diartikan sebagai “perintah” atau

“menyuruh” atau “disuruh”, artinya melakukan sesuatu kegiatan yang

bersifat menyuruh atau disuruh atau melakukan sesuatu pekerjaan

“memerintah” atau diperintah.[12]

[12]

Ada Tiga golongan yang diperintah : a. Sebagian besar masyarakat yang terdiri dari

sekumpulan kelompok kecil yang mempunyai keyakinan penuh untuk taat pada pemerintah

dari pemerintah sekalipun bilamana tidak ada sanksi-sanksi; b. Kelompok masyarakat yang

kepatuhannya terbawa-bawa tanpa mengingat/memperhatikan hal-hal yang pasti dari

permulaannya atau kemungkinan adanya sanksi-sanksi. c. kelompok masyarakat yang

mengetahui kemungkinan adanya sanksi-sanksi sebagai faktor yang dipertimbangkan namun

juga dengan sukarela ber-kehendak mentaati perintah.

BAB 2

Page 19: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

13

Dengan demikian, ada dua makna kegiatan dari kata perintah, yaitu

yang memerintah atau menyuruh, dan yang diperintah atau disuruh,

dikongkon.[13] Artinya, yang memerintah mempunyai kekuasaan menyuruh

kegiatan yang bersifat perintah. Sedangkan yang diperintah berkewajiban

untuk melaksanakan perintah. Namun, setelah ditambahi awalan “pe” menjadi

“pemerintah”, dapat diartikan sebagai badan, lembaga atau institusi yang

melaksanakan kegiatan untuk memerintah. Pemerintah dalam bahasa Inggris

biasa disebut sebagai government, atau gouvernenment dalam bahasa

Perancis. Semuanya berasal dari istilah Yunani Gubernakulum yang artinya

kemudi.

Dalam encyclopedia dinyatakan, “The word government is ultimately

derived from the Greek κυßερν (kybernan), which means “to steer”.[14] (Kata

pemerintah berasal dari bahasa Yunani κυßερν (Kybernan) yang berarti

“untuk mengemudi”. To steer diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia

dengan istilah “pemerintah”.

Apeldoorn menyatakan, “pemerintahan adalah salah satu di antara

arti perkataan “negara”. Jika menengok sejarah abad pertengahan, perkataan

stato, state, estate, dipakai dalam arti jabatan maupun untuk menyatakan

pejabat atau orang yang memerintah. Sedangkan pendapat Machiavelli agak

lain, dalam hal pengertian antara “bentuk negara” dan “sistem

pemerintahan”. Dalam bukunya “Il Principe”, Machiavelli menyatakan,

“All states and dominions which hold or have held sway over mankid are

either republics or monarchies.”[15] Semua negara, semua kekuasaan

pemerintahan yang pernah atau sekarang dikendalikan untuk memerintah

manusia, bersifat republik atau monarki. Machiavelli secara tidak langsung

telah mempergunakan perkataan “state” maupun “dominions” dalam satu

nafas terhadap klasifikasi republik atau monarki.

Lain lagi dengan pandangan Dugit yang mempergunakan istilah

“sistem pemerintahan” dalam mengupas tentang monarki dan republik, di

samping istilah “bentuk negara” yang dipergunakannya dalam mengupas

perbedaan antara negara kesatuan dan federasi. Padahal, monarki dan republik

memiliki pengertian tentang bentuk negara, sedangkan federasi adalah

susunan negara. Memang, suatu negara pada hakekatnya mempunyai sistem

pemerintahan tertentu, karena bentuk negara sukar dipisahkan dari sistem

pemerintahannya. Namun, “bentuk negara” dan “sistem pemerintahan”

adalah dua aspek yang berbeda dalam suatu negara. Sekalipun demikian,

mempertentangkan bentuk negara dan sistem pemerintahan dengan tujuan

mencari perbedaan pengertian antara negara dan pemerintah, tetap masih

belum dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan istilah “pemerintah” itu

sendiri.

Namun, menurut Apeldooren, “pemerintah” sekurang-kurangnya

memiliki tiga pengertian seperti yang dicatat Utrech sebagai berikut:[16]

1. Pemerintah sebagai gabungan semua badan kenegaraan yang berkuasa

memerintah dalam arti kata luas. Jadi, yang meliputi badan-badan

[13]

Bahasa Jawa Ngoko : ―Dikongkon" artinya disuruh atau diperintah. [14]

http://wikipedia.org/wiki/Government.P.1. 12/9/2006. [15]

Machiavelli, ―The Prince‖, New American Library, New York, 1957, p. 37. [16]

Utrecht, ―Pengantar Dalam Hukum Indonesia,‖ Ichtiar, Jakarta, 1962, h. 403-404.

Page 20: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

14

legislatif, eksekutif dan yudikatif. Pemerintah dalam pengertian ini

disebut penguasa.

2. Pemerintah sebagai badan kenegaraan tertinggi yang berkuasa

memerintah di wilayah suatu negara. Contohnya raja, presiden,

perdana menteri, dan lain-lain.

3. Pemerintah sebagai organ eksekutif, dalam arti kepala negara bersama-

sama dengan menteri-menterinya.

Pemerintah dibedakan dalam dua pengertian, yaitu dalam arti luas dan

sempit, di mana keduanya berada dalam ruang lingkup yang berbeda.

Pemerintah dalam arti luas maupun dalam arti sempit, tergantung pada sistem

manajemen yang dianut oleh suatu negara. Pemerintah dalam arti luas adalah,

segala kegiatan badan-badan publik yang meliputi kekuasaan legislatif,

eksekutif dan yudikatif dalam usaha mencapai tujuan negara. Sedangkan

pemerintah dalam arti sempit adalah, segala kegiatan badan-badan publik yang

hanya meliputi kekuasaan eksekutif.

2. Pemerintahan Seperti telah disebutkan, pemerintah adalah badan atau lembaga yang

melaksanakan tugas dan fungsi dalam rangka/upaya mencapai tujuan negara.

Setelah ditambah akhiran ”an” menjadi pemerintahan, pengertian tersebut

akan berbeda dan maknanya berubah. Kalau pemerintah adalah

”lembaganya”, sedangkan pemerintahan adalah pelaksana dari lembaga

tersebut, yaitu ”pejabatnya” atau “pelaksana”, dan sering disebut “aparatur”

yang melaksanakan pemerintahan. Dengan demikian, menurut penulis Budi

Supriyatno, pemerintahan dapat diartikan sebagai pejabat atau pelaksana

kekuasaan negara, di dalamnya termasuk eksekutif, Legialatif dan Yudikatif

yang melaksanakan wewenangnya untuk mewujudkan tujuan negara dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Contohnya, Pemerintahan

George W Bush, Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, sebagai pejabat

kekuasaan negara (Perdana Menteri, Presiden atau Raja seperti di Saudi

Arabia) dan lembaga negara lain seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan

Mahkamah Agung yang melaksanakan kewenangan pemerintahan untuk

mewujudkan tujuan negara. Dalam hal ini, termasuk para pejabat di

bawahnya. Makna dari pengertian tersebut adalah: Pertama, adanya pejabat

pelaksana kekuasaan negara. Kedua, melaksanakan wewenang yang diberikan

kepadanya. Ketiga, adanya upaya mewujudkan tujuan negara dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Karena itu, pemahaman tentang

pemerintahan dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Pemerintahan merupakan gabungan penguasa lembaga negara yang

meliputi Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif. 2. Pemerintahan adalah pelaksana kekuasaan negara seperti Perdana

Menteri, Presiden dan Raja.

3. Pemerintahan yang di dalamnya terdapat Kepala Negara atau Kepala

Pemerintahan yaitu Presiden atau Perdana Menteri, dibantu para

Menteri dalam kabinet dan pejabat-pejabat di bawahnya seperti

Direktur Jenderal, Deputi, dan lain-lain.

3. Manajemen Berbagai pengertian tentang manajemen telah dikemukakan para pakar

manajemen. Menurut George R. Terry dalam Principles of Management,

“Management is a distinct process consisting of planning, organizing,

actuating, and controlling, utilizing in each both science and art, and

Page 21: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

15

followed in order to accomplish predetermined objectives”.[17] (Manajemen

adalah suatu proses nyata dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan/

pelaksanaan dan pengawasan, dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni,

agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya). Pakar

lain, H.Koontz & O‟Donnel dalam bukunya “Principle of Management”

menyatakan, “Management involves getting thing done through and with

people”.[18] (Manajemen berhubungan dengan pencapaian sesuatu tujuan

melalui dan melibatkan orang-orang). Definisi ini menekankan usaha pada

orang lain dalam mencapai tujuan. Namun, penulis ingin memberikan

pengertian yang berbeda menurut latar belakang penulis.

Menurut penulis Budi Supriyatno, manajemen didefinisikan sebagai

kemampuan seseorang untuk menggerakkan orang lain dan berusaha

memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan yang telah

ditentukan. Pengertian ini mengandung tiga makna: Pertama, adanya suatu

kemampuan yang dimiliki oleh seserorang untuk menggerakkan orang lain.

Kedua, adanya usaha untuk memperoleh hasil. Ketiga, adanya pencapaian

tujuan yang telah ditentukan.

4. Ilmu Pemerintahan Ilmu Pemerintahan, dalam bahasa belanda Bestuurwetenschap,

merupakan cabang ilmu baru, karena itu definisinya pun beragam. Setiap

pakar mempunyai definisi-definisi sesuai dengan latar belakang pendidikan

dan pengalamannya yang sangat mempengaruhi pemikirannya. Berikut,

beragam definisi dari beberapa pakar:

Rosental dalam Openbaar Bestuur, menyatakan, De bestuur

wetenschap is de wetenschap die zich uitsluitend bezighoudt met de studie

van de interns en externe werking van de structure en processen van het

openbaar bestuur.[19] (Ilmu pemerintahan adalah ilmu yang menggeluti studi

tentang kinerja internal dan eksternal dari struktur-struktur dan proses-proses

pemerintahan umum).

Pakar lain, Brasz, dalam Inleiding Tot De Bestuurswetenschap

mengatakan, De Bestuurswetenschap waaronder het verstaat de wetenschap

die zich bezighoudt met de wijze waarop de openbare dienst is ingericht en

functioneert, intern en naar buiten tegenover de burgers.[20] (Ilmu

pemerintahan dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang cara

bagaimana lembaga/dinas pemerintahan umum disusun dan difungsikan, baik

secara internal maupun eksternal terhadap para warganya).

Sedangkan menurut penulis Budi Supriyatno, Ilmu Pemerintahan

dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang kinerja aparatur

pemerintahan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk

mewujudkan tujuan negara. Makna dari pengertian tersebut: Pertama,

mempelajari kinerja aparatur pemerintahan. Kedua, mempelajari pelaksanaan

[17]

Goerge R. Terry, ―Principles of Management,‖ Richard D. Irwiun, Inc. Third edition

1961. P.32. [18]

Utrecht, ―Pengantar Dalam Hukum Indonesia,‖ Ichtiar, Jakarta, 1962, h. 403-404. [19]

Goerge R. Terry, ―Principles of Management,‖ Richard D. Irwiun, Inc. Third edition

1961. P.32. [20]

H.A. Brasz, ―Inleiding Tot De Bestuurwetenschap‖ Vuga Boekrij, 1975. P1.

Page 22: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

16

tugas dan fungsi pemerintah. Ketiga, mempelajari adanya perwujudan tujuan

negara.

5. Manajemen Pemerintahan Berbicara mengenai Manajemen Pemerintahan, berarti ada dua ilmu,

yakni Manajemen dan Pemerintahan. Penggabungan dua ilmu ini, melahirkan

Manajemen Pemerintahan. Sebelumnya telah dipaparkan mengenai istilah

manajemen dan pemerintahan. Manajemen pemerintahan merupakan inti dari

pemerintahan, sedangkan pemerintahan sifatnya lebih umum dan menajemen

sifatnya lebih khusus yang menyoroti tentang ―tatakelola pemerintahan‖.

Baik buruknya pemerintahan tergantung pada bagaimana cara

mengelola pemerintahan. Jika manajemen pemerintahannya baik, maka

pemerintahannya pun akan baik. Sebaliknya, jika manajemen

pemerintahannya jelek karena banyak korupsi, menyimpang dari norma-norma

sosial, hanya mementingkan diri sendiri atau sekelompok partai/golongan,

pemerintahannya pun akan rapuh. Karena itu, baik buruknya pemerintahan

sangat tergantung pada bagaimana mengelola ―tata pemerintahannya‖, atau

manajemen pemerintahannya. Menurut penulis Budi Supriyatno, Manajemen

Pemerintahan adalah suatu proses kegiatan melakukan “tatakelola” atau

pengelolaan pemerintahan oleh penguasa atau penyelenggara

pemerintahan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan, yaitu

meningkatkan kesejahteraan rakyat. Makna dari pengertian tersebut:

Pertama, adanya suatu kegiatan yang dilakukan. Kedua, kegiatan pengelolaan

pemerintahan yang dilakukan oleh penguasa. Ketiga, adanya tujuan dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat.

6. Ilmu Manajemen Pemerintahan Seperti telah dibahas sebelumnya, Ilmu manajemen pemerintahan

adalah suatu cabang ilmu baru yang bermakna tentang tatakelola

pemerintahan. Manajemen pemerintahan lahir dari ilmu pemerintahan dan

ilmu manajemen pemerintahan telah dikembangkan sebagai cabang ilmu yang

diajarkan di dunia pendidikan tinggi, bahkan telah menjadi jurusan setingkat

sarjana, master bahkan doktor.

Meski demikian, sampai saat ini sangat sulit untuk menjelaskan

pengertian secara singkat, jelas dan tepat mengenai ilmu manajemen

pemerintahan yang dapat memuaskan semua pihak. Selama ini, setiap usaha

menyusun definisi yang ringkas selalu gagal. Diakui, manajemen

pemerintahan memang memiliki beragam pengertian, tergantung pada cara

pandang dan metodologi yang digunakan. Namun, penulis mencoba

memberikan pengertian yang didasarkan pada pengalaman dan latar belakang

pendidikan penulis sendiri.

Menurut penulis Budi Supriyatno, Ilmu Manajemen Pemerintahan

adalah suatu ilmu yang mempelajari proses kegiatan pengelolaan

pemerintahan yang dilakukan penguasa atau pejabat pemerintah dalam

rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan, yakni meningkatkan

kesejahteraan rakyat. Definisi ini mengandung tiga makna: Pertama, adanya

sesuatu proses kegiatan. Kedua, adanya suatu pengelolaan yang dilakukan

oleh penguasa. Ketiga, adanya suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang

telah ditentukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Pada hakekatnya, Ilmu Manajemen Pemerintahan adalah suatu ilmu

yang mempelajari tentang proses penyelidikan atau pengamatan yang

berkaitan dengan bagaimana “mengurus” atau “mengelola” pemerintahan

Page 23: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

17

untuk mencapai suatu tujuan pemerintahan atau negara yang telah ditetapkan

sebelumnya. Dengan kata lain, Ilmu Manajemen Pemerintahan mempelajari

bagaimana palaksana atau pejabat pemerintah mengabdikan diri di

pemerintahan untuk melayani masyarakat.

Apakah pelaksana atau pejabat pemerintah dapat melayani dengan baik

atau buruk, ini menjadi salah satu bidang yang dipelajari dalam ilmu

manajemen pemerintahan.

2.2. Ruang Lingkup Pembahasan mengenai ruang lingkup ilmu manajemen pemerintahan

harus dilakukan secara hati-hati. Di samping memiliki lingkup yang hampir

sama dengan ilmu sosial lain, khususnya ilmu pemerintahan meski kedalaman

substansinya berbeda, lingkup ilmu manajemen pemerintahan bahkan

mungkin tumpang tindih dengan ilmu pemerintahan. Hal ini dapat terjadi

karena manajemen pemerintahan lahir dari ilmu pemerintahan. Memang, yang

dikerjakan adalah tatakelola pemerintahan, tetapi akan melibatkan bidang-

bidang ilmu sosial lain yang tidak bisa dihindarkan, karena semua bidang ini

terlibat dalam tatakelola pemerintahan, meski tidak seluas bidang manajemen

pemerintahan.

Untuk merumuskan ruang lingkup manajemen pemerintahan, penulis

yakin masih terdapat kekurangan. Bahkan banyak pakar yang menganggap,

tidak perlu membatasi lingkup manajemen pemerintahan dalam bentuk

rumusan, karena ruang lingkup yang terbatas atau terlalu luas akan

menimbulkan perdebatan yang tidak tuntas dan mungkin tumpang tindih.

Apalagi dalam era keterbukaan saat ini, perdebatan dalam dunia ilmu

merupakan hal biasa, karena untuk mencari kebenaran yang hakiki harus

dilakukan dengan perdebatan atau adu argumentasi.

Penulis tidak ingin mempermasalahan terlalu sempit atau terlalu luas

ruang lingkup ilmu manajemen pemerintahan, tetapi merumuskan ruang

lingkup merupakan suatu keharusan dan kebutuhan sebagai ilmu. Jika tidak

dirumuskan, tentu akan terjadi kekosongan. Dengan demikian, penulis

berusaha merumuskan ruang lingkup yang merupakan obyek dan subyek dari

manajemen pemerintahan agar dapat digunakan sebagai referensi. Ruang

lingkup manajemen pemerintahan, menurut penulis meliputi bidang-bidang

lain seperti pemerintahan, sosial, politik, administrasi negara, hukum,

ekonomi, sosial, manajemen dan budaya. Ruang lingkup manajemen ilmu

pemerintahan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Di bidang Pemerintahan, antara lain meliputi: a. Membahas sistem pemerintahan yang dilaksanakan suatu negara,

baik yang berorintasi kepada sistem Continental maupun sistem

Anglo Saxon.

b. Membahas kekuasaan Pemerintahan Negara. Di Indonesia,

misalnya, presiden mempunyai kekuasaan pemerintahan.

Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintah

menurut Undang-Undang Dasar.[21] Selanjutnya menyebutkan:

[21]

Undang-Undang Dasar Negara RI 1945. Pasal 7.

Page 24: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

18

Presiden memegang kekuasaan memegang Kekuasaan menurut

Undang-Undang Dasar.[22]

c. Membahas sejarah dan peristiwa terjadinya pemerintahan atau

negara. Contohnya, Indonesia melepaskan diri dari penjajah dan

menyatakan terbentuknya suatu Negara baru dengan proklamasi

kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945.

d. Membahas sistem pemerintahan. Indonesia mengenal sistem

pemerintahan yang ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar

1945, yaitu Indonesia adalah Negara yang berdasar atas hukum

(Rechtstaat).[23]

e. Membahas perbandingan pemerintahan seperti pemerintahan

negara maju, negara berkembang dan negara rawan konflik.

f. Membahas teori, asas, obyek, metodologi, proses dan

sistematika pemerintahan.

g. Membahas tipe, bentuk dan sistem pemerintahan. Bentuk

Pemerintahan yang paling sering dikenal adalah, Kerajaan atau

Monarkhi[24] dan Republik.

[25] Sistem Monarki antara lain: (a)

Monarkhi Mutlak (absolute); (b) Monarkhi Konstitusionil; dan

(c) Monarkhi Parlementer. Sedangkan Republik juga mempunyai

sistem:(a)Republik Mutlak (Absolut); (b) Republik Konsitusionil;

dan (c) Republik Parlementer.

h. Membahas fungsi, unsur dan prinsip pemerintahan.

i. Membahas tugas, hak dan kewenangan pemerintahan. Tugas

Pemerintah di Indonesia, misalnya, dimuat dalam pembukaan

Undang-Undang dasar 1945 antara lain sebagai berikut: (a)

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia; (b) memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa; dan (c) ikut melaksanakan ketertiban dunia

yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

sosial.[26]

2. Di bidang Politik, antara lain meliputi: a. Membahas kebijakan internasional dan politik luar negeri. Di

Indonesia kebijakan internasional tercantum dalam pembukaan

Undang-Undang dasar 1945 yang berbunyi: Melaksanakan

ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi

dan keadilan sosial.

[22]

Ibid, Undang-Undang, Pasal 4. [23]

Ibid, Undang-Undang, Pasal 1 Ayat 2. [24]

Saudi Arabiah yang mengenal Pemerintahan Kerajaan (Monarkhi) Absulut. Raja

memegang kekuasaan penuh dalam pemerintahan. [25]

Amerika Serikat Negera Republik kekuasaan di pegang oleh Presiden, pemerintahan

daerahnya berbentuk negara bagian yang memiliki undag-undang tersebdiri tetapi tidak

bertentangan dengan negara pusat atau ferdeal. [26]

Op.cit Undang-Undang Dasar 1945.

Page 25: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

19

b. Membahas organisasi politik. Partai Politik sebagai sarana

komunikasi politik, sebagai recruitment politik dan sebagai

sarana pengatur konflik.[27]

c. Membahas Kebijaksanaan Pemerintah. Kebijakan pemerintah

tentang penerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik

(good governmance) pada semua tingkatan dan lini pemerintahan

dan pada semua kegiatan.[28]

d. Membahas pendapat umum dalam pembuatan peraturan. Presiden

mengajukan rancangan Undang-undang kepada Dewan

Perwakilan Rakyat Presiden menetapkan peraturan pemerintah

untuk menjalankan Undang-Undang Sebagaimana mestinya.[29]

3. Di bidang administrasi meliputi:

a. Membahas Administrasi Pemerintah Pusat. Administrasi

Pemerintah Pusat meliputi: (1) Aparatur Pemerintah Pusat, yang

pada dasarnya mencakup semua pejabat dan Pegawai Pemerintah

Pusat; (2) Struktur Organisasi administrasi Pusat; (3) Sistem dan

prosedur administrasi pusat; (4) Peraturan perundang-undangan

pemerintah pusat.

b. Membahas Administrasi Pemerintah Daerah. Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.[30]

Administrasi Pemerintah Daerah meliputi: (1) Aparatur

Pemerintah Daerah, yang pada dasarnya mencakup semua

pejabat dan pegawai Pemerintah Daerah; (2) Struktur Organisasi

administrasi Daerah; (3) Sistem dan prosedur administrasi

Daerah; 4) Peraturan perundang-undangan Daerah. 4. Di bidang hukum, antara lain meliputi :

a. Membahas peraturan perundangan, tertulis maupun tidak tertulis.

Pada umumnya manajemen membahas kewargaan negara dan

asas pemakaiannya;

b. Membahas manajemen dan hubungan Pemerintahan Pusat dan

Pemerintahan Daerah.

5. Di bidang ekonomi meliputi:

a. Membahas ekonomi pemerintahan.

b. Membahas ekonomi daerah.

c. Membahas ekonomi pancasila.

d. Membahas ekonomi liberslime

e. Membahas ekonomi sosialisme.

f. Dan lain-lain. 7. Di bidang sosial meliputi:

a. Membahas hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Hubungan pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah, seperti

tertuang dalam Penjelasan Undang-Undang dasar 1945 Pasal 18A

disebutkan: Negara Indonesia adalah eenheidsstaat, maka

[27]

Lihat Mariam Budiardjo, Dasar-Dasar ilmu Politik, Grameda Pustaka Utama, Jakarta, Hal.

163-164. [28]

Lihat RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2004-2009. [29]

Undang-Undang, Op.cit, Pasal 5 Ayat 1 dan 2. [30]

Lihat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

Page 26: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

20

Indonesia tak akan mempunyai daerah di dalam lingkungannya

yang bersifat staat juga.[31]

b. Membahas pembagian daerah. Contohnya, Indonesia dibagi

menjadi daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi akan dibagi

lagi menjadi daerah-daerah yang lebih kecil. Di daerah-daerah

yang bersifat otonom (streek dan locale recht gemenschappen)

atau bersifat daerah administrasi belaka, semuanya diatur menurut

undang-undang. Di daerah-daerah yang bersifat otonom, akan

dibentuk badan perwakilan daerah. Karena itu, pemerintahan di

daerah pun akan bersendi atas dasar permusyawarahan.

c. Keterkaitan dengan teritorial. Dalam teritorial Negara Indonesia

terdapat lebih kurang 250 zelbesturendhe landschappen dan

volksgemeen schappen, seperti desa di Jawa-Bali, nagari di

Minangkabau, dusun dan marga di Palembang, dan sebagainya.

d. Keterkaitan dengan hak dan keistimewaan. Daerah-daerah yang

mempunyai susunan asli, oleh karenanya dapat dianggap sebagai

daerah yang bersifat istimewa. Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI) mengakui kedudukan daerah-daerah istimewa

tersebut, di mana segala peraturan Negara yang mempunyai

daerah-daerah itu akan menghormati hak-hak/asal-usul daerah

tersebut.[32]

e. Membahas hubungan antar lembaga departemen dan non

departemen. Presiden dibantu menteri-menteri Negara yang

diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Setiap menteri

membidangi urusan-urusan tertentu dalam pemerintahan.

Pembentukan, pengubahan dan pembubaran kementerian negara

diatur dalam undang-undang.[33]

f. Membahas hubungan antar pemerintah dengan masyarakat. Dalam

pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan Undang-

Undang Dasar 1945, “negara” begitu bunyinya, “melindungi

segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

dengan berdasarkan atas pesatuan dengan mewujudkan

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dalam

pembukaan ini diterima aliran pengertian Negara persatuan,

Negara yang melindungi dan meliputi segenap bangsa seluruhnya.

Jadi, Negara mengatasi segala paham golongan dan mengatasi

segala paham perseorangan. Negara menurut pengertian

“pembukaan” itu, menghendaki persatuan, meliputi segenap

bangsa Indonesia.[34]

[31]

Undang-Undang, Op.cit , Penjelsan Pasal 18A [32]

Undang-Undang, Op.cit, Penjelasan Bab VI, Pasal 18B Ayat 1. [33]

Undang-Undang, Op.cit, Penjelasan Bab V Kementerian Negara, Pasal 17 Ayat 4 [34]

Undang-undang, Op.cit, Pokok-Pokok Pikiran.

Page 27: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

21

8. Di bidang filsafat meliputi:

a. Membahas etika pemerintahan;

b. Membahas seni pemerintahan sekularisme dan pemerintahan;

c. Membahas hakekat pemerintahan.

9. Di bidang manajemen meliputi:

a. Membahas manajemen pemerintahan umum;

b. Membahas manajemen pemerintah daerah.

c. Membahas manajemen pemerintah pusat

Bidang-bidang yang telah disebutkan, akan berkaitan dengan lingkup

kegiatan manajemen pemerintahan. Meski substansinya tidak harus dibahas

secara tuntas dalam satu ilmu, paling tidak sudah ada gambaran tentang

lingkup manajemen pemerintahan. Sekalipun demikian, penulis menyadari

bahwa ruang lingkup tersebut sebenarnya terlalu luas.

2.3. Perbedaan Ilmu Pemerintahan dan Ilmu Manajemen

Pemerintahan Sebelumnya telah dipaparkan bahwa ilmu adalah keseluruhan dari

pengetahuan, pemikiran atau wawasan yang dikoordinasikan secara sistematis

sehingga dapat dipelajari dengan baik. Hal ini berlaku juga bagi ilmu

pemerintahan dan ilmu manajemen pemerintahan. Meskipun demikian, dalam

pelaksanaannya, ilmu pemerintahan dan ilmu manajemen pemerintahan

memiliki perbedaan yang hakiki. Faktor-faktor penyebab perbedaan tersebut

antara lain:

1. Faktor Pengertian:

a. Ilmu Pemerintahan adalah ilmu yang mempelajari kinerja

pemerintahan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk

mewujudkan tujuan negara. Di sini, penekanannya adalah,

mempelajari kinerja pemerintahan dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya.

b. Ilmu Manajemen Pemerintahan adalah ilmu yang mempelajari

proses kegiatan pengelolaan pemerintahan oleh penguasa atau

penyelengara negara dalam rangka mencapai tujuan seperti telah

ditentukan dalam rangka mencapai kesejahteraan rakyat. Di sini

penekanannya adalah mempelajari kegiatan pengelolaan

pemerintahan yang dilakukan penguasa.

2. Ciri Khas

Ilmu Pemerintahan:

a. Berkaitan dengan kekuasaan atau kewenangan dalam

menjalankan tugas dan fungsi yang sah dalam pemerintahan;

b. Melingkupi kepentingan masyarakat luas;

c. Berkaitan dengan pemberian pelayanan pada masyarakat luas;

d. Sarat dengan nilai-nilai;

e. Dikembangkan berdasarkan kaidah-kaidah empirik.

Ilmu Manajemen Pemerintahan:

a. Berkaitan dengan kekuasaan atau kewenangan untuk

pengelolaan atau tata kelola pemerintahan.

Page 28: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

22

b. Melingkupi kepentingan aparatur, pengusaha, maupun

masyarakat;

c. Berkaitan dengan pemberian pelayanan kepada semua

masyarakat dan pengusaha (stake holder).

d. Sarat dengan pelayanan yang diberikan.

e. Dikembangkan dengan kaidah keterbukaan dan berdasarkan

demokrasi.

3. Obyek

Ilmu Pemerintahan:

a. Obyek materia ilmu pemerintahan adalah pemerintahan di suatu

negara.

b. Obyek forma ilmu pemerintahan adalah, hubungan antara

penguasa pemerintahan dengan rakyatnya dalam kaitan

kewenangan dan pelayanan.

c. Metode yang dipergunakan dalam mempelajari Ilmu pemerintahan

antara lain metoda filosopi, metoda historis, metoda eksperimen

dan metoda deskriptif.

d. Ajaran pemerintahan adalah, ajaran tentang kewenangan tugas dan

fungsi pemerintahan.

e. Ilmu pemerintahan mengajarkan bagaimana melaksanaan

pemerintahan secara efektif dan efisien, mulai dari pemerintahan

tertinggi sampai pemerintahan desa/kelurahan.

Ilmu Manajemen Pemerintahan:

a. Obyek materia ilmu manajemen pemerintahan adalah tatakelola

pemerintahan di suatu negara;[35]

b. Obyek forma ilmu manajemen pemerintahan adalah, tata kelola

pemerintahan kepada masyarakat dan pengusaha dalam kaitan

pelayanan dan kewenangan;[36]

c. Metoda yang dipergunakan dalam mempelajari Ilmu Manajemen

Pemerintahan antara lain metode filosopi, metode historis, metode

eksperimen dan metode deskriptif.

d. Ajaran manajemen pemerintahan adalah, ajaran tentang tata kelola

pemerintahan.

e. Ilmu manajemen pemerintahan mengajarkan bagaimana mengatur

dan mengelola pemerintahan secara efektif dan efisien, mulai dari

pemerintahan tertinggi sampai pemerintahan terendah yakni

desa/kelurahan.

Perbedaan ini dapat dilihat dalam Tabel 2.2. Perbedaan Ilmu

Pemerintahan dengan Ilmu Manajemen Pemerintahan.

[35]

Obyek Materia dalam ilmu manajemen pemerintahan adalah permasalahan pemerintahan

di suatu negara, karena obyek pemerintahan, maka akan tumpang tindih dengan disiplin ilmu

lain seperti Hukum, administrasi dan politik. [36]

Objek forma ilmu manajemen pemerintahan pada pengelolaan pemerintahan dalam

melaksanakan pelayanan masyarakat.

Page 29: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

23

TABEL 2.2. PERBEDAAN ILMU PEMERINTAHAN DAN ILMU MANAJEMEN

PEMERINTAHAN

ILMU PEMERINTAHAN

ILMU MANAJEMEN

PEMERINTAHAN

A. PENGERTIAN

Ilmu yang mempelajari tentang kinerja pemerintahan

dalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk

mewujudkan tujuan negara.

B. CIRI KHAS

1. Berkaitan dengan kekuasaan atau kewenangan,

tugas dan fungsi yang sah;

2. Melingkupi kepentingan masyarakat luas;

3. Berkaitan dengan pemberian pelayanan pada

masyarakat luas;

4. Sarat dengan nilai-nilai;

5. Dikembangkan berdasarkan kaidah-kaidah empirik.

C. HAKEKAT

1. Objek materia ilmu pemerintahan adalah

pemerintahan di suatu negara;

2. Objek forma ilmu pemerintahan adalah hubungan

antara penguasa pemerintahan dengan rakyatnya

dalam kaitan kewenangan dan pelayanan;

3. Metode dalam mempelajari Ilmu Pemerintahan

antara lain dengan menggunakan metode filosopi,

metode historis, metode eksperimen dan metode

deskriptif.

4. Ajaran pemerintahan adalah ajaran tentang

kewenangan pemerintahan.

5. Ilmu pemerintahan mengajarkan bagaimana

melaksanaan pemerintahan secara efektif dan efisien

dari pemerintahan tertinggi sampai pemerintahan

terendah yakni desa/kelurahan.

A. PENGERTIAN

Ilmu yang mempelajari tentang proses kegiatan

pengelolaan pemerintahan yang dilakukan oleh

penguasa atau aparatur dalam rangka mencapai

tujuan yang telah ditentukan.

B. CIRI KHAS

1. Berkaitan dengan pengelolaan atau tata kelola

pemerintahan;

2. Melingkupi kepentingan dalam internal dan

eksternal;

3. Berkaitan dengan pemberian pelayanan kepada

semua masyarakat, dan pengusaha (stake

holder).

4. Sarat dengan pelayanan yang diberikan;

5. Dikembangkan dengan kaidah keterbukaan dan

Berdasakan demokrasi.

C. HAKEKAT 1. Objek materia ilmu manajemen pemerintahan

adalah tatakelola pemerintahan di suatu negara;

2. Objek forma ilmu manajemen pemerintahan adalah

tata kelola pemerintahan dalam kaitan pelayanan

kepada masyarakat dan pengusaha dalam kaita

kewenangan;

3. Metode dalam mempelajari Ilmu Manajemen

Pemerintahan antara lain dengan menggunakan

metode filosopi, metode historis, metode

eksperimen dan metode deskriptif.

4. Ajaran manajemen pemerintahan adalah ajaran

tentang tatakelola pemerintahan.

5. Ilmu manajemen pemerintahan mengajarkan

bagaimana mengatur, dan mengelola

pemerintahan secara efektif dan efisien dari

pemerintahan tertinggi sampai pemerintahan

desa/kelurahan.

Ӂ ӁӁӁӁ

Page 30: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

24

MATERI, FUNGSI DAN METODOLOGI

ILMU MANAJEMEN PEMERINTAHAN

3.1. Materi Ilmu Manajemen Pemerintahan Materi yang dipelajari ilmu manajemen pemerintahan sangat luas dan

mungkin juga tumpang tindih dengan ilmu-ilmu sosial lain, sama halnya

dengan ruang lingkup di atas. Karena yang dipelajari adalah unsur

pemerintahan, meski yang diteliti lebih mendalam mengenai tata kelola

pemerintahan, tetapi faktanya unsur pemerintahan termasuk di dalamnya.

Sekalipun demikian, tetap harus ada pembedanya. Dalam hal ini, penulis

mengungkapkan materi-materi yang dipelajari ilmu manajemen pemerintahan

antara lain:

1. Filsafat Pemerintahan;

2. Asal mula terjadinya pemerintahan;

3. Tata kelola pemerintahan;

4. Bentuk-bentuk manajemen pemerintahan;

5. Asas-asas manajemen pemerintahan;

6. Hubunganantara pemerintah dengan yang diperintah;

7. Mekanisme pemerintahan;

8. Kepemimpinan pemerintahan;

9. Fungsi-fungsi pemerintahan;

10. Kegiatan atau proses memerintah;

11. Pertanggung jawaban anggaran pemerintahan;

12. Kegiatan atau proses kenegaraan;

13. Aparatur atau pelaksana pemerintahan yang dibebani tugas-tugas untuk

memerintah;

14. Tata cara, metode atau sistem hubungan antara pemerintah dengan

masyarakat dan pengusaha;

15. Etika dan menjalankan pemerintahan;

16. Hubungan antara pemerintahan pusat dan dan daerah dan lain-lain.

3.2. Fungsi Manajemen Pemerintah Telah dipaparkan bahwa manajemen pemerintahan merupakan suatu

kegiatan “tata kelola” pemerintahan yang dilakukan pejabat, pengelola atau

pelaksana pemerintahan. Dalam buku ini, pejabat, pengelola atau pelaksana

pemerintahan disebut “aparatur”. Dengan kata lain, aparatur adalah pejabat,

pengelola, atau pelaksana yang ”duduk” atau bekerja di lembaga

pemerintahan dari suatu negara.

Mengacu pada kriteria di atas, kegiatan manajemen pemerintahan

sebenarnya merupakan kegiatan yang dilakukan oleh aparatur di lembaga

BAB 3

Page 31: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

25

pemerintahan atau lembaga negara. Dalam karya ilmiah ini ”lembaga negara

adalah lembaga pemerintah”. Meskipun sebenarnya berbeda, karena lingkup

manajemen pemerintah sangat luas, maka akan sangat sulit untuk

memberikan pengertian yang berbeda tentang kedua lembaga ini. Karena itu,

untuk memudahkan pembahasan lebih lanjut, ”lembaga pemerintah”

diartikan juga ”lembaga negara”. Istilah ini akan dipakai saling bergantian,

yang memiliki makna sama.

Negara merupakan suatu organisasi kekuasaan yang dilaksanakan oleh

pelaksana pemerintahan. Negara, menurut Undang-Undang Dasar 1945

”melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia dengan berdasarkan atas persatuan dengan mewujudkan

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.[37] Pengertian negara dalam

pembukaan Undang-Undang dasar 1945 adalah, mempersatukan dan

melindungi segenap bangsa Indonesia. Dengan demikian, negara wajib

mencegah segala perpecahan yang diakibatkan perbedaan ras, suku/golongan

dan agama. Negara harus mampu mempersatukan rakyatnya. Pandangan yang

dikemukakan Machavelli menyatakan, “semua negara dan wilayah

kekuasaan tempat umat manusia bernaung berbentuk suatu negara

republik atau suatu kerajaan.[38] Negara dalam arti dapat menjamin

kehidupan warga rakyatnya, yaitu tempat bernaung atau berlindung.

Tujuannya, menjadikan negara sebagai tempat bernaung dalam mewujudkan

kedamaian bagi semua warganya. Semua rakyat yang secara keseluruhan

hidup dalam suatu negara, selalu menginginkan suatu kehidupan tenang,

tentram, damai dan sejahtera. Negara dituntut mewujudkan keadilan seosial

bagi seluruh rakyat.[39]

Hal tersebut bisa dicapai apabila aparatur mampu menciptakan

manajemen pemerintahan yang baik. Dengan demikian seyogyanya semua

tindakan aparatur harus mengarah pada upaya menciptakan kehidupan

warganya yang lebih baik. Kebijakan yang dihasilkan oleh aparatur harus

mengarah kepada perwujudan ketertiban, kenyamanan, kedamaian dan

kesejahtraan bagi kehidupan rakyatnya.

Sementara itu, peranan manajemen pemerintahan sangat penting dalam

arti melaksanakan tugas mengelola atau menyelenggarakan pemerintahan

yang baik, transparan dan akuntabel. Dengan kata lain, mewujudkan suatu

pelaksanaan pemerintahan yang tertib, efektif dan efisiensi sehingga tercipta

kehidupan rakyat yang damai. Damai dalam arti, setiap orang bisa merasakan

kedamaian dan ketenteraman dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat

yang tidak terusik oleh rasa takut, seperti teror, pemaksaan hak dari kelompok

mayoritas kepada kelompok minoritas, dan lain sebagainya.

Sebagian besar dari keinginan rakyat adalah, aparatur dapat

mewujudkan kedamaian dalam kehidupan rakyatnya. Kedamaian dapat

terwujud jika aparatur pemerintah mampu melaksanakan manajemen

pemerintahan yang konsisten. Dalam konteks ini, pemerintah dituntut

menjamin dan menciptakan kedamaian bagi rakyatnya melalui berbagi

[37]

Loc.cit. Undang-Undang Dasar. [38]

Lihat Noccolo Machiavelli, Il Principle, diterjemahkan Sang Penguasa, Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta, 2002. hal.5. [39]

Loc. cit.Undang-Undang Dasar.

Page 32: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

26

peraturan dan tindakan yang sesaui dengan kewenangannya. Terjadinya

kerusuhan etnik di Ambon,[40] dan Poso di Indonesia Timur, antara lain karena

pemerintah tidak mampu menciptakan perdamaian.

Aparatur pemerintah diharapkan dapat membangun

sinergi/kesepakatan antara pemerintah dan rakyatnya, dengan cara

mengeluarkan berbagai peraturan yang dapat menciptakan kehidupan lebih

baik bagi rakyat. Aparatur pemerintah juga seyogyanya mampu melaksanakan

menajemen pemerintahan yang dapat memotivasi warganya untuk

berpartisipasi atau sumbang saran dalam membangun manajemen

pemerintahan yang lebih baik. Dalam konteks ini, manajemen pemerintahan

harus dapat menyelaraskan keanekaragaman dalam kepentingan, kebutuhan

dan perilaku warga negaranya.

Untuk menciptakan kehidupan yang wajar tanpa pemaksaan dari

golongan mayoritas ditengah-tengah alam demokrasi, aparatur pemerintah

diharuskan memberi jaminan kepada rakyatnya, terutama dalam bentuk

peraturan dan hukum perundangan. Dengan demikian, menjadi kewajiban

aparatur pemerintah untuk membentuk hukum yang adil dan melakukan

penegakkan hukum (law enforcement) demi terciptanya keadilan dan rasa

aman bagi semua rakyatnya.

Manajemen pemerintahan muncul dari berbagai fungsi pemerintahan

dalam rangka melaksanakan pemerintahan untuk kepentingan rakyatnya sesuai

fungsi negara. Untuk memudahkan aparatur dalam menjalankan manajemen

pemerintahan atau tugas negara, aparatur perlu memahami fungsi negara

sebagaimana yang diinginkan oleh semua warga negaranya. Fungsi negara

menurut Borre and Michael Goldsmith adalah:[41]

1. Berkaitan dengan pertahanan, yakni melindungi dan mengembangkan

wilayah negara.

2. Berkaitan dengan keamanan internal, yakni penegakkan hukum.

3. Peningkatan kesejahteraan penduduk.

4. Pemeliharaan legitimasi ideologi dan simbolik.

Dengan berbagai fungsi tersebut, maka penulis menyatakan bahwa

bidang manajemen pemerintahan memiliki fungsi besar terhadap kegiatan

pemerintah atau kegiatan negara, dan mempunyai pengaruh sangat besar

terhadap kegiatan warga negaranya. Fungsi manajemen pemerintahan akan

terus berkembang sejalan dengan perkembangan pemikiran para pakar dan

praktisi.Menurut penulis, fungsi manajemen pemerintahan dapat dikategorikan

antara lain sebagai berikut:

1. Manajemen Pemerintahan berarti membuat keputusan-keputusan,

mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai monitoring atau evaluasi

[40]

Perpecahan kerusuhan atau perang saudara di Ambon Maluku yang menimbulkan kurban

(jiwa) yang meninggal sangat banyak dan kerugian lainnya (materi) yang tidak bisa dihitung

oleh uang, merupakan konflik yang sangat menyedihkan. Konflik Ambon yang dimulai bulan

Januari 1999 sampai buku ini ditulis (2008) masih terus berlangsung dengan selang-seling

beberapa moratorium usaha rekonsiliasi sudah dicoba dilakukan, dan pernah reda tetapi

guncang kembali sampai sulit penyelesaiannya. [41]

Ole Borre & Elinor Scabrouch, The Scope of Government. Oxford Unioversity Press.

1998. P.1-2.

Page 33: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

27

tentang tata kelola pemerintahan, baik yang dilakukan pemerintah

pusat maupun pemerintah daerah.

2. Manajemen Pemerintahan berarti membuat kebijakan-kebijakan

tentang hubungan yang mengikat antara pemerintahan, baik

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

3. Manajemen pemerintahan berarti menetapkan kebijakan-kebijakan

kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat dan pengusaha untuk

meningkatkan kesejahteraan rakyat.

4. Manajemen pemerintahan berarti menetapkan kebijakan untuk

meningkatkan kesejahteraan rakyat.

5. Manajemen Pemerintah berarti melaksanakan kekuasaan

pemerintahan, baik sebagai pimpinan negara, pemerintahan, maupun

lembaga-lembaga tinggi negara.

6. Manajemen Pemerintahan berarti melaksanakan pertanggungjawaban

penggunaan anggaran secara berkala.

7. Manajemen pemerintahan berarti melaksanakan LAKIP (Laporan

Akuntabilitas Kenerja Instansi Pemerintah) setiap akhir tahun

anggaran.

8. Manajemen Pemerintahan berarti meleksanakan program dan kegiatan

tahunan yang ditugaskan.

9. Manajemen pemerintahan berarti menentukan standar palayanan yang

wajib dilaksanakan di bidang tata kelola pemerintahan.

10. Manajemen pemerintahan berarti menetapkan kinerja penentuan dan

perubahan tata kelola pemerintahan.

11. Manajemen pemerintahan berarti menyusun rencana nasional secara

makro bidang tata kelola pemerintahan.

12. Manajemen pemerintahan berarti menetapkan persyaratan jabatan bagi

calon yang akan menempati jabatan di bidang pemerintahan.

13. Manajemen pemerintahan berarti melakukan pembinaan dan

pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi

kelembagaan, pemberian pedoman/bimbingan, pelatihan, arahan dan

supervisi bidang tata kelola pemerintahan.

14. Manajemen pemerintahan berarti pengaturan penetapan perjanjian atau

persetujuan internasional yang disyahkan atas nama negara bidang tata

kelola pemerintahan.

15. Manajemen pemerintahan berarti penetapan standar pemberian ijin

untuk investor yang akan menanamkan modalnya.

16. Manajemen pemerintahan berarti pengaturan sistem kelembagaan

perekonomian negara.

17. Manajemen pemerintahan berarti penyelesaian perselisihan antar

provinsi di bidang administrasi atau perbatasan daerah.

18. Manajemen pemerintahan berarti penetapan pedoman perencanaan,

pengembangan, pengawasan dan pengendalian bidang tata kelola

pemerintahan.

19. Manajemen pemerintahan berarti penyelengaraan hubungan kerja di

bidang tata kelola pemerintahan antar instansi.

Page 34: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

28

3.3. Metodologi Ilmu Manajemen Pemerintahan Kata metodologi berasal dari kata method dan logy. Sedangkan kata

”method” berasal dari bahasa Yunani ”methodos”. Dalam bahasa Belanda

disebutkan ”methode”. Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut ”method”

yang berasal dari bahasa Yunani. Methodos terdiri dari dua suku kata ”meta”

artinya ”dengan” dalam bahasa Indonesia, sedangkan ”hodos” artinya jalan.

Metodhos dapat diartikan sebagai jalan ke arah ilmu atau dengan kata lain

”cara bekerja untuk memperoleh ilmu”. Metodologi Ilmu Manajemen Pemerintahan adalah, menjelaskan cara

bekerjanya untuk memperoleh pengakuan sebagai suatu ilmu. Metodologi

ilmu manajemen pemerintahan adalah menjelaskan semua permasalahan

tentang ilmu, yakni menjelaskan cara bekerjanya, sistematisnya dan bangunan

ilmu manajemen pemerintahan. Metodologi ilmu manajemen pemerintahan

juga menjelaskan tentang cara atau jalan memperoleh ilmu manajemen

pemerintahan, yang dijelaskan adalah cara kerjanya, sistematisnya, cara

membangun atau cara memperoleh ilmu manajemen pemerintahan. Peran

metodologi ilmu manajemen ditafsirkan dalam dua proses, yakni:

1. Proses Berpikir adalah langkah atau cara berpikir dalam

mengungkapkan suatu ilmu manajemen pemerintahan. Melalui proses

pemikiran yang terus-menerus dan berkembang, dapat diperoleh ilmu

manajemen pemerintahan. Dalam proses ini menggunakan dua sistem,

yaitu:

a. Induktif Empiris berdasarkan ”latar belakang” pengalaman

seseorang sebagai titik tolak pemikiran. Latar belakang

pengalaman kerja seseorang dapat menyimpulkan pengertian-

pengertian abstrak yang dapat dipakai sebagai acuan, atau dengan

kata lain seseorang tersebut dapat menarik kesimpulan yang

bersifat umum dari kasus individual. Contohnya, seseorang yang

mempunyai pengalaman kerja di bidang Sumber Daya Air, akan

dapat menyimpulkan secara umum tentang sumber daya air. Atau,

seseorang yang bekerja di bidang kepegawaian, dapat

menyimpulkan tentang Manajemen Sumber Daya Manusia. Ini

berlaku juga bagi seseorang yang bekerja di bidang birokrasi

pemerintahan yang mau mendalami ilmu manajemen

pemerintahan, sehingga dapat menyimpulkan manajemen

pemerintahan.

b. Deduktif Spekulatif adalah memakai ”gagasan” sebagai titik tolak

pemikiran. Dari gagasan yang berkembang dalam diri seseorang,

kita dapat menyimpulkan hal-hal yang konkrit. Dengan kata lain,

kita dapat menarik kesimpulan yang bersifat individual dari

pernyataan yang bersifat umum. Metodologi dalam ilmu

manajemen pemerintahan dapat dilakukan dengan cara: (1)

Diskripsi (description), yakni penjelasan dari substansi tata kelola

pemerintahan yang menjadi obyek dari metodologi yang diuraikan

secara sistematis. (2) Analisis (Analysis), yakni penguraian dalam

arti bahan manajemen pemerintahan aktivitas tertentu. (3) Evaluasi

(evaluation), yakni penilaian dari substansi tersebut yang

kemudian diklasifikasikan, lalu dipilah-pilah mana yang prinsip

dan mana yang tidak prinsip. Cara evaluasi dapat digunakan oleh

induktif empiris maupun deduktif spekulasi.

Page 35: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

29

2. Proses Materi adalah yang berkenaan dengan bahan atau sarana,

yakni terdiri dari :

a. Cara menghimpun bahan atau materi yang akan diperoleh dengan

menggunakan sampling, survey dan penelitian. Yang dimaksud

sampling adalah, menyelidiki sebagian dari sampel. Contohnya,

jika kita ingin menyelidiki tingkat KKN di Dewan Perwakilan

Rakyat Indonesia, maka kita tidak perlu menyelidiki seluruh

anggota DPR, tetapi cukup mengambil beberapa sampling kasus

yang muncul di permukaan, atau atas pengaduan masyarakat.

Dengan demikian, harus ditetapkan sampling mana yang

refresentatif dan asli, atau materi KKN mana yang dapat

dipertanggungjawabkan dalam penyelidikan dan materi mana

yang asal-asalan sehingga tak bisa dipertanggungjawabkan.

Sedangkan survey penelitian lapangan, bersifat tidak mendalam.

Dan, yang dimaksud dengan penelitian adalah penyelidikan yang

mendalam sampai menemukan akar-akar permasalahannya.

b. Peralatan atau sarana-prasarana yang digunakan dalam

penyelidikan seperti laboratorium dan lainnya.

Model Metodologi Ilmu Manajemen Pemerintahan Manajemen Pemerintahan sebagai ilmu, memiliki model metodologi

yang dapat digunakan. Model motodologi tersebut antara lain:

1. Metodologi Teoritis, yaitu metodologi yang menggunakan ilmu

dengan teori dan dalil, serta mengandung pengertian pendidikan secara

teoritis. Metodologi ini mengandalkan ilmu yang bertujuan atau

diarahkan untuk menyejahterakan manusia secara berkesinambungan.

Metodologi ini sangat bermanfaat bagi Manajemen Pemerintahan

untuk menghasilkan teori dan pemahaman yang lebih baik, sehingga

dapat dipakai untuk menjalan tugas pemerintahan dan tugas

pembangunan yang lebih efektif dan efisien.

2. Metodologi Yuridis: Metodologi yang menggunakan dasar hukum atau

perundangan yang didasarkan dogmatis, serta menolak setiap bahan

yang berada di luar logika. Caranya, menjadikan peraturan

perundangan yang berlaku sebagai titik tolak pemikiran, dan kemudian

disusun menjadi suatu pengertian umum. Dengan demikian, karena

berdasarkan dogma atau pengertian umum, setiap tata kelola

pemerintahan akan mengacu pada peraturan perundangan yang

berlaku. Metodologi seperti ini disebut juga sebagai metodologi yuridis

dogmatis.

3. Metodologi Fenomenologis: Metoda yang digunakan sehubungan

dengan perkembangan kesadaran dan pengenalan diri sendiri.

Metodologi ini dapat dipakai untuk memahami ilmu manajemen

pemerintahan secara baik.

4. Metodologi Fraxeology: Metodologi yang digunakan untuk

menentukan, menguji, mengoreksi dan mengembangkan diri sehingga

terus menerus berfungsi efektif dan efisien.

5. Metoda Komparatif (Perbandingan): Pengertian komparatif bersifat

melakukan perbandingan, terkandung adanya unsur yang sama dan

adanya unsur berbeda. Ilmu manajemen pemerintahan, akan lebih

mudah dipelajari jika menggunakan pendekatan institusional. Pada

Page 36: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

30

dasarnya, ilmu manajemen pemerintah adalah mempelajari kegiatan di

lembaga-lembaga pemerintahan yang formal dan kompleks.

Perbandingan Manajemen Pemerintahan dapat dilakukan dengan

melihat berbagai aspek berikut:

a. Tugas dan fungsi organisasi pada suatu lembaga pemerintahan.

b. Kedudukan & kewenangannya.

c. Bentuk organisasinya.

d. Kualitas dan kuantitas sumber daya aparatur.

e. Kinerjanya.

f. Metode pertanggungjawaban, misalnya LAKIP.

g. Bentuk pengawasan.

6. Metodologi Legalistik: Metodologi yang digunakan dengan

pendekatan kekuasaan atau kewenangan yang sah. Metoda ini dapat

dipakai untuk penelitian tata kelola pemerintahan yang dilakukan

penguasa sebagai pemegang kekuasaan, kewenangan, atau jabatan

yang sah menggunakan legalitas. Jadi, kegiatan manajemen

pemerintahan selalu berkaitan dengan peraturan perundangan yang

legal. Pendekatan seperti ini dapat dipahami sebagai pendekatan

legalitas formal, dalam arti menggunakan rujukan berbagai peraturan

perundangan yang berlaku dan digunakan dalam menjalankan tugas

tata kelola pemerintahan pada saat:

a. Membuat kebijakan-kebijakan yang akan dipergunakan dalam

melaksanakan tugas.

b. Memberikan pelayanan kepada masyarakat dan pengusaha (stake

holder) yang diperlukan.

c. Menegakkan peraturan perundangan.

Pada saat menggunakan pendekatan legalistik, kajian ilmu manajemen

pemerintahan dapat meminjam berbagai teori, paradigma, konsep dan

definisi yang digunakan ilmu hukum.

7. Metodologi Studi Sejarah: Metodologi yang menggunakan studi

sejarah adalah metodologi berbasis analisis terhadap kejadian-kejadian

masa lalu. Manajemen pemerintahan adalah kegiatan tata kelola

pemerintahan yang berkelanjutan dan terus-menerus mengalami

perubahan, secara evolusi maupun revolusi. Karena perubahan

manajemen pemerintahan dapat mengikuti tiga kecenderungan, yaitu

linier, siklus dan spiral, maka untuk memahami manajemen

pemerintahan ini, dapat pula digunakan studi sejarah. Secara umum,

sistem sosial dapat pula dipahami melalui dua model, yakni model

sinkronis dan model diakronis. Model sinkronis menggambarkan

masyarakat sebagai sebuah sistem yang terdiri dari struktur dan

bagiannya. Pendekatan struktural dan fungsional dalam ilmu social,

merujuk pada model sinkronis ini. Sedangkan model diakronis, lebih

mengutamakan memanjangnya lukisan berdimensi waktu, dengan

sedikit luasan ruangan. Melihat karakteristiknya, ilmu manajemen

pemerintahan lebih banyak merujuk pada model sinkronis, meskipun

sangat terbuka kemungkinan untuk menggunakan model diakronis.

8. Metodologi Paradigma: Metodologi Paradigma adalah metodologi

untuk memahami gejala manajemen pemerintahan dengan

menggunakan pendekatan sosial. Istilah paradigma mula-mula

dikembangkan oleh sosiolog Robert K. Merton. ”A paradigm is a

Page 37: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

31

compact outline of the major concepts, assumption, procedures,

propositions, and problems of substantive area or a theoretical

approach in sociological analisys”.[42] Penggunaan paradigma

kemudian dipopulerkan oleh Thomas Kuhn dalam bukunya berjudul

“The Strucrture of Scientific Revolutions”. Beberapa buku yang

menggunakan paradigma sebagai pendekatan teoritis berkaitan dengan

gejala pemerintahan, misalnya:

a. Osborne, David and Ted Gaebler, dengan bukunya Reinvernting

Government-How the Entrepreneurial Spirit is Transformming

the Public Sector. A Willam Patrick Book. USA. 1992.

Osborne dan Gaebler menawarkan paradigma REGOM sebagai

antitesis dari paradigma birokrasi yang dikembangkan oleh Max

Weber. Intinya adalah, pembaharuan manajemen pemerintahan

dengan menggunakan sepuluh prinsip yang dipadukan dengan

lima strategi yakni: the Core Strategy, the consequences

strategy, the customer strategy, the control strategy and the

culture strategy.

b. Barzelay, Michael, dengan bukunya “Breaking Through

Bureaucracy – A New Vision for Managing in Government.” University of California Press, USA. Barzelay (1992),

bekerjasama dengan Babrak Armani menawarkan paradigma

Pasca Birokrasi (Post-Bureaucratic Paradigm), yang intinya

mempengaruhi visi dalam mengelola pemerintahan.

c. Ingraham. Patricia W, Barbara S. Romzek and Associates.

Dalam bukunya “New Paradigma for Government – Issues for

the Changing Public Service.” Jossey-Bass Publisher San

Fransisco, 1994. Ingraham dan Romzek menawarkan konsep

pengelolaan pemerintahan baru yang disebutnya paradigma

HOLLO-STATE, di mana pekerjaan pemerintah akan lebih

banyak dikontrakkan keluar (contracting out). Aparat pemerintah

hanya menangani urusan yang benar-benar bersifat esensial.

d. Neil Garton, dengan bukunya “Bureaucracy: Three

Paradigma”. Kluwer Academi Publisher. USA 1993

mengemukakan tiga paradigma birokrasi, yaitu: Neoklasikal,

Marxis dan Institusionalis. Lihat Gambar 3.1. Metodologi Ilmu

Manajemen Pemerintahan di bawah ini.

[42]

Robert K. Merton, (December 1936). "The Unanticipated Consequences of Purposive

Social Action". American Sociological Review. 1 (6): 894–904. doi:10.2307/ 2084615.

ISSN 0003-1224. JSTOR 2084615

.

Page 38: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

32

GAMBAR 3.1. METODOLOGI ILMU MANAJEMEN PEMERINTAHAN

oleh Budi Supriyatno

Ӂ ӁӁӁӁ

METODOLOGI TEORITIS

METODOLOGI

SEJARAH

METODOLOGI

TEORITIS

METODOLOGI YURIDIS

METODOLOGI

FENOMENOLOGI

METODOLOGI

FRAXEOLOGI

METODOLOGI

KOMPARATIF

METODOLOGI

LEGALISTIK

METODOLOGI

PARADIGMA

METODOLOGI ILMU

MANAJEMEN

PEMERINTAHAN

Page 39: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

33

HUBUNGAN DAN POSISI

ILMU MANAJEMEN PEMERINTAHAN

4.1. Hubungan Ilmu Manajemen Pemerintahan dengan Ilmu

Lain

Sebagai ilmu, manajemen pemerintahan tidak lepas dari ikatan dengan

ilmu-ilmu sosial lain. Terdapat keterkaitan yang erat antara ilmu manajemen

pemerintahan dengan ilmu-ilmu lain. Ilmu-ilmu sosial yang erat kaitannya

dengan ilmu manajemen pemerintahan adalah:

a. Ilmu Sejarah, yaitu cabang ilmu yang mempelajari peristiwa masa

lampau. Paradigma pakar sejarah adalah, selalu meneropong kejadian

masa lalu, dan ini menjadi substansi atau lahan garapannya. Sedangkan

pakar ilmu manajemen pemerintahan melihat masa sekarang dan masa

depan. Namun, ilmu sejarah dapat digunakan sebagai pola untuk

membantu memproyeksikan tata kelola pemerintahan yang lebih baik ke

depan.

b. Ilmu Pemerintahan, yaitu cabang ilmu yang mempelajari tentang cara

bagaimana lembaga pemerintah disusun dan dapat berfungsi secara baik.

Pakar ilmu pemerintahan menekankan lembaga pemerintah agar dapat

berfungsi sebagaimana layaknya. Sedangkan pakar ilmu manajemen

pemerintah mengatakan, ilmu manajemen pemerintahan merupakan inti

dari ilmu pemerintahan yang menjalankan tata kelola pemerintahan. Ilmu

Pemerintahan dapat dipakai sebagai alat untuk melaksanakan tata kelola

pemerintahan yang lebih efektif dan efisien.

c. Ilmu Politik, yaitu suatu ilmu yang mempelajari kekuatan, kekuasaan

dan manuver-manuver politik dalam pemerintahan. Pakar ilmu politik

menekankan pada kekuatan dan manuver politik untuk mendapatkan

kekuasaan. Sedangkan ilmu manajemen pemerintahan menekankan pada

kekuasaan dalam menjalankan tata kelola pemerintahan yang dijalankan

para penguasa. Ilmu politik dapat digunakan untuk menjalankan tata

kelola pemerintahan yang lebih transparan.

d. Ilmu Sosiologi, yaitu cabang ilmu yang mempelajari tata cara

bermasyarakat. Pakar ilmu sosiologi menekankan tata cara hubungan

masyarakat dengan masyarakat dan hubungan masyarakat dengan

lembaga pemerintahan/lembaga-lembaga lain. Pakar ilmu manajemen

pemerintahan menekankan tata kelola pemerintahan untuk kepentingan

masyarakat dan bangsa. Ilmu sosiologi dapat digunakan untuk

mengembangkan tata kelola pemerintahan yang lebih baik sehingga

BAB 4

Page 40: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

34

mampu meningkatkan hubungan masyarakat dengan pemerintah demi

terciptanya peningkatan kesejahteraan.

e. Ilmu Antropologi, yaitu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari

perilaku individu di masyarakat. Manusia merupakan unsur terpenting

suatu organisasi dalam upaya mencapai tujuan. Pakar ilmu antrologi

menekankan pada perilaku individu di masyarakat. Sedangkan pakar

ilmu manajemen pemerintahan menekankan tata kelola pemerintahan

untuk kepentingan individu dan masyarakat untuk meningkatkan

kedamaian. Ilmu antropologi dapat digunakan untuk mengembangkan

tata kelola pemerintahan lebih baik yang mampu meningkatkan

kedamaian di masyarakat.

f. Ilmu Ethnologi, yaitu ilmu yang mempelajari sifat, kebudayaan dan

adat-istiadat suatu bangsa. Pakar ilmu etnologi menekankan pada sifat,

kebudayaan dan adat isitiadat dalam masyarakat dan suatu bangsa.

Sedangkan pakar ilmu manajemen pemerintahan menekankan pada tata

kelola pemerintahan yang baik harus memperhatikan sifat, kebudayaan

dan adat istiadat dalam masyarakat dan bangsa. Ilmu etnologi dapat

digunakan untuk membentuk tata kelola pemerintahan dengan

mempertimbangkan kebudayaan, adat istiadat dalam masyarakat dan

bangsa. Hal ini perlu diketahui para pakar ilmu manajemen

pemerintahan, terutama mereka yang berkecimpung dalam kegiatan

hubungan internasional. Dengan memahami sifat, kepribadian,

kelemahan-kelemahan dan temperamen bangsa lain, akan memudahkan

pergaulan dengan dunia internasional.

g. Ilmu Hukum, yaitu ilmu yang mempelajari peraturan perundang-

undangan atau aturan hukum untuk kepentingan masyarakat dan

lembaga pemerintahan maupun swasta. Pakar ilmu hukum menekankan

pada aturan atau perundang-undangan untuk kepentingan masyarakat

dan bangsa. Sedangkan pakar ilmu manajemen pemerintahan

menekankan pada tata kelola pemerintahan harus sesuai dengan aturan

hukum yang berlaku. Ilmu hukum dapat dipakai sebagai alat untuk

menjalankan tata kelola pemerintahan yang lebih efektif dan efisien.

h. Ilmu Manajemen Informasi, yaitu ilmu yang mempelajari perhitungan-

perhitungan yang merujuk pada data akurat. Pakar ilmu manajemen

informasi menekankan pada perhitungan program dan database yang

lebih akurat. Sedangkan pakar ilmu manajemen pemerintahan

menekankan tata kelola pemerintahan yang baik harus didukung

perhitungan dan database akurat. Ilmu manajemen informasi dapat

dipakai sebagai alat untuk melaksanakan tata kelola pemerintahan

dengan dukungan data yang akurat.

i. Ilmu Ekonomi, yaitu ilmu yang mempelajari pertumbuhan

perekonomian masyarakat dan bangsa. Pakar ilmu ekonomi menekankan

peningkatan kemampuan perekonomian masyarakat dan bangsa.

Sedangkan pakar ilmu manajemen pemerintahan menekankan tata kelola

pemerintahan yang baik perlu didukung perekonomian masyarakat dan

bangsa yang baik pula. Ilmu ekonomi dapat dipakai sebagai alat untuk

menjalankan tata kelola pemerintahan yang baik, didukung oleh

kemampuan ekonomi masyarakat dan pemerintah.

Seyogyanya, seorang pakar ilmu manajemen pemerintahan yang baik,

paling sedikit harus memiliki pengetahuan dasar ilmu-ilmu tersebut. Dengan

Page 41: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

35

memiliki pengetahuan ilmu-ilmu ini, seorang pakar ilmu manajemen akan

mempunyai paradigma yang lebih baik. Dia akan memiliki lebih banyak

sarana untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dan kemungkinan

besar dapat menyelesaikan masalah dengan lebih baik pula.

4.2. Posisi Ilmu Manajemen Pemerintahan

Dalam membahas posisi ilmu manajemen pemerintahan, perlu dipahami

hakekat manajemen pemerintahan secara detil, sehingga dapat diketahui letak

atau posisi ilmu manajemen pemerintahan di cabang suatu disiplin ilmu, dan

bagaimana ilmu manajemen pemerintah dapat menjadi disiplin ilmu sendiri.

Sesungguhnya, yang menjadi dasar pembentukan ilmu manajemen

pemerintahan adalah, hakekat manajemen pemerintahan itu sendiri.

Munculnya ilmu ini merupakan kebutuhan untuk menjawab tantangan yang

semakin rumit dalam tata kelola pemerintahan. Ilmu manajemen pemerintahan

diperlukan oleh lembaga-lembaga pemerintahan, dan dikembangkan di dunia

pendidikan dalam bentuk jurusan atau fakultas di suatu perguruan tinggi.

Dengan demikian, ilmu manajemen pemerintahan akan dapat dilihat sebagai

disiplin ilmu secara utuh.

Sebelumnya, telah telah dibahas bahwa ilmu manajemen pemerintahan

adalah suatu ilmu yang memiliki kegiatan “mengelola” atau “memanejemen”

pemerintahan. Pemerintahan merupakan “authority” dan “power”, sedangkan

manajemen pemerintahan ada di dalam “pemerintahan” dan berperan

mengelola/mengurusi atau memanajemen pemerintahan. Dengan kata lain,

manajemen pemerintah merupakan inti dari pemerintahan.

Manajemen pemerintahan melakukan kegiatan yang bersifat pengurusan,

atau tata kelola pemerintahan. Pada Bab 2 telah disebutkan bahwa ilmu

manajemen pemerintahan merupakan ilmu yang mempelajari proses kegiatan

pengelolaan atau manajemen pemerintahan. Karena bersifat dinamis, ilmu

manajemen pemerintahan akan berkembang sesuai dengan perkembangan

pemerintahan.

Ilmu pemerintahan dan ilmu manajemen pemerintahan merupakan satu

aliran yang sulit dibedakan, karena fokus penyelidikannya sama, yaitu

“pemerintahan”. Namun, antara keduanya tetap ada perbedaan, yaitu ilmu

pemerintahan mempelajari lembaga dan keputusan pemerintahan, sedangkan

ilmu manajemen pemerintahan mempelajari tata kelola pemerintahan yang

dilaksanakan oleh pelaksana atau pejabat yang melakukan atau mengelola

pemerintahan.

Dari perkembangan ilmu pemerintahan inilah lahir ilmu manajemen

pemerintahan yang pada gilirannya dapat diakui keberadaannya sebagai ilmu.

Jadi, ilmu manajemen pemerintahan merupakan sub sistem atau anak cabang

ilmu pemerintahan. Secara umum dapat dikatakan bahwa ilmu manajemen

pemerintahan menekankan pada fungsi “mengelola” atau “manajemen” dari

suatu sistem pemerintahan. Sedangkan ilmu pemerintahan menitik beratkan

pada “keputusan” atau kebijakan. Dengan perkataan lain, ilmu manajemen

pemerintahan lebih mempelajari komponen ‖pengelolaan” atau ”manajemen”

dalam menangani pemerintahan dari suatu sistem pemerintahan. Sedangkan

ilmu pemerintahan, mempelajari komponen lembaga dan ”keputusan”

pemerintahan.

Terdapat hubungan nyata antara ilmu manajemen pemerintahan dan ilmu

pemerintahan, yaitu:

Page 42: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

36

Ilmu manajemen pemerintahan adalah suatu ilmu yang fokus pada

prinsip-prinsip manajemen birokrasi dengan ruang lingkup mulai dari

”mengelola pemerintah” pusat dan pemerintah daerah, bahkan sampai

pada pemerintahan desa dalam menjalankan tugas dan keputusan

pemerintahan dan kebijakan pengelolaan pemerintahan. Juga

menekankan hubungan antara pemerintah pusat dan daerah, serta

hubungan antara departemen dan lembaga non departemen yang

diselenggarakan dalam kerangka birokrasi pemerintahan.

Ilmu pemerintahan fokus pada suatu ilmu yang berfokus ”masalah

organisasi atau lembaga yang tersusun berdasarkan prinsip-prinsip

pemerintahan dengan ruang lingkup mulai dari pengambilan berbagai

keputusan pemerintahan yang bersifat umum sampai bersifat khusus‖.

Keputusan kebijakan pemerintahan yang telah ditetapkan akan

mempunyai dampak besar terhadap perkembangan manajemen

pemerintahan. Sebaliknya, keputusan manajemen pemerintah akan

berpengaruh terhadap pemerintahan. Jadi, posisi ilmu manajemen

pemerintahan merupakan inti dari ilmu pemerintahan.

Sekalipun demikian, jika kita lihat lebih ke belakang lagi, dari lahirnya

filsafat lahirlah ilmu, lalu lahir ilmu sosial. Dari ilmu sosial, lahir ilmu

pemerintahan. Dari ilmu pemerintahan, lahir ilmu manajemen pemerintahan.

Hal ini dapat digambarkan seperti pada Gambar 4.1. Posisi Ilmu Manajemen

Pemerintahan seperti berikut ini:

Gambar 4.2. menunjukkan bahwa adanya ilmu berawal dari filsafat.

Filsafat melahirkan ilmu yang memiliki tiga cabang, yakni Ilmu Sosial,

Eksakta dan Humaniora. Ilmu Eksakta dan Humaniora tidak dibicarakan

karena domain dalam buku ini adalah Ilmu Sosial. Ilmu Sosial selalu dinamis

dan berkembang terus dan melahirkan ilmu pemerintahan. Dari ilmu

pemerintahan, lahirlah Ilmu Manajemen Pemerintahan. Demikian gambaran

posisi ilmu manajemen pemerintahan sebagai cabang ilmu yang mandiri. Lihat

Gambar 4.2. Cabang Ilmu Pemerintahan.

GAMBAR 4.1. POSISI ILMU MANAJEMEN PEMERINTAHAN

oleh Budi Supriyatno

FILSAFAT ILMU ILMU SOSIAL

ILMU MANAJEMEN

PEMERINTAHAN ILMU PEMERINTAHAN

Page 43: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

37

4.3. Faktor-Faktor Lingkungan Ilmu Manajemen Pemerintahan tidak akan berfungsi dalam keadaan

kosong. Proses kegiatan manajemen pemerintahan bertujuan melaksanakan

tata kelola pemerintahan yang tidak lepas dari pengaruh berbagai faktor

lingkungan di sekelilingnya. Dalam tata kelola pemerintahan, selalu ada aturan

atau norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat dan berdampak langsung

terhadap faktor lingkungan. Karena itu, dalam mempelajari dan melaksanakan

asas-asas manajemen pemerintahan dalam kegiatan sehari-hari, faktor-faktor

lingkungan harus selalu diperhatikan secara serius. Faktor-faktor lingkungan

mempunyai peranan yang sangat penting dalam manajemen pemerintahan.

Faktor-faktor lingkungan tersebut antara lain:

1. Ideologi Negara: Ideologi Negara merupakan alat penting dalam

mengikat persatuan dan kesatuan bangsa pada suatu negara. Sementara

itu, manajemen pemerintahan dalam melaksanakan kegiatan tata kelola

GAMBAR 4.2. CABANG ILMU MANAJEMEN PEMERINTAHAN

Oleh Budi Supriyatno

FILSAFAT ILMU

ILMU SOSIAL

ILMU PEMERINTAHAN

ILMU EKSAKTA

HUMANIORA

ILMU ADMINISTRASI

ILMU SOSIAL

IILMU HUKUM

ILMU NEGARA

ILMU EKONOMI

ILMU JIWA

ILMU PARIWISATA

ILMU SEJARAH

ILMU KOMUNIKASI

ILMU ANTROPOLOGI

ILMU AKUNTANSI

ILMU MANAJEMEN

ILMU BUDAYA

ILMU POLITIK

ILMU ETNOLOGI ILMU

MANAJEMEN

PEMERINTAHAN

Page 44: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

38

pemerintahan harus dapat mengimbangi ideologi negara. Artinya,

manajemen pemerintahan harus mampu mengakomodasi idiologi negara

dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan.

2. Perundangan yang berlaku: Perundangan yang berlaku pada suatu

negara Negara merupakan sarana penting dalam menegakkan

kedaulatan rakyat. Sementara itu, manajemen pemerintahan dalam

melaksanakan kegiatan tata kelola pemerintahan harus menyesuaikan

dengan perundangan atau peraturan yang berlaku di suatu negara.

Artinya, manajemen pemerintahan harus mampu menjalankan

perundangan negara dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan.

3. Sistem Pemerintahan yang dianut suatu bangsa: Karena manajemen

pemerintahan merupakan inti dari proses kegiatan pemerintahan, maka

manajemen pemerintahan harus merupakan kelanjutan dari sistem

pemerintahan. Karena itu, manajemen pemerintahan harus seirama

dengan sistem pemerintahan yang ada untuk melaksanakan kegiatan atau

program dalam melayani masyarakat.

4. Sistem Politik yang dianut suatu bangsa: Karena manajemen

pemerintahan merupakan bagian dari politik, maka manajemen

pemerintahan harus merupakan kelanjutan dari sistem politik di suatu

negara. Dalam manajemen pemerintahan, tidak ada sistem politik yang

netral, karena itu manajemen pemerintahan harus seirama dengan sistem

politik negara. Namun, pejabat dan aparatur yang menjalankan

manajemen pemerintahan harus netral dengan artian tidak boleh

berpolitik. Ini bedanya manajemen pemerintahan dengan aparatur

pelaksananya.

5. Visi dan Misi Pemerintahan: Visi dan misi merupakan alat penting

dalam mewujudkan cita-cita. Sementara itu, dalam melaksanakan tugas

tata kelola pemerintahan, manajemen pemerintahan harus

mengakomodasi visi dan misi yang dianut suatu pemerintahan.

6. Sistem Pembangunan: Arah Sistem Pembangunan menentukan apa

yang akan dikerjakan di suatu pemerintahan, yaitu prioritas apa yang

harus disusun dan dilaksanakan, peningkatkan kesejahteraan seperti apa

yang menjadi prioritas pembangunan, bagaimana cara mencapainya, dan

penggunaan sumber daya apa yang akan dimanfaatkan. Dalam

manajemen pemerintahan, sistem pembangunan merupakan bagian dari

manajemen pemerintahan.

7. Strategi Pembangunan: Strategi Pembangunan merupakan langkah-

langkah yang berisikan program-program atau kegiatan indikatif untuk

mewujudkan kesejahteraan rakyat. Dalam manajemen pemerintahan,

strategi pembangunan sangat penting, sehingga manajemen

pemerintahan harus mampu menyelaraskan strategi pembangunan dalam

melaksanakan kegiatannya.

8. Pendidikan Masyarakat: Tingkat pendidikan masyarakat merupakan

faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap penerapan

manajemen pemerintahan. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi

penyampaian informasi dan bimbingan kepada masyarakat. Jika

penyampaian informasi dilakukan tanpa memperhatikan tingkat

pendidikan masyarakat, akan terjadi kemacetan atau tidak efektif,

sehingga informasi tersebut akan sia-sia. Manajemen pemerintahan harus

mangakomodasi tingkat pendidikan masyarakat.

Page 45: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

39

9. Bahasa: Bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting. Dalam

membina kesatuan dan persatuan, bahasa berfungsi sebagai perekat.

Dalam manajemen pemerintahan, bahasa digunakan sebagai sarana

untuk melaksanakan kegiatan.

10. Geografi negara: Pelaksanaan kegiatan manajemen pemerintahan di

suatu negara kepulauan akan berbeda dengan negara daratan yang tidak

terpisahkan oleh lautan. Faktor yang perlu diperhatikan adalah, aspek

transportasi karena pengaruhnya sangat besar. Karena itu, aspek

geografis menjadi hal yang sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan

manajemen pemerintahan. Sedangkan faktor transportasi dalam geografi,

merupakan bagian dari tata kelola pemerintahan.

11. Struktur Masyarakat: Struktur masyarakat menjadi faktor yang sangat

menentukan, karena cara pandang masyarakat miskin, misalnya, akan

berbeda dengan masyarakat kaya terhadap pelaksanaan berbagai

program pembangunan, khususnya terhadap manajemen pemerintahan.

Dengan demikian, kondisi masyarakat menjadi faktor yang sangat

menentukan dalam ruang lingkup manajemen pemerintahan dalam

menjalankan tugas pembangunan dan pemerintahan.

4.4. Kewenangan dan Tanggung Jawab 1. Kewenangan dan hubungan

Kewenangan manajemen pemerintahan dalam membuat dan

melaksanakan keputusan pemerintahan terdiri dari:

a. Kewenangan melaksanakan tata kelola pemerintahan dalam wilayah

negara di mana tata kelola pemerintahan itu dijalankan untuk

kepentingan warga negaranya.

b. Kewenangan tata kelola pemerintahan dalam mengatur dan melayani

warga negaranya di mana seseorang atau sebuah organisasi berbadan

hukum melakukan aktifitasnya.

c. Kewenangan tata kelola pemerintah dalam mengidentifikasi warga

negara di mana seseorang atau organsasi berbadan hukum bertempat

tinggal atau memiliki tempat tinggal.

d. Kewenangan yang melibatkan lintas instansi pemerintah, dilaksanakan

melalui kerjasama antara instansi pemerintah yang terlibat. Instansi

pemerintah yang mempunyai kewenangan untuk membuat dan

melaksanakan keputusan, ditetapkan dalam kerjasama tersebut, kecuali

ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan. Jika kewenangan

yang dimiliki suatu instansi pemerintah telah berakhir, maka dalam

keadaan darurat instansi tersebut hanya dapat membuat keputusan atau

melakukan tindakan manajemen pemerintahan yang bersifat

sementara.

2. Persyaratan Bantuan Antar Instansi

Dalam manajemen pemerintahan, setiap instasi pemerintah wajib memberikan bantuan kedinasan kepada instansi terkait yang meminta bantuan

untuk melaksanakan urusan tertentu, karena kegiatan tata kelola pemerintahan

selalu multi sektor atau melibatkan sektor lain. Contohnya, pembangunan

prasarana jalan tol yang dilakukan Departemen Pekerjaan Umum akan selalu

berhubungan dengan instansi lain seperti Badan Pertanahan Nasional (BPN)

untuk pembebasan tanahnya. Juga akan berhubungan dengan Departemen

Keuangan untuk anggaran yang akan dipergunakannya. Persyaratan yang

Page 46: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

40

diperlukan setiap instansi akan berbeda-beda. Dalam konteks ini, syarat-syarat

bantuan kedinasan meliputi:

a. Adanya alasan kuat bahwa keputusan dan tindakan manajemen

pemerintahan tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Instansi

Pemerintah yang meminta bantuan.

b. Kurangnya tenaga dan fasilitas yang dimiliki oleh suatu Instansi

Pemerintah, sehingga suatu manajemen pemerintahan tidak dapat

dilaksanakan sendiri oleh instansi pemerintahan tersebut.

c. Dalam melaksanakan suatu manajemen pemerintahan, suatu instansi

pemerintah tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk

melaksanakannya sendiri.

d. Jika dalam membuat keputusan dan melakukan kegiatan pelayanan

publik, suatu instansi pemerintahan memerlukan surat keterangan dan

berbagai dokumen dari instansi pemerintah yang lain.

e. Jika manajemen pemerintahan hanya dapat dilaksanakan dengan biaya,

peralatan dan fasilitas yang besar dan tidak dapat ditanggung sendiri

oleh suatu instansi pemerintah.

Jika memerlukan biaya besar, biaya ini menjadi beban instansi

pemerintah yang meminta bantuan instansi lain, dan dapat dipungut melalui

prosedur hukum atau peraturan yang jelas sehingga dapat

dipertanggungjawabkan secara benar. Namun, jika biayanya kecil, tidak akan

dipungut, tergantung kasusnya. Besaran biaya ditetapkan oleh instansi

pemerintah yang memberikan bantuan kedinasan berdasarkan peraturan yang

berlaku dan dapat dipertanggungjawabkan secara benar, sehingga tidak terjadi

KKN.

3. Tanggung Jawab

Tanggung jawab manajemen pemerintahan ada di tangan pejabat atau

aparat pemerintahan, mulai dari pimpinan tertinggi sampai pimpinan terendah,

mulai presiden atau perdana menteri sampai lurah atau kepala desa. Namun,

penyelenggaraan manajemen pemerintahan harus berdasarkan pada prinsip-

prinsip, yaitu kedaulatan berada di tangan rakyat dan prinsip-prinsip negara

hukum.[43]

Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, maka segala bentuk

keputusan dan tindakan aparat atau pejabat pemerintahan akan berlandaskan

kedaulatan rakyat dan hukum dan tidak berlandaskan kekuasaan yang melekat

pada kedudukan aparatur penyelenggara pemerintahan.

Penggunaan kekuasaan dalam manajemen pemerintahan terhadap

individu dan warga negara bukanlah tanpa persyaratan. Individu dan warga

negara tidak dapat diperlakukan sewenang-wenang sebagai obyek. Tindakan

intervensi pemerintahan terhadap individu harus sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang telah dibuat oleh legislatif dan asas-asas umum

manajemen pemerintahan yang baik. Pengawasan terhadap berbagai keputusan

manajemen pemerintahan merupakan pengujian, apakah setiap individu yang

terlibat telah diperlakukan sesuai hukum dan memperlihatkan prinsip-prinsip

perlindungan hukum yang dilakukan secara efektif oleh lembaga

pemerintahan.

[43]

Loc. cit.Undang-Undang Dasar,

Page 47: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

41

Dalam pada itu, sistem, proses dan prosedur penyelenggaraan

manajemen pemerintahan dalam rangka tugas pemerintahan dan tugas

pembangunan, harus diatur oleh peraturan perundang-undangan. Tugas

pemerintahan untuk mewujudkan tujuan negara sangat luas. Begitu luasnya

cakupan tugas-tugas pemerintahan, sehingga diperlukan suatu peraturan yang

mengarahkan penyelenggaraan manajemen pemerintahan sesuai dengan

harapan dan kebutuhan masyarakat, serta membatasi kekuasaan aparatur

dalam menjalankan tugas pemerintahan/tugas pembangunan.

Agar ketentuan penyelenggaraan manajemen pemerintahan tersebut

dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya, diperlukan adanya pengaturan jelas

dalam undang-undang yang menjamin hak-hak dasar warga negara dan untuk

menjamin penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan.

Tugas manajemen pemerintahan secara konkritisasi merupakan norma

hubungan antara pemerintah dan masyarakat yang dilayani. Di mana

pengaturan manajemen pemerintahan adalah elemen yang penting, terutama

jika keputusan-keputusan manajemen pemerintahan dapat diuji melalui

peradilan tata usaha negara (PTUN). Hal ini merupakan nilai-nilai ideal dari

sebuah negara hukum. Karena itu, penyelengaraan manajemen pemerintahan

harus selalu berpihak kepada warga negara dan bukan sebaliknya. Jaminan

dan perwujudan warga negara sebagai subyek dalam sebuah negara hukum,

merupakan perwujudan kedaulatan rakyat.

Kedaulatan warga negara dalam sebuah negara, baik secara

keseluruhan maupun sebagian, tidak dapat terwujud dengan sendirinya.

Pengaturan manajemen dalam sebuah undang-undang akan menjamin bahwa

keputusan manajemen pemerintahan terhadap warganya tidak dapat dilakukan

dengan semena-mena, tetapi berdasarkan ketentuan hukum yang sesuai

dengan undang-undang, sehingga warga negara akan menjadi obyek.

4.5. Asas-Asas Manajemen Pemerintahan Asas-asas umum penyelenggaraan manajemen pemerintahan akan

terus berkembang, sesuai dengan perkembangan dan dinamika masyarakat di

suatu negara. Karena itu, konkritisasi asas ke dalam norma hukum merupakan

upaya mewujudkan penyelenggaraan menajemen pemerintahan yang

berdasarkan asas transparansi, akuntabilitas, kewajiban hukum dan

tanggungjawab atas pelaksanaan tugas penyelenggaraan negara.

Untuk meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik, sekaligus

untuk mengurangi KKN, diperlukan ketentuan peraturan manajemen

pemerintahan sebagai dasar penyelenggaraan manajemen pemerintahan.

Pendekatan untuk mengurangi KKN, harus lebih diarahkan sebagai tindakan

preventif dalam penyelenggaraan manajemen pemerintahan. Tujuannya,

memperbaiki kualitas penyelenggaraan manajemen pemerintahan yang akan

mempengaruhi secara proaktif proses dan prosedur manajemen pemerintahan,

sehingga dapat mencegah terjadinya KKN. Di samping itu, juga dapat

menciptakan aparatur yang semakin baik, transparan, efektif dan efisien.

Dalam konteks di atas, diperlukan instrumen hukum yang secara aktif,

tidak saja memberikan sanksi-sanksi terhadap KKN, tetapi juga secara positif

dapat memperkuat penegakkan hukum dan meningkatkan perlindungan

hukum kepada masyarakat melalui kontrol, serta pemberian kesempatan

pengaduan formal maupun informal.

Page 48: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

42

Pengaturan manajemen pemerintahan pada dasarnya adalah, upaya

membangun prinsip-prinsip pokok, pola pikir, sikap, perilaku, budaya dan

pola tindak yang demokratis, obyektif dan profesional dalam rangka

menciptakan keadilan serta kepastian hukum. Aparatur dalam menjalankan

hak, wewenang, kewajiban dan tanggungjawab melaksanakan tugas

manajemen, perlu memahami asas-asas manajemen pemerintahan. Asas-asas

manajemen pemerintahan yang baik terdiri dari:

1. Asas kepastian hukum: Asas kepastian hukum adalah, asas dalam

negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-

undangan, kepatutan kesinambungan dan keadilan dalam setiap

kebijakan pemerintah.

2. Asas keseimbangan: Asas keseimbangan adalah, asas yang

mewajibkan pejabat pemerintahan menjaga, menjamin dan tidak

membuat keputusan yang diskriminatif agar tetap seimbang.

3. Asas keadilan: Asas keadilan adalah, setiap keputusan penyelengaraan

manajemen pemerintahan harus mencerminkan keadilan secara

proporsional bagi setiap warga negara.

4. Asas kewajaran dan kepatutan: Asas kewajaran dan kepatutan adalah,

asas yang mewajibkan pejabat pemerintahan tidak bertindak

sewenang-wenang, tetapi wajar dan patut untuk dilaksanakan.

5. Asas menepati janji: Asas menepati janji adalah, asas yang

mewajibkan pejabat pemerintahan menepati janjinya yang

menimbulkan pengharapan yang wajar kepada para pemohon

pelayanan dan tindakan yang dibutuhkan dari pemerintahan.

6. Asas meniadakan akibat suatu keputusan yang batal: Asas

meniadakan akibat keputusan yang batal adalah, suatu asas yang

mewajibkan manajemen pemerintah untuk mengambil tindakan segera

untuk mencegah terjadinya akibat dari suatu keputusan yang telah

dibatalkan.

7. Asas perlindungan atas pandangan hidup: Asas perlindungan atas

pandangan hidup adalah, asas yang mewajibkan pejabat pemerintah

menghormati pandangan hidup seseorang atau kelompok, dan

melakukan tindakan serta memberikan pelayanan yang tidak

diskriminatif kepada setiap warga masyarakat.

8. Asas tertib penyelenggaraan manajemen pemerintahan: Asas tertib

penyelenggaraan manajemen pemerintahan adalah, asas yang menjadi

landasan keteraturan, keserasian dan keseimbangan dalam

pengendalian penyelenggaraan manajemen pemerintahan.

9. Asas keterbukaan: Asas keterbukaan adalah, asas melayani

masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak

diskriminatif dalam penyelenggaraan manajemen pemerintahan dengan

tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan

dan rahasia negara.

10. Asas proporsionalitas: Asas proporsionalitas adalah, asas yang

mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban warga negara

yang berkepentingan dalam keputusan atau prilaku pejabat

pemerintahan di satu pihak, serta antara kepentingan warga dan

penyelenggaraan manajemen pemerintahan di lain pihak.

11. Asas profesionalisme: Asas profesionalisme adalah, asas yang

mengutamakan keahlian atau kompetensi aparat pemerintah—sesuai

Page 49: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

43

dengan tugas dan kode etik yang berlaku—dalam mengeluarkan

keputusan manajemen pemerintahan.

12. Asas Akuntabilitas: Asas akuntabilitas adalah, asas yang menentukan

bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan

negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai

pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

13. Asas kepentingan umum: Asas kepentingan umum adalah, asas

mendahulukan kesejahteraan masyarakat dengan cara-cara yang

aspiratif, akomodatif, selektif dan tidak diskriminatif.

14. Asas efisiensi: Asas efisiensi adalah, asas penyelenggaraan manajemen

pemerintahan yang berorientasi pada minimalisasi penggunaaan

sumber daya untuk mencapai hasil kerja terbaik/maksimal.

15. Asas efektifitas: Asas efektifitas adalah, asas penyelenggaraan

manajemen pemerintahan yang berorientasi pada tujuan yang tepat guna

dan berdaya guna.

Ӂ ӁӁӁӁ

Page 50: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

44

SISTEM MANAJEMEN PEMERINTAHAN

DI NEGARA MAJU

Pada bab 4 telah dibahas bagaimana berbagai faktor lingkungan sangat

berpengaruh terhadap sistem manajemen pemerintahan yang diterapkan di

suatu negara. Dengan kata lain, faktor-faktor lingkungan mempunyai peranan

yang sangat penting dalam manajemen pemerintahan. Tingkat pendidikan

masyarakat, misalnya, termasuk faktor lingkungan yang sangat berpengaruh

pada penerapan manajemen pemerintahan. Berbagai negara maju dengan

tingkat pendidikan masyarakat yang relatif tinggi, misalnya, akan memiliki

sistem manajemen pemerintahan yang berbeda dibandingkan sistem

manajemen pemerintahan di negara-negara berkembang (developed

countries). Bahkan sistem manajemen pemerintahan di negara-negara maju

sendiri pun akan saling berbeda, karena pada prinsipnya tidak ada faktor

lingkungan yang sama antara satu negara dengan lainnya.

5.1. Sistem Manajemen Pemerintahan di Amerika Serikat

1. Kekuasaan Dilihat dari etimologi, Amerika Serikat secara umum sering disebut

”the United States of America” dan juga disebut “the United States” yang

sering disingkat dengan berbagai variasi seperti the U.S., the U.S.A., the U.S.

of A., the States dan America. Awalnya, istilah America digunakan oleh

Martin Waldseemuller yang bekerja di Sain-Die-des-Vosges 1507.[44]

Amerika Serikat mendeklarasikan kemerdekaan pada 4 Juli 1778.

Amerika Serikat yang dalam buku ini selanjutnya disebut Amerika

adalah, negara demokrasi terbesar yang menganut sistem pemerintahan

presidentil. Di mana Sistem Manajemen Pemerintahan menganut asas trias

politika, yaitu presiden terpisah dengan badan legislatif. Presiden yang

memimpin lembaga eksekutif, dibantu para menteri. Presiden juga disebut

[44]

The Waldseemuller map (1) (http://bell.lib.umn.edu/ map/WALD/ WALL/ indexww.html)

Labeled North America As ‖terra incognita‖ (closeup (http://bell.lib .umm.edu/

map/WALD/WALL/south.html) The map does not show the continents to be connected.

(closeup (http://bell.lib. Umm.edu /map/ WALD/WALL/lgwall.html).

BAB 5

Page 51: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

45

”Chief Executive”. Presiden memangku jabatan selama 4 (empat) tahun dan

dapat diperpanjang selama dua kali masa jabatannya jika terpilih lagi.

Sistem pemerintahan presidential di Amerika ini bisa menjadi bahan

studi banding bagi negara berkembang yang menggunakan sistem yang sama.

Juga sebagai bahan penelitian bagi ilmuwan di bidang sosial politik, termasuk

di dalamnya manajemen pemerintahan. Mengamati atau mempelajari

manajemen pemerintahan Amerika, akan timbul pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana tata kelola pemerintahan yang menggunakan sistem

presidential?

2. Bagaimana lembaga kepresidenan bekerja?

3. Bagaimana sistem pembagian kekuasaan antara Presiden dengan

berbagai Lembaga lain?

4. Bagaimana peran parlemen?

5. Bagaimana bentuk pemerintah daerahnya/negara bagian?

6. Bagaimana hubungan antara pemerintah federal dengan negara bagian?

7. Organisasi atau lembaga apa saja yang dibentuk dan terlibat?

8. Bagaimana peran aparatur?

9. Bagaimana peran masyarakat, khususnya pers/media dan pengusaha?

Masih banyak lagi pertanyaan dalam mengamati manajemen

pemerintahan di Amerika tersebut? Hal ini dapat dipakai sebagai referensi

manajemen pemerintahan.

Amerika adalah negara federal dengan sistem pemerintahan daerah

yang berbentuk negara-negara bagian. Negara bagian terpisah sama sekali

dengan negara federal, kecuali dalam keamanan negara bersama. Bahkan

negara-negara bagian mempunyai undang-undang sendiri. Namun, undang-

undang tersebut tidak bertentangan dengan negara federal, dan tidak ada rasa

ingin memisahkan diri menjadi negara merdeka. Inilah hebatnya Amerika

yang besar dan multi etnik. Berbeda dengan daerah-daerah di Indonesia, yang

begitu diberi otonomi khusus banyak rakyat ingin memisahkan diri dari

Negara Kesatuan RI (NKRI) dan menyatakan kemerdekaan.

Sistem pemerintahan negara-negara bagian mengikuti sistem Negara

Federal yang juga melaksanakan pemisahan kekuasaan dengan tegas antara

eksekutif, legislatif dan yudikatif. Semua negara bagian harus bercorak

republik dan tidak boleh bertentangan dengan konstitusi. Negara bagian yang

dipimpin seorang walikota, pemerintahannya disebut Country.

Dalam usaha mewujudkan demokrasi yang identik dengan kebebasan

mutlak bagi warga Amerika, tidak mengakibatkan dampak ancaman. Meski

kebebasan manusia ditentukan sendiri, tetapi dalam hal berkehendak bebas

untuk melaksanakan sesuatu masih ada batasnya. Di Amerika yang sekuler,

agama hanya dipegang untuk acara khusus seperti pernikahan, kelahiran,

kematian, dan sebagainya. Tetapi, dalam menentukan peraturan perundang-

undangan, sepanjang tidak bertentangan dan mengganggu orang lain atau

pihak-pihak lain, sudah banyak yang ditinggalkan.

Di Amerika, sistem manajemen pemerintahan secara umum

diterjemahkan sebagai tata kelola pemerintahan secara konstitusional. Artinya,

manajemen pemerintahan dijalankan untuk melayani warga negaranya,

menjaga stabilitas pemerintahan dan mempertahankan martabat

bangsa/negara berdasarkan ketentuan perundangan-undangan. Presiden

Amerika sebagai pemegang ”mandat” menyelenggarakan manajemen

Page 52: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

46

pemerintahan, mempunyai kekuasaan luar biasa, termasuk kewenangan

menyatakan keadaan darurat dan kewenangan di bidang anggaran.

Presiden Amerika dalam menajalankan manajemen pemerintahan juga

mempunyai kekuasaan yang sangat besar, tidak hanya untuk mengusulkan,

tetapi juga menyusun undang-undang, termasuk di dalamnya aturan hukum

turunan seperti keputusan atau peraturan untuk mempermudah pekerjaannya.

Dalam menjalankan manajemen pemerintahan, Presiden Amerika

memegang kekuasaan tertinggi, antara lain:

1. Sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata yang memegang

kekuasaan penuh atas pertahanan nasional untuk menjaga kedaulatan

bangsa dan negara.

2. Sebagai pemegang kendali kebijakan luar negeri, di mana presiden

menjadi diplomat yang menentukan baik buruknya hubungan dengan

negara-negara lain.

3. Sebagai kepala negara yang harus tampil dengan agung dan berwibawa

di berbagai upacara kenegaraan.

4. Sebagai pemimpin partai, presiden wajib mewujudkan watak partai

yang mengantarkannya ke Gedung Putih, menjadi denyut nadi

kebijakan dalam dan luar negeri.

5. Sebagai pemimpin yang dipilih secara langsung oleh rakyat, harus

mampu menjadi bapak bangsa, tempat untuk mengadu,

menggantungkan harapan, dan membangkitkan moral masyarakat.

6. Sebagai kepala eksekutif pemegang kekuasaan darurat, presiden dapat

mengeluarkan sebuah keputusan untuk memveto keputusan yang

dibuat oleh senat atau kongres yang bertentangan dengan keputusan

Presiden.

Di Amerika, konstitusi dipahami sebagai pelaksanaan manajemen

pemerintahan sesuai dengan ketentuan hukum. Artinya, semua kegiatan

manajemen pemerintahan harus berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Dalam praktiknya yang lebih mendasar, untuk menjalankan kebijakan

secara lebih efektif dan efisien, ada organisasi kuat yang memberi dukungan

kepada Presiden.

Dalam pelaksanaannya, manajemen pemerintahan terdiri dari 4

(empat) pilar utama, yaitu:

Pertama, Executive Office of the President (EoP), atau Kantor

Eksekutif Presiden. Dua unsur dari EoP ini adalah, Gedung Putih yang di

dalamnya termasuk Instana Wakil Presiden dan Ibu Negara, serta berbagai

organisasi yang pada prinsipnya berfungsi pada tingkat kebijakan atau

operasional. Gedung Putih dibawahi seorang Kepala Staf yang memimpin

sekitar 25 Assistant to the President (Asisten Presiden), memainkan peranan

penting di bidang urusan protokoler, rumah tangga, sampai kesekretariatan

yang menghubungkan Presiden dengan dunia luar.

Kedua, organisasi yang berfungsi memberi pertimbangan bagi

kebijakan Presiden. Lembaga ini menyandang nomenklatur dewan (Council)

seperti dewan Penasehat Ekonomi, Dewan Keamanan Nasional, Dewan

Kualitas Lingkungan hidup, Dewan kebijakan Dalam Negeri, Dewan Ekonomi

Nasional; kantor (office) seperti Kantor Administrasi, Kantor Pengelolaan dan

Anggaran, kantor Pengendalian Obat bius dan Kantor Ilmu pengetahuan dan

teknologi; dan Badan (Boards, Agency) seperti Badan Penasehat Intelijen luar

Page 53: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

47

negeri. Berbeda dari pilar pertama yang bersifat operasional, pilar kedua ini

lebih dimaksudkan untuk membantu Presiden dalam merumuskan kebijakan.

Ketiga, Kabinet yang terdiri dari para menteri (secretary) pemegang

tanggungjawab fungsional di bidang-bidang tertentu. Kriteria utama

mengapa sesuatu menjadi bidang kerja kabinet dan bukan EoP adalah,

karakternya bersifat nasional, tugasnya berkesinambungan dan kebutuhannya

atas birokrasi untuk melaksanakannya.

Keempat, Badan, komite, atau komisi. Pada umumnya, lembaga ini

dibentuk untuk menangani isu-isu spesifik.

Presiden Amerika boleh saja memiliki partai politik, ideologi, atau

memiliki kecondongan memihak partai, tetapi dalam tradisi Amerika berlaku

etika moralitas kepemimpinan bahwa: “Loyal kepada partai berakhir ketika

loyalitas kepada negara dimulai.”[45] Presiden Amerika adalah simbol bangsa

dan negara, bukan partai yang berkuasa.

Pada saat menjalankan tugas dan kewajibannya, Presiden dibekali Hak

Prerogatif yang tercantum dalam konstitusi, sehingga pada keadaan tertentu

mereka memiliki kewenangan diskresional.

2. Falsafah Liberalisme Manajemen pemerintahan Amerika secara filosofi dipengaruhi oleh

falsafah “Liberalisme” sehingga segala kegiatan dari manajemen

pemerintahan harus sesuai dengan falsafah ini. Jika rakyat menganggap

kegiatan manajemen pemerintahan melanggar hak-hak yang tercantum dalam

Declaration of Independence seperti hak hidup, hak kemerdekaan dan hak

mengejar kebahagian, maka rakyat mempunyai kewajiban untuk mengubah

dan menggantinya dengan pemerintahan baru yang kegiatannya melindungi

hak-hak tersebut.

Untuk melaksanakan Public Policy, di Amerika terdapat Kongres yang

terdiri dari dua kamar, yaitu Senate dan House of Representative. Senat

sebagai wakil negara-negara bagian dan House of Representative sebagai

wakil rakyat. Berbeda dengan Indonesia, di mana yang membuat Public Policy

adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Presiden, seperti termuat dalam

Undang-Undang Dasar 1945, yaitu: “Setiap rancangan undang-undang

dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk mendapat

persetujuan bersama.”[46] Sedangkan yang melaksanakan Public Policy

adalah Presiden beserta seluruh aparaturnya.

Presiden di Amerika dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan

umum sistem distrik. Meski dipilih rakyat, jika Presiden menyimpang dari

Undang-Undang Dasar dan undang-undang, Kongres bisa mengajukan

“impeachment”, yaitu semacam pengadilan atau keputusan dari kongres. Hal

ini memperlihatkan bahwa kongres mempunyai kedudukan yang kuat terhadap

Presiden walaupun kedudukan Presiden tidak “untergeordnet” melainkan

“neben”. Dalam menjalankan tugasnya, Presiden mempunyai “Hak Veto”

terhadap Undang-Undang atau Public Policy yang dibuat kongres. Dapat

[45]

Tradisi Amerika berlaku etika moralitas bagi kepemimpinan nasional, nampaknya ini

komitmen yang sangat kuat bagi bangsa Amerika [46]

Op.cit. Undang-Undang, Pasal 20 Ayat 2.

Page 54: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

48

diartikan, bahwa Presiden bisa memveto atau tidak memberikan persetujuan

terhadap Undang-Undang yang dibuat oleh kongres. Dapat dikatakan,

walaupun Presiden tidak memegang bagian dari kekuasaan legislatif tetapi

Presiden dapat menolak kekuasaan legislatif.

Lembaga Tinggi dalam Manajemen Perintahan Amerika terdiri dari

tiga badan, yaitu Kongres yang terdiri dari Senat dan House of

Representative, Presiden dan Mahkamah Agung.

Dilihat dari teori pembagian kekuasaan menurut Montesquieu, yaitu

kekuasaan Legislatif, kekuasaan Eksekutif dan kekuasaan Yudikatif yang

saling terpisah, manajemen pemerintahan di Amerika tidak menganutnya

secara murni dan konsisten, melainkan didukung sistem ”check and balance”,

yakni di antaranya Badan Legislatif dapat melakukan Impeachment terhadap

Presiden, Presiden mengangkat Ketua Mahkamah Agung dengan persetujuan

2/3 anggota Senat dan Jaksa Agung dapat menarik Presiden ke pengadilan jika

dia melanggar undang-undang.

Dalam menjalankan manajemen pemerintahan, Presiden mempunyai

tugas melindungi warga negaranya sesuai dengan tujuan Pemerintahan

Amerika, dan tercantum dalam Declaration of Independence yang berbunyi,

”Bahwa pemerintahan yang dibentuk bertujuan untuk melindungi hak-hak

yang telah diberikan Illahi/Penciptanya yang tidak boleh diganggu gugat

atau dirampas oleh siapa pun juga, yaitu hak hidup, hak kemerdekaan dan

hak mengejar kebahagiaan. Apabila pemerintah merusak tujuan-tujuan ini,

maka merupakan kewajiban rakyat untuk mengganti pemerintahan tersebut

dengan pemerintahan baru yang meletakkan dasar-dasarnya kepada

perlindungan hak-hak tersebut di atas”.[47]

Norma pelayanan juga sudah dimiliki pemerintah, baik standar uang,

sumber daya manusia (SDM), waktu, bahan, metode, maupun mesin, sehingga

dalam pelaksanaan pekerjaan manajemen pemerintahan dapat diukur hasilnya

dengan menggunakan standar tadi. Itu sebabnya, di dalam manajemen

pemerintahan Amerika terdapat efisiensi kerja, yaitu perbandingan terbaik

antara input, output dan out come.

”Net Work Planning” dalam manajemen pemerintahan telah

digunakan secara merata dari atas sampai bawah, karena SDM di Amerika

Serikat Sudah mempunyai keahlian (Skill). Merupakan hal yang sangat

penting dalam menghasilkan efisiensi penyelesaian pekerjaan.

”Net Work Planning” dalam manajemen pemerintahan Amerika

memberi dampak sangat positif, yaitu prosedur kerja lebih cepat di mana hal-

hal yang dianggap kurang urgent dan diperkirakan akan menghambat

kelancaran kerja, maka hal tersebut ditiadakan.

Penempatan pejabat atau Menteri pada manajemen pemerintahan

Amerika, dilakukan dengan asas mayoritas dengan menggunakan ”spoil

system” dan ”merit system”. Spoil System dilakukan karena pejabat yang

ditempatkan berasal dari kelompok sendiri, yaitu kolompok dari Presiden yang

memenangkan pemilihan umum dengan sistem distrik. Meski demikian, tetap

harus memperoleh persetujuan dari mayoritas House of Representative dan

mayoritas anggota senat. Sedangkan merit system dilakukan jika pejabat yang

[47]

Declaration of Independence America, Loc.cit.

Page 55: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

49

ditempatkan di setiap departemen atau kementerian betul-betul didasarkan

pada keahlian dan pengalaman. Jadi, penempatan pejabat-pejabat di setiap

departemen atau kementrian tidak pernah dilakukan dengan sistem koalisi,[48]

yaitu pencampuran anggota-anggota partai Republik dan partai Demokrat,

melainkan hanya dengan salah satu di antaranya, sehingga tidak terjadi

perbedaan-perbedaan pandangan ataupun program atau strategi, karena berasal

dari kelompok yang sama. Hal ini dapat mewujudkan stabilitas pemerintahan.

3. Pendelegasian Kewenangan Dalam manajemen pemerintahan Amerika, pendelegasian kewenangan

kepada negara federal atau negara bagian dari Pemerintah Pusat atau Central

Administration, dilakukan dengan asas desentralisasi, yaitu kewenangan atau

kekuasaan untuk mengurus rumah tangganya sendiri, atau negara bagiannya

sendiri. Namun, dalam mengurus negara bagiannya sendiri ini juga dijalankan

tugas-tugas umum pemerintahan pusat. Ini yang disebut dengan Delegation of

authority to execute the duties of central government. Mungkin hampir sama

dengan Asas Dekonsentrasi di Indonesia.

Sekalipun demikian, pengangkatan Gubernur Negara Bagian

sepenuhnya dilakukan berdasarkan hasil pemilihan negara bagian untuk

gubernur. Artinya, Gubernur di suatu Negara Bagian bisa saja berbeda partai

dengan Presiden. Contohnya, Gubernurnya di satu negara bagian dari Partai

Republik, sedangkan Presidennya dari partai Demokrat atau sebaliknya.

Dengan demikian, Presiden tidak mempunyai hak untuk menolak hasil

pemilihan gubernur negara bagian. Tetapi, ini tidak berarti bahwa gubernur

negara bagian dapat melakukan suatu kebijakan bersama-sama dengan DPR

negara bagian yang bertentangan dengan kebijakan umum pemerintahan pusat.

Dalam pengawasan manajemen pemerintahan, tidak terlampau luas

mengingat Presiden hanya mengawasi kementrian. Sedangkan pengawasan

secara efektif terhadap Gubernur Negara Bagian, meski jumlahnya cukup

banyak, dilakukan oleh DPR negara bagian dan Menteri Dalam negeri

sehingga kekuasaan yang dilakukan negara bagian dijamin akan tetap sejalan

dengan undang-undang.

Koordinasi dalam manajemen pemerintahan terhadap para menteri

juga tidak sukar, karena para menteri berasal dari organisasi politik yang sama

dan mempunyai tujuan/program yang sama dengan Presiden. Dengan

persamaan organsiasi politik, tujuan dan program, maka pekerjaan dapat

dilakukan secara efektif. Namun, koordinasi horizontal dengan DPR, Senat

atau kongres kadang-kadang mengalami kesulitan karena mayoritas anggota

DPR atau Senat adakalanya tidak sama dengan organsiasi politik presiden.

Akibatnya, program yang diajukan pemerintah kepada DPR atau senat

akan banyak mengalami hambatan sehingga pelaksanaannya menjadi kurang

efektif. Contohnya, ketika Amerika memerangi Presiden Sadam Husein di

[48]

Bandingkan dengan Kabinet di Indonesia setelah Reformasi, terjadi Koalisi dalam kabinet

dan penempatan Menteri. Namun koalisi yang dibangun oleh Presiden sebagai pemenang

Pemilihan Umum nampak tidak sesuai dengan harapan rakyat, menteri yang dipilih dari Partai

koalisi tidak loyal pada Pemerintahan, tetapi Loyal pada Partai. Dampaknya adalah program

pemerintahan kurang berjalan dengan baik.

Page 56: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

50

Irak,[49] sebagian anggota senat tidak menyetujui dan masyarakat Amerika pun

banyak yang menolak kebijakan Presiden ini.

4. Manajemen Pemerintahan Demokrasi Amerika sudah mencapai tahapan yang matang, sehingga

pembicaraan demokrasi lebih ditekankan pada aspek efisiensi manajemen

pemerintahan dari pada norma dalam hubungan antara kekuasaan eksekutif,

legislatif dan yudikatif. Hal ini membuka kesempatan bagi Presiden untuk

menggunakan kekuasaan dan otoritas yang sangat besar dengan berbagai

kepentingan.

Alam demokrasi telah terbangun lama di Amerika Serikat, di mana

setiap warga negara memperoleh kebebasan secara mutlak untuk

menyampaikan pendapat, termasuk mencalonkan diri sebagai presiden.

Pengembangan demokrasi yang begitu baik, sangat didambakan warga yang

mengiginkan keterbukaan. Namun, kebebasan juga tidak lepas dari risiko. Jika

tujuannya menyimpang atau bertentangan dengan ketertiban dan keamanan,

harus berhubugan dengan hukum.

Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang baik, di

Amerika tidak sulit mencari tokoh yang mampu memimpin pemerintahan

secara bertanggung jawab, melalui prosedur pemilihan umum, apakah itu

memilih presiden maupun pemimpin lainnya.[50] Untuk menjadi warga negara

baru di Amerika juga dipermudah dengan persyaratan tinggal yang tidak lama.

Manajemen pemerintahan dilakukan secara profesional dengan tujuan

meningkatkan taraf hidup rakyat dan mengacu pada kepentingan rakyat.

Karena itu, setiap pergantian pucuk pimpinan pemerintahan selalu ditopang

degan kehidupan demokrasi yang dapat menyuarakan keinginan masyarakat,

serta memformulasikan tujuan dan dasar pembangunan negara. Dalam proses

manajemen pemerintahan, sudah menjadi tradisi partai bahwa :

1. Partai yang kalah dalam Pemilihan Umum harus segera menyusun

program lanjutan dan berusaha mendapatkan dukungan pressure group.

2. Tiap-tiap partai politik meningkatkan kepercayaan masyarakat atas

dasar kepribadian masing-masing partai.

3. Menanamkan kepercayaan kepada masyarakat bahwa tujuan partai

politik adalah untuk kesejahteraan umum.

4. Mesinkronisasikan kepentingan-kepentingan yang bertentangan.

Pemisahan kekuasaan di Amerika, dilakukan agar betul-betul seperti

kehendak Montesquieu, yaitu dengan tegas memisahkan kekuasaan badan

[49]

Dunia telah mencatat, bahwa Goerge W. Bush Presiden Amerika Serikat telah berhasil

menggulingkan Presiden Irak Sadam Husen dengan keberhasilannya mempimpin pasukan

multi nasional dengan menghembuskan isu demokrasi, namun didalam negerinya banyak yang

protes mulai dari masyarakat sampai anggota parlemen dengan tindakannya. Melihat sepak

terjang Amerika yang begitu dahsat menggempur Irak, organisasi Dunia yang bernama

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tidak mampu menahan atau memberhentikan keinginan

Amerika sewaktu memimpin pasukan multi nasional untuk menggempur Irak. Irak sebuah

negara yang berdaulat diperlakukan secara tidak manusiawi memberikan dampak terhadap

warga negaranya menjadi tidak nyaman dalam hidupnya. [50]

Lihat Barack Obama dari Partai Demokrat, warga negara keturunan kulit hitam bisa

diterima sebagai presiden oleh bangsa Amerika, bahkan Pidatonya di Invesco Fiel, Denvar

yang menutup konvensi nasional Partai Demokrat disaksikan lebih dari 40. juta orang dan

disambut sangat meriah.

Page 57: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

51

legislatif, eksekutif dan yudikatif. Konsep ini menjadi check and balance

yang betul-betul sempurna antara lambaga-lembaga kekuasaan ini (checking

power with power).

Legislatif di Amerika Serikat adalah bikameral (dua kamar) yaitu :

1. Senat: Jumlah wakil wakil (senator) di setiap negara bagian akan sama,

yaitu dua orang.

2. House of Represntatif: Jumlahnya tergantung jumlah penduduk pada

setiap negara bagian. Untuk setiap 30.000 orang mempunyai seorang

wakil, tetapi batas seluruhnya maksimal 435 orang (peraturan sejak

1910).

Model kepemimpinan di Amerika bersumber dari ajaran ‖Liberalisme‖

yang menunjung tinggi atas kemerdekaan, persaudaran dan persamaan.

Dengan demikian, setiap pemimpin harus menjunjung asas tersebut, baik

Presiden sebagai top public administrator sampai lower public administrator.

Kepemimpinan yang paling menonjol dalam manajemen pemerintahan

Amerika seperti yang dikemukakan oleh GR. Terry[51], yaitu adanya:

1. Emotional Stability

2. Knowledge of Human Relations

3. Personal Drive

4. Communicative Skill

5. Teaching Ability

6. Social Ability

7. Technical Competence.

Di samping karakteristik kepemimpinan seperti tersebut di atas,

manajemen pemerintahan juga bersifat ”demokratik‖ karena didukung sifat

masyarakat atau individual yang telah demokratik. Hal ini sesuai dengan isi

atau makna dari declaration of Independence yang menyatakan: ‖Setiap

pemerintah Amerika Serikat harus menjunjung tinggi dan menjamin hak

hidup, hak kemerdekaan dan hak mengejar kebahagiaan dari setiap warga

negara‖. Untuk menjamin dan melindungi hak-hak tersebut, maka

kepemimpinan yang paling tepat adalah kepempimpinan yang demokratik,

baik Presiden sampai pimpinan yang terendah. Hanya dengan tipe

kepemimpinan demokratiklah maka hak-hak warga dijamin dapat tercapai.

5. Aparatur Pemerintahan Aparatur dan seluruh pejabat, mulai dari Presiden sampai staf bersikap

demokratis. Hal ini dapat tercipta, karena sikap di dalam masyarakat Amerika

sendiri adalah sikap yang demokratis. Sifat seperti dapat dipahami karena

penanaman doktrin demokratis sudah cukup lama berjalan, sekitar 230 tahun

lebih. Jadi, tidak aneh jika sikap feodal, paternalistik, otoriter dari aparatur

sudah ditinggalkan, karena masyarakatnya sendiri sudah meninggalkan.

Sikap demokratis di jajaran aparatur negara menciptakan sikap yang

lebih kuat terhadap pemerintahan yang demokratis. Suatu manajemen

pemerintahan yang berasaskan demokratis tetapi tidak didukung oleh sikap

demokratis aparaturnya, akan menyebabkan sistem pemerintahan demokratis

tersebut tidak dapat berjalan secara efektif. Karena itu, manajemen

[51]

George Terry, Principles of Manajemen, Illionis Richard D. Irwin Inc. 1954.

Page 58: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

52

pemerintahan Amerika dapat berjalan secara efektif, karena didukung aparatur

yang memiliki sikap demokratis.

Sikap demokratis ini juga tercipta karena kebutuhan-kebutuhan

manusia/aparatur relatif telah terpenuhi berkat kepemimpinan

administratornya yang membudayakan tipe kepemimpinan demokratis, sikap

demokratis dan komunikasi demokratis, ditunjang gaji yang mencukupi

kebutuhan hidup. Sikap demokratis tersebut juga dapat berjalan dengan baik,

karena didukung pengawasan Kongres. Pengawasan terhadap aparatur

mempunyai maksud dan tujuan mewujudkan manajemen pemerintahan yang

sejalan dengan undang-undang, dan memberikan perlindungan terhadap hak-

hak dasar warga negaranya. Sementara itu, pengawasan yang dilakukan

kongres meliputi kegiatan politik, sosial, ekonomi, budaya, pertahanan dan

keamanan, serta hubungan luar negeri.

Pengawasan kongres terhadap aktivitas manajemen pemerintahan

sangat menentukan karena beberapa faktor, antara lain: :

1. Negara demokrasi yang menganut open management, yaitu adanya

social participation, social responsibility, social control and social

support. 2. Negara berdasarkan hukum sehingga jalannya pemerintahan yang

mengatur dan melaksanakan kegiatan politik, sosial, ekonomi, budaya,

pertahanan dan keamanan, serta hubungan internasional harus sesuai

dengan undang-undang. Jalannya manajemen pemerintahan harus

sesuai dengan asas Rule of Law.

3. Lembaga negara bukan hanya presiden dan kabinetnya, tetapi juga

terdiri dari tiga badan, yaitu Kongres, Presiden dan Mahkamah Agung,

dengan mekanisme yang menggunakan sistem check and balance.

Kongres mempunyai kewajiban secara konstitusional untuk mengecek

aktivitas manajemen pemrintahan.

4. Negara dibentuk dan dibuat oleh rakyat, sehingga rakyat mempunyai

kedaulatan yang tertinggi atas negara.

Mengingat Kongres terdiri dari House of Representative dan Senate

yang mewakili seluruh rakyat dan negara bagian, maka untuk kepentingan

seluruh rakyat, negara bagian, bangsa dan negara, kongres secara

konstitusionil mempunyai kewajiban dan kewenangan untuk mengawasi

jalannya pemerintahan secara efektif dengan menggunakan hak-hak sebagai

berikut :

1. Hak inisiatif;

2. Hak budgeter;

3. Hak angket;

4. Hak amandemen;

5. Hak interpelasi;

6. Hak menyatakan pendapat;

7. Hak dengar pendapat;

8. Hak impeachment, yaitu hak untuk menyelidiki dan mengadili

presiden jika presiden ternyata melanggar UUD dan Undang-Undang

lain.

Dalam penerapan Judicial Control terhadap manajemen pemerintah,

sistem di Amerika ternyata tidak hanya terletak pada Mahkamah Agung saja,

tetapi juga sebagian menjadi hak kongres. Adanya pasal yang menunjukkan

bahwa kongres dapat meng-impeach Presiden, menunjukkan bahwa lembaga

Page 59: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

53

ini mempunyai kewenangan pula untuk menguji undang-undang. Jadi,

lembaga ini mempunyai sebagian kewenangan dari kekuasan legislatif.

Ajaran Trias Politika Montesquieu menyatakan, bahwa yang

mempunyai hak untuk mengubah undang-undang adalah badan legislatif,

maka dapat dikatakan Amerika tidak menganut Trias Politika secara konsisten,

melainkan dengan perubahan, yaitu adanya suatu osmosa antara kertiga badan

tersebut, yang disebut dengan sistem check and balance.

Di samping itu presiden mempunyai hak veto terhadap suatu undang-

undang yang dibuat kongres. Hal ini menunjukkan bahwa presiden juga

mempunyai sebagian dari kekuasaan legislatif, karena yang berhak menolak

adalah kekuasaan legislatif. Presiden juga mempunyai hak-hak yang

sebenarnya merupakan hak mahkamah agung seperti hak grasi, amnesti serta

hak abolisi. Dengan dimilikinya sebagian kekuasaan legislatif dan yudikatif di

tangan eksekutif dalam menjalankan manajemen pemerintahan, maka

kekuasaan presiden Amerika sebagai puncak pimpinan menjadi sangat besar.

Dalam pangawasan manajerial pada pemerintahan Amerika, meliputi

pengawasan terhadap perencanaan negara, pengorganisasian negara,

penggerakkan aparatur negara dan pengawasan terhadap para bawahannya.

Pengawasan manajerial ini sangat luas, karena mencakup seluruh aspek

kegiatan dari manajemen pemerintahan. Dengan demikian, Presiden Amerika

adalah “top manajer” atau pengawas tertinggi dari kegiatan manajemen

pemerintahan. Dia bertanggungjawab atas tercapai atau tidaknya tujuan

negara, yaitu keamanan dari luar, ketertiban dalam negeri, keadilan,

kesejahteraan masyarakat dan kemerdekaan perorangan.

Dengan kata lain, kehidupan yang baik dalam masyarakat terletak pada

presiden. Jika tujuan negara berhasil dicapai, maka presiden akan dicalonkan

kembali oleh organisasi politik atau partainya untuk memenangkan pemilihan

umum berikutnya. Karena, yang menjadi tolok ukur seorang presiden dapat

terpilih kembali adalah, jika masyarakat dapat merasakan keamanan, keadilan,

ketertiban, kesejahteraan dan kemerdekaan. Sebaliknya, jika masyarakat

Amerika merasakan ketidakamanan dari luar atau negara terancam bahaya,

merasakan ketidakadilan, ketidaktertiban, banyak pengangguran dan terjadi

pelanggaran-pelanggaran terhadap hak-hak manusia, maka presiden tidak akan

terpilih kembali. Sekalipun Presiden Amerika ternyata berhasil dan dapat

terpilih kembali, masa jabatannya dibatasi hanya dua kali masa jabatan.

Di samping pengawasan manajerial, ada juga pengawasan sosial

(social control) terhadap manajemen pemerintahan melalui media yang

memuat tulisan-tulisan faktual bukan isapan jempol untuk memberikan kritik

jika aparatur atau pejabat melakukan hal-hal yang kurang selaras dengan

UUD, Undang-Undang dan kepentingan rakyat (public interest) Amerika.

Kritik harus bersifat analitis, korektif dan memberikan arah bagaimana cara

penyelesaian yang paling tepat. Jadi, kritik tidak boleh bersifat insinuasi, atau

membakar emosi massa untuk kepentingan sesuatu golongan.

Dalam melakukan pengawasan terhadap tindakan manajemen

pemerintahan, meski mempunyai kebebasan, pers Amerika mempunyai batas-

batas, yaitu batas pertanggungjawaban untuk kepentingan masyarakat bangsa

dan negara. Jadi, isi pemberitaan pers di Amerika mempunyai bobot

rasionalitas yang tinggi, sehingga tidak jarang akan menjadi input bagi

penyelenggaraan negara, baik eksekutif, legiaslatif maupun yudikatif.

Page 60: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

54

Walapun di Amerika juga ada pers yang berorientasi pada suatu partai

politik minoritas, tetapi kritik-kritiknya tidak bersifat oposan karena partai

politik minoritas di Amerika tidak melakukan fungsi oposisi dengan target

menjatuhkan kabinet seperti halnya parati-partai oposisi negara-negara Eropa.

Di samping pengawasan yang dilakukan oleh pers, ada juga

pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat, baik masyarakat umum maupun

mahasiswa melalui demonstrasi/unjuk rasa. Penanganan atas demonstransi

akan dilakukan secara polisional, yaitu menangkap, menahan dan

menginterograsi, bahkan lebih jauh lagi demonstran dapat diajukan ke

pengadilan jika menimbulkan kerusakan dan kekacauan dalam masyarakat.

Jika polisi tidak memadai untuk menangani para demonstran, maka tentara

federal akan dilibatkan untuk menertibkannya.

Demikianlah sistem manajemen pemerintahan Amerika, sebagai

negara dengan pemerintahan presidential, tetapi memberikan ruang gerak yang

luas kepada masyarakat.

5.2. Sistem Manajemen Pemerintahan di Jepang

1. Kekuasaan Jepang dilihat dari etimologi sering disebut Nippon atau Nihon. Ada

juga yang menyebutnya Nippon-koku atau Nihon-koku yang berarti "Negara

Jepang". Sedangkan kata Nippon atau Nihon berarti "negara matahari

terbit". Nama ini berasal dari utusan resmi negara China, dan merujuk kepada

posisi negara Jepang yang berada di sebelah timur benua Asia. Sebelum itu,

Jepang dikenal sebagai Yamato yang digunakan di negara China pada zaman

Tiga Negara. Kata Jepang dalam bahasa Indonesia diturunkan dari kata Jepun,

berasal dari bahasa Kanton, yang membawa sebutan Yat Pun.

Jepang adalah negara kepulauan dengan wilayah yang meliputi

kepulauan di sebelah Timur Asia dan ibu kotanya Tokyo. Empat daerah

terbesar di Jepang adalah, Honshu, Shikoku, Khushu dan Hokkaido.

Sebelum Perang Dunia II, wilayah Jepang meliputi Korea, bagian selatan

Sakhalin, kepulauan Kuril, Pascadores, Bonin, Karolina, Marshal dan

Mariana, Taiwan, serta daerah sewaan Kwantung.

Manurut kepercayaan bangsa Jepang, kekaisaran didirikan pada 600

SM.[52] Dasar-dasar negara Jepang diletakkan dalam abad kelima oleh kaum

Yamato.[53] Selama abad keenam sampai abad kedelapan, Jepang banyak

meniru unsur-unsur kebudayaan Cina; di mana agama Budha dipadukan

dengan religi asli Shinto.

Sekitar abad kesembilan, kekuasaan Tenno berkurang akibat

meningkatnya kekuasaan keluarga Fujiwara dan pendeta-pendeta agama

Budha. Pada abad kedua belas, Yuritomo Minamoto menguasai Jepang dan

yang pertama memakai gelar ”Shogun”.

[52]

Manurut berbagai sumber kepercayaan orang Jepang kekaisaran didirikan 600 SM oleh

Teno (Kaisar) Jimmu yang merupakan dasar manajemen pemerintahan kaisar yang pertama,

keturunan Amaterasu Omikami atau Dewi Matarhari. [53]

Bebrbagai Sumber menyatakan bahwa : Yamato sebagai Pendeta Utama meletakkan

Dasar-Dasar Negara Jepang pada abat kelima oleh kaum Yamato kemudian mengangkat

dirinya menjadi Kaisar.

Page 61: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

55

Hubungan luar negeri pertama kali dilakukan dengan bangsa Eropa,

yaitu Perancis pada 1542 dan agama Kristen dimasukkan oleh Santo

Franciskus Xaverius pada 1549. Diktator-diktator dari abad keenam belas

adalah Nebunaga dan Hidejoshi, disusul Leyasu yang mendirikan

keshogunan ”Tukugawa” pada 1603-1867.

Pada 31 Maret 1854, Komodor AS, Matthew Perry memaksa Jepang

membuka diri kepada Barat melalui Persetujuan Kanagawa. Para samurai

yang menganggap kejadian ini sebagai tanda lemahnya keshogunan,

mengadakan pemberontakan yang berujung dengan Perang Boshin pada 1867-

8. Pihak keshogunan akhirnya mundur dan Restorasi Meiji mengembalikan

kekuasaan kepada Kaisar. Jepang mengadopsi beberapa institusi Barat pada

periode Meiji, termasuk pemerintahan modern, sistem hukum dan militer.

Berdasarkan konstitusi baru pada 1889, dibentuk majelis pemerintahan yang

terdiri dari Dewan Bangsawan (house of peers) dan Dewan Perwakilan

Rakyat (house of representative) yang dipilih.

Perubahan-perubahan ini mengantar Kekaisaran Jepang menjadi

kekuatan dunia yang mengalahkan Tiongkok dalam Perang Tiongkok-Jepang I

pada 1894-1895[54] dan mengalahkan Rusia dalam Perang Rusia-Jepang pada

1904-1905. Sampai 1910, Jepang telah menguasai Taiwan, separuh dari

Sakhalin dan Korea. Beberapa peristiwa penting lain yang menunjukkan

kebesaran Jepang, antara lain:

Jepang menganeksasi Korea pada 1910. Seusai Perang Dunia I, Jepang

juga memperoleh mandat atas pulau-pulau bekas koloni Jerman di Samudra

Pasifik. Kemudian, Jepang menduduki Manchuria pada 1931 dan mendirikan

negara boneka Manchukuo.

Pada 1936, Jepang menanda tangani Pakta Anti-Komintern, lalu

bergabung dengan Jerman dan Italia untuk membentuk suatu aliansi axis. Pada

1937, Jepang menginvasi Manchuria yang menyebabkan terjadinya Perang

Tiongkok-Jepang II.

Jepang meningkatkan upaya untuk memenangkan perang Cina-Jepang

II sesudah 1937. Pada 1940, Jepang kembali membentuk pakta dengan Jerman

dan Italia. Pengangkatan Jenderal TOJO sebagai Perdana Menteri pada

Oktober 1941 menandakan besarnya kekuasaan kaum militeris.

Di awal Perang Dunia II atau Perang Pasifik atau Perang Asia Timur

Raya, Jepang mencapai kemenangan-kemenangan dalam waktu sangat

singkat di daratan Asia dan Samudra Pasifik. Tetapi, keadaan mulai berbalik

pada akhir 1942. Awal abad ke-20 sempat menjadi saksi mata atas hadirnya

"demokrasi Taisho" yang lalu diselimuti kebangkitan nasionalisme Jepang.

Pada 1941, Jepang menyerang pangkalan angkatan laut Amerika

Serikat di Pearl Harbor, dan membawa AS memasuki Perang Dunia II. Setelah

kampanye yang panjang di Samudra Pasifik, Jepang kehilangan wilayah-

wilayah yang awalnya dimilikinya. AS pun mulai melakukan pengeboman

strategis terhadap Tokyo, Osaka dan kota-kota besar lain di Jepang, serta

menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Jepang akhirnya

menyerah kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945.

[54]

George Sansom, A History of Japan: 1961, 1334-1615. Stanford, 42

Page 62: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

56

Jepang menggunakan konstitusi baru sejak 1947, yang menetapkan

negara tersebut sebagai negara demokratis pasifis. Setelah perang usai, produk

domestik bruto Jepang tumbuh menjadi salah satu ekonomi terbesar di dunia

di bawah program pengembangan industri yang agresif, proteksionis dan

penundaan pertahanan strategis kepada AS. Meski pasar saham sempat

merosot tajam pada 1990, negara ini pulih dengan cepat. Jepang tetap

merupakan sebuah kekuatan ekonomi dunia dan akhir-akhir ini telah mulai

bangkit sebagai kekuatan strategis dengan mengirimkan pasukan non-tempur

ke Perang Teluk, upaya kemanusiaan PBB untuk membangun kembali

Kamboja dan invasi AS terhadap Irak pada 2003.

2. Sistem Manajemen Pemerintahan Jepang menganut sistem negara monarki konstitusional berdasarkan

sistem parlemen (parlementer) dua kamar yang disebut Diet[55]

atau Kokkai.

Parlemen Jepang terdiri dari Majelis Rendah atau Shuugi-in dengan 480 kursi

dan Majelis Tinggi atau Sangi-in dengan 247 kursi. Para anggota parlemen

dipilih setiap empat tahun sekali, kecuali jika dibubarkan lebih awal sebelum

waktu yang ditentukan.

Majelis Tinggi terdiri dari rakyat yang mewakili seluruh tanah air

Jepang. Sebelum Perang Dunia II, Majelis Tinggi hanya diisi oleh kaum

bangsawan. Majelis ini berhak menangguhkan suatu Undang-Undang, tetapi

Majelis Rendah merupakan pemegang kekuasaan legislatif yang sebenarnya.

Sementara itu, kekuasaan yudikatif diserahkan kepada Mahkamah Agung

(MA) yang membawahi badan-badan kehakiman atau peradilan dan didirikan

berdasarkan undang-undang.

Dengan sistem konstitusi monarki, kaisar menjadi simbol negara dan

rakyat, sedangkan kekuasaan atau manajemen pemerintahan berada di tangan

Perdana Menteri yang mengepalai kabinet. Perdana Menteri juga menjadi

pemimpin partai mayoritas di majelis rendah parlemen. Partai Demokratik

Liberal (Liberal Democratic Party-LDP) yang berkuasa sejak 1955,

merupakan partai terbesar di Jepang.

Perdana Menteri beserta kabinetnya atau dewan menteri-menteri, harus

meletakkan jabatan jika tidak memperoleh kepercayaan lagi dari majelis

rendah. Hal ini merupakan konsekuensi dari hilangnya kepercayaan. Saat buku

ini ditulis, Shinzo Abe menjabat sebagai perdana menteri.[56]

Parlemen di Jepang memiliki Sejarah yang sangat unik. Pada 1889,

Parlemen Kekaisaran (Teikoku Gikai) ditetapkan sebagai badan legislatif yang

memiliki dua kamar, Shūgi-in (Majelis Rendah) dan Kizoku-in (House of

Peers). Anggota Majelis Rendah dipilih melalui pemilihan umum, sedangkan

anggota Kizoku-in diangkat dari keluarga kekaisaran, bangsawan dan orang-

orang yang ditunjuk oleh kaisar. Mulai 1946, Konstitusi Jepang yang berlaku

hingga sekarang menetapkan Majelis Rendah (Shugi-in) dan Majelis Tinggi

(Sangi-in) sebagai badan legislatif yang para anggotanya dipilih rakyat

melalui pemilihan umum.

[55]

Japanese Instrument of Surrender, educationworld,net Retrived on 2006 December 28. [56]

Japan scraps zero interest rate. BBC News Online (20006-07-14). Retrived on 2006

December 28.

Page 63: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

57

Dalam hal angkatan bersenjata, sebagai konsekuensi tindakan Jepang

pada Perang Dunia II, oleh PBB negara ini hanya diijinkan memiliki angkatan

bela diri bagian darat, laut dan udara (ground, maritime and air self Defense

Forces) yang jumlah anggota dan persenjataannya sangat dibatasi.

Kabinet Jepang beranggotakan Perdana Menteri dan para Menteri.

Perdana Menteri merupakan salah seorang anggota parlemen yang dilantik

oleh rekan-rekan sejawatnya. Selanjutnya, Perdana Menteri berkuasa melantik

menteri-menteri kabinetnya.

Pimpinan Pemerintahan yang sekarang adalah Partai Demokrat Liberal

yang memerintah sejak 1955, kecuali pada tahun 1993. Partai Demokrat

Liberal didirikan sebagai gabungan dua partai konservatif: partai Liberal dan

partai Demokrasi. Partai Demokrat Liberal kini memerintah bersama dengan

partai agama Buddha, Partai Komeito Baru. Partai-partai oposisi termasuk

Partai Demokrasi, Partai Demokrasi Sosial dan Partai Komunis.

Di samping parlemen, Jepang memiliki sebuah keluarga kekaisaran

diketuai seorang kaisar, yang juga merupakan kepala negara Jepang. Namun,

kaisar hanya berperan dalam upacara-upacara adat dan tidak memiliki

kekuasaan apa pun yang berkaitan dengan pemerintahan negara. Kaisar Jepang

merupakan lambang perpaduan negara dan rakyat Jepang. Kaisar pada masa

ini adalah Akihito, kaisar yang ke-125.[57]

Dalam sistem pemerintahan daerah, di Jepang terdapat 47 prefektur

yang melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan, namun

dikendalikan oleh pemerintah pusat. Prefektur-prefektur ini adalah:[58]

Hokkaido

Aomori

Iwate

Miyagi

Akita

Yamagata

Fukushima

Ibaraki

Tochigi

Gunma

Saitama

Chiba

Tokyo

Kanagawa

Niigata

Toyama

Ishikawa

Fukui

Yamanashi

Nagano

Gifu

Shizuoka

Aichi

Mie

Shiga

Kyoto

Osaka

Hyogo

Nara

Wakayama

Tottori

Shimane

Okayama

Hiroshima

Yamaguchi

Tokushima

Kagawa

Ehime

Kochi

Fukuoka

Saga

Nagasaki

Kumamoto

Oita

Miyazaki

Kagoshima

Okinawa

Jepang juga terbagi atas 10 wilayah, yaitu Hokkaido, Tohoku,

Hokuriku, Kanto, Chubu, Kansai (Kinki), Chugoku, Shikoku, Kyushu, dan

Kepulauan Ryukyu.

[57]

Akhihito naik takhta setelah ayahandanya Hirohito, mangkat pada 7 Januari 1989. [58]

Sumber Data dari Wike Encyclopedia.

Page 64: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

58

5.3. Sistem Manajemen Pemerintahan Inggris

1. Kekuasaan Negara Inggris secara etimologi merupakan Kerajaan Bersatu Britania

Raya dan Irlandia Utara. Dalam bahasa Inggris disebut United Kingdom of

Great Britain and Northern Ireland.[59]

Dalam bahasa Indonesia, umumnya

dikenal sebagai Inggris, Inggris Raya, atau Britania Raya yang merupakan

negara kepulauan di Eropa Utara, antara Laut Utara dan Samudera Atlantik.

Untuk memudahkan pembahasan dalam buku ini, Inggris Raya atau

Britania disebut Inggris. Pada masa sekarang, Inggris merupakan kesatuan dari

beberapa negeri sejak 840 tahun lalu. Skotlandia dan Inggris pernah menjadi

dua entitas politik yang berbeda sejak abad ke-9. Wales juga dikuasai raja-raja

Inggris sejak 1284, dan dijadikan bagian dari Kerajaan England melalui Akta

Undang-undang di Wales 1535.

Inggris merupakan negara federal yang terdiri dari Inggris, Skotlandia,

Wales dan Irlandia Utara. Keempat negara bagian ini membentuk negara yang

disebut sebagai United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland yang

secara harfiah dalam bahasa Indonesia berarti "Kerajaan Serikat Britania Raya

dan Irlandia Utara". Dari keempat negara bagian ini, Inggris-lah yang paling

dominan sehingga di Indonesia negara federal ini disebut dengan nama

Inggris. Selain keempat negara bagian ini, Inggris juga mencakup Pulau Man

dan Kepulauan Channel seperti Guernsey, Jersey, Alderney dan Sark. Secara

pemerintahan, daerah-daerah ini bukan bagian dari Britania Raya, tetapi

mungkin lebih tepat disebut sebagai jajahan meski jaraknya sangat dekat.

Sebagian besar Inggris terdiri dari dataran rendah dengan kota-kota

besar seperti London, Birmingham, Manchester, Leeds, Sheffield, Liverpool,

Bristol, Nottingham, Leicester dan Newcastle upon Tyne. Di dekat Dover,

Inggris, dibangun Terowongan Channel yang menghubungkan Inggris dengan

Perancis.

Secara keseluruhan, diperkirakan ada sekitar 1.098 pulau kecil yang

masuk dalam wilayah Inggris. Sebagian berupa pulau-pulau alami dan

sebagian lagi berupa crannog, sejenis pulau buatan yang dibangun di masa

lalu menggunakan batu dan kayu. Secara bertahap crannog ini menjadi makin

luas karena dari waktu ke waktu terjadi penumpukan limbah alam.

Inggris menganut sistem pemerintahan Demokrasi Parlementer, di

mana pemilu berdasarkan sistem distrik dan eksekutif (kabinet) di bawah

pimpinan Perdana Menteri atau Prime Minister. Parlemen Inggris adalah yang

tertua di dunia, dan terdiri dari dua kamar, yaitu House of Commons dan

House of Lords. Sedangkan raja, dalam manajemen pemerintahan Inggris,

diposisikan sebagai Kepala Negara. Di beberapa negara persemakmuran lain

seperti Kanada dan Australia, raja juga secara resmi menjadi kepala negara.

Sebelum tercipta pemerintahan demokrasi parlementer yang berlaku

sekarang, Inggris mengenal beberapa bentuk sistem pemerintahan, sesuai

dengan berbagai faktor lingkungan dan budaya saat itu. Juga adanya pengaruh

bangsa-bangsa lain yang pernah menginvasi Inggris. Sebelum abad ke-6 SM,

penyerbuan bangsa Kelt dari daratan Eropa membawa kebudayaan zaman besi

[59]

Ibid, Wikipedia Encyclopedia

Page 65: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

59

di Inggris yang saat itu masih hidup dalam zaman perunggu. Penyerbuan Kelt

terakhir pada 75 SM memperkenalkan ‖bajak‖ untuk menggarap sawah dan

cara-cara pembuatan mata uang. Sedangkan Romawi, pertama kali menyerang

Inggris pada 55 SM di bawah Julius Caesar. Menjelang tahun 85, Kaisar

Claudius berhasil menaklukkan Inggris.

Dampak kerusuhan di sebelah Utara Inggris menyebabkan

didirikannya Tembok Hadrianus pada tahun 122 dan Tembok Antonius pada

tahun 142. Dinding pertama pun menjadi batas Utara. Pertengahan abad ketiga

merupakan masa cemerlang bangsa Romawi di Inggris, dengan kota-kota yang

bagus dan bentuk bangunan persegi panjangnya mengikuti gaya Romawi.

Prasarana jalan pun dibangun di mana-mana dengan tujuan utama untuk

kepentingan militer yang dikendalikan dari Londonium, sekarang London

(ibukota Inggris).

Mundurnya kekuasaan Romawi serta serangan kaum Sakson dan Ir,

berangsur-angsur melemahkan pertahanan Inggris. Suku-suku yang saling

berperang pun akhirnya memperoleh kekuasaan. Sekalipun Kristenisasi

berhasil mengurangi tekanan penyerang di sebelah Utara dan Barat, tetapi

gelombang penyerbuan kaum Sakson di sebelah Timur justru makin gencar.

Kaum Anglo Sakson dan Jut pun mulai menetap di Inggris, sementara

kebudayaan suku Kelt muncul kembali. Sedangkan Romawi, meski telah

mundur dari Inggris, banyak meninggalkan pengaruh yang masih dapat terlihat

pada nama-nama tempat, reruntuhan bangunan, dan tetap kuatnya tradisi

Romawi di negeri ini.

Inggris terpisah dari daratan Eropah oleh Kanal Inggris, Selat Dover

dan Laut Utara. Perkembangan Inggris pun antara lain berkat terlindunginya

negeri ini. Selain itu, iklim moderat, berbagai keuntungan geografis seperti

banyaknya pelabuhan dan muara-muara sungai, juga sangat menguntungkan

dari sisi pertumbuhan perekonomian negara yang memiliki daerah

pemerintahan di 39 county dan shire.

Sepanjang dua ratus tahun terakhir, kemakmuran Inggris terutama

berkat tumbuhnya industri-industri besar di daerah yang disebut “Black

Country”, mengacu pada pertambangan besi dan batubara di sebelah utara

daratan Midlans. Juga berkat tumbuhnya pusat-pusat industri di Lancashire

dan Yorkshire, kemajuan di sektor industri perkapalan dan pabrik-pabrik yang

tersebar di berbagai kota besar.

Pada abad 19, Inggris adalah negeri terkemuka pengekspor hasil-hasil

industri. Bentuk pemerintahan saat itu adalah ”Monarki Terbatas”. Artinya,

pemerintahan dikepalai oleh raja, tetapi raja tidak mengendalikan

pemerintahan. Kekuasaan legislatif dan kekuasaan eksekutif, dilambangkan

oleh Mahkota, ada di tangan kabinet yang bertanggung jawab kepada

parlemen.

Inggris tidak memiliki konstitusi yang setara dengan Undang-Undang

Dasar. Yang disebut konstitusi di Inggris adalah Undang-Undang. Penyamaan

pengertian konstitusi dengan undang-undang dasar adalah sama-sama sebagai

Instrumen of Government, sebagai pegangan untuk memerintah.[60] Ketentuan

[60]

Moh. Kusnadi dan Harmaily Ibrahim, ―Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia,‖ Pusat

Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 1978.

Page 66: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

60

manajemen pemerintahan di Inggris yang menjadi pedoman dari Undang-

Undang adalah Magna Charta, Habeas Corpus dan Bill of Right. Yang

disebut Konstitusi hanya undang-undang.[61]

Dalam manajemen pemerintahan di Inggris, yang merupakan konstitusi

adalah:

1. Beberapa Undang-Undang antara lain:

a. Magna Charta 1215. Magna Charta 1215 ditandatangani oleh

Raja John atas desakan golongan bangsawan. Meski naskah ini

bersifat feodal, tetapi dianggap penting. Untuk pertama kalinya,

raja mengakui beberapa hak para bangsawan di bawahnya.

b. Bill of Rights 1689 dan Act of Settlement 1701. Kedua undang-

undang ini merupakan kemenangan parlemen melawan raja-raja

keluarga Stuart, karena memindahkan kedaulatan dari tangan raja

ke tangan parlemen. Parlemen menurunkan Raja James II dari

jabatannya, lalu mempersembahkan mahkota kepada Putri Mary

dan suaminya Pengeran William dari Orange (Holland) dalam apa

yang dinamakan ”Glorious Revolution 1688”.

c. Parlemen Act 1911 dan 1949. Kedua undang-undang ini

membatasi kekuasaan majelis tinggi (House of Lords) dan

menetapkan supremasi Majelis Rendah (House of Commons).

Contohnya, House of Lords dalam beberapa keadaan tertentu

dilarang menolak rancangan undang-undang yang telah diterima

oleh House of Commons.

2. Beberapa keputusan hakim, terutama yang merupakan tafsiran

mengenai undang-undang parlemen.

3. Konvensi-konvensi atau aturan-aturan yang berdasarkan tradisi, antara

lain mengatur hubungan kabinet dan parlemen. Konvensi atau disebut

juga rule of politic behaviour, ada yang sudah beberapa puluh tahun

bahkan ratusan tahun menjadi tradisi dan mendarah daging bagi orang-

orang Inggris, antara lain:

a. Prinsip-prinsip tanggung jawab politik yang merupakan tulang

punggung sistem manajemen pemerintahan Inggris, yakni kabinet

harus dibubarkan jika tidak lagi mendapat kepercayaan mayoritas

anggota majelis rendah.

b. Jika kabinet membubarkan diri, maka raja pertama-tama akan

memberi kesempatan kepada pemimpin oposisi untuk

membentuk kabinet baru.

[61]

Konstitusi di Inggris adalah undang-undang yang ada di negara tersebut, dianggap undang-

undang dasar. Dalam pada itu Manajemen Pemerintahan Inggris dalam kegiatannya

berdasarkan kepada Konstitusi.

Page 67: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

61

2. Manajemen Pemerintahan Sistem manajemen pemerintahan secara umum diterjemahkan sebagai

tata kelola pemerintahan secara konvensional, karena tidak memiliki

konstitusi. Sistem manajemen pemerintahan di Inggris ditujukan untuk

mewujudkan:

a. External Security

b. Internal Order

c. Justice

d. General Welfare

e. Individual Freedom.

Dalam manajemen pemerintahan Inggris terdapat institusi-institusi

berikut:

1. Parlemen yang mempunyai dua badan, yaitu House of Common

(DPR) dan House of Lord atau Dewan Pangeran atau Majelis Tinggi.

House of Lord memiliki 3.000 anggota, yaitu para bangsawan dengan

garis keturunan raja-raja. Namun, dari jumlah tersebut, hanya 300

orang yang aktif. Parlemen Inggris di depan raja sekitar tahun 1300.

Parlemen Inggris adalah badan legislatif kerajaan Inggris. Asal

muasalnya bisa ditelusuri hingga awal abad pertengahan. Parlemen

Inggris mengambil alih banyak kekuasaan dari penguasa. Setelah UU

Persatuan 1707 dikeluarkan, parlemen Inggris menjadi bagian dari

Parlemen Britania Raya yang kemudian berubah nama menjadi

Parlemen Kerajaan Bersatu. Sejarah awal pembentukannya dapat

dilacak di masa Anglo-Sakson. Raja-raja Anglo-Sakson didampingi

sebuah dewan penasihat yang dikenal sebagai Witenagemot, yang

memiliki anak dan saudara raja. Ealdormen, atau ketua eksekutif shire

dan pendeta senior negeri juga menjadi anggota Witenagemot. Raja

tetap memiliki otoritas tertinggi, tetapi hukum hanya dibuat setelah

mendapatkan saran-saran dari Witenagemot. (di belakang hari, harus

ada persetujuan Witenagemot). Secara bertahap, dewan kerajaan

berkembang menjadi parlemen. Pertama kali kata parlemen digunakan

dalam dokumen-dokumen resmi di masa pemerintahan Henry III. Hak

suara di pemilu parlemen untuk konstituante county sama di seluruh

county, yang memberikan hak pilih pada tiap orang yang memiliki

tanah untuk disewa 40 shilling per tahun. Namun, kekuasaan parlemen

menurun akibat perang saudara. Setelah Peperangan Mawar usai, raja

kembali memiliki kekuasaan tertinggi. Raja ada di puncak

kekuasaannya selama pemerintahan Henry VIII. Pertentangan besar

antara raja dan parlemen terjadi di masa pengganti James I, yaitu

Charles I. Pada 1628, House of Commons mengirim Petition of Right,

menuntut agar hak mereka dikembalikan. Meski menyetujui petisi itu,

raja kemudian menutup parlemen dan selama11 tahun berkuasa tanpa

parlemen. Hanya setelah terjadi krisis keuangan akibat perang, raja

terpaksa memanggil parlemen agar bisa mengatur perpajakan.

Parlemen baru yang suka melawan ini akhirnya ditutup kembali oleh

raja tiga minggu kemudian. Ini disebut Parlemen Pendek. Krisis

keuangan yang tak kunjung teratasi, mendorong raja untuk kembali

membentuk parlemen lain. Pertentangan kekuasaan antara parlemen

dan raja pun menimbulkan Perang Saudara Inggris. Mereka yang

mendukung parlemen disebut parlementarian atau 'Roundheads'. Pada

Page 68: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

62

1649, Rump Parliament menghukum mati Charles dan digantikan oleh

kediktatoran militer Oliver Cromwell. Setelah kematian Cromwell,

system monarki dikembalikan pada 1660. Menyusul Restorasi,

penguasa setuju untuk memanggil parlemen secara berkala. Namun,

tidak ada jaminan jelas atas kebebasan parlemen hingga masa James II.

Sebagai penguasa Katolik yang tidak populer, dia dipaksa

meninggalkan negeri pada 1688. Parlemen memutuskan bahwa dia

telah meletakkan tahta, dan menawarkannya kepada puterinya yang

Protestan, yaitu Mary, daripada puteranya yang Katolik. Mary II pun

berkuasa bersama suaminya William III. Menyusul Perjanjian

Persatuan pada 1707, UU parlemen kembar digolkan secara berturut-

turut, yaitu Parlemen Inggris dan Parlemen Skotlandia yang kemudian

membentuk Kerajaan Britania Raya sekaligus membubarkan kedua

parlemen tersebut dan menggantinya dengan Parlemen Britania Raya

yang berbasis di bekas tempat parlemen Inggris.

2. Mahkamah Agung dengan kewenangan menguji undang-undang yang

dibuat Parlemen, di samping melaksanakan tugas judicial laiinya.

Dengan demikian, Mahkamah Agung mempunyai hak ikut serta dalam

kegiatan legislatif, yaitu jika undang-undang yang sudah disahkan oleh

parlemen ternyata terdapat kekeliruan, atau bertentangan dengan

undang-undang yang lebih dahulu dan kurang mencerminkan rakyat

Inggris, maka undang-undang tersebut harus diperbaiki.

3. Perdana Menteri yang mengepalai pemerintahan. Perdana Menteri

adalah orang yang memperoleh suara mayoritas dalam pemilihan

umum dan dalam parlemen. Dalam melaksanakan tugas, perdana

menteri bertanggungjawab kepada parlemen. Inilah yang disebut

Kabinet Parlementer.

Di samping ketiga badan tersebut, ada pula badan negara yang lain,

yaitu badan raja atau ratu. Untuk memudahkan pembahasan, selanjutnya

hanya akan disebut raja. Raja tidak mengendalikan pemerintahan, dan hanya

bertindak sebagai kepala pemerintahan. Dalam konstitusi Inggris pun pernah

ada yang disebut ”The King can do no wrong”. Ini pertama kali tumbuh di

Inggris, pada masa Charles I, berkenaan dengan kebijakan raja tetapi yang

dijatuhi hukuman mati justru para menterinya, yaitu The earl of Strafford dan

Archibishop William Laud.

Dalam sistem manajemen pemerintahan di Inggris ada banyak hal

penting untuk disimak, yaitu:

1. Jika terjadi kekacauan dalam pemerintahan sehingga kabinet mendapat

mosi tidak percaya dari Parlemen, maka kabinet harus bubar dan

Perdana Menteri menyerahkan mandat kepada raja. Kemudian raja

menunjuk kembali mantan Perdana Menteri atau orang lain agar

membentuk kabinet yang memperoleh dukungan mayoritas di

Parlemen. Jika kabinet ini tetap tidak dapat terbentuk kembali dan

formatur atau calon perdana menteri kembali menyerahkan mandat

kepada raja, House of Lords akan membubarkan parlemen dan

mengadakan pemilihan umum kembali. Dalam kabinet parlementer,

raja adalah pemimpin negara, tetapi dia tidak menjadi kepala

pemerintahan.

2. Dalam perencanaan pembangunan, Inggris sama dengan berbagai

negara lain, yaitu meliputi perencanaan fisik, fungsional, komprehensif

Page 69: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

63

dan kombinasi umum. Hanya saja, karena Inggris merupakan negara

maju, maka perencanaan pembangunan lebih diserahkan kepada sektor

industri yang pelaksanaannya lebih banyak dilakukan oleh sektor

swasta. Jumlah perusahaan negara juga relatif lebih sedikit

dibandingkan Indonesia. Hal ini disebabkan adanya dominasi modal

swasta di sektor perindustrian. Itu sebabnya, negara Inggris disebut

negara Kapitalis Liberalisme.

3. Perencanaan yang bersifat politis, sosial dan budaya, akan lebih

diorientasikan pada kepentingan pengembangan kerajaan dan sifat-sifat

sosial-budaya masyarakat. Dalam manajemen pemerintahan di Inggris

juga terlihat adanya usaha Departemen Pendidikan yang menunjang

pengembangan bahasa Inggris untuk seluruh dunia. Ini pun menjadi

salah satu sebab bahasa Inggris menjadi bahasa internasional.

4. Meskipun bersifat leberalisme, pembinaan demokrasi di Inggris tetap

berorientasi pada feodalisme, mengingat setiap negara kerajaan akan

tetap berusaha mengembangkan feodalisme. Itu sebabnya, ―House of

Lords‖ yang merupakan dewan pangeran, tidak akan dapat dihapus

selama Inggris masih menganut bentuk pemerintahan Monaki.

5. Parlemen Inggris tidak mempunyai hak impeachment, yaitu hak

mengadili perdana menteri sekali pun dia dianggap melanggar

undang-undang. Sebagai jalan keluar, parlemen akan mengeluarkan

mosi tidak percaya jika perdana menteri diangap melanggar undang-

undang. Perdana menteri harus meletakkan jabatan dan

mengembalikan mandat kepada raja. Kemudian raja menunjuk

formatur baru yang diusulkan oleh Perdana Menteri untuk membentuk

kabinet baru. Jika perdana menteri mundur, maka seluruh anggota

kabinet juga berhenti. Dalam keadaan kabinet baru belum terbentuk,

tugas pekerjaan dibebankan kepada kabinet lama yang disebut kabinet

demisioner.

6. Mahkamah Agung di Inggris mempunyai fungsi hak uji undang-

undang. Mahkamah Agung diangkat oleh perdana menteri berdasarkan

usul parlemen.

3. Falsafah Feodalisme Sistem manajemen pemerintahan Inggris secara filosofi dipengaruhi

oleh falsafah ―Feodalisme‖, di mana segala kegiatannya harus sesuai dengan

falsafah tersebut. Karena Inggris merupakan negara monarki yang

menjunjung tinggi keturunan, maka Inggris pun menjunjung tinggi feodalisme

yang selalu melekat pada sifat monarki tersebut. Itu sebabnya, upaya apa pun

untuk mempengaruhi rakyat, tidak dapat dilakukan jika meninggalkan sifat-

sifat feodalisme. Jika sifat-sifat feodalisme dilanggar, justru akan mendapat

reaksi keras dari masyarakat itu sendiri.

Sikap aparatur adalah demokrasi feodalistik, di mana masyarakat

menghendaki adanya keharmonisan dan penyatuan tindakan dalam rangka

menjalankan undang-undang/penertiban pemerintahan. Itu sebabnya, yang

menjadi koordinator dalam manajemen pemerintahan di Inggris adalah

Perdana Menteri.

Dalam konteks ini, pengawasan atas tindakan manajemen

pemerintahan dilakukan oleh parlemen, raja dan pers. Pengawasan yang

dilakukan oleh raja, umumnya berupa saran, pendapat, atau nasehat yang

Page 70: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

64

diberikan kepada Perdana Menteri demi kebaikan negara. Saran dari raja

bersifat mengikat untuk dilaksanakan, tetapi raja tidak bisa dimintakan

pertanggungjawabannya jika saran yang diberikan tidak dapat dilaksanakan

dengan baik. Hal ini mengingat dalam undang-undang di Inggris dicantumkan

‖The King can do no wrong‖.

Sedangkan pengawasan dari parlemen adalah dengan menggunakan

hak inisiatif, hak interpelasi, hak budgeter, hak angket, hak amandemen, hak

dengar pendapat, hak menyatakan pendapat dan hak mosi tidak percaya. Hak-

hak ini dapat berjalan secara efektif karena yang menjadi anggota parlemen

adalah orang-orang yang telah mempunyai pendidikan tinggi dan pengalaman

luas. Sedangkan pengawasan dari masyarakat, baik melalui pers maupun

unjuk rasa atas kegiatan manajemen pemerintahan, cukup menunjukkan

adanya keterbukaan, sehingga pengawasan itu dapat berjalan secara efektif.

Demikian pula hanya dengan pengawasan yang dilakukan oleh Mahkamah

Agung.

Ӂ ӁӁӁӁ

Page 71: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

65

SISTEM MANAJEMEN PEMERINTAHAN

DI NEGARA BERKEMBANG

6.1. Sistem Manajemen Pemerintahan di Malaysia

1. Kekuasaan Ketika China dan India memulai perdagangan melewati Selat Malaka,

Semenanjung Melayu berubah menjadi pusat perdagangan di Asia Tenggara.

Itu sebabnya, banyak kerajaan di Selat Malaka yang berdiri pada abad ke-10

berasal dari pelabuhan.[62] Namun, jauh sebelumnya, pada awal abad ke-5,

Kesultanan Malaka telah berdiri, dan kemakmuran ekonominya menarik minat

penjajah (Portugis, Belanda dan Inggris).

Dalam perkembangan selanjutnya, muncul Pemukiman Selat[63] dan

Koloni Mahkota[64] Inggris[65] yang dibentuk pada 1826. Inggris pun sedikit

demi sedikit menyebarkan pengaruh dan proteksinjya kepada seluruh

semenanjung. Pemukiman Selat, termasuk Pulau Pinang, Singapura dan

Malaka.

Pada 1867 Inggris menjadi semakin agresif dan mulai merebut negeri-

negeri Melayu yang lain. Timbulnya perang saudara di daerah-daerah

Semenanjung Melayu, memberi peluang bagi Inggris dipilih untuk

menyelesaikan berbagai masalah penduduk Negeri Selat itu. Akhirnya,

Perjanjian Pangkor ditandatangani, yang berimplikasi terjadinya perluasan

kekuasaan Inggris ke negeri-negeri Melayu, yaitu Perak, Pahang, Selangor dan

Negeri Sembilan yang juga dikenal sebagai Negeri-Negeri Bersekutu, atau

negeri Bersatu. Negeri-negeri lain yang tidak termasuk negeri-negeri

bersekutu adalah, Perlis, Kedah, Kelantan Trengganu di bawah kekuasaan

Thailand.

Dampak takluknya Jepang pada Perang Dunia II dan kebangkitan

komunis, dorongan untuk merdeka semakin kuat. Saat Inggris menginginkan

pembentukan Uni Malaya setelah berakhirnya perang, masyarakat Melayu pun

menentangnya. Mereka menginginkan sistem yang pro-Melayu dan menolak

[62]

Berbagai sumber dapat disimpulkan beberapa Kerajaan yang berdiri termasuk Langkasuka

dan Lembah Bujang di Kedah, Beruas dan Gangga Negara di Perak, dan Pan Pan di

Kelantan. [63]

Straits Settlements terdiri dari : Penang, Malaka, Singapora itu Manajemen Pemerintahan

Inggris dalam kegiatannya berdasarkan kepada Konstitusi. [64]

Crown Colony. [65]

Britania.

BAB 6

Page 72: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

66

masuknya Singapura. Mereka juga meminta sistem kewarganegaraan tunggal,

dibandingkan dwi kewarganegaraan yang mengizinkan para pendatang

mendapat status warga negara Malaya dan negara asal. Kemerdekaan untuk

semenanjung diperoleh pada 1957 di bawah nama Persekutuan Malaya, tanpa

Singapura.[66] Belakangan, nama Persekutuan Malaya berubah menjadi

Malaysia.

Pada awal terbentuknya Malaysia, banyak terjadi masalah. Contohnya,

konflik dengan Indonesia dan tuntutan Filipina atas Sabah. Dua peristiwa

penting lain adalah, Singapura menarik diri dari Malaysia pada 1965 dan

terjadinya kerusuhan etnis pada 1969.

Malaysia adalah sebuah negara federasi dengan ibukota Kuala

Lumpur. Pemerintah Daerah-nya berbentuk negara bagian. Malaysia, karena

sejarahnya, menjadi anggota Persemakmuran Inggris semenjak tahun 1957,

meliputi bekas koloni-koloni Inggris ditambah sembilan negara yang dulu

dibawah perlindungan Inggris.

Jika ditarik ke belakang, pengaruh Eropa sudah masuk ke Malaysia

sejak 1511, ketika Malaka jatuh ke tangan Portugis. Kemudian, dilanjutkan

oleh Belanda ya ng menguasai Malaka mulai 1641 sampai pecah perang

Napoleon di Eropa pada 1815. Sesudah itu, Inggris menancapkan kaki dan

paling berkuasa di daerah tersebut. Perak, Selangor, Negeri Sembilan dan

Pahang membentuk Federasi negara-negara Melayu pada 1895. Belakangan,

Siam menyerahkan Kedah, Kelantan, Perlis dan Trengganu kepada Inggris,

yang menggabungkan Johor dengan negara-negara ini menjadi “Unfederated

Malay States” pada 1909.

Pada masa Perang Dunia II, daerah-daerah di semenanjung Melayu

diduduki Jepang. Setelah Jepang menyerah pada sekutu, Inggris membentuk

Uni Malaya pada 1946 yang meliputi seluruh Malaysia kecuali Singapura, dan

menghapuskan Strats Settlements. Kekacauan politik yang terjadi dua tahun

kemudian pada 1948, menyulut perang antara gerilyawan Malaysia dengan

tentara Inggris. Pada tahun-tahun berikutnya, Inggris menggunakan strategi

ulur waktu, sehingga Malaysia baru memperoleh kemerdekaannya menjadi

negara berdaulat dengan pemerintahan sendiri dan diterima menjadi anggota

PBB pada 1957. Uni dibentuk kembali pada 1958 dengan nama Federasi

Malaya, di bawah Komisaris Tinggi Inggris.

3. Manajemen Pemerintahan Perdana Menteri adalah kepala pemerintahan di Malaysia. Perdana

Menteri dipilih oleh Yang di-Pertuan Agung, Raja Malaysia, dari anggota-

anggota parlemen yang mendapat dukungan mayoritas dari parlemen.

Biasanya, yang dipilih menjadi perdana menteri adalah pemimpin partai

politik terkuat di parlemen (Dewan Rakyat). Sejak kemerdekaannya pada

1957, Perdana Menteri semuanya berasal dari UMNO (United Malays

National Organisation/ Organisasi Nasional Melayu Bersatu), partai terbesar

dalam Barisan Nasional (dikenal sebagai Parti Perikatan hingga 1969).

Ada kekhawatiran bahwa UMNO maupun Partai Islam se-Malaysia

akan melarang seorang non-Bumiputera, misalnya dari etnis Cina, menjadi

[66]

Akhirnya Singapura memisahkan diri menjadi Negara Merdeka..

Page 73: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

67

perdana menteri. Namun, pemerintah berulang kali meyakinkan rakyat bahwa

konstitusi Malaysia tidak mensyaratkan perdana menteri harus seorang

Bumiputera. Lihat Tabel 6.1. Daftar Perdana Menteri Malaysia Pertama

sampai ke lima, mulai tahun 1957-sampai dengan 2008.

TABEL 6.1. DAFTAR NAMA PERDANA MENTERI MALAYSIA

TAHUN 1957-2018

Nama Mulai

bertugas

Selesai

bertugas Partai

Tunku Abdul Rahman 1957 1970 UMNO

Tun Abdul Razak 1970 1976 UMNO

Tun Hussein Onn 1976 1981 UMNO

Tun Dr. Mahathir Mohamad 1981 2003 UMNO

Dato' Seri Abdullah Ahmad

Badawi 2003 2018

UMNO

Dato Sri Mohd Najib Tun Abdul

Razak

Tun Dr. Mahathir Mohamad

2019

10 Mei 2018

2013

sekarang

UMNO-BN

Parti Pribumi

Bersatu Malaysia

Malaysia menggunakan sistem Demokrasi Parlementer di bawah

sumpah Lembaga Kerajaan. Malaysia diketuai oleh Seri Paduka Baginda

Yang di-Pertuan Agong yang dipilih dari sembilan sultan negeri Melayu untuk

masa jabatan lima tahun sebagai Ketua Negeri dan Pemerintah Tertinggi

Angkatan Tentera.

Sistem pemerintahan demokrasi parlementer di Malaysia memiliki dua

dewan, yaitu:

1. Dewan Negara dengan 70 anggota yang terpilih untuk masa tugas 3

tahun. Pemilihan dibagi dalam dua kategori, yaitu 26 anggota dipilih

oleh dewan berdasarkan perundangan negara yang mewakili 13 negeri

dan 44 anggota lagi dilantik oleh Seri Paduka Baginda Yang di-

Pertuan Agong atas saran Perdana Menteri, termasuk dua anggota dari

Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur dan dua anggota yang masing-

masing mewakili Wilayah Persekutuan Labuan dan Putrajaya.

2. Dewan Rakyat mempunyai 219 anggota. Setiap anggota mewakili satu

daerah konstituen. Anggota dipilih atas dasar dukungan dalam

pemilihan umum. Setiap anggota Dewan Rakyat memangku jabatan

selama 5 tahun.

Kekuasaan undang-udang dibagi antara kerajaan persekutuan dan

kerajaan negeri yang ditentukan oleh parlemen. Undang-undang tertinggi

adalah “Konstitusi Malaysia”, dan untuk mengubahnya diperlukan majoritas

dua pertiga. Undang-undang kedua adalah undang-undang syariah yang

diambil dari ajaran Islam. Sultan merupakan ketua agama Islam yang

kekuasaannya tunduk kepada Baginda Kerajaan Negeri.

Sistem legislatif Malaysia berasaskan undang-undang Inggris,

sekalipun kebanyakan dari undang-undang dan konstitusi telah mengadopsi

undang-undang India. Sementara itu, Mahkamah Agung (MA) selalu akan

mengkaji kembali semua keputusan yang diambil oleh Pengadilan Tinggi. MA

mempunyai jurisdiksi dalam hal-hal konstitusi dan jika terjadi perselisihan di

Page 74: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

68

antara negeri-negeri. Semenanjung Malaysia, Sabah dan Sarawak mempunyai

Pengadilan Tinggi.

Kunci sukses Manajemen Pemerintahan dan Pembangunan Malaysia

terutama terletak pada pembangunan pendidikan, pemberantasan korupsi dan

konsisten dengan apa yang telah diputuskan bersama.[67] Meski lebih muda dari

Indonesia, Malaysia lebih maju dalam hal pembangunan. Bahkan kemajuan

pembangunan di Malaysia meninggalkan negara-negara Asean lainh, kecuali

Singapura.

Ketika negara ini merdeka pada 31 Agustus 1957, pemerintahan di

bawah Perdana Menteri pertama, Tunku Abdul Rahman, menerima warisan

dari Pemerintahan Inggris berupa infrastruktur dan sistem manajemen

pemerintahan yang bagus.[68] Dengan anggaran 5,1 milliar ringgit pada 1957,

Tunku Abdul Rahman berusaha membangun bangsa dan negaranya. Dalam

menjalankan tugas perdana menteri pertama sampai 1879, Tunku Abdul

Rahman menghadapi banyak hambatan dalam memajukan negara.

Konfrontasi dengan Indonesia dan minimnya lembaga pendidikan, membuat

perjalanan negeri tersebut kurang lancar. Di samping itu, pada 1969 terjadi

kerusuhan antar etnis di Kuala Lumpur yang merusak situasi keamanan yang

baru saja dibangun.

Tun Abdul Razak yang kembali terpilih untuk masa jabatan kedua

(1970-1976), berusaha meletakkan dasar-dasar manajemen pemerintahan dan

mendorong pembangunan, sesuai dengan kondisi masyarakat Malaysia saat

itu. Upaya ini dilanjutkan oleh penggantinya, Datuk Hussein Onn, yang

memerintah pada 1976-1981. Datuk Hussein Onn menata berbagai ketentuan

hukum yang berlaku di Malaysia.

Perdana Menteri ke-4 Malaysia adalah Dr. Mahathir Mohamad yang

memerintah antara 1981-2003. Dengan kebijakan yang disebut Kebijakan

Ekonomi Baru[69] mencoba membuat Malaysia menjadi negeri baru.

Pengiriman putra-putri bumi putra untuk belajar ke luar negeri, termasuk ke

Indonesia, yang sudah dilakukan sejak zaman Tunku Abdul Rahman semakin

digalakkan. Tidak hanya itu, upaya mengelola sumber daya alam (SDA) oleh

putra-putri Malaysia, yang antara lain pernah belajar ke Pertamina pada 1978,

juga diintensifkan. Sekarang, Petronas di Malaysia tumbuh menjadi salah satu

maskapai perminyakan terkemuka di dunia.

Dr. Mahathir Muhammad yang “dijuluki” Bapak Pemodernan

Malaysia itu, dalam waktu 22 tahun berhasil membuat Kuala Lumpur, ibu kota

Malaysia, menjadi kota modern. Jalan bebas hambatan dari Johor Baru ke

daerah perbatasan dengan Thailand Selatan digagas dengan cermat dan ke

perbatasan dengan Singapura dibangun. Malaysia juga membangun Bandara

[67]

Kompas, 22 September 2007.. [68]

Inggris meninggalakn jajahannya dengan mempersiapkan sistem manajemen pemerintahan

dan infrastruktur yang baik, sehingga pemerintahan selanjutnya tidak kesulitan dalam

menjalankan tugas-tugas pemerintahan dan Tugas pembangunan. Berbeda dengan Belanda

yang meninggalkan Indonesia saat akhir penjajahannya meninggalkan kebodohan dan

menajemen pemerintahan serta infrastruktur yang yang tidak baik, dan menyulitkan bangsa

Indonesia. Ini sebagai perbandingan peninggalan kolonial Inggris dan Belanda [69]

New Economic Policy yang merupakan kebijakan Dr. Mahatir Mohamad merupakan

trobosan untuk mengembangkan Malaysia menjadi Negeri Baru.

Page 75: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

69

baru yang berjarak lebih dari 70 kilometer dari kota Kuala Lumpur, lengkap

dengan “sky train” untuk menghubungkan dua terminal.

Dari Bandara menuju Kuala Lumpur tersedia “Kuala Lumpur

International Airport Expres” yang cepat, nyaman dan murah. Transportasi

di kota Kuala Lumpur sendiri dilengkapi monorel dan kereta “Light Rapid

Transit” (LRT) yang menghubungkan enam penjuru, yaitu Port Klang-Sentul,

Rawang-Sremban, Sentul-Sri-Petaling, Terminal Putra-Taman Bajía dan

Titiwangsa-KL Central. Semua ini membuat Kuala Lumpur setara dengan

kota-kota modern di Eropa dan berbagai negara maju lain.

Pembangunan kota Kuala Lumpur memang luar biasa, namun pihak

oposisi justru merisaukan dan mengkhawatirkan pelaksanaan kebijakan

ekonomi baru yang secara terselubung “menganak emaskan” etnis melayu,

tetapi meminggirkan etnis China dan India. Sekali pun dianggap penting bagi

pembangunan di Malaysia, kebijakan yang digagas Perdana Menteri Tun

Abdul Razak sebagai jawaban atas kerusuhan etnis di Malaysia pada 1969 itu,

kini justru melahirkan kecemburuan.

Kebijakan ini merupakan pemberian berbagai keistimewaan lepada

etnis Melayu. Berbagai keistimewaan ini diharapkan mampu mengangkat etnis

melayu dari kemiskinan. Di masa pemerintahan PM Tun Abdul Razak,

penguasaan ekonomi etnis Melayu hanya 24%, sementara warga China-India

menguasai 33% dan sisanya yang 63% dikuasai warga asing. Tingkat

kemiskinan warga melayu saat itu pun sangat tinggi, yaitu mencapai 49%.

Melalui kebijakan ekonomi baru yang dilancarkan di negeri jiran ini,

sekarang perbandingan kemampuan ekonomi di antara tiga kelompok besar ini

menjadi Melayu 30%, China-India 40% dan warga asing 30%. Berbagai pihak

mengakui, pelaksanaan kebijakan ekonomi baru ini berhasil mengurangi

tingkat kemiskinan dan menaikkan penguasaan ekonomi warga melayu.

Namun, di sisi pengistimewaan yang berlebihan juga melahirkan sejumlah

pengusaha Melayu “Ali Baba”.[70]

Pemberian hak-hak istimewa kepada warga Melayu dalam membangun

usaha, lama-kelamaan melahirkan kecemburuan di kalangan etnis China dan

India yang sama-sama merasa sebagai warga Malaysia. Mengingat berbagai

protes tidak mungkin dilakukan secara terbuka, upaya yang dilakukan ádalah

migrasi. Hal itu kebanyakan dilakukan oleh kaum muda etnis China. Berbagai

pihak sudah mengingatkan akan bahaya kecemburuan sosial yang muncul

sebagai dampak penerapan kebijakan ekonomi baru.

Tun Dr. Mahathir Mohamad pada pemilihan 10 Mei 2018 terpilih

kembali setelah Dato' Sri Mohd Najib Tun Abdul Razak tidak dipercaya oleh

rakyat yang diduga korupsi.Pemerintah Razak dianggap merugikan negara,

pada saat buku ini sedang ditulis Razak sedang diproses hukum.

[70]

Ali Baba alias pengusaha di atas angin. Setelah mendapatkan kontrak kerja, mereka tidak

mengerjakan sendiri, tetapi menjual atau mensubkontrakan kepada pengusaha non-Melayu.

Dampak kelanjutannya, terjadi kebocoran belanja pemerintah dan pembangunan dana yang

tidak efisien..

Page 76: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

70

3. Pengawasan Perdana Menteri Malaysia ke-5 adalah Abdullah Ahmad Badawi

dengan masa jabatan 2003-2009. Dia mengembangkan sistem manajemen

yang sangat berbeda dengan pendahulunya. Jika Mahathir menerapkan konsep

think big, maka Badawi memilih konsep think small yang mendorong sektor

UKM untuk maju. Namun, perselisihannya dengan ‖guru‖nya yang sekaligus

mantan perdana menteri Mahathir Mohamad membuat pemerintahan Badawi

gerah. Sebagai Social Control dari masyarakat, Dr. Mahathir menulis surat

kritik terbuka kepada Badawi yang menyatakan ―Badawi tak mencapai apa-

apa yang berarti selama masa pemerintahannya‖. Bahkan Mahathir juga

menyatakan penyesalannya telah memilih Pak Lah (panggilan Badawi), dan

bukannya Najib Razak (Wakil Perdana Menteri).[71]

Surat Mahathir ini bisa dikatakan sebagai puncak kritik terbuka

Mahathir kepada Badawi sejak ―serangan‖ pertama pada 12 Juni 2006. Ketika

itu Mahathir dalam sebuah wawancara menyebutkan ―ada yang salah‖ dalam

pemerintahan Badawi. Menurutnya, korupsi makin sulit dikontrol, dan

Mahathir juga menuduh Badawi telah menjual negara.

Selain kritikan yang bersifat pengawasan dari Mahathir, kinerja

Badawi dan UMNO pun sedang dipertanyakan banyak pihak. Anggota

parlemen Partai Aksi Demokratik dari Kuala Lumpur Utara Lim Kit Siang,

misalnya, pada 6 November 2006 meminta Badawi memaparkan apa saja

kebijakan yang dijalankan setelah menjalankan pemerintahan selama tiga

tahun. Ini merupakan pengawasan parlemen atas pemerintahan Badawi di era

demokrasi.

Pengawasan lain dari masyarakat juga dilakukan melalui situs berita

independen Malaysia Kini. Dalam salah satu tajuknya, situs ini menyarankan

agar energi Badawi tidak terlalu terfokus pada kritikan Mahathir, karena

semua itu hanya suatu permainan politik. Menurut situs yang pernah dibreidel

semasa Mahathir ini, publik sama sekali tidak tertarik ada pertikian personal.

―Rakyat kecewa dengan janji-janji kosong Badawi. Masalah utamanya adalah,

Badawi tidak mengerjakan sesuatu yang signifikan untuk memenuhi janji-

janjinya pada masa pemilihan umum,‖ demikian tulis Malaysia kini.

6.2. Sistem Manajemen Pemerintahan di Saudi Arabia

1. Kekuasaan Negara kerajaan di Asia Barat Daya, meliputi semenanjung Arab

dengan Ibu kota Riyad dan Mekkah. Di sebelah utara berbatasan dengan

Yordania, Irak dan Kuwait, di sebelah timur dengan teluk Persia, di sebelah

barat dengan Laut Merah dan di sebelah selatan dengan gurun Rub al Khali.

Di wilayah Hedjaz terdapat kota-kota suci Mekah dan Madinah.

Dasar perekonomian Saudi Arabia adalah peternakan dan pertanian,

tetapi kemakmuran Saudi Arabia terletak pada sektor industri minyak, yang

[71]

Surat Dr. Mahatir Mohamad tanggal 27 Oktober 2006. dalam surat Mahathir yang

menempatkan diri sebgai warga negara biasa.yang menyrang kepada Pemerintahan Abdullah

Badawi tidak mencapai sukses seperti yang diinginkan rakyatnya

Page 77: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

71

merupakan cadangan minyak terbesar di dunia. Perusahaan Arabian American

Oil Company (Aramco) yang berbasis di Delaware, memegang konsesi-

konsesi minyak sejak 1933. Pengaruh Aramco begitu besar sehingga untuk

patokan harga gas, Indonesia dan beberapa negara lain mengacu pada harga

yang ditetapkan Aramco.

Berdasarkan sejarah, riwayat Saudi Arabia dimulai sejak 1925, ketika

Ibn Saud, Raja Nedjd, secara resmi mengambil alih daerah Hedjaz.

Pemerintahannya diakui oleh Inggris pada 1927 dan nama Saudi Arabia yang

merupakan gabungan Nedjd dan Hedjaz diterima pada 1932. Ibn Saud wafat

pada 1953, dan digantikan oleh putranya Saud. Bentuk pemerintahan Saudi

Arabia adalah monarkhi, meskipun saudara Saud, Feisal, dijadikan Perdana

Menteri pada 1953 dan diberi kekuasaan luas pada 1958.

Kekuasaan manajemen pemerintahan negara Saudi Arabia berada

sepenuhnya di tangan raja yang merangkap sebagai Perdana Menteri.

Kebijakan manajemen pemerintahan ditetapkan dengan keputusan raja, setelah

raja mendengarkan nasehat dari para menteri dan para ulama. Perencanaan

(seperti APBN) dibuat, tetapi kebijakan anggaran Saudi Arabia tetap

ditentukan oleh raja, karena raja merangkap jabatan perdana menteri.

Pertanggungjawaban tentang manajemen pemerintahan langsung oleh raja

kepada rakyat.

Sementara itu, dalam hal pengorganisasian manajemen pemerintahan,

Saudi Arabia hanya mengenal satu badan eksekutif saja, yang dilengkapi

kekuasaan legislatif dan yudikatif. Saudi Arabia menerapkan manajemen

pemerintahan yang menganut “sistem sentralisasi” atau “sistem

kediktaktoran.” Itu sebabnya, di saudi Arabia tidak ada pemilu dan tidak ada

partai karena negara ini tidak memiliki badan pewakilan rakyat atau badan

legislatif yang terpisah dari kekuasaan raja. Dengan kata lain, di Saudi Arabia

tidak ada susunan keanggotaan Majelis All Umma atau pun DPR.

Dalam manajemen pemerintahan, Saudi Arabia menerapkan “close

management system‖, yaitu tidak terdapatnya social-participation dan social

control. Tidak adanya social participation, karena rakyat tidak ikut

menentukan bagaimana cara mengelola pemerintahan yang baik. Rakyat

samasekali tidak memiliki kesempatan untuk melakukan social participation.

Jadi, yang menentukan sistem manajemen pemerintahan paling baik

dan paling efektif adalah raja dan para menterinya, atau para gubernur.

Sedangkan tidak adanya social control karena alasan tidak ada sarana (tools)

untuk melakukannya. Memang, pernah ada social control, namun dalam

bentuk ekstrim, yaitu dengan menduduki Masjidil Harom oleh orang yang

menamakan diri Imam Mahdi. Sebaliknya, social responsibility dilaksanakan,

karena raja harus memberikan pertanggung jawaban kepada rakyat. Demikian

juga social support dilaksanakan, karena adanya dukungan rakyat terhadap

raja.

2. Falsafah Feodal Falsafah yang dianut di Saudi Arabia adalah feodalitik dan autokratik,

karena manajemen pemerintahannya menganut sistem totaliter dan bentuk

pemerintahannya adalah Monarkhi.

Sistem komunikasi dalam manajemen pemerintahan Saudi Arabia

adalah satu arah yaitu one way traffic communication, yaitu hanya berupa

penyampaian pemikiran-pemikiran pemerintah kepada rakyat. Sedangkan

Page 78: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

72

pemikiran-pemikiran rakyat tidak dapat disalurkan secara efektif kepada

pemerintah. Dengan cara komunikasi satu arah seperti ini, terjadi

”communication gap” antara pemerintah dan rakyat.

3. Sikap Aparatur Sikap aparatur dalam manajemen pemerintahan adalah feodal dan

kerajaan, sehingga berpotensi menimbulkan ekses negatif terhadap

masyarakat. Apalagi pengawasan dari legislatif di negara Saudi Arabia tidak

ada, karena memang tidak memiliki badan perwakilan politik. Sementara itu,

hak inisiatif, hak budgeter, hak amandemen dan berbagai hak lain yang

seharusnya dimiliki oleh badan legislatif, seluruhnya dipegang oleh raja.

Sedangkan, hak mosi tidak percaya dari badan perwakilan politik yang

dimiliki raja, tidak mungkin digunakan untuk melawan dirinya sendiri. Karena

itu, raja dengan kekuasaan yang begitu besar dapat mewariskan tahta kepada

putera mahkota.

Bagaimana dengan judicial control? Di Saudi Arabia, judicial control

ada pada Mahkamah Agung dan badan lainnya. Judicial control ini dilakukan

terhadap aparatur manajemen pemerintahan maupun terhadap rakyat, tetapi

tidak terhadap raja karena di samping sebagai kepala pemerintahan, raja juga

menjadi pemimpin agama. Sedangkan peradilan, dijalankan menurut hukum

Islam. Jadi, seorang pemimpin agama merupakan orang yang dianggap bersih

dan paling tahu di dalam bidang agama itu sendiri, sehingga pengadilan agama

pun dikendalikan oleh raja. Dengan berbagai penjelasan ini, raja di saudi

Arabia memegang kekuasaan mutlak atas kekuasan legislatif, eksekutif dan

yudikatif.

Pengawasan masyarakat, termasuk pengawasn melalui media, sangat

terkendali, yaitu hanya untuk mengontrol kegiatan aparatur. Tetapi,

”pengawasan pada raja tidak akan berani”. Hal ini dimaksudkan untuk

melindungi kepentingan raja. Mengingat, jika pers memperoelh kebebasan

untuk mengritik rejim raja, sudah barang tentu akan membahayakan

kedudukan kerajaan pada umumnya dan kedudukan raja pada khususnya.

Karena pengawasan atas perencanaan pembangunan, pengorganisasian

dan kegiatan aparatur negara dilakukan oleh raja, maka bawahan harus loyal

pada raja. Jika bawahan tidak loyal, akan membahayakan kerajaan.

6.3. Sistem Manajemen Pemerintahan di Thailand

1. Kekuasaan Thailand secara umum sering disebut ”The Kingdom of Thailand”

atau ”The Kingdom of Siam” sampai 23 Juni 1939.[72] Sejak itu, nama

Kerajaan Siam diganti menjadi Thailand oleh Perdana Menteri Pibhun

Songgram. Lengkapnya, Ratcha Anachak Thai artinya "Kerajaan

Thailand" or "Kingdom of Thai". Etimologi komponen kata terdiri dari:

Ratcha dari Sanskrit raja, artinya "king, royal, realm" atau raja, sedangkan

kata ana memiliki pengertian authority, command, power atau kekuasaan.

Kata itu sendiri dari Sanskrit ājñā yang mempunyai beberapa pengertian.

[72]

Lihat History Thailand , Siam, CSM-Thai.

Page 79: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

73

Sedangkan chak dari bahasa Sanskrit chakra, adalah simbol dari kekuasaan

dan kebenaran. Thailand dengan ibukota Bangkok terletak di Asia Tenggara,

berbatasan dengan Birma, Laos, Kamboja dan Malaysia.

Mayoritas negeri ini berupa daratan rendah yang mengandalkan

tanaman padi. Sementara di daerah barat-laut, didominasi oleh gunung-gunung

yang kaya akan hutan jati. Sedangkan hampir seluruh bagian jasirahnya,

tertutup hutan dengan hasil utama berupa timah, wolfram dan karet. Lalu,

perikanan di sepanjang pantai sangat penting. Dalam hal religi, mayoritas

penduduk beragama Budha. Meski demikian, Thailand juga merupakan

negara multi etnis (Cina, Melayu, Annam, Kamboja, Mon, Negrito dan

penduduk asli bangsa Thai atau Siam).

Sejarah Thailand modern dimulai ketika bangsa Khmer (Kamboja)

yang menguasai negeri ini sejak abad ke-11 dienyahkan pada abad ke-13. Saat

itu para pemimpin Thai di bagian utara (Sukkothai) menyatakan kemerdekaan

negeri ini dari penjajahan Khmer. Timbullah dinasti Thai dengan Ibukotanya

Ayuthia. Kedatangan para pedagang Portugis dan kaum misionaris pada abad

ke-16 menandai dimulainya hubungan Thailand dengan negara-negara barat.

Pada abad ke-19 kemerdekaan Thailand terancam oleh Inggris dan Perancis,

tetapi bangsa Thailand dapat mempertahankannya.

Dinasti Chakkri didirikan pada 1782 dan masih tetap berkuasa sampai

sekarang. Raja Mongkut tahun 1815-1860 dan Chulalongkorn Tahun 1868-

1910 telah mengadakan berbagai perbaikan di bidang ekonomi dan sosial.

Ditinjau dari manajemen pemerintahan dan politik, Thailand tetap merupakan

negara Monarkhi Absolut hingga 1932. Perubahan terjadi ketika suatu kudeta

memaksa Raja Prajadhipok yang berkuasa antara 1925-1935 menerima

konstitusi, dan kecondongan ke arah demokrasi mulai terjadi pada 1938. Saat

itu, Thailand berada di bawah pemerintahan Jenderal Luang Pibhun Songgram

yang kemudian dikenal dengan Phibun Songgram di bawah raja Ananda pada

1935-1946. Dia digulingkan pada 1944, tetapi kembali berkuasa pada 1947.

Thailand diduduki tentara Jepang pada tahun 1941 dan bersekutu dengan

Jepang dalam Perang Dunia II.

Setelah Perang Dunia II, Thailand menjalin hubungan dengan

Amerika. Juga menjalin hubungan negara-negara berkembang lain selama

perang dingin. Dalam beberapa dekade terakhir kerap terjadi kudeta oleh rejim

militer, namun berbagai kudeta ini tidak merusak demokrasi dan monarkhi

sejak 1980.

2. Manajemen Pemerintahan Sejak reformasi politik di bawah absolut monarkhi pada 1932,

Thailand memiliki 17 konstitusi dan piagam atau charters.[73] Sampai sekarang,

format manajemen pemerintahan Thailand adalah usulan dari diktaktor militer

untuk pemilihan yang demokratis, karena semua gubernur memahami bahwa

[73]

The Council of State, Constitutions of Thailand. This list contains 2 errors : it states that

the 6th Constitution was promulgated in 1912 (rather than 1952), and it states that the 11

th

constitution was promulgated in 1976.

Page 80: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

74

pemerintahan menganut monarkhi. [74] Konstitusi 1997 merupakan konstitusi

pertama yang diperkenalkan melalui pemilihan disebut konsitutsi rakyat.[75]

Konstitusi 1997 menciptakan bicameral legislature yang terdiri dari

500 anggota dewan atau House of Representatives (sapha phutan ratsadon)

dan 200 Senate (wuthisapha).[76] Untuk pertama kali dalam sejarah Thailand,

kedua lembaga ini dibentuk melalui pemilihan. Hak asasi manusia pun diakui

dengan tegas, dan tolok ukurnya adalah meningkatnya stabilitas dalam proses

pemilihan pemerintahan.

Dewan dipilih dengan cara voting atau first-past-the-post system, di

mana kandidat yang memperoleh suara terbanyak akan dinyatakan menang.

Sementara Senat dipilih untuk tingkat provinsi, di mana satu posisi senator

dicadangkan untuk rakyat. Anggota Dewan atau Members of the House of

Representatives menduduki jabatan selama 4 tahun, sedangkan Senator

selama 6 tahun. Mahkamah Agung (The court system) merupakan pengadilan

konstitusional dengan yurisdiksi atas dasar konstitusi dari tindakan yang

bersifat parlementer, keputusan kerajaan dan berbagai hal politis.

Pada Januari 2001, pemilihan umum pertama dilaksanakan dengan

mengacu pada Konstitusi 1997 yang menjunjung asas keterbukaan dan bebas

korupsi. Ini adalah pemilihan umum pertama yang bebas di dalam sejarah

Thailand.[77] Pemerintah yang terbentuk berikut adalah, yang pertama di

Thailand dengan pembatasan masa jabatan selama empat tahun. Pemilihan

umum pada 2005 ditandai dengan jumlah pemberi suara tertinggi dalam

sejarah Thailand. Pemilu ini juga menjadi terkenal karena ditandai

berkurangnya politik uang secara signifikan, dibandingkan pemilihan

sebelumnya.[78]

Di awal 2006, pemerintahan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra

yang diduga korup, meski sulit dibuktikan, mengalami tekanan kuat.

Akhirnya, dilakukan Pemilu ulangan dan Thaksin kembali memenangkannya.

Pihak oposisi yang memboikot pemilihan, terus melakukan tekanan dan

mendorong terjadinya kudeta oleh militer pada 19 September 2006. Ini bukti

bahwa negara Thailand yang menganut asas demokrasi ternyata sangat rawan

terhadap perebutan kekuasaan.

Tanpa menghadapi banyak perlawanan, junta militer yang

menggulingkan pemerintah Thaksin, membatalkan konstitusi dan

membubarkan parlemen. Bahkan beberapa anggota parlemen Thaksin

ditangkap. Hukum darurat diumumkan dan para penasihat raja menunjuk

Surayud Chulanot menjabat Perdana menteri sementara.[79]

[74]

Sering terjadinya coups di Tahiland, Daftar/List of Provious coups In Thailand, and list of

recent coups in Thailand’s History.. [75]

Kittipong Kittayarak, The Thai Constitution of 1997 and its Implication on Criminal

Justice Reform.. [76]

Op.cit. Thailand History. [77]

Op.cit. Thailand History. [78]

Aurel Croissant and Daniel J. Pojar, Jr., Quo Vadis Thailand? Thai Politics after the 2005

Parliamentary Election, Strategic Insights, Volume IV, Issue 6 (June 2005) , The Nation, NLA

'doesn't represent' all of the people, 14 October 2006, and The Nation, Assembly will not play

a major role, 14 October 2006. [79]

Harian Kompas, tanggal 20 Sepetember 2008.

Page 81: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

75

3. Pembagian Wilayah Administratif Thailand dibagi dalam 75 provinsi yang dikelompokkan dalam lima

wilayah besar dengan dua daerah khusus, yaitu Bangkok (provinsi terbesar)

sebagai ibukota negara dan Pattaya.

Masing-Masing provinsi dibagi menjadi beberapa daerah tingkat II

(district) yang selanjutnya dibagi lagi menjadi sub-districts. Mulai 2006, di

Thailand terdapat 877 daerah (district) yang 50 diantaranya ada di Bangkok.

Beberapa provinsi besar lain adalah Nonthaburi, Pathum Thani, Samut Prakan,

Nakhon Pathom dan Samut Sakhon. Nama tiap kota besar provinsi adalah

sama dengan nama provinsinya. Contohnya, ibukota provinsi Chiang Mai

(Changwat Chiang Mai) adalah Mueang Chiang Mai atau Chiang Mai.

Thailand adalah negeri terbesar ke-50 dengan populasi penduduk

tertinggi ke-28 di dunia. Populasi penduduk Thailand menyamai negara-

negara seperti Iran dan Peru. Sedangkan dari ukuran luas daratan, Thailand

menyamai Prancis dan negara bagian California di AS, tetapi dua kali luas

negara Inggris dan 1.4 kali ukuran Negara Jerman.

Ӂ ӁӁӁӁ

Page 82: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

76

SISTEM MANAJEMEN

PEMERINTAHAN

DI NEGARA-NEGARA RAWAN

KONFLIK

Dalam membahas manajemen pemerintahan, rasanya tidak adil kalau

yang dibahas hanya negara-negara yang sudah mapan atau negara-negara maju

(developed country). Untuk lebih adilnya, kita perlu membahas negara-negara

yang rawan konflik seperti Israel, Libanon dan Afghanistan. Manajemen

pemerintahan ketiga negara ini akan dibahas, meski hanya sepintas. Hal ini

akan menunjukkan bagaimana manajemen pemerintahan dapat berjalan di

negara-negara yang sedang konflik dan berperang. Kajian ini dapat dipakai

sebagai referensi bagi para pakar manajemen pemerintahan yang sedang

menggali suatu ilmu. Dalam bab ini penulis mulai dari negara Israel.

7.1. Sistem Manajemen Pemerintahan di Israel

1. Kekuasaan Zionisme Israel dalam bahasa Ibrani, Medinat Yisra„el, adalah sebuah negara

di Asia Barat, tepi Laut Tengah, berbatasan dengan Libanon di utara, Suria

dan Yordania di sebelah timur dan di barat-daya dengan Mesir. Selain itu,

Israel juga dikelilingi dua daerah otoritas Palestina: Jalur Gaza dan Tepi Barat.

Pada saat buku ini ditulis, Israel dipimpin oleh Presiden Shimon Peres dan

Perdana Menteri Ehud Olmert.[80] Negara dengan ibukota Yerusalem dan

mendapat kemerdekaan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 14 Mei

1948[81] ini, belum memiliki batas negara yang tetap.[82] Dari sisi

kependudukan, Israel memiliki populasi sekitar 7.2 Juta orang. [83] Bangsa Israel menyatakan diri untuk mendirikan sebuah negara di

Palestina atas dasar tiga sumber: (1) Warisan perjanjian Lama dari Kitab

[80]

Saat buku ini sedang ditulis Presiden adalah Shimon Peres dan Perdana Menterinya

adalah Ehud Olmert. [81]

Mandat dari Perseriktatan Bangsa-Bangsa kepada Britania Raya atau Inggris 14 Mei

1948, namun Kemerdekaan Negara Israel ditentang oleh negara-negara Timur Tengah lainnya

dan banyak negeri-negeri Muslim, dampaknya Perang antara Israel dan Liga Arab.. [82]

Batas-batas Wilayah Negara Israel masih belum jelas, karena masih selalu terjadi konflik

dengan negara-negara tetangganya khususnya negara Palestina. [83]

Central Bureau of Statistics Israel 12-9-2007.

tional Journal of Kurdish Studies, Jan, 2002 oleh Lokman I. Meho "The Kurds in Lebanon: a

social and historical overview".

BAB 7

Page 83: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

77

Injil.[84] (2) Deklarasi Balfour yang diumumkan Inggris Raya pada 1917.[85] (3)

Pembagian Palestina menjadi negara Arab dan Negara Yahudi yang

direkomendasikan oleh Majelis Umum PBB pada 1947.[86]

Namun, menurut beberapa referensi sejarah, bangsa Yahudi bukanlah

penduduk pertama Palestina, karena bangsa Mesir dan bangsa Kanaan telah

lebih dahulu bermukim di Palestina sekitar 3000 SM, sedangkan bangsa

Yahudi baru pada tahun 1020 SM.[87]

Berdirinya negara Israel yang hampir seluruh penduduknya terdiri dari

orang-orang Yahudi ini merupakan hasil “ZIONISME”.[88] Setelah Perang

Dunia Kedua (PDII), pada 1945 Israel mendapat cukup dukungan untuk

menjadi satu negara merdeka bagi orang-orang Yahudi Palestina dengan

penduduk 500.000 orang. Israel menjadi tempat tinggal bagi orang-orang

Yahudi yang saat itu tersebar di berbagai negara Arab.

Orang-orang Arab Palestina yang populasinya sekitar 1 juta (lebih

banyak dari Israel) dan negara-negara Arab, menentang berdirinya negara

Yahudi. Mereka menuntut kemerdekaan untuk seluruh rakyat Palestina dengan

orang Yahudi sebagai minoritas yang dilindungi. Tuntutan ini tidak pernah

mendapat tanggapan serius dari PBB.

Bahkan keputusan Inggris untuk setiap bulan hanya mengijinkan 2.000

orang Yahudi Eropa yang kehilangan tempat tinggalnya masuk Palestina

hingga jumlahnya mencapai 100.000 orang, mengakibatkan serentetan

serangan teroris Yahudi atas berbagai instalasi militer Inggris.

Setelah PBB pada 1947 membagi Palestina menjadi satu negara

Yahudi, satu negara Arab dan satu daerah Internasional yang kecil di mana

terletak Yerusalem, tanpa mempedulikan oposisi pihak Arab, negara Israel

diproklamirkan di Tel Aviv pada 14 Mei 1948. Sehari kemudian, Israel

diserang oleh tentara Libanon, Suriah, Yordania, Mesir, Irak dan negara-

negara Arab lain. Israel berhasil memenangkan perang ini, bahkan merebut

lebih dari 70% daerah mandat PBB dan Inggris.

Perang antara Israel dan anggota-anggota Liga Arab ini berakhir pada

Januari 1949 melalui mediasi PBB di bawah pimpinan Folk Bernadotte yang

kemudian diganti oleh Ralph Bunche. Setelah perang, daerah Israel bertambah

luas sekitar 50%. Sengketa dengan Mesir, Siria dan Yordania pun berlangsung

terus. Perang ini menyebabkan banyak bangsa Palestina yang mengungsi dari

daerahnya sendiri. Di sisi lain, tak sedikit kaum Yahudi yang diusir dari

negara-negara Arab.

[84]

Kitab Kejadian 15:18, ―Pada hari itu Tuhan membuat perjanjian dengan Ibrahim melalui

firman, Untuk keturunanmu aku berikan tanah ini, dari sungai Mesir hingga sungai besar,

sungai efrat.‖ [85]

Deklarasi Kemerdekaan Israel 1948 menyatakan ―atas dasar hak alamiah dan hak

kesejahteraan kita dengan ini (kami) memproklamasikan berdirinya sebuah negara Yahudi di

Tanah Israel-Negara Israel‖. [86]

Paul Findley, Deliberate Deceptions: Facing the Fact about the USA-Israel Relationship,

Lawrence Hil Books, Brooklyn, New York, 1993. p.1.. [87]

Pro dan Kotra para pakar sejarah tentang keberadaan negara tersebut merupakan negara

Israel, karena ada berbpendapat negara tersebut adalah negara Palestina. [88]

Zionisme adalah gerakan politik Yahudi yang ingin mendirikan negara sendiri yang

merdeka dan berdaulat di wilayah Palistina.

Page 84: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

78

Sebagai balasan atas nasionalisasi Terusan Suez oleh Mesir, Israel

menduduki Sinai pada 1956, tetapi menarik mundur pasukannya setelah PBB

turun tangan. Sesudah 1949, lebih dari 800.000 orang Yahudi berimigrasi ke

Israel yang dipimpin Presiden Chaim Weismann hingga wafat pada 1952. Dia

diganti oleh Ben Zvi. Para pemimpin politik Israel terkemuka sampai 1960

adalah, David Ben-Gurion, Moshe Sherett dan Golda Meir.

Perang melawan negara-negara Arab berkobar lagi selama sepekan

pada Juni 1967. Israel berhasil menduduki sebagian daerah musuh-musuhnya.

Perhatian PBB saat itu baru sampai pada penempatan kelompok-kelompok

pengawasan gencatan senjata di daerah terusan Suez. Sampai saat ini, keadaan

Timur Tengah masih belum kondusif, karena Israel terus berusaha memerangi

negara-negara tetangga untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Kaum

Yahudi menguasai 55% dari seluruh wilayah Palestina meski populasinya

hanya merupakan 30% dari seluruh penduduk di daerah ini. Sedangkan kota

Yerusalem yang dianggap suci tidak hanya oleh orang Yahudi tetapi juga

orang Muslim dan Kristen, akan dijadikan kota ―internasional‖.

Sampai sekarang bangsa Indonesia belum mengakui kedaulatan Israel,

tetapi mengakui kedaulatan Palestina diakui meski daerahnya belum pasti.

Presiden Republik Indonesia periode 2004-2009, Susilo Bambang

Yudhoyono, menyatakan, tidak akan membuka hubungan dengan Israel

sebelum masalah Palestina dipecahkan dan penjajahan Israel atas Palestina

dihapuskan, sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945.

Secara global, Israel bisa dibagi menjadi dua daereah yakni daerah

Israel sendiri dan daerah pendudukan. Jika daerah pendudukan Israel tidak

diikut sertakan, maka Israel dibagi menjadi enam distrik utama yang disebut

mehozot. Distrik-distrik ini adalah: Haifa, Selatan, Tel Aviv, Tengah, Utara

dan Yerusalem.

Israel merupakan negara agresor atau negara yang sering melakukan

peperangan dengan tujuan untuk meluaskan wilayah. Sejak diproklamirkan

pada 1948 sampai sekarang, Israel terlibat sembilan kali peperangan dengan

negara-negara tetangganya, yaitu:

1. Perang Arab-Israel pada 1948;

2. Perang Kanal Suez pada 1956;

3. Perang ―Enam Hari‖ pada 1967;

4. Perang Yom Kipur pada 1973;

5. Perang Lebanon pada 1982;

6. Perang Intifadah pada 1987;

7. Perang Teluk II dengan Irak pada 1991;

8. Perang Intifadah Al Aqsa pada 2000;

9. Konflik Israel-Lebanon pada 2006.

10. Perang Israel-Palestina (Hamas) pada 2008-2009.

11. Konflik Israel-Palistina (Jalur Gaza) 2011.

12. Konflik Israel –Gaza 2014.

13. Kinflik Israel-palistina 2017.

14. Konflik – Gaza 2018.

Dalam perang Israel-Palestina (Hamas) yang meletus sejak 27

Desember 2008, Israel melakukan agresi besar-besaran di Jalur Gaza (Gaza

Strip). Sampai hari ke-20 sejak pecah perang, 1.105 penduduk Gaza tewas dan

lebih dari 5.000 penduduk luka-luka. Sementara di pihak Israel 13 orang

tewas. Kekejaman Israel benar-benar luar biasa, karena dengan alasan

Page 85: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

79

memburu Hamas, tentara Israel tak segan menghancurkan pemukimam

penduduk sipil. Bahkan tiga sekolah PBB (UN school), bangunan PBB lain

dan rumah-rumah sakit di Gaza tak luput dari gempuran Israel. Demikian juga

gudang PBB berisi bantuan kemanusiaan (makanan dan obat-obatan) senilai

puluhan juta dollar dihancurkan. Ban Ki Moon, Sekjen PBB, memprotes keras

kejadian ini dan meminta penjelasan dari Menteri Pertahanan Israel Ehud

Barack. Gaza City dan Rafah pun menjadi target gempuran Israel yang

menyerang dari darat, laut dan udara. Israel pun menurunkan pasukan

cadangan dalam membombardir Jalur Gaza. Baik Hamas maupun Israel sama-

sama tidak memenuhi Resolusi PBB untuk gencatan senjata.

Melihat tingginya korban sipil di pihak Palestina, banyak pemimpin

negara yang menuduh Israel telah melakukan genocide (penghapusan

etnis/bangsa) di Gaza. Bolivia dan Venezuela bahkan telah memutuskan

hubungan diplomatik mereka dengan Israel. Sementara presiden Iran,

Ahmadinejad, meminta semua pengusaha menghentikan kerjasama bisnis

dengan para pengusaha Israel. Komentar paling keras Ahmadinejad adalah:

―Not feasible for Israel to live!‖ Demo anti Israel merebak di seantero dunia,

termasuk Indonesia. Sementara PBB sendiri sampai pada kesimpulan bahwa

Israel telah melakukan kejahatan kemanusiaan dan melanggar hukum

internasional (International Law) di Jalur Gaza, termasuk di antaranya

penggunaan senjata kimia fosfor putih (white phosphorus) yang dilarang.

Israel yang sebenarnya ikut meratifikasi larangan penggunaan senjata kimia,

sebelumnya juga pernah menggunakan fosfor putih dalam perang 34 hari di

Libanon.

2. Manajemen Pemerintahan

Telah dipaparkan bahwa Israel adalah negara Zionisme. Sistem

manajemen pemerintahan negeri ini sangat baik, yaitu menggunakan sistem

parlementer demokrasi, di mana Knesset bertindak sebagai badan legislatif.

Manajemen pemerintahan secara umum diterjemahkan sebagai tata kelola

pemerintahan yang dijalankan untuk melayani warga negaranya, menjaga

stabilitas pemerintahan, serta mempertahankan martabat bangsa dan negara.

Penyelenggaraan manajemen pemerintahan di Israel yang rawan

konflik, merupakan aktivitas yang sangat rumit: (1) Mempertahankan

kebijakan luar negeri untuk mencari dukungan negara-negara lain melalui

lobi-lobi yang meyakinkan keberadaannya di Palestina. (2) Menjalankan

kebijakan dalam negeri, berupa penanganan serius dan melaksanakan berbagai

kegiatan berkesinambungan yang menyentuh seluruh aspek kehidupan

manusia yang bermasyarakat dan berbangsa.

Sehubungan dengan dua hal tersebut, pelaksanaan kegiatan dalam

negeri dapat terperangkap dalam belenggu kegiatan luar negeri, jika aktivitas

kebijakan dalam dan luar negeri tidak seimbang. Namun, Perdana Menteri

Israel dan kabinetnya sangat paham bahwa penanganan manajemen

pemerintahan selalu simultan antara dalam dan luar negeri. Artinya, meski

disibukkan oleh perang, pelaksanaan pembangunan tetap berjalan dengan baik,

sehingga rakyat Israel dapat merasakan kehidupan yang layak. Terutama

Page 86: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

80

karena Israel selalu dibantu oleh negara-negara barat, dan Israel juga ahli

dalam lobi-lobi dengan Amerika.[89]

Perdana Menteri sebagai pemegang ”mandat” untuk

menyelenggarakan manajemen pemerintahan, mempunyai kekuasaan dan

kewenangan diplomatik dengan negara-negara lain. Dalam menjalankan

manajemen pemerintahan, Perdana Menteri memegang kekuasaan tertinggi,

antara lain:

1. Pemegang kekuasaan penuh atas pertahanan nasional untuk menjaga

kedaulatan bangsa dan negara.

2. Pemegang kendali kebijakan luar negeri yang menentukan baik

buruknya hubungan dengan negara-negara lain.

3. Pemimpin bangsa yang menjadi tempat mengadu, menggantungkan

harapan, dan membangkitkan kembali moral masyarakat.

4. Membuat perjanjian dengan negara-negara lain.

5. Mengumumkan perang terhadap negara lain.

Kewenangan dan kekuasaan Perdana Menteri sebagai pempinan negara

dan pelaksana menajemen pemerintahan, berfungsi sebagai penyelenggara

tugas eksekutif yang mencakup:

1. Memimpin kabinet beserta aparatur pemerintahannya.

2. Menjalankan tugas-tugas negara dan tugas pembangunan untuk

kepentingan warga negaranya.

Melaksanakan mandat dari Knesset atau lembaga legislatif Di Israel, konstitusi dipahami sebagai pelaksanaan manajemen

pemerintahan sesuai dengan ketentuan hukum. Artinya, semua kegiatan

manajemen pemerintahan harus berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Dalam praktiknya yang lebih mendasar, agar lebih efektif dan efisien

dalam menjalankan kebijakan, Perdana Menteri akan didukung oleh organisasi

kuat, yakni Knesset dan Mahkamah Agung (MA). Dengan demikian, ada tiga

lembaga tinggi yang saling mendukung dalam pelaksanaan manajemen

pemerintahan, yaitu:

1. Perdana Menteri yang memegang kekuasaan eksekutif.

2. Knesset atau parlemen yang memegang kekasaan legislatif.

3. Mahkamah Agung yang memegang kekuasaan yudikatif.

Selain ketiga lembaga tersebut, ada pula Presiden yang memegang

kekuasaan pemerintahan dengan tugas-tugas yang hanya bersifat seremonial.

Kekuasaan penuh dikendalikan oleh Perdana Menteri. Dalam pelaksanaan

manajemen pemerintahan, khususnya bidang hukum terdiri dari tiga lembaga,

yaitu:

1. Pengadilan Rendah yang ditempatkan di setiap distrik.

2. Pengadilan Tinggi yang ditempatkan di lima wilayah.

[89]

Lihat Paul Findley, ―Deliberate Deceptions : Facing the Fact about the U.S.-Israel

Reletionship, Lawrence Hill Book, Brooklyn, New York, 1993.P.1. Disebutkan bahwa

Pemerintahan AS terus memberikan dukungan financial, diplomatik, dan militer sementara

Israel terus melanggar hukum-hukum internasional, menjalankan pemerintahan militer yang

keras dan sering kali brutal atas hamir dua juta bangsa Arab, dan menutupi semua ini dibalik

perisai penipuan yang cermat.

Page 87: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

81

3. Mahkamah Agung di Yerusalem.

3. Filosofi Persatuan Secara filosofis, manajemen pemerintahan Israel dipengaruhi oleh

falsafah ―Persatuan‖. Di mana pun orang Yahudi berada, baik di dalam negeri

maupun di luar negeri, mereka akan memperjuangkan nasib bangsa dan

negaranya. Hal ini nampak dari banyaknya orang-orang Yahudi yang berada

di negara Amerika mau pun Eropa yang memberikan bantuan. Persatuan

orang-orang Yahudi sangat kuat, sehingga segala kegiatan manajemen

pemerintahan harus sesuai dengan falsafah tersebut.

Perumus kebijakan publik (public policy) di Israel adalah Knesset

sebagai wakil rakyat. Sedangkan yang melaksanakan kebijakan publik adalah

Perdana Menteri dan seluruh aparaturnya (kabinet). Perdana Menteri yang

dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum sistem

proporsional, memangku jabatannya selama empat tahun dan dapat dipilih

kembali.

Meski negara dalam keadaan konflik, pelayanan pemerintah atas warga

negaranya relatif baik, karena sumber daya manusia (SDM) maupun sumber

daya lain dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Itu sebabnya, di dalam

manajemen pemerintahan Israel terdapat efisiensi kerja.

Dalam pelaksanaan manajemen pemerintahan, khususnya kebijakan

luar negeri untuk mendapatkan dukungan, pejabat pemerintahan Israel dengan

gesit melobi negara-negara barat, dan nampak lebih banyak berhasil

meyakinkan, sehingga secara finansial banyak negara yang memberikan

sumbangan pada Israel.

Penempatan pejabat atau menteri pada manajemen pemerintahan

Israel, dilakukan dengan asas mayoritas yang menggunakan ”spoil system”

dan ”merit system”. Spoil system dilakukan dengan mengangkat atau

menempatkan pejabat dari kelompok sendiri, yaitu kelompok Perdana Menteri

yang memenangkan pemilihan umum dengan sistem proposional.

Sedangkan sistem merit dilakukan dengan menempatkan pejabat di

departemen atau kementrian yang betul-betul didasarkan pada keahlian dan

pengalaman. Meski negara Israel sering mengalami konflik dengan negara-

negara lain, di sana demokrasi berjalan dengan baik. Karena itu, dalam rangka

mewujudkan manajemen pemerintahan yang baik secara demokratis, Israel

memilih pemimpin pemerintahan secara bertanggung jawab, yaitu melalui

prosedur pemilihan umum.

Manajemen pemerintahan dilakukan secara profesional sehingga dapat

meningkatkan taraf hidup rakyat. Setiap pergantian pucuk pimpinan

pemerintahan juga selalu ditopang dengan kehidupan demokrasi yang dapat

menyuarakan keinginan masyarakat, serta memformulasikan tujuan dan dasar

pembangunan negara.

4. Aparatur Pemerintahan Aparatur dan seluruh pejabat, mulai dari Perdana Menteri sampai staf

akan bersikap demokratis. Sikap demokratis aparatur ini, memberikan sikap

yang lebih kuat terhadap pemerintahan yang demokratis. Suatu manajemen

pemerintahan yang berasaskan demokratis tetapi tidak didukung oleh sikap

aparatur yang demokratis, maka sistem pemerintahan yang demokratis itu

tidak dapat berjalan secara efektif. Itu sebabnya, manajemen pemerintahan

Page 88: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

82

Israel dapat berjalan secara efektif, karena didukung oleh aparatur yang

memiliki sikap demokratis pula.

Sikap demokratis itu juga dapat tercipta karena semua kebutuhan

aparatur (administrator) di Israel relatif dapat terpenuhi dengan gaji yang

mencukupi kerbutuhan hidup, sehingga mereka dapat bersikap demokratis.

Para administrator di Israel telah membudayakan pola kepemimpinan yang

demokratis, sikap demokratis dan komunikasi demokratis.

Sikap demokratis juga dapat berjalan dengan baik, karena adanya

pengawasan Knesset. Pengawasan terhadap aparatur bertujuan untuk

mewujudkan manajemen pemerintahan yang sejalan dengan undang-undang

dan memberikan perlindungan terhadap hak-hak dasar warga negara.

Pengawasan yang dilakukan Knesset, meliputi kegiatan politik, sosial,

ekonomi, budaya, pertahanan, keamanan dan hubungan luar negeri.

Pengawasan Knesset terhadap aktivitas manajemen pemerintahan

sangat menentukan, karena beberapa faktor seperti:

1. Negara demokrasi yang menganut open management, yaitu adanya

social participation, social responsibility, social control dan social

support.

2. Negara yang berdasarkan hukum, sehingga jalannya pemerintahan yang

mengatur dan melaksanakan kegiatan politik, sosial, ekonomi, budaya,

pertahanan/keamanan dan hubungan internasional, harus sesuai dengan

undang-undang. Jalannya manajemen pemerintahan harus sesuai

dengan asas Rule of Law.

3. Lembaga negara bukan hanya Perdana Menteri dan kabinetnya, tetapi

terdiri dari tiga badan, yaitu Knesset, Perdana Menteri dan Mahkamah

Agung. Ketiga lembaga ini melaksanakan tugas-tugasnya dengan

mekanisme yang sesuai fungsinya masing-masing.

Mengingat Knesset mewakili kepentingan seluruh rakyat, lembaga ini

mempunyai kewajiban dan kewenangan mengawasi pemerintahan agar

berjalan secara efektif dengan menggunakan hak-haknya.

Dalam hal judicial control terhadap manajemen pemerintahan, ternyata

tidak hanya terletak pada Mahkamah Agung saja, tetapi juga sebagian

dipunyai oleh Knesset.

Dalam pengawasan manajerial terhadap pemerintahan Israel, meliputi

pengawasan atas perencanaan negara, pengorganisasian negara, penggerakan

aparatur negara dan pengawasan terhadap para bawahannya.

Pengawasan manajerial di Israel meliputi seluruh aspek kegiatan dari

manajemen pemerintahan. Dengan demikian, Perdana Menteri sebagai ―top

manager‖ sebagai pengawas tertinggi dari kegiatan manajemen pemerintahan,

bertanggungjawab atas tercapai atau tidaknya tujuan negara, yakni keamanan

dari luar, ketertiban dalam negeri, keadilan, kesejahteraan masyarakat dan

kemerdekaan perorangan.

Di samping pengawasan manajerial, terdapat juga pengawasan sosial

terhadap manajemen pemerintahan yang dilakukan oleh media dan

masyarakat, baik masyarakat umum maupun mahasiswa.

Demikianlah sistem manajemen pemerintahan di negara Israel yang

rawan peperangan, sebagai negara dengan pemerintahan parlementer, tetapi

memberikan ruang gerak sangat luas pada masyarakat untuk ikut mengontrol

jalannya pemerintahan.

Page 89: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

83

7.2. Sistem Manajemen Pemerintahan di Libanon

1. Kekuasaan Konfensionalisme Kata Libanon atau Lebanon, dilihat dari etimologi "Lubnān" dalam

bahasa Arab standar "Lebnan" atau "Lebnèn", berasal dari akar bahasa

Semit "LBN" yang berhubungan dengan beberapa makna dan erat kaitannya

dengan berbagai bahasa seperti putih dan susu.[90] Kata Libanon atau Lebanon,

diakui merujuk pada Gunung Lebanon yang berpuncak salju.[91] Nama ini

muncul dalam tiga dari duabelas lempengan Epos Gilgames tahun 2900 SM,

teks perpustakaan Elba tahun 2400 SM dan Alkitab. Kata Lebanon juga

disebutkan 71 dalam Perjanjian Lama.[92]

Libanon adalah sebuah negara di Asia Barat, Timur Tengah dengan

dengan Ibukota Beirut. Di sebelah barat berbatasan dengan Laut Tengah, di

utara dan timur dengan Suriah dan di sebelah Selatan dengan Israel. Lembah

El Bika yang menghasilkan gandum dan buah-buahan, terletak di antara

pegunungan pantai Libanon dan Anti-Libanon di perbatasan sebelah Timur.

Perbatasan dengan Israel telah disetujui PBB, tetapi sebidang kecil tanah,

Shebaa Farms, di dataran tinggi Golan yang diklaim Libanon diduduki Israel.

Negara Yahudi ini mengklaim bahwa Shebaa Farms adalah tanah Siria. PBB

telah mengumumkan secara resmi bahwa wilayah ini bukan milik Libanon,

namun pejuang Libanon kerap menyerang orang-orang Israel di dalamnya.

Bersama dengan Suriah, Libanon pernah menjadi koloni Roma dan

dimasukkan ke dalam kekuasaan kemaharajaan Byzantium, sampai sebagian

daerah ini jatuh ke tangan bangsa Arab pada abad ke-7. Setelah Perang Salib,

Libanon diperintah Turki hingga Perang Dunia Pertama. Kemudian, Suriah

dan Libanon dijadikan daerah mandat Perancis.

Libanon menjadi negara Republik pada 1926 dengan ibukota Beirut

dan menjadi negara merdeka yang berdaulat pada 22 Nopember 1943. Bahasa

Arab sebagai bahasa resmi, sementara bahasa lain adalah Prancis, Inggris dan

Armenia.

Pertentangan antara golongan Kristen Maronit dan penduduk beragama

Islam menimbulkan perang saudara pada Mei 1958. Atas permintaan presiden

Camille Chamoun, Amerika Serikat pun ikut campur tangan. Jenderal Chehab

dari golongan Kristen Maronit pun dipilih menjadi Presiden, dan tentara

Amerika Serikat ditarik mundur pada September 1958.

Karena keanekaragaman yang sektarian, Libanon menganut sebuah

sistem politik khusus yang dikenal sebagai ”KONFESIONALISME”, yakni

membagi-bagi kekuasaan semerata mungkin di antara aliran-aliran agama

yang berbeda-beda.[93] Dalam terminologi ilmu politik, seperti ditulis Imad

Harb dalam Lebanon’s Confessionalism, sistem politik ini adalah sistem

pemerintahan yang secara proporsional mengalokasikan kekuasaan politik di

[90]

Joumana Medlej, The Mountain.ch. [91]

Antoine Harb ―Lebanon : Name Through 4000 Years, 2004 [92]

Ibid. Antoine. [93]

Countries Quest. "Lebanon, Government". Desember 2006.

Page 90: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

84

antara komunitas-komunitas di sebuah negara, apakah relijius atau etnik

berdasarkan persentase populasi mereka di masyarakat.[94]

Julia Choucair dalam paper-nya “Lebanon Finding a Path from

deadlock to Democracy” menjelaskan, sistem politik Lebanon terutama

ditegaskan dengan confessionalism yang mengamanatkan agar perimbangan

kekuasaan antara komunitas-komunitas konfesional dipertahankan di parlemen

dan seluruh jajaran pemerintahan. Semua seakan-akan berggerak ke satu titik

damai.[95] Bahkan para anggota Dewan Keamanan PBB, dalam pernyataan

tidak resmi mereka, juga mengakui terjadi perkembangan berarti di Libanon.

Sebelum pecah Perang Saudara di Lebanon pada 1975-1990, negara ini

menikmati ketenangan dan kemakmuran yang relatif, di mana perekonomian

tumhuh didorong oleh sektor pariwisata, pertanian dan perbankan.[96] Libanon

saat itu dianggap sebagai ibukota perbankan di dunia Arab dan umumnya

dianggap sebagai "Swiss di Timur Tengah."[97] Karena kekuatan finansialnya,

Libanon juga mampu menarik banyak wisatawan,[98] hingga ibukotanya,

Beirut, dirujuk oleh banyak orang sebagai "Paris-nya Timur Tengah."[99]

Di masa lalu, negara ini menjadi tujuan wisata favorit dunia pada

setiap musim panas. Bahkan Thomas L Friedman, menulis, ”Libanon yang

pernah dikenal sebagai Swiss-nya Timur-tengah, memiliki banyak gunung,

banyak uang dan banyak kebudayaan. Entah bagaimana, secara luar biasa

negara ini berhasil hidup rukun”,[100] meski masih tercabik-cabik akibat

perang saudara pada 1975-1990. Rakyat seakan tidak pernah lepas dari

penderitaan akibat perang antara Hizbullah dan Israel.

Setelah perang, ada banyak upaya untuk membangun kembali sektor

perekonomian dan infrastruktur di Libanon.[101] Pada awal 2006, stabilitas yang

cukup signifikan berhasil dicapai di hampir seluruh negeri, demikian juga

rekonstruksi Beirut hampir selesai.[102] Wisatawan asing pun semakin banyak

melancong ke resor-resor di Libanon.[103] Namun, Perang Libanon-Israel

kembali meletus pada 12 Juli 2006 hingga tercapai gencatan senjata pada 14

Agustus 2006. Perang ini menimbulkan korban sipil/militer, kerusakan hebat

pada infrastruktur dan terjadi pengungsian besar-besaran. Setelah tercapai

gencatan senjata, pemerintah Libanon pun segera melakukan pemulihan untuk

kembali membangun properti di Beirut, Tirus dan desa-desa lain di Libanon

Selatan yang dihancurkan Israel. (Penjelasan rinci pada butir 4 di bawah sub-

judul ‖Manajemen Pemerintahan Campur Tangan)

[94]

Imad Harb dalam Lebanon’s Confessionalsm: Problems and Prospects, United States

Institute of Peace, March 2006. [95]

Julia Choucair dalam, Lebanon Finding a Path from deadlock to Democracy, Carnegie

Papers, No.64. Januari 2006. [96]

U.S. Department of State. "Background Note: Lebanon (History) August 2005".. [97]

USPG. "Anglican Church in Jerusalem responds to the Middle East crisis". 2006, and

Socialist Party "A new crisis in the Middle East?".2005. [98]

Anna Johnson , "Lebanon: Tourism Depends on Stability". 2006 [99]

TC Online (2002). "Paris of the Middle East". Diakses 31 Oktober 2006. [100]

Thomas L Friedman, dalam bukunya ―Dari Bairut ke Jerusalem‖. [101]

Canadian International Development Agency. "Lebanon: Country Profile". Diakses 2

Desember 2006. [102]

Center for the Study of the Built Environment. "Deconstructing Beirut's Reconstruction:

1990-2000". Diakses 31 Oktober 2006. [103]

Anna Johnson, Op.cit.

Page 91: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

85

2. Sistem Manajemen Pemerintahan Dalam manajemen pemerintahan, Libanon secara administratif dibagi

menjadi enam daerah tingkat satu yang disebut “gunernuran” atau

mohaafazaat dalam bahasa Arab. Selanjutnya, ”gubernuran” dibagi menjadi

25 distrik atau aqdya.[104] Distrik-distrik ini juga dibagi ke dalam sejumlah

“munisipal” yang masing-masing mencakup sekelompok kota atau desa.

Dari sisi kependudukan, Libanon terdiri dari beragam grup etnis dan

agama: (1) Sekitar 59% adalah Muslim yang terdiri dari Syiah, Sunni, Druze

dan Alawi. (2) Sekitar 39% adalah Kristen yang terdiri dari Katolik Maronit,

Ortodoks Antiokia, Katolik Yunani Melkit, Katolik Khaldea, Gereja Asiria di

Timur, Apostolik Armenia dan minoritas Protestan.[105] Ada juga kelompok

minoritas Yahudi yang tinggal di Beirut pusat, Byblos dan Bhamdoun. (3)

Komunitas kecil Kurdi yang kurang dari 1% dengan populasi 75.000-100.000

orang dan termasuk kelompok Sunni. Mereka juga dikenal sebagai Mhallami

atau Mardinli yang umumnya bermigrasi dari Suriah timur laut dan Turki

tenggara. Dalam tahun-tahun belakangan ini, mereka memperoleh

kewarganegaraan Libanon sehingga menguntungkan kelompok Muslim dan

Sunni khususnya.[106] (4) Ada pula ribuan suku Beduin Arab di Bekaa dan di

wilayah Wadi Khaled. Semuanya tergolong Sunni dan mendapatkan

kewarganegaraan Libanon.

Asas pluralitas ini menandakan manajemen pemerintahan Libanon

sangat memperhatikan sensitivitas politik dengan memberikan keseimbangan

keagamaan. Di negeri ini, penduduk beragama Kristen bergaul akrab dengan

penduduk beragama Islam.

Populasi penduduk yang tinggal di Libanon sendiri diperkirakan

3.874.050 jiwa pada Juli 2006.[107] Di samping itu, terdapat sekitar 16 juta

orang keturunan Libanon yang tersebar di seluruh dunia, terbanyak di

Brasil.[108] Argentina, Australia, Kanada, Kolombia, Prancis, Britania Raya,

Meksiko, Venezuela dan AS juga memiliki komunitas Libanon yang besar.

Dari total populasi, sejumlah 394.532 pengungsi Palestina telah terdaftar di

Libanon sejak 1948.[109]

Selama ribuan tahun, Libanon telah menjadi persimpangan utama

peradaban. Karena itu, tidak mengherankan jika negara kecil ini mempunyai

budaya yang luar biasa kaya dan hidup. Campuran kelompok etnis dan agama

yang sangat luas di Libanon ikut menyumbangkan tradisi makanan, musik,

sastra dan festival. Beirut, khususnya, merupakan panggung seni yang sangat

hidup dengan berbagai pertunjukan, pameran, mode dan konser yang diadakan

sepanjang tahun di berbagai galeri, museum, teater dan tempat-tempat terbuka.

[105]

CIA, the World Factbook. Dan Sensus resmi tidak dilakukan sejak 1932. [106]

Internal. [107]

Op.cit. CIA, the World Factbook. [108]

Marina Sarruf (2006). "Brazil Has More Lebanese than Lebanon". Diakses 30 November

2006. [109]

UNRWA (31 Desember 2003). "UNRWA: Palestinian Refugees". Diakses 25 November

2006.

Page 92: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

86

Masyarakat Libanon adalah modern, terdidik dan sangat mirip dengan

kebanyakan masyarakat Eropa lain di Mediterania. Meski sangat mirip dengan

Eropa, bangsa Libanon justru sangat bangga akan warisan mereka yang telah

menjadikan negeri ini, khususnya Beirut, sebagai pusat kebudayaan dunia

Arab. Libanon adalah anggota negara-negara berbahasa Prancis.[110] Karena itu,

kebanyakan orang Libanon memiliki kemampuan dwibahasa, yaitu Arab dan

Prancis. Belakangan, bahasa Inggris pun menjadi sangat populer, khususnya di

kalangan mahasiswa. Libanon juga merupakan pintu masuk negara-negara

Arab ke Eropa serta jembatan negara-negara Eropa ke dunia Arab.

3. Parlemen Libanon Sebagai negara republik demokratis parlementer yang memberlakukan

sistem khusus konfesionalisme,[111] pemerintah Libanon berusaha agar konflik

sektarian dapat dihindari dengan cara distribusi demografis aliran-aliran

keagamaan dalam pemerintahan dilakukan secara adli. Dalam konteks ini,

jabatan-jabatan tinggi dalam pemerintahan disediakan untuk anggota-anggota

kelompok-kelompok keagamaan tertentu. Contohnya, Presiden Libanon

haruslah seorang Kristen Katolik Maronit, Perdana Menteri seorang Muslim

Sunni, Wakil Perdana Menteri seorang Kristen Ortodoks dan Ketua Parlemen

seorang Muslim Syiah.[112] Pembagian jabatan ini merupakan persetujuan tidak

tertulis pada 1943 antara Presiden dari Maronit dan Perdana Menteri dari

Sunni saat itu, dan baru diformalkan dengan konstitusi pada 1990.

Kecenderungan ini diterapkan dalam distribusi 128 kursi parlemen

yang dibagi dua antara Muslim dan Kristen. Sebelum 1990, rasionya adalah

6:5 yang menguntungkan orang Kristen. Namun, Persetujuan Taif yang

mengakhiri perang saudara 1975-1990, mengubah rasio tersebut dengan

memberikan representasi yang sama bagi para pemeluk kedua agama dominan

di Libanon.[113]

Jumlah anggota Parlemen Lebanon juga diatur berdasarkan agama

yang dianut yaitu:

1. Kristen atau Katolik 64 orang yang terdiri dari: Maronit 34, Ortodoks

Yunani 14, Katolik Yunani 8, Ortodoks Armenia 5, Katolik Armenia 1,

Protestan 1 dan lain-lain 1.

2. Islam dan Druze 64 orang yang terdiri dari: Sunni 27, Syi'ah 27, Druze

8 dan Alawi 2.

Menurut konstitusi, pemilihan anggota parlemen harus dilakukan

secara langsung setiap empat tahun sekali, meski dalam sejarah Libanon

belakangan ini, perang saudara selalu meletus sebelum hak ini dilaksanakan.

[110]

Organisation Internationale de la Francophonie. [111]

Bureau of Democracy, Human Right and Labor, 2002. Country Report on Human Right

Practices, 2002 Lebanon.. [112]

United States Institute of Peace, "Lebanon's Confessionalism: Problems and Prospects".

March 2006 and United States Institute of Peace. "Lebanon's Confessionalism: Problems and

Prospects". March 2006. [113]

United States Institute of Peace (March 2006). "Lebanon's Confessionalism: Problems

and Prospects". Diakses 3 Januari 2007.

Page 93: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

87

4. Manajemen Pemerintahan Campur Tangan Presiden terpilih di Libanon akan memangku jabatan untuk masa 6

tahun dan tidak boleh dipilih kembali. Namun, peraturan ini pernah dua kali

dilanggar, yaitu masa pemerintahan Elias Hrawi (1990-1995) yang

diperpanjang hingga 1998 dan masa jabatan Emile Lahoud (1998-2004) yang

diperpanjang hingga 2007. Sementara itu, sistem peradilan Libanon mengikuti

Kode Napoleon, yaitu tidak ada juri dalam pengadilan.

Pada prinsipnya, pemerintahan Libanon selalu menolak campur tangan

asing dalam melakukan manajemen pemerintahan, khususnya untuk urusan

dalam negeri. Namun, dalam sejarahnya, Libanon tidak pernah lepas dari

intervensi kepentingan Suriah dan Iran di satu sisi, dan Israel, Amerika serta

sekutunya di sisi lain. Sebagai negara yang terdiri dari banyak kelompok

dengan aneka orientasi ideologi seperti Syiah, Sunni, Alawiyah, Druze,

Kristen Maronit, Kristen Ortodok Yunani, Kristen Armenia dan Katolik

Yunani, pemerintahan Persatuan Libanon sebenarnya telah berusaha

menunjukkan sikap jelas. Para pemimpin berbagai kelompok seperti Syiah,

Sunni, Druze, Maronit dan Hizbullah menyatakan mendukung pemerintah

Nasional.

Faktanya, Libanon memang belum bisa bebas dari krisis manajemen

pemerintahan. Suatu perebutan kekuasaan, misalnya, jika tidak ditangani

secara hati-hati berpotensi mengulang sejarah terjadinya perang saudara di

negeri itu. Itulah Lebanon, salah satu Negara Arab yang sesungguhnya dapat

dikatakan sebagai negara paling demokratis, karena sejak merdeka pada 1943

secara teratur mengadakan pemilihan umum, memiliki sejumlah partai politik

dan relatif memberi kebebasan kepada pers.

Libanon memiliki sistem manajemen pemerintahan yang sangat

komplek, berlandaskan pada pemikiran bahwa harus ada keseimbangan dalam

semua aspek kehidupan politik di antara komunitas-komunitas relijius. Jika

keseimbangan ini terganggu, harmoni kehidupan, bahkan keutuhan Libanon

sebagai sebuah entitas negara pun akan terganggu. Kondisi seperti ini

sekarang tengah terjadi. Harmoni kehidupan di Libanon saat ini mulai

menipis. Partai-partai politik kembali bertabrakan dan agama pun kembali ikut

bermain. Kubu di bawah pimpinan Hizbullah yang didukung Suriah dan Iran

berusaha menjatuhkan pemerintah di bawah kepemimpinan Perdana Menteri

Fouad Siniora dukungan Barat.

Libanon kembali memanas, dan semua pihak berharap peristiwa

perang saudara 1975-1990 yang melibatkan kekuatan asing seperti Suriah,

Israel dan PLO tidak akan terulang. Namun, perang 34 hari (12 Juli – 14

Agustus 2006) antara Israel lawan Hizbullah secara resmi telah berakhir.

Pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) termasuk dari

Indonesia untuk misi di Libanon telah bertugas. Memenuhi resolusi PBB

nomor 1559, untuk pertama kali dalam 40 tahun, tentara Libanon diterjunkan

ke wilayah selatan Libanon. Mereka menggantikan pasukan Hizbullah yang

memang telah mengakar di sana. Hizbullah dan Israel yang sama-sama

mengklaim kemenangan, juga menarik mundur pasukannya masing-masing.

Sejak September 2006, pemerintah Libanon berusaha keras

memulihkan kerusakan-kerusakan akibat perang, terutama di bagian selatan

Libanon, Beirut dan Tirus yang mengalami kerusakan terparah. Lapangan

terbang Internasional yang dibom tentara Israel pada awal pertempuran,

dibuka kembali pada September 2006. Berbagai pihak menjanjikan bantuan

Page 94: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

88

untuk pembangunan kembali Libanon. Arab Saudi menyebutkan angka

US$1,5 miliar, Uni Eropa menjanjikan US$ 1 miliar dan beberapa negara

teluk membantu US$800 juta. Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hasan Nasrallah,

menyatakan telah mulai negosiasi dengan Israel untuk pertukaran tahanan

dengan mediator PBB. Meskipun Pemerintah Israel menutup mulut soal itu.

”Negosiasi ini serius, kami telah sampai pada tahap pertukaran ide,

proposal dan syarat-syarat,”[114] ucap Hasan Nasrallah. Pemerintah Libanon

juga menuntut PBB agar pasukan perdamaiannya, UNFIL, mampu menjaga

teritori Libanon dari profokasi militer Israel, karena pesawat-pesawat tempur

Israel secara reguler terbang rendah di wilayah udara Libanon. Sementara

pihak Israel meminta agar pasukan PBB mencegah penyelundupan senjata ke

Libanon dari wilayah Suriah. Sedangkan pembunuhan mantan Perdana

Menteri Rafik Hariri pada 14 Februari 2005 yang diduga melibatkan Suriah,

hingga kini masih menjadi pemicu kecurigaan antar kelompok.

Tokoh Sunni dari distrik Mount libanon, Muhammad Ali Jouzou,

dengan keras kembali mengungkapkan tuduhan lama: Hizbullah menjalankan

kepentingan Iran dan Suriah. Hizbullah juga mencoba menghalangi

pembentukan peradilan internasional di bawah PPB untuk kasus pembunuhan

Hariri. Sikap Jouzou, orang yang dituduh Hizbullah sebagai pro Amerika ini,

didukung oleh kelompok Druze.

Manajemen Pemerintahan Libanon selalu diwarnai manuver-manuver

politik berbagai kelompok. Hizbullah yang memiliki 11 wakil di parlemen dan

dua menteri dalam Pemerintahan PM Siniora, seperti diduga sebelumnya,

menolak melucuti diri seperti yang diamanatkan Resolusi 1559. Menurut

Wakil Sekretaris Jenderal Hisbullah Syekh Naim Qasim, Hizbullah akan tetap

memiliki senjata mereka dalam waktu tidak ditentukan. Menurut dia, meski

semua masalah Libanon, kembalinya Sheba Farm, pembebasan para tahanan

dan berakhirnya kekerasan tentara Israel di wilayah Libanon telah selesai,

Palestina masih dijajah Israel. Karena itu, Hizbullah akan tetap

mempertahankan senjata mereka. ‖Hizbullah tidak akan pernah mengakui

pendudukan Israel. Tetapi jika kelompok lain mengakui pendudukan

tersebut, itu urusan mereka,‖[115] ucapnya.

Sebaliknya, Jouzou menyalahkan Hizbullah yang telah menyeret

Libanon dalam perang, hanya gara-gara penculikan dua tentara Israel. ‖Saya

tidak melihat logikanya,‖ ucap Jouzou yang juga menuduh Presiden Lahoud

tidak berani membawa kasus pembunuhan Hariri ke pengadilan Internasional.

Lahoud memang dicurigai didukung Suriah dan punya hubungan erat dengan

beberapa pejabat tinggi intelijen Suriah. Ketegangan akibat saling sengketa

antar kelompok di Libanon makin diperuncing dengan adanya tekanan dari

luar.

[114]

Kata Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hasan Nasrallah Nasrallah dalam wawancara dengan

Telivisi milik Hisbullah, Al Manar Nopember 2006. Seperti diketahui penangkapan dua

tentara Israel oleh Hizbullah telah terjadi pemicu pertempuran kedua belah pihak. Israel

dipercaya telah menahan paling tidak empat anggota Hizbullah selama pertempuran lalu,

disamping tiga orang Libanon yang telah disekap bertahun-tahun. [115]

Pernyataan Wakil Sekretaris Jenderal Hisbullah Syekh Naim Qasim Tanggal 1 Nopember

2006.

Page 95: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

89

Pemerintah Amerika menuduh Hizbullah yang didukung Iran dan

Suriah berencana menjatuhkan Pemerintahan Perdana Menteri Siniora. Para

petinggi AS prihatin karena Suriah dan Iran terus-menerus mengganggu

stabilitas politik di Libanon yang dipimpin oleh pemerintahan yang

demokratis.‖[116] Amerika juga yakin Suriah terus menyelundupkan senjata ke

Libanon untuk Hizbullah. Situasi di Libanon memang mencemaskan. Utusan

Khusus PBB Terje Roed-Larsen, yang bertanggung jawab mengawasi

penerapan Resolusi 1559 dan Resolusi 1701 tentang larangan penyelundupan

senjata ke Libanon menyebutkan, keadaan di Libanon sangat

mengkhawatirkan. ‖Retorika politik masing-masing kelompok menunjukkan

adanya ketegangan tinggi. Menurut saya, kita harus waspada melihat keadaan

Libanon. Ada alasan kuat untuk khawatir, ke mana semua ini mengarah,‖ [117]

ucapnya.

Kekhawatiran Roed-Larsen dan banyak pihak lain atas kelanggengan

perdamaian di Libanon sangat masuk akal, mengingat eskalasi konflik di

kawasan Timur Tengah dan Asia Selatan yang semuanya melibatkan AS dan

sekutunya, sangat tinggi. Serangan Israel tak henti menghajar Gaza.

Afganistan juga ingar-bingar. Irak yang menjadi pertaruhan besar

pemerintahan Goerge W. Bush, ikut menjadi unsur penentu kebijakan AS dan

sekutunya di Timur Tengah. Namun, Iran dengan ‖ancaman‖ nuklirnya

membuat Washington harus benar-benar berhitung di Timur Tengah.

Manajemen Pemerintahan Libanon yang sangat unik dalam

pemerintahan, termasuk ikut campur tangannya beberapa negara lain,

mengakibatkan ketidaktenangan pemerintahan tersebut. Sulit untuk

mengatakan bahwa manajemen pemerintahan Libanon akan lebih

menyejahterakan rakyatnya dari segi sosial politik maupun ekonomi, karena

stabilitas pemerintahannya sendiri memang belum bisa diharapkan. Mengingat

dalam pemerintahan ada unsur-unsur yang terkait seperti negara, rakyat dan

wilayah. Negara Libanon masih belum dapat dikatakan stabil karena banyak

ikut campur tangan dari negara lain. Sedangkan rakyat, masih menderita

akibat peperangan berkepanjangan dan sengketa sikap antar kelompok yang

tak kunjung usai. Jadi, hal yang wajar jika negara rawan konflik akan selalu

mengalami kesulitan dalam menjalankan manajemen pemerintahan yang baik

untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

7.3. Sistem Manajemen Pemerintahan di Afghanistan

1. Pemerintahan Transisi Afghanistan atau Republik Islam Afghanistan merupakan sebuah

negara di Asia Tengah yang berawal dari sebuah kerajaan Islam di daerah

bukit-bukit Himalaya bagian barat. Topografi negara ini didominasi wilayah

pegunungan, walau ada dataran di utara dan barat daya. Titik tertinggi di

Afghanistan, Nowshak, ialah 7.485 m dpl. Sebagian besar negara ini kering

[116]

Kata John Bolton, John Bolton, Duta Besar AS untuk PBB, 31 Oktober 2006. [117]

Kata Terje Roed-Larsen, Terje Roed-Larsen Utusan Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa

tanggal 1 Nopember 2006.

Page 96: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

90

dan pasokan air bersih terbatas. Dari sisi cuaca, Afghanistan memiliki musim

panas yang panas dan musim salju yang dingin.

Negara ini juga sering menjadi pusat gempa bumi.[118] Kedekatannya

(secara geografis) dengan Iran, membuat Afghanistan digolongkan sebagai

bagian dari Asia Selatan atau Timur Tengah. Afganistan berbatasan dengan

Iran di sebelah barat, Pakistan di selatan dan timur, Tajikistan, Turkmenistan

dan Uzbekistan di utara, serta China di ujung timur. Afghanistan juga

berbatasan dengan Khasmir, wilayah yang dipersengketakan oleh India dan

Pakistan.

Kabul sebagai Ibu kota dan sistem pemerintahan berbentuk Republik

Islam. Pada saat buku ini ditulis, Presiden Afghanistan adalah Hamid Karzai

dengan wakilnya Ahmad Zia Massoud Karim Khalili. Afghanistan

memperoleh kemerdekaan dari Britania Raya (Inggris) pada 19 Agustus

1919.[119] Populasi penduduk 29.928.987 orang.[120] Di samping ibu kota Kabul,

Herat, Jalalabad, Mazar-e Sharif dan Kandahar merupakan kota-kota utama

negara ini.

Sejarah mencatat Afghanistan sebagai negara pertanian dan

mengekspor komoditas seperti bulu domba, kulit binatang dan buah-buahan

yang dikeringkan.[121] Afghanistasn menganut politik netral dan menjalin

hubungan diplomatik dengan negara-negara barat maupun negara-negara

timur.

Pada Juni 2002, suatu multi party republik yang digantikan suatu

pemerintah sementara yang telah didirikan Desember 2001, mengikuti

kejatuhan Islam Taliban pemerintah. Pada kurun waktu antara tergulingnya

rezim pemerintahan Taliban pada 2001 dan Loya jirga atau sidang Majelis

Musyawarah Tradisional tahun 2004, dunia Barat menyebut negara ini

dengan nama ”Negara Islam Transisi Afganistan.”

2. Suku dan Bahasa Afghanistan yang menjadi rumah bagi berbagai suku, terus dilanda

perang saudara antar etnis dan suku. Kondisi perang yang tak kunjung usai

seperti ini tidak memungkinkan tersedianya data statistik yang memadai,

sehingga tidak bisa diketahui secara pasti kondisi sebenarnya negara ini. Data

yang ada sekarang pun hanya berdasarkan perkiraan.

Berdasarkan catatan, komposisi kesukuan di Afghanistan adalah,

Pashto 42% (terpusat di bagian timur dan selatan Afghanistan), Tajik 27%

(terpusat di bagian utara dan Kabul), Hazara 9% (berpusat di Afghanistan

tengah termasuk Bamiyan), Uzbek 9%, Aimak 4%, Turkmen 3%, Baluchi 2%

dan sisanya 4% yang mencakup Wakhidan Kyrgyz.[122]

Dua bahasa resmi Afghanistan adalah, Persia Afgani yang sering

disebut Dari 50% dan Pashtun 35%. Bahasa-bahasa lain adalah Turkik atau

Uzbek dan Turkmenistan yang digunakan oleh 11% penduduk, serta 30 bahasa

kecil, terutama Baluchi dan Pashai 4%. Banyak orang Afghanistan yang

[118]

BBC artikel Gempa Bumi, Maret 2002. [119]

Conutry Guide : Afghanistan. 2006. [120]

Perkiraan Tahun 2005. [121]

Op.cit.Ensyclopedia Umum, [122]

The World Factbook-Afghanistan 17 Mei 2005.

Page 97: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

91

mampu menggunakan dua bahasa atau lebih. Menurut agama, mayoritas

penduduk Afghanistan adalah Muslim Sunni 80%, Muslim Syi’ah 19%, dan

lainnya 1%. Afghanistan terdiri dari 34 provinsi.

3. Rekonstruksi Afghanistan adalah negara yang relatif miskin,[123] sangat bergantung

pada pertanian dan peternakan. Ekonominya melemah akibat kerusuhan

politik dan militer, ditambah kemarau keras dan berbagai masalah kebangsaan

antara 1998-2001. Sebagian penduduk mengalami krisis pangan, sandang,

papan dan minimnya sarana/prasarana kesehatan. Kondisi ini diperburuk oleh

operasi militer dan ketidakpastian politik. Sedangkan inflasi menyisakan

banyak masalah. Menyusul perang koalisi pimpinan AS yang menjatuhkan

Taliban pada November 2001 dan pembentukan Otoritas Interim Afganistan

(AIA) sebagai hasil Persetujuan Bonn Desember 2001, usaha Internasional

untuk membangun kembali Afghanistan dibicarakan dalam Koferensi Donor

Tokyo untuk rekonstruksi Afghanistan pada Januari 2002. Pertemuan negara-

negara donor ini berhasil menghimpun dana US$4,5 juta yang penggunaannya

diatur oleh Bank Dunia. Prioritas penggunaan dana antara lain untuk

konstruksi, pendidikan, kesehatan/fasilitas kesehatan, peningkatan kapasitas

administratif, perkembangan sektor pertanian, pembangunan kembali

infrastruktur jalan, energi listrik dan jaringan telekomunikasi.

Di sektor pendidikan, misalnya, diperkirakan 30% dari 7.000 sekolah

di Afghanistan rusak parah selama lebih dari dua dasawarsa pendudukan Uni

Soviet,[124] perang saudara dan penguasaan Taliban. Hanya setengah dari

sekolah-sekolah tersebut yang dilaporkan memiliki air bersih, dan kurang dari

40% yang memiliki sanitasi memadai. Selama masa kekuasaan Taliban,

pendidikan untuk anak laki-laki tidak menjadi prioritas dan anak-anak

perempuan ‖dibuang‖ dari sekolah secara ikhlas.

4. Manajemen Pemerintahan Sebuah pemerintahan sementara atau ‖pemerintahan transisi‖ telah

dibentuk di Afghanistan. Diketuai Presiden Hamid Karzai, sistem manajemen

pemerintahan Afghanistan adalah koalisi Aliansi Utara, daerah-daerah dan

kelompok-kelompok etnis lain yang terbentuk dari pemerintahan transisi oleh

‖Loya Jirga‖ (Dewan Agung). Sedangkan mantan raja Zahir Shah yang

kembali ke Afghanistan dari pengasingannya, tak lagi memegang kekuasaan

pemerintahan, tetapi hanya menjalankan kekuasaan seremonial terbatas.

Di bawah ‖Perjanjian Bonn‖ atau Bonn Agreement, Komisi Konstitusi

Afghanistan dibentuk untuk berkonsultasi dengan publik dalam upaya

penyusunan draft konstitusi yang dijadwalkan selesai pada 1 September 2003.

[123]

Berkenaan dengan kemiskinan dan kekerasan di sekeliling mereka, studi pada 2002 oleh

kelompok pembantu Save the Children mengatakan anak Afganistan ulet dan berani. Studi itu

memuji kuatnya institusi keluarga dan lingkungan. [124]

Perkiraan pada Musim Semi Tahun 2003, sekolah-sekolah di Afghanistan banyak yang

rusak akibat dari perang yang kepanjangan. Diperkirakan 4 juta anak Afganistan,

kemungkinan jumlah terbesar, dipercaya telah telah mendaftar untuk kelas untuk tahun-tahun

sekolah yang mulai pada Maret 2003. Data sementara tingkat melek huruf keseluruhan

penduduk diperkirakan 36%.

Page 98: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

92

Namun, komisi ini meminta penundaan agar dapat melakukan ‖konsultasi‖

lebih lanjut. Pertemuan Loya Jirga konstitusional akhirnya diselenggarakan

pada Desember 2003, saat konstitusi baru diadopsi yang menciptakan bentuk

pemerintahan presidensial.

Pasukan dan dinas intelijen AS, serta pasukan dari sejumlah negara

lain hadir, sebagian untuk menjaga perdamaian, yang lainnya ditugaskan

memburu ”Osama bin Laden, Taliban dan Al-Qaeda”.[125] Pasukan Penjaga

Perdamaian PBB pun diperlukan untuk difungsikan sebagai Pasukan

Pembantu Keamanan Internasional di Kabul pada Desember 2001.[126] NATO

mengambil kendali angkatan ini pada 11 Agustus 2003.

Pada 27 Maret 2003, Panglima Perang yang berpengaruh Jenderal

Abdul Rashid Dostum mengangkat seorang pejabat untuk menangani “Zona

Utara Afghanistan” dalam menentang pemerintahan Presiden Transisi Hamid

Karzai. Jenderal Abdul Rashid Dostum berkata, tidak ada lagi zona di

Afghanistan.

‖Sistem manajemen pemerintahan‖ pun terus diperdebatkan. Dewan

nasional Afghanistan mengadakan pemungutan suara guna menentukan sistem

pemerintahan baru. Laporan pers mengatakan, Presiden Hamid Karzai

agaknya berhasil meyakinkan para delegasi agar memberikan kekuasaan luas

kepada Presiden, sesuai dengan rancangan Undang-Undang Dasar yang

diajukan pemerintah.[127] Tetapi, sebagian kepala suku di Afghanistan

dilaporkan bersikeras agar diberlakukan sistem pemerintahan parlementer

yang dikepalai seorang Perdana Menteri untuk mengimbangi kekuasaan

Presiden.[128] Setelah Rancangan Undang-Undang Dasar itu disahkan, akan

diadakan pemilihan umum. Sistem manajemen pemerintahan masih belum

jelas, karena keadaan memang masih dalam kondisi konflik. Inilah

Afghanistan, sebuah negara yang masih rawan perang, di mana masuknya

Amerika dan Rusia tak terhindarkan lagi.

Ӂ ӁӁӁӁ

[125]

Pertanyaan yang sering muncul adalah : Apakah benar Osama bin Laden berada di

Afghanistan, dan Apakah benar Osama bin Laden memimpin Teroris. Kenapa Osama

dianggap lawan bangsa Amerika.. [126]

British Royal College for Defense Studies menganalisis dan mengusulkan perang pada

Agutus 2001. [127]

Library of Congress Country Study of Afghanistan. [128]

Ibid. Library

Page 99: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

93

PELAKSANAAN

MANAJEMENPEMERINTAHAN DI

INDONESIA

8.1. Manajemen Pemerintahan Penjajah

Indonesia adalah negara kesatuan di Asia Tenggara yang

diproklamirkan pada 17 Agustus 1945. Negara Indonesia terdiri atas gugusan

ribuan pulau. Penulis terkenal Multatuli menggambarkan Indonesia sebagai

untaian mutiara melingkari khatulistiwa. Pemerintahan di Indonesia semula

terdiri dari kerajaan-kerajaan dan daerah-daerah merdeka yang berdaulat di

bawah manajemen pemerintahan kerjaan bangsa Indonesia sendiri.

Indonesia terkenal sebagai negara yang gemah ripah loh jinawi[129]

dengan begitu banyak sumber rempah yang menarik kedatangan bangsa-

bangsa asing seperti Potugis, Spanyol, Perancis, Inggris dan Belanda.

Mereka saling bersaing untuk menguasai perdagangan bahan-bahan penting

tersebut.

Kedatangan bangsa barat tersebut, ternyata tidak hanya untuk

berdagang, tetapi juga berusaha merebut kekuasaan di daerah-daerah yang

mereka kunjungi. Kekuasaan pemerintahan Indonesia satu demi satu

ditaklukan. Sejak awal abad ke-17 Indonesia berangsur-angsur jatuh dalam

kekuasaan Vereennigde Oostindische Compagnie (V.O.C) dan kemudian

menjadi tanah jajahan kerajaan Nederland atau Negeri Belanda dengan nama

Nederlandsch Indie (Hindia Belanda) atau Nederlandsch Oost Indie

(Hindia Timur Belanda) juga disebut Insulinde.

Pemerintahan pun beralih dari bangsa Indonesia ke bangsa Belanda.

Pemerintahan dipegang oleh seorang Gouverneur Generaal atau Gubernur

Jenderal sebagai wakil kerajaan Belanda. Batavia yang menjadi Ibukota saat

itu adalah Jakarta sekarang. Pada saat itu bangsa Indonesia mengalami

penderitaan yang luar biasa, karena manajemen pemerintahan penjajah dengan

strategi adu domba membuat bangsa Indonesia terpecah-pecah. Pemerintahan

kerajaan tidak bisa bersatu lagi, dan terjadilah saling curiga mencurigai di

antara sesama bangsa sendiri.

Pada akhir 1941, pemerintah Hindia Belanda melibatkan diri dalam

perang dunia kedua dengan melawan Jepang yang sedang mengobarkan

Perang Asia Timur Raya (Perang Pasifik). Tiga bulan kemudian, pada 8

Maret 1942 balatentara dan pemerintahan Hindia Belanda menyerah tanpa

[129]

Subur dan makmur, artinya sebuah negara yang mempunyai kekayaan alam yang subur

bisa meningkatkan kesejahteraan warganya.

BAB 8

Page 100: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

94

syarat kepada bala tentara Dai Nippon (Jepang). Alih kekuasaan dari

Pemerintahan Belanda ke Jepang tidak membuat bangsa Indonesia bebas dari

penderitaan. Penderitaan masih berjalan, tetapi metodenya yang berbeda.

Kekuasaan Jepang berlangsung hingga 15 Agustus 1945, ketika Jepang

menyerah kepada sekutu setelah Hirosima dan Nagasaki dijatuhi bom atom

Amerika Serikat. Sejak itu, tentara pendudukan Jepang ditugasi oleh pihak

sekutu untuk mempertahankan status quo di Hindia Belanda sampai tentara

sekutu menggantikannya.

8.2. Manajemen Pemerintahan Pasca Penjajah Pada 17 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta atas nama

bangsa Indonesia memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia yang diucapkan

di gedung Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta, sekarang Gedung Pola.

Proklamasi kemerdekaan tersebut, mengumandang di seluruh pelosok tanah

air dan juga tersiar di dunia luar.

Tentara pendudukan sekutu Inggris yang diboncengi Belanda,

menemui kenyataan adanya kekuasaan yang tidak bisa diabaikan. Persoalan-

persoalan dan kesulitan-kesulitan yang semula tidak terduga, harus mereka

hadapi. Melalui bentrokan-bentrokan bersenjata yang sengit dengan tentara

Inggris dan perang kemerdekaan terhadap Belanda, bangsa Indonesia mampu

mempertahankan kedaulatan Negara.

Babak terakhir berupa Konferensi Meja Bundar (KMB) dari pemulihan

kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat (RIS) pada 27 Desember 1949.

Karena bentuk Negara Serikat bukan yang diidam-idamkan rakyat, maka RIS

kemudian dilebur menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia pada 17

Agustus 1950. Satu hal masih terkatung-katung, yaitu Irian Barat yang masih

menjadi daerah jajahan Belanda. Menurut Perjanjian KMB, hal itu harus sudah

diselesaikan dalam waktu satu tahun. Namun, perundingan berulang kali tidak

menghasilkan penyelesaian. RI kemudian melancarkan tindakan TRIKORA

pada 19 Desember 1961.

Campur tangan PBB menghasilkan pemerintahan peralihan United

Nations Temporary Execution Administration (UNTEA) pada Oktober 1962.

Setengah tahun kemudian, pada 1 Mei 1963 RI menerima kembali Irian Barat

dari tangan UNTAEA. Dengan demikian berakhirlah perjuangan kemerdekaan

tanah air, RI meliputi seluruh wilayah bekas tanah jajahan Hindia Belanda.

Pemerintahan, menurut Undang-Undang Nomor 18 tahun 1965 adalah,

wilayah Negara Republik Indonesia yang dibagi dalam daerah-daerah yang

berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri (otonom) dan

tersusun dalam tiga tingkatan, yaitu (a) Propinsi dan atau Kotaraya sebagai

Daerah Tingkat I, (b) Kabupaten atau Kotamadya sebagai Daerah Tingkat II

dan (c) Kecamatan dan/atau Kotapraja sebagai Daerah Tingkat III. Sampai

sekarang, Daerah Tingkat III ini masih belum direalisasikan.

Di bawah Daerah Tingkat II terdapat daerah-daerah administratif

Kecamatan, yang mengikuti desa-desa. Sedangkan Daerah administratif

Karesidenan dan Kewedanan telah dihapuskan berdasarkan Peraturan Presiden

Nomor 22 Tahun 1963. Kepala Daerah adalah Pegawai Negara dan

merupakan alat Pemerintah Pusat maupun alat Pemerintah Daerah. Kepala

daerah Tingkat I bergelar Gubernur dan Kepala Daerah Tingkat II bergelar

Bupati/Walikota. Seluruh Daerah Otonom mempunyai Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD). Lembaga ini antara lain bertugas mengajukan calon-

Page 101: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

95

calon pengganti Kepala Daerah, jika jabatan tersebut lowong. Sementara

Pemerintah Pusat, meski tidak akan mudah menyimpang dari pencalonan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang bersangkutan, tidak terikat kepada

daftar calon tersebut dalam badan memilih dan menetapkan kepala daerah

yang baru.

Pemerintah Tertinggi: Kepala Negara adalah Presiden, dibantu wakil

Presiden yang juga menjabat Kepala Eksekutif. Dewan Pertimbangan Agung

(DPA) sebelum diamandemen[130] bertugas sebagai badan penasehat Presiden.

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai Badan Pemerintahan

tertinggi dan memegang kedaulatan rakyat yang menentukan haluan Negara.

Presiden melaksanakan keputusan-keputusan MPR dan juga

bertanggungjawab kepada lembaga tersebut. Tugas perundang-undangan

(legislatif) dijalankan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bersama

pemerintah. Anggota DPR yang merangkap anggota MPR, dipilih berdasarkan

Undang-Undang Pemilihan. Presiden dalam menunaikan tugas eksekutifnya,

dibantu oleh suatu Kabinet (Kabinet Presidentil).

Selama MPR dan DPR belum dapat dibentuk menurut UUD, maka

Kepala Negara didampingi sebuah Komite Nasional yang lebih dikenal

dengan nama KNI (Komite Nasional Indonesia) atau KNIP (Komite Nasional

Indonesia Pusat). KNIP bertindak sebagai perwakilan rakyat, pemegang

kedaulatan dan ikut menentukan haluan negara. KNIP adalah jelmaan dari

Panitia Persiapan Kemerdekaan yang pada 18 Agustus 1945 mensahkan UUD

1945.

Kebinet pertama yang dibentuk pada 19 Agustus 1945, terdiri dari

sebelas kementerian. Kabinet Presidentil ini berumur tidak sampai tiga bulan;

karena pada 13 Nopember 1945 diganti oleh Kabinet parlementer atas

prakarsa dan keputusan KNIP. Kabinet parlementer bertanggungjawab kepada

KNIP. Kabinet parlementer pertama dikenal sebagai Kabinet Syahrir Kesatu.

Demikian seterusnya. Kabinet jatuh dan sering berganti, sehingga boleh

dibilang tiada satu pun yang mencapai umur satu tahun. Keistimewaannya

adalah, kabinet jatuh bukan karena pernyataan (mosi) tidak percaya dari DPR,

tetapi mengundurkan diri karena sebab-sebab dari tubuh kebinet sendiri. Pada

masa-masa sebelum penyerahan kedaulatan (1945-1949) kabinet-kabinet

membubarkan diri karena tekanan oposisi yang sangat kuat dari partai-partai

yang menentang atau tidak menyetujui kebijakan pemerintah dalam

menjalankan deplomasi terhadap Belanda.

8.3. Manajemen Pemerintahan Orde Lama Periode 1950-1959 adalah masa kabinet koalisi antara partai-partai

yang sesungguhnya saling bersaing untuk menggalang kekuatan dan

kekuasaan bagi golongannya masing-masing. Suara ejekan seperti dagang

sapi, bagi rejeki, dapat lisensi dan sebagainya menggambarkan suasana

pemerintahan saat itu. Maka keluarlah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang

terkenal. DPR dan konstituante pilihan rakyat pada pemilihan umum akhir

1955 dibubarkan. Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan berlaku kembali,

[130]

DPA ada di era orde baru, di era reformasi dihapuskan karen dianggap kurang berfungsi

sebagai penasehat Presiden

Page 102: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

96

dan negara Republik Indonesia Serikat yang berdiri sejak awal tahun 1950

tidak berlaku lagi di seluruh Indonesia.

Pada saat itulah dimulainya era pemerintahan demokrasi terpimpin.

Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPRGR) pun dibentuk, Presiden

menetapkan dan menunjuk anggota-anggotanya. Dengan cara yang sama,

dibentuklah Majelis Permusyaratan Rakyat Sementara (MPRS). Aturan baru

kepartaian dimaklumatkan: Tidak semua partai yang ada dapat meneruskan

kegiatannya; dan hanya partai-partai yang disahkan Presiden setelah

memenuhi syarat-syarat tertentu diperbolehkan melanjutkan kegiatan

politiknya.

Pada era pemerintahan terpimpin ini, semakin lama semakin jelas

terjadinya pemusatan segala sesuatu di tangan presiden. Banyak pejabat tinggi,

Ketua DPRGR, Ketua Mahkamah Agung, DPA, Jaksa Agung, Gubernur Bank

Indonesia dan sebagainya diberi kedudukan sebagai menteri dan menjadi

anggota Kabinet. Gagasan Nasakom (Persatuan Golongan Nasional, Agama

dan Komunis) dikumandangkan dengan hebatnya. Presiden oleh MPRS

ditetapkan sebagai Presiden seumur hidup.

Dalam era ini kemajuan Partai Komunis Indonesia di segala bidang

sangat menonjol, sementara pengaruh partai-partai lain makin suram. Dalam

suasana menang seperti ini meletuslah peristiwa kontra revolusi G-30-S/PKI

pada 1 Oktober 1965 yang mengguncang seluruh sendi-sendi masyarakat dan

negara. Tuntutan penggantian Kabinet Dwikora yang berkuasa waktu itu dan

dikenal juga dengan sebutan rezim seratus menteri, bergejolak tinggi. Dalam

waktu singkat, Presiden dua kali menyempurnakan Kabinet Dwikora-nya.

Sekalipun demikian, tentangan semakin hebat, karena penyempurnaan

itu justru menambah banyak orang-orang yang beraliran atau dekat dengan

PKI duduk di kabinet. Padahal, tuntutan masyarakat adalah penumpasan PKI

secara total. Kemudian, Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah 11

Maret 1966 kepada Letnan Jenderal Soeharto, Menteri/Penglima Angkatan

Darat, untuk mengambil tindakan guna memulihkan keamanan.

Ketika Soekarno diangkat menjadi Presiden Pertama Republik

Indonesia, dia memiliki pemikiran yang brilian dengan menawarkan sebuah

program idealis yang dapat menggerakkan seluruh masyarakat Indonesia ke

arah tujuan luhur. Gagasan yang ditawarkan adalah, membangun bangsa

Indonesia dengan manajemen pemerintahan yang mandiri dan mendapatkan

pengakuan dari bangsa-bangsa lain di dunia. Soekarno menghendaki bangsa-

bangsa lain memandang bangsa Indonesia sebagai suatu bangsa yang

berdaulat dan memiliki harkat/martabat yang sejajar dengan bangsa-bangsa

lain di dunia.

Manajemen pemerintahan gaya Soekarno adalah manajemen yang

bersikap tegas dan pendirian keras, serta anti kolonialisme. Sikap seperti inilah

yang telah menggerakkan perjuangan kemerdekaan. Soekarno juga berusaha

membebaskan diri dari jebakan dua blok yang berpotensi menguasai dunia,

yaitu blok barat yang menganut paham kapitalis dan blok timur yang

menganut sistem sosialisme.

Pembentukan gerakan negara-negara non blok pada 1955, merupakan

bukti bahwa Soekarno dan para pemimpin negara-negara dunia ketiga sepakat

tidak ingin masuk jurang permusuhan antar blok barat dan timur.

Page 103: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

97

Manajemen pemerintahan gaya Soekarno selalu mengobarkan revolusi

kemerdekaan yang tidak henti-hentinya. Namun, di dalam negeri Soekarno

tergelincir dengan manajemen pemerintahan demokrasi terpimpin.

8.4. Manajemen Pemerintahan Orde Baru Dengan munculnya Surat Perintah 11 Maret 1966 kepada Letnan

Jenderal Soeharto, Menteri/Panglima Angkatan Darat, tatanan manajemen

pemerintahan di Indonesia “berubah total”, baik gaya manajemennya maupun

mekanisme dan metode yang dipakai dalam melaksanakan pemerintahan.

Surat penting ini yang mendapat sebutan SUPERSEMAR kemudian mendapat

pengesahan dan penguatan sidang umum IV MPRS. PKI dengan organisasi-

organisasi bawahannya dilarang. Kabinet seratus menteri dirombak total.

Kabinet AMPERA (Amanat Penderitaan Rakyat) dibentuk pada 28 Juli 1966.

Tugas pokok Kabinet Ampera meliputi dua hal, yaitu Stabilitas politik dan

stabilitas ekonomi yang disebut Dwidarma Kabinet. Catur Karya nama

program kerjanya, berisi empat hal, yaitu sandang pangan, pemilihan umum,

politik luar negeri bebas aktif dan melanjutkan perjuangan melawan

imperalisme/kolonialisme.

Kabinet Ampera yang terdiri dari dua puluh empat kementerian atau

Departemen, dibagi menjadi lima echelon (istilah kemiliteran dari kata

Perancis chelle = tangga). Tiap echelon dipimpin oleh seorang Menteri Utama

disingkat Menutama. Kelima Menutama bersatu merupakan Presidium yang

bertindak sebagai pembantu terdekat Presiden. Presidium diketuai seorang

Menteri Utama pengemban Super Semar. Tiap Departemen Mempunyai

seorang Sekretaris Jenderal dan dibagai dalam beberapa Direktorat Jenderal.

Namun, sorotan masyarakat, baik di luar maupun di dalam dewan perwakilan

rakyat memperlihatkan ketidakpuasan yang meningkat dan menginginkan

perubahan dalam lingkungan pemerintah tertinggi. Hasilnya, pemegang Super

Semar diangkat menjadi pejabat Presiden, diusulkan lewat penyempurnaan

susunan Kabinet Ampera. Tindakan MPRS berikutnya adalah mengadakan

sidang Maret 1968 yang mengangkat Pejabat Presiden menjadi Presiden penuh

dengan tugas penting di antara banyak tugas lainnya, yaitu sebelum Juli 1968

membentuk Kabinet baru yang menggantikan Kabinet Ampera. Pembentukan

Kabinet Baru tersebut terlaksana dengan pelantikan para menterinya pada 6

Juni 1968 dengan susunan sebagai berikut: 1. Menteri Dalam Negeri : Letnan Jenderal Basuki Rakhmat (setelah

meninggal diganti Letnan Jenderal Amir Makhmud).

2. Menteri Luar Negeri : H. Adam Malik.

3. Menteri Pertahanan/ : Jenderal Soeharto.

Keamanan

4. Menteri Kehakiman : Prof. Umar Senoadji, SH.

5. Menteri Penerangan : Laksamana Muda Budiardjo.

6. Menteri Keuangan : Prof. Dr. Ali Wardana.

7. Menteri Perdagangan : Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo.

8. Menteri Pertanian : Prof. Dr. Toyib Hadiwidjaja.

9. Menteri Peirndustrian : Major Jenderal Muhamad Yusuf.

10. Menteri Pertambangan : Prof. Dr. Sumanteri Brodjonegoro.

11. Menteri Pekerjaan : Ir. Sutami.

Umum dan Tenaga

Listrik

12. Menteri Perhubungan : Drs. Frans Seda.

Page 104: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

98

13. Menteri Pendidikan, : Mashuri, SH.

Pengajaran dan

Kebudayaan

14. Menteri Kesehatan : Prof. Dr. G.A. Siwabessy.

15. Menteri Agama : K.H. Mohamad Dakhlan.

16. Menteri Tenaga Kerja : Laksamana Muda Mursalim.

17. Menteri Sosial : Dr. A.M. Tambunan.

18. Menteri Transmigrasi : Letnan Jenderal Sarbini.

dan Koperasi

19. Menteri Ekonomi, : Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

Keuangan dan Industri

20. Menteri Kesejahteraan : K.H. Idham Khalid.

Rakyat

21. Menteri Penyempurnaan : H.Cokroaminoto Harsono.

dan Pembersihan

Aparatur Negara

22. Menteri Pengawasan : Prof. Dr. Sunawar Sukowati, SH.

Proyek-Proyek

23. Menteri Hubungan : Mintaredja, SH.

Pemerintah-MPRS-

DPRGR-DPA

Perkembangan selanjutnya, beberapa pemilihan umum yang dilakukan

Pemerintahan Orde Baru, Jenderal Soeharto terpilih terus menjadi Presiden

Indonesia. Soeharto menjadi Presiden lebih dari 32 tahun yang merupakan

rekor bagi jabatan Presiden di Seluruh Dunia. Strategi yang digunakan

Soeharto untuk mempertahankan kekuasaan antara lain:

Memperkuat peran ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia),

sekarang Tentara Nasional Indonesia. Jabatan-jabatan strategis kepala daerah

seperti Gubernur, Bupati dan Walikota, serta jabatan menteri-menteri yang

memegang peranan dalam mengendalikan politik dijabat para personil ABRI.

Peran Dwi Fungsi ABRI dalam pemerintahan. ABRI dapat mengisi

jabatan apa pun sesuai dengan selera Presiden. Tak ada jabatan di

pemerintahan yang kosong dari personil ABRI. Memperkuat posisi Presiden

Soeharto dengan menempatkan anggota ABRI di DPR sebagai utusan

golongan yang diangkat tanpa dipilih oleh rakyat.[131]

Memperkuat peranan Golkar di gelanggang politik seperti menggiring

Aparatur Pemerintah mulai pusat sampai tingkat kelurahan masuk menjadi

anggota Golkar. Pegawai negeri sipil dan para istri pegawai juga diharuskan

menjadi anggota Golkar.

Menempatkan para pembantunya, yaitu para Gubernur, para Panglima

Daerah Militer, para Pimpinan Perguruan Tinggi, para Menteri dan para istri-

istri/anak-anak menteri untuk duduk menjadi anggota MPR.

Maka tidak aneh jika Jenderal Soeharto terus terpilih menjadi Presiden

selama enam periode, karena sudah kuat dalam menempatkan orang-orangnya

untuk menjadi anggota MPR. Pada saat itu, pemilihan Presiden dilakukan oleh

[131]

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 (sebelum diamandemen) disebutkan anggota MPR

terdiri dari anggota DPR RI ditambah oleh Utusan Daerah dan Utusan Golongan, dan ABRI

menjadi bagian dari Utusan golongan. Dan ABRI diangkat tanpa melalui pemilihan umum.

Page 105: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

99

MPR. Bahkan sampai ada pernyataan kebulatan tekad memilih Jenderal

Soeharto menjadi presiden lagi. Manajemen Pemerintahan Orde Baru identik

dengan peranan Jenderal Soeharto yang menggunakan politik kroni, yaitu

melibatkan kerabat dekat untuk mempertahankan posisi tertinggi di

pemerintahan.

Peranan militer dibuat sedemikian rupa sehingga benar-benar

mengamankan posisinya sebagai presiden, dan didukung Golkar yang selalu

memperoleh fasilitas dari pemerintah. Di samping itu, peranan pegawai negeri

juga dikebiri, yaitu tidak boleh memilih partai lain. Setiap pemilihan umum

diadakan di lokasi dekat kantor supaya bisa mengamati pegawai yang

menyimpang dari Golkar.

Dalam manajemen pemerintahan Soeharto pada saat pertama kali

diangkat menjadi presiden, diperkenalkan program baru yang disebut

”Pembangunan Nasional”. Program ini sangat menarik di hati rakyat, karena

berhubungan dengan pengentasan kemiskinan, peningkatkan taraf hidup dan

demokrasi, dengan menekankan pertumbuhan ekonomi yang menganut paham

Rostow. Pada awalnya, program ini disambut antusias karena kondisi ekonomi

saat itu begitu rapuh. Namun, program yang ditunggu-tunggu rakyat tersebut

tidak jelas kapan waktunya, kapan bisa menikmatinya, yang sering dinamakan

indeterminate future, yaitu tidak ada kepastian masa depannya. Program

pembangunan jangka panjang tanpa adanya batas waktu. Rakyat pun menjadi

tidak sabar karena sudah terlalu capai tidak bisa menikmati program yang

dijanjikan Soeharto.

Perkembangan sejarah akhirnya berkata lain. Orde baru yang begitu

kokoh dan kuat berhasil ditumbangkan oleh gerakan mahasiswa. Hal ini

nampaknya seperti hukum karma, dulu Bung Karno jatuh karena Grand

Skenario Letnan Jenderal Soeharto yang ingin menguasai pemerintahan dan

ambisinya ingin menjadi orang nomor satu. Kini, Soeharto jatuh juga. Gerakan

mahasiswa menuntutnya mundur dari tampuk pimpinan. Manajemen

pemerintahan Soeharto dianggap merugikan bangsa dan negara karena

menggunakan manajemen kroni. Pada 1 Mei 1998, Presiden Soeharto

menyatakan pengunduran diri yang disambut gembira oleh berbagai elemen

masyarakat di seluruh Indonesia.

Penilaian terhadap Presiden Soeharto tidak bisa hanya dilihat dari

tahap terakhir kepemimpinannya. Apalagi faktanya, sumbangsih Soeharto

terhadap dunia dan kawasan Asia sangat besar. K Kesavapany dari ISEAS

mengatakan, stabilitas dan kemakmuran yang dirasakan masyarakat Asia

Tenggara sekarang, tidak lepas dari peranan Soeharto, “ia merupakan tokoh

yang sangat penting untuk menjadikan Asia Tenggara seperti sekarang.”[132]

8.5. Manajemen Pemerintahan Reformasi Perubahan manajemen pemerintahan Indonesia, selalu diawali dengan

konflik-konflik yang menyedihkan. Presiden Soekarno turun karena konflik

krisis kepercayaan sehingga didemo mahasiswa yang didukung ABRI.

[132]

Pernyataan ini diucapkan oleh K Kesavapany dari Institute of Southeast Asian Studies

(ISEAS), di Singapore, 12 April 2007, saat Acara bedah buku Soeharto, The Life and Legasy

Indonesia Second’s President.

Page 106: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

100

Sedangkan Presiden Soeharto juga turun karena konflik krisis kepercayaan

dan didemo mahasiwa yang didukung masyarakat. Presiden Abdurahman

Wahid (Gus Dur) juga turun karena konflik krisis kepercayaan oleh anggota

DPR dan MPR melalui sidang istimewa walaupun kecil.[133]

Peristiwa turunnya Gus Dur ini menjadi unik karena bukan karena

kesalahan signifikan bagi bangsa dan Negara, tetapi karena permainan teman-

temannya yang dulu sepakat menjatuhkan Presiden Soeharto, tetapi setelah

cita-cita ini tercapai, perjalanan politik selanjutnya berbeda. Akhirnya Gus

Dur jatuh melalui Sidang Istimewa. Karena melalui sidang Istimewa, maka

jabatan Presiden juga harus ditanggalkan. Perubahan pemerintahan di

Indonesia seolah selalu diwarnai dengan konflik. Syukurlah Presiden

Megawati dan Susilo Bambang Yudoyono tidak seperti para pendahulunya.

Turunnya Presiden Soeharto dari tampuk pimpinan, dianggap sebagai

tonggak sejarah reformasi pemerintahan di Indonesia. Kita melihat fenomena

perubahan manajemen pemerintahan sejak 1998 yang sangat mengesankan,

yaitu terjadi perubahan di segala bidang, termasuk perubahan paradigma

dalam manajemen pemerintahan. Perubahan manajemen pemerintahan

tersebut ramai-ramai dilakukan semua lembaga negara.

1. Soeharto ke Habibie Jabatan presiden setelah Soeharto turun dari tampuk tertinggi

pemerintahan, diisi oleh Habibie (wakil Presiden), sesuai dengan Undang-

Undang Dasar 1945[134] Pergantian ini pun memunculkan berbagai kontroversi.

Namun, pemerintahan Habibie berjalan sesuai dengan mekanisme yang ada.

Manajemen Pemerintahan Habibie sebenarnya berbeda dengan

manajemen pemerintahan Soeharto, tetapi karena Habibie merupakan bagian

dari pemerintahan Soeharto, maka banyak yang menganggap Habibie tidak

jauh berbeda dengan Soeharto. Manajemen Pemerintahan Habibie sebenarnya

sudah reformis, misalnya para tahanan politik dibebaskan dan pemilihan

umum dilangsungkan secara demokratis.

Pemilihan umum secara demokratis, pertama kali dilakukan oleh

pemerintahan Habibie yang diikuti 48 partai. Ini membuktikan bahwa

manajemen Pemerintahan Habibie berbeda dengan manajemen pemerintahan

Soeharto yang otoriter.

Langkah Habibie agar dianggap demokratis, baik di dalam maupun di

luar negeri, antara lain memberikan keterbukaan politik. Habibie memberikan

dua opsi kepada Timor Timur untuk memilih ”menjadi bagian” Republik

Indonesia atau ”terpisah” dari Republik Indonesia. Dalam kenyataannya,

Timor Timur pisah dari Indonesia. Hal ini merupakan preseden buruk bagi

Indoneisia, karena beberapa daerah juga menuntut hal yang sama atau

memisahkan diri dari Indonesia seperti Aceh.

[133]

Budi Supriyatno, Perubahan Organisasi (Organization Change) , Departemen Pekerjaan

Umum, hal. 1, 2005. [134]

Pasal 8 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa : Jika Presiden mangkat,

berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajiban dalam masa jabatannya, ia diganti oleh Wakil

Presiden sampai habis masa waktunya.

Page 107: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

101

Perjalanan pemerintahan Habibie akhirnya jatuh juga, karena

pertanggungjawabannya ditolak MPR. Habibie tidak bisa mencalonkan diri

lagi menjadi Presiden selanjutnya.

3. Manajemen Gus Dur Pemilihan Umum 1998 yang demokratis dalam sejarah bangsa

indonesia ini diikuti oleh 48 partai politik yang bersaing ketat. Ternyata, yang

berhasil mendapatkan kursi di DPR hanya 21 partai. Pemenang terbesar adalah

PDI Perjuangan yang dipimpin Megawati Sukarno Putri. Kemenangan ini

karena rakyat bawah mempercayai kepiawaian Megawati yang pada saat orde

baru sering disakiti. Memang, kemenangan megawati tidak bisa mutlak karena

Golkar masih dipercaya masyarakat, khususnya wilayah Indonesia Timur.

Kemenangan PDI Perjuangan ini pun tidak mampu mengusung

Megawati menjadi Presiden, karena dihambat oleh lawan-lawan politiknya

yang saat itu memainkan peranan di MPR. Dalam berbagai lobi politik tingkat

tinggi, para lawan politik ini bisa mengurungkan Megawati menjadi presiden,

dan terpilihlah Gus Dur dalam sidang istimewa.

Gus Dur terpilih menjadi presiden setelah didukung oleh Golkar dan

partai-partai lain, yang merupakan legitimasi penuh dan tidak tergoyahkan.

Dalam menjalankan tugas sebagai presiden, Gus Dur adalah ahli dalam

memainkan peranannya dengan menggunakan strategi manajemen jitu. Posisi

TNI dan Polri yang kuat berhasil dilemahkan dalam waktu yang tidak begitu

lama. Departemen Penerangan dan Departemen Sosial dibubarkan.

Departemen Pekerjaan Umum diganti nama menjadi Departemen

Pengembangan Wilayah, dan berdiri lembaga lain seperti Ombudsmen yang

kurang berfungsi.

Manajemen Pemerintahan Gus Dur, lain dari pada yang lain, bahkan

kadang-kadang kontroversial karena sering tidak melalui jalur birokrasi yang

resmi. Gus Dur lebih banyak menerima informasi dari para pembisik/orang

yang dekat dengannya, dari pada kinerja lembaga pemerintahan yang telah

dibuat. Contohnya, setiap pulang dari kunjungan ke luar negeri ada saja

menteri yang dicopot.

Namun, selama pemerintahannya Gus Dur tidak mampu menunjukkan

prestasi yang meyakinkan kepada masyarakat. Bangsa Indonesia nampaknya

sudah tidak percaya dengan pemerintahan tanpa suatu program yang jelas.

Akhirnya, pemerintahan Gus dur menjadi tambah ‖ruwet‖ karena lawan

politiknya mulai bermain ingin menjatuhkan. Dalam posisi yang terdesak, Gus

Dur berargumentasi kalau dia dijatuhkan dari jabatan presiden, beberapa

propinsi seperti Madura dan Papua mau merdeka atau memisahkan diri dari

Republik Indonesia. Akhirnya Gus Dur jatuh, tetapi tidak ada propinsi yang

memisahkan diri dari Indonesia. Pemerintahan Gus Dur runtuh setelah MPR

mengadakan sidang istimewa dengan kasus Bulogate dan Bruneigate.

4. Manajemen Megawati Megawati yang menjadi Wapres di era pemerintahan Gus Dur,

melangkah mulus menjadi presiden dengan dukungan semua angota MPR.

Sebagai pemenang Pemilu 1999 sudah sepantasnya Megawati menjadi

Presiden.

Manajemen Pemerintahan Megawati merupakan manajemen yang

berbeda dengan Gus Dur dan presiden pendahulu lainnya. Megawati

Page 108: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

102

memaksimalkan peran birokrasinya, yaitu para pembantu-pembantunya.

Namun, karena Indonesia mengalami krisis yang begitu besar, maka semua

keinginan masyarakat khsususnya masyarakat bawah tidak bisa terpenuhi.

Megawati dengan kepemimpinannya tidak bisa memuaskan keinginan

masyarakat, sehingga pada pemilihan berikutnya masyarakat sudah tidak

percaya lagi. Melalui pemilihan langsung oleh rakyat (Pilpres), Susilo

Bambang Yudhoyono (SBY) pun terpilih menjadi presiden selanjutnya.

4. Manajemen SBY Tampilnya SBY sebagai presiden, membawa angin segar karena dia

saat itu dipilih oleh rakyat sendiri,[135] bukan melalui sidang MPR yang biasa

dilakukan dengan cara-cara tidak sehat. Rakyat telah memilih pemimpin yang

dipercayainya. Dengan pemilihan langsung oleh rakyat, maka kepercayaan

rakyat tidak bisa dipermainkan. Kini SBY memegang mandat dari rakyat yang

sebenar-benarnya. Maka kepercayaan inilah yang harus dijalankan sesuai

dengan mandat yang diberikan. SBY dengan gaya manajemen pemerintahan

yang sangat hati-hati, mendengarkan suara rakyat, meski para musuhnya dari

partai-partai yang tidak mendukung sudah tidak sabar lagi. Tetapi, gaya

kepemimpinan SBY selalu memperhatikan keinginan masyarakat.

Sebenarnya reformasi di Indonesia sudah berjalan dengan baik, di

mana rakyat bisa berbicara apa saja tanpa dibungkam dan diteror. Namun,

reformasi di Indonesia akhirnya justru kebablasan. Rakyat bisa bicara apa saja,

bahkan mencaci maki pejabat negara tanpa ditangkap dan diproses hukum.

Dengan demikian, demokrasi di Indoensia bisa dikatakan demokrasi terbaik di

dunia. Berbeda dengan para pendahulunya, gaya kepemimpinan SBY dalam

memanajemen pemerintahan sangat hati-hati. Sebelum membuat suatu

keputusan, SBY akan selalu mempertimbangkannya dengan matang dan

makan waktu lama. Kadang-kadang masyarakat sampai tidak sabar menunggu

keputusan yang akan dikeluarkan presiden. Namun, manajemen pemerintahan

SBY adalah manajemen yang selalu mendukung kepentingan rakyat banyak.

Sby terpilih lagi, kini telah melenggang menjadi Presiden yang kedua

kalinya, setelah pemilihan presiden pada tanggal 8 Juli 2009 terpilih denngan

suara lebih dari 60 persen. Artinya rakyat masih menginginkan dan

mempercayai kepemimpinannya. Manajemen Sby adalah manajemen

mempertimbangan keinginan masyarkat, semua pesan masyarakat

dipertimbangkan sebagai wujud dari prosiden yang terpilih dan dipilih oleh

rakyat.

5. Manajemen Joko Widodo Manajemen Jokowi ini sulit untuk ditebak, tetapi setiap kebijakannya

pada dasarnya dilakukan untuk kepentingan masyarakat.

Mendengar setiap pendapat dan saran dari orang-orang di sekitar adalah

ciri khas dan pembawaan Jokowi yang mencolok dalam kepemimpinannya.

[135]

Baru Pertama kali sejak kemerdekaan Republik Indonesia Presiden dipilih rakyat

langsung secara demokrasi. Pendapat berbagai kalangan baik ilmuawan maupun praktisi

pemerintahan, baik dalam maupun luar negeri mengatakan bahwa demokrasi yang

dilaksanakan oleh Indonesia merupakan demokrasi terbesar setelah Amerika dan India.

Page 109: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

103

Mendengarkan secara aktif adalah suatu kemampuan kepemimpinan yang

menunjukkan perhatian kepada berbagai masalah-masalah masyarakat.

Jokowi seringkali melakukan “blusukan” dan memberikan pengarahan

kepada para karyawan/pegawai mengenai hal-hal yang harus dilakukan secara

profesional dalam mengemban tugas pemerintahan dan melayani masyarakat.

Salah satu atribut kepemimpinan Jokowi adalah keefektifan yang dimulai

dengan membangun consensus/persetujuan bersama, pembagian tugas secara

jelas dan kemudian memonitor implementasi dari setiap keberhasilan

pekerjaan sesuai dengan yang sudah direncanakan.

8.6. Permasalahan Manajemen Pemerintahan di Indonesia Pemerintah merupakan lembaga yang besar, komplek dan ruwet.

Lembaga tersebut mempekerjakan jutaan orang dan membelajankkan triliunan

dolar setiap tahun. Oganisasinya terdiri dari banyak sekali lapisan dengan

ribuan yuridiksi politik dan publik saling tumpang tindih.

Dalam pemerintahan banyak permasalahan yang sulit dipecahkan,

karena pemerintah berisi orang-orang dari politikus, pegawai negeri dan warga

negara yang saling bersaing untuk kepentingan diri sendiri maupun kelompok.

Ditambah dengan Krisis multi dimensi yang berkepanjangan melanda di

negara berkembang sebagai penghambat perwujudan cita-cita dan tujuan

negara. Jika ingin mengubah kinerja sistem manajemen pemerintahan yang

ruwet ini diperlukan perubahan di segala bidang, memungkinan melakukan

langkah-langkah penyelamatan, pemulihan, pamantapan, dan pengembangan

pembangunan serta memerkukuh percaya diri. Kemampuan para aparatur

pemerintahan untuk mengelola reformasi menjadi sangat signifikan dan

strategik, terutama sensitifitas dan resposifitas atas sinyal dan kapan reformasi

tersebut diperlukan khususnya dalam langkah-langkah penyelamatan dan

pemulihan, pemantapan, dan pengembangan pembangunan untuk

meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Informasi yang akurat dan pengetahuan yang luas mengenai sistem

kebijakan, program dan kegiatan pembangunan serta penggunaan anggaran

sebagai unsur-unsur pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan

(AKIP) yang baik menjadi kebutuhan mendesak baik dalam rangka pelayanan

kepada warganya maupun pelestarian kepercayaan publik.

Terdapat dua hal yang perlu ditekankan dalam reformasi manajemen

pemerintahan khususnya di Indonesia yaitu mengapa reformasi gagal, dan

strategi reformasi tidak efektif?. Secara umum selama 32 tahun terakhir dalam

pemerintahan orde baru telah terjadi pasang-surut perubahan yang berakhir

dengan kegetiran. Krisis multi dimensi baru-baru ini telah mendorong

dimulainya sesuatu yang baik dan benar yaitu melaksanakan reformasi di

segala bidang. Telah terjadi perubahan besar yang pahit, baik dalam kebijakan

maupun dalam aransemen kelembagaan termasuk manajemen pemerintahan.

Uraian di bawah ini lebih ditekankan pada langkah yang dianggap

salah atau salah urus yang menghambat jalannya reformasi manajemen

pemerintah. Langkah yang dianggap salah urus antara lain sebagai berikut:

1. Elit Politik Mementingkan Kepentingan diri Suatu fenomena yang sangat tragis yang mengakibatkan reformasi

menemui jalan buntu dan gagal dalam mencapai misi dan visi, ketika elit

politik hanya mementingkan kepentingan diri sendiri dan kelompknya serta

menganggap reformasi merupakan alat untuk mendapatkan kekuasaan atau

Page 110: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

104

jabatan. Para elit politik saling berebut jabatan di parlemen atau Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR/DPRD) maupun di Lembaga Pemerintahan. Para

elite hanya bertengkar merebutkan jabatan dan uang untuk kepentingan diri

sendiri dan kelompoknya.

Menghadapi elit politik yang mementingkan kepentingan sendiri, ada

beberapa aparat yang memiliki otak brilian, kompeten tinggi, ideal, dan cita-

cita mulia, akhirnya frustasi menciptakan strategi besar pada awal perubahan

yang direncanakan.

Mereka pada awal sangat optimis untuk dapat dan mampu merubah

manajemen pemerintahan yang lebih efektif dan efisien dalam era reformasi

ini. Mereka menganggap mudah untuk merubah paradigma elit politik yang

mampan dan nyaman setelah mendapat posisi yang enak.

Banyak elit politik dengan ketidakpeduliannya terhadap nasip rakyat

yang menderita, lihat setelah digolkan tunjangan komunikasi instesif, listrik,

telepon, honorarium alat kelengkapan DPR, dan bantuan penunjang kegiatan

Dewan, yang ada pada tahun 2006 memboroskan uang negara 188 miliar.

Berulang kali media mencaci studi banding DPR keluar negari yang

tak pernah jelas hasilnya. Rangkaian pemborosan ini mengakibatkan kenaikan

anggaran DPR 2005-2007 sebesar 31 persen pertahun.

Inipun masih

mengajukan rencana penambahan anggaran masing-masing Rp. 1 juta kepada

546 anggota DPR setiap pengesahan RUU merupakan bukti ketidakpedulian

sosial. Yang lebih manyakitkan lagi rakyat adalah Dana Non Badgeter

Departemen Kelautan dan Perikanan dibagi bagikan ke elite politik untuk

kepentingan pribadi dan partai. Yang lebih tidak bermoral lagi ketika Badan

Kehormatan DPR menjatuhkan sanksi kepada anggota DPR yang diduga

menerima dana nonbudgeter malah diinterupsi oleh Fraksi dari partai yang

anggotanya tersangkut dana tersebut. Melihat kondisi seperti tersebut, ternyata

kita malah terjebak dalam kesulitan membenaih “mental” elit politik yang

ternyata lebih kotor dari aparatur pemerintahn di era orde baru.

Aparat yang mempunyai idealis, tidak berdaya ketika dihadapkan

dengan prilaku elit politik yang menyimpang dampaknya adalah kinerja

merosot dan dihantui resistensi terhadap perubahan manajemen pemerintahan.

Sifat elite politik memperkaya diri, dengan terus menaikkan imbal

pendapatan dan tunjangan, tanpa risi dengan ekonomi masyarakat yang

merosot dan dilanda banyak bencana. Nampak reformasi menjadi sarana

mengelak dari tanggung jawab hukum, politik, dan ekonomi; bahkan

kejahatan HAM, korupsi dan politik uang.

Saat ini banyak aparat pemerintahan yang mempunyai moral tinggi

dan konsisten merasa kurang puas terhadap manajemen pemerintahan di era

reformasi ini. Dan mereka banyak menerima kritik dari lembaga swadaya

masyarakat, maupun dari cendikiawan baik dalam dan luar negeri. Banyak

lembaga pemerintahan yang mempunyai masalah besar tanpa adanya upaya

untuk memecahkan permasalah, dan terjandinya resistensi terhadap perubahan

yang mendasar meningkat. Dampaknya kebijakan, program dan kegiatan

untuk mewujudkan tujuan dan sasaran instansi tidak tercapai. Sumbang saran

dan dialog, misi dan visi serta strategi hanya sekedar pembicaraan birokratis

di permukaan. Hal ini dikarenakan banyak yang mengedepankan kepentingan

diri sendiri. Jatuh bangunnya pemerintahan karena elit politik selalu

mengganggu sehingga pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan

rakyat terganggu.

Page 111: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

105

2. Kerjasama tidak efektif Reformasi manajemen pemerintahan tidak mungkin terlaksana dengan

baik tanpa kesadaran aparatur pemerintah dalam melakukan kerjasama. Aparat

yang memiliki komitmen tinggi dalam peningkatan kinerja instansi

pemerintah menginginkan bentuk kerjasama untuk melakukan reformasi

manajemen pemerintahan. Upaya yang dilakukan perseorangan, sekalipun

punya otak brilian dan reputasi, kompetensi dan integritas biasanya tidak akan

mampu merubah situasi dan kondisi yang status quo.

Gagasan besar pemikiran reformasi manajemen pemerintahan yang

tidak memiliki kerjasama yang efektif tidak akan mampu mereformasi

keadaan yang stagnasi. Reformasi manajemen pemerintahan bisa saja berjalan

tetapi cepat atau lambat, kekuatan resistensi akan menghentikan inisiatif

perubahan. Konflik kepentingan antara Pejabat Pemerintah dengan Dewan

Perwakilan Rakyat, selama ini hanya menghambat program peningkatan

kesejahteraan rakyat, dan memberi dampak yang negatif pada rakyat terhadap

pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat, sehingga perubahan manajemen

pemerintahan maupun dalam perubahan sikap dan prilaku aparatur dan

Dewan Perwakilan Rakyat selalu mempertahankan kebijakan program dan

kegiatan yang berkualitas menjadi sumber pendukung kenyaman dan bukan

peningkatan kinerja pelayan prima atau pelestarian kepercayaan publik.

Dalam pada itu tanpa ada kerjasama yang mantap tidak mungkin ada

perubahan dalam manajemen pemerintahan.

3. Tanpa Visi dan Misi Yang Jelas Adanya visi dan misi yang meningkatkan komitmen menjadi

kebutuhan dalam melakukan perubahan manajemen pemerintahan. Visi

berperan besar dalam perubahan menajemen pemerintahan yang dapat

membantu mengarahkan dan memperbaiki inspirasi untuk bertindak baik dan

benar dalam rangka melakukan penghematan, efisien, efektif. Tanpa adanya

visi dan misi yang jelas, upaya perubahan manajemen pemerintahan akan

berubah menjadi daftar kebijakan dan program yang membingungkan, selain

itu juga akan memboroskan sumber daya dan keuangan, sehingga akan

merosotnya kepercayaan masyarakat.

Tanpa adanya visi dan misi yang jelas dalam proses pengambilan

keputusan akan kabur, yang terjadi hanya debat kusir tanpa henti yang dapat

meningkatkan ketengangan emosional yang merendahkan harkat dan martabat,

semangat dan kinerja.

Dalam perubahan manajemen pemerintahan yang gagal, kebijakan,

program, dan kegiatan menggantikan peran visi dan misi sehingga arah

kebijakan menjadi tidak jelas. Dalam pada itu peran visi dan misi sangat

menentukan dalam melakukan perubahan manajemen pemerintahan. Kini

pemerintahan dalam hal setiap lembaga pemerintahan baik departemen

maupun lembaga pemerintahan non departemen sudah mulai memperbaiki visi

dan misi yang jelas dan terukur untuk meningkatkan pelaksanaan tugas

pemerintahan maupun tugas pembangunan.

4. Percaya Diri Rendah Melakukan perubahan manajemen pemerintahan memerlukan

partisipasi semua aparatur pemerintah. Inisiatif perubahan menjadi kandas

bilamana para pelaku yang sudah memiliki visi, merasa tidak berdaya, percaya

diri rendah dengan adanya hambatan mereka mulai dari dalam pikiran

Page 112: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

106

masing-masing. Dibutuhkan upaya meyakinkan, bahwa sebenarnya hanya ada

dalam pikiran saja, sampai dengan arsitektur dan struktur budaya organsiasi.

Hamabatan-hambatan yang ada dapat berupa: analisis dan uraian

jabatan yang kurang sesuai, pengetahuan, keahlian dan sikap yang tidak

kompeten, balas jasa yang kurang sepandan, desain dan pengembangan

organsiasi yang asal jadi, pengukuran manajemen serta evaluasi kinerja yang

tidak ada hubungannya dengan prinsip dan praktek pemerintahan yang baik

dan akuntabilitas yang berlaku, informasi umpan balik, pengambilan

keputusan organisasi yang berwewenang, dan jasa yang sepandan. Apabila

aparat yang cerdas, kompeten dan berintegritas enggan mengatasi hambatan-

hambatan yang ada, ini berarti mereka tidak memerdayakan orang dan

organsiasi dan menghambat perubahan. Hal ini merupakan tantangan.

5. Tingkat Korupsi Tinggi Indonesia menjadi negara yang mempunai tingkat korupsi Tinggi dari

Transparansi Internasional menyebutkan merupakan lima besar negara

terkorup, rasanya sudah tidak punya rasa malu bagi bangsa Indonesia.[136]

Padahal Korupsi merusak segala-galanya dan korupsi selalu membawa

konsekuensi. Konsekuensi negatif dari korupsi sistimik terhadap proses

demokratisasi dan pembangunan yang berkelanjutan adalah:

1. Korupsi mendelegetimasi proses demokrasi dengan mengurangi

kepercayaan publik terhadap proses politik melalui politik uang.

2. Korupsi mendistorsi pengambilan keputusan pada kebijakan publik,

membuat tiadanya akuntabilitas publik, dan menafikan the rule of law.

Hukum dan birokrasi hanya melayani kepada kekuasaaan dan pemilik

modal.

3. Korupsi menjadakan sistim promosi dan hukuman yang berdasarkan

kinerja karena hubungan patron-client dan nepotisme.

4. Korupsi mengakibatkan proyek-proyek pembangunan dan fasilitas

umum bermutu rendah dan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat

sehingga mengganggu pembangunan yang berkelanjutan.

5. Korupsi mengakibatkan kolapsnya sistim ekonomi karena produk yang

tidak kompetitif dan penumpukan beban hutang luar negeri.

6. Korupsi menjadikan biaya ekonomi tinggi.

7. Korupsi biaya politik tinggi, calon kapala daerah yang diusulakndari

partai harus setor milyaran; dan

8. Korupsi menjadikan rakyat sengsara.

Ӂ ӁӁӁӁ

[136]

Karekter birokrasi seperti ini telah berlangsung sejak masa penjajah, masa orde lama,

masa orde baru bahkan sampai ke era reformasi sekarang ini. Reformasi yang dimulai tahun

1998 prilaku mementingkan kepentingan pribadi telah merasuk di tubuh parati-partai dan elite

politik di DPR. Lihat Daftar anggota Komisi IX Periode 1999-2004 yang menerima dana

Bank Indonesia terlibat 52 anggota DPR yang rata-rata menerima Rp 250 juta bahkan ada

yang satu milyar, dimuat di Harian Kompas tanggal 29 Juli 2008. Rakyat sangat sedih melihat

prilaku anggota dewan tersebut.

Page 113: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

107

DUA BELAS LANGKAH STRATEGIS

MANAJEMEN PEMERINTAHAN

Keberadaan Manajemen Pemerintahan seharusnya dapat mewujudkan

citra birokrasi pemerintah yang baik. Artinya, aparatur di pemerintahan

mampu mendukung kelancaran, keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi

penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien, sehingga

penyalahgunaan wewenang dan tanggungjawab dalam jabatan dapat dihindari

sedini mungkin.

Penyalahgunaan bisa dihindari, jika aparatur sebagai pelaksana dalam

menjalankan tugas pemerintahan secara konsisten menyadari tugasnya. Pada

kesempatan ini, penulis memberikan resep 12 langkah strategis untuk

melaksanakan manajemen pemerintahan yang baik, yaitu:

1. Meningkatkan kesadaran

2. Mereformasi birokrasi

3. Manajemen pemerintahan yang baik dan konsisten

4. Melaksanakan akuntabilitas

5. Meningkatkan kemampuan kepemimpinan

6. Meningkatkan profesionalisme

7. Meningkatkan kinerja

8. Meningkatkan pelayanan 9. Meningkatkan budaya kerja

10. Meningkatkan peran masyarakat

11. Mengefektifkan anggaran

12. Melaksanakan desentralisasi

Duabelas langkah strategis ini dapat dilihat pada Gambar 9.1. Langkah

Strategis Manajemen Pemerintahan ini akan dibahas satu persatu seperti

berikut.

BAB 9

Page 114: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

108

GAMBAR 9.1. DUA BELAS LANGKAH STRATEGIS

MANAJEMEN PEMERINTAHAN

oleh Budi Supriyatno

9.1. Meningkatkan Kesadaran Aparatur Pembahasan mengenai keberadaan manajemen pemerintah, tidak akan

terlepas dari peranan aparatur dalam melaksanakan tugas. Aparatur sebagai

pelaksana tugas dan fungsi pemerintahan, akan menentukan keberhasilan

manajemen pemerintahan. Dalam pada itu, kesadaran aparatur juga perlu

ditingkatkan agar mampu melaksanakan tugas dengan baik. Dalam konteks

ini, ada empat unsur yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesadaran

aparatur pemerintah. Keempat unsur tersebut adalah, memperbaiki sikap

aparatur, memahami keberadaan manajemen pemerintahan, meningkatkan

pertanggungjawaban dan melaksanakan lima pondasi yang sinergi.

Keempat unsur tersebut akan diuraikan seperti dibawah ini.

1. Memperbaiki sikap Aparatur Semua aparatur harus menyadari bahwa tugas mereka di pemerintahan

adalah sebagai “pelayan” bukan “dilayani”. Artinya, aparatur

bertanggungjawab melayani kebutuhan yang diperlukan masyarakat. Yang

harus ditanamkan dalam hati sanubari setiap aparatur adalah, ”aparatur

sebagai “pamong” rakyat. Dengan kata lain, aparatur harus pandai

”momong” rakyat. Namun, fakta yang ada berbicara lain, aparatur justru

Page 115: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

109

minta ”dilayani” atau minta “diemong”. Praktik seperti ini sudah

menyimpang dari tugas dan kewajiban aparatur sebagai palayan masyarakat.

Fenomena tersebut menunjukkan bahwa “moral” aparatur belum atau tidak

”ada keinginan” menjalankan tugas sebagai pelayan masyarakat yang baik,

dan masih bergaya “feodal”.

Sifat dan watak seperti itu menunjukkan bahwa aparatur masih belum

memahami keberadaannya sebagai “abdi masyarakat” atau “punggawa”.[137]

Dalam istilah pewayangan disebut punakawan, biasanya ditokohkan sebagai

“Semar, Gareng, Petruk dan Bagong”[138] yang bertugas melayani majikan,

serta mampu menjadi pamong yang baik bagi para Pendawa[139] Dalam

pemerintahan, majikan aparatur adalah masyarakat. Namun, sudah menjadi

rahasia umum, para aparatur pemerintahan masih mengutamakan kepentingan

sendiri, atau belum mampu menjadi pamong yang baik. Contohnya: (1) Orang

yang mau menikah harus mengurus surat nikah dengan biaya lebih mahal dari

biaya resmi. (2) Warga yang akan mengurus Kartu Tanda Penduduk (KTP) di

kelurahan atau desa, harus mengeluarkan biaya lebih mahal dari biaya resmi.

(3) Penduduk yang akan membuat Surat Ijin Mengemudi (SIM) harus

mengeluarkan biaya mahal karena mereka terpaksa berurusan dengan calo

jika ingin dilayani cepat. (4) Di pengadilan yang fungsinya menegakkan

kebenaran juga ada ”mafia pengadilan”.

Penyalahgunaan wewenang dalam diri aparatur sudah begitu parah,

bahkan ada di setiap lembaga pemerintahan, mulai dari level teratas sampai

terbawah. Jadi, tidak mengherankan jika ada istilah sinis, kalau bisa dipersulit

mengapa harus dipermudah. Sifat “ngemong” yang belum tertanam dalam

sanubari aparatur, tentu saja sangat merugikan dan menyakitkan hati

masyarakat. Padahal, keberadaan aparatur dalam pemerintah menggambarkan

keberadaan pemerintah. Sadar atau tidak, rakyat khususnya masyarakat bawah

(akar rumut) secara sederhana mengatakan, “aparatur adalah pemerintah”.

Artinya, baik buruknya prilaku aparatur dalam menjalankan tugas, adalah baik

buruknya pemerintah. Karena itu, langkah terbaik adalah, menciptakan

aparatur sebagai pelayan yang baik kepada masyarakat. Sifat ngemong harus

ditanamkan pada semua aparatur.

Melihat fenomena banyaknya aparatur yang kurang menyadari dirinya

sebagai abdi masyarakat, perlu diciptakan kesadaran aparatur pemerintah yang

lebih baik. Langkah yang perlu ditempuh untuk mengubah sikap aparatur

adalah:

a. Membenahi Mental: Manusia memang rakus, hasrat ingin

memperkaya diri selalu menyelimuti hati sebagian manusia. Jika

aparatur tidak menyadarinya, mereka akan terjerumus melakukan

penyimpangan-penyimpangan yang merugikan negara. Terjadinya

KKN, utamanya karena terdorong sifat rakus yang mendominasi

[137]

Punggawa adalah gelar untuk seorang pengurus lokal tradisional, yang digunakan di

berbagai daerah di Indonesia. Di Jawa Punggawa memegang fungsi sebagai penguasa atau

memegang jawaban di pemerintahan [138]

Tokoh dalam pewayangan Jawa“Semar, Gareng, Petruk dan Bagong pembantu para

pandawa yang selalu jujur dan taat pada pimpinan. [139]

Pandawa adalah tokoh wayang yang merupakan kerajaan..

Page 116: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

110

sebagian aparatur pemerintah. Itu sebabnya, banyak mantan menteri,

gubernur, bupati, walikota, bahkan anggota DPR dan DPRD sebagai

wakil rakyat yang berurusan dengan pengadilan, dan berakhir dengan

penjara. Mereka tergelincir melakukan KKN akibat ingin memenuhi

keinginan yang berlebihan. Aparatur perlu disadarkan, bahwa pangkat

dan jabatan bukan untuk memperkaya diri tetapi sebagai amanah yang

harus dijalankan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Bahwa

kriteria seorang yang sukses bukan berapa banyak harta yang dimiliki,

tetapi kemampuannya menjalankan tugas dengan baik yang bermanfaat

bagi masyarakat. Karena itu, mental aparatur perlu disegarkan dengan

menanamkan pengertian bahwa tolok ukur kebaikan dan kesuksesan

seseorang adalah: (1) Ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa

dengan melakukan kebaikan yang berguna bagi masyarakat. (2)

Menjalankan tugas sebaik-baiknya dan mengendalikan diri untuk tidak

KKN. (3) Meningkatkan kinerja yang bermanfaat bagi masyarakat. (4)

Meningkatkan kemampuan diri dan meningkatkan kualitas orang lain

melalui pembelajaran. (5) Meninggalkan karya-karya yang baik untuk

masyarakat.

b. Mencintai pekerjaan: Apa pun pekerjaannya, aparatur harus

mencintainya dan dilaksanakan secara profesional, tanpa ambisi

mengejar jabatan. Contoh nyata adalah, Abraham Lincoln mantan

Presiden Amerika. Dia dilecehkan di depan Sidang Senat tentang orang

tuanya yang hanya pembuat sepatu, sebuah ejekan yang sangat

menyakitkan dan bisa membakar emosi jika ditujukan kepada orang-

orang biasa. Tetapi, Lincoln justru menjadi panorama yang

menyenangkan dan membalas ejekan tersebut dengan kalimat yang

indah dan menakjubkan ”Benar, ayah saya seorang pembuat sepatu,

tetapi belum pernah saya bertemu pembuat sepatu yang demikian

mencintai pekerjaannya. Dari seorang ayah seperti inilah saya

belajar mencintai setiap profesi yang saya jalani, termasuk profesi

menjadi Presiden Amerika Serikat”. Apa yang dilakukan Lincoln,

menjadi contoh bagi semua orang untuk mencintai pekerjaannya, baik

sebagai aparatur maupun sebagai anggota masyarakat. Karena itu, cara

terbaik dalam meningkatkan kinerja dan etos kerja aparatur adalah,

menyadarkan mereka untuk mencintai pekerjaannya.

c. Meningkatkan kompetensi: Agar aparatur bisa bekerja dengan baik,

menghasilkan kualitas pelayanan yang efektif dan efisien, maka

diperlukan suatu kompetensi. Dalam manajemen pemerintahan,

kompetensi ini terdiri dari: (1) Kompetensi personal, yaitu perpaduan

antara kekuatan spiritual (keyakinan), emosional (sikap), intelektual

(pengetahuan), fisik (kesehatan) dan manajemen diri sebagai aparatur

pemerintah. (2) Kompetensi kelompok, yakni perpaduan kompetensi

personal dalam suatu kelompok yang bekerja secara dinamis, sinergis

dan harmonis. (3) Kompetensi organisasi, yakni keunggulan-

keunggulan sinergis yang dimiliki aparatur dalam suatu organisasi.

Sudah selayaknya semua aparatur harus meningkatkan kompetensi

mereka di bidangnya masing-masing agar mampu melaksanakan tugas

secara baik.

d. Meningkatkan komitmen: Perlu dilakukan pembinaan kepada semua

aparatur pemerintah sehingga mereka berkomitmen atau berjanji pada

Page 117: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

111

diri sendiri untuk melaksanakan tugas secara konsisten, berdaya guna

dan berhasil guna yang dapat menjunjung tinggi kehormatan bangsa

dan negara, serta mengutamakan kepentingan masyarakat

dibandingkan kepentingan diri sendiri atau golongan.

e. Sadar sebagai pelayan: Aparatur pemerintahan harus sadar bahwa

tugasnya adalah memberi pelayanan kepada masyarakat, bukan

dilayani. Dalam hal ini, aparatur harus bersungguh-sungguh

melaksanakan tugas sesuai bidang yang diembannya, dan tidak

mengenal waktu dalam melaksanakan tugas tersebut.

f. Disiplin kerja: Aparatur harus disiplin menaati peraturan, tata tertib,

sistem dan metode di pemerintahan yang harus dilaksanakannya.

Sebagai aparatur pemerintahan, mereka harus menjalankan semua

peraturan, serta konsisten dalam melaksanakan tugas dan kewajiban.

Jika bekerja mulai jam 07.00, mereka harus sudah hadir di kantor

sebelum jam tersebut, bukan datang pada jam 09.00 yang tergolong

melanggar peraturan. Para aparatur yang terlambat datang di tempat

tugas, akan menjadi masalah bagi masyarakat yang ingin mengurus

keperluan, sehingga banyak masyarakat mengeluh. Sebagai aparatur,

mereka harus berusaha untuk selalu disiplin, tepat waktu sesuai jadwal

dan program yang telah disusun, sehingga tidak merugikan rakyat.

g. Meningkat Prestasi Kerja: Setiap aparatur harus selalu diarahkan agar

mampu meningkatkan prestasi kerja dengan jalan menguasai

kecakapan dan seluk-beluk tugas yang menjadi tanggungjawabnya,

juga memahami berbagai bidang lain yang berhubungan dengan

tugasnya.

2. Memahami Keberadaan Manajemen Pemerintahan Telah dikatakan bahwa, keberadaan aparatur sama dengan keberadaan

pemerintah. Keberadaan pemerintah sangat menentukan kehidupan rakyatnya,

karena keberadaan pemerintah merambah semua sektor atau semua bidang

kehidupan rakyat. Keberadaan pemerintah, menurut Anthony Giddens dalam

bukunya “The Third Way” adalah untuk:[140]

1. Menyediakan sarana sebagai perwakilan kepentingan-kepentingan

yang beragam;

2. Menawarkan sebuah forum untuk rekonsiliasi kepentingan-

kepentingan yang saling bersaing;

3. Menciptakan dan melindungi ruang publik yang terbuka, di mana debat

bebas mengenai isu-isu kebijakan bisa terus dilanjutkan;

4. Menyediakan beragam hal untuk memenuhi kebutuhan warga negara,

termasuk bentuk-bentuk keamanan dan kesejahteraam kolektif;

5. Mengatur pasar menurut kepentingan publik, dan menjaga persaingan

pasar ketika monopoli mengancam;

6. Menjaga keamanan sosial melalui kontrol sarana kekerasan dan

melalui penetapan kebijakan;

[140]

Christian Lefevre, Metropolitan Government and Governance in West Countries : A

Critical Review, International Journal of Urban and Regional Research, 1998. 22, 1:1-17..

Page 118: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

112

7. Mendukung perkembangan sumber daya manusia melalui peran

utamanya dalam sistem pendidikan;

8. Menopang sistem hukum yang efektif;

9. Memainkan peran ekonomis secara langsung, sebagai pemberi kerja

dalam intervensi makro maupun mikro-ekonomi, plus penyediaan

infrastruktur;

10. Membudayakan masyarakat-pemerintah, merefleksikan nilai dan

norma yang berlaku secara luas, tetapi juga bisa membantu membentuk

nilai dan norma tersebut;

11. Mendorong aliansi regional dan transparansional, serta meraih sasaran-

sasaran global.

Pemikiran Anthony sangat luas, sehingga dapat tumpang tindih dengan

pelaku non-pemerintah, karena sulit membedakan tugas pemerintah dan non-

pemerintah.

Terlepas dari pro-kontra atas pemikiran Anthony, keberadaan

pemerintah dalam memenuhi kebutuhan rakyat, khususnya di negara-negara

berkembang, adalah masih terlihat adanya penyalahagunaan wewenang yang

dilakukan aparatur pemerintahan. Wajar jika rakyat menuntut agar pimpinan

pemerintahan tertinggi, baik Presiden, Perdana Menteri, raja, maupun para

menteri sebagai pembantunya, memberikan perhatian sungguh-sungguh untuk

menanggulangi penyimpangan berupa KKN, demi terciptanya aparatur yang

bersih dan berwibawa.

Penerapan manajemen pemerintahan yang efektif dan efisien dalam

penyelenggaraan pemerintahan di suatu negara, merupakan tantangan

tersendiri. Dalam arti, mampukah aparatur melaksanakan tugas dan fungsinya

sebagai pelayan masyarakat secara konsisten “tanpa pamrih”, tanpa

membeda-bedakan dan tanpa merugikan rakyat. Keberadaan manajemen

pemerintah, diharapkan rakyat, dapat meluruskan berbagai penyimpangan

yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan bernegara maupun

bermasyarakat. Dalam konteks ini, aparatur harus memahami keberadaan

manajemen pemerintahan dalam melaksanakan tugasnya. Langkah-langkah

untuk memahami manajemen pemerintahan adalah:

1. Mengetahui tugasnya secara benar, sehingga mampu melaksanakan

dengan baik.

2. Menyadari bahwa kepentingan masyarakat merupakan tugas yang

utama dan harus didahulukan.

3. Mengetahui informasi secara jelas mengenai isu-isu kebijakan yang

menjadi tanggungjawabnya.

4. Melayani dengan baik semua kebutuhan warga negara, termasuk

bentuk-bentuk keamanan dan kesejahteraan.

5. Melindungi dan menjaga keamanan sosial melalui kontrol sarana

kekerasan dan melalui penetapan kebijakan.

6. Meningkatkan kemampuan dalam mendukung perkembangan sumber

daya manusia (SDM) melalui peran utamanya dalam sistem

pendidikan.

7. Meningkatkan hubungan yang harmonis dengan warga.

8. Melaksakan pekerjaan dengan konsisten.

9. Mau bekerja keras, bekerja cerdas dan bekerja waras, dibarengi

bergerak/bertindak cepat.

Page 119: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

113

3. Melaksanakan Pertanggungjawaban yang konsisten Terlaksananya manajemen pemerintahan yang efektif dan efisien

merupakan syarat utama untuk mewujudkan aspirasi rakyat dalam mencapai

tujuan dan cita-cita bangsa/negara. Agar manajemen pemerintahan terlaksana

secara efektif dan efisien, perlu diterapkan sistem pertanggungjawaban yang

transparan dalam setiap kegiatan atau penggunaan anggaran, sehingga

penyelengaraan pemerintahan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil

guna, bersih dan bertanggungjawab, serta bebas dari penyimpangan. Selain

itu, diperlukan adanya mekanisme untuk meregulasi pertanggungjawaban di

setiap lembaga pemerintah yang mempergunakan anggaran, memperkuat

peran dan kapasitas legislatif, serta tersedianya akses informasi bagi

masyarakat luas. Agar pertanggungjawaban yang konsisten dapat dicapai,

aparatur harus memahami beberapa hal berikut:

1. Pemikiran dasar pertanggungjawaban, dilandaskan pada klasifikasi

responsibilitas pejabat pada setiap tingkatan dalam organisasi

pemerintahan dengan tujuan pelaksanaan kegiatan di setiap bagian.

Semua individu pada tiap jajaran aparatur bertanggung jawab atas

setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh bagiannya, di mana kegiatan

yang dilakukan oleh aparatur pemerintah harus terkendali. Kegiatan

yang terkendali adalah kegiatan-kegiatan yang secara nyata dapat

dikendalikan oleh setiap aparatur sebagai pelaksana pengguna

anggaran. Ini berarti, kegiatan tersebut benar-benar dilaksanakan

secara terencana, dan hasilnya dinilai oleh pihak-pihak wewenang,

yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), atau lembaga lain yang

berkompeten di lingkungan pemerintahan, maupun di berbagai

lembaga swadaya masyarakat (LSM).

2. Sebagai pelaksana program, aparatur pemerintah harus

bertanggungjawab atas semua kegiatan dan anggaran yang

digunakannya. Hal ini merupakan perwujudan kewajiban atas

keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan manajemen pemerintahan

dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah

diciptakan, melalui suatu media pertanggungjawaban yang

dilaksanakan secara periodik.

3. Pertanggungjawaban manajememen pemerintahan merupakan

perwujudan kewajiban aparat pemerintah untuk mempertanggung-

jawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi instansi yang

bersangkutan. Sejalan dengan hal tersebut, di Indonesia telah

ditetapkan peraturan perundang-undangan yang mengatur

penyelenggaraan negara yang bersih, bebas dari praktik kolusi, korupsi

dan nepotisme.[141]

Menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, asas-asas umum

penyelenggaraan negara meliputi asas kepastian hukum, asas tertib

penyelenggaraan negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas

proporsionalitas dan asas akuntabilitas.[142]

[141]

UNDP dalam publikasinya yang berjudul, Governance for Sustainable Human

Development, 1997. [142]

Dimuat dalam Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah, Lembaga Administrasi Negara RI, Jakarta, 2003. hal. 21.

Page 120: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

114

Tuntutan gencar masyarakat kepada aparat pemerintah agar

melaksanakan penyelengaraan manajemen pemerintahan yang baik adalah,

sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat, di samping adanya

pengaruh globlalisasi. Pola-pola lama penyelenggaraan manajemen

pemerintahan yang tidak sesuai lagi bagi tatanan masyarakat saat ini, harus

diubah. Tuntutan masyarakat sekarang adalah, aparatur pemerintahan yang

mementingkan diri sendiri harus dihapus.

Berbagai survei menunjukkan, warga negara meratapi kegagalan

pemerintah. Para peneliti yang melaksanakan survei besar-besaran di Kanada

mengungkapkan realitas baru tersebut dengan sangat baik. ”Sikap umum

masyarakat terhadap pemerintah telah memburuk. Sebagian besar warga

Kanada sinis dan antipati pada pemerintah. Ada keyakinan di kalangan

masyarakat bahwa pemerintah hanya melayani diri sendiri, tidak efisien

dan tidak efektif. Kuatnya respon semacam ini menunjukkan adanya

kemarahan besar. Sentimen negatif ini sejak lama dijadikan bukti untuk

memberi ciri, di mana frustasi yang mendalam ini merupakan penjelasan

atas kondisi kejiwaan masyarakat saat ini.‖[143]

Kita memahami, bahwa kemacetan dalam birokrasi pemerintahan tidak

hanya terjadi di Kanada, tetapi juga di banyak negara berkembang termasuk di

Indonesia. Itu sebabnya, tuntutan masyarakat merupakan hal wajar yang

seharusnya direspon aparat pemerintah dengan melakukan perubahan-

perubahan terarah demi terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang

baik.

4. Melaksanakan Lima Pondasi Yang Sinergi Manajemen pemerintahan mempunyai lima pondasi dasar, yaitu

ekonomi, politik, sosial, administrasi dan Hankam. Lima pondasi tersebut

dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Ekonomi berkaitan dengan proses pembuatan kebijakan yang

memfasilitasi kegiatan perdagangan, industri, manajemen keuangan

dan interaksi di antara penyelenggara dengan masyarakat. Ekonomi

mempunyai implikasi terhadap kemakmuran hidup rakyat.

2. Politik berkaitan dengan proses keputusan untuk formalisasi kebijakan.

Politik akan berhubungan antara pemerintahan dengan Dewan

Perwakilan Rakyat atau Parlemen dalam merumuskan dan

memformalkan kebijakan untuk kepentingan rakyat.

3. Sosial berkaitan dengan proses pembuatan kebijakan yang

memfasilitasi penyelenggaraan pelayanan, bertujuan memberikan

kemudahan kepada rakyat. Sosial mempunyai implikasi terhadap akses

kebutuhan masyarakat yang memungkinkan peningkatan kehidupan

lebih baik dapat dicapai dengan mudah.

4. Administrasi berkaitan dengan sistem implementasi proses kebijakan.

Administrasi melaksanakan manajemen pemerintahan sesuai dengan

kebijakan yang telah ditentukan sebelumnya untuk kepentingan rakyat.

[143]

Stewart. Op.cit, 1988:68.

Page 121: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

115

5. Pertahanan dan keamanan (Hankam) merupakan proses pembuatan

kebijakan berkaitan dengan ketertiban hidup masyarakat. Hankam

mempunyai implikasi peraturan ketertiban masyarakat, sehingga tidak

ada masyarakat yang main hakim sendiri seperti peristiwa di Monas

Jakarta.

Kelima pondasi dasar tersebut tidak bisa dipisahkan dalam manajemen

pemerintahan, karena satu dengan lainnya saling mengait. Lihat Gambar . 9.2.

Pondasi Dasar Manajemen Pemerintahan.

GAMBAR. 9.2. PONDASI DASAR MANAJEMEN

PEMERINTRAHAN

oleh Budi Supriyatno

Di samping lima pondasi tersebut, manajemen pemerintahan yang

efektif dan efisien seyogyanya juga melibatkan empat peran, yaitu

pemerintahan, masyarakat, perguruan tinggi dan swasta atau dunia usaha.

Keempat peran ini harus saling berinteraksi dan menjalankan fungsinya

masing-masing, yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Pemerintahan mempunyai fungsi menciptakan lingkungan politik,

hukum dan kemanan yang kondusif. Pemerintah sebagai satu unsur

pemerintahan yang di dalamnya termasuk lembaga politik dan

lembaga-lembaga sektor publik.

2. Sektor swasta memiliki fungsi menciptakan perdagangan, industri atau

ekonomi yang menciptakan lapangan pekerjaan dan pendapatan bagi

rakyat. Sektor swasta meliputi perusahaan-perusahaan swasta yang

bergerak di berbagai bidang, termasuk sektor-sektor informasi lain di

pasar. Sektor swasta dapat dibedakan dari masyarakat karena sektor

swasta mempunyai pengaruh terhadap kebijakan-kebijakan sosial,

politik dan ekonomi yang dapat menciptakan lingkungan lebih

kondusif bagi pasar dan perusahaan-perusahaan itu sendiri.

3. Masyarakat berfungsi menciptakan peran positif dalam interaksi

sosial, ekonomi dan politik, termasuk mengajak kelompok-kelompok

untuk berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi, sosial dan politik.

Masyarakat, meliputi individu atau kelompok, terorganisasi atau tidak

terorganisasi, yang berinteraksi secara sosial, politik dan ekonomi

POLITIK

EKONOMI

HANKAM ADMINISTRASI

SOSIAL

Page 122: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

116

dangan aturan formal maupun tidak formal, termasuk di dalamnya

lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan organisasi-organisasi profesi.

4. Perguruan tinggi (kelompok intelektualitas) berperan mengontrol

kebijakan pemerintah. Perguruan tinggi sebenarnya merupakan bagian

dari masyarakat, tetapi penulis membedakannya, sehingga perguruan

tinggi berdiri sendiri, karena kontrol sosial dari para mashasiswanya

lebih mengena dari pada kontrol sosial dari masyarakat yang memiliki

kepentingan. Contohnya, turunnya mantan Presiden Soeharto, karena

demo mahasiswa yang intensif. Hal inilah yang membedakan antara

masyarakat dengan perguruan tinggi. Perguruan tinggi yang tidak

memiliki conflict of interest menyuarakan kepentingan masyarakat.

Sedangkan masyarakat, kadang-kadang ditunggangi kepentingan lain.

Lihat Gambar 9.3. Memahami Keberadaan Manajemen Pemerintahan.

GAMBAR. 9.3. MEMAHAMI KENBERADAAN MANAJEMEN

PEMERINTRAHAN oleh Budi Supriyatno

9.2. Reformasi Birokrasi

1. Reformasi Elit Longman dictionary mendefinisikan reformasi sebagai berikut:

Reformation is an improvement made by changing something a lot.[144] Definisi

ini masih umum sekali, karena hanya melakukan “banyak perubahan.” Di sini

tidak ada penekanan pada manajemen pemerintahan atau birokrasi

pemerintahan. Menurut penulis, reformasi birokrasi dapat didefinisikan

sebagai suatu proses perubahan dalam manajemen pemerintahan menuju

kondisi atau sistem lebih baik, efektif dan efisien yang dapat meningkatkan

kesejahteraan rakyat. Definisi ini menekankan adanya suatu perubahan

[144]

Longman Dictionary Op.cit, p. 1193

MEMAHAMI

KEBERADAAN

MANAJEMEN

PEMERINTAHA

N

MMEEMMPPEERRBBAAIIKKII SSIIKKAAPP

AAPPAARRAATTUURR

MMEEMMAAHHAAMMII

KKEEBBEERRAADDAAAANN

MMAANNAAJJEEMMEENN

PPEEMMEERRIINNTTAAHHAANN

MELAKSANAKAN

PERTANGGUNGJAWABAN

SECARA KONSISTEN

MELAKSANAKAN LIMA PONDASI YANG

SINERGI

Page 123: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

117

menuju kondisi atau sistem yang lebih baik. Dengan kata lain, ada persoalan

dalam manajemen pemerintahan, sehingga perlu adanya reformasi.

Permasalahan yang sangat mendasar dalam mengatasi kesulitan bagi

negara berkembang termasuk Indonesia adalah, sangat rendahnya komitmen

untuk mereformasi birokrasi. Dalam konteks ini, birokrasi masih dianggap

kecil dalam melaksanakan perubahan bangsa menuju ke tingkat yang lebih

makmur. Jika kita mau menengok sejarah bangsa, birokrasi khususnya di

Indonesia, adalah warisan penjajah Belanda yang sangat sarat dengan

kepentingan kekuasaan. Norma, standar, prosedur dan manual dalam regulasi

birokrasi, selama ini masih diwarnai orientasi kepentingan penguasa dari pada

kepentingan warga negaranya.

Dalam praktiknya, kepentingan penguasa atau elit politik lebih

dominan dari pada kepentingan rakyat. Karena itu, kebijakan yang dibuat pun

merupakan alat untuk meningkatkan kepentingan elit politk dari pada

kepentingan rakyat. Misi dan visi birokrasi paham penjajah adalah,

mempertahankan kekuasaan dan mengontrol prilaku individu. Sampai

sekarang pun, visi-misi birokrat dan elit politik adalah, menjadikan kekuasaan

sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan dan memperkaya diri, di mana

birokrasi merupakan alat yang sangat mudah untuk mempertahankan

kekuasaan. Dengan fenomena seperti ini, terjadilah KKN di birokrasi maupun

di berbagai lembaga negara, termasuk di dalamnya para anggota parlemen

atau DPR.[145]

Imbas budaya KKN seperti ini, pejabat birokrasi di mata masyarakat

tak lebih hanya merupakan alat kepentingan elit politik. Kita mengetahui

bahwa reformasi birokrasi tidak mudah dilaksanakan. Reformasi birokrasi

merupakan pekerjaan yang sangat “rumit”, karena melibatkan berbagai

kepentingan, mulai dari kepentingan politik yang dikuasai elit politik dan para

aparatur pemerintah, sampai struktur organsiasi. Dalam teori reformasi,

birokrasi merupakan proses politik dalam menuju perbaikan untuk

kepentingan rakyat yang membutuhkan dukungan politis para pejabat

pemerintah. Reformasi birokrasi tidak akan menjadi kenyataan jika tidak ada

dukungan politis. Selama elit politik memanfaatkan reformasi birokrasi hanya

untuk kepentingan diri sendiri, kemungkinan besar reformasi tidak akan

berjalan.

Karena itu, reformasi birokrasi harus dimulai dari kemauan politik

(political will) para pemimpin/elit politik yang memiliki pengaruh kuat

terhadap visi dan misi, juga berkomitmen untuk menciptakan birokrasi yang

efektif dan efisien. Kesuksesan reformasi birokrasi dalam pemerintahan,

dimulai dari elit politik, yakni Partai, DPR dan Presiden, termasuk juga para

menteri dan para pejabat yang ada di birokrasi itu sendiri. Sedangkan untuk

mereformasi elit politik, ada beberapa langkah yang harus dilakukan:

[145]

Karekter birokrasi seperti ini telah berlangsung sejak masa penjajah, masa orde lama,

masa orde baru bahkan sampai ke era reformasi sekarang ini. Reformasi yang dimulai tahun

1998 prilaku mementingkan kepentingan pribadi telah merasuk di tubuh parati-partai dan elite

politik di DPR. Lihat Daftar anggota Komisi IX Periode 1999-2004 yang menerima dana

Bank Indonesia terlibat 52 anggota DPR yang rata-rata menerima Rp 250 juta bahkan ada

yang satu milyar, dimuat di Harian Kompas tanggal 29 Juli 2008. Rakyat sangat sedih melihat

prilaku anggota dewan tersebut.

Page 124: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

118

a. Perlu ditumbuhkembangkan kemauan pimpinan tingkat atas, yakni elit

politik, partai politik, DPR dan Presiden beserta jajarannya untuk

secara konsisten melakukan reformasi birokrasi dalam upaya

menciptakan birokrasi yang efektif dan efisien untuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat. Hal ini jangan hanya sekadar seremonial, tetapi

harus sampai pada pelaksanaannya.

b. Menciptakan paradigma baru bahwa reformasi birokrasi dilakukan

untuk kepentingan bangsa dan negara, bukan untuk kepentingan elit

politik dalam mempertahankan kekuasaan.

c. Diperlukan anggaran agar reformasi birokrasi dapat berjalan efektif.

Anggaran ini harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan

peruntukannya, dan tidak boleh ada penyimpangan dalam

pemanfaatannya.

d. Mengubah peraturan perundang-undangan, yaitu Undang-Undang

Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Negara saat ini yang sudah tidak

sesuai dengan perkembangan zaman.

e. Perbaikan remunasi atau penggajian pegawai negeri, karena gaji terlalu

kecil berdampak pada terjadinya KKN.

2. Reformasi Pola Pikir Perlu dilakukan berbagai upaya mereformasi pola pikir yang “status

quo” menjadi pola pikir yang mengarah ke perbaikan dalam manajemen

pemerintahan. Di negara maju maupun negara berkembang, kini sedang terjadi

reformasi pola pikir dalam rangka menciptakan manajemen pemerintahan

yang efektif dan efisien. Proses yang tengah berlangsung dan sangat menonjol

saat ini adalah, reformasi pemikiran manajemen pemerintahan di berbagai

negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa. Perubahan dan pembaharuan

manajemen pemerintahan tak henti-hentinya terjadi di dua benua tersebut.

Pada Maret 1996, misalnya, Organization for Economic Cooperation

and Development (OECD) yang beranggotakan 24 negara. untuk pertama

kalinya menyelenggarakan pertemuan tingkat menteri mengenai manajemen

pemerintahan. Alice Rivlin, Office of Management and Budget (Direktur

Kantor Manajemen dan Anggaran) Amerika Serikat, memimpin pertemuan

itu. Dalam laporan rangkuman OECD, dia menjelaskan bahwa kebanyakan

dari 24 pemerintahan negara anggota sedang menghadapi tekanan fundamental

yang sama untuk berubah, mencakup ekonomi global, warga negara yang

tidak puas dan krisis keuangan. Alice Rivlin memberikan daftar sederet

pemikiran atau saran yang harus dilakukan sebagai berikut:[146]

1. Desentralisasi wewenang dalam unit-unit pemerintahan dan

penyerahan tanggung jawab sampai tingkat-tingkat rendah di

pemerintahan;

[146]

Alice Rivlin 2015. Systematic Thinking for Social Action. Brookings Institution Press,

March 24, 2015.

Page 125: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

119

2. Mengkaji kembali apa yang seharusnya dilakukan dan dibiayai, apa

yang dibiayai tetapi tidak untuk dilakukan, dan apa yang seharusnya

tidak dilakukan dan dibiayai;

3. Mempertimbangkan cara pembelian pelayanan secara lebih efektif

sesuai biaya, seperti kontrak keluar, mekanisme pasar dan pembebanan

kepada pengguna;

4. Orientasi pelanggan, termasuk standar mutu yang eksplisit untuk

pelayanan publik;

5. Benchmarking dan pengukuran kinerja; dan

6. Reformasi yang dirancang untuk menyederhanakan peraturan dan

mengurangi biaya agar lebih efektif dan efisien.

3. Reformasi Pengawasan Agar reformasi birokrasi dapat berjalan dengan baik, diperlukan fungsi

pengawasan yang lebih ketat. Dalam konteks ini, diperlukan penyesuaian dan

perubahan aspek kemampuan, serta kemauan budaya kerja dengan paradigma

baru untuk menghadapi tantangan tugas masa depan.

Hal tersebut terkait dengan prilaku aparatur dalam menjalankan tugas

pengawasan yang terkesan kaku, karena hanya berpedoman pada peraturan

yang sifatnya juga kaku. Aparatur menerjemahkan peraturan secara kaku dan

terkesan sulit. Hal ini terlihat dalam beberapa hal berikut: (1) Sikap dan

prosedur pelayanan yang kaku. (2) Kualitas intelektual rata-rata pengawas

tidak jauh dari anggota masyarakat umum. (3) Sikap dan metoda kerja yang

kurang memenuhi kebutuhan khas masyarakat lokal. (4) Orientasi kerja yang

hanya berdasarkan perintah atasan, bukan karena kebutuhan masyarakat. (5)

Kekurangmandirian lembaga, akibat adanya intervensi lembaga eksternal.

Sistem pengawasan harus diarahkan kepada perubahan menuju jati diri

sebagai pelayan masyarakat dengan kualitas intelektual di atas rata-rata

anggota masyarakat umum, mempunyai sikap, metoda dan orientasi kerja

sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang dilayani. Selain itu, sistem

pengawasan juga harus mandiri, terbebas dari investasi lembaga lain di luar

badan pengawasan.

Adanya berbagai keterbatasan di bidang sumber daya, baik secara

kualitas maupun kuantitas yang mempengaruhi kualitas kemandirian dan

profesionalisme seorang pengawas, juga perlu mendapat perhatian untuk

segera diatasi. Karena itu, langkah-langkah yang diperlukan pengawasan

reformasi birokrasi adalah:

1. Diarahkan untuk meningkatkan kompetensi pengawasan.

2. Diarahkan untuk melaksanakan pengawasan secara profesional.

3. Diarahkan untuk bekerja, berprilaku dan bersikap sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan, namun tidak kaku dan harus fleksibel.

4. Diarahkan untuk mengantisipasi perkembangan global yang

diperkirakan akan terjadi.

5. Diarahkan untuk bekerja atau melaksanakan tugas secara efektif,

efisien, transparan dan akuntabel.

4. Reformasi Organisasi Perdebatan tentang reformasi organisasi pemerintahan antar para pakar

manajemen pemerintahan di masa datang akan lebih ramai. Ancaman dan

peluang, baik internal maupun eksternal, akan dihadapi organisasi akibat

Page 126: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

120

reformasi yang berjalan cepat dan komplek sebagai imbas globalisasi

informasi, teknologi, sistem ekonomi, politik dan sosial. Dalam hal ini,

struktur organisasi, gaya manajemen pemerintahan, budaya kerja dan praktik,

akan selalu menjadi bagian dari permasalahan dalam manajemen

pemerintahan.

Reformasi di lingkungan organisasi yang terjadi makin cepat dan

komplek, jika dilakukan tanpa pemikiran sistematis, kemungkinan akan

menimbulkan fenomena organisasi yang gemuk karena terlalu banyak jabatan

struktural, dan terjadi tumpang tindih program kegiatan yang ditangani.147

Masa depan yang selalu penuh resiko ini, dapat diantisipasi dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Tingkat Kepentingan: Reformasi secara besar-besaran dalam

organisasi pemerintahan tidak akan pernah sukses jika tidak dilakukan

secara serius. Kesadaran tinggi akan tingkat kepentingan dan beban

kerja organisasi, sangat dominan dalam memahami hal-hal yang

mendesak dan menempatkannya sebagai prioritas dalam proses

mengatasi masalah-masalah dan langkah-langkah reformasi besar.

Dengan makin meningkatnya kecepatan dan kompleksitas reformasi di

masa datang, hanya organisasi yang memiliki tingkat kepentingan

tinggi dan berdasarkan beban kerja—bukan kepentingan pribadi atau

golongan yang dapat menyebabkan terjadinya benturan antar

kepentingan (conflict of interest) yang akan berhasil. Selama ini,

kepentingan pribdadi atau golongan ikut bermain dalam pengelolaan

organisasi sehingga salah kaprah, dan terjadilah organisasi yang gemuk

dengan tugas/fungsi banyak yang tumpang tindih. Tingkat kepentingan

dan beban kerja organisasi menjadi tidak berarti, sehingga terjadi

penyimpangan dalam mendesain pola organisasi. Untuk mampu

memelihara kepentingan tingkat tinggi dan sesuai dengan beban kerja

organisasi, diperlukan sistem informasi akuntabilitas kinerja yang jauh

lebih baik dibanding dengan yang telah ada di abad 20. Tradisi dan

evaluasi praktik terbaik pelaporan akuntabilitas keuangan, mulai dari

tahap analisis kecermatan keuangan sampai dengan akuntansi dan

keuangan secara periodik, tidak lagi memadai dan relevan. Kini

diperlukan data yang lebih relevan dan berintegritas mengenai

konsekuensi dan penyebab kinerja serta akuntabilitas misi organisasi,

terutama kepada pelanggan, konstituen, pemasok, karyawan, teknologi

dan hasil keuangan. Dengan demikian, yang diperlukan adalah

pengukuran kinerja dan manajemen pengetahuan agar mampu belajar

dan berinovasi untuk mewujudkan visi-misi menjadi tindakan.

Selanjutnya, dengan dukungan arsitektur organisasi sebagai hasil

analisis institusi alternatif dari struktur manajemen pemerintahan,

penerapan struktur ramping yang kaya fungsi (slim structure and big

function) dapat memperbaiki cara mencapai tujuan. Informasi atau

pengukuran tersebut perlu didukung informasi dari luar dan kesediaan

menghadapi dengan jujur umpan balik yang ada. Hal ini akan sangat

147

Ken Shelton, A New Paradigm of Leadership, Executive Exellence Publishing. 1997. p.1.

Page 127: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

121

membantu melenyapkan rasa puas diri yang bisa menimbulkan ekses

negatif. Pada gilirannya, kesadaran tinggi mengenai perlunya

kepentingan yang makin tinggi akan sangat membantu organsiasi

untuk memimpin reformasi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam

reformasi organisasi yang efektif adalah sebagai berikut:

a. Reformasi organisasi harus dilakukan secara konsisten;

b. Perlu dilakukan perhitungan tingkat kepentingan berdasarkan

beban kerja organisasi secermat mungkin;

c. Perlu dihindari kepentingan politik atau kepentingan kelompok

yang tidak relevan dengan kepentingan organisasi.

d. Organisasi harus mengarah ke slim structure and big function

(struktur ramping yang kaya fungsi).

2. Desain Organisasi: Misi dan visi setiap organisasi dalam

manajemen pemerintahan adalah, memberikan pelayanan prima

dengan dasar kepercayaan masyarakat yang multi dimensional.

Tantangan untuk mencapai kepuasan melalui mutu pelayanan prima

atas pelayanan kepercayaan dan pengetahuan individu dalam

kelompok yang berbeda-beda, boleh jadi belum terkodifikasi.

Kendalanya, transfer pengetahuan dan penyimpanan data relatif sulit

dan sangat mahal. Komplikasi lain adalah, para pengambil keputusan

di suatu organisasi tidak memiliki kemampuan yang sepadan untuk

membuat keputusan yang efektif. Padahal, amanat, delegasi, atau

atribusinya sudah tepat. Demikian juga penugasan, fungsi dan

tanggung jawabnya juga sudah tepat, serta didukung standar

pengukuran/evaluasi kinerja yang sangat jelas. Hal ini jelas akan

menimbulkan masalah seperti kebijakan salah progam yang tidak

sesuai kebutuhan, serta adanya kegiatan yang tidak memberi kontribusi

terhadap pencapaian kinerja dan akuntabilitas organisasi. Untuk

mencegah terjadinya berbagai kendala tersebut, perlu langkah untuk

mendesain organisasi sebagai berikut:

a. Mengoptimalkan informasi untuk pengambilan keputusan dan

akuntabilitas.

b. Menciptakan insentif yang sepadan agar aparatur menggunakan

informasi dan pengetahuan dalam peningkatan pelayanan kepada

masyarakat.

c. Menciptakan pelestarian kepercayaan masyarakat pada desain

yang baik untuk kepentingan masyarakat.

3. Pengembangan Organisasi Pemerintahan: Kondisi pasar, teknologi,

sistem sosial, regulasi, manajemen pemerintahan yang baik, institusi

regional dan global dapat memengaruhi pengembangan organisasi

pemerintahan yang sudah ada. Karena itu, perlu adanya pengembangan

atau perubahan sesuai dengan kebutuhan pasar. Dalam konteks ini,

perubahan yang dilakukan didasarkan pada analisis manfaat dan biaya

langsung/tidak langsung, terutama analisis mengenai pengaruh

pelayanan prima dan pelestarian kepercayaan masyarakat terhadap

organisasi melalui reformasi strategik dan budaya,

evaluasi/pengukuran kinerja serta sistem informasi dan sistem

akuntabilitas. Dengan demikian, organisasi yang sudah ada dapat

Page 128: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

122

dikembangkan lebih lanjut, meliputi empat unsur sebagai determinan

utama sukses organisasi tersebut, yaitu:

a. Mekanisme wewenang, tugas, fungsi dan tanggung jawab harus

jelas.

b. Ruang lingkup program dan kegiatan unit organisasi dalam

lembaga harus jelas.

c. Dilakukan pengukuran kinerja individu dan unit organisasi.

d. Meyakinkan dalam pengambilan keputusan dan akuntabilitas

untuk kepentingan organisasi yang lebih baik dalam upaya

menyejahterakan masyarakat. Lihat Gambar 9.4. Reformasi

Birokrasi dibawah ini.

GAMBAR. 9.4. REFORMASI BIROKRASI

oleh Budi Supriyatno

Perubahan lingkungan berpengaruh pada desain dan pengembangan

organisasi pemerintah. Ke depannya, pengembangan organisasi pemerintahan

harus lebih baik dibandingkan organisasi di masa lalu. Organisasi pemerintah

di masa depan bisa dilihat dalam Tabel 9.1. Perbandingan Organisasi

Pemerintahan.

TABEL 9.1. PERBANDINGAN ORGANISASI PEMERINTAHAN

ABAD 20 DAN ABAD 21

ABAD 20

ABAD 21

STRUKTUR STRUKTUR

1. Terlalu banyak aturan

2. Terlalu banyak Jabatan Sturktural

3. Bentuk Organisasi Gemuk

4. Manajemen Pemerintah mengatur

Kebijakan, program dan prosedur

yang saling ketergantungan internal

yang ruwet.

1. Sedikit aturan

2. Sedikit Jabatan Struktural dan

mengembangkan Jabatan Fungsional

3. Bentuk Organisasi Ramping

4. Manajemen Pemerintah menyusun

5. Kebijakan, program dan prosedur yang

menciptakan kemudahan yang

diperlukan para pihak yang

berkepentingan.

11

RREEFFOORRMMAASSII EELLIITTEE

3

REFORMASI

PENGAWASAN

REFOMASI

BIROKRASI

44

RREEFFOORRMMAASSII

OORRGGAANNIISSAASSII

22

RREEFFOORRMMAASSII

PPOOLLAA PPIIKKIIRR

Page 129: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

123

SISTEM SISTEM

1. Tergantung pada beberapa sistem

informasi kinerja

2. Distribusi informasi terbatas pada

para eksekutif

3. Memberikan pelatihan Majanemen

pada aparatur senior.

1. Tergantung pada kepentingan

masyarakat dan stekeholder.

2. Distribusi informasi yang luas di dalam

dan luar organisasi.

3. Memberikan pelatihan manajemen pada

semua aparatur.

METODE KERJA METODE KERJA

1. Oreintasi ke dalam

2. Tersentraliasi

3. Lambat mengambil keputusan

4. Realistik-idologi

5. Kurang barani mengambil resiko.

1. Orientasi ke luar

2. Desentralisasi

3. Kecepatan dalam mengambil keputusan

4. Terbuka dan berintegritas

5. Lebih berani mengambol resiko.

Di samping hal tersebut, agar reformasi organisasi Pemerintahan dapat

berjalan dengan baik, efektif dan efisien, harus dilakukan langkah-langkah

berikut:

1. Meningkatkan kesadaran yang tinggi pada diri pimpinan akan urgensi

organisasi.

2. Meningkatkan kerjasama yang lebih baik pada level pimpinan,

sehingga mereka terhindar dari conflict of interest antara satu sama

lain.

3. Menciptakan dan mengomunikasikan misi dan visi yang jelas pada

lembaganya, untuk menghindarkan tumpang tindih tugas dan fungsi.

4. Sebesar-besarnya memberdayakan peran individu, organisasi dan

masyarakat untuk mencapai tujuan.

5. Mendelegasikan sebagian tugas/pekerjaan yang kurang signifikan

kepada para pimpinan di bawahnya agar beban kerja pimpinan tidak

terlalu banyak. Pengurangan beban memungkinkan pimpinan lebih

berkonsentrasi pada tugas/pekerjaan yang strategis.

6. Menghilangkan adanya saling ketergantungan dari unit kerja satu

dengan lainnya yang bersifat menghambat tugas dan fungsi.

7. Menciptakan budaya organisasi yang adaptif dan penggunaan analisa

kinerja yang benar.

9.3. Melaksanakan Manajemen Pemerintahan Yang Baik

1. Menciptakan Hubungan Yang Sinergi Tanggung jawab pemerintah dalam melaksanakan tugas pemerintahan

dan tugas pembangunan adalah, meningkatkan kesejahteraan dan melindungi

warga negara. Dalam tugas dan tanggungjawab tersebut, perlu diperhatikan

beberapa hal: (1) Setiap aparatur negara harus lebih profesional sehingga

mampu memenuhi tuntutan lingkungan global, regional dan nasional. (2)

Menerapkan prinsip-prinsip keadilan yang menuntut aparatur negara memiliki

keseimbangan pamahaman dan pelaksanaan antara hak dan kewajiban sebagai

dua sisi mata uang yang sama. (3) Meningkatnya tuntutan masyarakat akan

pemberantasan KKN dan peningkatan tuntutan pelayanan publik.

Untuk menjawab ketiga hal tersebut, perlu dikembangkan suatu pola

menajemen penyelenggaraan pemerintahan yang sering disebut good

governance dan diterjemahkan “pemerintahan yang baik”.

Page 130: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

124

Dalam buku ini, penulis mengartikan good governance sebagai “tata

kelola pemerintahan yang baik”, atau “manajemen pemerintahan yang

baik”, Namun, inti sebenarnya sama, yaitu berkaitan dengan pemerintahan

dan manajemen pemerintahan yang baik. Dengan demikian, dalam buku ini

beberapa istilah tersebut akan digunakan saling bergantian, antara good

gavernance dan mananjemen pemerintahan yang baik. Alasannya sederhana,

karena unsur manajemen di dalam pemerintahan lebih dominan, sehingga

baik-buruk pemerintahan tergantung baik-buruk manajemennya. Jika

manajemennya baik, jalannya roda pemerintahan juga akan baik. Sebaliknya,

jika manajemennya tidak baik, misalnya diktaktor, otoriter atau banyak KKN,

jalannya pemerintahan juga akan berbeda.

Sebagai suatau konsep, Good governance banyak dipopulerkan pada

era 1990-an. Good governance pun diartikan dan ditafsirkan secara beragam

(multi tafsir) oleh kalangan pakar dan praktisi Pemerintahan. Rhodes

menyatakan, governance menegaskan adanya perubahan dalam makna

pemerintahan yang menunjukkan suatu proses pemerintahan baru, suatu

kondisi yang berubah dengan penugasan yang tertata dan metoda baru di mana

masyarakat diperintah.[148]

Sedangkan Christian Lefevre menyatakan, governance memaparkan

sistem aktor dan bentuk baru tindakan publik yang didasarkan pada

feasibilitas, kemitraan dan pastisipasi sukarela.149

Jika pendapat-pendapat tadi

dianalisa, akan tampak bahwa konsep good governance berkembang sebagai

kelanjutan dari konsep good government. Jadi, kedua konsep tersebut

sesungguhnya saling melengkapi, namun berbeda pada fokus maknanya.

Persamaan kedua konsep tersebut adalah, sama-sama bertujuan mewujudkan

pemerintahan yang bermanfaat bagi kesejahteraan dan kedaulatan rakyat.

Sedangkan perbedaannya, terletak pada fokus masing-masing, yaitu

good government pada institusi, sedangkan good governance pada proses.

Good government merupakan konsep dasar pemikiran dalam mengembangkan

lembaga pemerintah. Dalam artian, lembaga pemerintahan yang mampu

melaksanakan manajemen pemerintahan baik akan dapat melaksanakan tugas

mewujudkan rakyat sejahtera. Dalam hal ini, aparatur pemerintahan menjadi

aktor utama dalam melaksanakan tugas pembangunan. Good governance juga

tetap memberikan penekanan pada terwujudnya aparatur pemerintahan yang

bersih dan transparan. Namun, untuk mewujudkan rakyat yang damai,

sejahtera, adil dan makmur, tidak akan cukup hanya dengan perwujudan

aparatur dan lembaga pemerintah yang baik. Karena itu, masyarakat dan dunia

usaha perlu diberi peran dan kesempatan yang sama.

Dengan kata lain, aparatur pemerintah yang berkuasa harus memberi

kesempatan lebih luas kepada masyarakat dan dunia usaha di bidang usahanya

masing-masing. Tetapi, bagaimana pun juga, pemerintah tetap sebagai

pemegang peranan dalam mengendalikan nilai-nilai otoritas.

Menurut UNDP, good governance bermakna sebagai “penerapan

kewenangan politik, ekonomi dan administrasi untuk mengelola urusan-

[148]

R. Rodhes, The New Governence : Governance Withouth Government, Political

Studies.653. 149

Christian Lefevre, Metropolitan Government and Governance in West Countries : A

Critical Review, International Journal of Urban and Regional Research, 1998. 22, 1:1-17.

Page 131: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

125

urusan negara; yang terdiri dari mekanisme, proses serta institusi, sehingga

warga negara/kelompok dapat mengartikulasikan kepentingan, memediasi

perbedaan dalam melaksanakan hak dan kewajiban. Dengan demikian,

berdasarkan definisi tersebut, UNDP menyatakan adanya tiga domain

governance, yaitu state (negara), private sector (sektor swasta), and civil

society (komunitas sipil)”.[150]

Dengan demikian, jelas bahwa tiga domain antara pemerintah, swasta

dan masyarakat sangat penting dalam melaksanakan manajemen pemerintahan

yang baik. Dalam konteks ini, pemerintah yang meliputi legislatif, yudikatif

dan eksekutif menciptakan suatu lingkungan hukum dan politik yang kondusif.

Sektor swasta yang terdiri dari usaha kecil sampai bisnis raksasa, menciptakan

lapangan pekerjaan dan pendapatan. Sedangkan masyarakat sipil, mencakup

organisasi non pemerintah (NGO) dan berbasis masyarakat, asosiasi

profesional, kelompok agama dan semua masyarakat memfalisitasi interaksi

sosial dan politik.

Domain tersebut sekaligus menunjukkan bahwa aktor-aktor

pemerintah, dunia usaha dan masyarakat, tidak dapat saling dipisahkan.

Bahkan harus diciptakan hubungan yang sinergis antara ketiga domain ini.

Pemerintah berfungsi untuk memediasi kepentingan-kepentingan berkenaan

dengan pelayanan, menjamin suatu lingkungan kondusif bagi terciptanya

pembangunan berkelanjutan, menyediakan sarana/prasarana, memelihara

hukum, ketertiban/keamanan, menciptakan misi-visi dan identitas

negara/bangsa, mengembangkan kebijakan/program publik, menghasilkan

pendapatan untuk membiayai sarana/prasarana/pelayanan publik,

mengembangkan anggaran dan implementasinya, menyediakan peraturan dan

insentif bagi pasar, menciptakan hubungan yang serasi antara masyarakat

dengan aparatur pemerintah, antara masyarakat dengan dunia usaha, antara

pengusaha dengan pemerintah, menciptakan lapangan pekerjaan untuk

rakyatnya, melindungi warga negaranya, menjamin kebebasan berpendapat,

dan masih banyak lagi.

Sektor swasta berfungsi sebagai penghasil barang untuk pasar,

memberi pelayanan namun berorientasi pada keuntungan, menciptakan

lapangan kerja bagi warganegara, membangun dunia usaha dan memperkuat

perusahaan. Sedangkan masyarakat sipil, menggerakkan rakyat untuk

berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi, sosial dan politik. Masyarakat sipil

juga menyumbangkan berbagai pemikiran yang bermanfaat bagi pemerintahan

dan pembangunan, agar berjalan efisiensi dan efektif.

Visi strategis dalam manajemen pemerintahan yang baik, menuntut

para aparatur pemerintah dan rakyat mempunyai perspektif luas untuk jangka

panjang mengenai proses manajemen pemerintahan yang baik dalam

melaksanakan tugas pemerintahan maupun tugas pembangunan. Upaya

pengembangan manajemen pemerintahan yang baik dapat dilakukan melalui

berbagai strategi, antara lain:

Pertama: Dikembangkan melalui pembangunan kapasitas yang

ditujukan kepada lembaga pemerintahan negara, yaitu legislatif, eksekutif dan

[150]

UNDP dalam publikasinya yang berjudul, Governance for Sustainable Human

Development, 1997

Page 132: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

126

yudikatif. Pada lingkungan legislatif, pembangunan kapasitas terutama

ditujukan untuk menjadikan lembaga ini benar-benar mampu berperan sebagai

representasi kepentingan publik yang mampu melakukan pengawasan kepada

eksekutif. Pada lingkup eksekutif, pembangunan kapasitas dapat ditujukan

untuk memperkuat perencanaan program pemerintah dan program

pembangunan yang lebih efektif, efisien dan dapat dipertanggungjawabkan.

Selain itu, penguatan pada lingkup eksekutif juga bertujuan untuk

menciptakan aparatur yang kompeten, disiplin, serta berdedikasi tinggi

terhadap tugas dan tanggung jawab. Pada lembaga pelayanan manajemen

keuangan, penguatan kapasitas dapat menciptakan proses pemeriksaan lebih

baik yang dapat menghindarkan terjadinya KKN. Sementara itu, pada lingkup

yudikatif, pembangunan kapasitas terutama dimaksudkan untuk mewujudkan

supremasi hukum yang efektif.

Kedua: Manajemen pemerintahan yang baik, dikembangkan melalui

pembangunan dengan peran serta pengusaha dan masyarakat. Strategi peran

serta dimaksudkan untuk membuka peluang yang luas, di mana kegiatan

pemerintahan dan pembangunan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Dalam bidang ekonomi, pembangunan peran serta dimaksudkan untuk

memfasilitasi dunia usaha agar benar-benar berperan maksimal dalam

menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan rakyat. Selain

itu, strategi peran serta juga berkenaan dengan memantapkan adanya media

massa yang bebas dan mandiri sebagai bagian dari upaya untuk menjamin

berkembangnya akuntabilitas pemerintahan yang lebih besar.

Ketiga: Manajemen pemerintahan yang baik dapat dikembangkan

melalui pemberdayaan masyarakat. Strategi ini terutama ditujukan untuk

semakin meningkatkan kemampuan, kemandirian dan kesempatan masyarakat

dalam melaksanakan kegiatan pelayanan, juga untuk mempengaruhi

penyusunan kebijakan pembangunan. Pemberdayaan sebagai bagian dari

pengembangan manajemen pemerintahan yang baik, dimaksudkan untuk

meningkatkan peranan masyarakat sipil dalam megembangkan

kemampuannya menggerakkan potensi yang ada di kalangan masyarakat dan

mengorganisasinya dalam proses interaksi positif dengan aparatur

pemerintahan. Manajemen pemerintahan yang baik, sebenarnya hanya

merupakan pengarah sekaligus bingkai analisis dalam memahami makna dan

tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara. Implementasi konsep ini, pada

dasarnya merupakan upaya pembangunan nilai-nilai baru praktek

pemerintahan. Hubungan antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha

dapat dilihat pada Gambar 9.5. Hubungan Pemerintahan, Masyarakat dan

Dunia Usaha dibawah ini.

Page 133: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

127

GAMBAR 9.5. HUBUNGAN ANTARA PEMERINTAH, MASYARAKAT

DAN PENGUSAHA YANG SINERGI

oleh Budi Supriyatno

Manajemen pemerintahan yang baik, mengandung dua pengertian: (1)

Mengelola nilai-nilai pemerintahan yang menjunjung tinggi keinginan rakyat

dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam upaya ikut

mencapai tujuan nasional yang berkelanjutan dan berkeadilan sosial. (2)

Dalam pelaksanaan tugas, para aparatur pemerintahan mengelola aspek-aspek

fungsional yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk

mencapai tujuan-tujuan pada butir satu. Artinya, manajemen pemerintahan

yang baik akan selalu berorientasi pada negara yang diarahkan untuk

mencapai tujuan nasional, di mana pemerintah berfungsi secara efektif dan

efisiensi. Orientasi pertama, mengacu pada demokratisasi dalam kehidupan

bernegara dan bermasyarakat dengan elemen-elemen konstituantenya seperti

apakah pemerintah terpilih benar-benar mendapat legitimasi dari rakyatnya?.

Lalu, bagaimana dengan akuntabilitas?. Orientasi kedua, tergantung pada

sejauh mana pemerintah mempunyai kompetensi, dan sejauh mana struktur

serta meknisme politik serta administrasi berfungsi secara efektif dan

efisiensi?

UNDP memberikan definisi Pemerintahan yang baik sebagai hubungan

yang sinergis dan kostruktif antara negara, sektor swasta dan masyarakat.

Berdasarkan definisi ini, UNDP kemudian mengajukan karakteristik

pemerintahan yang baik (good governance ) sebagai berikut:

1. Participation: Setiap warganegara mempunyai hak suara dalam

pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui

intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya.

Partisipasi seperti ini dibangun atas dasar kebebasan berorientasi dan

berbicara serta berpartisipasi secara kostukrtif.

2. Rule of law: Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pilih

bulu, terutama hukum untuk hak azasi manusia.

3. Transparency. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan

memperoleh arus informasi. Proses-proses, lembaga-lembaga dan

SWASTA

Interaksi

Sinergis

konstruktif

MASYARARAT

PEMERINTAHAN

PELAKSANAAN

TUGAS

PEMERINTAHAN

DAN

PEMBANGUNAN

YANG DAPAT

MENINGKATKAN

KESEJAHTERAAN

RAKYAT

TERCAPAI TUJUAN

NASIONAL

KEMITRAAN

H

U

B

U

N

G

A

N

swasta

Page 134: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

128

informasi secara langsung dapat diterima oleh mereka yang

membutuhkan. Informasi harus dapat dipahami dan dapat dimonitor.

4. Responsiveness: Lembaga-lembaga dan proses-proses harus berusaha

untuk melayani setiap stakeholders.

5. Consensus orientation: Good governance menjadi perantara

kepentingan-kepentingan berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik

bagi kepentingan yang luas, baik dalam hal kebijakan-kebijkan

maupun prosedur-prosedur.

6. Equity: Semua warga negara, laki-laki maupun perempuan,

mempunyai kesempatan untuk meningkatkan atau menjaga

kesejahteraan dirinya.

7. Effectiveness and efficiency: Proses-proses dan lembaga-lembaga

harus menghasilkan output, sesuai dengan apa yang telah digariskan,

dengan menggunakan sumber-sumber daya seefisien dan sebaik

mungkin.

8. Accountability: Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor

swasta dan masyarakat (civil society) bertanggungjawab kepada publik

dan lembaga-lembaga stakeholders.

9. Strategic vision: Para pemimpin dan publik harus mempunyai

perspektif good governance, pengembangan manusia yang luas dan

jauh ke depan, sejalan dengan apa yang diperlukan untuk pembanguan

semacam ini.

10. Interrelated: Bahwa keseluruhan ciri-ciri good governance tersebut,

adalah saling terkait dan tidak bisa berdiri sendiri.

2. Empat belas Kunci Manajemen Pemerintahan Yang baik

Menurut penulis, manajemen pemerintahan yang baik dapat

didefinisikan sebagai pelaksanaan manajemen pemerintahan dan manajemen

pembangunan yang menjamin adanya kesetaraan antara pemerintah,

masyarakat dan pengusaha yang sinergi dan saling menguntungkan. Dalam

manajamen pemerintahan yang baik ada 14 aspek penentu, yaitu:

1. Kepemimpinan: Aparatur harus memiliki jiwa kepemimpinan yang

kuat (strong leadership) sehingga mampu menciptakan visi dan misi

untuk mendorong majunya manajemen pemerintahan dalam mencapai

kesejahteraan rakyat.

2. Koordinator: Aparatur harus mampu berkoordinasi dengan sektor atau

lembaga organisasi lain sehingga tindakan yang akan dilaksanakan

tidak saling tumpang tindih atau bertentangan.

3. Kompeten: Aparatur harus mempunyai perpaduan kemampuan

knowledge, skill dan attitude. Kemampuan ini diimplementasikan

secara dinamis, sehingga dapat menghasilkan karya yang inovatif dan

kreatif, serta melahirkan “instink bisnis” dan bersemangat dalam

upaya meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

4. Komitmen: Aparatur harus mempunyai janji, tekad dan semangat

untuk sebesar-bersarnya mendahulukan kepentingan masyarakat.

Komitmen ini tidak sebatas diyakini dan diucapkan, tetapi harus

diperlihatkan dalam tindakan dan prilaku. Hal ini penting, karena

masyarakat kita umumnya lebih senang dengan bukti dari pada janji.

5. Konsisten: Aparatur harus berketetapan hati dan taat pada asas atau

peraturan perundangan dalam menjalankan tugas sebaik-baiknya

Page 135: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

129

secara konsisten, didasari hati tulus dan jujur, dalam ucapan maupun

tindakan.

6. Komunikator: Aparatur pemerintah harus mampu menyampaikan

informasi yang benar kepada masyarakat dalam upaya mencapai

kesejahteraan. Informasi yang benar adalah, informasi yang tidak

direkayasa untuk kepentingan politik atau kepentingan lain.

7. Kepercayaan: Aparatur harus berusaha meningkatkan kepercayaan

pada masyarakat, membangun citra yang baik, mampu menjalankan

tugas dan kewajibannya sebaik-baiknya.

8. Katalisator: Aparatur harus mampu menjadi pemicu terjadinya

perubahan dan memunculkan paradigma baru, atau pembaharuan yang

dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.

9. Kooperatif: Aparatur harus mampu melaksanakan kerjasama dengan

lembaga-lembaga lain, sehingga memudahkan pelaksanaan kegiatan.

10. Keterbukaan: Aparatur pemerintah harus mampu menciptakan

keterbukaan yang dibangun di atas dasar kebebasan arus informasi,

sehingga proses-proses kegiatan kelembagaan dan informasi-informasi

lain, secara langsung dapat diterima oleh masyarakat yang

membutuhkan.

11. Efektifitas dan efisiensi: Aparatur dalam menjalankan tugas harus

berkualitas dan tepat sasaran dengan penggunaan sumber daya secara

optimal.

12. Kemitraan: Aparatur pemerintah harus mampu menciptakan kemitraan

dengan masyarakat maupun pengusaha dalam menjalankan tugas

pemerintahan dan tugas pembangunan.

13. Akuntabilitas: Aparatur harus mempertanggungjawabkan semua

tindakan atau kegiatan yang dilaksanakannya, baik secara administrasi

keuangan maupun produk (output maupun outcome).

14. Kepenegakkan Hukum: Aparatur harus menjamin adanya kepastian

hukum, termasuk penindakan tegas terhadap setiap pelanggaran

hukum.

Dari 14 kunci manajemen pemerintahan yang baik tersebut dapat

dilihat indikator dan perangkat kerjanya pada Tabel 9.2. Indikator Manajemen

Pemerintahan yang baik di bawah ini. TABEL 9.2. INDIKATOR MANAJEMEN PEMERINTAHAN YANG BAIK

oleh Budi Supriyatno

NO

KUNCI GOOD

GOVERNANCE

INDIKATOR

PERANGKAT

KERJA

1

KEPEMIMPINAN

a. Mempunyai wawasan ke depan.

b. Memiliki kemampuan

menggerakan bawahan.

c. Mampu menciptakan misi dan visi yang dapat mendorong

tercapainya kesejahtraan

rakyat.

a. Peraturan yang memberikan kekuatan hukum pada visi dan misi.

b. Kebijakan pada penciptakan dan

strategi tercapainya kesejahtraan.

2 KOORDINATOR a. Mampu menciptakan kerjsama dengan lembaga lain.

a. Kebijakan pogram kerja sama yang dapat dilaksanakan.

3 KOMPETEN a. Mempunyai kinerja tinggi. b. Melaksanakan tugas dan

fungsi.

a. Standar kompetensi yang sesuai dengan fungsinya.

b. Sistem reward and punishment

Page 136: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

130

c. Memiliki kreatifitas dan kemauan inovasi.

d. Memiliki kualifikansi di

bidangnya.

(Penghargaan dan Sanksi) yang jelas. c. Sistem pengembangan SDM.

4 KOMITMEN a. Adanya kesadaran dan kamuan untuk melakukan

tugas secara baik, jujur dan

disiplin.

b. Adanyan kesadaran untuk menjadi pelayan atau abdi

negara yang baik.

a. Peraturan yang menjamin perlindungan aparatur yang

menjalankan tugas secara konsisten.

b. Penghargaan dan sanksi dalam

melaksanakan tugas.

5 KONSISTEN a. Mempunyai sikap yang tegas

dan taat hukum dan jujur.

b. Mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan

baik.

a. Peraturan yang tegas dalam

menciptakan hukum.

b. Pedoman pelaksanaan tugas.

6 KOMUNIKATOR a. Mampu menyampaikan

informasi yang benar.

b. mampu meyekinkan dan bisa dipercaya.

a. Pedoman penyampaian informasi.

b. Media komunikasi.

7 KEPERCAYAAN a. Mempunyai sifat jujur.

b. Mampu membangun citra

yang baik.

c. mampun menjalankan tugas tanpa KKN

d. Pedoman pelaksanaan tugas.

e. Moral aparatur

8 KATALISATOR a. Mampu menjadi agen

perubahan.

b. mampu menciptakan

paradigma baru yang meningkatkan kesejahtraan

rakyat.

a. Peraturan pelaksanan tugas.

b. Kemampuan aparatur dalam

melaksanakan tugas.

9

KOOPERATIF

a. Mampu menciptakan

kerjasama dengan lembaga

lain. b. Mampu menciptakan kegiatan

multi sektor.

a. Peraturan /pedoman yang dapat

menicptakan kerjasama multi sektor.

10 KETERBUKAAN b. Tersedianya informasi yang

benar dari setiap proses

penyusunan dan implementasi kebijakan publik.

c. Adanya akses pada informasi

yang benar akurat dan adil.

d. Peraturan perudnangan yang

menjamin implementasi kebijakan

yang baik. e. Jaringan internet.

11

KEEFEKTIFAN

DAN

KEEFISIENAN

a. Terlaksananya administrasi

penyelenggaraan negara yang

berkualitas dan tepat sasaran dengan penggunaan sumber

yang optimal.

b. Adanya perbaikan

berkelanjutan. c. Berkurangnya tumpang tindih

penyelenggaraan fungsi

organisasi kerja.

a. Standar dan Indikator kinerja

pelaksanaan tugas dan fungsi.

b. Standar dan indikator kinerja untuk menilai efektif dan efisien pelayanan.

Page 137: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

131

12

KEMITRAAN

a. Mampu menciptakan pemahaman pola kemitraan.

b. Mampu menciptakan

lingkungan yang kondusif bagi masyarakat untuk

berkarya dan bermitra.

c. mampu mencitakan

kesempatan bagi masyarakat/dunia usaha

mikro, kecil dan menengah

serta koperasi.

a. Peraturan-peraturan dan pedoman yang mendorong kemitraan,

pemerintah, dunia usaha swasta.

b. Program Pemberdayaan.

13

KEAKUNTABILIT

AS

a. Pertanggungjawaban untuk

setiap pekerjaan terkait dengan waktu, sasaran, tujuan,

dan pemanfaatan dana.

b. Keseuaian dengan antara

pekerjaan dengan standar pelaksanaan

a. Peraturan atau Prosedur/mekanisme

kerja. b. Laporan Pertanggugnjawaban

pekerjaan.

c. Sistem pemantauan kinerja.

14 KEPENEGAAKAN

HUKUM

a. Kesadaran dan kepatuhan

kepada peraturan, dan tidak

akan melakukan

penyimpangan Pemahaman terhadap peraturan

peundangan.

b. Pelaksanan pekerjaan sesuai

dengan peraturan.

a. Tersedianya peraturan perundangan

yang mendukung.

b. Sosialisasi peraturan.

3. Penciptaan Kondisi Lingkungan

Agar pelaksanaan Manajemen Pemerintahan dapat berjalan secara

berkelanjutan (sustainable) dengan sendirinya, diperlukan penciptaan kondisi

lingkungan yang mend`ukungnya. Kondisi lingkungan sebagai pendukung

tersebut, antara lain:

1. Pembinaan Manajemen Pemerintahan harus terintegrasi dengan sistem

pembinaan aparatur negara secara makro, dan dalam konteks upaya

peningkatan kualitas Sumber Daya Aparatur yang berkelanjutan.

2. Pembinaan dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan melalui

program-program yang langsung menyentuh hakekat dan martabat

aparatur negara sebagai ummat Tuhan, sebagai abdi masyarakat dan

sebagai anggota atau bagian dari masyarakat.

3. Pembuatan kebijakan Manajemen Pemerintahan yang memperhatikan

beberapa aspek seperti jiwa korp, kode etik instansi dan kode etik

profesi kerja dari sebuah lembaga pemerintahan maupun lembaga non

pemerintahan.

4. Pembuatan Norma Standar Prosedur dan Manual yang dapat dipakai

sebagai acuan pelaksanaan kerja.

5. Peningkatan pemahaman dan internalisasi Manajemen Pemerintahan,

jiwa korp dan kode etik pegawai negeri sipil atau aparatur negara

secara berkelanjutan, antara lain melalui:

a. Apresiasi, sosialisasi, simulasi dan sarasehan.

b. Pembinaan kerohanian.

c. Olah raga, kesenian atau budaya.

d. Acara atau forum tersebut harus inovatif dan partisipatif.

6. Peningkatan kualitas kehidupan bekerja termasuk kesejahteraan secara

konsisten, berkelanjutan, adil, transparan dan akuntabel.

Page 138: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

132

7. Pemantauan dan evaluasi yang obyektif, adil, konsisten, transparan dan

akuntabel berdasarkan kriteria atau indikator pencapaian bertahap per

unit satuan kerja terkecil sampai departemen atau lembaga, maupun

individual aparatur negara.

8. Pengawasan yang konsisten, berkelanjutan, adil, transparan dan

akuntabel.

9. Penerapan insentif (reward), dan disinsentif (punishment) secara

konsisten dan berkelanjutan.

10. Membuat Legal Aspect, aturan atau peraturan perundangan dan

petunjuk teknis atau panduan pelaksanaan yang jelas, tegas dan

realistis, serta mengatur role sharing (who should do what, why, when,

where and how?) yang proporsional sesuai dengan tugas dan fungsi

struktural masing-masing, serta sinergis.

11. Melaksanakan aturan payung (Peraturan Pemerintah, Peraturan

Menteri atau Keputusan Menteri atau lembaga pemerintah non

Departemen), perlu mencakup materi administrasi, prosedural dan

teknis, yang minimal meliputi aspek-aspek:

a. Pengaturan;

b. Pelaksanaan;

c. Pemantauan dan evaluasi;

d. Kelembagaan;

e. Perencanaan dan pemograman, termasuk pentahapan

pelaksanaan atau penerapan dalam pencapaian urutan dan

skala realistis;

f. Reward dan punishment.

12. Komitmen yang kuat, konsisten dan berkelanjutan dari Pimpinan

tertinggi sampai pimpinan terbawah dan staf atau karyawan.

13. Pentahapan penerapan atau pelaksanaan yang logis dan realistis,

karena palaku atau subyek dan sekaligus obyek pembinaan manajemen

pemerintahan yang baik adalah, manusia (aparatur negara) yang

multidimensi atau multikomplek. Mengingat keberhasilan manajemen

pemerintahan yang baik terkait dengan upaya-upaya pembinaan

Sumber Daya Manusia (SDM) secara integral, maka pelaksanaan atau

penerapan manajemen pemerintahan perlu dilakukan bertahap,

misalnya lebih dahulu melakukan inward looking sebelum outward

looking.

4. Langkah Membangun Pemerintahan Yang Baik Jika dilihat dari ketiga domain, yaitu pemerintahan, swasta dan

masyarakat, maka pemerintahan tampaknya menjadi domain yang memegang

peranan terpenting dalam mewujudkan manajemen pemerintahan yang baik,

karena sekaligus mencakup tiga fungsi: Fungsi pengaturan yang memfasilitasi

domain sektor dunia usaha swasta dan masyarakat, serta fungsi administrasi

penyelenggaraan pemerintahan yang memang melekat pada domain ini.

Sebagai fasilitator domain sektor dunia usaha dan masyarakat, peran

pemerintah melalui kebijakan-kebijakan publiknya sangat penting dalam

menciptakan terjadinya mekanisme pasar yang benar, sehingga

penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di pasar dapat dihindari.

Langkah membangun manajemen pemerintahan yang baik dapat

dimulai dengan membangun landasan demokrasi penyelenggaraan

pemerintahan dan upaya pembenahan penyelenggaraan pemerintahan yang

Page 139: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

133

transparan. Karena itu, manajemen pemerintahan yang baik dapat diciptakan

melalui berbagai langkah berikut:

1. Sistem penerimaan pegawai atau aparatur dilakukan melalui seleksi

yang benar dan transparan, sehingga bisa memperoleh orang-orang

berkualitas dan berkompetensi tinggi;

2. Sistem seleksi pejabat negara dilakukan secara transparan, terhindar

dari trik-trik politik atau partai;

3. Meningkatkan kemampuan membuat perencanaan, program dan

kegiatan pembangunan yang tepat, serta melaksanakan

program/kegiatan tersebut secara efektif dan efisien;

4. Meningkatkan pelaksanaan tugas dan fungsi aparatur sesuai dengan

kewenangan dan tanggungjawabnya, serta kebijakan yang dikeluarkan

secara baik dan konsisten.

5. Melakukan penyederhanaan organisasi pada setiap departemen atau

unit kerja yang mengarah pada struktur organisasi yang ramping tetapi

kaya dengan jabatan fugnsional;

6. Meningkatkan disiplin kerja dengan etos kerja: Bekerja keras, bekerja

cerdas, bekerja waras, bergerak cepat dan bertindak tepat;

7. Menciptakan model manajemen pemerintahan yang transparan

terhadap semua informasi yang dibutuhkan masyarakat luas;

8. Menciptakan sistem desentralisasi dan dekonsentrasi, serta

melaksanakan tugas-tugas pembantuan di setiap lembaga

pemerintahan;

9. Menciptakan pasar yang kompetitif, penyempurnaan mekanisme pasar,

meningkatan peran pengusaha kecil dan segmen lain dalam sektor

swasta yang terderegulasi dan kemampuan pemerintah dalam

mengelola kebijakan makro ekonomi;

10. Melakukan perlindungan hukum terhadap rakyat yang menyuarakan

kebebasan sosial, politik dan ekonomi;

11. Merumuskan kebijakan dan peraturan yang tepat untuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat.

Lihat Gambar 9.6. Melaksanakan Manajemen Pemerintahan Yang

Baik di bawah ini. MEN PEMERINTRAHAN YANG BAIK

oleh Budi Supriyatno

LANGKAH MEMBANGUN

MANAJEMEN PEMERINTAHAN

YANG

BAIK

14 KUNCI

MANAJEMEN

PEMERINTAHAN

MMEENNCCIIPPTTAAKKAANN HHUUBBUUNNGGAANN

YYAANNGG SSIINNEERRGGIISS AANNTTAARRAA

PPEEMMEERRIINNTTAAHH,, MMAASSYYAARRAAKKAATT

DDAANN PPEENNGGUUSSAAHHAA

MENCIPTAKAN

KONDISI

LINGKUNGAN

Page 140: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

134

9.4. Melaksanakan Akuntabilitas

1. Kemampuan Menyediakan Kebutuhan Keberadaan akuntabilitas sebagai suatu sistem sudah cukup lama.

Sejarah akuntabilitas sudah dimulai sejak jaman Mesopotamia pada 4000 SM,

dengan dikenalnya Hukum Hammurabi yang mewajibkan seseorang atau raja

untuk mempertanggungjawabkan segala tindakannya kepada pihak yang

memberi wewenang atau wangsit kepadanya.[151]

Dalam perkembangan selanjutnya, akuntabilitas menjadi akuntabilitas

bisnis karena berkembang di lingkungan para bisnis. Akhirnya, akuntabilitas

berkembang di kalangan pemerintahan yang dikenal dengan istilah

akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik ini ”wajib” dijalankan oleh

organisasi pemerintahan yang menggunakan dana dan fasilitas publik untuk

melayani kepentingan masyarakat. Akuntabilitas publik adalah akuntabilitasi

dari organisasi pemerintah yang memiliki kewenangan publik untuk

memberikan pelayanan kepada masyarakat sebagai pemilik kedaulatan.

Dengan demikian, akuntablitas publik adalah kewajiban seseorang pejabat dari

organisasi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan kinerja dan

tindakannya kepada pejabat yang berwewenang dan/atau kepada warga negara

sebagai pemilik kedaulatan.

Makna akuntabilitas publik terhadap masyarakat tidak cukup hanya

dengan melaksanakan kegiatan bertanggungjawab layaknya dalam akun-

tabilitas. Lebih dari itu, dalam akuntabilitas terkandung isyarat yang mengarah

pada tuntutan untuk lebih memahami kepentingan masyarakat beserta nila-

nilai yang dimilikinya sebagai acuan dalam menetapkan sebuah pelayanan.

Akuntabilitas publik juga tidak sekadar kegiatan dalam bentuk laporan

atau memberitahukan apa yang telah dilakukan oleh pemerintah terhadap

masyarakat, tetapi lebih mengarah pada “kemampuan pemerintah untuk

memenuhi tuntutan masyarakat”. Perubahan tuntutan masyarakat pada

umumnya lebih cepat dibandingkan dengan penyediaan layanan. Dalam pada

itu, akuntabilitas publik dapat digunakan untuk membangun kualitas

pelayanan dan juga dapat mengurangi perbedaan persepsi tentang tuntutan

kebutuhan masyarakat dengan tingkat pemenuhannya.

Kriteria akuntabilitas publik adalah kewajiban individu dan organisasi

pemerintahan untuk mempertanggungjawabkannya melalui pencapaian kinerja

yang obyektif. Ghartey, Akuntabilitas ditujukan untuk mencari jawaban

terhadap pertanyaan yang berhubungan dengan pelayanan apa, siapa, kepada

siapa, milik siapa, yang mana, dan bagaimana yang harus

dipertanggungjawabkan, mengapa pertanggungjawaban harus diserahkan,

siapa yang bertanggugnjawab terhadap berbagai bagian kegiatan dalam

masyarakat, apakah pertanggungjawaban berjalan seiring dengan kewenangan

[151]

John W. Humphrey, Time for 10,000 leaders.

Page 141: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

135

yang memadai, dan lain sebagainya.[152] Namun, konsep pemikiran Ghartey ini

dalam akuntabilitas pelayanan belum memadai, karena itu harus diikuti

dengan jiwa wirausaha pada pihak yang melaksanakan akuntabilitas.

Carino mengatakan, akuntabilitas merupakan suatu evolusi kegiatan-

kegiatan yang dilaksanakan oleh seorang petugas, baik yang masih berada

pada jalur otoritasnya atau sudah berada jauh di luar tanggungjawab dan

kewenangannya.[153] Dalam pada itu, setiap aparatur harus benar-benar

menyadari bahwa setiap tindakannya bukan hanya akan memberi pengaruh

pada diri sendiri saja, tetapi juga akan berdampak sangat besar terhadap orang

lain. Keyakinannya, ketidaksesuaian dalam manajemen pemerintah akan

berakhir dengan suatu kelemahan yang diakibatkan akuntabilitas publik.

2. Meningkatkan Pelaksanaan Akuntabilitas Publik Akuntabilitas publik akan berkaitan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah. Hal ini memberikan arti bahwa masih diperlukannya

pengawasan yang harus dilakukan pemerintah pusat kepada daerah.

Akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban sebagai konsekuensi atas

pelaksanaan suatu kegiatan.

Pelaksanaan akuntabilitas publik dalam pemerintah, mengisyaratkan

pelayanan yang dilakukan merupakan kewajiban Pemerintah Daerah, suatu

organisasi pemerintah yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada

masyarakat. Sehubungan dengan hal itu, wajar jika Pemerintah Daerah

mempunyai suatu kewajiban untuk melakukan akuntabilitas publik.

Dengan demikian, akuntabilitas yang dilakukan Pemerintah Daerah

tidak hanya akuntabilitas ke atas, yaitu akuntabilitas kepada Gubernur atau

Menteri yang mempunyai kewenangan, tetapi juga kepada masyarakat melalui

mekanisme informasi yang dilakukan oleh legislatif. Akuntabilitas Pemerintah

Daerah kepada propinsi atau menteri yang mempunyai kewenangan,

merupakan akuntabilitas ke internal organisasi pemerintahan yang merupakan

norma moral individu. Sedangkan akuntabilitas yang dilakukan kepada

masyarakat merupakan akuntabilitas eksternal, menyangkut norma moral yang

semakin penting pada masa mendatang.

Akuntabilitas yang dilakukan Pemerintah Daerah mengandung suatu

kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan segala tindak tanduk dan

kegiatannya, terutama di bidang administrasi keuangan kepada pihak yang

lebih tinggi atau di atasnya, dan mempunyai kewenangan. Karena itu, perlu

dilakukan peningkatkan untuk menuju yang lebih baik dalam melaksanakan

akuntabilitas publik.

[152]

J. B. Ghartey Avebury, 1 Jul 1987 - Crisis accountability and development in the Third

World: the case of Africa Universitas Michigan. [153]

Carino,L.V. (2005) . Third sector government and the law in the Philippines unpublishied

report for a comparative study on Asia third sector : Governement for accountability and

performance, funded by the ford Foundation, Manila University of the Philippines.

Page 142: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

136

3. Melaksanakan Kewajiban Akuntabilitas Publik Ada empat (4) kewajiban yang harus dilakukan aparatur dalam

pelaksanan akuntabilitas publik, yaitu:

Akuntabilitas publik merupakan kewajiban seseorang atau pimpinan

dalam lembaga pemerintahan secara kolektif sebagai konsekuensi logis dari

adanya pemberian hak dan kewenangan. Karena merupakan kewajiban, maka

perlu adanya sanksi bagi yang melanggarnya.

1. Akuntabilitas publik merupakan kewajiban untuk mempertanggung

jawabkan kinerja dan tindakan. Kinerja merupakan keseluruhan hasil,

manfaat dan dampak dari suatu proses pengolahan masukan guna

mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan tindakan adalah,

aktivitas seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif untuk melakukan

atau tidak melakukan sesuatu. Kinerja dan tindakan yang dilakukan,

berkaitan dengan hak dan kewenangan yang diberikan kepada

seseorang atau pimpinan lembaga pemerintahan.

2. Akuntabilitas publik merupakan kewajiban yang melekat pada

seseorang atau pimpinan lembaga pemerintahan yang karena

jabatannya memperoleh hak dan kewenangan menjalankan tugas untuk

mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian, akuntabilitas dapat

bersifat perorangan, kelompok atau organisasi.

3. Akuntabilitas publik merupakan pertanggungjawaban yang ditujukan

kepada pihak-pihak yang memiliki hak dan berkewenangan untuk hal

tersebut. Akuntabilitas yang dilakukan seseorang/badan hukum/

pimpinan kolektif ditujukan kepada pihak-pihak yang memiliki hak

dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Pihak-

pihak tersebut adalah, pejabat yang berwenang atau para pemegang

saham (stakeholder) dan masyarakat.

Sebenarnya, akuntabilitas publik merupakan suatu evolusi kegiatan-

kegiatan yang dilaksanakan oleh petugas, pada jalur otoritasnya, atau sudah

berada jauh di luar tanggung jawab dan kewenangannya. Dengan demikian,

setiap aparatur pemerintah harus betul-betul menyadari bahwa setiap

tindakannya tidak hanya akan berpengaruh pada dirinya sendiri, tetapi juga

membawa dampak yang tidak kecil pada orang lain. Dengan demikian, dalam

setiap tingkah lakunya, aparatur pemerintah mutlak harus selalu

memperhatikan lingkungannya.

Akuntabilitas publik dapat hidup dan berkembang dalam suasana

manajemen pemerintahan yang transparan, demokratis dan adanya kebebasan

mengemukakan pendapat. Karena itu, dalam negara yang otokratik dan tidak

transparan, akuntabilitas akan hilang dan tidak berlaku. Selain itu, setiap

aparatur pemerintah harus menyadari bahwa pemerintahan dan pelayanan

kepada masyarakat akan membedakan akuntabilitas dengan yang lain, yaitu:

1. siapa yang harus melaksanakan akuntabilitas;

2. kepada siapa dia berakuntabilitas;

3. kriteria yang dia gunakan untuk penilaian akuntabilitasnya;

4. nilai akuntabilitas itu sendiri.

Dalam kaitan ini, hubungan spektrum pendekatan mekanisme dan

praktek-praktek yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan

dengan pelayanan publik atau stakeholders, akan menjamin terwujudnya suatu

tingkat kinerja yang diinginkan. Efektifvitas akuntabilitas publik dalam situasi

Page 143: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

137

ini akan tergantung kepada, apakah pengaruh dari pihak-pihak yang

berkepentingan direfleksikan dalam sistem monitoring dan insentif dalam

pelayanan publik.

Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut meliputi: (1) Publik dan

konsumen pelayanan, yakni pihak yang terkait dengan penyajian pelayanan

yang paling menguntungkan mereka. (2) Pimpinan dan pengawasan penyaji

pelayanan publik, yang merupakan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap

pelayanan itu sendiri, dengan tujuan dan keinginan yang seringkali berbeda

dengan pihak pertama dan kedia diatas.

Dengan demikian, secara absolut akuntabilitas memvisualisasikan

suatu ketaatan kepada peraturan dan prosedur berlaku, kemampuan untuk

melakukan evaluasi kinerja, keterbukaan dan pembuatan keputusan, serta

mengacu pada jadwal yang telah ditetapkan dan menerapkan

efisiensi/efektifitas biaya pelaksanaan tugas-tugasnya.

4. Langkah Kebijakan Melaksanakan Akuntabilitas Publik Pengawasan merupakan bagian penting dari akuntabilitas. Dengan kata

lain, akuntabilitas publik tidak akan berjalan efisien dan efektif jika tidak

ditunjang mekanisme pengawasan yang baik, demikian sebaliknya.

Akuntabilitas publik tanpa pengawasan akan menyebabkan penyimpangan-

penyimpangan yang dapat merugikan masyarakat dan dunia usaha. Dari uraian

tersebut, dapat dikatakan bahwa akuntabilitas merupakan perwujudan

kewajiban seseorang atau unit organsiasi untuk mempertanggungjawabkan

pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang

dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan melalui media pertanggungjawaban secara periodik, tetapi harus

dilakukan pengawasan secara ketat. Dalam pada itu, pemanfaatan sumber daya

meliputi sumber daya manusia (SDM), kekayaan alam, material, keuangan,

data/informasi dan tata ruang. Agar pemanfaatannya sesuai, harus dilakukan

pengawasan secara terus-menerus.

Sumber daya adalah milik bangsa dan negara yang harus dikelola oleh

pejabat atau pelaksana pemerintahan yang kapasitasnya dapat diukur dan

diidentifikasikan secara jelas. Karena itu, pemanfaatannya harus transparan.

Dalam manajemen pemerintahan, pemanfaatan sumber daya harus dapat

dipertanggungjawabkan dengan baik. Dalam konteks ini, diperlukan kebijakan

yang pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang harus dijadikan

pedoman, pegangan atau petunjuk bagi setiap usaha aparatur pemerintah

sehingga tercapai kelancaran dan keterpaduan dalam mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.

Langkah kebijakan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan

akuntabilitas publik adalah:

1. Diperlukan kebijakan nasional/negara yang tegas, bersifat fundamental

dan strategis dalam mencapai tujuan nasional/negara.

2. Diperlukan kebijakan umum yang merupakan kebijakan pemerintah

dan kebijakan pemerintah daerah dengan lingkup menyeluruh, bersifat

nasional atau regional, dan berupa penggarisan ketentuan-ketentuan

yang bersifat garis besar dalam rangka pelaksanaan tugas umum

pemerintahan dan pembangunan. Kebijakan pelaksanaan di tingkat

pusat merupakan penjabaran dari kebijakan umum sebagai strategi

pelaksanaan dalam suatu tugas umum pemerintahan dan pembangunan

Page 144: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

138

di bidang-bidang tertentu. Sedangkan di tingkat daerah, kebijakan ini

merupakan pelaksanaan peraturan daerah (Perda), pelaksanaan

kebijakan nasional di daerah dan pelaksanaan tugas pusat di daerah

yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

3. Diperlukan kebijakan teknis sebagai penjabaran kebijakan pelaksanaan

yang memuat pengaturan teknis di bidang tertentu, di mana pencapaian

tujuan merupakan salah satu tolok ukur kinerja individu maupun unit

organsaisi. Tujuan yang ditetapkan sebelumnya biasanya dapat dilihat

dalam Program Kerja Tahunan, Daftar Isian Proyek/Kegiatan (DIP/K)

dan bentuk perencanaan lain, baik jangka panjang maupun jangka

pendek. Dalam kegiatan kenegaraan, jangka waktu pengelolaan

sumber daya oleh individu atau unit organsasi pada lazimnya

berlangsung selama satu tahun anggaran.

Dalam pada itu, berdasarkan pengelolaan dan kelaziman, bentuk media

akuntabilitas yang memadai adalah, bentuk laporan berkala. Pelaksanaan

media akuntabilitas pencapaian tujuan melalui pengelolaan sumber daya suatu

organisasi, perlu ditingkatkan. Jika perlu, juga ”diinformasikan kepada

masyarakat,” sejauhmana pengelolaan sumber daya yang sudah dilakukan,

apakah ada penyimpangan? Atau, apakah sudah sesuai dengan pemanfaatan

dan tujuan yang telah ditetapkan. Media akuntabilitas ini dapat berupa laporan

tahunan tentang pencapaian tujuan tugas dan fungsi, dengan berbagai aspek

penunjangnya seperti keuangan, sarana-prasarana, sumber daya manusia dan

lain-lain. Agar pelaksanaan akuntabilitas dapat berjalan dengan baik, harus

ada kemauan dari aparatur dan ditunjang kebijakan yang memadai.

5. Macam Akuntabilitas Publik Akuntabilitas publik sebenarnya merupakan suatu pertanggungjawaban

seseorang atau pemimpin dalam lembaga pemerintahan kepada masyarakat.

Akuntabilitas publik ini terdiri dari akuntabilitas intern pribadi dan

akuntabilitas eksternal pribadi:

a. Akuntabilitas internal Pribadi. Akuntabilitas internal pribadi adalah

kejujuran diri seseorang dalam mempertanggungjawabkan berbagai

kegiatannya kepada Kholik atau Tuhan Yang Maha Esa. Akuntablitas

yang demikian ini, meliputi pertanggungjawaban sendiri mengenai

segala hal yang dijalankannya, hanya diketahui dan difahami oleh

dirinya sendiri. Akuntabilitas kejujuran pribadi ini disebut juga sebagai

akuntabilitas spiritual. Carino mengatakan, dengan dipahaminya

akuntabilitas spiritual ini, maka pengertian akan akuntabel atau

tidaknya seseorang, bukan hanya dikarenakan dia mencuri atau tidak,

sensitif atau tidak terhadap lingkungannya, tetapi lebih jauh dari itu

seperti adanya perasaan malu atas sarana kulitnya seperti tidak bangga

menjadi bagian dari suatu bangsa, kurang nasionalis dan lainnya.154]

Akuntabilitas ini sangat sulit diukur, karena tidak ada kriteria yang

jelas dan dapat diterima oleh semua pihak. Selain itu, tidak ada yang

dapat melakukan cek, evaluasi dan memonitornya, sejak proses

154

Ledivina. V. Carino, Accoungtability, Corruption and Democracy : A Clarification on

Concepts, in the Asian Review of Public Administration, Vol. III No.2, December 1991.

Page 145: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

139

sampai pada pertanggungjawaban itu sendiri. Semua tindakan

akuntabilitas spiritual didasarkan pada hubungan seseorang dengan

Tuhan, tingkat keimanan dan taqwanya. Kesadaran akan akuntabilitas

spiritual, sangat mempengaruhi pencapaian kinerja seseorang. Itu

sebabnya mengapa seseorang dapat melaksanakan pekerjaan dengan

hasil yang berbeda dengan orang lain, atau suatu instansi menghasilkan

kuantitas dan kualitas yang berbeda untuk suatu pekerjaan yang sama-

sama dikerjakan oleh instansi lain, padahal uraian tugas dan fungsinya

telah dijelaskan secara rinci. Dengan kata lain, melalui kesadaran akan

akuntabilitas internal/spiritual, seorang pegawai akan dengan senang

hati melakukan pekerjaan dan tugas dengan sebaik-baiknya. Tugas-

tugas yang dikerjakan pun tak sebatas tugas tertulis saja, tetapi lebih

dari itu. Dalam suatu posisi/jabatan tertentu, seorang pegawai harus

dapat menentukan apa yang sudah dilakukan oleh pendahulunya, dan

apa yang harus dia lakukan sekarang untuk menghasilkan kinerja lebih

baik pada posisi tersebut. Alasan seperti manusia memiliki

kemampuan yang berbeda, tidak cukup waktu, tidak cukup sumber

daya, dan lain-lainnya, merupakan cikal bakal terwujudnya korupsi,

sehingga akuntabilitas menjadi kabur bagaikan kaca yang berembun.

Karena itu, hindari keluhan-keluhan seperti ini jika kita memang ingin

menjalankan akuntabilitas, meski hambatan tersebut kadang perlu juga

diungkapkan jika memang akan berimbas signifikan terhadap

pencapaian kinerja.

b. Akuntabilitas Eksternal Pribadi: Akuntabilitas eksternal adalah

akuntabilitas yang dipertanggungjawab oleh aparatur pemerintah

kepada organisasi/lembaga pemerintahan maupun lingkungan/

masyarakat atas kesuksesan atau kegagalannya dalam menggunakan

anggaran, waktu, sumber dana dan sumber daya pemerintah lain,

kewenangan dan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.

Akuntabilitas eksternal lebih mudah diukur mengingat norma dan

standar yang tersedia memang sudah jelas, kontrol dan penilaian

eksternal juga sudah ada dalam mekanisme yang terbentuk dalam suatu

sistem dan prosedur kerja. Seorang atasan akan memantau pekerjaan

bawahannya dan memberikan teguran jika terjadi penyimpangan.

Rekan kerja akan saling mengingatkan pencapaian akuntabilitas

masing-masing. Hal ini dapat terwujud karena adanya saling

ketergantungan di antara mereka. Masyarakat akan bersuara lantang

jika terjadi penyimpangan penggunaan anggaran pemerintah yang

tidak sesuai dengan peruntukannya. Contohnya, penyalahgunaan dana

DKP (Departemen Kelautan dan Perikanan) yang terungkap di

pengadilan pada 2007. Akhirnya, mantan menteri dan pejabat terkait

dijebloskan ke penjara. Contoh lain, penyimpangan dana haji di

Departemen Agama, di mana mantan menteri agama dan pejabat lain

yang terkait juga dijeblokan ke penjara. Mahasiswa akan

berdemontrasi atas ketidakadilan dan kesengsaraan rakyat yang

menghadapi jepitan hidup akibat naiknya harga sembako. Lembaga

swadaya masyarakat (LSM) akan teriak jika terjadi penyimpangan atas

peraturan yang sudah digariskan. Lembaga-lembaga inilah yang

menjadi penyeimbang pelaksanaan akuntabilitas instansi pemerintah.

Page 146: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

140

Dalam pada itu, untuk memperbaiki akuntabilitas eksternal, setiap

aparatur diarahkan untuk melakukan langkah-langkah berikut:

1) Bekerja dengan jujur dan penuh keikhlasan.

2) Bekerja dengan penuh tanggungjawab, tidak mudah lalai dan

dengan penuh mawas diri, sehingga semua pekerjaan dapat

diselesaikan sesuai target dan penuh pengorbanan.

3) Bekerja dengan cerdas agar bisa mencapai tujuan lebih cepat

dan efisien.

4) Bekerja keras, tetapi juga menjaga kesehatan.

5) Bekerja tuntas dengan menggunakan manajemen diri untuk

lebih meningkatkan produktifitas.

6) Bekerja untuk menghasilkan kualitas yang baik.

7) Bekerja welas atau memiliki empati pada orang lain, sehingga

manfaat program dapat dirasakan oleh masyarakat.

9.5. Meningkatkan Kemampuan Kepemimpinan

1. Memahami Perbedaan Pimpinan dan Manajer Dalam sub-bab ini yang dibahas adalah, bagaimana meningkatkan

kemampuan kepemimpinan. Mungkin pembaca akan bertanya, pemimpin

’kan sudah dipilih, tentu yang terbaik dari yang baik, mengapa kemampuannya

harus ditingkatkan? Jawabnya benar, tetapi tidak seratus persen benar. Kita

harus ingat, banyak pemimpin yang ”instan,” khususnya di Indonesia yang

kini diramaikan para selebriti mencalonkan diri menjadi calon legislatif dan

calon kepala daerah dengan modal popularitas.155

Dengan mengandalkan

popularitas, mereka dipilih menjadi pimpinan kepala daerah. Di lain pihak,

partai politik yang mendorong perburuan popularitas, akan mengalami

kegagalan dalam melakukan kaderisasi dan seleksi kepemimpinan. Partai

menyiapkan kepemimpinan dalam konteks ”hanya sekadar mencari uang.”

Dampak negatifnya, kompetensi akan ”dinomorduakan”. Ini sangat

berbahaya, karena modal popularitas yang tidak memiliki ”kompetensi” akan

menyebabkan negara dan bangsa rapuh di masa depan. Bagaimana jika sudah

terlanjur? Itu sebabnya, perlu dilakukan peningkatkan kemampuan agar

aparatur dapat melaksanakan tugas dengan baik.

Kepemimpinan bukan manajer, karena kepemimpinan memiliki arti

sangat luas, termasuk kesadaran sebagai seorang pemimpin yang diperlihatkan

melalui kemampuan atau kompetensinya untuk menjadikan dirinya sebagai

teladan, serta mampu memotivasi orang lain terutama bawahannya agar

tergerak mencapai sasaran yang lebih tinggi berdasarkan nilai-nilai moral

seperti integritas, konsistensi, profesionalisme dan mampu berkomunikasi

secara baik.

155

See Rano Karno who became Vice Regent of Tangerang, and Dede Yusuf who became

Vice Governor of West Java. They are Seleberitis and the popularity capital of the Heads of

Regions who have no experience and competence in Government Bureaucracy, with the

vehicles of political parties and have their money elected to the Head of Region. What

meaning can be captured by society

Page 147: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

141

Kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang mampu bertahan

dalam menjalankan kepemimpinannya secara konsisten, meski dalam keadaan

ketidak pastian, bahkan dia juga dapat meningkatkan profesionalisme

bawahannya dalam melayani pelanggan atau warga negara secara efektif dan

efisien, serta dapat berkembang seiring perubahan waktu.

Sesungguhnya, kepemimpinan merupakan seni mengendalikan

organisasi secara cerdik, pandai, berpengalaman, peka, proaktif, selalu dekat

dengan yang dipimpin, menjadi visioner, berperan sebagai juru bicara

organisasi, sumber perubahan dan pembaharuan. Ke depannya, dengan kondisi

yang serba tidak pasti, pemimpin harus mampu menciptakan paradigma dan

harus mampu mengikuti puncak perubahan, sehingga tidak terombang-ambing

oleh perubahan tersebut. Warren Bennis, seorang profesor bisnis dan

administrasi ternama, juga ketua pendiri The Leadership Institute, Universitas

of Southern, California, mengatakan, kunci untuk membuat pilihan tepat

dalam menghadapi perubahan dan transisi, terletak pada penggabungan

kualitas kepemimpinan baru yang mampu berinovasi, menciptakan

mengembangkan, memberi inspirasi, memberi visi, bertanya-tanya dan

melemparkan tantangan mereka untuk melakukan hal yang tepat.156

Pemimpin merupakan suatu proses kegiatan dengan menggunakan

kemampuan pikiran dalam rangka memengaruhi orang lain untuk selalu

berusaha mencapai tujuan kelompok yang telah ditentukan. Pemimpin

memiliki prinsip-prinsip dasar dalam memengaruhi orang lain. Sedangkan

prinsip-prinsip yang benar mirip kompas yang selalu menunjukkan arah utara

sejati atau selalu konsisten. Jika kita pandai membaca prinsip-prinsip tersebut,

kita tidak akan tersesat, bingung, atau terpedaya oleh suara-suara dan nilai-

nilai yang bertentangan.157

Pemimpin selalu menggunakan kemampuan berfikir untuk

memengaruhi, menggerakkan/mengarahkan dan memberikan motivasi kerja

pada seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada

situasi tertentu. Mengingat tugas pemimpin sangat berat, maka kualitas

kepemimpinannya pun harus dapat dilihat dari segi kemampuan menciptakan

hubungan dengan atasan dan bawahan, serta hubungan dirinya dengan rakyat

yang dipimpin. Pemimpin yang terlalu fokus pada wewenang formalnya,

berpotensi akan kehilangan sebagian atau seluruh kemampuannya dalam

memimpin.

Stoner dalam salah satu bukunya, memberikan definisi

“Kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh

pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan

tugas”.158

Pemimpin harus asli dan tidak palsu. Ken Shelton memperingatkan,

tidak semua model kepemimpinan layak diikuti, sebab mereka mengandung

unsur-unsur kepalsuan dalam menyusun konsep dan pelaksanannya. Jika para

pemimpin memikirkan perannya secara sempit hanya pada bagian-bagian yang

156

Warren Bennis, Leadership in the 21st Century, written in the book: New Paradigm of

Leadership, edited Ken Shelton. 157

Sthepen R. Covey, Principle Centred Leadership, Julius Sanjaya Language Interpretation,

Benerupa Aksara Jakarta, 1997. p. 13. 158

Stoner, James A.F, Management, Second Edition, Prentice Hall, New York, 1992.

Page 148: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

142

terpisah, para pengikutnya cenderung memperoleh bagian dan suara yang

hanya sedikit. Saat konteks dan perspektif berakhir, fanatisme pun dimulai.‖159

Kepemimpinan perlu mengambil dimensi baru. Kepemimpinan harus

bersifat luas dan mendalam, menyebar ke setiap fungsi dan departemen di

semua tingkatan. John W. Humhrey mengatakan, banyak organisasi sadar

bahwa mereka harus mengandalkan kepemimpinan pribadi dari masing-

masing individu pada setiap tingkatan jika mereka ingin mengelola

perubahan secara efektif dan mempertahankan keunggulan kompetitif. 160

Lain lagi dengan Horst Shultze dan Kevin Dimond, mereka

menyatakan: “Inti kepemimpinan adalah, terus menerus fokus terhadap

visi. Dalam serangkaian program perbaikan yang berat, para pemimpin

yang memusatkan diri pada visi dapat bertahan pada hari-hari yang

sulit.”[161] Dalam masa perubahan, para pemimpin akan terus maju. Gerald L.

McManis menyatakan, para pemimpin harus bersedia melampui kebiasaan

rutin dan wilayah yang nyaman. Mereka harus terus bertanya dan

melemparkan tantangan untuk membantu agar organisasinya tetap penting

dan hidup.[162] Sedangkan David Neidert bersikeras dan menyatakan, para

pemimpin itu harus berusaha untuk meraih tidak hanya keahlian

melainkan juga serangkaian nilai yang menggerakkan semua pihak yang

berkepentingan menuju keutamaan, pemimpin itu penting sebagai orang

yang mencari tujuan untuk membanguan hari agar terikat dengan

pekerjaan. [163]

Dalam birokrasi pemerintahan sekarang maupun ke depan, diperlukan

adanya generasi baru para pemimpin yang memiliki paradigma baru untuk

menciptakan kehidupan warga negara yang sejahtera. Karena itu, agar dapat

menjadi pemimpin berkualitas yang mampu menciptakan kesejahteraan bagi

warga negaranya, kemampuan pemimpin yang sudah eksis tetapi

kompetensinya kurang dan para pemimpin berkualifikasi instan, perlu

ditingkatkan.

Sebelumnya telah disebutkan, pemimpin bukan seorang manajer.

Pemimpin harus mampu mengatasi situasi yang tidak kondusif, pergolakan,

ketidakpastian yang kadang menantang dan menyulitkan, bahkan

membahayakan bangsa dan negara jika dibiarkan. Sedangkan manajer, dia

akan menyerah jika menghadapi keadaan seperti itu. Perbedaan antara

pemimpin dan manajer dapat dilihat dalam Tabel 9.3. Perbedaan Pemimpin

dan Manajer dibawah ini.

159

Ken Shelton, Dari Kepemimpinan Palsu hingga Kepemimpinan Sejati. Dalam A New

Paradigm of Leadership 160

John W. Humphrey, Time for 10,000 leaders. [161]

Horst Shultze and Kevin Dimond, the essence of leadership. [162]

Geral L.McManis, "Leadership: Charisma or Ability." [163]

David Neidert | Leadership Gardener. Author & Public Speaker

Page 149: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

143

TABEL. 9.3. PERBEDAAN PEMIMPIN DAN MANAJER

PEMIMPIN

MANAJER

1. Memiliki Sasaran dan Tujuan tepat;

2. Misi dan Visi yang jelas;

3. Hasil yang efektif;

4. Memokuskan hal yang penting;

5. Inovasi;

6. Mengembangkan;

7. Menginspirasi kepercayaan;

8. Memiliki pandangan jangka panjang;

9. Bertanya apa dan mengapa;

10. Memandang ke cakrawala;

11. Menantang dirinya sendiri untuk melakukan

hal yang benar.

1. Memiliki Kecepatan;

2. Struktur dan sistem serta hasil;

3. Hasil yang menguntungkan;

4. Memokuskan pada efisien;

5. Mengatur;

6. Mempertahankan;

7. Mengandalkan pengawasan;

8. Pandangan jangka pendek;

9. Bertanya bagaimana dan kapan;

10. Memandang ke bawah;

11. Menerima status quo dan Melakukan

hal yang menguntungkan.

2. Meningkatkan Peran Kepemimpinan

Ciri-ciri Kepemimpinan Untuk dapat memahami makna kepemimpinan, perlu dilakukan

identifikasi sifat-sifat pemimpin. Kepemimpinan yang efektif cenderung

mempunyai kelebihan seperti kecerdasan, kedewasaan sosial, motivasi diri,

menjunjung tinggi martabat, memiliki pengaruh yang luas, memiliki pola

hubungan yang baik, mempunyai sifat-sifat khusus, memiliki kedudukan dan

jabatan, mampu berinteraksi dan mampu memberdayakan bawahan. Ada

sepuluh ciri utama yang mempunyai pengaruh terhadap kesuksesan

kepemimpinan dalam pemerintahan antara lain sebagai berikut:

1. Kecerdasan: Untuk dapat diangkat menjadi seorang pemimpin di

birokrasi pemerintahan seseorang harus mempunyai tingkat kecerdasan

yang lebih tinggi dari karyawannya atau aparatur lain.

2. Kedewasaan sosial: Pemimpin cenderung mempunyai emosi yang

stabil dan dewasa, serta mempunyai kegiatan-kegiatan dan hubungan

sosial yang luas.

3. Motivasi diri dan dorongan berprestasi: Pemimpin selalu mempunyai

motivasi diri dan dorongan berprestasi yang tinggi.

4. Menjunjung tinggi martabat: Seorang pemimpin selalu menjunjung

tinggi dan akan mengakui harga diri serta martabat bawahannya, atau

mempunyai perhatian yang tinggi dan berorientasi kepada pegawai.

5. Memilik pengaruh yang kuat: Seorang pemimpin biasanya memiliki

pengaruh yang kuat untuk menggerakkan orang lain atau bawahan agar

berusaha mencapai tujuan kelompok secara sukarela.

6. Memiliki Pola hubungan yang baik: Seorang pemimpin sukses

mampu menciptakan pola hubungan antar individu, dengan

menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap sekelompok orang

agar bekerja sama dalam mencapai tujuan yang dikehendaki bersama.

7. Memiliki sifat-sifat tertentu: Seorang pemimpin sukses memiliki sifat-

sifat khusus seperti kepribadian baik, kemampuan tinggi dan kemauan

keras, sehingga mampu menggerakkan bawahannya.

Page 150: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

144

8. Memiliki kedudukan atau jabatan: Seorang pemimpin selalu memiliki

kedudukan atau jabatan dalam organisasi, baik di pemerintahan

maupun di masyarakat, karena kepemimpinan merupakan serangkaian

kegiatan pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dari kedudukan,

jabatan dan gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri.

9. Mampu berinteraksi: Seorang pemimpin yang baik akan selalu

berinteraksi secara baik dengan sesama pemimpin, bawahan dan

masyarakat yang dipimpinnya, dalam situasi dan kondisi apa pun,

buruk maupun menyenangkan.

10. Mampu memberdayakan: Seorang pemimpin yang sukses biasanya

mampu memberdayakan bawahan dan masyarakat yang dipimpinnya.

Peranan Kepemimpinan Pemerintahan Kepimpimpinan memegang peranan sangat penting dalam manajemen

pemerintahan. Karena itu, Dimock & Kunig menyatakan Leader is key to

management/ administration.[164]

Kepemimpinan membutuhkan adanya kesesuaian antara pimpinan dan

bawahan. Dalam kepemimpinan, seorang atasan tidak hanya harus memotivasi

bawahan untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi motivasi itu sendiri juga harus

dapat diterima oleh bawahan.

Pemimpin merupakan suatu kegiatan dalam rangka mempengaruhi

orang lain untuk berusaha mencapai tujuan kelompok secara sukarela. Pada

dasarnya, kepemimpinan menunjukkan suatu proses kegiatan seorang

pemimpin dalam membina, menimbang, mempengaruhi dan mengontrol

pikiran/perasaan orang-orang lain yang dipimpinnya.

Kepemimpinan merupakan upaya memengaruhi orang-orang untuk

ikut dalam pencapaian tujuan bersama. Kepemimpinan merupakan pola

hubungan antara individu yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya

terhadap sekelompok orang agar bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan

yang dikehendaki bersama.

Brown menyatakan, the word make sense only when we specify to

what end and in what circumstances the leader will be expected to act.[165]

Kata kepemimpinan hanya akan punya arti jika kita menempatkan artian itu

untuk maksud dan dalam situasi apa seorang pemimpin diharapkan bertindak.

Dalam arti, pada situasi dan dalam masyarakat apa yang diharapkan dari

pemimpin itu. Pemimpin dipilih dari kelompok, baik pemerintahan,

masyarakat, politik dan pengusaha, karena memiliki kemampuan

meningkatkan peranan kelompok.

Dalam menghadapi tugas berat, atau situasi tidak menentu, seorang

pemimpin harus mampu menciptakan kondisi yang kondusif, baik internal

maupun eksternal. Internal dalam arti, di samping menjawab permasalahan

yang ada di daerahnya atau dalam organisasinya, seorang pemimpin juga

harus mampu menciptakan kondisi yang lebih baik pada rakyatnya atau

bawahannya. Hal ini sangat penting karena sukses tidaknya seorang pemimpin

sangat tergantung pada kemampuannya dalam melakukan tindakan. Ada

[164]

Dimock, Dimock & Koenig “Public Administration,” Reinehart & Company, Inc., New

York, 1960.p.11. [165]

Alvin Brown, “Sosial Psychology of Industry,” Englewood Cliff, N.Y. Prestice Hal Inc.

1974. p.17.

Page 151: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

145

beberapa langkah yang perlu “dilakukan” dalam menigkatkan peranan dan

menciptakan, serta mengubah “paradigma” pimpinan dalam berpikir, antara

lain:

1. Menciptakan “Sence of Mission” dengan menggunakan proses

partisipasi untuk menggambarkan sebuah pernyataan misi, sehingga

dapat memberikan pemahaman bersama secara luas mengenai tujuan

dasar dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat.

2. Menciptakan pandangan baru yang meyakinkan bawahan atau para

pengikutnya, dan memiliki kemampuan untuk menerjemahkan

pandangan itu menjadi sebuah kenyataan.

3. Membangun visi bersama yang memberikan gambaran kepada para

pegawai mengenai masa depan yang ingin diciptakan, citra kolektif

mengenai keadaan seperti apa yang ingin dicapai di masa depan.

4. Artikulasi nilai-nilai, keyakinan dan prinsip-prinsip. Artinya, memberi

standar non-birokrasi bagi pegawai untuk membimbing tindakan

mereka di tempat kerja.

5. Membanguan bahasa baru untuk menggantikan bahasa birokratis

seperti istilah, gagasan, kiasan dan keseluruhan kosa kata yang menjadi

batu ujian bagi pegawai dalam membantu mereka menuju zona netral

dan menginternalisassikan “budaya kerja baru”.

Di samping beberapa langkah di atas, tentang peran pimpinan dalam

membina bawahan atau rakyatnya, ada ‖filosofi Jawa‖, yaitu seorang

pimpinan harus memiliki 5N yang terdiri dari Nitiki, Nutuki, Notoki, Nataki

dan Neteki yang dijabarkan sebagai berikut:

1. Nitiki, dari kata titik, atau dalam bahasa Indonesia berarti

memperhatikan, yaitu pemimpin harus mampu memperhatikan

bawahan atau pengikutnya, memahami masalah bawahan dan mengerti

tindakan atau kebijakan apa yang harus dilakukan untuk bawahan,

serta apa yang harus dikerjakan untuk dirinya sendiri.

2. Nutuki, dari kata tutuk, atau mulut. Menurut orang bijak, yang keluar

dari mulut seorang pimpinan adalah nasehat. Artinya, seorang

pimpinan harus mampu memberikan nasehat pada bawahan untuk

berbuat lebih baik atau melaksanakan tugas sebaik-baiknya, sehingga

bisa mencapai tujuan organisasi atau tujuan-tujuan pribadi.

3. Notoki, dari kata “totok” atau pukul dengan jari dan punya arti

“tegur”. Secara harfiah, seorang pimpinan harus mampu menegur atau

memberikan arahan yang bijak kepada bawahan. Jika bawahan

bersalah, perlu diberi teguran secara manusiawi, sehingga tidak merasa

tersinggung dan tetap merasa dihargai.

4. Nataki, dalam istilah lain “ndadani” yang dalam bahasa Indonesia

“landasi” atau “tanggungjawab.” Hal ini mengandung makna,

seorang pimpinan harus mau menerima tanggung jawab dalam bentuk

dan seberat apa pun akibat pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan,

termasuk kesalahan-kesalahan bawahan. Karena ada istilah tidak ada

“kopral” yang salah, yang ada adalah “jenderal” yang salah. Dengan

demikian, tidak ada pimpinan yang melempar kesalahan pada anak

buah. Jika ada pimpinan yang selalu menyalahkan bawahan, artinya

dia adalah pimpinan “pengecut” yang tidak memahami

tanggungjawabnya.

Page 152: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

146

5. Neteki dari kata “tetek”, bahasa Indonesia-nya “susu” yang

mengeluarkan minuman bergisi untuk anaknya. Pada hakekatnya

mengandung makna bahwa seorang pemimpin harus mampu

memberikan “kesejahteraan” pada bawahan. Ini merupakan tanggung

jawab yang berat bagi seorang pimpinan. Jika terjadi bawahan lapar,

pimpinan harus mengusahakan supaya kenyang.

Pemberdayaan Telah disebutkan bahwa pemimpin harus mampu memberdayakan

bawahan. Ada tiga sifat pemimpin yang melakukan pemberdayaan menurut

Ken Shelton, [166]184

yaitu:

1. Mereka menciptakan visi yang meyakinkan. Pemimpin besar

menciptakan visi yang mendorong dan mengelola regunya dengan

berkomunikasi, merekrut, memberi imbalan, melatih ulang dan menata

ulang.

2. Mereka meruntuhkan rintangan. Rintangan yang terdapat di antara

karyawan dan departemen dengan segala hal di dalam sistem yang

menciptakan permusuhan, harus diruntuhkan bersama.

3. Mereka menghancurkan birokrasi. Mereka belajar dan mengajarkan

seni kepemimpinan diri, mengganti rasa takut dengan umpan balik dan

pemberian perintah dengan pengambilan keputusan. Perusahaan

berhasil melawan birokrasi dengan agresi di berbagai tempat. Lakukan

pencegahan jika mampu, atau menyerang jika menemukan hal itu

sudah masuk ke dalam organisasi. Aparatur yang berhasil, sangat

terobsesi untuk mempertahankan sistem dan struktur secara sederhana.

Aparatur akan menyadari bahwa konsep ini lebih mudah dan akan

membuahkan hasil, daripada mencoba menangani pengaturan laporan

yang berbelit-belit dan tingkat kewenangan yang berlapis-lapis. Upaya

pemberdayaan kerap gagal, di mana orang-orang berada jauh dari

impian dan sasaran yang mereka tetapkan karena kurangnya

kepemimpinan diri. Untuk meningkatkan kepemimpinan diri, buatlah

lebih banyak sifat penghargaan secara alamiah dalam berbagai

kegiatan anda, dan pusatkan pikiran pada aspek-aspek pemberian

penghargaan alamiah dari pekerjaan anda.

Manfaat dari pemberdayaan ada enam sebagai berikut:[167]

1. Komitmen: Tantangan utama yang dihadapi para pemimpin, menurut

John Naisbitt, Patricia dan Aburdene, pengarang buku Megatrends

2000, adalah, memberi dorongan pada bawahan untuk bekerja efektif

di dalam kelompok dan menjadi semakin bersifat wirausaha, mengatur

sendiri dan mandiri. Prinsip dominan memerintah dan marah-marah

sudah diganti. Manajemen harus menjadi pemimpin yang mampu

mendorong bawahan untuk mengeluarkan potensi terbaik mereka

dalam menghadapi perubahan yang cepat. Sementara itu, modal dan

teknologi merupakan sumber daya terpenting, di mana manusia dapat

[166]

Ken Shelton, A New Paradigm of Leadership, Executive Exellence Publishing. 1997.

p.1.. [167]

Ibid, Ken Shelton.

Page 153: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

147

membentuk atau merusak birokrasi pemerintahan. Untuk

memanfaatkan kekuatan bawahan, para pemimpin perlu

menginspirasikan komitmen dengan membagi wewenang, sehingga

memungkinkan perusahan merekrut, memberi imbalan dan memotivasi

orang-orang yang terbaik.

2. Produk dan jasa yang bermutu: Dalam menciptakan produk dan jasa

yang bermutu, pemimpin harus memberikan wewenang kepada

karyawan maupun pelanggan. Setiap karyawan harus diberdayakan

untuk menangani pelanggan internal maupun eksternal secara efektif.

3. Kecepatan dan daya tanggap: Banyak pimpinan di pemerintahan yang

menangani gejala-gejala, bukan akar permasalahannya, sehingga tidak

menyelesaikan permasalahan yang ada. Dalam rangka memecahkan

masalah mutu dan daya saing, seorang pemimpin harus mampu

menciptakan waktu dan daur produksi yang singkat dengan budaya

umpan balik yang cepat.

4. Sinergi: Sinergi dihasilkan dari penghargaan terhadap perbedaan,

penyatuan berbagai perspektif yang berbeda dalam semangat saling

menghormati. Orang bijak memandang perbedaan sebagai kekuatan

yang potensial untuk dikembangkan dalam rangka mencapai tujuan.

Seorang pemimpin yang baik, tidak hanya menghormati orang-orang

yang memiliki pandangan berbeda, tetapi juga ikut aktif mencari

orang-orang seperti itu. Pemimpin yang baik selalu mencari umpan

balik yang obyektif, baik dari sumber internal maupun eksternal

mengenai kinerja, produk dan pelayanan sebagai cara membangun tim-

tim kuat dan melengkapi tim-tim lemah. Contohnya, ketika

Departemen Pekerjaan Umum sedang mendesain jalan bebas hambatan

dan seorang direktur tengah mencari masukan dari bawahannya untuk

penyempurnaan desainnya. ada bawahan yang berbeda pendapat

dengan desainnya. Direktur tersebut tidak perlu menolak gagasan

strategis dari bawahannya, bahkan dia seharusnya mampu menampung

aspirasi perbedaan dan menemukan cara-cari yang kreatif bawahannya

untuk menyempurnakan desain tersebut. Dengan demikian, seorang

pemimpin harus mampu mensinergikan perbedaan-perbedaan yang ada

di bawahnya:

a. Pengembangan Manusia: Hal pertama yang diajarkan W.

Edwards Deming kepada orang Jepang adalah, prinsip-prinsip

pemberdayaan manusia, bukan praktik-praktik peningkatan

produk. Kemakmuran suatu negara, kata Deming, lebih

bergantung pada rakyat, manajemen dan kepemimpinannya,

daripada sumber daya alamnya. Semua orang harus mengambil

gaya pemberdayaan manajemen baru dan menyadari bahwa

tujuan kepemimpinan adalah, membantu orang dan mesin

melakukan pekerjaan yang lebih baik.‖ [168]

b. Pengungkit Manajemen: Banyak pemimpin yang gagal karena

mencoba mengarahkan pekerjaan bawahannya untuk kepentingan

[168]

W Edwards Deming: Total Quality Management thinker - The British, too see

Drummond, H. The quality movement: what total quality management is really all about.

London, Kogan Page, 1992.

Page 154: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

148

pribadi dan golongan, bukan untuk kepentingan umum atau

kepentingan warga negaranya. Contohnya, dalam pemilihan

gubernur yang sedang ramai-ramainya di Indonesia, partai lebih

dominan mengarahkan berbagai hal kepentingan pribadi calon

dan golongan. Pimpinan partai akan berusaha semaksimal

memenangkan kandidatnya. Jika calonnya kalah, mereka akan

mencari kambing hitam untuk kekalahan itu, bukan menerima

kekalahan secara ksatria.

Seorang pemimpin yang baik harus mengutamakan kepentingan umum

dan mengetahui kapan harus menjalankan tugas untuk kepentingan umum dan

kepentingan diri atau golongan, serta tidak mencampur adukkan kepentingan

umum dengan kepentingan diri/golongan. Dengan mengetahui kepentingan

umum, berarti mendukung kesejahteraan rakyat. Pemimpin seperti ini mampu

memberdayakan bawahan untuk meningkatkan kesejateraan rakyat. Pemimpin

yang baik juga mampu menggantikan peranan manajer sebagai pemberi

perintah menjadi manajer sebagai guru, fasilitator dan pelatih.

Fasilitator membawa jawaban dari mereka yang paling mengetahui

pekerjaan bawahannya. Fasilitator memberi pertanyaan, membimbing

kelompok untuk mencapai suatu kesepakatan dan menggunakan informasi

untuk memotivasi tindakan. Upaya pemberdayaan yang efektif akan

menghasilkan banyak ―ko-misi, ko-ordinasi dan ko-operasi (kerjasama).

Sumber daya akan tumbuh dari akar kepercayaan, kapasitas dan kemampuan.

Tanpa akarnya, kita tidak akan pernah memperoleh buahnya dari waktu ke

waktu.

3. Memahami Tugas, Fungsi dan Kewenangan

Tugas Pemimpin Setiap pemimpin selalu mempunyai tugas dan fungsi, apalagi di

birokrasi pemerintahan yang sangat luas. Yang harus dipahami setiap

pemimpin adalah, tugas, fungsi dan kewenangannya. Dengan memahami tugas

tersebut, seorang pemimpin akan mudah melakukannya dengan baik. Tugas

utama pemimpin dalam manajemen pemerintahan adalah sebagai berikut:

1. Memberikan arahan yang jelas: Seorang pemimpin harus mampu

menunjukkan segala hal agar sesuatu tampak menjadi jelas, mana yang

penting dan mana yang kurang penting, mana yang utama dan mana

yang tidak, mana yang perlu prioritas dan mana yang boleh

dibelakangkan.

2. Mengawasi individu: Tidak semua anggota kelompok memiliki

persepsi sama, tidak semua anggota kelompok memiliki ketaatan,

kepatuhan atau semengat yang sama. Di antara anggota kelompok,

tentu ada yang mengalami deviasi negatif. Individu semacam ini sering

mengekspresikan perilaku berupa penyimpangan-penyimpangan.

Menghadapi hal ini, tugas pemimpin adalah mengendalikannya.

3. Menjadi juru bicara: Pemimpin mempunyai tugas untuk

menyuarakan, menjadi corong, atau menjadi juru bicara mengenai

segala hal yang mencerminkan kebutuhan kelompok. Dia menjadi

figur/tokoh sentral, karena ke dalam dia harus mampu meyuarakan

untuk memenuhi kebutuhan organisasi, sedangkan keluar dia harus

menginformasikan segala kelebihan perusahaan kepada konsumen atau

pengguna jasa.

Page 155: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

149

Fungsi Kepemimpinan Terdapat banyak pendapat tentang fungsi kepemimpinan dalam

organisasi pemerintahan. Pendapat-pendapat tersebut mempunyai argumentasi

masing-masing untuk menguatkan pendapat. Prof. Katz membuat pengertian

tentang fungsi dan kecakapan kepemimpinan sebagai berikut: Kecakapan

yang mencolok dari kepemimpinan administrasi dapat dibedakan ke dalam

tiga bagian yaitu: Konsepsional, kemanusiaan dan teknis.[169]

Namun, berdasarkan pengamatan penulis, fungsi kepemimpinan dalam

birokrasi pemerintahan di abad 21 ini adalah, ―memahami tugas, mengambil

keputusan, merumuskan strategi, mengkoordinasikan, melakukan hubungan

baik, menciptakan suatu pandangan, memberikan fasilitas kepada bawahan,

mengembangkan bawahan, menampung ide-ide, melakukan pembinaan secara

rutin, sebagai tempat pengaduan, melakukan pengawasan dan memberikan

hadiah pada bawahan, serta membawa pengikutnya kepada sasaran yang

diinginkan sesuai target. Fungsi kepemimpinan dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Memahami tugas yang diemban. Seorang pemimpin harus memahami

tugas yang telah dipercayakan kepadanya.

2. Mampu mengambil keputusan secara cepat dan tepat.

3. Seorang pemimpin dalam situasi yang tidak menentu harus mampu

mengambil keputusan secara cepat dan tepat agar tidak menghambat

pelaksanakan tugas.

4. Merumuskan strategi dan kebijakan jangka pendek, jangka menengah

dan jangka panjang dalam pemerintahan dan pembangunan

5. Melakukan koordinasi kegiatan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

sampai evaluasi, agar kegiatan dapat mencapai tujuan.

6. Melakukan hubungan yang baik, karena unsur manusia sangat

menentukan kinerja organisasi. Di samping itu, perlu dibina hubungan

baik antar manusia atau bawahannya, sehingga menjadi tim yang dapat

mencapai tujuan sesuai target.

7. Mengembangkan bawahan agar menjadi profesionalis dalam

melaksanakan tugas.

8. Menampung ide dan gagasan bawahan sebagai bahan pengambilan

keputusan.

9. Melakukan pembinaan bawahan secara rutin.

10. Tempat bawahan mengadu.

11. Melakukan pengawasan dan bimbingan pada bawahan.

12. Memberikan hadiah bagi bawahan sukses dan hukuman bagi yang

salah.

Kewenangan Pemimpin Seorang pemimpin akan kehilangan kewenangan jika dia melakukan

kesalahan-kesalahan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Mary

Parker Follett mengatakan, kewenangan pimpinan dapat hilang jika dia tidak

mendapat persesuaian dengan para bawahanya.

Mary Parker juga menyarankan, suatu kerjasama antara pimpinan dan

bawahan adalah mutlak. Kewenangan adalah, usaha untuk memengaruhi

[169]

https://www.katz.business.pitt.edu/why-katz/leadership.

Page 156: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

150

bawahan atau rakyat yang dipimpin, merupakan sinergi keputusan pimpinan

dan pendapat bawahan. Jika diberikan pengertian tentang kondisi yang ada

dan diajak bicara bersama dalam situasi yang baik, bawahan akan mengerti

dan akan melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik pula. Atas dasar inilah,

asas-asas hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin dalam manajemen

pemerintahan sangat diperlukan. Bahkan Mary Paker tidak hanya meletakkan

asas-asas hubungan antar manusia dalam administrasi atau manajemen, tetapi

juga dinamika kelompok pekerja dan teknik dalam konteks hubungan

kewenangan perburuhan yang modern.[170] Kewenangan pimpinan sebenarnya

terletak pada persetujuan yang mempunyai daya kekuatan, yakni yang tersebar

luas berwujud kesetiaan/kesadaran anggota tentang tujuan bersama organsiasi

itu. Maksudnya adalah, kesetiaan dan kesadaran melaksanakan tujuan

program. Meski para pejabat terendah sekali pun, mempunyai kewenangan

nyata untuk mengambil keputusan akhir dalam batas kewenangannya. Dengan

demikian, jelas apa yang dinyatakan Mary Parker, bahwa kewenangan ada

pada pekerjaan dan berada pada pekerjaan itu. Authority belong to the job and

stand out the job. [171]

Sementara itu, dapat disimpulkan bahwa kewenangan pemimpin dalam

pemerintahan adalah sebagai berikut:

1. Harus mampu membina kerja bawahan: Seorang pemimpin harus

mampu menciptakan kerjasama dengan bawahan atau masyarakat yang

dipimpin dengan baik, tanpa menggunakan kekerasan, sehingga

bawahan merasa nyaman dengan kepepimpinannya.

2. Harus mampu menyelenggarakan hubungan: Seorang pimpinan

harus mampu menyelenggarakan hubungan harmonis di antara

bawahan atau masyarakat yang dipimpin, bersifat resmi sehingga

tercipta keharmonisan dalam organisasi yang dipimpinnya.

3. Menciptakan prosedur kerja: Seorang pemimpin harus mampu

menciptakan prosedur kerja yang sistematis dan mudah dimengerti

oleh bawahan, sehingga bawahan tidak bingung dalam menjalankan

tugasnya. Pasalnya, prosedur kerja yang baik akan memudahkan

bawahan bekerja.

4. Mampu membagi Tugas: Seorang pemimpin harus mampu membagi

tugas dengan baik, sehingga tidak ada pekerjaan yang tidak dikerjakan

atau pekerjaan yang dikerjakan secara tumpang tindih. Pembagian

tugas akan memudahkan bawahan melaksanakan tugas mereka secara

efektif dan efisien.

5. Mampu mendelegasikan wewenang: Seorang pemimpin harus mampu

mendelegasikan kewenangan pada bawahan, karena tidak semua tugas

harus ditangani sendiri. Karena itu, sebagian tugas harus didelegasikan

kepada bawahan. Agar tidak membingungkan bawahan, seorang

pemimpin harus cermat dalam mendelegasikan sebagian tugas atau

kewenangan pada bawahannya.

6. Bertanggugnjawab secara ksatria: Seorang pemimpin harus

bertanggungjawab atas semua kewenangan yang ditugaskan padanya.

[170]

https://www.business.com/articles/management-theory-of-mary-parker-follett/ [171]

Ibid. https://www.business.com.

Page 157: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

151

Meski pekerjaan dilaksanakan oleh bawahan, tetapi jika ada kesalahan,

pemimpin yang harus bertanggungjawab secara ksatria dengan

mengakui kesalahannya. Seorang pemimpin tidak boleh melemparkan

kesalahan pada bawahan. Hal-hal yang berkaitan dengan

tanggungjawab akan diuraikan dibawah ini.

Tanggung Jawab Pemimpin Tanggung jawab pemimpin sangat berat, karena konsekuensi jabatan

yang diembannya. Segala resiko harus menjadi tanggungjawab seorang

pemimpin. Pada dasarnya, tanggungjawab pemimpin mencakup hal-hal

sebagai berikut:

1. Menentukan tujuan yang realistis: Sering terjadi, mengingat

banyaknya anggota organisasi, banyak aspirasi yang perlu ditampung

untuk menjadi alternatif pilihan yang akan manjadi ketetapan tujuan

bersama. Dalam hal ini, tanggung jawab pimpinan adalah, memberikan

argumentasi rasional dan realistis mengenai tujuan mana yang menjadi

prioritas dan harus dicapai lebih dahulu secara bersama.

2. Melengkapi sumber daya: Tenaga kerja dalam melaksanakan tugas tak

mungkin mencapai tujuannya jika tidak didukung sarana-prasarana

yang dibutuhkannya. Karena itu, menjadi kewajiban dan tanggung

jawab pimpinan untuk mengadakan sarana-prasarana, serta fasilitas

lain yang merupakan sumber daya kerja secara representatif.

3. Mengkomunikasi semua anggota: Pemimpin bukanlah milik satu

orang atau satu kelompok orang. Pemimpin adalah milik semua orang

yang ada dalam komunitas perusahaan atau organisasi secara

keseluruhan. Oleh karena itu, setiap anggota berhak melakukan

komunikasi, dan setiap orang berhak mendapatkan informasi, baik

langsung maupun tidak langsung dari pimpinan.

4. Memberikan perangsang: Seorang pemimpin harus mampu

memotivasi atau membangkitkan semangat, terutama di saat para

anggota mengalami kelesuan, lemah semangat, atau pada saat

organisasi mengalami peningkatan beban dan volume tugas. Pemimpin

harus mampu menimbulkan rasa optimisme dan gairah kerja.

5. Menghilangkan hambatan: Keberadaan pimpinan jangan sekali-kali

menimbulkan permasalahan, tetapi keberadaannya justru harus

memberikan harapan kepada semua anggota bahwa mereka akan bebas

dari kesulitan atau permasalahan.

6. Menilai hasil kegiatan: Mengingat pemimpin harus bertanggung

jawab atas kinerja organisasi, maka sebelum mempertanggung

jawabkan dia harus melakukan penilaian terlebih dahulu.

4. Memahami Sifat, Gaya dan Prilaku Kepemimpinan

Sifat Kepemimpinan

Max Weber mengembangkan kepemimpinan organisasi pemerintahan

yang dinamakan birokrasi. Dalam kepemimpinan, dinamakan pimpinan

birokrasi atau pemerintahan. Masyarakat umum mengenal istilah birokrasi

dengan konotasi yang jelek-jelak saja. Birokrasi dianggap sering mempersulit,

karena sifat kepemimpinannya yang sering mempersulit masyarakat. Padahal,

sifat-sifat kepemimpinan birokrasi sebenarnya tidak seperti yang dirasakan

masyarakat. Kepemimpinan birokrasi diartikan sebagai kepemimpinan yang

tunduk dan taat pada peraturan perundangan yang telah ditentukan pemerintah.

Page 158: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

152

Dengan demikian, jika konsisten, pimpinan birokrasi sebenarnya menjalankan

tugas mulia, artinya tidak memiliki sifat untuk mempersulit masyarakat yang

dilayani. Sifat-sifat kepemimpinan dalam menajemen pemerintahan yang

diperlukan adalah sebagai berikut:

1. Seorang Pemimpin harus Jujur: Sifat jujur merupakan keteguhan

watak, sehat dalam prinsip-prinsip moral, watak yang mencitai

kebenaran, tulus hati dengan perasaan halus mengenai etika keadilan

dan kebenaran.

2. Berilmu: Seorang pemimpin harus memiliki ilmu yang merupakan

totalitas kecerdasan, dan diperoleh melalui pendidikan atau latihan

terus menerus. Dengan demikian, seorang pemimpin harus terus

belajar agar mampu mengikuti perkembangan jaman.

3. Berani: Seorang pemimpin harus berani mengambil keputusan secara

cepat, tepat dan tanpa ragu. Pemimpin yang selalu ragu dalam

bertindak atau mengambil keputusan akan menjadi celaan masyarakat

yang dipimpinnya.

4. Mengambil keputusan: Kemampuan mengambil keputusan adalah,

kecakapan yang harus dimiliki seorang pemimpin. Dalam situasi

segenting apa pun, pemimpin harus mampu mengambil keputusan

dengan cepat dan tepat, serta melakukan tindakan yang harus

dilaksakanakan meski penuh resiko.

5. Dapat dipercaya: Seorang pemimpin harus dapat dipercaya oleh

bawahan atau masyarakat yang dipimpinnya. Jika pembicaraan seorang

pemimpin mencla-mencle, dia akan dilecehkan bawahan atau

masyarakatnya.

6. Pemikiran jernih: Seorang pemimpin harus memiliki pemikiran yang

jernih dalam setiap tindakannya, sehingga tidak melakukan

diskriminasi terhadap bawahan atau masyarakat yang dipimpinnya.

Jika berpikiran negatif terhadap salah satu kelompok bawahan, hal ini

akan merusak hubungan kerja.

7. Bijak: Bijak merupakan tindakan dan sikap yang menggambarkan

kebaikan seorang pimpinan terhadap bawahan. Bijak dalam

memberikan tugas dan wewenang kepada bawahan.

8. Tidak mementingkan diri sendiri dan kelompoknya: Tidak

mementingkan diri sendiri dan kelompoknya merupakan tindakan yang

baik. Seorang pemimpin harus memiliki jiwa mengorbankan

kepentingan diri sendiri dan kepentingan kelompok atau golongannya

demi kepentingan masyarakat banya.

9. Simpatis: Seorang pemimpin harus menunjukkan sifat prilaku yang

sopan santun dan menghargai setiap bawahan atau masyarakat yang

dipimpinnya.

Page 159: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

153

Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan mempunyai daya tingkat motivasi yang efektif

untuk keberhasilan manajemen pemerintahan. Pengaruhnya tergantung pada

lingkup dan intensitas tuntutan manajemen dan menghadapi lingkungan

internal dan eksternal. Bentuk gaya kepemimpinan antara lain:

1. Altruistic Leadership, yaitu kepemimpinan yang ingin mempengaruhi

dan membentuk orang lain agar mampu berkembang.

2. Leadership by Example, yaitu pola kepemimpinan yang menjadikan

dirinya sebagai teladan bagi orang lain, terutama bahawannya. Dalam

keteladannya itu, terpancar citra moral integritas yang tinggi,

komitmen, kompetensi, konsisten dan kemampuan berkomunikasi.

3. Transformational Leadership, yaitu kepemimpinan yang dinamis,

selalu mengadakan perubahan dengan memotivasi bawahan agar

bekerja optimal untuk mencapai sasaran yang lebih tinggi.

4. Trust Leader, yaitu kepemimpinan berdasarkan kepercayaan karena

kejujuran pribadi.

5. Otokrasi, yaitu gaya kepemimpinan penentu kebijakan. Teknik-teknik

dan langkah-langkah kegiatan didikte oleh atasan setiap waktu.

Pemimpin seperti ini, biasanya mendikte tugas kerja bagian dan kerja

bersama setiap anggota. Pemimpin cenderung menjadi pribadi yang

gemar memberi pujian dan kecaman terhadap kerja setiap anggota. Dia

juga akan mengambil jarak dari partisipasi kelompok aktif, kecuali jika

menunjukkan keahliannya.

6. Demokratis, yaitu pemimpin yang selalu memberi dorongan dan

bantuan kepada kelompok diskusi dalam membuat kebijakan dan

keputusan. Berbagai kegiatan akan didiskusikan, langkah-langkah

umum untuk tujuan kelompok dibuat, dan jika diperlukan pemimpin

akan memberikan petunjuk-petunjuk teknis, termasuk beberapa

alternatif prosedur yang dapat dipilih. Para anggota bebas bekerja

dengan siapa pun yang mereka pilih, di mana pembagian tugas

ditentukan oleh kelompok. Pemimpin adalah obyektif atau “fact

minded” dalam memberikan pujian atau kecaman. Dia juga akan

mencoba menjadi seorang anggota kelompok biasa dalam jiwa dan

semangat, meski tanpa melakukan banyak pekerjaan.

7. Laissez-Faire, yaitu memberi kebebasan penuh bagi kelompok atau

individu dalam mengambil keputusan, dengan parrtisipasi minimal dari

pemimpin. Bermacam-macam bahan disediakan oleh pemimpin,

sehingga setiap anggota atau bawahan selalu siap memberikan

informasi pada saat ditanya atau diperlukan. Pemimpin tidak

mengambil bagian dalam diskusi kerja, juga sama sekali tidak

berpartisipasi dalam penentuan tugas. Tetapi, pemimpin kadang-

kadang memberi komentar spontan terhadap kegiatan

anggota/pertanyaan, meski tanpa bermaksud menilai/mengatur suatu

kejadian.

Perilaku Pimpinan Tidak ada karakteristik yang mencolok pada diri pemimpin yang

efektif. Apa yang dilakukan para pemimpin dapat dilihat pada bagaimana dia

membagi tugas kepada bawahan, bagaimana mereka berkomunikasi satu

dengan yang lain, bagaimana dan dengan cara apa para pemimpin memberi

Page 160: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

154

pengarahan kepada para bawahan, dan lain sebagainya. Namun, banyak

pemimpin melakukan kebiasaan yang tidak efektif. Menurut John Covey,

seorang guru ahli, ada tujuh kebiasaan orang yang tidak efektif, yaitu: [172]

1. Berpikir reaktif, tidak percaya diri dan kerap menyalahkan orang lain.

2. Bekerja tanpa mengacu pada suatu tujuan yang jelas.

3. Melakukan hal-hal yang mendesak terlebih dahulu.

4. Berfikir menang/kalah.

5. Minta dipahami terlebih dahulu.

6. Jika anda tidak bisa menang, berkompromi.

7. Takut pada perubahan dan menolak perbaikan.

Pimpinan seperti ini mementingkan kepentingan pribadi dari

kepentingan umum. Ketika orang lain bergerak maju, dia malah bergerak

mundur.

Perilaku Pemimpin Klemar-klemer Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan pokok-

pokok kepemimpinan dalam pidatonya di depan ribuan warga di Lapangan

Pancapuri, Cilegon, Banten.[173] Presiden meminta agar para pemimpin pada

tingkat apa pun jangan penakut dan hanya mencari aman untuk diri dan

keluarganya. “Pemimpin itu harus berani mengambil resiko, harus berani

berada di tempat yang lebih berbahaya dibandingkan rakyatnya.

Kepemimpinan (dalam situasi kritis) sangat penting. Pelibatan pemimpin di

lapangan sangat penting. Mengambil resiko dan bahaya sangat penting.

Utamakan keselamatan rakyat, baru dirinya sendiri,” Ujar presiden. [174]

Seruan presiden soal kepemimpinan itu disampaikan untuk merespon

banyaknya bencana alam yang terjadi di sejumlah daerah di Indonesia dalam

tiga tahun terakhir, sementara dia kerap menjumpai kepemimpinan yang

mengecewakan. Presiden berada di Cilegon untuk menyaksikan pelatihan

kesiapsiagaan menghadapi tsunami di pantai Lapangan Selago. Dengan pidato

itu, presiden tidak ingin mendengar lagi adanya pemimpin di daerah yang

pergi cari selamat, atau tidak berada di tempat pada saat rakyat yang

dipimpinnya menghadapi situasi kritis, misalnya karena bencana alam.

Masalah kepemimpinan, pernah juga disampaikan oleh Presiden pada

saat meninjau korban gempa bumi di Bengkulu, September 2007. Dalam

situasi kritis, Preisden meminta para pemimpin berada di depan untuk

memberi penjelasan kepada rakyat, membimbing rakyat, dan mengajak rakyat

menyelamatkan diri ke tempat yang aman, bukan justru mencari selamat dan

aman sendiri. ”Ada kejadian di beberapa tempat di Indonesia ini, pemimpin

daerah kok malah lebih dahulu menyelamatkan diri dan keluarganya.

Salah itu, dosanya besar,” ujar Presiden yang disambut tepuk tangan.

Presiden juga meminta para pemimpin bertindak cepat dan profesional dalam

mengatasi keadaan yang kritis, seperti pada kejadian bencana alam. Kecepatan

bertindak akan mengurangi jumlah korban jiwa karena bencana. Pemimpim

yang lamban bertindak, tidak terlatih dan tidak terampil, akan menambah

jumlah korban jiwa, juga berdosa besar.

[172]

John Covey, dalam Sthepn R. Covey, Principle Centered Leadership. [173]

Kompas Daily on Wednesday (26/12/2007) was published by Kompas 27 December 2007. [174]

Ibid, Kompas.

Page 161: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

155

Untuk itu, presiden meminta kecepatan dan ketrampilan pemimpin

ditingkatkan terus dengan berlatih. ‖Jangan lambat, jangan klemar-klemer

(tidak sigap). Jangan tidak profesional,‖ ujarnya.

5. Meningkatkan Kepemimpinan Dalam rangka meningkatkan kepemimpinan agar menjadi lebih

optimal dalam manajemen pemerintahan, beberapa langkah perlu dilakukan

antara lain:

1. Reqruitment pemimpin atau pejabat harus berdasarkan kinerja dan

sistem merit, bukan sekadar popularitas, dan juga bukan berdasarkan

kader-kader instan yang banyak uang, tetapi berdasarkan kompetensi

dan profesionalisme. Ketentuan ini harus diberlakukan baik pemimpin

di birokrasi pemerintahan, dalam legislatif, maupun jabatan yang

bersifat politis. Kriteria jabatan politis, tetap harus didasarkan atas

profesionalisme dan akhlak mulia sebagai persyaratan utama.

2. Merekrut pemimpin harus menenuhi persyaratan, antara lain sebagai

berikut:

a. Memiliki integritas, kompetensi dan profesionalisme yang baik.

b. Memiliki sifat kepemimpinan sikap dan perilaku yang dapat

dijadikan teladan.

c. Dapat mengembangkan sifat-sifat kepemimpinan atau

manajerial secara praktis.

d. Reorientasi total terhadap makna kepemimpinan yang bersifat

terbuka, transformasi, dan bertumpu pada prinsip-prinsip moral

yang tinggi.

e. Membuka diri terhadap gagasan bawahan secara demokratis,

dan medorong bawahan untuk mendayagunakan rasa karsa dan

karyawannya berdasarkan merit sistem, melalui sistem

penilaian prestasi kerja secara obyektif.

3. Setiap pemimpin diarahkan untuk melaksanakan pola kepempimpinan

dan keteladanan dengan cara:

a. Membudayakan cara musyawarah dalam pengambilan

keputusan.

b. Menyelenggarakan pertemuan rutin untuk mengajak peran serta

bawahan dalam pemecahan masalah guna mewujudkan

pelayanan prima dan hal lain yang berkaitan dengan

pelaksanaan tugas.

c. Membentuk sistem kerja yang lebih terbuka, sehingga sistem

pengendalian lebih mudah diakses.

d. Mampu mengatasi masalah secara cepat dan menjadikan

dirinya sebagai pemimpin teladan.

4. Setiap Pemimpin diarahkan untuk memberikan kepastian akan

keberhasilan pelaksanaan tugas secara baik, efektif dan efisien, terkait

dengan kepentingan masyarakat maupun stake holder.

5. Setiap pemimpin diarahkan untuk mampu menjadi pemandu jalan,

termasuk membuat prosedur kegiatan baku bagi semua pejabat di

masing-masing lembaga/organisasi yang dipimpinnya, dan

mengarahkan pejabat bawahannya untuk melaksanakan tugas/fungsi,

arahan dan kebijakan pimpinan secara efektif dan efisien.

Page 162: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

156

6. Setiap pemimpin diarahkan untuk menjadi pendorong/penggerak,

memotivasi dan memberdayakan bawahan untuk melaksanakan

tugasnya secara baik dan bisa dipertanggungjawabkan.

7. Setiap pimpinan harus diarahkan untuk mempertanggungjawabkan

kebijakan dan kegiatannya secara benar, sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku.

9.6. Meningkatkan Profesionalisme

1. Aparatur Harus Profesional Profesionalisme harus dimiliki setiap aparatur pemerintah dalam

menjalankan tugas pemerintahan, maupun tugas pembangunan. Aparatur

pemerintah yang profesional akan mampu melaksanakan tugas secara lebih

efektif dan efisien

Di berbagai seminar di dalam dan di luar negeri, kerap ”dilontarkan”

istilah profesional. Namun, untuk memahami pengertian profesional agak

sulit, karena setiap pakar memberikan definisi yang berbeda-beda.

Professional berasal dari kata kerja latin ‖profeteri”, dan selanjutnya

terbentuk kata ”profesi” yang diartikan sebagai pekerjaan setelah seseorang

menekuni pendidikan khusus yang relatif memakan waktu lama. Orang

bersangkutan akan membaktikan diri dan seluruh hidupnya, serta

mendapatkan sumber nafkah dari pekerjaannya.

Longman Dictionary menyatakan: Professional is someone who

works in a job that requires special education and training : the relationship

between health profesionals and patiens.[175] (Profesional adalah sesorang

yang berkerja dalam jabatan yang memerlukan pendidikan dan latihan khusus

: hubungan antara para pakar kesehatan dengan pasien).

Sedangkan menurut David. H. Maister dalam bukunya

Profesionalisme: Profesionalisme adalah terutama masalah sikap, bukan

seperangkat kompetensi. Seorang profesionalis sejati adalah seorang teknisi

yang peduli. Profesionalisme sejati mengisyaratkan suatu kebanggaan pada

pekerjaan, komitmen pada kualitas, dedikasi pada kepentingan klien dan

keinginan tulus untuk membantu.[176]

Menurut penulis Budi Supriyatno, profesional adalah seorang yang

terampil, handal dan sangat bertanggung jawab dalam menjalankan

pekerjaan sesuai dengan keahlian yang dimilikinya. Orang tersebut

dipercaya oleh orang lain karena sangat ahli di bidangnya, dan dapat

mempertanggungjawabkan tugas yang diembannya, serta mendapatkan

hasil yang diharapkan dari pekerjaannya sesuai dengan bidang

keahliannya.

Definisi tersebut mengandung makna sebagai berikut: (1) Orang dapat

dikatakan profesional jika dia terampil, handal dan bertanggungjawab dalam

menjalankan pekerjaan sesuai dengan keahlian yang dimiliki. (2) Orang dapat

dikatakan profesional jika dia dipercaya oleh orang lain karena ahli

[175]

Longman Dictionary of Contemporery English, Long Corpus Network, Britis National

Corpus,1995, p.1128. [176]

David. H. Maister, Professionalism, Mc Graw-Hill Book Company, 1998.

Page 163: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

157

dibidangnya. (3) Orang dikatakan profesional jika dia dapat mempertang-

gungjawabkan tugas yang diembannya. (4) Orang dapat dikatakan profesional

jika dia mampu memberikan hasil yang diharapkan dari pekerjaannya, sesuai

dengan bidang keahliannya.

Seorang yang menyatakan dirinya profesional selalu berupaya sekuat

tenaga menjaga mutu pekerjaannya secara terus-menerus dan selalu berusaha

meningkatkan pengetahuan/keahlian/kecakapannya agar tidak ketinggalan

jaman. Keahlian dan kecakapan tersebut mencakup kecakapan teknis

(technical skill), kecakapan organisasional (organizational skill), serta

kecakapan dalam berhubungan dan bekerja sama dengan orang lain (human

relation skill).

Permasalahan Sampai sekarang masih banyak aparatur pemerintah yang tidak

profesional, atau bahasa lain yang lebih halus ”profesionalisme rendah”,

tetapi selalu menganggap dirinya sebagai penguasa resmi. Banyaknya sorotan

masyarakat terhadap aparatur negara, menandakan bahwa masyarakat belum

puas terhadap kinerja aparatur negara tersebut. Kurangnya kesadaran aparatur

dalam meningkatkan profesionalisme pribadi melalui peningkatkan

kemampuan yang sesuai dengan teknologi dan kondisi aktual, akan menjadi

hambatan dalam pelaksanaan tugas.

Yang juga menjadi keprihatinan, yaitu tidak adanya keharusan atau

persyaratan bagi aparatur untuk mengikuti pelatihan tertentu dalam kurun

waktu tertentu. Bahkan, sering terjadi Pendidikan dan Pelatihan yang diikuti

tidak memiliki kaitan langsung dengan bidang tugas seorang aparatur.

Penyebab aparatur tidak profesional adalah:

1. Program pendidikan dan pelatihan bagi aparatur yang tidak jelas,

khususnya di bidang keahliannya. Selama ini yang dikembangkan

adalah, hanya Diklat Kepemimpinan, sementara Diklat Teknis jarang

disentuh. Sedangkan aparatur yang baru masuk kerja, hanya magang

untuk meningkatkan kemampuan.

2. Tidak ada sistem merit yang jelas untuk mengukur kinerja aparatur dan

tindak lanjut hasil penilaiannya.

3. Banyak wewenang dan tanggungjawab yang belum diatur sesuai

kebutuhan organisasi.

4. Sistem rekrutmen yang tidak mengandalkan kemampuan riil dan

keahlian, serta masih banyaknya praktik KKN.

2. Mendapatkan Aparatur Profesional Gelar pendidikan, baik Sarjana: S1, S2 dan S3 merupakan awal bagi

seseorang menjadi profesional. Namun, di kalangan pemerintahan,

kuhususnya Pegawai Negeri Sipil, sampai sekarang belum ada data di lembaga

pemerintahan yang mengatakan bahwa sesuatu instansi memiliki tenaga

profesional di bidangnya. Profesional, khususnya menyangkut sikap dalam

praktik, cara pengambil keputusan, cara melaksanakan kegiatan kerja sehari-

hari, di samping ketrampilan standar yang dimiliki dan disahkan oleh lembaga

profesi.

Di bidang kesehatan, profesi seorang dokter sangat jelas. Dokter

dikatakan profesional di bidang kedokteran, karena memiliki kode etik yang

sangat rinci, sehingga mudah memisahkan antara dokter profesional dan tidak.

Page 164: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

158

Dilain pihak, bagaimana menentukan PNS, seperti pejabat Fungsional dan

Pejabat Struktural (Eselon IV, III, II dan I) apakah bisa dikatakan profesional?

Pejabat strutural jelas tidak profesional karena sifatnya manajerial. Tetapi,

mereka juga biasanya merangkap jabatan fungsional atau jabatan teknis di

bidang keahliannya sebagai jabatan profesional. Pejabat fungsional seharusnya

profesional di bidang keahliannya masing-masing.

Pejabat fungsional seharusnya profesional dalam arti mampu

memperlihatkan kemampuan secara profesional dalam menjalankan tugas atau

suatu proses, secara lengkap, lincah dan tidak ragu-ragu. Selain itu, dia juga

mampu memecahkan permasalahan yang ada di dalamnya. Karena itu, untuk

membuat seseorang profesional, seorang pejabat yang baik perlu mengikuti

pendidikan, memperindah diri dengan pelatihan, meningkatkan kemampuan,

mengetes integritas, keteguhan hati, serta mengembangkan ketrampilan dan

kemampuan secara sistematis.

Jika seorang profesional harus menunjukkan kemampuannya, bahkan

yang mengagumkan di benak orang lain, katakanlah soerang profesional

bidang ”Bendungan” yang bekerja di Deparatemen Pekerjaan Umum, dia

mempunyai kemampuan bagaimana merencakan bendungan dengan baik,

kemampuan melaksanakan konstruksi atau pembangunannya, mengerti

beberapa kapasitas air yang dibutuhkan, berapa hektar tanah pertanian yang

akan dialiri air dari bendungan tersebut, berapa biaya operasi dan

pemeliharaan yang diperlukan setiap tahun, dan seterusnya. Jika ditanya

mengenai hal-hal yang menyangkut profesi dan keahliannya, dia akan

langsung mampu menjawab secara trampil dan trengginas, atau mumpuni.

Inilah yang dikatakan profesional di bidangnya. Sebaliknya, seseorang yang

mengaku dirinya porfesional tetapi tidak mampu menjawab pertanyaan sesuai

dengan bidang keahlian, ini akan menimbulkan benarkah dia seorang

profesional?

Untuk memiliki kemampuan profesional seperti ini, tentu tidak cukup

hanya dengan mengantungi gelar pendidikan S1 atau S2 saja, namun perlu

ditambah dan digembleng di ”pendidikan dan pelatihan yang terus-

menerus”, serta diambah berbagai pengalaman di bidangnya. Dalam hal ini,

profesional akan sangat terasa jika dibarengi rasa tanggung jawab dengan

melakukan pekerjaan secara benar dan beretika, memberi nilai tambah,

berseni, menimbulkan kepuasaan dan kenyamanan bagi orang lain yang

bekerja dengannya atau berada di sekitarnya. Jika individu siap dan berlatih

mengatasi situasi sulit, dia tidak akan lari dari tantangan, dia akan terbuka

untuk belajar dan dia juga akan mengasah kemampuannya. Dari langkah-

langkah sikap tersebut, dia akan tumbuh menjadi profesional.

Aparatur yang memiliki integritas akan melaksanakan asas

profesionalisme dalam melaksanakan tugas dengan segala tanggungjawabnya.

Dalam era globalisasi saat ini, diperlukan aparatur yang memiliki

profesionalisme tinggi. Oleh karena itu, semua aparatur hendaknya menjadi

profesional di bidang tugasnya masing-masing, agar dapat mencapai kinerja

yang optimal.

Sesuatu yang tidak boleh ketinggalan dan sangat signifikan dalam diri

profesional adalah, dia harus bisa menjalankan profesinya dengan etis. Dia

tahu apa yang tidak boleh, meski mereka bisa. Contoh, seorang profesional di

bidang organisasi pemerintahan yang diberi tugas merancang organisasi

pemerintahan. Dia akan menciptakan organisasi yang tepat untuk masa depan,

Page 165: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

159

sehingga tidak akan terjadi tumpang tindih tugas dan fungsi. Dia juga mampu

mengubah organisasi yang gemuk menjadi ramping, tetapi kaya dengan

fungsi. Contoh lain, seorang pakar hukum bernegosiasi dengan pengacara

lawan untuk memenangkan pihak tertentu, atau seorang pejabat yang

mengatur kegiatan program anggaran dan lain-lainnya. Profesionalisme akan

semakin teruji justru ketika individu mempunyai otonomi di tempat kerja dan

bebas membuat keputusan. Ketika individu tergoda oleh uang, diperintah atau

dipaksa, dia akan berbelok dari kaidah profesi yang benar.

Semangat korp profesi, bagaimana pun masih tetap tertanam dalam

benak setiap profesional. Dengan demikian, kita akan merasa sedih jika

melihat teman-teman seprofesi tiba-tiba melakukan tindakan yang tidak

profesional. Seorang profesional bidang jembatan di Departemen Pekerjaan

Umum yang mendengar desain jambatannya tidak layak sehingga ambruk

pada saat pelaksanaan pembangunan, bisa dipastikan akan merasa malu dan

patah hati. Oleh karena itu, setiap pertimbangan untuk mengambil tindakan,

memang perlu menegakkan kode etik yang akan membangkitkan kebanggaan

dan kepuasan dari profesional.

Profesionalisme perlu ditingkatkan di kalangan aparatur agar mampu

melaksanakan tugas dengan optimal. Dalam pada itu, untuk memperoleh

aparatur yang profesional harus ditangani secara serius sejak tahap awal

perekrutan sampai karyawan tersebut pensiun. Beberapa tahapan untuk

mendapatkan aparatur yang profesional adalah sebagai berikut:

1. Prosedur seleksi dan rekrutmen atau penerimaan pegawai harus ketat,

berdasarkan obyektifitas dan bebas KKN. Meski calon karyawan

adalah kerabat Dirjen, jika memang tidak memiliki kemampuan ya

jangan diterima, karena akan menimbulkan permasalahan di kemudian

hari.

2. Pemberian penghargaan dan sanksi berdasarkan sistem merit yang

obyektif dan dimungkinkan terjadinya pemutusan hubungan kerja

aparatur seperti karyawan lain di sektor swasta.

3. Penentuan standar kinerja pelayanan bagi setiap instansi yang melayani

masyarakat, sehingga dapat dinilai sebagai aparat profesional.

4. Peningkatan kesejahteraan, pengawasan dan keteladanan pemimpin

instansi atau unit organisasi.

3. Menjadikan Aparatur Profesional Sesuai dengan tuntutan masyarakat, khususnya dalam penyelengaraan

pemerintahan, yaitu terselenggaranya manajemen pemerintahan yang baik,

bebas dari praktik KKN, aparatur pemerintahan harus profesional. Untuk

menjadikan aparatur pemerintahan profesional, mereka perlu diarahkan pada

langkah-langkah sebagai sebagai berikut:

1. Konsisten (consistence), artinya harus berketetapan hati, selalu fokus

pada orientasi tujuan yang hendak dicapai dan ditetapkan. Memiliki

paradigma baru dan wawasan luas dalam memandang masa depan

yang lebih cerah;

2. Kompetensi (competence), artinya mempunyai perpaduan knowledge,

skill dan attitude, yaitu kemampuan mengim-plementasikan

pengetahuan, ketrampilan dan sikap secara dinamis, sehingga dapat

menghasilkan karya yang inovatif dan kreatif, serta melahirkan

Page 166: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

160

“instink bisnis” dan semangat dalam upaya meningkatkan kualitas

pelayanan kepada masyarakat.

3. Komitmen (commitment), artinya mempunyai tekad untuk

mengedepankan kepentingan masyarakat yang sebesar-besarnya.

Komitmen ini tidak hanya sebatas diyakini dan diucapkan, tetapi harus

diperlihatkan dalam tindakan dan perilaku. Hal ini penting karena

masyarakat umumnya lebih senang bukti dari pada janji.

4. Koordinasi (coordination), artinya mempunyai kemampuan untuk

melakukan koordinasi dengan unit kerja lain, sehingga mampu

melaksanakan tugas dengan efektif dan efisien.

5. Kreativitas (creativities), artinya memiliki ide-ide baru yang secara

spontan muncul dari seseorang karena dianggap penting atau mendesak

dalam kehidupan dan pekerjaannya. Ide-ide tersebut diolah menjadi

inovatif yang dapat diaplikasikan pada kerja individu atau organsiasi

yang lebih baik, atau menguntungkan. Inovasi tersebut bisa baik dan

diadopsi menjadi nilai yang baik dan benar.

6. Kompetisi (competition), artinya memiliki jiwa berkompetisi/ bersaing

dalam meningkatkan kinerja organisasi atau unit kerja.

7. Paradigma baru (new paradigm), artinya mempunyai pandangan ke

depan dan memiliki wawasan luas sehingga dapat memandang masa

depan yang lebih baik. Lihat gambar 9.8. Menjadikan Aparatur Yang

Profesional dibawah ini.

GAMBAR. 9.8. MENJADIKAN APARATUR YANG POFESIONAL

oleh Budi Supriytno

22

KKOONNSSIISSTTEENN

77

PPAARRAADDIIGGMMAA BBAARRUU

55

KKOOPPEETTIISSII 33

KKOOMMIITTMMEENN

11

KKOOMMPPEETTEENNSSII

44

KKRREEAATTIIVVIITTAASS 66

KKOOOORRDDIINNAASSII

PPRROOFFEESSIIOONNAALL

Page 167: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

161

9.7. Meningkatkan Kinerja Kinerja secara umum dapat dipahami sebagai besarnya kontribusi yang

diberikan karyawan terhadap kemajuan dan perkembangan di lembaga tempat

dia bekerja. Kinerja adalah keseluruhan unsur dan proses terpadu dalam suatu

organisasi, yang didalamnya terkandung kekhasan masing-masing individu,

perilaku pegawai dalam organisasi secara keseluruhan dan proses tercapainya

tujuan tertentu.

Kinerja instansi pemerintah adalah, gambaran tingkat pencapaian

sasaran atau instansi pemerintah sebagai gambaran dari visi, misi dan

strategi instansi pemerintah yang mengidentifikasikan tingkat keberhasilan

dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan

kebijakan yang ditetapkan.[177] Kinerja dalam manajemen pemerintah,

merupakan tanggung jawab utama seorang pimpinan, di mana pimpinan

membantu karyawannya agar berprestasi lebih baik. Penilaian kinerja

dilakukan dengan memberi tahu karyawan apa yang diharapkan untuk

membangun pemahaman yang lebih baik satu sama lain. Penilaian harus

mengenali prestasi, serta membuat rencana untuk meningkatkan kinerja

karyawan.

Dengan demikian, sebenarnya terdapat hubungan yang erat antara

kinerja perorangan dengan kinerja institusi. Dengan kata lain, jika kinerja

karyawan baik, kemungkinan besar kinerja institusi juga akan baik. Kinerja

seseorang akan lebih baik jika dia mempunyai keahlian yang tinggi, dan diberi

gaji atau upah sesuai dengan peraturan atau perjanjian, serta mempunyai

harapan masa depan yang lebih baik.

Gaji dan harapan, merupakan aspek penting yang memotivasi

karyawan sehingga bersedia melaksanakan kegiatan kerja dengan kinerja yang

lebih baik. Jika sekelompok karyawan dan atasannya mempunyai kinerja yang

baik, maka akan berdampak pada kinerja pegawai yang baik pula. James B.

Whittaker dalam bukunya “The Government Performance Results Act of

1993” menyebutkan, pengukuran kinerja merupakan alat manajemen untuk

meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Pengukuran

kinerja juga digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan sasaran. Pakar

lain, Robert Simons menyebutkan, performance measurement system for

Implementing Strategy”, membantu manajer dalam memonitor implementasi

strategi bisnis dengan cara membandingkan hasil aktual dengan target dan

tujuan strategis. Sistem pengukuran kinerja biasanya terdiri dari metoda

sistematis dalam penetapan sasaran, tujuan dan pelaporan periodik yang

mengindikasikan realisasi atas pencapaian target dan tujuan.

Sedangkan Wittaker dan Robert Simons tampaknya tidak jauh berbeda

dengan difinisi yang tertuang dalam “Reference Guide”, Province of Alberta

Canada. Reference Guide menyebutkan, pengukuran kinerja merupakan

metoda untuk menilai kemajuan yang telah dicapai dibandingkan dengan

tujuan atau target yang telah ditetapkan.[178] Pengukuran kinerja tidak

[177]

Guidelines and Performance Accountability Modules Government Agencies, State

Administration Institutions & Development Finance Audit Board, p.2. [178]

“Reference Guide”. Province of Alberta Canada.

Page 168: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

162

dimaksudkan untuk berperan sebagai mekanisme pemberian penghargaan atau

hukuman, tetapi lebih berperan sebagai alat komunikasi dan alat manajemen

untuk memperbaiki kinerja organisasi. Menurut penulis, pengukuran kinerja

merupakan alat untuk memonitor kemajuan kegiatan yang telah dicapai,

dibandingkan dengan sasaran atau target yang ditetapkan. Monitoring ini

dilakukan oleh instansi pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas

pelayanan kepada masyarakat.

Pengukuran kinerja dalam manajemen pemerintahan, bukanlah suatu

aktivitas baru. Setiap departemen, satuan kerja dan Unit Pelaksana Tugas

(UPT), telah diprogram untuk mengumpulkan informasi berupa laporan

berkala, seperti laporan triwulan, semester dan tahunan atas pelaksanaan tugas

dan fungsi. Sayang, pelaporan ini lebih fokus pada masukan, seperti

pembangunan jalan tol, lokasi bajir, transmigrasi, dan lain-lain.

Informasi atas input dan output dari pelaporan tersebut, bukannya tidak

penting, tetapi melalui pengukuran kinerja maka fokus dari pelaporan akan

bergeser dari besarnya jumlah sumber daya yang dialokasikan ke hasil yang

dicapai dari penggunaan sumber daya tersebut.

Dalam rangka membangun kualitas kinerja manajemen pemerintahan

yang efektif dan efisien, diperlukan waktu untuk memikirkan bagaimana

mencapai kesatuan kerjasama sehingga mampu meningkatkan kepercayaan

masyarakat. Untuk itu, diperlukan otonomi serta kebebasan dalam mengambil

keputusan mengalokasikan sumber daya, membuat pedoman pelayanan,

anggaran, tujuan, serta target kinerja yang jelas dan terukur. Dalam konteks

ini, Rogers mengungkapkan beberapa isu yang perlu dicermati yaitu: (1)

Tingkat harapan yang terentang dari tujuan strategis sampai target. (2)

Kejelasan ruang lingkup akuntabilitas dan tanggungjawab. (3) Adanya

kebutuhan untuk menilai dan memonitor kinerja. (4) Tuntutan terhadap adanya

sistem informasi manajemen yang handal.[179] Isu ini dapat menggali gambaran

kinerja manajemen pemerintahan dengan baik.

Terminologi Kinerja Ada beberapa terminologi kinerja manajemen pemerintahan yang pada

umumnya belum dipahami oleh masyarakat. Namun, ada beberapa

terminologi kinerja manajemen pemerintahan yang merupakan evolusi dan

melibatkan berbagai disiplin ilmu seperti sosial, politik, ekonomi, akutansi dan

teori manajemen pemerintahan yang tidak selamanya memiliki makna serupa.

Dalam konteks evaluasi, makna kinerja manajemen tidaklah mungkin

mempunyai satu makna yang berlaku umum. Berikut dikemukakan beberapa

terminologi yang terkait dengan isu kinerja manajemen pemerintahan,

termasuk kontek penggunanya:

[179]

Steve Rogers, Performance Management in Local Government, Jassica kindsley

Publisher, London 1990:24.

Page 169: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

163

1. Kinerja tekait dengan input, output dan outcome. Input didefinisikan

oleh Parker sebagai “resource that an agency uses to produce service

including human, financial, facility, or material resources (e.g

number of dollar‟s expendedor ton material used)” [180]

2. Output merujuk pada layanan yang diberikan, baik menyangkut mutu

(kualitas) maupun jumlah (kuantitas). Sedangkan outcomes secara

umum merujuk pada kinerja pelayanan yang diangkat oleh pengguna

pelayanan.

3. Kinerja juga dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: Ekonomi

(economy), efisiensi (efficiency), dan efektifitas (effectiveness).

Ekonomi merujuk pada biaya minimal yang digunakan untuk alokasi

sumber daya dan cara minimalisasi total biaya yang digunakan dalam

pelayanan dan konteks pemerintah. Efisensi terkait dengan hubungan

masukan dan keluaran. Efektifitas mengacu pada hubungan keluaran

dengan dampak.

Kinerja, values, aims, objectives and targets. Terminologi ini

digunakan secara bergantian, sebagai definisi umum yang mengarah pada

tujuan atau harapan.

Pada umumnya, kinerja kerap diartikan secara sempit, yaitu sebagai

prestasi kerja. Banyak istilah yang maknanya diidentikkan dengan kinerja,

seperti produktifitas dan efektifitas kerja. Dalam konteks ini, kinerja

merupakan tingkat pencapaian tujuan suatu organisasi pemerintahan. Meski

tidak ada satu batasan universal yang diterima semua pihak, makna kinerja

organisasi dalam buku ini didefinisikan sebagai tingkat keberhasilan

organisasi pemerintahan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya.

Tingkat pencapaian kinerja yang digunakan selama ini, diukur dari

perspektif internal organisasi, sehingga ada kemungkinan mengandung unsur

subyektif. Amstrong & Baron mengungkapkan cara-cara untuk mengeliminasi

subyektivitas dengan mempertimbangkan output dalam kualitas pelayanan

pada pelanggan internal dan eksternal, yaitu volume penjualan produk atau

jasa dan kualitas produk atau jasa.[181] Dengan demikian, ada perspektif

penerima pelayanan atau pengguna produk dan jasa. Penerima atau pengguna

jasa pelayanan dalam hal ini, adalah masyarakat yang bersangkutan. Jadi,

masyarakatlah yang lebih tepat memberikan penilaian terhadap kinerja

manajemen pemerintah.

Dalam konsep New Public Management, penilaian hasil suatu

kegiatan yang dilakukan oleh institusi pemerintah, lazimnya dinyatakan dalam

terminologi efektif, efisien, ekonomis dan ekuiti. Sebagai suatu konsep

pengukuran kinerja, Skelcher memandang bahwa ukuran-ukuran tersebut

dapat diaplikasikan dalam pelayanan masyarakat yang dilakukan pemerintah,

terkait dengan cakupan organisasi dalam pencapaian tujuannya. Ini

merupakan penilaian hubungan antara tujuan kewenangan dengan akibat, atau

keluaran dari kegiatan tersebut.

[180]

Wayne c. Parker, Governor’s Office of Planning and Budget State of Utah,

Http://www.gvnfo. State.ut.us/planning/PRIMER.HTM. November 1993 :231 [181]

Skelcher, C. Managing for Service Quality London ; Longman, 1992:42

Page 170: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

164

Ukuran dalam efisiensi pelayanan yang dilakukan pemerintah,

berkaitan dengan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan pelayanan

masyarakat, berupa output yang dapat dinikmati masyarakat.[182] Sumber daya

yang digunakan, termasuk prosedur dalam menghasilkan sebuah pelayanan.

Kegiatan yang dilakukan adalah, penanganan klaim yang cepat dan akurat,

tingkat output yang diberikan dengan input sumber daya yang minimum, dan

perolehan kualitas yang sama.

Ekonomis mengarah pada biaya standar atau biaya tetap yang

diperlukan untuk menghasilkan sebuah pelayanan sesuai dengan input sumber

daya, termasuk karyawan, gedung, peralatan dan persediaan, sesuai dengan

kegiatannya. Ekonomis sebagai ukuran penggunaan sumber daya, dinyatakan

dalam kuantitas dan kualitas yang pantas dengan biaya paling rendah.

Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja manajemen pemerintahan dalam perspektif

rasional, biasanya menggunakan ukuran kepuasan masyarakat. Caranya,

melalui evaluasi program kegiatan yang dilakukan dan anggaran yang

digunakan, termasuk di dalamnya kepuasan pelanggan, dampak lingkungan,

serta outcomes dengan melihat ukuran manfaat yang diperoleh dan pemenuhan

kebutuhan masyarakat. Namun, dalam mengukur outcomes, organisasi harus

diberi jangka waktu.[183] Hal ini wajar, sebab pengukuran kinerja merupakan

evaluasi hasil dan proses suatu pekerjaan, terkait dengan kepentingan

masyarakat. Sesuai dengan pernyataan Mill & Dahl bahwa “the key

characteristic of a democracy is the continuing responsiveness of the

government to the preferences of its citizens” [184]

Karekteristik kunci suatu

demokrasi adalah, sikap tanggap pemerintah yang berkesinambungan dalam

merespons permintaan masyarakat.

Pengukuran kinerja manajemen pemerintah yang komprehensif, sangat

diperlukan sesuai dengan banyaknya tugas pemerintah yang harus dilakukan.

Di dalamnya termasuk pengaturan dan pelaksanaan hukum, pengeluaran uang,

pemberian pelayanan, dan pengaturan internal.

Proses pengukuran kinerja tidak hanya sekadar menilai suatu aktivitas,

tetapi berusaha untuk memperbaiki kebijakan sesuai dengan outcomes yang

hendak dicapai dalam suatu proses kegiatan. Perbaikan kinerja merupakan

outcomes dari serangkaian kegiatan kebijakan yang berlaku dalam suatu

organisasi. [185] Penulis menggambarkan tingkatan proses kebijakan yang dapat

digunakan, sebagai penilaian kinerja guna memperbaiki kebijakan pelayanan

masyarakat. Berbagai tingkat kebijakan dalam Gambar 9.9. Tingkat Kebijakan

Manajemen Pemerintah berikut ini.

[182]

Menurut Undang-Undang Nomor Nomor 22 Tahun 1999, asas akuntabilitas adalah asas

yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil aklhir dari kegiatan penyelenggaraan

negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang

kedaultan tertinggi negara sesuai dewngan ketentuan peraturan –peraturan peundanga-

undangan yang berlaku. [183]

Op.Cit. Hatch. 1997:107. [184]

Mill & Dahl in Putnam, R.D., Making Democracy Work: Civic Traditions in Modern

Italy, New Jersey, Pricenton University Press. 1993: 63. [185]

Daniel. W. Bromley, Economic interest andinstitutions: The Conceptual Fondations of

Public policy, New York; Buzil Blackwell. 1989:33.

Page 171: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

165

GAMBAR 9.9. TINGKAT KEBIJAKAN MANAJEMEN

PEMERINTAH oleh Budi Supriyatno

Gambar 9.9. digunakan untuk mengarahkan perbaikan kualitas

pelayanan dari tingkat pemerintahan pusat dalam mengatur penyelenggaraan

pelayanan masyarakat yang tergambar pada kebijakan tingkat atas. Presiden

melaksanakan kebijakan atas dasar mandataris rakyat karena rakyat meilih

Prewsiden langsung, dan diawasi oleh DPR. Pertanggungjawaban Presiden

kepada DPR. Pada tingkat pemerintah provinsi, pengaturan dan

penanggungjawab pelayanan yang diselenggarakan, ada di tangan Gubernur.

Pada level kabupaten/kota, kegiatan yang berhubungan dengan kebijakan

masyarakat, dipertanggungjawabkan oleh bupati/walikota. Pada level desa,

kades/lurah adalah pelaksana kegiatan dengan pendekatan langsung ke

masyarakat.

Hal ini menghasilkan pola-pola interaksi dalam kegiatan pelayanan.

Dengan tidak mengabaikan pentingnya pengukuran kinerja di tingkat mana

pun, pengukuran kinerja di tingkat organisasi pemerintahan mempunyai tiga

tujuan, yaitu membantu pimpinan dalam merumuskan kebijakan,

menghasilkan program dan anggaran, juga melaksanakan program dan

kegiatan.

Dalam pada itu, memberikan pengetahuan bahwa kualitas Kinerja

Manajemen Pemerintahan dapat diperbaiki pada setiap tingkatan, sesuai

dengan tujuan yang hendak dicapai. Ketiga tujuan pengukuran kinerja di

PEMERINTAH DESA/

KELURAHAN

PRESIDEN

GUBERNUR

BUPATI/

WALIKOTA

DPR

KECAMATAN

DPRD 1

DPRD 2

RAKYAT

Page 172: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

166

tingkat manajemen pemerintahan di atas, dapat dilakukan secara internal dan

eksternal. Pengukuran kinerja secara internal, sering digunakan untuk:

1. Membuat keseimbangan sumber daya yang digunakan untuk

melakukan kegiatan-kegiatan operasi, metoda-metoda yang digunakan

dalam suatu kegiatan pelayanan.

2. Melengkapi tanggung jawab manajemen dengan memperhatikan

output dan outcomes.

3. Evaluasi atas pelaksanaan kebijakan manajemen serta alternatif

pemecahan masalah organisasi.

Dalam konteks manajemen pemerintahan, pengkuran kinerja dilakukan

secara internal yang menurut Epstein, merupakan alat untuk mengetahui

tingkat responsibilitas suatu kegiatan dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat. Paul D. Epstein mengatakan: ”Performance measurement, like

internal management evaluation, is an on going, day-to-day responsibility of

the local government manager and department heads. Performance is a

systematic method of determining whether the local government is doing-

with the resources available-what govemement`s needs to do. Dia juga

berkata: “performance measurement is govermmet`s way of determining

whether is providing a qualitiy product at a reasonable cost. [186]

Di samping itu, pengukuran juga bertujuan mengungkap tingkat

keberhasilan institusi yang dijadikan dasar dalam menentukan kualitas

pelayanan oleh sesuatu institusi. Berbeda dengan tujuan pengukuran kinerja

secara eksternal, yaitu digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan

pelanggan atau minimal mengetahui keinginan masyarakat. Dengan kata lain,

pengukuran kinerja pelayanan masyarakat sangat penting untuk

mengikutsertakan dan mengetahui keinginan masyarakat.

Pandangan tersebut menyeimbangkan pertimbangan pengukuran

kinerja organisasi masyarakat secara luas dari sisi internal dan eksternal,

sehingga pengukuran kinerja dapat dilakukan secara komprehensif. Demikan

halnya dengan pemerintah yang multi fungsi, pengukuran kinerja yang

dilakukan, mengacu pada tujuan yang harus dicapai sesuai dengan fungsinya.

Sedangkan fungsi pemerintah dalam pelayanan bidang pemerintahan dan

pembangunan, diukur dari sisi cara memberikan pelayanan yang tidak

langsung, pelayanan langsung secara operasional, dan masyarakat yang

diberikan pelayanan.

Pengukuran kinerja yang komprehensif semakin penting jika dikaitkan

dengan tujuan desentralisasi, yakni tujuan politik dan administrasi.204

Namun,

terdapat kendala, yaitu pengukuran kinerja manajemen pemerintahan sering

tidak dapat dilakukan secara maksimal. Ada keterbatasan-keterbatasan yang

dialami. Keterbatasan-keterbatasan tersebut antara lain:

Tidak semua outcome setiap kegiatan yang dilakukan manajemen

pemerintah dapat diukur secara kuantitatif. Pengukuran kinerja hanyalah

sebuah perangkat, bukan outcome tersendiri. Manajemen Pemerintah

seyogyanya tidak mengutamakan hasil pengukuran, tetapi hasil kegiatan.

[186]

Paul D. Epstein. Using Performance Measurement in Local Government, New York

National Civic League Press, 1988:125.

Page 173: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

167

1. Pengukuran kinerja yang dilakukan manajemen pemerintahan

memerlukan biaya sangat besar, dibandingkan dengan informasi yang

diperoleh. Data yang ada pada umumnya tidak cukup, bahkan kadang-

kadang belum pernah dikumpulkan sebelumnya oleh instansi/unit

pemerintah yang lain. Disarankan agar menggunakan data kinerja

lintas instansi, sehingga akan lebih efisien dan dapat menghasilkan

layanan yang terkoordinasi.

2. Ukuran kinerja hanya berguna bagi proses manajemen atau

pengambilan keputusan untuk menjawab pertanyaan tepat tepat. Setiap

tingkatan organisasi akan menggunakan ukuran kinerja yang berbeda-

beda untuk berbagai kegiatan. Pada level program, manajer

menggunakan ukuran-ukuran yang sama untuk menentukan efektivitas

dan efisiensi pekerjaan mereka. Hal ini dianggap tidak adil, karena

pekerjaan para manajer dibantu oleh kinerja para pegawainya, sesuai

dengan alokasi sumber daya:

a. Pada level instansi, pimpinan lebih peduli pada outcome daripada

output dan input. Meski demikian, ketiganya tetap merupakan

ukuran yang signifikan dari kinerja instansi.

b. Pada level eksekutif, kebijakan terfokus sepenuhnya pada

outcome. Pertanyaannya, apakah program-program pemerintah

benar-benar mengubah kehidupan masyarakat atau tidak, apakah

sumber daya dialokasikan dengan merata untuk seluruh program,

dan apakah pemerintah merupakan entitas dalam memberikan

pelayanan?

c. Pada level legislatif, fokus ada pada outcome, sehingga ukuran

yang diperoleh akan digunakan untuk membantu data dalam

mengonsentrasikan diri pada isu pemerintah yang lebih besar.

Penekanan pada outcome mengarahkan perhatian pada nilai

progam yang dilakukan pemerintah, daripada besarnya biaya. Hal

ini bermanfaat sebagai pembanding program sektor masyarakat

dan program sektor swasta. Hal ini memberikan pandangan yang

luas tentang implikasi kebijakan legislatif.

Beberapa konsep pengukuran kinerja pelayanan masyarakat yang

diselenggarakan pemerintah daerah telah banyak diungkapkan oleh para pakar.

Kaplan dan Sloper menggunakan konsep the balanced scorecard sebagai alat

ukur kinerja administrasi yang dikaji dari empat perspektif, yaitu: (1) Belajar

dan tumbuh (learning and growth), (2) Proses bisnis internal (internal

business processes), (3) Pelanggan (customer), dan (4) Keuangan

(financial).[187] Keempat perspektif tersebut saling mempengaruhi satu sama

lain, bersumber pada visi dan strategi organisasi. Learning and growth

merupakan kunci dalam meningkatkan pelayanan. Dalam pada itu, Kaplan

meletakkannya sebagai dasar proses peningkatan kinerja organisasi. Meski

keberadaan konsep ini bermula pada organisasi privat, Olve et.al., telah

mengembangkannya pada organisasi publik.[188]

[187]

Robert S. Kaplan . Conceptual Foundations of the Balanced Scorecard Working Paper 10-

074. [188]

Nils Goran Olve, Jan roy and Magnus Wetter, A Practical Guide to Using The Balanced

Scored: Performance Drivers. New York; John Wiley & Sons. Ltd. 1999:296.

Page 174: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

168

Peranan Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja merupakan alat yang signifikan dalam manajemen

pemerintah, karena kinerja yang dapat diukur akan mendorong pencapaian

sasaran yang ditentukan secara lebih efektif dan efisien. Pengukuran Kinerja

yang dilakukan secara berkelanjutan, akan memberikan umpan balik dalam

upaya perbaikan secara terus menerus dan mencapai keberhasilan di masa

mendatang.

Dengan pengukuran kinerja, manajemen pemerintah diharapkan dapat

mengetahui kinerja dalam suatu periode tertentu. Adanya pengukuran kinerja,

menyebabkan kegiatan dan program manajemen pemerintah dapat diukur dan

dievaluasi. Hasil pengukuran kinerja setiap instansi, dapat diperbandingkan

dengan instansi yang sejenis, sehingga penghargaan dan tindakan disiplin

dapat dilakukan secara lebih objektif.

Pengukuran kinerja mempunyai peranan penting sebagai alat

manajemen pemerintah untuk:

1. Memahami indikator yang digunakan dalam mencapai tujuan dan

sasaran.

2. Mengetahui tercapainya rencana kinerja yang telah ditentukan.

3. Memonitor dan mengevaluasi kinerja, serta membandingkannya

dengan rencana kerja, serta melakukan tindakan untuk

memperbaikinya jika terjadi penyimpangan.

4. Memberikan penghargaan dan hukuman secara objektif atas prestasi

aparatur, sesuai hasil pengukuran berdasarkan sistem pengukuran

kinerja yang telah disepakati.

5. Menjadi alat komunikasi bawahan dan pimpinan dalam upaya

memperbaiki kinerja organisasi.

6. Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.

7. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.

8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.

9. Menunjukkan peningkatan yang harus dicapai.

10. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.

Kinerja Manajemen Pemerintahan Kinerja manajemen pemerintahan tergantung pada etos kerja aparatur

dalam melakukan kegiatan. Oleh karena itu, keberhasilan manajemen

pemerintahan dengan ragam kinerja, tergantung pada kinerja para aparaturnya.

Unsur manusia sangat berperan dan menentukan keberhasilan pencapaian

tujuan manajemen pemerintahan. Di dalam manajemen pemerintahan di kenal

3 (tiga) jenis kinerja, yakni:

1. Kinerja kebijakan: Kinerja kebijakan suatu pemerintahan dievaluasi

atas ketepatan merumuskan kebijakan dalam melaksanakan tugas

pemerintahan dan tugas pembangunan. Biasanya, kebijakan

pembangunan dipegang oleh pimpinan tertinggi, yaitu presiden atau

menteri di departemen karena menyangkut kebijakan yang sangat

penuh resiko. Dalam menentukan kebijakan pembangunan, pimpinan

institusi tentunya harus mengetahui posisi organisasinya. Termasuk di

dalamnya, posisi keuangan organisasi, misalnya likuiditas institusi. Di

samping itu, kinerja strategik meliputi kemampuan membuat visi ke

depan tentang kondisi makro ekonomi negara yang akan berpengaruh

pada kelangsungan hidup organisasi.

Page 175: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

169

2. Kinerja Administratif: Kinerja administratif berkaitan dengan kinerja

administrasi organisasi. Termasuk di dalamnya, tentang struktur

administratif yang mengatur hubungan otoritas (wewenang) dan

tanggung jawab orang-orang yang menduduki jabatan atau bekerja

pada unit-unit kerja dalam organisasi tersebut. Di samping itu, kinerja

administratif juga berkaitan dengan kinerja mekanisme aliran

informasi antar unit dalam organisasi, demi terciptanya sinkronisasi

kerja antar unit kerja.

3. Kinerja Operasi (Operation Performance): Kinerja operasional

berkaitan dengan efektivitas setiap sumber daya yang digunakan

organisasi. Kemampuan mencapai efektivitas penggunaan sumber

daya, tergantung kepada sumber daya manusia yang mengerjakannya.

Contohnya, pimpinan dengan seluruh pegawainya harus mempunyai

kemampuan optimal dalam mensinergikan perencanaan pembangunan

jalan tol dengan tarif murah agar tidak membebankan rakyat, namun

tetap menghasilkan apa yang telah direncanakan, baik dalam hal

kuantitas mau pun kualitas.

Di Indonesia, struktur organisasi pemerintah diwarnai tingkatan

organisasi. Pada tingkat Departemen, Menteri/Ketua Lembaga Pemerintah

Non Departemen pada level pimpinan puncak, diangkat oleh Presiden

Republik Indonesia. Di bawah menteri, terdapat Pejabat Eselon I. Selanjutnya

urutan-urutan tingkat pimpinan instansi pemerintah adalah, Pejabat Eselon II,

Pejabat Eselon III, Pejabat Eselon IV, dan para pelaksana.

Pengukuran kinerja tentunya tidak lepas dari pengaruh tingkatan dalam

struktur organisasi. Para pengguna informasi yang dihasilkan dari pengukuran

kinerja, akan berbeda-beda kebutuhan informasinya. Kebutuhan informasi

para pimpinan instansi pemerintah tingkat atas tentu berbeda dengan

kebutuhan informasi para pimpinan di level menengah dan bawah.

Pimpinan tingkat atas dari suatu struktur organisasi memerlukan

kualitas informasi kinerja dengan karakteristik sebagai berikut: (1) Informasi

kinerja yang sifatnya lebih umum untuk pengambilan keputusan; (2) Data dan

informasi kinerja tidak hanya bersifat kuantitatif seperti input dan output,

tetapi juga bersifat kualitatif seperti informasi mengenai outcome dan impact

dari program instansi; (3) Informasi kinerja yang bersifat real time.

Sedangkan para pimpinan di tingkat bawah memerlukan informasi

dengan karakteristik sebagai berikut: (1) Kebutuhan informasi kinerja teknis

untuk pelaksanan; (2) Informasi bersifat lebih kuantitatif, (3) Informasi kinerja

dengan frekuensi lebih kerap, misalnya mingguan, harian, bahkan menit. Oleh

karena itu, desain suatu sistem pengukuran kinerja harus memperhatikan

struktur organisasi dan kebutuhan informasi kinerja pimpinan instansi.

Unsur-unsur Keberhasilan Pengukuran Kinerja Dalam manajemen pemerintahan, orang-orang biasanya cenderung

tertarik pada pengukuran kinerja dalam unsur-unsur berikut:

1. Anggaran: Unsur anggaran meliputi anggaran rutin dan anggaran

pembangunan dalam melaksanakan program dan kegiatan

pemerintahan. Karena semua kegiatan membutuhkan anggaran, maka

unsur anggaran merupakan unsur penting yang harus diperhatikan

dalam pengukuran kinerja.

2. Kepuasan pelanggan: Semakin banyak tuntutan masyarakat akan

pelayanan yang berkualitas, maka aparatur pemerintah sebagai

Page 176: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

170

pelaksana dituntut untuk secara terus menerus memberikan pelayanan

berkualitas prima. Untuk itu, pengukuran kinerja perlu didesain agar

dapat meningkatkan kepuasan pelanggan.

3. Informasi: Informasi kegiatan internal diperlukan untuk memastikan

bahwa seluruh kegiatan pengelolaan pemerintahan sudah seirama

dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran organisasi sesuai target. Di

samping itu, informasi tingkat pelayanan diperlukan untuk melakukan

perbaikan terus menerus atas efisiensi dan efektivitas kegiatan instansi

pemerintah.

4. Kepuasan Pegawai: Pegawai merupakan aset yang harus dikelola

dengan baik. Karena itu, dalam melakukan inovasi, peran strategis

pegawai sangat diperlukan agar memberikan kepuasan pegawai. Jika

pegawai tidak terkelola dengan baik, kehancuran manajemen

pemerintahan tidak dapat dicegah.

5. Kepuasan Masyarakat: Kegiatan manajemen pemerintahan

berinteraksi dengan berbagai pihak yang menaruh kepentingan

terhadap keberadaannya. Oleh karena itu, informasi pengukuran

kinerja perlu didesain untuk menciptakan kepuasan masyarakat.

6. Waktu: Unsur waktu merupakan hal signifikan dan perlu diperhatikan

dalam mendesain pengukuran kinerja yang baik. Manajemen

pemerintahan kerap membutuhkan informasi untuk pengambilan

keputusan, namun informasi tersebut lambat diterima, sementara

informasi yang ada sering sudah tidak relevan atau kadaluarsa.

Penetapan pengukuran pada unsur-unsur di atas merupakan bagian

signifikan atas sistem pengukuran kinerja yang berhasil. Di samping kesamaan

informasi yang diharapkan dari kinerja, ada perbedaan penekanan pengukuran

kinerja dalam organisasi sektor swasta dan organisasi publik, yaitu: pada

sektor swasta tolok ukur atas keberhasilan kinerja direpresentasikan dengan

laba (profit), sedangkan pada insitusi pemerintahan kinerja diukur dengan cara

membandingkan misi dan tujuan yang berhasil dicapai.

Keberhasilan manajemen pemerintahan sering diukur menurut

perspektif masing-masing stakeholders. Contohnya, lembaga legislatif,

instansi pemerintah, pelanggan, pemasok dan masyarakat umum. Idealnya,

pengukuran kinerja yang dipakai oleh instansi pemerintah disusun setelah

memperoleh masukan dari berbagai konstituen, sehingga diperoleh suatu

konsesus atas apa yang diharapkan oleh stakeholder atas organisasi tersebut.

Oleh karena itu, perlu disepakati metoda yang akan dipakai dalam sistem

pengukuran kinerja.

Keberhasilan Pengukuran Kinerja Dalam rangka mendapatkan pengukuran kinerja yang terlaksana

dengan baik, setiap institusi pemerintah harus melakukan langkah-langkah

berikut:

1. Membuat komitmen untuk mengukur kinerja dan memulainya segera:

Manajemen pemerintah segera memulai upaya pengukuran kinerja, dan

tidak perlu mengharapkan pengukuran kinerja akan langsung

sempurna. Secara bertahap akan dilakukan perbaikan atas pengukuran

kinerja yang telah disusun.

2. Perlakukan pengukuran kinerja sebagai suatu proses berkelanjutan:

Pengukuran kinerja merupakan suatu proses yang bersifat berulang-

ulang. Proses ini merupakan suatu cerminan dari upaya manajemen

Page 177: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

171

pemerintah untuk selalu berupaya memperbaiki kinerja yang bersifat

berulang-ulang.

3. Sesuaikan proses pengukuran kinerja dengan organisasi: Organisasi

harus menetapkan ukuran kinerja yang sesuai dengan besarnya

organisasi, kultur, visi, tujuan, sasaran dan struktur organisasi.

Indikator Kinerja Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang

menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah

ditetapkan. Indikator kinerja harus merupakan sesuatu yang akan dihitung,

diukur dan digunakan sebagai dasar penilaian tingkat kinerja, baik dalam

tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, maupun tahap setelah kegiatan selesai,

sampai dengan berfungsinya kegiatan tersebut. Selain itu, indikator kinerja

digunakan untuk memastikan bahwa kinerja hari demi hari unit kerja yang

bersangkutan menunjukkan kemajuan dalam rangka mencapai tujuan dan

sasaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian, tanpa indikator kinerja akan

sulit menilai apakah kegitan tersebut berhasil atau tidak pada akhir kinerja

instansi pemerintah dalam melaksanakan tugasnya.

Secara umum, indikator kinerja memiliki beberapa fungsi, sebagai

berikut:

1. Memperjelas tentang apa yang dilakukan, dalam arti program dan

kegiatan yang dilakukan, berapa anggaran yang digunakan, berapa

lama waktu yang dibutuhkan dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan.

2. Menciptakan kesepakatan yang dibangun oleh berbagai pihak terkait

untuk menghindari kesalahan interpretasi dalam menilai kinerja selama

kegiatan dilaksanakan.

3. Membangun dasar bagi pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja

organisasi.

Persyaratan yang diperlukan Sebelum menyusun dan menetapkan indikator kinerja, terlebih dahulu

perlu diketahui persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu indikator kinerja.

Persyaratan yang berlaku untuk manajemen pemerintah dalam kelompok

kinerja tersebut adalah sebagai berikut:

1. Rinci dan jelas, artinya dapat dipahami dan tidak ada kemungkinan

terjadinya kesalahan interpretasi atau penafsiran.

2. Dapat diukur secara objektif, baik yang bersifat kuantitatif maupun

kualitatif, yaitu dua atau lebih yang mengukur indikator kinerja

mempunyai kesimpulan sama.

3. Relevan; artinya kriteria kinerja harus menangani unsur-unsur objektif

yang relevan.

4. Dapat dicapai, penting dan harus berguna, sehingga dapat

menunjukkan keberhasilan masukan, keluaran, hasil, manfaat, dampak

dan proses.

5. Fleksibel dan sensitif terhadap perubahan.

6. Efektif; di mana data atau informasi yang berkaitan dengan indikator

kinerja yang bersangkutan dapat dikumpulkan, diolah dan dianalisis

dengan biaya yang tersedia.

Mengingat bidang kehidupan masyarakat sangat beragam, yaitu dapat

bersifat fisik seperti pembangunan prasarana dan sarana bidang Pekerjaan

Umum maupun non fisik seperti penyuluhan pembebasan tanah untuk jalan tol

Page 178: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

172

kepada masyarakat, maka indikator kinerja dan juga pengukurannya tidak

selalu sama.

3. Langkah-langkah Penyusunan Pengukuran Kinerja Beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam menyusun dan

menetapkan indikator kinerja berkaitan dengan laporan akuntabilitas kinerja

manajemen pemerintah adalah:

1. Menyusun dan menetapkan rencana program dan kegiatan lebih

dahulu.

2. Mengidentifikasi data atau informasi yang dapat dikembangkan

menjadi indikator kinerja. Dalam hal ini, data atau informasi yang

relevan, lengkap, akurat dan kemampuan/pengetahuan tentang bidang

yang akan dibahas, akan banyak menolong dalam menyusun dan

menetapkan indikator kinerja secara tepat dan relevan.

3. Memilih dan menetapkan indikator kinerja yang paling relevan dan

berpengaruh besar terhadap keberhasilan pelaksanaan kegiatan.

Ada beberapa jenis indikator kinerja yang sering digunakan dalam

pelaksanaan pengukuran kinerja organisasi, yaitu Indikator masukan, indikator

proses, indikator keluaran, indikator hasil (outcome), indikator manfaat

(benefit), dan indikator dampak (impact):

1. Indikator masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar

pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dan menghasilkan keluaran.

Indikator ini dapat berupa dana, sumber daya manusia (SDM),

informasi dan kebijaksanaan/peraturan perundangan.

2. Indikator proses adalah segala besaran upaya yang telah dilakukan

dalam rangka mengolah masukan menjadi keluaran. Indikator proses

menggambarkan perkembangan atau aktivitas yang terjadi atau

dilakukan selama pelaksanaan kegiatan berlangsung, khususnya dalam

proses mengolah masukan menjadi keluaran.

3. Indikator keluaran adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai

dari suatu kegiatan fisik atau non fisik.

4. Indikator hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan

berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek

langsung).

5. Indikator manfaat adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir

pelaksanaan kegiatan.

6. Indikator dampak adalah pengaruh positif maupun negatif yang

ditimbulkan pada setiap tingkatan kriteria berdasarkan asumsi yang

telah ditetapkan.

4. Strategi Pengukuran Kinerja Dalam rangka meningkatkan kinerja, diperlukan suatu strategi kunci

untuk menerapkan sistem kinerja dalam manajemen pemerintahan. Strategi

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Komitmen Pimpinan: Sukses tidaknya suatu manajemen pemerintah

tergantung pada paradigma pimpinan. Sebagian besar organisasi yang

telah menerapkan pengukuran kinerja menunjukkan bahwa inisiatif

pengukuran kinerja pertama kali diperkenalkan, kemudian

dipromosikan oleh pihak pimpinan. Komitmen pimpinan terhadap

pengembangan dan penggunaan pengukuran kinerja, merupakan

elemen terpenting bagi suksesnya sistem pengukuran kinerja.

Page 179: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

173

2. Skenario: Motivasi untuk maju secara lebih agresif ke arah

peningkatan pengukuran kinerja, dan sistem manajemen kinerja secara

umum adalah sebagai akibat dari kejadian tidak menyenangkan secara

berulang-ulang, yaitu suatu kondisi yang mengancam eksistensi suatu

organisasi. Salah satu skenario mengenai pentingnya sistem

pengukuran kinerja adalah:

a. Perlu komitmen pimpinan tertinggi terhadap pentingnya

pengukuran kinerja;

b. Keinginan organisasi untuk tetap berkinerja tinggi dalam rangka

menghadapi persaingan;

c. Keinginan mengaitkan strategi organisasi dengan tujuan dan

tindakan organisasi;

d. Program peningkatan kualitas organisasi.

3. Visi dan misi Organisasi: Metoda pengukuran kinerja akan sukses jika

antara strategi manajemen dan pengukuran kinerja selaras dengan

tujuan organisasi secara keseluruhan. Pimpinan tertinggi organisasi

menyampaikan visi, misi dan arah strategi organisasinya kepada

seluruh karyawan dan para pelanggan eksternalnya secara pasti dan

berulang-ulang. Kemudian, tujuan-tujuan organisasi dikomunikasikan

kepada para karyawan dalam beberapa format yang berbeda, baik

secara visual maupun verbal. Ancaman yang umum terjadi di dalam

benchmarking suatu organisasi adalah, ketidakselarasan antara strategi

organisasi dengan sistem pengukuran kinerja yang digunakannya.

4. Manajemen: Sistem pengukuran kinerja suatu organisasi sebaiknya

menjadi bagian integral dalam keseluruhan proses manajemen dan

secara langsung dapat mendukung pencapaian tujuan organisasi yang

mendasar. Pada kenyataannya, pada beberapa kasus, sistem

pengukuran kinerja adalah juga merupakan bagian dari proses

manajemen.

5. Komunikasi: Komunikasi merupakan hal penting dalam penciptaan

dan pemeliharaan sistem pengukuran kinerja. Komunikasi sebaiknya

dari berbagai arah, yaitu top-down, bottom-up, juga secara horizontal

yang berada di dalam dan lintas organisasi.

6. Peran serta Staf: Dalam suatu kegiatan, peran serta staf merupakan

satu cara terbaik untuk menciptakan budaya positif yang menghasilkan

pengukuran kinerja. Jika para pegawai memiliki masukan untuk

kepentingan menghasilkan sistem pengukuran kinerja, maka organisasi

dapat memanfaatkannya tanpa perlu meminta bantuan tenaga dari luar

organisasi. Tingkatan dan ketepatan peran serta pegawai secara

individual harus disesuaikan dengan mitra kerjanya, tergantung kepada

ukuran dan strukturnya.

7. Sistem Indikator: Setiap Instansi Pemerintah mempunyai tugas dan

fungsi serta target-target kinerja yang perlu dibuat secara keseluruhan

dalam organisasi. Para pimpinan dapat bekerja dalam tim yang multi

disiplin, grup-grup fokus dan para stakeholders untuk mencapai tujuan

dan cita-cita organisasi. Selanjutnya, tim tersebut juga sebaiknya

membangun data yang dapat digunakan sebagai pijakan dasar dalam

membantu memahami perbandingan-perbandingan secara kompetitif,

analisis jurang pemisah dan pengalaman masa lalu untuk membuat

target-target tercapai. Suatu kerangka acuan kerja, dapat membantu

Page 180: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

174

memutuskan apa yang harus diukur. Sebagai contoh, untuk mengukur

kinerja organisasi, dapat digunakan suatu penyeimbang dalam

pengukuran-pengukuran yang memastikan bahwa pimpinan senior

dapat dengan cepat membuat penilaian menyeluruh mengenai

instansinya dalam satu laporan tunggal. Kelompok-kelompok ukuran

dapat digunakan untuk menyelaraskan pengukuran secara lintas bagian

dalam organisasi. Tanpa memperhatikan kerangka acuan kerja mana

yang akan digunakan untuk mendesain dan menerapkan suatu sistem

pengukur kinerja organisasi, ada beberapa indikator penghasil ukuran-

ukuran yang baik. Di samping hal-hal tersebut di atas, ukuran yang

baik perlu dipacu dengan ketepatan tindakan. Ada beberapa

karakteristik yang perlu diperhatikan dalam menerapkan sistem

pengukuran kinerja yang baik, yaitu:

a. Terdiri dari indikator penyeimbang yang terbatas dan vital.

b. Tepat waktu dan merupakan laporan bermanfaat dengan tingkat

biaya yang masuk akal.

c. Berfungsi sebagai informasi yang siap setiap saat, dapat

dibagikan di antara sesama karyawan instansi, dipahami dan

digunakan oleh instansi.unit kerja.

d. Dapat mendukung nilai-nilai yang dimiliki organisasi dan

mempererat hubungan instansi/unit kerja dengan masyarakat,

pemasok dan stakeholders.

8. Tanggungjawab Kinerja: Dalam melaksanakan manajemen

pemerintahan, setiap instansi perlu menentukan siapa yang

bertanggung jawab terhadap pengukuran kinerja. Seseorang harus

bertanggung jawab dalam mendapatkan informasi yang diperlukan dan

melaporkannya secara tepat waktu. Sementara karyawan lain

bertanggung jawab dalam memperoleh hasil dari pengukuran-

pengukuran tersebut. Kedua bentuk tanggung jawab tersebut, baik

secara organisatoris maupun individual, adalah merupakan hal yang

perlu diidentifikasikan di dalam pengukuran kinerja. Melalui beragam

teknik, para penanggung jawab akan bertanggung jawab dalam

penentuan target tujuan organisasi. Sebagai contoh, pada satu

organisasi, suatu target belum merupakan target resmi, sampai target

tersebut disetujui melalui proses negosiasi antara pimpinan organisasi

dengan penanggung jawab tujuan. Hal seperti ini dapat memastikan

terciptanya integritas tingkat tinggi dalam proses dan keterlibatan

karyawan.

9. Data dan informasi: Pengukuran kinerja harus tepat waktu, mudah

diimplementasikan dan didefinisikan secara jelas. Unsur kecepatan

merupakan hal penting dalam pengumpulan dan pendistribusian data.

Tugas pengumpulan data dan informasi, merupakan pekerjaan yang

terpisah dari tugas pemeliharaan. Pengukuran kinerja cenderung

merupakan hal sederhana, di mana kejelasan dalam perencanaan

pengumpulan data dan informasi, secara jelas dapat membantu

menjernihkan proses pengumpulan data, yaitu:

a. Mengidentifikasi seberapa banyak data yang perlu dikumpulkan,

dari populasi mana data tersebut berasal dan berapa lama

dibutuhkan untuk mengumpulkan data tersebut.

Page 181: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

175

b. Mengidentifikasi charts dan grafik yang digunakan, yaitu charts

mengenai frekuensi, model-model perbandingan yang perlu

dibuat dan metodologi perhitungannya.

c. Mengidentifikasi karakteristik-karakteristik data yang

dikumpulkan. Data atribut adalah data yang dapat dihitung,

sedangkan data variable adalah data yang dapat diukur.

d. Jika pengukuran kinerja adalah hal baru, usahakan untuk

mengidentifikasi sumber-sumber data yang sudah ada, atau

menciptakan sumber-sumber data lain. Semua sumber-sumber

data tersebut harus dapat dipercaya dan murah.

10. Metoda Analisis Kinerja: Banyak metoda yang dapat digunakan untuk

menganalisa dan memvalidasi data kinerja, termasuk melalui operation

research, analisis statistik, quality control, proses analisis biaya dan

beberapa teknik lain. Salah satu metode yang sangat bermanfaat dalam

mengukur kinerja adalah, Statistical Process Control (SPC), yaitu

suatu metode ilmiah untuk keperluan analisa data dan menggunakan

analisis tersebut untuk memecahkan berbagai permasalahan praktis.

11. Evaluasi Pengukuran Kinerja: Evaluasi mengenai informasi kinerja

harus dilakukan secara formal. Jika kinerja yang akan digunakan sulit

diukur, perlu dilakukan penyederhanaan. Dalam konteks ini,

kebanyakan organisasi melakukan peninjauan ulang (review) terhadap

pengukuran kinerja melalui proses perencanaan yang matang untuk

memperoleh umpan balik, sehingga dapat disesuaikan dengan

perencanaan kinerja di masa depan, sumberdaya-sumberdaya yang

digunakan dan untuk memodifikasi perencanaan kinerja. Mereka

menggunakan informasi kinerja untuk melakukan ”benchmarking”

dan analisis komparatif terhadap organisasi yang mengidentifikasi

peluang-peluang dalam menata ulang dan alokasi sumber daya. Para

penanggungjawab menggunakan informasi kinerja untuk kepentingan

peningkatan berkelanjutan.

12. Pelaporan Kinerja: Kinerja sebaiknya dilaporkan secara berkala dan

dijelaskan secara internal. Selain itu, informasi kinerja juga sebaiknya

dikonsolidasikan secara lintas organisasi. Pelaporan sebaiknya jangan

hanya diberikan di dalam (internal), tetapi harus dikomunikasikan

secara eksternal dengan para pelanggan dan stakeholders melalui

pertemuan rapat tahunan. Tujuannya adalah, menyebarkan prinsip-

prinsip manajemen kualitas dalam usaha bersama untuk meningkatkan

kegiatan-kegiatan organisasi dan menawarkan segala bentuk inovasi,

yaitu pendekatan tidak resmi dalam memecahkan suatu permasalahan.

13. Mengulangi Siklus: Dengan pelaporan kinerja, masyarakat dan

stakeholders akan memperoleh masukan demi kepentingan proses

perencanaan. Pihak-pihak yang berkepentingan akan menggunakan

informasi ini untuk menentukan prioritas-prioritas dan dalam

pengambilan keputusan. Lebih jauh, masukan ini mempengaruhi

proses perencanaan yang matang, berorientasi pada masyarakat, proses

penentuan tujuan tahunan, proses penentuan sumber daya dalam

perencanaan, proses perencanaan kinerja tahunan, dan terutama dalam

pengalokasian sumber daya. Umpan balik dari masyarakat juga akan

mempengaruhi proses pembaharuan ukuran-ukuran kinerja dan tujuan-

tujuan yang baru. Lihat Gambar 9.10. Strategi Pengukuran Kinerja.

Page 182: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

176

GAMBAR. 9.10. STRATEGI PENGUKURAN KINERJA

MANAJEMEN PEMERINTAHAN

oleh Budi Supriyatno

Di samping strategi tersebut di atas, berkembangnya konsep quality

management pada lembaga profit dan non profit, akan berimplikasi terhadap

penilaian kenerja manajemen pemerintahan. Untuk menilai kinerja manajemen

pemerintah, diperlukan indikator, di mana indikator kunci kinerja adalah:

Tersedianya anggaran yang memadai, jumlah prasarana yang dibangun,

kualitas prasarana dan kepuasan masyarakat.

9.8. Meningkatkan Pelayanan Kata pelayanan berasal dari kata ”service”. DeVrye mengatakan, ada

dua pengertian yang terkandung di dalamnya yakni“….the attendance of an

inferior upon a superior” or “ to be useful.”[189] Pengertian pertama

mengandung unsur ikut serta dan pengertian kedua mengandung suatu

kegunaan. Pelayanan yang bisa diterima masyarakat harus mengikitsertakan

masyarakat, termasuk barang dan jasa yang dipergunakan harus dimengerti

oleh masyarakat. Meski demikian, menurut penulis pelayanan mengandung

arti suatu upaya sebaik mungkin untuk memberikan kepuasan kepada semua

pelanggan, baik individu maupun kelompok dalam arti masyarakat atau

publik yang lebih efektif dan efisien.

Sedangkan kata “masyarakat” atau “publik” dalam buku ini memiliki

pengertian yang sama dan akan dipergunakan bergantian. Penulis mengartikan

[189]

DeVrey, Catherine, Good Service is Good Bisness, 7 Simple Strategies for Success,

Competitive Edge Management series, AIM. 1994:8.

11.. KKOOMMIINNTTMMEENN

PPIIMMPPIINNAANN

22..

SSKKEENNAARRIIOO

33.. VVIISSII DDAANN MMIISSII

OORRGGAANNIISSAASSII

PPIIMMPPIINNAANN

44..

MMAANNAAJJEEMMEENN

55..

KKOOMMUUNNIIKKAASSII

66.. PPEERRAANNSSEERRTTAA

SSTTAAFF

77.. SSIISSTTEEMM

IINNDDIIKKAATTOORR 88.. TTAANNGGGGUUNNGG

JJAAWWAABB KKIINNEERRJJAA

1122..

PPEELLAAPPOORRAANN

1111..

EEVVAALLUUAASSII

1100.. MMEETTOODDAA

AANNAALLIISSIISS

99.. DDAATTAA DDAANN

IINNFFOORRMMAASSII

Page 183: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

177

sejumlah orang dalam kelompok tertentu yang membentuk kehidupan

berbudaya. Sedangkan Frederickson mengungkapkan pengertian publik

sebagai berikut: ―…the public as a political community the polish-in which

al citizens (that is adult males and nonslaves) participated.”[190] Artinya,

publik merupakan suatu masyarakat-polis dan semua penduduk yang

berpartisipasi di dalamnya. Publik atau masyarakat adalah, semua penduduk

tanpa kecuali dalam suatu komunitas yang ikut berpartisipasi dalam

pemerintahan.

Kata “pelayanan dan masyarakat” di atas, memberikan dasar

pengertian terhadap pelayanan masyarakat. Namun, dalam buku ini yang

dimaksud dengan pelayanan masyarakat adalah yang diberikan ”pemerintah”.

Untuk selanjutnya dalam pembahasan buku ini adalah, pelayanan yang

dilakukan oleh lembaga pemerintahan. Pelayanan masyarakat yang dimaksud

adalah, segala bentuk kegiatan pelayanan oleh pemerintah dalam bentuk

barang dan/atau jasa kepada masyarakat, baik secara individu maupun

kelompok organisasi. Dalam pelayanan masyarakat, pada umumnya

pemerintah melakukan pengaturan terhadap barang dan/atau jasa yang

dibutuhkan masyarakat. Pengertian ini memberikan ciri bahwa setiap orang

yang “tidak mampu” menyediakan kebutuhannya sendiri, harus disediakan

oleh pemerintah.

Pelayanan masyarakat dapat dipahami sebagai segala bentuk jasa

pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada

prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi

pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, lingkungan

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah

(BUMD), dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat.

Penyediaan kebutuhan masayarakat dipengaruhi oleh adanya

perbedaan filosofis barang layanan. Barang dan jasa dalam pelayanan

masyarakat oleh Olson dan Lean dikategorikan ke dalam dua kelompok besar,

yaitu barang masyarakat (public goods) dan barang swasta (private goods).[191]

Dalam penetapan sebuah layanan yang berkualitas, terdapat tiga

landasan pemikiran seperti dikatakan Schedler & Felix, yaitu: “Legitimation

may be considered to have three layers: basic legitimation is a product of

social contract and refers to the state analist structures in general terms;

institutional legitimation relates to public management as institution, and to

its aoutward manifestations; and individual legitimation is the product of

specific contact between management and customers.” [192]

Pemikiran di atas menjelaskan adanya perbedaan dalam penetapan

kualitas pelayanan yang dielaborasi dalam tiga sudut pandang. Pertama,

pengaruh kebijakan pemerintah yang melaksanakan mandat masyarakat untuk

melayani. Kedua, kualitas yang ditetapkan dari kacamata pemerintah. Ketiga,

penilaian terhadap birokrasi yang melakukan pelayanan dari kacamata

masyarakat sebagai konsumen.

[190]

DeVrey, Catherine, Good Service is Good Bisness, 7 Simple Strategies for Success,

Competitive Edge Management series, AIM. 1994:8. [191]

Frederickson, H.G., the Spirit of Public Administration. San Franccisco: Jossey-Bass

publishers, 1997:21.. [192]

Olson in Iain McLean, Public Choice an Introduction, New York, 1987..

Page 184: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

178

Sementara itu Skelcher membagi pelanggan dalam pelayanan

masyarakat menjadi dua bagian, yaitu pelanggan internal dan eksternal. [193]

Perhatian pelayanan sering terfokus pada pelanggan eksternal, yaitu

masyarakat sebagai stakeholder. Dalam membangun kualitas, sebuah layanan

tidak hanya ditentukan oleh pelanggan eksternal, tetapi juga ikut ditentukan

olah pelanggan internal. Dikatakan oleh Skelcher bahwa, “increasingly local

authorities are organized in term of internal client or purchasers and

contactors or providers.[194] Hal ini sejalan dengan pendapat Rosen: pelaku

pelayanan adalah pemerintah daerah, maka pelaku perbaikan pelayanan umum

berasal dari para stakeholder, yakni pihak-pihak yang memiliki kepentingan

dan peran penting.[195]Para pelakunya dapat digolongkan menjadi dua bagian

besar yaitu organisasi eksternal dan organisasi internal pemerintah.

Pelaku pelayanan eksternal pada umunya para pembayar pajak,

pemilih, pejabat Negara, media massa dan federasi tanaga kerja. Sedangkan

pelaku pelayanan internal terdiri atas manajer puncak, manajer madia dan para

pekerja teknis. Kevit memasukkan organisasi profesi di dalamnya, agar

penelitian dapat dilakukan dengan standar-standar pelayanan public.[196]

Terdapat beberapa pandangan tentang masyarakat dalam pelayanan.

Masyarakat dalam pelayanan dibedakan menjadi masyarakat sebagai

“citizen”[197] dan masyarakat sebagai “customers” [198]

Masyarakat sebagai

citizen adalah masyarakat yang dapat berperan aktif dalam pelayanan. Peran

masyarakat di sini adalah sebagai pemilik kedaulatan. Itu sebabnya mereka

dapat memainkan peran:

1. Memenuhi kewajiban sebagai warga Negara seperti membayar pajak.

2. Menikmati pelayanan yang diberikan pemerintah.

3. Berperan aktif melaksanakan kontrol sosial terhadap pemerintah.

Dalam pada itu, masyarakat dapat ikut serta memberikan penilaian

pelayanan yang dilakukan pemerintah. Sementara itu, Skelcher membedakan

masyarakat dengan pelanggan. Masyarakat sebagai publik diidentifikasikan

sebagai kelompok umum yang memiliki keterbatasan kekuasaan, sehingga

asumsi pelayanannya bersifat paternalistik. Sementara masyarakat sebagai

pelanggan diidentifikasikan sebagai individu yang spesifik, mempunyai

kekuasaan yang luas dalam menetapkan kualitas pelayanan, sehingga asumsi

dalam pelayanan berorientasi pada kualitas.[199]

[193]

Kuno Scheledler and Jurg Felix, Quality in Public Management: The Customer

Perspective, Institute for Public Service and turism, University of St. Gallen, Varnbuelstrasse

19, St. Gallen International Public Management Journal 3. 2000:125. Kuno Scheledler and

Jurg Felix, Quality in Public Management: The Customer Perspective, Institute for Public

Service and turism, University of St. Gallen, Varnbuelstrasse 19, St. Gallen International

Public Management Journal 3. 2000:125... [194]

Ibid. Chris Skelcher, 1992 [195]

Rosen, et al. Improving Public Sector Productivity, Concept and Practice. Londong:Sage

Publication. 1993:43. [196]

Davit Mc Kevitt., Managing Core public Service, Blckwell Publishers, 1988:9. [197]

John Stewart, Managing local Government, Understanding The Management of Local

Government, Longman, 1988:59. [198]

Op.Cit. Skelcher, Managing for Service Quality. London; Longman. 1992:11. [199]

Ibid. Chris Skelcher., , 2:1

Page 185: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

179

Salah satu tugas pokok pemerintah adalah, memberikan pelayanan

umum kepada masyarakat. Oleh karena itu, organisasi pemerintah sering

disebut sebagai Public Servant atau “Pelayan Masyarakat”. Dalam

kenyataannya, belum semua aparat pemerintah menyadari arti pentingnya

pelayanan. Aparatur pemerintah menunjukkan sikap bahwa mereka umumnya

belum sadar mengenai posisinya sebagai pelayan masyarakat dan juga filosofi

pelayanan itu sendiri.

1. Penyelenggara Pelayanan Dalam manajemen pemerintahan, penyelenggara pelayanan

masyarakat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) Pelayanan publik atau

pelayanan umum yang diselenggarakan organisasi swasta, yaitu semua

penyediaan barang atau jasa publik, seperti rumah sakit swasta, sekolah-

sekolah swasta, perusahaan pengangkutan milik swasta, perusahaan air minum

swasta, dan masih banyak lagi. (2) Pelayanan masyarakat yang

diselenggarakan pemerintah. Dapat dibedakan lagi menjadi dua yakni:

Pertama, bersifat primer, yaitu semua penyediaan barang atau jasa publik

yang diselenggarakan pemerintah, di mana pemerintah merupakan satu-

satunya penyelenggara dan pengguna, sehingga mau tidak mau harus

memanfaatkannya. Contohnya, pelayanan di kantor imigrasi dan pelayanan

perizinan, pelayanan dalam pembuatan jalan negara dan pelayanan pembuatan

SIM (Surat Ijin Mengemudi). Kedua, bersifat sekunder, yaitu segala bentuk

penyediaan barang atau jasa publik yang diselenggarakan pemerintah, tetapi

pengguna tidak harus mempergunakannya, karena tersedia beberapa

penyelenggara pelayanan.

Namun, dalam praktiknya pemerintah kurang serius melaksanakan

penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat. Ada beberapa alasan kurang

seriusnya perhatian pemerintah terhadap arti pentingnya penyelenggaraan

pelayanan masyarakat, antara lain:

1. Bersifat monopoli sehingga tidak ada kompetisi dan tidak efisien:

Dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan, instansi pemerintah pada

umumnya bersifat monopoli, sehingga tidak tercipta iklim kompetisi di

dalamnya. Padahal, tanpa kompetisi tidak akan tercipta efisiensi dan

peningkatan kualitas.

2. Mengandalkan kewenangan: Dalam menjalankan pelayanan, aparatur

pemerintah lebih mengandalkan kewenangan dari pada kekuatan pasar

atau kebutuhan konsumen.

3. Akuntabilitas belum berjalan: Belum berjalannya akuntabilitas

terhadap pelayanan di instansi pemerintah, baik akuntabilitas vertikal ke

bawah, jorizontal ke samping maupun vertikal ke atas. Hal ini

disebabkan belum adanya tolok ukur kinerja setiap instansi pemerintah

yang dibakukan secara nasional, berdasarkan standar yang dapat

diterima secara umum.

4. Pandangan yang salah: Dalam memberikan pelayanan, aparatur

pemerintah sering terjebak pada pola pikir yang mengutamakan

pandangan dan keinginan mereka sendiri daripada masyarakat penerima

jasa layanan pemerintah. Pandangan seperti ini jelas salah.

5. Kesadaran rendah: Kesadaran anggota masyarakat akan hak dan

kewajibannya sebagai warga negara maupun sebagai konsumen, relatif

masih rendah, sehingga mereka cenderung manerima bagitu saja

layanan yang diberikan oleh instansi pemerintah. Terlebih lagi, jika

Page 186: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

180

tidak demokratis dan cenderung represit seperti yang selama ini

dipraktikkan, yaitu selalu berupaya menekan adanya kontrol social dari

masyarakat.

Seiring perkembangan jaman yang mengarah pada keterbukaan dan

demokratisasi, maka paradigma lama penyelenggaraan pemerintahan yang

lebih mengandalkan kewenangan dengan mengabaikan aspek kualitas dan

kuantitas pelayanan, sudah selayaknya ditinggalkan. Paradigma baru yang

lebih memberi tempat “terhormat” bagi masyarakat sebagai konsumen, sudah

saatnya dikembangkan secara meluas. Paradigma baru ini, secara nyata sesuai

dengan filosofi dasar atau masyarakat demokratis, yakni “Kedaulatan berada

di tangan rakyat,”[200] bukan berada di tangan penguasa.

Tjosvold mengatakan, melayani masyarakat sebagai kewajiban

maupun sebagai kehormatan, merupakan dasar bagi terbentuknya masyarakat

yang manusiawi.[201] Tjosvold selanjutnya menambahkan, bagi organisasi,

melayani konsumen merupakan ―saat yang menentukan‖ (moment of brust),

yaitu peluang bagi organisasi untuk menunjukkan kredibilitas dan

kapablilitasnya.[202]

Memang, dalam praktiknya yang dapat memberikan pelayanan kepada

masyarakat luas bukan hanya instansi pemerintah, melainkan juga pihak

swasta. Pelayanan umum yang dijalankan instansi pemerintah bermotif sosial

dan politik, dalam arti menjalankan tugas pokok dan mencari dukungan

suara. Sedangkan pelayanan umum oleh pihak swasta bermotif ekonomi,

yakni mencari keuntungan. Lihat Gambar 9.11. Penyelenggaraan Pelayanan

dibawah ini.

GAMBAR. 9.11. PENYELENGGARAAN PELAYANAN

oleh Budi Supriyatno

[200]

Menurut Undang-Undang Nomor Nomor 22 Tahun 1999, asas akuntabilitas adalah asas

yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara

harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang

kedaultan tertinggi negara sesuai dewngan ketentuan peraturan –peraturan peundanga-

undangan yang berlaku. [201]

Tjosvold, Service Management. Mc. Grw-Hill Book company, 1993. p. 10. [202]

Ibid, Tjosvold. P. 12.

PPEENNYYEELLEENNGGGGAARRAAAANN

PPEELLAAYYAANNAANN

22

SSWWAASSTTAA

MMOOTTIIFF

SSOOSSIIAALL PPOOLLIITTIIKK

11

PPEEMMEERRIINNTTAAHH MMAASSYYAARRAAKKAATT

MMOOTTIIFF

EEKKOONNOOMMII//

KKEEUUNNTTUUNNGGAANN

Page 187: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

181

Pelayanan umum kepada masyakat dapat diberikan secara cuma-cuma

atau disertai dengan pembayaran. Pemberian pelayanan umum yang diberikan

cuma-Cuma, sebenarnya merupakan kompetensi dari pajak yang dibayar oleh

masyarakat itu sendiri. Sedangkan pemberian pelayanan umum yang disertai

dengan penarikan bayaran, penentuan tarifnya didasarkan pada harga pasar

atau didasarkan menurut harga yang paling terjangkau. Meski demikian,

memberikan tarif pelayanan umum yang sama kepada setiap orang sebenarnya

tidak adil, karena selain kemampuan membayar tidak sama, tingkat urgensi

atas jasa tersebut juga berbeda-beda. Dalam rangka pelayanan untuk

memuaskan kepentingan masyarakat, kini diterapkan pola tunggal, baik dalam

jenis pelayanan umum, maupun dalam penentuan tarifnya.

Terkait dengan perbedaan antara barang dan jasa, Savas membedakan

sepuluh macam institusional yang mengatur pemberian jasa, baik yang diatur

oleh pemerintah maupun pihak swasta/perorangan.[203]

Pemberian pelayanan dalam bentuk jasa, secara nyata jelas berbeda

dengan kegiatan menghasilkan barang. Gasperz mengemukakan dua belas

(12) macam ciri atau karakteristik jasa yang membedakannya dari barang.

Rinciannya sebagai berikut:[204]

1. Pelayanan merupakan output tak berbentuk (intangible output).

2. Pelayanan merupakan output variable, tidak standar.

3. Pelayanan tidak dapat disimpan dalam inventori, tetapi dapat

dikonsumsi dalam produksi.

4. Terdapat hubungan langsung yang erat dengan pelanggan melalui

proses pelayanan.

5. Pelanggan berpartisipasi dalam proses memberikan pelayanan.

6. Ketrampilan personil disediakan atau diberikan secara langsung

kepada pelanggan.

7. Pelayanan tidak dapat diproduksi secara masal.

8. Membutuhkan pertimbangan pribadi yang tinggi dari individu yang

memberikan pelayanan.

9. Perusahaan jasa pada umumnya bersifat padat karya.

10. Fasilitas pelayanan berada dekat lokasi pelanggan.

11. Pengukuran efektifitas pelayanan bersifat subyektif.

12. Opsi penetapan harga lebih rumit.

Pemberian layanan jasa bersifat sangat pribadi, artinya kualitas dan

kepuasan pelanggan sangat ditentukan oleh kualitas pribadi orang yang

memberikan pelayanan dan orang yang menerima pelayanan. Dengan

perkataan lain, cukup sulit untuk memberikan pelayanan umum yang

memuaskan semua pihak. Tolok ukur yang digunakan bersifat rata-rata.

2. Jenis-Jenis Pelayanan Fungsi pemerintah dalam pelayanan sangat komprehensif. Lech &

Davis memisahkannya dalam tiga fungsi, yaitu: “public protection functions,

[203]

E.S. Savas, Privatizaton The Key to Better Government, Chatham House Publishers, Inc,

New Jersey, 1987.hal. 63 [204]

Op.cit . Gaspersz.

Page 188: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

182

strategic infrastructure functions, personal and local environmental

functions.[205] Setiap fungsi dilakukan dengan tujuannya masing-masing:

1. Public protection functions merupakan pelayanan terkait dengan

kebutuhan dasar manusia untuk merespon suatu kejadian yang sangat

penting. Pelayanan ini dilakukan dengan melindungi masyarakat,

dalam bentuk pertolongan jika terjadi kebakaran, perlindungan oleh

polisi, menjaga kesehatan masyarakat dan membuat standar produksi

sehingga aman bagi masyarakat. Di Indonesia, pelayanan kepolisian

dilakukan oleh pemerintah pusat, sedangkan pemerintah daerah hanya

melakukan pelayanan untuk ketertiban kota yang dilakukan oleh polisi

pamong praja serta pelayanan pemadam kebakaran.

2. Strategis infrastructure functions merupakan pelayanan yang

diberikan pemerintah terkait dengan kebutuhan infrastruktur.

Pelayanan yang diberikan adalah dalam bentuk pelayanan transportasi,

pembuangan sampah, pelayanan air bersih dan pelayanan yang

menyangkut peningkatan ekonomi.

3. Personal and local environmental function adalah pelayanan untuk

memenuhi kebutuhan individu dalam suatu masyarakat, berupa

pelayanan sosial, lingkungan yang bersifat lokal, pendidikan,

kesehatan, perumahan dan pertamanan.

Dilihat dari dimensi pelayanan, pelayanan dapat dikelompokkan ke

dalam dua jenis pelayanan yakni: pertama, Kevitt mengelompokkan core

public service dalam pemerintahan yang didefiniskan sebagai “those

service, which are important for protection and promotion of citizen well-

being”,[206] termasuk di dalamnya pelayanan pendidikan, kesehatan, keamanan,

kesejahteraan, prasarana jalan, perumahan dan permukiman, serta prasarana

wilayah. Beberapa pelayanan dasar yang diberikan memerlukan kedekatan dan

nilai-nilai masyarakat setempat. Pelayanan yang dilakukan di Italy, misalnya,

antara lain: “At the present the local government in the 435 municipal cities

are responsible for the following service and functions: primary education,

nursery school, service for elderly and disabled person in their own homes,

institutions for elderly disabled persons, economic support for meedy people,

primary health care, libraries, maintenance of local roads and parks, water

supplies, sewerage and removal of garbage, physical planning and building

control, and urban renewal.”[207] Kedua, kelompok pelayanan perkotaan, termasuk environmental

services. Jenis layanan perkotaan tersebut adalah jalan, drainase, kebersihan,

pengumpulan sampah, penerangan, air bersih, sanitasi, pasar, pembuangan

sampah, penerangan jalan, tanah kosong untuk bangunan prasarana

perumahan, perbaikan kampung, pemadam kebakaran, pertamanan dan

rekreasi, pengaturan lalu lintas dan angkutan kota, serta tempat parkir.

[205]

Steve Leach, The Dimensions of Analisys: Governance, Market and Community. In the

Leach. S., et al. (1996) Enabling or Disabling local Government, choice for the Future

Buckingham-Philadelphia: Open University Press, 1996:3. [206]

Davit Mc Kevitt, Managing Core Public Service, Blackwell Publishers, 1981. [207]

Ibid,Davit Mc Kevitt

Page 189: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

183

3. Kualitas Pelayanan Osborn & Gaebler mengatakan, peran pemerintah mengarah pada

“steering rather than rowing,”[208] di mana masyarakat bisa berusaha untuk

memenuhi kebutuhannya sendiri. Sesuai dengan tugas pemerintah sebagai

lembaga yang menyediakan pelayanan dan “meningkatkan kemampuan

masyarakat” untuk ikut dalam pengambilan keputusan.

Nilai-nilai yang berlaku ditunjukkan dalam konsensus terhadap

kualitas pelayanan yang diterima publik. Schedler & Felix, mengatakan,

“...three types: basic legitimization, institutional, and individual

legitimization. The three layers of legitimization are then linked.”[209]

Konsensus tersebut dapat dipahami bahwa basic legitimization, berkaitan

dengan kewenangan pelayanan yang dilakukan. Institusional berkaitan

dengan organisasi pelaksanan pelayanan, dan individual legitimization terkait

dengan masyarakat penerima pelayanan. Ketiganya mempunyai orientasi

penilaian yang berbeda. Orientasi peminta pelayanan berbeda dengan orientasi

pelayanan atas dasar motif masing-masing. Nilai-nilai yang digunakan

pelanggan untuk mengukur pelayanan masyarakat menurut Hablutzel and

Schedler & Felix, berasal dari pengalaman yang diperoleh atas dasar fakta dan

dijadikan konsensus dasar individu sebagai dasar pengakuan terhadap

organisasi.[210]

Jika kondisi di atas dikembangkan, maka pandangan ini sejalan dengan

pandangan dalam manajemen pemerintahan yang berorientasi pada pelayanan

untuk masyarakat. Oleh karena itu, seyogyanya masyarakat dijadikan obyek

dalam pelayanan. Perlunya konsensus dasar, diinginkan oleh Shand &

Arnberg bahwa Negara menggunakan hak-hak demokrasi mereka dalam

menetapkan standar-standar kualitas yang fundamental. Fakta ini dapat

memperkuat legitimasi tindakan administrasi, namun tidak cukup untuk

menunjukkan masyarakat sebagai citizen. [211]

Masyarakat ditempatkan sebagai penentu kualitas pelayanan sesuai

nilai-nilai yang berlaku. Dewasa ini, kualitas merupakan bahasan yang sangat

penting dalam pelayanan masyarakat. Konsep kualitas menjadi ukuran

keberhasilan organisasi. Kualitas tidak hanya untuk lembaga penyelenggara

jasa komersial, tetapi juga telah merembes ke lembaga pemerintahan yang

selama ini resisten terhadap tuntutan akan kualitas pelayanan masyarakat.

Konsep kualitas bersifat relatif. Artinya, penilaian kualitas bergantung

pada perspektif yang digunakan untuk menentukan ciri-ciri pelayanan spesifik.

Pada dasarnya terdapat tiga orientasi kualitas yang seharusnya konsisten

antara yang satu dengan yang lain, yaitu persepsi pelanggan, produk dan

proses. Untuk produk jasa pelayanan, ketiga orientasi tersebut dapat

menyumbangkan keberhasilan organisasi, ditinjau dari kepuasan pelanggan.

[208]

David Osborn & Ted Gaebler, Reinventing Government, New York, A Plume Book,

1993:12. [209]

Kuno Scheldler and Jurg Felix, Quality in Public Management: the Customer

Perspective, in Thomson, F (editor), International Public Management Journal. Vol.3/number

I/2000:128 [210]

Loc. Cit. Hablutzel in Schedler & Felix, 2000: 128. [211]

Loc.cit, Shand & Arnberg dalam Schedler, K. & Felix, 137.

Page 190: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

184

Menurut Organisasi Standarisasi Internasional (ISO), kualitas

didefinisikan sebagai keseluruhan karakteristik dan keistimewaan dari barang

atau jasa yang terkait dengan kesesuaiannya untuk memenuhi kebutuhan yang

diharapkan. Sementara itu, kebutuhan dan harapan kerap berbeda-beda.

Heineke menyatakan: “Quality does mean something difference to each of

us, and it even can mean something difference to the same person in

difference service environments. Customers of services are not always aware

of the individual dimensions of quality. Rather, they view quality in light of

the experience as a whole.[212]

Pernyataan tersebut memberikan semangat untuk melakukan perbaikan

terhadap kualitas pelayanan. Christopher Lovelock menyatakan, untuk

menghasilkan kualitas pelayanan dapat digambarkan sebagai diagram bunga

yang mempunyai delapan kelopak (the flower of service), dimulai dari

“information, consultation, order taking, hospitality, caretaking, exceptions,

billing and payment.”[213]

Indikator yang digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan masuk

dalam lima dimensi, yaitu: “tangible, empathy, responsiveness, reliability,

and assurance”,[214] dan sering disingkat dengan TERRA. Pertama, T

(Tangible), yaitu kualitas pelayanan dilihat dari faktor yang kasat mata seperti

prasarana dan sarana atau fasilitas. Kedua, (Empathy), yaitu sifat tegas tetapi

penuh perhatian terhadap pelanggan, atau dapat merasakan seperti yang

dirasakan pelanggan. Ketiga, R (responsiveness), yaitu kesanggupan penyedia

pelayanan untuk membantu dan menyediakan pelayanan secara cepat dan

tepat, serta tanggap atas keinginan pelanggan. Keempat, R (reliability), yaitu

kemampuan dan keandalan untuk menyediakan pelayanan yang terpercaya.

Kelima, A (Assurance), yaitu kemampuan dalam memberikan jaminan dan

keramahan, serta sopan santun penyedia pelayanan.

Kesesuaian harapan pelanggan dan kenyataan pelayanan dapat

diketahui dari hasil survey yang dilakukan oleh pemberi pelayanan, atau

organisasi independen. Hasil survey digunakan untuk menilai kaulitas dari

sudut pandang pelanggan. Cara ini disebut penilaian kepuasan pelanggan.

Penilaian dilakukan terhadap front liner sebagai wakil organisasi yang

melakukan kontak langsung dengan pelanggan.

Selain itu, pengukuran kualitas pelayanan lebih ideal jika dilakukan

terhadap dua dimensi yang saling terkait dalam proses pelayanan, yaitu

penilaian kepuasan pada dimensi pelanggan dan penilaian yang dilakukan

pada penyedia pelayanan. Menurut Ziethhaml, at.al, kesenjangan yang terjadi

pada pelayanan adalah: “Customers expectation-management-perceptions

gap; management‟s perceptions-service-quality specifications gap; between

customer‟s expectations and management‟s perception of those expected

service-perceived service gap”.[215]

[212]

Mark M. Davis & Janelle Heineke, Managing Service, Using Technology to Create Value

McGraw-Hill / Irwin, New York. 2003: 295. [213]

Chrsitopher Lovelock (1980) in Fandy Ciptono, Service Excellence in Service

Yogyakarta: PT Andi Offset, 1996: 46. [214]

Op. cit, Zeithaml-A. Parasuraman-Berry, Zeithsml, Valarie A, 26. [215]

Ibid. Zithaml-Parasuraman-Berry, Zeithaml, Valarie A.1990:37-47.

Page 191: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

185

Penjelasan dari kelima kesenjangan di atas adalah: (1) Kesenjangan

antara harapan pelanggan dan persepsi manajemen. Kesenjangan tersebut

akibat manajemen salah menafsirkan harapan pelanggan. (2) Kesenjangan

antara persepsi manajemen atas harapan pelanggan dan spesifikasi kualitas

pelayanan. Kesenjangan ini terjadi akibat kesalahan menerjemahkan persepsi

manajemen yang tepat atas harapan publik ke dalam bentuk tolok ukur

kualitas pelayanan (service quality) dan pemberi pelayanan kepada pelanggan.

(3) Kesenjangan yang lebih diakibatkan oleh ketidakmampuan sumber daya

manusia untuk memenuhi standar mutu pelayanan yang telah ditetapkan.

Penyebab utamanya adalah, bekerja melebihi kapasitas. (4) Kesenjangan

antara pemberian pelayanan kepada pelanggan dan komunikasi eksternal.

Kesenjangan ini tercipta karena organisasi ternyata tidak mampu memenuhi

janji-janji yang telah dikomunikasikan secara eksternal melalui berbagai

kegiatan. (5) Kesenjangan antara harapan masyarakat dan kenyataan

pelayanan yang diterima. Kesenjangan ini sebagai akibat tidak terpenuhinya

harapan pelanggan.

Faktor terpenting untuk meningkatkan kinerja pelayanan yang

dilakukan pemerintah adalah, dengan mengetahui kesenjangan kelima, yaitu

gambaran kesenjangan secara menyeluruh. Kesenjangan ini dapat digunakan

untuk mengetahui tingkat kepuasan dan harapan-harapan pelanggan. Melalui

kesenjangan pertama, kualitas komunikasi penyedia layanan dapat

ditingkatkan. Melalui kesenjangan kedua, kualitas kepemimpinan dapat

ditingkatkan dan komitmen terhadap mutu pelayanan dapat diperbaiki.

Melalui kesenjangan ketiga, pembagian pekerjaan yang erat dalam

memperlakukan masyarakat sebagai bagian dari organisasi dapat ditingkatkan.

Sedangkan kesenjangan ke empat, dapat memperlancar arus komunikasi antar

unit dengan masyarakat yang akhirnya dapat memberikan pelayanan yang

memenuhi kebutuhan masyarakat tanpa harus melebihi kemampuan

organisasi.

Karekteristik organisasi yang memproduksi pelayanan yang berkualitas

telah banyak diungkapkan dalam teori Total Quality Management (TQM).

Morgan & Murgatroyd menggunakan definisi kualitas yang diungkapkan oleh

European Organization for Quality Control (EOQC) dan The American

Society for Quality Control sebagai “the totality of feature of a product or

service that bearson its ability to satisfy given needs.”[216] Rumusan ini sangat

berorientasi pada organisasi dalam mempersiapkan produknya untuk

memenuhi kebutuhan para pelanggannya. Pemenuhan kebutuhan masyarakat

menjadi penting untuk dilakukan oleh setiap lembaga pemerintahan yang

menjalankan pelayanan. Hal ini diungkapkan Clinton dalam menetapkan

standar pelayanan bagi orang Amerika, yaitu: “Government must do the small

things better as will, in way increase the confidence of the American people.

It must earn that confidence in many ways, one customer at a time.”[217]

[216]

Morgan, C & Murgatroyd, S., Total Quality Management in the Public Sector: An

International Perspective. Buckingham: Open University Press., 1995:8. [217]

Bill Clinton, Putting Costomers First 1995: Standards for serving the American People

Washington: US Governemtn Printing Office, 1995:21.

Page 192: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

186

4. Faktor Penilaian

Terdapat tujuh faktor yang sering dilibatkan dalam penilaian bidang,

yakni dampak terhadap masyarakat, kepemimpinan, persepsi pelanggan,

dampak institusi terhadap masyarakat, indikator keuangan, keterlibatan

pemerintah, badan-badan khusus. Namun, ada beberapa hal penting yang

perlu diperhatikan dalam pelayanan masyarakat dalam manajemen

pemerintahan sebagai berikut:

1. Dampak terhadap masyarakat: Maksudnya adalah, adanya nilai

tambah bagi masyarakat yang mendapat pelayanan. Beberapa prinsip

dalam pelayanan bidang Manajemen Pemerintahan adalah, dampaknya

harus terkait dengan pengembangan totalitas dalam masyarakat,

sehingga penilaian dampak harus berdasarkan studi kepada masyarakat

dan harus memperhatikan perubahan dalam masyarakat, di mana

masyarakat bisa berkembang dengan manajemen pemerintahan yang

efektif di wilayahnya.

2. Kemampuan Kepemimpinan: Maksudnya adalah, kemampuan seorang

pemimpin dalam meningkatkan penyelenggaraan pelayanan yang

dilakukan lembaga pemerintah, mulai dari pemerintah pusat sampai

pada kelurahaan/desa dapat dirasakan lebih efektif dan efisien oleh

masyarakat.

3. Persepsi pelanggan: Pelanggan meliputi masyarakat kecil. Untuk

mengetahui persepsi pelanggan, harus dilakukan riset pasar, sehingga

keinginan masyarakat dapat diketahui atau terpenuhi.

4. Dampak terhadap institusi: Dampak institusi terhadap masyarakat

dapat diukur melalui kenyamanan masyarakat dalam menggunakan

prasarana yang telah disediakan. Terkait dengan tiga hal yang perlu

diketahui, yaitu: (1) Program eksternal yang relevan dengan visi, misi

dan tujuan organisasi, (2) Keunggulan organisasi dalam pelayanan. (3)

Keuntungan dan kerugian dari komitmen yang tinggi terhadap

kepuasan masyarakat.

5. Indikator keuangan: Masalah keuangan merupakan dimensi pertama

dalam menilai pelayanan bidang manajemen pemerintahan yang terkait

dengan masalah efisiensi dan akuntabilitaspengelolaan. Oleh karena

itu, kriteria keuangan akan menggambarkan keberhasilan

pembangunan.

6. Keterlibatan masyarakat: Keterlibatan masyarakat dalam konteks

penilaian institusi terkait dengan standar formulasi yang digunakan,

akuntabilitas dan transparansi dana, regulasi, dan prosedur internal

institusi. Hal ini diperlukan untuk mengembangkan keseimbangan

akuntabilitas dan fleksibilitas penyelenggaraan pelayanan.

7. Badan-badan khusus: Dalam mengevaluasi kinerja pelayanan bidang

manajemen pemerintah, diperlukan badan-badan khusus. Namun,

peran dan ruang lingkup pemerintah dalam mengevaluasi institusi

sering menjadi kontroversi. Pemerintah, dalam hal ini Badan

Pemeriksa Keuangan Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat merasa

memiliki hak untuk melakukan audit secara reguler meski

kenyataannya menunjukkan tidak efisien, mematikan inisiatif internal

institusi, sehingga institusi bersikap defensif. Solusinya adalah,

menyerahkan penilaian kepada badan tersebut, sehingga hasilnya akan

Page 193: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

187

lebih baik dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Lihat

Tabel 9.4. Tujuh Faktor Penilaian dalam Pelayanan, dibawah ini. TABEL. 9.4. TUJUH FAKTOR PENILAIAN DALAM PELAYANAN

MANAJEMEN PEMERINTAHAN oleh Budi Supriyatno

NO

FAKTOR

STRATEGI

MANFAAT BAGI

MASYARAKAT

1 Dampak Terhadap

Masyarakat

Meningkatkan

pelayanan terkait

pelenggan

pengembangan

totalitas dalam

masyarakat

Nilai tambah bagi

masyarakat

2

Kemampuan

Kepemimpinan

Meningkatkan

kemampuan

pemimpin dalam

penyelenggaraan

palayan

Pelayanan lebih efektif

dan efisien

3 Persepsi Pelenggan Riset kebutuhan pada

masyarakat.

Kebutuhan Masyarakat

terpenui.

4

Dampak Totalitas

Institusi

Meningkatkan

program pelayanan

Kenyamanan masyarakat

dalam pelayanan

5 Indikator Keuangan Meningkatkan

efisiensi dan

akuntabilitas

Pelayanan yang berhasil

dapat meningkatkan

kesejahteraan rakyat.

6 Keterlibatan

Masyarakat

Standar Formulasi Efektiftias pelayanan

7 Badan-Badan Khusus Penyerahan penilaian

pada badan khusus

tersebut

Hasil lebih baik dan bisa

dipertanggungjawabkan.

Dalam pelayanan masyarakat, sering dilakukan evaluasi terhadap

institusi dengan tujuan membantu institusi terkait menilai efektivitas program

layanannya. Faktor-faktor yang dinilai meliputi kondisi institusi dari

perspektif personil, perkembangan kuantitatif prasarana yang dihasilkan dan

kinerja aparaturnya.

Di samping hal tersebut, ada sepuluh elemen yang membangun

keunggulan suatu institusi yaitu: Kompetensi para pegawai, organisasi

institusi, pelayanan, program, kebijakan, kebijakan yang menyangkut

pelaksanaan, pelayanan bagi masyarakat umum, aspek administrasi,

manajemen keuangan dan rencana fisik. Pada umumnya elemen-elemen ini

menjadi indikator standar pelayanan bidang manajemem pemerintahan.

Pelayanan bidang manajemen pemerintahan termasuk di dalamnya

adalah, pelaksanaan kegiatan pembangunan, tanggungjawab administrasi,

pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan profesionalisme staf yang

berkelanjutan, formalisasi kebijakan, fasilitas fisik, sumber belajar yang

relevan dan proporsional, serta tersedianya sumber daya yang tetap guna

menjamin peningkatan kualitas SDM. Berbagai hal ini menjadi kriteria

pelayanan manajemen pemerintahan.

5. Meningkatkan Pelayanan Manajemen pemerintahan memiliki peran strategis dalam

pembangunan nasional. Dalam konteks ini, langkah untuk meningkatkan

Page 194: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

188

pelayanan kepada masyarakat harus dijadikan pemacu bagi manajemen

pemerintahan. Langkah-langkah tersebut adalah:

1. Aparatur dalam melaksanakan pekerjaan, harus berorientasi pada mutu

yang tercermin pada keberadaan misi dan tujuan institusi yang jelas;

2. Aparatur harus memiliki kompetensi tinggi dan profesional;

3. Aparatur harus memiliki akuntabilitas tinggi yang ditandai semangat

transparansi dan keselarasan tujuan;

4. Aparatur harus memiliki program yang jelas untuk kepentingan

masyarakat;

5. Aparatur harus memiliki tujuan yang jelas dengan etika dan nilai;

6. Aparatur harus memiliki kinerja yang baik;

7. Semua kebijakan dan kegiatan harus dievaluasi, baik secara internal

maupun eksternal.

Dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat menjadi

lebih baik, bidang manajemen pemerintahan daerah diberi otonomi agar lebih

demokratis. Pertimbangannya, agar manajemen pemerintahan daerah dapat

menghasilkan daya guna dan hasil guna pemberian pelayanan kepada

masyarakat dan pembangunan di daerahnya.

9.9. Meningkatkan Budaya Kerja Budaya kerja sesungguhnya sudah berkembang sejak nenek moyang

kita. Namun, di berbagai negara berkembang, khususnya Indonesia, dalam

perkembangan selanjutnya budaya kerja masih menjadi “masalah” yang

sangat mendasar dan merupakan tantangan bagi aparatur negara. Menurut

pengamatan penulis, para pemimpin dan aparatur negara masih sering

mengabaikan nilai-nilai moral dan budaya kerja dalam menjalankan tugas

pemerintahan dan tugas negara.

Dalam memahami dan mengimplementasikannya, budaya kerja

merupakan tugas berat yang direalisasikan secara utuh dan menyeluruh dalam

waktu panjang, karena menyangkut proses pembangunan yang berkaitan

dengan: ”karakter, sikap dan prilaku serta peradaban bangsa”. Sebagai

“culture”, “budaya kerja aparatur” dapat dikenali wujudnya dalam bentuk

nilai yang terkandung di dalamnya, seperti institusi, sistem kerja, sikap dan

prilaku aparatur yang melaksanakannya.

Budaya kerja berasal dari bahasa Sanskerta “buddhayah”, sebagai

bentuk kata jamak dari kata dasar “bhudi” yang artinya segala sesuatu terkait

dengan akal pikiran, nilai-nilai dan sikap mental. “Budaya” berarti

memberdayakan budi, sebagaimana dalam bahasa Inggris dikenal sebagai

―culture” dan bahasa latin “Colere” yang semula diartikan mengolah atau

mengerjakan sesuatu seperti mengolah tanah pertanian, kemudian berkembang

menjadi cara manusia mengaktualisasikan nilai, karsa dan hasil karyanya.

Pada hakekatnya, budaya kerja dapat diartikan dalam empat pengertian

sebagai berikut:

1. Pola nilai, sikap, tingkah laku, hasil karsa dan karya, termasuk segala

instrumen, sistem kerja, teknologi dan bahasa yang digunakan dalam

melaksanakan tugas negara.

2. Persepsi terhadap nilai-nilai lingkungan yang melahirkan makna dan

pandangan hidup, akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku dalam

bekerja.

Page 195: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

189

3. Hasil dari pengalaman hidup, kebiasaan-kebiasaan, serta proses seleksi

norma yang ada dalam cara berinteraksi sosial atau menempatkan diri

di tengah-tengah lingkungan kerja tertentu.

4. Proses budaya yang saling mempengaruhi dan saling tergantung, baik

sosial mapun lingkungan non-sosial.

Seminar KORPRI menyatakan, “Budaya kerja adalah salah satu

komponen kualitas manusia yang sangat melekat dengan identitas bangsa dan

menjadi tolok ukur dasar dalam pembangunan.” [218] 236

Pengertian ini

menekankan bahwa kualitas manusia yang sangat melekat pada identitas

bangsa, akan menjadi kriteria sukses tidaknya pembangunan.

Unsur Budaya Kerja Sesungguhnya bekerja merupakan cara manusia “mengaktualisasi”

dirinya. Bekerja merupakan bentuk nyata dari nilai-nilai, keyakinan-keyakinan

yang dianut dan dapat memotivasi lahirnya karya-karya bermutu dalam

mencapai suatu tujuan.

Dalam Islam dikenal makna bahwa bekerja adalah “ibadah”, bahkan

memperoleh kedudukan yang tinggi di sisi Allah. Bekerja merupakan perintah

Tuhan, atau panggilan tugas yang mulia dan menempatkannya sebagai bentuk

ibadah. Dalam kaitan dengan bekerja, dikenal pula kata “ihsan” dan “itqom”,

yaitu bentuk hasil pekerjaan yang optimal dan bukan sekadar asal bekerja atau

“asal jadi” yang tidak bermutu. Dengan demikian, manusia didorong untuk

bekerja secara profesional dengan akhlak mulia sesuai dengan ungkapan yang

intinya “jika suatu pekerjaan dilaksanakan bukan ahlinya atau tidak

profesional, tunggulah kehancuran.”

Rene Descarte berkata, “Cagito ergo sum” yang jika diterjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia artinya kira-kira, “aku ada, karena aku berpikir.”

Kemudian, diteruskan dengan ungkapan “Labora ergo sum” yang artinya

“Aku bekerja, maka aku ada.” Dalam kaitannya dengan ibadah, seseorang

harus memiliki persepsi bahwa untuk meraih cinta Ilahinya, dirinya hanya

mungkin diwujudkan dengan bekerja secara profesional dan berakhlak.

Budaya kerja berarti cara pandang seseorang dalam memberikan

makna terhadap “kerja”. Budaya kerja aparatur negara secara sederhana dapat

diartikan sebagai cara pandang dan suasana hati yang menumbuhkan

keyakinan kuat atas dasar nilai-nilai yang diyakininya, memiliki semangat

tinggi dan bersungguh-sungguh untuk mewujudkan prestasi kerja terbaik.

Hubungan antara nilai yang diyakini dengan kerja sebagai bentuk

aktualisasi dari keyakinan tersebut, menumbuhkan motivasi dan

tanggungjawab terhadap hasil pekerjaannya. Oleh karena itu, seorang aparatur

negara diharapkan merupakan “sosok profresional, berakhlak dan

bertanggungjawab yang merupakan fungsi nilai motivasi dan fungsi kontrol

dirinya sendiri.”

Nilai adalah dasar pertimbangan yang berharga bagi manajemen

pemerintahan untuk menentukan sikap dan perilaku dalam menghadapi

[218]

Book of Work Culture Result of Seminar The Association of Indonesian Republican

Employees (KORPRI) Special Region of Yogyakarta November 1992.

Page 196: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

190

permasalahan seorang aparatur. Dengan demikian, fungsi nilai adalah suatu

makna yang:

1. Memberikan tujuan, arti, kesenangan dan nilai pada kehidupan untuk

melakukan sesuatu.

2. Mempermudah pembuatan keputusan.

3. Menentukan bagaimana kita melihat dan memahami persoalan.

4. Memberi arti, makna dan signifikasi pada masalah tertentu.

5. Bersifat sesaat dan ada, maupun permanen.

Dalam budaya kerja terdapat pola perilaku terpadu aparatur, nilai-nilai

yang berlaku dalam manajemen pemerintahan (yang sebenarnya berfungsi

mengarahkan dan membimbing aparatur dalam menyelesaikan pekerjaannya),

dan lebih utama lagi menjadi pedoman untuk menjawab bagaimana

manajemen pemerintahan akan sukses dalam menjalankan tugas negara. Hal

penting lain yang terkandung dalam budaya kerja adalah, komunikasi yang

dilakukan secara terbuka, baik dari pihak pemimpin maupun bawahan.

Komunikasi yang dilakukan secara terbuka akan menciptakan kelancaran arus

informasi dalam organisasi pemerintahan.

Perilaku lain yang diharapkan dalam pelaksanaan budaya kerja adalah,

“Mendukung penyempurnaan manajemen”. Penyempurnaan manajemen

sendiri mempunyai arti sebagai penetapan langkah-langkah strategis, berupa

penataan kembali manajemen pemerintahan secara mendasar dan terpadu.

Program penataan manajemen tersebut meliputi bidang organisasi, sumber

daya manusia, budaya kerja baru dan teknologi.

Budaya kerja dalam manajemen pemerintahan muncul karena ada

unsur-unsur yang membentuknya, saling berintegrasi dan sinergi.Unsur-unsur

tersebut antara lain meliputi:

1. Lingkungan Pemerintahan: Lingkungan di mana manajemen

pemerintahan itu berada, menentukan misi dan visi dalam

pemerintahan agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

2. Nilai-nilai: Nilai-nilai merupakan kosep dasar dan kepercayaan dalam

manajemen pemerintah. Budaya yang kuat dalam manajemen

pemerintah adalah, budaya dengan sistem yang kaya dan kompleks,

serta menyebar pada aparaturnya.

3. Teladan dan menyebar pada aparaturnya: Orang-orang atau

pemimpin ini mempersonifikasikan nilai-nilai budaya kerja dan

menjadi teladan agar para bawahan mengikuti perilaku bekerjanya.

Budaya kerja manajemen pemerintahan yang kuat, didalamnya terdiri

dari orang-orang yang menjadi teladan atau orang yang tingkah

lakunya diteladani.

4. Tata cara dalam manajemen pemerintahan: Tata cara dalam

manajemen pemerintahan adalah suatu sistematika dan program rutin

kehidupan sehari-hari, berupa perilaku yang diharapkan dari pegawai

dan menjadi contoh potensial yang dapat dilihat, dikaitkan dengan apa

yang ingin dicapai organisasi.

5. Jaringan budaya: Jaringan budaya adalah komunikasi informasi

dalam manajemen pemerintahan, yang melibatkan semua orang dalam

hirarki terorganisasi. Jaringan budaya ini membawa nilai-nilai

manajemen pemerintahan dan mitologi keteladanan.

Budaya kerja yang terbentuk dari jalinan interaksi unsur-unsur

tersebut, akhirnya akan merupakan suatu kekuasaan tidak terlihat yang

Page 197: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

191

mempengaruhi pemikiran, pembicaraan, maupun tindakan manusia yang

bekerja dalam manajemen pemerintahan. Dalam konteks ini, budaya kerja

manajemen pemerintahan merupakan pengarah perilaku aparatur untuk

tercapainya tujuan institusi pemerintahan.

Fungsi Budaya Kerja Dalam manajemen pemerintahan, budaya kerja dapat digunakan

sebagai berikut:

1. Identitas dan Citra Aparatur Pemerintah: Identitas dan citra aparatur

pemerintahan terbentuk oleh berbagai faktor seperti sejarah, kondisi

dan sisi geografis, sistem-sistem sosial, politik, ekonomi dan

perubahan nilai-nilai di dalam masyarakat. Perbedaan identitas budaya

dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah di berbagai bidang.

2. Kebersamaan: Kebersamaan adalah faktor pengikat yang kuat seluruh

aparatur dalam menjalankan tugas sehingga lebih efektif dan efisien.

3. Sumber Inspirasi: Budaya merupakan sumber inspirasi, kebanggaan

dan sumber daya yang menguntungkan bagi manajemen pemerintahan.

Budaya dapat menjadi komoditi ekonomi seperti wisata. Bali dengan

budayanya dapat menghasilkan devisa negara.

4. Penggerak: Budaya merupakan penggerak melalui proses belajar-

mengajar yang dinamis.

5. Kekuatan: Budaya memberi kekuatan organisasional dan keunggulan

dalam usaha.

6. Pola perilaku: Budaya berisi norma perilaku dan menggariskan batas-

batas toleransi sosial.

7. Warisan: Budaya merupakan warisan dari satu generasi ke generasi

berikutnya yang disosialisasikan.[219]

8. Substitusi formalisasi: Sebagai substitusi atau pengganti.[220]

9. Mekanisme adaptasi terhadap perubahan: Budaya merupakan

mekanisme adaptasi terhadap perubahan, sehingga pembangunan

seharusnya merupakan proses budaya.

10. Proses nation state: Sebagai proses yang menjadikan bangsa

“kongruen” dengan negara, sehingga terbentuk nation state.

Pelaku dan Pelaksana Budaya

Budaya setiap orang berbeda dengan orang lain. Budaya juga tidak

dapat disebut buruk atau baik. Kesan buruk atau baik hanya timbul tatkala

seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain, menggunakan budayanya

sendiri tanpa memperhatikan dan menyesuaikan dirinya dengan budaya orang

lain tersebut. Karena itu, setiap orang akan terlibat di dalam proses perubahan

nilai dan proses perubahan budaya.

Budaya eksis karena ada pelakunya, yang disebut pelaku budaya.

Posisi dan peran manusia di dalam budaya kerja manajemen pemerintahan

adalah sebagai berikut:

1. Pelayan: Di birokrasi pemerintahan sebagai pelayan masyarakat.

[219]

This issue has become the central theme of International Conversion on Tourism and

Heritage Management in Yogyakarta, 28 - 30 October 1996. [220]

Ibid. This issue.

Page 198: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

192

2. Penyusun kegiatan: Sebagai aparatur di pemerintahan, seseorang

harus menyusun kegiatan, baik kegiatan pemerintahan maupun

kegiatan pembangunan.

3. Pelaksana kegiatan: Sebagai aparatur pemerintah, seseorang harus

melaksanakan kegiatan.

4. Pembaharu: Sebagai aparatur, seseorang harus menjadi innovator

dengan menciptakan hal-hal yang bisa dipakai untuk pelaksanaan

pembangunan..

5. Pemikir dan pencipta: Sebagai aparatur pemerintahan, seseorang

dituntut menjadi pemikir/pencipta sesuatu yang belum ada dan menjadi

warisan budaya.

Pelaksana Budaya Kerja Strategi pelaksanaan budaya kerja sebagai proses tatakelola

pemerintahan, selalu berkaitan erat dengan lingkup, jenis dan bobot

permasalahan yang dihadapi aparatur negara dalam melaksanakan tugas di

lingkungan masing-masing. Namun, menurut pengamatan penulis, khususnya

di negara berkembang sampai sekarang masih “belum banyak” instansi

pemerintahan yang mempunyai budaya kerja sangat kuat untuk mempengaruhi

tingkat produktifitas dan kinerja individu aparatur negara.

Manajemen pemerintahan yang sangat mengandalkan birokratis

cenderung mengembangkan keseragaman budaya kerja, di mana nilai-nilai,

kepercayaan dan norma-norma perilaku individu aparatur negara dipolakan

berdasarkan konsep pemikiran tertentu, sehingga kurang memberikan ruang

gerak bagi tumbuhnya kreativitas dan dinamika manajemen pemerintahan

yang sesuai dengan tantangan lingkungan. Padahal, penggunaan sistem dan

metoda kerja yang relevan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, menjadi

sangat penting agar nilai-nilai, kepercayaan dan norma-norma yang telah

disepakati akan berpengaruh besar terhadap peningkatkan produktifitas dan

kinerja.

Peningkatan kinerja aparatur negara, baik secara individu atau

organisasi/instansi hanya akan dapat efektif dan efisien jika dilakukan melalui

proses sosialisasi, internalisasi dan institusionalisasi nilai-nilai budaya kerja

sebagai kebudayaan inti. Hal ini akan menjamin tindakan bersama dan di lain

pihak akan membentuk “sub culture” yang kokoh di setiap instansi sehingga

memungkinkan terjadinya keberagaman, pembaharuan dan adaptasi dengan

keadaan-keadaan yang berbeda.

Beberapa hal yang perlu disikapi dalam kerangka pelaksanaan nilai-

nilai budaya kerja antara lain sebagai berikut:

1. Jati diri Aparatur sebagai Pelayan: Perlu diciptakan jati diri aparatur

pemerintahan sebagai pelayan masyarakat yang memiliki ciri-ciri

seperti mampu memancarkan semangat gerak dalam dirinya sehingga

sangat berpengaruh pada pembentukan cipta, rasa, karsa dan karya.

Sikap dan perilaku seperti ini harus ditunjukkan aparatur negara dalam

melaksanakan tugas sehari-hari. Jati diri aparatur sebagai abdi

masyarakat memiliki arti sangat vital dan mendasar yang mewarnai

sikap dan perilaku yang biasa disebut dengan karakter dan akhlak.

Sesuai dengan fitrah dan realitasnya, aparatur negara bersifat

multidimensi dan memiliki berbagai peran, yaitu sebagai pribadi

makhluk sosial ciptaan Tuhan, anggota kelompok kerja, bawahan dan

pelaksana, staf pimpinan, pemimpin unit pada instansi, pejuang,

Page 199: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

193

pemersatu bangsa, penyelenggara pemerintahan, pelaksana hukum atau

peraturan perundangan, pelayan masyarakat, bapak atau ibu rumah

tangga, anggota masyarakat dan juga warga negara.

2. Konsekuensi dan kewajiban: Setiap kedudukan tersebut mempunyai

konsekuensi hak dan kewajiban serta menuntut aktualisasi peran

dengan melakukan aktivitas sesuai norma-norma dan aturan-aturan

yang berlaku dalam lingkungannya.

3. Memenuhi kebutuhan sesuai hak asasi: Sebagai makhluk Tuhan,

manusia (aparatur negara) terdiri dari jasmani dan rohani yang

memiliki raga, akal, pikiran, perasaan, jiwa dan hati nurani sehingga

mampu mengembangkan “cipta, rasa dan karsanya” sesuai dengan

nilai-nilai manusiawi dalam lingkungan sosialnya. Dalam keadaan apa

pun manusia mempunyai hasrat untuk memenuhi kebutuhan jasmani

maupun rohani sesuai dengan fitrah dan hak-hak asasinya yaitu: “hak

untuk hidup, hak untuk berkeluarga dan mengembangkan

keturunannya, hak mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan,

hak atas kebebasan pribadi, hak rasa aman lahir dan batin, hak atas

kesejahteraan, hak turut serta dalam pemerintahan termasuk

perlindungan atas hak wanita dan anak.” [221]

4. Menghormati hak asasi orang lain: Sebagai pribadi, aparatur wajib

menghormati hak asasi orang lain, moral, etika dan tata tertib

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Setiap aparatur

negara wajib patuh pada ketentuan peraturan perundang-undangan,

baik bersifat nasional termasuk hukum adat maupun hukum

internasional mengenai hak asasi manusia serta wajib ikut serta

membela negara.

5. Kesempatan untuk berperan: Dalam lingkungan kerja, setiap aparatur

negara secara naluri cenderung ingin memperoleh kesempatan untuk

berperan, berprestasi, mengaktualisasikan diri, mendapatkan

pengakuan, penghargaan, kebanggaan atas prestasi kerjanya, rasa ikut

memiliki dan bertanggungjawab untuk mengembagkan kepemim-

pinannya, memperluas pengetahuan dan wawasan sehingga dapat

menikmati makna hidup yang bahagia lahir batin sebagai aparatur dan

pelayan masyarakat.

6. Wajib melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan:

Aparatur negara wajib melaksanakan tugas pemerintahan dan tugas

pembangunan yang diamanatkan kepadanya dengan penuh

tanggungjawab. Kewajiban aparatur dalam melaksanakan tugas antara

lain: (a) Setia dan taat pada Idiologi dan Undang-Undang Dasar

Negara. Di Indonesia, idiologi adalah Pancasila dan Undang-ndang

Dasar 1945,[222] Negara[223] dan Pemerintahan. (b) Mengutamakan

[221]

Law Number 39 Year 1999 on Human Rights. [222]

Pancasila as the Idiology of the Indonesian Nation and the 1945 Constitution is the legal

foundation for the Indonesian nation is already the price of death, it will not be replaced again,

although in the course of the 1945 Constitution there is a change or amendment, but the

change will not replace the legal basis for the Indonesian nation , thus the government

apparatus must be obedient and loyal to Pancasila and the 1945 Constitution.

Page 200: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

194

kepentingan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan, serta

menghindarkan segala sesuatu sehingga kepentingan negara terdesak

oleh kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain. (c) Menjunjung

tinggi kehormatan dan martabat negara, pemerintah dan aparatur

negara. (d) Melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya,

penuh pengabdian, kesadaran dan tanggungjawab. (e) Bekerja dengan

jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan negara. (f)

Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat menurut

bidang tugasnya.

Meningkatkan Budaya Kerja

Aparatur negara dalam menjalankan tugas pemerintahan dan tugas

pembangunan harus mampu menciptalan dan meningkatkan budaya kerja yang

efektif dan efisien. Untuk itu, perlu dilakukan pembinaan yang mengarah

pada:

1. Bekerjasama dan saling mendukung: Dalam hubungannya dengan

rekan sekerja, aparatur wajib bekerjasama, saling mendukung, saling

asih, asah dan asuh dalam rangka meningkatkan kinerja dan pelayanan

kepada masyarakaat sesuai dengan visi dan misi instansinya.

2. Taat Hukum dan memberikan sumbangan: Aparatur sebagai

pelaksana tugas pemerintahan dan tugas pembangunan, wajib menaati

hukum, kebijakan pimpinan, prosedur dan tatakerja, perintah serta

petunjuk atasannya, wajib loyal dan bertanggungjwab atas tugas yang

diberikan atau dipercayakan kepadanya. Aparatur juga wajib

memberikan sumbangan tenaga dan pikirannya untuk menunjang

keberhasilan pimpinan dan memperlancar pelaksanaan tugas-tugas

organisasi.

3. Pemimpin yang mampu membimbing: Sebagai aparatur yang ditugasi

menjadi pemimpin, harus mampu menjadi teladan, mampu

membimbing, mendidik, mengawasi dan mengembangkan kemampuan

bawahannya, mempersiapkan pemimpin-pemimpin yang lebih baik

untuk masa mendatang, serta bersikap ing ngarso sung tulodo, ing

madyo mangun karso, tut wuri handayani, bertindak tegas, adil, arif

dan bijaksana.

4. Berpartisipasi secara aktif: Di lingkungan masyarakat sekitarnya,

aparatur negara harus dapat berperan aktif sebagai warga masyarakat

yang baik dalam membina dan menciptakan kesejahteraan bersama,

ketertiban umum, ketentraman, kerukunan, kepatuhan hukum,

keakraban hubungan kekeluargaan berdasarkan kegotong royongan,

serta saling menghargai dan menghormati sesama warga masyarakat.

5. Bersikap dan bertindak patriot: Sebagai warga negara, aparatur

negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan warga

negara lainnya. Bahkan, setiap aparatur negara harus bersikap dan

bertindak patriot pejuang bangsa, rela berkorban membela negara dan

kepentingan rakyat banyak, mengutamakan kewajban tugas negara dari

[223]

For the Indonesian nation: The country here means the Unitary State of the Republic of

Indonesia, not a federal state or any other form of state outside the unitary state of the

Republic of Indonesia.

Page 201: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

195

pada kepentingan pribadi atau golongan, menjadi pelayan yang adil

dan transparan, bertanggungjawab. Aparatur negara juga harus berani

menanggung resiko dalam menegakkan hukum dan tugas negara untuk

mewujudkan keadilan, kebenaran, kesejahteraan dan pelayanan kepada

masyarakat, tanpa mempertimbangkan untung-rugi kepentingan

pribadinya. Semua ini dikerjakan semata-mata karena pengabdian, rasa

tanggungjawab moral, profesional dan sosial, serta rasa cinta bangsa

dan negara. Lihat Gambar 9.12. Pembinaan untuk meningkatkan

Budaya Kerja Aparatur.

Dalam upaya pembinaan budaya kerja aparatur negara, sebenarnya

tidak ada peta permasalahan yang nilainya dapat ditarik garis pemisah dengan

jelas seperti membedakan hitam dan putih secara ekstrim, karena selalu ada

bidang berwarna “abu-abu.” Oleh karena itu, aparatur harus selalu pandai

menempatkan diri pada situasi apa pun, sehingga dia dapat bersikap dan

bertindak secara cepat, tepat, benar, profesional, proporsional dan

bertanggungjawab sesuai dengan status, kedudukan, hak dan kewajibannya.

Pada hakekatnya, setiap aparatur negara diharapkan menjadi sosok

pribadi teladan di lingkungannya yang mampu menampilkan jati diri sebagai

aparatur beretika, bermoral, profesional, berdisiplin, kreatif dan

bertanggungjawab, baik secara moral, organisatoris, maupun osial sesuai

dengan norma dan hukum yang berlaku.

Dengan akhlak mulia, memiliki ilmu dan teknologi, aparatur negara

akan lebih mudah melaksanakan tugas sehari-hari. Pelaksanaan tugas hidup

sehari-hari tidak lain adalah bekerja, yakni cara mengaktualisasikan dirinya,

baik dalam hubungan dengan Tuhan, dengan masyarakat maupun dengan

lingkungan sekitarnya. Kerja merupakan ibadah, karena Allah sangat

mencintai orang mukmin yang bekerja. Pepatah Yunani mengatakan: ”Aku

ada karena berpikir dan bekerja”. Seseorang menjadi manusia unggul dan

hamba pilihan, jika dia bekerja dan berprestasi.

Dalam pada itu, pemahaman dan penghayatan terhadap nilai-nilai atau

makna hidup, nilai agama, pengalaman dan pendidikan, harus diarahkan untuk

GAMBAR. 9.12. PEMBINAAN UNTUK MENINGKATKAN

BUDAYA KERJA

oleh Budi Supriyatno

11

BBEEKKEERRJJAA SSAAMMAA

33

PPEEMMIIMMPPIINN 44

PPAARRTTIISSIIPPAASSII

22

TTAAAATT HHUUKKUUMM

55

BBEERRSSIIKKAAPP

BBEERRTTIINNDDAAKK

BBUUDDAAYYAA KKEERRJJAA

EEFFEEKKTTIIFF &&

EEFFIISSIIEENN

Page 202: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

196

mengembangkan perilaku kerja yang profesional dan bertanggungjawab.

Profesionalisme tanpa akhlak akan membuahkan sosok manusia yang cerdas

secara intelektual tetapi “ngawur” secara moral, sehingga kecerdasannya

hanya akan memperdaya orang lain dan bahkan dipakai untuk mencari celah

serta pembenaran atas penyimpangan perilakunya. Sebaliknya, nilai-nilai

akhlak yang bersih tetapi tanpa profesionalisme, juga tidak akan membuahkan

hasil optimal. Oleh karena itu, dalam pengembangan budaya kerja aparatur

negara, aspek akhlak dan profesionalisme harus menjadi bagian dari arah

pembentukan budaya kerja yang nyata. Manusia tidak cukup hanya kerja

keras, tetapi harus diikuti dengan “kerja cerdas dan kerja tangkas.” Lebih

penting lagi adalah “kerja waras,” sesuai dengan aspek moral dan peraturan.

Kecerdasan sejati adalah kekuatan yang dapat mendorong terwujudnya

sinergi kemampuan yang konstruktif seluruh potensi dalam diri manusia

seperti kekuatan fisik, akal pikiran, jiwa, hati nurani dan etika sosial di

lingkungannya untuk mewujudkan hasil karya terbaik dan bermanfat.

Kinerja bangsa Indonesia dewasa ini ditempatkan pada peringkat

terendah di antara negara-negara Asia, bahkan di Asia Tenggara. Hal tersebut

disebabkan selama ini aparatur negara dianggap sering mengabaikan nilai-nilai

dasar budaya kerja, kurang komitmen, tidak konsisten, tidak disiplin, tidak

jujur, kurang kreatif dan kurang bertanggungjawab dalam melaksanakan

hukum, aturan, kebijakan negara dan prinsip-prinsip manajemen

pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat.

Oleh karena itu, untuk mengembangkan jati diri aparatur negara

diperlukan langkah berikut:

1. Bersyukur kepada Tuhan atas rahmat dan hidayahNya: Karena

aparatur negara adalah manusia yang beruntung mendapat kepercayaan

dan amanah dari Tuhan menjadi pelayan masyarakat, sehingga

memiliki kesempatan yang besar untuk berkarya, berbakti dan beramal

kepada masyarakat, bangsa dan negara.

2. Merenungkan diri: Perlu merenungkan kembali dengan hati tenang

dan pikiran jernih, serta mohon ridho dan bimbingan Tuhan untuk

memahami siapa jati diri kita sebenarnya, apa yang selama ini telah

kita lakukan untuk kepentingan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa,

negara dan agama.

3. Instropeksi diri: Perlu mengintropeksi diri secara jujur dan sungguh-

sungguh, untuk memahami segala kelemahan dan kekurangan kita

selama ini, juga memahami kelebihan potensi dan bakat yang kita

miliki. Kita perlu belajar terus dari kegagalan dan keberhasilan kita

untuk mengatasi kelemahan dan mengembangkan kemampuan atau

potensi kita secara maksimal dan berkelanjut

4. Menentukan dan memperbaiki tujuan hidup: Kita perlu menentukan

dan memperbaiki tujuan hidup untuk mewujudkan kehidupan yang

berbahagia dan penuh makna sebagai makhluk mulia, bagi

kesejahteraan hidup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara,

berdasarkan nilai-nilai luhur yang kita yakini.

5. Memegang teguh komitmen: Perlu memegang teguh komitmen untuk

mewujudkan tujuan dan misi hidup kita dalam melaksanakan setiap

pekerjaan sebagai amanah dan amal soleh secara ikhlas, jujur,

profesional, tekun, sabar dan bertanggungjawab, serta memohon

bimbingan Tuhan.

Page 203: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

197

6. Membuat Rencana Kerja yang cermat: Perlu membuat rencana kerja

yang cermat, realistis dan simultan. Meliputi rencana kerja pribadi

sebagai makhluk Tuhan, sebagai aparatur negara, sebagai Bapak dan

atau Ibu dalam rumah tangga, sebagai masyarakat dan warga negara.

7. Melaksanakan rencana kerja secara konsisten: Perlu melaksanakan

rencana kerja secara konsisten dan berkelanjutan dengan niat baik,

ikhlas, jujur, profesional dan bertanggungjawab, sesuai dengan hati

nurani, norma, prinsip, sistem, etika, moral dan hukum yang berlaku di

lingkungan kita.

8. Melakukan evaluasi: Perlu melakukan evaluasi dan koreksi diri setiap

saat dan setiap hari. Tetapkan hati dan tekad, bahwa prestasi hari ini

harus lebih baik dari kemarin, dan prestasi hari esok harus lebih baik

dari hari ini.

9. Bersujud, bersyukur dan berserah diri: Kita perlu bersujud, bersyukur

dan berserah diri kepada Tuhan dengan hati tulus dan ikhlas, karena

hari ini kita telah melaksanakan tugas dan kewajiban dengan sebaik-

baiknya. Insyaallah kita akan merasa hidup bahagia lahir batin, tenang,

tentram, damai dan penuh makna.

5. Pembinaan Budaya Kerja

Pembinaan budaya kerja diarahkan sebagai upaya meningkatkan

produktifitas dan kinerja pemerintah melalui pembinaan aparatur negara yang

etis, bermoral, berdisiplin, profesional, produktif dan bertanggung jawab

dalam kerangka besar mewujudkan manajemen pemerintahan yang baik.

Melalui budaya kerja ini, diharapkan akan terbentuk perilaku aparatur negara

yang kokoh sehingga di satu pihak dapat memberikan pelayanan masyarakat

secara efektif dan efisien, dan di lain pihak dapat melakukan evaluasi secara

reguler tentang:

1. Sejauh mana kebijakan publik dapat efektif memenuhi kebutuhan

masyarakat.

2. Sejauh mana pelaksanaan pelayanan masyarakat telah menyimpang

dari standar-standar pelayanan.

Aparatur negara merupakan sumber daya yang harus dibina dengan

cara-cara yang lebih arif melalui isyarat halus dengan pendekatan nilai-nilai

budaya. Banyak pakar berpendapat, budaya kerja yang kuat merupakan daya

dorong yang kuat pula untuk menuntun perilaku seseorang, setidaknya akan

membantu aparatur negara dalam mengerjakan tugas penyelenggaraan

pemerintahan dan penyelenggaraan pembangunan secara lebih baik dan

terpola, terutama dalam pengertian:

1. Budaya kerja sebagai sistem atau aturan formal yang mengungkapkan

bagaimana aparatur negara berperilaku dalam sebagian besar waktu

mereka.

2. Budaya kerja memungkinkan aparatur negara merasa lebih baik

tentang apa yang mereka kerjakan, sehingga dapat memotivasi

semangat kerja.

3. Budaya kerja dapat membangkitkan kesanggupan aparatur negara

untuk melakukan adaptasi dengan berbagai keadaan yang berbeda.

Dalam pada itu, informasi tentang budaya kerja menjadi bagian sangat

penting dalam membangun budaya inti yang kuat untuk menjamin tindakan

Page 204: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

198

aparatur menjadi lebih baik. Meski konsepsi budaya kerja sudah dirumuskan

dengan baik, jika tidak didukung informasi yang tepat, maka aplikasinya

belum tentu akan mencapai hasil optimal. Banyak cara yang dapat ditempuh

dalam sosialisasi budaya kerja, namun dua hal pokok yang perlu dilakukan

adalah:

1. Menyampaikan informasi yang jelas dan terus menerus tentang budaya

kerja.

2. Menjaring masukan bagi upaya perbaikan selanjutnya.

Penulis sangat berharap jangan sampai budaya kerja ini terhenti hanya

sebatas wacana, melainkan benar-benar bisa terwujud dalam kehidupan nyata

aparatur negara. Karena itu, pendekatan yang dapat ditempuh secara sinergis,

yaitu sosialisasi dari dalam diri aparatur negara sendiri harus dipadukan

dengan sosialisasi kepada masyarakat. Informasi kepada masyarakat, dianggap

sangat strategis karena dapat membentuk opini publik yang diharapkan dapat

berdampak positif terhadap perubahan lingkungan sosial yang mendorong

perubahan sikap dan perilaku setiap aparatur.

9.10. Meningkatkan Peran Masyarakat

1. Makna Peran Masyarakat Salah satu ciri manajemen pemerintahan yang menganut paham

demokrasi adalah, mengikutsertakan seluruh rakyat dalam proses

pembangunan melalui partisipasi, mulai dari perencanaan sampai tahap

evaluasi. Sedangkan demokrasi mengandung kata kunci partisipasi. Istilah

“partipasi” pada prinsipnya mempunyai makna yang sama dengan “peran

serta”, yaitu mengambil peranan di dalamnya. Hanya saja, peran serta

merupakan istilah yang berasal dari bahasa Indonesia, sedangkan partisipasi

berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata ―participation”. Karena itu, dalam

buku ini ―partisipasi” atau ―peran serta‖ dipandang sama dan dipergunakan

secara bergantian.

Longman Dictionary of Contemporary English menyatakan:

“Participation is the act of taking part in an activity or event.”[224] Pengertian

ini menekankan pengambilan kegiatan pada aktivitas, dalam arti masyarakat

berpartisipasi melakukan aktivitas.

Partisipasi melibatkan lebih banyak mental dan emosi daripada fisik

seseorang, sehingga pribadinya diharapkan lebih banyak terlibat daripada

fisiknya sendiri. Partisipasi yang didorong oleh mental dan emosi yang

demikian itu, disebut sebagai partisipasi “sukarela”. Sedangkan partisipasi

dengan paksaan disebut mobilisasi. Partisipasi mendorong orang untuk

memberikan kontribusi terhadap situasi tertentu, sehingga berbeda dengan

kesukarelaan. Selain itu, partisipasi mendorong orang untuk ikut bertanggung

jawab di dalam suatu kegiatan, karena apa yang disumbangkannya adalah atas

dasar kesukarelaan sehingga timbul rasa bertanggung jawab kepada

organisasi.

Perbedaan ini biasanya digunakan dalam politik. Menurut Brynt &

White, pada 1950-an partisipasi digunakan dalam tren politik yang berarti

[224]

Loc.cit. Longman Dictionary P. 1031.

Page 205: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

199

pemungutan suara, keanggotaan partai, kegiatan dalam perhimpunan sukarela,

kegiatan-kegiatan protes, dan sebagainya. Kemudian, pada 1970-an pengertian

partisipasi dikaitkan dengan proses administrasi.[225]

Partisipasi dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu: (1) Partisipasi dalam

kegiatan secara bersama-sama, atau bergotongroyong dalam

pembangunan. (2) Partisipasi yang dilakukan secara sendiri dalam

pembangunan. Partisipasi yang dibutuhkan dalam pembangunan adalah

partisipasi yang dilakukan secara sukarela atau tanpa paksaan dan didorong

oleh prakarsa atau swadaya masyarakat.

Arti dan maksud partisipasi berbeda dengan prakarsa atau swadaya

masyarakat, jika partisipasi berarti mengambil bagian atau dapat juga disebut

peran serta, sedangkan prakarsa berarti usaha-usaha yang bersifat inisiatif.

Sedangkan swadaya berarti kekuatan sendiri. Dalam konteks ini, cara

berpartisipasi ada empat yakni:

1. Partisipasi dalam pembuatan keputusan: Artinya, keputusan-

keputusan untuk kepentingan umum yang dibuat pemerintah

seyogyanya melibatkan masyarakat, sehingga keputusan-keputusan

tersebut akan sangat bermanfaat bagi masyarakat. Selama ini banyak

keputusan-keputusan yang tidak bermanfaat, karena dibuat secara top

down tanpa melibatkan masyarakat.

2. Partisipasi dalam melakukan perencanaan pembangunan: Dalam

merencanakan pembangunan, agar tidak menyimpang perlu melibatkan

masyarakat yang diberi kesempatan untuk berpartisipasi, seperti

perencanaan pembebasan tanah untuk jalan Tol.

3. Partisipasi dalam pelaksanaan pembangunan: Masyarakat, misalnya,

dilibatkan dalam pelaksanaan pembangunan bendungan. Departemen

PU dalam membuat Bendungan Jatigede perlu melibatkan masyarakat

dalam pelaksanaan pembangunan sehingga terjadi sinergi antara

pemerintah dan masyarakat.

4. Partisipasi dalam evaluasi: Untuk memastikan bahwa perencanaan

sesuai dengan pelaksanaan, seluruh kegiatan harus dievaluasi. Evaluasi

ini perlu melibatkan partisipasi masyarakat.

Mekanisme partisipasi hendaknya berlangsung secara sistematik dan

dinamik, berlangsung mulai dari partisipasi pengambilan keputusan, kemudian

dilanjutkan dengan partisipasi pelaksanaan pembangunan dan seterusnya

partisipasi pemanfaatan hasil pembangunan yang pada akhirnya partisipasi

dalam penilaian pembangunan dan hasil-hasilnya. Hanya dengan cara seperti

ini partisipasi akan menjadi dinamis dan berkesinambungan.

2. Kriteria Peran Masyarakat Dimensi peran atau partisipasi merupakan fenomena alamiah yang

secara wajar memang harus terjadi jika kondisi lingkungan memberinya

peluang dan fasilitas. Dalam partisipasi ada beberapa kriteria yang terkandung

dalam istilah partisipasi ini sendiri, yaitu:

[225]

Bryant and White, Participation in Administration Process, M Graw-Hill Book

Company, 1982.

Page 206: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

200

1. Partisipasi yang mengarah kepada adanya kegiatan dalam individu,

masyarakat, organisasi, perekonomian dan pemerintah yang masing-

masing mempunyai keleluasan untuk mengambil keputusan sendiri-

sendiri, tetapi terikat dalam suatu ikatan solidaritas tertentu.

2. Adanya kesadaran dalam individu untuk menjalankan peranan yang

diberikan oleh organisasi secara ikhlas.

3. Keterlibatan anggota dalam proses pengelolaan suatu kegiatan tertentu.

4. Adanya kelompok sasaran dari partisipasi.

Partisipasi dikaitkan dengan pembangunan, di mana partisipasi

masyarakat ikut menentukan alokasi sumber-sumber ekonomi yang mengacu

pada motto pembangunan tersembunyi, dari, oleh dan untuk rakyat.

Masalah partisipasi dalam pembangunan dapat ditinjau melalui

berbagai pendekatan lingkup disiplin ilmu. Dari aspek ilmu hukum adalah,

partisipasi yang berkaitan dengan masalah supremasi hukum, penegakan

keadilan dan dukungan kepada kebenaran. Dalam Ilmu manajemen

pemerintahan adalah, partisipasi masyarakat dalam mebuat proses kebijakan

pemerintahan melalui penyusunan kebijakan sampai evaluasi. Dalam ilmu

ekonomi, yaitu partisipasi yang berorientasi untuk memperoleh pendapatan

dan pemenuhan kebutuhan hidupnya.

Bryan and White mengemukakan: “Peran serta dalam proses politik

dapat ditinjau dari dua segi, yaitu peran serta secara horizontal dan peran

serta secara vertikal. Secara horizontal masyarakat dilibatkan secara

kolektif dalam upaya memengaruhi pengambilan keputusan. Sedangkan

peran serta secara vertical diimplementasikan berupa upaya memengaruhi

keputusan. Peran serta secara vertikal akan mencakup segala kesempatan

keterlibatan anggota masyarakat tertentu dengan pejabat, atau kelompok

elit yang menguntungkan kedua belah pihak.”[226]

Dalam pendekatan disiplin sosiologi, partisipasi terutama dilihat dari

sikap dan perilaku yang mendasari tindakan manusia dalam proses

pembangunan interaksi antara sesama manusia itu sendiri. Untuk itu, upaya

yang harus dilakukan adalah, bagaimana mendekati masyarakat terutama yang

berada di pedesaan agar ikut serta atau berpartisipasi dalam pembangunan.

Dalam sudut pandang lingkungan yang kondusif untuk bekerja,

motivasi dasar manusia adalah untuk memperoleh pendapatan bagi

pemenuhan kebutuhan hidupnya. Sementara dari pendekatan administrasi,

khususnya administrasi negara yang berorientasi kepada masalah-masalah

pembangunan adalah, diupayakan agar masyarakat mengambil peranan di

dalamnya secara aktif dalam proses perubahan dan pembanguann yang

terencana.

Bertolak dari berbagai pandangan dan pemikiran tersebut, maka dapat

dikatakan bahwa partisipasi merupakan faktor yang amat penting dan

merupakan syarat mutlak keberhasilan manajemen pemerintahan. Pasalnya,

manajemen pemerintahan di era modern ini harus melibatkan peran

masyarakat dalam menentukan masa depannya, dan mengandung arti bahwa

masyarakat perlu melibatkan diri dalam proses tersebut karena peran serta

merupakan bagian dari proses pembangunan.

[226]

Op.Cit. Bryant and White. Hal. 270.

Page 207: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

201

Tujuan, Tahap dan Bentuk Peran Masyarakat Pelaksanaan manajemen pemerintah yang dilakukan aparatur

pemerintah bisa berjalan dengan baik, jika ada partisipasi masyarakat. Salah

satu wujud dari partisipasi masyarakat adalah, adanya sikap mendukung dari

anggota masyarakat terhadap penyelenggaraan manajemen pemerintahan yang

ditunjukkan dengan adanya partisipasi aktif masyarakat.

Untuk dapat ikut berpatisipasi aktif, sudah tentu masyarakat harus

memiliki kemampuan. Oleh karena itu, masyarakat hendaknya diberdayakan

dan diupayakan agar mampu berbuat sesuatu untuk memberikan partisipasi

kepada pemerintah. Ini pun menjadi bagian tugas pemerintah, yaitu

meningkatkan kemampuan masyarakat dan menciptakan iklim yang

memungkinkan lahirnya partisipasi, sehingga pada gilirannya akan

berpengaruh luas dan menguntungkan bagi penyelenggaraan manajemen

pemerintahan.

Setiap warga negara adalah bagian dari masyarakat. Karena itu,

sebagai pemilik kedaulatan masyarakat mempunyai hak dan kewajiban untuk

mengambil bagian dalam proses bernegara, berpemerintahan, serta

bermasyarakat. Mengambil bagian dalam proses tersebut, disebut sebagai

partisipasi, di mana partisipasi ini dapat dilakukan secara langsung maupun

melalui institusi intermediasi sepertii DPR, LSM dan lain sebagainya.

Partisipasi yang diberikan dapat berbentuk buah pikiran, dana, tenaga, maupun

berbagai bentuk lain yang bermanfaat. Jhingan menyatakan, partisipasi

diarahkan pada lima tujuan penting yaitu: [227]

1. Project cost-sharing, yaitu partisipasi memikul sebagian atau seluruh

dana yang dibutuhkan.

2. Incresing project effiency, yaitu partisipasi yang diharapkan dapat

meningkatkan efisiensi dalam pembangunan.

3. Efectiveness, yaitu pelaksanaan proyek atau program pembangunan

yang lebih menjamin tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

4. Beneficiary capacity, yaitu kemampuan yang makin meningkat karena

pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh dalam penerapan.

5. Empowerment, yaitu meningkatkan power secara keseluruhan

(peningkatan kekuasaan), dalam arti kemampuan untuk memengaruhi

arah kebijakan dan keputusan di kemudian hari.

Arah Dalam Meningkatkan Peran Masyarakat Proses manajemen pemerintahan dalam suatu negara akan berkaitan

langsung dengan masyarakat, dan akan memberi rangsangan pada masyarakat

untuk berperan. Dapat kita lihat, setiap penerapan kebijakan manajemen

pemerintahan akan menimbulkan banyak reaksi masyarakat. Contohnya, pada

saat harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dinaikkan, masyarakat berdemontrasi.

Akibat rangsangan tersebut, dapat dianalisis sejauh mana dan sampai tingkat

apa masyarakat berperan dalam kebijakan manajemen pemerintahan.

Memang, sangat sulit menjabarkan bentuk peran masyarakat dalam

kebijakan manajemen pemerintahan. Namun, peran masyarakat sangat penting

[227]

Jhingan, Paticipation, 1998. hal. 55.

Page 208: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

202

dalam menyusun kebijakan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan peran

masyarakat dalam manajemen pemerintahan agar bermanfaat bagi aparatur

dapat dilakukan beberapa hal berikut:

1. Memberi masukan kebijakan, khususnya peraturan perundangan yang

terkait hajat hidup orang banyak. Agar kebijakan pemerintahan bisa

diterima masyarakat dan tidak menyimpang jauh, pemerintah harus

mendengar atau menerima usulan/masukan dari masyarakat. Misalnya

dalam hal Kenaikan Tarif Jalan Tol, pemerintah tidak sewenang-

wenang menaikkan tarif tanpa memperhatikan kemampuan

masyarakat. Karena menyangkut kepentingan masyarakat umum, maka

pemerintah harus juga mendengarkan masukan dari masyarkat.

2. Menyampaikan kritik membangun kepada pemerintah tentang

pelayanan masyarakat atau pelayanan umum beserta aspek-aspek

budaya kerja aparatur pemerintah yang menyimpang dari peraturan

peundang-undangan. Contohnya, baru-baru ini Jaksa yang menangani

dana BLBI tertangkap tangan oleh KPK, masyarakat berhak

menyampaikan keinginan kritik yang membangun kepada Kejaksaan

secara proporsial.Mengembangkan partisipasi dan opini publik dalam

upaya menciptakan manajemen pemerintahan yang kondusif untuk

mendukung program manajemen pemerintahan yang baik.

3. Mendukung penegakan hukum dan keadilan secara transparan, tertib

dan proporsional.

4. Mendorong perbaikan pelayanan publik yang dilakukan aparatur dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan warga negara.

5. Ikut mengawasi penggunaan anggaran yang dilakukan aparatur agar

tepat sasaran, sehingga dapat dicegah.

6. Ikut mendorong terjadinya perubahan mental, persepsi, pola pikir

dalam manajemen pelayanan masyarakat dan mendorong aparatur

untuk memahami peraturan, kebijakan nasional, sektoral, serta

kemampuan memanfaatkan perubahan faktor-faktor lingkungan,

internal maupun eksternal.

7. Mendorong terciptanya sistem pengendalian manajemen pemerintahan

yang efektif dan efisien di bidang pembangunan dan pelayanan

masyarakat, termasuk evaluasi pertanggungjawaban kinerja aparatur

kepada masyarakat, sesuai dengan standar dan kinerja pelayanan

masyarakat yang baik.

8. Ikut mengkaji dan memperbaiki kebijakan publik di bidang

pembangunan yang menyangkut kepentingan masyarakat umum.

Untuk lebih jelasnya lihat Tabel. 9.5. Peran Masyarakat dalam

Kebijakan Manajemen Pemerintahan. TABEL 9.5. PERAN MASYARAKAT

DALAM KEBUIJAKAN MANAJEMEN PEMERINTAHAN

oleh Budi Supriyatno

NO

BENTUK

PERAN SERTA

INDIKATOR

MANFAAT BAGI

PEMERINTAH

1

MEMBERIKAN

MASUKAN

KEBIJAKAN

Mempunyai wawasan

luas

Memiliki kemampuan

Peraturan yang

dibuat akan mudah

diterima

Page 209: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

203

manajemen

pemerintahan.

masyarakat dan

dapat

diimplementasikan

dengan baik.

2

MENYAMPAIKAN

KEINGINAN DAN

KRITIK

Memiliki kemampuan

dalam menyampaikan

pendapat dan kritik

Akan dapat

meningkatkan

pelyanan yang

lebih baik kepada

masyarakat.

3

MENGEMBANGKAN

PARTISIPASI DAN

OPINI

Memiliki kreatifitas

dan pendapat serta

inovasi tinggi.

Memiliki kualifikansi

di bidangnya.

Program

manajemen

pemerintah akan

dapat dirsakan oleh

masyarakat.

Mengurangi

pemborosan.

4

MENDUKUNG

PENEGAKKAN

HUKUM

o Memiliki kemampun

dibidang hukum

o Memiliki kesadaran

dan kamuan untuk

melakukan

penegakkan hukum.

o Memiliki sifat jujur

dan disiplin dan

konsisten.

Terciptalah

kesadaran hukum.

Masyarakat akan

taat hukum.

Pemerintah akan

mudah dalam

pelaksaan hukum.

5

MENDORONG

PERBAIKAN

PELAYANAN

PUBLIK

o Mempunyai sikap

kritis terhadap

kebijakan

pemerintahan.

Mudah

melaksanakan

kegiatan dan

program.

6

MENGAWAI

PENGGUNAAN

ANGGARAN

o Mempunyai

kemampuan bidang

anggaran.

o Meritis terhadap

anggaran yang

dilaksanakan

pemerintah.

Terhindar dari

KKN.

Penggunaan

anggaran lebih

efisien.

7

MENDORONG

PERUBAHAN

MENTAL

o Mempunyai sikap

tegas terhadap

perubahan kebijakan

pemerintah.

o Mampu memberikan

masukan dengan

jelas.

Peraturan yang

tegas dalam

menciptakan

hukum.

Pedoman

pelaksanaan tugas.

8

MENDORONG

EFEKTIFITAS DAN

EFISIEN

o Mempunyai wawasan

yang luas dalam

manajemen

pemerintahan.

o Kritis terhadap

perubahan kebijakan

pemerintahan.

Meningkatkan

kinerja aparatur.

9

MENGKAJI DAN

MEMPERBAIKI

o Mempunyai wawasan

yang luas terhadap

pembangunan.

Kebijakan yang

dibuat lebih tegas,

dan mudah

Page 210: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

204

KEBIJAKAN o Mampu memberikan

masukan terhadp

kebijakan.

dilaksanakan.

9.11. Mengefektifkan Anggaran

1. Memahami Makna dan Permasalahan Anggaran Yang dimaksud anggaran di sini adalah anggaran negara atau anggaran

pemerintah, atau sering juga disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN). Di Indonesia, APBN adalah rancangan anggaran pemerintah

yang disetujui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Dalam Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2003 dinyatakan, APBN adalah rencana keuangan tahunan

pemerintahan negara yang disetujui Dewan Perwakilan Rakyat.[228] Karena

APBN merupakan persetujuan DPR, dalam pengelolaan anggaran yang

dilakukan oleh pemerintah harus sesuai dengan peraturan dan peruntukannya,

serta diawasi DPR. Dengan demikian, tidak boleh ada penyimpangan-

penyimpangan untuk kepentingan individu, kelompok, atau partai politik

tertentu. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan: ―anggaran

pendapatan belanja negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan

ketentuan mengenai pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk

keperluan negara serta macam dan harga mata uang ditetapkan undang-

undang.[229]

Sayang, dalam pelaksanaannya, pengelolaan keuangan negara masih

menggunakan ketentuan perundangan-undangan yang disusun pada masa

pemerintahan kolonial Hindia Belanda dan berlaku berdasarkan aturan

Peralihan Undang-Udang Dasar 1945, yaitu Indiche Comptabiliteitswet yang

dikenal dengan nama ICW stbl. 1925 No. 448, selanjutnya diubah dan

diundangkan dalam Lembaran Negara 1954 Nomor, 1955 Nomor 49, dan

terakhir Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1968. Undang-undang ini pertama

kali ditetapkan pada 1864 dan mulai berlaku pada tahun 1867, Indiche

Bedrijvenwet (IBW) stbl. 1927 No.419 jo.Stbl.1936 No.445 dan Reglement

voor het Administratief Beheer (RAB) Stbl. 1933 No.381. Sementara itu,

dalam pelaksanaan pemeriksaan pertanggungjawaban keuangan negara

digunakan Instructie en verdere bepalingen voor de Alemeene Rekenkamer

(IAR) Stbl. 1933 No. 320.[230] Perundang-undangan tersebut tidak dapat

mengakomodasi berbagai perkembangan yang terjadi dalam sistem

kelembagaan negara dan pengelolaan keuangan pemerintah. Berbagai

ketentuan tersebut secara formil nasih tetap berlaku, meski secara materiil

sebagian dari ketentuan dalam peraturan peundang-undangan tersebut tidak

dilaksanakan.

Kelemahan perundangan dalam bidang keuangan tersebut menjadi

salah satu penyebab terjadinya “berbagai bentuk penyimpangan dalam

[228]

Law of the Republic of Indonesia Number 17 Year 2003 on State Finance, Chapter I,

General Provisions, Article I. [229]

The Constitution, Op.cit. Chapter VII. [230]

Op.cit.Republic of Indonesia Law Number 17.

Page 211: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

205

pengelolaan keuangan negara”. Oleh karena itu, perlu diupayakan

menghilangkan berbagai penyimpangan tersebut dan mewujudkan sistem

pengelolaan fiskal yang berkesinambungan (sustainable), sesuai dengan

aturan pokok yang telah ditetapkan dalam undang-undang dasar dan asas-asas

umum yang berlaku secara universal. Dalam penyelenggaraan pemerintahan

negara diperlukan suatu undang-undang yang mengatur pengelolaan keuangan

negara.

Masalah pokok yang dihadapi dalam pengelolaan anggaran negara

adalah:

1. Defisit anggaran yang besar dan utang pemerintah, baik utang dalam

maupun luar negeri yang semakin membengkak. Meningkatnya utang

luar negeri utamanya untuk menutup defisit anggaran yang membesar,

dan untuk memperkuat cadangan devisa. Utang domestik berupa

obligasi pemerintah yang digunakan untuk membiayai restrukturisasi

perbankan.

2. Untuk mencapai fiscal sustainability, ditempuh kebijakan

menyehatkan anggaran pendapat dan belanja negara, dengan

meningkatkan efektifitas pengelolaan keuangan negaran guna

meningkatkan penerimaan negara, hemat pengeluaran negara dan

mengurangi ketergantungan dari dana-dana luar negeri.

3. Terjadinya Korupsi yang hampir membudaya di semua sektor

kehidupan masyarakat, yang sudah sangat membahayakan kehidupan

bernegara.

2. Meningkatkan Penerimaan

Pemerintah memang sudah berupaya meningkatkan penerimaan

dengan cara meningkatkan efektifitas perpajakan dan berbagai sumber

penerimaan bukan pajak. Sasaran yang ingin dicapai adalah, meningkatkan

penerimaan negara, khususnya dari sektor pajak. Dalam konteks ini, berbagai

kegiatan pokok yang dilakukan adalah:

1. Memperluas basis pajak dengan menyederhanakan administrasi pajak,

menghilangkan bebragai pengecualian pajak, dan meningkatkan

penegakkan hukum bagi wajib pajak dan petugas pajak yang

melanggar ketentuan perundang-undangan perpajakan.

2. Mengoptimalkan kepemilikan pemerintahan dalam Badan Usaha Milik

Negara (BUMN), dengan menekankan kewajiban pemerintah dan

meningkatkan manfaat dari kepemilikan tersebut melalui proses

privatisasi.

3. Menghapuskan secara bertahap pengelolaan dana-dana negara di luar

anggaran negara (off-budge).

4. Meningkatkan penerimnaan bukan pajak seperti royalti. Contohnya,

royalty dari sektor pertambangan. Lihat langkah Menteri Keuangan Sri

Mulyani yang mencekal 14 Direktur perusahaan tambang yang

menunggak royalti hasil tambang senilai Rp 3,36 triliun.[231] Tunggakan

[231]

Kompas Daily Sources On August 6, 2008, the Directors are banned from the Board of

Directors of PT. Kaltim Prima Coal (KPC), PT Arutmin Indonesia, PT Adaro, PT Berau Coal,

PT Libara Utama Intiwood and PT Citra Dwipa Finance.

Page 212: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

206

rolyati yang merupakan sumber penerimaan negara bukan pajak,

seharusnya lebih digalakan dalam menggali sumber penerimaan

negara.

3. Meningkatan Efektifitas Pengeluaran Negara Dalam rangka mempertajam prioritas pengeluaran negara, pengeluaran

negara harus disesuaikan dengan kemampuan pemerintah dalam menggali

dana, terutama yang berasal dari dalam negeri. Sasarannya adalah,

kemampuan Anggaran Pendapat Belanja Negara yang berkelanjutan (fiscal

sustainability). Kegiatan-kegiatan pokok yang perlu dilakukan adalah:

1. Menghapus subsidi secara bertahap: Terutama berbagai subsidi yang

disediakan untuk mengurangi dampak krisis, secara bertahap perlu

dihapus. Dimulai dengan subsidi yang bersifat umum dan tidak

langsung ke kelompok sasaran seperti subsidi BBM. Dana yang

dihemat dapat digunakan sebagai pengeluaran negara ke berbagai

sektor lain dan manfaatnya langsung dirasakan oleh masyarakat,

seperti upaya pengentasan kemiskinan.

2. Pembiayaan berbagai kegiatan studi atau kajian yang kurang

bermanfaat perlu dievaluasi atau dikaji ulang: Banyak studi-studi

atau kajian yang dibuat sejak orde baru sampai sekarang jika ditumpuk

ke atas mungkin “sudah sundul langit”. Namun, berbagai studi ini

tidak banyak dipergunakan oleh instansi, bahkan tidak ada manfaatnya

bagi masyarakat. Penulis menemukan studi yang dibuat oleh instansi

pemerintah hanya sebagai akal-akalan, bahkan dibuat berulang-ulang

setiap tahun dengan tujuan menyedot anggaran, sehingga terjadi

pemborosan. Anggaran tersebut hanya memperkaya diri para pejabat

terkait. Sangat ironis memang, tetapi kenyataan pahit ini harus dikaji

ulang.

3. Menekan biaya restrukturisasi perbankan: Hal ini dilakukan dengan

cara mempercepat penuntasan proses restrukturisasi sehingga, biaya

yang harus ditanggung pemerintah dapat ditekan serendah mungkin,

sementara penjualan aset hasil restrukturisasi perbankan dapat

mencapai nilai maksimal, termasuk divestasi saham pemerintah pada

bank-bank peserta progam rekapitalisasi pada perusahaan-perusahaan

obligor yang diserahkan kepada Badan Penyehatan Perbankan

Nasional (BPPN).

4. Mengendalikan peningkatan anggaran belanja pegawai: Selama

krisis, pendapatan riil pegawai negeri sipil, yang di masa sebelum

krisis sudah tertinggal dari pegawai swasta, makin merosot tajam.

Namun, upaya peningkatan anggaran belanja pegawai ini harus disertai

reformasi birokrasi seperti penataan ulang sistem insentif dan

perampingan. Meski upaya ini tetap menjaga kesinambungan

anggaran, secara riil peningkatan pendapat pegawai negeri dapat

memadai.

5. Mempertajam prioritas anggaran pembangunan: Anggaran untuk

pembangunan diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang memang harus

dilaksanakan pemerintah.

Dengan meningkatkan efektifitas pengelolaan anggaran dan

pengeluaran negara, maka defisit anggaran dapat berangsur-angsur diturunkan.

Page 213: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

207

4. Langkah Pengelolaan Anggaran Yang Efektif

Pengelolaan anggaran pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan

kemandirian pembiayaan pembangunan, yaitu anggaran pembangunan

digunakan secara optimal dan beban pinjamaan luar negeri secara bertahap

diturunkan. Kegiatan-kegiatan pokok yang perlu dilakukan adalah:

1. Mengurangi secara bertahap pembiayaan luar negeri bersih: Sejalan

dengan peningkatan penerimaan dalam negeri, tingkat pinjaman luar

negeri, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, harus

diupayakan menurun setiap tahunnya.

2. Membenahi mekanisme dan prosedur peminjaman luar negeri:

Termasuk di dalamnya adalah, perencanaan, proses setelah seleksi,

pemanfaatan dan pengawasannya. Pinjaman luar negeri pemerintah

harus dikelola secara transparan, selalu dikonsultasikan dengan DPR

dan diatur dengan undang-undang. Dalam pada itu, perlu disusun

peraturan perundangan untuk melandasi dan memayungi berbagai

pinjaman luar negeri ini, khususnya yang terkait dengan pinjaman

pemerintah pusat dan daerah.

3. Memanfaatkan pinjaman secara optimal: Pinjaman harus

dimanfaatkan secara optimal sesuai dengan prioritas pembangunan dan

dilaksanakan secara transparan, efektif dan efisien.

4. Mengkaji secara menyeluruh kemampuan proyek: Kemampaun

setiap proyek harus dikaji secara menyeluruh, sekaligus mempertajam

prioritas pengeluaran anggaran dengan memperkuat pengawasan yang

sistemik, utamanya proyek-poryek yang dibiayai utang luar negeri.

5. Meningkatkan kemampuan diplomasi dan negosiasi: Para negosiator

pinjaman luar negeri harus memiliki kemampuan diplomasi untuk

memperoleh jangka waktu dan pola persyaratan (term and conditions)

yang memudahkan proses pencairan dan memperingan beban

pembayaran.

6. Melakukan restrukturisasi utang luar negeri: Untuk meringankan

beban pembayaran, perlu dilakukan restrukturisasi utang dengan para

donor. Restrukturisasi ini harus dilkakukan secara transparan dan

dikonsultasikan dengan DPR. Dalam upaya restrukturisasi utang,

proyek-proyek terkait akan dibatalkan.

7. Menerbitkan obligasi pemerintah untuk membiayai pembangunan:

Di luar kebutuhan dan rekapitalisasi perbankan, pemerintah perlu

menerbitkan obligasi untuk membiayai pembangunan.

Pengembangannya dilaksanakan secara bertahap agar stabilitas makro

tetap terjaga dan tidak mengganggu pemulihan kegiatan ekonomi

sektor swasta. Prioritas diberikan untuk menyalurkan obligasi yang

telah diterbitkan bagi keperluan restrukturisasi perbankan dan

mengembangkan pasar obligasi untuk fasilitas pembiayaan kembali

(refinancing) sebagian obligasi tersebut bila jatuh tempo. Dalam kaitan

ini, perlu diperkuat debt management unit yang melakukan

pengelolaan penerbitan obligasi pemerintah.

8. Mengurangi tambahan beban pinjaman dalam negeri: Melalui

penuntasan restrukturisasi perbankan dan utang swasta, dapat

dilakukan pengurangan tambahan beban pinjaman dalam negeri.

Penuntasan restrukturisasi perbankan dan dunia usaha, akan menekan

Page 214: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

208

biaya pemulihan ekonomi dan meningkatkan pengembalian aset (asset

recovery).

Di samping berbagai hal tersebut, dalam rangka mendukung

terwujudnya Manajemen Pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraan

negara, pengelolaan anggaran harus dilakukan secara profesional, terbuka dan

bertanggungjawab sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam

Undang-Undang dasar 1945, Undang-Undang Tentang Keuangan Negara atau

aturan pokok yang telah ditetapkan dalam undang-undang dasar tersebut ke

dalam asas-asas yang meliputi asas yang telah lama dikenal dalam pengelolaan

keuangan negara, seperti asas tahunan, asas universalitas, asas kesatuan dan

asas spesialitas maupun asas-asas baru sebagai pencerminan best practices

(penerapan kaidah-kaidah yang baik) dalam pengelolaan anggaran yang

efektif. Asas-asas pengeloloaan anggaran yang efektif antara lain:

1. Akuntabilitas yang berorientasi pada hasil.

2. Profesionalisme.

3. Proporsionalitas.

4. Keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara.

5. Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri.

9.12. Melaksanakan Desentralisasi

1. Memahami Desentralisasi Desentralisasi merupakan suatu kegiatan sangat kompleks dan

berkesinambungan yang tidak pernah berhenti pada suatu masalah. G. Shabbir

and Rondeinelli, memaparkan konsep desentralisasi dengan memberikan

definisi sebagai berikut: “Decentralization is the transfer of planning,

decision making, or administrative authority from the central government to

its field organizations, local administrative units, semi-authonomus and

parastatal organizations, local government, or non governmental

organization.”[232]

Desentralisasi merupakan transfer berbagai jenis kewenangan dari

pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Kemudian dilanjutkan dengan transfer

pembiayaan, dokumen-dokumen, serta sarana dan prasarana. Setelah tahap-

tahap tersebut selesai dilalui, bukan berarti kegiatan berhenti di sini. Dengan

kata lain, untuk menjalankan desentralisasi diperlukan manajemen baru yang

sesuai dengan dinamika persoalan yang dihadapi. Manajemen pemerintahan

menjadi faktor yang sangat penting bagi keberhasilan pelaksanaan

desentralisasi. Roth menyatakan: “…that are generally considered the

responsibility of government wheter central, regional or local.”[233] Menurut penulis Budi Supriyatno, desentralisasi adalah penyerahan

kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah untuk mengatur

[232]

Rodinelli, Dannis A, and Cheema, G. Shabbir, Implementang Decentralizaton Policies :

An Introduction, dalam Rondinelli, Dennis A. and Cheema, G. Shabbir, Decentralization and

Development, Policy Implementation in Developing Countries, California : SAGE

Publication Inc, Beverlu Hills, 1998 ha. 18. [233]

Gabriel ROTH. The Private Provision of public Service in Developing Countries. EDI

Series in Economic Development. Published for the World Bank. Oxford university Press.

1987:1.

Page 215: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

209

dan mengurus pemerintahan sendiri secara efektif dan efisien.

Desentralisasi memerlukan adanya ketegasan pembagian kewenangan antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pada dasarnya, kegiatan yang

dilakukan pemerintah sudah jelas, yakni melakukan pelayanan kepada warga

negaranya. Dalam pelaksanaan tugasnya, pemerintah daerah akan lebih

efektif, karena lebih memahami kebutuhan masyarakatnya. Itu sebabnya,

desentralisasi menekankan pada peran pemerintah daerah yang lebih baik.

Sejalan dengan hal tersebut, Clarke & Stewart menjelaskan: “Management in

local Government has to be understood as part of the public domain, but

also with its own special purpose and conditions. The purposes and

condition reflect the nature authorities as political institution constituted for

local choice in government and as organization for the delivery of public

services.”[234] Selanjutnya ditegaskanya pula bahwa “A local authority

should provide service for the public not the public. In that simple statement

lies a challenge to past and presnt working.”[235] Dalam pemenuhan kebutuhan individu warga masyarakat, pemerintah

daerah di Indonesia mengacu pada pelaksanaan umum Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014. Uraian penjelasan umum tersebut mengisyaratkan

adanya hal-hal mendasar dalam undang-undang sebagai yang pada

dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dari tujuan

nasional.[236]

Sedangkan Lech, et al, mengingatkan:“local authorities are not only

providers of service; they are also political institution for local choice and

local voice. They key issue for management of local government is how one

achieves an organization that not merely but one role but carries out both

roles, not separately but in interaction.”[237]

Dalam konteks ini, Stewart mengatakan pemerintah daerah adalah

“multi purpose organization.”[238] Dalam praktiknya, pemerintah daerah

kemudian membentuk dinas-dinas daerah sebagai unit operasional.

Pembentukan dinas-dinas tersebut oleh Daft disebut sebagai “self-contained

product groups‖[239], atau Hatch menyebutnya sebagai “multi divisional

structure.”[240] Pendekatan kedua oleh Daft dan Hatch disebut sebagai

“functional structure.”

Seiring dengan adanya perubahan tersebut di atas dan menguatnya

semangat otonomi, pemerintah daerah mendapatkan otoritas yang lebih besar

untuk meningkatkan kinerjanya. Dampak dari perubahan ini adalah, terjadinya

pola hubungan baru antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Di

[234]

John Stewart., Understanding The management of Local Government, Managing Local

Government, Gemenral editor:Michael vlark & John Stewart Longman, 1983:3. [235]

Ibid. John Stewart. 1988:44. [236]

Law Number 22 Year 1999. loc, Cit: 55.. [237]

Steve Lach., John Stewart, Kieron Walsh, The Changing Organization and Management

of Local Government, McMillan, 1994: 4. [238]

Loc. Cit. John Stewart, 1988:4.. [239]

Richard L. Daft. Organization Theory and Design, Fourt Editon, Access Info Distributor

Pte. Ltd., Singapore, 1994: 194. [240]

Marry Jo Hatch, organization Theory, Modern Symbolic and Post Modern Perspectives,

Oxford University Press, New York 1997:184.

Page 216: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

210

satu sisi pemerintah pusat berharap agar daerah makin akuntabel, ekonomis

dan efisien, dan di sisi lain pemerintah daerah juga perlu mengakomodasikan

tuntutan dan kebutuhan masyarakat lokal.

Pemerintah daerah merespon terjadinya perubahan hubungan baru

tersebut dengan berbagai cara. Ada cara ekstrim, yaitu pendekatan yang

bersifat meminimalkan perbedaan melalui sikap konformitas terhadap tuntutan

pemerintah pusat. Dari beberapa kasus, dalam jangka pendek, hasil

pendekatan ini memuaskan. Dalam jangka panjang, ada indikasi kesulitan

dalam kejelasan peran, hubungan struktural dan prosedur. Sikap ekstrim lain

yang diambil oleh pemerintah daerah adalah, melakukan penilaian terhadap

peran dan rencana manajemen.

Dalam paparan akademis yang dikemukanan Pallach & Prol,

disebutkan bahwa organisasi pemerintah daerah moderen melakukan

perubahan orientasi pelayanan masyarakat dengan memberikan beberapa

kriteria yang perlu diperhatikan. Terdapat tujuh kriteria pembentuk profil

analitis-normatif dari sistem yang berorientasi kinerja untuk pemerintah

daerah, yaitu: (1) Performance under democratic control; (2) Citizens and

customer orientation; (3) Cooperation between politicians administration;

(4) Decentralized management; (5) Controlling and reporting, planning,

coordination, controlling system allow continuous improvement and

adaptation of service to local needs; (6) Employee potential; and (7)

Capacity for innovation and evaluation secured by competition.[241]

Decentralized management menurut Budi Supriyatno diartikan

sebagai hubungan administrasi dan politisi atau pelimpahan wewenang

yang dilakukan dari organisasi pelaksana di atas ke organisasi pelaksana di

bawahnya. Hal ini diikuti dengan pendelegasian tanggungjawab dengan

pengawasan terhadap pencapaian hasil (outcome).

2. Maksud dan Tujuan Desentralisasi

Maksud desentralisasi adalah, memacu pemerataan pembangunan

dan hasil-hasilnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraaan rakyat,

menggerakkan prakarsa dan peran serta masyarakat, serta meningkatkan

pendayagunaan potensi daerah secara optimal dan terpadu dalam mengisi

otonomi daerah yang nyata, dinamis, bertanggungjawab, serta memperkuat

persatuan dan kesatuan bangsa.

Grand Strategy yang diberikan pemerintah pusat kepada daerah tanpa

syarat tertentu, berhasil meredam rasa tidak puas daerah terhadap pusat.

Daerah boleh menentukan sendiri kewajiban yang harus dijalankannya. Hal ini

berdampak positif dalam upaya memberikan pelayanan kepada masyarakat

yang pada gilirannya mengandung arti memperbesar otonomi daerah. Tujuan

desentralisasi adalah:

1. Meningkatkan dan memeratakan pembangunan. Yang dimaksud

dengan pembangunan adalah pembangunan dalam arti luas, yaitu

[241]

Pallach & Prohl in Friede Nashold and Glann Daley, Learning From The Pioneers

Modernizing Local Government. Parta One, International Public Management Journal 2 (1),

1999: 27.

Page 217: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

211

meliputi semua bidang kehidupan dan penghidupan. Ini merupakan

kewajiban daerah untuk ikut melancarkan jalannya pembangunan

sebagai sarana mencapai kesejahteraan rakyat yang diterima dan

dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab.

2. Meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelengaraan

pemerintahan di daerah, terutama pelaksanaan pembangunan dan

pelayanan terhadap masyarakat, serta meningkatkan pembinaan

kestablian politik dan kesatuan bangsa.

3. Memungkinkan daerah terkait mengatur dan mengurus rumah

tangganya sendiri. Untuk tujuan tersebut, daerah diberi wewenang

untuk melaksanakan berbagai urusan pemerintahan sebagai urusan

rumah tangganya sendiri.

4. Tujuan Politik. Dalam rangka meningkatkan demokratisasi

infrastruktur dan suprastruktur politik.

5. Tujuan Manajemen Pemerintahan. Dalam rangka menciptakan

manajemen pemerintahan yang memenuhi 4E (efektif, efisien,

equity/adil dan ekonomik).

6. Tujuan Ekonomi. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

Pada hakekatnya, desentralisasi yang diberikan kepada daerah

bertujuan:

1. Dari segi politik, mengikutsertakan masyarakat dalam menyalurkan

aspirasi dan inspirasi, baik untuk kepentingan sendiri dan daerah,

maupun dalam rangka mendukung proses politik dan kebijakan

pembangunan nasional dalam rangka pengembangan proses dan

mekanisme demokrasi dari lapisan bawah;

2. Dari segi manajemen pemerintahan adalah, untuk meningkatkan daya

guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan, terutama dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan memperluas jenis-

jenis pelayanan dalam berbagai bidang kebutuhan masyarakat;

3. Dari segi masyarakat adalah, untuk meningkatkan partisipasi serta

menumbuh kembangkan kemandirian masyarakat, agar mereka tidak

terlalu tergantung kepada pemberian pemerintah, serta memiliki daya

saing yang kuat dalam proses pertumbuhannya;

4. Dari segi ekonomi pembangunan adalah, untuk melancarkan

pelaksanaan program pembagunan guna terciptanya kesejahteraan

rakyat yang makin meningkat. Lihat Gambar 9.13. Tujuan

Desentralisasi di bawah ini.

Page 218: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

212

Memberian kewenangan yang dilakukan pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah adalah konsekuensi logis untuk tercapainya maksud dan

tujuan pemberian desentralisasi dan otonomi kepada daerah, serta imbalan

terhadap kewajiban dan tanggungjawab pemerintah daerah dalam

melaksanakan otonomi daerah. Desentralisasi memerlukan adanya prinsip-

prinsip yang dipegang teguh dalam manajemen pemerintahan. Prinsip-prinsip

tersebut yang berlaku di Indonesia sebagai berikut:[242]

1. Prinsip otonomi seluas-luasnya: Dalam arti daerah diberi kewenangan

mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang

menjadi urusan pemerintah pusat yang ditetapkan dalam undang-

undang ini. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah

untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan

pemberdayaan masyarakat yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan

rakyat.

2. Otonomi nyata dan bertanggungjawab: Prinsip otonomi nyata adalah,

suatu prinsip untuk menangani urusan pemerintahan yang dilaksanakan

berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban yang senyatanya telah

ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai

dengan potensi dan kekhasan daerah. Dengan demikian, konten dan

jenis otonomi bagi setiap daerah tidak selalu sama dengan daerah yang

lain. Yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggungjawab adalah,

otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan

dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya

[242]

Op.cit. RI Law Number 32.

GAMBAR. 9.13. TUJUAN DESENTRALISASI

Oleh Budi Supriyatno

TTUUJJUUAANN

DDEESSEENNTTRRAALLIISSAASSII

MMEENNGGIIKKUUTT--

SSEERRTTAAKKAANN

MMAASSYYAARRAAKKAATT

:: AASSPPIIRRAASSII,,

IINNSSPPIIRRAASSII,,

MMEENNDDIIDDIIKK

PPRROOSSEESS

PPOOLLIITTIIKK,,

KKEEBBIIJJAAKKAANN

NNAASSIIOONNAALL

11

PPOOLLIITTIIKK

22

MMAANNAAJJEEMMEENN

PPEEMMEERRIINNTTAAHHAANN

MMEENNIINNGGKKAATTKKAA

NN DDAAYYAA GGUUNNAA

DDAANN HHAASSIILL

GGUUNNAA

MMEENNIINNGGKKAATTKKAA

NNPPAARRTTIISSIIPPAASSII

DDAANN

MMEENNUUMMBBUUHHKKEEMM

BBAANNGGAANN

KKEEMMAANNDDIIRRIIAANN

MMAASSYYAARRAAKKAATT

MMEELLAANNCCAARRKKAANN

PPEELLAAKKSSAANNAAAANN

PPRROOGGRRAAMM

PPEEMMBBAANNGGUUNNAANN

33

MMAASSYYAARRAAKKAATT

44

EEKKOONNOOMMII

PPEEMMBBAANNGGUUNNAANN

Page 219: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

213

untuk memberdayakan daerah, termasuk meningkatkan kesejahteraan

rakyat sebagai bagian utama dari tujuan nasional.

3. Penyerahan Kewenangan Desentralisasi tanpa adanya penyerahan kewenangan dari pemerintah

pusat kepada pemerintah daerah, sama saja dengan “pembohongan”. Oleh

karena itu, pemerintah pusat harus “legowo” menyerahkan sebagian

kewenangan kepada daerah. Khususnya di Indonesia, terdapat 20 urusan

Pemerintah Pusat yang telah diserahkan kepada Pemerintah Daerah Tingkat I

menjadi urusan rumah tangganya sendiri sebagai berikut:[243]

1. Urusan Pertanian Rakyat (Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun

1951);

2. Urusan Peternakan (Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1952);

3. Urusan Perikanan Darat (Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun

1951);

4. Urusan Pedidikan dan Kebudyaan (Peraturan Pemerintah Nomor 65

Tahun 1951);

5. Urusan Kesehatan (Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 1952);

6. Urusan Pekerjaan Umum (Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun

1953);

7. Urusan Perindustrian (Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 1954);

8. Urusan Kehutanan (Peraturan Pemerintah Nomor 04 Tahun 1957);

9. Urusan Perikanan Laut (Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 1957);

10. Urusan Perkebunan Rakyat (Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun

1957);

11. Urusan Perbaikan Sosial (Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1958);

12. Urusan Perumahan Rakyat (Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

1958);

13. Urusan Perburuhan (Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1958);

14. Urusan Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (Peraturan Pemerintah

Nomor 16 Tahun 1958);

15. Urusan Pemerintahan Umum (Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

1959);

16. Urusan Perusahaan dan Proyek Negara (Peraturan Pemerintah Nomor

7 Tahun 1964);

17. Urusan HPH dan HPHH (Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun

1970);

18. Urusan Perkebunan Besar (Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun

1975);

19. Urusan Kepariwisataan (Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1979);

20. Urusan Pertambangan (Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1986).

Selain dua puluh urusan tersebut, ada tiga urusan lagi yang merupakan

pembaharuan dan sudah diserahkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 22

Tahun 1948 dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957. Ketiga urusan baru

[243]

The set of regulations on the Delivery of Central Government Affairs to the Region, the

Directorate of the Submission of Regional Affairs, Directorate General of PUOD, Ministry of

Home Affairs, 1981.

Page 220: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

214

yang diserahkan melalui Peraturan Pemerintah kepada Pemerintah daerah itu

adalah:

1. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1975 tentang penyerahan

sebagian urusan pemerintahan pusat di bidang perkebunan besar.

Peraturan Pemerintah ini hanya mengatur penyerahan satu tingkat,

yaitu dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah tingkat I dan

memberikan kemungkinan bagi daerah tingkat I untuk melanjutkan

penyerahan urusan itu kepada derah tingkat II.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1979 tentang penyerahan

sebagian urusan pemerintahan di bidang kepariwisataan. Berbeda

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1975, Peraturan

Pemerintah ini mengatur kemungkinan penyerahan bertingkat, yang

menyatakan bahwa daerah tingkat I dapat menyerahkan lebih lanjut

sebagian atau seluruh urusan yang sudah diterimanya kepada daerah

tingkat II.

3. Peraturan Perintahan Nomor 37 Tahun 1986 tentang penyerahan

sebagian urusan pemerintah di bidang pertambangan. Sama halnya

dengan Peraturan Pemerintah tentang kepariwisataan, Peraturan

Pemerintah ini juga menganut penyerahan bertingkat, dengan

memungkinkan daerah tingkat I menyerahkan urusan galian golongan

C kepada daerah tingkat II. Perkembangan selanjutnya sudah banyak

yang diserahkan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah.

Meski demikian, pembagian kewenangan ini masih mengalami

permasalahan yang signifikan. Beberapa masalah Pembagian Kewenangan

Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah adalah sebagai berikut:

1. Kewenangan bidang lain tidak diatur secara rinci, sehingga dapat

menimbulkan tafsiran ganda.

2. Kewenangan wajib tidak disertai penjelasan yang memadai.

Kewenangan wajib yang dijalankan secara sektoral, masih diatur oleh

berbagai perundang-undangan.

3. Fungsi Pembinaan & Pengawasan Pemerintah Pusat belum

dilaksanakan dengan baik dan merata.

4. Penyerahan kewenangan pemerintahan yang sangat luas kepada

Daerah K/K belum diikuti dengan sumber pembiayaan yang

memadai.

Penyerahan kewenangan perlu diikuti dengan pembinaan dan

pengawasan yang setara. Rentang kendali (span of control), berkaitan erat

dengan pola pertanggungjawaban. Rentang kendalinya tidak beraturan karena

tidak ada hubungan hirarkhi Propinsi – Kabapaten/Kota, sehingga berdampak

seperti berikut:

1. Pemerintah Pusat lebih banyak melakukan hubungan langsung dengan

Daerah Kabupaten/Kota tanpa melalui Gubernur sebagai Wakil

Pemerintah Pusat.

2. Daerah Kabupaten/Kota melaporkan dan meminta petunjuk langsung

ke Pemerintah Pusat tanpa melalui Gubernur sebagai Wakil

Pemerintah Pusat di Daerah, sehingga berpengaruh terhadap posisi

Gubernur.

Terhadap norma dan standar secara umum, terdapat 4 (empat)

kelompok kewenangan pemerintahan, yaitu kewenangan pengaturan,

kewenangan pengurusan, kewenangan pembinaan dan kewenangan

Page 221: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

215

pengawasan. Kewenangan pemerintah pusat lebih banyak pada pengaturan,

pembinaan dan pengawasan yang berkisar pada pembuatan kebijakan,

penetapan norma, standarisasi dan pembinaan & pengawasan. Sayang,

kewenangan ini belum dilaksanakan secara optimal.

Sedangkan kewenangan pemerintah paerah adalah, kewenangan

pengurusan yang bersifat operasional dalam bentuk pemberian pelayanan

langsung kepada masyarakat dengan jumlah dan jenis yang relatif terbatas.

4. Melaksanakan Desentralisasi Desentralisasi sesungguhnya harus dilaksanakan secara utuh dan tidak

perlu dikhawatirkan oleh pemerintah pusat, karena adanya desentralisasi akan

memberikan “pendewasaan” kepada daerah. Langkah-langkah yang perlu

ditanamkan dalam pelaksanaan desentralisasi adalah:

1. Mengakui filosofi “keberagaman dalam kesatuan” dalam arti

perbedaan suku, ras, agama dan budaya yang tumbuh dan berkembang

dapat dijadikan sebagai pemersatu bangsa, bukan keseragaman yang

berimbas pada pemaksaan.

2. Penggunakan paradigma kedaulatan rakyat, demokrasi, pemberdayaan

masyarakat, pemerataan dan keadilan.

3. Pemberian kewenangan Kabupaten/Kota yang bersifat pengakuan,

bukan pengaturan.

4. Kedudukan legislatif merupakan mitra sejajar dengan eksekutif, di

mana Kepala Daerah bertanggung jawab kepada DPRD, artinya

pertanggungjawaban ke samping dengan sistem semi parlementer.

5. Organisasi Pemerintah Daerah bersifat luwes dan fleksibel sesuai

kebutuhan dan kemampuan Daerah.

6. Adanya 4 (empat) hak dasar yang melekat pada desentralisasi :

a. Hak memilih pemimpinnya sendiri;

b. Hak memiliki dan mengelola kekayaannya sendiri;

c. Hak membuat Peraturan Daerahnya sendiri;

d. Hak kepegawaian secara otonom.

7. Penguatan asas Desentralisasi dan pengurangan asas Dekonsentrasi di

Kabupaten/Kota, dan penerapan asas Dekonsentrasi di wilayah

propinsi.

8. Pengaturan mengenai desa yang terbatas di tingkat nasional, dengan

memberi kebebasan pengaturan di tingkat kabupaten sesuai

karakteristik sosial budaya setempat.

9. Fungsi utama pemerintah daerah yang semula sebagai “Promotor

Pembangunan” berubah menjadi “Pelayan Masyarakat”. Perlu secara

optimal mendayagunakan unit-unit pemerintahan yang langsung

berhubungan dengan masyarakat, seperti Dinas Daerah; Kecamatan &

Kelurahan atau Desa. Kecamatan tidak lagi merupakan wilayah

administrasi pemerintahan, melainkan sebagai lingkungan kerja,

dengan konsekuensi Camat bukan lagi sebagai Kepala Wilayah

Administrasi, melainkan sebagai Perangkat Daerah.

10. Kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah harus

disertai Penyerahan dan pengalihan pembiayaan, Sarana dan

prasarana, serta Sumber daya manusia.

Page 222: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

216

11. Kewenangan Dekonsentrasi yang dilimpahkan kepada Gubernur harus

disertai pembiayaan. Kewenangan propinsi dengan digunakannya

“Prinsip Pengakuan”, bukan “Prinsip Pengaturan”.

12. Kewenangan propinsi sebagai daerah otonom: Kewenangan yang

bersifat lintas batas kabupaten dan kota; pekerjaan umum,

perhubungan, kehutanan dan perkebunan. Kewenangan bidang

pemerintahan tertentu lainnya adalah:

a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan regional secara

makro;

b. Pelatihan bidang tertentu, alokasi sumber daya manusia potensial

dan penelitian yang mencakup wilayah propinsi;

c. Pengelolaan pelabuhan regional;

d. Pengendalian lingkungan hidup;

e. Promosi dagang dan budaya/pariwisata;

f. Penanganan penyakit menular, hama tanaman dan perencanaan

tata ruang propinsi beserta penjelasannya.

Demikianlah pembahasan 12 (dua belas) langkah strategis Manajemen

Pemerintahan untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam Tabel. 9.6. Dua Belas

Langkah Strategis Manajemen Pemerintahan di bawah ini.

NO

LANGKAH

STRATEGIS

LANGKAH DETAIL

INDIKATOR

1

MENINGKATKAN

KESADARAN

Memperbaiki Sikap

Aparatur

Memahami Keberadaan

Manajemen

Pemerintahan

Melaksanakan

Pertanggungjawaban

secara Konsisten

Melaksanakan Lima

Pondasi Secara Sinergis

Meningkatnya

Kesadaran sebagai

pelayanan.

Meningkatnya peran

aparatur

Meningkatkan

kejujuran.

4. Meningkatkan

Kinerja Aparatur.

2

MEREFORMASI

BIROKRASI

Reformasi Elite

Reformasi Pola Pikir

Reformasi Pengawasan

Reformasi Organsiasi

Meningkatkan

kesadaran para elit.

Menemukan

paradigma baru.

Meningatkan

pengawasan.

Menjadikan organisasi

ramping dan kaya

fungsional.

3

MANAJEMEN

PEMERINTAHAN

YANG BAIK

Menciptakan Hubungan

Yang Sinergis

Empat Belas Langkah

Menciptakan

Lingkungan

Membangun

Pemerintahan Yang

Baik

Meningkatkan

hubungan yang

harmonmis antara

pemerintah,

masyarakat dan

swasta.

Menjadikan

manajemen

TABEL. 9.6. DUA BELAS LANGKAH STRATEGIS DALAM

MANAJEMEN PEMERINTAHAN DAN INDIKATORNYA

oleh Budi Supriyatno

Page 223: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

217

Pemerintahan yang

efektif dan efisien.

4

MELAKSANAKAN

AKUNTABILITAS

Kemampuan

Menyediakan

Kebutuhan

Meningkatkan

Pelakanaan

Akuntabilitas Publik

Pemd

Melaksanakan

Kewajiban

Akuntabilitas Publik

Lankah Kebijakan

Akuntabilitas Publik

Meningkatkan

pertanggungjawaban

yang lebih efektif dan

efisien.

5

MENINGKATKAN

KEMAMPUAN

KEPEMIMPINAN

Memahami Perbedaan

Pemimin dan Manajer

Meningkatkan Peran

Kepemimpinan

Memahami Tugas,

Fungsi dan

Kewenangan

Memahami Sifat, Gaya

dan Prilaku

Meningaktkan

Kepemimpinan

Meningkatkan

kemampuan

pemimpin.

6

MENINGKATKAN

PROFESIONALIS-

ME

Aparatur harus

Profesional

Menjadi Profesional

Memperoleh Aparatur

Profesional

Langkah Menjadi

Profesional

Meningkatkan

pelaksanaan kerja yang

lebih baik.

7

MENINGKATKAN

KINERJA

Pengukuran Kinerja

Unsur Keberhasilan

Kinerja

Langkah Penyusunan

Kinerja

Strategi Pengukuran

Kinerja.

Meningkatkan

kegiatan yang lebih

baik.

8

MENINGKATKAN

PELAYANAN

Penyelenggaraan

Pelayanan

Jenis Pelayanan

Kualitas Pelayanan

Faktor Penilaian

Meningkatkan

Pelayanan

Meningkatkan tujuan

pembangunan mudah

dicapai.

9

MELAKSANAKAN

BUDAYA KERJA

Budaya Kerja sebagai

Unsur

Fungsi Budaya Kerja

Pelaku dan Pelaksana

Meningkatkan Budaya

Kerja

Meningkatkan efektif

dan efisien.

Page 224: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

218

Pembinaan Budaya

Kerja

10

MENINGKATKAN

PERAN

MASYARAKAT

Makna Peran Masyarat

Kriteria Peranserta

Tujuan, Tahap dan

Bentuk Peranserta

Arah Dalam

Meningkatkan

Peranserta

Memudahkan

pemerintah dalam

memberikan

pelayanan.

11

MENGEFEKTIF-

KAN ANGGARAN

Memahami Makna dan

Permasalahan Anggaran

Meningkatkan

Penerimaan

Meningaktkan

Efektifitas Pengeluaran

Langkah Pengelolaan

Anggaran Yang Efektif

Meningkatkan

pengendalian anggaran

12

MELAKSANAKAN

DESENTRALISASI

Memahami

Desentralsiasi

Maksud dan Tujuan

Desentralisasi

Penyerahan

Kewenangan

Melaksanakan

Desentralsiasi

Meningkatkan

pembangunan didaerah

Meningkatnya

pelayanan masyarakat.

Ӂ ӁӁӁӁ

Page 225: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

219

INDEX

A

Amenangi jaman edan viii

Amanah iv

Alhamdulilah xii

A.Van Braam 1

Administrasi Negara 1

Aparatur 2

Abdi Negara 2

Air Minum 3

Authority 86

Akihito 86

Aomori 86

Akita 86

Aichi 86

Abdul Rahman 99

Abdul Razak 99

Ali Baba 102

Arab 105

Asia Tenggara 108

Aghanistan 112

Adam Malik 142

Ali Wardana 142

A.M. Tambunan 142

Akuntabilitas 149

Anggaran 149

Abraham Lincoln 160

Anthony Giddens 162

Alice Rivlin 172

Accountability 187

Aburdene 217

Altruistic Leader 227

Amstrong 241

B

Begja-begjane viii

Bungah x

F

Francisco 330

Filsafat 32

Franciakus Xaverius 87

Fukushima 71

Fukui 71

Fukuoka 87

Feodalisme 95

Folk Bernadotte 114

Frans Seda 142

Filosofi 215

G

Gemah ripah loh jinawi i

Gelisah i

Gusti Allah x

Gedabyah x

Government

Bermoral 2

Berkinerja baik 2

Ealdormen 92

Ehud Olmert 112

Epos Gilgames 121

El Bika 121

Emile Lahoud 126

Echelon 141

Equity 187

Eksternal 200

Bekerja Keras 2

Bekerja cerdas 2

Bekerja waras 2

Bergerak cepat 2

Bertindak tepat 2

Birokrasi 2

Bergaung 2

Birmingham 88

Bristol 88

Black County 89

Bill of Right 89

Bangkok 108

Brown 231

Berilmu 225

Benchmarking 254

BBM 290

C

Cermin 298

County 69

Communicative Skill 77

Check and Balance 79

China 82

Chiba 87

Chugoku 87

Crannog 88

H

Harta kekayaan viii

Hebtalah viii

Hukum 1

Humaniora 55

Horizontal 75

Hirosima 136

House of Lord 88

Hussein Onn 99

Hisbullah 128

Habibie 145

Hammurabi 198

Horst Shultze 210

I

Indikatif 58

Intervensi 62

Chulalongkorn 109

Chakkri 109

Chiang Mai 111

California 111

Conflict of interest

169

Consensus 50

Carino 198

Competence 237

Creativities 237

Competition 237

Cokroaminoto

Harsono 142

D

DPA 138

DPR 138

DKP 206

David Neidert 210

Dimack & Kunig

DeVrye 259

Desa 270

Dielu-elukan ii

Dilalah karsa allah

viii

Diborgol viii

Dijarah ix

Dianalisa 1

Disiplin 2

Desentralisasi 2

Database 52

Declaration of

Independence 72

Diet 65

Dover 88

Dai Nippon 136

E

Ewuh oyo ing

pambudi viii

Etzioni 1

Eksekutif 3

e-government 4

Eropa 4

Ekonomi 4

Eufrat 14

Etnologi 52

Eksakta 55

Emotional Stability

77

Ehime 87

K

Kaliren

Page 226: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

220

Geografi 59

GR. Terry 77

Grasi 80

Gifu 87

Gunma 87

General Welfare 91

Golan 122

Grand Skenario 114

Gus dur (Abdurahman Wahid)

145

Gareng 159

Good governance 181

Ghartey 199

Leyasu 83

Liberal Democratic Party-LDP

85

London 88

Leeds 88

Lim Kit Siang 103

Legowo 303

Luwes 307

M

Melu edan nora tahan viii

Mengelola 10

Monarchies 19

Michael Goldsmith 40

Martin Waldseemuller 67

Multi etnik 69

Mandat 69

Marsha 83

Manchukuo 83

Miyagi 87

Mie 87

Manchester 88

Magna Charta 90

Mahathir Mohamad 99

Mesir 112

Mohamad Hatta 136

MPR 36

Muhamad Yusuf 142

Mashuri 142

Mohamad Dahlan 142

Mursalim 142

Mintaredja 142

Megawati 145

Momong 158

Moral 167

Monas 167

Mesopotamia 229

Megatrendsn217

Mary Parker Follett 221

Raja Prajadhipok 108

Romawi 89

S

Singapore i

Ibaraki 87

Irlandia 87

Inggris 87

Ibn Saud 105

Israel 112

Ibrani 112

Interrelated 187

Inward looking 195

J

Jungkir balik ii

Jingkrah-jingkrah viii

Jujur 2

Jalan 3

Jepun 82

Julius Caesar 89

Johor 98

Jalur Gaza 112

Jusuf Kalla 150

Jakarta 167

John W. Humhrey 209

Jenderal 215

John Naisbitt 217

N

Nestopo temen ii

Ngeri xvi

Ngemut uyah x

Nggenah xi

Nippon-koku 82

Nihon-koku 82

Nagano 87

Niigata 87

Nara 87

Nagasaki 87

Nottingham 88

Nakhon 111

Nitiki, nutuki, notoki,

nataki, neteki 215

Ndadani 215

Ngawur 282

O

Obyek iii

One stop service v

Otonomi 52

Obat bius 71

Osaka 84

Okinawa 87

One way traffic 87

Osama bin Laden 133

Orde Lama 139

Orde Baru 140

Outward looking 195

P

Pasrah viii

Pondok Indah viii

wekasanipun viii

Korea Selatan i

Kepingin ii

Kepencut ii

Kemaki x

Kabur 3

Kewenanngan 3

Keadilan 29

Kanton 82

Kanagawa 83

Kokkai 85

Kizoku-in 86

Kagawa 86

Kyoto 86

Kagoshima 86

Kanada 87

Konfrontasi 88

Kedah 88

Kelantan 89

Khmer 109

Knesset 106

Kristen Maronit 102

Kabul 131

KNIP 138

K Kesavapany 144

Kesadaran 152

Kevin Dimond 168

Kopral 215

Keanekaragaman 40

Kenyal 251

L

Lumrah xii

Lungkrah xi

Legislatif 3

Lingkungan 4

Lower 73

Pelayan 2

Prasarana 3

Pipa 3

Pemerintahan 4

Politik 4

Pengelolaan 54

Power 55

Public Policy 72

Pressure group 76

Proteksionisme 66

Perang teluk 85

Prefektur 86

Prime Minister 88

Portugis 77

Peran Masyarakat

261

Petruk 158

Proporsional 165

Page 227: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

221

Sangsi i

Swasta i

Sambilan ii

Subyek iii

Steering iii

Sinom vi

Semringah viii

Sejinah ix

Serakah ix

Surgawi x

Seleberiti x

Sosiologi 11

Seyogyanya 11

Struktur 11 masyarakat 13

Sain-Die-des-Vosges 67

Sekuler 69

Senat 70

Shizuoka 87

Saitama 87

Shiga 87

Shimane 87

Saga 87

Sky Train 102

Susilo Bambang Yudoyuno 21

Spoil System 74

Siria 114

Soekarno 136

Soeharto 140

Semar 141

Slim structur and big function

175

Stoner 205

Susu 215

Sinergi 217

Para priyayi x

Prihatin i

Pakar i

Perlindungan 1

Pemerintah 1

Penguasa 2

T

Tuhan Yang Maha Esa i

Tradisi i

Tetirah viii

Turah viii

Tertawa geli xi

Technical Competence

61

Terkendali 1

Teaching Ability 77

Top manajer 121

Timur Asia 82

Tokyo 82

Tukugawa 82

Tenno 83

Teikoku Gikai 86

Tokushima 87

Tochigi 87

Toyama 87

Tochigi 87

Tottori 82

Terowongan Channel 88

The king can do no

wrong 94

Thailand 97

Tepi Barat 112

Tel Aviv 113

Tajikistan 130

The Third Way 162

Tanpa Pamrih 163

Transparency 186

Totok 215

Tetek 215

U

Universitas Laiden 1

USA 54

UMNO 99

UNDP 182

Ӂ ӁӁӁӁ

Participation 186

Q

Qasim 128

Quality 257

R

Referensi i

Regulasi iii

Rupiah viii

Representative 72

Rule of law 62

Restoasi Meiji 83

Ryukyu 87

Rub Al Khali 105

Royal 108

Ratcha Anachak

Tahi 108

V

Visi dan misi 188

Veto 73

Vision 187

W

Waras 2

Wales 87

William 90

Wuthisapha 110

Wakhidan 132

Warren Bennis 208

W. Edwards 218

X

Xaverius 83

Y

Yen tan melu

anglakoni vi

Yudikatif 85

Yat Pun 82

Yamato 83

Yamagata 87

Yamnashi 87

Yamaguchi 87

Yorkshire 87

Yordania 105

Yerusalem 112

Z

Zaman 82

Zionisme 112

Page 228: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

222

DAFTAR PUSTAKA

[1] Al Gore, (1995) Common Sence Government, Work Better and Cost

Less, Random House New York,

[2] Albritton, Robert B. and Thawilwadee Bureekul,(2004) Developing

Democracy under a New Constitution in Thailand PDF (319 KiB),

National Taiwan University and Academia Sinica Asian Barometer

Project Office Working Paper Series No. 28, 2004.

[3] Alvin, Toffler and Heidi, Creating. (1995). A New Civilization The

Politics of the Third Wave, Turner Publishing, Inc,

[4] Andrew, Campbell, and Katheleen. (1997) Sommers Luchs, Smart

Strategies, Core Competency Based Strategy, International Thomson

Business Press,

[5] Avebury, J. B. Ghartey (1987). Crisis accountability and development

in the Third World: the case of Africa Universitas Michigan.

[6] Bacal, Robert, (1999) Performance Management, McGraw-Hill,

Companies, Inc.

[7] Barzelay, Michael Breaking Bureaucrasy, (1992). New Vision for

Managing in Converment, University of California Press, Berkeley Los

Angeles Oxford,

[8] Bennis, Warren Leadership in the 21st Century, written in the book:

New Paradigm of Leadership, edited Ken Shelton.

[9] Bertrond, Alvin L. (1972). Social Organization, F.A. Davis Company,

Philadelphia,

[10] Blalock Hubert M., Jr. (1992) Conceptualization and Measurement in

the Social Science, Sage Publication, London.

[11] Bolton, John. (2006). Duta Besar AS untuk PBB, 31 Oktober 2006.

[12] Borre & Elinor Scabrouch, (1998). The Scope of Government. Oxford

Unioversity Press.

[13] Brasz, H.A. (1975).―Inleiding Tot De Bestuurwetenschap‖ Vuga

Boekrij.

[14] Brian E, Becker, Mark A. Huseld, Dave Ulrich, (2001). The HR

Scorrecard, Linking People, Strategy, and Performance, Harvard

Business School Press, Boston. Massachusetts,

[15] Brian L, Joiner, (1994). Fourth Generation Management, The New

Business Consciousness, McGraw-Hill, Inc.

[16] Bromley, Daniel. W. (1989). Economic interest andinstitutions: The

Conceptual Fondations of Public policy, New York; Buzil Blackwell.

[17] Brown, Alvin (1974). ―Sosial Psychology of Industry,‖ Englewood

Cliff, N.Y. Prestice Hal Inc.

[18] Bryant and White (1982). Participation in Administration Process, M

Graw-Hill Book Company.

[19] Budi Supriyatno, (2005) Perubahan Organisasi (Organization Change)

, Departemen Pekerjaan Umum.

[20] Budiardjo, Mariam (1983). Dasar-Dasar ilmu Politik, Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta.

[21] Carino,L.V. (2005) . Third sector government and the law in the

Philippines unpublishied report for a comparative study on Asia third

Page 229: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

223

sector : Governement for accountability and performance, funded by

the ford Foundation, Manila University of the Philippines.

[22] Cash, P. (1977). How to Write a Research Paper Step by Step,

Monarch Pres, New York.

[23] Cassell, C & Simon, G. (1998). Quantitative Method and Analysis in

Organization Research, A Practical Guide, New York: Sage

Publications.

[24] CF. Strong, (1994). Principles Of Management, McGraw-Hill Book

Company.

[25] Charles, M. Savage, (1990). Fifthe Generation Management,

Integrating Enterprises though Human Networking, digital Press, USA.

[26] Choucair, Julia (2006). Lebanon Finding a Path from deadlock to

Democracy, Carnegie Papers, No.64. Januari 2006.

[27] Christian (2007). World News. "Lebanon Historically Linked to the

Bible". Diakses 21 Februari 2007.

[28] Clinton, Bill Putting (1995). Costomers First 1995: Standards for

serving the American People Washington: US Governemtn Printing

Office.

[29] Covey, Sthepen R. Principle (1997). Centred Leadership, Julius

Sanjaya Language Interpretation, Benerupa Aksara Jakarta.

[30] Creswell, John W. (1994). Research Design Qualitative & Quantitative

Approaches, Sage Publication, Thousand Oaks.

[31] Croissant, Aurel and Daniel J. Pojar, Jr. (2005). Quo Vadis Thailand?

Thai Politics after the 2005 Parliamentary Election, Strategic Insights,

Volume IV, Issue 6 (June 2005).

[32] Croissant, Aurel and Daniel J. Pojar, Jr. (2006). Quo Vadis Thailand?

Thai Politics after the 2005 Parliamentary Election, Strategic Insights,

Volume IV, Issue 6 (June 2005) , The Nation, NLA 'doesn't represent'

all of the people, 14 October 2006, and The Nation, Assembly will not

play a major role, 14 October 2006.

[33] Daft, Richard L. (1994). Organization Theory and Design, Fourt

Editon, Access Info Distributor Pte. Ltd., Singapore. Davis, Mark M.

& Janelle Heineke, Managing Service, Using Technology to Create

Value McGraw-Hill / Irwin, New York. 2003.

[34] Deming, W Edwards (1992). Total Quality Management thinker - The

British, too see Drummond, H. The quality movement: what total

quality management is really all about. London, Kogan Page.

[35] DeVrey, Catherine, (1994). Good Service is Good Bisness, 7 Simple

Strategies for Success, Competitive Edge Management series.

[36] Dimock, Dimock & Koenig (1960) ―Public Administration,‖ Reinehart

& Company, Inc., New York.

[37] Dunsire (1973). Administration, The Work and the Science‖, London,

[38] E.S. Savas.(1987). Privatization The Key to Better Government,

Chatham House Publishers, Inc, New Jersey..

[39] Eccles., R.G. (1994). ―Performance Measurement & Monitoring in

Government‖, Conference February 1994- The Institute for

International research. Jurnal― Public Management’. Vol.76. No.9.9

September 1994.

[40] Epstein, Paul D. (1988). Using Performance Measurement in Local

Government, New York National Civic League Press.

Page 230: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

224

[41] Etzioni, Ami (1968). the Active Society: A Theory of Societal and

Political Processes,

[42] Findley, Paul, (.1993) Delibrerae Deceptions : Facing the Facts about

the U.S.-Israel Reletionship. Lawrence Hill Books, Broklyn, New

York,

[43] Francis J Goullart, James N. Kelly, (1995). Transforming The

Organization.

[44] Frederickson, H.G., (1997) the Spirit of Public Administration. San

Franccisco: Jossey-Bass publishers.

[45] Frederickson, H.G., The Spirit of Public Administration, San Francisco

: Jossey-Bass Publishers, 1967

[46] G. Shabbir Cheema, Dennis A. Rondinelli, (1985). Decentralization

and Development Policy Implementation in Developing Countries,

Sage Publication, Beverly Hulls London, New Delhi.

[47] Gabriel ROTH. (1987). The Private Provision of public Service in

Developing Countries. EDI Series in Economic Development.

Published for the World Bank. Oxford university Press.

[48] Garston, Neil (1993). Bureaucracy: Three Paradigs, Kluwer Academic

Publishers, Boston/ Dordrecht/London.

[49] Gibson, (1993). Organisasi dan Manajemen, Perilaku, Struktur dan

Proses, terjemahan Erlangga, Jakarta,.

[50] Harb, Antoine (2006). "Lebanon: A Name through 4000 Years".

Diakses 1 November 2006.

[51] Harb, Imad. (2006) Lebanon’s Confessionalsm: Problems and

Prospects, United States Institute of Peace, March 2006.

[52] Hodge, Graeme. (1993). Minding Everybody’s Business; Performance

Management in Public Sector Agencies. Melbourne : motech PTY,

Ltd.

[53] Hoogerwef A. (RLL Tobing Pent), (1983). Ilmu Pemerintahan,

Erlangga, Jakarta.

[54] Humphrey, John W. Time for 10,000 leaders.

[55] Hunger, David & Thomas L. Wheelen, Manajemen Strategis, Penerbit

ANDI Yogyakarta, 2003.

[56] Jhingan, Paticipation, 1998. hal. 55.

[57] Jo Hatch, Marry , organization Theory, Modern Symbolic and Post

Modern Perspectives, Oxford University Press, New York 1997:184.

[58] Johnson, Anna "Lebanon: Tourism Depends on Stability". 2006

[59] Johnson, Anna (2006). "Lebanon: Tourism Depends on Stability".

Diakses 31 Oktober 2006.

[60] Journal of Kurdish Studies, Jan, 2002 oleh Lokman I. Meho "The

Kurds in Lebanon: a social and historical overview".

[61] Kaplan, Robert S. David P. Norton. (1996). Translating Strategy in to

Action the Balanced Score Card, Harvard Business School Press,

Boston, Massachusetts,

[62] Kaplan, Robert S.. Conceptual Foundations of the Balanced Scorecard

Working Paper 10-074.

[63] Kerlinger, Fred, (1964). Foundation of Behavioral Research. Holt,

Rinehart & Winstan Inc New York.

[64] Kevitt, Davit Mc. (1988). Managing Core public Service, Blckwell

Publishers.

Page 231: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

225

[65] Kilman, Ralph H. (2001). Quantum Organization, New Paradigm for

Achieving Organizational Success and Personal Meaning, Daves-

Black Publishing, Dalo Alto, California.

[66] Kittayarak, Kittipong (1997). The Thai Constitution of 1997 and its

Implication on Criminal Justice Reform PDF (221 KiB)

[67] Koontz, H. & O’Donnel. (1968) Principle of Management, and

analyses of Management Function, Fouth Edition. Mc. Graw Hill book

Co, N.Y.

[68] Kotter, John P. (2003). Power in Management, Kekuatan dalam

kekuasaan, Terjemahan, Pink Books.

[69] Kusnadi, Moh. dan Harmaily Ibrahim, (1978). ―Pengantar Hukum

Tata Negara Indonesia,‖ Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas

Hukum Universitas Indonesia, Jakarta.

[70] Lach., Steve John Stewart, Kieron Walsh. (1994). The Changing

Organization and Management of Local Government, McMillan,

[71] Larsen, Roed- Terje Roed-Larsen. (2006). Utusan Khusus Perserikatan

Bangsa-Bangsa tanggal 1 Nopember 2006.

[72] Leach, Steve (1996). The Dimension of Analysis: Governance,

Markets and Community. Dalam Leach, S., et al, Enabling or

Disabling Local Government., Choice for the Future: Buckingham.

Philadelphia: Open University Press.

[73] Leach, Steve (1996). The Dimensions of Analisys: Governance,

Market and Community. In the Leach. S., et al. (1996) Enabling or

Disabling local Government, choice for the Future Buckingham-

Philadelphia: Open University Press.

[74] Lefevre, Christian (1998). Metropolitan Government and Governance

in West Countries : A Critical Review, International Journal of Urban

and Regional Research.

[75] Lovelock, Chrsitopher (1980) in Fandy Ciptono, Service Excellence in

Service Yogyakarta: PT Andi Offset, 1996.

[76] Lyle M, Spancer, Jr, Signw M, Spancer. (1993). Competence Work,

Model for Performance.

[77] Maani, Kambiz E. Robert Y. Cavana, (1999). System Thinking and

Modeling, Prentice Hall,

[78] Machiavelli, Noccolo (2002). Il Principle, diterjemahkan Sang

Penguasa, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

[79] Machiavelli. (1957) ―The Prince‖, New American Library, New York.

[80] Maister, David. H. (1998). Professionalism, Mc Graw-Hill Book

Company, Maister, David. H. Professionalism, McGraw-Hill Book

Company, 1998.

[81] Marguardt, Michael Augus Reynolds, (1994). Global Learning

Organization, Gaining Competitive Advantage through Continous

Learning.

[82] Marie, Joëlle Zahar. (2007). "Chapter 9 Power Sharing In Lebanon:

Foreign Protectors, Domestic Peace, And Democratic Failure1". (Doc)

Diakses 3 Januari 2007.

[83] Mc Kevitt, Davit (1981). Managing Core Public Service, Blackwell

Publishers.

[84] Medlej, Joumana. "The Mountain". Diakses 15 Desember 2006.

Page 232: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

226

[85] Merton, Robert K. (1936). "The Unanticipated Consequences of

Purposive Social Action". American Sociological Review.

[86] Mill & Dahl in Putnam, R.D. (1993). Making Democracy Work: Civic

Traditions in Modern Italy, New Jersey, Pricenton University Press..

[87] Morgan, C & Murgatroyd, S. (1995). Total Quality Management in the

Public Sector: An International Perspective. Buckingham: Open

University Press.

[88] Olson in Iain McLean, (1987) Public Choice an Introduction, New

York.

[89] Olve, Nils Goran Jan roy and Magnus Wetter. (1999) A Practical

Guide to Using The Balanced Scored: Performance Drivers. New

York; John Wiley & Sons. Ltd.

[90] Osborn, David & Ted Gaebler, (1993). Reinventing Government, New

York, A Plume Book.

[91] Osborn, David and P. Plastrik. (1996) Banishing Bureaucracy The Five

Strategies for Reinventing Government, USA: Addition- Wesley

Publishing Company. Inc

[92] Pallach & Prohl in Friede Nashold and Glann Daley. (1999) Learning

From The Pioneers Modernizing Local Government. Parta One,

International Public Management Journal 2 (1), 1999: 27.

[93] Parker, Wayne. (1993). Governor’s Office of Planning and Budget

State of Utah, Http://www.gvnfo. State.ut.us/planning/PRIMER.HTM.

November 1993.

[94] Putman, Robert D. (1999). Making Democracy Work : Civic

Tradisions in Modern Italy. New Jersy: Precenton University Press,

1999.

[95] Rivlin, Alice (2015). Systematic Thinking for Social Action. Brookings

Institution Press.

[96] Robbins, Stephen. (1990). Organizational Behavior, Sixth Edition,

New Jersey, Prentice-Hall Englewood Cliffs.

[97] Rodhes, R. (1997). The New Governence : Governance Withouth

Government, Political Studies.

[98] Rodinelli, Dannis A, and Cheema, G. Shabbir, (1998) Implementang

Decentralizaton Policies : An Introduction, dalam Rondinelli, Dennis

A. and Cheema, G. Shabbir, Decentralization and Development,

Policy Implementation in Developing Countries, California : SAGE

Publication Inc, Beverlu Hills.

[99] Rogers, Steve (1990). Performance Management in Local Government,

Jassica kindsley Publisher, London

[100] Romzek. (1994). New Paradigms For Government, Issues the

Changing Public Service, Jossey-Bass Publishers, San Francisco.

[101] Rosen, et al. (1993). Improving Public Sector Productivity, Concept

and Practice. Londong:Sage Publication.

[102] Sansom, George (1961). A History of Japan, 1334-1615. Stanford, 42

[103] Sarruf, Marina (2006). "Brazil Has More Lebanese than Lebanon".

Diakses 30 November 2006.

[104] Savas, E.S. (1987). Privatizaton The Key to Better Government,

Chatham House Publishers, Inc, New Jersey.

Page 233: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

227

[105] Scheldler, Kuno and Jurg Felix. (2000). Quality in Public

Management: the Customer Perspective, in Thomson, F (editor),

International Public Management Journal. Vol.3/number I/2000:128

[106] Scheledler, Kuno and Jurg Felix, (2000). Quality in Public

Management: The Customer Perspective, Institute for Public Service

and turism, University of St. Gallen, Varnbuelstrasse 19, St. Gallen

International Public Management Journal 3. 2000:125.

[107] Shelton, Ken A New. (1997). Paradigm of Leadership, Executive

Exellence Publishing. Shelton.

[108] Simon, H. (1959). Administration Behavior, New York, Simon, H.

Administration Behavior, New York.

[109] Skelcher, C. (1992). Managing for Service Quality London ; Longman

[110] Stake, Robert E. dalam Denzin, Norma K. Loncoln Yvanna S. (1994).

Hand Book of Qualitative Research, Save Publication, New York.

[111] Steward David W. (1972). Secondary Research Information Sources

and Methods, Sage Publication, Newbury Park London- New Delhi.

[112] Stewart, John. (1983). Understanding The management of Local

Government, Managing Local Government, Gemenral editor:Michael

vlark & John Stewart Longman.

[113] Stewart, John. (1988). Managing local Government, Understanding

The Management of Local Government, Longman.

[114] Stoner, James A.F. (1992). Management, Second Edition, Prentice

Hall, New York.

[115] Stoner, James A.F. (1992). Management, Second Edition, Prentice

Hall, New York,

[116] Stout L.D. (1993). Assistant Commissioner Federal Finance,

―Performance Measurement‖ Guide: Performance Measurement In The

Federal Government‖, November 1993.

[117] Supriyatno, Budi. (2006) Organization Change, Minister of Public

Work.

[118] Sure, H.G. (1987). Ilmu Administrasi Negara, Suatu Bacaan

Pengantar, Gramedia, Jakarta.

[119] Swanson, Ricard A. Elwood F. Holton III. (1997). Human Resource

Development, Research Hand Book, Linking Research and Practice,

Berret-Kochler Publishers, San Francisco..

[120] Tjosvold, (1993). Service Management. Mc. Grw-Hill Book company.

[121] Tjosvold. (1993). Manajemen Pelayanan, Mc Graw-Hill Book

Company,

[122] U. Rosental. (1978). Openbaar Bestuur. Samsoon HD Jeenk Wllink,

Alphen aan den Rijn (Leiden),

[123] Utrecht. (1962). ―Pengantar Dalam Hukum Indonesia,‖ Ichtiar, Jakarta.

[124] V. Carino, Ledivina. (1991). Accoungtability, Corruption and

Democracy : A Clarification on Concepts, in the Asian Review of

Public Administration, Vol. III No.2, December 1991.

[125] Van Braam, (1987). in the State Administration of Science Sautu

Introduction Reading by H.G. Surie, Gramedia, Jakarta.

[126] Whittaker J.B., (1993). ―The Government Performance Result Act‖,

[127] Yazbeck, Roger (2007). "Lebanon was mentioned 71 times in the Holy

Bible...". Diakses 21 Februari 2007.

Page 234: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

228

[128] Zeithmal, Valarie A. A. Parauraman, Leonard L. Berry, Delivery

(1990). Quality Service, Balancing Customer Perceptions, New York:

The Free Press, A Division of Macmillan, Inc.

SUMBER DATA LAIN : PERATURAN DAN DATA DARI INTERNET

[1] Book of Work Culture Result of Seminar The Association of

Indonesian Republican Employees (KORPRI) Special Region of

Yogyakarta November 1992.

[2] Bureau of Democracy, Human Right and Labor, 2002. Country Report

on Human Right Practices, 2002 Lebanon..

[3] Bureau of Democracy, Human Rights, and Labor (2002). "Country

Reports on Human Rights Practices - 2002: Lebanon". Diakses 3

Januari 2007.

[4] Canadian International Development Agency. "Lebanon: Country

Profile". Diakses 2 Desember 2006.

[5] Center for the Study of the Built Environment. "Deconstructing

Beirut's Reconstruction: 1990-2000". Diakses 31 Oktober 2006.

[6] Central Bureau of Statistics Israel 12-9-2007.

[7] CIA, the World Fact Book (2006). "Lebanon". Diakses 7 November,

2006.

[8] Countries Quest. "Lebanon, Government". Diakses 14 Desember 2006.

[9] Harian Kompas, tanggal 20 Sepetember 2008.

[10] History Thailand , Siam, CSM-Thai.

[11] https://www.business.com/articles/management-theory-of-mary-

parker-follett/

[12] https://www.katz.business.pitt.edu/why-katz/leadership.

[13] International Journal of Kurdish Studies, Jan, 2002 oleh Lokman I.

Meho "The Kurds in Lebanon: a social and historical overview"

[14] Japan scraps zero interest rate. BBC News Online (20006-07-14).

Retrived on 2006 December 28.

[15] Japanese Instrument of Surrender, educationworld,net Retrived on

2006 December 28.

[16] Kompas Daily on Wednesday (26/12/2007) was published by Kompas

27 December 2007.

[17] LAN RI, Tim Peneliti Lembaga Administrasi Negara, Pembagian

Tugas dan Kewenangan Perangkat Pelaksana Wilayah dan Daerah di

Propinsi daerah Tingkat I. Bandung : Lembaga Administrasi Negara.

1984.

[18] Law Number 39 Year 1999 on Human Rights.

[19] Law of the Republic of Indonesia Number 17 Year 2003 on State

Finance, Chapter I, General Provisions, Article I.

[20] Library of Congress Country Study of Afghanistan.

[21] Longman Dictionary of Contemporery English, Long Corpus

Network, Britis National Corpus,1995, p.1128.

[22] Pedoman dan Modul Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP) LAN RI, Jakarta, 2003.

Page 235: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

229

[23] Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945.

[24] Pengukuran Kinerja Instansi Pemerintah, Modul 3 dari 5 Modul

Sosialisasi Sistem Akuntabilitas kinerja Instansi pemerintah (AKIP).

2001.

[25] Reference Guide. Province of Alberta Canada.

[26] Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) Tahun

2004-2009.

[27] Seminar KORPRI Daerah Istimewa Yogyakarta, Budaya Kerja,

November 1992.

[28] Socialist Party (2005). "A new crisis in the Middle East?". Diakses 31

Oktober 2006.

[29] TC Online (2002). "Paris of the Middle East". Diakses 31 Oktober

2006.

[30] Thailand (Siam) History, CSMngt-Thai. Diakses 2008

[31] The Nation, Assembly will not play a major role, 14 October 2006.

[32] The Nation, NLA 'doesn't represent' all of the people, 14 October 2006.

[33] The World Factbook-Afghanistan 17 Mei 2005.

[34] U.S. Department of State. "Background Note: Lebanon (History)

August 2005"..

[35] Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999,Tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

[36] Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Tentang Pemerintahan

Daerah, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 1999

[37] Undang-Undang Nomor Nomor 22 Tahun 1999

[38] UNDP dalam publikasinya yang berjudul, Governance for Sustainable

Human Development, 1997.

[39] United States Institute of Peace (March 2006). "Lebanon's

Confessional: Problems and Prospects". Diakses 3 Januari 2007.

Ӂ ӁӁӁӁ

Page 236: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

230

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO, MM.,MSi Assosiate Profesor. Lahir

di Sragen, Jawa Tengah. Indonesia, 6 Oktober 1959. Trah Mojopahit,

Keturunan Joko Tingkir, Anak dari Almarhum Sersan Mayor Dakir

Santoso, Veteran/Pejuang Kemerdekaan 1945 dan Ibu Moeniroh.

PENDIDIKAN :

1 Universitas Sebelas Maret Surakarta 1980.

2 Lulus Sarjana Administrasi Negara di Universitas Krisnadwipayana Jakarta

pada 1988.

3 Lulus Magister Manajemen STIE Jakarta pada 1998.

4 Lulus Magister-Doktor Ilmu Manajemen Pemerintahan Universitas Satyagama

Indonesia pada 2005.

PENDIKAN PELATIHAN/TRAINING/ KURSUS:

1 Manajemen Proyek di Jakarta (1987).

2 Pelaksanaan Teknis Penanganan Proyek di Jakarta (1988).

3 Pejabat Inti Proyek di Jakarta (1989).

4 Urban Planning di Manila (1994).

5 Sewage Works Engineering di Jepang (1995).

6 Environmental Training Institute States di New York Amerika (1996).

7 Standar Kualifikasi Ketrampilan Bidang Manajemen Jakarta (1997).

8 Manajemen Proyek Jakarta (1998).

9 Manajemen Communication Skill di Singapura (1999).

10 Pelatihan Teknik Kehumasan di Bandung (1999).

11 Pelatihan Teknis Jabatan Fungsional Jakarta (2000)

PEKERJAAN :

1 Direktorat Tata Kota dan Tata Daerah, Direktorat Jenderal Cipta Karya,

Departemen PU (1982-1986).

2 Proyek Pemanfaatan dan Pengendalian Ruang, Cipta Karya (1986-1990).

3 Pembinaan Perencanaan Tata Ruang Perkotaan, Cipta Karya (1990-1994).

4 Proyek Perencanaan Tata Ruang Propinsi, Cipta Karya (1994-1996).

5 Direktorat Bina Teknik, Cipta Karya (1996-2000).

6 Deputi Meneg PU Bidang Sarana dan Prasarana Kawasan Terbangun (2000-

2001).

7 Biro Kepegawaian dan Organisasi Tata Laksana, Sekertaris Jenderal

Kementerian PU (2001-2010).

8 Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian PU (2007-

2010).

9 Pusat Penelitan dan Pengembangan Permukiman Bandung (2010-Sampai

2013).

10 Calon Anggota Legislatif Daerah Pemilihan Jawa Tengah (Sragen,

Karanganyar, Wonogiri Tahun 2014).

DOSEN :

1 Dosen Universitas Krisnadwipayana (1992-2005).

2 Dosen Pasca Sarjana Universitas Satyagama Jakarta, (2005-sekarang).

3 Dosen Universitas Jakarta (2010-sampai sekarang)

SEMINAR/SIMPOSIUM:

1 Studi Management Case di Kualalumpur Malaysia (1993).

2 Urban Manajemen di Bangkok Thailand (1994).

3 Project Management Singapore (1995).

4 Institutional Development Manila (1998).

Page 237: Dr. Drs. H. BUDI SUPRIYATNO.,MM.,MSi MANAJEMEN … · 2019. 5. 19. · Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Pemerintahan A. Van Braam,

Dr. H. BUDI SUPRIYATNO.MM.,MSi. MAJEMEN PEMERINTAHAN

231

BUKU YANG SUDAH DITERBITKAN:

1 Tata Ruang dalam Pembangunan Nasional, Suatu Strategi dan Pemikiran

(1996).

2 Manajemen Pemerintahan (Plus Duabelas langkah Strategis) (2009).

3 Manajemen Tata Ruang. (2009)

4 Korupsi (2009).

5 Budaya Kerja Birokrasi (2010).

6 Sang Pmimpian Sejati (2013).

7 Job Analyisis (2013).

8 Human Resource Planing (2013).

9 Manajemen Sumber Daya Manusia (2013).

10 Human Resource Development (2014)

11 Career Management (2014).

12 Employee Promotion (2014).

13 Performance Evaluation (2014).

14 Employee Relation (2014).

15 Compensation (2014).

16 Human Resource Management (2014).

17 Filafat dan Etika Pemerintahan (2014).

18 Teori Pembangunan Dalam Pemerintahan (2015).

19 Civic Education (2015)

20 Pendidikan Kewarganegaraan (2015)

21 Teknik Supervisi (2016).

22 Government Management (2018) Cambridge Scholars Publishing. London.

23 Juga Aktif meneliti dan menulis di Journal Internasional.

Ӂ ӁӁӁӁ