Dpt Medan 80

2
DPT MEDAN 80 % GOLPUT Menkopolhukam, Luhut Binsar Panjaitan, menilai paritisipasi pemilih Pilkada serentak pertama 9 Desember 2015, secara nasional cukup menggembirakan, yakni mencapai 50 % dan cukup aman kondusif. Plt. Gubsu T. Erry Nuradi melaporkan situasi penyelenggaraan Pilkada di Sumut cukup aman kondusif, walaupun tingkat partisipasi pemilih relatif berkurang. Dia menyuruh mencari tahu apa penyebabnya, karena hari memilih adalah libur umum. Target total partisipasi pemilih adalah 77 % dari DPT (Daftar Pemilih Tetap). Penjabat Wali Kota Medan, Randiman Tarigan, mengakui minimnya partisipasi pemilih di TPS-TPS Kota Medan. Penilaian itu diungkapkan Randiman usai melakukan peninjauan di sejumlah TPS. Menurut dia, warga Medan yang mencoblos tak sampai 20 %. Artinya, sekitar 80 % warga memilih golput. “Sepi sekali, Paling banter ini cuma 20 %”, ujar Randiman, di Kantor KPU Medan. Ia menilai tingginya persentase yang memilih golput di Medan, bukan karena kesalahan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Medan. Katanya, warga memilih golput karena tidak mendapatkan kepercayaan politik. Banyak yang Golput bukan karena ketidaktahuan warga ada Pemilu, tetapi kemauan masyarakat yang memang rendah. Mungkin warga Kota Medan belum dapat melihat siapa yang terbaik untuk memimpin Medan. Mengenai banyaknya warga yang tidak mendapatkan surat undangan, Randiman menilai hal itu bukan alasan. Menurutnya, jika memang warga berniat memilih, mereka akan datang ke TPS pada hari H cukup membawa KTP. Itu dikatakan jadi alasan, padahal orang tinggal datang saja ke TPS. Cuaca pun mendukung. Randiman menyarankan wartawan untuk mewawancarai beberapa warga untuk mengetahui mengapa warga memilih golput, agar bapak-bapak yang terhormat itu tahu apa masalahnya. Komisioner KPU Medan Pandapotan Tamba menampik penilaian bahwa, tingginya tingkat golput karena kesalahan pihaknya. Ia tak terima dengan penilaian yang mengatakan, pihaknya kurang melakukan sosialisasi ke masyarakat. Dikatakan, sosialisasi sudah maksimal, masyarakatnya saja yang apatis dan tidak mau tahu. Meski demikian, Tamba tidak menampik bahwa golput memang tinggi. Masyarakat menjadi apatis, karena ada bayang-bayang pejabat korupsi sejak dilantik. Mulai sejak masa kampanye dikatakan sudah melihat masyarakat apatis. Ini ada sangkut pautnya dengan banyaknya pejabat yang tersangkut kasus korupsi. Makanya mereka berpikir buat apa memilih, toh, nanti korupsi juga. Meski tingkat golput begitu tinggi, lanjut Tamba, hasil Pilkada ini tetap sah dan tidak akan ada pemilihan ulang. Ditegaskan pemilu

description

jajaja

Transcript of Dpt Medan 80

Page 1: Dpt Medan 80

DPT MEDAN 80 % GOLPUT

Menkopolhukam, Luhut Binsar Panjaitan, menilai paritisipasi pemilih Pilkada serentak pertama 9 Desember 2015, secara nasional cukup menggembirakan, yakni mencapai 50 % dan cukup aman kondusif. Plt. Gubsu T. Erry Nuradi melaporkan situasi penyelenggaraan Pilkada di Sumut cukup aman kondusif, walaupun tingkat partisipasi pemilih relatif berkurang. Dia menyuruh mencari tahu apa penyebabnya, karena hari memilih adalah libur umum. Target total partisipasi pemilih adalah 77 % dari DPT (Daftar Pemilih Tetap).

Penjabat Wali Kota Medan, Randiman Tarigan, mengakui minimnya partisipasi pemilih di TPS-TPS Kota Medan. Penilaian itu diungkapkan Randiman usai melakukan peninjauan di sejumlah TPS. Menurut dia, warga Medan yang mencoblos tak sampai 20 %. Artinya, sekitar 80 % warga memilih golput. “Sepi sekali, Paling banter ini cuma 20 %”, ujar Randiman, di Kantor KPU Medan. Ia menilai tingginya persentase yang memilih golput di Medan, bukan karena kesalahan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Medan.

Katanya, warga memilih golput karena tidak mendapatkan kepercayaan politik. Banyak yang Golput bukan karena ketidaktahuan warga ada Pemilu, tetapi kemauan masyarakat yang memang rendah. Mungkin warga Kota Medan belum dapat melihat siapa yang terbaik untuk memimpin Medan.

Mengenai banyaknya warga yang tidak mendapatkan surat undangan, Randiman menilai hal itu bukan alasan. Menurutnya, jika memang warga berniat memilih, mereka akan datang ke TPS pada hari H cukup membawa KTP. Itu dikatakan jadi alasan, padahal orang tinggal datang saja ke TPS. Cuaca pun mendukung. Randiman menyarankan wartawan untuk mewawancarai beberapa warga untuk mengetahui mengapa warga memilih golput, agar bapak-bapak yang terhormat itu tahu apa masalahnya.

Komisioner KPU Medan Pandapotan Tamba menampik penilaian bahwa, tingginya tingkat golput karena kesalahan pihaknya. Ia tak terima dengan penilaian yang mengatakan, pihaknya kurang melakukan sosialisasi ke masyarakat. Dikatakan, sosialisasi sudah maksimal, masyarakatnya saja yang apatis dan tidak mau tahu. Meski demikian, Tamba tidak menampik bahwa golput memang tinggi.

Masyarakat menjadi apatis, karena ada bayang-bayang pejabat korupsi sejak dilantik. Mulai sejak masa kampanye dikatakan sudah melihat masyarakat apatis. Ini ada sangkut pautnya dengan banyaknya pejabat yang tersangkut kasus korupsi. Makanya mereka berpikir buat apa memilih, toh, nanti korupsi juga. Meski tingkat golput begitu tinggi, lanjut Tamba, hasil Pilkada ini tetap sah dan tidak akan ada pemilihan ulang. Ditegaskan pemilu kali ini paling aman, paling jujur, paling adil, hanya golputnya yang paling tinggi.

Kita sependapat dengan penilaian Plt. Gubsu T. Erry Nuradi dan Penjabat Wali Kota Medan dan Komisioner KPU, Pandapotan Tamba. Namun jangan hanya menilai, tetapi “perlu” diteliti faktor penyebab mengapa golput di Medan begitu tinggi. Apakah masyarakat Medan, memang sudah apatis, “siapa pun yang menjadi pemimpin saya tetap begini juga”, atau “trauma” melihat pemimpin dan wakil-wakilnya di DPRD secara berjamaah korupsi atau kepercayaan politik masyarakat kepada partai-partai pendukung kandidat sudah hilang atau penyebab lain-lainnya.

Jumlah golput yang begitu besar, harus menjadi tantangan bagi pemenang (Walikota- Wakil Walikota terpilih). Inilah saatnya untuk membuktikan bahwa mereka adalah pemimpin yang jujur dan amanah serta tidak akan menyianyiakan kepercayaan dan harapan masyarakat Kota Medan.