dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan...

193

Transcript of dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan...

Page 1: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni
Page 2: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Dr. Hj. Renny Supriyatni Bachro, S.H., M.H.Andi Fariana, S.H., M.H.

MEDIASI SYARIAHDalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Model Alternatif

Page 3: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H.Andi Fariana, S.H., M.H.

Renny SupriyatniAndi Fariana

Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Edisi Pertama—Jakarta: Mitra Wacana Media, 20151 jil., 17 x 24 cm, 190 hal.

ISBN: 978-602-318-126-1

1. Manajemen 2. Mediasi SyariahI. Judul II. Renny Supriyatni; Andi Fariana

Edisi AsliHak Cipta © 2015, Penerbit Mitra Wacana MediaTelp. : (021) 824-31931Faks. : (021) 824-31931Website : http//www.mitrawacanamedia.comE-mail : [email protected]

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, baik secara elektronik maupun mekanik, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan menggunakan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Penerbit.

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 Tentang HAK CIPTA

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Page 4: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

QS Al A'la ayat 1-5.

Page 5: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

iv Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Page 6: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Kata Pengantar v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia tiada putusnya. Salam dan shalawat disampaikan kepada Rosulullah Muhammad Saw., keluarga, sahabat dan segenap umatnya yang Insya Allah kita ada di dalamnya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan buku referensi yang jauh dari kesempurnaan ini.

Buku referensi ini, berjudul: Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah, dan pada kesempatan ini, dengan ketulusan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih Kepada Yang Terhormat Rektor dan Seluruh Pimpinan Fakultas Hukum Unpad.; Prof.Dr.Drs. H. Abdul Manan, S.H., S.IP., M.Hum. dan Prof.Dr. H. Abdul Gani Abdullah, S.H. sebagai Hakim Agung, Mahkamah Agung Republik Indonesia, Pimpinan Perpustakaan Mahkamah Agung Republik Indonesia; Dekan Fakultas Hukum dan Ketua Program Pascasarjana UII Yogyakarta; Bapak Agustianto Mingka, Ketua I Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI); Pimpinan Departemen Penelitian dan Pengembangan Perbankan Syariah, Bank Indonesia (BI), Jakarta; Bapak Pribadi dan Ibu Fenty, Perwakilan Kedutaan Besar Indonesia di Brunei; Pangiran Dato Seri Setia Dr Hj Mohammad Bin Pg Hj Abd Rahman (Rektor Universitas Islam Sultan Sharif Ali /Unissa) Brunei; Ibu Hjh Siti Zaliha Binti Abu Salim (Wakil Dekan Fakultas Syariah Unissa, Brunei; Dr. Sulaiman Dorloh (Wakil Dekan Fakultas Hukum Unissa), Brunei Darusalam; Dr Haki, Dosen di Fakultas Hukum Unissa, Brunei; Bapak Haji Mohd Ya’akob Hj Othman, Kepala Perpustakaan Unissa, Brunei; Bapak Haji Hassan bin Haji Metali, Ketua Pendaftar Mahkamah Rayuan Syariah, Bandar Seri Begawan, Negara Brunei Darussalam; Ibu Kartini binti Haji Abdullah, Unit Penyelidikan, Tkt 2, Mahkamah Rayuan Syariah, Bandar Seri Begawan, Negara Brunei Darussalam; Bapak Ir. Cecep Wahyu Rudiana, M.Si. dan Keluarga, WNI di Negara Brunei Darussalam; Bapak

Page 7: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

vi Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Muhamad Kamaluddin, WNI di Negara Brunei Darussalam; Ustadz Reno dan Ustad Sugiono, Dosen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Unissa Brunei; Bapak A. Fahmi Shahab, S.E.UGM., MBI.Usyd., .Executif N Mediator Pusat Mediator Nasional (PMN), Jakarta; Ibu Rika, S.H., Staf Pusat Mediator Nasional (PMN), Jakarta; dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang juga membantu kami dalam menyelesaikan buku referensi ini.

Harapan penulis, semoga doa, dukungan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat berkah dan balasan dari Allah SWT. Serta berharap pula, kiranya buku referensi ini dapat memperkaya khasanah keilmuan dalam bidang Hukum Bisnis pada umumnya dan Hukum Perbankan Syariah pada khususnya. Aamiiin Allohuma amien.

Bandung, 14 Pebruari 2016 Tim Penulis

Dr. Hj. Renny Supriyatni Bachro, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H.

Page 8: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

BAB 1

KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii

Bab 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1A. Fenomena Pertumbuhan perbankan syariah .......................................... 1B. Aspek penyelesaian sengketa sebagai suatu keniscayaan ....................... 11

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 19A. Perbankan Syariah i Indonesia .................................................................. 19B. Perkembangan Penyelesaian Sengketa Pembiayaan Bermasalah pada

Perbankan Syariah i Indonesia .................................................................... 34C. Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Luar Pengadilan Melalui

Mediasi ........................................................................................................... 46

Bab 3 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 125A. Perkembangan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan dalam

Perspektif Hukum Islam ............................................................................. 125B. Implementasi dalam Praktik Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Luar Pengadilan .......................................................................... 137C. Model Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Melalui Mediasi Syariah di Luar pengadilan. ........................................................................ 154

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 163

DAFTAR ISI

Daftar Isi vii

Page 9: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

viii Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Page 10: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 1 Pendahuluan 1

PENDAHULUAN

BAB 1

A. FENOMENA PERTUMBUHAN PERBANKAN SYARIAH

Perbankan Syari’ah sebagai salah satu sistem perbankan nasional diatur dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syari’ah (Selanjutnya ditulis UUPS). Pembentukan Undang-Undang Perbankan Syari’ah menjadi kebutuhan dan keniscayaan bagi berkembangnya lembaga tersebut. Pengaturan mengenai Perbankan Syari’ah sebelumnya yaitu dalam Pasal 6 m Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dianggap belum spesifik dan kurang mengakomodasi karakteristik operasional Perbankan Syari’ah, di mana di sisi lain pertumbuhan dan volume usaha Bank Syari’ah berkembang cukup pesat. Kedua undang-undang tersebut menjadi dasar hukum penerapan Dual Banking System di Indonesia, yaitu terselenggaranya dua sistem perbankan sekaligus (konvensional dan syariah) secara berdampingan dengan sistem administrasi jelas terpisah. Teknis pelaksanaan dual banking system tersebut di atas, dilakukan dengan cara sebagai berikut:1

a. Bank Umum dapat mendirikan kantor Cabang Syariah yang baru atau kantor bank syariah yang setingkat di bawah kantor cabang;

b. Pengubahan Kantor Cabang Konvensional atau kantor di bawah cabang konvensional menjadi kantor yang melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah, yang lebih dikenal dengan konversi. Pengembangan dual banking system sebagaimana diamanatkan undang-undang

tersebut, didasarkan atas pertimbangan, antara lain: 22

1 Renny Supriyatni B., Sistem bagi Hasil Dgn Mekanisme Pembagian Untung Rugi (Profit and Loss Sharing Mechanism) Dpt Memberi Keadilan bagi Nasabah & Bank Syariah, Unpad Press, Bandung, 2010, hlm. 3. Sumber: Gubernur Kepala Daerah Tingkat I propinsi Jawa Barat , Implikasi Otonomi Daerah Terhadap Perkembangan bank Yang Berprinsip Syariah Di Indonesia, Makalah, FH-Unisba, Bandung, 2000, hlm.1.

2 Renny Supriyatni B., Loccit. Sumber: Keynote speech dari Bapak Abdul Salam Selaku Direktur Bank Indonesia Cabang Bandung pada seminar Ekonomi Syariah dan Perbankan Syariah Dalam Perspektif Perekonomian Indonesia di ITB Bandung tanggal 6 Mei Tahun 2000.

Page 11: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

2 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

1. Pengembangan bank syariah ditujukan dalam rangka pemenuhan pelayanan jasa perbankan bagi segmen masyarakat, yang jumlahnya relatif besar, yang belum memperoleh jasa perbankan karena sistem perbankan konvensional dipandang tidak sesuai dengan prinsip syariah yang diyakini;

2. Pengalaman krisis perbankan sejak tahun 1998 membuktikan bahwa yang beroperasi dengan prinsip syariah mampu bertahan di tengah gejolak nilai tukar rupiah dan tingkat suku bunga;

3. Sistem perbankan syariah memiliki karakteristik dan keunggulan tertentu dibanding-kan sistem perbankan konvensional;

4. Dalam jangka panjang akan dapat mendorong peningkatan aliran modal masuk internasional, khususnya dari lembaga atau pihak-pihak yang mempersyaratkan pola transaksi dengan prinsip syariah.

5. Kegiatan bank syariah lebih didasarkan pada investasi riil dan participation system maka suplay uang dari perbankan syariah sangat terkait erat dengan kebutuhan transaksi pelaku ekonomi sektor riil dan alokasi sumber daya keuangan juga merupakan respons langsung terhadap kapasitas produksi dan output sektor riil.Pada saat berlakunya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan (selanjutnya ditulis UUP) perkembangan bank syariah masih sangat terbatas, namun disebutkan oleh Mariam Darus Badrulzaman bahwa UUP tersebut, merupakan salah satu bentuk tonggak sejarah umat Islam khususnya dan bagi perkembangan Hukum Nasional pada umumnya. Dalam makalah yang berjudul “Peranan Badan Muamalat Indonesia (selanjutnya disingkat BAMUI) dikatakan bahwa:3

“Dalam Pembangunan Hukum Nasional, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan membawa era baru dalam sejarah perkembangan hukum ekonomi di Indonesia. Undang-undang tersebut memperkenalkan “sistem bagi hasil” yang tidak dikenal dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967 Tentang Pokok Perbankan. Dengan adanya sistem bagi hasil itu maka perbankan dapat melepaskan diri dari usaha-usaha yang mempergunakan sistem bunga”……........ jika selama ini peranan Hukum Islam di Indonesia terbatas hanya pada bidang hukum keluarga, tetapi sejak tahun 1992, peranan Hukum Islam sudah memasuki dunia hukum ekonomi (bisnis).”

Pasal 29 ayat (3) Undang-undang Perbankan (UUP) Jo. Pasal 23 ayat (1) Undang-undang Perbankan Syariah (UUPS) dalam Penjelasan pasal tersebut, memberikan

3 Miriam Darus Badrulzaman, dikutip dari Peri Umar Faraouk, “Sejarah Hukum Perbankan Syariah di Indonesia”, www.inlawnesia.net, tanggal 19 Juli 2015, jam 12.00.

Page 12: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 1: Pendahuluan 3

rambu-rambu yang secara eksplisit menyebutkan harus dipenuhi oleh bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, sebagai berikut: “Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan

kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank”.

Dengan demikian Undang-undang Perbankan (konvensional dan syariah) memberikan pedoman yang harus dipatuhi oleh bank dalam rangka pemberian kredit atau pembiayaan. Pedoman tersebut dicantumkan dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-undang Perbankan (UUP) Jo. Pasal 23 ayat (2) Undang-undang Perbankan Syariah (UUPS): “Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank

Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan, serta kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.”

Penjelasan Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Perbankan (UUP) Jo. Penjelasan Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Perbankan Syariah (UUPS) menyebutkan bahwa kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah yang diberikan oleh bank mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah yang sehat. Risiko tersebut dapat dikurangi, jaminan pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah dalam arti keyakinan atas kemampuan, dan kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari Nasabah Debitur.

Ketentuan-ketentuan tersebut di atas, tentu saja untuk mendukung Fungsi Perbankan Indonesia yaitu sebagai Penghimpun Dan Penyalur Dana Masyarakat. Dengan demikian perbankan Indonesia memiliki fungsi yang diarahkan sebagai agen pembangunan (agent of development), yaitu sebagai lembaga yang bertujuan guna mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.4 Fungsi tersebut merupakan

4 Renny Supriyatni B. Opcit, hlm. 24.

Page 13: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

4 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

penjabaran dari tujuan perbankan Indonesia yaitu menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Fungsi Perbankan Indonesia sebagai penyalur dana masyarakat, memiliki fungsi dasar sebagai berikut:5

a. Menyediakan tempat untuk menitipkan uang dengan aman (safe keeping function); dan

b. Menyediakan alat pembayaran untuk membeli barang dan jasa (transaction function).Hal tersebut, diuraikan pada Pasal 3 dan Pasal 4 Undang-undang Perbankan

(UUP) dan Penjelasannya.Ketangguhan perbankan syariah dalam menghadapi krisis ekonomi dan

moneter yang menerpa Indonesia pada tahun 1998 juga merupakan salah satu alasan bagi Pemerintah Indonesia untuk mengukuhkan keberadaan lembaga perbankan syariah di Indonesia. Perkembangan mengenai lembaga keuangan yang berbasis Syariah saat ini, perlu dikemukakan pandangan Zainul Arifin mantan Direktur Bank Muamalat Indonesia (1996–1999) bahwa pengalaman selama krisis ekonomi ini memberikan suatu pelajaran berharga, yakni prinsip risk sharing (berbagi risiko) dan profit and loss sharing (bagi hasil), sebagaimana terdapat pada sistem bank berdasarkan prinsip syariah, merupakan suatu prinsip yang dapat berperan meningkatkan ketahanan satuan-satuan ekonomi. Dalam hal ini, prinsip bagi hasil atau berbagi risiko antara pemilik dana dan pengguna dana sudah diperjanjikan secara jelas dari awal, sehingga jika terjadi kesulitan usaha karena krisis ekonomi, misalnya, maka risiko kesulitan usaha tersebut otomatis ditanggung bersama oleh pemilik dana dan pengguna dana. Dengan demikian, kesulitan ekonomi akan terasa relatif lebih ringan bagi perorangan dan badan usaha secara individual, dan kebangkitan kembali ekonomi dapat diharapkan berlangsung lebih cepat. Pembiayaan macet (non-performing financing), karena krisis ekonomi, dapat juga dialami oleh bank berdasarkan prinsip syariah. Namun bank syariah tidak akan pernah mengalami negative spread. Kerugian akan dialami apabila bagi hasil yang diperoleh lebih kecil daripada biaya operasional bank. 6

Selain itu sistem lembaga keuangan yang berbasis pada berbagi risiko dan bagi hasil memiliki beberapa kelebihan, antara lain: 7

5 Zainul Arifin, Produk Perbankan Syariah dan Prospek Pasarnya di Indonesia”, Jurnal Hukum Bisnis Volume 20, Jakarta, 2002, hlm. 68.

6 Zainul Arifin , Memahami Bank Syariah, Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek , Alvabet, Jakarta, 1999, hlm.125-1267 Zainul Arifin , 1999, Ibid , hlm.129-130.

Page 14: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 1: Pendahuluan 5

1. Bank/pemilik dana tidak membatasi dirinya untuk hanya bersedia meminjamkan dananya kepada sektor usaha yang sudah mapan saja, atau kepada orang yang dapat menyediakan jaminan untuk memastikan pembayaran kembali utang pokok dan bunganya, seperti yang berlaku pada sistem konvensional. Pengusaha kecil terdorong untuk tidak ragu-ragu melakukan inovasi guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi usahanya, karena adanya dukungan secara pasti terhadap usaha itu;

2. Bank/pemilik dana bekerja berdasarkan prinsip kemitraan dengan para pengusaha. Pembiayaan yang diberikan oleh bank disertai dengan pemberian konsultasi, pembinaan dan pengawasan, bahkan bila perlu menempatkan orang untuk membantu secara aktif dalam proses manajemen perusahaan. Selanjutnya, yang diawali melalui Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, keberadaan sistem perbankan syariah semakin didorong perkembangannya. Akhir-akhir ini perkembangan bank syariah sangat mengesankan. Pertumbuhan dan perkembangannya bisa dilihat dari semakin banyaknya jaringan kantor, aset, banyaknya bank-bank syariah yang berdiri (berstatus penuh atau hanya unit usaha syariah dari bank konvensional), Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh perbankan syariah dan Pembiayaan yang meningkat. Perkembangan tersebut dapat dilihat dalam gambaran tabel, sebagai berikut:8

Tabel 1.1. Perkembangan Keuangan Syariah (Total asset keuangan syariah Indonesia)

Jenis 2010 2011 2012 2013 2014 Jul 2014

Perbankan syariah 97.52 145,47 195,02 242,28 240,93 250,55*

Asuransi syariah 6,97 9,15 13,1 16,66 18,41 19,26T*

Pembiayaan syariah 2,36 3,62 22,66 24,64 24,24 23,49T*

Saham syariah .n.a 1.968,10 2.451,33 2.557,85 2.860,66 2.955,79

Sukuk korporasi 7,,26782 7,92 9,79 7,55 7,19 6,96

Reksa dana syariah 5,23 5,56 8,05 9,43 9,23 9,51

Sukuk Negara 44,34 77,73 124,36 169,29 178,83 179,10

8 Nurul Huda, Model lembaga Keuangan Syariah: dulu, kini dan masa Masa Depan, Seminar MES, ABFII Jakarta, 26 November 2014. Sumber data: Statistik Perbankan Syariah-Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, Kemenkeu. Data per Mei 2014, dan Data per Juni 2014.

Page 15: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

6 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Tabel 1.2. Pertumbuhan Bank Syariah dan Jumlah Kantor

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Bank Umum Syariah• Jumlah bank• Jumlah kantor

3401

5581

6711

111215

111401

111745

111920

Unit Usaha Syariah• Jumlah Bank Umum

Komersial yang memiliki • Jumlah kantor

26

196

27

241

25

287

23

262

24

336

24

517

24

521

Bank Pembiayaan rakyat syariah• Jumlah bank• Jumlah kantor

114185

131202

138225

150286

155364

158401

160398

Kehadiran perbankan syariah dalam sistem perbankan nasional tersebut, bukanlah semata-mata mengakomodasi kepentingan penduduk Indonesia yang mayoritas muslim. Namun lebih kepada adanya faktor keunggulan atau manfaat lebih dari perbankan syariah dalam menjembatani kegiatan ekonomi dan lebih umum terhadap krisis. Seiring dengan itu, telah tumbuh sebuah kecenderungan spiritual yang mulai melihat mudharatnya sistem bunga (interest based banking), bersamaan dengan keyakinan yang semakin luas bahwa bunga bank adalah haram. Walaupun bagi sebagian kalangan masih dipandang subhat (ragu-ragu), mengingat alasan darurat dan belum adanya fatwa haram atas bunga bank dari Majelis Ulama Indonesia (selanjutnya ditulis MUI).

Di samping itu, secara teoritis keunggulan dan ketahanan lembaga keuangan atau perbankan syariah terletak pada sistem bagi hasil dan berbagi risiko. Sistem ini diyakini oleh para ulama sebagai jalan keluar untuk menghindari penerimaan dan pembayaran bunga (riba), seperti dikutip dari Al Qur’an: “….Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba “ (Q.S. 2: 275 ). Islam tidak menolak usaha menghasilkan laba, oleh karenanya tidak ada alasan bagi lembaga keuangan bank untuk tidak masuk dalam suatu kemitraan dengan pengusaha dan meminjamkan dana, tanpa memungut bunga, tetapi memperoleh bagi hasil dan berbagi risiko dengan para pengusaha. Sistem bagi hasil lebih menjamin penggunaan sumber daya dalam perusahaan secara murni untuk kepentingan masyarakat, karena pemilik dana tidak hanya meminjamkan dana hanya kepada usaha besar saja, yang punya jaminan cukup, tetapi juga akan mampu membiayai orang kecil yang punya rencana usaha yang baik, mempercepat pengembangan teknologi, akan menuju partnership, menyediakan dana-dana untuk inovasi yang dianggap bermanfaat.

Page 16: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 1: Pendahuluan 7

Salah satu bentuk penggalian potensi dan wujud kontribusi masyarakat dalam perekonomian nasional tersebut adalah pengembangan sistem ekonomi berdasarkan nilai Islam (syari’ah) dengan mengangkat prinsip-prinsipnya ke dalam Sistem Hukum Nasional. Prinsip syari’ah berlandaskan pada nilai-nilai keadilan, kemanfaatan, keseimbangan, dan keuniversalan (rahmatan lil ‘alamin). Nilai-nilai tersebut diterapkan dalam pengaturan perbankan yang didasarkan pada Prinsip Syari’ah yang disebut Perbankan Syari’ah. Secara akademik, istilah Islam dengan syari’ah mempunyai pengertian yang berbeda. Namun secara teknis untuk penyebutan bank Islam dan bank syari’ah mempunyai pengertian yang sama.9 Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaaan dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syari’at Islam, yang dikenal dengan istilah anti maghrib (maisir, gharar, riba).10

Sistem perbankan syariah, bersumber dari Hukum Islam yaitu Al Qur’an, Hadist dan Ijtihad. Hal tersebut dapat dilihat dalam terjemahan atau tafsir dari al Qur’an, beberapa di antaranya:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku secara ridha sama ridha diantara kamu“ (Q.S. 4: 29);

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu berniaga tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan , hendaklah kamu menuliskannya (aqad-aqad tersebut) (Q.S. 2: 282);

“ Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu (Q.S. 5: 1).

Berdasarkan tafsir ayat-ayat Al Qur’an tersebut di atas,11 jelaslah bahwa manusia diizinkan untuk mengadakan perniagaan selama dilakukan secara sukarela dan segala kewajiban dipenuhi. Perniagaan yang dimaksud adalah berbagai jenis transaksi niaga dan tidak terbatas pada jual beli atau perdagangan saja, termasuk transaksi-transaksi yang tidak secara tunai dan dapat memberi efek pembiayaan dari suatu pihak kepada pihak yang lain. Apabila dalam melakukan perniagaan tersebut tidak dilakukan secara tunai, harus dibuatkan perjanjian/kontrak (aqad)

9 Sumber dikutip dari: Tim Peneliti, Upaya Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di Bank Syariah Melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas), FH-LPPM, unpad, 2008, hlm. 2. Warkum Sumitro, Azas-azas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait,PT.Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal 5.

10 H.A.Hafizh Dasuki et al, Ensiklopedi Islam, Jilid I, PT. Ichtiar Baru van Hoeve,Jakarta, 1994, hal 231.11 Sumber dikutip dari: Tim Peneliti, Opcit, hlm. 7. Iwan P. Pontjowinoto, “Lembaga keuangan Dalam Perspektif Syariah “,

Makalah, ISEG FE-Unpad,Bandung, 2001, hlm.2 .

Page 17: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

8 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

secara tertulis, dan para pihak yang mengadakan aqad tersebut memiliki kewajiban legal dan moral untuk memenuhi perjanjian/kontrak tersebut.

Bank syariah mulai digagas di Indonesia pada awal periode 1980-an, diawali dengan pengujian pada skala bank yang relatif lebih kecil, yaitu didirikannya Baitut Tamwil-Salman, Bandung. Di Jakarta Baitut Tamwil didirikan dalam bentuk koperasi, yakni Koperasi Ridho Gusti.12sejak saat itu Majlis Ulama’ Indonesia (selanjutnya disebut MUI) berinisiatif untuk memprakarsai terbentuknya bank syari’ah, yang dihasilkan dari rekomendasi Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua, dan dibahas lebih lanjut dengan serta membentuk tim kelompok kerja pada Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung di Hotel Sahid Jakarta pada tanggal 22-25 Agustus 1990.13 Secara teoretis, bank Islam di dunia baru dirintis sejak tahun 1940-an dan secara kelembagaan baru dapat dibentuk pada tahun 1960-an. Di Indonesia, kenyataannya baik secara teoritis maupun kelembagaan, perkembangan bank Islam bahkan baru terwujud beberapa dekade kemudian.14

Kebutuhan masyarakat Indonesia akan jasa-jasa perbankan syariah dari waktu ke waktu semakin meningkat. Perkembangan ini terjadi karena masyarakat melihat perbankan syariah merupakan sistem perbankan yang dapat menjadi alternatif dari sistem perbankan konvensional yang menggunakan sistem bunga. Sistem perbankan dengan menggunakan bunga dirasa tidak adil juga tidak memberikan kemanfaatan sebesar-besarnya bagi masyarakat. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (UUPS) telah mengatur mengenai jenis usaha, ketentuan pelaksanaan syariah, kelayakan usaha, penyaluran dana, dan larangan bagi bank syariah ataupun unit usaha syariah yang merupakan bagian dari bank umum konvensional. Akibatnya, muncul ke permukaan adalah bank syariah yang produknya merupakan fotokopi produk konvensional dengan perubahan sedikit sana-sini. Misalnya, jika di bank konvensional ada “kredit modal kerja” maka di bank syariah ada “pembiayaan modal kerja” dengan spesifikasi yang nyaris tidak berbeda15.

Suatu perbedaan antara sistem bunga dengan sistem bagi hasil adalah dalam hal keuntungan yang diperoleh pihak bank atau penyedia dana, pada sistem konvensional (bunga) bank akan selalu memperoleh keuntungan berupa bunga dari setiap kredit yang disalurkannya, sedangkan dalam sistem bagi hasil bank baru akan

12 M. Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah; Wacana Ulama’ dan Cendekiawan, Jakarta: Tazkia Institut dan Bank Indonesia, 1999, hlm. 278

13 M. Syafi’I Antonio, Ibid.14 Peri Umar Farouk 2002, Sejarah Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, dalam http://www.inlawnesia.net., diunduh

tanggal 20 Mei 2015, hlm. 4.15 Renny Supriyatni Bachro, Opcit, hlm.7.

Page 18: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 1: Pendahuluan 9

mendapat keuntungan apabila nasabah bank tersebut dalam mengoperasikan kredit tersebut mendapat keuntungan dalam usahanya, sedangkan apabila nasabah merugi dalam usahanya maka pihak bank tidak akan memperoleh keuntungan sebagaimana diperjanjikan.16Perbandingan Konsep Bank Syariah dengan Bank Konvensional, diantara keduanya dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:17

Tabel 1.3: Perbedaan Sistem Bunga dengan Sistem Bagi hasil

Hal Sistem Bunga Sistem Bagi Hasil

Penentuan besarnya hasil Sebelumnya Sesudah berusaha, sesudah ada

untungnya

Yang ditentukan

sebelumnya

Bunga, besarnya nilai rupiah Menyepakati proporsi pembagian

untung untuk masing-masing pihak

misalnya 50: 50, 40:60, 35:65, dst.

Jika terjadi Kerugian Ditanggung nasabah saja Ditanggung kedua belah pihak,

nasabah dan bank

Dihitung dari mana? Dari dana yang

dipinjamkan, fixed, tetap.

Dari untung yang bakal diperoleh,

belum tentu besarnya

Titik perhatian proyek/

Usaha

Besarnya bunga yang harus

dibayar nasabah/pasti

diterima bank

Keberhasilan proyek/usaha jadi

perhatian bersama: nasabah dan bank

Berapa besarnya? Pasti: (%) kali jumlah

pinjaman yang telah pasti

diketahui

Proporsi (%) kali jumlah untung yang

belum diketahui = belum diketahui

Status hukum Berlawanan dengan QS.

Luqman: 34

Melaksanakan QS Luqman: 34

Sumber lain, menyatakan bahwa ada beberapa perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional, sebagai berikut: 18

Tabel 1.4: Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

No. Perbedaan Bank Syariah Bank Konvensional

1. Falsafah Tidak berdasarkan bunga, spekulasi, dan ketidakjelasan.

Berdasarkan bunga

16 Djuhaendah Hasan, 1996, Ibid, hlm.147. Lihat pula, Renny Supriyatni Bachro, Opcit, hlm. 17 Muhamad, Bank Syariah Analisis Kekuatan, kelemahan, Peluang dan Ancaman, Ekonisia, Yoyakarta, Cet.Ketiga, 2004,

hlm.58. Isriani Hardini & Muh. H. Giharto, Kamus Perbankan Syariah (Dilengkapi Penjelasan Singkat dan Perbandingan dengan Bank Konvensional), Marja, Bandung, 2007, hlm. Lampiran.

18 Heri Sudarsono, Opcit, hlm.42. Sumber Informasi: IBI, 2002. Isriani Hardini & Muh. H. Giharto, Loccit.

Page 19: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

10 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

No. Perbedaan Bank Syariah Bank Konvensional

2. Operasionalisasi • Dana masyarakat berupa titipan dan investasi yang baru akan mendapatkan hasil jika „diusahakan“ terlebih dahulu.

• Penyaluran dana pada usaha yang halal dan menguntungkan.

• Dana masyarakat berupa simpanan yang harus dibayar bunganya pada saat jatuh tempo.

• Penyaluran pada sektor yang menguntungkan. Aspek halal tidak menjadi pertimbangan.

3. Aspek sosial Dinyatakan secara eksplisit dan tegas yang tertuang dalam visi dan misi.

Tidak diketahui secara tegas.

4. Organisasi Harus memiliki Dewan Pengawas Syariah.

Tidak memilki Dewan Pengawas Syariah.

Selanjutnya pengaturan yang kurang spesifik dan kurang mengakomodasi pada undang undang sebelumnya itu terlihat, terutama pada pengaturan masalah penyelesaian sengketa perbankan syari’ah. Penyelesaian sengketa perbankan syari’ah di pengadilan masih dipandang oleh sebagian kalangan hanya menghasilkan kesepakatan yang bersifat merugikan salah satu pihak, belum mampu merangkul kepentingan bersama, cenderung menimbulkan masalah baru, lambat dalam penyelesaiannya, membutuhkan biaya yang mahal, serta banyak terjadi pelanggaran dalam pelaksanaannya. Hal ini dipandang kurang menguntungkan dalam dunia bisnis sehingga dibutuhkan institusi atau media baru berupa proses yang dipandang lebih efisien dan efektif. Prinsip syari’ah berlandaskan pada nilai-nilai keadilan, kemanfaatan, keseimbangan, dan keuniversalan (rahmatan lil ‘alamin) yang diterapkan dalam pengaturan Perbankan Syari’ah. Pengaturan yang kurang spesifik dan kurang mengakomodasi pada undang undang terlihat, terutama pada pengaturan masalah penyelesaian sengketa perbankan syari’ah.

Dalam penyelesaian sengketa pada Bank Syariah yang memiliki pola hubungan yang didasarkan pada keinginan untuk menegakkan sistem syariah diyakini sebagai pola hubungan yang kokoh antara bank dan nasabah. Kalaupun terjadi perselisihan pendapat, baik dalam penafsiran maupun dalam pelaksanaan isi perjanjian, kedua pihak akan berusaha menyelesaikannya secara musyawarah menurut ajaran Islam. Sungguhpun demikian, tetap saja ada kemungkinan timbul perselisihan yang tidak dapat diselesaikan dengan jalan musyawarah. Terjadinya keadaan seperti itu dalam kehidupan sehari-hari, apalagi dalam kehidupan dunia ekonomi/bisnis, haruslah diantisipasi dengan cermat. Untuk mengantisipasi kemungkinan tersebut, masyarakat bank-bank syariah dan para pengguna jasa perbankan syariah menyadari bahwa mereka tidak dapat mengandalkan instansi peradilan yang ada.

Page 20: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 1: Pendahuluan 11

Terlebih bahwa lembaga peradilan yang sekarang ada memiliki dasar-dasar hukum penyelesaian sengketa yang berbeda dengan yang dikehendaki pihak-pihak yang terikat dengan akad syariah.

B. ASPEK PENYELESAIAN SENGKETA SEBAGAI SUATU KENISCAYAAN

Kegiatan bisnis yang jumlah transaksinya cukup banyak bahkan mungkin mencapai ratusan setiap hari tersebut, menjadi salah satu penyebab timbulnya permasalahan dan terjadinya sengketa (dispute/difference) antara para pihak yang terlibat tidak mungkin dapat dihindarkan. Setiap jenis sengketa yang terjadi selalu menuntut pemecahan dan penyelesaian yang cepat. Makin banyak dan luas kegiatan bisnis, frekuensi terjadinya sengketa makin tinggi, maka makin banyak sengketa yang harus diselesaikan.19 Pada umumnya penyelesaian sengketa dilakukan melalui pengadilan (Litigasi), akan tetapi belakangan ini telah berkembang berbagai pilihan penyelesaian sengketa di luar pengadilan (Non Litigasi). Penyelesaian sengketa di luar pengadilan (Non Litigasi) salah satunya melalui alternatif penyelesaian sengketa yang disebut mediasi, khususnya mediasi syariah lebih diminati daripada litigasi, dimana terdapat satu-satunya kelebihan mediasi terhadap pengadilan adalah sifat konfidensialnya karena keputusannya tidak dipublikasikan.20

Islam menawarkan suatu prinsip yang bertujuan membentuk suatu putusan setelah para pihak yang bersengketa itu didengar keterangan-keterangan mereka sehingga terjadilah suatu pertukaran pikiran secara jernih dan dengan penuh kesabaran. Prinsip ini dinamakan musyawarah, yang pada hakekatnya sama dengan melakukan negosiasi, mediasi konsiliasi, dan arbitrase. Menurut Achmad Heidar, 21 musyawarah merupakan suatu proses atau mekanisme dalam pengambilan keputusan yang didasarkan pada prinsip-prinsip:a. Persamaan di antara para pihak;b. Kebebasan mengemukakan pendapat;c. Mengutamakan kepentingan umum;d. Lebih memperhatikan isi dan mulai dari gagasan; e. Diawali dengan prasangka baik, danf. Adanya suatu rujukan baku yang dipatuhi semua pihak.

19 Rahmat Rosyadi dan Ngatino, Arbitrase Dalam Persfektif Islam Dan Hukum Positif, CBA, Bandung, 2002, hlm. 8.20 Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan Islam di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 103.21 Achmad Heidar, “Arti dan Mekanisme Musyawarah”, Majalah Padjadjaran, FH-Unpad, Bandung, 1994, hlm. 14

Page 21: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

12 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Perlu ditambahkan bahwa agar musyawarah dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya, ada beberapa syarat untuk bisa menyelenggarakan musyawarah, yaitu diantara orang-orang yang sederajat, setara hak dan kewajibannya serta sama derajatnya dalam mengemban kedaulatan atas pendirian yang dimusyawarahkan.

Al Qur’an memerintahkan kepada manusia untuk menyelesaikan semua masalah kemasyarakatan (keduniaan) dengan cara musyawarah. Dua ayat yang dengan tegas menggariskan, yaitu:22

a. Surat As Syura: 38 yang artinya: “ .......adapun urusan kemasyarakatan diputuskan dengan musyawarah antara mereka”;

b. Surat Al Imran: 159 yang artinya: “ ……dan bermusyawarahlah engkau hai Muhamad dengan mereka dalam setiap urusan

kemasyarakatan.

Alternatif lain dalam penyelesaian sengketa di bank syariah, melalui lembaga perdamaian. Dalam Bahasa Arab perdamaian disebut dengan ash-shulhu, secara harfiah bermakna “memutus pertengkaran/perselisihan”. Dalam pemahaman syariat dijabarkan sebagai “suatu jenis akad/perjanjian untuk mengakhiri perlawanan/perselisihan antara dua orang yang berlawanan”. Masing-masing pihak yang mengadakan perdamaian dalam syariat Islam disebut mushalih, sedangkan persoalan yang diperselisihkan disebut mushalih’anhu, dan perbuatan yang dilakukan oleh salah satu pihak terhadap pihak yang lain untuk mengakhiri pertikaian/pertengkaran dinamakan mushalih ‘alaihi atau disebut juga badalush shulh. 23

Selanjutnya, dasar hukum diadakannya perdamaian terdapat dalam ketentuan Al Qur’an, Hadist Rasul, dan Ijma. QS. Al Hujarat ayat 9 yang artinya:24

“Jika dua golongan orang beriman bertengkar, damaikanlah mereka. Tapi jika salah satu dari kedua (golongan) berlaku aniaya terhadap yang lain, maka perangilah orang yang aniaya sampai kembali kepada perintah Allah. Tapi jika ia telah kembali damaikanlah keduanya dengan adil, dan bertindaklah benar. Sungguh Allah cinta akan orang yang berlaku adi”.

Dalam Hadist diriwayatkan dari Abu Daud, At Tirmizi, Ibnu Majah, Al Hakim dan lain-lain, yang artinya:

“ Perjanjian diantara orang-orang muslim itu boleh, kecuali perjanjian yang menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal”

22. M. Thahir Azhari, Loccit.23 Suhrawardi K. Lubis, Opcit, hlm. 178.24 Suhrawadi K. Lubis, Opcit, hlm.179.

Page 22: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 1: Pendahuluan 13

At Tirmizi dalam hal ini menambahkan, “ (Muamalah) orang-orang muslim itu berdasarkan syarat-syarat mereka”. Sedangkan Umar ra. Pernah mengungkapkan, yang artinya:

“Tolaklah permusuhan hingga mereka berdamai, karena pemutusan perkara melalui pengadilan akan mengembangkan kedengkian diantara mereka (pihak yang bersengketa)”.

Dasar hukum yang lain berlandaskan pada Ijtihad, mencari penyelesaian masalah/peristiwa hukum secara optimal, mencari kesepakatan para ahli fiqih/fuqaha/mujtahid melalui Ijma. Para ahli hukum telah sepakat (Ijma) bahwa penyelesaian pertikaian diantara para pihak-pihak yang bersengketa adalah disyariatkan dalam ajaran Islam.

Dewasa ini mediasi khususnya mediasi syariah, dipandang sebagai pranata hukum yang penting sebagai salah satu cara penyelesaian sengketa bisnis di luar pengadilan. Peranan mediasi syariah meningkat bersamaan dengan meningkatnya transaksi niaga, baik nasional maupun internasional.25 Di dalam perkembangan model penyelesaian sengketa di luar pengadilan (Non Litigasi) yang dianggap lebih bisa mengakomodir kelemahan-kelemahan model litigasi dan telah memberikan jalan keluar yang lebih baik. Proses dan model penyelesaian sengketa di luar pengadilan (Non Litigasi) dipandang lebih menghasilkan kesepakatan yang menguntungkan masing-masing pihak, menjamin kerahasiaan sengketa para pihak, menghindari keterlambatan yang diakibatkan karena hal prosedural dan administratif, menyelesaikan masalah secara komprehensif dalam kebersamaan, dan tetap menjaga hubungan baik.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 yang merupakan Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama (selanjutnya ditulis UUPA) menyebutkan pada Pasal 49 bahwa kewenangan Peradilan Agama telah diperluas yaitu tidak hanya meliputi perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadakah namun juga ekonomi syariah. Pasal 49 ayat 3 ini diperjelas di dalam penjelasan bahwa aktivitas ekonomi syariah meliputi: Bank syariah, Lembaga Keuangan mikro syariah, Asuransi syariah, Reasuransi syariah, Reksadana syariah, Obligasi syariah dan surat berharga berjangka menengah syariah, Sekuritas syariah, Pembiayaan syariah, Penggadaian syariah, Dana pensiun lembaga keuangan syariah, dan Bisnis syariah. Sementara di dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008

25 Eman Suparman, Pilihan Forum Arbitrase dalam Sengketa Komersial Untuk Penegakan Keadilan, PT.Tatanusa, Jakarta, hlm.5.

Page 23: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

14 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

tentang Perbankan Syariah (selanjutnya ditulis UUPS) disebutkan di dalam Pasal 55 yaitu:

Ayat (1) Penyelesaian sengketa Perbankan syariah diakukan oleh Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama;

Ayat (2) Dalam hal para pihak telah memperjanjikan penyelesaian sengketa selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi akad;

Ayat (3) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah.

Di dalam Penjelasan ayat (2) Pasal 55 ini disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi akad” adalah upaya sebagai berikut:a. Musyawarah;b. Mediasi Perbankan;c. Melalui badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas) atau Lembaga Arbitrase

lain; dan/ataud. Melalui Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum

Pasal 55 ayat (2) tersebut mengisyaratkan adanya choice of forum bagi pihak-pihak yang bersengketa dalam Perbankan Syariah, dan tentu saja hal ini bertentangan dengan kompetensi absolut bagi Peradilan Agama, karena berdasarkan ketentuan Pasal 55 ayat (1), secara tegas dinyatakan bahwa sengketa perbankan syariah menjadi kompetensi absolut Pengadilan Agama. Ketentuan di dalam Pasal ini menjadi kunci utama bagi Pengadilan Agama untuk menyelesaikan sengketa perbankan syariah. Dengan demikian maka Pengadilan lain tidak berwenang memeriksa dan mengadili sengketa ekonomi syariah termasuk di dalamnya adalah Perbankan syariah.26 Namun demikian, Undang-undang tersebut memberikan alternatif lain bagi para pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan sengketanya melalui media lain di luar Pengadilan yaitu bersifat non litigasi, yakni penyelesaian sengketa melalui musyawarah, mediasi perbankan, dan Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas) atau badan arbitrase lain.

Ketentuan Pasal 55 ayat (2) UUPS tersebut, merupakan penghargaan terhadap hak-hak keperdataan yang dimiliki para pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan sengketa dengan jalan yang disukainya. Namun demikian, dengan keluarnya Putusan mahkamah Konstitusi Nomor 93/PUU-X/2012 yang

26 A. Mukti Arto, Pengadilan Agama dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogjakarta, 2012, hlm 349

Page 24: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 1: Pendahuluan 15

membatalkan Penjelasan Pasal 55 ayat (2) UUPS karena dianggap bertentangan dengan UUD 1945 dan menimbulkan ketidakpastian hukum serta tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat,27 maka proses penyelesaian sengketa perbankan syariah justru menimbulkan berbagai diskusi dan perdebatan karena sebagian kalangan menganggap penjelasan Pasal 55 ayat (2) huruf a, huruf b dan huruf c UUPS tetap diperlukan. Selain itu, dua Peraturan Mahkamah Agung yang berkaitan dengan hal tersebut juga perlu dikaji yaitu Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (selanjutnya ditulis KHES) dan Surat Edaran Mahkamah Agung (selanjutnya ditulis SEMA) Nomor 8 Tahun 2008 tentang Eksekusi Putusan Badan Arbitrase Syariah. Dikeluarkannya beberapa Peraturan perundang undangan yang berkaitan dengan persoalan tersebut, seperti UU Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun 2008, Undang-Undang Peradilan Agama Nomor 3 Tahun 2006, Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Peraturan Mahkamah Agung dan Keputusan Mahkamah Konstitusi, menunjukkan bahwa penyelesaian sengketa secara litigasi di Pengadilan pernah mengalami dualisme hukum.

Semua ketentuan tersebut, seyogyanya merupakan payung hukum bagi proses penyelesaian sengketa secara terpadu yang melahirkan rasa aman, memberikan keadilan, dan jaminan kepastian hukum bagi pihak-pihak yang bersengketa, serta sesuai dengan nilai-nilai Islam. Penelusuran dalam perspektif kebijakan hukum sejak orde baru’ di mana Perbankan syariah baru mulai tumbuh sampai dengan saat ini perlu diteliti dan dikaji untuk melihat bangunan atau peta kebijakan hukum dalam rangka pembangunan hukum nasional. Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 93 Tahun 2012 diberlakukan, yang menyatakan bahwa penyelesaian sengketa ekonomi syariah (termasuk Perbankan Syariah) secara litigasi di Pengadilan hanya dapat dilakukan melalui Pengadilan Agama, maka putusan ini menyebabkan Pengadilan Agama memiliki kewenangan absolut.

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut di atas, dan penelitian pendahuluan, diperoleh gambaran perbandingan jumlah sengketa, sebagai berikut:28

Lembaga penyelesaian sengketa Jumlah sengketa Basyarnas 17Pengadilan Agama 93

27 MK batalkan pilihan penyelesaian sengketa perbankan syariah, http://m.republika.co.id/berita.28 Sumber diolah dari Bank Indonesia (BI), Statistik perbankan syariah, 2014, hlm. 1. Data per Mei 2014 & per Juni 2014.

Sumber data: OJK dan Direktorat Jenderal Pengelolaan utang, Kemenkeu. Lihat pula, Nurul Huda, Model lembaga Keuangan Syariah: dulu, kini dan masa Masa Depan, Seminar MES, ABFII Jakarta, 26 November 2014.

Page 25: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

16 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Sementara perkembangan jumlah perkara yang ditangani oleh Pengadilan Agama sebagai berikut.29

Tahun Jumlah kasus

2011 425.937

2012 476.961

Sedangkan pertumbuhan jumlah Pengadilan Agama tingkat pertama dan tingkat banding terlihat dalam matrik berikut.30

Tabel 1.5: Perkembangan jumlah Pengadilan Agama

No Tahun dan saat penting Jumlah Pengadilan Agama

Tingkat Pertama

Jumlah Pengadilan Agama Tingkat

Banding

1. Tahun 1974 ketika terbit UU Perkawinan 250 8

2. Tahun 1982 ketika Peradilan Agama berusia satu abad

258 10

3. Tahun 1989 ketika terbit UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama

303 18

4. Tahun 2004 ketika PA berpindah dari Depag ke MA

327 25

5. Tahun 2006 ketika UU No. 7 Tahun 1989 diubah dengan UU No. 3 Tahun 2006

343 29

6. Tahun 2012 ketika Peradilan Agama berusia 130 tahun

359 29

Data tersebut di atas menunjukkan perubahan paradigma masyarakat terhadap

Pengadilan Agama, dan perubahan paradigma tersebut tidak dapat diperoleh jika Pengadilan Agama sebagai lembaga pemegang kekuasaan kehakiman tidak melakukan perubahan secara signifikan. Disisi lain pertumbuhan Peradilan Agama di Indonesia terus terjadi, informasi yang disampaikan oleh badilag.net pada 3 Maret 2015 disebutkan jumlah Hakim Pengadilan Agama saat ini adalah sebanyak 3078 orang dan masih membutuhkan sebanyak 2461 orang hakim karena idealnya untuk Pengadilan Agama seluruh Indonesia diperlukan sebanyak 5.539 orang Hakim.31

29 www.badilag.net, diakses pada 20 Maret 2015 30 http://badilag.net. diakses 20 Juli 201531 www.badilag.net

Page 26: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 1: Pendahuluan 17

Penulis melakukan perbandingan dengan Negara Malaysia,32sebagai salah satu negara yang menjadi pelopor berdirinya bank yang berlandaskan syariat Islam di Asia Tenggara ini. Selain itu, Malaysia adalah negara yang sebagian besar penduduknya beragama Islam seperti Indonesia. Tidak berbeda dengan di Indonesia, penduduk Muslim Malaysia hanya memanfaatkan jasa bank konvensional sebelum berdirinya bank yang berlandaskan syariat Islam. Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Malaysia dipengaruhi perkembangan perbankan syariah, bermula setelah lahirnya semangat untuk mendalami agama dengan menggunakan cara pengendalian Islam dikalangan cendekiawan pada tahun 1970-an. Pada Kongres Ekonomi Bumiputera dalam tahun 1980, mengusulan bedirinya suatu Lembaga Urusan dan Tabungan Haji dalam sebuah bank syariah yang bertujuan mengumpulkan dan menginvestasikan uang milik umat Islam.33 Jurisdiksi penyelesaian sengketa perbankan syariah di Malaysia, jatuh pada pengadilan sipil atau pengadilan umum, atau yang juga disebutdengan Civil Court. Perbankan syariah merupakan transaksi bisnis yang menggunakan prinsip-prinsip muamalah, penyelesaian sengketanya dilakukan di pengadilan umum, dimana hukum yang dipakai dalam pengadilan sipil adalah hukum Common Law warisan dari kolonial Inggris.

Selain itu penelitian dilakukan kunjungan ke Negara Brunai Darussalam, melalui penelusuran data dan literatur/kepustakaan. Di antaranya mendatangi perpustakaan Universiti Islam Sultan Sharif Ali (Unissa) dan Mahkamah Syariah Negeri Brunei Darussalam. Pada saat penelitian, dilakukan dengan cara diskusi dan konsultasi dengan narasumber yang dianggap kompeten, dapat memberikan kejelasan dan sebagai pembanding dengan di lembaga Peradilan Agama di Indonesia. Proses mediasi yang dilaksanakan di Mahkamah Syariah lebih banyak di bidang Hukum Keluarga, sedangkan di bidang Hukum Bisnis tidak dilimpahkan ke Pengadilan/Mahkamah Syariah, seringkali diselesaikan pada perusahaan (Misal: Pembiayaan/kredit macet/bermasalah selalu diselesaikan oleh perbankan yang bersangkutan).

32 Dapat dilihat dalam Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm. 181. Dapat dibandingkan dengan Sutan Remy Syahdeini, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Di Indonesia, IBI, Jakarta, 1993, Hlm. 13.

33 Sudin Haron, Sistem Kewangan Dan Perbankan Islam, Kuala Lumpur Busisness School SDN, Kuala Lumpur, Berhad, hlm.43.

Page 27: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

18 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Page 28: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

BAB 1

A. PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

1. Bank dan Asal Mula Bank

Istilah bank secara etimologis, dapat ditelusuri dari kata banque berasal dari Bahasa Prancis dan dalam bahasa Italia yaitu banco, yang dapat berarti peti/lemari atau bangku atau counter 34. Kondisi dari kedua kata itu menjelaskan dua fungsi dasar yang ditunjukan oleh bank komersial. Kata peti atau lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda berharga, seperti: emas, berlian, uang dan sebagainya. Pada awalnya merupakan kegiatan para penukar uang (money-changer) di pelabuhan-pelabuhan, yang banyak kelasi kapal dan para wisatawan yang datang dan pergi. Mulanya kegiatan itu dilakukan dengan cara meletakkan uang penukar di atas meja di tempat-tempat umum. Meja tempat meletakkan uang itulah yang disebut banco. Bank, menurut bahasa Arab berasal dari kata ”Mashrif” yang berarti pertukaran (exchange), yaitu penjualan mata uang dengan mata uang yang lain.

Kata Mashrif sendiri merupakan istilah nama suatu tempat, meski demikian tidak begitu sama artinya dengan kata bank. Jika yang dimaksud dengan bank adalah istilah bagi suatu lembaga keuangan, maka istilah bank tidak disebutkan secara eksplisit dalam Al Qur’an dan Hadist. Tetapi jika yang dimaksud adalah sesuatu

34 Sumber informasi/data diolah dari: Renny Supriyatni B., Perjanjian Bagi Hasil dalam Pembiayaan Syariah Berkeadilan sebagai Upaya Pengembangan Bank Syariah, Disertasi, Program Doktor Pasca Sarjana, Unpad, Bandung, 2009, hlm. 58-60. Menurut Winardi dalam ”Kamus Ekonomi (Inggris-Indonesia)”, Mandar Maju, Bandung, 1998, hlm. 29, Zainul Arifin, ”Produk Bank Syariah Dan Prospek Pasarnya Di Indonesia”, Jurnal Hukum Bisnis, Yayasan Pengembangan Hukum bisnis, Volume XX Agustus-September, jakarta, 2002. hlm. 67-68. Lihat, Habib Nazir dan Muhammad Hassanudin, ”Ensiklopedi Ekonomi dan Perbankan Syariah”, Kaki Langit, Bandung, 2004, hlm. 56. A. Riawan Amin, Opcit, Tanpa Halaman. Mohammad Moslehudin, “Banking and Islamic Law”, Islamic Book Service, New Delhi, 2006, hlm.5. Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking, Bumi Aksara, Jakarta, 2010, hlm. 52 dan 70-72. Dalam khazanah keilmuan Islam tidak dikenal istilah bank. Istilah Jihbiz yang dikenal, berasal dari Bahasa Persia, yang artinya ‘’Penagih Pajak’(jaman Muawiyayah). Di jaman Abbasiyah, Jihbiz popular sebagai suatu potensi ‘penukaran uang’.

PERBANKAN SYARIAH

BAB 2

Bab 2 Perbankan Syariah 19

Page 29: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

20 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

yang memiliki unsur seperti fungsi, struktur, manajemen, hak dan kewajiban, maka semua itu disebutkan dengan jelas, seperti harta (maal), jual beli (bai’), utang dagang (dayn), zakat, shadaqah, rampasan perang (ghanimah), dan sebagainya. Al Qur’an juga menyebutkan secara eksplisit, baik dalam kisah maupun perintah, mengenai konsep akuntansi, misalnya, terdapat dalam ayat-ayat yang paling panjang dan berupa perintah-perintah, yaitu Surat Al baqarah ayat 282-283. Demikian pula konsep keadilan terdapat dalam Surat An Nissa ayat 4, 128, 135, dan Surat Al Maidah ayat 8. Al Qur’an juga menjelaskan perlunya struktur hirarkhi manajemen yang rapi untuk melakukan usaha guna mencapai tujuan lembaga sebagai manifestasi kecintaan Tuhan, terdapat dalam Surat Ash Shaff ayat 4.

Kata “bank”35 telah menjadi istilah umum yang banyak digunakan pada masyarakat dewasa ini. “Bank darah” dimiliki oleh Palang Merah, adapula “bank sperma” di lingkungan medis, “bank data” bagi lembaga-lembaga penelitian, dan orang atau lembaga yang mengalami masalah keuangan disebut “bankkrupt”. Pembahasan tentu saja bukanlah bank semacam itu, melainkan bank dalam arti suatu lembaga intermediasi keuangan yang paling penting dalam sistem perekonomian, yaitu suatu lembaga yang khusus menyediakan layanan finansial. Dengan demikian, istilah bank merupakan pengembangan lebih lanjut dari istilah banco, yang sebenarnya dimaksudkan sebagai simbol bagi alat penukaran. Menurut Winardi, Bank adalah sebuah lembaga untuk meminjamkan uang, mengeluarkan uang kertas, atau yang membantu menyimpan uang. Ciri ekonomi bank adalah penciptaan kredit. S.Z. berpendapat bank adalah suatu istilah yang agak kurang jelas bagi sejumlah lembaga financia, yang melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut: fungsi deposito, mendiskonto, menginvestasi, dan pengeluaran uang, serta menawarkan pula macam-macam jasa financial lainnya. Macam dan jenis bank diantaranya: Bank Sentral (Central bank), Bank Dagang (Comercial bank), Bank koperasi (Cooperative bank), Bank Industri (Industrial bank), Bank Investasi (Investment Banking), Cabang bang (Member Bank), Bank Swasta (Private Bank), Bank Tabungan (Saving Bank), Bank Internasional untuk pembangunan dan perkembangan (International Bank for Reconstruction and Development).

Definisi mengenai bank, sebagai suatu badan yang tugas utamanya menghimpun uang dari pihak ketiga. Sedangkan definisi lain mengatakan mengatakan, bank adalah suatu badan yang tugas utamanya sebagai perantara untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kredit pada waktu yang

35 Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah, Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek, Alvabet, Cetakan Kesatu, Jakarta, 1999, hlm. 67-68. Renny Supriyatni B, Idem.

Page 30: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 21

ditentukan. G.M. Verryn Stuart dalam bukunya Bank Politik mengatakan, ”Bank” adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral”. A. Abdurrachman dalam Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan menjelaskan bahwa, ”Bank” adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaan-perusahaan dan lain-lain”. 36

Simorangkir O.P.37 berpendapat, bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit dan jasa-jasa. Adapun pemberian kredit itu dilakukan baik dengan modal sendiri, atau dengan dana-dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral. Dalam Black’s Law Dictionary: 38

“A bank is an institution, usually incorporated, whose business is it to receive money on deposit, cash checs or drafts, discount commercial paper, make loans, and issue promissory note payable to bearer, known as bank notes”.

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan bank, adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa di lalu lintas pembayaran dan peredaran uang39.

2. Latar Belakang dan Sejarah Bank Syariah40

Lembaga perbankan memiliki peran strategis dan berfungsi sebagai agent of trust merupakan lembaga yang sangat tergantung kepada kepercayaan, dalam hal ini kepercayaan dari masyarakat pemilik dana (surplus of fund) maupun pengguna jasa perbankan (lack of fund), maka diperlukan usaha untuk memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan, sehingga aliran dana dari masyarakat ke lembaga perbankan dan penyaluran dana dari lembaga perbankan ke masyarakat

36 Thomas Suyatno, et. al. .,”Kelembagaan Perbankan”, Edisi Kedua, Gramedia Pustaka Utama, Cetakan Kesembilan, Jakarta, 1997, hlm. 1. Lihat, Martono, ”Bank & Lembaga Keuangan Lain”, Ekonisia, Yogyakarta, 2002, hlm. 20.

37 O.P. Simorangkir, ”Pengantar Lembaga Keuangan Bank Dan Nonbank”, Ghalia Indonesia, Januari, 2000, hlm. 18. Lihat, Sentosa Sembiring, ”Hukum Perbankan”, Mandar Maju, Bandung, 2000, hlm. 1-2.

38 Black, Henry Cambell, Blak’s Law Dictionary, Abridged, Sixth Edition, West Published, 1991, hlm. 98. Namun demikian, fungsi bank yang orisinil adalah hanya menerima deposito berupa uang logam, plate, emas, dan lain-lain.

39 Depdikbud, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Edisi Kedua, Balai Pustaka, Jakarta, 1997, hlm. 90.40 Peri Umar Farouk, Sejarah Perkembangan Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia, http://omperi.wikidot.com, Mohon lihat,

Warkum Sumitro, Opcit, hlm. 6. Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), UII Press, Yogyakarta, 2004, hlm.68-69. Edy Wibowo dan Untung Hendy Widodo, Mengapa Memilih Bank Syariah?(Kedudukan Nasabah terhadap Bank dalam Hubungannya dengan Penerapan Metode Bunga di Bank Konvensional dan Metode bagi Hasil di Bank Syariah (Suatu Tinjauan Hukum), Ghalia Indonesia, Cet.Pertama, Jakarta, 2005, hlm. 17-18. Renny Supriyatni B., Opcit, hlm. 69-71.

Page 31: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

22 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

semakin lancar, dan dapat menggerakkan roda perekonomian rakyat. Adapun salah satu upaya dari pemerintah dalam hal pemulihan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan di Indonesia adalah dengan memberikan jaminan sepenuhnya bagi setiap dana masyarakat yang berada di bank.

Tujuan tersebut dapat dicapai, peranan perbankan bukan hanya dapat menghubungkan antara pemilik dana dan para pengusaha yang membutuhkan dana tetapi dapat pula menjadi sumber informasi bisnis yang dapat diandalkan dengan memanfaatkan hasil teknologi komunikasi saat ini, sehingga fungsi bank sebagai sumber informasi akan berkembang, bahkan dengan berlakunya Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 yang merupakan perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, menunjukkan peranan perbankan mengalami perkembangan. Adanya perubahan tersebut mempunyai arti bahwa bank-bank konvensional diperbolehkan untuk mengikuti aturan bank Islam (Sistem Islamic Banking Unit), dan secara perlahan masyarakat menghadapi paradigma baru yaitu pemahaman, pengertian atau pandangan yang sama sekali baru mengenai keberadaan bank syariah (Bank Islam).41

Paradigma baru yang pertama adalah hubungan bank dengan nasabah, yaitu adanya hubungan kotrak (contractual agreement) atau akad antara investor pemilik dana atau shahibul maal dengan investor pengelola dana atau mudharib yang bekerjasama untuk melakukan usaha yang produktif dan berbagi keuntungan secara adil (mutual investment relationship). Hubungan kerjasama investasi tersebut,mewujudkan suatu hubungan usaha yang harmonis karena berdasarkan suatu asas keadilan usaha dan menikmati keuntungan yang disepakati secara proporsional. Sedangkan dalam bank konvensional, pada dasarnya merupakan hubungan kreditur dengan debitur dengan menerapkan sistem bunga. Sistem bunga ini hanya bertujuan meraih profit atau keuntungan dengan seringkali mengabaikan kondisi nyata nasabah apakah usahanya sedang mengalami keuntungan atau kerugian, walaupun diakui sistem bank konvensional (sistem bunga) merupakan sistem yang aplicable di seluruh dunia, kenyataannya terlihat kesulitan untuk menahan negative spread yang terjadi di negara, sehingga sangat merepotkan kondisi perbankan di Indonesia.

Paradigma kedua adalah adanya larangan-larangan kegiatan usaha tertentu oleh bank syariah yang bertujuan menciptakan kegiatan perekonomian yang

41 Dhani Gunawan Idat, “Perbankan Syariah Indonesia Menuju Milenium Baru: Prospek Dan Tantangan “ Majalah Pengembangan Perbankan, Edisi No. 80, November-Desember 1999, hlm. 47-49, dikutip dari Renny Supriyatni Bachro, Disertasi, Opcit, hlm. 58-66. Renny Supriyatni B., Loccit..

Page 32: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 23

produktif, adil dan menjunjung tinggi moral. Produktif dengan cara mengikis habis konsep time value of money dan melarang transaksi yang bersifat spekulatif. Adil dengan menerapkan konsep usahanya bagi hasil dan tidak memungkinkan deposan yang memiliki uang banyak menanamkan dananya pada bank tanpa menanggung risiko sedikitpun. Secara moral, konsep syariah tidak akan menyalurkan dana untuk proyek yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral, seperti pembiayaan indusri minuman keras, sarana perjudian, atau proyek-proyek lain yang dapat merusak moral atau kesehatan manusia.

Paradigma ketiga adalah kegiatan usaha bank syariah lebih variatif dibandingkan dengan bank konvensional, karena bank syariah tidak hanya berlandaskan sistem bagi hasil (mudharabah) tetapi juga sistem jual beli (murabahah), sewa beli, serta penyediaan jasa lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Secara aplikasi tidak dapat disangkal lagi bahwa keragaman kegiatan usaha bank syariah telah menumbuhkembangkan berbagai aspek ekonomi dalam masyarakat, sehingga akan memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kebutuhan dunia usaha.

Paradigma keempat, adalah penyajian laporan keuangan bank syariah akan terkait erat dengan konsep investasi dan norma-norma moral/sosial dalam kegiatan usaha bank. Penyajian laporan keuangan bank sebagai lembaga pencari keuntungan, juga terdapat laporan keuangan yang terkait dengan bank sebagai fungsi sosial, serta mengacu kepada konsep dasar laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan, transparan, adil dan dapat diperbandingkan.42

Eksistensi Bank Syariah diakui secara hukum positif di Indonesia berkenaan dengan praktik traksaksionalnya, setelah pada tahun 1998 eksistensi Bank Syariah lebih dikukuhkan dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1992 Tentang Bank Umum, Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 1992 Tentang Bank Perkreditan Rakyat, dan Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1992 Tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Istilah lain yang digunakan untuk sebutan Bank Islam adalah Bank Syariah. Secara akademik, istilah Islam dan Syariah memang mempunyai pengertian yang berbeda. Namun secara teknis untuk penyebutan Bank Islam dan Bank Syariah mempunyai pengertian yang sama.

42 Dhani Gunawan Idat, Loccit, dikutip dari Renny Supriyatni Bachro, Disertasi, Loccit.

Page 33: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

24 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Selanjutnya, pada tanggal 12 Mei 1999, Direksi Bank Indonesia mengeluarkan tiga buah Surat Keputusan sebagai pengaturan lebih lanjut Bank Syariah sebagaimana telah dikukuhkan melalui Undang-undang No. 10 Tahun 1998, yakni:1. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/33/KEP/DIR tentang Bank

Umum, khususnya Bab XI mengenai Perubahan Kegiatan Usaha dan Pembukaan Kantor Cabang Syariah; telah dicabut dan diganti dengan PBI No. 9/7/PBI/2007 Tentang Perubahan Atas PBI No. 8/3/PBI/2006 Tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional Menjadi Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah dan Pembukaan Kantor Bank Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah Oleh Bank Umum Konvensional dan Penjelasan.

2. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/34/KEP/DIR tentang Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah; telah dicabut dan diganti dengan PBI No. 7/35/PBI/2005 Tentang Perubahan Atas PBI No. 6/24/PBI/2004 Tentang Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah; dan

3. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/36/KEP/DIR tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah.Dalam Undang-Undang Perbankan,43 sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1

angka (3) Jo. angka (13) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, penyebutan terhadap entitas perbankan Islam secara tegas diberikan dengan istilah Bank Syari’ah atau Bank Berdasarkan Prinsip Syari’ah (selanjutnya penulis menggunakan istilah “Bank Syariah”).

Pasal 1 Angka (7) Undang-undang Perbankan Syariah (UUPS) menjelaskan bahwa yang dimaksud Bank Syariah adalah “Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah”. Pasal 1 angka (12) menyatakan bahwa, Prinsip Syariah yang dimaksud yaitu “prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah”. Beberapa pengertian dapat dikemukakan menurut Karnaen Perwataatmadja dan M. Syafi’I Antonio 44 mengatakan yang dimaksud Bank Syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, yakni bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam.

43 Mohon lihat Rachmadi Usman, Opcit, hlm. 9. Mohon lihat pula, Warkum Sumitro, Opcit, hlm. 5. Peri Umar Farouk, http://omperi.wikidot.com, hlm.6. Renny Supriyatni Bachro, Disertasi, Loccit,

44 Karnaen A. Perwataatmadja Dan Muhammad Syafei Antonio, Apa Dan Bagaimana Bank Islam ?, Dana Bhakti Wakaf, Cetaka Pertama, Yogyakarta, 1992, hlm. 1-2. Mohon bandingkan, A.Hafizh Dasuki Dkk., Ensiklopedi Islam 1, PT Ichtiar Baru Van Hoeve, Cetakan 3, Jakarta, 1994, hlm. 231..

Page 34: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 25

Dalam tata cara bermuamalat itu dijauhi praktik-praktik yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan. Suruhan dan larangan tersebut telah sesuai, maka yang dijauhi praktik-praktik yang mengandung unsur riba, sedang yang diikuti praktik usaha yang dilakukan di jaman Rasululloh atau bentuk usaha telah ada sebelumnya, tetapi tidak dilarang olehnya.45 Dikatakan pula Bank Syariah merupakan bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Qur’an dan Hadist, yakni mengikuti suruhan dan larangan yang tercantum didalamnya. Senada hal tersebut, Warkum Sumitro menambahkan dengan bentuk-bentuk usaha baru sebagai hasil ijtihad para ulama atau cendekiawan muslim yang tidak menyimpang dari ketentuan Qur’an dan Hadist.

M. Amin Azis menyebutkan bahwa46, Bank syariah (Bank yang berdasarkan Syariah Islam) adalah lembaga perbankan yang menggunakan sistem dan operasinya, tata cara berusaha maupun perjanjian usahanya berdasarkan Qur’an dan Hadist. Dalam beroperasinya menggunakan sistem bagi hasil dan imbalan lainnya yang sesuai dengan syariah Islam, tidak menggunakan bunga. Demikian pula Cholil Uman47

mengartikan Bank Syariah, merupakan sebuah lembaga keuangan yang menjalankan operasinya menurut Hukum Islam. Bank Syariah tidak memakai bunga, sebab bunga dilarang oleh Islam. Sedangkan bank non-Islam adalah sebuah lembaga keuangan yang fungsi utamanya menghimpun dana untuk disalurkan kepada yang memerlukan dana guna investasi dalam usaha-usaha yang produktif dan lain-lain dengan sistem bunga. Berdasarkan beberapa pengertian bank syariah yang telah diuraikan tersebut, dapat disimpulkan bahwa bank syariah adalah badan usaha yang yang fungsinya sebagai penghimpun dana dari masyarakat dan penyalur dana kepada masyarakat, yang sistem dan mekanisme kegiatan usahanya berdasarkan Hukum Islam, sebagaimana yang diatur dalam Qur’an dan Hadist.

Pengertian yang dikemukakan Warkum Sumitro adalah:48

„ Bank Islam adalah bank yang tata cara beroperasionya didasarkan pada tata cara bermuamalat secara Islam, yakni mengacu kepada ketentuan Al Qur’an dan Al Hadist“

45 Karnaen A. Perwataatmadja Dan Muhammad Syafei Antonio, Loccit. Warkum Sumitro, Opcit, hlm. 5-6. Renny Supriyatni Bachro, Disertasi, Loccit.

46 M. Amin Azis, “Mengembangkan Bank Islam Di Indonesia”, Buku 2, Bangkit, Bogor, 1992, hlm. 1. Cholil Uman, Agama Menjawab Tentang Berbagai Masalah Abad Modern, Ampel Suci, Surabaya, 1994, hlm. 5-6. Renny Supriyatni Bachro, Disertasi, Loccit.

47 Cholil Uman, “Agama Menjawab Tentang Berbagai Masalah Abad Modern”, Ampel Suci, Surabaya, 1994, hlm. 5-6. Renny Supriyatni Bachro, Disertasi, Loccit,

48 Warkum Sumitro, Asas-asas Perbankan Islam, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hlm. 5

Page 35: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

26 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Karnaen Perwataatmadja berpendapat49: "Bank Islam adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariat Islam,

yaitu bank yang dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariat Islam, khususnya yang menyangkut cara bermuamalat secara Islam“.

Menurut Ensiklopedi Islam, Bank Islam adalah: 50

"Lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariat Islam“

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan bank syariah harus berpedoman pada ketentuan hukum Islam yang bersumber kepada Al Qur’an dan Hadist, yaitu praktik usaha bank yang dijalankan oleh bank syariah harus mengikuti tuntunan usaha yang dilakukan Rasulullah Saw. Sementara bentuk usaha baru yang berdasarkan pada ijtihad para ulama boleh dilakukan selama tidak menyimpang dari ketentuan syariat Islam.

Saat ini belum dapat dikatakan bagi bank syariah untuk menerapkan secara murni apa yang terdapat dalam syariah, bahkan dapat dikatakan bank syariah adalah bank konvensional yang “disyariahkan”51 dalam segala operasionalnya, baik produknya maupun transaksinya. Hal tersebut dimaksudkan, hanya sekedar mengambil dasarnya dari kaidah ushul Fiqh: “Segala sesuatu dalam muamalah dibolehkan kecuali ada dalil yang mengharamkannya”. Akibatnya, muncul ke permukaan adalah bank syariah yang produknya merupakan fotokopi produk konvensional dengan perubahan sedikit di sana-sini. Misalnya, jika di bank konvensional ada “kredit modal kerja” maka di bank syariah ada “pembiayaan modal Kerja” dengan spesifikasi yang nyaris tidak berbeda. Selain itu, adanya kecenderungan pengelola bank syariah berusaha menyetarakan bagi hasil bank yang bersangkutan dengan bunga pasar konvensional (khususnya bila tingkat bagi hasil bank pada saat itu lebih rendah daripada bunga pasar konvensional). Hal ini dapat diartikan bahwa dalam penentuan besaran bagi hasil sering disesuaikan dengan besaran bunga bank konvensional. Hal ini mengandung arti bahwa bank dalam pemberian kredit atau pembiayaan syariah, melalui Pasal 37 ayat (1) dan Penjelasan Undang-undang Perbankan Syariah (UUPS) Jo. Pasal 37 ayat (3) Huruf d.

49 Karnaen Perwataatmadja, Apa Dan Bagaimana Bank Islam, Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1992, hlm.150 Ensiklopedi Islam, PT. Ichtiar Baru, Van Hoeve, Jakarta, 1994, hlm. 231.51 Dikutip dari Cecep Maskanul Hakim, “Problem Pengembangan Produk Dalam Bank Syariah”, Makalah, Tim Penelitian

dan Pengembangan Bank Syariah_DPNP, hlm.2. Adiwarman Karim, Ibid, hlm. xvii. Mulya E Siregar dan Nasirwan (Peneliti Senior Biro Perbankan Syariah BI) Posted by shariahlife on January 16th, 2007, “Tantangan Perbankan Syariah”, Sumber Republika:“ Renny Supriyatni Bachro, Disertasi, Loccit,

Page 36: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 27

Selanjutnya, masa kebangkitan dunia Islam dari “ketiduran”nya di tengah pergumulan kehidupan dunia, terjadi pada awal abad 20. Kondisi tersebut membawa pada kesadaran untuk menerapkan prinsip dan nilai-nilai syariah dalam kehidupah nyata. Salah satu upayanya yaitu penerapan lembaga keuangan syariah berdasarkan atas prinsip syariah atau Islam. Bank dengan prinsip syariah didirikan dengan dilatarbelakangi adanya keinginan umat Islam yang dalam menjalankan usahanya tidak menggunakan prinsip riba, sesuai dengan aturan yang diatur dalam Al-Quran dan As Sunnah. sebagian umat Islam yang menginginkan dalam kegiatan usahanya sesuai dengan ketentuan hukum Islam sehingga mendapat kesejahteraan lahir dan batin. Umat Islam menginginkan adanya produk-produk bank yang aturannya sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku dalam hukum Islam.

Pada jaman pra Islam sebenarnya telah ada bentuk-bentuk perdagangan yang sekarang dikembangkan di dunia bisnis modern. Bentuk-bentuk itu misalnya al-musyarakah (Joint Venture), al-ba’iu (Venture Capital), al-ijarah (leasing), at-takaful (insurance), kredit kepemilikan barang (al-murabahah), dan pinjam dengan tambahan bunga (riba). Bentuk-bentuk perdagangan ini telah berkembang di Jazirah Arab, yang letaknya amat strategis bagi perdagangan waktu itu, khususnya yang berpusat di kota Mekkah, Jedah dan Madinah. Jazirah Arab yang berada di jalur perdagangan antara Asia-Afrika-Eropa kemungkinan besar telah dipengaruhi oleh bentuk-bentuk ekonomi Mesir Purba, Yunani Kuno dan Romawi, sekitar 2500 tahun sebelum masehi telah mengenal sistem perbankan. Demikian pula Babilonia yang sekarang menjadi wilayah Irak juga telah mengenal sistem perbankan lebih kurang 2500 tahun sebelum masehi.

Konsep teoretis52 mengenai Bank Syariah dan rintisan fenomenal penerapan sistem profit and loss sharing, sebagai core bisnis lembaga keuangan syariah, tercatat telah ada sekitar tahun 1940-an. Sebelumnya pada tahun 1920 atas inisiatif Thalat Harb Pasha segolongan hartawan terkemuka mendirikan sebuah bank yang diberi nama Bank Mesir. Bank ini adalah bank Syariah yang pertama kali didirikan di Mesir dengan modal bumiputera yang beragama Islam. Kegiatannya sangat pesat dan langkahnya meluas sangat cepat hingga karya ekonominya merata ke kota-kota dan dusun-dusun dengan mendirikan cabang-cabang di dalam dan di luar Mesir. Bahkan,

52 Fathurrahman Djamil, Urgensi Undang-Undang Perbankan Syariah Di Indonesia, dalam Jurnal Hukum Bisnis Volume 20. Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis (YPHB), Jakarta, 2002, hlm. 40. Lihat, Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan Islam Di Indonesia, CBA, Bandung, 2002, hlm. 2, dan hlm. 10-11. Bandingkan, Peri Umar Farouk, Sejarah Perkembangan Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia, http://omperi.wikidot.com. Lihat pula, Fuad Mohd Fachrudin, Riba Dalam bank, Koperasi, Perseroan & Asuransi, Alma’arif, Cetakan ketiga, Bandung, 1982, hlm. 116. Bandingkan, Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Di Indonesia, IBI, Jakarta, 1993, hlm. 5. Heri Sudarsono, Loccit. Muhhamad Ridwan, Loccit. Mohon lihat pula, Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah Indonesia, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2007, hlm. 24-26.

Page 37: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

28 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

mendirikan banyak perusahaan dagang dan industri-industri dalam berbagai lapangan, sehingga menjadi titik permulaan dari perekomian Mesir. Lapangan kerjanya bertambah lama bertambah banyak dan dewasa ini pun merupakan pusat perekonomian yang menyumbangkan tenaga material yang sangat besar kepada perkembangan perindustrian nasional Mesir.

Tonggak sejarah bagi perkembangan bank Islam yaitu dengan didirikannya Islamic Development Bank (IDB) oleh organisasi negara-negara Islam. Kemudian, pada Sidang Menteri Luar Negeri OKI di Benghazi, Libya bulan Maret 1973, usulan sebagaimana disebutkan di atas kembali diagendakan. Bulan Juli 1973, komite ahli yang mewakili negara-negara Islam penghasil minyak bertemu di Jeddah untuk membicarakan pendirian Bank Islam. Rancangan pendirian bank tersebut, berupa anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dibahas pada pertemuan kedua, bulan Mei 1972. Pada Sidang Menteri Keuangan OKI di Jeddah tahun 1975 berhasil disetujui rancangan pendirian Islamic Development Bank (IDB) dengan modal awal 2 milyar dinar dan beranggotakan semua negara anggota OKI.53 Sejak saat itu mendekati awal dekade 1980-an, berdirinya IDB telah memotivasi banyak negara Islam untuk mendirikan lembaga keuangan syariah.54

Di Indonesia, embrio perbankan syariah dimulai dari diskusi kelompok tokoh-tokoh Islam yang memiliki komitmen terhadap ekonomi Islam, seperti Karnaen A. Perwaatmadja, M. Dawam Rahardjo, A.M. Saefuddin, M. Amien Aziz, dan lain-lain. 55 Kemudian setelah adanya rekomendasi dari Lokakarya Ulama tentang bunga bank dan perbankan di Cisarua pada 19 – 22 Agustus 1990, serta diundangkannya UU No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan yang memberi peluang transaksi bagi hasil, maka berdirilah Bank Muamalat Indonesia dan merupakan bank umum syariah pertama di Indonesia.

3. Fungsi Bank Syariah dalam Pengembangan Sistem Perbankan Indonesia

”Sistem Perbankan” terdiri dari dua kata, yaitu “Sistem” dan “Perbankan”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ”Sistem” memiliki 3 (tiga) arti, yaitu:56

53 Islamic Development Bank (IDB) merupakan lembaga international Islamic bank pertama yang dibentuk oleh negara-negara konferensi Islam atau OKI, sebagai salah satu bentuk kegiatan untuk memajukan perekonomian umat Islam dengan berlandaskan prinsip syariah. Meenai, A “The Islamic Development Bank; A Case Study of Islamic Co-operation”, Kegan Paul International Limited, London, England, 1989, hlm.2. Muhhamad Ridwan, Loccit.

54 Peri Umar Farouk, http://omperi.wikidot.com. Loccit. Mohon lihat, John L. Esposito,Ibid, hlm. 262. Muhammad Syafei Antonio, Loccit.

55 Muhammad Syafi’I Antonio, op.cit., hlm. 25. Renny Supriyatni Bachro, Disertasi, Loccit,56 Depdikbud, KBBI, Opcit, hlm. 950. John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Cetakan X, PT. Gramedia,

Jakarta, 1981, hlm. 575. Renny Supriyatni B., Opcit, hlm. 20-22.

Page 38: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 29

a. Perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas;

b. Susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas, dan sebagainya;c. Metode.

Sedangkan, John M. Echols dan Hassan Shadily, dalam ”Kamus Inggris Indonesia”, menyatakan bahwa ”sistem” adalah ”susunan”, ”jaringan”, dan ”cara”. 57Sunaryati Hartono berpendapat bahwa ”Sistem”, adalah sesuatu yang terdiri dari sejumlah unsur atau komponen yang selalu pengaruh mempengaruhi dan terkait satu sama lain oleh satu atau beberapa asas. 58 Sedangkan kata ”Perbankan” adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. 59Black’s Law Dictionary menyebutkan: ”The business of banking, as define by law and custom, consist in the issue of notes

payable on demand intented to circulate as money when the banks are banks of issue; in receiving deposits payable on demand; in discounting commercial paper; making loans of money on collateral security; buying and selling bills of exchange; negotiating loans, and dealing and negotiable securities issued by the government, state and national, and municipal and other corporations”.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan “sistem perbankan” adalah susunan yang secara teratur saling terkait satu sama lain, mengenai kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usaha bank.

Pasal 29 ayat (3) Undang-undang Perbankan (UUP) Jo. Pasal 23 ayat (1) Undang-undang Perbankan Syariah (UUPS) dalam Penjelasan pasal-pasal, memberikan rambu-rambu yang secara eksplisit menyebutkan harus dipenuhi oleh bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, sebagai berikut: “Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan

kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank”.

Dengan demikian Undang-Undang Perbankan (konvensional dan syariah) memberikan pedoman yang harus dipatuhi oleh bank dalam rangka pemberian kredit atau pembiayaan. Pedoman tersebut dicantumkan dalam Pasal 8 ayat (1)

57 John M. Echols dan Hassan Shadily, Ibid, hlm. 575.58 Sunaryati Hartono, “Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional”, Alumni, Cetakan 1, Bandung, 1991, hlm.56.

Moekijat, Kamus Manajemen, Mandar Maju, Bandung, 1990, hlm. 527.59 Depdikbud, KBBI, Loccit. Black, Henry Cambell, Opcit, hlm. 100. Habib Nazir dan Muhammad Hassanudin, “Ensiklopedi

Ekonomi dan Perbankan Syariah”, Kaki Langit, Bandung, 2004, hlm 56. John L. Esposito, “Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern”, Mizaan, Bandung, 2002, hlm. 259-260.

Page 39: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

30 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Undang-undang Perbankan (UUP) Jo. Pasal 23 ayat (2) Undang-undang Perbankan Syariah (UUPS): “Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank

Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan, serta kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.”

Penjelasan Pasal 8 ayat (1) Undang-undang Perbankan (UUP) Jo. Penjelasan Pasal 23 ayat (2) Undang-undang Perbankan Syariah (UUPS) menyebutkan bahwa kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah yang diberikan oleh bank mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah yang sehat. Untuk mengurangi risiko tersebut, jaminan pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah dalam arti keyakinan atas kemampuan, dan kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus siperhatikan oleh bank. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari Nasabah Debitur.

Selanjutnya Perbankan Syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat (Pasal 3 Undang-undang Perbankan Syariah (UUPS). Penjelasan Pasal 3 ayat (3) Undang-undang Perbankan Syariah (UUPS) tersebut menerangkan bahwa dalam mencapai tujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, Perbankan Syariah tetap berpegang pada Prinsip Syariah secara menyeluruh (kaffah) dan konsisten (istiqamah). Perbankan Syariah sebagai salah satu sistem perbankan nasional memerlukan berbagai sarana pendukung agar dapat memberikan kontribusi yang maksimum bagi pengembangan ekonomi nasional. Salah satu sarana pendukung vital adalah adanya pengaturan yang memadai dan sesuai dengan karakteristiknya. Pengaturan tersebut di antaranya dituangkan dalam Undang-Undang Perbankan Syariah (UUPS). Pembentukan Undang-Undang Perbankan Syariah (UUPS) menjadi kebutuhan dan keniscayaan bagi berkembangnya lembaga tersebut. Pengaturan mengenai Perbankan Syariah dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 belum spesifik dan

Page 40: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 31

kurang mengakomodasi karakteristik operasional Perbankan Syariah, di sisi lain pertumbuhan dan volume usaha Bank Syariah berkembang cukup pesat.

Dalam Pasal 3, 4, 5, 6, & 7 Undang-undang Perbankan (UUP) dinyatakan bahwa fungsi bank ada 4 yaitu: a. Menghimpun dana dan menyalurkannya kembali pada masyarakat untuk

berbagai tujuan (Financial Intermediary);b. Tidak akan menyalahgunakan uang yang disimpan (Agent of trust);c. Kegiatan investasi-distribusi-konsumsi merupakan kegiatan pembangunan

ekonomi masyarakat (Agent of development);d. Melakukan kegiatan untuk menunjang kegiatan ekonomi masyarakat (Agent

of services)Peranan bank itu sendiri adalah:60

a. Pengalihan asset, memperoleh dana dari unit surplus (Lenders) kepada unit defisit (barrowers);

b. Transaksi, memberikan kemudahan bagi pelaku ekonomi dalam bertransaksi barang dan jasa;

c. Likuiditas, menawarkan produk dana dengan berbagai alternatif tingkat likuiditas;

d. Efisiensi, memperlancar dan mempertemukan pihak-pihak yang saling membutuhkan. Di dalam pelaksanaannya, menurut Pasal 4 ayat (1), (2), (3), dan (4) Undang-

undang Perbankan Syariah (UUPS) menyatakan bahwa:

Ayat (1) ”Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS) wajib menjalankan fungsi

menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.

Ayat (2) Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS) dapat menjalankan fungsi sosial

dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.

60 Ferdi Rachmadi, dikutip dari Modul Diklat Bank Syariah yang diselenggarakan oleh Institut Manajemen Bina Mulia (IMBM), 28-29 Juni 2008, Bandung, Tanpa halaman. Renny Supriyatni B., Opcit, hlm. 137-140.

Page 41: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

32 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Ayat (3) Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS) dapat menghimpun dana sosial

yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).

Ayat (4) Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat

(3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Hal tersebut mengartikan bahwa Bank Syariah mempunyai dua peran utama, yaitu:61

a. Sebagai Badan Usaha (Tanwil), bank syariah mempunyai beberapa fungsi, yakni sebagai;1) manajer investasi, bank syariah melakukan penghimpunan dana dari para

investor/nasabahnya dengan prinsip titipan (wadi’ah yad dhamanah), bagi hasil (mudharabah) atau sewa (ijarah).

2) investor, bank syariah melakukan penyaluran dana melalui kegiatan investasi dengan prinsip bagi hasil, jual beli atau sewa; dan

3) Penyedia jasa pelayanan, bank syariah menyediakan jasa keuangan, jasa nonkeuangan dan jasa keagenan. Pelayanan jasa keuangan antara lain dilakukan dengan prinsip pemberian mandat (wakalah), bank garansi (kafalah), pengalihan utang (hiwalah), jaminan utang atau gadai (rahn), pinjaman dana kebajukan untuk dana talangan (qardh), jual beli valuta asing (sharf), dan lain-lain. Pelayanan jasa nonkeuangan dalam bentuk wadi’ah yad amanah (safe deposit box) dan pelayanan jasa keagenan dengan prinsip mudharabah muqayyadah.

b. Badan sosial (Maal), bank syariah mempunyai fungsi sebagai pengelola dana sosial, untuk penghimpunan dan penyaluran zakat, infaq, dan shadaqah serta wakaf (ZISW) serta penyaluran pinjaman kebajikan (qhardhul hasan).

Penjelasan Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Perbankan Syariah (UUPS), yang dimaksud dengan “dana sosial lainnya”, antara lain adalah penerimaan Bank yang berasal dari pengenaan sanksi terhadap Nasabah (ta’zir).

61 Dikutip dari Muhamad, Lembaga Ekonomi Syariah, Graha Ilmu, Cetakan Pertama, Yogyakarta, 2007, hlm. 2 dan 8. Ascarya, Opcit, hlm. 13. Rafa Consulting, Pelatihan Dasar Perbankan Syariah, BII-Rafa Consulting, Cisarua-Bogor, 2004, tanpa halaman. Renny Supriyatni Bachro, Disertasi, Loccit,

Page 42: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 33

Bank, melalui berbagai kegiatan berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat (deficit unit) untuk kelancaran usahanya melalui kucuran dana kredit atau pembiayaan. Demikian pula dalam kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat (surplus unit) bank menawarkan cara yang lebih aman bagi penyimpanan dana masyarakat melalui jasa yang bervariasi dengan perolehan return berupa bunga atau bagi hasil, baik untuk pinjaman atau pembiayaan, maupun simpanan atau tabungan. Bank syariah tidak hanya berfungsi sebagai lembaga bisnis yang menjalankan fungsi intermediasi dalam bidang ekonomi dan keuangan serta mengakumulasi keuntungan. Tetapi bank syariah juga merupakan sebuah organisasi yang memiliki peran reminder bagi individu-individu agar menyisihkan sebagian dari pendapatan secara sukarela untuk tujuan-tujuan yang bersifat altruistic, sesuai ajaran agama. Secara singkat fungsi bank syariah dapat digambarkan sebagai berikut:62

44 

bersifat altruistic, sesuai ajaran agama. Secara singkat fungsi bank syariah dapat digambarkan

sebagai berikut:62

Tabel 12

Fungsi Bank Syariah

M.A Mannan, mengemukakan secara sistematis beberapa fungsi perbankan syariah, yaitu:63

a. Membantu pembangunan negara-negara Islam dengan memudahkan investasi modal

untuk tujuan produksi;

b. Meningkatkan investasi swasta asing dengan memakai jaminan peran serta dalam

pinjaman investasi lain yang dilakukan oleh investor swasta;

c. Meningkatkan pertumbuhan perdagangan internasional jangka panjang yang

berimbang, dan mempertahankan keseimbangan neraca pembayaran dengan

                                                            62 Ascarya, Loccit. Zulkarnaen Sitompul, Problematika Perbankan, Books Terrace & Library, Bandung, 2005,

hlm.34. 63 M.A Mannan, Loccit.

T

A

M

W

I

L

M

A

A

L

Penghimpunan dana:

Pola Wadiah

MANAJER  

INVESTOR 

JASA  

SOSIAL 

Penyaluran dana:

Pola jual beli (murabahah, ishtisna,

Produk jasa:

Wakalah, kafalah, sharf, qardh.

Dana kebajikan:

Qardhul Hasan dan ZIS.

Fungsi Aplikasi Produk

Gambar 2-1 Fungsi Bank Syariah

M. A Mannan, mengemukakan secara sistematis beberapa fungsi perbankan syariah, yaitu:63 a. Membantu pembangunan negara-negara Islam dengan memudahkan investasi

modal untuk tujuan produksi;

62 Ascarya, Loccit. Zulkarnaen Sitompul, Problematika Perbankan, Books Terrace & Library, Bandung, 2005, hlm.34.63 M.A Mannan, Loccit.

Page 43: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

34 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

b. Meningkatkan investasi swasta asing dengan memakai jaminan peran serta dalam pinjaman investasi lain yang dilakukan oleh investor swasta;

c. Meningkatkan pertumbuhan perdagangan internasional jangka panjang yang berimbang, dan mempertahankan keseimbangan neraca pembayaran dengan mendorong investasi internasional untuk pembangunan sumber daya produksi para anggota;

d. Mengatur pinjaman yang dijamin, dalam hubungannya dengan pinjaman internasional, atau melalui saluran lain seperti Proyek lebih berguna dan mendesak dapat dihadapi terlebih dahulu;

e. Memberi saran teknik tentang hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan pinjaman kepada para ahli setempat yang memenuhi syarat dalam menghadapi teknik khusus;

f. Memberikan jasa baik dalam menyelesaikan persengketaan ekonomi di kalangan negara-negara Islam, seperti didapati dalam kasus persengketaan air antara India dan Pakistan yang diselesaikan oleh Bank Dunia pada tahun 1960.Menurut hemat penulis kenyataannya peran dan fungsi perbankan syariah

dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan di sektor perbankan Indonesia, baik pemerintah maupun pihak-pihak lainnya, termasuk penduduk wilayah atau daerah lainnya. Agar berbagai fungsinya tersebut dapat memberikan manfaat secara optimal, baik dalam pengembangan perbankan pada umumnya, maupun perbankan syariah pada khususnya, maka dalam pelaksanaanya diperlukan manajemen usaha dan bisnis secara profesional tanpa melanggar ketentuan-ketentuan perbankan.

B. PERKEMBANGAN PENYELESAIAN SENGKETA PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

1. Penyelesaian Sengketa pada Umumnya

a. Pengertian SengketaMenurut Komar Kantaatmadja, dalam arti sehari-hari “sengketa” dimaksudkan sebagai keadaan di mana pihak-pihak yang melakukan upaya-upaya tertentu (misalnya: perniagaan, waris, keluarga) mempunyai masalah, yaitu menginginkan atau menghendaki pihak lain untuk berbuat sesuatu tetapi pihak lainnya menolak

Page 44: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 35

untuk berlaku demikian.64 Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia,65 kata “sengketa” berarti perselisihan, sedangkan Kamus Hukum Edisi Lengkap66 mengartikan perkara yang dapat diadukan. Sengketa mempunyai arti adalah:67 “Pertikaian, perselisihan; sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat. Sebuah

konflik yang berkembang atau berubah menjadi sebuah sengketa apabila pihak yang merasa dirugikan telah menyatakan rasa tidak puas atau keprihatinannya, baik secara tidak langsung kepada pihak yang dianggap sebagai penyebab kerugian atau kepada pihak lain; Pernyataan publik mengenai tuntutan yang tidak selaras atau inconcistent claim terhadap sesuatu yang bernilai.

Sengketa (Dispute) dalam Black Law Dictionary adalah: a conflict or control versy one that has given rise to a particular low suit.68 Richard L Abel mengartikan sengketa (dispute) sebagai pernyataan publik mengenai yang tidak selaras (inconsistent claim) terhadap suatu yang bernilai.” Persepsi mengenai perbedaan kepentingan (perceived diver gence of intrest), atau suatu kepercayaan bahwa aspirasi pihak-pihak yang berkonflik tidak tercapai secara silmultan (serentak)”.69

Sengketa “sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat; perselisihan” (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Sengketa “A disagreement, argument or debate” (New Oxford American Dictionary) An overt and contested claim between two or more parties over competing interests, principles or processes (Laurence Boulle & Teh Hwee Hwee: 2000). Kata ‘sengketa’ sering dihubungkan dengan kata ‘konflik’, Konflik memiliki arti “Suatu persepsi/anggapan adanya perbedaan kepentingan, atau keyakinan bahwa aspirasi parapihak tidak dapat tercapai secara simultan” “Dimana “kepentingan” adalah sesuatu yang dianggap penting/berharga”(Rubin, Pruitt & Kim, Social Conflict, 1994).70 Perbedaan, sengketa’ dan ‘konflik’, sengketa merupakan “sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat, sedangkan konflik yakni perselisihan” “percekcokan, perselisihan, pertentangan” (Kamus Besar Bahasa). Dispute is “Serious disagreement; prolonged armed struggle” (New Oxford American Dictionary), conflict is An on going series of disputes of severe intensity which have occurred over an extended period of time (Laurence Boulle & Teh Hwee Hwee: 2000). Hubungan Konflik dan Sengketa “A disagreement becomes a dispute

64 Komar Kantaatmadja, Beberapa Masalah Dalam penerapan ADR, Makalah, FH-Unpad, 1997, hlm.1.65 Yan Pramudia Puspa, Kamus Hukum edisi Lengkap, Aneka, Semarang, 1977, hlm.396.66 Suharto dan T. Iryaanto, Kamus Bahasa Indonesia Terbaru, Indah, Surabaya, 1999, hlm. 193.67 Dessy Sunarsi, Penyelesaian Sengketa Bisnis Perbankan Syariah Yang Berkeadilan Dalam Kerangka Pengembangan Sistem

Peradilan Indonesia, Disertasi, Prgram Doktor Pasca Sarjana, Unpad, Bandung, 2015, hlm. 198. M. Marwan & Jimmy P., Kamus Hukum (Dictionary pf Law Complete Edition), Surabaya: Reality Publisher, 2009, hlm. 560.

68 Bryan A (Ed), Black’s Law Dictionary, Seven Edition, St Paul, Minn, 1999, hlm. 485.69 Salim H.S., Hukum Penyelesaian Sengketa Pertambangan di Indonesaia, Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2013, hlm. 219.70 Modul Pelatihan Mediasi 40- jam Pusat Mediasi Nasional, Angkatan 72, FH Unpad-PMN, Bandung, 24-29 Agustus 2015.

Page 45: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

36 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

only when the two parties are unable and/or unwilling to resolve their disagreement; that is, when one or both are not prepared to accept the status quo or to accede to the demand or denial of demand by the other” (Gulliver).71

Dapat disimpulkan bahwa sengketa lebih luas dari konflik, bahkan sengketa merupakan konflik yang telah mengemuka; sudah ada aksi dan reaksi; para pihak sudah dapat diidentifikasi; lebih sering digunakan oleh kalangan ahli hukum.72 Kata ’’Sengketa’’ juga merupakan permasalahan yang diajukan oleh nasabah atau perwakilan nasabah kepada penyelenggara mediasi perbankan, setelah melalui proses penyelesaian pengaduan oleh bank, sebagaimana diatur dalam Angka 1.4 Peraturan Bank Indonesia No.8/5/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 Jo. PBI 7/7/PBI/2005 Tentang Penyelesaian Pengaduan (Selanjutnya ditulis PBI). Rumusan tersebut, mengisyaratkan bahwa seolah-olah yang mempunyai sengketa hanya nasabah saja, sedangkan bank tidak mempunyai sengketa. Selain itu diisyaratkan pula, yang tunduk dan harus menyelesaikan sengketa melalui jalur mediasi hanyalah nasabah, sedangkan bank leluasa menggunakan jalur penyelesaian sengketa lain. Meskipun bank kemudian mengajukan Sengketa tersebut kepada penyelenggara mediasi perbankan, hal itu tidak akan dapat dilayani karena tidak termasuk dalam cakupan “Sengketa” seperti yang dimaksud PBI No. 8/5/PBI/2006.

b. Sebab-sebab Terjadi SengketaPenyebab terjadinya sengketa dapat diakibatkan berbagai hal, sebagai berikut:73

1) Kesalah pahaman;2) Perbedaan penafsiran; ketidakjelasan pengaturan; ketidakpuasan;

ketersinggungan; kecurigaan; tindakan yang tidak patut, curang atau tidak jujur3) Kesewenang-wenangan atau ketidak adilan4) Terjadinya keadaan-keadaan yang tidak terduga5) Timbulnya sengketa adalah akibat dari wanprestasi. Wanprestasi adalah tidak dipenuhinya prestasi oleh salah satu pihak.

Wanprestasi berupa tidak berprestasi sama sekali, berprestasi tetapi tidak sebagaimana mestinya, berprestasi tetapi hanya sebagian, terlambat dalam berprestasi, atau melakukan sesuatu yang dilarang dalam perjanjian.74

71 Modul Pelatihan Mediasi 40- jam Pusat Mediasi Nasional, Angkatan 72, FH Unpad-PMN, , Bandung, 24-29 Agustus 2015, Loccit.

72 Laboratorium Hukum-FH Universitas Tarumanegara, Modul Pelatihan Dan Pendidikan Mediasi , Angkatan Ke 7, Jakarta: FH Untar, 2010, hlm. 2.

73 Sumber informasi diolah dari: Dessy Sunarsi, Idem. Laboratorium Hukum FH Universitas Tarumanegara, Ibid.,hlm. 3.74 Purwahid Patrik, Dasar-Dasar Hukum Perikatan (Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian Dan DariUndang-Undang, Bandung:

Penerbit Mandan Maju, 1994, hlm.11.

Page 46: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 37

Sengketa bisnis juga dapat diakibatkan oleh karena salah satu pihak melakukan perbuatan melawan hukum. Perbuatan melawan hukum (onrechtsmatigdaad) intinya adalah perbuatan yang dilakukan dengan kesalahan dan menimbulkan kerugian bagi pihak lain sehingga pihak dimaksud wajib mengganti kerugian. Perbuatan melawan hukum diatur dalam Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (selanjutnya ditulis KUHPer).

c. Bentuk-bentuk Penyelesaian SengketaMenurut Komar Kantaatmadja, secara garis besar penyelesaian sengketa dapat digolongkan: 75

1) Penyelesaian sengketa dengan menggunakan negosiasi, baik berupa negosiasi yang bersifat langsung (negotiafion simplister) maupun dengan penyertaan pihak ketiga (mediasi dan konsiliasi);

2) Penyelesaian sengketa dengan cara litigasi, baik yang bersifat nasional maupun internasional;

3) Penyelesaian sengketa dengan menggunakan arbitase, baik yang bersifat ad hoc maupun yang terlembaga. Di samping adanya penggolongan tersebut di atas, ada pula tiga bentuk

alternatif penyelesaian lainnya yang mirip dengan arbitrase, dan dewasa ini terus berkembang dan dinilai cukup positif, yaitu: 76

1) Mini-trial atau Peradilan Mini.a) Berguna bagi pihak-pihak yang tersangkut dalam sengketa-sengketa besar;b) Para pihak yang bersengketa, mengadakan dan membentuk cara-cara

dilakukannya hearing;c). Ahli-ahli hukumnya mengajukan argumen-argumen hukumnya pada

suatu panel yang khusus dibentuk dalam rangka mini-trial ini, yang keanggotaannya terdiri dari eksekutif-eksekutif bonafide dari pihak yang bersengketa dan diketuai oleh seseorang yang netral.

2) Mediasi a) Seorang mediator (penengah) dalam menyelesaikan suatu sengketa,

menemui para pihak atau wakilnya;b) Mengadakan pengaturan suatu penyelesaian sengketa yang nantinya dapat

diterima oleh para pihak.

75 Huala Adolf, “Arbitrase Komersial Internasional”, Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta, 1993, hlm.4 76 Huala Adolf, Ibid, hlm. 12.

Page 47: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

38 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

c) Dalam peranannya, seorang mediator tidak mempunyai wewenang untuk membuat keputusan yang mengikat terhadap para pihak;

d) Peranannya adalah membantu menganalisis masalah-masalah yang ada dan mencari suatu formula kompromi bagi penyelesaian suatu sengketa.

3) Med-Arba) Merupakan kombinasi antara bentuk mediasi dengan arbitrase;b) Seorang yang netral diberi wewenang untuk mengadakan mediasi,

namun demikian diapun mempunyai wewenang untuk memutuskan setiap isu yang tidak dapat diselesaikan oleh para pihak.

Di dalam praktik, selain bentuk-bentuk tersebut di atas, ada juga yang menerapkan bentuk dan jenis-jenis Alternatif Disfutte Resolution (ADR) yang digolongkan, sebagai berikut:77

1) Negosiasi (Non-Binding) Negosiasi merupakan komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai

kesepakatan pada saat kedua belah pihak memiliki kepentingan yang sama atau berbeda. Negosiasi sebagai sarana untuk mendiskusikan penyelesaiannya tanpa pihak ketiga sebagai penengah.

2) Mediasi Mediasi adalah proses negosiasi pemecahan masalah, dimana pihak ketiga

yang netral atau tidak memihak atau punya kepentingan bekerja dengan para pihak yang bersengketa untuk membantu para pihak memperoleh penyelesaian sengketa dengan memuaskan.

3) Konsiliasi Konsiliasi dan mediasi pada hakikatnya merupakan prosedur yang bersifat

sukarela dan tidak memaksa yang dirancang untuk sampai pada penyelesaian sengketa yang dapat diterima secara timbal balik. Persamaan lainnya, prosedur biasanya menyangkut pemilikan pihak ketiga sebagai konsiliator atau mediator untuk mendekatkan kedua belah pihak, memfasilitasi pembicaraan dan membantu pihak-pihak untuk mencapai suatu penyelesaian secara bersama.

4) Expert Determination atau Expert Appraisal Penentuan atau penilaian ahli lebih tepat dan diperlukan dalam hal sengketa

yang dihadapi menyangkut masalah fakta, kualifikasi atau penilaian (evaluasi) dan bukan bersifat tanggung jawab hukum. Jika menyangkut masalah yang bukan tanggung jawab hukum, penentuan yang diberikan seorang ahli akan

77 Maruarar Siahaan, “Pengembangan ADR Di Indonesa, Makalah, LBH, Bandung, 1998, hlm.2-4.

Page 48: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 39

memberi penyelesaian yang mengikat secara lebih efisien. Keuntungan penentuan ahli (expert determination) akan berkurang jika keputusan tersebut harus ditegakkan melalui pengadilan. Dalam Pasal 45 dan Penjelasannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen, teknik penyelesaian sengketa dapat digolongkan kedalam 3 (Tiga) cara, yaitu:1) Penyelesaian sengketa melalui pengadilan (Litigasi); Penyelesaian sengketa melalui pengadilan mengacu pada ketentuan tentang

peradilan umum yang berlaku.2) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan (Non-litigasi); Penyelesaian sengketa di luar pengadilan, akan dibahas dalam bagian

berikutnya.3) Damai di antara pihak-pihak. Penyelesaian secara damai adalah penyelesaian yang dilakukan kedua belah

pihak yang bersengketa tanpa melalui pengadilan. Secara umum bentuk-bentuk penyelesaian sengketa terdiri atas: 78

a) Pengadilan (Litigasi);b) Arbitrase;c) Early Neutral Evalution (ENE);d) Mediasi;e) Negosiasi;f) Pencari Fakta (Fact finding)

Bentuk-bentuk penyelesaian sengketa tersebut di atas, lazim menjadi alternatif/pilihan yang dapat digunakan oleh para pihak dalam menyelesaikan sengketanya. Tiap-tiap bentuk penyelesaian sengketa memiliki ciri khas dan karakteristik yang berbeda. Karakteristik dari bentuk-bentuk penyelesaian sengketa tersebut, dapat digambarkan ke dalam tabel sebagai berikut: 79

78 Buku Tanya dan Jawab PERMA RI Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan, dikutip dari Dwi Rezki Sri Astarini, Mediasi Pengadilan Salah Satu bentuk Penyelesaian Sengketa Berdasarkan Asas Peradilan Cepat, sederhana, Biaya Ringan, Alumni, Bandung, 2013, hlm. 61. D.Y. Witanto. Hukum Acara Mediasi dalam Perkara Perdata Di Lingkungan Peradilan Umum dan Agama. Alfabeta, Bandung, 2008, hlm. 7-8.

79 Buku Tanya dan Jawab PERMA RI Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan, dikutip dari Dwi Rezki Sri Astarini, Loccit. D.Y. Witanto, Loccit.

Page 49: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

40 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Tabel 2.1. Bentuk-bentuk Penyelesaian Sengketa

Negosiasi Mediasi ENE Pencari Fakta Litigasi Arbitrase

Tingkat Formalitas

Tidak Formal Tidak Formal Tidak Formal Tidak Formal Sangat Formal

Agak Formal

Sifat Proses Mufakat para pihak

Mufakat para pihak

Penyajian alat bukti, tapi bersifat penilaian

Investigasi penyidikan

PertikaianPenyajian alat bukti dan argumen

PertikaianPenyajian alat bukti dan argumen

Pihak KetigaNetral

Tidak ada Mediator yang dipilih oleh para pihak dengan/tanpa keahlian dalam bidang yang disengketakan.

Evaluator yang dipilih oleh para pihak biasanya memiliki keahlian.

Pencari fakta yang dipilih oleh para pihak biasanya memiliki keahlian.

Hakim yang tidak dipilih oleh para pihak tanpa keahlian di bidang sengketa yang bersangkutan.

Arbiter yang dipilih oleh para pihak biasa memiliki keahlian.

Publikasi Tertutup Tertutup Tertutup Tertutup Tertutup TertutupHasil Akhir Kesepakatan

d. Alasan-alasan Mempergunakan Alternatif Penyelesaian Sengketa Ada 7 (tujuh) alasan mengapa memilih cara Alternatif penyelesaian Sengketa, yaitu: 80

1). Umumnya lebih luwes dan hasilnya tidak terlalu bermusuhan;2). Relatif lebih cepat atau murah daripada penyelesaian sengketa melalui litigasi;3). Memungkinkan dibahasnya banyak masalah yang relevan karena tidak dibatasi

oleh hukum acara;4). Memungkinkan hubungan baik dipelihara;5). Dapat melibatkan sebanyak mungkin para pihak yang berkepentingan;6). Memungkinkan mengambil keputusan oleh orang yang ahli di bidangnya; 7). Jika para pihak menghendaki, memungkinkan penyelesaian secara confidensial

(dijaga kerahasiaannya). Di samping itu, ADR masih memiliki kelemahan-kelemahan, antara lain: 81

1). Tidak dapat dieksekusi;2). Tidak memiliki kekuatan hukum yang pasti;3). Tidak dapat memaksakan;4). Ekses akan timbul.

80 Syarif Bastaman, “Negosiasi Dalam Menghadapi Dan Mewakili Klien”, Makalah, FH-Unpad, Bandung, 1993, hlm. 2.81 Syarif Bastaman, Ibid, hlm. 3

Page 50: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 41

2. Sengketa Pembiayaan Bermasalah dalam Praktik di Bank Syariah

a. Pengertian Pembiayaan BermasalahUndang-undang No.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syari’ah Pasal 1 angka (25) menjelaskan bahwa pembiayaan merupakan penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:1) transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;2) transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk

ijarah muntahiya bittamlik;3) transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’;4) transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan transaksi sewa-

menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa.Persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syari’ah dan/atau UUS dan pihak

lain yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana diwajibkan untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil. Pembiayaan syariah tersebut, yang telah disalurkan bank syariah kepada nasabah dalam pelaksanaannya tidak seluruhnya berjalan sesuai yang diperjanjikan, walaupun sebelumnya telah dilakukan berbagai analisis. Prosedur tersebut diantaranya, analisis yuridis, bank checking, karakter, keuangan, analisis usaha termasuk kompetensi calon nasabah, kondisi bidang usaha sejenis, kondisi ekonomi makro dan analisis jaminan. Suatu penyimpangan seringkali terjadi dalam pengembalian pembiayaan yang menyebabkan kelambatan dan/atau diperlukan suatu tindakan yuridis yang disebut potensial loss. Kondisi pembiayaan tersebut, lajim disebut pembiayaan bermasalah.

Pembiayaan Bermasalah adalah “Suatu kondisi Pembiayaan, dimana ada suatu penyimpangan utama dalam pembayaran kembali pembiayaan yang menyebabkan kelambatan dalam pengembalian, atau diperlukan tindakan yuridis dalam pengembalian atau kemungkinan potensial loss“. Pembiayaan bermasalah dengan kata lain, merupakan pembiayaan yang berada pada Collectibility: Lancar, Dalam Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan dan Macet. Tidak mungkin terjadi suatu pembiayaan turun mutunya secara tiba - tiba, akan tetapi selalu memberikan Warning Sign atau faktor -faktor penyebab terlebih dahulu dalam perjalanan pembiayaan tersebut.

b. Kriteria Pembiayaan BermasalahPenilaian terhadap kualitas Pembiayaan Syariah yang dilakukan berdasarkan kemampuan membayar pada umumnya mengacu pada ketepatan pembayaran

Page 51: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

42 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

angsuran. Berdasarkan penilaian tersebut dapat diketahui kolektibilitas pembiayaan syariah, sebagai berikut:82

1) Kolektibilitas Lancar;2) Kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus;3) Kolektibilitas Kurang Lancar;4) Kolektibilitas Diragukan; dan5) Kolektibilitas Macet

c. Penyebab Pembiayaan BermasalahPembiayaan bermasalah di perbankan bertitik tolak dari pendapat para ahli dan pengalaman yang diperoleh selama ini, maka pada prinsipnya penyebab Pembiayaan Bermasalah di perbankan dapat dibagi menjadi 2 Faktor yaitu: 1) Faktor Intern (Bank)

i. Aspek analisis pembiayaan a) Kurang baiknya pemahaman atas business nasabah (nature of

business). Business nasabah terbagi menjadi: Business perdagangan, Business industri, dan Business jasa (Kontraktor financing, Developer financing, Project financing, Consultant financing, dan Angkutan).

b) Kurang dilakukan evaluasi apakah laporan keuangan yang disajikan wajar / tidak .

ii. Aspek perhitungan modal kerja Perhitungan modal kerja tidak didasarkan kepada Business usaha

nasabah. iii. Aspek sumber pengembalian

a. Proyeksi penjualan terlalu optimisb. Proyeksi penjualan tidak memperhitungkan kebiasaanc. Business dan kurang memperhitungkan aspek kompetitor

iv. Aspek jaminan Tidak memperhitungkan aspek marketable, dan dianggap sebagai

pelengkap tanpa memperhitungkan risiko, seandainya pembiayaan bermasalah.

v. Lemahnya aspek supervisi dan monitoring a. Desk monitoring

i. Kurang dilakukan evaluasi atas rekening koran

82 Modul Executif Training, Restrukturisasi Pembiayaan Bermasalah Di Bank Syariah, Iqtishad, Angkatan 138, Jakarta 25 – 27 Juni 2015, tanpa halaman.

Page 52: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 43

ii. Kurangnya perhatian atas keterlambatan pembayaraniii. Kewajiban nasabah iv. Belum diterapkannya managing collectibility tentangv. “How to manage your account “ hubungannya denganvi. Tingkat kesehatan pembiayaan

b. On side monitoring Jarang berkunjung ke lokasi usaha nasabah, sehingga side streaming

dan permasalahan nasabah tidak dapat terdeteksi sejak awal. 2). Faktor Extern (Nasabah)

a) Kalah dalam persaingan usaha b) Usaha yang dijalankan relatif baru c) Gagal dalam collection d) Side streaming penggunaan dana e) Meninggalnya key person f) Perselisihan sesama direksi g) Perceraian key person h) Anggota keluarga sakit i) Karacter tidak bagus

Cara penyelesaian Pembiayaan Bermasalah dalam bentuk Skema, sebagai berikut:83

Skema 2.1 Cara Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah

Non Litigasi

PengadilanOff-Set

Evaluasi Ulang PembiayaanOleh Account Manager

•Aspek Management•Aspek Pemasaran•Aspek Produksi•Aspek Keuangan•Aspek Yuridis•Aspek Jaminan

REVITALISASI•Restructuring•Rescheduling•Reconditioning•Bantuan Management

PENYELESAIANMELALUIJAMINAN

COLLECTIONAGENT

WRITE OFFFINAL

Write OffSementara

BAMUI BASYARNAS

Pengadilan Gugat PidanaEksekusi Kepailitan

LelangCash/HEJP

Litigasi

PEMBIAYAAN BERMASALAH

CARA PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH

83 Idem.

Page 53: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

44 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

d. Prosedur Dan Mekanisme Penyelesaian Sengketa Pembiayaan Bermasalah Perbankan Syariah

Pembiayaan bermasalah atau disebut juga non performing financing (NPF) adalah jumlah pembiayaan yang tergolong non lancar dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang kualitas aktiva produktif. Menurut ketentuan Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/7/PBI/2003 Tentang Kualitas Aktiva Produktif Bagi Bank syariah, dikatakan bahwa Non Performing Financings (NPFs) adalah pembiayaan non lancar, mulai dari kurang lancar sampai dengan macet. Istilah “bermasalah”84 menunjukkan adanya suatu kesulitan yang memerlukan pemecahan atau suatu kendala yang mengganggu pencapaian tujuan atau kinerja yang optimal, atau dapat juga diartikan sebagai suatu penyimpangan atau ketidakserasian antara keharusan dan kenyataan.

Penilaian terhadap kualitas Pembiayaan Syariah yang dilakukan berdasarkan kemampuan membayar pada umumnya mengacu pada ketepatan pembayaran angsuran. Penilaian tersebut diketahui kolektibilitas pembiayaan syariah, yatu penggolongan pembiayaan syariah berdasarkan tingkat kelancaran pembayaran kewajiban nasabah kepada bank yang diukur menurut jumlah hari tunggakan sebagai berikut: 85

a. Kolektibilitas lancar; Pembiayaan syariah memenuhi kriteria antara lain, nasabah melakukan

pembayaran angsuran tepat pada waktunya dan tidak terdapat tunggakan serta sesuai dengan persyratan akad. Realisasi Pendapatan (RP) sama tau lebih dari 90 % Proyeksi Pendapatan (PP), nasabah selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan akurat, dokumentasi lengkap dan pengikatan agunan kuat.

b. Kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus; Pembiayaan syariah memenuhi kriteria nasabah menunggak pembayaran

angsuran pokok dan atau margin sampai dengan 90 hari, nasabah menyampaikan informasi keuangan teratur dan masih akurat, dokumentasi perjanjian lengkap, pengikatan agunan kuat dan pelanggaran terhadap persyaratan perjanjian sifatnya tidak prinsipil.

84 Mahmoedin, As, Melacak Kredit Bermasalah, Pustaka sinar Harapan, Jakarta, 2004, hlm. 6. 85 Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/7/PBI/2003 Tentang Kualitas Aktiva Produktif Bagi Bank Syariah tanggal 19 Mei 2003

Jo. PBI No. 8/2/1/PBI/2006 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah tanggal 5 Oktober 2006.

Page 54: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 45

c. Kolektibilitas Kurang Lancar; 86

Pembiayaan syariah memenuhi kriteria nasabah menunggak pembayaran angsuran pokok pembiayaan sampai dengan 90 hari dan atau Realisasi Pendapatan (RP) di atas 30% Proyeksi Pendapatan (PP) sampai dengan 90% PP(30%<RP_<90%PP), atau apabila nasabah menunggak pembayaran angsuran pokok dan atau margin yang telah melewati 90 hari sampai dengan 180 hari, dan apabila terdapat perpanjangan fasilitas untuk menyembunyikan kesulitan keuangan.

d. Kolektibilitas Diragukan; Pembiayaan syariah memenuhi kriteria, nasabah menunggak pembayaran

angsuran pokok pembiayaan yang telah melampaui 90 hari sampai dengan 180 hari dan atau RP_<30%PP sampai dengan tiga periode pembayaran, atau apabila nasabah menunggak pembayaran angsuran pokok dan atau margin yang telah melewati 180 hari sampai dengan 270 hari. Selain itu dokumentasi perjanjian tidak lengkap dan pengikatan agunan lemah serta nasabah melakukan pelanggaran yang prinsipil terhadap persyaratan pokok perjanjian.

e. Kolektibilitas Macet. Pembiayaan syariah memenuhi kriteria, nasabah menunggak pembayaran angsuran

pokok pembiayaan yang telah melampaui 180 hari dan atau RP_<30%PP lebih dari tiga periode pembayaran, atau apabila nasabah menunggak pembayaran angsuran pokok dan atau margin yang telah melewati 270 hari. Selain itu dokumentasi perjanjian dan atau pengikatan agunan tidak ada.Pembiayaan bermasalah tidak mungkin terjadi secara tiba-tiba, melainkan

akan selalu memberikan warning sign atau faktor-faktor penyebab terlebih dahulu, sebagaimana telah diuraikan sebelumnya. Gejala awal pembiayaan bermasalah ditandai oleh adanya kelainan manajemen, hubungan perbankan dan kelainan kegiatan operasional nasabah serta kelainan posisi keuangan. Pembiayaan bermasalah terjadi dapat disebabkan karena faktor intern bank dan faktor ekstern bank, khususnya dari pihak nasabah. Faktor intern bank antara lain terjadi karena analisis Pembiayaan Syariah yang tidak sempurna, perhitungan modal kerja tidak didasarkan kepada bisnis usaha nasabah, proyeksi penjualan terlalu optimis, penilaian terhadap jaminan tidak memperhitungkna aspek marketable dan dianggap sebagai pelengkap tanpa memperhitungkan risiko seandainya pembiayaan syariah menjadi bermasalah serta lemahnya suvervisi dan monitoring. Faktor ekstern antara lain nasabah kalah dalam persaingan usaha, usaha yang dijalankan relatif baru,

86 Loccit.

Page 55: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

46 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

gagal dalam collection, side streaming penggunaan dana, meninggalnya key person, perselisihan antara pengurus, perceraian dan karakter nasabah tidak bagus.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, bentuk pembiayaan bermasalah di Bank Syariah pada umumnya berupa kelalaian nasabah dalam melakukan pembayaran kembali pembiayaan, baik untuk sebagian maupun seluruhnya, walaupun fasilitas telah dan atau dianggap jatuh tempo. Bahkan tidak berhasil diselesaikan dengan jalan musyawarah, melainkan berkembang menjadi sengketa pembiayaan syariah bermasalah. Pengaturan yang kurang spesifik dan kurang mengakomodasi pada Undang-undang Perbankan sebelumnya, terlihat terutama pada pengaturan masalah penyelesaian sengketa pembiayaan syari’ah. Penyelesaian sengketa pembiayaan syari’ah di pengadilan masih dipandang oleh sebagian kalangan hanya menghasilkan kesepakatan yang bersifat merugikan salah satu pihak, belum mampu merangkul kepentingan bersama, cenderung menimbulkan masalah baru, lambat dalam penyelesaiannya, membutuhkan biaya yang mahal, serta banyak terjadi pelanggaran dalam pelaksanaannya. Hal ini dipandang kurang menguntungkan dalam dunia bisnis sehingga dibutuhkan institusi baru yang dipandang lebih efisien dan efektif.

Di dalam perkembangannya, model penyelesaian sengketa non litigasi yang dianggap lebih bisa mengakomodir kelemahan-kelemahan model litigasi telah memberikan jalan keluar yang lebih baik. Proses diluar litigasi dipandang lebih menghasilkan kesepakatan yang menguntungkan masing-masing pihak, menjamin kerahasiaan sengketa para pihak, menghindari keterlambatan yang diakibatkan karena hal prosedural dan administratif, menyelesaikan masalah secara komprehensif dalam kebersamaan, dan tetap menjaga hubungan baik. Bahkan Upaya mengatasi pembiayaan bermasalah dapat dilakukan dengan cara; Denda dan ganti rugi ( Ta’zir dan Ta’widh), Penyelamatan dan penyehatan pembiayaan (Revitalisasi), Penyelesaikan pembiayaan dan off-set jaminan (penyerahan jaminan secara suka rela), Legal Action dan Penghapusan pembiayaan (write off).

C. PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH DI LUAR PENGADILAN MELALUI MEDIASI

1. Mediasi Dalam Literatur

a. Latar Belakang dan Sejarah Mediasi Sejak zaman dahulu, masyarakat Indonesia telah mempraktikkan mediasi dalam penyelesaian konflik atau sengketa, sebab mereka percaya bahwa dengan melakukan usaha damai maka akan mengantarkan mereka dalam kehidupan yang harmonis,

Page 56: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 47

adil, seimbang dan terciptanya nilai-nilai kebersamaan yang kuat dalam kehidupan bermasyarakat. Sejarah penyelesaian konflik atau sengketa secara damai, bahkan telah dilakukan berabad-abad yang lalu. Masyarakat Indonesia merasakan penyelesaian perkara secara damai telah mengantarkan kepada kehidupan yang harmonis, adil, seimbang dan terpeliharanya dari nilai-nilai kebersamaan (komunalitas) dalam masyarakat. Bahkan mediasi merupakan metode penyelesaian sengketa yang berkembang pesat di berbagai belahan dunia sejak tiga dasawarsa terakhir.87 Penyelesaian perkara masyarakat secara cepat dengan menjunjung tinggi kebersamaan dan tidak merampas atau menekan kebebasan individual.

Penyelesaian konflik atau sengketa dalam masyarakat mengacu pada prinsip “kebebasan” yang menguntungkan kedua belah pihak. Para pihak dapat menawarkan opsi penyelesaian sengketa dengan perantara tokoh masyarakat. Mediasi di luar pengadilan merupakan proses penyelesaian sengketa secara damai yang biasa digunakan oleh masyarakat sehari-hari ditengahi oleh pihak ketiga yaitu tetua adat, pemimpin agama, atau tokoh masyrakat lainnya. Mediasi bentuk tersebut, dikenal dengan mediasi komunitas (community mediation).88 Selain mediasi komunitas, berkembang pula lembaga mediasi swasta yang dikelola oleh kalangan profesional yang mayoritas focus pada penyelesaian sengketa bisnis secara damai. Sesuai dengan karakteristik bisnis, para pengusaha berupaya mencari mekanisme penyelesaian sengketa yang cepat, murah dan sederhana dan menjadikan pengadilan sebagai langkah terakhir bila tidak ada lagi pilihan lain (ultimum remedium).

Para pihak tidak terpaku pada pembuktian tentang salah atau benarnya sengketa mereka, tetapi mereka lebih mempertimbangkan penyelesaian masalah untuk masa depan dengan mengakomodasikan kepentingannya secara berimbang. Hal tersebut berupa penyelesaian sengketa yang sering disebut dengan musyawarah atau mufakat.89 Musyawarah atau mufakat merupakan salah satu dari sistem

87 Fatahillah A. Syukur, Mediasi Yudisial Di Indonesia, Peluang Dan Tantangan Dalam Memajukan Sistem Peradilan, Mandar Maju, Bandung, 2012, hlm. 1. Lihat Dwi Rezki Sri Astarini, Mediasi Pengadilan Salah Satu bentuk Penyelesaian Sengketa Berdasarkan Asas Peradilan Cepat, sederhana, Biaya Ringan, Alumni, Bandung, 2013, hlm. 81-82. Syahrizal Abbas, Mediasi Dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional, Cetakan Kedua, Kencana, Jakarta, 2012, hlm. 283.

88 Fatahillah A. Syukur, Loccit. Dwi Rezki Sri Astarini, Loccit. Syahrizal Abbas,Loccit.89 Mahkamah Agung R.I., Naskah Akademis: Mediasi, MA.RI., Jakarta, 2007, hlm 2-4. Fatahillah A. Syukur, Opcit, hlm. 5.

Keutamaan musyawarah: UU No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan telah menegaskan bahwa:

“PANCASILA adalah SUMBER DARI SEGALA SUMBER HUKUM UU No. 48 Th. 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman telah menetapkan ASAS bahwa, Peradilan negara wajib menerapkan dan menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan PANCASILA (Pasal 2 ayat 2); PANCASILA sebagai landasan idiil dan pandangan hidup mengandung nilai-nilai lestari dan universal yang harus diutamakan/didahulukan dalam mencegah, menyelesaikan dan mengakhiri permasalahan/perselisihan/sengketa/konflik. Nilai-nilai tersebut terkandung dalam Sila Keempat Pancasila yang mengedepankan: KEUTAMAAN MUSYAWARAH UNTUK MUFAKAT BERDASARKAN ASAS KEKELUARGAAN”. Putut Eko Bayuseno: 2012. Sumber: Pusat Mediasi Nasional, Angkatan 72, FH Unpad-PMN, Bandung, 24-29 Agustus 2015.

Page 57: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

48 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) atau Alternative Dispute Resolution (ADR) di Indonesia adalah dasar negara Indonesia yaitu Pancasila di mana dalam filosofinya tersirat bahwa asas penyelesaian perkara adalah musyawarah untuk mufakat. Mediasi, dengan landasan musyawarah menuju kesepakatan/damai, bukanlah metode penyelesaian sengketa yang baru dikenal, tetapi memang sudah lama berkembang di Indonesia.

Hal tersebut disebabkan, mediasi mempunyai banyak unsur yang sama dengan mekanisme musyawarah mufakat yang merupakan ruh penyelesaian sengketa masyarakat Indonesia. Mediasi merupakan sistem penyelesaian perselisihan secara damai yang selaras dengan jiwa Sila Keempat dan Nilai Luhur dari Ke-Bhinneka-Tunggal-Ika-an yang tidak berorientasi mencari-cari perbedaan, tidak berpretensi mencari siapa yang salah atau siapa yang benar, melainkan berorientasi pada suatu kesamaan terakomodirnya kebutuhan atau kepentingan para pihak berkonflik. Mediasi merupakan proses sistematis dalam bernegosiasi (bermusyawarah), dengan dibantu oleh Mediator yang independen, tidak memihak, tidak berkewenangan untuk membuat keputusan, namun mendorong dan memfasilitasi para pihak, untuk menemukan peluang-peluang kesepakatan (mufakat) sukarela yang dapat dirasakan adil (dapat diterima) oleh para pihak.90

Setiap hari masyarakat disuguhi konflik dalam media masa, baik dalam berita maupun realita yang disaksikannya, dari mulai bersifat per individual hingga kelompok bahkan internasional. Beberapa pendekatan dalam memahami konflik. Salah satunya adalah mediasi. Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses perundingan atau mufakat para pihak dengan dibantu oleh Mediator yang tidak memiliki kewenangan memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. Mediasi merupakan salah satu bentuk penyelesaian permasalahan yang mengedepankan bentuk perundingan diantara yang bersangkutan dengan bantuan pihak ketiga yang saling dipercayai oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Namun pada intinya pihak mediator tidak memberikan andil terlalu banyak pada proses penyelesaian konflik, karena bentuk mediasi sepenuhnya keinginan dari pihak-pihak yang bersangkutan. Mediasi merupakan suatu wadah yang membantu para pihak untuk ikut andil dalam menyelesaikan konflik dengan berbagai proses yang terarah oleh seorang mediator untuk mengatur para pihak.91

90 Pusat Mediasi Nasional, Modul Pelatihan, Angkatan 72, FH Unpad-PMN, Bandung, 24-29 Agustus 2015. Fatahillah A. Syukur, Ibid, hlm 3-4. D.Y. Witanto. Hukum Acara Mediasi Dalam Perkara Perdata Di Lingkungan Peradilan Umum Dan Agama. Alfabeta, Bandung, 2008, hlm. 2-3.

91 Ahwan Fanani. At.All. Mengelola Konflik Membangun Damai, Walisongo Mediation Center (Wmc). Semarang, 2015, hlm 178. Syahrizal Abbas, Ibid, hlm. 2. Modul Pelatihan Mediasi 40- jam Pusat Mediasi Nasional, Angkatan 72, FH Unpad-PMN,

Page 58: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 49

b. Pengertian, Unsur-unsur, dan Karakteristik Mediasi Istilah mediasi (etimologi) berasal dari bahasa latin, mediare yang berarti berada ditengah. Pengertian mediasi ini menunjukkan pada peran yang ditampilkan pihak ketiga sebagai mediator dalam menjalankan tugasnya menengahi dan menyelesaikan perkara antara para pihak. “Berada di tengah” juga bermakna mediator harus berada pada posisi netral dan tidak memihak dalam menyelesaikan perkara. Mediator harus mampu menjaga kepentingan para pihak yang berperkara secara adil dan sama, sehingga membutuhkan kepercayaan dari para pihak yang berperkara. Secara terminologi, pengertian mediasi adalah proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh para pihak dengan dibantu oleh pihak ketiga sebagai mediator. Secara luas, pengertian mediasi sebagai penyelesaian perkara yang dilakukan baik oleh pihak ketiga, di luar sistem peradilan maupun di dalam sistem peradilan, yang dilaksanakan di luar sistem peradilan ialah: mediasi, arbitrasi, dan lainnya.92 “Mediasi” adalah proses negosiasi penyelesaian masalah (sengketa) dimana suatu pihak luar, tidak memihak, netral, tidak bekerja dengan para pihak yang besengketa, membantu mereka (yang bersengketa) mencapai suatu kesepakatan hasil negosiasi yang memuaskan. Mediasi merupakan proses penyelesaian sengketa melalui perundingan atau musyawarah dan mufakat para pihak dengan dibantu oleh Mediator yang tidak memiliki kewenangan memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri utama proses mediasi, yakni kesepakatan yang esensinya sama bermusyawarah untuk mufakat.

Mediasi berasal dari bahasa Inggris: “Mediation is a decision-making process in which the parties are assisted by a third party, the mediator; the mediator attempts to improve the process of the decion-making and to assist the parties reach an outcome to which of them can assent”. The process by which the participants, together with the assistance of a neutral persons, systematically isolate disputed issues in order to develop options, consider alternatives, and reach a consensual settlement that will accommodate their needs”93. Blak’s Law Dictionary memberikan rumusan “Mediation is privat, informal dispute resolution process in which a neutral third person, the

Bandung, 24-29 Agustus 2015, Idem. Jimmy Joses Sembiring, Cara Menyelesaikan Sengketa di Luar Pengadilan: Negosiasi, Mediasi, Konsiliasi & Arbitrase, Transmedia Pustaka, Jakarta, 2011, hlm. 28.

92 Fatahillah A. Syukur, Loccit. M. Marwan & Jimmy P., Kamus Hukum, Dictionary Of Law Complere Edition, Reality Publisher, Surabaya, 2009, hlm. 426. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat, Pusat Bahasa-Depdiknas, Jakarta, 2014, hlm. 892. Gary Goodpaster, Panduan Negosiasi Dan Mediasi, Seri Dasar Hukum Ekonomi 9, Elips, Edisi Pertama, Jakarta, 1999, hlm. 241. D.Y. Witanto. Opcit, hlm. 25.

93 Prosiding Mediasi & Court Annexed Mediation, Jakarta, 17 – 18 Februari 2004, hlm. 61. Arus Akbar Silondae & Andi Fariana, Aspek Hukum Dalam Ekonomi & Bisnis, Edisis Revisi, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2013, hlm. 189. Black, Henry Cambell, Blak’s Law Dictionary, Abridged, Sixth Edition, West Published, 1991, hlm. 678. Sudiarto, Negosiasi, Mediasi, & Arbitrase Penyelesaian Sengketa Alternatif Di Indonesia, Pustaka Reka Cipta, Bandung, 2015, hlm. 35. Mahkamah Agung R.I., Opcit, hlm. 1.

Page 59: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

50 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

mediator, helps, disputing parties to reach an agreement . the mediator has no power to impose a decision to the parties”. Menurut Lovenheim, “Mediation is a process in which two or more people involved in a dispute come together, to try to work out a solution to their problem with the help of a neutral third person, called the “Mediator”.94

Mediasi dalam arti lain menyelesaikan sengketa dengan menengahi, mediasi merupakan proses negosiasi pemecahan masalah, di mana pihak luar yang tidak memihak bekerja sama dengan pihak yang bersengketa untuk mencari kesepakatan bersama. Mediator tidak berwenang memutus sengketa, tetapi hanya membantu para pihak untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dikuasakan kepadanya.95 Menurut John W. Head, yang dikutip dari bukunya Gatot Soemartono, pengertian mediasi adalah prosedur penegah seorang bertindak sebagai “kendaraan” untuk berkomunikasi antara para pihak, sehingga pandangan mereka yang berbeda atas perkara tersebut dapat dipahami dan sedapat mungkin didamaikan, tetapi tanggung jawab utama tercapainya suatu perdamaian tetap berada ditangan para pihak sendiri.

Mediasi merupakan salah satu bentuk penyelesaian permasalahan yang mengedepankan bentuk perundingan diantara yang bersangkutan dengan bantuan pihak ketiga yang saling dipercayai oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Namun pada intinya pihak mediator tidak memberikan andil terlalu banyak pada proses penyelesaian konflik, karena bentuk mediasi sepenuhnya keinginan dari pihak-pihak yang bersangkutan. Setelah para pihak bersepakat untuk menyetujui hasil mediasi maka hasil mediasi dapat dikukuhkan dengan cara diajukan ke pengadilan untuk mendapatkan pengukuhan sebagai akta perdamaian yang sah, hal ini berlaku untuk bentuk mediasi yang berada di luar peradilan. Mediasi salah satu cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan di bantu oleh mediator.

Mediasi pada dasarnya merupakan dan dapat membantu para pihak dalam senegosiasi yang mengikutsertakan pihak ketiga yang ahli dalam cara-cara negosiasi yang efektif dengan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan, dan agar lebih efektif dalam bernegosiasi. Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia mediasi adalah proses pengikutsertaan pihak ketiga dalam menyelesaikan suatu perselisihan

94 Sumber dari Makalah Felix Oentoeng Soebagjo, Bahan Diskusi Terbatas “Pelaksanaan Mediasi Perbankan oleh Bank Indonesia Dan Pembentukan Lembaga Independen Mediasi Perbankan”. Kerjasama Magister Hukum Bisnis Dan Kenegaraan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Dan Bank Indonesia. Yogyakarta, 21 Maret 2007.

95 Khotibul Umam, Penyelesaian sengketa diluar pengadilan, Yogyakarta, Pustaka Yustisia, 2010, hlm.10. Christopher W. Moore, The Mediation Process 1986. Sudiarto, Ibid, hlm. 36.

Page 60: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 51

sebagai penasihat.96 Mediasi dapat diartikan pula sebagai suatu perundingan antara dua pihak atau lebih dengan bantuan pihak netral yang tidak memiliki kewenangan memutus dengan tujuan untuk menyelesaikan sengketa. Mediasi merupakan suatu proses negosiasi dipandu dibantu oleh orang yang terpercaya. Mediator membantu pihak berkonflik untuk berbagi perspektif dan pengalaman mereka, mengidentifikasi kebutuhan yang mendasar, bertukar pikiran tentang pilihan kreatif untuk mengatasi kebutuhan, dan kemudian membuat kesepakatan akhir.

Mediasi merupakan proses negosiasi pemecahan masalah, di mana pihak ketiga yang netral atau tidak memihak atau punya kepentingan bekerja dengan para pihak yang bersengketa untuk membantu para pihak memperoleh penyelesaian sengketa dengan memuaskan. Uraian tersebut menjelaskan bahwa, unsur-unsur yang ada dalam mediasi adalah:97

a. merupakan proses penyelesaian sengketa yang berdasarkan perundingan;b. pihak ketiga harus netral dan terlibat serta diterima oleh para pihak;c. mediator bertugas membantu para pihak untuk mencari penyelesaian;d. mediator tidak mempunyai kewajiban untuk mebuat keputusan-keputusan

selama perundingan berlangsung.;e. tujuan mediasi adalah untuk mencapai dan menghasilkan kesepakatan-

kesepakatan yang dapat diterima oleh para pihak. Berdasarkan definisi atau pengertian mediasi, maka dapat diketahui unsur-

unsur yang terdapat dalam mediasi. Unsur-unsur tersebut, diantaranya sebagai berikut:98

1) Mediasi merupakan proses penyelesaian perselisihan atau sengketa yang terjadi antar dua pihak atau lebih;

2) Pihak yang terlibat dalam penyelesaian sengketa adalah pihak-pihak yang berasal dari luar pihak yang bersengketa;

3) Pihak yang terlibat dalam penyelesaian sengketa tersebut bertindak sebagai penasihat dan tidak memiliki kewenangan apa-apa dalam pengambilan keputusan.

Mediasi, selain itu mengandung unsur-unsur sebagai berikut:99

96 Abdul Manan, op.cit., Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, Prenada Media, Jakarta, 2005, hlm. 175. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat, Pusat Bahasa-Depdiknas, Jakarta, 2014, hlm. 569-560. Laboratorium Hukum-FH Universitas Tarumanegara, Modul Pelatihan Dan Pendidikan Mediasi, Angkatan Ke 7, Jakarta: FH Untar, 2010 (dikutip dari Lisa Schirch: 2004). Sudiarto, Opcit, hlm. 37.

97 Idem.98 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, Jakarta, 1997, hlm. 569.99 Mahkamah Agung R.I., Naskah Akademis: Mediasi, MA.RI., Jakarta, 2007, hlm. 35-36. Departemen Pendidikan Nasional,

Loccit. Sudiarto, Opcit, hlm. 39.

Page 61: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

52 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

1) Sebuah proses penyelesaian sengketa berdasarkan asas kesukarelaan melalui suatu perundingan;

2) Mediator yang terlibat bertugas membantu para pihak yang bersengketa untuk mencari penyelesaian;

3) Mediator yang terlibat harus diterima oleh para pihak yang bersengketa;4) Mediator tidak mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan selama

perundingan berlangsung;5) Tujuan Mediasi adalah untuk mencapai atau menghasilkan kesepakatan yang

dapat diterima pihak-pihak yang bersengketa dengan tujuan:a) Menghasilkan suatu rencana kesepakatan kedepan yang dapat diterima

dan dijalankan oleh para pihak yang bersengketa;b) Mempersiapkan para pihak yang bersengketa untuk menerima kosekuensi

dari keputusan-keputusan yang mereka buat;c) Mengurangi kekhawatiran dan dampak negatif lainnya dari suatu konflik

dengan cara membantu para pihak yang bersengketa untuk mencapai penyelesaian secara konsensus.

Unsur-unsur dalam proses penyelesaian sengketa melalui Mediasi, seyogyanya akan dijumpai adanya dua atau lebih pihak-pihak yang bersengketa. Dengan demikian, jika dalam suatu proses mediasi hanya dijumpai adanya satu pihak yang bersengketa, maka hal itu menjadikan tidak terpenuhinya unsur-unsur pihak-pihak yang bersengketa. Selain itu, adanya unsur “Sengketa” diantara para pihak, dan “Mediator” yang membantu mencoba menyelesaikan sengketa diantara para pihak. oleh karena itu, dalam suatu proses mediasi akan dijumpai adanya dua atau lebih pihak-pihak yang bersengketa.

Selanjutnya mediasi memiliki karakteristik-karakteristik sendiri, sebagai berikut:100 1) Perpanjangan atau pengembangan proses negosiasi;2) Intervensi dari pihak ketiga (mediator) yang netral dan dapat diterima oleh

kedua belah pihak;3) Pihak ketiga tersebut (mediator) tidak berwenang untuk membuat keputusan;4) Pihak ketiga tersebut (mediator) membantu para pihak untuk mencapai atau

menghasilkan kesepakatan yang dapat diterima para pihak.

100 Laboratorium Hukum-FH Universitas Tarumanegara, Opcit, tanpa halaman. Arus Akbar Silondae & Andi Fariana, Aspek Hukum Dalam Ekonomi & Bisnis, Edisis Revisi, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2013, 190-191. Karakteristik Mediasi: Interest accommodation/interest based-problem solving, voluntary and consensual, procedural flexibility, norm creating, person-centre, relationship-oriented, future focus, private and confidential. Syahrizal Abbas, Op.cit., hlm.30-31. Modul Pelatihan Mediasi 40- jam Pusat Mediasi Nasional, Angkatan 72, FH Unpad-PMN, Opcit, tanpa halaman.

Page 62: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 53

Selain itu, setiap mediasi memiliki karakteristik, sebagai berikut:1). Proses2). Para pihak yang relevan dan/atau perwakilannya3). Pihak ketiga yang imparsial, seorang mediator4). Berusaha untuk mendapat kesepakatan para pihak melalui negosiasi

Dapat juga dipahami sebagai suatu sistem di mana mediator mengatur proses dan para pihak mengontrol hasil akhir.

c. Prinsip-prinsip MediasiBeberapa prinsip-prinsip dalam proses mediasi antara lain:101

1) Kerahasiaan (Confidentiality) Kerahasiaan yang dimaksud disini adalah segala sesuatu yang terjadi dalam

pertemuan yang diselenggarakan oleh mediator dan pihak-pihak yang bersengketa tidak boleh disiarkan kepada publik atau pers oleh masing-masing pihak. Demikian juga sang mediator harus menjaga kerahasiaan dari isi mediasi tersebut serta sebaiknya menghancurkan seluruh dokumen di akhir sesi yang ia lakukan.

2) Sukarela (Volunteer) Masing-masing pihak yang bersengketa melakukan mediasi atas keinginan dan

kemauan mereka sendiri secara sukarela dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Prinsip dibangun atas dasar bahwa orang yang mau bekerja sama mereka melakukan secara sukarela.

3) Pemberdayaan (empowerment) Prinsip ini didasarkan pada asumsi bahwa orang melakukan mediasi

sebenarnya memiliki kemampuan menegosiasikan masalah mereka sendiri dan dapat mencapai kesepakatan yang mereka inginkan.

4) Netralitas (neutrality) Di dalam mediasi peran seorang mediator hanya memfasilitasi prosesnya

saja dan isi dari kesepakatan tetap menjadi kewenangan para pihak yang bersengketa.

5) Solusi yang unik dihasilkan dari Proses Mediasi (a unique solution) Solusi yang dihasilkan dari proses mediasi tidak harus sesuai dengan standar

legal, tetapi dapat dihasilkan dari proses kreativitas. Oleh karena itu hasil mediasi mungkin akan lebih banyak mengikuti keinginan kedua belah pihak yang terkait dengan konsep pemberdayaan masing-masing pihak.

101 Syahrizal Abbas, op.cit., hlm.29-30. Mahkamah Agung R.I., Opcit, hlm. 18-23.

Page 63: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

54 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Setelah para pihak mencapai kesepakatan mengenai hasil mediasi, maka mediator berkewajiban untuk menuangkan kesepakatan tersebut secara tertulis dalam sebuah akta notaril.

Selain itu, dalam mediasi terkandung prinsip-prinsip:102

1) Bersifat sukarela;2) Lingkup sengketa bersifat keperdataan;3) Proses sederhana;4) Proses mediasi tetap menjaga kerahasiaan sengketa para pihak;5) Mediator bersifat menengahi.

Sedangkan dalam Modul Pelatihan Mediasi dari Pusat Mediasi Nasional (PMN), menentukan prinsip-prinsip mediasi sebagai berikut:103

1) Prinsip Netralitas: Tidak memihak (Impartial Principles)2) Prinsip Penentuan Diri Sendiri: Semua Diputuskan Oleh Para Pihak (Self

Determination Principles)3) Prinsip Aturan Dasar: Menjelaskan Tahapan dan Aturan Mediasi (Ground Rules

Principles)4) Prinsip Kerahasiaan: Komunikasi, Dokumentasi, Substansi, Proses Mediasi

Rahasia/tidak untuk dibuka pada yang bukan Pihak (Confidentiality Principles)5) Prinsip Kesetaraan: Memperlakukan antar Mediator dengan Para Pihak dan

antar Para Pihak Sama (Equality Principles)6) Prinsip Bebas dari Konflik Pribadi: Tidak ada benturan kepentingan baik

vertikal maupun horisontal (Free from Conflict of Interest Principles)7) Prinsip Berdasarkan Proses bukan Hasil: Mediator bertanggungjawab hanya

sebatas menjalankan Proses/Tahapan Mediasi dengan benar. Diyakini jika Para Pihak beritikad baik hendak menyelesaikan permasalahan melalui Mediasi, jika Tahapan Mediasi telah dilalui dengan baik dan benar maka hasil terbaik bagi Para Pihak akan ditemukan oleh Para Pihak, bukan oleh Mediator (Inspaning Verbintenis Principles).

d. Tahapan Mediasi/Segitiga/Teknikdan Proses MediasiTahapan-tahapan mediasi adalah:1) penciptaan forum atau kerangka kerja tawar-menawar;2) pengumpulan dan pembagian informasi;3) tawar-menawar pemecahan masalah;

102 Syahrizal Abbas, Loccit. Hukum-FH Universitas Tarumanegara, Opcit, tanpa halaman.103 Pusat Mediasi Nasional, Modul Pelatihan, Opcit, tanpa halaman.

Page 64: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 55

4) pengambilan keputusan. Pada setiap sengketa, seorang mediator merancang proses mediasi dengan

melakukan tahapan-tahapan atau teknik-teknik yang dikenal dengan “Tahapan Segitiga”. Mediasi dilaksanakan secara sistematis dengan melalui beberapa tahapan yaitu:104

1) Pra Mediasi (Persiapan)2) Mediasi3) Sambutan Mediator;4) Presentasi Para Pihak secara bergantian dengan alokasi waktu yang sama;5) Perumusan Kesepahaman Awal Para Pihak;6) Pendefinisian Permasalahan;7) Pengagendaan Pembahasan Permasalahan;8) Pembahasan Permasalahan atau Negosiasi;9) Pertemuan Terpisah bila diperlukan;10) Perumusan Kesepakatan Perdamaian bila tercapai kesepakatan penyelesaian

atas permasalahan Para Pihak.Selama proses mediasi berlangsung, seorang mediator melakukan tahapan-

tahapan dalam skema yang disebut ‘Tahapan Segitiga Mediasi’ sebagai berikut:105

Skema 2.2 Tahapan Segitiga Mediasi

104 Pusat Mediasi Nasional, Modul Pelatihan, Loccit.105 Sumber informasi: Pusat Mediasi Nasional, Modul Pelatihan, Angkatan 72, FH Unpad-PMN, Opcit. Laboratorium Hukum-FH

Universitas Tarumanegara, Opcit, tanpa halaman.

Page 65: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

56 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Keterangan:Tahapan Mediasi-Segitiga melalui proses-proses sebagai berikut: I. PersiapanII. Tahap Pendefinisian MasalahIII. Tahap Pemecahan Masalah IV. Kegiatan Pasca Mediasi1. Kegiatan tahapan tersebut, diawali dengan Pendahuluan, terdiri atas:

a. Menyambut kedatanganb. Bertukar kartu namac. Berbincang santaid. Batasan waktue. Telepon selularf. Masalah

2. Dalam Sambutan Mediator, dilakukan sebagai berikut:a. Perkenalanb. Batasan waktu c. Urutan kejadiand. Mediasi dan peran mediator/para pihake. Tahapan mediasif. Kode etikg. Aturan dasar/tata tertibh. Mengkonfirmasi komitmeni. Ada pertanyaan?

3. Presentasi para pihak, yaitu:a. Menjelaskan permasalahan kepada mediator secara bergantianb. Memberikan kesempatan kepada para pihak untuk didengar, dan juga

memberi kesempatan setiap pihak mendengarkan permasalahan dari pihak lainnya secara langsung

c. Giliran pertama? Siapa yang menentukan?d. Masalah

4. Identifikasi kesepahaman Mengidentifikasi, berdasarkan presentasi para pihak, hal-hal yang menjadi

kesamaan (the common ground) diantara para pihak sebagai pendukung untuk melanjutkan proses negosiasi.

Page 66: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 57

5. Mendefinisikan masalah Menentukan permasalahan penting yang perlu dicari penyelesaiannya,

berdasarkan presentasi para pihak, sebagai berikut:a. Dalam kalimat tanyab. Ada yang lain?c. Diurutkan prioritasnya

6. Negosiasi Saat negosiasi, biasanya merupakan alokasi waktu terbesar, yaitu:

a. Directing the traffic, mediator berperan menjaga urutan, reframe dan meringkas, mencatat dan sesekali membantu proses komunikasi

b. Driving the bus, mediator membimbing pembicaraan, mengajukan pertanyaan kepada para pihak dan wakilnya

7. Pertemuan terpisaha. Kapan?b. Menggali lebih jauh, alternatifc. Tes realitasd. Untuk mengingatkan hal–hal yang telah dicapai dalam proses ini dan

mempertimbangkan akibat bila tidak tercapai kesepakatan.8. Pengambilan keputusan akhir Para pihak dikumpulkan kembali guna mengadakan negosiasi akhir, dan

menyelesaikan beberapa hal dengan lebih rinci (bila ada pertemuan terpisah), yakni:a. Mediator berperan untuk memastikan bahwa seluruh permasalahan telah

dibahasb. para pihak dapat menerima hasil akhir

9. Penyusunan kesepakatan Dalam penyusunan kesepakatan, Perjanjian dituangkan kedalam tulisan, dan

disyaratkan dalam kontrak mediasi. Pada banyak kasus, cukup pokok-pokok kesepakatan yang ditulis dan ditandatangani, untuk kemudian disempurnakan oleh pihak pengacara hingga menjadi suatu kesepakatan akhir. Namun pada kasus lain yang tidak terlalu komplek, perjanjian final dapat langsung ditandatangani

10. Kata penutup Penjelasan kepada para pihak atas apa yang telah mereka capai, serta

mengingatkan tentang hal apa yang perlu dilakukan di masa mendatang, sebagai berikut:

Page 67: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

58 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

a. Berhasilb. Gagalc. Mengakhiri mediasi secara “formal”

11. Kegiatan Paska Mediasi Kegiatan paska mediasi dengan menyiapkan konsep/rumusan perjanjian

perdamaian secara tertulis, yang diatur dalam Pasal 1851 KUHPer: ”Perdamaian adalah suatu perjanjian dengan mana kedua belah pihak, dengan menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu barang, mengakhiri suatu perkara yang sedang bergantung atau pun mencegah timbulnya suatu perkara. Perjanjian ini tidaklah sah, melainkan jika dibuat secara tertulis.

Dalam Konsideran disebutkan bahwa: “Melalui Perjanjian Perdamaian ini, Para Pihak menyatakan bahwa Para Pihak telah mencapai kesepakatan bersama untuk menyelesaikan dan mengakhiri seluruh persengketaan yang berkenaan dengan pelaksanaan perjanjian …………………tertanggal………… , selanjutnya terlebih dahulu Para Pihak menerangkan hal-hal sebagai berikut:……….. dan seterusnya.Selanjutnya hal-hal yang harus diperhatikan yaitu pencantuman klausul-

klausulnya, di antaranya sebagai berikut:106

a) Klausula Hak dan Kewajiban para pihak. Berdasarkan konsideran tersebut di atas, maka Para Pihak menegaskan bahwa

Para Pihak telah mencapai kesepakatan perdamaian, dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: (catatan: tidak standar baku, pastikan telah diatur bagaimana, berapa kapan, dll. berkenaan dengan hak dan kewajiban itu akan dipenuhi oleh para pihak).

b) Klausula penegasan pengakhiran permasalahanc) Klausula tidak saling tuntut/gugatd) Klausula penarikan Gugatan/Pengaduan (condition precedent) Klausula ini diperlukan agar sebelum hak-hak dan kewajibankewajiban

dipenuhi, segala gugatan dan pengaduan yang telah diajukan oleh salah satu/kedua belah pihak dicabut terlebih dahulu. Dengan demikian klausula ini menjadi condition precedent dari efektifnya Perjanjian Perdamaian. Tidak ada contoh bakunya, namun segala gugatan dan pengaduan yang telah diketahui oleh para pihak tentunya harus dicantumkan dan ditutup dengan anak kalimat sebagai berikut:

106 Pusat Mediasi Nasional, Modul Pelatihan, Loccit.

Page 68: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 59

”dan gugatan atau pengaduan lain yang mungkin pernah diajukan oleh salah satu pihak kepada badan peradilan atau instansi manapun, yang belum diketahui oleh pihak lainnya”.

e) Klausula penghukuman karena wanprestasi perdamaian (Recapture Clause)

Klausula tersebut dapat ditentukan bahwa pihak yang cidera janji untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam Perjanjian (Kesepakatan) Perdamaian dapat digugat oleh pihak lainnya untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya berdasarkan Perjanjian Awal. Biasanya dipakai dalam Perjanjian Restrukturisasi Hutang. Misalnya hutang direstrukturisasi dengan menghapuskan denda, bunga dan sebagian hutang pokok. Juga pengembalian hutang pokok dijadualkan kembali/diperpanjang. Jika Debitur wanprestasi (lagi) atas konsensi-konsensi restrukturisasi hutang yang telah diberikan oleh Kreditur, maka Kreditur dapat menggugat Debitur untuk melunasi hutang-hutangnya dengan jumlah sebelum denda, bunga dan hutang pokok dihapuskan dan dalam waktu sebelum hutang pokok dijadualkan kembali pembayarannya.

Contoh klausula: ”Dalam hal Debitur cidera janji atas konsensi-konsensi yang telah diberikan

oleh Kreditur dalam Perjanjian Restrukturisasi Hutang ini, maka Kreditur dapat mencabut konsensi-konsensi tersebut sehingga kewajiban Debitur dihitung berdasarkan Perjanjian Kredit yang belum direstrukturisasi”.

Namun Klausula Recapture tidak boleh bersifat berat sebelah (’unconscionable’) atau menyalahgunakan kedudukan di pihak yang lebih kuat (’misbruik van omstandigheden’). Misalnya ditentukan bahwa setiap saat Kreditur dapat mencabut konsensi-konsensi restrukturisasi hutang yang telah diberikannya, walaupun Debitur tidak wanprestasi.

f) Klausula gugat untuk damai Pasal 1858 KUHPer: “Segala perdamaian mempunyai di antara para pihak

suatu kekuatan seperti suatu putusan Hakim dalam tingkat yang penghabisan”. Peraturan Mahkamah Agung No. 01/2008 yang mulai berlaku tanggal 31 Juli 2008 mengatur bahwa perdamaian diluar pengadilan (dengan bantuan mediator bersertifikat) dapat dibuatkan Akta Perdamaiannya dengan cara mengajukan gugatan. Dengan demikian dalam perjanjian perdamaian yang dibuat diluar pengadilan tersebut seyogyanya dicantumkan klausula bahwa para pihak sepakat bahwa salah satu pihak akan menggugat ke pengadilan

Page 69: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

60 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

dengan melampirkan perjanjian perdamaian agar hakim membuat Akta Perdamaian yang dapat dieksekusi.

Selanjutnya menurut Moore beberapa Proses Mediasi di Luar Pengadilan atau secara non litigasi, sebagai berikut:107 1) Mediator memulai hubungan dengan para pihak Para pihak dapat berupa perorangan, organisasi, ataupun badan hukum.

Jika para pihak sudah sepakat menunjuk dan menerima seseorang atau lebih sebagai mediator, maka mediator sudah dapat melakukan tugas-tugas selanjutnya. Namun, jika hanya satu pihak meminta atau memprakarsai, maka mediator harus mendekati pihak lain untuk meminta persetujuan pihak itu. Karena penerimaan para pihak terhadap diri mediator adalah langkah awal yang esensial bagi seorang mediator untuk memulai perannya. Keterlibatan mediator dalam sebuah sengketa dapat berawal dari tawaran jasa oleh mediator kepada para pihak. Memilih strategi untuk membimbing proses mediasi. Mediator memberi wawasan kepada para pihak bahwa penyelenggaraan mediasi dapat dilakukan melalui beberapa pilihan pendekatan, misalnya antara pendekatan formal dan informal, tertutup ketat dan terbuka. Pada tahap awal ini mediator mengadakan pertemuan dengan para pihak secara terpisah pisah guna membahas pilihan-pilihan sesuai keinginan atau kebutuhan para pihak. Tugas mediator hanya memberi wawasan kepada para pihak.

2) Mengumpulkan dan menganalisis berbagai informasi terkait sengketa Pengumpulan dan analisis berbagai informasi yang berkaitan dengan

sengketa perlu dilakukan oleh mediator untuk mengidentifikasi para pihak yang terlibat sengketa, masalah-masalah yang dipersengketakan, dan kepentingan para pihak, mengungkapkan dan menganalisis dinamika hubungan para pihak pada masa lalu dan masa sekarang, tentunya dengan batasan yang wajar.

3) Menyusun Rencana Mediasi Penyusunan rencana mediasi dimaksudkan untuk mempertimbangkan

atau menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:a. Siapa yang berperan dalam proses mediasib. Di mana tempat mediasi berlangsung

107 dikutip dari Takdir Rahmadi. Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2010, Hlm 99.

Page 70: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 61

c. Bagaimana penataan fisik ruang pertemuand. Apa prosedur yang perlu digunakan dan bagaimana membuat aturan

perundingan dilakukane. Bagaimana kondisi psikologis para pihakf. Apa masalah-masalah atau isu-isu yang penting bagi para pihak

4) Membangun kepercayaan dan kerja sama di antara para pihak Setelah para pihak menerima kehadiran mediator, mediator tidak harus

segera memepertemukan para pihak. Mediator dapat memulai proses mediasi dengan cara melakukan pertemuan-pertemuan terpisah kepada para pihak, sebelum para pihak dipertemukan secara langsung . Pendekatan seperti ini lebih diperlukan jika sengketa melibatkan emosi yang tinggi. Pada tahap ini mediator dapat memberikan wawasan kepada para pihak tentang mediasi. Setelah para pihak memperlihatkan kesiapan mental dan kerja sama menempuh preses mediasi, barulah mediator mengadakan tatap muka langsung bersama dengan para pihak.

5) Memulai sidang mediasi Pada Pertemuan pertama yang dihadiri lengkap para pihak, mediator

sebaiknya melakukan tiga hal pokok. Pertama, mediator memperkenalkan diri sendiri, kemudian meminta para pihak atau kuasa hukum untuk memperkenalkan diri. Kedua, mediator perlu untuk menjelaskan kepada para pihak tentang pengertian mediasi dan peran atau tugas-tugas mediator. Mediator perlu menekankan ciri-ciri utama mediasi, yaitu mediator bersifat netral dan tidak memiliki kewenangna memutus, serta adanya kaukus selama proses mediasi. Ketiga, mediator menekanan perlunya aturan mediasi sehingga mediator harus menganjurkan agar proses mediasi berjalan atas dasar aturan-aturan. Langkah berikutnya adalah mediator meminta para pihak untuk melakukan pernyataan pembukaan. Pernyataan pembukaan memuat latar belakang sengketa atau duduk perkara serta usulan penyelesain dari sudut pandang masing-masing pihak. Dari pernyataan pembukaan ini, mediator harus merumuskan masalah-masalah dan menyusun agenda perundingan.

6) Merumuskan Masalah-Masalah dan menyusun Agenda Mediator harus mampu membantu para pihak mengidentifikasi masalah

yang terjadi atau yang dipersepsikan oleh para pihak. Dari identifikasi masalah-masalah itu, mediator dapat merumuskan agenda perundingan atau mediasi. Mediator dapat mengidentifikasi masalah melalui wawancara,

Page 71: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

62 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

meminta para pihak untuk menuliskan sengketa dari sudut pandang masing-masing, dan menyarikan dari pernyataan- pernyataan pembukaan para pihak.

Agenda mediasi disarikan dari masalah-masalah penyebab sengketa. Agenda perundingan yang jelas merupakan langkah awal penting bagi keberhasilan penyelenggaraan proses mediasi. Yang dimaksud dengan agenda mediasi atau agenda perundingan adalah masalah-masalah yang dibahas dalam perundingan atau proses mediasi.

7) Mengungkapkan kepentingan tersembunyi dari para pihak Salah satu faktor penyebab konflik adalah adanya benturan kepentingan atau

tidak terpenuhinya kepentingan salah satu atau para pihak. Jika kepentingan mereka tidak terpenuhi dengan tawaran-tawaran yang terjadi dalam proses mediasi, maka para pihak cenderung menolak tawaran-tawaran itu. Sering kali dalam praktik mediasi, mediasi mengalami jalan buntu (deadlock) karena proses mediasi tidak mampu memuaskan kepentingan salah satu pihak atau para pihak. Oleh sebab itu, menjadi tugas pokok bagi seorang mediator untuk mampu mengungkapkan kepentingan-kepentingan tersembunyi saah satu pihak atau para pihak. Secara teoritas terdapat dua pendekatan untuk mengungkapkan kepentingan para pihak. Pertma adalah pendektan langsung, yaitu mediator menanyakan apa yang menjadi kepentingan pihak. Kedua, dapat dilakukan dengan mendengar secara cermat pernyataan-pernyataan dari para pihak yang menyiratkan kepentingan.

8) Mengembangkan pilihan pilihan penyelesaian masalah Jika satu masalah hanya diatasi dengan satu opsi penyelesaian, maka para pihak

cenderung terperangkap dalam perundingan tawar-menawar yang posisional dan menggiring mereka ke jalan buntu. Misalnya, jika masalah pokok yang dibahas adalah soal ganti rugi, maka mediator harus mendorong para pihak untuk tidak hanya membahas soal jumlah, tetapi juga hal-hal lain yang terkait, misalnya cara pembayaran ganti kerugian, apakah pembayaran tunai atau angsuran, atau kapan ganti kerugian dapat dilakukan.

9) Menganalisis pilihan-pilihan penyelesaian Jika para pihak telah dapat menemukan sekurang-kurangnya dua opsi

penyelesaian atas sebuah masalah, mediator kemudian harus mendorong para pihak untuk membahas tiap opsi, Opsi mana yang paling dapat memuaskan kepentingna para pihak, opsi itulah yang paling dapat diterima menjadi sebuah penyelesaian atas suatu masalah. opsi yang dapat memenuhi kepentingan

Page 72: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 63

kedua belah pihak, tidak cukup hanya bersifat desirability tapi juga harus enforceability.

10) Proses tawar-menawar Proses tawar-menawar merujuk pada suatu keadaan bahwa satu pihak telah

memberikan tawaran-tawaran atau konsesi-konsesi kepada pihak mitra runding untuk memperoleh imbalan sebaliknya dari mitra runding.

e. Skema atau Alur Mediasi Dalam proses mediasi terdapat alurnya yang digambarkan dalam tiga skema, sebagai berikut:108

108 Sumber diolah dari: Pusat Mediasi Nasional-FH Unpad, Modul Pelatihan, Idem.

Page 73: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

64 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

f. Manfaat MediasiManfaat atau keuntungan/keunggulan mediasi, antara lain sebagai berikut:109

1). Relatif lebih murah dibandingkan dengan alternatif-alternatif yang lainnya;2). Adanya kecenderungan dari pihak yang bersengketa untuk menerima dan

adanya rasa memiliki putusan mediasi tersebut;3). Dapat menjadi dasar bagi para pihak yang bersengketa untuk menegosiasi

sendiri sengketa-sengketanya di kemudian hari;4). Terbukanya kesempatan untuk menelaah masalah-masalah yang merupakan

dasar dari suatu sengketa;5). Membuka kemungkinan adanya saling kepercayaan diantara pihak yang

bersengketa, sehingga dapat dihindari rasa bermusuhan dan dendam.

g. Berakhirnya MediasiTujuan dari mediasi yaitu untuk mencapai atau menghasilkan kesepakatan yang dapat diterima kedua belah pihak yang bersengketa guna mengakhiri sengketanya.110 berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa mediasi akan berakhir apabila hal-hal sebagai berikut:

109 Sudiarto, Opcit, hlm. 42-43.110 Sudiarto, Ibid, hlm. 49-50.

Page 74: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 65

1). Sudah ada kesepakatan atau hasil yang dicapai para pihak mengenai permasalahan sengketanya;

2). Salah satu pihak atau kedua belah pihak sepakat untuk tidak melanjukan sengketanya;

3). Salah satu pihak atau kedua belah pihak tidak menerima hasil-hasil dari yang dirumuskan mediator;

4). Meninggalnya satu pihak atau kedua belah pihak yang bersengketa.

h. Model-model MediasiEmpat model Mediasi, menurut Lawrence Boulle yaitu:111

1). Kompromi (Settlement)a). Membimbing para pihak dalam tawar menawar untuk mencapai titik

kompromi b). Mendefinisikan sengketa berdasarkan yang disampaikan para pihak

(keinginan)c). Menentukan posisi titik resistensi para pihak, dan melalui intervensi secara

persuasif sehingga para pihak bergerak dari posisi tersebutd). Keahlian dan teknik mediasi: sekunder;e). Mediator: berstatus tinggi

2). Facilitative (Problem solving)a). Membimbing para pihak menegosiasikan kebutuhan, mentransformasikan

keinginan ke kebutuhan.b). Mendefinisikan sengketa dari kebutuhan (substantif, prosedur, emosi).c). Menjaga kelangsungan dialog, intervensi proses.d). Keahlian dan teknik mediasi: wajib; subjek.e). Perkara: sekunder

Mediator diharapkan tidak menyarankan jalan keluar atau mengarahkan hasilnya kepada suatu penyelesaian pada tingkatan yang wajar atas perselisihan tersebut, tetapi membantu para pihak untuk mengkaji ulang situasi secara mendasar dan mendapatkan kesepakatan mereka sendiri.

111 Dwi Rezki Sri Astarini, Mediasi Pengadilan Salah Satu bentuk Penyelesaian Sengketa Berdasarkan Asas Peradilan Cepat, sederhana, Biaya Ringan, Alumni, Bandung, 2013, hlm. 96-97. Modul Pelatihan Mediasi 40- jam Pusat Mediasi Nasional, Opcit, tanpa halaman. Syahrizal Abbas, Opcit, hlm. 31-35. Fatahillah A. Syukur, Opcit, hlm. 16-20. Laboratorium Hukum-FH Universitas Tarumanegara, Opcit, tanpa halaman.

Page 75: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

66 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

3). Rekonsiliasi (Therapeutici)a). Dimaksudkan lebih kepada perbaikan hubungan (rekonsiliasi), tidak

sekadar settled b). Mendefinisikan sengketa dari segi perilaku, emosi dan hubunganc). Mendiagnosa penyebab konflik dan menanganinya berdasarkan aspek

psikologis dan emosional; para pihak yang bertikai mencapai kesepakatan setelah hubungan diperbaiki

d). Keahlian konseling atau subjek terkait dan mediasi: Primer 4). Evaluative (Advisory)

a). Mengarahkan tercapainya kesepakatan dengan memperhatikan hak dan kekuatan para pihak, tidak jauh dari range keputusan yudikatif.

b). Mendefinisikan sengketa secara hukum atau standar industri.c). Memberikan informasi tambahan, anjuran, meyakinkan para pihak.d). Keahlian subjek perkara: primer, punya kualifikasi khusus; teknik mediasi:

sekunder. Para pihak menghargai mediasi dikarenakan mereka mendapat kesempatan

untuk berbicara, untuk didengar dan untuk terlibat aktif dalam hasil akhir. Facilitative merupakan satu-satunya model yang dapat dipelajari dan diaplikasikan oleh orang dari berbagai latar belakang profesional yang berbeda, dan merupakan model yang secara signifikan mengurangi kemungkinan tuntutan pertanggungjawaban pada seorang mediator.

Selanjutnya model-model mediasi, diperbandingkan satu dan lainnya, dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:112

Tabel 2.2 Perbandingan Empat Model Mediasi

Mediasi Penyelesaian/

Kompromi. (Settlement)

MediasiFasilitatif/Facilitative

(Problem solving)

Mediasi transformative/

Rekonsiliasi (Therapeutici)

MediasiEvaluative (Advisory)

Juga Disebut Mediasi Kompromi. Mediasi pemecahan masalah

Mediasi terapi atau Rekonsiliasi

Mediasi Nasihat

Tujuan Utama Mencari titik tengah posisi para pihak.

Menghindari posisi, mencari kepentingan yang mendasari posisi.

Menangani penyebab masalah untuk memperbaiki hubungan para pihak.

Menemukan kesepakatan sesuai dengan hak-hak para pihak.

112 Dwi Rezki Sri Astarini, Loccit. Modul Pelatihan Mediasi 40- jam Pusat Mediasi Nasional, Loccit, tanpa halaman. Syahrizal Abbas, Loccit Fatahillah A. Syukur, Loccit. Laboratorium Hukum-FH Universitas Tarumanegara, Loccit. Prosiding Mediasi & Court Annexed Mediation, Jakarta, 17 – 18 Februari 2004, hlm. 62 dan 153.

Page 76: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 67

Mediasi Penyelesaian/

Kompromi. (Settlement)

MediasiFasilitatif/Facilitative

(Problem solving)

Mediasi transformative/

Rekonsiliasi (Therapeutici)

MediasiEvaluative (Advisory)

Mediator Orang yang dihormati dalam masyarakat, tidak harus punya keahlian mediasi.

Orang yang punya keahlian teknik mediasi.

Keahlian dalam konseling dan kerja social, pemahaman penyebab psikologis konflik.

Punya keahlian substantif dalam kasus, tidak harus punya keahlian mediasi.

Peran Utama Mediator

Mencari kompromi, jalan tengah.

Melaksanakan proses dan menjaga komunikasi para pihak.

Teknik terapi, diagnose dan penangan masalah hubungan.

Dapat hasilkan penyembuhan daripada sekedar penyelesaian sengketa.

Ciri Lain Peran Mediator dalam hal prosedur sangat terbatas, perundingan posisional.

Campurtangan mediator lemah, para pihak didorong untuk kreatif guna memenuhi kepentingan secara adil.

Pengambilan keputusan ditunda sampai masalah hubungan dapat diatasi.

Campur tangan mediator kuat.

Bidang Penerapan

Sengketa dagang, perburuhan, kecelakaan.

Sengketa masyarakat, keluarga, lingkungan hidup, kemitraan.

Sengketa suami isteri, orang tua dan anak, hubungan berlanjut.

Sengketa dagang, kecelakaan diskriminasi, harta perkawinan.

Kekuatan Dipahami oleh para pihak.

Dapat manfaatkan mufakat secara maksimal.

Dapat hasilkan penyembuhan daripada sekedar penyelesaian sengketa.

Mirip dengan proses pengadilan yang mengutamakan hak para pihak.

Kelemahan Mengabaikan kepentingan para pihak

Dapat makan waktu, perlu keahlian bernegosiasi.

Dapat makan waktu dan tanpa penyelesaian, kabur antara batas konseling dan mediasi.

Tidak ajarkan inisiatif dan ketrampilan pada para pihak karena mediator aktif dan direktif, tidak jelas batas antara mediasi dan arbitrase.

Page 77: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

68 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

2. Persyaratan dan Keterampilan Moderator 113

a. Perilaku Mediator“Mediator” artinya orang yang tidak memihak yang berperan/bertugas pada proses mediasi, dengan membantu dan mendorong Para Pihak untuk:1). Dapat berkomunikasi secara berkesinambungan dan bekerja sama untuk

mencapai suatu penyelesaian dengan itikad baik;2). Dapat mengidentifikasi dan menyampaikan permasalahan, kepentingan dan

harapan dari satu pihak ke pihak lainnya;3). Dapat menciptakan, mengembangkan dan mempertimbangkan berbagai

bentuk alternatif penyelesaian;4). Dapat mengkaji berbagai kemungkinan risiko dan implikasinya; dan5). Dapat menyelesaikan persengketaannya secara suka rela, sehingga tercapai

kesepakatan yang sukarela pula. Mediator selain itu, harus memiliki perilaku sebagai berikut:

a). Ketidakberpihakan dan Independensi Mediator dilarang menunjukkan sikap memihak terhadap pihak tertentu,

terhadap kepentingan pihak tertentu, dan terhadap usulan alternatif penyelesaian dari pihak tertentu, antara lain:i. Mediator harus berupaya untuk tetap mempertahankan sikap tidak

memihak selama Mediasi berlangsung.ii. Jika Mediator menyadari adanya keberpihakan, maka ia harus

segera menyampaikan kepada Para Pihak, bahwa ia tidak dapat mempertahankan sikap tidak memihak tersebut dan karena itu harus mengundurkan diri dari Mediasi;

iii. Mediator dalam melaksanakan tugasnya bertindak secara bebas dan mandiri tanpa pengaruh atau dipengaruhi oleh pihak ketiga (penyedia jasa, fasilitas Mediasi, organisasi atau lembaga) yang memiliki tujuan untuk mempengaruhi indepedensi Mediator

b). Benturan Kepentingan (Conflict of interest) Mediator berkewajiban untuk mengungkapkan segala bentuk kemungkinan

benturan kepentingan yang diketahuinya kepada Para Pihak, antara lain:

113 Dwi Rezki Sri Astarini, Loccit. Modul Pelatihan Mediasi 40- jam Pusat Mediasi Nasional, Loccit, tanpa halaman. Syahrizal Abbas, Loccit Fatahillah A. Syukur, Loccit. Laboratorium Hukum-FH Universitas Tarumanegara, Loccit.

Page 78: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 69

i. Setelah memberitahukan kepada Para Pihak adanya benturan kepentingan, Mediator harus mengundurkan diri dari Mediasi kecuali Para Pihak menyetujui untuk mempertahankan Mediator tersebut.

ii. Mediator selama Mediasi berlangsung tidak diperkenankan untuk mengadakan hubungan khusus atau pribadi dengan Para Pihak manapun yang terkait dengan Mediasi yang menimbulkan terjadinya benturan kepentingan, kecuali telah mendapatkan persetujuan dari Para Pihak.

c). Kerahasiaan1). mediator wajib memberitahukan kepada Para Pihak tentang prinsip

-prinsip kerahasiaan dalam Mediasi.2). Mediator dilarang menyampaikan informasi/dokumen apa pun yang

digunakan selama Mediasi kepada siapa pun yang bukan Pihak dalam Mediasi, kecuali:

i. Ada persetujuan tertulis dari Para Pihak yang bersengketa;ii. Ada permintaan pengadilan atau merupakan kewajiban menurut

undang-undang dan yang menyangkut ketertiban umum; atauiii. informasi atau dokumen tersebut tidak mempublikasi indentitas

Para Pihak kecuali Para Pihak setuju untuk mempublikasikannya), dan digunakan untuk kepentingan penelitian, statistik, akreditasi, atau pendidikan.

3). Wajib memberitahukan kepada Para Pihak tentang prinsip -prinsip kerahasiaan dalam mediasi.

4). Mediator dilarang menyampaikan informasi/dokumen apa pun yang digunakan selama mediasi kepada siapa pun yang bukan Pihak dalam Mediasi, kecuali:i. Ada persetujuan tertulis dari Para Pihak yang bersengketa;ii. Ada permintaan pengadilan atau merupakan kewajiban menurut

undang-undang dan yang menyangkut ketertiban umum; atauiii. informasi atau dokumen tersebut tidak mempublikasi indentitas

Para Pihak (kecuali Para Pihak setuju untuk mempublikasikannya), dan digunakan untuk kepentingan penelitian, statistik, akreditasi, atau pendidikan.

d). Kualitas Atas Proses1). Mediator harus berupaya, agar Para Pihak memahami proses Mediasi

sebelum Mediasi dimulai.

Page 79: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

70 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

2). Mediator harus berupaya mendorong Para Pihak agar berpartisipasi aktif dan saling menghormati.

3). Beritahukan kepada Para Pihak: Mediasi akan lebih efektif bila Para Pihak dapat mempertimbangkan dan atau mengusulkan berbagai bentuk alternatif penyelesaian;

4). Mediator harus menahan diri untuk memberikan legal advice;5). Pastikan bahwa Para Pihak adalah pihak-pihak yang memiliki

kewenangan penuh dalam pengambilan keputusan atas hal yang disengketakan.

6). Pastikan bahwa seluruh hasil kesepakatan yang dicapai adalah hasil dari Para Pihak sendiri (bukan hasil mediator). Pastikan bahwa Para Pihak memahami semua butir-butir hasil kesepakatan yang telah dicapainya

7). Mediator yang berprofesi sebagai pengacara tidak diperkenankan untuk bertindak sebagai kuasa hukum yang mewakili pihak yang bersengketa dalam Mediasi untuk kasus yang sama

8). Mediator dan kuasa hukum yang mewakili para pihak dalam suatu kasus mediasi tidak berasal dari kantor yang sama.

9). Mediator berkewajiban untuk selalu menjaga dan meningkatkan keahlian serta kemampuannya untuk menghasilkan Mediasi yang berkualitas.

10). Buat Laporan Tertulis kepada PMN: (i) tentang nama para pihak dalam dua minggu setelah proses Mediasi dimulai; (ii) tentangberhasil tidaknya kasus yang dimediasikan dalam dua minggu setelah proses mediasi berakhir.

b. Tugas, Peran, dan Fungsi Mediator Mediator pada umumnya merupakan bagian dari suatu lembaga yang aktif dalam penyelesaian masalah hukum. Namun seorang mediator juga dapat berperan independen yang mana tidak terikat oleh bentuk organisani, dan biasanya dari seorang tokoh masyarakat, ataupun tokoh adat yang cukup berpengalaman dalam menyelesaikan sengketa. seorang mediator berperan aktif dalam menjembatani sejumlah pertemuan antara para pihak. Mediator akan berposisi menjadi seorang katalisator yang mendorong lahirnya diskusi-diskusi konstruktif dimana para

Page 80: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 71

pihak terlibat secara aktif dalam membicarakan akar persengketaan mereka.114 Mediator mempunyai tugas untuk menyiapkan suasana yang kondusif dalam proses pengambilan keputusan, memperbaiki komunikasi, memfasilitasi negosiasi dan mendorong tercapainya kesepakatan. Tugas lain dari seorang mediator, antara lain sebagai berikut:115

1). Pendengar Aktif, dan harus mempunyai kemampuan-kemampuan:a). Komunikasi Verbal dan Non-Verbalb). Reframingc). Empatid). Membuat Catatan,e). Menyiapkan Rangkumanf). Menyusun Pertanyaan

2). Menulis di Papan Tulis, dengan cara:a). Menahan Diri Dalam Memberikan Solusib). Berpikir Kreatifc). Mengurangi Harapan/Membuat Tidak Percaya Dirid). Menyusun Dokumen Kesepakatane). Toleransi Terhadap Emosif). Tidak Memberikan PenilaianSalah satu peran yang harus dilakukan oleh mediator adalah mengarahkan

proses dan meningkatkan kualitas negosiasi pihak-pihak yang bersengketa sebelum pertemuan mediasi, pada saat pertemuan mediasi ataupun pada saat pertemuan terpisah. Perencanaan dan persiapan untuk bernegosiasi dalam mediasi. Peran mediator harus ditunjukkan dalam hal-hal sebagai berikut: 116

1). Tidak terlalu cepat bereaksi terhadap angka, detil permasalahan atau syarat pra-kondisi yang sulit ditarik kembali.

2). Mengarahkan para pihak untuk tidak membahas masalah yang paling sulit terlebih dahulu atau terlalu lama membahas suatu masalah dan tidak pindah ke masalah lainnya. Mendorong kreatifitas dan fleksibilitas dalam pemecahan masalah dan mencegah pihak yang bertikai terlalu kaku, berpikiran sempit dan tidak realistis.

3). Mencegah adanya perubahan tawaran pada saat akhir kesepakatan.

114 Syahrizal Abbas. Mediasi; Dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional. Jakarta; Kencana. 2011. Ed 1. Cet 2. Hlm 76.

115 Modul Pelatihan Mediasi 40- jam Pusat Mediasi Nasional, Loccit, tanpa halaman. Syahrizal Abbas, Loccit Fatahillah A. Syukur, Loccit. Laboratorium Hukum-FH Universitas Tarumanegara, Loccit.

116 Syahrizal Abbas, Opcit, hlm. 77-82.

Page 81: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

72 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

4). Menjaga agar para pihak tidak kehilangan muka dalam proses negosiasi.5). Mengalihkan negosiasi dari positional menjadi interest based.

Mediasi sendiri merupakan suatu proses kerjasama dengan pihak ketiga untuk menyelesaikan konflik, sehingga tercipta suatu kedamaian. Pihak ketiga yang disebut mediator dengan demikian berfungsi sebagai penengah, berposisi sebagai pihak yang netral yang tidak berpihak pada salah satu dari pihak yang bersengketa. Seorang mediator juga akan terlihat aktif dalam mencoba menemukan jalan keluar yang dirumuskan bersama-sama. Peran seorang mediator tidak lain adalah untuk membangun kembali komunikasi yang baik diantara para pihak. Memang mediasi tidak selamnya berjalan damai dan lancar, dan tidak secara instan dapat menyelesaikan konflik.117 Selain itu peran mediator antara lain, sebagai berikut:a. Seorang mediator (penengah) dalam menyelesaikan suatu sengketa, menemui

para pihak atau wakilnya;b. Mengadakan pengaturan suatu penyelesaian sengketa yang nantinya dapat

diterima oleh para pihak. c. Dalam peranannya, seorang mediator tidak mempunyai wewenang untuk

membuat keputusan yang mengikat terhadap para pihak;d. Peranannya adalah membantu menganalisis masalah-masalah yang ada dan

mencari suatu formula kompromi bagi penyelesaian suatu sengketa. Selanjutnya Mediator juga memiliki beberapa fungsi, diantaramya; Sebagai

“Katalisator” maksudnya mampu mendorong lahirnya suasana yang mednukung agar tercipta suatu komuniaskai diantara pihak-pihak. Sebagai “Pendidik” mediator memahami kehendak dari kendala dari para pihak. Sebagai “Penerjemah” mediator berusaha menyampaikan maksud dari kedua belah pihak dengan bahasa yang dikemas dengan sedemikian rupa agar tidak membuat pihak-pihak salah memahami satu sama lain. Sebagai “Nara Sumber” mampu mendayagunakan sumber-sumber informasi yang tersedia. Sebagai “Penyandang Berita Jelek” mediator harus mampu menyadari bahwa para pihak dalam proses perundingan dapat bersikap emosional, maka mediator harus siap menerima perkataan yang mungkin bisa dikatakan kasar oleh para pihak. Sebagai “Agen Realitas” mediator siap menjadi pihak yang dipersalahkan apabila para pihak tidak merasa puas dengan hasil mediasi.118

117 M. Mukhsin Jamil. Mediasi Dan Resolusi Konflik. Semarang; Walisongo Mediatin Centre (Wmc). 2007. Hlm 98-99. Sudiarto, Opcit, hlm. 41-42.

118 Takdir Rahmadi. Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat. Jakarta; Raja Wali Pers. 2010. Cet 1. Ed 1. Hlm 14. Sudiarto, Loccit.

Page 82: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 73

c. Macam-macam MediatorDalam ketentuan Pasal 6 ayat (4) Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (selanjutnya ditulis UUAPS), membedakan mediator menjadi, sebagai berikut:1). Mediator yang ditunjuk oleh para pihak secara bersama;2). Mediator yang ditunjuk oleh lembaga arbitrase atau lembaga alternative

penyelesaian sengketa yang ditunjuk para pihak. Sedangkan Moore membedakan mediator menjadi tiga golongan, sebagai

berikut:119

1). Social network mediators, yaitu mediator yang berperan dalam sebuah sengketa atas dasar adanya hubungan social antara mediator dan para pihak yang bersengketa (misala, sengketa antara teman kerja dan teman usaha).

2). Authoritative mediators, yaitu mereka-mereka mediator yang berusaha membantu pihak-pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan perbedaan-perbedaan dan memiliki posisi yang kuat, sehingga mereka memiliki potensi atau kapasitas untuk mempengaruhi hasil akhir dari sebuah proses mediasi. Selama dalam menjalankan perannya tidak boleh menggunakan peran atau kewenangannya.

3). Independent mediators, yaitu mediator yang dapat menjaga jarak antar pihak maupun terhadap persoalan yang tengah dihadapi, dan tipe mediator yang seperti ini sering diketemukan ditengah masyarakat.

d. Kode Etik MediatorKode etik berasal dari kata ‘kode’ dan ‘etik’. Kata Kode, artinya sama dengan “dokumen (tertulis) yang berisi pedoman tertentu”, sedangkan kata ‘etik’ berasal dari Etika, Etiket, Etos dan Etik. Etika (cabang filsafat) merupakan ilmu Etika (cabang filsafat) merupakan ilmu yang mencari orientasi agar hidup tidak dengan cara ikut-ikutan saja, dapat dimengerti sendiri mengapa harus bersikap begini atau begitu. Etiket sama dengan suatu tata cara (adat, sopan santun dan sebagainya) dalam masyarakat beradab dalam memelihara hubungan baik antara sesama manusianya, dan Etos artinya pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial. Sedangkan Etik berarti nilai-nilai atau norma-norma yang dijadikan pedoman untuk bertingkah laku dalam rangka kesesuaian standar dalam memberikan pelayanan profesi, guna

119 Sudiarto, Ibid, hlm. 39-40.

Page 83: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

74 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

terjaminnya keberlangsungan lembaga profesi dan anggota profesinya. Profesi merupakan Pekerjaan yang dijalankan secara berkeahlian berdasarkan penguasaan ilmu tertentu yang diperoleh dengan cara dipelajari dan pengajaran tertentu dalam suatu lembaga pendidikan yang terorganisasi secara formal, sehingga mampu menawarkan/memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat secara ilmiah dan teruji.

Kode etik adalah dokumen yang tersedia secara umum yang menyediakan pesan yang jelas terhadap mereka yang terlibat dalam mediasi dan kepada masyarakat tentang batasan etik dan profesional yang dikaitkan dengan praktek mediasi oleh mediator.120 Hal tersebut pula ditegaskan oleh David Spanser dan Michael Bogan yaitu menyebutkan bahwa kode etik atau ethical standard sebagai ramuan dari prinsip-prinsip dasar dalam praktek mediasi. Pedoman perilaku mediator yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung Republik indonesia misalnya, membahasakan prinsip-prinsip itu dalam kerangka tanggung jawab dan kewajiban mediator. Pedoman perilaku mediator yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia ditujukan kepada mediator yang menjalankan fungsi mediator sebagaimana tercantum dalam daftar di pengadilan negeri dan pengadian agama, maka diatur pula persoalan sanksi dan pengawasan oleh ketua pengadilan tingkat pertama.

Substansi kode etik yang hampir sama juga dapat ditemukan dalam kode etik mediator yang dikeluarkan oleh Pusat Mediasi Nasional (PMN). Kode etik mediator yang dikeluarkan oleh PMN mencakup sub-sub, antara lain:121

1. Ketentuan umum 6. Kesepakatan untuk mediasi

2. Ketidakberpihakan 7. Penghentian atau penundaan mediasi

3. Benturan kepentingan 8. Ketentuan-ketentuan lain

4. Kerahasiaan 9. Pelaksanaan kode etik

5. Mengenai proses 10. Ketentuan penutup

Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kode etik mediator adalah penjabaran etika mediasi yang sebenarnya berakar dari prinsip-prinsip dasar yang menyangga keberadaan mediasi sebagai APS atau Alternative Dispute Resolution (selanjutnya ditulis ADR). Kode Etik mediator memuat etika yang seharusnya dijunjung oleh mediator demi eksistensi dan keberlangsungan profesi mediasi

120 M. Mukhsin Jamil, Loccit. Modul Pelatihan Mediasi 40- jam Pusat Mediasi Nasional, Loccit, tanpa halaman. Syahrizal Abbas, Loccit Fatahillah A. Syukur, Loccit. Laboratorium Hukum-FH Universitas Tarumanegara, Loccit.

121 Sumber diolah dari: Modul Pelatihan Mediasi 40- jam Pusat Mediasi Nasional, Loccit,

Page 84: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 75

sebagai ADR. Sehingga substansi kode etik disebut pula sebagai pertimbangan etik bagi mediator-mediator atau kewajiban etik mediator.122

Keberlakuan Kode etik hanya untuk Mediator yang terdaftar pada Pusat Mediasi Nasional, mempunyai tujuan-tujuan:1). Menyediakan prinsip panduan bagi keseragaman/standar perilaku mediator2). Untuk mempromosikan kepercayaan bahwa mediasi sebagai proses

penyelesaian sengketa yang dapat dipertanggungjawabkan3). Untuk memberikan perlindungan pada mediator dan para pihak4). Untuk menguji/memeriksa kesesuaian pemberian pelayanan profesional

mediator.Dalam penerapan Kode Etik, dilakukan pengawasan atas pelaksanaan

Kode Etik Mediator tersebut oleh Majelis Kehormatan Pusat Mediasi Nasional. Sedangkan sanksi-sanksi atas pelanggaran Kode Etik Mediator tersebut dapat dikenakan hukuman berupa teguran, peringatan, pemberhentian sementara untuk waktu tertentu, pemberhentian secara permanen dari keanggotaan Mediator PMN. Ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai Mediator, antara lain:123

1. Independent/Impartial (Bab II Pasal 3-6 Kode Etik PMN Jo. Pasal 3 ayat (1) Pedoman Perilaku Mediator MA);

2. Benturan Kepentingan (No Conflict of Interest (Bab III Pasal 7-9 Kode Etik PMN Jo. Pasal 6 Pedoman Perilaku Mediator MA);

3. Confidential (Bab IV Pasal 10-13 Kode Etik PMN Jo Pasal 5 Pedoman Peilaku Mediator MA);

4. Mediator Non Hakim dapat melakukan mediasi dan Kaukus (Separate Meeting) tergantung kebutuhan Para Pihak dengan biaya dibebankan kepada Para Pihak. (Pasal 15 ayat (3) Perma No. 1 Tahun 2008).

5. Mediator wajib menentukan aturan dasar dalam pelaksanaan mediasi (tidak ada kekerasan/penistaan/ancaman/paksaan, bicara bergiliran, saling menghormati, jadwal mediasi), (Pasal 4 Pedoman Perilaku Mediator MA).

6. Jika mediasi gagal mencapai kesepakatan (baik kesepakatan perdamaian atau kesepakatan dalam mediasi/kesepahaman awal), maka pernyataan dan pengakuan Para Pihak tidak dapat dijadikan bukti (Pasal 19 ayat (1) Perma No. 1 Tahun 2008).

7. Mediator tidak boleh menjadi saksi dalam proses sidang perkara yang dimediasikannya dan terbebas dari segala pertanggungjawaban baik pidana

122 Ahwan Fanani. Pengantar Mediasi (Fasilitas) Prinsip Metode, Teknik. Semarang; Walisongo Pers. 2012. Hlm 64-65.123 Modul Pelatihan Mediasi 40- jam Pusat Mediasi Nasional, Loccit.

Page 85: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

76 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

maupun perdata atas isi Kesepakatan Perdamaian hasil proses mediasi (Pasal 19 ayat (3) dan (4) Perma No. 1 Tahun 2008);

8. Dalam proses mediasi, Mediator berkewajiban untuk mendorong Para Pihak untuk menelusuri dan menggali kepentingan Para Pihak dan mencari berbagai pilihan penyelesaian perkara yang terbaik bagi Para Pihak. Mediator dengan kata lain wajib berusaha mendamaikan dan saling menghormati (Pasal 16 Kode Etik Jo. Pasal 15 ayat (4) Perma No. 1 Tahun 2008).

3. Bentuk-bentuk Lembaga Mediasi di Indonesia

a. Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Melalui Mediasi Menurut Hukum Positif1). Melalui Mediasi Perbankan Bank Indonesia sebagai pengawas, pengatur dan pembina bank, memiliki

legitimasi untuk mengatur mengenai mediasi perbankan secara khusus melalui Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/1/PBI/2008 Tentang Mediasi Perbankan (selanjutnya ditulis PBI Mediasi Perbankan) yang merupakan Perubahan Atas PBI No. 8/5/PBI/2006 Tentang Mediasi Perbankan. Mediasi Perbankan dibutuhkan untuk meminimalisir kemungkinan timbulnya sengketa antara nasabah dengan bank dan mempengaruhi tingkat kepercayaan (trust) masyarakat pada jasa perbankan serta membahayakan tingkat perekonomian suatu negara. Mediasi Perbankan tidak hanya menguntungkan nasabah sehingga dapat berperkara dengan sederhana, murah dan cepat, namun juga melindungi bank dari risiko reputasi.

Timbulnya sengketa antara nasabah dengan bank salah satunya disebabkan atau berawal adanya pengaduan nasabah. Pengaduan adalah ungkapan ketidakpuasan Nasabah yang disebabkan oleh adanya potensi kerugian finansial pada Nasabah yang diduga karena kesalahan atau kelalaian Bank. Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa Bank, termasuk pihak yang tidak memiliki rekening namun memanfaatkan jasa Bank untuk melakukan transaksi keuangan (walk-incustomer). Penyelesaian pengaduan nasabah oleh bank sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005 Tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/10/PBI/2008 tidak selalu dapat memuaskan

Page 86: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 77

nasabah. Ketidakpuasan tersebut dapat diakibatkan oleh tuntutan nasabah yang tidak dipenuhi bank, baik seluruhnya maupun sebagian. Ketidakpuasan tersebut berpotensi menimbulkan sengketa antara nasabah dan bank, yang apabila berlarut-larut dan tidak segera ditangani, dapat memengaruhi reputasi bank, mengurangi kepercayaan masyarakat pada lembaga perbankan, dan merugikan hak-hak nasabah.

Dasar Hukum tersebut diatur dalam PBI. No. 7/7/PBI/2005 Tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah Juncto. PBI Nomor 10/10/PBI/2008 Tentang Perubahan Atas PBI No. 7/7/PBI/2005 Tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah. Ketentuan lembaga Penyelesaian Pengaduan Nasabah, mengatur hal-hal sebagai berikut:i. Bank wajib menyelesaikan setiap Pengaduan yang diajukan Nasabah

dan atau Perwakilan Nasabah terkait dengan permasalahan yang muncul akibat kelalaian bank dalam transaksi keuangan.

ii. Transaksi Keuangan adalah pemanfaatan produk dan atau jasa perbankan maupun produk dan atau jasa lembaga keuangan lain dan atau pihak ketiga lainnya yang ditawarkan melalui Bank.

iii. Kewajiban Bank untuk menyelesaikan Pengaduan mencakup kewajiban menyelesaikan Pengaduan yang diajukan secara lisan dan atau tertulis oleh Nasabah dan atau Perwakilan Nasabah, termasuk yang diajukan oleh suatu lembaga, badan hukum, dan atau bank lain yang menjadi Nasabah Bank tersebut.

iv. Pada prinsipnya, Bank tidak diperkenankan menolak setiap pengaduan yang diajukan secara lisan maupun tertulis. Untuk pengaduan lisan, bank wajib menyelesaikannya dalam waktu 2 hari kerja.

v. Untuk pengaduan tertulis wajib diselesaikan dalam waktu 20 hari kerja dan dapat diperpanjang hingga 20 hari kerja berikutnya apabila terdapat kondisi-kondisi tertentu.

Mediasi sebagai suatu proses penyelesaian sengketa yang melibatkan mediator untuk membantu para pihak yang bersengketa guna mencapai penyelesaian dalam bentuk kesepakatan sukarela terhadap sebagian atau seluruh permasalahan yang disengketakan (Angka 5 PBI No. 8/5/PBI/2006 Jo. 10/1/PBI/2008 Tentang Mediasi Perbankan). Berdasarkan pengertian tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa:124

124 Felix Oentoeng Soebagjo, Loccit.

Page 87: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

78 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

a) Seorang mediator tidak dalam posisi (tidak mempunyai kewenangan) untuk memutus sengketa para pihak, tidak sebagaimana halnya seorang hakim atau arbiter.

b) Tugas dan kewenangan mediator hanya membantu dan memfasilitasi pihak-pihak yang bersengketa, untuk mencapai suatu keadaan mengadakan kesepakatan tentang hal-hal yang disengketakan.“

c) Mediasi adalah Non-Coercive. Hal tersebut berarti bahwa tidak ada suatu sengketa (yang diselesaikan

melalui jalur mediasi) akan dapat diselesaikan, kecuali hal tersebut disepakati/disetujui bersama oleh pihak-pihak yang bersengketa.

Fungsi mediasi perbankan tersebut, untuk mengkaji ulang sengketa yang terjadi secara mendasar dalam rangka memperoleh kesepakatan. Mediasi perbankan dilaksanakan dalam hal terjadi sengketa antara nasabah dengan bank yang disebabkan tidak dipenuhinya tuntutan finansial nasabah oleh bank, dalam penyelesaian pengaduan nasabah. Karakteristik dari mediasi perbankan, yaitu bahwa mediasi perbankan:125

a. Voluntary atau bersifat sukarela, yakni keputusan untuk bermediasi diserahkan kepada kesepakatan para pihak, sehingga dapat dicapai suatu putusan yang benar-benar merupakan kehendak dari para pihak.

b. Informal/fleksibel, yakni tidak seperti dalam proses litigasi, proses mediasi sangat fleksibel, kalau perlu para pihak dengan bantuan mediator dapat mendesain/menyusun sendiri prosedur mediasi.

c. Interest Based, yakni dalam mediasi tidak dicari benar atau salah, tetapi lebih untuk menjaga kepentingan-kepentingan masing-masing pihak.

d. Future Looking, yakni karena bertujuan lebih menjaga kepentingan masing-masing pihak, mediasi lebih menekankan untuk menjaga hubungan para pihak yang bersengketa ke depan, tidak berorientasi ke masa lalu.

e. Parties Oriented, yakni bahwa dalam prosedur yang informal, maka para pihak yang berkepentingan dapat secara aktif mengontrol proses mediasi dan pengambilan penyelesaian tanpa terlalu bergantung kepada pengacara.

125 Emmi Yuhasarie, sebagaimana dikutip dalam prosiding Lokakarya Mediasi dan Court Annexed Mediation, Mahkamah Agung RI dan Pusat Pengkajian Hukum, Jakarta, 2004.hlm.XXI.

Page 88: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 79

f. Parties Control, yakni bahwa penyelesaian sengketa melalui mediasi merupakan keputusan dari masing-masing pihak. Mediator tidak dapat memaksakan untuk tercapainya kesepakatan.

Penyelenggaraan mediasi perbankan sebenarnya diamanatkan oleh Bank Indonesia untuk dibentuk secara independen pada setiap bank selambat-lambatnya pada 31 Desember 2007 berdasarkan Pasal 3 PBI No.8/5/PBI/2006, kemudian dengan dikeluarkannya perubahannya berupa PBI No.10/1/PBI/2008 tentang Mediasi Perbankan dijelaskan bahwa jangka waktu pembentukan lembaga mediasi perbankan independen yang semula selambat-lambatnya 31 Desember 2007 tersebut dihapus dan tidak ditentukan sampai kapan lembaga mediasi perbankan independen tersebut harus dibentuk. Hal tersebut dikarenakan masih banyaknya urusan yang harus diselesaikan suatu bank terkait stabilitas permodalan serta dalam menghadapi keadaan perokonomian yang sempat mengkhawatirkan pasca resesi perekonomian global. Lembaga mediasi perbankan independen, dalam pelaksanaannya nanti, apabila telah terbentuk, tetap melakukan koordinasi dengan Bank Indonesia. Dalam PBI Mediasi Perbankan juga dikatakan bahwa selama lembaga mediasi perbankan independen belum terbentuk, fungsi mediasi perbankan dilaksanakan oleh Bank Indonesia.

Penyelesaian sengketa yang diselesaikan melalui mediasi perbankan berdasarkan Pasal 6 ayat (1) PBI tentang Mediasi Perbankan bahwa mediasi perbankan dilaksanakan untuk setiap sengketa yang memiliki nilai tuntutan finansial paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Cakupan nilai tuntutan finansial meliputi nilai kerugian materiil dan atau biaya-biaya yang telah dikeluarkan nasabah dalam rangka menyelesaikan sengketa melebihi dari Rp. 500.000.000,00, maka lembaga mediasi perbankan tidak memiliki kewenangan dalam menyelesaikan sengketa tersebut. Pembentukan mediasi perbankan tersebut dikhususkan bagi nasabah mikro kecil menengah agar mereka tidak mengalami kerugian yang lebih besar apabila harus mengajukan sengketa melalui pengadilan. Bahkan Pasal 6 ayat (2) menyatakan bahwa nasabah tidak dapat mengajukan tuntutan finansial yang diakibatkan oleh kerugian immateriil, termasuk dalam kerugian immateriil dikarenakan pencemaran nama baik dan perbuatan tidak menyenangkan.

Perkembangan mediasi perbankan selanjutnya, setelah dikeluarkannya ketentuan mengenai Otoritas Jasa Keuangan yakni Undang Undang Nomor

Page 89: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

80 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya ditulis UUOJK) dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK 07/2014 Tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Di Sektor Jasa Keuangan (selanjutnya ditulis POJK). Dengan beralihnya fungsi, tugas dan wewenang pengawasan perbankan dari Bank Indonesia kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK), berdasarkan UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, maka fungsi mediasi perbankan oleh Bank Indonesia dialihkan ke Otoritas Jasa Keuangan. Berkaitan dengan hal ini, OJK mengeluarkan Peraturan Nomor 1/POJK.07/2014 tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di Sektor Keuangan. POJK ini mengatur mekanisme penyelesaian sengketa antara lembaga jasa keuangan, termasuk perbankan dengan konsumen, baik oleh internal lembaga jasa keuangan (internal dispute resolution), maupun lembaga alternatif penyelesaian sengketa di luar lembaga jasa keuangan (external dispute resolution). Dengan ini, diharapkan terciptanya lembaga jasa keuangan yang tumbuh secara mantap dan berkesinambungan, serta tercapainya perlindungan konsumen.

2). Melalui Mediasi Pengadilan (Litigasi) Penggunaan prosedur mediasi melalui pengadilan (litigasi) wajib dalam

hal ini dimungkinkan karena hukum acara perdata yang berlaku di Indonesia, yakni Hierziening Indiche Reglement (selanjutnya ditulis HIR dan RBG) menentukan bahwa hakim diwajibkan untuk terlebih dahulu mengupayakan proses perdamaian. Dengan demikian, penggunaan mediasi yang bersifat wajib dalam kaitannya dengan proses peradilan perdata di Indonesia. Selain itu memiliki dasar hukum yang kuat pada tingkat undang-undang, sehingga tidak menimbulkan persoalan dari aspek hukum126. Di Indonesia mediasi bersifat wajib sampai saat ini, diberlakukan untuk sengketa-sengketa perdata yang telah diajukan ke Pengadilan Negeri. Mediasi melalui Pengadilan (Litigasi) didasarkan pada Peraturan Mahkamah Agung RI No.1 Tahun 2008 Juncto Peraturan Mahkamah Agung RI No.2 Tahun 2003 (selanjutnya ditulis PERMA 02/03 Jo. 01/08) Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Berlakunya PERMA 02/03 Jo. 01/08, menjadikan mediasi sebagai bagian dari proses beracara pada pengadilan, dan menjadi bagian integral dalam penyelesaian sengketa di pengadilan.

126 Takdir Rachmadi, Mediasi Perbankan, makalah disampaikan pada Diskusi Terbatas Mediasi Perbankan, diselenggarakan oleh Bank Indonesia dan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara bekerjasama Universitas Andalas, Bumi Minang, Padang, Selasa, 3 April 2007, hlm. 4

Page 90: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 81

Mediasi pada pengadilan (litigasi) menguatkan upaya damai sebagaimana yang tertuang dalam hukum acara Pasal 130 HIR atau Pasal 154 R.Bg. Hal tersebut ditegaskan dalam Pasal 2 PERMA 02/03 Jo. 01/08, menyatakan bahwa semua perkara perdata yang diajukan kepada pengadilan tingkat pertama harus terlebih dahulu di selesaikan dengan upaya damai. Pada sidang pertama atau sebelum mediasi dilakukan, hakim wajib memberikan penjelasan kepada para pihak mengenai prosedur dan biaya mediasi. Kemudian para pihak dapat memilih mediator yang telah disediakan oleh pengadilan, ataupun dapat menunjuk mediator dari luar pengadilan. Para pihak apabila memberi kuasa kepada kuasa hukumnya, maka kuasa hukumnya yang akan melakukan mediasi, selanjutnya kuasa hukum akan bertindak untuk dan atas nama para pihak.

Prosedur mediasi di pengadilan yang telah disempurnakan dalam Peraturan Mahkamah Agung RI No.1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan (Selanjutnya ditulis PERMA 1/08). Penyempurnaan tersebut dilakukan karena Perma Nomor 2 Tahun 2003 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan mengalami masalah, sehingga penerapannya tidak efektif dalam pengadilan. PERMA Nomor 1 Tahun 2008 dikeluarkan untuk mempercepat, mempermurah dan mempermudah penyelesaian sengketa serta memberikan akses yang lebih besar kepada pencari keadilan. PERMA 1/08 tersebut dikeluarkan, dimaksudkan untuk memberikan kepastian, ketertiban, kelancaran dalam proses mendamaikan para pihak. PERMA 1/2008 mencoba memberikan pengaturan yang lebih komprehensif, lebih lengkap, lebih detail sehubungan dengan proses mediasi di pengadilan. Para pihak yang berperkara diarahkan untuk menempuh proses perdamaian secara detail, dan pemberian sebuah konsekuensi bagi pelanggaran terhadap tata cara yang harus dilakukan, yaitu sanksi putusan batal demi hukum atas sebuah putusan hakim yang tidak mengikuti atau mengabaikan PERMA 1/2008 tersebut.

Dalam PERMA 1/2008, peran mediator menurut Pasal 5 menegaskan, ada kewajiban bagi setiap orang yang menjalankan fungsi mediator untuk memiliki sertifikat, ini menunjukan keseriusan penyelesai sengketa melalui mediasi secara profesional. Mediator harus merupakan orang yang kualified dan memiliki integritas tinggi, sehingga diharapkan mampu memberikan keadilan dalam proses mediasi. Namun mengingat bahwa PERMA 1/2008 mewajibkan dan menentukan sanksi (Pasal 2), maka

Page 91: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

82 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

perlu dipertimbangkan ketersedian dari Sumber Daya Manusianya untuk dapat menjalankan mediasi dengan baik. Tuntutan masyarakat pentingnya mediasi dalam proses penyelesaian perkara lebih tinggi dan kemudian pengadilan harus memfasilitasinya. Akan tetapi, saat ini masyarakat belum menunjukkan adanya kebutuhan mendesak perlunya mediasi, dan tidak paham arti dari mediasi, sehingga PERMA 1/2008 mendobrak semua keadaan tersebut.

Mediasi PERMA 1/2008 merupakan salah satu proses penyelesaian sengketa yang lebih cepat, murah, dan juga dapat memberikan akses keadilan yang lebih besar kepada pihak-pihak dalam menemukan jalan penyelesaian sengketa yang memuaskan dan memberikan rasa keadilan. Pengintegrasian mediasi kedalam proses beracara di pengadilan dapat menjadi salah satu instrumen yang cukup efektif dalam mengatasi masalah penumpukan perkara di pengadilan dan juga memperkuat dan memaksimalkan fungsi lembaga non-peradilan untuk penyelesaian sengketa di samping proses acara pengadilan yang besifat ajudikatif (memutus). Selain dalam proses mediasi ini harus dituangkan dalam berita acara persidangan, hakim diwajibkan pula untuk menyatakan didalam putusannya bahwa upaya mediasi sudah diusahakan namun tidak berhasil beserta dengan nama hakim yang melakukan mediasi tersebut (dalam hal upaya mediasi gagal ditempuh) (Pasal 2 ayat (4) PERMA 1/2008).

Kelalaian hakim untuk melaksanakan mediasi berdasarkan ketentuan Pasal 130 HIR dan Pasal 154 HIR mengakibatkan putusan pengadilan ‘batal demi hukum’. Ketentuan Pasal 130 HIR dan Pasal 154 RBg., dinyatakan sebagai berikut:Pasal 130 HIR

1) Jika pada hari yang ditentukan itu, kedua belah Pihak datang, maka pengadilan negeri dengan pertolongan ketua mencoba akan memperdamaikan mereka.

2) Jika perdamaian yang demikian itu dapat dicapai, maka pada waktu bersidang, diperbuat sebuah surat (akta) tentang itu, dalam mana kedua belah Pihak dihukum akan menepati perjanjian yang diperbuat itu, surat mana akan berkekuatan hukum dijalankan sebagai putusan ang biasa.

3) Keputusan yang sedemikian tidak diizinkan dibanding.

Page 92: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 83

4) Jika pada waktu mencoba akan memperdamaikan kedua belah fihak, perlu dipakai seorang jurubahasa, maka peraturan pasal yang berikut dituruti untuk itu.

Pasal 154 Rbg1) Bila pada hari yang telah ditentukan para pihak datang menghadap,

maka pengadilan negeri dengan perantaraan ketua berusaha mendamaikannya.

2) Bila dapat dicapai perdamaian, maka di dalam sidang itu juga dibuatkan suatu akta dan para pihak dihukum untuk menaati perjanjian yang telah dibuat, dan akta itu mempunyai kekuatan serta dilaksanakan seperti suatu surat keputusan biasa.

3) Terhadap suatu keputusan tetap semacam itu tidak dapat diajukan banding.

Pasal 2 menjelaskan tentang ruang lingkup dan kekuatan berlaku PERMA 1/08 hanya berlaku untuk mediasi yang terkait proses berperkara di pengadilan. Pada Pasal 3 dijelaskan tentang biaya pemanggilan para pihak yang dibebankan kepada pihak penggugat, dan jika berhasil mencapai kesepakatan biaya ditanggung bersama atau dengan kesepakatan para pihak. Pasal 4 menjelaskan jenis perkara yang dimediasi adalah semua perkara perdata kecuali sengketa melalui prosedur pengadilan niaga, pengadilan hubungan industrial, keberatan atas putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen, dan keberatan atas putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Pasal 5 tentang Sertifikasi Mediator dimana mediator harus memiliki sertifikat mediator setelah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga yang telah mendapat akreditasi dari Mahkamah Agung. Pada Pasal 6 menjelaskan proses mediasi adalah tertutup kecuali kehendak para pihak sendiri.

Pada Pasal 9 PERMA 1/08 menyatakan bahwa pengadilan menyediakan sekurang-kurangnya 5 daftar nama mediator ke para pihak yang bersengketa dan Pasal 10 menjelaskan mengenai honorarium mediator dimana jika mediator hakim tidak dipungut biaya namun mediator bukan hakim ditanggung bersama atau kesepakatan para pihak. Pasal 12 menjelaskan bahwa para pihak

Page 93: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

84 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

wajib menjalani proses mediasi dengan itikad baik. Sedangkan Pasal 14 dijelaskan tentang kewenangan mediator menyatakan suatu proses mediasi telah gagal salah satunya apabila salah satu pihak atau kuasa hukumnya tidak menghadiri mediasi dua kali berturut-turut dan pada Pasal 16 dijelaskan bahwa dalam keadaan tertentu, mediator dapat memanggil seorang atau lebih yang lebih ahli dalam suatu bidang tertentu.

Selanjutnya Ketua Pengadilan menyediakan daftar mediator sekurang-kurangnya 5 (lima) nama mediator bersertifikat, terdiri dari mediator Hakim dan mediator non Hakim (Pasal 9 ayat (1)). Ketua Pengadilan setiap tahun mengevaluasi dan memperbaharui daftar mediator (Pasal 9 ayat (6). Sedangkan pilihan mediator diberikan hak para pihak berhak memilih mediator di antara pilihan-pilihan yaitu: (a) Hakim bukan pemeriksa perkara pada pengadilan yang

bersangkutan; (b) Advokat atau akademisi hukum; (c) Profesi bukan hukum yang dianggap para pihak menguasai atau

berpengalaman dalam pokok sengketa; (d) Hakim majelis pemeriksa perkara. Setiap mediator harus

mendapatkan sertifikasi dari lembaga yang telah ditunjuk dan diakreditasi oleh Mahkamah Agung (MA) setelah mengikuti pelatihan oleh lembaga tersebut. Kecuali diatur dalam Pasal 11 ayat (6), yang berbunyi sebagai berikut:

“Jika pada pengadilan yang sama tidak terdapat hakim bukan pemeriksa perkara yang bersertifikat, maka hakim pemeriksa pokok perkara dengan atau tanpa sertifikat yang ditunjuk oleh ketua majelis hakim wajib menjalankan fungsi mediator.”

3). Melalui Mediasi Di Luar Pengadilan (Non Litigasi) Penjelasan Pasal 55 Ayat (2) huruf a, huruf b dan huruf c UU Perbankan

Syariah yang menentukan bahwa yang dimaksud dengan penyelesaian sengketa sesuai dengan akad adalah upaya musyawarah, mediasi perbankan, melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional. Landasan yuridis bagi penyelenggaraan mediasi diluar pengadilan diatur dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Peraturan Pemerintah Nomor 54

Page 94: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 85

Tahun 2000 Tentang Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan (selanjutnya ditulis UU AAPS dan PP). Undang-undang tersebut menegaskan bahwa penyelesaian sengketa di luar pengadilan (non litigasi) dengan menempuh cara arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa, dan mengatur tentang luas lembaga penyedia jasa pelayanan penyelesaian sengketa lingkungan hidup diluar pengadilan (non Litigasi). Penyelesaian sengketa perbankan syariah melalui jalur non litigasi dikenal dengan Alternatif Dispute Resolution.127 Penyelesaian sengketa melalui mekanisme non litigasi diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau lebih dikenal dengan non litigasi dapat menghasilkan kesepakatan win-win solution, dijamin kerahasiaan sengketa para pihak, serta cepat dalam penyelesaiannya.128 Penyelesaian sengketa di luar pengadilan ini sering disebut sebagai alternative dispute resolution atau alternatif penyelesaian sengketa. Pasal 1 Angka (10) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase (selanjutnya disebut UU Arbitrase) menyebutkan bahwa: “Alternatif penyelesaian sengketa adalah lembaga penyelesaian

sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.”

Alternatif Penyelesaian Sengketa (selanjutnya ditulis APS) lebih dikenal dengan istilah “Alternative Dispute Resolution” yang disingkat ADR. Berbagai istilah dalam Bahasa Indonesia telah diperkenalkan dalam berbagai forum oleh berbagai pihak. ADR bila dialih bahasa yang tepat menjadi padanan: 1. Pilihan Penyelesaian Sengketa (PPS); 2. Mekanisme Alternatif Penyelesaian Sengketa (MAPS); 3. Pilihan penyelesaian sengketa di Luar Pengadilan; 4. Mekanisme penyelesaian sengketa secara kooperatif. Beberapa ahli memberikan memberikan pengertian ADR, di antaranya: Altschul yang mengartikan sebagai: “A trial of a case before a private tribunal agreed to by the parties so as to save legal costs, avoid publicity,

127 Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2009, hlm. 214.128 Rachmadi Usman, Loc. Cit. Suyud Margono, “ADR Dan Arbitrase”, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2000, hlm.36. Lihat buku Joni

Emirzon, “Alternatif Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001, hlm. 37.

Page 95: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

86 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

and avoid lengthy trial delays”. Blacks Law Dictionary, menjelaskan ADR sebagai:

“Term refers to procedures setting dispute by means other than litigation; e.g. by arbitration, mediation, minitrial. Such procedures, which are usually less costly and more expeditious, are increasingly being used in commercial and labor dispute, divorcee action, inresolving motor vehicle and medical malpractice tort claims, and in otherdisoutes that would likely otherwise involve court litigation”

Alternatif penyelesaian sengketa dapat dilakukan, salah satunya dengan cara Mediasi yaitu proses penyelesaian sengketa dengan perantara pihak ketiga, yakni pihak yang memberi masukan-masukan kepada para pihak untuk menyelesaikan sengketa. Pada proses mediasi, tidak terdapat kewajiban dari masing-masing pihak untuk menaati apa yang disarankan oleh mediator.129 Proses mediasi merupakan suatu proses kegiatan sebagai kelanjutan dari gagalnya negosiasi yang dilakukan oleh para pihak menurut ketentuan Pasal 6 ayat (2) UU Arbitrase yang berbunyi: “Penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui alternatif

penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselesaikan dalam pertemuan langsung oleh para pihak dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari dan hasilnya dituangkan dalam suatu kesepakatan tertulis.”

Proses pelaksanaan mediasi diluar pengadilan dalam UU AAPS, diatur dalam Pasal 20 sampai Pasal 24. Sedangkan proses pelaksanaan mediasi dalam ketentuan Pasal 20 PP 54 Tahun 2000, dimulai dengan pemilihan atau penunjukan mediator oleh para pihak pada lembaga penyedia jasa. Atas dasar penunjukan, maka mediator secepat mungkin melakukan mediasi untuk menyelesaikan sengketa secara damai. Setelah proses mediasi tercapai, maka kesepakatan tersebut dijadikan dalam bentuk perjanjian tertulis di atas kertas bermaterai dan di tanda tangani oleh para pihak dan mediator. Dalam jangka waktu 30 hari setelah penanda

129 Jimmy Joses Sembiring, Cara Menyelesaikan Sengketa di Luar Pengadilan: Negosiasi, Mediasi, Konsiliasi & Arbitrase, Transmedia Pustaka, Jakarta, 2011, hlm. 28. Henry Campbell,”, “Blacks Law Dictionary West Publishing Co.,1991, hlm.51

Page 96: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 87

tanganan kesepakatan, lembaran perjanjian tersebut tersebut diserahkan dan di daftarkan kepada panitera pengadilan negeri.

Penyelesaian sengketa kegiatan di bidang bisnis (misal: perbankan syariah), Adi Sulistiyono mengungkapkan bahwa (2007: 347),“Bagi masyarakat bisnis, efisiensi, efektivitas, masalah kesinambungan hubungan, unsur percaya dan usaha membangun citra merupakan bagian dari beberapa faktor utama yang senantiasa yang dipertimbangkan ketika melakukan investasi atau menjalin, membangun hubungan bisnis. Oleh karena itu, bila terjadi suatu sengketa, mereka biasanya cenderung lebih senang menempuh jalur musyawarah (non litigasi) sehingga diharapkan hubungan mereka tidak terputus. Selain itu juga bagi masyarakat bisnis berhadapan dengan urusan pengadilan yang formal-rasional dan birokratis merupakan suatu urusan yang tak disukai. Salah satu ciri khas masyarakat ini adalah menyelesaikan sesuatu urusan secepat mungkin sehingga tidak mengganggu aktivitas bisnisnya, dengan demikian mereka lebih cenderung menempuh suatu cara yang anti formalitas”.

Badan Arbitrase Syariah Nasional (selanjutnya ditulis Basyarnas) sebagai lembaga penyelesaian sengketa perbankan syariah di luar Pengadilan. Upaya penyelesaian sengketa perbankan syariah di Basyarnas merupakan upaya penyelesaian sengketa melalui proses non litigasi yang paling dihindari untuk dilakukan oleh bank syariah. Upaya tersebut baru dilakukan apabila upaya-upaya lainnya seperti musyawarah dan mediasi perbankan telah ditempuh dan menemui jalan buntu. Arbitrase merupakan cara penyelesaian sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa (UU No. 30 Tahun 1999), sedangkan perjanjian Arbitrase yaitu suatu kesepakatan berupa klausula arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah terjadi sengketa.

Tujuan dari diberlakukan Basyarnas sebagi forum arbitase yang ditujukan untuk menyelesaikan sengketa di bidang ekonomi syariah adalah:130

130 Mustaghfirin, Penyelesaian Sengketa Perdata Melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional, 2011, http://mustaghfirin.blog.unissula.ac.id/2011/10/09/penyelesaian-sengketa-perdata-melalui-basyarnas-badan-arbitrase-syariah-nasional/ diunduh [11/09/2015]

Page 97: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

88 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

1. Menyelesaiakan perselisihan atau sengketa-sengketa keperdataan dengan prinsip mengutamakan perdamaian/Islah.

2. Memberikan penyelesaian secara adil dan tepat dalam sengketa mu’amalah /perdata yang timbul dalam bidang perdagangan, industri, jasa dan lain-lain.

3. Atas permintaan pihak-pihak dalam suatu perjanjian, dapat memberikan suatu pendapat yang mengikat mengenai suatu persolan berkenaan dengan perjanjian tersebut.

4. Menyelesaikan sengketa perdata diantara bank-bank atau lembaga keuangan dengan nasabah/mitra kerjanya yang menjadikan syariah Islam sebagai dasarnya.

Kewenangan BASYARNAS mengadili sengketa ekonomi syariah diberikan melalui perjanjian yang disepakati oleh para pihak di mana perjanjian tersebut memuat klausa arbitrase.131 Prosedur penyelesaian sengketa melalui BASYARNAS didasari oleh Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian sengketa (UUAPS). Ketentuan-ketentuan tersebut diantaranya, yaitu:132

1. Pemeriksaan sengketa harus diajukan secara tertulis, namun demikian dapat secara lisan apabila disetuji para pihak yang dianggap perlu oleh majelis arbiter.

2. Majelis Arbiter terlebih dahulu mengusahakan perdamaian antara pihak yang bersengketa.

3. Pemeriksaan atas sengketa harus diselesaiakan dalam waktu paling lama 180 hari sejak majelis arbiter terbentu, akan tetapi dapat diperpanjang apabila diperlukan dan disetuji para pihak

4. Purusan arbitrase harus memuat kepala putusan yang berbunyi: demi keadilan berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa” nama sengketa, uraian sengketa, pendirian cara pihak, nama lengkapa dan alamat para anggota majelis arbiter. Putusan arbiter juga harus memuat mengenai keseluruhan sengketa, pendapat masing-masing Arbiter dalam hal terdapat perbedaan pendapar dalam Majelis Arbitrase, amar putusan, tempat dan tanggal putusana dan tanda tangan para majelis arbiter

131 Ibid, hlm. 51.132 Cik Basir, Penyelesaian Perbankan Syariah di Pengadilan agama dan mahkamah syariah, Kencana, Jakarta, 2009, hlm.,

109.

Page 98: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 89

5. Dalam putusan ditetapkan suatu jangka waktu putusan tersebut harus dilaksanakan.

6. Apabila pemeriksaan sengketa telah selesai, pemeriksaan harus ditutup dan ditetapkan dalam siding.

7. Dalam waktu paling lama (satu) 1 hari steelah putusan diterima, para pighak at mengajukan permohonan mkepada arbiter untuk mekakukan koreksi terhadap kekeliruan administrasi dan atau menambah atau mengurangi sesuatu tuntutan putusan.Arbitrase tidak membuka upaya hukum banding, kasasi maupun peninjauan

kembali, sehingga putusan yang sudah di tanda tangani arbiter bersifat final dan binding artinya putusan tersebut mempunyai kekuatan mengikat dan padanya tidak dapat dilakukan upaya hukum apa pun. Terdapat pengecualian apabila telah terjadi kekhilafan atau penipuan di dalamnya mengenai suatu fakta yang mendasari suatu putusan arbiter terhadap sengketa yang diselesaikan.133

Beberapa alasan para pihak memilih penyelesaian sengketa melalui Basyarnas dibandingkan dengan penyelesaian di Pengadilan, antara lain:

1. Kepercayaan dan keamanan bagi pihak yang berselisih.2. Keahlian dari para arbiter.3. Arbitrase bersifat rahasia.4. Non-preseden.5. Kearifan dan kepekaan arbiter.6. Keputusan arbitrase lebih mudah dilaksanakan daripada peradilan.7. Cepat dan hemat biaya penyelesaian.Penyelesaian sengketa di Basyarnas dirasa lebih cepat dan lebih ringan biayanya

dibandingkan proses beracara di pengadilan yang akan membutuhkan waktu yang lama dalam menyelesaian persengketaan yang terjadi antara para pihak. Para pihak mempunyai kepercayaan yang besar kepada para arbiter mengenai perkara yang akan diselesaikan. Para pihak juga dapat menunjuk arbiter yang memiliki keahlian tertentu untuk membantu menyelesaikan persengketaan. Tujuan penyelesaian sengketa perbankan syariah diajukan kepada Basyarnas adalah untuk melindungi para pihak dari hal-hal yang tidak diinginkan misalnya dengan menyebarnya rahasia bisnis para pihak yang bersengketa kepada masyarakat umum. Pihak perbankan sangat menjaga kepercayaan nasabah terhadapnya, sehingga apabila suatu sengketa

133 Mustaghfirin, Penyelesaian Sengketa Perdata Melalui Basyarnas (Badan Arbitrase Syariah Nasional), 2011 <http://mustaghfirin.blog.unissula.ac.id> diunduh [11/08/2015].

Page 99: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

90 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

perbankan muncul kepermukaan dikhawatirkan akan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap bank yang bersangkutan.

b. Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Melalui Mediasi Di Luar Pengadilan Menurut Hukum Islam1). Mediasi Dalam Syariat Islam

i. Pengertian dan Sumber Hukum Syariat Islam Hukum Islam dapat disamakan dengan syariat Islam yang uraiannya

berisikan ragam pikiran para fuqaha sarjana-sarjana hukum Islam’ dalam menerapkan syariat Islam dalam kehidupan masyarakat yang bersumber dari Al Quran, Hadits, Ijma dan Qiyas. Kata Hukum Islam tidak ditemukan sama sekali dalam al-Qur’an dan litertur hukum dalam Islam, Hukum Islam merupakan terjemahan dari term “Islamic Law” dari literatur Barat. Terminologi Hukum Islam dalam penggunaan kesehariannya di Indonesia mengandung ambiguitas (kerancuan), antara pengertiannya sebagai padanan syari’ah di satu sisi, dan padanan fiqh, di pihak lain. Istilah hukum Islam dalam bahasa Indonesia terjemahan dari fiqih Islam atau syariat Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah/Al-Hadits, Ijma, dan Qiyas sedangkan dalam pengertian umum Hukum Islam identik dengan Syariah.134 Oleh karena itu, sebelum membahas lebih jauh mengenai hukum Islam, maka penulis terlebih dahulu mencoba menguraikan pengertian term-term tersebut dan kaitannya dengan hukum Islam.

Pengertian “Hukum” menurut Doktrin Islam adalah “menetapkan sesuatu pada yang lain”.135 Sedangkan pengertian Islam sendiri adalah “suatu agama yang mengandung peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan pencipta-Nya, dan manusia dengan alam lingkungannya, yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw untuk diajarkan dan disampaikan kepada semua manusia.”136 Hukum Islam bertujuan untuk mewujudkan kebaikan-kebaikan bagi

134 Juhaya S. Praja, Pengantar Hukum Islam Indonesia, PT. Rosdakarya, Bandung, 1981. Dalam kajian ilmu ushul fiqh, yang dimaksud dengan hukum Islam ialah khitab (firman) Allah SWT yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf, atau dengan redaksi lain, hukum Islam ialah seperangkat aturan yang ditetapkan secara langsung dan lugas oleh Allah atau ditetapkan pokok-pokonya untuk mengatur hubungan antara manusia dan tuhannya, manusia dengan sesamanya dan manusia dengan alam semesta. Yusuf Qardhawi, Daur al-Qiyam wa al-akhlak fi al Iqtishadi al-Islami, Maktabah Wahbah, Kairo, 1995, hlm. 151.

135 Dikutip dari Renny Supriyatni B., Pengantar Hukum Islam, dasar-dasar dan Aktualisasinya dlm Hukum Positif, Widya Padjadjaran, Bandung, 2011, hlm.18-20. Abdul Hakim, Al-Bayan, Sa’diyah Putra, Cet 11, Jakarta, 1972, hlm. 10.

136 Abdul Azis Dahlan, et.al., Ensiklopedi Hukum Islam, jilid ke-3, PT. Intermasa, Jakarta, 2001, hlm 472.

Page 100: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 91

umat manusia (mukalaf) yang dharuri, hajiy, atau tahsini.137 Istilah hukum Islam dalam bahasa Indonesia terjemahan dari fiqih Islam atau syariat Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah/Al-Hadits, Ijma, dan Qiyas sedangkan dalam pengertian umum Hukum Islam identik dengan Syariah. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Hukum Islam adalah keseluruhan peraturan yang bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang mengatur seluruh tatanan kehidupan manusia.

Kata syari’ah secara harfiah artinya jalan ke tempat mata air atau tempat yang dilalui air sungai. Penggunaannya dalam al-Qur’an diartikan sebagai jalan yang jelas membawa kemenangan atau jalan raya kehidupan yang baik. Syari’ah merupakan nilai-nilai keagamaan yang berfungsi mengarahkan kehidupan manusia. Apabila mengacu pada informasi al-Qur’an, ajaran-ajaran agama sebe-lum Islam - dalam pengertian teknis -, juga disebut syari’ah, karena bagi setiap umat, Allah SWT memberikan syariat dan jalan yang terang (QS. Al-Maidah, 5: 48). Praktis ajaran-ajaran agama yang diturunkan kepada nabi-nabi terdahulu, disebut juga dengan syari’ah, namun yang dimaksud dalam tulisan ini dengan kata syari’ah adalah semua aspek ajaran Islam secara khusus. Syariat dalam hal ini memiliki kriteria-kriteria, sebagai berikut:138

1. Objeknya: meliputi peraturan-peraturan lahir mengenai hubungan manusia dengan Tuhan (ibadah).

2. Sumber pokoknya: wahyu dan atau kesimpulan-kesimpulan yang diambil dari wahyu (deducation of wahyu).

3. Sanksinya ‘pembalasan dari Tuhan baik di dunia terutama di akhirat. Mahmud Syaltut dalam buku al-Islam ‘Aqidah wa Syari’ah, mendefinisikan

syari’ah sebagai peraturan yang diturunkan Allah kepada manusia agar dipedomani dalam berhubungan dengan Tuhannya, dengan sesamanya, dengan lingkungannya, dan dengan kehidupan. Penjabaran dari aqidah, maka syari’ah tidak bisa lepas dari aqidah. Keduanya memiliki hubungan interdependensi (ketergantungan). Akidah tanpa syari’ah tidak menjadikan pelakunya muslim

137 Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Al-Fiqh, Dar-al-Kuwatiyah, 1968, hlm. 197. Menjelaskan ketentuan dharuri adalah berbagai ketentuan hukum yang dapat memelihara kepentingan hidup manusia dengan menjaga dan memelihara kebaikan mereka, apabila norma-norma tersebut dilanggar maka subjek hukum (mukallaf) akan dihadapkan pada keburukan dan berbagai kesukaran yang secara umum bermuara pada upaya memelihara lima hal yaitu jiwa, akal, harta, dan keturunan. Ketentuan Hajiy adalah ketentuan hukum yang memberikan peluang kepada mukallaf untuk memperoleh kemudahan dalam kesukaran untuk mewujudkan ketentuan-ketentuan dharuri. Sementara tahsini adalah berbagai ketentuan yang menuntut mukallaf untuk menjalankan ketentuan dharuri dengan cara yang paling baik.

138 Renny Supriyatni B., Loccit. Syari'at Islam adalah pedoman hidup yang ditetapkan Allah SWT untuk mengatur kehidupan manusia agar sesuai dengan keinginan Al-Qur'an dan Sunnah3. Yusuf Qardhawi, Op.Cit, hal 150.

Page 101: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

92 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

sejati, demikian juga akidah tanpa syari’ah adalah sesat.139 Menurut Hasby Ash-Shiddieqy140 Hukum Islam adalah koleksi daya upaya fuqaha (para ahli hukum) untuk menerapkan syariat atas kebutuhan masyarakat.” Jadi hukum Islam adalah peraturan-peraturan yang dirumuskan berdasarkan wahyu Allah SWT dan sunnah Rasul-Nya tentang tingkah laku mukallaf yang diakui dan diyakini berlaku mengikat bagi semua pemeluk Islam. Dengan demikian, kedudukan hukum Islam sangat penting dan menentukan pandangan hidup serta tingkah laku umat Islam.

Kata hukum Islam merupakan formulasi dari syari’ah dan fiqh sekaligus. Artinya meskipun hukum Islam merupakan formula hasil aktivitas nalar, ia tidak dapat dipisahkan dari eksistensi syari’ah sebagai panduan dan pedoman yang datang dari Allah sebagai Al-Syari’. Sedangkan ilmu yang memperbincangkan Syariat itu disebut fiqih, artinya menganalisis segala macam hukum yang berasal dari syariat tersebut. Dalam kamus dunia hukum, fiqh ini disebut juga yurisprudensi, interpretasi, prestasi para fuqaha. Kata Fiqh dalam Al-Qur’an disebut dalam bentuk kata kerja (fiil) sebanyak 20 kali. Penggunaannya fiqh berarti memahami (QS. Al-An’am, 6:65, al-A’raf, 7:179, al-Anfal, 8:65, at-Taubah, 9:81, 87, 127, dan al-Munafiqun, 63:3). Secara harfiah, fiqh artinya faham.

Selanjutnya Mahmud Syaltut dalam buku al-Islam ‘Aqidah wa Syari’ah, mendefinisikan syari’ah sebagai peraturan yang diturunkan Allah kepada manusia agar dipedomani dalam berhubungan dengan Tuhannya, dengan sesamanya, dengan lingkungannya, dan dengan kehidupan. Penjabaran dari aqidah, maka syari’ah tidak bisa lepas dari aqidah. Keduanya memiliki hubungan interdependensi (ketergantungan). Akidah tanpa syari’ah tidak menjadikan pelakunya muslim sejati, demikian juga akidah tanpa syari’ah adalah sesat.141 Menurut Hasby Ash-Shiddieqy142 Hukum Islam adalah koleksi daya upaya fuqaha (para ahli hukum) untuk menerapkan syariat atas kebutuhan masyarakat.” Jadi hukum Islam adalah peraturan-peraturan yang dirumuskan berdasarkan wahyu Allah SWT dan sunnah Rasul-Nya tentang tingkah laku mukallaf yang diakui dan diyakini berlaku mengikat bagi semua pemeluk Islam. Dengan demikian, kedudukan hukum Islam sangat penting dan menentukan pandangan hidup serta tingkah laku umat Islam. Kata hukum Islam merupakan formulasi dari syari’ah dan fiqh sekaligus. Artinya meskipun

139 Mahmud Syaltut, Opcit, hlm 12.140 Muhammad Hasby Ash-Shiddiqy, Falsafah Hukum Islam, Cet V, Bulan Bintang, Jakarta, 1993, hal 21.141 Mahmud Syaltut, Opcit, hlm 12.142 Muhammad Hasby Ash-Shiddiqy, Falsafah Hukum Islam, Cet V, Bulan Bintang, Jakarta, 1993, hal 21.

Page 102: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 93

hukum Islam merupakan formula hasil aktivitas nalar, ia tidak dapat dipisahkan dari eksistensi syari’ah sebagai panduan dan pedoman yang datang dari Allah sebagai Al-Syari’.

Imam Syafi’I berpendapat bahwa yang dinamakan syariat itu adalah wahyu yang disampaikan oleh Rasulullah, berisikan hukum-hukum khusus, yang berhubungan dengan perbuatan lahiriah saja, yakni yang mengatur tingkah laku manusia dengan:143

a) Hubungan Vertikal pengabdian kepada Allah’ yang diatur dalam hukum syariat yang disebut ibadah.

b) Hubungan Horizontal hubungan dengan sesama manusia atau masyarakat, lingkungan alam sekitarnya, hal mana oleh syariat diatur dalam beberapa hal, antara lain hukum muamalat (perdata), hukum jinayat (kriminal), hukum munahakat (undang-undang pernikahan) dan lain sebagainya.

Imam Syafi’I mendefinisikan syariat sebagai peraturan-peraturan lahir bagi umat Islam yang bersumber pada wahyu dan kesimpulan-kesimpulan (deducations) yang dapat ditarik daripada wahyu. Peraturan-peraturan lahir itu mengenai cara bagaimana manusia berhubungan dengan Allah dan sesama makhluk, khususnya dengan sesama manusia. Definisi dari Imam Syafi’I ini dipandang sebagai definisi arti sempit (khusus) dari syariat. Berdasarkan uraian tersebut di atas, Hukum Islam memiliki elastisitas dan fleksibilitas yang tinggi, dibangun atas dasar universalitas syari’ah yang cocok untuk segala situasi dan tempat.

Selanjutnya Prinsip-prinsip hukum Islam menurut Juhaya S. Praja sebagai berikut: 144

1. Prinsip Tauhid Tauhid adalah prinsip umum hukum Islam. Prinsip ini menyatakan bahwa

semua manusia ada dibawah satu ketetapan yang sama, yaitu ketetapan tauhid yang dinyatakan dalam kalimat La’ilaha Illa Allah (Tidak ada tuhan selain Allah). Prinsip ini ditarik dari firman Allah QS. Ali Imran Ayat 64. Berdasarkan atas prinsip tauhid ini, maka pelaksanaan hukum Islam merupakan ibadah. Dalam arti perhambaan manusia dan penyerahan dirinya kepada Allah sebagai manipestasikesyukuran kepada-Nya. Dengan demikian tidak boleh terjadi setiap mentuhankan sesama manusia dan atau sesama makhluk lainnya. Pelaksanaan hukum Islam adalah ibadah

143 Renny Supriyatni B., Loccit.144 Juhaya S. Praja, Loccit.

Page 103: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

94 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

dan penyerahan diri manusia kepada keseluruhan kehendak-Nya. Prinsip tauhid inipun menghendaki dan memposisikan untuk menetapkan hukum sesuai dengan apa yang diturunkan Allah (Al-Qur‟an dan As-Sunah). Barang siapa yang tidak menghukumi dengan hukum Allah, maka orang tersebut dapat dikateegorikan kedalam kelompok orang-orang yang kafir, dzalim dan fasiq (Q.S. ke 5 Al-Maidah: 44, 45 dan 47). Prinsip umum tauhid tersebut, telah melahirkan prinsip khusus yang merupakan kelanjutan dari prinsip tauhid, umpamanya yang berlaku dalam fiqih ibadah sebagai berikut: a. Prinsip Pertama: Berhubungan langsung dengan Allah tanpa perantara

--- Artinya bahwa tak seorang pun manusia dapat menjadikan dirinya sebagai zat yang wajib di sembah.

b. Prinsip Kedua: Beban hukum (takli’f) ditujukan untuk memelihara akidah dan iman, penyucian jiwa (tajkiyat al-nafs) dan pembentukan pribadi yang luhur --- Artinya hamba Allah dibebani ibadah sebagai bentuk/aktualisasi dari rasa syukur atas nikmat Allah.

Berdasarkan prinsip tauhid ini melahirkan azas hukum Ibadah, yaitu Azas kemudahan/meniadakan kesulitan. Dari azas hukum tersebut terumuskan kaidah-kaidah hukum ibadah sebagai berikut: a. Al-ashlu fii al-ibadati tuqifu wal ittiba’ --- yaitu pada pokoknya ibadah

itu tidak wajib dilaksanakan, dan pelaksanaan ibadah itu hanya mengikuti apa saja yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya;

b. Al-masaqqah tujlibu at-taysiir --- Kesulitan dalam melaksanakan ibadah akan mendatangkan kemudahan.

2. Prinsip Keadilan Keadilan dalam bahasa Salaf adalah sinonim al-mi’za’n (keseimbangan/

moderasi). Kata keadilan dalam al-Qur‟an kadang diekuifalensikan dengan al-qist. Al-mizan yang berarti keadilan di dalam Al-Qur‟an terdapat dalam QS. Al-Syura: 17 dan Al-Hadid: 25.

Term "keadilan‟ pada umumnya berkonotasi dalam penetapan hukum atau kebijaksanaan raja. Akan tetapi, keadilan dalam hukum Islam meliputi berbagai aspek. Prinsip keadilan ketika dimaknai sebagai prinsip moderasi, menurut Wahbah Az-Zuhaili bahwa perintah Allah ditujukan bukan karena esensinya, sebab Allah tidak mendapat keuntungan dari ketaatan dan tidak pula mendapatkan kemadaratan dari perbuatan maksiat manusia.

Page 104: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 95

Namun ketaatan tersebut hanyalah sebagai jalan untuk memperluas prilaku dan cara pendidikan yang dapat membawa kebaikan bagi individu dan masyarakat.145 Penggunaan term “adil/keadilan” dalam Al-Quran diantaranya sebagai berikut: a. QS. Al-Maidah: 8 --- Manusia yang memiliki kecenderungan mengikuti

hawa nafsu, adanya kecintan dan kebencian memungkinkan manusia tidak bertindak adil dan mendahulukan kebatilan daripada kebenaran (dalam bersaksi);

b. QS. Al-An‟am: 152 --- Perintah kepada manusia agar berlaku adil dalam segala hal terutama kepada mereka yang mempunyai kekuasaan atau yang berhubungan dengan kekuasaan dan dalam bermuamalah/berdagang;

c. QS. An-Nisa: 128 --- Kemestian berlaku adil kepada sesama isteri; d. QS. Al-Hujrat: 9 --- Keadilan sesama muslim; e. QS. Al-An‟am:52 --- Keadilan yang berarti keseimbangan antara

kewajiban yang harus dipenuhi manusia (mukalaf ) dengan kemampuan manusia untuk menunaikan kewajiban tersebut.

Berdasarkan prinsip keadilan tersebut, lahir kaidah yang menyatakan hukum Islam dalam praktiknya dapat berbuat sesuai dengan ruang dan waktu, yakni suatu kaidah yang menyatakan elastisitas hukum Islam dan kemudahan dalam melaksanakannya sebagai kelanjutan dari prinsip keadilan, yaitu: Artinya: Perkara-perkara dalam hukum Islam apabila telah menyeempit maka menjadi luas; apabila perkara-perkara itu telah meluas maka kembali menyempit. Teori „keadilan‟ teologi Mu‟tazilah melahirkan dua terori turunan, yaitu; al-sala’h wa al-aslah dan al-Husna wa al-qubh. Kedua teori tersebut dikembangkan menjadi pernyataan sebagai berikut: a. Pernyataan Pertama: Allah tidaklah berbuat sesuatu tanpa hikmah dan

tujuan” --- perbuatan tanpa tujuan dan hikmah adalah sia-sia b. Pernyataan Kedua: Segala sesuatu dan perbuatan itu mempunyai nilai

subjektif sehingga dalam perbuatan baik terdapat sifat-sifat yang menjadi perbuatan baik. Demikian halnya dalam perbuatan buruk. Sifat-sifat itu dapat diketahui oleh akal sehingga masalah baik dan buruk adalah masalah akal.

145 Wahbah Az-Zuhaili, Al-Dharuurah Al-Syar’iyyah, Muasasah al-Risalah, Damaskus.

Page 105: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

96 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

3. Prinsip Amar Makruf Nahi Mungkar Hukum Islam digerakkan untuk merekayasa umat manusia untuk menuju

tujuan yang baik dan benar yang dikehendaki dan ridloi Allah dalam filsafat hukum Barat diartikan sebagai fungsi social engineering hukum. Prinsip Amar Makruf Nahi Mungkar didasarkan pada QS. Al-Imran: 110, pengkategorian Amar Makruf Nahi Mungkar dinyatakan berdasarkan wahyu dan akal.

4. Prinsip Kebebasan/Kemerdekaan Prinsip kebebasan dalam hukum Islam menghendaki agar agama/hukum

Islam disiarkan tidak berdasarkan paksaan, tetapi berdasarkan penjelasan, demontrasi, argumentasi. Kebebasan yang menjadi prinsip hukum Islam adalah kebebasan dl arti luasyg mencakup berbagai macamnya, baik kebebasan individu maupun kebebasan komunal. Keberagaman dalam Islam dijamin berdasarkan prinsip tidak ada paksaan dalam beragama (QS. Al-Baqarah: 256 dan Al-Kafirun: 5)

5. Prinsip Persamaan/Egalite Prinsip persamaan yang paling nyata terdapat dalam Konstitusi Madinah

(al-Shahifah), yakni prinsip Islam menentang perbudakan dan penghisapan darah manusia atas manusia. Prinsip persamaan ini merupakan bagian penting dalam pembinaan dan pengembangan hukum Islam dalam menggerakkan dan mengontrol sosial, tapi bukan berarti tidak pula mengenal stratifikasi sosial seperti komunis.

6. Prinsip At-Ta‟awun Prinsip ini memiliki makna saling membantu antar sesama manusia yang

diarahkan sesuai prinsip tauhid, terutama dalam peningkatan kebaikan dan ketakwaan.

7. Prinsip Toleransi Prinsip toleransi yang dikehendaki Islam adalah toleransi yang menjamin

tidak terlanggarnya hak-hak Islam dan ummatnya --- tegasnya toleransi hanya dapat diterima apabila tidak merugikan agama Islam.

Page 106: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 97

Wahbah Az-Zuhaili,146 memaknai prinsip toleransi tersebut pada tataran penerapan ketentuan Al-Qur‟an dan Hadits yang menghindari kesempitan dan kesulitan, sehingga seseorang tidak mempunyai alasan dan jalan untuk meninggalkan syari‟at ketentuan hukum Islam. Lingkup toleransi tersebut tidak hanya pada persoalan ibadah saja tetapi mencakup seluruh ketentuan hukum Islam, baik muamalah sipil, hukum pidana, ketetapan peradilan dan lain sebagainya11. Azas-azas Hukum Islam Azas secara etimologi memiliki makna dalah dasar, alas, pondamen (Muhammad Ali, TT: 18). Secara terminologinya Hasbi Ash-Shiddiqie mengungkapkan bahwa hukum Islam sebagai hukum yang lain mempunyai azas dan tiang pokok sebagai berikut: a) Azas Nafyul Haraji --- meniadakan kepicikan, artinya hukum Islam

dibuat dan diciptakan itu berada dalam batas-batas kemampuan para mukallaf. Namun bukan berarti tidak ada kesukaran sedikitpun sehingga tidak ada tantangan, sehingga tatkala ada kesukaran yang muncul bukan hukum Islam itu digugurkan melainkan melahirkan hukum Rukhsah.

b) Azas Qillatu Taklif --- tidak membahayakan taklifi, artinya hukum Islam itu tidak memberatkan pundak mukallaf dan tidak menyukarkan.

c) Azas Tadarruj --- bertahap (gradual), artinya pembinaan hukum Islam berjalan setahap demi setahap disesuaikan dengan tahapan perkembangan manusia.

d) Azas Kemuslihatan Manusia --- Hukum Islam seiring dengan dan mereduksi sesuatu yang ada dilingkungannya.

e) Azas Keadilan Merata --- artinya hukum Islam sama keadaannya tidak lebih melebihi bagi yang satu terhadap yang lainnya.

f) Azas Estetika --- artinya hukum Islam memperbolehkan bagi kita untuk mempergunakan/memperhatiakn segala sesuatu yang indah.

g) Azas Menetapkan Hukum Berdasar Urf yang Berkembang Dalam Masyarakat --- Hukum Islam dalam penerapannya senantiasa memperhatikan adat/kebiasaan suatu masyarakat.

h) Azas Syara Menjadi Dzatiyah Islam --- artinya Hukum yang diturunkan secara mujmal memberikan lapangan yang luas kepada para filusuf untuk berijtihad dan guna memberikan bahan penyelidikan dan

146 Wahbah Az-Zuhaili, Ibid, hal 30.

Page 107: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

98 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

pemikiran dengan bebas dan supaya hukum Islam menjadi elastis sesuai dengan perkembangan peradaban manusia.

2). Landasan Hukum Mediasi Sumber semua hukum Islam hanya satu saja, yaitu: “wahyu”, sebab selain

Qur’an, Hadist Rosul juga merupakan wahyu tidak langsung, seperti yang dinyatakan dalam al Quran Surat An Najm (53) : 3 yang diartikan sebagai berikut:

” Ia (Muhammad) tidak mengucapkan sesuatu dari kemauan (hawa nafsu) sendiri, melainkan (hanyalah) wahyu yang diwahyukan (kepadanya)…..”.

Selain itu QS An Nissa (4): 59, yang intinya “bahwa setiap Muslim wajib menaati (mengikuti) kemauan atau kehendak Allah, kehendak Rasul dan kehendak Ulil Amri (orang yang mempunyai kekuasaan atau ‘penguasa’ , jika…………..”a. Kehendak Allah, berupa wahyu (ketetapan Allah); kini tertulis dalam Al

Qur’an);b. Kehendak Rasul, terhimpun sekarang dalam kitab-kitab hadist/sunnah;c. Kehendak ‘penguasa’ termaktub dalam hasil karya orang/manusia yang

memenuhi syarat (menguasai ilmu pengetahuan untuk mengalirkan (ajaran) hukum Islam berijtihad mempergunakan logika/akal pikiran.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, sumber-sumber hukum Islam dapat dibagi dalam kelompok:147

a. Sumber utama, yakni wahyu yang terdiri dari:1). Wahyu langsung (Al Qur’an); 2). Wahyu tidak langsung (Hadist/Sunnah).

b. Kesimpulan yang dapat ditarik dari wahyu, merupakan hasil Ijtihad, meliputi:1481481) Ijma;2) Qiyas (analogi);3) Ihtisan;4) Maslahat-mursalah;

147 Sulaiman Abdullah, Loccit. Saidus Sahar, Ibid, hlm. 45.148 Renny Supriyatni, B., Opcit, hlm. 48-50. Ijtihad adalah “Usaha atau ikhtiar yang sungguh-sungguh dengan menggunakan

segenap kemampuan yang ada (optimal), dilakukan oleh ahli hukum fuqaha/Mujtahid yang memenuhi syarat, dengan menggunakan akal pikiran untuk menemukan hukum yang belum jelas atau tidak ada ketentuannya, baik dalam Qur’an maupun Hadist”.

Page 108: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 99

5) Urf;6) Pendapat sahabat;7) Istishab;8) Saddud-Dzarai’I;9) Sya’ra sebelum umat kita.

Pada prinsipnya semua sumber hukum tersebut (Al Qur’an; Al Hadist; Ijma; dan Qiyas) diungkapkan pula oleh Imam Syafi’i dan disepakati oleh para ahli hukum (dari madzhab) yang lain. Oleh karena itu Istidlal yang disebut juga sebagai sumber hukum Islam dalam madzhab Syfi’i, tidak disepakati oleh madzhab lain. Sama halnya dengan istihsan, Istishab dan ‘Urf yang dipergunakan oleh madzhab Hanafi serta Al Murshalah yang dikemukakan oleh Madzhab Maliki. Beberapa Ayat-ayat Al-Quran (dasar hukum) berijtihad, terdapat firman-firman Allah yang menggugah manusia agar menggunakan daya pikir atau logikanya, antara lain dalam Al-Quran:149

1. “Maka apakah kamu tidak memperhatikan ?” (Q.S. Adz Dzariyat:21)2. “Maka tidakkah kamu berpikir ?” (Q.S. Al Baqarah:44)3. “Hai orang-orang yang berakal” (Q.S. Al Baqarah:197)4. “Dengan demikian kami telah menjadikan kamu yang terpilih”(Q.S.Al

Baqarah:143)5. “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dengan Rasulnya dan orang-

orang yang beriman yang memegang kekuasaan di antara kamu” (Q.S. An Nissa:59 )

Ayat-ayat senada seperti yang tersebut, dalam Al-Quran diulang-ulang pada beberapa ayat lain. Bahkan dalam sebuah hadist, Nabi Muhamad saw bersabda yang artinya bahwa,” Bila kamu berijtihad dan ternyata benar akan berpahala dua dan kalaupun salah akan berpahala satu”;

Berdasarkan uraian tersebut di atas, landasan hukum mediasi dalam Syariat Islam dapat dijelaskan sebagai berikut:150

a. Al-Qur’an Al-Qur’an sebagai sumber hukum pertama dalam Islam. Diantaranya

berfungsi sebagai petunjuk yaitu petunjuk bagi manusia secara umum, petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, dan petunjuk bagi orang-orang yang beriman.151 Petunjuk bagi manusia secara umum karena Al-Qur’an

149 Renny Supriyatni, B., Loccit.150 Renny Supriyatni, B., Idem.151 Atang Abd Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2000, hlm. 70-71.

Page 109: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

100 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

diturunkan bertujuan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan di akherat yang cakupan pengaturannya meliputi seluruh bidang di antaranya bidang ekonomi, politik, sosial, hukum, dan lain-lain. Dasar hukum ash-shulhu152 adalah Al Quran, Hadist dan ijma. Tujuannya adalah agar perselisihan berubah menjadi kesepakatan dan agar kebencian setiap pihak juga bisa dihilangkan. Bidang hukum, Al-Qur’an membahas tentang penyelesaian sengketa diantaranya, Allah Swt. berfirman di dalam Al Quran Surat Al Hujurat ayat 9, yang artinya:

“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga kembali, kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”153

M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menjelaskan pula ayat Al-Hujurat ayat 9 sebagai berikut:154

“Ayat ini berbicara tentang perselisihan antara kaum mukminin antara lain disebabkan adanya isu yang tidak jelas kebenarannya. Saat ada dua kelompok orang-orang mukmin bertikai dalam bentuk sekecil apa pun, damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya masih berbuat aniaya terhadap kelompok yang lain sehingga enggan menerima kebenaran atau perdamaian, tindaklah kelompok yang berbuat aniaya itu, sehingga kembali kepada Allah. Damaikanlah keduanya dengan adil dalam segala hal agar putusan kamu dapat diterima dengan baik. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.

Perintah melakukan ishlah sebanyak dua kali tetapi yang kedua dikaitkan dengan kata bil’adli ini bukan berarti bahwa perintah ishlah yang pertama tidak harus dilakukan dengan adil, hanya saja pada yang kedua ini ditekankan lebih keras lagi karena yang kedua telah didahului oleh tindakan terhadap kelompok yang enggan menerima ishlah yang pertama dalam menindak itu bisa jadi terhadap hal-hal yang menyinggung perasaan/bahkan mengganggu fisik yang melakukan ishlah itu, sehingga jika ia tidak berhati-hati dapat saja lahir ketidakadilan dari yang bersangkutan akibat gangguan yang dialaminya pada upaya ishlah yang

152 ibid153 Depag, Op.Cit., hlm. 123.154 Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Volume 13, PT. Lentera Hati, Jakarta, 2000, hlm. 412-413.

Page 110: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 101

satu dari ayat di atas menyebut secara tegas perintah berlaku adil itu. Win-win solution merupakan salah satu bentuk dari adil (qasatha), Allah senang ditegakannya keadilan walaupun itu mengakibatkan kerenggangan hubungan antara dua pihak yang berselisih, tetapi Dia lebih senang lagi jika kebenaran dapat dicapai sekaligus menciptakan hubungan harmonis antara para pihak-pihak yang tadinya telah berselisih.” Selain itu terdapat dalam Surat An-Nisa Ayat 35, yang artinya:

“Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”155

M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah menerangkan penjelasan ayat di atas sebagai berikut:156

“Ayat ini berhubungan dengan ayat sebelumnya yang menerangkan sikap suami menghadapi istrinya yang nusyuz, angkuh, dan membangkang. Suami dapat melakukan tiga langkah pertama yaitu: memberi nasehat, menghindari hubungan seks, dan memukul. Apabila langkah-langkah tersebut tidak berhasil maka digunakan langkah selanjutnya yaitu mengangkat hakam yaitu juru damai yang bijaksana untuk menyelesaikan perselisihan itu. Hakam sebaiknya diangkat dari keluarga suami dan dari keluarga istri, masing-masing mendengarkan keluhan dan harapan anggota keluarganya karena fungsi utama hakam adalah untuk mendamaikan. Apabila mereka gagal, apakah mereka dapat menetapkan hukum dan harus dipatuhi oleh suami istri yang bersengketa? Pada masalah ini terdapat dua pendapat yaitu: pertama, Allah menamai mereka hakam, dengan demikian mereka berhak menetapkan hukum sesuai dengan kemaslahatan, baik disetujui oleh pasangan yang bertikai maupun tidak. Pendapat ini dianut oleh sejumlah sahabat Nabi, Imam Malik dan Ahmad bin Hambal. Kedua, hakam tidak diberi wewenang untuk menetapkan hukum. Untuk menceraikan hanya berada ditangan suami, tugas mereka hanya mendamaikan, tidak lebih dan tidak kurang pendapat ini dianut oleh Imam Abu Hanifah dan imam Syafi’i.”

Sayid Sabiq mengatakan bahwa kata syiqaq (persengketaan) dari segi bahasa berarti perselisihan dan permusuhan. Maksudnya apabila terjadi persengketaan yang sudah jauh antara suami istri, maka hendaknya didatangkan pihak ketiga yang bertindak sebagai hakam, dari keluarga suami dan dari keluarga istri, namun demikian, menurut sebagian ahli

155 Depag, Op.Cit., hlm. 846.156 Quraish Shihab, Volume 2, Op.Cit., hlm. 433-434.

Page 111: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

102 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

fiqih, kedua arbiter itu tidak disyaratkan harus dari keluarga suami dan istri, karena itu boleh mengangkat hakam dari pihak lain.157

b. Al Hadits Pengertian Al-Hadits adalah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi

Saw, baik berupa, perkataan, perbuatan, taqrir, maupun sifat. Al-Hadits diantaranya berfungsi sebagai penjelas (al-bayan) yaitu bayan al-taqrir (penetapan), bayan al-tafsir (penjelasan), bayan al-tafshil (merinci), bayan al-basth (membahas), dan bayan al-tasyri (hukum).158 Al-Hadits sebagai sumber Hukum Islam kedua, memiliki cakupan yang sama dengan Al-Qur’an yaitu meliputi seluruh bidang diantaranya bidang ekonomi, politik, sosial, hukum, dan lain-lain. Sabda Rasullulah saw yang artinya bahwa, ”Telah aku tinggalkan untukmu dua perkara, tidak sekali-kali kamu sesat sesudahnya, yakni: Kitabullah dan Sunnahku”; Al-Hadits pada bidang hukum mengatur tentang penyelesaian sengketa diantaranya: Dari Abu Daud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Hakim dan Ibnu Hibban meriwayatkan dari ‘Amar bin Auf, bahwa Rasulullah SAW. bersabda: “perjanjian diantara orang-orang muslim itu boleh, kecuali perjanjian yang menghalalkan yang haram dam mengharamkan yang halal”. At-Tirmidzi dalam hal ini menambahkan: “Dan (Muamalah) orang-orang muslim itu berdasarkan syarat-syarat mereka”.

Hal lain yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW ketika terjadi konflik diantara para ketua suku tentang siapa yang berhak meletakkan batu hitam (hajar aswad) ketempatnya semula. Nabi Muhammad SAW berhasi menjadi arbiter (Penengah) yang adil yaitu dengan membentangkan kain yang digunakan untuk mengangkat batu hitam tersebut dan para kepala suku quraisy yang berselisih diminta untuk memegang ujung kain sampai Nabi Muhammad SAW sendiri yang terakhir meletakkannya di tempat semula disudut ka’bah. Sikap adil Nabi Muhammad SAW di dalam menyelesaikan perselisihan menimbulkan kepercayaan karena didalam diri Nabi Muhammad SAW berkumpul bukan hanya prinsip keadilan tetapi juga amanah dan kejujuran.159159Sedangkan salah seorang sahabat Rasul SAW., Umar ra, pernah mengungkapkan:

157 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, juz II, Dar al-Fikr, 1997, hlm. 264. 158 Atang Abd Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2000.Op.Cit., hlm. 85.159 Muhammad Sayfii Antonio, ibid, hlm. 22

Page 112: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 103

“Tolaklah permusuhan hingga mereka berdamai, karena pemutusan perkara melalui pengadilan akan mengembangkan kedengkian diantara mereka (pihak yang bersengketa)”. Pendapat Umar ra. ini tentunya dapat diterima, sebab penyelesaian sengketa melalui pengadilan pada hakikatnya hanyalah penyelesaian yang bersifat formalitas belaka, dan para pihak dipaksakan untuk menerima keputusan tersebut, walaupun terkadang keputusan badan peradilan itu tidak memenuhi rasa keadilan bagi para pihak yang bersengketa. Konsekuensinya, terkadang masih ada lagi lanjutan persengketaan di luar sidang.

c. Ijma Dasar hukum yang lain adalah ijma’, yaitu para ahli hukum bersepakat

bahwa penyelesaian pertikaian diantara para pihak yang bersengketa telah disyari’atkan dalam ajaran Islam. Ijma adalah kesepakatan hukum dari para mujtahid pengikut Muhammad Saw setelah beliau wafat pada suatu waktu tertentu.160 Ijma sebagai sumber hukum Islam yang ketiga memiliki cakupan yang sama dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits/As-Sunnah yaitu meliputi seluruh bidang diantaranya bidang ekonomi, politik, sosial, hukum, dan lain-lain. Ijma pada bidang hukum bertujuan untuk menyelesaikan persengketaan dalam berbagai aspek kehidupan yang tidak dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits/As-Sunnah. Penyelesaian sengketa setelah wafat Rasulullah Saw banyak dilakukan pada masa sahabat dan ulama untuk menyelesaikan sengketa dengan cara mendamaikan para pihak melalui musyawarah dan konsensus diantara mereka Ijma menjadi Yurisprudensi Hukum Islam dalam beberapa kasus.

Para sahabat nabi Muhammad Saw sepakat bahwa penyelesaian pertikaian dengan metode tahkim di antara para pihak yang bersengketa telah disyariatkan dalam ajaran Islam161 Misalnya, diriwayatkan bahwa Umar bin Khattab pada suatu ketika menawar kuda seseorang dan menunggangi kuda tersebut untuk diuji coba, kemudian kaki kuda itu patah. Umar hendak mengembalikan kuda itu kepada pemiliknya, namum ditolak. Atas kejadian itu Umar berkata: “tunjuklah seseorang yang engkau percayai untuk menjadi hakam antara kita berdua”. Pemilik

160 Dede Rosyada, Hukum Islam dan Pranata Sosial, Dirasah Islamiyah III, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1999, Op.Cit., hlm. 40. Mengutip Wahbah al-Zuhaili, Al-Wasith fi Ushul al-Fiqh al-Islami, Dar al-Kitab, Damaskus, 1978, hlm. 43.

161 Wirdyaningsih, (et.al), Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, PT. Kencana Prenada Media-FH UI, Jakarta, 2006Op.Cit., hlm. 229.

Page 113: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

104 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

kuda itu menjawab: “aku rela Syureih untuk menjadi hakam”. Saat itu pula mereka sepakat menyerahkan putusan sengketa kepada Syureih, pada keputusannya Syureih berkata: “ambilah apa yang telah kamu beli (dan bayar harganya), atau kembalikan kepada pemiliknya apa yang telah kamu ambil seperti sedia kala tanpa ada cacat”. Di samping itu Umar bin Khattab pernah pula berperkara dengan Ubay bin Ka’ab tentang tanah. Kedua belah pihak menunjuk Zaid bin Tsabit. Semua peristiwa tersebut diketahui oleh para sahabat dan mereka tidak menolaknya.162

Di Indonesia, Ijma dilakukan melalui Majelis Ulama Indonesiaa (selanjutnya ditulis MUI). MUI telah banyak mengeluarkan produk hukum Islam melalui proses Ijma ulama, baik lokal maupun nasional dalam bidang persoalan hidup bagi umat Islam Indonesia. Produk Ijma tersebut telah disepakati oleh para ulama dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat secara tetap atau kontemporer. Salah satu contoh Ijma ulama yang dilakukan di Indonesia antara lain dibentuknya Lembaga Arbitrase Islam yaitu Basyarnas. Basyarnas ini dibentuk dan disetujui hanya oleh sebagian kecil ulama atau cendikiawan muslim, tapi secara yuridis formal dianggap mempunyai kekuatan hukum tetap. Kekuatan hukum semula terletak pada bentuknya yaitu yayasan yang kemudian berganti menjadi perangkat organisasi MUI dan misinya sesuai dengan ajaran Islam, yaitu mendamaikan para pihak yang bersengketa agar kembali berdamai dalam bidang perdagangan, industri, keuangan, jasa, dan lain-lain.163

d. Qiyas Menurut Ulama Ushul, definisi Qiyas adalah menghubungkan suatu

kejadian yang tidak ada nashnya kepada kejadian lain yang ada nashnya, dalam hukum yang telah ditetapkan oleh nash karena adanya kesamaan dua kejadian itu dalam illat hukumnya.164 Seperti meminum perasan anggur (khamar) adalah kejadian yang telah ditetapkan hukumnya oleh nash, yaitu hukum haram yang diambil dari surat Al-Maidah ayat 90, karena adanya illat memabukan. Maka setiap khamar yang terdapat illat memabukan, maka disamakan dengan khamar mengenai hukumnya, dan haram meminumnya. Pendapat Jumhur Ulama, bahwa Qiyas adalah merupakan

162 Satria Effendi M.Zein, Op.Cit., hlm. 11. 163 A. Rahmat Rosyadi dan Ngatino, Op.Cit.,hlm. 48-49.164 Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Al-Fiqh, Dar-al-Kuwatiyah, 1968, Op.Cit., hlm. 74. Renny Supriyatni B., Loccit.

Page 114: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 105

salah satu sumber hukum Islam (hujjah syar’iyah) atas hukum-hukum mengenai perbuatan manusia (amaliyah), dan ia menduduki martabat yang keempat dari sumber-sumber hukum Islam. Pendapat mazhab Nizhomiyyah Zhohiriyah dan sebagian kelompok Syi’ah, berpendapat bahwa Qiyas bukanlah sumber hukum Islam.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui, bahwa yang menjadi dasar hukum adanya lembaga mediasi syariah/Islam adalah bersumber dari Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijma dan Qiyas. Berdasarkan tiga sumber hukum tersebut, dapat dicari penyelesaian untuk sengketa yang terjadi diantara para pihak melalui jalan perdamaian. Anjuran perdamaian ini bukan hanya pada masalah bisnis saja, melainkan juga berkembang pada masalah sosial lainnya seperti di bidang politik, perang, keluarga dan sebagainya supaya Ukhuwah Islamiyah tetap terjamin. Bahkan, apabila terjadi sengketa bisnis diharapkan penyelesaiannya sengketa melalui badan peradilan selalu dihindari karena bersifat antagonis atau selalu menimbulkan kedengkian di antara umat Islam. Kedengkian ini muncul akibat dari keterpaksaan menerima putusan dari pihak pengadilan, baik memenuhi rasa keadilan atau tidak. Oleh karena itu, putusan melalui badan peradilan selalu berakibat negatif bagi para pihak dan hal ini dengan tidak dikehendaki oleh ajaran Islam.

3). Pola dan Konsep Mediasi Syariah Penyelesaian sengketa bisnis Perbankan Syariah, sehingga harus dilihat

pendekatan ajaran Islam tentang penyelesaian sengketa. Dalam ajaran Islam, bertransaksi dalam bisnis Syariah masuk dalam fikih mu’amalat. Islam mengajarkan mu’amalat bukanlah ajaran yang kaku, sempit dan jumud, melainkan suatu ajaran yang fleksibel dan elastis, yang dapat mengakomodir berbagai perkembangan transaksi bisnis modern, selama hal itu tidak bertentangan dengan nash Al-Quran dan as Sunnah. Demikian juga halnya apabila dalam bemu’amalat tersebut terjadi suatu sengketa di antara sesamanya, maka bagaimana cara penyelesaian dan mempunyai kekuatan hukum, baik secara hukum umum maupun menurut Syari’at Islam165.

Islam mengatur penyelesaian-penyelesaian apabila terjadi sengketa yaitu, sebagai berikut :166

165 Nasrun Haroen, Fidih Mu’amalah, Jakarta: Gaya Media, 2000, hlm. 5.166 Wirdyaningsih, (et. al), Op.Cit., hlm. 227.

Page 115: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

106 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

i. melalui pengadilan kekuasaan kehakiman (wilayat al-qadha), danii. melalui luar pengadilan yaitu melalui perdamaian (as-sulhu/ishlah)iii. arbitrase (tahkim).167

Sedangkan 3 (tiga) macam lembaga penegak hukum dalam hukum Islam yaitu: pertama, Al-Qadha yaitu lembaga peradilan yang menyelesaikan perkara-perkara perdata dan pidana. Kedua, Al-Hisbah yaitu badan resmi Negara yang berwenang untuk menyelesaikan masalah-masalah atau pelanggaran-pelanggaran ringan yang menurut sifatnya tidak memerlukan proses peradilan untuk menyelesaikannya. Ketiga, Al-Madzalim yaitu badan yang dibentuk khusus oleh pemerintah untuk membela orang-orang yang teraniaya akibat sikap semena-mena dari para pembesar Negara atau keluarganya.168

Perbankan Syariah termasuk dalam lingkup hukum perdata atau muamalat dalam hukum Islam. Sengketa perdata atau muamalat dalam hukum Islam penyelesaiannya bisa menempuh jalan perdamaian (al-Shulh), arbitrase (al-Tahkim), atau jalan terakhir melalui proses peradilan (al-Qadla), dengan demikian jika terjadi sengketa antara Bank Syariah dengan nasabahnya maka sebelum menempuh jalur hukum melalui lembaga peradilan, para pihak dapat menempuh cara lain yang dipandang menguntungkan kedua belah pihak, yaiu melalui perdamaian atau arbitrase atau dikenal dengan ADR (Alternative Dispute Resolution).

Cara-cara atau bentuk-bentuk penyelesaian sengketa dalam hukum Islam tersebut di atas, dapat diuraikan sebagai berikut:a. Perdamaian (al-Shulh)169

al-Shulh/ Shulh atau Ash-Shulh/Ishlah berasal dari bahasa Arab yang berarti perdamaian, penghentian perselisihan, penghentian peperangan. Dalam khazanah keilmuan, ash-shulhu dikategorikan sebagai salah satu akad berupa perjanjian diantara dua orang yang berselisih atau berperkara untuk menyelesaikan perselisihan diantara keduanya. Dalam terminologi ilmu fiqih ash-shulhu memiliki pengertian perjanjian untuk menghilangkan polemik antar sesama lawan sebagai sarana mencapai kesepakatan antara orang-orang yang berselisih. Secara bahasa, ash-shulhu bermakna menghentikan perselisihan, sedangkan secara syariat bermakna akad untuk mengakhiri perselisihan antara dua orang yang berselisih.170

167 Wirdyaningsih, (et. al), Op.Cit., hlm. 227. 168 Satria, Op.Cit., hlm. 5-6. 169 Ibid, hlm. 90170 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunah, jilid 3, terjemahan (tim), Darul Fath lil I’lam Al’Aroba Kairo, Mesir, 2000, hlm. 497

Page 116: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 107

Penyelesaian sengketa melalui perdamaian (As-sulhu/Ishlah) secara etimologi berarti “memutus pertengkaran atau perselisihan”. Pengertian Ash-shulhu dalam hukum Islam adalah “suatu jenis akad (perjanjian) untuk mengakhiri perlawanan (sengketa) antara dua orang yang berlawanan (sengketa).”171 Penyelesaian melalui perdamaian berarti para pihak yang bersengketa saling melepaskan semua atau sebagian dari tuntutannya, hal ini dimaksudkan agar persengketaan di antara mereka dapat berakhir.172

Shulh173 secara terminologis adalah transaksi untuk mencapai kesepakatan antara dua orang yang berselisih sebagai upaya mengakhiri konflik.174 Shulh hukumnya boleh dan diisyaratkan berdasarkan Al-Quran, hadits, dan Ijtihad (ijma’ dan logika.)175 Dasar dari Ijma’ adalah bahwa ulama telah sepakat diperbolehkannya Shulh diantara orang-orang yang barsangkutan. Dasar dari logika adalah bahwa shulh itu bertujuan memberikan kemashlahatan dan memang manusia membutuhkannya. Syariat Islam mewajibkan supaya memelihara kebutuhan yang sifatnya dhariuriyat, hajiyat, dan tahsiniyat, sedangkan shulh adalah salah satu dari sekian banyak transaksi yang paling banyak manfaatnya untuk memenuhi ketiga kebutuhan itu karena shulh dapat menghentikan pertikaian dan perpecahan.176 Perdamaian merupakan hak manusia yang bersifat tetap, karena ada kemashalahatannya. Syaratnya hak tersebut menyangkut sesuatu yang boleh diambil kompensasi darinya ,baik sesuatu itu boleh diperjual belikan atau tidak, baik berupa harta maupun lainya.177

Pengertian shulhu adalah suatu jenis akad untuk mengakhiri perlawanan antara dua orang yang saling berlawanan, atau untuk mengakhiri sengketa. Di dalam Ash-shulhu ini ada beberapa istilah yaitu: Masing-masing pihak yang mengadakan perdamaian dalam syariat Islam distilahkan musalih, sedangkan persoalan yang diperselisihkan di sebut musalih’anhu, dan perbuatan yang dilakukan oleh salah satu pihak terhadap pihak yang lain untuk mengakhiri pertikaian/pertengkaran dinamakan dengan musalih’alaihi atau di sebut juga badalush shulh.

171 Sayyid Sabiq, Op.Cit., hlm. 189.172 Wirdyaningsih, (et. al), Op.Cit., hlm. 227-228.173 Al-Fairus Abadi: al-Qanus al-manith,(Berikut: Dar al-Fikr,t,t)jus 1,hlm235, dalam Abdullah bin Muhammad Ath-Thayyar,ed.

al., Ensiklopedi Fiqh mu’malat dalam pandangan 4 Madzhab,Riyadh, Madarul-Wathan Lin-Nasyar,2004,hlm,223174 Abdullah bin Muhammad Ath-Thayyar,ed.al., Ibid., hlm. 223175 Abdullah bin Muhammad Ath-Thayyar,ed.al., Ibid., hlm. 223-224. Lihat Renny Supriyatni B., Pengantar Hukum Islam, dasar-

dasar dan Aktualisasinya dlm Hukum Positif, Widya Padjadjaran, Bandung, 2011, hlm. 32.176 Abdullah bin Muhammad Ath-Thayyar,ed.al,ibid.,hlm 225-226.177 Ibid, hlm 230

Page 117: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

108 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Mediasi dalam konsep Islam dikenal dengan istilah Shulhu/Ishlah, arti yang mudah difahami adalah memutus suatu persengketaan. Pengertian shulhu adalah suatu jenis akad/perjanjian untuk mengakhiri perlawanan antara dua orang yang saling berlawanan, atau untuk mengakhiri sengketa. Pelaksanaan shulhu dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu ibra (membebaskan debitur dari sebagian kewajibannya) dan mufadhah (penggantian dengan yang lain), sehingga di dalam perdamaian ini tidak ada pihak yang mengalah total, ataupun penyerahan keputusan pada pihak ketiga. Dalam penerapan yang dapat difahami adalah suatu akad dengan maksud untuk mengakhiri suatu persengketaan antara dua orang yang saling bersengketa yang berakhir dengan perdamaian. Allah telah mengingatkan akan posisi antar sesama manusia, dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 10 yang artinya:

“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah

(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat Rahmat”.

Perjanjian perdamaian yang dibuat harus sesuai dengan asas-asas perjanjian dalam hukum Islam yaitu asas kebebasan, asas persamaan atau kesetaraan, keadilan, kejujuran, dan kebenaran serta asas tertulis sebagaimana akan diuraikan di bawah ini dengan konsekuensi apabila tidak terpenuhi akan mengakibatkan batal atau tidak sahnya perikatan atau perjanjian yang dibuat.178 Asas Kebebasan (Al-Hurriyah), asas ini merupakan prinsip dasar dalam hukum Islam dan hukum perjanjian. Pihak-pihak yang melakukan akad mempunyai kebebasan untuk membuat perjanjian, bebas untuk menentukan objek perjanjian, syarat-syaratnya termasuk menetapkan cara-cara penyelesaian sengketa sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan syariah Islam. Asas Persamaan atau Kesetaraan (Al-Musawah), bahwa kedua belah pihak yang melakukan perjanjian mempunyai kedudukan yang sama. Prinsip persamaan atau kesetaraan ini wajib senantiasa di pegang teguh dalam akad-akad pembiayaan syariah dan harus selalu tercermin baik dalam pasal-pasal yang memuat segi-segi hukum materialnya maupun segi-segi hukum formal termasuk dalam hal penanganan dan atau penyelesaian pembiayaan macet.

178 Fathurrahman Djamil, Op.cit., hlm. 249-251.

Page 118: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 109

Akad/perjanjian harus mengandung Asas Keadilan (Al-‘adalah), bahwa para pihak yang melakukan akad dituntut untuk berlaku benar dalam pengungkapan kehendak dan keadaan, memenuhi perjanjian yang telah mereka buat, dan memenuhi semua kewajibannya. Selain itu memuat Asas Kejujuran dan Kebenaran (Ash-Shidq), kejujuran merupakan suatu nilai etika yang mendasar dalam Islam. Islam dengan tegas melarangkebihingan dan penipuan dalam bentuk apa pun. Terakhir adalah Asas Tertulis (Al-Kitabah) yang dimaksudkan agar akad yang dibuat benar-benar berada dalam kebaikan bagi semua pihak.

Akad yang dibuat harus pula memenuhi Rukun, yaitu unsur yang mutlak harus ada dalam sesuatu hal, peristiwa dan tindakan dan harus memenuhi Syarat, yaitu unsur yang harus ada untuk sesuatu hal, peristiwa dan tindakan tersebut tetapi tidak merupakan esensi dari akad tersebut.179 Rukun dan syarat dalam Hukum Islam berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa memiliki keselarasan dengan syarat-syarat sahnya perjanjian berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata. Hukum perjanjian Islam dan hukum perjanjian berdasarkan KUH Perdata terbukti tidak saling bertentangan satu sama lain, dengan demikian apabila Bank Syariah membuat Akad Pembiayaan Syariah sesuai ketentuan hukum Islam maka dengan sendirinya syarat sahnya perjanjian berdasarkan Pasal 1320 KUH.Perdata secara langsung telah terpenuhi. Tanpa berpedoman kepada Pasal 1320 KUH Perdata sekalipun Akad Pembiayaan Syariah yang dibuat sesuai ketentuan-ketentuan hukum Islam tersebut akan tetap sah dan memiliki akibat hukum baik berdasarkan hukum perjanjian Islam maupun Pasal 1320 KUH Perdata.

Di dalam ash shulhu ada tiga rukun yang harus dipenuhi dalam perjanjiannya oleh orang-orang yang melakukan perjanjian perdamaian tersebut, yaitu ijab, kabul dan lafaz dari perjanjian damai tersebut. Jika ketiga hal tersebut telah terpenuhi maka perjanjian tersebut telah berlangsung sebagaimana yang diharapkan. Perjanjian damai tersebut menimbulkan suatu ikatan hukum yang masing-masing pihak berkewajiban untuk melaksanakannya. Perjanjian damai yang telah disepakati tidak dapat dibatalkan secara sepihak. Jika ada pihak yang tidak menyetujui

179 Ibid., hlm. 251-252.

Page 119: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

110 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

isi perjanjian maka pembatalannya harus atas persetujuan kedua belah pihak.180

Selanjutnya Pertama, perjanjian tidak sah apabila dibuat tanpa adanya konsensus (taradli) atau sepakat dari para pihak yang membuat perjanjian. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. An-Nisa’: 29 dan 4. Ayat ini mensyaratkan adanya rela atau sepakat dalam perjanjian, atau kerelaan hati pihak yang membuat perjanjian. Kedua, kebebasan mengadakan perjanjian harus dibatasi oleh kecapakan para pihak untuk melakukan perjanjian. Artinya, menurut hukum Islam bahwa seseorang yang tidak cakap untuk membuat perjanjian, tidak mempunyai kebebasan untuk membuat perjanjian. Ketiga, para pihak tidak bebas membuat perjanjian terhadap Objek yang dilarang oleh syara’. Keempat, semua perjanjian harus menghindari dari unsur judi dan riba. Tentang hal ini, banyak sekali ketentuan syara’ yang menerangkannya, baik yang terdapat dalam Al-Qur’an, maupun sunnah. Kelima, setiap perjanjian harus mengupayakan terwujudnya keadilan dan menjauhi kezaliman. Keenam, peranan pemerintah untuk mengawasi dan mengatur setiap perjanjian, guna menegakkan kebajikan/kemaslahatan masyarakat.

Syarat sahnya suatu perjanjian perdamaian dapat diklasifikasikan kepada:1) Menyangkut subjek, yaitu musalih (pihak-pihak yang mengadakan

perjanjian perdamaian) Tentang subjek atau orang yang melakukan perdamaian haruslah

orang yang cakap bertindak menurut hukum. Selain cakap bertindak menurut hukum, juga harus orang yang mempunyai kekuasaan atau mempunyai wewenang untuk melepaskan haknya atas hal-hal yang dimaksudkan dalam perdamaian tersebut. Adapun orang yang cakap bertindak menurut hukum dan mempunyai kekuasaan atau wewenang itu seperti:a. Wali, atas harta benda orang yang berada di bawah perwaliannya.b. Pengampu, atas harta benda orang yang berada di bawah

pengampuannyac. Nazir (pengawas) wakaf, atas hak milik wakaf yang berada di

bawah pengawasannya.

180 Abdul Manan, op.cit. hlm 427

Page 120: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 111

2) Menyangkut Objek perdamaian Tentang objek perdamaian haruslah memenuhi ketentuan sebagai berikut:a. Untuk harta (dapat berupa benda berwujud seperti tanah

dan dapat juga benda tidak berwujud seperti hak intelektual) yang dapat dinilai atau dihargai, dapat diserah terimakan, dan bermanfaat.

b. Dapat diketahui secara jelas sehingga tidak melahirkan kesamaran dan ketidak jelasan, yang pada akhirnya dapat pula melahirkan pertikaian yang baru pada objek yang sama.

3) Persoalan yang boleh di damaikan Persoalan atau pertikaian yang boleh atau dapat di damaikan adalah hanyalah sebatas menyangkut hal-hal berikut:a. Pertikaian itu berbentuk harta yang dapat di nilai.b. Pertikaian menyangkut hal manusia yang dapat digant.

Kata lain, perjanjian perdamaian hanya sebatas persoalan-persoalan muamalah (hukum privat). Sedangkan persoalan-persoalan yang menyangkut hak Allah tidak dapat di lakukan perdamaian.

Syarat-syarat sahnya suatu perjanjian damai diklasifikasikan sebagai berikut.181

1. Subjek atau orang yang melakukan perdamaian harus orang yang cakap bertindak menurut hukum. Selain itu, orang yang melaksanakan perdamaian harus orang yang mempunyai kekuasaan atau mempunyai wewenang untuk melepaskan haknya atau hal-hal yang dimaksudkan dalam perdamaian tersebut.

2. Perjanjian perdamaian harus memenuhi ketentuan yakni pertama, berbentuk harta, baik berwujud maupun yang tidak berwujud seperti hak milik intelektual yang dapat dinilai atau dihargai, dapat diserahterimakan dan bermanfaat, kedua dapat diketahui secara jelas sehingga tidak melahirkan kesamaran dan ketidakjelasan yang pada akhirnya dapat melahirkan pertikaian baru terhadap objek yang sama

3. Hal-hal yang dapat dan boleh didamaikan hanya dalam bentuk pertikaian harta benda yang dapat dinilai dan sebatas hanya kepad ahak-hak manusia yang dapat diganti. Artinya perdamaian tersebut hanya boleh dalam bidang muamalah saja, sedangkan hal-hal yang menyangkut hak Allah SWT tidak dapat didamaikan.

181 Abdul Manan, op.cit., hlm 428-429

Page 121: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

112 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

4. Perjanjian damai dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu diluar sidang pengadilan atau melalui sidang pengadilan. Diluar sidang pengadilan, perjanjian damai dapat dilakukan oleh pihak yang berselisih tanpa melibatkan pihak lain atau dapat pula melibatkan pihak lain sebagai wasit (arbitrase).

Dalam praktik dimasyarakat, perjanjian perdamaian yang dilakukan diluar sidang pengadilan tetap dibuatkan dalam bentuk tertulis dengan tujuan menghindari terjadinya sengketa yang sama dikemudian hari.182

Secara garis besar ash-shulhu terbagi atas empat macam, yaitu:1) Perdamaian antara kaum muslimin dengan masyarakat non muslim,

yaitu membuat perjanjian untuk meletakkan senjata dalam masa tertentu (dewasa ini dikenal dengan istilah gencatan senjata), secara bebas atau dengan jalan mengganti kerugian yang diatur dalam undang-undang yang disepakati dua belah pihak.

2) Perdamaian antara penguasa (imam) dengan pemberontak, yakni membuat perjanjian-perjanjian atau peraturan-peraturan mengenai keamanan dalam Negara yang harus ditaati, lengkapnya dapat dilihat dalam pembahasan khusus tentang bughat.

3) Perdamaian antara suami dan istri dalam sebuah keluarga, yaitu membuat perjanjian dan aturan-aturan pembagian nafkah, masalah durhaka, serta dalam masalah menyerahkan haknya kepada suaminya manakala terjadi perselisihan.

4) Perdamaian antara para pihak yang melakukan transaksi (perdamaian dalam muamala), yaitu membentuk perdamaian dalam mesalah yang ada kaitannya dengan perselisihan-perselisihan yang terjadi dalam masalah muamalah.

b. Arbitrase (al-Tahkim)183

Dalam perspektif Islam juga dikenal penyelesaian sengketa melalui Arbitrase, yang dalam Islam disepadankan dengan istilah Tahkim. Tahkim berasal dari kata Hakkama, secara etimologi berarti mewujudkan seseorang sebagai suatu sengketa.184 Pengertian ini erat kaitannya dengan pengertian menurut terminologisnya. Dalam upaya penyelesaian sengketa, ketika shulh

182 Suhrawardi K lubis dan Farid Wajdi, Hukum Ekonomi Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm. 195-196.183 Ibid, hlm. 91184 A. Rahmat Rosyadi, Arbitrase Dalam Perpektif Islam Dan Hukum Positif, Bandung, Citra Aditya Bhakti, 2002, hlm. 43

Page 122: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 113

tidak dapat dilaksanakan, maka upaya selanjutnya dilaksanakan melalui peradilan (al-qadha). Kata al-qadla, secara harfiah berarti memutuskan atau menetapkan. Menurut istilah fikih kata tersebut berarti menetapkan hukum syara’ pada suatu peristiwa atau sengketa untuk menyelesaikannya secara adil dan mengikat. Lembaga peradilan semacam tersebut, berwenang menyelesaikan perkara-perkara tertentu yang mencakup perkara-perkara masalah keperdataan, termasuk ke dalamnya hukum keluarga (madaniat dan al-ahwal asy-syakhsiyah), dan masalah tindak pidana (jinayat).185 Pihak yang bersengketa, menyelesaikan sengketa mereka masing-masing di pengadilan.

Penyelesaian sengketa oleh pihak ketiga yang ditunjuk secara langsung secara sukarela oleh pihak-pihak yang bersengketa dengan tujuan untuk mengakhiri sengekta dan dua belah pihak akan mentaati penyelesaian oleh hakam atau para hakam yang ditunjuk. Pengertian tahkim secara etimologi berarti “mendirikan hakim.”186 Sedangkan menurut terminologi definisi arbitrase adalah sebagai berikut: 1) Abu Al-Ainanin Abdul Fatah Muhammad “Tahkim adalah bersandarnya dua orang yang bertikai kepada

seseorang yang mereka ridhai keputusannya untuk menyelesaikan pertikaian mereka (para pihak).”187

2) Abdul Karim Zaidan “Tahkim adalah pengangkatan atau penunjukan secara sukarela dari

dua orang yang bersengketa akan seseorang yang mereka percaya untuk menyelesaikan perkara/pertikaian mereka.”188

3) Satria Effendi M. Zein. “Tahkim adalah suatu penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh

hakam yang dipilih atau ditunjuk secara sukarela oleh dua orang yang bersengketa untuk mengakhiri sengketa antara mereka dan kedua belah pihak akan mentaati hasil keputusan penyelesaian oleh hakam/para hakam yang mereka tunjuk.”189

185 Ibid., hlm. 5.186 Mahmud Yunus, Op.Cit.,, hlm. 106.187 Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2000, cet 1, hlm. 186. Mengutip dari kitab Al-Qadla

wa Al-Itsbat fi Al-Fiqh Islami. 188 Satria, Op.Cit., hlm. 8. Mengutip dari Kitab Nidzam al-qadha fi asy-Syariat al-Islamiyat..189 Ibid.

Page 123: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

114 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

4) Said Agil Husein Al Munawar,190 pengertian tahkim menurut kelompok ahli Hukum Islam mazhab hanafiyah adalah memisahkan persengketaan atau menetapkan hukum diantara manusia dengan ucapan yang mengikat kedua belah pihak yang bersumber dari pihak yang mempunyai kekuasaan secara umum. Pengertian tahkim dari ahli hukum kelompok syafi’iyah yaitu memisahkan pertikaian antara pihak yang bertikai atau lebih dengan hukum Allah atau menyatakan dan menetapkan hukum syara’ terhadap suatu peristiwa yang wajib dilaksanakannya.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tahkim adalah suatu metode penyelesaian sengketa di luar pengadilan melalui hakam yang dipercaya untuk mengakhiri sengketa para pihak yang dipilih secara sukarela dengan konsekuensi para pihak harus melaksanakan hasil keputusan hakam tersebut. Tiga komponen penting dalam penyelesaian melalui tahkim yaitu pertama, mushalih yaitu para pihak yang mengadakan perjanjian, kedua, mushalih ‘anhu yaitu persoalan yang dipersengketakan, ketiga, mushalih ‘alaihi atau badalush shulhu yaitu arbiter yang ditunjuk.191 Dengan demikian, arbitrase sepadan dengan tahkim dalam hukum Islam.

Hukum Islam (Rasulullah SAW membenarkannya) melembagakan tahkim (Lembaga arbitrase) sebagai tatanan yang positif karena tahkim mengandung nilai-nilai positif dan konstruktif yang dapat diidentifikasi sebagai berikut.192

1. Kedua pihak menyadari sepenuhnya perlunya penyelesaian yang terhormat dan bertanggung jawab;

2. Secara sukarela mereka menyerahkan penyelesaian persengketaan itu kepada orang atau lembaga yang disetujui dan dipercayanya;

3. Secara sukarela mereka akan melaksanakan putusan dari arbiter sebagai konsekuensi atas kesepakatan mereka mengangkat Arbiter. Kesepakatan mengandung janji dan janji itu harus ditepati (QS 17:24);

4. Mereka menghargai hak orang lain, sekalipun orang lain itu adalah lawannya;

5. Mereka tidak ingin merasa benar sendiri dan mengabaikan kebenaran yang mungkin ada pada orang lain;

190 Said Agil Husein Al Munawar, Pelaksanaan Arbitrase di Dunia Islam, Dalam Arbitrase Islam di Indonesia, BAMUI & BMI, Jakarta, 1994, hlm 48-49

191 A. Rahmat Rosyadi dan Ngatino, Op.Cit.,hlm. 45.192 Rahmat Rosyadi dan Ngatino, op.cit., hlm.108-109

Page 124: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 115

6. Mereka memiliki kesadaran hukum dan sekaligus kesadaran bernegara/bermasyarakat, sehingga dapat dihindari tindakan main hakin sendiri;

7. Sesungguhnya pelaksanaan tahkim/Arbitrase itu di dalamnya mengandung makna musyawarah dan perdamaian.

c. Proses Peradilan (al-Qadha) atau Kekuasaan Kehakiman (Wilayat Al Qadha) 193

Al-Qadha secara harfiah berarti memutuskan atau menetapkan atau menurut istilah fiqh berarti menetapkan hukum syara’ pada suatu peristiwa atau sengketa untuk menyelesaikannya secara adil dan mengikat. Hukum Islam mengatur berbagai aspek kehidupan, yaitu mengatur hubungan vertikal yaitu hubungan dengan sang Maha Pencipta dan hubungan horizontal yaitu hubungan antar manusia dan alam. Islam sangat menjunjung tinggi persatuan dan membenci perpecahan atau permusuhan. Oleh karena itu, Islam mengatur penyelesaian-penyelesaian apabila terjadi sengketa atau tindak pidana yaitu melalui pengadilan kekuasaan kehakiman (wilayat al-qadha), atau luar pengadilan yaitu melalui perdamaian (as-sulhu/ishlah) dan arbitrase (tahkim).194

Di dalam kitab fiqih sunah 195 dijelaskan bahwa diantara saran terpenting mewujudkan keadilan, menjaga hak-hak dan memelihara nyawa, kehormatan dan harta benda adalaah dengan menegakkan sistem peradilan yang diwajibkan di dalam Islam. Orang yang pertama kali bertanggungjawab dalam urusan peradilan adalah Rasululah SAW. Allah SWT sendiri yang memerintahkan kepada Rasulullah SAW untuk memutuskan perkara dengan merujuk pada apa yang diwahyukan kepadanya, sebagai terdapat di Al Quran surat An Nisa ayat 105-106.

Kepala Negara wajib mengangkat hakim untuk menegakkan suatu hukum di kalangan masyarakat. Kepala Negara berhak memaksa siapa saja yang layak untuk diangkat sebagai hakim. Beberapa Sabda Nabi Muhammad SAW tentang hakim:

193 Ibid, hlm. 92194 Wirdyaningsih, (et. al), Op.Cit., hlm. 227. 195 Sayyid Sabiq, op.cit., hlm.505-526.

Page 125: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

116 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Sesungguhnya Allah beserta seorang hakim selama hakim itu tidak berlaku zalim. Jika ia berlaku zalim, Allah meninggalkannya dan setan gangi mendampinginya (HR Ibnu Majah dan Tirmdzi).

Barang siapa menginginkan jabatan hakim, dan meminta bantuan orang lain untuk memuluskan keinginannya itu, maka Allah membiarkannya mengurus dirinya sendiri. Dan barang siapa dipaksa untuk menjabatnya maka Allah akan menurunkan malaikat untuk membimbingnya (HR Tirmidzi dan Abu Dawud) Allah melaknat orang yang menyuap dan yang disuap dalam peradilan (HR Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Tirmidzi).

Seorang hakim hendaklah orang yang yang punya pengetahuan cukup tentang Al Quran dan Hadist serta mampu membedakan perkara yang benar dan salah, juga harus jauh dari sikap zalim dan hawa nafsu. Bahkan para ulama fiqih mensyartkan agar seorang hakim harus mencapai derajat mujtahid sehingga dia mengetahui ayat-ayat ahkam dan hadist-hadist ahkam, mengetahui pendapat-pendapat para ulama terdahulu, permasalahan apa yang diperdebatkan dan apa apa yang disepakati, serta menguasai bahasa arab, memahami qiyas, juga seorang muakkalaf, laki-laki, adil, mendengar, melihat dan berbicara.

Tiga macam lembaga penegak hukum dalam hukum Islam yaitu: pertama, Al-Qadha yaitu lembaga peradilan yang menyelesaikan perkara-perkara perdata dan pidana. Kedua, Al-Hisbah yaitu badan resmi Negara yang berwenang untuk menyelesaikan masalah-masalah atau pelanggaran-pelanggaran ringan yang menurut sifatnya tidak memerlukan proses peradilan untuk menyelesaikannya. Ketiga, Al-Madzalim yaitu badan yang dibentuk khusus oleh pemerintah untuk membela orang-orang yang teraniaya akibat sikap semena-mena dari para pembesar Negara atau keluarganya.196 Para ulama hukum Islam membagi kekuasaan kehakiman (wilayat al-qadha)197 menjadi 3 bagian yaitu:1) Peradilan (Al-Qadha) Menurut bahasa, al qadha berarti memutuskan atau menetapkan.

Menurut istilah berarti menetapkan hukum syara’ pada suatu peristiwa atau sengketa untuk menyelesaikannya secara adil dan mengikat. Kewenangan yang yang dimiliki oleh lembaga ini adalah menyelesaikan perkara-perkara tertentu yang berhubungan dengan

196 Satria, Op.Cit., hlm. 5-6. 197 Abdul Manan, op.cit., hlm. 434-437.

Page 126: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 117

masalah keperdataan, termasuk di dalamnya hukum keluarga (al ahwal asy syakhsiyah) dan masalah-masalah yang menyangkut pidana (jinayat).

Orang yang diberi kewenangan menyelesaikan perkara di pengadilan disebut dengan qadhi (hakim). Dalam catatan sejarah, seorang yang pernah menjadi hakim (qadhi) yang cukup lama yaitu selama dua periode yakni pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib dan pada masa pemerintahan Bani Umayyah. Disampang tugas-tugas menyelesaikan perkara, para hakim pada pemerintahan Bani Umayyah diberi tugas juga untuk menikahkan wanita yang tidak memiliki wali, pengawasan baitul mal dan mengangkat pengawas anak yatim.

2) Al Hisbah Al Hisbah adalah lembaga resmi Negara yang diberi wewenang

untuk menyelesaikan masalah-masalah atau pelanggaran ringan yang menurut sifatnya tidak memerlukan proses peradilan dalam menyelesaikannya. Kewenangan lembaga ini meliputi dakwaan yang terkait dengan kecurangan dan pengurangan takaran atau timbangan, dakwaan yang terkait dengan penipuan dalam komoditas dan harga seperti pengurangan dan timbangan di pasar, menjual bahan makanan yang kadaluarsa dan dakwaan yang berkaitan dengan penundaan pembayaran utang padahal pihak yang berhutang mampu membayarnya.

3) Al Mudzalim Badan ini dibentuk oleh Pemerintah untuk membela orang-

orang teraniya akibat sikap semena-mena dari pembesar Negara atau keluarganya, yang biasanya sulit untuk diselesaikan oleh pengadilan biasa dan kekuasaan hisbah. Kewenangan yang dimiliki oleh lembaga ini adalah menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran hukum yang dilakukan oleh aparat atau pejabat pemerintah seperti sogok menyogok, tindakan korupsi, dankebijakan pemerintah yang merugikan masyarakat. Orang yang berwenang menyelesaikan perkara ini disebut dengan nama wali al-Mudzalim atau al-nadlir.

Memperhatikan tugas yang diemban oleh Al-nadlir maka orang yang diangkat sebagai pejabat dalam lingkungan wilayah ini haruslah orang yang pemberani dan sanggup melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukan oleh hakim biasa. Tugas-tugas al-

Page 127: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

118 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

muadzalim pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW sednri namun badan ini baru berkembang pada pemerintahan Bani Umayyah pada masa pemerintahan Abdul Malik Ibn Marwan (orang yang pertama kali mendirikan badan urusan al mudzalim. Kemudian khalifah Umar ibn Abdul Aziz memperbaiki kinerja lembaga ini dengan mengurus dan membela harta rakyat yang pernah dizholimi oleh pejabat kekuasaan yang sebelumnya-lembaga ini sangat berwibawa karena tidak segan-segan menghukum para pejabat yang bertindak zalim kepada masyarakat).

c. Lembaga-lembaga Mediasi Non-Litigasi di Indonesia Saat ini cakupan struktur dalam praktik perbankan Syariah Indonesia terdiri

dari Bank Indonesia (sebagai lembaga bank sentral/moneter perbankan), Departemen Keuangan (sebagai lembaga pemberi penjaminan pemerintah). Otoritas Jasa Keuangan serta Dewan Pengawas Syariah/MUI, termasuk pula Lembaga Forum Penyelesaian Sengketa Bisnis Perbankan Syariah yaitu BANI, BASYARNAS, Mediasi Perbankan oleh OJK, Mediasi syariah yang didirikan oleh Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) hingga lembaga peradilan baik peradilan umum maupun peradilan agama.198

Lembaga mediasi non-pengadilan adalah lembaga mediasi yang memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk menyelesaikan sengketa. biasanya lembaga ini berbentuk badan hukum yayasan. Beberapa lembaga yang melakukan kegiatan mediasi di luar pengadilan (non litigasi), sebagai berikut: 1). Pusat Mediasi Nasional 199

Pusat Mediasi Nasional (selanjutnya ditulis PMN) didirikan sebagai badan penyelesaian alternatif masalah ditujukan untuk menyelesaikan masalah ekonomi dan bisnis. PMN atau Pusat Mediasi Nasional adalah lembaga non profit yang menyediakan pelatihan dan pelayanan dalam bidang mediasi untuk berbagai kasus seperti kasus-kasus dalam bidang hukum, bank, tehnik dan bisnis. PMN sebagai lembaga penyelesaian sengketa alternative ditujukan untuk menyelesaikan konflik komersial, diresmikan pada tanggal 4 September 2003 oleh Menteri Kordinator Perekonomian (Bapak Dorodjatun Kuntjoro Jakti) dan Ketua Mahkamah Agung (Bapak Bagir

198 Dikutip dan diolah: Syahrizal Abbas, Mediasi Dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional, Cetakan Kedua, Kencana, Jakarta, 2012, hlm. 336-370.

199 Sumber data diolah dari hasil Pelatihan dan kunjungan ke lokasi penelitian, Kantor PMN Di Gd Subud, Cilandak, Jakarta Selatan, Wawancara dengan Ibu Rika, S.H. (sekretrais Ketua PMN).

Page 128: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 119

Manan). Tujuan pembentukan PMN secara umum adalah ikut meningkatkan perekonomian Indonesia, dalam hal revitalisasi perekonomian Indonesia, khususnya ketika gairah dunia bisnis sedang meningkat dan menjadikan mediasi sebagai alternative di dalam menyelesaian sengketa agar tidak terjadi penumpukan kasus di Pengadilan.

Pendiri PMN adalah orang-orang yang berpengalaman di Jakarta Initiative Task Force (JITF) adalah institusi pemerintah yang berdiri pada bulan November 1998 yang bersama dengan BPPN/Badan Penyehatan Perbankan Nasional atau IBRA/Indonesian Bank Restructuring Agency berada dibawah naungan Komite Kebijakan Sektor Keuangan/KKSK) yang secara efektif menggunakan mediasi dalam membantu restrukturisasi utang perusahaan mereka yang saat itu berjumlah kurang lebih 20.5 miliar USD. JITF dan BPPN diberi tugas saat terjadinya krisis moneter untuk membantu menyelesaikan kekacauan ekonomi akibat krisis tersebut dimana banyak pinjaman menjadi buruk menyusul depresiasi rupiah besar-besaran. PMN merupakan lembaga yang unik dan strategis dalam menyediakan mediator utk berbagai sengketa/kasus. Di PMN ada sekitar 100 mediator bersertifikat dengan latar belakang disiplin yang beraneka ragam siap menjadi mediator jika diperlukan.

Pada 11 September 2003, Ketua Mahkamah Agung mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung No. 02 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Perma ini mengharuskan semua sengketa perdata harus diselesaikan melalui mediasi terlebih dahulu sebelum masuk ke Pengadilan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi jumlah kasus-kasus baru yang masuk ke pengadilan, dan dalam mendukung Perma tersebut, PMN telah ditetapkan sebagai salah satu penyedia latihan mediasi untuk para hakim.

Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh PMN antara lain:1. Memberikan mediasi baik dil luar pengadilan maupun di dalam

pengadilan2. memberikan/menjadi co-mediatior3. memberikan pelatihan dan sertifikasi mediasi (40 jam)4. memberikan pelatihan mediasi singkat5. Memberikan pelatihan negosiasi6. Memberikan pelatihan conflict competencies7. Pembuatan sistem penanganan sengketa

Page 129: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

120 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

8. Sosialisasi mediasi Saat ini PMN telah terakreditasi oleh Mahkamah Agung RI untuk

periode ketiga yaitu berdasarkan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI No. 136/KMA/SK/VIII/2014 bertanggal 21 Agustus 2014. Berdasarkan akreditasi ini PMN dipercaya oleh Mahkamah Agung untuk memberikan pelatihan dan menerbitkan sertifikasi mediator yang diterima diseluruh Pengadilan tungkat pertama di seluruh Indonesia. Mediator yang telah memiliki sertifikat yang diterbitkan oleh PMN dapat mendaftar pada seluruh pengadilan negeri atau pengadilan agama di seluruh Indonesia untuk menjadi mediator tercatat.

2). Indonesian Institute For Conflict Transformation (IICT) IICT merupakan lembaga yang memfokuskan kegiatannya pada mediasi

dalam bidang transformasi dan manajemen konflik.3). Badan Arbitrase Nasional (BANI) BANI didirikan untuk memberikan pelayanan penyelesaian sengketa

perdagangan, industri dan keuangan secara adil dan cepat, baik bersifat nasional maupun internasional.

4). Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI) BAPMI menyelesaikan sengketa atau beda pendapat yang berhubingan

dengan kegitan di pasar modal indonesia dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku sepenuhnya dikuasai sepenuhnya oleh para pihak.

5). Badan Arbitrase Syariah Nasional (selanjutnya ditulis Basyarnas) Dasar pemikiran lahirnya bentuk penyelesaian sengketa melalui jalur non

litigasi seperti Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (selanjunya ditulis Bamui) yang pada akhirnya berubah menjadi Badan Arbitrase Syari’ah Nasional (Basyarnas) setelah kelahiran Bank Syariah dan Unit Usaha Syari’ah (selanjutnya ditulis UUS) lainnya. Bamui didirikan pada tanggal 21 Oktober 1993 yang dimotori pendiriannya oleh Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Landasan hukum dibentuknya Bamui, yaiu adanya anjuran Al Qur’an tentang perlunya perdamaian. menurut tradisi Islam dahulu di dalam menyelesaikan sengketa yang menyangkut praktik-praktik bisnis, hak milik atas tanah, hak waris dan hak-hak lainnya melalui juru damai atau wasit-wasit yang ditunjuk oleh masing-masing pihak yang berselisih.

Page 130: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 121

Basyarnas berkedudukan di Jakarta dengan cabang-cabang atau perwakilan ditempat-tempat lain yang dianggap perlu. Basyarnas pada saat didirikan bernama Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (selanjuntnanya ditulis Bamui). Bamui didirikan pada tanggal 21 Oktober 1993, berbadan hukum yayasan. Akte pendiriannya di tandatangani oleh Ketua Umum MUI Bp. KH. Hasan Basri dan Sekretaris Umum Bp. HS Prodjokusumo. Bamui dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia (selanjutnya ditulis MUI) berdasarkan keputusan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) MUI tahun 1992. Perubahan nama dari Bamui menjadi Basyarnas diputuskan dalam Rakernas MUI tahun 2002. Perubahan nama, perubahan bentuk dan pengurus Bamui dituangkan dalam SK MUI No. Kep-09/MUI/XII/2003 tanggal 24 Desember 2003. Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas) sesuai dengan Pedoman Dasar yang ditetapkan oleh MUI: ialah lembaga hakam yang bebas, otonom dan independent, tidak boleh dicampuri oleh kekuasaan dan pihak-pihak manapun.

Basyarnas adalah perangkat organisasi MUI sebagaimana DSN (Dewan Syariah Nasional), LP-POM (Lembaga Pengkajian, Pengawasan Obat-obatan dan makanan), YDDP (Yayasan Dana Dakwah Pembangunan). Dasar hukum pembentukan lembaga Basyarnas sebagai berikut:a) Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketab) SK MUI (Majelis Ulama Indonesia) SK. Dewan Pimpinan MUI No. Kep-09/MUI/XII/2003 tanggal 24

Desember 2003 tentang Badan Arbitrase Syariah Nasional. Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) adalah lembaga hakam (arbitrase syariah) satu-satunya di Indonesia yang berwenang memeriksa dan memutus sengketa muamalah yang timbul dalam bidang perdagangan, keuangan, industri, jasa dan lain-lain.

c). Fatwa DSN-MUI. Semua fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia

(DSN-MUI) perihal hubungan muamalah (perdata) senantiasa diakhiri dengan ketentuan: ”Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah”.

Page 131: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

122 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Tujuan Badan Arbitrase Syariah Nasional200

a. Menyelesaikan perselisihan/sengketa-sengketa keperdataan dengan prinsip mengutamakan usaha-usaha perdamaian/islah (surat Al-Hujurat ayat (9) dan An-Nisa ayat (128)).

b. Menurut Mariam Darus Badrulzaman, lahirnya Badan Arbitrase Syariah Nasional ini sangat tepat karena melalui Badan Arbitrase tersebut, sengketa-sengketa bisnis yang operasionalnya menggunakan Hukum Islam dapat diselesaikan dengan mempergunakan Hukum Islam,

c. Basyarnas sebagai suatu lembaga permanen, berfungsi untuk menyelesaikan kemungkinan terjadinya sengketa perdata diantara bank-bank syariah dengan para nasabahnya dan antara sesame umat Islam yang melakukan hubungan-hubungan keperdataan yang menjadikan syariah Islam sebagai dasarnya.

d. Memberikan penyelesaian yang adil dan cepat dalam sengketa-sengketa muamalah/perdata yang timbul dalam bidang perdagangan, industri, jasa dan lain-lain; atas permintaan pihak-pihak dalam suatu perjanjian, dapat memberikan suatu pendapat yang mengikat mengenai suatu persoalan berkenaan dengan perjanjian tersebut.

Kewenangan Basyarnas201

a. Menyelesaikan secara adil dan cepat sengketa muamalah (perdata) yang timbul dalam bidang perdagangan, keuangan, industri, jasa dan lain-lain yang menurut hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa, dan para pihak sepakat secara tertulis untuk menyerahkan penyelesaiannya kepada Basyarnas sesuai dengan Prosedur Basyarnas.

b. Memberikan pendapat yang mengikat para pihak tanpa adanya suatu sengketa mengenai persoalan berkenaan dengan suatu perjanjian.

Di Indonesia, sengketa yang dapat diperiksa dan diselesaikan melalui arbitrase sangat limitatif. UU arbitrase Indonesia yang baru secara eksplisit menentukan jenis sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase, yaitu hanya sengketa di bidang perdagangan (commercial law) dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa. Sedangkan sengketa yang

200 Ibid, hlm.45.201 Badan Arbitrase Syariah Nasional, op.cit., hlm.8.

Page 132: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 2: Perbankan Syariah 123

menurut UU tidak dapat diadakan perdamaian, tidak dapat diselesaikan melalui forum arbitrase.202

6). Lembaga Mediasi Pada Bank Indonesia Mediasi perbankan adalah mediasi yang diselenggarakan oleh lembaga

mediasi independent yang dibentuk oleh asosiasi perbankan.7). Lembaga Mediasi Pada Perguruan Tinggi Di beberapa perguruan tinggi di indonesia memiliki lembaga mediasi

tersendiri untuk menyelesaikan konflik yang terjadi didalam perguruan tinggi tersebut.

8). Badan Mediasi Syariah (BaMES)203

Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) membentuk badan mediasi ekonomi syariah (selanjutnya ditulis BaMES) untuk menyelesaikan sengketa yang melibatkan lembaga keuangan syariah, antara lain Bank Syariah. Badan ini akan melengkapi fungsi Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas) bentukan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Badan Mediasi Ekonomi Syariah yang kemudian disingkat BaMES merupakan Badan Semi Otonom yang didirikan dan pengurusnya dipilih oleh Pengurus Pusat Masyarakat Ekonomi Syariah (PPMES). BaMES telah resmi dilantik bertepatan dengan Munas II MES yang dilaksanakan pada 17 Desember 2012 di The Sultan Hotel Jakarta. BaMES terdiri atas sejumlah pakar hukum dan ekonomi syariah dari Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES). Menurut Sekretaris Jenderal Masyarakat Ekonomi Syariah Muhammad Syakir Sula mengatakan bahwa, personil Basyarnas pun dapat masuk ke Bames ini. Kesepakatan dari hasil mediasi Bames akan setara dengan putusan pengadilan karena terdaftar dalam lembaga peradilan Tanah Air.

Sutito, selaku Ketua Badan Mediasi Ekonomi Syariah menjelaskan terkait peran Badan Mediasi Ekonomi Syariah dalam melengkapi Pengadilan Agama, Pengadilan Negeri maupun Basyarnas dalam menangani perkara-perkara ekonomi syariah yang mana bukan menghasilkan putusan melainkan kesepakatan bersama (win-win solution). Selain itu, Sutito menjelaskan terkait rencana BaMES bekerjasama dengan Pusat Mediasi

202 Eman Suparman, op.cit, hlm.114.203 Sumber data diolah dari narasumber: Agustianto, pada pemberian materi mengenai “Restrukturisasi Pembiayaan bermasalah

dalam Perspektif Syariah”, yang terdapat dalam Modul Executif Training, Restrukturisasi Pembiayaan Bermasalah Di Bank Syariah, Iqtishad, Angkatan 138, Jakarta 25 – 27 Juni 2015.

Page 133: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

124 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Nasional (PMN) dan Indonesian Institute For Conflict Transformation (ICCT) dalam melaksanakan Pelatihan dan Sertifikasi Mediator Ekonomi Syariah yang rencananya akan dilaksanakan pada akhir juni 2012. Tenaga Mediator yang memahami ekonomi syariah sendiri sangat dibutuhkan untuk pengadilan negeri maupun pengadilan agama untuk membantu menangai perkara-perkara ekonomi syariah, antara lain sengketa perbankan syariah.

Page 134: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 3: Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Luar Pengadilan 125

A. PERKEMBANGAN PENYELESAIAN SENGKETA DI LUAR PENGADILAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Pada dasarnya setiap sengketa yang muncul menyangkut kedalam tiga aspek, yaitu:204

1. Aspek Yuridis, yakni adanya perbedaan antara das sein dan das sollen atau perbedaan antara kenyataan yang terjadi dengan norma yang seharusnya dijalankan sehingga sesuatu yang terjadi itu sebenarnya merupakan hal yang secara normatif seharusnya tidak boleh terjadi atau tidak boleh dilakukan.

2. Aspek Sosiologis, yakni adanya fakta yang membuat suatu pihak merasa dirugikan oleh pihak lawan dan tidak mau secara sukarela mengganti kerugian atau menyelesaikan dengan damai.

3. Aspek Psikologis, yakni bahwa pada hakikatnya sengketa terjadi antara manusia dan kapasitas apa pun. Rasa emosional inilah yang memunculkan adanya sengketa.Terjadinya sengketa dalam aktivitas perbankan syariah merupakan risiko

logis dari suatu hubungan bisnis, munculnya sengketa dapat disebabkan oleh wanprestasi, perbuatan melawan hukum, dan risiko usaha.

Al-Quran merupakan sumber hukum utama dan pertama hadir dengan ajarannya yang kental dengan nuansa sosial melalui aturan hukum dan penggambaran sejarah masa lalu. Fokus utama ajaran Al-Quran ditujukan

204 A.Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1996. hlm. 39.

PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH DI LUAR PENGADILAN

BAB 3

Page 135: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

126 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

kepada manusia, karena manusia adalah makhluk Allah yang mendapat tugas memakmurkan bumi. Dalam tugasnya sebagai khalifah Allah, manusia menghadapi sejumlah tantangan berupa konflik dan kepentingan manusia yang berbeda satu sama lain. Al-Quran memuat sejumlah prinsip resolusi konflik dan penyelesaian sengketa yang dapat digunakan manusia dalam mewujudkan kehidupan harmoni, damai, adil, dan sejahtera. Keterlibatan manusia dengan konflik sudah diinformsikan Al-Quran jauh sebelum diciptakannya manusia. Al-Quran menggambarkan dengan jelas bagaimana keinginan Allah menjadikan manusia sebagai khalifah-Nya dibumi, mendapat tantangan dari malaikat.malaikat khawatir dengan keberadaan manusia sebagai khalifatullah fil ardh, karena manusia cenderung melakukan kerusakan dan pertumpahan darah di muka bumi.205

Dalam dimensi hukum, konflik atau persengketaan terjadi dikarenakan para pihak merasakan hak dan kewajiban mereka tidak terpenuhi. Mereka berusaha menuntut hak dan mendapatkan keadilan. Keadilan dalam masyarakat akan tegak bila orang mendapatkan hak sesuai dengan ajaran Al-qur’an dan Hadits Nabi Muhammad. Sebaliknya, masyarakat akan hancur dan dzalim bila keadilan tidak ditegakkan dan orang memperoleh hak, bukan berdasarkan ketentuan yang sah dan benar. Kedzaliman, Ketidakadilan dan perampasan hak, merupakan faktor dominan yang menyebabkan hancurnya suatu masyarakat. Oleh karena itu, Al-Qur’an mengajak setiap muslim untuk menegakkan keadilan. Keadilan adalah ajaran dasar dalam Islam dan kehadiran Nabi Muhammad membawa misi menegakkan keadilan. Dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan dalam Surat An-Nahl ayat 90. Allah Swt.206 menghendaki keadilan ditegakkan di manapun dan kapanpun, baik terhadap diri sendiri, keluarga maupun masyarakat.

Al-Qur’an menjelaskan bahwa konflik dan sengketa yang terjadi di kalangan umat manusia adalah suatu realitas. Manusia sebagai khalifah-Nya di bumi dituntut untuk menyelesaikan sengketa, karena manusia dibekali akal dan wahyu dalam menata kehidupannya. Pola penyelesaian sengketa dapat dirumuskan manusia dengan merujuk pada sejumlah ayat Al-Qur’an, Hadits Nabi, praktik adat dan berbagai kearifan lokal. Kolaborasi dari sumber ini, akan memudahkan manusia mewujudkan kedamaian dan keadilan, karena solusi yang ditawarkan berdasarkan pada ajaran agama, sekaligus memiliki akar dalam budaya.207 Penegakan keadilan menurut Al-Quran dapat dilakukan melalui proses pengadilan

205 Syahrizal Abbas, Mediasi Dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional, Cetakan Kedua, Kencana, Jakarta, 2012, hlm. 112-115. http://www.wmc-iainws.com/detail_artikel.php?id=6.

206 Syahrizal Abbas,. http://www.wmc-iainws.com/detail_artikel.php?id=6, Idem..207 Syahrizal Abbas,. http://www.wmc-iainws.com/detail_artikel.php?id=6

Page 136: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 3: Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Luar Pengadilan 127

(mahkamah) maupun di luar proses pengadilan. Pemenuhan hak dan penegakan keadilan melalui mahkamah mengikuti ketentuan formal yang diatur dalam ajaran Islam. Oleh karena itu, perhatian Al-Qur’an diberikan sangat serius kepada orang yang mendapat kepercayaan menegakkan keadilan di mahkamah, yaitu hakim (qadhi). Merekalah yang memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara yang menjadi kewenangannya. Para hakim atau qadhi memiliki kekuasaan penuh untuk menegakkan hukum Allah, karena dialah yang diberikan kekuasaan untuk menyatakan “putih atau hitamnya sesuatu”, menentukan bersalah atau tidak.

Dialog malaikat dengan Allah dilukiskan Al-Quran dalam Surat Al-Baqarah ayat 30 yang artinya: ”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. “Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi adalah orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau. “Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengeluh apa yang tidak kamu ketahui”. Ayat tersebut menggambarkan bahwa manusia memang memiliki kecenderungan berkonflik dan melakukan tindak kekerasan. Selain itu bahwa manusia adalah pelaku utama konflik dan manusia pula yang akan menyelesaikan konflik. Prinsip resolusi konflik yang dimiliki Al-Quran diwujudkan oleh Nabi Muhammad dalam berbagai bentuk fasilitasi, negosiasi, ajudikasi, rekonsiliasi, mediasi, arbitrase, dan penyelesaian sengketa melalui lembaga peradilan (litigasi).208

Selanjutnya, Umat muslim telah mengenal dan melaksanakan arbitrase (lembaga hakam) sebagai pranata sosial semenjak awal kehadiran Islam dan Hukum Islam. Hukum Islam sebagai sebuah sistem telah mengatur berbagai aspek kehidupan manusia dengan sempurna. Hukum Islam sebagai hukum yang nilai-nilainya langsung dipandu oleh Allah Swt. sebagai Tuhan semesta alam tentu memberikan panduan yang cermat dan sempurna, termasuk dalam hal ini adalah mengenai penyelesaian sengketa. Sejarah Hukum Islam bila ditelusuri tidak mungkin dipisahkan dari pembawa risalah Islam yaitu Nabi Muhammad SAW, karena sejarah mencatat beliaulah yang membentuk peradaban. Suatu peradaban terbentuk, diperlukan kurun waktu yang panjang dan pranata Undang Undang serta ketentuan yang mengatur pola hubungan, hak dan kewajiban serta conflict resolution sesama anggota masyarakat.209 Semua hal tersebut, telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

208 Syahrizal Abbas,Loccit.209 Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Leadership dan Manajemen Muhammad SAW “the super leader super manager”,

Tazkia Publishing, Jilid 7, Jakarta, 2010, hlm. 6

Page 137: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

128 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

didalam pengelolaan Negara Madinah. Nabi Muhammad SAW berhasil membangun Negara hukum Madinah dengan prinsip Khilafah (Pemimpin adalah mandataris Allah SWT.), prinsip Amanah (pemimpin itu adalah mengemban amanah dari Allah SWT), prinsip keadilan (Pemimpin bertanggungjawab menegakkan keadilan dalam semua aspek termasuk aspek ekonomi) dimana diterapkannya ajaran egalitarianisme yaitu pemerataan kesempatan ekonomi bagi seluruh masyarakat - - memiliki kesempatan yang sama untuk berbisnis dan berusaha.

Al-Qur’an dan Hadits menawarkan proses penyelesaian sengketa di pengadilan melalui dua cara, yaitu pembuktian fakta hukum (adjudikasi), dan penyelesaian melalui perdamaian (as Sulhu/Islah/Suluh). Penyelesaian sengketa melalui proses Adjudikasi dilakukan dengan mengajukan sejumlah alat bukti oleh para pihak dalam menuntut atau mempertahankan haknya dihadapan pengadilan. Dalam hal ini Nabi Muhmmad menyatakan, yang artinya: “alat bukti dibebankan kepada penggugat, sedangkan sumpah kepada pihak yang mengingkari.” Dalam kenyataannya pengajuan bukti di pengadilan kadang-kadang juga tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya. Namun, karena para pihak memiliki kemampuan meyakinkan hakim dengan alat bukti yang diajukan, maka hakim akan memutuskan perkara berdasarkan bukti itu. Proses penyelesaian sengketa melalui Adjudikasi ternyata tidak mampu menyelami hakikat fakta sebenarnya dari persengketaan para pihak, karena hakim hanya mampu memahami dan memutuskan perkara sebatas alat bukti kuat yang diajukan kepadanya. Atas dasar keyakinan hakim dan bukti-bukti yang ada maka ia memutuskan hukum tersebut, padahal hakikatnya yang paling tahu adalah para pihak yang bersengketa, karena ada pihak yang memiliki keterbatasan dalam pengajuan alat bukti.210 Oleh karenanya, sejumlah ayat Al-Qur’an menawarkan proses penyelesaian sengketa malalui perdamaian (Islah-as Sulh/ Suluh) di hadapan mahkamah.

Dalam hukum Islam upaya untuk menyelesaikan sengketa muamalah dikenal dengan istilah Sulh/Islah-as Sulh/ Suluh (selanjutnya ditulis Sulh). Hampir sama dengan istilah mediasi, yaitu salah satu alternatif penyelesaian sengketa antara dua belah pihak dengan di fasilitasi oleh pihak ketiga yang bersifat netral, dimana pihak tersebut tidak memutus melainkan hanya sebagai pengantar perdamaian mereka. Sulh biasanya digunakan sebagai alternatif penyelesaian sengketa bagi mereka yang sebelumnya telah melakukan akad atau persetujuan bersama. Sulh/Islah-as Sulh/ Suluh tersebut biasanya dilakukan diluar pengadilan, dimana para pihak bersepakat untuk tidak menempuh jalur hukum dalam menyelesaikan sengketa

210 Syahrizal Abbas,. http://www.wmc-iainws.com/detail_artikel.php?id=6, Loccit.

Page 138: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 3: Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Luar Pengadilan 129

mereka. Dasar hukum Sulh/Islah-as Sulh/ Suluh dalam Al-Qur’an termaktub pada Surat An-Nisa’ ayat 114 dan ayat 128 yang artinya: “dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz (sikap kasar dari seorang suami yang tidak mau menggauli istri atau tidak mau menunaikan hak-hak istrinya), atau sikap tidak acuh suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik bagi mereka…”.211 Selain itu dalam Surat Al-Hujarat ayat 9 mengatakan yang artinya bahwa: “dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya…”. Berdasarkan kedua ayat di atas jelas bahwasanya Islam lebih mengutamakan perdamaian dalam suatu penyelesaian sengketa. Syariat atau Hukum Islam cenderung mendorong para pihak untuk menggunakan Sulh/Islah-as Sulh/Suluh dalam mengakhiri penyelesaian sengketa guna mencapai perdamaian. Penyelesaian melalui Sulh/Islah/as-Sulh/ Suluh ini dianggap lebih baik daripada proses peradilan, karena penyelesaian melalui peradilan tidak menyelesaikan masalah akan tetapi akan memunculkan permasalahan baru, seperti dengki dan lain sebagainya.

Keberadaan Sulh sebagai upaya damai dalam penyelesaian sengketa telah diterangkan dalam Al-Qur’an tersebut dan Hadits Nabi Muhammad SAW., yang artinya: ”Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh memberikan sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak kami memberi kepadanya pahala yang besar. Hadits tersebut memberikan penegasan kepada kaum muslimin agar melakukan Sulh dalam penyelesaian sengketa mereka, kecuali Sulh yang menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal. Dalam Islah/Sulh keberadaan pihak ketiga amat penting, guna menjembatani para pihak yang bersengketa. Pihak ketiga amat berperan melakukan fasilitasi, negosiasi, mediasi, dan arbitrase diantara para pihak yang bersengketa.

Pola Sulh dapat dikembangkan dalam alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan seperti mediasi (wasatha), arbitrase (tahkim) dll. Pola ini sangat fleksibel, dan memberikan keleluasaan pada para pihak dan pihak ketiga untuk merumuskan opsi dan alternatif penyelesaian sengketa. Kesepakatan damai (Sulh) tidak hanya dapat diterapkan di pengadilan, tetapi dapat juga digunakan di luar pengadilan sebagai bentuk alternatif penyelesaian sengketa. Secara teknis dalam kasus hukum, tidak semua perkara yang diajukan ke pengadilan dapat diselesaikan melalui jalur islah. Perkara atau sengketa yang dapat ditempuh penyelesaiannya

211 Syahrizal Abbas,. http://www.wmc-iainws.com/detail_artikel.php?id=6, Loccit.

Page 139: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

130 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

melalui jalur sulh adalah perkara yang di dalamnya mengandung hak manusia (haq al-‘ibad) yang berkaitan dengan hukum privat, dan bukan perkara yang menyangkut hak Allah (haq Allah) yang berkaitan dengan hukum publik atau perkara pidana seperti zina, qadhaf, pencurian dan lain-lain.

Mekanisme Penyelesaian Sengketa dalam perspektif Hukum Islam, terdapat tiga jenis penyelesaian sengketa yang dapat ditempuh. Pertama melalui mekanisme penyelesaian sengketa dengan proses non litigasi dan kedua melalui proses litigasi serta ketiga melalui proses perdamaian (Sulhu/As Sulh/Islah). Pada masa Nabi Muhammad SAW, sumber hukum yang paling utama adalah Al Quran dan dan perilaku Nabi yang disebut As Sunnah dan perilaku beliaupun sebenarnya berdasarkan wahyu yang disampaikan kepada beliau sebagaimana disampaikan di dalam QS An Najm: 3-4 yang artinya:

“Dan tidaklah ia (Nabi) berbicara atas kemauannya sendiri, tidak lain ia adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya”

Beberapa Hadist yang menunjukkan bahwa proses perdamaian (Islah/As Sulh) telah diterapkan, antara lain sebagai berikut:a. Hadist riwayat An-Nasa’I menceritakan dialog Rosulullah dengan Abu Syureih.

Rosulullah bertanya kepada Abu Syureih: “Kenapa kamu dipanggil Abu Al Hakam?” Abu Syureih menjawab: “Sesungguhnya kaumku apabila bertengkar, mereka datang kepadaku, meminta aku menyelesaikannya dan mereka rela dengan keputusanku itu.”Mendengar jawaban tersebut Rosulullah berkata: “Alangkah baiknya perbuatan yang demikian itu.”Demikianlah Rosulullah membenarkan bahkan memuji perbuatan Abu Syureih, dan sunnah yang demikian disebut Sunnah Taqririyah.

b. Proses penyelesaian sengketa ditemukan dalam peristiwa peletakan kembali Batu Hitam (Hajar Aswad pada sisi Kabah). Kejadian tersebut berupa peletakan kembali hajar Aswad berlangsung sebelum pewahyuan Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. Ketika itu ia hanya dipandang sebagai manusia biasa yang tidak memiliki kekuasaan politik apa pun. Setelah mendengar kasusnya, Nabi Muhammad meminta mereka untuk membawa untukya sepotong jubah, yang kemudian ia bentangkan di atas tanah. Kemudia ia mengambil batu hitam dan meletakkannya di tengah-tengah kain itu. Lalu ia berkata: Marilah setiap suku memegang pinggiran jubah, kemudian kalian angkatlah bersama-sama batu hitan tersebut.Ketika mereka mengangkatnya mencapai ketinggian yang tepat,

Page 140: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 3: Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Luar Pengadilan 131

Muhammad mengambil batu itu dan meletakkannya di sudut dan pembangunan kembali kabah dilanjutkan hingga selesai.

Tindakan Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa tersebut, nilai penyelesaian sengketa antar suku dalam menciptakan perdamaian dapat diidentifikasikan antara lain nilai sabar, menghargai orang lain dalam kedudukan yang sederajat, kebersamaan, komitmen dan proaktif untuk menyelesaikan sengketa. Nilai-nilai tersebut merupakan modal bagi para pihak menjalankan negosiasi, mediasi bahkan arbitrase, baik dalam sengketa antar individu maupun antar kelompok.

Jumhur ulama 212 berpendapat bahwa rukun Sulh terdiri atas empat unsur, yaitu ada para pihak sebagai subjeknya, lafal ijab dan kabul, ada kasus yang dipersengketakan, dan adanya bentuk perdamaian yang disepakati bersama. Syarat subjektif Sulh adalah mereka yang sudah cakap hukum, sedangkan syarat Objektifnya bisa berupa barang yang bernilai dan bermanfaat. Selain itu Objeknya harus yang berada pada lingkup hak pribadi (haq al-‘ibad) tidak menyangkut hak Allah (haq al-Allah). Oleh karena itu tidak boleh melakukan perdamaian terhadap perbuatan zina, pencurian, minum khamer, dan lain sebagainya. Disamping itu, jumhur sepakat bahwa tidak boleh adanya gugatan setelah terwujud kesepakatan damai yang dituangkan dalam akta perdamaian. Islam sangat menganjurkan umatnya untuk menempuh Sulh sebagai penyelesaian sengketa mereka, karena melalui jalur tersebut mereka diberi kesempatan untuk berdamai untuk menghentikan perselisihan dan akhirnya mengukuhkan hubungan silaturahim.

Mohammed Abu Nimer merumuskan 14 prinsip penyelesaian sengketa (konflik) yang dibangun Al-Quran dan dipraktikan Nabi Muhammad. Prinsip-prinsip tersebut adalah:213 1. Perwujudan Keadilan Islam telah memberikan kedudukan yang adil antar orang kuat dengan

orang lemah. Muslim berkewajiban menegakkan keadilan dan harus menolak ketidakadilan baik terhadap personal maupun struktural. Dalam Surat al-Nahl ayat 90 Allah menyatakan yang artinya:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, member kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,

212 Syahrizal Abbas,. http://www.wmc-iainws.com/detail_artikel.php?id=6, Idem.213 Syahrizal Abbas, Ibid, hlm. 129 – 151. http://www.wmc-iainws.com/detail_artikel.php?id=6, Idem.

Page 141: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

132 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

kemungkaran, dan permusnahan. Dia memberikan pengajaran kepada kamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.

Al-Quran tidak membuat pengukuran spesifik tentang keadilan, akan tetapi resolusi konflik dan penyelesaian sengketa tetap bertujuan untuk mewujudkan keadilan, tidak hanya bagi para pihak, tetapi bagi seluruh masyarakat.

2. Pemberdayaan Sosial Konsep pemberdayaan sosial dalam Islam ditemukan dalam ajaran berbuat

baik (ihsan dan khair). Esensi ajaran ihsan dan khair adalah pemberdayaan kaum lemah, proteksi kaum miskin, dan kewajiban individual memangku tanggung jawab sosial. Perjuangan melawan kedzaliman, membantu orang tak berdaya (fakir) dan menyakinkan persamaan antara semua manusia adalah nilai utama ajaran Al-Quran dan Hadist. Mekanisme penyelesaian sengketa dirancang untuk memberdayakan kelompok yang terlibat dengan konflik, melalui penmyediaan akses yang sama dalam pengambilan keputusan. Para pihak terlibat aktif dalam proses penyelesaian sengketa mereka. Banyak mediator yang menekankan perlunya pemberdayaan, mobilisasi dan akses yang sama dari pihak dalam melakukan negosiasi guna penyelesaian sengketa mereka.

c. Universalitas dan Martabat Kemanusiaan Kehidupan seseorang harus ditujukan untuk melindungi martabat dan

kehormatan manusia. Dalam Al-Quran, yang artinya: “Sungguh Kami ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. at-Tin: 4). Perbuatan baik adalah perbuatan yang dilakukan manusia untuk memberikan perlindungan kepada martabat dan kemuliaan manusia, sebagaimana Allah telah memberikan penghormatan dan kemuliaan pada saat ia diciptakan. Dalam Islam, setiap orang berhak mendapat perlindungan dan jaminan hidup, dan tidak boleh seorang pun merusak kehidupan orang lain tanpa alasan yang sah dan benar. Penghormatan Islam terhadap martabat dan kemuliaan manusia, menjadi motivasi penting dalam penyelesaian konflik (sengketa) terutama bagi para pihak yang terlibat. Al-Quran juga mengajarkan nilai universal dan inklusif dengan semua manusia. Manusia adalah satu dalam komunitas kemanusiaan, meskipun terdapat keragaman budaya dan keyakinan agama. Al-Quran mencatat bahwa keragaman dan perbedaan manusia juga sebagai kehendak Allah supaya “kamu dapat mengenal satu sama lain” (QS. Al-Hujarat: 13) dan

Page 142: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 3: Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Luar Pengadilan 133

orang Islam juga mengungkapkan bahwa Tuhan adalah pencipta seluruh manusia.

4. Prinsip Kesamaan Islam tidak memandang kemuliaan dan keistimewaan seorang pada ras,

etnis, atau kata suku, tetapi Islam memiliki dua kriteria yang membuat orang memiliki kemuliaan yaitu keimanan dan amal sholeh. Dalam salah satu hadis Nabi Muhammad menyebutkan prinsip persamaan antar manusia, yang artinya: “Semua manusia adalah sama seperti samanya gigi sisir. Tidak ada lebih baik orang Arab bila dibandingkan dengan non-Arab, atau tidak ada lebih baik orang kulit putih dari orang kulit hitam, atau orang laki-laki lebih baik dari orang perempuan. Hanya orang yang bertakwalah yang paling mulia di sisi-Nya”. Prinsip tersebut dikemukakan oleh mediator atau arbiter untuk mengingatkan bahwa persaudaraan adalah isi yang harus diwujudkan dalam penyelesaian sengketa.

5. Melindungi Kehidupan Manusia Islam mengajarkan bahwa kehidupan manusia adalah bernilai yang mesti

dijaga dan dilindungi. Seluruh sumber daya mesti digunakan untuk melindungi kehidupan manusia dan mencegah kekerasan. Dalam Al-Quran, yang artinya: “Barangsiapa yang memelihara kehidupan seseorang, maka seolah olah ia telah memelihara kehidupan semua orang”. Islam bukan hanya melarang menghilangkan jiwa manusia, tetapi Islam juga melarang merusak sumber daya yang menopang kehidupan manusia. Penyelesaian sengketa dan membangun damai dalam Islam melibatkan perlindungan manusia, hak, dan martabat dengan mempromosikan persamaan di antara semua orang walaupun mereka berbeda, baik ras, etnis maupun agama.

6. Perwujudan Damai Misi Islam adalah menghindari agresi, dan setiap muslim wajib menyelesaikan

konflik secara damai dan non kekerasan melalui identifikasi sejumlah problema dan akar penyebab terjadinya konflik. Dalam surat an-Nisa ayat 114, yang artinya: “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh member sedekah, atau berbuat makruf atau mengadakan perdamaian diantara kamu (manusia). Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, kelak Kami memberinya pahala yang benar”.

Page 143: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

134 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

7. Pengetahuan dan Kekuatan Logika Kemampuan akal dan rasionalitas memiliki peran menentukan bagi sukses

tidaknya dialog penyelesaian sengketa. Dalam resolusi konflik, pendekatan rasional akan mempercepat lahirnya kesepakatan damai, sehingga dapat menghindari timbulnya kekerasan. Akal dan kebijaksanaan (hikmah) merupakan dua nilai kebajikan dalam Islam, dalam Al-Quran dan Hadist, yang artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. an-Nahl: 125). Penghargaan terhadap akal dengan mencari informasi dan pengetahuan baru, merupakan tema utama penyelesaian konflik dalam Islam. Berbagai pendekatan telah diterapkan dalam penyelesaian sengketa dan resolusi konflik, dimanakcontrol emosi dan berpikir rasional telah memegang peran penting. Pendekatan rasional terhadap penyel;esaian masalah dapat memudahkan mengembangkan pengajaran Islam, mengenai pengetahuan dan berpikir rasional.

8. Kreatif dan Inovatif Strategi non kekerasan mendorong kreativitas dan inovasi dalam penyelesaian

konflik. Kreativitas dan inovasi dapat melahirkan pilihan-pilihan baru yang membantu mencapai kompromi dengan rasa keadilan. Inovasi dapat lahir dari suatu proses berpikir yang dikenal dengan ijtihad. Ijtihad bukan hanya milik ulama, tetapi juga milik setiap muslim yang memiliki kemampuan menyelesaikan konflik di kalangan mereka.

9. Saling Memaafkan Memberi maaf adalah perbuatan yang sangat dihargai dalam Islam, karena maaf

dapat menyadarkan orang akan kekeliruannya. Dalam Al Qur’an yang artinya: “Dan balasan atau kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barangsiapa yang memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas tanggungan Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang dzalim” (QS asy-Syura: 40).

Page 144: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 3: Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Luar Pengadilan 135

10. Tindakan Nyata Setiap individu bertanggung jawab terhadap setiap perbuatannya, dan

tidak ada orang lain yang dapat membantunya bertanggung jawab terhadap segala tindakan, yaitu Surat an-Nahl ayat 97 yang artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka pahala yang lebih baik dengan apa yang mereka kerjakan”. Dalam Islam memiliki tiga tanggung jawab utama yang dapat dilakukan manusia guna menghindari hukuman dari Tuhan: (1) Tanggung jawab kepada Allah dengan sepenuhnya mengamalkan kewajiban agama dengan keyakinan yang sempurna; (2) Tanggung jawab terhadap diri sendiri, dengan kehidupan yang harmoni dengan dirinya sendiri; dan (3) Tanggung jawab terhadap manusia lain, dengan menciptakan kehidupan yang harmoni dan damai dengan mereka.

11. Perlibatan Melalui Tanggung Jawab Individu Syekh Nawab Naqvi menegaskan bahwa manusia memiliki kebebasan

berkehendak, dan kebebasan menentukan pilihan, karena manusia diciptakan Tuhan memiliki fitrah dan keadilan. Pengetahuan memberikan mereka kemampuan menemukan aturan hidup, sehingga mereka dapat melayani dan mempertahankan nilai kemanusiaan. Fitrah memandu tindakan moral dan tidak menghukum benar atau salah keyakinan manusia. Fitrah hanya mengevaluasi kebenaran moral dari tindakannya. Fitrah memiliki kapasitas menghubungkan tanggung jawab individu dengan kesadaran moral dan spiritual. Membangun damai dalam Islam berdasarkan kerangka kerja kepercayaan keagamaan, akan melahirkan partisipasi aktif dalam konteks sosial yang lebih luas.

12. Sikap Sabar Kata sabar memiliki makna antara lain: (1) sabar dalam melakukan pekerjaan

cermat, teliti, dan tidak terburu-buru; (2) sabar dari ketekunan, keteguhan hati, tabah dalam berusaha mencapai tujuan; (3) sistematik dan tabah dalam menentang ketidakaturan atau mengubah tindakan; dan (4) perilaku periang ketika mengalami penderitaan. Dalam Al-Quran, yang artinya: “Dan mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan sholat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali orang-orang yang ruku” ( QS. Al-Baqarah: 45). Kesabaran adalah kunci membangun damai dalam kehidupan sosial dan

Page 145: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

136 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

ekonomi yang menguntungkan, baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek. Perintah yang kuat kepada kaum muslimin untuk menggunakan sabar dalam menghadapi konflik akan memberikan keuntungan. Sabar adalah kualitas penting dari penganut agama sebagai agen perubahan dalam Islam. Kesamaan karakteristik telah dimintakan oleh para pembangun kedamaian untuk menjaga keberlangsungan dan membantu masyarakat dalam mewujudkan damai yang menguntungkan.

13. Tindakan Bersama dan Solidaritas Mewujudkan damai secara bersama akan lebih produktif bila dibandingkan

dengan usaha yang dilakukan oleh individu. Sebagaimana diketahui dalam Islam terdapat pandangan bahwa: “Tangan Tuhan di atas tangan mereka (jamaah)”, yang sering disebutkan untuk memotivasi para pihak mencapai kesepakatan dan memperkuat kerja bersama. Hal ini mengandung ide pragmatis menghindari biaya dan kecendurungan terhadap kekerasan. Tindakan bersama juga digunakan untuk menghindari tindakan kekerasan dan mencegah terjadinya fitnah. Pendekatan bersma merupakan tantangan sekaligus potensial, bukan hanya untuk membangun damai, tetapi juga untuk membangun ekonomi maysarakat. Dalam Islam dasar solidaritas sangat luas bila dibandingkan dengan masyarakat muslim sendiri, karena asal usul penciptaan manusia adalah sama dari Tuhan. Manusia yang satu mesti menolong manusia yang lain yang memerlukan pertolongannyta dan tidak boleh menyia-nyiakan mereka.

14. Insklusif dan Proses Partisipatif Membangun damai adalah mendorong partisipasi forum melalui proses

terbuka, sehingga akan lebih produktif dan efektif ketimbang dengan otoriter dan ekslusif dalam proses pengambilan keputusan. Strategi mewujudkan damai didasarkan pada bantuan para pihak untuk melakukan negosiasi yang didasarkan pada kepentingan bersama atau menghadirkan pihak ketiga untuk memfasilitasi setiap proses penyelesaian sengketa. Melalui konsultasi privat dan publik, seorang pemimpin dapat mencari saran dan input dari pengikutnya sebelum mengambil keputusan, yang artinya: “Bagi orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shaklat, sedang urusan mereka dan mereka menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka” (QS. as-Syura: 38). Penerapan syura dalam proses pengambilan

Page 146: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 3: Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Luar Pengadilan 137

keputusan didasarkan pada prinsip demokratis: (1) pengaturan Islam adalah untuk umat; (2) komunitas sebagai keseluruhan kuntuk menjalankan perintah agama, mengutamakan kepentingan umum; (3) kebebasan adalah hak semua orang; (4) penindasan dilarang; (5) semua orang adalah sama dari asal usul mereka.

15. Pluralisme dan Keagamaan Keragaman dan perbedaan merupakan realitas dan sunnatullah dalam

kehidupan. Artrinya insan memiliki agama yang berbeda, etnis, budaya yang beragam, serta jenis kelamin berbeda. Sebagian dari keberagaman ini bersifat alami, sementara perbedaan yang lain bersifat sosiokultural, seperti bahasa, agama, ideologi, dan seterusnya. Realitas menunjukkan bahwa setiap anggota masyarakat mempunyai kebanggaan sendiri terhadap jati diri kelompoknya dan ini harus dipahami oleh setiap manusia. Karena menghargai dan menerima perbedaan yang melekat pada orang lain, pada hakikatnya menjalankan sunnatullah dan menghormati eksistensi diri serta keberagaman ciptaan Tuhan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa Al-Quran dan Sunah Rasulullah telah menempatkan sejumlah prinsip penyelesaian sengketa baik untuk lingkup peradilan maupun diluar pengadilan. Dalam konteks penyelesaian sengketa di luar pengadilan, prinsip ini dapat dikembangkan lebih jauh melalui kolaborasi dengan tehnik mediasi dan arbitrase modern, sehingga formatnya lebih applicable yang dapat memastikan kemampuan penyelesaian sengketa secara baik dan tepat dalam kehidupan masyarakat.

B. IMPLEMENTASI DALAM PRAKTIK PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH DI LUAR PENGADILAN

Transaksi keuangan perbankan syariah dewasa ini mengalami perkembangan yang semakin pesat sehingga menciptakan hubungan hukum yang terjadi antara nasabah dengan bank syariah menjadi semakin kompleks. Hubungan hukum antara nasabah dengan bank syariah terlaksana berdasarkan transaksi-transaksi bisnis dan keuangan yang disepakati oleh kedua belah pihak yang tertuang dalam bentuk akad atau perjanjian. Hubungan hukum yang dibuat antara nasabah dengan bank syariah melalui perjanjian ini merupakan suatu hubungan hukum yang dibuat berdasarkan adanya asas kebebasan berkontrak. Perjanjian yang dibuat oleh nasabah dengan bank biasanya berisi hak dan kewajiban yang seharusnya dilaksanakan oleh bank dan

Page 147: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

138 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

nasabahanya selaku pihak yang membuat dan melakukan perjanjian tersebut, akan tetapi dalam pelaksanaan akad tersebut tidak menutup kemungkinan timbulnya perbedaan terhadap pelaksanaan suatu perjanjian yang dapat menimbulkan kerugian atau gagalnya suatu prestasi untuk dilaksanakan.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Amandemen Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama (selanjutnya ditulis UUPA) sebelum diberlakukan, sengketa ekonomi syariah, termasuk didalamnya sengketa perbankan syariah diselesaikan oleh Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (selanjutnya ditulis Bamui), kini namanya Badan Arbitrase Syariah Nasional (selanjutnya ditulis Basyarnas) yang dibentuk sebagai salah satu upaya untuk menyelesaikan sengketa di bidang mu’amalat khususnya perekonomian syariah. Berdirinya Bamui ini dimaksudkan sebagai antisipasi terhadap permasalahan hukum yang mungkin timbul akibat penerapan hukum mu’amalah oleh Lembaga Keuangan Syariah (selanjutnya ditulis LKS), diantaranya Bank Syariah yang pada waktu itu telah banyak berdiri.

Selain itu, UUPA telah menentukan tentang subjek hukum manakah yang dapat menyelesaikan sengketanya di Pengadilan Agama. Dalam Pasal 2 dan Pasal 49 UUPA menyebutkan bahwa Peradilan Agama merupakan salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara perdata tertentu yang diatur dalam UUPA. Kewenangan mengadili di lingkungan Pengadilan Agama telah menentukan dua faktor yang menjadi ciri keberadaan sistem Peradilan Agama. Pertama faktor perkara tertentu dan yang kedua rakyat tertentu. Rakyat tertentu yang dimaksud adalah golongan rakyat tertentu yang tunduk sebagai subjek hukum ke dalam kekuasan mengadili lingkungan Peradilan Agama. UUPA menganut asas personalitas keIslaman, dimana yang dimaksud dengan asas tersebut adalah:214 Pihak-pihak yang bersengketa harus sama-sama beragama Islam, atau hubungan hukum yang terjadi dilakukan menurut Hukum Islam, maka pihak-pihak tetap tunduk kepada kewenangan Peradilan Agama sekalipun pada saat terjadi sengketa salah satu pihak sudah beralih agama dari Islam ke agama lain.

Para pihak di dalam suatu sengketa terdiri atas apa yang dinamakan Penggugat, Tergugat, dan adanya pihak ketiga, dapat juga terdiri atas seorang yang mewakili Penggugat atau Tergugat dan pihak ketiga yang memasuki perkara karena interventie.215 Pihak-pihak yang bersengketa dalam perkara (misalnya

214 Muktito Arto, Praktik Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Pustaka Pelajar, 2004, hlm. 6 . Yahya Harahap, Ibid, hlm. 137.

215 Soeroso, Op Cit hlm. 15

Page 148: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 3: Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Luar Pengadilan 139

mengenai perbankan syariah) dapat seorang nasabah sebagai perorangan maupun bank syariah sebagai badan hukum, dalam perihal mengenai bank syariah sebagai badan hukum dapat diwakili oleh direksi. Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan, sesuai dengan ketentuan anggaran dasar, sehingga yang akan mewakili perusahaan atau badan hukum apabila terjadi sengketa di pengadilan adalah direksi. Para pelaku bisnis perbankan khususnya perbankan syariah cenderung enggan untuk memilih pengadilan sebagai lembaga penyelesaian sengketa, bahkan lebih memilih penyelesaian sengketa di luar pengadilan (non litigasi).

Pasal 55 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah (selanjutnya ditulis UUPS) memberikan alternatif penyelesaian sengketa perbankan syariah melalui mekanisme non litigasi. Penjelasan Pasal 55 ayat (2) UUPS menyebutkan bahwa penyelesaian sengketa perbakan syariah dapat diselesaikan dengan cara musyawarah, mediasi perbankan, dan melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas). Penyelesaian sengketa perbankan syariah melalui jalur non litigasi dikenal dengan Alternatif Dispute Resolution.216 Konsultasi, Negosiasi, Mediasi, Konsiliasi, Pemberian pendapat hukum, dan Arbitrase. Penyelesaian sengketa melalui Basyarnas tidak hanya memiliki kelebihan sebagai sisi positifnya saja, akan tetapi juga memiliki kekurangan sebagai sisi negatif yang tidak dapat dihindari. Kekurangan tersebut diantaranya yakni dalam keputusan Basyarnas para pihak dapat mengajukan permohonan pembatalan. Putusan Basyarnas yang bersifat final dan binding dapat disimpangi apabila dalam putusan Basyarnas ditemukan unsur-unsur yang dapat membatalkan putusan. Pembatalan tersebut dilakukan, apabila putusan tersebut diduga mengandung unsur-unsur sebagai berikut, surat dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan setelah putusan dijatuhkan, diakui palsu atau dinyatakan palsu, setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat menentukan, yang disembunyikan oleh pihak lawan; atau putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang diakui oleh salah satu pihak dalam pemeriksaan sengketa.

Sengketa yang terjadi pada transaksi bisnis antara nasabah dan bank syariah dapat menjadi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan transaksi bank syariah karena sengketa tersebut dapat menurunkan reputasi dan rasa kepercayaan masyarakat terhadap bank itu sendiri, sehingga sebisa mungkin sengketa tersebut harus diselesaikan dengan cepat sehingga tidak menimbulkan hambatan bagi pelaksanaan transaksi kekuangan di bank tersebut. Transaksi keuangan perbankan syariah

216 Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2009, hlm. 214.

Page 149: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

140 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

yang berjalan semakin cepat dan kompleks dapat menimbulkan potensi terjadinya suatu sengketa antara pihak nasabah dengan bank syariah. Penyelesaian sengeketa perbankan syariah cenderung diselesaikan melalui proses non litigasi, hal tersebut terjadi karena setiap jenis sengketa yang terjadi selalu menuntut penyelesaian dan pemecahan dengan cepat.

Pihak bank beranggapan bahwa putusan pengadilan dapat memakan waktu yang lama dan putusannya tidak selalu menguntungkan secara adil bagi kepentingan para pihak yang bersengketa sehingga dapat menimbulkan potensi masalah baru. Sorotan media terhadap sengketa yang terjadi antara nasabah dan bank yang dapat menimbukan citra buruk bagi bank yang terlibat perselisihan juga menjadi salah satu alasan bank lebih memilih penyelesaian sengketa melalu proses non litigasi. Menurut Abdul Manan pada prinsipnya terdapat beberapa langkah yang biasanya ditempuh oleh para pihak ketika terjadi sengketa, diantaranya adalah sebagai berikut:217227

a. Mengembalikan kepada butir-butir akad yang telah ada sebelumnya, yang mana dalam sebuah akad memuat klausula penyelesaian sengketa yang terdiri dari pilihan hukum (choice of law) dan pilihan forum/lembaga penyelesaian sengketa (choice of forum).

b. Para pihak yakni bank dan nasabah kembali duduk bersama untuk menundukkan persoalan dengan fokus terhadap masalah yang dipersengketakan.

c. Mengedepankan musyawarah dan kekeluargaan.d. Pengadilan hendaknya dijadikan solusi terakhir jika memang diperlukan.

Dalam penelitian ini, telah dilakukan studi perbandingan hukum di Indonesia dan Malaysia serta Negara Brunei Darussalam. Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Di Luar Pengadilan dalam praktiknya, hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut:1. Di Indonesia

a. Penyelesaian Sengketa Bank Syariah Melalui Mediasi Di Luar Pengadilan (Non Litigasi)1) Mediasi Non Litigasi diatur dalam PBI No. 8/5/PBI/2006, Tentang

Mediasi Perbankan. Mediasi sebagai suatu proses penyelesaian sengketa yang melibatkan mediator untuk membantu para pihak yang bersengketa guna mencapai penyelesaian dalam bentuk kesepakatan sukarela terhadap sebagian atau seluruh permasalahan

217 Abdul Manan, Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah, Sebuah Kewenangan Baru Peradilan Agama, 2010, <http://www.badilag.net/data/ARTIKEL/> diunduh [11/08/2015].

Page 150: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 3: Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Luar Pengadilan 141

yang disengketakan (Angka 5 PBI No. 8/5/PBI/2006 Tentang Mediasi Perbankan). Berdasarkan pengertian tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa:218 a) Seorang mediator tidak dalam posisi (tidak mempunyai

kewenangan) untuk memutus sengketa para pihak, tidak sebagaimana halnya seorang hakim atau arbiter.

b) Tugas dan kewenangan mediator hanya membantu dan memfasilitasi pihak-pihak yang bersengketa, untuk mencapai suatu keadaan mengadakan kesepakatan tentang hal-hal yang disengketakan.“

c) Mediasi adalah Non-Coercive Hal tersebut berarti bahwa tidak ada suatu sengketa (yang diselesaikan

melalui jalur mediasi) akan dapat diselesaikan, kecuali hal tersebut disepakati/disetujui bersama oleh pihak-pihak yang bersengketa.

2) Penyelenggaraan mediasi diluar pengadilan diatur dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (selanjutnya ditulis UUAAPS) dan PP 54 Tahun 2000 Tentang Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan Bidang Lingkungan Hidup (selanjutnya ditulis PP 54/2000). Undang-undang tersebut, menekankan penyelesaian sengketa diluar pengadilan dengan menempuh cara mediasi atau alternatif penyelesaian sengketa dan mengatur tentang lembaga penyedia jasa pelayanan penyelesaian sengketa diluar pengadilan. Proses pelaksanaan mediasi diluar pengadilan dalam UUAAPS diatur dalam Pasal 20 sampai Pasal 24. Sedangkan proses pelaksanaan mediasi dalam ketentuan Pasal 20 PP 54/2000 dimulai dengan pemilihan atau penunjukan mediator oleh para pihak pada lembaga penyedia jasa. Atas dasar penunjukkan, maka mediator secepat mungkin melakukan mediasi untuk menyelesaikan sengketa secara damai.

Setelah proses mediasi tercapai, maka kesepakatan tersebut dijadikan dalam bentuk perjanjian tertulis di atas kertas bermaterai dan di tanda tangani oleh para pihak dan mediator. Dalam jangka waktu 30 hari setelah penanda

218 Felix Oentoeng Soebagjo, Loccit.

Page 151: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

142 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

tanganan kesepakatan, lembaran perjanjian tersebut tersebut diserahkan dan di daftarkan kepada panitera pengadilan negeri.

d. Alternatif Penyelesaian Sengketa Bank Syariah Melalui Mediasi Di Luar Pengadilan

Pola hubungan yang didasarkan pada keinginan untuk menegakkan sistem syariah diyakini sebagai pola hubungan yang kokoh antara bank syariah dan nasabah. Meski terjadi perselisihan pendapat, baik dalam penafsiran maupun dalam pelaksanaan isi perjanjian, kedua pihak akan berusaha menyelesaikannya secara musyawarah menurut ajaran Islam. Sungguhpun demikian, tetap saja ada kemungkinan timbul perselisihan yang tidak dapat diselesaikan dengan jalan musyawarah. Keadaan terjadi seperti itu dalam kehidupan sehari-hari, apalagi dalam kehidupan dunia ekonomi atau bisnis, haruslah diantisipasi dengan cermat. Untuk mengantisipasi kemungkinan tersebut, masyarakat bank-bank syariah dan para pengguna jasa perbankan syariah menyadari bahwa tidak dapat mengandalkan instansi peradilan yang ada. Lembaga peradilan yang sekarang ada memiliki dasar-dasar hukum penyelesaian sengketa yang berbeda dengan yang dikehendaki pihak-pihak yang terikat dengan akad syariah.

Pasal 1 angka 10 UUAPS mengartikan APS, “Sebagai lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, mediasi, atau penilaian ahli”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ADR/APS adalah suatu proses penyelesaian sengketa di mana para pihak yang bersengketa dapat membantu atau dilibatkan dalam menyelesaikan persengketaan tersebut atau melibatkan pihak ketiga yang bersifat netral. Mediasi merupakan proses negosiasi pemecahan masalah, dimana pihak ketiga yang netral atau tidak memihak atau punya kepentingan bekerja dengan para pihak yang bersengketa untuk membantu para pihak memperoleh penyelesaian sengketa dengan memuaskan. Cara penyelesaian sengketa di luar pengadilan, dengan mediasi yang mana pihak ketiga berfungsi sebagai penengah/fasilitator dan putusan ada pada para pihak.

Proses mediasi pada saat tahapan awal pemeriksaan perkara di luar pengadilan agar memperhatikan Perma Nomor. 1 Tahun 2008 Tentang Proses Mediasi di Pengadilan. Menurut Perma No.1 Tahun 2008 Tentang Proses Mediasi di Pengadilan, proses mediasi ada lima tahap sebagai berikut; sepakat untuk menempuh proses mediasi, memahami masalah-masalah, membangkitkan

Page 152: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 3: Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Luar Pengadilan 143

pilihan-pilihan pemecahan masalah, mencapai kesepakatan, melaksanakan kesepakatan. Hasil mediasi di luar pengadilan di ajukan ke akta perdamaian sebagai hasil dari produk pengadilan, dengan syarat sebagai berikut: mediator bersertifikat, diajukan melalui pengadilan, persyaratan tersebut bersifat komulatif. Di samping itu perlu diperhatikan, hal-hal berikut: sesuai dengan kehendak para pihak, tidak bertentangan dengan hukum, tidak merugikan pihak ketiga, dapat dieksekusi, dan beritikad baik.

7 (tujuh) alasan mengapa memilih cara Alternatif penyelesaian Sengketa, yaitu:219 1). Umumnya lebih luwes dan hasilnya tidak terlalu bermusuhan; 2). Relatif lebih cepat atau murah daripada penyelesaian sengketa melalui

litigasi;3). memungkinkan dibahasnya banyak masalah yang relevan karena tidak

dibatasi oleh hukum acara;4). Memungkinkan hubungan baik dipelihara; 5). Dapat melibatkan sebanyak mungkin para pihak yang berkepentingan; 6). Memungkinkan mengambil keputusan oleh orang yang ahli di bidangnya; 7). Jika para pihak menghendaki, memungkinkan penyelesaian secara

confidensial (dijaga kerahasiaannya).Di samping itu, ADR masih memiliki kelemahan-kelemahan, antara lain: 1). Tidak dapat dieksekusi; 2). Tidak memiliki kekuatan hukum yang pasti; 3). Tidak dapat memaksakan;4). Ekses akan timbul. Kehadiran Badan Mediasi Ekonomi yang kemudian disingkat BaMES merupakan

Badan Semi Otonom yang didirikan dan pengurusnya dipilih oleh Pengurus Pusat Masyarakat Ekonomi Syariah (selanjutnya ditulis MES).220 Menurut Sekretaris Jenderal MES Muhammad Syakir Suladikatakan bahwa, penyelesaian sengketa lembaga keuangan syariah selama ini telah dilaksanakan Basyarnas. BaMES nantinya hanya memperkuat Basyarnas, dan saling melengkapi. Selain itu BaMES akan berperan, sebelum sengketa masuk ke pengadilan. BaMES masuk ketika kedua belah yang bersengketa diberikan waktu untuk mediasi. Seandainya mempunyai sengketa akan diberikan pilihan, mau dimediasi atau tidak. Apabila pilihan mediasi

219 Syarif Bastaman, “Negosiasi Dalam Menghadapi Dan Mewakili Klien”, Makalah, FH-Unpad, Bandung, 1993, hlm. 2.220 Sumber data diolah dari: Agustianto, Restrukturisasi Pembiayaan bermasalah dalam Perspektif Syariah, Modul Executif

Training, Restrukturisasi Pembiayaan Bermasalah Di Bank Syariah, Iqtishad, Angkatan 138, Jakarta 25 – 27 Juni 2015.

Page 153: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

144 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

diberikan waktu tiga bulan, saat itu BaMES masuk. Namun mediasi pihak-pihak yang bersengketa, masih dapat diambil alih Basyarnas. Hal tersebut ditegaskan tidak akan membuat fungsi kedua lembaga tumpang tindih. Saat ini sejumlah kasus sengketa lembaga keuangan syariah, diakuinya, ada juga yang dimediasi Bank Indonesia (selanjutnya ditulis BI). Namun mediasi tersebut, lantaran belum ada lembaga mediator di masyarakat. Apabila masyarakat sudah punya badan mediasi, BI tidak perlu melaksanakan mediasi dan bisa fokus menjadi regulator.221

Selanjutnya setelah Badan Mediasi Ekonomi Syariah melakukan audiensi ke Mahkamah Agung Republik Indonesia. Andi Syamsu Alam selaku Ketua Muda Agama Mahkamah Agung RI menyambut baik kunjungan pengurus Badan Mediasi Ekonomi Syariah. Dalam sambutannya dinyatakan bahwa dengan kehadiran Badan Mediasi Ekonomi Syariah merupakan kabar positif dan dapat membantu menyelesaikan perkara ekonomi syariah yang ada baik dipengadilan Agama, Pengadilan Negeri maupun Basyarnas. Selain itu, Andi menjelaskan bahwa ekonomi syariah merupakan hal baru bagi Mahkamah Agung, sehingga pihaknya terus mensuport dan mengirimkan para hakim untuk terus melakukan pendidikan terkait hal tersebut, agar hakim tidak lagi terlalu bergantung kepada saksi ahli saat melakukan sidang. Dalam skema posisi BaMES dapat digambarkan sebagai berikut:222

Skema 3-1 Penyelesaian Sengketa Bank Syariah Melalui Mediasi di Luar Pengadilan

Non Litigasi

PengadilanOff-SetJaminan

Evaluasi Ulang Pembiayaan Oleh Account Manager

•Aspek Management•Aspek Pemasaran•Aspek Produksi•Aspek Keuangan•Aspek Yuridis•Aspek Jaminan

REVITALISASI•Restructuring•Rescheduling•Reconditioning•Bantuan Management

PENYELESAIANMELALUIJAMINAN

COLLECTIONAGENT

WRITE OFFFINAL

BAMES BASYARNAS

Pengadilan Gugat PidanaEksekusi Kepailitan

LelangCash

Litigasi

PEMBIAYAAN BERMASALAH

CARA PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH

PengadilanSwasta

Denda(Ta’zir & Ta’widh

221 Agustianto, Idem. http: www.Berita hukumonline.com. www. badilag. Diakses 4 Oktober 2015.222 Agustianto, Loccit.

Page 154: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 3: Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Luar Pengadilan 145

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diperoleh gambaran penanganan penyelesaian sengketa perbankan, baik perbankan syariah maupun perbankan konvensional dalam tabel, sebagai berikut:223

Tabel 3.1 Penyelesaian Sengketa Perbankan (Syariah dan Konvensional)

Nama lembaga Jenis kasus Jumlah kasus KeteranganBank Indonesia(PBI No. 8/5/PBI/2006 tentang Mediasi Perbankan sebagaimana telah diubah dengan PBI No. 10/1/PBI/2008).

Perbankan syariah 241 sengketa Kasus yang sudah ditangani maupun yang belum selama periode 2013

OJK (Peraturan OJK No. 1/POJK.07/2014 tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa) 24 Januari 2014.

Perbankan 566 pengaduan 52.30% Sdh ditangani oleh Financial Customer Care-FCC

BANI Perbankan 171 kasus (20%) dari 845 pengaduan

Selama periode tahun 2013-2014.

Basyarnas Perbankan syariah 17 kasus Periode tahun 1993-2014

Lembaga mediasi lain BAMES --- ---

Keterangan: OJK akan memfasilitasi dan menaungi 6 organisasi perbankan yang akan

membentuk lembaga mediasi perbankan, keenam lembaga tersebut adalah: Perbanas/Perhimpunan Bank Umum Nasional, Himbara Himpunan Bank Milik Negara, Asbanda/Asosiasi Bank Pembangunan Daerah, Perbarindo/Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia, Asosiasi Bank Asing, dan Asbisindo/ Asosiasi Bank Syariah Indonesia

1. Malaysia 224

Perkembangan perbankan syariah di Malaysia bermula setelah lahirnya semangat untuk mendalami agama dengan menggunakan cara pengendalian Islam dikalangan cendekiawan pada tahun 1970-an. Pada Kongres Ekonomi Bumiputera dalam tahun

223 Sumber data: http://hukumonline.com, 2 Agustus 2015, www.ojk.go.id, 6 November 2015, hukumonline.com, 5 November 2014, kontan.co.id. 6 November 2015.

224 Sumber data/informasi merupakan pengembangan dan diolah dari: Renny Supriyatni dan Desy Sunarsi, Disertasi pada Program Doktor, Program Pascasarjana, Universitas Padjadjaran, Bandung.

Page 155: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

146 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

1980, mengusulkan bedirinya suatu Lembaga Urusan dan Tabungan Haji dalam sebuah bank syariah yang bertujuan mengumpulkan dan menginvestasikan uang milik umat Islam.225 Akta Bank syariah 1983 disetujui untuk menjadi dasar pedoman peraturan-peraturan yang perlu dipatuhi oleh bank syariah yang beroperasi melakukan perbankan syariah di Malaysia. Pada masa yang sama kerajaan telah meluluskan Akta Investasi Kerajaan 1983 yang memberi kuasa kepada kerajaan untuk mengeluarkan sertifikat investasi perbankan syariah berasaskan prinsip Islam.

Sejak awal kehadirannya bisnis keuangan Islam di Malaysia, dalam hal ini dirintis dengan pendirian BIMB, telah difasilitasi dengan berbagai kebijakan pemerintah yang menjadi insentif bagi pengembangan bisnis keuangan Islam. Bank Islam Malaysia Berhad (selanjutnya ditulis BIMB) bank Islam pertama, berdiri dengan didasarkan pada Islamic Banking Act 1983 (selanjutnya ditulis IBA).Undang-undang ini secara spesifik hanya mengatur bank yang sepenuhnya beroperasi dengan prinsip syariah. Sedangkan bagi bank konvensional yang membuka layanan syariah, atau yang sering disebut dengan syariah window, diatur dengan undang-undang yang lain, yaitu Banking and Financial Institutions Act 1989 (selanjutnya ditulis BAFIA). Di samping kedua perangkat hukum tersebut, perbankan Islam tidak bisa dilepaskan keterkaitannya dengan berbagai atauran hukum yang lain.

Perbankan syariah di Malaysia dimulai dengan didirikannya Bank Islam Malaysia Berhad (selanjutnya ditulis BIMB) yang didirikan di bawah Akta Syarikat 1965 pada 1 Maret 1983 dan mulai beroperasi 1 Juli 1983. BIMB beroperasi sebagai bank syariah tunggal di Malaysia dari tahun 1983 hingga tahun 1999 telah memiliki lebih dari tujuh puluh cabang di seluruh Negara di akhir tahun 1999. Selain sistem Full Pledge Islamic Banking, sistem Islamic Window juga digunakan yang memberi pelayanan perbankan syariah di bank konvensional. Pada tahun 1999, didirikan satu lagi bank syariah baru, yaitu Bank Muamalah.226

Undang-undang Tentang Perbankan Islam (IBA 1983), dalam Pasal 13A yang mengisyaratkan adanya keharusan dari bank Islam untuk mematuhi nasehat dari Shariah Advisory Council (selanjutnya ditulis SAC) di Bank Negara Malaysia. Nasehat tersebut diberikan atas dasar permohonan,227 kemudian BAFIA 1989 juga memberikan aturan dalamtata kelola syariah ini. Pasal 124, ayat 3 dan 4 menegaskan bahwa bankatau institusi keuangan konvensional yang membuka layanan syariah

225 Sudin Haron, Sistem Kewangan Dan Perbankan Islam, Kuala Lumpur Busisness School SDN,Kuala Lumpur, Berhad, hlm.43.226 Mumin Ghani, AB.,Sistem kewangan Islam Dan Pelaksanaanya Di Malaysia, Kuala Lumpur, Percekatakan Nasional Malaysia

Berhad, 2006,hlm.24227 Islamic Banking Act 1983 (IBA) Pasal 13A.

Page 156: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 3: Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Luar Pengadilan 147

dapat merefer pada Shariah Advisory Council dan harus mematuhi arahan berkenaan dengan bisnis perbankan dan keuangan berdasar perinsip syariah yang diterbitkan setelah melalui konsultasi dengan SAC (Pasal 124 Banking and Financial Institutions Act 1989 (BAFIA). Hal lain yang juga sangat penting bagi tata kelola syariah ini adalah aturan yang memberikan kekuatan hukum bagi keberadaan SAC, ialah adanya amandemen dari Pasal 16 B. Central Bank Act 1958 (selanjutnya ditulis CBA). Aturan yang terakhir ini, sangat jelas bahwa SAC memiliki otoritas atas semua bisnis keuangan syariah, termasuk asuransi, kecuali pasar modal (Securities Comission) yang memiliki penasehat syariah tersendiri dan terpisah dari Bank Sentral228.

Di Malaysia, jurisdiksi penyelesaian sengketa bisnis keuangan Islam jatuh pada pengadilan sipil atau pengadilan umum, atau yang juga disebutdengan Civil Court. Tentu saja yang menjadi pertanyaan adalah mengapa hal ini dapat terjadi. Bisnis keuangan Islam merupakan transaksi bisnis yang menggunakan prinsip-prinsip muamalah, mengapa penyelesaian sengketanya harus dilakukan di pengadilan umum, dimana hukum yang dipakai dalam pengadilan sipil yaitu hukum Common Law warisan dari kolonial Inggris. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pertama, walaupun istilah Islamic law atau hukum Islam itu dicantumkan dalam peraturan hukum yang berlaku di Malaysia, namun harus dipahami bahwa penerapannya hanyalah terbatas pada orang-orang yang memeluk agama Islam. Sehingga keberlakuan hukum Islam itu sangat terbatas. Sedangkan dalam transaksi bisnis keuangan Islam, banyak orang dari berbagai latar belakang keagamaan terlibat, bahkan jumlah non muslim relatif besar dalam komposisi nasabah dari perbankan Islam di Malaysia. Kedua, hal lain yang menjadi pertimbangan penting juga adalah bahwa bisnis keuangan dan perbankan diatur dalam legislasi kekuasaan federal, dan selama ini tidak ada pengaturan tentang bisnis keuangan dan perbankan dalam legislasi di negara bagian (state). Oleh karena itu, Negara bagian tidak dapat mengatur masalah keuangan dan perbankan, sehingga pengaturan yang bersumber pada negara (pemerintah federal) yang berlaku secara nasional.

Regulasi federal (nasional) terikat dengan ketentuan bahwa bisnis keuangan dan perbankan masuk pada pengaturan hukum sipil. Oleh karena itu secara otomatis sengketa atas binis keuangan Islam ini masuk pada kewenangan pengadilan civil. Demikian pula sebaliknya, jika sengketa ini akan diselesaikan pada mahkamah syariah, harus dilakukan amandemen yang sangat substansial. Hal tersebut disebabkan karena mahkamah syariah, terutama dalam kewenangannya diatur

228 Keberadaan dan keanggotaan Advisory Council untuk Securities Comission di Malaysia dapat dilihat pada, Resolutions of the Securitities Comission Shariah Advisory Council (Kuala Lumpur: Securities Commission, 2006).

Page 157: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

148 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

secara otonom oleh negara bagian. Sehingga untuk melakukan perubahan, harus dilakukan amandemen melalui parlemen Negara bagian di seluruh negara bagian di Malaysia yang berjumlah 13 ditambah dengan wilayah khusus Federal Territory.

Alasan lainnya berupa putusan pengadilan, mengingat Malaysia termasuk salah satu diantara sekian banyak negara yang menganutsistem hukum Common Law, atau hukum atas dasar kebiasaan. Salah satu ciri menonjol dari sistem hukum tersebut, adanya hukum berdasarkan preseden. Artinya bahwa putusan pengadilan dalam suatu kasus, akan menjadi referensi sekaligus aturan yang mengikat bagi semua putusan pengadilan berikutnya yang terkait dengan masalah tersebut (the doctrine of binding precedence). Dalam konteks ini, sengketa perbankan dan bisnis keuangan Islam, kasus BIMB vs Adnan bin Omar, BIMB vs Tinta Press Sdn.Bhd. & Ors, juga kasus Dato’ Nik Mahmud vs BIMB, serta kasus Bank Rakyat vs Emcee Corp, Affin Bank vs Zulkifli, etc, menjadi preseden yang mengikat, dimana dalam kasus tersebut juga diputuskan pada kewenangan pengadilan sipil, dan bukannya Mahkamah Syariah.

Di Malaysia, jenis ADR yang paling berkembang adalah arbitrase di sektor bisnis. The Kuala Lumpur Regional Center for Arbitration (selanjutnya ditulis KLRCA) berdiri sejak tahun 1978 dan merupakan organisasi nirlaba yang melaksakan mediasi dan arbitrase untuk sengketa domestik dan internasional. Di samping itu, terdapat pula The Insurance Mediation Bureau yang khusus menangani penyelesaian klaim asuransi umum dan jiwa. Lembaga mi didirikan pada tahun 1991 sebagai lembaga nirlaba dan mempunyai anggota semua pelaku bisnis asuransi di Malaysia. Pelembagaan ADR di luar arbitrase bisnis, masih terbatas. Untuk menyelesaikan sengketa di sektor tenaga kerja, Malaysia menjalankan sebuah pengadilan buruh yang berfungsi sebagai dewan arbitrase buruh. Di Malaysia Akta Mediasi 2012 telah pun diluluskan bagi menjamin kelancaran proses mediasi. Akta ini memperincikan ciri-ciri mediasi yang diiktiraf. Namun tiada satu badan khusus ditubuhkan atau ditunjuk bagi memajukan proses mediasi di Malaysia.

2. Brunei Darussalam229

Brunei adalah Negara kecil yang berada di Pulau Kalimantan yang terbagi menjadi 4 bagian yaitu Bandar seri Begawan/ Muara, Belait, Tutong dan Temburong. Brunei

229 Sumber data atau data diambil dan diolah dari: Laporan Tahunan Mahkamah-mahkamah Syariah, Negara Brunai Darusalam, 2014. Siti Zaliha Binti Abu Salim, Sistem Kehakiman Brunai: Satu Kajian Perbandingan Dengan Sistem Kahakiman Islam, Institut Pengajian Islam Sultan Haji Omar ‘Ali saifuddien, Univarsiti Brunei Darusalam, 2006. Jurnal Al-Mishkah, A Progressive And Dynamic nternational Islamic University Based on Al Qur’an And AS-Sunnah, Issue 5, Unissa, Brunai Darusalam, September_December 2008

Page 158: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 3: Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Luar Pengadilan 149

adalah Negara muslim yang menerapkan hukum Islam dengan jumlah penduduk sekitar 500.000 jiwa. Sultan Hasanal Bolkiah adalah seorang sultan yang telah berusia 69 Tahun, merupakan Sultan ke 29 dan merupakan sultan dari Kesultanan muslim tertua yang sudah ada sejak sekitar 600 tahun yang lalu. Brunei memiliki Indeks Pembangunan Manusia yang menempati peringkat kedua di Asia Tenggara setelah Singapura dan kelima di Dunia. Sekitar dua pertiga penduduk Brunei adalah Melayu dengan bahasa pengantar Melayu dan Bahasa Inggris. Agama resmi Brunei adalah Islam, (menetapkn Mazhab Syafii sebagai madzhab resmi) dimana Sultan sebagai Kepala Agama.

Brunei Darussalam, Negara dengan luas 5.765 kilometer dan populasi sekitar 35.000. dengan penduduk muslim sekitar 67% dari total populasi, 13% beragama Budha, 10 % Kristen dan sisianya beragama lain seperti hindhu, Sikhs, dll. Brunei sebagai Negara dengan sistem monarchi merdeka pada tahun 1984.230 Ekonomi Brunei Darussalam, sebagai negara kecil pengekspor minyak di Asia Tenggara diproyeksikan bertumbuh 1,8 % pada tahun 2013 dan 2 % pada tahun 2014. Setelah perusahaan asing menyelesaikan pabrik senilai US$ 450 juta untuk produksi dan mengekspor methanol pada tahun 2010, Brunei telah menyetujui rencana proyek petrokimia senilai US$2,8 miliar, dan kilang minyak serta aromatic cracker senilai US$ 2,5 miliar. Tahun lalu pemerintah juga membentuk perusahaan induk investasi yaitu Darussalam asset yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan milik pemerintah dan mengambil peran strategis dalam upaya diversifikasi.231

Dalam bidang keuangan, Brunei menganut dual banking system yaitu beroperasinya secara pararel bank-bank konvensional dan bank-bank Islam.232 Berdasarkan keseluruhan jumlah bank di Brunei Darussalam, hanya Islamic Bank of Brunei (IBB) dan Tabungan Amanah Islam Brunei (TAIB) yang menawarkan jasa perbankan Islam.233 Pertumbuhan ekonomi Brunei Darussalam yang pesat tentu berdampak pada tumbuhnya aktivitas ekonomi lain dan tentu saja tumbuh dan berkembang pula institusi dalam bidang ekonomi dan hukum. Serta menjadi suatu keniscayaan pula munculnya sengketa bisnis yang mengiringi pertumbuhan ekonomi tersebut.

230 B.A. Hussainmiya, Brunei Darussalam: a nationat peace, University Brunei Darussalam, Brunei Pdf, www. Niu.edu. di akses pada 20 September 2015

231 http://news.bisnis.com/read/20130730/ekonomi -brunei-darussalam-minyak-topang-pertumbuhan-pdb-18. diakses 20 September 2015.

232 Kamal Kihr, Lukas Gupta and Bala Shanmugam, Islamic Banking A Pratical Perspective, Pearson Longman, 2008, hlm. 201233 Http//djindeexes.com/mdsidx/downloads/lbb.pdf. M. Sahid Ebrahim and Kai Joo Tan, “Islamic Banking in Brunei

Darussalam”, International Journal of Social Economics, Vol. 28, No 2,2001, hlm 314-337. MCB University Press.

Page 159: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

150 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Penerapan Hukum Islam, Sentralistik Kekuasaan ditangan Sultan (Sultan merangkap sebagai Kepala Negara, Kepala Pemerintahan, Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan sekaligus—tidak ada dewan legislatif) serta pendapatan Negara yang tinggi dari minyak bumi dan gas secara bersama-sama memberi pengaruh positif terhadap penyelenggaraan Negara dan kesejahteraan rakyat. Kehidupan politik stabil, rakyat terbilang makmur dengan semua fasilitas dan jaminan sosial yang seluruhnya ditanggung Negara seperti Pendidikan, kesehatan, bebas pajak penghasilan serta subsidi makanan dan perumahan.. Suasana lingkungan yang sangat kondusif baik dari segi keamanan, kebersihan, ketenangan yang secara nyata terlihat dari tidak adanya sampah, tidak ada Pedagang Kaki Lima (PKL), tidak ada polisi lalu lintas bahkan pengemis dan pelanggaran bisa dikatakan tidak ada.

Penerapan Hukum Islam secara nyata terlihat misalnya larangan rokok dan minuman keras, Hukuman cambuk dan penjara bagi pelecehan seksual, hukuman rajam bagi pelaku zina, hukuman mati bagi homoseksual, bahkan Kepolisain Brunei memiliki satu unit khusus untuk penyelidikan dan penanggulangan kekerasan dalam rumah tangga yang ditangani oleh polisi wanita. Selain itu larangan juga dilakukan atas keberadaan tempat-tempat hiburan malam. Semua hal tersebut, secara simultan melahirkan budaya positif bagi masyarakatnya antara lain kerja efektif dan tidak menyukai hiburan. Konsekuensi lainnya yaitu rumah ibadah menjadi tujuan utama di saat-saat waktu ibadah dan peringatan hari besar agama (menjadi suatu kegiatan yang secara resmi diselenggarakan oleh Negara).

Dalam bidang pendidikan, saat ini Universitas terbesar yakni Universitas Brunei Darusalam (selanjutnya ditulis UBD) dan selain UBD ada Universitas Islam Sultan Syarif Ali (selanjutnya ditulis Unissa) yang merupakan pecahan dari UBD yang secara khusus merupakan universitas dalam bidang Pengembangan dan Pengkajian Agama Islam. Unissa secara khusus membuka fakultas syariah dan hukum, fakultas ekonomi dan bisnis syariah, fakultas ushuluddin dan fakultas bahasa Arab. Tenaga Pengajar di kedua universitas tersebut merupakan tenaga pengajar yang professional berasal dari berbagai Negara terutama Negara di Asia Tenggara yang kepakarannya tidak perlu diragukan lagi karena lulusan Universitas sekelas Harvard dan Al Azhar Kairo, sementara mahasiswanya juga tidak kalah banyaknya dengan dosen dari luar negeri. Banyak mahasiswa dengan beasiswa penuh berasal dari mancanegara.

Di Brunei, peraturan perundangan yang ada berbentuk Konstitusi sebagai Undang-undang Dasar (selanjutnya ditulis UUD), dibawahnya ada Akta (Act) yang merupakan Undang Undang dan dibawahnya lagi disebut Undang Undang Darurat (selanjutnya ditulis UU Darurat) . Konstitusi Brunei ditandatangani pada 29

Page 160: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 3: Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Luar Pengadilan 151

September 1959 oleh Sultan Omar Ali Saifudin III dengan Sir Robert Scott, sedangkan Akta dan UU Darurat sepenuhnya merupakan titah Sultan dan ditandatangani oleh Sultan. Namun UU Darurat merupakan undang-undang yang prosedurnya lebih sederhana yaitu apabila Sultan menganggap diperlukan suatu Undang Undang maka dapat dikeluarkan segera dalam bentuk UU Darurat.

Salah satu contoh Akta adalah UU Perbankan Islam No 191 Tahun 1991, yang dilanjutkan dengan pembukaan Tabung Amanah Islam Brunei (selanjutnya ditulis TAIB), kemudian dikeluarkan Akta berikutnya tentang Perbankan Islam No 199 Tahun 1992 yang dilanjutkan dengan pembukaan Islamic Bank of Brunei (selanjutnya ditulis IBB). IBB yang kemudian berubah menjadi Bank Islam Brunei Darusalam (selanjutnya ditulis BIBD) berdasarkan akta Tahun 2008. Di Brunei tidak ada Bank Sentral, Islamic Monetary Brunei Darusalam (selanjutnya ditulis IMBD) merupakan lembaga yang berfungsi memberikan pengawasan sebagaimana Otoritas Jasa Keuangan (selanjunya ditulis OJK) di Indonesia. Sedangkan apabila terjadi sengketa dalam dunia perbankan dan keuangan, penyelesaian sengketa diselesaikan oleh pihak bank sendiri atau oleh Pengadilan Civil dengan menggunakan Common Law. Dengan demikian, saat ini yang masih berlaku adalah TAIB dan BIBD.

Sistem Pengadilan di Brunei saat ini memiliki dua jalur, yaitu jalur pertama berdasarkan pada hukum Inggris dan jalur kedua adalah pengadilan syariah berdasarkan hukum Islam.Pengadilan syariah awalnya memiliki kewenangan sangat terbatas seperti dalam masalah pernikahan dan perceraian serta warisan. Peradilan Islam di negeri ini diatur berdasarkan Syariah Court Act tahun 2008 dimana peradilan dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu:1. Syariah subordinate Court Syariah Subordinate Court memiliki wewenang untuk mengadili perkara

perdata dan pidana. Untuk perkara perdata yang dapat dajukan ke Pengadilan adalah perkara yang mengandung nilai tidak melebihi B$500.000,- Adapun dalam perkara pidana, yang dapat diajukan ke Pengadilan adalah ketika jumlah hukumannya tidak melebihi B$10.000,- atau tujuh tahun penjara atau keduanya.

2. Syariah High Court Pengadilan Tinggi Syariah (Syariah High Court), kewenangan dalam perkara

perdata meliputi perkara perkawinan, perceraian, pembagian harta bersama, hadanah, hibah, wakaf, nazar, dan warisan. Untuk perkara pidana kewenangannya meliputi berbagai pelanggaran syariah atau pelanggaran terhadap hukum syariah yang ditetapkan.

Page 161: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

152 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

3. Syariah Appeal CourtPada awalnya Syariah Court tidak bisa mengeksekusi sendiri putusannya namun sejak Tahun 2009 Pengadilan Islam ini dapat mengeksekusi sendiri tanpa harus didaftarkan ke Pengadilan Negeri setempat.234

Syariah Subordinate Court memiliki wewenang untuk mengadili perkara perdata dan pidana. Untuk perkara perdata yang dapat dajukan ke Pengadilan adalah perkara yang mengandung nilai tidak melebihi B$500.000,- Adapun dalam perkara pidana, yang dapat diajukan ke Pengadilan adalah ketika jumlah hukumannya tidak melebihi B$10.000,- atau tujuh tahun penjara atau keduanya. Sedangkan Pengadilan Tinggi Syariah (Syariah High Court), kewenangan dalam perkara perdata meliputi perkara perkawinan, perceraian, pembagian harta bersama, hadanah, hibah, wakaf, nazar, dan warisan. Untuk perkara pidana kewenangannya meliputi berbagai pelanggaran syariah atau pelanggaran terhadap hukum syariah yang ditetapkan. Pada awalnya Syariah Court tidak bisa mengeksekusi sendiri putusannya namun sejak Tahun 2009 Pengadilan Islam ini dapat mengeksekusi sendiri tanpa harus didaftarkan ke Pengadilan Negeri setempat.235

Selain sistem pengadilan sebagaimana diuraikan di atas, Brunei Darussalam juga membuka peluang dilakukannya jalan arbitrase untuk kasus-kasus perdata. Penyelesaian sengketa secara arbitrase memiliki pedomannya yaitu Arbitration Act 1994. Dengan demikian, penyelesaian sengketa yang khusus diselesaikan dengan hukum Islam adalah dalam bidang perkawinan, selebihnya di Brunei dilakukan dengan berbagai alternatif cara penyelesaian dan secara keseluruhan banyak berpedoman kepada sistem hukum kesultanan dan konsisten dengan MIB yaitu Melayu Islam Beraja sebagai ideologi.236

Secara kelembagaan pengadilan di Brunei terbagi menjadi dua sistem yaitu Pengadilan (Mahkamah) civil dengan berdasarkan pada Common law dan mahkamah syariah. Mahkamah syariah di Brunei berdiri pada 26 Mei 2001. Semula berasal dari mahkamah kadi daerah yang terdapat disetiap daerah (Brunei terdiri dari 4 daerah/wilayah Mahkamah yaitu Mahkamah Rendah Syariah Brunei dan Muara, Mahkamah Rendah Syariah Daerah Belait, Mahkamah Rendah Syariah Daerah Tutong dan Mahkamah Rendah Syariah Daerah Temburong). Mahkamah daerah akhirnya

234 Sistem Pengadilan di Bunei Darussalam,w ww. Badilag.net, diakses 20 September 2015.235 Idem 236 Ann Black, Alternative dispute resolution in Brunei Darussalam: the blending of imported and traditional processes, Bond

Law Review, Vo. 13, iss 2, article 4. http://epublications.bond.edu.au/blr/voll 3/iss 2/4,diakses pada 24 September 2015.

Page 162: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 3: Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Luar Pengadilan 153

melahirkan mahkamah kadi besar dan berdasarkan titah Sultan maka Mahkamah Kadi Besar berubah namanya menjadi Mahkamah Syariah yang terdiri atas:1. Mahkamah rendah syariah (ada disetiap daerah/4 wilayah di Brunei)2. Mahkamah Tinggi3. Mahkamah Rayuan

Mahkamah Tinggi dan Mahkamah Rayuan hanya ada diBrunei/Muara (tidak ada di daerah lainnya). Jumlah Hakim dan jumlah kasus yang terbatas memungkinkan hakim yang ada di Mahkamah Tinggi syariah dan mahkamah rayuan syariah merangkap tugas sebagai hakim mahkamah rendah dan dapat bersidang ke daerah-daerah apabila diperlukan. Mahkamah Syariah yang terdapat di Brunei/Muara, merupakan Mahkamah Syariah Pusat, terdapat 4 bidang (Unit/divisi) yaitu:1. Unit pengurusan anm;2. Unit Maal;3. Unit pengurusan kehakiman (membawahi Suluh, perkawinan, waris,

pendaftaran perkawinan);4. Unit penyelidikan membawahi pelatihan, penelitian, penerbitan, statistik,

perpustakaan, dan audit.Lingkup wewenang pada Mahkamah Syariah meliputi pengangkatan anak,

waris, perceraian, poligami, penetapan wali hakim dalam pernikahan, pengesahan nikah, pendaftaran perkawinan dan lain-lain mengenai hukum keluarga, selain itu juga sejak Tahun 2013 mengenai Pidana secara bertahap menjadi kewenangan Mahkamah Syariah. Catatan penting di dalam beraktivitas di Mahkamah Syariah adalah larangan mengenai suap/sogok (selanjutnya ditulis rasuah, Bahasa Arab: risywah). Setiap tahapan persidangan selalu diingatkan dan diancam jika melakukan rasuah,terdapat satu lembaga yang khusus mengurus masalah rasuah yaitu Biro Mencegah Rasuah yang terdapat di Bandar Seri Begawan.

Di dalam salah satu tahapan persidangan, ada satu istilah yang dikenal dengan Suluh atau mediasi (berasal dari Bahasa Arab Ash-Sulh) dan berdasarkan Suluh Act 2013 setiap perkara yang masuk dan sebelum dilakukan penyelidikan maka diarahkan untuk suluh terlebih dahulu. Peraturan mengenai Suluh Tahun 2013 belum sepenuhnya dijalankan, dan suluh dapat dilakukan oleh hakim Mahkamah tapi bisa juga dirujuk atau diarakan ke unit Suluh. Namun suluh dalam perceraian tidak ada, karena apabila ada orang mendaftar untuk bercerai maka sebelum dilakukan penyelidikan di Mahkamah. Kedua pihak diarahkan untuk ke konseling, karena suluh hanya ada dalam bidang hak asuh anak (hadhanah), termasuk juga Suluh dilakukan untuk sengketa dalam bidang pajak gadai, meskipun sampai saat ini belum ada kasus

Page 163: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

154 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

dalam bidang tersebut. Apabila Suluh dilakukan atas anjuran dan arahan hakim, sebelum sidang dilakukan hakim tidak boleh hadir didalam suluh dan orang yang disuluh tidak boleh diwakili. Persetujuan yang dicapai di dalam suluh akan diproses oleh Penengah atau wasit atau mediator (pengerupsi) dan persetujuan yang dicapai akan disampaikan kepada hakim untuk dicatat.

Gambaran dalam tabel, penanganan penyelesaian sengketa dalam bidang perkara-perkara, baik sengketa bisnis maupun sengketa keluarga yang dilaksanakan di Negara Malaysia dan Brunei Darussalam, sebagai berikut:237

Tabel 3.2 Penyelesaian Sengketa Di Negara Malaysia Dan Brunei Darussalam

Negara Litigasi Non Litigasi

MalaysiaPengadilan federal berada ditingkat pusat (tidak berwenang menyelesaikan sengketa yang berlatar belakang Islam, jika ada maka akan diselesaikan oleh divisi Islam yang ada di Pengadilan Federal), Mahkamah Syariah yang terdapat di Negara bagian bertugas menyelesaikan semua sengketa dengan hukum Islam.Sistem hukum yang dipergunakan pada Pengadilan Federal merupakan perpaduan antara common law system, hukum Islam dan Hukum Adat

Tidak ditemukan lembaga ADR khusus, mediasi dilakukan pada bank masing-masing

Brunei Darussalam

Pengadilan dengan common law system (Hukum Inggris) dan Mahkamah Syariah (Hukum Islam)Pengadilan Syariah terbagi menjadi:Syariah subordinate courtSyariah high courtSyariah appeal court

Arbitrase diatur dalam (bisa juga menyelesaiakan kasus syariah) Arbitration act thn 1994.

C. MODEL PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH MELALUI MEDIASI SYARIAH DI LUAR PENGADILAN

Penyelesaiaan sengketa perbankan syariah melalui mediasi syariah di luar pengadilan, merupakan pola hubungan yang didasarkan pada keinginan untuk menegakkan sistem syariah. Penyelesaian sengketa perbankan syariah tersebut,

237 Sistem Pengadilan di Bunei Darussalam,w ww. Badilag.net, diakses 20 September 2015

Page 164: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 3: Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Luar Pengadilan 155

diyakini sebagai pola hubungan yang kokoh antara bank dengan nasabah. Apabila terjadi perselisihan, baik dalam penafsiran maupun dalam pelaksanaan isi perjanjian, kedua belah pihak akan berusaha menyelesaikannya secara musyawarah menurut ajaran Islam. Akan tetapi, menurut Muhammad Syafi’I Antonio dalam bukunya,238 tetap saja ada kemungkinan perselisihan yang tidak dapat diselesaikan dengan musyawarah. Keadaan tersebut terjadi dalam kehidupan sehari-hari, apalagi dalam kehidupan ekonomi harus diantisipasi dengan cermat. Berdasarkan hal tersebut, kepentingan untuk menemukan model dan membentuk lembaga permanen yang berfungsi untuk menyelesaikan kemungkinan terjadinya sengketa perdata diantara bank-bank syariah dengan para nasabah, sudah sangat mendesak.

Hukum Islam sebagai hukum yang nilai-nilainya langsung dipandu oleh Allah SWT sebagai Tuhan semesta alam telah memberikan panduan yang cermat dan sempurna, termasuk dalam hal ini mengenai penyelesaian sengketa. Didalam Hukum Islam, penyelesaian sengketa secara umum dapat ditempuh dengan dua jalur yaitu secara damai (as Sulh/Sulhu) atau secara arbitrase (at Tahkim) diluar proses persidangan di Pengadilan, yang dikenal dengan sebutan non litigasi, atau melalui jalan lain yaitu di Pengadilan (al Qadha) dengan sebutan litigasi. As Sulh/Sulhu Sulh tersebut biasanya dilakukan diluar pengadilan, dimana para pihak bersepakat untuk tidak menempuh jalur hukum dalam menyelesaikan sengketa mereka. Adapun dasar hukum Sulh dalam Al-Qur’an termaktub pada Surat An-Nisa’ ayat 114 dan ayat 128.

Islam menawarkan suatu prinsip yang bertujuan membentuk suatu kesepakatan setelah para pihak yang bersengketa itu didengar keterangan-keterangannya, sehingga terjadilah suatu pertukaran pikiran secara jernih dan dengan penuh kesabaran. Prinsip ini dinamakan musyawarah, yang pada hakikatnya sama dengan melakukan negosiasi, mediasi, konsiliasi dan arbitrase. Menurut Achmad Heidar,239 musyawarah merupakan suatu proses atau mekanisme dalam pengambilan keputusan yang didasarkan pada prinsip-prinsip: persamaan diantara para pihak, kebebasan mengemukakan pendapat, mengutamakan kepentingan umum, lebih memperhatikan isi dan mulai dari gagasan, diawali dengan prasangka baik, dan adanya suatu rujukan baku yang dipatuhi semua pihak. Musyawarah dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya, ada beberapa syarat, yaitu diantara orang-orang yang sederajat, setara hak dan kewajibannya serta sama derajatnya dalam mengemban kedaulatan atas pendirian yang dimusyawarahkan. Al

238 Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Leadership dan Manajemen Muhammad SAW, jilid 1- 7, Tazkia Publishing, 2010, Ibid, hlm. 214.

239 Achmad Heidar, “Arti dan Mekanisme Musyawarah”, Majalah Padjadjaran, FH-Unpad, Bandung, 1994, hlm.14

Page 165: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

156 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Qur’an memerintahkan kepada manusia untuk menyelesaikan semua masalah kemasyarakatan (keduniaan) dengan cara musyawarah. Dua ayat yang dengan tegas menggariskan, yaitu: 240 Surat As Syura: 38 yang artinya: “ .......adapun urusan kemasyarakatan diputuskan dengan musyawarah antara mereka” dan Surat Al Imran: 159 yang artinya: “ ……dan bermusyawarahlah engkau hai Muhamad dengan mereka dalam setiap urusan kemasyarakatan.

Pasca dikeluarkannya Putusan Mahkamah Konstitusi RI Nomor 93/PUU-X/2012 Tanggal 29 Agustus 2013 lalu, Peradilan Agama sebagai satu-satunya peradilan sengketa ekonomi syariah akhirnya menemukan kepastian hukum, oleh karena telah membatalkan pilihan penyelesaian sengketa perbankan syariah yang menjadi Penjelasan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah (selanjutnya ditulis UUPS). Penyelesaian sengketa Perbankan Syariah diatur dalam Pasal 55 UUPS yang menyatakan bahwa:

Ayat (1) Penyelesaian sengketa Perbankan Syariah dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama. ayat (2) Dalam hal para pihak telah memperjanjikan penyelesaian sengketa selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi akad. ayat (3) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak boleh bertentangan dengan Prinsip Syariah. 241 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 93/PUU-X/2012 Tentang Pembatalan Penjelasan Pasal 55 ayat (2) UUPS tersebut, menentukan bahwa dalam hal putusan Badan Arbitrase Syariah Nasional (selanjutnya ditulis Basyarnas) tidak dilaksanakan secara sukarela, maka salah satu pihak yang bersengketa berhak mengajukan permohonan eksekusi kepada Ketua Pengadilan Agama yang mempunyai kewenangan absolut untuk penetapan akta putusan Basyarnas agar bisa dilakukan eksekutorial. Hal tersebut, sejalan dengan ketentuan Pasal 61 UUAAPS.

Sementara itu bank syariah secara kuantitatif mengalami perkembangan, dalam kegiatannya bank syariah masih menghadapi beberapa kendala antara lain: a) kurangnya pemahaman dan wawasan serta kesalahpahaman masyarakat terhadap sistem dan prinsip perbankan syariah; b) terbatasnya jumlah jaringan kantor bank syariah; c) institusi pendukung perbankan syariah yang belum lengkap dan efektif; d) kurangnya SDM yang mendukung pengembangan perbankan syariah; e) sosialisasi yang belum maksimal kepada masyarakat; f) belum adanya regulasi, ketentuan memadai yang mengatur operasional perbankan syariah. Pembentukan mediasi perbankan oleh Bank Indonesia (selanjutnya ditulis BI) dilandasi oleh

240 M. Thahir Azhari, Loccit 241 Sumber: www.hukumonline.com.

Page 166: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 3: Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Luar Pengadilan 157

maraknya keluhan nasabah yang tidak puas terhadap penyelesaian pengaduan nasabah oleh bank. Banyaknya tuntutan nasabah yang tidak dipenuhi bank dan tidak dapat menyelesaikan sengketa dengan baik, maka akan berpengaruh terhadap reputasi bank tersebut.

Secara teori tidak mungkin ada kesepakatan damai yang tidak dipatuhi dan dijalankan oleh salah satu pihak, karena untuk mencapai kesepakatan damai sudah merupakan kerelaan dari para pihak untuk win-win solution, apalagi tidak ada paksaan sedikit pun dari pihak ketiga dalam menentukan hasil akhir dari proses perundingan. Dalam Bab II Pasal 6 Undang-undang No. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, secara jelas menyatakan bahwa mediasi sangat tergantung dari itikad baik para pihak, dan hasilnya sangat tergantung dari kehendak para pihak. Ancaman tidak akan ada, jika salah satu pihak tidak menjalankan kesepakatan mediasi selain ancaman tuntutan wanprestasi dari pihak yang berkepentingan. Efektivitas dari sebuah akta kesepakatan hasil mediasi tentu akan sangat tergantung dari itikad baik para pihak, mentaati hasil-hasil perundingan/kesepakatan tersebut. Setiap tindakan salah satu pihak yang bertentangan dengan hasil perundingan merupakan tindakan cidera janji (wanprestasi).

Keunggulan penyelesaian sengketa dengan mediasi perbankan dikatakan murah, cepat dan sederhana karena: tidak dipungut biaya, jangka waktu proses mediasi paling lama 60 hari kerja, dan proses mediasi dilakukan secara informal/ fleksibel. Dalam proses Mediasi Perbankan hanya sengketa yang menyangkut aspek transaksi keuangan nasabah pada bank, dengan ketentuan nilai sengketa setinggi-tingginya adalah Rp. 500 juta. Sebelum melakukan proses mediasi, nasabah dan bank harus menandatangani perjanjian mediasi yang memuat: kesepakatan untuk memilih mediasi sebagai alternatif penyelesaian sengketa, dan persetujuan untuk patuh dan tunduk pada aturan mediasi. Bank Indonesia selaku mediator akan memfasilitasi pertemuan antara bank dengan nasabah guna mencari penyelesaian. Dalam mediasi tersebut, mediator akan: bersikap netral, memotivasi para pihak untuk menyelesaikan sengketa, tidak memberikan rekomendasi atau keputusan. Hasil penyelesaian terhadap sengketa merupakan kesepakatan antara nasabah dengan bank. Apabila dicapai kesepakatan, maka nasabah dan bank akan menandatangani akta kesepakatan. Apabila tidak dicapai kesepakatan, nasabah dapat melakukan upaya penyelesaian lanjutan melalui arbitrase atau pengadilan. Hal-hal yang perlu diperhatikan: pastikan bahwa sengketa memenuhi persyaratan untuk diselesaikan melalui jalur mediasi perbankan, sampaikan dokumen secara

Page 167: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

158 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

lengkap disertai data pendukung, dapatkan informasi mengenai mediasi perbankan dari bank, dan patuhi hasil kesepakatan yang tertuang dalam akta kesepakatan.

Mediasi tidak hanya bermanfaat bagi para pihak yang bersengketa, melainkan juga memberikan beberapa manfaat bagi dunia peradilan. Mediasi mengurangi kemungkinan menumpuknya jumlah perkara yang diajukan ke pengadilan. Banyaknya penyelesaian perkara melalui mediasi, dengan sendirinya, akan mengurangi penumpukan perkara di pengadilan. Sedikitnya jumlah perkara yang diajukan ke pengadilan akan memudahkan pengawasan apabila terjadi keterlambatan atau kesengajaan untuk melambatkan pemeriksaan suatu perkara untuk suatu tujuan tertentu yang tidak terpuji. Selain itu, sedikitnya jumlah perkara yang diajukan ke pengadilan tersebut juga akan membuat pemeriksaan perkara di pengadilan berjalan cepat. Meski banyak memiliki kelebihan dan keuntungan, mediasi sebagai alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidaklah diatur secara memadai dalam peraturan-perundangan. Dalam UU No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (AAPS), mediasi tidak dijelaskan secara berimbang dan proporsional.

Dalam Undang-undang tersebut, lembaga arbitrase diatur dan dijelaskan secara detail dalam 80 (delapan puluh) pasal, sedangkan alternatif penyelesaian sengketa, termasuk mediasi hanya disebut dalam dua pasal saja, yaitu Pasal 1, butir (10) dan Pasal 6 ayat (3), ayat (4), serta ayat (6). Selebihnya hanya diatur secara garis besar dalam Peraturan Mahkamah Agung RI No. 02 Tahun 2003 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Selain itu penyelesaian sengketa melalui mediasi, lebih mirip dengan penyelesaian sengketa secara musyawarah untuk mencapai mufakat. Penyelesaian sengketa antara nasabah dengan bank melalui mediasi merupakan hal yang dianggap ideal, mengingat keadilan muncul dari para pihak karena tidak ada pihak yang mengambil keputusan yang menguntungkan salah satu pihak. Sifat lain dari penyelesaian sengketa melalui mediasi adalah adanya unsur kesukarelaan. Tanpa adanya kesukarelaan di antara para pihak, maka mekanisme alternatif penyelesaian sengketa tidak akan bisa terlaksana dengan baik. Kesukarelaan yang dimaksud meliputi kesukarelaan terhadap mekanisme penyelesaiannya dan kesukarelaan terhadap isi kesepakatan.

Mediasi merupakan satu alternatif penyelesaian sengketa yang bersifat tidak memutus, cepat, murah dan memberikan akses kepada para pihak yang bersengketa memperoleh keadilan atau penyelesaian yang memuaskan. Dalam proses mediasi tersebut diharapkan dapat mengurangi beban perkara di pengadilan dan menyediakan akses seluas mungkin kepada para pihak yang bersengketa untuk

Page 168: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 3: Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Luar Pengadilan 159

memperoleh keadilan, sehingga secara tidak langsung dapat membentuk independen judiciary. Pola-pola penyelesaian sengketa yang mencerminkan keadilan prosedural dan subtansial perlu dikembangkan, dalam arti adanya keadilan yang diciptakan melalui penetapan jangka waktu dengan Objek yang disengketakan. Sengketa antara nasabah dengan bank dapat diselesaikan, dibutuhkan lebih dari sekedar pengaturan tentang mediasi perbankan dan lembaga yang menjalankan mediasi perbankan. Namun dapat ditemukan dan diterapkan model mediasi konvensional yang mempunyai proses dan mekanisme mediasi didasarkan Prinsip Syariah.

Menurut Pasal 1 Angka (12) Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, Prinsip Syariah merupakan prinsip Hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Prinsip-prinsip syariah yang dimaksudkan dalam Pasal 2 UUPS yang menyatakan pula bahwa, “Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan Prinsip Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian”, hal tersebut lebih ditegaskan lagi Penjelasan Pasal 2 UUPS bahwa kegiatan usaha yang berasaskan prinsip syariah yang dimaksud di atas antara lain, adalah kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur:1) Riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah (batil) antara lain dalam

transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan (fadhl), atau dalam transaksi pinjam-meminjam yang mempersyaratkan nasabah penerima fasilitas mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu (nasi’ah). Pengertian secara bahasa, riba adalah tambahan namun yang dimaksud riba dalam ayat Al-Quran (QS. Ar-Rum ayat 39) yaitu setiap penambahan yang diambil tanpa adanya suatu ‘iwad (penyeimbang atau pengganti) yang dibenarkan syariah. Riba dalam segala bentuknya dilarang bahkan dalam ayat Al-Quran tentang pelarangan riba yang terakhir yaitu surat Al-Baqarah ayat 278-279 yang secara tegas dinyatakan, yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman takutlah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa-sisa riba itu jika kamu orang beriman. Kalau kamu tiada memperbuatnya ketahuilah ada peperangan dari Allah dan Rasul-Nya terhadapmu dan jika kamu bertobat maka untukmu pokok-pokok hartamu kamu tidak menganiaya dan tidak pula teraniaya”;

2) Maisir, yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti dan bersifat untung-untungan. Menurut pendapat Muhammad Ali as-Sayis adalah Al-maisir asalnya dari kata taisir yang berarti yang memudahkan, yaitu suatu cara pembagian yang didasarkan atas kesepakatan sebagaimana

Page 169: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

160 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

yang dilakukan pembagian dalam judi.242 3Al-maisir atau judi adalah suatu permainan yang mengandung unsur taruhan yang dilakukan secara berhadap-hadapan atau langsung antara dua orang atau lebih243;

3) Gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur dalam syariah. Gharar menurut bahasa artinya keraguan, tipuan, atau tindakan yang bertujuan merugikan pihak lain. Pengertian gharar menurut ulama fikih Imam al-Qarafi sebagaimana dikutip oleh M. Ali Hasan adalah sebagai berikut: Imam al-Qarafi mengemukakan gharar adalah suatu akad yang tidak diketahui dengan tegas, apakah efek akad terlaksana atau tidak, seperti melakukan jual beli ikan yang masih dalam air (tambak).244 Larangan gharar dilarang dalam Islam berdasarkan pada al-Quran yang melarang memakan harta orang lain dengan cara batil, sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nisa ayat: 29, yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”;

4) Haram, yaitu transaksi yang objeknya dilarang dalam syariah. Haram adalah sesuatu yang secara tegas dilarang Allah untuk dikerjakan dan pelakunya diancam siksa serta hukumannya secara permanen di akhirat bahkan terkadang ditambah dengan sanksi di dunia;

5) Zalim, yaitu transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lainnya. Zalim merupakan perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT dan termasuk dari salah satu dosar-dosa besar. Manusia yang berbuat zalim akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa yang pedih di akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. As-Syura ayat 42 , yang artinya:

“Sesungguhnya dosa besar itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih”;

Selanjutnya model-model mediasi yang ada antara lain: Mediasi Penyelesaian/Kompromi (Settlement), Mediasi Fasilitatif (Problem solving), Mediasi transformatif/Rekonsiliasi (Therapeutic), dan Mediasi Evaluative (Advisory).

242 Muhammad Ali as-Sayis, Tafsir Ayat Ahkam, Misra: Ali Assabais, 1953, hlm.207.243 Ibrahim Hosen, Apa Itu Judi ?, Jakarta: Institut Ilmu Al-Quran, 1986, hlm.29.244 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, hlm.147.

Page 170: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Bab 3: Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Luar Pengadilan 161

Berdasarkan penelitian diperoleh gambaran bahwa cara-cara yang dilakukan dalam Mediasi Fasilitatif (Problem solving), sebagai berikut:a) Membimbing para pihak menegosiasikan kebutuhan, mentransformasikan

keinginan ke kebutuhan.b) Mendefinisikan sengketa dari kebutuhan (substantif, prosedur, emosi).c) Menjaga kelangsungan dialog, intervensi proses.d) Keahlian dan teknik mediasi: wajib; subjek.e) Perkara: sekunder

Dalam hal ini, Mediator diharapkan tidak menyarankan jalan keluar atau mengarahkan hasilnya kepada suatu penyelesaian pada tingkatan yang wajar atas perselisihan tersebut, tetapi membantu para pihak untuk mengkaji ulang situasi secara mendasar dan mendapatkan kesepakatan mereka sendiri. Mediasi pemecahan masalah menghindari posisi, mencari kepentingan yang mendasari posisi, orang yang punya keahlian teknik mediasi. Melaksanakan proses dan menjaga komunikasi para pihak. Model Mediasi Fasilitatif (Problem solving) merupakan satu-satunya model yang dapat dipelajari dan diaplikasikan oleh orang dari berbagai latar belakang profesional yang berbeda, dan merupakan model yang secara signifikan mengurangi kemungkinan tuntutan pertanggungjawaban pada seorang mediator. Sedangkan ciri lain yaitu: campur tangan mediator lemah, dan para pihak didorong untuk kreatif guna memenuhi kepentingan secara adil. Bidang penerapannya, sengketa masyarakat, keluarga, lingkungan hidup, kemitraan. Kekuatannya, dapat manfaatkan mufakat secara maksimal. Kekurangannya yaitu dapat makan waktu, dan perlu keahlian bernegosiasi.

Dua model penyelesaian sengketa dalam hukum Islam yang dapat dijadikan acuan, yaitu; Pertama, penyelesaian sengketa dengan al-Qadha’ (Peradilan). Kedua, penyelesaian sengketa melalui tahkim (perwasitan/arbitrase). Penyelesaian sengketa utama adalah shulh, kata shulh-yashluhu-shalahan,yang berarti memutus perselisihan. Dalam Al-Quran Surat Al Hujurat/An Nisa ayat 65 menjelaskan bahwa, menyelesaikan sengketa secara adil dan cepat dalam masalah-masalah keperdataan/muamalah yang timbul dalam bidang perdagangan, industri, jasa dan lain-lain dengan prinsip Islah.245 Islah di dalam Islam dikenal dengan Ash Shulhu yang artinya ‘memutuskan pertengkaran atau perselisihan’ antara dua orang yang bersengketa.

Menurut hemat penulis, alternatif lain dalam penyelesaian sengketa perbankan syariah perspektif Hukum/Syariat Islam, melalui lembaga perdamaian. Dalam Bahasa Arab perdamaian disebut dengan Islah/as Sulhu atau Suluh, secara harfiah

245 Rafa Consulting, “Basyarnas”, Pelatihan Aspek Legal Bank Syariah, Bandung, 2006, hlm.8.

Page 171: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

162 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

mengandung pengertian “memutus pertengkaran/perselisihan”. Dalam pengertian syariat dirumuskan sebagai “suatu jenis akad/perjanjian untuk mengakhiri perlawanan/perselisihan antara dua orang yang berlawanan”. Masing-masing pihak yang mengadakan perdamaian dalam syariat Islam disebut mushalih, sedangkan persoalan yang diperselisihkan disebut mushalih’anhu, dan perbuatan yang dilakukan oleh salah satu pihak terhadap pihak yang lain untuk mengakhiri pertikaian/pertengkaran dinamakan mushalih ‘alaihi atau disebut juga badalush shulh. 246 Secara garis besar Islah/as Sulhu atau Suluh terbagi atas empat macam, yaitu:a) Perdamaian antara kaum muslimin dengan masyarakat non muslim, yaitu

membuat perjanjian untuk meletakkan senjata dalam masa tertentu (dewasa ini dikenal dengan istilah gencatan senjata), secara bebas atau dengan jalan mengganti kerugian yang diatur dalam undang-undang yang disepakati dua belah pihak.

b) Perdamaian antara penguasa (imam) dengan pemberontak, yakni membuat perjanjian-perjanjian atau peraturan-peraturan mengenai keamanan dalam Negara yang harus ditaati, lengkapnya dapat dilihat dalam pembahasan khusus tentang bughat.

c) Perdamaian antara suami dan istri dalam sebuah keluarga, yaitu membuat perjanjian dan aturan-aturan pembagian nafkah, masalah durhaka, serta dalam masalah menyerahkan haknya kepada suaminya manakala terjadi perselisihan.

d) Perdamaian antara para pihak yang melakukan transaksi (perdamaian dalam muamalah), yaitu membentuk perdamaian dalam masalah yang ada kaitannya dengan perselisihan-perselisihan yang terjadi dalam masalah muamalah.Berdasarkan penjelasan dan uraian tersebut di atas,dalam hukum Islam

upaya perdamaian yang dilakukan oleh para pihak untuk menyelesaikan sengketa muamalah dikenal dengan Islah/as Sulhu atau Suluh. Islah/as Sulhu atau Suluh.sebagai sarana pewujudan perdamaian dapat diupayakan oleh pihak yang bersengketa atau dari pihak ketiga yang berusaha membantu para pihak menyelesaikan sengketanya. Keterlibatan pihak ketiga dapat bertindak sebagai madiator atau fasilitator dalam proses Islah/as Sulhu atau Suluh. Penerapan Islah/as Sulhu atau Suluh dalam hukum Islam sebenarnya sangat luas, tidak hanya digunakan untuk menyelesaikan sengketa yang berkait dengan harta (muamalah), tetapi dapat juga digunakan unruk menyelesaikan sengketa keluarga, adat/kebiasaan (Urf’) dan politik.

246 Suhrawardi K. Lubis, Opcit, hlm. 178.

Page 172: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Daftar Pustaka 163

A. Sumber Utama

Al Qur’an Hadist

B. Buku-buku

Abd Hakim, Atang, Fiqih Perbankan Syariah: Transformasi Fiqih Muamalah ke Dalam Peraturan Perundang-undangan, Refika Aditama, Jakarta, 2011.

A. Basiq Djalil, Peradilan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 2012.

Abd. Halim Thali, Asas-asas Peradilan Dalam Risalah Al-Qada, UII Press, Yogyakarta, 2013.

Abd. Shomad, Hukum Islam, Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum Indonesia, Edisi Revisi, Kencana, Jakarta, 2012.

Abdul Ghofur Anshori (Penyunting), Kapita Selekta Perbankan Syariah Di Indonesia, UII Press, Yogyakarta, 2008.

- - - - -, Tanya Jawab Bank Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2008.

- - - - -, Hukum Perbankan Syariah UU No. 21 Tahun 2008, UII Press, Yogyakarta, 2008.

- - - - -, Penerapan Prinsip Syariah Dalam Lembaga Keuangan, Lembaga Pembiayaan dan Perusahaan Pembiayaan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008.

- - - - -, Hukum Perbankan Syariah, Refika Aditama, Bandung, 2009.

- - - - -, Hukum Perbankan Syariah, UGM Press, Yogyakarta, 2009.

- - - - -, Pembentukan Bank Syariah Melalui Akuisisi dan Konversi, UII Press, Yogyakarta, 2010.

DAFTAR PUSTAKA

Daftar Pustaka 163

Page 173: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

164 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Abdullah Al Mushlih, Bunga Bank Haram? Menyikapi Fatwa MUI, Menuntaskan Kegamangan Umat, Darul Haq, 2003.

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan Agama, Kencana Prenada Media Group, cet ke 2, Jakarta, 2000.

- - - - -, Etika hakim dalam Penyelenggaraan Peradilan, suatu kajian dalam sistem Peradilan Islam, Kencana Prenada Media Group, cet ke 2, Jakarta, 2010.

- - - - -, Hukum Ekonomi Syariah Dalam Persfektif Kewenangan Peradilan Agama, Kencana, Jakarta, 2012.

- - - - -, Reformasi Hukum Islam Di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Kencana, Jakarta, 2013.

- - - - -, Aspek-aspek Pengubah Hukum, Kencana, Jakarta, 2013.

- - - - -, Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi, Kencana, Jakarta, 2014.

Abdullah Jayadi, Beberapa Aspek Tentang Perbankan Syariah, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2011.

Adiwarman Azwar Karim, Sejaran Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta, Rajawali Pers, 2004.

Adrian Sutedi, Perbankan Syariah Tinjauan Dan Beberapa Segi Hukum, Ghalia Indonesia, Bogor, 2009.

Ahmad Dimyati, Sejarah Lahirnya BAMUI: Arbitrase Islam di Indonesia, BAMUI-BMI, Jakarta, 1994.

Ahmad Mujahidin, Prosedur Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah Di Indonesia, Ghalia Indonesia, bogor, 2010.

Ahmad Rodoni, Lembaga Keuangan Syariah, Zikrul Media Intelektual, Jakarta, 2008.

Ahmed, Salahudin, Islamic Banking Finance And Insurance, A Global Overview, A.S. Noordin Published, Kuala Lumpur, 2006.

Ahwan Fanani, Pengantar Mediasi (Fasilitas) Prinsip Metode, Teknik. Walisongo Pers, Semarang, 2012.

- - - - -, At.All. Mengelola Konflik Membangun Damai. Walisongo Mediation Center (Wmc), Semarang, 2015.

Al-Fairus Abadi: al-Qanus al-manith, (Berikut: Dar al-Fikr,t,t) juz 1, hlm 235, dalam Abdullah bin Muhammad Ath-Thayyar,ed.al., Ensiklopedi Fiqh mu’malat dalam pandangan 4 Madzhab,Riyadh, Madarul-Wathan Lin-Nasyar, 2004.

Page 174: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Daftar Pustaka 165

Amir Machmud, dan Rukmana. Bank Syariah: Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia, Erlangga, Jakarta, 2010.

Amrullah Ahmad, Dimensi Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Nasional, Gema Insani Press, Jakarta, 1996.

A.Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1996

Joseph Schacht, Pengantar Hukum Islam, Islamika, Jogyakarta, 2003.

A. Mukti Arto, Pengadilan Agama dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogjakarta, 2012.

An an at.al. Kompilasi Hukum Bisnis Dalam Rangka Purnabakti Prof Dr,H.Man Satrawidjaja, SH,SU., Cv Keni-FH Unpad, Bandung, 2012.

Andri Soemitro, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2009.

A. Rahmat Rosyadi, Arbitrase Dalam Perpektif Islam Dan Hukum Positif, Bandung: Citra Aditya Bhakti, 2002.

Arus Akbar Silondae & Andi Fariana, Aspek Hukum Dalam Ekonomi & Bisnis, Edisis Revisi, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2013.

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Rajawali Pers, Jakarta, 2011.

A. Wangsawidjaja Z, Pembiayaan Bank Syariah, Gramedia, Jakarta, 2012.

Bagya Agung Prabowo, Aspek Hukum Pembiayaan Murabahah Pada Perbankan Syariah, UII Press, Yoyakarta, 2012.

Bambang Hermanto, Hukum Perbankan Syariah, Kaukaba, Yogyakarta, 2013.

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2004.

Burhanudin Susanto, Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia, UII Press, Yogyakarta, 2008.

Cik Basir, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah,

Depag R.I., Al Qura“an Dan Terjemahnya, PPKSA-Depag, Jakarta, 1983.

- - - - - , Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum, Dirjen Kelembagaan Islam, Jakarta, 2002.

Dwi Rezki Sri Astarini, Mediasi Pengadilan Salah Satu bentuk Penyelesaian Sengketa Berdasarkan Asas Peradilan Cepat, sederhana, Biaya Ringan, Alumni, Bandung, 2013.

D.Y. Witanto. 2008. Hukum Acara Mediasi Dalam Perkara Perdata Di Lingkungan Peradilan Umum Dan Agama. Alfabeta, Bandung, 2008.

Page 175: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

166 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Edi Hudiata, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Pasca Putusan MK No. 93/PUU-X/2012: Litigasi Dan Non Litigasi, UII Press, Yogyakarta, 2015.

Edy Wibowo dan Untung Hendy Widodo, Mengapa Memilih Bank Syariah?(Kedudukan Nasabah terhadap Bank dalam Hubungannya dengan Penerapan Metode Bunga di Bank Konvensional dan Metode bagi Hasil di Bank Syariah(Suatu Tinjauan Hukum), Ghalia Indonesia, Cet.Pertama, Jakarta, 2005.

Eman Suparman, Pilihan Forum Arbitrase dalam Sengketa Komersial Untuk Penegakan Keadilan, PT.Tatanusa, Jakarta, 2006.

Erfaniah Zuhriah, Peradilan Agama Indonesia, Sejarah, Konsep dan Praktik Di Pengadilan Agama, Setara Press, Malang, 2014.

Fatahillah A. Syukur, Mediasi Yudisial Di Indonesia, Peluang Dan Tantangan Dalam Memajukan Sistem Peradilan, Mandar Maju, Bandung, 2012.

Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di bank Syariah, Sinar Grafika, Jakarta, 2012.

- - - - -, Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi Di Lembaga Keuangan Syariah, Sinar Grafika, Jakarta, 2012.

Frank E. Vogel & Samuel L. Hayes, Islamic Law An Finance, Religion, Risk, and Return, Arab & Islamic Laws Series, Kluwer Law International, London, 1998.

Frans Hendra Winarta, Hukum Penyelesaian Sengketa Arbitrase Nasional Indonesia dan Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2013.

Gary Goodpaster, Panduan Negosiasi Dan Mediasi, Seri Dasar Hukum Ekonomi 9, Elips, Edisi Pertama, Jakarta, 1999.

Gatot Soemartono, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2006.

Gemala Dewi at.al., Hukum Perikatan Islam di Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2005.

- - - - -, Aspek-aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, Kencana Prenada, Jakarta, 2006.

Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, Hukum Arbitrase, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000.

Gunawan Widjaja, Alternatif Penyelesaian Perkara, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005.

Page 176: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Daftar Pustaka 167

Habib Nazir & M.hasanudin, “Ensiklopedi Dan Perbankan Syariah”, Kaki Langit, Bandung, 2004.

H A Djazuli, Kitab Undang-undang Hukum Perdata Islam, Kiblat Press, Bandung, 2002.

H.A.Hafizh Dasuki et al, Ensiklopedi Islam, Jilid I, PT. Ichtiar Baru van Hoeve,Jakarta, 1994.

H. Ahmad Kamil & H. M Fauzan, Kitab Undang-undang Hukum Perbankan dan Ekonomi Syariah, Prenada Media Group, Jakarta, 2007.

Usmani, Muhammad Imran Ashraf, Meezanbank’s Guide To Islamic Banking, Darul Ishaat, Karachi, Pakistan, 2002.

Hasbi Hasan, Pemikiran Dan Perkembangan Hukum Ekonomi Syariah Di Dunia Islam Kontemporer, Gramata Publishing, Jakarta, 2011.

Heri Sudarsono dan Hendi Yogi Prabowo, Istilah-istilah Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2004.

Hirsanuddin, Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia Pembiayaan Bisnis Dengan Prinsip Kemitraan, Genta Press, Yogyakarta, 2008.

Huala Adolf, “Arbitrase Komersial Internasional”, Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta, 1993.

Hussein Bahreisj, Hadits Shahih (Al-Jamius Shahih) Bukhari-Muslim, CV.Karya Utama, Surabaya, Tanpa Tahun.

Ibrahim Hosen, Apa Itu Judi ?, Jakarta: Institut Ilmu Al-Quran, 1986.

Ibnu Khaldun, Muqaddimah, Pustaka Al Kautsar, Jakarta, 2012.

Ibnu Rusyd, Bidayatu’l Mujtahid, Jilid 3, Asy – Syifa, Cetakan Pertama, Semarang, 1990.

Institut Bankir Indonesia, Konsep, Produk Dan Implementasi Operasional Bank Syariah, Djambatan, Jakarta, 2002.

Ismail, Perbankan Syariah, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2011.

Iwan Gayo Glaxo, Encyclopedia Islam International, Pustaka Warga Negara, Jakarta, 2013.

Jaenal Aripin, Himpunan Undang-undang Kekuasaan Kehakiman, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010.

Jaih Mubarok, Perkembangan Fatwa Ekonomi Syariah Di Indonesia, Pustaka Bani QuraisyBandung, 2004.

Page 177: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

168 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Joni Emirzon, “Alternatif Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001.

Joseph Schacht, Joko Supomo (Alih Bahasa), Pengantar Hukum Islam, Islamika, Yogyakarta, 2003.

Karnaen A.Perwataatmadja Dan Muhammad Syafei Antonio, Apa Dan Bagaimana Bank Islam, Dana Bhakti Wakaf, Cetaka Pertama, Yogyakarta, 1992.

- - - - - dan Hendri Tanjung, Bank Syariah Teori, Praktil dan Peranannya, Celestial Publishing, Jakarta, 2011.

Kamali, Mohammad Hasim, Principles Of Islamic Jurisprudence, Pelanduk Publication, Malaysia, 1989.

Khotibul Umam, Legislasi Fikih Ekonomi dan Penerapannya Dalam Produk Perbankan Syariah di Indonesia, BPFE Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Yogyakarta, 2011.

Komar Kantaatmadja, Prospek Dan Pelaksanaan Arbitrase Di Indonesia (Kumpulan Tulisan), Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001.

Lewis, K. Mervin and Algood Latifa M, Islamic Banking (Perbankan Syariah, Penterjemah Burhan Subrata), Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2007.

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000.

Mal An Abdullah, Corporate Governance Perbankan Syariah Di Indonesia, AM Media, Yogyakarta, 2010.

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.

Mardani, Hukum Ekonomi Syariah di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2011.

Ma’ruf Amin, (Kata Pengantar Dewan Syariah Nasional MUI) Ekonomi Syariah: Solusi Terbaik Pembangunan Bangsa, Sistem Kerja Pasar Modal, Renaisan, ctk. 1, Jakarta, 2005.

- - - - -, Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam, eLSAS, Jakarta, 2008.

Meenai, A “The Islamic Development Bank; A Case Study of Islamic Co-operation”, Kegan Paul International Limited, London, England, 1989.

M. Ismail & M. Arif Yunus, Pengantar Ekonomi Islam, Al Azhar Press, Jakarta, 2011.

M. Mukhsin Jamil, Mediasi Dan Resolusi Konflik, Walisongo Mediatin Centre (Wmc), Semarang, 2007.

Page 178: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Daftar Pustaka 169

Mochtar Naim, “Kompendium Himpunan Ayat-ayat Al Qur’an yang berkaitan dengan Hukum”, Hasanah, Jakarta, 2001.

M. Thahir Azhari “Islam ,Hukum Islam dan Eksistensi Arbitrase Islam Di Indonesia”’, BAMUI-BMI, Jakarta, 1994.

Muamalat Institut, Perbankan Syariah Perspektif Praktisi, Jakarta, Tanpa Tahun.

Muchamad Parmudi, Sejarah Dan Doktrin Bank Islam, Kutub, Yogyakarta, 2005.

Muhamad, Sistem & Prosedur Operasional Bank Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2000.

------- (Editor), Bank Syariah Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman, Ekonisia Yogyakarta, 2002.

Muhammad Ali as-Sayis, Tafsir Ayat Ahkam, Misra: Ali Assabais, 1953.

Muhammad Amin Suma, Himpunan Undang-undang Perdata Islam & Peraturan Pelaksanaan Lainnya di Negara Hukum Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2008.

Muhammad Firdaus Dkk., Sistem Dan Mekanisme Pengawasan Syariah, (Briefcase Book), Renaisan, Jakarta, 2005.

-- - - -, Cara Mudah Memahami Akad-akad Syariah (briefcase Book), Renaisan, Jakarta, 2005.

- - - - -, Audit & Pengawasan Syariah Pada bank Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2011.

Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah, Gema Insani Press, Jakarta, 2001.

------, Bank Syariah Dari teori ke Praktik, Tazkia Cendekia, Jakarta, 2001.

------ at.al., Bank Syariah Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Dan Ancaman, FE-UII Press, Yogyakarta. 2008.

Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Leadership dan Manajemen Muhammad SAW, jilid 1- 7, Tazkia Publishing, 2010.

Muhammad Sadec, AbulHasan, at.al. (Editor), Development And Finance In Islam, International Islamic Universiti Press, Selangor-Malaysia, 1991.

Mumin Ghani, AB.,Sistem kewangan Islam Dan Pelaksanaanya Di Malaysia, Kuala Lumpur, Percekatakan Nasional Malaysia Berhad, 2006.

Muslehuddin, Mochamad, Banking & Islamic Law, Globe Offset, Darya Ganj, New Delhi, 2006.

M. Vernardos, Angelo, Islamic Banking & Finance In South-East Asia, World Scientific Publishing Co.Ltd., London, 2006.

Neni Sri Imaniyati, Perbankan Syariah Dalam Perspektif Hukum Ekonomi, Mandar Maju, Bandung, 2013.

Page 179: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

170 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Nico Ngani, Mettodologi Penelitian Dan penulisan Hukum, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2012.

Palitha Tikiri Bandara Kohona, The Regulation Of International Economic Relations Through Law, Martinus Nijhoff, Boston, 1985.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Prenada Media Group, Edisi Revisi, Jakarta, 2013.

Priyonggo Suseno & Heri Sudarsono (Penghimpun), Undang-undang, Peraturan Bank Indonesia, Dan Surat Keputusan Direksi BI Tentang Perbankan Syariah, UII_P3EI_FE UII, Yogyakarta, 2004.

Rachmad Safa’at, Advokasi Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Latar Belakang, dan Implementasinya, Surya Pena Gemilang, Malang, 2011.

Rachmadi Usman, Hukum Perbankan Islam di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002.

- - - - -, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung 2003.

------, Produk dan Akad Perbankan Syariah di Indonesia, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009.

- - - - -, Aspek Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2012.

Rahmat A. Rosyadi & Ngatino, Arbitrase Dalam Persfektif Islam Dan Hukum Positif, CBA, Bandung, 2002.

Razali, Nawawi, Islamic Law On Commercial Transactions, CT Publications, Malaysia, 1999.

Renny Supriyatni B., Sistem Bagi Hasil Dgn Mekanisme Pembagian Untung Rugi (Profit and Loss Sharing Mechanism) Dpt Memberi Keadilan bagi Nasabah & Bank Syariah, Unpad Press, Bandung, 2010.

- - - - - , Pengantar Hukum Islam, dasar-dasar dan Aktualisasinya dlm Hukum Positif, Widya Padjadjaran, Bandung, 2011.

- - - - -, Pengantar Perbankan Syariah Indonesia, Book Terace & Library, Bandung, 2013.

- - - - - , Peran Bank Syariah Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia, Book Terace & Library, Bandung, 2013.

Said Agil Husein Al Munawar, Pelaksanaan Arbitrase di Dunia Islam, Dalam Arbitrase Islam di Indonesia, BAMUI & BMI, Jakarta, 1994.

Page 180: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Daftar Pustaka 171

Salim H.S., Hukum Penyelesaian Sengketa Pertambangan di Indonesaia, Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2013.

S. A. Meenai, The Islamic Development Bank, Kegan Paul International, London and Newyork, 1989.

Sayyid Sabiq, fiqih Sunnah, Al Ma’arif, Bandung, 1987.

- - - - -, Fiqih Sunah, jilid 3, terjemahan (tim), Darul Fath lil I’lam Al’Aroba Kairo, Mesir, 2000.

Siti Zaliha Binti Abu Salim, Sistem Kehakiman Brunai: Satu Kajian Perbandingan Dengan Sistem Kahakiman Islam, Institut Pengajian Islam Sultan Haji Omar ‘Ali saifuddien, Univarsiti Brunei Darusalam, 2006.

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, 2008.

- - - - -, Penelitian Hukum Normatif, Raja Grafindo persada, Jakarta, Cetakan 14, juni 2012.

Sudiarto, Negosiasi, Mediasi, & Arbitrase Penyelesaian Sengketa Alternatif Di Indonesia, Pustaka Reka Cipta, Bandung, 2015.

Sudin Haron, Sistem Kewangan Dan Perbankan Islam , Kuala Lumpur Busisness School SDN, Kuala Lumpur, Berhad.

Sumar’in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, Edisi Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2012.

Sunarto Zukifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Zikrul Hakim, Jakarta, 2003.

Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, Alumni, Bandung, 1991

- - - - -, Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Abad Ke 20, Alumni Cetakan Kesatu, Bandung, 1994.

- - - - -, Bhineka Tunggal Ika sebagai Asas Hukum Bagi Pembangunan Hukum Nasional, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006.

- - - - -, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, Cet I, Alumni, Bandung, 1994.

Susanti Adi Nugroho, Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa, PT. Telaga Ilmu Indonesia, Jakarta, 2009.

Suyud Margono, “ADR Dan Arbitrase”, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2000.

Page 181: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

172 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

- - - - -, Penyelesaian sengketa bisnis, Alternative Dispute Resolution (ADR), Ghalia Indonesia, Bogor, 2010.

Syahrizal Abbas, Mediasi Dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional, Cetakan Kedua, Kencana, Jakarta, 2012.

Takdir Rahmadi, Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat, Raja Wali Pers., Jakarta, 2010.

Tim Pengembangan Perbankan Syariah – Institut Bankir Indonesia, ”Bank Syariah: Konsep, Produk dan Implementasi Operasional”, Djambatan, Jakarta, 2001.

Trisadini P & Abd. Shomad, Transaksi Bank Syariah, Bumi Aksara, Jakarta, 2012.

Warkum Sumitro, Azas-azas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait,PT.Grafindo Persada, Jakarta, 2004.

Werner Menski, Comparative Law in a global Cotext, (UK: Cambridge University Press, 2008 diterjemahkan oleh M. Khozim), Nusamedia, Bandung, 2012.

M. Yahya Harahap, Arah Tujuan Kompilasi Hukum Islam, Buletin Hikmah Th. I N0. 2, 1986, Surabaya.

- - - - - , Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, Sinar Grafika, Jakarta, 2005.

Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking, Bumi Aksara, Jakarta, 2010.

Yusuf as-Sabatin (Penerjemah: Yahya Abdurrahman), Bisnis Islami (Al-Buyu’ al-Qodimahwa al-Mu’ashirah wa al-Burshat al-Mahaliyyah wa al-Duwaliyyah), Al Azhar Press, Bogor, 2011.

Yusuf Qardhawi, Daur al-Qiyam wa al-akhlak fi al Iqtishadi al-Islami, Maktabah Wahbah, Kairo, 1995.

- - - - - (Alih Bahasa Muammal Hamidy), Halal Dan Haram Dalam Islam, Bina Ilmu, Surabaya, 2003.

Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, Sinar Grafika, Jakarta, 2008.

Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah, Lingkup, Peluang, Tantangan Dan Prospek, Alvabet, Cetakan Kesatu, Jakarta, 1999.

Zubairi Hasan, Undang-undang Perbankan Syariah: Titik Temu Hukum Islam Dan Hukum Nasional, Rajawali Press, Jakarta, 2009.

C. Jurnal Dan Majalah

Page 182: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Daftar Pustaka 173

Jurnal Al-Mishkah, A Progressive And Dynamic nternational Islamic University Based on Al Qur’an And AS-Sunnah, Issue 5, Unissa, Brunai Darusalam, September_December 2008.

Jurnal Ilmu Hukum Syiar Hukum, FH – UNISBA. Vol XII No. 3 November 2010.

Majalah Hukum Varia Peradilan Ikatan Hakim Indonesia Tahun XXV No. 200 Januari 2010.

Jurnal Ilmu Syariah, Ahkam Vol. XII No. 1, FSH Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Januari 2012.

Jurnal Islamic Economics Studies, Volume 4, Nomor 1, Desember 1996.

Jurnal Hukum Bisnis, Volume 20, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, Agustus-September 2002.

Jurnal Hukum Islam Al-Mawarid, Vol. XV, No. 1, Februari – Agustus, Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2014.

Jurnal Hukum, Ius Quia Iustum, Vol. 16 No. Edisi Khusus, Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2009.

Jurnal Hukum, Ius Quia Iustum, Vol. 21 No. 1, Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2012.

Jurnal Hukum Islam Al Mawarid, Vol XV, No. 1, Februari 2014,ISSN 0854-7408, Perbanas, Jakarta, Februari 2014.

Majalah Hukum Varia Peradilan Ikatan Hakim Indonesia Tahun XXVII No. 326 Januari 2013.

Majalah Karsa, Bank Syariah Punya Masalah, Volume 1 Nomor 05 November 2011.

Majalah Sharing, Kemana Harus Mengadu, Menguak Kontroversi Peradilan Perbankan Syariah, Edisi 53 Thn V Mei 2011.

D. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Page 183: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

174 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Undang Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas UU nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama

Undang Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman

Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

Undang-undang Nomor 21 Tahun 2012 Tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Peraturan Mahkamah Agung RI No.2 Tahun 2003 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.

Peraturan Mahkamah Agung RI No.1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.

PERMA Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah.

SEMA No. 8 Tahun 2008 tentang Eksekusi Putusan Badan Arbitrase Syariah

SEMA Nomor 8 tahun 2010Tentang Pembatalan SEMA Nomor 8 Tahun 2008

Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/24/PBI/2004 tentang Bank Umum yang Melaksanakan Prinsip Syariah

Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah

Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/35/PBI/2005 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/24/PBI/2004 tentang Bank Umum yang Melaksanakan Prinsip Syariah

Peraturan Bank Indonesia nomor 7/46/PBI/ 2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana Bangi Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha berdasarkan Prinsip Syariah

Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/5/PBI/2006 Tentang Mediasi Perbankan

Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah

Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/16/PBI/2008 Tentang Perubahan atas PBI No. 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah;

Page 184: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Daftar Pustaka 175

Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/17/PBI/2008 Tentang Produk Bank Syariah Dan Unit Usaha Syariah;

Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/18/PBI/2008 Tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah Dan Unit Usaha Syariah;

Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/16/PBI/2008 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah

Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/1/PBI/2008 tentangPerubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/5/PBI/2006 tentang Mediasi Perbankan

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/DPbS/2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah dan Unit usaha Syariah

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/15/PBI/2009 tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Konvensional menjadi Bank Syariah

Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional untuk Lembaga Keuangan Syariah (LKS), diterbitkan atas kerjasama Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) dengan Bank Indonesia (BI), Edisi Pertama, 2001.

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 93/PUU-X/2012 Tentang Litigasi Dan Non Litigasi.

Peraturan OJK Nomor 1/POJK. 07/2014 Tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Di Sektor Jasa Keuangan.

E. Makalah dan Modul

Abdul Salam, Tantangan Dan Peluang Pengembangan BMT Dalam Konteks Perekonomian Masa Depan, Makalah, Balai Usaha Mandiri Terpadu, Bandung, 4.September 1998 .

-------, Keynote Speaker Dalam Seminar Ekonomi Syariah Dan Perbankan Syariah Dalam Perspektif Perekonomian Indonesia, Makalah, Bandung, 6 Mei 2000.

Achmad Djauhari, Arbitrase Syariah Di Indonesia, Basyarnas, Jakarta, 2006.

- - - - - , Roadmap Perbankan Syariah Indonesia 2015 – 2019, OJK, International Seminar On Islamic Economic, Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas Padjadjaran, Bandung, 10 September 2015.

Page 185: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

176 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Achmad Heidar, “Arti dan Mekanisme Musyawarah”, Majalah Padjadjaran, FH-Unpad, Bandung, 1994.

Bagir Manan, Metode Penelitian Hukum Lintas Disiplin, Makalah pada Seminar Menjembatani Kesenjangan antara Metode Penelitian Hukum dan Pembangunan Hukum di Indonesia, FH Unpad, Bandung 20 Maret 2012.

Basyarnas, Profil dan Prosedur Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas), Basyarnas, Jakarta, 2006.

Dian Ediana Rae, Dual Economics System, International Seminar On Islamic Economic, Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas Padjadjaran, Bandung, 10 September 2015.

Felix Oentoeng Soebagjo, Bahan Diskusi Terbatas “Pelaksanaan Mediasi Perbankan oleh Bank Indonesia Dan Pembentukan Lembaga Independen Mediasi Perbankan”. Kerjasama Magister Hukum Bisnis Dan Kenegaraan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Dan Bank Indonesia. Yogyakarta, 21 Maret 2007.

Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat , Implikasi Otonomi Daerah Terhadap Perkembangan Bank Yang Berprinsip Syariah Di Indonesia , Makalah, FH-Unisba , Bandung, 2000.

H.S. Prodjokusumo, Badan Arbitrase Muamalah Indonesia, Majelis Ulama Indonesia, Jakarta, 1993.

Ida Nurlinda, Perkembangan Pendekatan Penelitian Hukum dan Kontribusinya terhadap Pembangunan Hukum Nasional, Makalah pada Seminar Menjembatani Kesenjangan antara Metode Penelitian Hukum dan Pembangunan Hukum di Indonesia, FH Unpad, Bandung 20 Maret 2012.

Iwan P.Pontjowinoto, “Lembaga keuangan Dalam Perspektif Syariah “, Makalah, ISEG FE-Unpad,Bandung, 2001.

Komar Kantaatmadja, Beberapa Masalah Dalam penerapan ADR, Makalah, FH-Unpad, 1997.

Laboratorium Hukum-FH Universitas Tarumanegara, Modul Pelatihan Dan Pendidikan Mediasi , Angkatan Ke 7, Jakarta: FH Untar, 2010.

Mahkamah Agung R.I., Naskah Akademis: Mediasi, MA.RI., Jakarta, 2007.

- - - - -, Pedoman Teknis Administrasi Dan Teknis Peradilan Agama, Buku II, Edisi Revisi, Jakarta, 2009.

Materi Training Perbankan Syariah, Modul, Bank Muamalat Indonesia (Pusat), Jakarta, Tanpa Tahun.

Page 186: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Daftar Pustaka 177

Maruarar Siahaan, “Pengembangan ADR Di Indonesa, Makalah, LBH, Bandung, 1998.

Mehmet Asutay, Islamic Finance Industry Formation Models: Public Policy Sources, Welfare and Developmentalist Concequences- A Political Economy Perspective, International Seminar On Islamic Economic, Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas Padjadjaran, Bandung, 10 September 2015.

Modul Executif Training, Restrukturisasi Pembiayaan Bermasalah Di Bank Syariah, Iqtishad, Angkatan 138, Jakarta 25 – 27 Juni 2015.

Modul Pelatihan Mediasi 40- jam Pusat Mediasi Nasional, Angkatan 72, FH Unpad-PMN, Bandung, 24-29 Agustus 2015.

Prosiding Mediasi & Court Annexed Mediation, Jakarta, 17 – 18 Februari 2004.

Rafa Consulting, “Basyarnas”, Pelatihan Aspek Legal Bank Syariah, Bandung, 2006.

Rika Lestari, Perbandingan Penyelesaian Sengketa Perceraian secara Mediasi di Pengadilan dan di Luar Pengadilan di Kabupaten kampar, Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, Volume 21 No. 2, Yogyakarta, April 2014.

Umer Chapra, Muhamad, Monettary Management In An Islamic Economy, Makalah The Seminar on Islamic Economics and Banking at Bank Indonesia, Jakarta, 24 October 2001.

Zainul Arifin, Mekanisme Kerja Dual Banking System, Makalah, FE – Unpad, Bandung, 24 Maret 2001.

F. Kamus

A. F. Elly herawati dan J.S. Badudu, Kamus Hukum Ekonomi (Inggris- Indonesia), Elips, Jakarta, 1996.

A. Hafizh Dasuki Dkk., Ensiklopedi Islam 1, PT Ichtiar Baru Van Hoeve, Cetakan 3, Jakarta, 1994.

Ahmad Warson Munawwir, Al Munawir Kamus Arab-Indonesia Terlengkap, Edisi Kedua, Pustaka Progressif, Surabaya, 1997.

Asyari, Kamus Istilah Ekonomi Syariah, Al-Ma’arif, Bandung, 2003.

Black, Henry Cambell, Blak’s Law Dictionary, Abridged, Sixth Edition, West Published, 1991.

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, Jakarta, 1997.

Page 187: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

178 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat, Pusat Bahasa-Depdiknas, Jakarta, 2014.

Habib Nazir dan Muhammad Hassanudin, Ensiklopedi Ekonomi dan Perbankan Syariah, Kaki Langit, Bandung, 2004.

Isriani Hardini & Muh. H. Giharto, Kamus Perbankan Syariah (Dilengkapi Penjelasan Singkat dan Perbandingan dengan Bank Konvensional), Marja, Bandung, 2007.

John L. Esposito, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, Mizaan, Bandung, 2002.

M. Marwan & Jimmy P., Kamus Hukum, Dictionary Of Law Complere Edition, Reality Publisher, Surabaya, 2009.

Moekijat, Kamus Manajemen, Mandar Maju, Bandung, 1990.

Purwono Sastro & Robert K. Cunningham, Kamus Lengkap Inggris – Indonesia, Indonesia – Inggris, Edisi Lux, Widya Karya, Cetakan Kedua, Semarang, 2015.

R. Subekti dan R. Tjitrosoedibyo, Kamus Hukum, Pradmya Paramita, Jakarta, 1980.

Saleh Adiwinata (Penerjemah), Kamus Istilah Hukum Fockema Andreae Belanda Indonesia, Binacipta, Tanpa Kota, 1983.

Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Bandung, 2013.

Winardi, Kamus Ekonomi (Inggris-Indonesia), Mandar Maju, Bandung, 1998.

Yan Pramadya Puspa, Kamus Hukum Edisi Lengkap Bahasa Belanda, Indonesia, Inggris, Aneka Ilmu, Semarang, 1977.

G. Sumber Lain

Muhammad Amin Suma, Tinjauan Fiqh Islam Terhadap Yurisprudensi Peradilan agama dari Pelaksanaan Undang-Undang Peradilan Agama (Dalam Laporan Seminar 10 Tahun Undang-Undang Peradilan Agama Kerjasama DITBAPERA-Islam, Fakultas Hukum UI, dan Pusat Pengkajian Hukum Islam dan Masyarakat, Chasindo, Jakarta, 1989.

Dessy Sunarsi, Penyelesaian Sengketa Bisnis Perbankan Syariah Yang Berkeadilan Dalam Kerangka Pengembangan Sistem Peradilan Indonesia, Disertasi, Prgram Doktor Pasca Sarjana, Unpad, Bandung, 2015.

Fatwa DSN-MUI No: 01 Tahun 2000 Tentang PEDOMAN DASAR DEWAN SYARI’AH NASIONAL-MAJELIS ULAMA INDONESIA (PD DSN-MUI).

Page 188: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Daftar Pustaka 179

Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Bunga (intersat/faidah).

Fatwa Dewan Syariah Nasional no. 47/DSN-MUI/II/2005 Tentang Penyelesaian Piutang Murabahah Bagi Nasabah Tidak Mampu Bayar.

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional (DSN) No, 01/DSN-MUI/IV/2006 sampai dengan No. 53/DSN-MUI/IV/2006 tentang kegiatan ekonomi syariah.

Kitab Undang-undang Hukum Perdata Islam

Laporan Tahunan Mahkamah-mahkamah Syariah, Negara Brunai Darusalam, 2014.

Mahkamah Agung R.I., Pedoman Teknis Administrasi Dan Teknis Peradilan Agama, Jakarta, 2009.

Tim Peneliti, Upaya Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di Bank Syariah Melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas), FH-LPPM, unpad, Bandung, 2008.

H. Informasi Yang Diakses Dari Internet

http// www.icmi.or.id., http:// [email protected].

Hukumonline, “Penyelesaian Sengketa Bank Syariah Masih Diperdebatkan”. Melalui. www.hukumonline.com., 21 April 2015.

MK batalkan pilihan penyelesaian sengketa perbankan syariah, http://m.republika.co.id/berita

Peri Umar Faraouk, “Sejarah Hukum Perbankan Syariah di Indonesia”, www.inlawnesia.net tanggal 19 Juli 2015, jam 12.00.

Yudo Paripurno, Peran Basyarnas dalam penyelesaian sengketa ekonomi syariah, http://examinasi.com/2012/01, diakses pada 02 Maret 2015

http//www.Badilag.net

Page 189: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

180 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Page 190: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

INDEKS

AAd hoc 37Advokat 84Agen pembangunan (agent of development) 3Agent of trust 31Ahli fiqih 13, 101Al-ba’iu 27Al Hisbah 117Al Mudzalim 117Al-musyarakah 27Alternative Disfutte Resolution (ADR) 38Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) 48Alternative Dispute Resolution 48, 74, 85, 106,

172Aqad 7Aqidah 91, 92Arbitase 37, 87Ash-shulhu 12Aspek jaminan 42Aspek Psikologis, 125Aspek Sosiologis 125Aspek sumber pengembalian 42Aspek Yuridis, 125Asuransi syariah 5, 13At-takaful 27Authoritative mediators 73Azas Estetika 97Azas Keadilan Merata 97Azas Kemuslihatan Manusia 97Azas Nafyul Haraji 97Azas Qillatu Taklif 97Azas Syara 97Azas Tadarruj 97

BBadan Arbitrase Nasional (BANI) 120Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia

(BAPMI) 120Badan Arbitrase Syariah Nasional 7, 14, 84,

87, 89, 120, 121, 122, 123, 138, 139, 156, 176, 179

Badan Mediasi Syariah (BaMES) 123Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen 83Badan sosial (Maal) 32Badan Usaha (Tanwil) 32Banco 19Bank Dagang (Comercial bank) 20Bank Indonesia 1, 5, 8, 15, 24, 36, 44, 50, 76,

79, 80, 118, 123, 144, 145, 156, 157, 170, 174, 175, 176, 177

Bank Industri (Industrial bank) 20Bank Investasi (Investment Banking) 20Bank Islam 23Bank koperasi (Cooperative bank) 20Bankkrupt 20Bank Sentral (Central bank) 20Bank Swasta (Private Bank) 20Bank Syariah 1, 4, 6, 7, 9, 10, 17, 19, 20, 21,

23, 24, 25, 26, 27, 28, 31, 32, 33, 41, 42, 44, 46, 106, 109, 120, 123, 138, 140, 142, 143, 144, 145, 161, 163, 165, 166, 167, 168, 169, 170, 171, 172, 173, 174, 175, 177, 179

Bank Tabungan (Saving Bank) 20Batil 159Black Law Dictionary 35Bughat 112, 162

Page 191: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

182 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

CCabang bank (Member Bank) 20Cabang Konvensional 1Choice of forum 14, 140Civil Court 17, 147Collection 43, 46Common Law 17, 147, 148, 151Community mediation 47Conflict of interest 68

DDana Pihak Ketiga (DPK) 5Deficit unit 33Desk monitoring 42Dispute 35, 48, 74, 85, 106, 139, 172Dual banking system 1, 149

EEarly Neutral Evalution (ENE); 39Ensiklopedi Islam 7, 24, 26, 167, 177Equality Principles 54Ethical standard 74Etik 73Etos 73Evaluative (Advisory) 66, 160Expert Appraisal 38Expert Determination 38

FFacilitative (Problem solving) 65, 66Fadhl 159Faktor Extern 43Fatwa 6, 24, 121, 159Fleksibel 78Fuqaha 13Future Looking 78

GGharar 7, 160

HHadist 7Hakam 114Hakim Pengadilan Agama 16Harta (maal) 20

Hiwalah 32Hubungan Horizontal 93Hubungan Vertikal 93Hukum Islam 2, 7, 25, 90, 91, 92, 93, 96, 97,

102, 103, 107, 109, 114, 115, 122, 125, 127, 129, 130, 138, 150, 154, 155, 159, 163, 164, 165, 168, 169, 170, 172, 173,

IIjma 12, 13, 90, 91, 98, 99, 103, 104, 105, 107Ijtihad 7Independent mediators 73Indonesian Institute For Conflict Transforma-

tion (ICCT) 124Informal 78Inspaning Verbintenis Principles 54Insurance 27Interest Based 78Interest based banking 6Islamic Banking Act 146Islamic Development Bank (IDB) 28Islamic Law 19, 90, 166, 169, 170Istiqamah 30

JJakarta Initiative Task Force (JITF 119Joint Venture 27Jual beli (bai’) 20

KKaffah 30Kerahasiaan (Confidentiality) 53Keuangan mikro syariah 13Key person 46Khilafah 128Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 37,

167, 179Kolektibilitas lancar 44Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah 15, 174Kompromi (Settlement) 65, 160Konsiliasi 38

LLeasing 27Legal Action 46Legal advice 70

Page 192: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

Daftar Pustaka 183

Lembaga penyelesaian sengketa (choice of forum) 140

Likuiditas 31Litigasi 11

MMaisir 7, 159Majelis Ulama Indonesia 6, 120, 121, 123,

175, 176, 179Mashrif 19Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) 118, 123Med-Arb 38Mediasi 14, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 46, 47, 48,

49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 58, 60, 63, 64, 65, 66, 68, 69, 70, 71, 72, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 84, 86, 90, 98, 105, 108, 118, 119, 123, 124, 126, 139, 144, 145, 148, 154, 157, 158, 160

Mediasi Evaluative (Advisory) 160Mediasi Fasilitatif (Problem solving) 160, 161Metode tahkim 103Mini-trial 37Mudharabah 23, 32, 41Mujtahid 13Murabahah 23, 27, 41Mushalih’anhu 12, 162Mutual investment relationship 22

NNazir 19, 29, 110, 167, 178Negosiasi 11, 37, 38, 49, 50, 51, 52, 53, 56, 57,

71, 72, 85, 86, 119, 127, 129, 131, 132, 136, 142, 155

Negosiasi (Non-Binding) 38Netralitas (neutrality) 53Non-Coercive 78, 141Non performing financing (NPF) 44

OObligasi syariah 13Off-set jaminan 46On side monitoring 43Otoritas Jasa Keuangan 5, 79, 80, 118, 151,

174Output sektor riil 2

PParties Control 79Parties Oriented 78Pedagang Kaki Lima (PKL) 150Pemberdayaan (empowerment) 53Pembiayaan Syariah 41Pencari Fakta (Fact finding) 39Peradilan (Al-Qadha) 116Pertukaran (exchange) 19Pilihan hukum (choice of law) 140Prinsip Keadilan 94Prinsip syari’ah 7, 10Prinsip Tauhid 93Profit and loss sharing 4, 27Pusat Mediasi Nasional 35, 36, 47, 48, 52, 54,

55, 58, 63, 65, 66, 68, 71, 74, 75, 118, Pusat Mediasi Nasional (PMN) 54, 74, 123

QQasatha 101Qhardhul hasan 32Qiyas 90, 91, 98, 99, 104, 105

RRahn 32Rampasan perang (ghanimah) 20Reasuransi syariah 13Reframing 71Rekonsiliasi (Therapeutic) 160Reksadana syariah 13Riba 6, 7, 25, 27, 110, 159

SSecurities Comission 147Sengketa (Dispute) 35Shadaqah 20, 32Shariah Advisory Council 146, 147Sistem Islamic Banking Unit 22Social engineering 96Social network mediators 73Subhat 6Sukarela (Volunteer) 53Syariah Appeal Court 152Syariah High Court 151, 152Syariah subordinate Court 151Syari’at Islam 105

Page 193: dosen.perbanas.id · Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. Andi Fariana, S.H., M.H. Renny Supriyatni

184 Model Alternatif Mediasi Syariah: Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Syiqaq (persengketaan) 101

TTahkim 115Taradli 110Ta’zir 32Time value of money 23Transaksi Keuangan 77

UUang dengan aman (safe keeping function) 4Ultimum remedium 47Undang-Undang Perbankan Syari’ah 1Undang-Undang Perbankan (UUP) 3Unit Usaha Syariah (UUS) 31, 32

VVenture Capital 27Voluntary 78

WWakaf (Wakif) 32Wakalah 32Walk-incustomer 76Warning sign 45Win-win solution 85, 123, 157Write off 46

ZZakat 13, 20, 31, 32Zalim 160