Donor ASI Dari Sudut Pandang Islam

13
Donor ASI dari Sudut Pandang Islam Sabtu, 15 Mei 2010 | 10:25 WIB shutterstock ASI esklusif tak hanya membangun hubungan emosional dengan anak, namun memberikan asupan lemak esensial agar pertumbuhan lebih optimal. KOMPAS.com — Rasanya tidak ada yang menyangkal bahwa air susu ibu atau ASI merupakan makanan ideal bagi bayi yang tidak tergantikan oleh susu formula. Oleh karena itu, sejak lahir hingga berusia enam bulan, bayi hendaknya hanya mengonsumsi ASI. Komposisi nutrien yang terkandung di dalam ASI sangat tepat dan ideal untuk tumbuh kembang bayi, selain juga memenuhi kebutuhan dasar anak akan kasih sayang dan stimulasi. Namun, karena satu dan lain hal, tak sedikit para ibu yang tidak dapat menyusui bayinya, terutama bayi prematur, karena produksi ASI belum maksimal. Di lain pihak, banyak para ibu yang memiliki ASI berlimpah sehingga sayang untuk dibuang dan memilih untuk mendonorkannya. Dari segi kesehatan, sebelum berbagi ASI perlu diperhatikan kemungkinan terjadinya penularan penyakit. Karena itu, sebelum mendonorkan ASI-nya, seseorang perlu melakukan skrining ada tidaknya penyakit, seperti hepatitis, HIV/AIDS, atau TBC. Para

description

donor asi

Transcript of Donor ASI Dari Sudut Pandang Islam

Donor ASI dari Sudut Pandang IslamSabtu, 15 Mei 2010 | 10:25 WIB

shutterstockASI esklusif tak hanya membangun hubungan emosional dengan anak, namun memberikan asupan lemak esensial agar pertumbuhan lebih optimal. KOMPAS.com Rasanya tidak ada yang menyangkal bahwa air susu ibu atau ASI merupakan makanan ideal bagi bayi yang tidak tergantikan oleh susu formula. Oleh karena itu, sejak lahir hingga berusia enam bulan, bayi hendaknya hanya mengonsumsi ASI. Komposisi nutrien yang terkandung di dalam ASI sangat tepat dan ideal untuk tumbuh kembang bayi, selain juga memenuhi kebutuhan dasar anak akan kasih sayang dan stimulasi.

Namun, karena satu dan lain hal, tak sedikit para ibu yang tidak dapat menyusui bayinya, terutama bayi prematur, karena produksi ASI belum maksimal. Di lain pihak, banyak para ibu yang memiliki ASI berlimpah sehingga sayang untuk dibuang dan memilih untuk mendonorkannya.

Dari segi kesehatan, sebelum berbagi ASI perlu diperhatikan kemungkinan terjadinya penularan penyakit. Karena itu, sebelum mendonorkan ASI-nya, seseorang perlu melakukan skrining ada tidaknya penyakit, seperti hepatitis, HIV/AIDS, atau TBC. Para ibu yang menderita penyakit tersebut dilarang untuk mendonorkan ASI. Di negara maju, sebelum diberikan, ASI donor secara rutin di- pasteurisasi sehingga relatif aman.

Dalam pandangan Islam, bayi yang mendapat ASI dari ibu lain sebetulnya bukan hal baru. Menurut Ustazah Faizah Ali, Nabi Muhammad SAW pun memiliki ibu susu. Yang perlu diperhatikan adalah terjadinya hubungan anak antara anak yang mendapatkan ASI dan ibu yang memberikan ASI-nya.

"Anak yang mendapat ASI dari donor sama hukumnya dengan anak kandung, yaitu mahrom, tetapi bukan dalam hal ahli waris. Begitu juga anak-anak si ibu susu menjadi saudara sepersusuan anak-anak tersebut sehingga jatuh hukum tahrim atau haram kawin," kata Faizah dalam acara talkshow yang diadakan oleh AIMI dalam acara "Breastfeeding Fair" di Jakarta, Jumat (14/5/2010).

Mengenai hukum pemberian donor ASI ini, ada beberapa mazhab. "Empat mazhab menyebutkan, apa pun cara pemberiannya, baik disusui langsung atau diperah, meski cuma diberikan satu kali, tetap memberi dampak hukum adanya hubungan mahrom," urai salah satu anggota Komisi Fatwa MUI itu.

Namun, beberapa ulama modern memberikan batasan lima kali pemberian susu yang terpisah, mengenyangkan anak sehingga membentuk tulang dan menumbuhkan daging. "Menurut ijtihad tersebut, bila hanya diberikan satu sampai dua kali, tidak menimbulkan hukum mahrom," imbuh Faizah.

Ia mengaskan, keputusan untuk mendonorkan ASI dikembalikan pada individu masing-masing, mau berpegang pada landasan mazhab yang mana saja. "Tetapi untuk amannya, lebih baik dibuat catatan siapa yang kita donorkan ASI dan lebih baik dilanjutkan dengan hubungan silaturahim. Sejak jauh-jauh hari anak juga diberi tahu kalau ia saudara sesusu sehingga terhindar dari kemungkinan adanya haram perkawinan," katanya.

Mengenai cara pemberian, Faizah merekomendasikan agar diberikan langsung atau disusui langsung. "Ikatan batinnya lebih kuat jika anak disusui langsung dari payudara ibunya. Selain itu, komposisi ASI yang diberikan langsung juga mungkin lebih baik daripada yang sudah diperah dan disimpan dalam kulkas," ujarnya.

Pandangan islam tentang donor asiPertanyaanAnak yang lahir prematur harus memerlukan perawatan tersendiri dalam suatu jangka waktu yang kadang-kadang lama, sehingga air susu ibunya melimpah-limpah.Kemudian si anak mengalami kemajuan sedikit demi sedikit meski masih disebut rawan, tetapi ia sudah dibolehkan untuk minum air susu. Sudah dimaklumi bahwa air susu yang dapat menjalin hubungan nasab dan paling dapat menjadikan jalinan kasih sayang (kekeluargaan) adalah air susu manusia (ibu).Beberapa yayasan berusaha menghimpun susu ibu-ibu yang sedang menyusui agar bermurah hati memberikan sebagian air susunya. Kemudian susu itu dikumpulkan dan disterilkan untuk diberikan kepada bayi-bayi prematur pada tahap kehidupan yang rawan ini, yang kadang-kadang dapat membahayakannya bila diberi susu selain air susu ibu (ASI).Sudah barang tentu yayasan tersebut menghimpun air susu dari puluhan bahkan ratusan kaum ibu, kemudian diberikan kepada berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus bayi prematur, laki-laki dan perempuan tanpa saling mengetahui dengan jelas susu siapa dan dikonsumsi siapa, baik pada masa sekarang maupun masa mendatang. Hanya saja, penyusuan ini tidak terjadi secara langsung, yakni tidak langsung menghisap dari tetek.Maka, apakah oleh syara mereka ini dinilai sebagai saudara?Dan haramkah susu dari bank susu itu meskipun ia turut andil dalam menghidupi sekian banyak jiwa anak manusia?Jika mubah dan halal, maka apakah alasan yang memperbolehkannya? Apakah Ustadz memandang karena tidak menetek secara langsung? Atau karena ketidakmungkinan memperkenalkan saudara-saudara sesusuan yang jumlah mereka sangat sedikit dalam suatu masyarakat yang kompleks, artinya jumlah sedikit yang sudah membaur itu tidak mungkin dilacak atau diidentifikasi?JawabanSegala puji kepunyaan Allah. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah. Wa badu.Tidak diragukan lagi bahwa tujuan diadakannya bank air susu ibu sebagaimana dipaparkan dalam pertanyaan adalah tujuan yang baik dan mulia, yang didukung oleh Islam, untuk memberikan pertolongan kepada semua yang lemah, apa pun sebab kelemahannya.Lebih-lebih bila yang bersangkutan adalah bayi yang lahir prematur yang tidak mempunyai daya dan kekuatan.Tidak disangsikan lagi bahwa perempuan yang menyumbangkan sebagian air susunya untuk makanan golongan anak-anak lemah ini akan mendapatkan pahala dari Allah, dan terpuji di sisi manusia. Bahkan air susunya itu boleh dibeli darinya, jika ia tak berkenan menyumbangkannya, sebagaimana ia diperbolehkan mencari upah dengan menyusui anak orang lain, sebagaimana nashAl-Quran serta contoh riil kaum muslim.Juga tidak diragukan bahwa yayasan yang bergerak dalam bidang pengumpulan air susu itu yang mensterilkan serta memeliharanya agar dapat dikonsumsi oleh bayi-bayi atau anak-anak sebagaimana yang digambarkan penanya patut mendapatkan ucapan terima kasih dan mudah-mudahan memperoleh pahala.Lalu, apa gerangan yang dikhawatirkan dibalik kegiatan yang mulia ini?Yang dikhawatirkan ialah bahwa anak yang disusui (dengan air susu ibu) itu kelak akan menjadi besar dengan izin Allah, dan akan menjadi seorang remaja di tengah-tengah masyarakat, yang suatu ketika hendak menikah dengan salah seorang dari putri-putri bank susu itu. Ini yang dikhawatirkan, bahwa wanita tersebut adalah saudaranya sesusuan. Sementara itu dia tidak mengetahuinya karena memang tidak pernah tahu siapa saja yang menyusu bersamanya dari air susu yang ditampung itu. Lebih dari itu, dia tidak tahu siapa saja perempuan yang turut serta menyumbangkan ASI-nya kepada bank susu tersebut, yang sudah tentu menjadi ibu susuannya. Maka haram bagi ibu itu menikah dengannya dan haram pula ia menikah dengan putri-putri ibu tersebut, baik putri itu sebagai anak kandung (nasab) maupun anak susuan. Demikian pula diharamkan bagi pemuda itu menikah dengan saudara-saudara perempuan ibu tersebut, karena mereka sebagai bibi-bibinya. Diharamkan pula baginya menikah dengan putri dari suami ibu susuannya itu dalam perkawinannya dengan wanita lain menurut pendapat jumhur fuqaha karena mereka adalah saudara-saudaranya dari jurusan ayah serta masih banyak masalah dan hukum lain berkenaan dengan susuan ini.Oleh karena itu, saya harus membagi masalah ini menjadi beberapa poin, sehingga hukumnya menjadi jelas.Pertama, menjelaskan pengertian radha (penyusuan) yang menjadi acuan syara untuk menetapkan pengharaman.Kedua, menjelaskan kadar susuan yang menjadikan haramnya perkawinan.Ketiga, menjelaskan hukum meragukan susuan.Pengertian Radhn (Penyusuan)Makna radha (penyusuan) yang menjadi acuan syara dalam menetapkan pengharaman (perkawinan), menurut jumhur fuqaha -termasuk tiga orang imam mazhab, yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik, dan Imam Syafii ialah segala sesuatu yang sampai ke perut bayi melalui kerongkongan atau lainnya, dengan cara menghisap atau lainnya, seperti dengan al-wajur (yaitu menuangkan air susu lewat mulut ke kerongkongan), bahkan mereka samakan pula dengan jalan as-sauth yaitu menuangkan air susu ke hidung (lantas ke kerongkongan), dan ada pula yang berlebihan dengan menyamakannya dengan suntikan lewat dubur (anus).Tetapi semua itu ditentang oleh Imam al-Laits bin Saad, yang hidup sezaman dengan Imam Malik dan sebanding (ilmunya) dengan beliau. Begitu pula golongan Zhahiriyah dan salah satu riwayat dari Imam Ahmad.Al-Allamah Ibnu Qudamah menyebutkan dua riwayat dari Imam Ahmad mengenai wajur dan sauth.Riwayat pertama, lebih dikenal sebagai riwayat dari Imam Ahmad dan sesuai dengan pendapat jumhur ulama: bahwa pengharaman itu terjadi melalui keduanya (yakni dengan memasukkan susu ke dalam perut baik lewat mulut maupun lewat hidung). Adapun yang melalui mulut (wajur), karena hal ini menumbuhkan daging dan membentuk tulang, maka sama saja dengan menyusu. Sedangkan lewat hidung (sauth), karena merupakan jalan yang dapat membatalkan puasa, maka ia juga menjadi jalan terjadinya pengharaman (perkawinan) karena susuan, sebagaimana halnya melalui mulut.Riwayat kedua, bahwa hal ini tidak menyebabkan haramnya perkawinan, karena kedua cara ini bukan penyusuan. Disebutkan di dalam al-Mughni Ini adalah pendapat yang dipilih Abu Bakar, mazhab Daud, dan perkataan Atha al-Khurasani mengenai sauth, karena yang demikian ini bukan penyusuan, sedangkan Allah dan Rasul-Nya hanya mengharamkan (perkawinan) karena penyusuan. Karena memasukkan susu lewat hidung bukan penyusuan (menghisap puting susu), maka ia sama saja dengan memasukkan susu melalui luka pada tubuh.Sementara itu, pengarang al-Mughni sendiri menguatkan riwayat yang pertama berdasarkan hadits Ibnu Masud yang diriwayatkan oleh Abu Daud:Tidak ada penyusuan1 kecuali yang membesarkan tulang dan menumbuhkan dagingHadits yang dijadikan hujjah oleh pengarang kitab al-Mughni ini sebenarnya tidak dapat dijadikan hujjah untuknya, bahkan kalau direnungkan justru menjadi hujjah untuk menyanggah pendapatnya. Sebab hadits ini membicarakan penyusuan yang mengharamkan perkawinan, yaitu yang mempunyai pengaruh (bekas) dalam pembentukan anak dengan membesarkan tulang dan menumbuhkan dagingnya. Hal ini menafikan (tidak memperhitungkan) penyusuan yang sedikit, yang tidak mempengaruhi pembentukan anak, seperti sekali atau dua kali isapan, karena yang demikian itu tidak mungkin mengembangkan tulang dan menumbuhkan daging. Maka hadits itu hanya menetapkan pengharaman (perkawinan) karena penyusuan yang mengembangkan tulang dan menumbuhkan daging. Oleh karena itu, pertama-tama harus ada penyusuan sebelum segala sesuatunya (yakni penyusuan itu merupakan faktor yang utama dan dominan; Penj.).Selanjutnya pengarang al-Mughni berkata, Karena dengan cara ini air susu dapat sampai ke tempat yang sama jika dilakukan melalui penyusuan serta dapat mengembangkan tulang dan menumbuhkan daging sebagaimana melalui penyusuan, maka hal itu wajib disamakan dengan penyusuan dalam mengharamkan (perkawinan). Karena hal itu juga merupakan jalan yang membatalkan puasa bagi orang yang berpuasa, maka ia juga merupakan jalan untuk mengharamkan perkawinan sebagaimana halnya penyusuan dengan mulut.Saya mengomentari pengarang kitab al-Mughni rahimahullah, Kalau illat-nya adalah karena mengembangkan tulang dan menumbuhkan daging dengan cara apa pun, maka wajib kita katakan sekarang bahwa mentransfusikan darah seorang wanita kepada seorang anak menjadikan wanita tersebut haram kawin dengan anak itu, sebab transfusi lewat pembuluh darah ini lebih cepat dan lebih kuat pengaruhnya daripada susu. Tetapi hukum-hukum agama tidaklah dapat dipastikan dengan dugaan-dugaan, karena persangkaan adalah sedusta-dusta perkataan, dan persangkaan tidak berguna sedikit pun untuk mencapai kebenaran.Menurut pendapat saya, asy-Syari (Pembuat syariat) menjadikan asas pengharamnya itu pada keibuan yang menyusukan sebagaimana firman Allah ketika menerangkan wanita-wanita yang diharamkan mengawininya: dan ibu-ibumu yang menyusui kamu dan saudara perempuanmu sepersusuan (an-Nisa: 23)Adapun keibuan yang ditegaskan Al-Quran itu tidak terbentuk semata-mata karena diambilkan air susunya, tetapi karena menghisap teteknya dan selalu lekat padanya sehingga melahirkan kasih sayang si ibu dan ketergantungan si anak. Dari keibuan ini maka muncullah persaudaraan sepersusuan. Jadi, keibuan ini merupakan asal (pokok), sedangkan yang lain itu mengikutinya.Dengan demikian, kita wajib berhenti pada lafal-lafal yang dipergunakan Syari di sini. Sedangkan lafal-lafal yang dipergunakanNya itu seluruhnya membicarakan irdha dan radhaah (penyusuan), dan makna lafal ini menurut bahasa Al-Quran dan As-Sunnah sangat jelas dan terang, yaitu memasukkan tetek ke mulut dan menghisapnya, bukan sekadar memberi minum susu dengan cara apa pun.Saya kagum terhadap pandangan Ibnu Hazm mengenai hal ini. Beliau berhenti pada petunjuk nash dan tidak melampaui batas-batasnya, sehingga mengenai sasaran, dan menurut pendapat saya, sesuai dengan kebenaran.

Es krim asiSebuah kedai es krim di London lain dari pada lain, betapa tidak kedai ini menjual es krim berbahan dari air susu (ASI). Icecreamists, yang berlokasi di Covent Garden, menamakannya Baby Gaga dan dijual seharga 14 pound (Rp 200 ribu). Victoria Hiley,35, dari Leeds, menyatakan 30 ons ASI cukup untuk melayani 50 pesanan. Namun perusahaan itu mencari lebih banyak perempuan untuk pasokan susu dan mereka memberikan 15 pound (Rp 214 ribu) untuk setiap 10 ons yang melalui pompa payudara.

Resepnya mencampurkan ASI dengan vanila Madagaskar dan perasan lemon, yang kemudian dicurahkan ke es krim. Pelayan berkostum Baby Gaga melayani permintaan es krim itu dalam gelas martini yang diisi dengan campuran es krim ASI. Nitrogen cair kemudian dituangkan ke gelas melalui suntikan dan diberikan dengan roti panggang. Pesanan itu dapat disertai dengan wiski atau koktail lain sesuai pesanan.

Salah seorang ibu mengatakan: "Saya melihat iklan yang akan membayar wanita yang mendonasikan ASI di sebuah forum dan membuat saya tertawa." "Begitu banyak komentar dan orang-orang berdebat apakah asli. Oleh karena itu saya ingin mencari tahu," ujarnya.

13 wanita telah sukarela mendonasikan ASI mereka. Untuk menjaga standar tinggi, pengecekan kesehatan air susu ibu sama dengan yang digunakan NHS untuk mengecek pendonor darah. Victoria bekerja bersama dengan wanita yang memiliki masalah menyusui bayi mereka. Dia mengatakan dirinya percaya jika orang dewasa menyadari betapa enak ASI, ibu-ibu baru akan lebih termotivasi untuk menyusui bayinya. "Anda dapat membuktikan bahwa ini adalah es krim yang sehat," kata Victoria.