Dokumen.tips Dasar Teori Pemeriksaan Urin

8
Dasar teori pemeriksaan urin Urin merupakan hasil metabolism tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal. Komposisi zat dalam urin bervariasi tergantung jenis makanan serta air yang diminumnya. Urine normal berwarna jernih transparan, sedangkan warna urine kunging muda berasal dari zat warna empedu (bilirubin dan biliverdin). Urin normal pada manusia terdiri dari air, urea, asam urat, amoniak, kreatinin, asam laktat, asam fosfat, asam sulfat, asam klorida, garam-garam terutama garam dapur dan zat-zat yang berlebihan di dalam darah isalnya vitamin C dan obat-obatan. (Kus Irianto, Kusno Waluyo, 2004) Secara umum, dapat dikatakan bahwa Pemeriksaan urin merupakan salah satu test yang dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan fungsi ginjal (fungsi gmerulus dan fungsi tubulus) srta untuk mengetahui kelainan-kelainan di berbagai organ tubuh seperti hati, salura empedu, pancreas dan lain-lain. Selama ini dikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang dimaksud denga pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang melipuuti pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud pemeriksaan rutin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan senyawa ketonn, blirubi, urobilinogen, nitrit, dan darah samar. Pemeriksaan makroskopik meliputi pemerksaan volume, warna, kejernihan, berat jenis, baud an pH urin pemeriksaan mikroskopik yaitu pemeriksaan sedimen urin. Sedangkaan pemeriksaan kimia urin

description

a

Transcript of Dokumen.tips Dasar Teori Pemeriksaan Urin

Page 1: Dokumen.tips Dasar Teori Pemeriksaan Urin

Dasar teori pemeriksaan urin

Urin merupakan hasil metabolism tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal. Komposisi zat dalam

urin bervariasi tergantung jenis makanan serta air yang diminumnya. Urine normal berwarna

jernih transparan, sedangkan warna urine kunging muda berasal dari zat warna empedu (bilirubin

dan biliverdin). Urin normal pada manusia terdiri dari air, urea, asam urat, amoniak, kreatinin,

asam laktat, asam fosfat, asam sulfat, asam klorida, garam-garam terutama garam dapur dan zat-

zat yang berlebihan di dalam darah isalnya vitamin C dan obat-obatan. (Kus Irianto, Kusno

Waluyo, 2004)

Secara umum, dapat dikatakan bahwa Pemeriksaan urin merupakan salah satu test yang

dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan fungsi ginjal (fungsi gmerulus dan fungsi tubulus)

srta untuk mengetahui kelainan-kelainan di berbagai organ tubuh seperti hati, salura empedu,

pancreas dan lain-lain. Selama ini dikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang dimaksud

denga pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urin

yang melipuuti pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud pemeriksaan rutin

lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan senyawa ketonn,

blirubi, urobilinogen, nitrit, dan darah samar. Pemeriksaan makroskopik meliputi pemerksaan

volume, warna, kejernihan, berat jenis, baud an pH urin pemeriksaan mikroskopik yaitu

pemeriksaan sedimen urin. Sedangkaan pemeriksaan kimia urin meliputi pemeriksaan pH,

protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, kreatinin, urobilinogen dan nitrit. Pengambilan sampel

urin dilakukan dengan jalan mengumpulkan urin yang diekskresikan selama 24 jam. Hal ini

sangat penting dilakukan untuk mengetahui periode aktifitas metabolisme tubuh beradasarkan

urin yang diekskresikan.

a. Penentuan berat jenis urin

Penentuan berat jenis urine merupakan barometer untuk mengukur jumlah solid yang

terlarut dalam urine dan digunakan untuk menetahui adanya daya konsentrasi dan daya

ilusi ginjal (Pusdiknakes, 1989).

Berat jenis urine tergantung dari jumlah zat yang terlarut dalam urine atau terbawa dalam

urine. Berat jenis pplasma tanpa protein adalah 1010. Bila ginjal mengenverkan urine

(misalnya sesudah minum air) maka berat jenisnya kurang dari 1010. Bila ginjal

Page 2: Dokumen.tips Dasar Teori Pemeriksaan Urin

memekatkan urine (sebagaimana fungsinya) maka berat jenis urine naik di atas 1010.

(Evelin C. pearce, 2006)

Pemeriksaan berat jenis urine bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan

dengan berbagai caa yaitu dengan memakai falling drop, gravimetric, piknometer,

urinometer, refraktometer dan ragens pita. Berat jenis urin berhubungan erat dengan

diuresi, semakin besar diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebalikya. Makin pekat

urin makin tinggi berat jenisnya. Urine yang mempunyai berat jenis lebih dari normal,

dapat disebabkan karena demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urine yang kurang

dari normal dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan

kegagalan ginjal yang menahun. (R. wirawan, dkk). Berikut beberapa metode

pemeriksaan berat jenis urine, yaitu:

1. Metode refraktometer

Cara menentukan berat jenis urine dengan menggunakan refraktometer makin banyak

diapakai karena cara ini hanya memerlukan bebrapa tets urine saja. Indeks reraksi

suatu cairan bertambah secara linier dengan banyaknya zat yang terlarut, jadi indeks

refraksi urine mempunyai hubungan erat degan berat jenis urine. Refraktometer yang

khusus dibuat untuk pemakaian dalam laboratorium mempunyai skala berat jenis

disamping skala indeks rfraksi, sehingga hasil penetapan dapat langsung dibaca. Berat

jenis yang dibaca pada refraktometer dipengaruhi oleh glukosa dan protein dalam

urine. Refraktometer tidak memerlukan koreksi untuk suhu. (R. Gandasoebrata, 2006)

2. Metode Urinometer

Di dalam laboratorium klini, berat jenis urine ditetukan dengan suatu alat yang

disebut urinometer. Penetapan berat jenis urine biasanya cukup teliti dengan

urinometer. Prinsip penetapan berat jenis urine ini adalah berat jenis diukur dengan

alat urinometer yang mempunyai skala 1000-1060, dimana tempertaur urine harus

diperhatikan koreksinya terhadap hasl yang diperoleh.

b. Uji benedict (semikuantitatif)

Uji benedict merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan gula pereduksi

dalam urin. Adanya glukosa dalam urin (glikosuria) menandakan beban filtrate glukosa

telah melampaui kemampuan tubuus ginjal untuk mengabasorbsi seluruh ekses glukosa.

Hal ini biasanya mencerminkan hiperglikemia dan karena itu perlu pertimbangan uji lain

Page 3: Dokumen.tips Dasar Teori Pemeriksaan Urin

untuk menilai diabetes mellitus. Prinsip uji benedict yaitu adanya glukosa yang dengan

pemanasan dengan larutan tembaga alkalis, akan terkonversi menjadi senyawa enediols.

Enediols akan mereduksi ion tembaga (Cu 2+) yang ada dalam reagen menjadi ion

cuprooksida (Cu+) membentuk endapan berwarna merah bata. Warna endapan yang

diperoleh memberikan gambaran tentang jumlah gula yang ada dalam urin, sehingga tes

ini disebut semi kuanitatif.

Berikut acuan kadar gula dalam urin:

c. Uji obermeyer

Uji ini dilakukan untuk mengetahui adanya indikan dalam urin. Indikan adalah produk

yang dihasilkan dari pembusukan dengan dekonjugasi bakteri triptofan menjadi indol

dalam usus halus. Tingkat indikan secara langsung berhubungan dengan aktivitas bakteri

dalam usus. Biasanya, hanya sejumlah keccil indikan yang ditemukan dalam urin. Jumlah

indikan meningkat dengan diet protein tinggi atau terganggunya penceraan protein. Jika

rotein tidak dicerna secara memadai, bakteri bertindak atas protein yang menyebabkan

pembusukan di usus dan menghasilkan indol, yang kemudian diserap dan diubah dalam

hati menjadi indikan. Peningkatan kadar indicant menunjukan pertumbuhan yang tinggi

dari bakteri anaerob atau terjadinya toksemia usu, pembusukan makanan di lambung,

gangguan lambung (sembelit, malabsorbsi), gangguan usus dan insufisiensi pancreas. Uji

obermeyer merupakan test yang akurat, sederhana, cepat murah yang dapat digunakan

untuk mengidentifikasi pembusukan protein dalam saluran cerna. Deteksi indikan dalam

urin tergantung pada dekomposisi dan oksidasi selanjutnya indoksil membentuk indikan

biru dan penyerapan ke dalam lapisan kloroform. Warna yang dihaasilkan secara visual

dibandingkan dengan bagan warna berikut:

Page 4: Dokumen.tips Dasar Teori Pemeriksaan Urin

d. Uji Rothera (Zat Keton)

Keton meruapakan molekul yang larut dalam air, diroduksi oleh sel hati dari asam lemak

ketika asupan makanan rendah (puasa) atau pembatasan karbohidrat yang digunakan oleh

sel tubuh sebagai energy. Ketika peningkatan jalur metabolise ini mencapai titik tertentu,

pemanfaatan asam lemak menjadi produk antara terjadi di darah dan urin. Produk ini

adalah aseton, asetoasetat dan ᵦ-hidroksibutirat. Kehadiran keton dalam urin (ketonuria)

biasanay mengindikasikan terjadinya diabetes mellitus yang tidak terkontrol, kelaparan

atau diet karbohidrat yang sangt rendah. Dalam skala laboratorium, untuk mendeteksi

adanya keton dalam urin digunakan uji rothera. Prinsip dari uji rothera yaitu asam

asetoasetat (zat keton) akan membentuk kompleks dengan nitroprusida dalam larutan

tembaga alkali menghasilkan warna ungu.

e. Pemeriksaan kadar kreatinin urin (Folin)

Kreatinin dalam urin terbentuk dari fosfokreatinin. Kecepatan ekskresi kreatinin relative

konstan dari hari ke hari. Oleh karena itu ekskresi kreatinin dari setiap individu manusia

hanpir selalu konstan seperti halnya kadar kalium di dalam tubuh manusia. Dengan

demikian cara terbaik untuk mengetahui volume urin yang diekskresikan selama 24 jam

adalah melalui penetapan kadar kreatinin dengan berdasarkan fraksinya yang relatif

konstan terhadap laju kreatinin setiap hari. Pengukuran kreatinin sebagai petunjuk laju

ekskresi urin seperti yang telah dilakukan oleh Folin adalah pengukuran warna merah

kreatinin pikrat dalam larutan alkali. Tubuh manusia mengandung kira-kira 120 gr kreatin

fosfat yang hamper seluruhnya berada dalam otot sebagai mata rantai perpindahan energi

kimia menjadi energy kinetic dari otot besar. Laju ekskresi kreatinin tidak tergantung

pada jumlah aktivitas fisik atau latihan yang keras. Jumlah kreatinin tidak berbeda

banyak pada seseorang yang sedang diet walaupun kreatinin banyak diekskresikan

Page 5: Dokumen.tips Dasar Teori Pemeriksaan Urin

melalui urine. Kreatinin yang ada di dalam urine sebagian besar berasal dari filtrasi

glomular dan tidak berpengaruh terhadap kreatinin dalam plasma darah yang jumlahnya

lebih besar. Laju ekskresi urin kreatinin dalam urin berbeda pada setiap individu.

Kreatinin lebih banyak diekskresikan oleh laki-Iaki dari wanita. Dasar perbedaan ini

dapat dilihat pada pertumbuhan otot antara laki-Iaki dan wanita. Bayi mempunyai laju

ekskresi urin rendah dan akan terus bertambah pada masa kanak-kanak dan remaja.

f. Uji Heller (Protein)

Uji heller dilakukan untuk mendeteksi adanya protein dalam urin (proteinuria).

Proteinuria dapat menandakan ekskresi ginjal yang abnormal (baik akibat glomerulus

yang bocor secara abnormal ataupun ketidakmampuan tubulus untuk mereabsorbsi

protein secara normal); proteinuria bias juga hanya mencerminkan adanya sel atau darah

di dalam urine. Prinsip dari uji ini yaitu adanya protein dalam urin akan mengalami

denaturasi dengan penambahan asam nitrat pekat, dalam bentuk cincin putih pada

perbatasan kedua cairan.

Page 6: Dokumen.tips Dasar Teori Pemeriksaan Urin

Daftar pustaka

digilib.batan.go.id/e-prosiding/.../Kesehatan/.../Elistina%20110.pdf

http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=1912

www.pua.edu.eg/.../Week%209%20Practical%20..

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=obermeyer's%20test

%20principle&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CCIQFjAB&url=http://

www.bioassaysys.com/file_dir/

I1000D.pdf&ei=BvtJVOy2Odf48AX854KAAw&usg=AFQjCNHlXNLWb_UKUiqDDewsqnm0WcHluQ&sig2=K

UXvgFYjXNC1QggKA7Rg9Q&bvm=bv.77880786,d.dGc (diakses pada Jumat, 24 Oktober 2014, pukul

14.18 WIB)

http://www.drkaslow.com/html/urine_indican.html (diakses pada Jumat, 24 Oktober 2014, pukul 14.24

WIB)

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=heller's%20ring%20test

%20urine&source=web&cd=7&cad=rja&uact=8&ved=0CEYQFjAG&url=http://mstudygroup.com/

home/wp-content/uploads/2014/07/18.-Heller%25E2%2580%2599s-ring-test (Diakses pada Jumat, 24

Oktober 2014, pukul 14.46 WIB)