Dokumentasi kelompok 1 AKPER PEMKAB MUNA

30
Tugas : Dokumentasi kep. Dosen : Mursalin, SKM KONSEP PROSES KEPERAWATAN DI SUSUSN OLEH : KELOMPOK I 1. Andi Sarma 7. Elias 2. Andriadi Suradi 8. Filta Karim 3. Asmariana 9. Fitra Apriliani 4. Dian S.Andriani Djiki 10. Fitra Yani 5. Eddy Sihrun 11. Haslan 6. Eka Pratiwi Ruslan 12. Hasrat 13. Intan Sahifa AKADEMIK KEPERAWATAN PEMKAB MUNA

Transcript of Dokumentasi kelompok 1 AKPER PEMKAB MUNA

Page 1: Dokumentasi kelompok 1 AKPER PEMKAB MUNA

Tugas : Dokumentasi kep.

Dosen : Mursalin, SKM

KONSEP PROSES KEPERAWATAN

DI SUSUSN OLEH :

KELOMPOK I

1. Andi Sarma 7. Elias

2. Andriadi Suradi 8. Filta Karim

3. Asmariana 9. Fitra Apriliani

4. Dian S.Andriani Djiki 10. Fitra Yani

5. Eddy Sihrun 11. Haslan

6. Eka Pratiwi Ruslan 12. Hasrat

13. Intan Sahifa

AKADEMIK KEPERAWATAN

PEMKAB MUNA

Page 2: Dokumentasi kelompok 1 AKPER PEMKAB MUNA

2012/2013

Page 3: Dokumentasi kelompok 1 AKPER PEMKAB MUNA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT, karena atas berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah farmakologi yang berjudul: Obat Metabolisme

Dan Gizi.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik

dari segi penulisan maupun isinya,oleh karena itu penulis mengharapkan adanya masukan,baik

kritik maupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimkasih kepada semua pihak yangs telah

membantu dalam penyelesaian makalah ini,semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis,dan

pembaca pada umumnya,kiranya Allah SWT meridhoi segala aktifitas kita untuk keselamatan di

dunia maupun di akhirat.

Raha, September - 2012

penulis

Page 4: Dokumentasi kelompok 1 AKPER PEMKAB MUNA

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………….

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………………

B. Tujuan …………………………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………

A. Pengertian dan tujuan proses keperawatan…………………………………………………

1. Tahap pengkajian keperawatan………………………………………………………

2. Tahap diagnose keperawatan………………………………………………………….

3. Tahap perencanaan keperawatan……………………………………………………..

4. Tahap pelaksanaan keperawatan………………………………………………………

5. Tahap evaluasi keperawatan…………………………………………………………..

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………………..

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………

B. Saran……………………………………………………………………………………………

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………..

Page 5: Dokumentasi kelompok 1 AKPER PEMKAB MUNA

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Proses keperawatan mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1980-an. Perawat yang dididik

sebelum tahun tersebut pada umumnya belum mengenal proses keperawatan karena

kurikulum di pendidikan belum mengajarkan metode tersebut. Proses keperawatan mulai

dikenal di pendidikan keperawatan Indonesia yaitu dalam Katalog Pendidikan Diploma III

Keperawatan yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 1984.

Diluar negeri istilah proses keperawatan diperkenalkan pada tahun 1955 oleh Lidya Hall,

dan sejak tahun tersebut para pakar keperawatan mendiskripsikan proses keperawatan

secara bervariasi. Pada awal perkembangannya, proses keperawatan mempunyai tiga tahap,

kemudian empat tahap dan pada saat ini proses keperawatan mempunyai lima tahap. Proses

lima tahap pertama diperkenalkan pada tahun 1967 oleh Western Interstate Commision of

Higher Education (WICHE) yang meliputi: persepsi, komunikasi, interpretasi, intervensi,

dan evaluasi. Pada tahun yang sama para staf pengajar,Yura.H dan Walsh di Catholic

University of American mangusulkan metode empat tahap, meliputi: pengkajian,

perencanaan, intervensi dan evaluasi (Craven & Hirnle, 2000). Pada tahun 1973, American

Nurse’s Association (ANA) menerbitkan standars of Nursing Practice dan juga National

Council of State Boards of Nursing ( 1982 ) yang terdiri dari lima tahap, meliputi: pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Kozier et al., 1995).

Proses keperawatan terus berkembang dan kemudian istilah Nursing Diagnosis mulai

diperkenalkan dalam literatur-literatur keperawatan. Pada tahun 1973, Gebbie dan Levin

dari St.Louis University School of Nursing membantu dalam menyelenggarakan konferensi

pertama tentang klasifikasi diagnosa keperawatan di Amerika.

Pada tahun 1982, terbentuk North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) yang

setiap dua tahun mengadakan konferensi tentang klasifikasi diagnosa keperawatan (Potter &

Perry, 1997).

Page 6: Dokumentasi kelompok 1 AKPER PEMKAB MUNA

Pada saat ini proses keperawatan telah berkembang dan diterapkan di berbagai tatanan

pelayanan kesehatan di Indonesia, seperti rumah sakit, klinik-klinik, Puskesmas, perawatan

keluarga, perawatan kesehatan masyarakat, dan perawatan pada kelompok khusus. Namun

secara umum penerapan proses keperawatan belum optimal dan belum menggambarkan

pemecahan masalah secara ilmiah oleh perawat, karena pada dasarnya hal ini tidak terlepas

dari sumber daya keperawatan yang ada dan dukungan institusi.

B. TUJUAN

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu :

a. sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Dokumentasi keperawatan.

b. untuk mengetahui tentang konsep profesi keperawatan.

c. sebagai bahan bacaan atau bahan perbandingan dalam pengembangan tentang

dokumentasi keperawatan

C. RUMUSAN MASALAH

a. Tahap pengkajian

b. Tahap diagnose

c. Tahap perencanaan

d. Tahap pelaksanaan

e. Tahap evaluasi

Page 7: Dokumentasi kelompok 1 AKPER PEMKAB MUNA

BAB II

PEMBAHASAN

Konsep proses keperawatan

A. Pengertian Proses Keperawatan

Banyak pengertian atau definisi yang dikemukakan oleh para ahli keperawatan tentang

proses keperawatan, diantaranya adalah menurut Nettina (1996) yang menyatakan

bahwa proses keperawatan adalah sesuatu yang disengaja, dengan pendekatan

pemecahan masalah untuk menemukan kebutuhan keperawatan pasien dalam pelayanan

kesehatan. Meliputi pengkajian (pengumpulan data), diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi dan evaluasi, serta menggunakan modifikasi mekanisme

umpan balik untuk meningkatkan upaya pemecahan masalah.

Proses merupakan serangkaian kegiatan yang direncanakan atau serangkaian operasional

untuk mencapai hasil yang diharapkan. Proses keperawatan adalah metode yang

sistematik dan rasional dalam merencanakan dan memberikan pelayanan keperawatan

kepada individu. Tujuannya untuk mengidentifikasi status kesehatan klien, kebutuhan

atau masalah kesehatan aktual atau risiko, membuat perencanaan sesuai dengan

kebutuhan yang telah diidentifikasi dan melaksanakan intervensi keperawatan spesifik

sesuai dengan kebutuhan (Kozier et al. 1995). Sedangkan Clark (1992), mendefinisikan

proses keperawatan sebagai suatu metode/ proses berpikir yang terorganisir untuk

membuat suatu keputusan klinis dan pemecahan masalah.

Demikian juga dengan Yura dan Walsh (1988), menyatakan bahwa proses keperawatan

adalah tindakan yang berurutan, dilakukan secara sistematik untuk menentukan masalah

klien, membuat perencanaan untuk mengatasinya, melaksanakan rencana tersebut atau

menugaskan orang lain untuk melaksanakannya dan mengevaluasi keberhasilan secara

efektif terhadap masalah yang diatasi.

B. Tujuan

Tujuan dari penerapan proses keperawatan pada tatanan pelayanan kesehatan adalah:

1. Untuk mempraktekkan suatu metoda pemecahan masalah dalam praktek

keperawatan.

Page 8: Dokumentasi kelompok 1 AKPER PEMKAB MUNA

2. Sebagai standar untuk praktek keperawatan.

3. Untuk memperoleh suatu metoda yang baku, sistematis, rasional, serta ilmiah dalam

memberikan asuhan keperawatan.

4. Untuk memperoleh suatu metoda dalam memberikan asuhan keperawatan yang

dapat digunakan dalam segala situasi sepanjang siklus kehidupan

5. Untuk memperoleh hasil asuhan keperawatan yang bermutu.

C. Kemampuan Perawat dan Proses Keperawatan

Dalam melaksanakan proses keperawatan seorang perawat harus memiliki persyaratan

kemampuan sebagai berikut:

1) Kecakapan intelektual, yang memungkinkan perawat mampu untuk membuat

keputusan dan berpikir kritis dalam memecahkan masalah klien.

2) Kecakapan dalam perilaku dan hubungan antar manusia, memudahkan perawat

dalam menciptakan hubungan baik dengan klien, keluarga, dan anggota tim

kesehatan lainnya. Disini sangat dituntut pada kemampuan berkomunikasi secara

terapeutik dan berperilaku.

3) Kecakapan dalam kemampuan teknis keperawatan, merupakan kunci keberhasilan

dalam memberikan asuhan keperawatan, mulai dari pengkajian, merumuskan

diagnosa keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melaksanakan tindakan dan

prosedur keperawatan secara menyeluruh meliputi kebutuhan bio-psiko-sosio-

spiritual klien serta mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.

D. Manfaat Proses Keperawatan

Penerapan proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan klien akan

memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut:

1) Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

Dengan tersedianya pola pikir yang logis, ilmiah, sistematis, dan terorganisir dalam

memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif kepada klien tentunya akan

mempercepat proses penyembuhan, terhindar dari kelalaian dan malpraktek, dengan

demikian pelayanan keperawatan yang diterima oleh klien merupakan pelayanan

yang bermutu dan dapat dipertanggung-jawabkan.

2) Pengembangan keterampilan intelektual dan teknis bagi tenaga keperawatan.

Pelaksanaan proses keperawatan dalam merawat klien akan memberikan kesempatan

Page 9: Dokumentasi kelompok 1 AKPER PEMKAB MUNA

bagi perawat untuk mengembangkan berbagai pengetahuan dan keterampilan serta

pengalaman kerjasama dengan teman sejawat, klien, dan keluarganya.

3) Meningkatkan citra profesi keperawatan.

Dengan tersedianya pola pikir yang logis, ilmiah, sistematis, dan terorganisir dalam

memberikan asuhan keperawatan tentunya klien akan menerima suatu pelayanan

keperawatan yang bermutu. Pelayanan keperawatan yang bermutu dapat

meningkatkan citra profesi keperawatan.

4) Meningkatkan peran dan fungsi keperawatan dalam pengelolaan asuhan

keperawatan.

Dengan melaksanakan tahap-tahap dalam proses keperawatan berarti melaksanakan

fungsi-fungsi pengelolaan yang dimulai dari pengkajian masalah, merencanakan

asuhan keperawatan, pengorganisasian kegiatan keperawatan, menggerakkan tenaga

keperawatan, menilai serta mengontrol asuhan keperawatan yang diberikan dalam

mencapai tujuan pelayanan keperawatan yang telah ditetapkan.

5) Pengakuan otonomi keperawatan.

Masyarakat akan mengakui otonomi dari profesi keperawatan bila asuhan

keperawatan yang diberikan dengan suatu metode yang didasari oleh tanggung

jawab dan tanggung gugat berdasarkan kode etik profesi dan standar praktek

keperawatan.

6) Peningkatan rasa solidaritas.

Kesamaan metode yang dipergunakan oleh tenaga keperawatan dalam memberikan

asuhan keperawatan kepada klien akan memperkuat rasa kebersamaan dan identitas

dari profesi keperawatan.

7) Meningkatkan kepuasan kerja tenaga keperawatan.

Asuhan keperawatan yang bermutu dapat meningkatkan kepuasan konsumen,

terhindar dari kelalaian dan malpraktek yang dengan sendirinya akan berpengaruh

kepada kepuasan kerja perawat secara keseluruhan.

8) Untuk pengembangan ilmu keperawatan.

Penerapan proses keperawatan dapat mendukung dan memberi sumbangan dalam

pengembangan “body of knowledge” dengan penelitian-penelitian keperawatan,

Page 10: Dokumentasi kelompok 1 AKPER PEMKAB MUNA

sehingga dapat dikembangkan metode-metode yang baku dalam memberikan asuhan

keperawatan.

E. Karakteristik Proses Keperawatan

Kozier et al. (1995) menyebutkan bahwa proses keperawatan mempunyai sembilan

karakteristik, antara lain:

1) Merupakan sistem yang terbuka dan fleksibel untuk memenuhi kebutuhan yang

unik dari klien, keluarga, kelompok dan komunitas.

2) Bersifat siklik dan dinamis, karena semua tahap-tahap saling berhubungan dan

berkesinambungan.

3) Berpusat pada klien, merupakan pendekatan individual dan spesifik untuk

memenuhi kebutuhan klien.

4) Bersifat interpersonal dan kolaborasi.

5) Menggunakan perencanaan.

6) Mempunyai tujuan.

7) Memperbolehkan adanya kreativitas antara perawat dengan klien dalam

memikirkan jalan keluar menyelesaikan masalah keperawatan.

8) Menekankan pada umpan balik, dengan melakukan pengkajian ulang dari masalah

atau merevisi rencana keperawatan.

9) Dapat diterapkan secara luas. Proses keperawatan menggunakan kerangka kerja

untuk semua jenis pelayanan kesehatan, klien dan kelompok.

Demikian juga dengan Craven dan Hirnle (2000), menurutnya proses keperawatan

sebagai pedoman untuk praktek keperawatan profesional, mempunyai karakteristik:

1. Merupakan kerangka kerja dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada

individu, keluarga dan masyarakat.

2. Teratur dan sistematis.

3. Saling tergantung.

4. Memberikan pelayanan yang spesifik kepada individu, keluarga, dan masyarakat.

5. Berpusat pada klien, menggunakan klien sebagai suatu kekuatan.

6. Tepat untuk diterapkan sepanjang jangka waktu kehidupan.

7. Dapat dipergunakan dalam semua keadaan.

Page 11: Dokumentasi kelompok 1 AKPER PEMKAB MUNA

Sedangkan Taylor (1993) menyatakan bahwa proses keperawatan bersifat sistematis,

dinamis, interpersonal, berorientasi kepada tujuan dan dapat dipakaii pada situasi

apapun.

Jadi dapat disimpulkan bahwa proses keperawatan adalah suatu cara menyelesaikan

masalah yang sistematis dan dinamis serta bersifat individual untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan klien sebagai manusia yang bersifat unik, dan menekankan pada

kemampuan pengambilan keputusan oleh perawat sesuai dengan kebutuhan klien.

1. Tahap Pengkajian.

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk

mengumpulkan informasi atau data tentang respon klien agar dapat mengidentifikasi dan

mengenali masalah atau kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien. Area yang termasuk

respon klien antara lain kegiatan sehari-hari, emosional, sosio-ekonomi, kultural dan

spiritual (Yura & Wals, 1988).

Menurut Kozier et al. (1995) proses pengkajian terdiri atas empat kegiatan, yaitu:

pengumpulan data, organisasi data, validasi data, dan analisa data.

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi yang dilakukan secara sistematis

dan kontinyu tentang status kesehatan klien untuk menentukan masalah-masalah serta

kebutuhan-kebutuhan keperawatan klien. Informasi yang diperlukan adalah segala

sesuatu penyimpangan tentang klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-spiritual,

kemampuan dalam mengatasi masalah sehari-hari, masalah kesehatan dan

keperawatan yang mengganggu kemampuan klien, dan keadaan sekarang yang

berkaitan dengan rencana asuhan keperawatan yang akan dilakukan terhadap klien.

Dari semua informasi yang terkumpul didapatkan data dasar berupa riwayat

kesehatan/ keperawatan, pengkajian fisik, riwayat pengobatan dan pemeriksaan fisik,

termasuk hasil laboratorium dan tes diagnostik, dan data berupa kontribusi informasi

dari tenaga kesehatan lainnya.

Page 12: Dokumentasi kelompok 1 AKPER PEMKAB MUNA

2. Tujuan pengumpulan data

adalah untuk memperoleh informasi dan menilaii tentang keadaan kesehatan klien,

untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan serta membuat keputusan yang

tepat dalam menentukan langkah-langkah berikutnya.

3. Jenis data yang dikumpulkan dapat berupa data subjektif dan data objektif.

Data subjektif adalah data yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang disampaikan oleh

klien, termasuk sensasi klien, perasaan, nilai-nilai, kepercayaan, pengetahuan, dan

persepsi terhadap status kesehatan dan situasi kehidupan, misalnya: rasa nyeri, mual,

sakit kepala, rasa kuatir, cemas, dan lain lain.

Sedangkan data objektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengamatan,

pengukuran dan pemeriksaan dengan menggunakan standar yang diakui (berlaku),

misalnya: perubahan warna kulit, tekanan darah, suhu tubuh, perubahan perilaku, dan

lain lain.

4. Sumber data yang dapat dipergunakan untuk pengumpulan data

adalah sumber data primer, sekunder, dan tersier. Sumber data primer adalah data-data

yang dikumpulkan langsung dari klien, yang dapat memberikan informasi yang lengkap

tentang masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapinya. Sumber data sekunder

adalah data-data tidak langsung dari klien yang dikumpulkan dari sumber lain, seperti

keluarga, teman, profesional kesehatan lain. Sedangkan sumber data tersier adalah data

yang diperoleh dari pencatatan dan pelaporan, laboratorium, analisis diagnostik, rekam

medik dan dari literatur yang relevan. (Craven & Hirnle, 2000; Kozier et al., 1995).

5. Dalam pengumpulan data agar dapat terkumpul dengan baik dan terarah, sebaiknya dilakukan

penggolongan atau klasifikasi data berdasarkan: keluhan utama, riwayat kesehatan

sebelumnya, riwayat kesehatan keluarga, keadaan fisik, pola kebiasaan, psikologis, sosial,

spiritual, hasil pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, radiologi,

electrocardiograph, dan keadaan khusus lainnya yang berhubungan.

6. Cara yang digunakan dalam pengumpulan data adalah:

a. Wawancara (Interview/ Anamnese)

Menurut Potter dan Perry (1997) wawancara adalah suatu pola dalam memulai

komunikasi dengan tujuan yang spesifik dan terarah dalam area tertentu. Dalam

Page 13: Dokumentasi kelompok 1 AKPER PEMKAB MUNA

keperawatan tujuan utama dari wawancara adalah untuk mengetahui riwayat

kesehatan/ keperawatan, mengidentifikasi kebutuhan kesehatan dan faktor-faktor

risiko, dan faktor-faktor spesifik dari perubahan status kesehatan dan pola kehidupan

klien, serta untuk menjalin hubungan perawat-klien. Wawancara dapat dilakukan

dengan klien langsung atau dengan orang yang terdekat dengan klien.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat perawat melakukan wawancara dengan

klien (Craven & Hirnle, 2000; Potter & Perry, 1997; Kozier et al., 1995) adalah:

1. Menerima keberadaan klien sebagai mana adanya.

2. Memberikan kesempatan kepada klien dan keluarganya untuk menyampaikan

keluhan/ pendapat secara bebas.

3. Harus dapat menjamin rasa aman dan nyaman bagi klien.

4. Perawat harus bersikap tenang, sopan dan penuh perhatian.

5. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik.

6. Tidak bersifat menggurui tetapi lebih kepada mengarahkan wawancara agar

terfokus dan spesifik tentang masalah yang dihadapi klien.

7. Menciptakan lingkungan yang mendukung.

b. Pengamatan (Observasi).

Pengamatan adalah mangamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data

tentang masalah keperawatan. Dua hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan

pengamatan: 1) Tidak melakukan stimuli kepada klien/ tidak diketahui oleh klien

sehingga data yang diperoleh murni. 2) Lakukan seleksi dan interpretasi dari data

yang diamati menyangkut aspek bio-psiko-sosio-spiritual klien (Craven & Hirnle,

2000; Kozier et al. 1995).

c. Pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan fisik adalah metode pengumpulan data yang sistematik dengan

memakai indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan rasa untuk mendeteksi

masalah kesehatan klien. Untuk pemeriksaan fisik perawat menggunakan teknik

inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi (Craven & Hirnle, 2000; Potter & Perry, 1997;

Kozier et al., 1995).

Page 14: Dokumentasi kelompok 1 AKPER PEMKAB MUNA

Inspeksi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara melihat bagian

tubuh yang diperiksa melalui pengamatan, hasil data yang diperoleh misalnya:

sclera mata berwarna kuning (icterik), kulit kebiruan (ciyanosis), wajah pucat, dan

lain-lain.

Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan pendengaran dan

dibantu dengan penggunaan statescope, misalnya: mendengar bising usus, bunyi

jantung, bunyi paru-paru, dan lain-lain.

Palpasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara perabaan terhadap

bagian-bagian tubuh yang mengalami kelainan, misalnya: perabaan pada bagian

tubuh yang diduga adanya radang, pembengkakan, pemeriksaan kehamilan,

oedem, dan lain-lain.

Perkusi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mengetuk bagian

tubuh yang dilakukan dengan cara menggunakan ujung-ujung jari tangan atau

menggunakan alat seperti reflek hammer pada pemeriksaan reflek.

d. Pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan laboratorium dan tes diagnostik merupakan bagian dari tahap

pengumpulan data, hal ini sangat membantu dalam penatalaksanaan, pemeliharaan

dan restorasi kesehatan. Pengetahuan tentang tujuan, prosedur, dan hasil dari

pemeriksaan laboratorium dan tes diagnostik diperlukan untuk keberhasilan

pemeriksaan yang merupakan sekumpulan informasi yang berguna untuk

menetapkan masalah keperawatan serta meningkatkan intervensi keperawatan yang

tepat waktu dan sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan (Doenges, Moorhouse

& Burley, 1995).

1. Organisasi data

Organisasi data merupakan sebuah variasi kerangka kerja keperawatan untuk

keteraturan pengumpulan data dan pencatatan hasil pengumpulan data. Kerangka

kerja membantu sebagai pedoman selama perawat melakukan wawancara dan

pemeriksaan fisik, mencegah tidak tercantumnya informasi yang berhubungan, dan

memudahkan dalam analisa data pada tahap perumusan diagnosa keperawatan.

Kerangka kerja dapat dimodifikasi berdasarkan status kesehatan klien (Fuller &

Schaller-Ayers, 1994, dalam Craven & Hirnle, 2000).

Page 15: Dokumentasi kelompok 1 AKPER PEMKAB MUNA

2. Validasi data

Menurut Kozier et al. (1995) validasi data adalah kegiatan “Double-Checking” atau

verifikasi data untuk mengkonfirmasi kelengkapan, keakuratan, dan aktualitas

data. Dengan memvalidasi data, membantu perawat untuk memastikan

kelengkapan informasi dari pengkajian, kecocokan data objektif dan subjektif,

mendapatkan tambahan informasi,

menghindari ketidakteraturan dalam mengumpulkan dan memfokuskan data

sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penulisan dan identifikasi masalah. Alfaro –

LeFevre (1998), menjelaskan bahwa yang termasuk cara memvalidasi data antara

lain: bandingkan antara data yang didapat dengan fungsi normal, rujuk pada buku,

jurnal, dan hasil penelitian, periksa konsistensi data subjektif dengan dapat objektif

yang didapat, klarifikasi dengan pernyataan-pernyataan klien, dan cari persetujuan

kolega tentang kesimpulan yang dibuat.

3. Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan kognitif perawat dalam pengembangan daya

berpikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan

pengetahuan, pengalaman, dan pengertian tentang subtansi ilmu keperawatan dan

proses penyakit. Dalam melakukan analisa data diperlukan kemampuan

menghubungkan data dengan penyebab berdasarkan konsep, teori dan prinsip

yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah

keperawatan klien.

Fungsi dari analisa data adalah perawat dapat menginteprestasi data yang

diperoleh dari klien maupun dari sumber lain, sehingga data yang diperoleh

memiliki makna dan arti dalam pengambilan keputusan untuk menentukan

masalah keperawatan dan kebutuhan klien.

Dasar pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang perawat dalam melakukan

analisa data, antara lain: anatomi dan fisiologi sistem tubuh, patofisiologi penyakit,

farmakologi, ilmu perilaku, konsep manusia, konsep sehat-sakit, stress, adaptasi,

etika keperawatan, tindakan dan prosedur keperawatan, serta konsep teori

keperawatan.

Page 16: Dokumentasi kelompok 1 AKPER PEMKAB MUNA

Dalam melakukan analisa data, perawat harus memperhatikan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Validasi kembali data, teliti kembali data yang terkumpul.

b. Identifikasi kesenjangan data.

c. Susun kategorisasi data secara sistematis dan logis.

d. Identifikasi kemampuan dan keadaan yang menunjang askep klien.

e. Buat hubungan sebab akibat antara data dengan masalah& penyebabnya.

f. Buat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan.

2. Tahap Diagnosa Keperawatan

Pada tahun 1953, istilah diagnosa keperawatan diperkenalkan oleh V. Fry dengan

menguraikan langkah yang diperlukan dalam mengembangkan rencana asuhan

keperawatan.

Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) (1990, dalam Carpenito,

1997) diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau

masyarakat sebagai akibat dari masalah-masalah kesehatan/ proses kehidupan yang aktual

atau risiko.

Diagnosa keperawatan memberikan dasar-dasar pemilihan intervensi untuk mencapai hasil

yang menjadi tanggung gugat perawat. Adapun persyaratan dari diagnosa keperawatan

adalah perumusan harus jelas dan singkat dari respons klien terhadap situasi atau keadaan

yang dihadapi, spesifik dan akurat, memberikan arahan pada asuhan keperawatan, dapat

dilaksanakan oleh perawat dan mencerminkan keadaan kesehatan klien.

1. Tipe Diagnosa Keperawatan.

Diagnosa keperawatan adalah struktur dan proses. Struktur diagnosa keperawatan

komponennya tergantung pada tipenya, antara lain:

a. Diagnosa keperawatan aktual (Actual Nursing Diagnoses).

Diagnosa keperawatan aktual menyajikan keadaan yang secara klinis telah divalidasi

melalui batasan karakteristik mayor yang dapat diidentifikasi. Tipe dari diagnosa

keperawatan ini mempunyai empat komponen yaitu label, definisi, batasan

Page 17: Dokumentasi kelompok 1 AKPER PEMKAB MUNA

karakteristik, dan faktor-faktor yang berhubungan (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito,

1997).

b. Diagnosa keperawatan risiko dan risiko tinggi (Risk and High-Risk Nursing

Diagnoses), adalah keputusan klinis bahwa individu, keluarga dan masyarakat

sangat rentan untuk mengalami masalah bila tidak diantisipasi oleh tenaga

keperawatan, dibanding yang lain pada situasi yang sama atau hampir sama (Craven

& Hirnle, 2000; Carpenito, 1997).

c. Diagnosa keperawatan kemungkinan (Possible Nursing Diagnoses), adalah

pernyataan tentang masalah-masalah yang diduga masih memerlukan data

tambahan. Namun banyak perawat-perawat telah diperkenalkan untuk menghindari

sesuatu yang bersifat sementara dan NANDA tidak mengeluarkan diagnosa

keperawatan untuk jenis ini (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997).

d. Diagnosa keperawatan sejahtera (Wellness Nursing Diagnoses), adalah ketentuan

klinis mengenai individu, keluarga dan masyarakat dalam transisi dari tingkat

kesehatan khusus ketingkat kesehatan yang lebih baik. Pernyataan diagnostik untuk

diagnosa keperawatan sejahtera merupakan bagian dari pernyataan yang berisikan

hanya sebuah label. Label ini dimulai dengan “Potensial terhadap peningkatan…….”,

diikuti tingkat sejahtera yang lebih tinggi yang dikehendaki oleh individu atau

keluarga, misal “Potensial terhadap peningkatan proses keluarga” (Craven & Hirnle,

2000; Carpenito, 1997).

e. Diagnosa keperawatan sindroma (Syndrome Nursing Diagnoses), terdiri dari

sekelompok diagnosa keperawatan aktual atau risiko tinggi yang diduga akan

tampak karena suatu kejadian atau situasi tertentu. NANDA telah menyetujui dua

diagnosa keperawatan sindrom yaitu “Sindrom trauma perkosaan” dan “Risiko

terhadap sindrom disuse” (Carpenito, 1997).

2. Komponen Rumusan Diagnosa Keperawatan.

Secara umum diagnosa keperawatan yang lazim dipergunakan oleh perawat di Indonesia

adalah diagnosa keperawatan aktual dan diagnosa keperawatan risiko atau risiko tinggi

yang dalam perumusannya menggunakan tiga komponen utama dengan merujuk pada

Page 18: Dokumentasi kelompok 1 AKPER PEMKAB MUNA

hasil analisa data, meliputi: problem (masalah), etiologi (penyebab), dan sign/symptom

(tanda/ gejala).

Problem (masalah), adalah gambaran keadaan klien dimana tindakan keperawatan

dapat diberikan karena adanya kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal

yang seharusnya tidak terjadi.

Etiologi (penyebab), adalah keadaan yang menunjukkan penyebab terjadinya problem

(masalah).

Sign/symptom (tanda/ gejala), adalah ciri, tanda atau gejala relevan yang muncul sebagai

akibat adanya masalah.

Dalam perumusannya sebuah diagnosa keperawatan dapat menggunakan 3 komponen

atau 2 komponen yang sangat tergantung kepada tipe dari diagnosa keperawatan itu

sendiri. Secara singkat rumusan diagnosa keperawatan dapat disajikan dalam rumus

sebagai berikut:

Diagnosa keperawatan aktual:

Contoh: Nyeri kepala akut (Problem) berhubungan dengan peningkatan tekanan dan

iritasi vaskuler serebral (Etiologi) ditandai oleh, mengeluh nyeri kepala, sulit beristirahat,

skala nyeri: 8, wajah tampak menahan nyeri, klien gelisah, keadaan umum lemah, adanya

luka robek akibat trauma pada kepala bagian atas, nadi: 90 X/ m (Sign/Simptom).

Diagnosa keperawatan risiko/ risiko tinggi:

Contoh: Risiko infeksi (Problem) berhubungan dengan adanya luka trauma jaringan

(Etiologi)

Pada diagnosa risiko, tanda/gejala sering tidak dijumpai hal ini disebabkan kerena

masalah belum terjadi, tetapi mempunyai risiko untuk terjadi apabila tidak mendapatkan

intervensi atau pencegahan dini yang dilakukan oleh perawat.

3. Persyaratan Diagnosa Keperawatan.

Persyaratan diagnosa keperawatan, meliputi:

1. Perumusan harus jelas dan singkat berdasarkan respon klien terhadap Situasi atau

keadaan kesehatan yang sedang dihadapi.

2. Spesifik dan akurat.

Page 19: Dokumentasi kelompok 1 AKPER PEMKAB MUNA

3. Merupakan pernyataan dari: P(Problem)+ E (Etiologi)+S (Sign/Simptom)

atau P (Problem) + E (Etiologi).

4. Memberikan arahan pada rencana asuhan keperawatan.

5. Dapat dilaksanakan intervensi keperawatan oleh perawat.

4. Prioritas Diagnosa Keperawatan.

Menyusun prioritas sebuah diagnosa keperawatan hendaknya diurutkan sesuai dengan

keadaan dan kebutuhan utama klien, dengan kategori:

1. Berdasarkan tingkat Kegawatan.

a. Keadaan yang mengancam kehidupan.

b. Keadaan yang tidak gawat dan tidak mengancam kehidupan.

c. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.

2. Berdasarkan Kebutuhan maslow,yaitu Kebutuhan fisiologis,kebutuhan keamanan

dan keselamatan,kebutuhan mencintai dan dicintai,kebutuhan harga diri dan

kebutuhan aktualisasi diri.

3. Berdasarkan sarana/sumber yang tersedia,

5. Perbedaan Diagnosa Keperawatan Dengan Diagnosa Medis.

Beberapa perbedaan antara diagnosa keperawatan dengan diagnosa medis dibawah ini:

Diagnosa keperawatan :

Berfokus pada respons atau reaksi klien terhadap penyakitnya.

Berorientasi pada kebutuhan individu, bio-psiko-sosio-spiritual.

Berubah sesuai dengan perubahan respons klien.

Mengarah kepada fungsi mandiri perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan

dan evaluasi.

Diagnosa Medis :

Berfokus pada faktor-faktor yang bersifat pengobatan dan penyembuhan penyakit.

Berorientasi kepada keadaan patologis

Cenderung tetap, mulai dari sakit sampai sembuh.

Mengarah kepada tindakan medik yang sebahagian besar dikolaborasikan kepada

perawat.

3. Tahap perencanaan keperawatan.

Page 20: Dokumentasi kelompok 1 AKPER PEMKAB MUNA

Langkah ketiga dari proses keperawatan adalah perencanaan. Menurut Kozier et al. (1995)

perencanaan adalah sesuatu yang telah dipertimbangkan secara mendalam, tahap yang

sistematis dari proses keperawatan meliputi kegiatan pembuatan keputusan dan pemecahan

masalah.

Dalam perencanaan keperawatan, perawat menetapkannya berdasarkan hasil pengumpulan

data dan rumusan diagnosa keperawatan yang merupakan petunjuk dalam membuat tujuan

dan asuhan keperawatan untuk mencegah, menurunkan, atau mengeliminasi masalah

kesehatan klien.

Langkah-langkah dalam membuat perencanaan keperawatan meliputi: penetapan prioritas,

penetapan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan, menentukan intervensi keperawatan

yang tepat dan pengembangan rencana asuhan keperawatan. Setelah diagnosa keperawatan

dirumuskan secara spesifik, perawat menggunakan kemampuan berfikir kritis untuk segera

menetapkan prioritas diagnosa keperawatan dan intervensi yang penting sesuai dengan

kebutuhan klien (Potter & Perry, 1997).

Penetapan prioritas bertujuan untuk mengidentifikasi urutan intervensi keperawatan yang

sesuai dengan berbagai masalah klien (Carpenito, 1997). Penetapan prioritas dilakukan

karena tidak semua masalah dapat diatasi dalam waktu yang bersamaan. Salah satu metode

dalam menetapkan prioritas dengan mempergunakan hirarki kebutuhan menurut Maslow.

Prioritas dapat diklasifikasi menjadi tiga tingkatan, antara lain high priority, intermediate

priority, dan low priority. Dalam menetapkan prioritas perawat juga harus memperhatikan

nilai dan kepercayaan klien terhadap kesehatan, prioritas klien, sumber yang tersedia untuk

klien dan perawat, pentingnya masalah kesehatan yang dihadapi, dan rencana pengobatan

medis.

Diagnosa keperawatan klien dan penetapan prioritas membantu dalam menentukan tujuan

keperawatan. Tujuan adalah petunjuk untuk menyeleksi intervensi keperawatan dan kriteria

hasil dalam mengevaluasi intervensi yang telah diberikan (McCloskey & Bulechek, 1994,

dalam Potter & Perry, 1997). Evaluasi kritis perawat dalam menetapkan tujuan dan ukuran

hasil yang diharapkan ditekankan pada diagnosa, masalah yang mendesak, dan sumber-

sumber klien serta sistem pelayanan keperawatan (Bandman & Bandman, 1995, dalam Potter

& Perry, 1997).

Page 21: Dokumentasi kelompok 1 AKPER PEMKAB MUNA

Tujuan penulisan rencana asuhan keperawatan dan kriteria hasil yang diharapkan adalah: 1)

Tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan merupakan petunjuk untuk intervensi

keperawatan pada individu. 2)Tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan menentukan

efektivitas dari intervensi keperawatan.

Dalam penulisan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan terdapat beberapa petunjuk,

antara lain:

a. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan,

b. Merupakan hasil akhir yang ingin dicapai.

c. Mencakup kriteria hasil yang merupakan dasar untuk melakukan evaluasi. 4) Berpusat

pada klien.

d. Terlihat/ dapat diamati.

e. Dapat diukur.

f. Adanya batasan waktu.

g. Realistik.

Strategi intervensi keperawatan berhubungan dengan diagnosa keperawatan spesifik yang

ditetapkan perawat untuk mencapai tujuan perawatan klien dan kriteria hasil. Intervensi

keperawatan yang spesifik harus berfokus dalam mengeliminasi atau menurunkan etiologi

(penyebab) dari diagnosa keperawatan, dan sesuai dengan pernyataan tujuan serta kriteria

hasil. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan rencana intervensi keperawatan

adalah:

a. Mengidentifikasi alternatif tindakan.

b. Menetapkan dan menguasai teknik serta prosedur keperawatan yang akan dilakukan.

c. Melibatkan klien dan keluarganya.

d. Melibatkan anggota tim kesehatan lainnya.

e. Mengetahui latar belakang budaya dan agama klien. 6) Mempertimbangkan lingkungan,

sumber, dan fasilitas yang tersedia. 7) Memperhatikan kebijaksanaan dan peraturan

yang berlaku. 8) Harus dapat menjamin rasa aman klien. 9) Mengarah pada tujuan dan

kriteria hasil yang akan dicapai. 10) Bersifat realistik dan rasional. 11) Rencana tindakan

disusun secara berurutan sesuai prioritas.

Demikian juga dalam tehnik penulisan rencana intervensi keperawatan, ada beberapa faktor

yang harus diperhatikan oleh perawat antara lain:

Page 22: Dokumentasi kelompok 1 AKPER PEMKAB MUNA

1. Kalimat yang ditulis harus berupa kalimat instruksi, berfungsi untuk menjelaskan

tindakan yang akan dilakukan. Instruksi dibuat secara ringkas, tegas, tepat dan kalimat

mudah dimengerti.

2. Dapat dijadikan alat komunikasi antar anggota keperawatan/ tim kesehatan lain untuk

kesinambungan asuhan keperawatan yang akdiberikan kepada klien.

3. Memuat informasi yang selalu baru.

4. Didokumentasikan pada tempat/ kolom yang ditentukan sebagai pertanggung-

jawaban dan pertanggunggugatan perawat terhadap asuhan keperawatan yang

diberikan kepada klien.

Dalam pelaksanaan rencana keperawatan perawat memakai format yang didalamnya

terdapat beberapa kolom. Kolom-kolom tersebut terdiri dari kolom diagnosa keperawatan,

kolom tujuan dan kriteria hasil, dan kolom rencana intervensi keperawatan beserta

rasionaln

4. Tahap implementasi keperawatan.

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk

membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih

baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter &

Perry, 1997).

Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan,

pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau

tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.

Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan rencana

keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan

dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses

pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang

mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan

komunikasi. (Kozier et al., 1995).

Dalam Implementasi tindakan keperawatan memerlukan beberapa pertimbangan, antara

lain:

Page 23: Dokumentasi kelompok 1 AKPER PEMKAB MUNA

a. Individualitas klien, dengan mengkomunikasikan makna dasar dari suatu implementasi

keperawatan yang akan dilakukan.

b. Melibatkan klien dengan mempertimbangkan energi yang dimiliki, penyakitnya, hakikat

stressor, keadaan psiko-sosio-kultural, pengertian terhadap penyakit dan intervensi.

c. Pencegahan terhadap komplikasi yang mungkin terjadi.

d. Mempertahankan kondisi tubuh agar penyakit tidak menjadi lebih parah serta upaya

peningkatan kesehatan.

e. Upaya rasa aman dan bantuan kepada klien dalam memenuhi kebutuhannnya.

f. Penampilan perawat yang bijaksana dari segala kegiatan yang dilakukan kepada klien.

Beberapa pedoman dalam pelaksanaan implementasi keperawatan (Kozier et al,. 1995)

adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan respons klien.

b. Berdasarkan ilmu pengetahuan, hasil penelitian keperawatan, standar pelayanan

professional, hukum dan kode etik keperawatan.

c. Berdasarkan penggunaan sumber-sumber yang tersedia.

d. Sesuai dengan tanggung jawab dan tanggung gugat profesi keperawatan.

e. Mengerti dengan jelas pesanan-pesanan yang ada dalam rencana intervensi

keperawatan.

f. Harus dapat menciptakan adaptasi dengan klien sebagai individu dalam upaya

meningkatkan peran serta untuk merawat diri sendiri (Self Care).

g. Menekankan pada aspek pencegahan dan upaya peningkatan status kesehatan.

h. Dapat menjaga rasa aman, harga diri dan melindungi klien.

i. Memberikan pendidikan, dukungan dan bantuan.

j. Bersifat holistik.

k. Kerjasama dengan profesi lain.

l. Melakukan dokumentasi

Menurut Craven dan Hirnle (2000) secara garis besar terdapat tiga kategori dari

implementasi keperawatan, antara lain:

Page 24: Dokumentasi kelompok 1 AKPER PEMKAB MUNA

Cognitive implementations, meliputi pengajaran/ pendidikan, menghubungkan tingkat

pengetahuan klien dengan kegiatan hidup sehari-hari, membuat strategi untuk klien

dengan disfungsi komunikasi, memberikan umpan balik, mengawasi tim keperawatan,

mengawasi penampilan klien dan keluarga, serta menciptakan lingkungan sesuai

kebutuhan, dan lain lain.

Interpersonal implementations, meliputi koordinasi kegiatan-kegiatan, meningkatkan

pelayanan, menciptakan komunikasi terapeutik, menetapkan jadwal personal,

pengungkapan perasaan, memberikan dukungan spiritual, bertindak sebagai advokasi

klien, role model, dan lain lain.

Technical implementations, meliputi pemberian perawatan kebersihan kulit, melakukan

aktivitas rutin keperawatan, menemukan perubahan dari data dasar klien,

mengorganisir respon klien yang abnormal, melakukan tindakan keperawatan mandiri,

kolaborasi, dan rujukan, dan lain-lain.

Sedangkan dalam melakukan implementasi keperawatan, perawat dapat melakukannya

sesuai dengan rencana keperawatan dan jenis implementasi keperawatan. Dalam

pelaksanaannya terdapat tiga jenis implementasi keperawatan, antara lain:

Independent implementations, adalah implementasi yang diprakarsai sendiri oleh

perawat untuk membantu klien dalam mengatasi masalahnya sesuai dengan kebutuhan,

misalnya: membantu dalam memenuhi activity daily living (ADL), memberikan

perawatan diri, mengatur posisi tidur, menciptakan lingkungan yang terapeutik,

memberikan dorongan motivasi, pemenuhan kebutuhan psiko-sosio-spiritual,

perawatan alat invasive yang dipergunakan klien, melakukan dokumentasi, dan lain-

lain.

Interdependen/ Collaborative implementations, adalah tindakan keperawatan atas dasar

kerjasama sesama tim keperawatan atau dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter.

Contohnya dalam hal pemberian obat oral, obat injeksi, infus, kateter urin, naso gastric

tube (NGT), dan lain-lain. Keterkaitan dalam tindakan kerjasama ini misalnya dalam

pemberian obat injeksi, jenis obat, dosis, dan efek samping merupakan tanggungjawab

dokter tetapi benar obat, ketepatan jadwal pemberian, ketepatan cara pemberian,

ketepatan dosis pemberian, dan ketepatan klien, serta respon klien setelah pemberian

merupakan tanggung jawab dan menjadi perhatian perawat.

Page 25: Dokumentasi kelompok 1 AKPER PEMKAB MUNA

Dependent implementations, adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari

profesi lain, seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog dan sebagainya, misalnya dalam

hal: pemberian nutrisi pada klien sesuai dengan diit yang telah dibuat oleh ahli gizi,

latihan fisik (mobilisasi fisik) sesuai dengan anjuran dari bagian fisioterapi.

Secara operasional hal-hal yang perlu diperhatikan perawat dalam pelaksanaan

implementasi keperawatan adalah:

1) Pada tahap persiapan.

2) Menggali perasaan, analisis kekuatan dan keterbatasan professional pada diri sendiri.

3) Memahami rencana keperawatan secara baik.

4) Menguasai keterampilan teknis keperawatan.

5) Memahami rasional ilmiah dari tindakan yang akan dilakukan.

6) Mengetahui sumber daya yang diperlukan.

7) Memahami kode etik dan aspek hukum yang berlaku dalam pelayanan keperawatan.

8) Memahami standar praktik klinik keperawatan untuk mengukur keberhasilan.

9) Memahami efek samping dan komplikasi yang mungkin muncul.

10) Penampilan perawat harus menyakinkan.

2. Pada tahap pelaksanaan.

a. Mengkomunikasikan/ menginformasikan kepada klien tentang keputusan tindakan

keperawatan yang akan dilakukan oleh perawat.

b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengekspresikan perasaannya terhadap

penjelasan yang telah diberikan oleh perawat.

c. Menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar manusia dan

kemampuan teknis keperawatan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang

diberikan oleh perawat.

d. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan tindakan adalah energi klien,

pencegahan kecelakaan dan komplikasi, rasa aman, privacy, kondisi klien, respon klien

terhadap tindakan yang telah diberikan.

3. Pada tahap terminasi.

a. Terus memperhatikan respons klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

diberikan.

b. Tinjau kemajuan klien dari tindakan keperawatan yang telah diberikan.

Page 26: Dokumentasi kelompok 1 AKPER PEMKAB MUNA

c. Rapikan peralatan dan lingkungan klien dan lakukan terminasi

d. .Lakukan pendokumentasian.

5. Tahap evaluasi keperawatan.

Meskipun proses keperawatan mempunyai tahap-tahap, namun evaluasi berlangsung terus

menerus sepanjang pelaksanaan proses keperawatan (Alfaro-LeFevre, 1998). Tahap evaluasi

merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan

tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan

tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai

tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan

klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.

Menurut Craven dan Hirnle (2000) evaluasi didefenisikan sebagai keputusan dari efektifitas

asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan

respon prilaku klien yang tampil.

Tujuan dari evaluasi antara lain:

1. Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien.

2. Untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan keperawatan yang

telah diberikan.

3. Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.

4. Mendapatkan umpan balik.

5. Sebagai tanggungjawab dan tanggunggugat dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.

Perawat menggunakan berbagai kemampuan dalam memutuskan efektif atau tidaknya

pelayanan keperawatan yang diberikan. Untuk memutuskan hal tersebut dalam melakukan

evaluasi seorang perawat harus mempunyai pengetahuan tentang standar pelayanan, respon

klien yang normal, dan konsep model teori keperawatan.

Dalam melakukan proses evaluasi, ada beberapa kegiatan yang harus diikuti oleh perawat,

antara lain:

Mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.

Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan.

Mengukur pencapaian tujuan.

Page 27: Dokumentasi kelompok 1 AKPER PEMKAB MUNA

Mencatat keputusan atau hasil pengukuran pencapaian tujuan.

Melakukan revisi atau modifikasi terhadap rencana keperawatan bila perlu.

Menurut Ziegler, Voughan – Wrobel, & Erlen (1986, dalam Craven & Hirnle, 2000), evaluasi

terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Evaluasi struktur.

Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling

tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara langsung atau

tidak langsung mempengaruhi dalam pemberian pelayanan. Persediaan perlengkapan,

fasilitas fisik, ratio perawat-klien, dukungan administrasi, pemeliharaan dan

pengembangan kompetensi staf keperawatan dalam area yang diinginkan.

2. Evaluasi proses.

Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat dalam

memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai

wewenang. Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis

informasi yang didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari

perumusan diagnosa keperawatan, dan kemampuan tehnikal perawat.

3. Evaluasi hasil.

Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons prilaku klien

merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian

tujuan dan kriteria hasil.

Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi:

1. Masalah teratasi; jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan dan kriteria

hasil yang telah ditetapkan.

2. Masalah sebagian teratasi;jika klien menunjukkan perubahan sebahagian dari kriteria

hasil yang telah ditetapkan.

3. Masalah tidak teratasi; jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama

sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau

bahkan timbul masalah/ diagnosa keperawatan baru.

Untuk penentuan masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi adalah dengan

cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.

Subjective adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah tindakan

Page 28: Dokumentasi kelompok 1 AKPER PEMKAB MUNA

diberikan. Objective adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,

pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan. Analisis adalah

membandingkan antara informasi subjective dan objective dengan tujuan dan kriteria hasil,

kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak

teratasi. Planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan

hasil analisa.

Page 29: Dokumentasi kelompok 1 AKPER PEMKAB MUNA

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Banyak pengertian atau definisi yang dikemukakan oleh para ahli keperawatan tentang

proses keperawatan, diantaranya adalah menurut Nettina (1996) yang menyatakan bahwa

proses keperawatan adalah sesuatu yang disengaja, dengan pendekatan pemecahan masalah

untuk menemukan kebutuhan keperawatan pasien dalam pelayanan kesehatan. Meliputi

pengkajian (pengumpulan data), diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan

evaluasi, serta menggunakan modifikasi mekanisme umpan balik untuk meningkatkan

upaya pemecahan masalah.

Proses merupakan serangkaian kegiatan yang direncanakan atau serangkaian operasional

untuk mencapai hasil yang diharapkan. Proses keperawatan adalah metode yang sistematik

dan rasional dalam merencanakan dan memberikan pelayanan keperawatan kepada

individu. Tujuannya untuk mengidentifikasi status kesehatan klien, kebutuhan atau masalah

kesehatan aktual atau risiko, membuat perencanaan sesuai dengan kebutuhan yang telah

diidentifikasi dan melaksanakan intervensi keperawatan spesifik sesuai dengan kebutuhan

(Kozier et al. 1995). Sedangkan Clark (1992), mendefinisikan proses keperawatan sebagai

suatu metode/ proses berpikir yang terorganisir untuk membuat suatu keputusan klinis dan

pemecahan masalah.

B. SARAN

Dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi penulisan

maupun isi,olehnya itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun

demi kesempurnaan makalah yang akan datang.

Page 30: Dokumentasi kelompok 1 AKPER PEMKAB MUNA

DAFTAR PUSTAKA

http: //www.gooale.com (16.oo pm)