MANAJEMEN KEPERAWATAN Aplikasi dalam Praktik Keperawatan ...
Dokumen. keperawatan
-
Upload
nisrina-july -
Category
Documents
-
view
213 -
download
1
description
Transcript of Dokumen. keperawatan
![Page 1: Dokumen. keperawatan](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072002/563db8f2550346aa9a987bc1/html5/thumbnails/1.jpg)
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban ditunggu 1 jam tidak diikuti tanda-tanda
persalinan (inpartu). Sebagaian besar ketuban pecah dini terjadi diatas usia kehamilan 37
minggu, sedangkan dibawah 36 minggu tidak terlalu banyak. Ketuban pecah dini merupakan
masalah yang kontroversi dalam obstetrik yang berkaitan dengan penyebabnya. Early Rupture
of Membrane adalah ketuban yang pecah pada saat fase laten. Hal ini bisa membahayakan
karena dapat terjadi infeksi asenden intrauterine. (Manuaba, 2009).
B. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini masih belum dapat diketahui dan ditentukan secara pasti.
Banyak faktor berhubungan erat dengan ketuban pecah dini, namun faktor - faktor mana yang
lebih berperan sulit diketahui. Penyebabnya antara lain:
1. Persalinan prematur
2. Korioamionitis terjadi dua kali sebanyak KPD
3. Malposisi atau malpresentasi janin
4. Kerusakan serviks disebabkan oleh faktor antara lain : pemakaian alat – alat pada serviks
sebelumnya (misal : aborsi terapeutik, LEEP dan sebagainya); peningkatan paritas yang
memungkinan kerusakan serviks selama kelahiran sebelumnya; inkompetensi serviks
5. Riwayat KPD sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih
6. Berhubungan dengan berat badan ibu (misal : kelebihan berat badan sebelum kehamilan;
penambahan berat badan yang sedikit selama kehamilan)
7. Merokok selama kehamilan
8. Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat daripada ibu muda
9. Riwayat hubungan seksual baru – baru ini.
![Page 2: Dokumen. keperawatan](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072002/563db8f2550346aa9a987bc1/html5/thumbnails/2.jpg)
10. Multiparitas
11. Hidramnion
12. Kelainan letak : sungsang atau lintang
13. Chepalo Pelvik Disproportion (CPD)
14. Kehamilan ganda
15. Pendular abdomen (perut gantung)
Menurut Nugroho (2011:3) terdapat beberapa faktor risiko dari ketuban pecah dini antara
lain inkompetensi serviks (leher rahim), polihidramnion (cairan ketuban berlebih), riwayat
ketuban pecah dini sebelumnya, kelainan atau kerusakan selaput ketuban, kehamilan kembar,
trauma, serviks (leher rahim) yang pendek (<25 mm) pada usia kehamilan 23 minggu, dan
infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis.
C. Tanda dan Gejala KPD
1. Keluarnya cairan merembes melalui vagina (kemaluan).
2. Timbul sebelum rasa mulas – mulas tanda dari awal persalinan.
3. Cairan ketuban menjadi berwarna putih keruh mirip air kelapa, mungkin juga sudah
berwarna kehijauan.
4. Kontraksi ≥ 4x/jam (dapat dirasa sebagai nyeri abdomen, rasa kencang, nyeri, kram
menstruasi, atau rekaan pada vagina) (Sinclair, 2009)
5. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut
masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah.
6. Jika duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal”
atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara.
![Page 3: Dokumen. keperawatan](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072002/563db8f2550346aa9a987bc1/html5/thumbnails/3.jpg)
7. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat
merupakan tanda – tanda infeksi yang terjadi.
8. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau, atau kecoklatan sedikit –
sedikit atau sekaligus banyak.
9. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
10. Janin mudah diraba.
11. Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering.
12. Inspekulo, tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air ketuban
sudah kering.
D. Komplikasi KPD
1. Kompikasi pada neonatus berhubungan erat dengan prematuritas, termasuk juga sindrom
gawat napas (respiratory distress syndrome, RDS), perdarahan intraventrikel,
intraventricular haemorrhage, IVH), sepsis, hipoplasia paru (terutama pada kasus KPDP
di usia <22 minggu) serta deformitas skeletal (berhubungan dengan tingkat keparahan dan
lamanya KPDP).
2. Komplikasi pada ibu mencakup peningkatan kejadian persalinan melalui bedah sesar
(akibat malpresentasi, prolaps tali pusat), infeksi intra-amnion (15-30%), dan endometritis
pascapersalinan.
E. Patofisiologi
Pada kondisi yang normal kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast,
jaringan reticule karion dan trofoblas, sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol
eleh system aktifasi dan inhibisi interleukin –1 (iL-1) dan prostaglandin, tetapi karena adanya
infeksi dan inflamasi terjadi peningkatan aktifasi iL-1 dan prostaglandin yang menghasilkan
![Page 4: Dokumen. keperawatan](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072002/563db8f2550346aa9a987bc1/html5/thumbnails/4.jpg)
kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/amnion. Hal
ini menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan sehingga terjadi KPD
(Manuaba, 2004). Pada saat persalinan yang dilakukan episiotomi, mengakibatkan
terputusnya jaringan yang dapat menyebabkan menekan pembuluh syaraf sehingga timbul
rasa nyeri dimana ibu merasa cemas sehingga takut BAB dan menyebabkan konstipasi.
Terputusnya jaringan menyebabkan resiko infeksi apabila tidak dirawat dengan baik. Ibu
bersalin mengalami perubahan fisiologis salah satunya terjadi penurunan hormon estrogen
dan progesteron, sehingga terjadi peningkatan hormon prolaktin yang menghasilkan
pembentukan ASI. Apabila ASI tidak keluar disebabkan oleh kurang pengetahuan ibu, suplai
tidak adekuat berarti proses laktasi tidak efektif. Perubahan psikologis juga terjadi pada masa
nifas, masa ini merupakan masa kritis. Ketidaksiapan menerima anggota baru dalam keluarga
dapat mengakibatkan resiko ketidak mampuan menjadi orang tua. (Bobak, I. M, et al, 2004)
F. Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan penunjang untuk pasien dengan indikasi ketuban pecah dini adalah :
1. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH nya.
Cairan yang keluar dari vagina kecuali air ketuban mungkin juga urine atau sekret vagina.
Sekret vagina ibu hamil pH : 4 - 5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap
kuning. Dilakukan pula tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah
menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis), pH air ketuban 7 - 7.5, darah dan
infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu. Tes pakis (mikroskopik), dengan
meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik
menunjukkan gambaran daun pakis.
![Page 5: Dokumen. keperawatan](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072002/563db8f2550346aa9a987bc1/html5/thumbnails/5.jpg)
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Bertujuan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Ketuban pecah dini
yang jumlah cairannya sedikit, sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidromnion.
Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak dan caranya, namun pada umumnya
KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sederhana.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan indikasi ketuban pecah dini antara lain :
1. Pencegahan
a. Obati infeksi gonokokus, klamidia, dan vaginosis bakterial.
b. Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung usaha untuk mengurangi
atau berhenti.
c. Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil.
d. Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trimester terakhir bila ada faktor
presdisposisi.
2. Panduan mengantisipasi : jelaskan kepada pasien yang memiliki riwayat berikut ini saat
prenatal bahwa mereka harus segera melapor bila ketuban pecah.
a. Kondisi yang menyebabkan ketuban pecah dapat mengakibatkan prolaps tali pusat
b. Letak kepala selain verteks
c. Polihidramnion
d. Herpes aktif
e. Riwayat infeksi streptokus beta hemolitikus sebelumnya
3. Bila ketuban telah pecah
a. Anjurkan pasien untuk pergi ke rumah sakit atau klinik
![Page 6: Dokumen. keperawatan](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072002/563db8f2550346aa9a987bc1/html5/thumbnails/6.jpg)
b. Catat terjadinya ketuban pecah
1) Lakukan pengkajian secara seksama. Upayakan mengetahui waktu terjadinya pecah
ketuban.
2) Bila robekan ketuban tampak kasar :
a) Saat pasien berbaring telentang, tekan fundus untuk melihat adanya semburan
cairan dari vagina
b) Basahi kapas apusan dengan cairan dan lakukan pulasan pada slide untuk
mengkaji ferning di bawah mikroskop
c) Sebagian cairan diusap ke kertas Nitrazene. Bila positif, pertimbangkan uji
diagnostik bila pasien sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual, tidak ada
perdarahan, dan tidak dilakukan pemeriksaan per vagina menggunakan jeli K-Y
3) Bila pecah ketuban dan/atau tanda kemungkinan infeksi tidak jelas, lakukan
pemeriksaan spekulum steril.
a) Kaji nilai Bishop serviks ( lihat nilai bishop )
b) Lakukan kultur serviks hanya bila ada tanda infeksi.
c) Dapatkan spesimen cairan lain dengan lidi kapas steril yang dipulaskan pada
slide untuk mengkaji ferning di bawah mikroskop.
d) Bila usia tingkat gestasi kurang dari 37 minggu atau pasien terjangkit herpes
Tipe 2, rujuk ke dokter.
4. Penatalaksanaan konservatif
a. Kebanyakan persalinan dimulai dalam 24 – 72 jam setelah ketuban pecah.
b. Kemungkinan infeksi berkurang bila tidak ada alat yang dimasukan ke vagina, kecuali
spekulum steril; jangan melakukan pemeriksaan vagina.
![Page 7: Dokumen. keperawatan](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072002/563db8f2550346aa9a987bc1/html5/thumbnails/7.jpg)
c. Saat menunggu, tetap pantau pasien dengan ketat.
5. Penatalaksanaan agresif
a. Jel prostaglandin atau Misoprostol (meskipun tidak disetujui penggunaannya) dapat
diberikan setelah konsultasi dengan dokter
b. Mungkin dibutuhkan rangkaian induksi Pitocin bila serviks tidak berespon
c. Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bila tidak ada tanda, mulai
pemberian Pitocin
d. Berikan cairan per IV, pantau janin
e. Peningkatan risiko seksio sesaria bila induksi tidak efektif
f. Bila pengambilan keputusan bergantung pada kelayakan serviks untuk diinduksi, kaji
nilai Bishop setelah pemeriksaan spekulum. Bila diputuskan untuk menunggu
persalinan, tidak ada lagi pemeriksaan yang dilakukan, baik manipulasi dengan tangan
maupun spekulum, sampai persalinan dimulai dan induksi dimulai
g. Periksaan hitung darah lengkap bila ketuban pecah. Ulangi pemeriksaan pada hari
berikutnya sampai pelahiran atau lebih sering bila ada tanda infeksi
h. Lakukan NST (nonstress test) setelah ketuban pecah ; waspada adanya takikardia janin
yang merupakan salah satu tanda infeksi
i. Mulai induksi setelah konsultasi dengan dokter
6. Penatalaksanaan persalinan lebih dari 24 jam setelah ketuban pecah
a. Persalinan spontan
b. Induksi persalinan
![Page 8: Dokumen. keperawatan](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072002/563db8f2550346aa9a987bc1/html5/thumbnails/8.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
ida Bagus Gde Fajar Manuaba.2009.buku ajar patologi obstetric untuk mahasiswa kebidanan.jakarta.EGC
Nugroho, Taufan. 2012. Obsgyn : Obstetri dan Ginekologi. Yogyakarta : Nuha Medika
Bobak, Irene. M., Lowdermilk., and Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Manuaba, I Bagus. 2004. Kepaniteraan Klinik Obstetri & Ginekologi. Jakarta: EGC