Dokumen. keperawatan

12
LAPORAN PENDAHULUAN A. Pengertian Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban ditunggu 1 jam tidak diikuti tanda-tanda persalinan (inpartu). Sebagaian besar ketuban pecah dini terjadi diatas usia kehamilan 37 minggu, sedangkan dibawah 36 minggu tidak terlalu banyak. Ketuban pecah dini merupakan masalah yang kontroversi dalam obstetrik yang berkaitan dengan penyebabnya. Early Rupture of Membrane adalah ketuban yang pecah pada saat fase laten. Hal ini bisa membahayakan karena dapat terjadi infeksi asenden intrauterine. (Manuaba, 2009). B. Etiologi Penyebab ketuban pecah dini masih belum dapat diketahui dan ditentukan secara pasti. Banyak faktor berhubungan erat dengan ketuban pecah dini, namun faktor - faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Penyebabnya antara lain: 1. Persalinan prematur 2. Korioamionitis terjadi dua kali sebanyak KPD 3. Malposisi atau malpresentasi janin

description

tugas mahasiswa

Transcript of Dokumen. keperawatan

Page 1: Dokumen. keperawatan

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban ditunggu 1 jam tidak diikuti tanda-tanda

persalinan (inpartu). Sebagaian besar ketuban pecah dini terjadi diatas usia kehamilan 37

minggu, sedangkan dibawah 36 minggu tidak terlalu banyak. Ketuban pecah dini merupakan

masalah yang kontroversi dalam obstetrik yang berkaitan dengan penyebabnya. Early Rupture

of Membrane adalah ketuban yang pecah pada saat fase laten. Hal ini bisa membahayakan

karena dapat terjadi infeksi asenden intrauterine. (Manuaba, 2009).

B. Etiologi

Penyebab ketuban pecah dini masih belum dapat diketahui dan ditentukan secara pasti.

Banyak faktor berhubungan erat dengan ketuban pecah dini, namun faktor - faktor mana yang

lebih berperan sulit diketahui. Penyebabnya antara lain:

1. Persalinan prematur

2. Korioamionitis terjadi dua kali sebanyak KPD

3. Malposisi atau malpresentasi janin

4. Kerusakan serviks disebabkan oleh faktor antara lain : pemakaian alat – alat pada serviks

sebelumnya (misal : aborsi terapeutik, LEEP dan sebagainya); peningkatan paritas yang

memungkinan kerusakan serviks selama kelahiran sebelumnya; inkompetensi serviks

5. Riwayat KPD sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih

6. Berhubungan dengan berat badan ibu (misal : kelebihan berat badan sebelum kehamilan;

penambahan berat badan yang sedikit selama kehamilan)

7. Merokok selama kehamilan

8. Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat daripada ibu muda

9. Riwayat hubungan seksual baru – baru ini.

Page 2: Dokumen. keperawatan

10. Multiparitas

11. Hidramnion

12. Kelainan letak : sungsang atau lintang

13. Chepalo Pelvik Disproportion (CPD)

14. Kehamilan ganda

15. Pendular abdomen (perut gantung)

Menurut Nugroho (2011:3) terdapat beberapa faktor risiko dari ketuban pecah dini antara

lain inkompetensi serviks (leher rahim), polihidramnion (cairan ketuban berlebih), riwayat

ketuban pecah dini sebelumnya, kelainan atau kerusakan selaput ketuban, kehamilan kembar,

trauma, serviks (leher rahim) yang pendek (<25 mm) pada usia kehamilan 23 minggu, dan

infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis.

C. Tanda dan Gejala KPD

1. Keluarnya cairan merembes melalui vagina (kemaluan).

2. Timbul sebelum rasa mulas – mulas tanda dari awal persalinan.

3. Cairan ketuban menjadi berwarna putih keruh mirip air kelapa, mungkin juga sudah

berwarna kehijauan.

4. Kontraksi ≥ 4x/jam (dapat dirasa sebagai nyeri abdomen, rasa kencang, nyeri, kram

menstruasi, atau rekaan pada vagina) (Sinclair, 2009)

5. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut

masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah.

6. Jika duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal”

atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara.

Page 3: Dokumen. keperawatan

7. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat

merupakan tanda – tanda infeksi yang terjadi.

8. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau, atau kecoklatan sedikit –

sedikit atau sekaligus banyak.

9. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.

10. Janin mudah diraba.

11. Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering.

12. Inspekulo, tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air ketuban

sudah kering.

D. Komplikasi KPD

1. Kompikasi pada neonatus berhubungan erat dengan prematuritas, termasuk juga sindrom

gawat napas (respiratory distress syndrome, RDS), perdarahan intraventrikel,

intraventricular haemorrhage, IVH), sepsis, hipoplasia paru (terutama pada kasus KPDP

di usia <22 minggu) serta deformitas skeletal (berhubungan dengan tingkat keparahan dan

lamanya KPDP).

2. Komplikasi pada ibu mencakup peningkatan kejadian persalinan melalui bedah sesar

(akibat malpresentasi, prolaps tali pusat), infeksi intra-amnion (15-30%), dan endometritis

pascapersalinan.

E. Patofisiologi

Pada kondisi yang normal kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast,

jaringan reticule karion dan trofoblas, sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol

eleh system aktifasi dan inhibisi interleukin –1 (iL-1) dan prostaglandin, tetapi karena adanya

infeksi dan inflamasi terjadi peningkatan aktifasi iL-1 dan prostaglandin yang menghasilkan

Page 4: Dokumen. keperawatan

kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/amnion. Hal

ini menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan sehingga terjadi KPD

(Manuaba, 2004). Pada saat persalinan yang dilakukan episiotomi, mengakibatkan

terputusnya jaringan yang dapat menyebabkan menekan pembuluh syaraf sehingga timbul

rasa nyeri dimana ibu merasa cemas sehingga takut BAB dan menyebabkan konstipasi.

Terputusnya jaringan menyebabkan resiko infeksi apabila tidak dirawat dengan baik. Ibu

bersalin mengalami perubahan fisiologis salah satunya terjadi penurunan hormon estrogen

dan progesteron, sehingga terjadi peningkatan hormon prolaktin yang menghasilkan

pembentukan ASI. Apabila ASI tidak keluar disebabkan oleh kurang pengetahuan ibu, suplai

tidak adekuat berarti proses laktasi tidak efektif. Perubahan psikologis juga terjadi pada masa

nifas, masa ini merupakan masa kritis. Ketidaksiapan menerima anggota baru dalam keluarga

dapat mengakibatkan resiko ketidak mampuan menjadi orang tua. (Bobak, I. M, et al, 2004)

F. Pemeriksaan Penunjang

pemeriksaan penunjang untuk pasien dengan indikasi ketuban pecah dini adalah :

1. Pemeriksaan laboratorium

Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH nya.

Cairan yang keluar dari vagina kecuali air ketuban mungkin juga urine atau sekret vagina.

Sekret vagina ibu hamil pH : 4 - 5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap

kuning. Dilakukan pula tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah

menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis), pH air ketuban 7 - 7.5, darah dan

infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu. Tes pakis (mikroskopik), dengan

meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik

menunjukkan gambaran daun pakis.

Page 5: Dokumen. keperawatan

2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)

Bertujuan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Ketuban pecah dini

yang jumlah cairannya sedikit, sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidromnion.

Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak dan caranya, namun pada umumnya

KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sederhana.

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien dengan indikasi ketuban pecah dini antara lain :

1. Pencegahan

a. Obati infeksi gonokokus, klamidia, dan vaginosis bakterial.

b. Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung usaha untuk mengurangi

atau berhenti.

c. Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil.

d. Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trimester terakhir bila ada faktor

presdisposisi.

2. Panduan mengantisipasi : jelaskan kepada pasien yang memiliki riwayat berikut ini saat

prenatal bahwa mereka harus segera melapor bila ketuban pecah.

a. Kondisi yang menyebabkan ketuban pecah dapat mengakibatkan prolaps tali pusat

b. Letak kepala selain verteks

c. Polihidramnion

d. Herpes aktif

e. Riwayat infeksi streptokus beta hemolitikus sebelumnya

3. Bila ketuban telah pecah

a. Anjurkan pasien untuk pergi ke rumah sakit atau klinik

Page 6: Dokumen. keperawatan

b. Catat terjadinya ketuban pecah

1) Lakukan pengkajian secara seksama. Upayakan mengetahui waktu terjadinya pecah

ketuban.

2) Bila robekan ketuban tampak kasar :

a) Saat pasien berbaring telentang, tekan fundus untuk melihat adanya semburan

cairan dari vagina

b)   Basahi kapas apusan dengan cairan dan lakukan pulasan pada slide untuk

mengkaji ferning di bawah mikroskop

c) Sebagian cairan diusap ke kertas Nitrazene. Bila positif, pertimbangkan uji

diagnostik bila pasien sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual, tidak ada

perdarahan, dan tidak dilakukan pemeriksaan per vagina menggunakan jeli K-Y

3) Bila pecah ketuban dan/atau tanda kemungkinan infeksi tidak jelas, lakukan

pemeriksaan spekulum steril.

a) Kaji nilai Bishop serviks ( lihat nilai bishop )

b) Lakukan kultur serviks hanya bila ada tanda infeksi.

c) Dapatkan spesimen cairan lain dengan lidi kapas steril yang dipulaskan pada

slide untuk mengkaji ferning di bawah mikroskop.

d) Bila usia tingkat gestasi kurang dari 37 minggu atau pasien terjangkit  herpes

Tipe 2, rujuk ke dokter.

4. Penatalaksanaan konservatif

a. Kebanyakan persalinan dimulai dalam 24 – 72 jam setelah ketuban pecah.

b. Kemungkinan infeksi berkurang bila tidak ada alat yang dimasukan ke vagina, kecuali

spekulum steril; jangan melakukan pemeriksaan vagina.

Page 7: Dokumen. keperawatan

c. Saat menunggu, tetap pantau pasien dengan ketat.

5. Penatalaksanaan agresif

a. Jel prostaglandin atau Misoprostol (meskipun tidak disetujui penggunaannya) dapat

diberikan setelah konsultasi dengan dokter

b. Mungkin dibutuhkan rangkaian induksi Pitocin bila serviks tidak berespon

c. Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bila tidak ada tanda, mulai

pemberian Pitocin

d. Berikan cairan per IV, pantau janin

e. Peningkatan risiko seksio sesaria bila induksi tidak efektif

f. Bila pengambilan keputusan bergantung pada kelayakan serviks untuk diinduksi, kaji

nilai Bishop setelah pemeriksaan spekulum. Bila diputuskan untuk menunggu

persalinan, tidak ada lagi pemeriksaan yang dilakukan, baik manipulasi dengan tangan

maupun spekulum, sampai persalinan dimulai dan induksi dimulai

g. Periksaan hitung darah lengkap bila ketuban pecah. Ulangi pemeriksaan pada hari

berikutnya sampai pelahiran atau lebih sering bila ada tanda infeksi

h. Lakukan NST (nonstress test) setelah ketuban pecah ; waspada adanya takikardia janin

yang merupakan salah satu tanda infeksi

i. Mulai induksi setelah konsultasi dengan dokter

6. Penatalaksanaan persalinan lebih dari 24 jam setelah ketuban pecah

a. Persalinan spontan

b. Induksi persalinan

Page 8: Dokumen. keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

ida Bagus Gde Fajar Manuaba.2009.buku ajar patologi obstetric untuk mahasiswa kebidanan.jakarta.EGC

Nugroho, Taufan. 2012. Obsgyn : Obstetri dan Ginekologi. Yogyakarta : Nuha Medika

Bobak, Irene. M., Lowdermilk., and Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Manuaba, I Bagus. 2004. Kepaniteraan Klinik Obstetri & Ginekologi. Jakarta: EGC