Dokumen Artikel

17
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS DENGAN TEKNIK KANCING GEMERINCING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN KELAS IV I Putu Giri Yuda Putra 1 , Desak Putu Parmiti 2 , I Dewa Kade Tastra 3 1, Jurusan PGSD, 2,3 Jurusan TP, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {[email protected] 1 , [email protected] 2 , [email protected] 3 Abstrak Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di sekolah selama ini masih di dominasi oleh metode ceramah yang merupakan salah satu karakteristik model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran konvensional menyebabkan siswa pasif dalam kegiatan pembelajaran PKn sehingga berdampak pada belum tercapainya hasil belajar PKn yang optimal. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar PKn antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dengan Teknik Kancing Gemerincing dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV Semester 1 Gugus XV Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan menggunakan rancangan non-equivalent post-test only control group desain. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV di gugus XV Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. Sampel dipilih sebanyak dua sekolah dari delapan sekolah dengan menggunakan teknik random sampling”. Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode tes, yaitu tes pilihan ganda. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara siswa yang dibelajarkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dengan Teknik Kancing Gemerincing dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan oleh adanya pencapaian nilai siswa yang dibelajarkan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dengan Teknik Kancing Gemerincing yang tergolong sangat tinggi dengan rata-rata 15,9 sedangkan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional tergolong tinggi dengan rata-rata 12,06.

description

artikel

Transcript of Dokumen Artikel

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS DENGAN TEKNIK KANCING GEMERINCING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN KELAS IV

I Putu Giri Yuda Putra1, Desak Putu Parmiti2, I Dewa Kade Tastra31, Jurusan PGSD,2,3 Jurusan TP, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesiae-mail: {[email protected], [email protected], [email protected] pembelajaran yang dilakukan oleh guru di sekolah selama ini masih di dominasi oleh metode ceramah yang merupakan salah satu karakteristik model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran konvensional menyebabkan siswa pasif dalam kegiatan pembelajaran PKn sehingga berdampak pada belum tercapainya hasil belajar PKn yang optimal. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar PKn antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dengan Teknik Kancing Gemerincing dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV Semester 1 Gugus XV Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan menggunakan rancangan non-equivalent post-test only control group desain. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV di gugus XV Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. Sampel dipilih sebanyak dua sekolah dari delapan sekolah dengan menggunakan teknik random sampling. Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode tes, yaitu tes pilihan ganda. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara siswa yang dibelajarkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dengan Teknik Kancing Gemerincing dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan oleh adanya pencapaian nilai siswa yang dibelajarkan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dengan Teknik Kancing Gemerincing yang tergolong sangat tinggi dengan rata-rata 15,9 sedangkan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional tergolong tinggi dengan rata-rata 12,06.Kata kunci:, model pembelajaran tsts, teknik kancing gemerincing, hasil belajarAbstract Learning activities undertaken by teachers in schools today is still dominated by the lecture method is one of the characteristics of conventional model. The conventional model cause passive students in civic education learning activities that have an impact on the achievement of optimal civic education learning outcome. Research was conducted to determine differences in outcome between groups of students learn civic education that learned using learning cooperative model two stay two stray with talking chips technique with students that learned using conventional learning models in grade IV Semester 1 Group cluster XV Buleleng Distric Buleleng Regency Academic Year 2013/2014. The research was quasi-experimental research design using non-equivalent post-test only control group design. Subjects of this research are fourth grade students in the group cluster XV Buleleng distric Buleleng regency. Samples were selected as two schools from eight schools by using the technique of "random sampling". The research data collected using test methods, namely multiple choice test. The data obtained were analyzed using descriptive statistical analysis techniques and inferential statistics (t-test). The results showed that there were significant differences between students, civic education learning outcomes that learned using learning cooperative model two stay two stray with talking chips technique devided with students that learned using conventional learning models. This is demonstrated by the average achievement of the students that learned using learning cooperative model two stay two stray with talking chips technique is classified as very high with an average of 15.9, while the students that learned using conventional learning model is high with an average of 12.06.Keywords: cooperative model tsts, talking chips technique, learning outcomesPENDAHULUANPendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dalam peranannya di masa yang akan datang. Berbagai usaha dilakukan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang mampu mengembangkan potensi diri peserta didik. Beberapa diantaranya adalah usaha pembaharuan kurikulum, perbaikan sistem pengajaran, peningkatan kualitas kemampuan guru, dan lain sebagainya, yang merupakan suatu upaya ke arah peningkatan mutu pembelajaran. Mutu pembelajaran dapat mengembangkan potensi diri siswa. Kualitas potensi diri dicerminkan dari kualitas sumber daya manusia (SDM). Menciptakan SDM berkualitas adalah tujuan dari pencapaian mutu pembelajaran. Banyak hal yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut, salah satunya adalah bagaimana cara menciptakan suasana belajar yang baik, mengetahui kebiasaan dan kesenangan belajar siswa agar siswa bergairah dan berkembang sepenuhnya selama proses belajar berlangsung. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, di Indonesia telah diupayakan dengan berbagai cara/strategi oleh pemerintah. Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran. Untuk mencapai kualitas pembelajaran yang tinggi pada setiap mata pelajaran, maka pembelajaran harus dikombinasikan dengan metode pembelajaran yang tepat. Kualitas pembelajaran yang optimal dapat tercermin dari keterlibatan siswa secara menyeluruh dalam proses pembelajaran (Kasmo, 2011).

Peningkatan mutu pendidikan menjadi salah satu usaha yang harus dilakukan secara intensif di tanah air karena mutu pendidikan masih dalam kategori rendah secara umum. Salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah melakukan berbagai inovasi pembelajaran. Penerapan model-model tersebut dalam pembelajaran sering menjumpai berbagai kendala, antara lain, pemahaman guru terhadap model, kesiapan guru melaksanakan model, dan juga kesiapan siswa belajar dengan cara yang berbeda dengan kebiasaan belajarnya.Sampai saat ini upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia ditandai dengan adanya penyempurnaan-penyempurnaan yang dilaksanakan oleh pemerintah pada setiap aspek pendidikan. Salah satu aspek pendidikan yang terus mengalami perkembangan untuk peningkatan kualitas pendidikan adalah kurikulum pendidikan nasional. Penyempurnaan kurikulum yang terjadi, yaitu penyempurnaan dari kurikulum 1994 menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 2004. Kemudian, KBK direvisi kembali hingga menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006.

Kasmo (2011) menyatakan bahwa terdapat beberapa masalah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, yaitu (1) rendahnya kualitas sarana fisik, (2) rendahnya kualitas guru, (3) rendahnya kesejahteraan guru, (4) rendahnya prestasi siswa, (5) kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan, (6) rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, dan (7) mahalnya biaya pendidikan. Selain itu, penyebab rendahnya mutu pendidikan secara spesifik dapat dilihat dari proses pembelajaran yang diterapkan guru pada umumnya. Secara umum, guru masih banyak menerapkan pengajaran langsung.Dalam lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 di kemukakan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata Pelajaran yang memfokuskan pada pembentukkan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan suatu program pendidikan yang mengintegrasikan konsep-konsep Pendidikan Kewarganegaraan dengan tujuan menjadikan peserta didik menjadi warga negara yang baik yaitu warga negara yang dapat melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai individu, warga masyarakat, dan makhluk ciptaan Tuhan serta benar-benar mengamalkan nilai-nilai moral dan Pancasila dalam kehidupannya sehari-hari.

Hal ini dimaksudkan agar peserta didik mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar mengenai norma-norma, budi pekerti, pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan warga negara dan antara warga negara dengan negara yang diatur oleh hukum, hak dan kewajiban sebagai warga negara, serta hal-hal yang berkaitan dengan ketatanegaraan. Selain itu melalui Pendidikan Kewarganegaraan peserta didik juga dituntun agar memiliki kepekaan terhadap masalah-masalah sosial yang ada di lingkungannya serta memiliki keterampilan mengkaji dan memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

Kondisi tersebut diatas diperkuat dengan pemberian tes hasil belajar yang dilakukan pada siswa kelas IV di seluruh sekolah dasar gugus XV Kecamatan Buleleng pada tanggal 12 agustus 2013. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada pembelajaran PKn, maka didapatkan rata-rata nilai tes hasil belajar disajikan pada Tabel 1.Tabel 1. Rata-rata Tes Hasil Belajar PKn Siswa Kelas IV SD di Gugus XV Kecamatan BulelengNama SDKelasNilai

Rata-Rata

SD No. 1 AnturanIV7,00

SD No. 2 AnturanIV6,00

SD No. 3 AnturanIV7,00

SD No. 1 KalibukbukIV6,60

SD No. 2 KalibukbukIVA6,90

SD No. 2 KalibukbukIVB7,10

SD No. 3 KalibukbukIV6,80

SD No. 4 KalibukbukIV6,00

SD Tri AmertaIV7,40

Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa nilai rata-rata tes akhir semester siswa kelas IV di SD Gugus XV Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng pada mata pelajaran PKn masih belum mencapai KKM sehingga jika dikonversikan terhadap Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala 5, nilai tersebut berada pada predikat kurang.Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru-guru mata pelajaran PKn kelas IV di SD gugus XV Kecamatan Buleleng ada beberapa penyebab yang dihadapi saat kegiatan pembelajaran yaitu kurangnya pemahaman dan kesiapan guru melaksanakan model-model pembelajaran inovatif sehingga guru masih mengajar dengan cara-cara tradisional, guru masih menggunakan metode mengajar secara terpisah-pisah, seperti metode ceramah dan tanya jawab, siswa masih kesulitan dalam menerima konsep pembelajaran disebabkan karena pembelajaran hanya terpusat kepada guru dan hanya menggunakan model pembelajaran konvensional. Permasalahan di atas perlu segera diatasi agar terjadi peningkatan kualitas dan mutu pendidikan. Mengingat pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan untuk membentuk watak, sikap dan prilaku peserta didik dari sejak dini, maka Pendidikan Kewarganegaraan tersebut perlu diajarkan dengan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan model pembelajaran sehingga peserta didik mendapat pengetahuan dan keterampilan mengenai masalah-masalah sosial yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari serta peserta didik mampu menempatkan diri di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara sesuai dengan hak dan kewajibannya masing-masing. Untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan diantaranya dapat ditentukan dari aplikasi pengajaran suatu metode pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan secara bervariasi.Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal, guru harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran, pemilihan dan penggunaan metode mengajar (Mulyasa, 2004:54). Berkaitan hal tersebut di atas, guru dituntut untuk memiliki strategi mengajar yang lebih bervariasi agar peserta didik dapat belajar dengan lebih aktif dan efektif, serta tujuan pembelajaran yang ditetapkan dapat tercapai. Pembelajaran kooperatif mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan pembelajaran kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya (Solihatin,2007:4).Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap sebagai belajar dengan metode cooperative learning. Keinginan baik para guru untuk mengaktifkan siswa perlu dihargai. Namun, para guru juga perlu dibekali dengan sedikit latar belakang, landasan pemikiran, dan penerapan metode pembelajaran gotong royong untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal. Salah satu model dan teknik pembelajaran inovatif yang cocok untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran PKn adalah Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray yang dikombinasikan dengan teknik Kancing Gemerincing. Model dan teknik pembelajaran ini merupakan salah satu bentuk dari Pembelajaran Kooperatif yang dapat memberikan pengalaman yang bermakna pada diri peserta didik.

Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray dengan teknik Kancing Gemerincing digunakan dalam penelitian ini, karena model pembelajaran dan teknik ini dapat melatih kerjasama antar peserta didik sehingga mereka lebih aktif dalam belajar dan dapat memberikan kebermaknaan dalam proses pembelajarannya. Lie (2007:61) berpendapat bahwa struktur dua tinggal dua tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan pembelajaran yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu sama lainnya. Millis dan Cottel (dalam Ardiyansarutobi, 2011:73) berpendapat bahwa teknik kancing gemerincing merupakan teknik pembelajaran cooperative learning dengan cara siswa diberikan chips yang berfungsi sebagai tiket yang memberikan izin pemegangnya untuk berbagi informasi, berkontribusi pada diskusi, atau membuat titik debat.

Pembelajaran dan teknik ini menekankan pada proses pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendapatkan pengalaman secara langsung dan bermakna dalam mengembangkan pola berpikirnya (penalarannya).

Model pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) dan teknik Kancing Gemerincing dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Model dan teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Struktur Dua Tinggal Dua Tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Sedangkan, dalam kegiatan Kancing Gemerincing, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain. Penggunaan teknik Kancing Gemerincing ini dalam penerapan model pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar PKn antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray yang dikombinasikan dengan teknik Kancing Gemerincing dengan menggunakan Model Pembelajaran Konvensional pada siswa kelas IV Semester I Gugus XV Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014. METODE

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperimental Research ).Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Gugus XV Kecamatan Buleleng pada rentang waktu semester I (ganjil) tahun pelajaran 2013/2014. Jumlah SD yang ada pada Gugus XV Kecamatan Buleleng sebanyak 8 sekolah, dimana ada satu sekolah yang terdiri dari kelas parallel, sehingga terdapat 9 kelas sebagai populasi. Jumlah seluruh siswa yang menjadi populasi adalah 279 orang. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel ini disebut sebagai teknik sampling. Pemilihan sampel yang akan digunakan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan cara simple random sampling. Teknik ini digunakan karena individu-individu pada populasi telah terdistribusi ke dalam kelas-kelas sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan pengacakan terhadap individu-individu dalam populasi. Dari 8 sekolah dasar yang ada di Gugus XV Kecamatan Buleleng, dilakukan pengundian tahap pertama untuk memperoleh dua kelas yang dijadikan sampel penelitian. Berdasarkan hasil random sampling, diperoleh sampel yaitu siswa kelas IV SD Negeri 3 Anturan yang berjumlah 35 orang dan siswa kelas IV SD Negeri 4 Kalibukbuk yang berjumlah 34 orang.Berdasarkan kesetaraan sampel hasil pengundian pertama, selanjutnya dilakukan pengundian tahap kedua untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol. Dari hasil pengundian, diperoleh siswa kelas IV SD Negeri 3 Anturan sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas IV SD Negeri 4 Kalibukbuk sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray yang dikombinasikan dengan teknik Kancing Gemerincing dan kelas control diberikan perlakuan pembelajaran konvensional.Penelitian ini menggunakan rancangan non-equivalent post-test only control group design. Sarwono (2006:87) menyatakan bahwa, maksud dari desain tersebut ialah ada dua kelompok yang dipilih secara random. Kelompok pertama diberi perlakuan sedangkan kelompok dua tidak. Kelompok pertama diberi perlakuan oleh peneliti kemudian dilakukan pengukuran; sedang kelompok kedua yang digunakan sebagai kelompok pengontrol tidak diberi perlakuan tapi hanya dilakukan pengujian saja.Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray yang dikombinasikan dengan teknik Kancing Gemerincing yang diterapkan pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah hasil belajar PKn (ranah kognitif).

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar PKn siswa kelas IV SD Gugus XV Kecamatan Buleleng. Untuk mengumpulkan data hasil belajar tersebut digunakan metode tes. Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2005:53). Metode tes adalah cara memperoleh data berbentuk suatu tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh seorang atau sekelompok yang dites (testee), dan dari tes tersebut dapat menghasilkan suatu data berupa skor (data interval) (Agung, 2010a:60).Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan memberikan tes pada setiap siswa pada kelompok ekperimen dan kelompok kontrol.Dalam penelitian ini, analisis statistik deskriptif dilakukan dengan menyajikan data berupa angka rata-rata (Mean), median, modus, dan menghitung standar deviasi. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah uji-t (polled varians). Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians.HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Data Hasi BelajarHasil analisis data statistik deskriptif hasil belajar disajikan pada Tabel 2.Tabel 2. Deskripsi Data Hasil BelajarStatistikKelompok

EksperimenKelompok

Kontrol

Mean15,912,06

Median1611

Modus1910

Varians6,984,43

Standar Deviasi2,642,10

Skor max.2018

Skor min.108

Rentangan1111

Data hasil belajar kelompok eksperimen dapat disajikan ke dalam bentuk poligon, seperti pada gambar 1.

Gambar 1. Poligon data hasil belajar kelompok eksperimenSelanjutnya data hasil belajar kelompok kontrol dapat disajikan ke dalam bentuk poligon, seperti pada gambar 2.Gambar 2. Poligon data hasil belajar kelompok kontrol

Hasil Uji Prasyarat AnalisisSebelum melakukan uji hipotesis, harus dilakukan beberapa uji prasyarat, yaitu uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians.Uji normalitas sebaran data dilakukan untuk membuktikan bahwa kedua data sampel penelitian berdistribusi normal. Rekapitulasi hasil perhitungan uji normalitas data hasil belajar disajikan pada Tabel 3.Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Distribusi DataKelompok Data

Status

Skor Hasil Belajar pada Kelompok Eksperimen6,0177,815Normal

Berdasarkan tabel rekapitulasi di atas, diperoleh seluruh lebih kecil dari (), sehingga seluruh kelompok data berdistribusi normal.Setelah melakuakn uji normalitas sebaran data, selanjutnya dilakukan uji homogenitas varians terhadap data sikap dan hasil belajar PKn. Uji homogenitas varians dianalisis menggunakan uji F, dengan kriteria data homogen jika Fhitung < Ftabel. Rekapitulasi hasil uji homogenitas varians antar kelompok eksperimen dan kontrol disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4.Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Varians antar Kelompok Eksperimen dan KontrolSumber DataFhitungFtabel Status

Hasil BelajarKelompok Eksperimen1,571,84Homogen

Kelompok Kontrol

Berdasarkan tabel di atas, diketahui Fhitung hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol adalah 1,57, sedangkan Ftabel (dbpembilang = 34, dbpenyebut = 33) pada taraf signifikansi 5% adalah 1,84. Hal ini berarti, Fhitung lebih kecil daripada Ftabel varians data hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen.Dari hasil uji prasyarat terhadap sebaran data yang telah dilakukan diperoleh bahwa data dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan hal tersebut akan dilanjutkan terhadap pengujian pengujian hipotesis penelitian atau hipotesis alternatif (H1) dan hipotesis nol (H0).

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan analisis uji-t sampel independen (tidak berkorelasi) dengan rumus polled varians. Kriteria hipotesis yang digunakan adalah terima H0 jika t hitung lebih kecil atau sama dengan t tabel (thitung ttab), dan tolak H0 jika harga t hitung lebih besar dari t tabel (thitung > ttab). Berdasarkan hasil uji normalitas sebaran data pada tabel 3 di atas diketahui bahwa data hasil belajar pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal. Demikian pula hasil uji homogenitas varians hasil belajar pada kelompok eksperimen dan kontrol menunjukkan bahwa kedua data adalah homogen, sehingga pengujian hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan uji-t sampel independent (sampel tidak berkorelasi) dengan rumus polled varians. Rangkuman hasil perhitungan uji-t antar kelompok eksperimen dan kontrol disajikan pada Tabel 5.Tabel 5. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t Hasil BelajarDataKelompokN

s2Dbthitungttabel (t.s. 5%)

Hasil BelajarEksperimen3515,96,98676,621,67

Kontrol3412,064,43

Berdasarkan tabel hasil perhitungan uji-t di atas, diperoleh thit sebesar 6,62 sedangkan ttab (db = 67) pada taraf signifikansi 5% adalah 1,67. Hal ini berarti, thit lebih besar dari ttab (thit > ttab), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikan, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn siswa kelas IV di SD gugus XV Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif model two stay two stray yang dikombinasikan dengan teknik kancing gemerincing dengan yang diajar menggunakan model pembelajaran konvensional.Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SD No. 3 Anturan dan di SD No. 4 kalibukbuk, menyatakan hasil uji hipotesis telah berhasil menolak H0 yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif model two stay two stray yang dikombinasikan dengan teknik kancing gemerincing dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Secara keseluruhan hasil belajar PKn bagi siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif model two stay two stray yang dikombinasikan dengan teknik kancing gemerincing tidak sama dengan hasil belajar PKn siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional.Berdasarkan hasil analisis data telah terbukti bahwa terdapat perbedaan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif model two stay two stray yang dikombinasikan dengan teknik kancing gemerincing dengan siswa yang mengikuti proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional. Berdasarkan perhitungan statistik di dapat bahwa hasil belajar PKn siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif model two stay two stray yang dikombinasikan dengan teknik kancing gemerincing lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini terbukti dari skor rata-rata kelompok siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif model two stay two stray yang dikombinasikan dengan teknik kancing gemerincing lebih tinggi dibandingkan skor rata-rata siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Rata-rata skor hasil belajar PKn siswa kelompok eksperimen adalah 15,9 yang berada pada katagori sangat tinggi sedangkan skor hasil belajar PKn siswa kelompok kontrol adalah 12,06 yang berada pada katagori tinggi, sehingga 15,9 > 12,06. Jika skor hasil belajar PKn siswa kelompok eksperimen digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa kurve sebaran data membentuk juling negatif yang artinya sebagian besar skor siswa cenderung tinggi. Jika skor hasil belajar PKn siswa pada kelompok kontrol digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa kurve sebaran data membentuk juling positif yang artinya sebagian besar skor siswa cenderung rendah.

Berdasarkan analisis data menggunakan uji-t polled varians diperoleh (thitung) =6,62 sedangkan ttabel dengan taraf signifikansi 5% dan db = 67 adalah ttabel = 1,67. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel) sehingga hasil penelitian adalah signifikan. Hal tersebut berarti pula, bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif model two stay two stray yang dikombinasikan dengan teknik kancing gemerincing dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

Perbedaan yang terjadi antara siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif model two stay two stray yang dikombinasikan dengan teknik kancing gemerincing dengan siswa yang mengikuti proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional disebabkan karena perbedaan perlakuan yang diberikan pada langkah-langkah pembelajaran dan proses penyampaian materi. Dalam proses belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif model two stay two stray yang dikombinasikan dengan teknik kancing gemerincing siswa diharapkan mampu bekerja sama dengan kelompok, menjadi lebih aktif, sehingga suasana belajar lebih menyenangkan sehingga hasil belajar yang di peroleh meningkat.

Berbeda halnya dalam pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional, kegiatan pembelajaran lebih didominasi oleh guru. Model Pembelajaran Konvensional yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara metode ceramah dan tanya jawab yang membuat siswa lebih banyak belajar PKn secara prosedural. Siswa berperan sebagai pendengar yang pasif dan mengerjakan apa yang disuruh guru serta melakukannya sesuai dengan yang dicontohkan. Selain itu, dalam pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional , siswa jarang diberikan kesempatan untuk melakukan eksplorasi terhadap suatu masalah dengan cara pikirnya sendiri. Pemahaman yang diperoleh siswa tentunya tidak akan bertahan lama diingatan siswa karena pemahaman tersebut hanya berdasarkan informasi guru dan tidak diperolehnya dengan pengalaman sendiri.Perbedaan hasil belajar antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dengan teknik kancing gemerincing dengan siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional disebabkan adanya perlakuan pada langkah-langkah pembelajaran dan penyampaian materi. Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dengan teknik kancing gemerincing menekankan aktivitas siswa dan guru melalui langkah-langkah. Struktur Dua Tinggal Dua Tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Sedangkan, dalam kegiatan Kancing Gemerincing, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain. Penggunaan teknik Kancing Gemerincing ini dalam penerapan model pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Sedangkan pada model pembelajaran konvensional tidak diberikan LKS tetapi berupa tanya jawab yang diberikan oleh guru. Sedangkan langkah-langkah pembelajaran pada model pembelajaran konvensional hanya sebatas penyampaian informasi guru yang diambil dari buku-buku pegangan dan menjawab beberapa pertanyaan dari guru maupun menjawab pertanyaan yang ada di buku secara individual.

Jadi, berdasarkan penelitian yang dilakukan di SD No. 3 Anturan yang menggunakan model pembelajaran kooperatif model two stay two stray yang dikombinasikan dengan teknik kancing gemerincing membuat siswa menjadi aktif dan siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran. Sedangkan di SD No. 4 Kalibukbuk yang menggunakan model pembelajaran konvensional, siswa menjadi penerima informasi yang pasif dan guru sebagai penyampai informasi yang aktif.

Hasil penelitian ini sejalan Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh I Putu Sandiasa pada tahun 2010 yang berjudul Implementasi Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran PKn. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray ini, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling berbagi informasi yang akan dipelajari melalui diskusi kelompok. Hal ini akan dapat menumbuhkan motivasi dan keaktifan peserta didik, baik sebagai penerima informasi maupun penyampai informasi. Hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut menunjukkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKN meningkat setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Serta penelitian tentang teknik kancing gemerincing sudah dilakukan oleh Putu Widhi Astawa pada tahun 2010 yang berjudul Implementasi Cooperative Learning dengan Teknik Kancing Gemerincing untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada pembelajaran kooperatif, khususnya kooperatif dengan teknik kancing gemerincing yang menuntut agar semua siswa mempunyai kesempatan untuk selalu aktif dan tidak ada lagi individu yang mendominasi dalam pembelajaran. Hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut menunjukkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa indonesia meningkat setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif dengan teknik kancing gemerincing. Selain hal tersebut, berkaitan dengan penggunaan model pembelajaran Cooperative learning dengan teknik kancing gemerincing yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (dalam Lie, 2007:63), dapat memeratakan tanggung jawab dalam kelompok, tidak ada dominasi dari rekannya yang lain dan setiap siswa mendapat kesempatan untuk berperan serta.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tersebut, dapat disimpulkan bahwa implementasai cooperative learning tipe two stay two stray dengan teknik kancing gemerincing dapat memeratakan tanggung jawab dalam kelompok, tidak ada dominasi dari rekannya yang lain dan setiap siswa mendapat kesempatan untuk berperan serta dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

PENUTUPBerdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, perhitungan dengan uji t, diperoleh harga thitung sebesar 6,62. Sedangkan harga ttabel dengan dk = 67 dan taraf signifikansi 5% adalah 1,67. Hal ini berarti harga thitung lebih besar dari harga ttabel (thitung > ttabel), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dengan teknik kancing gemerincing dengan kelompok siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV semester I di SD gugus XV Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng.

Melalui proses pembelajaran yang telah dilakukan terlihat hasil yang berbeda. Dilihat dari skor rata-rata, diketahui skor rata-rata untuk kelompok eksperimen adalah 15,9 dan skor rata-rata kelompok kontrol adalah 12,06. Hal ini berarti skor rata-rata kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan kelompok kontrol. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dengan teknik kancing gemerincing berpengaruh terhadap hasil belajar PKn siswa kelas IV semester I di SD gugus XV Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng.Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disampaikan beberapa saran sebagai berikut. 1) Bagi lembaga pendidikan, hendaknya secara terus-menerus memperkenalkan dan melatih siswa untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif model two stay two stray yang dikombinasikan dengan teknik kancing gemerincing atau beberapa model pembelajaran lain yang berperan untuk mencapai proses berpikir yang kritis dan kompleks, terutama di dalam memahami konsep-konsep PKn. Makin sering mahasiswa dilatih untuk mengimplementasikan model pembelajaran yang mengacu pada arah pencapaian proses berpikir yang kompleks dan kritis, maka kelak bila sudah menjadi guru akan terbiasa untuk mengaplikasikan model pembelajaran yang sudah sering diaplikasikan semenjak duduk di bangku kuliah. 2) Dalam upaya memperoleh hasil belajar PKn yang optimal, guru-guru di sekolah dasar agar lebih berinovasi dalam pembelajaran dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang inovatif dan didukung media pembelajaran yang relevan untuk dapat meningkatkan hasil belajar. Siswa-siswa di sekolah dasar agar lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan terus mengembangkan pemahamannya dengan membangun sendiri pengetahuan tersebut melalui pengalaman. DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. A. Gede. 2010a. Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Analisis Data dalam PTK. Makalah disajikan dalam Workshop Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar 27 September 2010. FIP Undiksha Singaraja Ardiyansarutobi. 2011. Model Pembelajaran. http:///Bahan model pembelajaran /pengertian-cooperative learning-kancing.html. Diakses pada tanggal 16 Maret 2013

Arikunto. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.Kasmo, Sukamso. 2011. Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia. Tersedia pada http:/edukasi.kompasiana.com/2011/05/24/rendahnya-kualitas-pendidikan-di-Indonesia/. Diakses pada tanggal 3 desember 2013.Lie, Anita. 2007. Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia Widiarsana Indonesia.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kulaitatif. Yogyakarta. Graha Ilmu

Solihatin, Etin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: PT Bumi Aksara.

M = 12,06

Me = 16

M = 15,9

Me = 11

Mo = 10

Mo = 19

_1431086188.unknown

_1451774156.xlsChart1

1

2

3

3

3

3

4

4

2

6

4

Skor

Frekuensi

Sheet1

1011121314151617181920

12333344264

_1451774609.xlsChart1

4

4

6

4

3

4

1

3

1

3

1

Skor

Frekuensi

Sheet1

89101112131415161718

44643413131

_1431086222.unknown

_1431084319.unknown

_1431084320.unknown

_1431084324.unknown

_1431084318.unknown

_1416979353.unknown