dokumen-15-69.pdf

download dokumen-15-69.pdf

of 6

Transcript of dokumen-15-69.pdf

  • PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP TINGKAT KOGNITIF LANSIA DI PANTI

    SOSIAL TRESNA WERDHA WARGA TAMA INDRALAYA TAHUN 2013

    Oleh

    Ria Verany , Budi Santoso, Mery Fanada

    Abstrak

    Kemunduran fisik maupun mental selalu mengiringi peningkatan usia, termasuk kemunduran fungsi kognitif. Dengan

    memperbanyak aktivitas dapat memperlambat kemunduran kognitif, salah satu cara dengan memperbanyak aktivitas yang

    berhubungan dengan fungsi otak. Senam otak dapat meningkatkan aktivitas otak melalui gerakan-gerakan sederhana yang

    dirancang mengaktifkan seluruh bagian otak untuk meningkatkan fungsi kognitif.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh brain gym terhadap tingkat kognitf lansia di Panti Sosial

    Tresna Werdha Warga Tama Indralaya. Jenis penelitian adalah Pre Experimental Design tanpa kelompok kontrol dengan

    pendekatan One Group Pre-Post Test Design. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 100 orang. Metode pengambilan

    sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Keseluruhan sampel dalam penelitian ini yang memenuhi kriteria inklusi

    sebanyak 32 orang. Untuk membandingkan tingkat kognitif responden sebelum dan sesudah dilakukan senam otak

    menggunakan Mini Mental State Examination (MMSE) yang dianalisis dengan uji paired t-tes.

    Berdasarkan hasil penelitian, responden yang mengikuti kegiatan senam otak mengalami peningkatan kognitif yang

    signifikan. Uji statistik yang digunakan adalah paired T-test dengan tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05), P value = 0,000.

    Rata-rata tingkat kognitif lansia sebelum dilakukan brain gym adalah 18,12, sedangkan rata-rata untuk tingkat kognitif lansia

    sesudah dilakukan brain gym adalah 19,47. Dengan demikian dapat dibuat kesimpulan bahwa ada pengaruh brain gym

    terhadap peningkatan daya ingat lansia. Berdasarkan penelitian ini maka peneliti menyarankan agar senam otak dapat

    menjadi bagian program lansia di panti serta menjadi acuan untuk dilakukan penelitian lain dengan modifikasi terapi yang

    berbeda.

    Kata kunci : lansia, tingkat kognitif, senam otak

    Abstract Physical and mental deterioration always accompany increasing age, including decline in cognitive function. By

    increasing the activity may slow cognitive decline, one way to expand the activities related with brain function. Brain

    exercise can enhance brain activity through simple movements that are designed to enable all parts of the brain to improve

    cognitive function.

    The aim of this study was to determine the influence of brain gym therapy to the cognitive level of elderly at Tresna

    Werdha Warga Tama orphanage Indralaya in 2013. The design of this study was pre-experimental design without a control

    group with one group pretest-posttest design. The population of this study was 100 people. The sampling method used

    purposive sampling. The sample in this study that have sellected with the inclusion criteria amounted to 32 people. To

    compare the cognitive level of respondents before and after brain gym therapy by using the Mini Mental State Examination

    (MMSE) were analyzed by paired sample t-test.

    Based on the results of the study, the respondents who follow the activities of brain gym therapy significantly

    influence to the cognitive improvement. Statistical test used paired T-test with a confidence level of 95% ( = 0.05), P value

    = 0.000. The mean value of cognitive level of elderly before Brain Gym amounted to 18.12, while the mean value of cognitive

    level of elderly after Brain Gym is 19.47. Thus, the conclusion of this study that there was significant influence brain gym

    therapy and cognitive level of elderly. Based on this study, the writer suggested that brain gym could be a part of the nursing

    program to the elderly as well as a reference for additional studies with different therapeutic modifications.

    Keywords: elderly, cognitive level, brain gym

  • 1. Pendahuluan

    1.1. Latar Belakang

    Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan

    teknologi (IPTEK) terutama di bidang kesehatan, berhasil

    meningkatkan kualitas dan umur harapan hidup sehingga

    jumlah lanjut usia semakin bertambah cenderung lebih

    cepat dan pesat (Nugroho, 2008).

    Di Sumatera Selatan jumlah penduduk pada

    tahun 2009 adalah 7. 222.635 orang, dengan komposisi

    3.650.615 orang laki-laki dan 3.572.020 orang

    perempuan, diantaranya penduduk yang berusia 60 tahun

    keatas berjumlah 419.900 orang. Pada tahun 2010 terjadi

    peningkatan jumlah penduduk yaitu 7.450.394 orang

    dengan komposisi 3.792.647 orang laki-laki dan

    3.657.747 orang perempuan, diantaranya penduduk yang

    berusia 60 tahun ke atas berjumlah 466.033 orang (BPS

    Sumatera Selatan, 2009; 2010).

    Proses penuaan (aging process) bukanlah suatu

    penyakit tetapi merupakan suatu proses berkurangnya

    daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari

    dalam maupun dari luar tubuh. Proses ini merupakan

    proses yang terus-menerus secara alamiah, misalnya

    dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan

    syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh menurun

    fungsinya sedikit demi sedikit (Nugroho, 2008).

    Penurunan fungsi ini disebabkan karena

    berkurangnya jumlah sel secara anatomis. Selain itu

    berkurangnya aktivitas, asupan nutrisi yang kurang,

    polusi, serta radikal bebas sangat mempengaruhi

    penurunan fungsi organ-organ tubuh pada lansia. Suatu

    penelitian di Inggris terhadap 10.255 orang lansia di atas

    usia 75 tahun, menunjukkan bahwa pada lansia terdapat

    gangguan fungsi kognitif pada susunan saraf pusat (45%)

    (Suhartini, 2009).

    Dengan menurunnya kemampuan otak tersebut

    maka perlu diberikan stimulus atau rangsangan ke otak

    yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif melalui

    gerakan-gerakan senam ringan. Salah satu upaya untuk

    menghambat kemunduran kognitif akibat penuaan yaitu

    dengan melakukan gerakan olahraga atau latihan fisik.

    Latihan yang dapat meningkatkan potensi kerja otak

    yakni meningkatkan kebugaran fisik secara umum dalam

    bentuk melakukan brain gym yaitu kegiatan yang

    merangsang intelektual yang bertujuan untuk

    mempertahankan kesehatan otak dengan melakukan gerak

    badan (Markam, 2005).

    Senam otak atau lebih dikenal dengan brain gym

    sebenarnya adalah serangkaian gerakan sederhana yang

    dilakukan untuk merangsang kerja dan fungsi otak secara

    maksimal. Awalnya senam otak dimanfaatkan untuk anak

    yang mengalami gangguan hiperaktif, kerusakan otak,

    sulit konsentrasi dan depresi. Namun dalam

    perkembangannya setiap orang bisa memanfaatkannya

    untuk beragam kegunaan. Saat ini, di Amerika dan Eropa

    senam otak sedang digemari. Banyak orang yang merasa

    terbantu melepaskan stres, menjernihkan pikiran,

    meningkatkan daya ingat, dan sebagainya (Gunadi, 2009).

    Hasil studi pendahuluan tes fungsi kognitif

    menggunakan kuesioner Mini Mental State Examination

    (MMSE) di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama

    Indralaya menunjukkan bahwa dari 14 orang lansia di

    Panti Tresna Werdha Warga Tama Indralaya didapatkan 8

    orang lanjut usia mengalami gangguan kognitif sedang

    dan 6 orang mengalami gangguan kognitif ringan dan

    sebagai studi awal yang bertujuan mengetahui apakah ada

    pengaruh senam otak pada daya ingat orang dewasa. Hal

    ini membuktikan bahwa memang mulai ada penurunan

    fungsi kognitif.

    Klien lanjut usia yang tinggal di panti memiliki

    resiko yang lebih besar mengalami dimensia dibanding

    dengan klien lanjut usia yang tinggal di rumah, klien

    lanjut usia yang tinggal di panti memiliki support system

    yang terbatas yang memungkinkan keterbatasan mereka

    dalam hal stimulasi terhadap memori masa lalu, tetapi

    keadaan ini tidak semuanya sama pada setiap lansia dan

    tidak ada jaminan pula bahwa setiap lansia yang tinggal di

    rumah memiliki support system yang lebih baik dari klien

    lansia yang tinggal di panti. Dari penelitian-penelitian

    yang dilakukan di Amerika Serikat dan Eropa terhadap

    klien lanjut usia yang tinggal di rumah perawatan usia

    lanjut atau panti didapatkan ada 9% sampai dengan 26%

    wanita dan 5% sampai dengan 12% pria mengalami

    dimensia setiap saat (Kuntjoro, 2006 dalam Yamin, 2008)

    Berdasarkan uraian yang telah di sebutkan dalam

    latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

    penelitian ini adalah apakah ada pengaruh terapi brain

    gym terhadap tingkat kognitif Lansia di Panti Sosial

    Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2013.

    1.2. Rumusan Masalah

    Apakah ada pengaruh terapi brain gym terhadap

    tingkat kognitif Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha

    Warga Tama Indralaya Tahun 2013.

    1.3. Tujuan Penelitian

    1.3.1. Tujuan Umum

    Tujuan umum penelitian ini adalah diketahuinya

    pengaruh terapi Brain Gym terhadap tingkat kognitif

    lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Tahun

    2013.

    1.3.2. Tujuan Khusus

    1) Diketahuinya tingkat kognitif lansia sebelum

    diberikan terapi brain gym di Panti Sosial Tresna

    Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2013.

    2) Diketahuinya tingkat kognitif lansia setelah diberikan

    terapi brain gym di Panti Sosial Tresna Werdha Warga

    Tama Indralaya Tahun 2013.

    3) Diketahuinya pengaruh terapi Brain Gym terhadap

    tingkat kognitif lansia di Panti Sosial Tresna Werdha

    Warga Tama Indralaya tahun 2013.

    1.4. Landasan Teori

    1.4.1. Gerontologi dan Geriatri

    Gerontologi berasal dari kata "Geros" dari bahasa

    yunani berarti lanjut usia dan "Logos" berarti ilmu.

    Gerontologi adalah suatu pendekatan ilmiah dari

    berbagai proses penuaan yaitu biologis, psikologis, sosial,

    ekonomi, kesehatan lingkungan, dan lain-lain (Depkes RI,

    2001; Maryam et al, 2008).

    Geratri berasal dari kata geros dan iatriea yang

    artinya merawat/merumat. Geriatri adalah cabang ilmu

    kedokteran yang mempelajari tentang pencegahan

    penyakit dan kekurangannya pada lanjut usia. Sedangkan

    geriatric nursing adalah praktik keperawatan yang

  • berkaitan dengan penyakit pada proses menua (Nugroho,

    2008).

    1.4.2. Lansia

    Menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13

    Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia

    lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih

    dari 60 tahun ( Maryam et al, 2008).

    1.4.3. Kognitif

    Kognitif merupakan suatu proses pekerjaan pikiran

    yang dengannya kita menjadi waspada akan objek pikiran

    atau persepsi, mencakup semua aspek pengamatan,

    pemikiran dan ingatan (Dorland, 2002). Fungsi kognitif

    merupakan suatu proses mental manusia yang meliputi

    atensi, persepsi, ingatan, bahasa dan kreativitas

    (http://id.wikipedia.org/wiki/kognisi).

    1.4.4. Brain Gym

    Brain Gym pertama kali diciptakan oleh Paul E.

    Dennison, Ph.D. Brain Gym adalah serangkaian gerak

    sederhana yang menyenangkan dan digunakan oleh para

    murid di Educational Kinesiologi (Edu-K) untuk

    meningkatkan kemampuan belajar mereka dengan

    menggunakan keseluruhan otak. Brain Gym bermanfaat

    pula untuk melatih fungsi keseimbangan dengan

    merangsang beberapa bagian otak yang mengaturnya.

    Seperti dijelaskan Paul E. Dennison, Ph.D, otak manusia,

    seperti halogram, terdiri dari tiga dimensi dengan bagian-

    bagian yang saling berhubungan sebagai satu kesatuan.

    Akan tetapi, otak manusia juga spesifik tugasnya di mana

    ketiga dimensi tersebut dalam aplikasi gerakan Brain

    Gym disebut dengan istilah dimensi Lateralitas, dimensi

    Pemfokusan serta dimensi Pemusatan. Fungsi gerakan

    Brain Gym yang terkait dengan 3 dimensi otak tersebut

    adalah untuk (1) menstimulasi dimensi lateralitas; (2)

    meringankan dimensi pemfokusan; dan (3)

    merelaksasikan dimensi Pemusatan (Dennison and

    Dennison, 2006).

    2. Metodologi Penelitian

    2.1. Desain Penelitian

    Desain penelitian yang digunakan adalah

    Kuantitatif Pra-Eksperimen (Preexperimental Design)

    dengan menggunakan metode pra-pasca tes dalam satu

    kelompok (one-group pretest-posttest design). Ciri dan

    tipe penelitian ini adalah kelompok subjek di observasi

    sebelum dilakukan intervensi, kemudian di observasi lagi

    setelah intervensi (Nursalam, 2003).

    2.2. Populasi dan Sampel Penelitian

    2.2.1. Popilasi Penelitian

    Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lanjut

    usia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama di

    Indralaya Tahun 2013. Saat ini Panti Tresna Werdha

    Warga Tama Indralaya menampung 100 orang lanjut usia

    yang terdiri dari 46 perempuan dan 54 laki-laki.

    2.2.2. Sampel Penelitian

    Besar sampel Pada penelitian ini adalah 32 orang.

    Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

    penelitian ini ditentukan dengan menggunakan purposive

    sampling.

    2.3. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Tresna

    Werdha Warga Tama Indralaya Sumatera Selatan pada

    bulan Desember 2012 sampai Januari 2013.

    2.4. Pembatasan Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Tresna

    Werdaha Warga Tama Indralaya Sumatera Selatan pada

    bulan Desember 2012 sampai Januari 2013 yang

    membahas tentang pengaruh tingkat kognitif lansia di

    Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya

    dengan menggunakan teori Dennison. Subjek penelitian

    adalalah lansia yang mengalami penurunan kognitif.

    2.5. Pengumpulan dan Pengolahan Data

    Prosedur penelitian dilakukan dengan cara

    memberikan rangkaian gerak Brain Gym empat kali

    seminggu selama dua minggu. Adapun rangkaian gerak

    Brain Gym dipilih sesuai dengan tujuan, yaitu gerakan-

    yang dapat mempengaruhi tingkat kognitif. Gerakan-

    gerakan tersebut meliputi gerakan silang dan olengan

    pinggul, pengisi energi, gerakan tombol bumi, tombol

    imbang, saklar otak, kait relaks, mengaktifkan tangan,

    luncuran gravitasi, delapan tidur, dan menguap berenergi.

    Pengumpulan data dilakukan dengan

    menggunakan metode pre-test & post-test melalui

    pengukuran tingkat kognitif menggunakan kuesioner Mini

    Mental State Examination (MMSE). Indikator

    keberhasilan diukur dengan adanya perubahan skor hasil

    tes tingkat kognitif sebelum dan sesudah diberi perlakuan.

    Data yag telah terkumpul diolah dengan tahap

    editing, coding, entry dan cleaning. Kemudian data

    dianalisis menggunakan uji analisa univariat dan bivariat

    dengan menggunakan uji paired T-Test.

    3. Hasil dan Pembahasan

    3.1. Hasil Penelitian

    3.1.1. Analisis Univariat

    Tabel 3.1

    Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat

    Kognitif Sebelum Dilakukan Brain Gym di Panti

    Sosial TresnaWerdha Warga Tama Indralaya

    Tahun 2013

    Dari tabel 4.1 didapatkan bahwa dari 32 responden

    paling banyak responden mengalami penurunan kognitif

    sedang 21 orang (65,63%). Sedangkan responden dengan

    kategori ringan sebanyak 11 orang (34,37%).

    Tabel 3.2

    Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat

    Kognitif Sesudah Dilakukan Brain Gym di Panti

    Sosial TresnaWerdha Warga Tama Indralaya

    Tingkat Kognitif

    Pre-test

    Jumlah

    (F)

    Persentase

    (%)

    Ringan

    Sedang

    Berat

    11

    21

    0

    34,37

    65,63

    0

    Total 32 100

  • Tahun 2013

    Dari tabel 4.2 dari 32 responden, paling banyak

    responden mengalami penurunan kognitif sedang 20

    orang (62,50%). Sedangkan responden dengan kategori

    penurunan kognitif ringan sebanyak 6 orang (18,75%)

    serta responden dengan kategori normal terdapat terdapat

    6 orang (18,75%).

    3.1.2. Analisis Bivariat

    Tabel 3.3

    Perbedaan Tingkat Kognitif Lansia Sebelum dan

    Sesudah Dilakukan Brain Gym di Panti Sosial

    TresnaWerdha Warga Tama Indralaya

    Tahun 2013

    Rata-rata tingkat kognitif lansia sebelum dilakukan

    brain gym adalah 18,12 dengan standar deviasi 4,109.

    Sedangkan rata-rata untuk tingkat kognitif lansia sesudah

    dilakukan brain gym adalah 19,47 dengan standar deviasi

    4,745. Hasil uji statistik didapatkan nilai P Value = 0,000

    menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan rata-

    rata tingkat kognitif lansia sebelum dan sesudah

    dilakukan brain gym pada lansia.

    3.2. Pembahasan

    3.2.1. Tingkat Kognitif Lansia Sebelum Dilakukan

    Brain Gym di Panti Sosial Tresna Werdha

    Warga Tama Indralaya Tahun 2013

    Distribusi frekuensi tingkat kognitif sebelum

    dilakukan brain gym didapatkan bahwa dari 32

    responden paling banyak responden mengalami

    penurunan kognitif sedang 21 orang (65,63%).

    Sedangkan responden dengan kategori ringan sebanyak

    11 orang (34,37%).

    Dari hasil penelitian di atas dapat menunjukkan

    bahwa sebagian besar lansia telah terjadi penurunan

    fungsi kognitif. Setiati, Harimurti & Roosheroe (2006)

    menyebutkan adanya perubahan kognitif yang terjadi

    pada lansia, meliputi berkurangnya kemampuan

    meningkatkan fungsi intelektual. Kognitif merupakan

    suatu proses pekerjaan pikiran yang dengannya kita

    menjadi waspada akan objek pikiran atau persepsi,

    mencakup semua aspek pengamatan, pemikiran dan

    ingatan (Dorland, 2002). Maka penatalaksanaan medis

    sangat diperlukan untuk meminimalisasi dan

    mengantisipasi penurunan kognitif pada lansia.

    Sesuai dengan teori Dennison (2006) bahwa

    gerakan-gerakan pada brain gym dapat memberikan

    rangsangan atau stimulus pada otak, gerakan yang

    menimbulkan stimulus itulah yang dapat meningkatkan

    kemampuan kognitif (kewaspadaan, konsentrasi,

    kecepatan, persepsi, belajar, memori, pemecahan masalah

    dan kreativitas).

    Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Lisnaini

    (2012) dengan metode quasi eksperimental didapatkan

    senam otak dapat meningkatkan fungsi kognitif dewasa

    muda. Pengukuran fungsi kognitif dengan Digit Span

    yaitu Subtest Digit Forward dan Subtest Backward

    dimana terdapat peningkatan 6,7 Digit Span setelah

    senam otak (p

  • (kewaspadaan, konsentrasi, kecepatan, persepsi, belajar,

    memori, pemecahan masalah dan kreativitas).

    Berdasarkan penelitian di atas dapat diketahui

    bahwa tingkat kognitif lansia setelah senam otak (brain

    gym) empat kali seminggu selama dua minggu mengalami

    peningkatan, dengan intensitas dan waktu yang ringan

    mempunyai manfaat besar karena dapat menyelaraskan

    anggota gerak, pernafasan, dimana gerakan-gerakannya

    (gerakan menyilang) menimbulkan stimulus yang dapat

    terekam dalam otak dan fungsi kognitifpun meningkat.

    Dapat disimpulkan bahwa senam otak (brain gym) yang

    dilakukan secara rutin dapat meningkatkan fungsi kognitif

    pada lansia.

    3.2.3. Perbedaan Tingkat Kognitif Lansia Sebelum

    dan Sesudah Dilakukan Brain Gym di Panti

    Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya

    Tahun 2013

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di

    Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya

    Tahun 2013 dengan menggunakan uji T Dependen di

    dapatkan bahwa rata-rata tingkat kognitif sebelum

    dilakukannya senam otak (brain gym) dapat dilihat bahwa

    nilai sebelum, terdapat 21 responden dengan kategori

    penurunan kognitif sedang (65,63%), sedangkan

    responden dengan kategori penurunan kognitif ringan

    sebanyak 11 responden (34,37%). Sedangkan sesudah

    terapi terdapat 6 orang (18,75%) dengan kategori normal,

    6 orang (18,75%) dengan kategori ringan sedangkan

    dengan kategori sedang sebanyak 20 orang (12.90%).

    Terdapat perbedaan nilai antara sebelum dan sesudah

    dilakukannya senam otak (brain gym). Hasil uji analisis

    didapatkan P value = 0,000 (p

  • menunjukan bahwa dari 32 responden, terdapat 20

    responden dengan kategori penurunan kognitif sedang

    (62,50%) 6 responden dengan kategori penurunan

    kognitif ringan (18,75%) sedangkan responden

    dengan kategori kognitif normal sebanyak 6

    responden (18,75%).

    3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat

    kognitif sebelum dan sesudah dilakukannya terapi

    senam otak (brain gym) (P value = 0,000, = 0,05) .

    4.2. Saran

    Dari penelitian yang telah dilakukan maka peneliti

    memberikan saran berkaitan dengan penelitian ini sebagai

    berikut :

    1. Petugas Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama

    Indralaya agar dapat menerapkan terapi senam otak

    (brain gym) ini sebagai salah satu intervensi

    keperawatan dalam mengantisipasi dan

    meminimalisasikan penurunan tingkat kognitif pada

    lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama

    Indralaya Tahun 2013. Diadakannya pelatihan

    mengenai terapi senam otak (brain gym) dalam

    membantu lansia yang mengalami penurunan fungsi

    kognitif yang dilakukan oleh petugas Panti Sosial

    Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2013.

    2. Diharapkan pada peneliti lain dapat melakukan

    penelitian lebih lanjut tentang pengaruh senam otak

    (brain gym) terhadap lansia dengan penurunan fungsi

    kognitif. Dengan menggunakan desain penelitian yang

    berbeda misalnya dengan menggunakan kelompok

    kontrol dan variabel confounding. Melakukan

    penelitian yang serupa dapat juga dilakukan pada area

    penelitian yang berbeda, misalnya pengaruh terapi

    senam otak (brain gym) terhadap tingkat depresi

    lansia, atau dimensia. Melakukan penelitian dengan

    menggunakan teknik terapi lain, seperti dengan senam

    aerobik, pengisian TTS (Teka Teki Silang), terapi

    kognitif, dan lain-lain.

    Daftar Pustaka

    Badan Pusat Statistik Sumatera Selatan, 2009

    Penduduk dan Ketenaga Kerjaan. Sumatera

    Selatan

    , 2010

    Penduduk dan Ketenaga Kerjaan. Sumatera

    Selatan

    Denisson, P. E & Denisson,G. 2002

    Buku Panduan Lengkap Brain Gym Senam

    Otak. Grasindo, Jakarta

    , 2006

    Buku Panduan Lengkap Brain Gym Senam

    Otak. Grasindo, Jakarta

    Dorland, W. A. N., 2002

    Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29,

    Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

    Festi, P., 2010

    Pengaruh Brain Gym Terhadap Peningkatan

    Fungsi Kognitif Lansia Dikarang Werdha

    Peneleh Surabaya. Jurnal Kesehatan

    (Http://www.Fik.Umsurabaya . Ac.Id/diakses

    17 November 2012)

    Gunadi, T., 2009

    24 gerakan meningkatkan kecerdasan

    anak. Penebar Plus. Jakarta

    Kuntarti, Gayatri, D. & Etty, R., 2009

    Pengaruh Senam Otak Pada Daya Ingat Orang

    Dewasa. Jurnal Kelompok Keilmuan Dasar

    Keperawatan & Keperawatan Dasar dan

    Kelompok Keilmuan Keperawatan Komunitas

    Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

    Indonesia. From :

    URL:(http://staff.ui.ac.id/internal/1308050290/

    publikasi/PengaruhSenamotakpadaDayaIngatOra

    ngDewasa_UPH.pdf)

    Lisnaini, 2012

    Senam Vitalitas Otak dapat Meningkatkan

    Fungsi Kognitif Dewasa Muda.

    from:URL:(http//:www.akfis.uki.ac.id/asset/.

    ../BRAIN_GYM_FOR_COGNITIVE.pdf/diaks

    es15 November 2012)

    Markam, et al., 2005

    Latihan Vitalisasi Otak. Grasindo. Jakarta

    Maryam, R.S., et al., 2008

    Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatnnya.

    Salemba Medika, Jakarta.

    Nugroho, W., 2008

    Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 3.

    EGC, Jakarta

    Nursalam, 2003

    Konsep dan penerapan metodologi penelitian:

    Pedoman skripsi, tesis & instrument penelitian

    keperawatan. Salemba Medika. Jakarta

    Prasetya, A.S., 2010

    Pengaruh Terapy Kognitif Dan Senam Latih

    Otak Terhadap Tingkat Depresi Dengan Harga

    Diri Rendah Pada Klien Lansia Di Panti Tresna

    Werdha Bhakti Yuswa Natar Lampung. Tesis UI

    (tidak dipublikasikan)

    Setiati, Harimurti & Roosheroe, 2006

    Kognitif pada lansia . From: URL:

    (http://repository.usu.ac.id/diakses20Novemb

    er 2012)

    Suhartini, 2009

    Penyusunan Model Olahraga Therapeutik Untuk

    Lansia. from: URL:

    (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131655

    987/LAPORAN%20PENELITIAN%20MENEG

    PORA_1.pdf/diakses 15 November 2012)

    Yamin, 2008

    penatalaksanaan klien lanjut usia yang

    mengalami demensia di Panti Tresna Werdha

    Teratai Palembang. Skripsi Program Studi Ilmu

    Keperawatan Bina Husada

    Wikipedia. 2012

    Kognisi(http://id.wikipedia.org/wiki/Kognisi/di

    akses 13 November 2012).