Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain...

48
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Latar belakang keinginan saya membuat karya ilmiah tentang Menelusuri kebudayaan Indonesia adalah karena keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada didaerah tersebut. Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka tinggal tersebar dipulau- pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda. Pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah ragamnya jenis kebudayaan yang ada di Indonesia. Kemudian juga berkembang dan meluasnya agama-agama besar di Indonesia turut mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga memcerminkan kebudayaan agama tertentu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keaneragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang 1

Transcript of Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain...

Page 1: Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Latar belakang keinginan saya membuat karya ilmiah tentang Menelusuri kebudayaan

Indonesia adalah karena keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah keniscayaan yang

ada di bumi Indonesia. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat

dipungkiri keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain

kebudayaan kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai

kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai

kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada didaerah tersebut. Dengan jumlah penduduk 200

juta orang dimana mereka tinggal tersebar dipulau- pulau di Indonesia. Mereka juga

mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan,

tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan

dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa dan masyarakat di Indonesia

yang berbeda. Pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses

asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah ragamnya jenis kebudayaan

yang ada di Indonesia. Kemudian juga berkembang dan meluasnya agama-agama besar di

Indonesia turut mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga memcerminkan

kebudayaan agama tertentu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan

tingkat keaneragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang tinggi. Tidak saja

keanekaragaman budaya kelompok sukubangsa namun juga keanekaragaman budaya dalam

konteks peradaban, tradsional hingga ke modern, dan kewilayahan.

Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan mempunyai

keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia mempunyai potret kebudayaan

yang lengkap dan bervariasi. Dan tak kalah pentingnya, secara sosial budaya dan politik

masyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang

dirangkai sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar kelompok

sukubangsa yang berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang ada di dunia. Labuhnya

kapal-kapal Portugis di Banten pada abad pertengahan misalnya telah membuka diri

Indonesia pada lingkup pergaulan dunia internasional pada saat itu. Hubungan antar

pedagang gujarat dan pesisir jawa juga memberikan arti yang penting dalam membangun

1

Page 2: Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram

interaksi antar peradaban yang ada di Indonesia. Singgungan-singgungan peradaban ini pada

dasarnya telah membangun daya elasitas bangsa Indonesia dalam berinteraksi dengan

perbedaan. Disisi yang lain bangsa Indonesia juga mampu menelisik dan mengembangkan

budaya lokal ditengah-tengah singgungan antar peradaban itu.

1.2 Rumusan masalah

Penjelasan mengenai Rumah Betang yang ada di Kalimantan

Menjelaskan Tarian yang terkenal di Indonesia

Membahas Lagu daerah yang terkenal di Indonesia

Menggambarkan Alat music yang terkenal di Indonesia

Memberikan informasi Budaya gambar di Jawa

Membahas Budaya Batik Indonesia

Menjelaskan Makanan khas Indonesia yang terkenal

Membahas Suara Pesindhen merupakan budaya Indonesia

2

Page 3: Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram

BAB II

LANDASAN TEORI

Budaya Indonesia

Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun

kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun

1945.

Kebudayaan nasional

Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional. Definisi

kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni:

Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa

bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk

mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan

wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa.

Dengan demikian Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang

berbudaya.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Wujud, Arti dan Puncak-Puncak

Kebudayaan Lama dan Asli bai Masyarakat Pendukukungnya, Semarang: P&K, 199

kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-puncak dari

kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin

dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan.

Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional.

Definisi yang diberikan oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari peryataannya: “yang khas

dan bermutu dari suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan

menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan nasional”. Pernyataan ini merujuk pada

puncak-puncak kebudayaan daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa

bangga bagi orang Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama.Nunus

Supriadi, “Kebudayaan Daerah dan Kebudayaan Nasional”

Pernyataan yang tertera pada GBHN tersebut merupakan penjabaran dari UUD 1945 Pasal

32. Dewasa ini tokoh-tokoh kebudayaan Indonesia sedang mempersoalkan eksistensi

kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional terkait dihapuskannya tiga kalimat penjelasan

pada pasal 32 dan munculnya ayat yang baru. Mereka mempersoalkan adanya kemungkinan

3

Page 4: Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram

perpecahan oleh kebudayaan daerah jika batasan mengenai kebudayaan nasional tidak

dijelaskan secara gamblang.

Sebelum di amandemen, UUD 1945 menggunakan dua istilah untuk mengidentifikasi

kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan bangsa, ialah kebudayaan-

kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagi puncak-puncak di daerah-daerah di seluruh

Indonesia, sedangkan kebudayaan nasional sendiri dipahami sebagai kebudayaan angsa yang

sudah berada pada posisi yang memiliki makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam

kebudayaan nasional terdapat unsur pemersatu dari Banga Indonesia yang sudah sadar dan

menglami persebaran secara nasional. Di dalamnya terdapat unsur kebudayaan bangsa dan

unsur kebudayaan asing, serta unsur kreasi baru atau hasil invensi nasional. Direktorat

Sejarah dan Nilai Tradsional, Kongres Kebudayaan 1991: Kebudayaan Nasional Kini dan di

Masa Depan,

Wujud kebudayaan daerah di Indonesia

Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah

di Indonesia. Setiap saerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda.

Rumah adat

Aceh: Rumoh Aceh

Sumatera Barat: Rumah Gadang

Sumatera Selatan: Rumah Limas

Jawa: Joglo

Papua: Honai

Sulawesi Selatan: Tongkonang (Tana Toraja), Bola Soba (Bugis Bone), Balla Lompoa

(Makassar Gowa)

Sulawesi Tenggara: Istana buton

Sulawesi Utara: Rumah Panggung

Kalimantan Barat: Rumah Betang

Nusa Tenggara Timur: Lopo

Maluku: Balieu (dari bahasa Portugis)

4

Page 5: Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram

Tarian

Jawa: Bedaya, Kuda Lumping, Reog

Bali: Kecak, Barong/ Barongan, Pendet

Maluku: Cakalele, Orlapei, Katreji

Aceh: Saman, Seudati

Minangkabau: Tari Piring, Tari Payung, Tari Indang, Tari Randai, Tari Lilin

Betawi: Yapong

Sunda: Jaipong, Tari Topeng

Timor NTT: Likurai, Bidu, Tebe, Bonet, Pado'a, Rokatenda, Caci

Batak Toba & Suku Simalungun: Tortor

Sulawesi Selatan: Tari Pakkarena, Tarian Anging Mamiri, Tari Padduppa, Tari 4 Etnis

Sulawesi Tengah: Dero

Gorontalo : Tari Saronde , Tari Elengge ,Tari Dana-Dana ,Tari Polopalo ,Tari Pore-

Pore

Pesisir Sibolga/Tapteng: Tari Sapu Tangan , Tari Adok , Tari Anak , Tari Pahlawan ,

Tari Lagu Duo , Tari Perak , Tari Payung

Riau: Persembahan, Zapin, Rentak Bulian, Serampang Dua Belas

Lampung: Bedana, Sembah, Tayuhan, Sigegh, Labu Kayu

Irian Jaya: ( Musyoh, Selamat Datang )

Nias: Famaena

Lagu

Jakarta: Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung, Keroncong Kemayoran, Surilang,

Terang Bulan

Maluku: Rasa Sayang-sayange, Ayo Mama, Buka Pintu, Burung Tantina, Goro-

Gorone, Huhatee, Kole-Kole, Mande-Mande, Ole Sioh, O Ulate, Sarinande, Tanase

Melayu: Tanjung Katung

Aceh: Bungong Jeumpa, Lembah Alas, Piso Surit

Kalimantan Selatan: Ampar-Ampar Pisang, Paris Barantai, Saputangan Bapuncu

Ampat

Nusa Tenggara Timur: Anak Kambing Saya, Oras Loro Malirin, Sonbilo, Tebe

Onana, Ofalangga, Do Hawu, Bolelebo, Lewo Ro Piring Sina, Bengu Re Le Kaju,

Aku Retang, Gaila Ruma Radha, Desaku, Flobamora, Potong Bebek Angsa

5

Page 6: Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram

Sulawesi Selatan: Angin Mamiri, Pakarena, Sulawesi Parasanganta, Ma Rencong

Sumatera Utara: Anju Ahu, Bungo Bangso, Cikala Le Pongpong, Bungo Bangso,

Butet, Dago Inang Sarge, Lisoi, Madekdek Magambiri, Mariam Tomong, Nasonang

Dohita Nadua, Rambadia,

Sengko-Sengko, Siboga Tacinto, Sinanggar Tulo, Sing Sing So, Tapian Nauli

Papua/Irian Barat: Apuse, Yamko Rambe Yamko

Sumatera Barat: Ayam Den Lapeh, Barek Solok, Dayung Palinggam, Kambanglah

Bungo, Kampuang Nan Jauh Di Mato, Ka Parak Tingga, Malam Baiko, Kampuang

nan Jauh di Mato, Kambanglah Bungo, Indang Sungai Garinggiang, Rang Talu

Jambi: Batanghari, Soleram

Jawa Barat: Bubuy Bulan, Cing Cangkeling, Es Lilin, Karatagan Pahlawan, Manuk

Dadali, Panon Hideung, Peuyeum Bandung, Pileuleuyan, Tokecang

Kalimantan Barat: Cik-Cik Periuk

Sumatera Selatan: Cuk Mak Ilang, Dek Sangke, Gending Sriwijaya, Kabile-bile, Tari

Tanggai

Banten: Dayung Sampan

Sulawesi Utara: Esa Mokan, O Ina Ni Keke, Si Patokaan, Sitara Tillo

Jawa Tengah: Gambang Suling, Gek Kepriye, Gundul Pacul, Ilir-ilir, Jamuran, Bapak

Pucung, Yen Ing Tawang Ono Lintang, Stasiun Balapan

Nusa Tenggara Barat: Helele U Ala De Teang, Moree, Orlen-Orlen, Pai Mura Rame,

Tebe Onana, Tutu Koda

Kalimantan Timur: Indung-Indung

Jambi: Injit-Injit Semut, Pinang Muda, Selendang Mayang

Kalimantan Tengah: Kalayar

Jawa Timur: Keraban Sape, Tanduk Majeng

Bengkulu: Lalan Belek

Bali: Mejangeran, Ratu Anom

Sulawesi Tenggara: Peia Tawa-Tawa

Yogyakarta: Pitik Tukung, Sinom, Suwe Ora Jamu, Te Kate Dipanah

Sulawesi Tengah: Tondok Kadadingku, Tope Gugu

Sulawesi Barat: Bulu Londong, Malluya, Io-Io, Ma'pararuk

Gorontalo: Hulondalo li Pu'u , Bulalo Lo Limutu , Wanu Mamo Leleyangi

6

Page 7: Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram

Musik

Jakarta: Keroncong Tugu.

Maluku:

Melayu: Hadrah, Makyong, Ronggeng

Minangkabau:

Aceh:

Makassar: Gandrang Bulo, Sinrilik

Pesisir Sibolga/Tapteng: Sikambang

Alat musik

Jawa: Gamelan, Kendang Jawa.

Nusa Tenggara Timur: Sasando, Gong dan Tambur, Juk Dawan, Gitar Lio.

Gendang Bali

Gendang Simalungun

Gendang Melayu

Gandang Tabuik

Sasando

Talempong

Tifa

Saluang

Rebana

Bende

Kenong

Keroncong

Serunai

Jidor

Suling Lembang

Suling Sunda

Dermenan

Saron

Kecapi

Bonang

Angklung

7

Page 8: Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram

Calung

Kulintang

Gong Kemada

Gong Lambus

Rebab

Tanggetong

Gondang Batak

Kecapi

Kesok-Kesok

Gambar

Jawa: Wayang.

Tortor: Batak

Patung

Jawa: Patung Buto, patung Budha.

Bali: Garuda.

Irian Jaya: Asmat.

Pakaian

Jawa: Batik.

Sumatra Utara: Ulos, Suri-suri, Gotong.

Sumatra Utara, Sibolga: Anak Daro & Marapule.

Sumatra Barat/ Melayu:

Sumatra SelatanSongket

Lampung: Tapis

Sasiringan

Tenun Ikat Nusa Tenggara TimurBugis - MakassarBaju Bodo dan Jas Tutup, Baju La'bu

Suara

Jawa: Sinden.

Sumatra: Tukang cerita.

Talibun: (Sibolga, Sumatera Utara)

8

Page 9: Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram

Gorontalo: (Dikili)

Sastra/tulisan

Jawa: Babad Tanah Jawa, karya-karya Ronggowarsito.

Bali: karya tulis di atas Lontar.

Sumatra bagian timur (Melayu): Hang Tuah

Sulawesi Selatan Naskah Tua Lontara

Timor Ai Babelen, Ai Kanoik

Makanan

Timor: Jagung Bose, Daging Se'i, Ubi Tumis.

Sumatera bagian Barat: Sate Padang

Sumatera bagian Selatan: Pempek Palembang

Jogjakarta: Gado-Gado

Gorontalo: Binde Biluhuta

Kebudayaan Modern Khas Indonesia

Musik Dangdut: Elvie Sukaesih, Rhoma Irama.

Film Indonesia: "Daun di Atas Bantal" (1998) yang mendapat penghargaan Film

terbaik di "Asia Pacific Film Festival" di Taipei.

Sastra: Pujangga Baru.

9

Page 10: Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Sumber data

Dalam penelitian karya tulis ini,digunakan metode penulisan dengan cara peninjauan

dan cara tinjaua kepustakaan menurut buku………………………………tinjauan

kepustakaan disebut juga study kepustakaan yaitu mencari data dari kepustakaan misalnya

dari data buku jurnal masalah dan lain-lain.

Semakin banyak sumber bacaan semakin banyak pula pengetahuan yang diteliti

namun tidak semua buku bacaan dan laporan dapat diolah.

3.2 Cara memperoleh data

a. Mepelajari hasil yang diperoleh dari setiap sumber yang relevan dengan penelitian

yang akan dilakukan.

b. Mempelajari metode penelitian yang dilakukan termasuk metode penelitian

pengambilan sampel pengumpulan data sumber data dan satuan data

c. Mengumpulkan data dari sumber lain yang berhubungan dengan bidang penelitian.

d. Mempelajari analisis deduktif dari problem yang tertera(analisis berpikir secara

kronologis)

3.3 Instrumen penelitian

Instrumen penelitian ini adalah penelitian sendiri karena subjek penelitiannya berupa

pustaka yang memerlukan pemahaman dan penafsiran penelitian,penulis mencatat hal-hal

yang berhubungan dengan pesan social budaya dalam menghasilkan generasi muda yang

berkualitas yang digunakan sebagai instruktur penelitian seluruh data dikumpulkan dalam

catatan khusus.

3.4 Analisis data

` Data yang dikumpulkan dalam catatan khusus selanjutnya dianalisis,proses analisis

dilakukan dengan cermat dan dideskripsikan dengan lengkap sehingga menghasilkan analisis

yang representative teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini analisis isi.

10

Page 11: Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Penjelasan mengenai Rumah Betang yang ada di Kalimantan

Rumah Betang (sebutan untuk rumah adat di provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan

Tengah), merupakan rumah yang dihuni oleh masyarakat Dayak.

Rumah betang mempunyai ciri-ciri yaitu; bentuk Panggung, memanjang. pada suku Dayak

tertentu, pembuatan rumah panjang bagian hulunya haruslah searah dengan matahari terbit

dan sebelah hilirnya kearah matahari terbenam, sebagai simbol kerja-keras untuk bertahan

hidup mulai dari matahari tumbuh dan pulang ke rumah di matahari padam.

Di Kalimantan Barat mulai dari Kota Pontianak dapat kita jumpai rumah adat Dayak. Salah

satunya berada di jalan Letjen Sutoyo. Walaupun hanya sebuah Imitasi, tetapi rumah Betang

ini, cukup aktif dalam menampung aktivitas kaum muda dan sanggar seni Dayak. kemudian

jika kita ke Arah Kabupaten landak, maka kita akan menjumpai sebuah Rumah Betang Dayak

di Kampung Sahapm Kec. Pahauman. Kemudian jika kita ke Kabupaten Sanggau, maka kita

dapat melihat Rumah Betang di kampung Kopar Kecamatan Parindu, Kemudian selanjutnya

jika kita ke kabupaten Sekadau, maka kita dapat melihat rumah betang di Kampung Sungai

Antu Hulu, Kecamatan Belitang Hulu, Kemudian di kabupaten Sintang kita Dapat melihat

rumah Betang di Desa Ensaid panjang, Kecamatan Kelam, Kemudian Di Kapuas Hulu, Kita

juga dapat melihat Masih banyak rumah-rumah betang Dayak yang masih lestari

4.2Tarian yang terkenal di Indonesia

Kuda lumping

Kuda lumping juga disebut jaran kepang atau jathilan adalah tarian tradisional Jawa

menampilkan sekelompok prajurit tengah menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda

yang terbuat dari bambu yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda. Anyaman

kuda ini dihias dengan cat dan kain beraneka warna. Tarian kuda lumping biasanya hanya

menampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga

menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan

11

Page 12: Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram

beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut. Jaran Kepang merupakan bagian dari

pagelaran tari reog. Meskipun tarian ini berasal dari Jawa, Indonesia, tarian ini juga

diwariskan oleh kaum Jawa yang menetap di Malaysia dan Singapura.

Kuda lumping adalah seni tari yang dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan, yang

terbuat dari anyaman bambu atau kepang. Tidak satupun catatan sejarah mampu menjelaskan

asal mula tarian ini, hanya riwayat verbal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi

berikutnya.

Sejarah

Konon, tari kuda lumping merupakan bentuk apresiasi dan dukungan rakyat jelata terhadap

pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghadapi penjajah Belanda. Ada pula versi

yang menyebutkan, bahwa tari kuda lumping menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah,

yang dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Versi lain menyebutkan

bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin Sultan

Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi pasukan Belanda.

Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, tari kuda lumping merefleksikan semangat

heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari

gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan

gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan.

Seringkali dalam pertunjukan tari kuda lumping, juga menampilkan atraksi yang

mempertontonkan kekuatan supranatural berbau magis, seperti atraksi mengunyah kaca,

menyayat lengan dengan golok, membakar diri, berjalan di atas pecahan kaca, dan lain-lain.

Mungkin, atraksi ini merefleksikan kekuatan supranatural yang pada jaman dahulu

berkembang di lingkungan Kerajaan Jawa, dan merupakan aspek non militer yang

dipergunakan untuk melawan pasukan Belanda.

Variasi Lokal

Di Jawa Timur, seni ini akrab dengan masyarakat di beberapa daerah, seperti Malang,

Nganjuk, Tulungagung, dan daerah-daerah lainnya. Tari ini biasanya ditampilkan pada event-

event tertentu, seperti menyambut tamu kehormatan, dan sebagai ucapan syukur, atas hajat

yang dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa.

12

Page 13: Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram

Dalam pementasanya, tidak diperlukan suatu koreografi khusus, serta perlengkapan peralatan

gamelan seperti halnya Karawitan. Gamelan untuk mengiringi tari kuda lumping cukup

sederhana, hanya terdiri dari Kendang, Kenong, Gong, dan Slompret, yaitu seruling dengan

bunyi melengking. Sajak-sajak yang dibawakan dalam mengiringi tarian, biasanya berisikan

himbauan agar manusia senantiasa melakukan perbuatan baik dan selalu ingat pada Sang

Pencipta.

Selain mengandung unsur hiburan dan religi, kesenian tradisional kuda lumping ini seringkali

juga mengandung unsur ritual. Karena sebelum pagelaran dimulai, biasanya seorang pawang

hujan akan melakukan ritual, untuk mempertahankan cuaca agar tetap cerah mengingat

pertunjukan biasanya dilakukan di lapangan terbuka.

Pagelaran Tari Kuda Lumping

Dalam setiap pagelarannya, tari kuda lumping ini menghadirkan 4 fragmen tarian yaitu 2 kali

tari Buto Lawas, tari Senterewe, dan tari Begon Putri.

Pada fragmen Buto Lawas, biasanya ditarikan oleh para pria saja dan terdiri dari 4 sampai 6

orang penari. Beberapa penari muda menunggangi kuda anyaman bambu dan menari

mengikuti alunan musik. Pada bagian inilah, para penari Buto Lawas dapat mengalami

kesurupan atau kerasukan roh halus. Para penonton pun tidak luput dari fenomena kerasukan

ini. Banyak warga sekitar yang menyaksikan pagelaran menjadi kesurupan dan ikut menari

bersama para penari. Dalam keadaan tidak sadar, mereka terus menari dengan gerakan enerjik

dan terlihat kompak dengan para penari lainnya.

Untuk memulihkan kesadaran para penari dan penonton yang kerasukan, dalam setiap

pagelaran selalu hadir para datuk, yaitu orang yang memiliki kemampuan supranatural yang

kehadirannya dapat dikenali melalui baju serba hitam yang dikenakannya. Para datuk ini akan

memberikan penawar hingga kesadaran para penari maupun penonton kembali pulih.

Pada fragmen selanjutnya, penari pria dan wanita bergabung membawakan tari senterewe.

Pada fragmen terakhir, dengan gerakan-gerakan yang lebih santai, enam orang wanita

membawakan tari Begon Putri, yang merupakan tarian penutup dari seluruh rangkaian atraksi

tari kuda lumping.

13

Page 14: Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram

Jaipongan

Jaipongan adalah sebuah genre seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal

Bandung, Gugum Gumbira. Perhatiannya pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah

Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak

tari tradisi yang ada pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan,

pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian di atas cukup

memiliki inspirasi untuk mengembangkan tari atau kesenian yang kini dikenal dengan nama

Jaipongan.

Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi

bentuk tari pergaulan ini. Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan pengaruh dari

Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari keberadaan

ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan

upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan

memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk

Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini populer sekitar

tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur

sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk,

dan gong. Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang

baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan.

Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang

berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/Doger/Tayub) beralih perhatiannya pada

seni pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi,

Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola

tarinya maupun peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian

sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam Topeng

Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran

diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan

pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan,

nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan

tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing

Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan Pencak Silat.

14

Page 15: Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram

Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan,

yang memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu. Karya

pertama Gugum Gumbira masih sangat kental dengan warna ibing Ketuk Tilu, baik dari segi

koreografi maupun iringannya, yang kemudian tarian itu menjadi populer dengan sebutan

Jaipongan.

Berkembang

Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari "Daun Pulus Keser

Bojong" dan "Rendeng Bojong" yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari

berpasangan (putra dan putri). Dari tarian itu muncul beberapa nama penari Jaipongan yang

handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kurniadi. Awal

kemunculan tarian tersebut sempat menjadi perbincangan, yang isu sentralnya adalah gerakan

yang erotis dan vulgar. Namun dari ekspos beberapa media cetak, nama Gugum Gumbira

mulai dikenal masyarakat, apalagi setelah tari Jaipongan pada tahun 1980 dipentaskan di

TVRI stasiun pusat Jakarta. Dampak dari kepopuleran tersebut lebih meningkatkan frekuensi

pertunjukan, baik di media televisi, hajatan maupun perayaan-perayaan yang diselenggarakan

oleh pihak swasta dan pemerintah.

Kehadiran Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para penggiat seni

tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumn

ya kurang perhatian. Dengan munculnya tari Jaipongan, dimanfaatkan oleh para penggiat seni

tari untuk menyelenggarakan kursus-kursus tari Jaipongan, dimanfaatkan pula oleh

pengusaha pub-pub malam sebagai pemikat tamu undangan, dimana perkembangan lebih

lanjut peluang usaha semacam ini dibentuk oleh para penggiat tari sebagai usaha

pemberdayaan ekonomi dengan nama Sanggar Tari atau grup-grup di beberapa daerah

wilayah Jawa Barat, misalnya di Subang dengan Jaipongan gaya "kaleran" (utara).

Ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat,

spontanitas, dan kesederhanaan (alami, apa adanya). Hal itu tercermin dalam pola penyajian

tari pada pertunjukannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang

ada di Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada seni

Jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya kaleran,

15

Page 16: Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram

terutama di daerah Subang. Dalam penyajiannya, Jaipongan gaya kaleran ini, sebagai berikut:

1) Tatalu; 2) Kembang Gadung; 3) Buah Kawung Gopar; 4) Tari Pembukaan (Ibing Pola),

biasanya dibawakan oleh penari tunggal atau Sinden Tatandakan (serang sinden tapi tidak

bisa nyanyi melainkan menarikan lagu sinden/juru kawih); 5) Jeblokan dan Jabanan,

merupakan bagian pertunjukan ketika para penonton (bajidor) sawer uang (jabanan) sambil

salam tempel. Istilah jeblokan diartikan sebagai pasangan yang menetap antara sinden dan

penonton (bajidor).

Perkembangan selanjutnya tari Jaipongan terjadi pada taahun 1980-1990-an, di mana Gugum

Gumbira menciptakan tari lainnya seperti Toka-toka, Setra Sari, Sonteng, Pencug, Kuntul

Mangut, Iring-iring Daun Puring, Rawayan, dan Tari Kawung Anten. Dari tarian-tarian

tersebut muncul beberapa penari Jaipongan yang handal antara lain Iceu Effendi, Yumiati

Mandiri, Miming Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Dinar, Ega, Nuni, Cepy,

Agah, Aa Suryabrata, dan Asep.

Dewasa ini tari Jaipongan boleh disebut sebagai salah satu identitas keseniaan Jawa Barat, hal

ini nampak pada beberapa acara-acara penting yang berkenaan dengan tamu dari negara asing

yang datang ke Jawa Barat, maka disambut dengan pertunjukan tari Jaipongan. Demikian

pula dengan misi-misi kesenian ke manca negara senantiasa dilengkapi dengan tari

Jaipongan. Tari Jaipongan banyak memengaruhi kesenian-kesenian lain yang ada di

masyarakat Jawa Barat, baik pada seni pertunjukan wayang, degung, genjring/terbangan,

kacapi jaipong, dan hampir semua pertunjukan rakyat maupun pada musik dangdut modern

yang dikolaborasikan dengan Jaipong menjadi kesenian Pong-Dut.Jaipongan yang telah

diplopori oleh Mr. Nur & Leni

Zapin

Zapin berasal dari bahasa arab yaitu "Zafn" yang mempunyai arti pergerakan kaki cepat

mengikut rentak pukulan. Zapin merupakan hasanah tarian rumpun Melayu yang mendapat

pengaruh dari Arab. Tarian tradisional ini bersifat edukatif dan sekaligus menghibur,

digunakan sebagai media dakwah Islamiyah melalui syair lagu-lagu zapin yang

didendangkan.

Musik pengiringnya terdiri dari dua alat yang utama yaitu alat musik petik gambus dan tiga

buah alat musik tabuh gendang kecil yang disebut marwas. Sebelum tahun 1960, zapin hanya

16

Page 17: Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram

ditarikan oleh penari laki-laki namun kini sudah biasa ditarikan oleh penari perempuan

bahkan penari campuran laki-laki dengan perempuan.

Tari Zapin sangat banyak ragam gerak tarinya, walaupun pada dasarnya gerak dasar zapin-

nya sama, ditarikan oleh rakyat di pesisir timur dan barat Sumatera, Semenanjung Malaysia,

Sarawak, Kepulauan Riau, pesisir Kalimantan dan Brunei Darussalam.

Tarian Zapin Di Brunei

Di Brunei Darusalam, tarian Zapin cukup banyak macamnya seperti rentaknya dan geraknya

dan mengikut dari segi sebutannya yaitu dialek orang Brunei zapin lebih dikenali dengan

sebutan '"Jipin"'. Berikut ini adalah tarian Zapin di Brunei:

1. Zapin Laila Sembah (Jipin Laila Sembah)

2. Zapin Tar (Jipin Tar)

Asal-usul tarian zapin di Brunei dipercayai besar pengaruhnya dari kedatangan Pedagang

Arab ke kepulauan Brunei. Tidak ada bukti yang akurat tentang hal ini, namun kedatangan

pedagang Arab mampu mengubah seni budaya dari segi tarian. Bukti yang dapat dipegang

yaitu banyak orang brunei keturunan Arab seperti Sultan Sharif Ali sultan Brunei ketiga.

Beriku ini adalah alat musik yang di gunakan dalam tarian Zapin :

Gambus ,

Rebana ,

Gendang Tabur dan

Tar .

4.3 Lagu daerah yang terkenal di Indonesia

Jali

Jali (Coix lacryma-jobi L.), merupakan sejenis tumbuhan biji-bijian (serealia) tropika dari

suku padi-padian atau Poaceae. Asalnya adalah Asia Timur dan Malaya namun sekarang

telah tersebar ke berbagai penjuru dunia. Beberapa varietas memiliki biji yang dapat dimakan

dan dijadikan sumber karbohidrat dan juga obat. Bulir yang masak terbungkus struktur yang

keras, berbentuk oval dan berwarna putih.

17

Page 18: Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram

Ada dua varietas yang ditanam orang. Coix lacryma-jobi var. lacryma-jobi memiliki

cangkang (pseudokarpium) keras berwarna putih, bentuk oval, dan dipakai sebagai manik-

manik. Coix lacryma-jobi var. ma-yuen dimakan orang dan juga menjadi bagian dari tradisi

pengobatan Tiongkok.

Walaupun sekarang jali nyaris tidak lagi dikonsumsi, tumbuhan ini masih dikenal orang,

seperti dalam lagu gambang kromong "Jali-jali". Di perdagangan internasional ia dikenal

sebagai Chinese pearl wheat (gandum mutiara Cina), walaupun ia lebih dekat kekerabatannya

dengan jagung daripada gandum.

4.4Alat music yang terkenal di Indonesia

Gamelan

Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang,

dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya / alatnya, yang mana merupakan satu

kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama. Kata Gamelan sendiri berasal dari

bahasa Jawa gamel yang berarti memukul / menabuh, diikuti akhiran an yang menjadikannya

kata benda. Orkes gamelan kebanyakan terdapat di pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok di

Indonesia dalam berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini,

dan di Jawa lewat abad ke-18, istilah gong lebih dianggap sinonim dengan gamelan.

Kemunculan gamelan didahului dengan budaya Hindu-Budha yang mendominasi Indonesia

pada awal masa pencatatan sejarah, yang juga mewakili seni asli indonesia. Instrumennya

dikembangkan hingga bentuknya sampai seperti sekarang ini pada zaman Kerajaan

Majapahit. Dalam perbedaannya dengan musik India, satu-satunya dampak ke-India-an

dalam musik gamelan adalah bagaimana cara menyanikannya. Dalam mitologi Jawa,

gamelan dicipatakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka, dewa yang menguasai seluruh

tanah Jawa, dengan istana di gunung Mahendra di Medangkamulan (sekarang Gunung

Lawu). Sang Hyang Guru pertama-tama menciptakan gong untuk memanggil para dewa.

Untuk pesan yang lebih spesifik kemudian menciptakan dua gong, lalu akhirnya terbentuk set

gamelan.[rujukan?]

18

Page 19: Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram

Gambaran tentang alat musik ensembel pertama ditemukan di Candi Borobudur, Magelang

Jawa Tengah, yang telah berdiri sejak abad ke-8. Alat musik semisal suling bambu, lonceng,

kendhang dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik berdawai yang digesek dan dipetik,

ditemukan dalam relief tersebut. Namun, sedikit ditemukan elemen alat musik logamnya.

Bagaimanapun, relief tentang alat musik tersebut dikatakan sebagai asal mula gamelan.

Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang kompleks. Gamelan

menggunakan empat cara penalaan, yaitu sléndro, pélog, "Degung" (khusus daerah Sunda,

atau Jawa Barat), dan "madenda" (juga dikenal sebagai diatonis, sama seperti skala minor asli

yang banyak dipakai di Eropa.

Musik Gamelan merupakan gabungan pengaruh seni luar negeri yang beraneka ragam. Kaitan

not nada dari Cina, instrumen musik dari Asia Tenggara, drum band dan gerakkan musik dari

India, bowed string dari daerah Timur Tengah, bahkan style militer Eropa yang kita dengar

pada musik tradisional Jawa dan Bali sekarang ini.

Interaksi komponen yang sarat dengan melodi, irama dan warna suara mempertahankan

kejayaan musik orkes gamelan Bali. Pilar-pilar musik ini menyatukan berbagai karakter

komunitas pedesaan Bali yang menjadi tatanan musik khas yang merupakan bagian yang

tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Saluang

Saluang adalah alat musik tradisional khas Minangkabau, Sumatra Barat. Yang mana alat

musik tiup ini terbuat dari bambu tipis atau talang (Schizostachyum brachycladum Kurz).

Orang Minangkabau percaya bahwa bahan yang paling bagus untuk dibuat saluang berasal

dari talang untuk jemuran kain atau talang yang ditemukan hanyut di sungai. Alat ini

termasuk dari golongan alat musik suling, tapi lebih sederhana pembuatannya, cukup dengan

melubangi talang dengan empat lubang. Panjang saluang kira-kira 40-60 cm, dengan

diameter 3-4 cm. Adapun kegunaan lain dari talang adalah wadah untuk membuat lemang,

salah satu makanan tradisional Minangkabau.

Pemain saluang legendaris bernama Idris Sutan Sati dengan penyanyinya Syamsimar.

19

Page 20: Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram

Keutamaan para pemain saluang ini adalah dapat memainkan saluang dengan meniup dan

menarik napas bersamaan, sehingga peniup saluang dapat memainkan alat musik itu dari

awal dari akhir lagu tanpa putus. Cara pernapasan ini dikembangkan dengan latihan yang

terus menerus. Teknik ini dinamakan juga sebagai teknik manyisiahkan angok (menyisihkan

napas).

Tiap nagari di Minangkabau mengembangkan cara meniup saluang, sehingga masing-masing

nagari memiliki style tersendiri. Contoh dari style itu adalah Singgalang, Pariaman, Solok

Salayo, Koto Tuo, Suayan dan Pauah. Style Singgalang dianggap cukup sulit dimainkan oleh

pemula, dan biasanya nada Singgalang ini dimainkan pada awal lagu. Style yang paling sedih

bunyinya adalah Ratok Solok dari daerah Solok.

Dahulu, khabarnya pemain saluang ini memiliki mantera tersendiri yang berguna untuk

menghipnotis penontonnya. Mantera itu dinamakan Pitunang Nabi Daud. Isi dari mantera itu

kira-kira : Aku malapehkan pitunang Nabi Daud, buruang tabang tatagun-tagun, aia mailia

tahanti-hanti, takajuik bidodari di dalam sarugo mandanga buni saluang ambo, kununlah anak

sidang manusia......dst

Kolintang

Kolintang atau kulintang adalah alat musik yang terdiri dari barisan gong kecil yang

diletakkan mendatar. Alat musik ini dimainkan dengan diiringi oleh gong tergantung yang

lebih besar dan drum. Kolintang merupakan bagian dari budaya gong Asia Tenggara, yang

telah dimainkan selama berabad-abad di Kepulauan Melayu Timur - Filipina, Indonesia

Timur, Malaysia Timur, Brunei, dan Timor.[6] Alat musik ini berkembang dari tradisi

pemberian isyarat sederhana menjadi bentuk seperti sekarang.[5] Kegunaannya bergantung

pada peradaban yang menggunakannya. Dengan pengaruh dari Hindu, Buddha, Islam,

Kristen, dan Barat, Kulintang merupakan tradisi gong yang terus berkembang.

Alat musik ini dibuat dari kayu lokal yang ringan namun kuat seperti telur, bandaran,

wenang, kakinik kayu cempaka, dan yang mempunyai konstruksi fiber paralel. Nama

kolintang berasal dari suaranya: tong (nada rendah), ting (nada tinggi) dan tang (nada biasa).

Dalam bahasa daerah, ajakan "Mari kita lakukan TONG TING TANG" adalah: " Mangemo

kumolintang". Ajakan tersebut akhirnya berubah menjadi kata kolintang.

20

Page 21: Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram

4.5 Budaya gambar di Jawa

Wayang

Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi.

Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang

yang disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar.

Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan

Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003,

sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang

indah dan sangat berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).

Ada versi wayang yang dimainkan oleh orang dengan memakai kostum, yang dikenal sebagai

wayang orang, dan ada pula wayang yang berupa sekumpulan boneka yang dimainkan oleh

dalang. Wayang yang dimainkan dalang ini diantaranya berupa wayang kulit atau wayang

golek. Cerita yang dikisahkan dalam pagelaran wayang biasanya berasal dari Mahabharata

dan Ramayana.

Pertunjukan wayang di setiap negara memiliki teknik dan gayanya sendiri, dengan demikian

wayang Indonesia merupakan buatan orang Indonesia asli yang memiliki cerita, gaya dan

dalang yang luar biasa.

Kadangkala repertoar cerita Panji dan cerita Menak (cerita-cerita Islam) dipentaskan pula.

Wayang, oleh para pendahulu negeri ini sangat mengandung arti yang sangat dalam. Sunan

Kali Jaga dan Raden Patah sangat berjasa dalam mengembangkan Wayang. Para Wali di

tanah Jawa sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga bagian. Pertama Wayang Kulit di

Jawa Timur, kedua Wayang Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah, dan ketiga Wayang

Golek di Jawa Barat. Masing masing sangat bekaitan satu sama lain. Yaitu "Mana yang Isi

(Wayang Wong) dan Mana yang Kulit (Wayang Kulit) harus dicari (Wayang Golek)".

Jenis-jenis wayang

Wayang Kulit

Wayang Purwa

21

Page 22: Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram

Wayang Madya

Wayang Gedog

Wayang Dupara

Wayang Wahyu

Wayang Suluh

Wayang Kancil

Wayang Calonarang

Wayang Krucil

Wayang Ajen

Wayang Sasak

Wayang Sadat

Wayang Parwa

Wayang Kayu

1. Wayang Golek / Wayang Thengul (Bojonegoro)

2. Wayang Menak

3. Wayang Papak / Wayang Cepak

4. Wayang Klithik

Wayang Beber

Wayang Orang

o Wayang Gung (Kalimantan Selatan)

o Wayang Topeng (wayang orang menggunakan topeng di Kalimantan Selatan)

Wayang Suket

Wayang Gung

Wayang Timplong

Wayang Arya

Wayang Potehi

Wayang Gambuh

Wayang Parwa

Wayang Cupak

22

Page 23: Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram

Jenis-jenis wayang kulit menurut asal daerah atau suku

Wayang juga ada yang menggunakan bahasa Melayu Lokal seperti bahasa Betawi, bahasa

Palembang dan bahasa Banjar.

Wayang Jawa Yogyakarta

Wayang Jawa Surakarta

Wayang Kulit Gagrag Banyumasan

Wayang Jawa Timur

Wayang Bali

Wayang Sasak (NTB)

Wayang Kulit Banjar (Kalimantan Selatan)

Wayang Palembang (Sumatera Selatan)

Wayang Betawi (Jakarta)

Wayang Cirebon (Jawa Barat)

Wayang Madura (sudah punah)

Wayang Siam (Kelantan, Malaysia)

4.6Budaya Batik Indonesia

Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada

dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk

mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal

sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan

teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik

Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya

yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya

Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak

2 Oktober, 2009.

Etimologi

Kata "batik" berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: "amba", yang bermakna "menulis"

dan "titik" yang bermakna "titik".

23

Page 24: Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram

Sejarah teknik batik

Seni pewarnaan kain dengan teknik pencegahan pewarnaan menggunakan malam adalah

salah satu bentuk seni kuno. Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal

semenjak abad ke-4 SM, dengan diketemukannya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi

malam untuk membentuk pola. Di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok

semasa Dinasti T'ang (618-907) serta di India dan Jepang semasa Periode Nara (645-794). Di

Afrika, teknik seperti batik dikenal oleh Suku Yoruba di Nigeria, serta Suku Soninke dan

Wolof di Senegal.

Etimologi

Kata "batik" berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: "amba", yang bermakna "menulis"

dan "titik" yang bermakna "titik".

Sejarah teknik batik

Seni pewarnaan kain dengan teknik pencegahan pewarnaan menggunakan malam adalah

salah satu bentuk seni kuno. Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal

semenjak abad ke-4 SM, dengan diketemukannya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi

malam untuk membentuk pola. Di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok

semasa Dinasti T'ang (618-907) serta di India dan Jepang semasa Periode Nara (645-794). Di

Afrika, teknik seperti batik dikenal oleh Suku Yoruba di Nigeria, serta Suku Soninke dan

Wolof di Senegal.[3]. Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan

menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah

semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I

atau sekitar tahun 1920-an.[4]

Walaupun kata "batik" berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah

tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa tehnik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari

India atau Srilangka pada abad ke-6 atau ke-7. [3]Di sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog

Belanda) dan F.A. Sutjipto (arkeolog Indonesia) percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari

daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut

bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi diketahui memiliki tradisi kuna

membuat batik.[5]

24

Page 25: Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram

G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di

Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan

menggunakan alat canting, sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada

masa sekitar itu.[5] Detil ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh

Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan buddhis dari Jawa Timur abad ke-13. Detil pakaian

menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola

batik tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat pola

batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-

13 atau bahkan lebih awal.

Legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin menceritakan Laksamana Hang

Nadim yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan

140 lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak

mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya

kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan hanya mampu membawa empat lembar

sehingga membuat sang Sultan kecewa.[6] Oleh beberapa penafsir,who? serasah itu ditafsirkan

sebagai batik.

Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam buku History of Java

(London, 1817) tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di

Jawa semasa Napoleon menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda Van

Rijekevorsel memberikan

selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di

Rotterdam dan pada awal abad ke-19 itulah batik mulai mencapai masa keemasannya.

Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia

memukau publik dan seniman.[3]

Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik

jenis baru muncul, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang

diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis.

Pada saat yang sama imigran dari Indonesia ke Persekutuan Malaya juga membawa batik

bersama mereka.

Budaya batik

25

Page 26: Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram

Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya

Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau

menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di

masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya

"Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa

pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti

yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan

membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.

Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala

suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat

menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya

dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.

Batik Cirebon bermotif mahluk laut

Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada.

Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu

itu memakai batik pada Konferensi PBB.

Corak batik

Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik

memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh

kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para

pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah

dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga memopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah

Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang

sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh

penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti

warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam

upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-

masing.

26

Page 27: Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram

Cara pembuatan

Semula batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang

dinamakan kain mori. Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain seperti sutera, poliester,

rayon dan bahan sintetis lainnya. Motif batik dibentuk dengan cairan lilin dengan

menggunakan alat yang dinamakan canting untuk motif halus, atau kuas untuk motif

berukuran besar, sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain. Kain yang telah dilukis

dengan lilin kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-

warna muda. Pencelupan kemudian dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau

gelap. Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke dalam

bahan kimia untuk melarutkan lilin.

Jenis batik

Menurut teknik

Batik tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan

tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.

Batik cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk

dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini

membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.

Batik lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain

putih.

Menurut asal pembuatan

Batik Jawa

batik Jawa adalah sebuah warisan kesenian budaya orang Indonesia, khususnya daerah Jawa

yang dikuasai orang Jawa dari turun temurun. Batik Jawa mempunyai motif-motif yang

berbeda-beda. Perbedaan motif ini biasa terjadi dikarnakan motif-motif itu mempunyai

makna, maksudnya bukan hanya sebuah gambar akan tetapi mengandung makna yang

mereka dapat dari leluhur mereka, yaitu penganut agama animisme, dinamisme atau Hindu

dan Buddha. Batik jawa banyak berkembang di daerah Solo atau yang biasa disebut dengan

batik Solo.

Motif Batik berdasarkan daerah asal

27

Page 28: Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram

Batik Bali

Batik Banyumas

Batik Madura

Batik Malang

Batik Pekalongan

Batik Solo

Batik Tasik

Batik Aceh

4.7Suara Pesindhen merupakan budaya Indonesia

Pesindhén, atau sindhén (dari Bahasa Jawa) adalah sebutan bagi wanita yang bernyanyi

mengiringi orkestra gamelan, umumnya sebagai penyanyi satu-satunya. Pesindén yang baik

harus mempunyai kemampuan komunikasi yang luas dan keahlian vokal yang baik serta

kemampuan untuk menyanyikan tembang.

Pesinden juga sering disebut sinden, menurut Ki Mujoko Joko Raharjo berasal dari kata

"pasindhian" yang berarti yang kaya akan lagu atau yang melagukan (melantunkan lagu).

Sinden juga disebut waranggana "wara" berarti seseorang berjenis kelamin wanita, dan

"anggana" berarti sendiri. Pada zaman dahulu waranggana adalah satu-satunya wanita dalam

panggung pergelaran wayang ataupun pentas klenengan. Sinden memang seorang wanita

yang menyanyi sesuai dengan gendhing yang di sajikan baik dalam klenengan maupun

pergelaran wayang. Istilah sinden juga digunakan untuk menyebut hal yang sama di beberapa

daerah seperti Banyumas, Yogyakarta, Sunda, Jawa Timur dan daerah lainnya, yang

berhubungan dengan pergelaran wayang maupun klenengan. Sinden tidak hanya tampil solo

(satu orang) dalam pergelaran tetapi untuk saat ini pada pertunjukan wayang bisa mencapai

delapan hingga sepuluh orang bahkan lebih untuk pergelaran yang sifatnya spektakuler.

Pada pergelaran wayang zaman dulu, Sinden duduk di belakang Dalang, tepatnya di belakang

tukang gender dan di depan tukang Kendhang. Hanya seorang diri dan biasanya istri dari

Dalangnya ataupun salah satu pengrawit dalam pergelaran tersebut. Tetapi seiring

perkembangan zaman, terutama di era Ki Narto Sabdho yang melakukan berbagai

28

Page 29: Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram

pengembangan, Sindén dialihkan tempatnya menghadap ke penonton tepatnya di sebelah

kanan Dalang membelakangi simpingan wayang dengan jumlah lebih dari dua orang.

Di era modern sekarang ini Sindén mendapatkan posisi yang hampir sama dengan artis

penyanyi campursari, bahkan sindén tidak hanya dibutuhkan untuk mahir dalam menyajikan

lagu tetapi juga harus menjaga penampilan, dengan berpakaian yang rapi dan menarik.

Sindén tidak jarang menjadi "pepasren" (penghias) sebuah panggung pertunjukan wayang.

Bila Sindénnya cantik-cantik dan muda yang nonton akan lebih kerasan dalam menikmati

pertunjukan wayang. Perkembangan wayang saat ini bahkan Sindén tidak hanya didominasi

wanita tetapi telah muncul beberapa orang Sindén laki-laki yang mempunyai suara merdu

seperti wanita, tetapi dalam dandannya sindén ini tetap memakai pakaian adat jawa

selayaknya pengrawit pria lainnya dan beberapa waktu lalu sindén laki-laki ini malah menjadi

trend para Dalang untuk menghasilkan nilai lebih pada pergelarannya.

4.8 Makanan khas Indonesia yang terkenal

Gado-gado

Gado-gado adalah salah satu makanan yang berasal dari Indonesia yang berupa sayur-sayuran

yang direbus dan dicampur jadi satu, dengan bumbu atau saus dari kacang tanah yang

dihaluskan disertai irisan telur dan di atasnya ditaburkan bawang goreng. Sedikit emping

goreng atau kerupuk (ada juga yang memakai kerupuk udang) juga ditambahkan.

Gado-gado dapat dimakan begitu saja seperti salad dengan bumbu/saus kacang, tapi juga

dapat dimakan beserta nasi putih atau kadang-kadang juga disajikan dengan lontong.

Bahan-bahan

Sayuran

Sayur-sayuran yang sering digunakan dapat bervariasi, walau sayuran yang biasa digunakan

adalah:

Sayuran hijau yang diiris kecil-kecil seperti selada, kubis, bunga kol, kacang panjang,

dan tauge.

Sayuran lainnya seperti wortel dan mentimun.

29

Page 30: Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram

Tomat

Kentang rebus yang diiris.

Telur rebus.

Dengan perkecualian telur dan kentang rebus, sayur-sayuran yang digunakan biasanya masih

dalam keadaan mentah. Walau kadang-kadang sayuran seperti kubis dan bunga kol bisa juga

direbus air panas. Ada juga sayuran yang kadang-kadang dimasak dengan uap air panas.

Saus kacang

Salah satu perbedaan gado-gado dari salad sayuran lainnya adalah saus kacang yang

digunakan. Bahan-bahan yang digunakan untuk saus kacang ini juga dapat bervariasi. Bahan

yang biasa digunakan adalah:

Kacang goreng yang dilumatkan

Bawang putih

Cabai, merica

Air jeruk nipis

Garam, gula merah

Terkadang juga ditambah:

Santan

Kecap

Terasi

30

Page 31: Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram

BAB V

PENUTUP

Dalam konteks masa kini, kekayaan kebudayaan akan banyak berkaitan dengan

produk-produk kebudayaan yang berkaitan 3 wujud kebudayaan yaitu pengetahuan budaya,

perilaku budaya atau praktek-praktek budaya yang masih berlaku, dan produk fisik

kebudayaan yang berwujud artefak atau banguna. Beberapa hal yang berkaitan dengan 3

wujud kebudayaan tersebut yang dapat dilihat adalah antara lain adalah produk kesenian dan

sastra, tradisi, gaya hidup, sistem nilai, dan sistem kepercayaan. Keragaman budaya dalam

konteks studi ini lebih banyak diartikan sebagai produk atau hasil kebudayaan yang ada pada

kini. Dalam konteks masyarakat yang multikultur, keberadaan keragaman kebudayaan adalah

suatu yang harus dijaga dan dihormati keberadaannya. Keragaman budaya adalah memotong

perbedaan budaya dari kelompok-kelompok masyarakat yang hidup di Indonesia. Jika kita

merujuk kepada konvensi UNESCO 2005 (Convention on The Protection and Promotion of

The Diversity of Cultural Expressions) tentang keragaman budaya atau “cultural diversity”,

cultural diversity diartikan sebagai kekayaan budaya yang dilihat sebagai cara yang ada

dalam kebudayaan kelompok atau masyarakat untuk mengungkapkan ekspresinya. Hal ini

tidak hanya berkaitan dalam keragaman budaya yang menjadi kebudayaan latar belakangnya,

namun juga variasi cara dalam penciptaan artistik, produksi, disseminasi, distribusi dan

penghayatannya, apapun makna dan teknologi yang digunakannya. Atau diistilahkan oleh

Unesco dalam dokumen konvensi UNESCO 2005 sebagai “Ekpresi budaya” (cultural

expression). Isi dari keragaman budaya tersebut akan mengacu kepada makna simbolik,

dimensi artistik, dan nilai-nilai budaya yang melatarbelakanginya.

Dalam konteks ini pengetahuan budaya akan berisi tentang simbol-simbol

pengetahuan yang digunakan oleh masyarakat pemiliknya untuk memahami dan

menginterprestasikan lingkungannya. Pengetahuan budaya biasanya akan berwujud nilai-nilai

budaya suku bangsa dan nilai budaya bangsa Indonesia, dimana didalamnya berisi kearifan-

kearifan lokal kebudayaan lokal dan suku bangsa setempat. Kearifan lokal tersebut berupa

nilai-nilai budaya lokal yang tercerminkan dalam tradisi upacara-upacara tradisional dan

karya seni kelompok suku bangsa dan masyarakat adat yang ada di nusantara. Sedangkan

tingkah laku budaya berkaitan dengan tingkah laku atau tindakan-tindakan yang bersumber

dari nilai-nilai budaya yang ada. Bentuk tingkah laku budaya tersebut bisa dirupakan dalam

bentuk tingkah laku sehari-hari, pola interaksi, kegiatan subsisten masyarakat, dan

31

Page 32: Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram

sebagainya. Atau bisa kita sebut sebagai aktivitas budaya. Dalam artefak budaya, kearifan

lokal bangsa Indonesia diwujudkan dalam karya-karya seni rupa atau benda budaya (cagar

budaya). Jika kita melihat penjelasan diatas maka sebenarnya kekayaan Indonesia

mempunyai bentuk yang beragam. Tidak hanya beragam dari bentuknya namun juga

menyangkut asalnya. Keragaman budaya adalah sesungguhnya kekayaan budaya bangsa

Indonesia.

32

Page 33: Budaya Indonesialambosetungkung.weebly.com/.../4124636/karya_ilmiah_23.docx · Web viewVersi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram

Daftar pustaka Arnold, Matthew. 1869. Culture and Anarchy. New York: Macmillan. Third edition,

1882, available online. Retrieved: 2006-06-28.

Barzilai, Gad. 2003. Communities and Law: Politics and Cultures of Legahkjkjl

Identities. University of Michigan Press.

Boritt, Gabor S. 1994. Lincoln and the Economics of the American Dream. University

of Illinois Press. ISBN 978-0-252-06445-6.

Bourdieu, Pierre. 1977. Outline of a Theory of Practice. Cambridge University Press.

ISBN 978-0-521-29164-4

Cohen, Anthony P. 1985. The Symbolic Construction of Community. Routledge: New

York,

Dawkiins, R. 1982. The Extended Phenotype: The Long Reach of the Gene. Paperback

ed., 1999. Oxford Paperbacks. ISBN 978-0-19-288051-2

Forsberg, A. Definitions of culture CCSF Cultural Geography course notes.

Retrieved: 2006-06-29.

Geertz, Clifford. 1973. The Interpretation of Cultures: Selected Essays. New York.

ISBN 978-0-465-09719-7.

33