Doc3
-
Upload
jung-kristal -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
description
Transcript of Doc3
10 ml Iod 0,1 M
diencerkan dalam labu Erlenmeyer 100 ml
10 ml larutan Iod
ditambah 1ml H2SO4 2 Mditambah 3 tetes amilum.ditirasi dengan natrium tio sulfat
Hasil
10 ml Iod 0,1 M
diencerkan dalam labu erlemeyer 100 ml
10 ml larutan Iod
Lapisan organik Lapisan air
Diekstraksi dengan 5 ml kloroform
ditambah 1ml H2SO4 2 Mditambah 3 tetes amilum.ditirasi dengan natrium tio sulfat
Hasil
1.
2.
10 ml Iod 0,1 M
diencerkan dalam labu Erlenmeyer 100 ml
10 ml larutan Iod
ditambah 1ml H2SO4 2 Mditambah 3 tetes amilum.ditirasi dengan natrium tio sulfat
Hasil
Hasil Pengamatan
No. Prosedur Kerja Hasil Dugaan/Reaksi Kesimpulan1. Sebelum:
- Natrium Tiosulfat = larutan tidak berwarna
- Iod = larutan berwarna cokelat kekuningan
Sesudah:- Volume titrasi Natrium
Tiosulfat yang diperlukan yaitu:
1. V1 = 15,5 ml2. V2 = 15,4 ml3. V3 = 15,3 ml
I2 + 2e- 2 I-
2 S2O32- S4O6
2- + 2 e-
I2 + 2 S2O32- 2 I- +
S2O62-
KD = 6,4925
2. Sebelum:- Natrium Tiosulfat =
larutan tidak berwarna- Iod = larutan berwarna
cokelat kekuningan- Klorofom tak berwarna.
Sesudah:- Iod diekstraksi dengan
kloroform = terdapat lapisan organic dan lapisan air
- Lapisan air kuning kecoklatan.
- Lapisan organic ungu.
Natrium tiosulfat yg dibutuhkan untuk titrasi:
1. 6,4 ml2. 6,7 ml3. 7,0 ml
10 ml Iod 0,1 M
Analisis Data
Pada percobaan koefisien distribusi iod ini menggunakan dua metode yaitu
metode ekstraksi dan metode titrasi.
Langkah awal yang dilakukan yaitu mngencerkan 10 ml Iod dalam labu
ukur 100 ml. Untuk mendapatkan konsentrasi iod mula-mula, dilakukan titrasi
standarisasi iod dengan mereaksikan 10 ml larutan iod yang telah diencerkan
dengan 2 mL larutan H2SO4 2 M dalam erlenmeyer. Tujuan penambahan asam
sulfat yaitu mengasamkan larutan yang akan menyangga pH tetap di bawah 7,
sehingga saat dititrasi dengan natrium tiosulfat larutan tidak teroksidasi secara
parsial menjadi sulfat. Selanjutnya ditambahkan 3 tetes larutan kanji 0,2%, larutan
berubah warna dari coklat kekuningan menjadi berwarna kehitaman. Larutan kanji
0,2% digunkaan sebagai indikator, yakni untuk mengidentifikasi adanya iod
dalam larutan. Pembentukan warna hitam pada larutan terjadi karena molekul-
molekul iodin tertahan di permukaan β-amylose yang merupakan suatu konstituen
dari kanji.
Lalu larutan tersebut dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat Na2S2O3 0,01
N. Saat dititrasi dengan Na2S2O3 0,01 N larutan berubah warna menjadi biru muda
tetapi ketika titrasi dilanjutkan warna biru muda tersebut akan hilang menjadi tak
berwarna yang menunjukkan titik akhir titrasi. Natrium tiosulfat dipilih sebagai
titran karena larutannya sudah distandarisasi terhadap sebuah larutan primer,
sehingga dapat digunakan untuk menghitung konsentrsi iod mula-mula. Selain itu,
Natrium tiosulfat juga merupakan salah satu agen pengoksidasi yang diperlukan
larutan asam untuk dapat bereaksi dengan iodin. Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali
untuk mendapatkan konsentrasi iod mula-mula yang akurat. Volume larutan
Na2S2O3 yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir titrasi berturut-turut adalah
sebagai berikut, 15,5 ml; 15,4 ml; dan 15,3 ml. Berikut ini merupakan persamaan
reaksinya.
I2 + 2S2O32- → 2I- + S4O6
2-
Untuk mendapatkan konsentrasi iod pada fase air dilakukan dengan
mengekstraksi 10 ml larutan iod yang telah diencerkan sebelumnya dengan
larutan kloroform (pelarut organik) dalam corong pisah. Pada saat pengocokan
selama proses ekstraksi, dihasilakan gas klor. Reaksinya sebagai berikut:
I2(aq) + Cl- → I- + Cl2(g)
Penambahan kloroform ini bertujuan untuk melarutkan iod pada pelarut
organiknya (kloroform), sehingga terbentuk 2 fasa yaitu bagian atas fasa iod
dalam air dan bagian bawah yang merupakan fasa iod dalam kloroform.
Kloroform digunakan dalam percobaan ini karena kloroform dan iod merupakan
senyawa kovalen non polar. Sehingga ketika dilakukan pengocokan dan kemudian
didiamkan, larutan iod akan terbagi dalam pelarut kloroform dan air yang
membuat keadaan kesetimbangan antara larutan iod dalam kloroform dan larutan
iod dalam air. Oleh karena itu larutan iod dapat terekstrak dari fasa air ke fasa
organik. Fasa air berada di atas berwarna kuning dan fasa organik berada di
bawah berwarna ungu.
Setelah kedua lapisan terpisah, fasa organik dikeluarkan dari corong
pemisah dan fasa air dipindahkan kedalam erlenmeyer lalu dititrasi dengan larutan
natrium tiosulfat Na2S2O3 0,01 N dengan cara seperti titrasi sebelumnya. Titrasi
tersebut dilakukan sebanyak 3 kali untuk mendapatkan konsentrasi iod fasa air
yang akurat. Volume larutan Na2S2O3 yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir
titrasi berturut-turut adalah sebagai berikut, 6,4 ml; 6,7 ml; dan 7,0 ml.
Dari data-data yang telah diperoleh diatas maka dapat dihitung nilai KD
Perhitungan KD iod
Mol I2 mula –mula
a) Mol ekuivalen I2 = mol ekuivalen S2O32-
n mol I2 = n M V
2 ek x I2 = 1 ek x 0,01 mmol/ml x 15,5 ml
I2 = 0,1550/2 mmol
I2 = 0,0775 mmol
b) Mol ekuivalen I2 = mol ekuivalen S2O32-
n mol I2 = n M V
2 ek x I2 = 1 ek x 0,01 mmol/ml x 15,4 ml
I2 = 0,1540 /2 mmol
I2 = 0,0770 mmol
c) Mol ekuivalen I2 = mol ekuivalen S2O32-
n mol I2 = n M V
2 ek x I2 = 1 ek x 0,01 mmol/ml x 15,3 ml
I2 = 0,1530/2 mmol
I2 = 0,0765 mmol
Mmol rata- rata I2 = 0,0775+0,0770+0,0765
3=0,0770
Banyaknya I2 sisa.
A. Mol ekuivalen I2 = mol ekuivalen S2O32-
n mol I2 = n M V
2 ek x I2 = 1 ek x 0,01 mmol/ml x 6,4 ml
I2 = 0,0640/2 mmol
I2 = 0,0320 mmol
B. Mol ekuivalen I2 = mol ekuivalen S2O32-
n mol I2 = n M V
2 ek x I2 = 1 ek x 0,01 mmol/ml x 6,7 ml
I2 = 0,0670/2 mmol
I2 = 0,0335 mmol
C. Mol ekuivalen I2 = mol ekuivalen S2O32-
n mol I2 = n M V
2 ek x I2 = 1 ek x 0,01 mmol/ml x 7,0 ml
I2 = 0,07/2 mmol
I2 = 0,0350 mmol
mmol rata –rata I2 sisa = 0,0320+0,0335+0,0350
3=0,0335
mmol fasa organik = mmol I2 mula mula – mmol I2 sisa
= 0,0770 – 0,0335
= 0,0435 mmol
K D=[ [organik ][air ] ]
K D=[ 0,0435mmol
2ml ][ 0,0335mmol
10ml ]
K D=[ 0,021750,00335 ]K D=6,492 5
Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan:
1. Harga KD iod yang didapat yaitu 6,4925
2. Nilai KD berbanding lurus dengan jumlah zat yang terekstrak. Semakin
besar nilai KD yang didapat maka semakin besar pula konsentrasi zat yang
terekstrak pada fasa organik.
3.
0 10 20 30 40 50 60 70 80 900
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
0.09
0.1
pp'
n
frak
si za
t ter
laru
t