Doc3

11
10 ml Iod 0,1 M diencerkan dalam labu Erlenmeyer 100 ml 10 ml larutan Iod ditambah 1ml H2SO4 2 M ditambah 3 tetes amilum. ditirasi dengan natrium tio sulfat Hasil 10 ml Iod 0,1 M diencerkan dalam labu erlemeyer 100 ml 10 ml larutan Iod Lapisan organik Lapisan air Diekstraksi dengan 5 ml kloroform ditambah 1ml H2SO4 2 M ditambah 3 tetes amilum. ditirasi dengan natrium tio sulfa Hasil 1. 2.

description

document

Transcript of Doc3

Page 1: Doc3

10 ml Iod 0,1 M

diencerkan dalam labu Erlenmeyer 100 ml

10 ml larutan Iod

ditambah 1ml H2SO4 2 Mditambah 3 tetes amilum.ditirasi dengan natrium tio sulfat

Hasil

10 ml Iod 0,1 M

diencerkan dalam labu erlemeyer 100 ml

10 ml larutan Iod

Lapisan organik Lapisan air

Diekstraksi dengan 5 ml kloroform

ditambah 1ml H2SO4 2 Mditambah 3 tetes amilum.ditirasi dengan natrium tio sulfat

Hasil

1.

2.

Page 2: Doc3

10 ml Iod 0,1 M

diencerkan dalam labu Erlenmeyer 100 ml

10 ml larutan Iod

ditambah 1ml H2SO4 2 Mditambah 3 tetes amilum.ditirasi dengan natrium tio sulfat

Hasil

Hasil Pengamatan

No. Prosedur Kerja Hasil Dugaan/Reaksi Kesimpulan1. Sebelum:

- Natrium Tiosulfat = larutan tidak berwarna

- Iod = larutan berwarna cokelat kekuningan

Sesudah:- Volume titrasi Natrium

Tiosulfat yang diperlukan yaitu:

1. V1 = 15,5 ml2. V2 = 15,4 ml3. V3 = 15,3 ml

I2 + 2e- 2 I-

2 S2O32- S4O6

2- + 2 e-

I2 + 2 S2O32- 2 I- +

S2O62-

KD = 6,4925

Page 3: Doc3

2. Sebelum:- Natrium Tiosulfat =

larutan tidak berwarna- Iod = larutan berwarna

cokelat kekuningan- Klorofom tak berwarna.

Sesudah:- Iod diekstraksi dengan

kloroform = terdapat lapisan organic dan lapisan air

- Lapisan air kuning kecoklatan.

- Lapisan organic ungu.

Natrium tiosulfat yg dibutuhkan untuk titrasi:

1. 6,4 ml2. 6,7 ml3. 7,0 ml

10 ml Iod 0,1 M

Page 4: Doc3

Analisis Data

Pada percobaan koefisien distribusi iod ini menggunakan dua metode yaitu

metode ekstraksi dan metode titrasi.

Langkah awal yang dilakukan yaitu mngencerkan 10 ml Iod dalam labu

ukur 100 ml. Untuk mendapatkan konsentrasi iod mula-mula, dilakukan titrasi

standarisasi iod dengan mereaksikan 10 ml larutan iod yang telah diencerkan

dengan 2 mL larutan H2SO4 2 M dalam erlenmeyer. Tujuan penambahan asam

sulfat yaitu mengasamkan larutan yang akan menyangga pH tetap di bawah 7,

sehingga saat dititrasi dengan natrium tiosulfat larutan tidak teroksidasi secara

parsial menjadi sulfat. Selanjutnya ditambahkan 3 tetes larutan kanji 0,2%, larutan

berubah warna dari coklat kekuningan menjadi berwarna kehitaman. Larutan kanji

0,2% digunkaan sebagai indikator, yakni untuk mengidentifikasi adanya iod

dalam larutan. Pembentukan warna hitam pada larutan terjadi karena molekul-

molekul iodin tertahan di permukaan β-amylose yang merupakan suatu konstituen

dari kanji.

Lalu larutan tersebut dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat Na2S2O3 0,01

N. Saat dititrasi dengan Na2S2O3 0,01 N larutan berubah warna menjadi biru muda

tetapi ketika titrasi dilanjutkan warna biru muda tersebut akan hilang menjadi tak

berwarna yang menunjukkan titik akhir titrasi. Natrium tiosulfat dipilih sebagai

titran karena larutannya sudah distandarisasi terhadap sebuah larutan primer,

sehingga dapat digunakan untuk menghitung konsentrsi iod mula-mula. Selain itu,

Natrium tiosulfat juga merupakan salah satu agen pengoksidasi yang diperlukan

larutan asam untuk dapat bereaksi dengan iodin. Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali

untuk mendapatkan konsentrasi iod mula-mula yang akurat. Volume larutan

Na2S2O3 yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir titrasi berturut-turut adalah

sebagai berikut, 15,5 ml; 15,4 ml; dan 15,3 ml. Berikut ini merupakan persamaan

reaksinya.

I2 + 2S2O32- → 2I- + S4O6

2-

Untuk mendapatkan konsentrasi iod pada fase air dilakukan dengan

mengekstraksi 10 ml larutan iod yang telah diencerkan sebelumnya dengan

Page 5: Doc3

larutan kloroform (pelarut organik) dalam corong pisah. Pada saat pengocokan

selama proses ekstraksi, dihasilakan gas klor. Reaksinya sebagai berikut:

I2(aq) + Cl- → I- + Cl2(g)

Penambahan kloroform ini bertujuan untuk melarutkan iod pada pelarut

organiknya (kloroform), sehingga terbentuk 2 fasa yaitu bagian atas fasa iod

dalam air dan bagian bawah yang merupakan fasa iod dalam kloroform.

Kloroform digunakan dalam percobaan ini karena kloroform dan iod merupakan

senyawa kovalen non polar. Sehingga ketika dilakukan pengocokan dan kemudian

didiamkan, larutan iod akan terbagi dalam pelarut kloroform dan air yang

membuat keadaan kesetimbangan antara larutan iod dalam kloroform dan larutan

iod dalam air. Oleh karena itu larutan iod dapat terekstrak dari fasa air ke fasa

organik. Fasa air berada di atas berwarna kuning dan fasa organik berada di

bawah berwarna ungu.

Setelah kedua lapisan terpisah, fasa organik dikeluarkan dari corong

pemisah dan fasa air dipindahkan kedalam erlenmeyer lalu dititrasi dengan larutan

natrium tiosulfat Na2S2O3 0,01 N dengan cara seperti titrasi sebelumnya. Titrasi

tersebut dilakukan sebanyak 3 kali untuk mendapatkan konsentrasi iod fasa air

yang akurat. Volume larutan Na2S2O3 yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir

titrasi berturut-turut adalah sebagai berikut, 6,4 ml; 6,7 ml; dan 7,0 ml.

Dari data-data yang telah diperoleh diatas maka dapat dihitung nilai KD

Perhitungan KD iod

Mol I2 mula –mula

a) Mol ekuivalen I2 = mol ekuivalen S2O32-

n mol I2 = n M V

2 ek x I2 = 1 ek x 0,01 mmol/ml x 15,5 ml

I2 = 0,1550/2 mmol

I2 = 0,0775 mmol

Page 6: Doc3

b) Mol ekuivalen I2 = mol ekuivalen S2O32-

n mol I2 = n M V

2 ek x I2 = 1 ek x 0,01 mmol/ml x 15,4 ml

I2 = 0,1540 /2 mmol

I2 = 0,0770 mmol

c) Mol ekuivalen I2 = mol ekuivalen S2O32-

n mol I2 = n M V

2 ek x I2 = 1 ek x 0,01 mmol/ml x 15,3 ml

I2 = 0,1530/2 mmol

I2 = 0,0765 mmol

Mmol rata- rata I2 = 0,0775+0,0770+0,0765

3=0,0770

Banyaknya I2 sisa.

A. Mol ekuivalen I2 = mol ekuivalen S2O32-

n mol I2 = n M V

2 ek x I2 = 1 ek x 0,01 mmol/ml x 6,4 ml

I2 = 0,0640/2 mmol

I2 = 0,0320 mmol

B. Mol ekuivalen I2 = mol ekuivalen S2O32-

n mol I2 = n M V

2 ek x I2 = 1 ek x 0,01 mmol/ml x 6,7 ml

I2 = 0,0670/2 mmol

I2 = 0,0335 mmol

C. Mol ekuivalen I2 = mol ekuivalen S2O32-

n mol I2 = n M V

2 ek x I2 = 1 ek x 0,01 mmol/ml x 7,0 ml

Page 7: Doc3

I2 = 0,07/2 mmol

I2 = 0,0350 mmol

mmol rata –rata I2 sisa = 0,0320+0,0335+0,0350

3=0,0335

mmol fasa organik = mmol I2 mula mula – mmol I2 sisa

= 0,0770 – 0,0335

= 0,0435 mmol

K D=[ [organik ][air ] ]

K D=[ 0,0435mmol

2ml ][ 0,0335mmol

10ml ]

K D=[ 0,021750,00335 ]K D=6,492 5

Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan:

1. Harga KD iod yang didapat yaitu 6,4925

2. Nilai KD berbanding lurus dengan jumlah zat yang terekstrak. Semakin

besar nilai KD yang didapat maka semakin besar pula konsentrasi zat yang

terekstrak pada fasa organik.

Page 8: Doc3

3.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 900

0.01

0.02

0.03

0.04

0.05

0.06

0.07

0.08

0.09

0.1

pp'

n

frak

si za

t ter

laru

t