doc1.docx

9
Tanin adalah senyawa organic yang sangat kompleks dan banyak terdapat pada bermacam-macam tumbuhan. Istilah tannin diperkenalkan oleh Seguil pada tahun 1796. Pada masa it belum diketahui bahwa tannin tersusun dari campuran bermacam senyawa, bukan hanya satu golongan senyawa saja. Tanin bersifat amorf dan mempunyai daya untuk menyamak kulit hewan. Struktur tannin belum dapat ditentukan secara pasti, namun diartikan sebagai senyawa-senyawa alami dengan bobot molekul ntara 500 sampai 3000 This product is soluble in ethanol (100 mg/ml), yielding a clear, yellow to brown solution. This product is also soluble in water (2.8 g/ml), warm glycerol (1 mg/ml), and acetone. Senyawa tanin sebagai asam tanat larut dalam etanol (100 mg/mL) menghasilkan larutan kuning hingga kecoklatan yang jernih. Senyawa tanin sebagai asam tanat juga larut dalam air sebanyak 2,8 g/mL, dalam gliserol hangat 1 mg/mL, dan juga larut dalam aseton (The Merck Index, 11th Ed., Entry# 9023). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makin tinggi konsentrasi pelarut maka makin banyak tanin yang dapat diambil. Yuliani dkk. (2003) mengambil tanin dari daun jambu biji (Psidium quajava) menggunakan pelarut aseton pada suhu 70 oC selama 30 menit. Sudrajat, et.al. (2008) mengekstrak tanin dari Bruguiera sexangula menggunakan pelarut aseton 50% (v/v) selama 3 hari. Danarto dkk. (2010) mengambil tanin dari kulit kayu bakau dengan ekstraksi menggunakan pelarut etanol 70 % dan dimanfaatkan sebagai adsorben limbah logam berat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar tanin terbanyak diperoleh pada proses ekstraksi dengan suhu 70 oC selama 3 jam. (Naufalin, 2013) Aktivitas antimikrobia sasrang semut

Transcript of doc1.docx

Page 1: doc1.docx

Tanin adalah senyawa organic yang sangat kompleks dan banyak terdapat pada bermacam-macam tumbuhan. Istilah tannin diperkenalkan oleh Seguil pada tahun 1796. Pada masa it belum diketahui bahwa tannin tersusun dari campuran bermacam senyawa, bukan hanya satu golongan senyawa saja.

Tanin bersifat amorf dan mempunyai daya untuk menyamak kulit hewan. Struktur tannin belum dapat ditentukan secara pasti, namun diartikan sebagai senyawa-senyawa alami dengan bobot molekul ntara 500 sampai 3000

This product is soluble in ethanol (100 mg/ml), yielding

a clear, yellow to brown solution. This product is also

soluble in water (2.8 g/ml), warm glycerol (1 mg/ml),

and acetone.

Senyawa tanin sebagai asam tanat larut dalam etanol (100 mg/mL) menghasilkan larutan kuning hingga kecoklatan yang jernih. Senyawa tanin sebagai asam tanat juga larut dalam air sebanyak 2,8 g/mL, dalam gliserol hangat 1 mg/mL, dan juga larut dalam aseton (The Merck Index, 11th Ed., Entry# 9023).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makin tinggi konsentrasi pelarut maka makin banyak tanin yang dapat diambil. Yuliani dkk. (2003) mengambil tanin dari daun jambu biji (Psidium quajava) menggunakan pelarut aseton pada suhu 70 oC selama 30 menit. Sudrajat, et.al. (2008) mengekstrak tanin dari Bruguiera sexangula menggunakan pelarut aseton 50% (v/v) selama 3 hari. Danarto dkk. (2010) mengambil tanin dari kulit kayu bakau dengan ekstraksi menggunakan pelarut etanol 70 % dan dimanfaatkan sebagai adsorben limbah logam berat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar tanin terbanyak diperoleh pada proses ekstraksi dengan suhu 70 oC selama 3 jam.

(Naufalin, 2013) Aktivitas antimikrobia sasrang semut

(Mustapha et al., 2012) Hasil ekstraksi tanin dari kulit ari Parkia Clappertoniana

Wang et al., 2013) Studi proses ekstraksi tanin dari Semen Cuscutae

Sebagian besar penelitian menyebutkan bahwa senyawa tanin dapat diekstrak secara optimum pada suhu 50-80oC. Naufalin (2013) pada penelitiannya terhadap aktivitas antimikrobia tumbuhan sarang semut, Mustapha et al. (2012) pada penelitiannya mengenai hasil ekstraksi tanin dari kulit ari Parkia Clappertoniana, dan penelitian yang dilakukan oleh Wang et al. (2013) mengenai proses ekstraksi tanin dari Semen Cuscutae disebutkan bahwa suhu optimum ekstraksi tanin masing-masing adalah 70oC, 70oC, dan 50oC. Hal ini dikarenakan pada suhu 50-80oC pelarut akan menjadi semakin encer (viskositas rendah). Viskositas pelarut berpengaruh pada koefisien difusi dan laju ekstraksi. Viskositas pelarut yang rendah akan meningkatkan koefisien difusi sehingga laju ekstraksi juga akan meningkat.

Page 2: doc1.docx

bisa digunakan sebagai referensi penggunaan pelarut dan suhu optimum ekstraksi oleh peneliti lain yang ingin melakukan penelitian terhadap kandungan senyawa tanin pada tumbuhan jarak tintir.

Luka1. Pengertian lukaLuka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh, yang dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan serangga ( Sjamsuhidajat, 1997 ), menurut kozier ( 1995 ) luka adalah kerusakan kontinuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain.2. Klasifikasi lukaSecara umum dibagi dua yaitu luka tertutup dan luka terbuka. Luka tertutup yaitu luka dimana tidak terjadi hubungan dengan dunia luar. Contohnya : luka memar, vulnus traumaticum.Luka terbuka yaitu luka dimana terjadi hubungan antara luka dengan dunia luar. Contohnya : luka lecet, luak sayatan, luka robek, luka tusuk, luka potong, luka memar, dan luka tembak (Sumiardi, 1997). Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan menunjukan derajat luka (Taylor, 1997);a). Luka bersihLuka yang tidak terdapat inflamasi dan infeksi, tidak melibatkan saluran pencernaan, saluran pernafasan, dan saluran perkemihan.b). Luka bersih terkontaminasiLuka bedah yang melibatkan saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan saluran perkemihan. Luka tidak menunjukan terkontaminasi.c). Luka terkontaminasiLuka terbuka, segar, luka kecelakaan, luka bedah yang berhubungan dengan saluran pencernaan. Luka menunjukan tanda infeksi.d). Luka kotorLuka lama, luka kecelakaan yang mengandung jaringan mati dan luka dengan tanda infeksi seperti cairan.

3. Penyembuhan lukaTubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya, peningkatan aliran darah kedaerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan luka. Sebagai contoh mobilisasi dini dapat membantu memperlancar kerja pompa jantung untuk mensuplai aliran darah dari dan kearea luka dapat tercapai (Taylor, 1997) penyembuhan luka didefinisikan oleh Wound healing society (WHS) sebagai suatu proses yangkompleks dan dinamis sebagai akibat dari pengembalian kontinuitas dan fungsi anatomi.

4. Komponen penyembuhan luka menurut Black JM & Jakobs (1997) menuliskan :a) KolagenKolagen secara normal ditemukan menghubungkan jaringan, melintasi luka dengan bermacam sel mediatot. Kolagen adalah sel yang paling penting pada penyembuhan fase inflamasi dan fase

Page 3: doc1.docx

proliferasi karena sintesisnya, kolagen sisa, elastin dan proteoglikan. Substansi ini membangun kembali pertumbuhan jaringan.

b) AngiogenesisPerkembangan dari pembuluh darah baru pada luka kotor dapat didefinisikan selama pengkajian klinik. Awal tepi luka berwarna merah terang dan mudah berdarah, selanjutnya selama beberapa hari berubah jadi merah terang menjadi merah gelap, dan secara microkospis angiogenesis dimulai beberapa jam setelah perlukaan.

c) Granulasi jaringanSebuah matrik kolagen, kapilarisasi, dan sel mulai mengisi daerah luka dengan kolagen baru membentuk sebuah scar, jaringan ini tumbuh dari tepi luka ke dasar luka. Granulasi jaringan diisi dengan kapilarisasi baru yang berwarna merah, tidak rata atau berbenjol halus,dan dikelilingi oleh fibroblas dan makrofag. Makrofag melanjutkan untuk merawat luka dan merangsang fibroblas dan proses angiogenesis, sebuah granulasi jaringan mulai dibentuk dan proses epitelisasi terbentuk.mulai dengan:1) Kontraksi lukaKontraksi luka adalah mekanisme dimana tepi luka menyatu sebagai akbat ekkuatan dalam luka, kontraksi dihasilkan dari kerja miofibroblast. Jembatan miofibroblast melintasi luka dan menariktepi luka untuk menutup luka.2) EpitelisasiEpitelisasi adalah migrasi dari epitelisasi sel dari sekeliling kulit, epitelisasi juga melintasi folikel rambut di dermis dari luka yang sembuh dengan secondary intention. Besarnya luka atau kedalaman luka memerluka skin graft, karena epidermal migrasi secara normal dibatasi kira-kira 3 cm. epitelisasi dapat dilihat pada granulasi luka bersih, dan epitelisasi sel terbagi selanjutnya migrasi epitelisasi bertemu dengan sel yang sama dari tepi luka yang lain dan migrasi berhenti.

5. Fase penyembuhan lukaa). Fase inflamatoriTerjadi segera setelah luka 24 jam dan berakhir 3 – 4 hari, dimana terjadi proses hemostasis (penghentian perdarahan ), akibat fase kontriksi pembuluh darah besar didaerah luka, retraksi pembuluh darah, endapan fibrin dan platelet yang menyiapkan matrik fibrin yang menjadi kerangka bagi pengambilan sel dan akan menghubungkan jaringan.b). Fase proliferasiFase ini berlangsung dari hari ke- 3 atau 4 sampai hari ke- 21 setelah pembedahan. Fibroblast ( menghubungkan sel – sel jaringan ) yang berpindah kedaerah luka mulai 24 jam pertama setelah pembedahan, diawali dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar yang disebut proteoglikan kira – kira 7 hari setelah terjadi luka. Kolagen dan substansi protein yang menambah tegangan permukaan dari luka, sehingga jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan permukaan luka sehingga kecil kemungkinan luka terbuka, selama waktu itu sebuah lapisan penyembuhan nampak dibawah garis irisan luka. Meningkatnya aliran darah yang memberikan oksigen dan nutrisi yang diperlukan bagi kesembuhan luka. Fibroblas berpindah dari pembuluh darah keluka membawa fibrin, seiring perkembangan kapilarisasi jaringan perlahan berwarna merah dan disebut sebagai granulasi jaringan lunak, tertutupnya permukaan luka, epitelisasi atau tepi luka terkelupas. Menurut Schwarz (2000) menuliskan tentang tahap penyembuhan luka pada fase proliferasi dan fibroplasia adalah fase penyembuhan luka yang

Page 4: doc1.docx

ditandai oleh sintesis kolagen dimana sintesi kolagen dimulai dalam 24 jam setelah cidera, namun tidak akan mencapai puncaknya hingga 5 hari kemudian. Setelah 7 hari sintesis kolagen akan berkurang secara perlahan-lahan. Remodelling luka mengacu pada keseimbangan antara sintesis kolagen dan degradasi kolagen, dimana pada saat serabut-serabut kolagen tua diuraikan oleh kologenase jaringan, serabut-serabut baru dibentuk dengan kepadatan pengerutan yang makin bertambah sehingga proses ini akan meningkatkan kekuatan potensial jaringan.c). Fase maturasiFase ini dimulai hari ke- 21 dan berakhir 1 – 2 tahun setelah pembedahan. Fibroblast terus mensintesis kologen, dan kologen menjalin dirinya menyatukan dalam struktur yang lebih kecil, kehilangan elastisitas dan meninggalkan garis putih.

6. Faktor yang mempengaruhi proses kesembuhan lukaKarakata, S ( 1997 ), menuliskan faktor penyembuhan luka yaitu :a). Faktor lokalBesar kecilnya luka, lokalisasi luka, kebersihan luka, bentuk luka, daninfeksi akan empengaruhi kesembuhan, lokalisasi luka b). Faktor umumUsia pasien, keadaan gizi, penyakit penderita dapat menghambat kesembuhan luka .

Menurut Stevens ( 1999 ) proses penyembuhan luka dipengaruhi oleh :a). Pengaliran darah lokal, ini harus seoptimal mungkin dalam proses penyembuhan yang baikb). Ada atau tidak adanya edema, dengan adanya edema dapat menghalangi penyembuhan luka karena dengan demikian pengaliran darah akan tergangguc). Zat – zat pembakar dan pembangun, zat – zat ini harus ada dalam kadar yang cukup dalam makanan yang dikonsumsid). Kebersihan luka, luka yang bersih akan lebih cepat sembuh daripada luka yang banyak terdapat nekrosise). Besarnya luka, luka yang besar akan lebih lama sembuhnya daripada luka yang kecilf). kering atau tidaknya luka, luka yang kering akan lebih cepat sembuh daripada luka yang basah, karena luka kering akan lebih cepat tumbuh lapisan granulasi dibawah keropeng luka.

7. faktor yang mempersulit kesembuhan lukaa). Timbulnya perdarahanSebagai akibat dari suatu kerusaka, dapat timbul ditempat – tempat berlemak yang kurang aliran darah. Pembuluh darah itu dapat rusak pada tempat yang berlemak tadi, akibat dari tegangan pada luka atau gerakan yang dipaksakan. Perdarahan itu dapat terjadi di luar maupun di dalamtubuh.b). Adanya infeksiLuka menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan microorganisme, oleh karena itu cara perawatan luka harus tertuju pada usaha untuk menghindari terjadinya pencemaran luka atau sedapat mungkin membatasinya. Meskipun demikian higiene luka merupakan satu–satunya faktor pada perawatan luka yang menyebabkan timbulnya infeksi karena kondisi umum pasien dan tempat terajdinya luka sangat menentukan dalam hal ini.c). Usia pasienPada anak – anak dan orang muda luka sembuh lebih cepat dibandingkan pada orang tua.d). Keadaan gizi / nutrisi

Page 5: doc1.docx

Pada penderita dengan gangguan gizi ( misalnya malnutrisi, defisiensi dan avitaminosis vitamin tertentu, anemia ), luka sembuh lebih lambat (Sumiardi, 1996 ). Menurut sjamsuhidayat ( 1997 ) menuliskan penyebab luka dapat terganggu oleh penyebab dari dalam tubuh sendiri (endogen) yaitu gangguan koagulasi dan gangguan sistem imun, karena semua pembekuan darah akan menghambat penyembuhan luka, sistem imun juga dipengaruhi oleh kebutuhan nutrisi. sedangkan penyebab luar ( eksogen ) meliputi penyinaran sinar ionisasi yang akan menganggu mitosis dan merusak sel dengan akibat dini maupun lanjut.

1. Pembuatan Larutan Pereaksi a. Larutan indigocarmin Sebanyak 6 gram indigocarmin di larutkan ke dalam 500 ml akuades dan dipanaskan. Setelah dingin ditambahkan akuades sampai satu liter lalu disaring (Sudarrnadji,1984) b. Larutan KMnO4 0,1 N Di timbang KMNO4 3,2 gram kemudian dilarutkan dengan 1 liter akuades. Dididihkan selama 10-15 menit, kemudian disimpan selama satu malam. Setelah itu disaring dan diencerkan 1 liter akuades. Larutan KMNO4 standar perlu distandarrisasi sebelum dipakai (Sudarrnad dkk, 1984).

2. Standarisasi Larutan KMnO4 - Ditimbang 0,63 gram kristal asam oksalat dan dilarutkan dalam 100 ml akuades. - Diambil 25 ml larutan asam oksalat, ditambahkan 5 ml H2SO4p.a lalu dipanaskan sampai 70oC. - Selanjutnya dalam keadaan panas dititrasi dengan larutan KMNO4 standar sampai warna ungu dan tetesan larutan permanganat tidak hilang, lalu dicatat volume titrasi. - Mengulangi cara kerja (2 dan 3) sebanyak 3 kali dan masing – masing volume titrasi dicatat. Reaksi : 2KMnO4 + 5H2C2O4 + 3H2SO4 → 2 MnSO4 + 10CO2 + K2SO4 + 8 H2O Normalitas larutan standar KMnO4 dihitung dengan menggunakan rumus :

Keterangan : W: Berat kristal asarn oklasat yang ditimbang (mg), BM: Berat molekul kristal asam oksalat (126), V: (volume titrasi), 25/100: Faktor pengeceran, 2: elektron valensi asam oksalat 3. Proses Ekstraksi Daun jarak tintir dibersihkan dan dipotong – potong, kemudian dikeringkan atau dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 30 – 50oC untuk menghilangkan kadar airnya. Daun jarak tintir kering dihaluskan dan diayak dengan ukuran 45 mesh, kemudian ditimbang 50 gram, lalu dimasukkan ke dalam gelas kimia 1000 ml. Ke dalam gelas kimia ditambahkan pelarut yang akan digunakan sebanyak 250 ml, kemudian dipanaskan dengan penangas air yang suhunya dapat dikontrol (waterbath) sambil diaduk dengan pengaduk. Ekstraksi dilakukan pada suhu 50 oC, 60 oC, 70oC untuk setiap pelarut dan lama ekstraksi 5 jam. Hasil ekstraksi yang diperoleh didinginkan lalu disaring dan dimasukkan ke dalam alat evaporator dengan suhu 50 – 60oC untuk memisahkan tanin dari bahan pelarut. Setelah pelarut menguap, tanin yang terbentuk dicuci dengan petroleum eter, lalu dikeringkan untuk uji kualitatif dan pententuan kadar tanin.

4. Uji kualitatif - Filtrat ditambahkan dengan gelatin terbentuk endapan

Page 6: doc1.docx

- Filtrat ditambahkan larutan FeCl3 0,5 M sehingga larutan menjadi biru kehitaman kemudian ditambahkan larutan H2SO4 pekat, terbentuk endapan coklat.

5. Penentuan kadar tanin Penentuan kadar tannin dilakukan berdasarkan dalam Sudarmadji 1989, - Ditimbang 1,5 gr tanin, kemudian dimasukkan kedalam gelas kimia 100 ml lalu ditambahkan akuades 50 ml. - Dipanaskan pada suhu 40 – 60oC selama 30 menit. Setelah dingin larutan disaring ke dalam labu ukur 250 ml, lalu ditambahkan dengan akuades sampai tanda garis. - Dari larutan di atas diambil 25 ml dimasukan ke dalam Erlenmeyer ditambahkan 20 ml larutan indigocarmin kemudian dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N, tiap kali penambahan sebanyak 1 ml KMnO4 hingga warna berubah dari biru menjadi hijau selanjutnya titrasi dilakukan tetes demi tetes hingga warna hijau menjadi warna kuning emas. (Misalnya diperlukan volume titran sebanyak A ml)- Penetapan blanko dilakukan dengan memipet 20 ml larutan indigocarmin ke dalam Erlemneyer dan ditambahkan air lalu dititrasi seperti contoh di atas. (Misalnya diperlukan volume titran sebanyak B ml)- Kadar tanin dapat di hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Keterangan: A: volume titrasi tanin (ml), B: volume titrasi blanko (ml), N: normalitas KMnO4 standar (N), 10: faktor pengeceran , 1 ml KMnO4 0,1 N: setara 0,00416 gram tanin