· Web viewPukul 7.30 malam rombongan bergerak kembali menuju Kampus FIB USU Padangbulan...

29
LAPORAN SURVEI AWAL PRODI ETNOMUSIKOLOGI DAN MAGISTER SENI FIB USU TERHADAP EKSISTENSI REYOG LESTARI HUTOMO KENONGO DI KAMPUNG JATI, DESA SEI BAMBAN, KECAMATAN SEI BAMBANSERDANG BEDAGAI Oleh: Muhammad Takari Heristina Dewi Fadlin Muhammnad Dja’far Torang Naiborhu BebasSembiring UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA 0

Transcript of · Web viewPukul 7.30 malam rombongan bergerak kembali menuju Kampus FIB USU Padangbulan...

Page 1: · Web viewPukul 7.30 malam rombongan bergerak kembali menuju Kampus FIB USU Padangbulan Medan. Kemudian sampailah rombongan di FIB USU, pada pukul 21.00 WIB. Selepas itu, rombongan

LAPORAN SURVEI AWAL PRODI ETNOMUSIKOLOGI DAN MAGISTER SENI FIB USU TERHADAP EKSISTENSI REYOG LESTARI

HUTOMO KENONGO DI KAMPUNG JATI, DESA SEI BAMBAN, KECAMATAN SEI

BAMBANSERDANG BEDAGAI

Oleh: Muhammad Takari

Heristina DewiFadlin Muhammnad Dja’far

Torang NaiborhuBebasSembiring

UNIVERSITAS SUMATERA UTARAFAKULTAS ILMU BUDAYA

PRODI ETNOMUSIKOLOGI DANMAGISTER PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI

MEDAN2017

0

Page 2: · Web viewPukul 7.30 malam rombongan bergerak kembali menuju Kampus FIB USU Padangbulan Medan. Kemudian sampailah rombongan di FIB USU, pada pukul 21.00 WIB. Selepas itu, rombongan

LAPORAN SURVEI AWAL PRODI ETNOMUSIKOLOGI DAN MAGISTER SENI FIB USU TERHADAP EKSISTENSI REYOG LESTARI

UTOMO KENONGO DI KAMPUNG JATI, DESA SEI BAMBAN, KECAMATAN SEI BAMBANSERDANG BEDAGAI

Oleh: Takari, Heristina, Fadlin, Torang, dan Bebas

Deskripsi Perjalanan

Pada hari Minggu, tanggal 21 Mei 2017, tiga puluh sivitas akademika Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medsn, menyelenggarakan penelitian tentang reyog Ponorogo khas Deli, di Kampung Jati, Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ibni melibatkan lima dosen yakni: Bebas Sembiring, Torang Naiborhu, Fadlin, Heristina Dewi, dan Muhammad Takari., serta para mahasiswa angkatan 2015 yang mengikuti kelas kuliah: Survei Musik Nusantara dan Survei Musik Sumatera.

Pukul 7.00 WIB para peserta telah berkumpul di halaman depan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan. Dalam masa Ini datang pula bus Pelita Pariwisata yang hendak menghantar rombongan ke tempat penelitian (survei awal). Mahasiswa juga bersiap-siap menunggu waktu keberangkatan, dan sebahagian besar menggunakan jaket almamater (warna hijau) Universitas Sumatera Utara Medan.

1

Page 3: · Web viewPukul 7.30 malam rombongan bergerak kembali menuju Kampus FIB USU Padangbulan Medan. Kemudian sampailah rombongan di FIB USU, pada pukul 21.00 WIB. Selepas itu, rombongan

Tepat pukul 8.00 WIB rombongan masuk ke bus, dan kemudian pergi ke tempat penelitian. Rute jalan adalah Kampus FIB, melaqlui pintu satau yang dibuka ahanya sisi kirinya, kemudian lanjut ke Jalan Jaminn Ginting (Pattimura), belok ke arah Titi Kuning.

Di tengah-tengah suasana keberangkatan ini, Ibu Heristina menginformasikan rombongan untuk pergi ke Padang dan Padangpanjang Sumatera Barat. Kemudian Pak Fadlin menjelaskan tentang berbagai keberhasilan etnomusikologi baru-baru ini. Di antaranya adalah terpilihnya Prof. Mauly Purba, M.A., Ph.D. sebagai ketua Masyarakat Etnomusikologi Indonesia (MEI) dan Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. sebagai ketua Asosiasi Program Studi Etnomusikologi Indonesia (APSEI). Begitu juga hasil nilai akreditasi Etnomusikologi yakni A.

Kemudian di Jalan Sisingamangaraja (ujung) bus sedirikt melambat, karena arus padat, sedang ada pembangunan jalan dalam format beton, yang memakan sebelah kiri dan kanan jalan. Lepas itu masuk ke Jembatan Amplas, kemudian belok kiri menuju tol Belmera, Medan ke Tanjungmorawa. Begitu masuk tol ada gangguan sedikit bus, yakni bunyi di bahagian belakangnya. Kemudian supir dan kernet buas memeriksa kondisi bus. Ternyata tak ada apa-apa, kenmungkjinan besar kena batu di jalan. Keuar tol Tajungmorawa, terus ke Lubuk Pakam, Perbaungan, dan Sei bamban. Kami rombongan berhenti di depan lapangan Sei Bamban. Kemudian dijemput olkeh salah seorang pengurus Reyog Sei Bamban yakni Mas Bambang. Kemudian mobil menuju ke lokasi penelitian dengan jalanan beraspal tetapi cukup sempit untuk ukuran bus yang mengantar kami ini.

2

Page 4: · Web viewPukul 7.30 malam rombongan bergerak kembali menuju Kampus FIB USU Padangbulan Medan. Kemudian sampailah rombongan di FIB USU, pada pukul 21.00 WIB. Selepas itu, rombongan

Kegiatan di Lokasi Penelitian

Sampailah kami ke tempat penelitian di Kampung Jati Desa Sei Bamban, yang setrusnya bus parkir dengan agak susah payah. Selepas itu rombongan turun dan menurunkan konsumsi makanan siang, bertempat di rumah narasumber (Mas Bambang). Di halaman sebekah kiri rumah, telah disediakan pentas kecil untuk pemusik reog, yang terdiri dari pemain kendang, bonang dua orang, gong satu orang, dan saron dua orang.

Pukul 13.00 WIB beberapa mahasiswa dan dosen yang beragama Islam melakukan shalat di Mesjid Nurul Iman, yang berada sekitar 500 meter di belakang rumah pemilik reyog itu. Shalat dilakukan secara berjamaah,dan dihayati secara khusuk dan tawadhuk. Shalatdilakukan dengan cara jamak takdim (Zuhur dan Ashar sekali gus).

Kemudian semua sivitas akademika, supir bus, kenek, tuan rumah, dan pemain reyog makan bersama di ruang tamu tuan rumah, dengan bekal yang dibawa dari Medan. Nasi, lauk berupa ayam gulai, daun ubi rebus, sambal teri jos, sambal cabai merah, tauco tempe dan tahu, serta minuman aqua (gelas), menjadi menu utama makan siang ini.

Kemudian sesudah itu para mahhasiswa Etnomusikologi FIB USU nelakukan wawancara kepada para informan kunci reyog ini. Pertanyaan adalah mencakup hal-hal tentang sejarah berdirinya kelompok reyog ini, cara mengelola kesenian reyog, cara mengajarkannya kepada para anak muda untuk melestarikan seni reyog, latihan-latihan, kemudian pertunjukan-pertunjukan dan fungsi-

3

Page 5: · Web viewPukul 7.30 malam rombongan bergerak kembali menuju Kampus FIB USU Padangbulan Medan. Kemudian sampailah rombongan di FIB USU, pada pukul 21.00 WIB. Selepas itu, rombongan

fungsinya di dalam kebudayaan masyarakat Jawa di daerah ini, dan lain-lainnya.

Pukul 13.30 dimulailah acara pertunjukan, yang diawali dengan pertunjukan kuda kepang tarian dan karawitannya. Penari adalah para lelaki anak muda dengan properti kuda kepang, dan pakaian atas warna hijau daun, dan celana warna merah. Mereka atraktif melakukan tarian kuda kepang dengan komposisi, yang terus menerus berganti, diiringi oleh tempo lagu yang semakin lama semakin cepat.

Kemudian diteruskan dengan pertunjukan parikan khas Jawa Timur yang disajikan oleh seorang penyanyi dari kelompok ini. Syair-syair parikan tersebut sangat khas dan menghibur para penonton. Ada unsur-unsur lawakan di dalamnya. Penyanyi yang telah berusia satu abad tersebut bahkan meledek dirinya sendiri yang disebutnya masih berusia lima belas tahun, walau relaitanya telah lebih dari setengah abad. Begitu juga menyebut dirinya perempuan yang pecicilan (banyak gaya).

Kemudian dilanjutkan dengan pertunjukan reyog kelompok ini. Dimulai dengan membakar kemenyan di depan reyog, meminta izin para makhluk halus yang nantinya akan dipanggil mengisi acara ini. Bau kemenyan yang dibakar pun memenuhi ruang penciuman para penonton dan pemain.

Kemudian reyog diambil dan ditarikan oleh pemainnya. Dalam beberapa menit ia memain-mainkan gerak atraktif. Kemudian salah seorang mahasiswi Etnomusikologi dipersilahkan naik ke atas reyog tersebut, dan dibawa ke

4

Page 6: · Web viewPukul 7.30 malam rombongan bergerak kembali menuju Kampus FIB USU Padangbulan Medan. Kemudian sampailah rombongan di FIB USU, pada pukul 21.00 WIB. Selepas itu, rombongan

sana dan ke sini oleh pemain reyognya. Atraksi ini mendapat sambutan hangat oleh para penonton.

Di hujung acara adalah pertunjukan kuda kepang dengan melibatkan kemasukan (trance) para endang ke tubuh penari kuda kepang. Ada tujuh penari yang kemasukan. Yang menarik mereka mengadakan lawakan-lawakan dan saling meledek antara satu dengan yang lainnya setelah kemasukan. Pukul lima sore, pertunjukan pun berakhir, dan sivitas akademika Etnomusikologi dan Magister Seni FIB USU mohon pamit pulang ke Medan.

Dari pertunjukan tersebut, maka kami rasa perlu menjelaskan secara sekilas tentang kebudayaan suku Jawa yang ada di Sumatera Timur (kini pesisir timur Sumatera Utara), yang mendasari eksis dan berkembangnya kesenian-kesenian reyog, parikan, dan kuda kepang ini, sebagai berikut.

Sekilas Masyarakat Jawa Deli dan Paguyuban Pujakesuma di Sumatera Utara

Suku Jawa di Tanah Deli, atau kadang disebut Jadel, merupakan suatu kelompok masyarakat yang sejak zaman penjajahan telah diangkut dari pulau Jawa sebagai buruh kontrak di perkebunan-perkebunan Sumatra Utara, yang pada saat itu disebut Afdeeling Oostkust van Sumatra (Sumatera Timur).

Pada tahun 1863 Jacobus Nienhuijs seorang pengusaha firma Van De Arend membuka perkebunan Tembakau Deli. Nienhuijs melihat kawasan antara sungai Wampu dan sungai Ular merupakan daerah yang cocok untuk tanaman

5

Page 7: · Web viewPukul 7.30 malam rombongan bergerak kembali menuju Kampus FIB USU Padangbulan Medan. Kemudian sampailah rombongan di FIB USU, pada pukul 21.00 WIB. Selepas itu, rombongan

tembakau. Setelah mendapat konsesi sewa tanah selama 20 tahun dari Sultan Deli, Nienhuijs kemudian membuka perkebunan tembakau. Diawali dengan pekerja 23 buruh Melayu dan 88 buruh China. Namun, Nienhuijs hanya menghasilkan tembakau kering sebanyak 75 kilogram.

Melihat potensi tembakau yang dihasilkannya ternyata sangat baik, maka Nienhuijs berniat meluaskan areal perkebunannya. Akan tetapi, ia mengalami kesulitan mendapatkan tenaga kerja karena penduduk setempat menolak untuk bekerja sebagai buruh pada saat itu. Lalu Nienhuijs mendatangkan tenaga kerja kontrakan dari China dan Malaysia, India serta orang Tamil dari Negeri Penang.

Beberapa tahun kemudian, pemerintah China dan Inggris membuat peraturan ketat tentang tenaga kerja. Kebijakan ini lagi-lagi membuat Nienhuijs kesulitan mencari tenaga kerja untuk bekerja di perkebunannya. Tak ada pilihan, ia pun mendatangkan suku Jawa ke Sumatra Utara pada 1880 melalui calo dan kepala kebun sebagai buruh kontrak. Maklum, saat itu tenaga kerja dari pulau Jawa jauh lebih murah dibandingkan pegawai kontrak dari China. Oleh karena itu muncul beberapa istilah untuk menyebut orang Jawa Deli di Sumatra Utara, seperti "Jadel" singkatan dari "Jawa Deli" dan "Jakon" singkatan dari "Jawa Kontrak."

Kemudian Nienhuijs mendatangkan ribuan para pekerja dari pulau Jawa dan mendiami perkebunan- perkebunan tersebut. Pada masa awal sebagai buruh kontrak, mereka masih belum mampu mengembangkan dirinya secara baik. Mengingat masih terikat kontrak dan aturan yang

6

Page 8: · Web viewPukul 7.30 malam rombongan bergerak kembali menuju Kampus FIB USU Padangbulan Medan. Kemudian sampailah rombongan di FIB USU, pada pukul 21.00 WIB. Selepas itu, rombongan

dibuat pemerintah kolonial Belanda. Tapi pada masa pendudukan Jepang, ribuan masyarakat Jawa juga didatangkan dari pulau Jawa secara paksa untuk dijadikan sebagai buruh kerja paksa.

Namun, seiring waktu komunitas Jawa ini pun lama-lama terbiasa dengan lingkungan barunya. Selama lebih dari seratus tahun hingga saat ini komunitas Jawa di tanah Deli ini pun berkembang. Saat ini tidak saja di tanah Deli (sekarang kabupaten Deli Serdang), bahkan penyebaran mereka pun sampai ke tanah Langkat (sekarang kabupaten Langkat). Komunitas Jawa di tanah Deli dan Langkat pun berkembang pesat mengimbangi penduduk asli seperti suku Melayu dan berbagai etnis Batak lainnya. Sebagian besar masyarakat Jawa Deli ini bekerja di perkebunan-perkebunan yang tersebar di Sumatra Utara.

Dalam masyarakat suku Jawa Deli, beberapa tradisi budaya suku Jawa tetap dipertahankan, hanya saja para generasi mudanya semakin banyak tidak memahami bahasa Jawa seutuhnya seperti di tanah asal mereka di pulau Jawa. Bahasa Jawa yang mereka gunakan sepertinya sudah tercampur dengan bahasa-bahasa setempat, sehingga muncullah istilah-istilah baru dalam perbendaharaan bahasa Jawa Deli. Jadi janganlah heran apabila bertemu dengan seseorang di Sumatra Utara yang mengaku sebagai orang Jawa, tapi bahasa Jawanya agak berbeda dengan bahasa Jawa aslinya.

Meski begitu, beberapa kesenian tradisional Jawa masih mampu bertahan dan menjadi salah satu bentuk hiburan masyarakat Jawa Deli. Seperti penuturan beberapa masyarakat suku Jawa Deli, “keluarga saya sudah ada

7

Page 9: · Web viewPukul 7.30 malam rombongan bergerak kembali menuju Kampus FIB USU Padangbulan Medan. Kemudian sampailah rombongan di FIB USU, pada pukul 21.00 WIB. Selepas itu, rombongan

campuran Batak, Aceh, Melayu dan China. Jadi, kebudayaannya itu sudah tidak murni lagi, sehingga minat dan kecintaannya sudah jauh berkurang dari sebelumnya”. Saat ini, untuk beberapa daerah komunitas Jawa, misalnya di kabupaten Deli Serdang masih ditemukan kegiatan kesenian tradisional Jawa. Namun, tidak sebanyak dan serutin sebelum-sebelumnya.

Masyarakat Jawa Deli sadar kesenian tradisional harus tetap dipertahankan. Salah seorang Tokoh Jawa Deliserdang Rasiman menyatakan, lunturnya kesenian Jawa disebabkan kurangnya minat generasi muda menggeluti kesenian ini. Budaya modern yang ditularkan melalui media televisi telah membuat anak muda tak lagi peduli budayanya“.

Suatu keunikan yang pada masyarakat Jawa Deli, walaupun pada dasarnya mereka mengaku sebagai suku Jawa, tapi dalam darah mereka menyatakan mereka adalah orang Medan. Beberapa dari mereka bahkan sudah tidak tahu lagi dari mana asal kampung mereka di Jawa. Ketika ditanya, "Jawa apa kau?", mereka hanya mengatakan "ya Jawa Deli laa". Seperti semboyan masyarakat Medan, bahwa "hidup matiku buat Medan". Untuk itulah muncul istilah "PUJAKESUMA" buat masyarakat Jawa Deli ini, yang berarti "Putra Jawa Kelahiran Sumatra Utara". Bahkan beberapa generasi muda orang Jawa Deli memiliki logat kental gaya Medan mirip logat Batak atau logat Melayu.

Keunikan lain seperti dalam dukungan kepada tim sepakbola, mereka tidak mendukung team sepakbola yang berasal dari pulau Jawa, tapi mereka adalah pendukung

8

Page 10: · Web viewPukul 7.30 malam rombongan bergerak kembali menuju Kampus FIB USU Padangbulan Medan. Kemudian sampailah rombongan di FIB USU, pada pukul 21.00 WIB. Selepas itu, rombongan

sejati team sepak bola asal Sumatra Utara seperti PSMS Medan dan PSDS Deli Serdang. Itulah keunikan masyarakat Jawa Deli di Sumatra Utara yang telah hadir di Sumatra Utara sejak tahun 1880, dan menjadi bagian kesatuan masyarakat Sumatra Utara.

Perjalanan Pulang (Kampung Jati ke Kampus FIB USU Medan)

Pukul lima sore (17.00 WIB) rombongan Etnomusikologi dan Magister Seni FIB USU pamit pulang kembali ke Medan. Namun sebahagian mahasiswa masih ingin terus menikmati keeksotikan Kmapung Jati ini. Mereka memebeli jagung bakar, bakso bakar, dan lain-lainnya untuk dimakan di perjalanan pulang nantinya.

Perlahan tetapi pasti bus bergerak dari Kampung Jati ini menuju jalan utama Sei Bamban ke Medan. Nampak dalam hal ini supir bus sangat berpengalaman. Meski jalanan kecil dan pas saja untuk bus ia denga termapil membawa bus yang dipenuhi para sivitas akademika tersebut.

Pukul enam sore rombongan sampai di salah satu tempat peristirahatan pariwisata di Perbaungan. Beberapa orang penumpang bus ini mekan dan minum, ada pula yang buang ar kecil di toilet. Mereka menikmati perjalanan di te,[pat pemberhentian ini.

Selanjutnya pukul 6.30 sore rombongan kembali bergerak menuju Medan. Lalu litas di jalan trans Sumatera ini agak

9

Page 11: · Web viewPukul 7.30 malam rombongan bergerak kembali menuju Kampus FIB USU Padangbulan Medan. Kemudian sampailah rombongan di FIB USU, pada pukul 21.00 WIB. Selepas itu, rombongan

padat dipenuhi kendaraan umum dan sepera motor (kereta, untuk istilah Sumut). Tepat masa Maghrib, bus dihentikan di depan Mesjid Sulaimaniah (mesjid Kesultanan Serdang) untuk tujuan para sivitas akademika yang beragama Islam melakukan shalat Maghrib. Shalat dilakukan secara sendiri-sendiri, karena shalat berjamaah telah usai.

Pukul 7.30 malam rombongan bergerak kembali menuju Kampus FIB USU Padangbulan Medan. Kemudian sampailah rombongan di FIB USU, pada pukul 21.00 WIB.

Selepas itu, rombongan ini makan malam bersama di Gedung Dekanan FIB USU, tepatnya di teras bagian sisi kanan Gedung. Nasi, gulai telur ayam, tahu, tempe, sambal teri jos, samabal cabai merah, dan aqua menjadi sajian makan malam.

Selepas itu, rombongan pun pulang ke rumah masing-masing. Ada yang dijemput oleh keluarganya, ada pula yang naik kendaraan sendiri, atau juga dengan teksi. Dengan demikian selesailah survei awal para sivitas akademika Etnomusikologi dan MagisterSeni FIB USU ini. Pengalaman tersebut tentu sangat berguna dalam mengasah diri sebagai ilmuwan etnomusikologi. Dengan harapan kegiatan ini dilakukan secara berkala, kontinu, dan melibatkan sebagian besar sivitas akademika. Semoga saja.

10

Page 12: · Web viewPukul 7.30 malam rombongan bergerak kembali menuju Kampus FIB USU Padangbulan Medan. Kemudian sampailah rombongan di FIB USU, pada pukul 21.00 WIB. Selepas itu, rombongan

LAMPIRAN GAMBAR-GAMBAR

Gambar 1:Berfoto di Depan Bus Pelita Menjelang Keberangkatan

Dari kiri ke kanan: Fadlin, Nazliana Fadlin, Heristina Demi, Torang Naiborhu, Muhammad Takari, dan

Bebas Sembiring

11

Page 13: · Web viewPukul 7.30 malam rombongan bergerak kembali menuju Kampus FIB USU Padangbulan Medan. Kemudian sampailah rombongan di FIB USU, pada pukul 21.00 WIB. Selepas itu, rombongan

Gambar 2:Gambuh Sedang Melakukan Upacara Pembukaan

Pertunjukan Reyog dan Kuda Kepang, Memohon Izin kepada Penguasa Alam Suoernatural agar Pertunjukan

Direstui, Membakar Arang Koteks Upacara.

12

Page 14: · Web viewPukul 7.30 malam rombongan bergerak kembali menuju Kampus FIB USU Padangbulan Medan. Kemudian sampailah rombongan di FIB USU, pada pukul 21.00 WIB. Selepas itu, rombongan

Gambar 3:Gambuh Sedang Melakukan Upacara Pembukaan

Pertunjukan Reyog dan Kuda Kepang, Memohon Izin kepada Penguasa Alam Suoernatural agar Pertunjukan

Direstui, Membuka Minyak Wangi.

13

Page 15: · Web viewPukul 7.30 malam rombongan bergerak kembali menuju Kampus FIB USU Padangbulan Medan. Kemudian sampailah rombongan di FIB USU, pada pukul 21.00 WIB. Selepas itu, rombongan

Gambar 4:Para Seniman Musik (Pangrawit) sedang Menabuh Alat-

alat Musik Gamelan, Mengiringi Pertunjukan Reyog, Parikan, dan Kuda Kepang.

14

Page 16: · Web viewPukul 7.30 malam rombongan bergerak kembali menuju Kampus FIB USU Padangbulan Medan. Kemudian sampailah rombongan di FIB USU, pada pukul 21.00 WIB. Selepas itu, rombongan

Gambar 5:Salah Satu Tampilan Visual Reyog Kelompok

Lestari Hutomo

15

Page 17: · Web viewPukul 7.30 malam rombongan bergerak kembali menuju Kampus FIB USU Padangbulan Medan. Kemudian sampailah rombongan di FIB USU, pada pukul 21.00 WIB. Selepas itu, rombongan

Gambar 6:Salah Satu Pemain Kuda Kepang (Anak Wayang) Reyog

Kelompok Lestari Hutomo

16

Page 18: · Web viewPukul 7.30 malam rombongan bergerak kembali menuju Kampus FIB USU Padangbulan Medan. Kemudian sampailah rombongan di FIB USU, pada pukul 21.00 WIB. Selepas itu, rombongan

Gambar 7:Salah Satu Penyanyi Parikan Khas Jawa Timur pada

Kelompok Lestari Hutomo

17

Page 19: · Web viewPukul 7.30 malam rombongan bergerak kembali menuju Kampus FIB USU Padangbulan Medan. Kemudian sampailah rombongan di FIB USU, pada pukul 21.00 WIB. Selepas itu, rombongan

Gambar 8:Salah Seorang Mahasiswi Etnomusikologi FIB USU sedang

Menaiki Reyog

18

Page 20: · Web viewPukul 7.30 malam rombongan bergerak kembali menuju Kampus FIB USU Padangbulan Medan. Kemudian sampailah rombongan di FIB USU, pada pukul 21.00 WIB. Selepas itu, rombongan

Gambar 8:Berfoto Bersama Selepas Usai Pertunjukan Reyog, Parikan,

dan Kuda Kepang

19

Page 21: · Web viewPukul 7.30 malam rombongan bergerak kembali menuju Kampus FIB USU Padangbulan Medan. Kemudian sampailah rombongan di FIB USU, pada pukul 21.00 WIB. Selepas itu, rombongan

20

Page 22: · Web viewPukul 7.30 malam rombongan bergerak kembali menuju Kampus FIB USU Padangbulan Medan. Kemudian sampailah rombongan di FIB USU, pada pukul 21.00 WIB. Selepas itu, rombongan

21

Page 23: · Web viewPukul 7.30 malam rombongan bergerak kembali menuju Kampus FIB USU Padangbulan Medan. Kemudian sampailah rombongan di FIB USU, pada pukul 21.00 WIB. Selepas itu, rombongan

22