file · Web viewdikehendaki oleh yang belajar, bermakna bagi siswa . dengan kata lain,...
Transcript of file · Web viewdikehendaki oleh yang belajar, bermakna bagi siswa . dengan kata lain,...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran adalah sebuah upaya untuk menciptakan iklim dan
pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta
didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa, serta
antara siswa dengan siswa. Dalam pembelajaran ada model pembelajaran. Istilah
model pembelajaran sangat dekat dengan pengertian stategi pembelajaran.
Meskipun demikian, pengertian model pembelajaran ini dibedakan dari
pengertian strategi, pendekatan dan metode pembelajaran. Istilah model
pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada suatu strategi,
metode, dan teknik. Secara sederhana, pendekatan pembelajaran lebih melihat
pembelajaran sebagai proses belajar siswa yang sedang berkembang untuk
mencapai perkembangannya. Metode lebih berfokus pada prose belajar mengajar
untuk bahan ajar dan tujuan pembelajaran tertentu. Sedangkan model
pembelajaran lebih melihat pembelajaran sebagai suatu desain yang
menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang
memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau
perkembangan pada diri siswa.
Model pembelajaran dapat dedefinisikan sebagai sebuah kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Dengan demikian
aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata
secara sistematis. Pemilihan model pembelajaran disesuaikan dengan
karakteristik mata pelajaran dan karakteristik setiap kompetensi dasar yang
disajikan. Tidak semua model pembelajarn cocok untuk setiap kompetensi dasar.
Guru perlu memilih dan menentukan mosdel pembelajaran yang sesuai dengan
kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam
agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan
siswa
Di dalam proses belajar mengajar tercakup komponen, pendekatan, dan
berbagai metode pengajaran yang dikembangkan dalam proses tersebut. Tujuan
utama diselenggarakannya proses belajar adalah demi tercapainya tujuan
pembelajaran. Dan tujuan tersebut utamanya adalah keberhasilan siswa dalam
belajar dalam rangka pendidikan baik dalam suatu mata pelajaran maupun
pendidikan pada umumnya. Jika guru terlibat didalamnya dengan segala macam
metode yang dikembangkannyamaka yang berperan sebagai pengajar berfungsi
sebagai pemimpin belajar atau fasilitator belajar, sedangkan siswa berperan
sebagai pelajar atau individu yang belajar. Usaha-usaha guru dalam proses
tersebut utamanya adalah membelajarkan siswa agar tujuan khusus belajar
maupun umum proses belajar dapat tecapai.
Usaha-usaha guru dalam mngatur dan menggunakan berbagai variabel
pengajaran merupakan bagian penting dalam keberhasilan siswa dalam mencapai
tujuan yang direncanakan. Karena itu maka pemilihan metode, strategi dan
pendekatan dalam situasi kelas yang bersangkutan sangat penting. Upaya
pengembangan strategi mengajar tersebut berlandas pada pengertian bahwa
mebgajar merupakan suatu bentuk upaya memberikan bimbingan kepada siswa
untuk melakukan kegiatan belajar atau dengan kata lain membelajarkan siswa
seperti disebut diatas. Dari sini tercermin suatu pengertian bahwa belajar tidak
semata-mata berorientasi kepada hasil, melainkan juga berorientasi kepada
proses. Kualitas proses akan memberikan ukuran dalam menentukan kualitas
hasil yang dicapai.
Dalam belajar, proses belajar terjadi dalam benak siswa. Jelas bahwa
factor siswa sangat penting disamping faktor lain. Kepentingannya dapat dilihat
dari proses terjadinya perubahan, karena salah satu hakikat belajar adalah
terjadinya perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman.
Perubahan itu akan memberikan hasil yang optimal jika perubahan itu memang
dikehendaki oleh yang belajar, bermakna bagi siswa . dengan kata lain, proses
aktif dari orang yang belajar dalam rangka tujuan tersebut merupakan fakto yang
sangat penting. Demikian maka belajar aktif akan memberikan hasil yang lebih
bermakna bagi tecapainya tujuan dan tingkat kualitas hasil belajar tersebut.
Saatnya Guru meninggalkan pembelajaran tradisional dan menerapkan
model pembelajaran yang baik sehingga suasana kelas menjadi hidup. Siswa
sebagai komponen yang diberi perlakuan, mampu untuk melakukan aktifitas
belajar dengan senag, riang dan gembira tanpa meninggalkan arti keseriusan
pembelajaran. Siswa mengikuti pembelajaran tanpa tekanan dan juga tanpa
paksaan. Pembelajaran menjadi lebih menarik bagi siswa khususnya dan bagi
sekolah pada umumnya sehingga tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan
dari setiap kompetensi dasar bisa tercapai dan siswa mampu melakukan belajar
tuntas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran berbasis proyek ?
2. Bagaimana karakteristik pembelajaran berbasis proyek ?
3. Apa saja prinsip-prinsip pembelajaran berbasis proyek ?
4. Apa keuntungan dan kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek ?
5. Bagaimana implementasinya dalam pembelajaran berbasis proyek di
SMP/MTs ?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa pengertian dari pembelajaran berbasis proyek.
2. Mengetahui apa saja karakteristik dari pembelajaran berbasis proyek.
3. Mengetahui apa saja prinsip-prinsip pembelajaran berbasis proyek.
4. Mengetahui keuntungan dan kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek.
5. Mnegrti bagaimana implementasi pembelajaran berbasis proyek di
SMP/MTs.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning / PjBL)
Model pembelajaran Proyek merupakan model pembelajaran yang
menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Guru menugaskan siswa untuk
melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk
menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Model pembelajaran ini
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam
beraktifitas secara nyata. Kegiatan pembelajaran ini dirancang untuk digunakan
pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan
insvestigasi dan memahaminya. Melalui model pembelajaran ini, proses inquiry
dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan
membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang
mengintegrasikan berbagai subjek (materi). Pada saat pertanyaan terjawab,
secara langsung siswa dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai
prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. Model pembelajaran yang
dilakukan ini merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia
nyata, hal ini akan berharga bagi perhatian dan usaha peserta didik.
Langkah-langkah pembelajaran pada pembelajaran berbasis proyek
menggamit 6 kegiatan pembelajaran yaitu penentuan pertanyaan, menyusun
rencana proyek, menyusun jadwal, monitoring, menguji hasil, dan evalusasi
pengalaman. Pada langkah penentuan pertanyaan, guru pertama-tama
menganalisis kompetensi inti dan standar kompetensi. Pada materi yang sesuai
dengan model pembelajaran project, guru melakukan inventarisasi dan memilih
KD yang benar-benar sesuai dengan model pembelajaran ini. Pada langkah
menyusun rencana proyek, guru dan siswa secara berkelompok melakukan
penyusunan rencana proyek yang mencakup menyusun jadwal kegiatan,
mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan serta mempersiapkan bagaimana
cara menyelesaikan proyek yang telah direncanakan. Pada langkah selanjutnya,
guru melakukan monitoring. Monitaring dilakukan guru untuk mengetahui
dimana siswa mendapatkan kesulitan dan kapan siswa memerlukan bantuan
guru. Belum semua siswa terbiasa dan memahami cara kerja yang diharapkan
guru untuk diselesaikan siswa. Para siswa dibimbing oleh guru menguji hasil dan
melakukan evalusasi pengalaman. Bagi siswa kegiatan ini akan sangat berkesan
dan melatih siswa untuk menjadi pribadi yang bertanggungjawab dan mandiri
namun tidak semua siswa menyukai model pembelajaran ini terutama bagi siswa
yang tidak menyukai bidang tugas proyek semacam ini.
Sistem Penilaian yang dilakukan pada model pembelajaran proyek adalah
Penilaian proyek. Penilaian ini merupakan kegiatan penilaian terhadap satu tugas
yang harus diselesaiakan dalam kurun waktu tertentu. Tugas tersebut meliputi
penilaian dari tahap perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk
mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan
penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata
pelajaran tertentu secara jelas. Ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
kemampuan pengelolaan, relevansi, dan kaaslian. Kemampuan pengelolaan
yaitu kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi, dan
mengelola waktu pengumpulan data dan penulisan laporan. Relevansi adalah
kesesuaian dengan mata pelajaran dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran. Keaslian
adalah bahwa yang dilakukan siswa merupakan hasil karyanya.Teknik penilaian
proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir.
Tahapan yang perlu dinilai yaitu: tahapan penyusunan desain, pengumpulan data,
analis data, dan penyiapan laporan tertulis atau poster. Instrumen penilaian
berupa daftar cek atau skala penilaian.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran dikelas
dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek memuat tugas-tugas yang
kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat
menantang, dan menuntut siswa untuk merancang, memecahkan masalah,
membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri. Tujuannya adalah agar
siswa mempunyai kemandirian dalam menyelesaikan tugas yang dihadapinya.
1. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek adalah sebuah model yang inovatif, dan lebih
menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks.
Fokus pembelajaran terletak pada prinsip dan konsep inti dari suatu disiplin
ilmu, melibatkan siswa dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan
tugas-tugas bermakna yang lain. Memberi kesempatan siswa bekerja secara
otonom dalam mengonstruksi pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai
puncaknya untuk menghasilkan produk nyata.
Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang besar untuk memberi
pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa.
Biasanya memerlukan beberapa tahapan dan beberapa durasi. Tidak hanya
sekedar merupakan rangkaian pertemuan kelas, serta belajar kelompok
kolaboratif. Pembelajaran berbasis proyek memfokuskan pada
pengembangan produk atau unjuk kerja (performance),yang secara umum
melakukan kegiatan seperti berikut
- Mengorganisasi kegiatan belajar kelompok mereka
- Melakukan pengkajian atau penelitian
- Memecahkan masalah
- Mensintesis informasi
Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang amat besar untuk
membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna untuk pelajar
usia dewasa, seeperti siswa, apakah mereka sedang belajar di perguruan
tinggi maupun pelatihan transisionaluntuk memasuki lapangan kerja.
Di dalam pembelajaran berbasis proyek, pelajar menjadi terdorong untuk
lebih aktif dalam belajar sendiri. Instruktur berposisi di belakang dan pelajar
berinisiatif. Instruktur member kemudahan dan mengevaluasi proyek baik
kebermaknaannya maupun penerapan untuk kehidupan mereka sehari hari.
Sesuatu yang dibuat pelajar selama berjalan di ukur oleh guru atau instruktur
dalam pembelajarannya. Oleh karena itu, dalam pembelajaran berbasis
proyek guru tidak lebih aktif dan melatih secara langsung, akan tetapi hanya
menjadi pendamping dan fasilitator.
Pendekatan pembelajaran berbasis proyek (project based learning ini mirip
dengan pendekatan belajar berbasis masalah (problem based learning).
Karena kemiripannya itu, dalam literatur istilahnya seringkali
dipertukarbalikan. Keduanya menekankan lingkungan belajar siswa aktif,
kerja kelompok (kolaboratif), dan teknik evaluasi otentik (authentic
assessment). Perbedaannya terletak pada objek. Jika dalam problem based
learning, pelajar ebih didorong dalam kegiatan yang memerlukan perumusan
masalah, pengumpulan data, dan analisis data. Maka dalam project based
learning pelajar lebih didorong pada kegiatan desain, merumuskan pekerjaan,
merancang (designing), mengkalkulasi, melaksanakan pekerjaan, dan
mengevaluasi hasil.
Seperti didefinisikan oleh Buck Institute of Education (1999), bahwa
pembelajaran berbasis proyek memliki karakteristik sebagai berikut.
a. Pelajar membuat keputusan dan membuat kerangka kerja.
b. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya.
c. Pelajar merancang proses untuk mencapai hasil.
d. Pelajar bertanggung jawab untuk mendapatkan mendapatkan dan
mengelola informasi yang dikumpulkan.
e. Melakukan evaluasi secara kontinu.
f. Pelajar secara teratur melihat kembali apa yang mereka telah kerjakan.
g. Hasil akhir berupa produk yang telah di evaluasi.
Oakey (1998) mempertegas konsep dan karakteristik project based leaning
dengan membedakannya dengan problem based learning yang seringkali
saling dipertukarkan dalam penggunaan istilah ini. Istilah project based
learning dan problem based learning masing-masing digunakan untuk
menyatakan strategi pembelajaran. Kemiripan kedua konsep pembelajaran itu
dan penggunaan singkatan yang sama menghasilkan kerancuan didalam
literatur dan penelitian, meskipun sebenarnya diantara keduanya berbeda.
Project based learning dan problem based learning memiliki beberapa
kesamaan karakteristik. Keduanya adalah strategi pembelajaran yang
dimaksudkan untuk melibatkan pelajar didalam tugas-tugas otentik dan dunia
nyata agar dapat memperluas belajar mereka. Pelajar diberi tugas proyek atau
problem yang open-ended dengan lebih dari satu pendekatan atau jawaban,
yang menstimulasikan situasi professional. Kedua pendekatan ini juga
didefinisikan sebagai student-centered, dan menempatkan peranan guru
sebagai fasilitator. Pelajar dilibatkan dalam project atau problem based
learning yang secara umum bekerja di dalam kelompok secara kolaboratif,
dan di dorong mencari berbagai sumber informasi yang berhubungan dengan
proyek atau problem yang dikerjakan. Pendekatkan ini menekankan
pengukuran hasil belajar otentik dan dengan basis unjuk kerja (performance-
based assessment).
Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek merupakan pusat atau inti
kurikulum, bukan pelengkap kurikulum. Di dalam pembelajaran berbasis
proyek, proyek adalah strategi pembelajaran. Pelajar mengalami dan belajar
konsep-konsep inti suatu disiplin ilmu melalui proyek. Ada kerja proyek
yang mengikuti pembelajaran tradisional dengan cara memberi ilustrasi.
Contoh, praktik tambahan, atau aplikasi praktik yang diajarkan sebelumnya
dengan maskud lain. Akan tetapi menurut criteria diatas, aplikasi proyek
tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai pembelajaran berbasis proyek.
Kegiatan proyek yang dimaksudkan untuk pengayaan diluar kurikulum juga
tidak termasuk pembelajaran berbasis proyek.
Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek adalah terfokus pada pertanyaan
atau masalah yang mendorong pelajar menjalani dengan keja keras. Konsep-
konsep dan prinsip-prinsip inti atau pokok dari disiplin. Kriteria ini sangat
halus dan agak susah diraba. Definisi proyek bagi pelajar harus dibuat
sedemikian rupa agar terjalin hubungan antara aktivitas dan pengetahuan
konseptual yang melatar belakanginya yang diharapkan dapat berkembang
menjadi lebih luas dan mendalam.
Proyek melibatkan pelajar dalam investigasi konstruktif. Investigasi mungkin
berupa proses desain, penemuan masalah, pemecahan masalah, discovery,
atau proses pembangunan model. Akan tetapi, agar dapat disebut proyek
memenuhi kriteria pembelajaran berbasis proyek, aktivitas inti dari proyek
itu harus meliputi transformasi dan konstruksi pengetahuanpada pihak
pelajar. Jika pusat atau inti kegiatan proyek tidak menyajikan tingkat
kesulitan bagi anak, atau dapat dilakukan dengan penerapan informasi atau
keterampilan yang siap dipelajari. Proyek yang dimaksud adalah tidak lebih
dari sebuah latihan, dan bukan proyek pembelajaran berbasis proyek.
Pembelajaran berbasis proyek bisa menjadi bersifat revolusioner di dalam isu
pembaruan pembelajaran. Proyek dapat mengubah hakikat hubungan antara
guru dan pebelajar. Proyek dapat mereduksi kompetisi di dalam kelas dan
mengarahkan pebelajar lebih kolaboratif daripada kerja sendiri-sendiri.
Proyek juga dapat menggeser fokus pembelajaran dari mengingat fakta ke
eksplorasi ide.
2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek
Sebagai sebuah model pembelajaran, menurut Thomas, pembelajaran
berbasis proyek mempunyai beberapa prinsip, yaitu sebagai berikut :
a. Prinsip Sentralis
Prinsip sentralis menegaskan bahwa kerja proyek merupakan esensi dari
kurikulum. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana
siswa belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek.
Oleh karena itu, kerja proyek bukan merupakan praktik tambahan dan
aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari, melainkan menjadi
sentral kegiatan pembelajaran dikelas. Dengan demikian, kegiatan
pembelajarn akan dapat dilaksanakan secara optimal. Dalam
pembelajaran berbasis proyek, proyek adalah strategi pembelajaran.
Siswa mengalami dan belajar konsep-konsep inti suatu disiplin ilmu
melalui proyek.
b. Prinsip Pertanyaan Pendorong / Penuntun
Prinsip ini berarti bahwa kerja proyek berfokus pada “pertanyaan atau
permasalahan” yang dapat mendorong siswa untuk berjuang memperoleh
konsep atau prinsip utama suatu bidang tertentu. Jadi, dalam hal ini kerja
sebagai external motivation yang mampu menguggah siswa untuk
menumbuhkan kemandiriannya dalam mengerjakan tugas-tugas
pembelajaran.
c. Prinsip Investigasi Konstruktif
Prinsip Investigasi Konstruktif merupakan proses yang mengarah kepada
pencapaian tujuan, yang mengandung kegiatan inkuiri, pembngunan
konsep, dan resolusi. Dalam investigasi memuat proses perancangan,
pembutan keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah, discovery,
dan pembentukan model. Di samping itu, dalam kegiatan pembelajaran
berbasis proyek ini harus tercakup proses transfomasi dan konstruksi
pengetahuan.
d. Prinsip Otonomi
Prinsip otonomi dalam pembelajaran berbasis proyek dapat diartikan
sebagai kemandirian siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran,
yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja dengan minimal
supervisi, dan bertanggung jawab. Dalam hal ini guru hanya berperan
sebagai fasilitator dan motivator untuk mendorong tumbuhnya
kemandirian siswa.
e. Prinsip Realistis
Prinsip realistis berarti bahwa proyek meupakan sesuatu yang nyata,
bukan seperti di sekolah. Pembelajaran berbasis proyek harus dapat
memberikan perasaan realistiskepada siswa, termasuk dalam memilih
topik, tugas, dan peran konteks kerja, kolaborasi kerja, produk,
pelanggan, maupun standar produknya. Pembelajaran berbasis proyek
mengandung tantangan nyata yang berfokus pada permasalahan yang
autentik (bukan simulasi), bukan dibuat-buat, dan solusinya dapat
diimplementasikan di lapangan.
3. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
Menurut Moursund (dalam Wena, 2011) beberapa keuntungan dari
pembelajaran berbasis proyek , antara lain sebagai berikut
a. Increased Motivation
Pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
terbukti dari beberapa laporan penelitian tentang pembelajaran berbasis
proyek yang menyatakan bahwa siswa sangat tekun, berusaha keras untuk
menyelesaikan proyek, siswa merasa lebih bergairah dalam pembelajaran,
dan keterlambatan dalam kehadiran sangat berkurang.
b. Increased Problem-solving Ability
Beberapa sumber mendeskripsikan bahwa lingkungan belajar
pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah, membuat siswa lebih aktif dan behasil
memecahkan problem-problem yang bersifat kompleks.
c. Improved Library Research Skills
Karena pembelajaran berbasis proyek mempersyaratkan siswa harus
mampu secara cepat memperoleh informasi melalui sumber-sumber
informasi, maka keterampilan siswa untuk mencari dan mendapatkan
informasi akan meningkat.
d. Increased Collaboration
Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa
mengembangkan dan mempraktikan keterampilan komunikasi.
Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi online
adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek.
e. Increased Resource-Management Skills
Pembelajaran berbasis proyek yang diimplementasikan secara baik
memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam
mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber
lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
4. Kelemahan Pembelajarn Berbasis Proyek
a. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
b. Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
c. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, dimana
instrukur memegang peran utama di kelas.
d. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
e. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan
pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
f. Ada kemungkinan ada siswa yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
g. Ketika topic yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda,
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topic secara
keseluruhan.
Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek diatas,
seorang pendidik harus dapat mengatasinya dengan cara sebagai berikut.
a. Memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah.
b. Membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek.
c. Meminimalis dan menyediakan peralatan sederhana yang terdapat di
lingkungan sekitar.
d. Memilih lokasi penelitian yang mudah dijangkau sehingga tidak
membutuhkan banyak waktu dan biaya.
e. Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga
instruktur dan peserta didik merasa nyaman dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran berbasis proyek ini juga menuntut siswa untuk
mengembangkan keterampilan seperti kolaborasi dan refleksi. Menurut studi
penelitian, pembelajaran berbasis proyek membantu siswa untuk
meningkatkan keterampilan social mereka, sering menyebabkan absensi
berkurang dan lebih sedikit terjadi masalah kedisiplinan di kelas. Siswa juga
lebih percaya diri berbicara dengan kelompok orang, termasuk orang dewasa.
Pembelajaran berbasis proyek juga meningkatkan antusiasme untuk belajar.
Ketika siswa bersemangat dan antusias tentang apa yang mereka pelajari,
mereka akan sering terlibat dalam subjek dan kemudian memperluas minat
mereka untuk mata pelajaran lainnya. Antusias siswa ini cenderung untuk
mempertahankan apa yang mereka pelajari, bkan melupakannya dengan
cepat.
5. Langkah-Langkah Mendesain Suatu Proyek
Stienberg mengajukan enam strategi dalam mendesain suatu proyek yang
disebut dengan The Six A’s of Designing Projects1, yaitu sebagai berikut.
a. Authenticity (Keauntetikan)
b. Academic Rigor (Ketaatan terhadap nilai akademik)
c. Applied Learning (Belajar pada dunia nyata)
d. Active Exploration (Aktif meneliti)
e. Adult Relationship (Hubungan dengan ahli)
f. Assessment (penilaian)
Keenam langkah evaluatif tersebut dapat dijadikan pedoman dalam
merancang suatu bentuk pembelajaran berbasis proyek. Dengan mengacu
pada standar tersebut, pembelajaran proyek yang dilakukan oleh siswa dapat
lebih bermakna bagi pengembangan dirinya.
6. Pedoman Pembimbing
Dalam membimbing siswa dalam pembelajaran berbasis proyek ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pijakan tindakan. Adapun pedoman
pembimbingan tersebut antara lain.
a. Keauntetikan
Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai strategi berikut.
1. Mendorong dan membimbing siswa untuk memahami kebermaknaan
dari tugas yang dikerjakan.
2. Merancang tugas siswa sesuai dengan kemampuannya sehingga ia
mampu menyelesaikannya tepat waktu.
3. Mendorong dan membimbing siswa agar mampu menghasilkan
sesuatu dari tugas yang dikerjakannya.
b. Ketaatan Terhadap Nilai-Nilai Akademik
Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai strategi berikut.
1 Wena, 2011
1. Mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu menerapkan
berbagai pengetahuan / disiplin ilmu dalam menyelesaikan tugas yang
dikerjakan.
2. Merancang dan mengembangkan tugas-tugas yang dapat member
tantangan pada siswa untuk menggunakan berbagai metode dalam
pemecahan masalah.
3. Mendorong dan membimbing siswa untuk mampu berfikir tingkat
tinggi dalam memecahkan masalah.
c. Belajar pada Dunia Nyata
Hal ini dapat dilakukan dengan strategi berikut.
1. Mendorong dan membimbing siswa untuk mampu bekerja pada
konteks permasalahan yang nyata yang ada di masyarakat.
2. Mendorong dan mengarahkan agar siswa mampu bekerja dalam
situasi organisasi yang menggunakan teknologi tinggi.
3. Mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu mengelola
kemampuan keterampilan pribadinya.
d. Aktif Meneliti
Hal ini dapat dilakukan dengan strategi berikut.
1. Mendorong dan mengarahkan siswa agar dapat menyelesaikan
tugasnya sesuai dengan jadwal yang telah dibuatnya.
2. Mendorong dan mengarahkan siswa untuk melakukan penelitian
dengan berbagai macam metode, media, dan berbagai sumber.
3. Mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu berkomunikasi
dengan orang lain, baik melalui presentasi ataupun media lain.
e. Hubungan dengan Ahli
Hal ini dapat dilakukan dengan strategi berikut.
1. Mendorong dan mengarahkan siswa untuk mampu belajar dari orang
lain yang memiliki pengetahuan yang relevan.
2. Mendorong dan mengarahkan siswa bekerja / berdiskusi dengan
orang lain atau temannya dalam memecahkan masalah.
3. Mendorong dan mengaahkan siswa untuk mengajak atau meminta
pihak luar untuk terlibat dalam menilai unjuk kerjanya.
f. Penilaian
Hal ini dapat dilakukan dengan strategi berikut.
1. Mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu melakukan evaluasi
diri terhadap kinerjanya dalam mengerjakan tugasnya.
2. Mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajak pihak luar untuk
terlibat mengembangkan standar kerja yang terkait dengan tugasnya.
3. Mendorong dan mengarahkan siswa untuk menilai unjuk kerjanya.
7. Dukungan Teoritik Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran Berbasis Proyek adalah pendekatan pembelajaran yang
merangkum sejumlah ide-ide pembelajaran, yang didukung oleh teori-teori
dan penelitian substansial. Bagian ini mencoba mengetengahkan bahasan
teoretik yang mendasari Pembelajaran Berbasis Proyek. Menurut Mayer
(1992), dalam praktik pendidikan, terutama setengah abad terakhir, telah
terjadi pergeseran teori-teori belajar, dari aliran teori belajar behavioristik ke
kognitif, dari kognitif ke konstruktivistik.
Implikasi pergeseran pandangan terhadap belajar dan pembelajaran tersebut
adalah munculnya pandangan bahwa kurikulum sebagai body of knowledge
atau keterampilan-keterampilan yang ditransfer adalah naif. Jika pandangan
konstruktivis mengenai individu sebagai pengkonstruk pengetahuan mereka
sendiri dapat diterima, maka mungkin lebih tepat memandang kurikulum
sebagai serangkaian tugas dan strategi belajar. Oleh karena itu, perspektif
kehidupan kelas pun menjadi berubah. Hakekat hubungan guru-siswa tidak
lagi guru sebagai penjaja informasi dan siswa sebagai penerima informasi
semata, tetapi guru lebih sebagai pembimbing dan pendamping berpikir kritis
yang konstruktif. Lingkungan kelas dirancang untuk memberikan setting
sosial yang mendukung konstruksi pengetahuan dan keterampilan.
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model pembelajaran yang
didukung oleh atau berpijak pada teori belajar konstruktivistik. Strategi
pembelajaran yang menonjol dalam pembelajaran konstruktivistik antara lain
adalah strategi belajar kolaboratif, mengutamakan aktivitas siswa daripada
aktivitas guru, mengenai kegiatan laboratorium, pengalaman lapangan, studi
kasus, pemecahan masalah, panel diskusi, diskusi, brainstorming, dan
simulasi.
Beberapa dari strategi tersebut juga terdapat dalam pembelajaran berbasis
proyek yaitu.
a. Strategi belajar kolaboratif
b. Mengutamakan aktivitas siswa daripada aktivitas guru
c. Kegiatan laboratorium
d. Pengalaman lapangan
e. Pemecahan masalah
Peranan guru yang utama adalah mengendalikan ide-ide dan interpretasi
siswa dalam belajar, dan memberikan alternatif-alternatif melalui aplikasi,
bukti-bukti, dan argumen-argumen.
Dari berbagai karakteristiknya, Pembelajaran Berbasis Proyek didukung
teori-teori belajar konstruktivistik. Dalam konteks pembaruan di bidang
teknologi pembelajaran, Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dipandang
sebagai pendekatan penciptaan lingkungan belajar yang dapat mendorong
pelajar mengkonstruk pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman
langsung. Proyek dalam Pembelajaran Berbasis Proyek dibangun
berdasarkan ide-ide pelajar sebagai bentuk alternatif pemecahan masalah riil
tertentu, dan pelajar mengalami proses belajar pemecahan masalah itu secara
langsung.
Menurut banyak literatur, konstruktivisme adalah teori belajar yang
bersandar pada ide bahwa pelajar mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri
di dalam konteks pengalaman mereka sendiri (Murphy, 1997; Brook &
Brook, 1993, 1999; Driver & Leach, 1993; Fraser, 1995). Pembelajaran
konstruktivistik berfokus pada kegiatan aktif pelajar dalam memperoleh
pengalaman langsung, ketimbang pasif “menerima” pengetahuan. Dari
perspektif konstruktivis, belajar bukanlah murni fenomena stimulus-respon
sebagaimana dikonsepsikan para behavioris, akan tetapi belajar adalah proses
yang memerlukan pengaturan diri sendiri (self-regulation) dan pembangunan
struktur konseptual melalui refleksi dan abstraksi (von Glaserfeld, dalam
Murphy, 1997). Kegiatan nyata yang dilakukan dalam proyek memberikan
pengalaman belajar yang dapat membantu refleksi dan mendekatkan
hubungan aktivitas dunia nyata dengan pengetahuan konseptual yang
melatarinya yang diharapkan akan dapat berkembang lebih luas dan lebih
mendalam (Barron, Schwartz, Vye, Moore, Petrosino, Zech, Bransford, &
The Cognition and Technology Group at Vanderbilt, 1998). Hal ini
menunjukkan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek, yang mendasarkan pada
aktivitas dunia nyata, berpotensi memperluas dan memperdalam pengetahuan
konseptual dan prosedural (Gagne, 1985). Perluasan dan pendalaman
pemahaman pengetahuan tersebut dapat diamati dengan mengukur
peningkatan kecakapan akademiknya.Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis
Proyek juga dilandasi oleh teori belajar konstruktif. Menurut Simons (1996)
belajar konstruktif harus dilakukan dengan menumbuhkan upaya siswa
membangun representasi memori yang kompleks dan kaya, yang
menunjukkan tingkat terhubungan yang kuat antara pengetahuan semantik,
episodik, dan tindakan. Sebagaimana dinyatakan Simons (1996), representasi
memori terbagi menjadi tiga jenis: representasi semantik, episodik, dan
tindakan. Representasi semantik mengacu pada konsep dan prinsip dengan
karakteriktik yang menyertainya, representasi episodik didasarkan pada
pengalaman personal dan afektif, dan representasi tindakan mengacu pada
hal-hal yang dapat dilakukan dengan menggunakan informasi semantik dan
episodik, misalnya penyelesaian jenis masalah tertentu, dengan menggunakan
pengetahuan tertentu. Idealnya, hubungan antar tiga jenis representasi
pengetahuan tersebut kuat. Oleh karena itu, prinsip belajar konstruktif adalah
menekankan usaha keras untuk menghasilkan keterhubungan tiga jenis
representasi pengetahuan tersebut. Prinsip belajar konstruktif tersebut juga
mendasari Pembelajaran Berbasis Proyek. Bagian-bagian dari prinsip belajar
konstruktif seperti belajar yang berorientasi pada diskoveri, kontekstual,
berorientasi masalah, dan motivasi sosial juga menjadi bagian-bagian prinsip
Pembelajaran Berbasis Proyek. Strategi belajar kolaboratif yang diposisikan
amat penting dalam Pembelajaran Berbasis Proyek juga menjadi tekanan
teoretik belajar konstruktif.
Prinsip kontekstualisasi juga menjadi karakteristik penting dalam
Pembelajaran Berbasis Proyek, diturunkan dari ide dasar teori belajar
konstruktivistik. Para konstruktivis mengatakan bahwa belajar adalah proses
aktif membangun realitas dari pengalaman belajar. Bagaimana pun, belajar
tidak dapat terlepas dari apa yang sudah diketahui pebelajar dan konteks di
mana hal itu dipelajari (Bednar, Cunningham, Duffy, & Perry, dalam Dunn,
1994). Para konstruktivis itu tidak menyangkal eksistensi (objektivitas) dunia
nyata, akan tetapi dikatakannya bahwa makna apa yang kita bangun dari
dunia nyata adalah indiosyncratic. Tidak ada dua orang yang membangun
makna yang sama, karena kombinasi pengalaman dan pengetahuan
sebelumnya akan menghasilkan interpretasi yang berbeda. Atas dasar
keyakinan tersebut direkomendasikan bahwa pembelajaran perlu diletakkan
dalam konteks yang kaya yang merefleksikan dunia nyata, dan berhubungan
erat dengan konteks di mana pengetahuan akan digunakan. Singkatnya,
pembelajaran perlu otentik. Seperti telah diuraikan di bagian depan,
Pembelajaran Berbasis Proyek adalah salah satu model pembelajaran yang
berlatar dunia otentik.
Jonassen (1991), dan Brown, Collins dan Duguid (1988) juga berpendapat
bahwa belajar terjadi secara lebih efektif di dalam konteks, dan bahwa
konteks menjadi bagian penting dari basis pengetahuan yang berhubungan
dengan proses belajar tersebut. Implikasinya di dalam pembelajaran adalah
penciptaan lingkungan belajar yang riil, otentik dan relevan sebagai konteks
belajar tertentu. Guru dan model pembelajaran yang diciptakannya berfokus
pada pendekatan realistik yang memudahkan siswa belajar memecahkan
masalah dunia nyata (Jonassen, 1991). Pembelajaran Berbasis Proyek juga
merupakan pendekatan menciptakan lingkungan belajar yang realistik, dan
berfokus pada belajar memecahkan masalah-masalah yang terjadi di dunia
nyata.
Pembelajaran Berbasis Proyek juga didukung oleh teori belajar eksperiensial.
Seperti dikatakan William James bahwa belajar yang paling baik adalah
melalui aktivitas diri sendiri, pengalaman sensoris adalah dasar untuk belajar,
dan belajar yang efektif adalah holistik, dan interdisipliner (dalam Moore,
1999). Prinsip-prinsip ini juga diterapkan dalam Pembelajaran Berbasis
Proyek. Pebelajar mengendalikan belajarnya sendiri, mulai dari
pengidentifikasian masalah yang akan dijadikan proyek sampai dengan
mengevaluasi hasil proyek. Guru/dosen berperan sebagai pembimbing,
fasilitator, dan partner belajar. Tema proyek yang dipilih juga bersifat
interdisipliner, karena mengandung unsur berbagai disiplin yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan masalah dalam proyek yang dikerjakan itu. Apa yang
dilakukan pelajar dalam proses pembelajaran adalah pengalaman-
pengalaman sensoris sebagai basis belajar. Makna dari berbagai pengalaman
adalah sebuah hubungan yang saling tergantung antara apa yang dibawa oleh
pebelajar dalam situasi belajar dan apa yang terjadi di dalam situasi itu.
Berdasarkan pengetahuan yang diturunkan dari pengalaman sebelumnya,
pada pengalaman baru orang membangun pengetahuan baru (Billet, 1996).
Kerja proyek dapat dipandang sebagai proses belajar memantapkan
pengalaman yang belum mantap, memperluas pengetahuan yang belum luas,
dan memperhalus pengetahuan yang belum halus, sebagaimana juga
dikatakan oleh Marzano (1992) bahwa belajar melalui pengalaman nyata
(misalnya, investigasi dan pemecahan masalah-masalah nyata) dapat
memperluas dan memperhalus pengetahuan.
Berdasarkan teori-teori belajar konstruktivistik yang dirujuk di atas, maka
Pembelajaran Berbasis Proyek dapat disimpulkan memiliki kelebihan-
kelebihan sebagai lingkungan belajar:
a. Otentik kontekstual (goal-directed activities) yang akan memperkuat
hubungan antara aktivitas dan pengetahuan konseptual yang melatarinya
b. Mengedepankan otonomi pelajar (self-regulation) dan guru/dosen sebagai
pembimbing dan partner belajar, yang akan mengembangkan kemampuan
berpikir produktif
c. Belajar kolaboratif yang memberi peluang pelajar saling membelajarkan
yang akan meningkatkan pemahaman konseptual maupun kecakapan
teknikal
d. Holistik dan interdisipliner
e. Realistik dan berorientasi pada belajar aktif memecahkan masalah riil,
yang memberi kontribusi pada pengembangan kecakapan pemecahan
masalah
f. Reinforcemen intrinsik (umpan balik internal) yang dapat menajamkan
kecakapan berpikir produktif.
8. Langkah-Langkah Operasional Pembelajaran Berbasis Proyek
Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut.
a. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start with the Essential Question)
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang
dapat member penugasan siswa dalam melakukan suatu aktivitas.
Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai
dengan sebuah investigasi mendalam. Guru/pengajar berusaha agar topic
yang diangkat relevan untuk para siswa.
b. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Perencaanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa. Dengan
demikian siswa diharapkan akan merasa memiliki pekerjaan tersebut.
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat
mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara
mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat
dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
c. Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain.
1. Membuat timeline untuk menyelesaikan proyek
2. Membuat deadline penyelesaian proyek
3. Siswa agar merencanakan cara yang baru
4. Membimbing siswa ketika mereka membuat cara yang tidak
berhubungan dengan proyek
5. Meminta siswa untuk membuat penjelasan (alas an) tentang
pemilihan suatu cara
d. Memonitor Peserta Didik dan Kemajuan Proyek (Monitor the Student and
the Progress of the Project)
Guru bertanggung jawab utuk melakukan monitor terhadap aktivitas
peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan
dengan cara memfasilitasi siswa pada setiap proses. Dengan kata lain,
guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Agar mempermudah
proses monitoring, dibuat sebuah rubric yang dapat merekam keseluruhan
aktivitas yang penting.
e. Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk mebantu guru dalam mengukur ketercapaian
standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa,
member umpan balik tentang tingat pemahaman yang sudah dicapai
siswa, membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran
berikutnya.
f. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada akhir proses pembelajaran, guru dan sisa melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi
dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini siswa
diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya slam
menyelesaikan proyek. Guru dan siswa mengembangkan diskusi dalam
rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada
akhirnya ditemukan suatu temuan barun unruk menjawab permasalahan
yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.
B. Implementasinya dalam Pembelajaran Matematika di SMP/MTs
Pembelajaran adalah sebuah upaya untuk menciptakan iklim dan
pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta
didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa, serta
antara siswa dengan siswa. Dalam pembelajaran ada model pembelajaran. Istilah
model pembelajaran sangat dekat dengan pengertian stategi pembelajaran.
Meskipun demikian, pengertian model pembelajaran ini dibedakan dari
pengertian strategi, pendekatan dan metode pembelajaran. Istilah model
pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada suatu strategi,
metode, dan teknik. Secara sederhana, pendekatan pembelajaran lebih melihat
pembelajaran sebagai proses belajar siswa yang sedang berkembang untuk
mencapai perkembangannya. Metode lebih berfokus pada prose belajar mengajar
untuk bahan ajar dan tujuan pembelajaran tertentu. Sedangkan model
pembelajaran lebih melihat pembelajaran sebagai suatu desain yang
menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang
memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau
perkembangan pada diri siswa.
Model pembelajaran dapat dedefinisikan sebagai sebuah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Dengan demikian
aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata
secara sistematis. Pemilihan model pembelajaran disesuaikan dengan
karakteristik mata pelajaran dan karakteristik setiap kompetensi dasar yang
disajikan. Tidak semua model pembelajarn cocok untuk setiap kompetensi dasar.
Guru perlu memilih dan menentukan mosdel pembelajaran yang sesuai dengan
kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam
agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan
siswa.
Untuk membuat suasana belajar matematika khususnya tingkat SMP/MTs
lebih meneyenangkan, tentu para guru harus memikirkan bagaimana agar
suasana belajar lebih menyenangkan dan hidup. Salah satunya adalah
menggunakan pmbelajaran berbasis proyek. Tentu kita sama-sama tahu jika
pelajaran matematika sangat sulit untuk dipahami. Agar matematika bisa menjadi
salah satu mata pelajaran yang menyenangkan, maka para guru harus mengubah
pola pengajaran. Siswa harus lebih aktif dan guru hanya bertindak sebagai
fasilitator saja. Metode yang cocok digunakan adalah pembelajaran berbasis
proyek.
Model pembelajaran Proyek merupakan model pembelajaran yang
menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Guru menugaskan siswa untuk
melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk
menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Model pembelajaran ini menggunakan
masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan
baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Kegiatan
pembelajaran ini dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang
diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Melalui
model pembelajaran ini, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan
penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek
kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi). Pada saat pertanyaan
terjawab, secara langsung siswa dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai
prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. Model pembelajaran yang
dilakukan ini merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini
akan berharga bagi perhatian dan usaha peserta didik.
Dari pengertian diatas, kita tentu dapat mensiasati bagaimana caranya agar
matematika tidak menjadi mata pelajaran yang menakutkan tetapi menjadi
menyenangkan. Dengan menggunakan pembelajaran berbasis proyek, kita bisa
melakukan pembelajaran dengan kegiatan sehingga proses pembelajaran akan lebih
menarik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model pembelajaran adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan
oleh pelaksana pembelajaran. Tentu banyak unsur pelaksanaan pembelajaran,
namun model pembelajaran merupakan satu unsur pembelajaran yang sangat
penting untuk mendapatkan perhatian lebih. Pada kurikulum tersebut
dikembangkan tiga model pembelajaran yaitu model pembelajaran discovery
learning, model pembelajaran berbasis masalah, dan model pembelajaran
proyek. Masing-masing model pembelajaran tersebut mempunyai kelebihan dan
kelemahan. Namun guru tidak perlu memperuncing kekurangn-kekurangan pada
masing-masing model pembelajarn yang dimaksud. Hal yang penting bagi guru
adalah memahami, menerapkan dan mengembangkan masing-masing model
pembelajaran ini sehingga proses pembelajaran menjadi efektif dan efesien serta
berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Guru perlu
melakukan inovasi-inovasi dari tiga model pembelajaran sesuai dengan situasi
dan kondisi sekolah dan kelas serta saranan prasarana yang ada..
Model pembelajaran Proyek merupakan model pembelajaran yang
menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Guru menugaskan siswa untuk
melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk
menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
B. Saran
Untuk para guru diharapkan lebih kreatif dalam pembelajaran agar terciptanya
suasana pembelajaran yang menyenangkan. Sekarang sudah saatnya para guru
meninggalkan metode pembelajaran yang bersifat tradisional. Siswa harus
dituntut lebih aktif dan guru hanya sebagai fasilitator saja. Maka dari itu,
perlunya memakai pembelajaran berbaris proyek agar bisa menggunakan
kegiatan sebagai media dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Pupuh,Fathurrohman. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Aditama.
Hardini, asriani. 2012. Stratergi Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta : Familia
Zain, Aswan. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Trianto, 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : PT. Bumi Aksara
http://mediafunia.blogspot.com/2013/02/model-pembelajaran-berbasis-
proyek.html
http://falerieducation.blogspot.com/2012/03/project-based-learning.html
http://mantapben.blogspot.com/2013/10/pembelajaran-berbasis-proyek-ciri-
ciri.html