Doa · Oleh : Agung Heru Seiawan (Direktur Dompet Alquran Indonesia) Salam Edisi 94 - September...

36

Transcript of Doa · Oleh : Agung Heru Seiawan (Direktur Dompet Alquran Indonesia) Salam Edisi 94 - September...

Doa

3 Dzulhijjah 1440H - Muharrom 1441HEdisi 94 - September 2019

Tent

ang

DQ

Sekilas DeQi

Yayasan Dompet Al-Quran Indonesia

Lembaga Sosial Kemanusiaan

Akta Notaris: Endang Prastiya Rahayu, SH

Nomor Akta: 01 tanggal 21 Maret 2019

Ijin Dinsos KAb. Sidoarjo: STP nomor: 460/859/404.5.6/ORSOS/2017

Depkumham: AHU-0005913.AH.01.12.TAHUN 2019 TANGGAL 21 MARET 2019 Tanggal 08 Februari 2018 LAZ Prop Jatim (dalam proses)

DEWAN PEMBINA:

H. Muhammad Siroj, S.Ag.

KH. Agung Cahyadi, Lc. MA.

Syaiful Arifin S.S

DEWAN PENGAWAS

KH. Farid Dhofir, Lc. MSi

KH. Ahmad Mudzofar Jufri, Lc. MA.

KH. Abdus Salam Masykur, Lc. MA

DEWAN PENGURUS

Ketua : Agus Hariadi, S.Pd.I

DR. Shobikhul Qisom

Sekretaris : Sutarno, SE

Dompet Alquran Indonesia adalah Lembaga

Sosial Kemanusiaan yang memberdayakan dana

Zakai Infaq, Shadaqah dan Wakaf (ZISWAF)

para muhsinin untuk menyukseskan program-program

pendidikan Al-Quran.

Diantara misi Yayasan Dompet Alquran Indonesia

adalah mendirikan dan mengembangkan Pesantren

Tahfidz Alquran untuk anak yatim, dhuafa dan anak da’i. Saat ini pesantren yang dikembangkan oleh Yayasan

Dompet Alquran Indonesia adalah Pondok Pesantren

Tahfidz Alquran “Darul Fikri” Sidoarjo.

Ir. Zainurrohman

Bendahara : Adam Mustika, SE

Kunti Jeihan Qistiyah, S.Akun

REDAKSI Majalah DQ

Pengarah : KH. Muhammad Siroj, S.Ag, Syaiful Arifin, S.S

Pemimpin Umum : Agung Heru Setiawan

Pemimpin Redaksi : Rafif Amir

Sekretaris Redaksi : Fauzi

Kontributor : Mukaromin, ust Didik, Ust Khoirul A.

Design & Layout: Dakonmedia;

Dewan Redaksi:

KH. Agung Cahyadi, Lc. MA., KH. Ahmad Mudzaffar, Lc. MA., H. Muhammad Siroj, S.Ag., Syaiful Arifin S.S, Agus Hariadi, S.Pd.I

Dompet Alquran IndonesiaRuko Citra City R-28, Sarirogo,SidoarjoTelp. 031-895 5057, WA. 0813 8500 2300Email : [email protected] : www.dompetalquran.or.id

Pondok Pesantren Tahfizh Alquran Darul FikriRT 14, RW 03 Sarirogo, SidoarjoTelp : 031-806 8530Email : [email protected] : www.darulfikri.com

Pengurus & Redaksi

GresikJl. Symponi Raya No. 06Perum Permata Symponi PPS 2- GresikHotline: 08-1234-888-034

MojokertoJl. Kunto Dewo No. 27, RT 08/RW 02,Pacing Bangsal-MojokertoHotline: 0856-3220-514

BlitarJl. Raya Bence Garum RT/RW: 1/3Kelurahan Bence, Kec. Garum, Kabupaten BlitarHotline: 0856-9344-8721

Lamongan Jl. Kinameng Indah III Blok E No. 5 Hotline: 0856-0834-6689

TubanJl. Jati 1 No. 2, Perumnas Tasikmadu, RT 07/RW 03, Kecamatan Palang-TubanHotline: 0823-3262-7357

KediriGriya Indah Permatasari Blok D No. 11. RT 06/RW 02,Bandar Kidul Mojoroto-KediriHotline: 0812-2648-817

ProbolinggoJl. Mayjen Sutoyo Gg. Mulia E1 Kel. Patokan Kec. Kraksaan Kab. ProbolinggoHotline: 0813-3513-3933

Kantor Cabang DQ

Oleh : Agung Heru Setiawan (Direktur Dompet Alquran Indonesia)

Salam

5 Dzulhijjah 1440H - Muharrom 1441HEdisi 94 - September 2019

Momentum

Hijrah

Sahabat Alquran yang dirahmati Allah, bulan Dzulhijjah telah kita lewati, bulan di mana kita dapat membuktikan

keikhlasan dan kesungguhan kita dalam mencintai Allah semata. Semoga amal qurban kita diterima dan bisa menjadi bukti atas kesungguhan kita untuk tetap istiqamah di jalan Allah, jalan agama Islam.

Bertepatan dengan tanggal 1 September, umat Islam juga turut merayakan tahun baru hijriyah, yakni 1441 H. Di tahun inilah terjadi hijrahnya Nabi shallallahu ’alaihi wasalam ke kota Madinah. Di mana peristiwa hijrah menjadi pemisah antara yang benar dan yang batil. Maka dijadikan pula momen tersebut sebagai pertanda pergantian tahun.

Berbicara tentang hijrah, hijrah adalah salah satu cara untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan berhijrah, maka kita sudah siap untuk menyambut sesuatu yang lebih baik. Iman yang lebih kuat, ibadah yang lebih taat, serta terus konsisten menjaga amal untuk kelak di akhirat.

Umat Islam menyepakati momen hijrah Rasulullah ke Madinah sebagai pembuka tahun baru mereka karena di sinilah terdapat amanah serta pertanda yang teramat besar bahwasanya dalam berjalan di jalan agama Allah, kita juga butuh pengorbanan. Bahwa dalam upaya untuk menjadi lebih baik, kita harus siap untuk berubah dan melakukan perubahan.

Perubahan di sini bukan hanya perkara penampilan saja, tetapi kita juga harus terus konsisten dan berkomitmen kuat untuk tetap

menjaga iman kita dan memolesnya agar menjadi lebih baik. Hijrah bukan sekadar penampilan atau perkataan belaka. Namun, di balik niat untuk hijrah, ada perjuangan panjang yang harus kita perjuangkan.

Dalam riwayat lain, para sahabat juga sepakat untuk menjadikan momen hijrah sebagai acuan tahun baru berdasarkan firman Allah,

"Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya." (QS. At-Taubah: 108)

Para sahabat memahami makna “sejak hari pertama” dalam ayat, adalah hari pertama kedatangan hijrahnya Nabi. Sehingga momen tersebut pantas dijadikan acuan awal tahun kalender hijriyah.

Maka inilah awal yang baik bagi kita untuk berbenah. Membenahi diri serta merenungkan apa yang sudah kita lewati selama ini. Adakah kualitas iman kita selama ini naik turun? Ataukah ada target ibadah yang terlewatkan? Sudah selayaknya kita merenungkan amalan kita agar lebih baik ke depannya.

Sahabat Alquran, marilah kita sambut tahun baru hijriyah ini dengan semangat untuk berubah menjadi lebih baik. Semoga Allah senantiasa menjaga kita di jalan-Nya dan menjadikan kita termasuk orang-orang beriman.

Waallahu'alam Bishawwab.

Kajian Utama

Dzulhijjah 1440H - Muharrom 1441H Edisi 94 - September 2019 6

Hijrah, Tak Sekadar BerubahDengan berlinang air mata, Rasulullah SAW

mengenang laki-laki di depannya. Ia yang baru

saja gugur, di medan Uhud, bersimbah darah,

sebagai syuhada. Beliau bersabda, “Sungguh

sejak aku melihat engkau di Mekkah, tidak ada

seorang pun yang lebih mewah dalam berpaka-

ian, tidak ada seorang pun yang lebih tampan

darimu dalam berpenampilan. Tapi kemudian

engkau gugur dalam keadaan seperti ini, hanya

ditutupi dengan selembar purdah (selendang)

yang pendek.”

Dzulhijjah 1440H - Muharrom 1441HEdisi 94 - September 2019

Oleh : Rafif Amir(Pimred Majalah DeQi)

7

Dialah Mushab bin Umair, sahabat Rasulullah SAW, yang ketika masuk Islam diasingkan oleh keluarga dan kerabatnya. Ia memilih ikut hijrah bersama Rasulullah SAW dan meninggalkan segala

kemewahan dunia. Mushab tak lagi memiliki apa-apa, kecuali cintanya kepada Allah. Ia ikut berjuang bersama Rasulullah, dan dalam perang uhud itulah ia menjumpai syahid. Tak ada yang dapat menutupi tubuhnya kecuali sehelai purdah. Kain yang jika ditutupkan ke wajahnya, maka terlihatlah kakinya, jika ditutupkan ke kakinya, maka terlihatlah wajahnya. Kemudian Rasulullah pun menutup kakinya dengan daun idzkir.

“Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah kemudian mereka terbunuh atau mati, sungguh Allah akan memberikan kepada mereka rezeki yang baik (surga). Dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Rezeki yang terbaik.” (QS. Al-Hajj: 58)

Insya Allah, Mushab bin Umair mendapatkan bagiannya, seperti yang Allah janjikan.

Ujian Hijrah

Hijrah adalah perubahan. Dan dalam setiap perubahan, kehilangan sesuatu adalah keniscayaan. Sebab ada sesuatu yang akan kita raih. Sesuatu yang lebih besar, lebih agung.

Semua bermula dari iman. Iman yang kokoh. Iman yang menjulang. Ia yang menggerakkan sendi-sendi kita untuk berbenah, melangkah, mendekat kepada-Nya. Hijrah adalah titik balik kehidupan. Kehidupan setelah hijrah adalah kehidupan kedua. Kehidupan yang lebih terang, lebih tenang.

Tetapi dalam hijrah, kita pun harus siap-siap kehilangan. Oleh sebab itu dibutuhkan jiddiyah. Kesungguhan. Karenanya, dalam Alquran, seringkali Allah menyandingkan kata hijrah dengan iman dan jihad. Pondasinya adalah iman dan penopangnya jihad. Banyak hal yang mungkin akan dikorbankan. Jika Mushab harus meninggalkan kemewahan dunia yang dimilikinya, Sa’ad bin Abi Waqash kehilangan kasih sayang ibundanya. Tak ada pilihan lain bagi Sa’ad, saat wanita yang paling dicintainya, memintanya meninggalkan Islam dan mengancam akan mogok makan dan minum sampai mati, kecuali ia hanya mengatakan, “Ketahuilah wahai Ibuku, andai engkau memiliki seribu nyawa dan nyawa itu lepas satu per satu, aku tidak akan meninggalkan agama yang kuyakini ini selamanya.”

Hijrah menuntut pembuktian, agar jelas, siapa yang sungguh-sungguh, dan siapa yang hanya menjadikannya sebagai permainan.

“Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah kemudian mereka terbunuh atau mati, sungguh Allah akan memberikan kepada mereka rezeki yang baik (surga). Dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Rezeki yang terbaik.” (QS. Al-Hajj: 58)

Kajian Utama

Dzulhijjah 1440H - Muharrom 1441H Edisi 94 - September 2019 8

Niat Hijrah

Allah-lah yang harus menjadi tujuan. Bukan yang lainnya. Bukan dunia dan segala pernak-perniknya. Betapa pentingnya bab niat ini, sampai-sampai Imam Nawawi memasukkannya pada urutan pertama dari 40 hadis pilihan.

“Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya dan sesungguhnya setiap orang itu akan mendapatkan sesuai apa yang dia niatkan. Barangsiapa hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya.” (HR. Bukhari Muslim)

Hadis ini turun berkaitan dengan salah seorang sahabat yang ikut Rasulullah SAW bersama kaum muhajirin hijrah dari Mekkah ke Madinah. Namun tak lain motifnya adalah demi mendapatkan Ummu Qais, wanita yang ingin dinikahinya.

Dalam konteks saat ini, jangan sampai hijrahnya seseorang hanya demi mendapatkan hati gadis pujaan. Ia menshalihkan diri, bukan karena Allah, tapi karena wanita yang ia cintai hanya ingin menikah dengan laki-laki yang taat beragama. Memang tak ada yang tahu maksud hatinya, tapi Allah Maha Mengetahui. Ia bisa saja menipu manusia, tapi ia tak akan pernah mampu menipu Allah.

Begitu pula, ada orang yang berhijrah karena ikut-ikutan, karena ingin terkenal, ingin menjadi bahan pembicaraan, ingin disanjung puji, yang mungkin nantinya juga berimbas pada limpahan materi, sungguh hijrah yang demikian adalah hijrah yang tidak akan diterima oleh Allah. Mungkin ia akan mendapatkan dunia, tapi tidak dengan pahala.

Tak Sekadar Berubah

Kalau hanya berubah itu mudah. Tapi hijrah bukan sekadar perubahan tampilan. Bukan sekadar berjenggot atau celana cingkrang. Bukan sekadar mengenakan busana

muslimah dan berjilbab lebar. Hijrah berarti meningkatkan kualitas cinta kita kepada Allah. Dan cinta kepada Allah memiliki konsekuensi-konsekuensinya. Allah harus lebih diutamakan daripada yang lainnya. Dalam segala hal. Dalam setiap aktivitas kehidupan.

Jadi, tidak karena ikut perkumpulan orang-orang yang berhijrah lantas kita sudah bisa disebut “hijrah”. Tapi lihat lagi dan jujurlah dengan diri sendiri. Telahkah kita menjadikan Allah sebagai tujuan? Telahkah kita menjalankan Islam sejak bangun hingga tidur lagi? Sebesar apakah semangat kita untuk beramal?

Apakah hati kita menjadi lebih tenteram? Sebab mereka, yang merasakan halawatul iman, manisnya iman yang akan merasakan kedamaian dalam hidupnya. Untuk meraihnya, hati kita harus terbebas dari belenggu hawa nafsu dan kerakusan terhadap dunia.

Kalau dulu, manusia menyembah berhala, di zaman jahiliyah modern, kata Buya Hamka, manusia mengejar-ngejar perhiasan, mobil mewah, rumah yang megah. Bukan berarti tak boleh menikmati dunia, tapi bagi orang yang telah benar dalam hijrahnya, dunia hanyalah sarana untuk meraih ketaatan yang lebih besar pada-Nya.

Istiqamah

Hal yang paling berat setelah hijrah, adalah istiqamah. Terus meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah, tak puas menimba ilmu, memperbanyak dan melipatgandakan amal kebaikan. Butuh perjuangan, kesabaran, keikhlasan untuk melakukannya.

Jangan sampai kita kembali pada jahiliyah, setelah cahaya terang benderang memenuhi ruang hati kita. Karena itu, kita harus selalu menjaganya dan memohon kepada Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, agar senantiasa hati kita ditetapkan dalam keimanan. Ya muqallibal quluub, tsabbit qalbi ‘ala diinik.

Semoga kita senantiasa termasuk orang-orang yang mendapat hidayah dan ampunan.

Pengusaha

Dzulhijjah 1440H - Muharrom 1441HEdisi 94 - September 2019 9

Sukses Usaha Tergantung Ridho Orang Tua

Di tangan pengusaha kreatif, apa yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin. Di tangan Ratih Dwi Puspita Ningrum, ketan yang semula

dianggap penganan tradisional, bisa menjadi sajian kuliner yang bahkan bisa menembus pasar berbagai penjuru dengan omset puluhan juta per bulan. Ya… siapa yang tak kenal dengan “Me Time”? Produk kuliner bolu ketan Mendut yang beberapa tahun terakhir menjadi pilihan para millenial, tak lain adalah hasil kreasi Ratih Dwi Puspita Ningrum. Di balik kesuksesan tersebut, ternyata salah satu kuncinya adalah ridha orang tua.

Jatuh bangun dalam berusaha adalah biasa. Ratih bersama sang suami, Jalian Setiarsa. Mereka sosok pelaku UMKM yang jeli menangkap peluang fenomena maraknya makanan kekinian sekitar 5 tahun yang lalu.

Sejak masih kuliah di Fakultas Ilmu Administrasi Niaga UPN Surabaya, dia juga bekerja di perusahaan milik ayahnya. Namun, akhirnya dia memutuskan untuk keluar. Tahun 2013 dia membeli franchise casava brownies singkong, dan mendirikan Cafe Singkong yang menjual produk-produk dari singkong.

Usaha ini hanya dijalani selama 2 tahun. Karena dia harus ikut suaminya yang dipindahtugaskan ke Jogjakarta. Saat awal Ramadhan, dengan bermodal 600 ribu rupiah, Ratih mengontrak sebuah tempat di pinggir jalan dekat Candi Mendut dan membuka toko bolu ketan mendut. Hal ini terinspirasi dari makanan khas Muntilan yang terbuat dari tape ketan. Brosur bolu ketan pun disebarkan sendiri di antaranya di antrian jembatan korban erupsi Gunung Merapi dan pelataran parkir Candi Mendut dan Pawon.

Alhamdulillah, produk buatan Ratih dikenal luas se-Jawa Tengah dan Jogjakarta. Dia pernah mendapat order sampai puluhan ribu jumlahnya. Ia pun pernah dipercaya mengisi pameran di kantor Gubernur Jateng dan mensponsori acara pemilihan Kangmas dan Mbakyu di sana.

Roda pun berputar. Karena urusan kerja suami, Ratih harus mondar mandir Surabaya-Jogjakarta. Rupanya setelah direnungi, Ratih pun merenungi ternyata di balik sukses usahanya itu orang tua beliau sedikit tidak ikhlas. “Ya ternyata orang tua lebih menginginkan saya balik ke Surabaya, kembali bersama mereka lagi,” begitu cerita Ratih. Lalu diputuskan kembali ke Surabaya.

Alhamdulillah, di Surabaya produk “Me Time” dan bolu ketan sukses. Produk tersebut laris manis saat dipasarkan di pusat oleh-oleh. Ratih pun berhasil membukukan omzet sekitar 60 juta rupiah setiap bulannya.

Keinginan terbesar dalam hidup Ratih, saat ini adalah menciptakan rasa bangga pada produknya dan brand bisa dikenal luas di nusantara dan mancanegara. Sehingga dia bisa mewariskan brand itu pada anak-anaknya. “Bersyukur, dari usaha ini bisa menghidupi keluarga dan bisa membantu tetangga untuk mendapatkan pekerjaan,” ucapnya. (*)

Tafsir

Dzulhijjah 1440H - Muharrom 1441H Edisi 94 - September 2019 10

Hidup Untuk Satu Misi

(QS. An-Nashr)

Dengan Nama Allah, Maha Pengasih, Maha

Penyayang

Apabila Telah datang pertolongan Allah dan

kemenangan, (1)

Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-

bondong, (2)

Maka bertasbihlah dengan memuji

Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya.

Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.

(3)

Surah pendek dengan hanya 3 ayat ini nilai dan fadhilahnya menyamai seperempat Alquran (lihat HR. At-Tirmidzi dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu). Dan menurut sebagian

riwayat lain, ia merupakan surah yang diturunkan terakhir kali, yakni pada pertengahan hari-hari tasyriq di Mina pada haji wada’ (HR. An-Nasaa-i dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dan HR. Al-Bazzar dan Al-Baihaqi dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma), sebagai pertanda telah sempurnanya ajaran Islam dan telah berakhirnya tugas suci Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam mengemban amanah besar dari Allah Ta’ala, untuk menyeru dan membimbing ummat manusia ke jalan lurus, jalan Allah satu-satunya (QS. Al-Fatihah [1]: 6-7; QS. Al-An’am [6]: 153; QS. Yaasiin [36]: 61), yakni jalan tauhid, iman, ibadah dan penghambaan diri kepada Allah semata dalam bingkai dinul Islam yang murni. Oleh karena itu, turunnya surah ini dipahami sebagai tanda telah dekatnya ajal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Ummul Mukminin, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bercerita bahwa, di hari-hari terakhirnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam banyak mengucapkan dzikir dan doa: “Subhanallah wabihamdih, astaghfirullah, wa atubu ilaih”, dan beliau bersabda (yang artinya): “Sungguh Rabb-ku (Tuhan-ku) telah memberitahuku bahwa aku akan mendapatkan suatu tanda pada ummatku, dan Dia memerintahkan jika telah mendapatkannya agar aku bertasbih memuji-Nya dan beristighfar kepada-Nya, karena sungguh Dia Maha Penerima taubat, dan aku telah mendapatkannya, lalu beliaupun membaca surah An-Nashr.” (HR. Ahmad dan Muslim).

Dan dalam hadits lain disebutkan bahwa, setelah surah An-Nashr turun, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam ruku’ dan sujud beliau banyak membaca dzikir: Subhanaka Allahumma [Rabbana] wa bihamdika, Allahumma-ghfirli, dalam rangka melaksanakan perintah Allah dalam Alquran surah An-Nashr ayat 3 (lihat HR. Muttafaq ‘alaih dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dan HR. Ahmad dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu).

Hanya Untuk Satu Misi Suci

Sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma—dikuatkan oleh Amirul mukminin ‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu—memahami surah An-Nashr sebagai tanda dari Allah akan dekatnya ajal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (lihat HR. Al-Bukhari). Dan tafsir beliau ini—yang selaras dengan hadits Muslim di atas—menegaskan bahwa, satu-satunya misi suci, tugas mulia dan jalan lurus beliau dalam hidup ini hanyalah menyampaikan dakwah Islam (QS. Yusuf [12]: 108), dan tidak ada yang lain. Maka ketika dinul Islam telah sempurna (QS. Al-Maidah [5]: 3), pertolongan Allah telah datang dan kemenangan terbesar telah diraih, yang ditandai dengan penaklukan kota Mekkah dan masuknya ummat manusia secara berbondong-bondong ke dalam agama Islam, jika itu semua telah terjadi, berarti telah tibalah saat beliau dipanggil kembali kepada Allah. Karena memang hanya untuk misi dan tujuan mulia itu sajalah beliau dicipta di dunia ini dan diutus di tengah-

Dzulhijjah 1440H - Muharrom 1441HEdisi 94 - September 2019 11

Oleh : KH. Ahmad Mudzofar Jufri, Lc. MA. (Dewan Pengawas Syariah Dompet Alquran Indonesia)

tengah ummat manusia.

Nah, di sinilah kita semua sebagai ummat pengikut dan pewaris Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, wajib merenung dan menanyakan pada diri masing-masing: sudahkah selama ini kita menjadikan dakwah membela dan memperjuangkan Islam sebagai tugas dan misi utama kita dalam hidup ini? Ataukah urusan dakwah baru kebagian yang serba sisa saja dari kepedulian kita, perhatian kita, waktu kita, tenaga kita, harta kita, dan semua yang kita miliki? Atau bahkan masih lebih buruk lagi dari itu?

Adapun keterkaitan antara penaklukan kota Mekkah dan masuknya ummat manusia ke dalam Islam secara berbondong-bondong, sehingga keduanya disebutkan secara bergandengan dalam surah ini, adalah karena memang selama bertahun-tahun dalam dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, suku-suku masyarakat Jazirah Arab di luar Mekkah memilih menunggu sikap akhir suku Quraisy terhadap Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan risalah Islam yang dibawa oleh beliau. Sehingga begitu mengetahui kota Mekkah ditaklukkan dan masyarakatnya telah menjadi pengikut beliau, mereka pun serta merta masuk Islam secara berbondong-bondong (lihat HR. Al-Bukhari dar ‘Amru bin Salamah radhiyallahu ‘anhu).

Standar Kesuksesan dan Fiqih Kemenangan

Dan karena tugas dan misi utama itu adalah berdakwah memenangkan Islam di bumi Allah ini, maka standar kesuksesan dan parameter kemenangan dalam hidup setiap mukmin dan mukminah pewaris Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam haruslah diukur dengan ukuran kesuksesan dakwah dan kemenangan Islam, dan bukan ukuran kesuksesan-kesuksesan lain yang bersifat materi dan duniawi yang semu belaka.

Meskipun keberhasilan dan kesuksesan dakwah tidak selalu harus berwujud kemenangan Islam yang terlihat di alam kehidupan nyata. Namun tetap saja kita harus menjadikan pasal kemenangan ini sebagai tujuan utama dan cita-cita besar perjuangan

dakwah kita. Dan untuk itu kita mesti memahami kaidah-kaidah fiqhun nashr (fikih kemenangan) yang merupakan bagian dari sunnatullah dalam kehidupan ini. Dan di antara kaidah-kaidah itu adalah sebagai berikut:

Pertama, kemenangan itu hanyalah dari Allah saja (QS. Ali ‘Imraan [3]: 126, dan Al-Anfaal [8]: 10). Oleh karenanya, kemenangan yang diraih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam surah ini dinisbatkan langsung kepada Allah: nashrullah (pertolongan/kemenangan dari Allah).

Kedua, kemenangan hakiki dari Allah hanya diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang berhak, yakni yang benar-benar beriman (QS. Ar-Ruum [30]: 47; Ghaafir [40]: 51).

Ketiga, untuk berhak atas pertolongan dan kemenangan dari Allah, orang beriman wajib beramal, berusaha dan berjuang secara benar, optimal dan maksimal, yang karenanya membutuhkan waktu yang panjang dan melalui tahapan-tahapan yang telah digariskan (lihat QS. Al-Hajj [22]: 40; Al-‘Ankabut [29]: 69; Muhammad [47]: 7), jadi tidak serta merta begitu saja secara bim salabim, yang sering dipakai secara salah untuk menafsirkan kata-kata kun fayakun, dan juga tidak sekedar berpangku tangan saja. Oleh karenanya kemenangan puncak dalam dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam seperti disebutkan dalam surah An-Nashr pun baru diperoleh setelah liku-liku dan tahapan-tahapan perjuangan yang panjang selama 21 tahun. Padahal amat sangatlah mudah andai Allah ingin memberikan pertolongan dan kemenangan-Nya langsung pada hari pertama kenabian, kerasulan, dan seruan dakwah kekasih-Nya itu. Tapi Allah tidak berkehendak demikian, karena memang itu tidak sesuai dengan ketentuan sunnah-Nya Sendiri.

Keempat, Allah memberikan kemenangan kepada orang-orang beriman yang beramal dan sekaligus telah teruji tegar dalam melewati berbagai cobaan dan ujian berat yang memang merupakan bagian dari sunnatullah yang baku di jalan dakwah dan jihad ini (QS. Al-Baqarah [2]: 214, dan Al-‘Ankabuut [29]: 2-3). Wallahu a’lam.

Silaturahmi

Dzulhijjah 1440H - Muharrom 1441H Edisi 94 - September 2019 12

Bu Fidah Mufitasari:

Dengan Sedekah Kita Akan Terjaga

“Engkau tak akan mendapatkan kebaikan apa pun hingga kalian menyedekahkan

sebagian harta yang paling kalian cintai. Ketahuilah, apa pun yang kalian infakkan, Allah pasti mengetahuinya.'' (QS. Ali Imran: 92).

Setiap manusia memiliki kecenderungan mencintai harta benda. Karena cinta inilah, mereka lalu berusaha mempertahankannya selama mungkin, bahkan kalau perlu, berusaha menambahnya terus-menerus.

Namun, mencintai harta tidak selamanya dapat membuat orang bahagia. Tak jarang, harta justru

membuatnya tidak tenang dan resah. Karena itulah, sedekah yang Nabi SAW anjurkan sebetulnya, selain untuk mendapatkan pahala di sisi Allah SWT, juga untuk membuat manusia itu tenang dan tenteram.

Keyakinan seperti itu pulalah yang tertanam pada keluarga bapak Hasyim Ashari dan bu Fidah Mufitasari, hingga memotivasi untuk senantiasa berbagi. “Dengan sedekah, Allah akan menjaga kita, dalam hal apapun,” ujar Bu Fidah, yang bersama keluarganya juga menjadi donator tetap Dompet Alquran selama setahun terakhir.

Penjagaan Allah yang Bu Fidah rasakan juga dalam hal usaha yang ia jalankan bersama suaminya yang tinggal di Kebonagung Sukodono Sidoarjo. Bu Fidah sendiri setiap pagi hari membuka warung di depan rumahnya, sementara Pak Hasyim Ashari wirausaha tailor, juga di tempat tinggalnya.

Bu Fidah menjalankan usaha warung yang merupakan peninggalan neneknya sejak tahun 1986, sementara Pak Hasyim sejak tahun 2010 silam mandiri membuka tailor setelah bertahun-tahun sebelumnya hanya menerima sub-order dari tailor besar.

“Alhamdulillah, usaha kami lancar. Kuncinya ya sabar dan telaten melayani konsumen, dan yang utama lagi adalah dengan terbiasa bersedekah. Yakinlah dengan rutin bersedekah, Allah akan menjaga kita, juga usaha kita,” tambah Bu Fidah meyakinkan.

Keberkahan pun dirasakan keluarga Bu Fidah sembari membesarkan kedua buah hatinya, Muhammad Alawy al Maliki Azhari dan Hafidzah Alya Fauzyah. “Mudah-mudahan program-program DQ semakin berkembang dan bisa ditingkatkan demi kebaikan ummat,” begitu harap Bu Fidah terhadap yayasan ini. (*)

Dzulhijjah 1440H - Muharrom 1441HEdisi 94 - September 2019

Tauladan

13

Syahrani Indah Sari:

Ingin Jadi Pengusaha dan Dirikan Pesantren

Rabu (24 Juli) silam tentu menjadi hari istimewa bagi Bapak Nyono dan Ibu Horriyah yang tinggal di

Pagesangan Surabaya. Hari itu, putri sulungnya, Syahrani Indah Sari, santri kelas XI Keagamaan PPTQ Darul Fikri tercatat menjadi santri yang ke-64 khatam setoran Alquran 30 juz.

“Alhamdulillah cita-cita saya tercapai, gak nyangka bisa hafal. Semoga ini bisa memberi mahkota dan jubah kemuliaan pada kedua orang tua dan member syafaat di hari kiamat agar derajat keduanya ditinggikan,” begitu ungkapan syukur Syahrani.

Tak hanya itu, santri kelahiran Surabaya 4 Desember 2003 itu pun punya obsesi menjadi pengusaha restoran dan ingin mendirikan pesantren. Terbiasa membantu ibundanya berjualan sejak kecil rupanya menginspirasi jiwa wirausahanya itu. Keinginan mendirikan pesantren diilhami oleh cita-cita ibundanya yang ingin mendirikan pesantren namun tidak kesampaian.

Dengan semangat dan tekun belajar, Syahrani berupaya menggapai obsesinya itu. Maka tak heran bila berbagai prestasi pun diraihnya. Di antaranya, ketika masih kelas X, penerima beasiswa 100% dari Dompet Alquran Indonesia itu meraih Juara I Lomba Pidato Bahasa Arab Kategori SMA Tingkat Jatim pada event Islamic Education

Expo 2019 Majalah Nurani. Waktu itu, dengan tema pidato “Meneladani Akhlak Rasulullah”. Syahrani mengungkapkan rasa syukurnya karena persiapan untuk ikut lomba sangat minim di tengah kesibukannya belajar dan menghafal Alquran.

Dan yang pasti Syahrani benar-benar bersyukur diberikan kesempatan untuk menimba ilmu di Darul Fikri. Terutama dalam hal hafalan Alquran. Cita-cita menghafal Alquran memang sudah tertanam sejak ia sekolah di MIN Jambangan Surabaya. Lulus MI sudah khatam juz 30 dan sebagian juz pertama. Berkesempatan masuk hingga lulus SMP IT Darul Fikri bisa hafal 20 juz, dan setahun kemudian hafal semuanya. “Alhamdulillah, sebelumnya gak kepikiran bisa masuk Dafi,” tambah Syahrani.

Di Dafi pun ia berkesempatan belajar berorganisasi. Sejak kelas 7 menjadi pengurus OSIDAFI seksi kesehatan dan keamanan, dan sekarang ia diamanahi selaku Ketua Seksi Keibadahan. Lewat beragam kegiatan itu pula ia bisa belajar mandiri dan disiplin mengatur waktu. “Di tengah kegiatan belajar dan organisasi, bila ada waktu kosong saya gunakan untuk hafalan dan tiliwah,” ujar Syahrani yang bercita-cita bisa kuliah di LIPIA Jakarta. (*)

Oleh : KH. Agung Cahyadi, Lc, MA(Anggota Dewan Pembina Yayasan Pondok Pesantren Darul Fikri)

Tsaqofah

Dzulhijjah 1440H - Muharrom 1441H Edisi 94 - September 2019 14

Tahun Baru Bukanlah Sesuatu yang Istimewa

Tahun baru bukanlah sesuatu yang istimewa. Justru yang istimewa itu, bukan ada di tengah malam saat akan

terjadi pergantian tahun, tapi ada di sepertiga akhir malam.

Yang spesial itu, bukan menunggu detik-detik pergantian tahun, tapi menunggu azan subuh yang akan dikumandangkan dari rumah Allah.

Yang super itu, bukan dengan bergadang untuk berpesta lalu tidur pagi, tapi yang bisa tidur lebih awal agar bisa bangun lebih dini untuk segera salat Subuh berjamaah di Masjid.

Yang beruntung itu, bukan dengan menghambur-hamburkan harta pesta pora, tapi ketika bisa bersedekah di pagi hari lalu merutinkan di hari-hari berikutnya.

Yang luar biasa itu, bukan dengan menungggu-nunggu waktu saat kembang api akan dinyalakan menjelang datangnya tengah malam, tapi saat Allah akan “turun” ke langit dunia dan kita bisa memanjatkan doa pada-Nya agar Allah berkenan memenangkan bangsa Indonesia dengan memilihkan pemimpin yang peduli terhadap bangsa dan rakyatnya.

Baarakallahu Fiikum

Dzulhijjah 1440H - Muharrom 1441HEdisi 94 - September 2019 15

Hijrah Masa Kini Tanpa Ribet

Oleh Noer Rochmawati

Apa yang pertama kali muncul dalam benak Anda ketika mendengar kata “hijrah”? Jika Anda berpikir tentang

berpindah dari satu tempat ke tempat lain, maka Anda sudah memahami arti kata “hijrah” yang disebut hijrah makani. Namun, hijrah tidak hanya sebatas itu.

Seseorang dikatakan sudah berhijrah jika dia memenuhi dua syarat. Syarat pertama adalah meninggalkan sesuatu dan syarat kedua adalah menuju sesuatu. Jika seseorang sudah meninggalkan suatu perbuatan negatif demi menyempurnakan iman, maka dia bisa dikatakan telah berhijrah yang disebut hijrah maknawi.

Hijrah maknawi adalah yang paling mungkin dilakukan karena pindah tempat bukanlah sesuatu yang mudah. Selain itu, bisa saja lingkungan kita sudah kondusif sehingga kita tidak perlu pindah.

Hijrah maknawi terbagi menjadi 4 macam, yaitu:

1. Hijrah I’tiqadiyah

Hijrah ini berarti hijrah keyakinan. Hijrah ini wajib dilakukan ketika seseorang merasa ingin keluar dari agama Islam. Contoh kasus untuk hijrah ini adalah ketika seseorang mendapatkan cobaan berat yang sangat mengguncangnya, ia menyalahkan Allah SWT. Ia merasa bahwa Allah SWT tidak memihaknya. Dalam kasus ini, orang tersebut harus melakukan hijrah i’tiqadiyah dengan cara:• memperbanyak istighfar dan zikir,• mengikuti pengajian,• meminta nasihat dari para ulama, dan• kembali mendalami ilmu tauhid.

2. Hijrah Fikriyah

Berarti hijrah pemikiran, hijrah ini penting dilakukan ketika seorang muslim mulai mengikuti gaya hidup orang-orang sebelum mereka (Yahudi dan Nasrani). Kasus yang sering muncul adalah pemikiran bahwa semua agama itu sama. Jika menghadapi situasi ini, seorang muslim harus:

• mengikuti berbagai pengajian untuk mendapatkan kesempatan bertanya pada para ulama,

• berkumpul dengan orang-orang shalih untuk diajak berdiskusi dan mendapatkan tuntunan,

• membaca kitab-kitab fiqih dan Islami lainnya,

• memperluas pergaulan dengan orang-orang yang memiliki ilmu agama lebih tinggi dari kita, dan

• memperdalam akidah.

3. Hijrah Syu’uriyyah

Syu’uriyyah berarti kesenangan, cita rasa, atau sejenisnya. Jika seorang muslim memiliki kesenangan terhadap sesuatu yang kurang Islami, bahkan hingga melupakannya dari melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya, maka dia harus melakukan hijrah ini dengan cara:• mempelajari kembali syariah Islam,• mencari penjelasan dari para ulama

tentang kesenangannya: bagaimana ciri-ciri hobi atau seni yang Islami dan apakah kesenangannya tergolong kurang Islami,

• mengurangi mendengar, membaca, dan menonton sesuatu yang berhubungan dengan sesuatu yang kurang Islami dan membuat kita lupa pada kewajiban, dan

• meningkatkan semangat ibadah serta menyibukkan diri dengan melakukan kegiatan yang diperintahkan, seperti berzikir dan membaca buku-buku yang tidak bertentangan dengan Islam dan Alquran.

4. Hijrah Sulukiyyah

Suluk berarti kepribadian atau tingkah laku. Hijrah sulukiyyah sebaiknya dilakukan ketika kita perilaku kita telah tercemar oleh perilaku buruk, seperti membicarakan masalah orang lain. Dalam hal ini, seorang muslim bisa:• memperbanyak beristighfar,• mengoreksi akhlak diri sendiri, • meniru akhlak Rasulullah SAW, dan• bergaul dengan orang-orang yang

berperilaku baik.

Inspirasi

(oleh dr. Ainul Nismala)

Dzulhijjah 1440H - Muharrom 1441HEdisi 94 - September 2019

Jasmaniyah

17

Saat ini jumlah penderita penyakit jantung dan stroke semakin

meningkat. Salah satu yang menjadi penyebab utamanya adalah kondisi dislipidemia. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid atau lemak yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, peningkatan Low Density Lipoproteinemia (LDL), peningkatan trigliseridemia, dan penurunan High Density Lipoproteinemia (HDL).

Berdasarkan data WHO, sepertiga dari kejadian penyakit jantung iskemik disebabkan oleh kolesterol tinggi. Dislipidemia menyebabkan 2,6 juta kematian dan 29,7 juta kejadian disabilitas yang menurunkan produktivitas. Dislipidemia lebih banyak dialami oleh pria jika dibandingkan wanita. Hal ini dikarenakan adanya hormon estrogen sebagai faktor protektif pada kaum wanita. Akan tetapi, risiko tersebut menjadi sama saat wanita mulai memasuki masa

menopause. Sementara dari segi usia, dislipidemia kini tak lagi hanya dialami oleh usia tua. Data CDC menyebutkan bahwa angka kejadian dislipidemia pada usia 20-39 tahun sebanding dengan pada usia di atas 60 tahun.

Pencegahan terhadap dislipidemia sangat penting dilakukan untuk menghindari timbulnya berbagai komplikasi di kemudian hari dan menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Pencegahan tersebut terbagi menjadi pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan primer dilakukan dengan melakukan memeriksa profil lipid puasa (fasting lipid profile) saat usia lebih dari 35 tahun. Sementara pada pencegahan sekunder, pemeriksaan profil lipid dilakukan terhadap semua pasien dengan penyakit jantung koroner, penyakit kardiovaskular aterosklerotik lainnya, dan diabetes mellitus.

Langkah pencegahan lain yang harus dilakukan adalah:

• Melakukan pola makan sehat

• Menjaga berat badan (menurunkan berat badan pada kondisi kegemukan atau obesitas)

• Melakukan aktivitas fisik teratur

Perubahan gaya hidup (modifikasi gaya hidup) memegang peranan yang sangat penting dalam tatalaksana dislipidemia untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Modifikasi gaya hidup dilakukan sebelum memulai terapi obat penurun kolesterol dan tetap dilanjutkan apabila pasien telah mendapat terapi obat. Apabila setelah dilakukan modifikasi gaya hidup target LDL belum tercapai maka pertimbangkan pemberian obat penurun kolesterol.

Komplikasi yang ditimbulkan akibat dislipidemia adalah: Sindrom koroner akut, Stroke, Penyakit jantung iskemik, Penyakit arteri perifer, Disfungsi ereksi.

Dislipidemia

Dzulhijjah 1440H - Muharrom 1441H Edisi 94 - September 2019 18

Embun

Syawal - Dzulkaidah 1440H Edisi 92 - Juli 2019 18

Oleh : Ust. Syaiful Arifin. S.S (Pembina Dompet Alquran Indonesia)

Sekali Pergi Penuh

Arti

Haji: Haji adalah ibadah yang menuntut pengorbanan sangat besar. Persiapan besar yang mencakup semua aspek, lahir batin, harta, fisik, mental, dan

spiritual.

Allah Yang Maha Adil pun memberikan balasan yang sangat besar kepada hamba-hamba-Nya yang telah menunaikan ibadah haji. Apakah semua orang yang berhaji mendapatkan surga dengan hajinya? Rasulullah shallallah 'alaihi wa sallam menegaskan yang artinya, "Haji mabrur itu tidak ada balasan baginya kecuali surga." (HR. Bukhari). Mudah-mudahan kita dan saudara-saudara yang sudah berhaji mendapatkan haji mabrur. Demikian pula yang akan melaksanakannya di tahun-tahun mendatang.

Suatu ketika Rasulullah SAW berkhutbah di hadapan para sahabat. Beliau bersabda yang artinya, "Wahai manusia, Allah telah mewajibkan kepada kalian berhaji. Maka berhajilah!" Bertanyalah seseorang, "Apakah setiap tahun, ya Rasulullah?" Rasulullah pun diam.

Dzulhijjah 1440H - Muharrom 1441HEdisi 94 - September 2019 19 Syawal - Dzulkaidah 1440HEdisi 92 - Juli 2019 19

Hingga seseorang tadi menanyakan tiga kali. Maka bersabdalah beliau, "Sekiranya aku jawab 'Ya', maka jadilah ia wajib (setiap tahun), sedangkan kalian tidak mampu." Kemudian beliau melanjutkan, "Tinggalkanlah apa yang tidak aku perintahkan kepada kalian. Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa karena terlalu banyak bertanya (yang tidak perlu), dan penyelisihan mereka terhadap nabi-nabi mereka. Apabila aku memerintahkan sesuatu, maka kerjakanlah sesuai kemampuan kalian. Dan bila aku melarang sesuatu kepada kalian, maka tinggalkanlah." Hadits ini diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Hurairah radhiyallah 'anhu.

Di antara ciri khas sahabat Rasulullah shallallah 'alaihi wa sallam adalah sangat bersemangat dalam melaksanakan kewajiban dan berlomba-lomba dalam kebaikan. Dalam banyak riwayat juga dikisahkan betapa seringnya para sahabat bertanya tentang amalan terbaik. Mereka bergairah sekali melaksanakan amal yang terbaik. Begitu pun dalam ibadah haji ini. Betapa sang sahabat begitu antusias menyambut kewajiban yang baru saja disampaikan oleh Rasulullah shallallah 'alaihi wa sallam. Sampai-sampai ia menanyakan hingga tiga kali, apakah haji itu harus setiap tahun. Padahal ia belum tahu seperti apa rinciannya. Mungkin karena ia benar-benar yakin bahwa apa yang disampaikan oleh Rasulullah shallallah 'alaihi wa sallam pastilah membawa kebaikan.

Rasulullah sebagai pemimpin yang sangat arif, memahami antusiasme sahabatnya itu. Dalam waktu yang sama, beliau juga sangat paham bahwa umatnya tidak akan mampu menunaikan ibadah haji setiap tahun. Subhannallah. Kita bisa membayangkan betapa beratnya bila ibadah haji itu harus dilaksanakan setiap tahun. Apalagi bagi umat Islam yang berada jauh dari Makkah, seperti kita di Indonesia. Jangankan setiap tahun, sekali selama hidup saja masih banyak yang belum mampu melaksanakannya. Sungguh

ini keringanan dari Allah yang harus kita syukuri.

Maka bagi yang telah diberi kesempatan oleh Allah untuk berhaji, hendaknya mensyukurinya dengan gembira serta terus mengevaluasi apa yang telah dilakukan di tanah suci. Barangkali ada yang kurang maksimal selama di sana. Atau mungkin mendapatkan teguran-teguran positif di tengah-tengah interaksi bersama jutaan umat dari berbagai belahan dunia. Atau barangkali di sela kekhusyukan ibadah, terbesit rencana-rencana serta keinginan-keinginan untuk beramal shalih lebih banyak lagi sesampainya di tanah air. Kini sudah tiba saatnya mewujudkan keinginan-keinginan mulia itu. Yang belum berangkat haji, terus berpaya mempersiapkan diri untuk ke sana. Persiapkan ilmu, harta, jiwa, dan semuanya. Tidak lupa terus memanjatkan doa agar Allah segera melapangkan jalannya.

Pernah ada orang yang berkata kepada Ibnu Umar RA, "Sungguh banyak orang yang melaksanakan haji." Beliau menjawab, "Sungguh sedikit orang yang melaksanakan ibadah haji." Kemudian ketika datang seorang yang sangat lusuh, menunggang unta yang kurus, beliau berkata, "Mungkin inilah orang yang melaksanakan haji."

Syuraikh mengatakan, "Orang yang melaksanakan haji itu sedikit, walaupun rombongan haji itu banyak. Sungguh banyak orang yang melakukan kebaikan, tapi sungguh sedikit mereka yang mengharap ridha Allah. Banyak orang yang bepergian mengarungi padang pasir, tapi yang sampai pada tujuan hanyalah sedikit."

Dengan demikian, perjalanan haji benar-benar penuh nilai, penuh arti, meskipun sepanjang hidup hanya sekali. Perjalanan yang mengantarkan kita kepada cita-cita mulia, yakni haji mabrur yang tiada balasan baginya kecuali surga. Semoga Allah meridhai. Aamiin.

“Haji mabrur itu tidak ada balasan baginya kecuali surga.” (HR. Bukhari)

Dzulhijjah 1440H - Muharrom 1441H Edisi 94 - September 2019

Komik

20

Dzulhijjah 1440H - Muharrom 1441HEdisi 94 - September 2019

Menggambar

21

Menggambar Sapi1

2

3

Anak Kita

Dzulhijjah 1440H - Muharrom 1441H Edisi 94 - September 2019 22

Pertanyaan Dahsyat Seorang

Ayah

Adakah kamu hadir ketika Ya’kub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya, “Apa

yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepadanya.” (QS. Al-Baqaroh 133)

Maut. Inilah kata yang membuat siapa saja tercekat jika kata itu mulai tampak mendekat. Kemana pun kita bertebaran ke punggung bumi ini, suatu saat juga akan terhenti. Maka, detik-detik pemberhentian itu menjadi detik-detik pelik; menentukan seperti apa hidup kita akan ditutup. Jika detik-detik krusial itu bisa dilewati dengan amal baik, Insya Allah bahagia akan segera menyapa. Begitu pula sebaliknya, jika detik-detik itu menjadi detik-detik kufur, episode selanjutnya menjadi hancur, tersungkur di panjang jalan kesedihan tak terperikan. Begitu menentukannya detik-detik maut itu.

Gemerlap dunia dengan segala isinya yang memesona pada akhirnya akan kita tinggalkan juga. Semua itu tinggal menunggu waktu. Hidup di dunia akan menjadi “kenangan” yang dipertanggungjawabkan. Maka, jika maut sudah datang menjemput, segala-galanya menjadi tidak berarti. Segala-galanya, kecuali tiga hal saja, yakni

amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak shalih yang mendoakan.

“Bila seorang anak Adam wafat, maka amalnya terputus kecuali tiga hal: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakan orang tuanya.” (HR. Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Nasai, dan Ahmad)

Tiga hal itu akan menjadi pasdive income yang terus berkelanjutan. Hidup memang sudah berakhir, tetapi pahala terus mengalir, menderas, membuat sang pemilik tiga amal itu puas, tak lagi didera rasa was-was. Tiga hal itu begitu istimewa, coba kita urai satu persatu.

Amal pertama, sedekah jariyah, dia tak memerlukan verifikasi sebab amal itu lebih melekat pada niat dan tangan kita saat berbuat, mempribadi, baik kita melakukannya secara sembunyi-sembunyi ataupun terang-benderang, di depan banyak orang dengan mata yang memandang.

Amal kedua, ilmu yang bermanfaat, bukan ilmu yang sia-sia. Dia juga tak memerlukan verifikasi lebih lanjut. Justru, amal ketiga, anak yang shalih yang kita tinggalkan perlu diverifikasi “keabsahannya”, benarkah anak-anak itu shalih?

Maka kesuksesan hidup sebenarnya juga

Dzulhijjah 1440H - Muharrom 1441HEdisi 94 - September 2019

Oleh: Suhadi Fadjaray(Founder GROWin Training & Motivation)

23

diukur dari kesuksesan mengasuh anak, apakah kebaikan-kebaikan orang tua diikuti oleh anak-anaknya atau tidak. Seperti dulu Nabi Ya’kub, saat hendak meninggal, satu-satunya hal yang ia tanyakan pada anak-anaknya hanyalah “Apa yang akan kalian sembah sepeninggalku?” Inilah pertanyaan terdahsyat di saat sang ayah akan menjadi mayat. Tentu, Jawaban sang anak membuat sang ayah berharap-harap cemas. Tak ada waktu untuk membersamai lagi, mengasuh lagi, tinggal menunggu hasil jerih payah pengasuhan lewat jawaban ananda. Sebuah pertanyaan verifikasi yang jawaban benarnya bisa menentramkan hati, jawaban salahnya bisa menggelisahkan hati.

Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepadaNya.”

Masya Allah, inilah kalimat terindah yang menyejukkan jiwa sang ayah. Upaya verifikasi sang ayah dengan nafas yang terengah-engah mendapatkan hasil yang istimewa; terjamin akan mendapatkan passive income pahala, terjamin akan dipertemukan kembali kelak di surga dengan anak cucu. Air mata bahagia pun membasah, membasuh jiwa.

Maka ayah sukses adalah ayah yang bisa melakukan kaderisasi iman, sehingga anak-anak mereka seiman, setaat, setakwa ayahnya atau kapasitas keimanannya melebihi sang ayah. Inilah ayah sukses itu. Semoga kita para ayah diberi kemudahan menjalani tapak-tapak sukses pengasuhan itu. Amin ya Rabb.

“Ayah, kami akan menyembah Tuhanmu.” Masya Allah, indahnya kalimat ananda ini, teramat indah. Jelas amat sangat nyata menggambarkan kedekatan jiwa seorang

anak dengan ayahnya. Tuhan yang disembah adalah Tuhan yang sama dengan yang ayah sembah. “Tuhan nenek moyangmu…” Mantap sekali penegasannya, yang menggambarkan mata rantai keberhasilan pengasuhan lintas generasi. “Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” Sebuah kesimpulan yang mengabarkan lurusnya iman. Sempurna.

Sambil menulis esai ini, saya termangu, tergugu, teramat sangat ingin meniru jejak pengasuhan seorang ayah yang istimewa. Beruntung sekali Alquran merekam momentum istimewa ini, momentum verifikasi iman di detik-detik maut yang menentukan. Semoga kita semua para ayah mendapatkan ibrah (pelajaran) berharga dari kisah nyata yang diajarkan Alquran pada kita, para ayah yang membaca.

Saatnya kita mulai menata diri; bersibuk menelisik masuk ke relung jiwa, menakar kadar keimanan. Meluruskannya jika masih bengkok berkelok-kelok. Memantapkannya jika masih gamang mengawang-awang. Membersihkannya jika memang masih kotor bercampur lumpur-lumpur kufur.

Saatnya kita mulai menata diri; memeriksa apakah pengasuhan kita berkualitas iman. Kalimat perintah dan larangan kita, sudahkah selaras dengan perintah dan larangan Tuhan. Ridha ayah, kemarahan ayah, sudahkah selaras dengan ridha dan kemarahan-Nya.

Ridha Allah terletak pada ridha kedua orang tuanya. Kemarahan Allah terletak pada kemarahan kedua orang tua.

Duhai para ayah, kini sudahkah engkau selaraskan ridha dan marahmu dengan segala hal yang membuat Allah ridha dan marah?

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan LURUS kepada agama Allah.” (QS. Ar-Rum 30)

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan LURUS

kepada agama Allah.” (QS. Ar-Rum 30)

Tazkiyatun Nafs

Dzulhijjah 1440H - Muharrom 1441H Edisi 94 - September 2019 24

Bukti Kesadaran Seorang Hamba

Dzulhijjah 1440H - Muharrom 1441HEdisi 94 - September 2019 25

Oleh Ustadz Muhammad Sholeh Drehem, Lc

Manusia diciptakan oleh Allah SWT begitu sangat lengkap. Allah memberi manusia dengan makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal. Dia yang

membuat kita sehat, sakit, bernafas dan berpikir. Allah telah mengatur kehidupan kita sedemikian komplitnya, bahkan Dia memberikan kita cinta, kasih sayang, kelembutan, bahagia, semangat dan optimisme. Dari semua ini sebagai ummat Islam, kenikmatan yang tak tertandingi adalah Dia telah melengkapi kita dengan iman, Islam, ihsan, ilmu, dan hidayah.

Allah yang maha pelindung, penuntun, penyelamat, yang selalu sayang pada kita. Dia yang juga selalu melihat, mendengar suara hati kita, mengetahui rencana kita, dan menguasai semua urusan kita. Atas lengkapnya kenikmatan yang diberikan sudah sepantasnya jika manusia menganggap Dia sebagai majikan kita, penguasa kita, pemimpin kita, pemilik kita, dan Tuhan kita.

Karena itu, kita bisa dianggap sebagai budak-Nya, hamba-Nya yang sangat wajar jika manusia bekerja untuk membuat Dia (Allah) senang pada kita. Hal ini menunjukkan dengan perenungan yang mendalam dapat menimbulkan kesadaran. Jiwa raga ini hanya untuk-Nya atau hidup mati ini dipersembahkan hanya kepada-Nya.

Berdasarkan Quran Surat Al-A’raf ayat 205,

“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.”

Sungguh sudah seharusnya manusia sangat mencintai-Nya, selalu berterima kasih kepada-Nya, menyambung hati dengan-Nya di setiap saat. Bahkan jangan mencoba untuk melalaikan-Nya karena manusia harus sangat sadar bahwa hidup ini penuh dengan kenikmatan. Selalu selipkan doa berikut di setiap harapmu pada-Nya.

“Ya Allah, karuniai kami untuk selalu ingat kepada-Mu, pandai bersyukur dan selalu menjadi hamba-Mu yang baik.”

Hijrah

Dzulhijjah 1440H - Muharrom 1441H Edisi 94 - September 2019 26

Lebih Tenang Dengan

Berhijrah

Rizal Armada:

Tsandi Rizal Adi Pradana, vokalis grup band Armada, atau dikenal dengan Rizal Armada kini kian rajin mengikuti kajian-kajian

keagamaan.

Rizal terinspirasi dari teman-temannya sesama artis yang telah lebih dulu hijrah. Pada intinya, hijrah ini mengajak orang-orang untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Rizal pun menceritakan kesannya mengikuti gerakan hijrah yang diinisiasi kalangan artis, seperti presenter Arie Untung, Tengku Wisnu, dan lain-lain. Salah satu dampak yang dirasakannya adalah soal hidupnya yang lebih baik dan tercerahkan.

Dzulhijjah 1440H - Muharrom 1441HEdisi 94 - September 2019 27

“Hidupnya jadi lebih terkontrol. Zaman dulu, meninggalkan shalat, sekarang alhamdulillah selalu berusaha shalat tepat waktu. Terus perasaan jadi lebih adem, lebih tenang,” tutur Rizal.

Selama berhijrah, Rizal juga merasakan banyak perubahan pada dirinya, terutama dalam mengambil keputusan. Jika dulu dia sering diterpa stres dan tidak sabaran serta teledor dalam mengambil keputusan, kini dia merasa bisa lebih tenang ketika dihadapkan pada suatu masalah.

"Ya, lebih tenang, lebih santai, gak gerasak-gerusuk gak mumet," pungkasnya.

Salah satu alasannya untuk memutuskan hijrah memang karena istrinya yang kebetulan seorang mualaf. Vokalis Armada ini ingin menjadi imam yang baik untuk sang istri dan anak-anaknya nanti. Bagi Rizal, salah satu pondasi terbaik bagi rumah tangga adalah hadirnya sosok imam yang baik bagi istri dan anaknya. Dari situlah hati pria yang menyanyikan lagu “Berdoa Untuk Semua” ini tergerak untuk segera berhijrah.

"Sebenarnya trigger-nya memang satu, ingin memperbaiki diri, yang kedua kan istri alhamdulillah mualaf jadi memang butuh sosok yang bisa menjadi imam," ungkap Rizal.

Saat mendatangi kajian bersama istri pun, tak jarang Rizal datang bersama. Harapannya agar bisa sama-sama belajar dan bersama-sama berbenah diri.

"Datangnya bareng, belajar bareng, karena memang dia mualaf. Dulunya dia katolik sekarang alhamdulillah udah Islam, jadi muslimah, ya memang belajar banyak," akunya.

Rizal yang selama ini merasa terlalu mengejar duniawi, ingin mengejar

ketertinggalan ilmu agama dari teman-temannya. Meskipun dilahirkan di keluarga Islam, vokalis Armada ini mengaku bahwa dirinya perlu untuk berhijrah demi memperbaiki kualitas diri.

"Kaya gini gua mengejar ketertinggalan sih selama ini kan gua terlalu keduniawian, bukan jadi imam yang baik kalau keduniawian, jadi memang akhirnya mengejar ketertinggalan memperbaiki pola bersyukur," katanya.

Karena berhijrah merupakan salah satu jalan agar kita bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah. Semakin bertawakal di jalan-Nya yang lurus. Serta tak hentinya memperbaiki kualitas diri agar iman senantiasa terjaga. Rizal Armada juga berkisah tentang bagaimana dulu dia merasa imannya lemah dan tidak serius menjalankan ibadahnya.

Awal mulanya, Rizal menemukan alasan berhijrahnya setelah pernikahannya dengan seorang mualaf. Dari situlah datang hidayah baginya untuk berhijrah. Vokalis bersuara merdu ini menyadari bahwa hidayah harus segera ditangkap. Maka dengat tekad yang bulat, dia pun mulai memutuskan untuk berhijrah dan memahami agama Islam lebih dalam lagi.

Dari niat untuk dapat menjadi imam yang baik, Rizal menyadari pentingnya berislam dan beriman dengan lebih sungguh-sungguh.

"Mohon doanya semoga kita sama-sama bisa lebih baik dan istiqomah dalam berislam," tutur Rizal yang punya lagu sosial “Berdoa untuk Semua".

Semoga Bang Rizal bisa terus beristiqamah di jalan Allah, dan semoga dimudahkan niatnya untuk dapat menjadi imam dan teladan yang baik bagi keluarga dan rekan-rekan.

Bekerja sama dengan :

LifeStyle

Dzulhijjah 1440H - Muharrom 1441H Edisi 94 - September 2019

Oleh : Verena Mumtaz (Pengurus FLP Jawa Timur)

28

KEINDAHAN ALAM LAUT GILI KETAPANG

Siapa yang tidak pernah mendengar Bromo. Destinasi alam di Probolinggo yang terkenal dengan gold sunrise-nya.

Nah, tidak hanya Bromo, sekarang mulai bermunculan destinasi wisata yang tidak kalah menariknya dengan Bromo. Yup! Gili Ketapang. Sebuah pulau yang berada 10 km dari pelabuhan Tanjung Tembaga. Wisata Gili ini tidak hanya menawarkan pantai pasir putihnya yang indah tetapi juga alam lautnya yang menawan. Di tempat ini kita bisa melakukan snorkeling.

Untuk sampai di tempat ini cukup mudah. Jika naik kendaraan pribadi, dari alun-alun Kota Probolinggo belok ke kiri menuju Mayangan, dan tidak jauh dari situ kita

menuju ke pelabuhan Tanjung Tembaga. Masuk pelabuhan kita akan dikenakan tarif Rp 2.000,- per orang dan jika bawa mobil harus bayar parkir Rp 5000,-. 300 meter dari gerbang kita bisa memarkir mobil kita dengan aman. Tapi kalau naik kendaraan umum kita bisa turun di terminal Probolinggo, naik lyn kuning H, turun di Mayangan. Lalu jalan menuju pelabuhan Tanjung Tembaga sekitar 1 km.

Di pelabuhan, telah berjajar kapal yang akan mengantarkan kita ke Gili Ketapang. Jika ingin ke Gili tanpa jasa travel, kita bisa langsung naik kapal. Tapi nunggu penuh dulu ya, hehe. Cukup bayar Rp 7.000,- sekali jalan. Tetapi jika ikut paket dari travel

Dzulhijjah 1440H - Muharrom 1441HEdisi 94 - September 2019 29

hanya merogoh kocek 90 ribu saja. Dengan fasilitas kendaraan PP. Dari pelabuhan ke Gili, snorkeling, foto di dalam laut 2 kali dan makan siang.

Untuk ikut jasa travel tidak ada batas minimal, jika pada waktu itu kita datang

sendiri kita bisa ikut jasa travel, biasanya pihak travel akan mencari klien lain, kalau sudah banyak baru kita akan berangkat ke Gili.

Ketika naik kapal kita tidak berada di dalam kapal tetapi di deknya. Karena di dalam kapal digunakan untuk barang-barang. Jangan khawatir panas, karena sudah dipasang terpal untuk melindungi kita dari panas dan hujan.

Menjejakkan kaki ke Gili Ketapang kita akan melihat pantai dengan pasir putih yang menawan. Beberapa spot yang bisa kita gunakan untuk berofoto ria yang instragramable. Terlihat juga beberapa camp berjajar di tepi pantai. Dan setiap camp ada spot foto yang menunjukkan identitas mereka. Sesampai di camp, biasanya kita

tidak langsung snorkeling, tetapi istirahat dulu sambil menunggu rombongan sebelumnya yang sedang snorkeling, biasanya satu rombongan ada 50 orang.

Tidak bisa berenang apa bisa snorkeling? Tentu bisa, kan sudah pakai pelampung. Di laut cukup gerak-gerakkan kaki. Kalau mau lihat bawah, masukkan muka di air, dan lakukan seperti orang berenang. Biota di bawah laut sungguh menakjubkan. Karang, rumput laut dan juga ikan-ikan berenang membuat bibir ini kaku dan ucapan subhanallah yang mampu mewakili. Ikan-ikan berjalan ke sana kemari seperti tidak peduli dengan keberadaan manusia sekitarnya. Di spot ini juga guide akan menawari kita foto di bawah laut. Fotonya tidak pakai pelampung ya! Tapi tenang, aman kok. Jika foto, akan ada 4 guide yang akan menemani kita. 1 orang pengambil gambar, seorang lagi bagian melepas dan memakaikan pelampung kita dan dua orang yang akan menenggelamkan kita ke lautan agar bisa sampai di spot foto bawah laut. Ikuti saja intruksi guide-nya, dijamin selamat. Ketika diambil foto, kita diminta untuk menahan napas selama 5 detik. Jangan panik, santai saja, karena jika tegang bisa-bisa kita akan kemasukan air laut.

Setelah puas snorkeling di sini, kita akan dibawa ke spot kedua. Spot ini lebih jauh dari bibir pantai, dan tentu saja pemandangan lautnya lebih indah dari yang pertama. Sekitar 2 jam melakukan snorkeling, saatnya kembali ke camp. Di camp telah tersedia makan siang, nasi, dan ikan bakar disertai sambal. Penasaran? Segera ke Gili Ketapang dan buktikan keindahan alam bawah lautnya.

BSMI Sidoarjo

Edisi 94 - September 2019 30

Qurban Berbagi

Hari Raya Idul Adha 1440 H Dompet Alquran Mojokerto melakukan penyembelihan 1 ekor sapi di Dusun

Nawangan Desa Tawangrejo Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto, Selasa 13/08/2019

bertempat di rumah salah satu warga. Acara dihadiri oleh Direktur Dompet Alquran, Agung Heru Setiawan dan Kepala Desa Dameri berserta Kepala Dusun Nawangan.

Agung Heru Setiawan menyampaikan bahwa Program Qurban Berbagi 1440 H

Dompet Alquran Menyalurkan Hewan

Qurban di Dusun Terpencil

Dzulhijjah 1440H - Muharrom 1441HEdisi 94 - September 2019 31

Dompet Alquran dan Nadi Furqon Kerja Sama Qurban

Berbagi

Ibadah qurban membuat kebahagiaan istimewa. Qurban menyatukan serta

mengeratkan rasa kasih sayang di antara sesama manusia. Termasuk dengan warga muslim negara tetangga.

Lembaga Nadi Furqon Singapura menyerahkan hewan qurban ke Dompet Alquran Indonesia untuk program Qurban Berbagi 1440 H. Ini mempunyai makna persaudaraan antar muslim tidak hanya terbatas dalam satu negara. Tapi, juga bisa menembus batas negara.

Direktur Dompet Alquran Indonesia Agung Heru Setiawan dan Abdul Rahman Bin Abdul Azis, CSR Officer Nadi Furqon Singapura bersepakat qurban tahun ini adalah qurban untuk menguatkan ukhuwah Islamiyah antara muslim Indonesia dan Singapura.

Abdul Rahman menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu menyampaikan amanah qurban warga Singapura untuk disalurkan kepada yang membutuhkan.

“Semoga bermanfaat untuk

saudara-saudara muslim di sini, termasuk untuk para santri penghafal Alquran Pondok Pesantren Tahfizh Darul Fikri Sidoarjo. Kami ingin penyelenggaraan qurban dengan Dompet Alquran bisa berkelanjutan di tahun berikutnya,” ujarnya.

Sementara itu, Agung Heru Setiawan berharap penyaluran qurban dari Singapura tersebut dapat menjadi syiar sekaligus untuk menambah semangat para santri penghafal Alquran, bermanfaat bagi warga di daerah-daerah termasuk untuk menguatkan aqidah umat.

“Kami menyampaikan terima kasih kepada saudara-saudara muslim Singapura, semoga amal ibadah qurbannya diterima Allah SWT, menambah keberkahan umat Islam di Singapura dan Indonesia, dan kita tergolong orang-orang yang bertakwa,” ujarnya.

Dompet Alquran Indonesia tahun ini juga berbagi hewan qurban dari para donatur ke daerah-daerah rawan pangan dan rawan akidah di beberapa daerah di Jawa Timur.

ini sengaja menyalurkan hewan qurban di Dusun Nawangan yang tergolong daerah terpencil, rawan pangan dan akidah. Harapannya qurban mampu menguatkan semangat warga dan para da'i yang bertugas membina warga selama ini.

Dameri, Kepala Desa Tawangrejo mengucapkan terima kasih kepada Dompet Alquran atas 1 ekor sapinya untuk di sembelih di Dusun Nawangan, beliau juga berharap tidak hanya tahun ini saja mengingat letak dusun ini yang barada di tengah hutan sehingga warga cukup kesulitan untuk bisa membeli kebutuhan pokok.

Suyono, warga setempat yang juga ikut membantu penyembelihan menyampaikan rasa gembiranya. Beliau berharap Dompet Alquran memberikan program-program sosial ke warga Dusun Nawangan yang berjumlah 58 KK.

Dinamika

Qurban Berbagi DQ Probolinggo.Qurban Berbagi DQ Gresik

Dompet Alquran Indonesia cabang Blitar berbagi qurban di Desa Sumber Asri, Kecamatan Nglegok, Blitar.

Dompet Alquran Indonesia (DQ) bekerja sama dengan MCI (Mualaf Center Indonesia) Pamekasan, melaksanakan penyembelihan hewan qurban sebanyak dua ekor kambing, bertempat di jalan Pintu Gerbang, Kelurahan Bugih, Kecamatan Pamekasan. Kab. Pamekasan Madura.

Dompet Alquran Indonesia (DQ) bekerja sama dengan MCI (Mualaf Center Indonesia) mengadakan Kajian Umum bertema: Mualaf & Pengorbanan yang diisi oleh Ustadz Muhammad Amin, S.Ag.

DQ menghadiri peresmian Masjid Baitul Makmur, Citra City Regency, Sarirogo-Sidoarjo. Hadir pula Pak Bupati Sidoarjo. Dalam acara tersebut juga ada santunan bagi anak yatim.

SMPIT Darul Fikri Sidoarjo bekerjasama dengan Saka Institute. Melaksanakan program bimbingan belajar "Summer Smart Camp" bagi siswa dan siswi kelas 9 bersama dengan tentor-tentor Saka Institute.

Dalam rangka mengasah keterampilan santri putri Darul Fikri mengadakan agenda “Qurban Cooking Competition” dengan santri putri di pondok putri Sarirogo.

DQ mengadakan Pelatihan Fundraising dengan tajuk: "SDM DQ Berintegritas dan Berkarakter". Pelatihan ini dibina langsung oleh Coach Deny Faritasari. Dalam acara tersebut, DQ juga melaunching program PRISMA (Perbanyak Infaq Sedekah Memuliakan Anda).