DMF 2

download DMF 2

of 26

description

SKENARIO 3

Transcript of DMF 2

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 1 : TUMOR JINAK RONGGA MULUT

SEMESTER GASALTAHUN AKADEMIK 2014/2015

BLOK DENTOMAKSILOFASIAL II

OLEH KELOMPOK 3 :1. Shinta Permata Sari

(141610101012)2. Dini Roswati S

(141610101015)3. Erlita Prestiandari

(141610101016)4. Aldiansyah Hakim

(141610101018)5. Prisca Vianda Sukma

(141610101019)6. Tazqia Jamil Pratami

(141610101020)7. Paramita Rachmawati Z (141610101023)8. Azza Muslicha

(141610101025)9. Muhammad Sandy Irianto (141610101026)FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2015STEP 11. Fibroosseous lesion: Lesi dengan jaringan fibrous tinggi dan melekat pada tulang

2. Unilocular

: Satu lesi yang terjadi di satu tempat

3. Dispalcement

:- Perubahan posisi yang tidak sesuai dengan normalnya

Malposisi : dari awal pertumbuhan sudah tidak normal atau hasil dari displacement

4. Onlay

: Restorasi rigid yang berbahan alloy yang menutupi kavitas dari salah satu atau beberapa cusp gigi5. Trabekula osteoid fibrillar : -

6. Irregular

: Gambaran tepi lesi yang tidak teratur

7. Tumor jinak non odontogen : Pembengkakan yang terjadi disebabkan pertumbuhan jaringan yang abnormal yang terjadinya terlokalisir serta pertumbuhannya lambat.

Catatan : Terdapat kata kata sulit yang masuk ke dalam step 2 yakni : trabekula osteoid fibrillar, fibroosseous lession dan tumor jinak non odontogen

Step 2

1. Mengapa terjadi pembengkakan tanpa disertai rasa sakit ?

2. Mengapa pada daerah lingual yang mengalami ekspansi tidak menyebabkan malposisi ? (gigi 46,47)

3. Mengapa masih bisa membuka mulut dengan normal padahal wajahnya asimetri ?

4. Bagaimana pengaruh gigi-gigi pada regio 2 dan 3 terhadap lesi mandibula sebelah kanan ?

5. Bagaimana hubungan gigi 44 dan 46 yang terkena karies terhadap pembengkakan mandibula sebelah kanan ?

6. Bagaimana perbandingan gambaran histologi normal dengan fibroosseous lesion ?

7. Apakah yang memperkuat dugaan dokter sehingga pasien didiagnosis mengalami fibroossous lesion ?

8. Bagaimana penjabaran gambaran radiografi berbatas jelas ?9. Apa saja etiologi yang menyebabkan fibrooseous lesion ? Apakah Faktor usia mempengaruhi?10. Bagaimana patogenesis tumor jinak non odontogen ?

11. Bagaimana struktur tulang yang normal ?

12. Sel apa yang dapat menyebabkan tumor jinak non odontogen ?

13. Sel apakah yang dapat menyebabkab fibrooseous lesion dan dari mana asalnya ?

14. Pengertian trabekula osteoid fibrillar, fibroosseous lession dan tumor jinak non odontogen

Step 3

1. Mengapa terjadi pembengkakan tanpa disertai rasa sakit ?

Paramita

Terjadi keseimbangan regenerasi dengan kerusakan sehingga tidak merasa sakit Prisca

Terjadi pertumbuhan yang abnormal sehingga terjadi penebalan pada epitel. Tidak terasa sakit karena saraf berada di bawah epitel. Tazqia

Bukankah di area di bawh gigi terdapat saraf saraf ? Aldi & Shinta

Karena pertumbuhan sel selnya normal namun kecepatannya dari pematuran sel lebih cepat dari normal.

Hasil diskusi

Karena tumor ini belum merusak canalis mandibula, pada keadaan ini canalis manibula terdesak lalu N. Alveolaris inferior beradaptasi sehingga melekat ke pinggir. Dan pada tumor jinak memiliki kapsul yang bersifat ekspansif maka tidak merusak sel schwan.2. Mengapa pada daerah lingual yang mengalami ekspansi tidak menyebabkan malposisi ? (gigi 46,47) Aldi, Sandi, Azza

Belum mendesak gigi sehingga tidak terjaadi malposisi Diskusi

Karena tumor jinak menyerang pada daerah yang lemah. Pada sekitar area gigi terdapat perlindungan agar tumor tidak menyerang daerah tersebut. Terdapat lamina dura, akar gigi serta kontak gigi dengan gigi antagonis.3. Mengapa masih bisa membuka mulut dengan normal padahal wajahnya asimetri ?

Erlita

Lesi tersebut menyebar dari ramus ke korpus tidak berekspansi ke TMJ sehingga tidak menggangu otot membuka dan menutup mulut Sandy

Otot membuka dan menutup mulut tidak mengalami destruksi sehingga tidak mengganggu membuka dan menutup mulut Dini

Tulang pada skenario terdestruksi, apakah otot mastikasi tidak terdestruksi ? Bagaimana penyebabnya ? Tazqia

Bisa menyebar seharusnya ke otot, tetapi pada permasalahan ini tumor tidak menyebar ke otot karena masih bersifat jinak Diskusi

Selama tidak ada lesi yaang membuat kontraksi / terdistraksinya otot pengunyahan maka tidak akan gangguan membuka dan menutup mulut. 4. Bagaimana pengaruh gigi-gigi pada regio 2 dan 3 terhadap lesi mandibula sebelah kanan ? Aldi

Gigi region 2 dan 3 sebagai indicator OH pasien. Jadi bila terdapat banyak tumpatan, oral hyginenya buruk, sehingga kuman-kuman yang ada merupakan factor predisposisi tumor. Azza

Apa hubungan antara gigi region 2 dan 3 terhadap lesi mandibular pada kanan? Prisca

Terdapat factor primer dan sekunder. Primer : herediter dan hormonal. Sekunder : Nutrisi, radiasi, dan bakteri.

Tumor ini dapat dikarenakan factor primer, namun dengan adanya oral hygine yang buruk dapat memperparah tumor yang terjadi. Erlita

Gigi region 2 dan 3 tidak berpengaruh karena sudah ditumpat. Gigi 44 dan 45 lebih berpengaruh terhadap terjadinya tumor. Persetujuan sementara

Keadaan pada gigi region 2 dan 3 sebagai indikasi Oral Hygine.

5. Bagaimana hubungan gigi 44 dan 46 yang terkena karies terhadap pembengkakan mandibula sebelah kanan ?

Mita

Bakteri pada karies. Dengan adanya bakteri tubuh melakukan perlawanan dengan terbentuknya pembengkakan. Shinta

Tumor tersebut dapat terjadi dikarenakan factor predisposisi dari bakteri, tetapi pembengkakaknnya bukan karena sebagai tanda pertahanan tubuh, namun bakteri ini menganggu siklus sel sehingga terjadi pembelahan lebih cepat dari normalnya. Erlita

Kapan bakteri dapat menyebabkan neoplasia atau respon inflamasi? Tazqia

Terjadi neoplasia apabila bakteri mengganggu siklus sel, sehingga proliferasi sel berlebih. Sedangkan inflamasi terjadi apabila bakteri merusak sel sehingga tubuh mengeluarkan respon inflamasi. Shinta

Lalu bagaimana bakteri bisa memilih apakah akan merusak sel atau mengganggu siklus sel? Prisca

Neoplasma : bakteri mengganggu pada fase G1 hingga G2 karena pada saat fase G1 menuju G2 terjadi pembelahan sel. Bila fase ini terganggu terjadi pertumbuhan abnormal. Untuk yang inflamasi belum diketahui Persetujuan sementara

Belum terjawab pertanyaan mengenai kapan tubuh memeberi respon inflamasi atau menyebabkan neoplasma. Akan dibahas lebih lanjut pada LO

6. Bagaimana perbandingan gambaran histologi normal dengan fibroosseous lesion ? Masuk LO

7. Apakah yang memperkuat dugaan dokter sehingga pasien didiagnosis mengalami fibroossous lesion ? Paramita

Karena terdapat bentuk unilocular, irregular berbatas jelas, lesi ekspansif ke korpus dan mandibula kanan Sandy

Karena dipalapasi menunjukkan masa yang keras Dini

Apakah ada ciri lain sehingga dokter mendiagnosa pasien mengalami salah satu jenis fibro osseus lession ? Azza

Seharusnya dilakukan pemeriksaan HPA lebih lanjut agar diketahui ciri ciri spesifiknya. Namun pada saat ini belum mengetahui gambaran histologi dan HPA nya. Lebih baik dimasukkan LO agar lebih jelas. Kesimpuan

Setuju

8. Bagaimana penjabaran gambaran radiografi berbatas jelas ? Shinta

Tumor memiliki kapsul sehingg memiliki batas jelas serta respon dari tulang mandibula agar menghambat perbesaran dari tumor Prisca

Biasanya tumor jinak berkapsul, nah tumor ini dapat digerakkan namun pada skenario tidak dapat digerakkan dan melekat pada mandibula. Apakah tumor ini termasuk tumor jinak atau tumor ganas? Tazqia

Tumor jinak penyebarannya secara sentrifugal teratur membentuk lingkaran. Jadi seperti ada lapisan kapsul, tetapi sebenarnya dinding tersebut berasal dari tulang sehingga berbatas jelas. Untuk yang tumor yang dapat digerakkan ataupun tidak dapat digerakkan baiknya mempelajari lebih lanjut, jenis-jenis tumor yang bertangkai atau tidak bertangkai. Khususnya tumor non odontogen. Aldi

Pertanyaan ini terkait pada pertanyaan nomer sembilan. Karena melekat atau tidaknya tergantung dari penyusunnya. Bila penyusunnya jaringan padat ex. Jaringan fibrous akan nampa keras. Berbeda bila isinya cairan maka akan terasa lunak bila dipalpasi. Sandy

Massa dari tumor tidak ada yang cair. Massa tumor padat, sedangkan yang dijelaskan Aldi tumor ada yang berisi cair. Dari pernyataan Aldi, Sandy tidak setuju. Kesimpulan Gambaran radografi berbatas jelas dikarenakan pembelahan sel yang mendesak jaringan sekitar. Sehingga respon tulang melakukan pemadatan pada tipe tumor.

Melekatnya tidaknya tumor tergantung penyusun tumor. Jadi perlu dipelajari lebih lanjut.

9. Apa saja etiologi yang menyebabkan fibrooseous lesion ? Apakah Faktor usia mempengaruhi?

Dini

Etilogi lain jelas ada. Namun pada skenario umur dapat terkait dengan faktor resiko terkait fibro oseus lession. Karena semakin tua usia maka sistem imun turun. Namun tidak menutup kemungkinan usia mudadapat terserang fibro oseus lession. Azza

Faktor usia juga dapat mempengaruhi homestatis tubuh. Semakin tua homeostatis akan menurun, maka akan terganggu proses terjadinya apoptosis dan proliferasi sel. Erlita

Berarti pada saat tua proliferasi sel meningkat. Lalu artinya setiap terjadi penuaan pasti terkena tumor? Azza

Menurutnya homeostatis bukan merupakan faktor utama terjadinya tumor, namun faktor predisposisi yang dapat meningkatkan faktor resiko terjangkit tumor Kesimpulan

Jawaban dianggap kurang puas dan akan dibahas lebih lanjut pada LO

10. Bagaimana patogenesis tumor jinak non odontogen ? Prisca

Pada saat ini yang diganggu adalah siklus sel. Dimana terdapat beberapa tahapan G0-G1-S-G2-M. Pada saat G0 merupakan fase istirahat. Fase G1 G2 merupakan fase sel yang mengalami pembelahan. Apabila pada fase pembelahan terjadi gangguan herediter atau hormonal, maka akan terjadi pembelahan sel yang berlebihan yang dapat menyebabkan tumor. Tazqia

Apa semua patogenesis tumor non odontogen sama seperti itu? Atau setiap patogenesis tumor non odontogen berbeda? Dini

Yang telah dijelaskan prisca merupakan patogeneisi umum, untuk lebih jelasnya mohon dijelaskan pada LO Tazqia

Terdapat pengatur siklus sel. Terdapat protoonkogen dan gen supresor tumor. Untuk gen protoonkogen merangsang pembelahan sel. Bila gen ini terganggu maka pembelahan sel akan terganggu. Gen supresor tumor berfungsi untuk mencegah proliferasi sel jika sel tersebut bermasalah. Namun ini hanya secara umum Prisca

Setuju dengan tazqia. Dimana terdapat protoonkogen, onkogen dan antionkogen. Untuk protoonkogen berfungsi mengatur proliferasi sel secara normal, protoonkogen secara umum akan bekerja secara berdampingan dengan antionkogen, namun bila protoonkogen bekerja dengan onkogen maka akan terjadi proliferasi sel yang berlebih. Shinta Bagaimana hubungan gen-gen tersebut dengan siklus sel? Kesimpulan

Belum terjawab pertanyaan dari Tazqia dan Shinta 11. Bagaimana struktur tulang yang normal ? Dini

Di bagian luar = cortical boneDi bagian dalam = spongious

Aldi

Trabekula ada di bagian mana? Kesimpulan: masuk LO. Menjelaskan struktur normal tulang.

12. Sel apa yang dapat menyebabkan tumor jinak non odontogen ? Masuk LO

13. Sel apakah yang dapat menyebabkab fibrooseous lesion dan dari mana asalnya ? Masuk LO

14. Pengertian trabekula osteoid fibrillar, fibroosseous lession dan tumor jinak non odontogen Paramita

Untuk sementara pengertiannya sama pada saat step 1 untuk lebih lanjutnya bisa dibahas di LO.

Step 4

LO

1. Mampu mengetahui, memahami, dan mengkomunikasikan definisi dari

a) Tumor jinak non odontogen

b) Fibroosseous lesion

c) Trabecula osteoid fibrillar

2. Mampu mengetahui, memahami, dan mengkomunikasikan etiologi tumor jinak rongga mulut

3. Mampu mengetahui, memahami, dan mengkomunikasikan macam-macam tumor jinak rongga mulut

4. Mampu mengetahui, memahami, dan mengkomunikasikan pathogenesis tumor jinak rongga mulut

5. Mampu mengetahui, memahami, dan mengkomunikasikan patofisiologi tumor jinak rongga mulut

6. Mampu mengetahui, memahami, dan mengkomunikasikan gambaran histologi dan histopatologi dari tumor jinak rongga mulut

Step 71. Pengertian tumor jinak non odontogen, fibroosseous lesion dan trabecua osteoid fibrillar

Tumor jinak non odontogen

Pembentukan jaringan baru yang abnormal dan tidak dapat dikontrol oleh tubuh. Fibroosseous lesion

Lesi yang mengenai pada tulang dimana sumsum tulang digantikan oleh jaringan ikat fibrous. Trabecula osteoid fibrillar

Gambaran osteid yang mirip dengan trabekula dimana pada bentukan osteoid terdapat gambaran fibrillar. 2. Etiologi tumor jinak rongga muluta. USIADengan bertambahnya usia, maka frekuensi untuk terjadinya tumor semakin meningkat. Karena semakin tua umur seseorang maka homeostatis tubuh seseorang akan berkurangb. FAKTOR PERTUMBUHAN

Faktor pertumbuhan akan memberikan rangsangan pada reseptor factor pertumbuhan yang berada di basal membrane sel normal sehingga membrane sel akan menghasilkan beberapa macam zat contohnya DAG (diacetylglycerol). Fungsi dari DAG ini adalah mengaktifkan proteinkinase c. Proteinkinase c ini berfungsi untuk mempercepat proses transkripsi RNA. Kemudian RNA massenger yang telah terbentuk akan keluar dari membrane inti menuju ribosom yang kemudian akan mengalami proses translasi RNA. Ketika proses ini, RNA massenger akan membentuk antisense dan membentuk rantai polipeptida sesuai dengan kode gen pada RNA massenger yang akhirnya akan melakukan replikasi DNA.c. RADIASI

Contoh dari radiasi adalah sinar matahari, sinar-X, pemecahan nuklir, dan radionuklida. Bagaimana cara energy radiasi menimbulkan sifat karsiogenik yang dapat menimbulkan potensi mutasi serta membunuh sel? Suatu tumor akan nampak apabila telah melewati periode laten yang panjang dan urutan generasi klon-pun telah berkembang. Inisiasi radiasi umumnya bersifat irreversible. Tumor dapat terlihat atau tidak tergantung dari besar dosis, lama interval, serta kemampuan sel untuk memperbaiki diri sel tersebut.

Terdapat beberapa dugaan mengenai mekanisme pokok sifat karsiogenik yaitu (1) mutasi yang diinduksi oleh radiasi dapat mengaktifkan proto-onkogen atau dengan cara merusak lingkungan kendali yang memungkinkan ekspresi proto-onkogen yang berlebihan; (2) mutasi radiasi dapat membuat sel lemah terhadap pengaruh karsiogenik yang lain seperti virus; (3) radiasi dapat mengakibatkan kematian sel, yang memungkinkan sel tersebut akan berproliferasi yang mengakibatkan sel tersebut menjadi lemah terhada pengaruh onkogenik dan (4) penguatan dari waktu ke waktu pada neoformasi onkogen sel.

d.HORMON

Pertumbuhan sel normal diatur oleh protein terlarut yang dsebut faktor pertumbhan atau sitokin. Salah stau jenis protein yang diketahui sebgai faktor pertumbuhan adalah hormon yang juga merupakan molekul pernerus sinyal. Hrmon disimpan dalam klenjar endokrin dan disekresikan ke dalam sirkulasinapabila dikeluarkan. Di samping hormon, protein regulator pertumbuhan lain yang disekresikan oleh berbagai jenis sel adalah polipeptida yang dapat mempengaruhi pertumbuhan sel-sel disekitarnya (sinyal parakrin); contoh faktor pertumbuhan golongan ini adalah sitokin. Sel juga dapat mensekresikan protein yang dapat berikatan dengan reseptor pada permukaan sel sendiri (sinyal autokrin). Faktor pertumbuhan terlarut merupakan unsur penting dalam mengatur proliferasi dan diferensisasi serta fungsi sel-sel hemopoetik termasuk sel-sel sistem imun. Faktor pertumbuhan menyampaikan sinyal melalui pengikatan dengan reseptor yang kemudian meneruskan sinyal yang menyebabkan stimulasi berlebihan berlebihan sering dijumpai pada sel-sel tumor. Stimulasi berlebihan oleh faktor pertumbuahan saja pada umumnya hanya menyebabkan hiperplasia dan bukan transformasi ganas. Untuk menjadi ganas diperlukan kelainan instrinsik lain misalnya inaktivasi tumr supresor genes. Salah satu contoh interinsik antara faktor pertumbuhan yang berlebihan dengan kelainan faktor intrinsik yang berakibat transformasi ganas. Tambahan kelainan gen DNArepair (MSH1) mengakselerasi transformasi ganas. Aktivasi onkogen, baik akibat mutasi , translokasi maupun amplifikasi meningkatkan proliferasi sedangkan inaktivasi tumor suppresor genes, yang dalam keadaan normal berfungsi mengontrol pertumbuhan, ditambah dengan disfungsi gen DNA repair, menyebabkan sel tumbuh tak terkontrol dan akhirnya mengalami transformasi ganas.

Perkembangan dan pertumbuhan sel normal membutuhkan koordinasi intraselular maupun interaksi antara sel yang terkendali dalam organisme bersangkutan. Proliferasi sel normal berlangsung melalui suatu sikulus sel ang terdiri atas 4 fase yang ditentukan oleh waktu sintesis DNA, yaitu fase G1, fase S, fase G2, dan fase M. Berbeda dengan bakteria yang mensintesis DNA secara terus menerus selama siklus pembelahan sel, sel-sel mamalia mengalami siklus sel yang lebih kompleks. Setelah mitosis, sel memasuki fase G1, yaitu fase dimana sel sangat aktif tetapi tidak mensintesis DNA atau memasuki fase G0 untuk beristirahat. Pada fase G0/G1 kandungan DNA sel adalah 2N (diploid). Siklus sel kemudian berlanjut ke fase S dimana terjadi sintesis DNA dan kandungan DNA berubah menjadi 4N. Fase selanjtnya adalah fase G2 sebelum memasuki fase M dimana sel membelah diri menjadi 2 sel diploid. Waktu yang diperlukan untuk satu siklus bergantung pada jenis sel, dan perbedaan waktu itu terutama terjadi di fase G1, dimana bila diperlukan siklus sel berhenti pada fase ini (G1 arrest) atau pada interphase G1/S.

d. RESPON INFLAMASI

Walaupun inflamasi merupakan reaksi protektif jangan terhadap iritasi atau infeksi dan inflamasi akut merupakan bagian dari respon pertahanan, inflamasi kronik dapat menyebabkan berbagai keadaan patologik termasuk kanker. Berbagai produk gen pro-inflamatorik diketahui mempunyai peran penting dalam mensupresi apoptosis, angiogenesis, invasi, dan metastasis. Di antara produk gen-gen itu adalah TNF dan anggota keluarga TNF-superfamily, IL-1, IL-1, IL-6, IL-8, IL-18, khemokin, MMP-9. VEGF, dan COX-2. Bahwa inflamasi merupakan faktor resiko sebagaian besar kanker sudah diterima secara luas. Inflamsi kronik dihubungkan dengan berbagai tahap terkait tumorigenesis, termasuk transformasi sel, promosi, survival, proliferasi, invasi, angiogenesis, dan metastasis. Inflamasi kronik yang dihubungkan dengan infeksi dan autoimun dapat mendahului perkembangan tumor dan berkontribusi melalui induksi mutasi, instabilitas genomik, promosi awal tumorigenesis, dan angiogenesis. Paparan jangka terhadap iritan lingkungan juga berakibat hal yang sama. Respon inflamasi itu dapat meningkatkan angiogensis, promosi perkembangan dn penyebaran tumor, menyebabkan imunosupresi lokal dan instabilitas genomik lebih lanjut. Respon inflamasi memegang peran penentu dalam berbagai stadium perkembangan tumor, mulai dari inisiasi, promosi, konversi maligna, invasi dan metastasis. Sel-sel sistem imun yang menginflitrasi tumor berinteraksi dan melakuan cross talk dengan sel kanker melalui berbagai proses molukuler. Lingkungan mikro meningkatkan laju mutasi dan meningkatkan proliferasi sel yang bermutasi. Produksi faktor pertumbuhan oleh sel-sel inflamatorik yang dapat mengubah fenotip sel serupa stem-cell dan sel progenitor, akan merangasang ekspansi sel-sel tersebut dan mempernbanyak pool sel yang merupakan sasaran mutagen lingkungan. Hubungan inflamasi dengan sel sel kanker bukan hubungan saru arah. Kerusakan DNA dalam sel kanker dapat berakibat inflamasi makin parah dan mempromosikan tumerogenesi. 3. Macam-macam tumor jinak rongga mulut Tumor jinak non odontogen yang berasal dari jaringan ikat mulut

A. Jaringan ikat fibrous

Fibroma Osifikasi

Merupakan neoplasma tulang. Tumor terjadi pada bagian posterior mandibular membentuk pola radiografi radiolusen berbatas jelas. Ciri khas lesi ini tumbuh perlahan, bulat, dan meluas serta disertai pergeseran gigi dan perluasan ke bawah tepi inferior mandibula.

B. Jaringan pembuluh saraf

Neurofibroma

Lebih lunak pada pemeriksaan palpasi disbanding mukosa normal sekitarnya. Batas dengan jaringan normal sekitarnya sulit dibedakan. Merupakan tonjolan berganda, bercak-bercak pada kulit di atas tonjolan. Kematian biasanya dikarenakan tonjolan mengalami degenerasi ganas menjadi neurofibrosarkoma.

C. Jaringan adipose

Lipoma

Neoplasia jinak yang berasal dari jaringan adipose. Sering terjadi pada kulit jarang terjadi pada mulut. Lipoma rongga mulut biasanya tunggal, berbatas jelas, dan lunak bila dipalpasi.

D. Jaringan tulang

Osteoma

Tumor jinak tterjadi atas tulang padat atau spongiosa. Massa tulang yang keras ini muncul pada lokasi yang terbatas pada rangka kraniofasial dan jarang muncul pada jaringan lunak. Sebagian besar tampak pada bagian posterior mandibular dan kondil dan tidak dapat digerakkan, tidak sakit, tumbuh lambat. Radiografi: bagian tepi halus, batas jelas, dan bundar.

Tumor jinak non odontogen yang berasal dari kelenjar ludah

A. Pleomorphic adenoma

Tumor jinak yang berasal dari kelenjar ludah minor dan mayor. Tumor ini lambat, tidak sakit, dapat digerakkan, konsistensinya kenyal dan permukaan halus. Dapat membesar dan mendesak jaringan sekitarnya. Paling sering pada kelenjar parotis.

B. Tumor whartin

Biasanya pada kelenjar parotis, tumbuh lambat, ukuran sebesar biji salak dan berkista. Sering terjadi pada laki-laki.4. Pathogenesis tumor jinak rongga mulut 5. Pathofisiologis tumor jinak rongga mulutDalam kondisi normal, terdapat keseimbangan antara proliferasi sel dan kematian sel. Secara fisiologis sel akan melakukan pembelahan bila diaktifasi oleh adanya sel yang mati atau pada saat terjadi infeksi, secra fisiologi tubuh akan memerlukan lebih banyak sel jenis tertentu. Terdapat suatu protein yang disebut dengan protein pertumbuhan yang berfungsi sebagai sinyal bagi sel untuk merangsang mitosis seluler sehingga jaringan tumbuh. Setiap sel-sel yang berlaianan akan menyekresikan faktor pertumbuhan yang berbeda pula, misalnya sel-sel kulit menyekresikan EGF (Epidermal Growth Factor), dan faktor pertumbuhan fibroblast (FGF) yang meningkatkan mitosis sel jaringan ikat. Faktor pertumbuhan mengatur pertumbuhan dengan berfungsi sebagai ligan yang berikatan dengan reseptor sel. Reseptor ini terletak pada permukaan sel dan juga merupakan sebuah protein. Contoh reseptor faktor pertumbuhan adalah erb B dan erb B-2 (reseptor faktor pertumbuhan epidermis/epidermal growth factor receptor. Pengikatan antara ligan dengan reseptornya di permukaan sel ini, akan merangsang adanya reaksi di dalam sel. Dalam kondisi yang berbeda, faktor pertumbuhan juga dapat menembus membrane sel dan berikatan dengan reseptor intrasel. Pada dua keadaan di atas, hasil akhirnya akan mendorong pertumbuhan dan pembelahan sel.

Satu manifestasi penghambat dalam biakan sel-sel normal di laboratorium adalah penghambat kontak (inhibisi tergantung densitas). Sel-sel normal akan berhenti bereplikasi ketika kontak dengan sel-sel lain, umumnya membentuk satu lapisan yang sempurna. Jika sebagian sel diambil, sel yang tertinggal, akan membelah untuk mengisi celah tersebut dan kemuadian akan berhenti setelah celah tersebut tertutup (inhibisi tergantung densitas). Sebaliknya sel-sel kanker terus tumbuh dan terakumulasi pada bagian atas setelah membentuk satu lapisan yang menyatu (tidak memperlihatkan inhibisi tergantung densitas) atau dengan kata lain sel kanker menjadi autonom , gagal untu merespon pertumbuhan normal dan sinyal penghambat dalam komunikasi sel.

Proses dasar yang sering terdapat pada semua neoplasma adalah perubahan gen yang disebabkan oleh mutasi pada sel somatic (sel tubuh). Ada empat golongan gen yang memainkan peranan penting dalam mengatur sinyal mekanisme faktor pertumbuhan dan siklus sel itu sendiri, yaitu protoonkogen, gen-gen supresor tumor, gen-gen yang mengatur apoptosis, dan gen-gen yang memperbaiki DNA.

Protoonkogen

Protoonkogen merupakan gen seluler yangberfungsi untuk mendorong dan meningkatkan pertumbuhan normal dan pembelahan sel.

Gen- Gen Supresor Tumor

Gen- Gen Supresor Tumor, berfungsi untuk menghambat atau mengambil kerusakan pada pertumbuhan sel dan siklus pembelahan. Gen- supresor tumor diantaranya adalah supresor tumor Rb yang menyandi protein pRb, gen TP53 (yang mengkode untuk protein p53) yang terletak pada dengan pendek kromoson 17, ada juga BRCA1 dan BRCA2 yang berkaitan dengan kanker payudara dan ovarium.

Gen- Gen yang Mengatur Apoptosis

Kerja gen ini mengatur apoptosis, dengan menghambat apoptosis, mirip dengan gen bcl-2, sedangkan yang lain meningkatkan apoptosis (seperti sebagai bad atau bax).

Gen- Gen Perbaikan DNA

Gen-gen perbaikan DNA berfungsi sebagai spell checkers (pemeriksaan ejaan) untuk memastikan bahwa urutan DNA benar sebagaimana duplikasi gen selama siklus sel. Mjtasi pada gen perbaikan DNA, dapat menyebabkan kegagalan perbaikan DNA.

Aktivitas dari molekul pengontrol siklus sel memacu terjadinya kejadian yang berurutan pada siklus sel tersebut. Moleku pengatur ini berupa protein yang terdiri dari dua jenis utama. Sebagian besar berupa protein kinase, enzim yang mengaktifkan atau menginaktifkan protein lain dengan cara memfosforilasinya. Dalam menggerakkan sklus sel protein kinase berada pada konsestrasi konstandalam sel yang sedang gumbuh, tetapi pada sebagian besar waktunya kinase ini berada dalam keadaan inaktif. Agar menjadi aktif, kinase harus dilekatkan pada siklin. Jenis cyclin utama dalam siklus sel adalah cyclin D, E, A, dan B. Cyclin diekspresikan secara periodik sehingga konsentrasi cyclin berubah-ubah pada setiap fase siklus sel. Berbeda dengan cyclin yang lain, cyclin D tidak diekspresikan secara periodik akan tetapi selalu disintesis selama ada stimulasi growth factor. Siklin berikatan dan mengaktifkan anggota cyclin-dependent kinase (Cdk) family yang menyebabkan kemajuan siklus sel.Karena hal inilah, kinase ini disebut sebagai kinase tergantung-siklin (cyclin-dependent kinase). ). Cdk utama dalam siklus sel adalah Cdk 4, 6,2, dan 1.

Pengaturan Replikasi Sel

Dalam kondisi fisiologis normal, mekanisme sinyal sel yang memulai proliferasi sel dapat dibagi menjadi langkah- langkah sebagai berikut: (1) factor pertumbuhan, terikat pada reseptor khusus pada permukaan sel; (2) reseptor factor pertumbuhan diaktifkan yang sebaliknya mengaktifkan beberapa protein transduser; (3) sinyal ditransmisikan melewati sitosol melalui second messager menuju inti sel; (4) factor transkripsi inti yang memulai pengaktifan transkripsi asam deoksiribonukleat (DNA), dan selanjutnya sel akan masuk ke dalam fase siklus sel,

Siklus sel tersebut dibagi menjadi empat fase: G1 (gap 1), S (sintesis), G2 (gap 2), dan M (mitosis). Sel tidak aktif yang terdapat dalam keadaan tidak membelah disebut G 0. Selama siklus sel G1 disintesis enzim dan zat untuk replikasi DNA. Pada fase sintesis yaitu fase pengkopian DNA. Fase ini mengalami 3 tahapan antara lain, tahap replikasi, transkripsi dan translasi. Fase gap 2 yaitu fase persiapan pemisahan kromosom pada saat fase mitosis. Pada tahap ini terjadi sintesis RNA dan protein yang dibutuhkan untuk terjadinya mitosis. Fase mitosis, pada fase ini terjadi pemisahan kromosom untuk menghasilkan 2 sel baru. Pada fase ini akan terjadi pembelahan sel dari satu sel induk menjadi 2 sel anak yang mempunyai struktur genetika yang sama dengan induknya. Fase ini dibagi lagi menjadi 4 tahapana yaitu, fase profase, metafase, anaphase dan telofase.

Siklus sel dimulai dari masuknya sel dari fase G0 (quiescent) ke fase G1 karena adanya stimulus oleh growth factor .Pada awal fase G1, Cdk 4 dan atau 6 diaktifkan oleh cyclin D (cycD). Kompleks Cdk4/6 dengan cycD akan menginisiasi fosforilasi dari keluarga protein retinoblastoma (pRb) selama awal G1. Efek dari fosforilasi ini, fungsi histon deasetilasi (HDAC) yang seharusnya menjaga kekompakan struktur kromatin menjadi terganggu. Akibatnya struktur DNA menjadi longgar dan faktor transkripsi yang semula diikat pRb menjadi lepas dan transkripsi dari E2F responsive genes yang dibutuhkan dalam progresi siklus sel ke fase S menjadi aktif. Gen tersebut antara lain cycE, cycA, Cdc25, DNA polimerase, timidilat kinase, timidilat sintetase, DHFR, dll

Perjalanan lebih lanjut dari fase S ke fase G2 dipermudah olwh peningkatan (upregulation) siklin A yang berikatan dengan CDK2 dan CDK1. Pada awal fase G2, siklin B mengambil alih, dengan membentuk kompleks dengan CDK1, siklin B membantu mendorong sel masuk dari fase G2 ke M. Pada akhir fase mitosis, cycB akan didegradasi oleh anaphase promoting complex (APC) melalui proses proteolitik. APC juga berfungsi untuk memacu kromatid untuk berpisah bergerak ke masing-masing kutub untuk menyelesaikan mitosis (anafase).

Aktivasi berbagai CDK diatur oleh dua family inhibitor CDK (CDKI). Salah satu family CKDI, yang terdiri atas tiga protein yang disebut CDKN1A (p21), p27, dan p57, menghambat CDK secara luas, sedangkan family CDKI yang lain memiliki efek selektif pada siklin D/CDK4 dan siklin D/CDK6. Empat anggota dari family ini (p15,CDKN2A(p16), p18,p19) kadang-kadang disebut protein INK4 (karena menghambat CDK4 dan CDK6)

Pergerakan masing-masing fase dari fase satu ke fase selanjutnya diatur pada suatu mekanisme pengawasan seluler dalam siklus sel yang disebut dengan checkpoints. Atau dengan kata lain checkpoints itu adalah suatu mekanisme sensor di dalam siklus sel yang memonitor lingkungn selular dan menentukan apakah kondisi yang tepat telah terpenuhi sebelum sel tersebut berlanjut melalui siklus pembelahan sel. Tiga checkpoint utama ditemui dalam fase G1, S dan G2.1. G1-S checkpoint

Pada titik ini replikasi DNA akan dihambat bila ada DNA yang rusak yang belum diperbaiki (unrepair DNA). Kerusakan yang tidak diperbaiki akan menyebabkan gen akan mengalami apoptosis. Pada phase S mungkin ada checkpoint tambahan lain untuk memeriksa ada tidaknya kerusakan DNA. Pada sel-sel tumor G1-S checkpoin akan diinaktifkan . Ada 3 macam tumor supressor gene yang terlibat dalam G1-S Checkpoin yaitu RB, P53 dan CDKN2A. Pada semua sel tumor tampaknya gen RB dan p53 mengalami inaktif, sehingga akan terjadi mitosis yang berlebihan dan dihambatnya apoptosis.

Aktivasi gen p53 normal oleh agent perusak DNA atau oleh kondisi hipoksia akan menyebabkan tertahannya siklus sel pada fase G1 dan menginduksi terjadinya proses DNA repairing dengan cara meningkatkan kerja gen p21 yang berfungsi menghambat kerja dari cyclin dependent kinase dan merangsang kerja gen GADD45 yang berperan dalam proses DNA repairing. Keberhasilan proses repairing DNA akan membawa sel memasuki tahapan siklus sel selanjutnya. Bila proses repairing ini gagal gen p53 akan menginduksi gen BAX yang berperan dalam promosi proses apoptosis. Pada sel yang fungsi gen p53 telah hilang atau gen p53 mengalami mutasi akan menyebabkan sel yang mengandung DNA yang rusak ini untuk terus berproliferasi dan dapat menyebabkan timbulnya keganasan.

2. G2-M checkpoint

Pada titik ini sel akan dihambat agar tidak memasuki tahap mitosis sebelum proses replikasi DNA dan perbaikan DNA dari segala kerusakan selesai.

3. Spindle checkpoint

Spindle checkpoint akan mencegah pemisahan kromosom pada saat mitosis hingga seluruh kromosom telah melekat secara benar pada benang-benang spindle secara benar. Hilangnya spindle checkpoint akan menyebabkan terbentuknya sel-sel yang tidak normal. Sel-sel tumor telah kehilangan kemampuan spindle checkpoint.

Neolplasma jinak bersifat local terjadi perluasan massa secara sentrifugal dengan batas yang sangat nyata. Tepi neoplasma cenderung bergerak keluar dengan bebas sambil mendesak jaringan yang berdekatan. Tumor jinak ini bersifat ekspansif, karena itu neoplasma jinak mempunyai kapsul jaringan ikat padat yang memishkan neoplasma dari sekelilingnya. Laju pertumbuhan neoplasma jinak agak lambat, tidak berubah atau tetap pada ukuran stabil selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.6.. Gambaran histologi dan histopatologi dari tumor jinak rongga mulut

HISTOLOGI NORMAL TULANG

Gambaran Histopatologi Papiloma Skuamosa

Gambaran Papiloma Skuamosa dimana terdapat gambaran proliferasi sel epitel skuamous (1) dengan stroma fibrous (2), dan di dalam stroma terdapat vaskularisasi (3)

Gambaran Histopatologi Keratoakantoma

Gambaran histopatologi keratoakantoma dimana terdapat proliferasi sel epitel skuamos yang tumbuh membentuk kubah (A), dengan adanya keratinisasi yang membentuk core di tengah epitelium (B), juga terdapat infiltrasi sel sel limfosit pada lamina propria (C), selain itu juga terdapat mikroorganisme pada permukaan yang hiperkeratin (D)

Gambaran Histopatologi Nevus Pigmentasi

Gambaran histopatologi dari Nevus Pigmentasi dimana terdapat melanosis dimana terlihat adanya peningkatan jumlah sel sel melanin pada basal sel layer

Gambaran Histopatologi Fibroma

Gambaran Histopatologi fibroma dimana terdapat peningkatan jumlah sel sel fibrous dengan inti berbentuk spindle, teratur, dan uniform

Gambaran Histopatologi Neurilemoma

Gambaran histopatologi neurilemoma pada lidah dimana pada bagian dalam / tengah lesi terdapat ikatan antar sel lebih longgar dan inti sel yang kecil, serta terdapat proliferasi sel sel Anthony B (1). Sedangkan pada bagian perifer, terdapat inti yang lebih panjang dan besar serta lebih padat dan juga terdapat proliferasi dari sel Anthony A (2)

Gambaran Histopatologi Lipoma

Gambaran histopatologi lipoma dimana terdapat proliferasi sel sel adiposa dengan dibungkus kapsul fibrous (1), dimana inti sel terletak di perifer (2)

Gambaran Histopatologi Pleomorphic Adenoma

Gambaran histopatologi pleomorphihic adenoma dimana pada gambar A terdapat hambaran tumor yang dibungkus oleh kapsul fibrous (1). Pada gambar B terdapat proliferasi sel sel kelenjar (2) yang berada dalam suatu matriks jaringan myxoid, mucoid, atau chondroid (3)

Gambaran Histopatologi Whartins Tumor

Gambaran Histologi Whartins Tumor dimana terdapat proliferasi onkosit sebnyak 2 lapis (1) yang melapisi struktur seperti rongga kistik (2)

Gambaran Histopatologi Fibrous Dysplasia

Lesi merupakan suatu masa yang terdiri dari proliferasi jaringan ikat fibrous mature disertai pembentukan tulang trabekular

Gambaran Histopatologi Cemento Ossifying Fibroma

Gambar A terdapat gambaran proliferasi jaringan ikat fibrous disertai pembentukan bahan kalsifikasi dengan kapsul yang fibrous sehingga memisahkan korteks tulang normal. Gambar B terdapat pembentukan tulang trabekular mature dan immature dikelilingi jaringan ikat fibrous padat (1) dan ada juga yang longgar (2). Gambar C Pembentukan material keras cementum yang dikelilingi proliferasi sel sel fibrous immature yang padat.

Gambaran Histopatologi Cemento Ossifying Dysplasia

Terdapat gambaran proliferasi jaringan mesenchymal dengan struktur curvilinear tulang trabekula (1) dan pembentukan kalsifikasi semental (2) dan terdapat tulang trabekular irreguler yang tebal.

Daftar pustaka:

Prise, Sylvia Anderson.2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC

Campbell, N.A. Jane B. Reece and Lawrence G. Mitchell. 2000. Biologi Ed 5 Jilid 1. Alih Bahasa: Wasman manalu. Erlangga. Jakarta.

Kumar, Vinay, Ramzi S. Contran, Stanley L. Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi Ed. 7. Jakarta: EGC

Jusuf ,Ahmad Aulia. 2008. Aspek Genetik Kanker . Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas IndonesiaKresno, Siti Boedina. 2012. Ilmu Dasar Onkologi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesiaradiografi

HPA

klinis

maturasi

Nekrosis (+)

Apoptosis (-)

diferensiasi

Proliferasi(+)

Metaplasia

Internal

eksternal

Gangguan sel

etiologi

Siklus sel

Adnexa kulit

Tulang rawan

Tulang

Jaringa ikat

Pigmen

Hematopoetik

Tulang rawan

Mesenkim

otot

epitel

Saraf

Sel Normal Rongga Mulut

(non-odontogen)

Ilustrasi skematik peran siklin, kinasedependent-siklin (CDK), dan inhibitor, kinase, dependen-siklin (CDKI) dalam mengendalikan siklus sel. Tanda panah abu-abu mewakili fase dalam siklus sel saat kompleks CDK atau siklin spesifik aktif. Seperti tergambarkan, siklin D atau CDK4, siklin D/CKD6, siklin E/ CDK2 mwngatur transisi G1S melalui fosforilasi protein RB (pRB). Siklin A/CDK2 dan siklin A/CDK1 aktif pada fase S. siklin B/CDK1 penting untuk transisi G2/ M. Dua family inhibitor CDK, yang disebut sebagai inhibitor INK4 dan terdiri atas p16, p15, p18, serta p19, bekerja pada siklin d/CDK4 dan CDK6. Family lain dari tiga inhibitor, p21, p27, dan p57, dan dapat menghambat semua CDK.