DM Selvi Bhs Inggris

15
Definisi dan Tipe Diabetes Semua sel dalam tubuh manusia membutuhkan gula agar dapat bekerja dengan normal. Gula dapat masuk ke dalam sel-sel tubuh dengan bantuan hormon insulin. Jika jumlah insulin dalam tubuh tidak cukup, atau jika sel- sel tubuh tidak memberikan respon terhadap insulin (resisten terhadap insulin), maka akan terjadi penumpukan gula di dalam darah. Hal inilah yang terjadi pada pasien diabetes melitus. Diabetes mellitus, atau yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis, adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh: ketidakmampuan organ pankreas untuk memproduksi hormon insulin dalam jumlah yang cukup, atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang telah dihasilkan oleh pankreas secara efektif, atau gabungan dari kedua hal tersebut. Pada penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol, akan terjadi peningkatan kadar glukosa (gula) darah yang disebut hiperglikemia. Hiperglikemia yang berlangsung dalam waktu lama akan menyebabkan kerusakan serius pada sistem tubuh kita, terutama pada saraf dan pembuluh darah. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk

Transcript of DM Selvi Bhs Inggris

Page 1: DM Selvi Bhs Inggris

Definisi dan Tipe Diabetes

      

Semua sel dalam tubuh manusia membutuhkan gula agar dapat bekerja

dengan normal. Gula dapat masuk ke dalam sel-sel tubuh dengan bantuan

hormon insulin. Jika jumlah insulin dalam tubuh tidak cukup, atau jika sel-sel

tubuh tidak memberikan respon terhadap insulin (resisten terhadap insulin),

maka akan terjadi penumpukan gula di dalam darah. Hal inilah yang terjadi

pada pasien diabetes melitus.

Diabetes mellitus, atau yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis,

adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh:

ketidakmampuan organ pankreas untuk memproduksi hormon insulin dalam

jumlah yang cukup, atau

tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang telah dihasilkan oleh pankreas

secara efektif, atau

gabungan dari kedua hal tersebut.

Pada penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol, akan terjadi

peningkatan kadar glukosa (gula) darah yang disebut hiperglikemia.

Hiperglikemia yang berlangsung dalam waktu lama akan menyebabkan

kerusakan serius pada sistem tubuh kita, terutama pada saraf dan pembuluh

darah. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengontrol kadar glukosa

dalam darah pasien diabetes mellitus.

Diabetes mellitus dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

Diabetes melitus tipe 1, yakni diabetes mellitus yang disebabkan oleh

kurangnya produksi insulin oleh pankreas.

Diabetes melitus tipe 2, yang disebabkan oleh resistensi insulin, sehingga

penggunaan insulin oleh tubuh menjadi tidak efektif.

Diabetes gestasional, adalah hiperglikemia yang pertama kali ditemukan saat

kehamilan.

Page 2: DM Selvi Bhs Inggris

Selain tipe-tipe diabetes melitus, terdapat pula keadaan yang disebut

prediabetes. Kadar glukosa darah seorang pasien prediabetes akan lebih

tinggi dari nilai normal, namun belum cukup tinggi untuk didiagnosis

sebagai diabetes melitus. Yang termasuk dalam keadaan prediabetes adalah

Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) dan Glukosa Darah Puasa Terganggu

(GDPT). Keadaan prediabetes ini akan meningkatkan risiko seseorang untuk

menderita diabetes melitus tipe 2, penyakit jantung atau stroke.

Penyebab Diabetes Melitus

      

Diabetes Tipe 1 dipercaya sebagai penyakit autoimun, di mana sistem imun

tubuh sendiri secara spesifik menyerang dan merusak sel-sel penghasil

insulin yang terdapat pada pankreas. Belum diketahui hal apa yang memicu

terjadinya kejadian autoimun ini, namun bukti-bukti yang ada menunjukkan

bahwa faktor genetik dan faktor lingkungan seperti infeksi virus tertentu

berperan dalam prosesnya. Walaupun diabetes tipe 1 berhubungan dengan

faktor genetik, namun faktor genetik lebih banyak berperan pada kejadian

diabetes tipe 2.

Diabetes tipe 2 diduga disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan

lingkungan. Banyak pasien diabetes tipe 2 memiliki anggota keluarga yang

juga menderita diabetes tipe 2 atau masalah kesehatan lain yang

berhubungan dengan diabetes, misalnya kolesterol darah yang tinggi,

tekanan darah tinggi (hipertensi) atau obesitas. Keturunan ras Hispanik,

Afrika dan Asia memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk menderita

diabetes tipe 2. Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi risiko

menderita diabetes tipe 2 adalah makanan dan aktivitas fisik kita sehari-hari.

Berikut ini adalah faktor-faktor risiko mayor seseorang untuk menderita

diabetes tipe 2.

Page 3: DM Selvi Bhs Inggris

Riwayat keluarga inti menderita diabetes tipe 2 (orang tua atau kakak atau

adik)

Tekanan darah tinggi (>140/90 mm Hg)

Dislipidemia: kadar trigliserida (lemak) dalam darah yang tinggi

(>150mg/dl) atau kadar kolesterol HDL <40mg/dl

Riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah Puasa

Terganggu (GDPT)

Riwayat menderita diabetes gestasional atau riwayat melahirkan bayi

dengan berat lahir lebih dari 4.500 gram

Makanan tinggi lemak, tinggi kalori

Gaya hidup tidak aktif (sedentary)

Obesitas atau berat badan berlebih (berat badan 120% dari berat badan

ideal)

Usia tua, di mana risiko mulai meningkat secara signifikan pada usia 45

tahun

Riwayat menderita polycystic ovarian syndrome, di mana terjadi juga

resistensi insulin

Diabetes gestasional disebabkan oleh perubahan hormonal yang terjadi

selama kehamilan. Peningkatan kadar beberapa hormon yang dihasilkan

plasenta membuat sel-sel tubuh menjadi kurang responsif terhadap insulin

(resistensi insulin). Karena plasenta terus berkembang selama kehamilan,

produksi hormonnya juga semakin banyak dan memperberat resistensi

insulin yang telah terjadi.

Biasanya, pankreas pada ibu hamil dapat menghasilkan insulin yang lebih

banyak (sampai 3x jumlah normal) untuk mengatasi resistensi insulin yang

terjadi. Namun, jika jumlah insulin yang dihasilkan tetap tidak cukup, kadar

glukosa darah akan meningkat dan menyebabkan diabetes gestasional.

Kebanyakan wanita yang menderita diabetes gestasional akan memiliki

kadar gula darah normal setelah melahirkan bayinya. Namun, mereka

memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita diabetes gestasional pada

Page 4: DM Selvi Bhs Inggris

saat kehamilan berikutnya dan untuk menderita diabetes tipe 2 di kemudian

hari.

Gejala Diabetes Melitus

      

Pada awalnya, pasien sering kali tidak menyadari bahwa dirinya mengidap

diabetes melitus, bahkan sampai bertahun-tahun kemudian. Namun, harus

dicurigai adanya DM jika seseorang mengalami keluhan klasik DM berupa:

poliuria (banyak berkemih)

polidipsia (rasa haus sehingga jadi banyak minum)

polifagia (banyak makan karena perasaan lapar terus-menerus)

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

Jika keluhan di atas dialami oleh seseorang, untuk memperkuat diagnosis

dapat diperiksa keluhan tambahan DM berupa:

lemas, mudah lelah, kesemutan, gatal

penglihatan kabur

penyembuhan luka yang buruk

disfungsi ereksi pada pasien pria

gatal pada kelamin pasien wanita

Diagnosis DM tidak boleh didasarkan atas

ditemukannya glukosa pada urin saja. Diagnosis ditegakkan

dengan pemeriksaan kadar glukosa darah dari pembuluh darah vena.

Sedangkan untuk melihat dan mengontrol hasil terapi dapat dilakukan

dengan memeriksa kadar glukosa darah kapiler dengan glukometer.

Seseorang didiagnosis menderita DM jika ia mengalami satu atau lebih

kriteria di bawah ini:

Page 5: DM Selvi Bhs Inggris

Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma sewaktu  ≥200 mg/dL

Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma puasa  ≥126 mg/dL

Kadar gula plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) ≥200

mg/dL

Pemeriksaan HbA1C ≥ 6.5%

Keterangan:

Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu

hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir pasien.

Puasa artinya pasien tidak mendapat kalori tambahan minimal selama 8 jam.

TTGO adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memberikan larutan

glukosa khusus untuk diminum. Sebelum meminum larutan tersebut akan

dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah, lalu akan diperiksa kembali 1

jam dan 2 jam setelah meminum larutan tersebut. Pemeriksaan ini sudah

jarang dipraktekkan.

Jika kadar glukosa darah seseorang lebih tinggi dari nilai normal tetapi tidak

masuk ke dalam kriteria DM, maka dia termasuk dalam kategori prediabetes.

Yang termasuk ke dalamnya adalah

Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT), yang ditegakkan bila hasil

pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan antara 100 – 125 mg/dL dan 

kadar glukosa plasma 2 jam setelah meminum larutan glukosa TTGO < 140

mg/dL

Toleransi Glukosa Terganggu (TGT), yang ditegakkan bila kadar glukosa

plasma 2 jam setelah meminum larutan glukosa TTGO antara 140 – 199

mg/dL

Tabel kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring

dan diagnosis DM:

Bukan DM Belum Pasti DM DM

Kadar glukosa

darah sewaktu

Plasma vena <100 100-199 ≥200

Darah <90 90-199 ≥200

Page 6: DM Selvi Bhs Inggris

(mg/dL)kapiler

Kadar glukosa

darah puasa

(mg/dL)

Plasma vena <100 100-125 ≥126

Darah

kapiler <90 90-99 ≥100

Komplikasi Diabetes Melitus

      

Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien diabetes melitus akan

menyebabkan berbagai komplikasi, baik yang bersifat akut maupun yang

kronik. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi para pasien untuk memantau

kadar glukosa darahnya secara rutin.

Komplikasi akut

Keadaan yang termasuk dalam komplikasi akut DM adalah ketoasidosis

diabetik (KAD) dan Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH). Pada dua

keadaan ini kadar glukosa darah sangat tinggi (pada KAD 300-600 mg/dL,

pada SHH 600-1200 mg/dL), dan pasien biasanya tidak sadarkan diri. Karena

angka kematiannya tinggi, pasien harus segera dibawa ke rumah sakit untuk

penanganan yang memadai.

Keadaan hipoglikemia juga termasuk dalam komplikasi akut DM, di mana

terjadi penurunan kadar glukosa darah sampai < 60 mg/dL. Pasien DM yang

tidak sadarkan diri harus dipikirkan mengalami keadaan hipoglikemia. Hal-

hal yang dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia misalnya pasien

meminum obat terlalu banyak (paling sering golongan sulfonilurea) atau

menyuntik insulin terlalu banyak, atau pasien tidak makan setelah minum

obat atau menyuntik insulin.

Page 7: DM Selvi Bhs Inggris

Gejala hipoglikemia antara lain banyak berkeringat, berdebar-debar,

gemetar, rasa lapar, pusing, gelisah, dan jika berat, dapat hilang kesadaran

sampai koma. Jika pasien sadar, dapat segera diberikan minuman manis yang

mengandung glukosa. Jika keadaan pasien tidak membaik atau pasien tidak

sadarkan diri harus segera dibawa ke rumah sakit untuk penanganan dan

pemantauan selanjutnya.

Komplikasi kronik

Penyakit diabetes melitus yang tidak terkontrol dalam waktu lama akan

menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan saraf. Pembuluh darah

yang dapat mengalami kerusakan dibagi menjadi dua jenis, yakni pembuluh

darah besar dan kecil.

Yang termasuk dalam pembuluh darah besar antara lain:

Pembuluh darah jantung, yang jika rusak akan menyebabkan penyakit

jantung koroner dan serangan jantung mendadak

Pembuluh darah tepi, terutama pada tungkai, yang jika rusak akan

menyebabkan luka iskemik pada kaki

Pembuluh darah otak, yang jika rusak akan dapat menyebabkan stroke

Kerusakan pembuluh darah kecil (mikroangiopati) misalnya mengenai

pembuluh darah retina dan dapat menyebabkan kebutaan. Selain itu, dapat

terjadi kerusakan pada pembuluh darah ginjal yang akan menyebabkan

nefropati diabetikum. Untuk lebih jelasnya baca pada artikel gagal ginjal.

Saraf yang paling sering rusak adalah saraf perifer, yang menyebabkan

perasaan kebas atau baal pada ujung-ujung jari. Karena rasa kebas, terutama

pada kakinya, maka pasien DM sering kali tidak menyadari adanya luka pada

kaki, sehingga meningkatkan risiko menjadi luka yang lebih dalam (ulkus

kaki) dan perlunya melakukan tindakan amputasi. Selain kebas, pasien

mungkin juga mengalami kaki terasa terbakar dan bergetar sendiri, lebih

terasa sakit di malam hari serta kelemahan pada tangan dan kaki. Pada

pasien yang mengalami kerusakan saraf perifer, maka harus diajarkan

Page 8: DM Selvi Bhs Inggris

mengenai perawatan kaki yang memadai sehingga mengurangi risiko luka

dan amputasi.

Pencegahan Diabetes Melitus

      

Pencegahan penyakit diabetes melitus tipe 2 terutama ditujukan kepada

orang-orang yang memiliki risiko untuk menderita DM tipe 2. Tujuannya

adalah untuk memperlambat timbulnya DM tipe 2, menjaga fungsi sel

penghasil insulin di pankreas, dan mencegah atau memperlambat munculnya

gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Faktor risiko DM tipe 2

dibedakan menjadi faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak

dapat dimodifikasi. Usaha pencegahan dilakukan dengan mengurangi risiko

yang dapat dimodifikasi.

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi contohnya ras dan etnik,

riwayat anggota keluarga menderita DM, usia >45 tahun, riwayat melahirkan

bayi dengan BB lahir bayi>4000 gram atau riwayat pernah menderita DM

gestasional (DMG), dan riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang dari

2,5 kg.

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi contohnya berat badan berlebih,

kurangnya aktivitas fisik, hipertensi (> 140/90 mmHg), gangguan profil lipid

dalam darah (HDL < 35 mg/dL dan atau trigliserida > 250 mg/dL, dan diet

tak sehat tinggi gula dan rendah serat. Pencegahan DM juga harus dilakukan

oleh pasien-pasien prediabetes yakni mereka yang mengalami intoleransi

glukosa (GDPP dan TGT) dan berisiko tinggi mederita DM tipe 2.

Pencegahan DM tipe 2 pada orang-orang yang berisiko pada prinsipnya

adalah dengan mengubah gaya hidup yang meliputi olah raga, penurunan

Page 9: DM Selvi Bhs Inggris

berat badan, dan pengaturan pola makan. Berdasarkan analisis terhadap

sekelompok orang dengan perubahan gaya hidup intensif, pencegahan

diabetes paling berhubungan dengan penurunan berat badan. Menurut

penelitian, penurunan berat badan 5-10% dapat mencegah atau

memperlambat munculnya DM tipe 2. Dianjurkan pula melakukan pola

makan yang sehat, yakni terdiri dari karbohidrat kompleks, mengandung

sedikit lemak jenuh dan tinggi serat larut. Asupan kalori ditujukan untuk

mencapai berat badan ideal.

Akitivitas fisik harus ditingkatkan dengan berolah raga rutin, minimal 150

menit perminggu, dibagi 3-4 kali seminggu. Olah raga dapat memperbaiki

resistensi insulin yang terjadi pada pasien prediabetes, meningkatkan kadar

HDL (kolesterol baik), dan membantu mencapai berat badan ideal. Selain

olah raga, dianjurkan juga lebih aktif saat beraktivitas sehari-hari, misalnya

dengan memilih menggunakan tangga dari pada elevator, berjalan kaki ke

pasar daripada menggunakan mobil, dll.

Merokok, walaupun tidak secara langsung menimbulkan intoleransi glukosa,

dapat memperberat komplikasi kardiovaskular dari intoleransi glukosa dan

DM tipe 2. Oleh karena itu, pasien juga dianjurkan berhenti merokok.

Tatalaksana Pasien Diabetes

      

Tujuan tatalaksana pasien diabetes melitus tipe 2 adalah menurunkan

kadar glukosa darah menjadi normal atau mendekati normal,

sehingga mencegah terjadinya komplikasi pada pasien tersebut. Pada

pasien DM tipe 2, tatalaksana diawali dengan mengubah gaya hidup yakni

melakukan pola makan sehat dan meningkatkan aktivitas fisik sehingga

Page 10: DM Selvi Bhs Inggris

tercapai berat badan ideal. Jika dalam 2-4 minggu kadar glukosa darah tetap

tidak mencapai target, maka harus diberikan satu macam obat hipoglikemik

oral (OHO) untuk membantu menurunkan kadar glukosa darah. Jika kadar

glukosa darah tetap belum mencapai sasaran, maka dapat ditambahkan satu

macam OHO lagi atau ditambahkan suntikan insulin.

Diabetes melitus memang tidak dapat disembuhkan, tapi masih bisa

dikontrol.

Pada pasien diabetik, diet merupakan aspek penting untuk mengontrol

peningkatan kadar glukosa darah. Asosiasi Diabetes Amerika (The

American Diabetes Association (ADA)) menganjurkan diet seimbang dan

bernutrisi yang rendah lemak, kolesterol serta gula sederhana. Saat ini ADA

bahkan telah melarang konsumsi gula sederhana kecuali dalam jumlah kecil

dan dikonsumsi bersama dengan makanan kompleks. Penurunan berat

badan dan olah raga sangatlah penting karena akan meningkatkan

sensitivitas tubuh terhadap insulin, sehingga membantu mengontrol

peningkatan kadar glukosa darah. Olah raga yang bersifat aerobik seperti

jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang dianjurkan dilakukan

secara teratur selama 30 menit, 3-4 kali seminggu. Selain itu aktivitas sehari-

hari dapat tetap dilakukan seperti berkebun, membersihkan rumah, berjalan

ke pasar dan naik turun tangga. Yang harus diperhatikan di sini, untuk pasien

DM tipe 2 yang sudah memiliki komplikasi pada mata atau kaki harus

dilakukan penyesuaian pada aktivitas fisiknya.

Pasien DM tipe 2 yang merokok akan meningkatkan risiko terjadinya

komplikasi diabetes yaitu penyakit jantung koroner, stroke dan gangguan

sirkulasi darah pada anggota gerak. Hal ini terjadi karena rokok merusak

struktur pembuluh darah. Oleh karena itu pasien DM sangat dianjurkan

untuk berhenti merokok.

Pasien DM dianjurkan untuk berkonsultasi secara rutin ke dokter untuk

mengontrol hasil pengobatan. Jika kadar glukosa darah belum mencapai

angka yang diharapkan, maka dokter akan menyesuaikan dosis obat atau

Page 11: DM Selvi Bhs Inggris

insulin yang diberikan. Selain itu, pemantauan kadar glukosa darah dapat

dilakukan secara mandiri oleh pasien dengan menggunakan glukometer.

Pasien dapat mencatat hasil pemeriksaannya dan memberikannya kepada

dokter saat berkonsultasi. Jika kadar glukosa darah sudah menjadi atau

mendekati nilai normal dengan meminum obat atau insulin, pasien harus

tetap meminum OHO atau memakai insulin sesuai dosis yang telah diberikan

oleh dokter dan kembali berkonsultasi sesuai jadwal yang telah ditentukan.