DI/TII

28
GERAKAN DI/TII KELOMPOK 5 MUHAMMAD AKIP POAPA RESITA SRI WAHYUNI WULAN RAHMADANIOkky

description

Pemberontakan DI/TII pada masa Diplomasi yang diadakan Indonesia dalam rangka memperoleh pengakuan Internasional sebagai sebuah Negara

Transcript of DI/TII

Page 1: DI/TII

gerakan di/tii

KELOMPOK 5

MUHAMMAD AKIP POAPARESITA SRI WAHYUNIWULAN RAHMADANI

Page 2: DI/TII

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat-Nya dan Kemurahan-

Nya saya dapat menyelesaikan tugas kinerja ilmiah ini dengan baik dan semampunya.

Tujuan saya membuat tugas kinerja ini agar saya dapat memiliki nilai kinerja ilmiah mengetahui

tentang Terjadinya Disintegrasi Bangsa di Indonesia dalam mata pelajaran Sejarah. Selain itu

juga tujuan saya yang lain adalah agar saya dapat mengetahui penyebab dan perjuangan

terjadinya pemberontakan (DI/TII,) serta cara pemerintah pada saat itu untuk menanggulanginya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua teman – teman yang membacanya untuk

mengetahui pemberontakan yang pernah terjadi di Indonesia. Maka dari itu saya berharap bagi

pembaca/teman – teman yang membacanya dapat memberi saran dan kritik bagi saya. Maaf

apabila ada kata atau pun ada kalimat yang salah digunakan dalam pengetikannya.

Kendari ,September 2013

1

Page 3: DI/TII

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR

DAFTARI SI

PENDAHULUAN

PEMBAHASAN

PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

2

Page 4: DI/TII

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Negara Islam Indonesia (disingkat NII; juga dikenal dengan nama Darul Islam atau DI) yang

artinya adalah "Rumah Islam" adalah gerakan politik yang diproklamasikan pada 7 Agustus 1949

(ditulis sebagai 12 Syawal 1368 dalam kalender Hijriyah) oleh Sekarmadji Maridjan

Kartosoewirjo di Desa Cisampah, Kecamatan Ciawiligar, Kawedanan Cisayong, Tasikmalaya,

Jawa Barat. Diproklamirkan saat Negara Pasundan buatan belanda mengangkat Raden Aria

Adipati Wiranatakoesoema sebagai presiden.

Gerakan ini bertujuan menjadikan Republik Indonesia yang saat itu baru saja diproklamasikan

kemerdekaannya dan ada pada masa perang dengan tentara Kerajaan Belanda sebagai negara

teokrasi dengan agama Islam sebagai dasar negara. Dalam proklamasinya bahwa "Hukum yang

berlaku dalam Negara Islam Indonesia adalah Hukum Islam", lebih jelas lagi dalam undang-

undangnya dinyatakan bahwa "Negara berdasarkan Islam" dan "Hukum yang tertinggi adalah Al

Quran dan Hadits". Proklamasi Negara Islam Indonesia dengan tegas menyatakan kewajiban

negara untuk membuat undang-undang yang berlandaskan syari'at Islam, dan penolakan yang

keras terhadap ideologi selain Alqur'an dan Hadits Shahih, yang mereka sebut dengan "hukum

kafir", sesuai dalam Qur'aan Surah 5. Al-Maidah, ayat 50.

Dalam perkembangannya, DI menyebar hingga di beberapa wilayah, terutama Jawa Barat

(berikut dengan daerah yang berbatasan di Jawa Tengah), Sulawesi Selatan, Aceh dan

Kalimantan . Setelah Kartosoewirjo ditangkap TNI dan dieksekusi pada 1962, gerakan ini

menjadi terpecah, namun tetap eksis secara diam-diam meskipun dianggap sebagai organisasi

ilegal oleh pemerintah Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu gerakan DI/TII?

2. Siapa yang mempelopori berdirinya gerakan tersebut?

3. Apa upaya Pemerintah dalam menertibkan gerakan DI/TII?

3

Page 5: DI/TII

4. Kapan masa berakhirnya gerakan DI/TII

C. TUJUAN PENULISAN

Menjelaskan hal-hal mengenai gerakan DI/TII yang terjadi pada pasca kemerdekaan

Republik Indonesia, dan para tokoh pelopornya.

D. METODE PENULISAN

Makalah ini ditulis dengan melakukan kajian pustaka pada sumber-sumber bacaan yang ada.

4

Page 6: DI/TII

BAB II

PEMBAHASAN

A. GERAKAN DI/TII

Kata Darul Islam yang sering disingkat DI berasal dari bahasa arab Dar al-Islam

yang secara harfiah berarti “rumah” atau “keluarga” Islam. Dengan begitu Darul Islam

dapat diartikan sebagai dunia atau wilayah Islam. Dimana keyakinan Islam dan

peraturan-peraturan berdasarkan syariat Islam merupakan sebuah kewajiban yang harus

dilaksanakan. Dimana lawan dari Darul Islam itu sendiri adalah Darul Harb yang berarti

wilayah perang, atau dunia kaum kafir, yang berangsur-angsur ingin dimasukan ke dalam

Darul Islam.

Di Indonesia sendiri kata Darul Islam digunakan untuk gerakan-gerakan sesudah

tahun 1945 yang berusaha merealisasikan cita-cita mereka untuk mendirikan sebuah

Negara Islam. Meski sebenarnya pada awalnya sempat beredar kabar, bahwa sebenarnya

DI itu adalah singkatan dari Daerah I, dan artinya tidak dipahami secara umum. Menurut

Alers, kata itu seakan-akan “Negara kesatuan”. Namun, berbeda dengan Alers, Pinardi

mengemukakan bahwa latar belakangnya adalah suatu pembedaan terhadap daerah dalam

negara Islam. “Daerah I” adalah daerah pusat negara, yang sepenuhnya dikuasai Oleh

suatu pemerintahan Islam dan diatur sesuai dengan hukum Islam. “Daerah II” terdiri dari

daerah-daerah di Jawa Barat yang hanya sebagian saja dikuasai oleh Negara Islam,

sedangkan dalam “Daerah III” untuk daerah yang belum dikuasai oleh Negara Islam.

Lepas dari apa yang diungkapkan oleh Alers maupun Pinardi sendiri, Darul Islam

telah dicatat dalam sejarah sebagai sebuah gerakan pemberontakan yang berusaha

mendirikan Negara Islam, sementara saat itu Indonesia telah berdiri dan merdeka sejak

tanggal 17 Agustus 1945.

B. BERDIRINYA DI/TII

Dibalik kemunculan dari Darul Islam itu sendiri sebenarnya ada dua tokoh yang

tercatat berperan dalam membentuk gerakan ini. Tokoh pertama adalah Kiai Jusuf

Tauziri, ia sebutkan sebagai pendiri gerakan Darul Islam pada tahap pertama, sebagai

5

Page 7: DI/TII

gerakan Islam yang damai. Yang kemudian ia menarik dukungannya dari Kartosuwirjo

dikarenakan memberontak terhadap pemerintah Republik Indonesia.

Namun, tokoh yang benar-benar identik dengan gerakan Darul Islam ini adalah

Kartosuwirjo, sosok yang bernama lengkap Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo ini adalah

keturunan Jawa. Meski hampir seluruh karirnya banyak terjadi di Jawa Barat. Ia bukanlah

pribumi Jawa Barat. Ia lahir di Cepu ( Jawa Tengah), antara Blora dan Bojonegoro, di

perbatasan dewasa ini antara Jawa Tengah dan Jawa Timur, pada 7 Februari 1905.

Ia mendapat pendidikan Barat pada sekolah dasar dan sekolah menengah yang

menggunakan bahasa Belanda. Jadi, ia bukan seorang santri dari sebuah pesantren.

Bahkan diceritakan ia tidak pernah mempunyai pengetahuan yang benar tentang Bahasa

Arab dan Agama Islam. Dari tahun 1923 sampai tahun 1926 ia mengikuti kursus

persiapan pada Nederlands Indische Artsen School (NIAS), yaitu Sekolah Ketabiban

Hindia Belanda di Surabaya. Di Kota itu kemudian ia bertemu dengan H. Oemar Said

Tjokroaminoto, yang kemudian menjadi ketua PSII, serta menjadi bapak angkatnya.

Menurut Pinardi, Kartosuwirjo berhasil memulai studinya dalam ilmu kedokteran

dalam tahun 1926, tetapi setahun kemudian ia dikeluarkan dikarenakan kegiatan politik

yang dilakukannya. Dari tahun 1927 sampai tahun 1929 menjadi sekretaris pribadi

Tjokroaminoto. Dan disebutkan dari pengalaman yang didapatkan dari pemimpin PSII

inilah, terbesit niat Kartosuwirjo untuk mendirikan negara Indonesia yang berdasarkan

Islam.

Tahun 1929 Kartosuwirjo pindah ke daerahMalangbong dekat Garut, bagian timur

Jawa Barat, daerah asal istrinya. Ia kemudian bekerja pada PSII di daerah tersebut. Dan

sewaktu berusia 26 tahun ia terpilih sebagai sekretaris jenderal PSII pada tahun 1931.

Dan kemudian setelah meninggalnya Tjokroaminoto (1934), Wondoamiseno terpilih

menjadi ketua PSII, dan Kartosuwirjo sebagai wakilnya pada tahun 1936.

Kemudian pada tahun-tahun berikutnya terjadi pertentangan ditubuh PSII sendiri,

berkaitan dengan kerjasama dengan pemerintah kolonial. Kartosuwirjo berada pada pihak

nonkooperasi, ia kemudian dianggap radikal dan dikeluarkan dari PSII.

Namun Kartosuwirjo tidak berhenti sampai disitu, ia kemudian membentuk PSII

tandingan pada tanggal 24 April 1940 di Malangbong bersama Kamran, yang kemudian

menjadi komandan Darul Islam. Pada saat itu Kartosuwirjo juga mendirikan pesantren di

6

Page 8: DI/TII

daerah Malangbong. Bernama institute Supah atau Institut Suffah. Semula institute ini

dimaksudkan sebagai latihan kepemimpinan dalam bidang politik-keagamaan. Namun

kemudian berubah menjadi suatu pusat latihan untuk pasukan gerilya dimasa mendatang

(seperti Hizbullah dan Sabilillah) dikarenakan pada masa pendudukan Jepang, semua

kegiatan partai politik dibekukan. Dimana hal ini sebenarnya merupakan bentuk

penyebaran propaganda dari Kartosuwirjo untuk membentuk “Negara Islam”

Berkaitan dengan Darul Islam Kartosuwirjo dikatakan sempat memproklamirkan

Negara Islam Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1945, karena gagasan mendirikan

Negara Islam Indonesia itu sendiri sebenarnya telah dicanangkan oleh Kartosuwirjo sejak

tahun 1942. Namun ia dan gerakannya kemudian kembali ke Republik, saat Indonesia

diproklamirkan. Ia juga kemudian menjadi anggota pengurus besar partai Masyumi. Ia

merangkap sebagai Komisaris Jawa barat, dan sekretaris I partai tersebut. Selain itu pada

masa jabatan cabinet Amir Sjarifuddin tanggal 3 Juli 1947, Kartosuwirjo sempat ditawari

sebagai menteri muda pertahanan kedua, yang kemudian ditolak oleh sosok itu.

Pada saat agresi militer pertama Belanda, Kartosuwirjo bersama gerakan DI-nya

bergerak mendukung Republik untuk menghancurkan kekuatan Belanda. Tapi kemudian

saat dilakukan persetujuan perjanjian Renville, 8 Desember 1947. Pasukan TNI harus

meninggalkan wilayah Jawa Barat, namun, Kartosuwirjo yang memimpin Hizbullah dan

Sabilillah tidak hijrah, dan bertahan di Jawa Barat. Sehingga kemudian ia membentuk

Darul Islam dan mengganti tentaranya menjadi TII (Tentara Islam Indonesia), yang

bermarkas di Gunung Cepu. Pada akhirnya ini berujung pada sebuah proklamasi

pembentukan Negara Islam Indonesia, dengan Kartosuwirjo sebagai Imamnya.

Menurut C.A.O. Van Nieuwenhuijze menyebutkan bahwa seorang Kiai bernama

Jusuf Tauziri sebagai pemimpin kerohanian gerakan DI (Darul Islam) selama tahap

pertama. Kemudian seperti yang dikatakan oleh Hiroko Horikoshi, Kiai Jusuf Tauziri

menarik dukungannya ketika Kartosuwirjo memberontak terhadap Republik 1949.

Setelah memutuskan hubungan dengan Kartosuwirjo, dia menjadi pemimpin Darul Islam,

Dunia Perdamaian, suatu gerakan untuk mendirikan negara Islam dengan cara damai.

Namun, banyak literatur sejarah mengungkapkan bahwa Kartosuwiryo-lah

pemimpin atau pendiri dari Darul Islam. Ia jugalah yang memproklamirkan Negara Islam

Indonesia pada hari-hari sekitar menyerahnya Jepang.

7

Page 9: DI/TII

Pembentukan Darul Islam dan TII (tentara Islam Indonesia) sendiri disebutkan sebagai

respon negative yang diberikan oleh pihak Kartosuwirjo atas adanya perjanjian Renville,

antara pemerintah dan pihak Belanda. Kesepakatan yang mengharuskan TNI menarik diri

dari Jawa Barat, hal ini ditolak oleh Kartosuwirjo, dan Pasukannya, yang kemudian

membentuk gerakan Darul Islam dengan pasukan yang berganti nama menjadi TII

(tentara Islam Indonesia)

C. PEMBERONTAKAN DI/TII

Menurut Alers, sebenarnya pada tanggal 14 Agustus 1945, Kartosuwirjo sudah

memproklamirkan suatu negara Darul Islam yang merdeka. Tetapi setelah tanggal 17

Agustus 1945 ia memihak Republik Indonesia yang diproklamasikan oleh Soekarno-

Hatta. Kemudian pada saat Belanda melancarkan agresi militer I terhadap Republik

Indonesia pada tanggal 21 Juli 1947, Kartosuwirjo menyerukan Perang suci menentang

Belanda pada tanggal 14 Agustus.

Kartosuwirjo beserta gerakan DI-nya sebenarnya mendukung Republik dalam

perjuangan melawan Belanda, seperti juga yang dilakukan oleh pasukan Hizbullah dan

Sabilillah yang ada di Jawa Barat, di bawah pimpinan Kamran dan Oni. Namun masalah

kemudian muncul ketika Indonesia melakukan perjanjian Renville dengan pihak belanda.

Darul Islam kembali bergejolak, hal itu sendiri disebutkan sebagai reaksi negative

dari adanya persetujuan akan perjanjian Renville pada bulan Januari 1948. Menurut

perjanjian tersebut pasukan TNI harus ditarik dari dari daerah Jawa Barat yang terletak

dibelakang garis demarkasi Van Mook. Dan ketentuan itu harus dilaksanakan pada bulan

Februari. Namun sekitar 4000 pasukan Hisbullah dibawah pimpinan Kartosuwirjo, bekas

anggota PSII sebelum perang dan bekas anggota Masyumi menolak untuk berhijrah.

Reaksi keras dari Pihak Kartosuwirjo yang menentang hasil perjanjian Renville

inilah yang dianggap sebagai sebuah pemberontakan bagi para sejarawan. Dikarenakan

sebagai warga negara, Kartosuwirjo beserta pasukannya bisa menerima dan menjalankan

hasil dari perjanjian Renville sendiri. Bukan malah melakukan perlawanan dengan pihak

pemerintah.

Apalagi pada akhirnya Darul Islam sendiri memproklamasikan kemerdekaannya

sebagai Negara Islam Indonesia, sementara saat itu, Indonesia sudah merdeka. Itu sama

8

Page 10: DI/TII

saja berarti Darul Islam ingin mendirikan negara di dalam sebuah negara. Jelas saja itu

dianggap sebagai bentuk dari sebuah gerakan pemberontakan.

Meski sebenarnya diungkapkan bahwa Negara Islam Indonesia tidak

diproklamirkan pada negara Indonesia melainkan diproklamirkan di daerah yang dikuasai

oleh Tentara Belanda, yaitu daerah Jawa Barat yang ditinggalkan oleh TNI (Tentara

Nasional Indonesia) ke Jogya. Sebab daerah de-facto R.I. pada saat itu hanya terdiri dari

Yogyakarta dan kurang lebih 7 Kabupaten saja ( menurut fakta-fakta

perundingan/kompromis dengan Kerajaan Belanda; perjanjian Linggarjati tahun 1947

hasilnya de-facto R.I. tinggal pulau Jawa dan Madura, sedang perjanjian Renville pada

tahun 1948, de-facto R.I. adalah hanya terdiri dari Yogyakarta).

Seluruh kepulauan Indonesia termasuk Jawa Barat kesemuanya masih dikuasai

oleh Kerajaan Belanda. Jadi tidaklah benar kalau ada yang mengatakan bahwa Negara

Islam Indonesia didirikan dan diproklamirkan didalam negara Republik Indonesia.

Negara Islam Indonesia didirikan di daerah yang masih dikuasai oleh Kerajaan Belanda.

Jadi itu berarti gerakan Darul Islam tidak bisa dikatakan sebagai suatu gerakan

pemberontakan.

Sementara bagi pemerintah Indonesia itu sendiri tampaknya tidak berkeinginan

memandang aksi dari Kartosuwirjo ini sebagai suatu pemberontakan terhadap Republik

Indonesia, tetapi hanya dianggap sekedar sebagai suatu gerakan-gerakan tingkat daerah

terhadap “Negara Pasundan” buatan Belanda. Karena perlu dijelaskan bahwa pada bulan

Maret 1948 kebijakan pembentukan negara federal yang dianut oleh Belanda telah

menghasilkan terbentuknya negara Pasundan di daerah-daerah yang diduduki Belanda di

Jawa Barat. Artinya Jawa Barat menjadi salah satu dari negara boneka Belanda. Meski

sebagian besar dari daerah Jawa Barat itu sendiri telah dikuasai oleh pihak Darul Islam,

dengan Tentara Islam Indonesianya.

Ini menjadi pembantahan bahwa Darul Islam bukanlah sebuah pemberontakan,

dikarenakan lebih mengarah pada sebuah gerakan untuk mengambil alih negara

Pasundan, bukan membentuk negara dalam negara, yaitu Indonesia.

Namun, tidak sepenuhnya alasan di atas bisa diterima, meski Darul Islam

membentuk negara Islam di negara boneka Belanda, seorang tokoh bernama Kahin

9

Page 11: DI/TII

mencatat bahwa baru pada akhir bulan Desember 1948 Darul Islam bersikap anti-

Republik secara terang-terangan

Kemudian pada saat Belanda melancarkan agresi militer ke II (19 September

1948) Kartosuwirjo mengulangi seruannya untuk melakukan perang suci terhadap pihak

Belanda. Dengan begitu, pihak Darul Islam sudah secara terang-terangan tidak terikat

dengan Perjanjian Renville lagi.

Dan pada akhirnya pada tanggal 7 Agustus 1949, Kartosuwirjo sebagai Imam dari

DI mendeklarasikan berdirinya negara Islam Indonesia. Sekali lagi ia secara resmi

mendeklarasikan berdirinya Negara Islam Indonesia, yang kali ini sebagai pengganti

terhadap Republik Indonesia (“Yogya”). Inilah yang kemudian menjadi catatan terbesar

untuk menyatakan Darul Islam sebagai sebuah gerakan pemberontakan. Dimana bunyi

dari proklamasi itu yaitu sebagai berikut :

PROKLAMASI

Berdirinya

Negara Islam Indonesia

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah, Maha Pengasih

Ashhadu alla ilaha illallah, wa ashhadu anna Muhammadarrasulullah

Kami, Ummat Islam Bangsa Indonesia

MENYATAKAN :

BERDIRINYA

NEGARA ISLAM INDONESIA

Maka Hukum yang berlaku atas Negara Islam Indonesia itu, ialah : HUKUM ISLAM.

Allahu Akbar ! Allahu Akbar ! Allahu Akbar !

Atas nama Ummat Islam Bangsa Indonesia

IMAM NEGARA ISLAM INDONESIA

ttd

S.M. KARTOSOEWIRJO

Madinah - Indonesia,

12 Syawal 1368 / 7 Agustus 1949

10

Page 12: DI/TII

Proklamasi kemudian menjadi awal bagi Darul Islam sendiri untuk mempertahankan

keberadaannya. Namun bagaimana juga tetap saja pembentukan Negara Islam Indonesia

didalam sebuah Negara, tetap saja tidak bisa dibenarkan. Apalagi banyak korban dalam

peristiwa ini. Selain itu keberadaan gerakan yang lengkap dengan tatanan atau jajaran

dari sebuah negara ini, tentu menjadi alasan bahwa gerakan ini bisa dikatakan sebagai

gerakan pemberontakan terhadap kedaulatan negara Republik Indonesia.

D. DI/TII DI WILAYAH-WILAYAH.

Gerakan DI/TII Daud Beureueh

Pemberontakan DI/TII di Aceh dimulai dengan "Proklamasi" Daud Beureueh

bahwa Aceh merupakan bagian "Negara Islam Indonesia" di bawah pimpinan Imam

Kartosuwirjo pada tanggal 20 September 1953.

Daued Beureueh pernah memegang jabatan sebagai "Gubernur Militer Daerah

Istimewa Aceh" sewaktu agresi militer pertama Belanda pada pertengahan tahun 1947.

Sebagai Gubernur Militer ia berkuasa penuh atas pertahanan daerah Aceh dan menguasai

11

Page 13: DI/TII

seluruh aparat pemerintahan baik sipil maupun militer. Sebagai seorang tokoh ulama dan

bekas Gubernur Militer, Daud Beureuh tidak sulit memperoleh pengikut. Daud Beureuh

juga berhasil memengaruhi pejabat-pejabat Pemerintah Aceh, khususnya di daerah Pidie.

Untuk beberapa waktu lamanya Daud Beureuh dan pengikut-pengikutnya dapat mengusai

sebagian besar daerah Aceh termasuk sejumlah kota.

Sesudah bantuan datang dari Sumatera Utara dan Sumatera Tengah, operasi

pemulihan keamanan ABRI ( TNI-POLRI ) segera dimulai. Setelah didesak dari kota-

kota besar, Daud Beureuh meneruskan perlawanannya di hutan-hutan. Penyelesaian

terakhir Pemberontakan Daud Beureuh ini dilakukan dengan suatu " Musyawarah

Kerukunan Rakyat Aceh" pada bulan Desember 1962 atas prakarsa Panglima Kodam

I/Iskandar Muda, Kolonel Jendral Makarawong.

Gerakan DI/TII Ibnu Hadjar

Pada bulan Oktober 1950 DI/ TII juga tercatat melakukan pemberontakan di

Kalimantan Selatan yang dipimpin oleh Ibnu Hadjar. Para pemberontak melakukan

pengacauan dengan menyerang pos-pos kesatuan ABRI (TNI-POLRI). Dalam

menghadapi gerombolan DI/TII tersebut pemerintah pada mulanya melakukan

pendekatan kepada Ibnu Hadjar dengan diberi kesempatan untuk menyerah, dan akan

diterima menjadi anggota ABRI. Ibnu Hadjar sempat menyerah, akan tetapi setelah

menyerah dia kembali melarikan diri dan melakukan pemberontakan lagi sehingga

pemerintah akhirnya menugaskan pasukan ABRI (TNI-POLRI) untuk menangkap Ibnu

Hadjar. Pada akhir tahun 1959 Ibnu Hadjar beserta seluruh anggota gerombolannya

tertangkap dan dihukum mati.

Gerakan DI/TII Amir Fatah

Amir Fatah merupakan tokoh yang membidani lahirnya DI/TII Jawa Tengah.

Semula ia bersikap setia pada RI, namun kemudian sikapnya berubah dengan mendukung

Gerakan DI/TII. Perubahan sikap tersebut disebabkan oleh beberapa alasan. Pertama,

terdapat persamaan ideologi antara Amir Fatah dengan S.M. Kartosuwirjo, yaitu

keduanya menjadi pendukung setia Ideologi Islam. Kedua, Amir Fatah dan para

pendukungnya menganggap bahwa aparatur Pemerintah RI dan TNI yang bertugas di

daerah Tegal-Brebes telah terpengaruh oleh "orang-orang Kiri", dan mengganggu

perjuangan umat Islam. Ketiga, adanya pengaruh "orang-orang Kiri" tersebut, Pemerintah

12

Page 14: DI/TII

RI dan TNI tidak menghargai perjuangan Amir Fatah dan para pendukungnya selama itu

di daerah Tegal-Brebes. Bahkan kekuasaan yang telah dibinanya sebelum Agresi Militer

II, harus diserahkan kepda TNI di bawah Wongsoatmojo. Keempat, adanya perintah

penangkapan dirinya oleh Mayor Wongsoatmojo. Hingga kini Amir Fatah dinilai sebagai

pembelot baik oleh negara RI maupun umat muslim Indonesia.

Gerakan DI/TII Kahar Muzakkar

Pemerintah berencana membubarkan Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS)

dan anggotanya disalurkan ke masyarakat. Tenyata Kahar Muzakkar menuntut agar

Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan dan kesatuan gerilya lainnya dimasukkan dalam satu

brigade yang disebut Brigade Hasanuddin di bawah pimpinanya. Tuntutan itu ditolak

karena banyak di antara mereka yang tidak memenuhi syarat untuk dinas militer.

Pemerintah mengambil kebijaksanaan menyalurkan bekas gerilyawan itu ke Corps

Tjadangan Nasional (CTN). Pada saat dilantik sebagai Pejabat Wakil Panglima Tentara

dan Tetorium VII, Kahar Muzakkar beserta para pengikutnya melarikan diri ke hutan

dengan membawa persenjataan lengkap dan mengadakan pengacauan. Kahar Muzakkar

mengubah nama pasukannya menjadi Tentara Islam Indonesia dan menyatakan sebagai

bagian dari DI/TII Kartosuwiryo pada tanggal 7 Agustus 1953. Tanggal 3 Februari 1965,

Kahar Muzakkar tertembak mati oleh pasukan ABRI (TNI-POLRI) dalam sebuah baku

tembak.

E. PENANGKAPAN DI/TII PUSAT

Sebelumnya perlu diketahui bahwa penumpasan DI dilakukan oleh TNI dari

Divisi Siliwangi. Sebenarnya berkaitan dengan Gerakan Darul Islam yang

kemunculannya bersamaan dengan agresi Militer II, TNI sendiri memiliki rencana

tertentu untuk menghadapi agresi militer Belanda II. Dimana TNI menyusun rencana

umum yang terkenal dengan nama Perintah Siasat No.1 atau instruksi Panglima Besar

pada November 1948 yang telah mendapat pengesahan dari Pemerintah RI. Rencana ini

didasarkan atas peraturan pemerintah No. 33 tahun 1948 dan peraturan pemerintahan No

70 tahun 1948. Gerakan TNI atas perintah ini lebih dikenal dengan sebutan Wingate TNI.

Berkaitan dengan hal itu, Divisi Siliwangi juga memulai gerakan Wingate-nya,

pada tanggal 19 Desember 1948, setelah mendengar Perintah kilat dari Panglima Besar

Sudirman yang merupakan perintah bergerak menyusun Wehrkreise-wehkreise di tempat-

13

Page 15: DI/TII

tempat dalam perintah Siasat No.1, seperti telah disinggung di muka yang antara lain,

mengatur :

1.      Cara perlawanan, ialah bahwa kita tidak lagi akan melakukan pertahanan liniar

2.      Melakukan siasat /politik bumihangus

3.      Melakukan pengungsian atas dasar politik non-kooperasi.

4.      Pembentukan Wehkreise-wehkreise.

Perintah kilat ini disambut dengan gembira oleh anak-anak Siliwangi yang

bagaimanapun juga sudah sangat merindukan kampung halaman mereka di Jawa Barat.

Letnan Kolonial Daan Yahya, Kepala Staf Divisi segera pergi ke Istana untuk

melaporkan, bahwa Siliwangi akan memulai gerakan kembali ke Jawa Barat sebagaimana

yang telah ditentukan dalam perintah siasat No.1.

Kemudian, TNI, Divisi Siliwangi, memulai long march-nya berpindah dari Jawa

Tengah ke Jawa Barat. Hal ini kemudian dianggap oleh pihak Kartosuwirjo sebagai

ancaman bagi kelangsungan dan cita-cita Kartosuwirjo untuk membentuk Negara Islam.

Maka dari itu Pasukan tersebut harus dihancurkan agar tidak memasuki daerah Jawa

Barat.

Pada tanggal 25 Januari 1949 terjadi kontak senjata utuk pertama kalinya antara

pihak TNI, Divisi Siliwangi dan Tentara Islam Indonesia. Bahkan pada akhirnya terjadi

perang segitiga antara DI/TII-TNI-Tentara Belanda.

Pemimpin Masyumi sendiri Moh. Natsir, yang menjadi menteri penerangan dalam

Kabinet Hatta pada tanggal 29 Januari sampai awal agustus 1949, berusaha menghubungi

Kartosuwirjo melalui sepucuk surat pada tanggal 5 Agustus 1949. Hal ini dilakukan

sebagai upaya untuk mencegah timbulnya keadaan yang semakin buruk. Dikarenakan

kemelut ini mengakibatkan penderitaan bagi rakyat Jawa Barat. Bahkan banyak orang-

orang tak berdosa tewas pada pertikaian ini. Moh. Natsir juga kemudian membentuk

sebuah komite yang dipimpin oleh dirinya sendiri di bulan September 1949, sebagai

upaya kedua untuk mengatasi hal ini. Namus sekali lagi ia gagal.

Operasi militer untuk menumpas gerakan DI/TII dimulai pada tanggal 27 Agustus

1949. Operasi ini menggunakan taktik “Pagar Betis” yang dilakukan dengan

menggunakan tenaga rakyat berjumlah ratusan ribu untuk mengepung gunung tempat

gerombolan bersembunyi. Taktik ini bertujuan untuk mempersempit ruang gerak mereka.

14

Page 16: DI/TII

Selain itu, juga dilakukan operasi Tempur Bharatayudha dengan sasaran menuju basis

pertahanan mereka. Walaupun demikian, operasi penumpasan ini memakan waktu yang

cukup lama. Baru pada tanggal 4 Juni 1962, Kartosuwirjo terkurung dan berhasil

ditangkap di Gunung Geber di daerah Majalaya oleh pasukan Siliwangi. Yang kemudian

selanjutnya ia diberi hukuman mati.

F. PARA PEMIMPIN DI/TII

Ibnu Hadjar (Kalimantan Selatan)Ibnu Hadjar alias Haderi bin Umar alias Angli adalah seorang bekas Letnan Dua TNI yang kemudian memberontak dan menyatakan gerakannya sebagai bagian DI/TII Kartosuwiryo. Dengan pasukan yang dinamakannya Kesatuan Rakyat Yang Tertindas, Ibnu Hadjar menyerang pos-pos kesatuan tentara di Kalimantan Selatan dan melakukan tindakan-tindakan pengacauan pada bulan Oktober 1950. Untuk menumpas pemberontakan Ibnu Hajar ini pemerintah menempuh upaya damai melalui berbagai musyawarah dan operasi militer. Pada saat itu pemerintah Republik Indonesia masih memberikan kesempatan kepada Ibnu Hadjar untuk menghentikan petualangannya secara baik-baik, sehingga ia menyerahkan diri dengan kekuatan

pasukan beberapa peleton dan diterima kembali ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia. Tetapi setelah menerima perlengkapan Ibnu Hadjar melarikan diri lagi dan melanjutkan pemberontakannya. Pada akhir tahun 1954, Ibnu Hajar membulatkan tekadnya untuk masuk Negara Islam. Ibnu Hajar diangkat menjadi panglima TII wilayah Kalimantan. Perbuatan ini dilakukan lebih dari satu kali sehingga akhirnya Pemerintah memutuskan untuk mengambil tindakan tegas menggempur gerombolan Ibnu Hadjar. Pada akhir tahun 1959 pasukan gerombolan Ibnu Hadjar dapat dimusnahkan dan lbnu Hadjar sendiri dapat ditangkap. Gerakan perlawanan baru berakhir pada bulan Juli 1963. Ibnu Hajar dan anak buahnya menyerahkan diri secara resmi dan pada bulan Maret 1965 Pengadilan Militer menjatuhkan hukuman mati kepada Ibnu Hajar.

Daud Beureueh (Jawa Tengah)Teungku Muhammad Daud Beureu'eh (lahir di Beureu'eh, kabupaten Pidie, Aceh, 17 September 1899 – meninggal di Aceh, 10 Juni 1987 pada umur 87 tahun) atau yang nama lengkapnya adalah Teungku Muhammad Daud Beureu'eh adalah mantan Gubernur Aceh, pendiri NII di Aceh dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Ketika PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) didirikan untuk menentang

15

Page 17: DI/TII

pendudukan Belanda, Daud Beureu'eh terpilih sebagai ketuanya. Pada masa perang revolusi, Daud Beureu'eh menjabat sebagai Gubernur Militer Aceh. Sejak 21 September 1953 sampai dengan 9 Mei 1962, ia melakukan pemberontakan kepada pemerintah dengan mendirikan NII akibat ketidakpuasannya atas pemerintahan Soekarno. Namun akhirnya ia kembali ke pangkuan Republik Indonesia setelah dibujuk kembali oleh Mohammad Natsir.

Kahar Muzakkar (Sulawesi Selatan)Abdul Kahar Muzakkar (ada pula yang menuliskannya dengan nama Abdul Qahhar Mudzakkar; lahir di Lanipa, Kabupaten Luwu, 24 Maret 1921 – meninggal 3 Februari 1965 pada umur 43 tahun; nama kecilnya Ladomeng) adalah seorang figur karismatik dan legendaris dari tanah Luwu, yang merupakan pendiri Tentara Islam Indonesia di Sulawesi. Ia adalah seorang prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang terakhir berpangkat Letnan Kolonel atau Overste pada masa itu. Ia tidak menyetujui kebijaksanaan pemerintahan presiden Soekarno pada masanya, sehingga balik menentang pemerintah pusat dengan mengangkat senjata. Ia dinyatakan

pemerintah pusat sebagai pembangkan dan pemberontak. Pada awal tahun 1950-an ia memimpin para bekas gerilyawan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara mendirikan TII (Tentara Islam Indonesia) kemudian bergabung dengan Darul Islam (DI), hingga di kemudian hari dikenal dengan nama DI/TII di Sulawesi Selatan dan Tenggara. Pada tanggal 3 Februari 1960, melalui Operasi Tumpas, ia dinyatakan tertembak mati dalam pertempuran antara pasukan TNI dari satuan Siliwangi 330 dan anggota pengawal Kahar Muzakkar di Lasolo. Namun tidak pernah diperlihatkan pusaranya, mengakibatkan para bekas pengikutnya mempertanyakan kebenaran berita kejadiannya. Menurut kisah, jenazahnya dikuburkan di Kilometer 1 jalan raya Kendari,sulawesi tengara. Tapi sampai saat ini banyak yang tidak percaya atas kepergiannya karena belum ada bukti nyata tentang keberadaannya di sana.

Amir Fatah (Jawa Tengah)

16

Page 18: DI/TII

Amir Fatah bernama lengkap Amir Fatah Wijaya Kusumah, adalah salah satu pimpinan Hizbullah Fisabilillah di daerah Besuki, Jawa Timur sebelum bergolaknya pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah. Ketika Perjanjian Renville ditanda tangani oleh pihak Belanda dan Indonesia, maka semua kekuatan Republik diharuskan hijrah ke Jawa Tengah, termasuk kesatuan Hizbullah dan Fisabilillah yang dipimpinnya. Pada tahun 1950, ia memproklamirkan wilayahnya merupakan bagian DI/TII

Kartosuwiryo. Melalui operasi yang dilakukan oleh TNI untuk sementara waktu kekuatan mereka melemah tetapi akibat ada pembelot, kekuatan DI/TII Amir Fatah kembali kuat. Pada akhirnya pasukan Amir Fatah dapat ditaklukkan di perbatasan Pekalongan - Banyumas .

Sekar Marijan Kartosuwiryo (Jawa Barat)

Sekar Marijan Kartosuwiryo mendirikan Darul Islam (DI) dengan tujuan menentang penjajah Belanda di Indonesia. Akan tetapi, setelah makin kuat, Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) pada tanggal 17 Agustus 1949 dan tentaranya dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII). Upaya penumpasan dengan operasi militer yang disebut Operasi Bharatayuda. Dengan taktis Pagar Betis. Pada tanggal 4 juni 1962, Kartosuwiryo berhasil ditanggap oleh pasukan Siliwangi di Gunung Geber, Majalaya, Jawa Barat. Akhirnya Kartosuwiryo dijatuhi hukuman mati 16 Agustus

1962.

17

Page 19: DI/TII

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Pada awalnya gerakan DI/TII bukanlah gerakan pemberontakan, melainkan

menyerupai organisasi yang berlandaskan hokum Islam.

2. Gerakan DI/TII berdiri di Jawa Barat pada tahun 1945 oleh Kiai Jusuf Tauziri,

sedangkan dinyatakan sebagai Gerakan Pemberontak pada tahun 1949, setelah

adanya Proklamasi oleh Kartosuwiryo.

3. Awal mula gerakan DI/TII menjadi pemberontak adalah disetujuinya perjanjian

Renville, yang menyatakan secar de-facto wilayah Indonesia hanya meliputi

Yogyakarta.

4. Gerakan DI/TII pusat dihentikan oleh Divisi Siliwangi, dan Kartosuwiryo

dihukum mati.

18

Page 20: DI/TII

DAFTAR PUSTAKA

Habib.M Mustapa. 2006. Sejarah. Jakarta : Yudhistira

H.Nasution.A. 1979.Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia,Agresi Militer

Belanda II. Bandung :Angkasa.

Moedjanto.G. 1989.Indonesia Abad ke 20, dari Perang Kemerdekaan I

sampai pelita III. Yogyakarta : Kanisius

Van.C Dijk. 1993.Darul Islam, Sebuah Pemberontakan. Jakarta : Pustaka

Utama Grafiti

Wajan. I Badrika. 2004. Sejarah Nasional dan Umum. Jakarta : Bumi Aksara.

http://elrufhy.blogspot.com/2012/11/biografi-singkat-5-pemimpin-ditii_21.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Negara_Islam_Indonesia

19